Profil Pasien Karsinoma Hepatoseluler Yang Mnjalani FNAB Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Riwayat Hepatitis B, Stadium Kanker, Dan Alfa Fetoprotein Di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Periode 2011-2013 Profile of patient with hepatocellular carcinoma by age, Gender, History of Hepatitis B, HBsAg, Stage of Cancer and AFP in the Anatomy Pathology Laboratory Abdul Wahab Sjahranie Hospitals in Samarinda Period 2011-2013 Abdul Rahim1 , Hadi Irawiraman2 , Eva Rachmi3 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 2 Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 3 Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Korespondensi:
[email protected]
ABSTRAK Latar Belakang : Karsinoma hepatoseluler merupakan kanker penyebab kematian terbanyak dari seluruh kanker pada sistim saluran cerna. Terdapat perbedaan dari peringkat jenis kelamin pada karsinoma hepatoseluler di dunia dengan di Indonesia, minimnya tanda dan gejala awal yang dimiliki membuat pasien di diagnosa pada stadium lanjut. Hepatitis B adalah faktor risiko terbesar untuk karsinoma hepatoseluler. FNAB dan tumor marker AFP merupakan diagnosis penunjang utama karsinoma hepatoseluler. Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Sampel adalah pasien karsinoma hepatoseluler yang menjalani FNAB di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Periode 2011-2013. Hasil : Dari 110 pasien karsinoma hepatoseluler, sebanyak 103 pasien yang melakukan FNAB. Sebanyak 75 orang yang tertera pada rekam medik melakukan pemeriksaan HBsAg, 53 orang yang melakukan pemeriksaan AFP, dan sebanyak 60 orang yang berhasil di tentukan stadium kankernya. Usia 41-50 tahun adalah usia terbanyak pasien karsinoma hepatoseluler. 76,6% pasien karsioma hepatoseluler adalah laki-laki dan 23,4% adalah perempuan. Laki-laki banyak terdiagnosis karsinoma hepatoseluler pada rentang usia 46-50 tahun sedangkan peremuan pada rentang usia 51-55 tahun. Sebanyak 56% pasien memiliki HBsAg positif, sebanyak 61,6% pasien terdiagnosis pada stadium 3, dan 69,8% dari pasien karsinoma hepatoseluler memiliki kadar AFP yang meningkat. Kesimpulan : Usia lanjut diatas 40 tahun merupakan usia terbanyak penderita karsinoma hepatoseluler. Jenis kelamin terbanyak penderita hepatoseluler adalah laki-laki. Usia perempuan terdiagnosis karsinoma hepatoseluler lebih tua dari laki-laki. Faktor resiko terbanyak karsinoma hepatoseluler adalah Hepatitis B. Sebagian besar pasien karsinoma hepatoseluler terdiagnosis pada stadium lanjut dan memiliki kadar AFP diatas normal. Kata kunci : Karsinoma hepatoseluler, HBsAg, stadium kanker, AFP
ABSTRACT Background : Hepatocellular carcinoma is the biggest cause of death from all the cancer in gastrointestinal tract. There is a district difference from sex rank in hepatocellular carcinoma case in the world compared to Indonesia, the lack of early sign and symtoms makes patients diagnosed in the late stage. Hapatitis B is the biggest risk factor of hepatocellular carcinoma. FNAB and tumor marker AFP are the laboratory diagnosis of hepatocellular carcinoma. Methods : This is a
descriptive research. Samples are patients of hepatocellular carcinoma who have undergone FNAB in Anatomy Pathology Laboratory Abdul Wahab Sjahranie Hospitals in Samarinda period 20112013. Result : From 110 patients of hepatocellular carcinoma, 102 patients underwent FNAB. A total of 75 people in medical record had HBsAg test, 53 people had AFP test, and 60 people have succesfully had their cancer stage defined. Age 41-51 years the age of most patients with hepatocellular carcinoma. 76,6% of hepatocellular carcinoma are male and 23,4% of them are femaly. Many of male are diagnosed with hepatocellular carcinoma at range of age 46-50 whila female are at range 51-55 years old. A total of 56% of patients have positive HBsAg, 61,6% of patients are diagnosed at stage 3, and 69,8% of hepatocellular carcinoma have increased levels of AFP. Conclusion : Patients with hepatocellular carcinoma are mostly in the late age (> 40 years old). Most patients with hepatocellular carcinoma gender is male. Age of women diagnosed with hepatocellular carcinoma were older than men. Most risk factors of hepatocellular carcinoma is Hepatitis B. Most patients diagnosed with hepatocellular carcinoma at an advanced stage and had AFP levels above normal. Keywords : Hepatocellular carcinoma, HBsAg, stage of cancer, AFP
PENDAHULUAN Karsinoma
Di seluruh dunia, infeksi virus hepatitis hepatoseluler
merupakan
B (VHB) kronis menyumbang sekitar 50%
tumor ganas primer hati yang berasal dari
dari semua kasus karsinoma hepatoseluler..
hepatosit, dan manempati urutan ketiga di
Risiko karsinoma hepatoseluler antara orang-
dunia dari kanker sistem saluran cerna yang
orang yang terinfeksi VHB kronis dengan
ada setelah kanker kolorektal dan kanker
HBsAg positif meningkat jika mereka adalah
lambung.(3) Karsinoma hepatoseluler pada
laki-laki atau orang tua yang telah terinfeksi
laki-laki
untuk waktu yang lama dan memiliki riwayat
lebih
tinggi
dibandingkan
perempuan. Dari 749.744 kasus karsinoma
keluarga karsinoma hepatoseluler,
hepatoseluler di dunia, laki-laki menempati
mikotoksin
urutan
kelima
sedangkan
dengan
perempuan
hasil
aflatoksin,
menggunakan
523.432
kasus
alkohol atau tembakau, dan koinfeksi dengan
menempati
urutan
virus hepatitis C (VHC).
kedelapan dengan 226.312 kasus setiap tahunnya
dari
terkena
perbandingannya
Berdasarkan
(7)
laporan
program
dari
adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi
2,3:1. Di Indonesia sendiri perbedaan laki-
Jawa Tengah, yang berasal dari rumah sakit
laki dan perempuan juga terlihat, dari 13.238
dan
kasus karsinoma hepatoseluler di Indonesia,
karsinoma hepatoseluler 1.339 (12,70%) dari
9.561
dan
10.546 kasus keganasan.6 Dari kasus ini
rata-rata
ditemukan bentuk noduler, massive, ataupun
diantaranya
sisanya
adalah
perempuan
laki-laki
dengan
perbandingan 2,6:1.(26)
usia, risiko terkena penyakit tumor/kanker yang
tahun
2005,
ditemukan
diffus dan rata-rata berdiameter sampai 10
Berdasarkan kelompok umur makin tua
makin tinggi,
puskesmas
cm, dengan hampir 75% penderita sudah dalam stadium lanjut.(21)
mencapai puncaknya
Alfa
fetoprotein
(AFP)
merupakan
pada usia 35 sampai 44 tahun, kemudian akan
antigen onkofetal yang berperan
terjadi peningkatan pada usia > 65 tahun. (17,
dalam
27)
onkogenik. Kadar AFP dalam darah pasien
Selain dari faktor diatas beberapa faktor
risiko
untuk
terjadinya
perkembangan
penting
ontogenik
hepatoseluler
dan
karsinoma
karsinoma
hepatoseluler seperti hepatitis B, hepatitis C,
meningkat
sirosis hepatis, aflatoksin, alkohol, obesitas,
Pengukuran kadar AFP memiliki manfaat
hemokromatosis, dan faktor lingkungan juga
besar
mempengaruhi.(14)
penyakit.(4)
dibandingkan
sebagai
indeks
diketahui orang
sehat.
kekambuhan
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
hepatoseluler yang di FNAB berdasarkan
adalah teknik klinis yang digunakan untuk
berdasarkan usia, jenis kelamin, hepatitis B,
memperoleh sel, jaringan, dan / atau cairan
stadium kanker dan AFP di RSUD Abdul
melalui
Wahab Sjahranie Samarinda periode 2011-
jarum
tipis.
FNAB
merupakan
prosedur diagnostik pasti untuk neoplasma misalnya di jaringan hepar baik maupun
metastasis,
baik
2013.
primer
jinak
maupun
METODE PENELITIAN Penelitian
ganas.(15) Berdasarkan paparan
diatas terdapat
perbedaan peringkat jenis kelamin
pada
karsinoma hepatoseluler di dunia dengan di Indonesia
disamping
minimnya tanda
itu
juga
atau gejala
karena
awal yang
dimiliki membuat pasien di diagnosa pada stadium lanjut dan sejalan dengan masih banyaknya kasus infeksi VHB di Indonesia yang merupakan salah satu faktor risiko terbesar untuk karsinoma hepatoseluler serta penggunaan FNAB dan tumor marker AFP sebagai
diagnosis
karsinoma
penunjang
hepatoseluler,
ini
utama membuat
menarik untuk di ketahui seperti apakah gambaran usia, jenis kelamin, hepatitis B,
Kalimantan Timur khususya RSUD Abdul Wahab Syahrannie Samarinda periode 2011-
adalah
penelitian
deskriptif yang mengambil data rekam medik pasien
karsinoma
hepatoseluler
yang
menjalani FNAB di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
berdasarkan usia, hepatitis
B,
fetoprotein.
kelamin
Dari
hasil
jenis kelamin, kanker
riwayat
dan
alfa
diatas,
Usia
persepuluh
tahun,
jenis
laki-laki
dan
antara
riwayat hepatitis
pemeriksaan
medik,
2011-2013
variabel
dibedakan
perempuan,
periode
stadium
dikelompokkan
stadium
HBsAg
berdasarkan pada
kanker
rekam
menggunakan
penentuan stadium sistim Okuda, dan kadar alfa fetoprotein berdasarkan data pasien pada rekam medik. Penelitian
stadium kanker dan AFP pada penderita karsinoma hepatoseluler yang terdapat di
ini
bulan
ini
September
Januari 2014.
dilaksanakan 2013
Waktu
sampai
selama dengan
pengambilan
data
dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Desember 2013. Populasi
2013.
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
Tujuan Penelitian Tujuan mengetahui
penelitian profil
ini adalah pasien
untuk
karsinoma
karsinoma hepatoseluler yang terdiagnosis melalui pemeriksaan FNAB di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie
Samarinda
sedangkan
sampel dalam penelitian ini adalah pasien
peningkatan
signifikan
yang
hepatoseluler
terjadi
memenuhi
kriteria
inklusi.
Kriteria
pasien pada
karsinoma
tingkat
usia
inklusi penelitian ini adalah pasien yang
pertengahan yaitu usia 41-60 tahun, dimana
ditegakkan diagnosis
melalui pemeriksaan
frekuensi terbanyak terletak pada rentang
FNAB di Laboratorium Patologi Anatomi
usia 41-50 tahun sebesar 34 orang. Pasien
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
termuda terdapat pada rentang usia 21-25
dan pada data rekam medis tertera lengkap
tahun sedangkan pasien tertua pada rentang
sesuai dengan variabel yang diteliti. Data
usia 81-90. Pada data diatas selama 3 tahun
yang terkumpul disusun, lalu diolah dengan
terakhir tidak
menggunakan
2013.
karsinoma hepatoseluler pada usia <20 tahun.
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel
Pada usia muda 21-30 tahun hanya terdapat
dan narasi.
pada tahun 2012 dan 2013 saja. Pada usia tua
Microsoft
Excel
didapatkan adanya pasien
71-80 tahun tidak didapatkan pada tahun HASIL PENELITIAN Jumlah
2012 dan usia 81-90 tahun hanya didapatkan
Pasien
yang
karsinoma
pada tahun 2011.
hepatoseluler yang tercatat di rekam medik RSUD Abdul Wahab Sjahranie dari Januari 2011-Desember 2013 berjumlah 103 orang pasien, sebanyak 75 orang yang tertera pada rekam
medik
melakukan
pemeriksaan
HBsAg, sebanyak 53 orang yang melakukan pemeriksaan AFP, dan sebanyak 60 orang yang berhasil di tentukan stadium kankernya. Hasil penelitian ini berupa profil pasien karsinoma
hepatoseluler
FNAB berdasarkan
yang
usia,
jenis
menjalani kelamin,
HBsAg, AFP, dan stadium kanker. Penyajian data akan dideskripsikan dalam bentuk tabel, gambar, dan narasi. Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil bahwa
dari
hepatoseluler
analisa selama
pasien 3
tahun
karsinoma terakhir,
Berdasarkan tabel 2 bahwa memang terdapat perbedaan yang signifikan antara penderita karsinoma hepatoseluler laki-laki dan perempuan. Selama 3 tahun berturutturut jumlah penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dimana jenis kelamin lakilaki memiliki frekuensi yang paling tinggi yaitu
sebanyak
79
orang,
sedangkan
perempuan hanya sebanyak 24
orang. Jika
dibuat perbandingan antara laki-laki dan perempuan didapatkan hasil yaitu sekitar 4:1.
Tabel 1. Profil usia pasien karsinoma hepatoseluler Tahun 2011 2012 2013 Jumlah Usia <20 0 0 0 0 21-30 0 1 2 3 31-40 6 4 5 15 41-50 14 14 6 34 51-60 9 10 10 29 61-70 8 6 2 16 71-80 2 0 2 4 81-90 2 0 0 2 Jumlah 41 35 27 103
tua yaitu rentang usia 71-80 tahun tidak
Tabel 2. Profil jenis kelamin pasien karsinoma hepatoseluler
hepatoseluler dengan HBsAg positif selama
Tahun
dibandingkan HBsAg negatif kecuali pada 2011 2012 2013
JK Laki-laki Perempuan Jumlah
36 5 41
23 12 35
79 24 103
Pada penelitian ini didapatkan bahwa laki-laki
yang
menderita
karsinoma
hepatoseluler terbanyak pada usia 41-60 tahun di mana frekuensi terbanyak terdapat pada rentang usia 46-50 tahun yaitu sebanyak 13
orang,
sedangkan
perempuan
yang
menderita karsinoma hepatoseluler terbanyak pada rentang usia 41-55
perempuan.
tahun dimana
frekuensi terbanyaknya terdapat pada rentang usia 51-55 tahun yaitu sebanyak 7 orang. Pada usia muda yaitu pada rentang usia 2125 tahun pada laki-laki tidak didapatkan adanya penderita karsinoma hepatoseluler, sedangkan pada rentang usia 26-35 tahun tidak didapatkan pada perempuan. Pada usia
Untuk
hepatoseluler
pada
selengkapnya
dapat
dilihat pada tabel 3. Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil bahwa
jumlah
hepatoseluler
pasien
dengan
karsinoma
HBsAg
positif
memiliki jumlah terbesar yaitu 42 orang sedangkan HBsAg negatif hanya sebanyak 33
3
Jumlah
20 7 27
didapatkan karsinoma
orang.
tahun
Jumlah
pasien
berturut-turut
karsinoma
lebih
banyak
tahun 2013 dimana pasien dengan HBsAg negatif lebih banyak yaitu 9 orang sedangkan pasien dengan HBsAg positif hanya 5 orang. Tabel 3. Profil usia dengan jenis kelamin pasien karsinoma hepatoseluler JK Usia (Tahun) 1. <20 2. 21-25 3. 26-30 4. 31-35 5. 36-40 6. 41-45 7. 46-50 8. 51-55 9. 56-60 10. 61-65 11. 66-70 12. 71-75 13. 76-80 14. 81-85 Jumlah
Laki-laki
Perempuan
0 0 2 5 8 12 13 11 10 9 4 3 1 1 79
0 1 0 0 2 6 3 7 1 1 2 0 0 1 24
Tabel 4. Profil HBsAg pasien karsinoma hepatoseluler
sebanyak 37 orang, sedangkan pasien dengan AFP <20 ng/dl sebanyak 16 orang saja.
Tahun 2011 2012 Stadium Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Jumlah
0 6 15 21
0 12 11 23
2013
Jumlah
0 5 11 16
0 23 37 60
Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil yaitu tidak ada pasien yang terdiagnosis
Tabel 5. Profil stadium kanker pasien karsinoma hepatoseluler Tahun HBsAg Positif Negatif Jumlah
hepatoseluler yang paling banyak terdeteksi adalah
pasien
dengan
stadium 3
yaitu
sebanyak 37 orang, sedangkan pasien dengan stadium 2 Berdasarkan
hanya
sebanyak
penentuan
23
stadium
orang. kanker
sistem okuda ini didapatkan bahwa penderita karsinoma
hepatoseluler
lebih
banyak
terdiagnosis dengan asites (76%), memiliki kadar albumin menurun (65%) dengan ratarata 2,8 mg/dl, memiliki total bilirubin yang meningkat dengan rata-rata 5,2 mg/dl dan
2012
2013
Jumlah
21 11 32
16 13 29
5 9 14
42 33 75
Tabel 6. Stadium kanker sistim Okuda Asites
Poin 1 46
Poin 2 14
Albumin
39
21
Bilirubin
29
31
Tumor size
55
5
karsinoma hepatoseluler dengan stadium 1 selama 3 tahun terakhir. Pasien karsinoma
2011
Rata-rata Asites Albumin 2,77 mg/dl Bilirubin 5,2 mg/dl >50%
Tabel 7. Profil alfa fetoprotein pasien karsinoma hepatoseluler Tahun AFP ≤ 20 ng/dl >20 ng/dl Jumlah
2011 2012 4 17 21
7 14 21
2013
Jumlah
5 6 11
16 37 53
PEMBAHASAN
rata-rata pasien yang terdiagnosis memiliki
Sebagaimana yang terdapat pada tabel
besar tumor >50% (91%) seperti yang terlihat
1 rentang usia terbesar yang terdiagnosis
pada tabel 6.
karsinoma hepatoseluler adalah pada rentang
Berdasarkan tabel 7 didapatkan hasil
usia 41-50 tahun. Hasil penelitian ini tidak
yaitu selama 3 tahun berturut-turut pasien
jauh berbeda dengan penelitian Hidayat pada
karsinoma hepatoseluler dengan AFP >20
tahun 2007 di Rumah Sakit Dr. Kariadi
ng/dl lebih banyak dari pada yang <20 ng/dl.
Semarang dimana usia terbanyak penderita
Jumlah pasien dengan AFP >20 ng/dl yaitu
karsinoma hepatoseluler pada kisaran usia 40-54 tahun. Hasil penelitian Center of
Desease Control and Prevention (2010) di
sedangkan
Amerika serikat yang mengambil data pasien
(23,4%). Hasil penelitian ini tidak berbeda
karsinoma hepatoseluler mulai tahun 2001-
dengan penelitian oleh Hadi (2000) yang
2006 juga mendapatkan hasil yang sama
mengambil
yaitu didapatkan pasien dengan kisaran usia
hepatoseluler mulai tahun 1997-2000
50-59 tahun paling banyak angka kejadian
Rumah
karsinoma
hasil
berdasarkan jenis kelamin, tertinggi pada pria
hasil-hasil
dengan proporsi 81,38% dan terendah pada
hepatoseluler.
penelitian
ini
sesuai
Maka
dengan
perempuan
data
Sakit
wanita
maupun diluar negeri bahwa faktor umur
penelitian serupa
memang
penelitian
terhadap
kejadian
penyakit karsinoma hepatoseluler.
dengan
Hal ini mungkin terjadi lamanya proses
proporsi
di
pasien
karsinoma
Sadikin
juga
di
dimana
18,62%.
Hasil
ditunjukkan
pada
(2013)
yang
Simamora
dilaksanakan
24
pasien
Hasan
penelitian kanker baik yang di Indonesia
berpengaruh
hanya
RSUD
Dr.
Soedarso
Pontianak yang mengambil data pasien mulai
perjalanan penyakit karsinoma hepatoseluler
tahun 2008-2013
yang dapat memakan waktu bertahun-tahun
pasien, sebanyak 45 pasien (71,4%) pada
dan minimnya gejala awal penyakit sehingga
laki-laki dan
menyebabkan banyak penderita yang datang
perempuan.
ke rumah sakit sudah dalam stadium lanjut
mendapatkan dari 62
17
pasien
Kecenderungan
ini
(27,4%)
belum
pada
diketahui
dan rata-rata hanya dapat bertahan hidup 3–6
penyebabnya,
bulan setelah dibuat diagnosa.(21) Penderita
kecenderungan
tidak menyadari bahwa di dalam tubuhnya
alkohol dan juga didukung dengan massa
ada sejenis kanker seperti bom waktu yang
lemak viseral abdomen yang lebih banyak
mematikan,
lambatnya
pada pria menyebabkan terjadinya penurunan
ditemukan kanker ini pada usia awal sampai
kadar adiponektin yang dapat mengakibatkan
didapatkan tumor membesar dengan ukuran
laki-laki lebih
yang bermakna pada usia lanjut.(28)
hepatoseluler.(16) Pada penelitian lain yang
ini
menyebabkan
biasanya laki-laki
rentan
karena mengkonsumsi
terkena
karsinoma
Berdasarkan hasil survei jenis kelamin
dilakukan terhadap tikus jantan dan betina
pasien karsinoma hepatoseluler yang terdapat
yang diberikan karsinogen kimia dalam sel
pada tabel 2 dimana dari 103 pasien, laki-laki
Kupffer
mendominasi dengan 79 pasien (76,6%)
hepatoseluler terjadi terutama pada
dalam
karena
kurun
waktu
3
tahun
terakhir,
menunjukkan
hormon
bahwa
estrogen
karsinoma
pada
pria wanita
menghambat
proses
hepatokarsinogenesis
pada hepatosit nekrotik terjadinya
karsinoma
dan mengurangi
hepatoseluler
pada
wanita.(17)
Sedangkan hormon estrogen pada perempuan dapat melindungi hepatosit dari transformasi keganasan melalui regulasi yang dilakukan oleh sel Kupffer.(29)
Apabila dikaitkan antara usia dengan jenis
kelamin
pada
pasien
Hasil survei pemeriksaan HBsAg pada
karsinoma
pasien karsinoma hepatoseluler yang terdapat
hepatoseluler, maka didapatkan seperti pada
pada tabel 4 dimana dari 75 pasien yang
tabel 3 bahwa usia terbanyak pada laki-laki
diperiksa HBsAg, sebanyak 42 pasien (56%)
yang terdiagnosis karsinoma hepatoseluler
memiliki HBsAg positif sedangkan 33 pasien
terdapat pada rentang usia 46-50 tahun
(44%) memiliki HBsAg negatif, data ini
sedangkan perempuan terdapat pada rentang
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
usia 51-55 tahun. Dari hasil penelitian ini
yang terdiagnosis karsinoma hepatoseluler
usia perempuan untuk terkena karsinoma
telah menderita penyakit hepatitis B. Hasil
hepatoseluler lebih tua dibandingkan dengan
penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
laki-laki. Tidak jauh berbeda dengan hasil
penelitian oleh Gao, dkk (2012) bahwa dari
penelitian yang dilakukan oleh Center for
120 ribu
Desease Control and Prevention (2010) di
hepatoseluler di dunia, sebanyak 54% pasien
Amerika serikat yang mengambil data pasien
memiliki HBsAg positif atau dalam arti telah
mulai tahun 2001-2006 dimana didapatkan
terinfeksi VHB. Pada penelitian Sepsatya
hasil usia terbanyak karsinoma hepatoseluler
(2011) di RSUD Dr. Kariadi Semarang pada
pada laki-laki terletak pada rentang usia 50-
tahun 2009-2010 juga menunjukkan bahwa
59 tahun, sedangkan wanita pada rentang usia
dari 36
70-79 tahun.
sebanyak 26 pasien (72%) terkena VHB
Hal ini kemungkinan akibat perbedaan hormon, dimana terdapat hormon androgen
pasien yang terkena karsinoma
pasein
karsinoma
hepatoseluler
dengan HBsAg positif, sisanya adalah VHC serta gabungan antaraVHB dan VHC.
pada laki-laki dan hormon estrogen pada
Patogenesis VHB sebagai penyebab
perempuan. Baru-baru ini terdapat penelitian
perubahan
keganasan
yang mencari adanya efek karsinogenik dari
protein HBx pada VHB. HBx, sebuah protein
kedua hormon tersebut. Reseptor androgen
VHB merupakan aktivator proses transkripsi
pada laki-laki memiliki jalur aktif dalam
yang
menambah risiko karsinoma hepatoseluler.
Kebanyakan
terlibat
diakibatkan
oleh
dalam hepatokarsinogenesis. kanker
pada
manusia
di
dasarkan dengan mutasi gen p53, suppresor
tumor,
yang
berperan
gen dalam
atau tidak dan untuk melihat apakah terjadi enselfalopati atau tidak.
pertumbuhan dan pembelahan sel. HBx akan
Hasil
survei
kanker
akan
karsinoma
karsinoma hepatoseluler terdapat pada tabel
dengan
dan gambar 5 dimana dari 60 pasien yang
terjadinya
hepatoseluler.(19) penelitian
Sama
lainnya
halnya
bahwa
VHB
dapat
berhasil
terdiagnosis
stadium
menginaktivasi fungsi p53, yang akhirnya memicu
yang
berdasarkan
dideteksi
pada
stadium
pasien
kankernya,
mengkodekan protein virus onkogenik yang
sebanyak 37 orang (61,6%) terdeteksi dengan
dapat
stadium 3, sebanyak 23 orang (38,4%)
menyebabkan
Sebagai
contoh,
HBx
adalah
yang
memiliki
nonstruktural virus sebagai
hepatokarsinogenesis.
regulator
memodulasi
protein
multifungsi
transkripsi
gen,
terdeteksi dengan stadium 2 dan tidak ada
peran
pasien
karsinoma
untuk
terdeteksi dengan
hepatoseluler stadium 1.
yang
Data
ini
degradasi
menunjukkan bahwa rata-rata pasien yang
protein, dan apoptosis serta telah terbukti
terdiagnosis karsinoma hepatoseluler datang
menekan tumor suppressor gen protein p53
dengan
yang
prognosis buruk. Hal ini berbeda dengan
dapat
mempercepat
hepatokarsinogenesis.(10)
sangat
mengidentifikasi
penting
prognosis
untuk
pasien
dan
mengambil data bahwa
dari
hepatoseluler,
Pada
terdiagnosis
penentuan
ini menggunakan
stadium
dan
memiliki
Bisceglie (2000) di Amerika serikat yang
memutuskan jenis terapi yang paling tepat. penelitian
lanjut
penelitian yang dilakukan oleh Befeler dan
Penentuan stadium kanker pada saat diagnosis
stadium
dari
230
pasein
stadium yaitu
1998-2000, karsinoma
paling
sebanyak
164
banyak orang
Okuda.
(71,3%), stadium 2 sebanyak 53 orang
Sistem ini digunakan karena berdasarkan
(23,4%), dan stadium 3 sebanyak 12 orang
data yang ada pada rekam medik hanya
(5,3%).
memungkinkan
penentuan
prognosis pasien karsinoma hepatoseluler di
stadium dengan sistem ini, sedangkan untuk
Amerika lebih baik dari pada di Indonesia.
sistem yang lainnya pada data rekam medik
Penelitian lain oleh Grieco (2006) di Italia
tidak mendukung, misalnya untuk melihat
juga
hasil radiologi apakah terdapat metastasis
berkebalikan
untuk
kanker
sistem
dari tahun
dilakuan
Hal
ini
menunjukkan dengan
menunjukkan
hasil
bahwa
yang
hasil penelitian
sama ini,
yaitu dari 268 pasien, sebanyak 190 orang
(70,8%) terdiagnosis dengan stadium 1,
stadium lanjut dengan fungsi hepar yang
stadium 2 sebanyak 78 orang (29,2%),
semakin buruk.(18)
sedangkan pasien yang terdiagnosis dengan stadium 3 tidak ada.
karsinoma hepatoseluler terdapat pada tabel
Minimnya gejala kanker pada stadium awal
menyebabkan
Hasil pengukuran AFP pada pasien
orang
jarang
7 didapatkan dari 53 pasien, sebanyak 37
untuk
pasien (69,8%) memiliki kadar AFP >20
memeriksakan kesehatannya, terlebih pada
ng/dl sedangkan sisanya sebanyak 16 pasien
pasien yang memiliki risiko tinggi untuk
(30,2%) dengan kadar AFP <20 mg/dl. Hal
terkena karsinoma hepatoseluler seperti pada
ini memperlihatkan bahwa AFP adalah tumor
orang-orang yang berisiko tinggi terkena
marker yang cukup baik dalam membantu
karsinoma
hepatoseluler.
mendiagnosa
karsinoma
pengetahuan
masyarakat
Penelitian
serupa
Kurangnya akan
kanker
ini
hepatoseluler.
dengan
penelitian
membuat seringnya pasien terdiagnosis pada
analitik yang dilakukan Salamah (2006) di
stadium lanjut.
Tingkat informasi tentang
RSPAD Gatot Subroto Jakarta dalam kurun
kanker yang berbeda-beda pada tiap daerah
waktu 1 Januari 2004 sampai 31 Desember
dan lebih terfokus pada kota-kota besar saja
2004 didapatkan bahwa dari 27
contohnya DIY, Jateng, dan DKI yang
penderita karsinoma hepatoseluler sebanyak
merupakan wilayah yang sering dilakukan
18 orang (66,7%) memiliki kadar AFP yang
penelitian kanker membuat penduduk daerah
meningkat (>20 ng/dl). Tidak jauh berbeda
ini mendapatkan paparan informasi tentang
dengan penelitian Tangkijyanich, dkk (2000)
kanker yang
di Bangkok, Thailand, mendapatkan dari 309
lebih banyak
dibandingkan
provinsi lainnya. Dengan demikian motivasi
pasien
untuk berobat pada pasien kanker yang
233 pasien (75,4%) memiliki kadar AFP
bermukim
yang meningkat (>20 ng/dl).
di
wilayah
tersebut
tinggi,
sehingga memberikan prevalensi yang tinggi. Akan
tetapi pada
daerah
yang
jarang
karsinoma
Pengukuran
hepatoseluler
orang
serum
AFP
sebanyak
dapat
membantu dalam diagnosis dan pengelolaan
dilakukan penelitian tentang kanker, motivasi
karsinoma
untuk
diatas 20 ng/mL dilebih dari 70% pasien
berobat
kesehatannya
tidak
dan
memeriksakan
meningkat
hepatoseluler.
AFP
meningkat
sehingga
dengan karsinoma hepatoseluler. Sensitivitas
banyak orang yang menderita kanker akan
dan spesifisitas dari AFP dalam 3 studi
datang ke pelayanan kesehatan sudah dengan
skrining yang dilakukan untuk
karsinoma
hepatoseluler masing-masing berkisar antara
terdiagnosis
39%-64% dan 76%-91%. AFP berguna
memiliki kadar AFP diatas normal.
dalam
Saran
memantau
pengobatan
dan
respon
terhadap
mendeteksi kekambuhan
pada
Perlunya
stadium
lanjut
pengelolaan
dan
yang
baik
setelah pengobatan karsinoma hepatoseluler
terutama skrining dini maupun pemeriksaan
jika AFP diukur sebelum pengobatan.(2)
rutin pada penderita risiko tinggi karsinoma
Pada
karsinoma
hepatoseluler
yang
hepatoseluler
untuk
mengurangi
memproduksi AFP, ditemukan Ephrin A1,
karsinoma
yang merupakan suatu faktor angiogenik,
penegakan
sebagai
secara
hepatoseluler harus secara lengkap dilakukan
mempengaruhi
berdasarkan pemeriksaan radiologi, FNAB, dan AFP menurut standar internasional atau
gen
berlebihan.
yang
diekspresikan
Ephrin
A1
pertumbuhan
sel
pada
karsinoma
hepatoseluler
dengan
cara
menginduksi
hepatoseluler.
insiden
Disamping
diagnosis
itu
karsinoma
standar operasional prosedur.
ekspresi gen-gen yang berhubungan dengan
Untuk hasil yang
siklus sel, angiogenesis, serta interaksi antar
dilakukan
sel. Kadar AFP yang meningkat terutama
jumlah sampel yang lebih banyak. Hal ini
diasosiasikan dengan prognosis yang buruk
didukung dengan pencatatan lengkap pada
seperti
rekam medis terutama pada biodata pasien
tumor
berukuran
besar,
invasi
vaskular, dan rekurensi dini.(20)
dan
lebih
yang
kebutuhan
lanjut
dengan
dilakukan
penelitian
agar
maupun
tujuan lain yang mendukung kualitas standar
Kesimpulan karsinoma
pemeriksaan
menunjang
KESIMPULAN DAN SARAN
Pasien
penelitian
lebih baik perlu
hepatoseluler
rumah sakit.
sebagian besar Usia lanjut diatas 40 tahun
DAFTAR PUSTAKA
merupakan
1. Befeler, A. S., & Bisceglie, A. M. (2002).
karsinoma
usia
terbanyak
hepatoseluler.
terbanyak
penderita
laki-laki.
Usia
penderita
Jenis
kelamin
hepatoseluler
perempuan
adalah
terdiagnosis
karsinoma hepatoseluler lebih tua dari lakilaki. Faktor resiko
Carcinoma:
Diagnosis
and Treatment. Gastroenterology, 16091619. 2. Budihusodo, U. (2006). Karsinoma Hati.
karsinoma
In A. Sudoyo, B. Setiohadi, I. Alwi, M.
hepatoseluler adalah Hepatitis B. Sebagian
Simadibrata, & S. Setiati, Buku Ajar Ilmu
besar
Penyakit Dalam Edisi 4 (pp. 457-462).
pasien
terbanyak
Hepatocellular
karsinoma
hepatoseluler
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Epidemiology,
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Pathogenesis. World J Gastroenterol,
3. Budiyati, A. D., Setiyono, A., & Tarigan, E.
(2012).
of
and
4300-4308. 10. Grieco, A., Pompili, M., Caminiti, G.,
Fetoprotein on NF-kB Translocation in
Miele, L., Covino, M., Alfei, B., . . .
Lipopolysaccaride
Monocyte-
Gasbarrini, G. (2005). Prognostic Factor
Derived Dendritic Cell. Med J Indones,
For Survival in Patients With Early-
21.
Intermediate
Hepatocellular
Carcinoma
Undergoing
Non-Surgocal
Therapy:
for
Effect
Factor,
Alpha
4. Center
The
Risk
Induced
Desease
Control
(2010).
Hepatocellular
Comparison of okuda, Clip, and BCLC
Carcinoma in United States 2001-2006.
Staging Syistem in A Single Italian
Morbidity and Mortality Weekly Report,
Centre. But An International Journal
517.
Gastroenterology and Hepatology, 411-
Prevention.
5. Departemen Indonesia.
Kesehatan (2005).
Indonesia.
Republik
Profil
Jakarta:
and
418.
Kesehatan
11. Hidayat, H., 2007. Perbedaan Profil
Depertemen
Klinik Karsinoma Hepatoseluler Yang
Kesehatan Republik Indonesia.
Terinfeksi Kronik Virus Hepatitis B
6. El-Serag, H. B. (2011). Hepatocellular Carcinoma. N Engl J Med, 1118-1127. 7. El-Serag, H. B., Marrero, J. A., Rudolph,
Dengan Virus Hepatitis C. Semarang: Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro.
L., & Reddy, R. (2008). Diagnosis and
12. Isselbacher, K., & Dienstag , J. (2005).
Treatment of Hepatocellular Carcinoma.
Tumors of The Liver and Biliary Tract. In
Gastroenterology, 1752-1763.
E. Fauci, E. Braundwald, K. Isselbacher,
8. Gao, J., Xie, L., Yang, W.-S., Zhang, W.,
J. Wilson, J. Martin, & D. Kasper,
Gao, S., Wang, J., & Xiang, Y.-B. (2012).
Harrison's
Risk Factor of hepatocellular Carcinoma-
Medicine 16 th Edition (pp. 533-536).
Current Status and Perspectives. Asian
New York: Mc Graw Hill.
Pacific Journal of Cancer Prevention. 9. Gomaa, A. I., Khan, S. A., Toledano, M. B., Waked, I., & Robinson, S. T. (2008). Hepatocellular
Carcinoma:
Principles
in
Internal
13. Jamie, A., Weydert, M., Michael, B., & Cohen,
B.
(2003).
Fine
Needle
Aspiration: Current Practice and Recent
Developments . CE Update Cytology, 851.
19. Rasyid, A. (2006). Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini dan
14. Lacobuzi, C., Donahue, & Montgomery, E. (2005). Gastrointestinal and Liver Pathology. A Volume in the Series Foundations
in
Diagnostic
Pathology
Series. 573.
Pengobatan Kanker Hati Primer. Medan: Universitas Sumatera Utara. 20. Rasyid,
A.
(2006).
Ultrasonografi
Temuan
Kanker
Hati
Hepatocelluler. Sumatera Utara: Majalah
15. Naugler, W., Sakurai, T., Kim, S., Maeda, S., Kim, K., Elsharkaww, A., &
Kedokteran Nusantara. 21. Salamah, T., & Suroso, A. (2006).
Karin, M. (2007). Gender Disparity in
Hubungan
Liver Cancer Due to Sex Differences in
Serum
MyD88-Dependent
Karsinoma
Hepatoseluler.
Semarang:
USA: Laboratory of Gene Regulation and
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Signal
Diponegoro.
Transduction,
IL-6
Production.
Departement
of
Pharmacology and Cancer Center.
dan
Kadar ALfa Gambaran
Fetoprotein USG
pada
22. Sepsatya, F. (2011). Spektrum Klinis
16. Oemanti, R., Rahajeng, E., & Kristanto,
Koinfeksi
Human
Immunodeficienci
A. Y. (2011). Prevalensi Tumor dan
Virus (HIV) dengan Hepatitis B Virus
Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya
(HBV) dan Hepatitis C Virus (HCV) di
di Indonesia.
RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang:
Balai
Penelitian
dan
Pengembangan Kesehatan, 190-204. 17. Okita,
K.
(2006).
Management
Universitas Diponegoro. of
23. Simamora, C. T. (2013). Hubungan
Hepatocellular Carcinoma in Japan. J
Komplikasi, Skor Child-Turcotte, dan
Gastroenterol, 100-106.
Usia LAnjut Sebagai Faktor Risiko
18. Peng, S., Chen, W., Lai, P., Jeng, Y.,
Kematian Pada PAsien Sirosis Hati di
Sheu, J., & Hsu, H. (2004). High Alpha
RSUD Dr. Soedarso Pontianak Tahun
Fetprotein Level Corelates With High
2008-2012.
Stage,
Tanjungpura.
Early
Recurence
and
Poor
Progbisis of Hepatocellular Carcinoma:
Pontianak:
Universitas
24. Tangkijvanich, P., Anukulkarnkusol, N.,
Significance of Hepatis Virus Infection,
Suwangool,
P.,
Age, p53, and Beta-Catenion Mutation.
Hanvivatvong, O., Kullavanijaya, P., &
Int J Cancer, 112.
Poovorawan,
Y.
Lertmaharit,
(2000).
S.,
Clinical
Characteristic
and
Hepatocellular
Carcinoma:
Based
on
Levels.
Prognosis
Serum Alpha Journal
of
30.
Analysis Fetoprotein
31. Yeh, S., & Chen, P. (2010). Gender
Clinical
Disparity of Hepatocellular Carcinoma:
of
Gastroenterology, 302-308.
The Roles of Sex Hormones. Oncology,
25. WHO. (2008). Liver Cancer Incidence,
172-179.
Mortality And Prevalence Wold WIde in 2008. France: GLOBOCAN. 26. Wibowo,
S.,
32. Sjamsuhidajat, Buku Ajar Ilmu Bedah
Kanadiharja,
S.,
Sjamsuhidajat, R., & Syukur, A. (2010). Saluran Empedu dan Hati. In R. 27. Sjamsuhidajat, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3 (pp. 696-697). Jakarta: EGC. 28. Yantie, V. K., Ariawati, K., & Sanjaya, I. (2011,
Oktober).
Karsinoma
Hepatoseluler pada Anak Usia 11 Tahun. Bali: Sari Pediatri. 29. Yeh, S., & Chen, P. (2010). Gender Disparity of Hepatocellular Carcinoma: The Roles of Sex Hormones. Oncology, 172-179.
Edisi 3 (pp. 696-697). Jakarta: EGC. 33. Yantie, V. K., Ariawati, K., & Sanjaya, I. (2011,
Oktober).
Karsinoma
Hepatoseluler pada Anak Usia 11 Tahun. Bali: Sari Pediatri. 34. Yeh, S., & Chen, P. (2010). Gender Disparity of Hepatocellular Carcinoma: The Roles of Sex Hormones. Oncology, 172-179.