PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PENYIMPANGAN PERILAKU REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA DI KECAMATAN BEKASI TIMUR KOTA BEKASI TESIS
Disusun Oleh: RUSTIATI NIM : 2811011000049 Pembimbing : Dr. JEJEN MUSFAH, MA Dr. SUJIYO MIRANTO, M. Pd
PROGRAM PASCA SARJANA JURUSAN PAI FAKULTAS ILMU TARBIYAH KEGURUAN (FITK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN1436H. / 2015M.
i
ii
iii
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI A. PADANAN AKSARA Huruf Arab Huruf Latin ا ب B ت T ث Ts ج J ﺡ H خ Kh د D ذ Dz ر R ز Z س S ش Sy ص S ض D ط T ظ Z ع „ غ Gh ف F ق Q ك K ل L م M ن N ه H و W ء A ي Y
Keterangan Tidak dilambangkan Be Te Te dan es Je Ha dengan garis bawah Ka dan Ha De De dan Zet Er Zet Es Es dan Ye Es dengan garis bawah De dengan garis bawah Te dengan garis bawah Zet dengan garis bawah Koma terbalik di atas hadap kanan Ge dan Ha Ef Ki Ka El Em En Ha We Apostrof Ye
v
B. VOKAL Tanda Vokal Arab ◌-◌-◌-◌ ي-◌ و--
Tanda Vokal Latin A I U Ai Au
Keterangan Fathah Kasrah Dammah A dan i A dan u
C. VOKAL PANJANG Tanda Vokal Tanda Vokal Arab Latin ا-Â ي-Î و-Û
Keterangan A dengan Topi di atas I dengan Topi di atas U dengan Topi di atas
D. KATA SANDANG Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا, dialihaksarakan menjadi huruf (l), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun qamariyah. Contoh: al-syamsu bukan asy-syamsu dan al-jannah E. SYADDAH/TASYDID Syaddah/tasydîd dalam tulisan Arab dilambangkan dengan ◌, dalam alih aksara dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syiddah. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku pada huruf-huruf syamsiyyah yang didahului kata sandang. Misalnya kata مﻮﻨﻟاtidak ditulis an-naum melainkan al-naum F. TA MARBÛTAH Ta marbûtah jika berdiri sendiri dan diikuti oleh kata sifat (na’at) dialihaksarakan menjadi huruf (h). Namun, jika huruf tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf (t). Contoh: No Kata Arab 1 ﺔﺳرﺪﻣ 2 ﺔﯿﻣﻼﺳﻹا ﺔﻌﻣﺎﺠﻟا 3 دﻮﺟﻮﻟا ةﺪﺣو
Alih Aksara Madrasah Al-jâmi‟ah al-islâmiyyah Wihdat al-wujud
vi
ABSTRAK Rustiati. 2811011000049; Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah Terhadap Penyimpangan Perilaku Siswa Sekolah Menengah Atas Swasta Di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. 2015 Ide dari munculnya judul ini, karena banyaknya kasus yang berkaitan dengan perilaku siswa yang menyimpang baik dari norma agama atau hukum positif. Tesis ini membahas tentang pengaruh Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yakni perhatian orangtua (X1) dan lingkungan sekolah (X2) dan satu variabel terikat yakni Penyimpangan perilaku (Y). Hal yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku. Metode penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat kolerasional. Tempat penelitiannya adalah Sekolah Menengah Atas Swasta Di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku siswa SMA Swasta di Kota Bekasi. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh negatif antara perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku. Besarnya pengaruh perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku Siswa Sekolah Menengah Atas Swasta Di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi sebesar 18,23%. Ini menunjukkan bahwa perhatian orangtua memberikan kontribusi terhadap penyimpangan perilaku sebesar 18,23%. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh negatif antara lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku. Besarnya pengaruh lingkungan orangtua terhadap penyimpangan perilaku Siswa Sekolah Menengah Atas Swasta Di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi sebesar 15,60%. Ini menunjukkan bahwa lingkungan sekolah memberikan kontribusi terhadap penyimpangan perilaku sebesar 15,60%. Terdapat pengaruh negatif antara perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap penyimpangan perilaku, ini ditunjukan dengan besarnya koefisien korelasi -0,274. artinya besar korelasi yang terjadi antara perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap penyimpangan perilaku terkatagori rendah. Besarnya pengaruh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku Siswa Sekolah Menengah Atas Swasta Di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi sebesar 7,50%. Ini menunjukkan bahwa perhatian orangtua dan lingkungan sekolah memberikan kontribusi terhadap penyimpangan perilaku sebesar 7,50% Kata Kunci: Perhatian Orangtua, Lingkungan Sekolah dan Penyimpangan Perilaku.
vii
ABSTRACT Rustiati. 2811011000049; The Effect of parental attention and school environment toward deviant behavior at Private Senior High School in East Bekasi Bekasi City. 2015 The idea of the emergence of this title, because the number of cases related to student behavior that deviates from the norm either religion or positive law This thesis discussed the the effect of parental attention and school environment toward deviant behavior at private senior high school in east bekasi bekasi city. There were two independent variables in this study namely parental attention (X1) and school environment (X2). Additionally, there was one dependent variable which is deviant behavior (Y). This study was conducted in Senior High School. It was aimed to describe the extent to which parental attention and school environment toward deviant behavior. It employed quantitative method, particularly the correlational one. This study aims to determine the effect of parental attention and school environment against deviant behavior Private high school students in the city of Bekasi. This study finds out that there is a negative direct effect of X1 on Y. The results of this study indicate there is a direct negative influence on the deviant behavior of the parental attention. The magnitude of the effect of parental attention to the deviant behavior at Private Senior High School in East Bekasi Bekasi City is amounted to 18.23%. It means that parental attention contributes to the deviant behavior of 18.23%. This study finds out that there is a negative direct effect of X2 on Y. The results of this study indicate there is a direct negative influence on the deviant behavior of the school environment. The magnitude of the effect of school environment to the deviant behavior at Private Senior High School in East Bekasi Bekasi City is amounted to 15.60%. It means that parental attention contributes to the deviant behavior of 15.60%. Finally, this study also finds out that there is a negative of parental attention and school environment (together) to the deviant behavior, shown by correlation coefficient of -0.274. The relationship of X1 and X2 to Y is 7.50%. It means that parental attention and school environment contributes to the deviant behavior of 7.50%. Keywords: Parental Attention, School Environment and Deviant Behavior.
viii
ﺔﻳﺪﻴﻬﻤﺘﻟا ةﺬﺒﻨﻟا سراﺪﳌا ﰲ بﻼﻄﻟا كﻮﻠﺳ فاﺮﳓا ﻰﻠﻋ ﺔﻴﺳرﺪﳌا ﺔﺌﻴﺒﻟاو ﻦﻳﻮﺑﻷا مﺎﻤﺘﻫا ؛ ، 0811211222249ﰐﺎﻴﺘﺳور ﻲﺳﺎﻜﻴﺑ ﺔﻨﻳﺪﳌا ،ﺔﻴﻗﺮﺸﻟا ﻲﺳﺎﻜﻴﺑ ﺔﻘﻄﻨﻣ ﰲ ﺔﺻﺎﳋا ﺔﻴﻟﺎﻌﻟا . 2015 . وأ ﲏﻳﺪﻟا نﻮﻧﺎﻘﻟا ﰲ نﺎﻛ ءاﻮﺳ بﻼﻄﻟا كﻮﻠﺳ فاﺮﳓﺎﺑ ﺔﻘﻠﻌﺘﳌا ﺔﻴﻀﻘﻟا ةﺮﺜﻛ ﻮﻫ ةﺮﻜﻔﻟا ﻩﺬﻫ رﻮﻬﻇ ﺐﺒﺳ نإ ﻲﻌﺿﻮﻟا نﻮﻧﺎﻘﻟا . ناﲑﻐﺘﻣ ﺚﺤﺒﻟا اﺬﻫ ﰲو .ﻲﻛﻮﻠﺴﻟا فاﺮﳓﻻا ﻰﻠﻋ ﺔﻴﺳرﺪﳌا ﺔﺌﻴﺒﻟاو ﻦﻳﻮﺑﻷا مﺎﻤﺘﻫا ﺮﺛأ ﻦﻋ ﺚﺤﺒﺗ ﺔﻟﺎﺳﺮﻟا ﻩﺬﻫ ﻦﻳﻮﺑﻷا مﺎﻤﺘﻫا ﺎﳘ نﺎﻘﻠﻄﻣ ناﲑﻐﺘﳌﺎﻓ ،ﻲﻌﺒﺗ ﲑﻐﺘﻣو نﺎﻘﻠﻄﻣ ) (X1ﺔﻴﺳرﺪﳌا ﺔﺌﻴﺒﻟاو )(X2ﻮﻫ ﻲﻌﺒﺘﻟا ﲑﻐﺘﳌاو ، ﻲﻛﻮﻠﺴﻟا فاﺮﳓﻻا ) . (Yﺔﻴﺳرﺪﳌا ﺔﺌﻴﺒﻟاو ﻦﻳﻮﺑﻷا مﺎﻤﺘﻫا ﺔﻗﻼﻋ ىﺪﻣ ﻮﻫ ﺚﺤﺒﻟا ﻦﻣ ﻪﻓﺮﻌﻧ نأ ﺪﻳﺮﻧ يﺬﻟاو ﺔﻴﻟﺎﻌﻟا سراﺪﳌا ﻮﻫ ﺚﺤﺒﻟا نﺎﻜﻣو .ﻲﻃﺎﺒﺗرﻻا ﻲﻤﻜﻟا ﺞﻬﻨﳌا ﻮﻫ ﻪﻴﻠﻋ ﲑﺴﻧ يﺬﻟا ﺞﻬﻨﳌاو .ﻲﻛﻮﻠﺴﻟا فاﺮﳓﻻﺎﺑ ﻲﺳﺎﻜﻴﺑ ﺔﻨﻳﺪﳌا ،ﺔﻴﻗﺮﺸﻟا ﻲﺳﺎﻜﻴﺑ ﺔﻘﻄﻨﻣ ﰲ ﺔﺻﺎﳋا . ﺔﺻﺎﳋا ﺔﻴﻟﺎﻌﻟا سراﺪﳌا ﰲ بﻼﻃ كﻮﻠﺳ فاﺮﳓا ﻰﻠﻋ ﺔﻴﺳرﺪﳌا ﺔﺌﻴﺒﻟاو ﻦﻳﻮﺑﻷا مﺎﻤﺘﻫا ﺮﺛأ ﺔﻓﺮﻌﻣ ﺚﺤﺒﻟا ﻦﻣ فﺪﳍاو ﻲﺳﺎﻜﻴﺑ ﺔﻨﻳﺪﳌا ﰲ . مﺎﻤﺘﻫا ﺮﺛأ ﺔﻴﻤﻛ ﺖﻧﺎﻛو .ﻲﻛﻮﻠﺴﻟا فاﺮﳓﻻا ﻰﻠﻋ ﻦﻳﻮﺑﻷا مﺎﻤﺘﻫﻻ ًًﺎﻴﺒﻠﺳ ًًاﺮﺛأ كﺎﻨﻫ نأ ﻰﻠﻋ لﺪﺗ ﺚﺤﺒﻟا ﺔﺠﻴﺘﻧو ﻲﻫ ﻲﺳﺎﻜﻴﺒﻟا ﺔﻨﻳﺪﳌا ،ﺔﻴﻗﺮﺸﻟا ﻲﺳﺎﻜﻴﺒﻟا ﺔﻘﻄﻨﻣ ﰲ ﺔﺻﺎﳋا ﺔﻴﻟﺎﻌﻟا سراﺪﳌا ﰲ بﻼﻄﻟا كﻮﻠﺳ فاﺮﳓا ﻰﻠﻋ ﻦﻳﻮﺑﻷا ﺔﻴﻤﻜﻟﺎﺑ ﻲﻛﻮﻠﺴﻟا فاﺮﳓﻻا ﰲ مﺎﻬﺳإ ﻪﻟ ﻦﻳﻮﺑﻷا مﺎﻤﺘﻫا نأ ﻰﻠﻋ لﺪﻳ اﺬﻬﻓ . % 18،23 03،18 % . ﺔﺌﻴﺒﻟا ﺮﺛأ ﺔﻴﻤﻛ ﺖﻧﺎﻛو .ﻲﻛﻮﻠﺴﻟا فاﺮﳓﻻا ﻰﻠﻋ ﺔﻴﺳرﺪﳌا ﺔﺌﻴﺒﻠﻟ ًًﺎﻴﺒﻠﺳ ًًاﺮﺛأ كﺎﻨﻫ نأ ﻰﻠﻋ لﺪﺗ ﺚﺤﺒﻟا
ﺔﺠﻴﺘﻧو ﻲﺳﺎﻜﻴﺒﻟا ﺔﻨﻳﺪﳌا ،ﺔﻴﻗﺮﺸﻟا ﻲﺳﺎﻜﻴﺒﻟا ﺔﻘﻄﻨﻣ ﰲ ﺔﺻﺎﳋا ﺔﻴﻟﺎﻌﻟا سراﺪﳌا ﰲ بﻼﻄﻟا كﻮﻠﺳ فاﺮﳓا ﻰﻠﻋ ﺔﻴﺳرﺪﳌا ﺔﻴﻤﻜﻟﺎﺑ ﻲﻛﻮﻠﺴﻟا فاﺮﳓﻻا ﰲ مﺎﻬﺳإ ﻪﻟ ﻦﻳﻮﺑﻷا مﺎﻤﺘﻫا نأ ﻰﻠﻋ لﺪﻳ اﺬﻬﻓ 62،15 % .ﻲﻫ . % 15،60 ﺚﻴﲝ طﺎﺒﺗرﻻا ﻞﻣﺎﻌﻣ ﻪﻴﻠﻋ لً د ،ﻲﻛﻮﻠﺴﻟا فاﺮﳓﻻاو ًًﺎﻌﻴﲨ ﺔﻴﺳرﺪﳌا ﺔﺌﻴﺒﻟاو ﻦﻳﻮﺑﻷا مﺎﻤﺘﻫا ﲔﺑ ﱯﻠﺳ ﺮﺛأ
كﺎﻨﻫو ﻲﻛﻮﻠﺴﻟا فاﺮﳓﻻاو ًًﺎﻌﻴﲨ ﺔﻴﺳرﺪﳌا ﺔﺌﻴﺒﻟاو ﻦﻳﻮﺑﻷا مﺎﻤﺘﻫا ﲔﺑ طﺎﺒﺗرﻻا ﺔﻴﻤﻛ نأ ﻳأ -074،2 ،ﻪﺘﻴﻤﻛ نﻮﻜﻳ ﰲ ﺔﺻﺎﳋا ﺔﻴﻟﺎﻌﻟا سراﺪﳌا ﰲ بﻼﻄﻟا كﻮﻠﺳ فاﺮﳓا ﻰﻠﻋ ﺔﻴﺳرﺪﳌا ﺔﺌﻴﺒﻟاو ﻦﻳﻮﺑﻷا مﺎﻤﺘﻫا ﺮﺛأ ﺔﻴﻤﻛو .ﻒﻴﻌﺿ ﺔﻴﺳرﺪﳌا ﺔﺌﻴﺒﻟاو ﻦﻳﻮﺑﻷا مﺎﻤﺘﻫا نأ ﻰﻠﻋ لﺪﻳ اﺬﻬﻓ 52،7 % .ﻲﻫ ﻲﺳﺎﻜﻴﺒﻟا ﺔﻨﻳﺪﳌا ،ﺔﻴﻗﺮﺸﻟا ﻲﺳﺎﻜﻴﺒﻟا ﺔﻘﻄﻨﻣ ﺔﻴﻤﻜﻟﺎﺑ ﻲﻛﻮﻠﺴﻟا فاﺮﳓﻻا ﰲ مﺎﻬﺳإ ﺎﻤﳍ . % 7،50 ﻲﻛﻮﻠﺴﻟا فاﺮﳓﻻا ،ﺔﻴﺳرﺪﳌا ﺔﺌﻴﺒﻟا ،ﻦﻳﻮﺑﻷا مﺎﻤﺘﻫا :ﺔﻴﻠﻴﻟﺪﻟا ﺔﻴﻤﻠﻜﻟا .
ix
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmatNya kepada penulis terutama nikmat Iman, Islam serta sehat wal‟afiat, sehingga penulisan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja di Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi” dapat diselesaikan sesuai harapan. Sholawat serta salam tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Nabi Muhammad SAW, sahabat, keluarga dan umatnya hingga di akhir zaman. Banyak sekali pihak yang telah berpartisipasi dalam membantu menyelesaikan penulisan tesis ini baik yang bersifat moril maupun materiil, maka dengan ini, sudah sepantasnya penulis menyampaikan banyak terima kasih atas kerjasama, dorongan, pengarahan serta bimbingan Bapak dan Ibu dosen, khususnya dosen pembimbing. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA 2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Ketua Program Study Magister Dr. Fahriany, M.Pd, Sekretaris Program Study Magister Dr. Jejen Musfah, MA dan Azkia Muharrom Albantani, M.Pd.I yang telah banyak membantu dengan sabar dalam proses penyusunan tesis ini 4. Dr. Jejen Musfah, MA dan Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku pembimbing I dan II yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis 5. Dr. Sapiudin, MA, Dr. Khalimi, MA dan Dr. Sita Ratnaningsih, M.Pd selaku penguji yang telah sabar dalam menguji dan memberikan masukan demi kesempurnaan tesis ini 6. Seluruh dosen Program Study Magister PAI yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya 7. Kepala Sekolah dan guru-guru seluruh SMA Swasta Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian serta memberikan pelayanan yang sangat baik dalam memberikan data-data yang dibutuhkan
x
8.
Untuk kedua orangtuaku, bapak Suwenda dan Ibu Tarsinah yang telah memberikan curahan kasih sayang, perhatian yang luar biasa, (Robbighfirlii waliwali dayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shogiiroo) 9. Seluruh keluarga besarku yang telah banyak memberikan banyak motivasi kepada penulis 10. Teman-teman seperjuanganku mahasiswa magister PAI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2011 yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan motivasinya kepada penulis Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, mendukung, membimbing dan mengarahkan penulis hingga terselesainya tesis ini. Penulis sadar bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, semoga tesis ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembacanya.
Jakarta, 8 Juli 2015
Penulis
xi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TESIS ................................................ iii SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................ iv PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... v ABSTRAK ...................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... B. Identifikasi Masalah ..................................................................... C. Pembatasan Masalah ..................................................................... D. Perumusan Masalah....................................................................... E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 1. Tujuan Penelitian ..................................................................... 2. Manfaat Penelitian ...................................................................
1 8 8 8 9 9 9
BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Teori ............................................................................. 1. Penyimpangan Perilaku Siswa ................................................ a. Pengertian Penyimpangan ................................................... b. Faktor Penyebab Kenakalan ................................................ 2. Perhatian Orangtua .................................................................. a. Pengertian Perhatian ............................................................ b. Tugas dan Peran Orangtua ................................................... c. Bentuk Perhatian Orangtua .................................................. 3. Lingkungan Sekolah ................................................................. a. Pengertian Lingkungan ........................................................ b. Faktor Lingkungan............................................................... 4. Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................................... B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... C. Hipotesis Penelitian.......................................................................
10 10 10 16 18 18 20 25 28 28 33 35 36 40
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain dan Prosedur Penelitian ............................................... B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. C. Populasi dan Sampel................................................................. D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... E. Instrumen Penelitian. ................................................................ F. Uji Instrumen Penelitian. ......................................................... G. Teknik Analisis Data. ............................................................... H. Pengujian Statistik .................................................................... I. Hipotesis Statistik ....................................................................
41 42 43 44 44 50 52 54 55
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ...................................................... B. Deskripsi Data Penelitian ........................................................ C. Data Hasil Penelitian ................................................................ D. Pengujian Persyaratan Analisi Data ........................................ E. Hipotesis Penelitian .................................................................. F. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................
57 58 59 81 84 92
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................. 98 B. Implikasi .................................................................................. 99 C. Rekomendasi ............................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 101
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 3,2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10
Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13
Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20
Halaman Jumlah Siswa SMA Swasta ....................................................... 42 Jadwal Kegiatam Penelitian ....................................................... 42 Kisi-kisi Instrumen Perhatian Orangtua ................................... 45 Kisi-kisi Instrumen Lingkungan Sekolah ................................... 47 Kisi-kisi Instrumen Penyimpangan Perilaku .............................. 49 Jumlah Item Angket Uji Coba ................................................... 51 Nilai Reliabilitas Uji Coba ......................................................... 52 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 58 Responden Berdasarkan Pendidikan Orangtua ........................... 59 Responden Berdasarkan Status Pegawai Orangtua .................... 59 Skala Penafsiran Rata-rata .......................................................... 60 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku .............. 60 Hasil Deskriptif Penyimpangan Perilaku.................................... 61 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Perkelahian dan Pelecehan Seksual.................. 62 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Perusakan dan Pencurian .................................. 62 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Pencopetan dan Pemerasan .............................. 63 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku Dalam Indikator Pelacuran Dan Penyalahgunaan Obat Terlarang ..................................................................................... 63 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Hubungan Seks Sebelum Menikah................... 64 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Membolos Sekolah ........................................... 64 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Minggat Dari Rumah Dan Membantah Perintah Orangtua ....................................................................... 65 Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Masing-Masing Indikator.......... 65 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua ..................... 66 Hasil Deskriptif Perhatian Orangtua ........................................... 67 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator memberi anak penjelasan tentang manfaat belajar...... 68 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Mengetahui aktivitas yang dilakukan.......................... 68 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Mengetahui siapa teman-temannya ............................. 69 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Mengetahui Perkembangan Sosialnya ........................ 69
xiv
Tabel 4.21
Tabel 4.22
Tabel 4.23 Tabel 4.24
Tabel 4.25
Tabel 4.26
Tabel 4.27 Tabel 4.28 Tabel 4.29 Tabel 4.30 Tabel 4.31 Tabel 4.32 Tabel 4.33 Tabel 4.34 Tabel 4.35 Tabel 4.36 Tabel 4.37 Tabel 4.38 Tabel 4.39 Tabel 4.40 Tabel 4.41 Tabel 4.42 Tabel 4.43 Tabel 4.44 Tabel 4.45
Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Mendampingi Anak Dalam Mengerjakan Pekerjaan Rumah ........................................................................ Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator menyediakan tempat belajar yang nyaman dan kondusif ...................................................................................... Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Menyediakan sumber-sumber belajar ......................... Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Menyediakan Peralatan yang dapat Mendukung Aktivitas Belajar ......................................................................... Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Membicarakan Tentang Kebutuhan Anak-Anak Yang Diinginkan ......................................................................... Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Meluangkan Waktu Untuk Berbincang-Bincang Dengan Anak-Anak .................................................................... Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Dibiasakan Hidup Disiplin .......................................... Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Memberikan Reward And Punisment.......................... Rangkuman Hasil Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Masing-Masing Indikator ................................. Jawaban Responden terhadap Lingkungan Sekolah .................. Hasil Deskriptif Lingkungan Sekolah......................................... Jawaban Responden pada Dimensi Sarana dan Prasarana Belajar ......................................................................................... Jawaban Responden pada Dimensi Sumber-sumber Belajar ......................................................................................... Jawaban Responden pada Dimensi Media Belajar .................... Jawaban Responden pada Dimensi Hubungan Siswa dengan Teman-temanya .............................................................. Jawaban Responden pada Dimensi Hubungan Siswa dengan Guru-gurunya ................................................................. Jawaban Responden pada Dimensi Hubungan Siswa dengan Staf Sekolah.................................................................... Jawaban Responden pada Dimensi Suasana Sekolah ................ Jawaban Responden pada Dimensi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler .................. Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden terhadap Lingkungan Sekolah dalam Masing-Masing Indikator .............. Hasil Uji Normalitas Variabel Penyimpangan Perilaku ............. Hasil Uji Normalitas Variabel Perhatian Orangtua .................... Hasil Uji Normalitas Variabel Lingkungan Sekolah .................. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ...................................... Hasil Uji Linieritas Data Variabel X1 atas Variabel Y ...............
xv
70
70 71
72
72
73 73 74 74 75 76 76 77 77 78 78 79 79 80 80 81 82 82 83 83
Tabel 4.46 Tabel 4.47 Tabel 4.48 Tabel 4.49 Tabel 4.50 Tabel 4.51 Tabel 4.52 Tabel 4.53 Tabel 4.54 Tabel 4.55 Tabel 4.56 Tabel 4.57 Tabel 4.58
Tabel 4.59
Hasil Uji Linieritas Data Variabel X2 atas Variabel Y ............... Rangkuman Hasil Uji Linieritas ................................................. Hasil Uji Multikolinieritas .......................................................... Persamaan Regresi Y atas X1...................................................... Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1............................ Koefisien Determinasi Perhatian orangtua terhadap Penyimpangan perilaku............................................................... Persamaan Regresi Y atas X2...................................................... Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X2............................ Koefisien Determinasi Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku .............................................................. Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2.......................................... Uji Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 ................................... Rangkuman Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial dan Ganda ......................................................... Koefisien Determinasi Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah Secara Bersama-sama terhadap Penyimpangan Perilaku .............................................................. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis......................................
xvi
83 84 84 85 85 86 87 87 88 89 89 90
91 91
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Desain Penelitian ..................................................................... Gambar 4.2 Model Determinasi Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat .................................................................................. Gambar 4.3 Diagram Batang Rata-rata Masing-Masing Indikator pada Variabel Perhatian Orangtua ................................................... Gambar 4.4 Diagram Batang Rata-rata Masing-Masing Dimensi pada Variabel Lingkungan Sekolah .................................................. Gambar 4.5 Diagram Batang Rata-rata Masing-Masing Indikator Pada Variabel Penyimpangan Perilaku .............................................
xvii
41 91 93 94 95
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran
1 2 3 4 5
Instrumen Penelitian .................................................................. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ......................................... Data Hasil Penelitian. ............................................................... Hasil Perhitungan Data dengan Program SPSS ......................... Surat Izin Penelitian ...................................................................
xviii
103 110 137 146 155
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah sekolah pendidikan tingkat menengah di mana umumnya siswa Sekolah Menengah Atas berusia 16-18 tahun, ini artinya secara fisik siswa sudah masuk remaja atau dewasa namun secara psikis masih memerlukan bimbingan dan arahan dari orangtua dan guru. Gambaran siswa yang ada di Kota Bekasi sebenarnya tidak berbeda jauh dengan Kota lainnya di Seluruh NKRI. Bekasi sebagai kota penyangga dari kota Metropolitan akan berimbas pada kota-kota di sampingnya. Secara kultur kota Bekasi adalah kota agamis, dengan indikator banyak sekolah berbasis agama, seperti pesantren dan madrasah. Berdasarkan pada perkembangan global arus informasi yang tidak dapat dibendung, namun hanya dapat memfilterisasi saja, maka sudah menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk Pemda Kota Bekasi. Penyimpangan perilaku siswa yang dilakukan siswa-siswa yang berada di Wilayah Kota Bekasi, khususnya SMA PGRI 1 dan SMA Muhammadiyah merupakan imbas atau dampak dari arus informasi yang terjadi pada belahan dunia lain, artinya siswa melakukan penyimpangan tersebut karena telah ada contoh yang dilihat sehingga seolah-olah perbuatan tersebut menjadi trendi atau sedang disukai oelh anak-anak remaja. Oleh karena itu peran dan perhatian orangtua terhadap anaknya harus benar-benar, mengingat kesibukan orangtua juga yang memiliki waktu sedikit untuk berkomunikasi dengan anaknya. Gambaran sekilas di atas yang dipaparkan penulis mengenai SMA yang berada di Kota Bekasi tidak lepas dari faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi emosi dan perilakunya, sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan perialku yang dianggap tidak wajar atau menyimpang. Untuk itu penulis akan menjelaskan secara rinci melalui latar belakang masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyebabkan sejumlah perubahan dan perkembangan di berbagai bidang kehidupan masyarakat, baik pola pikir, cara pandang, gaya hidup, sistem berkomunikasi, aplikasi interaksi, model bergaul, dan sebagainya. Demikian pula dengan kondisi tatanan kehidupan masyarakat telah bergeser dari sistem tradisional ke sistem modern. Melirik kondisi realitas yang semakin hari semakin berubah, maka tak seorang pun dapat menahan lajunya arus perkembangan globalisasi dan modernisasi dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Upaya yang dapat dilakukan manusia terhadap kemajuan globalisasi ini adalah dengan cara menyaring atau memfilterisasi segala macam suguhan dunia modern agar tidak terlena, terbawa arus dan salah kaprah. Bagi generasi tua, problema globalisasi dan modernisasi bukan persoalan mendasar lagi, karena telah cukup merasakannya. Namun, bagi generasi muda; khususnya remaja, masalah kemajuan IPTEK, globalisasi atau modernisasi merupakan suatu problem atau persoalan tersendiri di alam modern.
1
2
Secara umum remaja dapat dilihat dan diamati sebagai suatu fase dalam siklus pembentukan kepribadian manusia. Fase remaja ini mempunyai ciri-ciri tersendiri yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Ciri-ciri yang menonjol dari fase remaja yang tertuang dalam pola-pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda, di antaranya kemurnian idealismenya, keberanian, dan keterbukaan dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan baru, memiliki semangat pengabdian, spontanitas, dinamis, inovatif serta kreatif. Umumnya para remaja menggunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dengan kegiatan-kegiatan yang positif yang berguna bagi dirinya maupun bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada dari sebagian remaja yang sikap dan perilakunya mengarah pada perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut biasa berwujud perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma hukum, sosial dan agama seperti; perkelahian antara pelajar (tawuran), penyalahgunaan obatobatan terlarang, membolos dari sekolah, penodongan, dan melakukan berbagai tindak pidana lainnya. Perbuatan yang demikian jelas menimbulkan masalah dan kerugian bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan negara. Istilah penyimpangan perilaku remaja dalam hal ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih kepada istilah kenakalan remaja/siswa. Kenakalan remaja merupakan penyimpangan perilaku remaja terhadap kaidah, norma, atau aturan agama, sosial dan masyarakat, artinya apabila remaja tersebut telah melanggar norma atau kaidah di atas, maka dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja atau telah melakukan penyimpangan perilaku. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku antara lain kesalahan sistem pengajaran di sekolah yang kurang menanamkan sistem nilai, transisi kultural, kurangnya perhatian orangtua, dan kurangnya kepedulian masyarakat pada masalah remaja. Untuk mengatasi permasalahan remaja tersebut perlu dilakukan secara sistemik dan komprehensip melalui lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan melalui kebijakan pemerintah. Mengatasi masalah kenakalan remaja perlu adanya kerjasama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah secara terintegrasi sehingga permasalahan yang dihadapi para remaja dapat ditanggulangi secara tuntas. Salah satu penyebab anak usia sekolah nakal karena tidak memiliki sistem nilai sebagai pedoman dalam kehidupannya. Dengan demikian, siswa sangat mudah untuk mengadopsi sesuatu yang ada di masyarakat tanpa menyaring terlebih dahulu. Untuk itu sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal harus mengubah sistem pengajaran yang lebih menekankan pada aspek kognitif, ke sistem pengajaran yang seimbang antara kognitif, afektif dan psikomotor. Perpaduan ketiga aspek tersebut akan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penggarapan aspek afektif (sikap, minat, sistem nilai, apresiasi) akan berdampak positif terhadap perilaku siswa. Setiap siswa pada dasarnya memiliki sistem nilai, jika sistem nilai ini diklarifikasikan maka akan mempengaruhi perilaku siswa baik secara individu maupun secara berkelompok. Penanaman sistem nilai kepada siswa di sekolah hendaknya dengan berbagai strategi dengan melibatkan semua guru bidang
3
studi. Menanggulangi masalah kenakalan remaja khususnya di sekolah perlu kerjasama antara guru Agama, guru Pendidikan Moral/budi pekerti, dan guru Bimbingan Konseling (BK). Guru agama dalam menjelaskan masalah kenakalan remaja (perilaku menyimpang, misalnya; penggunaan narkotik, minuman keras, sex bebas, dll.) bisa dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk mencari ayat Al-Quran dan hadist nabi yang berkaitan dengan masalah tersebut, sehingga siswa akan memahami betul isi dari ajaran agama yang diyakininya berkaitan dengan permasalahan. Strategi pemberian tugas tersebut diharapkan siswa akan mengerti, menyadari, dan memahami dengan penuh makna apa yang dipelajari sehingga siswa taat akan agamanya, serta mengetahui akibat jika melakukan tindakan yang salah. Dalam hal ini agama Islam dengan tegas melarang umatnya minum minuman keras. Agama Islam menganjurkan pada umatnya agar sesama manusia untuk saling mengenal, menolong, dan bekerjasama bukan untuk saling berkelahi, karena dengan saling tolong menolong dan bekerjasama akan mendatangkan suatu keuntungan. Guru Bimbingan Konseling (BK) sangat berperan dalam menangani masalah siswa (remaja), melaui guru BK diharapkan siswa mau menyampaikan masalah yang dihadapinya, karena BK memiliki keahlian khusus dalam bidang psikologi. Pendekatan yang digunakan haruslah humanis melalui sentuhan jiwa (rohani). Dengan demikian, diharapkan BK dapat dijadikan tempat berdialog para siswa dalam mengahadapi suatu persoalan. Dengan pendekatan personal ini maka siswa merasa dilindungi (diperhatikan). Keluarga sebagai tempat pendidikan anak pertama harus lebih peka terhadap perkembangan perilaku anaknya. Dengan demikian, diharapkan anak dapat berkembang sesuai dengan nilai, norma yang berlaku. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut orangtua harus menanamkan nilai dan norma agama dalam diri anak sedini mungkin, Agamalah yang dapat mengendalikan perilaku manusia, jika melakukan ajaran agama dengan baik maka baiklah perilakunya tersebut. Orangtua harus dapat meluangkan waktunya untuk berkumpul dengan anaknya dalam rangka memahami, mengetahui kebutuhan psikis maupun fisik serta permasalahan yang dihadapi anaknya, memecahkan permasalahan yang dihadapi anaknya yang sudah remaja hendaknya melibatkan seluruh anggota keluarga, orangtua juga harus mengetahui teman-teman dekat anaknya. Hal ini dilakukan agar dapat lebih mudah mengontrol anaknya, apakah temanya tersebut baik atau tidak. Kehadiran anak adalah anugerah dari sang pencipta, orangtua yang melahirkan anak harus bertangung jawab terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah tangga. Keikutsertaan orangtua dalam mendidik anak merupakan awal keberhasilan orangtua dalam keluarganya apabila sang anak menuruti perintah orangtuanya terlebih lagi sang anak menjalani didikan sesuai dengan perintah agama. Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada
4
diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut. Tidak hanya karena faktor organ akan tetapi usia sangat mempengaruhi terhadap tindakan seorang remaja untuk melakukan penyimpangan. Berdasarkan laporan BKKBN bahwa meningkatnya jumlah kasus seks bebas menyebabkan makin tingginya jumlah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada remaja menunjukkan kecenderungan meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun. Bahkan beberapa survei yang dilakukan pada sembilan kota besar di Indonesia menunjukkan, KTD mencapai 37.000 kasus, 27 persen di antaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persen adalah pelajar. Masa remaja adalah periode transisi dari anak-anak ke dewasa. Menurut Hurlock (2011:206) masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Remaja mulai banyak terpengaruh faktor lingkungan dan sudah memiliki sosok yang dimaunya seperti penyanyi top, politisi, tokoh agama dan lainnya. Usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan dalam aspek kognitif, emosi dan sosial. Namun proses pematangan fisik pada remaja terjadi lebih cepat dari proses pematangan psikologinya. Hal ini sering menyebabkan berbagai masalah. Di satu sisi remaja sudah merasa matang secara fisik dan ingin bebas dan mandiri. Di sisi lain mereka tetap membutuhkan bantuan, dukungan, serta perlindungan orangtua. Orangtua sering tidak paham dengan perubahan yang terjadi pada remaja sehingga tidak jarang terjadi konflik di antara keduanya, karena merasa tidak dimengerti remaja seringkali memperlihatkan tindakan agresif yang dapat mengarah pada perilaku yang negatif. Penyimpangan perilaku remaja dalam kehidupan sehari-hari, banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti perhatian orangtua terhadap anaknya, mengingat di zaman modern sekarang ini, baik ayah atau ibunya sudah samasama sibuk dengan pekerjaannya masing-masing di kantor, sehingga kesempatan anak untuk kumpul bareng dengan ayah dan ibu sudah jarang, hal inilah yang menyebabkan anak akan kehilangan tempat pengaduan dan keluhkesahnya dalam menjalani hidup ini, yang pada akhirnya anak akan mengisi kekosongan hidupnya dengan berkumpul atau berteman dengan anak yang sebaya atau bahkan lebih tua. Dari sinilah awal terjadinya penyimpangan perilaku remaja, karena remaja butuh perhatian sehingga ia melakukan sesuatu yang kurang baik misalnya: terlibat tawuran, narkoba, pergaulan bebas, bahkan kasus kriminal seperti pencurian. Anak melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan agama, maupun hukum, semata-mata agar orangtuanya memperhatikan dirinya secara utuh.
5
Berdasarkan laporan beberapa media cetak seperti yang dilaporkan harian koran kompas (15 April 2013) bahwa kasus-kasus kenakalan anak dan remaja sering menimbulkan pro dan kontra di antara pihak penegak hukum dan pemerhati dunia anak. Lihat saja kasus Pemerkosaan dengan tipu daya terhadap remaja putri oleh kenalannya di media sosial yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya kian mengkhawatirkan. Kejahatan yang terindikasi muncul pada 2010 ini jumlahnya bertambah setiap tahun. Belakangan, kejahatan itu dilakukan oleh geng. Kualitasnya pun meningkat, dari biasanya dilakukan satu pelaku, menjadi pemerkosaan yang dilakukan oleh geng remaja. Kasus pemerkosaan yang dilakukan kelompok atau geng ini terjadi pada bulan Maret di wilayah Jakarta Timur, sebanyak dua kasus. Satu kasus menimpa siswi SMP berinisial ES (13) dan kasus lainnya menimpa siswi SMK berinisial NR (15). Keduanya diperkosa lantaran bertemu teman laki-laki yang dikenalnya melalui media sosial Facebook. Menurut kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala, baru kali ini muncul pemerkosaan dilakukan oleh geng remaja. Kejahatan geng remaja ataupun pemuda selama ini sebatas terjadi pada kasus narkoba dan tawuran. Berdasarkan catatan Kompas, Pada 2012, SS (15), anak dari keluarga pengusaha, berperawakan tinggi dan berparas oriental, dibawa lari kenalannya di Facebook berinisial BH alias Mika (32). Cita-citanya menjadi model dimanfaatkan Mika dengan menjanjikan SS sebagai model asalkan pergi dengannya. Total 11 hari SS menghilang, dia dibawa pelaku menginap di motel dan indekosnya di Tanjung Duren, Jakarta Barat. SS termakan doktrin pelaku untuk bisa jadi model terkenal. Selama itu, SS difoto bugil dan disetubuhi pelaku. Dari beberapa korban yang ditangani, menurut Liza Marielly Djaprie, psikolog yang menangani beberapa korban pemerkosaan, tak muncul insting survival pada diri mereka, seperti melarikan diri atau berteriak saat bersama pelaku. Kondisi kehidupan di Jakarta yang berorientasi pada konsumsi, kata Liza, juga diperkirakan membuat anak semakin mudah dimanipulasi dengan iming-iming. Sementara itu, Sosiolog UI, Imam B Prasodjo, yang giat membina kelompok pemuda, mengungkapkan, remaja dan pemuda di dalam geng itu tak hanya terfokus pada masalah tawuran dan narkoba. Dalam kehidupannya, mereka juga dekat dengan seks. Oleh karena itu, pemerintah tidak bisa tutup mata. Kedua orangtua yaitu Ayah dan Ibu adalah guru juga, yang sama penting peranannya di lingkungan keluarga. Dalam mendidik, hendaknya orangtua menggunakan pendekatan yang bersifat kasih sayang. Peranan orangtua sama pentingnya harus mendukung dalam sebuah pendidikan di sekolah, orangtua sama layaknya seperti guru-guru dalam sekolah yang digugu dan ditiru. Dalam sebuah proses pendidikan dan perkembangan siswa dalam sebuah akademi pendidikan orangtualah yang lebih banyak memberikan kontribusi terhadap keberhasilan anaknya, karena waktu siswa di sekolah lebih sedikit dari pada waktu siswa dalam lingkungan keluarga. Sebagai orangtua yang cerdas dan dapat mengemban amanat seharusnya orangtua dapat membagi waktu dengan seimbang antara mencari materi dengan memperhatikan perkembangan
6
pendidikan anak. Namun terkadang kedua orangtua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, sehingga anak akan diasuh dan dididik oleh seorang pembantu rumah tangga. Orangtua di mata anak adalah model yang harus ditiru dan diteladani, sebagai model seharusnya orangtua memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orangtua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu Islam mengajarkan kepada orangtua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anaknya. Kurangnya perhatian dan dukungan dari orangtua dapat menyebabkan anak malas, acuh tak acuh dan kurang minat dalam belajar. Orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga kontrol dan bimbingan terhadap anak dalam sangat kurang dapat menyebabkan anak kurang bergairah dalam belajar. Anak membutuhkan rangsangan, motivasi, bimbingan atau dukungan dari orangtua. Untuk memberikan dukungan ini hendaknya orangtua melakukan berbagi usaha, di antaranya membimbing anak dalam belajar, membelikan buku-buku yang belum dimiliki, memberikan pujian dan kasih sayang. Dukungan dari orangtua sangat penting dalam membangkitkan minat dan rangsanagn anak untuk belajar. Kasus-kasus yang terjadi di berbagai daerah khususnya di kota metropolitan, salah satu faktor penyebabnya adalah kesibukan orangtua terhadap pekerjaannya, yang menyebabkan sulitnya anak untuk berkomunikasi yang pada akhirnya anak akan mencari sesuatu sebagai pengganti dari orangtunya tersebut, maka anak akan berkenalan dengan orang yang lebih memperhatikan dirinya ketimbang ibunya. salah satu contoh penggunaan obat narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza). Berdasarkan catatan Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya yang dilaporkan Koran Kompas(Kamis, 07 Maret 2013) jumlah pengguna napza di kalangan remaja dalam tiga tahun terakhir terus naik. Pada tahun 2011, siswa SMP pengguna napza berjumlah 1.345 orang. Tahun 2012 naik menjadi 1.424 orang, sedangkan pengguna baru pada Januari-Februari 2013 tercatat 262 orang. Di kalangan SMA, pada 2011 tercatat 3.187 orang, tahun berikutnya menjadi 3.410 orang. Adapun kasus baru tahun 2013 tercatat 519 orang. Menurut Kepala Bagian Pengawasan dan Pengendalian Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Sri Hastuti mengatakan, kerentanan remaja dipengaruhi faktor lingkungan. Kondisi mental remaja yang biasanya ingin tahu dan labil, jika ditambah pergaulan yang tidak sehat, bisa menjerumuskan mereka ke praktik penyalahgunaan napza. "Situasinya lebih parah kalau keluarga tidak memperhatikan anak-anak," ujar Sri. Orangtua memegang peranan penting sebagai penyambung dan penafsir kehidupan masyarakat dan kebudayaan terhadap anaknya. Anak mempelajari status sosial dalam lingkungan keluarga melalui perbuatan dan pola berpikir dan perbuatan orangtuanya. Ketidakberdayaan anak pada waktu kecil membuatnya lebih banyak bergantung pada orang di sekitarnya. Pada saat anak menginjak usia kanak-kanak ataupun remaja, lingkungan keluarga tetap memegang peranan penting, sebagai pembentuk karakter, moral, akhlak, dan kepribadian anak.
7
Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku menyimpang siswa adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar dan sebagainya. Lingkungan sosial sekolah menyangkut hubungan siswa dengan kawankawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan sebagainya. Lingkungan sekolah pada latar penelitian yang dilakukan penulis di SMA Kota Bekasi, sangat kompleks mengingat sekolah tersebut berdekatan dengan pusat keramaian yaitu pasar, sehingga memudahkan terjadinya berbagai penyimpangan perilaku, seperti merokok, bergaul dengan anak-anak pasar yang tidak bersekolah, membolos. Gambaran selintas bahwa pasar merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki kebutuhan beragam, namun yang perlu diwaspadai bahwa dari berkumpulnya banyak orang dapat menyebabkan terjadinya interaksi sosial yang kurang kondusif. Peranan guru dalam proses pembelajaran yang merupakan bagian dari lingkungan sekolah sangat berperan perilaku siswanya, apabila guru melakukan pendekatan yang salah terhadap siswa, maka akan membuat siswa kecewa, misalnya dalam penanganan suatu masalah/kasus yang dihadapi siswa, terkadang guru akan memvonis siswa tersebut bersalah, tetapi bila dilakukan pendekatan secara personal dan menggali akar permasalahan yang terjadi yang sebenarnya, maka siswa akan bercerita dan berterus terang atas masalah yang dihadapinya. Penelitian awal yang dilakukan penulis pada beberapa SMA Swasta yang berada di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi, di mana kasus-kasus terjadinya penyimpangan perilaku sudah tampak jelas dari cara bergaul siswasiswa, ketika mereka jam Istirahat terutama di ruang Kantin Sekolah, begitu pula motivasi siswa terhadap belajar masih sangat rendah dengan indikator ketika bel berbunyi untuk jam masuk ke kelas, mereka masuk ke ruang kelas dengan santainya, tanpa merasa mereka bersalah, padahal jam bel masuk sudah berbunyi. Sementara perhatian orangtua denga anaknya juga masih kurang harmonis, dengan indikator siswa kurang terbuka dalam mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya. Beberapa kasus yang terjadi di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi, seperti yang tergambar berikut ini: 1. Mencuri Hp dan uang di dalam kelas, dan telah ditangani oleh guru BP dengan membuat Surat Perjanjian disaksikan oleh orangtua. 2. Kabur dari sekolah sebelum waktu belajar berakhir, dan telah ditangani oleh guru BP dengan membuat Surat Perjanjian disaksikan oleh orangtua. 3. Menyebarkan informasi yang tidak bermanfaat, dan telah ditangani oleh guru BP dengan membuat Surat Perjanjian. 4. Bolos sekolah, dan telah ditangani oleh guru BP dengan membuat Surat Perjanjian disaksikan oleh orangtua.
8
Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa beberapa kasus penyimpangan perilaku siswa, terjadi akibat berbagai faktor yang menyelimuti psikologis siswa terutama faktor lingkungan sekolah dan perhatian orangtua. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas diduga ini terjadi karena kurangnya perhatian orangtua dan lingkungan sekolah, maka ketertarikan penulis untuk mengkaji lebih jauh, sehingga penulis membuat judul tesis mengenai: “Pengaruh Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja di Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Penyimpangan perilaku siswa apabila tidak dapat ditangani dengan segera, maka dampak yang akan dimunculkan oleh siswa tersebut dapat berupa tindakan kekerasan fisik pada orang lain seperti perkelahian pelajar dan tindak asusila. 2. Perhatian orangtua yang kurang maksimal, maka anak akan merasa asing di dalam rumahnya sendiri, sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah seperti; perkelahian, obat-obatan terlarang, pencurian dan lain-lain. Apabila perhatian orangtua tercurah kepada anak, maka anak tersebut akan merasa nyaman, aman dan bahagia, di mana memiliki tempat untuk mencurahkan hatinya. 3. Lingkungan sekolah yang kurang baik dapat mempengaruhi siswa terutama perilaku dan akhlaknya, yang secara etika melanggar peraturan sekolah bahkan norma agama. 4. Pendidikan agama, yang kurang maksimal dapat mempengaruhi kehidupan anak baik di dunia dan di akhirat kelak. Dan tanpa pendidikan agama, maka seseorang akan banyak menghadapi cobaan dan godaan yang tidak akan mampu untuk dihadapinya. C. Pembatasan Masalah Merujuk atas identifikasi masalah di atas, maka agar penelitian ini terfokus, maka pembatasan penelitian perlu dilakukan, batasan yang dimaksud terhadap variabel penelitian yaitu: 1. Penyimpangan Perilaku (Y) sebagai variabel terikat 2. Perhatian Orangtua (X1) sebagai variabel bebas 3. Lingkungan Sekolah (X2) sebagai variabel bebas D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang diajukan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku remaja di SMA swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi?
9
2. Apakah terdapat pengaruh lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku remaja di SMA swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi? 3. Apakah terdapat pengaruh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap penyimpangan perilaku remaja di SMA swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis: a. Pengaruh perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku remaja. b. Pengaruh lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku remaja. c. Pengaruh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersamasama terhadap penyimpangan perilaku remaja 2. Manfaat Penelitian a. Kegunaan Penelitian secara Teoritis 1) Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan ilmu manajemen atau administrasi pendidikan, sehingga penulis dapat menguji kebenaran dari suatu teori yang berkaitan dengan variabel perhatian orangtua, lingkungan sekolah dan penyimpangan perilaku. 2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan pustaka oleh mahasiswa pascasarjana yang sedang menyusun tesis. b. Kegunaan Penelitian secara Praktis 1) Bagi Guru. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai umpan balik (feed back), sehingga dapat memberikan masukan kepada guru dalam meningkatkan pendidikan akhlak, moral dan budi pekerti, bahwa faktor perhatian orangtua dan lingkungan sekolah sangat berperan. 2) Bagi Kepala Sekolah. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam meningkatkan pendidikan akhlak, moral dan budi pekerti, artinya kepala sekolah dapat mempertimbangkan dan mengambil langkah-langkah yang tepat berdasakan hasil penelitian tersebut dan dapat merealisasikannya. 3) Bagi Kantor Dinas Terkait. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan masukkan dalam menentukan peraturan atau kebijakan dalam meningkatkan pendidikan akhlak, moral dan budi pekerti ke arah yang lebih baik, terutama dalam pencegahan terhadap penyimpangan perilaku remaja.
BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Teori Penelitian ini membahas tentang penyimpangan perilaku siswa SMA yang berada di Kota Bekasi. Bab 2 ini memberikan gambaran tentang variabel yang diduga dapat menimbulkan terjadinya penyimpangan perilaku pada siswa, yaitu; variabel perhatian orangtua dan lingkungan sekolah. Oleh sebab itu penulis akan menjelaskan ketiga variabel tersebut yaitu; variabel penyimpangan perilaku, variabel perhatian orangtua dan variabel lingkungan sekolah. 1. Penyimpangan Perilaku Siswa a. Pengertian Penyimpangan Perilaku Sebelum menjelaskan tentang pengertian penyimpangan perilaku remaja dalam hal ini adalah siswa SMA yang nota bene adalah remaja, sebagai berikut: Para ahli psikologi, berpendapat bahwa remaja ada di antara golongan anak dan orang dewasa. Remaja diidentifikasi masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya, bila ditinjau dari segi tersebut remaja masih termasuk golongan kanakkanak. Namun bila ditinjau dari aspek status, remaja ada dalam status interim sebagai akibat daripada posisi atau status yang diberikan oleh orangtuanya (derived) dan sebagian diperoleh remaja lewat usaha sendiri yang selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya. Status yang yang diperoleh berdasarkan usaha dan kemampuan sendiri merupakan status orang dewasa yang disebut sebagai status primer. Berhubungan adanya bermacam-macam syarat untuk dapat dikatakan dewasa, maka lebih mudah untuk memasukkan kelompok remaja dalam kategori anak daripada kategori dewasa. Masa remaja merupakan masa transisi (peralihan), di mana individu berada antara dua masa yaitu masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada masa transisi atau peralihan ini banyak masalah yang dihadapi oleh remaja baik yang menyangkut dirinya maupun masyarakat sekitarnya. Individu pada dasarnya dihadapkan pada berbagai masalah perubahan baik itu yang terjadi dalam dirinya yang meliputi segi fisik, kognitif dan afeksi maupun perubahan yang terjadi di luar dirinya. Perkembangan pada masa remaja yang paling mencolok adalah perkembangan fisik, yaitu terjadinya perubahan tinggi dan berat badan atau perkembangan setiap organ tubuh manusia, sementara kematangan organ-organ seks dan kemampuan reproduksi tumbuh dengan cepat. Menurut Desmita (2009:73) perkembangan fisik remaja dapat menentukan remaja dalam bergerak dan mempengaruhi cara pandang terhadap dirinya dan orang lain. Maksud kutipan tersebut bahwa seseorang akan memberikan persepsi terhadap orang lain, dilihat dari fisiknya juga, sehingga dalam hal ini perforance atau penampilan akan berpengaruh. Remaja dengan fisik yang besar tetapi tidak dibarengi dengan perkembangan psikisnya, dari sinilah terkadang munculnya
10
11 11
penyimpangan perilaku remaja. Perkembangan kognitif remaja adalah suatu periode kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien untuk mencapai puncaknya. Desmita (2009:194) menyatakan bahwa hal ini adalah karena selama periode remaja ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Pada masa peralihan ini banyak masalah yang dihadapi oleh remaja, salah satu konflik atau masalah yang dihadapi oleh remaja adalah masalah penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya yang mulai meluas dan menjadi kompleks. Remaja tidak lagi hanya bergaul di rumah dan di sekolah saja tetapi juga di lingkungan pergaulan yang lainnya dengan orang-orang dewasa di luar lingkungan rumah dan sekolah. Oleh karena itu remaja dituntut untuk mampu membina hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebayanya, dan berusaha bertingkah laku sosial yang bertanggung jawab. Menurut Jahja (2011:220) masa remaja meruapakan masa antara kanak-kanak dan dewasa dan terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual dan perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka. Remaja harus mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai macam individu dan situasi sosial yang berbeda dan selalu berubah-ubah. Remaja dalam menghadapi konflik antara ingin bebas dan mandiri serta perasaan takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya pada masa kanak-kanak. Remaja memerlukan orang yang dapat memberikan rasa aman sebagai pengganti yang hilang dan dorongan kepada rasa bebas yang dirindukannya. Pengganti ini ditemukan dalam kelompok teman, karena remaja dapat saling membantu dalam mempersiapkan diri menuju kemandirian emosional yang bebas, dan dapat pula menyelamatkannya dari pertentangan bathin dan konflik sosial. Dalam kelompok teman sebaya ini remaja mendapat pengaruh yang kuat, hal ini tampak pada perubahan perilaku sebagai salah satu usaha penyesuaiannya. Penerimaan dan penolakan teman sepergaulan menciptakan perilaku dan bentuk-bentuk tingkah laku yang dibawa sampai ke masa dewasa. Seseorang dikatakan melakukan penyimpangan perilaku apabila orang tersebut telah melanggar dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah kerana dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang melanggar atau bertentangan dengan aturan normatif yang berlaku dalam tatanan sosial masyarakat, dengan kata lain perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulakan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Konsep perilaku menyimpang dalam penelitian ini adalah tingkah laku yang dinilai menyimpang dari aturan-aturan normatif. Menurut
12 12
Soekanto (2006:237) “perilaku menyimpang disebut sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial”. Penyakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat-istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah-laku umum. Disebut sebagai penyakit masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi ditengah masyarakat itu meletus menjadi ”penyakit”. Dapat disebut pula sebagai struktur sosial yang terganggu fungsinya. Semua tingkah laku yang sakit secara sosial tadi merupakan penyimpangan sosial yang sukar diorganisir, sulit diatur dan ditertibkan sebab para pelakunya memakai cara pemecahan sendiri yang tidak umum, luar biasa atau abnormal sifatnya. Biasanya perilaku menyimpang mengikuti kemauan dan cara sendiri demi kepentingan pribadi. Karena itu deviasi tingkah laku tersebut dapat mengganggu dan merugikan subyek pelaku sendiri dan atau masyarakat luas. Deviasi tingkah laku ini juga merupakan gejala yang menyimpang dari tendensi sentral atau menyimpang dari ciri-ciri umum rakyat kebanyakan. Deviation (penyimpangan) merupakan penyimpangan terhadap kaidah atau norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kaidah timbul dalam masyarakat karena diperlukan sebagai pengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain atau antara seseorang dengan masyarakatnya. Menurut Soekanto (2006:237) “diadakannya kaidah, norma atau peraturan di dalam masyarakat bertujuan supaya ada konformitas warga masyarakat terhadap nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan”. Norma pada dasarnya muncul mempertahankan atau memelihara nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, karena nilai itu adalah gambaran mengenai apa yang baik, yang diinginkan, yang pantas, yang berharga yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Untuk menjaga itu, maka disusunlah suatu norma yang mampu memelihara nilai-nilai tersebut. Apabila perilaku atau tindakan yang terjadi dalam masyarakat tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat tersebut, maka ia dikatakan menyimpang. Secara umum penyimpangan perilaku pada remaja diartikan sebagai kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Penyimpangan perilaku remaja ini mempunyai sebab yang majemuk, sehingga sifatnya mulai kasual. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal. Penyimpangan perilaku pada usia remaja dalam ilmu psikologi lebih dikenal dengan istilah kenakalan remaja, karena sifat patologi atau penyakit masyarakat yang hinggap pada remaja masih dapat diperbaiki
13 13
dan dibina, hal ini dikarenakan mental remaja yang masih labil. Kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak remaja ini pada intinya merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial yang ada di dalamnya. Menurut Kartono (2011:6) kenakalan remaja (Juvenila Delinquency) merupakan gejala sakit patologis secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Pada masa ini jiwa remaja mengalami sturm und drang (penuh dengan gejolak). Pada masa peralihan ini yaitu dari masa anak-anak menuju tahap selanjutnya, anak mulai gencar melakukan pencarian identitas dirt apalagi lingkungan sosial pada masa remaja ini ditandai dengan perubahan sosial yang cepat yang terkadang mengakibatkan kesimpangsiuran norma (keadaan anomie). Menurut Durkheim seperti dikutip Sarwono (2011:250), Anomie adalah normlessness yaitu suatu sistem sosial di mana tidak ada petunjuk atau pedoman bertingkah laku. Masa remaja ini disebut juga dengan masa physiological learning and social learning yaitu adanya kematangan fisik dan sosial. Bila anak mampu melewati tahap-tahap perkembangannya dengan baik maka ia akan memiliki kematangan emosional yang baik. Kenakalan remaja dalam ranah ilmu Sosial dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang. Dalam persfektif ini, kenakalan remaja terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan sosial ataupun nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang ini dapat dianggap sebagai sumber masalah, karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur baku tersebut berarti telah menyimpang. Salah satu upaya untuk mendefinisikan penyimpangan perilaku remaja dalam arti kenakalan remaja (juvenile delinquency) dilakukan oleh M.Gold dan J. Petronio seperti dikutip Sarwono (2011:251-252) yaitu sebagai berikut: kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum sedewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman. Cavan (1962) dalam bukunya yang berjudul Juvenile Delinquency seperti dikutip oleh Willis (2010:88) menyebutkan bahwa Juvenile Delinquency refers to the failure of children and youth to meet certain obligation expected of them by the society in which they live”. Kenakalan anak dan remaja itu disebabkan kegagalan mereka dalam memperoleh penghargaan dari masyarakat tempat mereka tinggal. Penghargaan yang mereka harapkan ialah tugas dan tanggung jawab seperti orang dewasa. Mereka menuntut suatu peranan sebagaimana dilakukan orang dewasa. Tetapi orang dewasa tidak dapat memberikan tanggung jawab dan peranan itu, karena belum adanya rasa kepercayaan terhadap mereka.
14 14
Menurut Kusumanto yang dikutip oleh Willis (2010:88), Juvenille delinquency atau kenakalan anak dan remaja ialah “tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai acceptable dan baik oleh suatu lingkungan atau hukum yang berlaku di suatu masyarakat yang berkebudayaan.” Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan penyimpangan perilaku remaja atau kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain yang dilakukan remaja. Menurut Jensen seperti dikutip Sarwono (2011:256-257) membagi kenakalan remaja menjadi empat jenis, antara lain: 1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lainlain. 2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain. 3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat. Di Indonesia mungkin dapat juga dimasukkan hubungan seks sebelum menikah dalam jenis ini. 4) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orangtua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka, dan sebagainya. Pada Usia mereka, perilakuperilaku mereka memang belum melanggar hukum dalam arti yang sesungguhnya karena yang dilanggar adalah status-status dalam lingkungan primer (keluarga) dan sekunder (sekolah) yang memang tidak diatur oleh hukum secara terinci. Maksud kutipan di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya kenakalan merupakan perbuatan yang melanggar norma agama, hukum, adat dan budaya sosial yang telah ada di masyarakat, hal ini disebabkan oleh banyak faktor baik dari lingkungan keluarga yang kurang harmonis maupun lingkungan sosial yang dialami siswa sehari-hari di rumahnya. Menurut Jahja (2011:226-227) ada beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain: 1) Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya, periang, berseri-seri, dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Ini hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan di sekolah atau dengan teman-temannya. 2) Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya birahi ialah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja.
15 15
Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas menimbulkan bentukbentuk perilaku seksual. 3) Membolos, tidak ada gairah atau malas ke sekolah sehingga ia lebih suka membolos masuk sekolah. 4) Perilaku antisosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam, dan agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar ialah pengaruh buruk teman, dan kedisplinan yang salah dari orangtua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak dan sering tidak ada sama sekali. 5) Penyalahgunaan obat bius. 6) Psikosis, bentuk psikologis yang paling dikenal orang ialah skizofernia. Menurut Kartono (2011:49-54) ada empat tipe bentuk kenakalan remaja yaitu: 1) Delinkuensi Terisolir Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari para remaja delinkuen; merupakan kelompok mayoritas. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan kejahatan disebabkan atau didorong oleh faktor berikut: a) Kejahatan tidak didorong oleh motivasi kecemasan dan konflik batin yang tidak diselesaikan. b) Mereka kebanyakan berasal dari daerah-daerah kota yang transisional sifatnya yang memiliki subkultur kriminal. c) Pada umumnya anak delinkuen tipe ini berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, tidak konsekuen dan mengalami banyak frustasi. d) Sebagai jalan keluarnya, anak memuaskan semua kebutuhan dasarnya di tengah lingkungan anak-anak kriminal. e) Secara typis mereka dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervise dan latihan disiplin yang teratur. 2) Delinkuensi Neurotik Umumnya anak-anak delinkuen tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup seius, antara lain berupa; kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa terancam, tersudut dan terpojok, merasa bersalah atau berdosa, dan lain-lain. a) Tingkah laku delikuennya bersumber pada sebab-sebab psikologis yang sangat dalam. b) Tingkah laku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan. c) Biasanya, anak remaja delinkuen tipe ini melakukan kejahtan seorang diri. d) Anak delinkuen neurotik ini banyak yang berasal dari kelas menengah.
16 16
e) Anak delinkuen neurotic ini memiliki ego yang lemah, dan ada kecenderungan untuk mengisolir diri dari lingkungan orang dewasa atau anak-anak remaja lainnya. f) Motivasi kejahatan mereka berbeda-beda. g) Perilakunya memperlihatkan kualitas kompulsif (paksaan). 3) Delinkuensi Psikopatik Delinkuen psikopatik ini sedikit jumlahnya; akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka ialah: a) Hampir seluruh anak delinkuen psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal. b) Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa atau melakukan pelanggaran. c) Bentuk kejahatan majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau tidak dapat diduga-duga. d) Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlalu. e) Acapkali mereka juga menderita ganggguan neurologis. 4) Delinkuensi Defek Moral Delinkuensi defek moral mempunyai ciri: sealalu melakukan tindak a-sosial atau anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan dan gangguan kognitif, namun ada disfungsi pada intelegensinya. Kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Kenakalan remaja merupakan salah satu bentuk penyimpangan yang dilakukan remaja karena tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan, dan norma sosial yang berlaku. Bentukbentuk kenakalan remaja antara lain: bolos sekolah, merokok, berkelahi, tawuran, menonton film porno, minum minuman keras, seks diluar nikah, menyalahgunakan narkotika, mencuri, memperkosa, berjudi, membunuh, kebut-kebutan dan banyak lagi yang lain. b. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu singkat, informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya dengan mudah diterima. Oleh karena itu media massa seperti surat kabar, TV, film, majalah mempunyai peranan penting dalam proses transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru terhadap remaja. Mereka akan cenderung mencoba dan meniru apa yang dilihat dan ditontonnya. Tayangan adegan kekerasan dan adegan yang menjurus ke pornografi, ditengarai sebagai penyulut perilaku agresif remaja, dan menyebabkan terjadinya pergeseran moral pergaulan, serta meningkatkan terjadinya berbagai pelanggaran norma susila.
17 17
Menurut Soekanto (2006:238), apabila terjadi ketidakseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya dengan dengan norma-norma atau apabila tidak ada keselarasan antara aspirasi-aspirasi dengan saluran-saluran yang tujuannya untuk mencapai cita-cita tersebut, maka terjadilah perilaku yang menyimpang atau deviant behavior. Perilaku yang menyimpang tersebut akan terjadi apabila manusia mempunyai kecenderungan untuk lebih mementingkan suatu nilai sosial daripada norma-norma yang ada untuk mencapai cita-cita tersebut. Sehingga manusia akan berusaha untuk mencapai suatu cita-cita melalui jalan yang semudah-mudahnya tanpa ada suatu kesadaran akan tanggung jawab tertentu. Tumbuh kembang anak dikatakan sehat atau tidak sehat dan berperilaku menyimpang maupun tidak, tergantung pada interaksi antara 3 (tiga) kutub lembaga yaitu: Keluarga, Sekolah, dan masyarakat. Menurut Graham seperti dikutip Sarwono (2011:258) ada beberapa faktor penyebab terjadinya kelainan perilaku anak dan remaja antara lain: 1) Faktor Lingkungan seperti: Malnutrisi; Kemiskinan di kota-kota besar; Gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu-lintas, bencana alam, dan Iain-lain); Migrasi; Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan Iain-lain); Keluarga yang tercerai-berai (perceraian, perpisahan yang terlalu lama, dan Iain-Iain); Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga: (1) Kematian orangtua; (2) Orangtua sakit berat atau cacat; (3) Hubungan antar anggota keluarga tidak harmonis; (4) Orangtua sakit jiwa; (5) Kesulitan dalam pengasuhan karena pengangguran, kesulitan keuangan, tempat tinggal tidak memenuhi syarat, dan Iain-Iain. 2) Faktor Pribadi, seperti: Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi pemarah, hiperaktif, dan Iain-Iain); Cacat tubuh; Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri. Beberapa hal yang dapat menyebabkan munculnya perilaku delinkuen pada remaja: (1) Keluarga yang berantakan berupa ketiadaan salah satu atau kedua orangtuanya disebabkan beberapa kondisi seperti kematian atau perceraian yang pada umumnya remaja delinkuen berasal dari keluarga yang berantakan yaitu orangtuanya mengalami perceraian; (2) Penolakan orangtua. Soekanto (2006:70) menjelaskan beberapa jenis lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku remaja yaitu: 1) Orangtua, saudara-saudara dan kerabat yang merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh dalam diri remaja. Melalui lingkungan ini, remaja mengenal lingkungan dan jenis pergaulan-pergaulan berikutnya yang akan menambah banyak pengaruh yang lain. Usia remaja merupakan usia pancaroba di mana masih dalam rangka mencari indentitas tertentu, di mana pencarian identitas ini pertama tertuju pada sosok dalam diri orangtua, kerabat atau saudaranya. Jika tidak
18 18
diperoleh dari orangtua, kerabat atau saudara ini, maka pelarian pencarian identitas tersebut akan beralih ke lingkungan berikutnya, bisa teman sepermainan atau teman di sekolah. 2) Kelompok sepermainan, merupakan teman-teman bermain di luar rumah dan luar sekolah, bisa mempengaruhi remaja baik positif maupun negatif. 3) Kelompok pendidikan, yaitu pergaulan di sekolah, yang melibatkan pergaulan siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Adanya pembiasaan dalam perbuatan baik dan mulia di sekolah, diharapkan bisa memberikan pengaruh positif dalam pembentukan karakter dan kebiasaan baik bagi remaja, sebab lingkungan sekolah juga berperan dalam mempengaruhi perilaku remajanya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan penyimpangan perilaku dalam penelitian ini adalah suatu suatu tindakan atau perilaku yang menyimpang dari norma, aturan yang telah disepakati bersama dan berlaku pada masyarakat setempat, sehingga dapat menimbulakan kerugian baik fisik maupun mental pada pihak lain, yang dapat diukur melalui dimensi: (1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik dan materi pada orang lain dengan indikator; (a) perkelahian dan pelecehan seksual (perkosaan), (b) perusakan dan pencurian, (c) pencopetan dan pemerasan; (2) Kenakalan yang melawan status dan sosial dengan indikator; (a) pelacuran dan penyalahgunaan obat terlarang, (b) hubungan seks sebelum menikah, (c) membolos sekolah, dan (d) minggat dari rumah dan membantah perintah orangtua. 2. Perhatian Orangtua a. Pengertian Perhatian Orangtua Kata perhatian orangtua terdiri atas dua suku kata yaitu kata perhatian dan orangtua, untuk itu penulis akan menjelaskan berdasarkan kata tersebut. Kata “perhatian”, sering dijumpai dalam kehidupan seharihari. Namun kata “perhatian” sendiri tidaklah selalu digunakan dalam arti yang sama. Beberapa contoh dapat menjelaskannya, sebagai berikut: (1) Dia sedang memperhatikan contoh yang diberikan oleh gurunya dan (2) Dengan penuh perhatian dia mengikuti kuliah yang diberikan oleh dosen yang baru itu. Berdasarkan kedua contoh di atas dengan menggunakan kata perhatian, arti kata tersebut baik di masyarakat sehari-hari maupun dalam bidang psikologi mempunyai makna yang kira-kira sama. Dalam hal tersebut jika diambil intinya, para psikolog mendefinisikan mengenai perhatian menjadi dua macam, menurut Suryabrata (2004:14), sebagai berikut: 1) Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek. 2) Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktifitas yang dilakukan.
19 19
Perhatian sebagai salah satu aktivitas psikis, dapat dimengerti sebagai keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda atau hal) ataupun sekumpulan objek-objek menurut Ahmadi (2003:145) perhatian adalah “keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu objek, baik di dalam maupun di luar dirinya. Perhatian berhubungan erat dengan kesadaran jiwa terhadap sesuatu objek yang direaksi pada sesuatu waktu”. Slameto (2003:105) menyatakan bahwa “perhatian dapat diartikan dengan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari luar lingkungan sekitar”. Seseorang ketika sedang memperhatikan suatu benda misalnya, ini berarti seluruh aktivitas individu dicurahkan atau dikonsentrasikan pada benda tersebut. Namun dalam waktu yang sama individu juga dapat memperhatikan objek yang banyak sekaligus. Hal ini, tentunya tidak semua objek diperhatikan secara sama. Dalam proses memperhatikan itu, terdapat aktivitas penyeleksian terhadap stimulus yang diterima oleh individu. Dalam proses memperhatikan juga terdapat korelasi yang positif antara perhatian dengan kesadaran. Perhatian itu sangat dipengaruhi oleh perasaan dan suasana hati, serta ditentukan oleh kemauan. Sesuatu yang dianggap luhur, mulia, dan indah akan sangat mengikat perhatian. Demikian pula sesuatu hal yang dapat menimbulkan rasa nyeri dan ketakutan, akan mencekam perhatian. Sebaliknya, segala sesuatu yang membosankan, sepele, dan terus-menerus berlangsung tidak akan bisa mengikat perhatian. Berdasarkan pengertian-pengertian perhatian yang telah dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perhatian merupakan suatu kesadaran jiwa seseorang yang ditujukan pada suatu objek atau kumpulan objek tertentu yang berada dalam diri maupun di luar diri. Menurut Suryabrata (2004:15) bentuk perhatian dalam kehidupan sehari-hari, dapat ditinjau dari berbagai hal dan dapat digolongkan atau dibedakan menjadi beberapa macam, yang akan diuraikan sebagai berikut: 1) Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin. 2) Atas dasar timbulnya perhatian Ahmadi (2003:148) menyatakan bahwa perhatian dapat dibagi menjadi perhatian statis dan perhatian dinamis, sebagai berikut: 1) Perhatian statis adalah perhatian yang tetap terhadap sesuatu. Ada orang yang dapat mencurahkan perhatiannya kepada sesuatu seolah-olah tidak berkurang kekuatannya. Dengan perhatian yang tetap itu maka dalam waktu yang agak lama orang dapat melakukan sesuatu dengan perhatian yang kuat. 2) Perhatian dinamis adalah perhatian yang mudah berubah-ubah, mudah bergerak, mudah berpindah dari objek yang satu ke objek yang lain. Supaya perhatian kita terhadap sesuatu tetap kuat, maka tiap-tiap kali perlu diberi perangsang baru.
20 20
Ahmadi (2003:149) lebih jauh menyatakan bahwa perhatian dapat dibagi menjadi fiktif dan fluktuatif sebagai berikut: 1) Perhatian fiktif (perhatian melekat), yakni perhatian yang mudah dipusatkan pada suatu hal dan boleh dikatakan bahwa perhatiannya dapat melekat lama pada objeknya. Orang yang bertipe perhatian melekat biasanya teliti sekali dalam mengamati sesuatu, bagian-bagiannya dapat ditangkap, dan apa yang dilihatnya dapat diuraikan secara objektif. 2) Perhatian fluktuatif (bergelombang), orang yang mempunyai tipe ini pada umumnya dapat memperhatikan bermacam-macam hal sekaligus, tetapi kebanyakan tidak saksama. Perhatiannya sangat subjektif, sehingga yang melekat padanya hanyalah halhal yang dirasa penting bagi dirinya. Sagala (2011:130) menyatakan bahwa perhatian memiliki dua makna yaitu; “(1) perhatian adalah pemusatan tenaga/kekuatan jiwa tertuju pada sesuatu objek, dan (2) perhatian adalah pedayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan”. Maksud kutipan di atas bahwa dengan memberikan perhatian pada sesuatu, maka seseorang akan lebih intensif dalam melakukan kegiatannya. Meskipun perhatian terbagi menjadi beberapa macam, namun perhatian-perhatian tersebut merupakan wujud dari ungkapan jiwa seseorang dalam memberikan suatu reaksi pada objek tertentu yang bersifat individu maupun kelompok, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta yang bersifat tetap maupun hanya sementara. Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan perhatian orangtua adalah pemusatan atau konsentrasi orangtua (ayah dan ibu) kepada anaknya dalam memenuhi segala kebutuhan anak sebagai rasa tanggung jawab kepada anak sehingga dapat membantu belajar anak agar dapat berjalan dengan baik. b. Tugas dan Peran Orangtua Pengertian menurut bahasa kata “orang” adalah manusia, diri sendiri, pribadi, insan, sedangkan kata “tua” sendiri menurut bahasa adalah orang yang sudah tidak muda lagi, jika digabungkan, kata ”orangtua” berarti ibu bapak yang melahirkan kita. Orangtua adalah kepala keluarga. keluarga adalah sebagai persekutuan hidup terkecil dari masyarakat negara yang luas. Orangtua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Orangtua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Kesadaran orangtua akan peran dan tanggung jawabnya selaku pendidik pertama dan utama dalam keluarga sangat
21 21
diperlukan. Tanggung jawab orangtua terhadap anak tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Konteknya dengan tanggung jawab orangtua dalam pendidikan, maka orangtua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak orangtua adalah model yang harus ditiru dan diteladani, sebagai model seharusnya orangtua memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orangtua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu Islam mengajarkan kepada orangtua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anak-anaknya. Menurut Darajat (2014:35) “Pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orangtua dan anak”. Perhatian orangtua merupakan faktor yang paling penting dalam membina suksesnya belajar. Kurangnya perhatian dan dukungan dari orangtua dapat menyebabkan anak malas, acuh tak acuh dan kurang termotivasi dalam belajar. Orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya berakibat kontrol dan bimbingan terhadap anak sangat kurang yang dapat menyebabkan anak kurang bergairah dalam belajar. Anak membutuhkan rangsangan, motivasi, bimbingan atau dukungan dari orangtua. Untuk memberikan dukungan ini hendaknya orangtua melakukan berbagi usaha, di antaranya membimbing anak dalam belajar, membelikan buku-buku yang belum dimiliki, memeberikan pujian dan kasih saying. Dukungan dari orangtua sangat penting dalam membangkitkan motivasi dan rangsangan anak untuk belajar. Orangtua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya, oleh karena itu, sebagai orangtua harus dapat membantu dan mendukung terhadap segala usaha yang dilakukan oleh anaknya serta dapat memberikan pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut serta untuk mengikuti atau melanjutkan pendidikan pada program pendidikan formal di sekolah. Orangtua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya, segala sesuatu yang diperbuat orangtua tanpa disadari akan ditiru oleh anak-anaknya. Belajar memerlukan bimbingan dari orangtua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar, tumbuh pada diri anak. Ahmadi (2004:87) menyatakan bahwa “Orangtua yang sibuk bekarja, terlalu banyak anak yang diawasi, sibuk organisasi, berarti anak tidak mendapatkan pengawasan atau bimbingan dari orangtua, hingga kemungkinan akan banyak mengalami kesulitan belajar”. Pendidikan yang diterima anak dalam keluarga akan dicontoh oleh anak sebagai dasar yang digunakan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah, maka orangtua harus berperan dalam menanamkan sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta
22 22
pembinaan bakat dan kepribadian. Selain itu, orangtua juga harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya serta harus dapat menunjukkan kerja sama dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah, membuat pekerjaan rumah, dan orangtua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar. Pangkal ketentraman dan kedamaian hidup adalah terletak dalam keluarga, mengingat pentingnya hidup keluarga yang demikian itu maka Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari itu yakni sebagai lembaga hidup manusia yang dapat memberi yang dapat memberi kemungkinan celaka dan bahagianya anggota-anggota keluarga tersebut dunia dan akherat. Nabi Muhammad saw sendiri diutus oleh Allah Swt pertama-tama diperintah untuk mengajarkan Islam lebih dahulu kepada keluarga sebelum masyarakat luas. Keluarga harus diselamatkan terlebih dahulu sebelum keselamatan masyarakat. Istilah orangtua dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan AlWalid pengertian tersebut dapat dilihat dalam QS Lukman ayat 14 yang berbunyi:
Artinya: Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambahdan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Keluarga merupakan lingkungan primer hampir setiap individu, sejak dilahirkan sampai pada masanya meninggalkan rumah. Menurut Sarwono (2011:138) “keluarga sebagai lingkungan primer, hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga”. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya. Karena itu, sebelum ia mengenal norma-norma dan nilai-nilai dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya. Hurlock (2011:200) menyatakan bahwa “keluarga merupakan bagian yang paling penting dari jaringan sosial anak, sebab anggota keluarga merupakan lingkungan pertama anak dan orang yang paling penting selama tahun-tahun formatif awal”. Hubungan dengan anggota keluarga, menjadi landasan sikap terhadap orang, benda, dan kehidupan secara umum. Mereka juga meletakkan landasan bagi pola penyesuaian dan belajar berpikir tentang diri mereka sebagaimana dilakukan anggota keluarga mereka. Akibatnya mereka belajar menyesuaikan pada
23 23
kehidupan atas dasar landasan yang diletakkan ketika lingkungan untuk sebagian besar terbatas pada rumah. Geldard dan Geldard (2011:33) menyatakan bahwa “keluarga adalah penyedia utama lingkungan fisik, intelektual, dan emosional bagi kehidupan seorang anak”. Lingkungan ini akan mempengaruhi pandangan dunia anak tersebut di kemudian hari dan kemampuan anak tersebut untuk mengatasi berbagai tantangan di masa depan. Oleh karenanya, keterhubungan dan struktur dalam keluarga akan mempengaruhi kemampuan seorang anak dalam menyesuaikan diri. Jelaslah bahwa kemampuan sebuah keluarga untuk berfungsi secara sehat akan tergantung pada ibu atau bapak atau keduanya. Menurut Murdock seperti dikutip Lestari (2012:3) bahwa “keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi”. Peran orangtua dalam mendidik anak sangat terlihat jelas pada keluarga, keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar mengenal kehidupannya, karena dalam keluarga, anak akan merasa tenteram dan nyaman untuk melangkungkan kehidupannya. Peran orangtua dalam mendidik anak tidak hanya terbatas dalam memberi makan, minum, membelikan pakaian baru, dan tempat berteduh yang nyaman, beberapa hal tersebut bukan berarti tidak perlu, sangat perlu namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak. Peran orangtua dalam mendidik anak yang perlu diperhatikan adalah menanamkan pandangan hidup beragama pada masa kanak-kanak. Islam telah menegaskan bahwa mendididk dan membimbing anak merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim (orangtua) karena anak merupakan suatu amanah yang harus dipertanggungjawabkan oleh orangtua kelak. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam (QS. AtTahrim:6)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Maksud dari ayat tersebut adalah perintah memelihara keluarga, termasuk anak, bagaimana orangtua dapat mengarahkan, mendidik, dan mengajarkan anak agar dapat terhindar dari api neraka. Hal ini juga memberikan arahan bagaimana orangtua harus mampu menerapkan pendidikan yang dapat membuat anak mempunyai prinsip untuk menjalankan hidupnya dengan positif, mejalankan jaran Islam dengan
24 24
benar, sehingga mampu membentuk mereka menjadi anak yang mempunyai akhlakul karimah dan menunjukan kepada mereka hal-hal yang bermanfaat. Menurut Ulwan (2007:135) dengan ajaran-ajarannya yang bijak, “Islam telah memerintahkan kepada setiap orang yang mempunyai tanggungjawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu, untuk memiliki akhlak luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara istiqamah, terdidik untuk berani dan berdiri sendiri, kemudian merasa, bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaaan”. Tugas dan peran yang harus dilakukan orangtua tidaklah mudah, salah satu tugas dan peran orangtua yang tidak dapat dipindahkan adalah mendidik anak-anaknya. Sebab orangtua memberi hidup anak, maka orangtua mempunyai kewajiban yang teramat penting untuk mendidik anaknya. Jadi, tugas sebagai orangtua tidak hanya sekadar menjadi perantara makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga memelihara dan mendidiknya. Lingkungan keluarga (Ayah, Ibu, Kaka dan Adik) sangat mempengaruhi bagi pengembangan kepribadian anak, dalam hal ini orangtua berusaha untuk menciptakan lingkungan keluarga yang sesuai dengan keadaan anak. Dalam lingkungan keluarga harus diciptakan suasana yang serasi, seimbang, dan selaras, orangtua harus bersikap demokrasi baik dalam memberikan larangan, dan berupaya merangsang anak menjadi percaya diri. Perhatian orangtua sangat mempengaruhi kepribadian anak, anak yang mendapat perhatian yang maksimal dari orangtua akan dapat melalui kehidupannya dengan baik. Orangtua yang memahami perkembangan anak tentu akan memilih metode pendidikan anak yang tepat. Menurut Hurlock (2011:205) metode yang dipilih orangtua sebagai metode pendidikan anak, yaitu “metode yang otoriter, permisif atau demokratis, sebagian akan bergantung pada cara mereka sendiri dibesarkan, dan sebagian pada apa yang berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman teman, diketahuinya akan menghasilkan hasil yang diinginkannya untuk anaknya kelak”. Kunci keberhasilan seorang ibu dalam membesarkan, memelihara dan mengantarkan kesuksesan anak-anaknya adalah ketekunan, kesabaran, keuletan dengan segala kelembutan dan kasih sayangnya. Karena dalam banyak hal, anak lebih dekat dengan seorang ibu daripada anaknya. Dalam posisi seprti itu, seorang ibu harus memainkan perannya yang maksimal dalam mendidik anak-anaknya. Lestari (2012:48-49) menyatakan bahwa gaya pengasuhan yang permisif biasanya dilakukan oleh orangtua yang terlalu baik, cenderung memberi banyak kebebasan pada anak-anak dengan menerima dan memaklumi segala perilaku, tuntutan, dan tindakan anak, namun kurang menuntut sikap tanggung jawab dan keteraturan perilaku anak. Gaya pengasuhan yang otoriter dilakukan oleh orangtua yang selalu berusaha
25 25
membentuk, mengontrol, mengevaluasi perilaku dan tindakan anak agar sesuai dengan aturan standar. Aturan tersebut biasanya bersikap mutlak yang dimotivasi oleh semangat teologis dan diberlakukan dengan otoritas yang tinggi”. Menurut Hurlock (2011:93) metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dan disiplin daripada aspek hukuman”. Dari ketiga metode di atas maka metode demokratis merupakan metode yang paling tepat untuk diterapkan orangtua dalam mendidik anaknya, karena dengan demokratis maka anak diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya sendiri. c. Bentuk-Bentuk Perhatian Orangtua Orangtua dalam memberikan perhatian tidaklah harus dengan suatu hal yang mahal, atau yang berlebihan. Perhatian dapat ditunjukkan dengan hal-hal yang kecil yang dimulai dengan kebiasaan dalam keluarga. Bentuk perhatian orangtua tidaklah terbatas pada satu perilaku atau tindakan. Terdapat beberapa bentuk perhatian orangtua di antaranya: 1) Kontrol dan Pemantauan Kontrol perilaku adalah upaya orangtua untuk mengatur dan mengelola perilaku anak. Dengan demikian, bila kontrol dimaknai sebagai mengendalikan anak dengan cara menekan, memaksa dan menakut nakuti dengan mengabaikan dukungan terhadap inisiatif anak, menghargai sudut pandang anak, dan memberi anak penjelasanpenjelasan, yang demikian itu akan memiliki konsekuensi negatif. Namun bila kontrol dimaknai memegang kendali, memiliki wewenang, membuat tuntutan yang sesuai dengan usia anak, menetapkan rambu-rambu, dan memantau perilaku anak, maka anak akan menjadi lebih baik. Anak-anak memerlukan aturan, petunjuk, dan rambu-rambu bagi tumbuh kembang mereka” (Lestari, 2012:58). Montemayor yang dikutip oleh Lestari (2012:58) mendefinisikan pemantauan sebagai aktivitas yang memungkinkan orangtua mengetahui keberadaan remaja, aktivitas yang dilakukan, dan temantemannya. Dengan melakukan pemantauan, orangtua memiliki pengetahuan tentang aktivitas yang dilakukan oleh anak”. Menurut Geldard dan Geldard (2011:53) bahwa “orangtua perlu terus menerus menyediakan berbagai peluang perubahan kepada anak muda, mereka tetap perlu terus menerapkan pengawasan orangtua, mengingat anak muda belum sepenuhnya menjadi dewasa”. Namun demikian pemantauan yang dilakukan orangtua secara berlebihan akan menyebabkan anak timbul perasaan yang tidak nyaman yang pada akhirnya akan berpengaruh pada penyesuaian diri anak. 2) Dukungan dan Keterlibatan Ellis, Thomas dan Rollins dalam Lestari (2012:59-60) mendefinisikan dukungan orangtua sebagai interaksi yang
26 26
dikembangkan oleh orangtua yang dicirikan oleh perawatan, kehangatan, persetujuan, dan berbagai perasaan positif orangtua terhadap anak. Dukungan orangtua membuat anak merasa nyaman terhadap kehadiran orangtua dan menegaskan dalam benak anak bahwa dirinya diterima dan diakui sebagai individu. Grolnick dan Slowiaczek yang dikutip oleh Sri Lestari (2012:61) menggambarkan keterlibatan orangtua dalam empat dimensi, yakni “(1) keterlibatan di sekolah, (2) keterlibatan di rumah, (3) keterlibatan dalam kehidupan pribadi anak, dan (4) keterlibatan dalam aktivitas kognitif”. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa orangtua harus mendukung anak dalam hal-hal yang positif sehingga anak merasa diakui sebagai individu. Keterlibatan orangtua sangat dinantikan anak karena dengan demikian anak akan merasa terbantu jika mereka mempunyai permasalahan dalam hidupnya. 3) Komunikasi Penelitian mengindikasikan bahwa orangtua yang mendukung yang mendorong komunikasi positif, rasional dan interaktif sambil menerapkan disiplin yang tegas dan konsisten (yaitu, orangtua yang otoritatif) akan memiliki putra-putri remaja yang memiliki kompetensi dan penghargaan diri yang lebih tinggi dan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam berhadapan dengan berbagai peristiwa hidup yang berbahaya” Geldard dan Geldard (2011:68). Hasil-hasil penelitian telah menegaskan bahwa komunikasi orangtua-anak dapat mempengaruhi fungsi keluarga secara keseluruhan dan kesejahteraan psikososial pada diri anak. Menurut (Shek, 2000). Clark dan Shileds (1997) seperti dikutip Lestari (2012:61) menemukan bukti bahwa “komunikasi yang baik antara orangtua-anak berkorelasi dengan rendahnya keterlibatan anak dalam perilaku delinkuen. Orangtua dan remaja juga dapat menjadikan komunikasi sebagai indikator rasa percaya dan kejujuran dengan mencermati nada emosi yang terjadi dalam interaksi antar anggota keluarga”. Komunikasi orangtua sangat penting bagi orangtua dalam upaya melakukan kontrol, pemantauan, dan dukungan pada anak. Tindakan orangtua untuk mengontrol, memantau dan memberikan dukungan dapat dipersepsi positif atau negatif oleh anak, diantaranya dipengaruhi oleh cara orangtua berkomunikasi. 4) Kedekatan Istilah kemelakatan, sebagaimana yang digunakan dalam literatur psikologi perkembangan, menggambarkan seseorang anak untuk terus menerus mencari kedekatan dengan seseorang tertentu, biasanya dengan ibunya dalam rangka mengurangi ketegangan internal. Menurut J. Bowlby (1969) seperti dikutip Geldard (2011:31) merupakan penyumbang terbesar dalam teori tentang masalah ini. Dia meyakini bahwa kemelekatan adalah ikatan afeksional kekal yang memiliki suatu fungsi biologis vital yang sangat dibutuhkan untuk
27 27
bertahan hidup dan bahwa hubungan antara seorang anak dengan figur kemelakatan menyediakan suatu fondasi kokoh yang akan digunakannya untuk mengeksplorasi dan menguasai dunia”. Menurut Hurlock (2011:238) “hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman”. Kedekatan orangtua dengan anak menjadi modal untuk orangtua mengetahui bagaimana perilaku anak di luar rumah dan dengan siapa anak bersosialisasi. Dengan kedekatan yang intensif maka anak akan terbuka dengan orangtuanya, sehingga orangtua mengetahui permasalahan apa yang sedang terjadi pada anaknya. 5) Pendisiplinan Pendisiplinan merupakan salah satu bentuk dari upaya orangtua untuk melakukan kontrol terhadap anak. Pendisiplinan biasanya dilakukan orangtua agar anak dapat menguasai suatu kompetensi, melakukan pengaturan diri, dapat menaati aturan, dan mengurangi perilaku-perilaku menyimpang atau beresiko. Di masa lampau hanya terdapat satu cara menanamkan disiplin yang disetujui. Sekarang cara itu disebut disebut “disiplin otoriter”. Seperti yang termaktub dalam namanya, melatih anak untuk berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat merupakan tanggung jawab mereka yang berwewenangorangtua, guru dan orang lain yang bertindak sebagai pengasuh anak. Ketika berangsur-angsur tampak bahwa baik dengan cara otoriter maupun cara permisif tidak tercapai tujuan membentuk orang yang matang secara moral, cara disiplin ketiga timbul, yaitu yang dikenal sebagai “disiplin demokratis”. Disiplin ini mewujudkan ciri baik dari bentuk-bentuk terdahulu dan tidak mengandung kelemahan dan ciri-ciri buruknya” (Hurlock, 2011:92-93). Menurut Jay Kesler seperti dikutip Ali dan Asrori (2011:94) mendefinisikan iklim keluarga sebagai: The set internal characteristic that distinguishes one family from another and influences the behavior of people in it is called family climate…Climate is determined importantly by conduct, attitudes, and expectations of other persons. Jadi, iklim keluarga itu mengandung tiga unsur: 1) Karakteristik khas internal keluarga yang berbeda dari keluarga lainnya. 2) Karakteristik khas itu dapat mempengaruhi perilaku individu dalam keluarga itu (termasuk remajanya). 3) Unsur kepemimpinan dan keteladanan kepala keluarga, sikap dan harapan individu dalam keluarga tersebut. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:85-88) contoh bentuk perhatian orangtua kepada anaknya, sebagai berikut: 1) Orangtua dapat memberikan dorongan anak dalam belajar (motivasi belajar).
28 28
2) Orangtua memberikan penghargaan atau pujian atas apa yang dilakukan si anak, karena penghargaan kepada anak-anak dapat menimbulkan mental yang sehat bagi anak. 3) Orangtua hendaknya meluangkan waktu untuk berbincangbincang dengan anak-anak, sehingga tercipta hubungan yang nyaman, tenang, dan harmonis di antara keluarga. 4) Orangtua hendaknya membicarakan tentang kebutuhan anakanak yang diinginkan 5) Orangtua menyediakan tempat belajar yang nyaman dan kondusif untuk anak dalam belajar. Selain itu juga menyediakan sumber-sumber belajar dan peralatan yang dapat mendukung aktivitas belajar. 6) Orangtua dapat mendampingi anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Al Ghazali (2015:145) menyatakan bahwa setiap kali sorang anak menunjukkan suatu perilaku yang mulia atau perbuatan yang baik, seyogianya dia memperoleh pujian dan jika perlu diberi hadiah atau insentif dengan sesuatu yang menggembirakannya atau ditujukan pujian kepadanya didepan orang-orang sekitarnya. Berdasarkan uraian teori di atas maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan perhatian orangtua dalam penelitian ini adalah suatu kesadaran jiwa orangtua yang ditujukan pada anaknya baik ia berada dalam rumah maupun berada di luar rumah (sekolah), yang dapat diukur dengan dimensi: (1) kontrol dan pemantauan dengan indikator; (a) memberi anak penjelasan tentang belajar, (b) mengetahui aktivitas yang dilakukan, (c) mengetahui siapa teman-temannya, dan (d) mengetahui perkembangan sosialnya, (2) dukungan dan keterlibatan dengan indikator; (a) mendampingi anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah, (b) menyediakan tempat belajar yang nyaman dan kondusif, (c) menyediakan sumber-sumber belajar dan (d) menyediakan peralatan yang dapat mendukung aktivitas belajar, (3) komunikasi dan pendisplinan dengan indikator; (a) membicarakan tentang kebutuhan anak-anak yang diinginkan, (b) meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak-anak, (c) dibiasakan hidup disiplin, dan (d) memberikan reward and punisment. 3. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Keberadaan manusia tidak akan pernah terlepas dari lingkungannya, karena lingkungan merupakan tempat di mana manusia itu berada. Tingkah laku manusia baik secara langsung atau tidak langsung akan dipengaruhi olah lingkungannya. Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh terhadap perilaku siswa dan perilaku siswa juga mempengaruhi lingkungannya. Lingkungan sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Lingkungan atau environtment meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
29 29
pertumbuhan, perkembangan. Lingkungan terdekat yang ada di sekitar individulah yang paling berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan tingkah laku. Lingkungan sekolah merupakan tempat seorang siswa dalam menjalankan kegiatan-kegiatan pendidikan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, perubahan sikap, dan keterampilan hidup baik di dalam kelas maupun di luar kelas dengan mengikuti dan menaati peraturan dalam sistematika pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Hamalik (2003:195) “lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna/pengaruh tertentu kepada individu”. Lingkungan menyediakan stimulus terhadap individu sedangkan individu memberikan respon terhadap lingkungan yang ada dalam alam sekitar. Ndraha (2005:17) menyatakan bahwa “lingkungan adalah keseluruhan yang mengitari, termasuk yang dikitari yaitu manusia yang bersangkutan”. Menurut Robbins dan Judge (2011:540) “An organization’s environment includes outside institutions or forces that can affect its performance, such as suppliers, customers, competitors, government regulatory agencies and public pressure groups”. Berdasarkan kutipan di atas dapat dimaknai bahwa lingkungan adalah suatu tempat yang dapat mempengaruhi orang yang berada dalam temapat tersebut. Dengan kata lain lingkungan adalah tempat yang dapat memberikan rasa aman bagi yang menempatinya, jika lingkungan tersebut kondusif. Lingkungan sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu tempat belajar yang dapat menjadikan orang berada di dalamnya menjadi baik, namun demikian lingkungan tersebut dapat mempengaruhi ke arah yang kurang baik, apabila sekolah kurang memberikan perhatian terhadap perkembangan lingkungan sekitar sekolah. Suatu lingkungan organisasi termasuk institusi luar atau kekuatan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, seperti pemasok, pelanggan, pesaing, instansi pemerintah, peraturan dan kelompok tekanan publik. Pendapat tersebut lebih menekan pada lingkungan eksternal yang terdiri atas variabel-variabel peluang dan tantangan yang berada diluar organisasi dan tidak dapat dikontrol dalam jangka pendek oleh manajemen, dapat berupa kekuatan umum dan trend di dalam keseluruhan lingkungan sosial atau faktor khusus dalam operasi organisasi yang merupakan lingkungan tugas (task environment) meliputi unsur atau kelompok yang secara langsung mempengaruhi organisasi, dan pada gilirannya akan dipengaruhi oleh organisasi. Lingkungan tidak hanya semata-mata merefleksikan lingkungan ekologi, tetapi juga konsep umum yang menjelaskan gambaran keseluruhan terhadap kekuatan lingkungan eksternal yang berdampak pada aktivitas organisasi dari segala aspek. Organisasi sebagai kumpulan orang-orang tidak dapat dilepaskan dari lingkungan, karena pada dasarnya organisasi merupakan bagian dari lingkungan dan masyarakat.
30 30
Sagala (2008:133) memberikan beberapa pengertian lingkungan yang dikutip dari para pakar manajemen sebagai berikut: 1) Lingkungan memberikan suatu sumber energi, penyaluran dan penerimaan organisasi (Hicks dan Gullett). 2) Lingkungan adaah sekumpulan sumber-sumber di sekitar organisasi mencakup bahan-bahan mentah (Jones). 3) Lingkungan memiliki tiga konsep yang luas yaitu; fakta objektif, fakta subjektif, dan pembagian antara organisasi dan lingkungan (Wilson). 4) Lingkungan adalah keseluruhan yang mengitari, termasuk dikitari oleh manusia yang bersangkutan (Ndraha). Sartain seperti dikutip Purwanto (2007:72) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “lingkungan (environment) meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen. Bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen yang lain”. Pandangan tentang lingkungan menurut Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI (2009:80) bahwa Environment adalah “segala sesuatu yang berada di luar organisasi”. Hal ini menunjukkan salah satu bagian penting dalam suatu manajemen adalah masalah lingkungan. Lingkungan sekolah yang kondusif merupakan faktor di luar manusia baik fisik maupun non fisik dalam suatu organisasi yang diharapkan membawa pengaruh positif di dalamnya. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja dan terarah yang dilakukan oleh pendidik profesional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal, dikatakan formal karena di sekolah dilaksanakan serangkaian kegiatan yang terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam proses belajar-mengajar di kelas. Menurut Hamalik (2003:5) “sekolah adalah suatu lembaga yang memberikan pelajaran kepada murid-muridnya”. Lingkungan sekolah memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar dan sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan kawan-kawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan sebagainya. Menurut Sukmadinata (2005:164), lingkungan sekolah meliputi: 1) Lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar, dan media belajar.
31 31
2) Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan temantemanya, guru-gurunya, dan staf sekolah yang lain. 3) Lingkungan Akademis yaitu suasana sekolah dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler. Lingkungan fisik itu terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan dan kadang-kadang juga menjadi hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan. Proses pendidikan ini mendapatkan dukungan dari lingkungan fisik berupa sarana, prasarana serta fasilitas yang digunakan. Tersedianya sarana, prasarana dan fasilitas fisik dalam jenis, jumlah dan kualitas yang memadai, akan sangat mendukung berlangsungnya proses pendidikan yang efektif. Kekurangan sarana, prasarana dan fasilitas fisik, akan menghambat proses pendidikan dan menghambat pencapaian hasil yang maksimal. Lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, pergaulan antara guru dengan siswa serta orang-orang yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan antara orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak siswa maupun guru dan pihak lainnya. Lingkungan intelektual merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong dan menunjang pengembangan kemampuan berpikir. Lingkungan ini mencakup perangkat lunak seperti sistem dan programprogram pengajaran, perangkat keras seperti media dan sumber pelajaran, serta aktivitas-aktivitas pengembangan dan penerapan kemampuan berpikir. Lingkungan nilai, yang merupakan tata kehidupan nilai, baik nilai kemasyarakatan, ekonomi sosial, politik, estetika, etika maupun nilai keagamaan yang hidup dan dianut dalam suatu daerah atau kelompok-kelompok tertentu. Lingkungan-lingkungan tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap proses dan hasil dari pendidikan. Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan/atau pengaruh tertentu kepada individu. Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting. Menurut Hamalik (2003:196) lingkungan belajar terdiri atas: 1) Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar atau kelompok kecil. 2) Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya. 3) Lingkungan alam (fisik) meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber daya alam sumber belajar. 4) Lingkungan kultural mencakup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan yang dapat menjadi faktor pendukung pengajaran. Dalam konteks ini termasuk sistem nilai, norma, dan adat kebiasaan.
32 32
Maksud kutipan di atas dapat dimaknai bahwa lingkungan belajar adalah suatu tempat yang dapat mendukung terjadi proses pembelajaran, baik pembelajaran formal maupun non-formal. Hamalik (2003:196) menyatakan bahwa suatu lingkungan pendidikan atau pengajaran memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: 1) Fungsi psikologis; Stimulus bersumber/berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respons, yang menunjukkan tingkah laku tertentu. Respons tadi pada gilirannya dapat menjadi suatu stimulus baru yang menimbulkan respons baru, demikian seterusnya. Ini berarti, lingkungan mengandung makna dan melaksanakan fungsi psikologis tertentu. 2) Fungsi pedagogis; Lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, mislanya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan, lembaga-lembaga sosial. Masingmasing lembaga tersebut memiliki program pendidikan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis. 3) Fungsi instruksional; Program instruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran/pembelajaran yang dirancang secara khusus. Guru yang mengajar, materi pelajaran, sarana dan prasarana pengajaran, media pengajaran, dan kondisi lingkungan kelas (fisik) merupakan lingkungan yang sengaja dikembangkan untuk mengembangkan tingkah laku siswa. Kepala sekolah memegang peran penting untuk menciptakan lingkungan sekolah, baik fisik maupun non fisik yang kondusif akademik, karena keadaan ini merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan ekspektasi yang tinggi dari warga sekolah dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa adalah contohcontoh lingkungan yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Suasana sekolah yang efektif dirasakan, sebagai penuh rasa kekeluargaan, bersifat praktis, dan penuh kejujuran. Sekolah selalu beranggapan, bahwa lingkungan sekolah yang baik merupakan prioritas utama untuk pencapaian kemajuan. Lingkungan sekolah merupakan bentuk lingkungan sosial (non fisik) yang menjadi ciri khas suatu sekolah yang nantinya dapat mempengaruhi seluruh komponen yang terdapat di dalamnya, dalam berinteraksi antara satu dengan yang lain. Lingkungan sekolah yang positif adalah adanya hubungan yang harmonis antara personel sekolah, adanya hubungan kekeluargaan, adanya saling percaya di antara para guru yang menyebabkan suasana menjadi nyaman, para guru memiliki sifat antusiasme dalam bekerja, adanya komitmen yang tinggi para guru terhadap sekolahnya, dan para guru merasa bangga terhadap sekolahnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah segala sesuatu yang berada di sekitar sekolah atau berada
33 33
di luar sekolah yang dapat mempengaruhi dan bermakna bagi siswa dalam proses belajar mengajar yang ada di sekolah, baik itu dalam lingkungan sosial (lingkungan fisik) maupun lingkungan nonsosial (lingkungan akademik). b. Faktor Lingkungan Sekolah Manusia merupakan salah satu anggota dalam lingkungan hidup yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem tersebut. Keberadaan manusia tidak akan pernah terlepas dari lingkungannya, karena lingkungan merupakan tempat di mana manusia itu berada. Tingkah laku manusia baik secara langsung atau tidak langsung akan dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan mempunyai pengaruh terhadap perilaku siswa dan perilaku siswa juga mempengaruhi lingkungannya. Lingkungan belajar sangat besar pengaruhnya terhadap siswa pembelajar, tetapi banyak lembaga pendidikan atau sekolah yang mengabaikan lingkungan, di beberapa sekolah lingkungan belajar sudah dilengkapi dengan peralatan yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi di antaranya dengan memutar musik yang merdu, penataan ruang, kebersihan, penerangan kenyamanan dan keamanan. Menurut Sudjana (2011:39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu; faktor dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Clark seperti dikutip Sudjana (2011:39) mengatakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi kemampuan dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Kutipan Sudjana tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran masih dipengaruhi oleh lingkungan, dalam hal ini adalah lingkungan sekolah dan lingkungan di luar sekolah. Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu: 1) Faktor yang ada dalam diri individu (intern). Faktor intern terbagi menjadi (1) faktor jasmaniah (faktor kesehatan, cacat tubuh), (2) faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), (3) faktor kelelahan. 2) Faktor yang ada di luar individu (ekstern). Faktor ekstern terbagi menjadi (1) faktor keluarga (cara orangtua mendidik, keadaan ekonomi keluarga, suasana rumah), (2) faktor sekolah (metode mengajar, disiplin sekolah, kurikulum), (3) faktor masyarakat (bentuk kehidupan masyarakat, teman bergaul). Purwanto (2007:102) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua macam yaitu; 1) Faktor yang ada pada diri individu itu sendiri (intern) yang meliputi faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
34 34
2) Faktor yang ada di luar individu (ekstern) antara lain meliputi faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajarmengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia. Apabila memperhatikan kutipan yang dikemukakan oleh Slameto bahwa faktor ekstern yang mempengaruhi belajar siswa adalah faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (lingkungan), penulis akan menjelaskannya lebih rinci sebagai berikut: 1) Faktor keluarga Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga di mana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti. Di tengah keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, individu diharapkan dapat berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai orangtua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu. Kemudian dalam lingkungan keluarga individu mempelajari dasar dari cara bergaul dengan orang lain. 2) Faktor sekolah Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi guru sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu. 3) Faktor masyarakat (teman sebaya) Dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat di antara kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Remaja mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Pengertian yang diterima dari temannya akan membantu remaja dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri remaja dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti akan dirinya maka remaja akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha menerima dirinya sendiri dengan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian remaja akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sesuai dengan potensi yang dimilikinya
35 35
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan lingkungan sekolah dalam penelitian adalah segala sesuatu yang berada di sekitar sekolah atau berada di luar sekolah yang dapat mempengaruhi dan bermakna bagi siswa dalam proses belajar mengajar yang ada di sekolah, baik itu dalam lingkungan sosial (lingkungan fisik) maupun lingkungan non-sosial (lingkungan akademik), yang dapat diukur melalui dimensi: (1) Lingkungan fisik sekolah dengan indikator; (a) sarana dan prasarana belajar, (b) sumber-sumber belajar, dan (c) media belajar, (2) Lingkungan sosial dengan indikstor; (a) hubungan siswa dengan teman-temanya, (b) hubungan siswa dengan guru-gurunya, dan (c) hubungan siswa dengan staf sekolah yang lain, (3) Lingkungan Akademis dengan indikator; (a) suasana sekolah, (b) pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler. 4. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian terdahulu yang relevan yang dimaksud adalah penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain, yang dapat mendukung penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu antara lain: a. Ulfah Maria (2007); melakukan penelitian terhadap siswa SMP N 20 Jebres Surakarta, Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keharmonisan keluarga dan konsep diri secara bersama-sama memberikan peran terhadap kecenderungan kenakalan remaja, sumbangan efektif masingmasing prediktor yaitu konsep diri memiliki peran 30,5% sedangkan keharmonisan keluarga yaitu 7,2%. Hasil penelitian ini menemukan bahwa remaja yang terpenuhi kebutuhannya secara psikologis lebih kecil kecenderungan untuk berperilaku delinkuen. Kebutuhan psikologis ini akan didapatkan remaja dari keluarga yang harmonis dan sehat. Keluarga yang sehat adalah keluarga yang memberikan tempat bagi setiap individu menghargai perubahan yang terjadi akibat perkembangan kedewasaan dan mengajarkan kemampuan berinteraksi kepada anggota keluarga terutama remaja. Dalam keluarga harmonis, seluruh anggota keluarga merasa dicintai, dan mencintai, merasa terpenuhi kebutuhan biologis dan psikologisnya, saling menghargai dan mengembangkan sistem interaksi yang memungkinkan setiap anggota menggunakan seluruh potensinya. Dengan kata lain bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila siswa secara psikologis konsep diri dan adanya keharmonisan dalam kelaurga dapat mengurangi terjadinya penyimpangan perilaku. Kaitannya dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah dengan meningkatkan perhatian orangtua dan lingkungan sekolah dapat mengurangi terjadinya penyimpangan perilaku siswa.
36 36
b. Wuryati (2012); Persepsi Masyarakat Terhadap Perilaku Menyimpang Remaja. Perilaku menyimpang remaja sebagai bagian dari kemerosotan moral dan merupakan peristiwa minimnya pembenaran yang dilakukan remaja terhadap normanorma moral, hukum, dan sosial yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang tidak dikehendaki masyarakat, sekolah dan negara seperti berbohong, mengendari kendaraan dengan klakson yang keras, membolos sekolah, mencuri, mabuk-mabukan, hamil di luar nikah dan lainnya. Norma kesusilaan mengendaki agar tidak berbuat sesuatu yang menjerumusan diri sendiri sebagai manusia yang jelek, hina dan tercela, sebaliknya agar tiap-tiap orang untuk bersikap dan berbuat lebih baik dalam batinnya maupun dalam tindakannya. Selain melanggar norma susila, perilaku penyimpangan juga tidak sesuai dengan norma hukum.Tindakan pencurian juga merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan norma agama. Hasil temuan di lapangan bahwa bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang Remaja di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal, diklasifikasikan terdapat perilaku menyimpang yang masih dapat diterima masyarakat merupakan penyimpangan primer (Primary Deviation) dan terdapat perilaku menyimpang yang tidak dapat diterima oleh masyarakat penyimpangan sekunder (Secundary Deviation). Tindakan merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing bagi remaja di Kecamatan Rowosari. Kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja biasanya di depan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertatik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya. Kaitannya dengan penelitian yang dilakukan penulis, bahwa ada penyimpangan perilaku yang dianggap tidak melanggar normatif, karena semua warga sudah memakluminya bukan suatu penyimpangan, di mana anak dapat merokok, baik di depan kelaurga maupun di depan kelompoknya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain dan yang dilakukan oleh penulis, pada dasarnya variabel-variabel bebas memberikan kontribusi terhadap variabel terikat, sehingga dalam hal ini, apa yang dilakukan penelitian oleh penulis, hasil yang diperoleh mendekati dengan hasil yang dilakukan oleh peneliti lain. B. Kerangka Pemikiran 1. Pengaruh Perhatian Orangtua terhadap Penyimpangan Perilaku Peranan orangtua dalam dunia pendidikan sangatlah dibutuhkan sebagai penunjang prestasi akademik anak di sekolah. Seperti diketahui banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik seorang anak,
37 37
salah satunya adalah dukungan orangtua, yaitu suatu bentuk perlakuan orangtua dalam memberikan perhatian serta bantuan dalam masalahmasalah dibidang pendidikan guna mencapai prestasi akademik yang dihadapi anaknya. Orangtua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Kesadaran orangtua akan peran dan tanggung jawabnya selaku pendidik pertama dan utama dalam keluarga sangat diperlukan. Tanggung jawab orangtua terhadap anak tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Konteknya dengan tanggung jawab orangtua dalam pendidikan, maka orangtua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak orangtua adalah model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model seharusnya orangtua memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orangtua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu Islam mengajarkan kepada orangtua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anak mereka. Fungsi keluarga sebagai lembaga pendidikan dimana antara orangtua dan anak terjalin komunikasi edukatif, dalam mencapai keberhasilan proses pendidikannya. Sebab peranan orangtua sangat bersifat menentukan. Dan cara praktis lebih mengenal anak, lebih leluasa, lebih dekat yang tanpa formalitas-formalitas, hal itu lebih berperan dalam menentukan kegiatan belajar anaknya. Sehubungan dengan itu, banyak para ahli pendidikan mengemukakan tentang perhatian orangtua terhadap kegiatan pendidikan anaknya yang diantaranya menyoroti; orangtua sebagai pengawas kegiatan belajar anak, pendorong semangat belajar, membangkitkan minat, memberi fasilitas, menentukan waktu dan disiplin belajar, memberi bantuan belajar, memperhatikan kesehatan dan menciptakan iklim belajar di rumah. Kaitan antara perhatian orangtua dan penyimpangan perilaku adalah kasus-kasus keriminal yang terjadi salah satunya, karena perhatian orangtua yang kurang terhadap anak, sehingga anak akan mencari sesuatu agar mendapat perhatian dari orangtuanya. Sesuatu yang dicari oleh anak terkadang hal yang bertentangan dengan norma atau kaidah yang berlaku seperti penggunaan obat terlarang, melakukan sex bebas, dll. Berdasarkan uraian di atas diduga terdapat pengaruh negatif perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku. 2. Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku Suatu kenyataan yang terjadi dalam kehidupan pembelajaran dewasa ini bahwa hasil pembelajaran banyak dipengaruhi oleh proses pembelajaran siswa, perencanaan pembelajaran, dan penataan lingkungan, khususnya lingkungan belajar. Lingkungan belajar siswa di sekolah baik di kelas maupun di lingkungan kelas kurang ditata sedemikian rupa yang mendukung proses pembelajaran di kelas, dan para guru dalam mengajar menggunakan model atau pendekatan pembelajaran
38 38
mengikuti yang sedang dikembangkan namun tidak dibarengi dengan setting kelas yang dituntut oleh model atau pendekatan yang digunakan tersebut. Lingkungan sekolah merupakan situasi atau suasana yang muncul karena adanya hubungan antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan peserta didik atau hubungan antara peserta didik yang menjadi ciri khas sekolah yang ikut mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah. Kepala sekolah memegang peran penting untuk menciptakan lingkungan sekolah, baik fisik maupun non fisik yang kondusif akademik, karena keadaan ini merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan ekspektasi yang tinggi dari warga sekolah dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa adalah contohcontoh iklim yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Suasana sekolah yang efektif dirasakan, sebagai penuh rasa kekeluargaan, bersifat praktis, dan penuh kejujuran. Sekolah selalu beranggapan, bahwa lingkungan sekolah yang baik merupakan prioritas utama untuk pencapaian kemajuan. Lingkungan sekolah yang positif adanya hubungan yang harmonis atau akrab antara personel sekolah, adanya hubungan kekeluargaan, adanya saling percaya diantara para guru yang menyebabkan suasana menjadi nyaman, para guru memiliki sifat antusiasme dalam bekerja, adanya komitmen yang tinggi para guru terhadap sekolahnya, dan para guru merasa bangga terhadap sekolah mereka. Sedangkan lingkungan sekolah yang negatif adalah tidak adanya hubungan yang harmonis atau akrab antara personil sekolah, tidak adanya hubungan kekeluargaan, tidak adanya saling percaya antara para guru yang menyebabkan suasana sekolah tidak nyaman, para guru tidak memiliki sifat antusiasme dalam bekerja, tidak adanya komitmen yang tinggi terhadap sekolahnya, dan para guru tidak merasa bangga dengan sekolah mereka, sehingga perhatian kepada siswa menjadi tidak maksimal yang menyebabkan terjadinya kejenuhan yang berakibat siswa akan melawan terhadap gurunya. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang tidak terjadi begitu saja tanpa ada sebab-sebab yang menyertainya, karena perilaku menyimpang berkembang melalui suatu periode waktu-waktu tertentu sebagai hasil dari serangkaian tahapan interaksisosial dan adanya kesempatan untuk berperilaku menyimpang. Masalah sosial dalam perspektif perilaku menyimpang terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur baku tersebut berarti telah menyimpang.
39 39
Disorganisasi sosial pada masyarakat, seringkali terjadi bukan sekedar ketidakpastian dan surutnya kekuatan mengikat norma sosial, tetapi lebih dari itu, perilaku menyimpang karena tidak memperoleh sanksi sosial kemudian dianggap sebagai yang biasa dan wajar. Perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal, dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Kaitan antara perhatian orangtua dan lingkungan sekolah dengan penyimpangan perilaku, bahwa penyimpangan perilaku tidak lepas dari perhatian orangtua yang memiliki peran utama dalam terbentuknya akhlak, moral yang baik, sehingga anak akan siap untuk mengaruhngi kehidupan dunia ini, apalagi untuk masa sekarang ini pengaruh lingkungan sangat dominan sekali terhadap perkembangan mental anak, bahkan yang lebih mempengaruhi akhlak anak adalah pengaruh media khususnya tayangan televisi, film, majalah dan jaring sosial (Facebook). Berdasarkan uraian di atas diduga lingkungan sekolah tidak berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku. Berdasarkan pada kerangka pikir di atas, maka penelitian ini telah didesain dengan model penelitian seperti di bawah ini:
Perhatian Orangtua: 1. Kontrol dan pemantauan 2. dukungan dan keterlibatan 3. komunikasi dan pendisiplinan (Sri Lestari, 2012) (Kathryn Geldard dan David Geldard, 2011)
Lingkungan Sekolah: 1. Lingkungan fisik 2. Lingkungan sosial 3. Lingkungan akademis (Sukmadinata, 2005)
Penyimpangan Perilaku: 1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik dan materi 2. Kenakalan yang melawan status dan sosial (Jensen dalam Sarlito Wirawan Sarwono; 211)
40 40
C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan kerangka pikir, maka hipotesisis penelitian yang diajukan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh negatif perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku siswa SMA swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. 2. Terdapat pengaruh negatif lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku siswa SMA swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. 3. Terdapat pengaruh negatif perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap penyimpangan perilaku siswa SMA swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi.
BAB III METODOLOGI PENEITIAN A. Desain dan Prosedur Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Masyhudzulhak (2012:240) bahwa metode kuantitatif yaitu cara atau prosedur untuk mendapatkan data yang digunakan untuk penemuan, pengembangan berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan, dan metode pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah field research (penelitian lapangan), yakni dengan tinjauan lapangan demi memperoleh data yang valid agar kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Arikunto (2006:270) menyatakan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan korelasional yakni pendekatan yang bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan. Menurut Sugiyono (2004:11) penelitian yang bersifat hubungan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian menggunakan 3 (tiga) buah instrument yang berbentuk kuesioner yang disusun berdasarkan indikatorindikator yang ada dalam variabel penelitian untuk mengukur masing-masing: (1) penyimpangan perilaku remaja sebagai variabel terikat (Y), (2) perhatian orangtua sebagai variabel bebas (X1), dan (3) lingkungan sekolah sebagai variabel bebas (X2). Penelitian ini didesain untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh antara variabel Independent (bebas) dengan variabel Dependent (terikat) dalam populasi. Variabel bebas dalam penelitian ini ada dua, yakni perhatian orangtua dan lingkungan sekolah. Sedangkan variabel terikatnya adalah penyimpangan perilaku. Pengaruh antar variabel tersebut dapat digambarkan dengan desain sebagai berikut:
X11 Y
X2
Gambar 3.1. Desain Penelitian Keterangan: X1 = Perhatian Orangtua X2 = Lingkungan Sekolah Y = Penyimpangan Perilaku
41
42 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Swasta yang berada di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi, dengan jumlah siswa sebagai berikut: Tabel 3.1. Data Jumalah Siswa SMA Swasta di Kecamatan Bekasi Timur No Sekolah Kelas ∑ Siswa X XI XII 1 SMA KORPRI 238 268 224 730 2 SMA Bani Saleh 64 138 119 321 3 SMA Muhammadiyah 09 58 48 94 200 4 SMA Santa Maria Monica 80 84 85 249 5 SMA PGRI 1 174 124 216 562 6 SMA YPI 45 Bekasi 34 47 81 162 7 SMA Almuhajirin 20 35 45 100 8 SMA Ananda 165 166 148 479 9 SMA Mandalahayu 123 186 162 471 10 SMA BPI 12 25 23 60 11 SMA Global Persada Mandiri 29 29 Jumlah 987 1179 1197 3363 Sumber: Pusat Data Kantor Dinas Kemdiknas Kota Bekasi 2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan April sampai Juli 2015. Adapun rangkaian kegiatan penelitian ini dimulai dengan; penelitian pendahuluan, menyusun proposal, seminar proposal, penyusunan instrumen, ujicoba instrumen, menjaring data, tabulasi dan analisis data, menyusun naskah tesis dan ujian tesis. Secara rinci kegiatan tersebut ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 3.2. Jadwal Kegiatan Penelitian No Kegiatan Waktu Pelaksanaan Penelitian Apr Mei Jun Jul 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penelitian pendahuluan 2 Menyusun proposal 3 Seminar proposal 4 Penyusunan instrument 5 Ujicoba instrument 6 Menjaring data 7 Analisis data 8 Menyusun naskah tesis 9 Ujian tesis
43 43
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Menurut Nazir (2002:271) populasi adalah “sebagai kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan”. Singarimbun dan Effendi (200:108) menyatakan bahwa “populasi disini diartikan sebagai jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga”. Sementara Menurut Sugiyono (2004:122) populasi merupakan “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini yang menjadi populasi target adalah seluruh siswa SMA Swasta yang berada di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi, sedangkan populasi terjangkau adalah siswa-siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini, yaitu SMA KORPRI, SMA Bani Saleh, SMA Muhmammadiyah 09, SMA PGRI 1 dan SMA YPI 45 Bekasi yang berada di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. 2. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan teknik Proportional Random Sampling, di mana semua populasi memiliki peluang untuk terpilih sebagai sampel secara acak proporsional. Dalam menentukan jumlah atau besarnya sampel, sebenarnya tidak ada ketentuan atau aturan baku, tetapi ada beberapa rujukan yang dapat digunakan seperti yang dirumuskan oleh Slovin. Tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan penulis sebagai berikut: a. Mencatat SMA Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi b. Mencatat SMA Swasta di Kecamatan Bekasi Timur dan memasukkan ke dalam gelas arisan, kemudian nama SMA yang keluar sebagai SMA yang terpilih untuk penelitian c. Hasil dari kocokkan arisan diperoleh; SMA KORPRI, SMA Bani Saleh, SMA Muhmammadiyah 09, SMA PGRI 1 dan SMA YPI 45 Bekasi dengan jumlah siswa kelas XI sebanyak 683. d. Memilih kembali dari 5 sekolah yang terpilih untuk dijadikan sebagai tempat untuk Uji coba Instrumen melalui kocokkan arisan; maka tepilih 3 SMA yang keluar dari gelas kocokan arisan yaitu: SMA KORPRI, SMA Bani Saleh, dan SMA YPI 45 Bekasi dengan jumlah siswa untuk Uji coba instrumen tersebut sebanyak 30 orang siswa e. Menentukan jumlah sampel penelitian di mana SMA PGRI 1 dan SMA Muhmammadiyah 09 terpilih sebagai tempat penelitian dengan jumlah siswa kelas XI sebanyak 172 siswa, merujuk pada rumus Slovin, jika populasi sebanyak 172 dengan presisi yang ditetapkan sebesar 10%; maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 63 orang, dengan perhitungan sebagai berikut:
44 44
Menentukan jumlah sampel dari populasi dapat dipergunakan rumus Slovin pada margin kesalahan 10% (Riduan, 2009:65) sebagai berikut: N
Dimana:
n= 2
1 + Nd
n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi d = Presisi yang ditetapkan
Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut: n = N Diketahui: 2 N = 172 1 + Nd d = 0,01 Ditanyakan nilai n (sampel)? n = 172 2 1 + 172 (0,01) = 63,24 = 63 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka jumlah sampel ditetapkan sebanyak 63 orang siswa dan jumlah sampel untuk uji coba sebanyak 30 orang siswa. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data melalui penyebaran instrumen angket/kuesioner model Skala Likert, yang diberikan pada responden yaitu siswa pada SMA PGRI 1 dan SMA Muhmammadiyah 09 Kota Bekasi kelas XI sebanyak 63 orang. Ketiga instrumen yang dirancang tersebut terdiri; (1) variabel terikat yaitu Penyimpangan perilaku remaja (Y), dan 2 (dua) variabel bebas yaitu Perhatian orangtua (X1) dan Lingkungan sekolah (X2). E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini terdiri atas tiga jenis instrumen yaitu instrumen untuk mengukur perhatian orangtua, instrumen untuk mengukur lingkungan sekolah dan instrumen untuk mengukur penyimpangan perilaku, ketiga jenis instruemn tersebut berbentuk angket (kuesioner) dengan menggunakan skala Likert. Penjelasan ketiga instrumen sebagai berikut; 1. Instrumen Perhatian Orangtua a. Definisi Konseptual Perhatian orangtua dalam penelitian ini adalah suatu kesadaran jiwa orangtua yang ditujukan pada anaknya baik ia berada dalam rumah maupun berada di luar rumah (sekolah). b. Definisi Operasional Perhatian orangtua dalam penelitian ini adalah skor total yang diperoleh responden dalam menjawab pernyataan berdasarkan pada pengembangan kisi-kisi instrumen perhatian orangtua yang dapat diukur melalui dimensi; (1) kontrol dan pemantauan dengan indikator; (a) memberi anak penjelasan tentang belajar, (b) mengetahui aktivitas yang dilakukan, (c)
45 45
mengetahui siapa teman-temannya, dan (d) mengetahui perkembangan sosialnya, (2) dukungan dan keterlibatan dengan indikator; (a) mendampingi anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah, (b) menyediakan tempat belajar yang nyaman dan kondusif, (c) menyediakan sumber-sumber belajar dan (d) menyediakan peralatan yang dapat mendukung aktivitas belajar, (3) komunikasi dan pendisplinan dengan indikator; (a) membicarakan tentang kebutuhan anak-anak yang diinginkan, (b) meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak-anak, (c) dibiasakan hidup disiplin, dan (d) memberikan reward and punisment. c. Kisi-kisi Instrumen Pernyataan-pernyataan dalam mengukur perhatian orangtua menggunakan skala Likert dengan alternatif pilihan yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S), Jarang (JR), Sangat Jarang (SJ), dan Tidak Pernah (TP). Masing-masing pernyataan diberi skor satu sampai lima. Untuk pernyataan yang bersifat positif kemungkinan jawaban diberi skor sebagai berikut: SS = 5; S = 4; JR = 3; SJ = 2; dan TP = 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor sebagai berikut: SS = 1; S = 2; JR = 3; SJ = 4; dan TP = 5. Kisi-kisi instrumen penelitian variabel perhatian orangtua, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Perhatian Orangtua Nomor Item Variabel Indikstor Total Positif Negatif Perhatian Kontrol dan pemantauan Orangtua 1. memberi anak 1 2 2 penjelasan tentang belajar 2. mengetahui aktivitas 3,4 5 3 yang dilakukan 3. mengetahui siapa 6 7 2 teman-temannya 4. mengetahui 8 9 2 perkembangan sosialnya Dukungan dan keterlibatan 1. mendampingi anak 10,11 12 3 dalam mengerjakan pekerjaan rumah 2. menyediakan tempat 13,14 15 3 belajar yang nyaman dan kondusif 3. menyediakan sumber16 17 2 sumber belajar 4. menyediakan peralatan 18 19 2 yang dapat mendukung aktivitas belajar
46 46
Komunikasi dan pendisplinan 1. membicarakan tentang 20 kebutuhan anak-anak yang diinginkan 2. meluangkan waktu 22,23 untuk berbincangbincang dengan anakanak 3. dibiasakan hidup 25 disiplin 4. memberikan reward 27,28 and punisment 17
21
2
24
3
26
2
29,30
4
13
30
d. Validasi Instrumen 1) Uji Validitas Uji Validitas bertujuan untuk mengukur instrumen yang telah disusun dan dapat dikatakan valid, yaitu jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Instrumen perhatian orangtua disusun berdasarkan atas indikator-indikator yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan sebanyak 30 pernyataan. Untuk menguji validitas butir instrumen, dilakukan uji coba instrument kepada 30 orang siswa di luar sampel penelitian.Validitas butir pernyataan instrumen didasarkan atas uji korelasi Product Moment Pearson, yaitu melihat korelasi antara skor butir instrument dengan skor total seluruh butir instrumen yang bersangkutan. Pernyataan yang sahih apabila memiliki Kriteria validitas yang ditentukan dengan melihat nilai pearson correlation dan Sig. (2-tailed). Jika Nilai pearson correlation > nilai pembanding berupa r-kritis (0,361), maka item tersebut valid, (Sugiyono, 2008:126). 2) Reliabilitas Validitas butir pernyataan selanjutnya diuji reliabilitasnya, yaitu untuk membuktikan instrument yang dijadikan pengukuran dapat dikatakan reliabel, jika pengukurannya konsisten dan cermat, sehingga instrument sebagai alat ukur dapat menghasilkan suatu hasil pengukuran yang dapat dipercaya.Uji reliabilitas ini menggunakan rumus Alpha Cronbach, (Arikunto, 2010:196). 2. Instrumen Lingkungan Sekolah a. Definisi Konseptual Lingkungan Sekolah dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar sekolah atau berada di luar sekolah yang dapat mempengaruhi dan bermakna bagi siswa dalam proses belajar mengajar yang ada di sekolah, baik itu dalam lingkungan sosial (lingkungan fisik) maupun lingkungan non-sosial (lingkungan akademik).
47 47
b. Definisi Operasional Lingkungan Sekolah dalam penelitian ini adalah skor total yang diperoleh responden dalam menjawab pernyataan berdasarkan pada pengembangan kisi-kisi instrumen lingkungan sekolah yang dapat diukur melalui dimensi; (1) Lingkungan fisik sekolah dengan indikator; (a) sarana dan prasarana belajar, (b) sumber-sumber belajar, dan (c) media belajar, (2) Lingkungan sosial dengan indikstor; (a) hubungan siswa dengan teman-temanya, (b) hubungan siswa dengan guru-gurunya, dan (c) hubungan siswa dengan staf sekolah yang lain, (3) Lingkungan Akademis dengan indikator; (a) suasana sekolah, (b) pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler. c. Kisi-kisi Instrumen Pernyataan-pernyataan dalam mengukur lingkungan sekolah menggunakan skala Likert dengan alternatif pilihan yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S), Jarang (JR), Sangat Jarang (SJ), dan Tidak Pernah (TP). Masing-masing pernyataan diberi skor satu sampai lima. Untuk pernyataan yang bersifat positif kemungkinan jawaban diberi skor sebagai berikut: SS = 5; S = 4; JR = 3; SJ = 2; dan TP = 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor sebagai berikut: SS = 1; S = 2; JR = 3; SJ = 4; dan TP = 5. Kisi-kisi instrumen penelitian variabel lingkungan sekolah, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Lingkungan sekolah Variabel Indikstor Nomor Item Total Positif Negatif Lingkungan Lingkungan fisik sekolah Sekolah 1. sarana dan prasarana 1,2 3,4 3 belajar 2. sumber-sumber belajar 5,7 6 3 3. media belajar 8,9 10 3 Lingkungan sosial 1. hubungan siswa dengan 11,12 13 3 teman-temanya 2. hubungan siswa dengan 14,15 16,17 4 guru-gurunya 3. hubungan siswa dengan 18 19 2 staf sekolah yang lain Lingkungan Akademis 1. suasana sekolah 20,21 22 3 2. pelaksanaan kegiatan 23,24,2 28,29,3 8 belajar mengajar dan 5, 0 berbagai kegiatan 26,27 kokurikuler 18 12 30
48 48
d. Validasi Instrumen 1) Uji Validitas Uji Validitas bertujuan untuk mengukur instrumen yang telah disusun dan dapat dikatakan valid, yaitu jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Instrumen lingkungan sekolah disusun berdasarkan atas indikator-indikator yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan sebanyak 30 pernyataan. Untuk menguji validitas butir instrumen, dilakukan uji coba instrument kepada 30 orang siswa di luar sampel penelitian.Validitas butir pernyataan instrumen didasarkan atas uji korelasi Product Moment Pearson, yaitu melihat korelasi antara skor butir instrument dengan skor total seluruh butir instrumen yang bersangkutan. Pernyataan yang sahih apabila memiliki Kriteria validitas yang ditentukan dengan melihat nilai pearson correlation dan Sig. (2-tailed). Jika Nilai pearson correlation > nilai pembanding berupa r-kritis (0,361), maka item tersebut valid, (Sugiyono, 2008:126). 2) Reliabilitas Validitas butir pernyataan selanjutnya diuji reliabilitasnya, yaitu untuk membuktikan instrument yang dijadikan pengukuran dapat dikatakan reliabel, jika pengukurannya konsisten dan cermat, sehingga instrument sebagai alat ukur dapat menghasilkan suatu hasil pengukuran yang dapat dipercaya.Uji reliabilitas ini menggunakan rumus Alpha Cronbach, (Arikunto, 2010:196). 3. Instrumen Penyimpangan Perilaku a. Definisi Konseptual Penyimpangan perilaku dalam penelitian ini adalah suatu suatu tindakan atau perilaku yang menyimpang dari norma, aturan yang telah disepakati bersama dan berlaku pada masyarakat setempat, sehingga dapat menimbulakan kerugian baik fisik maupun mental pada pihak lain. b. Definisi Operasional Penyimpangan perilaku dalam penelitian ini adalah skor total yang diperoleh responden dalam menjawab pernyataan berdasarkan pada pengembangan kisi-kisi instrumen penyimpangan perilaku yang dapat diukur melalui dimensi; (1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik dan materi pada orang lain dengan indikator; (a) perkelahian dan pelecehan seksual (perkosaan), (b) perusakan dan pencurian, (c) pencopetan dan pemerasan; (2) Kenakalan yang melawan status dan sosial dengan indikator; (a) pelacuran dan penyalahgunaan obat terlarang, (b) hubungan seks sebelum menikah, (c) membolos sekolah, dan (d) minggat dari rumah dan membantah perintah orangtua. c. Kisi-kisi Instrumen Pernyataan-pernyataan dalam mengukur penyimpangan perilaku menggunakan skala Likert dengan alternatif pilihan yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S), Jarang (JR), Sangat Jarang (SJ), dan Tidak Pernah (TP). Masing-masing pernyataan diberi skor satu sampai lima. Untuk
49 49
pernyataan yang bersifat positif kemungkinan jawaban diberi skor sebagai berikut: SS = 5; S = 4; JR = 3; SJ = 2; dan TP = 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor sebagai berikut: SS = 1; S = 2; JR = 3; SJ = 4; dan TP = 5. Kisi-kisi instrumen penelitian variabel penyimpangan perilaku, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.5. Kisi-kisi Instrumen Penyimpangan Perilaku Nomor Item Variabel Indikator Total Positif Negatif Penyimpangan Kenakalan yang menimbulkan korban fisik Perilaku dan materi pada orang lain Remaja 1. perkelahian dan 1,2,3 4,5 5 pelecehan seksual (perkosaan) 2. perusakan dan 6,7 8 3 pencurian 3. pencopetan dan 9,10 11 3 pemerasan Kenakalan yang melawan status dan sosial 1. pelacuran dan 12,13,14 15,16 5 penyalahgunaan obat terlarang 2. hubungan seks 17,18 19,20 4 sebelum menikah 3. membolos sekolah 21,22 23,24 4 4. minggat dari rumah 25,26,27 28,29,30 6 dan membantah perintah orangtua 17 13 30 d. Validasi Instrumen 1) Uji Validitas Uji Validitas bertujuan untuk mengukur instrumen yang telah disusun dan dapat dikatakan valid, yaitu jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Instrumen penyimpangan perilaku disusun berdasarkan atas indikator-indikator yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan sebanyak 30 pernyataan. Untuk menguji validitas butir instrumen, dilakukan uji coba instrument kepada 30 orang siswa di luar sampel penelitian.Validitas butir pernyataan instrumen didasarkan atas uji korelasi Product Moment Pearson, yaitu melihat korelasi antara skor butir instrument dengan skor total seluruh butir instrumen yang bersangkutan. Pernyataan yang sahih apabila memiliki Kriteria validitas yang ditentukan dengan melihat nilai pearson correlation dan Sig. (2tailed). Jika Nilai pearson correlation > nilai pembanding berupa rkritis (0,361), maka item tersebut valid, (Sugiyono, 2008:126).
50 50
2) Reliabilitas Validitas butir pernyataan selanjutnya diuji reliabilitasnya, yaitu untuk membuktikan instrument yang dijadikan pengukuran dapat dikatakan reliabel, jika pengukurannya konsisten dan cermat, sehingga instrument sebagai alat ukur dapat menghasilkan suatu hasil pengukuran yang dapat dipercaya.Uji reliabilitas ini menggunakan rumus Alpha Cronbach, (Arikunto, 2010:196). F. Uji Instrumen Penelitian Instrumen penelitian memegang peranan penting dalam suatu penelitian. Instrumen penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Karena data yang dikumpulkan melalui instrumen akan digunakan dalam menjawab hipotesis penelitian. Menurut Arikunto (2007:123) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari instrumen penyimpangan perilaku, perhatian orangtua dan lingkungan sekolah berupa angket dengan model skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, (Sugiyono, 2008:93). Angket dalam penelitian ini menggunakan lima options atau pilihan jawaban. Cara responden menjawab pertanyaan dengan memberikan ceklis (V) pada salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. 1. Uji Coba Instrumen Instrumen penelitian yang telah dibuat, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen, untuk mengetahui layak tidaknya instrumen penelitian yang digunakan. Instrumen dari masing-masing variabel perhatian orangtua (X1), variabel lingkungan sekolah (X2) dan variabel penyimpangan perilaku (Y) dilakukan uji coba kepada siswa-siswa yang tidak termasuk ke dalam sampel penelitian, yang digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. 2. Uji Validitas Instrumen Proses validasi dilakukan dengan menganalisis data hasil uji coba instrumen yaitu validitas butir dengan menggunakan koefisien korelasi Product Moment yang pengolahannya dengan menggunakan komputer program MSExcel, ujicoba instrumen dilakukan terhadap 30 responden, berdasarkan tabel r Product Moment maka diperoleh nilai r butir soal dianggap valid bila nilai r ≥ 0,361” (Sugiyono, 2003:339). Rumus yang digunakan sebagai berikut: r xy
n XiYi Xi
n Xi 2
Xi 2
Yi
n Yi 2
Keterangan: rxy = Koefisien korelasi n = Jumlah sample uji coba ΣX = Jumlah skor butir ΣY = Jumlah skor butir total ΣXY = Jumlah perkalian X dan Y
Yi 2
51 51
Hasil uji validitas kuesioner perhatian orangtua dari 30 responden uji coba terdapat pada tabel. Kuesioner dikatakan valid (shahih) jika nilai rhitung > rkritis. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 30 soal instrumen perhatian orangtua sebanyak 28 soal dinyatakan valid dan 2 soal dinyatakan tidak valid yaitu soal nomor 11 dan 24. (tabel terlampir). Hasil uji validitas kuesioner lingkungan sekolah dari 30 responden uji coba terdapat pada tabel. Kuesioner di katakan valid (shahih) jika nilai rhitung > rkritis. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 30 soal instrumen lingkungan sekolah sebanyak 28 soal dinyatakan valid dan 2 soal dinyatakan tidak valid yaitu soal nomor 11 dan 25. (tabel terlampir). Hasil uji validitas kuesioner penyimpangan perilaku dari 30 responden uji coba terdapat pada tabel. Kuesioner di katakan valid (shahih) jika nilai rhitung > rkritis. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 30 soal instrumen penyimpangan perilaku sebanyak 28 soal dinyatakan valid dan 2 soal dinyatakan tidak valid yaitu soal nomor 5 dan 22. (tabel terlampir). Rekapitulasi jumlah item instrumen hasil uji coba tertera pada tabel di bawah ini: Tabel 3.6. Jumlah Item Angket Hasil Uji Coba No. Variabel Pra-Uji Coba Tidak valid Valid 1 Perhatian Orangtua 30 2 28 2 Lingkungan Sekolah 30 2 28 3 Penyimpangan Perilaku 30 2 28 Jumlah 90 6 84 3. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas dapat dinyatakan sebagai tingkat kemampuan hasil dari dua pengukuran terhadap hal yang sama. Untuk menentukan instrumen dinyatakan reliabel atau tidak, maka dilakukan dengan membandingkan koefisien reliabitas (r11) dengan 0,7; Menurut Sudijono, bila r11 ≥ 0,70 berarti Instrumen tersebut telah memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable)” (Sudijono, 2003:209), jika hasil perhitungan ternyata r11 > 0,7; maka instrumen dianggap reliabel (ajeg, konstan), sebaliknya jika r11< 0,7; maka dianggap tidak reliabel. rumus Alpha Cronbach yang digunakan sebagai berikut: s k i r11 s 2 1 2 k 1 t Keterangan: r11 : koefisien alpha k : banyak item yang valid si 2 : varian item st 2 : varian total Berdasarkan hasil perhitungan nilai Reliabilitas untuk ketiga varibel dapat dirangkum seperti tabel di bawah ini:
52 52
No. 1 2 3
Tabel 3.7. Nilai Reliabilitas Hasil Uji Coba Variabel Pasca-Uji Coba Nilai Alpha Cronbach Perhatian Orangtua 28 0,9391 Lingkungan Sekolah 28 0,9303 Penyimpangan Perilaku 28 0,9668 Jumlah 84
G. Teknik Analisis Data Untuk menguji hipotesis penelitian, perlu dilakukan analisa data. Tahapan analisis data meliputi: (1) mendiskripsikan data untuk setiap variabel penelitian, (2) melakukan uji persyaratan analisis, dan (3) menguji hipotesis. 1. Analisis Deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk mencari harga rata-rata, varians, simpangan baku, distribusi frekuensi, modus, mean, median, (Hasan, 2005:57), pembuatan histogram dari skor Y (penyimpangan perilaku), skor X1 (perhatian orangtua) dan skor X2 (lingkungan sekolah). 2. Uji Persyaratan Analisis Data Uji persyaratan analisis data diperlukan sebagai melakukan uji hipotesis dengan korelasi atau analisis regresi pada statistik parametrik. Untuk data dari penyimpangan perilaku, perhatian orangtua dan lingkungan sekolah, uji persyaratan datanya adalah Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan uji Multikolieritas. a. Uji Normalitas Galat Taksiran Tujuan melakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dari masing-masing sampel variabel bersifat normal. Untuk menguji apakah data sampel yang sedang diteliti berasal dari populasi dengan distribusi normal atau tidak (Arikunto, 2007:304), dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan pendekatan koreksi Liliefors. Menurut Sudjana (2005:266), langkahlangkahnya sebagai berikut: Menyusun data berdasarkan urutan terkecil sampai terbesar. Menentukan nilai Zi dengan rumus: X X Zi 1 S Keterangan: Zi = Nilai baku yang akan dicari X1 = Skor siswa kelas eksperimen X = Rata – rata skor tiap kelompok S = Simpangan baku Menentukan F(Zi) berdasarkan nilai tabel Zi, dengan rumus: Z Z .... Zn F(Zi ) 1 2 n Menentukan nilai L dengan rumus :
L F(Zi S(Zi )
53 53
Keterangan : L = Koefisien Normalitas Liliefors Z = Nilai baku tiap variabel S = Simpangan baku Kriteria uji normalitas dapat ditentukan dengan melihat nilai Sig. Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai Sig. > 0,05 berarti data dari sampel tersebut berdistribusi normal, (Priyatno, 2011:77). b. Uji Linieritas Uji linieritas dilakukan untuk menguji signifikan atau tidak hubunganantar variabel (Hasan, 2004:103), dengan mencari persamaan garis regresi variabel bebas X terhadap variabel terikat Y. Berdasarkan garis regresi yang telah dibuat, selanjutnya diuji keberartian koefisien garis regresi serta linieritasnya. Uji linieritas antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y memanfaatkan SPSS. Hasil analisis yang diperhatikan pada harga signifikansi F pada baris deviation from linierity. Interpretasi hasil analisis dilakukan dengan: 1) Susun Hipotesis: H0 : Model regresi linier H1 : Model regresi tidak linier 2) Menetapkan taraf signifikansi (misalnya a=0,05) 3) Membandingkan signifikansi yang ditetapkan dengan signifikansi yang diperoleh dari analsisis (Sig.) Bila a < Sig., maka H0 diterima, berarti regresi linier Bila a > Sig., maka H1diterima, berarti regresi tidak linier, (Priyatno, 2011:85). c. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dalam rangka menguji kesamaan varians setiap kelompok data dan analisis ferensial dalam uji komperasi. Uji homogenitas yang dilakukan dengan uji F (Fisher). Uji F dilakukan dengan cara membandingkan data varians terbesar dibagi data terkecil, (Supardi, 2012:138). d. Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel-variabel bebas.Uji multikolinearitas dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) paling jamak dilakukan dalam penelitian di Indonesia. Asumsi multikolinearitas terpenuhi jika nilai VIF pada output SPSS di bawah 10. Karena VIF = 1/Tolerance, maka asumsi multikolinearitas juga dapat ditentukan dengan Tolerance di bawah 0,1; (Priyatno, 2011:288). Pengujian multikolinearitas VIF dengan SPSS bisa dilakukan masuk ke menu Analyze, pilih Regression, lalu pilih Linear.
54 54
H. Pengujian Statistik 1. Analisis Regresi Linier Regresi linier bertujuan untuk menganalisis ketergantungan satu variabel terikat (Y) terhadap sejumlah variabel bebas (X), atau untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel X terhadap variabel Y digunakan metode Analisis Regresi Linier (Hasan, 2004:74), dengan persamaan umum sebagai berikut: a. Model Regresi: Y= β2 + β1 X1 + β2 X2 + Σ b. fungsi Regresi: Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 Keterangan : b0 = Intersep b1= koefisien variabel X1 b2= koefisien variabel X2 Y = Penyimpangan Perilaku X1= Perhatian Orangtua X2= Lingkungan Sekolah. 2. Analisis Korelasi Berganda Kuat tidaknya hubungan antara variabel X dengan variabel Y dihitung dengan analisis statistik koefisien korelasi berganda (R), dengan rumus sebagai berikut: R2
Sum of Squares Regression Sum of Squares Total Jumlah Kuadrat Rata - rata Regresi Jumlah Kuadrat Rata - rata Total
Nilai koefisien korelasi berganda berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1. Bila dua variabel mempunyai nilai R = 0, berarti dua variabel tersebut tidak terdapat hubungan. Sedangkan bila dua variabel mempunyai nilai R =1, maka dua variabel tersebut terdapat hubungan yang sempurna.Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara dua variabel yang dilambangkan dengan tanda (+ dan -). Tanda (+) pada nilai koefesien korelasi menunjukkan hubungan yang searah, artinya bila nilai variabel yang satu naik maka nilai variabel yang lainnya juga naik. Sedangkan nilai tanda (-) pada nilai koefisien korelasi menunjukkan hubungan yang berlawanan arah, artinya apabila nilai variabel yang satu naik maka nilai variabel yang lain akan turun atau sebaliknya. 3. Uji Hipotesis Parsial melalui Uji t (Uji atas Koefisien Korelasi Berganda) Nilai signifikansi koefesien korelasi berganda dapat duji dengan kriteria t – test, yaitu nilai t hitung dibandingkan dengan nilai tabel. Adapun rumus untuk mencari t hitung dari koefesien linier berganda, adalah sebagai berikut, (Priyatno, 2011:252):
t hitung
r n - k -1 1- r2
55 55
Keterangan: t = nilai signifikan koefisien korelasi berganda n = jumlah responden (sampel) k = jumlah variabel r = koefisien korelasi Ketentuan untuk masing-masing nilai t, yaitu: c. Bila nilai thitung > nilai ttabel, maka Hipotesis Penelitian ditolak. Artinya terdapat hubungan linear antara variabel bebas X dan variabel terikat Y signifikan. d. Bila nilai thitung < nilai ttabel, maka Hipotesis Penelitian diterima. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak terdapat hubungan linier antara variabel bebas X dan variabel terikat Y tidak signifikan. 4. Uji Hipotesis Simultan Melalui Uji F Anova (uji atas Koefisien Regresi Linier Berganda) Uji F digunakan untuk menguji hubungan variabel bebas secara bersamasama terhadap variaber bergantung, (Priyatno, 2011:258). Tingkat signifikansi koefisien regresi linier berganda, diketahui dengan uji F, yaitu membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Untuk mengetahui nilai Fhitung untuk regresi linier berganda dapat digunakan rumus, sebagai berikut: F hitung
Rata - rata Kuadrat Regresi Rata rata Kuadrat Residual
Ketentuan untuk masing-masing nilai F adalah sebagai berikut: a. Bila Fhitung > Ftabel maka Hipotesis Penelitian diterima, artinya koefisien b dalam persamaan regresi linier berganda adalah tidak sama dengan nol, sehingga persamaan garis regresi linier tersebut adalah benar / diterima. b. Bila nilai Fhitung < nilai Ftabel maka hipotesis Penelitian ditolak, artinya koefisien b dalam persamaan regresi linier berganda adalah sama dengan nol, sehingga persamaan garis regresi linier tersebut adalah tidak diterima atau ditolak. Atau dapat dikatakan bahwa variabel bebas X tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai variabel terikat Y, (Masyhudzulhak, 2011:91). I. Hipotesis Statistik Berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan di atas, maka hipotesis statistik dalam penelitian ini sebagai berikut, (Priyatno, 2011:181): 1. H0 : β1 ≤ 0 H1 : β 1 > 0 Artinya : H0 : Tidak terdapat pengaruh perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku di Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. H1 : Terdapat pengaruh perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku di Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi.
56 56
2. H0 : β 2 < 0 H1 : β 2 > 0 Artinya : H0 : Tidak terdapat pengaruh lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku di Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. H1 : Terdapat pengaruh lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku di Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. 3. H0 : β 1 = β 2 = 0 atau β 1 - β 2 = 0 H1 : β 1 - β 2 ≠ 0 Artinya : H0 : Tidak terdapat pengaruh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap penyimpangan perilaku di Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. H1 : Terdapat pengaruh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap penyimpangan perilaku di Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. Keterangan: β1 = Koefisien regresi perhatian orangtua. β2 = Koefisien regresi lingkungan sekolah.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah 1. Letak Geografis SMA PGRI 1 Kota Bekasi terletak di Jl. Cirebon Duren Jaya Kota Bekasi dengan Kode Pos-17111 berada di Provinsi Jawa Barat Indonesia Telp: 021-8803995 Fax: 021-8825256. SMA PGRI 1 Kota Bekasi adalah salah satu sekolah mengah umum yang mampu bersaing dengan sekolah umum lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan, khususnya dalam prestasi akademik. Guna mencapai tujuan pendidikan nasional pada umumnya, serta tujuan pendidikan sekolah pada khususnya, SMA PGRI 1 Kota Bekasi sebagai lembaga pendidikan tingkat menengah memandang perlu untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melalui KTSP ini sekolah dapat melaksanakan program pendidikannya sesuai dengan karakteristik, potensi dan kebutuhan peserta didik. Untuk itu, dalam pengembangannya melibatkan seluruh warga sekolah dengan berkoordinasi kepada pemangku kepentingan di lingkungan sekitar sekolah. Dalam dokumen ini dipaparkan tentang Kurikulum SMA PGRI 1 Bekasi, yang secara keseluruhan mencakup: a. Struktur dan muatan kurikulum b. Beban belajar peserta didik c. Kalender pendidikan d. Silabus dan e. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2. Visi dan Misi SMA PGRI 1 Kota Bekasi, dalam mencapai tujuan pendidikan, memiliki visi dan mengembangakan misi sebagai berikut: a. Visi: 1) Berprestasi 2) Berinovasi 3) Bertakwa 4) Berbudaya b. Misi 1) Mewujudkan hasil pendidikan yang berkualitas,sehingga mampu menghadapi kompetisi global 2) Menumbuhkembangkan semangat keunggulan 3) Melengkapi fasilitas pendidikan 4) Menjunjung tinggi norma agama, hukum, social 5) Nilai etika, dan estetika 3. Strategi Pencapaian Tujuan SMA PGRI 1 Kota Bekasi a. Mengikutsertakan guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam pendidikan formal, penataran,diklat, studi banding, dan MGMP b. Mengembangkan program pembinaan siswa di bidang intra kurikuler dan ekstra kurikuler
57
58 58
c. Menumbuhkankembangkan semangat keunggulan pada diri setiap warga sekolah d. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan layanan pendidikan secara profesional e. Mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan f. Melaksanakan kegiatan keagamaan yang dapat meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa g. Mengembangkan sikap kerja sama, sopan santun, saling menghormati, dan kekeluargaan 4. Sarana dan Prasarana SMA PGRI 1 Kota Bekasi memiliki beberapa fasilitas antara lain: ruang kelas yang terdiri dari iPa dan iPs, Laboratorium (bahasa, biologi, fisika, komputer), ruang audio visual, kesenian, dan tidak lupa juga tersedia 2 toilet yakni satu untuk murid laki-laki dan satu lagi untuk murid perempuan. Sekolah ini juga telah dilengkapi oleh sarana poliklinik, perpustakaan, maupun kantin. 5. Keadaan Siswa SMA PGRI 1 Kota Bekasi memiliki 6 ruang kelas unggulan yang masing-masing terdiri atas 2 kelas X, XI, dan XII. Di kelas ini beberapa fasilitas telah disediakan diantara : AC, komputer, TV, internet, DVD. Namun, jumlah siswa di masing-masing kelas unggulan lebih sedikit dibanding kelas reguler yaitu rata-rata 33 atau 34 siswa. Sistem pengajarannya pun berbeda, ada beberapa pelajaran yang tidak lagi menggunakan buku, tetapi sudah menggunakan CD pembelajaran. Guru pengajar memberikan modul-modul untuk dikerjakan oleh para siswa sebagai pengganti buku dan merupakan ringkasan materi yang terdapat dalam CD pembelajaran dengan bentuk presentasi dalam menyampaikan materi pembelajaran. B. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah diolah dengan bantuan program Software Statistical Product And Service Solution (SPSS versi 20.0 for Windows). Didapatkan beberapa hasil analisis di antaranya analisis statistika deskripsi dan uji persyaratan analisis, seperti uji normalitas data, uji linieritas, uji multikolinieritas, dan pengujian hipotesis. 1. Deskripsi Karakteristik Responden Responden Dalam penelitian ini diidentifikasikan berdasarkan jenis kelamin, kualifikasi pendidikan orangtua, status pegawai orangtua, berikut ini gambaran umum responden. a. Karakteristik Orangtua responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.1 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Laki-laki 30 47% 2 Perempuan 33 53% Jumlah 63 100 Sumber: Data Responden
59 59
Berdasarkan tabel di atas menunjukan responden berjenis kelamin lakilaki berjumlah 30 orang (47%), dan responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 33 orang (53%). Dengan demikian responden berjenis kelamin perempuan lebih dominan, sehingga terjadinya penyimpangan perilaku lebih mudah ditangani dan diatasi, meningat karena sifat perempuan lebih mudah untuk diajak kerja sama dengan orang lain. b. Karakteristik Orangtua responden berdasarkan kualifikasi pendidikan Tabel 4.2 Komposisi Responden Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Orangtua No Pendidikan Jumlah Persentase 1 SLTA 20 31,75% 2 Diploma 10 15,87% 3 S1 28 44,44% 4 S2 5 7,93% Jumlah 63 Sumber: Data Responden
Berdasakan tabel di atas menunjukkan responden yang berpendidikan SLTA berjumlah 20 orang (31,75%), Diploma sebanyak 10 orang (15,87%), S-1 sebanyak 28 orang (44,44%), dan S-2 sebanyak 5 orang (7,93%). Dengan demikian dominan kualifikasi pendidikan orangtua berpendidikan S-1. Ini menunjukkan secara jenjang pendidikan orangtua sebagai sarjana akan memiliki pengetahuan tentang berbagai hal, terutama mengenai kenakalan remaja, khususnya terjadinya penyimpangan perilaku remaja. c. Karakteristik Orangtua responden berdasarkan status kepegawaian. Tabel 4.3 Komposisi Responden Berdasarkan Status Pegawai Orangtua No Status Pegawai Jumlah Persentase 1 PNS 23 36,51% 2 Karyawan Swasta 21 33,33% 3 Wirausaha 19 30,16% Jumlah 63 100 Sumber: Data Responden
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan responden yang status pegawai PNS sebanyak 23 orang (36,51%), Karyawan Swasta sebanyak 21 orang (33,33%) dan Wirausaha sebanyak 19 orang (30,16%) Dengan demikian dominan berstatus sebagai sebagai PNS. C. Data Hasil Penelitian Deskripsi data ini merupakan pemberian skor pada setiap alternatif jawaban yang diberikan oleh responden sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan. Setiap pernyataan dalam ketiga variabel memiliki 5 kriteria jawaban dengan pemberian skor dimulai dari 1, 2, 3, 4 dan 5, dengan ketentuan untuk pernyataan yang dihitung dengan hasil perhitungan deskriptif. Perhitungan angka persentase dari setiap variabel bertujuan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap variabel yaitu [perhatian
60 60
orangtua (X1) dan lingkungan sekolah (X2) terhadap penyimpangan perilaku (Y)]. Sesuai dengan skor alternatif jawaban angket yang terentang dari 1 sampai 5, banyak kelas interval ditentukan sebanyak 5 kelas, sehingga diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut: Panjang Kelas Interval = 5 – 1 = 0,8 5 Hasil perhitungan dijadikan pedoman untuk menentukan gambaran umum variabel di lapangan dengan cara dikonsultasikan dengan tabel kriteria dan penafsiran seperti pada tabel berikut; Tabel 4.4 Skala Penafsiran Rata-Rata Skor Jawaban Responden Rentangan Nilai Penafsiran 1,00 – 1,79 Sangat Rendah /Sangat Tidak Baik 1,80 – 2,59 Rendah /Tidak Baik 2,60 – 3,39 Cukup Tinggi/ Cukup Baik 3,40 – 4,19 Tinggi /Baik 4,20 – 5,00 Sangat Tinggi /Sangat Baik Berikut ini deskripsi jawaban responden terhadap variabel penyimpangan perilaku, perhatian orangtua dan lingkungan sekolah. 1. Data Penyimpangan Perilaku (Y) Deskripsi data variabel penyimpangan perilaku diperoleh melalui perhitungan persentase terhadap skor jawaban responden. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil seperti tampak pada tabel berikut: Tabel 4.5 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Porsentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 378 3 1134 19.43% Skor 4 453 4 1812 31.05% Skor 5 578 5 2890 49.52% Jumlah 1409 5836 4,14 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden untuk variabel penyimpangan perilaku (Y) terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 49,20%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel penyimpangan perilaku sebesar 4,14. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori tinggi. Hasil ini menunjukkan penyimpangan perilaku berada pada kategori tinggi. Berdasarkan analisis perhitungan bahwa penyimpangan perilaku siswa sangat berkaitan dengan adanya perhatian orangtua dan lingkungan sekolah. Artinya bahwa penyimpangan perilaku dapat dikurangi dengan cara adanya perhatian orangtuan terhadap anaknya serta memberikan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan belajar siswa.
61 61
Hasil statistik deskriptif dari variabel penyimpangan perilaku seperti tampak paada tabel: Tabel 4.6 Hasil Deskriptif Penyimpangan Perilaku Statistics
PENYIMPANGAN PERILAKU Valid Missing
Mean
63 0 92.63
Std. Error of Me an
2.700
Median
93.00
N
Mode Std. Deviation Variance
78a 21.428 459.139
Range
76
Minimum
51
Maximum
127
Sum
5836
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Hasil deskriptif variabel penyimpangan perilaku (Y) dalam tabel 4.6 diterangkan bahwa terdapat jumlah responden 63 orang siswa yang mengisi angket dengan nilai rata-rata (mean) = 92,63; nilai titik tengah (median) = 93,00; nilai yang sering muncul (mode) = 78; simpangan baku (standard deviation) = 21,428; tingkat penyebaran data penyimpangan perilaku (variance) = 459,139; rentangan (range) = 76; skor minimum dari data penyimpangan perilaku = 51 dan skor maksimum dari data penyimpangan perilaku = 127. Sedangkan skor keseluruhan = 5836. Variabel penyimpangan perilaku dapat diukur melalui dimensi; (1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik dan materi pada orang lain dengan indikator; (a) perkelahian dan pelecehan seksual (perkosaan), (b) perusakan dan pencurian, (c) pencopetan dan pemerasan; (2) Kenakalan yang melawan status dan sosial dengan indikator; (a) pelacuran dan penyalahgunaan obat terlarang, (b) hubungan seks sebelum menikah, (c) membolos sekolah, dan (d) minggat dari rumah dan membantah perintah orangtua. Berikut ini akan disajikan presentase jawaban responden dari indikator tersebut. a. Perkelahian dan Pelecehan Seksual Jawaban responden terhadap penyimpangan perilaku dalam indikator perkelahian dan pelecehan seksual tampak pada tabel berikut;
62 62
Tabel 4.7 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Perkelahian dan Pelecehan Seksual Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 52 3 156 20.05% Skor 4 58 4 232 29.82% Skor 5 78 5 390 50.13% Jumlah 188 778 4,14 Rata-rata Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa skor jawaban responden mengenai penyimpangan perilaku dalam indikator perkelahian dan pelecehan seksual sebagian besar berada pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 50,13%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel penyimpangan perilaku dalam indikator perkelahian dan pelecehan seksual sebesar 4,14. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan penyimpangan perilaku dalam indikator perkelahian dan pelecehan seksual berada pada kategori sangat tinggi. b. Perusakan dan Pencurian Jawaban responden terhadap penyimpangan perilaku dalam indikator perusakan dan pencurian tampak pada tabel berikut; Tabel 4.8 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Perusakan dan Pencurian Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 47 3 141 19.26% Skor 4 54 4 216 29.51% Skor 5 75 5 375 51.23% Jumlah 176 732 4,16 Rata-rata Berdasarkan tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai penyimpangan perilaku dalam indikator perusakan dan pencurian terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 51,23%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel penyimpangan perilaku dalam indikator perusakan dan pencurian sebesar 4,16. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan penyimpangan perilaku dalam indikator perusakan dan pencurian berada pada kategori sangat tinggi.
63 63
c. Pencopetan dan Pemerasan Jawaban responden terhadap penyimpangan perilaku dalam indikator pencopetan dan pemerasan tampak pada tabel berikut; Tabel 4.9 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Pencopetan dan Pemerasan Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 45 3 135 17.90% Skor 4 61 4 244 32.36% Skor 5 75 5 375 49.73% Jumlah 181 754 4,17 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai penyimpangan perilaku dalam indikator pencopetan dan pemerasan terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 49,73%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel penyimpangan perilaku dalam indikator pencopetan dan pemerasan sebesar 4,17. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan penyimpangan perilaku dalam indikator pencopetan dan pemerasan berada pada kategori sangat tinggi. d. Pelacuran dan Penyalahgunaan Obat Terlarang Jawaban responden terhadap penyimpangan perilaku dalam indikator pelacuran dan penyalahgunaan obat terlarang tampak pada tabel berikut; Tabel 4.10 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku Dalam Indikator Pelacuran Dan Penyalahgunaan Obat Terlarang Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 51 3 153 19.90% Skor 4 64 4 256 33.29% Skor 5 72 5 360 46.81% Jumlah 187 769 4,11 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai penyimpangan perilaku dalam pelacuran dan penyalahgunaan obat terlarang terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 46,81%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel penyimpangan perilaku dalam indikator pelacuran dan penyalahgunaan obat terlarang sebesar 4,11. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan penyimpangan perilaku dalam indikator pelacuran dan penyalahgunaan obat terlarang berada pada kategori sangat tinggi.
64 64
e. Hubungan seks sebelum menikah Jawaban responden terhadap penyimpangan perilaku dalam indikator hubungan seks sebelum menikah tampak pada tabel berikut; Tabel 4.11 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Hubungan Seks Sebelum Menikah Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 54 3 162 16.84% Skor 4 85 4 340 35.34% Skor 5 92 5 460 47.82% Jumlah 231 962 4,16 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai penyimpangan perilaku dalam indikator hubungan seks sebelum menikah terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 47,82%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel penyimpangan perilaku dalam indikator hubungan seks sebelum menikah sebesar 4,16. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan penyimpangan perilaku dalam indikator hubungan seks sebelum menikah berada pada kategori sangat tinggi. f. Membolos Sekolah Jawaban responden terhadap penyimpangan perilaku dalam indikator membolos sekolah tampak pada tabel berikut; Tabel 4.12Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Membolos Sekolah Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 65 3 195 19.76% Skor 4 83 4 332 33.64% Skor 5 92 5 460 46.61% Jumlah 240 987 4,11 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai penyimpangan perilaku dalam indikator membolos sekolah terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 46,61%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel penyimpangan perilaku dalam indikator membolos sekolah sebesar 4,11. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan penyimpangan perilaku dalam indikator membolos sekolah berada pada kategori sangat tinggi.
65 65
g. Minggat dari rumah dan membantah perintah orangtua Jawaban responden terhadap penyimpangan perilaku dalam indikator minggat dari rumah dan membantah perintah orangtua tampak pada tabel berikut; Tabel 4.13 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Minggat Dari Rumah Dan Membantah Perintah Orangtua Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 56 3 168 19.76% Skor 4 68 4 272 32.00% Skor 5 82 5 410 48.24% Jumlah 206 850 4.13 4,13 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai penyimpangan perilaku dalam indikator minggat dari rumah dan membantah perintah orangtua terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 48,24%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel penyimpangan perilaku dalam indikator minggat dari rumah dan membantah perintah orangtua sebesar 4,13. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan penyimpangan perilaku dalam indikator minggat dari rumah dan membantah perintah orangtua berada pada kategori sangat tinggi. Rekapitulasi hasil jawaban responden terhadap penyimpangan perilaku dalam masing-masing indikator, sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini: Tabel 4.14 Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Masing-Masing Indikator Skor Rata-Rata Indikator Jawaban Kriteria Responden Perkelahian dan pelecehan 4,14 Sangat Tinggi seksual Perusakan dan pencurian 4,16 Sangat Tinggi Pencopetan dan pemerasan 4,17 Sangat Tinggi Pelacuran dan penyalahgunaan 4,11 Sangat Tinggi obat terlarang Hubungan seks sebelum 4,16 Sangat Tinggi menikah Membolos sekolah 4,11 Sangat Tinggi Minggat dari rumah dan 4,13 Sangat Tinggi membantah perintah orangtua
66 66
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa indikator pencopetan dan pemerasan menempati nilai rata-rata tertinggi yakni 4,17. Hal ini dapat disebabkan faktor lingkungan sekolah yang sangat berdekatan dengan pusat keramaian pasar, di mana banyak anak-anak yang putus sekolah sehingga dapat mempengaruhi perilakunya. Berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua siswa menyatakan bahwa pergaulan anakanak dipengaruhi oleh lingkungan pasar. 2. Perhatian Orangtua (X1) Deskripsi data variabel perhatian orangtua diperoleh melalui perhitungan persentase terhadap skor jawaban responden berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil seperti tampak pada tabel berikut: Tabel 4.15 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1
-
1
-
-
Skor 2
-
2
-
-
Skor 3
394
3
1182
18,52%
Skor 4
489
4
1956
30,64%
Skor 5
649
5
3245
50,84%
Jumlah
1532
6383
100,00%
Rata-rata
4,17
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa skor jawaban responden untuk variabel perhatian orangtua (X1) sebagian besar berada pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 50,84%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel perhatian orangtua sebesar 4,17. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori tinggi. Hasil ini menunjukkan perhatian orangtua sebagaimana dipersepsi oleh anaknya berada pada kategori tinggi. Hasil statistik deskriptif dari variabel perhatian orangtua seperti tampak pada tabel berikut;
67 67
Tabel 4.16 Hasil Deskriptif Perhatian Orangtua Statistics PERHATIAN ORANGTUA Valid Missing
63 0 Mean 101.32 Std. Error of Mean 2.171 Median 101.00 Mode 81a Std. Deviation 17.229 Variance 296.833 Range 62 Minimum 69 Maximum 131 Sum 6383 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown N
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Hasil deskriptif variabel perhatian orangtua (X1) dalam tabel 4.16 diterangkan bahwa terdapat jumlah responden 63 orang siswa yang mengisi angket dengan nilai rata-rata (mean) = 101,32; nilai titik tengah (median) = 101,00; nilai yang sering muncul (mode) = 81; simpangan baku (standard deviation) = 17,229; tingkat penyebaran data perhatian orangtua (variance) = 296,833; rentangan (range) = 62; skor minimum dari data perhatian orangtua = 69 dan skor maksimum dari data perhatian orangtua = 131. Sedangkan skor keseluruhan = 6383. Perhatian orangtua yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat diukur melalui dimensi; (1) kontrol dan pemantauan dengan indikator; (a) memberi anak penjelasan tentang manfaat belajar untuk masa depan, (b) mengetahui aktivitas yang dilakukan, (c) mengetahui siapa teman-temannya, dan (d) mengetahui perkembangan sosialnya, (2) dukungan dan keterlibatan dengan indikator; (a) mendampingi anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah, (b) menyediakan tempat belajar yang nyaman dan kondusif, (c) menyediakan sumber-sumber belajar dan (d) menyediakan peralatan yang dapat mendukung aktivitas belajar, (3) komunikasi dan pendisplinan dengan indikator; (a) membicarakan tentang kebutuhan anak-anak yang diinginkan, (b) meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak-anak, (c) dibiasakan hidup disiplin, dan (d) memberikan reward and punisment. Berikut ini merupakan gambaran jawaban responden dari masing-masing indikator yaitu: a. Memberi anak penjelasan tentang manfaat belajar untuk masa depan Jawaban responden terhadap perhatian orangtua dalam indikator memberi anak penjelasan tentang belajar tampak pada tabel berikut;
68 68
Tabel 4.17 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator memberi anak penjelasan tentang manfaat belajar Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 35 3 105 20.47% Skor 4 42 4 168 32.75% Skor 5 48 5 240 46.78% Jumlah 125 513 4.10 4,10 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai perhatian orangtua dalam indikator memberi anak penjelasan tentang belajar terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 46,78%. Skor ratarata jawaban responden untuk variabel perhatian orangtua dalam indikator mengetahui jadwal pelajaran sebesar 4,10. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan perhatian orangtua dalam indikator mengetahui jadwal pelajaran berada pada kategori sangat tinggi. b. Mengetahui aktivitas yang dilakukan Jawaban responden terhadap perhatian orangtua dalam indikator mengetahui aktivitas yang dilakukan tampak pada tabel berikut; Tabel 4.18 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Mengetahui aktivitas yang dilakukan Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 27 3 81 18.24% Skor 4 32 4 128 28.83% Skor 5 47 5 235 52.93% Jumlah 106 444 4,19 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai perhatian orangtua dalam indikator mengetahui aktivitas yang dilakukan terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 52,93%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel perhatian orangtua dalam indikator mengetahui jam berangkat dan pulang sebesar 4,19. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan perhatian orangtua dalam indikator mengetahui jam berangkat dan pulang berada pada kategori sangat tinggi.
69 69
c. Mengetahui siapa teman-temannya Jawaban responden terhadap perhatian orangtua dalam indikator mengetahui siapa teman-temannya tampak pada tabel berikut; Tabel 4.19 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Mengetahui siapa teman-temannya Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 25 3 75 17.65% Skor 4 35 4 140 32.94% Skor 5 42 5 210 49.41% Jumlah 102 425 4,17 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai perhatian orangtua dalam indikator mengetahui siapa teman-temannya terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 49,41%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel perhatian orangtua dalam indikator mengetahui perkembangan belajar sebesar 4,17. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan perhatian orangtua dalam indikator mengetahui perkembangan belajar berada pada kategori sangat tinggi. d. Mengetahui Perkembangan Sosialnya Jawaban responden terhadap perhatian orangtua dalam indikator mengetahui perkembangan sosialnya tampak pada tabel berikut; Tabel 4.20 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Mengetahui Perkembangan Sosialnya Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 23 3 69 16.51% Skor 4 36 4 144 34.45% Skor 5 41 5 205 49.04% Jumlah 100 418 4,18 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai perhatian orangtua dalam indikator mengetahui perkembangan sosialnya terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 49,04%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel perhatian orangtua dalam indikator mengetahui perkembangan sosialnya sebesar 4,18. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini
70 70
menunjukkan perhatian orangtua dalam indikator mengetahui perkembangan sosialnya berada pada kategori sangat tinggi. e. Mendampingi anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah Jawaban responden terhadap perhatian orangtua dalam indikator mendampingi anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah tampak pada tabel berikut; Tabel 4.21 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Mendampingi Anak Dalam Mengerjakan Pekerjaan Rumah Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 25 3 75 18.34% Skor 4 31 4 124 30.32% Skor 5 42 5 210 51.34% Jumlah 98 409 4,17 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai perhatian orangtua dalam indikator mendampingi anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 51,34%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel perhatian orangtua dalam indikator mendampingi anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah sebesar 4,17. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan perhatian orangtua dalam indikator mendampingi anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah berada pada kategori sangat tinggi. f. Menyediakan Tempat Belajar yang Nyaman dan Kondusif Jawaban responden terhadap perhatian orangtua dalam indikator mengetahui menyediakan tempat belajar yang nyaman dan kondusif tampak pada tabel berikut; Tabel 4.22 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator menyediakan tempat belajar yang nyaman dan kondusif Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 35 3 105 18.65% Skor 4 42 4 168 29.84% Skor 5 58 5 290 51.51% Jumlah 135 563 4,17 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai perhatian orangtua dalam indikator menyediakan tempat belajar yang nyaman dan kondusif terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 51,51%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel perhatian
71 71
orangtua dalam indikator menyediakan tempat belajar yang nyaman dan kondusif sebesar 4,17. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan perhatian orangtua dalam indikator menyediakan tempat belajar yang nyaman dan kondusif berada pada kategori sangat tinggi. g. Menyediakan sumber-sumber belajar Jawaban responden terhadap perhatian orangtua dalam indikator menyediakan sumber-sumber belajar tampak pada tabel berikut; Tabel 4.23 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Menyediakan sumber-sumber belajar Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 35 3 105 17.86% Skor 4 47 4 188 31.97% Skor 5 59 5 295 50.17% Jumlah 141 588 4,17 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai perhatian orangtua dalam indikator menyediakan sumber-sumber belajar terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 50,17%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel perhatian orangtua dalam indikator menyediakan sumber-sumber belajar sebesar 4,17. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan perhatian orangtua dalam indikator menyediakan sumbersumber belajar berada pada kategori sangat tinggi. h. Menyediakan peralatan yang dapat mendukung aktivitas belajar Jawaban responden terhadap perhatian orangtua dalam indikator menyediakan peralatan yang dapat mendukung aktivitas belajar tampak pada tabel berikut; Tabel 4.24 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Menyediakan Peralatan yang dapat Mendukung Aktivitas Belajar Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 43 3 129 19.17% Skor 4 56 4 224 33.28% Skor 5 64 5 320 47.55% Jumlah 163 673 4,13 Rata-rata
72 72
Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai perhatian orangtua dalam indikator menyediakan peralatan yang dapat mendukung aktivitas belajar terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 47,55%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel perhatian orangtua dalam indikator menyediakan peralatan yang dapat mendukung aktivitas belajar sebesar 4,13. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan perhatian orangtua dalam indikator menyediakan peralatan yang dapat mendukung aktivitas belajar pada kategori sangat tinggi. i. Membicarakan tentang kebutuhan anak-anak yang diinginkan Jawaban responden terhadap perhatian orangtua dalam indikator membicarakan tentang kebutuhan anak-anak yang diinginkan tampak pada tabel berikut; Tabel 4.25 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Membicarakan Tentang Kebutuhan Anak-Anak Yang Diinginkan Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 34 3 102 18.82% Skor 4 40 4 160 29.52% Skor 5 56 5 280 51.66% Jumlah 130 542 4,17 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai perhatian orangtua dalam indikator membicarakan tentang kebutuhan anak-anak yang diinginkan terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 51,66%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel perhatian orangtua dalam indikator membicarakan tentang kebutuhan anak-anak yang diinginkan sebesar 4,17. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan perhatian orangtua dalam indikator membicarakan tentang kebutuhan anak-anak yang diinginkan berada pada kategori sangat tinggi. j. Meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak-anak Jawaban responden terhadap perhatian orangtua dalam indikator meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak-anak tampak pada tabel berikut
73 73
Tabel 4.26 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Meluangkan Waktu Untuk Berbincang-Bincang Dengan AnakAnak Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 35 3 105 19.34% Skor 4 42 4 168 30.94% Skor 5 54 5 270 49.72% Jumlah 131 543 4,15 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai perhatian orangtua dalam indikator meluangkan waktu untuk berbincangbincang dengan anak-anak terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 49,72%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel perhatian orangtua dalam indikator meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak-anak sebesar 4,15. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan perhatian orangtua dalam indikator meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak-anak berada pada kategori sangat tinggi. k. Dibiasakan Hidup Disiplin Jawaban responden terhadap perhatian orangtua dalam indikator dibiasakan hidup disiplin tampak pada tabel berikut; Tabel 4.27 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Dibiasakan Hidup Disiplin Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 45 3 135 20.18% Skor 4 56 4 224 33.48% Skor 5 62 5 310 46.34% Jumlah 163 669 4,10 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai perhatian orangtua dalam indikator dibiasakan hidup disiplin terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 46,34%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel perhatian orangtua dalam indikator dibiasakan hidup disiplin sebesar 4,10. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan perhatian orangtua dalam indikator dibiasakan hidup disiplin berada pada kategori sangat tinggi.
74 74
l. Memberikan Reward and Punisment Jawaban responden terhadap perhatian orangtua dalam indikator memberikan reward and punisment tampak pada tabel berikut; Tabel 4.28 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Memberikan Reward And Punisment Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 39 3 117 20.67% Skor 4 46 4 184 32.51% Skor 5 53 5 265 46.82% Jumlah 138 566 4,10 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden mengenai perhatian orangtua dalam indikator memberikan reward and punisment terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 46,82%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel perhatian orangtua dalam indikator memberikan reward and punisment sebesar 4,10. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan perhatian orangtua dalam indikator memberikan reward and punisment berada pada kategori sangat tinggi. Berikut ini rangkuman hasil jawaban responden terhadap perhatian orangtua dalam masing-masing indikator, sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini; Tabel 4.29 Rangkuman Hasil Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Masing-Masing Indikator Skor Rata-Rata Indikator Jawaban Kriteria Responden memberi anak penjelasan 4,10 Tinggi tentang manfaat belajar mengetahui aktivitas yang 4,19 Tinggi dilakukan mengetahui siapa teman4,17 Tinggi temannya mengetahui perkembangan 4,18 Tinggi sosialnya mendampingi anak dalam 4,17 Tinggi mengerjakan pekerjaan rumah menyediakan tempat belajar 4,17 Tinggi yang nyaman dan kondusif
75 75
menyediakan sumbersumber belajar menyediakan peralatan yang dapat mendukung aktivitas belajar membicarakan tentang kebutuhan anak-anak yang diinginkan meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak-anak dibiasakan hidup disiplin
4,17
Tinggi
4,13
Tinggi
4,17
Tinggi
4,15
Tinggi
4,10
Tinggi
memberikan reward and 4,10 Tinggi punisment Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa indikator mengetahui aktivitas yang dilakukan menempati skor rerata tertinggi yakni 4,19. Ini artinya kegiatan sekecil apapun harus diketaui orangtua, mengngat pergaulan siswa yang sudah sangat mengkhawatirkan orangtua. Hal ini diperkuat hasil wawancara dengan orangtua bahwa orangtua selalu menghubungi anaknya baik melalui telepon ataupun sms. 3. Lingkungan Sekolah (X2) Deskripsi data variabel lingkungan sekolah diperoleh melalui perhitungan persentase terhadap skor jawaban responden diperoleh hasil seperti pada tabel berikut; Tabel 4.30 Jawaban Responden terhadap Lingkungan Sekolah Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 353 3 1059 17.27% Skor 4 522 4 2088 34.05% Skor 5 597 5 2985 48.68% Jumlah 1472 6132 4,17 Rata-rata Tabel di atas memberikan gambaran skor jawaban responden untuk variabel lingkungan sekolah (X2) terpusat pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 48,68%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel lingkungan sekolah sebesar 4,17. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan lingkungan sekolah berada pada kategori sangat tinggi. Hasil statistik deskriptif dari variabel lingkungan sekolah seperti tampak pada tabel berikut;
76 76
Tabel 4.31 Hasil Deskriptif Lingkungan Sekolah Statistics LINGKUNGAN SEKOLAH Valid Missing
63 0 Mean 97.33 Std. Error of Mean 2.528 Median 97.00 Mode 77a Std. Deviation 20.065 Variance 402.613 Range 76 Minimum 58 Maximum 134 Sum 6132 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown N
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Hasil deskriptif variabel lingkungan sekolah (X2) dalam tabel 4.31 diterangkan bahwa terdapat jumlah responden 63 siswa yang mengisi angket dengan nilai rata-rata (mean) = 97,33; nilai titik tengah (median) = 97,00; nilai yang sering muncul (mode) = 77; simpangan baku (standard deviation) = 20,065; tingkat penyebaran data lingkungan sekolah (variance) = 402,613; rentangan (range) = 76; skor minimum dari data lingkungan sekolah = 58 dan skor maksimum dari data lingkungan sekolah = 134. Sedangkan skor keseluruhan = 6132. Variabel lingkungan sekolah dalam penelitian ini diukur melalui dimensi, yaitu: (1) Lingkungan fisik sekolah dengan indikator; (a) sarana dan prasarana belajar, (b) sumber-sumber belajar, dan (c) media belajar, (2) Lingkungan sosial dengan indikstor; (a) hubungan siswa dengan temantemanya, (b) hubungan siswa dengan guru-gurunya, dan (c) hubungan siswa dengan staf sekolah yang lain, (3) Lingkungan Akademis dengan indikator; (a) suasana sekolah, (b) pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler. Berikut ini merupakan gambaran jawaban responden dari masing-masing dimensi tersebut sebagai berikut: a. Sarana dan Prasarana Belajar Jawaban responden terhadap lingkungan sekolah dalam indikator sarana dan prasarana belajar tampak pada tabel berikut; Tabel 4.32 Jawaban Responden pada Dimensi Sarana dan Prasarana Belajar Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 45 3 135 17.83% Skor 4 63 4 252 33.29% Skor 5 74 5 370 48.88% Jumlah 182 757 4,16 Rata-rata
77 77
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa skor jawaban responden mengenai lingkungan sekolah dalam indikator sarana dan prasarana belajar sebagian besar berada pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 48,88%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel lingkungan sekolah dalam indikator sarana dan prasarana belajar sebesar 4,16. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan lingkungan sekolah dalam indikator sarana dan prasarana belajar berada pada kategori sangat tinggi. b. Sumber-sumber Belajar Jawaban responden terhadap lingkungan sekolah dalam indikator sumber-sumber belajar tampak pada tabel berikut; Tabel 4.33 Jawaban Responden pada Dimensi Sumber-sumber Belajar Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 57 3 171 21.14% Skor 4 67 4 268 33.13% Skor 5 74 5 370 45.74% Jumlah 198 809 4,09 Rata-rata Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa skor jawaban responden mengenai lingkungan sekolah dalam indikator sumber-sumber belajar sebagian besar berada pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 45,74%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel lingkungan sekolah dalam indikator sumber-sumber belajar sebesar 4,09. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan lingkungan sekolah dalam indikator sumber-sumber belajar berada pada kategori sangat tinggi. c. Media Belajar Jawaban responden terhadap lingkungan sekolah dalam indikator media belajar tampak pada tabel berikut; Tabel 4.34 Jawaban Responden pada Dimensi Media Belajar Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 57 3 171 20.93% Skor 4 69 4 276 33.78% Skor 5 74 5 370 45.29% Jumlah 200 817 4,09 Rata-rata
78 78
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa skor jawaban responden mengenai lingkungan sekolah dalam indikator media belajar sebagian besar berada pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 45,29%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel lingkungan sekolah dalam indikator media belajar sebesar 4,09. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan lingkungan sekolah dalam indikator media belajar berada pada kategori sangat tinggi. d. Hubungan siswa dengan teman-temanya Jawaban responden terhadap lingkungan sekolah dalam indikator hubungan siswa dengan teman-temanya tampak pada tabel berikut; Tabel 4.35 Jawaban Responden pada Dimensi Hubungan Siswa dengan Teman-temanya Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 45 3 135 19.79% Skor 4 53 4 212 31.09% Skor 5 67 5 335 49.12% Jumlah 165 682 4,13 Rata-rata Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa skor jawaban responden mengenai lingkungan sekolah dalam indikator hubungan siswa dengan teman-temanya sebagian besar berada pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 49,12%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel lingkungan sekolah dalam indikator hubungan siswa dengan temantemanya sebesar 4,13. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan lingkungan sekolah dalam indikator hubungan siswa dengan teman-temanya berada pada kategori sangat tinggi. e. Hubungan Siswa Dengan Guru-Gurunya Jawaban responden terhadap lingkungan sekolah dalam indikator hubungan siswa dengan guru-gurunya tampak pada tabel berikut; Tabel 4.36 Jawaban Responden pada Dimensi Hubungan Siswa dengan Guru-gurunya Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 42 3 126 18.61% Skor 4 54 4 216 31.91% Skor 5 67 5 335 49.48% Jumlah 163 677 4,15 Rata-rata
79 79
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa skor jawaban responden mengenai lingkungan sekolah dalam indikator hubungan siswa dengan guru-gurunya sebagian besar berada pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 49,48%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel lingkungan sekolah dalam indikator hubungan siswa dengan guru-gurunya sebesar 4,36. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan lingkungan sekolah dalam indikator hubungan siswa dengan guru-gurunya berada pada kategori sangat tinggi. f. Hubungan Siswa dengan Staf Sekolah Jawaban responden terhadap lingkungan sekolah dalam indikator hubungan siswa dengan staf sekolah tampak pada tabel berikut; Tabel 4.37 Jawaban Responden pada Dimensi Hubungan Siswa dengan Staf Sekolah Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 57 3 171 21.06% Skor 4 69 4 276 33.99% Skor 5 73 5 365 44.95% Jumlah 199 812 4,08 Rata-rata Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa skor jawaban responden mengenai lingkungan sekolah dalam indikator hubungan siswa dengan staf sekolah sebagian besar berada pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 44,95%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel lingkungan sekolah dalam indikator hubungan siswa dengan staf sekolah sebesar 4,08. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan lingkungan sekolah dalam indikator hubungan siswa dengan staf sekolah berada pada kategori sangat tinggi. g. Suasana Sekolah Jawaban responden terhadap lingkungan sekolah dalam indikator suasana sekolah tampak pada tabel berikut; Tabel 4.38 Jawaban Responden pada Dimensi Suasana Sekolah Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 57 3 171 21.06% Skor 4 69 4 276 33.99% Skor 5 73 5 365 44.95% Jumlah 199 812 4,08 Rata-rata
80 80
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa skor jawaban responden mengenai lingkungan sekolah dalam indikator suasana sekolah sebagian besar berada pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 44,95%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel lingkungan sekolah dalam indikator suasana sekolah sebesar 4,08. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan lingkungan sekolah dalam indikator suasana sekolah berada pada kategori sangat tinggi. h. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler Jawaban responden terhadap lingkungan sekolah dalam indikator pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler tampak pada tabel berikut; Tabel 4.39 Jawaban Responden pada Dimensi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler Alternatif Frekuensi Bobot Hasil Persentase Jawaban Skor 1 1 Skor 2 2 Skor 3 46 3 138 20.26% Skor 4 57 4 228 33.48% Skor 5 63 5 315 46.26% Jumlah 166 681 4,10 Rata-rata Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa skor jawaban responden mengenai lingkungan sekolah dalam indikator pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler sebagian besar berada pada alternatif jawaban skor 5, yaitu 46,26%. Skor rata-rata jawaban responden untuk variabel lingkungan sekolah dalam indikator pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler sebesar 4,10. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor ratarata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada kategori sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan lingkungan sekolah dalam indikator pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler berada pada kategori sangat tinggi. Berikut ini rangkuman hasil jawaban responden terhadap lingkungan sekolah dalam masing-masing dimensi, sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini Tabel 4.40 Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden terhadap Lingkungan Sekolah dalam Masing-Masing Indikator Dimensi sarana dan prasarana belajar sumber-sumber belajar
Skor Rata-Rata Jawaban Responden
Kriteria
4,16
Tinggi
4,09
Tinggi
81 81
media belajar
4,09
Tinggi
hubungan siswa dengan teman-temanya hubungan siswa dengan guru-gurunya hubungan siswa dengan staf sekolah suasana sekolah
4,13
Tinggi
4,15
Tinggi
4,08
Tinggi
4,18
Tinggi
pelaksanaan kegiatan 4,10 Tinggi belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dimensi sarana dan prasarana belajar menempati skor rata-rata tertinggi yakni 4,16. Dengan demikian sarana dan prasarana belajar merupakan kebutuhan yang paling dominan dalam meningkatkan Lingkungan Sekolah sehingga mengurangi penyimpangan perilaku siswa di sekolah dan di luar sekolah. D. Pengujian Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas Persyaratan dalam menganalisis data yang pertama dilakukan adalah uji normalitas, uji ini dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data yang akan dianalisis dan dilakukan dengan menggunakan perhitungan SPSS versi 20.00 dengan jumlah sampel sebanyak 63 responden. Distribusi data dikatakan normal jika nilai sig. > 0,05. a. Hasil Uji Normalitas Variabel Penyimpangan Perilaku (Y) Hasil perhitungan uji normalitas untuk variabel penyimpangan perilaku (Y), tampak pada tabel berikut; Tabel 4.41 Hasil Uji Normalitas Variabel Penyimpangan Perilaku One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PENYIMPANGAN PERILAKU N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
63 92.63 21.428 .093 .055 -.093 .736 .651
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Kriteria pengujian normalitas data adalah jika nilai probabilitas > 0,05; maka data berdistribusi normal. Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,651. Hasil ini menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Artinya data sampel penelitian untuk variabel
82 82
penyimpangan perilaku (Y) berdistribusi normal. Hasil ini menunjukkan data pada variabel ini dapat dilanjutkan dengan perhitungan uji linieritas. b. Hasil Uji Normalitas Variabel Perhatian Orangtua Hasil perhitungan uji normalitas untuk variabel perhatian orangtua (X1), tampak pada tabel berikut; Tabel 4.42 Hasil Uji Normalitas Variabel Perhatian Orangtua One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
PERHATIAN ORANGTUA 63 101.32 17.229 .066 .055 -.066 .522 .948
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Kriteria pengujian normalitas data adalah jika nilai probabilitas > 0,05; maka data berdistribusi normal. Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,948. Hasil ini menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Artinya data sampel penelitian untuk variabel perhatian orangtua (X1) berdistribusi normal. Hasil ini menunjukkan data pada variabel ini dapat dilanjutkan dengan perhitungan uji linieritas. c. Hasil Uji Normalitas Variabel Lingkungan Sekolah Hasil perhitungan uji normalitas untuk variabel lingkungan sekolah (X2), tampak pada tabel berikut; Tabel 4.43 Hasil Uji Normalitas Variabel Lingkungan Sekolah One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
LINGKUNGAN SEKOLAH 63 97.33 20.065 .071 .058 -.071 .561 .911
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Kriteria pengujian normalitas data adalah jika nilai probabilitas > 0,05; maka data berdistribusi normal. Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,911. Hasil ini menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Artinya data sampel penelitian untuk variabel lingkungan sekolah (X2) berdistribusi normal. Hasil ini menunjukkan data pada variabel ini dapat dilanjutkan dengan perhitungan uji linieritas.
83 83
Berikut ini rangkuman hasil uji normalitas data variabel penelitian, sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini: Tabel 4.44 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Nilai No Variabel Nilai α Kesimpulan Probabilitas Penyimpangan Perilaku 1 0,651 0,05 Normal Perhatian Orangtua 2 0,948 0,05 Normal 3 Lingkungan Sekolah 0,911 0,05 Normal 2. Uji Linieritas Hasil uji linieritas digunakan untuk menguji linier tidaknya data yang dianalisis yaitu variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian jika Nilai Sig. Linearity < nilai Probabilitas, maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah linear. a. Uji Linieritas X1 atas Variabel Y Hasil uji linieritas data variabel perhatian orangtua (X1) atas data variabel penyimpangan perilaku (Y) tampak pada tabel berikut; Tabel 4.45 Hasil Uji Linieritas Data Variabel X1 atas Variabel Y ANOVA Table
(Combined) Linearity PENYIMPANGAN Between Groups PERILAKU * Deviation PERHATIAN from Linearity ORANGTUA Within Groups Total
Sum of Squares 18748.103
df
Mean F Sig. Square 44 426.093 .789 .745
20.732
1
20.732 .038 .847
18727.371
43 435.520 .807 .725
9718.500 28466.603
18 539.917 62
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi Linearity sebesar 0,847 (> 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data variabel perhatian orangtua (X1) atas data variabel penyimpangan perilaku (Y) adalah tidak linear. b. Uji Linieritas X2 atas Y Hasil uji linieritas data variabel lingkungan sekolah (X2) atas data variabel penyimpangan perilaku (Y) tampak pada tabel berikut; Tabel 4.46 Hasil Uji Linieritas Data Variabel X2 atas Variabel Y ANOVA Table
(Combined) PENYIMPANGAN Between Groups PERILAKU * LINGKUNGAN SEKOLAH
Within Groups Total
Linearity Deviation from Linearity
Sum of df Squares 19336.103 48
Mean F Sig. Square 402.835 .618 .892
4.214
1
4.214 .006
.937
19331.889
47
411.317 .631
.881
9130.500 28466.603
14 62
652.179
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4)
84 84
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi Linearity sebesar 0,937 (> 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data variabel lingkungan sekolah (X2) atas data variabel penyimpangan perilaku (Y) adalah tidak linear. Berikut ini rangkuman hasil uji linieritas X1 atas Y dan X2 atas Y, sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini; Tabel 4.47 Rangkuman Hasil Uji Linieritas No Variabel Sig. Linearity Signifikansi Kesimpulan 1. X1 atas Y 0,847 0,05 Tidak Linier 2. 0,937 0,05 Tidak Linier X2 atas Y Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa data pada variabel terikat tidak linieritas dengan data pada masing-masing variabel bebas. 3. Uji Multikolinieritas Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna di antara variabel bebas. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan melihat tolerance atau Varians Inflation Factor (VIF). Apabila tolerance lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF di atas 10, maka terjadi multikolinearitas. Aturan yang berikutnya adalah jika nilai Tol dan VIF mendekati angka satu maka dalam analisis regresi ganda tak ada multikolinieritas.Hasil uji multikolinearitas pada pada tabel di atas diketahui bahwa hasil Tolerance dan nilai Varians Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel mendekati nilai angka satu. Sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada multikolinieritas antara perhatian orangtua dan lingkungan sekolah pada analisis regresi ganda ini. Tabel 4.48 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Model PERHATIAN ORANGTUA LINGKUNGAN SEKOLAH
Collinearity Statistics Tolerance VIF .895 1.117 .895 1.117
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Berdasarkan tabel hasil uji multikolinieraitas diperoleh nilai VIF 1,117 dan tolerance 0,895 nilai tersebut mendekati 1 sehingga disimpulkan bahwa tidak terdeteksi sebagai multikolinieritas. Dengan demikian proses pengujian hipotesis dapat dilanjutkan. E. Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis ini. Seluruh pengolahan data untuk pengujian hipotesis menggunakan bantuan SPSS versi 20.00 sebagaimana diuraikan berikut ini;
85 85
1. Uji Hipotesis Pertama Pengujian hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah sebagaimana berikut: a. Merumuskan Hipotesis Statistik H0 : β1 = 0 : Perhatian orangtua tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap penyimpangan perilaku. H1 : β1 > 0 : Perhatian orangtua berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyimpangan perilaku. b. Membuat Persamaan Regresi Rumus persamaan regresi antara variabel perhatian orangtua dengan penyimpangan perilaku adalah Ŷ = a + bX1. Perhitungan dengan bantuan SPSS 20.00 diperoleh hasil seperti berikut; Tabel 4.49 Persamaan Regresi Y atas X1 Coefficientsa
Model
(Constant) PERHATIAN ORANGTUA
1
Unstandardized Coefficients B Std. Error 16.356 96.036
Standardized Coefficients Beta
.159
-.034
-.027
t
Sig.
5.872
.000
-.211
.834
a. Dependent Variable: PENYIMPANGAN PERILAKU
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan regresi Y atas X1 adalah Ŷ = 96,036 - 0,34X1 Dengan persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa jika perhatian orangtua (X1) dengan penyimpangan perilaku (Y) diukur dengan instrument yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka setiap perubahan skor perhatian orangtua sebesar satu satuan, dapat diestimasikan skor penyimpangan perilaku akan berubah sebesar -0,034 satuan pada arah yang berlawanan. Dengan kata lain jika perhatian orangtua meningkat, maka penyimpangan perilaku menurun, ini artinya jika perhatian orangtua dilakukan secara kontinyu akan menurunkan penyimpangan perilaku pada anak. c. Menguji Keberartian Persamaan Regresi Keberartian persamaan regresi didasarkan pada hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 20.00 seperti tampak pada tabel berikut; Tabel 4.50 Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 ANOVAa
Model
1
Regression Residual Total
Sum of Squares 20.732 28445.871 28466.603
df 1 61 62
Mean Square 20.732 466.326
a. Dependent Variable: PENYIMPANGAN PERILAKU b. Predictors: (Constant), PERHATIAN ORANGTUA
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4)
F .044
Sig. .834
b
86 86
Kriteria pengujian persamaan regresi adalah tolak H0 jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan tabel di atas, nilai probabilitas sebagaimana ditunjukkan pada kolom Sig/Significance adalah 0,834. Sehingga nilai probabilitas jauh lebih besar dari 0,05 (0,834 > 0,05). Dapat disimpulkan koefisien regresi non-signifikan atau tidak berarti. Dengan kata lain bahwa perhatian orangtua tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penyimpangan perilaku. d. Menghitung Korelasi. 1) Koefisien korelasi X1 atas Y Hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 20.00, nilai korelasi variabel perhatian orangtua (X1) terhadap penyimpangan perilaku (Y). Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 20.00 nilai korelasi yang diperoleh untuk X1 dengan Y sebesar -0,427; berarti terdapat pengaruh negatif antara perhatian orangtua dengan penyimpangan perilaku. Uji signifikansi untuk X1 dengan Y ditunjukkan pada tabel diperoleh variabel perhatian orangtua mempunyai nilai signifikan 0,834; yang lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,834>0,05), maka H0 diterima dengan Ha ditolak, yang artinya non-signifikan. Terbukti bahwa perhatian orangtua tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyimpangan perilaku. 2) Koefisien korelasi Parsial Analisis korelasi parsial dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan pengaruh variabel-variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat Y secara sendiri-sendiri dengan menganggap variabel lain tetap (konstan). Dengan menganggap X2 konstan, diperoleh koefisien korelasi antara variabel X1 dengan Y sebesar -0,348. Harga thitung sebesar -0,189. sedangakan ttabel pada 0,05 dan dk = 60 menunjukkan nilai 2,000 berarti thitung < ttabel, dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak, artinya dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial tersebut tidak signifikan. 3) Menghitung Nilai Determinasi Hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 20.00 nilai determinasi variabel perhatian orangtua (X1) terhadap variabel penyimpangan perilaku (Y) tampak pada tabel berikut Tabel 4.51 Koefisien Determinasi Perhatian orangtua terhadap Penyimpangan perilaku Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Std. Error of the Square Estimate -.016 21.595
a .1823 -.0427 a. Predictors: (Constant), PERHATIAN ORANGTUA
1
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui besarnya determinasi variabel perhatian orangtua (X1) terhadap variabel penyimpangan perilaku (Y) R Squarenya sebesar 0,1823 itu artinya penyimpangan perilaku dipengaruhi oleh perhatian orangtua sebesar 18,23%, sedangkan sisanya (81,77%) dipengaruhi oleh faktor lain.
87 87
2. Uji Hipotesis Kedua Pengujian hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah sebagaimana berikut; a. Merumuskan Hipotesis Statistik H0 : β2 = 0 : Lingkungan sekolah tidak berhubungan signifikan dan negatif terhadap penyimpangan perilaku. H1 : β2 > 0 : Lingkungan sekolah berhubungan signifikan dan positif terhadap Penyimpangan perilaku. b. Membuat Persamaan Regresi Rumus persamaan regresi antara variabel lingkungan sekolah dengan penyimpangan perilaku adalah Ŷ = a + bX2. Perhitungan dengan bantuan SPSS 20.00 diperoleh hasil seperti berikut; Tabel 4.52 Persamaan Regresi Y atas X2 Coefficientsa
Model
1
(Constant) LINGKUNGAN SEKOLAH
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 13.583 93.900
6.913
.000
.137
-.095
.925
-.013
t
-.012
Sig.
a. Dependent Variable: PENYIMPANGAN PERILAKU
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan regresi Y atas X2 adalah Ŷ = 93,900 - 0,13X2. Dengan persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa jika lingkungan sekolah (X2) dengan penyimpangan perilaku (Y) diukur dengan instrument yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka setiap perubahan skor lingkungan sekolah sebesar satu satuan, diestimasikan skor penyimpangan perilaku akan berubah sebesar -0,013 satuan pada arah yang berlawanan. Dengan kata lain jika lingkungan sekolah meningkat, maka penyimpangan perilaku menurun, ini artinya jika lingkungan sekolah dikelola dengan baik, maka akan menurunkan penyimpangan perilaku pada anak. c. Menguji Keberartian Persamaan Regresi Keberartian persamaan regresi didasarkan pada hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 20.00 seperti tampak pada tabel berikut; Tabel 4.53 Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X2 ANOVAa
Model
Sum of df Mean Square Squares Regression 4.214 1 4.214 1 Residual 28462.389 61 466.597 Total 28466.603 62 a. Dependent Variable: PENYIMPANGAN PERILAKU b. Predictors: (Constant), LINGKUNGAN SEKOLAH
F .009
Sig. .925
b
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Kriteria pengujian persamaan regresi adalah tolak H0 jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan tabel di atas, nilai
88 88
probabilitas sebagaimana ditunjukkan pada kolom Sig/Significance adalah 0,925. Sehingga nilai probabilitas jauh lebih besar dari 0,05 (0,925 > 0,05). Dapat disimpulkan koefisien regresi non-signifikan atau tidak berarti. Dengan kata lain bahwa lingkungan sekolah tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penyimpangan perilaku. d. Menghitung Korelasi 1) Koefisien korelasi X2 atas Y Hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 20.00 nilai korelasi variabel lingkungan sekolah (X2) terhadap penyimpangan perilaku (Y). Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 20.00 nilai korelasi yang diperoleh untuk X2 dengan Y sebesar -0,395, berarti terdapat pengaruh negatif antara lingkungan sekolah dengan penyimpangan perilaku. Uji signifikansi untuk X2 dengan Y ditunjukkan pada tabel diperoleh variabel lingkungan sekolah mempunyai nilai signifikan 0,925; yang lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau (0,925>0,05), maka H0 diterima dengan Ha ditolak, yang artinya non-signifikan. Terbukti bahwa lingkungan sekolah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyimpangan perilaku. 2) Koefisien korelasi Parsial Analisis korelasi parsial dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan pengaruh variabel-variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat Y secara sendiri-sendiri dengan menganggap variabel lain tetap (konstan). Dengan menganggap X1 konstan, diperoleh koefisien korelasi antara variabel X2 dengan Y sebesar -0,319. Harga thitung sebesar -0,095 sedangakan ttabel pada 0,05 dan dk = 60 menunjukkan nilai 2,000 berarti thitung < ttabel, dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak, yang artinya dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi parsial tersebut non-signifikan. 3) Menghitung Nilai Determinasi Hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 20.00 nilai determinasi variabel lingkungan sekolah (X2) terhadap variabel penyimpangan perilaku (Y) tampak pada tabel berikut; Tabel 4.54 Koefisien Determinasi Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku Model Summary
Model
R
1
-.395
R Square a
.156
Std. Error of the Adjusted R Estimate Square -.016 21.601
a. Predictors: (Constant), LINGKUNGAN SEKOLAH
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui besarnya determinasi variabel lingkungan sekolah (X2) terhadap variabel penyimpangan perilaku (Y) R Squarenya sebesar 0,156 itu artinya penyimpangan perilaku dipengaruhi oleh lingkungan sekolah sebesar 15,60%, sedangkan sisanya (84,40%) dipengaruhi oleh faktor lain.
89 89
3. Uji Hipotesis Ketiga Pengujian hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah sebagaimana berikut; a. Merumuskan Hipotesis Statistik H0 : β1 = β2 = 0 : Perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyimpangan perilaku. H1 : β1 > 0 atau β2 > 0: Perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyimpangan perilaku. b. Membuat Persamaan Regresi Rumus persamaan regresi antara variabel perhatian orangtua dan lingkungan sekolah dengan penyimpangan perilaku adalah Ŷ = a + bX1 + bX2. Perhitungan dengan bantuan SPSS 20.00 diperoleh hasil seperti berikut; Tabel 4.55 Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 Coefficientsa
Model
1
(Constant) PERHATIAN ORANGTUA LINGKUNGAN SEKOLAH
Unstandardized Coefficients B Std. Error 96.277 18.604
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
5.175
.000
-.032
.170
-.026
-.189
.851
-.004
.146
-.004
-.028
.978
a. Dependent Variable: PENYIMPANGAN PERILAKU
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Berdasarkan tabel di atas, persamaan regresi Y atas X1 dan X2; Ŷ = 96,277 - 0,032X1 - 0,004X2. Persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan jika perhatian orangtua (X1) dan lingkungan sekolah (X2) dengan penyimpangan perilaku (Y) diukur dengan instrument yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka setiap perubahan skor perhatian orangtua dan lingkungan sekolah sebesar satu satuan, dapat diestimasikan skor penyimpangan perilaku akan berubah sebesar -0,032 satuan X1 dan -0,004 satuan X2 pada arah yang berlawanan. c. Menguji Keberartian Persamaan Regresi Keberartian persamaan regresi didasarkan pada hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 20.00 seperti tampak pada tabel berikut; Tabel 4.56 Uji Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 a
ANOVA
Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
21.105 28445.498 28466.603
df 2 60 62
Mean Square 10.553 474.092
F
Sig.
.022
.978b
a. Dependent Variable: PENYIMPANGAN PERILAKU b. Predictors: (Constant), LINGKUNGAN SEKOLAH, PERHATIAN ORANGTUA
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Kriteria pengujian persamaan regresi adalah tolak H0 jika nilai Sig/Significance lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan tabel di atas, nilai
90 90
Sig/Significance sebagaimana ditunjukkan pada kolom adalah 0,978. Sehingga nilai Sig/Significance jauh lebih besar dari 0,05 atau (0,978 > 0,05), dengan demikian dapat disimpulkan koefisien regresi tidak signifikan atau perhatian orangtua dan lingkungan sekolah tidak mempunyai pengaruh terhadap penyimpangan perilaku. d. Menghitung Korelasi Berdasarkan tabel di atas bahwa besarnya korelasi antara perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap penyimpangan perilaku dihitung dengan koefisien korelasi adalah -0,274; hal ini menunjukkan hubungan yang lemah. Uji signifikansi analisis jalur dengan membandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas sig. yaitu 0,978. Karena nilai sig < 0,05, maka keputusannya adalah H0 diterima dan Ha ditolak, dengan test F diperoleh Fhitung = 0,022 sedangkan Ftabel pada α = 0,05 dan dk 2: 60 sebesar 3,15; jadi, Fhitung < Ftabel. Artinya perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap penyimpangan perilaku tidak mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyimpangan perilaku. Tabel 4.57 Rangkuman Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial dan Ganda Antara Variabel Nilai Nilai Sig Keputusan H0 Implikasi Korelasi X1 dengan Y 0,427 0,834 Diterima Non-Signifikan X2 dengan Y
0,395
0,925
Diterima
Non-Signifikan
X1 dan X2 dengan Y
0,274
0,978
Diterima
Non-Signifikan
e. Menghitung Nilai Determinasi Hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 20.00 nilai determinasi variabel perhatian orangtua (X1) dan lingkungan sekolah (X2) secara bersamasama terhadap variabel penyimpangan perilaku (Y) tampak pada tabel berikut; Tabel 4.58 Koefisien Determinasi Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah Secara Bersama-sama terhadap Penyimpangan Perilaku Model Summary
Model
1
R
-.274a
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.0750
-.033
21.774
Change Statistics R Square Change .001
F Change .022
df1 df2 2
60
Sig. F Change .978
a. Predictors: (Constant), LINGKUNGAN SEKOLAH, PERHATIAN ORANGTUA
(Perhitungan terdapat pada Lampiran 4) Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui besarnya determinasi variabel perhatian orangtua (X1) dan lingkungan sekolah (X2) secara bersamasama terhadap variabel penyimpangan perilaku (Y) adalah sebesar R Square 0,0750 artinya penyimpangan perilaku dipengaruhi perhatian
91 91
orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama sebesar 7,50%. Berdasarkan uraian di atas mengenai pengujian hipotesis sebagaimana dipaparkan di atas dapat dirangkum beberapa hal sebagai berikut: 1) Seluruh Ha yang diajukan dalam penelitian ini ditolak pada α = 0,05 sebagaimana ditunjukkan pada tabel ini; Tabel 4.59 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Hipotesis Persamaan Regresi Nilai Keterangan Sig Hipotesis 1
Ŷ = 96,036 - 0,34X1
0,834
Non-Signifikan
Hipotesis 2
Ŷ = 93,900 - 0,13X2
0,925
Non-Signifikan
Ŷ = 96,277 - 0,032X1 - 0,978 Non-Signifikan 0,004X2 2) Berdasarkan perhitungan determinasi dapat digambarkan model determinasi variabel penelitian seperti tampak pada gambar berikut; Hipotesis 3
X1 -0,427
Y X2
-0,395
-0,274 Gambar 4.2 Model Determinasi Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui hubungan antara variabel perhatian orangtua (X1) terhadap variabel penyimpangan perilaku (Y) sebesar -0,4272 =0,1823 x 100% = 18,23%. Besarnya hubungan variabel lingkungan sekolah (X2) terhadap variabel penyimpangan perilaku (Y) sebesar -0,3952= 0,1560 x 100% = 15,60%. Besarnya hubungan variabel perhatian orangtua (X1) dan lingkungan sekolah (X2) secara bersama-sama terhadap variabel penyimpangan perilaku (Y) adalah sebesar -0,2742 = 0,0750 x 100% = 7,50%. Sedangkan sisanya 92,50% dipengaruhi oleh faktor lain seperti pendidikan agama di sekolah dan di rumah, disiplin terhadap peraturan sekolah, menghargai norma-norma agama dan dilaksanakan serta mencegah yang dilarang, dan lain-lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
92 92
F. Pembahasan Hasil Penelitian Uraian berikut akan menjelaskan temuan-temuan penelitian yaitu; (1) deskriftif perhatian orangtua, lingkungan sekolah dan penyimpangan perilaku, (2) hubungan perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku, (3) hubungan lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku, (4) hubungan perhatian orangtua dan lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku. Uraian hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut; 1. Temuan Deskriftif a. Perhatian Orangtua. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh data empirik mengenai perhatian orangtua. Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi perhatian orangtua, maka semakin rendah penyimpangan perilaku. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryabrata (2004:14) “semakin banyak kesadaran yang menyertai suatu aktivitas atau pengalaman batin berarti semakin intensiflah perhatiannya”, kutipan tersebut dapat dimaknai bahwa semakin besar dan intensif perhatian orangtua terhadap anaknya akan mengurangi terjadinya penyimpangan perilaku yang kurang baik, serta dapat mengganggu proses belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah. Berdasarkan hasil penelitian variabel perhatian orangtua dengan katagori sangat tinggi, ini ditunjukkan dengan rata-rata jawaban responden dari ke-12 indikator yaitu mengetahui penjelasan tentang belajar memperoleh skor 4,10 (tinggi/baik), mengetahui aktivitas yang dilakukan memperoleh skor 4,19 (tinggi/baik), mengetahui siapa teman-temannya memperoleh skor 4,17 (tinggi/baik), mengetahui perkembangan sosialnya memperoleh skor 4,18 (tinggi/baik), mendampingi anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah memperoleh skor 4,17 (tinggi/baik), menyediakan tempat belajar yang nyaman dan kondusif memperoleh skor 4,17 (tinggi/baik), menyediakan sumber-sumber belajar memperoleh skor 4,17 (tinggi/baik), menyediakan peralatan yang dapat mendukung aktivitas belajar memperoleh skor 4,13 (tinggi/baik), membicarakan tentang kebutuhan anak-anak yang diinginkan memperoleh skor 4,17 (tinggi/baik), meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anakanak memperoleh skor 4,15 (tinggi/baik), dibiasakan hidup disiplin memperoleh skor 4,10 (tinggi/baik), memberikan reward and punisment memperoleh skor 4,10 (tinggi/baik), Hal ini dapat terlihat jelas pada gambar diagram batang berikut;
93 93
Gambar 4.3 Diagram Batang Rata-rata Masing-Masing Indikator pada Variabel Perhatian Orangtua Gambar di atas menunjukkan bahwa pendapat responden terhadap indikator aktivitas yang dilakukan anak-anak memiliki skor tertinggi yakni 4,19 dan indikator reward dan punishment memiliki skor terendah yakni 4,10. Ini menunjukkan bahwa indikator aktivitas yang dilakukan anak-anak paling dominan dibandingkan dengan indikator lain. Dengan demikian perhatian orangtua harus dapat meningkatkan indikator lain untuk menurunkan penyimpangan perilaku. b. Lingkungan Sekolah Pada bagian ini yang ingin ditunjukkan adalah gambaran tentang lingkungan sekolah. Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi lingkungan sekolah, maka semakin rendah penyimpangan perilaku. Lingkungan sekolah sangat berperan penting dalam proses belajar siswa. Sarana prasarana yang terdapat di sekolah sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Sarana prasarana yang tidak lengkap akan membuat proses pembelajaran akan terhambat. Begitu juga dengan peran guru dalam proses pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Kaitannya antara lingkungan sekolah dengan penyimpangan perilaku adalah lingkungan sekolah yang baik dapat mencegah dan menghilangkan perilaku menyimpang pada siswa. Terdapat delapan indikator yang diukur pada variabel ini yakni; sarana dan prasarana belajar memperoleh skor 4,16 (tinggi/baik); sumbersumber belajar memperoleh skor 4,09 (tinggi/baik); media belajar memperoleh skor 4,09 (tinggi/baik); hubungan siswa dengan temantemanya memperoleh skor 4,13 (tinggi/baik); hubungan siswa dengan guru-gurunya memperoleh skor 4,15 (tinggi/baik); hubungan siswa dengan staf sekolah memperoleh skor 4,08 (tinggi/baik); suasana sekolah memperoleh skor 4,08 (tinggi/baik); pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler memperoleh skor 4,10 (tinggi/baik). Lingkungan sekolah memiliki katagori sangat tinggi, ini ditunjukkan dengan rata-rata jawaban responden yaitu 4,17 (tinggi/baik). Adapun hasil penelitian yang menunjukkan skor rata-rata untuk masingmasing indikator seperti pada gambar di bawah ini;
94 94
Gambar 4.4 Diagram Batang Rata-rata Masing-Masing Dimensi pada Variabel Lingkungan Sekolah Pada gambar terlihat bahwa indikator sarana dan prasarana belajar mencapai skor 4,16 (tinggi/baik) dan ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana belajar merupakan kebutuhan yang sangat fundametal, karena tanpa sarana dan prasarana belajar, proses pembelajaran akan terhambat yang dapat memunculkan kejenuhan pada siswa sehingga akan memudahkan munculnya penyimpangan perilaku pada siswa. c. Penyimpangan Perilaku Penyimpangan perilaku seseorang remaja dapat disebabkan oleh minimnya pendidikan agama dan moral yang telah diperolehnya. Pendidikan agama sangat mempengaruhi moral seseorang, karena dalam agama diajarkan untuk tidak merugikan/jahat terhadap diri sendiri dan orang lain dalam bentuk apapun. Agama dapat menjadi salah satu faktor pengendali tingkah laku remaja, karena pendidikan agama memang mewarnai kehidupan masyarakat setiap hari. seperti hal yang sederhana yaitu memberi salam waktu berjumpa atau mengawali pidato sambutan dan diskusi. Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa bahwa semakin tinggi perhatian orangtua dan semakin tinggi lingkungan sekolah maka semakin rendah terjadinya penyimpangan perilaku. Dengan demikian semakin tinggi perhatian orangtua kepada anaknya dan anak akan merasa diperhatikan serta merasakan kasih sayang dari kedua orangtuanya dan semakin tinggi lingkungan sekolah, maka semakin rendah penyimpangan perilaku. Terdapat tujuh indikator yang diukur pada variabel ini yakni; perkelahian dan pelecehan seksual (perkosaan) memperoleh skor 4,14 (tinggi/baik); perusakan dan pencurian memperoleh skor 4,16 (tinggi/baik); pencopetan dan pemerasan memperoleh skor 4,17 (tinggi/baik); pelacuran dan penyalahgunaan obat terlarang memperoleh skor 4,11 (tinggi/baik); hubungan seks sebelum menikah memperoleh skor 4,16 (tinggi/baik); membolos sekolah memperoleh skor 4,11 (tinggi/baik); minggat dari rumah dan membantah perintah orangtua memperoleh skor 4,13 (tinggi/baik). Penyimpangan perilaku memiliki katagori sangat tinggi, ini ditunjukkan dengan rata-rata jawaban responden yaitu 4,14 (tinggi/baik). Adapun hasil penelitian yang
95 95
menunjukkan skor rata-rata untuk masing-masing indikator seperti pada gambar di bawah ini;
Gambar 4.5 Diagram Batang Rata-rata Masing-Masing Indikator Pada Variabel Penyimpangan Perilaku Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa dari ke 7 indikator, indikator pencopetan dan pemerasan memiliki skor rata-rata tertinggi yakni 4,17; terkatagori tinggi. Hasil ini menunjukkan penyimpangan perilaku lebih dominan ditunjukkan oleh indikator pencopetan dan pemerasan. 2. Pengaruh Perhatian Orangtua dengan Penyimpangan Perilaku Perhatian orangtua terhadap terjadinya penyimpangan perilaku anak dapat dilakukan dengan berbagai macam tergantung sudut objek atau sudut pandang, hal ini karena masing-masing orangtua mempunyai perbedaan sendiri-sendiri, antara yang satu dengan yang lainnya. Apabila orangtua memberikan perhatian dengan sungguh-sungguh terhadap anak dalam hal terjadinya penyimpangan perilaku maka solusi yang dapat diberikan adalah dilakukan pendekatan dengan kasih sayang sebagaimana orangtua terhadap anaknya, kemudian berikan kebebasan kepada anak untuk mengungkapkan dari hati yang paling dalam mengenai berbagai kasus yang mengenai dirinya. Dengan demikian anak akan merasa bahwa ia tidak sedang dihakimi oleh orangtuanya, tapi orangtuanya turut merasakan apa yang dirasakan oleh anaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara perhatian orangtua dan penyimpangan perilaku. Hal ini dapat diterangkan oleh persamaan regresi Ŷ = 96,036 - 0,34X1. Dengan persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa pengaruh perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku pada setiap kenaikan satu unit skor perhatian orangtua akan diikuti dengan penurunan skor penyimpangan perilaku sebesar -0,34 satuan. Hasil perhitungan kolerasi antara perhatian orangtua (X1) terhadap penyimpangan perilaku (Y) sebesar -0,427. Ini menunjukkan antara variabel perhatian orangtua (X1) dan variabel penyimpangan perilaku (Y) memiliki pengaruh yang
96 96
negatif. Besarnya hubungan perhatian orangtua sebesar -0,4272 X 100% = 18,23% atau dapat diartikan bahwa sumbangan atau kontribusi perhatian orangtua sebesar 18,23% terhadap penyimpangan perilaku. Berdasarkan hasil temuan menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan positif dan signifikan antara perhatian orangtua dengan penyimpangan perilaku, maka didapat informasi sebagai berikut: (1) perhatian orangtua tidak memiliki pengaruh dalam meningkatnya penyimpangan perilaku. (2) Salah satu cara yang harus dilakukan untuk mengurangi terjadinya penyimpangan perilaku adalah dengan cara meningkatkan dan menjalankan norma-norma agama serta menjauhi larangannya, orangtua yang harus memberikan perhatian yang maksimal baik di rumah maupun di sekolah. Hasil penelitian ini memberikan penjelasan bahwa menurunkan terjadinya penyimpangan perilaku dengan cara mengenalkan ajaran agama Islam sedini mungkin, dibiasakan anak untuk menghormati kedua orangtuanya. Dengan demikian menjawab hipotesis yang diajukan bahwa Perhatian orangtua tidak berhubungan signifikan dan negatif terhadap penyimpangan perilaku. 3. Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku Lingkungan sekolah atau lingkungan pendidikan merupakan salah satu tempat atau wahana yang paling umum digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses pembelajaran siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Lingkungan sekolah dianggap dapat menumbuhkan minat dan merangsang para siswa untuk berbuat dan membuktikan hasil pembelajaraannya, di samping itu lingkungan sekolah dapat pula membentuk akhlak atau moral siswa menjadi baik, karena peran guru dan warga sekolah sangat mendukungnya. Menurut Hamalik (2004:195) Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting dan dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara lingkungan sekolah dan penyimpangan perilaku. Hal ini dapat diterangkan oleh persamaan regresi Ŷ = 93,900 - 0,13X2. Dengan persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa pengaruh lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku pada setiap kenaikan satu unit skor lingkungan sekolah akan diikuti dengan penurunan skor penyimpangan perilaku sebesar -0,13 satuan. Hasil perhitungan kolerasi lingkungan sekolah (X2) terhadap penyimpangan perilaku (Y) sebesar 0,395. Ini menunjukkan antara variabel lingkungan sekolah (X2) dan variabel penyimpangan perilaku (Y) memiliki pengaruh yang negatif. Besarnya pengaruh lingkungan sekolah sebesar -0,3952 X 100% = 15,60% atau dapat diartikan bahwa sumbangan atau kontribusi lingkungan sekolah sebesar 15,60% terhadap terjadinya penyimpangan perilaku.
97 97
Berdasarkan hasil temuan menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan sekolah dengan penyimpangan perilaku, maka didapat informasi sebagai berikut: (1) lingkungan sekolah tidak memiliki pengaruh dalam meningkatnya penyimpangan perilaku. (2) Salah satu cara yang harus dilakukan untuk mengurangi terjadinya penyimpangan perilaku adalah dengan cara meningkatkan keberadaan lingkungan sekolah, di mana temptnya nyaman, bersih, asri dan bernuansa religius seperti; dipasang di dinding Hadits dan ayat-ayat Qur‟an yang berkaitan dengan kebersihan, Hasil penelitian ini memberikan penjelasan bahwa menurunkan terjadinya penyimpangan perilaku dengan cara menciptakan suasana sekolah yang kondusif disertai dengan menciptakan lingkungan dalam suasana relijius. Dengan demikian menjawab hipotesis yang diajukan bahwa lingkungan sekolah tidak berhubungan signifikan dan negatif terhadap penyimpangan perilaku. 4. Pengaruh Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku Penelitian ini mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama maka semakin rendah terjadinya penyimpangan perilaku. Ini dapat dijelaskan dengan persamaan regresi Ŷ = 96,277 - 0,032X1 - 0,004X2. Dengan persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa skor perhatian orangtua akan diikuti dengan penurunan skor penyimpangan perilaku sebesar -0,032 unit dan setiap kenaikan satu unit skor lingkungan sekolah akan diikuti dengan penurunan skor penyimpangan perilaku sebesar -0,004 unit. Nilai koefisien kolerasi yang diperoleh sebesar 0,027 berarti terdapat pengaruh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah terhadap terjadinya penyimpangan perilaku. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh positif dan signifikan antara perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap penyimpangan perilaku. Hasil penelitian ini memberikan penjelasan bahwa menurunkan terjadinya penyimpangan perilaku dengan cara meningkatkan kedua variabel itian rhatian orangtua dan lingkungan sekolah.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Setelah diadakan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penyimpangan perilaku dapat dikurangi melalui peningkatan perhatian orangtua seperti memiliki perhatian khusus terhadap anaknya baik di sekolah maupun di rumah. Makna perhatian orangtua dalam penelitian ini adalah suatu kesadaran jiwa orangtua yang ditujukan pada anaknya baik ia berada dalam rumah maupun berada di luar rumah (sekolah). Perhatian orangtua tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penyimpangan perilaku. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi perhatian orangtua, maka semakin turun terjadinya penyimpangan perilaku yakni setiap kenaikan satu unit skor perhatian orangtua akan diikuti dengan penurunan skor penyimpangan perilaku sebesar -0,34 unit. Dengan demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku. Besarnya pengaruh antara perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku pada SMA PGRI Kota Bekasi dan SMA Muhammadiyah 09 sebesar 18,23%. Ini artinya masih terdapat 71,77% variabel lain yang dapat memberikan kontribusi pada variabel penyimpangan perilaku siswa, di antaranya; bimbingan orangtua, komunikasi dengan orangtua, dll. 2. Penyimpangan perilaku dapat dikurangi melalui peningkatan lingkungan sekolah yakni dengan cara meningkatkan keberadaan lingkungan sekolah, di mana tempatnya nyaman, bersih, asri dan bernuansa religius. Makna lingkungan sekolah dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar sekolah atau berada di luar sekolah yang dapat mempengaruhi dan bermakna bagi siswa dalam proses belajar mengajar yang ada di sekolah, baik itu dalam lingkungan sosial (lingkungan fisik) maupun lingkungan non-sosial (lingkungan akademik). Lingkungan sekolah tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penyimpangan perilaku. Semakin tinggi lingkungan sekolah, maka semakin turun terjadinya penyimpangan perilaku. Ini dibuktikan bahwa setiap kenaikan satu unit lingkungan sekolah akan diikuti dengan penurunan penyimpangan perilaku sebesar -0,13 unit. Besarnya pengaruh lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku pada SMA PGRI 1 dan SMA Muhammadiyah 09 Kota Bekasi sebesar 15,60%. Ini artinya masih terdapat 84,40% variabel lain yang dapat memberikan kontribusi pada variabel penyimpangan perilaku siswa, di antaranya; motivasi belajar, minat belajar, pendidikan agama, dll. 3. Penyimpangan perilaku dapat dikurangi melalui peningkatan perhatian orangtua dan lingkungan sekolah. Makna penyimpangan perilaku
98
99 99
dalam penelitian ini adalah suatu suatu tindakan atau perilaku yang menyimpang dari norma, aturan yang telah disepakati bersama dan berlaku pada masyarakat setempat, sehingga dapat menimbulakan kerugian baik fisik maupun mental pada pihak lain. Perhatian orangtua dan lingkungan sekolah tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap penyimpangan perilaku. Semakin tinggi perhatian orangtua dan lingkungan sekolah, maka semakin turun terjadinya penyimpangan perilaku. Ini dibuktikan bahwa setiap kenaikan satu unit skor perhatian orangtua akan diikuti dengan penurunan skor penyimpangan perilaku sebesar -0,032 unit dan setiap kenaikan satu unit skor lingkungan sekolah akan diikuti dengan penurunan skor penyimpangan perilaku sebesar -0,004 unit. Besarnya pengaruh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku pada SMA PGRI 1 dan SMA Muhammadiyah 09 Kota Bekasi sebesar 7,50%. 4. Besaran pengaruh variabel perhatian orangtua (X1) dan lingkungan sekolah (X2) secara bersama-sama terhadap penyimpangan perilaku (Y) sebesar 7,50% dan sisanya sebesar 92,50% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan data hasil penelitian, maka diketahui variabel lingkungan sekolah memiliki kontribusi yang lebih besar dari variabel perhatian orangtua. Dengan kata lain bahwa peningkatan perhatian orangtua terhadap anaknya akan berbansing terbalik dengan terjadinya penyimpangan perilaku atau meningkatnya perhatian orangtua akan dapat menurunkan terjadinya penyimpangan perilaku siswa. Hal yang sama terjadi pada lingkungan sekolah, dengan meningkatnya lingkungan sekolah seperti sarana prasarana yang memadai, tersedia tempat ibadah akan mengurangi terjadinya penyimpangan perilaku remaja. B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi positif bagi penelitian lebih lanjut. 1. Perhatian orangtua besar kontribusinya terhadap terjadinya penurunan penyimpangan perilaku, oleh karena itu orangtua harus dapat menjalankan tugas dan perannya secara maksimal dalam keluarga, karena anak yang sukses dalam belajar karena ada peran dan pengaruh orangtu. 2. Lingkungan sekolah juga harus ditingkatkan karena bila hal-hal yang menjadi lingkungan sekolah terpenuhi maka penyimpangan perilaku akan menurun. 3. Penelitian tentang penyimpangan perilaku hendaklah diperluas lagi karena penyimpangan perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah tetapi masih banyak faktor lain yang ikut berkontribusi.
100 100 100
C. Rekomendasi Rekomendasi merupakan bagian akhir dari suatu penelitian yang memberikan rujukan atau rekomendasi agar apa yang ada di lapangan dapat diperbaiki untuk kebaikan semua, hal-hal yang direkomendasikan sebagai berikut: 1. Perhatian orangtua merupakan bagian dari siklus kehidupan manusia yang sudah berumah tangga, sehingga manusia yang sudah berumagtangga akan meluangkan waktu untuk perhatian kepada anakanaknya. 2. Orangtua memiliki peran yang sangat sentral terhadap keberhasilan keluarga dan anak-anaknya, karena orangtua yang perhatian kepada anaknya, merupakan langkah awal keberhasilan anaknya. 3. Kenakalan remaja, tidak dapat dianggap sebagai persoalan kecil, namun harus benar-benar ditangani agar anak tidak terjerumus lebih jauh pada hal-hal yang negatif. 4. Lingkungan sekolah harus menjadi bagian dari program kepala sekolah, karena keberadaan lingkungan sekolah dapat memberikan peran yang positif terhadap perkembangan sosial anak, sehingga dengan adanya lingkungan sekolah yang baik, dapat memungkinkan akan akan terkontrol dengan baik. 5. Penyimpangan perilaku pada anak remaja, merupakan bagian dari ingin adanya pengakuan dari lingkungannya berada, sementara anak sendiri secara psikologis belum siap untuk menerima cobaan dan tantangan yang berat, sementara peran orangtua dan sekolah juga kurang maksimal.
101 101 101
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003. Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. 2004. Al Ghazali. Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia. Terjemahan: Muhammad Al Baqir. Jakarta: Mizan, 2015. Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. 2011. Darajat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2014. Geldard, Kathryn dan Geldard, David. Konseling Remaja Pendekatan Proaaktif Untuk Anak Muda. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 2003. Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 2011. . Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 2011. . Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. 2011. Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenada Media Group, 2011. Kartono, Kartini. Patologi Sosial 2. Kenakalan Remaja. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2011. Lestari, Sri. Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencan. 2012. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2001. Ndraha, Taliziduhu. Teori Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta. 2005. Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis Edisi Kedua. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2007. Riduwan. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. 2009. Robbins, Stephen P. and Judge, Timothy A. Organizational Behavior Global 14th Edition. New Jersey: Prentice Hall. 2011. Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2011. . Memehami Organisasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2008. Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011. Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. 2000. Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006. Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2011. Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta. 2003). Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005. Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2004. Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2009.
102 102 102
Ulwan, Abdullah Nashih. Pendidikan Anak dalam Islam. terjemahan; Jamaluddin Miri, Jakarta: Pustaka Amani, 2007). Willis, Sofyan S. Remaja dan Masalahnya, (Bandung: Alfabeta, 2010). Wuryati. Fenomena Perilaku Menyimpang Remaja Di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Journal of Educational Social Studies. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang. 2012
103 103 103
LAMPIRAN 1
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
INSTRUMEN PENELITIAN PENYIMPANGAN PERILAKU 1. Jenis Kelamin 2. Nama siswa 3. Kelas/Jurusan
: Lk /Pr : ……………………………………………………. : .…………………………………………………....
Petunjuk: 1. Di bawah ini terdapat 5 pilihan jawaban yaitu : SS = Sangat Sering, S = Sering, JR = Jarang SJ = Sangat Jarang, TP = Tidak Pernah 2. Jawablah pernyataan di bawah ini dengan sejujurnya sesuai dengan keadaan saudara, dengan cara memberi tanda ceklist () pada salah satu jawaban yang saudara pilih (SL, SR, KD, SK, TP). 3. Jawaban ini murni untuk penelitian, bukan untuk publikasi dan tidak ada pengaruh dengan penilaian Raport. 4. Atas kesediaan Saudara untuk mengisi instrumen ini, kami ucapkan terima kasih. NO BUTIR PERNYATAAN PILIHAN SS S JR SJ TP Kenakalan yang Menimbulkan Korban Fisik dan Materi pada Orang Lain 1 Saya berkelahi dengan teman sekelas, karena persoalan kecil 2 Saya berkelahi dengan siswa sekolah lain, untuk menjaga gengsi 3 Saya berkelahi dengan siswa sekolah lain, hanya menjaga solidaritas 4 Saya melakukan pencurian dengan teman perempuan 5 Saya melakukan pencurian HP teman sekelas 6 Saya melakukan perusakan, ketika perkelahian antar sekolah 7 Saya terlibat kasus pencurian, karena ajakan teman sekolah
104 104 104
8
Saya terlibat kasus pencurian, karena kebutuhan ekonomi 9 Saya terlibat pencopetan, dengan sasaran siswa perempuan 10 Saya terlibat kasus pencopetan dengan teman sepermainan 11 Saya tidak mau terlibat dengan pencurian, karena merugikan diri sendiri 12 Saya melakukan pemerasan terhadap gang sekolah lain Kenakalan yang Melawan Status dan Sosial 13 Saya diperkenalkan dengan orang asing/tak dikenal untuk menemani makan 14 Awalnya hanya mencoba obat penenang sebagai solidaritas teman 15 Saya diberikan secara gratis obat penenang dalam mengatasi masalah 16 Saya melakukan sex dengan pacar, karena suka dengan suka 17 Saya melakukan hubungan sex dengan wanita bayaran 18 Saya ketemu dengan pacar, hanya sebatas curhat 19 Saya bermalam dengan pacar ke suatu tempat 20 Saya sudah melampaui batas dalam pergaulan dengan pacar 21 Saya meminta izin orang tua jika akan ke rumah pacar 22 Saya membolos sekolah, karena ajakan teman 23 Saya membolos sekolah, karena belum mengerjakan tugas sekolah 24 Saya membolos sekolah, karena lingkungan belajar tidak menyenangkan 25 Kehadiran saya di kelas, maksimal setiap bulan 26 Saya pergi dari rumah tanpa izin orang tua 27 Saya pergi dari rumah karena dimarahi orang tua 28 Saya menentang perintah orang tua 29 Saya tidak mendengarkan nasehat orang tua 30 Saya tidak menuruti nasehat orang tua
105 105 105
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
INSTRUMEN PENELITIAN PERHATIAN ORANG TUA 1. Jenis Kelamin 2. Nama siswa 3. Kelas/Jurusan
: Lk /Pr : ……………………………………………………. : .…………………………………………………....
Petunjuk: 1. Di bawah ini terdapat 5 pilihan jawaban yaitu : SS = Sangat Sering, SR = Sering, JR = Jarang SJ = Sangat Jarang, TP = Tidak Pernah 2. Jawablah pernyataan di bawah ini dengan sejujurnya sesuai dengan keadaan saudara, dengan cara memberi tanda ceklist () pada salah satu jawaban yang saudara pilih (SL, SR, KD, SK, TP). 3. Jawaban ini murni untuk penelitian, bukan untuk publikasi dan tidak ada pengaruh dengan penilaian Raport. 4. Atas kesediaan Saudara untuk mengisi instrumen ini, kami ucapkan terima kasih. PILIHAN NO BUTIR PERNYATAAN SS SR JR SJ TP Kontrol dan Pemantauan 1 Orang tua saya menjelaskan tentang manfaat belajar di masa depan 2 Orang tua saya menjelaskan tentang manfaat belajar 3 Orang tua saya mengetahui aktivitas di sekolah 4 Orang tua saya mengetahui apa yang dikerjakan di luar jam sekolah 5 Orang tua saya tidak mengetahui kegiatan yang dilakukan anaknya di sekolah 6 Orang tua saya mengetahui teman-teman belajar anaknya dalam satu kelompok belajar 7 Orang tua saya tidak perhatian dengan perkembangan belajar anaknya 8 Orang tua saya mengetahui pergaulan anaknya 9 Orang tua saya tidak memperhatikan perkembangan pergaulan anaknya
106 106 106
Dukungan dan Keterlibatan 10 Orang tua saya mendampingi anaknya ketika mengerjakan PR 11 Orang tua saya membantu menyiapkan tugas yang diberikan sekolah 12 Orang tua saya tidak mengetahui jika saya memeiliki tugas sekolah 13 Orang tua saya menyiapkan fasilitas belajar di rumah 14 Orang tua saya menyediakan tempat khusus untuk untuk belajar 15 Orang tua saya tidak menyediakan ruang belajar yang nyaman 16 Orang tua saya menyediakan jaringan internet untuk belajar anaknya 17 Orang tua saya tidak menyediakan bukubuku pelajaran sekolah 18 Orang tua saya memanggil guru les ke rumah 19 Orang tua saya tidak menyediakan meja belajar Komunikasi dan Pendisplinan 20 Orang tua saya memenuhi semua kebutuhan belajar anaknya 21 Orang tua saya tidak perhatian dengan kebutuhan belajar anaknya 22 Orang tua saya berkomunikasi dengan anaknya tentang kebutuhan belajar 23 Orang tua saya meluangkan waktu untuk komunikasi sebelum ke sekolah 24 Orang tua saya sibuk sehingga tidak memiliki waktu untuk berbincang-bincang tentang masalah yang dihadapi anak dalambelajar 25 Orang tua saya membiasakan anaknya hidup berdisiplin 26 Orang tua saya tidak membiasakan anaknya tepat waktu dalam mengerjakan sesuatu 27 Orang tua saya memberikan ucapan selamat atas prestasi yang telah diraih 28 Orang tua saya memberikan hadiah atas prestasi yang telah dicapai 29 Orang tua saya memberikan hukuman karena melanggar aturan disiplin 30 Orang tua saya memberikan hukuman atas prestasi belajar yang menurun
107 107 107
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
INSTRUMEN PENELITIAN LINGKUNGAN SEKOLAH 1. Jenis Kelamin 2. Nama siswa 3. Kelas/Jurusan
: Lk /Pr : ……………………………………………………. : .…………………………………………………....
Petunjuk: 1. Di bawah ini terdapat 5 pilihan jawaban yaitu : SS = Sangat Sering, SR = Sering, JR = Jarang SJ = Sangat Jarang, TP = Tidak Pernah 2. Jawablah pernyataan di bawah ini dengan sejujurnya sesuai dengan keadaan saudara, dengan cara memberi tanda ceklist () pada salah satu jawaban yang saudara pilih (SL, SR, KD, SK, TP). 3. Jawaban ini murni untuk penelitian, bukan untuk publikasi dan tidak ada pengaruh dengan penilaian Raport. 4. Atas kesediaan Saudara untuk mengisi instrumen ini, kami ucapkan terima kasih.
NO
BUTIR PERNYATAAN
Lingkungan Fisik Sekolah 1 Sekolah tempat saya belajar memiliki sarana pendidikan yang lengkap 2 Sekolah tempat saya belajar memiliki tempat ibadah yang bagus 3 Sekolah tempat saya belajar tidak memiliki tempat berolah raga yang memadai 4 Sekolah tempat saya belajar tidak memiliki ruang khusus untuk kegiatan Ekskul siswa 5 Sekolah tempat saya belajar memiliki perpustakaan yang lengkap 6 Sekolah tempat saya belajar tidak memiliki jaringan Internet 7 Sekolah tempat saya belajar memiliki “kebun percontohan” untuk praktekum biologi siswa 8 Sekolah tempat saya belajar memiliki laboratorium IPA
PILIHAN SS S JR
SJ
TP
108 108 108
9
Sekolah tempat saya belajar memiliki laboratorium Bahasa 10 Sekolah tempat saya belajar tidak memiliki “Bank Mini” dalam kegiatan Akuntansi Lingkungan Sosial 11 Saya berkomunikasi dengan teman sekelas 12
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
27
28
Saya berkomunikasi dengan teman SMA lain dalam menjalin persahabatan antar Sekolah Saya tidak menjalin komunikasi melalui media sosial Saya berkomunikasi dengan guru melalui HP Saya berkomunikasi dengan guru dalam menuntaskan proses pembelajaran Saya tidak bersilaturahmi dengan guru Sekolah lain dalam kegiatan sosial saya berkomunikasi kurang sopan dengan intonasi yang tinggi Saya berkomunikasi dengan staf Sekolah dalam mengurus program bea siswa Saya berkomunikasi kurang harmonis dengan staf Sekolah Sekolah tempat saya belajar memiliki suasana lingkungan yang bersih Sekolah tempat saya belajar memiliki suasana yang nyaman Sekolah tempat saya belajar tidak memiliki suasana belajar yang menyenangkan Sekolah tempat saya belajar pelaksanaan kegiatan belajarnya berjalan lancar Sekolah tempat saya belajar kegiatan belajarnya penuh inovasi dari gurunya Sekolah tempat saya belajar didukung oleh sarana pendukung belajar yang memadai Sekolah tempat saya belajar memiliki hubungan yang harmonis dengan Sekolah lain Sekolah tempat saya belajar memiliki kegiatan kokurikuler yang dapat mengembangkan potensi siswanya Sekolah tempat saya belajar tidak memiliki kegiatan kokurokuler yang dapat membentuk karakter yang baik
109 109 109
29
30
Sekolah tempat saya belajar tidak memiliki kegiatan kokurikuler yang dapat menghindari siswa dari kegiatan yang merusak moral Sekolah tempat saya belajar tidak memiliki kegiatan kokurikuler yang dapat menangkal kegiatan yang bersifat menyimapang dari perilaku yang kurang baik
110 110 110
Hasil Uji Validitas Instrumen Penyimpangan Perilaku LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 r-hitung r-kritis Status Butir
Nomor Butir Soal 1
2
3
4
3 4 3 3 4 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 3 3 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 5 3 3 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 3 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 0,681 0,540 0,423 0,473 0,361 0,361 0,361 0,361 Valid Valid Valid Valid
5
6
7
8
4 3 3 3 5 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 5 4 4 5 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 3 4 3 4 5 3 5 5 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 5 5 5 3 4 4 4 3 5 5 5 3 3 4 4 3 5 5 5 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 -0,417 0,515 0,629 0,544 0,361 0,361 0,361 0,361 Drop Valid Valid Valid
111 111 111
Hasil Uji Validitas Instrumen Penyimpangan Perilaku LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 r-hitung r-kritis Status Butir
9
10
11
3 3 3 4 4 4 5 3 3 3 3 3 5 5 5 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 4 4 5 3 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 3 5 3 3 4 5 3 3 5 3 3 3 4 4 4 3 3 3 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 0,248 0,421 0,586 0,361 0,361 0,361 Drop Valid Valid
12
13
14
4 3 3 5 4 4 3 3 3 3 3 3 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 3 3 3 5 3 3 4 3 3 4 4 4 5 3 3 5 5 5 5 4 4 3 4 5 3 4 4 5 5 5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 0,174 0,568 0,606 0,361 0,361 0,361 Drop Valid Valid
15
16
4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 3 5 4 5 3 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 3 4 0,047 0,425 0,361 0,361 Drop Valid
112 112 112
Hasil Uji Validitas Instrumen Penyimpangan Perilaku LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 r-hitung r-kritis Status Butir
17
18
19
20
21
3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 5 3 3 3 3 5 5 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 5 5 5 5 4 5 3 4 4 4 5 3 5 5 5 5 5 4 4 4 5 3 5 5 4 5 3 3 3 3 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 0,300 0,538 0,606 0,476 0,540 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 Drop Valid Valid Valid Valid
22
23
24
4 3 3 4 4 4 4 3 3 5 3 3 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 5 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 5 3 3 4 5 5 5 4 4 3 5 5 5 5 4 4 5 5 4 3 3 4 4 4 4 4 4 0,012 0,636 0,579 0,361 0,361 0,361 Drop Valid Valid
113 113 113
Hasil Uji Validitas Instrumen Penyimpangan Perilaku LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 r-hitung r-kritis Status Butir
25
26
27
3 4 ` 4 4 4 3 4 4 3 5 5 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 0,613 0,425 0,412 0,361 0,361 0,361 Valid Valid Valid
28
29
30
3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 3 4 3 5 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 5 4 3 5 5 5 3 4 4 3 5 5 5 4 4 3 5 5 3 3 3 4 3 4 3 4 4 0,237 0,542 0,632 0,361 0,361 0,361 Drop Valid Valid
skor total 98 131 107 112 165 138 124 145 152 131 153 155 141 168 186 170 160 161 169 159 183 177 214 195 211 205 222 185 206 206 4929
114 114 114
Hasil Reliabilitas Instrumen Penyimpangan Perilaku LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 k Variansi Total Variansi Butir Sigma Var. Butir Alpha-Cronbach
1 3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 33 218,097 0,489 13,623 0,9668
2
3
4
6
7
8
4 5 3 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 3 4 5 3 4 3
3 4 3 3 5 4 3 5 4 3 4 5 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 4 4 5 4 5 3 4 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 3 5 3 4 3 5 4 5 3 5 3 4 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 4 5 3 4 4 5 4 5 4 5 3 4 4
3 4 3 3 5 4 3 4 5 3 4 4 4 4 5 4 3 5 4 3 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4
0,409
0,506
0,579
0,602
0,516
0,547
115 115 115
Hasil Reliabilitas Instrumen Penyimpangan Perilaku LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 k Variansi Butir
9
10
11
12
13
14
15
16
3 4 5 3 5 4 5 4 4 3 4 4 5 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 5 4 4 3 4 5 4 5 4 3 3 4 3 5 4 5 4 4 3 4 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 5 5 3 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4
4 5 3 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 3 3 5 3 4 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 4 4 5 3 4 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4
4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 3 4 3 4 3 4 5 5 4 5 3
4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4
0,585
0,507
0,576
0,478
0,478
0,530
0,420
0,217
116 116 116
Hasil Reliabilitas Instrumen Penyimpangan Perilaku LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 k Variansi Butir
17
18
19
20
21
23
24
25
3 4 3 3 5 4 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 4 3 3 4 4 5 5 3 3 5 3 3 4 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 5 4 5 3 3 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 5 5 3 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4
4 5 3 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 5 5 5 3 4 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 3 3 3 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 4 3 3 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4
0,530
0,547
0,530
0,489
0,409
0,579
0,557
0,510
117 117 117
Hasil Reliabilitas Instrumen Penyimpangan Perilaku LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 k Variansi Butir
26
27
28
29
30
4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4
` 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4
3 4 3 3 5 4 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 4 3 3 4 4 5 5 3 3 5 3 3 4 3
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 5 3 3 4 4 5 4 5 4 5 3 3 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 4 3 4 3 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4
0,217
0,222
0,547
0,557
0,489
skor total 90 122 99 103 155 130 116 137 144 123 145 147 133 158 178 161 153 153 162 152 175 169 206 187 205 197 215 177 198 199 4689
118 118 118
Hasil Uji Validitas Instrumen Perhatian Orangtua LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 r-hitung r-kritis Status Butir
1
2
4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 3 3 3 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 0,539 0,640 0,361 0,361 Valid Valid
Nomor Butir Soal 3 4 5 6 7 8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 5 5 3 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 3 4 5 5 4 5 3 4 5 5 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 0,824 0,827 0,613 0,539 0,827 0,800 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 Valid Valid Valid Valid Valid Valid
119 119 119
Hasil Uji Validitas Instrumen Perhatian Orangtua LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 r-hitung r-kritis Status Butir
9
10
11
12
13
14
15
16
4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 5 3 3 3 4 3 4 3 5 3 5 5 4 3 5 5 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 5 3 3 4 5 5 5 3 5 3 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 3 5 3 5 5 5 3 5 4 4 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 5 3 3 5 4 3 4 5 5 3 3 5 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 0,403 0,803 0,189 0,613 0,362 0,856 0,418 0,856 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 Valid Valid Drop Valid Valid Valid Valid Valid
120 120 120
Hasil Uji Validitas Instrumen Perhatian Orangtua LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 r-hitung r-kritis Status Butir
17
18
19
20
21
22
23
24
4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 5 5 4 3 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 5 3 3 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 3 3 5 3 3 5 4 5 3 3 4 3 3 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 3 4 0,491 0,539 0,828 0,409 0,613 0,780 0,613 0,275 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Drop
121 121 121
Hasil Uji Validitas Instrumen Perhatian Orangtua LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 r-hitung r-kritis Status Butir
25
26 27 28 29 30 skor total 4 4 4 3 4 4 119 4 4 4 5 4 4 130 5 5 5 4 5 5 151 5 5 5 5 5 5 162 4 4 4 4 5 5 138 4 4 4 3 4 4 134 4 3 3 4 3 4 133 4 4 4 4 5 4 142 5 5 5 4 5 5 172 4 4 4 4 4 4 146 4 4 4 4 4 4 149 3 5 5 4 5 5 152 3 5 5 4 4 4 149 5 5 5 4 4 5 177 4 4 4 3 4 4 161 4 4 4 3 4 4 159 4 4 4 4 4 4 170 5 5 5 5 5 5 185 5 3 3 5 4 4 196 4 4 4 4 4 4 179 4 3 4 5 4 5 187 5 5 5 5 5 5 205 4 4 4 4 5 4 192 4 3 4 4 4 4 195 4 4 4 4 4 4 199 5 3 3 5 5 5 201 5 3 5 5 5 5 210 4 4 4 4 5 5 205 4 4 4 4 5 4 209 3 3 4 4 4 5 198 0,827 0,386 0,427 0,539 0,491 0,500 5105 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 Valid Valid Valid Valid Valid Valid
122 122 122
Hasil Reliabilitas Instrumen Perhatian Orangtua LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 k Variansi Total Variansi Butir Sigma Var. Butir Alpha-Cronbach
1 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 28 109,982 0,323 10,386 0,9391
2 4 4 5 5 4 4 3 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4
0,309
Nomor butir soal 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 3 3 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 3 3
0,351
0,372
5
6
7
4 4 5 5 4 4 4 4 5 3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3 3 4 3
4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 3
0,489
0,323
0,372
123 123 123
Hasil Reliabilitas Instrumen Perhatian Orangtua LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Variansi Butir
8
9
10
12
13
14
15
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 5 4 4 3
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 3
4 4 5 5 4 4 4 4 5 3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3 3 4 3
4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 3 5 5 5 5 4 4 4
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3
4 4 5 5 4 4 3 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 3 4 4 4 3 5 4 4 4
0,323
0,438
0,392
0,489
0,303
0,351
0,392
124 124 124
Hasil Reliabilitas Instrumen Perhatian Orangtua LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Variansi Butir
16
17
18
19
20
21
22
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5
4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4
3 5 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 5 4 5 5 4 4 4 3 3 4 4 4
4 4 5 5 4 4 4 4 5 3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3 3 4 3
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4
0,351
0,438
0,323
0,217
0,409
0,489
0,217
125 125 125
Hasil Reliabilitas Instrumen Perhatian Orangtua LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
23
25
Variansi Butir
0,489
4 4 5 5 4 4 4 4 5 3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3 3 4 3
26 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 3
27
28
29
30
4 4 5 5 4 4 3 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 3 4 3 5 4 3 4 3 3 4 4 3
4 4 5 5 4 4 3 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 3 4 4 5 4 4 4 3 5 4 4 4
3 5 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4
4 4 5 5 5 4 3 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4
4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5
0,372 0,516
0,372
0,395
0,317
0,254
skor total 113 120 143 152 130 128 125 134 164 138 141 144 141 169 155 153 162 179 188 172 179 199 184 187 191 195 204 197 201 191 4879
126 126 126
Hasil Uji Validitas Instrumen Lingkungan Sekolah LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 r-hitung r-kritis Status Butir
1 4 4 4 3 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 3 3 5 5 4 4 3 5 4 5 0,430 0,361 Valid
2 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 3 5 5 3 3 5 5 5 5 4 5 5 5 0,191 0,361 Drop
Nomor Butir Soal 3 4 5 6 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 5 3 3 3 3 5 5 5 5 4 3 4 5 4 4 4 4 3 3 3 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 4 5 3 5 4 4 4 4 4 5 5 5 3 5 3 5 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 4 5 3 5 5 3 3 3 3 4 3 3 3 5 3 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 3 5 5 5 3 5 5 5 3 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 0,427 0,223 0,593 0,509 0,361 0,361 0,361 0,361 Valid Drop Valid Valid
7
8 4 4 5 4 4 4 5 3 5 5 4 4 5 4 4 3 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 3 3 3 4 5 4 5 3 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 -0,008 0,530 0,361 0,361 Drop Valid
127 127 127
Hasil Uji Validitas Instrumen Lingkungan Sekolah LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 r-hitung r-kritis Status Butir
9 3 5 4 3 5 4 4 3 5 4 4 3 3 4 3 5 4 4 3 5 3 3 3 3 3 5 4 3 5 4 0,119 0,361 Drop
Nomor Butir Soal 10 11 12 4 3 5 4 5 4 4 4 4 3 3 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 3 4 5 3 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 3 3 4 4 5 5 4 4 5 3 5 4 4 4 4 4 3 5 5 4 5 3 5 3 4 4 3 4 3 3 3 5 5 5 4 4 3 5 5 4 5 3 4 5 5 3 5 4 5 5 5 4 5 0,376 0,027 0,193 0,361 0,361 0,361 Valid Drop Drop
13
14 15 16 4 4 4 4 3 3 3 3 5 5 5 5 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 3 5 5 5 0,306 0,467 0,509 0,456 0,361 0,361 0,361 0,361 Drop Valid Valid Valid
128 128 128
Hasil Uji Validitas Instrumen Lingkungan Sekolah LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 r-hitung r-kritis Status Butir
17 4 4 4 3 5 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 5 -0,059 0,361 Drop
Nomor Butir Soal 18 19 20 3 3 4 5 4 3 4 5 5 3 4 3 4 5 5 4 5 5 5 3 4 4 5 4 5 5 5 4 3 4 4 5 5 5 5 4 3 4 4 4 5 4 4 4 3 3 5 3 4 5 4 5 4 3 5 5 4 5 5 5 4 4 3 4 4 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 0,406 0,411 0,509 0,361 0,361 0,361 Valid Valid Valid
21
22 3 4 5 4 4 4 3 3 5 5 4 4 4 4 3 3 5 5 4 4 4 4 3 5 3 5 4 4 3 5 5 5 4 4 4 4 3 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 5 3 4 5 5 4 3 3 5 5 4 4 5 0,119 0,392 0,361 0,361 Drop Valid
23 4 4 4 3 5 4 4 3 5 3 4 5 5 4 5 3 3 3 3 5 3 3 3 3 4 5 3 5 4 4 0,184 0,361 Drop
24 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 3 4 5 4 3 5 4 5 5 5 5 5 5 0,193 0,361 Drop
129 129 129
Hasil Uji Validitas Instrumen Lingkungan Sekolah LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 r-hitung r-kritis Status Butir
25 3 4 4 3 3 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 5 0,048 0,361 Drop
Nomor Butir Soal 26 27 28 29 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 3 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 3 5 4 5 3 5 4 5 3 4 4 4 4 5 3 4 3 5 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 5 5 4 4 5 5 5 3 4 3 3 3 3 3 3 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 3 5 3 3 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 -0,047 0,096 0,392 0,471 0,361 0,361 0,361 0,361 Drop Drop Valid Valid
30 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 3 4 3 5 5 4 3 5 5 5 5 5 3 5 5 0,138 0,361 Drop
skor total 122 124 137 117 160 151 148 137 175 151 162 171 164 168 169 171 171 162 190 201 161 160 194 208 205 216 205 216 219 230 5165
130 130 130
Hasil Reliabilitas Instrumen Lingkungan Sekolah
LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 k Variansi Total Variansi Butir Sigma Var. Butir Alpha-Cronbach
Nomor Butir Soal 1 2 4 5 4 5 4 5 3 5 5 4 4 5 4 5 3 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 3 5 5 5 5 3 3 3 3 5 5 5 5 4 5 4 5 3 4 5 5 4 5 5 5 28 154,602 0,510 0,455 15,915 0,9303
3
4
5
6
7
4 4 4 3 5 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 3 4 5 5 4 4 5 5 4 4
4 3 3 3 5 3 4 3 5 4 4 3 3 4 5 3 4 4 5 3 3 3 3 5 4 3 3 3 4 5
4 4 4 3 5 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 3 5 5 4 5 5 5 4 5
4 3 5 3 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 5 5 5 5 4 5
4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 3 4 4 3 5 4 5 4 5
0,409
0,631
0,506
0,648
0,395
131 131 131
Hasil Reliabilitas Instrumen Lingkungan Sekolah
LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Variansi Butir
Nomor Butir Soal 8 9 10 4 3 4 4 5 4 4 4 4 3 3 3 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 5 5 3 4 4 4 4 4 4 5 3 5 5 3 5 4 4 4 5 3 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 3 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 5 3 3 5 3 5 4 3 4 4 5 5 5 4 3 5 3 5 4 5 4 5 4 5
0,493
0,648
0,602
12
13
14
15
5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 3 4 5 4 3 5 4 5 5 5 5 5 5
4 3 5 3 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 5 5 3 5 5 3
4 3 5 3 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 4 5 5 5 5 4 5
4 3 5 3 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 5 5 5 5 4 5
0,464
0,714
0,626
0,648
132 132 132
Hasil Reliabilitas Instrumen Lingkungan Sekolah
LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Variansi Butir
Nomor Butir Soal 16 17 18 4 4 3 3 4 5 5 4 4 3 3 3 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 3 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 3 4 4 4 3 5 4 3 5 3 4 4 4 3 4 5 4 5 5 5 3 5 3 3 4 3 3 4 5 3 3 5 3 5 5 4 5 4 3 5 5 3 4 5 3 5 4 4 5 5 5 4
0,626
0,616
0,530
19
20
21
22
3 4 5 4 5 5 3 5 5 3 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4
4 3 5 3 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 5 5 5 5 4 5
3 5 4 3 5 4 4 3 5 4 4 3 3 4 3 5 4 4 3 5 3 3 3 3 3 5 4 3 5 4
4 4 4 3 5 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 3 3 5 4 5 3 5 4 5
0,466
0,648
0,648
0,579
133 133 133
Hasil Reliabilitas Instrumen Lingkungan Sekolah
LAMPIRAN 2 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Variansi Butir
Nomor Butir Soal 23 24 26 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 3 5 5 5 5 5 3 5 4 4 4 5 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 4 4 3 5 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 5 5 4 3 4 3 3 3 3 3 5 5 3 4 5 4 5 5 5 5 4 3 5 4 5 5 3 4 5 5 4 5 4
0,671
0,464
0,437
27
28
29
30
5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 3 4 3 4 3 5 5 4 3 3 5 5 5 5 3 5 5
4 4 4 3 5 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 3 3 5 4 5 3 5 4 5
4 3 5 3 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 4 5 5 5 4 5
5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 3 4 3 5 5 4 3 5 5 5 5 5 3 5 5
0,737
0,579
0,626
0,534
skor total 116 115 129 111 153 143 139 130 165 143 154 161 156 160 160 163 163 154 180 195 154 153 188 200 198 209 198 210 210 221 4931
134 134 134
Data Hasil Penelitian Penyimpangan Perilaku Resp onden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
Nomor Butir Soal 1 2 3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3
3 4 5 3 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 3 4 5 3 5 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3
4 3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 3 4 5 3 4 5 4 3 4 5 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 4 4 5 4 5 3 3 4 5 4 3 4 5 3 4 5 4 3 3
6 3 4 3 3 5 4 3 5 4 3 4 5 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 4 4 5 4 5 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 3 5 3 4 3 5 4 5 3 5 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 3
7 3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 3 5 3 4 3 5 4 5 3 5 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 4 5 3 4 4 5 4 5 4 5 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 4
8 3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 4 5 3 4 4 5 4 5 4 5 3 4 4 5 3 4 4 4 4 5 4 3 5 4 3 4 3 5 4 5 4 5 3 3 4 4 5 3 4 4 4 4 5 4 3 5
3 4 3 3 5 4 3 4 5 3 4 4 4 4 5 4 3 5 4 3 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4 4 3 4 4 5 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 5 4 5 3 3 4 4 4 3 4 4 5 4 5 4 3 3
135 135 135
Data Hasil Penelitian Penyimpangan Perilaku Resp onden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
Nomor Butir Soal 9 10 3 4 5 3 5 4 5 4 4 3 4 4 5 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4 4 5 4 4 3 4 5 4 5 4 3 3 4 3 5 4 5 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 3 4 5 4 5 4
11 3 4 3 3 5 4 3 4 4 5 4 4 3 4 5 4 5 4 3 3 4 3 5 4 5 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 5 5 3 4 3 5 4 5 4 5 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 5
12 3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 5 5 3 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 3 3 5 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3
13 4 5 3 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 3 3 5 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 4 4 5 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3
14 3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 4 4 5 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 5 4 5 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3
15 3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 3 4 3 4 3 4 5 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4
16 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 3 4 3 4 3 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 4 3 3 4 4 5 5 3 3 5 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 4 3
136 136 136
Data Hasil Penelitian Penyimpangan Perilaku Resp onden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
Nomor But ir Soal 18 19 3 3 4 4 3 3 3 3 5 5 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 5 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 5 5 4 4 3 3 3 5 3 5 3 3 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 5 5 4 4 3 3 3 5
20
21 3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 5 5 3 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3
23 4 5 3 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 5 5 5 3 5 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3
24 3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 5 4 5 5 5 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 3 3 3 4 3 5 4 5 4 5 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 3
25 3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 3 3 3 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 4 3 3 4 3 5 4 5 4 5 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 4
26 3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 4 3 3 4 3 5 4 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
137 137 137
Data Hasil Penelitian Penyimpangan Perilaku LAM PIRAN 3 Resp onden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
Nomor But ir Soal 27 28 ` 3 4 4 4 3 5 3 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 3 5 3 5 5 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 5 5 4 4 4 3 3 5 3 3 4 3 4 4 5 4 5 5 3 4 3 5 5 4 3 5 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 5 5 4 4 4 3
29
30 3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 3 5 3 3 4 4 5 4 5 4 5 3 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 4 3 4 3 4 3 5 4 5 4 5 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 4
3 4 3 3 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 4 3 4 3 4 3 5 4 5 4 5 4 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 4 3 3 4 4 5 5 3 3 5 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 4
skor tot al 105 54 84 87 113 123 78 92 65 67 69 51 106 73 78 76 110 75 103 89 81 83 120 100 110 114 78 120 110 90 116 98 127 94 112 97 102 86 116 93 125 118 95 61 80 100 90 126 87 60 120 55 108 125 90 63 55 118 94 65 72 69
138 138 138
Data Hasil Penelitian Perhatian Orangtua LAM PIRAN 3 Resp onden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
1
2 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4
4 4 5 5 4 4 3 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5
Nomor butir soal 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 3 3 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5
5
6 4 4 5 5 4 4 4 4 5 3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3
7 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5
139 139 139
Data Hasil Penelitian Perhatian Orangtua LAM PIRAN 3 Resp onden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
8
9 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 5 4 4 4 3 3 5 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 5
Nomor but ir soal 10 12 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 3 3 4 3 3 5 3 4 4 4 3 4 4 5 3 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 3 5 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 5 3 4 4 4 3 4 4 5 3 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 5 3 4 4 4 3 4 4 5 3 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 3 5 3
13
14 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 3 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 3 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 3 5 5 5 5
15 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5
4 4 5 5 4 4 3 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 3 4 4 4 3 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 3 4 4 4 3 5
140 140 140
Data Hasil Penelitian Perhatian Orangtua LAM PIRAN 3 Resp onden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
16
17 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 5 5
Nomor but ir soal 18 19 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 3 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5
20
21 3 5 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 5 4 5 5 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 5 4 5 5 4 4 4 3 3
22 4 4 5 5 4 4 4 4 5 3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4
141 141 141
Data Hasil Penelitian Perhatian Orangtua LAM PIRAN 3 Resp onden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
23
25 4 4 5 5 4 4 4 4 5 3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 3 3
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5
Nomor butir soal 26 27 4 4 5 5 4 4 3 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 3 4 3 5 4 3 4 3 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 3 4 3 5 4 3 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 3 4 3 5 4 3 4 3 3
28 4 4 5 5 4 4 3 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 3 4 4 5 4 4 4 3 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 3 4 4 5 4 4 4 3 5
29 3 5 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5
30 4 4 5 5 5 4 3 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5
4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5
skor tot al 81 79 86 74 88 100 69 81 69 85 103 123 81 70 92 76 75 90 117 92 122 130 94 96 88 96 108 111 92 99 95 101 112 91 103 82 131 83 99 98 123 119 112 123 113 102 110 116 103 125 104 127 99 108 106 112 131 117 120 128 87 121 115
142 142 142
Data Hasil Penelitian Lingkungan Sekolah LAM PIRAN 3 Resp onden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
1 4 4 4 3 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 3 3 5 5 4 4 3 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 3 3 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 3 3 5 5 4 4 3 5 4 5
Nomor Butir Soal 2 3 5 4 5 4 5 4 5 3 4 5 5 4 5 4 4 3 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 3 4 5 4 5 5 3 3 3 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 3 4 5 4 5 5 3 3 3 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 3 4 5 4 5 5 3 3 3 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4
4
5 4 3 3 3 5 3 4 3 5 4 4 3 3 4 5 3 4 4 5 3 3 3 3 5 4 3 3 3 4 5 4 3 3 4 5 3 4 4 5 3 3 3 3 4 3 3 4 5 3 4 4 5 3 3 3 3 5 4 3 3 3 4 5
6 4 4 4 3 5 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 3 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 3 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 3 5 5 4 5 5 5 4 5
7 4 3 5 3 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 5 5 5 5 4 5
8 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 3 4 4 3 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 3 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 3 4 4 3 5 4 5 4 5
4 4 4 3 5 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 3 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 3 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 3 5 5 4 4 5 5 4 5
143 143 143
Data Hasil Penelitian Lingkungan Sekolah LAM PIRAN 3 Resp onden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
9 3 5 4 3 5 4 4 3 5 4 4 3 3 4 3 5 4 4 3 5 3 3 3 3 3 5 4 3 5 4 4 3 3 4 3 5 4 4 3 5 3 3 3 4 3 3 4 3 5 4 4 3 5 3 3 3 3 3 5 4 3 5 4
Nomor But ir Soal 10 12 4 5 4 4 4 4 3 5 5 5 4 5 4 5 3 5 3 5 4 5 4 4 5 5 5 3 4 5 5 4 5 5 4 4 4 3 5 4 5 5 3 4 3 3 3 5 5 4 4 5 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 3 4 5 5 4 5 5 4 4 4 3 5 4 5 5 3 4 3 3 3 5 4 4 5 5 5 3 4 5 5 4 5 5 4 4 4 3 5 4 5 5 3 4 3 3 3 5 5 4 4 5 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5
13
14 4 3 5 3 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 5 5 3 5 5 3 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 5 5 3 5 5 3
15 4 3 5 3 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 4 5 5 5 5 4 5
16 4 3 5 3 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 5 5 5 5 4 5
4 3 5 3 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 5 4 5 5 4 5
144 144 144
Data Hasil Penelitian Lingkungan Sekolah LAM PIRAN 3 Resp onden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
LAM PIRAN 3 18 3 5 4 3 4 4 5 4 5 4 4 5 3 4 4 3 4 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 5 5 4 4 5 3 4 4 3 4 5 5 5 4 4 3 4 5 3 4 4 3 4 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 5 5 4
Nomor Butir Soal 19 20 3 4 4 3 5 5 4 3 5 5 5 5 3 4 5 4 5 5 3 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 3 5 3 5 4 4 3 5 4 5 5 4 3 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 3 5 3 5 4 4 3 5 4 5 5 4 3 4 3 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 3 5 3 5 4 4 3 5 4 5 5 4 3 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5
21
22 3 5 4 3 5 4 4 3 5 4 4 3 3 4 3 5 4 4 3 5 3 3 3 3 3 5 4 3 5 4 4 3 3 4 3 5 4 4 3 5 3 3 3 4 3 3 4 3 5 4 4 3 5 3 3 3 3 3 5 4 3 5 4
23 4 4 4 3 5 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 3 3 5 4 5 3 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 3 3 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 3 3 3 5 4 5 3 5 4 5
24 4 4 4 3 5 4 4 3 5 3 4 5 5 4 5 3 3 3 3 5 3 3 3 3 4 5 3 5 4 4 4 5 5 4 5 3 3 3 3 5 3 3 3 4 5 5 4 5 3 3 3 3 5 3 3 3 3 4 5 3 5 4 4
5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 3 4 5 4 3 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 3 5 4 5 4 3 4 5 4 3 5 4 5 3 5 4 5 4 3 4 5 4 3 5 4 5 5 5 5 5 5
Resp onden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
145 145 145
Data Hasil Penelitian Lingkungan Sekolah LAM PIRAN 3 Resp onden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
26 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 5 5 4 4 3 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 5 5 4 4 3 5 4
Nomor But ir Soal 27 28 5 4 4 4 4 4 5 3 5 5 5 4 5 4 5 3 5 5 4 4 4 4 3 5 3 5 3 4 4 5 3 5 4 4 3 4 5 5 5 5 4 3 3 3 3 3 5 5 5 4 5 5 5 3 3 5 5 4 5 5 4 4 3 5 3 5 3 4 4 5 3 5 4 4 3 4 5 5 5 5 4 3 3 3 3 3 4 4 3 5 3 5 3 4 4 5 3 5 4 4 3 4 5 5 5 5 4 3 3 3 3 3 5 5 5 4 5 5 5 3 3 5 5 4 5 5
29
30 4 3 5 3 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 4 4 4 3 3 4 3 4 5 3 3 5 5 4 5 5 5 4 5
5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 3 4 3 5 5 4 3 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 5 4 3 4 3 5 5 4 3 5 4 5 5 5 4 3 4 3 5 5 4 3 5 5 5 5 5 3 5 5
skor tot al 77 118 97 93 82 97 84 64 112 75 58 93 77 110 92 68 83 94 123 120 86 101 90 72 85 104 79 107 96 126 84 95 112 100 97 91 110 77 115 106 93 108 103 118 126 118 70 122 106 88 68 131 78 114 121 129 134 125 60 66 69 111 124
146 146 146
LAMPIRAN 4
HASIL OUTPUT SPSS Versi 20.00 Statistics PERHATIAN
LINGKUNGAN
PENYIMPANG
ORANGTUA
SEKOLAH
AN PERILAKU
Valid
63
63
63
0
0
0
Mean
101.32
97.33
92.63
Median
101.00
97.00
93.00
a
a
N Missing
Mode
81
Std. Deviation
77
78
a
17.229
20.065
21.428
296.833
402.613
459.139
Range
62
76
76
Minimum
69
58
51
Maximum
131
134
127
6383
6132
5836
Variance
Sum
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
KORELASI Correlations
Pearson Correlation PERHATIAN ORANGTUA
Pearson Correlation PERILAKU
PENYIMPANG
ORANGTUA
AN PERILAKU 1
Sig. (2-tailed) N
PENYIMPANGAN
PERHATIAN
Sig. (2-tailed) N
-.427 .834
63
63
-.427
1
.834 63
63
147 147 147
Correlations LINGKUNGAN
PENYIMPANG
SEKOLAH
AN PERILAKU
Pearson Correlation LINGKUNGAN SEKOLAH
1
-.395
Sig. (2-tailed)
.925
N Pearson Correlation PENYIMPANGAN
Sig. (2-tailed)
PERILAKU
63
63
-.395
1
.925
N
63
63
Variables Entered/Removeda Model
Variables
Variables
Entered
Removed
PERHATIAN
1
Method
. Enter
b
ORANGTUA
a. Dependent Variable: PENYIMPANGAN PERILAKU b. All requested variables entered.
Model Summary Model
1
R
-.427
R Square a
.182
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
-.016
a. Predictors: (Constant), PERHATIAN ORANGTUA
21.595
148 148 148
ANOVAa Model
Sum of Squares
Mean Square
20.732
1
20.732
Residual
28445.871
61
466.326
Total
28466.603
62
Regression 1
df
F
Sig. .044
.834b
a. Dependent Variable: PENYIMPANGAN PERILAKU b. Predictors: (Constant), PERHATIAN ORANGTUA
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant) 1
Std. Error
96.036
16.356
-.034
.159
Beta 5.872
.000
-.211
.834
PERHATIAN ORANGTUA
-.027
a. Dependent Variable: PENYIMPANGAN PERILAKU
Variables Entered/Removeda Model
1
Variables
Variables
Entered
Removed
LINGKUNGAN b
SEKOLAH
Method
. Enter
a. Dependent Variable: PENYIMPANGAN PERILAKU b. All requested variables entered.
149 149 149
Model Summary Model
1
R
R Square
-.395
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.156
-.016
21.601
a. Predictors: (Constant), LINGKUNGAN SEKOLAH
ANOVAa Model
Sum of Squares Regression
1
df
Mean Square
F
4.214
1
4.214
Residual
28462.389
61
466.597
Total
28466.603
62
Sig. .009
.925
a. Dependent Variable: PENYIMPANGAN PERILAKU b. Predictors: (Constant), LINGKUNGAN SEKOLAH
Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
93.900
13.583
-.013
.137
t
Sig.
Beta 6.913
.000
-.095
.925
1 LINGKUNGAN SEKOLAH
a. Dependent Variable: PENYIMPANGAN PERILAKU
-.012
b
150 150 150
Model Summary Model
R
1
R Square
-.274
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.075
-.033
21.774
a. Predictors: (Constant), LINGKUNGAN SEKOLAH, PERHATIAN ORANGTUA
ANOVAa Model
Sum of Squares
Mean Square
21.105
2
10.553
Residual
28445.498
60
474.092
Total
28466.603
62
Regression 1
df
F
Sig. .022
.978b
a. Dependent Variable: PENYIMPANGAN PERILAKU b. Predictors: (Constant), LINGKUNGAN SEKOLAH, PERHATIAN ORANGTUA
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error
96.277
18.604
-.032
.170
-.004
.146
Beta 5.175
.000
-.026
-.189
.851
-.004
-.028
.978
PERHATIAN 1
ORANGTUA LINGKUNGAN SEKOLAH
a. Dependent Variable: PENYIMPANGAN PERILAKU
151 151 151
Correlations Control Variables
ORANGTUA LINGKUNGAN SEKOLAH PERILAKU
ORANGTUA
N PERILAKU -.348
Significance (2-tailed)
.
.851
df
0
60
-.348
1.000
.851
.
60
0
Correlation PENYIMPANGAN
PENYIMPANGA
1.000
Correlation PERHATIAN
PERHATIAN
Significance (2-tailed) df
Correlations Control Variables
LINGKUNGA
PENYIMPAN
N SEKOLAH
GAN PERILAKU
Correlation LINGKUNGAN
Significance (2-
SEKOLAH
tailed)
PERHATIAN
df
ORANGTUA
Correlation PENYIMPANGAN
Significance (2-
PERILAKU
tailed) df
1.000
-.319
.
.978
0
60
-.319
1.000
.978
.
60
0
152 152 152
153 153 153
154 154 154
155 155 155
LAMPIRAN 5
156 156 156
157 157 157
158 158 158
159 159 159
160 160 160