PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT IZATUL ISLAM GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun oleh: BUDI KASWARI NIM 115 09 042
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT IZATUL ISLAM GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun oleh: BUDI KASWARI NIM 115 09 042
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
i
iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.
PERSEMBAHAN Untuk kedua orang tuaku tercinta Untuk istriku tercinta Untuk keluargaku tercinta Untuk para murobiku
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahnat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang”. Skripsi ini di susun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurasan Pendidikan Agaa Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. 2. Kepala Jurusan PGMI, Peni Susepti, S.Si. M.Si. 3. Dosen pembimbing Bapak Jaka Siswanta, M.Pd, atas bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan, 4. Kedua orang tuaku tercinta yang telah mencurahkan pengorbanan dan do’a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis, 5. Istriku tercinta yang selalu sabar dalam memberi motivasi dan senantiasa berdoa disetiap waktu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersift membangun dari berbagai pihak dari kesempatan tugas-tugas penulis salanjutnya. Smoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya. Aamiin ya robbal ‘alamin Salatiga, 14 Februari 2015 Penulis
Budi Kaswari NIM : 11509042
ABSTRAK Budi Kaswari 2015 . Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan Tahun 2014/2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Bapak Jaka Siswanta.
Kata Kunci: Penerapan, Pendidikan Karakter, SDIT Izzatul Islam Getasan Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikan oleh semua warga. Oleh sebab itu, peneliti tertarik meneliti penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan. Sekolah tersebut mampu melaksanakan pendidikan karakter daam pelaksanaan pembelajaranya. Permasalahan dalam peneliti ini adalah “Bagaimana Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan”. Tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan”. Metode Pengumpulan data yang diguakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, wawacara, dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan deskriptif. Salah satu karakter kualitatif adalah deskriptif, artinya data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, atau gambar-gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian laporan peneitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian tersebut. Pendekatan deskriptiif kualitatif digunakan untuk membuat deskripsi mengenai variable yang diteliti, jadi dalam penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kajian terhadap informasi/kata-kata, tindakan, dan dokumen atau pustaka, artinya yang menjadi sumber dan pokok dalam penelitian ini adalah kumpulan kata-kata dan tindakan dengan tambahan data dokumen dan catatan, yang terkait dengan proses penerapan pendidika karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan. Hasil Penelitian menunjukan bahwa komponen-komponen pendidikan seperti tujuan, nilai-nilai atau karakter dasar yang diajarkan, guru, siswa, media (sarana da prasarana) serta evaluasi dalam pembelajaran yang terpenuhi dengan baik sehingga dapat memperlancar pembelajaran. Melalui waktu belajar yang cukup guru dapat menanamkan nilai-nilai positif sebagai pembentukan karakter siswa, yang tidak hanya berupa pengetahuan saja, melainkan melalui pembnaan-pembinaan yang dikembangkan melalui belajar praktik keagamaan yang pada akhirnya menjadi kebiasaan (menjadi karakter) siswa dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan diterapkan melalui beberapa kegiatan baik dalam kegiatanpembelajaran melalui mata pelajaran, melalui kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan sebelum jam pelajaran serta peringatan hari besar keagamaan dan hari besar nasional. vii
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................... ii PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v KATA PENGANTAR................................................................................................ vi ABSTRAK................................................................................................................. vii DAFTAR ISI.............................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Fokus Penelitian.......................................................................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 5 D. Kegunaan Penelitian.................................................................................... 6 E. Penegasan Istilah ....................................................................................... 7 F. Metode Penelitian ...................................................................................... 8 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................ 8 2. Kehadiran Peneliti ................................................................................ 8 3. Lokasi Penelitian .................................................................................. 9 4. Sumber Data ......................................................................................... 9 5. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 10 6. Analisis Data ........................................................................................ 13 7. Pengecakan Keabsahan Data ................................................................ 15 8. Tahap-tahap Pnelitian ........................................................................... 16 G. Sistematika Penulisan Skripsi...................................................................... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................... 19 A. Pengertian Pendidikan Karakter .................................................................. 19 B. Hakekat Pendidikan Karakter ...................................................................... 23 C. Nilai-nilai Pendidikan Karakter .................................................................. 30 D. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter.................................................. 36 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUN PENELITIAN A. Gambaran Umum SDIT Izzatul Islam......................................................... 40 1. Sejarah singkat berdirinya sdit izzatul islam ........................................... 40 2. Ke pala sekolah...................................................................................... 41 B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 57 BAB IV HASIL PEMBAHASAN A. Penerapan pendidikan karakter .............................................................. 69 1. Religius .......................................................................................... 69 2. Jujur................................................................................................ 70 3. Disiplin........................................................................................... 70 4. Tanggung Jawab ............................................................................. 70 B. Media dan Model Pembelajaran............................................................. 73 1. Model Pembelajaran ....................................................................... 74 2. Media alat dan Sumber ajar............................................................. 74 3. Evaluasi .......................................................................................... 75 4. Sanksi ............................................................................................. 76 5. Peran guru ...................................................................................... 77 6. Peran siswa. .................................................................................... 79 C.
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan................................................. 81 1. Faktor Pendukung ........................................................................... 81 2. Faktor Penghambat ......................................................................... 82 3. Upaya untuk Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat Penerapan ...... 83 4. Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan........................ 83
ix
BAB V SIMPUL DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................................... 84 B. Saran ....................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Pendidik dan tenaga kependidikan...................................................... 19 Tabel 3.2 Sanitasi di dalam dan di luar bangunan ......................................................... 46 Tabel 3.3 Jenis buku perpustakaan................................................................................ 47 Tabel 3.4 Laboratorium IPA ......................................................................................... 47 Tabel 3.5 Unit Kesehatan Sekolah ................................................................................ 49 Tabel 3.6 Sarpras Kantor Guru dan Karyawan .............................................................. 50 Tabel 3.7 Sarpras Pimpinan .......................................................................................... 51 Tabel 3.8 Kamar Mandi................................................................................................ 52 Tabel 3.9 Prestasi siswa SDIT Izzatul Islam ................................................................ 53
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Komponen Analisis Data ...................................................................... 14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Panduan Observasi Lampiran 2 Panduan Studi Dokumentasi Lampiran 3 Hasil Wawancara Lampiran 4 Panduan Observasi Lampiran 5 Surat Keteranga Penelitian Lampiran 11 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 12 Daftar Nilai SKK Lampiran 13 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 14 Riwaat Hidup Penul
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter adalah mengajar anak-anak tentang nilai-nilai dasar manusia, termasuk kejujuran, kebaikan, kemurahan hati, keberanian, kebebasan, kesetaraan, dan rasa hormat. Tujuannya adalah untuk membesarkan anak-anak menjadi bertanggung jawab secara moral, dan mendisiplinkan diri sebagai warga Negara (Berkowitz dan Melinda, 2005) Pendidikan karakter pada dasarnya berdiri atas dua pijakan.Pertama, keyakinan bahwa pada diri manusia telah terdapat benih-benih karakter dan alat prtimbangan untuk menentukan tindakan kebaikan. Kedua, pendidikan berlangsung sebagai upaya pengenalan kembali sekaligus mengkonfirmasi apa yang sudah dikenal dalam aktualisasi tertentu (Suharno, 2009). Oleh karena itu, pendidikan karakter yang bertujuan membentuk kepribadian sesorang, yaitu tingkah laku baik, jujur, bertanggungjawab, menghormati hak orang lain. Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang di praktikan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah harus barlandaskan nilai-nilai tersebut. Beberapa tahun terakhir ini, pendidikan kita diingatkan kembali akan pentingnya menanamkan karakter dalam semua proses pembelajaran. Pendidikan karakter telah menjadi gaung yang menggetarkan pendidikan
1
kita.Karena selama ini, kita lebih dinina bobokan dan hanya berkonsentrasi pada 'meraih angka' semata, sebagaimana dikatakan Ratna Megawangi (2003).Hal ini terlihat dari bobot mata pelajaran yang diarahkan kepada pengembangan dimensi akademik siswa saja, yang sering diukur dengan kemampuan logika-matematika dan abtraksi (kemampuan bahasa, menghafal, abtraksi atau ukuran IQ). Sehingga generasi yang dihasilkan adalah generasi yang kurang peka terhadap permasalahan-permasalahan sosial sekitarnya. Generasi “karbitan” itulah istilah ekstrem yang bisa diberikan. Dengan demikian tidak perlu disangsikan lagi, bahwa pendidikan karakter menurutDoni Koesoema A (2007:80) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukanbentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir Menurut Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secarta afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh warga civitas akademika yang terdapat pada setiap satuan pendidikan, baik negeri maupun swasta. Dalam mewujudkan pendidikan karakter, tidak dapat dilakukan tanpa penanaman nilai-nilai. Terdapat Sembilan pilar karakter yang berasal dari nilainilai luhur universal, yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya; kedua, kemandirian dan tanggung jawab; ketiga, kejujuran/amanah,
diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan,sukatolongmenolong dan gotong royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan (Azra, 2002:175). Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success ( Joseph Zins, et.al,2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah.Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan teletak pada kecerdasan otak,tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerjasama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Pada millenium kedua ini, Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta paradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Islam sendiri sebagai agama fitrah, memberikan keistimewaan kedudukan orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu baik kedudukan disisi Allah maupun kedudukan di mata manusia.
3
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-oses belajarpengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Mujadilah:11). Sistem pendidikan yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (koknitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati dan rasa). Proses belajar juga berlangsung secara pasif dan kaku, sehingga menjadi tidak menyenangkan bagi anak. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter (seperti agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar tahu).Padahal pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan melibatkan aspek knowledge, feeling, loving, dan acting. Selain itu keberhasilan pendidikan karakter ini juga harus di tunjang dengan usaha memberikan lingkungan pendidikan dan sosialisasi yang baik dan menyenangkan bagi anak. Secara formal upaya menyiapkan kondisi sarana/prasarana,
kegiatanpendidikan,
dan
yang
mengarah
kepada
pembentukan karakter generasi muda banga memiliki landasan yuridis yang kuat,sinyal tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat, tidak terkecuali anak-anak usia sekolah.
Untuk itu penulis mengkaji persoalan tersebut di atas secara kritis dan analisis, melalui penelitian yang berjudul “Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izatul Islam Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Fokus Penelitian Berdasarkan judul penelitian diatas maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan pendidikan karakter di SDIT Izatul Islam Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Apa kendala penerapan pendidikan karakter di SDIT Izatul Islam Getasan Kabupaten SemarangTahun Pelajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atasmaka dapat penulis merumuskan tujuan penelitian yang ingin di capai dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan karakter di SDIT Izatul Islam Getasan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui kendala penerapan pendidikan karakter di sekolah SDIT Izatul Islam Getasan Kbupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015.
5
D. Kegunaan Penelitian Tentang manfaat penelitian ini dapat peneliti kemukakan berdasar pada hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan adalah : a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan ilmu dan pengetahuanbagi dunia pendidikan, khususnya memperkaya wawasan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan karakter. b. Manfaat praktis a. Bagi pihak yang diteliti 1) Peneliti dapat mempelajari model pendidikan karakter di sekolah SDIT Izatul Islam melalui pengamatan ilmiah secara langsung. 2) Peneliti dapat mengetahui nilai-nilai dalam pendidikan karakter sekaligus penerapanya di sekolah Kabupaten Semarang tahun
SDIT Izatul Islam Getasan
yang dapat penulis jadikan pedoman
dalam mengajar kedepanya. b. Bagi pihak yang diteliti Memberikan
gambaran
keberhasilan
beserta
rekomendasi
perbaikan dalam pendidikan karakter di sekolah SDIT Izatul Islam Getasan Kabupaten Semarang tahun ajaran 2014/2015. c. Bagi Masyarakat umum 1) Mendidik masyarakat umum akan arti pentingnya pendidikan karakter.
2) Mengembangkan pola pendidikan karakter Sekolah
Dasar kearah
yang lebih baik.
E. Penegasan Istilah 1. Pendidikan Karakter Menurut UU No 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Wynne (dalam Mulyasa, 2012) mengemukakan bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari.
Pendidikan karakter
adalah
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang (KBBI, 2007:2003).Seedangkan pendapat yang lainya, karakter adalah sebuah pola, baik pikiran, sikap maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan (Munir, 2010:3).
7
Kemendiknas telah menetapkan 18 karakter pendidikan karakter yaitu: 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, l2) menghargai prestasi, 13) bersahabat/ komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, 18) tanggung jawab. Dalam deskripsi ini, pendidikan karakter yang diletliti hanya di batasi masalah religius, disiplin, jujur, tanggung jawab.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian Pendekatan
ini
kualitatif
menggunakan merupakan
pendekatan suatu
deskreptif
prosedur
kualitatif.
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan pelaku yang dapat diamati (Moleong, 2003 :90 ) Menurut saya tidak hanya mengambil data yang ada tetapi terjun langsung di lapangan atau di masyarakat untuk membuktikan bahwa data yang ada itu sesuai dengan keadaan dilapangan. Sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya. 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskreptif kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan suatu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati (Moleong, 2003 :90 ) Dalam penelitian ini peneliti menganalisis data secara deskriptif yaitu mengumpulkan data berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laoran tersebut.Data peneliti tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi dan dokumen resmi lainya. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SDIT Izzatul Islam Kabupaten Semarang. Pertimbangan peneliti memilih SDIT Izzatul Islam karena hasil observasi di SDIT telah melaksanakan pendidikan karakter yang di integrasikan ke dalam semua mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri melalui berbagai pembiasaan 4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini meliputi: a. Data utama berupa data data yang diperoleh langsung dari : kepala sekolah, guru-guru, siswa SDIT IZZATUL ISLAM GETASAN Kabupaten Semarang. Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2011:157) menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan didapat melalui wawancara atau pengamatan berperan serta untuk mengetahui penerapan
9
pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang.. b. Data kedua atau data sekunder yakni data tambahan yang berasal dari sumber tertulis dan berbagai sumber lainnya yang berkaitan dengan SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang . Data kedua ini digunakan peneliti untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang didapat dari data utama. Data sekunder berupa pamflet, profil maupun berrkas tertulisnya. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah alat dan cara untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa taknik yaitu: a. Interview Interview atau wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interview) untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama (Dr.Burhan Bungin, 2008 dalam Asmani, 20011:112). Metode ini digunakan sebagi metode dalam mengumpulkan data tentang bagaimana pelaksanaan
pendidikan karakter di SDIT Izatul
Islam dan kendala dalam penerapanpendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang.
Dalam penelitian ini wawancara diajukan kepada kepala sekolah (Muniroh M.Pd), waka kurikulum (Sutrimo )Ustadz/Ustadzah yang bersangkutan dengan tujuan untuk mencari data tentang pendidikan karakter yang di terapkan di SDIT Getasan Kabupaten Semarang. Adapun pedoman yang di gunakan dalam pelaksanaan interview meliputi waktu pendidikan karekter di SDIT Izatul Islam, media yang pendidikan karakter di SDIT Izatul Islam, cara pelaksanaan pendidikan karakter di SDIT Izatul Islam, kesulitan yang dialami dalam pendidikan karakter di SDIT Izatu Islam, kesulitan yang sering di hadapi dalam pendidikan karakter di SDIT Izatul Islam, cara menyikapi kesulitan yang ada. b. Observasi Titik fokus observasinya yaitu tentang bagaimana cara penerapan pendidikan karakter yang selama ini diterapkan oleh SDIT Izzatul Islam, selanjutnyatujuan menggali data digunakan untuk menggali data kegiatan ekstrakurikuler anak, penggunakan jam tambahan guru, metode pembelajaran, dan jenis aktivitas anak ketika di dalam lingkup sekolahan. Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistemik terhadap gejala sosial maupun psikologi melalui penglihatan dan pencatatan secara langsung. Dalam penelitian kualitatif, observasi dimanfaatkan sebesarbesarnya. Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2011: 174) menyebutkan beberapa alasan sebagai berikut:
11
1. Pengalaman ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. 2. Pengamatan
memungkinkan
melihat
dan
mengamati
sendiri,
kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaaan sebenarnya. 3. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan
dengan
pengetahuan
proposisional
maupun
pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. 4. Adanya keraguan dalam diri peneliti bahwa data yang dijaringnya bias atau keliru. 5. Pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. 6. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan,
pengamatan
dapat
menjadi
alat
yang
sangat
bermanfaat. Secara umum observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab masalah tertentu (madori, 2006:26) observasi juga di sebut pengamatan.Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang di perlukandan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung hal yang diamati adalah aktivitas belajar siswa.Motivasi siswa dalalm penerapan pendidika karakter. Untuk mengetahui pendidikan karakter pada anak kelas rendah di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang, (Sabari, 2010:380) peneliti menggunakan observasi nonpartisipan karena peneliti sama
sekali tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat atau kelompok komunitas sasaran penelitian. Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek yang menggunakan alat indra (Arikunto, 200:133). Adapun cara yang digunakan adalah mengadakan pengamatan langsung di SDIT Izzatul Islam Getasan dengan cara melihat, mendengar dan penginderaan lainya.Observasi secara langsung mempunyai maksud untuk mengamati dan melihat langsung kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilakukan. c. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mendapatkan data mengenai hal-hal atau variabel dengan membuka kembali catatan, daftar riwayat hidup, transkip dan lain-lain yang disebut dokumen. Dokumen adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi, dan memerlukan ineterprestasi yang berhubungan sangat dekat konteks rekaman peristiwa tersebut (Bungin, 2011:142). Metode dokumentasi disini digunakan untuk mendapatkan data yang berkenan dengan data base tentang siswa dan guru, konsep dan pelaksanaan pendidikan karakter, dan profil SDIT Izatul Islam Getasan Kabupaten Semarang. 6. Teknik Analisis Data Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tehnik analisis model interaktif yaitu untuk mengetahui pendidikan karakter
13
pada siswa dan guru SDIT Izatul Islam Getasan Kabupaten Semarang.Pada perkembangan selanjutnya para peneliti sejenis telah berupaya untuk menjelaskan proses analisisnya secara rinci, meskipun masih beragam caranya. Namun, hal itu dapat dipahami sesuai dengan sifat keterbukaan dan kelenturan metode ini (Sutopo, 2002).
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Data
a. Pengumpulan Data Yaitu pengumpulan data dari lapangan baik dari hasil pengamatan maupun wawancarayang dilakukan secara fungsional sehingga diperoleh data yang dituangkan dalam catatan lapangan memuat: 1) Indentitas catatan lapangan : pengamatan dan wawancara 2) Bagian diskripsi : yang berisi hasil pengamatan dan wawancaraapa adanya atau terbaca dari data yang diperoleh di lapangan.
3) Bagian refleksi yang berisi analisa dan kesimpulan sementara dari peneliti tentang data yang diperoleh. b. Reduksi Data Yaitu melakukan pemotongan terhadap data-data yang dianggap tidak terkait dengan permasalahan yang diangkat.Prosesnya yaitu dari sekian data yang diperoleh, kemudian dipilah-pilah data mana yang cocok dan dibutuhkan dalam penelitian. c. Penyajian Data Yaitu melakukan penyajian data-data yang diperoleh selama penelitian.Penyajian data ini dilakukan setelah data direduksi, Penyajian data dilakuakan secara sistematis kedalam laporan. d. Kesimpulan Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal yang di temukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. 7. Pengecekan Keabsahan Data (Validitas Data) Validitas
data merupakan faktor yang penting dalam sebuah
penelitian karena sebelum data dianalisis terlebih dahulu harus mengalami pemeriksaan. Validitas membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang sesuai dengan yang sebenarnya atau kejadianya (Nasutiaon, 2003:105).Teknikpengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalahdenganmenggunakan triangulasi.
15
Triangulasiadalah
teknik
memanfaatkansesuatu
yang
pemeriksaan lain
dari
keansahan
datatersebut
sebagai
dengan bahan
pembanding atau pengecekan dari dataitu sendiri (Moelong, 2009:330). Dalam penelitian ini teknik yang digunakan yaitu: a. Triangulasi data yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari beberapa sumber data dari responden semua pihak yang terkait di SDIT Izatul IslamGetasan Kabupaten Semarang yang berbeda. b. Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan metode yang berbeda, dan c. Perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, sehingga memungkinkan peneliti untuk melengkapi data agar ada kesesuaian antara temuan dan kenyataan. 8. Tahap-tahap Penelitian Moleong ( 2009:107) mengemukakan bahwa pelaksanaan penelitian ada empat yaitu tahap sebelum dilapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penelitian laporan. Dalam penelitian ini tahap yang di tempuh sebagai berikut. a) Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penemuan fokus, penyesuaian paradigm dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan iin kepada subjek yang di telii, konsultasi fokus penelitian, penyusunan. b) Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam
Getasan Kabupaten Semarang. Data tersebut di peroleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan Kaupaten Semarang. c) Tahap analisis data, meliputi analisis data baik di peroleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan kepala sekolah. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data, sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti. d) Tahap penulisan laporan meliputi: Penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian kepada dosen pembimbing
untuk
mendapatkan
perbaikan
saran-saran
demi
kesempurnaan skripsi yag kemudian di tindak lanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi.
17
G. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan pemahan dalam skripsi ini, maka akan dikemukakan sistematika hasil sistematika hasil penelitian yang secar garis besar dapat dilihat sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini menjelaskan seacara umum tentang pendidikan karakter. Dengan pendahuluan ini pembaca dapat mengetahui konteks atau latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA Padabab ini berisi tentang Hakikat Pendidikan Karakter, Nilai-Nilai Penddikan Karakter, dan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Islam Terpadu,SDIT Izatul Islam. BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang gambaran umum Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul IslamGetasan Kabupaten Semarang. BAB IV PEMBAHASAN Bab ini memuat tentang penerapan pendidikan karakter BAB V PENUTUP Bab ini berisi Kesimpulandan saran.Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, daftar riwayat hidup, dan lampiran-lampiran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Karakter 1. Makna Pendidikan Menurut Puskur
Kemendikas dalam Asmaun Sahlan (2012:13)
karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Jhon Dewey dalam tulisanya
(Dwi siswoyo dkk, 2007:19)
menjelaskan pendidikan adalah rekonstrusi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya. Thomas Lickona (2013:81) berpendapat bahwa karakter terdiri dari nilai operatif, nilai dalam tindakan. Kita berproses dalam karakter kita, seiring suatu nilai menjadi suatu kebaikan, suatu disposisi batin yang dapat diandalkan untuk menggapai situasi dengan cara yang menurut moral itu baik. Tapi yang paling penting untuk diperhatikan adalah bahwa kebiasaan manusia setiap hari itulah yang akan membentuk karakter seseorang manusia (Sulistyowati, 2012:2013). Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
19
pikiran (intellect) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita (Tim Penyusun , 2010:13). Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan proses, cara pembuatan mendidik (KBBI, 2007:263). Proses mendidik tersebut tidak terikat oleh dan kepada siapa berlangsung, dimana berlangsung, sejak kapan dan sampai kapan berlangsung, dan bagaimana berlangsung. Ketika berada dilingkungan keluarga, setiap anggota keluarga, terutama orang tua, harus memberikan pendidikan yang baik kepada anggota keluarga lainya, baik berupa perkataan dan tindakan.Di lingkungan sekolah, seluruh civitas terutama guru juga harus memberikan pendidikan yang baik.Begitu juga ketika berada di tengah-tengah masyarakat. Manusia bukanlah seekor makhluk biologis, melainkan seorang pribadi, seorang subyek, artinya ia mengerti akan dirinya, ia mampu menempatkan dirinya dalam situasinya, ia dapat mengambil sikap dan menentukan dirinya, nasibnya ada di tangan sendiri (Driyarkara, 1980:82). Anak didik adalah manusia muda, manusia yang masih dalam taraf potensial, manusia yang belum sampai pada taraf “maksimal”.Maka dari itu, mengapa pendidikan atau mendidik itu di sebut suatu perbuatan fundamental. Sebabnya, karena mendidik itu adalah memanusiakan manusia muda, mendidik itu adalah proses hominisasi dan humanisasi, yaitu perbuatan yag menyebabkan manusia menjadi manusia (Driyarkara, 1980
:87). Proses hominisasi artinya penjadian manusia, yaitu manusia dari taraf potensial ke taraf “maksimal” (telah mampu berbuat sebagai selayaknya manusia), sedangakan proses humanisasi menunjukan perkembangan yang lebih tinggi. Humanisasi berarti perkembangan kebudayaan tang lebih tinggi. Berdasarkan pandangan di atas, Driyarkarya mengemukakan rumusan pendidikan sebagai pendidikan sebagai berikut: 1) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan Tritunggal ayah-ibuanak, dimana terjadi pemanusiaan anak, dengan mana dia berproses untuk akhirnya memanusia sendiri sebagai manusia purnawan (Drikarya, 1980 : 129). 2) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu anak, dimana terjadi pembudayaan anak, dengan mana dia berproses untuk
akhirnya
bisa
membudaya
sendiri
sebagai
manusia
purnawanPembudayaan di sini menunjuk aktivitas baik dari pendidik maupun dari anak didik. Pendidik membudayakan anak, dan anak karena dibudayakan itu membudayakan diri. Sebagai contoh: ibu mengajari anak mengenakan sepatu dan celana, dan anak kelak dapat berbuat hal itu sendiri itupun sudah masuk kebudayaan dan pembudayaan. 3) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibuanak, dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia 4) berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan ( Driyarkarya, 1980 : 131).
21
Menurut Hasan Langgulung “Pendidikan (education) dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin‘educare’ berarti memasukkan sesuatu” (1994: 4).Dalam konteks ini, makna pendidikan adalah menanamkan nilainilai tertentu ke dalam kepribadian anak didik atau siswa.Driyarkara dalam jurnal yang ditulis Ali Muhtadi (2010: 32), mengemukakan “Bahwa pendidikan pada dasarnya adalah usaha uk untuk memanusiakan manusia”. Pada konteks tersebut pendidikan tidak dapat diartikan
sekedar
membantu pertumbuhan secara fisik saja, tetapi juga keseluruhan perkembangan pribadi manusia dalam konteks lingkungan yang memiliki peradaban. Sedangkan menurut Yahya Khan (2010: 1) “Pendidikan merupakan
sebuah
proses
yang
menumbuhkan,
mengembangkan,
mendewasakan, menata, dan mengarahkan”. Pendidikan juga berarti proses pengembangan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia agar dapat berkembang dengan baik dan bermanfaat bagi dirinya dan juga lingkungannya. Pengertian secara umum pendidikan budaya dan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri siswa, sehingga mereka memiliki dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat dan warga Negara yang religius, produktif, dan kreatif. Secara progmatik diartikan sebagai usaha bersama semua guru dan pemimipin sekolah, melalui mata pelajaran dan budaya sekolah dalam membina dan mengembangkan nilainilai budaya dan karakter bangsa pada siswa melalui proses aktif dalam
proses pembelajaran. Secara teknis memiliki makna sebagai proes internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan siswa secara aktif di bawah bimbingan guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan dalam kehidupanya dikelas, sekolah dan masyarakat (Sulistyowati, 2012: 23). Pendidikan di setiap jenjang satuan pendidikan memiliki tujuan dan target capaian masing-masing. Namun begitu, pendidikan di semua jenjang satuan pendidikan memiliki tujuan umum sabagai berikut (Hidayatullah, 2010:5). a. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi bila dalam pendidikan. b. Menumbuhkan atau menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang mewarnai aktivitas hidupnya. c. Menumbuhkan kemampuan berfikir melalui pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran. d. Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas hidupnya dan memahami manfaat dari keterlibatanya. 2. Makna Karakter Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010:3) “Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak”.
23
Sedangkan menurut Darmiyati (2006:5), sistem pendidikan yang sesuai untuk menghasilkan kualitas masyarakat yang berkarakter positif adalah yang bersifat humanis, yang memposisikan subjek didik sebagai pribadi dan anggota masyarakat yang perlu dibantu dan didorong agar memiliki kebiasaan efektif, perpaduan antara pengetahuan, ketrampilan, dan keinginan.
Menurut Tadkiratun Musfiroh “Karakter mengacu pada
serangkaian sikap perilaku (behavior), motivasi (motivations), dan ketrampilan (skills), meliputi keinginan untuk melakukan hal yang terbaik” (2008: 27). Menurut Megawangi dalam buku Darmiyati (2004: 110) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak
agar
dapat
mengambil
keputusan
dengan
bijak
dan
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya”. Menurut (Mulyana 2004:24)
nilai merupakan “Sesuatu yang
diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang. Nilai tersebut pada umumnya mencakup tiga wilayah, yaitu nilai intelektual (benar-salah), nilai estetika (indah-tidak indah), dan nilai etika (baik-buruk)”. Istilah moral berasal dari kata moralis (Latin) yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup: sama dengan istilah etika yang berasal dari kata ethos (Yunani). Tema moral erat kaitannya dengan tanggung jawab sosial yang teruji secara langsung, sehingga moral sangat terkait dengan etika.Sedangkan tema nilai meski memiliki
tanggung
jawab
sosial
dapat
ditangguhkan
sementara
waktu.Sebagai contoh kejujuran merupakan nilai yang diyakini seseorang,
namun orang tersebut (menangguhkan sementara waktu) melakukan korupsi (Udik Budi Wibowo, 2010: 4).
Dari pemaparan diatas tampak bahwa
pengertian karakter kurang lebih sama dengan moral dan etika, yakni terkait dengan nilai-nilai yang diyakini seseorang dan selanjutnya diterapkan dalam hubungannya dengan tanggung jawab sosial. Udik Budi Wibowo (2010: 4) mengemukakan
“Manusia
yang
berkarakter
adalah
individu
yang
menggunakan seluruh potensi diri, mencakup pikiran, nurani, dan tindakannya seoptimal mungkin untuk mewujudkan kesejahteraan umum”. Karakter seseorang dapat dibentuk namun sulit untuk diubah (Munir, 2010: 5-10).Karakter dapat dibentuk karena bukan merupakan seratus persen turunan orang tua, melainkan sangat dipengaruhi oleh sekitar dan lingkungan terutama orang tua. Karakter sulit diubah karena memang adalah apa yang sudah sangat melekat pada diri seseorang dan bukanya sifat, sikap, pandangan, pendapat, atau pendirian yang bersifat temporal. Sebagai contoh, karakter oarng yang pemberani akan sulit diubah menjadi penakut atau pengecut, demikian juga sebaliknya seorang penakut sulit diubah menjadi seorang yang pemberani atau menyukai suatu tantangan. 3. Makna Pendidikan Karakter Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral pendidikan akhlak. Tujuanya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik T. Ramli (2003).
25
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 4) pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Sedangkan menurut Koesoema pendidikan karakter merupakan nilai-nilai dasar yang harus dihayati jika sebuah masyarakat mau hidup dan bekerja sama secara damai. Nilai-nilai seperti kebijaksanaan, penghormatan terhadap yang lain, tanggung jawab pribadi, perasaan senasib, sependeritaan, pemecahan konflik secara damai, merupakan nilai-nilai yang semestinya diutamakan dalam pendidikan karakter (2007: 250). Untuk melaksanakan pendidikan karakter memerlukan kesepahaman bersama di kalangan sekolah.Selain itu, yang lebih penting adalah menyiapkan tenaga pengajar atau guru yang berkarakter.Hal ini karena guru tidak hanya berperan dalam menstranfer pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai (Hidayatullah, 2010:25). Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum,
proses
pembelajaran
dan
penilaian,
penanganan
atau
pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan
karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter. Pendidikan karakter juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Pendidikan
karakter merupakan
upaya-upaya
yang
dirancang
dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
27
Merealisasikan pendidikan karakter bukanlah usaha yang mudah. Terdapat beberapa hambatan dan tantangan sebagai berikut (Hidayatulah, 2010:15-17): a. Sistem pendidikan yang kurang menekankan pembentukan karakter, tetapi lebih menekankan pembangunan intelektual, misalnya system evaluasi pendidikan menekankan aspek kognitif atau akademik seperti Ujian Nasional (UN). b. Kondisi lingkungan yang kurang mendukung karakter pembangunan yang baik. c. Terbiasa
dengan
kebiasaan-kebiasaan
yang
tidak
afektif
untuk
menciptakan bangsa atau masyarakat yang unggul yaitu: 1) Kebiasaan0kebiasaan memperlakukan diri sendiri: 2) Kebiasaan-kebiasaan memperlakukan lingkungan. 3) Kebiasaan-kebiasaan merugikan ekonomi 4) Kebiasaan-kebiasaan dalm bersosialisasi.
B. Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan dan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa.Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai.Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup
atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Menurut Hamid Hasan (2010:7) tujuan pendidikan karakter bangsa adalah: 1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; 2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; 3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; 4. Mengembangkan kemampuan peseta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan dan 5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. Tujuan Pendidikan Karakter menurut Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana (2011:9) adalah: 1. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah 2. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah
29
3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. Pembentukan karakter merupakan salah satu pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 mneyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah engemangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
C. Nilai-nilai atau Karakter Dasar yang Diajarkan dalam pendidikan karakter 1. Nilai Pendidikan Karakter Thomas Lickona mengemukakan bahwa “Memiliki pengetahuan nilai moral itu tidak cukup untuk menjadi manusia berkarakter, nilai moral harus disertai dengan adanya karakter yang bermoral" (1992: 53).“Termasuk dalam karakter ini adalah tiga komponen karakter (components of good character) yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan tentang moral (moral feeling), dan perbuatan bermoral (moral actions)” (Nurul Zuriah, 2007: 45).Hal ini diperlukan agar manusia mampu memahami, merasakan, dan sekaligus mengerjakan nilai-nilai kabajikan. Aspek-aspek dari tiga komponen karakter adalah: moral knowing. Terdapat enam hal yang menjadi tujuan dari diajarkannya moral knowing yaitu 1) kesadaran moral (moral awareness), 2) mengetahui nilai moral (knowing moral values), 3) perspective talking, 4) penalaran moral (moral reasoning), 5) membuat keputusan (decision making), 6) pengetahuan diri (self
knowledge).Unsur moral knowing mengisi ranah kognitif mereka.Moral feeling. Terdapat enam hal yang merupakan aspek dari emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yakni: 1) nurani (conscience), 2) penghargaan diri (self esteem), 3) empati (empathy), 4) cinta kebaikan (loving the good), 5) kontrol diri (self control), dan kerendahan hati (humality). Moral action perbuatan atau tindakan moral ini merupakan out come dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang untuk berbuat (act morally) maka harus dilihrus dilihat dari karakter yaitu kompetens. Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik, spiritual) dan fungsi totalitas sosiokultural. Sehingga di dalamnya terdapat proses pengolahan potensi-potensi tersebut yang selanjutnya diklarifikasikan kedalam empat proses pendidikan karakter, yaitu olah hati, olah pikir, olah rasa atau karsa, dan olah raga (Dirjen Pendidikan Dasar, 2011:10). a. Olah hati misalnya: beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik. b. Olah pikir misalnya: cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi, dan berjiwa patriotik. c. Olah rasa atau karsa misalnya: ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, mengutamakan kepentingan
31
umum, bangga menggunakan bahasa Indonesia, bekerja keras, dan beretos kerja. d. Olah raga misalnya: bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinative, kompetitif, ceria dan gigih. Apabila dijabarkan lebih jauh, berbagai nilai tersebut akan terbagi ke dalam berbagai dimensi nailai, yaitu dimensi moral, spiritual, intelektual, sosial, dan sebagainya. Namun , dan sebagianya. Namun, diantara semua dimensi tersebut, dimenssi moral dan spiritual diyakini sebagai dua dimensi yang paling respentatif dan menjadi barometer dalam karakter seseorang ( Desmita, 2010:258).
2. Jenis-jenis Pendidikan Karakter Ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan dalam proses pendidikan, yaitu: a. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran wahyu tuhan (konservasi moral). b. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa. c. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan). d. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran
pemberdayaan
potensi
diri
yang
diarahkan
untuk
meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis) (Yahya Khan, 2010: 2).
3. Fungsi-fungsi Pendidikan Karakter Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 7) fungsi pendidikan karakter adalah: a. Fungsi Pengembangan: yang secara khusus didasarkan pada peserta didik agar mereka menjadi pribadi yang berperilaku baik , berdasarkan pada kebajikan umum (virtues) yang bersumber pada filosofi kebangsaan di dalam pancasila. Dengan fungsi ini peserta didik di harapkan memiliki sikap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan citra budaya bangsa. Dengan kata lain, dari perlaku peserta didik adalah warga bangsa, orang dapat mengetahui karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya. b. Fungsi Perbaikan: yang secara khusus
yang diarahkan untuk
memperkuat pendidikan nasional yang bertanggung jawab terhadap pengembangan potensi dan martabat peserta didik. Dengan fungsi ini pula, pendidikan karakter bangsa hendaknya mencapai suatu proses revitalisasi perilaku dengan mengedepankan pilar-pilar kebangsaan untuk menghindari distorsi nasionalisme. c. Fungsi Penyaring: dalam fungsi penyaring ini sistem pendidikan karakter bangsa dikembangkan agar peserta didik dapat menangkal pengaruh budaya lain yang tidak sesuai dengan karakter bangsa. Fungsi
ini
bertujuan meningkatkan martabat bangsa. 4. Nilai Pendidikan Karakter Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan dalam
33
rangka membantu para siswa agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, sosial, maupun fisik-motoriknya. Hurlock (1986: 322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun berperilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga, dan guru sebagai substitusi orang tua. Beberapa faktor lingkungan sekolah yang berkontribusi positif terhadap perkembangan siswa atau anak di antaranya : a. Kejelasan visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai. b. Pengelolaan atau manajerial yang profesional. c. Para personel sekolah memiliki komitmen yang tinggi terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah. d. Para personel sekolah memiliki semangat kerja yang tinggi, merasa senang, disiplin dan rasa tanggung jawab. e. Para guru memiliki kemampuan akademik dan profesional yang memadai. f.Sikap dan perlakuan guru terhadap siswa bersifat positif : bersikap ramah dan respek terhadap siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat atau bertanya. g. Para guru menampilkan peranannya sebagai guru dalam cara-cara yang selaras dengan harapan siswa, begitupun siswa menampilkan peranannya sebagai siswa dalam cara-cara yang selaras dengan harapan guru.
h. Tersedianya sarana-prasarana yang memadai, seperti : kantor kepala dan guru, ruang kelas, ruang laboratorium (praktikum), perlengkapan kantor, perlengkapan belajar mengajar, perpustakaan, alat peraga, halaman sekolah dan fasilitas bermain, tempat beribadah, dan toilet. i. Suasana hubungan sosio-emosional antar pimpinan sekolah, guru-guru, siswa, petugas administrasi, dan orang tua siswa berlangsung secara harmonis. j. Para personel sekolah merasa nyaman dalam bekerja karena terpenuhi kesejahteraan hidupnya. Dalam salah satu hasil penelitian mengenai pendidikan, Michael Russel (Sigelman & Shaffer, 1995 : 426) mengemukakan tentang definisi sekolah yang efektif, yaitu yang mengembangkan prestasi akademik, keterampilan sosial, sopan santun, sikap positif terhadap belajar, absenteism yang rendah, melatih keterampilan sebagai bekal bagi siswa untuk dapat bekerja. Selanjutnya Sigelman dan shaffer mengemukakan tentang kinerja guru yang efektif, yaitu yang mampu menciptakan lingkungan belajar di sekolah seperti berikut. 1. Menekankan pencapaian akademik (keberhasilan belajar) dengan cara memberikan pekerjaan rumah, dan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum. 2. Mengelola aktivitas kelas secara efektif dengan mengkreasi tugas-tugas namun
senantiasa
dalam
suasana
35
yang
menyenangkan,
seperti
memberikan instruksi tugas secara jelas, mendorong siswa untuk mengerjakan tugas, dan memberi reward kepada siswa yang hasil kerjanya bagus. 3. Mengelola masalah kedisiplinan secara efektif (menangani anak bermasalah dengan baik, tanpa memberikan hukuman secara fisik). 4. Membangun kerjasama dengan guru lain sebagai suatu tim kerja yang secara bersama berusaha mencapai tujuan kurikulum. Seiring dengan program pemerintah mengenai pendidikan karakter, maka sekolah memiliki tanggung jawab untuk merealisasikannya melalui pengintegrasian pendidikan karakter tersebut ke dalam program pendidikan secara keseluruhan. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah diharapkan menjadi “Centre of nation character building”, pusat pembangunan karakter bangsa. Pendidikan karakter ini bukan mata pelajaran, tetapi nilainilai karakter itu harus ditanamkan kepada para peserta didik melalui proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
D. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Ada beberapa Strategi pelaksanaan Pendidikan Karakter. 1. Strategi di Tingkat Kementrian Pendidikan Nasional Pendekatanyang digunakan Kementerian Pendidikan Nasional dalam pengembangan pendidikan karakter, yaitu : pertama melalui stream top down, kedua melalui stream bottom up, dan ketia melalui stream revitalisasi
program. Strategi yang dimaksud secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: Intervensi melalui kebijakan (Top-Down), yakni jalur/aliran pertama inisiatif lebih banyak diambil oleh Pemerintah/Kementerian Pendidikan Nasional dan didukung secara sinergis oleh Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas pendidikan Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Dalam strategi ini pemerintah menggunakan lima strategi yang dilakukan secara koheran, yaitu: a. Sosialisasi Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya pendidikan karakter pada lingkup / tingkat nasional, melakukan gerakan kolektif dan pecanangan pendidikan karakter untuk semua. b. Pengembangan regulasi Untuk terus mengakselerasikan dan membumikan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter, Kementerian Pendidikan Nasional bergerak mengkonsolidasi diri di tingkat internal dengan melakukan upaya-upaya pengembangan regulasi untuk memberikan paying hokum yang kuat bagi pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pendidikan karakter. c. Pengembangan kapasitas Kementerian Pendidikan Nasional secara komprehensif dan massif akan melakukan upaya-upaya pengembangan kapasitas sumber daya.
37
Pendidikan karakter. Perlu disiapkan satu system pelatihan bagi para pemangku kepentingan pendidikan karakter yang akan menjadi pelaku terdepan dalam mengembangkan dan mensosialisasikan nilai-nilai karakter. d. Implementasi dan kerjasama Kementerian Pendidikan Nasional mensinergikan berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter di lingkup tugas pokok, fungsi, dan sasaran unit utama. e. Monitoring dan evaluasi Secara komprehensif Kementerian Pendidikan Nasional akan melakukan monitoring dan avaluasi terfokus pada tugas pokok dan fungsi serta sasaran masing-masing unit kerja baik di Unit Utama maupun Dinas
Pendidikan
Kabupaten/kota,
serta
pemangku
kepentingan
pendidikan lainya. Monitoring dan evaluasi sangat berperan dalam mengontrol dan mengendalikan pelaksanaan pendidikan karakter di setiap unit kerja. 2. Strategi di tingkat daerah Ada beberapa langkah yang digunakan pemerintah daerah dalam pengembangan pendidikan karakter, dimana semuanya dilakukan secara koheren. 1. Penyusunan perangkat kebujakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Pendidikan
adalah
tugas
sekolah,
keluarga,
masyarakat
dan
pemerintah.untuk mendukung terlaksananya pendidikan karakter di
tingkat satuan pendidikan sangat dipengaruhi dan tergantung pada kebijakan
pmpinan
daerah
yang
mensinerjikan semua potensi yang ada
memiliki
wewenang
untuk
di daerah tersebut termasuk
instansi-instansi lain yang terkait dan dapat menunjang pendidikan karakter ini. 2. Penyiapan
dan
penyebaran
bahan
pendidikan
karakter
yang
diprioritaskanbahan pendidikan karakter yang dibuat dari pusat, sebagian masih bersifat umum dan belum mencirikan kekhasan aerah tertentu. 3. Pemberian dukungan kepada Tim Pengembang Kurikulum (TPK) tingkat provinsi dan kabupaten/kota melalui Dinas Pendidikan nilai-nilai yang di prioritaskan sebaiknya dilakukan terencana dan terprogram dalam sebuah program di dina spendidikan. 4. Pemberian dukungan sarana, Prasarana, dan Pembiayaan dukungan sarana, prasarana, dan pembiayaan ditunjang oleh pemerintah daerah, dunia usaha dalam mengadakan tanaman hias atau tanaman produktif. 5. Sosialisasi ke masyarakat, Komite Pendidikan, dan para pejabat pemerintah di lingkungan dan di luar diknas.
39
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SDIT Izatul Islam Getasan 1. Sejarah Singkat Berdirinya SDIT Izatul Islam Getasan (data diperoleh dari Bapak Mahmud, SE Kepala TU pada hari, Senin 8 September 2014) Lembaga ini berdiri sebagai bukti cinta terhadap masyarakat dan negeri ini.Alhamdulillah, pada tahun 1992 dimulai babak baru untuk memulai cita-cita.Berangkat dari musywarah di masjid bertekad mendirikan TK Izzatul Islam.Seiring perjalanan waktu dan sambutan yang semakin baik maka pada tahun 2002 dilakukan revitalisasi dengan konsep yang lebih baik dan mendapatkan ijin operasional dari Dina Pendidikan Semarang.Dan saat ini TK Izzatul Islam sudah memiliki siswa dengan didukung 13 tenaga pendidik. Pada tanggal 5 februari 2005, yayasan Izzatul Islam melnjutkan visinya untuk memuliakan Islam dan kaum muslimin dengan mendirikan SDIT Izzatul Islam dengan jumlah siswa tahun pertama yaitu 48 siswa dan 5 tenaga pendidik. Saat ini SDIT Izzatul Islam sudah memiliki 500 siswa dengan didukung 39 tenaga pendidik. Tahun ajaran 2012/2013 SDIT Izzatul Islam Getasan telah meluluskan 3 angkatan dengan hasil yang memuaskan. Sekarang sudah memiliki 17 ruang kelas, laboratorium IPA, Perpustakaan, ruang guru, ruang
kantor, ruang kepala sekolah, , ruang keterampilan komputer, ruang bermain atau berolah raga, lapangan volie.Dengan jumlah siswa pada tahun 2014/2015 sejumlah 551 siswa, dengan rincian sebagai berikut: Kelas I= 105 Siswa (3 kelas), Kelas II = 117 Siswa (3 kelas), kelas III =107 Siswa (3 kelas), kelas IV=79 Siswa (3kelas), kelas V= 93 Siswa (3 kelas), Kelas VI= 50 Siswa (2 kelas). 2. Kepala Sekolah Riwayat kepemimpinan SDIT Izzatul Islam Getasan: Bapak Muniroh , M.Pd Tahun 2005-2013 3. Sekolah Visi dan Misi (data di peroleh oleh Ibu Setya Utami Ningsih, A.Md, staf TU pada hari senin 8 september 2014) Visi :“Menjadi Sekolah unggulan yang mencetak pemimpin masa depan yang cerdas, mulia dan mandiri”. Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita SDIT Izzatul Islam yang berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi keilmuan. Misi: 1. Meningkatkan kuatitas dan kwalitas layanan pendidikan yang profesional 2. Menciptakan iklim akademik yang kondusif dan islami
41
3. Menggali dan mengoptimalkan bakat, minat dan potensi steak holders 1) Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (data diperoleh dari Ibu Setya Utami Ningsinh, A.Md staf TU pada hari senin 8
September pada hari senin 8 september 2014)
Tabel 3.1 Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan MENGAJAR No
NAMA
NIP
JABATAN KELAS
1.
Sutrimo, S.Pd
9920380006
Kepala 3.6 Sekolah
2.
Muniroh, M.Pd
9920380001
Guru Kelas
4
3.
Sri Winarni, S.Si
9920380003
Guru Kelas
1
4.
Ahmad Burhanudin,
9920380004
Waka 5
S.Pdi
kurikulum
5.
Sopi’im, S.Pd
9920380005
Guru kelas
2
6.
Sriwahyuni, S.Ag
9920380007
Waka PAI
1.2
7.
Eni Jumiatun, S.Pd
992038000
Guru kelas
3
8.
Agung Kurniawan,
9920380009 Guru Kelas
4
Waka
6
S.Pd 9.
Wahyu Sugianto,
9920380010
ST, M.Pd 10.
Harni, S.S.
11
Muhamad Busro,
Kesiswaan 9920380012
Guru Kelas
1
9920380015
Guru Kelas
3
9920380017
Guru Kelas
6
9920380018
Guru Kelas
1
A.Md. Kom 12.
Sujito Arif Aryanto, S.Pd.
13.
Endang Muryanti, S.Pd.
14.
Mujiono, A.Md.
9920380019
Bendahara
-
15.
Suyut
9920380022
Staff TU
-
16.
Didik Mustofa, 9920380023
Guru Mapel
5.6
9920380025
Guru Kelas
2
9920380027
Staff TU
-
S.PdI. 17.
Dewi Zuliyani, S.Pd.
18.
Setya Utami Ningsih, A.Md.
19.
Nuraeni, S.PdI.
9920380029
Guru Kelas
3
20.
Sukrisno
9920380031
Guru Kelas
5
21.
Marwadi, S.Pd.
9920380032
Guru Kelas
4
22.
Lilis Setyowati, 9920380036
Guru Kelas
5
S.Pd.
43
23.
Winarni, S.Pd.
24.
Laelatul Khasanah,
9920380037
Guru Mapel
1.2
9920380038
Guru Mapel
3.4
S.PdI 25.
Cleaning Walfredo Sapulette
9920380039
Service
26.
Wisesa Bayu Panji 9920380040
Staff TU
-
9920380042
Guru Kelas
1
9920380043
Guru Kelas
3
9920380044
Pustakawan
-
9920380046
Gurul Mapel
1,2,3
9920380047
Guru Mapel
1,2,3,4,5,6
9920380048
Guru Mapel
5.6
9920380049
Guru Mapel
4,5,6
Asmoro 27.
Partiwi.
28.
Lina Tri Astuti, S.PdI
29.
Puranti
30.
Muchamad Salimin, S.PdI
31.
Ambarwati, S.Pd.
32.
Ratna Wulandari, S.PdI
33.
Pujianto, S.PdI
34.
Endah Kurniawati, 9920380050 S.Pd.I.
35.
3.4 Guru Mapel
Nur Khafifudin, 9920380051 S.Pd.I.
1.2 Guru Mapel
36.
Itasih Rahayu, S.Pd.
9920380052
Guru Kelas
1
37.
Irfani, S.Pd.I.
9920380053
Guru Mapel
4,5,6
38.
Wakhidatu Sofi, 9920380054 S.Pd.I.
1 Guru Kelas
b) Fasilitas yang dimilikiSDIT Izzatul Islam Getasan sebagai berikut: (data di peroleh dari hasil observasi, senin 8 September 2014) 1) 17 ruang kelas 2) Laboratorium IPA 3) Laboratorium Komputer 4) Perpustakaan 5) Ruag bermain atau berolahraga 6) Lapangan Volie c) Standar Sarana dan Prasarana. 1) Luas lahan sekolah/madrasah : 2.830 m2 2) Luas lantai sekolah/madrasah : 8.44 m2 3) Sanitasi di dalam dan luar bangunan 2) Untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekolah maka sekolah membuat sanitasi yang berada di dalam dan luar banguna seperti yang tertera dalam tabel berikut ini.
45
Tabel 3.2 Sanitasi di dalam dan luar bangunan Ketersediaan No.
Jenis Sanitasi Ada
Tidak
Saluran Air Bersih
√
Saluran limbah / air kotor
√
3
Tempat sampah
√
4
Saluran air hujan
√
1
4) 2
5
Kondisi* No.
Jenis
Jumlah Baik
Buku siswa/pelajaran (semua mata 1
400 eks
√
Rusak
pelajaran) 2
Buku panduan guru
60 eks
√
3
Buku pengayaan
840 eks
√
15 eks
√
Buku referensi (misalnya kamus, 4 ensiklopedia, dsb) 5
Lainnya:
185 eks Total
1500 eks
√
3) Untuk menunjang proses pembeljaran di dalam kelas maka sekolah memfasilitasi bermacam buku untuk siswa dan guru, berikut ini buku yag berada dalam perpustakaan
Tabel 3.3 Jenis buku perpustakaan Kondisi* No
Buku Mata Pelajaran
Kelas
Jumlah Baik
1
Bahasa Indonesia
1–6
470
√
2
Pendidikan Kewarganegaraan
1–6
470
√
3
Ilmu Pengetahuan Sosial
1–6
470
√
4
Matematika
1–6
470
√
5
Ilmu Pengetahuan Alam
1–6
470
√
6
PAI
1–6
470
√
7
SBK
1–6
470
√
8
PenJasOrKes
1–6
470
√
3.760
√
Total
Rusak
4) Didalam pembelajaran di sekolah selain pelajaaran uum, mapel IPA sangatlah penting untuk dipelajari di bangku sekolah dasar, oleh karena itu sekolah membuat laboratorium IPA dengan saranan dan Prasarana peralatan laboratorium IPA seperti di bawah ini Tabel 3.4 Laboratorium IPA Kondisi* No
Jenis
Rasio Baik
1
Perabot
1.1
Lemari
1 Buah
47
√
Rusak
2
Peralatan Pendidikan
2.1
Model kerangka manusia
1 Buah
√
2.2
Model tubuh manusia
1 Buah
√
2.3
Globe
1 Buah
√
2.4
Model tata surya
1 Buah
√
2.5
Kaca pembesar
1 Buah
√
2.6
Cermin datar
1 Buah
√
2.7
Cermin cekung
1 Buah
√
2.8
Cermin cembung
1 Buah
√
2.9
Lensa datar
1 Buah
√
2.10 Lensa cekung
1 Buah
√
2.11 Lensa cembung
1 Buah
√
2.12 Magnet batang
1 Buah
√
2.13 Poster IPA, terdiri dari:
1 set
a) metamorfosis, b) hewan langka, c) hewan dilindungi, d) tanaman khas Indonesia, e) contoh ekosistem, f) sistem-sistem pernafasan hewan
√
Kondisi No
Jenis
Rasio Baik
1
Lemari
-
2
Rak
1
Rusak
√
5) Kenyamanan belajar disekolah sangatlah penting, dalam proses kegiatan belajar kesehatan sangatlah berpengruh untuk berjalanya proses pembelajaran . ketika ada siswa yang tiba-tiba sakit maka akan mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas, dan siswa tersebut juga akan ketinggalan pelajaranya. Oleh karena itu dianggap penting maka sekolah mendirikan UKS ysng sarananya meliputi di tabel berikut. Tabel 3.5 UKS Kondisi No
Jenis
Jumlah Baik
1
Tempat tidur
1 set
√
2
Lemari
2
√
3
Meja
1
√
4
Kursi
2
√
5
Catatan kesehatan siswa
1
√
6
Perlengkapan P3K
1 set
√
7
Tandu
1
√
8
Selimut
1
√
49
Rusak
9
Tensimeter
1
√
10
Termometer badan
1
√
11
Timbangan badan
1
√
12
Pengukur tinggi badan
1
√
13
Tempat sampah
1
√
14
Tempat cuci tangan
1
√
15
Jam dinding
1
√
6) Untuk kenyamanan kerja dan mengajar di dalam sekolah, maka sekolah haruslah ada gedung untuk kantor guru dan karyawan. Berikut ini gambaran isi kantor. Tabel 3.6 Sarpras Kantor Guru dan Karyawan Kondisi NO
Jenis
Jumlah Baik
1
Kursi kerja
√
2
Meja kerja
√
3
Lemari
3
√
4
Papan statistic
1
√
5
Papan pengumuman
1
√
6
Tempat sampah
1
√
7
Tempat cuci tangan
1
√
8
Jam dinding
1
√ √
Rusak
9
Penanda waktu / bel
1
√
10
Organ
1
√
11
Komputer PC
1 Unit
√
Tabel 3.7 Sarpras Pimpinan Kondisi NO
Jenis
Jumlah Baik
1
Kursi pimpinan
1
√
2
Meja pimpinan
1
√
3
Kursi dan meja tamu
1 set
√
4
Lemari
1
√
5
Papan Statistik
1
√
6
Simbol kenegaraan a) Bendera merah putih b) Garuda pancasila c) Gambar presiden d) Gambar wapres
7
Tempat sampah
1
√
8
Komputer
1 set
√
9
Filing cabinet
1
√
10
Brankas
1
√
11
Jam dinding
1
√
51
Rusak
7) Untuk menambah kenyamanan guru dan murid dalam kegiatan belajar maka sekolah menyediakan kamar mandi. Tabel 3.8 Kamar Mandi Kondisi NO
.Jenis
Jumlah Baik
1
Kloset jongkok
1
√
2
Tempat air
1
√
3
Gayung
1
√
4
Gantungan pakaian
1
√
5
Tempat sampah
1
√
Rusak
4. Kondisi Siswa a) Jumlah Siswa Jumlah siswa SDIT Izzatul Islam Getasan pada tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah 551 siswa, dengan rincian sebagai berikut: Kelas I
L = 48
P = 57
Jumlah = 105 Siswa
Kelas II
L = 58
P = 58
Jumlah = 116 Siswa
Kelas III L = 63
P = 44
Jumlah = 107 Siswa
Kelas IV L = 43
P = 36
Jumlah = 79
Siswa
Kelas V
L = 45
P = 47
Jumlah = 92
Siswa
Kelas VI L = 28
P = 22
Jumlah = 50
Siswa
P = 264
Jumlah = 549 Siswa
Jumlah
L = 285
b) Prestasi yang pernah diraih Siswa SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang. Prestasi yang pernah diraih SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang selama 9 (Sembilan) tahun terakhir (2005-2014) sebagai berikut:
Tabel 3.9 Prestasi siswa SDIT Izzatul Islam Tahun 2011-2012
No
Juara
Jenis Lomba
Nama Siswa
Tingkat
1.
Kualifikasi
Catur
Riski Aditya
Kabupaten
2.
Kualifikasi
Volly
Tegar Patria Arjasa
Kabupaten
3.
2
LCC
Desi, Kiki, Dian
Kecamatan
4.
3
IPA
Riski Nur Fatimah
Kecamtan
5.
4
Desiana Puspitasari
Kecamatan
Olimpiade Matematika Olimpiade Sain 6.
Semifinal
Salatiga Kuark Level 1 Olimpiade Sain
7.
Semifinal
Erika Sintya
Salatiga
Dian Rahmawati Davi
Kecamatan
Kuark Level 2 Cipta dan Baca 8.
3 Puisi
53
M. Said Ittaqullah 9.
1
Lukis
Kecamatan
Lukis
Kabupaten
Abdilla M. Said Ittaqullah 10.
6 Abdilla
11.
2
PAI Putri
12.
5
LCC
Kecamatan Erika, Aris, Ifa
Kecamatan
Nasywa Vebhe, Difa Putra 13.
3,5,13,14
OSK
Pratama, Syarif Yusuf P,
Kota Salatiga
Rosalina Enggar 14.
kualifikasi
Sepak Bola
Dimas, Fahmi Rosyada
Kecamatan
15.
14/24
Pesta Siaga
20 siswa kelas 4 dan 5
Kecamatan
16.
1
OSN IPA
M. Andreyanto
Kecamatan
17.
Finalis
OSK (Semi Final)
Difa Putra Pratama
Kota Salatiga
OSK (Final)
Difa Putra Pratama
Nasional
18.
Tahun 2012-2013
No
Prestasi
Nama Siswa
Tingkat
1
Juara PAI Putri MAPSI ke-15
Erika Shinta Widyawati
Kecamatan Getasan
2
Juara 1 Khat dan Kaligrafi Putri MAPSI
Langit Biru Risang S.
Kecamatan Getasan
Mutiara Aziza Dwi P
Kecamatan Getasan
ke-15 3
Juara 2 Macapat Putri MAPSI ke-15
5
Juara 2 Macapat Pu MAPSI putra ke-15
Muhlasin
Kecamatan Getasan
6
Juara 2 Khat dan Kaligrafi Putra MAPSI
Arif Sulistyo
Kecamatan Getasan
ke-15 7
Juara 3 Macapat Putra MAPSI ke-15
Nastain Dwi Cahyanto
8
Juara 1 Keterampilan TIK Islami Putra
M. Zuhair Ahnaf Habibi
Kecamata Grtasan Kab. Semarang
MAPSI ke-15 9
Juara 1 Lomba Cerdas Cermat SD/MI
Sulfina Zulfa dkk
Kecamatan Getasan
10 Juara 2 olimpiade Sains (OSN)
Sulfina Zulfa Farikha
Kecaatan Getasan
11 Juara 1 PAI Putri MAPSI ke-16
Sulfiana Zulfa Farikha
Kecamatan Getasan
12 Juara 1 Khitobah Putra MAPSI ke-16
Muhlasin
Kecamatan Getasan
13 Juara 1 Khitobah Putri MAPSI ke-16
Mutiara Aziza Dwi P
Kecamatan Getasan
14 Juara 1 Keterampilan TIK Islam Putra
M. Zuhair Ahnaf Habibi
Kecamatan Getasan
Ayu Sulistyowati
Kecamatan Getasan
16 Juara 3 MTQ Putra MAPSI ke-16
Naufal Adli Diwato
Kecamatan Getasan
17 Juara 3 MTQ Putri MAPSI ke-16
Prisilia Nabila Rizka
Kecamatan Getasan
18 Kewirausahaan Putri MAPSI ke-16
Elsa Novianti
Kecamatan Getasan
19 Juara Umum Cipta Teksa Khitobah Putri
Mutiara Aziza Dwi P.
Kab. Semarang
Mutiara Aziza Dwi P.
Kab. Semarang
Mutiara AzizaDwi P.
Kab. Semarang
Sulfiana Zulfa Farikha
Kab. Semarang
MAPSI ke-16 15 Juara 1 Cipte Cerita Islami Putri MAPSI ke-16
MAPSI ke-16 20 Juara 1 Cipta Seni Teks Khitobah Putri MAPSI ke-16 21 Juara 2 Cipta Teks Khitobah Putri MAPSI ke-16 22 Juara 2 Pengetahuan PAI Putri MAPSI
55
ke-16 23 Juara 3 Seni Berbicara Islami Putri
Ayu Susilawati
Kab. Semarang
Mutiara Aziza Dwi P.
Kab. Semarang
MAPSI ke-16 24 Juara 3 Pidato FLS2N
Tahun 2013-2014 No 1
Prestasi Juara Harapan 1 Melengkapi Gambar
Nama Siswa
Tingkat
Aisyah Jihan Hanifah
Kecamatan
Tingkat SD 2
Juara 1 Cerdas Cermat SD beregu
Reyno Ikhwan dkk
Kecamatan
3
Juara 1 IMSO
Reyno Ikwan dkk
Kecamatan
4
Juara 1 OSN SD
Yulika Sulistianingsih
Kecamatan
5
Juara 3 Lari Formula Kompetis OR
Aji Pratama dkk
Kecamatan
Dwi Solehah
Kecamatan
Aji Pratama dkk
Kecamatan
Aji Pratama dkk
Kecamatan
Pelajar SD/MI 6
Juar 3 Lari Sprint Gawang Putri Kometisi OR Pelajar SD/MI
7
Juara 3 Lempar Turb Putra Kompetisi OR Pelajar SD/MI
8
Juara 3 Loncat Katak Kompetisi OR Pelajar SD/MI
9
Juara 3 Keteladanan Siswa
Ayu Susilawati
Kecamatan
10
Juara 1 Lomba Calistung
Vanya Eka Prastiwi
Kecamatan
11
Juara 1Gambar Bercerita FLS2N
Reyno Ikwan dkk
Kecamatan
12
Juara 1 Seni Lukis FLS2N
M.Rizal Nuha Mukhtar
Kecamatan
13
Juara 1 Pidato FLS2N
Salsabila Putri Hermawan
Kecamatan
14
Juara 2 Seni Kriya Anyam FLS2N
Laila Fitria Handayani
Kecamatan
15
Juara 3 Desain Batik
Silvy Widyatuti
Kecamatan
16
Juara Umum FLS2N 2013
SDIT Izzatul Islam
Kecamatan
17
Juara 1 IPA Olimpiade Sains Agama
Dufa Putra Kusuma
Kecamatan
Astri Eka Wardani
Kecamatan
Elsa Novianti
Kecamatan
Sulfina Zulfa Farikha
Kecamatan
SDIT Izzatul Islam
Kecamatan
dan Seni MTs. Sudirman 18
Juara 2 Bahasa Indonesia Olimpiade Sains Agama dan Seni MTs. Sudirman
19
Juara 2 Bahasa Indonesia Olimpiade Sains Agama dan Seni MTs. Sudirman
20
Juara 2 Matematika Olimpiade Sains Agama dan Seni MTs. Sudirman
21
Juara Umum Olimpiade Sains Agama dan Seni MTs. Sudirman
57
Dari data di atas dapat dilihat bahwa siswa-siswi SDIT Izzatul Islam Getasan mempunyai prestasi yang membanggakan.Hal itu terbukti dari perolehan dan keberhasilan mendapat gelar juara pada kejuaraan-kejuaraan yang diadakan. 6. Hasil Penelitian Sebagai indikator dalam penelitian ini adalah menunjukan adanya penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang pada nilai pendidikan karakter sebagai berikut: a) Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Indikator sekolah: 1) Merayakan hari-hari besar keagamaan. 2) Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah. 3) Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah. 4) Membiasakan sholat duha dan sholat dzuhur berjamaah 5) Membaca dan menghafal Al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai. b) Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Indikator sekolah: 1) Jujur dalam mengerjakan tugas rumah. 2) pengisisan buku mutaba’ah (buku aktivitas kegiatan anak, sholat belajar, dan kegiatan sunah yang lainya. c) Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Indikator sekolah: 1) Kegiatan upacara bendera. 2) Memiliki catatan kehadiran. 3) Memiliki buku mutabaah bagi siswa ((buku aktivitas kegiatan anak seperti sholat, belajar, dan kegiatan ibadah sunah yang lainya). 4) Memiliki tata tertib sekolah. 5) Membiasakan warga sekolah untuk berdisiplin. 6) Menegakkan aturan dengan memberikan sanksi berupa poin secara adil bagi siswa pelanggar tata tertib sekolah. d) Tanggung jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Indikator sekolah: 1) Setoran hafalan setiap hari kepada guru kelas masing-masing dan dengan menyearhkan buku mutab 2) Rajin hafalan dirumah dan sholat lima waktu dengan mengisi buku mutabaah. 3) Mengerjakan tugas rumah 4) Pelaksanaan tugas piket secara teratur. 5) Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah. Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan dapat di jelaskan sebagai berikut: a. Religius Dalam upaya menerapkan nilai religius di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang dilaksanakan melalui beberapa kegiatan: 59
1) Menurut guru PAI (Didik Mustofa S.Pdi) anak-anak ditanamkan pendidikan karakter secara dini melalui pembelajaran yang terprogram dalam mata pelajaran yang meliputi mata pelajaran Al-Qur’an Hadist, Akidah Akhlaq, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab. Juga melalui kegiatan di luar jam pelajaran, yaitu sholat dhuha setiap pagi, sholat dzuhur berjamaah, membaca Al-Qur’an setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, kegiatan bhakti sosial, pengumpulan dan penyaluran zakat fitrah, manasik haji, pesantren kilat dan buka bersama di bulan Ramadhan. 2) Penerapan pendidikan karakter nilai raligus melalui kegiatan di luar jam pelajaran, yaitu membaca surat-surat pendek dalam Al-Qur’an setiap pagi sebelum pelajaran di mulai yang dipandu oleh guru yang mengajar pada jam pertama di kelas tersebut, sholet dhuha berjamaah di masjid pada waktu ja istirahat, sholat jamaah dzuhur, peringatan hari-hari besar Islam seperti Isro’ Mi’roj , dan Maulud Nabi, penyaluran zakat fitrah yang dibagikan kepada siswa kurang mampu, masyarakat lingkungan sekolah, penyembelihan hewan Qurban berasal dari iuran siswa, dagingnya diberikan kepada siswa yang kurang mampu dan masyarakat lingkungan sekolah, pelaksanaan pesantren kilat selama 3 hari di sekolahan dan buka puasa di bulan suci Ramadhan. 3) Menurut Wakil Kepala PAI (Sri Wahyuni, S .Ag.)Dalam hal Penerapan pendidikan karakter nilai religius dilakukan guru agama yaitu dengan melalui pembelajaran terjadwal dalam mata pelajaran agama yaitu dengan menanamkan nilai-nilai keimanan
siswa, siswa melakukan observasi
siswa dalam hal kekhusukan berdoa, mengevaluasi kegiatan beribadah
dirumah misalnya sholat lima waktu dengan sarana buku Mutaba’ah atau buku untuk mengevaluasi kegiatan beribadah. b. Disiplin Dalam upaya mengembangkan dan menerapkan nilai disiplin di SDIT Izzatul Islam Getasan dilaksanakan melalui beberapa kegiatan: 1) Menurut Wakil Kepala Bidang Kesiswaan (Bapak Wahyu Sugiarto, ST, M.Pd) dalam upaya menerapkan nilai kedisiplinan di SDIT Izzatul Islam Getasan dilaksanakan melalui beberapa kegiatan bimbingan tentang layanan informasi peraturan dan tata tertib sekolah. Kegiatan upacara bendera, kegiatan pramuka, serta pemberian sanksi yang berbentuk poin bagi siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Jadi bila poin itu sudah mencapai targer 50 poin maka pihak sekolah akan memberi bimbingan khusus terhadap anak yang bersangkutan. 2) Menurut Guru Kelas ( Ibu Dewi Zuliyani, S. Pd.) Penerapan pendidikan karakter pada nilai disiplin dalam penerapanya di SDIT Izzatul Islam dilakukan oleh semua guru melalui pembelajaran, dimana setiap guru dalam pebelajaran selalu menekankan nilai kedisiplinan pada semua siswa, seperti menasehati atau teguran langsung kepada siswa yang melanggar tata tertib, mengawasi kegiatan belajar anak selama di sekolah dalam hal diantaranya dalam penyelesaian tugas, dalam kegiatan bermain, dalam hal antri mengambil jatah makan siang, antri wudlu, ketertin dalam berseragam. 3) Menurut Kepala Sekolah (Bapak Sutrimo, S. Pd) Dalam upaya penerapan nilai-nilai kedisiplinan di SDIT IzzatIslam dilaksanakan dengan pembuatan tata tertib, pembentukan TPDS (Tim 61
Penegak Disiplin Sekolah) membantu mengawasi kedisiplinan siswa, seperti memerisa absen kehadiran siswa, menegur atau menasehati siswa yang melakukan pelanggaran, memberi sanksi yang berbentuk poin bagi siswa yang melanggar tata tertib sekolah. 4) Menurut Guru Kelas 4 ( Agung Kurniawan, S.Pd) Penerapan pendidikan karakter pada nilai kedisiplinan dalam penerapanya dilakukan oleh semua guru melalui pembelajaran, di mana setiap guru selalu memberi nasehat tentang perlunya disiplin, menberi contoh-contoh nyata dalam hal kedisiplinan, memberi sanksi bagi siswa yang melanggar disiplin berupa teguran langsung dan memberi sanksi berupa poin. c. Jujur Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjdikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. 1) Menurut guru PAI (Didik Mustofa, S.Pdi) Dalam upaya mengembangkan dan menerapkan nilai kejujuran pada siswa di SDIT Izzatul Islam dilaksanakan melalui beberapa kegiatan pembelajaran yang terprogram dalam seluruh mata pelajaran. Juga melalui beberapa kegiatan di luar jam pelajaran. Juga melalui beberapa kegiatan di luar jam pelajaran, seperti bimbingan kesiswaan, melalui bimbigan kelompok maupun melalui individual, melalui ekstra pramuka, pengisisan buku mutaba’ah (buku aktivitas kegiatan anak, sholat, belajar, dan kegiatan sunah yang lainya. 2) Menurut Guru Kelas 1 (Ibu Endang Muryanti, S.Pd) Dalam upaya menerapkan nilai kejujuran pada siswa di SDIT Izatul Islam dilakukan oleh semua guru melalui pembelajaran, di mana setiap guru
dalam pembelajaran juga selalu menekankan nilai-nilai kejujuran kepada siswa. Yaitu berupa nasehat atau sanksi misalnya berupa menghafal suratsurat pendek bagi siswa yang berbuat tidak jujur, missal ada siswa ketahuan mencontek temanya ketika di kasih tugas pekerjaan rumah, atau ketahuan mencontek pada saat ujian di sekolah. Dan juga guru memfasilitasi buku mutaba’ah (buku aktivitas kegiatan anak seperti sholat, belajar, da kegiatan ibdah sunah lainya. 3) Menurut Waka PAI (Ibu Sri Wahyuni, S.Ag) Penerapan nilai kejujuran pada siswa SDIT Izzatul Islam dilaksanakan melalui pembelajaran yang terprogram dalam seluruh mata pelajaran, penanaman sikap jujur misalnya ketika di beri tugas pekerjaan rumah maka tugas itudikerjakan sendiri semampunya, ketika ada ulangan harian berusaha mengerjakan sendiri semampunya tanpa mencontek teman,dan juga melalui pengisian mutaba’ah (buku aktivitas kegiatan anak seperti sholat, belajar, dan kegiatan ibadah sunah yang lainya. 4) Menurut Kepala Sekolah (Bapak Sutrimo, S.Pd) Penerapan pendidikan karakter pada nilai kejujuran dalam penerapanya dilakukan oleh semua melalui pembelajaran, dimana setiap guru dalam pembelajaran juga selalu menekakan nilai-nilai kejujuran pada siswa. Bagi siswa yang diketahui tidak jujur maka akan mendat sanksi dari guru bersangkutan, misalnya ada siswa yang ketahuan tidak jujur dalam mengisi buku mutaba’ah, maka siswa akan di kenai sanksi berupa menghafal surat-surat pendek atau menghafal surat-surat Al-Quran dari guru yang bersangkutan d. TanggungJawab
63
Tanggung jawab meupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibanya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosal, dan budaya) Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. 1) Menurut wakil Kepala Bidang Kesiswaan (Bapak Wahyu Sugiarto ST, M.Pd) dalam upaya mengembangkan dan menerapkan nilai tanggung jawab pada siswa SDIT Izzatul Islam Getasan dilaksanakan melalui beberapa kegiatan pembelajaran yang terprogram dalam seluruh mata pelajaran, juga melalui beberapa kegiatan di luar jam pembelajaran, juga melalui kegiatan ekstra kurikuler Pramuka. Msialnya melalui beberapa kegiatan seperti: setiap ada tugas yang diberikan oleh guru harus dilaksanakan (baik tugas di sekolah maupun tugas yang harus dikerjakan di rumah). 2) Menurut Gur Kelas (Ibu Sri Winarni, S.Si.) Upaya dalam penerapan nilai tanggung jawab pada siswa SDIT Izzatul Islam dilaksanakan melalui pembelajaran juga memberikan tugas-tugas yang berkaitan dengan tanggung jawabnya sebagai seorang siswa, misalnya siswa di beri tugas untuk melaksanakan jadwal piket harian di kelas, maka tugas itu harus di kerjakan, apabila tugas itu tidak di kerjaan maka akan mendapat sankssi dari guru yang bersangkutan, seperti menasehati supaya tidak melalaikan tugas piket harian di kelasnya.
1. Faktor Pendukung
dan Penghambat
dalam Penerapan Pendidikan
Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan Menurut hasil wawancara, faktor pendukung dalam Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan adalah:
1) “Faktor pendukung terutama adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih muda”. “ Mendapat dukungan masyarakat, dengan dukungan masyarakat tersebut maka akan terjadi harmonisasi antara penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam dan penerapan pendidikan karakter di rumah atau dilingkungan masyarakat”. “Memadukan dua kurikulum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) dan dengan kurikulum yang ada pada dinas Pendidikan”.(KP=S/08-06-2014) 2) “Sistem pembelajaran yang sangat mendukung karena di dalam pembelajaran ada keterpaduan dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam ajaran islam sehingga anak mampu
memahami
materi pembelajaran yang dikaitkan
dengan Al
Qur’an”.(GK=E/08-06204)
“Membiasakan kegiatan-kegiatan yang di lakukan dalam sehari-hari, contohnya yaitu membiasakan mengucapkan salam terhadap guru dan sesama teman, membiasakan sholat dhuha, sholat berjamaah, mentoring, tahfid Al Quran”. 3) “ Penerapan kurikulum Sekolah Islam Terpadu (SIT) dalam pembelajaran, faktor lain yang mendorong dalam pemberi siraman rohani setiap hari senin sampai hari kamis setelah sholat dzuhur berjamaah”. “Pemantauan perkembangan siswa dan konsultasi dengan murid-murid secara berkala”. (GPAI=DM/08-06-2014) 4) “Sistem lembaga yang mendukung terbentuknya pendidikan karakter misalnya adanya kewajiban guru untuk mengikuti pengajian pekanan dengan harapan akhlak guru yang baik akan menjadi contoh bagi peserta didik”. (GK=SW/0806-2014) 65
“Sistem yang lain adalah adanya program-program kesiswaan yang mendukung karakter baik siswa misalnya kegiatan mentoring, kegiatan pramuka, sholat berjamaah”. 5) “Faktor yang mendukung adalah adanya waktu yang cukup lama di sekolah sehingga sehingga anak-anak terawasi setiap saat dan ketika ada yang menyimpang selalu di ingatkan oleh (oleh guru ataupun karyawan bahkan temanya sendiri)”. (GPAI=SW/08-06-2016) Dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pendidikan karakter: 1) Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih muda. 2) Pembelajaran yang menerapkan pendidikan islam 3) Keterpaduan kurikulum JSIT dengan dinas pendidikan 4) Terbentuknya program-program kesiswaan 5) Waktu pembelajaran di sekolah yang kondusif Adapun faktor penghambat penerapan pendidikan karakter adalah: 6) “Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolahan terbatas, dan selain itu Anggaran yang dimiliki oleh pihak sekolah juga jumlahnya terbatas”. “Basik keilmuan guru kebanyakan bukan dari PGSD”.(KS=S/08-06-2014) 7) “Pengaruh lingkungan yang kurang baik dan kadang masih ada wali murid yang hanya mengandalkan pendidikan sekolah, sehigga karakter yang kita harapkan masih belum maksimal" (GK=EM/08-06-2014) 8) “tenaga pendidik yan rata-rata masih muda, sehingga anak menganggap guru sebagai teman dan anak terkesan kurang bisa menghargai guru”. “jumlah murid yang banyak dengan karakter yang berbeda-beda di setiap kelas, sehingga guru membutuhkan cara dan waktu dalam setiap penanganan”.
“pengaruh lingkungan dan pergaulan anak dirumah terbawa di dalam sekoalah”. (GPAI=DM/08-06-2014) 9) “keterbatasan waktu di sekolah, sehingga lingkungan kurang baik juga berperan banyak dalam pembentukan karakter siswa yang kadang tidak sejalan dengan karakter yang diharapkan”.(GK=SW/08-06-2014)
10) “Terkadang apa yang di tanamkan di sekolah kurang di dukung ketika diluar sekolah”.(WKPAI=SW/08-06-2014) Dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat pendidikan karakter yaitu: 1. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolahan terbatas 2. Anggaran yang dimilki sekolah terbatas 3. Kurang dukungan dari wali murid 4. Jumlah murid yang banyak 5. Latar belakang pendidikan guru yang berbeda.
67
BAB IV Pembahasan
A. Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT IZZATUL ISLAM Getasan Dalam pendidikan karakter terdapat 18 nilai yang dapat dikembangkan melalui pendidikan budaya dan karakter bangsa.Setiap nilai karkter dijabarkan dalam indikator.Sekolah dan guru dapat menambah ataupun mengurangi nilai-nilai tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani sekolah dan hakikat standar kompetensi dan materi bahasan suatu mata pelajaran. Di SDIT Izzatul Islam getasan ada 4nilai yang dikembangka dan diharapkan menjadi karakter siswa, yaitu: 1. Religius Nilai religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Dalam upaya mengembangkan dan menerapkan nilai religius di SDIT Izzatul Islam Getasan dilaksanakan melalui beberapa kegiatan pembelajaran yang terprogram dalam mata pelajaran agama yang meliputi mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlaq, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab. Juga melalui kegiatan diluar jam pelajaran, yaitu sholat dhuha berjamaah, membaca surat-surat pendek dala Al-Qur’an, peringatan hari-hari besar Islam, pengumpulan dan penyaluran zakat fitrah, pembagian daging Qurban, pesantren kilat dan buka bersama di bulan Ramadhan. 2. Jujur Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.Dalam upaya mengembangkan dan menerapkan nilai kejujuran di SDIT
Izzatul Islam Getasan dilaksanakan melalui beberapa kegiatan pembelajaran yang terprogram dalam mata pelajaran, juga melalui beberapa kegiatan di luar jam pelajaran, seperti bimbingan konseling baik melalui bimbingan kelompok maupun melalui undividual, juga melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka. 3. Disiplin Disiplin merupakan tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuhpada berbagai ketentuan dan peraturan.Dalam upaya mengembangkan dan menerapkan nilai kedisiplinan di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang dilaksanakn melalui beberapa kegiatan bimbingan konseling tentang layanan informasi peraturan dan tta tertib sekolah, kegiatan upacara bendera, kegiatan Pramuka, serta pemberian sangsi berupa poin bagi siswa yang melanggar tata tertib sekolah. 4. Tanggung Jawab Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibanya, yang seharusnya dia lakukan dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya ) Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam upaya mengembangkan dan menerapkan nilai tanggung jawab pada siswa di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang dilaksanakan melalui beberapa kegiatan seperti: setiap ada tugas yang diberikan oleh guru harus dilaksanakan (baik tugas di sekolah maupun tugas yang harus di kerjakan di rumah). Hasil belajar siswa di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang menunjuka hasil yang baik karena pengaruh dari terpenuhinya komponenkomponen pendidikan yang memadai.Melalui waktu belajar yang cukup guru dapat menanamkan niai-nilai positif sebagai pembentukan karanter siswa, yang tidak hanya berupa pengetahuan saja, melainkan melalui pembinaan-pembinaan yang 69
dikembagkan melalui belajar praktik keagamaan yang pada akhirnya menjadi kebiasaan (menjadi karakter) siswa dalam kehidupa sehari-hari. Dari uraian yang telah dipaparkan maka dapat dikatakan bahwa penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang di terapkan melalui beberapa kegiatan baik dalam kegiatan pembelajaran melalui mata pelajaran, melalui kegiatan ekstra kurikuler dan melalui Kegiatan sebelum jam pelajaran serta peringatan hari besar keagamaan dan hari besar nasional. Tujuan pendidikan karakter di SDIT Izztul Islam adalah untuk mengembangkan berbagai macam potensi yang dimiliki oleh siswa menjadi generasi yang cerdas, religius, dan berakhlakul karimah. Tujuan tersebut lebih jauh daripada pendidikan pada umumnya yakni mengembangkan potensi siswa. SDIT Izzatul Islam Getasan berusaha untuk mencetak generasi cerdas, religius, dan berakhlakul karimah. Tujuan tersebut sejalan dengan pendapat Hamid Hasan yaitu pendidikan karakter bangsa meliputi: 1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. 2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius 3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. 4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan dan 5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
Siswa tidak hanya memiliki wawasan keislaman yang baik tetapi juga pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Usaha untuk mewujudkan religiusitas itu terlihat dalam proses belajar mengajar dan program Mutabaah yaitu untuk mengevaluasi kegiatan beribadah di rumah. Program ini menjadi upaya sekolah untuk membiasakan siswa mengamalkan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sehari-hari.Selain itu juga ada program tahfidz yaitu belajar menghafal surat-surat pendek dan menghafal bacaan Al-Qur’an.Adapun untuk mewujudkan generasi yang berakhlakul karimah maka sekolah senantiasa menekankan guru untuk memberikan teladan yang baik kepada siswa.Hal ini sangat penting karana pembentukan akhlak tidak bisa sebatas dengan teori tetapi harus melalui contoh nyata sehingga anak bisa melihat secara langsung.Penanaman karakter sejak usia dini sangat ditekankan oleh SDIT Izzatul Islam ini. 5. Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan a. Model Pembelajaran Model pembelajaran yang diselenggarakan di SDIT Izzatul Islam Getasan pada dasarnya berusaha untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Beberapa model yang dipakai antara lain PAIKEM, Team Teaching, Quantum Learnin, dan Active Learning.PAIKEM merupakan kependekan dari pembelajaran aktif, Inspiratif, interaktif, kritis, kreatif, dan menyenangkan.Team Teaching merupakan model pengajaran beregu yang bisa diartikan sebagai kelompok yang beranggotakan dua orang guru atau lebih yang bekerja sama untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran bagi kelompok peserta didik yang sama.
71
Model Team Teaching di laksanakan di kelas satu mengingat siswa kelas satu merupakan masa peralihan sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda. Dengan model Team Teaching guru lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan siswa. Model-model pembelajaran tersebut mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa dan mampu menarik partisipasi siswa.Suasana itu dibangun sejak awal mulai pembelajaran.Secara teknis memiliki makna sebagai proses internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan siswa secara aktif di bawah bimbingan guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan dalam kehidupanya dikelas, sekolah dan masyarakat (Sulistyowati, 2012: 23).Partisipasi siswa menunjukkan siswa bukanlah sekadar objek pendidikan yang menerima ilmu dari guru.Ia mampu menjadi subjek pendidikan yang merdeka. b. Media, alat dan sumber ajar Media yang digunakan dalam pembelajaran berupa media elektronik (LCD) maupun cetak seperti buku, flash card, dan gambar berwarna. Alat ajar antara lain berupa kit Matematika, kit IPA. Adapun sumber ajar berasal dari buku, internet, dan lingkungan. Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa dengan peserta didik (Danim, 1995: 97). Media merupakan salah satu hal yang bisa mendukung pencapaian tujuan pendidikan.Media yang digunakan berupa media elektronik yakni LCD untuk melihat film, gambar, atau presentasi materi pelajaran. Alat ajar berupa kit Matematika, kit IPA alat peraga memberikan kemudahan bagi guru untuk menyampaikan materi ajar. Siswa bisa praktek secara langsung sehingga lebih
berbekas dalam ingatannya. Penggunaan media dan alat ajar sesuai dengan karakter siswa anak kelas rendah yang lebih mudah memahami hal yang bersifat konkret menuju hal abstrak. Sumber ajar yang dipakai meliputi buku, internet, dan lingkungan.Buku menjadi sumber ajar yang utama.Internet membantu guru memberikan bahan ajar yang sesuai dengan perkembangan zaman dan lebih menarik.Sumber ajar lain yang tidak kalah penting adalah lingkungan.Lingkungan sangat baik menjadi sumber ajar karena memberi pengalaman secara langsung kepada siswa.Lingkungan merupakan sumber ajar yang bersifat konkret.Siswa bisa langsung mengamati dan berinteraksi. Hal ini akan memberikan pembelajaran yang bermakna c. Evaluasi Evaluasi pembelajaran dilaksanakan ketika proses pembelajaran berlangsung ataupun setelah selesai. Evaluasi dalam bentuk tertulis, lesan maupun praktek. Dalam pengambilan penilaian memperhatikan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektifbagi siswa. Menurut (Mulyana 2004:24) nilai merupakan “Sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang. Nilai tersebut pada umumnya mencakup tiga wilayah, yaitu nilai intelektual (benar-salah), nilai estetika (indah-tidak indah), dan nilai etika (baikburuk)”. Sedangkan tema nilai meski memiliki tanggung jawab sosial dapat ditangguhkan sementara waktu.Sebagai contoh kejujuran merupakan nilai yang diyakini seseorang, namun orang tersebut (menangguhkan sementara waktu) melakukan korupsi (Udik Budi Wibowo, 2010: 4).). Hal ini berimplikasi dalam penilaian tidak hanya mengutamakan aspek kognitif tetapi juga afektif dan psikomotorik. Penilaian tersebut lebih adil bagi siswa mengingat kecerdasan anak 73
berbeda-beda. Penilaian aspek kognitif dilakukan dengan test tertulis maupun lesan, psikomotorik dengan melihat partisipasi siswa dalam proses belajar, dan afektif melalui pengamatan sehari-hari. Prestasi siswa di SDIT Izzatul Islam Getasan lebih banyak didapat dari berbagi lomba bakat dan minat seperti MTQ, adzan, Pramuka, pidato dan lainnya. Secara teori pendidikan humanistik mampu menciptakan suasana yang menyenangkan, nyaman namun memudahkan siswa untuk menangkap pelajaran yang disampaikan oleh guru. d. Sanksi Pelanggaran dan kesalahan pasti dilakukan oleh siswa. Di SDIT Izzaul Islam siswa yang melakukan kesalahan akan dikenakan poin. Sebelum siswa dikenakan poin, siswa akan diberi tindakan dan peringatan terlebih dahulu. Tindakanya yaitu berupa menghafal surat-surat pilihan dan murojaah atau mengulang hafalan. Sanksi tersebut bukan semata-mata diberikan oleh guru terhadap siswanya yang dapat melukai fisik atau mengganggu psikologisnya. Contoh bagi siswa tidak mengerjakan PR, siswa tersebut sebelum di kenakan poin akan menggulang-ulang hafalanya atau menghafalkan surat-surat pilihan yang diberikan oleh gurunya. Hal tersebut justru akan emberikan dampak positif kepada siswa. Hal tersebut akan melatih siswa lebih bertanggung jawab dan jujur. e. Peran Guru Di SDIT Izzatul Islam Getasan, guru berperan sebagai: 1) Pendidik Guru sebagai pendidik berarti guru tidak hanya bertugas untuk mentransfer ilmu yang ia miliki kepada siswa tetapi juga mendidik siswa menjadi manusia yang berakhlak mulia. Guru memberikan teladan yang baik
kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik berupa tutur kata maupun tingkah laku. 2) Pembimbing Guru sebagai pembimbing berarti guru memberikan arahan kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Ia mampu menggali dan menjelajahi kemampuan siswa. Menemukan keunggulan dan kelemahan siswa. Guru tidak hanya membimbing siswa untuk berhasil dalam akademik tetapi juga membimbing untuk menjadi pribadi yang berakhlak baik. 3) Motivator Guru sebagai motivator berarti guru mampu memberi dorongan dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Guru tidakmengeluarkan kata-kata buruk kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Setiap kata yang keluar selalu memotivasi siswa. 4) Fasilitator Guru sebagai fasilitator yakni menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. Guru menjadi sosok yang berpengaruh untuk mengantar kesuksesan siswa. Hal tersebut senada apa ang disampaikan oleh Hurlock (1986 : 322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun berperilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga, dan guru sebagai substitusi orang tua. Beberapa faktor lingkungan sekolah yang berkontribusi positif terhadap perkembangan siswa atau anak di antaranya : a) Kejelasan visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai. b) Pengelolaan atau manajerial yang profesional. 75
c) Para personel sekolah memiliki komitmen yang tinggi terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah. d) Para personel sekolah memiliki semangat kerja yang tinggi, merasa senang, disiplin dan rasa tanggung jawab. e) Para guru memiliki kemampuan akademik dan profesional yang memadai. f) Sikap dan perlakuan guru terhadap siswa bersifat positif : bersikap ramah dan respek terhadap siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat atau bertanya. g) Para guru menampilkan peranannya sebagai guru dalam cara-cara yang selaras dengan harapan siswa, begitupun siswa menampilkan peranannya sebagai siswa dalam cara-cara yang selaras dengan harapan guru. h) Tersedianya sarana-prasarana yang memadai, seperti : kantor kepala dan guru, ruang
kelas,
ruang
laboratorium
(praktikum),
perlengkapan
kantor,
perlengkapan belajar mengajar, perpustakaan, alat peraga, halaman sekolah dan fasilitas bermain, tempat beribadah, dan toilet. i) Suasana hubungan sosio-emosional antar pimpinan sekolah, guru-guru, siswa, petugas administrasi, dan orang tua siswa berlangsung secara harmonis. j) Para personel sekolah merasa nyaman dalam bekerja karena terpenuhi kesejahteraan hidupnya. f. Peran Siswa Sebagai subjek dalam pendidikan siswa mempunyai peran yang sangat penting.Siswa tidak hanya menjadi obyek tetapi merupakan subyek dari pendidikan itu sendiri. Dalam proses pembelajaran di SDIT Izzatul Islam Getasan, guru mengemas pembelajaran dengan bercerita, bermain. Secara teknis memiliki makna sebagai proes internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan siswa secara aktif di bawah bimbingan guru,
kepala sekolah, dan tenaga kependidikan dalam kehidupanya dikelas, sekolah dan masyarakat (Sulistyowati, 2012: 23). Dengan pendidikan karakter, siswa merasa bebas untuk mengungkapkan perasaannya.Siswa mempunyai keberanian untuk bertanya kepada guru tentang hal yang tidak mereka mengerti.Siswa bisa dengan leluasa memuaskan rasa keingintahuan yang dimilikinya. Pembelajaran bisa berlangsung menyenangkan dengan melibatkan siswa secara aktif. Mereka tidak hanya mendengarkan tetapi juga melakukan. Kondisi siswa seperti itu, tidak terlepas dari kondisi hubungan siswa dan guru. Semakin baik hubungan antara keduanya, maka siswa akan semakin mudah terlibat dalam aktivitas belajar. Hubungan antara siswa dan guru di SDIT Izzatul Islam Getasan terjalin dengan baik. Hubungan baik ini bukanlah proses instan yang muncul dalam proses pembelajaran. Kedekatan dengan siswa telah dibangun sejak sebelum kegiatan belajar mengajar di mulai.Ketika siswa datang ke sekolah, guru telah memposisikan diri mereka sebagai orang tua siswa di sekolah. Mereka menyambut kedatangan siswa dengan senyum hangat, berjabat tangan, menyisir rambut yang berantakan atau membetulkan kancing baju atau kerah yang tidak rapi. Hal sederhana ini menjadi tali pengikat yang kuat antara guru dan siswa di SDIT Izzatul Islam.. 6. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan. a. Faktor Pendukung Faktor pendukung dalam penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan adalah: 1) Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih muda atau tenaga pengajar yang masih muda. Guru menjadi faktor yang penting mengingat mereka adalah 77
fasilitator, motivator sekaligus pembimbing bagi siswa. Pemahaman terhadap konsep pendidikan yang baik dan komitmen tinggi membuat guru mampu melayani siswanya dengan baik. Ia akan memberikan perhatian dengan penuh ketika siswa mengalami masalah. Guru memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi untuk mengantarkan keberhasilan siswa. Ia tidak akan lepas tangan dan berprinsip “yang penting sudah saya ajarkan”. Selain itu, guru juga mempunyai kreativitas untuk mendesain pembelajaran yang menarik bagi siswa. 2) Terbentuknya
program-program
kesiswaan.
Program
kesiswaan
yang
mendukung karakter baik siswa misalnya kegiatan mentoring, kegiatan pramuka, sholat berjamaah. Program ini angat mendukung bagi guru untuk memberikan pembelajaran yang baik bagi siswa .program tersebut secara tidak langsung bisa melibatkan orang tua dalam pembiasaan sholat berjamaah, atau ibadah sunah yang lain, dan juga pembiasaan dalam interaksi bermasyarakat dengan baik.
b. FaktorPenghambat
Faktor penghambat yang dialami dalam penerapan pendidikan karakter adalah : 1. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolahan terbatas SDIT Izzatul Islam Getasan memfasilitasi pengembangan bakat dan minat siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler. Namun kadang mengalami hambatan atau kendala karena ketebatasan sarana dan prasarana.Sarana dan prasarana itu sangat berpengaruh dalam proses pembelajran. Dengan terbatasnya sarana dan prasarana itu sangat proes pembelajaran di kelas. 2. Jumlah murid yang banyak Jumlah murid yang banyak dengan karakter yang berbeda-beda di setiap kelas, sehingga guru membutuhkan cara dan waktu dalam setiap penanganan. Jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas menimbulkan kesulitan tersendiri bagi guru.Pelayanan terhadap kebutuhan siswa tidak bisa maksimal karena kemampuan guru yang terbatas.Jumlah guru yang sedikit tidak sebanding dengan jumlah siswa yang ada. 3. Latar belakang pendidikan guru yang berbeda Latar belakangpendidikan guru yang berbeda terkadang juga berpengaruh dalam mendidi anak, karena dari latar pendidikan yang berbeda itulah para guru tidak ada basic dalam dunia pendidikan, sehingga pengalamanya juga bisa dikatakan kurang. Akan tetapi bila ilmupendidikan guru diasah dan latar pendidikan guru yang berbeda itu di kolaborasikan maka akan menghasilkan guru yang berkompeten dan luar biasa. c. Upaya untuk Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan
79
1. Seharusnya pihak sekolah bekerjasama dengan pihak dinas terkait, sehingga mudah terjalin komunikasi, dimana dengan bekerjasama tersebut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pendidikan yang akan mendukung proses pendidikan karakter. 2. Adanya penambahan guru kelas di setiap kelas, jadi di setiap kelas ada dua guru, guru yang satu bertugas mengajar, dan yang satu lagi sebagai pengawas dan pembantu. Dengan adanya guru pembantu di harapkan kondisi pembelajaran dikelas bisa terkondsikan dan pembelajaranpun berjalan dengan baik. 3. Adanya peningkatan kualitas guru, yaitu dengan bekerjasama denga dins pendidikan tentang program mentoring, dengan kerjasama seperti itu diharapkan akan lebih mendukung pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan pendidika karakter di SDIT Izztul Islam Getasan Kabupaten Semarang meliputi 4 indikator yakni: a) Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Indikator sekolah: 1) Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah. 2) Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah. 3) Membiasakan sholat duha dan sholat dzuhur berjamaah 4) Membaca dan menghafal Al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai.
b) Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Indikator sekolah:
1) Jujur dalam mengerjakan tugas rumah. 2) pengisisan buku mutaba’ah (buku aktivitas kegiatan anak, sholat belajar, dan kegiatan sunah yang lainya. 81
c) Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Indikator sekolah: 1) Kegiatan upacara bendera. 2) Memiliki catatan kehadiran. 3) Memiliki buku mutabaah bagi siswa ((buku aktivitas kegiatan 4) anak seperti sholat, belajar, dan kegiatan ibadah sunah yang lainya) 5) .Memiliki tata tertib sekolah. 6)
Membiasakan warga sekolah untuk berdisiplin.
7)
Menegakkan aturan dengan memberikan sanksi berupa poin secara adil bagi siswa pelanggar tata tertib sekolah.
d) Tanggung jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Indikator sekolah: 1) Setoran hafalan setiap hari kepada guru kelas masing-masing dan dengan menyearhkan buku mutabaah. 2) Rajin hafalan dirumah dan sholat lima waktu dengan mengisi buku mutabaah. 3) Mengerjakan tugas rumah 4) Pelaksanaan tugas piket secara teratur. 5) Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah. 2. Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang dimulai sebelum jam 07.00 (sejak siswa hadir di sekolah) sampai pukul 14.00 WIB. Pembelajaran di format dengan suasana yang
menyenangkan dan metode yang bervariasi sehingga siswa tidak jenuh berada di sekolah. Siswa mendapat pantauan, bimbingan dan pengawasan dari guru terkait dengan proses pembelajaran dan kegiatan keseharian siswa, sehingga aktifitas dan kreatifitas siswa dapat terarah. 3. Penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang diterapkan melalui beberapa kegiatan pembelajaran melalui mata pelajaran, melalui kegiatan ekatra kurikuler, kegiatan Pramuka, melalui kegiatan sebelum jam pelajaran serta kegiatan peringatan hari besar keagamaan da hari nasional.
B. Saran 1. Penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang
perlu mempertimbangkan kesiapan atau ketersediaan sarana dan
prasarana
yang
memadai,
memperhatikan
kenyamanan
siswa
dalam
melaksanakan pembelajaran dan kenyamanan orang tua atau masyarakat dalam menyarahkan kepercayaan sepenuhnya kepada sekolah untuk memaksimalkan potensi siswa serta mengefektifkan waktu belajarnya. 2. Guru harus menjadi uswatun khasanah, menjadi contoh dan model perilaku sosial, emosional serta spiritual, yang baik bagi siswa. 3. Guru harus senantiasan profesional, kreatif, inovatif, dan peka terhadap perkembangan zaman sehingga dapat mencapai keberhasilan belajar yang maksimal. 4. Perlu ada sosialisasi yang melibatkan sekolah, orang tua, serta masyarakat agar terjadi harmonisasi yang baik antara sekolah, masyarakat dan orag tua.
83
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1992. ProsedurPenelitian.Yogyakarta: Rineka Cipta. Asmani, Jamal Ma
Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta: Rineka Cipta. Azra, Azyumardi. 2002. Pendidikan Multikultur Membangun Kembali Indonesia Bhineka Tunggal Ika. Kajian Budaya UNUD. Buchori, M .2007 Krakter dalam Pendidikan. Jakarta: Salemba Empat. Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. Dirjen Pendidikan Dasar. 2011. Policy Brief: Pendidikan Karakter Menuju Bangsa Unggul. Jakarta: http://dikdas.kemdi. knas.go.id (Terbit Online). Driyakara, N. 1980. Driyakara tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius Dwi Siswoyo. 2007. Ilmu Pendidikan .Yogyakarta: UNY Pers Hamid Hasan, Said. 2010. Pengembangan Pendidikan Budayadan Karakter Bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum Kemendiknas. Hidayatullah, M Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yumna Pustaka Kementerian Agama. 2005. Al-Qur’an Terjemah. Bandung: PT. Syamil Cipta Media Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Badan Penelitiandan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Koesuma, Doni. 2012. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius.. Lickona, Thomas. 2012. Education for Character, Mendidik Untuk Membentuk Karakter.Jakarta: Bumi Aksara Megawangi,Ratna. 2004. Pendidikan Karakter Solusi yang tepat untuk membangun bangsa. Jakarta: BPMIGAS
Moleong, Lexy. 2003. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Rosda Karya Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta: Pedagogia Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Rosda Karya
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka. Sulistyowati, Endah. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta : PT Citra Aji Parama. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. http://karnoiwo.blogspot.com/2011/12/18-pendidikan-karakter-bangsa.html http://www.Pendidikan.com/Ratna-Megawangi-Phd-waginya-sembilan-pilar-karakter. http://www.kajianteori.com
85
LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA A. Pedoman Wawancara terhadap siswa / Reponden 1. Bagaimana tingkat partisispasi dari peserta didik itu sendiri dalam menanggapi Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan Kab. Semarang? 2. Peranan-peranan apa sajakah yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan pada diri siswa iu sendiri 3. Dengan wujud-wujud apa saja bahwa penerapan pendidikan karakter itu sudah diberikan pada diri siswa tersebut? 4. Sebut kan contoh penerapan pendidikan karakter terhadap mata pelajaran umum. Misalnya pada mata pelajaran Agama, Pendidikan Kwarganegaraan dll. Terutama pada nilai pendidikan karakter ; religius, jujur, disiplin, dan tanggung jawab.
B. Pedoman Wawancara 1. Bagaimana upaya penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam 2. Getasan, terutama pada nilai pendidikan karakter ; religius, jujur, disiplin, dan tanggung jawab? 3. Melalui kegiatan apa saja penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul 4. Islam Getasan dilaksanakan?
5. Siapa saja yang ikut dilibatkan dalam pelaksanakan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? 6. Peranan apa saja yang dilakukan masing-masing personil dalam pelaksanaan penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? 7. Sarana apa saja
penerapan yang di persiapkan dalam pelaksanaan
penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan?
C. Pedoman Wawancara 1. Bagaimana upaya guru PAI dalam penerapan pendidikan karakter diSDIT Izzatul Islam Getasan, terutama pada nilai pendidikan karakter; religius, jujur, disiplin, dan tanggung jawab? 2. Melalui kegiatan apa saja penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? 3. Siapa saja yang ikut dilibatkan dalam pelaksanakan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? 4. Peranan apa saja yang dilakukan masing-masing personil dalam pelaksanaan penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? 5. Sarana apa saja yang dipersiapkan dalam pelaksanaan penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan?
D. Pedoman Wawancara 1. Bagaimana upaya guru PAI dalam penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan, terutama religius, jujur, disiplin, dan tanggung jawab? 2. Melalui kegiatan apa saja penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? 3. Siapa saja yang dilibatkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? 87
4. Peranan apa saja yang dilakukan masing-masing personil dalam pelaksanaan penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? 5. Sarana apa saja yang di persiapkan dalam pelaksanaan penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan?
LAMPIRAN 2
PANDUAN OSERVASI A. Bagaimana kondisi bangunan gedung SDIT Izzatul Islam Getasan? B. Ada berapa jumlah ruang kelas C. Sarana Pembelajaran apa saja yang tersedia di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang? D. Kegiatan apa saja yang dilakukan di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang, sejak pagi sampai siswa pulang setiap harinya.
89
LAMPIRAN 3
PANDUAN STUDI DOKUMENTASI
Data-data yang diperlukan adalah: 1. Data tentang jumlah siswa pada masing-masing jenjang kelas di SDIT Izzatul Islam Getasa Kabupaten Semarag 2. Data Tentang pembagian tugas di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang 3. Data tentang prestasi siswa SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang 4. Data tentang prestasi guru
LAMPIRAN 4 HASIL PENELITIAN
A. Pedoman Wawancara terhadap siswa (Mutiara Aziza dwi.p) 1. Bagaimana tingkat partisipasi dari peserta didik itu sendiri dalam menanggapi Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan Kab. Semarang? Jawab: a. Juara 2 Macapat Putri MAPSI ke-15 tingkat kecamatan b. Juara 1 Khitobah Putri MAPSI ke-16 tingkat kecamatan c. Juara umum Cipta Teks Khitobah Putri MAPSI ke-16 tingkat Kab. Semarang d. Juara 1 Cipta Teks Seni Teks Khitobah Putri MAPSI ke-16 tingkat Kab. Semarang e. Juara 2 Cipta TeksKitobah Putri MAPSI ke-16 tingkat Kab. Semarang 2. Peranan-peranan apa sajakah yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan pada diri siswa itu sendiri? Jawab : a. Penyediaan fasilitas b. Pendanaan c. Pembinaan dan Pelatihan
91
3. Dengan wujud-wujud apa saja bahwa penerapan pendidikan karakter itu sudah diberikan pada diri setiap siswa tersebut? Jawab: a. Mukhasafah (berjabat tangan dengan bapak/ibu guru di waktu pagi maupun pulang sekolah). b. Memulai pelajaran dan mengakhiri pelajaran di awali dan diakhiri dengan doa. c. Sholat berjamaah di masjid SDIT 4. Sebutkan contoh penerapan pendidikan karakter terhadap mata pelajaran umum. Misalnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Pendidikan Kwarganegaraan dll. Terutma pada nilai pendidikan karakter; religius, jujur; disiplin, dan tanggung jawab. Jawab: a. Mata pelajaran bahasa Indonesia : Religius, membat puisi dengan tema religi Jujur, membiasakan siswa bersikap jujur terhadap tugas yang diberikan Disiplin, hadir tepat waktu di sekolah Tanggung
jawab,
bila
di
beri
mempertanggungjawabkan pekerjaanya. b. Mata Pelajaran PKN : Religius, penekanan toleransi beragama
tugas
harus
mau
Jujur, membiasakan siswa bersikap jujur terhadap tugas yang diberikan Disiplin, hadir di sekolah tepat waktu Tanggug jawab, bila diberi tugas harus mau melaksanakanya.
B. Pedoman Wawancara KS=S/08-06-2014 1. Bagaimana upaya penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan, terutama pada nilai pendidikan karakter, religius, jujur, disiplin, dan tanggung jawab? Jawab : Dalam penerapanya dilakukan oleh semua melalui pembelajaran dimana setiap guru dalam pembelajaran juga selalu menekanka nilainilai kejujuran pada siswa. Bagi siswa yang diketahui tidak jjur maka akan mendapat sanksi dari guru bersangkutan, misalnya ada siswa yang ketahuan tidak jujur dalam mengisi buku mutaba’ah, maka siswa akan di kenai sanksi berupa menghafal surau-surat pendek atau menghafal surat-surat Al-Qur’an dari guru yang bersangkutan. 2. Melalui kegiatan apa sja penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Isla Getasan dilaksanakan? Jawab: Melalui kegiatan ekstrakurikuler
93
3. Siapa saja yang ikut dilibatkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? Jawab: Guru, karyawan, dan pengampu ekstrakurikuler 4. Peranan apa saja yang dilakukan masing-masing personil dalam pelaksanaan penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? Jawab : Sebagai pelaku kegiatan dalam penerapan pendidikan karakter Sebagai tauladan atau pemberi contoh dalam pendidikan karakter, seperti disiplin, rajin, jujur, masuk tepat waktu.
C. Pedoman wawancara terhadap WK=PAI/08-06-2014 1. Bagaimana upaya guru PAI dalam penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan, terutma pada nilai pendidikan karakter, religius,jujur, disiplin, dan tanggung jawab Jawab : Melakukan kerjasama dengan guru agama yaitu dengan melalui pembelajaran terjadwal dalam mata pelajaran agama yaitu dengan menanamkan nilai-nilai keimanan siswa, siswa melakukan observasi dalam hal kekhusukan berdoa, mengevaluasi kegiatan beribadah dirumah dengan saeana buku Mutaba’ah dan sholat berjamaah di mesjid.
2. Melalui kegiatan apa saja penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? Jawab : a. Anak-anak ditaamkan pendidikan karakter secara dini melalui pembelajaran yang terprogram dalam mata pelajaran yang meliputi mata pelajaran Al-Qur’an Hadist, Akidah Akhlaq, fiqih, sejarah kebudayaan Islam dan bahasa Arab. Juga melalui kegeiatan di luar jam pelajaran, kegiatan bakti sosial, pengumpulan dan penyaluran zakat fitrah, manasik haji, dan buka bersama dibulan ramadhan. b. Kegiatan diluar jam pelajaran, yaitu membaca surat - surat pendek dalam Al - Qur’an setiap pagi sebelum pelajaran dimulai yang di pandu oleh guru yang mengajar pada jam pertama di kelas tersebut, sholat dhuha berjamaah di masjid pada waktu istirahat, sholat jamaah dzuhur, perigatan hari-hari besar Islam seperti Isro’ Miroj, dan Maulud Nabi, penyaluran zakat fitrh yang dibagikan kepada siswa
kurang
mampu,
masyarakat
lingkungan
sekolah,
penyembelihan hewa Qurban berasal dari iuran siswa, dagingya diberikan kepada siswa kurang mampu dan masyarakat lingugan sekolah, pelaksanaan pesantren kilat selama 3 hari di sekolahan dan buka puasa di bulan suci Ramadhan, 3. Siapa saja yang ikut dilibatkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? Jawab :
95
Semua guru PAI, dilibatkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter. 4. Peranan apa saja yang dilakukan masing – masing personil dalam pelaksanaan penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? Jawab : Sebagai pembimbing anak dalam proses kegiatan belajar mengajar.
D. Pedoman Wawancara terhadap WK=BK/08-06-2014 1. Bagaimana upaya guru SDIT dalam penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan, terutama pada nilai pendidikan karakter, religius, jujur, disiplin, dan tanggung jawab? Jawab : Menekankan
nilai
kedisiplinan
pada
semua
siswa,
menanamkan
pendidikan karakter secara dini melalui pembelajaran yang terprogram dan juga melalui kegiatan diluar pelajaran yaitu sholat duha setiap pagi, sholat zduhur bersama. 2. Melalui kegiatan apa saja penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam? Jawab : Dilakasanakan melalui beberapa kegiatan bimbingan tentang layanan informasi peraturan dan tata tertib sekolah. Kegiatan upacara bendera, kegiatan pramuka, serta pemberian sanksi yang berbentu poin bagi siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Jadi bila poin itu sudah mencapai
target 50 poin maka pihak sekolah akan memberi bimbingan khusus terhadap anak yang bersangkutan. 3. Siapa saja yang ikut dilibatkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? Jawab : Dilakukan oleh semua guru melalui pembelajaran, dimana setiap guru dalam pembelajaran selalu menekankan nilai kedisiplinan pada semua siswa, seperti menasihati atau teguran langsung kepada siswa yang melanggar tata tertib, mengawasi kegiatan belajar anak selama di sekolah dalam hal
diantaranya : dalam penyelesaian tugas, dalam kegiatan
bermain, dalam hal antri mengambil jatah makan siang, antri wudlu, dan ketertiban dalam berseragam. 4. Peranan apa saja yang dilakukan masing-masing personil dalam pelaksanaan penerapan pendidikan karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan? Jawab : Sebagai pembimbing anak dalam proses kegiatan belajar mengajar.
97
LAMPIRAN 5 DOKUMENTASI
Berdasarkan hasil penelitian kami di SDIT Izzatul Islam bahwa Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Isalam Getasan meliputi 4 indikator yaitu: Religius, Disiplin, Jujur, Tanggung jawab. Berikut ini adalah foto-foto hasil penelitian yang meliputi 4 Indikator. 1) Religius a) Pada hari jumat tanggal 17 bulan April tahun 2015 jam 08.00 WIB siswasiswi SDIT Izzatul Islam Getasan membaca Al-Qur’an dan menghafalnya dengan di dampingi wali kelasnya masing-masing.
a) Pada hari jumat tanggal 17 bulan April tahun 2015 jam 09.00 WIB siswa-siswi SDIT Izzatul Islam Getasan melakukan wudhu untuk persiapan sholat dhuha di dalam kelas.
b) Untuk menjaga sholat lima waktu, sholat sunah dan untuk menambah hafalan di rumah maka siswa dibekali buku mutabaah.
99
2) Jujur Untuk melatih kejujuran siswa siswi maka guru memfasilitasi buku Mutabaah Yaitu siswa mengisi buku mutabaah bila siswa melaknakan sholat lima waktu atau sholat sunah, dan menghafal Al-Quran. Maka bila siswa tidak melaksanakan sholat lima waktu atau tidak menghafal maka siswa akan terkena sanksi.
3) Tanggung Jawab Untuk melatih tanggung jawab yaitu guru memberi tugas kepada siswa diantaranya yaitu pekerjaan rumah dan bagi siswa yang tidak mengerjakan maka siswa akan terkena sanksi yaitu mengerjakan tugasnya di depan kelas.
4) Disiplin Untuk melatih disiplin yaitu murid membiasakan sholat tepat waktu dirumah dengan dibekali buku mutabaah.
101
LAMPIRAN 6 PANDUAN OBSERVASI
A.
Bagaimana kondisi bangunan gedung SDIT Izatul Islam Getasan? Jawab : Standar Sarana Prasaran a. Luas lahan sekolah / Madrasah :2.830 m b. Luas lantai sekolah / Madrasah : 8.44 m
B.
Ada berapa ruang kelas? Jawab : Memiliki 17 ruang kelas terdiri dari kelas I= (3 kelas), Kelas II= (3 Kelas), kelas III = (3 kelas), kelas IV=(3 kelas), kelas V= (3 kelas), kelas VI= (2 kelas).
C.
Sarana Pembelajaran apa saja yang tersedia di SDIT di Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang? Jawab : Laboratorium IPA, perpustakaan, ruang guru, ruang kantor, ruang kepala sekolah, rung UKS, ruang keterampilan komputer, rung bermain atau berolahraga, dan lapangan voli.
D.
Kegiatan apa saja yang dilakukan di SDIT Izzatul Islam Getasan Kabupaten Semarang sejak pagi sampai siswa pulang setiap harinya? Jawab :
Setiap pagi sebelum mulai pembelajaran dilakukan pembiasaan membaca AlQur’an, sholat dhuha, dan sholat dzuhur berjamaah.
103
LAMPIRAN 7
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Budi Kaswari
Tempat Tanggal Lahir
: Salatiga 7 April 1986
Jenis Kelawin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Perum Manunggal II Kauman Kidul Salatiga
Pendidikan
: 1. TK Teglrejo Yogyakarta 2. SDN 02 Dukuh Salatiga 3. SMPN 5 Salatiga 4. SMA PGRI Salatiga
Pengalaman Organisasi : 1.
RACANA
2.
LDK Darul Amal STAIN Salatiga
3.
KAMMI Komisariat Salatiga