MAKALAH SEMINAR UMUM SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2012/2013 KAJIAN PEMUPUKAN ORGANIK DAN ANORGANIK PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUNGA ROSELLA MERAH (Hibiscus sabdariffa L.)
Disusun Oleh : Nama : Anjarini Pranesti NIM : 09/283387/PN/11657 Dosen Pembimbing : Ir. Rohlan Rogomulyo, MP. Hari dan Tanggal Presentasi : Jumat, 21 Desember 2012
PROGRAM STUDI AGRONOMI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012
HALAMAN PENGESAHAN
KAJIAN PEMUPUKAN ORGANIK DAN ANORGANIK PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUNGA ROSELLA MERAH (Hibiscus sabdariffa L.)
Disusun oleh : Nama
: Anjarini Pranesti
NIM
: 09/283387/PN/11657
Prodi
: Agronomi
Makalah seminar ini telah disetujui dan disahkan sebagai syarat kelengkapan matakuliah seminar umum semester I tahun ajaran 2012/2013 Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Ir. Rohlan Rogomulyo, MP
Tanda Tangan
Tanggal
…..…………………
……………………
……………………
…………………….
……………………
………………
Mengetahui : Komisi Kerja Lapangan Jurusan Budidaya Pertanian
Ir. Sri Muhartini, M.Sc
Mengetahui : Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
Dr.Ir. Taryono, M.Sc.
DAFTAR ISI Halaman Judul …………………………………………………………………………… i Halaman Pengesahan ……………………………………………………………………. ii Daftar Isi ………………………………………………………………………………… iii Daftar Tabel …………………………………………………………………………….. iv Daftar Gambar …………………………………………………………………………....v Intisari ……………………………………………………………………………………. 1 I. Pendahuluan A. Latar Belakang …………………………………………………………………… 1 B. Tujuan ……………………………………………………………………………... 3 C. Kegunaan …………………………………………………………………………. 3 II. Pemupukan pada Tanaman Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.) A. Pemupukan Organik pada Rosella ………………………………………………… 5 B. Pemupukan Anorganik pada Rosella ……………………………………………… 9 C. Kombinasi Pemupukan Organik dan Anorganik pada Rosella ………………….. 12 III. Penutup A. Kesimpulan ………………………………………………………………………. 16 B. Saran ……………………………………………………………………………… 16 Daftar Pustaka ………………………………………………………………………….. 17
DAFTAR TABEL Tabel 1. Hasil penelitian pemberian pupuk kandang ayam berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan hasil bunga rosella ………………………………………………………………… 7 Tabel 2. Kandungan unsur hara makro dan mikro berbagai jenis pupuk ……………………. 8 Tabel 3. Parameter waktu munculnya 50% bunga rosella dengan perlakuan berbagai dosis urea .………………………………………………………... 10 Tabel 4. Parameter hasil kelopak kering dengan perlakuan berbagai dosis urea …………... 11 Tabel 5. Hasil penelitian pemupukan majemuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil rosella …………………………………………….... 12 Tabel 6. Hasil penelitian kombinasi pupuk fosfor dengan organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil rosella ……………………………………………………………………………. 13
DAFTAR GAMBAR Grafik 1. Parameter jumlah bunga rosella terhadap pemberian kombinasi pupuk organik cair dengan pupuk fosfor …………………………………………………………………… 14
KAJIAN PEMUPUKAN ORGANIK DAN ANORGANIK PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUNGA ROSELLA MERAH (Hibiscus sabdariffa L.)
INTISARI Kelopak bunga rosella mempunyai banyak manfaat sebagai tanaman obat sehingga keberadaan tanaman ini sangat potensial untuk dikembangkan. Pemupukan merupakan salah satu masalah penyediaan unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan bunga rosella merah, terutama unsure hara makro N, P, dan K. Ada 2 macam pemupukan, yaitu pemupukan organik dan anorganik. Pupuk organik sudah banyak diaplikasikan oleh petani karena mempunyai peranan penting untuk memperbaiki struktur, sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta melengkapi unsur hara mikro yang tidak ada pada pupuk anorganik. Pupuk organik mempunya tersedia bermacam-macam namun mempunyai kandungan hara yang berbeda-beda. Untuk pertanaman rosella disarankan untuk menggunakan pupuk kotoran ayam sebagai pupuk organik karena kandungan unsur hara yang lebih tinggi sehingga lebih menguntungkan pada pertumbuhan dan produksi bunga rosella merah. Jika menggunakan pupuk hijau, diutamakan berasal dari tanaman leguminose. Penggunaan pupuk anorganik tunggal ataupun majemuk harus memperhatikan status kesuburan tanah dan mempergunakan tepat dosis, jenis, cara, dan waktu. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan serta meningkatkan produksi bunga rosella merah, sebaiknya pupuk organik dan anorganik dikombinasikan untuk dipergunakan selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman rosella merah. Kata kunci : Hibiscus sabdariffa, pupuk kotoran ayam, pupuk tunggal, pupuk majemuk.
I.
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) bukan merupakan tanaman asli Indonesia melainkan dari Benua Afrika. Tanaman tersebut didatangkan dari India ke Indonesia sebelum tahun 1981. Rosella baru dikembangkan antara tahun 1924-1925 oleh perusahaan asing Belanda yang kemudian dikelola rakyat Surakarta dan Jombang untuk dimanfaatkan seratnya. Serat-serat rosella tersebut dipergunakan untuk keperluan pembungkus beras, gula, dan lain-lain sebagai alternatif menekan impor karung yang berasal dari India dan Pakistan pada masa itu (Tohir, 1967). Pada perkembangan selanjutnya, rosella tidak hanya dimanfaatkan sebagai tanaman serat tetapi juga tanaman obat dengan memanfaatkan kelopak bunga rosella tersebut. Kandungan dari kelopak rosella merah dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Menurut Hidayat (2008) melalui Mukaromah et al. (2010), Kandungan vitamin C dalam 100 gram
bunga rosella sebanyak 260 mg-280 mg. Selain vitamin C, juga terdapat vitamin A dan asam amino termasuk lignin dan arginin yang berperan dalam proses peremajaan kulit. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ir. Didah Nurfaridah, salah satu staf pengajar Fakultas Teknologi Pangan Instititut Pertanian Bogor pada tahun 2005 menemukan zat-zat yang paling penting terkandung dalam kelopak bunga rosella ialah gossypetin, antosianin, dan glukosida hibiscin. Antosianin merupakan pigmen alami rosella merah yang mengandung zat antioksidan. Zat antioksidan berperan dalam mencegah radikal bebas yang menyebabkan penyakit kronis, seperti kanker, kerusakan ginjal, diabetes, dan jantung koroner. Kelopak kering rosella merah mengandung zat antioksidan yang lebih tinggi daripada kumis kucing dan bunga knop (Anonim, 2010). Khasiat kelopak bunga rosella sangat menguntungkan bagi kesehatan. Apalagi sudah banyak masyarakat beralih pada pengobatan herbal daripada pengobatan medis. Banyak produk olahan rosella yang dipasarkan sebagai produk obat herbal, seperti sirup, selai, maupun teh rosella. Oleh sebab itu, peluang dikembangkan rosella sebagai tanaman herbal terbuka lebar bagi pelaku agribisnis namun hal yang harus diperhatikan ialah mempertahankan maupun meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kelopak bunga rosella sebagai salah satu organ yang dimanfaatkan. Secara garis besar, budidaya tanaman rosella tidak sulit. Sebagian masyarakat Indonesia memanfaatkan sebagai tanaman pekarangan dengan pemeliharaan yang minim namun dapat menghasilkan bunga. Untuk skala usaha, tentunya diperlukan teknis budidaya yang intensif untuk meningkatkan produksi kelopak bunga rosella. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi bunga rosella ialah dengan pemberian pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan dengan cara organik dan anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan bahan-bahan organik, yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan, kotoran hewan, fosil-fosil manusia dan hewan yang sudah tertumpuk selama ratusan tahun. Pupuk organik juga dapat berasal dari limbah industri yang sudah diolah, limbah rumah potong hewan, limbah minyak atsiri, dan lain sebagainya. Sebagai pelapukan sisa makhluk hidup, pupuk organik mempunyai unsur hara yang lengkap, baik mikro maupun makro. Tentunya, kedua unsur tersebut dibutuhkan oleh tanaman rosella. Salah satu keunggulan pupuk organik ialah mengurangi unsure-unsur hara seperti unsure fosfat sehingga mudah diserap oleh tanaman. Walaupun begitu, salah satu kelemahan pupuk organik ialah jumlah
unsur hara makro dan mikro yang tersedia sedikit sehingga aplikasi pada lahan diperlukan pupuk organik dalam jumlah yang besar. Pupuk organik di kalangan masyarakat dikenal sebagai pupuk kandang, pupuk hijau, dan pupuk guano (Purwa, 2007). Selain pupuk organik, juga terdapat pemupukan anorganik. Pupuk anorganik berasal dari pupuk yang berasal dari bahan mineral yang sudah diproses produksi sehingga senyawa tersebut dapat diserap oleh tanaman (Hadisuwito, 2007). Pupuk yang dibuat oleh pabrik sudah mempunyai kadar unsure hara yang lebih tinggi jika dibandingkan pupuk yang dibuat dari alam. Misalnya, pupuk urea mempunyai kadar nitrogen 45-46 kg setiap 100 kg. Kelebihan pupuk anorganik daripada pupuk organik ialah reaksi terhadap pertumbuhan tanaman lebih cepat namun hampir semua pupuk anorganik tidak mempunyai unsur hara mikro yang juga dibutuhkan oleh tanaman (Lingga dan Marsono, 2008). Oleh sebab itu, pemupukan anorganik juga ditunjang dengan pempukan organik agar unsur mikro dapat terpenuhi.
B.
Tujuan 1. Mengetahui pengaruh pemupukan organik terhadap pertumbuhan dan produksi bunga rosella merah. 2. Mengetahui pengaruh pemupukan anorganik terhadap produksi bunga rosella merah. 3. Mengetahui pengaruh kombinasi pemupukan organik dengan anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi bunga rosella merah.
C.
Kegunaan Dengan mengetahui pengaruh pemupukan organik dan anorganik tersebut, petani rosella dapat menentukan pemberian pupuk yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan bunga rosella merah.
II.
PEMUPUKAN PADA TANAMAN ROSELLA MERAH (Hibiscus sabdariffa L.)
Rosella merupakan tanaman berhari pendek. Pembungaannya membutuhkan intensitas cahaya kurang dari 12 jam. Dengan kondisi tersebut, rosella dapat memperpendek fase vegetatifnya dan lebih cepat memasuki fase generatifnya. Matahari mendekati garis ekuator tanggal 21 Maret dan 23 September. Pada bulan-bulan tersebut, lama intensitas matahari akan lebih panjang, yaitu lebih dari 12 jam. Waktu tanam untuk tanaman rosella juga harus memperhatikan lokasi penanaman. Di Pulau Jawa, waktu tanam optimal dilakukan antara bulan Juni sampai Agustus. Bila memperhatikan waktu tanam tersebut, tentunya pemanenan kelopak bunga rosella dapat lebih cepat dilakukan. Pemanenan lebih cepat pada tanaman rosella berumur 3 bulan. Selain memperhatikan waktu penanaman, salah satu teknik budidaya yang penting ialah pemupukan. Hal ini berkaitan dengan hasil yang akan diambil, yaitu berupa bunga rosella. Untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas bunga rosella, diperlukan asupan hara yang optimal bagi pertumbuhan dan produksi bunga rosella. Pemupukan sangat penting bagi pertumbuhan dan produksi bunga rosella merah. Pemupukan tersebut bertujuan untuk menjamin ketersediaan hara yang optimum untuk pertumbuhan tanaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas bunga rosella. Rosella menunjukan respon baik terhadap pemupukan, baik pemupukan organik maupun anorganik. Menurut Tohir (1967), rosella membutuhkan humus yang banyak sehingga perlu pemberian pupuk organik, seperti pupuk hijau. Selain itu, rosella juga peka terhadap pemberian pupuk zat lemas atau biasa disebut anorganik, seperti ZA, dan lain sebagainya. Pemupukan baik jenis, dosis, dan waktu pemberian sangat berpengaruh pada produksi rosella merah. Unsur-unsur makro, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium diperlukan dari pertumbuhan awal sampai akhir tanaman rosella (Santoso et al., 2012). Fungsi nitrogen (N) untuk menunjang pertumbuhan vegetatif rosella, baik pada daun maupun batang. Pada unsur fosfor (P) lebih banyak dipergunakan untuk pertumbuhan akar, khususnya untuk mempercepat pembungaan, pemasakan buah, dan produksi buah. Unsur kalium (K) lebih banyak berperan dalam pembentukan karbohidrat dan lemak, memperkuat daun, batang, dan buah agar tidak mudah gugur. Selain unsur-unsur makro, tanaman juga membutuhkan unsur-unsur mikro. Unsur-unsur mikro ialah elemen-elemen yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah kecil, seperti boron (B), klorida (Cl), besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), dan molybdenum (Mo). Kekurangan
unsur-unsur mikro juga akan mempengaruhi penurunan hasil tanaman seperti kekurangan unsur makro. Unsur-unsur mikro ditemukan pada tanah yang mempunyai pH 5,5-6,2 (Novizan, 2002).
A. Pemupukan Organik pada Rosella Pupuk organik mempunyai unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman rosella. Di sisi lain, jumlah unsur-unsur tersebut terdapat pada jumlah yang kecil sehingga belum cukup untuk perkembangan rosella. Walaupun begitu, peran pupuk organik sebagai bahan untuk memperbaiki sifat fisik, kimiawi, maupun biologi tanah. Pupuk organik tersebut dapat berupa sisa-sisa tumbuhan (pupuk hijau) maupun dari kotoran hewan ternak seperti ayam, sapi, dan lain sebagainya (pupuk kandang). Dalam penggunaan pupuk organik, perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis pupuk organik. Pupuk hijau maupun pupuk kandang mempunyai karakteristik yang berbeda. Menurut Tohir (1967), respon pertumbuhan rosella diberi pupuk hijau berupa Crotalaria juncea L. sangat bagus. C. juncea merupakan tanaman sejenis orok-orok, termasuk tanaman Leguminose. Tanaman ini efektif dalam menangkap unsur nitrogen dari udara bebas dengan bantuan bakteri penambat nitrogen sehingga kadar nitrogen dalam tanah meningkat (Lestari et al., 2012). Menurut Fonte et al. (2009) melalui Djajadi (2011), daun pada tanaman orok-orok ini mengandung 407 g/kg C; 33, 4 g/kg N; 47,8 g/kg lignin; 22,2 g/kg polyphenol, dan rasio C/N 12,2. Dengan kadar nitrogen yang tinggi dapat menghemat pemberian pupuk nitrogen dari luar. Aplikasi tanaman orok-orok ini sudah pernah diteliti pada tanaman padi. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Lestari et al. (2012), penggunaan tanaman orok-orok sebagai pupuk hijau sebanyak 15 ton/ha yang diaplikasikan pada tanaman padi menghasilkan hasil gabah lebih tinggi 12,13% dibandingkan tanaman padi tanpa diberi perlakuan pupuk hijau tersebut. Bahan organik tanah tersebut meningkat menjadi 1,78% walaupun masih dalam kriteria rendah. Rasio C/N yang didapatkan juga masih dalam kriteria rendah walau terjadi peningkatan sebelum diberi pupuk hijau, yaitu 8 meningkat setelah diberi pupuk hijau, yaitu 9. Rasio C/N menunjukan indikator mudahnya orok-orok tersebut terdekomposisi. Semakin rendah rasio tersebut maka semakin mudah orok-orok tersebut terdekomposisi di dalam tanah. Rasio C/N yang terlalu tinggi juga tidak baik bagi tanaman karena akan menimbulkan persaingan akar tanaman dengan mikroorganisme dalam tanah. Oleh karena itu, waktu aplikasi orok-orok tersebut sebelum tanam agar saat tanaman sudah siap tanam, bahan
organik tersebut dapat terserap oleh tanaman. Aplikasi tanaman orok-orok lebih baik sudah terdekomposisi dan dibenamkan saat pra tanam. Selain menghemat biaya produksi, juga menghindari penyakit jamur Phytopthora parasticia menyerang tanaman rosella akibat dari peningkatan kelembaban yang ditimbulkan dari biomassa yang tinggi tanaman orok-orok tersebut. Penggunaan Crotalaria juncea L. sebagai pupuk hijau untuk pertanaman rosella jarang dilakukan. Umumnya, petani menggunakan pupuk kandang dalam pertanaman rosella. Salah satu alasannya, pupuk kandang mudah didapatkan daripada tanaman orok-orok. Sebagian petani selain bercocok tanam, juga menernakan hewan-hewan, seperti sapi, kambing, ataupun ayam sehingga kotoran hewan ternak tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, penggunaan kotoran ayam sebagai pupuk kandang memberikan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah bunga setiap tanaman, berat bunga setiap tanaman, dan produksi bunga rosella. Penelitian tersebut dilakukan oleh Noor et al. (2011) dengan pemberian pupuk kandang 6 perlakuan yang berbeda. Perlakuan tersebut, meliputi tanpa diberi pupuk kandang, diberi pupuk kandang sebanyak 5 ton/ha, diberi pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha, diberi pupuk kandang sebanyak 15 ton/ha, diberi pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha, diberi pupuk kandang sebanyak 25 ton/ha. Hasil penelitian tersebut dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 1. Hasil penelitian pemberian pupuk kandang ayam berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan hasil bunga rosella (Noor et al., 2011). Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan
Pupuk kandang ayam (ton/ha)
30 HST
60 HST
*
**
*
**
**
81,85b
147,88b
54,75c
19,38b
240,63b
2,41b
82,36b
138,23b
54,50c
19,81b
202,00b
2,02b
42,03ab
92,47ab
144,90ab
53,31b
28,44ab
272,06b
2,72b
44,61a
91,03ab
159,94ab
50,13a
36,38a
485,44a
4,85a
47,29a
100,14a
174,97a
50,00a
36,94a
486,88a
4,87a
45,14a
99,59a
177,30a
50,56a
35,06a
354,88a
3,55ab
5
38,18b
20 25
Produksi Bunga (ton/ha)
**
36,39b
15
Jumlah Berat Bunga per Bunga per Tanaman Tanaman (buah) (g)
*
0
10
90 HST
Umur Tanaman Mulai Berbunga (hari)
Keterangan : angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak beda nyata pada uji BNT taraf 5%. Tanda * = berbeda nyata; ** = berbeda sangat nyata.
Secara garis besar, hasil pada tabel 1 menunjukan semakin banyak dosis kotoran ayam pada rosella maka akan menghasilkan peningkatan tinggi tanaman, jumlah bunga setiap tanaman, berat bunga setiap tanaman, dan produksi bunga rosella. Pemberian pupuk kandang tersebut juga mempengaruhi waktu berbunga rosella mulai dari dosis 15 ton/ha ke atas. Dengan dosis pupuk kandang yang banyak, tanaman rosella akan cepat berbunga. Hal ini disebabkan unsur hara yang terkandung pada pupuk kandang ayam sudah memenuhi kebutuhan tanaman rosella untuk berbunga. Menurut Saputra (2006) melalui Noor et al. (2011), komposisi kandungan unsure hara yang terdapat pada pupuk kandang ayam adalah 1% N; 0,8% P2O5; 0,4% K2O, dan 55% air serta unsur hara mikro dalam jumlah kecil. Komposisi nitrogen yang paling banyak membantu pertumbungan vegetative tanaman. Semakin meningkat jumlah nitrogen yang diberikan maka akan mempercepat sintesis karbohidrat yang diubah menjadi protein dan protoplasma sehingga akan mempercepat pula
pembentukan sel-sel baru. Pertumbuhan organ-organ vegetative seperti akar akan meningkatkan efektifitas penyerapan unsure-unsur hara dalam tanah. Pupuk kandang ayam juga dapat memperbaiki struktur biologis tanah, mikroorganisme melakukan penguraian bahan organik tanah menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh akar tanaman tersebut. Dampak dari kondisi ini, metabolisme tanaman seperti fotosintesis maupun respirasi berjalan optimal. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah dan berat bunga rosella. Selain nitrogen, komposisi yang besar ialah unsur fosfor. Unsur ini sangat penting bagi pemasakan buah dan pembentukan biji tanaman sehingga mempengaruhi kualitas hasil panen. Pemberian pupuk kandang ayam yang optimal dan diberikan secara terus-menerus akan meningkatkan kapasitas produktif tanaman yang berdampak juga menaikan potensi tanaman yang dihasilkan. Hasil ini teraktualisasi pada parameter produksi bunga rosella terhadap jumlah pemberian pupuk kandang ayam yang berbeda. Produksi bunga yang paling tinggi dihasilkan pada pemberian pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha. Penggunaan pupuk kandang berupa kotoran ayam lebih dianjurkan daripada penggunaan kotoran sapi ataupun kambing. Keunggulan pupuk kandang kotoran ayam dibandingkan pupuk kandang yang lain dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 2. Kandungan unsur hara makro dan mikro berbagai jenis pupuk kandang (Tan, 1993 cit Hartatik dan Widowati, 2009).
Ayam termasuk golongan unggas yang memiliki unsur-unsur hara makro dan mikro relatif paling tinggi diantara yang lain, terutama unsur hara N, P, Mg, dan Fe (tabel 2). Selain itu, menurut Nurhayati (1988) melalui Wulandari (2011) jika diukur dari bobot badannya, kotoran ayam lebih besar daripada kotoran ternak lainnya. Setiap 1.000 kg/ tahun bobot ayam hidup menghasilkan 2.140 kg/tahun kotoran kering sedangkan kotoran sapi dengan bobot yang sama
menghasilkan 1.890 kg/tahun. Oleh karena itu, pupuk kotoran ayam lebih mudah didapatkan dan lebih memberikan respon baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman rosella. Kualitas pupuk kandang dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya : 1. Jenis hewan Hal ini dapat dilihat dari tabel 2. Kandungan pupuk kandang yang berasal dari berbagai jenis hewan berbeda. 2. Umur hewan Semakin tua umur hewan tersebut, kotorannya semakin baik untuk dijadikan pupuk kandang. 3. Kualitas makanan hewan Jika hewan diberi makanan dalam jumlah dan komposisi yang tepat akan menghasilkan pupuk kandang yang baik. 4. Jumlah dan jenis alas kandang Alas kandang yang dapat menyerap kotoran tinggi, mudah melapuk, dan kandungan unsure hara yang tinggi sangat baik untuk pupuk kandang. 5. Cara menyimpan Kotoran dapat terdekomposisi membutuhkan tempat yang teduh dan kedap air. Pupuk yang dihasilkan akan baik.
B. Pemupukan Anorganik pada Rosella Unsur-unsur hara makro harus dapat terpenuhi untuk pertumbuhan optimal dan produksi bunga rosella merah yang maksimal. Unsur-unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar. Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi jika pemberian pupuk anorganik dilakukan. Pupuk anorganik bukan berasal dari alam secara langsung melainkan dibuat melalui proses pabrik sehingga kadar unsur-unsur hara dalam pupuk tersebut menjadi lebih besar. Unsur-unsur hara yang harus terpenuhi untuk pertumbuhan rosella merah, ialah nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Jenis pupuk yang umumnya diberikan pada rosella dapat berupa pupuk tunggal ataupun pupuk majemuk. Masing-masing jenis mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemberian pupuk dengan pupuk majemuk dapat lebih effisien secara ekonomi karena jenis tersebut sudah ada 3 unsur hara yang dibutuhkan tanaman rosella, yaitu N, P, dan K (Santoso et al., 2012). Hal yang perlu diperhatikan penggunaan
pupuk majemuk yang tidak tepat dosis atau komposisi yang tidak sesuai dapat berakibat kelebihan unsur hara tanaman. Kelebihan unsur hara tanaman dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Kelebihan kalium akan menyebabkan terganggunya penyerapan kalsium dan magnesium dan waktu masak buah menjadi lama. Selain itu, rasa lebih masam dan mudah terserang penyakit Phytopthora parasitica (Pracaya, 2008). Kelebihan fosfor akan menyebabkan kekurangan unsur mikro, seperti besi (Fe) dan seng (Zn) pada tanah (Provin dan Pitt, 2005). Kelebihan nitrogen akan mengakibatkan sulitnya berbunga atau berbuah (Phipps, 2012). Penggunaan pupuk tunggal dapat mengatasi kebutuhan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada waktu tertentu karena tiap fase tanaman membutuhkan unsur hara yang berbeda, seperti pada waktu memasuki fase generatif, tanaman lebih membutuhkan unsure P dan K. Walaupun begitu, penggunaan pupuk tunggal tidak effisien dan membutuhkan biaya yang lebih banyak daripada penggunaan pupuk majemuk. Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk mengetahui dosis yang optimal dari jenis kombinasi pupuk anorganik yang tepat bagi tanaman rosella. Penelitian Oyewole dan Mera (2010) dilakukan pada pupuk nitrogen dengan dosis yang berbeda, antara lain 0, 25, 50, dan 75 urea kg/ha dan diaplikasikan di daerah savanna Sudan pada musim hujan tahun 2005 dan 2006. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, aplikasi pupuk nitrogen berpengaruh pada hasil kelopak, polong, dan biji rosella namun tidak mempengaruhi kecepatan berbunga.
Tabel 3. Parameter waktu munculnya 50% bunga rosella dengan perlakuan berbagai dosis urea (Oyewole dan Mera, 2010). Perlakuan Hari ke- Pada Saat Berbunga 50% Nitrogen (Urea Tahun 2005 Tahun 2006 Rata-Rata kg/ha) 0 100 102 101 25 103 103 103 50 104 105 105 75 105 106 106 LSD (0,05) ns ns ns Keterangan : ns = non-significant 5%
Dari tabel 3 menunjukan aplikasi dosis nitrogen yang semakin meningkat, akan memperlambat masa berbunga. Hal ini disebabkan oleh peranan nitrogen sebagai unsure hara
pengatur pertumbuhan vegetative tanaman. Nitrogen yang semakin banyak akan memperpanjang tingkat juvenile rosella sehingga menunda kematangan tanaman.
Tabel 4. Parameter hasil kelopak kering dengan perlakuan berbagai dosis urea (Oyewole dan Mera, 2010). Hasil Kelopak Kering (kg/ha) Rata-Rata Tahun 2005 Tahun 2006 0 249,5b 313.0d 281.3c 25 344,8a 385.0c 364.9b 50 355,4a 412.3b 383.9a 75 355,4a 419.4a 387.4a LSD (0,05) 12,57 6,41 16,99 Keterangan : kolom dengan perlakuan yang sama diikuti huruf yang sama menunjukan tidak Perlakuan Nitrogen (Urea kg/ha)
beda nyata pada P<0,05.
Pada parameter berat kelopak kering rosella yang dihasilkan, peningkatan pemberian pupuk nitrogen menghasilkan peningkatan berat kelopak kering rosella. Hasil yang tertinggi pada dosis 75 kg/ha walau tidak beda nyata dengan pemberian nitrogen pada dosis 50 kg/ha. Pada dosis 75 kg/ha nitrogen, asupan hara tanaman tercukupi. Pertumbuhan vegetative yang baik dapat menunjang pertumbuhan sel-sel baru sehingga mengoptimalkan proses metabolisme tanaman. Polong yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh dosis pemberian pupuk nitrogen. Hasil polong tertinggi dihasilkan dari rosella yang dipupuk dengan dosis 75 kg/ha. Oleh karena itu, jika memberi pupuk tunggal, berupa nitrogen dibutuhkan 75 kg/ha untuk meningkatkan kualitas hasil rosella. Untuk menunjang mempercepat proses kemunculan bunga dan kemasakan buah, harus diberi pupuk tunggal lainnya, yaitu pupuk P dan K yang diberikan masing-masing dengan dosis yang optimal. Untuk penggunaan pupuk tunggal ditingkat petani, secara umum petani rosella merah membutuhkan 40 kg N + 36 kg P2O5 + 50 kg K2O setara dengan (200 kg urea + 100 kg TSP + 100 kg KCl)/ha (Santoso, 2008 cit. Santoso et al., 2012). Jadi, total untuk pupuk saja sudah menghabiskan 400 kg/ha. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Santoso et al. (2012), dengan perlakuan dosis pupuk NPK majemuk sebanyak 30 kg; 37,50 kg; 45 kg; 52,50 kg; 60 kg yang diberikan pada pertanaman rosella merah. Dosis pupuk NPK majemuk sebanyak 45 kg/ha (setara 300 kg Phonska/ha) dapat memberikan respon tinggi tanaman, jumlah cabang
produktif, jumlah buah, bobot kelopak berbiji, bobot basah kelopak rosella tanpa biji, dan bobot biji yang maksimal. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika menggunakan pupuk NPK, hanya membutuhan dosis pupuk 45 kg NPK/ha (setara 300 kg Phonska/ha) maka akan menghemat penggunaan pupuk daripada penggunaan pupuk tunggal.
Tabel 5. Hasil penelitian pemupukan majemuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil rosella (Santoso et al., 2012). Jumlah Bobot Jumlah Buah Cabang Kelopak Bobot Biji (buah/ Produktif (per bunga berbiji (kg/petak) tanaman) tanaman) (kg/petak) 30 175,17 e 11,33 g 75,33 f 29,17 g 10,67 cde 37,5 179,10 d 13,67 de 94,00 c 32,5 cdefg 10,00 def 45 186,63 ab 16,33 a 117,0 a 41,33 a 16,17 a 52,5 184,80 bc 14,00 cd 103,33 b 36,17 bc 13,17 bc 60 188,20 a 13,33 de 84,33 e 37,83 ab 13,17 bc Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Perlakuan Dosis Pupuk NPK (kg)
Tinggi Tanaman (cm)
Duncan 5%.
C. Kombinasi Pemupukan Organik dan Anorganik pada Rosella Pupuk organik dan anorganik dapat saling melengkapi jika dipergunakan secara kombinasi. Umumnya, petani menggunakan pupuk organik dan anorganik pada pertanamannya. Pupuk organik dapat berperan memperbaiki struktur tanah dan mengefektifkan penyerapan unsur hara dalam tanah, menetralkan suhu tanah, mempertinggi porositas tanah dan meningkatkan ketersediaan air dalam tanah. Selain itu, mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Penggunaan pupuk organik saja tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman secara cepat karena nutrisi yang dikandung dalam jumlah kecil. Masalah ini dapat diatasi dengan penggunaan pupuk anorganik yang mempunyai unsur-unsur hara makro yang lebih tinggi daripada pupuk anorganik. Penggunaan berlebihan dari pupuk anorganik juga tidak baik bagi pertanaman sebab tanah akan menjadi keras, tergradasi unsure hara di dalam tanah, dan menyebabkan polusi tanah (Savci, 2012). Kelebihan pupuk anorganik tersebut pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanaman. Oleh karena itu, penggunaan pupuk anorganik harus digunakan tepat dosis.
Salah satu penelitian yang telah dilakukan oleh Suharto (2009) tentang kombinasi pemupukan fosfor dengan pemupukan organik cair Bio Nutrimax (BN) pada tanaman rosella. Pupuk organik cair tersebut mengandung unsur makro, meliputi nitrogen 4,8%, P2O5 0,23%, dan K2O 0,58% sedangkan unsure hara mikro terdiri dari Ca 1.048,01 ppm, Mg 128,63 ppm, Fe 301,8 ppm, Mn 178,35 ppm, B 20,27 ppm, Mo 45,01 ppm, Cu 9,65 ppm, Zn 11,54 ppm, Cl 0,87 ppm, dan Co 0,36 ppm.
Tabel 6. Hasil penelitian kombinasi pupuk fosfor dengan organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil rosella (Suharto, 2009). KT Sumber TT BKA JB BBKB BKKB BBPT BSB RTA Vit C Blok ns ns ns ns Ns ns ns ns Ns P ** ** ** ** ** ** ** ** ** BN ** ** ** ** ** ** ** ** ** P*BN ** ** ** ** Ns * ns ** Ns Keterangan : TT=tinggi tanaman, BKA= Bobot kering akar, JB= Jumlah bunga, BBKB= bobot basah kelopak bunga, BKKB= bobot kering kelopak bunga, BBPT= bobot biji per tanaman, BSB= bobot seribu biji, RAT= Rasio akar tajuk.
Dari data tabel 6 dapat dinyatakan bahwa adanya interaksi pemupukan fosfat dengan organik cair pada semua parameter terhadap pertumbuhan rosella, kecuali bobot kering kelopak bunga, bobot seribu biji, dan kandungan vitamin C.
Grafik 1. Parameter jumlah bunga rosella terhadap
pemberian
kombinasi
pupuk
organik cair dengan pupuk fosfor (Suharto, 2009).
Peningkatan jumlah bunga rosella terjadi pada pemberian pupuk fosfor 200 kg/ha dengan pupuk organik cair dosis 10 cc/l walau tanpa diberi atau diberi pupuk organik cair dengan berbagai dosis tidak ada bedanya (grafik 1). Pemberian pupuk fosfor kurang dari 200 kg/ha mengindikasikan bahwa kebutuhan tanaman belum terpenuhi namun dosis fosfor lebih dari 200 kg/ha akan menurunkan jumlah bunga rosella. Penggunaan pupuk agar dapat terserap oleh tanaman juga harus diaplikasikan dengan benar. Pupuk organik berupa padatan diaplikasikan sebelum tanam. Pupuk organik padatan tersebut harus sudah terdekomposisi dengan C/N rasio dibawah 20. Cara mengenali pupuk organik padat yang sudah matang pada pupuk kandang, yaitu tidak ada bau, dingin, strukturnya remah, dan ciri-ciri aslinya tidak tampak (Anonim, 2011). Jika pupuk kandang belum mempunyai ciri-ciri tersebut maka bibit tidak boleh ditanam karena akan menyebabkan tanaman utama berkompetisi dengan mikroba sehingga pertumbuhan terhambat. Aplikasi pupuk organik berupa padatan dapat disebar pada lahan sebelum diolah, diletakkan pada lubang tanam, atau diberikan pada larik-larik diantara tanaman. Berbeda dengan pupuk organik berupa padatan, pupuk organik berupa cair mengaplikasian dengan cara disiram pada media tanam atau disemprot pada daun tanaman. Penyemprotan pada musim kemarau dilakukan 1 kali seminggu tetapi musim penghujan harus dilakukan 3 kali seminggu (Ogas Tea, 2012). Pupuk anorganik diaplikasikan selain tepat jenis dan dosis juga harus tepat waktu
dan cara. Pada tanaman rosella pemupukan anorganik dilakukan dua tahap, yaitu 3 minggu setelah tanam dan 6 minggu setelah tanam (Kirana et al., 2006). Umumnya, diaplikasikan menjelang atau saat musim hujan agar pupuk tersebut mudah larut dalam air. Cara aplikasi dapat disebar, diletakan diantara larik-larik, atau ditugal.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Pemupukan organik terutama berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Selain itu, mempunyai kandungan unsur makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman walaupun dalam jumlah kecil. 2. Kualitas pupuk kandang dipengaruhi jenis ternak, umur hewan, kualitas makanan hewan, jenis dan jumlah alas kandang, dan cara menyimpannya. Pupuk kotoran ayam mempunyai keunggulan yang lebih banyak daripada pupuk kandang lainnya. 3. Pemupukan anorganik diberikan tepat dosis, jenis, cara, dan waktu. Penggunaan pupuk tunggal dan majemuk harus memperhatikan status kesuburan tanah. 4. Penggunaan pupuk anorganik sebaiknya dikombinasikan dengan pupuk organik untuk meminimalisir resiko kelebihan pupuk anorganik dan mengefisienkan pemberian pupuk anorganik pada tanaman rosella.
B. Saran Untuk mendapatkan kualitas hasil rosella yang maksimal maka diperlukan pemupukan organik dan anorganik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010.
Rosella
Seeded
as
Anticancer
and
Hypertension.
. Diakses tanggal 2 November 2012. Anonim.
2011.
Pupuk
Kandang.
. Diakses tanggal 10 November 2012. Djajadi. 2011. Crotalaria juncea L.: tanaman serat untuk pupuk organik dan nematisida nabati. Perspektif 10: 51-57. Hadisuwito, S. 2007. Kiat Praktis Membuat Pupuk Kompos Cair. PT AgroMedia Pustaka, Jakarta. Hartatik,
W.,
dan
L.R.
Widowati.
Pupuk
.
Kandang. Diakses
tanggal 4 November 2012. Kirana, R., Redy G., dan Iteu M.H. 2006. Budidaya dan Produksi Benih Rosela (Hibiscus sabdariffa). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bandung. Lestari, D.W., Jody M., dan Titin S. 2012. Pengaruh aplikasi pupuk hijau (Crotalaria juncea L.) dan jumlah bibit atau lubang tanam pada tanaman padi (Oryza sativa L.) var. Cibogo. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Skripsi. Lingga, P., dan Marsono. 2008. Seri Agrotekno: Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Mukaromah, U., Sri Hetty S., dan Siti A. 2010. Kadar vitamin C, mutu fisik, pH, dan mutu organoleptik sirup rosella (Hibiscus sabdariffa, L.) berdasarkan cara ekstraksi. Jurnal Pangan dan Gizi 1: 43-51. Noor, R.B., Purwanti M.S., dan Iin A. 2011. Respon tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap pemberian pupuk organik. Jurnal Media Sains 3: 185-190. Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Ogas Tea. 2012. Cara Membuat Pupuk Organik Cair. . Diakses tanggal 10 November 2012.
Oyewole, C.I., dan M. Mera. 2010. Response of roselle (Hibiscus sabdariffa L.) to rates of inorganic and farmyard fertilizers in the Sudan savanna ecological zone of Nigeria. African Journal of Agriculture Resources 5: 2305-2309. Phipps,
N.
2012.
Understanding
Nitrogen
Requirements
for
Plants.
. Diakses tanggal 5 November 2012. Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. Provin, T.L., dan J.L Pitt. 2005. Phosphorus: Too Much and Plants May Suffer. .
Diakses
tanggal
5
November 2012. Purwa DR. 2007. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Petunjuk Pemupukan. PT AgroMedia Pustaka, Jakarta. Santoso, B., Untung S., dan Elda N. 2012. Pengaruh jarak tanam dan dosis pupuk NPK majemuk terhadap pertumbuhan, produksi bunga, dan analisis usaha tani rosella merah. Jurnal Littri 18: 17-23. Savci, S. 2012. An agricultural pollutant: chemical fertilizer. International Journal of Environmental Science and Development 3: 77-80. Suharto. 2009. Asupan hara terhadap kualitas dan hasil kelopak bunga dan biji rosella (Hibiscus sabdariffa). Caraka Tani 2: 143-148. Tohir, K. A. 1967. Pedoman Bertjotjok Tanam Tanaman Serat-Seratan. PN Balai Pustaka, Jakarta. Wulandari, V. 2011. Pengaruh pemberian beberapa dosis pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) di tanah ultisol. Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat. Skripsi.