Bab i V Rencana renovasi ipal gedung bppt jakarta Agar pengelolaan limbah gedung BPPT sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, BPPT telah mengambil keputusan untuk melakukan renovasi IPAL yang ada. Renovasi ini dimulai dari kegiatan evaluasi dan redisain system pengelolaan dan IPAL existing, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pekerjaan fisik renovasi dan modifikasi IPAL existing. Renovasi dan modifikasi IPAL dilakukan dengan teknologi biofilter untuk memperbaiki kinerja IPAL dan meningkatkan kualitas hasil olahan IPAL sehingga diharapkan outlet-nya dapat memenuhi standar baku mutu yang berlaku (PerGub DKI Jakarta No. 122 tahun 2002 serta memperbaiki dan modifikasi unit re-use dengan teknologi ultra filtrasi sehingga kualitas air hasil re-use dapat lebih baik serta dapat digunakan dengan baik untuk keperluan flashing toilet, dan siram taman yang ada di sekitar gedung.
4.1.
Baku Mutu Limbah Domestik Untuk memberikan standar kualitas air limbah domestik
yang akan dibuang ke saluran umum dan mencegah terjadinya pencemaran akibat pembuangan air limbah domestik tersebut, maka Pemda DKI Jakarta telah menetapkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
38
Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1: Baku Mutu Limbah Cair Domestik PARAMETER
SATUAN
INDIVIDUAL
KOMUNAL
RUMAH TANGGA pH
6–9
6–9
KMnO4
Mg/l
85
85
TSS
Mg/l
50
50
Ammoniak
Mg/l
10
10
Minyak & Lemak
Mg/l
10
10
Senyawa Biru Metilen
Mg/l
2
2
COD
Mg/l
100
80
BOD
Mg/l
75
50
Sumber : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005.
4.2. Pengelolaan Limbah Gedung BPPT Setelah Renovasi Berdasarkan hasil evaluasi pengelolaan limbah yang telah dilakukan di gedung BPPT saat ini ada beberapa sumber limbah yang belum diolah di IPAL, untuk itu maka system pengelolaan akan diredisain untuk mengolah semua limbah yang ada (yang berasal dari clean out (CO), dan dari water closed (WC) dan dari floor drain (FD), limbah kantin ) akan diolah terlebih dahulu di IPAL sebelum dibuang ke saluran. Empat (4) buah bak pengumpul yang sudah
ada
akan
tetap
dipertahankan,
dan
dalam
system
pengumpulan limbah ini akan dilengkapi dengan system pemisahan minyak (oil trap) untuk memisahkan minyak-minyak yang banyak terkandung dari limbah kantin sebelum dicampur dengan limbah dari sumber lainnya. Pemisahan minyak akan dilakukan secara Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
39
fisika dengan system flotasi. Minyak yang sudah terkumpul akan diambil secara manual agar tidak menganggu proses pengolahan di IPAL maupun dalam system pengumpulan limbah. Dengan terpisahnya minyak dari limbah, maka akan mengurangi beban kerja IPAL yang akan didisain.
Dalam sistem pengelolaan limbah yang baru ini air hujan juga akan dikelola dengan menambahakan fasilitas sumur resapan. Jadi semua air hujan akan diresapkan melalui sumur-sumur resapan yang ada, dan jika sumur resapan sudah tidak mampu lagi menampung limpasan air hujan baru dialirkan ke saluran umum melalui lubang over flow yang ada. Untuk disain dan perencanaan pembuatan fasilitas sumur resapan ini, diharapkan dilakukan perencanaan disain terlebih dahulu.
Contoh foto oil trap ini dapat dilihat seperti pada Gambar 4.1, sedangan system pengumpulan limbah secara keseluruhan dari semua kamar mandi yang ada di gedung dapat dilihat seperti pada gambar
4.2 dan flwo sheet rencana sistem pengelolaan limbah
dapat dilihat seperti gambar 4.3.
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
40
Gambar 4.1 : Foto Oil Trap.
CO = Celean out, WC = Water Closed, FD = Floor Drain
Gambar 4.2 : Rencana Sistem Perpipaan Limbah Gedung BPPT.
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
41
Gambar 4.3 : Flwo Sheet Rencana Sistem Pengelolaan Limbah di Area Gedung BPPT. Dengan adanya perbaikan system pengelolaan air dan system reuse
air
tersebut,
maka
akan
banyak
diperoleh
berbagai
keuntungan, antara lain : -
Terjadi penghematan pemakaian air bersih,
-
Semua limbah yang dihasilkan akan diolah di IPAL terlebih dahulu, dan semua buangan air yang disalurkan ke saluran umum telah memenuhi baku mutu kualitas limbah buangan sehingga tidak akan mencemari lingkungan disekitarnya.
-
Dengan system re-use ini, tidak akan mengurangi jumlah pemakaian air di setiap unit serta tidak akan menurunkan kualitas air yang digunakan.
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
42
4.3.
Pemilihan Teknologi Pengolahan Limbah Dalam merencanakan suatu IPAL, maka perlu ditempuh
beberapa langkah pengerjaan yang dimulai dari survai lapangan, analisa laboratorium, analisis data dan pemilihan teknologi (proses) yang akan digunakan. Jika langkah-langkah tersebut telah ditempuh baru dilakukan disain IPAL yang direncanakan. Pekerjaan tidak hanya sampai di sini, pemilihan peralatan perlu dilakukan dengan tepat. Setiap unit alat (pompa, blower, bahan bangunan) mempunyai karakteristik yang berbeda dan harus disesuaikan dengan sifat-sifat limbah yang akan diolah serta kondisi lingkungannya.
Pemilihan proses, sistem dan spesifikasi alat yang tidak tepat atau disain IPAL yang salah akan menimbulkan berbagai persoalan di dalam IPAL itu sendiri, misalnya :
biaya
investasi,
operasional maupun
perawatannya
akan
menjadi mahal,
sistem tidak dapat bekerja secara optimal,
hasil olahan tidak seperti yang diinginkan,
sulit dalam pengendalian/operasional,
Peralatan cepat rusak (korosi, panas, tidak awet dll).
Untuk menghindari hal-hal seperti tersebut di atas, maka dalam perencanaan suatu IPAL harus dilakukan tahap demi tahap mulai dari survai sumber limbah, dilanjutkan dengan upaya minimalisasi limbah, manajemen pengelolaan limbah, sampai dengan pemilihan teknologi dan sistem IPAL yang akan digunakan.
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
43
Dalam satu jenis limbah dengan karakteristik tertentu terkadang mengandung berbagai macam bahan pencemar di dalamnya, yang mana setiap jenis polutan tersebut mempunyai sifatsifat yang berlainan. Jika menghadapi limbah seperti ini, maka diperlukan teknik-teknik untuk mengkombinasikan proses maupun sistem yang akan digunakan, yang mana sistem manajemen limbah dari sumbernya juga memegang peran yang sangat penting. 4.3.1. Kriteria Perencanaan Pemilihan teknologi pengolahan air limbah sangat ditentukan oleh karakteristik air limbah yang akan diolah serta kualitas air olahan yang diinginkan. Pemilihan teknologi yang tepat, disamping akan mendapatkan kualitas hasil olahan yang baik juga akan menghemat biaya operasional IPAL. Kualitas air hasil olahan ditentukan oleh Peraturan Pemerintah setempat dan peruntukan badan air atau sungai dimana air olahan IPAL tersebut akan dibuang.
Teknologi pengolahan air limbah yang akan digunakan
harus memenuhi beberapa kriteria antara lain : Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar baku mutu lingkungan. Pengelolaannya harus mudah. Konsumsi energi sedapat mungkin rendah. Biaya operasinya rendah. Lumpur yang dihasilkan sedapat mungkin kecil. Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar. Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
44
Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik. Perawatannya mudah dan sederhana.
4.3.2. Pemilihan Proses
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan seperti tertera pada Bab III tersebut di atas, maka hasil olahan IPAL tersebut
belum
dapat
memenuhi
standar
baku
mutu
yang
diharapkan, sehingga diperlukan renovasi dan modifikasi IPAL tersebut dengan teknologi yang lebih baik lagi. Ada berbagai teknologi IPAL yang tersedia, dan masing-masing teknologi ini mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Agar hasil dari modifikasi ini nantinya dapat memberikan hasil yang maksimal, maka diperlukan adanya pemilihan teknologi yang akan diterapkan.
Untuk mengkaji secara keseluruhan tentang keunggulan dan kelemahan setiap jenis proses pengolahan dapat dilakukan dengan cara pembobotan (scoring) terhadap tiap jenis teknologi yang akan dipilih. Skoring dilakukan dengan skala 1(satu) untuk yang terburuk sampai dengan 5 (lima) untuk yang terbaik. Hasil pembobotan untuk beberapa jenis proses pengolahan air limbah secara biologis seperti yang telah diuraikan di atas, ditunjukkan seperti pada Tabel 4.2.
Berdasarkan beberapa macam proses pengolahan air limbah seperti uraian di atas, untuk proses pengolahan air limbah domestik yang paling sesuai yakni proses pengolahan dengan Sistem Kombinasi Biofilter Anaerob dan Aerob. Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
45
Tabel 4.2. : Pembobotan Terhadap Beberapa Jenis Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologis KRITERIA PERENCANAAN JENIS PROSES
Kualitas Air Olahan
Kumudahan Operasional
Biaya Operasional
Kebutuhan Energi
Biaya Investasi
Jumlah Lumpur
Penghilangan Amoniak
Kebutuhan Lahan
JUMLAH SKOR
Proses Lumpur Aktif
5
2
2
2
5
1
3
5
25
RBC
3
3
3
3
4
4
3
5
28
Trickling Filter
3
3
4
3
4
4
3
3
27
Proses Anaerobik
1
3
5
5
4
5
1
3
27
Aerated Lagon
2
4
4
4
3
4
2
1
24
Biofilter Anaerobik
1
5
5
5
5
1
1
3
26
Biofilter Aerobik
5
5
1
2
4
3
5
4
29
Biofilter Anaerob-Aerob
5
5
4
4
3
5
5
3
34
Keterangan : Bobot : 1 = Terburuk
5 = Terbaik
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT
46