STUDI DSKRIPTIF PELAKSANAAN PENILAIAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK SISWA MI NU MIFTAHUL HUDA 01 KARANGMALANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu dalam Pendidikan Islam
Oleh : NOOR KHOLIFAH NIM. 131310001246
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA TAHUN 2015
i
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN TERAKREDITASI B
Alamat : Jln. Taman Siswa no.9 ( Pekeng ) Tahunan Jepara Telp/Fax. (0291) 593132
NOTA PEMBIMBING Lampiran Hal.
: Eksemplar : Naskah Skripsi An. Sdri. Noor Kholifah
Jepara, September 2015 Kepada: Yth. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya bersama ini saya kirimkan skripsi saudari: Nama : Noor Kholifah NIM : 131310001246 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi : PAI Judul : Studi Deskriptif Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Akidah Akhlak Siswa MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015 Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan agar skripsi saudari tersebut dapat dimunaqasyahkan. Dan atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Pembimbing
H. Nur Khoiri, M. Ag
ii
ABSTRAK Noor Kholifah (NIM. 131310001246). Studi Deskriptif Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Akidah Akhlak Siswa MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015. Program Strata 1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara, 2015. Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan penilaian hasil belajar Akidah Akhlak Siswa MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015 dimaksudkan untuk menjawab permasalahan (1) Aspek apa saja dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015? (2) Bagaimana pelaksanaan penilaian di ranah kognitif mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015? (3) Bagaimana pelaksanaan penilaian di ranah Afektif mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015? (4) Bagaimana pelaksanaan penilaian di ranah psikomotorik mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015? (5) Faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan penilaian hasil belajar Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015?. Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus. Datanya diperoleh dengan cara wawancara terstruktur, observasi, dan studi dokumentasi. Semua data dianalisis dengan pendekatan kualitatif dan analisis deskriptif menggunakan logika induksi dan deduksi. Pendidikan Akidah Akhlak merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam dan merupakan tujuan dari Pendidikan Nasional untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, berkepribadian sesuai dengan karakter yaitu manusia yang berakhlak mulia, berkepribadian sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan Nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkahlak ulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada pelaksanaan penilaian hasil belajar Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015 pada semester genap di kelas empat dan lima. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan: Pertama, aspek yang digunakan dalam penilaian hasil belajar Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01
iv
Karangmalang Gebog Kudus meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Kedua, pelaksanaan penilaian di ranah kognitif, dilaksanakan oleh guru mata pelajaran Akidah Akhlak dengan menggunakan teknik tes sebagai teknik penilaiannya, jenis tes yang digunakan berupa tes lisan dan tertulis. Sebelum melaksanakan penilaian, guru terlebih dahulu membuat rencana penilaian yang disusun di awal semester bersamaan dengan penyusunan rencana pembelajaran yang akan digunakan. Ketiga, pelaksanaan penilaian di ranah afektif, difouskan pada penilaian sikap yang ditunjukkan oleh siswa berkaitan dengan tujuan pembelajaran Akidah Akhlak, dengan menggunakan teknik observasi sebagai teknik penilaian serta skala penilaian sebagai instrumen penilaiannya. Keempat, pelaksanaan penilaian di ranah psikomotorik dilakukan dengan tes praktik dimana siswa diminta untuk mempraktekkan salah satu materi yang telah disampaikan oleh guru. Kelima, ada beberapa faktor yang menjadi pendukung serta penyebab problem penilaian hasil belajar Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang. Faktor pendukung, antara lain faktor kompetensi guru, faktor sarana dan prasarana, faktor profesionalisme guru, serta situasi Madrasah yang kondusif. Sedangkan faktor penghambat yang berkaitan dengan sindrom psikologis yaitu berupa ketidakmampuan belajar. Hasil evaluasi mata pelajaran Akidah Akhlak yang telah dicapai oleh siswa MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang setelah di jumlah dan dirataratakan menunjukkan angka 84,00. Ini menunjukkan bahwa secara kognitif siswa MI Miftahul Huda 01 Karangmalang menguasai materi dengan baik. Hal ini didukung dengan adanya perilaku siswa di masyarakat Desa Karangmalang yang menunjukkan kehidupan yang relegius, sehingga tidak heran jika pengaruh lingkungan ini cukup mewarnai perilaku dari anak-anaknya (afektif dan psikomotorik).
Kata Kunci: Penilaian Hasil Belajar, Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
v
PERNYATAAN Dengan penuh kesadaran, kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan, bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan kajian atau rujukan.
Jepara,
September 2015
Deklarator,
NOOR KHOLIFAH NIM: 131310001246
vi
MOTTO
َﺎﺳﺒـُﻮْا اَﻧْـ ُﻔ َﺴ ُﻜ ْﻢ ﻗَـ ْﺒ َﻞ اَ ْن ِ ﺣ:َﺎل َ ﱠﺎب ﻗ ِ َوﻳـُﺮْوَى َﻋ ْﻦ ﻋُ َﻤ َﺮ ﺑْ ِﻦ اﻟْ َﺨﻄ..... َﺎب ﻳـ َْﻮَم اﻟْ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ ُ ْﺤﺴ ِ ﻒ اﻟ َﺨ ﱡ ِ ْض ْاﻻَ ْﻛﺒَ ِﺮ َواِﻧﱠﻤَﺎ ﻳ ِ ﺗُﺤَﺎ َﺳﺒـُﻮْا َوﺗَـ َﺰﻳﱠـﻨـُﻮْا ﻟِ ْﻠﻌَﺮ ( )رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬى.َﺐ ﻧَـ ْﻔ َﺴﻪُ ﻓِﻰ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ َ َﻋﻠَﻰ َﻣ ْﻦ ﺣَﺎﺳ Artinya: “Diriwayatkan dari Shohabat Umar bin Khottob berkata: koreksilah dirimu sendiri sebelum dikoreksi orang lain, dan bersiap-siaplah untuk menghadapi hari kiamat, karena sesungguhnya hisab itu akan ringan di hari kiamat bagi orang-orang yang mengoreksi dirinya di dunia”.1
1
. Abi isa Muhammad bin Isa bin surah, Sunan At-Tirmidzi, (Al-Qahiroh: Daarul Hadits, t.th., Juz 4), hlm. 357.
vii
PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya ini kepada: Ayah dan Ibu yang telah mencurahkan segala cinta, kasih sayangnya demi mendidikku kepada jalan hidup yang benar. Terima kasih atas doa dan usahanya dalam mengantarkan menuju pendidikan yang lebih tinggi, semoga ilmu ini senantiasa tersalurkan dalam kebaikan dan bermanfaat Kakak dan adik yang slalu ada buat aku, terima kasih untuk pengertian dan motivasinya. Calon Imamku yang selalu mendukungku, terima kasih untuk do’a, motivasi dan dorongan semangatnya. Teman-teman senasib dan seperjuangan UNISNU Jepara Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Prodi PAI kucapkan terima kasih atas dukungan, semangat dan kekeluargaannya. Kepada semua pihak yang membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu-
persatu terima kasih atas semua bantuan dan sekaligus memberi inspirasi di dalam kepala saya. Almamaterku tercinta UNISNU Jepara
Thank you guys for being there
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Studi Deskriptif Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Akidah Akhlak Siswa MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015" secara akademis menjadi syarat Sarjana S1 dalam Ilmu Pendidikan Islam. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terealisasikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. KH. Muhtarom HM, selaku Rektor UNISNU Jepara 2. Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara. 3. H. Nur Khoiri, M. Ag., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan tuntunan dalam penulisan skripsi ini. 4. Segenap Bapak dan Ibu tenaga pengajar serta pengelola program S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi PAI UNISNU Jepara yang banyak membantu dalam persiapan sampai berakhirnya penyusunan skripsi ini. 5. Kuslan, selaku Kepala MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
ix
6. Bapak, ibu, kakak dan adekku yang mendukung dan selalu mendoakan sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sungguh penulis tidak dapat memberikan balasan apapun, kecuali do'a semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlipat atas amal kebaikan yang telah diberikan. Akhirnya, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dan diperdalam lebih lanjut atau ada hal yang kurang sesuai, karena hanya sebatas inilah yang dapat penulis sampaikan, maka dengan segala bentuk kritik dan saran penulis harapkan, demi menindak lanjuti pada kajian-kajian yang lebih lanjut. Jepara, September 2015 Penulis
Noor Kholifah NIM. 131310001246
x
TRANSLITERASI ARAB-LATIN Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988 A. Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
ا
Alif
-
Tidak dilambangkan
ب
Ba’
B
-
ت
Ta’
t
-
ث
Sa
s
S dengan titik di atas
ج
Jim
Ja
-
ح
Ha’
h
h dengan titik di bawah
خ
Kha’
kh
-
د
Dal
d
-
ذ
Zal
ż
z dengan titik di atas
ر
Ra’
r
-
ز
Za’
z
-
س
Sin
s
-
ش
Syin
sy
-
ص
Sad
s
s dengan titik di bawah
ض
Dad
d
d dengan titik di bawah
ط
T
T
t dengan titik di bawah
ظ
Za’
z
z dengan titik di bawah
xi
Keterangan
Koma
terbalik
(apostrof
ع
‘Ain
‘
غ
Gain
g
-
ف
Fa’
f
-
ق
Qof
q
-
ك
Kaf
k
-
ل
Lam
l
-
م
Mim
m
-
ن
Nun
n
-
و
Waw
w
-
ھ
Ha’
h
-
ء
Hamzah
׳
ي
Ya’
y
-
ة
Ta’ Marbutah
h
Dibaca ah ketika mawquf
ة...
Ta’ Marbutah
t/h
Dibaca ah/at ketika mauquf
tunggal)
Apostrof lurus miring (tidak untuk awal kata)
B. Vokal Pendek Arab
Latin
Keterangan
-
A
Bunyi fathah pendek
ﻗﺎل
-
I
Bunyi kasrah pendek
ﺳﻠﻢ
-
U
Bunyi dammah pendek
اﺣﺪ
xii
Contoh
C. Vokal Panjang Arab
Latin
Keterangan
Contoh
ﺎ
Â
Bunyi fathah panjang
ﻛﺎ ن
ﻰ/ﻲ
Î
Bunyi kasrah panjang
ﺑﻨﻲ
ﻮ
Ŭ
Bunyi dammah panjang
ﻛﻮ ﻧﻮ
D. Diftong Arab
Latin
Keterangan
Contoh
ﻮ
Aw
Bunyi fathah diikuti waw
ﻣﻮز
ﻲ
Ai
Bunyi fathah diikuti ya
ﻛﯿﺪ
E. Pembauran kata sandang tertentu Arab
Latin
ا ﻟﻖ
al-Qa
ا ﻟﺶ
Sy-Sya
Keterangan
Contoh
Bunyi al Qomariyyah Bunyi
al
dengan
/
ا ﻟﻘﻤﺮ
syamsiyyah (el)
diganti
ا ﻟﺸﻤﺴﯿﺔ
huruf berikutnya
/
وا ﻟﻢ
وا ﻟﺖ
Bunyi al-Qomariyyah / al Wal - Mu
syamsiyyah diawali huruf
وا ﻟﻤﻌﺎ ﻣﻠﺔ
/ wat-Ta
hidup, maka tidak terbaca
وا ﻟﺘﺮﺑﯿﺔ
mandiri
xiii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL……………………………..………………………………
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING.....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................
iii
HALAMAN ABSTRAK........................................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………………...
Vi
HALAMAN MOTTO............................................................................................
Vii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................
Viii
HALAMAN KATA PENGANTAR......................................................................
Ix
TRANSLITERASI ARAB-LATIN………………………………………………
Xi
DAFTAR ISI……………………….……………………………….....................
Xiv
DAFTAR TABEL…………………………………………………......................
Xviii
BAB I
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah..............................…………………....
1
B.
Penegasan Istilah……………………………………………….
4
C.
Rumusan Masalah……………………………………………..
7
D.
Tujuan Penelitian………………………………........................
8
E.
Manfaat Penelitian …………………………………………….
9
F.
Metode Penelitian………………………………………………
10
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ……………………………
10
2. Subyek Penelitian …………………………………………..
11
3. Fokus Penelitian ……………………………………………
11
xiv
G. BAB II
12
5. Teknik Uji Keabsahan data ………………………………..
13
6. Teknik Analisis Data ……………………………………….
14
Sistematika Penulisan …………………………………………
15
DESKRIPSI TEORI A.
B.
C. BAB III
4. Teknik Pengumpulan Data …………………………………
Penilaian Hasil Belajar ...............................................................
17
1. Pengertian Penilaian Hasil Belajar ......................................
17
2. Tujuan dan Fungsi Penilaian ..............................................
19
3. Prinsip Dasar Penilaian ......................................................
22
4. Aspek-aspek Penilaian …………………………………
28
5. Jenis Penilaian …………………………………………..
31
a. Jenis Penilaian Afektif ………………………………
35
b. Jenis Penilaian Kognitif ………………………………
41
c. Jenis Penilaian Psikomotorik …………………………
44
Mata Pelajaran Akidah Akhlak ................................................
47
1. Pengertian Akidah Akhlak …………………………...
47
2. Ruang Lingkup Akidah Akhlak ………………………
49
3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ……………………
55
Penilaian Hasil Belajar Akidah Akhlak dalam KTSP
58
KAJIAN OBYEK PENELITIAN A.
Data Umum MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang ...........
64
1. Letak Geografis …………………………………………..
64
2. Sejarah singkat .....................................................................
65
xv
B.
3. Struktur Organisasi ..............................................................
66
4. Keadaan Guru ……………..................................................
70
5. Keadaan Siswa ......................................................................
72
6. Keadaan Sarana dan Prasarana ..........................................
74
7. Kurikulum ..........................................................................
75
Data Khusus MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang .......
80
1. Data tentang Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak ….
80
2. Data tentang Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Akidah
88
Akhlak ……………………………………………….... BAB IV
PEMBAHASAN A.
Pembahasan tentang Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar
110
Akidah Akhlak ..................................................................... 1. Analisis tentang Aspek Penilaian …………………………
111
2. Analisis tentang Pelaksanaan Penilaian ranah Kognitif …..
117
3. Analisis tentang Pelaksanaan Penilaian ranah Afektif ……. 119 4. Analisis tentang Pelaksanaan Penilaian ranah Psikomotorik 122 ………………………………………………………….. B.
Pembahasan
tentang
Faktor
yang
Mendukung
dan 124
Menghambat Penilaian Hasil Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak ................................................................................ BAB V
PENUTUP
134
A.
Kesimpulan ………………………………………………
134
B.
Saran-saran……………....……………………………………..
138
xvi
C
Penutup……….………………………………………………..
139
DAFTAR PUSTAKA
-
RIWAYAT HIDUP PENULIS
-
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
xvii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1
: Data Guru MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog
72
Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015.................................................. Tabel 3.2
: Daftar Keadaan Siswa MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang
73
Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 ……………………… Tabel 3.3
: Daftar Sarana dan Prasarana MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015 ………
xviii
75
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan akhlak dalam Islam nampaklah amat terhormat, keberadaannya memiliki kemutlakan yang nyaris absolut. Ibarat Islam adalah sebuah gedung, maka akhlak adalah tiangnya yang wajib ditegakkan oleh setiap Muslim.1Jika dalam suatu masyarakat sudah banyak orang yang bejat akhlaknya maka akan goncang dan rusaklah masyarakat itu. Permasalahan tersebut akhir-akhir ini juga menjadi sorotan bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini karena akhlak sebagian masyarakat kita dianggap telah rusak dan mulai merosot. Dekadensi moral terjadi di mana-mana.
Penyalahgunaan
obat-obatan
terlarang
(narkoba),
kasus
perkosaan, pelecehan seksual, tawuran pelajar selalu menghiasi media masa belakangan ini. Disamping itu kejujuran, kebenaran, dan keadilan menjadi barang langka karena tertutup oleh penyelewengan-penyelewengan dan manipulasi baik yang ringan maupun yang berat. Kondisi yang semacam ini seringkali ditimpakan kepada dunia pendidikan. Adanya kemerosotan akhlak masyarakat dianggap sebagai akibat kurang berhasilnya dunia pendidikan. Banyak sekali faktor yang menimbulkan kemerosotan akhlak dalam masyarakat, antara lain adalah kurang tertanamnya jiwa agama dalam hati tiap-tiap orang, serta tidak terlaksananya pendidikan moral menurut biasanya 1
M. Nipan Abdul Halim, Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), Cet. I, hlm. 20.
1
2
(yang ideal) dalam rumah tangga, sekolah, maupun masyarakat. Padahal Tujuan utama pendidikan, khususnya pendidikan agama di Indonesia adalah “Membina manusia beragama, berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan hidup dunia dan akhirat.2 Lantas apa yang salah pada pendidikan agama dan moral yang kita terapkan? Menurut Drs. Rohmat Wahab, M.Pd., M.A., Pendidikan agama di sekolah secara konvensional belum memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi pembentukan iman dan takwa peserta didik karena lebih banyak menekankan transfer of knowledgedari pada transfer of values.3 Untuk itu maka harus dilakukan perubahan dan reformasi pendidikan yang lebih serius dan bermakna, baik pada tataran konsep dan pelaksanaannya. Pada segi konsep harus ditinjau ulang filosofi, tujuan dan isi pendidikan agama, sedangkan pada tahap pelaksanaannya harus ada perubahan yang menyangkut media pendidikan, metode dan sistem evaluasi pendidikan.4
2
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi/IAIN di Jakarta, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,(Jakarta,1984/1985), hlm. 133. 3
Mahfud Nahrowi, “Studi Tentang Sistem Evaluasi Akidah Akhlak” Skripsi Strata 1 STAIN Kudus, (Kudus: Perpustakaan STAIN Kudus, 2005), hlm. 2, t.d. 4
Ibid, hlm 4.
3
Proses Belajar Mengajar (PBM) Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak terbatas pada kegiatan penyampaian materi pelajaran di kelas, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana agar materi pelajaran yang diterima siswa di kelas dapat diterapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu menurut Drs. H. M. Chabib Thoha, M.A., diperlukan suatu proses evaluasi yang terencana dan sistematis terhadap Proses Belajar Mengajar PAI, baik yang menyangkut ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.5 Dari sini dapat kita ketahui bahwa evaluasi memegang peranan penting dalam pendidikan. Dengan evaluasi tingkat kemajuan yang dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula guru dapat mengetahui kemajuan-kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses belajar mengajar yang melibatkan dirinya sebagai pembimbing.6 Secara sistematis, antara tujuan pendidikan, proses dan evaluasi saling terkait satu dengan lainnya. Tujuan pendidikan dapat diukur dengan adanya proses evaluasi yang tepat dan sistematis, mengingat karena evaluasi adalah suatu proses yang sangat penting dalam menentukan kualitas pendidikan.7
5
Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi (penyunting), PBM.PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar PAI, Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan Pustaka Pelajar Yogyakarta, 1998, hlm. xvii. 6 7
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,(Jakarta:Logos, 1999), hlm. 176.
Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 10, hlm. 8.
4
Untuk itu diperlukan evaluasi yang tepat pada pendidikan akhlak sejak sedini mungkin agar tujuan pendidikan yang kita harapkan dapat berhasil sesuai yang diinginkan. Di sini lah Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang, sebagai pendidikan moral dan akhlak pada jenjang yang paling dasar harus mampu menyentuh pada tujuan awalnya. Pencapaian tujuan yang tepat dan efektif dapat diperoleh dan diketahui dengan penerapan sistem penilaian yang tepat pula. Oleh karena itu penulis berupaya mengadakan penelitian dalam skripsi dengan judul “Studi DeskriptifPelaksanaan PenilaianHasil Belajar Akidah Akhlak Siswa MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015” sebagai langkah awal untuk memajukan sistem pendidikan, khususnya pendidikan akhlak dan moral masyarakat. B. Penegasan Istilah Untuk mengantisipasi salah pengertian terhadap judul skripsi ini, dan untuk memberikan gambaran tentang masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini, terlebih dahulu penulis jelaskan istilah-istilah yang terdapat pada rangkaian judul skripsi sebagai berikut: 1. Studi Deskriptif Studi mengandung arti penelitian ilmiah, kajian, telaah. 8Adapun maksudnya adalah penyelidikan atau research, yaitu suatu usaha untuk
8
Depdikbud, Tim Peyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Edisi kedua,hlm. 965.
5
menemukan,
mengembangkan,
serta
menguji
kebenaran
suatu
pengetahuan yang dilakukan dengan metode ilmiah.9 Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan,kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. 2. Penilaian Hasil Belajar Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu obyek berdasarkan suatu kriteria tertentu.10 Menurut Soedijarto, hasil belajar didefinisikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan atau bisa disimpulkan hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku tersebut bisa berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.11 Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran. 9
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jakarta: Andi Offset, 1987) Jilid I, hlm. 4.
10
Nana Sudjana, op. cit, hlm. 3.
11
Dr. Purwanto, M. Pd., Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), Cet. IV, hlm. 46.
6
Jadi, penilaian hasil belajar adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. 3. Akidah Akhlak Akidah akhlak berasal dari dua suku kata yaitu akidah dan akhlak. Akidah dalam bahasa Arab berasal dari kata اﻟﻌﻘﯿﺪةyang berarti keyakinan agama.12 Sedangkan menurut istilah, akidah adalah segala keyakinan yang ditetapkan oleh Islam yang disertai dalil-dalil yang qath’i (yang pasti).13 Akhlak dilihat dari sudut bahasa (etimologi) adalah bentuk jamak dari kata khulk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. Sedang menurut istilah, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.14 Jadi mata pelajaran Akidah Akhlak adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada mata pelajaran program MIN (madrasah Ibtidaiyah Negeri) yang berisi tentang ajaran tauhid,
12
Hlm. 160.
M. Kasir Ibrahim, Kamus Arab-Indonesia, Indonesia-Arab, (Surabaya: Apollo, tth.)
13
H. Moh. Rifa’I, RS. Abdul Aziz, A. Jazuli, Aqidah Akhlak Jilid I..(Semarang: CV. Wicaksana, 1994), hlm. 1. 14
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: CV Rajawali, 1992), Cet. 1, hlm. 1.
7
keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT serta ajaran moral dan budi pekerti yang baik.15 4. Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama’ Miftahul Huda 01 Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama’ Miftahul Huda 01 adalah salah satu sekolah tingkat dasar di bawah naungan Departemen Agama yang
dalam
penyelenggaraan
pendidikan
formalnya
mengajarkan
Kurikulum Agama Islam sebagai pelajaran pokok di samping pelajaran umum. MI NUMiftahul Huda 01 secara geografis terletak di desa Karangmalang, kecamatan Gebog, kabupaten Kudus. Madrasah ini adalah salah satu dari tiga madrasah inti (madrasah Induk) dari 25 MI yang ada di Kecamatan Gebog. Dari uraian dan penjelasan di atas, maka penulis merumuskan pengertian judul skripsi yaitu suatu penelitian kancah tentang pelaksanaan penilaianhasil belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus. C. Rumusan Masalah Berpijak dari latar belakang masalah di atas, penulis kemukakan pokok permasalahan dalam penelitian ini antara lain: 1. Aspek apa saja dalam pelaksanaan penilaian hasilbelajar Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015? 15
Dir. Jend. Binbaga Depag RI, Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam, (Jakarta: GBPP MI, 1994), hal. 61.
8
2. Bagaimana pelaksanaan penilaian di ranah Kognitif mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015? 3. Bagaimana pelaksanaan penilaian di ranah Afektif mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015? 4. Bagaimana pelaksanaan penilaian di ranah Psikomotorik mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015? 5. Faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan penilaian hasil belajar Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui aspek apa saja dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar
Akidah
Akhlak
di
MI
NU
Miftahul
Huda
01
KarangmalangTahun Pelajaran 2014/2015. 2. Untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan penilaian di ranah Kognitif mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015. 3. Untuk menguraikan bagaimana pelaksanaan penilaian di ranah Afektif mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015.
9
4. Untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan penilaian di ranah Psikomotorik mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015. 5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pelaksanaan penilaian hasil belajar Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015. E. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. ManfaatTeoritis a.
Dapat mengetahui aspek apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015.
b.
Dapat menjelaskan pelaksanaan penilaian di ranah kognitif yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015.
c.
Dapat menjelaskan pelaksanaan penilaian di ranah afektif yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015.
d.
Dapat menjelaskan pelaksanaan penilaian di ranah psikomotorik yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015.
10
e.
Dapat mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan penilaian hasil belajar Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. ManfaatPraktis a.
Untuk Sekolah Dapat memberikan gambaran dalam pelaksanaan penilaian mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak.
b.
Untuk Guru Memberikan
input
atau masukan bagi
siswa untuk dapat
memberikan arahan dalam membentuk akhlaq siswa dengan baik. c.
Untuk Siswa Dapat memberikan pengetahuan bagi siswa dalam memiliki perilaku yang baik selama belajar di sekolah
F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian yang bersifat bahwa data yang dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak merubah bentuk simbol-simbol atau angka yang dilakukan dilapangan (field research).16 Sedang pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif 16
159.
deskriptif
yaitu
penelitian
yang
dimaksud
untuk
H. Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, t.t.), hlm.
11
menggambarkan fenomena atau karakteristik individu, situasi atau kelompok tertentu secara akurat.17 Pendekatan kualitatif deskriptif ini dimaksudkan hanya dengan membuat deskripsi atau narasi dari suatu fenomena (generathing Theory)18 dan tidak untuk mencari hubungan antar variabel, ataupun menguji hipotesis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif tentang proses Penilaian Hasil Belajar Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang TahunPelajaran 2014/2015. 2. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah kepala madrasah dan guru mata pelajaran Akidah Akhlak tentang hal yang berkaitan dengan proses penilaian mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015. 3. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah tentang pelaksanaan penilaian hasil belajar Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015 semester genap pada kelas 4 dan 5, dengan aspek sebagai berikut: a. Pelaksanaan penilaian hasil belajar Akidah Akhlak. b. Pelaksanaan penilaian di ranah Kognitif mata pelajaran Akidah Akhlak.
17 18
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 7. H. Mohammad Ali, Op. Cit., hlm. 161.
12
c. Pelaksanaan penilaian di ranah Afektif mata pelajaran Akidah Akhlak. d. Pelaksanaan penilaian di ranah Psikomotorik mata pelajaran Akidah Akhlak. e. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan penilaian hasil belajar Akidah Akhlak. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam rangka memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut: a. Observasi, yaitu research yang dilakukan dengan cara pengamatan terhadap obyek baik secara langsung maupun tidak langsung.19 Metode ini digunakan untuk menggali data tentang keadaan umum MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang dan Proses Penilaian Mata Pelajaran
Akidah
Akhlak di
MI
NU Miftahul
Huda
01
Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015. b. Interview, yaitu “sebuah dialog yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari terwawancara”.20 Metode ini penulis lakukan terhadap kepala madrasah, terlebih terhadap guru mata pelajaran Akidah Akhlak tentang hal yang berkaitan dengan proses penilaian mata pelajaran
Akidah
Akhlak
di
MI
NU
Miftahul
Huda
01
Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015. 19
Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa, 1985), hal. 91. 20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Bina Aksara, 1985). hal. 126.
13
c. Dokumentasi. Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan-catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lager, agenda dan lain-lain.21 5. Teknik Uji Keabsahan Data Dalam pengujian keabsahan data pada metode penelitian kualitatif meliputi: a. Pengujian Kredibilitas Uji kredibilitas atas kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan waktu (melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru), peningkatan ketekunan dalam penelitian (melakukan pengamatan secara cermat dan berkesinambungan), trianggulasi (pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu), diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative (mencari data yang berbeda dari yang telah ditemukan), menggunakan bahan referensi dan member check (proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data).22 b. Pengujian dependability Dalam
penelitian
kualitatif,
pengujian
dependability
dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses, apakah hasil penelitian mengacu pada tingkat konsistensi peneliti 21
ibid. hal 188. Khoiruddin, Rudi, Kualitatif: Teknik Keabsahan Data, http://cedaspendidikan. Blogspot.com/2010/08/kualitatif-teknik-keabsahan-data.html, hlm. 4. 22
14
dalam mengumpulkan data, membentuk dan menggunakan konsepkonsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.23 6. Teknik Analisis Data Analisa data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis data yang diperoleh dari catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya tentang kasus yang diteliti sehingga mudah dipahami dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.24 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis secara kualitatif (induktif), yaitu penelitian yang didasarkan atasfakta-fakta yang ditemukan dilapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi sebuah hipotesa.25Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu menguraikan penelitian dan menggambarkannya secara lengkap dalam suatu bahasa sehingga dapat ditangkap oleh peneliti dengan menunjukkan bukti-buktinya.26 Perilaku tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi. Peneliti melakukan analisis data dengan memberi pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.27 23
Cokroaminoto, Keabsahan Data Penelitian Kualitatif, http://www.menulisproposalpenelitian.com/2011/01/keabsahan-data-penelitian-kualitatif.html. hlm. 1. 24 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007). Cet. 3, hlm. 334. 25 Ibid. Hlm. 15. 26 H. Muhammad Ali, Op. Cit, hlm. 161. 27 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2000) hlm. 39.
15
G. Sistematika Penulisan Agar lebih mudah dalam menelusuri uraian dalam skripsi ini, secara garis besar sistematika penulisan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Bagian Muka Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman nota persetujuan pembimbing,
halaman
pengesahan,
halaman
motto,
halaman
persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi dan halaman daftar tabel. 2. Bagian Isi Pada bagian ini penulis membagi pembahasan dalam beberapa bab sebagai berikut: Bab Satu
: Bab ini memuat tentang pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab Dua
:Kajian Teoritis tentang Proses Penilaian Hasil Belajar pada mata pelajaran Akidah Akhlak. Dalam bab ini berisi tiga sub bab yaitu: kajian tentang penilaianHasil Belajar yang meliputi: pengertian penilaian Hasil Belajar, tujuan dan fungsi penilaian Hasil Belajar, prinsip-prinsip dasar penilaian, aspek-aspek penilaian dan jenis penilaian. Sub bab kedua berisi kajian tentang mata pelajaran Akidah Akhlak, meliputi pengertian dan ruang lingkupnya. Sub bab
16
ketiga berisi kajian tentang penilaian Hasil Belajar Akidah Akhlak. Bab Tiga
: Memuat tentang laporan hasil penelitian terhadap proses penilaian Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang yang terdiri dari dua sub bab yaitu: Situasi umum MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang yang meliputi; letak geografis, sejarah singkat berdirinya, struktur organisasi Madrasah, keadaan guru, siswa dan sarana prasarana serta kurikulum Madrasah. Sub bab kedua berisi Situasi khusus MI NU Miftahul
Huda
01
yang
meliputi;
pelaksanaan
pembelajaran Akidah Akhlak, dan pelaksanaan penilaian Hasil Belajar mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang. Bab Empat :Pembahasan yang berisi dua sub bab, yaitu: Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01,dan faktor-faktor pendukung serta penghambat penilaian Hasil Belajar siswa di MI NU Miftahul Huda 01Karangmalang serta alternatif solusinya. Bab Lima
:Penutup yang terdiri dari: Kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
3. Bagian Akhir Pada bagian akhir ini terdiri atas: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.
BAB II DESKRIPSI TEORI TENTANG PROSES PENILAIAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK A. Deskripsi Tentang Penilaian Hasil Belajar 1. Pengertian Penilaian Hasil Belajar Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu obyek. Sedangkan secara istilah, penilaian diartikan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada obyek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.1 Menurut Suharsimi Arikunto, Penilaian pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan.2 Dalam penilaian perhatian utamanya tidak dimulai dari adanya kesadaran terhadap problema kependidikan, melainkan karena adanya proses pendidikan. Analisis yang dikembangkan tidak sekedar mencari hubungan antarvariabel, melainkan mencari koherensi antara tujuan, proses dan pencapaian tujuan pada setiap program pendidikan.3 Ada beberapa pendapat tentang pengertian penilaian, antara lain: a. Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian adalah
suatu
proses
untuk
mengambil
keputusan
dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
1
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. X, Hlm. 3. 2 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. XI, Hlm. 3. 3 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. 3, hlm. 4.
17
18
b. Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.4 c. Menurut Djemari Mardapi, penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. d. Menurut Cangelosi, penilaian adalah keputusan tentang nilai. e. Menurut Akhmat Susrajat penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik
4
Suharsimi Arikunto, Opcit, hlm. 3.
19
dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.5 Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang telah disampaikan guru dengan menerapkan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. 2. Tujuan dan Fungsi Penilaian Tujuan utama melakukan penilaian dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.6 Pada dasarnya pelaksanaan penilaian hasil belajar pada proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru diarahkan pada empat tujuan, yaitu: 1) Penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian agar memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi oleh siswa. 5
http://www.pengertian_penilaian_menurut_para_ahli.com.html. Diakses pada hari senin, 18 Mei 2015 Pukul 09.24 WIB. 6 Silverius, Suke, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: PT. Grasindo, 1991), hlm. 9.
20
2) Pengecekan (checking-up), yaitu untuk mengecek adakah kelemahankelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian, baik yang bersifat formal maupun informal guru melakukan pengecekan kemampuan (kompetensi) apa yang siswa telah kuasai dan apa yang belum dikuasai. 3) Pencarian (finding-out), yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan merefleksikan hasil penilaian dan mencari hal-hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif. 4) Penyimpulan (summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum. Penyimpulan dilakukan pada saat guru melaporkan hasil belajar siswa kepada orang tua, sekolah atau pihak lain pada tiap akhir semester atau akhir tahun ajaran baik dalam bentuk rapor siswa atau bentuk-bentuk lainnya.7 Dari tujuan tersebut, menunjukkan bahwa penilaian hasil belajar pada dasarnya tidak hanya sekedar mengevaluasi siswa, tetapi juga seluruh komponen proses pembelajaran, seperti guru. Tujuan belajar pada materi ini diharapkan : 1) Dapat menjelaskan tujuan penilaian hasil belajar;
7
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet. IX, hlm. 187-188.
21
2) Dapat menyebutkan fungsi penilaian hasil belajar, metode, dan media pembelajaran. Karena kegiatan pembelajaran tidak semata-mata diorientasikan kepada siswa, tetapi merupakan sistem yang melibatkan semua komponen pembelajaran yang akan digunakan untuk perbaikan bidang pengajaran dan hasil belajar, fungsi diagnosis dan usaha perbaikan, fungsi penempatan dan seleksi, fungsi bimbingan dan penyuluhan, perbaikan kurikulum, dan penilaian kelembagaan. Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya.8 Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pebelajaran dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang dicapai siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas maka penilaian berfungsi sebagai berikut: 8
Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (DITPAIS), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, Materi Peningkatan Kualitas Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) Tingkat Sekolah Dasar (SD), 2011.
22
1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusanrumusan tujuan pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran 2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajaran, dll. 3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan pelajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.9 3. Prinsip Dasar Penilaian Penilaian atau evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada 3 prinsip dasar berikut ini : a. Prinsip keseluruhan Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal dengan istilah prinsip komprehensif (comprehensive) yang di maksud di sini bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau menyeluruh dan sebaliknya evaluasi tidak boleh dilakukan secara
9
Ibid.
23
terpisah-pisah atau sepotong demi sepotong. Dengan kata lain evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup, bukan benda mati. Dalam hubungan ini evaluasi hasil belajar di samping dapat mengungkap aspek proses berfikir (cognitive domain) juga dapat mengungkap aspek kejiwaan lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap (affective domain) dan aspek ketrampilan (psychomotor domain) yang melekat pada diri masing-masing individu peserta didik. Dengan melakukan evaluasi hasil belajar secara bulat, utuh, menyeluruh akan diperoleh bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subyek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi. b. Prinsip kesinambungan Prinsip kesinambungan juga dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas (continuity). Dengan prinsip ini dimaksudkan bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu. Dengan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur, terencana dan terjadwal itu maka dimungkinkan bagi evaluator untuk memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran
24
mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik, sejak dari awal mula mengikuti program pendidikan sampai pada saat-saat mereka mengakhiri program pendidikan yang ditempuh. Hal ini juga dimaksudkan agar pihak evaluator (guru) dapat memperoleh kepastian dan kemantapan dalam menentukan langkahlangkah atau merumuskan kebijaksanaan yang perlu diambil untuk selanjutnya. c. Prinsip obyektifitas Prinsip obyektifitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subyektif. Sehubungan dengan itu, dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar, seorang evaluator harus senantiasa berfikir dan bertindak wajar, menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh kepentingankepentingan yang bersifat subyektif. 10 Menurut Drs. M. Ngalim Purwanto, MP., ada beberapa prinsip dasar dalam penilaian yang perlu diperhatikan sebagai dasar dalam pelaksanaan penilaian, yaitu: a. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. Ini berarti bahwa penilaian didasarkan atas sampel prestasi yang cukup banyak, baik macamnya maupun jenisnya. Untuk itu dituntut pelaksanaan penilaian secara sinambung dan penggunaan 10
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm 31 – 33.
25
bermacam-macam teknik pengukuran. Dengan macam dan jumlah ujian yang lebih banyak, prestasi siswa dapat diungkapkan secara lebih mantap meskipun harus pula dicatat bahwa banyaknya macam dan jumlah ujian harus dibarengi dengan kualitas soal-soalnya, yang sesuai dengan fungsinya sebagai alat ukur. b. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian (grading). Penskoran berarti proses pengubahan prestasi menjadi angka-angka, sedangkan dalam penilaian kita memproses angka-angka hasil kuantifikasi prestasi itu dalam hubungannnya dengan “kedudukan” personal siswa dan mahasiswa yang memperoleh angka-angka tersebut didalam skala tertentu, misalnya skala tentang baik-buruk, bisa diterima-tidak bisa diterima, dinyatakan lulus-tidak lulus. Dalam penskoran, perhatian terutama ditunjukkan kepada kecermatan dan kemantapan (accuracy dan reliability), sedangkan dalam penilaian, perhatian terutama ditunjukkan kepada validitas dan kegunaan (validity dan utility). c. Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam orientasi, yaitu penilaian yang norms-referenced dan yang criterion-referenced. Norm-referenced evaluation adalah penilaian yang diorientasikan kepada suatu kelompok tertentu, jadi hasil evaluasi perseorangan siswa atau mahasiswa dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Prestasi kelompoknya itulah yang dijadikan patokan atau norm dalam menilai siswa atau mahasiswa secara
26
perseorangan. Penilaian norm-referenced selalu bersifat kompetitif intrakelompok. Criterion-referenced evaluation ialah penilaian yang diorientasikan kepada suatu standar absolut, tanpa dihubungkan dengan suatu kelompok tertentu. Misalnya, penilaian prestasi siswa atau mahasiswa yang didasarkan atas suatu kriteria pencapaian tujuan instruksional dari suatu mata pelajaran atau bagian dari mata pelajaran yang diharapkan dikuasai oleh siswa atau mahasiswa setelah melalui sejumlah pengalaman belajar tertentu. Penilaian criterion-referenced sangat relevan bagi lembaga pendidikan yang telah menggunakan kurikulum
yang
berdasarkan
kompetensi
(competency
based
education). d. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar-mengajar. Ini berarti bahwa tujuan penilaian, disamping untuk mengetahui status siswa dan menaksir kemampuan belajar serta penguasaannya terhadap bahan pelajaran, juga digunakan sebagai feedback (umpan balik), baik kepada siswa sendiri maupun bagi guru atau pengajar. Dari hasil tes, pengajar dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa tertentu sehingga selanjutnya ia dapat melakukan koreksi terhadap kesalahan yang diperbuatnya dan atau memberi reinformence bagi prestasinya yang baik. e. Penilaian
harus
bersifat
komparabel.
Artinya,
setelah
tahap
pengukuran yang menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki skor yang sama harus memperoleh
27
nilai yang sama pula. Atau, jika dilihat dari segi lain, penilaian harus dilakukan secara adil, jangan sampai terjadi penganakemasan atau penganaktirian. f. Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar sendiri.11 Disamping itu, menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, bahwa dalam melaksanakan penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. e. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai 11
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), cet. 18, hlm. 73-75.
28
teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. f. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. g. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. h. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. 12 4. Aspek-Aspek Penilaian Dalam artian yang luas, tujuan belajar adalah suatu pernyataan tentang perubahan yang diharapkan.
13
Dalam sistem pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom.
14
Tujuan (khusus) belajar secara luas dapat dikelompokkan ke
dalam salah satu dari tiga kelompok tujuan berikut : -
Tujuan kognitif
-
Tujuan afektif
-
Tujuan psikomotorik. 15 Ketiganya secara langsung juga menjadi aspek dari evaluasi
belajar siswa. a. Aspek kognitif 12
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidika. 13 Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali, 1991), hlm. 95. 14 Nana Sudjana, Op. cit. hlm. 22. 15 Ivor K. Davies, Op. Cit, hlm. 97.
29
Aspek kognitif atau ranah kognitif adalah ranah yang mencakup
kegiatan
mental
(otak),
yang
termasuk
kategori
kemampuan kognitif yaitu kemampuan-kemampuan : 1) Mengetahui, kemampuan mengingat apa yang sudah dipelajari. 2) Memahami, kemampuan menangkap dari apa yang dipelajari. 3) Menerapkan, kemampuan untuk menggunakan hal yang sudah dipelajari itu ke dalam situasi baru yang konkret. 4) Menganalisis, kemampuan untuk merinci hal yang dipelajari ke dalam unsur-unsurnya supaya struktur organisasinya dapat dimengerti. 5) Mengevaluasi, kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu yang dipelajari untuk sesuatu tujuan tertentu. Kemampuan ini sifatnya hierarkis, artinya kemampuan yang pertama
harus
dikuasai
terlebih
dahulu
sebelum
menguasai
kemampuan yang kedua, kemampuan yang kedua harus dikuasai terlebih
dahulu
sebelum
menguasai
yang
ketiga,
demikian
seterusnya. 16 b. Aspek afektif Aspek afektif atau ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
16
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 108.
30
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. 17 Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman kelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks. 1) Receiving / attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. 2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuaaasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. 3) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya
17
kesediaan
Nana Sudjana, Op. Cit, hlm. 29.
menerima nilai, latar
belakang,
atau
31
pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. 4) Organisasi, yaitu pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai organisasi sistem nilai dan lain-lain. 5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di dalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya. 18 c. Aspek psikomotor Aspek psikomotor atau ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil beajar ranah
psikomotor
dikemukakan
oleh
Simpson
(1956)
yang
mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk ketrampilan (skil) dan kemampuan bertindak individu. 19 5. Jenis Penilaian Pada prinsipnya, penilaian hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, jenisnyapun banyak, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. 18
Ibid, hlm. 30.
19
Anas Sudijono, Op. cit, hlm. 57 – 58.
32
a.
Pre test dan post test Pre test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru untuk mengidentifikasikan taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Post test adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir penyajian materi untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.
b.
Evaluasi prasyarat Evaluasi prasyarat sangat mirip dengan pre test, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.
c.
Evaluasi diagnostik Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.
d.
Evaluasi formatik Evaluasi jenis ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnostik (mengetahui penyakit / kesulitan) kesulitan belajar siswa.
e.
Evaluasi sumatif Evaluasi sumatif dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program
33
pengajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentuk naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi. f.
Ujian Akhir Evaluasi ini pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan status siswa, tapi EBTA dan EBTANAS (ujian akhir) untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan. 20 Dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan bahwa penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: a. Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih. b. Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8–9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan
ulangan
meliputi
seluruh
indikator
yang
merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
20
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 143 – 145.
34
c. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dila- kukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut. d. Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada semester tersebut. e. Ujian
sekolah/madrasah
adalah
kegiatan
pengukuran
pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan dalam ujian nasional dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak
mulia
serta
kelompok
mata
pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian yang akan diatur dalam POS Ujian Sekolah/Madrasah. f. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa
35
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
21
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta
didik
terhadap standar yang telah ditetapkan. a. Penilaian kompetensi sikap Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, dan wawancara.
Instrumen
yang
digunakan
untuk
observasi adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. 1) Observasi
merupakan
teknik
penilaian
yang
dilakukan
secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung
maupun
tidak
langsung
dengan
menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. 2) Wawancara merupakan penilaian yang dilakukan oleh guru agama dalam Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
21
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan
Nasional Republik
Indonesia
36
dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan. 22 Langkah yang dilakukan dalam melaksanakan penilaian kompetensi sikap antara lain: 1) Perencanaan Langkah
awal
dari
penilaian
adalah
membuat
perencanaan tentang bentuk dan cara penilaian yang akan dilakukan sesuai dengan materi yang akan diujikan, sehingga ada kesingkronan antara konten yang diujikan dengan jenis penilaian yang dilakukan. Teknik yang digunakan dalam penilaian aspek afektif yaitu teknik non tes dengan alat penilaian observasi, daftar angket, dan skala penilaian. 2) Penyusunan alat penilaian Setelah direncanakan bentuk penilaian yang akan dilakukan maka selanjutnya membuat instrumen/alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai. Langkah-langkah
dalam
menyusun
instrumen
penilaian afektif antara lain: a) Pemilihan ranah afektif yang ingin dinilai oleh guru, misalnya sikap dan minat terhadap suatu materi pelajaran.
22
Ibid.
37
b) Penentuan indikator apa yang sekiranya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran c) Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran, yaitu: (1) persentase kehadiran atau ketidakhadiran di kelas; (2) aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, misalnya apakah suka bertanya, terlibat aktif dalam diskusi, aktif memperhatikan penjelasan guru, dsb.; (3) penyelesaian tugas-tugas belajar yang diberikan, seperti ketepatan waktu mengumpul PR atau tugas lainnya; (4) kerapian buku catatan dan kelengkapan bahan belajar lainnya terkait materi pelajaran tersebut. d) Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan skala Likert, berarti ada 5 rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat; (2) kurang berminat; (3) netral; (4) berminat; dan (5) sangat berminat. e) Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam bentuk kuisioner) berdasarkan indikator dan skala yang telah ditentukan.
38
f) Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain) mengenai draft instrumen penilaian ranah afektif yang telah dibuat. g) Revisi instrumen penilaian afektif berdasarkan hasil telaah dan masukan rekan sejawat, bila memang diperlukan h) Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada siswa beserta inventori laporan diri yang diberikan siswa berdasarkan hasil kuisioner (angket) tersebut. i) Pemberian skor inventori kepada siswa j) Analisis hasil inventori minat siswa terhadap materi pelajaran23 Contoh-contoh Instrumen sederhana: a) Penilaian Sikap (Observasi)
No
Nama Siswa
Rubrik Penilaian Sikap Kreteria Jujur Sopan Kerja sama BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK
Keterangan:
Aktivitas
dapat
disesuaikan
dengan
kebutuhan, seperti sikap: tolong-menolong, disiplin, jujur, sopan santun, dan lain-lain
23
Muhammad Faiq http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/01/penilaianafektif.html. Diakses hari kamis, 25 Juni 2015 pkul 17.14 WIB
39
MK = Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan
perilaku
yang
dinyatakan
dalam indikator secara konsisten). MB = Mulai berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan
dalam
indikator
dan
mulai
konsisten). MT = Mulai terlihat (apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator namun belum konsisten). BT = Belum terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator). b) Diskusi (Rubrik)
No Aspek yang dinilai 1 1 Keaktifan 2 Prakarsa/ide 3 Kerja sama Keterangan Penilaian Diskusi No
Aspek yang dinilai
1
Keaktifan
2
Prakarsa/ide
1 Tidak ada aktivitas/diam Tidak mengeluarkan ide
Penilaian 2 3
Penilaian 2 Beraktivitas bila diminta Sesekali mengeluarkan ide
4
3 Selalu beraktivitas Selalu mengeluarkan ide
40
3
Kerja sama
Tidak ada kerja Masih malu sama berinteraksi
Menunjukkan kerja sama yang baik
3) Pelaksanaan/Pengumpulan informasi Langkah selanjutnya
adalah melakukan
penilaian
dengan acuan instrumen yang sudah dibuat sesuai dengan konten atau materi yang ada disampaikan. 4) Pengolahan Informasi Langkah terakhir adalah mengolah informasi yang sudah didapat melalui instrumen yang dibuat. Pengolahan ini meliputi penghitungan pensekoran sampai pada nilai jadi yang sudah dikonversi beserta dengan diskripsinya yang menentukan seberapa besar penguasaan siswa terhadap materi yang telah diberikan dalam kurun waktu tertentu.24 Teknik penskoran untuk penilaian ranah afektif dapat dilakukan secara sederhana. Contoh, pada instrumen penilaian minat siswa terhadap suatu materi pelajaran terdapat 10 item (berarti ada 10 indikator), maka bila skala yang digunakan adalah skala Likert (1 sampai 5), berarti skor terendah yang mungkin diperoleh seorang siswa adalah 10 (dari 10 item x 1) dan skor paling tinggi yang mungkin diperoleh siswa adalah 50 (dari 10 item x 5). Maka kita dapat menentukan median-nya,
24
http://bdksemarang.kemenag.go.id/implementasi-penilaian-autentik-dalampembelajaran-pai/. diakses hari rabu, 17 Juni 2015 pukul 11.18 WIB
41
yaitu (10 + 50)/2 atau sama dengan 30. Bila kita membaginya menjadi 4 kategori, maka skor 10 -20 termasuk tidak berminat; skor 21 – 30 termasuk kurang berminat; skor 32 – 40 berminat, dan skor 41 – 50 termasuk kategori sangat berminat.25 b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. 1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran. 2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. 3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Langkah yang dilakukan dalam melaksanakan penilaian kompetensi pengetahuan antara lain: 1) Perencanaan Langkah
awal
dari
penilaian
adalah
membuat
perencanaan tentang bentuk dan cara penilaian yang akan dilakukan sesuai dengan materi yang akan diujikan, sehingga ada kesingkronan antara konten yang diujikan dengan jenis penilaian yang dilakukan. Penilaian Pengetahuan dilakukan 25
Muhammad Faiq http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/01/penilaianafektif.html. Diakses hari kamis, 25 Juni 2015 pkul 17.14 WIB
42
melalui ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Ulangan Harian lebih baik dilakukan setiap selesai satu sub tema. Teknik yang digunakan dalam penilaian aspek kognitif yaitu teknik tes dengan alat penilaian berupa tes obyektif dan uraian. 2) Penyusunan alat penilaian Setelah direncanakan bentuk penilaian yang akan dilakukan maka selanjutnya membuat instrumen/alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai. Langkah yang harus dilakukan dalam menyusun penilaian kompetensi pengetahuan adalah: a)
Menganalisis KD pada Tema, Sub Tema dan Pembelajaran atau Pemetaan KD, Indikator dan Pembelajaran. Analisis ini dilakukan untuk mempermudah mengetahui dan mempermudah Penyebaran KD dan Indikator dalam setiap Pembelajaran (PB). Contoh: Analisis KD, Indikator dan Pembelajaran Kelas Mapel
: 1/I : Agama dan Budi Pekerti PEMBELAJARAN MAPEL KD INDIKATOR 1 2 3 4 5 6 3.1Mengenal pesan- 3.1.1 √ √ √ √ √ pesan yang 3.1.2 √ √ PAI SD terkandung di dalam 3.1.3 √ √ √ surah al Fatihah, al- 3.1.4 √ √ Ikhlasdan al3.1.5
KET
43
’Alaq/96: 1-5.
b)
3.1.6 3.1.7 …
menyusun kisi-kisi tiap Mapel sesuai KD aspek K3 (untuk Ulangan harian, UTS maupun UAS)
c)
menyusun soal sesuai kisi-kisi
d)
melaksanakan ulangan
e)
menganalisis hasil ulangan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan. contoh analisis soal Kelas Mapel
Mata Pelajaran
PAI SD
: VI : Agama dan Budi Pekerti
Kompetensi Dasar
Indikator
No Butir Soal
3.5.1 menjelaskan 3. 5. Memahami hikmah pengertian zakat zakat, infaq dan sedekah 3.5.2 … sebagai implementasi dari 3.5.3 … rukun Islam 3.5.4 …
3) Pelaksanaan/Pengumpulan informasi Langkah selanjutnya
adalah melakukan
penilaian
dengan acuan instrumen yang sudah dibuat sesuai dengan konten atau materi yang ada disampaikan. 4) Pengolahan Informasi Langkah terakhir adalah mengolah informasi yang sudah didapat melalui instrumen yang dibuat. Pengolahan ini meliputi penghitungan pensekoran sampai pada nilai jadi yang
44
sudah dikonversi beserta dengan diskripsinya yang menentukan seberapa besar penguasaan siswa terhadap materi yang telah diberikan dalam kurun waktu tertentu. c. Penilaian Kompetensi Keterampilan Pendidik
menilai
kompetensi
keterampilan
melalui
penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu menggunakan
tes
kompetensi
tertentu
dengan
praktik. Tes praktik adalah penilaian yang
menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. Dalam penilaian kompetensi keterampilan juga dilakukan penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggung jawab sebagai warga masyarakat dan warganegara yang baik sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, yang merupakan bagian dari penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
45
Langkah yang dilakukan dalam melaksanakan penilaian kompetensi keterampilan antara lain: 1) Perencanaan Langkah
awal
dari
penilaian
adalah
membuat
perencanaan tentang bentuk dan cara penilaian yang akan dilakukan sesuai dengan materi yang akan diujikan, sehingga ada kesingkronan antara konten yang diujikan dengan jenis penilaian yang dilakukan. 2) Penyusunan alat penilaian Setelah direncanakan bentuk penilaian yang akan dilakukan maka selanjutnya membuat instrumen/alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai. Contoh instrumen Praktik
Rekap Nilai Unjuk Kerja Praktik menulis Indah (KHOT)
No 1 2 3
Aspek yang dinilai
4
Ket
Keindahan Khot Kelengkapan Tulisan Keterbacaan Tulisan
No
1
Penilaian 2 3
Nama Siswa
Rubrik Kerja Aspek yang dinilai Keindahan Khot
KelengkapanTulisan
Keterbacaan Tulisan
46
1 1 2 3
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
… … … Ketetangan: Keindahan Khot 4 = Jika keindahan khot sesuai kaidah penulisan dan terbaca. 3 = Jika keindahan khot sesuai kaidah penulisan kurang terbaca. 2 = Jika indah dan kurang terbaca 1 = Jika kurang indah dan tidak terbaca Catatan: Semua aspek yang akan dinilai dibuatkan kreteria (diskripsinya) Contoh instrument Penilaian Presentasi (Maju ke depan kelas) Tugas: Menceritakan kisah Nabi
Aspek Penilaian Nam Jumlah Sistem N Nilai Ket a Komu penyampaia Kebera Antusias Penampila Skor o nian me n/Gestur Siswa nikasi n 1 2 3 Keterangan Skor : Masing-masing kolom diisi dengan kriteria 4 = Baik Sekali 3 = Baik
47
2 = Cukup 1 = Kurang Skor Maksimal Nilai = ∑ Skor perolehan x 100 Kriteria Nilai A = 80 – 100
: Baik Sekali
B = 70 – 79
: Baik
C = 60 – 69
: Cukup
D = ‹ 60
: Kurang
3) Pelaksanaan/Pengumpulan informasi Langkah selanjutnya
adalah melakukan
penilaian
dengan acuan instrumen yang sudah dibuat sesuai dengan konten atau materi yang ada disampaikan. 4) Pengolahan Informasi Langkah terakhir adalah mengolah informasi yang sudah didapat melalui instrumen yang dibuat. Pengolahan ini meliputi penghitungan pensekoran sampai pada nilai jadi yang sudah dikonversi beserta dengan diskripsinya yang menentukan seberapa besar penguasaan siswa terhadap materi yang telah diberikan dalam kurun waktu tertentu. B. Kajian Mata Pelajaran Akidah Akhlak 1. Pengertian Akidah Akhlak Aqidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam Agama Islam yang
48
bersumber dari Al Qur’an dan Hadits. Untuk kepentingan pendidikan, dikembangkan materi aqidah akhlak pada tingkat yang lebih rinci sesuai dengan jenjang pendidikan.26 Mata pelajaran Akidah Akhlak merupakan salah satu rumpun mata pelajaran pendidikan agama Islam di Madrasah (al Qur’an Hadits, Akidah, Syariah/Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam) yang secara integratif menjadi sumber nilai dan landasan moral spiritual yang kokoh dalam pengembangan keilmuan dan kajian keislaman, termasuk kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni budaya.27 Sehingga pengertian dari mata pelajaran Akidah Akhlak adalah mata pelajaran yang mengajarkan tentang akidah atau kepercayaan, keyakinan yang terhujam kuat dalam lubuk jiwa manusia yang diperkuat dengan dalil-dalil naqli, aqli dan wijdani (perasaan halus) terhadap dzat Yang Maha Esa (Allah), serta mengajarkan tentang akhlak, yaitu sikap dan kepribadian seseorang yang tercermin dalam perilakunya seharihari.28 Struktur mata pelajaran Akidah Akhlak dalam rumpun pendidikan agama dapat dilihat pada gambar berikut.
ISLAM QUR’AN HADITS 26
Depag RI, Pedoman khusus Aqidah dan Akhlak Madrasah Ibtidaiyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm. 2. 27
Ibid, hlm. 2
28
Ibid, hlm. 2
49
Ibadah SISTEM KEHIDUPAN 1. Politik 2. Ekonomi 3. Sosial 4. Keluarga 5. Budaya 6. Iptek 7. Orkes 8. Lingkungan hidup 9. Hankam 10. dan seterusnya
Syari’ah Akidah Muamalah
Akhlak SEJARAH
Gambar Struktur Mata Pelajaran PAI29
Akidah
1. Iman kepada Allah 2. Iman kepada Malaikat Allah 3. Iman kepada Kitab-kitab Allah 4. Iman kepada rasul-rasul Allah 5. Iman kepada Hari akhir 6. Iman kepada qodlo’ qodar
Akhlak
1. Akhlak kepada Allah
Mahmudah
2. Akhlak kepada diri sendiri 3. Akhlak kepada sesama 4. Akhlak kepada lingkungan
Madzmumah
Gambar Struktur Mata Pelajaran Akidah dan Akhlak30 2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak Sebagaimana pengertian yang telah difahami dari mata pelajaran Akidah Akhlak, bahwa tujuan dari mata pelajaran Akidah Akhlak adalah 29
Ibid, hlm. 3
30
Ibid, hlm. 3.
50
membentuk peserta didik beriman dan bertaqwa pada Allah SWT. dan memiliki akhlak mulia, maka ruang lingkup mata pelajaran Akidah Akhlak adalah sebagai berikut: a. Keimanan (Akidah) Masalah keimanan berhubungan dengan i’tikad batin. Iman merupkan fondamen mutlak yang akan menjadi penggerak bagi tingkah laku manusia. Iman, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Nabi, seperti yang tersebut dalam salah satu sabdanya, adalah : ٣١
(اﻻﯾﻤﺎن ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺑﺎﻟﻘﻠﺐ وﻗﻮل ﺑﺎﻟﻠﺴﺎن وﻋﻤﻞ ﺑﺎﻻرﻛﺎن )رواه اﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ
Artinya : “Iman adalah pengakuan dalam hati, pengucapan dalam lisan dan pengamalan dengan anggota badan”. (HR. Tabrani) Jadi konsep iman menurut Nabi, bukan hanya pengakuan batin saja, tetapi harus diwujudkan dengan pengakuan secara lisan dan amal perbuatan. Lebih lanjut Nabi memberikan penjelasan tentang iman sebagai berikut :
ﻟﯿﺲ اﻻﯾﻤﺎن ﺑﺎﻟﺘﻤﻨﻰ وﻻ ﺑﺎﻟﺘﺤﻠﻰ وﻟﻜﻦ ھﻮ ﻣﺎ وﻗﺮ ﻓﻰ اﻟﻘﻠﺐ وﺻﺪﻗﮫ اﻟﻌﻤﻞ ٣٢
()رواه اﻟﺪﯾﻠﻤﻲ
Artinya : “Iman itu bukanlah dengan angan–angan dan perhiasan belaka, akan tetapi iman itu apa yang telah mantap didalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan”. (HR. Dailamy) Iman sebagaimana di sebutkan dalam Al – Qur’an, terdiri dari: 31
Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar Suyuti, Al Jami’us Saghir, (Bandung: Al Ma’arif, t.th), hlm. 124. 32
Ibid, hlm,. 134.
51
1) Iman kepada Allah 2) Iman kepada Malikat Allah 3) Iman kepada kitab Allah 4) Iman kepada Rasul-rasul Allah 5) Iman kepada hari Akhir 6) Iman kepada Qodho’ dan qodar b. Akhlak Akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, baik bagi individu maupun bagi masyarakat dan bangsa. Akhlak adalah merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang akan mendorong untuk memunculkan amal perbutan. Adapun Istilah akhlak Dr. H. Rahmat Djatnika, yang mengutip pendapat Ibnu Maskawaih adalah:
اﻟﺨﻠﻖ ﺣﺎل اﻟﻨﻔﺲ داﻋﯿﺔ ﻟﮭﺎ اﻟﻲ اﻓﻌﺎﻟﮭﺎ ﻣﻦ ﻏﯿﺮ ﻓﻜﺮ وروﯾﺔ Artinya : “Perangai itu adalah gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbutan dengan tidak menghayatkan pikiran”.33 Sedang menurut Al Ghazali dalam bukunya Ihya’ ulumuddin di sebutkan :
اﻟﺨﻠﻖ ﻋﺒﺎرة ﻋﻦ ھﯿﺌﺔ ﻓﻲ اﻟﻨﻔﺲ راﺳﺨﺔ ﻋﻨﮭﺎ ﺗﺼﺪر اﻻﻓﻌﺎل ﺑﺴﮭﻮﻟﺔ وﯾﺴﺮ ﻣﻦ ﻏﯿﺮ ﺣﺎﺟﺔ اﻟﻲ ﻓﻜﺮ وروﯾﺔ
33
H. Rahmad Djatnika, Sistem Etika Islam, (Surabaya: Pustaka Islam, 1985), hlm. 26.
52
Artinya : “Ahlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan–perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran”.34 Sedangkan akhlak pada dasarnya bersumber dari dua (2) bagian, yaitu akhlak yang bersumber keagamaan dan akhlak yang bersumber tanpa agama atau sekuler. 1) Sumber akhlak yang bersumber keagamaan Akhlak yang bersumber keagamaan inipun masih dapat dibedakan menjadi dua lagi, yaitu agama samawi (Islam, Yahudi, Nasrani) dan agama arodli (Budha, Konghucu, Sintho dll.). Akhlak yang bersumber dari agama
ini memberikan
bimbingan kepada manusia dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia, berdasarkan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh agama itu sendiri. 35 Akhlak yang bersumber dari agama mempunyai dua (2) pendorong, yaitu iman kepada kekuatan ghaib serta sangsisangsinya yang dikenakan oleh masyarakat. Dalam agama Islam sumber akhlak adalah al-Qur’an dan sunnah Rasul. Adapun dalil yang menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah sumber akhlak seperti dalam surat al-Ahzab yang berbunyi :
34
Al Ghazali, Ihya’ Ulumuddin III, (Cairo:Darul Kutub Al Arabiyah, 1958), hlm. 46.
35
Rifai’I, H. Moh. Aqidah Akhlak, (Semarang: CV. Wicaksana, 1997), hlm. 36.
53
ﻟﻘﺪ ﻛﺎن ﻟﻜﻢ ﻓﻰ رﺳﻮل ﷲ اﺳﻮة ﺣﺴﻨﺔ ﻟﻤﻦ ﻛﺎن ﯾﺮﺟﻮﷲ واﻟﯿﻮم اﻻﺧﺮ (٢١ : وذﻛﺮﷲ ﻛﺜﯿﺮا )اﻻﺣﺰاب Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orangorang yang mengharapkan rahmad Allah dan keselamatan dihari kiamat dan banyak mengingat Allah.”36 Sedangkan assunnah sebagai
sumber akhlak adalah
seperti sabda Nabi : ٣٧
(اﻧﻤﺎ ﺑﻌﺜﺖ ﻻﺗﻤﻢ ﻣﻜﺎرم اﻻﺧﻼق )رواه ﻣﺴﻠﻢ
Artinya : “Bahwasannya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak (budi pekerti)”. (H.R. Muslim) 2) Sumber akhlak yang bersumber selain agama/sekuler Yang dimaksudkan dengan sumber akhlak sekuler ialah yang berasal dari hasil ciptaan kebudayaan manusia sematamata dengan mengenyampingkan
pengaruh-pengaruh yang
bersifat ghoib.38 Sumber-sumber hasil ciptaan manusia yang menjadikan atau membentuk akhlak sangat banyak dan kompleks, tetapi sumber mana yang paling dominan pengaruhnya 36
terhadap akhlak seseorang
atau paling kuat atau masyarakat,
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penerjemah Al-Qur’an , Depag RI, 1983), hlm. 613. 37 Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar Suyuti, Op. Cit. hlm. 46 38 Rifai’I, H. Moh., Op-Cit, hlm. 38
54
terhadap perbedaan pendapat dikalangan ahli filsafat akhlak, pada garis besarnya pendapat-pendapat
itu dapat dibedakan
atas bersumber dari insting dan pengalaman. a) Insting Menurut
para
pengamat
filsafat
akhlak
mengemukakan bahwa insting merupakan sumber dominan sebagai sumber akhlak. Manusia membedakan
itu
mempunyai
insting
yang
dapat
baik dan buruk yang diperoleh dengan
semacam ilham atau suara hati kecil. Dengan ilham itu manusia dapat
menilai sesuatu perbuatan atau kejadian
yang tengah ia lihat
atau sebelum ia melihat atau
melakukan sesuatu itu, sebagai peringatan baginya. b) Pengalaman Disamping
insting,
unsur
pengalaman
juga
merupakan sumber yang dominan dalam pembentukan norma-norma akhlak seseorang. Teori pengalaman dalam masalah sumber akhlak ini masih dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian. -
Adat Istadat Teori ini mengemukakan bahwa norma-norma akhlak tumbuh dari sumber adat istiadat atau kebiasaan, baik perorangan maupun kelompok. Kelestarian adat adat
55
istiadat dipertahankan
dan di jaga dengan berbagai
cara. -
Madzhab Hedonisme Teori menyatakan bahwa norma-norma akhlak itu tumbuh
dari sumber adanya kenikmatan
atau
kebahagiaan. Perbuatan yang baik adalah perbuatan yang mendatangkan kebahagiaan, perbuatan buruk adalah perbuatan yang mendatangkan penderitaan. -
Madzhab Evolution Teori ini mengemukakan bahwa norma baik dan buruk selalu berkembang mengikuti
peningkatan dan
perkembangan peradaban manusia. Maka dari itu pada masyarakat yang lebih maju, pinter dan lebih cerdas, akhlaknya akan lebih sempurna dan jauh berpandangan kedepan. Paham ini bertolak dari teori Darwin, bahwa kehidupan di alam ini senantiasa terjadi “selection of nature” (seleksi secara alamiah).39 3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Pada garis besarnya, pendidikan akhlak ini meliputi : a. Akhlak kepada Allah dan rasulnya
39
Ibid, hal. 38 - 41
56
Manusia sejak diciptakan oleh Allah dimuka bumi ini pada hakekatnya adalah
untuk menyembah-Nya. Sebagaimana firman
Allah Swt.
(٥٤ : وﻣﺎ ﺧﻠﻘﺖ اﻟﺠﻦ واﻻﻧﺲ اﻻ ﻟﯿﻌﺒﺪون )اﻟﺬارﯾﺎت Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.40 Dari ayat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu akhlak manusia kepada tuhannya adalah pengakuan manusia bahwa dirinya adalah mahluk, dengan pengakuan ini seorang mahluk terhadap kholiknya haruslah tunduk dan patuh atas segala perintahperintahnya serta larangan-larangannya (beribadah). b. Akhlak kepada diri sendiri Diri manusia adalah satu-satunya prioritas awal yang harus dijaga dan diselamatkan sebelum yang lainnya. Biarpun disana banyak kewajiban lain atas diri kita, tetapi apabila diri kita tidak terurus, maka niscaya kewajiban yang lainpun akan terkatung-katung. Dengan demikian jika kewajiban-kewajiban terhadap diri sendiri telah terpenuhi, maka secara tidak langsung kita juga telah melakukan hak (akhlak) terhadap diri kita. Diantara sekian banyak akhlak terhadap diri sendiri adalah: - Memunuhi kebutuhan, baik jasmani maupun rohani - Memeliharanya, supaya tetap baik lahir dan batin.
40
Depag RI, Op-Cit, hal.
57
Allah berfirman dalan Surat at-Takhrim ayat 6.
(٦ : ﯾﺎ اﯾﮭﺎاﻟﺪﯾﻦ اﻣﻨﻮا ﻗﻮا اﻧﻔﺴﻜﻢ واھﻠﯿﻜﻢ ﻧﺎرا )اﻟﺘﺤﺮﯾﻢ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman perliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.41 c. Akhlak kepada sesama manusia dan mahluk yang lain Islam adalah agama yang sempurna (kamil), ini dapat dilihat dari aturan-aturan hukumnya. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya saja, tetapi lebih dari itu, Islam juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia dan juga manusia dengan mahluk hidup yang lainnya. Disamping Islam itu mewajibkan seorang muslim untuk saling mencintai dengan sesama muslim
yang lainnya, Islam juga
mewajibkan untuk memberikan hak orang selain Islam sebagai penghormatan atas dirinya sebagai sesama manusia. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw.
ﻛﻞ ﺳﻼﻣﻰ ﻣﻦ اﻟﻨﺎس ﻋﻠﯿﮫ ﺻﺪﻗﺔ ﻛﻞ ﯾﻮم ﺗﻄﻠﻊ ﻓﯿﮫ اﻟﺸﻤﺶ ﯾﻌﺪل ﺑﯿﻦ اﻻﺛﻨﯿﻦ ﺻﺪﻗﺔ وﯾﻌﯿﻦ اﻟﺮﺟﻞ ﻓﻲ داﺑﺘﮫ ﻓﯿﺤﻤﻠﮫ ﻋﻠﯿﮫ او ﯾﺮﻓﻊ ﻟﮫ ﻋﻠﯿﮭﺎ ﻣﺘﺎﻋﮫ ﺻﺪﻗﺔ واﻟﻜﻠﻤﺔ اﻟﻄﯿﺒﺖ ﺻﺪﻗﺔ وﺑﻜﻞ ﺧﻄﻮة ﯾﻤﺸﯿﮭﺎ اﻟﻰ اﻟﺼﻼة ﺻﺪﻗﺔ وﺗﻤﺒﻂ اﻻدى ٤٢
(ﻋﻦ اﻟﻄﺮﯾﻖ ﺻﺪﻗﺔ )ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﯿﮫ
Artinya : “Tiap-tiap persendian manusia ada kewajiban sedekah. Dan tiap hari dimana matahari terbit, kalau berlaku adil diantara kedua orang tua yang bersengketa itu berarti sedekah, dan 41 42
Ibid, hlm.107 Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar Suyuti, Op-Cit, hlm.209
58
membantu seseorang naik keatas kendaraan atau mengangkatkan barang (bekalannya) itu sedekah, kalimat yang baik itu sedekah, dan tiap langkah berjalan untuk berjalan itu sedekah, dan menghilangkan gangguan dari tengah jalan itu sedekah”. (Muttafaq Alaih). C. PENILAIAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK Penilaian oleh pendidik merupakan suatu proses yang dilakukan melalui
langkah-langkah
pengumpulan informasi
perencanaan, melalui
penyusunan
sejumlah bukti
alat
penilaian,
yang menunjukkan
pencapaian kompetensi peserta didik, pengolahan dan pemanfaatan informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik. Penilaian tersebut dilakukan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian projek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri.43 Penilaian pencapaian kompetensi baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Pencapaian kompetensi seorang peserta didik dalam periode waktu tertentu dibandingkan dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya dan tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh pendidik tetapi dibantu untuk mencapai kompetensi atau indikator yang diharapkan.
43
http://bdksemarang.kemenag.go.id/implementasi-penilaian-autentik-dalampembelajaran-pai/. diakses hari rabu, 17 Juni 2015 pukul 11.18 WIB
59
Penilaian harus mencakup paling sedikit tiga aspek : pengetahuan, sikap dan keterampilan. Penilaian dalam Akidah Akhlak dilaksanakan dengan dua cara yaitu penilaian proses dan penilaian hasil belajar. Penilaian Proses Pembelajaran
menggunakan
pendekatan
penilaian
otentik
(authentic
assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.44 Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkahlangkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Dalam Akidah Akhlak, penilaian yang dilakukan adalah penilaian proses dan outcome yang dilaksanakan melalui berbagai cara, baik penilaian aspek sikap, aspek pengetahuan maupun aspek keterampilan, misalnya Aspek Sikap (Observasi, Penilaian diri, Penilaian antar teman, jurnal). Aspek Pengetahuan (Tes Tulis, Observasi, Penugasan). Aspek Keterampilan (Unjuk Kerja, Proyek, Produk, Portofolio, Tertulis). Untuk
mengetahui kompetensi
peserta
didik sebagai hasil
pembelajaran Akidah Akhlak, perlu dilakukan penilaian dengan rambu-rambu sebagai berikut:
44
Ibid.
60
1. Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian kemajuan belajar dan penilaian hasil belajar peserta didik yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan perilaku mereka. 2. Penilaian kemajuan belajar merupakan pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemmpuan dasar yang dicapai peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kurun waktu, unit satuan, atau jenjang tertentu. 3. Penilaian hasil belajar Akidah Akhlak adalah upaya pengumpulan informasi untuk menntukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap suatu kompetensi meliputi : pengetahuan, sikap dan nilai. Penilaian hasil belajar ini dilakukan sepenuhnya oleh Madrasah yang bersangkutan. Hasil penilaian dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam memasuki pendidikan jenjang berikutnya. 4. Penilaian hasil belajar Akidah Akhlak secara nasional dilakukan dengan mengacu kepada kompetensi dasar, hasil belajar, materi standar dan indikator yang telah ditetapkan di dalam Kurikulum Nasional. Penilaian tingkat nasional berfungsi untuk memperoleh informasi dan data tentang mutu hasil penyelenggaraan mata pelajaran Aqidah Akhlaq. 5. Teknik dan instrumen penilaian yang digunakan adalah yang dapat mengukur dengan tepat kemampuan dan usaha belajar peserta didik. 6. Penilaian dilakuakan melalui tes dan non tes.
61
7. Pengukuran terhadap ranah afektif dapat dilakukan dengan menggunakan cara non tes, seperti skala penilaian, observasi dan wawancara. 8. Penilaian terhadap ranah psikomotorik dengan tes perbuatan dengan menggunakan lembar pengamatan atau instrumen lainnya.45 Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkahlangkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. 1. Perencanaan Langkah awal dari penilaian adalah membuat perencanaan tentang bentuk dan cara penilaian yang akan dilakukana sesuai dengan materi yang akan diujikan, sehingga ada kesingkronan antara konten yang diujikan dengan jenis penilaian yang dilakukan. Dalam merencanakan penilaian Akidah Akhlak dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Penilaian dengan tes dapat dilakukan tes tertulis dan tes perbuatan. Sedangkan non tes dapat direncanakan melalui wawancara, pengamatan/observasi, angket, skala sikap dan catatan anekdot (catatan harian). Teknik tes Akidah Akhlak digunakan untuk penilaian aspek kognitif dengan tes obyektif, uraian dan mengarang. Semua materi Akidah Akhlak yang bersifat ilmu pengetahuan dapat dinilai dengan teknik tes. Teknik non tes dalam Akidah Akhlak digunakan untuk 45
http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/03/penilaian-hasil-pembelajaran-aqidah.html. Diakses pada hari Rabu, 17 Juni 2015, pukul 11.18 WIB
62
menilai aspek afektif yaitu penilaian sikap keberagaman siswa dengan alat penilaian : a. Wawancara yaitu melakukan dialog dengan siswa untuk mengetahui keberagaman siswa dan sangat baik untuk mengungkapkan aspek afektif dari materi keimanan dan akhlak. b. Observasi yaitu penilaian yang dilakukan melalui pengamatan dan pergaulan langsung tentang sikap dan perilaku siswa berkaitan dengan akhlak. c. Angket yaitu pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada siswa, gunanya untuk mendapatkan informasi diutamakan mengenai kehidupan beragama. d. Skala sikap yaitu pengamatan dan pencatatan reksi sikap terhadap tugas yang diberikan. e. Catatan Anekdot yaitu catatan tertentu terhadap sikap siswa dalam rangka pembinaan sikap keberagaman yang baik. 2. Penyusunan alat penilaian Setelah direncanakan bentuk penilaian yang akan dilakukan maka selanjutnya membuat instrumen/alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai. 3. Pelaksanaan/Pengumpulan informasi
63
Langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian dengan acuan instrumen yang sudah dibuat sesuai dengan konten atau materi yang ada disampaikan. 4. Pengolahan Informasi Langkah terakhir adalah mengolah informasi yang sudah didapat melalui instrumen yang dibuat. Pengolahan ini meliputi penghitungan pensekoran sampai pada nilai jadi yang sudah dikonversi beserta dengan diskripsinya yang menentukan seberapa besar penguasaan siswa terhadap materi yang telah diberikan dalam kurun waktu tertentu.46
46
http://bdksemarang.kemenag.go.id/implementasi-penilaian-autentik-dalampembelajaran-pai/. diakses hari rabu, 17 Juni 2015 pukul 11.18 WIB
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN PELAKSANAAN PENILAIAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MI NU MIFTAHUL HUDA 01 KARANGMALANG TAHUN PELAJARAN 2014-2015 A. Data Umum MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus Tahun 2014-2015 1. Letak Geografis MI NU Miftahul Huda 01 terletak di Dukuh Sudimoro Desa Karangmalang Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Letak madrasah ini sangat strategis karena berada di tengah Desa Karangmalang yang berdekatan dengan jalan raya, sehingga mudah dijangkau dari berbagai penjuru desa. Madrasah ini didirikan di atas tanah seluas 1.776 M2. Sedangkan status tanah adalah hak pakai milik Pemerintah Desa Karangmalang. Adapun batas-batas MI NU Miftahul Huda I adalah sebagai berikut : a. Sebelah Timur
: Jalan Desa Karangmalang
b. Sebelah Utara
: Pasar Desa dan Pabrik Djarum Sudimoro
c. Sebelah Barat
: Perkampungan ( Rumah Penduduk )
d. Sebelah Selatan
: Kantor Balai Desa Karangmalang
Di lokasi ini juga terdapat gedung Raudlatul Athfal (RA) Muslimat NU Miftahul Huda yang terletak di sebelah utara membujur ke timur. 1
1
Hasil Observasi, di MI Miftahul Huda 01 Karangmalang, Tanggal 18 Mei 2015.
64
65
2. Sejarah Singkat Berdirinya MI NU Miftahul Huda didirikan pada tanggal 4 Desember 1947 oleh masyarakat muslim di Dukuh Sudimoro, Desa Karangmalang diprakarsai oleh para ulama dan tokoh masyarakat. Adapun para ulama (kyai) dan tokoh masyarakat muslim yang memprakarsai pendirian madrasah ini antara lain : a. K. Barjanzi (alm) b. K. Masyitho (alm) c. KH. Mas’udi (alm) Beliau-beliau ini mempunyai gagasan mendirikan madrasah ini karena : a. Ingin memajukan masyarakat muslim di Dukuh Sudimoro b. Ingin agar generasi penerus mempunyai ilmu agama yang kuat dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Asal usul madrasah ini adalah madrasah diniyyah dalam arti khusus pelajaran agama Islam dan waktu belajarnya sore hari yang letaknya adalah di sebelah selatan Masjid Darussalam Sudimoro. Selanjutnya pada tahun 1967 atas persetujuan tokoh masyarakat madrasah ini didaftarkan di Departemen Agama dan kedudukannya menjadi sejajar dengan Sekolah Dasar (SD) dan diberikan pelajaran umum seperti Bahasa Indonesia, PMP, Matematika, IPS, dan lain-lain, dan waktu belajarnya pagi hari.
66
Kemudian karena perkembangan zaman madrasah ini semakin maju dan mendapatkan murid yang banyak sehingga kekurangan lokal, maka pengurus membangun lagi gedung baru, yaitu yang berada di lokasi sekarang ini yaitu pada tahun 1971, sehingga madrasah ini berada di dua tempat. Pada tahun 1981 madrasah ini dibagi menjadi 2 yaitu MI NU Miftahul Huda 01 dan MI NU Miftahul Huda 02. MI NU Miftahul Huda 01, terletak di lokasi sekarang ini, kemudian MI NU Miftahul Huda 02 terletak di Depan Masjid Sudimoro 500 m ke barat dari MI NU Miftahul Huda 01. Karena
tuntutan
zaman
yang
semakin
lama
semakin
berkembang maka Madrasah ini pada tahun 1996 mengikuti akreditasi dengan status Diakui, selanjutnya pada tahun 2000 ditingkatkan statusnya dari Diakui menjadi Disamakan, dan pada tahun 2012 statusnya ditingkatkan menjadi Terakreditasi A. 2 3. Struktur Organisasi Dalam rangka pengelolaan Madrasah Ibtidaiyyah NU Miftahul Huda 01 ini dibentuklah suatu organisasi yang bertujuan untuk lebih memudahkan koordinasi dan pengelolaan madrasah. Adapun struktur organisasinya adalah sebagaimana dibawah ini.
2
Wawancara dengan Suwantho, S. Pd. I selaku Pengurus MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang, Selasa, 02 Juni 2015 pukul 08.30-09.30 WIB
67
STRUKTUR ORGANISASI MI NU MIFTAHUL HUDA 01 TAHUN 2014–2015
DISDIKBUD
LP. MA’ARIF
KEMENAG
Pengurus Madrasah Kepala Madrasah Kuslan BENDAHARA
TATA USAHA
Hj. Noor Faizah, S. Pd. I
M. Noor Hakim
SIE. KURIK
SIE. KESISWAAN
SIE. SAR. PRAS
SIE. HUMAS
Faizin, S. Ag
Imam Fathoni, S.Pd.I
M. Musyaddad,S.Pd.i
Sulthoni, S. Pd. I
W. KLS I
W. KLS III
W. KLS II
Naili Shofiya, S. Ag
Hj. N. Faizah, M.Musyadad, S. Pd. I S. Pd. I
W. KLS IV
W. KLS V
W. KLS VI
Sulthoni, S. Pd. I
Ahmadi, S. Pd. I
Faizin, S. Ag
GURU BIDANG STUDI / MATA PELAJARAN SISWA – SISWI MI NU MIFTAHUL HUDA 01
3
Keterangan : Garis instruktif
: ________________
Garis koordinatif
: ------------------------
Sedangkan mengenai tugas secara umum masing-masing personel sebagai berikut :
3
Dokumentasi MI Miftahul Huda 01, dikutip tanggal 21 Mei 2015.
68
a. Pengurus Madrasah 1)
Menyediakan
sarana
pendidikan
seperti
gedung
perlengkapannya 2)
Pengaturan sarana pendidikan
3)
Pengawasan jalannya pendidikan
4)
Rekruitmen pegawai
5)
Mengusahakan pendanaan Madrasah
b. Kepala Madrasah 1)
Menyusun dan perencanaan dan program kegiatan
2)
Mengorganisasikan
3)
Mengarahkan
4)
Mendorong kreativitas
5)
Mengkoordinasikan
6)
Melaksanakan pengawasan
7)
Monitoring
8)
Mengevaluasi
c. Bendahara 1) Mengatur penerimaan dan pengeluaran keuangan Madrasah 2) Membuat pembukuan laporan keuangan Madrasah 3) Bertanggung jawab kepada Kepala Madrasah d. Tata Usaha Madrasah 1)
Pengelolaan administrasi kantor
2)
Pelayanan administrasi kepegawaian dan kesiswaan
dan
69
3)
Administrasi keuangan, sarana dan inventarisasi peralatan madrasah.
4)
Bertanggung jawab kepada kepala madrasah
e. Seksi Kurikulum 1)
Mengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler
2)
Inservis training guru
3)
Penilaian kegiatan madrasah
4)
Bertanggung jawab kepada kepala madrasah
f. Seksi Kesiswaan 1)
Mengatur kegiatan intra madrasah
2)
Pengarahan dan pengendalian siswa
3)
Pembentukan disiplin siswa
4)
Bertanggung jawab kepada kepala madrasah
g. Seksi Sarana dan Prasarana 1)
Penyusunan rencana kebutuhan
2)
Pengkoordinasian dan pendayagunaan sarana dan prasarana
3)
Pengelolaan dan pembiayaan alat-alat pelajaran
4)
Bertanggung jawab kepada kepala madrasah
h. Seksi Humas 1)
Informasi madrasah pada masyarakat
2)
Kerjasama madrasah dengan POMG / masyarakat
3)
Hubungan dengan instansi pemerintah dan swasta
4)
Kegiatan madrasah ke alam bebas
70
5)
Bertanggung jawab kepada kepala madrasah
i. Wali Kelas Pengelolaan kelas baik teknik edukatif maupun administratif. j. Guru 1)
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar
2)
Penilaian hasil belajar
3)
Analisis hasilbelajar
4)
Ekstrakurikuler
5)
Administrasi kegiatan belajar mengajar
6)
Membuat laporan kepada kepala madrasah Demikian mekanisme kerja masing-masing personil yang ada di
Madrasah Ibtidaiyyah NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus yang penulis menilai cukup baik dan teratur. Mekanisme kerja ini akan menghasilkan suatu tata organisasi yang bagus manakala dijalankan dengan baik sesuai dengan aturan yang ada begitu sebaliknya apabila tidak dijalankan dengan baik maka akan pengelolaan madrasah akan tidak optimal dan bahkan akan menimbulkan kemunduran bagi madrasah. 4. Keadaan Guru Dalam suatu lembaga pendidikan guru adalah merupakan faktor yang sangat penting yang menentukan apakah proses belajar mengajar berhasil atau tidak. Dalam proses belajar mengajar, pendidik di sekolah ini tidak ada perbedaan antara guru yang mengajar Akidah Akhlak dengan
71
guru yang bukan mengajar Akidah Akhlak. Guru di sini disamping mengajar Akidah Akhlak juga merangkap pelajaran umum dengan sistem guru kelas kecuali bidang studi Pendidikan Agama Islam yang merupakan guru mata pelajaran atau bidang studi. Semua guru di MI NU Miftahul Huda 01 ini adalah guru tidak tetap (GTT) yang diangkat oleh pengurus Madrasah. Jika dilihat dari gaji atau honorarium yang diterimanya hanya sedikit dan tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, namun mereka tetap semangat bekerja karena mengharapkan ridlo Allah.4 Adapun daftar guru yang mengajar di MI Miftahul Huda 01 sebagai berikut: TABEL 1 DAFTAR GURU MI NU MIFTAHUL HUDA 01 KARANGMALANG GEBOG TAHUN 2014-2015 NO.
NAMA GURU
JABATAN
PENDIDIKAN
MULAI
KELAS
TUGAS
1.
Kuslan
Ka. MI
MA
1981
V, VI
2.
Dahriyah, S. Pd. I
Guru
S1 PAI
1997
III
3.
Faizin, S. Ag
Waka. Kur.
S 1 PAI
2000
V, VI
4.
Imam Fathoni, S. Pd. I
Waka. Kesis.
S 1 PAI
2000
IV, V
5.
Ahmadi, S. Pd. I
Guru
S 1 PAI
1981
IV, V
6.
M. Musyaddad, S. Pd. I
Waka. Sarpras
S 1 PAI
2000
III, IV
7.
Masri’ah, S. Pd. I
Guru
S 1 PAI
1984
I
4
Wawancara dengan Suwantho, S. Pd. I selaku Pengurus MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang, Selasa, 02 Juni 2015 pukul 08.30-09.30 WIB
72
8.
Naili Shofiya, S. Ag
Guru
S 1 PAI
2001
I, II
9.
Hj. Noor Faizah, S. Pd. I
Bendahara
S 1 PAI
1988
II
10.
Sulthoni, S. Pd. I
Waka. Humas
S 1 PAI
1987
V, VI
11.
Surifah
Guru
S 1 PAI
1978
III, IV
12.
M. Noor Hakim
TU
MA
2013
13.
Sugiyono Sy
Penjaga
MA
20115
Sumber: Dokumen MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus.
Guru disini disamping mengajar Akidah Akhlak juga merangkap pelajaran umum dengan system guru kelas, kecuali bidang studi Pendidikan Agama Islam yang merupakan guru mata pelajaran atau bidang studi. Untuk kelas IV dan V, mata pelajaran Akidah Akhlak diampu oleh ibu Masri’ah, S. Pd. I. Disamping itu, beliau juga merangkap sebagai guru kelas di kelas satu. Ibu Masri’ah, S. Pd. I, mulai tugas di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang pada tahun 1984, beliau lulusan S1 Jurusan PAI di sebuah Sekolah Tinggi Negeri di Kudus STAIN Kudus tahun 2010. Ibu dengan 9 orang putra putri ini mengabdikan dirinya dengan penuh ikhlas untuk mencerdaskan anak didiknya. Motto hidupnya adalah “Niati semua sebagai ibadah, maka seberat apapun dengan ridlo Allah semua akan terasa ringan”. 6 5. Keadaan Siswa Siswa madrasah ini adalah berasal dari masyarakat Desa Karangmalang dan sekitarnya yang berlatar belakang dari berbagai macam
5
Dokumen MI Miftahul Huda 01, dikutip tanggal 21 Mei 2015 Wawancara dengan Ibu Masri’ah, S. Pd. I selaku guru Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang, tanggal 28 Mei 2015 jam 10.30–12.00 WIB. 6
73
keluarga dan status ekonominya. Adapun jumlah siswa MI NU Miftahul Huda 01 tahun 2014 – 2015 sebagai berikut : TABEL II DAFTAR JUMLAH SISWA MI NU MIFTAHUL HUDA 01 TAHUN 2014-2015 NO.
KELAS
L
P
JUMLAH
1.
I
13
16
29
2.
II
12
7
19
3.
III
13
10
23
4.
IV
13
12
25
5.
V
11
13
24
6.
VI
13
28
41
JUMLAH
1617
Sumber: Statistik MI NU Miftahul uda 01 Karangmalang
Focus penelitian peneliti adalah pada kelas 4 dan 5 dengan jumlah masing-masing kelas terdiri dari 25 dan 24 siswa. Untuk kelas 4 yang berjumlah 25 siswa terdiri dari 13 murid laki-laki dan 12 murid perempuan. Sedangkan murid kelas 5 terdiri dari 11 murid laki-laki dan 13 murid perempuan. Semuanya berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda. Hampir 75% berasal dari lulusan RA atau TK, untuk yang tidak
7
Statistik MI Miftahul Huda 01, dikutip tanggal 21 Mei 2015.
74
berasal dari RA atau TK sebelumnya diberikan pembinaan khusus untuk mengejar ketertinggalan dari teman-temannya yang lain.8 6. Sarana dan Prasarana Untuk menyelenggarakan pendidikan secara baik maka sarana dan prasarana mutlak sangat diperlukan. Adapun sarana yang dimiliki oleh MI NU Miftahul Huda 01 adalah : a. Gedung Gedung sekolah adalah milik Yayasan dengan jumlah ruang ada 21 lokal dengan perincian sebagai berikut : No.
Jenis Ruang
Jumlah
1.
Ruang Kelas
6
2.
Ruang Kepala Madrasah
1
3.
Ruang Guru
1
4.
Ruang Tata Usaha
1
5.
Ruang Laboratorium IPA
1
6.
Ruang Laboratorium Bahasa
1
7.
Ruang Perpustakaan
1
8.
Ruang UKS
1
9.
Ruang Keterampilan
1
10.
Toilet Guru
1
11.
Toilet Siswa
6
b. Sarana Penunjang Kurikulum 1) Alat peraga seperti : perlengkapan sholat, gambar cara sholat 2) Huruf hijaiyah dan sebagainya 8
Wawancara dengan Suwantho, S. Pd. I, selaku Pengurus MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang, selasa 02 Juni 2015 pukul 08.30-09.30 WIB.
75
3) Buku-buku pelajaran agama 4) Buku-buku kurikulum c. Sarana lain non fisik 1) Kegiatan qiro’ah 2) Kegiatan PHBI9 7. Kurikulum Sekolah a. Mata Pelajaran 1) Pendidikan Agama Islam, meliputi: No. 1. 2. 3. 4.
Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Akidah Akhlak Fiqih Sejarah Kebudayaan Islam
Tujuan : Memberikan wawasan terhadap Pendidikan Agama Islam serta meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa. 2) Kewarganegaraan dan Kepribadian Tujuan : Memberikan pemahaman terhadap siswa tentang kesadaran hidup berbangsa dan bernegara dan pentingnya menjaga keutuhan Negara. 3) Bahasa Indonesia Tujuan : Agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
9
Mei 2015.
Dokumentasi MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang dan hasil observasi, tanggal 25
76
secara lisan maupun tulis, memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4) Bahasa Arab Tujuan : Untuk mengembangkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam Bahasa tersebut, dalam bentuk lisan dan tulis. 5) Matematika Tujuan : Untuk membekali peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika. 6) Ilmu Pendidikan Alam Tujuan : Untuk membekali peserta didik memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 7) Ilmu Pengetahuan Sosial Tujuan : Agar peserta didik memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 8) Seni dan Budaya Tujuan : Untuk mengembangkan apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan, menumbuhkan kreatifitas melalui seni budaya dan keterampilan. 9) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
77
Tujuan:
Untuk
meningkatkan
pertumbuhan
fisik
dan
pengembangan psikis yang lebih baik, meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis. 10) Muatan Lokal Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh Madrasah. Madrasah dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun. Berikut ini adalah table alokasi waktu untuk mata pelajaran muatan lokal yang diselenggarakan Madrasah No
Mapel Mulok
1. 2. 3. 4.
Bahasa Jawa Bahasa Inggris keNUan Agama Islam Salaf
Alokasi Waktu/Kelas I II III IV V VI 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2
b. Kegiatan Pengembangan Diri Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap
78
peserta didik sesuai dengan kondisi Madrasah. Pengembangan diri di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang terdiri atas: 1) Sholat
Dhuha
dan
Dhuhur
berjama’ah,
bertujuan
untuk
mengenalkan pelaksanaan ibadah sholat dan menanamkan kecintaan untuk menjaga sholat fardhu. Ruang lingkupnya adalah pembiasaan Sholat Dhuha dan Sholat Dhuhur secara berjama’ah. 2) Tadarus Al-Qur’an, bertujuan untuk menanamkan rasa cinta terhadap a;-Qur’an dan membiasakan siswa agar senantiasa membaca al-Qur’an. Ruang lingkupnya adalah pembiasaan membaca al-Qur’an setiap hari. 3) Layanan Bimbingan dan Konseling, bertujuan untuk memberikan layanan konseling kepada peserta didik di lingkungan Madrasah. Ruang lingkupnya meliputi: a) Layanan orientasi pengenalan lingkungan Madrasah. b) Layanan bimbingan belajar. c) Layanan konseling kesulitan belajar dan masalah pribadi siswa. 4) Kepramukaan, bertujuan untuk melatih siswa agar terampil dan mandiri, menanamkan sikap peduli terhadap orang lain, melatih agar mampu bekerja sama dengan orang lain, menanamkan sikap disiplin, menumbuhkan rasa percaya diri. 5) Seni Baca Al-Qur’an, bertujuan untuk menumbuhkan apresiasi (penghargaan) siswa terhadap seni budaya Islami, memupuk
79
bakat dan minat siswa di bidang seni baca al-Qur’an, menumbuhkan rasa percaya diri. 6) Seni
Rebana,
bertujuan
untuk
menumbuhkan
apresiasi
(penghargaan) siswa terhadap seni budaya Islami, memupuk bakat dan minat siswa di bidang seni music Islami, menumbuhkan rasa percaya diri. 7) Kegiatan pembiasaan, merupakan proses pembentukan akhlak dan penanaman/pengamalan ajaran agama Islam yang meliputi: a) Pengajian mentari pagi, meliputi tadarus al-Qur’an, hafalan surat-surat pendek pilihan, hafalan do’a-do’a harian, hafalan sifat-sifat Allah dan Rasul, senandung Asma’ul Husna, hafalan bacaan sholat. b) Peringatan Hari Besar Islam meliputi Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj, Nuzulul Qur’an, tahun baru Hijriyah, dan Pesantren Romadlon. c) Penanaman akhlak Islami yang meliputi salam dan salim, mas dan mbak, operasi kuku, makan dan minum tidak dengan berdiri, menjaga kebersihan pribadi, pakaian dan lingkungan. d) Ibadah yang meliputi sholat Dhuha dan sholat Dhuhur berjama’ah. Jadwal dan Alokasi Waktu No. Kegiatan Hari 1. Layanan BK Sabtu-Kamis 2. Tadarus Al-Qur’an Sabtu-Kamis
Waktu 07.30-13.00 06.45-07.00
Ket.
80
3. 4. 5. 6. 7.
Sholat Dhuha berjama’ah Sholat Dhuhur berjama’ah Pramuka Seni Baca AlQur’an Seni Rebana
Sabtu-Kamis
08.45-09.00
Sabtu-Kamis
12.25-12.45
Jum’at Ahad
15.00 08.00
Sabtu
15.00
Penilaian: Kegiatan pengembangan diri dinilai dan dilaporkan secara berkala kepada sekolah dan orang tua dalam bentuk kualitatif: Kategori A B C D
Keterangan Sangat Baik Baik Cukup Kurang
c. Ketuntasan Belajar Ketuntasan belajar setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu pencapaian hasil belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0 – 100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masingmasing indicator 75%. Madrasah harus menentukan kriteria ketuntasan minimal sebagai target pencapaian kompetensi (TPK) dengan pertimbangan: 1) Tingkat kompleksitas (kerumitan dan kesulitan) setiap indikator. 2) Ketersediaan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. 3) Tingkat intake (kemampuan) rata-rata peserta didik. B. Data Khusus MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang 1. Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Akidah Akhlak
81
Berdasarkan data observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di lapangan secara langsung bahwa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang bahwa guru Akidah Akhlak sebelumnya membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).10 Pembelajaran mata pelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus mengacu kepada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Kuslan yang mengatakan bahwa: Pembelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karena di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus untuk tahun pelajaran 2014/2015 menggunakan kurikulum KTSP. Jadi, materi yang diajarkan pun mengikuti apa yang tertera dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan yang di dalamnya mencakup komponen mata pelajaran, alokasi waktu, standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa pada setiap materi. Untuk lebih detilnya nanti bisa di lihat di dokumen kurikulumnya.11 Mata Pelajaran Akidah Akhlak MI NU Mifathul Huda 01 Karangmalang
bertujuan
untuk
menumbuhkan
dan
meningkatkan
keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui
pemberian
dan
pemupukan
pengetahuan,
penghayatan,
pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang akidah dan akhlak Islam serta memberikan kemampuan dasar kepada siswa untuk dapat praktik dalam berperilaku, seperti berbicara yang santun, berperilaku yang 10 Observasi di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang, tanggal 25 Mei 2015. 11 Wawancara dengan Bp. Kuslan selaku Kepala MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang., 21 Mei 2015, jam 09.00-09.30 WIB.
82
sopan dan lain sebagainya sehingga mendorong, membina dan membimbing akhlak dan perilaku siswa agar berpedoman kepada dan sesuai dengan isi kandungan materi Akidah Akhlak. Hal ini sebagaimana pernyataan dari Bapak Kuslan: Tujuan dari pembelajaran Akidah Akhlak adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang akidah dan akhlak Islam serta memberikan kemampuan dasar kepada siswa untuk dapat praktik dalam berperilaku, seperti berbicara yang santun, berperilaku yang sopan dan lain sebagainya sehingga mendorong, membina dan membimbing akhlak dan perilaku siswa agar berpedoman kepada dan sesuai dengan isi kandungan materi Akidah Akhlak.12 Alokasi waktu untuk pembelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang adalah 2 jam dalam seminggu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Kuslan: Untuk alokasi waktu, pembelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus sesuai dengan apa yang tertera dalam struktur kurikulum adalah 2 jam dalam seminggu. Waktu yang cukup sedikit, mengingat Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01Karangmalang Gebog Kudus termasuk diprioritaskan sesuai dengan basic Madrasah ini yang berbasic keagamaan. Namun, peraturan sudah dibuat, jadi yang perlu dilakukan adalah memaksimalkan waktu yang sedikit itu dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan serta pemahaman siswa terhadap materi Akidah Akhlak.13 Pembelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul huda 01 Karangmalang mengacu pada kurikulum KTSP, materi yang diajarkan pun
12
Wawancara dengan Bp. Kuslan selaku Kepala MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang., 21 Mei 2015, jam 09.00-09.30 WIB. 13 Wawancara dengan Bp. Kuslan selaku Kepala MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang., 21 Mei 2015, jam 09.00-09.30 WIB.
83
mengikuti apa yang tertera dalam kurikulum tersebut. Selain itu juga harus memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap materi yang diajarkan. Dalam melaksanakan proses pembalajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 karangmalang, Guru Akidah Akhlak melakukan tiga tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibu Masri’ah, S. Pd. I bahwa proses pembelajaran Akidah Akhlak tidak berbeda dengan proses pembelajaran pada mata pelajaran lain, yaitu, melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Karena dengan melalui tiga tahapan tersebut, pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Yang membedakan hanya materi yang diajarkan serta metode yang digunakan.14 a. Perencanaan Pada tahap perencanaan, hal yang dilakukan oleh guru Akidah Akhlak adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menentukan metode, dan juga mempersiapkan materi yang akan diajarkan
beserta
media
pendukung
yang
diperlukan
dalam
pembalajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Masri’ah, S. Pd. I: Sebelum melaksanakan pembelajaran Akidah Akhlak, saya terlebih dahulu menyusun RPP, agar pembelajaran dapat tersusun dengan rapi dan berjalan dengan baik. Dalam 14
Wawancara dengan Ibu Masri’ah, S. Pd. I selaku Guru Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 karangmalang, tanggal 28 Mei 2015, jam 10.30-12.00 WIB.
84
menyusun RPP saya berpedoman pada kurikulum, agar standar kompetensi dan juga kompetensi dasarnya tidak melenceng. RPP yang saya buat terdiri dari tiga tahap dalam pembelajaran, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. RPP saya buat sendiri dengan melakukan inovasi dari RPP yang sudah ada dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Pembuatannya jauhjauh hari sebelum tanggal pelaksanaannya untuk mempermudah kerja saya. Sehingga pada malam menjelang pembelajaran, saya tinggal menyiapkan materi yang akan saya ajarkan dan juga media yang saya butuhkan sesuai dengan metode yang saya gunakan.15 b. Pelaksanaan Dalam melaksanakan pembelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul huda 01 karangmalang, guru Akidah Akhlak mengacu kepada RPP yang telah disusunnya. Dalam pengamatan peneliti pada proses pembelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang, peneliti menjumpai beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dalam melaksanakan pembelajarannya, yaitu: 1) Pendahuluan Pada tahap pendahuluan, setelah salam, guru Akidah Akhlak terlebih dahulu mengoplos tempat duduk murid untuk merefresh lingkungan belajar. Setelah kondusif, guru memulai pembelajaran dengan bacaan basmalah bersama-sama dengan murid, selanjutnya guru Akidah Akhlak menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai murid untuk materi Akidah Akhlak. Setelah itu, guru Akidah 15
Wawancara dengan Ibu Masri’ah, S. Pd. I selaku Guru Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 karangmalang, tanggal 28 Mei 2015, jam 10.30-12.00 WIB.
85
Akhlak memberi pertanyaan seputar materi yang telah lalu kemudian dijawab murid secara bersama-sama, setelah itu guru Akidah Akhlak menunjuk salah satu murid untuk membacakan materi Akidah Akhlak. Setelah dirasa cukup, lalu guru Akidah Akhlak melanjutkan pembelajaran ke tahap kegiatan inti. 2) Kegiatan Inti Pertama-tama, guru Akidah Akhlak menjelaskan secara singkat mengenai materi Akidah Akhlak. Lalu, guru Akidah Akhlak mempraktekkan materi Akidah Akhlak sampai kurang lebih 3 kali. Setelah itu, guru Akidah Akhlak menerapkan metode ceramah dalam pembelajaran pada praktek materi Akidah Akhlak. 3) Penutup Pada kegiatan penutup, guru Akidah Akhlak mengajak kembali para murid untuk bersama-sama membaca materi Akidah Akhlak. Setelah itu, guru Akidah Akhlak menunjuk salah satu murid untuk maju ke depan kelas untuk mempraktekkan materi Akidah Akhlak. Setelah selesai, lalu guru menyuruh murid untuk menerangkan materi di depan kelas setelah mempraktekkan. Setelah dirasa cukup, lalu guru Akidah Akhlak mengumpulkan hasil pekerjaan murid untuk dinilai. Guru Akidah Akhlak mengakhiri pembelajaran dengan bacaan hamdalah. Guru Akidah Akhlak mengucapkan salam lalu meninggalkan kelas.
86
2. Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang a. Aspek Penilaian Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015 Berdasarkan data hasil wawancara yang dilakukan peneliti secara langsung dilapangan, bahwa aspek yang digunakan dalam penilaian mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang pada tahun pelajaran 2014/2015 menggunakan 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.16 Pelaksanaan pembelajaran dan penilaian Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Kuslan yang mengatakan bahwa pembelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karena di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus untuk tahun pelajaran 2014/2015 menggunakan kurikulum KTSP. Jadi, materi yang diajarkan dan penilaian yang diberikan pun mengikuti apa yang tertera dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan yang di dalamnya mencakup komponen mata pelajaran,
16
Wawancara dengan Ibu Masri’ah, S. Pd. I selaku Guru Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 karangmalang, tanggal 28 Mei 2015, jam 10.30-12.00 WIB.
87
alokasi waktu, standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa pada setiap materi.17 Tujuan dari mata Pelajaran Akidah Akhlak adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan,
penghayatan,
pengamalan
serta
pengalaman peserta didik tentang akidah dan akhlak Islam, oleh karena itu, penilaian yang meliputi 3 aspek kognitif, afektif dan psikomotorik menurut Ibu Masri’ah, S. Pd. I, sudah cocok jika diterapkan dalam pembelajaran Akidah Akhlak, sebagaimana dijelaskan bahwa aspek-aspek tersebut sudah cocok jika diterapkan pada penilaian akidah akhlak, karena aspek tersebut sudah mengarah pada tujuan dari mata pelajaran ini, yang salah satu tujuannya untuk menumbuhkan
dan
meningkatkan
keimanan
siswa
dalam
kehidupannya sehari-hari. Sebagaimana dijelaskan Ibu Masri’ah, S. Pd. I: tujuan pembelajaran Akidah Akhlak yaitu menumbuhkan dan mengembangkan keimanan serta pengetahuan peserta didik yang diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari, maka dalam melaksanakan penilaian saya menggunakan 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. karena aspek tersebut sudah mengarah pada tujuan dari mata pelajaran ini, yang salah satu tujuannya untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan siswa dalam kehidupannya seharihari. 18 17
Wawancara dengan Bp. Kuslan selaku Kepala MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang., 21 Mei 2015, jam 09.00-09.30 WIB. 18 Wawancara dengan Ibu Masri’ah, S. Pd. I selaku Guru Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 karangmalang, tanggal 28 Mei 2015, jam 10.30-12.00 WIB.
88
1) Penilaian Aspek Kognitif Aspek kognitif ini merupakan aspek dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam hal pengetahuan agamanya (Akidah dan Akhlak) ketika akan memasuki sebuah pembelajaran, termasuk proses pembelajaran mata pelajaran Akidah dan akhlak. Hasil dari pembelajaran Akidah Akhlak dalam aspek kognitif ini, siswa diharapkan memiliki kemampuan mengingat, memahami dan menerapkan semua materi yang sudah disampaikan oleh guru. 2) Penilaian Aspek Afektif Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri seseorang, dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Aspek
kepribadian
dalam
penilaian
hasil
belajar
yang
diharapkan tumbuh dari peserta didik adalah kemampuan siswa memperlihatkan dan memberi respon terhadap stimulasi yang diberikan oleh guru. 3) Penilaian Aspek Psikomotorik Sikap pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Aspek sikap dalam penilaian yang diharapkan tumbuh dari peserta didik adalah kemampuan siswa dalam menirukan dan mengikuti pengarahan, penampilan serta gerakan-gerakan atau gejala yang diamati.
89
Bagi guru-guru Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang, penilaian mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. b. Gambaran Khusus Penilaian di Ranah Kognitif Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015 Penilaian atau evaluasi sering digunakan untuk mengukur sejauhmana keberhasilan pendidikan yang dilaksanakan oleh guru atau lembaga pendidikan, tidak terkecuali dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak. Adapun tujuan dan fungsi dilakukannya penilaian Akidah Akhlak di MI Miftahul Huda 01 Karangmalang dapat digolongkan dalam empat kategori : 1) Untuk memberikan umpan balik
(feedback)
kepada guru
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar. 2) Untuk menentukan angka kemajuan / hasil belajar masingmasing murid yang antara lain diperlukan kenaikan kelas dan penentuan lulus tidaknya murid. 3) Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan (karakteristik) lainnya yang dimiliki murid.
90
4) Untuk mengenal latar belakang lingkungan)
(psikologi, fisik dan
murid yang mengalami kesulitan belajar, yang
hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.19 Penilaian kognitif yang dilakukan oleh guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI Miftahul Huda 01 adalah : 1) Perencanaan Langkah
awal
yang
dilakukan
guru
dalam
melaksanakan penilaian adalah membuat perencanaan tentang bentuk dan cara penilaian yang akan dilakukan sesuai dengan materi yang akan diujikan. Perencanaan penilaian hasil belajar ranah Kognitif pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang dilakukan oleh guru mata pelajaran Akidah Akhlak pada awal Semester dengan menyiapkan drive penilaian beserta format penilaian Kognitif. Teknik
yang
akan digunakan dalam penilaian Kognitif ini adalah tes lisan dan tertulis. Hal ini seperti diungkapkan oleh Ibu Masri’ah, S. Pd. I, selaku Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang: Untuk perencanaan penilaian Kognitif sebenarnya sudah saya siapkan di awal Semester bersamaan dengan pembuatan format penilaian Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. Jadi kalau sudah mulai KBM semua drive sudah tersedia, tinggal pengisiannya saja. 19
1995), hal. 49.
Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta,
91
Dan saya telah merencanakan metode tes lisan dan tertulis sebagai teknik penilaiannya. Karena menurut saya teknik tersebut sangat efektif digunakan dalam penilaian Kognitif. Selain bisa mengetahui tingkat penyerapan pengetahuan siswa, teknik ini juga mempermudah guru dalam melakukan penilaian 20 Kognitif. Berdasarkan
pernyataan diatas, perencanaan
yang
dilakukan guru untuk penilaian kognitif adalah menyusun format penilaian kognitif pada awal semester. Format penilaian tersebut disusun bersamaan dengan penyusunan format
penilaian
Afektif juga
penilaian
Psikomotorik.
Ketika Kegiatan Belajar Mengajar sudah dimulai, semua drive penilaian sudah tersedia dan siap untuk diisi untuk menilai aspek Kognitif peserta didik. Guru memilih teknik tulis dan lisan untuk menilai Kognitif peserta didik karena metode itu sangat efektif dan mudah digunakan. Dari hasil observasi peneliti, tes lisan digunakan oleh guru setiap kegiatan belajar mengajar akan dimulai dan diakhiri, dengan tujuan untuk mengingatkan kembali siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Sedangkan tes tulis dan penugasan dilakukan oleh guru untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Teknik penilaian yang digunakan dalam penilaian ranah kognitif mata pelajaran akidah akhlak di MI NU Miftahul Huda 20
Wawancara dengan Ibu Masri’ah, S. Pd. I selaku Guru Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 karangmalang, tanggal 28 Mei 2015, jam 10.30-12.00 WIB.
92
01 Karangmalang adalah teknik tes. Teknik tes digunakan untuk menilai pengetahuan (kognitif) siswa melalui tes formatif, sumatif dan Ujian akhir. Biasanya tes ini dilaksanakan secara tertulis.21 Jenis tes yang digunakan dalam penilaian ranah kognitif di MI NU Miftahul Huda 01 diantaranya: a) Penilaian formatif Penilaian
ini
dilakukan
oleh
guru
setiap
menyelesaikan satu satuan pelajaran yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa pada akhir pokok bahasan. b) Penilaian sumatif Penilaian sumatif dilakukan oleh guru setiap semesteran dan berfungsi sebagai penempatan dan kenaikan kelas. Soal-soal dibuat oleh LP. Ma’arif Kecamatan Gebog Kudus bukan oleh guru. c) Penilaian Akhir Penilaian akhir tahun ajaran ini dilakukan sebagai penentuan lulus atau tidaknya siswa dalam belajar. Penilaian ini diperuntukkan bagi kelas 6. Sedangkan untuk akhir tahun bagi selain kelas 6 adalah sebagai kenaikan kelas dengan sistem semesteran yang ke II (Genap). 2) Pembuatan soal atau instrument 21
Wawancara dengan Ibu Masri’ah, S. Pd. I selaku Guru Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 karangmalang, tanggal 28 Mei 2015, jam 10.30-12.00 WIB.
93
Setelah direncanakan bentuk, jenis dan cara penilaiannya serta waktu pelaksanaannya, kemudian guru membuat soal sesuai dengan materi yang telah disampaikan kepada siswa. Dalam pembuatan soal, guru beracuan pada indikator pencapaian belajar disetiap Standar Kompetensi dengan memperhatikan: a) Jenis penilaian hasil belajar Dalam membuat soal, pada umumnya guru menggunakan jenis tes tulis dengan bentuk tes esay dan obyektif. Tes esay adalah tes yang jawabannya harus dibuat sendiri oleh peserta tes. Berdasarkan jawabannya, tes esay dapat berupa jawaban terbatas dan jawaban singkat. Sedangkan dalam tes obyektif pilihan jawaban telah disediakan oleh guru dan siswa memilih salah satu jawaban yang dianggap benar. Tes obyektif bias berupa benar salah, pilihan ganda, menjodohkan dan sebagainya. b) Banyak butir tes Dalam pembuatan soal guru menentukan banyak butiran soal yang akan diujikan dengan melakukan pengembangan dari indikator hasil belajar yang akan ditempuh. c) Waktu pengerjaan tes
94
Dalam pembuatan soal, guru juga memperhatikan alokasi waktu
yang
bisa
digunakan
oleh
siswa
dalam
menyelesaikan semua butir soal yang diujikan. d) Aturan skoring Langkah selanjutnya dalam pembuatan soal adalah menentukan aturan skoring yang akan digunakan dalam menilai hasil pekerjaan siswa. Dalam aturan penskoran, kebijakan diserahkan kepada masing-masing guru dengan berpijak pada butir soal yang telah dibuat. e) Membuat kisi-kisi soal Kisi-kisi
merupakan
sebuah
perencanaan
sebeum
menuliskan butir-butir tes hasil belajar. Kisi-kisi yang dirancang harus mampu meliputi semua perilaku dalam hasil belajar yang tampak, sehingga darinya dapat dituliskan butir-butir yang mengukur perilaku tersebut. Kisi-kisi harus memuat materi yang akan diukur dan konstruksi hasil belajarnya. f) Menuliskan butir-butir tes dan kunci jawaban Butir tes ditulis dengan berpedoman pada kisi-kisi. Sedangkan kunci jawaban ditentukan dalam spesifikasi tes hasil belajar supaya orang lain dapat mengikuti perolehan hasil belajar siswa dari jawaban yang dibuatnya. 3) Pelaksanaan penilaian
95
Langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian dengan acuan instrument yang sudah dibuat dan berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan tes formatif dan sumatif terdapat perbedaan. Untuk tes sumatif dan ujian akhir, pelaksanaannya sesuai dengan yang tertera dalam kalender pendidikan, serta pembuatan instrumennya juga berasal dari L.P. Ma’arif. Sedangkan
untuk
tes
formatif,
waktu
pelaksanaannya
kondisional berdasar pada penyelesaian tiap bab pelajaran. 4) Pengolahan informasi. Langkah terakhir adalah mengolah informasi yang sudah didapat melalui hasil penilaian yang dikerjakan oleh siswa. Dalam langkah ini guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa, kemudian dilakukan penskoran untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diterima. c. Gambaran Khusus Penilaian di Ranah Afektif Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015 Salah satu tujuan pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak adalah untuk meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji. Berdasar pada tujuan tersebut, guru tidak hanya menilai siswa dari segi pengetahuan dan pemahamannya terhadap materi yang telah diajarkan, tetapi juga menilai sikap yang
96
ditunjukkan siswa demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Adapun penilaian di ranah afektif pada mata pelajaran Akidah Akhlak yang digunakan oleh guru MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang 1) Perencanaan Sama halnya dengan penilaian di ranah Kognitif, sebelum melaksanakan penilaian ranah Afektif, guru juga melakukan
perencanaan
terlebih
dahulu.
Perencanaan
penilaian dilakukan di awal semester dengan menyiapkan drive penilaian beserta format penilaian Afektif. Teknik yang akan digunakan
dalam
penilaian
Afektif
ini adalah
observasi. Hal ini seperti diungkapkan oleh Ibu Masri’ah, S. Pd. I, selaku guru mata pelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang: Untuk perencanaan penilaian Afektif sebenarnya sudah saya siapkan di awal Semester bersamaan dengan pembuatan format penilaian Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. Jadi kalau sudah mulai KBM semua drive sudah tersedia, tinggal pengisiannya saja. Dan saya telah merencanakan metode observasi sebagai teknik penilaiannya. Karena menurut saya teknik tersebut sangat efektif digunakan dalam penilaian Afektif. Selain bisa mengetahui sikap peserta didik secara natural, teknik ini juga mempermudah guru dalam melakukan penilaian Afektif.22 Berdasarkan
pernyataan diatas, perencanaan
yang
dilakukan guru untuk penilaian Afektif adalah menyusun format penilaian Afektif pada awal semester. Format penilaian tersebut disusun bersamaan dengan penyusunan 22
format
Wawancara dengan Ibu Masri’ah, S. Pd. I selaku Guru Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 karangmalang, tanggal 28 Mei 2015, jam 10.30-12.00 WIB.
97
penilaian Kognitif juga penilaian Psikomotorik. Ketika Kegiatan Belajar Mengajar sudah dimulai, semua drive penilaian sudah tersedia dan siap untuk diisi untuk menilai aspek Afektif peserta didik. Guru memilih teknik observasi untuk menilai Afektif peserta didik karena metode itu sangat efektif dan mudah digunakan. Selain itu sikap peserta didik juga bisa diketahui secara alami tanpa di buat-buat. Peneliti
mendapatkan
perencanaan penilaian Afektif
dokumentasi mata
mengenai
pelajaran
Akidah
Akhlak yang berupa lembar observasi penilaian Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang (terlampir). Lembar observasi ini yang nantinya akan dipergunakan guru dalam menilai aspek Afektif peserta didik selama kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Akidah Akhlak berlangsung. Peneliti juga mendapatkan dokumentasi mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Akidah Akhlak (terlampir).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata
pelajaran Akidah Akhlak tersebut juga telah disiapkan oleh guru mata pelajaran Akidah Akhlak di awal semester, bersamaan dengan persiapan format penilaian yang akan digunakan dalam menilai mata pelajaran Akidah Akhlak. 4) Pelaksanaan Penilaian Pelaksanaan penilaian hasil belajar ranah Afektif pada mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang terjadi selama peserta didik berada di lingkungan sekolah, baik di dalam maupun diluar kelas. Penilaian
Afektif
pembelajaran
di
dalam
Akidah
Akhlak
kelas
dilakukan
berlangsung.
ketika
Sedangkan
penilaian Afektif diluar kelas dilakukan setiap saat selama
98
masih dalam lingkup sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh guru Akidah Akhlak yaitu Ibu Masri’ah, S. Pd. I: Saya menilai Afektif siswa tidak hanya didalam kelas mbak, tetapi juga di luar kelas. Yang penting selama siswa masih berada di lingkungan sekolah. Kalau di dalam kelas, saya menilai Afektif dengan mengamati sikap mereka selama saya mengajar, nanti apa yang saya lihat saya isikan kedalam lembar observasi. Kalau diluar kelas ya mengamati sikap mereka terhadap guru, teman dan orang disekitarnya.23 Berdasarkan
pernyataan
yang
diungkapkan
Ibu
Masri’ah, S. Pd. I, peneliti mengambil kesimpulan bahwa penilaian Afektif Akidah Akhlak tidak hanya dilakukan didalam kelas saja, tetapi penilaian ini berlaku diluar kelas juga. Akan tetapi ada sedikit perbedaan dalam menilainya. Penilaian didalam kelas hanya terbatas pengamatan terhadap sikap dan perilaku peserta didik terhadap guru dan temanteman di kelasnya. Sedangkan penilaian diluar kelas guru mengamati sikap dan perilaku peserta didik tidak hanya terhadap guru dan teman sekelasnya, tetapi juga dengan orang lain di sekitarnya. Peneliti melakukan dua kali observasi pada dua kelas yang berbeda, yaitu pada kelas IV dan V untuk mengetahui pelaksanaan afektif yang dilakukan guru. Berikut adalah hasil observasi peneliti tentang pelaksanaan penilaian Afektif pada mata pelajaran Akidah Akhlak (observasi pertama di kelas IV) Observasi pertama Pelaksanaan EvaluasiAfektif pada Mata pelajaran Akidah Akhlak
23
Wawancara dengan Ibu Masri’ah, S. Pd. I selaku Guru Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 karangmalang, tanggal 28 Mei 2015, jam 10.30-12.00 WIB.
99
Aspek yang diamati Deskripsi Pembelajaran Materi yang Akidah diajarkan akhlak
Proses penilaian afektif
Model pembelajaran yang digunakan Aspek yang dinilai dalam penilaian afektif
Keterangan Memahami pengertian kalimat Thoyyibah Assalamu’alaikum Ceramah dan diskusi 1) Aspek Sikap, dinilai ketika peserta didik diberi soal mengenai pelajaran yang telah diterima. Apakah peserta didik mengerjakan dengan sungguh- sungguh dan jujur. 2) Aspek Motivasi, dinilai dari keaktifan peserta didik dalam mencari pasangan jawaban. 3) Aspek Konsep diri, dinilai guru ketika peserta didik yakin akan kemampuan yang dimiliki, sehingga tidak bergantung kepada orang lain. 4) Aspek Minat, dinilai guru dari keinginan peserta didik untuk menjadi kelompok terkompak dan tercepat, karena guru memberikan reward kepada pasangan yang paling cepat dan diberi peringkat 1, 2 dan 3 5) Aspek nilai, dinilai dari keyakinan peserta didik akan prestasi yang hendak diraih
Observasi pertama dikelas IV menunjukkan bahwa antusias peserta didik untuk ikut serta dalam pembelajaran Akidah Akhlak dengan menggunakan model pembelajaran diskusi sangat bagus. Karena peserta didik ikut berpartisipasi sehingga memudahkan guru dalam menilai Afektif peserta didik. Observasi kedua Pelaksanaan Penilaian Afektif pada Mata pelajaran Akidah Akhlak Aspek yang diamati Deskripsi Pembelajaran Materi yang Aqidah diajarkan akhlak Model pembelajaran yang digunakan
Keterangan Memahami kalimat Thoyyibah Tarji’ Diskusi
100
Proses penilaian afektif
Aspek yang dinilai dalam penilaian afektif
1) Aspek Sikap, di nilai ketika peserta didik diberi soal mengenai pelajaran yang telah diterima. Apakah peserta didik mengerjakan dengan sungguhsungguh dan jujur. 2) Aspek Motivasi, dinilai dari keaktifan peserta didik dalam berdiskusi. 3) Aspek Konsep diri, dinilai guru ketika peserta didik yakin akan kemampuan yang dimiliki, sehingga tidak bergantung kepada orang lain. 4) Aspek Minat, dinilai guru dari keinginan peserta didik untuk mengemukakan pendapat 5) Aspek nilai, dinilai dari keyakinan peserta didik akan prestasi yang hendak diraih
Sedikit berbeda dengan observasi pertama, antusias peserta didik tidak begitu kentara dalam diskusi ini, peserta didik juga tidak begitu bersemangat.
Peneliti menemukan
bahwa guru menilai Afektif siswa dari partisipasi peserta didik dalam berdiskusi dengan temannya dan juga keberanian mereka untuk maju ketika guru meminta peserta didik membacakan
jawabannya.
Guru memberikan
reward
berupa tepuk tangan kepada peserta didik yang mau maju untuk membacakan jawaban. 5) Pengolahan informasi Proses selanjutnya dalam penilaian ranah Afektif mata pelajaran Akidah Akhlak adalah pengolahan informasi hasil dari pelaksanaan penialaian Afektif. Analisis hasil penilaian dilakukan terkumpul,
setelah
semua
yaitu diakhir
aspek semester.
Afektif
yang dinilai
Guru merumuskan
101
sintesis, sebagai deskripsi dari sikap, perilaku, dan unjuk kerja
peserta
didik dalam semester tersebut untuk mata
pelajaran Akidah Akhlak. Deskripsi tersebut menjadi bahan atau pernyataan untuk diisi dalam kolom catatan pendidik pada
rapor
peserta
didik
untuk
semester
dan
mata
pelajaran Aqidah akhlak. d. Gambaran Khusus Penilaian di Ranah Psikomotorik Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015 Suatu kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil apabila materi yang disampaikan oleh guru mampu diserap oleh siswa dan diterapkan dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak siswa. Begitupun mata pelajaran Akidah Akhlak. Dalam pelaksanaan penilaian di ranah psikomotorik pada mata pelajaran akidah akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang guru juga melakukan pengamatan terhadap siswa dalam semua tindakan dan kebiasaan siswa sehari-harinya, baik di sekolah maupun di masyarakat. Dalam pelaksanaan penilaian di ranah psikomotorik guru menggunakan tes praktik dimana siswa diminta untuk mempraktekkan salah satu materi yang telah disampaikan
oleh
guru,
kemudian
guru
menilai
dengan
menggunakan lembar skala penilaian. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibu Masri’ah, S. Pd. I:
102
Dalam penilaian psikomotorik, hampir tidak ada perbedaan dengan penilaian afektif, yaitu dengan cara observasi. Bedanya, dalam penilaian di ranah psikomotorik saya mengamati perilaku dan kebiasaan siswa dalam kesehariannya, sesuai dengan drive penilaian yang sudah saya buat bersamaan dengan pembuatan drive penilaian kognitif dan afektif di awal semester. 24 Adapun penilaian di ranah psikomotorik pada mata pelajaran Akidah Akhlak yang digunakan oleh guru MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang: 1) Perencanaan Sama halnya dengan penilaian di ranah Kognitif dan Afektif, sebelum melaksanakan penilaian ranah psikomotorik, guru
juga
melakukan
perencanaan
terlebih
dahulu.
Perencanaan penilaian dilakukan di awal semester dengan menyiapkan
drive
penilaian
psikomotorik. Teknik penilaian
psikomotorik
yang
beserta akan
format digunakan
penilaian dalam
ini adalah unjuk kerja. Hal ini
seperti diungkapkan oleh Ibu Masri’ah, S. Pd. I, selaku guru mata pelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang: Untuk perencanaan penilaian psikomotorik sebenarnya sudah saya siapkan di awal Semester bersamaan dengan pembuatan format penilaian Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. Jadi kalau sudah mulai KBM semua drive sudah tersedia, tinggal pengisiannya saja. Dan saya telah merencanakan metode observasi sebagai teknik penilaiannya. Karena menurut saya teknik tersebut sangat efektif digunakan dalam penilaian Afektif. Selain bisa mengetahui sikap peserta didik secara natural, teknik
24
Wawancara dengan Ibu Masri’ah, S. Pd. I selaku Guru Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 karangmalang, tanggal 28 Mei 2015, jam 10.30-12.00 WIB.
103
ini juga mempermudah penilaian Afektif.25 Berdasarkan
guru dalam melakukan
pernyataan diatas, perencanaan
yang
dilakukan guru untuk penilaian psikomotorik adalah sama dengan perencanaan pada ranah kognitif dan afektif yaitu menyusun format penilaian psikomotorik pada awal semester. Guru
memilih
penilaian
praktik
perbuatan
dengan
menggunakan lembar pengamatan sebagai instrument untuk menilai psikomotorik peserta didik. Peneliti
mendapatkan
dokumentasi
mengenai
perencanaan penilaian psikomotorik mata pelajaran Akidah Akhlak yang berupa lembar penilaian Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang (terlampir). Lembar penilaian ini yang nantinya akan dipergunakan guru dalam menilai aspek psikomotorik peserta didik selama kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Akidah Akhlak berlangsung. 2) Pelaksanaan Penilaian Pelaksanaan penilaian hasil belajar ranah psikootorik pada mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang terjadi selama peserta didik berada di lingkungan sekolah, baik di dalam maupun diluar kelas. Penilaian psikomotorik di dalam kelas dilakukan ketika pembelajaran
Akidah
Akhlak
berlangsung.
Sedangkan
penilaian psikomotorik diluar kelas dilakukan setiap saat selama
masih
dalam
lingkup
sekolah.
Seperti
yang
diungkapkan oleh guru Akidah Akhlak yaitu Ibu Masri’ah, S. Pd. I: Saya menilai psikomotorik sama halnya dengan menilai Afektif siswa, tidak hanya didalam kelas 25
Wawancara dengan Ibu Masri’ah, S. Pd. I selaku Guru Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 karangmalang, tanggal 28 Mei 2015, jam 10.30-12.00 WIB.
104
mbak, tetapi juga di luar kelas. Yang penting selama siswa masih berada di lingkungan sekolah. Kalau di dalam kelas, saya menilai psikomotorik dengan meminta siswa untuk mempraktekkan materi yang sudah saya sampaikan, nanti apa yang saya lihat saya isikan kedalam lembar penilaian. Kalau diluar kelas ya mengamati perilaku mereka terhadap guru, teman dan orang disekitarnya.26 Berdasarkan
pernyataan
yang
diungkapkan
Ibu
Masri’ah, S. Pd. I, peneliti mengambil kesimpulan bahwa penilaian psikomotorik Akidah Akhlak tidak hanya dilakukan didalam kelas saja, tetapi penilaian ini berlaku diluar kelas juga. Akan tetapi ada sedikit perbedaan dalam menilainya. Penilaian didalam kelas hanya terbatas pada pengamatan guru terhadap praktek dan unjuk kerja peserta didik terhadap materi yang sudah diterima. Sedangkan penilaian diluar kelas guru mengamati perilaku peserta didik tidak hanya terhadap guru dan teman sekelasnya, tetapi juga dengan orang lain di sekitarnya. 3) Pengolahan informasi Proses selanjutnya dalam penilaian ranah psikomotorik mata pelajaran Akidah Akhlak adalah pengolahan informasi hasil dari pelaksanaan penialaian psikomotorik. Analisis hasil penilaian dilakukan setelah semua aspek psikomotorik yang dinilai terkumpul, merumuskan
yaitu diakhir
sintesis, sebagai
semester.
deskripsi
dari
Guru sikap,
perilaku, dan unjuk kerja peserta didik dalam semester tersebut untuk mata pelajaran Akidah Akhlak. Deskripsi
26
Wawancara dengan Ibu Masri’ah, S. Pd. I selaku Guru Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 karangmalang, tanggal 28 Mei 2015, jam 10.30-12.00 WIB.
105
tersebut menjadi bahan atau pernyataan untuk diisi dalam kolom catatan pendidik pada rapor peserta didik untuk semester dan mata pelajaran Aqidah akhlak.
BAB IV PEMBAHASAN A. Pembahasan Tentang Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Akidah Akhlak MI NU Miftahu Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015 Sebagaimana yang tertera dalam Bab I, bahwa tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan penilaian hasil belajar Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang yang meliputi aspek penilaian, gambaran pelaksanaan penilaian di ranah kognitif, gambaran penilaian di ranah afektif, gambaran penilaian di ranah psikomotorik serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan penilaian Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang. Oleh karena itu dalam bab IV ini penulis menganalisis kelima hal tersebut sesuai dengan metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif. Analisa penulis dari data penelitian lapangan terhadap pelaksanaan penilaian hasil belajar Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang untuk tahun ajaran 2014/2015 adalah pelaksanaan penilaian hasil belajar pada semester genap. Seperti halnya dengan mata pelajaran yang lain, pada mata pelajaran Akidah Akhlak pelaksanaan penilaian juga sangat berkaitan erat dengan proses pembelajarannya yang meliputi tiga tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Apabila pelaksanaan penilaian tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan semua pihak, maka kegiatan
106
107
pembelajaran
dan
penilaiannya
dikatakan
baik
dan
efektif
untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan kinerja guru untuk waktu yang berikutnya. Untuk mengetahui lebih jelas tentang pelaksanaan penilaian hasil belajar Akidah Akhlak oleh guru Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015, maka penulis menganalisa bagaimana persiapan-persiapan yang ditempuh oleh guru Akidah Akhlak sebelum melaksanakan penilaian hasil belajar direlevansikan dengan teoriteori tentang penilaian hasil belajar. 1. Aspek Penilaian Hasil Belajar Akidah Akhak di MI NU Mifahul Huda 01 Karangmalang Aspek penilaian hasil belajar mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015 berdasarkan data hasil wawancara yang dilakukan peneliti secara langsung dilapangan, bahwa aspek yang digunakan dalam penilaian mata pelajaran Akidah Akhlak ada 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sesuai dengan tujuan mata pelajaran Akidah Akhlak yaitu untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang akidah dan akhlak Islam. Bagi guru Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang, penilaian atau assesmen mencakup semua metode yang
108
biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian Akidah Akhlak adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik siswa. Interpertasi dan diskripsi pencapaian belajar peserta didik inilah bagi guru Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang dinamakan assesmen atau penilaian. Tujuan dari mata Pelajaran Akidah Akhlak adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang akidah dan akhlak Islam. Maka dari itu, jika dilihat dari tujuan pembelajaran Akidah Akhlak tersebut, penilaian hasil belajar Akidah akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang diarahkan pada tiga aspek, yaitu: a. Aspek Kognitif (kemampuan) Aspek kognitif ini merupakan aspek dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam hal pengetahuan agamanya (Akidah dan Akhlak) ketika akan memasuki sebuah pembelajaran, termasuk proses pembelajaran mata pelajaran Akidah dan akhlak. Hasil dari pembelajaran Akidah Akhlak dalam aspek kognitif ini, siswa diharapkan memiliki kemampuan mengingat, memahami dan menerapkan semua materi yang sudah disampaikan oleh guru.
109
Dalam aspek ini, guru terkesan hanya mengembangkan 3 kemampuan
dalam
hierarki
kemampuan
kognitif
menurut
taksonomi S. Bloom yaitu kemampuan mengetahui, memahami dan menerapkan materi yang sudah disampaikan. b. Aspek Kepribadian Kepribadian adalah sesuatu yang yang terdapat pada diri seseorang, dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Aspek kepribadian dalam penilaian hasil belajar yang diharapkan tumbuh
dari
peserta
didik
adalah
kemampuan
siswa
memperlihatkan dan memberi respon terhadap stimulasi yang diberikan oleh guru. Berkaitan dengan aspek afektif, apa yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Aqidah akhlak untuk menilai Afektif telah sesuai dengan karakteristik ranah Afektif yang terdiri dari lima aspek yaitu aspek aspek sikap, aspek minat, aspek motivasi, aspek konsep diri dan aspek nilai. Penilaian guru mengenai kelima aspek tersebut adalah sebagai berikut: Aspek Sikap: membaca buku Akidah Akhlak, belajar Akidah Akhlak, guru
Akidah
Akhlak,
mengerjakan
interaksi
dengan
tugas Akidah Akhlak,
diskusi tentang Akidah Akhlak, memiliki buku Akidah Akhlak. 2) Aspek Motivasi: memiliki semangat untuk mendengarkan mata pelajaran Akidah Akhlak, menyukai pelajaran Akidah Akhlak 3) Aspek Konsep diri: memilih mata pelajaran yang mudah dipahami,
110
menunjukkan
mata
pelajaran
yang dirasa
sulit,
memiliki
kecepatan dalam memahami pelajaran. 4) Aspek Minat: manfaat belajar Akidah Akhlak,
usaha
memahami
Akidah
Akhlak,
bertanya di kelas, mengerjakan soal Akidah Akhlak. 5) Aspek Nilai: keyakinan tentang prestasi belajar peserta didik, keyakinan atas keberhasilan peserta didik, keyakinan atas harapan orang tua. c. Aspek Sikap Sikap pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Aspek sikap dalam penilaian yang diharapkan tumbuh dari peserta didik adalah kemampuan siswa dalam menirukan dan mengikuti pengarahan, penampilan serta gerakangerakan atau gejala yang diamati. 2. Analisis Pelaksanaan Penilaian di Ranah Kognitif Mata Pelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015 Pelaksanaan penilaian di ranah kognitif pada mata pelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang dimulai dari tahap
perencanaan,
membuat
instrumen
penilaian,
melaksanakan
penilaian, dan pengolahan informasi. Informasi hasil penilaian tersebut akan dijadikan bahan evaluasi bagi guru, siswa, dan kepala sekolah dalam membuat rencana tindak lanjut kegiatan belajar mengajar. Setelah melihat dilapangan dan hasil wawancara dengan guru Akidah Akhlak, pelaksanaan
111
penilaian di ranah kognitif yang dilakukan oleh guru mata pelajaran menggunakan dua jenis tes yaitu lisan dan tulisan. Tes lisan digunakan oleh guru setiap kegiatan belajar mengajar dimulai dan diakhiri dengan tujuan untuk mengingatkan kembali siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Sedangkan tes tertulis dilaksanakan setiap tengah semester dan akhir semester, dengan sesekali melakukan ulangan harian tertulis untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih. Dalam perencanaan penilaian di ranah kognitif, guru terlebih dahulu menyusun format penilaian kognitif pada awal semester. Format penilaian tersebut disusun bersamaan dengan penyusunan
format
penilaian Afektif juga penilaian Psikomotorik. Ketika Kegiatan Belajar Mengajar sudah dimulai, semua drive penilaian sudah tersedia dan siap untuk diisi untuk menilai aspek Kognitif peserta didik. Penilaian aspek kognitif dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu ulangan harian, remedial test, dan pengayaan. Remidial dan pengayaan dilakukan oleh guru jika ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM yang telah ditentukan, sampai siswa betul-betul dapat memenuhi tarjet yang diinginkan. Setelah dilakukan penilaian, guru menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi yang dicapai oleh siswa. (lihat lampiran) Adapun Jenis tes tertulis yang digunakan dalam penilaian ranah kognitif di MI NU Miftahul Huda 01 diantaranya:
112
a. Penilaian formatif Penilaian ini dilakukan oleh guru setiap menyelesaikan satu satuan pelajaran yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa pada akhir pokok bahasan. b. Penilaian sumatif Penilaian sumatif dilakukan oleh guru setiap semesteran dan berfungsi sebagai penempatan dan kenaikan kelas. Soal-soal dibuat oleh LP. Ma’arif Kecamatan Gebog Kudus bukan oleh guru. c. Penilaian Akhir Penilaian akhir tahun ajaran ini dilakukan sebagai penentuan lulus atau tidaknya siswa dalam belajar. Penilaian ini diperuntukkan bagi kelas 6. Sedangkan untuk akhir tahun bagi selain kelas 6 adalah sebagai kenaikan kelas dengan sistem semesteran yang ke II (Genap). Hasil penilaian mata pelajaran Akidah Akhlak yang telah dicapai oleh siswa MI Miftahul Huda 01 Karangmalang pada semester genap setelah penulis jumlah dan dirata-ratakan menunjukkan angka 84,00. Ini menunjukkan bahwa secara kognitif siswa MI Miftahul Huda 01 Karangmalang menguasai materi dengan baik. 3. Analisis Pelaksanaan Penilaian di Ranah Afektif Mata Pelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015 Penilaian ranah afektif pada mata pelajaran Akidah Akhlak yang dilakukan oleh guru MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang adalah
113
terfokus pada penilaian sikap yang ditunjukkan oleh siswa berkaitan dengan tujuan pembelajaran Akidah Akhlak. Dalam penilaian ranah afektif, guru mengamati sikap dan perhatian yang ditunjukkan oleh siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dengan kejelian, kepedulian serta kedekatan emosional yang dimiliki oleh guru Akidah Akhlak memudahkannya memberikan penilaian yang lebih obyektif. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Masri’ah, S. Pd. I, penilaian ranah afektif terjadi selama peserta didik berada di lingkungan sekolah, baik di dalam maupun diluar kelas. Penilaian Afektif di dalam kelas dilakukan ketika pembelajaran Akidah Akhlak berlangsung. Sedangkan penilaian Afektif diluar kelas dilakukan setiap saat selama masih dalam lingkup sekolah. Dari pernyataan tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa penilaian Afektif Akidah Akhlak tidak hanya dilakukan didalam kelas saja, tetapi penilaian ini berlaku diluar kelas juga. Akan tetapi ada sedikit perbedaan dalam menilainya. Penilaian didalam kelas hanya terbatas pengamatan terhadap sikap dan perilaku peserta didik terhadap guru dan teman-teman di kelasnya. Sedangkan penilaian diluar kelas guru mengamati sikap dan perilaku peserta didik tidak hanya terhadap guru dan teman sekelasnya, tetapi juga dengan orang lain di sekitarnya. Afektif sebagaimana diungkapkan oleh Karthwohl, Bloom dan Masia “Affective: Objective which emphasize a feeling tone, an emotion, or a degree of acceptance or rejection. Affective objective
114
vary from simple attention to selected phenomena to complex but internallyconsistent qualities of character and conscience.” Afektif merupakan tujuan yang menekankan perasaan, emosi, atau tingkat penerimaan dan penolakan. Afektif dapat bervariasi dari perhatian yang sederhana untuk memilih obyek sampai kualitas karakter dan kesadaran yang kompleks. Begitu luasnya cakupan afektif sehingga penilaiannya pun tidak cukup hanya dengan pengamatan yang dilakukan didalam kelas saja. Akan lebih kompleks jika aspek afektif peserta didik juga dinilai ketika berada diluar kelas. Hal inilah yang juga dilakukan guru Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang. Penilaian Afektif mata pelajaran Aqidah akhlak yang guru lakukan ketika di dalam kelas erat kaitannya dengan model pembelajaran yang guru
pakai
dalam
mengajar.
Karena
pemilihan
model
pembelajaran yang menarik akan memudahkan guru dalam menilai afektif peserta didik. Peneliti menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan penilaian afektif, hasil penelitian yang peneliti dapatkan yaitu penilaian afektif yang dilakukan didalam dan diluar kelas sudah relevan dengan pengertian afektif yang diungkapkan oleh Karthwol, Bloom dan Masia diatas. Juga aspek afektif yang dinilai sesuai dengan karakteristik ranah afektif. Hanya saja untuk tingkatan Afektif yaitu
(1) receiving (2)
responding (3) valuing (4) organization, dan (5) characterization by a value or value complex belum begitu disinggung dalam penilaian
115
Afektif ini, atau lebih tepatnya belum ada rumusan mengenai taksonomi yang dipopulerkan
oleh Bloom untuk mengetahui jenjang Afektif
peserta didik. Alangkah baiknya jika guru mengaplikasikan tingkatan afektif tersebut dalam penilaian afektif, untuk mengetahui berada dimana tingkat afektif peserta didik dalam pembelajaran Aqidah akhlak tersebut. Hasil penilaian afektif dapat dilihat dari skala penilaian sikap yang dibuat oleh guru terlebih dahulu yang disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. (lihat lampiran) 4. Analisis Pelaksanaan Penilaian di Ranah Psikomotorik Mata Pelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Tahun Pelajaran 2014/2015 Penilaian di ranah psikomotorik pada mata pelajaran Akidah Akhlak yang dilakukan oleh guru MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap siswa dalam semua tindakan dan kebiasaannya sehari-hari, dengan beracuan pada SK/KD yang ingin dicapai. Selain itu, guru juga melakukan tes praktik dimana siswa diminta untuk mempraktekkan salah satu materi yang telah disampaikan oleh guru dengan menggunakan lembar penilaian sebagai acuan dalam pelaksanaan penilaiannya. Cara ini cukup efektif bagi guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran. Sama halnya dengan penilaian di ranah afektif, penilaian di ranah psikomotorik tidak hanya dilakukan didalam kelas saja, tetapi penilaian
116
ini berlaku diluar kelas juga. Akan tetapi ada sedikit perbedaan dalam menilainya. Penilaian didalam kelas hanya terbatas pada pengamatan guru terhadap praktek dan unjuk kerja peserta didik terhadap materi yang sudah diterima. Sedangkan penilaian diluar kelas guru mengamati perilaku peserta didik tidak hanya terhadap guru dan teman sekelasnya, tetapi juga dengan orang lain di sekitarnya. Dalam penilaian di ranah psikomotorik ini, guru menggunakan tes praktik atau unjuk kerja sebagai teknik penilaiannya dengan disertai lembar penilaiannya. Setelah siswa menunjukkan sikap yang antusias terhadap kegiatan belajar mengajar Akidah Akhlak, maka akan berdampak pada perilaku siswa dalam mengaplikasikan materi yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari. (lihat lampiran) Dalam penilaian di ranah psikomotorik, guru juga memerlukan kerjasama yang baik dengan orang tua siswa dalam pengawasannya terhadap perilaku dan akhlak siswa diluar sekolah. Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan keluarga serta lingkungan yang sangat agamis, sehingga sangat berpengaruh terhadap akhlak siswa. Penilaian Akidah Akhlak pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar peserta didik dan hasil mengajar guru Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang. Informasi hasil belajar atau hasil mengajar berupa kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasai oleh peserta didik. Hasil belajar Akidah Akhlak siswa MI NU
117
Miftahul Huda 01 Karangmalang digunakan untuk memotifasi siswa, dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru. Pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh peserta didik, guru, kepala madrasah dan orang tua peserta didik. Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang lengkap dan akurat. Untuk itu sangat mutlak seorang guru Akidah Akhlak untuk melaporkan hasil belajar siswanya kepada siswa, guru, madrasah serta untuk orang tua peserta didik. Laporan hasil belajar siswa MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang mencakup ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem penilaian yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Sedangkan informasi afektif diperoleh melalui wawancara, kuisioner, inventori dan pengamatan secara sistematik. B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Serta Alternatif Solusinya. Keberhasilan pembelajaran, selalu terkait dengan adanya faktor pendukung pembelajaran dan faktor penghambat mata pelajaran Akidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Masri’ah, S. Pd.. I selaku guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak dinyatakan bahwa Faktor pendukung pembelajaran dan penilaian mata pelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda I Karangmalang Gebog Kudus adalah faktor kompetensi guru,
118
faktor sarana dan prasarana madrasah yang memadai, faktor profesionalisme guru, situasi madrasah yang kondusif, serta tingginya minat dan semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran.1 Faktor kompetensi guru, guru pengampu mata pelajaran Aqidah Akhlak, telah memenuhi kompetensi guru, sesuai ketentuan Undang – Undang Guru dan Dosen, tentang kompetensi guru, yakni berijazah Strata 1 ( satu ) prodi Pendidikan Agama Islam ( PAI ). Faktor profesionalisme, guru mata pelajaran Akidah Akhlak juga telah memenuhi syarat profesionalitas guru profesional, karena guru pengampu Mata pelajaran Akidah Akhlak juga telah profesional. Hal ini terbukti bahwa guru yang bersangkutan telah lulus dan telah memiliki sertifikat pendidik mata pelajaran Akidah akhlak. Selanjutnya untuk faktor sarana dan prasarana madrasah, berdasarkan hasil pengamatan penulis, Madrasah Ibtidaiyah NU Miftahul Huda I Karangmalang Gebog Kudus, telah memiliki sarana dan prasarana madrasah yang memadai. Hal ini penulis buktikan pada saat pengamatan pembelajaran, guru mapel Akidah akhlak, menggunakan media LCD, media pembelajaran, buku, gambar, dll. Faktor pendukung lain yang tidak kalah pentingnya adalah situasi madrasah yang kondusif. Madrasah ini meskipun terletak dipinggir jalan raya dan berdekatan dengan pasar desa, namun penempatan kelasnya sedikit menjauh dari badan jalan dan keramaian pasar, sehingga tidak mengganggu 1
Wawancara dengan Masri’’ah, S. Pd. I selaku guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus, tanggal 28 Mei 2015, jam 10.30-12.00 WIB.
119
konsentrasi pembelajaran siswa yang akan berdampak pada keberhasilan pembelajaran. Sedangkan faktor lain, adalah tingginya minat dan semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat penulis buktikan saat observasi, bahwa pada saat pembelajaran aqidah aklak siswa sangat antusias dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Disamping faktor pendukung tentu saja ada hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran dan penilaian mata pelajaran Akidah Akhlak siswa MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus. Pada dasarnya faktor-faktor penghambat (kesulitan) proses penilaian Akidah Akhlak di MI Miftahul Huda 01 Karangmalang dapat dikelompokkan menjadi tiga (3) macam : 1. Faktor internal Yang dimaksud dengan
faktor
internal adalah kesulitan-
kesulitan yang ada pada diri siswa itu sendiri. Kesulitan-kesulitan ini biasanya berupa kondisi fisik dan mental siswa. Kondisi fisik siswa MI Miftahul Huda I Karangmalang yang merupakan daerah pedesaan ratarata telah mengalami kelehan fisik bermain karena kekurang tahuan orang tua dalam mengatur jadwal kegiatan anak-anaknya (menejemen tradisional), sehingga dengan kondisi seperti ini sangat mempengaruhi cara belajar siswa. Sedangkan kondisi mental yang beragam dengan latar belakang yang beragam pula, juga salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran dan pengajaran yang dilakukan oleh
120
seorang. Bagaimana tidak, kecerdasan, bakat, motivasi dan minat yang sangat berbeda-beda merupakan kendala utama bagi seorang guru dalam menyampaikan pelajarannya.2 Faktor
intern
siswa
ini
juga
meliputi
gangguan
atau
kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni : 1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual /intelegensi siswa. 2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. 3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata telinga). Dan juga salah satu kesulitan intern siswa menurut penulis adalah perbedaan jenis kelamin, ini dikarenakan antara putra dan putri mempunyai karakter psikis yang sangat berbeda, semisal perbedaan sifat pada masa kanak-kanak (umur 7 – 12 tahun) dimana siswa putra pada masa ini mempunyai sifat mudah lelah, malas berbuat, suka tidur dan bersantai-santai, dan kondisi ini justru sebaliknya jika dibanding dengan siswi putri, sehingga hal ini juga merupakan salah satu faktor penghambat belajar yang datang dari intern siswa. 2. Faktor eksternal
2
S. Nasution, Teknologi Pendidikan, (Bandung: Jemmars, 1982), hal. 59.
121
Yang dimaksud dengan kesulitan–kesulitan eksternal adalah kesulitan-kesulitan yang ada dilingkungan siswa. Lingkungan disini adalah dapat berupa lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial ini dapat berupa para guru, staf administrasi dan yang terpenting adalah teman-teman sekelas yang mampu mempengaruhi siswa MI Miftahul Huda 01 Karangmalang. Bagaimana tidak, dengan kondisi dan back ground karakter yang berbeda-beda dari siswa MI Miftahul Huda 01 Karangmalang, yang kemudian bertemu dalam satu ruang kelas, sehingga
berakibat pada tarik menariknya
berbagai karekter yang heterogen, dan kejadian ini biasanya dimenangkan oleh karakter yang kurang baik. Semisal suka bolos, mengajak teman-temannya untuk pergi nonton dari pada belajar dll. Sedangkan lingkungan non sosial ini sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal
dapat berupa gedung keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan dan tidaknya belajar siswa. Dengan kondisi gedung sekolah yang berada di desa sedikit mengalami problem pembelajarannya. Ini dapat dilihat dari study time preference (waktu yang tepat untuk belajar) siswa karena dengan kondisi sosio kultur yang sederhana dan apa adanya merupakan satu problem yang sampai saat ini belum bisa teratasi. Disamping itu juga dengan terbatasnya areal pergedungan dan fasilitas belajar, termasuk
122
didalamnya adalah tersedianya lapangan olahraga juga merupakan problem pembelajaran tersendiri. Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, ada pula faktorfaktor lain yang juga menimbulkan kesulitan evaluasi belajar siswa MI Miftahul Huda 01 Karangmalang. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor berupa
learning
khusus ini ini ialah sindrom psikologis
disability
(ketidakmampuan
belajar).
Ketidakmampuan belajar ini terdiri atas : 1) Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca 2) Disgrafis (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis 3) Diskalkulia
(dyscalculia),
yakni
ketidakmampuan
belajar
matematika.3 3. Kesulitan-kesulitan pendekatan belajarnya Disamping kesulitan faktor internal dan eksternal
siswa MI
Miftahul Huda 01 Karangmalang sebagaimana yang telah dipaparkan dimuka, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan dan kegagalan proses penilaian Miftahul Huda 01 Karangmalang.
pembelajaran di MI
Seorang siswa
yang terbiasa
mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan
belajar surface atau reproductive.
Sehingga dengan faktor pendekatan ini berpengaruh terhadap 3
Muhibbin Syah, Op-Cit, hal. 167.
123
keberhasilan atau tidaknya pembelajaran Aqidah Akhlak siswa di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang, serta menjadikan problem kesulitan evaluasi pembelajarannya. 4. Alternatif Solusi Perbaikan Penilaian Siswa di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Banyak alternatif yang dapat diambil guru Aqidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang dalam mengatasi kesulitankesulitan belajar siswanya. Akan tetapi sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting yang meliputi : a. Diagnosis kesulitan belajar, yakni identifikasi terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang terjadi pada siswa tertentu. b. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa. c. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan. d. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan). Setelah langkah tersebut selesai, barulah guru melaksanakan langkah selanjutnya, yakni melaksanakan program perbaikan.
BAB
V
PENUTUP Untukmenarikkesimpulandaripengertianpembahasanjudulskripsi “StudiDeskriptifPelaksanaanPenilaianHasilBelajarAkidahAkhlakSiswa NU
Miftahul
Huda
01
KarangmalangTahunPelajaran
MI
2014/2015”,
makapadababakhiriniakanpenulissampaikankesimpulandan
saran–saran
sebagaiberikut : A. Kesimpulan Berdasarkanpenelitian
yang
bersifatfield
researchdapatpenulissampaikanbahwa : 1. AspekpenilaianhasilbelajarmatapelajaranAkidahAkhlak
di
MI
NU
Miftahul Huda 01 KarangmalangTahunPelajaran 2014/2015 meliputi3 aspek, yaituaspekkognitif, afektifdanpsikomotorik. 2. Pelaksanaan penilaian di ranah kognitif mata pelajaran Akidah Akhlak yang dilaksanakan oleh guru menggunakan teknik tes sebagai teknik penilaiannya. Jenis tes yang digunakan yaitu berupa tes lisan dan tertulis. Sebelum melaksanakan penilaian, guru terlebih dahulu membuat rencana penilaian yang disusun di awal semester bersamaan dengan penyusunan rencana pembelajaran yang akan digunakan. Setelah merencanakan teknik dan jenis penilaian serta waktu penilaian, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan penilaian. 3. Pelaksanaan penilaian di ranah afektif difokuskan pada penilaian sikap yang ditunjukkan oleh siswa berkaitan dengan tujuan pembelajaran
124
125
Akidah Akhlak, dengan menggunakan teknik observasi sebagai teknik penilaian serta skala penilaian sebagai instrument penilaiannya. Dalam penilaian ranah afektif, guru mengamati sikap dan perhatian yang ditunjukkan
oleh
siswa
selama
kegiatan
belajar
mengajar
berlangsung.Dalam mengolah informasi hasil penilaian afektif guru merumuskan sintesis, sebagai deskripsi dari sikap, perilaku, dan unjuk kerja
peserta
didik
dalamsemestertersebutuntuk
matapelajaranAkidahAkhlak. 4. Penilaian di ranah psikomotorik dilakukan dengan tes praktik dimana siswa diminta untuk mempraktekkan salah satu materi yang telah disampaikan oleh guru, kemudian guru menilai dengan mengacu pada lembar skala penilaian. 5. Adabeberapafaktor
yang
menjadipendukungsertapenyebab
problem
penilaianhasilbelajarAkidahAkhlaksiswa MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang. Faktor pendukung pembelajaran dan penilaian mata pelajaran Akidah Akhlak MI NU Miftahul Huda 01 Karangmalang Gebog Kudus diantaranya adalah faktor kompetensi guru, sarana dan prasarana madrasah yang memadai, profesionalisme guru, situasi madrasah yang kondusif, serta tingginya minat dan semangat siswa untuk mengikuti
pembelajaran,
sedangkan
berkaitandengansindrompsikologis, (ketidakmampuanbelajar).
faktor
penghambat
yaituberupalearning
yang
disability
Alternatifsolusi yang dapatditerapkan guru
AkidahAkhlakuntukmengatasi
problem
126
pelaksanaanpenilaianhasilbelajarAkidahAkhlak di MI NU Miftahul Huda 01
Karangmalangadalahdengancara
diagnosis
kesulitanbelajar,
menganalisishasil
diagnosis,
mengidentifikasidanmenentukanbidangkecakapantertentu
yang
memerlukanperbaikan, menyusun program perbaikan. B. Saran-Saran 1.
UntukSekolah/Guru a. Pendidikan
Islam
ituberwatakdinamisdanmerupakanbagianintegraldarikonseptentangk ehidupan
yang
lahirdaririsalah
Islam.
Olehsebabitu,
lingkunganpendidikanharusbenar-benarsesuaidengankehidupanyang bercorakdanbenafaskan
Islam
dalamsegala
proses
pembelajarandanpengajarannya. b. Sekolahharusmemperhatikanintegritasperkembanganindividudanme ndidiknya
agarberiman,
berilmu,
beramal,
berakhlak,
sukamelakukanpengabdiansosial, danmencintaitanahairnya. 2.
Untuk Orang Tua Keberhasilandalam
proses
belajarAkidahAkhlaktidaksepenuhnyatanggungjawabsekolah, tetapimemerlukankolektifitasmekanisdalamsegalaupayapenanamanpema hamanterhadapilmuantara
guru
(sekolah)
dan
keberhasilanpembelajaranharusadaperanaktifantara
orang guru
tanpaitukeberhasilanpembelajaranbolehdikatakanakangagal.
tua.Jadi,
dansekolah,
127
3.
UntukSiswa Semuasiswa
di
MI
NU
Miftahul
01Karangmalangpadaumumnya,
Huda
harusbenar-
benarmemahamibetapapentingnyasebuahmasadepanbagigenerasi Muslim, karenahanyadengankesadarantersebutgenarimudamuslimakanselalutermo tivasiuntukbelajardanmenuntutilmudarikhazanah-khazanahilmu
Islam,
daniniberarti agama Islam akandapatterselamatkandarikehancuran. C. Kata Penutup Denganmemanjatkanpujisyukurkehadirat
Allah
SWT.yangtelahmenciptakanduniasertaisinya. Hanyakarenaridho-Nyalah kami dapatmenyelesaikanpembuatanskripsiini. Kami
sadardanyakin,
bahwadalampenyusunanskripsiinimasihsangatbanyakkekurangandankesalaha nnya,
untukitu
kamiakanmenerimadengansenanghatisegalamasukansertakritikan
yang
bersifatmembangun. Akhirnyapenulisberdoasemoga SWT.selalumeridhoisegalaaktifitasdanamalperbuatan
Allah kami,
sertasemoga
Allah memberimanfaatapa yang telah kami kerjakanselamaini, amiin.
DAFTAR RIWAYAT PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Noor Kholifah
Tempat & Tanggal Lahir : Kudus, 17 September 1992 Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Bangsa/Suku
: Indonesia/Jawa
Alamat
: Karangmalang Rt 02 Rw 07 Gebog Kudus
Jenjang pendidikan
:
1. RAM Miftahul Huda Karangmalang Gebog Kudus Lulus Tahun 1998 2. MI NU Miftahul Huda 01 Sudimoro Karangmalang Gebog Kudus Lulus Tahun 2004 3. MTs NU Hasyim Asy’ari 2 Kudus Lulus Tahun 2007 4. MA NU Hasyim Asy’ari 2 Kudus Lulus Tahun 2010 Demikian daftar riwayat pendidikan yang dibuat dengan data yang sebenarnya dan semoga menjadi keterangan yang lebih jelas. Jepara,
Agustus 2015
Penulis
Noor Kholifah NIM: 131310001246