DAMPAK KEBERADAAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA TERHADAP EKOLOGI, SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI ERA OTONOMI DAERAH (KASUS : KELURAHAN SEMPAJA UTARA, KECAMATAN SAMARINDA UTARA, KOTA SAMARINDA)
Oleh HARDIYANTI DHARMA PERTIWI I34070094
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ii Abstract
This research has 2 objectives, namely to investigate impacts of coal mining company’s on social-economics and ecological;secondly to analyze common attitude towards impacts of coal mining company’s social-economics and ecological. Methods of this reserach is case study research by qualitative and quantitative approach. Qualitative methode was done by direct interview, in which quantitative method was done by survey. Productive age local community in north sempaja utara area is this subject of research. Number of sample which is taken is 50 respondent by using simple random sampling technique, however the number of informan on this research is unlimited. Result of this research is coal mining company’s operation bring impacts on ecological, social, and economics condition in samarinda city in general and north sempaja utara area in specific. Since the operation of coal mining company the enviromental quality was decreased gradually.
Keywords : Coal Mining Company’s, Impacts Aspects Ecological, Social and Economics, Community Perception
iii RINGKASAN
HARDIYANTI DHARMA PERTIWI, Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Terhadap Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Era Otonomi Daerah, Kasus Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda.(Dibawah Bimbingan RILUS A. KINSENG) Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yaitu (1) menganalisis dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap sosial dan ekonomi masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan di Kelurahan Sempaja Utara (2) menganalisis dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap aspek ekologi sekitar beroperasinya perusahaan di Kelurahan Sempaja Utara (3) menganalisis sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan batubara di Kelurahan Sempaja Utara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian kualitatif yang digunakan ialah studi kasus. Metode kualitatif ini dilakukan dengan pengamatan langsung, wawancara mendalam dengan menggunakan panduan pertanyaan yang dilakukan kepada informan dan responden. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survai. Kuesioner digunakan sebagai instrumen untuk pengumpulan informasi dari responden. Jumlah responden dalam penelitian ini ialah 50 responden yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling dengan populasi penelitian yaitu masyarakat Kelurahan Sempaja Utara yang memiliki usia produktif antara 20-65 tahun pada dua RT yaitu RT 26 dan RT 28. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga April tahun 2011. Data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur dari data di Kantor Kelurahan Sempaja Utara, Dinas Pertambangan dan Mineral, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pendapatan Daerah, Badan Perizinan serta dari literatur penelitian sebelumnya. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian dimana dilakukan wawancara kepada responden dan informan yang mengacu kepada kuesioner dan panduan pertanyaan. Data kualitatif yang diperoleh lalu disajikan dalam bentuk deskriptif sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan uji Korelasi Rank Spearman menggunakan program komputer Ms. Excel 2007 dan SPSS 17 for windows, dengan nilai taraf nyata alpa sebesar 10%. Hasil uji Rank Spearman yang dilakukan menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji menggunakan Rank Spearman, menunjukan bahwa dari ke empat faktor internal seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga, hanya terdapat satu faktor
iv yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan terhadap aspek sosial-ekonomi masyarakat. Keberadaan perusahan pertambangan batubara ini memberikan dampak yang positif terhadap pendapatan Kota Samarinda. Pada saat pelaksanaan otonomi daerah persentase dalam pembagian dana perimbangan cukup besar, hal ini juga diikut oleh subsidi atau dana perimbangan dari melalui pengelolaan sumberdaya alam pertambangan batubara. Setiap tahunnya pendapatan Kota Samarinda dari hasil pertambangan batubara mengalami peningkatan. Keberadaan perusahaan pertambangan batubara di wilayah Kelurahan Sempaja Utara dirasakan oleh sebagian masyarakat memberikan dampak yang positif. Terlihat dengan berdirinya perusahaan-perusahaan pertambangan batubara memberikan peluang berusaha terhadap masyarakat sekitar perusahaan, adapun jenis usaha yaitu seperti membuka warung sembako, warung makan dan sebagai tukang ojek. Kesempatan bekerja pada sektor pertambangan pada masyarakat lokal di wilayah Kelurahan Sempaja Utara sangatlah kecil, terlihat hanya sedikit dari masyarakat lokal yang bekerja di perusahaan. Masyarakat yang bekerja pada perusahaan hanyalah sebagai buruh kasar dan supir truk penangkut batubara. Selain itu juga keberadaan perusahaan pertambangan batubara ini juga memberikan dampak terhadap pergerakan penduduk pada kelurahan Sempaja Utara. Masyarakat pendatang adalah pekerja pada perusahaan-perusahaan pertambangan batubara tersebut. Masuknya masyarakat pendatang menambah heterogenitas suku yang ada di wilayah kelurahan Sempaja Utara. Berdirinya perusahaan pertambangan batubara di Kelurahan Sempaja Utara membuat masyarakat menjadi resah. Masalah lingkungan terpisahkan
dari
kegiatan
usaha
merupakan suatu hal yang tidak dapat
pertambangan
tersebut.
Keberadaan
perusahaan
pertambangan tersebut membuat resah masyarakat. Semenjak perusahaan pertambangan masuk, masyarakat merasa kualitas lingkungan menjadi sangat buruk. Hal ini dapat dilihat dari fenomena sering terjadinya banjir, sumur masyarakat tercemar, saluran air tersendat, debu, terjadinya tanah longsor dan jalan rusak. Masih rendahnya kepedulian perusahaan terhadap masyarakat terlihat, hanya kepada sebagian kecil masyarakat saja yang pernah memberikan dana kompensasi (uang debu), akan tetapi pemberian dana tersebut tidak merata dan dirasakan oleh masyarakat tidak cukup untuk menggantikan dampak negatif yang dihasilkan.
v DAMPAK KEBERADAAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA TERHADAP EKOLOGI, SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI ERA OTONOMI DAERAH (KASUS KELURAHAN SEMPAJA UTARA, KECAMATAN SAMARINDA UTARA, KOTA SAMARINDA)
Oleh HARDIYANTI DHARMA PERTIWI I34070094
Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
vi FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama
:
Hardiyanti Dharma Pertiwi
NRP
:
I34070094
Departemen
:
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul
:
Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Terhadap Ekologi, SosialEkonomi Masyarakat di Era Otonomi Daerah (Kasus Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA NIP. 19590506 198703 1 001
Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. NIP. 19550630 198103 1003
Tanggal Pengesahan : ___________
vii LEMBAR PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “DAMPAK
KEBERADAAN
PERUSAHAAN
PERTAMBANGAN
BATUBARA
TERHADAP EKOLOGI, SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI ERA OTONOMI DAERAH (KASUS KELURAHAN SEMPAJA UTARA, KECAMATAN SAMARINDA UTARA KOTA SAMARINDA)” BELUM PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN
TINGGI
ATAU
LEMBAGA
LAIN
MANAPUN.
SAYA
JUGA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH INI.
Bogor, Juni 2011
Hardiyanti Dharma Pertiwi NRP. I34070094
viii RIWAYAT HIDUP Nama penulis Hardiyanti Dharma Pertiwi, biasa dipanggil Adis dikalangan keluarga dan teman-teman di dekat Penulis. Penulis lahir di Samarinda, 30 Mei 1990. Penulis dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Ayahanda penulis bernama Drs. H. Agus Sofian dan Ibunda penulis bernama Hj. Hayati Marhamah, SE. MM. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dengan memiliki 2 orang saudara, satu orang kakak yang bernama Karina Ansi Hanani, SE dan adik yang terkecil bernama Annisa Rahma Utari. Penulis bersekolah di TK Aisyah pada tahun 1994-1995 di Samarinda, dilanjutkan Sekolah Dasar 008 pada tahun 1995-2001 di Samarinda, penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama 3 pada tahun 2001-2004 di Samarinda, penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas 4 pada tahun 2004-2007 Samarinda, setelah menyelesaikan menengah atas penulis melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007sekarang, diterima di IPB dengan menggunakan Jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD), dengan mengambil Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Selama menjadi mahasiswi penulis aktif mengikuti kegiatan Himpunan Mahasiswa (Himpro). Penulis menjadi anggota Himpunan Peminat ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) pada tahun pertama menjadi anggota Divisi Public Relation, pada tahun kedua penulis menjadi Bendahara HIMASIERA. Selama menjadi pengurus HIMASIERA penulis aktif menjadi panitia di segala kegiatan HIMASIERA baik itu menjadi Ketua Kegiatan sampai menjadi anggota divisi kegiatan. Selain aktif dikegiatan Himpro penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen Mata kuliah Komunikasi Bisnis. Penulis pernah mengikuti kegiatan Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang mandapat pembiayaan dari Dikti dalam bidang kewirausahaan selain mengikuti kegiatan pada tingkat nasional penulis juga mengikuti kegiatan Internasional yaitu kegiatan Aceh Development Internasional Conference yang di adakan di Kuala Lumpur, Malaysia, dengan mempersentasikan makalah bersama teman-teman penulis.
ix KATA PENGANTAR Alhamdulillah mari kita panjatkan puji syukur atas berkah dan nikmat yang diberikan oleh yang maha kuasa, diberikanya limpahan rahmat dan karunia maka penulisan skripsi yang berjudul “Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Terhadap Aspek Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat Di Era Otonomi Daerah” telah selesai. Proposal skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat pengambilan data lapangan dan skripsi pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.. Dampak keberadaan perusahaan pertambangan ini bukan hanya memberikan kontribusi yang positif untuk pemerintah daerah akan tetapi keberadaan perusahaan pertambangan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap masyarakat di sekitar beroperasinya perusahaan pertambangan. Selain pemerintah daerah yang dapat merasakan hal ini, masyarakat lokal pun bisa merasakan, dari bertambahnya pendapatan masyarakat lokal, memberikan peluang untuk berusaha, memberikan peluang untuk lapangan pekerjaan pada sektor pertambangan, yang mana hal-hal tersebut dapat mensejahterakan masyarakat lokal. Oleh karena itu, diperlukannya sinergi antara pemerintah daerah dan pihak perusahaan dalam mensejahterakan masyarakat lokal. Mudah-mudahan skripsi ini dapat berguna untuk memberikan tambahan informasi dan pengetahuan bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Diperlukan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan karya ini.
Bogor, Juni 2011
Penulis
x PRAKATA Dengan memanjatkan puji syukur atas berkah dan nikmat yang diberikan oleh yang maha kuasa, diberikanya limpahan rahmat dan karunia maka penulisan skripsi penulis yang berjudul “Pengelolaan Sumberdaya alam di Era Otonomi Daerah” telah selesai, tidak lupa penulis ucapakan terima kasih kepeda: 1. Kepada Allah SWT, yang telah memberikan berkah dan nikmatnya kesehatan, materi dan pikiran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA yang telah banyak membantu, membimbing dengan sabar dan memberikan banyak ilmu dan pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan studi pustaka ini dan juga memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Ir. Ekawati S. Wahyuni, MS dan Bapak Sfyan Sjaf, Msi sebagai penguji dalam sidang skripsi yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis. 4. Papah penulis tersayang Drs. H. Agus Sofian, dan Mamah penulis Tersayang HJ. Hayati Marhamah, SE. MM yang telah banyak melimpahkan doa, waktu, perhatian dan kasih sayang serta motivasi kepada penulis dalam dalam menyelesaikan studi pustaka ini. 5. Kakak penulis Karina Ansi Hanani, SE dan Adik penulis Annisa Rahma Utari yang telah membuat hari-hari penulis menjadi semangat, telah berbagi canda tawanya, dan kasih sayangnya kepada penulis. 6. Sahabat-sahabatku tercinta Geidy Tiara Ariendi, Isma Rosyida, Mery Purnamasarie, Lisbeth Juwita Girsang, Marika Veraria, Intan Yuliastry yang telah memberikan banyak kebahagian, mengajari penulis menghargai arti kehidupan, membuat hari-hari penulis sangat berwarna, memberikan canda tawa, melewati hari-hari bersama senang-sedih serta memberikan kasih sayang dan semangat kepada penulis. 7. Kepada
Teman-teman
kostan
Retno,
Nurhidayah
Ningsih,
Maeda
Niella,
Kusumawaradani, Denty Utami, Risna Astuti, Mia, Nunu, Kenia Yolanda Sari dan Yuni yang telah memberikan perhatian, kasih sayang dan semangat kepada penulis dalam penyusunan studi pustaka ini. 8. Kepada sahabat penulis Crishtin Natalia Wati dan Devi Agustria yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. 9. Kepada Teuku Irwan Satria yang selalu mengingatkan penulis dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
xi 10. Kepada Kak Bayu Eka Yulian, Om Anwar, Tante Lili, Om Fikri yang membantu dan mengerahkan penulis dalam pemilihan judul studi pustaka ini. 11. Kepada Om Faisal, Teteh Sri dan Om Arul yang telah menemani dan memberikan semangat selama penelitian. 12. Pak Saupani sebagai ketua Kelurahan Sempaja Utara, pak RT 26 dan 28 yang banyak membatu dalam penelitian ini. 13. Kepada teman-teman KPM 44 temen seperjungan yang telah menemani penulis kurang lebih empat tahun, saling berbagi suka duka serta memberikan semangat kepada penulis. 14. Kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
Bogor, Juni 2011
Penulis
xii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL .............................................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1 1.2 Masalah Penelitian ......................................................................................................4 1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................5 1.4 Kegunaan Penelitian....................................................................................................6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS...................................................................................7 2.1 Tinjauan Pustaka .........................................................................................................7 2.1.1 Perkembangan Batubara di Era Otonomi Daerah .............................................7 2.1.2 Dampak Pada Aspek Sosial dan Ekonomi......................................................10 2.1.3 Dampak Pada Aspek Ekologi ........................................................................13 2.1.4 Pengertian Sikap............................................................................................15 2.2 Kerangka Pemikiran ..................................................................................................18 2.3 Hipotesa Penelitian....................................................................................................20 2.3.1 Hipotesis Uji .................................................................................................20 2.3.2 Hipotesis Pengarah ........................................................................................20 2.4 Definisi Operasional..................................................................................................21 BAB III METODE PENELITAN .....................................................................................25 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................................25 3.2 Pendekatan Penelitian................................................................................................26 3.3 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data .................................................................26 3.4 Teknik Pemilihan Responden dan Informan ..............................................................27 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data........................................................................28 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI..........................................................................29 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan ................................................................29 4.2 Kepadatan Penduduk Kelurahan Sempaja Utara ........................................................30 4.3 Infrastruktur Kelurahan Sempaja Utara......................................................................31 4.4 Potensi Lokal Kelurahan Sempaja Utara....................................................................32 BAB V GAMBARAN UMUM PERTAMBANGAN BATUBARA DI KOTA SAMARINDA ......................................................................................................34 5.1 Perkembangan Pertambangan Batubara Kota Samarinda di Era Otonomi Daerah ...34 5.2 Gambaran Kegiatan Penambangan Batubara di Kelurahan Sempaja Utara .................35
xiii BAB VI DAMPAK KEBERADAAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN PADA ASPEK SOSIAL-EKONOMI..............................................................................38 6.1 Dampak Secara Makro ..............................................................................................38 6.2 Dampak Secara Mikro ...............................................................................................40 6.2.1 Peluang Kerja Pada Sektor Pertambangan .....................................................41 6.2.2 Peluang Berusaha ..........................................................................................43 6.2.3 Tingkat Pendapatan Masyarakat ...................................................................45 6.2.4 Migrasi Masuk ............................................................................................47 BAB VII DAMPAK KEBERADAAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN PADA ASPEK EKOLOGI ..............................................................................................50 7.1 Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Lingkungan Menurut Sikap Masyaraka 51 7.1.1 Kerusakan Jalan ............................................................................................53 7.1.2 Polusi Udara.................................................................................................53 7.1.3 Banjir ............................................................................................................54 BAB VIII SIKAP MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK KEBERADAAN PERTAMBANGAN BATUBARA.......................................................................58 8.1 Karekteristik Responden ...........................................................................................58 8.2 Sikap Masyarakat Terhadap Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara............60 8.2.1 Hubungan antara Umur Individu dengan Sikap Terhadap Dampak SosialEkonomi dan Ekologi. ................................................................................62 8.2.3 Hubungan antara Tingkat Pendapatan Masyarakat dengan Sikap Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dan Ekologi.........................................................69 8.2.4 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Individu dengan Sikap Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dan Ekologi.........................................................72 BAB IX PENUTUP ...........................................................................................................76 9.1 Kesimpulan ...............................................................................................................76 9.2 Saran ........................ .................................................................................................78 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................79
xiv DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18.
Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25. Tabel 26.
Luas Lahan Menurut Legilitas Pertanahan di Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2010 ................................................................................................................ 29 Luas Lahan Menurut Pemanfaatannya di Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2010 ............................................................................................................... 30 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2010 .................................................................................................... 30 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2011 ........... 31 Sarana Pendidikan di Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2010 ...................... 32 Luas Tanah Pada Sektor Pertanian di Kelurahan Sempaja Utara.................. 33 Pertumbuhan Penerimaan Pertambangan Umum Kota Samarinda Tahun 20052009 ................................................................................................................ 40 Persentase Sikap Responden Kelurahan Sempaja Utara Terhadap Peluang Kerja pada Sektor Pertambangan .................................................................. 43 Persentase Sikap Responden Kelurahan Sempaja Utara Terhadap Peluang Usaha............................................................................................................... 44 Persentase Sikap Responden Kelurahan Sempaja Utara Terhadap Migrasi Masuk............................................................................................................. 47 Persentase Sikap Responden Kelurahan Sempaja Utara Terhadap Konflik Sosial antara Masyarakat Lokal dan Masyarakat Pendatang ......................... 49 Persentase Sikap Responden Kelurahan Sempaja Utara Terhadap Kerusakan Lingkungan Hidup ........................................................................................ 52 Tingkatan Umur Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 58 Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 58 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan .......................................... 59 Tingkat Pendapatan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 60 Persentase Sikap Responden Kelurahan Sempaja Utara Terhadap Aspek Ekologi, Sosial dan Ekonomi.......................................................................... 61 Hasil Uji SPSS Rank Spearman Hubungan antara Karekteristik Individu Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dan Ekologi dari Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara ................................. 62 Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Ekologi Berdasarkan Umur.. 62 Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Sosial dan Ekonomi Berdasarkan Umur .......................................................................................... 64 Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Ekologi Berdasarkan Jumlah Tanggungan ................................................................................................... 66 Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Sosial dan ekonomi Berdasarkan Jumlah Tanggungan .................................................................. 68 Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Ekologi Berdasarkan Tingkat Pendapatan ...................................................................................................... 69 Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Sosial dan Ekonomi Berdasarkan Tingkat Pendapatan .................................................................. 71 Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Ekologi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..................................................................................................... 73 Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Sosial dan Ekonomi Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................................................................... 74
xv DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Kerangka Pemikiran Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Terhadap Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Era Otonomi Dearah............................................................................................................. 19
xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7.
Peta Penelitian Kota Samarinda .................................................................... 82 Hasi Uji SPSS dengan Rank Spearman .......................................................... 83 Dokumentasi Penelitian ................................................................................. 87 Jadwal Penelitian ........................................................................................... 89 Kuesioner ..................................................................................................... 90 Pedoman Wawancara .................................................................................... 96 Peta Lokasi Pertambangan Batubara ............................................................. 99
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pengelolaan sumberdaya alam menjadi semakin penting karena adanya unsur penyerahan kewenangan kepada otoritas daerah. Kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa daerah berdasarakan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku.
Terkait
dengan
penyelanggaran otonomi daerah, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan di otonomi daerah, pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola sumberdaya alam termasuk yang berada di wilayahnya (Pasal 17 ayat 2),
seperti halnya sumberdaya alam
pertambangan. Pertambangan mineral dan batubara merupakan kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui dan mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak, karena itu pengelolaanya harus dikuasi oleh negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan (UU No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara). Kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara, merupakan kegiatan usaha pertambangan yang mempunyai peranan penting dalam memberikan nilai tambah ekonomi secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan secara berkelanjutan. Di Indonesia, sumberdaya pertambangan merupakan salah satu industri ekstraktif yang menyumbangkan devisa negara terbesar yakni 36 persen pada tahun 2008 (Kementrian ESDM, 2009). Dalam rangka penyelenggaran otonomi daerah, pengelolaan sumberdaya alam pertambangan dilakukan oleh Pemerintah Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang memberikan kesempatan dan pemberian izin usaha kepada badan usaha yang berbadan hukum Indonesia, koperasi, perseorangan, maupun masyarakat untuk melakukan penguasaan mineral dan batubara. Pemberian izin kepada pihak perusahaan tersebut tidaklah mudah, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan disepakati secara bersama
2
oleh pihak perusahaan dan pihak Pemerintah Daerah, baik itu Walikota/Bupati, seperti yang dijelaskan pada UU. No. 4 Tahun 2009 pada bab VIII. Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi sektor pertambangan adalah Kalimantan Timur, khususnya pertambangan batubara. Hal ini terlihat dari jumlah izin usaha pertambangan batubara di Kalimantan Timur, yakni sebanyak 1.212 kuasa pertambangan yang diterbitkan pemerintah kabupaten/kota dan 32 izin dari pemerintah pusat. Salah satu kota di Kalimantan Timur yaitu di Kota Samarinda, dikenal dengan sebutan kota tambang karena hampir 38.814 Hektar (54 persen) dari total 71.823 Hektar luas Kota Samarinda merupakan areal tambang batubara. Bahkan di Kota Samarinda telah terbit 59 KP (Kuasa Pertambangan) yang mendapat izin dari walikota Samarinda dan 5 PKP2B2 (Perusahaan Pemegang Perjanjian Karya Perjanjian Usaha Pertambangan) dengan izin pemerintah pusat1. Keberdaaan perusahaan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap pendapatan daerah Kota Samarinda. Tingginya pemasukan daerah dari sumberdaya alam pertambangan batubara, hal tersebut dikarenakan adanya pelimpahan kewenangan dalam pengelolaan sumberdaya alam seperti halnya kewenangan dalam pemberiaan perizinan dalam pemanfaatan, pembiyaan, serta potensi sumberdaya alam yang besar di Kota Samarinda yang mendukung peningkatan pendapatan tersebut serta keberadaan perusahaan pertambangan batubara. Sebelum otonomi daerah, sumber dana perimbangan khususnya dana sumberdaya alam yang merupakan tanggung jawab pemerintah pusat (sentralistik), akan tetapi dengan diimplementasikanya otonomi daerah saat ini dana perimbangan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Kecamatan Samarinda Utara, Kelurahan Sempaja Utara, merupakan salah satu kawasan pertambangan di Kalimantan Timur, yang memiliki beberapa perusahaan pertambangan batubara, baik skala besar maupun skala kecil. Keberadan perusahaan itu bukan hanya memberikan kontribusi pada pemerintah daerah secara keseluruhan seperti pada peningkatan pendapatan daerah, tetapi juga secara langsung dapat menyentuh masyarakat sekitar melalui keberadaan dan 1
http://www.kompas.com, [dinduh tanggal 31 Januari 2011]
3
kegiatan operasinya. Keberadaan perusahaan pertambangan batubara tersebut dapat memberikan kontribusi baik itu positif maupun negatif terhadap masyarakat sekitar perusahaan. Masuknya perusahaan pertambangan batubara di Kecamatan Samarinda Utara, Kelurahan Sempaja Utara diduga akan membawa pengaruh, baik itu besar maupun kecil terhadap kehidupan masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan pertambangan. Seperti yang telah dipaparkan pada UU No. 4 tahun 2009, usaha pertambangan harus dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang sebesarbesarnya
bagi
kesejahteraan
rakyat
Indonesia.
Keberadaan
perusahaan
berpengaruh pada berbagai aspek dalam kehidupan manusia, diantaranya aspek ekologi, aspek sosial dan aspek ekonomi. Dampak pada aspek ekologi dapat dilihat dari fenomena terjadinya pembabatan hutan, yang mana lahannya akan digunakan untuk areal pertambangan, sehingga pada akhirnya dapat menganggu eksistensi ekosistem yang ada. Dampak akitivitas dari perusahaan pertambangan tersebut pada akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air akibat dari terkontaminasinya air bersih dengan limbah sisa aktivitas perusahaan yang dapat berimplikasi terhadap sulit mendapatkan air bersih. Selain dapat mencemari air, aktivitas perusahaan juga dapat mencemari udara. Aktivitas perusahaan pertambangan diketahui memberikan dampak yang negatif terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup, Keberadaan perusahaan pertambangan batubara juga berpengaruh terhadap aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Seperti halnya dalam penyerapan tenaga kerja, berdirinya perusahaan akan dapat menyerap tenaga kerja pada sektor pertambangan dari masyarakat sekitar, dapat memberikan peluang berusaha bagi masyarakat, sehingga mendorong peningkatan pendapatan masyarakat yang akan berimplikasi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan perusahaan tersebut dapat memicu terjadinya mobilitas penduduk yaitu terdapat penduduk pendatang ke daerah sekitar perusahaan pertambangan batubara. Keberadaan penduduk pendatang akan berpengaruh terhadap tingkat interaksi antara penduduk lokal dan penduduk pendatang serta terdapatnya persaingan yang dapat juga memicu konflik antara dua kelompok masyarakat. Menurut beberapa literatur dan data-data menunjukan bahwa pertambangan batubara memberikan dampak positif, seperti halnya pada penelitian Retna (2003)
4
perusahaan pertambangan batubara khususnya di Kabupaten Banjar adalah kegiatan perusahaan pertambangan batubara menambah usaha dan memberikan lapangan kerja pada masyarakat sehingga meningkatkan pendapat bagi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertambangan. Akan tetapi ada pula yang meragukan hal tersebut, seperti halnya Ismono (2010)2 yang menyatakan bahwa aktivitas pertambangan, terutama batu bara di Kalimantan Timur selama ini harusnya benar-benar bisa mensejahterakan rakyat, jangan sampai malah membuat masyarakat sengsara. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak yang mengaku sangat prihatin dengan kenyataan di lapangan saat ini. Betapa banyak perusahaan tambang dan lokasi yang dieksploitasi untuk pertambangan, tetapi ternyata tak membawa dampak apapun bagi masyarakat sekitar. Jangankan untuk membuat masyarakat sejahtera, untuk membuat masyarakat nyaman dalam beraktivitas saja tak mampu. Terdapatnya dua pandangan yang berbeda di atas dalam melihat dampak keberadan perusahaan pertambangan terhadap masyarakat. Dari uraian di atas lah, yang menjadi latar belakang pentingnya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana dampak keberadaan perusahaan pertambangan terhadap aspek ekologis, sosial dan ekonomi masyarakat sekitar perusahaan pertambangan batubara di era otonomi daerah pada
Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan
Samarinda Utara. 1.2 Masalah Penelitian Berdirinya perusahaan pertambangan batubara dapat memberikan dampak positif maupun negatif terhadap aspek ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan. Menurut beberapa literatur dengan pandanganpandangan yang berbeda, keberadaan perusahaan memberikan dampak yang positif, seperti pada penelitian Retna (2003), dimana perusahaan pertambangan batubara, khususnya di Kabupaten Banjar merupakan perusahaan pertambangan batubara yang menerapkan strategi pengembangan usaha dan memberikan lapangan kerja pada masyarakat lokal sehingga meningkatkan pendapat bagi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertambangan. Akan tetapi Ismono 2
Ismono. 2010. [internet]. [diunduh pada tanggal 31 Januari 2011] Diunduh dari http://TambangHarus.Mensejahterakan.Rakyat.html
5
(2010)
menyatakan
keberadaan
perusahaan
pertambangan
belum
tentu
memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat. Jangankan untuk membuat masyarakat sejahtera dan nyaman, dalam beraktivitas saja tak mampu. Kelurahan Sempaja Utara merupakan salah satu kawasan yang banyak terdapat perusahaan pertambangan, baik itu perusahaan skala besar maupun perusahaan skala kecil. Akan tetapi dalam kegiatannya, masyarakat lokal belum begitu terlibat, oleh sebab itu penelitian ini ingin melihat bagaimana dampaknya terhadap masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan pertambangan batubara. Selain itu juga penelitian ini ingin mengetahui bagaimana sikap masyarakat terhadap dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara pada aspek ekologi, sosial dan ekonomi.Berdasarkan uraian permasalahan di atas, dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimana dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap sosial-ekonomi masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan di Kelurahan Sempaja Utara? 2. Bagaimana dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap aspek ekologi di sekitar beroperasinya perusahaan di Kelurahan Sempaja Utara ? 3. Bagaimana
sikap
masyarakat
terhadap
keberadaan
perusahaan
pertambangan batubara pada aspek ekologi, sosial dan ekonomi di Kelurahan Sempaja Utara ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Menganalisis dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap aspek sosial-ekonomi masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan di Kelurahan Sempaja Utara, 2. Menganalisis dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap aspek ekologi sekitar beroperasinya perusahaan di Kelurahan Sempaja Utara, 3. Menganalisis bagaimana sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan batubara pada aspek ekologi, sosial dan ekonomi di Kelurahan Sempaja Utara
6
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat untuk mahasiswa selaku pengamat dan akademisi, masyarakat dan pemerintah. Adapun manfaat yang dapat diperoleh yaitu: 1. Bagi Mahasiswa Penelitian ini memberikan tambahan hazanah pengetahuan kepada mahasiswa mengenai dampak yang ditimbulkan baik itu positif maupun negatif oleh keberadaan perusahaan pertambangan batubara dan membuka realitas pikiran bagi mahasiswa dalam menanggapi permasalahan 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini membantu kepada masyarakat khususnya masyarakat di sekitar
beroperasinya
perusahaan
pertambangan
batubara
untuk
mengetahui dampak-dampak apa yang ditimbulkan dari keberadaan perusahaan tersebut terhadap aspek ekologis, sosial-ekonomi masyarakat dan membantu masyarakat dalam menyikapi dampak tersebut 3. Bagi Pemerintah dan Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pemberian izin lokasi usaha pertambangan yang dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap kelangsungan hidup masyarakat dan pemerintah memperhatikan kepentingan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. Kepada perusahaan agar lebih respect terhadap masyarakat dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat.
7
BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Batubara di Era Otonomi Daerah Berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004, tujuan utama dari kebijakan otonomi daerah adalah memberikan peluang dan ruang kepada pemerintah daerah agar dapat mengurus dan menangani secara mandiri permasalahan serta kebutuhan daerah mereka. Pemerintah pusat diharapkan lebih mampu memfokuskan dan berkonsentrasi pada perkembangan global dan makro. Dalam rangka menghadapi perkembangan keadaan ini, baik di dalam maupun di luar negeri, serta tantangan persaingan global, pemerintah memandang adanya urgensi untuk menyelenggarakan otonomi daerah, yakni dengan memberikan kewenangan kepada daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab. Penyelenggaran otonomi daerah ini diarahkan untuk memberikan kewenangan kepada daerah terkait dengan penyelenggaran rumah tangganya sendiri secara proposional, yang diwujudkan melalui pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional, serta pertimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masayarakat, pemerataan dan keadilan serta potensi dan keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rasyid
(2007)
menyatakan
bahwa
otonomi
daerah
memberikan
kewenangan itu didesentralisasikan ke daerah. Artinya, pemerintah dan masyarakat di daerah dipersilahkan mengurus rumah tangganya sendiri secara bertanggung jawab berdasarakan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemerintah pusat dalam konteks desentralisasi ini berperan sebagai supervisor yang memantau, mengawasi dan mengevaluasi jalanya pelaksanaan otonomi daerah. Peran ini dinilai tidak ringan, tetapi juga tidak membebani daerah secara berlebihan. Oleh karena itu, dalam rangka otonomi daerah diperlukanya kombinasi yang efektif antara visi yang jelas serta kepemimpinan yang kuat dari pemerintah pusat, dengan keleluasaan berakarsa dan berkreasi dari pemerintah daerah.
8
Dalam kaitan dengan penyelanggaran otonomi daerah, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah juga memberikan kewenangan kepada Pemda untuk mengelola sumberdaya alam yang berada di wilayahanya seperti tertuang pada pasal 17(2). Susanto (2002) berpandangan bahwa pengaruh otonomi daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam memiliki peranan yang sangat penting, dimana adanya kebijakan desentralisasi ini memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk dapat mengatur jalanya sistem pemerintahan daerah dengan bersandarkan kepada peraturan-peraturan yang berlaku dan tentunya kewenagan tersebut masih dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia. Diberikannya kewenangan tersebut, pemerintah daerah dapat menumbuhkan rasa kreatifitas dalam berbagai hal yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah yang tepat guna dalam mencapai kepentingan bersama. Peran Pemerintah Daerah (Pemda) dalam era Otonomi daerah menjadi domian, dimana adanya pemberian kewenangan kepada Pemda untuk mengatur dan mengelola sendiri urusan rumah tangganya. Digulirkanya otonomi daerah ini memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada Pemda dalam mengelola dan mengatur sumberdaya alam yang dimiliki, seperti halnya sumberdaya alam pertambangan batubara. Peran pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam pertambangan batubara di era otonomi daerah ini yaitu memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang ingin mengelola sumberdaya alam pertambangan
batubara.
Pemerintah
daerah
memberikan
Izin
Usaha
Pertambangan (IUP) kepada pihak-pihak yang terkait dalam hal ini adalah baik pihak swasta maupun BUMN. Peranan pemerintah daerah di era desentralisasi ini hanya sebatas pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP), akan tetapi semua aturan-aturan dalam prosedural masih diatur oleh pemerintah pusat. Pertambangan batubara Indonesia umumnya berumur tersier yaitu batubara omblilin dan Mahakam dari tersier bawah, Bukit Asam dari tersier atas. Semua lapisan batubara itu telah terlipat, umumnya lemah dan membentuk sebuah silkin yang menunjam ke arah Tenggara. Pertambangan batubara yang pertama di Indonesia dimulai pada tahun 1849 di Pengaron, Kalimantan Timur. Oleh sebuah perusahaan swasta N.V. Oost Borneo Maatschapplj yang memulai kegiatanya pada tahun 1888 di Pelarang, menjelang perang dunia pertama, ada beberapa
9
perusahaan kecil yang bekerja di Kalimantan Timur (Pertambangan Indonesia. 1977. Departemen Pertambangan dan Energi RI). Setelah itu penambangan batubara pertama di Sumatera dan dilakukan secara besar-besaran yakni pada tahun 1880 yang dihasilkan dari lapangan Sungai Durian, Sumatera Barat. Karena waktu itu terjadi kesulitan angkutan, maka penambangan itu gagal (Sanusi, 1991). Batubara merupakan salah satu sumberdaya alam tidak dapat diperbarui yang terbuat dari endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan yang dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan yang tinggi selama ratusan tahun sehingga berubah menjadi tumbuhan lapuk yang memfossil (mengeras) dan terbentuk batuan yang mengandung karbon dan unsur lainya. Batubara merupakan salah satu sumberdaya alam mineral yang penting di Indonesia dan termasuk dalam golongan bahan tambang mineral organik yang dieksploitasi untuk sumber energi dalam negeri dan ekspor. Menurut Djajadiningrat (1999) dalam Retna (2003), dengan terpuruknya sektor industri khususnya manufaktur, maka pembangunan Indonesia pasca reformasi akan bertumpu pada sumberdaya alam yang masih dimiliki sektor pertambangan dan energi, oleh sebab itu menjadi penting untuk disadari keberlanjutan dalam pemanfaatan
sumber
daya
pertambagan
batubara
dalam
pelaksanaan
pembangunan yang berkelanjutan. Perusahaan pertambangan batubara tergolong salah satu industri sektor ekstraktif, merupakan industri dengan tingkat resiko tinggi, modal besar dan sifat eksplorasi yang tidak pasti.
Tidak pasti dalam arti bahwa tempat yang
dieksplorasi belum tentu mengandung materi seperti yang diprediksikan sebelumnya. Sifat industri yang mengambil sumberdaya alam-tak terbaharukanserta paparan dampak yang cukup besar, juga menyebabkan pengelolaan bisnis ini tidak mudah dan memerlukan penanganan yang serius.3 Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam pertambangan (bahan Galian) yang terdapat di dalam bumi Indonesia. Usaha pertambangan meliputi pertambangan umum dan pertambangan minyak dan gas bumi. 3
www.csrreview-online.com, [diunduh tanggal 1 Desember 2010]
10
Peranan batubara yang cukup besar bagi penyediaan sumber energi nasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penghasilan devisa negara, maka industri pertambangan batubara di Indonesia diperkirakan akan terus berkembang. Perkembanganya selalu dibarengi dengan masalah lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat. Sebab kegiatan penambangan batubara berpotensi mencemari lingkungan dan sering aspirasi/kepentingan masyarakat sekitar penambangan kurang diperhatikan oleh penabang maupun pemerintah. Akibatnya masyarakat penambang sering merasa dirugikan atas dampaknya terhadap kehidupan mereka (Suyartono, 2001). Salah satu daerah penghasil batubara adalah Kota Samarinda. Kota Samarinda yang terletak di daerah katulistiwa. Dengan kondisi topografi yang datar dan berbukit antara 10-200 meter di atas permukaan laut. Dengan luas wilayah 718 Km². Kota Samarinda berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara disebelah barat, timur, selatan dan utara yang merupakan penghasil batubara terbesar kedua di Kalimantan Timur. Pada dasawarsa tahun 2000-an, perkembangan peningkatan produksi batubara di Kota Samarinda semakin meningkat. Samarinda juga dikenal dengan sebutan kota tambang, karena hampir 38.814 hektar (54%) dari total 71.823 hektar luas Kota Samarinda merupakan areal tambang batubara. Bahkan sekarang kegiatan pertambangan ini telah merambah kawasan lindung maupun perkotaan. Hal ini diketahui setelah adanya bukti-bukti bahwa kawasan hutan raya bukit Suharto telah dirambah pertambangan batubara dan penambangan illegal yang dikenal dengan batubara karungan yang banyak terdapat di kawasan perumahan-perumahan penduduk di Kota Samarinda makin memperparah kondisi lingkungan kota Samarinda4. 2.1.2 Dampak Pada Aspek Sosial dan Ekonomi Kehadiran suatu perusahaan pertambangan diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya terdapat pembangunan tapi juga terhadap masyarakat yang berada di sekitar lokasi pertambang. Kegiatan perusahaan pertambangan batubara ini berpotensi menimbulkan dampak yang bersifat postif maupun negatif terhadap aspek ekologi (lingkungan alam) dan aspek sosial dan ekonomi. Retna (2003), menyatakan bahwa adanya aktivitas masyarakat di lokasi pertambangan batubara 4
http://pertmbangandisamarindaPengelolaanTambangBatubaraBerkelanjutan.htm, [diunduh tanggal 31 Januari 2010]
11
sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan hidup masyarakat yang terlibat
dalam
kegiatan
pertambangan.
Terdapat
perbedaan
pendapatan
masyarakat lingkar pertambangan sebelum dan sesudah adanya kegiatan penambangan batubara, terjadi karena adanya penurunan jumlah pendapatan masyarakat yang bersumber dari usaha pertanian (on farm) dan kenaikan pendapatan masyarakat yang bersumber dari luar usaha pertanian (off farm) setelah adanya kegiatan penambangan batubara. Sejak beradanya perusahaan pertambangan, pendapatan masyarakat dari kegiatan pertanian lebih kecil dari sebelum ada kegiatan penambangan batubara, hal ini diduga akibat terjadinya penurunan kualitas sumber daya lahan pertanian/perkebunan dan kenaikan pendapatan
dari
luar
usaha
pertanian/perkebunan.
Pekerjaan
diluar
pertanian/perkebunan disini adalah masyarakat menjadi buruh perusahaan, pedagang, tukang, pekerja jasa/angkutan dan pegawai. Sedik (1996) menyatakan bahwa keberadaan perusahaan pertambangan secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pola mata pencaharian masyarakat sekitar, seperti halnya pada keluarga Amungme dan Kamoro yang hidup di daerah terpencil di sekitar pertambangan PT. Freeport. Kehadiran industri pertambangan PT. Freeport merubah pola mata pencaharian masyarakat yang dari dulu mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan menggantungkan kepada alam dan cara-cara tradisional, akan tetapi kehadiran Freeport membuat masyarakat, mencoba memasuki sektor baru menjadi buruh perusahaan walaupun tidak didukung dengan keterampilan dan pengetahuan yang tinggi. Menurut
Retna
(2003)
salah
satu
faktor
yang
menyebabkan
berkembangnaya perusahaan pertambangan batubara khususnya di Kabupaten Banjar adalah kegiatan perusahaan pertambangan batubara ini menambah usaha dan memberika lapangan kerja pada masyarakat sehingga meningkatkan pendapat bagi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertambangan. Hal ini sejalan dengan meningkatnya perubahan hutan menjadi areal pertambangan dan lahan pertanian/perkebunan menyebabkan masyarakat untuk berpindah pola mata pencaharian di luar sektor pertanian/perkebuan. Dampak sosial dan ekonomi bukan hanya dihasilkan oleh kegiatan industri pertambangan batubara di suatu wilayah, akan tetapi hal serupa juga terlihat pada
12
sektor kehutanan. Penelitian CIFOR tahun 2005 menunjukan bahwa pada sektor kehutanan, dalam pelaksanan Izin Pemungutan dan Pemanfaatan Kayu (IPPK), masyarakat sekitar hutan mempunyai peluang lebih besar untuk memperoleh manfaat hasil hutan. Akan tetapi masyarakat tidak memiliki koneksi dan pengalaman dalam pengelolaan. Masyarakat menyerahkan peromohonan izin tersebut terhadap para investor. Umumnya masyarakat memperoleh bagian keuntungan dari hasil kayu tebangan IPPK. Bentuknya adalah berupa uang tunai atau lebih dikenal dengan uang fee, bantuan sosial pembangunan desa, bantuan kesejahteraan dan bantuan fisik. Pola distribusi fee dibagikan secara merata berdasarkan perorangan, sehingga bayi sudah dianggap mendapat jatah pembangian sendiri. Keberadaan perusahaan dan adanya distribusi IPPK dari pemerintah berdasarkan peraturan daerah kepada masyarakat dapat meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya di sekitar hutan. Masuknya sebuah industri dalam suatu wilayah dapat berpengaruh terhadap pergerakan penduduk, seperti halnya dapat memicu terjadi migrasi penduduk. Dijelaskan oleh Rusli (1995) migrasi adalah suatu bentuk gerak penduduk geografis, spasial atau teritorial antara unit-unit geografis yang melibatkan perubahan tempat tinggal yaitu dari tempat asal ke tempat tujuan. Seseorang melakukan migrasi apabila ia melakukan pindah tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen dengan menenmpuh jarak minimal tertentu atau pindah dari satu geografis ke geografis lainya. Secara umum terdapat dua jenis migrasi yatu migrasi internal dan migrasi internasional. Banyak faktor melatar belakangi seseorang melakukan migrasi seperti halnya adalah dalam memperoleh pekerjaan. Migrasi penduduk bukan hanya terjadi pada industri pertambangan batubara, akan tetapi juga dapat terjadi pada saat masuknya industri-industri lain yang dapat memicu terjadinya migrasi penduduk, seperti halnya pada perkebunan kelapa sawit. Penelitian Yulianto (2010) mengungkapkan semenjak masuknya industri perkebunan kelapa sawit penduduk Desa Semuntai cenderug terus bertambah. Peningkatan jumlah penduduk yang sangat signifikan ini menurut warga disebabkan banyaknya para warga pendatang yang mengadu nasib menjadi karyawan atau mencoba menjadi petani perkebunan sawit di Desa Semuntai. Laju pertumbuhan itu juga diikuti juga oleh bertambahnya beragam etnis dengan latar
13
belakang kepercayaan dan budaya yang heterogen dan kini menempati Desa Semuntai. Terlihat dari jumlah penduduk berkisar 500 jiwa dengan latar belakang etnis yang homogen, saat industri perkebunan kelapa sawit berdiri jumlah penduduk sekitar 1500 jiwa dan setelah industri perkebunan sawit berkembang sampai saat ini berjumlah 3.891 penduduk Desa Semuntai. Keberadaan perusahaan tersebut merupakan faktor pemicu terjadinya migrasi. 2.1.3 Dampak Pada Aspek Ekologi Ekologi didefinisikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal-balik antara mahluk hidup dengan lingkunganya. Dalam menghindari timbulnya dampak lingkungan yang negatif maka perlu disiapkan rencana pengedalian dampak negatif yang akan terjadi. Merencanakan pengendalian dampak negatif, tentu harus diketahui dampak negatif apa yang akan terjadi. Langkah ini disebut dengan pendugaan dampak lingkungan atau Enviromental Impact Assessment dan pendugaan ini merupakan salah satu proses Amdal (Kristanto, 2004). Kegiatan eksploitasian dan pemanfaatan berbagai bahan tambang secara besar-besaran
untuk
memenuhi
kebutuhan
manusia
tanpa
mekanisme
keseimbangan dalam pengeksploitasianya akan menyebabkan perubahanperubahan ekosistem dan gangguan terhadap sumberdaya alam. Kondisi ini menimbulkan masalah lingkungan yaitu menurunya kualitas lingkungan hidup, produktivitas dan keanekaragaan sumberdaya alam. Setiap kegiatan eksploitasi sumberdaya
alam
yang
tidak
memperhatikan
aspek
lingkungan
dapat
menimbulkan dampak negatif baik terhadap lingkungan itu sendiri maupun hajat hidup orang banyak (Retna, 2003). Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (UU Nomor 32 tahun 2009). Kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara paling parah diakibatkan oleh teknik penambangan open pit mining yaitu dengan menghilangkan vegetasi penutup tanah, mengupas lapisan atas tanah yang relatif subur. Teknik open pit mining ini biasanya digunakan ketika cadangan batubara relatif dekat dengan permukaan tanah dan biasa diterapkan oleh perusahaan yang relatif bermodal kecil sehingga hanya mampu menggunakan teknologi rendah yang bersifat tidak ramah lingkungan. Teknik ini sangat memungkinkan merusak
14
alam antara lain perubahan sifat tanah, munculnya lapisan bahan induk berproduktivistas rendah, lahan menjadi masam dan garam yang meracuni tanaman, dan terjadinya erosi dan sedimentasi.5 Hal diatas tersebut diperkuat pada penelitian Retna (2003) yang menyatakan bahwa pertambangan batubara menyebabkan kualitas sifat fisik dan kimia tanah akibat pengusapan tanah penutup (overburden) di lahan pasca tambang dan
di
lahan
pertanian/perkebunan
yang terpengaruh
tailing.
Penambangan batubara yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dapat menyebabkan berupa pembersihan lahan dan pengusapan lapisan atas tanah yang akan menyebabkan terancamnya daerah sekitarnya dari bahaya erosi dan tanah longsor sebagai akibat dari hilangnya vegetasi penutup tanah. Pada lahan pasca tambang batubara hingga tahun ke-10 setelah penambangan semua jenis tanaman sama sekali tidak bisa tumbuh, dan pada lahan pertanian/perkebunan yang terpengaruh tailing pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Hal ini menunjukan bahwa tailing (lahan pasca tambang) bukan media yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Setiawan (2010) menyatakan dampak lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan penambangan batubara semakin banyak meresahkan masyarakat Samarinda. Dampak lingkungan ini antara lain adalah erosi, banjir, pencemaran udara, air dan tanah. Indikator kerusakan lingkungan yang semakin parah tersebut bisa dilihat dari DAS Sungai Karang Mumus yang semakin berkurang kawasan hutannya akibat pembukaan pertambangan yang berakibat dampak dari erosi semakin tinggi mengakibatkan sungai karang mumus semakin dangkal sehingga daya tampung airnya pun semakin berkurang. Hampir kerap terjadi hujan dengan intensitas kecil-sedang bisa mengakibatkan beberapa daerah tergenang oleh banjir. Bahkan data selama tiga bulan terakhir saja sejak November dan Desember 2008 serta Januari 2009 Kota Samarinda lima kali didera banjir cukup besar menyebabkan puluhan ribu warga menjadi korban akibat rumahnya terendam air
5
http://Institute for Essential services reform.html, [diunduh tanggal 31 Januari
2011]
15
antara 30 cm sampai satu meter, padahal awal tahun 9 –2000, tiap tahun hanya 1 2x banjir melanda Kota Samarinda. Dampak perubahan iklim pun juga dirasakan pada saat ini, akibat konversi hutan menjadi pertambangan menjadikan suhu Kota Samarinda naik hampir 1,5 digit, Belum dampak turunan dari banjir dan perubahan iklim tersebut yaitu banyak penyakit-penyakit, seperti : Muntahber, ISPA, Kulit dan lain-lain yang semakin sering diderita warga Samarinda dan dampak yang dirasakan langsung oleh warga Samarinda akibat pertambangan batubara ialah dampak polusi udara dari kegiatan konstruksi dan operasi serta banyaknya truk-truk pengangkut batubara yang menggunakan jalan-jalan umum kota Samarinda, selain mengakibatkan polusi juga menimbulkan kerusakan jalan. Pada Propinsi Kalimantan Selatan, pengelolaan sumberdaya alam pertambangan yang masih cenderung eksploitatif juga berdampak pada kerusakan lingkungan. Hutan di Kalimantan Selatan misalnya, data WALHI Kalsel menunjukkan pada tahun 2001-2002 setiap harinya terjadi pengurangan luas hutan sebesar 140 Hektar. Untuk skala nasional, deforestasi hutan 2000-2005 misalnya, menurut FAO, mencapai 1,8 juta ha/tahun. Angka ini lebih rendah dari angka resmi Dephut yaitu 2,8 juta ha/tahun. Walaupun ada yang menilai kontroversial, data Greenpeace pada 2007 menunjukkan tingkat penghancuran hutan Indonesia, termasuk Kalimantan, setara dengan 51 Km2 setiap harinya. Pada gilirannya, berbagai akibat turunan dari semua inipun muncul seperti pencemaran sungai, terjadinya banjir dan gagal panen pada sektor pertanian6. 2.1.4 Pengertian Sikap Sarwono (1999) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kecenderungan merespon (secara positif atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2007) sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulasi atau objek (dalam hal ini dampak keberadaan perusahaan pertambangan). Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkahlaku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu 6
http://PENGELOLAANSUMBERDAYAALAMKALIMANTANSudewiWeblog .html. [diunduh tanggal 8 November 2010]
16
stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Psikolog sosial memandang sikap sebagai hal yang penting bukan hanya kerena sikap itu sulit untuk diubah, tetapi karena sikap sangat mempengaruhi pemikiran sosial individu meskipun sikap tidak selalu
direfleksikan dalam
tingkah laku yang tampak dan juga karena sikap seringkali mempengaruhi tingkah laku individu terutama terjadi saat sikap yang dimiliki kuat dan mantap (Baron, 2004). 2.1.4.1 Komponen sikap Azwar (2005) mengungkapkan bahwa sikap dibagi menjadi tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif, yaitu : a. Komponen kognitif, adalah komponen yang terdiri dari pengetahuan, yang menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. b. Komponen afektif adalah komponen yang berhubungan dengan perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. Kompoenen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang c. Komponen konatif, adalah komponen sikap yang berupa kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap. Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Berdasarkan
yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
sikap
adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku
17
terhadap suatu objek. Menurut Baroon (2004) sifat memiliki beberapa fungsi yang berguna yaitu : a. Sikap tampaknya beroperasi sebagai skema-kerangka kerja mental yang membatu kita untuk menginterpretasi dan memproses berbagai jenis informasi. Selain itu sikap mempengaruhi persepsi dan pemikiran kita terhadap isu, orang, objek atau kelompok yang kuat. b. Sikap memiliki fungsi harga diri (self-esteem function) yang membatu individu mempertahankan atau meningkatkan perasaan harga diri c. Sikap berfungsi sebagai motivasi untuk menimbulkan kekaguman atau motivasi impresi (impression motivation function) Wagito (2002) dalam Mulyandari (2006) mengatakan bahwa pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu: a. Faktor internal (individu itu sendiri), yaitu cara dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak. Faktor internal itu merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan. b. Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Faktorfaktor tersebut yaitu sifat objek yang dijadikan sasaran, kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang atau sekelompok orang yang mendukung sifat tersebut, media komunikasi, yang digunakan dalam menyampaikan sikap dan situasi pada saat sikap itu dibentuk. Sikap masyarakat dalam konteks keberadaan perusahaan pertambangan merupakan reaksi atau respon masyarakat terhadap kegiatan pertambangan atas dampak yang ditimbulkan dan dirasakan oleh masayrakat. 7Seperti halnya pada PT. Freeport Indonesia yang memulai kegiatan pengeboran eksplorasi di Ertsberg pada bulan Desember 1967. Daerah lokasi pertambangan terdapat beberapa perkampungan kecil yang tersebar secara tidak merata, dihuni oleh penduduk yang jumlahnya kurang lebih 1.000 orang. Penduduk asli (Orang Amungme) yang telah mendiami tempat tersebut mengklaim areal pertambangan sebagai tanah leluhur mereka. Pandangan hidup seperti itu telah melahirkan sikap keras yang 7
http://witrianto.blogdetik.com/2010/12/27/sikap-masyarakat-papua-terhadap-ptfreeport/ [diunduh tanggal 22 Februari 2011]
18
menentang eksploitasi kekayaan alam di puncak gunung oleh perusahaan pertambangan Freeport. Faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya sikap keras Orang Amungme adalah lingkungan alam yang melingkupi kehidupan sehari-hari. Sebagai orang yang biasa hidup dalam alam lingkungan yang keras, penuh tantangan dan marabahaya, membuat sikap Orang Amungme lebih ulet dan lebih dinamis. Sebagian besar Orang Amungme tidak suka terhadap Freeport karena telah merusak lingkungan yang merupakan sumber penghidupan Orang Amungme berupa sagu, sungai, dan sampan yang telah hancur. Orang Amungme melakukan aksi demo, protes dan melakukan gerakan sosial sebagai bentuk ketidaksukaan terhadap perusahaan. 2.2 Kerangka Pemikiran Berdirinya perusahaan pertambangan batubara tersebut akan memberikan pengaruh, baik itu positif maupn negatif. Terlihat dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara tersebut dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap tingkat pendapatan daerah. Akan tetapi, tingginya tingkat eksploitasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah, sering kali aspek lingkungan tidak diperhatikan atau menjadi hal yang diabaikan. Keberadaan perusahaan bukan hanya dirasakan oleh pemerintah daerah akan tetapi juga pada masyarakat sekitar perusahaan beroperasi, yang mana masyarakat disini adalah aktor utama yang dapat langsung merasakan dampaknya. Dengan adanya perusahaan tersebut penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap aspek ekologi, aspek sosial dan ekonomi masyarakat? Pada aspek ekologi, penulis ingin mengetahui bagaimana penurunan kualitas lingkungan pada masyarakat sekitar akibat dari kegiatan pengelolaan sumberdaya alam pertambangan. Dampak pada aspek ekologi disini dapat dilihat bagaimana terjadinya pembabatan hutan, yang mana lahanya akan digunakan untuk areal pertambangan, dari kegiatan pembabatan hutan tersebut dapat menganggu ekosistem yang ada. Dampak akitivitas dari perusahaan pertambangan tersebut dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air akibat dari terkontaminasinya air bersih dengan limbah sisa aktivitas perusahaan yang dapat berimplikasi terhadap susahnya mendapatkan air bersih. Selain dapat mencemari air, aktivitas perusahaan juga dapat mencemari
19
udara, pencemaran suara dan dapat memicu terjadinya banjir serta erosi. Aktivitas perusahaan pertambangan diketahui memberikan dampak yang negatif terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup, akan tetapi adakah pihak perusahaan melakukan reboisasi ataupun penghijauan kembali di areal pertambangan pasca kegiatan penambangan dalam rangka mengembalikan kualitas lingungan yang rusak. Dilihat pada aspek sosial dan ekonomi, yang mana keberadaan perusahaan tersebut diduga akan dapat memberikan nilai positif terhadap Peluang kerja pada sektor pertambangan, dapat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat sekitar, peluang berusaha serta dapat memicu masuknya masyarakat pendatang atau terjadinya migrasi penduduk yang akan berpengaruh terhadap interaksi antar masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal. Dari keberadaan perusahaan tersebut juga dapat membentuk sikap masyarakat terhadap aspek sosial dan ekonomi dan ekologi, yang mana pembentukan sikap masyarakat tersebut
memiliki hubungan faktor internal
masyarakat yang dilihat dari variabel umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bagaimana dampak perusahaan terhadap aspek ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat dan melihat adanya hubungan antara sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan dengan faktor internal masyarakat Keberadaan perusahaan pertambangan Batubara
Masyarakat di Sekitar Beroperasinya Perusahaan
Sikap masyarakat terhadap dampak keberadan perusahaan pada aspek : -
Sosial dan Ekonomi Ekologis
Dampak
Faktor internal individu Aspek Ekologi : Pembabatan hutan Pencemaran air Pencemaran suara Pencemaran udara Banjir
Aspek Sosial dan Ekonomi : Peluang Kerja pada Sektor pertambangan Tingkat Pendapatan Masyarakat Migrasi Masuk Peluang Berusaha
-
Umur Tingkat Pendapatan Tingkat Pendidikan Jumlah Tanggungan Keluarga
20
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Keterangan : Mempengaruhi Berhubungan
2.3 Hipotesa Penelitian 2.3.1 Hipotesis Uji Agar penelitian ini lebih terarah sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian dan mencapai tujuan penelitian, maka dari kerangka pemikiran dapat dirumuskan hipotesis penelitian berupa : 1. Diduga semakin tinggi umur responden, maka semakin positif sikap responden terhadap dampak keberadaan perusahaan pada aspek ekologi dan sosial-ekonomi 2. Diduga semakin tinggi pendidikan responden, maka semakin positif sikap responden terhadap dampak keberadaan perusahaan pada aspek ekologi dan sosial-ekonomi 3. Diduga semakin tinggi pendapat responden, maka semakin positif sikap responden terhadap dampak keberadaan perusahaan pada aspek ekologi dan sosial-ekonomi 4. Diduga semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga responden, maka semakin positif sikap responden terhadap dampak keberadaan perusahaan pada aspek ekologi dan sosial-ekonomi 2.3.2 Hipotesis Pengarah Dari kerangka pemikiran, maka hipotesis pengarah yang dapat disusun ialah : 1.
Diduga adanya pengaruh keberadaan perusahaan pertambangan terhadap terhadap aspek ekologi
2.
Diduga adanya pengaruh keberadaan perusahaan pertambangan terhadap terhadap aspek sosial dan ekonomi (kesempatan kerja pada sektor pertambangan, tingkat pendapatan masyarakat, migrasi penduduk, dan peluang berusaha
21
2.4 Definisi Operasional -
Pertambangan batubara adalah sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaruhui. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan, yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal
-
Dampak Ekologi Adalah perubahan pada lingkungan hidupnya (alam), di kawasan sekitar beroperasinya perusahaan pertambangan batubara. Dampak ekologi ini tidak dilihat secara kimia, fisika dan biologi, akan tetapi dilakukan secara deskriptif kualitatif, seperti terjadinya pembabatan hutan yang digunakan untuk areal pertambangan, pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran suara yang dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir serta erosi. Kerusakan atau penurunan kualitas lingkungan ini, digali dari persepsi penduduk setempat dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
-
Dampak Sosial dan Ekonomi : Perubahan yang dirasakan dan diperoleh masyarakat lingkar perusahaan akibat dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara tersebut, berdasarkan pada variabel pendapatan, penyerapan tenaga kerja, tingkat pendidikan,dan migrasi penduduk sebagai bagian dari indikator BPS 2010. Dampak sosial dan ekonomi ini diukur dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Peluang Kerja pada Sektor Pertambangan Terdapatnya peluang bekerja pada perusahaan pertambangan batubara yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara
Tingkat Pendapatan Rata-rata hasil kerja berupa uang yang diperoleh individu setiap bulan, semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara
Migrasi Masuk adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain melewati batas administratif dengan tujuan menetap (permanen) dan tidak menetap (non permanen). Migrasi ini ingin melihat berapa
22
banyak masyarakat yang datang atau masuk ke Kelurahan Sempaja Utara semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara
Peluang Berusaha Adalah kesempatan masyarakat untuk mendapatkan, menciptakan pekerjaan dalam sektor informal semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara
-
Sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan adalah suatu proses dimana individu memberikan respon dan penilaian (bisa berupa pendapat) terhadap keberadaan perusahaan pertambangan batubara.
-
Sikap
masyarakat
terhadap
dampak
keberadaan
perusahaan
pertambangan pada aspek sosial-ekonomi dan lingkungan merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup (di dalam) terhadap dampak sosial, ekonomi, dan ekologi
oleh keberadaan perusahaan di
lingkungan mereka. Komponen sikap masyarakat disini yaitu kognitif, afektif dan konatif. Persepsi ini akan diukur dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari lima tingkat :
Sangat setuju
: diberi skor 5
Setuju
: diberi skor 4
Netral
: diberi skor 3
Tidak setuju
: diberi skor 2
Sangat tidak setuju
: diberi skor 1
Dalam mengukur indikator sikap, responden diminta untuk memilih ataupun menjawab pilihan pada setiap stimulus dan item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tentang sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap aspek sosial dan ekonomi dan lingkungan hidup, pada suatu skala yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. -
Sikap
masyarakat
terhadap
dampak
keberadaan
perusahaan
pertambangan pada aspek sosial-ekonomi adalah respon atau reaksi masyarakat terhadap dampak yang dihasilkan oleh keberadaan perusahaan
23
pertambangan yang meliputi kesempatan kerja pada sektor pertambangan, tngkat pendapatan masyarakat, migrasi penduduk, peluang berusaha, dengan pengskoran sebagai berikut : Skor minimum
-
= 27
Skor maksimum= 27 x 5 =135
Sikap negatif jika skor nilai berada pada interval
27<x≤ 81
Sikap positif jika skor nilai berada pada interval
82< x≤ 135
Sikap
masyarakat
terhadap
dampak
keberadaan
perusahaan
pertambangan pada aspek ekologi adalah respon atau reaksi masyarakat terhadap
dampak
yang
dihasilkan
oleh
keberadaan
perusahaan
pertambangan terhadap lingkungan alam masyarakat, dengan pengskoran sebagai berikut : Skor minimum= 12
-
Skor maksimum= 12 x 5 =60
Sikap negatif jika skor nilai berada pada interval
12<x≤ 36
Sikap positif jika skor nilai berada pada interval
37< x≤ 60
Faktor Internal individu adalah faktor-faktor yang terdapat di dalam diri individu seperti, usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga.
Umur Adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan masyarakat dari lahir hingga sekarang. Faktor internal individu (usia) ini diberi skor berdasarkan data yang didapat dilapangan, yang mana dibagi dalam tiga kategori berdasarkan data responden secara emic, sebagai berikut:
a). Tinggi
: Jika umur responden 52 – 67 tahun (diberi kode 3)
b). Sedang
: Jika umur responden 36 – 51 tahun (diberi kode 2)
c). Rendah
: Jika umur responden 20 - 35 tahun (diberi kode 1)
Tingkat Pendapatan Adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan masyarakat dari lahir hingga sekarang. Faktor internal individu (Tingkat Pendapatan) ini diberi skor berdasarkan data yang didapat dilapangan, yang mana dibagi dalam empat kategori berdasarkan data responden secara emic, sebagai berikut: Rata-rata hasil kerja berupa uang yang diperoleh individu setiap bulan.
24
a). Tinggi
: jika tingkat pendapatan Rp. 2.400.000 – Rp. 3.400.000 (diberi kode 3)
b). Sedang
: jika tingkat pendapatan Rp. 1.400.000 – Rp. 2.400.000 (diberi kode 2)
c). Rendah
: jika tingkat pendapatan Rp. 300.000 – Rp. 1.300.000 (diberi kode 1)
d). Tidak Berpenghasilan
(diberi kode 0)
Jumlah Tanggungan Keluarga Adalah banyaknya anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup. Faktor internal individu (Jumlah Tanggungan Keluarga) ini diberi skor berdasarkan data yang didapat dilapangan, yang mana dibagi dalam tiga kategori berdasarkan data responden secara emic, sebagai berikut:
a). Tinggi
: jika jumlah tanggungan ≥ 5 (diberi kode 3)
b). Sedang
: jika jumlah tanggungan 3-4 (diberi kode 2)
c).Rendah
: jika Jumlah tanggungan ≤ 2 (diberi kode 1)
Tingkat Pendidikan Jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh responden, sebagai berikut :
Tidak sekolah : diberi kode 1
SD
: diberi kode 2
SMP
: diberi kode 3
SMA
: diberi kode 4
Universitas
: diberi kode 5
25
BAB III METODE PENELITAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pengaruh keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap ekologis, sosial-ekonomi masyarakat di era otonomi daerah, dilakukan di Kelurahan Sempaja Utara Pada RT 26 dan RT 28, Kecamatan Samarinda Utara, Kalimantan Timur (Lampiran 1). Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan : 1. Kelurahan Sempaja Utara merupakan salah satu kawasan yang banyak terdapat perusahaan pertambangan batubara 2. Kelurahan Sempaja Utara khususnya pada RT 26 dan RT 28, merupakan Rukun Tetangga yang sangat dekat dengan perusahaan pertambangan
batubara
dan
yang
sangat
merasakan
dampak
keberadaan perusahaan pertambangan batubara tersebut 3. Perkembangan masyarakat di Kelurahan Sempaja Utara dapat ditelusuri. 4. Tersedianya data pendukung yang dapat membantu peneliti dalam melakukan penelitian 5. Akses menuju tempat lokasi penelitian mudah dan tersedinya jalan besar 6. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Kelurahan Sempaja Utara dapat dipahami oleh peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara dan pengumpulan data 7. Mendapat rekomendasi dari Dinas Pertambangan dan Mineral Oleh karena itu, dengan mengambil wilayah Keluarahan Sempaja Utara sebagai tempat penelitian, diharapkan dapat memberikan manfaat dan solusi dari permasalahan yang diteliti oleh penulis terhadap masyarakat Kelurahan Sempaja Utara. Pengumpulan data sekunder, dan data primer dilakukan selama 1 bulan, dimulai pada bulan Maret – bulan April 2011. Dalam kurung waktu 1 bulan
26
tersebut peneliti mengumpulkan semua data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan skripsi. 3.2 Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara dan mengetahui bagaimana sikap masyarakat terhadap keberadaan pertambangan batubara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Metode pendekatan kualitatif digunakan peneliti untuk memahami secara mendalam dan rinci mengenai suatu peristiwa, serta dapat menggali bebagai realitas, proses sosial, dan makna yang berkembang dari orang-orang yang menjadi subjek penelitian. Strategi penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini ialah studi kasus. Peneliti memilih suatu kejadian atau gejala untuk diteliti (Sitorus,1998). Metode studi kasus dalam penelitian kualitatif adalah bersifat dekriptif, untuk mengetahui bagaimana dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap aspek sosial dan ekonomi, ekologi masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan. Metode kualitatif ini dilakukan dengan pengamatan langsung, wawancara mendalam dan terbuka serta dengan menggunakan dokumen tertulis. Penelitian kuantitatif digunakan metode survai, yang mana kuesioner digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan informasi dari responden. Penelitian kuantitaif ini bersifat explanatory research yang menjelaskan hubungan-hubungan
kausal
antara
variebel
melalui
pengujian
hipotesa
(Singarimbun, 1995). Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk melihat bagaimana hubungan antara sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan batubara pada aspek sosial - ekonomi dan ekologi dengan aspek internal masyarakat (usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga). 3.3 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis baik yang berupa tulisan ilmiah ataupun dokumen resmi dari instansi terkait. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan dan berguna mengenai penelitian ini. Data sekunder tersebut dapat
27
diperoleh pada instansi terkait dalam penelitian ini seperti data dari kantor Kelurahan Sempaja Utara, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertambangan dan Mineral, Dinas Pendapatan Daerah, Badan Perizinan Satu Pintu serta dari studi litelatur penelitian sebelumnya. Data primer didapatkan melalui pengamatan langsung pada lokasi penelitian. Dalam melakukan pengamatan secara langsung, peneliti juga melakukan wawancara mendalam kepada responden dan informan dengan mengacu pada panduan pertanyaan dan kuesioner kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan yang tertuang di dalam kuesioner merupakan data dan informasi yang dibutuhkan dalam menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini. Kuesioner ini memiliki bagian-bagian dari data yang menggambarkan karekteristik responden sampai data-data yang akan menjawab rumusan masalah penelitian. 3.4 Teknik Pemilihan Responden dan Informan Terdapat dua subjek dalam penelitian ini yaitu informan dan responden. Informan adalah seseorang yang dapat menjelaskan dan memberikan keterangan atau gambaran mengenai dirinya sendiri, keluarga, pihak lain dan lingkunganya. Adapun informan yang diambil adalah instansi terkait dalam penelitian ini seperti kantor Kelurahan Sempaja Utara, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertambangan dan Mineral, Dinas Pendapatan Daerah, Badan Perizinan Satu Pintu, tokoh masyarakat seperti ketua RT, ketua RW, serta masyarakat yang memiliki pengaruh kuat di dalam desa tersebut. Banyaknya informan disini tidak dibatasi, akan tetapi informan tersebut sudah dapat memberikan informasi yang relevan dan dapat membatu peneliti dalam menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini. Responden adalah individu yang dapat memberikan keterangan atau informasi mengenai dirinya sendiri. Penelitian ini populasi adalah masyarakat Kelurahan Sempaja Utara yang berada disekitar beroperasinya perusahaan pertambangan batubara, dimana populasi sampling pada penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Sempaja Utara yang memiliki umur produktif antara 20-65 tahun pada dua RT yaitu RT 26 dan RT 28. Responden dalam penelitian ini adalah penduduk yang berada di Kelurahan Sempaja Utara sejak sebelum munculnya perusahaan pertambangan batubara pada tahun 2005. Cara pertama dalam pemilihan responden dengan membuat kerangka sampling. Kerangka
28
sampling adalah daftar nama populasi sampling yang di dapat dari ketua RT 26 dan RT 28. Pengambilan sampel (responden) dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik simple random sampling, dengan menggunakan undian. Setiap unit rumah tangga hanya terpilih satu reponden, apabila dalam satu rumah tangga terpilih dua orang maka salah satunya akan gugur menjadi responden. Apabila terpilih ayah dan anak, maka anak akan mgugur menjadi responden. Responden terpilih akan diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang teah disusun (Lampiran). Responden dalam penelitian ini sebanyak 50 orang yang terdiri dari pria dan wanita, yang memiliki mata pencaharian yang beragam seperti: ibu rumah tangga, pegawai swasta, wiraswasta, pemilik warung, petani, dan buruh kasar. 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Dalam mengetahui dampak apa yang dirasakan masyarakat dengan keberadaan perusahaan pertambangan batubara terhadap aspek sosial dan ekonomi dan ekologi dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti memperoeh data dan informasi melalui wawancara mendalam dan terbuka, dokumen-dokummen yang terkait dan relevan serta observasi secara langsung yang disajikan dalam bentuk deskriptif. Skala pengukuran yang digunakan di dalam mengukur sikap masyarakat terhadap dampak keberadaan perusahaan pertambangan pada aspek sosial dan ekonomi, dan aspek ekologi dengan menggunakan skala likert. Data hasil kuisioner dari responden, diolah dengan menggunakan tabulasi silang untuk pernyataan tunggal dan program microsoft excel dan SPSS 17.0 for Windows. Kemudian dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan uji statistik Rank spearmen dengan nilai taraf nyata alpa sebesar 10%. Langkah awal proses pengujian ini yaitu dengan memberikan skor pada setiap pernyataan (aspek ekologi, sosial dan ekonomi) di dalam kuesioner, setelah itu hasil skor setiap pertanyaan di rata-ratakan dan dibuat pengkodean. Setelah pengkodean selesai, selanjutnya dilakukan uji Rank Spearmen dengan menggunakan SPSS 17.0 For Windows. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara faktor internal masyarakat (usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga) dengan sikap masyarakat pada dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara (pada aspek sosial dan ekonomi dan ekologi).
29
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Kelurahan Sempaja Utara terdapat di Samarinda Utara, Kota Samarinda, Propinsi Kalimantan Timur. Kelurahan Sempaja Utara merupakan daerah pemekaran dari Kelurahan Sempaja, sesuai Perda No. 1 Tahun 2006 dengan luas wilayah 45,33 km / 4.533 Ha dengan jumlah perangkat Rukun Tetangga (RT) 36, Kepala Keluarga 3.159 per Januari tahun 2010 dan 12.124 jiwa. Kelurahan Sempaja Utara merupakan perbatasan wilayah kota Samarinda dengan masingmasing batas Kutai Kartanegara di sebelah utara, Kelurahan Lempake di sebelah timur, Kukar dan Kelurahan Air Putih di sebelah selatan dan Kelurahan Sempaja Selatan sebelah barat. Kelurahan Sempaja Utara merupakan suatu kawasan yang dikelilingi oleh bukit dan lereng gunung. Sempaja Utara memiliki ketingiandari perukaan tanah sebesar 75 M dengan curah hujan 190 mm/th serta suhu udara rata-rata di kelurahan Sempaja Utara ini 29-30℃. Akses menuju Kelurahan Sempaja sangtlah mudah, di sana sudah terdapat jalan arteri yang mudah dilewati. Orbitasi jarak dari pusat pemerintah kelurahan ke kecamatan dengan jarak 7 Km, ke pemerintah Kota 15 Km dan jarak dari pusat pemerintahan proponsi 15 Km. Berdasarkan data monografi Kelurahan Sempaja Utara banyak terdapat status pertanahan yang terdapat di Kelurahan Sempaja Utara pada tahun 2010, sebagai berikut : Tabel 1. Luas Lahan Menurut Legilitas Pertanahan di Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2010 No Status Luas (Ha) Persentase (%) 1 Sertifikat Hak Milik 26 2 2 Sertifikat Hak Guna Usaha 47 4 3 Tanah Bersertifikat 689 54 4 Tanah Bersertifikat Melalui 510 40 PRONA Jumlah 1.272 100 (Sumber: Data Monografi Kelurahan Sempaja Utara, 2010) Pertanahan di Kelurahan Sempaja Utara ini juga banyak digunakan untuk kepentingan umum, seperti jalan raya, daerah pertanian, pemukiman hingga tempat penguburan dan lain sebaginya.
30
Tabel 2. Luas Lahan Menurut Pemanfaatannya di Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2010 No Pemanfaatan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Jalan Umum 46 2 2 Sawah dan Ladang 215 9 3 Bangunan Umum 69 3 4 Permukiman 42 2 5 Jalur Hijau 110 5 6 Pengkuburan 19,075 1 7 Tegalan 92 4 8 Perkarangan 17 1 9 Perkebunan Rakyat 1.643 70 10 Tempat Rekreasi 1 0 11 Hutan 60 3 12 Rawa 10 0 Jumlah 2.324,075 100 (Sumber: Data Monografi Kelurahan Sempaja Utara, 2010) Pada Kelurahan Sempaja Utara ini, banyak kegunaan pertanahan ini dialih fungsikan seperti halnya pada sawah dan ladang, perkebunan, hutan dan jalur hijau yang mana apabila daerah-daerah tersebut memiliki kandungan batubara, di gali dan akan diambil batubaranya. Sehingga terdapat daerah-daerah yang tidak berfungsi sedemikian layaknya. 4.2 Kepadatan Penduduk Kelurahan Sempaja Utara Penduduk di Kelurahan Sempaja Utara terdapat 12.124 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 6.313 jiwa dan perempuan sebanyak 5.787 jiwa. Kepala keluarga yang terdiri 3.159 yang tersebar di 39 Rukun Tetangga (RT). Seluruh warga Kelurahan Sempaja Utara adalah Warga Negara Indonesia (WNI). Jumlah penduduk Kelurahan Sempaja Utara menurut tingkat pendidikan. Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6
Tingkat Pendidikan Taman Kanank-kanak Sekolah Dasar SMP SMA Akademik (D1-D3) Sarjana (S1-S3) Jumlah
Jumlah (orang) 0 1053 1086 976 143 214 3.472
Persentase (%) 30 31 28 4 6 100
31
(Sumber: Data Monografi Kelurahan Sempaja Utara, 2010) Pada umumnya, penduduk di Kelurahan Sempaja Utara bergerak dalam usaha pertanian atau berprofesi sebagai swasta. Berikut data demografi ekonomi atau jenis mata pencaharian penduduk Kelurahan Sempaja Utara. Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sempaja Utara 2010 No
Mata Pencaharian
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1
Pegawai Negeri Sipil
654
9
2
ABRI
22
0
3
Swasta
4550
64
4
Tani
1859
26
Jumlah
7.085
100
(Sumber: Data Monografi Kelurahan Sempaja Utara, 2010) Terlihat data di atas mata pencaharian dominan pada Kelurahan Sempaja Utara ini adalah sebagai swasta yang bekerja dalam bidang pertukangan, wiraswasta, buruh dan mandor. Walapun terlihat bahwa di Sempaja Utara ini memiliki potensi sumberdaya alam pertambangan yang sangat melimpah akan tetapi masyarakat yang bekerja pada sektor pertambangan terbilang sedkit bahkan dalam satu Rukun Tetangga (RT) dapat dihitung. Penduduk Kelurahan Sempaja Utara ini pun mayoritas beragama Islam sebesar 11.590 orang, 150 orang beragama Kristen, 340 orang beragama Khatolik, 10 orang beragama Hindu dan 5 orang beragama Budha. 4.3 Infrastruktur Kelurahan Sempaja Utara Infrastruktur di Kelurahan Sempaja Utara, belumlah begitu memadai dan lengkap, seperti halnya dalam kesehatan berdasarkan data monografi Kelurahan Sempaja Utara, tidak terdapat satupun bangunan kesehatan baik itu dalam skala kecil seperti puskesmas atupun klinik bahkan dalam skala besar seperti rumah sakit. Kurangnya fasilitas kesehatan ini membuat masyarakat mendapatkan kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan, dalam hal ini apabila masyarakat ingin mendapatkan pelayanan kesehatan dari pemeritah harus ke Kecamatan Samarinda Utara, dengan menempuh jarak 7 Km. Sarana pendidikan yang terdapat pada kelurahan Sempaja Utara ini dapat dikatakan cukup lengkap terlihat terdapat sarana pendidikan dari tingkat kelompok bermain sampai akademik
32
Tabel 5. Sarana Pendidikan di Kelurahan Sempaja Utara Tahun 2010 N o 1 2 3 4 5 6 7
Negeri Gedung Guru Kelompok Bermain TK Sekolah Dasar 5 83 SLTP 2 61 SMK Pelayaran 1 44 SMK 6 1 56 Akademik 1 33 Jumlah 11 503 Jenis Pendidikan
Murid 1.257 644 135 680 107 2,414
Swasta Gedung Guru Murid 2 8 46 3 14 83 3 30 210 2 35 222 10 87 561
(Sumber: Data Monografi Kelurahan Sempaja Utara, 2010)
Sarana peribadatan pada Kelurahan Sempaja Utara cukuplah memadai. Mayoritas warga kelurahan Sempaja Utara adalah beragama Islam, terdapat 21 bangunan Musholla, 11 Masjid dan 2 bangunan Gereja. Akses menuju sarana peribadatan tidaklah begitu susah, terdapat jalan arteri yang menghubungkan bangunan tersebut. Kelurahan Sempaja Utara itu merupakan daerah yang terdapat di Proponsi Kalimantan Timur yaitu Kota Samarinda. Akses menuju kelurahan Sempaja Utara tidaklah sulit, terdapat jalan raya yang beraspal menuju ke sana dan terdapat transportasi angkutan umum. 4.4 Potensi Lokal Kelurahan Sempaja Utara Kelurahan Sempaja Utara merupakan suatu kawasan yang memiliki potensi sumberdaya alam yang berlimpah, terlihat terdapat 12 Kuasa Pertambangan yang dimiliki oleh pihak swasta yang terletak di daerah tersebut. Sebanyak 17.000 m3/tahun dari Kelurahan Sempaja Utara menghasilkan batu gunung, yang mana setelah gunung tersebut dihancurkan dan diambil batubatunya, gunung-gunung yang dibawah permukaan tanahnya memilki kandungan batubara akan di proses kembali untuk diambil batubara tersebut. Berdasarkan data monografi Kelurahan Sempaja Utara, Selain dari sektor pertambangan juga memiliki potensi pada sektor kehutanan yaitu terdapa jenis tanaman kayu meranti seluas 45 Hektar dan tanaman kayu mahoni seluas 65 Hektar. Masuknya sektor pertambangan di Kelurahan Sempaja Utara ini tidak menghilangkan pada sektor pertanian terlihat pada data dibawah ini.
33
Tabel 6. Luas Tanah Pada Sektor Pertanian di Kelurahan Sempaja Utara No 1 2 3 4 5 6
Jenis Tanaman Padi dan Palawija Padi Sawah Padi Ladang Jagung Ketela Pohon Ketela Rambat Kacang Tanah
Luas (Ha) 188 10 25 50 3 1,1
Sayur-sayuran 7 8 9 10 11 12 13
Sawi Tomat Kacang Panjang Terong Buncis Lombok Pare
3 1,6 5 4 5 6 5 Buah-buahan
14 15 16 17 18 19 20 21
Pisang Pepaya Jeruk Mangga Durian Duku Rambutan Salak
85 50 0,25 2,5 56,5 8 75 1
(Sumber: Data Monografi Kelurahan Sempaja Utara, 2010)
Hasil-hasil pertanian di atas digunakan oleh masyarakat sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan diperdagangkan di pasar. Berdasakan hasil wawancara dengan salah satu warga, semenjak masuknya perusahaan pertambangan pada tahun 2005 banyak areal-areal pertanian dialihfungsikan sebagai areal pertambangan dan dampak negatif dari pertambangan tersebut menghilangkan unsur hara dan kesuburan tanah yang digunakan untuk areal pertanian, sehingga terdapat masyarakat khususnya para petani beralih pada mata pencaharian diluar sektor pertambangan.
34
BAB V GAMBARAN UMUM PERTAMBANGAN BATUBARA DI KOTA SAMARINDA 5.1 Perkembangan Pertambangan Batubara Kota Samarinda di Era Otonomi Daerah Kota Samarinda merupakan salah satu daerah yang mengimplementasikan sistem pemerintahan desentralisasi. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah yang telah diundangkan oleh pemerintah pusat sebagai wujud pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat daerah dalam pembangunan, pemerintah daerah Kota Samarinda cepat merespon dan mengadaptasi pada situasi yang berkembang. Semenjak diluncurkanya Undang-Undang otonomi daerah tersebut, pemerintah daerah Kota Samarinda mengubah sistem pemerintahan nya. Kota Samarinda meyakini konsep otonomi daerah ini akan mampu mendorong tumbuhnya perekonomian dengan mengelola sumberdaya yang ada menjadi potensi daerah sebagai kekuatan ekonomi baru. Melalui kemampuan daerah dalam mengelola potensi sumberdaya yang ada, Kota Samarinda diharapkan dapat memiliki multiplayer effect positive dalam membentuk kemandirian dan menuju kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat setempat. Kota Samarinda merupakan salah satu kota di Kalimantan Timur, yang memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi, salah satunya adalah sumberdaya alam pertambangan batubara. Pada era otonomi daerah ini, pemerintah daerah Kota Samarinda belum memiliki atau tersedianya peraturan teknis dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) yang mendukung dalam operasional administrasi pegusahaan pertambangan batubara. Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan dan Energi Kota Samarinda, peranan pemerintah daerah dalam hal pengelolaan sumberdaya alam pertambangan batubara hanyalah sebatas pemberian perizinan berdasarakan zona yang telah di sepakati dan diberikan oleh pemerintah pusat. Akan tetapi, pemerintah daerah Kota Samarinda belum memiliki Peraturan Daerah (perda). Semua peraturan teknis dalam sistem administrasi perizinan perusahaan pertambangan batubara masih mengacu pada undang-undang No. 4 tahun 2009, PP (Peraturan Pemerintah) dan Permen (Peraturan Menteri) Energi dan Sumber Daya Mineral.
35
Samarinda merupakan salah satu kota yang terdapat di Propinsi Kalimantan Timur yang memiliki sumberdaya alam pertambangan batubara melimpah. Terlihat dari kondisi dimana hampir 38.814 Hektar (54 persen) dari total 71.823 Hektar luas kota Samarinda merupakan areal tambang batubara. Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Pertambangan Kota Samarinda sebanyak 59 Kuasa Pertambangan (KP) yang dikeluarkan oleh Walikota Samarinda dan 5 PKP2B2 (Perusahaan Pemegang Perjanjian Karya Perjanjian Usaha Pertambangan) dengan izin pemerintah pusat. Perusahaan pertambangan batubara merupakan salah satu industri sektor ekstraktif dengan karakter tingkat resiko yang tinggi, modal besar dan sifat eksplorasi yang tidak pasti. Sifat industri yang mengambil sumberdaya alam-tak terbaharukan, serta paparan dampak yang cukup besar, juga menyebabkan pengelolaan bisnis ini tidak mudah dan memerlukan penanganan yang serius.8 Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam pertambangan (bahan galian) yang terdapat di dalam bumi Indonesia. Usaha pertambangan meliputi pertambangan umum dan pertambangan minyak dan gas bumi. 5.2 Gambaran Kegiatan Penambangan Batubara di Kelurahan Sempaja Utara Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Salah satu jenis hasil pertambangan adalah batubara sebagai batuan yang berasal dari tumbuhan yang mati dan tertimbun endapan lumpur, pasir dan lempung selama berjuta-juta tahun lamanya. Adanya tekanan lapisan tanah bersuhu tinggi serta terjadinya gerak tektonik mengakibatkan terjadinya pembakaran atau oksidasi yang mengubah zat kayu pada bangkai tumbuhtumbuhan menjadi batuan yang mudah terbakar. Batubara di Indonesia merupakan salah satu andalan sumber energi alternatif di luar minyak dan gas bumi. Endapan batubara tersebar cukup luas di 8
www.csrreview-online.com, [diunduh tanggal 1 Desember 2010]
36
wilayah Indonesia. Salah satu wilayah yang mempunyai potensi batubara yang sangat besar adalah pulau Kalimantan. Wilayah Kalimantan mengandung banyak sumberdaya batubara dengan ketebalan yang cukup bervariasi, terletak sampai kedalaman lebih dari 100 meter, serta memiliki kemiringan yang tidak homogen. Proses kegiatan pengambilan batubara dengan menggunakan metode open pit mining (pertambangan terbuka). Metode open pit mining seperti yang banyak yang ditemukan di wilayah Kalimantan Timur, salah satunya di daerah Kawasan Kelurahan Sempaja Utara. Metode open pit mining adalah melakukan pembukaan permukaan tanah yang bertujuan untuk mengambil bijih batubara dengan mengeruk perlahan-lahan permukaan tanah. Selama proses pengambilan bijih batubara berlangsung permukaan tanah akan tetap dibiarkan terbuka (tidak ditimbun kembali). Proses pengambilan bijih batubara yang umumnya terletak di kedalaman, diperlukan pengupasan tanah/batuan penutup (waste rock) dalam jumlah yang besar. Metode ini menggunakan alat ekskavator, buldoser, Komatsu. Penggalian batubara ini juga dibantu dengan alat muat Dump Truck sebagai alat angkut batubara. Hasil bumi ini banyak terkandung pada lapisan bawah tanah, oleh karena itu tidak jarang seperti hutan, sawah dan gunung-gunung dapat berubah fungsi. Pembukaan lahan untuk kawasan pertambangan pada Kelurahan Sempaja Utara banyak mengubah fungsi hutan dan gunung. Pembabatan hutan dan penghancuran gunung-gunung memusnahkan 7-12 ton karbon organik setiap tahun. Karbon tersebut sangat diperlukan mikroorganisme untuk keberlangsungan suatu ekosistem. Alat eskavator dan buldoser dapat mengubah sebuah hutan dengan beragam pohon menjadi hamparan tanah bekas galian dan bongkaran. Suara mesin eskavator dan truk penganggkut batubara terlihat tak ada hentinya bekerja. Setiap harinya alat-alat tersebut dapat menghancurkan beberapa gunung dan hutan yang berada di sekitar lingkungan masyarakat. Berdasarkan hasil survai di lapangan, kegiatan pertambangan dapat berjalan selama 24 jam non-stop. Suara klakson truk pengangkut dan suara mesin pengeruk batubara sangatlah meganggu masyarakat, terlebih lagi pada saat istirahat, baik pada waktu siang hari atau malam hari. Hasil pertambangan batubara ini dibawa dengan kontainer melalui sungai mahakam.
37
Pembukaan lahan pertambangan batubara tersebut tidak jarang memiliki jarak tempuh yang tidak terlalu jauh dengan pemukiman masyarakat. Kegiatan pengambilan bijih batubara tersebut sangatlah meresahkan masyarakat sekitar. Rusaknya infrastruktur jalan, banjir dan polusi udara menyebabkan masyarakat merasa tidak nyaman dengan keadaan lingkungan yang ada. Terlebih lagi hilangnya hutan-hutan yang dapat dijadikan sebagai produsen oksigen yang diperlukan manusia untuk bernafas dan gunung sebagai wadah resapan air. Perusahaan pertambangan batubara pada Kelurahan Sempaja Utara terdapat 12 Izin Usaha Pertambangan (IUP), yang mana terdiri dari 5 perusahaan pertambangan skala besar seperti PT. Mahakam Sumber Jaya, PT. Dunia Usaha Maju, PT. Insani BP Bayur, PT. Graha Benua Etam, PT. Mahakam Bara Utama. Terdapat 7 Perusahaan pertambangan skala kecil seperti, CV. Era Bara Energi, CV. Dua Tiga Empat, CV. Mada Perkasa, CV. Fira Pramata Karya, CV. Prima Coal Mining, CV. Piawai Bumi Alam Perkasa dan CV. Panca Bara Sejahtera (lampiran). Perusahaan pertambangan batubara yang beroperasi pada Kelurahan Sempaja Utara ini memiliki jarak yang tidak begitu jauh antara satu dengan yang lainya
38
BAB VI DAMPAK KEBERADAAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN PADA ASPEK SOSIAL-EKONOMI 6.1 Dampak Secara Makro Kota Samarinda merupakan daerah yang memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat besar. Kekayaan alam tersebut secara riil telah berhasil memberikan sumbangan yang sangat besar bagi kesinambungan pembangunan. Kota Samarinda memiliki potensi kekayaan alam berupa flora dan fauna yang tersebar luas di berbagai pelosok daerah Kota Samarinda, dimana salah satunya adalah pertambangan batubara yang berlokasi di Kelurahan Sempaja Utara. Sumberdaya alam merupakan modal penting dalam menggerakkan roda pembangunan di suatu daerah, baik dalam konteks negara, propinsi ataupun kabupaten. Oleh karenanya, aspek pemanfaatan sumberdaya alam merupakan suatu aset yang sangat strategis untuk menentukan jumlah penerimaan atau tingkat konstribusinya dalam pembentukan modal pembangunan. Pengelolaan sumberdaya alam dalam perspektif
otonomi
daerah
pada
dasarnya
mengacu
pada
power
sharing kewenangan pengelolaan sumberdaya alam, yakni antara pemerintah pusat dengan propinsi dan kabupaten/kota. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 merupakan era baru dalam melaksanakan penyelanggaran pemerintahan, dimana hal ini menjadi peluang dan sekaligus tantangan bagi pemerintah daerah untuk mengupayakan kemandirian daerah dalam pembangunan. Salah satu upaya mewujudkan kemadirian Kota Samarinda dalam kegiatan pembangunan adalah dengan menggali sumber-sumber dana dari sumberdaya yang terdapat di Kota Samarinda, seperti halnya pada sumberdaya alam yang menjadi potensi daerah secara optimal. Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda).
“Upaya pemerintah daerah Kota Samarinda untuk mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah yang dimiliki dalam otonomi daerah terus menurus dilakukan, salah satu optimalisasi sumber pendapatan daerah melalui upaya peningkatan fiskal dan menutup defisit fiskal yang banyak dialami oleh pemerintah daerah. Mengoptimalkan sumberdaya
39
alam yang terdapat di Kota Samarinda dapat menjadi sumber pendapatan yang membantu pemerintah Kota Samarinda dalam menjalankan sistem pemerintahan sekarang ini” Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dalam mendukung penyelenggaran otonomi daerah perlu dukungan melalui penyediaan sumbersumber pembiayaan. Dana perimbangan bersumber dari penerimaan APBN yang dilaksanakan pemerintah daerah untuk membiaya kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Salah satu sumber pendapatan daerah yaitu dana bagi hasil bukan pajak, yang meliputi dari sumberdaya alam daerah penghasil. Terdapat perubahan jenis-jenis sumber pendapatan daerah serta besaran bagi hasil antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sebelum dan setelah otonomi daerah. Perbedaan persentase dalam kelompok dana perimbangan setelah otonomi daerah yang paling mendasar adalah diterapkanya persentase bagi hasil untuk setiap rincian pendapatan, terutama dalam subkelompok pendapatan bagi hasil bukan pajak dari sumberdaya alam. Persentase bagi hasil bukan pajak dari sumberdaya alam pertambangan batubara setelah otonomi daerah terbagi dalam dua bagian, yaitu persentase pemerintah pusat sebesar 20%, dan sebanyak 80% untuk pemerintah daerah. Persentase bagi hasil antara pemerintah pusat dan daerah sejalan dengan diterapkanya Undang-Undang Otonomi Daerah, yang berlangsung semenjak tahun 2001, yakni masa waktu diberlakukanya otonomi daerah oleh Kota Samarinda. Diberikannya kewenangan kepada pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam ini, membuat pemerintah daerah Kota Samarinda menggali potensi-potensi lokal sebagai sumber pendapatan daerah. Pemanfaatan potensi
pertambangan
merupakan
bagian
yang
tidak
terpisahkan
dari
pembangunan Kota Samarinda, berdasarkan kemampuan daerah dengan tetap memperhatikan ketersediaan sumberdaya mineral dan energi yang terdapat di wilayah Kota Samarinda. Pada saat pelaksanaan otonomi daerah, kenaikan pendapatan daerah dalam pembagian dana perimbangan dinilai cukup drastis, dimana hal ini juga diikut oleh subsidi atau dana perimbangan dari sumberdaya alam pertambangan batubara.
40
Tabel. 7 Pertumbuhan Penerimaan Pertambangan Umum Kota Samarinda Tahun 2005-2009 Pertumbuhan Tahun Realisasi (Rp) Rupiah (%) 2005
32,949,129,718.00
12,517,224,697.50
61.29
2006
55,683,762,761.00
22,734,633,043.00
69.00
2007
68,935,730,1105.00
13,251,967,344.00
23.80
2008
102,654,488,738.00
46,970,725,977.00
84.35
2009
138,660,162,640.00
69,742,432,535.00
101.14
(Sumber Dinas Pendapatan Kota Samarinda) Peningkatan penerimaan pendapatan dari dana perimbangan melalui pengelolaan sumberdaya alam pertambangan batubara setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada Tabel 7 di atas, terlihat bahwa setiap tahunnya, pendapatan dari pengelolaan pertambangan batubara mengalami peningkatan yang signifikan, yang mana pendapatan daerah Kota Samarinda ditopang dari dana perimbangan pengelolaan sumberdaya alam pertambangan batubara. Hal inilah yang melatarbelakangi adanya icon bahwa sumberdaya alam batubara menjadi salah satu primadona Kota Samarinda dan merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan Kota Samarinda. 6.2 Dampak Secara Mikro Dampak keberadaan perusahaan pertambangan ini, bukan hanya dirasakan oleh pemerintah Kota Samarinda secara keseluruhan, akan tetapi masyarakat di sekitar beroperasinya perusahaan lah yang sangat merasakan dampak langsung itu, baik itu dampak positif hingga negatif. Kelurahan Sempaja Utara, merupakan salah satu kawasan pertambangan yang terdapat di Kota Samarinda. Sebanyak 12 perusahaan pertambangan batubara terdapat di kawasan tersebut, dalam skala besar maupun dalam skala kecil. Perusahaan-perusahaan pertambangan tersebut melakukan kegiatan operasinya semenjak tahun 2005. Perusahaan pertambangan batubara tersebut berdiri satu per satu hingga saat ini, tahun 2011, terdapat 12 perusahaan pertambangan batubara, dalam skala besar maupun skala kecil. Keberadaan perusahaan pertambangan batubara ini sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan pertambangan
41
batubara berpengaruh terhadap aspek sosial-ekonomi masyarakat kelurahan Sempaja Utara. 6.2.1 Peluang Kerja Pada Sektor Pertambangan Masuknya industri ke dalam sebuah wilayah, secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap masyarakat yang terdapat di wilayah tersebut. Seperti halnya pada perusahaan pertambangan batubara di Kelurahan Sempaja Utara. Terdapatnya perusahaan pertambangan batubara yang beroperasi di wilayah ini memberikan kesempatan bekerja pada sektor pertambangan batubara terhadap masyarakat lokal sangatlah kecil, terlihat dari sedikitnya jumlah masyarakat lokal yang bekerja di perusahaan. Masyarakat yang bekerja pada perusahaan cenderung hanya sebagai buruh kasar dan supir truk penangkut batubara. Berdasarkan hasil survai, terlihat 10% masyarakat lokal yang bekerja di perusahaan dan hanya menjadi tenaga buruh kasar. Terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi masyarakat lokal tidak dapat bekerja di perusahaan pertambangan batubara dengan posisi atau jabatan yang baik. Faktor keterampilan, pendidikan dan pengetahuan yang menjadi hal yang dapat membuat masyarakat lokal tidak dapat menduduki posisi-posisi yang baik. Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu masyarakat lokal.
“ Iya mbak, kebanyakan masyarakat asli di sini bekerja hanya sebagai buruh kasar di perusahaan pertambangan, jarang masyarakat lokal di sini mendapat posisi yang bagus paling bagus juga jadi supir truk pengangkut batubara. Mungkin masyarakat lokal disini memiliki pengetahuan yang rendah dan tidak punya keahlian, makanya masyarakat cuma bisa menjadi buruh saja. Kebanyakan posisi-posisi yang penting dipegang oleh masyarakat di luar Kelurahan Sempaja Utara ini. Kami masyarakat suka merasa cemburu juga, masyarakat lokal suka di lupakan. “ (HD, 32 Tahun) Masyarakat lokal di Kelurahan Sempaja Utara banyak yang ingin bekerja pada perusahaan pertambangan batubara yang terdapat di wilayahnya, akan tetapi keinginan tersebut terhalang oleh rendahnya pendidikan, pengalaman dan pengetahuan masyarakat dalam hal pertambangan batubara. Masyarakat lokal hanya bekerja sebagai buruh dan supir truk yang mengangkut batubara. Pekerjaan
42
masyarakat lokal yang bekerja pada perusahaan menjadi buruh tersebut, seperti memasukan hasil batubara yang curahan kedalam karung yang akan dijual oleh perusahaan. Setiap karung bernilai Rp.1.900,00 dengan perhitungan mendapatkan upah Rp. 1.000,00 untuk masyarakat dan Rp. 900,00 untuk mandor perusahaan. Masyarakat mendapatkan upah sesuai dengan kemampuan mereka memasukan batubara ke dalam karung. Masyarakat yang bekerja sebagai buruh disini memiliki usia di atas 35 tahun. Pekerjaan buruh disini tidak melihat jenis kelamin, walaupun dominan dilakukan oleh kaum
pria akan tetapi tidak menutup
kemungkinan juga ditekuni oleh wanita. Sikap
masyarakat
menyatakan
bahwa
keberadaan
perusahaan
pertambangan batubara belum terlalu dirasakan positif bagi masyarakat lokal. Berdasarkan hasil survai, terlihat 42% responden yang menyatakan bahwa tidak adanya keinginan untuk bekerja di perusahaan pertambangan batubara, karena rendahnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat mengenai pertambangan batubara, diperkuat dengan pernyataan Lurah Sempaja Utara:
“Perusahaan pertambangan batubara yang berdiri semenjak tahun 2005 dirasa belum dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat dalam kesempatan kerja pada sektor pertambangan. Masyarakat sekitar perusahaan pertambangan hanya dapat menjadi buruh perusahaan saja, akan tetapi kebanyakan tenaga-tenaga ahli di perusahaan tersebut berasal dari luar lingkar masyarakat lokal. Tidak adanya keterampilan dan pengetahuan yang cukup untuk masyarakat lokal dapat bekerja di perusahaan pertambangan dalam mendapatkan posisi-posisi yang baik.” Keberadaan perusahaan pertambangan batubara memberikan dampak positif terhadap kesempatan bekerja masyarakat pada sektor pertambangan walaupun tergolong masih sangat kecil. Meskipun demikian, persepsi masyarakat terhadap perusahaan pertambangan batubara cenderung tidak memiliki dampak yang positif. Hal ini diperkuat dengan hasil survai penelitian, dimana sebesar 54% responden yang menyatakan bahwa kesempatan kerja pada sektor pertambangan sangatlah kecil. Terdapat beberapa hal yang membuat masyarakat tidak dapat memanfaatkan kesempatan yang ada, yakni salah satunya adalah
43
terbenturnya keterbatasan pengalaman dan rendahnya kualitas pendidikan yang secara tidak langsung membuat masyarakat menjadi tidak dapat bersaing dengan masyarakat lain, khususnya masyarakat pendatang. Perusahaan pertambangan batubara yang tersebar di wilayah kelurahan Sempaja Utara ini diharapkan memberikan dampak yang positif untuk masyarakat lokal, akan tetapi keberadaan perusahaan pertambangan memberikan banyak dampak positif terhadap terhadap masyarakat pendatang, khususnya dalam hal kesempatan bekerja pada sektor pertambangan dengan mendapatkan posisi yang baik. Tabel 8 menunjukan sikap masyarakat terhadap peluang bekerja di sektor pertambangan semenjak masuknya perusahaan pertambangan. Tabel. 8
Persentase Sikap Responden Terhadap Peluang Kerja Pada sektor Pertambangan Pernyataan Sikap Masuknya Sangat Sangat Netral/Ragu- Tidak perusahaan Setuju Tidak Setuju Ragu Setuju pertambangan Setuju batubara, membuka 13 14 27 0 6 kesempatan kepada (26 %) ( 28 %) (54 %) (12%) masyarakat lokal untuk bekerja pada sektor pertambangan Berdasarkan hasil survai yang ditunjukan pada Tabel 8 di atas, untuk
pernyataan “dengan masuknya perusahaan pertambangan batubara, membuka kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja pada sektor pertambangan” sebesar 54% responden
menyatakan bahwa tidak setuju dengan pernyataan
tersebut, 12% responden menyatakan sangat setuju, 26% menyatakan setuju dan sebesar 28% responden bersikap netral atau ragu-ragu. Jadi, secara umum keberadaan perusahaan pertambangan dirasakan positif oleh sebagian kecil masyarakat setempat dan dirasakan negatif oleh sebagian besar lainya. 6.2.2 Peluang Berusaha Keberadaan perusahaan pertambangan batubara di wilayah Kelurahan Sempaja Utara dirasakan oleh sebagian masyarakat memberikan dampak yang positif. Terlihat adanya bahwa dengan berdirinya perusahaan-perusahaan di wilayah tersebut memberikan peluang berusaha terhadap masyarakat sekitar perusahaan. Peluang berusaha ini memberikan nilai tersendiri bagi sebagian
44
masyarakat yang membuka usaha warung sembako, warung makan dan bengkel. Masyarakat mendapatkan nilai positif adanya perusahaan pertambangan batubara ini, dimana hal tersebut diperkuat dengan pernyataan seorang ibu yang memiliki warung sembako.
“Semenjak perusahaan-perusahaan pertambangan batubara disini ada mbak, terdapat sebagian warga, khusunya warga RT 26 ini yang membuka usaha warung sembako, warung makan dan bengkel. Peluang berusaha ini dianggap menguntungkan karena setiap harinya banyak orang-orang yang berkunjung di wilayah ini terlebih lagi banyak orang-orang perusahaan yang cari makan untuk sarapan pagi dan makan siang. Lumayan mbak bisa bantu cari pemasukan untuk suami saya. Walaupun tidak tentu sehari laku berapa, ya tapi lumayan juga dari pada tidak sama sekali.” Peluang berusaha ini muncul seiring dengan berkembangnya perusahaan pertambangan batubara, diikuti dengan pertumbuhan penduduk Kelurahan Sempaja Utara. Dengan pergerakan penduduk setiap harinya membuat masyarakat melihat adanya peluang dalam membantu peningkatan pendapatan mereka. Pembeli atau konsumen adalah warga sekitar, baik itu masyarakat pendatang maupun lokal, karyawan perusahaan pertambangan batubara serta orang-orang yang berkunjung dan memiliki kepentingan terhadap perusahaan-perusahaan tersebut. Tabel 9 menunjukan sikap masyarakat terhadap peluang berusaha di semenjak masuknya perusahaan pertambangan. Tabel. 9 Persentase Sikap Responden Terhadap Membuka Peluang Usaha Pernyataan Sikap Keberadaan Sangat Sangat Netral/Ragu- Tidak perusahaan Setuju Tidak Setuju Ragu Setuju pertambangan Setuju batubara membuka 37 7 3 0 3 peluang untuk (4%) (14 %) (6%) (6%) berusaha Berdasarkan hasil survai yang ditunjukan pada Tabel 9 di atas, untuk pernyataan “keberadaan perusahaan pertambangan batubara membuka peluang untuk berusaha”, sebesar 74% responden menyatakan setuju, 6% responden
45
menyatakan sangat setuju, 14% netral/ragu-ragu dan sebesar 6% yang menyatakan tidak setuju. Hal tersebut dinilai terjadi karena terbenturnya modal dalam berusaha, yang pada akhirnya menyebabkan mereka tidak dapat memanfaatkan peluang berusaha yang ada. Masuknya perusahaan pertambangan batubara memberikan peluang usaha yang dapat dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat. Munculnya peluang berusaha, disambut baik oleh sebagian masyarakat yang melihat peluang ini. Sebagian masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha ini,
berpandangan
bahwa dengan berdiriya perusahaan pertambangan batubara dapat memberikan dampak yang positif terhadap pendapatan. Hal ini juga diperkut dengan pernyataan salah satu warga yang menjual sayur keliling.
“Semenjak perusahaan pertambangan masuk, kawasan ini mulai ramai banyak orang-orang yang datang kesini, saya melihat ini merupakan suatu peluang yang harus dimanfaatkan. Saya pilih menjual sayuran karena jarak ke pasar tradisional lumayan jauh harus ditempuh menggunkan kendaraan klau tidak pakai taksi atau ojek”( DW,23 Tahun) Berdasarkan hasil survai, sebesar 48% responden yang menyatakan keberadaan perusahaan pertambangan batubara memberikan peluang berusaha, yang mana akan memberikan pengaruh terhadap pendapatan
mereka. Ini
merupakan hal yang positif bagi masyarakat yang melihat dan memanfaatkan peluang membuka usaha tersebut. Akan tetapi, hanya sedikit dari masyarakat yang memanfaatkan peluang ini. Terdapat faktor yang melatarbelakangi masyarakat untuk tidak memanfaatkan peluang usaha ini, yaitu faktor kondisi terbenturnya masyarakat oleh kepemilikan modal. 6.2.3 Tingkat Pendapatan Masyarakat Beroperasinya perusahaan pertambangan batubara di wilayah Kelurahan Sempaja Utara memberikan nilai positif pada tingkat pendapatan masyarakat. Hal ini dirasakan langsung oleh sebagian masyarakat seperti masyarakat yang memiliki usaha warungan dan bengkel. Peluang usaha ini sangat dirasakan dapat membantu masyarakat dalam peningkatan pendapatan mereka. Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu warga yang memiliki usaha warung makan
46
“Semenjak perusahaan pertambangan batubara masuk ke wilayah kami di sini banyak masyarakat yang melihat peluang untuk berusaha, seperti saya yang membuka warung makan. Setelah saya membuka warung makan ini, pendapatan saya bertambah lumayan dapat membantu pemasukan untuk keluarga saya. Biasanya yang makan di warung saya disini orang-orang yang bekerja di perusahaan pertambangan dan banyak ibu-ibu yang di sekitar wilayah sini juga beli makanan di saya. Saya merasakan pengaruh yang baik akibat adanya perusahaan ini dapat membantu dalam peningkatan pendapatan saya “(ST, 38 Tahun) Akan
tetapi
sebagian
masyarakat
berpandangan
bahwa
keberadaan
perusahaan pertambangan batubara ini tidak memberikan nilai positif bagi mereka. Masyarakat memandang bahwasanya ada dan tanpa adanya perusahaan pertambangan yang beroperasi di wilayah mereka, tidak berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan mereka, bahkan mereka berfikir bahwa dengan adanya perusahaan justru merugikan mereka secara tidak langsung. Hal ini secara khusus dirasakan sangat berpengaruh terhadap masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Para petani berfikir dengan munculnya perusahaan-perusahaan pertambangan batubara ini justru merugikan mereka. Dengan adanya perusahaan pertambangan lahan mereka menjadi rusak akibat terkontaminasi oleh zat-zat yang menghilangkan unsur hara tanah pertanian mereka. Secara tidak langsung akan menurunkan tingkat produksi hasil pertanian para petani. Tingkat pendapatan masyarakat menjadi menurun dan tidak jarang petani di wilayah Kelurahan Sempaja Utara ini beralih mata pencaharian di luar sektor pertani. Keberadaan perusahaan pertambangan batubara ini, diharapakan oleh masyarakat untuk dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Akan tetapi, berdasarkan hasil survai, sebesar 92 % responden menyatakan bahwa keberadaan perusahaan pertambangan batubara ini tidak memberikan kontribusi yang positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Keberadaan perusahaan pertambangan batubara, malah menghilangkan mata pencaharian mereka, seperti yang terlihat pada masyarakat petani. Beroperasinya perusahaan pertambangan batubara ini tidak memberikan manfaat yang positif
47
terhadap 92% masyarakat tersebut, jangankan untuk meningkatkan pendapatan mereka, peluang untuk bekerja pada sektor pertambangan saja tidak ada. Berdasarkan hasil survai, sebesar 8% responden yang menyatakan bahwa pendapatan mereka meningkat semenjak berdirnya perusahaan pertambangan batubara tersebut. Sebesar 8% responden tersebut melihat peluang usaha yang besar dengan berdirinya perusahaan pertambangan batubara. Peluang usaha tersebut terdiri dari masyarakat membuka warung sembako, warung makan dan menjadi tukang ojek. Peluang usaha ini dipandang dapat membantu meningkatkan pendapatan mereka. 6.2.4 Migrasi Masuk Masuknya sebuah industri dalam suatu wilayah dapat berpengaruh terhadap pergerakan penduduk, seperti halnya dapat memicu terjadi migrasi penduduk. Pada Kelurahan Sempaja Utara, dimana dengan masuknya perusahaanperusahaan pertambangan yang saat ini mencapai 12 perusahaan, telah memberikan dampak terhadap jumlah penduduk di wilayah tersebut. Tabel 10 menunjukan sikap masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan batubara memicu terjadinya migrasi masuk. Tabel 10 Persentase Sikap Responden Terhadap Terjadinya Migrasi Masuk Pernyataan Sikap Sangat Masuknya perusahaan Sangat Netral/Ragu- Tidak Setuju Tidak pertambangan Setuju Ragu Setuju Setuju batubara memicu terjadinya migrasi 32 12 1 1 4 penduduk (64%) ( 24%) (2 %) (2%) (8%) Berdasarkan hasil survai yang ditunjukan pada Tabel 10 di atas, untuk pernyataan “dengan masuknya perusahaan pertambangan batubara memicu terjadinya migrasi penduduk” sebesar 8% responden menyatakan sangat setuju, 64 % reponden menyatakan setuju, 24% responden netral/ragu-ragu, sebesar 2% responden menyatakan tidak setuju. Secara umum, sebagian besar responden menyatakan bahwa keberadaan perusahaan memicu terjadinya pergerakan penduduk, yang terlihat pada perkembangan perusahaan pertambangan batubara diikuti dengan lajunya penambahan jumlah penduduk. Hal ini, terlihat dari pernyataan salah satu ketua Rukun Tetangga RT 26 yang menyatakan
48
“Sejak masuknya perusahaan pertambangan di wilayah Kelurahan Sempaja Utara khususnya pada RT saya ini, banyak penduduk yang berdatangan untuk mengadu nasib di wilayah ini. Kebanyakan warga pendatang tersebut bekerja pada perusahaan baik bekerja di kantoran nya mapun sebagai buruh kasaran juga. Permasalahanya adalah banyak warga pendatang yang tidak melapor kedatangannya, jadi kami RT disini juga cukup kerepotan apabila diminta pertanngung jawaban dari kelurahan. Warga pendatang disini biasanya dari suku Jawa, Toraja, Bugis dan Madura.” Pernyataan ketua RT tersebut dapat menjadi gambaran terjadinya pergerakan penduduk pada kelurahan Sempaja Utara, ini akibat masuknya industri pertambangan batubara. Warga pendatang adalah pekerja pada perusahaan-perusahaan pertambangan batubara tersebut. Seiring dengan masuknya warga pendatang di wilayah Sempaja, terjadi penambahan heterogenitas suku yang ada di wilayah Keluarahan Sempaja Utara, khsusnya pada RT 26 dan 28 sebagai tempat penelitian penulis. Masyarakat pendatang terdiri dari suku Banjar, Bugis, Toraja, Buton, Jawa dan Madura. Perjalanannya keberagaman suku ini membuat warga pendatang dan lokal saling menghargai. Akan tetapi, interaksi antara warga pendatang dengan warga lokal tidaklah begitu tinggi. Kondisi ini terlihat oleh fenomena warga pendatang yang jarang terlihat pada kegiatan-kegiatan yang ada di RT. Kebanyakan warga pendatang lebih bersifat individualistik, jarang bersosialisasi bersama warga lainya. Pada warga pendatang waktu untuk melakukan kegiatan sosial di tingkat RT sangatlah sedikit, karena kebanyak warga pendatang adalah para pekerja di perusahaan pertambangan batubara yang memiliki waktunya untuk bekerja yang tinggi. Keberadaan warga pendatang dapat menimbulkan kecemburuan sosial antara masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang, seperti halnya dalam kaitannya dengan peluang untuk bekerja di perusahaan pertambangan batubara. Sebagian masyarakat lokal tidak merasakan dampak positif dari keberadaan perusahaan pertambangan,
justru warga pendatanglah yang lebih merasakan
dampak positifnya. Akan tetapi, kecemburuan itu tidak sampai menimbulkan konflik yang serius seperti terjadinya perkelahian, pergolakan, bahkan pemberontakan. Tabel 11 menunjukan sikap masyarakat terhadap konflik sosial
49
antara masyarakat pendatang dan lokal tidak meningkat semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara. Tabel 11. Persentase Sikap Responden Terhadap Konflik Sosial antara Masyarakat Pendatang dan Lokal Pernyataan Konflik sosial antara masyarakat pendatang dan lokal tidak meningkat
Sikap Sangat Setuju
Setuju
Netral/RaguRagu
Tidak Setuju
1 (2%)
24 (48%)
18 (36%)
5 (10%)
Sangat Tidak Setuju 2 (4%)
Berdasarkan hasil survai yang ditunjukan pada Tabel 11 di atas, untuk pernyataan “konflik sosial antara masyarakat pendatang dan lokal tidak meningkat” sebesar 2 % responden sangat setuju, 48% respoden setuju, 36% responden netral, 10% responden
menyatakan tidak setuju dan sebesar 4%
responden menyatakan sangat tidak setuju. Keberadaan masyarakat pendatang hanya memberikan pengaruh kecil terhadap masyarakat lokal, seperti halnya masuknya masyarakat pendatang dapat membantu peningkatan perekonomian masyarakat lokal dengan menjadi konsumen atau pembeli pada masyarakat yang memiliki usaha.
Akan tetapi
dengan masuknya masyarakat pendatang tidak akan meningkatkan persaingan antar warga dalam kegiatan usaha, yang mana kegiatan usaha tersebut di dominasi oleh masyarakat lokal. Masyarakat lokal cukup menghargai perbedaan tersebut dan tidak adanya desakan dari masyarakat lokal kepada perusahaan untuk memberikan tuntutan dalam memperkerjakan masyarakat pada perusahaan.
50
BAB VII DAMPAK KEBERADAAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN PADA ASPEK EKOLOGI Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam, namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan serta kerusakan lingkungan yang dapat diidentifikasi melalui pengamatan di lapangan. Pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan tanpa memperhatikan aspek pelestariannya dapat meningkatkan tekanan-tekanan terhadap kualitas lingkungan hidup yang pada akhirnya akan mengancam swasembada atau kecukupan pangan semua penduduk di Indonesia. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam memberikan kebijakan tentang peraturan pengelolaan sumberdaya alam menjadi hal yang penting sebagai langkah menjaga sumberdaya alam yang berkelanjutan. Pertambangan batubara merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat terpisahkan sebagai potensi dan sumber pendapatan daerah Kota Samarinda. Pertambangan batubara merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki peran penting dan sebagai penyumbang pendapatan terbesar kota Samarinda. Terdapat 59 Kuasa Pertambangan (KP) yang dikeluarkan oleh Walikota Samarinda sampai saat ini. Ini merupakan angka yang sangat tinggi, terlebih lagi biasanya terdapat pertambangan-pertambangan liar yang tidak memiliki surat izin yang resmi. Terdapat prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh perusahaan agar dapat mengelola atau mendirikan perusahaan pertambangan. Berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) Kementrian Lingkungan No. 11 Tahun 2006 yang menjelaskan jenis-jenis usaha yang wajib Amdal, salah satunya adalah pihak perusahaan harus membuat Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) bagi luas areal pertambangan kecil sama dengan 200 hektar dan membuat Upaya Pengelolaan Lingkungan/Upaya Pemantauan Lingkunga pertambangan besar sama dengan 200 hektar.
(UKL/UPL) bagi luas areal
51
Peran Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda disini dalam pengelolaan sumberdaya alam pertambangan ini adalah sebagai mediator atau badan yang mengawasi berjalanya perusahaan.
Badan lingkungan hidup melakukan
pengawasan rutin yang dilakukan 3 kali pertahun. Pengawasan tersebut dilakukan untuk memantau berjalanya perusahaan dan apakah Amdal atau UKL/UPL sudah dikelola baik oleh perusahaan. Seiring dengan berjalannya waktu, terkadang terdapat perusahaan yang tidak taat peraturan seperti tidak melakukan Amdal dan tidak melakukan reklamasi, yang mana pihak Badan lingkungan hidup akan bertindak tegas dengan mencabut dan menutup usaha pertambangan tersebut. Sebelum pencabutan Kuasa Pertambangan, pihak Lingkungan Hidup melakukan peneguran dengan memberikan Surat Peringatan (SP) sebanyak tiga kali. Terkadang masyarakat merasa terugikan dengan keberadaan perusahaan pertambangan yang menyebabkan masalah lingkungan, yang mana tidak adanya tidak lanjut dari pihak perusahaan untuk melakukan perbaikan, pihak badan Lingkungan Hidup juga akan mengambil tindakan yang tegas dengan mencabut Izin usaha pertambangannya. Berdasarakan informasi yang didapat dari Dinas Pertambangan Kota Samarinda, pada tahun 2011 ini pemerintah kota Samarinda beserta walikota Samarinda tidak akan mengeluarkan surat izin usaha pertambangan atau Kuasa Pertambangan (KP). Banyak latarbelakang yang mempengaruhi hal tersebut, terlihat pada semakin menurunya kualitas lingkungan pada titik-titik tertentu. Tindakan ini diambil oleh pemerintah Kota Samarinda untuk sementara, dalam upaya memperbaiki kualitas hidup yang ada. 7.1
Dampak
Pertambangan Batubara Terhadap Lingkungan Menurut
Sikap Masyarakat Berdirinya perusahaan pertambangan batubara di Kelurahan Sempaja Utara membuat masyarakat menjadi resah. Masalah lingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat terpisahkan dari kegiatan usaha pertambangan. Keberadaan perusahaan pertambangan tersebut membuat resah masyarakat. Semenjak perusahaan pertambangan masuk ke daerah mereka, masyarakat merasa kualitas lingkungan menjadi sangat buruk. Hal ini terlihat oleh sering terjadinya banjir, kondisi sumur masyarakat tercemar, saluran air tersendat, debu, serta terjadinya tanah longsor dan jalan rusak.
52
Berdasarkan hasil survai, sebesar 100 % responden menyatakan bahwa semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara lingkungan hidup di daerah mereka menjadi rusak. Keberadaan perusahaan pertambangan tersebut membuat masyarakat merasa tidak nyaman, karena dampak negatif yang dihasilkan oleh perusahaan. Keberadaan perusahaan juga mengganggu aktivitas masyarakat setempat. Kegiatan perusahaan pertambangan tersebut membuat tercemarnya udara (udara menjadi kotor), menyebabkan kebisingan, lingkungan air tercemar, yang mana hal tersebut semua membuat masyarakat merasa tidak nyaman dan terganggu. Tabel 12menunjukan sikap masyarakat terhadap rusaknya lingkungan semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara di Kelurahan Sempaja Utara. Tabel 12. Persentase Sikap Responden Terhadap Kerusakan Ligkungan Hidup Pernyataan Keadaan Lingkungan Hidup Menjadi Rusak Semenjak Adanya Perusahaan Pertambangan
Sangat Setuju
Setuju
Sikap Netral/Raguragu
22 (44 %)
26 (52%)
2 (4%)
Tidak Setuju
0
Sangat Tidak Setuju 0
Tabel 12 di atas menggambarkan sikap masyarakat, yang mana semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara keadaan lingkungan hidup di Kelurahan Sempaja Utara menjadi rusak. Keberadaan perusahaan membuat keadaan lingkungan menjadi rusak seperti sering terjadinya banjir, udara pun menjadi kotor, tercemarnya air dan jalanan menjadi becek dan berlobang. Rusaknya lingkungan hidup masyarakat di sana terlihat banyaknya gununggunung yang gundul dan hutan-hutan ditebang untuk dijadikan areal pertambangan dan bahan galian C. Sebelum batubara diambil di dalam tanah tersebut, pihak perusahaan melakukan pembukaan lahan pada gunung-gunung dan hutan. Pada kegiatan pembukaaan lahan tersebut, hutan dan gunung-gunung dihancurkan, terlihat berapa banyak vegetasi yang hilang akibat kegiatan tersebut. Hilangnya pemandangan hijau membuat daerah Sempaja Utara tersebut memiliki suhu udara yang panas dan gersang. Hancurnya hutan-hutan tersebut membuat
53
hilangnya daerah serapan air dan hilangnya jenis-jenis tanaman yang ada di hutan. 7.1.1 Kerusakan Jalan Kegiatan pertambangan batubara ini, banyak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan hidup masyarakat sekitar perusahaan pertambangan batubara. Berdasarkan hasil survai, terlihat sebanyak 74% responden menyatakan bahwa semenjak perusahaan pertambangan batubara masuk kewilayah mereka kualitas lingkungan menjadi buruk dan sebanyak 26% responden yang menyatakan sedang. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan pak RT.
“Semenjak perusahaan pertambangan batubara masuk pada wilayah kami, kualitas lingkungan menjadi sangat buruk seperti pada saat hujan datang, daerah kami selalu terendam banjir sampai masuk rumah. Selain itu juga debu jalanan yang membuat kami merasa tidak nyaman saat bernafas. Jalan rusak dan berlobang, pada saat hujan datang, jalanan menjadi becek dan berlumpur tak jarang para warga yang melitas dengan menggunakan sepeda motor sering terjatuh dan tergelincir”. Dampak
negatif
yang
dihasilkan
oleh
keberadaan
perusahaan
pertambangan batubara yaitu terjadinya kerusakan jalan, yang mengakibatkan jalan yang digunakan oleh masyarakat menjadi berlobang. Pada saat hujan turun jalanan yang rusak tersebut berlumpur dan becek. Rusaknya jalanan disebabkan banyak truk-truk penangkut batubara yang melintas setiap waktunya, yang mengakibatkan jalana menjadi rusak dan berlobang. Keadaan jalan seperti ini sangatlah membahayakan penggunaan jalan yang melintas, tidak jarang masyarakat tergelincir dan terjatuh saat jalanan becek dan licin. Hal ini sangatlah meresahkan masyarakat, terganggunya kenyamanan masyarakat saat melewati atau menggunakan jalan. 7.1.2 Polusi Udara Kualitas lingkungan yang buruk juga terlihat pada terjadinya polusi udara atau debu pada lingkungan hidup masyarakat. Berdasarkan hasil survai, untuk pernyataan “ kegiatan perusahaan pertambangan menyebabkan udara tercemar “ sebesar 54 % responden menyatakan sangat setuju, 46% responden menyatakan
54
setuju. Tercemarnya udara disebabkan oleh banyaknya faktor dimana salah satunya adalah truk-truk pengangkut batubara yang sering melintas pada jalan. Pada siang hari yang mana udara panas dan debu menjadi satu, mengakibatkan suasana menjadi tidak sehat. Debu yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan ini membuat masyarakat resah dan sangat terganggu saat bernafas. Hilangnya hutan dan daerah hijau membuat Kelurahan sempaja Utara ini semakin menjadi gersang. Hal ini diperkuat dengan pernyataan seorang ibu rumah tangga yang memiliki usia 33 tahun. “Sejak perusahaan pertambangan batubara masuk sejak tahun 2005, saya merasa udara pada daerah tempat tinggal saya ini menjadi kotor. Banyaknya truk-truk pengangkut batubara yang sering melintas dijalan membuat debu-debu semakin bertambah dan jalanpun menjadi rusak dan berlobang”(IA, 33Tahun) Salah satu ibu rumah tangga di atas menyatakan bahwa semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara, keadaan lingkungan hidup menjadi menurun. Keadaan lingkungan yang menurun ini terlihat dari semakin kotornya udara yang dihirup, debu-debu semakin banyak terlebih pada siang hari saat truktruk pengangkut batubara melintasi jalanan. Pernyataan ini juga dipertegas oleh salah satu ibu yang memiliki usaha sembako dengan usia 38 tahun, yang menyatakan semenjak perusahaan pertambangan batubara beroperasi di daerah mereka, lingkungan hidup menjadi rusak terlihat pada jalanan menjadi rusak, udara menjadi kotor. 7.1.3 Banjir Banjir merupakan salah satu dampak negatif yang selalu terjadi pada saat hujan datang. Banjir selain mengenangi jalanan juga dapat masuk sampai rumah masyarakat, ketinggian banjir dapat mencapai lutut orang dewasa. Banjir menjadi dampak yang sangat merugikan masyarakat, di saat banjir datang masyarakat tidak dapat melakukan aktifitas apa-apa (menjadi tidak produktif). Berdasarkan hasil
survai,
untuk
pernyataan
“Kegiatan
perusahaan
pertambangan
mengakibatkan banjir” terlihat 52% responden menyatakan sangat setuju, bahwa 38% menyatakan setuju, 8% menyatakan tidak setuju dan sebesar 2% meyatakan sangat tidak setuju.
55
Kerugian juga dirasakan oleh para petani, banjir dapat menutupi persawahan dan perkebunan petani. Banjir juga membuat para petani kehilangan pemasukannya, banjir bukan hanya memberikan dampak negatif terhadap ekologi, akan tetapi juga terhadap ekonomi masyarakat. Banjir ini bukan hanya dirasakan oleh masyarakat kelurahan Sempaja Utara, akan tetapi banjir juga mengenangi di daerah Sempaja Selatan dan Kelurahan Air Putih. Banjir yang terjadi pada kelurahan Sempaja Selatan dan Kelurahan Air Putih, diduga merupakan banjir kiriman dari Kelurahan Sempaja Utara yang merupakan titik utama banjir. Keadaan lingkungan seperti ini menuntut banyak pihak yang harus bertanggung jawab. Salah satunya adalah tanggung jawab sosial dari pihak
Perusahaan
pertambangan batubara. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, pihak perusahaan tidak peduli akan dampak negatif yang mereka hasilkan. Kegiatan bakti sosial dan kegiatan perbaikan kualitas lingkungan oleh perusahaan pertambangan batubara tidak pernah diadakan. 7.2 Hubungan Perusahaan dengan Masyarakat Melihat fenomena di atas menuntut banyak pihak yang harus bertanggung jawab. Salah satunya adalah tanggung jawab sosial dari pihak
Perusahaan
pertambangan batubara. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, pihak perusahaan tidak peduli akan dampak negatif yang mereka hasilkan. Kegiatan bakti sosial dan kegiatan perbaikan kualitas lingkungan oleh perusahaan pertambangan batubara tidak pernah diadakan. Perusahaan batubara pernah memberikan dana kompensasi (uang debu) kepada sebagian kecil masyarakat, akan tetapi pemberian dana tersebut tidak merata dan diarasakan oleh masyarakat tidak cukup untuk menggantikan dampak negatif yang dihasilkan. Pembagian dana kompensasi ini hanya dilakukan 2 kali saja, semenjak perusahaan pertambangan batubara itu berdiri tahun 2005. Dana kompensasi tersebut juga terbilang kecil dan tidak semua masyarakat merasakan nya, hanya sebagian masyarakat saja yang menerima dana kompensasi itu. Terlihat hanya 12% responden yang menyatakan bahwa pihak perusahaan pernah melakukan kegiatan menyiram jalanan, akan tetapi kegiatan itu dilakukan sangatlah jarang. Berdasarkan hasil survai, sebesar 84% responden yang menyatakan bahwa perusahaan
tidak
pernah
memberikan
bantuan
kepada
masyarakat.
56
Ketidakpedulian pihak perusahaan pertambangan batubara, sangatlah membuat resah masyarakat. Terlihat pernah terjadinya konflik antara pihak masyarakat dan perusahaan, saat masyarakat menuntut ingin diperbaikin jalanan yang rusak. Pihak masyarakat pernah melalukan proses negosiasi dengan menunjukan perwakilan kepada ketua RT untuk meminta bantuan dana dalam perbaikan jalan. Akan tetapi, proses negosiasi ini tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat, akibatnya masyarakat mencari solusi dengan melakukan aksi demo dan menutup jalan yang digunakan oleh pihak perusahaan pertambangan batubara. Aksi demo ini dilakukan oleh masyarakat sebagai salah satu bentuk protes dari ketidakadilan dan ketidakpedulian perusahaan terhadap rusaknya lingkungan hidup masyarakat. Setelah masyarakat melakukan aksi demo, barulah pihak perusahaan memperbaiki jalanan yang rusak tersebut. Perbaikan jalan tersebut barulah diperbaiki 20% saja dari kerusakan yang ada, sampai saat ini pihak perusahaan belum melakukanya lagi. Keresahaan masyarakat ini juga disampaikan kepada pihak pemerintah baik itu pemerintah kelurahan sampai kepada pemerintah kota. Pihak pemerintah kelurahan merasa sangat sedih, tidak adanya rasa kepedulian dari pihak perusahaan dalam membantu masyarakat untuk mengembalikan kualitas lingkungan hidup yang lebih baik. Pihak pemerintah kelurahan saat ini hanyalah membantu masyarakat melakukan mediasi kepada pihak perusahaan dan pihak pemerintah kota. Pemerintah kelurahan tidak jarang melakukan pertemuan untuk meminta tanggungjawab sosial dari pihak perusahaan dalam melihat fenomena sosial yang ada, akan tetapi tidak adanya respon yang baik oleh perusahaan. Ketidakpedulian perusahaan pertambangan batubara ini dalam melihat fenomena yang ada, tidak membuat masyarakat merasa putus asa. Terlihat pada RT 26, kesadaraan masyarakat dalam memperbaiki kualitas lingkungan. Terdapatnya uang iuran yang dibayarakan pada setiap satu bulan sekali oleh masyarakat kepada pak RT, yang mana uang iuran tersebut digunakan oleh masyarakat RT 26 untuk melakukan kerja bakti membersihkan selokan dan memperbaiki jalan. Melihat fenomena di atas dalam otonomi daerah, terlihat terdapatnya kewenangan penuh pemerintah daerah Kota Samarinda dalam pengelolaan sumberdaya alam pertambangan batubara ini. Pemberiaan kewenangan kepada
57
pemerintah daerah, memberikan ruang seluas-luasnya kepada pemerintah daerah dalam menggali potensi-potensi yang dimilik daerah. Pemberian izin usaha pertambangan kepada perusahaan merupakan salah satu jalan dalam peningkatan pendapatan daerah dari dana bagi hasil sumberdaya alam. Hal ini diiringi dengan banyaknya terbit Kuasa Pertambangan (KP) atau Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah Kota Samarinda, akan tetapi kebijakan tersebut kurang memperhatikan dampak negatif yang dihasilkan seperti halnya pada penurunan kualitas lingkungan hidup. Pada era otonomi daerah ini, dimana peran serta masyarakat sangatlah diperlukan. Diikutsertakan masyarakat dalam pemberian keputusan sangatlah penting, karena masyarakat adalah orang yang paling merasakan dampak-dampak yang terjadi.
58
BAB VIII SIKAP MASYARAKAT TERHADAP DAMPAK KEBERADAAN PERTAMBANGAN BATUBARA 8.1 Karekteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah adalah penduduk yang berada di Kelurahan Sempaja Utara sejak sebelum berdirinya perusahaan pertambangan batubara pada tahun 2005. Terdapat 50 responden dalam penelitian ini, yang terdiri 30 orang laki-laki dan 20 orang perempuan. Pada Tabel 13 menunjukan jumlah responden ditinjau dari tingkatan umur responden. Tabel 13. Tingkatan Umur Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Umur Responden (Tahun)
Jenis Kelamin
20-35
36-51
52-67
Laki-Laki
7
22
1
Perempuan
10
10
0
Jumlah
17
32
1
Terlihat pada Tabel 13 di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden terdapat pada tingkatan umur 36-51 tahun, yang mana sebesar 22 responden laki-laki dan 10 responden perempuan. Pada tingkatan umur 52-67 tahun hanya terdapat 1 responden dan pada tingatan umur 20-35 tahun terdapat 17 responden. Apabila ditinjau dari segi pendidikan umumnya responden Kelurahan Sempaja Utara mengenal pendidikan formal, yang dapat terlihat pada Tabel 14 Tabel 14. Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan (Orang)
Jenis Kelamin
SMA
SMP
SD
Tidak Sekolah
Laki-laki
6
9
15
0
Perempuan
4
6
9
1
Jumlah
10
15
24
1
Pada Tabel 14 di atas menunjukan bahwa tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah SD, terlihat 15 orang respoden laki-laki dan 9 responen perempuan. Tingkat pendidikan responden paling tertinggi adalah pada tingkat
59
SMA, akan tetapi hanya terdapat 10 responden yaitu 6 responden laki-laki dan 4 responden perempuan. Responden pada penelitian ini memiliki jenis pekarjaan yang beragam, dimana pada Tabel 15 di bawah menunjukan jenis pekerjaan responden. Tabel 15. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan No
Jenis Pekerjaan
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1
Pegawai Swasta
10
20
2
Pemilik Usaha
4
8
3
Wiraswasta
6
12
4
Operator
1
2
5
Nelayan
1
2
6
Satpam
1
2
7
Petani
5
10
8
Buruh
9
18
9
Ibu Rumah Tangga
10
20
10
Tidak Memiliki Pekerjaan
3
6
Jumlah
50
100
Tabel 15 di atas menunjukan bahwa jenis pekerjaan responden sangat beragam. Terdapat 10 jenis pekerjaan responden, yang terdiri dari 20% responden berprofesi sebagai pegawai swasta dan ibu rumah tangga, 18% bekerja sebagai buruh, 12% bekerja sebagai wiraswasta, 10% sebagai petani 8% sebagai pemilik usaha, 6% tidak memiliki pekerjaan, 2% sebagai Operator Perusahaan Pertambangan, nelayan dan satpam. Sebagian besar responden memiliki pekejaan sebagai pegawai swasta dan ibu rumah tangga. Responden penelitian ini memiliki tingkat pendapatan yang beragam dari yang memiliki pendapatan Rp. 0 sampai Rp. 3.400.00, yang mana akan ditunjukan pada Tabel 16.
60
Tabel 16. Tingkat Pendapatan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
Rp. 2 400.000 – Rp. 3.400.00
Tingkat Pendapatan Rp. 1.400.000 - Rp. 300.000Rp. 2.400.000 1.300.000
5 2 7
9 3 12
15 3 18
Tidak Berpenghasil an 1 12 13
Pada Tabel 16 di atas menunjukan bahwa terdapat 18 responden yang terdiri dari 15 laki-laki dan 3 perempuan yang memiliki tingkat pendapatan sebesar Rp. 300.000 – Rp. 1.300.000. Terdapat 12 responden yang terdiri dari 9 laki-laki dan 3 perempuan yang memiliki tingkat pendapatan Rp. 1.400.000 – Rp. 2.400.000. Pada tingkat pendapatan Rp. 2.400.000 – Rp. 3.400.000 terdapat 7 responden yang terdiri dari 5 laki-laki dan 2 perempuan serta terdapat 13 responden yang tidak memiliki penghasilan yang terdiri dari 1 laki-laki dan 12 perempuan. Responden yang tidak memiliki penghasilan adalah responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan tidak memiliki pekerjaan. 8.2 Sikap Masyarakat Terhadap Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Sarwono (1999) mengatakan sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kecenderungan merespon (secara positif atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2007) sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulasi atau objek (dalam hal ini dampak keberadaan perusahaan pertambangan). Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkahlaku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Melihat fenomena yang terjadi pada Kelurahan Sempaja Utara, semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara memberikan dampak positif dan negatif terhadap masyarakat, yang mana dampak tersebut mempengaruhi pada aspek sosial-ekonomi dan pada aspek ekologi. Dampak yang dihasilkan dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara tersebut membuat masyarakat
61
memiliki sikap dalam menanggapinya.
Pada Tabel 17 dibawah ini terlihat
persentase respon masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan batubara di Kelurahan Sempaja Utara. Tabel. 17 Persentase Sikap Masyarakat
terhadap Aspek Ekologi, Sosial dan
Ekonomi Aspek Ekologi Sosial dan Ekonomi
Sikap Masyarakat Positif Negatif 6% 94% 16% 84%
Jumlah 100% 100%
Berdasarkan Tabel 17 di atas terlihat bahwa sikap masyarakat terhadap aspek ekologi, sosial dan ekonomi cenderung bersikap negatif. Terlihat sebesar 94% masyarakat yang bersikap negatif dan sebesar 6% bersikap positif terhadap aspek ekologi. Sebesar 6% saja masyarakat yang memiliki sikap positif terhadap keberadaan perusahaan pertambangan batubara, hal dikarenakan hanya sebagian kecil masyarakat yang merasakan kepedulian pihak perusahaan terhadap lingkungan seperti menyiram jalanan. Pada aspek sosial dan ekonomi sebesar 16% masyarakat bersikap positif dan 84% masyarakat bersikap negatif. Tingginya persentase masyarakat yang bersikap negatif, dikarenakan keberadaan perusahaan pertambangan tidak memberikan kontribusi yang positif terhadap aspek sosialekonomi. Akan tetapi sebesar 16% masyarakat menanggapi positif keberadaan perusahaan, hal ini banyak dirasakan oleh masyarakat yang memanfaatkan peluang berusaha dan mendapatkan pekerjaan di pertambangan walaupun hanya sebagai buruh kasar. Sikap dibentuk oleh faktor ekternal dan internal individu, dalam penelitian ini melihat bagaimana hubungan antara faktor internal individu seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga dengan sikap mengenai dampak sosial-ekonomi dan ekologi dari perusahaan pertambangan batubara yang terdapat di Kelurahan Sempaja Utara. Tabel
18
menunjukan hasil uji SPSS Rank Spearman hubungan antara karekteristik individu dengan sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi dan ekologi dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara.
62
Tabel. 18 Hasil Uji SPSS Rank Spearman Hubungan antara Karekteristik Individu Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dan Ekologi dari Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara. Karekteristik Individu
Umur Jumlah Tanggungan Keluarga Tingkat Pendapatan Tingkat Pendidikan Keterangan :
Sikap Terhadap Dampak Sosial Sikap Terhadap Dampak Ekonomi Ekologi Correlation Sig. (2-tailde) Correlation Sig. (2-tailde) Coefficient Coefficient -0,192 0,270 -0,103 0,475 -0,244 0,159 -0,044 0,759
0,291
0,090
0,153
0,287
0,157
0,367
0,069
0,632
HO
: Tidak ada korelasi antara variabel
H1
: Ada Korelasi antara Variabel
8.2.1
Hubungan antara Umur Individu dengan Sikap Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dan Ekologi. Bagian ini mengidenifikasi hubungan antara umur masyarakat dengan
sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi dan ekologi dari adanya aktifitas perusahaan pertambangan batubara. Pada Tabel 19 di bawah menunjukan persentase sikap masyarakat terhadap dampak ekologi yang dihasilkan dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara, berdasarkan tingkatan umur masyarakat Tabel 19 . Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Ekologi Berdasarkan Umur Umur (Tahun) 20 – 35 36 – 51 52 – 67 Jumlah
Sikap Masyarakat Terhadap Dampak Ekologi (%) Positif Negatif 2 36 4 56 0 2 8 92
Tabel 19 di atas menunjukan bahwa masyarakat yang memiliki tingkatan umur 52-67 tahun sebesar 2 % memiliki sikap negatif. Masyarakat yang memiliki
63
tingkatan umur 36-51 tahun sebesar 4% bersikap positif dan 56% bersikap negatif. Masyarakat yang memiliki tingkatan umur 20-35 tahun sebesar 2% bersikap positif dan 36% bersikap negatif. Apabila dilihat secara keselurahan tidak terdapatnya kecenderungan masyarakat dalam menentukan sikap berdasarkan tingkatan umur. Pada Tabel 18 merupakan hasil pengolahan data dengan menggunakan program statistik SPSS Rank Spearman, untuk melihat bagaimana hubungan antara variabel umur masyarakat dengan aspek sikap masyarakat terhadap aspek dampak ekologi. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis yang tertera pada Tabel 18 di atas, terlihat bahwa angka korelasi antara variabel umur dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak ekologi adalah sebesar 0,475. Karena p value Sig.(2-tailed) > alpha (0,10 = 10%) maka terima HO, artinya tidak ada korelasi antara variabel umur dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak ekologi. Sikap positif atau negatif terhadap dampak ekologi dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara tidak berhubungan dengan aspek umur masyarakat akan tetapi pembentukan sikap ini berhubungan dengan dampak yang dirasakan oleh masyarakat secara langsung. Dalam hal ini, perbedaan umur tidak berhubungan secara signifikan terhadap pembentukan sikap. Masyarakat yang memiliki umur yang tinggi (52-67) tahun tidak selalu memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan perusahaan. Begitu pula dengan masyarakat yang memiliki umur yang sedang, yakni (36-51) tahun, yang juga tidak selalu memiliki sikap yang negatif. Keberadaan perusahaan pertambangan batubara ini bukan hanya memberikan dampak terhadap aspek ekologi akan tetapi juga berdampak pada apek sosial-ekonomi masyarakat. Pada Tabel 20 di bawah menunjukan persentase sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi yang dihasilkan dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara, berdasarkan tingkatan umur masyarakat.
64
Tabel 20. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Sosial-Ekonomi Berdasarkan Umur Umur (Tahun) 20 – 35 36 – 51 52 – 67 Jumlah
Sikap Responden Terhadap Dampak Sosial – Ekonomi (%) Positif Negatif 4 34 10 48 2 2 16 84
Tabel 20 di atas menunjukan bahwa masyarakat yang memiliki tingkatan umur 52-67 tahun sebesar 2 % memiliki sikap negatif dan sikap positif. Masyarakat yang memiliki tingkatan umur 36-51 tahun sebesar 10% bersikap positif dan 48% bersikap negatif. Masyarakat yang memiliki tingkatan umur 2035 tahun sebesar 4% bersikap positif dan 34% bersikap negatif. Apabila dilihat secara
keselurahan
tidak
terdapatnya
kecenderungan
masyarakat
dalam
menentukan sikap berdasarkan tingkatan umur. Selain mengetahui persentase sikap masyarakat, penelitian ini juga ingin melihat hubungan antara umur masyarakat
dengan
sikap
masyarakat
terhadap
dampak
sosial-ekonomi
masyarakat. Berdasarkan hasil uji statistik Rank Sperman yang tertera pada Tabel 18 di atas, terlihat bahwa angka korelasi antara variabel umur dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi adalah sebesar 0,270. Karena p value Sig.(2-tailed) > alpha (0,10 = 10%) maka terima HO, artinya tidak ada korelasi antara variabel umur dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi.
Perbedaan
umur tidak
berhubungan
dengan
bagaimana
masyarakat menentukan sikap terhadap keberadaan dan aktivitas perusahaan. Tidak adanya kecenderungan
yang menunjukan bahwa masyarakat yang
memiliki umur yang tinggi (52-67) tahun tidak selalu memiliki sikap yang negatif, dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki umur yang sedang (36-51) tahun yang juga tidak selalu memiliki sikap yang positif begitupun sebaliknya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan seorang ibu penjual sayuran keliling yang memiliki umur 23 tahun. “ Keberadaan perusahaan pertambangan batubara memberikan nilai yang positif terhadap peningkatan pendapatan keluarga
65
saya, semenjak perusahaan pertambangan masuk saya melihat adanya peluang untuk berusaha. Saya melihat peluang itu dengan berjualan sayuran keliling. Walaupun hasilnya tidak seberapa, akan tetapi penghasilan saya dapat membantu keluarga saya.” ”( DW,23 Tahun) Pernyataan salah satu ibu rumah tangga yang memanfaatkan peluang berusaha ini menunjukkan bahwa keberadaan perusahaan pertambangan batubara memberikan nilai positif terhadap tingkat pendapatan keluarga. Berbeda dengan salah satu masyarakat yang berprofesi sebagai buruh kasaran di perusahaan yang berumur 33 tahun, yang menyatakan bahwa tidak ada dampak positif yang dirasakan dengan adanya perusahaan pertambangan batubara karena pada kenyataannya kesempatan bekerja pada sektor pertambangan masih sangat sulit dijangkau oleh masyarakat sekitar. Semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara ke Kelurahan Sempaja Utara, kesempatan yang diberikan perusahaan pertambangan untuk bekerja menjadi karyawan di perusahaan sangatlah kecil karena sebagian besar masyarakat lokal yang bekerja di perusahaan hanya sebatas menjadi buruh kasaran dan supir truk. Kondisi tersebut sangat jauh dari yang diharapkan oleh masyarakat lokal. Ketidakpedulian perusahaan terhadap masyarakat membuat masyarakat (buruh) menjadi merasa dibaikan dan tidak diperhatikan. Kondisi tersebut membuat masyarakat melakukan aksi protes terhadap perusahaan sebagai wujud kekesalan dan ketidakpuasan mereka. Sedangkan di sisi lain, kesempatan bekerja sangatlah dirasakan dampak positifnya oleh masyarakat pendatang. Terjadinya kecemburuan sosial antara masyarakat lokal (buruh 33 tahun) dengan masyarakat pendatang tidak sampai menimbulkan konflik. Keterbelakangan pendidikan dan kekurangmampuan masyarakat lokal menjadi latar yang mengakibatkan mereka tidak bersaing dengan masyarakat pendatang dalam memperoleh kesempatan kerja yang lebih layak. 8.2.2 Hubungan antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Sikap Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dan Ekologi. Penelitian ini diarahkan untuk melihat bagaimana sikap masyarakat terhadap dampak
sosial-ekonomi
dan
ekologi
dari
adanya
aktifitas
perusahaan
pertambangan batubara. Pada Tabel 21 di bawah menunjukan persentase sikap
66
masyarakat terhadap dampak ekologi yang dihasilkan dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara, berdasarkan jumlah tanggungan masyarakat. Tabel 21. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Ekologi Berdasarkan Jumlah Tanggungan Jumlah Tanggungan (Orang) <2 3–4 > 5 Jumlah
Sikap Responden Terhadap Dampak Ekologi (%) Positif Negatif 14 4 62 2 18 8 92
Tabel 21 di atas menunjukan bahwa pada masyarakat yang memiliki jumlah tanggungan > 5 orang sebesar 18 % memiliki sikap negatif dan 2% sikap positif. Masyarakat yang memiliki jumlah tanggungan 3-4 orang sebesar 4% bersikap positif dan 62% bersikap negatif. Masyarakat yang memiliki jumlah tanggungan < 2 orang sebesar 14% bersikap negatif. Apabila dilihat secara keselurahan tidak terdapatnya kecenderungan masyarakat dalam menentukan sikap berdasarkan jumlah tanggungan. Selain mengetahui persentase sikap masyarakat, penelitian ini diarahkan untuk melihat bagaimana hubungan antara jumlah tanggungan masyarakat terhadap dampak dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara. Mengacu pada Tabel 18, nilai korelasi antara variabel jumlah tanggungan keluarga dengan variabel pembentukan sikap masyarakat terhadap dampak ekologi yang disebabkan oleh keberadaan perusahaan pertambangan batubara. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis yang tertera pada Tabel 18 di atas, terlihat bahwa angka korelasi antara variabel jumlah tanggungan dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak ekologi adalah sebesar 0,759. Karena p value Sig.(2-tailed) > alpha (0,10 = 10%) maka terima HO, artinya tidak ada korelasi antara variabel jumlah tanggungan dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak ekologi. Kedua variabel tidak berhubungan secara signifikan sehingga semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh terhadap pembentukan sikap masyarakat pada dampak ekologi. Perbedaan jumlah tanggungan keluarga yang rendah (< 2) orang, sedang (3-4) orang atau tinggi (> 5) orang, tidak berpengaruh terhadap pembentukan sikap masyarakat, baik itu sikap
67
positif maupun sikap negatif. Hal ini diperkuat dengan salah satu pernyataan dari seorang petani yang memiliki jumlah tanggungan sebesar 4 orang. “ Semenjak perusahaan pertambangan masuk di daerah kita ini, jalanan semakin rusak dan sering terjadi banjir. Pohon dan gunung-gunung disini banyak ditebangi, akibatnya daerah kami menjadi gersang dan panas.” Jalanan rusak dan sering terjadinya banjir menyebabkan penurunan kualitas lingkungan hidup, hal ini juga yang memperkuat para petani berpandangan bahwa keberadaan perusahaan pertambangan batubara telah merusak lingkungan. Sikap yang sama juga diperlihatkan oleh seorang pekerja swasta yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak 2 orang. Ketidaknyaman dan ketidaksenangan seorang pekerja swasta ini terhadap dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara, membuat ia bersikap negatif atas dampak yang dihasilkan oleh aktivitas perusahaan. Perbedaan jumah tanggungan antara dua responden di atas menunjukan bahwa tidak adanya kecenderungan yang menyatakan bahwa masyarakat yang memiliki jumlah tanggungan banyak akan bersikap positif terhadap dampak ekologi yang dihasilkan dan individu yang memiliki jumlah tanggungan sedikit memiliki kecenderungan bersikap negatif. Nilai signifikansi antara dua variabel ini menggambarkan bahwa semakin sedikit atau banyak jumlah tanggungan tidak berhubungan dengan kemungkinan individu bersikap positif ataupun negatif terhadap aktivitas perusahaan. Selain itu, terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup, membuat individu merasa tidak nyaman dan terganggunya aktivitas individu, sehingga membuat masyarakat memiliki sikap negatif terhadap keberadaan perusahaan pertambangan. Keberadaan perusahaan pertambangan batubara bukan hanya memberikan dampak ekologi terhadap masyarakat, akan tetapi juga memberikan dampak terhadap sosial-ekonomi individu. Pada Tabel 22 di bawah menunjukan persentase sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi yang dihasilkan dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara, berdasarkan jumlah tanggungan masyarakat.
68
Tabel 22. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Sosial-Ekonomi Berdasarkan Jumlah Tanggungan Jumlah Tanggungan (Orang) < 2 3–4 .> 5 Jumlah
Sikap Responden Terhadap Dampak Sosial – Ekonomi (%) Positif Negatif 2 14 6 52 8 18 16 84
Tabel 22 di atas menunjukan bahwa pada masyarakat yang memiliki jumlah tanggungan .>5 orang sebesar 18 % memiliki sikap negatif dan 8% sikap positif. Masyarakat yang memiliki jumlah tanggungan 3-4 orang sebesar 6% bersikap positif dan 52% bersikap negatif. Masyarakat yang memiliki jumlah tanggungan < 2 orang sebesar 14% bersikap negatif dan 2% bersikap positif. Apabila dilihat secara keselurahan tidak terdapatnya kecenderungan masyarakat dalam menentukan sikap berdasarkan jumlah tanggungan. Selain mengetahui persentase sikap masyarakat, penelitian ini penelitian ini juga ingin melihat bagaimana hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan sikap individu terhadap dampak sosial ekonomi. Tabel 18 menunjukan hasil uji korelasi dengan menggunakan SPSS Rank Spearman, dimana tabel tersebut melihat hubungan antara dua varabel tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis yang tertera pada Tabel 18 di atas, terlihat bahwa angka korelasi antara variabel jumlah tanggungan dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi adalah sebesar 0,159. Karena p value Sig.(2-tailed) > alpha (0,10 = 10%) maka terima HO, artinya tidak ada korelasi antara variabel jumlah tanggungan dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi. Kedua variabel tidak berhubungan secara signifikan sehingga semakin tinggi jumlah tanggungan responden tidak berhubungan dengan pembentukan sikap masyarakat terhadap dampak ekologi yang diakibatkan oleh keberadaan dan aktivitas perusahaan. Besarnya jumlah tanggungan keluarga tidak berhubungan secara signifikan terhadap pembentukan sikap individu oleh dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara. Sikap positif atau negatif yang dihasilkan oleh masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi dari keberadaan perusahaan
69
pertambangan batubara, bukan dibentuk berdasarkan jumlah tanggungan individu akan tetapi pembentukan sikap ini lebih didasarkan atas dampak-dampak yang dirasakan oleh masyarakat secara langsung. Keberadaan perusahaan pertambangan dirasakan tidak memberikan dampak positif oleh sebagian masyarakat, seperti halnya dalam peningkatan pendapatan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan seorang masyarakat lokal yang berprofesi sebagai petani. Seorang suami yang memiliki kewajiban dalam menafkahi seluruh keluarganya nya (4 orang) memandang keberadaan perusahaan pertambangan tidak memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan pendapatan keluarga. Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh seorang wiraswasta yang memiliki jumlah tanggungan 3 orang, dimana semenjak perusahaan pertambangan masuk ke wilayah mereka tidak dirasakan adanya perubahan positif dalam peningkatan pendapatan, bahkan kesempatan untuk bekerja pada sektor pertambangan juga sangatlah kecil. 8.2.3 Hubungan antara Tingkat Pendapatan Masyarakat dengan Sikap Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dan Ekologi. Bagian ini mengidenifikasi hubungan antara tingkat pendapatan masyarakat dengan sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi dan ekologi dari adanya aktifitas perusahaan pertambangan batubara. Pada Tabel 23 di bawah menunjukan persentase sikap masyarakat terhadap dampak ekologi yang dihasilkan dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara, berdasarkan tingkatan pendapatan masyarakat. Tabel 23. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Ekologi Berdasarkan Tingkat Pendapatan Tingkat Pendapatan Rp. 2 400.000 – Rp 3.400.000
Sikap Responden Terhadap Dampak Ekologi (%) Positif Negatif 12
Rp. 1.400.000 - Rp. 2.400.000 Rp. 300.000 - Rp. 1.300.000
4 2
22 34
Tidak Berpenghasilan Jumlah
8
26 92
Tabel 23 di atas menunjukan bahwa pada masyarakat yang tidak berpenghasilan sebesar 26 % memiliki sikap negatif. Masyarakat yang memiliki
70
tingkat penghasilan Rp. 300.000 - Rp. 1.300.000 sebesar 2% bersikap positif dan 34% bersikap negatif. Masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan Rp. 1.400.000 - Rp. 2.400.000 sebesar 4% bersikap positif dan 22% bersikap negatif. Masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan Rp. 2.400.000 – Rp 3.400.000 sebesar 12% bersikap negatif. Selain mengetahui persentase sikap masyarakat, penelitian ini diarahkan untuk melihat bagaimana hubungan tingkat pendapatan masyarakat terhadap dampak dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis yang tertera pada Tabel 18 di atas, terlihat bahwan angka korelasi antara variabel tingkat pendapatan dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak ekologi adalah sebesar 0,287. Karena p value Sig.(2tailed) > alpha (0,10 = 10%) maka terima HO, artinya tidak ada korelasi antara variabel tingkat pendapatan dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak ekologi. Kedua variabel tidak berhubungan secara signifikan sehingga semakin tinggi tingkat pendapatan responden tidak berhubungan terhadap pembentukan sikap masyarakat pada dampak ekologi. Sikap positif atau negatif terhadap dampak ekologi dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara, tidak didasarkan pada tingkat pendapatan masyarakat akan tetapi, pembentukan sikap ini didasarkan atas dampak yang dirasakan oleh masyarakat secara langsung. Dampak yang dirasakan langsung oleh masyarakat dapat membentuk sikap masyarakat terhadap suatu fenomena yang terjadi. Hal ini didukung oleh pernyataan seorang karyawan swasta yang memiliki penghasilan sebesar Rp. 2.500.000, dimana keberadaan perusahaan pertambangan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Rusaknya jalanan, banjir dan hilangnya hutan membuat masyarakat bersikap negatif dengan keberadaan perusahaan pertambangan. Hal serupa juga diungkapkan oleh seorang buruh kasaran yang memiliki pendapatan sebesar Rp.300.000
“Adanya perusahaan pertambangan membuat saya memiliki pekerjaan walaupun hanya sebagai buruh kasaran, tetapi di satu sisi saya merasa kecewa, dengan berdirinya perusahaan pertambangan ini membuat lingkungan menjadi tidak sehat”
71
Perbedaan pendapatan antara dua responden yang ada tidak menjamin bahwa masyarakat memiliki sikap yang negatif terhadap dampak ekologi dari keberadaan perusahaan pertambangan. Hal inilah yang dapat dilihat bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pendapatan terhadap variabel sikap masyarakat dalam aspek ekologi. Semakin tinggi tingkat pendapatan individu tidak berhubungan secara signifikan dengan tingginya sikap masyarakat terhadap aspek ekologi dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara.
Keberadaan
perusahaan
pertambangan
batubara
bukan
hanya
memberikan dampak ekologi terhadap masyarakat, akan tetapi juga memberikan dampak terhadap sosial-ekonomi individu. Pada Tabel 24 di bawah menunjukan persentase sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi yang dihasilkan dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara, berdasarkan tingkat pendapatan masyarakat. Tabel 24. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Sosial-Ekonomi Berdasarkan Tingkat Pendapatan Tingkat Pendapatan Rp. 2 400.000 – Rp 3.400.000
Sikap Responden Terhadap Dampak SosialEkonomi (%) Positif Negatif 12
Rp. 1.400.000 - Rp. 2.400.000 Rp. 300.000 - Rp. 1.300.000
8 4
16 32
Tidak Berpenghasilan Jumlah
4 16
24 84
Tabel 24 di atas menunjukan bahwa pada masyarakat yang tidak berpenghasilan memiliki sikap negatif sebesar 24 % dan 4% bersikap positif. Masyarakat yang memiliki tingkat penghasilan Rp. 300.000 - Rp. 1.300.000 sebesar 4% bersikap positif dan 32% bersikap negatif. Masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan Rp. 1.400.000 - Rp. 2.400.000 sebesar 8% bersikap positif dan 16% bersikap negatif. Masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan Rp. 2 400.000
– Rp
3.400.000
sebesar 12% bersikap negatif.
Terdapatnya
kecenderungan sikap masyarakat terhadap tingkat pendapatan, terlihat bahwa masyarakat semakin positif sikap masyarakat terhadap aspek sosial-ekonomi maka semakin tinggi pula tingkat pendapatan masyarakat.
72
Selain mengetahui persentase sikap masyarakat terhadap dampak sosialekonomi, penelitian ini penelitian ini juga ingin melihat bagaimana hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan sikap individu terhadap dampak sosial ekonomi. Tabel 18 yang menunjukan hasil uji dengan menggunakan SPSS Rank Spearman, memaparkan hasil uji hubungan antara dua variabel yaitu antara variabel tingkat pendapatan dan variabel sikap individu terhadap dampak sosialekonomi. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis yang tertera pada tabel di atas, terlihat bahwa angka korelasi antara variabel tingkat pendapatan dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi adalah sebesar 0,090. Karena p value Sig.(2-tailed) > alpha (0,10 = 10%) maka terima H1, artinya ada korelasi antara variabel tingkat pendapatan dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi. Hubungan antara keduanya variabel berhubungan secara signifikan sehingga semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat, maka semakin positif pula sikap masyarakat terhadap dampak sosialekonomi. Semakin tinggi tingkat pendapatan, maka semakin positif pula sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi dari keberadaan perusahaan pertambangan. Semenjak masuknya perusahaan pertambangan, peluang untuk berusaha terbuka lebar. Peluang berusaha ini dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat, dengan memanfaatkan peluang usaha yang ada masyarakat merasa terbantu dalam peningkatan pendapatannya.Keberadaan perusahaan pertambangan batubara juga dirasakan positif oleh seorang penjual sayur keliling dan buruh kasar dipertambangan batubara, semenjak masuknya perusahaan pertambangan batubara tingkat pendapatan menjadi bertambah. Kedua responden tersebut memiliki sikap positif terhadap yang sama terhadap dampak sosial-ekonomi dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara. 8.2.4 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Individu dengan Sikap Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dan Ekologi. Penelitian ini diarahkan untuk melihat bagaimana sikap masyarakat terhadap dampak
sosial-ekonomi
dan
ekologi
dari
adanya
aktifitas
perusahaan
pertambangan batubara. Pada Tabel 25 di bawah menunjukan persentase sikap masyarakat terhadap dampak ekologi yang dihasilkan dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara, berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat.
73
Tabel 25. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Ekologi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Universitas SMA SMP SD Tidak Sekolah Jumlah Tabel
Sikap Responden Terhadap Dampak Ekologi (%) Positif Negatif 22 2 32 4 38 2 8 92
25 di atas menunjukan persentase sikap masyarakat terhadap
dampak ekologi dari keberaaan
perusahaan pertambangan. Terlihat bahwa
masyarakat yang tidak bersekolah, memiliki sikap negatif sebesar 2%. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan SD sebesar 4% bersikap positif dan 38% bersikap negatif. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan SMP sebesar 32% bersikap negatif. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan SMA sebesar 22% bersikap negatif. Tidak terdapatnya kecenderungan tingginya tingkat pendidikan terhadap pembentukan sikap masyarakat terhadap dampak ekologi. Selain mengetahui persentase sikap masyarakat, penelitian ini diarahkan untuk melihat bagaimana hubungan tingkat pendidikan masyarakat terhadap dampak dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara. Tabel 18 memaparkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program statistik Rank Spearman yang disusun untuk melihat bagaimana hubungan antara umur dengan sikap terhadap dampak ekologi yang dihasilkan. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis yang tertera pada Tabel 18, terlihat bahwa angka korelasi antara variabel tingkat pendidikan dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak ekologi adalah sebesar 0,632. Karena p value Sig.(2-tailed) > alpha (0,10 = 10%) maka terima HO, artinya tidak ada korelasi antara variabel tingkat pendidikan dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak ekologi. Kedua variabel tidak berhubungan secara signifikan, semakin tinggi tingkat pendidikan responden tidak berhubungan dengan pembentukan sikap masyarakat terhadap dampak ekologi dari keberadaan dan aktivitas perusahaan.
74
Apabila
masyarakat
merasakan
bahwa
dampak
dari
keberadaan
perusahaan pertambangan membuat keadaan lingkungan hidup menjadi rusak dan tidak adanya respon atau kepedulian dari pihak perusahaan terhadap tingkat kehidupan, maka terdapat kecenderungan masyarakat akan bersikap negatif terhadap perusahaan. Kondisi demikian jika dibiarkan berlarut akan membuat masyarakat semakin berpandangan negatif terhadap perusahaan dan menciptakan kondisi
ketidakharmonisan
diantara
keduanya,
sehingga
dapat
memicu
pemberontakan akibat ketidakpuasan. Keberadaan perusahaan pertambangan batubara bukan hanya memberikan dampak ekologi terhadap masyarakat, akan tetapi juga memberikan dampak terhadap sosial-ekonomi individu. Pada Tabel
26 di bawah menunjukan
persentase sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi yang dihasilkan dari keberadaan perusahaan pertambangan batubara, berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat. Tabel 26. Persentase Sikap Masyarakat Terhadap Aspek Sosial-Ekonomi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Universitas SMA SMP SD Tidak Sekolah Jumlah
Sikap Responden Terhadap Dampak SosialEkonomi (%) Positif Negatif 24 6 26 10 32 2 16 84
Tabel 26 di atas menunjukan bahwa masyarakat yang tidak sekolah, memiliki sikap negatif sebesar 2%. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan SD sebesar 10% bersikap positif dan 32% bersikap negatif. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan SMP sebesar 6% bersikap positif dan 26% bersikap negatif. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan SMA sebesar 24% yang bersikap negatif. Tidak terdapatnya kecenderungan tingginya tingkat pendidikan terhadap pembentukan sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi. Selain mengetahui persentase sikap masyarakat, penelitian ini diarahkan untuk melihat bagaimana hubungan tingkat pendidikan masyarakat terhadap dampak sosial ekonomi.
75
Tabel 18 menunjukan hasil uji dengan menggunakan SPSS Rank Spearman, dimana tabel tersebut dipaparkan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu antara tingkat pendidikan dengan sikap individu terhadap dampak sosial-ekonomi. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis yang tertera pada tabel di atas, terlihat bahwa angka korelasi antara variabel tingkat pendidikan dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi adalah sebesar 0,108 Karena p value Sig.(2-tailed) > alpha (0,10 = 10%) maka terima H0, artinya tidak ada korelasi antara variabel tingkat pendidikan dengan variabel sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi.
76
BAB IX PENUTUP 9.1 Kesimpulan Adapun Kesimpulan yang penulis dapat dari penelitian dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara pada aspek sosial-ekonomi dan ekologi, adalah sebagai berikut : 1. Keberadaan perusahan pertambangan batubara ini memberikan dampak yang positif terhadap pendapatan Kota Samarinda. Pada saat pelaksanaan otonomi daerah persentase dalam pembagian dana perimbangan cukup besar, hal ini juga diikut oleh subsidi atau dana perimbangan melalui pengelolaan sumberdaya alam pertambangan batubara. Setiap tahunnya pendapatan Kota Samarinda dari hasil pertambangan batubara mengalami peningkatan yang cenderung signifikan. 2. Kesempatan bekerja pada sektor pertambangan pada masyarakat lokal di wilayah Kelurahan Sempaja Utara sangatlah kecil, terlihat hanya sedikit dari masyarakat lokal yang bekerja di perusahaan. Masyarakat yang bekerja pada perusahaan hanyalah sebagai buruh kasar dan supir truk penangkut batubara. 3. Keberadaan perusahaan pertambangan batubara di wilayah Kelurahan Sempaja Utara dirasakan oleh sebagian masyarakat memberikan dampak yang
positif.
Terlihat
dengan
berdirinya
pertambangan
batubara
memberikan
perusahaan-perusahaan
peluang
berusaha
terhadap
masyarakat sekitar perusahaan, adapun jenis usaha yang berkembang seperti usaha warung sembako, warung makan dan sebagai ojek, akan tetapi hanya sedikit dari masyarakat yang memanfaatkan peluang berusaha ini. 4. Keberadaan perusahaan pertambangan batubara ini juga memberikan dampak terhadap pergerakan penduduk pada kelurahan Sempaja Utara. Masyarakat pendatang adalah pekerja pada perusahaan-perusahaan pertambangan batubara tersebut. Masuknya masyarakat pendatang menambah heterogenitas suku yang ada di wilayah keluarahan Sempaja Utara.
77
5. Berdirinya perusahaan pertambangan batubara di Kelurahan Sempaja Utara
membuat
masyarakat
menjadi
resah.
Masalah
lingkungan
merupakan suatu hal yang tidak dapat terpisahkan dari kegiatan usaha pertambangan tersebut. Keberadaan perusahaan pertambangan tersebut membuat resah masyarakat. Semenjak perusahaan pertambangan masuk, masyarakat merasa kualitas lingkungan menjadi sangat buruk. Hal ini dapat dilihat dari fenomena sering terjadinya banjir, sumur masyarakat tercemar, saluran air tersendat, debu, terjadinya tanah longsor dan jalan rusak. 6. Masih rendahnya kepedulian perusahaan terhadap masyarakat terlihat, hanya kepada sebagaian kecil masyarakat saja yang pernah memberikan dana kompensasi (uang debu), akan tetapi pemberian dana tersebut tidak merata dan diarasakan oleh masyarakat tidak cukup untuk menggantikan dampak negatif yang dihasilkan. 7. Berdasarkan hasil uji menggunakan Rank Spearman, menunjukan bahwa dari ke empat faktor internal hanya terdapat satu faktor yang memiliki hubungan dalam pembentukan sikap, seperti halnya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi. Akan tetapi tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara variabel umur dengan sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi dan ekologi, variabel jumlah tanggungan keluarga dengan dengan sikap masyarakat terhadap dampak sosial-ekonomi dan ekologi, variabel tingkat pendapatan dengan sikap masyarakat terhadap dampak ekologi, variabel tingkat pendidikan dengan sikap masyarakat terhadap dampak ekologi dan tingkat pendidikan dengan sikap masyarakat terhadap aspek sosial-ekonomi.
78
9.2 Saran Melihat pada hasil penelitian, ada beberapa hal yang dapat dijadikan masukan pada berbagai aktor yang berperan pada dampak keberadaan perusahaan pertambangan batubara pada Kelurahan Sempaja Utara, yaitu : 1. Kelurahan Sempaja Utara, merupakan tatanan pemerintahan yang dekat dengan masyarakat, dituntut agar memiliki peran yang aktif sebagai penyalur dan mediasi masyarakat kepada pemerintah daerah dan perusahaan. 2. Bagi perusahaan pertambangan batubara, meningkatkan kepedulian dan rasa tanggung jawab kepada masyarakat Kelurahan Sempaja Utara, dengan memberikan dana kompensasi (CSR) yang dapat memberdayakan dan mengembangkan ekonomi masyarakat lokal. 3. Meningkatkan kepedulian perusahaan pertambangan dalam memperbaiki kualitas lingkungan dengan menambah frekuensi penyiraman jalanan secara merata pada setiap RT, melakukan perbaikan jalan yang hingga sekarang belum juga terselesaikan serta memberikan dana kompensasi dalam perbaikan lingkungan yang lainya. 4. Masyarakat Kelurahan Sempaja Utara, lebih berperan aktif dalam menanggapi fenomena yang terjadi dan masyarakat harus bisa memiliki aksi dalam menuntut keadilan jika merasa dirugikan. 5. Bagi pemerintah daerah, dalam mengambil kebijakan sebaiknya lebih mempertimbangkan dampak positif dan negatif dari kebijakan tersebut. Pentingnya peran serta masyarakat dalam pengambilan kebijakan sebagai salah satu bentuk partisipasi masyarakat. Kebijakan yang diputuskan sebaiknya tidak merugikan masyarakat dan berpihak pada kepentingan orang banyak.
79
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertambangan dan Energi RI 1977, Buku Tahunan Pertambangan Indonesia. Departemen Pertambangan dan Energi RI : Jakarta Azwar, Safrudin. 2005 . Sikap Manusia : Teori dan Pengkuranya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Baron, Robert A. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga Dinas Pertambangan Mineral dan Energi, Kota Samarinda. Kalimantan Timur Djajadiningrat, S. T. 2001. Untuk Generasi Masa Depan – Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan. Jakarta: Aksara Buana Gandadiputra, M. 1983. Pribadi Manusia Dalam Lingkungan lembaga. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universita Indonesia Hamzah, Hasnawati. 2005. Dampak Kegiatan Pertambangan Terhadap Pengembangan Wilayah Kasus di Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Timur Propinsi Kalimanatn Timur [tesis]. Bogor : Institut Pertanian Bogor Kristanto, Philip. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta : ANDI Mulyandari. 2006. Sikap dan Perilaku Mahasiswa Terhadap Penggunaan Ponsel: Kasus Mahasiswa Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor: program studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rasyid, Ryaas. 2007. Otonomi Daerah : Latar Belakang dan Masa Depannya. Jakarta : LIPI Press Retna, Qomariah 2003. Dampak Kegiatan Pertambangan Tanpa Ijin (PETI) Batubara Terhadap Kualitas Sumber Daya lahan dan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan [tesis]. Bogor : Institut Pertanian Bogor Rusli, Said. 1995. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta : Pustaka LP3S Indonesia Samsu, et all. 2005. Dampak Desentralisasi Kehutanan Terhada Keuangan Daerah, Masyarakat Setempat dan Tata Ruang (Studi Kasus Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur). Bogor : CIFOR Sanusi, Bachrawi. 1991. Hasil Tambang, Minyak dan Gas Bumi Indonesia. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka Sedik, Andreas. 1996. Kehidupan Keluarga Amungen dan Kamoro di Kawasan Industri Pertambangan Freeport Irian Jaya [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Setiawan, Yunianto. 2010. Pengelolaan Tambang Batubara Berkelanjutan (Studi Kasus: Kota Samarinda [Artikel]. PSL-Institut Pertanian Bogor Singarimbun, Masri. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia Sitorus, Felix. 1998. Penelitian Kualitatif “Suatu Perkenalan”. Kelompok Dokumentasi Ilmu-ilmu sosial untuk laboratorium Sosiologi, Antropologi dan Kependudukan Jurusan Ilmu sosial dan Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB
80
Suryartono, S. 2001. Hidup Dengan Batubara-Dari Kebijakan Hingga Pemanfaatan. Jakarta : Yayasan Media Bakti Tambang Susanto, Hari. 2002. Kewenangan pengelolaan Sumber Daya Alam di era Otonomi Daerah. Jakarta : LIPI [UU] Undang-Undang Otonomi Daerah No. 32 Tahun 2004 [UU] Undang-Undang Perlindungan dan Penggelolaan Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 [UU] Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara No. 4 tahun 2009 Yanisrinaldi, Efendi, Irvianti. 2000. Kesiapan Pemerintah Daerah Istimewa Aceh Dalam Menghadapi Otonomi di Bidang Kelautan. Jakarta : LIPI Yulianto, Eko Harri. 2010. Perubahan Sosial Masyarakat Akibat Masuknya Perkebunan Kelapa Sawit Di Desa Samuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser [tesis]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
81
82
Lampiran 1. Peta Penelitian Kota Samarinda
Sumber : Badan Perencanaan dan Pembagunan Daerah, Kota Samarinda
s
83
Lampiran 2. Hasil Uji SPSS dengan Rank Spearman Hasil Uji SPSS Rank Spearman Hubungan Antara Umur dengan Sikap Masyarakat Terhadap Dampak Ekologi dari Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Correlations Dampak_ekologi Spearman's rho
Dampak_ekologi
Correlation Coefficient
1.000
-.103
.
.475
50
50
-.103
1.000
.475
.
50
50
Sig. (2-tailed) N Umur
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Umur
Hasil Uji SPSS Rank Spearman Hubungan Antara Umur dengan Sikap Masyarakat Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dari Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Correlations Dampak_Sosek Spearman's rho
Dampak_Sosek
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Umur
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Umur
1.000
-.192
.
.270
50
35
-.192
1.000
.270
.
35
50
84
Hasil Uji SPSS Rank Spearman Hubungan Antara Jumlah Tanggungan dengan Sikap Masyarakat Terhadap Dampak Ekologi dari Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Correlations Dampak_ekologi Jumlah_tanggungan Spearman's rho
Dampak_ekologi
Correlation
1.000
-.044
.
.759
50
50
-.044
1.000
.759
.
50
50
Coefficient Sig. (2-tailed) N Jumlah_tanggungan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Hasil Uji SPSS Rank Spearman Hubungan Antara Jumlah Tanggungan dengan Sikap Masyarakat Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dari Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara
Correlations Dampak_Sosek Jumlah_tanggungan Spearman's rho
Dampak_Sosek
Correlation
1.000
-.244
.
.159
50
35
-.244
1.000
.159
.
35
50
Coefficient Sig. (2-tailed) N Jumlah_tanggungan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
85
Hasil Uji SPSS Rank Spearman Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Masyarakat Terhadap Dampak Ekologi dari Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara
Correlations Dampak_ekologi Spearman's rho
Dampak_ekologi
Correlation Coefficient
1.000
.069
.
.632
50
50
Correlation Coefficient
.069
1.000
Sig. (2-tailed)
.632
.
50
50
Sig. (2-tailed) N Pendidikan
Pendidikan
N
Hasil Uji SPSS Rank Spearman Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Masyarakat Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dari Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara
Correlations Dampak_Sosek Spearman's rho
Dampak_Sosek
Correlation Coefficient
1.000
.157
.
.367
50
35
Correlation Coefficient
.157
1.000
Sig. (2-tailed)
.367
.
35
50
Sig. (2-tailed) N Pendidikan
Pendidikan
N
86
Hasil Uji SPSS Rank Spearman Hubungan Antara Tingkat Pendapatan denganSikap Masyarakat Terhadap Dampak Ekologi dari Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara
Correlations Dampak_ekologi Spearman's rho
Dampak_ekologi
Correlation Coefficient
1.000
.153
.
.287
50
50
Correlation Coefficient
.153
1.000
Sig. (2-tailed)
.287
.
50
50
Sig. (2-tailed) N Pendapatan
Pendapatan
N
Hasil Uji SPSS Rank Spearman Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Sikap Masyarakat Terhadap Dampak Sosial-Ekonomi dari Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara
Correlations Dampak_Sosek Spearman's rho
Dampak_Sosek
Correlation Coefficient
1.000
.291
.
.090
50
35
Correlation Coefficient
.291
1.000
Sig. (2-tailed)
.090
.
35
50
Sig. (2-tailed) N Pendapatan
Pendapatan
N
87
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Kantor Kelurahan Sempaja Utara
Warung Makan Milik Masyarakat
Gunung yang Akan Dijadikan Areal Pertambangan
Jalan Berlobang dan Tergenang Air
Lahan yang Akan Digunakan untuk Areal Pertambangan
Jalan Menuju Areal Pertambangan
88
Areal Batubara Karungan
Batubara Yang Diangkut Melalui Sungai Mahakam
89
Lampiran 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2011
Kegiatan Penyusunan proposal skripsi Kolokium Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Sidang skripsi Perbaikan laporan penelitian
Februari 1 2 3 4
Maret 1 2 3 4
April 1 2 3 4
Mei 1 2 3
4
90
Lampiran 5. Kuesioner No Responden:.................
Tanggal:...................... KUESIONER
Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Terhadap Aspek Ekologi, Aspek Sosial dan Ekonomi Masyarakat Di Era Otonomi Daerah
A. Identitas Responden 1. Nama Responden
:..............................................................................
2. Umur
:....................................................................Tahun
3. Jenis Kelamin
:..............................................................................
4. Alamat
:..............................................................................
5. Pendidikan Terakhir :.............................................................................. 6. Tingkat Pendapatan
:...............................................................Perbulan
7. Jumlah Tanggungan :.....................................................................orang 8. Mata Pencaharian
:..............................................................................
9. Jarak Tempat Tinggal : ……..............................km terhadap perusahaan
B. Sikap Masyarakat Terhadap Keberadaan Perusahaan Pilihlah jawaban dari pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) sesuai dengan keyakinan Anda dibawah ini. Pilahan dibedakan menjadi : SS : Sangat setuju S : Setuju N/RG : Netral/ Ragu-ragu TS : tidak setuju STS : Sangat tidak setuju No 1
2
Pernyataan
SS
Dampak Pada Aspek Ekologis Semenjak masuknya perusahaan pertambangan lingkungan hidup di desa menjadi baik Kegiatan perusahaan pertambangan tidak menyebabkan udara tercemar oleh debu-debu
S
N/RG
TS
STS
91
3
4
5 6
7 8 9 10
11 12
1
2 3
4
5
6
Perusahaan melalukan upaya-upaya pencegahan kerusakan lingkungan hidup Perusahaan memperhatikan keluhan masyarakat desa ini, mengenai kerusakan lingkungan hidup Perusahaan cepat tanggap mengatasi kerusakan lingkungan Kegiatan perusahaan pertambangan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan air Perusahaan memberikan ganti rugi terhadap kerusakan lingkungan Kegiatan perusahaan pertambangan tidak mengakibatkan banjir Kegiatan perusahaan pertambangan tidak menyababkan tanah longsor Kegiatan perusahaan pertambangan tidak menyebabkan udara kotor seperti asap Kegiatan perusahaan pertambangan tidak menyebabkan kerusakan hutan Kegiatan perusahaan pertambangan tidak menyebabkan kebisingan Aspek Sosial dan Ekonomi Dengan masuknya perusahaan pertambangan membuka kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja pada sektor pertambangan Keberadaan perusahaan pertambangan membuka peluang untuk berusaha Keberadaan perusahaan pertambangan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal Dengan masuknya perusahaan pertambangan membuat keadaan masyarakat desa menjadi sejahtera Dengan masuknya perusahaan pertambangan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal Bantuan yang diberikan perusahaan
92
7 8
9
10
11
12 13
14
15
16 17
18
19
20
pertambangan kepada masyarakat memberikan manfaat Perusahaan memperhatikan kebutuhan masyarakat di desa ini Perusahaan memberikan bantuan, apabila masyarakat desa ini memerlukan Kegitan bakti sosial yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan memberikan manfaat bagi asyarakat desa Dengan masuknya perusahaan pertambangan memicu terjadinya migrasi penduduk Kedatangan penduduk pendatang memberikan manfaat bagi masyarakat desa Perusahaan peka terhadap masalah yang dirasakan oleh masyarakat Peluang untuk bekerja di sektor pertambangan tidak sulit sejak masuknya masyarakat pendatang Peluang untuk membuka usaha tidak sulit sejak masuknya masyarakat pendatang Dengan masuknya perusahaan pertambangan tidak terjadinya persaingan antara masyarakat lokal dan pendatang Konflik sosial antara masyarakat pendatang dan lokal tidak terjadi Perusahaan perlu melakukan kegiatan untuk memberdayaan masyarakat sekitar Dengan masuknya perusahaan pertambangan masyarakat desa tidak menjadi individualistik Dengan masuknya perusahaan pertambangan konflik sosial tidak terjadi Masuknya masyarakat pendatang tidak
93
21 22 23 24 25 26 27
meningkatkan persaingan Masyarakat pendatang tidak mendominasi dalam kegiatan sosial Masyarakat pendatang tidak mendominasi kegiatan usaha Masyarakat Lokal lebih banyak menjadi tenaga kerja pada sektor pertambangan Masyarakat pendatang memberikan manfaat terhadap masyarakat lokal Keberadaan perusahaan menyebabkan banyak berdirinya sekolah-sekolah Keberadaan perusahaan menyebabkan terjadinya berdirinya tempat kesehatan Masyarakat desa tidak melakukan aksi protes kepada perusahaan jika perusahaan membuat tidak nyaman dalam beraktivitas
C. Dampak keberadaan perusahaan terhadap masyarakat Pilihlah jawaban dari pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda (X) sesuai dengan keyakinan Anda. 1. Apa anda merasa nyaman dengan keberadaan perusahaan pertambangan batubara ini ? a. Ya b. Tidak berikan alasannya.................................................................................................. 2. Apa perusahaan memberikan kontribusi yang positif terhadap pendapatan anda? a. Ya b. Tidak 3. Apa anda bekerja diperusahaan pertambangan batubara ? a. Ya b. Tidak 4. Perusahaan pernah memberikan bantuan terhadap anda? a. Ya b. Tidak Kalau iya sebagai apa............................................................................................ 5. Semenjak perusahaan berdiri bagaimana perekonomian anda?
94
............................................................................................................................... .............................................................................................................................. 6. Setelah perusahaan pertambangan masuk ke daerah anda, apa anda merasa diuntungkan dengan keberadaan tersebut? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 7. Menurut anda keberadaan perusahaan dapat memicu terjadinya migrasi penduduk ? a. Ya b. Tidak 8. Apakah keberadaan perusahaan membuka peluang usaha ? a. Ya b. Tidak Jelaskan alasnya..................................................................................................... 9. Apakah anda ingin bekerja pada sektor pertambangan ? a. Ya b Tidak Jelaskan alasanya................................................................................................... 10. Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat sekitar baik itu pendatang/lokal ? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 11. Apakah anda pernah mengikuti kegiatan perusahaan? a. Ya b. Tidak 12. Apakah perusahaan pernah melakukan kegitan bakti sosial? a. Ya b. Tidak 13. Pernah terjadi konflik antara perusahaan dengan masyarakat? a. Ya b. Tidak Berikan alasannya................................................................................................ 14. Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat pendatang/lokal ? a. Ya b. Tidak
95
Berikan alasanya.................................................................................................... 15. Bagaimana keadaan lingkungan anda semenjak perusahaan pertambangan masuk di wilayah anda ? a. Baik b. Sedang c. Buruk 16. Pernah terjadi banjir? a. Ya b. Tidak 17. Apakah lingkungan anda merasa tergangu semenjak berdirinya perusahaan pertambangan? a. Ya b. Tidak jelaskan alasanya................................................................................................... 18. Apakah terjadi pencemaran udara? a. Ya b. Tidak 19. Apakah terjadi polusi suara ? a. Ya b. Tidak 20. Adakah usaha dari perusahaan untuk mengembalikan kualitas lingkungan yang rusak? a. Ya b. Tidak Jika Ya, sebutkan................................................................................................... 21. Bagaimana kerusakan yang terjadi semenjak perusahaan masuk? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 22. Pernahkan terjadi wabah penyakit yang di akibatkan dari kegiatan perusahaan? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 23. Bagaimana pandangan anda terhadap perusahaan pertambangan? ............................................................................................................................... ..............................................................................................................................
96
Lampiran 6. Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Terhadap Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat Di Era Otonomi Daerah Informan : Masyarakat Desa Nama dan Umur
:
Jabatan
:
Hari/Tanggal Wawancara : Lokasi Wawancara 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
:
Apakah anda merasa nyaman dengan keberadaan perusahaan tersebut? Bagaimana pandangan anda terhadap perusahaan pertambangan? Apakah perusahaan pertambangan memberikan kontribusi positif atau negatif terhadap kehidupan masyarakat desa, jelaskan? Apakah perusahaan memberikan peluang pada masyarakat untuk bekerja pada sektor pertambangan? Apakah keberadaan perusahaan memberikan kontribusi yang positif terhadap pendapatan masyarakat desa? Bagimana taraf kehidupan masyarakat desa semenjak masuknya perusahaan pertambangan? Apakah perusahaan membantu masyarakat desa jika masyarakat membutuhkan? Apakah perusahaan melakukan kegiatan bakti sosial? Apakah perusahaan melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat? Apakah perusahaan memberikan peluang untuk berusaha? Apakah keberadaan perusahaan pertambangan memicu masuknya masyarakat pendatang? Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal? Siapakah sering mendominasi dalam sektor perekomian masyarakat pendatang/lokal? Siapakah sering mendominasi dalam kegiatan sosial, masyarakat pendatang/lokal? Bagaiman hubungan antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal? Apakah perusahaan melakukan pencemaran lingkungan? Adakah perusahaan melakukan kegiatan pencegahan pencemaran lingkungan?
97
18. 19. 20. 21.
Apakah perusahaan melakukan perbaikan kualitas lingkungan? Taukah anda bagaimana perusahaan melakukan pencemaran linkungan? Pernahkah anda berkonflik dengan pihak perusahaan? Pernahkah anda melakukan demo pada pihak perusahaan?
98
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara Terhadap Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat Di Era Otonomi Daerah Informan : Dinas-Dinas Terkait Nama dan Umur
:
Dinas/Jabatan
:
Hari/Tanggal Wawancara : Lokasi Wawancara
:
1. Bagaimana pandangan mengenai perusahaan pertambangan? 2. Apakah perusahaan pertambangan memberikan dampak positif? 3. Apakah perusahaan pertambangan memberikan kontribusi yang negatif ? 4. Apakah perusahaan pertambanganmemberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah? 5. Bagaimana kontribusi perusahaan terhadap pemerintah daerah? 6. Bagaimana perusahaan menjalankan kegiatan perusahaanya? 7. Bagaimana perusahaan menjalankan tanggung jawabnya? 8. Bagaimana posedur perusahaan dalam izin lokasi perusahaan pertambangan? 9. Bagaimana tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan sekitar? 10. Bagaimana tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat sekitar? 11. Bagaimana menyikapi jika terdapat perusahaan pertambangan yang menyalahi aturan-aturan yang telah disepakati? 12. Bagaimana mencegah terjadinya dampak negatif ?
99
Lampiran 7. Peta Lokasi Pertambangan Batubara