Rangkuman Berita Media (4/8)
UNAIR
di
Rp 1,8 T untuk Percepat Infrastruktur Kampus Kemenristekdikti siap meluncurkan dana Rp 1,8 Triliun untuk 25 perguran tinggi di seluruh Indonesia. Tujuannya, mempercepat pembangunan infrastruktur di kampus. Di Surabaya, UNAIR termasuk dalam daftar penerima dana tersebut. Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti menyatakan dalam acara Simposium I bertajuk Inovasi Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia yang digelar dibawah naungan University Network for Indonesian Infrastructure Development (UNIID) di ITS Rabu (3/08), PTN di Indonesia diproyeksikan masuk 500 world class university. Untuk itu, perlu adanya perubahan skema untuk pencairan anggaran dalam pembangunan, seperti pelaporan keuangan baru selesai digunakan jika pembangunan infrastruktur sudah tuntas. Jawa Pos, 4 Agustus 2016 halaman 28 Sindo, 4 Agustus 2016 halaman 20 229 Anak Kembali ke Sekolah Jumlah perguruan tinggi yang bergabung dengan program campus social responsibility (CSR) Dinas Sosial Surabaya bertambah. Koni, ada 28 perguruan tinggi yang ikut program CSR. Beberapa perguruan tinggi itu antara lain UNAIR, ITS, STIE Perbanas, dan UINSA. Peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut otomatis menambah jumlah volunteer CSR. Pada 2014, volunter CSR tercatat 215 mahasiswa. Pada 2015, tercatat 265 mahasiswa yang bersedia menjadi kakak asuh. Tahun ini, jumlah pendaftar kakak asuh program CSR ada 628 mahasiswa. CSR dinas sosial bertujuan untuk mendampingi anak-anak dengan masalah sosial. Program tersebut menyasar anak usia sekolah, yakni 7-18 tahun, yang putus sekolah dan rentan putus sekolah.
Jawa Pos, 4 Agustus 2016 halaman 28 Bersih, Nyaman, Mudah Dijangkau Kesadaran akan pentingnya ASI sangat diperlukan. Di tempat umum, harus disediakan ruang laktasi untuk ibu menyusui atau sekedar mengganti popok anak. Konselor ASI, dr. Risa Etika, SpA(K), menuturkan, kenyamanan pojok laktasi harus dijaga. Ketua Divisi Neonatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR ini menyarankan, agar setiap pojok laktasi memberikan fasilitas yang mendukung kenyamanan ibu. Menurutnya, hal terpenting dari laktasi adalah kebersihan untuk menjaga ASI tetap murni. Salah satu yang disorot adalah tempat mencuci. Risa menyarankan, agar menggunakan air yang mengalir. Untuk lap, bisa digunakan tisu sekali pakai. Bukan menggunakan baskom diisi air, lalu kemudian dikeringkan menggunakan handuk. Jawa Pos, 4 Agustus 2016 halaman 36 Ekstrak Daun Zaitun Obati Infeksi Menular di RS Infeksi nosokomial atau hospital aquired infection adalah infeksi yang berkembang saat orang berada di lingkungan rumah sakit. Untuk pertama kali, tim Studi Imunologi Pasca Sarjana UNAIR membuktikan kinerja dalethyne yang mampu menyembuhkan luka dari infeksi nosokomial. Dunia kedokteran sebenarnya sudah lama melakukan upaya menanggulangi infeksi nosokomial. Sayangnya, selama ini penanggulangannya hanya dilakukan dengan pengobatan antibiotik. Akibatnya, antibiotik menjadi resisten terhadap nosokomial dan bakteri pun berkembang untuk melindungi diri dari antibiotik. Tim imunologi Pasca Sarjana UNAIR, Agung Dwi Wahyu Widodo mengatakan, kuman-kuman dalam infeksi nosokomial di rumah sakit memiliki kemampuan enzim yang disebut betalacmase dan sejenisnya, sedangkan untuk pseudomonas aeroginosa membentuk biofilm yang mampu melindungi diri dari antibiotik. Kendati demikian, infeksi bisa tetap dicegah dengan kondisi fisik pasien yang terus dilakukan
pemulihan. Radar, 4 Agustus 2016 halaman 1-2 Losepocket Kompres untuk Mata Panda Kantong mata adalah salah satu gejala fisiologis berupa pembengkakan ringan, kulit kendor, dan timbulnya lingkaran hitam di bawah mata. Gejala ini sering disebut dengan kantong panda. Berbagai penyebab kantong mata, antara lain stres yang berpengaruh pada kurangnya tidur, terlalu lama beraktivitas di depan komputer, serta kurangnya mengkonsumsi air putih. Melihat kondisi tersebut tim PKM dari UNAIR menciptakan penutup mata Losepocket. Ide tim beranggotakan Ulima Hapsari, Dhiah Ayu, Husniatul Fitriah, Hogi Ruthfeda, dan Afifatun Nisa itu berangkat dari pengalaman pribadi. Losepocket ini dilengkapi dengan wadah penahan bahan kompres mata seperti mentimun, kentang, atau sari teh agar tetap melekat di mata. Produk ini juga dilengkapi dengan ice gel yang berfungsi sebagai pendingin yang dapat memberi efek relaksasi pada mata. Surya, 4 Agustus 2016 halaman 19 Penulis : Afifah Nurrosyidah Editor : Dilan Salsabila
Pull Strategy, Kiat Perpustakaan Meningkatkan Minat Baca Mahasiswa UNAIR NEWS – Minat baca adalah keinginan, kemampuan, dan kegiatan untuk membaca. Untuk meningkatkan tiga hal tersebut di kalangan mahasiswa, perpustakaan UNAIR menerapkan pull
strategy. Apa itu? Yakni, strategi untuk menarik mahasiswa datang ke perpustakaan. Baik secara fisik, maupun secara virtual ke sistem online library yang bisa diakses 24 Jam non stop di www.lib.unair.ac.id. “Sebenarnya yang telah dan akan selalu dilakukan oleh perpustakaan bukan sekedar meningkatkan minat baca. Lebih luas dari itu, kami ingin meningkatkan literasi informasi mahasiswa,” kata Kepala Perpustakaan Prof Dr I Made Narsa, SE., M.Si., Ak. Artinya, yang diedukasi adalah meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang sumber, cara penelusuran, pemanfaatan, dan pengelolaan informasi. Prof
Narsa
menambahkan,
pull
strategy
diimplementasikan
melalui beberapa langkah, antara lain, penggiatan aktifitas atau event di perpustakaan. Dengan cara ini, diharapkan mahasiswa tertarik untuk datang. Contoh kegiatan yang telah dilakukan adalah presentasi beasiswa oleh para awardee LPDP dan ragam kegiatan BEM, UKM, serta eksponen mahasiswa lainnya. Perpustakaan pun fokus meningkatkan kenyamanan ruangan. Mulai dari penataan layout yang elok, penambahan AC, penataan lampu, pembenahan loker, hingga pembuatan Satria Airlangga Corner yang representatif. Termasuk, mengembalikan fungsi flash lounge menjadi ruang diskusi publik. Peningkatan fasilitas terus dilakukan. Salah satu yang terbaru adalah penambahan 41 unit komputer untuk pelayanan e-Lib. “Kami juga melakukan roadshow ke fakultas-fakultas untuk menginformasikan resources yang ada di perpustakaan,” tambah guru besar Fakutas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR ini. Display buku baru yang menarik dan dirotasi secara berkala, diyakini mampu membuat perpustakaan lebih dinamis. Yang tak kalah menarik, laman perpustakaan menyajikan resensi buku baru yang ditulis oleh para pustakawan. Dengan cara ini, mereka yang melihat website akan penasaran dan tertarik membacanya
secara lengkap “Ada pula program tanda cinta. Maksudnya, perpustakaan akan membelikan buku sesuai permintaan mahasiswa. Tentu saja, bukubuku yang diinginkan harus diusulkan berdasarkan pertimbangan objektif. Kalau memang bagus, pasti kami beli. Sebagai tanda cinta kami pada mahasiswa yang suka membaca,” ujar dia. (*) Penulis : Rio F. Rachman Editor : Binti Q. Masruroh
FEB Raih Best Paper dan Outstanding Professor di Beijing UNAIR NEWS – Predikat membanggakan kembali dicapai oleh delegasi Universitas Airlangga. Dalam International Conference in Organizational Innovation di Beijing pada 26-28 Juli 2016 lalu, delegasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) sukses menyabet gelar Best Paper, atas nama Prof Dr Bambang Tjahjadi SE.,MBA., Ak., dan Outstanding Professor atas nama Badri Munir Sukoco SE., MBA., PhD. Di Beijing, semua dosen disebut sebagai Profesor. Maka itu, meskipun Badri belum meraih gelar Guru Besar di UNAIR, dia tetap berhak atas sapaan itu dalam konferensi. “Saya melakukan riset untuk membuat paper itu bersama Bu Noerlailie (Dr. Noerlailie Soewarno SE., MBA., Ak.) dan Bu Hariyati. Isinya, soal betapa penting strategi inovasi dalam bidang manufaktur,” kata Prof Bambang saat ditanya tentang karyanya pada Selasa lalu (2/8).
Pihaknya menegaskan, strategi inovasi yang dimaksud mesti dilakukan sejak tahap perencanaan, proses produksi, hingga pemasaran. Tanpanya, usaha manufaktur dalam negeri tidak akan sanggup bersaing dengan pihak asing. Terlebih, saat ini gerbang globalisasi terbuka lebar. Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dimulai sejak akhir 2015 lalu, misalnya, sudah memperluas peluang perusahaan luar negeri masuk dan memasarkan produk di Indonesia.
Prof Bambang (dua dari kanan) menerima penghargaan Best Paper (Foto: Istimewa) Bambang menuturkan, Jawa Timur memiliki potensi besar di bidang manufaktur. Hal ini harus dimanfaatkan dengan baik. Karena bila hasil yang ditelurkan maksimal, imbasnya langsung berdampak di masyarakat. Bagaimana cara mengoptimalkannya? Dengan melakukan inovasi yang berdasar perkembangan zaman. Bila terobosan yang dimaksud tidak dilaksanakan, bersiaplah tumbang dilalap para pesaing. Dan, tak menutup kemungkinan bakal sampai pada titik bangkrut. “Kalau bukan kita yang
menguatkan usaha manufaktur nasional, siapa lagi?,” tutur Prof Bambang. (*) Penulis : Rio F. Rachman Editor : Binti Q. Masruroh
Tingkatkan Edukasi Bidang Olahraga, LIMA Jalin Kerjasama dengan UNAIR UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) terus berupaya menjalin kemitraan dengan berbagai elemen guna meningkatkan kualitas pendidikan di UNAIR. Kemitraan pun tidak hanya meliputi bidang akademik, namun juga berupa pengembangan softskill. LIMA (Liga Mahasiswa) mengajak UNAIR untuk mencetak mahasiswa yang tak hanya pandai berolahraga, namun juga cerdas dalam mengelola manajemen sebuah tim. LIMA sendiri merupakan organisasi privat yang bergerak dalam pengembangan bidang olahraga. Sebagai bentuk kerjasama, UNAIR melalui Direktur Kemahasiswaan bersama dengan LIMA melakukan kesepakatan kerjasama di Ruang Direktur Kemahasiswaan Gedung Rektorat UNAIR, pada Rabu (3/8). Kesepakatan ini ditandatangani oleh Dr. M. Hadi Shubhan., S.H., M.H., CN, selaku Direktur Kemahasiswaan UNAIR dan General Manager LIMA, Rida Achmad. “UNAIR telah menjadi bagian partisipan kita sejak tahun pertama yaitu tahun 2012, dan kami ingin memberikan sebuah platform pembelajaran mengelola sebuah event olahraga dan cara pengkoordiniran di lapangan,” tutur Rida.
Dengan kesepakatan tersebut, UNAIR menjadi tuan rumah pertandingan LIMA di cabang olahraga Bulu Tangkis East Java Conference (kompetisi LIMA bagi daerah Jawa Timur). Cabang olahraga yang digelar pada 3 – 7 Agustus 2016 tersebut akan dihelat di GOR Kampus C UNAIR. Sebelumnya, UNAIR juga menjadi tuan rumah di cabang olahraga basket East Java Conference yang digelar pada bulan Februari lalu. UNAIR juga terpilih menjadi tuan rumah bagi gelaran LIMA Badminton Nationals pada tanggal 9 – 14 Agustus mendatang. Karena perannya dalam pelaksanaan pertandingan Liga Mahasiswa, LIMA menawarkan beberapa benefit untuk UNAIR, salah satunya, mahasiswa UNAIR akan diberikan pelatihan mengenai olahraga mulai tanggal 10 – 14 Agustus mendatang. Pelatihan tersebut mencakup Sport Journalistic, Sport Photography, Sport Marketing dan Sport Management yang akan dihadiri oleh beberapa ahli dalam bidangnya sebagai pembicara. Rida
berharap,
kerjasama
ini
bisa
dijalin
di
berbagai
universitas, karena LIMA memiliki tujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang olahraga mulai dari induk bisnis, manajemen, hingga murni mengenai olahraga itu sendiri. “LIMA memiliki kegiatan yang bermanfaat bagi mahasiswa, dengan di adakannya kerjasama ini, saya berharap agar minat mahasiswa pada bidang olahraga meningkat,” ujar Hadi Subhan. Dalam kesempatan tersebut, Hadi berpesan kepada mahasiswa yang berlaga di ajang LIMA tahun ini, agar menjadikan LIMA sebagai ajang silaturahmi antar pemain, bukan sebagai ajang penentu siapa yang paling kuat.(*) Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila
Bahan Organik Sudah Menumpuk, November Kolam Ikan Dikuras UNAIR NEWS – Hasil analisa terhadap kondisi air kolam di “Danau UNAIR” kampus C Mulyorejo Surabaya, bahwa pada dasar danau buatan itu sudah penuh dengan bahan organik. Bahan organik ini sangat tidak baik untuk budidaya ikan. Karena itu dalam kaitan peringatan Dies Natalis Universitas Airlangga ke-62, November mendatang, setelah ikannya dipanen, air kolam itu diusulkan dikuras guna mengangkat bahan-bahan organiknya secara tuntas. Kesimpulan itu disarikan dari analisa laboratorium terhadap sampel ikan yang mati, Mei 2016 lalu. Ukuran oksigen yang terlarut dalam air saat itu hanya 0,8 ppm (part per million) dari yang seharusnya minimal 4,0 ppm. Kemudian H 2 S dari penguraian bahan organik di danau itu mencapai 2 mg dari yang seharusnya hanya 0,1 mg. ”Artinya bahan organik disitu sudah tinggi, jadi harus diangkat. Untuk itu kami sudah berkoordinasi dengan Bagian Sarpras, dan rencananya dikuras November nanti,” kata Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, M.P., Wakil Dekan I Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR. Saat kejadian banyak ikan mati, Mei lalu, Wadek I FPK ini ikut mengatasi dengan menebar zeolid dan probiotik bersama mahasiswa yang tergabung dalam Kajian Keilmiahan Mahasiswa (KAKEMA) FPK UNAIR. Usulan menguras kolam itu merupakan alternatif paling mungkin. Jika dengan menebar zeolid dan probiotik untuk mendegradasi bahan organik yang menumpuk, masih diperlukan dukungan dua buah kincir air. Padahal harga satu kincir Rp 3 juta. Kalau untuk standar budidaya memang juga perlu dukungan konstruksi kolam, tetapi yang di UNAIR ini bukan budidaya, sehingga cukup diatasi dengan tanpa dukungan kincir.
”Jadi usulan program jangka panjang dengan membersihkan bahan organik secara fisik, ini alternatif alami yang memungkinkan dengan bantuan sedikit zeolid dan probiotik tadi,” tambah ahli perikanan asal Kota Malang ini. Tetapi sebenarnya, kejadian Mei itu juga dipengarughi oleh faktor alam. Cuaca ekstrim yang tak menentu: panas terik, hujan, panas lagi, hujan lagi, dst. Jika iklim pancaroba berakhir, maka berhenti pula kasusnya. Tetapi karena kondisi dasar danau seperti itu, maka menyedot sebanyak mungkin bahan organik dari dasar danau merupakan pilihan terbaik. Dalam menguras kolam nanti, bisa dilaksanakan dengan kerja bakti massal bekerjasama dengan BEM dan Kemahasiswaan. Caranya dengan membagi kolam dalam beberapa kaplingan. Satu kapling ditangani sepuluh orang. Lumpur (bahan organiknya) diangkat menggunakan karung goni (sak). Opsi lain memang ada. Menggunakan alat berat atau dengan probiotik. Tetapi dengan mengerahkan alat berat (beko), dikhawatirkan selain menguras biaya juga merusak taman. Jika memakai probiotik juga butuh lima kotak senilai Rp 500 ribu. Itu pun harus diulang-ulang dan memerlukan kincir air. Menjawab UNAIR NEWS, Endang Dewi Masithah mengatakan, bahan organik di kolam itu bisa disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, masuknya limbah yang membawa lumpur halus dari manamana saat hujan deras (banjir). Kedua, akibat panen dan tebar benih berulang-ulang sehingga kotoran ikan menumpuk di dasar. Ketiga, adanya plankton (berwarna hijau pekat), tetapi esoknya air menjadi bening karena planktonnya mati dan terendam ke bawah. Keempat, pakan ikan yang ditebar pengunjung kolam tidak semuanya dimakan ikan, jadi sisanya membusuk di dasar kolam. Ketika Mei lalu terjadi cuaca ekstrim; silih berganti antara hujan, panas, hujan, dan panas lagi, ini yang menyebabkan ikan-ikan itu mati. Sebab saat terjadi panas maka suhu airnya panas semua. Tetapi ketika hujan, bagian permukaan air suhunya
dingin, sedang bagian bawah masih panas. Saat suhu air dingin itu maka terjadi BD air lebih tinggi. Sifatnya berat, jadi akan mendesak air di bagian bawah. Otomatis air di dasar kolam yang tercemar bahan organik itu akan naik ke permukaan (”mudal”/endapan lumpur naik). Karena itu ketika sehabis panas kemudian hujan, maka air kolam menjadi keruh berlumpur. Inilah yang mematikan ikan-ikan tadi. ”Secara fisik ikan-ikan yang demikian itu masih layak konsumsi, karena matinya terganggu bahan organik saja. Seperti saat kami lihat, pada insang dan rongga mulut ikan terdapat lumpur, menyebabkan ikan kesulitan untuk bernafas dan akhirnya mati,” kata Endang Masithah. (*) Penulis : Bambang Bes
Gala Dinner UNIID UNAIR NEWS – Sebagai rangkaian dari simposium yang dilaksanakan oleh University Network for Indonesia Infrastructure Development (UNIID), Gala Dinner diadakan di Lantai 1 Gedung Manajemen Universitas Airlangga, Kampus C, Rabu (3/8).
Percepatan Infrastruktur Libatkan Akademisi UNAIR NEWS – Untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia, peran perguruan tinggi di Indonesia perlu dilibatkan. Pernyataan itu disampaikan oleh Direktur Utama PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) Shintya Rusli. Setidaknya, ada tiga aspek peran yang disinggung oleh Shintya. Pertama, mendorong kesadaran dalam pemanfaatan infrastruktur. Kedua, mendorong riset terapan untuk dipakai pihak swasta, dan pemerintah selaku pembuat kebijakan. Ketiga, menghasilkan sumber daya manusia dalam pembangunan dan pemanfaatan infrastruktur. Pernyataan itu disampaikan pada acara ‘Simposium I: Inovasi dalam Rangka Percepatan Infrastruktur di Indonesia’ di Graha Institut Teknologi 10 Nopember, Rabu (3/8). “Kita menghadapi tantangan untuk memobilisasi tenaga kerja yang bisa bekerja langsung di infrastruktur,” tutur Shintya. Acara simposium yang dilaksanakan oleh University Network for Indonesia Infrastructure Development (UNIID), didukung penuh
oleh PT. PII. Dalam acara simposium tersebut, juga diselenggarakan rapat anggota tahunan, yang juga diikuti oleh Wakil Rektor II, dan Wakil Rektor IV UNAIR. Dalam kesempatan tersebut, Junaidi Khotib, Ph.D., selaku Wakil Rektor IV UNAIR menyatakan, tahun ini pihak UNAIR berkomitmen untuk kembali melanjutkan percepatan pembangunan infrastruktur yang melibatkan perguruan tinggi. “Jadi, supaya ahli-ahli dari masing-masing kampus itu berpikir untuk memberikan masukan-masukan dan pemikiran-pemikiran inovasi untuk percepatan pembangunan infrastruktur,” terangnya. Selain perwakilan dari PT. PII dan Warek IV UNAIR, staf ahli Menristek Dikti Harry mengatakan, revitalisasi infrastruktur perguruan tinggi juga perlu dipercepat. Namun, ia mengakui, kebutuhan dan keinginan dari perguruan tinggi tidak diimbangi dengan anggaran pendapatan belanja negara. Sehingga, tak jarang bangunan yang belum selesai dibangun terlihat di sebagian perguruan tinggi. “APBN tidak mencukupi. Kampus mendapat angin segar di awal tahun, bulan Agustus dan September. Alhasil, karena APBN tidak konsisten kesinambungannya, infrastruktur di perguruan tinggi banyak yang mangkrak. Kebutuhan infrastruktur banyak, tapi yang mangkrak juga banyak,” terang Harry. Harry menambahkan, sebagai alternatif, maka kampus diharap untuk aktif bekerjasama dengan pemerintah dan perusahaan. Salah satunya adalah dengan PT. PII. Harry juga mengingatkan agar status perguruan tinggi di Badan Pemeriksa Keuangan adalah wajar tanpa pengecualian (WTP). Sehingga, perlu diperhatikan tahap mulai perencanaan, pengoperasian hingga pemeliharaan. Dalam acara yang sama, juga dilaksanakan presentasi makalah tentang infrastruktur sebanyak 60 makalah. Para pengajar sekaligus peneliti UNAIR dari berbagai fakultas turut serta
dalam kegiatan tersebut. Peneliti UNAIR merupakan pengirim makalah terbanyak kedua dalam diskusi paralel ini. Dalam acara yang sama, juga dihadiri oleh Dirjen Dikti Ali Ghufron Mukti. Ia berharap penelitian yang sudah didiskusikan dalam simposium dan diskusi paralel kali ini, bisa dipublikasikan dalam jurnal-jurnal internasional yang bereputasi. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan