PENERAPAN METODE REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS III SD NEGERI 1 PLAJAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (SI) pada Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh : Khoiriah 210313 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA 2015
i
NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar Jepara, 28 September 2015 Hal : Naskah Skripsi a.n. Sdr. Khoiriah Kepada : Yth. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara Di Jepara Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya mengadakan koreksi dan peraikan seperlunya, maka bersama ini saya kirimkan skripsi saudara : Nama : Khoiriah NIM
: 210313
Progdi : S.1/ Tarbiyah Judul : Penerapan Metode Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 1 Plajan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan agar Skripsi Saudara tersebut dapat dimunaqosyahkan. Atas perhatian Bapak saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Drs. Maswan, M.M. ii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Jepara, September 2015 Deklarator
Khoiriah 2100313
iv
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (Q.S Al Insyirah: 5-6)*
*
Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Diponegoro, 2005), hlm. 18
v
ABSTRAK
KHOIRIAH (210313) Skripsi: Penerapan Metode Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 1 Plajan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui penerapan metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas III SD Negeri Plajan Jepara tahun pelajaran 2014/2015. 2) Mengetahui dampak positif serta negatif metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas III SD Negeri Plajan Jepara tahun pelajaran 2014/2015 Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati penelitian yang mencari hubungan antara atau pengaruh dari dua variable atau lebih. Subyek pada penelitian ini adalah guru, kepala sekolah dan siswa, sedangkan obyek penelitiannya adalah motivasi belajar siswa yang terbentuk dari metode reward dan punishment. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambuil kesimpulan yaitu 1) Metode Reward, pada metode ini hal yang diterapkan adalah Reinforcer sosial, Reinforcer aktifitas dan Reinforcer simbolik. Metode Punishment, pada metode ini hal yang diterapkan adalah: Teori hukuman preventif dan represif. 2) Dampak positif dan negatif dari metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah a) Dampak positif dari penerapan reward adalah meningkatnya semangat siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Siswa lebih siap dalam menghadapi ulangan. Suasana kelas menjadi baik, siswa lebih memperhatikan guru ketika sedang diajar. Siswa juga bergembira ketika mendapatkan hadiah. b) Dampak negatif dari penerapan reward adalah beberapa siswa menganggap sebagai upah sehingga jika tidak ada hadiah menjadi malas. Adanya siswa yang iri dan bersaing pada siswa yang mendapat hadiah. c) Dampak positif dari penerapan punishment adalah siswa terdorong untuk lebih disiplin sehingga perilaku siswa menjadi lebih baik. d) Dampak negatif dari penerapan punishment adalah membuat beberapa siswa menjadi penakut dan malu.
vi
PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan untuk: Ibunda Sutarti Ibunda Ngarmi Bapak Sholeh Bapak Sutiono Suami tercinta, Mujono yang selalu memberikan suppot Anakku tercinta, M. Alif Albar Mas Zainal Arifin, S.E Mas Sunarkan Semua Dewan Guru SD Negeri 1 Plajan Semmua teman-teman sepejuangan
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang dinantikan syafaatnya dihari akhir. Dengan ridlo Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Metode Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 1 Plajan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015” dalam rangka menyelesaikan studi strara satu untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Tarbiyah UNISNU Jepara. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Bapak Prof. Dr, H. Muhtarom, H.M., selaku Rektor Universitas Islam Nahdatul Ulama’ (UNISNU) Jepara
2.
Bapak Drs. Akhirin Ali, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara.
3.
Bapak Drs. Maswan, M.M selaku pembimbing yang sudah berkenan meluangkan waktu di sela kesibukan dan memberikan ilmu yang tida mungkin terbalas.
4.
Semua staff TU Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu administrasi Penulis selama berada di bangku kuliah viii
5.
Bapak Martin, S.Pd. selaku Kepala Sekolah yang sudah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
6.
Bapak Sutikno, S.Pd selaku guru kelas III yang telah membantu dan memberikan informasi yang terselubung untuk kelancaran skripsi ini.
7.
Kepada Ibunda Sutarti dan Bapak sholeh atas doa, motivasi, kasih sayang yang senantiasa memberi kekuatan dan semangat dalam setiap langkah.
8.
Kepada Mujiono dan M. Alif Albar selaku suami dan anakku yang selalu memberikan support dalam keasaan susah maupun senang. Jepara, September 2015 Deklarator
KHIOIRIAH NIM : 210313
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING......................................................
ii
HALAMAN NOTA PENGESAHAN ....................................................
iii
HALAMAN DEKLARASI.....................................................................
iv
HALAMAN MOTTO .............................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK.........................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................
vii
HALAMAN KATA PENGANTAR .......................................................
viii
HALAMAN DAFTAR ISI .....................................................................
x
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................
1
B. Penegasan Istilah .........................................................................
3
C. Rumusan Masalah .......................................................................
6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
6
E. Metodologi Penelitian .................................................................
8 x
F. Sistematika Pembahasan .............................................................
13
BAB II: KAJIAN TEORI........................................................................
15
A. Pembahasan Mengenai Reward...................................................
15
B. Pembahasan Mengenai Punishment ............................................
21
C. Pembahasan Mengenai Motivasi.................................................
26
BAB III: DATA PENELITIAN ..............................................................
31
A. Gambaran Umum SD Negeri 1 Plajan Jepara .............................
31
B. Paparan Data Penelitian ..............................................................
34
BAB IV: ANALISIS DATA PENELITIAN ..........................................
43
A. Penerapan Metode Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas III SD Negeri Plajan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015Deskripsi Data.................................
44
B. Dampak Positif dan Negatif Metode Punishment dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas III SD Negeri Plajan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ..................................
52
BAB V: PENUTUP ................................................................................
55
A. Kesimpulan..................................................................................
55
B. Saran............................................................................................
57
C. Penutup........................................................................................
57
xi
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
58
LAMPIRAN............................................................................................
60
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan zaman dan dengan segala kecanggihannya sangat memanjakan kita. Kemudahan yang ditawarkan juga terjadi secara nyata pada kehidupan sehari-hari. Namun sebagai makhluk yang diberikan akal dan pikiran, kita dituntut untuk belajar sebagai cara untuk dapat membedakan dampak baik atau dampak buruknya. Belajar dapat dipermudah apabila kita mengetahui caranya. Hal tersebut merupakan tuntutan bagi guru agar terus berkreatifitas dalam kegiatan belajar mengajar. Situasi dan kondisi yang dibentuk oleh guru harus tepat, karena adanya pula kesulitan yang dihadapi. Kesulitan yang dialami oleh guru diuraikan oleh Ngalim Purwanto sebagai berikut: Pertama, siswa cenderung memiliki sifat keras hati dan keras kepala. Siswa yang keras hati akan berbuat menurut nafsu dan kemauannya sendiri, bertentangan dengan tindakan orang lain.2 Sedangkan keras kepala siswa biasa ditunjukkan dengan ketidakmampuannya mengerjakan apa yang disuruhkan kepadanya dan tidak memiliki alasan yang jelas untuk menolak mengerjakan tugasnya.3
2
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 90. 3
Ibid.
1
Kedua, siswa yang manja. Guru mengalami kesulitan menghadapi anak manja yang cenderung memiliki sifat mementingkan diri sendiri, kurang mempunyai rasa bertanggung jawab karena sering bergantung pada orang lain dan kurang inisiatif sebagai akibat dari sifat pemalas.4 Ketiga, perasaan takut pada siswa. Perasaan takut pada siswa timbul dari lingkungannya. Siswa yang kurang percaya diri cenderung takut bertanya pada guru, sehingga tidak ada ketertarikan pula dalam menyelesaikan tugas belajarnya.5 Keempat, siswa yang berbohong. Bohong merupakan perbuatan tidak mengatakan apa yang didengar dan dilihat dengan sesungguhnya. Penyebab siswa berbohong diantaranya adalah siswa takut dimarahi guru, melindungi temannya agar tidak terkena hukuman, atau disebabkan karena kurangnya harga diri dan dianggap rendah oleh orang lain.6 Membentuk motivasi belajar adalah salah satu cara guru agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tersebut. Menurut Mc. Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapnya terhadap adanya tujuan.7 Motivasi secara sederhana dapat diartikan sebagai dorongan untuk mengerjakan suatu kegiatan yang memiliki tujuan. Motivasi 4
Ibid., hlm. 95.
5
Ibid., hlm. 99.
6
Ibid., hlm. 102.
7
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2014),
hlm. 73.
2
memiliki tiga fungsi, yaitu mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan dan menyeleksi perbuatan. Berdasarkan arti dan fungsinya motivasi dapat dibentuk dengan beberapa cara. Salah satunya adalah memberikan reward dan punishment sebagai konsekuensi dari hasil proses belajar siswa. Konsekuensi ini diberikan setelah siswa mencapai suatu hasil. Tujuan dari pemberian konsekuensi ini adalah membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras kemauannya untuk belajar lebih baik lagi.8 Konsekuensi yang menyenangkan pada umumnya disebut reinforser atau reward. Sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut punishment atau hukuman.9 Mengingat pentingnya cara untuk meningkatkan motivasi belajar yaitu reward dan punishment. Maka peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian mengenai penerapan metode reward dan punishment dalam peningkatan motivasi belajar siswa sekolah dasar, serta dampak positif dan negatif dari metode tersebut dalam peningkatan motivasi belajar siswa.
B. Penegasan Istilah Proposal skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 1 Plajan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015” perlu penegasan beberapa istilah untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan. 8
Ibid., hlm. 74.
9
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011),
hlm. 20
3
1. Metode Metode adalah cara yang teratur dan sistematis untuk pelaksanaan sesuatu.10 2. Reward dan Punishment Menurut kamus Inggris – Indonesia, kata reward berarti ganjaran, upah, hadiah.11 Sedangkan punishment berarti hukuman.12 Reward adalah salah satu alat untuk mendidik siswa agar merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.13 Punishment adalah salah satu alat untuk mendidik yang dijatuhkan atas perbuatan-perbuatan jahat atau buruk yang telah dilakukannya.14 Reward dan punishment yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu alat pendidikan atas usaha pendidik untuk memperbaiki perilaku dan budi pekerti sebagai sebuah konsekuensi sesuai dengan perbuatan siswa. Reward diberikan atas konsekuensi perbuatan baik, sedangkan punishment diberikan atas konsekuensi perbuatan buruk. 3. Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata motif 10
Pius A. Partanto, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola), hlm. 461.
11
Priyo Darmanto dan Pujo Wiyoto, Kamus Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris, (Surabaya: Arkola), hlm. 332. 12
Ibid., hlm. 310.
13
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 182. 14
Ibid., hlm. 185.
4
tersebut, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang sudah aktif.15 Belajar dalam arti sempit dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.16 Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, untuk menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tercapailah tujuan.17 Motivasi belajar yang dimaksud adalah dorongan untuk menguasai ilmu pengetahuan agar tercapai tujuan untuk membentuk kepribadian yang utuh. 4. SD Negeri 1 Plajan Jepara Merupakan suatu nama pendidikan formal tingkat dasar yang berstatus negeri. Berlokasi di Jalan Ken Anom Indah RT 22/04 Plajan Jepara. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan dari judul “Penerapan Metode Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 1 Plajan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015” adalah suatu penelitian untuk mengetahui dorongan yang timbul 15
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2014),
16
Ibid., hlm. 20.
17
Ibid., hlm. 75.
hlm. 73.
5
dari pemberian reward dan punishment dalam penguasaan ilmu yang diberlakukan di SD Negeri 1 Plajan Jepara dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas III, sehingga berguna untuk menunjang dalam keberhasilan proses belajar mengajar.
C. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana
penerapan
metode
reward
dan
punishment
dalam
meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas III SD Negeri Plajan Jepara tahun pelajaran 2014/2015? 2. Apa sajakah dampak positif serta negatif metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas III SD Negeri Plajan Jepara tahun pelajaran 2014/2015?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : a. Mengetahui metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas III SD Negeri Plajan Jepara tahun pelajaran 2014/2015.
6
b. Mengetahui penerapan metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas III SD Negeri Plajan Jepara tahun pelajaran 2014/2015 c. Mengetahui dampak positif serta negatif metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas III SD Negeri Plajan Jepara tahun pelajaran 2014/2015 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain adalah : a. Ditinjau dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada, serta memberikan gambaran mengenai reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa sekolah dasar. b. Ditinjau dari segi praktis, manfaat dari penelitian tersebut : 1) Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan variasi dalam memberikan motivasi pada kegiatan belajar mengajar. 3) Bagi sekolah, sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas SD Negeri 1 Plajan Jepara dengan pemberian reward dan punishment kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. 7
E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.18 2. Subyek dan Obyek Penelitian a.
Subyek Penelitian Penelitian ini menggunakan dua jenis subyek. Subyek yang pertama adalah subyek sebagai informan diantaranya yaitu guru dan kepala sekolah. Subyek yang kedua adalah subyek pelaku yaitu siswa kelas III SD Negeri 1 Plajan Jepara.
b. Obyek Penelitian Penelitian ini menjadikan adanya motivasi belajar siswa yang terbentuk dari metode reward dan punishment sebagai obyek penelitiannya.
3. Metode Pengumpulan Data Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara merupakan percakapan dan tanya jawab yang diarahkan penyusun untuk memperoleh informasi mengenai 18
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosdakarya, 2012), hlm.4.
8
gejala yang dialami dan bermaksud mengeksplorasi gejala tersebut.19 Wawancara juga digunakan sebagai alat pembuktian terhadap informasi yang diperoleh sebelumnya. Wawancara mendalam sering disebut juga wawancara tak terstruktur. yaitu wawancara yang bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik sosial-budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dsb.) responden yang dihadapi.20 Wawancara dilaksanaakan di SD Negeri 1 Plajan Jepara. Subyek akan diberikan beberapa pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, jadi tidak terkesan mengikat. Metode wawancara ini bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk informasi dari subyek serta mengetahui secara teliti mengenai hal-hal yang penyusun butuhkan berkaitan dengan motivasi belajar siswa serta pelaksanaan metode reward dan punishment. Wawancara juga akan dilakukan kepada beberapa informan. Metode lain yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data diantaranya adalah : a.
Observasi
19
Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm.
20
Ibid., hlm. 181.
146.
9
Istilah observasi diturunkan dari bahasa Latin yang berarti melihat dan memperhatikan. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan memepertimbangkan
hubungan
antar
aspek
dalam
fenomena
tersebut.21 Tujuan observasi adalah untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut. 22 Observasi
dalam
penelitian
ini
adalah
melihat
serta
memperhatikan cara belajar siswa dan praktek penggunaan metode reward dan punishment yang dapat digunakan untuk memperkuat data penelitian. b. Dokumentasi Dokumentasi merupakan setiap bahan tertulis ataupun film, lain dengan record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.23 Dokumen merupakan salah satu alat pelengkap dari pengumpulan data sebelumnya yaitu observasi dan
21
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Jakarta: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007), hlm. 134 22
Ibid., hlm. 136.
23
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosdakarya, 2012),
hlm.216
10
wawancara. Menurut Guba dan Lincoln, dokumen digunakan untuk keperluan
penelitian
karena
alasan-alasan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan seperti berikut : 1. Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong. 2. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian. 3. Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks.24 Tahap teknik dokumentasi yaitu diawali dengan menghimpun, memilih, dan mengkategorikan dokumen-dokumen sesuai dengan kebutuhan penelitian seperti dokumen mengenai gambaran umum SD Negeri 1 Plajan Jepara, dokumen jumlah siswa, kegiatan formal maupun informal siswa, dan lain-lain. Kemudian data yang diperoleh tersebut dipelajari, disalin, diinterpretasikan dan dihubungkan dengan teori yang ada untuk memperkuat data. c.
Triangulasi Data Metode triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.25
24
Ibid., hlm.217.
25
Ibid., hlm.330.
11
Bentuk triangulasi data pada penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda
dalam
penelitian
kualitatif.26
Langkah-langkah
penggunaan teknik triangulasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara sebelumnya. 2. Membandingkan apa yang dikatakan sumber di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi 3. Membandingkan apa yang dikatakan pada saat penelitian, dengan apa yang dikatakan saat di luar waktu penelitian. 4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen terkait.27
4.
Analisis Data Analisis data yang dimaksud adalah analisis data terhadap data yang diperoleh dilapangan. Langkah-langkah analisis data dengan menggunakan langkah sebagai berikut :
26
Ibid.
27
Ibid., hlm.331.
12
a.
Peneliti mulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh dari berbagai teknik pengumpulan data wawancara, observasi maupun dokumentasi.
b.
Membaca data secara keseluruhan data yang diperoleh dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting pada transkip, kemudian melakukan analisa tematik pada wawancara mendalam yaitu proses mengkode informasi yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks.28
c.
Menemukan
dan
mengelompokkan
makna
pernyataan
yang
dikemukakan subyek dari hasil pengumpulan data berdasarkan dengan teori. d.
Tahap cluster of meaning yaitu tahap peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari hasil pengumpulan data tersebut sehingga
menemukan
esensinya.
Kemudian
mengembangkan
textural description dan structural description. e.
Tahap deskripsi esensi yaitu tahap peneliti memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan akan disampaikan guna mempermudah mencapai pemahaman yang sistematis dari skripsi ini, yaitu : 28
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk, hlm. 173
13
Bagian awal skripsi yang terdiri dari; halaman judul, halaman pengesahan, surat persetujuan skripsi, surat pernyataan keaslian skripsi, halaman persembahan, halaman motto, kata pengantar, abstrak. Bagian utama skripsi yaitu memuat : Bab pertama meliputi; pendahuluan yang berisi kerangka dasar yang dijadikan landasan penulisan dan pembahasan skripsi ini, yaitu menguraikan; latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua berisi landasan teori yang meliputi; pembahasan mengenai pembahasan reward, punishment dan motivasi belajar.. Bab ketiga merupakan isi yang menyajikan data penelitian mengenai metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III SD Negeri Plajan Jepara, serta dampak positif dan negatifnya. Bab keempat merupakan analisis data penelitian mengenai metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III SD Negeri Plajan Jepara, serta dampak positif dan negatifnya. Bab kelima merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dari hasil-hasil penelitian, saran-saran, dan kata penutup. Daftar pustaka yang memuat daftar rujukan yang digunakan dalam penelitian, baik berupa buku, jurnal, dan hasil karya ilmiah lainnya.
14
Bagian akhir skripsi berisi lampiran-lampiran, seperti pedoman wawancara, transkip wawancara, foto, dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian.
15
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembahasan mengenai Reward 1. Pengertian Reward Metode reward merupakan salah satu prinsip yang penting pada teori-teori perilaku yang disebut dengan istilah reinforser.29 Metode ini dianggap dapat mengubah perilaku menurut konsekuensi secara langsung. Konsekuensi yang dimaksud adalah konsekuensi yang positif, karena konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku. Berdasarkan bahasa, reward merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yang berati ganjaran, upah, hadiah.30 Sedangkan secara istilah, menurut M. Ngalim Purwanto, reward (ganjaran) adalah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.31 Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa reward adalah alat pendidikan berupa penghargaan yang diberikan kepada siswa sebagai hasil dari konsekuensi yang baik dengan tujuan agar siswa dapat meningkatkan prestasi belajar. 29
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011), hlm. 20. 30
Priyo Darmanto, Pujo Wiyoto, Kamus Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris, (Surabaya: Arkola), hlm.332. 31
M. Ngalim Purwanto, lmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 182.
16
Berdasarkan sudut pandang positif, para ahli didik menyetujui dan menganggap penting metode reward untuk digunakan sebagai alat membentuk kata hati anak.32 Bahkan menganggap bahwa metode reward merupakan satu-satunya alat yang paling baik digunakan di sekolah. Sedangkan dari sudut pandang negatif, ahli didik sama sekali tidak suka menggunakan metode reward. Alasan yang dikemukakan adalah metode tersebut dapat menimbulkan persaingan tidak sehat pada antar siswa. Menurut pendapat mereka, pendidik sebaiknya mendidik siswa agar mengerjakan dan berbuat baik dengan tidak mengharapkan pujian atau ganjaran melainkan pekerjaan atau perbuatan tersebut merupakan sebuah kewajiban.33 Berdasarkan dua sudut pandang tersebut pendidik diharapkan dapat menyimpulkan dan bertindak secara positif, bahwa siswa yang diberikan pendidikan adalah anak-anak yang secara psikologis masih memiliki kemauan yang lemah sehingga siswa belum dapat dituntut untuk mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri. Dengan begitu, maka reward atau ganjaran sangat berguna bagi pembentukan kata hati dan kemauan. Metode reward juga dikenalkan oleh agama Islam dengan adanya pahala. Pahala adalah hasil dari perbuatan baik dari Tuhan. Al-qur’an juga
32
Ibid., hlm. 184.
33
Ibid., hlm. 185.
17
menjelaskan mengenai anjuran untuk berbuat kebaikan agar mendapatkan pahala (ganjaran) dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 261 sebagai berikut :
(٢١٦ :)اﻟﺒﻘﺮة
Artinya : Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartabendanya di jalan Allah, bagai menanam sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, setiap tangkai menghasilkan seratus butir. Begitulah Allah melipat gandakan ganjaran bagi orang yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya dan Maha mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 216)34 Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam konteks pendidikan pemberian reward (ganjaran) dapat diberikan kepada siapa saja yang berprestasi bahkan hadiah yang didapatkan berlipat ganda dalam rangka membentuk perilaku siswa agar terdorong untuk lebih giat belajar. 2. Macam-macam Reward Reward sebagai suatu konsekuensi positif bagi perbuatan seorang siswa memiliki beberapa macam yang diantaranya sebagai berikut: a. Reward (Reinforser) Sosial Reinforser sosial yaitu pemberian penghargaan berupa pujian, senyuman atau perhatian.35 Pujian merupakan bentuk motivasi yang positif. Namun dalam pemberiannya harus tepat agar dapat memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi keinginan belajar
34
Bachtiar Surin, Terjemah dan Tafsir Al-qur’an, (Bandung: Fa Sumatera, 1978), hlm. 67
35
Ratna Wilis Dahar, op. cit., hlm. 20
18
sekaligus akan membangkitkan harga diri. Pujian dapat diberikan dengan dua bentuk, yaitu verbal dan non verbal. Pujian dengan menggunakan bentuk verbal contohnya adalah “jika hasil ulanganmu selalu bagus seperti ini, kamu pasti bias menjadi juara kelas”. Kata sederhana yang juga dapat dijadikan pujian seperti kata pintar, hebat, luar biasa, cerdas dan kata positif lainnya. Sedangkan pujian dalam bentuk non verbal diberikan dengan acungan jempol, tepuk tangan dan anggukan. Senyuman dapat dibeikan sebagai suatu reward, karena senyum adalah ekspresi kegembiraan. Senyum yang diberikan oleh guru secara ikhlas akan diterima siswa dengan senang sebagai persepsi kegembiraan dan kepuasan guru terhadap sikap atau hasil belajar siswa. Perhatian dalam suatu pemberian reward dapat dilakukan seorang guru dengan memperhatikan siswa dengan seksama. Seperti siswa yang memiliki nilai rendah, guru sebaiknya memberikan perhatian akan perkembangan proses dan hasil belajarnya sehingga siswa tersebut selalu memiliki keinginan untuk terus meningkatkan prestasinya. b. Reward (Reinforser) Aktivitas Pemberian reward aktivitas yaitu dengan pemberian mainan, melakukan permainan, outbond atau kegiatan menyenangkan lainnya.36 Kegiatan menyenangkan yang dimaksud adalah berbagai kegiatan atau 36
Ibid.
19
aktivitas positif yang menimbulkan rasa senang dan bahagia pada anak, seperti outbound, piknik atau permainan. Kegiatan tersebut dianggap menyenangkan karena bersifat kreatif, membuat pikiran menjadi segar, serta melibatkan aspek fisik, kecerdasan pikiran dan kekuatan mental.37 Selain itu kegiatan yang dilaksanakan juga memliki filosofi dan esensi materi yang penting. Reward dengan kegiatan menyenangkan ini dapat dilaksanakan secara kelompok atau perorangan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kekompakan dan prestasi yang baik bagi siswa. c. Reward (Reinforser) Simbolik Reward
dengan
simbolik
yaitu
dengan
memberikan
penghargaan berupa tanda atau benda sebagai sebuah hadiah, seperti uang, alat tulis, piala, makanan dan sebagainya. 38 Tujuan dalam pemberian hadiah adalah mendorong siswa agar memiliki semangat belajar dan berprestasi. Namun dalam pemberian reward dengan cara ini guru harus sangat berhati-hati dan bijaksana agar tidak mengubah pikiran siswa hadiah sebagai upah. Setelah memeperhatikan uraian dari macam-macam reward, guru juga harus memperhatian beberapa syarat sebagai berikut:39 1. Setiap pemberian reward yang pedagogis guru perlu mengenal secara seksama pada setiap siswa dan mengetahui cara menghargai secara 37
Mulyono, Baidatul Muchlisin Asti, Smart Games for Outbond Training, (Yogyakarta: Diva Press, 2008), hlm. 5. 38
Ratna Dahar wilis, op. cit., hlm. 20.
39
Ngalim Purwanto, op. cit., hlm. 184.
20
tepat. Karena reward yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak diinginkan. 2. Reward yang diberikan kepada seorang siswa sebaiknya dilakukan dengan sportif sehingga tidak menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi siswa lain yang merasa pekerjaannya lebih baik namun tidak mendapat hadiah. 3. Pemberian reward sebaiknya dilakukan dengan hemat. Guru diharapkan tidak terlalu sering atau terus menerus memberikan hadiah agar tidak menghilangkan arti reward sebagai alat pendidikan. 4. Pemberian reward sebaiknya tidak dijanjikan terlebih dahulu sebelum siswa menunjukkan prestasi belajarnya apalagi reward yang diberikan kepada seluruh kelas. Ganjaran atau reward yang diberikan terlebih dahulu akan membuat siswa terburu-buru dalam belajar dan mengerjakan tugas, serta akan membawa kesukaran bagi siswa yang kurang pandai. 5. Guru harus berhati-hati dalam memberikan reward dengan tujuan agar siswa tidak beranggapan reward sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukan. 3. Tujuan Reward Sebagai suatu alat pendidikan reward memiliki tugas utama untuk membentuk motivasi belajar siswa. Pada dasarnya reward diberikan agar siswa menjadi senang karena hasil kerjanya mendapat penghargaan. Lebih dari sekedar penghargaan dari bidang pendidikan, reward memiliki tujuan 21
dalam pembentukan kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras.40 Jadi maksud atau tujuan yang terpenting dari pemberian reward bukan hasil yang dicapai namun kesadaran siswa untuk terus dapat berprestasi karena dengan sendirinya reward tersebut sudah tercapai.
B. Pembahasan tentang Punishment 1. Pengertian Punishment (Hukuman) Punishment merupakan kata dar bahasa Inggris yang berarti Law (hukuman) atau siksaan yang berarti hukuman.41 Menurut istilah, punishment
dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan diantaranya sebagai berikut: Menurut Ngalim Purwanto, hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh sesorang (orang tua, guru dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan.42 Menurut Malik Fadjar, punishment atau hukuman adalah usaha edukatif untuk memperbaiki dan mengarahkan siswa kea rah yang benar, bukan praktik hukum dan siksaan yang memasung kreatifitas.43 Menurut Ratna Wilis Bahar, hukuman adalah konsekuensikonsekuensi yang tidak memperkuat perilaku.44 40
Ibid., hlm. 128.
41
John M. Echole dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 456 42 M. Ngalim Purwanto. op. cit., hlm. 186 43 Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), hlm. 202
22
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa punishment adalah suatu usaha edukatif berupa penderitaan dari satu konsekuensi dengan tujuan untuk memperbaiki dan mengarahkan siswa kearah yang benar. Hukuman yang diberikan adalah hubungan yang mendidik dan sesuai dengan peraturan. Adapun syarat-syarat hukuman yang pedagogis diantaranya adalah:45 a.
Hukuman yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan. Hukuman yang diberikan tidak boleh dilakukan sewenang-wenang, namun harus berdasarkan rasa kasih sayang terhadap siswa sesuai dengan peraturanperaturan hukum dan batas-batas yang ditentukan oleh pendapat umum.
b.
Hukuman harus disesuaikan dengan kepribadian anak. Hukuman harus bersifat memperbaiki dan mempunyai nilai didik sehingga dapat memperbaiki perilaku dan moral siswa.
c.
Hukuman harus diberikan secara adil. Hukuman yang diberkan harus diberikan secara sadar dan tidak dipengaruhi karena emosi atau akibat masalah pribadi. Hukuman yang diberikan juga sudah dipertimbangkan atau diperhitungkan.
d.
Guru sanggup memberi maaf setelah hukuman dijalankan karena hal tersebut menunjukkan bahwa siswa telah mengakui kesalahannya
44 45
Ratna Wilis Dahar, op. cit., hlm. 21 Ngalim Purwanto, op. cit., hlm. 191-192.
23
sehingga tugas guru mengarahkan untuk perbaikan untuk hasil yang diharapkan. Metode punishment dalam Islam juga dianjurkan dengan alasan agar tidak mengalami kesalahan yang sama. Punishment dalam Islam disebut dengan dosa. Berikut adalah ayat yang menjelaskan mengenai punishment (hukuman) :
(١٧٩ : )اﻟﺒﻘﺮة Artinya: Bagimu Hukuman qishaash itu, berarti ketentraman hidup, renungkanlan hai orang yang mengerti, semoga kamu menjadi orang-orang yang takwa. (Q.S. Al-Baqarah: 179).46
Berdasarkan ayat tersebut dijelaskan bahwa dalam punishment atau hukuman terdapat jaminan ketentraman hidup. Punishment dilaksanakan agar manusia selalu hati-hati dalam berperilaku sehingga tidak mengulang kesalahan dan tercipta ketentraman hati dalam setiap urusan. 2. Macam-macam Punishment Hukuman dibedakan dalam beberapa macam sebagai berikut:47 a. Hukuman preventif Hukuman preventif adalah yang dilakukan dengan maksud agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Hukuman tersebut bermaksud untuk mencegah agar tidak terjadi pelanggaran sehingga dilakukan sebelum pelanggaran tersebut terjadi. 46
Bachtiar Surin, op. cit., hlm. 41
47
Ngalim Purwanto, op. cit., hlm. 189
24
Punishment atau hukuman preventif yang sesuai untuk alat pendidikan adalah sebagai berikut: 1) Tata tertib Tata tertib adalah sederetan peraturan yang harus ditaati dalam suatu situasi dalam suatu tata kehidupan, misalnya tata tertib dalam kelas, tata tertib ujian sekolah, tata tertib kebersihan sekolah dan sebagainya. 2) Anjuran dan perintah Anjuran adalah saran atau ajakan untuk berbuat atau melakukan sesuatu yang berguna. Misalnya anjuran untuk membagi waktu antara belajar dan bermain, anjuran untuk datang sekolah tepat waktu, anjuran menjaga kesehatan dan lingkungan, anjuran bebas narkoba dan sebagainya. 3) Larangan Larangan sama halnya dengan perintah. Perintah merupakan keharusan untuk melakukan sesuatu, sedangkan larangan merupakan keharusan untuk tidak melakukan hal yang negatif. Misalnya larangan tidur di kelas, larangan membawa motor, larangan menggunakan handphone saat di kelas dan sebagainya. 4) Paksaan Paksaan adalah suatu perintah dengan kekerasan terhadap siswa untuk melakukan sesuatu. Paksaan dilakukan agar proses pendidikan tidak terganggu. 25
5) Disiplin Disiplin adalah kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan. Kepatuhan yang dimaksud atas kesadaran diri sendiri dan bukan suatu paksaan.
b. Hukuman represif Hukuman represif yaitu hukuman yang dilakukan oleh karena adalanya pelanggaran. Jadi hukuman dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau kesalahan. Punishment atau hukuman represif yang sesuai untuk alat pendidikan adalah sebagai berikut: 1) Pemberitahuan Pemberitahuan yang dimaksud adalah pemberitahuan kepada siswa yang telah melakukan hal yang dapat mengganggu atau menghambat jalannya proses pendidikan. Misal ketika ada siswa
yang
tidur
di
kelas
saat
pelajaran
berlangsung.
Kemungkinan adalah siswa tersebut tidak mengetahui peraturan kelas adalah tidak boleh tidur saat pelajaran, sehingga guru dapat memberitahukan apa saja hal yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan selama jam pelajaran berlangsung. 2) Teguran Teguran adalah untuk siswa yang sudah mengetahui aturan tetapi masih melanggar. 26
3) Peringatan Peringatan adalah nasihat untuk mengingatkan. Peringatan diberikan pada siswa yang telah beberapa kali melanggar dan sudah mendapat teguran.
3. Tujuan Punishment Maksud dari pemberian punishment atau hukuman bagi siswa adalah sebagai berikut:48 a. Teori Perbaikan Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk memperbaiki perilaku siswa agar dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik dan berprestasi. b. Teori Menakut-nakuti Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut kepada siswa sehingga tidak melakukan kesalahan lagi dan mau meninggalkan, Berdasarkan dua teori hukuman tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari hukuman tersebut adalah untuk memperbaiki tingkah laku dan mendidik siswa ke arah yang baik dan benar.
C. Pembahasan mengenai Motivasi 1.
Pengertian Motivasi Belajar
48
Ibid.
27
Motivasi adalah gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di luar diri individu atau hadiah.49 Menurut McDonald, motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.50 Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu. Motivasi mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Motivasi juga menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongandorongan dan kekuatan individu.51 Motivasi memiliki dua komponen yaitu komponen dalam (inner component) dan komponen luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan di dalam diri seseorang, keadaan tidak puas, ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya.52 49
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1987), hlm. 173 50
Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm.
51
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.
52
Oemar Hamalik, op. cit., hlm. 174
259 72
28
Sedangkan belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku. Hilgard dan Brower mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktifitas, praktek dan pengalaman.53 a.
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk.
b.
Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.
c.
Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian. Motivasi belajar pada penelitian ini adalah dorongan untuk
mengubah persepsi atau perilaku siswa. Prinsip motivasi dalam belajar adalah menggerakkan aktivitas belajar siswa. 2.
Teknik Motivasi Guru sebagai inti dari keberhasilan kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat terus memberikan dorongan kepada siswa. Oemar Hamalik menjabarkan beberapa teknik memotivasi berdasarkan teori kebutuhan sebagai berikut:54 a. Pemberian penghargaan atau ganjaran 53
Ibid., hlm. 45
54
Oemar hamalik, op. cit., hlm. 184-186
29
Teknik
ini
dianggap
berhasil
apabila
guru
dapat
menumbuhkembangkan minat siswa. Minat adalah perasaan seseorang bahwa apa yang dipelajari atau apa yang dilakukan bermakna bagi dirinya. Pemberian penghargaan dapat membangkitkan minat anak untuk memepelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan dari pemberian penghargaan adalah membangkitkan dan mengembangkan minat. b. Pemberian angka atau grade Pemberian angka atau grade biasanya berdasarkan atas perbandingan
interpersonal
dalam
prestasi
akademis
sehingga
menimbulkan angka yang baik dan jelek. Namun William Grade telah menyarankan agar sistem pelaporan kemajuan siswa sebaiknya menghilangkan kegagalan.55 c. Tingkat aspirasi Tingkat aspirasi menunjuk pada tingkat pekerjaan yang diharapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan atau kegagalan dalam tugas-tugas yang mendahuluinya. Guru harus memiliki prinsip bahwa tujuan-tujuan harus dapat dicapai dan para siswa merasa bahwa mereka akan mampu mencapainya. d. Pemberian pujian Pemberian pujian baik untuk digunakan oleh guru namun harus dengan cara tertentu. Karena pujian dapat memberikan efek 55
Ibid.
30
bergantung pada siapa yang memeberi pujian dan siapa yang menerima pujian. Siswa yang sangat membutuhkan keselamatan dan harga diri, mengalami kecemasan dan merasa bergantung pada orang lain akan responsif terhadap pujian.
e. Kompetisi dan kooperasi Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi dapat merusak pada kondisi yang lain. Berikut adalah jenis kompetisi yang efektif: 1) Kompetisi interspersonal antara teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan. 2) Kompetisi kelompok dimana setiap anggota dapat memberikan sumbangan dan terlibat
di
dalam
keberhasilan kelompok
merupakan motivasi yang sangat kuat. 3) Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi terdahulu, dapat merupakan motivasi yang efektif. f. Pemberian harapan Harapan selalu mengacu pada masa depan. Artinya jika seseorang berhasil melaksanakan tugasnya atau berhasil dalam kegiatan belajarnya, dia dapat memperoleh dan mencapai harapanharapan yang diberikan kepadanya sebelumnya. 31
g. Pemberian hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
32
BAB III DATA PENELITIAN
A. Gambaran Umum SD Negeri 1 Plajan Jepara 1. Lokasi Sekolah Berdasarkan hasil observasi, Sekolah Dasar Negeri 1 Plajan Jepara terletak di jalan Kenanom Indah RT 22/04 Desa Plajan Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara. Sekolah
ini
cukup
strategis
di
daerah
tersebut.
Berada
diperkampungan sehingga siswa belajar dengan situasi yang tenang. Sebelah utara sekolah berbatasan dengan rumah bapak Sholikin, sedangkan disebelah timur dan selatan adalah kebun dan sebelah barat adalah pertigaan jalan. 2. Profil Sekolah Berdasarkan dokumen sekolah, diperoleh data tentang profil SD Negeri 1 Plajan Jepara sebagai berikut: a. Nama Sekolah
: SD Negeri 1 Plajan
b. Alamat sekolah
: Jl. Kenanom Indah RT 22/04 Plajan Pakis Aji Jepara
c. Email
:
[email protected]
d. No. Telepon
: 085228101969
e. SK Pendirian
: 421/0020/V/1976
f. Status Kepemilikan
: Pemerintah Daerah 33
3. Visi dan Misi Sekolah Visi dari SD Negeri 1 Plajan adalah unggul dalam prestasi berpijak akhlak mulia. Sedangkan misi SD Negeri 1 Plajan adalah sebagai berikut: a.
Disiplin proses pembelajaran sehingga siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi diri dan potensi daerah
b.
Melaksanakan kegiatan keagamaan, kepramukaan, olah raga dan seni secara berkala dan terjadwal
c.
Mendorong dan membantu peserta didik untuk mau berusaha meningkatkan prestasi belajar
4. Kondisi Fisik Sekolah Luas tanah SD Negeri 1 Plajan adalah 2335 m2. Terdiri dari 10 ruangan yaitu ruang kelas I, ruang kelas II, ruang kelas III, ruang kelas IV, ruang kelas V, ruang kelas VI, ruang kerja guru, 1 kamar mandi guru dan 2 kamar mandi siswa. Kondisi fisik bangunan baik dan tidak ada kerusakan. Sarana disetiap kelas sudah mencukupi seperti tersedianya lemari, meja dan kursi untuk guru, meja dan kursi untuk siswa, papan tulis, tempat sampah dan tempat cuci tangan. 5. Keadaan Guru dan Karyawan Bedasarkan dokumen sekolah, jumlah keseluruhan tenaga pengajar dan karyawan adalah 14, terdiri dari 7 guru kelas, 4 guru mata pelajaran, 1
34
tenaga administrasi dan 1 pustakawan. Secara rinci terlihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 1 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan No
Nama
1 2 3 4
Achmad Hasannudin Anna Dwi Lestari Dwi Setyaningtyas Mardiyanti Ika Rahmawati
5
Khamim
6
Khoiriah
7
Khotimah
8 9 10 11 12 13 14
Kustiyah Martin Sholikhun Sumiat Sunarkan Sutikto Widya trikuswoyo
Jurusan/Prodi Guru Kelas SD/MI Guru Kelas SD/MI Guru Kelas SD/MI Guru Kelas SD/MI Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Pendidikan Agama Islam Bimbingan dan Konseling (Konselor) Pendidikan Agama Islam Guru Kelas SD/MI Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Hindu Guru Kelas SD/MI Guru Kelas SD/MI Guru Kelas SD/MI
6. Keadaan Siswa Jumlah total keseluruhan siswa tahun pelajaran 2014/2015 adalah 128, terdiri dari 71 laki-laki dan 57 perempuan. Berdasarkan rombongan belajar, jumlah keseluruhan siswa tersebut dibagi menjadi 6 kelas. Kelas I sebanyak 11 siswa, kelas II sebanyak 14 siswa, kelas III sebanyak 22 siswa, kelas IV sebanyak 28 siswa, kelas V sebanyak 28 siswa dan kelas VI sebanyak 25 siswa. secara rinci dijelaskan pada tabel berikut: 35
Tabel 2 Data Rombongan Belajar No 1 2 3 4 5 6
Nama Rombel Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6 Total
Jumlah Siswa L P Jumlah 5 6 11 6 8 14 13 9 22 19 9 28 14 14 28 14 11 25 71 57 128
Wali Kelas Anna Dwi Lestari Dwi Setyaningtyas Mardiyanti Sutikto Ika Rahmawati Widya Trikuswoyo Khotimah
B. Paparan Data Penelitian Pada sub bab ini akah dipaparkan data penelitian dan informasi yang telah dihimpun melalui wawancara. Data yang disampaikan yaitu mengenai penerapan metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III SD Negeri 1 Plajan tahun pelajaran 2014/2015 serta dampak positif dan negatifnya. Hasil penelitian mengenai motivasi belajar yang dibentuk dengan menggunakan metode reward dan punishment oleh guru kelas III SD Negeri 1 Plajan dari wawancara sebagai berikut: “Motivasi itu dorongan pada seseorang yang membuat bersemangat untuk mendapat hasil yang baik”. Motivasi menurut guru kelas III SD Negeri 1 Plajan yaitu suatu dorongan pada seseorang yang membentuk semangat dengan tujuan mendapatkan hasil yang baik. Baik yang dimaksud dalam konteks kegiatan belajar mengajar adalah prestasi. Motivasi belajar merupakan hal yang diperlukan siswa agar terdorong untuk meraih prestasi. 36
“Motivasi yang diperlukan siswa adalah motivasi belajar. Jadi siswa itu harus terdorong untuk berprestasi” Upaya dalam meningkatkan motivasi belajar, guru kelas III SD Negeri 1 Plajan menggunakan metode reward dan punishment. “Sebagai seorang guru, saya berusaha menyisipkan semangat pada metode atau cara mengajar saya. Seperti metode memberi hadiah pada anak yang berprestasi, memberi perhatian berupa seperti hukuman bagi anak yang malas”. Metode reward adalah cara mengajar dengan memberikan hadiah sebagai upah dar keberhasilan yang diraih siswa. “Suatu cara mengajar yaitu dengan memberikan hadiah sebagai upah dari keberhasilan anak. Berarti jika anak itu berhasil dia akan mendapat hadiah”. Sedangkan
metode
punishment
adalah
cara
mengajar
dengan
memberikan hukuman sebagai balasan dari perbuatan negatif siswa. “Cara mengajar tapi dengan memberi hukuman bagi suatu perbuatan anak. Jadi kalau anak salah saja”. 1.
Penerapan Metode Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Motivasi Belajar kelas III SD Negeri 1 Plajan a. Penerapan Metode Reward Metode reward yang diterapkan bapak Sutikto dalam kegiatan belajar mengajar dengan beberapa cara. Sebagai berikut: 1. Reinforcer Sosial Metode melalui senyuman diterapkan bapak Sutikto dengan penjelasan sebagai berikut: “Biasanya saya kasih hadiah, kasih senyum. Senyum itu juga hadiah lho Mbak. Bisa jadi reward anak juga. 37
Hadiahnya ya macam-macam dikasih jajan, waktu tambahan bermain, terus ya palingan dikasih senyum aja”.56 Alasan dari penerapan ini adalah metode atau cara pemberian motivasi yang mudah. Setiap saat guru dapat memberikan pujian berupa senyuman atau selamat. Efek dari metode tersebut juga bagus. “Metode ini mudah ya. Tapi menurut saya efeknya bagus. Jangan dipandang harga atau biaya yang dikeluarkan untuk membeli hadiah soalnya ini benarbenar murah dan gratis. Cuma bilang anak pintar itu juga hadiah buat anak. Sebagai seorang guru kita harus bisa mengerti anak dari jasmani dan rohaninya juga”.57 Pelaksanaan metode ini tidak tergantung waktu, tidak hanya saat kegiatan belajar mengajar namun bisa juga di luar jam pelajaran. Hal tersebut dikutip dari penjelasan sebagai berikut: “Kalau waktunya ya bisa kapan aja Mbak. Tidak harus jam pelajaran atau tidak. Misal saya ketemu anak yang mau memungut sampah ke tempat sampah ya langsung dapat dikasih senyuman. Tempatnya juga gitu, misal di luar kelas atau di luar sekolah tetep bisa”.58
56
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
57
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
58
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
38
Mengenai tempat, metode ini juga adpat diterapkan dimanapun. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut: “Kalau di dalam kelas saat pelajaran ya pas anak bisa mengerjakan soal matematika di depan kelas, walaupun salah dia sudah berani. Terus kalau di luar kelas biasanya kalau ketemu di jalan dan berani menyapa itu juga perlu dikasih senyum sebagai reward”.59 Pelaksanaan metode ini sederhana, mudah dan tidak membutuhkan biaya. Efek dari senyum, pujian dan acungan jempol juga sangat baik. Dijelaskan sebagai berikut: “Sebenernya ini memang metode yang sederhana dan murah ya mbak. hadiah ini berupa senyuman terus diacungin jempol. Senyuman itu efeknya pasti baik dan positif. Sederhana aja pas ngecek PR itu bilang yang sudah ngerjain PR tunjuk tangan. Kalau semua tunjuk tangan ya otomatis saya senyum sambil kasih jempol”.60 Selain itu hal sederhana yang Bapak Sutikto juga memberikan reward dengan memberikan pujian dengan ucapan. “Yang lain ya dipuji, yang pentingkan anaknya seneng Mbak. Contohnya kalo anak ngerjain soalnya benar. Pintar, jawaban sudah benar. Besok berarti waktu ulangan bisa mendapat nilai 10 ya!”.61 59
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
60
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
61
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
39
Pelaksanaan metode reward tersebut dibuktikan dengan adanya laporan observasi yaitu guru memberikan senyuman saat beberapa siswa dapat menjawab pertanyaan serta memberikan pujian pada siswa yang dapat menjawab soal saat mata pelajaran IPS. 2. Reinforcer Aktifitas Hadiah dalam bentuk aktifitas juga diberikan oleh bapak Sutikto dengan memberikan waktu untuk bermain bersama secara kelompok. “Hadiah lainnya itu waktu bermain, Mbak. Kalau cara ini biar anak-anak semangat dalam bekerja sama, kreatif dan belajar bersama siswa yang lain”.62 Mengenai waktu pelaksanaan metode ini yaitu tiga kali dalam satu semester yaitu bulan kedua, keempat dan keenam pada setiap semesternya. Penjelasannya sebagai berikut: “Main bersama kaya outbond gitu memang direncanakan di SAP, terus tinggal dilaksanakan. Pelaksanaannya di bulan kedua, keempat dan keenam. Jadi dua bulan sekali mbak”.63 Penerapan metode reward aktifitas ini di dalam dan di luar kelas. Alasan tersebut agar siswa tidak monoton dengan suasana kelas. Hal tersebut dijelaskan oleh bapak Sutikto sebagai berikut:
62
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
63
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
40
“Pemilihan cara ini supaya anak itu juga ga bosen dikelas mbak, secara fisik juga lebih sehat karena kan badan bergerak”.64 Langkah yang dilakukan bapak Sutikto terlebih dulu adalah persiapan. Seperti materi permainan, manfaat permainan tersebut bagi siswa, waktu serta tempat pelaksanaan. Sesuai penjelasan bapak Sutikto sebagai berikut: “Pertama-tama saya persiapkan dulu mbak, untuk materinya, biaya, waktunya juga. Materinya itu yang bermanfaat buat siswa. Agar tujuan dari metode ini berhasil”.65 Materi permainan tersebut diantaranya adalah sarung berantai, kereta bola dan berjalan dengan bola. “Materinya permainan sederhana yang murah juga. Alat yang dibutuhkan juga yang mudah. Permainannya sarung berantai, kereta bola dan berjalan dengan bola”.66 3. Reinforcer Simbolik Pemberian hadiah berupa benda juga diterapkan oleh bapak Sutikto yang beliau jelaskan sebagai berikut: “Saya juga memberikan jajan atau permen sebagai hadiah anak yang pintar”.67
64
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
65
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
66
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
67
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
41
Hal tersebut memiliki tujuan agar siswa memiliki semangat dalam berprestasi. Sesuai penjelasan sebagai berikut: “Anak juga pasti akan bersemangat kalau dapat hadiah. Walaupun murah tapi itu juga bentuk perhatian kami ke anak”.68 Penerapan metode ini dilakukan secara berkala yaitu saat saat kegiatan belajar mengajar di kelas, setelah ujian semester dan kenaikan kelas. Metode ini hanya diterapkan di kelas dan lingkungan sekolah. “Metode ini dilaksanakan saat kegiatan belajar mengajar minimal satu bulan dua kali pada mata pelajaran seringnya sih matematika. Terus saat setelah ujian semester dan kenaikan kelas juga dapat hadiah yang dapet nilai bagus atau rangking pertama”.69 Hadiah yang diberikan juga bukan benda yang mahal, namun memberi makna yang baik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. “Saya biasanya membawa makanan kecil seperti wafer coklat atau permen. Tidak perlu yang mahal, yang harga 500 rupiah itu sudah cukup kok. Anak yang bisa menjawab, mau maju mengerjakan dan nilainya bagus biasanya saya kasih itu. Karena yang terpenting itu. Dia tetap semangat belajar”.70 68
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
69
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
70
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
42
Hal tersebut dibuktikan pada hasil observasi penulis yaitu pemberian hadiah bagi lima siswa yang dapat menjawab pertanyaan mata pelajaran bahasa Indonesia pada hari Selasa, 24 Maret 2015. Kelima siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan mendapat hadiah berupa wafer adalah Agus Triyono, Raditya Myka Gumilang, Erwin Raditya, Wayan Vive Kananda dan Dinda Paramita. Sedangkan setelah ujian semester atau kenaikan kelas, siswa mendapatkan reward bagi yang mendapatkan nilai terbaik atau mendapat juara kelas berupa piala dan alat tulis yang dipersiapkan oleh sekolah. Juara kelas pada semester I adalah Wayan Vive Kananda yaitu mendapatkan nilai raport tertinggi dan diberikan hadiah dari sekolah berupa piala dan alat tulis. b. Penerapan Metode Punishment Metode punishment yang diterapkan bapak Sutikto dalam kegiatan belajar mengajar dengan beberapa cara. Sebagai berikut: 1. Hukuman Preventif Metode
Punishment
memberikan hukuman
yang
diterapkan
sewajarnya. Tujuan
yaitu dari
dengan
pemberian
hukuman adalah memberikan efek jera dan semata-mata sebagai bentuk perhatian. Hal tersebut dijelaskan oleh bapak Sutikto sebagai berikut: 43
“Dengan memberi hukuman, tapi ya sewajarnya. Tujuannya agar anak jera melakukan perbuatan yang tidak baik. Ini lebih ke perhatian saja hukumannya”.71 2. Hukuman Represif Metode punishment dilaksanakan kapan saja saat siswa melakukan kesaahan. “Tidak pasti. Hanya jika anak melakukan kesalahan saja”.72 Metode punishment diperuntukkan semua siswa tanpa pilih kasih. Jika sesuai dengan aturan siswa tersebut salah, maka mendapatkan hukuman. “Semua siswa. tidak pilih-pilih”.73 Tujuan dari penerapan metode punishment adalah agar siswa jera dan memberikan motivasi siswa agar menjadi lebih baik. “Untuk memberikan efek jera, dan memotivasi siswa agar selalu menjadi lebih baik”.74 Kesulitan
yang
dihadapi
saat
menerapkan
metode
punishment adalah guru harus berhati-hati karena memberikan hukuman dapat memberikan efek malu bagi siswa. jadi guru dituntut
agar
tetap
fokus
pada
hukuman
yang
bersifat
memperhatikan.
71
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
72
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
73
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
74
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
44
“Perlu berhati-hati karena dampaknya bisa membuat anak menjadi malu. Jadi hukumannya jga harus diperhatikan karena semata-mata karena sebuah perhatian dari guru ke siswa”.75 Metode punishment tersebut merupakan metode yang diterapkan dalam non akademik. Hal tersebut dialami oleh siswa bernama M. Rival Oktavian yang pada hari Sabtu, 4 April 2015 terlambat 5 menit sehingga diberikan hukuman berdoa sendiri di depan kelas. Sedangkan hukuman dalam akademik yaitu siswa lupa mengerjakan pekerjaan rumah maka diberi sanksi berupa menulis kalimat yang ditentukan oleh guru sebanyak 5 halaman agar tidak lupa kembali atau menyapu halaman kelas. Sesuai hasil observasi Amelia Khoirunnisa pada hari Sabtu, 4 April 2015 tidak mengerjakan PR Matematika dengan alasan lupa sehingga diberikan hukuman menyapu halaman kelas. Hal tersebut bertujuan agar siswa terus mengingat bahwa disiplin dalam mengerjakan tugas juga penting. Tanpa menggunakan kekerasan juga dapat memberikan hukuman pada siswa. 2. Dampak Positif dan Dampak Negatif Penerapan Metode Reward dan Punishment untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 1 Plajan Tahun Pelajaran 2014/2015 75
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Sabtu, 14 Maret 2015.
45
Dampak positif yang terlihat dari penerapan metode reward adalah siswa menjadi bersemangat dan termotivasi. “Anak-anak itu jadi semangat Mbak. Mereka lebih siap saat menghadapi ulangan, terus kalau ketika disuruh maju mengerjakan soal di papan tulis dan dikasih pertanyaan mendadak itu bisa jawab”.76 Dampak positif yang lain adalah menjadikan suasana kelas menjadi baik. “Kalau dapet hadiah anak-anak pasti senang, jadi suasana di kelas juga jadi gembira, banyak yang semangat, selain anakanak saya pribadi juga ikut termotivasi”.77 Sedangkan dampak negatif dari penerapan metode reward adalah reward dianggap sebagai upah. “Ya pasti ada negatifnya. Ada beberapa anak yang mungkin melihatnya sebagai upah. Soalnya ada beberapa anak mungki belum memiliki nalar yang jauh. Jadi kadang kalau ga ada hadiahnya jadi males. Makanya saya suka kasih hadiahnya dadakan. Biar mereka belajar terus”.78 Dampak negatif lain yang terjadi namun hanya beberapa kali yaitu adanya beberapa sikap siswa yang iri sehingga menjadi persaingan. “Karena karakter anak yang berbeda-beda. Kadang ada yang dari lingkungan yang membuat cemburu sehingga ada siswa yang cemburu jika temannya dapat hadiah. Reaksi anak ya begitu ejek-ejekan terus ada yang nangis”.79
76
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Rabu, 18 Maret 2015.
77
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Rabu, 18 Maret 2015.
78
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Rabu, 18 Maret 2015.
79
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Rabu, 18 Maret 2015.
46
Dampak positif dari penerapan metode punishment adalah siswa terdorong untuk lebih disiplin. “Anak-anak jadi lebih disiplin karena adanya tata tertib, kalau melanggar mereka bakal kena hukumannya sendiri. Jadi misal cek kuku gitu sudah berkurang. Rata-rata malah anak-anak sekarang sudah potong kuku. Jadi ga ada yang dihukum”.80 Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dari metode punishment adalah beberapa siswa bersikap takut atau malu. “Kalau dampak negatifnya ya dalam skala kecil, contohnya paling ada siswa yang telart jadi takut dan malu terus diem ga mau main sama temen-temennya. Tapi lama-lama jika sudah membiasakan disiplin mereka ya jadi baik sendiri”.81
80
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Rabu, 18 Maret 2015.
81
Hasil wawancara dengan Bapak Sutikto hari Rabu, 18 Maret 2015.
47
BAB IV Analisis Data Penelitian
Bab ini menyajikan data hasil penelitian berdasarkan pengamatan peneliti pada Penerapan Metode Reward dan Punishment dalam meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 1 Palajan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015, kemudian berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dalam penerapan metode reward dan punishment tersebut mengenai motivasi belajar siswa. Wawancara dilaksanakan di sekolah kepada guru kelas III, kepala sekolah dan beberapa siswa. dokumentasi yang didapatkan berdasarkan kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan metode reward dan punishment. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa untuk meningkatkan prestasi belajar di sekolah dan dorongan bagi siswa agar bersemangat untuk mendapat hasil yang baik. Berdasarkan penelitian di SD Negeri 1 Plajan Jepara sebagai lembaga pendidikan yang berupaya meningkatkan prestasi siswa walapun letaknya berada jauh dari perkotaan. Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III maka guru kelas secara inisiatif menerapkan metode reward dan punishment dalam kegiatan belajar mengajar baik akademik maupun non akademik. Reward merupakan sebuah hadiah, sedangkan punishment diartikan sebagai hukuman. Reward juga dapat diartikan hadiah atau penghargaan untuk prestasi siswa. Punishment diartikan sebagai hukuman bagi siswa yang melanggar 48
tata tertib. Penerapan metode reward dan punishment oleh guru kelas III merupakan cara sederhana agar siswa terdorong untuk mau belajar. Penelitian ini dikhususkan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Plajan dikarenakan guru kelas III yaitu bapak Sutikto yang memiliki gagasan menerapkan cara reward dan punishment di sekolah tersebut. Cara bapak Sutikto yang termasuk mengikuti perkembangan metode belajar dianggap sangat menarik karena diterapkan pada sekolah yang berada dipedesaan. Penerapan metode reward dan punishment juga bagi semua siswa, bukan siswa yang terpilih karena tujuan utama justru mendongkrak semangat belajar siswa yang memiliki prestasi kurang baik.
A. Penerapan Metode Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas III SD Negeri Plajan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 1. Penerapan Metode Reward Metode reward yang diterapkan bapak Sutikto dalam kegiatan belajar mengajar dengan beberapa cara. Sebagai berikut: a. Reinforcer Sosial Metode reward sosial yaitu metode reward dengan pemberian hadiah berupa senyuman, pujian atau acungan jempol. Metode reward ini diterapkan oleh bapak Sutikto karena metode ini merupakan cara paling sederhana, murah dan mudah. Reward ini diperuntukkan bagi seluruh siswa kelas III SD Negeri Plajan 1 Jepara. 49
Mengenai waktu pelaksanaan metode ini tidak terjadwal karena metode ini dilaksanakan kapanpun bahkan ketika melihat siswa memungut sampah lalu membuangnya ke sampah. Bapak Sutikto juga memberikan reward berupa senyuman ke siswa beserta acungan jempol. Begitupula mengenai tempat, metode ini juga dilaksanakan dimanapun oleh bapak Sutikto. Di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Reward yang dilaksanakan di lingkungan sekolah lebih bersifat akademik seperti memberikan pujian saat siswa dapat berani mengerjakan soal matematika di depan kelas. Sedangkan di lingkungan luar sekolah bapak Sutikto memberikan reward dengan senyuman atau pujian ketika siswa berani memberi salam dan bersalaman dengan bapak atau ibu guru. Pelaksanaan metode reward sosial ini tidak memerlukan persiapan karena mengingat metode ini sangat mudah dan dapat diterapkan kapan saja. Reward dilaksanakan secara sederhana dan mudah yaitu anggukan sebagai tanda benar disertai dengan senyuman, memberikan acungan jempol sebagai tanda bagus atau benar pada tugas yang dikerjakan oleh siswa. Seperti saat bapak Sutikto bertanya siapa yang sudah mengerjakan PR dan semua siswa tunjuk tangan, maka secara langsung bapak Sutikto memberi acungan jempol sambil tersenyum yang menandakan kepuasan karena seluruh siswa telah melakukan hal yang baik. Bapak Sutikto juga memberikan reward 50
dengan memberikan pujian dengan ucapan “Pintar, jawaban sudah benar. Besok berarti waktu ulangan bisa mendapat nilai 10 ya!”. Kalimat yang diucapkan tersebut merupakan reward yang juga terdapat motivasi didalamnya. Hal tersebut dapat dikatakan hadiah sesuai dengan teori yang masuk pada kategori sekunder yaitu reinforser sosial, juga menjadi sebuah dorongan bagi siswa. Senyuman, pujian bahkan acungan jempol yang merupakan cara yang sangat sederhana dan dapat dilakukan semua guru, namun memiliki pengaruh positif bagi siswa. Pelaksanaan metode reward tersebut dibuktikan dengan adanya laporan observasi yaitu guru memberikan senyuman saat beberapa siswa dapat menjawab pertanyaan serta memberikan pujian pada siswa yang dapat menjawab soal saat mata pelajaran IPS. Teknik tersebut merupakan teknik motivasi menurut Oemar Hamalik berdasarkan teori kebutuhan yaitu pemberian pujian. Dengan memberikan pujian siswa akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya. b. Reinforcer Aktifitas Metode reward lain yang diterapkan bapak Sutikto adalah dengan memberikan hadiah berupa bermain bersama. Hal tersebut sesuai dengan jenis reward yaitu berbentuk aktifitas. Reward ini diterapkan untuk mendorong siswa agar memiliki semangat dalam bekerja sama, berkreasi dan belajar bersama siswa yang lain. Metode 51
yang diterapkan bapak Sutikto ini juga diperuntukkan bagi siswa kelas III SD Negeri 1 Plajan. Perencanaan waktu bagi pelaksanaan metode ini adalah satu semester sebelumnya sesuai dengan satuan ajaran yang telah disusun oleh guru kelas. Sedangkan untuk pelaksanaannya sendiri yaitu 3 kali dalam satu semester yaitu bulan kedua, keempat dan keenam pada setiap semesternya. Penerapan metode reward aktifitas ini di dalam dan di luar kelas. Alasan tersebut agar siswa tidak monoton dengan suasana kelas. Di dalam kelas aktifitas yang dilaksanakan adalah bermain bersama dengan waktu, tempat dan sarana yang terbatas pada ruangan tersebut. Sedangkan pelaksanaan di luar kelas berupa outbond dengan beberapa permainan yang memberikan edukasi terhadap siswa. Langkah yang dilakukan bapak Sutikto terlebih dulu adalah persiapan. Seperti materi permainan, manfaat permainan tersebut bagi siswa, waktu serta tempat pelaksanaan. Materi permainan yang diterapkan adalah sebagai berikut: 1) Sarung Berantai Permainan ini bertujuan untuk melatih kerja sama dan membentuk siswa untuk memilih strategi. Alat yang digunakan hanya sarung. Pelaksanaan permainan ini yaitu siswa dibagi menjadi dua kelompok untuk membentuk sebuah lingkaran besar dan saling 52
bergandengan tangan. Kain sarung diletakkan diantara tangan siswa. Kain sarung dipindahkan ke siswa lain di sampingnya dan diteruskan ke siswa lainnya sampai kembali ke tempat asal. Kelompok yang dapat menyelesaikan tugas dalam waktu tercepat yang memenangkan permainan. Peraturan dari permainan tersebut adalah pegangan tangan tidak boleh terlepas. 2) Kereta Bola Permainan ini bertujuan untuk melatih kekompakan dan kerjasama siswa. Alat yang dibutuhkan dalam permainan ini adalah bola besar. Pelaksanan permainan siswa dibagi menjadi 3 kelompok dan berbaris satu banjar. Antara siswa satu dengan peserta yang lain diberi bola yang diletakkan pada punggung dan perut siswa yang ada dibelakangnya. Siswa harus berjalan sampai garis fisnish. Kelompok yang sampai pada garis finish tercepat adalah pemenang. Untuk peraturan pada permainan ini adalah siswa tidak boleh menyentuh bola dengan tangan, pada saat berjalan bola tidak boleh jatuh atau mengulang dari awal. 3) Berjalan dengan Bola Permainan ini bertujuan untuk melatih kerja sama dan kesabaran siswa. Alat yang diperlukan adalah bola plastik besar. Siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok berada dalam jalur yang telah disediakan dan diberi 53
jarak 4-8 meter antar-kelompok. Siswa pertama harus membawa bola yang diletakkan diantara dua kakinya dan memberikan bola tersebut kepada siswa kedua, terus menerus sampai pada siswa terakhir. Kemudian siswa terakhir berjalan sampai garis finish. Peraturan dari permainan ini yaitu bola hanya boleh dibawa dengan kaki. Bola tidak boleh terjatuh, apabila terjatuh maka siswa harus mengulang dari awal. Syarat yang diberikan bapak Sutikto agar seluruh siswa kelas III adalah seluruh siswa mampu mengerjakan tugas kelompok untuk mata pelajaran tertentu maka guru kelas memberikan waktu untuk bermain bersama tersebut. Dengan pelaksanaan reward tersebut siswa diharapkan memiliki semangat kembali untuk belajar, kerja sama antar siswa, memiliki tanggung jawab pada tugas dan belajar empati terhadap teman yang lain. Teknik tersebut sesuai dengan teknik motivasi menurut Oemar Hamalik yaitu pemberian
harapan,
dengan
memberikan
harapan
untuk
memberikan waktu bermain bersama maka siswa akan terdorong untuk sepakat mengerjakan tugas. c. Reinforcer Simbolik Metode reward selanjutnya yang diterapkan yaitu memberikan hadiah berupa piala atau benda. Penerapan metode sebagai dorongan agar siswa memiliki semangat dalam berprestasi. makanan ringan atau permen sebagai hadiah. 54
Penerapan metode ini dilakukan secara berkala yaitu saat saat kegiatan belajar mengajar di kelas, setelah ujian semester dan kenaikan kelas. Metode ini hanya diterapkan di kelas dan lingkungan sekolah. Penerapan saat kegiatan belajar mengajar dikelas dilakukan minimal satu bulan dua kali pada mata pelajaran yang tidak ditentukan. Namun yang sering pada mata pelajaran matematika, mengingat kurangnya minat siswa mengikuti pelajaran tersebut. Sedangkan penerapan yang lain adalah setelah ujian semester dan kenaikan kelas. Hadiah ini diberikan bagi siswa yang aktif dan berprestasi. Pada kegiatan belajar mengajar bapak Sutikto menerapkan metode ini dengan memberikan pertanyaan atau soal untuk beberapa mata pelajaran tertentu. Persiapan yang dilakukan adalah mempersiapkan hadiah yaitu snack ringan seperti wafer atau roti serta permen. Siswa tidak mengetahui jadwal pelaksanaan metode ini. Hal tersebut agar siswa selalu siap setiap saat. Hadiah yang diberikan juga bukan benda yang mahal, namun memberi makna yang baik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Sedangkan setelah ujian semester atau kenaikan kelas, siswa mendapatkan reward bagi yang mendapatkan nilai terbaik atau mendapat juara kelas berupa piala dan alat tulis yang dipersiapkan oleh sekolah. Teknik memberikan hadiah tersebut sesuai dengan teknik motivasi menurut Oemar Hamalik yaitu pemberian penghargaan atau 55
ganjaran. Siswa yang mendapat hadiah akan terdorong untuk tetap bersemangat meraih prestasi. Hal tersebut dibuktikan pada hasil observasi penulis yaitu pemberian hadiah bagi lima siswa yang dapat menjawab pertanyaan mata pelajaran bahasa Indonesia pada hari Selasa, 24 Maret 2015. Kelima siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan mendapat hadiah berupa wafer adalah Agus Triyono, Raditya Myka Gumilang, Erwin Raditya, Wayan Vive Kananda dan Dinda Paramita. Sedangkan setelah ujian semester atau kenaikan kelas, siswa mendapatkan reward bagi yang mendapatkan nilai terbaik atau mendapat juara kelas berupa piala dan alat tulis yang dipersiapkan oleh sekolah. Juara kelas pada semester I adalah Wayan Vive Kananda yaitu mendapatkan nilai raport tertinggi dan diberikan hadiah dari sekolah berupa piala dan alat tulis. 2. Penerapan Metode Punishment Punishment atau hukuman diberikan sebagai imbalan bagi siswa yang berperilaku kurang baik dan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hukuman yang diberikan merupakan hukuman yang memuat jera, edukatif dan memberikan dorongan agar siswa disiplin terhadap peraturan yang berlaku. Metode Punishment yang diterapkan bapak Sutikto dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:
56
a. Hukuman Preventif Metode punishment diterapkan dengan adanya tata tertib. Menurut bapak Sutikto penerapan tata tertib tersebut adalah langkah agar siswa tidak bersikap negatif. Hal tersebut sesuai dengan teori hukuman preventif yaitu hukuman yang dimaksudkan untuk mencegah pelanggaran. b. Hukuman Represif Sedangkan punishment bagi pelanggaran tata tertib yaitu siswa yang akan mendapatkan hukuman. Contohnya adalah siswa yang terlambat yaitu datang lebih dari jam masuk pelajaran maka siswa akan dikenakan hukuman berdoa sambil berdiri di depan kelas. Metode punishment tersebut merupakan metode yang diterapkan dalam non akademik. Sedangkan hukuman dalam akademik yaitu siswa lupa mengerjakan pekerjaan rumah maka diberi sanksi berupa menulis kalimat yang ditentukan oleh guru sebanyak 5 halaman agar tidak lupa kembali. Hal tersebut bertujuan agar siswa terus mengingat bahwa disiplin dalam mengerjakan tugas juga penting. Tanpa menggunakan kekerasan juga dapat memberikan hukuman pada siswa. Penerapan metode punishment non akademik dibuktikan dengan observasi yaitu siswa bernama M. Rival Oktavian yang pada hari Sabtu, 4 April 2015 yang terlambat 5 menit sehingga diberikan hukuman berdoa sendiri di depan kelas.
57
Sedangkan hukuman dalam akademik yaitu siswa lupa mengerjakan pekerjaan rumah maka diberi sanksi berupa menulis kalimat yang ditentukan oleh guru sebanyak 5 halaman agar tidak lupa kembali atau menyapu halaman kelas. Sesuai hasil observasi Amelia Khoirunnisa pada hari Sabtu, 4 April 2015 tidak mengerjakan PR Matematika dengan alasan lupa sehingga diberikan hukuman menyapu halaman kelas. Hal tersebut bertujuan agar siswa terus mengingat bahwa disiplin dalam mengerjakan tugas juga penting. Tanpa menggunakan kekerasan juga dapat memberikan hukuman pada siswa Metode tersebut merupakan hukuman represif yaitu hukuman yang diberikan setelah melakukan pelanggaran. Hukuman yang diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Apabila siswa baru melanggar sekali maka akan diberitahu, jika terulang kedua kali maka siswa akan diberikan teguran dan jika masih terulang kembali maka siswa akan diberikan peringatan.
B. Dampak Positif dan Negatif Metode Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas III SD Negeri Plajan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 Setiap metode memiliki dampak positif dan negatif, begitu juga dengan metode rewards dan punishment. Hal ini perlu diketahui agar guru dapat memilih dan memilah teknik yang akan digunakan sebagai alat
58
pembelajaran. Dengan mengetahui dampak tersebut guru dapat memberikan kontrol agar proses belajar mengajar berjalan sesuai harapan. 1. Dampak Positif dan Negatif Metode Reward dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas III SD Negeri Plajan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 Dampak
positif
dari
penerapan
metode
reward
dalam
meningkatkan motivasi belajar yang telah dialami bapak Sutikno adalah siswa memiliki semangat dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa menjadi lebih siap dalam menghadapi ulangan, ketika disuruh maju mengerjakan soal di papan tulis dan ketika diberikan pertanyaan mendadak. Hal tersebut sesuai dengan tujuan reward yaitu membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik bagi siswa. Dampak positif yang lain adalah menjadikan suasana kelas menjadi baik. Penerapan metode tersebut anak menjadi lebih memperhatikan apa yang disampaikan bapak Sutikto. Siswa juga bergembira ketika mendapatkan reward sehingga memacu siswa yang lain juga bersemangat mendapatan reward. Hal tersebut sesuai dengan maksud dari penerapan reward yaitu siswa akan merasa senang apabila perbuatan atan pekerjaannya mendapat penghargaan. Sedangkan dampak negatif dari penerapan metode reward adalah jika siswa kurang bisa menerima maka reward dianggap sebagai upah. Jadi jika tidak ada hadiah maka siswa akan malas belajar. Hal tersebut
59
sesuai dengan penyampaian Ngalim Purwanto yaitu jika ganjaran sudah bersifat upah maka ganjaran itu tidak lagi bernilai mendidik. Dampak negatif lain yang terjadi namun hanya beberapa kali yaitu adanya beberapa sikap siswa yang iri sehingga menjadi persaingan. Hal tersebut terjadi ketika suatu hari terjadi kegaduhan di kelas karena dua orang siswa saling mengejek dan berebut hadiah. Sehingaa menjadi perhatian bapak Sutikto untuk menerapkan secara bijaksana dikemudian hari. Dampak negatif tersebut seperti yang telah disampaikan Ngalim Purwanto agar guru dapat bersikap bijaksana agar ganjaran tidak menimbulkan iri hati pada siswa lain yang merasa dirinya lebih baik atau lebih pandai tetapi tidak mendapat ganjaran. 2. Dampak Positif dan Negatif Metode Punishment dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas III SD Negeri Plajan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 Dampak positif
dari
penerapan metode
punishment
yang
disampaikan oleh bapak Sutikto adalah siswa terdorong untuk lebih disiplin. Siswa menikuti tata tertib yang diterapkan. Seperti saat pemeriksaan kuku yang dilaksanakan setiap Rabu, seluruh siswa telah memotong kukunya sehingga tidak ada yang mendapat hukuman. Hal tersebut sesuai dengan teori perbaikan yaitu teori yang bersifat pedagogis karena bermaksud memperbaiki perilaku siswa, baik lahiriah maupun batiniah.
60
Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dari metode punishment adalah beberapa siswa bersikap takut atau malu. Siswa yang takut menjadi gemetar dan hal yang tidak diinginkan yaitu mempengaruhi psikisnya. Siswa pernah terlambat datang dan merasa sangat takut sehingga keluar keringat dingin serta gemetar. Setelah itu siswa malu untuk bermain dengan teman-temannya. Namun hal tersebut akan hilang saat siswa kembali disipling dan lupa akan kejadian tersebut. Dampak tersebut sesuai dengan teori hukuman yaitu menakut-nakuti, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut pada siswa yang melanggar akan akibat perbuatannya yang melanggar.
61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setelah menganalisis data yang diperoleh berdasarkan penelitian mengenai penerapan metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi siswa kelas III SD Negeri 1 Plajan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, penerapan metode reward dan punishment pada siswa kelas III SD Negeri 1 Plajan yaitu sebagai berikut: 1. Metode Reward, pada metode ini hal yang diterapkan adalah: a. Reinforcer sosial yaitu pemberian hadiah bagi siswa berupa senyuman, acungan jempol dan anggukan. b. Reinforcer aktifitas, yaitu pemberian hadiah bagi siswa berupa tambahan waktu untuk bermain bersama. c. Reinforcer simbolik yatu pemberian hadiah bagi siswa berupa benda seperti permen atau snack ringan. 2. Metode Punishment, pada metode ini hal yang diterapkan adalah: a. Teori hukuman preventif yaitu dengan menerapkan tata tertib. b. Teori hukuman represif yaitu pemberian hukuman sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa. Jika siswa terlambat maka diberikan hukuman dengan berdoa sendiri sambil berdiri didepan kelas. Pelanggaran lain yaitu tidak mengerjakan pekerjaan rumah 62
diberikan sanksi dengan menulis kalimat yang ditentukan oleh guru sebanyak 5 halaman. Kedua, dampak positif dan negatif dari metode reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut: a. Dampak positif dari penerapan reward adalah meningkatnya semangat siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Siswa lebih siap dalam menghadapi ulangan. Suasana kelas menjadi baik, siswa lebih memperhatikan guru ketika sedang diajar. Siswa juga bergembira ketika mendapatkan hadiah. b. Dampak negatif dari
penerapan reward adalah beberapa siswa
menganggap sebagai upah sehingga jika tidak ada hadiah menjadi malas. Adanya siswa yang iri dan bersaing pada siswa yang mendapat hadiah. c. Dampak positif dari penerapan punishment adalah siswa terdorong untuk lebih disiplin sehingga perilaku siswa menjadi lebih baik. d. Dampak negatif dari penerapan punishment adalah membuat beberapa siswa menjadi penakut dan malu. B. Saran 1. Bagi kepala sekolah dan guru kelas untuk selalu meningkatkan metode pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar dengan mencari dan menggali lebih dalam dari berbagai media, sehingga dapat memberikan pengajaran yang baik untuk memotivasi siswa dalam meningkatkan prestasi. 63
2. Bagi pemeliti selanjutnya, ada baiknya memperkaya aspek-aspek yang lain agar hasil yang didapat lebih banyak, karena penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. C. Penutup Puji dan syukur penulis panjatkan atas karunia dan hidayah Allah sebagai tempat berlindung, memohon, meminta dan berdoa sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin demi kesempurnaan skripsi ini, namun penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa mmengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
64
DAFTAR PUSTAKA Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rieneka Cipta, 2005
Dahar, Ratna Wilis, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 2011.
Darmanto, Priyo dan Pujo Wiyoto, Kamus Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris, Surabaya: Arkola.
Echole, John M. dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1996.
Fadjar, Malik. Holistika Pemikiran Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, 2005.
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1987.
Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosdakarya, 2012.
Mulyana, Dedi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2004.
Mulyono, Baidatul Muchlisin Asti, Smart Games for Outbond Training, Yogyakarta: Diva Press, 2008.
Partanto, Pius A., Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola.
65
Poerwandari, E. Kristi, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, Jakarta: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007.
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Purwanto, Ngalim. M., Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 2014.
Surin, Bachtiar, Terjemah dan Tafsir Al-qur’an, Bandung: Fa Sumatera, 1978.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo, 2005.
66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
67
Gambar 2: Siswa-siswa yang mendapatkan hadiah berupa makanan ringan yaitu Dinda Paramita, Wayan Vive Kananda, Erwin Raditya, Raditya Myka Gumilang dan Agus Triyono (dari kiri ke kanan).
68
Gambar 3: Wayan Vive Kananda mendapatkan reward dar bapak Sutikto.
69
Gambar 4: Siswa terlambat mendapatkan hukuman berdoa di depan kelas, yaitu M. Rival Oktavian.
70
Gambar 5: Amelia Khoirunisa mendapatkan punishment karena lupa mengerjakan PR matematika.
Gambar 1: Kegiatan belajar mengajar kelas III SD Negeri 1 Plajan Jepara
71
Gambar 6: Tata tertib siswa menjadi pedoman pelaksanaan metode punishment
72
Laporan Wawancara I PENERAPAN METODE REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS III SD NEGERI 1 PLAJAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Wawancara ini dilakukan di ruang kelas III SD Negeri 1 Plajan Jepara pada hari Sabtu, 14 Maret 2015 dimulai dari jam 11.30 WIB dengan posisi duduk berhadapan. Penulis memulai dengan pertanyaan menganai metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar siswa sampai dengan pertanyaan mengenai pelaksanaan metode reward dan punishment bagi siswa. Adapun hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut: No. 1.
Transkip Wawancara Tanya: Menurut bapak, motivasi itu apa?
Jawab: Motivasi itu dorongan pada seseorang yang membuat bersemangat untuk mendapat hasil yang baik 2.
Tanya: Bagi siswa, motivasi yang dibutuhkan itu seperti apa?
Jawab: Motivasi yang diperlukan siswa adalah motivasi belajar. Jadi siswa itu harus terdorong untuk berprestasi 3.
Tanya: Bagaimana cara bapak memotivasi siswa?
Jawab: 73
Sebagai seorang guru, saya berusaha menyisipkan semangat pada metode atau cara mengajar saya. Seperti metode memberi hadiah pada anak yang berprestasi, memberi perhatian berupa seperti hukuman bagi anak yang malas 4.
Tanya: Jika kita sebut metode tersebut adalah reward, tolong bapak jelaskan kembali metode rewards itu?
Jawab: Suatu cara mengajar yaitu dengan memberikan hadiah sebagai upah dari keberhasilan anak. Berarti jika anak itu berhasil dia akan mendapat hadiah 5.
Tanya: Lalu jika kita sebut metode punishment, bagaimana bapak menjelaskan metode tersebut?
Jawab: Cara mengajar tapi dengan memberi hukuman bagi suatu perbuatan anak. Jadi kalau anak salah saja 6.
Tanya: Metode reward apa saja yang bawa terapkan di kelas?
Jawab: Biasanya saya kasih hadiah, kasih senyum. Senyum itu juga hadiah lho Mbak. Memuji anak juga hadiah. Bisa jadi reward anak juga. Hadiahnya ya macam-macam dikasih jajan, waktu tambahan bermain, terus ya palingan dikasih senyum aja 7.
Tanya: Menurut bapak metode senyuman atau pujian itu seperti apa? 74
Jawab: Metode ini mudah ya. Tapi menurut saya efeknya bagus. Jangan dipandang harga atau biaya yang dikeluarkan untuk membeli hadiah soalnya ini benar-benar murah dan gratis. Cuma bilang anak pintar itu juga hadiah buat anak. Sebagai seorang guru kita harus bisa mengerti anak dari jasmani dan rohaninya juga 8.
Tanya: Kapan bapak melakukan metode reward berupa senyuman tersebut?
Jawab: Kalau waktunya ya bisa kapan aja Mbak. Tidak harus jam pelajaran atau tidak. Misal saya ketemu anak yang mau memungut sampah ke tempat sampah ya langsung dapat dikasih senyuman. Tempatnya juga gitu, misal di luar kelas atau di luar sekolah tetep bisa 9.
Tanya: Bagaimana cara bapak menerapkan metode tersebut?
Jawab: Sebenernya ini memang metode yang sederhana dan murah ya mbak. Hadiah ini berupa senyuman terus diacungin jempol. Senyuman itu efeknya pasti baik dan positif. Sederhana aja pas ngecek PR itu bilang yang sudah ngerjain PR tunjuk tangan. Kalau semua tunjuk tangan ya otomatis saya senyum sambil kasih jempol 10.
Tanya: Penerapan yang lain contohnya seperti apa pak?
Jawab: Yang lain ya dipuji, yang pentingkan anaknya seneng Mbak. Contohnya 75
kalo anak ngerjain soalnya benar. Pintar, jawaban sudah benar. Besok berarti waktu ulangan bisa mendapat nilai 10 ya! 11.
Tanya: Bagaimana bapak menerapkan metode reward tersebut?
Jawab: Kalau ngasih hadiah buat satu kelas saya kasih watu tambahan untuk bermain sersama, tapi tetap saya awasi 12.
Tanya: Bagaimana cara bapak menerapkan metode reward dengan hadiah?
Jawab: Saya biasanya membawa makanan kecil seperti wafer coklat atau permen. Tidak perlu yang mahal, yang harga 500 rupiah itu sudah cukup kok. Anak yang bisa menjawab, mau maju mengerjakan dan nilainya bagus biasanya saya kasih itu. Karena yang terpenting itu. Dia tetap semangat belajar 13.
Tanya: Bagaimana bapak menerapkan metode pemberian hukuman?
Jawab: Memberi hukuman, tapi ya sewajarnya. Tujuannya agar anak jera melakukan perbuatan yang tidak baik. Ini lebih ke perhatian saja hukumannya 14.
Tanya: Kapan bapak menerapkan metode hukuman tersebut?
76
Jawab: Tidak pasti. Hanya jika anak melakukan kesalahan saja 15.
Tanya: Kepada seiapa saja bapak menerapkan hukuman tersebut?
Jawab: Semua siswa. tidak pilih-pilih 16.
Tanya: Apa tujuan bapak menggunakan metode tersebut?
Jawab: Untuk memberikan efek jera, dan memotivasi siswa agar selalu menjadi lebih baik 17.
Tanya: Apa dampak positif bagi anak tersebut?
Jawab: Perlu berhati-hati karena dampaknya bisa membuat anak menjadi malu. Jadi hukumannya jga harus diperhatikan karena semata-mata karena sebuah perhatian dari guru ke siswa
77
Laporan Verbatim Wawancara II PENERAPAN METODE REWARD DAN PUNISHMENT DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS III SD NEGERI 1 PLAJAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Wawancara ini dilakukan di ruang kelas III SD Negeri 1 Plajan Jepara pada hari Rabu, 18 Maret 2015 jam 13.15 WIB dengan posisi duduk bersebelahan. Penulis melaksanakan wawancara untuk menggali mengetahui dampak positif dan negatif dari metode reward dan punishment. Hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut: No. 1.
Transkip Wawancara Tanya: Apa dampak positif metode reward yang bapak rasakan bagi anak-anak?
Jawab: Anak-anak itu jadi semangat Mbak. Mereka lebih siap saat menghadapi ulangan, terus kalau ketika disuruh maju mengerjakan soal di papan tulis dan dikasih pertanyaan mendadak itu bisa jawab 2.
Tanya: Dampak positif lainnya bagaimana pak?
Jawab: Kalau dapet hadiah anak-anak pasti senang, jadi suasana di kelas juga jadi gembira, banyak yang semangat, selain anak-anak saya pribadi juga ikut termotivasi 3.
Tanya: Untuk dampak negatif dari metode punishment apakah ada pak?
78
Jawab: Ya pasti ada negatifnya. Ada beberapa anak yang mungkin melihatnya sebagai upah. Soalnya ada beberapa anak mungki belum memiliki nalar yang jauh. Jadi kadang kalau ga ada hadiahnya jadi males. Makanya saya suka kasih hadiahnya dadakan. Biar mereka belajar terus 4.
Tanya: Dampak negatif yang lain apakah ada pak?
Jawab: Karena karakter anak yang berbeda-beda. Kadang ada yang dari lingkungan yang membuat cemburu sehingga ada siswa yang cemburu jika temannya dapat hadiah. Reaksi anak ya begitu ejek-ejekan terus ada yang nangis 5.
Tanya: Bagaimana dampak positif metode punishment bagi anak-anak?
Jawab: Anak-anak jadi lebih disiplin karena adanya tata tertib, kalau melanggar mereka bakal kena hukumannya sendiri. Jadi misal cek kuku gitu sudah berkurang. Rata-rata malah anak-anak sekarang sudah potong kuku. Jadi ga ada yang dihukum 6.
Tanya: Lalu dampak negatif bagi anak-anak apa pak?
Jawab: Kalau dampak negatifnya ya dalam skala kecil, contohnya paling ada siswa yang telart jadi takut dan malu terus diem ga mau main sama temen-temennya. Tapi lama-lama jika sudah membiasakan disiplin 79
mereka ya jadi baik sendiri
80