ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN PEGADAIAN DAN HARGA EMAS TERHADAP PENYALURAN KREDIT RAHN PADA PT PEGADAIAN SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE 2005-2013) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat - syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Danny Febrian NIM : 1110084000063
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2015M
ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN PEGADAIAN DAN HARGA EMAS TERHADAP PENYALURAN KREDIT RAHN PADA PT. PEGADAIAN SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE 2005-2013)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat - syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Danny Febrian NIM : 1110084000063
Dibawah bimbingan:
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2015M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Selasa, 24 Februari 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa : 1. 2. 3. 4.
Nama : Danny Febrian NIM : 111008400006 Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembanguna Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi,Pendapatan Pegadaian dan Harga Emas Terhadap Penyaluran Kredit Rahn pada PT Pegadaian Syariah di Indonesia (Periode 2005-2013).
Setelah mengamati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 24 Februari 2015
Herni Ali, Dr., MM NIDN. 0422125902
(
Zaenal Muttaqin, MPP NIP. 198004162009121002
(
M. Nur Rianto Al Arif, M.Si NIP. 198110132008011006
(
Prof. Dr. H. Abdul Hamid MS NIP. 195706171985031002
(
Yoghi Citra Pratama M.Si NIP. 198307172011011011
(
) Ketua
) Sekretaris
) Penguji Ahli
) Pembimbing I
) Pembimbing II
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari Kamis Tanggal 11 Bulan September Tahun Dua Ribu Empat Belas telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. 2. 3. 4.
Nama : Danny Febrian NIM : 1110084000063 Jurusan : Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Pegadaian dan Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Rahn PT Pegadaian Syariah di Indonesia (Periode 2005 – 2013).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 11 September 2014
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Danny Febrian NIM : 1110084000063 Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan. 2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya. 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I.
INDENTITAS PRIBADI 1.
Nama
: Danny Febrian
2.
Tempat, tanggal lahir
: Jakarta, 21 Februari 1992
3.
Agama
: Islam
4.
Jenis kelamin
: laki-laki
5.
Alamat
: Pondok Cabe 3 RT/RW 01/07, Kecamatan Pamulang, Kabupaten Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
6.
No. telepon
: 081296631167
7.
E-mail
:
[email protected]
II.
PENDIDIKAN FORMAL 1.
1997 - 1998 : TK Kesuma Indriya.
2.
1998 - 2004 : SD Negeri 03 Pagi Gandaria Utara, Jakarta.
3.
2004 - 2007 : SMP Negeri 240 Jakarta.
4.
2007 - 2010 : SMA Muhammadiyah 3 Jakarta.
5.
2010 - 2015 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
III.
PENGALAMAN ORGANISASI 1.
Anggota OSIS SMA.
2.
Anggota HMJ IESP.
3.
Anggota UKM FORSA.
4.
Anggota FCBI Tangerang Selatan (non formal).
IV.
SEMINAR WORKSHOP 1.
Seminar Peluang Berkarir di Dunia Syariah, UIN Jakarta, 2010.
2.
Seminar Outlook Peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap Industri Keuangan dan Perbankan Syariah, UIN Jakarta, 2012.
3.
Studium General Jurusan IESP, UIN Jakarta, 2012. i
ABSTRACT The aims of this study is to analyze the effect of variable inflation rates, operating revenues and gold price to the lending Rahn at PT Pegadaian Syariah in Indonesia The hipothesis are tested by using multiple linear regression analysis (Ordinary least square) and testing of classical assumptions. Data used are the time series data, namely the period 2005 -2013. Based on partial analysis inflation rates have negative and insignificant effect on credit Rahn with t-statistic probability of 0.8923 however the operating revenues (t-statistic probability 0.0269) and gold price (t-statistic probability 0.0000) both individual have positive and significant impact on lending Rahn. Simultaneously all independent variables affect the lending Rahn PT Pegadaian Syariah. With a coefficient of determination (R2 adj) 60.60% and the remaining 30.40% influenced by other factors such as the level of capital lease, the level of income per capita and unemployment. Keywords: Lending Rahn, Inflation Operating Revenue, Gold Price, Multiple Linier Regresion.
ii
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel tingkat inflasi, pendapatan pegadaian dan harga emas terhadap penyaluran kredit Rahn pada PT Pegadaian Syariah di Indonesia. Pengujian hipotesis menggunakan analisis linier regresi berganda (Ordinary Least Square) dan pengujian asumsi klasik. Data yang digunakan adalah data time series yaitu periode 2005-2013. Berdasarkan hasil analisis secara parsial tingkat inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kredit Rahn dengan probabilitas t-statistik sebesar 0,8923 sedangkan pendapatan pegadaian (probabilitas t-statistik 0,0269) dan harga emas (probabilitas t-statistik 0,0000) keduanya masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit Rahn. Secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh terhadap penyaluran kredit Rahn pada PT Pegadaian Sariah. Dengan koefisien determinasi (adj R2 ) 60.60% dan sisanya sebesar 30,40% dipengaruhi oleh faktor lain seperti tingkat sewa modal, tingkat pendapatan perkapita dan pengangguran. Kata kunci : Kredit Rahn, Inflasi, Pendapatan Pegadaian, Harga Emas, Regresi Linier Berganda.
iii
KATA PENGANTAR Assalamu ’allaiikum Wr. Wb Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang Nya kepada penulis selamaini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Pegadaian dan Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Rahn PT Pegadaian (Persero) di Indonesia periode 2005-2013”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, sang pembawarisalah, rahmat bagi alam semesta dan sang pemberi syafaat bagi umatnya dihari akhir nanti. Dengan selesainya penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Ada pun ucapan terimakasih ini penulis tujukan kepada : 1. Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW 2. Hadi Suyatno (ayah) dan Puji Astuti (ibu) serta adik tercinta Hanum Diah Septianjani atas segala doa, semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayangnya yang tak henti-hentinya di berikan kepada penulis. 3. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid MS, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bantuan baik waktu, saran, maupun ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Bapak Zuhairan Y. Yunan, M.Sc, Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
5. Bapak Zaenal Mutaqqin MPP, Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Yoghi Citra Pratama M.Si, Selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing II yang telah memberikan bantuan baik waktu, saran, maupun ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 7. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang namanya saya tidak biasa disebutkan satu persatu yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama masa pekuliahan dan penulisan skripsi ini. 8. Terima Kasih kepada Nurul Fadhilah Putri yang tiada henti memberikan doa dan semangat yang begitu berarti bagi penulis. Serta Farel, Lirra, Icha, Alyssa, Cicam, Yusran, dan Muhazir yang membantu dalam proses penulisan skripsi ini dan berbagi tawa bersama selama masa kuliah ini yang merupakan teman-teman terdekat dari mulai awal masuk kuliah, Pebi, Dio, Rifki, Masud, Kemal, dan Agang yang telah memberikan arahan pada saat ujian komprehensif dan seluruh keluarga besar FORSA Imam, Kahfi, Syaifullah dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih banyak kawan. 9.
Sahabat baik Bram, Annita, Rani, Azkia, Dian, Japir, Vita, Astria, Bayu, Uti, dan Tiar terima kasih banyak, kalian luar biasa.
10. Teman-teman semua yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan dan kelemahan. Hal ini disebabkan dengan keterbatasan penulis, baik dalam pengetahuan maupun kemampuan serta pengalaman yang penulis miliki. Penulis berharap skripsi ini memberikan kontribusi dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini.
v
Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh.
Jakarta, 5 Januari 2015
Danny Febrian
vi
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………… i ABSTRACT……………………………………………………………….. ii ABSTRAK………………………………………………………………… iii KATA PENGANTAR……………………………………………………. iv DAFTAR ISI……………………………………………………………… vi DAFTAR TABEL………………………………………………………… xii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xiii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...……………..…………………………….. 1 B. Rumusan Masalah ………..…………………..……………………... 14 C. Tujuan Penelitian…………………………………….………………. 15 D. Manfaat Penelitian……………………………………………..…..... 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori………...…………………………………………….. 17 1. Pegadaian……………………………………………………….... 17 a. Pengertian Pegadaian…………………………………………. 17 b. Tugas, Tujuan, dan Fungsi Pegadaian…..……………………. 18 vii
c. Kegiatan Usaha Pegadaian……………………………………. 20 d. Produk dan Jasa Pegadaian…………………………………… 22 e. Penggolongan Uang Pinjaman………………………………... 24 2. Pegadaian Syariah………………………………………………... 25 a. Pengertian Pegadaian Syariah………………………………… 25 b. Ketentuan Hukum Syariah……………………………………. 26 c. Operasional Pegadaian Syariah………………………………... 27 3. Rahn. …………………………………………………………….. 30 a. Pengertian Rahn……………………………………………….. 30 b. Landasan Hukum……………………………………………… 31 c. Rukun Rahn…………………………………………………… 33 d. Syarat Rahn…………………………………………………… 34 e. Persamaan dan Perbedaan Rahn dengan Gadai Konvensional.. 37 f. Praktek……………………………………………………….. 39 g. Penggolongan Peminjaman…………………………………… 41 4. Teori Umum Kredit……………………………………………… 42 a. Pengertian Kredit……………………………………………… 42 b. Jenis Kredit……………………………………………………. 43 c. Fungsi Kredit………………………………………………….. 45 d. Kredit Pegadaian………………………………………………. 48 5. Inflasi …………………………………………………………….. 49 a. Pengertian Inflasi……………………………………………… 49 b. Teori Inflasi…………………………………………………… 51 viii
c. Penyebab Inflasi………………………………………………. 54 d. Dampak Inflasi………………………………………………… 55 e. Indikator Inflasi ………………………………………………. 57 f. Peran Bank Sentral……………………………………………. 58 6. Pendapatan Pegadaian…………………………………………… 59 7. Harga Emas ……………………………………………………… 60 B. Keterkaitan Variabel ………………….…………………………….. 64 1. Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit ………..…. 64 2. Pengaruh Pendapatan Pegadaian terhadap Penyaluran Kredit…… 68 3. Pengaruh Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit……………….69 C. Penelitian Terdahulu………………………………………………… 71 1. Ade Purnomo (2009)…………………………………………….. 71 2. Ni Wayan Sariasih Made Rusmala Dewi (2012) ……………….. 87 3. Mukhlish Arifin Aziz (2013) ……………………………………. 72 4. Titi Widiarti dan Sinarti (2013) …………………………………. 73 5. Wahyuningsih Dondo (2013)…………………………………….. 74 6. Taner M. Yigit (2013)……………………………………………. 75 7. Perbedaan dengan penelitian terdahulu…………………………... 79 D. Kerangka Pemikiran…………………………………………………. 81 E. Hipotesis Penelitian………………………………………………….. 83 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………..…………………. 84 B. Metode Penentuan Sampel……………………………………..……. 84 ix
C. Metode Pengumpulan Data …………………………………………. 85 D. Metode Analisis …………………………………………………...... 85 1. Uji Asumsi Klasik…………………………………………………87 a. Uji Normalitas…………………………………………………. 88 b. Uji Multikolinearitas………….……………………………….. 90 c. Uji Heteroskedastisitas …….…………………………………. 92 d. Uji Autokorelasi ……………………………………………… 94 2. Uji Hipotesa ………………….….……………………………….. 96 a. Uji t…………………………….……………………………… 96 b. Uji Adj R2 (Adjusted R Square) .……………………………… 97 c. Uji F (Uji Fisher)……………………………………………… 97 E. Operasional Variabel Penelitian …………………………………….. 98 1. Inflasi …………………………………………………………….. 99 2. Pendapatan Pgadaian …………………………………………….. 99 3. Harga Emas………………………………………………………. 99 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum………………………..…………...……………… 102 B. Analisis Deskriptif……………………..………………..…………… 105 1. Kredit Rahn……………………………………………………….. 105 2. Tingkat Inflasi……..………………….………………………….. 107 3. Pendapatan Pegadaian……………………………………………. 108 4. Harga Emas……………………………………………………….. 110 C. Hasil dan Analisis Data………..……..……………………………… 111 x
1. Uji Asumsi Klasik…………………………………………………112 a. Uji Normalitas…………………………………………………. 112 b. Uji Multikolinieritas…………………………………………… 113 c. Uji Heteroskedastisitas………………………………………... 114 d. Uji Autokorelasi………………………………………………. 115 2. Uji Hipotesis……………………………………………………… 117 a. Uji t………………….………………………………………… 117 b. Koefesien determinasi……………………………………….… 119 c. Uji F……...……………………………………………………. 120 D. Interpretasi Ekonomi……………..………………………………….. 120 1. Tingkat Inflasi……………………………………………………. 120 2. Pendapatan Pegadaian…………………………………………… 122 3. Harga Emas……………………………………………………….. 124 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………...…………………………………………….. 125 B. Saran………………………………………………………………… 126 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 129 LAMPIRAN………………………………………………………………. 132
xi
DAFTAR TABEL Nomor 1.1
Keterangan
Halaman
Penyaluran kredit PT Pegadaian Syariah….........................…................................................. 7
1.2
Perkembangan Inflasi, Pendapatan Ijarah, Harga Emas danKredit Rahn PT Pegadaian (Persero) di Indonesia.......... 9
2.1
Perbedaan Rahn dengan Gadai Konvensional……………... 37
2.2
Perbedaan Teknis Pegadaian Syariah dengan Pegadaian Konvensional………………………………………………. 38
2.3
Ketentuan Uang Pinjaman Pegadaian Syariah…………….. 41
2.4
Penelitian Sebelumnya…………………………………….. 75
3.1
Operasional Variabel Penelitian…………………………… 100
4.1
Penyaluran Kredit Rahn……………………………………. 106
4.2
Laju Inflasi…………………………………………………. 107
4.3
Pendapatan Pegadaian…………………………………….. 109
4.4
Harga Emas………………………………………………… 110
4.5
Correlation Matrix…………………………………………. 145
xii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Implementasi akad Rahn………………………………….. 28
2.2
Kerangka Pemikiran………………………………………. 82
4.1
GrafikPenyaluran Kredit Rahn……………………………. 106
4.2
Grafik Laju Inflasi……………………………………….... 108
4.3
Grafik Pendapatan Pegadaian…………………………….. 109
4.4
Grafik Harga Emas………………………………………… 111
4.5
Uji Normalitas……………………………………………… 112
4.6
Uji Heteroskedastisitas…………………………………….. 115
4.7
Uji Autokorelasi……………….…………………………… 116
4.8
Hasil Pengolahan Data Regresi..…………………………… 117
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Keterangan
Halaman
1
Data Penelitian…………………………………………….. 132
2
Data Setelah Dilakukan Interpolasi………………………... 133
3
Transformasi Data Rupiah ke Dalam Logaritma Natural.... 134
4
Uji Normalitas…………………………………………….. 135
5
Uji Multikolinieritas………………………………………. 136
6
Uji Heteroskedastisitas……………………………………. 137
7
Uji Autokorelasi…………………………………………… 138
8
Hasil Regresi Ordinary Least Square……………………... 139
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2005 yang melanda Indonesia diakibatkan oleh bencana alam yang terjadi di akhir tahun 2004. Bencana tersebut memberi dampak secara menyeluruh dan mengakibatkan kenaikan laju inflasi yang sangat tinggi. Sehingga ini merupakan musibah yang dialami oleh bangsa Indonesia karena kerusakan yang ditimbulkan amat parah oleh bencana tersebut. Dampak dari bencana tersebut sangat berpengaruh terhadap peningkatan laju inflasi pada tahun 2005 menjadi 17,11 persen. Selain itu, krisis ekonomi tahun 2008 yang berawal dari kebangkrutan perusahaan finansial di Amerika Serikat karena kredit kepemilikan rumah yang gagal bayar memberikan dampak luas bagi masyarakat dunia. Hal ini karena Amerika Serikat menjadi tujuan ekspor bagi pelaku usaha baik dari Indonesia maupun negara lainnya. Dampak bagi perekonomian Indonesia adalah semakin melambungnya harga bahan baku impor, produk elektronik, komputer, hingga barang kebutuhan rumah tangga yang harganya melambung. Meskipun pemerintah telah menurunkan tarif bahan bakar minyak, namun harga-harga kebutuhan pokok semakin meningkat, daya beli konsumen semakin menurun, terjadi peningkatan beban biaya bagi pelaku usaha. Masyarakat dan pelaku usaha mulai memikirkan cara mendapatkan dana konsumsi atau modal tambahan bagi usahanya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan kredit kepada bank maupun meminjam dana dengan sistem gadai. 1
PT Pegadaian (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam usaha menyalurkan dana atas dasar hukum gadai dengan sifat yang khas yaitu menyediakan pelayanan bagi pemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip syariah. Pada masa krisis yang berkepanjangan yang melanda Indonesia saat ini, masyarakat khususnya golongan menengah kebawah mulai tertarik untuk memanfaatkan pegadaian sebagai salah satu tempat alternatif untuk mendapatkan dana pinjaman (kredit) disamping lembaga keuangan bank yang sudah banyak dikenal masyarakat. Tidak hanya dimasa krisis, dalam kehidupan berekonomi sehari-hari masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Terutama pada saat krisis global yang menyebabkan harga-harga naik, banyak masyarakat yang tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Khususnya, masyarakat yang mengalami masalah dan membutuhkan dana tunai yang mendesak serta tidak ingin berbelit dengan prosedur lembaga perbankan yang rumit. Selain itu, memudahkan masyarakat yang membutuhkan dana untuk menjalankan usahanya. Dalam menjalankan usaha tersebut masyarakat menengah kebawah pasti terdapat banyak masalah terutama dari segi permodalannya. Dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat, muncul jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank.
2
Meningkatnya kredit perbankan tidak dapat di rasakan oleh masyarakat menengah ke bawah, dimana umumnya mereka tidak dapat memenuhi syarat kredit pada perbankan yang rumit dan prosedurnya lama. Kemudian untuk mengatasi permasalahan kredit tersebut salah satunya adalah dengan mengajukan kredit pada lembaga keuangan non-bank maupun pada pihak perorangan. Meningkatnya jumlah kredit oleh masyarakat memberi peluang bagi PT Pegadaian (Persero) sebagai alternatif untuk menyalurkan kredit pada masyarakat golongan menengah ke bawah yang kurang mendapatkan fasilitas kredit dari perbankan. (Aziz, 2013:5) Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan partisipasi dan kerjasama yang baik, antara pihak pemerintah, pengusaha swasta, dan masyarakat. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi, seringkali dihadapkan pada masalah dana, baik untuk kebutuhan konsumtif maupun produktif. (Sasli Rais, 2006:117) Kegiatan perekonomian Indonesia dewasa ini semakin meningkat. Dengan kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, tanpa didukung pendapatan yang seimbang, kemudian masyarakat berbondong-bondong mencari kredit pada bank yang pada mulanya adalah satu-satunya lembaga yang khusus bergerak di bidang bisnis keuangan. Tapi kenyataannya, masyarakat khususnya golongan ekonomi lemah, merasa prosedur kredit yang diberikan oleh bank terlalu berbelit-belit. Ditambah lagi karena rata-rata masyarakat yang membutuhkan dana mendesak untuk keperluan usahanya atau keperluan lainnya dan tidak mau berbelit-belit dengan persyaratan bank. Oleh karena itu, 3
beralihlah masyarakat yang membutuhkan dana mendesak kepada produk penyaluran kredit PT Pegadaian (Persero) yang berlandaskan syariah yaitu pembiayaan kredit dengan sistem gadai syariah (Rahn). Pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan bukan bank yang memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan ciri yang khusus, yaitu secara hukum gadai. Sesuai dengan hukum gadai bahwa calon peminjam mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang bergerak miliknya sebagai agunan kepada perusahaan pegadaian, disertai dengan pemberian hak kepada pegadaian untuk melakukan penjualan secara lelang. Lelang dimaksudkan sebagai penjualan barang agunan oleh perusahaan pegadaian apabila setelah batas waktu perjanjian kredit berakhir, nasabah tidak dapat melunasi pinjaman atau menebus barang tersebut, atau tidak memperpanjang kredit. (Martono, 2010:171) Pegadaian termasuk bagian dari aktivitas ekonomi yang terpenting dan suatu sistem yang dibutuhkan dalam suatu negara modern, tak luput juga negara Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim. Perkembangan produk-produk yang berbasis syariah kian marak di Indonesia, tidak terkecuali produk yang dihasilkan oleh PT pegadaian (Persero). Gadai syariah pada dasarnya, sebagai bagian dari sistem keuangan yang merupakakn tatanan dalam perekonomian suatu Negara yang memiliki peran, terutama dalam menyediakan jasa-jasa dibidang keuangan. Karena gadai syariah bagian dari lembaga keuangan non perbankan yang dalam usahanya tidak diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam 4
bentuk simpanan, maka gadai syariah hanya diberikan wewenang untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat (nasabah). (Sasli Rais, 2006: 117) Pada dasarnya, produk produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan dan melakukan bisnis untuk memperoleh jasa dengan sistem bagi hasil. Pegadaian syariah atau dikenal dengan istilah rahn, dalam pengoperasiannya Mudharabah (bagi hasil). Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat menjadi awal kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu diamati bahwa PP/10 menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya PP103/2000 yang dijadikan landasan kegiatan usaha PT Pegadaian hingga sekarang. Setelah melalui kajian yang panjang, akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian Unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah. (Purnomo, 2009:2) Berdasarkan pernyataan diatas, maka peran Pegadaian sebagai lembaga pembiayaan masa sekarang dan masa yang akan datang tetap penting untuk mewujudkan pemberdayaan ekonomi rakyat baik di kota maupun di pedesaan. Pengalaman bergelut dengan masyarakat kecil sejak dulu menjadikan pegadaian sangat akrab dalam menggalang ekonomi kerakyatan. Masyarakat kecil umumnya masih terbelakang dan dalam kondisi seperti ini peranan pegadaian sebagai jejaring pengaman sosial bagi masyarakat kecil semakin
5
penting untuk menyediakan kredit berskala kecil, cepat, biaya ringan dan tidak berbelit. Pegadaian Syariah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik dari sisi pembiayaan maupun jumlah nasabah dan jumlah kantor cabang syariah yang ada di Indonesia. Hal ini dilihat dari mayoritas penduduk di Indonesia muslim, sehingga ini merupakan peluang yang cukup besar. Selain itu juga dikarenakan dalam produk inti pegadaian konvensional yaitu gadai KCA (Kredit Cepat Aman) terdapat kegiatan-kegiatan yang dilarang dalam syariah Islam, seperti menerima dan membayar bunga (riba) dalam sewa modal. Sehingga banyak nasabah beralih ke produk pegadaian yang berlandaskan syariah, dengan menggunakan akad yang lebih adil dengan prinsip syariah. Pegadaian Syariah mempunyai produk-produk utama untuk menyalurkan dananya kepada masyarakat. Produk-produk tersebut yaitu Rahn, Arrum dan Mulia. Rahn adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip prinsip syariah, dimana nasabah hanya akan dibebani biaya administrasi dan biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan (ijarah). Arrum (Ar-rahn untuk usaha mikro) merupakan produk pegadaian yang melayani skema pinjaman berprinsip syariah bagi para pengusaha mikro dan kecil untuk keperluan pengembangan usaha melalui sistem pengembalian secara angsuran. Jaminan berupa BPKP kendaraan sehingga fisik kendaraan tetap berada di tangan nasabah untuk kebutuhan operasional usaha. Sedangkan Mulia adalah penjualan emas yang dilakukan Pegadaian kepada masyarakat secara tunai 6
ataupun angsuran dalam jangka waktu tertentu. Mulia merupakan produk syariah yang diluncurkan pada tahun 2008 dan cukup mendapat respon yang baik dari pelanggan. (Annual Report PT Pegadaian, 2013:60) Berdasarkan data Statistik di Annual Report Pegadaian Syariah, menunjukkan bahwa kredit yang mendominasi adalah kredit Rahn dalam menyalurkan dananya, dibandingkan dengan produk pegadaian syariah lainnya. Berikut adalah tabelnya :
Tabel 1.1 Penyaluran Kredit Pegadaian Syariah (Juta Rupiah)
Tahun Rahn Arrum 2005 308.709 2006 591.087 2007 964.056 2008 1.613.520 8.044 2009 2.689.541 29.826 2010 4.473.135 68.285 2011 7.822.599 73.693 2012 11.122.405 63.462 2013 11.535.454 88.125 Sumber: Annual Report PT Pegadaian (Persero)
Mulia 754 47.546 176.498 986.597 998.768 1.289.693
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan perkembangan penyaluran kredit Pegadaian berdasarkan laporan tahunan dari 2005 – 2013. Berdasarkan laporan tahunan tersebut diatas menunjukkan penyaluran kredit Arrum dan Mulia peningkatannya tidak sebanding atau tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan penyaluran kredit Rahn. Dikarenakan produk Arrum dan Mulia adalah 7
produk yang masih tergolong baru. Jadi, masyarakat lebih banyak menggunakan produk gadai syariah yang mengacu pada tarif ijarah dan biaya administrasi dan produk yang terlebih dahulu dikenal masyarakat. Oleh karena itu, untuk menganalisa bagaimana pengaruh dampak krisis yang terjadi maka digunakan produk yang paling banyak digunakan pelaku usaha dan masyarakat yaitu kredit Rahn. Dalam menentukan jumlah penyaluran kredit gadai, PT Pegadaian (Persero) akan dipengaruhi oleh kondisi internal dan kondisi eksternal. Faktor internal yang dimaksud yaitu bagaimana perusahaan dapat mengelola dengan baik seperti manajemen asset perusahaan, faktor 5C (character, capacity, capital, collateral, dan condition of economy) manajemen kredit. Termasuk di dalam faktor internal yaitu perkembangan pendapatan usaha pegadaian. Faktor eksternal
yaitu perusahaan juga memperhatikan kondisi
perekonomian seperti tingkat inflasi, bahkan tingkat harga emas. Sehingga pegadaian diharapkan lebih selektif di dalam memberikan aliran dana kreditnya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan dana tunai secara cepat, syarat yang mudah dan prosedur tidak berbelit – belit. Kondisi inflasi, pendapatan ijarah dan tingkat harga emas dapat dilihat di tabel 1.3 berikut:
8
Tabel 1.2 Perkembangan Inflasi, Pendapatan Ijarah, Harga Emas dan Kredit Rahn PT Pegadaian di Indonesia Inflasi Pendapatan Pegadaian Harga Emas (%) (Juta Rupiah) (Rp/Gram) 2005 17,11 1.034.053 139.081 2006 6,6 1.410.868 178.206 2007 6,59 1.939.785 204.913 2008 11,06 2.253.452 270.329 2009 2,78 2.930.594 325.616 2010 6,96 4.017.103 354.685 2011 3,79 5.378.292 457.143 2012 4,3 6.600.927 520.927 2013 8,38 5.833.074 455.762 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Annual Report Pegadaian TAHUN
Kredit Rahn (Juta Rupiah) 308.709 591.087 964.056 1.613.520 2.689.541 4.473.135 7.822.599 11.122.405 11.535.454
Dari tabel diatas dapat dilihat perkembangan inflasi Indonesia dari tahun 2005-2013 sangat fluktuatif. Namun, secara keseluruhan memiliki tren yang positif. Pada akhir tahun 2004 terjadi bencana alam yang mengakibatkan melonjaknya inflasi pada tahun 2005 menjadi 17,11 persen. Dengan terjadinya krisis tersebut Pegadaian mampu memperoleh pendapatan sebesar Rp 1,03 Triliun pada tingkat harga emas Rp 139.081 per gram. Pada tahun 2005 seiring tingginya laju inflasi di Indonesia, PT Pegadaian mampu menyalurkan dana kredit kepada masyarakat sebesar Rp 308 Miliar. Pada tahun 2006 laju inflasi di posisi 6,6 persen, ini membuktikan pada saat itu kondisi perekonomian dalam kondisi stabil PT Pegadaian mampu menyalurkan dana sebesar 591 Miliar, hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2005.
9
Kondisi pada saat krisis global tahun 2008 yang mengakibatkan Indonesia mengalami inflasi tinggi menjadi 11,06 persen, pendapatan pegadaian sebesar Rp 2,2 Triliun dan pada tingkat harga emas Rp 270.329/g PT Pegadaian (Persero) mampu menyalurkan dana kreditnya sebesar Rp 1,6 Triliun. Tahun berikutnya perkembangan kredit Rahn yang disalurkan terus beranjak naik, pada tahun 2013 kredit yang disalurkan sebesar Rp 11,5 Triliun. Sementara itu inflasi terus berfluktuasi hingga pada tahun 2013 laju inflasi 8,38 persen, pendapatan pegadaian sebesar Rp. 5,8 Triliun dan harga emas Rp 455.762/g. Hal tersebut menyimpulkan bahwa fluktuasi inflasi dan harga emas mempengaruhi penyaluran kredit Rahn, sedangkan kenaikan pendapatan pegadaian setiap tahunnya mampu meningkatkan jumlah kredit Rahn yang disalurkan. Tingkat inflasi, pendapatan pegadaian dan harga emas adalah indikator yang tepat untuk menganalis perkembangan penyaluran kredit gadai syariah pasca krisis 2005 maupun 2008 karena dengan fluktuasi tingkat inflasi berpengaruh kepada naiknya harga pokok dan menambah masalah ekonomi yang melanda masyarakat Indonesia yang mengharuskan untuk memenuhi kebutuhannya baik produktif maupun konsumtif. Pendapatan pegadaian dapat menggambarkan profitabilitas Pegadaian dan berperan penting dalam penyaluran kredit. Sedangkan fluktuasi harga emas dapat dikatakan mempengaruhi penyaluran kredit dikarenakan sebagian besar masyarakat yang menggadaikan barangnya berupa emas untuk memperoleh dana.
10
Inflasi mempengaruhi besarnya penyaluran kredit. Pengaruh inflasi ini melalui tingkat bunga nominal, dikarenakan tingkat bunga riil yang terbentuk dari tingkat bunga nominal dikurangi inflasi. Apabila tingkat inflasi tinggi maka tingkat bunga riil akan menurun, ini akan mengakibatkan naiknya jumlah penyaluran kredit yang diakibatkan turunnya tingkat bunga riil. Pengaruh perubahan inflasi pada penyaluran kredit terjadi tidak secara langsung akan tetapi melalui tingkat bunga riil terlebih dahulu. Dengan menggunakan asumsi suku bunga riil jika terjadi inflasi naik maka expected profit akan mengalami kenaikan dan permintaan kredit turut juga mengalami kenaikan, tetapi jika inflasi naik yang diakibatkan dengan kenaikan nominal interest rate, sehingga permintaan kredit juga akan naik. Dimana inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi (Cost Push Inflation) adalah inflasi yang timbul karena berkurangnya penawaran akibat kenaikan produksi. (Aziz, 2013:11) Seperti pada penelitian Yigit, Taner M. (2013:1) menyatakan bahwa resiko eksternal seperti fluktuasi laju inflasi akan menyebabkan lembaga keuangan bertindak untuk menghindari resiko. Untuk menghindari resiko tersebut berdampak pada pasar kredit secara langsung dengan mengurangi ketersediaan kredit dan tidak langsung akan menaikkan biaya pinjaman. Analisis Tobit simultan dari delapan negara menegaskan bahwa fluktuasi inflasi tidak hanya menyebabkan ketidakseimbangan di pasar-pasar, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap jumlah kredit. Sejalan dengan itu, penelitian Sariasih (2013:10) menyimpulkan bahwa Inflasi menunjukkan arah negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran 11
kredit, karena semakin meningkatnya inflasi akan menyebabkan semakin meningkatnya suku bunga kredit pada sektor perbankan. Hal ini menyebabkan minat masyarakat untuk meminjam kredit semakin menurun, sehingga dengan meningkatnya suku bunga akibat terjadinya inflasi dapat mempengaruhi menurunnya permintaan kredit pada LPD Kabupaten Badung. Namun, menurut penelitian Titi Widiarti (2013:5) menyimpulkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan tingkat inflasi Kota Batam tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit PT Pegadaian Cabang Batam. tingkat inflasi Kota Batam tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Cabang Batam. Selain itu faktor internal perusahaan juga dapat mempengaruhi besarnya kredit yang disalurkan. Faktor internal tersebut adalah pendapatan usaha pegadaian, yaitu pendapatan yang diperoleh pegadaian dari pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dalam penelitian yang dilakukan Purnomo (2009:13) disimpulkan bahwa pendapatan Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika. Setiap kenaikan Pendapatan Perum Pegadaian sebesar 1 persen mengakibatkan peningkatan Penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika sebesar 1,641184 persen. Pendapatan Perum Pegadaian memiliki hubungan positif dan signifikan 12
terhadap Penyaluran kredit. Artinya semakin tinggi laju Pendapatan Perum Pegadaian yang mencerminkan semakin maraknya kegiatan penyaluran kredit melalui bidang-bidang usaha Perum Pegadaian yang secara bekelanjutan mencerminkan pergerakan usaha perekonomian bagi masyarakat. Kondisi eksternal lainnya adalah tingkat harga emas yang setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Tingkat harga emas mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan karena barang yang paling sering digadaikan adalah emas. Oleh karena itu tingkat harga emas sangat mempengaruhi jumlah taksiran barang gadai lainnya. Sementara itu inflasi tahun 2013 yang mencapai 8,38%, lebih tinggi dari sasaran inflasi yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 4,5%. Selain itu, salah satu indikator makro yang juga sangat berpengaruh terhadap kinerja Pegadaian adalah terjadinya penurunan harga emas. Di tengah gejolak ekonomi global, harga emas dunia mengalami penurunan drastis, yaitu dari kisaran 1.700 US Dollar / troy ounce menjadi dibawah 1.400 US Dollar / troy ounce. Kondisi ini sebelumnya pernah terjadi pada periode tahun 1980, 1981 dan 1990 namun pada tahun-tahun tersebut berlangsung hanya sebentar. (Annual Report PT Pegadaian, 2013:43). Harga emas yang terus mengalami kenaikan berdampak pada peningkatan omzet pegadaian. Kenaikan harga emas membuat nilai taksiran terhadap barang jaminan ikut naik. Akibatnya, jumlah pinjaman pada setiap golongan
bisa
lebih
banyak
khususnya
golongan
C
dan
tentunya
mempengaruhi penyaluran kredit pada setiap golongan. Hampir 90% barang 13
digadaikan pada PT Pegadaian Probolinggo berupa emas. Akibatnya, fluktuasi harga emas sangat mempengaruhi omzet pegadaian. Pihak pegadaian menetapkan nilai taksiran emas sebesar 98% dari harga pokok pembelian. Hal sebaliknya akan signifikan apabila ada penurunan harga emas secara drastis maka jumlah pinjaman pada setiap golongan khususnya golongan C juga akan mengalami penurunan yang sangat drastis yang berakibat pada penyaluran kredit pada setiap golongan. (Aziz, 2013:12) Hal ini tentu saja menjadi masalah bagi pegadaian syariah terutama dalam peningkatan penyaluran kredit gadai syariah dalam mengembangkan usaha masyarakat dari masa krisis hingga sekarang serta meningkatkan perekonomian di Indonesia. Untuk itu penulis menilai penting untuk mengadakan penelitian dan membahas masalah tersebut dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Pegadaian dan Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Rahn pada PT Pegadaian Syariah di Indonesia (Periode 20052013)” B. Rumusan Masalah Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap persepsi masalah yang hendak ditulis dan agar permasalahan tidak meluas dalam pembahasannya, penulis merasa perlu untuk memberikan batasan dan perumusan masalah terhadap objek yang dikaji. Tulisan ini akan dibatasi hanya pada kajian seputar keadaan tingkat inflasi, pendapatan pegadaian dan harga emas terhadap
14
penyaluran kredit Rahn periode 2005-2013. Sedangkan perumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit Rahn pada PT Pegadaian Syariah di Indonesia (periode 2005-2013)? 2. Bagaimana pengaruh pendapatan pegadaian terhadap penyaluran kredit Rahn pada PT Pegadaian Syariah di Indonesia (periode 2005-2013)? 3. Bagaimana pengaruh harga emas terhadap penyaluran kredit Rahn pada PT Pegadaian Syariah di Indonesia (periode 2005-2013)? 4. Bagaimana pengaruh inflasi, pendapatan pegadaian, dan harga emas secara simultan terhadap penyaluran kredit Rahn pada PT Pegadaian Syariah di Indonesia (periode 2005-2013)?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis pengaruh tingkat inflasi secara parsial terhadap penyaluran kredit Rahn pada PT Pegadaian Syariah di Indonesia (Periode 2005-2013). 2. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan pegadaian secara parsial terhadap penyaluran kredit Rahn pada PT Pegadaian Syariah di Indonesia (Periode 2005-2013). 3. Untuk menganalisis pengaruh tingkat harga emas secara parsial terhadap penyaluran kredit Rahn pada PT Pegadaian Syariah di Indonesia (Periode 2005-2013).
15
4. Untuk menganalisis pengaruh tingkat inflasi, pendapatan pegadaian dan harga emas secara simultan terhadap penyaluran kredit Rahn pada PT Pegadaian Syariah di Indonesia (Periode 2005-2013). D. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini antara lain : 1. Bagi Penulis Merupakan suatu pembelajaran yaitu usaha menganalisis suatu laporan keuangan, sehingga penulis dapat mempraktekan teori yang didapat selama perkuliahan dengan menganalisa dan memecahkan masalah. 2. Bagi Pegadaian Syariah Diharapkan dapat berguna dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu strategi baru, serta peningkatan kinerja dari PT Pegadaian (Persero) khususnya produk berbasis Syariah. 3. Bagi Pihak Lain Diharapkan dapat memberikan pemahaman dan informasi mengenai keadaan keuangan PT Pegadaian (Persero) kepada para nasabahnya serta masyarakat umum yang tertarik terhadap Pegadaian Syariah dan ingin menggunakan produk produknya.
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pegadaian a. Pengertian Pegadaian Pengertian gadai menurut Muhammad (2003:16) adalah suatu hak yang diperoleh oleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan padanya oleh seseorang atau oleh orang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya; dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan. (Pandia, 2005:72) Gadai menurut Undang – Undang Hukum Perdata (Burgenlijk Wetboek) Buku II Bab XX pasal 1150, adalah Suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya 17
oleh seorang berutang atau oleh seorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya; dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya biaya mana harus didahulukan. (Martono, 2010:170) Pegadaian adalah salah satu lembaga keuangan non-bank yang kegiatan utamanya menyediakan dana (pembiayaan) bagi masyarakat luas, untuk tujuan konsumsi, produksi, maupun berbagai tujuan lainnya. Perum Pegadaian termasuk dalam kategori lembaga keuangan karena transaksi pembiayaan yang diberikan oleh Pegadaian mirip dengan pinjaman kredit melalui bank, namun diatur secara terpisah atas dasar hukum gadai dan bukan dengan peraturan mengenai pinjam meminjam biasa (Susilo, 2000:175). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gadai adalah suatu hak yang diperoleh oleh orang yang berpiutang atas suatu barang bergerak yang diserahkan oleh orang yang berutang sebagai jaminan utangnya dan barang tersebut dapat dijual (lelang) oleh yang berpiutang bila yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo. (Muhammad, 2003:17) b. Tugas, Tujuan, dan Fungsi Pegadaian Sebagai lembaga keuangan non-bank milik pemerintah yang berhak memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai 18
yang bertujuan agar masyarakat tidak dirugikan oleh lembaga keuangan non formal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat, maka pada dasarnya lembaga pegadaian (Perum Pegadaian) mempunyai tugas, tujuan serta fungsi-fungsi pokok sebagai berikut (Sasli Rais, 2006:128) 1) Tugas Pokok Tugas pokok pegadaian yaitu menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai dan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan tujuan pegadaian atas dasar materi. 2) Tujuan Pokok Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya menyediakan layanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan. Oleh karena itu, pegadaian pada dasarnya mempunyai tujuan pokok sebagai berikut: a) Turut melaksanakan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai. b) Mencegah praktek pegadaian gelap dan pinjaman tidak wajar. 3) Fungsi Pokok Fungsi pokok pegadaian adalah sebagai berikut: a) Mengelola penyaluran uang atas dasar hukum gadai dengan cara mudah, cepat, aman dan hemat.
19
b) Menciptakan
dan
mengembangkan
usaha-usaha
lain
yang
menguntungkan bagi pegadaian maupun masyarakat. c) Mengelolal keuangan, perlengkapan, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan. d) Mengelola organisasi, tata kerja dan tata laksana pegadaian e) Melakukan penelitian dan pengembangan serta mengawasi pengelolaan pegadaian. Berdasarkan pemaparan diatas, maka pada dasarnya hakekat dan fungsi pegadaian adalah semata mata untuk memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan dengan bentuk barang yang digadaikan sebagai jaminan, dan bukan semata mata untuk kepentingan komersial dengan mengambil keuntungan yang sebesar besarnya tanpa menghiraukan kemampuan orang lain. c. Kegiatan usaha Pegadaian Kegiatan usaha pada Pegadaian pada umumnya meliputi dua hal, yaitu penghimpun dana dan penggunaan dana (Sasli Rais, 2006:131)). 1) Penghimpunan Dana Dana yang diperlukan di pegadaian untuk melakukan kegiatan usahanya berasal dari: a) Pinjaman jangka pendek perbankan. Dana jangka pendek sebagian besar adalah dalam bentuk pinjaman jangka pendek dari perbankan (sekitar 80% dari total dana jangka pendek yang dihimpun). 20
b) Pinjaman jangka pendek dari pihak lain. Pinjaman dana jangka pendek dari pihak lain biasanya diperoleh dari utang kepada rekanan, utang kepada nasabah, utang pajak, dan lain lain. c) Penerbitan obligasi Untuk
memperoleh/menghimpun
dana
pegadaian
pernah
menerbitkan obligasi sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1993 dan pada tahun 1994 yang jangka waktunya masing masing lima tahun. d) Modal Sendiri Modal sendiri yang dimiliki oleh perum pegadaian terdiri dari: (1) Modal awal, yaitu kekayaan Negara diluar APBN (2) Penyertaan Modal Pemerintah (3) Laba Ditahan, laba ditahan ini merupakan akumulasi laba sejak perusahaan PT Pegadaian berdiri. 2) Penggunaan Dana Dana yang berhasil dihimpun kan digunakan untuk mendanai kegiatan usaha Pegadaian. Dana tersebut antara lain digunakan untuk hal hal berikut: a) Uang Kas dan Dana Likuid lain Perum pegadaian memerlukan dana likuid yang siap digunakan untuk berbagai macam kebutuhan seperti: kewajiban yang telah jatuh tempo, penyaluran dana kredit atas dasar hak gadai, pembayaran pajak dan lain lain. 21
b) Pendanaan kegiatan operasional. Dana ini antara lain digunakan untuk gaji pegawai, honor, perawatan peralatan, dan lain lain. c) Pembelian pengadaan berbagai macam bentuk aktiva tetap dan inventaris yaitu antara lain: tanah, bangunan kantor, computer, kendaraan, dan lain lain. Aktiva tetap berupa tanah dan bangunan inventaris tidak secara langsung tidak dapat menghasilkan penerimaan bagi Pegadaian, namun merupakan hal yang sangat penting guna melancarkan kegiatan usahanya. 3) Penyaluran dana Penggunaan dana yang utama adalah untuk disalurkan dalam bentuk pembiayaan atas dasar hukum gadai. Dana yang digunakan Pegadaian untuk kegiatan pembiayaan lebih dari 50% dari jumlah dana yang dihimpun. d. Produk dan jasa Pegadaian Pegadaian memiliki produk khusus yang jarang dimiliki oleh lembaga keuangan lainnya. Produk-produk tersebut antara lain: kredit gadai, jasa taksiran, jasa titipan, dan gold counter. (Martono. 2010:177) 1) Kredit Gadai Nasabah diberi fasilitas pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan prosedur yang mudah, aman dan cepat. Hampir semua jenis barang bergerak dapat dijadikan agunan atau jaminan seperti 22
perhiasan emas/berlian. Kendaraan bermotor, perabotan rumah tangga yang bernilai daan barang elektronik. 2) Jasa Taksiran Jasa ini merupakan fasilitas pelayanan untuk mengetahui kualitas barang perhiasan seperti: emas, perak, permata dan lain-lain. Dengan biaya yang relative ringan, masyarakat dapat mengetahui dengan pasti tentang nilai atau kualitas suatu barangmiliknya lebih dulu diperiksa dan ditaksir oleh juru taksir yang sudah berpengalaman. Kepastian nilai memberikan rasa aman dan rasa lebih pasti bahwa barang tersebut benar-benar mempunyai nilai investasi yang tinggi. 3) Jasa titipan Jasa ini merupakan fasilias pelayanan penitipan barang berharga dan lain-lain agar lebih aman. Fasilitas ini diberikan kepada pemilik barang yang akan berpergian jauh dalam kurun waktu yang relative lama, atau juga diberikan karena penyimpanan dirasakan kurang aman. Barang yang dapat dititipkan seperti perhiasan, emas, batu permata, kendaraan bermotor, juga surat-surat berharga seperti surat tanah, ijazah, dan lain-lain dengan prosedur dan biaya murah. 4) Gold Counter Jasa ini menyediakan fasilitas tempat penjualan emas eksklusif yang terjamin sekali kualitas dan keasliannya. Gold Counter semacam toko dengan sebutan “Galeri 24” untuk menjual perhiasan dari emas dengan kualitas sesuai kadar barang perhiasan. 23
5) Koin Emas ONH Pegadaian memperkenalkan cara menabung terutama untuk persiapan menunaikan ibadah haji. Masyarakat yang berminat dapat membeli koin emas berkadar 24 karat yang kelak pada saat dibutuhkan untuk menunaikan ibadah haji dapat dijual kembali. e. Penggolongan Uang Pinjaman Penggolongan uang pinjaman yang diberikan kepada nasabah berdasarkan SK. Direksi Nomor: 020/OP.0021/2001 tentang tarif sewa modal adalah sebagai berikut: 1) Golongan A Jumlah pinjaman antara Rp. 5000.- sampai dengan Rp. 40.000,adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan A. sedangkan jangka waktunya adalah 120 hari (4 bulan). 2) Golongan B Jumlah pinjaman antara Rp. 40.500.- sampai dengan Rp. 150.000,adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan B. sedangkan jangka waktrunya adalah 120 hari (4 bulan). 3) Golongan C Jumlah pinjaman antara Rp. 151.000.- sampai dengan Rp. 500.000,- adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan C. sedangkan jangka waktrunya adalah 120 hari (4 bulan). 4) Golongan D
24
Jumlah pinjaman antara Rp. 510.000.- sampai dengan tidak terbatas adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan D. sedangkan jangka waktrunya adalah 120 hari (4 bulan). 2. Pegadaian Syariah a. Pengertian Pegadaian Syariah Pegadaian Syariah merupakan sebuah lembaga yang dikeluarkan oleh PT Pegadaian (Persero). Kemunculannya pada awal april 1990 menjadi awal kebangkitannya hingga saat ini. Namun dilihat dari perkembangannya, pegadaian syariah dinilai belum banyak memberi kontribusi bagi perekonomian Indonesia pada umumnya dan pada pegadaian itu sendiri pada khususnya. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kantor-kantor cabang pegadaian syariah yang belum banyak menjangkau skala kabupaten. Pegadaian Syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari uang pinjaman. Walaupun tidak menekankan pada bunga, pegadaian syariah tetap memperoleh keuntungan yaitu dari biaya jasa simpan barang (Ijarah) seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional. Biaya tersebut dihitung dari nilai barang bukan jumlah pinjaman. PT pegadaian (Persero) sampai saat ini merupakan satu satunya lembaga formal di Indonesia yang berdasarkan hukum diperbolehkan melakukan pembiayaan dengan bentuk penyaluran kredit atas dasar hukum gadai. Bersamaan dengan perkembangan produk berbasis syariah yang kian marak di Indonesia, sektor pegadaian juga ikut mengalaminya. Pegadaian 25
syariah hadir di Indonesia dalam bentuk kerja sama bank syariah dengan dengan PT Pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai Syariah di beberapa kota di Indonesia. Disamping itu, ada pula bank syariah yang menjalankan kegiatan pegadaian syariah sendiri. Pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya berpegang pada prinsip syariah. Pada dasarnya, produk produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan udang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atau jasa dan/atau bagi hasil. Payung hukum gadai syariah dalam hal pemenuhan prinsip-prinsip syariah berpegang pada fatwa DSN-MUI No. 25/DSNMUI/III/2002 tanggal 26 juni 2002 tentang rahn yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk
rahn diperbolehkan, dan
Fatwa
DSN-MUI No. 26/DSN-
MUI/III/2002 tentang gadai emas. Sedangkan dalam aspek kelembagaan tetap menginduk kepada Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990. (Soemitra, 2009:384) b. Ketentuan Hukum Syariah Transaksi gadai menurut syariah haruslah memenuhi rukun dan syarat tertentu, yaitu: 1) Rukun gadai: adanya ijab dan Kabul; adanya pihak pihak yang berakad, yaitu pihak yang menggadaikan (rahn) dan yang menerima
26
gadai (murtahin), adanya jaminan (marhun) berupa barang atau harta; adanya utang (marhun bih) 2) Syarat sah gadai: rahin dan murtahin dengan syarat-syarat kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi pemilikan, setiap orang yang sah melakukan jual beli sah melakukan gadai. Sighat dengan syarat tidak boleh terkait dengan masa yang akan datang dan syarat-syarat tertentu. Utang (marhun bih) dengan syarat harus merupakan hak yang wajib diberikan atau diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan pemanfaatannya bila sesuatu yang menjadi utang itu tidak dimanfaatkan maka tidak sah, harus di kuantitatifkan atau dapat dihitung jumlahnya bila tidak dapat diukur atau tidak dikuantifikasi, rahn itu tidak sah. Barang (marhun) dengan syarat harus diperjualbelikan, harus berupa harta yang bernilai, marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah, harus diketahui keadaan fisiknya, harus dimiliki oleh rahn setidaknya harus seizing pemiliknya. (Ali Hasan, 2002:253) c. Operasional Pegadaian Syariah Salah satu bentuk jasa layanan lembaga keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan dengan menggadaikan barang sebagai jaminan. Landasan akad yang digunakan dalam operasional perusahaan dalam pegadaian syariah adalah rahn. Berlakunya rahn adalah bersifat (tabi’iyah) terhadap akad tertentu yang dijalankan secara tidak tunai (dayn) sebagai jaminan untuk mendapatkan kepercayaan. Adapun secara 27
teknis, implementasi akad rahn dalam lembaga pegadaian adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Implemetasi akad Rahn Marhun bih (utang)
3
2
Murtahin (pihak yang menerima)
Pihak yang menggadaikan (Rahin)
Jaminan (Marhun)
1
Akad Baru Sumber: Ade Purnomo (2009)
4
Keterangan: 1) Rahin mendatangi murtahin untuk meminta fasilitas pembiaaan dengan membawa marhun yang akan diserahkan kepada murtahin, lalu murtahin melakukan pemeriksaan termasuk menaksir nilai barang jaminan tersebut. 2) Setelah semua persyaratan terpenuhi, maka murtahin dan rahin melakukan akad rahn.
28
3) Setelah itu, murtahin memberikan sejumlah pimjaman uang yang jumlahnya dibawah nilai barang jaminan yang tekah ditaksir. 4) Lalu antara rahin dan murtahin melakukan akad yang baru apabila pada saat jatuh tempo rahin ingin memperpanjang pinjamannya dengan syarat yang telah ditentukan. Banyak usaha strategis yang dapat dilakukan oleh lembaga berwenang terkait upaya pengembangan pegadaian syariah, diantara usaha tersebut adalah: 1) Usaha untuk membentuk lembaga pegadaian syariah terus dilakukan upaya untuk mensosialisasikan praktik ekonomi syariah di masyarakat kebawah yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pendanaan. Untuk pengembangan,diperlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak guna menentukan langkah langkah dalam pembentukan lembaga pegadaian syariah yang lebih baik. 2) Masyarakat akan lebih memilih pegadaian dibandingkan bank saat mereka membutuhkan dana karena prosedurnya yang mudah. Maka cukup alasan bagi pegadaian syariah untuk eksis ditengah tengah masyarakat yang membutuhkan pembiayaan. 3) Pegadaian syariah bukan pesaing yang menyebabkan kerugian bagi lembaga keuangan lainnya, tetapi unuk saling mendukung terciptanya sistem keuangan yang berbasis syariah.
29
4) Pemerintah perlu segera mengakomodir keberadaan pegadaian syariah ini dengan membuat peraturan perundang undangan tersendiri yang berlaku secara formal.
3. Rahn a. Pengertian Rahn Rahn adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern. Besar kredit yang diberikan sama dengan Gadai Konvensional/KCA, namun berbeda dalam proses penetapan sewa modal. Gadai Syariah menerapkan biaya administrasi dibayar dimuka, yaitu saat akad baru/akad perpanjangan serendah rendahnya Rp2.000 dan setinggi-tingginya Rp100.000 untuk jumlah pinjaman maksimum Rp200.000.000. Tarif Ijarah dikenakan sebesar Rp80-Rp90 per sepuluh hari masa penyimpanan untuk setiap kelipatan Rp10.000 dari taksiran barang jaminan yang dititipkan/diagunkan. (Annual Report Pegadaian, 2013:60). Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang dengan barang yang kita miliki di mana uang dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau dari hasil penjualannya. Rahn juga bisa diartikan menahan salah satu harta benda milik si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang dijamin tersebut memiliki nilai ekonomis dan pihak yang menahan itu memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Rahn juga yaitu perjanjian penyerahan barang atau harta Anda sebagai jaminan berdasarkan hukum gadai berupa emas, perhiasan, 30
kendaraan, atau barang bergerak lainnya yang terbentuknya Pegadaian syariah di Indonesia, yaitu yang bekerjasama dengan Perum Pegadaian yang membentuk Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) Rahn. (Ahmad Rodoni, 2004:188) Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam Kitabal-Mughni adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu hutang untuk dipenuhi dari harganya, apabila yang berhutang tidak sanggup membayarnya dari orang yang berpiutang. Sedangkan Imam Abu Zakaria al-Anshary dalam kitabnya Fathul Wahab mendefinisikan rahn sebagai menjadikan benda yang bersifat harta benda itu bila utang tidak dibayar (Sudarsono, 2003:126). Gadai syariah (Rahn) adalah menahan salah satu harta milik nasabah atau rahin sebagai barang jaminan atas pinjaman atau marhun atas hutang/pinjaman atau marhun bih yang diterimanya, dan barang/marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. (Sasli Rais, 2006:38). Dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa Rahn adalah menjamin utang dengan sesuatu yang bisa menjadi pembayar utang tersebut, atau nilainya bisa menjamin utang tersebut. b. Landasan Hukum Seluruh aktifitas muamalat dalam Islam harus mempunyai landasan hukum yang berasal dari Alquran maupun As-sunah, serta Ijma’ dan Qiyas. (Sasli Rais, 2006:39-40) 1) Alqur’an 31
Dalil yang memperbolehkan gadai, seperti yang tercantum dalam surat Al-Baqarah, ayat 283 yang berbunyi sebagai berikut:
وإن كىتم عهً سفز ونم تجدوا كاتبا فزھان مقبى ضت فإن أمه بعضكم بعضا فهیىٔد انذ ي آؤتمه أماوته ونیتق آهلل ربه والتكتمى اانشهادة ومه یكتمها فإوه اثم قهبه وآهلل بما تعمهىن عهیم “jika kalian dalam perjalanan (bermuamalah tidak secara tunai), sementara kalian tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (orang yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka herdaklah yang dipercayai itu menunaikan amanat (utangnya) dan hendaklah bertakwa kepada Allah Tuhannya (Qs. Al Baqarah, 2:283) Yang menjadi dasar hukum dari ayat diatas adalah kata “ada barang tanggungan yang di pegang oleh orang yang berpiutang” barang tanggungan disini biasa dikenal dengan barang jaminan. 2) Hadits Dari Aisyah r.a, Nabi SAW bersabda :
عه عاٸشت رضً اهلل عىها ان رسىل اهلل صهً اهلل عهیها وسهم اشتزي مه یهىدي طعاما إنً اجم ورھىه درعها مه حد ی
Artinya:
32
“Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli makanan seorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya.” (H.R. Bukhori dan Muslim). Hadits lain dari Anas ra: Artinya: “Dari Anas ra bahwasanya ia berjalan menuju Nabi Saw dengan roti dari gandum dan sungguh Rasulullah Saw. telah menaguhkan baju besi kepada seorang Yahudi di Madinah ketika beliau mengutangkan gandum dari seorang Yahudi”.(H.R.Anas ra). 3) Ijtihad ulama Perjanjian gadai yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadits itu dalam pengembangan selanjutnya dilakukan oleh para fuqaha dengan jalan ijtihad, dengan kesepakatan para ulama bahwa gadai diperbolehkan dan para ulama tidak pernah mempertentangkan kebolehannya. Demikian juga dengan landasan hukumnya. Namun demikian, perlu dilakukan pengkajian ulang yang lebih mendalam bagaimana seharusnya pegadaian menurut landasan hukumnya. 4) Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan hutang dalam bentuk rahn dibolehkan dengan ketentuan yang ditetapkan. c. Rukun Rahn 33
Dalam perjanjian akad gadai, harus memenuhi beberapa rukun gadai syariah. Rukun gadai tersebut antara lain : 1) Ar-Rahin (yang menggadaikan), syarat Rahin: orang yang telah dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan memliki barang yang akan digadaikan. 2) Al-Murtahin (yang menerima gadai), orang yang dipercaya Rahin untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang gadai. 3) Al-Marhun (barang yang digadaikan), barang yang digunakan Rahin untuk dijadikan jaminan dalam mendapatkan uang. 4) Al-Marhun bih (utang), sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada Rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun. 5) Sighat, (ijab dan qabul), kesepakatan antara Rahin dan murtahin dalam melakukan transaksi gadai.
d. Syarat Rahn Sebelum dilakukan Rahn, terlebih dahulu dilakukan akad. Akad adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh 2 orang berdasarkan persetujuan masing-masing. (Sasli Rais, 2006:42) Sedangkan syarat rahn, ulama fiqh mengemukakannya sesuai dengan rukun rahn itu sendiri, yaitu: 1) Syarat yang terkait dengan orang yang berakad, adalah cakap bertindak hukum (baligh dan berakal). Ulama Hanafiyah hanya mensyaratkan cukup berakal saja. Karenanya, anak kecil yang mumayyiz (dapat membedakan antara yang baik baik dan buruk) 34
boleh melakukan akad rahn, dengan syarat mendapatkan persetujuan dari walinya. Menurut Hendi Suhendi, syarat bagi yang berakad adalah ahli tasharuf, artinya mampu membelanjakan harta dan dalam hal ini memahami persoalan yangberkaitan dengan rahn. 2) Syarat Sighat (lafadz). Ulama Hanafiyah mengatakan dalam akad itu tidak boleh dikaitkan dengan syarat tertentu atau dengan masa yang akan datang, karena akad rahn itu sama dengan akad jual-beli. Apabila akad itu dibarengi dengan sesuatu, maka syaratnya batal, sedangkan akadnya sah. Misalnya, Rahin mensyaratkan apabila tenggang waktu marhun bih telah habis dan marhun bih belum terbayar, maka rahn itu diperpanjang 1 bulan, mensyaratkan marhun itu boleh murtahin manfaatkan. 3) Syarat marhun bih, adalah : a) Merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada murtahin; b) Marhun bih itu boleh dilunasi dengan marhun itu; c) Marhun bih itu jelas/tetap dan tertentu. 4) Syarat marhun, menurut pakar fiqh, adalah: a) Marhun itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan marhun bih; b) Marhun itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan (halal); c) Marhun itu jelas dan tertentu. d) Marhun itu milik sah Rahin; e) Marhun itu tidak terkait dengan hak orang lain;
35
f) Marhun itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam beberapa tempat; dan g) Marhun itu boleh diserahkan, baik materinya maupun manfaatnya Berdasarkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI No. 25/ DSN-MUI/III/2002, tanggal 22 Juni 2002, bahwa semua barang dapat diterima sebagai agunan pinjaman. Akan tetapi semua pegadaian syariah di Pekalongan mempunyai pengkhususan pada barang-barang yang tidak dapat diterima sebagai marhun, yaitu: 1) Barang milik pemerintah 2) Mudah membusuk 3) Berbahaya dan mudah terbakar 4) Barang yang dilarang peredarannya oleh peraturan yang berlaku dan atau hukum Islam. 5) Cara memperoleh barang tersebut dilarang oleh hukum Islam. 6) Serta ketentuan khusus sebagai berikut: a) Barang yang disewa-belikan. b) Barang tersebut masih berupa hutang dan belum lunas. c) Barang tersebut dalam masalah. d) Berupa pakaian jadi. e) Pemakaiannya sangat terbatas. f) Hewan ternak. g) Barang yang kurang nilai rahn-nya dibawah biaya invest gadai.
36
Ketentuan-ketentuan tersebut diberlakukan mengingat keterbatasan tempat, sumber daya, fasilitas. Chatamarrasid menambahkan barang yang tidak dapat digadaikan yaitu barangbarang karya seni yang nilainya relative sukar ditaksir dan kendaraan bermotor tahun keluaran 1996 keatas. (Chatamarrasid, 2008:15) e. Persamaan dan perbedaan rahn dengan gadai konvensional Menurut Sasli Rais (2006:46) persamaan antara gadai dengan Rahn sebagai berikut: 1) Hak gadai berlaku atas pinjaman uang. 2) Adanya barang sebagai jaminan hutang. 3) Tidak dibenarkan mengambil manfaat barang gadai. 4) Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai. 5) Bila tenggang waktu peminjaman uang telah habis, maka barang yang digadaikan boleh dijual/ dilelang. Sedangkan perbedaan antara gadai dengan Rahn adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbedaan Rahn dan Gadai Konvensional NO 1.
RAHN
GADAI KONVENSIONAL
Dalam hukum islam, rahn Dalam dilakukan secara sukarela prinsip
hukum tolong
perdata,
disamping
menolong
juga
37
tanpa mencari keuntungan. mengambil keuntungan dari bunga yang ditetapkan 2.
Hanya
berlaku
benda
bergerak
untuk Berlaku untuk semua benda (dalam (dalam hukum perdata).
hukum perdata). 3.
Tidak ada bunga.
4.
Dapat melalui
Ada bunga.
dijalankan suatu
tanpa Menurut hukum perdata dilaksanakan
lembaga melalui suatu lembaga.
(independent). 5.
Pembentukan
laba
dari Pembentukan laba dari bunga teknik.
jenis transaksi yang sesui dengan prinsip syariah.
Perbedaan teknis antara Pegadaian Syariah dengan Pegadaian konvensional: (Nadratuzzaman, 2008:165) Tabel 2.2 Perbedaan secara teknis pada PT Pegadaian (Persero) No. Pegadaian Syariah Pegadaian Konvensional 1 Biaya administrasi berdasarkan Biaya administrasi berupa barang prosentase yang didasarkan pada golongan barang 2 1 hari dihitung 5 hari 1 hari dihitung 15 hari 3 Jasa simpanan berdasarkan Sewa modal berdasarkan uang simpanan pinjaman 4 Bila pinjaman tidak dilunasi, Bila pinjaman tidak dilunasi, barang jaminan akan dijual barang jaminan dilelang kepada kepada masyarakat masyarakat 5 Uang pinjaman 90% dari taksiran Uang pinjaman untuk golongan A 38
6 7
92% sedangkan untuk golongan BCD 88-86% Maksimal jangka waktu 3 bulan Maksimal jangka waktu 4 bulan Kelebihan uang hasil dari Kelebihan uang hasil lelang tidak penjualan barang tidak diambil diambil nasabah, tetapi menjadi oleh nasabah, diserahkan kepada milik pegadaian lembaga ZIS
f. Praktek Secara garis besar, pegadaian syariah berjalan atas dua akad : 1) Akad rahn, dalam akad ini selama rahin memberikan izin, maka murtahin dapat memanfaatkan marhun yang diserahkan rahinuntuk memperoleh pendapatan (laba) dari usahanya. Namun, bukan berarti murtahin boleh mengambil seluruh hasil dari marhun tersebut. Hal tersebut dikarenakan marhun tersebut bukan miliknya secara sempurna. (Sasli Rais, 2006:88) 2) Akad ijarah adalah akad untuk memperbolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan. (Sasli Rais, 2006:81) Selain 2 akad diatas ada tiga macam akad lain yang digunakan pegadaian syariah dalam operasionalnya : 1) Akad Bai’ Al-Muqayadah. Akad Bai’Al-Muqayadah dapat diterapkan pada nasabah yang
menginginkan
pegadaian
barangnya
untuk
keperluan
produktif, artinya dalam menggadaikan barangnya nasabah tersebut menginginkan modal kerja berupa pembelian barang. Sedangkan 39
barang jaminan yang dapat dijaminkan untuk akad ini adalah barang-barang yang dapat dimamfaatkan atau tidak dapat dimamfaatkan (dikelola) oleh Rahin ataupun Murtahin. Dengan demikian Murtahin akan membelikan barang yang sesuai dengan keinginan
Rahin,
memberikan Mark
dan Up
pihak kepada
penggadai
(Rahin)
Murtahin
sesuai
akan dengan
kesepakatan pada saat akad berlangsung sampai batas waktu yang telah ditentukan/disepakati. Konsekuensi dari akad ini adalah dengan timbulnya akad baru berupa izin yang dikeluarkan dari pihak pegadaian kepada pemilik barang untuk mengambil manfaat dari agunan yang digadaikan. Namun bila izin tidak diberikan oleh pemilik, maka pemilik barang harus membagi hasil dari pemanfaatan barang yang digadaikan tersebut. (Sasli Rais, 2006:102) 2) Akad Al-Mudharabah Akad tersebut hanya dapat diterapkan pada nasabah yang menginginkan penggadaian barangnya untuk keperluan produktif, artinya
dalam
menginginkan
menggadaikan modal
kerja.
barangnya Dengan
nasabah
tersebut
demikian Rahin akan
memberikan bagi hasil berdasarkan keuntungan usaha yang diperoleh kepadaMurtahin sesuai dengan kesepakatan sampai modal yang dipinjam terlunasi. (Sasli Rais, 2006:95) 3) Akad Al-Qardhul Hasan. 40
Akad ini diterapkan untuk nasabah yang menginginkan penggadaian barangnya untuk keperluan konsumtif. Barang jaminannya hanya berupa barang yang tidak menghasilkan (tidak dapat dimamfaatkan). Dengan demikian Rahin akan memberikan biaya
upah
atau Fee kepada Murtahin,
karenaMurtahin telah
menjaga atau merawat barang jaminannya. (Sasli Rais, 2006:74) Selain sebagai prinsip operasional pegadaian syariah, kelima akad diatas
juga
diterapkan
untuk
membentuk
laba
perusahaan
demi
kelangsungan operasionalnya. g. Penggolongan peminjaman Tabel 2.3 ketentuan uang pinjaman Pegadaian Syariah Golongan Rahn Marhun Bih A 50.000 - 150.000 B1 550.000 - 1.000.000 B2 1.050.000 - 2.500.000 B3 2.550.000 - 5.000.000 C1 5.100.000 - 10.000.000 C2 10.100.000 - 15.000.000 C3 15.100.000 - 20.000.000 D 20.100.000 - 100.000.000 Sumber : Annual Report PT Pegadaian 2013
Tarif Administrasi Rp2.000 Rp8.000 Rp15.000 Rp25.000 Rp40.000 Rp60.000 Rp80.000 Rp100.000
Jangka Waktu 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari 120 hari
41
4. Teori Umum Kredit a. Pengertian Kredit Kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah percaya. Kredit yang dimaksud bagi pemberi adalah ia percaya kepada penerima kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian, sedangkan bagi penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu. (Titi Widiarti, 2013:2) Menurut
Kasmir
(2012:113)
kredit
atau
pembiayaan
adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan denganitu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman-pinjaman antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah imbalan, atau bagi hasil. Pengertian kredit menurut Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 Bab I Pasal 17 ayat 11, adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank maupun lembaga keuangan bukan bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. (Purnomo, 2009:4) Oleh karena itu, dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan usaha 42
berdasarkan kepercayaan. Maksudnya, pemberi kredit percaya kepada orang yang menerima kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan kembali pokok beserta bunganya sesuai dengan perjanjian. Sedangkan bagi orang yang menerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka waktu. Kredit adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan pembelian atau mengadakan pinjaman dengan surat perjanjian, pembayaran akan dilakukan dan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang telah disepakati. Kredit merupakan perkataan yang tidak asing lagi bagi masyarakat, tidak saja dikenal oleh masyarakat perkotaan tetapi juga masyarakat desa. Kata kredit tersebut sudah sangat populer dikalangan masyarakat disebabkan karena manusia adalah Homo Economicus dan setiap manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan manusia beraneka ragam sesuai dengan harkatnya selalu meningkat, sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya terbatas. Hal ini menyebabkan manusia memerlukan bantuan untuk memenuhi hasrat dan cita-citanya. Dalam hal ini ia berusaha, maka untuk meningkatkan usahanya untuk meningkatkan daya guna suatu barang, ia memerlukan bantuan dalam bentuk permodalan. Bantuan dari bank maupun lembaga keuangan bukan bank dalam bentuk tambahan modal inilah yang sering disebut dengan kredit (Aziz, 2013:7). b. Jenis Kredit Jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2012:120) : 43
1) Dilihat dari segi kegunaan a) Kredit investasi, untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. b) Kredit modal kerja, untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 2) Dilihat dari segi tujuan kredit a) Kredit produktif, untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. b) Kredit konsumtif, untuk dikonsumsi secara pribadi. c) Kredit perdagangan, untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. 3) Dilihat dari segi jangka waktu a) Kredit jangka pendek, memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun. b) Kredit jangka menengah, jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun. c) Kredit jangka panjang, kredit yang jangka waktu pengembaliannya di atas 3 tahun sampai 5 tahun. 4) Dilihat dari segi jaminan a) Kredit dengan jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.
44
b) Kredit tanpa jaminan, merupakan kredit yang diberikan tanpa ada jaminan barang atau jaminan orang. 5) Dilihat dari segi sektor usaha a) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat b) Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang kambing dan sapi. c) Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak dan timah. d) Kredit pendidikan, yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa. e) Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti, dosen, dokter, dan pengacara. f) Kredit perumahan, kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biayanya berjangka waktu panjang. c. Fungsi Kredit Menurut Kasmir (2012:117) fungsi kredit adalah: 1) Kredit akan meningkatkan daya guna (equity) uang. Kredit dapat dijadikan modal usaha atau tambahan modal usaha yang bermanfaat bagi kelancaran produksi suatu usaha, baik yang diberikan secara langsung oleh pemilik modal maupun melalui pihak perbankan. 45
2) Kredit mampu meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Sesuai fungsinya, jika kredit yang diberikan melalui rekening giro, maka akan meningkatkan peredaran uang giral, sebaliknya jika kredit yang diberikan secara tunai maka akan meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang. 3) Untuk meningkatkan daya guna barang. Kredit yang diberikan oleh bank atau lembaga lain akan dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna dan bermanfaat. 4) Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang. Kredit dapat digunakan sebagai tambahan modal usaha bagi suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan berproduksi atau mengolah suatu bahan baku dari bahan mentah menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut meningkat. 5) Kredit merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi. Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi, karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. 6) Kredit mampu meningkatkan semangat dalam berusaha. Kredit adalah salah satu insentif yang diharapkan mampu meningkatkan volume usaha. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan berguna bagi perusahaan untuk mengatasi kekurangan modal, sehingga volume usaha dapat ditingkatkan. 46
7) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan. Bantuan kredit dapat dijadikan sarana bagi perusahaan untuk memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Pendirian dan peningkatan proyek baru memerlukan tenaga kerja sehingga mereka memperoleh pendapatan, dalam hal ini, adanya kredit membuat aliran kredit ke tenaga kerja menjadi merata. 8) Kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional. Bank-bank asing di luar negeri dapat memberikan kredit kepada sektor usaha di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Begitu pula dengan negara-negara maju, mereka dapat juga memberikan bantuan kredit kepada sektor dunia usaha di Indonesia. Dengan demikian, berarti terjalin hubungan ekonomi dan internasional antar negara. Sedangkan menurut Bank Indonesia, fungsi kredit adalah: 1) Bagi dunia usaha kredit berfungsi sebagai permodalan untuk menjaga kelangsungan
atau
meningkatkan
usahanyan
dan
sebagai
pengembalian kredit wajib dilakukan tepat waktu, diharapkan dapat diperoleh dari keuntungan usahanya. 2) Bagi lembaga keuangan kredit berfungsi untuk menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit pada dunia usaha.
47
d. Kredit Pegadaian Menurut buku pedoman operasional kantor cabang perum pegadaian pengertian kredit gadai adalah pemberian pinjaman/ kredit dalam jangka waktu tertentu kepada nasabah atas dasar hukum gadai dan persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Nasabah menyelesaikan pinjamannya kepada perusahaan/ pegadaian sebagai pemberi pinjaman/ kreditur, dengan cara mengembalikan uang pinjaman dan membayar sewa modalnya berdasarkan ketentuan yang berlaku. (Khasanah, 2014:2) Pegadaian sebagai lembaga yang tugasnya memberi pinjaman uang kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Pegadaian diharapkan akan lebih mampu mengelola usahanya meningkatkan efektivitas dan produktifitasnya dengan lebih profesional, business oriented tanpa meninggalkan ciri khusus dan misinya, yaitu penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai dengan pasar sasaran masyarakat golongan ekonomi lemah dan dengan cara mudah, cepat, aman, dan hemat, sesuai dengan mottonya „Mengatasi Masalah Tanpa Masalah‟ . Masyarakat umumnya hanya mengetahui kalau pegadaian itu hanya melayani jasa gadai saja. Produk pegadaian cukup banyak, seperti jasa taksiran, jasa titipan, galeri 24 dan koin emas, usaha persewaan gudang, unit produksi perhiasan emas dan balai lelang. Tujuan PT pegadaian selain membantu masyarakat dalam pembiayaan dana juga bertujuan untuk memperoleh laba. Laba usaha PT pegadaian adalah selisih antara total pendapatan dengan total biaya. Pendapatan PT pegadaian sebagian besar berasal dari penghasilan bunga atas pinjaman uang yang 48
diberikan serta penghasilan dari produk jasa lainnya. Biaya yang harus dikeluarkan adalah biaya operasional dan gaji pegawai. Sebagian besar biaya operasional adalah biaya dana yang berupa bunga pinjaman dan obligasi. Sebagian dari laba bersih disetorkan kepada pemerintah sebagai dana pembangunan sementara sesuai dengan peraturan pemerintah tentang PT pegadaian. Sebagian lagi digunakan PT pegadaian untuk pengembangan usaha, termasuk peningkatan sumber daya manusia (Aziz, 2013:7) Menurut buku pedoman operasional Kantor Cabang Perum Pegadaian tujuan penyaluran kredit gadai adalah untuk membantu masyarakat yang sedang membutuhkan uang agar tidak jatuh ke tangan para pemberi uang pinjaman dengan bunga yang tidak wajar, seperti tukang ijon atau rentenir. Selain itu dengan prosedur yang mudah dan sederhana dalam pemberian kredi gadai diharapkan akan melindungi masyarakat dari adanya prosedurr dan persyaratan kredit yang berbelit-belit yang menyusahkan dan tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat kecil. (Khasanah. 2014:3) 5. Inflasi a. Pengertian Inflasi Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. (Adiwarman Karim, 2008:135) Sedangkan menurut Rahardja dan Manurung (2004:155) mengatakan bahwa, inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Sedangkan menurut Sukirno (2004:333) Inflasi 49
yaitu, kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar. Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit. Tingkat inflasi adalah perubahan persentase dalam seluruh tingkat harga yang sangat bervariasi sepanjang waktu dan antar negara. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. IHK adalah suatu ukuran atas keseluruhan biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen. Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu. Dalam hal ini merupakan sebuah proses kenaikan harga umum barangbarang secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan.Yang terpenting terdapat kenaikan harga barang umum secara terus menerus selama suatu periode tertentu.Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi (Samuelson dan Nordhaus, 2004:305). Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya hargaharga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: 50
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus (continue). Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) dan Gross Domestic Product (GDP) Deflator. Cara menghitung laju inflasi adalah perubahan persentase dalam indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya. Rumusnya sebagai berikut :
IHKn – IHK(n-1) x 100% Laju Inflasi = IHK(n-1)
Keterangan : Laju Inflasi
= Laju inflasi/deflasi pada bulan ke n.
IHKn
= Indeks harga konsumen pada bulan ke n.
IHK(n-1)
= Indeks harga konsumen pada bulan ke n-1.
b. Teori Inflasi Menurut Adwin S. Atmadja (1999:55) 1) Teori Kuantitas Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi,
tetapi
dalam
perkembangannya
teori
ini
mengalami 51
penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut : a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun giral. b) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang. 2) Keynesian Model Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barangbarang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan (permintaan agregat). Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. 52
3) Mark-up Model Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut : Price = Cost + Profit Margin
Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai suatu persentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi : Price = Cost + ( a% x Cost ) Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-komponen yang menyusun cost of production dan atau kenaikan pada profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di pasar. 4) Teori Struktural : Model Inflasi di Negara Berkembang Banyak studi mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya 53
gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam dan sebagainya) atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade; utang luar negeri dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik. Fenomena struktural yang disebabkan
oleh
kesenjangan
atau
kendala
struktural
dalam
perekonomian di negara berkembang, sering disebut dengan structural bottlenecks. c. Penyebab Inflasi Menurut Adiwarman Karim (2008:138) Ada beberapa penyebab terjadinya inflasi yaitu terdiri dari : 1) Natural Inflation dan Human Error Inflation. Natural Inflation adalah Inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dan mencegahnya. Human Error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri. 2) Actual/Expected Inflation dan Unanticipated/Unexpected Inflation. Pada Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi, sedangkan pada Unexpected Inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi.
54
3) Demand Pull dan Cost Push Inflation. Demand Pull Inflation diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi permintaan agregatif (AD) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cost Push Inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregatif (AS) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. 4) Spiralling Inflation. Inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya. 5) Imported Inflation dan Domestic Inflation. Imported Inflation adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan Internasional. Domestic Inflation adalah inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya. d. Dampak Inflasi Adiwarman Karim (2010:139) Menurut para ekonom Islam, Inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena : 1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka dan fungsi dari unit perhitungan. 2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).
55
3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk nonprimer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to Consume). 4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti: pertanian, industri, perdagangan, transportasi dan lainnya. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hyperinflation) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu, orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. (www.wikipedia.org) Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman 56
modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. e. Indikator Inflasi (www.wikipedia.org), Untuk mengukur tingkat inflasi, indeks harga yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah indeks harga dan barang – barang yang selalu digunakan para konsumen. Akibatnya suatu perekonomian dalam masa inflasi terdapat kecenderungan diantara pemilik modal untuk menggunakan uangnya dalam investasi bersifat spekulatif dan tingkat bunga meningkat sehingga dapat mengurangi investasi. Hal ini menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi dimasa depan. Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut diantaranya : 1) Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen. 2) Indeks Biaya Hidup atau Cost of Living Index (COLI). 3) Indeks Harga Produsen (IHP) adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK dimasa depan karena perubahan harga bahan baku
57
meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi. 4) Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu. 5) Indeks harga barang-barang modal. 6) Deflator PDB, menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi dan jasa. Macam-Macam Ukuran Inflasi, Menurut Adwin S. Atmadja (1999:58) a) Inflasi ringan
:
Dibawah 10% (single digit)
b) Inflasi sedang
:
10% - 30%
c) Inflasi tinggi
:
30% - 100%
d) hyperinflation
:
Lebih dari 100%
Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan golongan masyarakat manakah yang terkena imbas (yang menderita) dari inflasi yang sedang terjadi. f. Peran Bank Sentral Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen. Hal ini disebabkan karena sejumlah 58
studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen, salah satunya disebabkan pengaruh pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi. (www.wikipedia.org) Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik, Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
6. Pendapatan Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal (Undang-Undang Republik Indonesia, 1998). Menurut UU RI Nomor 10 tahun 1998, Sumber-sumber pendapatan dapat dikelompokkan menjadi 2 sumber pendapatan yaitu: a. pendapatan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari aktivitas utama perusahaan sesuai dengan jenis usahanya yang berlangsung secara berulang–ulang dan berkesinambungan tiap periode. b. pendapatan bukan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari transaksi penjualan yang tidak berulang-ulang dan insidentil, yang 59
secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas perusahaan, misalnya penjualan aktiva tetap perusahaan kepada pihak lain. PT Pegadaian selain melayani kepentingan umum, juga bertujuan untuk mendapatkan laba. Untuk itu PT Pegadaian (Persero) terus berupaya meningkatkan fasilitas yang diberikan. Hal ini guna meningkatkan pendapatan yang berasal dari bunga pelunasan, bunga yang dilelang, uang kelebihan kadaluwarsa, jasa taksiran, jasa titipan, dan lain-lain. Oleh karena itu, semakin banyak pendapatan yang diperoleh maka akan semakin banyak pula kredit yang dapat disalurkan kepada nasabahnya.
7. Harga Emas Emas adalah logam mulia yang padat, lembut, mengkilat, dan salah satu logam yang paling lentur diantara1a logam lainnya. Dibandingkan dengan jenis logam lainnya emas memilki beberapa kelebihan, seperti pendapat Jack Weatherford “dimanapun orang ingin menyentuhnya, mengenakannya, bermain- main dengannya dan juga memilkinya, karena berbeda dengan tembaga yang berubah menjadi hijau, besi yang mudah berkarat dan perak yang memudar, emas murni tetaplah murni dan tidak berubah”. Sifat-sifat alamiah inilah yang menyebabkan nilai atau harga emas menjadi amat bernilai (Sholeh Dipraja, 2011:7). Emas merupakan sejenis logam mulia yang dikenal sepanjang sejarah kehidupan manusia, bukan hanya sekedar untuk perhiasan, emas juga banyak dijadikan sebagai alternatif investasi. Selain itu emas juga menjadi 60
suatu indikator dari tingkat kekayaan individu maupun suatu bangsa (Abi Anwar, 2008:9). Sejak pertama kali ditemukan hingga saat ini peranan emas bagi kehidupan menjadi sangat penting. Selain fungsinya yang istimewa sebagai perhiasan dan logam mulia, emas juga memiliki fungsi lain seperti mudah dibentuk sesuai dengan keinginan, memiliki warna yang menarik serta merupakan logam yang memiliki sifat konduktor yang sangat baik dimana penggunaannya dapat digabungkan dengan jenis logam lainnya. Seperti pada industri elektronik, komputer, kedokteran, dan penerbangan adalah beberapa contoh sektor yang menggunakan emas dalam produk-produknya. Sementara itu dalam dunia keuangan dan investasi, emas dikenal sebagai aset yang memiliki nilai yang lebih berharga dibanding dengan logam lainnya, dalam sistem periodik unsur logam emas termasuk ke dalam golongan logam mulia sejenis komoditas yang memiliki nilai intrinsik yang tinggi. Emas sejak lama dipergunakan sebagai aset untuk melindungi nilai suatu kekayaan (Domi Romadhan, 2010:5). Harga emas dapat mencerminkan ekspektasi atau harapan terhadap tingkat inflasi, emas dicari pada saat-saat tidak menentu, yakni ketika uang kertas perlahan-lahan mulai kehilangan nilainya. Inflasi hanya mengikis nilai uang kertas, tapi tidak mengurangi harga emas (Tanuwidjaja, 2009:40). Dengan kondisi kenaikan tingkat harga inflasi yang cenderung tinggi maka menjadi wajar harga emas di Indonesia naik cukup pesat. Emas termasuk investasi jenis middle risk investment yang mempunyai beban 61
resiko yang jauh lebih kecil dan memberikan keuntungan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan investasi pada bank atau deposito (Sholeh Dipraja, 2011:20). Hal tersebut dikarenakan daya tahan emas yang cukup kuat dalam mengahadapi dampak dari inflasi. Ini dibuktikan dari harganya yang cenderung stabil dan naik serta sangat jarang sekali emas mengalami penurunan harga yang tajam. Menurut Sholeh Dipraja (2011:12), ada empat faktor yang menjadi kelebihan dari emas, yakni : a. Keterbatasan jumlahnya dan termasuk barang tambang (sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui), emas terbentuk karena proses alami dan manusia hanya dapat menambangnya, proses penambangan tidak mudah, bahkan dapat mepertaruhkan nyawa. b. Tidak terkait dengan sistem bunga sebagaimana halnya dengan uang kertas. c. Kemampuan emas atas daya beli terkini, dalam arti emas mampu beradaptasi terhadap inflasi yang terus membuat barang dan jasa menjadi mahal. Sejak tahun 1968, yang menjadi patokan harga emas seluruh dunia adalah harga emas berdasarkan standar pasar emas London. Sistem ini dinamakan London Gold Fixing (LGF). London Gold Fixing adalah suatu prosedur dimana harga emas ditentukan dua kali sehari setiap hari kerja dipasar London oleh lima anggota Pasar London Gold Fixing Ltd. Kelima anggota tersebut adalah: 62
(http://www.sgberjangka.com/index.php/MengenalEmasLocoLondon. html) 1) Bank of Nova Scottia 2) Barclays Capital 3) Deutsche Bank 4) HSBC 5) Societe Generale. Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima member tersebut. Pada setiap awal periode perdagangan, Presiden London Gold Fixing Ltd akan mengumumkan suatu harga tertentu. Kemudian kelima anggota tersebut akan mengabarkan harga tersebut kepada dealer. Dealer inilah yang berhubungan langsung dengan para pembeli sebenarnya dari emas yang diperdagangkan tersebut. Posisi akhir harga yang ditawarkan oleh setiap dealer kepada anggota Gold Londong Fixing merupakan posisi bersih dari hasil akumulasi permintaan dan penawaran klien mereka. Dari sinilah harga emas akan terbentuk. Apabila permintaan lebih banyak dari penawaran secara otomatis harga akan naik, demikian pula sebaliknya. Penentuan harga yang pasti menuggu hingga tercapainya titik keseimbangan. Ketika harga sudah pasti, maka Presiden akan mengakhiri rapat dan mengatakan “There are no flags, and we’re fixed”. Proses penentuan harga emas dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pukul 10.30 (Harga Emas Gold A.M) dan pada pukul 15.00 (Harga Emas Gold P.M). Harga emas ditentukan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat, 63
Poundsterling Inggris dan Euro. Pada umumnya Gold P.M dianggap sebagai harga penutupan pada hari perdagangan dan sering digunakan sebagai patokan nilai kontrak emas diseluruh dunia. B. Keterkaitan Variabel 1. Pengaruh inflasi terhadap penyaluran kredit Inflasi membawa dampak menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap uang tunai. Masyarakat akan mengalihkan uang tunai ke dalam investasi yang tetap seperti tanah. Padahal, sumber dana potensial dari masyarakat tidak memberikan sumbangan
yang berarti bagi
pembangunan jika tidak
diinvestasikan secara langsung pada sektor produktif, atau disalurkan pada masyarakat peminjam dan melalui lembaga keuangan. (Aziz, 2013:11) Inflasi mempengaruhi besarnya penyaluran kredit. Pengaruh inflasi ini melalui tingkat bunga nominal, dikarenakan tingkat bunga riil yang terbentuk dari tingkat bunga nominal dikurangi inflasi. Apabila tingkat inflasi tinggi maka tingkat bunga riil akan menurun, ini akan mengakibatkan naiknya jumlah penyaluran kredit yang diakibatkan turunnya tingkat bunga riil. (Aziz, 2013:11). Pengaruh perubahan inflasi pada penyaluran kredit terjadi tidak secara langsung akan tetapi melalui tingkat bunga riil terlebih dahulu Inflasi sangat berpengaruh dengan permintaan kredit, dikarenakan inflasi berarti juga kenaikan harga. Semakin naiknya harga, maka seseorang akan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan, dan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut bisa dengan cara mengajukan permintaan kredit dengan menggunakan asumsi suku 64
bunga rill. Oleh karena itu maka dengan adanya kenaikan inflasi maka permintaan akan kredit juga semakin meningkat, (Aziz, 2013:11). Dengan menggunakan asumsi suku bunga riil jika terjadi inflasi naik maka expected profit akan mengalami kenaikan dan permintaan kredit turut juga mengalami kenaikan, tetapi jika inflasi naik yang diakibatkan dengan kenaikan nominal interest rate, sehingga permintaan kredit juga akan naik. Dimana inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi (Cost Push Inflation) adalah inflasi yang timbul karena berkurangnya penawaran akibat kenaikan produksi. (Aziz, 2013:11) Kenaikan produksi akan menaikan harga barang dan turunnya produksi, kenaikan proses produksi tersebut terjadi pada : a. Biaya operasional, yaitu tingkat inflasi yang lebih tinggi akan meningkatkan tingkat bunga nominal menjadi lebih tinggi dan sebaliknya tingkat keseimbangan uang riil rendah. b. Biaya menu (menu cost), semakin sering merubah harga yang terkadang sering menimbulkan biaya yang lebih besar karena harus mencetak
ulang
(katalog),
memproduksi,
mendistribusi
dan
sebagainya. c. Biaya akibat ketidak-nyamanan hidup yang ditimbulkan akibat adanya inflasi. Uang sebagai tolak ukur dalam transaksi ekonomi dan ketika terjadinya inflasi, alat ukur itu telah berubah panjangnya sehingga seringkali hal ini dapat mengacaukan rencana anggaran belanja baik rumah tangga produsen maupun rumah tangga konsumen. Dalam 65
kasus gadai syariah, pegadaian syariah sebagai investor dalam pelaksanaanya barang yang digadaikan tetap bisa digunakan dan diambil manfaatnya oleh pemilik barang tersebut. Pihak pegadaian hanya memliki surat kepemilikan barang tersebut sampai pemilik aslinya menyelesaikan kredit tersebut sampai waktu yang ditentukan. Maka inflasi akan berpengaruh dalam pelaksanaan penyaluran kredit gadai ini adalah sebagai berikut : a. Secara langsung pada harga barang yang menjadi objek transaksi. b. Kemampuan nasabah dan pegadaian dikemudian hari apabila terjadi inflasi yang mempengaruhi kemampuannya dalam melakukan cicilan. c. Tingkat keuntungan pegadaian. Jadi hubungan antara inflasi dengan kredit gadai syariah adalah searah negatif. Jika inflasi meningkat maka harga barang yang menjadi objek transaksi akan meningkat juga, selera masyarakat dalam bertransaksi menjadi menurun dan penyaluran kredit gadai syariah juga menurun. Mengembangkan teori Keynes yang menjelaskan bahwa terjadinya inflasi disebabkan oleh permintaan agregat sedangkan permintaan agregat ini tidak hanya karena ekspansi bank sentral, namun dapat pula disebabkan oleh pengeluaran investasi baik oleh pemerintah, maupun oleh swasta dan pengeluaran komsumsi pemerintah yang melebihi penerimaan. Secara garis besar Keynes menyebutkan bahwa inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Tingkat inflasi yang sangat tinggi 66
akan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian, pertumbuhan ekonomi yang lambat, dan pengangguran yang semakin meningkat. Hal ini akan semakin menurunkan kepercayaan para investor untuk menanam investasinya di Indonesia, sehingga perbankan maupun non perbankan mengalami kesulitan dalam menyalurkan kredit. Jadi tingkat inflasi sangat berhubungan negatif terhadap permintaan kredit di Indonesia. Dalam penelitian Yigit (2013:1) menyatakan bahwa risiko eksternal seperti fluktuasi laju inflasi akan menyebabkan lembaga keuangan bertindak untuk menghindari risiko. Penghindaran risiko tersebut akan mempengaruhi pasar kredit secara langsung dengan mengurangi ketersediaan kredit, dan tidak langsung akan menaikkan biaya pinjaman. Analisis Tobit simultan dari delapan negara menegaskan bahwa fluktuasi inflasi tidak hanya menyebabkan ketidakseimbangan di pasar-pasar, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap jumlah kredit. Namun, menurut Purnomo (2009:13) dalam penelitiannya bahwa variabel tingkat inflasi secara statistik positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika karena koefisien regresi yang dihasilkan sebesar -5,5405025 dan standar error 2,4229889 sedangkan t-statistik -2,286640 dengan α = 5% dan df = 56 diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,672 dengan probabilitas 0,0260. Hal ini lebih menunjukkan bahwa Tingkat Inflasi yang terjadi di propinsi D.K.I Jakarta tidak memberikan pengaruh terhadap pergerakan usaha Penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika. 67
Beberapa penyebab terjadi hal ini, lebih didominasi oleh faktor kepercayaan nasabah yang tumbuh akan potensi profit/ keuntungan yang terkandung dalam usaha penyaluran kredit Perum Pegadaian. Inflasi tidak memberikan pengaruh akan pandangan kepercayaan masyarakat yang telah terbentuk untuk menggunakan jasa kredit dari unit usaha Perum Pegadaian yang lebih dikenal dengan berbagai kemudahan dan proses yang praktis dan singkat, karena sesuai dengan motto Perum Pegadaian yaitu ”mengatasi masalah tanpa masalah”, sehingga kecenderungan akan pengaruh inflasi yang terjadi terhadap jumlah penyaluran kredit Perum Pegadaian dikatakan sangat kecil atau tidak ada sama sekali. (Purnomo, 2009:14) 2. Pengaruh Pendapatan pegadaian terhadap penyaluran kredit Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. (Titi Widiarti, 2013:2) Sumber-sumber pendapatan dapat dikelompokkan menjadi 2 sumber pendapatan yaitu: a. Pendapatan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari aktivitas utama perusahaan sesuai dengan jenis usahanya yang berlangsung secara berulang–ulang dan berkesinambungan tiap periode. b. Pendapatan bukan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari transaksi penjualan yang tidak berulang-ulang dan insidentil, yang
68
secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas perusahaan, misalnya penjualan aktiva tetap perusahaan kepada pihak lain. Pegadaian Syariah selain melayani kepentingan umum, juga bertujuan untuk mendapatkan laba. Untuk itu Pegadaian Syariah terus berupaya meningkatkan fasilitas yang diberikan. Hal ini guna meningkatkan pendapatan yang berasal dari jasa simpan (ijarah), pendapatan administrasi, barang yang dilelang, uang kelebihan kadaluwarsa, jasa taksiran, jasa titipan, dan lain-lain. Oleh karena itu, semakin banyak pendapatan yang diperoleh maka menggambarkan semakin banyak pula kredit yang dapat disalurkan kepada nasabahnya. Dana yang digunakan untuk menyalurkan kredit berasal dari pinjaman jangka pendek pihak ketiga yaitu dari perbankan dan para investor. Selain dari dana pihak ketiga dan investor, dana yang digunakan untuk kredit berasal dari pendapatan pegadaian. Oleh sebab itu, pendapatan pegadaian dapat dikatakan mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan. 3. Pengaruh harga emas terhadap penyaluran kredit Kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat berdampak pada penyaluran kredit PT Pegadaian. Menurut Humas Kanwil PT Pegadaian Medan, Lintong P. Panjaitan mengatakan bahwa sejak turunnya harga emas pada awal 2013, jumlah nasabah yang ingin membeli emas dengan sistem kredit di Pegadaian meningkat dan sebaliknya jumlah penyaluran kredit gadai menurun (www.topinformasi.com). Hal yang sama di ungkapkan oleh
69
Eka Sri Yuliani selaku Kepala Pegadaian Syariah Kusumanegara Yogyakarta yang mengatakan bahwa Harga emas dunia yang terus menurun, berpengaruh terhadap transaksi gadai emas di PT Pegadaian. Sejumlah pegadaian di Yogyakarta sepi dari transaksi gadai emas. (www.sindonews.com). Harga emas yang terus mengalami kenaikan berdampak pada peningkatan omzet pegadaian. Kenaikan harga emas membuat nilai taksiran terhadap barang jaminan ikut naik. Akibatnya, jumlah pinjaman pada setiap golongan bisa lebih banyak khususnya golongan C dan tentunya mempengaruhi penyaluran kredit pada setiap golongan. Hampir 90% barang digadaikan pada PT Pegadaian Probolinggo berupa emas. Akibatnya, fluktuasi harga emas sangat mempengaruhi omzet pegadaian. Pihak pegadaian menetapkan nilai taksiran emas sebesar 98% dari harga pokok pembelian. Hal sebaliknya akan signifikan apabila ada penurunan harga emas secara drastis maka jumlah pinjaman pada setiap golongan khususnya golongan C juga akan mengalami penurunan yang sangat drastis yang berakibat pada penyaluran kredit pada setiap golongan. (Mukhliz Arifin Aziz, 2013:12) Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa fluktuasi kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat mempengaruhi penyaluran kredit pada PT Pegadaian khususnya Kredit Gadai golongan C. Semakin tinggi harga emas maka semakin tinggi pula penyaluran kredit pada PT Pegadaian begitu pula sebaliknya. 70
C. Penelitian Terdahulu 1. Ade Purnomo (2009) Perum pegadaian sebagai lembaga perkreditan yang memiliki tujuan khusus yaitu penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai yang ditujukan untuk mencegah praktek ijon, pegadaian gelap, riba, serta pinjaman tidak wajar lainnya. Perum Pegadaian meningkatkan peranannya dalam penyaluran pinjaman bagi masyarakat. Nasabah Perum Pegadaian terdiri dari masyarakat golongan ekonomi lemah yang kurang mendapat pelayanan dari lembaga keuangan
atau
perbankan,
sehingga
masyarakat
menengah
kebawah
memerlukan pinjaman secara mudah dan cepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendapatan Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika, jumlah nasabah dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik dan buku kerja Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika tahun 2004-2008 dan alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pendapatan Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika dan jumlah nasabah mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika, sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika. 2. Ni Wayan Sariasih Made Rusmala Dewi (2012)
71
Keberadaan LPD di daerah dapat memberikan efek sosial ekonomi yang sangat besar bagi masyarakat golongan lemah di pedesaan secara umum sesuai dengan fungsi dan tujuannya sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan (NPL), dan Inflasi secara simultan dan parsial serta variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh LPD Kabupaten Badung periode 2008-2012. Dengan menggunakan teknik analisis linier berganda menunnjukkan bahwa secara simultan dana pihak ketiga, non performing loan, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap kredit yang disalurkan oleh LPD Kabupaten Badung. Secara simultan dana pihak ketiga, non performing loan, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap kredit yang disalurkan oleh LPD Kabupaten Badung. Secara parsial dana pihak ketiga dan non performing loan berpengaruh positif dan singnifikan sedangkan inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kredit yang disalurkan oleh LPD Kabupaten Badung periode 2008-2012. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap penyaluran kredit LPD Kabupaten Badung adalah variabel dana pihak ketiga.
3. Mukhlish Arifin Aziz (2013) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh variabel tingkat sewa modal, jumlah nasabah, harga emas dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit gadai golongan C pada PT Pegadaian cabang Probolinggo. 72
Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda dan pengujian asumsi klasik. Hasil penelitian ini adalah tingkat sewa modal tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit gadai golongan C. Jumlah nasabah mempengaruhi jumlah penyaluran kredit di PT Pegadaian Cabang Probolinggo. Harga emas mempengaruhi penyaluran kredit pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo khususnya kredit gadai golongan C. Tingkat Inflasi yang terjadi di kota Probolinggo tidak memberikan pengaruh terhadap pergerakan usaha penyaluran kredit gadai khususnya kredit gadai golongan C pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo. Dari keempat variabel bebas diketahui bahwa yang paling dominan pengaruhnya terhadap jumlah kredit gadai yang disalurkan adalah variabel harga emas karena memiliki nilai koefisien beta dan t hitung yang paling besar. 4. Titi Widiarti dan Sinarti (2013) Perum Pegadaian sebagai sebuah lembaga keuangan non perbankan terus berupaya meningkatkan peranannya dalam penyaluran kredit kepada masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyaluran kredit Perum Pegadaian Cabang Batam, seperti pendapatan, jumlah nasabah, dan tingkat inflasi Kota Batam. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik Kota Batam dan data laporan bulanan Perum Pegadaian Cabang Batam tahun 2008-2012 dengan alat analisis berupa analisis regresi sederhana dan analisis regresi berganda. 73
Hasil penelitian disimpulkan bahwa secara parsial pendapatan Perum Pegadaian Cabang Batam dan jumlah nasabah mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Cabang Batam, sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Cabang Batam. Namun secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Cabang Batam. 5. Wahyuningsih Dondo (2013) Penyaluran kredit akan sangat membantu bagi dunia usaha di Indonesia. Meningkatnya jumlah alokasi kredit modal kerja ini pun dipengaruhi oleh suku bunga dan tingkat inflasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suku bunga kredit modal kerja dan tingkat laju inflasi terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder bulanan pada rentang waktu Januari 2009 sampai Desember 2011. Model regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) merupakan metode ekonometrik yang digunakan dalam penelitian ini. Uji hipotesis digunakan menggunakan uji-F untuk menguji pengaruh variabel secara serempak, uji- t untuk menguji pengaruh variabel secara parsial, uji koefisien determinasi (R2) untuk menguji kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan software Eviews 7.0. Hasil estimasi menunjukkan suku bunga kredit modal kerja dan tingkat laju inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja pada bank umum di Indonesia. 74
6. Taner M. Yigit (2013) Analisis berikut memberikan landasan mikro ekonomi bagaimana ketidakpastian inflasi mempengaruhi output dengan memeriksa dampak inflasi tak terduga di pasar kredit. Yigit menyatakan risiko non-diversifiable seperti fluktuasi inflasi akan menyebabkan lembaga keuangan untuk bertindak dengan cara menghindari risiko. Menghindari risiko tersebut akan mempengaruhi pasar kredit secara langsung dengan mengurangi ketersediaan kredit, dan tidak langsung dengan menaikkan biaya pinjaman. Analisis Tobit simultan menegaskan bahwa fluktuasi inflasi dari delapan negara tidak hanya menyebabkan ketidakseimbangan di pasar-pasar, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap jumlah kredit. Tabel. 2.4 Penelitian Sebelumnya
1
Penulis dan tahun
Judul
Ade Purnomo (2009)
Pengaruh Pendapatan Pegadaian ,Jumlah Nasabah dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika Periode 2004-2008.
Variabel
Metode
Dependen: OrdinaPenyaluran ry Least Kredit. Square (OLS) Independen: Pendapatan pegadaian, Jumlah nasabah, dan Tingkat Inflasi
Persamaan
Perbedaan
Penyaluran Tidak kredit mengguna(dependent) kan variabel Pendapatan jumlah dan tingkat nasabah inflasi melainkan (Independen harga emas. ) Menggunakan metode regresi berganda (OLS)
Hasil
Hasil pengujian secara individual menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Perum Pegadaian, jumlah nasabah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Variabel
75
inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit . 2
3
Ni Wayan Sariasih Made Rusmala Dewi (2012)
Pengaruh DPK, NPL dan Inflasi terhadap kredit yang disalurkan oleh LPD Kabupaten Badung periode tahun 20082012
Dependen: kredit yang disalurkan
Mukhliz Arifin Aziz (2013)
Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah Nasabah, Harga Emas Dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Golongan C (Studi pada PT
Dependen: Penyaluran kredit gadai golongan C
Independe n: DPK, NPL, dan Inflasi
Independe n: Tingkat Sewa Modal, Jumlah Nasabah, Harga
Regresi Inflasi Linier sebagai Berganda variabel independen dan penyaluran kredit sebagai variabel dependen. Menggunakan metode regresi berganda (OLS)
Tidak menggunakan variabel DPK dan NPL sebagai variabel independen melainkan menggunakan variabel pendapatan pegadaian dan harga emas.
\ Regresi Tingkat Tidak Linier inflasi dan menggunaka Berganda harga emas n variabel sebagai sewa modal variabel dan jumlah independen nasabah melainkan Metode regresi linier menggunaka n berganda pendapatan pegadaian sebagai variabel independen.
Secara simultan dana pihak ketiga, non performing loan, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap kredit yang disalurkan. Secara parsial dana pihak ketiga dan non performing loan berpengaruh positif dan singnifikan sedangkan inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kredit yang disalurkan.
Tingkat sewa modal tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit. Jumlah nasabah mempengaruh i jumlah penyaluran kredit. Harga emas
76
4
5
Pegadaian Cabang Probolinggo)
Emas, Tingkat Inflasi
Titi Widiarti dan Sinarti (2013)
Pengaruh Pendapatan, Jumlah Nasabah, Dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Pada Perum Pegadaian Cabang Batam Periode 2008-2012
Dependen: Penyaluran kredit
Wahyuningsih Dondo (2013)
Suku Bunga Kredit Modal Kerja dan Tingkat Inflasi terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja
Dependent : Kredit Modal Kerja
Independe n: Pendapata n, Jumlah nasabah, Tingkat inflasi
Independe nt: Suku Bunga Kredit Modal
mempengaruh i penyaluran kredit. Tingkat Inflasi yang terjadi di kota Probolinggo tidak memberikan pengaruh terhadap penyaluran kredit Ordinary Variabel Tidak Least pendapatan menggunaka Square dan tingkat n jumlah (OLS) inflasi nasabah sebagai sebagai analisis variabel variabel regresi independen independen, sederhadan melainkan na dan penyaluran menggunaka analisis kredit n harga regresi sebagai emas berganda variabel sebagai dependen. variabel independen. Regresi linoier berganda dan Ordinary least square (OLS)
Pendapatan Perum Pegadaian Cabang Batam dan jumlah nasabah mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Cabang Batam, sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Cabang Batam.
Regresi Tingkat Tidak Linier inflasi menggunaka Berganda sebagai n suku variabel bunga independen melainkan menggunaka Metode regresi linier n pendapatan berganda pegadaian dan harga
Kesimpulan sebagai berikut: 1. Suku bunga kredit modal kerja berpengaruh signifikan terhadap jumlah
77
6
Taner M. Yigit (2013)
Bank Umum di Indonesia
Kerja dan Tingkat Inflasi
Effects of Inflation Uncertainty on Credit Markets: A Disequilibriu m Approach
Dependent variabel: Inflasi Independe n Variabel: Kredit
Analisis Tobit
Tingkat inflasi sebagai variabel independen
emas sebagai variabel independen.
alokasi kredit modal kerja. 2. Tingkat laju inflasi berpengaruh positif terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja. 3. Suku bunga kredit modal kerja dan tingkat laju inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja.
Pada penelitian ini menggunaka n variabel pendapatan pegadaian dan harga emas sebagai variabel independen sedangkan pada jurnal ini hanya menggunaka n tingkat inflasi Metode yang digunakan berbeda, pada penelitian ini menggunaka n regresi berganda sedangkan pada jurnal ini
Penelitian ini menyatakan bahwa fluktuasi inflasi akan menyebabkan lembaga keuangan untuk bertindak dengan cara menghindari risiko. Menghindari risiko tersebut akan mempengaruh i pasar kredit secara langsung dengan mengurangi ketersediaan kredit, dan tidak langsung dengan menaikkan biaya pinjaman. Analisis Tobit
78
menggunaka n analisis Tobit.
simultan menegaskan bahwa fluktuasi inflasi dari delapan negara tidak hanya menyebabkan ketidakseimb angan di pasar-pasar, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap jumlah kredit.
Sumber: Berbagai Jurnal 7. Perbedaan dengan penelitian terdahulu Penulis menganalisa tentang “Analisis Pengaruh Inflasi, Pendapatan Ijarah, dan Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn) PT Pegadaian di Indonesia periode 2005-2013” Metodologi yang digunakan yaitu Ordinary Least Square (OLS) dengan hasil semua variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muklish Arifin Aziz (2013) dengan judul “Analisis pengaruh tingkat sewa modal, jumlah nasabah, harga emas dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit gadai golongan C (studi pada PT Pegadaian cabang Probolinggo)”. Variabelnya yaitu: terikat: Penyaluran kredit gadai golongan C. Variabel bebas: sewa modal, jumlah nasabah, harga emas, dan tingkat inflasi. Dengan menggunakan metodologi regeresi linier berganda dan pengujian asumsi klasik. Berdasarkan hasil temuan yang telah di uraikan, dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi tidak 79
memberikan pengaruh terhadap pergerakan usaha Penyaluran kredit gadai PT Pegadaian Cabang Probolinggo khususnya kredit gadai golongan C, karena masyarakat melakukan pinjaman kepada PT Pegadaian dengan beberapa pertimbangan yaitu kebanyakan orang yang meminjam dana pada PT Pegadaian terlebih karena kebutuhan akan dana tunai yang mendesak dan kemudahan pada operasional
PT Pegadaian. PT Pegadaian mampu
menyediakan kebutuhan akan dana tunai yang cepat dan dengan prosedur yang sangat mudah. Kedua, dari keempat variabel bebas diketahui bahwa yang paling dominan pengaruhnya terhadap penyaluran jumlah kredit gadai golongan C pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo adalah variabel harga emas. Artinya bahwa kredit gadai emas pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo memberikan kontribusi yang paling besar dalam penyaluran kredit gadai khususnya kredit gadai golongan C. Lalu penelitian Ade Purnomo (2009) yang berjudul Pengaruh Pendapatan Pegadaian ,Jumlah Nasabah dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika Periode 2004-2008. Penelitian tersebut menyimpulkan pendapatan Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika, sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika.
80
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel dan studi kasusnya. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel tingkat Inflasi, Pendapatan Pegadaian dan Harga Emas sebagai variabel bebasnya dan Kredit Rahn sebagai variabel terikatnya dan PT Pegadaian Syariah di Indonesia sebagai studi kasusnya. D. Kerangka Pemikiran Kerangka
pemikiran
merupakan
sintesa
dari
serangkaian
teori
yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam meberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2009:26). Dalam rumusan masalah penelitian telah ditetapkan akan dikaji pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah, dan Tingkat Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Rahn PT Pegadaian (Persero) di Indonesia periode 20052013.
81
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENDAPATAN PEGADAIAN DAN HARGA EMAS TERHADAP PENYALURAN KREDIT RAHN PADA PT. PEGADAIAN SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE 2005-2013)
Inflasi (X₁)
Pendapatan Pegadaian (X₂)
Harga emas (X₃)
Kredit Gadai Syariah (Rahn) (Y) Regresi Linier Berganda Uji OLS (Ordinary Least Square)
Uji Hipotesis Uji t Uji Adj R² Uji F
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi
Hasil, Kesimpulan dan Implikasi
82
D. Hipotesis Penelitian Adapun perumusan hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ho:
Diduga tidak terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit Rahn.
Ha:
Diduga terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit Rahn.
2. Ho:
Diduga tidak terdapat pengaruh pendapatan pegadaian terhadap penyaluran kredit Rahn.
Ha:
Diduga terdapat pengaruh pendapatan pegadaian terhadap penyaluran kredit Rahn.
3. Ho:
Diduga tidak terdapat pengaruh harga emas terhadap penyaluran kredit Rahn.
Ha:
Diduga terdapat pengaruh harga emas terhadap penyaluran kredit Rahn.
4. Ho:
Diduga tidak terdapat pengaruh tingkat inflasi, pendapatan pegadaian, dan harga emas secara simultan terhadap penyaluran kredit Rahn.
Ha:
Diduga terdapat pengaruh tingkat inflasi, pendapatan pegadaian, dan harga emas secara simultan terhadap penyaluran kredit Rahn.
83
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Model dalam penelitian ini merupakan hasil penggabungan dari kerangka teoritis beberapa pakar lembaga keuangan yang melihat pengaruh ataupun hubungan dari konstruk-konstruk yang diuji dalam penelitian ini, yaitu: Inflasi, pendapatan ijarah, dan harga emas terhadap Penyaluran kredit Rahn. Data yang digunakan merupakan data angka-angka (kuantitatif) kuartalan pada periode kuartal:2 2005 – kuartal:2 2013. Penulis ingin mengetahui sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat dan dengan menggunakan pendekatan
deskriptif,
dimana
penulis
ingin
menggambarkan
secara
menyeluruh tentang keadaan PT Pegadaian di Indonesia, terutama dari sisi kredit gadai syariah (Rahn). B. Metode Penentuan Sampel Metode penentuan sampel akan sangat membantu dalam penelitian yang dihadapkan pada sampel yang beragam dari suatu populasi. Data yang digunakan berupa data sekunder periode 2005 – 2013. Studi kasus pada PT Pegadaian (Persero) di Indonesia. Adapun sampel yang digunakan merupakan Judgement Sampling. Pada metode judgement sampling atau purposive sample pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Pada dasarnya sampel dipilih berdasarkan pendapat peneliti dan hasil penelitian digunakan untuk menarik kesimpulan tentang item-item di dalam sampel. 84
C. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan dalam penyusunan penelitian ini untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan peneliti ini. Periode data yang digunakan adalah data sekunder dari 2005-2013 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Indonesia dan Annual Report PT Pegadaian (Persero). Selain itu, untuk mempermudah penulis dalam pengambilan data pada penelitian ini juga digunakan media teknologi yang sedang berkembang yaitu internet yang didalamnya mempublikasi laporan keuangan dan statistik data yang dibutuhkan seperti pada website PT Pegadaian Syariah, PT ANTAM, Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang diperlukan dalam penelitian adalah : 1. Penyaluran Kredit Rahn PT Pegadaian Syariah tahun 2005 – 2013. 2. Tingkat Inflasi tahun 2005 – 2013. 3. Pendapatan PT Pegadaian (Persero) tahun 2005 – 2013. 4. Harga Emas tahun 2005-2013. Mengingat ketersediaan data dan kebutuhan jumlah data untuk permodelan yang diperoleh maka data tahunan di interpolasi menjadi data kuartalan dengan menggunakan metode interpolasi. (Insukindro,1996:1-6, dalam Paidi Hidayat). D. Metode Analisis Dalam pengolahan data, digunakan penerapan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS) untuk model regresi linier berganda dengan didukung oleh analisis kuantitatif dengan menggunakan model 85
ekonometrik untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hubungan antara variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Penulis menggunakan alat bantu ekonometrika (software) yaitu eviews 6. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif, yaitu dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Dalam penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif dengan format deduktif yang dimulai dari keadaan umum menuju ke hal-hal yang khusus. Pemilihan alat analisis Ordinary Least Square (OLS) ini digunakan untuk mencapai penyimpangan atau error yang minimum dengan menggunakan regresi berganda (Multiple Regression) yaitu digunakan lebih dari sebuah variabel bebas (Nachrowi, 2006:9) Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyaluran kredit Rahn adalah Inflasi, Pendapatan Pegadaian dan Tingkat Harga Emas yang dinyatakan dalam fungsi : Y = f(X1, X2, X3)
Kemudian fungsi tersebut dimasukan dalam bentuk model regresi linier berganda pada ekonometrika sebagai berikut : Y
= β₀ + β₁X₁ + β₂X₂ +β₃X₃ + ε
RAHN
= β₀ + β₁ INFLASI + β₂ PENDAPATAN + β3 EMAS + ε
Keterangan: RAHN
: Kredit Gadai Syariah (Rahn) 86
βo
: Constanta
β1, β2, β3
: Koefisien regresi
Inflasi
: Inflasi
Pendapatan
: Pendapatan Pegadaian
Emas
: Harga emas
ε
: error terms Nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar analisis. Koefisien β
akan bernilai positif (+) jika menunjukkan hubungan yang searah antara variabel independen dengan variabel dependen, Artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen, begitu pula sebaliknya jika variabel independen mengalami penurunan. Sedangkan nilai β akan negatif (-) jika menunjukkan hubungan yang berlawanan, artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan penurunan variabel dependen, demikian pula sebaliknya. Uji yang pertama dilakukan adalah uji normalitas dimana untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Selanjutnya model persamaan yang diperoleh dari pengolahan data diupayakan tidak terjadi gejala multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala-gejala tersebut akan dilakukan uji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik. Berikut ini merupakan alat untuk menguji suatu nilai residual, yaitu : 1. Uji Asumsi Klasik Model regresi yang baik adalah model regresi yang menghasilkan estimasi linier tidak bias (Best Linear Unbias Estimator/BLUE). Kondisi ini 87
akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan asumsi klasik. Asumsi klasik selengkapnya adalah sebagai berikut : a. Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk mengetahui data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian, data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara diantaranya, dengan uji Jarque-Bera atau Histogram Test. Suatu variabel dikatakan normal jika korelogram pada gambar menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal (Winarno, 2009:5.24). Asumsi normalitas gangguan Ut adalah penting sekali mengingat uji validitas pengaruh variabel independen baik secara serempak (uji F) maupun sendiri-sendiri (uji t) dan estimasi nilai variabel dependen mensyaratkan hal ini. Apabila asumsi ini tidak terpenuhi, maka kedua uji ini dan estimasi nilai variabel dependen adalah tidak valid untuk sampel kecil atau tertentu (Gujarati, 2006:67) Untuk menguji dengan lebih akurat, diperlukan alat analisis dan EViews menggunakan 2 (dua) cara, yaitu dengan Histogram dan Uji Jarque-Bera. Uji Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Ujiini mengukur perbedaan skewness dan kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila datanya bersifat normal. Rumus yang digunakan adalah: (Winarno, 2009:5.37) Hal ini ditunjukkan oleh: 88
(
)
Dimana : N = ukuran sampel S = skewness/kemencengan K = kurtosis/peruncingan K = banyaknya koefisien yang digunakan di dalam persamaan Berikut hipotesis langkah-langkah pengujian normalitas: Hipotesis: Ho : Model tidak normal. Ha : Model normal. Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 → signifikan, Ho ditolak. Bila probabilitas Obs*R2< 0.05 → tidak signifikan, Ho diterima. Salah satu asumsi dalam analisis statistik adalah data berdistribusi normal. Dalam analisis multivariate, para peneliti menggunakan pedoman jika tiap variabel terdiri dari 30 data, maka data sudah berdistribusi normal. Apabila melibatkan 3 variabel, maka diperlukan 3 x 30 = 90 (Ajija, 2011:42). Jika residual tidak normal tetapi dekat dengan nilai kritis maka dapat dicoba dengan metode lain yang mungkin memberikan justifikasi normal. Tetapi jika jauh dari nilai normal, maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukan transformasi data, melakukan 89
trimming data outliers atau menambah data observasi. Transformasi dapat dilakukan ke dalam bentuk logaritma natural, akar kuadrat, inverse, atau bentuk yang lain tergantung dari bentuk kurva normalnya, apakah condong ke kiri, ke kanan, mengumpul di tengah atau menyebar kesamping kanan dan kiri. b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas artinya terdapat korelasi yang signifikan diantara dua atau lebih variabel bebas dalam suatu model regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model persamaan penelitian ini, penulis menggunakan matriks korelasi (Correlation Matriks). Indikasi awal adanya masalah multikolinearitas dalam model adalah mempuyai standard error besar dan nilai statistik t yang rendah.(Widarjono, 2007:113). Karena melibatkan beberapa variabel independen, maka multikolinieartias tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas satu variabel dependent dan satu variabel independent). (Winarno, 2011 : 5.1) Menurut Widarjono (2007:119) penyembuhan multikolinearitas ada dua, yaitu memperbaiki model supaya terbebas dari multikolinearitas atau membiarkan model mengandung multikolinearitas. Jika kita tetap membiarkan model kita terdapat multikolinearitas, maka hal tersebut akan menyulitkan kita untuk memperoleh estimator dengan standar error yang kecil.
90
Masalah multikolinearitas timbul karena kita hanya mempunyai jumlah observasi yang sedikit. Cara menghilangkan multikolinearitas yaitu dengan cara menghilangkan salah satu variabel independent yang mempunyai hubungan linear kuat, mentransformasi variabel dan menambahkan jumlah data. (Widarjono, 2007:120) Apabila
pengujian
multikolinearitas
dilakukan
dengan
menggunakan correlation matrix, jika hasilnya ada yang melebihi dari 0,8 itu menandakan bahwa terjadi multikolinearitas yang serius. Jika terjadi multikolinearitas yang serius, maka akan berakibat buruk, karena hal tersebut akan mengakibatkan pada kesalahan standar estimator yang besar (Gujarati, 2006:68). 1)
Uji hipotesis Ho : tidak ada multikolineritas Ha : ada multikolineritas
2)
Pada
output
Eviews
6.0
adalah
sebagai
berikut:
(Widarjono,2007:54) a) Pada Correlation Matrix, jika nilai korelasi yang dihasilkan sangat tinggi (umumnya < 0,8) = Tidak terdapat multikolineritas (tolak Ha terima Ho) b) Pada Correlation Matrix, jika nilai korelasi yang dihasilkan sangat tinggi (umumnya > 0,8) = Terdapat multikolineritas. (tolak Ho terima Ha)
91
Apabila terjadi Multikolinearitas menurut (Gujarati, 2006:45) disarankan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a) Adanya informasi sebelumnya (information apriori) b) Menghubungkan data cross sectional dan data urutan waktu, yang dikenal sebagai penggabungan data (pooling the data). c) Mengeluarkan satu variabel atau lebih. d) Transformasi variabel serta penambahan variabel baru. e) Selanjutnya bisa dengan mentransformasikan salah satu (atau beberapa) variabel dengan melakukan diferensiasi. (Winarno, 2011:5.7-5.8). Diferensiasi berguna untuk melakukan penurunan data yang membuat nilai estimasi sekecil mungkin, sehingga terbebas dari penyakit atau melanggar uji asumsi klasik. (Gujarati, 2006:185) c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Asumsi dalam model regresi adalah dengan memenuhi (1) residual memiliki nilai rata-rata nol, (2) residual memiliki varian yang konstan,dan (3) residual suatu observasi tidak saling berhubungan dengan residual observasi lainnya sehingga menghasilkan estimator yang BLUE. Apabila asumsi (1) tidak terpenuhi yang terpengaruh hanyalah slope 92
estimator dan ini tidak membawa konsekuensi serius dalam analisis ekonometrik. Sedangkan jika asumsi (2) dan (3) tidak terpenuhi, maka akan berdampak pada prediksi dengan model yang dibangun. Dalam kenyataannya, nilai residual sulit memiliki varian yang konstan. Hal ini sering terjadi pada data yang bersifat cross section dibanding time series. (Winarno, 2011:5.8) Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut denfan Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. (Nachrowi, 2006:109) Secara simbolis, heteroskedastisitas dinyatakan sebagai berikut : E(u2i) = σ2i Gangguan ui yang tercakup dalam fungsi regresi populasi bersifat homokedastis artinya, semua memiliki varians yang sama, σ2. Jika tidak demikian – jika varians ui adalah σ2i, yang menunjukkannya bervariasi dari
observasi
ke
observasi
–
berarti
kita
menghadapisituasi
heteroskedastisitas, atau varians tak sama, atau nonkonstan. (Gujarati, 2006:82) Ada
beberapa
metode
yang
dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi ada tidaknya masalah heterokedastisitas. Diantaranya dapat menggunakan Uji Harvey. Berikut hipotesis langkah-langkah untuk pengujian Heteroskedastisitas: 93
Hipotesis: Ho: Model tidak terdapat Heteroskedastisitas Ha: Terdapat Heteroskedastisitas Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak Apabila Obs*R2 pada Uji Harvey lebih dari 0.05 maka Ho diterima berarti model bebas dari masalah heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Autokolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-i (sebelumnya). Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi bebas dari autokolerasi. (Gujarati, 2006:112). Sejalan dengan keterangan lainnya yang mengatakan bahwa uji autokolerasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t sebelumnya pada model regresi linier yang dipergunakan. (Nisfiannor, 2009:92) Apabila nilai yang diharapkan dari koefisien korelasi sederhana antara setiap dua pengamatan error term adalah tidak sama dengan nol, maka error term tersebut dikatakan memiliki otokorelasi tanpa sifat perubahan, maka disebut otokorelasi murni (pure autocorrelation)
94
(Hamja,
2012:25).
Berikut
hipotesis
langkah-langkah
pengujian
autokorelasi: Hipotesis: Ho : Model tidak terdapat Autokorelasi. Ha : Terdapat Autokorelasi. Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 → Ho diterima. Bila probabilitas Obs*R2< 0.05 → Ho ditolak Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi. Apabila data mengandung autokorelasi, data harus segera diperbaiki agar model tetap dapat digunakan. Untuk menghilangkan masalah autokorelasi, maka dilakukan estimasi dengan diferensi tingkat satu (Winarno, 2009:5.31) Autokorelasi (atau otokorelasi) menunjukkan korelasi di antara anggota serangkaian observasi yang di urutkan menurut waktu atau ruang. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, yaitu memperhatikan tstatistik, R-Square, uji F, dan Durbin Watson (DW) atau melakukan uji LM (Metode Bruesch godfrey) (Ajija, 2011:35). Apabila D-W berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut tidak terdapat autokolerasi. Sebaliknya, jika DW tidak berada
95
diantara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut terdapat autokolerasi. (Winarno, 2009:5.27) 2. Uji Hipotesa Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabelvariabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6. a. Uji t (Uji Parsial) Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (Independent) secara masing-masing parsial atau individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependent) pada tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan menganggap variabel bebas bernilai konstan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-t yaitu dengan pengujian, yaitu : (Nachrowi, 2006:17). Hipotesis: Ho : artinya masing-masing variabel bebas tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel terikat. Ha : artinya masing-masing variabel bebas ada pengaruh yang signifikan dari variabel terikat. Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Ho terima, Ha tolak). Bila probabilitas < α 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Ho tolak, Ha terima). 96
b. Uji Adj R2 (Adjusted R Square) Menurut Ajija (2011:34) Uji koefisien determinasi koefisien R2 atau (R2 adjusted). Koefisien determinasi ini menunjukkan kemampuan garis regresi menerangkan variasi variabel terikat Y yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas X. Nilai koefisien R2 atau (R2 adjusted) berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin baik. c. Uji F (Uji Fisher) Uji Fisher (Uji-F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0.05 (5%). Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F dengan pengujian, yaitu: (Nachrowi, 2006:16) Hipotesis: Ho : artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Ha : artinya secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Bila probabilitas < α 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
97
E. Opersional Variabel Penelitian Variabel-variabel independen (variabel bebas) yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Inflasi, Pendapatan Ijarah dan harga emas. Sedangkan variabel dependen (variabel terikat) adalah Penyaluran Kredit Rahn. Menurut Sasli Rais (2006:38) Gadai Syariah (Rahn) adalah menahan salah satu harta milik nasabah atau rahin sebagai barang jaminan atas pinjaman atau marhun atas hutang/pinjaman atau marhun bih yang diterimanya, dan barang/marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang dengan barang yang kita miliki di mana uang dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau dari hasil penjualannya. Rahn juga bisa diartikan menahan salah satu harta benda milik si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang dijamin tersebut memiliki nilai ekonomis dan pihak yang menahan itu memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Rahn juga yaitu perjanjian penyerahan barang atau harta Anda sebagai jaminan berdasarkan hukum gadai berupa emas, perhiasan, kendaraan, atau barang bergerak lainnya yang terbentuknya Pegadaian syariah di Indonesia, yaitu yang bekerjasama dengan Perum Pegadaian yang membentuk Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) Rahn. (Ahmad Rodoni, 2004:188) Data penyaluran kredit rahn dari diperoleh dari Laporan Tahunan (Annual Report) PT Pegadaian (Persero). Data yang digunakan adalah data
98
kredit rahn yang disalurkan berupa data kuartalan selama periode pengamatan antara kuartal:1 2005 – kuartal:4 2013. Variabel independen (X) pada penelitian ini terdiri dari : 1. Inflasi Menurut Adiwarman Karim (2008:135) Inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Data tentang inflasi adalah data tentang laju inflasi dalam persen yang terjadi di Indonesia. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Indonesia berdasarkan perhitungan kuartalan, yaitu dari kuartal:4 2005 – kuartal:4 2013 dan dinyatakan dalam bentuk persentase. 2. Pendapatan Pegadaian Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal (Undang-Undang Republik Indonesia, 1998). Data Pendapatan diambil dari Laporan Tahunan PT Pegadaian (Persero). Data yang digunakan adalah data Pendapatan kuartalan selama periode pengamatan antara kuartal:2 2005 – kuartal:2 2013. 3. Harga Emas Harga emas adalah harga yang terbentuk dari akumulasi permintaan dan penawaran di pasar emas London. Harga emas yang digunakan adalah harga emas pada saat penutupan pada sore hari (harga emas Gold P.M). 99
Namun, karena PT Pegadaian mengacu pada harga emas ANTAM. Data harga emas diambil dari www.antam.com. Data yang digunakan adalah data harga emas kuartalan selama periode pengamatan antara kuartal:2 2005 – kuartal:2 2013. Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian Variabel
Definisi
Satuan
Gadai Syariah (Rahn) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip prinsip syariah, dimana nasabah hanya akan dibebani biaya administrasi dan biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan (Ijarah). Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang Kredit Gadai
dengan barang yang kita miliki di mana uang
Syariah
dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau dari
(Rahn)
hasil
penjualannya.
Rahn
juga
bisa
Rupiah
diartikan
menahan salah satu harta benda milik si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang
yang
dijamin
tersebut
memiliki
nilai
ekonomis dan pihak yang menahan itu memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. (Ahmad Rodoni, 2004:188)
100
Kenaikan
tingkat
harga
secara
umum
dari
Inflasi barang/komoditas dan jasa selama suatu periode
Persen
(Inflasi) waktu tertentu. (Adiwarman Karim, 2008:135) Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi
yang
timbul
dari
aktivitas
normal
Pendapatan
perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
Pegadaian
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
(Pendapatan)
dari kontribusi penanaman modal (Undang-Undang
Rupiah
Republik Indonesia, 1998). Emas merupakan sejenis logam mulia yang dikenal sepanjang sejarah kehidupan manusia, bukan hanya sekedar untuk perhiasan, emas juga banyak dijadikan Harga Emas sebagai alternatif investasi. Selain itu emas juga
Rupiah
(Emas) menjadi suatu indikator dari tingkat kekayaan individu maupun suatu bangsa (M. Abi Anwar, 2008:9). Sumber: berbagai sumber
101
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai yang pada awalnya berkembang di Italia dan kemudian dipraktikkan pula di negaranegara Eropa lainnya, seperti Inggris dan Belanda. Sistem gadai memasuki Indonesia dibawa dan dikembangkan oleh orang Belanda pada zaman VOC. Bentuk usaha pegadaian di Indonesia berawal dari bank van lening pada masa VOC yang mempunyai tugas memberikan pinjaman uang kepada masyarakat dengan
jaminan
gadai.
Sejak
itu,
bentuk
usaha
pegadaian
telah
mengalamibeberapa kali perubahan sejalan dengan perubahan peraturanperaturan yang mengaturnya. (Sasli Rais, 2006:123) Pada mulanya usaha pegadaian di Indonesia dilaksanakan oleh pihak swasta, kemudian Gubernur Jenderal Belanda melalui Staatsblad Tahun 1901 No. 131 tanggal 12 Maret 1901 medirikan Rumah Gadai Pemerintah (Hindia Belanda) di Sukabumi, Jawa Barat. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut, maka pelaksanaan gadai dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagaimana diatur dalam Staatsblad tahun 1901 No. 131 yang menyatakan: “Kedua: sejak itu di bagian Sukabumi kepada siapapuntidak akan diperkenankan untuk member gadai atau dalam bentuk jual belidengan hak membeli kembali, meminjamkan uang, tidak melebihi seratus Gulden, dengan hukuman, tergantung kepada kebangsaan para pelanggar yang diancam dalam pasal 337 KUHP bagi orang-orang Eropa dan pasal 339 KUHP bagi orang102
orang Bumiputera”. Selanjutnya dengan Staatsblad 1930 No. 266 Rumah gadai tersebut mendapat status Dinas Pegadaian sebagai Perusahaan Negara dalam arti Undang-undang perusahaan Hindia Belanda (Lembaran Negara Hindia Belanda 1927 No. 419). Pada masa pemerintahan Republik Indonesia, Dinas Pegadaian yang merupakan kelanjutan dari pemerintahan Hindi Belanda, status pegadaian diubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pegadaian berdasarkan Undangundang No. Prp. 1960 jo. Peraturan Pemerintah RI No. 178 tahun 1961 tentang pendirian perusahaan Pegadaian (PN Pegadaian). Kemudian status badan hukum PN Pegadaian berubah menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 tahun 1969 tanggal 11 Maret 1969 tentang perubahan perubahan kedudukan PN Pegadaian menjadi jawatan Pegadaian jo. UU No. 9 tahun 1969 tanggal 1 Agustus 1969 dan penjelasannya mengenai bentuk-bentuk Usaha Negara dalam Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero). Selanjutnya, untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitasnya, Perjan Pegadaian dialihkan menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian berdasarkan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1990 tanggal 10 April 1990. Dengan perubahan status dari Perjan menjadi Perum, Pegadaian diharapkan akan lebih mampu mengelola usahanya dengan lebih professional, business oriented tanpa meninggalkan cirri khusus dan misinya yaitu penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai dengan pasar sasaran masyarakat golongan ekonomi lemah
103
dengan cara mudah, cepat, aman dan hemat, sesuai dengan motonya “mengatasi masalah tanpa masalah”. Setelah berubah menjadi Perusahaan Umum (Perum), pimpinan puncak pun diubah secara total diganti dengan generasi muda yang berkualitas tinggi dan kenyataannya usaha Perum Pegadaian terus meningkat. (Martono, 2010:171-172) Status Perum bertahan hingga tahun 2011. Pada 13 Desember 2011 Pemerintah mengeluarkan PP nomor 51 tahun 2011 yang menandakan perubahan status badan hukum Pegadaian menjadi Perusahaan Persero (Persero). Berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pegadaian atau disingkat PT Pegadaian (Persero) nomor 1 tanggal 1 April 2012 yang dibuat di hadapan Notaris Nanda Fauziwan, SH, M.Kn yang berkedudukan di Jakarta, dan kemudian disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU17525.AH.01.01 tahun 2012 tanggal 4 April 2012 tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan, telah disahkan Badan Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pegadaian (Persero). Terjadi perubahan Anggaran Dasar dengan Akta No. 05 tanggal 15 agustus 2012, yang dibuat dihadapan Notaris Nanda Fauziwan, SH,M.Kn yang berkedudukan di Jakarta selatan dan diterima pemberitahuannya oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat AHU-AH.01.10-32516 tahun 2012 tanggal 06 September 2012. (Annual Report Pegadaian, 2012:30)
104
Kredit dengan sistem gadai sampai saat ini masih sangat sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Karena prosedur pemberian kreditnya sederhana, mudah, aman dan cepat terutama bagi golongan ekonomi menengah kebawah. Guna menunjukkan pelayanan PT Pegadaian (Persero) mempunyai jaringan pelayanan yang cukup luas, terdapat hampir di setiap kota di Indonesia. Sampai dengan tahun 2013, PT Pegadaian (Persero) telah memiliki 645 kantor cabang syariah yang tersebar di seluruh Indonesia. B. Analisis Deskriptif Penelitian ini menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Pegadaian dan Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Rahn. Data yang digunakan rentang waktu analisis mulai tahun 2005-2013. Alat pengolah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak (software) komputer eviews 6.0 dengan metode analisis Ordinary Least Square (OLS). Maka oleh karena itu, perlu dilihat perkembangan secara umum dari Tingkat Inflasi, Pendapatan Pegadaian, dan Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Rahn. 1. Kredit Rahn Kredit Rahn mendapatkan porsi terbesar dalam pembiayaan dibandingkan dengan pembiayaan Arrum dan Mulia, dikarenakan nasabah lebih tertarik pada pembiayaan ini dan mudah dalam mendapatkan pembiayaan. Kinerja Pegadaian Syariah yang terus meningkat dapat terlihat dari besarnya kredit yang diberikan. Pertumbuhan total aset dipengaruhi oleh 105
beberapa faktor diantaranya adalah komposisi pembiayaan yang disalurkan oleh pegadaian syariah dalam bentuk gadai, salah satunya adalah Rahn. Sisi pendanaan yang meningkat akan meningkatkan pula sisi kredit yang akan diberikan. Data untuk variabel kredit Rahn ditunjukkan oleh tabel dan grafik berikut ini : Tabel 4.1 Penyaluran Kredit Rahn (Ribu Rupiah) TAHUN
QUARTAL:1
QUARTAL:2
QUARTAL:3
QUARTAL:4
2005
208.123.500
241.652.000
275.180.500
308.709.000
2006
379.303.500
449.898.000
520.492.500
591.087.000
2007
684.329.250
777.571.500
870.813.750
964.056.000
2008
1.126.422.000
1.288.788.000
1.451.154.000
1.613.520.000
2009
1.882.525.250
2.151.530.500
2.420.535.750
2.689.541.000
2010
3.135.439.500
3.581.338.000
4.027.236.500
4.473.135.000
2011
5.310.501.000
6.147.867.000
6.985.233.000
7.822.599.000
2012
8.647.550.500
9.472.502.000
10.297.453.500 11.122.405.000
2013 11.225.667.250 11.328.929.500 11.432.191.750 11.535.454.000 Sumber: Annual Report PT Pegadaian (Persero) Gambar 4.1 Grafik Penyaluran Kredit Rahn (Rupiah) 14.000.000.000.000 12.000.000.000.000 10.000.000.000.000
Q1
8.000.000.000.000
Q2
6.000.000.000.000
Q3
4.000.000.000.000
Q4
2.000.000.000.000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber: Data Diolah 106
Berdasarkan tabel dan grafik diatas, total kredit Rahn yang disalurkan pegadaian syariah sampai kuartal:4 2013 mencapai Rp. 11,5 Triliun lebih tinggi dibanding kuartal:4 tahun 2012 yang mencapai Rp. 11,1 Triliun. Secara umum kinerja kredit Rahn yang disalurkan PT Pegadaian dari kuartal:1 2005 – kuartal:4 2013 cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor : a) Kesadaran masyarakat bahwa kredit Rahn dapat membantu mereka dalam menjalankan usahanya menjadi lebih baik. b) Perkreditan yang paling diminati dibandingkan dengan kredit Arrum dan Mulia. c) Perkreditan yang paling dipercaya karena Kredit Rahn adalah produk pertama Pegadaian Syariah. 2. Inflasi Data untuk variabel Inflasi ditunjukkan oleh tabel berikut ini : Tabel 4.2 Laju Inflasi (dalam %) TAHUN 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
QUARTAL:1 QUARTAL:2 8,81 7,42 15,74 15,53 6,52 5,77 8,17 11,03 7,92 3,65 3,43 5,05 6,65 5,54 3,97 4,53 5,9 5,9
QUARTAL:3 9,06 14,55 6,95 12,14 2,83 5,8 4,61 4,31 8,4
QUARTAL:4 17,11 6,6 6,59 11,06 2,78 6,96 3,79 4,3 8,38 107
Sumber : Badan Pusat Statistik Gambar 4.2 Grafik Laju Inflasi (dalam %) 18 16 14 12
Q1
10
Q2
8
Q3
6
Q4
4 2 0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel dan grafik diatas, inflasi mengalami fluktuasi setiap tahunnya, contohnya pada tahun 2005 terjadi krisis yang mengakibatkan naiknya laju inflasi menjadi 17,11 persen. Selanjutnya pada kuartal:4 2006 inflasi menurun yaitu sebesar 6,6 persen. Krisis kembali terjadi pada 2008 yang mengakibatkan naiknya inflasi pada tahun 2008 dari 8,17 pada kuartal:1 menjadi 12,14 persen pada kuartal:3. Setelah itu inflasi terus fluktuasi hingga akhir 2013 laju inflasi menjadi 8,38 persen. 3. Pendapatan Pegadaian Data variabel Pendapatan Pegadaian ditunjukkan oleh tabel berikut ini:
108
Tabel 4.3 Pendapatan Pegadaian (Juta Rupiah) QUARTAL:1
QUARTAL:2
QUARTAL:3
QUARTAL:4
2005
1.128.257
1.222.461
1.316.665
1.410.868
2006
1.543.098
1.675.327
1.807.556
1.939.785
2007
2.018.202
2.135.827
2.175.036
2.253.452
2008
2.422.738
2.592.023
2.761.308
2.930.594
2009
3.202.221
3.473.848
3.745.475
4.017.103
2010
4.357.400
4.697.698
5.037.995
5.378.292
2011
5.683.951
5.989.610
6.295.269
6.600.927
2012
6.408.964
6.217.001
6.025.038
5.833.074
2013 6.340.997 6.848.920 Sumber : Annual Report PT Pegadaian
7.356.844
7.864.767
Gambar 4.3 Grafik Pendapatan Pegadaian (Juta Rupiah) 9.000.000 8.000.000 7.000.000 6.000.000
Q1
5.000.000
Q2
4.000.000
Q3
3.000.000
Q4
2.000.000 1.000.000 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Data diolah
109
Berdasarkan tabel dan grafik diatas, pendapatan usaha pegadaian mengalami kenaikan setiap tahunnya, contohnya pada kuartal:1 2005 pendapatan sebesar Rp.1,1 Triliun dan setelah itu terus meningkat hingga akhir 2011 dan mengalami fluktuasi hingga naik kembali menjadi Rp. 7,8 Triliun pada tahun 2013. 4. Harga Emas Data untuk variabel Harga Emas ditunjukkan oleh tabel berikut ini : Tabel 4.4 Harga Emas Rupiah/Gram Tahun
QUARTAL:1 QUARTAL:2
QUARTAL:3
QUARTAL:4
2005
123.077
128.412
133.747
139.081
2006
148.863
153.753
168.425
178.206
2007
184.883
191.559
198.236
204.913
2008
221.267
237.621
253.975
270.329
2009
284.151
297.973
311.795
325.616
2010
332.884
340.151
347.418
354.685
2011
380.300
405.914
431.528
457.143
2012
473.089
489.035
504.981
520.927
488.345
406.889
455.762
2013 504.636 Sumber : www.antam.com
110
Gambar 4.4 Grafik Harga Emas (Rupiah per Gram)
600.000 500.000 400.000
Q1
300.000
Q2 Q3
200.000
Q4
100.000 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
sumber: data diolah Berdasarkan tabel dan grafik diatas, harga emas mengalami kenaikan pada setiap tahunnya. Contohnya pada bulan kuartal:1 2005 harga emas berkisar Rp. 123.077 per gram. Selanjutnya harga emas terus naik pada bulan kuartal:4 2012 menjadi Rp. 520.927 per gram. Sedangkan pada tahun 2013 cenderung harga emas mengalami fluktuasi, pada kuartal:1 harga emas sebesar Rp 504.636 per gram menjadi Rp 406.889 per gram pada kuartal:3 2013 dan naik pada kuartal:4 menjadi Rp 455.762 per gram. C. Hasil dan Analisis Data Dalam penelitian ini akan dipaparkan tentang pemodelan Kredit Rahn Pegadaian Syariah di Indonesia. Analisis pemodelan Kredit Rahn ini memasukkan elemen makro ekonomi yaitu Inflasi dan indikator Pegadaian
111
syariah yaitu Pendapatan Ijarah dan Harga Emas. Hasil dan analisis data dari uji yang sudah dilakukan, yakni : 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Gambar 4.5 Uji Normalitas 7
Series: Residuals Sample 2005Q2 2013Q2 Observations 33
6 5 4 3 2 1
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.39e-17 -0.001438 0.051372 -0.041247 0.024795 0.239955 2.476322
Jarque-Bera Probability
0.693760 0.706890
0 -0.04
-0.02
0.00
0.02
0.04
0.06
Berdasarkan Grafik menggambarkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability sebesar 0,706890 yang lebih besar dari derajat kesalahan 0,05 > dari derajat kesalahan α = 5% yaitu signifikan menyatakan Ho ditolak, sehingga dikatakan data berdistribusi normal.
112
b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas artinya terdapat korelasi yang signifikan diantara dua atau lebih variabel bebas dalam suatu model regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model persamaan penelitian ini, penulis menggunakan matriks korelasi (Correlation Matriks). Pengujian multikolinieritas berfungsi untuk apakah ditemukan adanya
kolerasi
antar
variable
independen.
Ada
tidaknya
multikolinieritas dapat di lihat dari koefesien kolerasi masing – masing variable bebas, jika koefesien kolerasi di antara masing – masing variable bebas lebih dari 0,8 maka terjadi multikolinieritas. Berikut ini uji multikolinieritas dengan menggunakan matriks. Tabel 4.5 Correlation Matrix D(INFLASI)
D(PENDAPATAN)
D(EMAS)
D(INFLASI)
1.000000
0.006421
-0.238057
D(PENDAPATAN)
0.006421
1.000000
-0.258860
D(EMAS)
-0.238057
-0.258860
1.000000
Dari tabel hasil analisis uji multikolinearitas dengan correlation matrix di atas terlihat bahwa koefisien korelasi tidak ada yang di atas 0,8 maka hal ini berarti Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terdapat masalah multikolinearitas.
113
Dengan terpenuhinya uji multikolonieritas maka model regresi tidak ditemukan adanya korelasi linier yang sempurna antar variabelvariabel bebas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika variancetidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah
yang
Homoskedastisitas
atau
tidak
terjadi
Heteroskedastisitas (Nachrowi, 2006:109). Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi data memiliki masalah heteroskedastis atau tidak yaitu jika probabilitas OBS*R2 > 0,05 maka data tidak terdapat heteroskedastisitas. Begitu sebaliknya, jika probabilitas OBS*R2 < 0,05 maka data terdapat heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan aplikasi eviews 6 dengan menggunakan Uji White, diperoleh hasil regresi sebagai berikut:
114
Gambar 4.6 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White Obs*R-squared
12.48390
Prob. Chi-Square(9)
0.1874
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai OBS*R 2 adalah 12,48390 dan probabilitas dari Chi-Square sebesar 0,1874 yang lebih besar dari nilai α sebesar 0,05. Karena nilai probabilitas Chi-square > 5% maka dalam hal ini Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut bersifat homokedastis setelah dilakukan Uji White. Dengan lolosnya uji heteroskedastisitas maka dalam model regresi dapat dikatakan homokedastisitas yaitu varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap. d. Uji Autokorelasi Uji Autokolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-i (sebelumnya). Dalam menguji masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan uji BreuschGodfrey Serial Correlation LM Test (Winarno, 2009:5.33). Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama (first order) tetapi juga digunakan pada tingkat derajat. Uji autokorelasi bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-Square. Jika probabilitas Chi-square >5% maka Ho gagal ditolak dan dapat 115
disimpulkan data tidak terdapat autokorelasi dan sebaiknya jika probabilitas Chi-square <5% maka Ha gagal ditolak atau terdapat autokorelasi. Dalam mengidentifikasi autokorelasi dapat pula diketahui dengan melakukan Uji Durbin-Watson. Jika model terbebas dari masalah autokorelasi, nilai D-W berada diantara 1,54 sampai dengan 2,46. (Winarno, 2009:5.28) Gambar 4.7 Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared
5.403860
Prob. Chi-Square(2) Durbin-Watson stat
0.0671 1.801601
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai Obs*R2 sebesar 5,403860 dan nilai probabilitas Chi-Square 0,0671 yang lebih besar dari nilai α sebesar 0,05. Karena nilai probabilitas Chi-Square > α = 5%, dan besarnya nilai Durbin-Watson 1,801601. Hasil tersebut menjelaskan bahwa nilai D-W berada diantara 1,54 sampai 2,46 yang berarti model terbebas dari masalah autokorelasi maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terdapat masalah autokorelasi. Dengan lolosnya uji autokorelasi maka tidak ada hubungan antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut ruang dan waktu.
116
2. Uji hipotesis Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan Uji Statistic t dan Uji Adj R2 (Adjusted R Square). Model penelitian yang menggunakan Ordinary Least Square ini adalah sebagai berikut: Gambar 4.8 Hasil Pengolahan Data Regresi Dependent Variable: D(LNRAHN) Method: Least Squares Date: 03/04/15 Time: 01:02 Sample: 2005Q2 2013Q2 Included observations: 33 Variable
Coefficient Std. Error
D(INFLASI) D(LNPENDAPATAN) D(LNEMAS) C R-squared Adjusted R-squared F-statistic Prob(F-statistic)
-0.000264 0.300396 1.072267 0.059899
0.001932 0.128868 0.180126 0.011000
t-Statistic
Prob.
-0.136578 2.331031 5.952869 5.445429
0.8923 0.0269 0.0000 0.0000
0.606069 0.565318 14.87233 0.000005
RAHN = β₀ + β₁ (INFLASI) + β₂ (PENDAPATAN) + β3 (EMAS) + ε RAHN = 0,059899 + (-0,000264) + 0,300396 + 1,072267 + 0,011000 a. Uji t (Uji Parsial) Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu) variabel independen (tingkat Inflasi, Pendapatan dan Harga emas) terhadap variabel dependen yaitu Penyaluran Kredit Gadai Syariah 117
(Rahn). Salah satu cara untuk melakukan uji t adalah dengan melihat nilai probabilitas t-statistik hasil regresi model penelitian. Apabila nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari signifikansi α = 0,05 berarti variabel independen secara parsial (individu) berpengaruh terhadap variabel dependen. Dari hasil tabel bahwa didapatkan dari uji t statistik yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Kredit Rahn. Berdasarkan hasil regresi model penelitian diperoleh hasil probabilitas t-statistik sebesar 0,8923. Karena probabilitas t-statistik lebih besar dari 0,05 maka hipotesis Ho diterima berarti secara parsial tingkat inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Kredit Rahn. Koefisien
Regresi Tingkat Inflasi sebesar -0.000264 menunjukan bahwa setiap kenaikan Tingkat Inflasi sebesar 1 persen maka akan menurunkan penyaluran kredit Rahn sebesar 0.000264 persen dengan asumsi ceteris paribus. 2) Pengaruh Pendapatan Pegadaian terhadap Penyaluran kredit Rahn. Berdasarkan hasil regresi model penelitian diperoleh hasil probabilitas t-statistik sebesar 0,0269. Karena probabilitas t-statistik lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis Ho ditolak berarti secara parsial pendapatan pegadaian berpengaruh secara signifikan terhadap penyaluran kredit Rahn. Koefisien Regresi pendapatan pegadaian sebesar 0,300396 menunjukan bahwa setiap kenaikan pendapatan Pegadaian sebesar 1 118
persen maka akan menaikkan Penyaluran kredit Rahn sebesar 0,300396 persen dengan asumsi ceteris paribus. 3) Pengaruh Harga Emas terhadap Penyaluran kredit Rahn. Berdasarkan hasil regresi model penelitian diperoleh hasil probabilitas t-statistik sebesar 0,0000. Karena probabilitas t-statistik lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis Ho ditolak berarti secara parsial harga emas berpengaruh secara signifikan terhadap Penyaluran kredit Rahn dengan asumsi ceteris paribus. Koefisien Regresi harga emas sebesar 1,072267 menunjukan bahwa setiap kenaikan harga emas sebesar 1 persen maka akan menaikkan Penyaluran kredit Rahn sebesar 1,072267 persen dengan asumsi ceteris paribus. 4) Jika variabel-variabel independen dianggap konstan atau bernilai nol, artinya variabel independen tidak terjadi peningkatan atau penurunan maka besarnya Penyaluran Kredit Rahn adalah sebesar 0,059899. b. Koefesien determinasi (Adjusted R Square) Koefisien determinasi R2 yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan lebih dari satu variabel independen. Berdasarkan hasil regresi pada tabel dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R Squared sebesar 0,606069 ini menunjukkan bahwa variabel dependen Kredit Rahn secara bersama-sama mampu dijelaskan oleh variabel independen tingkat inflasi, pendapatan pegadaian dan harga 119
emas sebesar 60,6 persen. Sedangkan sisanya sebesar 39,4 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian. c. Uji F (Simultan) Uji–F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel variabel-variabel independen (inflasi, pendapatan pegadaian dan harga emas) secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu kredit rahn. Berdasarkan tabel diperoleh hasil F-statistik sebesar 63,81949 dengan nilai probabilitas (F-statistik) sebesar 0,000005. Karena nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari nilai α = 0,05 (0,00 < 0,05) maka hipotesis Ho ditolak berarti dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi, pendapatan pegadaian dan harga emas secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Rahn, dengan asumsi ceteris paribus.
C. Interpretasi Ekonomi 1. Inflasi Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel tingkat Inflasi mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit Rahn, yang berarti setiap kenaikan inflasi akan menurunkan Penyaluran kredit, karena Inflasi merupakan faktor ekonomi yang menjadi faktor eksternal perusahaan, dengan semakin tinggi inflasi maka berdampak semakin menurunnya penyaluran kredit. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk penyaluran kredit Rahn melihat tidak signifikannya inflasi terhadap penyaluran kredit Rahn. 120
Hal tersebut dikarenakan dalam mengajukan kredit kepada PT Pegadaian masyarakat tidak memperhitungkan berapa besarnya tingkat inflasi melainkan karena lebih kepada pemenuhan kebutuhan dana yang mendesak. (Aziz, 2013:18). Kenaikan inflasi tidak memberikan pengaruh secara signifikan akan pandangan kepercayaan masyarakat yang telah terbentuk untuk menggunakan jasa kredit dari unit usaha Perum Pegadaian. Selain itu, terjadi inflasi atau tidak terjadi inflasi tidak menjadikan suatu pertimbangan bagi seseorang untuk menggunakan jasa kredit Perum Pegadaian. Hal ini disebabkan karena pengguna kredit Perum Pegadaian pada umumnya berasal dari kalangan kelas menengah ke bawah yang memerlukan dana cepat. Di mana pinjaman tersebut umumnya digunakan untuk keperluan yang sifatnya mendadak. Begitu pula dengan penelitian Sariasih (2013:9) bahwa Inflasi pada penelitian ini menunjukkan arah negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit, karena semakin meningkatnya inflasi akan menyebabkan semakin meningkatnya suku bunga kredit pada sektor perbankan. Hal ini menyebabkan minat masyarakat untuk meminjam kredit semakin menurun, sehingga dengan meningkatnya suku bunga akibat terjadinya inflasi dapat mempengaruhi menurunnya permintaan kredit pada LPD Kabupaten Badung. Sejalan pula dengan penelitian Ade Purnomo (2009:14) bahwa variabel tingkat inflasi secara statistik positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika. Hal ini lebih menunjukkan bahwa Tingkat Inflasi yang terjadi di propinsi D.K.I Jakarta tidak 121
memberikan pengaruh terhadap pergerakan usaha Penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika. Beberapa penyebab terjadi hal ini, lebih didominasi oleh faktor kepercayaan nasabah yang tumbuh akan potensi profit/ keuntungan yang terkandung dalam usaha penyaluran kredit Perum Pegadaian. Inflasi tidak memberikan pengaruh akan pandangan kepercayaan masyarakat yang telah terbentuk untuk menggunakan jasa kredit dari unit usaha Perum Pegadaian yang lebih dikenal dengan berbagai kemudahan dan proses yang praktis dan singkat, karena sesuai dengan motto PT Pegadaian yaitu ”mengatasi masalah tanpa masalah”, sehingga kecenderungan akan pengaruh inflasi yang terjadi terhadap jumlah penyaluran kredit PT Pegadaian dikatakan sangat kecil atau tidak ada sama sekali.
2. Pendapatan Pegadaian Dari hasil pengujian menunjukan bahwa variabel Pendapatan Pegadaian mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit Rahn, yaitu dengan meningkatnya pendapatan pegadaian akan meningkatkan penyaluran kredit Rahn. Karena pendapatan pegadaian merupakan faktor internal perusahaan, dengan semakin tinggi hasil pendapatannya maka semakin tinggi pula penyaluran kredit Rahn tersebut. Sumber dana yang digunakan untuk kredit berasal dari pihak ketiga seperti perbankan dan investor lainnya. Dari sisi internal perusahaan, dana yang disalurkan juga dipengaruhi oleh sumber pendapatan usaha yang diperoleh dari biaya administrasi dan biaya sewa. Oleh karena itu dengan hasil 122
signifikan variabel pendapatan pegadaian, berarti penyaluran kredit PT Pegadaian Syariah dipengaruhi oleh pendapatan usaha pegadaian. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Purnomo (2009:13). Berdasarkan hasil uji statistik, Variabel Pendapatan Perum Pegadaian secara statistik positif dan signifikan terhadap Penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika. Pendapatan Perum Pegadaian memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap Penyaluran kredit. Artinya semakin tinggi laju Pendapatan Perum Pegadaian yang mencerminkan semakin maraknya kegiatan penyaluran kredit melalui bidang-bidang usaha Perum Pegadaian yang secara bekelanjutan mencerminkan pergerakan usaha perekonomian bagi masyarakat. Sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan Titi Widiarti (2013:4). Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, variabel pendapatan Perum Pegadaian secara statistik positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Cabang Batam. Artinya semakin tinggi laju pendapatan Perum Pegadaian yang mencerminkan semakin maraknya kegiatan penyaluran kredit melalui bidang-bidang usaha Perum Pegadaian yang secara berkelanjutan mencerminkan pergerakan usaha perekonomian bagi masyarakat Batam dan begitu juga sebaliknya. Pendapatan-pendapatan Perum Pegadaian tersebut berasal dari bunga pelunasan, bunga yang dilelang, uang kelebihan kadaluwarsa, jasa taksiran, jasa titipan, kelebihan beda kas, dan lain-lain. Pendapatan yang paling besar berasal dari bunga pelunasan karena kegiatan utama Perum Pegadaian adalah berasal dari kegiatan perkreditan. 123
3. Harga Emas Dari hasil pengujian menunjukan bahwa variabel harga emas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit Rahn, yaitu dengan fluktuasi harga emas mempengaruhi penyaluran kredit gadai syariah (Rahn). Kenaikan harga emas turut mempengaruhi penyaluran kredit Rahn karena semakin tinggi harga emas maka penyaluran kredit Rahn juga semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa apabila harga emas mengalami kenaikan maka masyarakat akan cenderung untuk meminjam dana atau kredit kepada PT Pegadaian (Persero) dengan ekspektasi bahwa jumlah pinjaman yang diperoleh akan semakin besar sesuai dengan harga emas saat ini dan taksiran harga emas di PT Pegadaian (Persero) akan mengikuti harga pasar emas pada saat ini. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Aziz (2013:17), secara statistik harga emas mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit gadai golongan C PT Pegadaian cabang Probolinggo karena memiliki thitung 2,198 yang lebih besar daripada t tabel sebesar 2,039 nilai signifikansi (Sig.) untuk harga emas sebesar 0,036 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga emas mempengaruhi penyaluran kredit pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo khususnya kredit gadai golongan C. Kenaikan harga emas turut mempengaruhi penyaluran kredit gadai golongan C karena semakin tinggi harga emas maka penyaluran kredit gadai juga semakin meningkat.
124
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Secara Parsial Tingkat Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Penyaluran kredit Rahn karena berdasarkan hasil regresi model penelitian diperoleh hasil probabilitas t-statistik sebesar 0,8923 dan koefisien regresi Tingkat Inflasi sebesar 0,000264 dengan asumsi ceteris paribus. 2. Secara Parsial Pendapatan Pegadaian berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran kredit Rahn karena berdasarkan hasil probabilitas tstatistik sebesar 0,0269 dan koefisien regresi 0,300396 dengan asumsi ceteris paribus. 3. Secara Parsial Harga Emas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran kredit Rahn karena berdasarkan hasil regresi model penelitian diperoleh hasil probabilitas t-statistik sebesar 0,0000 dan koefisien regresi 1,072267 dengan asumsi ceteris paribus. 4. Secara bersama – sama variabel Tingkat Inflasi, Pendapatan Pegadaian dan Harga Emas berpengaruh secara signifikan terhadap Penyaluran kredit Rahn karena berdasarkan tabel diperoleh hasil F-statistik sebesar 14.87233 dengan nilai probabilitas (F-statistik) sebesar 0,000005 dengan asumsi ceteris paribus.
125
B. Saran 1. Bagi Perusahaan a. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, bahwa jumlah kredit yang disalurkan oleh PT Pegadaian Syariah di Indonesia dipengaruhi oleh indikator-indikator eksternal maupun internal seperti Inflasi, Pendapatan Pegadaian dan Harga Emas maka diperlukan langkah-langkah untuk lebih meningkatkan perhatiannya terhadap ketiga komponen tersebut, dengan harapan semakin stabilnya kondisi Pegadaian dan meningkatkan kembali peran Pegadaian untuk mengatasi masalah masyarakat dalam upaya menyelaraskan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. b. Perkembangan asumsi makro, terutama penurunan harga emas yang cukup siginifikan telah memberikan dampak negatif pada capaian kinerja perusahaan tahun 2013. Sehingga perusahaan diharapkan lebih kerja keras melalui serangkaian kebijakan strategis dan operasional yang harus dilakukan di tahun berikutnya, kinerja perusahaan tahun 2013 secara keseluruhan menunjukkan hasil yang positif. Meskipun target-target operasional dalam RKAP 2013 belum sepenuhnya dapat dicapai, akan tetapi laba bersih tahun 2013 masih mengalami sedikit pertumbuhan dibandingkan dengan tahun 2012. Penilaian pihak independen juga menunjukkan opini yang positif terhadap tingkat kesehatan perusahaan, kontrak manajemen dan penerapan Good Corporate Governance.
126
c. Pegadaian saat ini masih mempertahankan posisinya sebagai market leader di bisnis jasa gadai dengan penguasaan pasar hingga di atas 80% dari industri gadai Indonesia. Sesuai dengan komitmennya sebagai Penggerak Masa Depan Bangsa, Pegadaian harus melakukan adaptasi terhadap berbagai keinginan dan kebutuhan masyarakat untuk memberi solusi kebutuhannya. Seluruh layanan produk PT Pegadaian (Persero) sudah seharusnya diarahkan untuk menunjang aktivitas perekonomian yang lebih produktif. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya a. Mengingat variabel bebas yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi penyaluran kredit gadai diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini dengan mempertimbangkan variabel – variabel lain diluar variabel bebas dalam penelitian ini. b. Diharapkan pada penelitian selanjutnya, dilakukan pada Lembaga Non Perbankan lainnya dan menggunakan variabel yang berbeda sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum mengenai pengaruh penyaluran kredit. 3. Bagi pihak lain a. Pemerintah sudah seharusnya lebih banyak memperhatikan produk lembaga keuangan bank maupun nonbank yang berbasis syariah. Karena dengan banyaknya permasalahan ekonomi antara lain dilatar belakangi oleh akibat dari menganut paham konvensional. 127
b. Perkembangan produk-produk berbasis syariah kian marak di Indonesia. Namun, dengan begitu masih kalah banyak dengan produk-produk konvensional. padahal mayoritas penduduk di Indonesia adalah muslim. Pemerintah harus lebih mendukung program-program lembaga keuangan yang menggunakan produk syariah dalam membangun kesejahteraan masyarakat.
128
DAFTAR PUSTAKA Abdul Hamid, Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012. Ajija R, Shochrul dan Dyah W, Sri, dkk, “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Salemba Empat, 2011. Ali Hasan, M, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. Anshari, Abdul Ghofur, Gadai syariah di Indonesia : konsep, Implementasi dan Institusionalisasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2006. Arthesa, Ade dan Handiman, Edia, “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank”, Jakarta, PT Indeks Kelompok Gramedia, 2006. Aziz, Mukhlish Arifin, “Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah Nasabah, dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Gadai Golongan C (Studi pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo)”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, 2013. Burhanuddin, S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, cetakan pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Chatamarrasid, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cetakan ke-4, Jakarta: Kencana, 2008. Dipraja, Sholeh, “Siapa Bilang Investasi Emas Butuh Modal Gede”, Jakarta: PT, Bumi Aksara, 2011. Dondo, Wahyuningsih, “Suku Bunga Kredit Modal Kerja dan Tingkat Inflasi terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja Pada Bank Umum di Indonesia”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi, 2013. DSN-MUI, BI, Fatwa Dewan Syariah Nasional No, 09/DSN-MUI/IV/2000 lihat dalam “Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional”, 2003. Ghufron A, Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. Ghufron, Sofiniyah, Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syari’ah, Jakarta: Renaisan, 2007. Gujarati, Damodar, “Dasar-Dasar Ekonometrika jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2006.
129
Hamid, Mohamad Abdul dkk, Factors Affecting the Acceptance on Ar Rahnu (Islamic based Pawn Broking): A Case Study Of Islamic Banking In Malaysia, Jurnal Fakultas Ekonomi dan Managemen Universitas Kebangsaan Malaysia, 2014. Hamja, Yahya “Modul Ekonometrik” Jakarta,2008. Haroen, Nasrun, Fiqh Mumalah, Cetakan Pertama, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000. Hasan, Pegadaian, Jakarta: Akbar Media Suara, 2003. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Cetakan ke-8, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. ______, Dasar-Dasar Perbankan, Cetakan ke-10, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012. Khasanah, Ika Umiatul dkk, “Evaluasi Pengendalian Intern Atas Pemberian Kredit Gadai Pada Perum Pegadaian Cabang Tlogomas Malang”, Jurnal Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang, 2014. M, Firdaus NH, dkk, Mengatasi masalah dengan pegadaian syariah, Jakarta: Renaisan, 2005. Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Cetakan ke empat, Yogyakarta: Ekonisia, 2010. Pandia, Frianto’ Lembaga Keuangan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Purnomo, Ade, “Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Jumlah Nasabah, dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika Periode 2004-2008”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, 2009. Rais, Sasli, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta: UI Press, 2006. Rodoni, Ahmad, Lembaga Keuangan Syariah, Cetakan pertama, jakarta: Zikrul hakim, 2004. Saleh Al Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, Jakarta: Gema Insani, 2006. Samuelson, PA dan Nordhaus WD. Ilmu Makroekonomi. Edisi Tujuh Belas, Diterjemahkan oleh Gretta, Theresa Tanoto, BoscoCarvallo, dan Anna Elly, PT. Media Global Edukasi, Jakarta, 2004. Sariasih, Ni Wayan dan Dewi, Made Rusmala, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Non Performing Loan dan Inflasi terhadap Kredit yang disalurkan oleh 130
LPD Kabupaten Badung Periode Tahun 2008-2012”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Bali, 2013. Sholikul Hadi dan Muhammad, Pegadaian Syariah, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003. Soemitra, Andri, Bank dan lembaga keuangan syariah, Jakarta : Kencana, 2009. Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah: Membahas Ekonomi Islam, Cetakan Pertama, Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada, 2002. Syafi’i Antonio, Muhammad, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik , Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Syafi’I, Rahmat, Fiqh Muamalah , Bandung: CV Pustaka Setia, 2004. Tanuwidjaja, William, “Cara Cerdas Investasi Emas”, Yogyakarta: Media Pressindo, 2009. Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001. Undang-Undang Republik Indonesia, 1998, UU RI Nomor 10 Tahun 1998 Perbankan, Jakarta. Widiarti, Titi dan Sinarti, “Pengaruh Pendapatan, Jumlah Nasabah dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit pada Perum Pegadaian Cabang Batam Periode 2008-2012”, Jurnal Jurusan Managemen Politeknik Negeri Batam, 2013. Winarno, Wing Wahyu, ”Analisis ekonometrika dan statistika dengan Eviews”, Edisi ketiga, Sekolah Tinggi Ilmu Menejemen YKPN : Yogyakarta, 2011. Yigit, Taner M, “Effect of Inflation Uncertainty On Credit Market: A Disequilibrium Approach”, Jurnal Internasional, St, Louis University, 2013. Annual Report PT Pegadaian (Persero), 2004 s/d 2013, dikutip tanggal 12 September 2014. www.bi.go.id, “Tingkat Indeks Harga Konsumen”, dikutip tanggal 15 September 2014. www.bps.go.id “Tingkat Inflasi Indonesia”, dikutip tanggal 15 September 2014. www.antam.com, “harga emas tahun 2004-2013”, dikutip tanggal 25 Februari 2015.
131
LAMPIRAN Lampiran 1: Data Penelitian
TAHUN
Rahn (Juta Rupiah)
Inflasi (%)
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
308.709 591.087 964.056 1.613.520 2.689.541 4.473.135 7.822.599 11.122.405 11.535.454
17,11 6,6 6,59 11,06 2,78 6,96 3,79 4,3 8,38
Pendapatan Pegadaian (Juta Rupiah) 1.410.868 1.939.785 2.253.452 2.930.594 4.017.103 5.378.292 6.600.927 5.833.074 7.864.767
Harga Emas (Rupiah) 139.081 178.206 204.913 270.329 325.616 354.685 457.143 520.927 455.762
132
Lampiran 2: Data Penelitian setelah dilakukan Interpolasi
TAHUN
Rahn (Rupiah)
Inflasi (%)
2005.1 2005.2 2005.3 2005.4 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2008.1 2008.2 2008.3 2008.4 2009.1 2009.2 2009.3 2009.4 2010.1 2010.2 2010.3 2010.4 2011.1 2011.2 2011.3 2011.4 2012.1 2012.2 2012.3 2012.4 2013.1 2013.2 2013.3 2013.4
208.123.500.000 241.652.000.000 275.180.500.000 308.709.000.000 379.303.500.000 449.898.000.000 520.492.500.000 591.087.000.000 684.329.250.000 777.571.500.000 870.813.750.000 964.056.000.000 1.126.422.000.000 1.288.788.000.000 1.451.154.000.000 1.613.520.000.000 1.882.525.250.000 2.151.530.500.000 2.420.535.750.000 2.689.541.000.000 3.135.439.500.000 3.581.338.000.000 4.027.236.500.000 4.473.135.000.000 5.310.501.000.000 6.147.867.000.000 6.985.233.000.000 7.822.599.000.000 8.647.550.500.000 9.472.502.000.000 10.297.453.500.000 11.122.405.000.000 11.225.667.250.000 11.328.929.500.000 11.432.191.750.000 11.535.454.000.000
8,81 7,42 9,06 17,11 15,74 15,53 14,55 6,6 6,52 5,77 6,95 6,59 8,17 11,03 12,14 11,06 7,92 3,65 2,83 2,78 3,43 5,05 5,8 6,96 6,65 5,54 4,61 3,79 3,97 4,53 4,31 4,3 5,9 5,9 8,4 8,38
Pendapatan Pegadaian (Rupiah) 1.128.257.395.526 1.222.461.248.188 1.316.665.100.851 1.410.868.953.513 1.543.098.181.147 1.675.327.408.782 1.807.556.636.416 1.939.785.864.050 2.018.202.615.281 2.135.827.742.126 2.175.036.117.742 2.253.452.868.972 2.422.738.225.574 2.592.023.582.177 2.761.308.938.779 2.930.594.295.381 3.202.221.509.668 3.473.848.723.955 3.745.475.938.241 4.017.103.152.528 4.357.400.591.043 4.697.698.029.557 5.037.995.468.072 5.378.292.906.586 5.683.951.671.561 5.989.610.436.536 6.295.269.201.511 6.600.927.966.486 6.408.964.644.784 6.217.001.323.082 6.025.038.001.379 5.833.074.679.677 6.340.997.790.608 6.848.920.901.540 7.356.844.012.471 7.864.767.123.402
Harga Emas (Rupiah) 123.077 128.412 133.747 139.081 148.863 153.753 168.425 178.206 184.883 191.559 198.236 204.913 221.267 237.621 253.975 270.329 284.151 297.973 311.795 325.616 332.884 340.151 347.418 354.685 380.300 405.914 431.528 457.143 473.089 489.035 504.981 520.927 504.636 488.345 406.889 455.762 133
Lampiran 3: Transformasi data Rupiah ke dalam Logaritma Natural TAHUN 2005.1 2005.2 2005.3 2005.4 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2008.1 2008.2 2008.3 2008.4 2009.1 2009.2 2009.3 2009.4 2010.1 2010.2 2010.3 2010.4 2011.1 2011.2 2011.3 2011.4 2012.1 2012.2 2012.3 2012.4 2013.1 2013.2 2013.3 2013.4
LnRahn 26,06139749 26,21076451 26,34069308 26,45566492 26,66160251 26,83228673 26,97804132 27,10522905 27,251705 27,37944144 27,49269396 27,59441522 27,75006735 27,88472336 28,00338022 28,10943924 28,26363521 28,39720057 28,51501002 28,62039166 28,77379047 28,90675759 29,02410152 29,12911062 29,3007073 29,44712631 29,57481947 29,68803797 29,78829722 29,87941419 29,96291775 30,03998266 30,04922399 30,0583807 30,06745433 30,07644637
LnPendapatan 27,75169543 27,83188736 27,90612322 27,97522691 28,06481332 28,14702973 28,22299712 28,2935987 28,33322844 28,38987539 28,40806639 28,44348476 28,51591951 28,58345999 28,64672594 28,70622635 28,79486591 28,87628424 28,95156981 29,02158215 29,1028968 29,17809372 29,24802939 29,31339214 29,36866782 29,42104749 29,47081955 29,51823136 29,48871885 29,4583088 29,4269449 29,39456537 29,47805725 29,55511222 29,62665215 29,69341404
LnEmas 11,7205643 11,7629969 11,803702 11,8428148 11,9107786 11,9431033 12,0342444 12,0906948 12,1274763 12,1629529 12,1972138 12,2303397 12,3071251 12,3784327 12,4449922 12,5073966 12,5572617 12,6047579 12,6501001 12,6934753 12,7155483 12,7371446 12,7582844 12,7789864 12,8487148 12,9138965 12,9750882 13,0327504 13,0670381 13,1001891 13,1322762 13,1633656 13,1315927 13,098777 12,9162951 13,0297269
134
Lampiran 4: Uji Normalitas 7
Series: Residuals Sample 2005Q2 2013Q2 Observations 33
6 5 4 3 2 1
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.39e-17 -0.001438 0.051372 -0.041247 0.024795 0.239955 2.476322
Jarque-Bera Probability
0.693760 0.706890
0 -0.04
-0.02
0.00
0.02
0.04
0.06
135
Lampiran 5: Uji Multikolinearitas D(INFLASI)
D(PENDAPATAN)
D(EMAS)
D(INFLASI)
1.000000
0.006421
-0.238057
D(PENDAPATAN)
0.006421
1.000000
-0.258860
D(EMAS)
-0.238057
-0.258860
1.000000
136
Lampiran 6: Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.555038 12.48390 7.116551
Prob. F(9,23) Prob. Chi-Square(9) Prob. Chi-Square(9)
0.1880 0.1874 0.6250
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/04/15 Time: 01:34 Sample: 2005Q2 2013Q2 Included observations: 33 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C D(INFLASI) (D(INFLASI))^2 (D(INFLASI))*(D(LNPENDAPA TAN)) (D(INFLASI))*(D(LNEMAS)) D(LNPENDAPATAN) (D(LNPENDAPATAN))^2 (D(LNPENDAPATAN))*(D(LNE MAS)) D(LNEMAS) (D(LNEMAS))^2
8.12E-05 -6.48E-05 -1.45E-05
0.001765 0.000526 9.42E-06
0.045988 -0.123084 -1.543076
0.9637 0.9031 0.1365
0.003426 -0.003625 -0.000508 0.156092
0.006352 0.004739 0.018003 0.143785
0.539365 -0.764938 -0.028193 1.085593
0.5948 0.4521 0.9778 0.2889
-0.002754 -0.006440 0.089472
0.611015 0.049285 0.130410
-0.004507 -0.130674 0.686084
0.9964 0.8972 0.4995
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.378300 0.135026 0.000684 1.08E-05 199.6141 1.555038 0.187995
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.000596 0.000736 -11.49176 -11.03827 -11.33918 1.459639
137
Lampiran 7: Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.643562 5.403860
Prob. F(2,27) Prob. Chi-Square(2)
0.0894 0.0671
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 03/04/15 Time: 01:33 Sample: 2005Q2 2013Q2 Included observations: 33 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(INFLASI) D(LNPENDAPATAN) D(LNEMAS) C RESID(-1) RESID(-2)
-0.000832 -0.003023 -0.005353 0.000610 0.386176 -0.308480
0.001888 0.122174 0.174073 0.010484 0.194078 0.200469
-0.440484 -0.024740 -0.030752 0.058171 1.989801 -1.538787
0.6631 0.9804 0.9757 0.9540 0.0568 0.1355
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.163753 0.008893 0.024685 0.016452 78.63788 1.057425 0.405330
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
1.39E-17 0.024795 -4.402296 -4.130204 -4.310745 1.801601
138
Lampiran 8: Hasil Regreasi Ordinary Least Square (OLS) Dependent Variable: D(LNRAHN) Method: Least Squares Date: 03/04/15 Time: 01:02 Sample: 2005Q2 2013Q2 Included observations: 33 Variable D(INFLASI) D(LNPENDAPATAN) D(LNEMAS) C R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
Coefficient Std. Error -0.000264 0.300396 1.072267 0.059899 0.606069 0.565318 0.026046 0.019674 75.68716 14.87233 0.000005
0.001932 0.128868 0.180126 0.011000
t-Statistic
Prob.
-0.136578 2.331031 5.952869 5.445429
0.8923 0.0269 0.0000 0.0000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.121121 0.039506 -4.344676 -4.163281 -4.283642 1.347139
139