PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN TAHUN 2014/2015
SKRIPSI
Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH : BASYIROH 111 10 029
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 71
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected] PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini: Nama
: BASYIROH
NIM
: 111 10 029
Jurusan
: TARBIYAH
Program Studi
: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 14 Febuari 2015 Yang Menyatakan,
BASYIROH NIM. 111 10 029
72
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected] MASLIKHAH, S.Ag, M. Si DOSEN IAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 5 Eksemplar Hal
: Naskah skripsi Saudari BASYIROH
Assalamu'alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa : Nama
: BASYIROH
NIM
: 111 10 029
Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul
: PEMBINAAN
KEAGAMAAN
DAN
PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN Dengan ini kami mohon skripsi mahasiswa tersebut di atas untuk dapat dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Salatiga, 14 Februari2015 Pembimbing
Maslikhah, S. Ag, M.Si NIP. 19700529200003 2 001
73
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected] SKRIPSI
PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN
DISUSUN OLEH BASYIROH NIM :111 10 029
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga, pada tanggal31 Maret 2015dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Ujian Ketua Penguji
: Drs. Abdul Syukur, M.Si.
__________________
Sekretaris Penguji : Maslikhah, S.Ag., M.Si.
__________________
Penguji I
: Dr. Mukti Ali, M.Hum.
__________________
Penguji II
: Dra. Ulfah Susilawati, M.Si.
__________________ Salatiga, 31 Maret2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd NIP. 19670121 199903 1 002
74
MOTTO
Berangkatdenganpenuhkeyakinan.Berjalandenganpenuhkeikhlasan.Istiqom ahdalammenghadapicobaan. YAKIN, IKHLAS, danISTIQOMAH. (Basyiroh)
75
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk : 1. Orang tuaku tersayang Bapak BambangSrigati dan Ibu Sri Sutiyahyang sudah banyak pengorbanan tanpa letih maupun pamrihdemi kesuksesan putrinya. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini, juga setiap dukungan moral maupun spiritual serta restu yang tulus diberikan, semoga selalu dalam limpahan kasih sayang Allah Swt dunia dan akhirat.
2. Kakak ku Alma Wiyarti danAdikku tersayang Chusnul Hadi yang selalu memberi semangat dan dukungan, serta Kakekku Djumadi dan Nenekku SutinidanMudrikah yang selalu memberiku semangat beserta do‟a, semoga sehat selalu dimudahkan rizkinya. 3. Kekasihku Muhammad Hartanto yang selalu memberikan semangat dan dukungan, semoga menjadi imam yang baik untukku.
76
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرمحن الرحيم Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,
hidayah
dan
taufiqnya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah “PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua IAIN 2. Bapak Rasimin. S.PdI, M.Pd selaku Ketua Progdi PAI IAIN Salatiga. 3. Ibu Maslikhah, S.Ag, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.
77
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah Swt serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda amiin. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Aamiin ya robbal „alamiin.
Salatiga, 6 April2015 Peneliti,
Basyiroh 111 10 029
78
ABSTRAK
Basyiroh. 2015. Pembinaan keagamaan dan pendidikan karakter bagi Remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Maslikhah,S.Ag,M.Si Kata Kunci: Pembinaan keagamaan dan Pendidikan Karakter Penelitian ini merupakanupaya untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan keagamaan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Pertanyaanutama yang ingindijawab (1)Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? (2) Bagaimana fungsi pembinaan keagamaan bagi Remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? (3) Bagaimana pembinaan keagamaan dapat membangun motivasi untuk membentuk karakter unggul remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subyek penelitian sebanyak 12 responden. Metode wawancara sebagai metode pokok dan metode dokumentasi sebagai pelengkap. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa wawancara yaitu wawancara dengan pertanyaan mengenai pelaksanaan pembinaan keagamaan. Sedangkan metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui lokasi dan subyek penelitian. Hasil penelitian diperoleh menunjukkan bahwa Kegiatan pembinaan keagamaan meliputi: pengajian (kajian tentang Fiqh), mujahadah dan berzanji, pembelajaran tentang BTQ, yasinan dan tahlil pukul pengajian rutin, tadarus Alqur‟an. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan yaitu: metode ceramah, tanya jawab, pembiasaan dan keteladanan dan setiap pembinaan selesai pembina selalu mengadakan evaluasi.Tujuan pelaksanaan pembinaan keagamaan agar penerima manfaat untuk mengarahkan remaja tentang arti pentingnya pengetahuan tentang agama dan mempunyai kesadaran untuk melaksanakannya. Supaya bermanfaat di dunia dan di akhirat kelak. Pembinaan keagamaan dapat membangun motivasi dan membentuk karakter unggul Remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” dengan adanya pembinaan keagamaan dapat meningkatkan keimanan dalam beribadah, dan mempunyai pribadi yang baik, tanggung jawab dalam tugas yang telah di berikan sehingga remaja dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
79
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
HALAMAN BERLOGO ........................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..............................................
iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .....................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................
v
MOTTO ...................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .............................................................................
viii
ABSTRAK ...............................................................................................
xi
DAFTAR ISI............................................................................................
x
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ......................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Fokus Penelitian .......................................................................
9
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
10
D. Kegunaan Penelitian .................................................................
10
E. Penegasan Istilah ......................................................................
10
F. Metode Penelitian .....................................................................
14
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .........................................
14
2. Kehadiran Peneliti ..............................................................
14
3. Lokasi penelitian ................................................................
14
80
4. Sumber Data .......................................................................
15
5. Prosedur Penelitian .............................................................
15
6. Analisis Data ......................................................................
19
7. Pengecekan Keabsahan Data ..............................................
19
8. Tahap-Tahap Penelitian ......................................................
22
G. Sistematika Penulisan ...............................................................
23
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembinaan Keagamaan dan Pendidikan Karakter ...................
24
1. Pengertian Pembinaan .......................................................
24
a. Fungsi Pembinaan........................................................
26
b. Manfaat Pembinaan......................................................
26
c. Macam-Macam Pembinaan........................................... 27 2. Pengertian Keagamaan ......................................................
30
a. Pengertian Keagamaan.................................................
30
b. Faktor yang Mempengaruhi Keagamaan......................
31
3. Pembinaan Keagamaan.................................................... 33 a. Aspek-Aspek Pembinaan Keagamaan....................... 34 b. Unsur-Unsur Pembinaan Keagamaan......................... 36 c. Tujuan Pembinaan Keagamaan................................... 37 d. Metode Pembinaan Keagamaan.................................. 38 B. Pendidikan Karakter.................................. ................................. 41 1. Pengertian Pendidikan......................................................... 41 a. Tujuan Pendidikan ......................................................... 44
81
b. Jenis-Jenis Pendidikan..................................................
45
2. Karakter .............................................................................. 46 a. Pengertian Karakter........................................................ 46 b. Pengertian Unggul.......................................................... 48 c. Pengertian Karakter Unggul........................................... 48 d. Metode Pembentukan Karakter...................................... 48 e. Pendidikan Karakter Unggul.......................................... 50 C. Remaja Putus Sekolah.................................................................. 56 1. Remaja.............................................................................. 56 a. Pengertian Remaja...................................................... 56 b. Karakteristik psikologis Remaja................................. 58 2. Pengertian Putus Sekolah................................................. 59 a. Putus Sekolah............................................................. 59 b. Faktor Penyebab Putus Sekolah................................. 59 c. Dampak Putus Sekolah............................................... 61 d. Karakteristik Putus Sekolah........................................ 62 e. Upaya Mengatasi Putus Sekolah................................. 63 3. Remaja Putus Sekolah....................................................... 64 a. Pengertian Remaja Putus Sekolah............................... 64 b. Problematika Remaja Putus Sekolah.......................... 66 D. Pembinaan Keagamaan dan Pendidikan Karakter Remaja Putus Sekolah........................................................................................ 70
82
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data Penelitian ...........................................................
71
1. Sejarah Berdirinya .............................................................
71
2. Ruang Lingkup ..................................................................
72
3. Letak Geografis .................................................................
73
4. Sarana dan Prasarana .........................................................
74
5. Visi dan Misi .....................................................................
74
6. Tujuan Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran .............................................. 75 7. Sasaran yang Dituju............................................................
75
8. Kebijakan............................................................................ 76 9. Struktur, Tugas dan keadaan Pegawai................................
76
10. Jadwal Kegiatan Keagamaan .............................................
83
B. Paparan Data Berdasarkan Hasil Penelitian ............................
84
BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran....... ........................................
96
B. Fungsi Pembinaan Keagamaan bagi Remaja Putus Sekolahdi Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran................................................ C. Pembinaan Keagamaan dapat Membangun Motivasi
83
106
untuk Membangun Karakter Unggul Remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran..................................................................... 110 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan..........................................................................
114
B. Saran ....................................................................................
115
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
84
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Tabel 3.1
Letak Geografis ...................................................................
73
Tabel 3.2
Sarana dan Prasarana ...........................................................
74
Tabel 3.3
Sasaran yang Dituju .............................................................
76
Tabel 3.4
Struktur Organisasi ..............................................................
77
Tabel 3.5
keadaan Pegawai Berdasrkan Pangkat dan Golongan.......................................................................
81
Tabel 3.6
keadaan Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan.............
82
Tabel 3.7
Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ....................
83
Tabel 3.8
Jadwal Kegiatan Keagamaan................................................
83
85
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I
: Daftar Riwayat Hidup
Lampiran II
: Surat Ijin Penelitian
Lampiran III : Surat Pernyataan Telah Meneliti Lampiran IV : Pedoman Wawancara Lampiran V
: Transkip Wawancara
Lampiran VI : Daftar Nilai SKK Lampiran VII : Dokumentasi
86
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak sebagai generasi penerus dan pewaris cita-cita bangsa yang merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan. Seorang anak mempunyai kebutuhan hak dan hidup yaitu misalnya kebutuhan makanan, kesehatan, pengembangan spiritual dan moral, dan pendidikan yang sangat penting bagi anak. Pendidikan memerlukan lingkungan yang sangat baik, baik lingkungan keluarga dan lingkungan sosial yang mendukung bagi lingkungan hidup, tumbuh kembang dan perlindungannya. Anak mempunyai hak dan dukungan untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Setiap orang tua menginginkan anakanaknya cerdas, berwawasan luas dan bertingkah laku baik, berkata sopan karena orang tuanya yakin kelak suatu hari anak-anak mereka bernasib lebih baik dari orang tuanya baik dari aspek kedewasaan maupun dari segi ekonomi. Oleh karena itu, orangtua bercita-cita menyekolahkan anak agar seorang anak berfikir jauh lebih baik dari orangtuanya dan bertingkah laku sesuai dengan agama. Sekolah dapat mengantarkan kesuksesan anak sesuai dengan profesinya. Keluarga memiliki peran utama dalam mewujudkan cita-cita anak setelah keluarga lingkungan yang kedua adalah sekolah, guru merupakan penanggung jawab pertama terhadap pendidikan anak,
tingkah
laku
seorang
guru
sangat
perkembangan dan membentuk kepribadian anak. 87
berpengaruh
terhadap
Pandangan lain mengenai kondisi ekonomi masyarakat sangatlah berbeda, tidak semua keluarga mempunyai kemampuan ekonomi yang memadai dan dapat memenuhi semua kebutuhan anggota keluarga. Pengaruh yang timbul karena kondisi ekonomi adalah orangtua tidak sanggup menyekolahkan anaknya. Jelas kondisi ekonomi keluarga merupakan faktor pendukung yang paling besar kelanjutan pendidikan anak-anak, sebab pendidikan juga membutuhkan dana besar. Hampir disetiap tempat banyak anak-anak yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, atau pendidikan putus di tengah jalan, disebabkan karena kondisi ekonomi orang tua yang memprihatinkan.Kondisi ekonomi menjadi penghambat bagi seseorang dalam mewujudkan keinginanya dalam melanjutkan pendidikan. Kondisi ekonomi dapat disebabkan karena pekerjaan orang tua yang tidak tetap, tidak adanya keterampilan khusus dan keterbatasan kemampuanyang dimiliki. Anak merupakan aset penting bagi mewujudkan masa depan, kegagalan dalam memahami kebutuhan anak akan berujung pada kegagalan membantu anak menjadi mandiri yang menentukan masa depanya sendiri, maka tidak heran kalau kurangnya perhatian terhadap kebutuhan anak ditambah dengan situasi krisis yang tak kunjung usai juga menambah deretan anak jalanan. Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah keberadaan anak putus sekolah yang masih tinggi. Penyebab dominan adalah ketidakmampuan orang tua menyekolahkan anaknya.
88
Selain itu akibat orang tua atau keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya sebagai alasan menjadikannya anak-anak terlantar. Putus sekolah menjadi masalah krusial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Putus sekolah dapat terjadi akibat dari berbagai persoalan aspek politik, ekonomi, hukum, budaya. Anak putus sekolah adalah anak yang tidak dapat melanjutkan atau berhenti sekolah sebelum tamat pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi-kondisi khusus yang dialami seorang anak seperti kurangnya perhatian sosial, kurangnya fasilitas fisik, dan kurangnya kesempatan berprestasi. Arist Merdeka Sirait menyatakan bahwa: Kasus putus sekolah yang paling menonjol tahun ini terjadi di tingkat SMP, yaitu 48%. Adapun ditingkat SD tercatat 23% prosentase jumlah putus sekolah ditingkat SMA adalah 29% kalo digabungkan kelompok usia pubertas, yaitu anak SMP dan SMA, jumlahnya mencapai 77% .http://mustika.student.fkip.uns.ac.id Tingginya angka anak putus sekolah membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada dasarnya, anak yang putus sekolah menjadi beban dalam berbagai aspek, seperti ekonomi, moral, intelektual, spiritual sosial, dan sebagainya. Masa Remaja merupakan masa transisi dimana pada masa ini remaja terjadi fase untuk pembentukan karakter jati diri, budi pekerti, dan kepribadian untuk masa depan mereka apakah bisa membawa diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, masyarakat atau tidak. Masa remaja juga merupakan periode perubahan baik perubahan nilai, pola,
89
perilaku dan minat jika tidak diarahkan dengan benar maka dikhawatirkan para remaja justru akan salah melangkah kearah yang negatif karena tidak semua remaja mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan lingkungannya. Adannya tanda-tanda kesalah penyesuaian diri seorang remaja tentu saja menuntut penangan yang cepat dan tepat mengingat masa ini merupakan masa penting yang menentukan seorang remaja pada masa berikutnya. Para remaja memerlukan pembinaan keagamaan sedini mungkin. Pendidikan utama dan pertama terjadi di keluarga, akan tetapi karena berbagai sebab keluarga belum mampu melaksanakan secara optimal, salah satu penyebabnya kurangnya pengetahuan orang tua terhadap keagamaan. Tempat selanjutnya yang dapat memberikan pendidikan keagamaan yaitu di sekolah, akan tetapi remaja yang putus sekolah tidak dapat mengenyam pendidikan dan pembinaan keagamaan karena susatu hal mereka sudah tidak melaksanakan kegiatan pembelajaran disekolah. Pemerintah melalui dinas sosial membentuk suatu lembaga sosial yang mampu menampung dan memberikan pembinaan moral, pembinaan keagamaan anak putus sekolah dalam bentuk pembinaan di balai Rehabilitasi Sosial khusus anak putus sekolah. Salah satu balai rehabilitasi sosial di bawah naungan dinas sosial Provinsi Jawa Tengah ialah Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran yang memberikan pelayanan, pembinaan, dan rehabilitasi bagi anak putus sekolah. Penelitian dilaksanakan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi
90
Karya” Ungaran yang merupakan unit pelaksana teknis yang secara organisatoris di bawah kendali Dinas Sosial Jawa Tengah. Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran bertujuan memberikan pelayanan dan rehabilitas bagi anak putus sekolah dengan pemenuhan kebutuhan fisik, psikologi, mental dan keterampilan. Keadaan anak putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran memprihatinkan, seorang anak tidak dapat melanjutkan pendidikannya namun setelah anak di asramakan di dalam balai rehabilitasi tersebut anak mendapatkan pendidikan yang layak dan anak mendapatkan pelajaran dan berbagai macam keterampilan seperti menjahit, tata rias, las, otomotif. Selain mendapatkan keterampilan seorang anak juga mendapatkan bimbingan yang berupa, bimbingan teori, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, bimbingan ekstra dan di balai rehabilitasi seorang anak juga mendapatkan pelayanan pendidikan agama Islam agar anak mempunyai kepribadian yang baik dan tingkah laku yang baik pula dapat membedakan mana yang baik dan benar. Pendidikan Islam hadir mewarnai kehidupan anak putus sekolah dan sedikitnya memberikan pengaruh positif, misalnya bicaranya agak sopan, agak menghargai orang lain, lebih bisa mengatur jadwal belajarnya sekolah. Dengan pendidikan Islam, anak diharapkan menuju ke arah hidup yang sehat, memiliki pengetahuan yang berguna untuk sekarang dan masa datang, disamping itu, diharapkan tetap mempunyai
91
mekanisme
pertahanan diri untuk menghindari pengaruh negatif kehidupan jalanan dan memiliki pemikiran positif tentang hidupnya. Kegiatan pendidikan lebih mengarah pada penanaman nilai, penambahan wawasan serta pembentukan sikap dan perilaku yang baik. Rendahnya aktualisasi Pendidikan Agama Islam di kalangan keluarga anak sebagai akibat tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan agama yang kurang dan pengaruh lingkungan yang bebas. Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan, persoalan ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan, sebab ketika membicarakan solusi, maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Membicarakan peningkatan kondisi ekonomi keluarga terkait bagaimana meningkatkan sumber daya manusianya. Sementara semua solusi yang dinginkan tidak akan lepas dari kondisi ekonomi secara menyeluruh, sehingga kebijakan pemerintah berperan penting dalam mengatasi permasalahan termasuk perbaikan kondisi masyarakat. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat (1) menyebutkan bahwa: Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Penerima manfaat Di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran periode ke tiga tahun 2014 berjumlah 100 orang anak putus sekolah dari berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah. Anak putus sekolah tersebut berusia 17 hinga 21 tahun yang putus sekolah (drop out)sejak SD, SMP, SMA dari berbagai latar belakang keluarga yang
92
berbeda-beda. Di pilihnya Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran sebagai obyek penelitian karena balai rehabilitasi sosial salah satu dari dua balai rehabilitasi sosial yang berada di bawah naungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yang di khususkan untuk anak putus sekolah di Provinsi Jawa Tengah. Putus sekolah bukan berarti putus dalam pembinaan keagamaan, secara khusus pendidikan akhlak di balai rehabilitasi ini seorang anak meskipun putus pendidikan masih bisa mendapatkan pembinaan agama dan pembinaan kepribadian. Balai Rehabilitasi Sosial mempunyai tujuan yaitu: terbentuknya pribadi yang bermanfaat dan mandiri, terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas, dan penerima manfaat yang siap berkarya dan mampu berwirausaha. Namun, dari survey awal tentang pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah masih banyak kekurangan. Adapun kegiatan keagamaan di Balai Rehabilitasi Sosial “ Wira Adhi Karya” adalah sebagai berikut: Kegiatan keagamaan rutin tiap malam kecuali malam kamis dan malam minggu. Adapun jadwal pembinaan keagamaan adalah sebagai berikut: Minggu malam jam 19.0020.30 yaitu tadarus al-qur‟an, senin jam 16.00-17.00 yaitu kajian tentang fiqh dan malamnya dari jam 19.00-20.30 yaitu berjanjen, selasa jam 19.0020.30 mujahadah, kamis dari jam 15.00-16.00 BTQ dan dilanjutkan jam 19.00-20.30 yaitu yasinan bersama, dan jum‟at 19.00-20.30 yaitu pengajian rutin.
93
Namun dalam kenyataanya masih terdapat anak yang tidak mengikuti pembinaan tersebut, berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa pada saat tiba waktu sholat anak-anak susah dikondisikan, dan pada saat kegiatan pembinaan, anak lebih mementingkan bermain handphone daripada memperhatikan apa yang telah disampaikan oleh pemateri, anak-anak malah ngobrol sendiri dengan teman-temannya, selain itu ada juga yang tidak mengikuti kegiatan tersebut dengan berbagai alasan. Dan masih banyak pelanggaran yang dilakukan pada saat pembinaan berlangsung. Pelanggaran ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang keagamaan dan selalu menyepelekannya. Cara mengkondisikannya Pembina selalu mengadakan presensi kehadiran pada setiap kegiatan dan melakukan pengawasan ketika kegiatan berlangsung. Apabila ada seorang anak yang tidak mengikuti kegiatan tersebut dengan berbagai alasan akan mendapat sanksi yang telah disepakati yaitu berdiri di depan teman-teman ketika kegiatan itu berlangsung sampai kegiatan itu selesai, dan lari keliling lapangan, namun sudah berlakunya sanksi dan peraturan yang berlaku juga masih ada yang menyepelekan
dan
melanggarnya,
bahkan
tidak
bosan
untuk
melanggarnya, pengasuh tidak dapat mengatasi hambatan tersebut. Munculnya masalah tersebut dalam pembinaan keagamaan yaitu kurangnya tenaga kependidikan yang profesional dalam pengetahuan tentang agama, sehingga anak sulit untuk di kondisikan. Meskipun ada hambatan dalam pembinaan tersebut kegiatan pembinaan keagamaan
94
harus tetap berjalan meskipun tidak di dampingi oleh Pembina, dan untuk anak perlu kesadaran dan minat dalam diri anak itu sendiri. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti berkeinginan untuk menemukan jawaban dengan judul “ PEMBINAAN KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan fokus penelitian mengenai pelayanan pembinaan keagamaan dan pendidikan karakter Di Balai Sosial Rehabilitas “Wira Adhi Karya” Ungaran secara singkat sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitas Sosial “Wira Adhi karya” Ungaran? 2. Bagaimana fungsi pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitas Sosial “Wira Adhi karya” Ungaran? 3. Bagaimana pembinaan keagamaan dapat membangun motivasi dan membangun karakter unggul bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitas Sosial “Wira Adhi karya” Ungaran? C. Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. Pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitas Sosial “Wira Adhi karya” Ungaran;
95
2. Fungsi pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitas Sosial “Wira Adhi karya” Ungaran; 3. Pembinaan
keagamaan
dapat
membangun
motivasi
dan
membentuk karakter unggul bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitas Sosial “Wira Adhi karya” Ungaran. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang pembinaan pendidikan agama islam di balai rehabilitas sosial ungaran. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaaat secara praktis maupun teoritik, yaitu: 1. Secara Teoretis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pendidikan agama Islam yang didalamnya memuat pembinaan keagamaan/pendidikan agama islam. b. Menjadi referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik terutama pembinaan keagamaan/pembinaan pendidikan agama Islam pada anak putus sekolah. 2. Secara praktis Pedoman pelaksanaan pendidikan alternatif bagi remaja putus sekolah dalam rangka melaksanakan sumber daya manusia yang berkualitas pada obyek kasus remaja putus sekolah.
96
E. Penegasan Istilah untuk menghindari kesalah pahaman dalam menginterpretasikan judul tersebut, maka penulis akan memberikan penegasan atau penjelasan demi adanya ketegasan istilah judul dan permasalahan yang akan di bahas, dengan penjelasan sebagai berikut: a. Pembinaan keagamaan Pembinaan menurut kamus besar bahasa indonesia adalah usaha, tindakan ,dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sedangkan menurut Sudjana pembinaan adalah sebagai usaha memelihara atau, membawa , sesuatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya terlaksana. Menurut Mangun Hardjana (1996: 2), pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang dimilikinya dan mempelajari hal-hal yang belum dimilikinya, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang dijalani secara lebih efektif. Keagamaan merupakan suatu sikap atau kesadaran yang muncul yang didasarkan atas keyakinan atau kepercayaan seseorang terhadap suatu agama (Sahlan, 2011: 39). Agama yang di maksud di sini adalah agama Islam yaitu ajarannya diwahyukan oleh Tuhan kepada umat manusia melalui nabi Muhammad SAW, sebagai Rosul dimana
97
ajarannya berisi mengenai berbagai aspek yaitu akidah, akhlak, dan ibadah dari segi kehidupan manusia, sebagai sumber dari ajaran tersebut adalah Al-qur‟an dan Hadis. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pembinaan keagamaan adalah segala aktifitas keagamaan, khususnya agama Islam yang dilakukan Di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” yang bertujuan untuk membina para remaja melalui pendekatan religius. b. Pendidikan karakter Pengertian
pendidikan
dalam
Dictionary
of
education
menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup proses sosial dimana orang di hadapkan pada pengaruh lingkungan yang dipilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan
sosial
dan
kemampuan
individu
yang
optimum
(Surakhmad, 2012:83). Dalam GBHN tahun 1988 menyebutkan bahwa pendidikan adalah pengaruh bimbingan dan arahan dari orang dewasa kepada orang lain, untuk menuju arah kedewasaan, kemandirian serta kematangan mentalnya.
(http://zhalabe.blogspot.in/2015/05/definisi-pendidikan-
menurut-gbhn)
98
Karakter dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Dengan demikian karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat (Alwi, 2007:91) Dalam pengertian di atas pendidikan karakter adalah gerakan nasional
menciptakan
sebuah
sekolah
yang
membina
etika,
bertanggungjawab dan merawat orang-orang muda dengan pemodelan dan mengajarkan karakter baik melalui penekanan pada universal, nilai-nilai yang kita semua yakini. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif (Araska, 2014: 11). F. Metode penelitiaan I. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Data
kualitatif
sebagai
prosedur
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
99
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan karena informasi dan data yang diperlukan, digali serta dikumpulkan dari lapangan adapun penelitian ini bersifat deskriptif (Moleong, 1989:4). 2. Kehadiran Peneliti Kehadiran Peneliti berperan sebagai pengamat penuh, hal-hal yang
menyangkut
pembinaan
pendidikan
Agama
Islam
di
BalaiRehabilitas Sosial “Wira Adhi Karya”Ungaran, sehingga peneliti harus berusaha mengikuti aktivitas keagamaanya. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Balai Rehabilitas Sosial “Wira Adhi Karya”Ungaran. Adapun alasan tempat penelitian adalah sebagai berikut: Pertama, karena adannya pembinaan ke agamaan di balai tersebut yang dapat menjawab rumusan masalah di atas. Kedua, alasan pemilihan tempat di balai rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran di karenakan di Balai tersebut siswa tidak hanya datang dari satu daerah melainkan dari berbagai daerah dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Dengan perbedaan itu maka timbullah berbagai permasalahan baru.
100
4. Sumber data Sumber data dalam penelitian ini ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data utama yang meliputi kata-kata dan tindakan melalui wawancara, atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,mendengar, bertanya. Sumber data yang yang kedua yaitu sumber tertulis dari sumber tertulis dapat dibagi atas arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Sumber data yang bselanjutnya yaitu peneliti menggunakan foto sebagai sumber data karena foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. 5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam bagian ini untuk mendapatkan data atau memperoleh data, peneliti menggunakan beberapa metode yaitu: a.
Metode Observasi Menurut Arikunto (2010: 199) observasi sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata.. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan sebenarnya adalah pengamatan langsung di dalam artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.
101
Teknik observasi dalam penelitian ini yaitu dengan mengamati secara langsung pelaksanaan pembinaan pendidikan agama Islam pada anak putus sekolah di balai rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” ungaran. Dengan hal tersebut dapat diketahui gambaran tentang pola pembinaan pendidikan agama Islam pada anak putus sekolah di balai rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” ungaran. Hasil observasi kemudian dapat diambil kesimpulan atas apa yang telah diamati. b.
Metode Wawancara Wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variable, latar belakang murid, orangtua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu. Arikunto (2010: 270) secara garis besar mendefinisikan pedoman wawancara yaitu sebagai berikut: 1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat di perlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini
lebih
banyak
tergantung
dari
pewawancara.
Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden.
102
2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga mneyerupai checklist
pewawancara
menetapkan
sendiri
masalah
dan
pertanyaan- pertanyaan yang diajukan. Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara terstruktur. Sebelum melakukan wawancara peneliti telah mempersiapkan Instrumen pertanyaan tentang pembinaan keagamaan dan pendidikan karakter bagi remaja putus sekolah dibalai rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Untuk memperoleh
data
mengenai
pembinaan
keagamaan
dan
pendidikan karakter remaja serta kegiatan pembinaan keagamaa, waktu, metode, dan tujuan pada putus sekolah, maka pewanwancara akan melakukan wawancara dengan petugas yang bertanggungjawab dan pekerja sosial dibalai rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” ungaran dan anak putus sekolah dibalai rehabilits sosial “Wira kdhi Karya” ungaran sebagai respondennya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara terbuka sehingga subjek tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dan tujuan wawancara itu (Moleong, 1989: 189). c.
Metode Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen,yang artinya barang-barang
tertulis.
103
Dalam
melaksanakan
metode
dokumentasi,peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,majalah,
dokumen,peraturan-peraturan
dan
sebagainya. Arikunto (1989: 131). Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2006: 217) Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu dengan mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel berupa arsip-arsip, dokumen-dokumen, maupun rekaman kegiatan atau aktifitas pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. 6. Analisis Data Analisis data
mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam penelitian menurut Bogdan dan Taylor (1975: 79) Berpendapat bahwa: Analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja itu.Patton dalam Moleong (1989: 280) menjelaskan penelitian
kualitatif
adalah
proses
bahwa analisis data dalam mengatur
urutan
data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,kategori,dan satuan uaraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, dan mencari
104
hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. Berdasarkan
uraian
tersebut dapat menarik garis bawah bahwa analisis data bermaksud mengorganisasikan data. Data yang terkumpul dari catatan lapangan peneliti serta arsip di panti rehabilitas sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. 7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam hal pengecekan keabsahan data peneliti terdapat beberapa kriteria keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaannya yaitu dalam penelitian ini harus terdapat adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan, pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensi, adanya kriteria kepastian dengan teknik uraian rinci dan audit kepastian. Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut validitas data. Untuk menjamin validitas data maka dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data ini (Moleong, 2006: 330). Triangulasi adalah teknik pemeriksan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
105
tersebut. Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987: 329), terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan
penemuan
hasil
penelitian
beberapa
tehnik
pengumpulan data dan. (2) penegecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Menurut pendapat Denzin (1978: 330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Triangulasi dalam penelitian ini menggunakan adalah triangulasi sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong 1987: 331). Dalam hal ini dapat dicapai dengan jalan: Membandingan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umumdengan
apa
yang
dikatakannya
secara
pribadi,
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang diatakannya sepanjang waktu, Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,
106
orang pemerintahan, Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Teknik triangulasi dengan teori menurut pendapat Lincoln dan Guba (1981: 307) berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaanya dengan satu atau lebih teori. (Moleong, 1989: 330) Penelitian ini menggunakan cara membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan dengan demikian akan menghasilkan data yang valid. 8. Tahap-tahap penelitian Adapun tahap-tahap penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Administrasi meliputi beberapa hal di bawah ini: 1) Pengajuan permohonan izin operasional untuk melakukan penelitian dari ketua STAIN salatiga ke pengurus Balai Rehabilitas Sosial ”Wira Adhi Karya” Ungaran. 2) Mengkonfirmasi
permohonan
izin
penelitian
dengan
menemui ketua pengurus Balai Rehabilitas Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran, untuk mengetahui tindak lanjut dari surat permohonan izin tersebut.
107
b. Kegiatan Lapangan meliputi beberapa hal di bawah ini: 1) Survai
awal
untuk
mengetahui
gambaran
kegiatan
pembinaan agama islam di Balai Rehabilitas Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. 2) Melakukan observasi ke lapangan dengan mengamati langsung dan mengikuti kegiatan yang ada, dan melakukan wawancara kepada para responden untuk mengumpulkan data dan menganalisis data. 3) Menyajikan data dengan susunan yang memungkinkan untuk mempermudah pemaknaan. 4) Melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan dan ditindak lanjuti hasil bimbingan tersebut dan disempurnakan 5) Menyusun laporan akhir penelitian. G. Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini penulis mengajukan pembahasan beberapa bab yang berisi keterkaitan tentang studi kasus yang penulis teliti. Penulis memberikan gambaran sebagai berikut: BAB I berisi pendahuluan yang memuat Latar belakang masalah, Fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran
penelitian,
lokasi
penelitian,
108
sumber
data,
prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II Berisi tentang kajian teori yang meliputi: pengertian pembinaan, pengertian keagamaan, pembinaan keagamaan, pengertian pendidikan karakter, pengertian remaja, pengertian putus sekolah di balai rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. BAB III berisi paparan data dan temuan penelitian menjelaskan tentang: Gambaran umum objek penelitian, terdiri dari: Sejarah singkat, Visi dan misi, Struktur organisasi, Keadaan lingkungan sosial sekitar, Deskripsi data hasil penelitian. BAB IV berisi pembahasan
memuat tentang: Pembahasan pokok
permasalahan dari data hasil temuan-temuan mengenai pembinaan keagamaan yang dilaksanakan, pada masing-masing objek penelitian dan pola umum pembinaan keagamaan yang dilaksanakan. BAB V penutup memuat tentang: Kesimpulan, Kritik dan saran.
109
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembinaan Keagamaan dan Pendidikan Karakter 1. Pembinaan Keagamaan a. Pembinaan 1) Pengertian Pembinaan a) Menurut Bahasa Pembinaan menurut bahasa pembinaan berasal dari kata dasar “bina” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang mempunyai arti perbuatan, cara. Pembinaan berarti “kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Poerwodarminto, 2003:79).
b) Menurut Istilah Soetopo dan Soemanto dalam Muslih (2008: 153) menadefinisikan pembinaan sebagai suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada. Mangunhardjana (1986: 11)
memberikan pernyataan
bahwa pembinaan adalah terjemahan dari kata training, mengartikan pembinaan sebagai
latihan, pendidikan,
pembinaan, pembinaan menekankan pada pembentukan sikap dan kecakapan.
110
Natawidjaja dalam Sukardi (1995: 2) mengartikan pembinaan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Mangunhardjana (1986: 12) mendefinisikan tentang pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuab hidup dan kerja yang sedang dijalani, serta lebih efektif. Pembinaan dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pembinaan seseorang tidak hanya dibantu untuk
memperoleh
pengetahuan,
tetapi
bagaimana
pengetahuan itu dilaksanakan dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
111
2) Fungsi Pembinaan Fungsi pokok pembinaan menurut Mangunhardjana (1986: 14) mencakup tiga hal, yaitu: a) Penyampaian informasi dan pengetahuan b) Perubahan dan pengembangan sikap c) Latihan dan pengembangan kecakapan serta keterampilan Pembinaan ketiga hal tersebut dapat diberi tekanan berbeda
dengan
mengutamakan
salah
satu
hal
(Mangunhardjana, 1996: 53). Fungsi pembinaan meliputi dua sub fungsi sebagaimana diteorikan oleh Sudjana (2010: 200) bahwa pembinaan meliputi dua sub fungsi yaitu pengawasan dan supervisi. Pengawasan menurut Moore (1964) pengawasan adalah tindakan-tindakan yang saling berkaitan untuk mengikuti dan memperbaiki kegiatan.
Pengertian supervisi sebagaimana diteorikan oleh
Arief (1986: 28) merumuskan supervisi sebagai suatu proses kegiatan usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga pelaksanaan program itu dapat terlaksana sesuai dengan proses dan hasil yang diharapkan (Sudjana, 2010: 223).
112
3) Manfaat Pembinaan Menurut Mangunhardjana (1986: 13), pembinaan jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dapat berjalan dengan baik, memiliki manfaat dapat membantu orang yang menjalaninya untuk: a) Melihat diri dan pelaksanaan hidup serta kerjanya. b) Menganalisis situasi hidup dan kerjanya dari segala segi positif dan negatifnya. c) Menemukan masalah hidup dan masalah dalam kerjanya. d) Menemukan hal atau bidang hidup dan kerja yang sebaiknya diubah atau diperbaiki. e) Merencanakan sasaran dan program di bidang hidup dan kerjanya, sesudah mengikuti pembinaan. 4) Macam-macam pembinaan Beberapa macam pembinaan menurut Mangunhardjana (1986: 21), diantaranya adalah sebagi berikut: a) Pembinaan orientasi
(orientation training program),
ditujukan untuk sekelompok orang yang baru masuk dalam suatu bidang hidup dan bidang kerja. b) Pembinaan kecakapan (skill training), diadakan untuk membantu para peserta guna mengembangkan kecakapan
113
yang sudah dimiliki atau mendapatkan kecakapan baru yang diperlukan untuk pelaksanaan tugasnya. c) Pembinaan
pengembangan
kepribadian
(personality
development training), pembinaan ini disebut juga sebagai pembinaan pengembangan sikap yang menekankan pada pengembangan kepribadian dan sikap agar mengenal dan mengembangkan diri menurut gambaran atau cita-cita hidup yang sehat dan benar. d) Pembinaan kerja (In-service training), tujuan pembinaan kerja adalah agar dapat menganalisis kerja mereka dan membuat
rencana
peningkatan
untuk
masa
depan.
Pembinaan ini akan dadapatkan penambahan pandangan dan kecakapan serta diperkenalkan pada bidang-bidang yang sama sekali baru. e) Pembinaan lapangan (Field training), tujuanya untuk menempatkan
peserta
dalam
situasi
nyata
agar
mendapatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman langsung. Supervisi memiliki persamaan dengan pengawasan sebagai bagian dari kegiatan pembinaan. Pengawasan maupun supervisi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact). Pendekatan langsung terjadi apabila pihak Pembina
114
melakukan pembinaan melalui tatap muka dengan pihak yang dibina atau dengan pelaksana program. Pendekatan langsung ini dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, rapat, tanya jawab, kunjungan lapangan, kunjungan rumah. Pendekatan tidak langsung terjadi apabila pihak yang membina melakukan upaya pembinaan kepada pihak yang dibina melalui media massa seperti melalui petunjuk tertulis, korespondensi, penyebaran bulletin, dan media elektronik seperti radio dan kaset. Fungsi pembinaan baik pengawasan maupun supervisi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact) pendekatan yang disebut pertama terjadi apabila pihak Pembina (pimpinan, pengelola, pengawas, supervisor) melalui pembinaan tatap muka dengan pihak yang dibina atau dengan pelaksana program. Cara-cara pembinaan langsung dapat dilakukan dengan pembinaan individual yaitu pembinaan yang dilakukan terhadap seseorang pelaksana kegiatan, pihak
pembina
memberikan dorongan, bantuan dan bimbingan langsung kepada orang pelaksana kegiatan. Tehnik-tehnik yang dapat digunakan antara lain adalah dialog, diskusi bimbingan
115
individual
dan peragaan. Kedua, pembinaan kelompok
(Sudjana, 2010: 230-232). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa adanya
pelaksanaan
pembinaan
memiliki
tujuan
yaitu
membantu anak untuk mengembangkan diri sehingga menjadi anak
yang
berguna
dalam
kehidupannya.
Pembinaan
keagamaan memiliki tujuan untuk mengarahkan seorang menjadi pribadi yang baik dan dapat menempatkan diri pada kehidupan masyarakat. b. Keagamaan 1) Pengertiam Keagamaan a) Menurut Bahasa Pengertian keagamaan menurut bahasa adalah keagamaan berasal dari kata agama yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an” sehingga menjadi kata baru yaitu keagamaan.
Keagamaan
mempunyai
arti
“segenap
kepercayaan (kepada Tuhan) serta dengan ajaran kebaikan dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan
dengan
kepercayaan itu” (Alwi, 2007: 12). b) Menurut Istilah Rokeach dalam Sahlan (2011: 39) menjelaskan pengertian keagamaan adalah suatu sikap atau kesadaran
116
yang muncul yang didasarkan atas keyakinan atau kepercayaan seseorang terhadap suatu agama. Hamka
(1987:
365)
memaparkan
tentang
pengertian keagamaan adalah hasil kepercayaan dalam hati yaitu ibadah yang terbit lantaran sudah ada I‟tikad lebih dahulu, menurut dan patuh karena iman. Keagamann
dalam
pengertian
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa keagamaan adalah hal sistem atau prinsip kepercayaan kepada Allah Swt dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi keagamaan seseorang Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah Swt adalah dengan dianugerahinya fitrah untuk mengenal Allah Swt
dan
melakukan
ajarannya.
Adapun
faktor
yang
mempengaruhi keagamaan seseorang antara lain: a) Faktor internal/faktor pribadi Secara hakiki setiap manusia memiliki pembawaan beragama. Secara alamiah, mereka mempercayai sesuatu dzat yang mempunyai kekuatan di luar dirinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa memang secara pembawaan seseorang sudah memiliki naluri untuk mnegakui adannya nilai-nilai ketuhanan di dalam dirinya.
117
Pembawaan anak yang sudah ada secara alami, akan memiliki
potensi
untuk
berkembang.
Perkembangan
keagamaan anak akan terjadi jika mendapatkan simulasi secara tepat yang memungkinkan fitrah itu berkembang sebaik-baiknya. b) Faktor eksternal, yakni tempat anak di besarkan yang terdiri dari tiga macam sebagai berikut (1) Lingkungan Keluarga Lingkungan
keluarga
merupakan
factor
eksternal utama yang ikut menentukan perkembangan keagamaan seseorang. Bagaimanapun, kedudukan keluarga dalam perkembangan kepribadian anak sangatlah dominan (Daryati: 2009). Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak. Bentuk pertama dari pendidikan
terdapat
dalam
kehidupan
keluarga
(Darajat, 2008: 35). (2) Lingkungan sekolah Sekolah adalah tempat anak belajar. Di sekolah anak berhadapan dengan guru yang selalu berganti-ganti (Darajat, 2008: 72). Ajaran islam, terdapat penekanan bahwa tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga
118
mendidik. Guru harus member contoh dan menjadi teladan bagi murid-muridnya dalam segala mata pelajaran dan dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Jelaslah bahwa kehidupan lingkungan sekolah merupakan factor penting yeng menentukan keagmaan seseorang. (3) Lingkungan Masyarakat Keberadaan masyarakat besar pengaruhnya terhadap intensitas keagamaan anak, terutama di pengaruhi oleh para pemimpin masyarakat/penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak didik menjadi warga yang taat dan patuh menjalankan agamnya, baik dalam lingkungan keluarga, anggota sepermainan, kelompok kelas maupun sekolahnya (Darajat, 2008: 44). Keberadaan memangku
pemimpin
tanggungjawab
besar
masyarakat terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama dalam bidang keagamaan, sebab tanggungjawab mendidik
agama
pada
hakikatnya
merupakan
tanggungjawab moral dari setiap orang dewasa,
119
perseorangan
maupun sebagai
kelompok sosial
(Darajat, 2008: 45). c. Pembinaan Keagamaan Pembinaan
keagamaan
sebagai
suatu
usaha
untuk
membimbing dan mempertahankan serta mengembangkan dan menyempurnakan dalam berbagai segi, baik segi akidah, akhlak, dan ibadah. Segala usaha atau tindakan untuk membangun, memperbaiki dan memelihara jiwa atau mental agar seseorang mempunyai ketenangan hidup, bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan agama Islam. Aspek-aspek dalam pembinaan keagamaan yaitu: 1) Aspek- aspek pembinaan keagamaan a) Akidah Akidah menurut bahasa adalah menghubungkan dua sudut, sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh. Dalam hal lain para ulama menyebutkan akidah dengan term tauhid, yang berarti mengesakan Allah Swt. Akidah dalam syariat Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang allah, Tuhan yang wajib disembah, ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat sahadat, yaitu menyatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah Swt dan bahwa Nabi Muhammad Saw sebagai utusannya
120
dan perbuatan dengan amal saleh. Pendidikan akidah terdiri dari pengesaan Allah, tidak menyekutukan-Nya b) Akhlak Akhlak berasal dari bahasa arab, bentuk jamak dari khuluk yang mengandung arti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat, watak. Imam Ghazali dalam Muslih (2008: 56-60) mendefinisikan akhlak sebagai ungkapan suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan
penuh
dan
tidak
memerlukan pertimbangan/pikiran terlebih dahulu. Pengertian
tersebut
menunjukkan
bahwa
akhlak
merupakan budi pekerti, tingkah laku atau tabiat, watak atau sering disebut dengan kesusilaan, sopan santun atau moral. Zainuddin (1991: 97) menjelaskan Hakikat akhlak mencakup dua syarat yaitu perbuatan tetap (constatnt) dan berkelanjutan (continue). Perbutan tetap yaitu dilakukan berulangkali kontinu dalam bentuk yang sama, sehingga
dapat
menjadi
kebiasaan (habit
forming). Perbuatan yang berkelanjutan (continue) itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud refleksif dari jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni
121
bukan karena adanya tekanan-tekanan, paksaan-paksaan dari orang lain, atau pengaruh-pengaruh dan bujukanbujukan yang indah dan sebagainya. c) Ibadah Ibadah secara harfiah berarti bukti manusia kepada Allah Swt, karena didorong dan dibangkitkan oleh akidah atas tauhid., ibadah adalah upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan menaati segala perintahnya, menjauhi larangannya dan mengamalkan segala yang diizinkannya (Muslih, 2008: 53-60). Ketiga aspek tersebut berkaitan bagi kehidupan manusia untuk kelangsungan hidup dalam masyarakat. 2) Unsur –unsur dalam pembinaan keagamaan a) Subyek Subyek adalah pelaku pekerjaan, dalam hal ini adalah orang yang melakukan pembinaan keagamaan atau orang yang mempunyai kemampuan dalam menyampaikan maksud dan tujuan pelaksanaan pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Gunarsa (1992: 64) menjelaskan bahwa untuk Menjadi konselor, pembimbing atau pembina harus mempunyai syarat sebagai berikut:
122
(1) Menaruh minat terhadap orang lain dan penyebaran (2) Peka terhadap sikap dan tindakan orang lain (3) Memiliki kehidupan emosi stabil dan obyektif (4) Memiliki kemampuan dan dipercaya orang lain (5) Menghargai fakta b) Obyek Obyek yaitu menjadi sasaran atau yang dibina (yang mendapatkan pembinan), dalam hal ini yaitu remaja putus sekolah yang berada dalam Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. c) Materi Materi adalah semua bahan yang akan disampaikan kepada seorang yang akan di bina. Maksudnya materi disini adalah semua bahan yang dapat di[akai untuk pembinaan keagamaan (Syihab, 2007: 303) 3) Tujuan Pembinaan Keagamaan Tujuan
pembinaan
keagamaan
dalam
rangka
mengarahkan seseorang agar mempunyai iman dan akhlak yang mulia, dan senantiasa memelihara dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh agama. Omar Mohammad Al-Toumy al-syaibani dalam Arif (2002: 25-26) menjelaskan tentang tujuan pembinaan
123
keagamaan mempunyai tahapan-tahapan individual, sosial, profesional. a) Tujuan Individual Tujuan individual berkaitan dengan masingmasing individu dalam mewujudkan perubahan yang diinginkan
pada
tingkah
laku
dan
aktivitasnya,
disamping untuk mempersiapkan mereka dapat hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat. b) Tujuan Sosial Tujuan sosial berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum. c) Tujuan Profesional Tujuan profesional berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai sebuah ilmu, sebagai seni, dan sebagai profesi serta sebagai satu aktifitas diantara aktivitas masyarakat. Pembinaan
keagamaan
memiliki
tujuan
yaitu
menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma agama secara terus menerus agar perilaku hidup manusia senantiasa berada pada tatanan yang baik. 4) Metode pembinaan keagamaan
124
Metode
yang
digunakan
dalam
pembinaan
keagamaan dalam pembinaan keagamaan menurut Harsono (1995:342-377) adalah sebagai berikut: a) Metode pembinaan perorangan (individual treatment) Metode ini diberikan kepada remaja putus sekolah secara perorangan oleh petugas. b) Metode pembinaan berdasarkan situasi Metode ini digunakan untuk mengubah cara berfikir remaja putus sekolah untuk tidak bergantung pada situasi yang menyertai, tetapi menguasai situasi tersebut. c) Metode pembinaan kelompok Pembinaan secara
kelompok dapat dilakukan
dengan metode ceramah, peragaan/demonstrasi, tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas. Adapun metode tersebut adalah sebagai berikut: (1) Metode ceramah Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh pembina keagamaan dari dalam lembaga maupun di luar lembaga. Metode ceramah merupakan metode yang sudah lama dipakai dalam proses pembelajaran. (2) Metode tanya jawab
125
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pembinaan dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab. Cara yang ditempuh biasanya pembina keagamaan mengajukan pertanyaan kepada penerima manfaat tentang materi yang telah diajarkan. (3) Metode demonstrasi Metode demonstrasi yaitu metode mengajar dengan
menggunakan
memperjelas
suatu
memperlihatkan
peragaan
pengertian
bagaimana
untuk
atau suatu
untuk proses
pembentukan tertentu kepada penerima manfaat. Biasanya pembina keagamaan memperagakan terlebih dahulu, kemudian penerima manfaat mengikutinya. (4) Metode diskusi Metode diskusi adalah cara mengajar atau menyajikan materi melalui pengajuan masalah yang pemecahanya dilakukan secara terbuka. (5) Metode pemberian tugas Metode pemberian tugas diterapkan dalam materi tertentu setelah di sampaikan oleh pembina
126
keagamaan
kemudian
penerima
manfaat diminta untuk meringkas kembali di dalam blok sel masing-masing. (6) Metode belajar dari pengalaman Metode ini, penerima manfaat diminta untuk mengajar berdasarkan pengalaman mereka. Metode tersebut digunakan pada waktu pembina menyampaikan materi berupa keterampilan menjahit, tata cara sholat, pengajaran iqro dan al-quran dan keterampilan yang lain. Metode
yang digunakan dalam pembinaan keagamaaan
dibalai rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran tidak jauh berbeda dengan metode pendidikan secara umum, hanya saja perlu ada perbedaan tekanan variasi dan teknik yang di sesuaikan dengan kondisi. 2. Pembinaan Keagamaan dan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter merupakan komponen penting dan mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembinaan kegiatan keagamaan. Karena dengan adanya pendidikan karakter dalam pembinaan kegiatan keagamaan selain untuk memaksimalkan dan memudahkan proses pembinaan keagamaan anak, juga bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan agama islam. Pendidikan karakter dalam islam harus dapat diwujudkan melalui kegiatan keagamaan yang nantinya dapat mewujudkan peserta didik yang berakhlakul karimah.
127
B. Pendidikan Karakter 1.
Pendidikan a. Pengertian Pendidikan 1) Menurut Bahasa Pendidikan menurut bahasa, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti “proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. 2) Menurut Istilah John Dewey (1950: 371) dalam Suwarno (2006: 20) mengartikan pendidikan sebagai sebuah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang akan di dapat berikutnya. John S.Brubacher (1987: 371) berpendapat pendidikan adalah proses pengembangan potensi kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah di pengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan (Suwarno, 2006: 20)
128
Pendidikan sebagaimana diteorikan oleh Kurniawan (2013: 27) pendidikan merupakan seluruh aktivitas atau upaya sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian, baik jasmani dan rohani, secara formal, informal dan nonformal yang berjalan terus-menerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi baik nilai insaniah maupun ilahiyah. Muhaimin (2004: 19) menjelaskan tentang pengertian pendidikan bahwa pendidikan ialah tindakan yang sadar dan bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya insani) menuju kesempurnaan insani (insan kamil). Pendidikan menurut Undang-Undang (UU Nomor 20 Tahun 2003) pasal 3 menyebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga
Negara
bertanggungjawab.”
129
yang
demikratis
serta
Pendidikan dalam pengertian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terkonsep serta terencana untuk memberikan pembinaan dan bimbingan pada peserta didik (anak-anak). Bimbingan dan pembinaan tersebut tidak hanya berorientasi pada daya pikir (intelektual) saja, akan tetapi juga pada segi emosional karena dengan pembinaan dan bimbingan dapat membawa perubahan pada arah yang lebih positif. b. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting
diantara
komponen-komponen
pendidikan
lainnya
(Tirtarahardja, 2008: 36). Pendidikan menurut Richey dalam Baharuddin (2007: 138) bahwa istilah pendidikan itu berkenaan dengan fungsi luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat yang masih baru (generasi muda) bagi penuaian kewajiban dan tanggungjawab di dalam masyarakat. Berdasarkan pengertian tersebut adapun ciri-ciri atau unsur dalam pendidikan yaitu:
130
1) Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampun-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu. 2) Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha-usaha yang disengaja dan berencana dalam memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. 3) Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat,pendidikan formal dan pendidikan non formal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk menanamkan nilai kebaikan dan membentuk manusia serta keseluruhan serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Tidak hanya memiliki kepandaian dalam berfikir tetapi juga respek terhadap lingkungan, dan juga melatih setiap potensi diri anak agar dapat berkembang ke arah yang lebih baik. c. Jenis-Jenis Pendidikan Jenis pendidikan yaitu meliputi pendidikan informal, formal, dan non formal: 1) Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seorang dirumah dalam lingkungan keluarga. 2) Sedangkan
pendidikan
formal
adalah
pendidikan
yang
mempunyai bentuk atau organisasi tertentu, seperti di sekolah.
131
3) Pendidikan non formal adalah usaha khusus yang di selenggarakan secara terorganisasi agar terutama generasi muda dan juga dewasa yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis dan keterampilan dasar yang mereka perlukan. 2. Karakter a. Pengertian Karakter 1) Menurut Bahasa Pengertian karakter menurut bahasa kata karakter (inggris:character) berasal dari bahasa yunani, eharassein yang berarti “ to engrave” (Ryan and Bohlin, 1999: 5) dapat diterjemahkan menjadi, mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan. Berbeda dengan bahasa inggris, dalam bahasa Indonesia “karakter” diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dari pengertian secara etimologis maupun terminologis diatas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan tuhan, diri sendiri, sesama manusia,maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam fikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
132
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat (Suyadi, 2013: 5). 2) Menurut Istilah Pengertian karakter menurut istilah Karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang telahdilakukannya (Damayanti, 2014: 11) Philips sebagaimana dikutip Muslich (2011: 70) berpendapat bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi bahwa, sikap dan perilaku yang ditampilkan. Kahn (2010: 1), menyatakan karakter (character) adalah attitude pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan. Kertajaya dalam Asmani (2012: 28) mengemukakan bahwa karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespons sesuatu.
133
Karakter dalam pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik, dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara. b. Unggul Unggul adalah lebih tinggi (luhur, pandai, cakap) dari yang lain,
terbaik
dan
berkelebihan
diantara
yang
lain.
(http://www.organisasi.org/1970/01) arti unggul kamus nama-kata, individu yang berkarakter unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan, dirinya, sesama, lingkungan,
dan
bangsa
dengan
mengoptimalkan
potensi
(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (Susilo, 2013: 27). c. Karakter Unggul Berdasarkan definisi di atas, maka karakter unggul adalah sebuah bentuk kepribadian khusus yang melekat pada diri pribadi seseorang yang membedakan antara satu orang dengan yang lainya. d. Metode pembentukan karakter unggul Asmani
(2012:67)
memaparkan
pembentukan karakter adalah sebagai berikut:
134
tentang
metode
1) Metode Pengajaran Mengajarkan
pendidikan
karakter
dalam
rangka
memperkenalkan pengetahuan teoritis tentang konsep-konsep nilai. Anak-anak akan banyak belajar dari pemahaman dan pengertian tentang nilai-nilai yang dipahami oleh para pendididk dalam setiap perjumpaan mereka. 2) Metode keteladanan Metode ketelanan adalah memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidik. 3) Metode pembiasaan Metode pembiasaan atau dalam istilah psikologi pendidikan dikenal dengan istilah operan conditioning. Siswa diajarkan untuk membiasakan berperilaku terpuji, giat belajar, bekerja keras, bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan. 4) Metode hukuman dan ganjaran Metode hukuman dan ganjaran merupakan salah satu metode pendidikan karakter unggul dimana setiap anak itu berbeda-beda, ada yang mudah paham dengan isyarat saja apabila salah dan ada yang tidak bisa berubah kecuali setelah
135
melihat mata membelalak, ada yang bisa berubah dengan bentakan dan ancaman ada yang baru berubah dengan hukuman yang menyakitkan pada fisiknya. Akan tetapi, hukuman secara fisik atau setiap hukuman yang menyebabkan anak mengalami trauma mental harus dihindari dan dipilih metode-metode yang edukatif (Mursidin, 2011: 71). e. Pendidikan Karakter Pendidikan karakter dalam pengertian diatas adalah pendidikan untuk membentuk pola sifat atau karakter baik mulai dari usia dini, agar karakter baik tersebut tertanam dan mengakar pada jiwa anak. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi lebih berorientasi pada proses pembinaan potensi yang ada dalam diri anak, dikembangkan melalui pembiasaan sifat-sifat baik yaitu berupa pengajaran nilai-nilai karakter yang baik. Setiap individu dilatih agar dapat memelihara sifat baik dalam diri (fitrah) sehingga karakter tersebut akan melekat kuat dengan latihan melalui pendidikan sehingga akan terbentuk akhlakul karimah. Lahirnya pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menghidupkan kembali pedagogie ideal-spiritual yang sempat hilang diterjang gelombang positivism yang dipelopori oleh filsuf prancis Auguste Comte dalam Damayanti (2014: 12), Karakter merupakan
136
titian ilmu pengetahuan dan keterampilan. Karakter akan membentuk motivasi, dan pada saat yang sama dibentuk dengan metode dan proses yang bermartabat. Karakter yang baik mencakup pengertian, kepedulian, dan tindakan berdasarkan nilai-nilai, etika, meliputi aspek kognitif, emosional, dan perilaku dari kehidupan moral (Damayanti, 2014: 12). Namun pendekatan yang dipakai hanya mengandalkan kemampuan kognitif anak saja (menghafal, pasal, ayat, dan isi) dalam pembelajaran moral pancasila dan agama, sehingga semua anak hanya mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk pada tingkat kognisi. Al Qairawani dalam Megawangi (2004: 7) memaparkan bahwa begitu banyak manusia yang tahu perilakunya yang buruk tetapi tidak mampu mengubahnya. Diperlukan suatu pendekatan pendidikan karakter yang eksplisit, yang mencakup bukan saja kesadaran atau pengetahuan tentang baik dan buruk, tetapi juga mencakup bagaimana menumbuhkan cinta kepada kebajikan, dan melatih secara terus menerus perbuatan baik dalam tindakan nyata, sehingga sifat-sifat baik menjadi ciri khas manusia Indonesia Pendidikan karakter identik dengan membentuk sikap dan perilaku mulia yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan anak pada khususnya. Kneller (1983: 1) dalam Endraswara (2013: 1-2) menyatakan bahwa cara hidup manusia tidak akan lepas dari karakter
137
dasarnya. Jika manusia dapat mengendalikan karakter, misalnya watak, amarah, tentu dalam pendidikan akan berjalan baik. Landasan dasar pendidikan karakter, pendidikan karakter berorientasi pada pembentukan manusia yang berakhlak mulia dan berkepribadian luhur. Maka dalam hal ini, landasan dasar daripada pendidikan karakter adalah sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” D.Yahya Khan, pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berfikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat, dan bangsa. Serta membantu orang lain untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan (Asmani, 2012: 31) Pendidikan karakter berdasarkan UU Sisdiknas dalam undangundang tersebut salah satu tujuan dari pendidikan adalah dapat mengembangkan manusia yang mana arah dari pengembangan potensi tersebut adalah terwujudnya akhlak mulia. Hal ini sesuai dengan maksud dan tujuan daripada pendidikan karakter.
138
a. Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,bergotong royong,
berjiwa
patriotik,
berkembang
dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai dengan iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa (Asmani, 2012: 42). b.
Fungsi pendidikan karakter Fungsi pendidikan karakter antara lain dapat dipaparkan di bawah ini: 1) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berfikir baik, dan berperilaku baik. 2) Memperkuat membangun perilaku bangsa yang multi kultur. 3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang
mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa (Khusaini, 2012: 9). c. Pilar Pendidikan Karakter
139
Suyanto dalam Asmani (2012: 51) menyebutkan Sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia, Sembilan pilar karakter itu adalah sebagai berikut:
1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya 2) Kemandirian dan tanggungjawab 3) Kejujuran atau amanah 4) Hormat dan santun 5) Dermawan, suka menolong, dan gotong royong 6) Percaya diri dan pekerja keras 7) Kepemimpinan dan keadilan 8) Baik, dan rendah diri 9) Toleransi, kedamaian, dan kesatuan Gross dalam Damayanti (2014: 13) menyatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan mempersiapkan seseorang menjadi warga Negara yang baik dan berkemampuan sosial yang tinggi. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembentukan bangsa yang memiliki kebudayaan tinggi, baik berharkat martabat mulia maupun berperilaku mulia. Pendidikan nilai, sebagaimana dimaksud Gross dalam Damayanti (2014: 13) cenderung disamakan dengan pendidikan budi pekerti, pendidikan akhlak, pendidikan religius, pendidikan moral atau pendidikan karakter.Karakter mengacu pada serangkaian
perilaku
(behavior)
140
motivasi
(motivation),
dan
keterampilan (skills) yang meliputi keinginan untuk melakukan hal yang terbaik. Lickona (Wahab, 2011: 69) dalam Endraswara (2013: 3) pendidikan karakter akan meningkatkan kognitif, afektif, dan perilaku manusia yang lebih bermoral. Pendidikan karakter yaitu perilaku, perbuatan, sikap yang lahir yang didasari oleh nalar dan pemikiran (yang tepat). Pendidikan karakter yang baik, ideal, disebut sebagai pendidikan karakter luhur. Konsep ini mencakup makna etik dan etiket sekaligus. Artinya, pendidikan karakter adalah nilai, aturan baik, buruk yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konsep spiritualisme Islam makna ini disebut dengan konsep akhlaqul karimah. Pendidikan karakter mempunyai tujuan jangka panjang yang mendasarkan diri pada tanggapan aktif konstektual individu atas impuls natural social yang diterimanya yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri terus-menerus. Tujuan jangka panjang ini tidak sekedar berupa idealisme yang penentuan sarana untuk mencapai tujuan tidak dapat diverifikasi, melainkan sebuah pendekatan dealektis yang saling mendekatkan antara yang ideal dengan kenyataan, melalui proses refleksi dan interaksi terus menerus, antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif (Koesoema, 2007: 135).
141
Hal tersebut bermaksud bahwa pendidikan karakter berperan dalam mengembangkan manusia secara individu, yang mana keluarga dan sekolah mendukungnya
dengan
bekerjasama
memberikan
pendidikan secara praktek sebagai kelanjutan dari proses pengajaran. f. Motivasi Kata
“motif”, diartikan
sebagai
daya
upaya
yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Mc. Donald mengartikan motivasi adalah sebuah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adannya tujuan (Sardiman,1994:73). Atkinson (1997) mengartikan motivasi adalah sebuah istilah yang mengarah kepada adannya kecenderungan bertindak untuk menghasilkan satu atau lebih pengaruh-pengaruh. Freud (1966) menyatakan bahwa motivasi adalah energi phisik yang memberi kekuatan kepada manusia untuk melakukan tindakan tertentu. Printich dan schunk (1996) mendefinisikan tentang motivasi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu
142
yang mengarahkan aktivitas individu menjcapai tujuan yang perlu didorong dan di jaga (Wahyudi, 2010:13). Pengertian motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah proses agar selalu melakukan tindakan yang mengarah kepada tercapainya tujuan juga tujuan hal yang sangat penting. C. Remaja putus sekolah 1. Remaja a. Pengertian Remaja Remaja (adolescence) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Penggunaan istilah untuk menyebut masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa ada yang member istilah puberty (Inggris), puberteit (Belanda), dan pubertas (Latin) yang berarti kedewasaan yang dilandasi dengan sifat-sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Adapula yang menggunakan istilah Adolescentia (latin) yaitu masa muda. Masa remaja menurut Stanley Hall dalam (Santrock,1999) pelopor psikologi perkembangan remaja dianggap sebagai masa topan badai dan stress (storm and stress), karena remaja telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri (Dariyo, 2004: 13).
143
Yulia dan Gunarsa (1991) menggungkapkan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak dan masa dewasa yakni antara 12 sampai 22 Tahun. Mengutip pendapat Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (search for self-identity). Remaja adalah suatu tingkat umur, di mana anak-anak tidak lagi anak-anak, akan tetapi belum dapat di pandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa dari umur 13 sampai 22 Tahun. Pada umur ini terjadilah perubahan-perubahan cepat pada jasmani, emosi, sosial, akhlak dan kecerdasan (Daradjat, 1975: 28). b. Karakteristik Psikologis Remaja Istilah pubertas (adolescensia) dipakai dalam arti yang umum, pembahasan ini selanjutnya digunakan istilah remaja. Mengutip
pernyataan
Y.
singgih
D.
Gunarsa
(2011:202)
selanjutnya akan dipakai istilah remaja, tinjauan psikologis yang ditujukan pada seluruh proses perkembangan remaja dengan batas usia 12 sampai dengan 22 tahun perkembangan kurun waktu masa remaja dapat disimpulkan. 1) Masa pra remaja kurun waktunya sekitar 11 sampai dengan 13 tahun bagi wanita pria sekitar 12 sampai dengan 14 tahun.Masa remaja awal sekitar 13 sampai 17 tahun bagi wanita dan bagi pria 14 sampai 17 tahun 6 bulan.
144
2) Masa remaja akhir sekitar 17 sampai 21 tahun bagi wanita dan bagi pria sekitar 17 tahun 6 bulan sampai dengan 22 tahun (Rumini dan Sundari, 2004: 53) Pernyataan diatas senada mengenai remaja juga dijelaskan dalam kepustakaan Belanda dalam Gunarsa (2004: 202) bahwa adolescentia atau remaja adalah masa perkembangan sesudah masa pubertas, yakni antara 17 tahun sampai dengan 22 tahun. Lain halnya dengan J. Piaget dalam Gunarsa (2004: 202) memandang adolescentia sebagai suatu fase hidup, dengan perubahanperubahan penting pada fungsi intelegensi, tercakup dalam perkembangan aspek kognitif. Pendapat F Neidhart dalam Gunarsa (2004: 202) melihat adolescentia sebagai masa peralihan ditinjau dari kedudukan ketergantungannya dalam keluarga menuju ke kehidupan dengan kedudukan “mandiri”. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yakni antara 12 sampai 21 tahun yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologi dan perubahan sosial. 2. Pengertian Putus Sekolah a. Putus Sekolah Putus sekolah adalah berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar. Artinya adalah
145
terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya kondisi ekonomi keluarga yang tidak memadai (Musfiqon, 2007: 19). Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi anak tidak dapat melanjutkan pendidikannya adalah faktor ekonomi. b. Faktor penyebab Putus Sekolah Faktor penyebab remaja putus sekolah salah satunya adalah kurangnya
motivasi
yang
di
dapatkan
individu
dapat
mempengaruhi pola pemikiran dan perilaku individu tersebut. Kurangnya motivasi yang di berikan oleh orang tua terhadap anak nya yang menyebabkan anak putus sekolah. 1) Motivasi Motivasi yang kurang di berikan oleh orang tua menyebabkan anak-anak mereka putus sekolah. Kurangnya perhatian orang tua mereka membuat mereka malas untuk sekolah dan suka bolos, hura-hura dan keluyuran tidak tahu kemana, yang tidak ada manfaatnya. 2) Faktor ekonomi keluarga Faktor ekonomi keluarga salah satu penyebab anak putus sekolah dikarenakan biaya, di sebabkan oleh ketidak mampuan orang tua untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Faktor ekonomi sangat identik dengan kemiskinan. Sebagian orang merasakan bahwa pendidikan merupakan beban yang paling
146
berat dan mahal tidak mampu mereka memenuhinya, apalagi pendidikan sekarang sangat mahal membuat orang tua mengeluh dengan biaya, inilah yang membuat anak mereka putus sekolah.
3) Lingkungan pergaulan Faktor eksternal penyebab anak putus sekolah lebih menitik beratkan dari lingkungan pergaulan anak dan masyarakat dimana anak itu bertempat tibggal dan menyebabkan anak menjadi
terpengaruh
akan
kebiasaan
masyarakat. Istilah psikologi
dan
kehidupan
sosial berarti
tahap-tahap
kehidupan seseorang di bentuk oleh pengaruh social melaui interaksi-interaksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologi. 4) Kemauan sendiri Pendidikan tanggungjawab keluarga terutama orang tua, akan tetapi juga tanggungjawab harus di sertai dengan kemauan dari anak itu sendiri untuk sekolah. Antara pendidikan dan kemauan anak merupakan suatu sisi yang saling membutuhkan dan saling mempengaruhi. Apabila kemauan anak kuat tetapi dukungan orang tua tidak ada sama saja membuat anak tidak mau melanjutkan sekolah, oleh sebab itu banyaknya anak putus sekolah (Sutiasnah, 2013: 23).
147
c. Dampak dari Remaja Putus Sekolah Akibat dari putus sekolah adalah munculnya tekanan dari orang tuanya karena faktor keluarga yang ekonominya rendah. Menurut Johannes Muller kemiskinan dan ketimpangan struktur institusional
adalah
variabel
utama
yang
mengakibatkan
kesempatan masyarakat terutama anak putus sekolah karena untuk memperoleh pendidikan menjadi terhambat.
Akibat tekanan
kemiskinan dan latar belakang sosial orang tua yang kurang berpendidikan. Sehingga dengan kondisi tersebut anak tidak dapat merasakan bahwa pendidikan itu sangat penting bagi masa depannya (Linda, 2014: 7). d. Karakteristik Anak Putus Sekolah Adapun karakteristik anak putus sekolah adalah sebagai berikut: a) Awal dari tidak tertib mengikuti pelajaran disekolah, terkesan memahami belajar, hanya sekedar kewajiban masuk di kelas, dan mendengarkan guru berbicara tanpa diikuti dengan kesungguhan untuk mencerna pelajaran secara baik; b) Akibat prestasi belajar yang rendah, pengaruh keluarga, atau karena pengaruh teman sebaya.;
148
c) Kegiatan dirumah tidak tertib, dan tidak disiplin, terutama karena tidak di dukung oleh upaya pengawasan dari pihak orang tua; d) Perhatian terhadap pelajaran kurang dan mulai di dominasi oleh kegiatan lain yang ada hubungannya dengan pelajaran; e) Kegiatan bermain dengan teman sebayanya meningkat pesat. Faktor utama untuk penanganan anak putus sekolah yaitu memberikan bantuan beasiswa kepada anak putus sekolah terutama kepada anak yang dari kalangan keluarga yang ekonominya sangat rendah. Masalah putus sekolah khususnya jenjang pendidikan rendah, kemudian tidak bekerja atau berpenghasilan tetap dapat mengakibatkan menjadi penganggu ketentraman masyarakat (Gunawan, 2000:72). Hal
ini
diakibatkan
kurangnya
pendidikan
atau
pengalaman intelektual, serta tidak memiliki keterampilan yang dapat menopang kehidupannya sehari-hari. Lebih-lebih bila mengalami frustasi dan merasa rendah diri tetapi bersikap overkompensasi bias menimbulkan gangguan-gangguan dalam masyarakat berupa perbuatan kenakalan yang bertentangan dengan norma sosial yang positif. e. Upaya untuk Mengatasi Anak Putus sekolah
149
Upaya pencegahan dilakukan sebelum putus sekolah mengamati, memperhatikan, permasalahan-permasalahan anak dan menyadarkan orang tua akan pentingnya pendidikan demi menjamin masa depan anak serta memberikan motivasi belajar kepada anak. Adapun upaya pembinaan yang dilakukan dengan mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan sosial kemasyarakatan kepada anak, serta memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya
supaya
anak
disibukkan
serta
dapat
menghindarinya dari pikiran yang menyimpang. Pendidikan merupakan hak yang sangat fundamental bagi anak. Hak wajib di penuhi dengan kerjasama paling tidak dari orang tua siswa, lembaga pendidikan dan pemerintah. Pendidikan akan mampu terealisasi jika semua komponen yaitu orang tua, lembaga
masyarakat,
pendidikan
dan
pemerintah
bersedia
menunjang jalannya pendidikan. Akibat yang disebabkan anak putus sekolah adalah kenakalan remaja, tawuran, minum-minuman dan berkelahi akibat lainnya juga perasaan minder dan rendah diri. Adannya keseriusan dan kesigapan dari pemerintah dengan cara mengeluarkan kebijakan-kebijakan seperti halnya kebijakan dana bantuan operasional sekolah untuk mengurangi jumlah anak yang putus sekolah, maka angka anak putus sekolah di Indonesia akan dapat ditekan. Peranan dari pihak sekolah beserta dengan orang tua
150
dalam menekan jumlah anak putus sekolah juga sangat diperlukan dan berpengaruh akan jumlah anak yang akan putus sekolah (Mestinana, 2013: 6). 3. Remaja Putus Sekolah a. Pengertian Remaja Putus sekolah Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar. Anak putus sekolah adalah terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh beberapa faktor. Undangundang
Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
menjelaskan bahwa yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum berusia 21 tahun dan belum pernah kawin. Berdasarkan undang-undang diatas maka remaja masih termasuk dalam kategori anak. Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 menjelaskan yang dimaksud anak terlantar yakni anak yang kebutuhannya tidak terpenuhi secara wajar baik kebutuhan fisik, mental, spiritual, maupun sosial, sedangkan menurut Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah memberikan definisi mengenai penerima manfaat salah satunya adalah remaja terlantar yaitu: Remaja terlantar adalah anak berusia antara 14 sampai dengan 21
151
tahun yang karena suatu sebab orang tuanya kurang mampu dan melalaikan
kewajibannya
sehingga
tidak
dapat
terpenuhi
kebutuhannya dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosialnya. Remaja yang mengalami putus sekolah dalam pengertian di atas bahwa remaja putus sekolah termasuk dalam kategori anak dan remaja terlantar. Remaja putus sekolah adalah anak yang berusia 14 sampai dengan 21 tahun yang karena suatu sebab orang tuanya kurang mampu dan melalaikan kewajibannya sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhannya dengan wajar terutama dalam hal pendidikan. Remaja putus sekolah di sini adalah terlantarnya remaja dari sebuah lembaga pendidikan formal atau remaja yang tidak dapat melanjutkan atau berhenti sekolah sebelum tamat pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang disebabkan oleh berbagai faktor. b. Problematika Remaja Putus Sekolah Problematika yang dihadapi remaja putus sekolah salah satunya yaitu kondisi dan status ekonomi. Keluarga miskin cenderung timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pembiayaan hidup anak, sehingga anak sering dilibatkan untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga menganggu kegiatan belajar dan mengikuti pelajaran.
152
Masalah berikutnya yaitu hubungan orang tua yang kurang harmonis, perceraian orang tua, hubungan antar keluarga tidak saling peduli, keadaan ini merupakan dasar anak mengalami putus sekolah. Selain permasalahan di atas ada beberapa
masalah
penting dalam keluarga yang dapat menyebabkan anak putus sekolah yaitu: 1) Keadaan ekonomi keluarga 2) Latar belakang pendidikan ayah dan ibu 3) Status ayah dalam masyarakat dan dalam pekerjaan 4) Hubungan sosial psikologi antara orang tua dan antara anak dengan orang tua 5) Aspirasi orang tua tentang pendidikan anak, serta perhatian terhadap kegiatan belajar anak 6) Besarnya keluarga serta orang yang berperan dalam dalam keluarga D. Pembinaan Keagamaan dan Pendidikan Karakter bagi Remaja Putus Sekolah Pembinaan merupakan suatu rangkaian perbuatan yang dilakukan secara formal maupun non formal dalam rangka mendaya gunakan semua sumber, baik berupa unsur manusiawi dalam proses kegiatannya berlangsung upaya membantu, membimbing dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan sesuai dengan kemampuan yang ada sehingga pada akhirnya tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai secara efektif
153
dan efisien. Pembinaan mempunyai tujuan yaitu membantu anak untuk mengembangkan diri sehingga menjadi anak yang berguna dalam kehidupannya.
Pembinaan
keagamaan
memiliki
tujuan
untuk
mengarahkan seorang menjadi pribadi yang baik dan dapat menempatkan diri pada kehidupan masyarakat. Pendidikan karakter identik dengan membentuk sikap dan perilaku mulia yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan anak pada khusunya, karena pendidikan karakter merupakan watak mulia yang dipelihara setiap orang (Endrawarsa, 2013: 1). Pendidikan karakter merupakan komponen penting dan mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembinaan kegiatan keagamaan. Karena dengan adanya pendidikan karakter dalam pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah selain untuk memaksimalkan dan memudahkan proses pembinaan kegiatan keagamaan, mempunyai tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang agama. Pendidikan karakter dalam Islam harus dapat diwujudkan melalui kegiatan kegamaan-keagamaan yang nantinya dapat mewujudkan seorang remaja yang mempunyai sifat akhlakul karimah. Masa remaja merupakan masa transisi dimana pada masa ini remaja terjadi fase untuk pembentukan karakter jati diri, budi pekerti, dan kepribadian untuk masa depan mereka apakah bisa membawa diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, masyarakat atau tidak. Masa remaja juga merupakan periode perubahan baik perubahan nilai, pola, perilaku, dan minat. Masa remaja jika tidak diarahkan dengan benar, maka
154
dikhawatirkan remaja justru akan salah melangkah kearah yang negatif karena tidak semua remaja mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan lingkungannya. Adannya tanda-tanda tidak dapat menyesuaian diri seorang remaja tentu saja menuntut penangan yang cepat dan tepat mengingat masa ini merupakan masa penting yang menentukan seorang remaja pada masa berikutnya. Remaja memerlukan pembinaan keagamaan sedini mungkin. Pendidikan utama dan pertama terjadi di keluarga, akan tetapi karena berbagai sebab keluarga belum mampu melaksanakan secara optimal, salah satu penyebabnya kurangnya pengetahuan orang tua terhadap keagamaan. Tempat selanjutnya yang dapat memberikan pendidikan keagamaan yaitu di sekolah, akan tetapi remaja yang putus sekolah tidak dapat mengenyam pendidikan dan pembinaan keagamaan karena susatu hal mereka sudah tidak melaksanakan kegiatan pembelajaran disekolah. Membangun moral atau karakter bangsa melalui pendidikan non formal merupakan salah satu alternatif. Pendidikan moral/karakter budi pekerti akhlak mulia adalah pendidikan perilaku, perilaku yang unggul dapat dibentuk dari kegiatan-kegiatan pendidikan di masyarakat. Pendidikan non formal adalah suatu aktifitas pendidikan yang datang di luar sistem pendidikan formal yang ditujukan untuk melayani anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan non formal sejatinya diberikan kepada masyarakat sebagai pengganti, penambah
atau
pelengkap
pendidikan
155
formal
yang
berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik yang menekankan pada pengusaan dan pengetahuan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional (Amin, 2011: 66). Joesoef (1999: 82) mengungkapkan bahwa sebagaimana tugastugas pendidikan formal juga pendidikan informal maka tugas pendidikan non formal adalah membantu kualitas dan martabat sebagai individu dan warga Negara yang dengn kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri harus dapat mengendalikan perubahan dan kemajuan. Pendidikan non formal yang sejatinya bermuatan kurikulum keterampilan diisi dengan kegiatan atau praktek yang memberi bekal moral/karakter dan budi pekerti peserta didik. Pendidikan non formal yang baik yang di programkan oleh pemerintah maupun masyarakat merupakan salah satu jalur pendidikan yang efektif untuk membangun moral, karakter anak bangsa. Hasil
Penelitian Collin (2004) dalam Zuchdi (2009: 46)
menjelaskan bahwa negara-negara yang mampu bertahan adalah negaranegara yang mampu mempertahankan nilai-nilai inti dan tujuan inti. Nilainilai inti dan tujuan inti inilah karakter (character building). Nilai inti adalah navigasi, dalam penilaian hendaknya jangan hanya prestasi akademik yang diunggulkan. Akan tetapi, perlu dipertimbangkan masalah nilai sprititualitas. Siswa yang berprestasi, tidak hanya dilihat dari segi pencapaian nilai kognitifnya. Siswa yang berprestasi adalah siswa yang
156
memiliki kejujuran yang tinggi atau memiliki tanggungjawab, disiplin, dan seterusnya. Nilai-nilai religius yang tertanam pada diri peserta didik dan dipupuk dengan baik, maka dengan sendirinya akan tumbuh menjadi jiwa agama. Jiwa agama merupakan sesuatu kekuatan batin, daya dan kesanggupan dalam jasad manusia yang menurut para ahli ilmu jiwa agama, kekuatan tersebut bersarang pada akal, kemauan, dan perasaan. Selanjutnya, jiwa tersebut dituntun dan dibimbing oleh peraturan atau undang-undang illahi yang disampaikan melalui para Nabi dan Rasul-Nya untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia untuk mencapai kesejahteraan baik di kehidupan dunia maupun kehidupan akhiratnya kelak (Muhaimin, 1993: 35).
157
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran 1. Sejarah berdirinya Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Balai
Rehabilitasi
sosial
“Wira
adhi
karya”
Ungaran
merupakan unit pelaksana Teknis pada Dinas Sosial yang dipimpin oleh seorang Kepala Balai Rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawa kepada Dinas sosial. Balai Rehabilitasi Sosial (Resos) “Wira Adhi Karya” mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang pelayanan dan Rehabilitasi sosial dengan menggunakan pendekatan multi layanan. Dalam mengemban tugas, Balai Resos juga mempunyai fungsi sebagai penyusun rencana teknis operasional penyantunan, pelayanan dan rehabilitasi sosial, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penyantunan,
pelayanan
dan
rehabilitasi
sosial,
pengelolaan
ketatausahaan. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran Mempunyai sebuah unit Rehabilitasi Sosial “Wening Wardoyo”. Sejarah terbentuknya Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran di awal berdirinya bertugas memberikan pelayanan
158
kepada remaja putus sekolah dari keluarga kurang mampu, pada tahun 1977 dikenal dengan nama Panti Karya Taruna (PKT). Kemudian secara resmi tanggal 2 oktober 1979 diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Soepardjo Roestam atas nama Menteri Sosial Republik Indonesia dengan nama Panti Penyantunan Anak (PPA) Ungaran, pada tahun 1994 berganti nama menjadi Panti Sosial Bina Remaja dan kemudian ditindak lanjuti SK. Mensos Ho. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, sejak bulan juli 2002 berubah menjadi Panti Asuhan Wira Adhi Karya Ungaran. Berdasarkan Perda Jawa Tengah No.1 tanggal 2 April 2002 berdasarkan peraturan gubernur provinsi jawa tengah No. 50 tahun 2008, maka sejak tanggal 1 juli 2008 berubah menjadi Panti Bina Remaja Wira Adi Karya Ungaran. Dan sejak januari tahun 2011 kelembagaanya berubah menjadi Balai dengan diberi nama Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” serta bertanggung jawab kepada kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan peraturan Gubernur Propinsi Jawa Tengah Nomor: 111 Tahun 2010 Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” adalah unit pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dan merupakan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi anak dan remaja putus sekolah/terlantar meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, bakat dan kemampuan serta ketrampilan kerja agar termotivasi untuk mampu bekerja secara mandiri maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.
159
2. Ruang Lingkup Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Balai Rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” ungaran memberikan pelayanan dan Rehabilitasi sosial kepada anak putus sekolah/ anak terlantar juga anak korban tindak kekerasan, dengan harapan agar kelak dapat bekerja, hidup mandiri agar dan dapat kembali melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan bermanfaat bagi orang lain. 3. Letak Geografis Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran terletak di Jalan Ki Sarino Mangunpranoto Nomor 39 Ungaran, Jawa Tengah secara lokasi mudah di jangkau dengan berbagi transportasi maupun angkutan umum. Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” ungaran ini terletak cukup jauh dari keramaian sehingga suasananya cukup tenang serta kondusif bagi para penerima manfaat untuk mendapatkan pembinaan dan menerima jam latihan dengan penuh konsentrasi. Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran mempunyai tanah seluas 24.857 m². Tabel 3.1 letak geografis Balai Rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. No
Letak Timur
Tempat Sebelah timur yaitu kelurahan susukan
1
160
Barat
Sebelah barat ds. Lerep
Selatan
Sebelah selatan yaitu perbatasan kelurahan Ungaran
Utara
Sebelah utara ds. Padangsari
2 3 4
Sumber: Kasubbag, Tata Usaha Balai Resos “Wira Adhi Karya” Ungaran. 4. Sarana dan Pra Sarana Balai Reahabilitasi Sosial wira adhi Karya mempunyai sarana dan pra sarana sebagai berikut: Tabel 3.2 sarana dan pra sarana Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran No
Jenis
Jumlah
Gedung Kantor
3 Unit
Aula
1 Unit
Rumah Dinas
3 Unit
Poliklinik
1 Unit
Dapur
1 Unit
Ruang Makan
1Unit
Gudang
1 Unit
1 2 3 4 5 6 7
161
Mushola
1 Unit
Garasi
1 Unit
Pos jaga
1 Unit
Ruang keterampilan
3 Unit
Perpustakaan
1 Unit
Ruang pendidikan
3 Unit
8 9 10 11 12 13
Sumber: Kasubbag, Tata Usaha Balai Resos “Wira Adhi Karya” Ungaran.
5. Visi dan Misi a. Visi Terwujudnya Generasi Muda yang kreatif, berdaya dan sejahtera melalui pengembangan potensi diri dan kreatifitas. b. Misi 1) Mengembangkan perilaku penerima manfaat yang mendukung pelaksanaan pelayanan dan rehabilitas sosial 2) Mengembangkan kondisi mental psikologis dan sosial sasaran penanganan
dalam
kehidupan
sehari-hari
agar
mampu
melaksanakan fungsi sosial dalam tatanan kehidupan dan penghidupan bermasyarakat
162
3) Memberdayakan sasaran penanganan dengan mengembangkan system rehabilitasi karya yang berbasis pada pengasuhan alternative
yang
produktif,
maju,
berdaya
saing
dan
berkelanjutan 4) Membangun jaringan kerjasama dengan berbagai kalangan yang mampu mendukung kemandirian sasaran penanganan 5) Meningkatkan mewujudkan
kualitas kualitas
sumber
daya
manusia
penyelenggaraan
untuk
rehabilitasi
kesejahteraan sosial penerima manfaat. Sumber: Kasubbag, Tata Usaha Balai Resos “Wira Adhi Karya” Ungaran. 6. Tujuan Balai Rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” Agar terbentuknya pribadi yang mandiri, sesuai dengan ketrampilan yang telah dimilikinya, terbentuknya sumber daya manuisa yang berkualitas, penerima manfaat yang siap berkarya dan mampu berwira usaha. 7. Sasaran yang Dituju Sasaran garapan Balai Rehabilitasi Sosial “ Wira Adhi Karya” Ungaran yaitu remaja putra-putri putus sekolah terlantar dari keluarga tidak mampu. Dengan jumlah penerimaan tiap tahunnya 300 orang penerima manfaat. Jangka waktu pelayanan 1 tahun 3 kali angkatan dan berlangsung selama 4 bulan yang terdiri dari:
163
Tabel 3.3 sasaran yang dituju Balai rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran No
Angkatan
Bulan
Angkatan I
Januari-April
Angkatan II
Mei-Agustus
Angkatan III
September Desember
1 2 3
Sumber: Kasubbag, Tata Usaha Balai Resos “Wira Adhi Karya” Ungaran. 8. Kebijakan Akan melaksanakan peningkatan pelayanan dengan melakukan perbaikan secara berkesinambungan dengan cara a. Member pelayanan prima sesuai dengan profesi pekerjaan sosial b. Meningkatkan kompetensi petugas c. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan d. Membina kerjasama jaringan kerja dengan pihak terkait 9. Struktur, Tugas dan Keadaan Pegawai Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Tabel 3.4 Structur Organisasi Balai rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya”
Ungaran.
164
Kepala Drs. Kartono,MM Pembina Tingkat I
Kelompok Jabatan Fungsional
Kasie Pelayanan dan Rehabsos Totok Purwanto, SH Penata Tingkat I
Kasie Penyantunan Suhardi, S.Pd
Ka Sub Bag Tata Usaha Asmiharti Nadhiron, SH Penata Tingkat I
Dra. Tri Murdiatusti Pekerja Sosial Madya
Siti Sa'Adah S.Sos
Yunita Dwi P. AKs Pekerja Sosial Ahli Muda
Masunah Rahmawati, AKa
Wuryani
Dra. Sulistiyowati CH Martani Pekerja Sosial Penyelis
Anastasia Tjatur K
Drs. Sugiharto Pekerja Sosial Ahli Muda
Mira Arbaningsih
Supartini pekerja Sosial Pelaksana Lanjutan Dwi Hari Cahyo Pekerja Sosial Pelaksana
Bambang Suryanto
Budi Ismanto Diyono Sunardi
Suwarti Budi Kurniawan, A,Md Sadi
Endang Supartini Tugiharsi
Samiran
dalyono Pekerja Sosial Pelaksana Lanjutan
Evi Savitri Lussela
Sudarmin Pekerja Sosial Penyelis
Widarso
Slamet Wiyono
77
Sumber: Kasubbag, Tata Usaha Balai Resos “Wira Adhi Karya” Ungaran. Penjabaran tugas pokok dan fungsinya sebagai berikut a. Kepala Balai Kepala balai mempunyainyai tugas memimpin pelaksanan tugas
pokok
dan
fungsi
sebagaimana
tersebut
dalam
kedudukan, tugas pokok dan fungsi Balai Rehabilitasi Sosial b. Sub Bagian Tata Usaha Sesuai tugas pokok dan fungsi maka rencana program Sub Bagian Tata Usaha adalah: 1) Melakukan
penyiapan
bahan
program,
kepegawaian,keuangan, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan Balai Resos. 2) Peningkatan sumber daya manusia melalui bimnbingan teknis/pelatihan profesional untuk kegiatan teknis maupun kegiatan ketrampilan. 3) Mengoptimalkan sarana dan prasarana Balai Resos 4) Peningkatan kerjasama dengan Dinas Sosial Kabupaten Kota maupun mitra kerja dunia usaha maupun masyarakat. c. Kelompok Jabatan Fungsional 1) Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan undang-undang
2) Dalam
melaksanakan
tugasnya
kelompok
jabatan
fungsional dikoordinasikan oleh kepala seksi dan secara administratif dikoordinasikan oleh kepala sub bagian tata usaha 3) Kelompok jabatan fungsional terdiri atas sejumlah jabatan fungsional yang terdiri dari berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan b idang keahliannya 4) Jumlah
tenaga
fungsional
ditentukan
berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja 5) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasrkan ketentuan perundang-undangan 6) Pembinaan terhadap pejabat fungsional dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan d. Seksi penyantunan Seksi penyantunan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan pelaksanaan kegiatan penyantunan Balai Resos. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi seksi penyantunan maka rencana teknis operasional penyantunan penerima manfaat diwujudkan dalam kegiatan pengasramaan. 1) Pengasramaan Lama waktu layanan penyantunan penerima manfaat diberikan selama di Balai Rehabilitas Sosial “Wira Adhi Karya” ungaran adalah:
ii
Angkatan I : bulan januari s/d april, 100 anak penerima manfaat. Angkatan II: bulan mei s/d agustus, 100 anak penerima manfaat. Angkatan III: bulan september s/d desember, 100 anak penerima manfaat. Pengasramaan
dilaksanakan
dengan
sistem
conttage/wisma, sejumlah 9 (sembilan) wisma dengan penghuni rata-rata 11-12 orang untuk setiap wisma. Untuk pembimbing wisma ditunjuk 1 orang pegawai sebagai pengasuh. 2) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan perbaikan gizi Pemenuhan kebutuhan dengan menggunakan sistem dapur umum, yang atandard menu nya telah disetujui dan di sahkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang dan Puskesmas Ungaran. Untuk kebutuhan sehari-hari disediakan dalam skala prioritas dan standard ukup. e. Seksi pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Seksi pelayanan dan Rehabilitasi Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.
iii
Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu unsur penting yang mendukung keberhasilan proses pelayana dan rehabilitasi sosial bagi penerima manfaat. Petugas Balai Rehabilitasi Sosial harus mempunyai kemampuan, keahlian dan pengalaman khusus di bidang pelayanan rehabilitasi sosial dan didukung oleh tingkat pendidikan yang dimiliki masingmasing petugas tersebut. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk membina penerima manfaat berdasarkan tujuan yang ingin dicapai Balai Rehabilitasi Sosial. Berikut gambaran keadaan jumlah petugas Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran berdasarkan golongan ruang: Tabel 3.5
Keadaan Pegawai Balai Rehabilitasi Sosial
“Wira Adhi Karya” Ungaran berdasarkan pangkat/golongan Ruang. No
Pangkat/Golongan
Jumlah
Ruang Pembina Tk.I (IV/b)
1 orang
Pembina (IV/a)
1 orang
Penata Tk.I (III/d)
7 orang
Penata (III/c)
2 orang
1 2 3 4
iv
Penata Muda Tk.I (III/b)
8 orang
Penata Muda (III/a)
2 orang
Pengatur Tk.I(II/d)
2 orang
Pengatur (II/c)
-
5 6 7 8 Pengatur
Muda
Tk.I 2 orang
9 (II/b) Pengatur Muda (II/a)
2 orang
Juru Tk.I (I/d)
-
Juru (I/c)
-
Juru Muda Tk.I (I/b)
1 orang
Juru Muda (I/a)
-
10 11 12 13 14 28 Orang Jumlah
Sumber: Kasubbag, Tata Usaha Balai Resos “Wira Adhi Karya” Ungaran. Data keadaan pegawai Balai Resos “Wira Adhi Karya” Ungaran juga dijabarkan menurut jenjang pendidikan yang ditempuh.berikut ini adalah gambaran pegawai berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuh dan jenis kelamin.
v
Tabel 3.6 keadaan pegawai berdasarkan jenjang pendidikan yang di tempuh No
Pendidikan
Jumlah
S2
2 orang
S1
6 orang
D3
1 orang
D1
1 orang
SLTA
12 orang
SLTP
2 orang
SD
2 orang
1 2 3 4 5 6 7 28 Jumlah Orang
Sumber: Kasubbag, Tata Usaha Balai Resos “Wira Adhi Karya” Ungaran. Tabel 3.7 Keadaan Pegawai Balai Resos “Wira Adhi Karya” Ungaran Berdasarkan Jenis Kelamin. No
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki
14 orang
1
vi
Peremp[uan
14 orang
2 28 orang Jumlah
Sumber: Kasubbag, Tata Usaha Balai Resos “Wira Adhi Karya” Ungaran. Data diatas menunjukkan bahwa pegawai yang ada di Balai Resos “Wira Adhi Karya” Ungaran merupakan tenaga yang sudah memiliki kualifikasi tersendiri dengan di dukung tingkat pendidikan yang cukup tinggi. 10. Jadwal kegiatan Keagamaan Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya Ungaran. Berikut adalah jadwal mengenai kegiatan keagamaan yang di laksanakan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya”Ungaran. Tabel 3.8 Jadwal kegiatan keagamaan Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. No
Hari Senin
Kegiatan
Waktu
tentang
fiqh 16.00-1700
Kajian
1 (pengajian)
dan
malam
harinya berzanjian.
19.00-20.30
Selasa
Mujahadah, berzanji.
19.00-20.30
Kamis
Pengajaran tentang BTQ dan 15.00-16.00
2 3
vii
dilanjutkan
malamnya
yasinan tahlil
19.00-20.30
Jumat
Pengajian Rutin
19.00-20.30
Minggu
Tadarus Al-qur‟an
19.00-20.30
4 5
Sumber: Kasubbag, Tata Usaha Balai Resos “Wira Adhi Karya” Ungaran. B. Penyajian data berdasarkan hasil penelitian 1. Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan bagi Remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Pelaksanaan pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial sebagaimana diungkapkan oleh informan penelitian. Bapak SB mengungkapkan program yang di tetapkan dalam rangka pembinaan remaja putus sekolah terdapat beberapa macam yaitu antara lain pembinaan mental, pembinaan kesehatan, pembinaan kedisiplinan, pembinaan moral, pembinaan moral dan pembinan keterampilan. Pembinaan yang dilakukan secara intensif, pembinaan keagamaan masuk dalam pembinaan mental. Tujuan dari pembinaan keagamaan yang dilaksanakan di Balai ini antara lain agar remaja memiliki bekal dalam melaksanakan ibadahnya semaksimal mungkin, seperti yang disampaikan oleh bapak SB sebagai berikut: “Agar mereka memiliki bekal untuk melaksanakan ibadah semaksimal mungkin,sebagus mungkin ,dalam menjalankan viii
ibadah. Tujuanya juga untuk memperbaiki mental mereka mbak,
dan
diharapkan
setelah
mereka
mendapatkan
pembinaaan keagamaaan di balai mereka mempunyai perubahan sikap yang baik. Pembinaan keagamaan juga untuk membimbing remaja agara mereka mengetahui tentang ajaran-ajaran islam” (SB/22-1-2015).
pembinaan keagamaan dan menjalankan shalat” (RB/24-12015).
“ingin
merubah
sikap
dan
mendalami
ilmu
tentang
agama,serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari”( TR/24-1-2015).
“Pelaksanaan pembinaan yang dilakukan di balai rehabilitas ini yaitu dengan cara membina dan membimbing mereka dengan memotivasi, karena motivasi inilah merupakan awal dari pembinaan. Dan setelah termotivasi maka mereka yang telah
putus
sekolah
akan
dengan
sendirinya
melaksanakan proses keagamaan” (PT/24-1-2015).
ix
mau
“Membimbing mereka, dengan melakukan rutinitas di balai ini, karena dengan rutinitas keagamaan yang mereka lakukan maka nanti atau kelak setelah selesai dari rehabilitas ini mereka akan terbiasa dengan rutinitas yang dilakukan di balai ini” (AF/24-1-2015).
“Memberikan contoh, mungkin selama ini mereka tidak mengerti karena kurangnya pemahaman tentang proses pendidikan agama. Jadi dengan memberikan contoh yang nyata serta benar maka mereka akan mudah untuk menerima pembinaan yang kami berikan disini” (IN/24-1-2015).
“Balai disini menerapkan sistem pembinaan dengan cara memberi sangsi bagi mereka yang melanggar, jadi bagi siswa kami yang melanggar aturan yang telah diterapkan disini maka akan mendapatkan teguran dan sangsi. Untuk media yang kami lakukan disini yaitu dengan cara praktik secara langsung, jadi siswa yang ada disini akan mendapatkan pengetahuan yaitu dengan cara setelah diberi
x
teori-teori, siswa akan langsung diterapkan didalam lapangan atau di balai ini” (RR/24-1-2015).
Selanjutnya
mengenai
tujuan
pelaksanaan
pembinaan
keagamaan dituturkan oleh remaja penerima manfaat sebagai berikut:
“Tujuan saya mengikuti pembinaan keagamaan di balai untuk memperdalam dan memahami ilmu agama lebih luas” (RZ/241-2015).
“Tujuan pembinaan keagamaan yaitu agar penerima manfaat untuk
mengarahkan
remaja
tentang
arti
pentingnya
pengetahuan tentang agama dan mempunyai kesadaran dalam melaksanaknnya” (DN/24-1-2015).
“tujuan saya mengikuti pembinaan keagamaan supaya saya mengerti tentang agama dan menjalankan ibadah tepat waktu” (AA/24-1-2015).
xi
Setelah dirasa cukup untuk menggali informasi tentang tujuan pelaksanaan pembinaan keagamaan maka untuk memperdalam pelaksanaan pembinaan keagamaan maka Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran melakukan pembinaan keagamaan dan kegiatan dalam pembinaan keagamaan antara lain:
“Melakukan upaya sholat lima waktu secara berjamaah, pengajian umum, berjanjen, mujahaadah, pengajaran iqro dan al-qur’an, hafalan surat pendek, sholat tarawih, sholat idul fitri dan idul adha, dan juga ada pembagian hewan kurban pada saat idul adha” (MH/22-1-2015).
“
kegiatan
dalam
pelaksanaan
kegiatan
pembinaan
keagamaan setiap hari senin ada pengajian sore dan malam jum’at yasinan bersama” (RK/24-1-2015).
“shalat lima waktu berjamaah, yasinan rutin setiap malam jum’at, pengajian senin sore dan rabu malam” (AD/24-12015).
xii
“malam jum’at yasinan rutin secara bersama dan kalau senin sore pengajian yang mengisi bapak Muhtadi” (RR/24-1-2015).
“yasinan
bersama
dan
pengajian
rutin,
berzanjian,
mujahadah, membaca iqro dan shalat berjamaah”(FL/24-12015).
Pertanyaan selanjutnya bertujuan untuk mengetahui siapa pembina serta materi yang diberikan dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan, sehingga pembinaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. “Pembinaan keagamaan yang mengisi disini yaitu balai rehabilitasi sosial bekerjasama dengan departemen agama semarang, yaitu bapak Muhtadi materi yang disampaikan yaitu
kajian
tentang
fiqh,
tariqh
islam,
dan
ilmu
tajwid”(EC/22-1-2015).
“Yang mengisi pembinaan keagamaan biasannya ustad muhtadi yaitu pembina keagamaan dari departemen agama
xiii
mbak, tapi kalau sabtu juga ada yang mengisi dari pihak” (FB/24-1-2015).
kepolisian kab. Semarang, biasanya juga menyampaikan materi tentang agama dan bagaimana cara menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari” (FS/24-1-2015).
“mengajarkan tentang cara membaca Al-qur’an yang benar serta tajwidnya dan tentang cara wudhu dan shalat yang benar”(RR/24-1-2015).
Selanjutnya mengenai materi yang disampaikan
dalam
pembinaan keagamaan disamapaikan oleh remaja penerima manfaat sebagai berikut: “Materi yang diberikan yaitu senin sore pengajian , malam jumat yasinan dan pemahaman tentang tajwid yang mimpin kalau hari senin Bapak Muhtadi dari departemen agama” (FB/24-1-2015).
xiv
“materi dalam pembinaan keagamaan yang diberikan kajian tentang fiqh, ilmu tajwid, dan dianjurkan bagi yang sudah bisa membantu yang belum bisa” (AA/24-1-2015).
“materinya yaitu kajian fiqh, ilmu tajwid, tarikh Islam, yasinan, dan sholawatan”( DN/24-1-2015).
Meteri yang disampaikan dalam pembinaan keagamaan banyak sekali mbak, yang menyakut tentang agama dan dalam kehidupan sehari-hari” (RZ/24-1-2015).
Untuk memperjelas bagaimana pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah di balai rehabilitasi sosial melakukan kegiatan pembinaan keagamaan dan manfaat yang di peroleh setelah mendapatkan pembinaan agama. “Manfaat
setelah
mengikuti
pembinaan
keagamaan
sebelumnya saya sholat itu jarang mbak, setelah saya disini dan mendapatkan pembinaan keagamaan saya jadi rajin sholat dan takut akan dosa” (AA/24-1-2015).
xv
“Menjadi lebih disiplin dalam melaksanakan ibadah dan lebih bisa membaca Al-Qur’an dari sebelumnya” (RR/24-1-2015).
“Meningkatkan kedisiplinan dalam beribadah, menjadi orang yang lebih sabar, ikhlas, dan merasakan ketenangan dalam hati dan diri” (DN/24-1-2015).
“Manfaat setelah mengikuti pembinaan keagamaan saya menjadi lebih baik, sopan, patuh kepada pembina dan dapat mengontrol diri dapat mengetahui mana perbuatan yang baik dan tidak baik” (RS/24-1-2015).
“Meningkatkan kedisiplinan dalam menjalankan sholat lima waktu dan meningkatkan rasa tanggung jawab” (AD/24-12015).
“manfaat nya banyak mbak, saya lebih banyak mendapatkan ilmu tentang pengetahuan agama dan lebih rajin shalat dan bersholawatan,hati menjadi tenang enggak grusa-grusu
xvi
mbak... seneng bisa kumpul-kumpul sama teman-teman” (NP/24-1-2015).
“tambah rajin melaksanakan shalat dan puasa karena selama saya hidup di jalanan gak pernah shalat mbak, setelah saya disini mendapatkan pengetahuan tentang keagamaan,saya mulai
tau
dan
berusaha
merubah
diri
saya
untuk
melaksanakan ibadah” (TR/24-1-2015).
Dari penuturan remaja putus sekolah dapat disimpulkan bahwa manfaat yang di dapatkan setelah mengikuti pembinaan keagamaan adalah dapat meningkatkan kedisiplinan dalam menjalankan ibadah, mempunyai rasa tanggung jawab, dan dapat mencegah dari perbuatan yang buruk. Pertanyaan selanjutnya bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan antara lain adalah ceramah, tanya jawab, evaluasi dll. Hasil wawancara kepada informan mengenai metode pembinaan keagamaan antara lain: “ metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan antara lain ceramah, tanya jawab, dan setelah penyampaian materi selesai terkadang saya kasih
xvii
soal.
Metodenya saya buat bergantian mbak supaya mereka tidak jenuh dengan metode yang saya gunakan” (SB/24/-1-2015).
Hal senada juga di sampaikan oleh bapak MH selaku pembina dari departemen agama tentang metode pembinaan keagamaan adalah sebagai berikut: “Biasanya saya menggunakan metode ceramah
dan tanya
jawab mbak, setelah pembinaan itu selesai biasanya saya melakukan evaluasi” (MH/24-1-2015).
Hal senada juga dituturkan oleh beberapa penerima manfaat mengenai metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan sebagai berikut:
“Metode yang digunakan itu ceramah,evaluasi, tanya jawab mengenai keagamaan” (DN/24-1-2015).
“ Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan kebanyakan ceramah mbak, tapi kadang di selingi dengan tanya jawab serta humor agar tidak bosan, kalau ceramah terus menerus kan bosan mbak ngantuk” (RA/24-1-2015).
xviii
“ Dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan metode yang digunakan adalah kebanyakan ceramahnya mbak sampai saya ngantuk” (RI/24-1-2015).
“Metode yang digunakan di balai ini yaitu dengan cara metode tanya jawab, jadi siswa yang tidak bisa dipersilahkan bertanya secara langsung kepada pembina
yang. Yaitu
dengan cara bertanya secara langsung. Seperti contohnya ketika melakukan wudhu, yang benar membasuh tangan itu sampai siku, dan sebagainya” (SF/24-1-2015).
“Selain metode tanya jawab, dibalai ini juga menerapkan metode ceramah, pembiasaan dan keteladanan. Dengan cara membiasakan untuk shalat berjamaah dan berbuat baik oleh sesama” (FN/24-1-2014).
Penuturan remaja penerima manfaat tersebut, metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan yaitu ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, dan evaluasi. 2. Fungsi pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah Di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran.
xix
Temuan penelitian di lapangan yang membahas tentang fungsi pembinaan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya”. Hasil wawancara kepada informan mengenai fungsi pembinaan keagamaan antara lain: “Fungsi pembinaan keagamaan ya agar anak mengetahui banyak informasi tentang agama dan ibadah dan dapat mengamalkannya dengan baik, karena ibadah sangatlah penting bagi dirinya kelak, dan setelah mendapatkan pengetahuan tentang agama dapat mengalami perubahan sikap dan tingkah laku menjadi yang lebih baik” (SB/24-1-2015).
Hal senada juga di tuturkan oleh remaja penerima manfaat mengenai fungsi pembinaan keagamaan sebagai berikut:
Fungsi pembinaan keagamaan disini tentu ya untuk membentuk siswa agar sesuai syariat islam. Dapat membedakan yang baik dan yang buruk” (MA/24-1-2015).
Fungsi pembinaan disini untuk saya yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan. Daripada dijalan bermain tidak jelas, mending disini bisa mendapat ilmu yang bermanfaat” (RY/24-1-2015).
xx
Pernyataan selanjutnya tentang fungsi pembinaan keagamaan yang telah dituturkan oleh ibu AS adalah sebagai berikut: “Fungsi pembinaan keagamaan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang agama kepada remaja putus sekolah dan setelah mendapatkan pembinaan keagamaan remaja tersebut dapat merubah sikap dan perilaku serta dapat mengembangkan
keterampilan
yang
diperolehnya
dalam
pembinaan yang telah diberikan di sini” (AS/24-1-2015).
Penuturan
pembina
tersebut
tentang
fungsi
pembinaan
keagamaan yang diberikan kepada remaja putus sekolah dapat disimpulkan bahwa fungsi pembinaan keagamaan dapat merubah sikap dan perilaku serta dapat mengembangkan keterampilan.
3. Pembinaan keagamaan dapat membangun motivasi untuk membentuk karakter unggul remaja putus sekolah Di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Temuan data penelitian menunjukkan bahwa pembinaan keagamaan dapat membentuk karakter unggul siswa seperti yang dituturkan oleh bapak SB sebagai berikut:
xxi
“ iya mbak pembinaan keagamaan sangat berpengaruh sekali terhadap pembentukan karakter remaja, dengan pembinaan keagamaan remaja memiliki perilaku yang terpuji dan dapat membedakan mana yang perbuatan yang baik dan buruk, dalam pembentukan karakter unggul pembina menggunakan metode remaja di diajarkan untuk membiasakan perilaku terpuji, giat belajar, bekerja keras bertanggung jawab, atas setiap tugas yang telah disampaikan”(SB/24-1-2015).
“Kebanyakan
setelah
penerima
manfaat
mendapatkan
pembinaan keagamaan tersebut, mereka merasa dirinya sangat beruntung tidak hanya mereka saja yang mengalami seperti itu orang tuanya juga merasakan hal yang sama setelah mereka mendaptkan tentang pembinaan keagamaan disini anaknya menjadi sangat rajin dan tekun dalam beribadah dan dapat mengamalkan dalam masyarakat” (IM/24-1-2015).
“Yaitu dengan tidak memberi tekanan pada siswa, karena apabila siswa terlalu diberi tekanan maka siswa mungkin akan malas. Dan justru tidak memberikan hasil yang positif. Namun selain tidak memberikan tekanan yang berlebihan kepada siswa, siswa juga harus dituntut disiplin. Jadi siswa harus
xxii
disiplin dan kita sebagai guru yang membina mereka tidak memberikan tekanan” (RA/24-1-2015).
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh bapak MH sebagai berikut: “ pembinaan keagamaan memiliki tujuan agar anak menjadi pribadi yang lebih baik, terutama memberikan pengetahuan dalam bidang agama. Jelaslah pembinaan keagamaan berperan penting dalam pembentukan karakter karena tujuan dari pembentukan karakter sejalan dengan pembinaan keagamaan tersebut”(MH/24-1-2015).
Hal senada juga disampaikan oleh beberapa remaja penerima manfaat mengenai motivasi dalam memebentuk karakter remaja penerima manfaat mengenai pembinaan keagamaan sebagai berikut:
“Sebagian besar siswa disini termotivasi, karena tidak sedikit dari mereka setelah lulus dari balai ini mereka menjadi penceramah, dan justru mereka memotivasi orang-orang lain” (AA/24-1-2015).
“Dengan adannya pembinaan keagaman anak jadi termotivasi dalam kegiatan keagamaan karena dengan motivasi dan
xxiii
semangat yang luar biasa suatu tujuan akan dapat tercapai dan rasa itu tumbuh dari dalam diri individu tersebut” (AD/24-1-2015).
“Terbukti
setelah
mereka
menerima
pembinaan
yang
diterapkan dibalai ini, mereka sering berkunjung kesini yaitu mestipun mereka ada yang bertanya terutama kaitanya tentang agama terutama untuk pengetahuan-pengetahuan yang tidak tahu. Jadi dengan mereka bertanya tersebut maka mereka diluar sana apabila ada hal-hal yang baru dan mereka tidak tahu maka mereka akan mencari tahu. Itu membuktikan bahwa mereka juga termotivasi untuk belajar dan terus belajar” (EC/24-1-2015).
“Tidak jarang dari mereka yang palah membawa atau mengajak teman-teman mereka untuk mengikuti pembinaan disini” (DN/24-1-2015).
“Pembinaan yang dilakukan disini cukup menarik, dan dengan mengikuti pembinaan disini saya menjadi lebih tahu arti dari hidup, dapat membedakan mana yang baik dan benar, dan
xxiv
belum tentu yang dilakukan orang itu benar dan baik dimata Allah, maka saya akan melakukan yang lebih baik lagi dan yang lebih baik. Karena kita hidup cuman sekali dan itupun cuman istilah jawa “mung nunut ngombe” (NI/24-2015).
Selanjutnya hal senada mengenai motivasi untuk membangun karakter unggul remaja penerima manfaat melalui pembinaan keagamaan juga disampaikan oleh AP sebagai berikut:
“Setelah mendapatkan pembinaan disini, saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik, mengerti mana yang baik atau mana yang tidak baik untuk saya...dulu sewaktu di rumah saya kesulitan dalam mempelajari ilmu agama...tapi setelah mengikuti kegiatan disini..saya bisa lebih mudah memahami agama” (AP/24-1-2015).
Hal senada juga dituturkan oleh AS mengenai motivasi dalam membangun karakter melalui pembinaan keagamaan sebagai berikut
“Dulu sewaktu saya sudah tidak bersekolah..saya sempat merasa putus asa...saya sering menyia-nyiakan waktu dengan
xxv
bermain-main dan foya-foya...setelah saya masuk
dan
mengikuti kegiatan disini...saya bisa lebih memanfaatkan waktu saya...dan termotivasi untuk berubah menjadi lebih baik lagi...” (AS/24-1-2015).
“Pembinaan disini sangat baik....karena bisa membuat penerima manfaat termotivasi untuk berubah menjadi baik...” (DA/24-1-2015).
Pembinaan keagamaan dalam kaitannya untuk membentuk karakter unggul sangat mempengaruhi. Dikarenakan sebagian besar siswa setelah mengikuti pembinaan keagamaan dapat menerima manfaat dan bahkan mereka menjadi termotivasi. Dalam melaksanakan ibadahnya dalam menjalankan shalat lima waktu, puasa dan dapat memahami tentang perilaku tercela dan terpuji karena dalam pembinaan keagamaan menyampaikan materi tentang keagamaan yang kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pasalnya, keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu dalam hal pembentukan sikap atau perilaku yang baik.
xxvi
xxvii
BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Remaja Putus Sekolah Hasil wawancara Di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran, pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah dilaksanakan melalui beberapa macam kegiatan pembinaan keagamaan, pembinaan keagamaan berhubungan dengan Tuhan merupakan bagian dari kegiatan bimbingan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan para remaja penerima manfaat sehingga mereka mempunyai kesadaran beragama secara lebih mendalam, dapat melaksanakan ajaran-ajaran agama atau beribadah lebih aktif dan membentuk karakter, sikap mental yang baik. Kegiatan ini bertujuan agar penerima manfaat dapat meningkatkan keteguhan iman terutama memberikan pengertian agar menyadari akibat-akibat dari perbuatan yang tidak benar dan perbuatan yang dapat merugikan masa depannya. Penerima manfaat yang sebelunya belum mengetahui tentang agama diharapkan melelui pem binaan keagamaan ini dapat meningkatkan keimanan serta ibadahnya. Seperti yang diutarakan oleh salah satu penerima manfaat sebagai berikut:
“Manfaat
setelah
mengikuti
pembinaan
keagamaan
sebelumnya saya sholat itu jarang mbak, setelah saya disini dan mendapatkan pembinaan keagamaan saya jadi rajin sholat dan takut akan dosa” (AA/24-1-2015).
Kegiatan pembinaan keagamaan bukan hanya menitikberatkan pada pengetahuan semata, namun lebih ditonjolkan amalan-amalannya
xxviii
seperti shalat berjamaah, tahlilan, yasinan, berzanjian, mujahadah, pengajian iqro, tadarus. Pembinaan keagamaan berhubungan dengan Tuhan diwujudkan dengan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan. Setiap sebelum memulai kegiatan, remaja penerima manfaat diajak untuk senantiasa berdoa terlebih dahulu agar semua kegiatan yang dijalankan dapat berjalan dengan lancar. Tujuannya agar penerima manfaat selalu ingat dan memohon perlindungan kepada Tuhan agar diberikan keselamatan, kelancaran, dan keberkahan segala kegiatan yang akan dilakukan selama pembinaan berlangsung. Pelaksanaan pembinaan keagamaan membutuhkan peran penting dari Bapak/ Ibu pembimbing dan pengasuh. Sebagai seorang pembimbing dan pengasuh harus memberikan contoh sikap yang baik agar dapat ditiru oleh penerima manfaat. Selain itu, pembimbing dan pengasuh harus senantiasa mengajarkan nilai-nilai agama dan mengajak, membimbing, dan mengarahkan remaja penerima manfaat. Seperti yang dituturkan oleh Bapak SB sebagai berikut: “Pembimbing sangat memegang peranan penting dalam bimbingan dalam hal mental agama, jika anak dirumah tidak pernah shalat setelah disini mendapatkan pembimbing yang tidak shalat ya sudah bubar mbak, maka dari itu pembimbing sebisa mungkin memberikan contoh yang baik untuk mereka” (SB/22-12015). Hal diatas merupakan salah satu cara untuk mengajarkan kepada remaja penerima manfaat untuk semakin meningkatkan keimanan kepada Allah . selain itu shalat juga tidak pernah ditinggalkan selama pembinaan
xxix
di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Sebisa mungkin mengerjakan shalat secara berjamaah diusahakan tepat waktu. Selain shalat berjamaah penerima manfaat juga dilatih untuk mengumandangkan adzan dan menjadi imam bagi teman-temanya, kegiatan tersebut dilakukan ketika pembimbing berhalangan datang ke mushola. Menjadi bekal dimana suatu saat nanti akan menjadi imam di keluarganya. Pembinaan keagamaan diharapkan agar remaja penerima manfaat dapat menjadi insan yang lebih beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa setelah keluar dari Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Kegiatan pembinaan keagamaan bagi remaja penerima manfaat dilaksanakan di mushola bagi yang beragama Islam dan yang Non islam pembinaan dilaksanakan di wisma. Kegiatan keagamaan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran sebagai berikut: a. Pengajian Pengajian dilaksanakan setiap hari senin dilaksanakn di mushola dengan mendatangkan ustad dari luar yang merupakan guru agama yang khusus diberikan mengenai fiqh yang diberikan meliputi: tata cara wudhu, shalat, dan kedudukan manusia di akherat. Pengajian mempunyai tujuan untuk memperkokoh kepribadian remaja penerima manfaat agar memiliki pengetahuan tentang agama.
xxx
Pendidikan agama tentang fiqh juga memberikan manfaat bagi penerima manfaat seperti yang dituturkan oleh remaja penerima manfaat sebagai berikut:
“Manfaat setelah mengikuti pembinaan keagamaan saya menjadi lebih baik, sopan, patuh kepada pembina dan dapat mengontrol diri dapat mengetahui mana perbuatan yang baik dan tidak baik” (RS/24-1-2015).
Selain dari segi materi, metode penyampaian dari ustad Muhtadi juga sangat menarik. Bapak Muhtadi menyampaikan materi secara langsung dengan metode ceramah di bantu dengan media whiteboard dan spidol. Dalam penyampaian materinya beliau menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan diselingi dengan humor sesuai dengan kehidupan para remaja penerima manfaat tujuanya agar remaja putus sekolah tidak jenuh. Seperti teori Harsono (1995:342-377) dalam pembinaan keagamaan Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh pembina keagamaan dari dalam lembaga maupun di luar lembaga. Metode ceramah merupakan metode yang sudah lama dipakai dalam proses pembelajaran. Selain menggunakan metode ceramah ustad Muhtadi juga menggunakan metode tanya jawabseperti dalam teori
xxxi
Harsono (1995:342-377) Metode tanya jawab adalah cara penyajian pembinaan dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab. Cara yang ditempuh biasanya pembina keagamaan mengajukan pertanyaan kepada penerima manfaat tentang materi yang telah diajarkan. Metode ini bertujuan bila remaja penerima manfaat belum jelas dalam materi yang telah disampaikan dapat bertanya langsung untuk mengetahui materi tersebut. Metode yang digunakan dalam pelasnaan pembinaan keagamaan di Balai rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran salah satu metode menurut Asmani (2012:67) ialah melalui metode keteladanan di mana tingkah laku meniru dan berlaku sejak kecil, memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan seharihari. Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidik. Anak belajar dari lingkungan terdekat dan mempunyai intensitas rasional yang tinggi, demikian juga dalam dunia pendidikan, proses pembentukan karakter pada anak akan dimulai dengan melihat orang yang akan diteladani. Guru dapat menjadi tokoh idola atau panutan bagi anak. Dengan keteladanan guru dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang kokoh. Teori mengenai metode pembinaan keagamaan melalui metode keteladanan juga disampaikan oleh Dahlan dan Salam dalam (Mursidin, 2011:68) bahwa metode keteladanan merupakan metode yang paling baik dan paling kuat pengaruhnya dalam pendidikan, sebab melalui
xxxii
model yang ada orang akan melakukan proses identifikasi, meniru, dan memeragakan. Orangtua, guru atau siapapun yang menjadi figur idola akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Teori diatas sesuai dengan metode pelaksanaan pembinaan keagamaan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” ungaran. Pelaksanaan pembinaan keagamaan membutuhkan peran penting Bapak/Ibu pembimbing dan pengasuh. Sebagai seorang pembimbing dan pengasuh harus memberikan contoh sikap yang baik agar dapat ditiru remaja penerima manfaat, selain itu pembimbing dan pengasuh senantiasa
mengajarkan
nilai-nilai
agama
dan
mengajak
dan
mengarahkan remaja penerima manfaat. Pengasuh dan pembimbing bisa menjadi model bagi remaja penerima manfaat , misalnya selalu sholat berjamaah di mushola, memberi contoh dengan mengaji, menjaga kebersihan, sopan santun. b. Berzanji Berzanji merupakan rutin yang dilaksanakan di mushola setiap hari selasa malam setelah sholat isya‟. Tujuan kegiatan ini untuk mengirim sholawat kepada Nabi Muhammad Saw. Manfaat mengikuti berzanji juga dirasakan oleh remaja penerima manfaat sebagai berikut: “manfaat nya banyak mbak, saya lebih banyak mendapatkan ilmu tentang pengetahuan agama dan lebih rajin shalat dan bersholawatan,hati menjadi tenang enggak grusa-grusu mbak...
xxxiii
seneng bisa kumpul-kumpul sama teman-teman” (NP/24-12015).
Tujuan diadakannya kegiatan berzanji ini agar remaja penerima manfaat bisa bersholawatan karena masi banyak diantara mereka yang tidak bisa sama sekali, kerena didaerahnya tidak ada kegiatan berzanji.
c. Membaca surat Yasin dan Tahlil Membaca Surat Yasin dan Tahlil merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap hari kamis yang dilaksanakan di mushola. Tujuan kegiatan ini adalah sebagai sarana belajar dan melatih remaja penerima manfaat agar bisa membaca surat Yasin dan Tahlil dengan mengaharap Ridho Allah SWT serta mengirimkan doa Tahlil bagi ruh-ruh yang telah meninggal dunia. Selain itu membaca surat Yasin memiliki beberpa keutamaan, diantaranya adalah apabila ada orang jahat yang meninggal lalu dibacakan surat Yasin maka siksa dialam kubur diringankan oleh Allah Swt dan apabila ada orang yang susah lalu membaca surat yasin maka Allah Swt akan menghilangkan kesedihannya. d. Mujahadah dan Kultum Kegiatan mujahadah dan kultum merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan di mushola
setiap hari selasa. Kegiatan ini memiliki
tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan melatih remaja
xxxiv
penerima manfaat untuk mampu dan percaya diri berbicara di depan umum. Remaja penerima manfaat dilatih untuk menjadi penceramah di depan umum dan terlihat bahwa remaja penerima manfaat dapat melaksanaknnya, mereka mampu memimpin sebuah acara mulai dari memimpin membuka acara, memimpin doa dan dzikir serta mampu menjadi layaknya seorang ustad yang sedang memberikan ceramah sebenarnya. e. Tadarus Al-qur‟an dan Baca Iqra‟ Kegiatan tadarus Al-qur‟an dan membaca Iqra‟ dilaksanakn secara rutin setiap hari minggu. Melalui kegiatan ini diharapkan remaja penerima manfaat dapat belajar membaca Al-qur‟an karena masih banyak yang belum lancar dalam membaca Al-qur‟an. Selain itu, dalam kegiatan ini remaja penerima manfat juga diajarkan mengenai tajwid, tanda baca dalam Al-qur‟an. Seperti yang dituturkan oleh bapak Sobirin selaku pembina sebagai berikut:
“kebanyakan dari mereka belum bisa membaca Al-qur’an dengan lancar dan belu benar cara membacanya baik dalam tanda baca (wasol, waqof dan lain-lain). Kebanyakan masi belum faham mengenai tajwidnya” (SB/24-1-2015).
xxxv
Membaca temuan diatas kaitannya dengan pelaksanaan pembinaan keagamaan di balai resos. Pada dasarnya dilakukan secara intensif setiap hari dan terus menerus hal ini di buktikan dengan dilaksanakannya shalat berjamaah yang merupakan bagian dari kegiatan pembinaan keagamaan. Pemberian materi keagamaan dilaksanakan setiap malam oleh petugas pembina dari Balai Resos dan bekerjasama dengan departemen agama. Tujuan dilaksankannnya pembinaan keagamaan ini adalah:
“Agar mereka memiliki bekal untuk melaksanakan ibadah semaksimal mungkin,sebagus mungkin ,dalam menjalankan ibadah. Tujuanya juga untuk memperbaiki mental mereka mbak, dan diharapkan setelah mereka mendapatkan pembinaaan keagamaaan di balai mereka mempunyai perubahan sikap yang baik. Pembinaan keagamaan juga untuk membimbing remaja agara mereka mengetahui tentang ajaran-ajaran islam” (SB/22-1-2015).
Bapak Sobirin menyampaikan bahwa pelaksanaan tadarus pe anak satu ayat selesai jam 20.00 kemudian sisa 30 m3nit untuk membahas tentang tajwid tanda baca dalam Al-qur‟an dan tanda baca tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Kalau untuk Iqra‟ saya serahkan kepada teman-temanya yang lebih bisa dan menguasai untuk membantu teman yang belum bisa. Harapannya setelah baca Iqra‟ mereka nanti dapat membaca Al-qur‟an.
xxxvi
Menurut penuturan Bapak Sobirin dapat disimpulkan bahwa tujuan dilaksanakannya pembinaan keagamaan yaitu Tujuan dari pembinaan keagamaan yang dilaksanakan di balai resos ini antara lain agar remaja memiliki bekal dalam melaksanakan ibadahnya semaksimal mungkin. Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa pelasanaan pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran dilakukan dengan membiasakan remaja untuk selalu berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan aktivitas dan juga melalui kegiatan keagamaan bagi Remaja yang beragama Islam, bimbingan keagamaan dilaksanakan di mushola melalui pemberian materi pendidikan agama Islam mengenai fiqh dan berkaitan dengan kegiatan sosial umat Islam di dalam hidup bermasyarakat shalat berjamaah, membaca surat Yasin dan Tahlil, berzanji, Mujahadah, pengajian, Membaca Iqra‟, tadarus Al-qur‟an, latihan memberikan kultum. Pelaksanaan pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran melalui metode pembiasaan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Asmani (2012:67) bahwa Metode pembiasaan atau dalam istilah psikologi pendidikan dikenal dengan istilah operan conditioning. Siswa diajarkan untuk membiasakan berperilaku terpuji, giat belajar, bekerja keras, bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan. Quthb
xxxvii
dalam Mursidin (2011:69) juga menjelaskan bahwa pembiasaan memegang kedudukan yang istimewa dalam pendidikan sebab dengan pembiasaan hal yang semula dianggap berat akan menjadi ringan, yang susah menjadi mudah dan yang kaku menjadi gesit, lancar dan dinamik. Kegiatan pembinaan keagamaan di Balai Resos mempunyai tujuan sesuai dengan teori yang disampaikan oleh sutarto (2007:46) yang menjelaskan bahwa Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran sebagai salah satu bentuk pendidikan non formal sebagai sub sistem dari sistem pendidikan nasional di selenggarakan bersama-sama oleh
pemerintah
dan
masyarakat,
mempunyai
tujuan
untuk:
meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, dan menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri, serta bersamasama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. B. Fungsi pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah Fungsi pembinaan keagamaan di Balai Resos antara lain penerima manfaat diharapkan dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan dan memiliki pengetahuan tentang keagamaan. Seperti yang disampaikan oleh ibu AS sebagai berikut: “Fungsi pembinaan keagamaan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang agama kepada remaja putus sekolah dan setelah mendapatkan pembinaan keagamaan remaja
xxxviii
tersebut dapat merubah sikap dan perilaku serta dapat mengembangkan
keterampilan
yang
diperolehnya
dalam
pembinaan yang telah diberikan di sini” (AS/24-1-2015/13.31).
Fungsi dari pembinaan keagamaan pada remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran tentunya disesuaikan dengan visi dan misi Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Secara garis besar pembinaan ini berfungsi untuk mendidik remaja putus sekolah supaya mereka memiliki sikap yang lebih baik dari sebelumnya lebih mandiri dan sejahtera serta mengembalikan kondisi mental psikologis dan sosial sasaran penanganan dalam kehidupan sehari-hari agar mampu melaksanakan fungsi sosial dalamkehidupan sehari-hari. Berdasarkan teori Zuriah (2008,104-105) yang menyatakan fungsi/ kegunaan pendidikan antara lain ialah: sebagai pengembangan yaitu untuk meningkatkan perilaku yang baik bagi peserta didik yang telah tertanam dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, sebagai perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kelemahan peserta didik dalam perilaku sehari-hari sebagai pencegahan yaitu mencegah perilaku negatif yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa. Berdasarkan teori diatas pembinaan keagamaan yang dilaksanakan di Balai Rehabilitasi Sosial
“Wira
Adhi
Karya”
Ungaran
sebagai
mengembangkan dan meningkatkan perilaku remaja
xxxix
sarana
untuk
pada sikap dan
perilaku yang baik yang telah tertanam di rumah maupun masyarakat, memperbaiki kesalahan/ kekurangan
pada sikap dan perilaku yang
dimiliki remaja putus sekolah dan untuk mencegah perilaku negatif yang tidak sesuai dengan ajaran agama, norma sosial, dan norma hukum. Dalam landasan teori yang dijelaskan pada Bab II dijelaskan bahwa fungsi pembinaan mencakup tiga hal antara lain: penyampaian informasi dan pengetahuan dan pengembangan sikap, latihan dan pengembangan kecakapan serta keterampilan (Mangunhardjana, 1986:14). Berdasarkan teori diatas Fungsi pembinaan keagamaan yang diberikan kepada remaja putus sekolah adalah dapat merubah sikap dan perilaku serta dapat mengembangkan
keterampilan.
Selain
itu,
pembinaan
keagamaan
mempunyai fungsi memperdalam ilmu pengetahuan tentang agama dan dapat mengaplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Secara garis besar pembinaan keagaman ini berfungsi untuk mendidik remaja putus sekolah supaya mereka memiliki sikap yang lebih baik dari sebelumnya lebih mandiri dan sejahtera serta mengembalikan kondisi mental psikologis dan sosial sasaran penanganan dalam kehidupan sehari-hari agar mampu melaksanakan fungsi sosial dalam tatanan kehidupan dan penghidupan bermasyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak SK sebagai berikut: “Sebenarnya pembinaan disini berfungsi sebagai proses pembiasaan atau behavioral bagi remaja. Melalui kegiatan yang ada disini, seperti apel kan intinya biar anak itu disiplin
xl
menaati aturan jadi, remaja nanti akan menjadi anak yang bertanggung jawab dan disiplin” (SK/24-1-2015).
Manfaat pelaksanaan pembinaan keagamaan yaitu penerima manfaat diharapkan menjadi pribadi yang disiplin dalam beribadah Manfaat dari pembelajaran ini antara lain anak menjadi lebih tertata dan dan memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan semua kewajibannya selain itu anak akan memiliki kesadaran untuk mengikuti tata tertib maupun norma-norma yang berada di lingkungannya. Seperti penuturan AD sebagai berikut: “Meningkatkan kedisiplinan dalam menjalankan sholat lima waktu dan meningkatkan rasa tanggung jawab” (AD/24-12015)
Kegiatan pembinaan keagamaan tersebut mempunyai manfaat bagi remaja putus sekolah karena dapat meningkatkan keteguhan imannya terutama memberikan pengertian agar menyadari akibat-akibat dari perbuatan yang benar dan perbuatan-perbuatan yang salah. Remaja yang sebelumnya kurang pendidikan agamanya diharapkan melalui pembinaan keagamaan ini dapat meningkatkan keimanan serta ibadahnya. Seperti yang dituturkan oleh KK sebagai berikut:
xli
“ Dulu waktu dirumah sholat saya suka bolong-bolong mbak, kadang kalau sholat subuh nggak bisa bangun, kalau disini saya malah lebih rajin, intinya saya jamaahnya tidak pernah bohong kalau disini” (KK/24-1-2015).
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh
DN mengenai
peningkatan ibadahnya sewaktu Di Balai Resos dibandingkan ketika dirumah yaitu:
“sholatnya sih rajin disini mba daripada waktu dirumah, waktu dirumah kadang sholatnya Cuma magrib sama isya yang lainnya terabaikan karena males mbak, kalau disini kan bisa sama jamaah dan temannya”(DN/24-1-2015).
Manfat yang diperoleh dari pembinaan keagamaan antara lain remaja penerima manfaat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT., selalu mengingatNya, dan remaja penerima manfaat akan menjadikanNya sebagai motivasi dan tujuan hidupnya tidak lain adalah untuk beribadah hanya kepadaNya.
xlii
C. Pembinaan
Keagamaan
dapat
Membangun
Motivasi
untuk
Membangan Karakter Unggul Remaja Putus Sekolah Di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran. Pembinaan yang dilakukan di balai rehabilitasi ini yaitu dengan cara memberikan pelajaran tentang keagamaan dan bagi mereka yang sangat kurang bahkan sedikitpun belum mengetahui tentang agama maka dibalai Resos melaksanakan
program pembinaan keagamaan untuk
membina penerima manfaat secara intensif dan dengan adanya pembinaan tersebut maka penerima manfaat dapat termotivasi untuk melaksanakan ibadah dan menjahui hal-hal yang tidak baik. Pembinaan
keagamaan
di
Balai
Resos
memprioritaskan
pembelajaran tentang agama tujuannya menumbuhkan jiwa agama remaja penerima manfaat. Pembina beranggapan jika remaja penerima manfaat yang memiliki jiwa spiritual yang baik maka akan tertanam nilai-nilai luhur yang kelak akan menjadi karakter pada remaja penerima manfaat dan diharapkan pembelajaran agama akan menjadi bekal kemudian ketika remaja penerima manfaat berada di lingkungan nya. Bila jiwa agama telah tumbuh dalam jiwa anak, maka tugas pendidik selanjutnya adalah menjadikan nilai-nilai agama sebagai sikap beragama siswa. Sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya kepada agama. Sikap keagamaan tersebut karena adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai
xliii
unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur psikomotorik. Jadi sikap keagamaan pada anak sangat berhubungan erat dengan gejala kejiwaaan anak yang terdiri dari tiga aspek tersebut (Sahlan, 2010:70). Pintrich dan schunk (1996) mengemukakan bahwa banyak guruguru yang berusaha memotivasi siswa berdasarkan pemahaman intuisinya. Walaupun pemahaman secara intuisi tersebut dapat membantu mereka dalam meningkatkan komitmen siswa-siwa untuk belajar, namun dengan demikian pemahaman yang di dasarkan pada teori-teori tentang motivasi belajar akan lebih membantu para guru dalam merencanakan dan menentukan
secara
sistematik
tindakan
apa
yang
tepat
untuk
meningkatkan motivasi siswa. Dengan adannya pembinaan kegamaan dapat menjadikan motivasi bagi penerima manfat untuk lebih taat dalam menjalankan ibadah. Pembinaan keagamaan juga bertujuan untuk membangun karakter unggul bagi remaja penerima manfaat dalam teori bab II menjelaskan tentang landasan dasar pendidikan karakter, pendidikan karakter berorientasi pada pembentukan manusia yang berakhlak mulia dan berkepribadian luhur. Maka dalam hal ini, landasan dasar daripada pendidikan karakter adalah sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
xliv
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” Setelah mempunyai motivasi remaja penerima manfaat dapat lebih mudah untuk membangun karakter yang baik, pembina dan pengasuh juga mempunyai keinginan dan tujuan untuk membangun karakter yang baik. Selanjutnya menurut pendapat Al Qairawani dalam Megawangi (2004: 7) memaparkan bahwa begitu banyak manusia yang tahu perilakunya yang buruk tetapi tidak mampu mengubahnya. Diperlukan suatu pendekatan pendidikan karakter yang eksplisit, yang mencakup bukan saja kesadaran atau pengetahuan tentang baik dan buruk, tetapi juga mencakup bagaimana menumbuhkan cinta kepada kebajikan, dan melatih secara terus menerus perbuatan baik dalam tindakan nyata, sehingga sifat-sifat baik menjadi ciri khas manusia Indonesia Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran bekerjasama dengan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dengan mengadakan kegiatan pembinaan Karakter yang dilaksanakan selama 10 hari yang diikuti oleh perwakilan dari beberapa Balai Rehabilitasi Sosial yang ada di Jawa Tengah. Materi yang diberikan dalam program pembinaan karakter bertujuan agar adannya perubahan sikap dan perilaku, menjadi teladan bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS) lain, menjadi
Motivator di Balai Rehabilitasi Sosial masing-masing serta menjadi manusia yang mandiri dalam kehidupan bermasyarakat.
xlv
Setelah menerima program tersebut penerima manfaat di Balai Rehabilitasi Sosial terjadi perubahan dimana mereka termotivasi untuk merubah kearah yang lebih baik (kepribadian).
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial sudah dilaksanakan secara terpadu melalui kegiatan
keagamaan
dengan
mengedepankan
pada
aspek
rehabilitasi perilaku dan rehabilitasi sosial psikologis yang meliputi pembinaan moral berhubungan dengan Tuhan, sesama manusia (sosial), diri sendiri, dan lingkungan (alam). Kegiatan pembinaan keagamaan meliputi: pengajian (kajian tentang Fiqh), mujahadah dan berzanji, pembelajaran tentang BTQ, yasinan dan tahlil penagajian rutin, tadarus Al-qur‟an. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan yaitu: metode ceramah, tanya jawab, pembiasaan dan keteladanan dan setiap pembinaan selesai pembina selalu mengadakan evaluasi. Tujuan pelaksanaan pembinaan keagamaan agar penerima manfaat untuk mengarahkan remaja tentang
arti
pentingnya
xlvi
pengetahuan
tentang
agama
dan
mempunyai kesadaran untuk melaksanakannya. Supaya bermanfaat di dunia dan di akhirat kelak. 2. Fungsi pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” setelah mendapatkan pembinaan keagamaan dapat mengembangkan pengetahuan yang telah didapatkannya, dan keterampilan serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Pembinaan
keagamaan
dapat
membangun
motivasi
dan
membentuk karakter unggul Remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” dengan adanya pembinaan keagamaan dapat meningkatkan keimanan dalam beribadah, dan mempunyai pribadi yang baik, tanggung jawab dalam tugas yang telah di berikan
sehingga remaja dapat melaksanakan fungsi
sosialnya secara wajar. B. Saran Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian, saran peneliti sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah a. Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah diharapkan dapat meningkatkan kualitas
serta
kuantitas
program-program
pembinaan karakter bagi remaja putus sekolah
xlvii
sebagai bekal remaja agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik. b. Pemerintah daerah melalui Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pekerja sosial melalui program pelatihan/ diklat guna kemajuan proses pelayanan, pembinaan, dan rehabilitasi sosial bagi remaja putus sekolah. 2. Bagi Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran a. Kegiatan
pembinaan
dijalankan
secara
keagamaan
semaksimal
agar
mungkin
lebih dan
diharapkan adannya partisipasi pembimbing atau pegawai lainnya bahkan pimpinan Balai dalam kegiatan tersebut untuk menambah motivasi remaja b. Pembimbing maupun pengasuh harus sabar dengan menganggap
mendidik
memberikan
bimbingan
anak kepada
sendiri remaja
dalam putus
sekolah dengan memperhatikan berbagai latar belakang, karakteristik dan kepribadian mereka yang berbeda-beda. c. Memberikan motivasi kepada remaja putus sekolah dalam segala bentuk kegiatan. 3. Bagi Remaja Penerima Manfaat
xlviii
a. Remaja penerima manfaat dapat senantiasa bersikap dan berperilaku sesuai norma-norma yang berlaku di masyarakat setelah mendapatkan pembinaan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran dan mampu menghilangkan perilaku negatif yang dapat menghancurkan masa depan mereka. b. Remaja
penerima
manfaat
harus
mampu
mengoptimalkan kegiatan bimbingan yang telah disampaikan agar mampu memotivasi dirinnya sendiri bahwa pembinaan dalam bentuk bimbingan banyak memberikan manfaat bagi dirinya. c. Remaja
penerima
membiasakan
diri
manfaat untuk
harus
berlatih
mengikuti
kegiatan
keagamaan dan kegiatan yang lain yang telah di programkan agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi, kondisi, dan program kegiatan, yang ada selama
mendapatkan
pembinaan
di
Balai
Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran.
xlix
Penerima manfaat sedang medapatkan ketrampilan otomotif
l
Penerima manfaat sedang melakukan keterampilan las
Penerima manfaat melakukan keterampilan las otomotif
li
Penerima manfaat sedang mendengarkan materi yang disampaikan oleh pembina
Penerima manfaat sedang melaksanakankegiatan yasinan dan tahlil
lii
Penerima manfaat sedang mendengarkan ceramah dari ust Muhtadi
Penerima manfaat melaksanakan kegiatan pengajian
liii
Jadwal petugas sholat jum‟at
Penerima manfaat melaksanakan makan bersama-sama
liv
Penerima manfaat melaksanakan kegiatan belajar bersama
Penerima manfaat sedang mengerjakan soal yang diberikan oleh pembina
lv
Wawancara dengan penerima manfaat
Wawancara dengan penerima manfaat
lvi
Penerima manfaat sedang melaksanakan sholat jamaah bersama
Penerima manfaat sedang melaksanakan sholat jamaah bersama
lvii
Wawancara dengan bapak Sobirin
lviii
Lampiran 1 Pedoman Wawancara A. Identitas Informan Kode Responden
:
Hari/Tanggal
:
Waktu
:
B. Komponen Tujuan pembinaan, Bentuk kegiatan, Materi Pembinaan, Metode/media yang digunakan, Fungsi pembinaan, Manfaat pembinaan, Metode pembentukan karakter. C. Butir-Butir Pertanyaan 1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya “ Ungaran? 2. Apa tujuan anda mengikuti pembinaan keagamaan? 3. Apa saja bentuk kegiatan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? 4. Apakah ada sanksi/hukuman apabila tidak mengikuti pembinan keagamaan? 5. Materi apa saja yang diberikan dalam pembinaan keagamaan bagi remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran 6. Jenis media apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? 7. Jenis metode apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? 8. Bagaimana fungsi pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? 9. Apakah manfaatnya ketika anda mengikuti pembinaan keagamaan? 10. Setelah mendapatkan materi tentang pembinaan keagamaan apakah anda mempunyai motivasi dalam beribadah? 11. Setelah anda mengikuti pembinaan keagamaan apakah anda merasa ada perubahan perilaku atau sikap dalam diri anda?
lix
Lampiran 2 Kode Penelitian Pembinaan Keagamaan dan Pendidikan Karakter bagi Remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “ Wira Adhi Karya” Ungaran
A. Responden Kode
Nama Sobirin
SB Eni Candra EC Rosi Aning RA Putri PT Fita Listiani FL Rara RR Muhtadi MH Dian DN Rizki RZ
lx
Asgi Atunisa AA Ady AD Nur Indah NI
lxi
TRANSKIP WAWANCARA 1 Informan : Rara Hari/tanggal : 24 Januari 2015 Pukul :09.00 – 09.15 WIB Peneliti
:
Informan
:
Peneliti Informan
: :
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti Informan
: :
Peneliti Informan
: :
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti Informan
: :
Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya “ Ungaran? Pelaksanaan pembinaan yang dilakukan di balai rehabilitas ini yaitu dengan cara membina dan membimbing mereka dengan memotivasi, karena motivasi inilah merupakan awal dari pembinaan. Dan setelah termotivasi maka mereka yang telah putus sekolah akan dengan sendirinya mau melaksanakan proses keagamaan. Apa tujuan anda mengikuti pembinaan keagamaan? Tujuan saya mengikuti pembinaan keagamaan di balai untuk memperdalam dan memahami ilmu agama lebih luas” mbak.... Apa saja bentuk kegiatan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? Melakukan upaya sholat lima waktu secara berjamaah, pengajian umum, berjanjen, mujahaadah, pengajaran iqro dan al-qur‟an, hafalan surat pendek, sholat tarawih, sholat idul fitri dan idul adha, dan juga ada pembagian hewan kurban pada saat idul adha. Apakah ada sanksi/hukuman apabila tidak mengikuti pembinan keagamaan? Ada mbak..... kadang suruh lari keliling lapangan, kadang juga suruh mimpin doa sebelum kegiatan dimulai. Materi apa saja yang diberikan dalam pembinaan keagamaan bagi remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran Pembinaan keagamaan yang mengisi disini yaitu balai rehabilitasi sosial bekerjasama dengan departemen agama semarang, yaitu bapak Muhtadi materi yang disampaikan yaitu kajian tentang fiqh, tariqh islam, dan ilmu tajwid. Jenis media apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Media yang digunakan biasannya alqur‟an, kitab, papan tulis dan spidol mbak,..... Jenis metode apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Metode yang digunakan itu ceramah,evaluasi, tanya jawab mengenai keagamaan. Bagaimana fungsi pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? Fungsi pembinaan keagamaan disini tentu ya untuk membentuk siswa agar sesuai syariat islam. Dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Apakah manfaatnya ketika anda mengikuti pembinaan keagamaan? manfaat nya banyak mbak, saya lebih banyak mendapatkan ilmu
lxii
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti Informan
: :
tentang pengetahuan agama dan lebih rajin shalat dan bersholawatan,hati menjadi tenang enggak grusa-grusu mbak... seneng bisa kumpul-kumpul sama teman-teman. Setelah mendapatkan materi tentang pembinaan keagamaan apakah anda mempunyai motivasi dalam beribadah? Dengan adannya pembinaan keagaman saya menjadi termotivasi dalam kegiatan keagamaan karena dengan motivasi dan semangat yang luar biasa suatu tujuan akan dapat tercapai dan rasa itu tumbuh dari dalam diri saya. Setelah anda mengikuti pembinaan keagamaan apakah anda merasa ada perubahan perilaku atau sikap dalam diri anda? Banyak mbak.... saya jadi tambah rajin sholatnya gak bolong-bolong, dan menjadi tenang rasannya,,...
TRANSKIP WAWANCARA 2 Informan : Eni Candra Hari/tanggal : 24 Januari 2015 Pukul : 09.15- 09.30 WIB Peneliti : Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya “ Ungaran? Informan : Disini kami dibimbing dan diarahkan agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Serta di motivasi untuk mengapai cita-cita setinggi langit Peneliti : Apa tujuan anda mengikuti pembinaan keagamaan? Informan : Saya merasai lmu agama saya masih kurang Peneliti : Apa saja bentuk kegiatan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? Informan : Disini kami diajari mengaji, berceramah serta mempelajari kitab dan hadits
lxiii
Peneliti
Informan
: Apakah ada sanksi/hukuman apabila tidak mengikuti pembinan keagamaan? : Ada, disini hukumanya menghafalkan surat-surat pendek atau lari keliling lapangan. : Materi apa saja yang diberikan dalam pembinaan keagamaan bagi remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? : Fiqih, rukun iman, rukun islam dll
Peneliti Informan Peneliti Informan
: : : :
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti Informan Peneliti
: : :
Informan
:
Peneliti
: Setelah anda mengikuti pembinaan keagamaan apakah anda merasa ada perubahan perilaku atau sikap dalam diri anda? : Sekarang saya menghindari sifat-sifat yang bias membawa saya terjerumus dalam dosa
Informan Peneliti
Informan
Jenis media apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Media yang digunakan biasannya alqur‟an, kitab, papan tulis dan alat tulis Jenis metode apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Metode yang sering digunakan adalah ceramah yang di dalamnya terdapat sesi Tanya jawab mbak,,, Bagaimana fungsi pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? Fungsi pembinaan adalah membentuk karakter umat islam yang mempunyai semangat hidup untuk lebih baik lagi dari sekarang Apakah manfaatnya ketika anda mengikuti pembinaan keagamaan? Saya lebih tau tentang agama islam sehingga memperkua tkeimanan saya. Setelah mendapatkan materi tentang pembinaan keagamaan apakah anda mempunyai motivasi dalam beribadah? Iya,saya merasa masih terlalu awam dalam hal agama islam jadi saya lebih bersemangat dalam memperbaiki ibadah saya
lxiv
Informan Hari/tanggal Pukul Peneliti :
TRANSKIP WAWANCARA I : Putri : 24 Januari 2015 : 09.30- 09.45 WIB Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya “ Ungaran? Kami disini dibimbing atau diarahkan kejalan yang benar. Dan dimotivasi untuk tetap semangat meskipun kami adalah anak-anak yang putus sekolah Apa tujuan anda mengikuti pembinaan keagamaan? Saya ingin mencari ketenangan hidup dengan mempelajari agama lebih dalam lagi Apa saja bentuk kegiatan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? Membaca dan menghafalkan al-quran. sholat berjamaah, sertapengajian Apakah ada sanksi/hukuman apabila tidak mengikuti pembinan keagamaan? Ada, menghafalkan surat-surat pendek Materi apa saja yang diberikan dalam pembinaan keagamaan bagi remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran Materi yang disampaikan meliputi keimanan serta motivasi untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi orang lain Jenis media apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Al-quran, hadits, kitab kuning, kitab berjanjen dan papan tulis Jenis metode apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Ceramah mbak Bagaimana fungsi pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? Fungsi pembinaan keagamaan sebagai benteng pertahanan diri dari gangguan dan godaan syetan Apakah manfaatnya ketika anda mengikuti pembinaan keagamaan? Saya lebih tahu agama islam lebih jelas dan mendetail. Setelah mendapatkan materi tentang pembinaan keagamaan apakah anda mempunyai motivasi dalam beribadah? Iya, karena saya takut masu kneraka, dimana kita tahu bahwa siksa neraka itu sangat pedih.
Informan
:
Peneliti Informan
: :
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti Informan Peneliti
: : :
Informan
:
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti
: : : : :
Informan
:
Peneliti Informan Peneliti
: : :
Informan
:
Peneliti
: Setelah anda mengikuti pembinaan keagamaan apakah anda merasa ada perubahan perilaku atau sikap dalam diri anda?
lxv
Informan
: Iya, Saya merasa berdosa apabila mengingat kesalahan lalu yang telah saya lakukan TRANSKIP WAWANCARA I Informan : Fita Listiani Hari/tanggal : 24 Januari 2015 Pukul : 09.45-10.00 WIB Peneliti : Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya “ Ungaran? Informan : Disini kami dibimbing agar tidak salah pergaulan dalam hidup bermasyarakat, bahkan kami harus bias menjadi orang yang bermanfaat Peneliti : Apa tujuan anda mengikuti pembinaan keagamaan? Informan : Saya mau mengisi waktu luang yang lebih bermanfaat mbak Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
: Apa saja bentuk kegiatan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? : Disini kami diajak untuk sholat berjamaah, mengaji bersama, dan pengajian : Apakah ada sanksi/hukuman apabila tidak mengikuti pembinan keagamaan? : Yang tidak ikut nanti hukumanya lari keliling lapangan mbak : Materi apa saja yang diberikan dalam pembinaan keagamaan bagi remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran : Kami disini diberikan bekal agama hamper mendetail dari ilmu fiqih, tariqh islam
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti
: : : : :
Informan
:
Peneliti Informan
: :
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti
: Setelah anda mengikuti pembinaan keagamaan apakah anda merasa ada perubahan perilaku atau sikap dalam diri anda? : Iya mbak, sekarang sayadalam bertindak lebih bias menggunakan akal yang lebih terbuka dan khusnudzon
Informan
Jenis media apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Ql-quran, hadits dan kitab-kitab lain Jenis metode apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Metode yang yang diapakai adalah ceramah Bagaimana fungsi pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? Fungsi pembinaan keagamaan disini adalah sebagai benteng keimanan dari godaan syetan. Apakah manfaatnya ketika anda mengikuti pembinaan keagamaan? Saya mendapat ilmu agama yang lebih banyak yang sebelumnya saya kurang dapatkan dari lingkungan keluarga Setelah mendapatkan materi tentang pembinaan keagamaan apakah anda mempunyai motivasi dalam beribadah? Iya, karena disini diajarkan bahwa amal yang di hisab pertama kali adalah sholat. Jadi saya termotivasi dalam memperbaiki dan menjaga ibadah sholat saya
lxvi
TRANSKIP WAWANCARA I Informan Hari/tanggal Pukul Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti
: Dian : 24 Januari 2015 : 10.00-10.15 WIB : Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya “ Ungaran? : Remaja yang ikut pembinaan mendapatkan nasihat tentang agama dan motivasi dalam menjalani hidup meskipun kami telah putus sekolah namun harus tetap semangat. : Apa tujuan anda mengikuti pembinaan keagamaan? : Ingin mempertebal iman : Apa saja bentuk kegiatan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? : Banyak kegiatan sih mbak , diantaranya ada sholat berjmaah dan mengaji bersama-sama : Apakah ada sanksi/hukuman apabila tidak mengikuti pembinan keagamaan? : Iya ada mbak, terkadang remaja yang tidak mengikuti pembinaan mendapatkan sangsi membersihkan kamar mandi : Materi apa saja yang diberikan dalam pembinaan keagamaan bagi remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran
lxvii
Informan
:
Materi yang disampaikan secara keseluruhan mengarah tentangimandanislam
Peneliti Informan Peneliti Informan
: : : :
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti Informan Peneliti
: : :
Jenis media apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Al-quran, menonton video tentang motivasi agama Jenis metode apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Metode yang dipakai disini biasanya ceramah dan disambung dengan Tanya jawab oleh para peserta Pembina dengan pengisi ceramah Bagaimana fungsi pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? Fungsinya adalah sebagai benteng keimanan kita terhadap godaaan syetan Apakah manfaatnya ketika anda mengikuti pembinaan keagamaan? Saya lebih memahami tentang agama islam lebih mendalam Setelah mendapatkan materi tentang pembinaan keagamaan apakah anda mempunyai motivasi dalam beribadah?
Informan Peneliti
: :
Informan
:
Sekarang saya lebih termotivasi untuk berlomba” dalam beribadah Setelah anda mengikuti pembinaan keagamaan apakah anda merasa ada perubahan perilaku atau sikap dalam diri anda? Iya mbak, sekarang saya menjadi lebih baik dalam berperilaku
lxviii
TRANSKIP WAWANCARA I Informan : Rizki Hari/tanggal : 24 Januari 2015 Pukul : 10.15-10.30 WIB Peneliti : Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya “ Ungaran? Informan : Pelaksanaan pembinaan yang dilakukan dengan pembimbing dalam hal moral, sosial dan agama Peneliti : Apa tujuan anda mengikuti pembinaan keagamaan? Informan : Ingin mencari ketenangan hidup dengan mendekatkan diri dengan agama. Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
: Apa saja bentuk kegiatan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? : Ada banyak mbak,,, diantaranya sholat lima waktu secara berjamaah, pengajian umum, berjanjen, mujahaadah, pengajaran iqro dan al-qur‟an, hafalan surat pendek, sholat tarawih, sholat idul fitri dan idul adha, dan juga ada pembagian hewan kurban pada saat idul adha. : Apakah ada sanksi/hukuman apabila tidak mengikuti pembinan keagamaan? : Ada mbak..... biasanya disuruh lari keliling lapangan atau membersihkan kamar mandi : Materi apa saja yang diberikan dalam pembinaan keagamaan bagi remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran : Materi yang disampaikan dalam pembinaan keagaman di balai ini ada banyak mbak, termasuk dalam hidup beragama di masyarkat. : Jenis media apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? : Biasanya oaring memberikan pembinaan menggunakan media yang telah ada beupa alquran serta papan tulis. : Jenis metode apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Metode yang digunakan dalam pembinaan lebih banyak dengan metode : Tanya jawab langsung kepada pembina. Bagaimana fungsi pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai : Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? Fungsi pembinaan agama disini adalah membentengi para kami para remaja : dari dampak buruk yang ada di masyarakat. : Apakah manfaatnya ketika anda mengikuti pembinaan keagamaan? : Sayamerasakehidupansayalebihtentramdantidakkemrungsunglagimbak,,, Setelah mendapatkan materi tentang pembinaan keagamaan apakah anda : mempunyai motivasi dalam beribadah? Dengan materi yang saya dapat dari pembinaan membuat saya lebih baik lagi : dalam menjalankan ibadah. : Setelah anda mengikuti pembinaan keagamaan apakah anda merasa ada perubahan perilaku atau sikap dalam diri anda? : Iya mbak, saya lebih bias menjaga sopan santun lebih baik dari pada sebelumnya.
lxix
Informan Hari/tanggal Pukul Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti
TRANSKIP WAWANCARA I : Asgi Atunisa : 24 Januari 2015 : 10.30-10.45 WIB : Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya “ Ungaran? : Pelaksanaan pembinaan yang dilakukan di balai rehabilitas ini yaitu dengan cara membina dan membimbing mereka dengan memotivasi, karena motivasi inilah merupakan awal dari pembinaan. Dan setelah termotivasi maka mereka yang telah putus sekolah akan dengan sendirinya mau melaksanakan proses keagamaan. : Apa tujuan anda mengikuti pembinaan keagamaan? : Tujuan saya ikut pembinaan ini untuk memperkuat rasa keimanan saya mbak,,, : Apa saja bentuk kegiatan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? : Selama disini kegiatan pembinaan yang saya dapat berupa sholat berjamaah, mengaji, berjanji serta kegiatan di hari-hari besar umat islam seperti idul adha, idul fitri dan maulid nabi. : Apakah ada sanksi/hukuman apabila tidak mengikuti pembinan keagamaan? : Ada mbak..... salah satunya disuruh jadi imam sholat berjamaah. : Materi apa saja yang diberikan dalam pembinaan keagamaan bagi
lxx
Informan
:
Peneliti Informan Peneliti Informan
: : : :
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti Informan Peneliti
: : :
Informan Peneliti
: :
Informan
:
remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran Pembinaan keagamaan disini lebih banyak ditekankan ke fiqih, kitab kuning serta tajwid Al-Quran . Jenis media apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Media yang dipake sering al-quran dan papan tulis mbak Jenis metode apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Metode yang dipakai dalam pembinaan serinya menggunakan metode tanya jawab. Bagaimana fungsi pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? Fungsi pembinaan keagamaan disini adalah siswa bias membentengi diri dari pengaruh buruk yang ada dimasyarakat dengan keimanan. Apakah manfaatnya ketika anda mengikuti pembinaan keagamaan? Sekarang saya lebih sopan dalam bertindak dan berkata-kata mbak,,,, Setelah mendapatkan materi tentang pembinaan keagamaan apakah anda mempunyai motivasi dalam beribadah? Saya lebih termotivasi untuk beribadah lebih baik lagi dari sekarang. Setelah anda mengikuti pembinaan keagamaan apakah anda merasa ada perubahan perilaku atau sikap dalam diri anda? Ada mbak,,, sekarang sifat egois saya sudah mulai bias terkontrol
lxxi
Informan Hari/tanggal Pukul Peneliti Informan Peneliti
TRANSKIP WAWANCARA I : Nur Indah : 24 Januari 2015 : 10.45-11.00 WIB : Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya “ Ungaran? : Disini kami dididik dan dibin auntuk tetap bersemangat meskipun kami anak-anak yang putus sekolah.. : Apa tujuan anda mengikuti pembinaan keagamaan?
Informan Peneliti
: :
Informan
:
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti Informan
: :
Peneliti Informan
: :
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti Informan
: :
Peneliti
:
Informan
:
Peneliti
:
Ingin mempelajari ilmu agama lebih dalam lagi Apa saja bentuk kegiatan pembinaan keagamaan remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? Disini kami belajar mengaji, sholat berjamaah , mempelajari kitab dan hadits Apakah ada sanksi/hukuman apabila tidak mengikuti pembinan keagamaan? Anak yang nakal tidak mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan akan mendapat hukuman lari keliling lapanga atau disuruh mengahfalkan bebrapa surat-surat pendek yang ada di al-quran Materi apa saja yang diberikan dalam pembinaan keagamaan bagi remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran Secara keseluruhan materi yang diberikan adalah iman, islam dan ihsan Jenis media apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Disini bias any amenggunakan al-quran , kitab serta media tulis berupa papan tulis Jenis metode apa yang digunakan dalam pembinaan keagamaan? Para pembimbing lebihsering menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab mbak,.... Bagaimana fungsi pembinaan keagamaan bagi remaja putus sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran? Fungsi pembinaan keagamaan adalah sebagai bekal dalam menjalani hidup bermasyarakat agar kita menjadi orang yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain serta tidak merugikan orang lain karena itu dosa. Apakah manfaatnya ketika anda mengikuti pembinaan keagamaan? Banyak manfaat yang saya dapat dari pembinaan keagamaan disini, diantaranya saya telah bias merubah sikap dan perilaku saya yang dahulunya orangnya kolot dan kasar menjadi orang yang murah senyum dan sopan .karena agama kita menganggap senyum saja itu sudah ibadah. Setelah mendapatkan materi tentang pembinaan keagamaan apakah anda mempunyai motivasi dalam beribadah? Iya, sekarang saya tahu bahwa telah banyak kesalahan yang telah saya lakukan sehingga saya harus memperbaikinya dengan beribadah lebih baik. Setelah anda mengikuti pembinaan keagamaan apakah anda merasa ada
lxxii
Informan
:
perubahan perilaku atau sikap dalam diri anda? Iya, saya lebih bias menghargai orang lain
lxxiii