CAMPUR KODE DAN GEJALA BAHASA PADA CERPEN SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI 19 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh Ariani Soleha NIM: 109013000103
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
LEMBAR PERSEMBAHAN Teruntuk: Yang Terkasih
Mama.. Setiap doamu adalah kekuatanku Bapak.. Setiap keringatmu adalah semangatku Nenek.. Setiap ucapanmu adalah inspirasiku Adik-adikku.. Senyum kalian adalah harapanku
A-J.. Tangis dan tawa melahirkan kedewasaan Sepatah kata menjadi ilmu, seuntai motivasi menjadi guru. Terima kasih
Sahabat Seperjuangan.. Kerikil yang menghampar di setiap langkah Canda, tawa, dan kebersamaan Hitam putih dunia kita Kini telah menjadi sejarah Sejarah terindah dalam lembar kehidupanku..
~Ariani Soleha~
ABSTRAK
Ariani Soleha, NIM: 109013000103, 2014, “Campur kode dan Gejala Bahasa pada Cerpen Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta Tahun Pelajaran 2012/2013”, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dr. Darsita, S.M.Hum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui campur kode dan mendeskripsikan gejala bahasa yang muncul dalam kata yang berasal dari campur kode pada cerpen siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi dan pengamatan langsung dengan teknik simak dan mencatat. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan menganalisis data cerpen siswa. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada hasil tulisan cerpen siswa, ditemukan bentuk campur kode intern dan ekstern yang meliputi delapan bahasa, yakni bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasaBetawi, bahasa Belanda, bahasa Jawa, bahasa slang, dan bahasa Batak. Campur kode yang ditemukan berupa kata, frasa, dan reduplikasi. Sementara gejala bahasa yang muncul dari bahasa yang terdapat dalam campur kode berupa protesis, epentesis, paragos, aferesis, sinkope, apokop, kontraksi, dan monoftongisasi.
Kata Kunci: Sosiolinguistik, Campur Kode, Gejala Bahasa.
i
ABSTRACT
Ariani Soleha, NIM: 109013000103, 2014, "Code mixing and Language Symptoms in the Short Story Class X Islamic Senior High School of 19 Jakarta (MAN 19 Jakarta) Academic Periode 2012/2013", Department of Education Indonesian Language and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. Supervisor: Dr. Darsita, S.M.Hum. This research aims to find out describe the code mixing and language symptoms that appear in the language that the word is derived from code mixing on the short story class X Islamic Senior High School of 19 Jakarta (Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta). The method usedin this study is the observation method and direct observation techniques and refer to notes. This study belongs to the qualitative descriptive researchby analyzing the data of short stories students. Based on the analysis and discussion of the results of short story writing student, found forms of internal and external code mixing. Which includes eight languages, namely Indonesian, Arabic, English, Dutch, Betawi, Javanese, slang, and Batak. Mix the code found in the form of words, phrases, and reduplication. While the language of symptoms that appear from the language contained in the form of code mixing namely, protesis, epentesis, paragos, aferesis, syncope, apokop, contraction, andmonoftongisasi.
Keywords: Sociolinguistics, Code Mixing, Languages Symptoms.
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan semesta alam, karena dengan karunia-Nya skripsi ini dengan judul “Campur Kode dan Gejala Bahasa pada Cerpen Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Tahun Pelajaran 2012/2013” ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Muhamad SAW yang telah memberikan bimbingan kebaikan kepada seluruh umat. Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Selama proses penulisan skripsi ini tidak luput dari berbagai bentuk kesalahan, namun berkat usaha penulis dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan yang dapat memotivasi penulis. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, karena dengan perhatian dan kesabaran dalam membimbing mahasiswanya penulis termotivasi untuk mengerjakan penulisan skripsi hingga selesai. 3. Dr. Darsita S., M. Hum, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan yang luar biasa sampai selesainya penulisan skripsi ini dan memberikan ilmu yang baru bagi penulis. 4. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membekali penulis berbagai ilmu pengetahuan. 5. Orangtua penulis yang selalu memberikan motivasi, doa, materi, dan kasih sayang yang tiada akhir.
iii
6. Seluruh keluarga besar MAN 19 Jakarta, baik kepala sekolah, guru, staf, dan siswa-siswi, atas partisipasinya selama penelitian skripsi ini berlangsung. 7. Seluruh keluarga besar penulis yang tak henti-henti memberikan motivasi dan doa kepada penulis. 8. Teman-teman seperjuangan di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, juga pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas partisipasinya dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Teman-teman sepermainan, teman-teman mengajar, serta murid-murid tercinta yang selalu memberikan motivasi sampai selesainya skripsi ini. Semoga semua bantuan, bimbingan, ilmu, dan doa yang telah diberikan mendapat balasan kebaikan dari Allah Swt. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi masukan yang positif dalam rangka meningkatkan mutu pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.
Jakarta, 23 Maret 2014 Penulis
Ariani Soleha
iv
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK ...................................................................................................... i ABSTRACT .................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4 C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 4 D. Rumusan Masalah ................................................................................ 4 E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5 BAB II LANDASAN TEORETIS ................................................................ 6 A. Sosiolinguistik…….. ............................................................................ 6 B. Campur Kode ....................................................................................... 7 C. Gejala Bahasa ....................................................................................... 8 1. Pengertian Gejala Bahasa............................................................... 8 2. Macam-macam Gejala Bahasa ....................................................... 9 D. Diksi ..................................................................................................... 12 E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 14 A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 15 B. Rancangan Penelitian ........................................................................... 15
v
C. Metode Penelitian................................................................................. 16 D. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 16 E. Objek Penelitian ................................................................................... 17 F. Pengumpulan Data .............................................................................. 18 G. Jenis Data ............................................................................................ 20 H. Analisis Data ....................................................................................... 20 I. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 20 J. Fokus Penelitian ................................................................................... 21 BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ....................... 22 A. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 22 1. Identitas MAN 19 Jakarta .............................................................. 22 2. Sejarah Singkat............................................................................... 22 3. Visi, Misi, dan Tujuan.................................................................... 23 4. Tenaga pendidik ............................................................................. 24 B. PEMBAHASAN .................................................................................. 35 1. Hasil Analisis Data Penelitian ........................................................ 27 a. Campur Kode ........................................................................... 27 b. Gejala Bahasa ........................................................................... 32 2. Pembahasan Hasil Analisis Data Penelitian ................................... 40 a. Campur Kode ........................................................................... 40 b. Gejala Bahasa ........................................................................... 52 BAB V PENUTUP .......................................................................................... 64 A. Simpulan .............................................................................................. 64 B. Saran ..................................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Alih Kode
2.
Hasil Tulisan Cerpen Siswa Kelas X
3.
Uji Referensi
4.
Surat Permohonan Izin Observasi
5.
Surat Permohonan Izin Penelitian
6.
Surat Perubahan Judul Skripsi
7.
Surat Keterangan Sekolah
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari bahasa. Manusia
berkomunikasi menggunakan bahasa. Untuk menyampaikan dan
mengetahui maksud antar sesamanya, manusia memerlukan bahasa. Berkaitan dengan hal komunikasi, bahasa yang baik dan benar tidak selalu harus digunakan di setiap waktu dan tempat, melainkan tergantung pada keperluan tertentu. Indonesia merupakan masyarakat multilingual, di mana terdapat berbagai macam bahasa daerah dalam setiap wilayah. Umumnya, ketika berbicara orang menggunakan lebih dari satu bahasa, secara disadari maupun tanpa disadari. Baik dari satu bahasa daerah ke dalam bahasa daerah lain, maupun dari bahasa daerah ke dalam bahasa asing ataupun sebaliknya. Penggunaan bahasa tersebut jika dilihat dari sudut pandang sosiolinguistik dinamakan campur kode dan campur kode. Peristiwa campur kode dan campur kode bukan hanya terjadi dalam satu bahasa ke dalam bahasa lain, tetapi juga bisa terjadi dari ragam resmi ke dalam ragam santai ataupun sebaliknya. Membicarakan masalah bahasa tidak terlepas dari unsur inti bahasa itu sendiri, yakni kata. Kata merupakan alat untuk menyampaikan gagasan atau pikiran. Jadi, dalam memilih kata, baik dalam berbicara maupun menulis, memerlukan ketelitian dan kekreatifan. Seseorang yang memiliki banyak kosa kata akan lebih bervariasi dalam memilih kata untuk berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Ketika seseorang berbicara berarti orang tersebut ingin menyampaikan pikirannya dan mengaharapkan lawan bicaranya mampu memahami maksud dari ucapannya. Namun, pada kenyatannya dalam berbicara seorang petutur sering menggunakan kata-kata yang kurang tepat. Sehingga apa yang ingin disampaikan oleh petutur tidak bisa diterima dengan 1
2
baik oleh mitra tuturnya. Sama halnya dengan menulis, melalui tulisannya, seseorang
hendak
menyampaikan
pesan
kepada
pembaca.
Menulis
membutuhkan penguasaan kosa kata yang banyak dan tepat. Sebab, bahasa tulis berbeda dengan bahasa lisan, apabila pilihan kata yang digunakan tidak tepat maka pembaca sulit untuk memahaminya. Bahkan bisa menimbulkan makna yang ambigu, sehingga apa yang ingin disampaikan penulis tidak tersampaikan kepada pembaca. Berbeda halnya ketika seseorang menulis sebuah cerpen. Dalam menulis cerpen, penulis bebas mengekspresikan perasaannya. Salah satunya yaitu dalam memilih kata yang diinginkan. Semakin bervariasi kata yang digunakan maka akan semakin menarik cerpen tersebut untuk dibaca. Pembaca tidak akan merasa bosan dengan kosa kata yang monoton. Cerpen bukanlah jenis tulisan yang resmi, cerpen berfungsi untuk menghibur pembaca. Oleh sebab itu, diksi yang digunakan tidak hanya sekadar tepat tetapi juga menarik. Setiap penulis memiliki gaya masing-masing dalam memilih kata untuk karyanya. Biasanya penulis memilih kata yang berkaitan erat dengan lingkungannya. Cerpen merupakan salah satu karya sastra fiksi yang diajarkan di sekolah. Cerpen tidak terlepas dari diksi atau pilihan kata. Setiap penulis memiliki gaya masing-masing dalam memilih kata untuk karyanya. Namun, penggunaan pilihan kata tidak hanya mengutamakan ketepatan kaidah bahasa Indonesia, tetapi juga harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan di mana bahasa itu digunakan. Biasanya penulis memilih kata yang berkaitan erat dengan lingkungannya. Cerpen bukanlah jenis tulisan yang resmi, cerpen berfungsi untuk menghibur pembaca. Oleh sebab itu, diksi yang digunakan tidak hanya sekadar tepat tetapi juga menarik. Jika dalam sebuah cerpen seorang penulis biasanya memilih satu ragam bahasa yang sangat dominan sebagai ciri karyanya, pada penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta, peneliti menemukan cerpen yang terdiri dari beragam bahasa pada setiap judul. Penggunaan bahasa pada tiap kalimat terdiri lebih dari satu bahasa. Ada beberapa kalimat dalam tiap judul yang menggunakan percampuran bahasa daerah dengan bahasa asing. Ada pula
3
yang menggunakan percampuran bahasa suatu daerah dengan bahasa daerah lain. Selain percampuran antar bahasa daerah dan bahasa asing, terdapat pula percampuran dalam bahaha resmi dengan bahasa pergaulan sehari-hari. Cerpen tersebut merupakan karya siswa-siswi kelas X IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri Jakarata. Selain peralihan dan percampuran bahasa, terdapat juga gejala-gejala bahasa yang unik pada cerpen tersebut. Gejala bahasa seperti hilang dan bertambahnnya suatu fonem atau pun suku kata pada kata yang dipilih oleh siswa. Peristiwa gejala bahasa tersebut terjadi pada kata yang tercatat sebagai campur kode. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian ”Campur Kode dan Gejala Bahasa pada Cerpen Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.” Judul tersebut menjadi semakin kuat ketika penulis membaca pernyataan Nababan
(1984)
yang
senada
dengan
pernyataan
Haliday,
yaitu
“sosiolinguistik adalah kajian atau pembahasan bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat.” Kemudian dikuatkan oleh Sumarsono bahwa “seorang penutur bahasa adalah anggota masyarakat tutur.”1 Berangkat dari pernyataan tersebut, ternyata peneliti menemukan hal yang berbeda pada cerpen siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta. Pada cerpen tersebut, seorang penutur dari suatu anggota masyarakat menggunakan bahasa anggota masyarakat lain. Hal tersebut semakin menarik hati peneliti untuk menemukan keunikan-keunikan diksi pada cerpen tersebut.
1
Sumarsono, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: SABDA, 2012), cet. 8, h. 4.
4
B. Identifikasi Masalah 1. Siswa menggunakan beragam bahasa pada cerpen yang ditulisnya. 2. Terdapat percampuran bahasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Asing dalam satu kalimat. 3. Terdapat percampuran bahasa dari satu bahasa daerah ke dalam bahasa daerah lainnya. 4. Terdapat percampuran bahasa dari ragam resmi ke dalam ragam santai. 5. Terdapat berbagai gejala bahasa pada kata yang mengalami campur kode.
C. Pembatasan Masalah Berangkat dari identifikasi masalah di atas, masalah pada penelitian ini dibatasi atas: 1. Keunikan diksi berdasarkan campur kode. 2. Keunikan diksi berdasarkan gejala bahasa.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, perumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana campur kode yang terdapat pada cerpen siswa kelas X IPS Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta tahun pelajaran 2012/2013? 2. Bagaimana gejala bahasa yang terdapat pada cerpen siswa kelas X IPS Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta tahun pelajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu: 1. Mengetahui campur kode yang terdapat pada cerpen siswa kelas X IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta tahun pelajaran 2012/2013. 2. Mendeskripsikan gejala bahasa yang terdapat pada cerpen siswa kelas X IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta tahun pelajaran 2012/2013.
5
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat Teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah bahan bagi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. 2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh: a. Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru agar tidak hanya fokus pada kesalahan yang dibuat oleh siswa. Karena di sisi lain, ada
keunikan-keunikan
pada
hasil
kerja
siswa
yang jarang
diperhatikan. b. Siswa Hasil penelitian ini dapat membantu siswa memahami bahwa bahasa cerpen bukanlah bahasa yang resmi. Bahasa cerpen mementingkan keindahan dan memiliki ciri khas bagi penulisnya. c. Peneliti Untuk peneliti sendiri, penelitian ini sangat bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan dalam memahami keunikan diksi pada sebuah kalimat, mengetahui berbagai gejala bahasa dan asal kata, sehingga menambah wawasan. d. Peneliti lain Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat membantu para peneliti yang lain sebagai bahan rujukan atau pun untuk data relevan.
BAB II LANDASAN TEORETIS Penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik sebagai berikut.
A. Sosiolinguistik Sosiolinguistik merupakan gabungan ilmu sosiologi dan linguistik, ada juga yang menyebutnya dengan sosiologi bahasa. Perbedaan keduanya yaitu terdapat pada titik pusat kajiannya. Sosiologi bahasa menitikberatkan kajiannya pada masyarakatnya sedangkan sosiolinguistik menitikberatkan kajiannya pada bahasanya. Sosiolingistik membahas beragam bahasa dan gejala bahasa yang ada di masyarakat, kapan dan dalam situasi seperti apa suatu ragam bahasa digunakan. Trudgill menyatakan bahwa sociolinguistics is that part of linguistics which is concerned with language as a social and cultural phenomenom.2Sementara itu, Wardhaugh dalam bukunya An Introduction To Sociolinguistics menyatakan bahwa sociolinguistics is concerned with investigating the relationships between language and society with the goal being a better understanding of the structure of language and of how languages function in communication. J.A Fishman menyatakan sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur.3 Sedangkan Appel, dkk. menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks sosial dan kebudayaan.4 Senada dengan Appel, sebagaimana dikutip oleh Agustina dan Chaer, Kridalaksana menyatakan bahwa sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat 2
Jendra, Made Iwan Indrawan,Sociolinguistics: The Study Of Societies’ Languages (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), ed. Pertama, h. 10 3 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), ed. Revisi, h. 3 4 Ibid, h. 4
6
7
bahasa. Sementara itu, Nancy Parrot Hickerson, yang juga dikutip oleh Agustina dan Chaer menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah pengembangan subbidang linguistik yang memfokuskan penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial itu dengan variasi bahasa‟.5 Berdasarkan beberapa pendapat dari ahli linguistik di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik yaitu ilmu bahasa yang mengkaji tentang variasi fungsifungsi bahasa yang terdapat dalam suatu masyarakat.
B. Campur Kode Chaer dan Agustina menyatakan bahwa dalam campur kode ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang telibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode. Thelander, sebagaimana dikutip dalam Agustina, menyatakan bahwa campur kode yaitu apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran dan masingmasing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Pendapat lain tentang campur kode yaitu dari Muysken, yang menyatakan I am using the term code-mixing to refer to all cases where lexical items and grammatical features from two languages appear in one sentence. „Saya menggunakan istilah campur kode untuk mengacu pada semua kasus di manaunsur leksikal dan fitur gramatikal dari dua bahasam uncul dalam satu kalimat.‟ Sementara itu, Gumperz menyatakan, In code-mixing, pieces of one language are used while a speaker is basically using another language.„Dalam campur kode, potongan satu bahasa yang digunakan sesekali oleh pembicara pada dasarnya menggunakan bahasa lain.‟ Sedangkan Pfaff mengatakan, Coversational code-mixing involves the deliberate mixing of two languages without an
5
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, h. 4
8
associated topic or situation change. „Percakapan campur kode melibatkan pencampuran sengaja dua bahasa tanpa topik terkait atau perubahan situasi. Dari beberapa pendapat ahli linguistik yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih secara tidak sengaja dalam satu kalimat yang berupa serpihan dan tidak memiliki keotonomian sebagai sebuah kode.
C. Gejala Bahasa 1. Pengertian Gejala Bahasa Ngajenan
menyatakan
bahwa
gejala bahasa adalah peristiwa yang
mengakibatkan perubahan bentuk suatu kata.6 Sementara itu Chaer dan Agustina, menyatakan bahwa perubahan bahasa lazim diartikan sebagai adanya perubahan kaidah, entah kaidahnya itu direvisi, kaidahnya menghilang, atau munculnya kaidah baru; dan semuanya itu dapat terjadi pada semua tataran linguistik: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun leksikon.7 Senada dengan Ngajenan, Muslich menyatakan bahwa perubahan-perubahan bentuk kata apa pun dalam suatu bahasa lazim disebut gejala bahasa. Selanjutnya, Badudu dalam bukunya Pelik-pelik Bahasa Indonesia, sebagaimana dikutip oleh Muslich, menjelaskan bahwa gejala bahasa ialah peristiwa yang menyangkut bentukan-bentukan
kata
atau
kalimat
dengan
segala
macam
proses
pembentukannya.8 Wardhaught, sebagaimana dikutip oleh Chaer dan Agustina, membedakan adanya dua macam perubahan bahasa, yaitu perubahan internal dan perubahan eksternal. Perubahan internal terjadi dari dalam bahasa itu sendiri, seperti berubahnya sistem fonologi, sistem morfologi, dan sistem sintaksis. Sedangkan perubahan eksternal terjadi sebagai akibat adanya pengaruh dari luar, seperti 6
Mohamad Ngajenan, Kamus Etimologi Bahasa Indonesia, (Semarang: Dahara Prize, 1990), h. 10 7 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, h. 136 8 Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tata Bahasa deskriptif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet.1, h. 101
9
peminjaman atau penyerapan kosakata, penambahan fonem dari bahasa lain, dan sebagainya.9 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gejala bahasa merupakan perubahan suatu bentuk bahasa berupa hilang dan bertambahnya suatu kaidah bahasa dalam tataran linguistik. 2. Macam-macam Gejala Bahasa Notosudirjo mengemukakan gejala bahasa meliputi protesis, epentesis, paragos, aferesis, singkop apokop, metatesis, desimilasi, asimilasi, kontraksi, reduplikasi.10 Lebih lengkapnya, Ngajenan, menjelaskan gejala bahasa sebagai berikut: a. Aferesis, yaitu gejala bahasa yang berupa hilangnya suatu fonem pada awal kata, misalnya: empunyapunya, tathapi tapi. b. Apokope, yaitu gejala bahasa berupa hilangnya fonem pada akhir kata, misalnya: riangria, ularula. c. Asimilasi, yaitu gejala bahasa berupa penyamaan fonem yang semula berbeda, misalnya: alsalamassalam, asalam. d. Desimilasi, yaitu gejala bahasa berupa penidaksamaan dua fonem yang semula sama, misalnya: sajjanasarjana, cittacinta, cipta. e. Epentesis, yaitu gejala bahasa berupa penambahan fonem di tengah kata, misalnya: akasaangkasa, makinmangkin, jeneral jenderal, upama umpama. f. Hiplologi, yaitu gejala bahasa berupa hilangnya suku kata di tengah suku kata, misalnya: merdehekamerdeka. g. Kontaminasi, yaitu gejala bahasa berupa perancuan dua bentuk menjadi bentuk baru yang salah, misalnya: musna + punahmusnah. h. Kontraksi, yaitu gejala bahasa berupa pemendekan satu bentuk, misalnya: praja-muda-karanapramuka.
9
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik, h. 142 Suwardi Notosudirjo, Etimologi, (Jakarta: Mutiara, 1981), cet. 3, h. 11-12
10
10
i. Metatesis, yaitu gejala bahasa berupa pertukaran tempat suatu fonem dalam kata, misalnya: kerikil kelikir, lainlian, rontallontar. j. Paragoge, yaitu gejala bahasa berupa penambahan fonem pada akhir kata, misalnya: hulubalahulubalang, book buku, lamplampu, bankbangku. k. Protesis, yaitu gejala bahasa penambahan fonem pada awal kata, misalnya: stri istri, smara asmara, langelang, mpu empu. l. Reduplikasi, yaitu gejala bahasa berupa pengulangan kata, misalnya: tontonton, tuntuntun. m. Sinkope, yaitu gejala bahasa berupa hilangnya fonem di tengah kata, misalnya: tahadi tadi, baharu, sahajasaja. n. Hibridis, yaitu gejala perpaduan atau percampuran bahasa yang membentuk satu kata baru, misalnya: akal budi.
Muslich dalam bukunya Tata Bentuk Bahasa Indonesia, menguraikan gejala bahasa sebagai berikut: a. Analogi, yaitu salah satu cara pembentukan kata baru. Dalam suatu bahasa, yang disebut analogi adalah suatu bentukan bahasa dengan meniru contoh yang sudah ada. Misalnya: saudara-saudari, pemuda-pemudi. b. Adaptasi, yaitu perubahan bunyi dan struktur bahasa asing menjadi bunyi dan struktur yang sesuai dengan peneriamaan pendengaran atau ucapan lidah bangsa pemakai bahasa yang dimasukinya. Misalnya: fadhuli (Arab) peduli, prahara (Sansekerta) perkara. c. Kontaminasi, dalam bahasa Indonesia, kata kontaminasisama dengan kerancuan. Kata rancu berarti „campur aduk‟, „tumpang tindih‟, „kacau‟. Dalam bidang bahasa, kata rancu (kerancuan) dipakai sebagai istilah yang berkaitan dengan pencampuradukan dua unsur bahasa (imbuhan, kata, frase, atau kallimat) yang tidak wajar. Misalnya: dinasionalisirkan. d. Hiperkorek, yaitu proses pembetulan bentuk yang sudah betul lalu malah menjadi salah. Misalnya: sehat syehat. e. Varian, gejala varian sering dijumpai dalam ucapan pejabat pada Era Orde Baru. Misalnya: direncanakandirencanaken.
11
f. Asimilasi, gejala asimilasi berarti proses penyamaan atau penghampirsamaan bunyi yang tidak sama. Misalnya: alsalamassalamasalam. g. Disimilasi, yaitu proses berubahnyadua buah fonem yang sama menjadi tidak sama. Misalnya: sajjana sarjana. h. Adisi, yaitu perubahan yang terjadi dalam suatu tuturan yang ditandai oleh penambahan fonem. Gejala adisi dapat dibedakan atas protesis, epentesis, dan paragog. 1) Protesis ialah proses penambahan fonem pada awal kata. Contoh: langelang, mas emas 2) Epentesis ialah proses penambahan fonem di tengah kata. Contoh: upama umpama, kapakkampak 3) Paragog ialah proses penambahan fonem pada akhir kata. Contoh: lamplampu, hulubala hulubalang i. Reduksi, yaitu peristiwa pengurangan fonem dalam suatu kata. Gejala reduksi dapat dibedakan atas aferesis, singkop, dan apokop. 1) Aferesis ialah proses penghilangan fonem pada awal kata. Contoh: telentang tentang, tatapi tetapitapi 2) Singkop ialah penghilangan fonem di tengah-tengah kata. Contoh: sahaya saya 3) Apokop ialah proses penghilangan fonem pada akhir kata. Contoh: pelangit pelangi j. Metatesis,
yaitu
perubahan
kata
yang
fonem-fonemnya
bertukar
tempatnya.Misalnya: rontal lontar. k. Diftongisasi, yaitu proses perubahan suatu monoftong jadi diftong.Misalnya: sodara saudara. l. Monoftongisasi, yaitu proses perubahan suatu diftong (gugus vokal) menjadi monoftong. Misalnya: gurauguro, bakaubako. m. Anaptiksis, yaitu proses penambahan suatu bunyi dalam suatu kata guna melancarkan ucapannya. Misalnya: putra putera, srigala serigala. n. Haplologi, yaitu penghilangan suku kata yang ada di tenga-tengah kata. Misalnya: budhidayabudaya.
12
o. Kontraksi, yaitu gejala yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang dihilangkan. Kadang-kadang ada perubahan atau penggantian fonem. Misalnya: tidak adatiada, bahagianda baginda.
D. Diksi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (peperti yang diharapkan). Sedangkan dalam Kamus Linguistik karya Harimuti Kridalaksana, edisi keempat, diksi (diction) adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam karang-mengarang. Gorys Keraf dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa mengemukakan tiga pernyataan mengenai diksi atau pilihan kata. Pertama pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
E. Tinjauan Pustaka Berdasarkan tinjauan pustaka yang peneliti lakukan, penelitian yang terkait dengan alih kode dan gejala bahasa bukan pertama kalinya dilakukan. Seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Dedi Rohmadi, mahasiswa Universitas Sebelas Maret, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Jurusan Sastra Indonesia. Dedi melakukan penelitian yang berjudul “Pemakaian Bahasa dalam Rubrik Celathu Butet pada Surat Kabar Suara Merdeka: Suatu Tinjauan Sosiolinguistik”. Dedi dalam penelitiannya membahas tentang penggunan bahasa yang terjadi dalam
13
sebuah surat kabar yang berupa alih kode, campur kode, interferensi, interjeksi, pelesapan dan penambahan fonem. Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian lain dilakukan oleh Siti Rohmani, mahasiswi Universitas Sebelas Maret tahun 2013. Siti melakukan penelitian yang berjudul Analisis “Alih Kode dan Campur Kode pada Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi”. Penelitian tersebut membahas tentang bentuk alih kode dan campur kode, faktor penyebab alih kode dan campur kode, dan fungsi alih kode dan campur kode. Sama halnya dengan Dedi, penelitian yang dilakukan Siti pun merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Berdasarkan tinjauan yang telah dilakukan, peneliti tidak menemukan kesamaan antara penelitian yang peneliti lakukan dengan kedua penelitian tersebut. Kedua peneliti yang telah disubutkan meneliti peristiwa kebahasaan pada karya yang menjadi sajian bagi masyarakat luas. Sementara peneliti mengambil data yang berupa hasil tulisan cerpen siswa untuk mengetahui peristiwa kebahasaan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran menulis di sekolah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menurut Djajasudarma, metodologi adalah ilmu tentang metode atau uraian tentang metode. Metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb.); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.15 Bidang linguistik yang berhubungan dengan pemakaian bahasa merupakan salah satu bagian dari bidang studi sosio-linguistik. dengan demikian, penelitian pemakaian bahasa masuk ke dalam penelitian sosiolinguistik, terutama jika yang dibicarakan adalah pemakaian bahasa menurut konteks sosial penggunaannya.16 Unsur-unsur pada penelitian ini digambarkan pada tabel berikut.
15
T. Fatimah Djajasudarma, Metode Lingustik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), cet. 2, h. 1 16
Mahsun, M. S, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. 6, ed. Revisi, h. 226-227
14
15
M E T O D O L O G I
Ancangan
Sosiolinguistik yang berfokus pada campur kode dan gejala bahasa
Metode
P E N E L I T I A N
Kualitatif
Pendeskripsian hasil analisis
Bebas Libat Cakap Teknik Catat
Skema Konseptual Sumber (Mahsun, 2012) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti.
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai campur kode dan gejala bahasa dalam penulisan cerpen siswa kelas X, dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta. Berlokasi di Jalan H. Jaelani III, H. Muchtar Raya, Petukangan Utara, Jakarta Selatan. Waktu yang digunakan dalam proses penelitian ini dimulai tanggal 1 Juni 2013 sampai dengan 4 April 2014.
B. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini terdiri dari tiga aspek yang tercakup dalam istilah metodologi penelitian, yaitu aspek aksiologi dari satu paradigma aspek itu merupakan aspek nyata yang menunjukan cara melaksanakan penelitian yang terdiri dari:
16
ancangan, metode, dan teknik. Ancangan merupakan disiplin ilmu yang digunakan sebagai paradigma berpikir yaitu ilmu sosiolinguistik dengan fokus kajian campur kode dan gejala bahasa.
C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observasi dan pengamatan langsung dengan teknik simak dan mencatat. Metode penyediaan data ini diberi nama metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis.17 Penelitian ini dimulai dengan menganalisis cerpen siswa, yaitu membaca dan mencatat kata-kata yang unik dalam cerpen. Kata-kata yang dikatakan unik dalam cerpen tersebut yaitu kata-kata yang mengalami campur kode dari bahasa Indonesia ke bahasa lain. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan menganalisis data cerpen siswa. Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi, mengelompokkan data.18
D. Ruang Lingkup Penelitian 1. Campur kode, yaitu penggunaan lebih dari satu ragam bahasa dalam suatu komunikasi sesuai dengan siatuasi di mana komunikasi itu terjadi. Pada penelitian ini yaitu campur kode yang terjadi dalam teks cerpen siswa. 2. Gejala bahasa, yaitu perubahan-perubahan bentuk yang terjadi pada suatu kata. Gejala bahasa terdiri dari beberapa macam, namun ruang lingkup pada
17
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Stategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 92 18
Ibid, h. 253
17
penelitian ini yaitu terbatas pada protesis, epentesis, paragos, aferesis, sinkope, apokop, disimilasi, kontraksi, monoftongisasi.
E. Objek Penelitian 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 19 Sevilla dkk. (1993) sebagaimana dikutip oleh Mahsun (2012), mendefinisikan populasi sebagai kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi. Dalam hubungan dengan penelitian bahasa, pengertian populasi terkait dengan dua hal, yaitu masalah satuan penutur dan masalah satuan territorial. Pada penelitian ini, populasi yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh teks cerpen siswa kelas X IPS 1 yang berjumlah 31 lembar. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi.20 Pemilihan sebagian dari keseluruhan penutur atau wilayah pakai bahasa yang menjadi objek penelitian sebagai wakil yang memungkinkan untuk membuat generalisasi terhadap populasi itulah yang disebut sampel penelitian.21 Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7 teks cerpen. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini digunakan teknik
19
Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&B, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.
20
Ibid, h. 86
21
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Stategi, Metode, dan Tekniknya, h. 29
80.
18
sampling. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel, untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.22 Terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan dalam sebuah penelitian, dalam penelitian ini menggunakan probability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel meliputi teknik simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak dan hanya mengambil teks cerpen yang memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Secara konten atau isi, cerpen mengandung enam unsur, yakni tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, sudut pandang, amanat. b. Penggunaan bahasa dilihat dari aspek campur kode dari bahasa Indonesia ke bahasa lain (bahasa daerah dan bahasa asing). c. Gejala bahasa, yaitu jumlah gejala atau perubahan bentuk kata yang banyak dilakukan dari bahasa Indonesia ke bahasa lain (bahasa daerah dan bahasa asing).
F. Pengumpulan Data Data
penelitian
ini
dikumpulkan
menggunakan
metode
simak
(Pengamatan/Observasi) menggunakan pengamatan langsung dengan teknik simak bebas libat cakap catat. Metode simak merupakan metode yang digunakan dalam penyediaan data dengan cara peneliti melakukan penyimakan penggunaan bahasa. Dalam ilmu sosial, metode ini dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi.23 Metode penyediaan data ini diberi nama metode simak karena cara yang digunakan untuk 22
Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&B, h. 86
23
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Stategi, Metode, dan Tekniknya, h. 242
19
memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara terulis. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap.24 Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Dalam arti, peneliti dalam upaya mendapatkan data dilakukan dengan penyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan. Perlu ditekankan bahwa penyadap penggunaan bahasa yang dimaksudkan menyangkut penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis.25 Sadap merupakan kegiatan permulaan untuk menyediakan data. Untuk itu, diperlukan langkah atau aktivitas berikutnya dengan teknik tertentu. Metode simak memiliki beberapa teknik lanjutan. Pada penelitian ini teknik lanjutan yang digunakan yaitu teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. 1. Teknik simak bebas libat cakap Untuk mejalankan metode simak atau teknik sadap, peneliti hanya menjadi pengamat atau penyimak. Peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para informannya. Tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti.26 Peneliti tidak ikut angkat bicara sama sekali dengan mitranya. Teknik ini sangat mungkin dilakukan bila data penelitiannya adalah data tertulis atau dokumen. 2. Teknik catat Selain menggunakan teknik simak bebas cakap untuk menjalankan metode simak, peneliti dapat menggunakan teknik catat. Pencatatan dapat dilakukan pada kartu data yang telah disediakan atau akan disediakan. Setelah pencatatan dilakukan, peneliti melakukan klasifikasi atau pengelompokkan penggunaan 24
Ibid, h. 92
25
Ibid, h. 92
26
Ibid, h. 93
20
teknik catat ini sangat fleksibel. Bila teknik sadap sebagai teknik lanjutan digunakan, peneliti dapat langsung mencacat data yang diperoleh. Wujud data yang disediakan melalui metode simak adalah transkrip fonetik, fonemik, atau ortografis. Dalam pencatatan, peneliti dapat menandai data yang disediakan tersebut sesuai dengan kiat masing-masing peneliti.27
G. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data berupa, teks tertulis berupa teks cerpen sebagai data kualitatif.
H. Analisis Data Hubungan konsep dengan cara menganalisis data, semua data yang telah dikumpulkan melalui metode observasi dengan tenik catat, dianalisis dengan sifat data dan tujuan penelitian. Data yang diperoleh lewat teknik catat yang berupa teks yang dianggap sebagai data kualitatif dianalsis melalui konsep campur kode dan gejala bahasa untuk mengetahui setiap keunikan kata yang ditulis oleh siswa dan menemukan gejala-gejala bahasa berdasarkan data campur kode yang telah terkumpul.
I. Pelakasanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap orientasi yaitu tahap merumuskan masalah berdasarkan realitas empatik di lapangan. 2. Mengidentifikasi dan mendeskripsi fokus terhadap masalah berdasarkan ideide pokok dalam rumusan masalah. 3. Merancang kegiatan penelitian berupa pengambilan data dengan cara
27
Ibid, h. 208-211.
21
mengumpulkan teks cerpen siswa atas izin dari guru bidang studi yang bersangkutan. 4. Mengidentifikasi dan menentukan sumber data teks cerpen siswa kelas X IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta. 5. Menyusun dan menyimpulkan data yang sudah dianalisis menjadi sebuah laporan.
J. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini terbatas pada: a. Campur kode Peristiwa campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia dalam bahasa asing dan bahasa daerah pada cerpen siswa. b. Gejala bahasa Peristiwa gejala bahasa yang berupa Protesis, Epentesis, Paragos, Aferesis, Sinkope, Apokop, Kontraksi, Monoftongisasi berdasarkan campur kode.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Identitas MAN 19 Jakarta a. Nama Madrasah
: MANegeri 19 Jakarta
b. Alamat Madrasah
: Jl. H. Muchtar Raya H. Jaelani III RT.05/01Petukangan Utara Jakarta Selatan, Kel. Petukangan Utara, Kec. Pesangrahan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. 12260
c. No. Telepon, Fax.
: (021) 7362836, (021) 7362987
d. Status Madrasah
: Negeri
e. Akreditasi Madrasah
:A
f. Standar Madrasah
: Rintisan MSN
g. Keadaan Gedung
: Permanen
h. Nomor Statistik Madrasah (NSM): 311317131013 i. Tahun Didirikan/Dibangun
: 2008/2009
j. Tahun Beroperasi
: 2009/2010
2. Sejarah Singkat MOTO “INOVATIF, TERAMPIL DAN CERDAS” MAN 19 Jakarta berdiri di tengah-tengah komunitas masyarakat yang agamis. Kehadiran madrasah ini sudah lama dinanti masyarakat untuk menjawab kehausan akan kehadiran sebuah lembaga pendidikan yang kuat untuk membentuk masyarakat madani yang mandiri, penuh inovasi menghadapi perkembangan zaman yang sangat cepat. Hasil lulusan madrasah ini diharapkan memiliki keterampilan dan kemandirian, dan siap menghadapi masa depan yang cerah. Semula madrasah ini merupakan kelas jauh dari MAN 10 Joglo Jakarta Barat dan menjadi madrasah yang berdiri sendiri pada tanggal 19 Juni 2009 yang diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementeriann
22
23
Agama Provinsi DKI Jakarta Bapak H. Fauzan Harun, SH. Selaku kepala madrasah yang pertama, Bapak Drs. Barkat Guna Harahap, dengan kepemimpinannya yang berwibawa mampu membawa madrasah ini ke level yang lebih bergengsi di antara madrasah yang ada di DKI Jakarta. Guna meraih cita-cita dan harapan yang tinggi, kami dari segenap Civitas Akademika MAN 19 Jakarta memiliki visi “Mewujudkan MAN 19 Jakarta sebagai wadah pembentukan insan mandiri untuk masa depan Bangsa, Negara dan Agama”.
3. Visi, Misi, dan Tujuan a. Visi Terwujudnya MA Negeri 19 Jakarta sebagai wadah pembentukan insane mandiri untuk masa depan bangsa, Negara, dan agama.
b. Misi 1) Menyempurnakan sarana prasarana MA Negeri 19 Jakarta sesuai perkembangan teknologi dan tuntutan akademik. 2) Meningkatkan profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan MA Negeri 19 Jakarta. 3) Mengembangkan kemandirian, inovasi, dan kreativitas peserta didik MA Negeri 19 Jakarta melalui proses pembelajaran. 4) Menciptakan lingkungan MA Negeri 19 Jakarta yang islamik, baik dalam pergaulan maupun penataan. 5) Mengikutsertakan peran masyarakat dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu hasil pendidikan dan pembelajaran di MA Negeri 19 Jakarta.
c. Tujuan 1) Sebagai rintisan madrasah kategori mandiri, yakni madrasah yang menuju madrasah bertaraf internasional.
24
2) Inovasi pembelajaran bervariasi sesuai kompetensi (Problem Based Learning, Inquiry Based Learning, Project Based Learning, Contextual Teaching and Learning) dengan pendekatan Team Learning. 3) Peningkatan prestasi akademik (OSN, computer/TIK, kebumian, debat bahasa
Inggris,
layanan
anak
berbakat/keterbakatan
majemuk
“Multiple Intelegence”) dan non-akademik (sanggar seni, marching band, klub OR, dan lain-lain). 4) Peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan menyongsong sertifikasi pendidik (guru) serta penataan administrasi madrasah berbasis komputer/TIK. 5) Pemantapan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa 6) Lingkungan madrasah yang menyenangkan “hidup sehat ramah lingkungan” yang menunjang “Joyfull Learning” yang dinamis. 7) Penerapan manajemen berbasis sekolah (School Based Management) dalam berbagai aspek kehidupan warga madrasah serta pemberdayaan partisipasi masyarakat terhadap pendidikan. 8) Tercipta hubungan antarwarga madrasah yang santun dan ramah. 9) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam penguasaan teknologi baik intra maupun ekstra.
4. Tenaga Pendidik No 1.
2.
3.
Nama H. Ismail Nur, Lc. M. Ag. Bahrullah, S. Pd. Dra. Septidewi, M. Si.
J/K
Jabatan
L
Kepala Madrasah
L
P
Wakabid. Kurikulum Wakabid. Kesiswaan
Mata Pelajaran
Matematika
Biologi
25
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Dra. Zainah Dra.
Hj.
P Tri
Suciati Mariatul Kibtiah, S.Si Ramdan
Fauzi,
S.Pd Heri
Siswanto,
S.Pd.I Drs.
H.
M.
Masruri H, M.Si Sri
Hidayati,
S.Pd H.
Ahmad
Ansori, S.Ag Drs.
H.
FasyaniHata
Drs. H. Abdullah
Syarifuddin HA, S.Ag Muhamad Bakir, S.Pd Dian
Hadiyani
Sundari, S. Pd Ariyanti Puspita R, S.Pd
Wakabid.
Humas
& Sarpras
Bahasa Inggris
P
Staf Kurikulum
Kimia
P
Staf Kurikulum
Kimia
L
Staf Kesiswaan
Ekonomi
L
Staf
Sarpras
L
Guru
P
Guru
L
Guru
L
Guru
L
Humas
Kaprog Keagamaan
&
PKN,
Al-Qur‟an
Hadits,
Ilmu
Kalam Akhlak,
Aqidah
Akhlak BimbinganKonseli ng Fiqih Tafsir,
Bahasa
Arab Bahasa
Arab,
hadits,
Al-Qur‟an
Hadits
L
Guru
Bahasa Indonesia
L
Guu
Matematika
P
Kaprog Bahasa
Bahasa Inggris
P
Guru
Ekonomi
26
18. 19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28. 29. 30.
31. 32. 33.
Rasunah, S.Pd Alfira Firnanda, S.Pd Lafifah
Resti
Aulia, S.S Arfan Fitriyadi, S.Si Dwiana
Puji
Rahayu, S.Pd Nur
Shoimah,
S.Pd Habiybah Hanum, S.Ag Mujahar Randanu, S.Pd Achmad
Fauzi,
S. Kom Hendi
Irawan,
S.Pd Muhammad Khaddafi, S. Pd Ekawati, S.Pd Wahidatul Hanifah, S.Pd DiyahWidiHartat i, S.Pd Munjiyah, S.Pd Khairul S.S
Fajri,
P
Kaprog IPA
Biologi
P
Guru
Geografi
P
Guru
Sejarah
L
Guru
Fisika
P
Kaprog IPS
Geografi
P
Guru
Bahasa Jepang
P
Guru
SKI
L
Guru
Matematika
L
Guru
TIK, Desain Grafis
L
Guru
Sosiologi
L
Guru
Penjas Orkes
P
Guru
Al-Qur‟an Hadits
P
Guru
P
Guru
Bahasa Indonesia
P
Guru
Bahasa Inggris
L
Guru
Al-Qur‟an hadits
Bahasa Indonesia, Seni Budaya
27
34.
35.
Heru
Wibowo,
S.Pd.I Frida
Agusta,
S.Pd
L
Guru
P
Guru
Bimbingan Konseling Bimbingan Konseling
B. PEMBAHASAN Berangkat dari analisis campur kode yang dibuat dalam bentuk tabel, pada bagian ini dikemukakan data yang telah dianalisis. Hasil analisis tersebut dibagi menjadi dua, yaitu hasil dianalisis data melalui konsep campur kode dan hasil analisis data dengan konsep gejala bahasa. Analisis dibuat beradasarkan tabel yang berupa lampiran. Setelah hasil analisis data selesai dilakukan, kemudian peneliti melakukan pembahasan berdasarkan hasil analisis data. Sama halnya seperti analisis, pembahasan pun dibagi menjadi dua, yakni pembahasan hasil analisis data melalui campur kode dan pembahasan hasil analisis data gejala bahasa. Analisis dan pembahasan pada penelitian ini dipaparkan sebagai berikut:
1. Hasil Analisis Data Penelitian a. Campur kode Berangkat dari penelitian ini, diperoleh hasil analisis data dari cerpen siswa berupa campur kode dari bahasa Indonesia ke bahasa asing dan bahasa daerah. Hasil data yang berupa campur kode tersebut dianalisis per kalimat dan menggunakan tabel agar lebih mudah dipahami. Satu judul cerpen yang dibuat oleh satu orang siswa dibagi ke dalam beberapa tabel. Setiap tabel terdiri dari nomor urut, kutipan per kalimat, campur kode yang terjadi, dan asal data. Nomor urut tabel, nama penulis cerpen dan judul cerpen berada di atas tabel. Hasil analisis yang berupa campur kode tersebut sebegai berikut:
1) Analisis Data 1 Bertumpu pada tabel 1-3 (lihat lampiran 1), artinya penulis cerpen menggunakan campur kodekosakata untuk menunjukkan keunikan
28
penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ) Rumusan pola: BI BJ
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB) Rumusan pola: BI BB
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BE) Rumusan pola: BI BE Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur
kode yang dilakukan oleh Muhammad Ridwan Audhityas dengan judul cerpen “Serba Serbi LDKS” menggunakan campur kode intern dan campur kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa dan bahasa Betawi. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. 2) Analisis Data 2 Bertumpu pada tabel 5-15 (lihat lampiran 1), artinya, penulis cerpen menggunakan campur kodekosakata untuk menunjukkan keunikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BE) Rumusan pola: (BI) (BE)
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB) Rumusan pola: (BI) (BB)
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Slang (BS) Rumusan pola: (BI) (BS)
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Arab (BA) Rumusan pola: (BI) (BA) Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur
kode yang dilakukan oleh Intan Rahmadany dengan judul cerpen “Ini
29
Ceritaku, Apa Ceritamu” menggunakan campur kode intern dan campur kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Betawi dan bahasa Jawa. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dan bahasa Arab. 3) Analisis Data 3 Bertumpu pada tabel 17-22 (lihat lampiran 1), artinya, penulis cerpen menggunakan campur kode kosakata untuk menunjukkan keunikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB) Rumusan pola: (BI) (BB)
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ) Rumusan pola: (BI) (BJ) Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur
kode yang dilakukan oleh Anne Rifaidah dengan judul cerpen “Mancing di Kolam Orang”menggunakan campur kode intern dan campur kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Betawi dan bahasaJawa. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dan bahasa Arab. 4) Analisis Data 4 Bertumpu pada tabel 24-29(lihat lampiran 1), artinya penuliscerpen menggunakancampur kode kosakata untuk menunjukkan keunikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB) Rumusan pola: (BI) (BB) Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur
kode yang dilakukan oleh Desvia Nursita dengan judul cerpen “Kehilangan
Cinta
Bukan
Berarti
Kehilangan
Sahabat”
hanya
30
menggunakan campur kode intern.Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Betawi. 5) Analisis Data 5 Bertumpu pada tabel 31-39 (lihat lampiran 1), artinya penulis cerpen menggunakan campur kode kosakata untuk menunjukkan keunikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ) Rumusan pola: (BI) (BJ)
Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Betawi (BB) Rumusan pola: (BI) (BB)
Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Inggris (BE) Rumusan pola: (BI) (BE)
Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Arab (BA) Rumusan pola: (BI) (BA)
Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Belanda (Bld) Rumusan pola: (BI) (Bld)
Bahasa Indonesia (BI)ke Batak (Btk) Rumusan pola: (BI) (Btk)
Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Slang (Slg) Rumusan pola: (BI) (Slg) Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur
kode yang dilakukan oleh Annisa Rachmayanti dengan judul cerpen “Persahabatan X-5”menggunakan campur kode intern dan campur kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasaJawabahasaBetawi, bahasa Indonesia ke bahasa Batak, bahasa slang. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, bahasa Arab, danbahasa Belanda.
31
6) Analisis Data 6 Bertumpu pada tabel 41-52 (lihat lampiran 1), artinya penulis cerpen menggunakan campur kodekosakata untuk menunjukkan keunikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BE) Rumusan pola: BI BE
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ) Rumusan pola: BI BJ
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB) Rumusan pola: BI BB Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur
kode yang dilakukan oleh Siti Rafidah dengan judul cerpen “Me And My Best Friend” menggunakan campur kode intern dan campur kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasaJawa dan bahasaBetawi. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasaInggris. 7) Analisis Data 7 Bertumpu pada tabel 54-61 (lihat lampiran 1), artinya penulis cerpen menggunakan campur kodekosakata untuk menunjukkan keunikan penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ) Rumusan pola: BI BJ
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB) Rumusan pola: BI BB
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BE) Rumusan pola: BI BE
32
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BS) Rumusan pola: BI BS Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur
kode yang dilakukan oleh Amallia Apinah dengan judul cerpen “Pelajaran yang Menguras Ongkos” menggunakan campur kode intern dan campur kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasaJawa, bahasa Betawi, dan bahasa Slang. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasaInggris. b. Gejala Bahasa Berangkat darihasil analisis data melaluicampur kode, selanjutnya dilakukan analisis ke-2 yaitu analisis gejala bahasa yang terdapat pada cerpen siswa. Gejala bahasa yang ditemukan pada penelitian ini diambil dari hasil analisis data yang berupa campur kode. Jadi, setiap gejala bahasa yang dianalisis berasal dari analisis pertama, yakni analisis campur kode. Bentukbentuk gejala bahasa yang terdapat pada cerpen siswa tersebut dapat diketahui pada tabel berikut.Bentuk-bentuk gejala bahasa yang tertera di dalam tabel kemudian diuraikan satu persatu berdasarkan data yang ditemukan pada analisis campur kode. Berikut tabel dan penguraiannya. Tabel. 62 Keunikan Diksi dalam Gejala Bahasa Gejala Bahasa Protesis
DATA 1
3
√
√
Epentesis
7
√
Paragos
9 √
√
√
10
11
15
√
√
√
√
√
√
√
Aferesis
√
√
√
√
√
√
√
Sinkope
√
√
√
√
√
√
√
Apokop
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Kontraksi Monoftongisasi
√
√ √
√
√
√
√
33
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui gejala bahasa yang muncul dari campur kode pada setiap data yaitu gejala bahasa berupa protesis, epentesis, paragos, aferesis, sinkope, apokop, kontraksi, dan monoftongisasi. Gejalagejala tersebut diijelaskan sebagai berikut: 1) Analisis Protesis Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi Pengen Pengen berasal dari kata ingin, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan huruf awal pada kata tersebut, yakni huruf “p”. Gitu Gitu berasal dari kata itu, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan huruf awal pada kata tersebut, yakni huruf “g”. Gini Gini berasal dari kata ini, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan huruf awal pada kata tersebut, yakni huruf “g”.
2) Analisis Epentesis Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi Sangking Sangking berasal dari kata saking, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penyisipan bunyi di tengah kata tersebut, yakni bunyi “ng”. Semenjak Semenjak berasal dari kata sejak, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penyisipan bunyi di tengah kata tersebut, yakni bunyi “men”.
34
Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Slang Gaswat Gaswat berasal dari kata gawat, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penyisipan huruf di tengah kata tersebut, yakni huruf “s”.
3) Analisis Paragos Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi Cuman Cuman berasal dari kata cuma, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan huruf akhir pada kata tersebut, yakni huruf “n”. Apaan Apaan berasal dari kata apa, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan bunyi di akhir kata tersebut, yakni bunyi “an”. Pantesan Pantesan memiliki asal kata pantas, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan bunyi di akhir kata tersebut, yakni bunyi “an”.
4) Analisis Aferesis Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi Abis Abis berasal dari kata habis, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal pada kata tersebut, yakni huruf “h”. Udah Udah berasal dari kata sudah, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf “s”.
35
Gak Gak berasal dari kata enggak, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal yakni bunyi “eng”. Aja Aja berasal dari kata saja, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf “s”. Gitu Gitu berasal dari kata begitu, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal yakni bunyi “be”. Gimana Gimana berasal dari kata bagaimana, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal yakni bunyi “ba”. Entar Entar berasal dari kata sebentar.Dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal yakni bunyi “seb”. Emangnya Emangnya memiliki kata dasar emang, berasal dari kata memang.Dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf “m”. Ni Ni berasal dari kata ini, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf “i”.
36
Moga Moga berasal dari kata semoga, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf “s”. Tu Tu berasal dari kata itu, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf “i”. Ama Ama berasal dari kata sama, kata tersebut merupakan kosakata bahasa Betawi. Ama mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf “s”. Ngantuk Kata yang seharusnya adalah mengantuk, tetapi dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya morfem awal yakni “me-”. Ngambek Kata yang seharusnya adalah mengambek, tetapi dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya morfem awal yakni “me-”. Nyuruh Kata yang seharusnya adalah menyuruh, tetapi dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya morfem awal yakni “me-”. Maksa Kata yang seharusnya adalah memaksa, tetapi dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya morfem awal yakni “me-”.
37
Mancing Kata yang seharusnya adalah memancing, tetapi dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya morfem awal yakni “me-”. Gak Gak berasal dari kata enggak yang mengalami perubahan yang ditunjukkan oleh hilangnya morfem awal yakni morfem “eng”. Tapi Tapi berasal dari kata tetapi, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal yakni bunyi “te”.
5) Analisis Sinkope Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi Tau Tau berasal dari kata tahu, dalam bahasa Betawi katatersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf tengah pada kata tersebut, yakni huruf “h”. Sapa Sapa berasal dari kata siapa, dalam bahasa Betawi katatersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan pada hilangnya huruf tengah pada kata tersebut, yakni huruf “i”. Dulu Dulu berasal dari bahasa Jawa Kuno, yaitu rahulu. Kata tersebut mengalami dua jenis perubahan fonem tetapi pada bagian ini peneliti merujuk pada kata sebelumnya, bukan kata asalnya. Perubahan fonem tersebut ditunjukkan oleh hilangnya dua huruf di tengah kata, yakni huruf “a” dan “h”.
38
Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Jawa Malang Malang berasal dari bahasa Jawa yaitu ma-alang. Kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh pemendekan kata dengan menghilangkan satu huruf di tengah kata, yakni huruf “a”.
6) Analisis Apokop Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi Engga Engga berasal dari kata enggak, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf akhir pada kata tersebut, yakni huruf “k”. Ok Ok berasal dari kata oke, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf akhir pada kata tersebut, yakni huruf “e”. Ko Ko berasal dari kata kok, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf akhir pada kata tersebut, yakni huruf “k”.
7) Analisis Kontraksi Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi Makasih Makasih berasal dari kata terima kasih, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehpemendekan kata dengan menghilangkan beberapa huruf. Oya Oya berasal dari kata oh iya, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehpemendekan kata
39
dengan menghilangkan dua huruf, yakni huruf terakhir pada kata pertama “h” dan huruf pertama pada kata kedua. Yaudah Yaudah berasal dari kata ya sudah, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehpemendekan kata dengan menghilangkan satu huruf, yakni huruf pertama pada kata kedua.
8) Analisis Monoftongisasi Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi Pake Pake berasal dari kata pakai, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di akhir kata, yakni “ai” menjadi “e”. Rame Rame berasal dari kata ramai, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di akhir kata, yakni “ai” menjadi “e”. Kalo Kalo berasal dari kata kalau, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di akhir kata, yakni “au” menjadi “o”. Sampe Sampe berasal dari kata sampai, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di akhir kata, yakni “ai” menjadi “e”. Cape Cape berasal dari kata capai, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di akhir kata, yakni “ai” menjadi “e”.
40
2. Pembahasan Hasil Analisis Data Penelitian a. Campur kode Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat diketahui bahwa cerpen yang ditulis oleh siswa SMA kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta menunjukkan penggunaan bahasa Indonesia di kalangan siswa banyak terjadi peristiwa campur kode. Campur kode tersebut melibatkan penggunaan delapan bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jawa, bahasa Betawi, bahasa slang, dan bahasa Batak. Campur kode yang dilakukan oleh setiap siswa menggunakan bahasa yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan dalam tulisan masing-masing dengan jumlah yang berbeda pula. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penulis menemukan campur kode yang sering dilakukan oleh siswa yaitu percampuran bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi. Campur kode dibedakan menjadi dua macam, yaitu campur kode intern dan campur kodeekstern. Campur kode intern yaitu campur kode yang berlangsung antar bahasa sendiri, sedangkan campur kode ekstern terjadi antara bahasa sendiri dengan bahasa asing. Campur kode intern pada penelitian ini terdiri dari bahasa Indonesia, bahasa Jawa,bahasa Betawi,bahasa slang, dan bahasa Batak. Sementara campur kode ekstern terdiri dari bahasa Arab dan bahasa Inggris. Selanjutnya, untuk mengetahui peristiwa campur kode tersebut, peneliti akan mengambil beberapa contoh campur kode yang terdapat pada bab analisis untuk dijelaskan pada bab pembahasan ini. 1) Campur kode Intern Campur kode intern merupakan campur kode yang terjadi antar ragam bahasa sendiri. Campur kode intern pada penelitian ini ditemukan sebanyak empat bentuk percampuran, yakni dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa, bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi, bahasa Indonesia ke dalam bahasa slang, bahasa Indonesia ke dalam bahasa Batak, dancampur kode yang beralih dari bahasa Indonesia ke dalam
41
beberapa bahasa (campuran). Pemaparan lebih jelas akan dikemukakan sebagai berikut.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa Campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa pada cerpen siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta cukup dominan. Hal tersebut disebabkan kosakatabaku bahasa Indonesia banyak diambil dari bahasa Jawa. Apabila menengok keadaan penduduk, di mana banyak orang Jawa yang berdatangan ke Jakarta. Mereka yang menjadi pendatang baru, tentu saja masih menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi. Perhatikan beberapa data berikut! (1) Anak-anak di kelas pun kerap memanggilnya dengan sebutan “inyong.” (Data 5, paragraf ke-3, kalimat ke-5) Campur kode yang terjadi pada tuturan (1) yaitu pada kata “inyong”. Inyong adalah bahasa Jawa yang artinya “saya”. Kata inyong sudah sangat popular di kalangan masyarakat luas, bahkan hampir semua orang megetahui kata tersebut. Penggunaan kata “inyong” pada kutipan cerita di atas dimaksudkan untuk memberi julukan kepada seseorang yang berasal dari Jawa yang logat Jawanya masih sangat terdengar jelas.
(2) Beberapa menit sebelum masuk untuk melaksanakan UN, aku mencatat jawaban di kertas barengteman-temanku juga.(Data 15, paragraf ke-3, kalimat ke-8) Campur kode yang terjadi pada tuturan (2) yaitu pada kata “bareng”. Kata “bareng” adalah bahasa Jawa yang memiliki arti “bersama-sama”. Penggunaan kata “bareng” pada kalimat tersebut dimaksudkan untuk menciptakan suasana akrab dengan pembaca. Selain itu, kata bareng bukanlah sebuah kata yang asing lagi bagi masyarakat Jakarta. Kata tersebut sudah menjadi bahasa sehari-hari yang digunakan dalam masyarakat di mana cerpen tersebut ditulis.
42
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Betawi Campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi pada penelitian ini merupakan peritiwa campur kode yang paling dominan. Peristiwa campur kode ke dalam bahasa Betawi ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Bahasa Betawi lahir dan berkembang di wilayah Kota Jakarta dan sekitarnya. Perkembangan bahasa Betawi didukung oleh penggunanya. Pengguna bahasa Betawi bukan hanya dari suku Betawi saja, melainkan setiap orang yang tinggal di lingkungan suku Betawi dan bergaul dengan orang-orang yang mayoritas adalah suku Betawi. Dewasa ini, marak berkembang bahasa remaja yang disebut dengan bahasa gaul, di mana bahasa gaul tersebut berasala dari bahasa Betawi. Menengok ke wilayah, Jakarta adalah kota yang penduduknya mayoritas orang Betawi, di mana bahasa sehari-hari yang digunakan penduduknya adalah bahasa Betawi. Jakarta adalah kota metropolitan yang identik dengan pergaulan modern. Jadi, segala sesuatu yang digunakan oleh masyarakat Jakarta dapat dikatakan menjadi ciri tingkatan status sosial dalam pergaulan. Begitu pun dengan bahasa, orang, khususnya remaja akan merasa memiliki status sosial yang tinggi apabila menggunakan bahasa Jakarta yaitu bahasa Betawi. Oleh sebab itu, bahasa Betawi menjadi bahasa gaul di kalangan remaja. Berikut ini akan dijelaskan campur kode ke dalam bahasa Betawi yang dilakukan oleh siswa kelas X. (3) Jaraknya cuman 100 meter dari sini.” ajak Kapi lagi. (Data 3, paragraf ke-6, kalimat ke-6) Campur kode yang terdapat pada tuturan (3) yaitu kata “cuman”. Kata “cuman” dikatakan tidak baku pada situasi-situasi tertentu, tetapi sebuah cerpen tidak mementingkan kebakuan kata. Kata yang sepadan dengan “cuman” yaitu hanya. Penulis menggunakan kata “cuman” dikarenakan cerpen yang ditulis berlatar belakang Betawi. Selain latar tempat yang digunakan berada di lingkungan Betawi, lawan bicara yang berperan sebagai temannya tersebut juga orang Betawi, dan situasi saat terjadi
43
percakapan tersebut juga dalam keadaan santai. Percakapan terjadi saat memancing. Jadi, untuk menciptakan suasana yang lebih akrab digunakan bahasa betawi
(4) Kalau ada atletik berangkatnya berame-rame dan masih banyak lagi. (Data 5, paragraf ke-9, kalimat ke-9) Campur kode yang terdapat pada tuturan (4) berupa reduplikasi, yakni kata “berame-rame”, yang dalam bahasa Indonesia adalah beramai-ramai. Tuturan tersebut terjadi pada saat si tokoh menceritakan tentang keakrabannya dengan teman-teman satu kelasnya, yaitu kelas X-5. Percampuran dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi kemudian kembali lagi ke dalam bahasa Indonesia pada tuturan tersebut digunakan untuk megalihkan situasi yang terasa resmi menjadi lebih santai. Tujuannya agar pembaca tidak merasa kaku dengan bahasa yang monoton, karena lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia yang baku. (5) Kulihat raut wajah mereka berubah, lalu Tika menyela, “Agha lagi nganter Mira ke toko buku.” (Data 6, paragraf ke-4, kalimat ke-17) Campur kode yang terdapat pada tuturan (5) yaitu berupa frasa, yakni “lagi nganter”, yang artinya “sedang mengantar”. Percampuran dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi kemudian kembali lagi ke dalam bahasa Indonesia pada tuturan tersebut disebabkan oleh faktor lawan bicara. Sebelum masuk ke dalam dialog, si pencerita menggunakan bahasa Indonesia, yaitu Kulihat raut wajah mereka berubah, lalu Tika menyela. Selanjutmya, setelah masuk ke bagian dialog, penulis bercampur kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi kemudian kembali lagi ke dalam bahasa Indonesia, yaitu “Agha lagi nganter Mira ke toko buku.”Frasa “lagi nganter” yang berupa bahasa Betawi tersebut digunakan karena si tokoh “aku” pada saat itu berbicara kepada teman sebayanya, yaitu sedang memberitahu temannya bahwa Agha (orang yang dicari)
44
sedang mengantar Mira (anak baru di sekolah mereka). Campur kode tersebut dilakukan agar suasana terasa lebih akrab dan tidak terasa kaku.
(6) Dilihat dari mana pun, kami memang hanya cocok untuk sahabatan. (Data 6, paragraf ke-9, kalimat ke-1) Campur kode yang terdapat pada tuturan (6) yaitu berupa kata, yakni kata “sahabatan” yang artinya “menjadi sahabat”. Salah satu ciri bahasa Betawi yaitu menambahkan akhiran –an pada kata benda dan kata kerja. Percampuran yang terjadi pada tuturan di atas yakni dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi tersebut terjadi diakhir tuturan. Tujuan yang dilakukannya campur kode, sama seperti campur kode pada tuturan sebelumnya, yakni agar suasana lebih terasa santai. Selain itu, kata “sahabatan” lebih terasa dekat daripada kata “menjadi sahabat”. Penulis cerpen ingin pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh penulis. Sehingga maksud penulis dapat diterima dengan baik oleh pembaca.
(7) Sudah dulu ya, cerpen aku.(Data 2, paragraf ke-5, kalimat ke-10) Campur kode yang terjadi pada tuturan (7) yaitu berupa kata, yakni kata “dulu”. Kata tersebut mengalami pemendekan dari kata “dahulu”, yang berasal dari bahasa Jawa Kuno, yakni “rahulu” yang memiliki arti “nenek moyang”. Setelah mengalami penyerapan ke dalam bahasa Indonesia, kata tersebut berarti untuk menjelaskan waktu yang telah lalu. Kata “dulu” yang dipakai pada cerpen tersebut disebabkan karena tidak adanya kata yang sepadan dari bahasa Indonesia. Percampuran tersebut dilakukan untuk kebutuhan penegasan, bahwa si penulis cerpen ingin mengakhiri ceritanya dengan cara yang sopan dan berkenan di hati pembaca.
45
(8) Buktinya, pas kelas 9 SMPN aku pacaran lagi, hohoho. (Data 2, paragraf ke-2, kalimat ke-10 Campur kode yang terdapat pada tuturan (8) yaitu pada kata “pas”. Percampuran tersebut terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi. Bercampurnya bahasa Indonesia dengan bahasa Betawi pada tuturan (8) terjadi secara tidak disadari oleh penutur. “Pas”adalah kata serapan dari bahasa melayu kuno yang telah dikenal sebagai bahasa Indonesia asli yang memiliki arti “tepat”. Maksud kata pas dalam tuturan tersebut yaitu si tokoh ingin membaeritahukan kepada pembaca bahwa tepat pada kelas 9 ketika duduk di Sekolah Menengah Pertama ia menjalin hubungan kasih dengan seseorang. Kata pas pun sering digunakan dalam bahasa sehari-hari, di mana sebagian orang mengenal kata tersebut sebagai bahasa Betawi. Sebab kata tersebut berkembang di Jakarta, yaitu daerah yang berlatar belakang dan berdialek Betawi.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Slang Bahasa slang merupakan bahasa yang diciptakan oleh para remaja sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Bahasa slang berasal dari bahasa Indonesia yang ditambakan atau dibolak-balik struktur gramatikal. Hasilnya tidak jauh berbeda dengan bahasa aslinya. Ditemukan beberapa bentuk bahasa slag pada penelitian ini. (9) Aku punya sahabat yang kece dan baik loh, yaitu Shintia, Anisha, Denni, Bima, Erdin, Husna, dan Umy.(Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-5) Campur kode yang terjadi pada tuturan (9) yaitu pada kata “kece”. Kata aslinya adalah keren dan cantik yang memiliki arti tidak jauh dari kata aslinya. Campur kode di atas dilakukan secara sadar oleh penulis cerpen agar terlihat bahwa si “aku” adalah seorang anak yang gaul. “Kece” merupakan bahasa gaul yang banyak dipakai di kalangan remaja. Penggunaan kata tersebut dalam pergaulan sehari-hari sudah sangat populer. Kata tersebut terdengar sangat meyenangkan dan sudah menjadi
46
bahasa wajib di kalangan remaja. Hal tersebut terbukti apabila seseorang yang tidak mengerti bahasa pergaulan yang digunakan oleh teman sebayanya, maka ia akan dikatakan norak atau kuper (kurang pergaulan).
(10) Kedengarannya terlalu lebay ya? (Data 2, paragraf ke-2, kalimat ke5) Campur kode yang terjadi pada tuturan (10) terdapat pada kata “lebay”. Lebay berarti berlebihan, yang berasal dari kata “lebih”. Sama halnya seperti tuturan (9), penggunaan kata “lebay” pada tuturan (10) pun dilakukan secara sadar bahkan disengaja oleh penulis cerpen. Pertanyaan pada kutipan cerita tersebut ditujukan untuk pembaca cerpen, oleh karena itu, penulis cerpen memilih kata “lebay” agar memiliki kesan akrab dengan pembacanya. Kata “lebay” sebenarnya memiliki arti yang lebih berlebihan dari kata aslinya. Berbeda dengan kata “kece”, kata lebay lebih popular. Bukan hanya di kalangan remaja, tetapi juga di kalangan orang tua dan anak-anak.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Batak Campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Batak pada penelitian ini tidak terlalu mendominasi. Kosakata yang dipilih pun tidak terlalu bervariasi. (11) Begitu pun dengan Faris, anak-anak memanggilnya “Ucok”, hehehe. (Data 5, paragraf ke-3, kalimat ke-6) Campur kode yang terjadi pada tuturan (11) adalah kata “Ucok”, bahasa Batak, yang berarti “anak laki-laki”. Penggunaan kata “Ucok” dipilih untuk menunjukkan bahwa Fariz adalah orang yang berasal dari suku Batak. Campur kode pada tuturan tersebut disebabkan oleh tujuan penulis cerpen, yang ingin menegaskan dan menunjukkan bahwa dalam cerpennya terdapat banyak lelucon. Selain campur kode yang telah dijelaskan di atas, terdapat pula kalimat yang terdiri lebih dari satu kata dan satu bahasa daerah. Campur kode yang
47
terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam beberapa bahasa ini penulis sebut sebagai campur kode campuran. Sebab pada percampuran ini terdapat lebih dari satu bahasa daerah yang digunakan dalam satu kalimat. (12) Entah kenapa gue rindu Agha yang dulu, Agha yang selalu ngejek gue jelek. (Data 6, paragraf ke-6, kalimat ke-9) Campur kode yang terjadi pada tuturan (12) terjadi dalam bahasa Betawi. Kutipan tersebut menunjukkan berberapa kali perulis cerpen melakukan campur kode yang berupa kata dan frasa.Yakni kata “kenapa” yang berarti “mengapa” dan “gue” yang berarti saya. Setelah itu kembali ke dalam bahasa Indonesia, kemudian menyisipka lagi bahasa Betawi, yakni “dulu” yang merupakan pemendekan dari kata “dahulu”. Selanjutnya penulis cerpen kembali menggunakan bahasa Indonesia dan mencampurkan lagi ke bahasa Betawi dalam bentuk frasa, yakni “ngejekgue”.
(13) Pas kita semua rombongan dateng langsung beres-beres ke kamar, abisitusholat ashar. (Data 1, paragraf ke-2, kalimat ke-1) Tuturan (13) menunjukkan beberapa kali terjadi campur kode dalam satu kalimat. Pertama diawali oleh bahasa Betawi yakni kata “pas” kemudian kata “rombongan”, kata “dateng” dan kata “abis”. Selain bahasa Betawi, terdapat pula bahasa Jawa yang berbentuk reduplikasi, yakni “beres-beres”. Percampuran ke dalam bahasa Betawi dilakukan dengan sengaja oleh peulis. Bahasa Betawi yang digunakan merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh penulis. Sementara bahasa Jawa tersebut terjadi tanpa disadari oleh penulis cerpen. “Beres-beres” merupakan bahasa yang sangat umum, bahkan tidak banyak yang mengetahui bahwa beres-beres merupakan bahasa Jawa.
2) Campur kode Ekstern Campur kode ektern pada penelitian ini merupakan campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Asing. Campur kode
48
eksterndari bahasa Indonesia ke dalalam bahasa Asing ditemukan dalam tiga bahasa, yakni dari bahasa Indonesia ke dalam Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Belanda.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Arab Campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab pada penelitian ini tidak mendominasi. Percampuran dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab yaitu berupa frasa. (14) Panggil saja aku Intan, usiaku 16 tahun, seorang pelajar di Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta. (Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-1) Campur kode yang terjadi pada tuturan (14) yaitu pada kata “madrasah aliyah” Percampuran yang terjadi pada tuturan ini disebabkan oleh faktor keadaan yang mengharuskan menggunakan dua kata tersebut. Pencerita yang juga penulis cerpen ini, ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa ia adalah seorang pelajar di Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta, yaitu nama sebuah sekolah, di mana tingkatannya setara dengan Sekolah Menengah Atas. Tidak ada kata lain yang bisa menggantikan dua kata tersebut. Sebab apabila “Madrasah Aliyah” diganti dengan “Sekolah Menengah Atas”, maksud yang ingin disampaikan oleh penulis cerpen tidak akan sampai secara utuh kepada pembaca.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris Berbeda dengan bahasa Arab, campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris pada penelitian ini pun cukup mendominasi. Percampuran dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris yang ditemukan pada penelitian ini berupa kata. (15) Saatnya melanjutkan perjalanan menuju villa. (Data 1, paragraf ke-1, kalimat ke-7) Percampuran pada tuturan (15) terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Campur kode yang terjadi pada tuturan tersebut yaitu pada
49
kata “villa” yang terjadi tanpa disadari. Sebab kata “villa” sudah sangat populer di telinga orang Indonesia.“Villa” adalah bahasa Inggris asli tanpa unsur serapan. “Villa” memiliki arti “rumah indah di luar kota”. Penggunaan bahasa Inggris pada tuturan tersebut disebabkan oleh faktor kebutuhan. Sesuai dengan makna villa yang sebenarnya, latar pada cerita tersebut memang si tokoh dalam situasi berada di luar kota. Penggunaan kata tersebut dipilih oleh pencerita untuk menegaskan bahwa ia berada di luar kota. Selain itu, penggunaan kata “villa” juga lebih memiliki prestise dibandingkan dengan kata “penginapan”.
(16) Di waktu luangku, aku pun menyalurkan hobby dengan bersepeda dan mencari objek untuk hunting. (Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke2) Campur kode yang terjadi pada tuturan (16) yaitu pada kata “hobby” dan “hunting”. Tuturan tersebut mengalami beberapa kali percampuran, yakni dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris kemudian kembali lagi ke dalam bahasa Indonesia dan diakhir kalimat beralih lagi ke dalam bahasa Inggris. Dua kata tersebut adalah bahasa Inggris tanpa unsur serapan. “Hobby” memiliki arti “kegemaran” sedangkan “hunting” memiliki arti “berburu”. Penggunaan bahasa Inggris pada tuturan tersebut ingin menunjukkan bahwa tokoh dalam cerpen merupakan anak “gaul” dan memiliki pengetahuan yang cukup dalam berbahasa Inggris yang bisaa digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Selain itu, percampuran tersebut juga terjadi karena faktor lingkungan. Ketika seseorang berbicara dengan sesekali beralih ke dalam bahasa Inggris maka ia akan dipandang sebagai orang yang memiliki nilai tinggi.
(17) Aku pun sudah fix duduk dengan Widya. (Data 5, paragraf ke-2, kalimat ke-2) Campur kode yang terjadi pada tuturan (17) yaitu pada kata “fix”. Percampuran ini terjadi di tengah kalimat, yakni tokoh dalam cerita
50
mengalihkan bahasa yang digunakan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris kemudian kembali lagi ke dalam bahasa Indonesia. Fix adalah bahasa Inggris asli tanpa unsur serapan yang memiliki arti “penentuan”.Masih berhubungan dengan arti yang sebenarnya, makna kata fix pada tuturan tersebut memiliki arti “sudah pasti dan tidak akan berubah”. Maksudnya, tokoh utama dalam cerita, yakni „aku‟, ingin memberitahu kepada pembaca bahwa posisi duduknya bersebelahan dengan Widya dan tidak akan berubah lagi seperti sebelumnya. Penggunaan kata “fix” disebabkan oleh faktor lingkungan, di mana jika diamati ceritanya dari awal, si tokoh utama yang merupakan penulis sendiri adalah seseorang yang sangat mengutamakan nilai pergaulan. Ketika ia menggunakan bahasa Inggris dalam bahasa pergaulannya, maka ia akan dipandang sebagai anak “gaul” atau “tidak norak”. Sebab, fix merupakan salah satu bahasa Inggris yang sudah sangat familiar di kalangan terpelajar.
(18) Dan entah dari mana, Putri tiba-tiba membawa blackforest yang berisi angka 16 ke hadapanku. (Data 6, paragraf ke-4, kalimat ke-12) Campur kode pada tuturan (18) yaitu pada kata “blackforest”. Percampuran ini terjadi di tengah-tengah kalimat, sebagai bentuk keunikan. “Blackforest” merupakan bahasa Inggris asli tanpa unsur serapan. Secara bahasa, blackforest memiliki arti “hutan hitam”, tetapiblackforest yang dimaksud dalam tuturan tersebut adalah “kue cokelat”. Sebenarnya bisa saja penulis cerpen memilih kata kue cokelat atau kue ulang tahun sebagai padanan kata blackforest. Namun, untuk mendapatkan kesan yang benar-benar menunjukkan kue yang biasa diberikan untuk kejutan dalam rangka ulang tahun, penulis menggunakan percampuran ke dalam bahasa Inggris. Selain itu, kata blackforest menunjukkan trend setter yang kebarat-baratan sehingga dengan menggunakan kata tersebut seseorang dianggap lebih berkelas.
51
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Belanda Campur kode yang menggunakan bahasa Belanda pada penelitian ini hanya ditemukan dalam satu kalimat saja dan hanya satu kata. Percampuran yang menggunakan bahasa Bahasa pada penelitia ini berupa kata. (19) Kita sering memanggil wali kelas kita dengan sebutan “Daddy” hehehe. (Data 5, paragraf ke-3, Kalimat ke-2 ) Campur kode yang terjadi pada tuturan (19) yaitu pada kata “Daddy”. Percampuran ini terjadi sebagai bentuk hiburan, sebab si tokoh sedang menceritakan pengalaman yang dialaminya. “Daddy” merupakan bahasa Belanda asli tanpa unsur serapan, yang berarti “Ayah”. Cerita tersebut dapat dikatakan sebagai fakta sehingga tidak percampuran tersebut tidak dapat diganti dengan kata lain. Seperti halnya percampuran ke dalam bahasa Inggris, percampuran ke dalam bahasa Belanda pun terjadi karena dinilai lebih bergengsi di kalangan remaja. Bahkan dapat dikatakan lebih bergensi dibandingkan dengan bahasa Inggris. Selain itu, penggunaan kata daddy pada tuturan tersebut menunjukkan tentang keakraban siswa dengan guru dan antar sesama siswa itu sendiri. Selain menunjukkan keakraban, kata daddy juga menunjukkan kekonyolan dan kekompakkan di antara penghuni kelas X-5 yang diceritakan. Cerita tersebut menggunakan berbagai macam sebutan bagi orang-orang tertentu untuk menciptakan suasana akrab dan humor di dalam kelas. Selain campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam satu bahasa asing ataupun ke dalam bahasa daerah tertentu, terdapat pula campur kode yangterjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa asing sekaligus bahasa daerah dalam satu kalimat. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan berikut:
52
(20) “Sangat malang nasibku, ingin memancing tapi tidak ada tempat.” ucapku di dalam hati. (Data 3, paragraf ke-1, kalimat ke-3) Tuturan (20) menunjukkan dua bentuk campur kode yang terdiri atas campur kode intern dan campur kode ekstern. Percampuran terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa kemudian kembali lagi ke dalam bahasa Indonesia. Setelah itu, dari bahasa Indonesia disisipkan lagi bahasa Betawi. Campur kodetersebut berupa kata, yakni ditunjukkan oleh kata “malang”, yang berasal dari bahasa Jawa yakni “ma-alang” yang berarti “sial” da bahasa Betawi, yakni ditunjukkan oleh kata “tapi”. Percampuran ke dalam dua bentuk campur kode tersebut terjadi secara tidak disengaja. Kata malang dan tapi sudah sangat sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Penggunaan kata malang dipilih penulis untuk menunjukkan keadaan yang sangat memprihatinkan. Kata tersebut memiliki nilai rasa yang lebih menyentuh dan lebih halus dari pada kata “sial”. Selain itu juga dapat mempengaruhi pembaca sehingga merasa kasihan terhadap tokoh tersebut. Sementara itu, penggunaan kata “tapi” lebih umum, lebih santai, dan lebih mudah diucapkan daripada kata “tetapi.
b. Gejala Bahasa Gejala bahasa merupakan peristiwa perubahan bentuk kata, baik penghilangan, penambahan, maupun penyisipan fonem dalam sebuah kata. Peneliti menemukan perubahan bentuk kata yang cukup banyak dan bervariasi pada penelitian ini. Satu jenis perubahan terdiri dari beberapa bahasa. Perubahan-perubahan bentuk kata yang terdapat pada penelitian ini terjadi karena pengaruh lingkungan. Selain itu, penulis yang cerpennya dijadikan sebagai data adalah remaja, sehingga bahasa yang digunakan identik dengan pergaulan sehari-hari. Berikut adalah gejala bahasa yang terjadi dalam penelitian ini.
53
1) Protesis Gejala bahasa yang berupa protesis, sebagai data dijelaskan pada tuturan berikut. (21) Rasanya pengen kebersamaan kaya gitu bareng temen-temen. (Data 1, paragraf ke-2, kalimat ke-9) (22) Dan ada temanku yang berkata seperti ini, “Kita gak boleh terusterusan sedih kaya gini, sekarang kita mikir gimana caranya kelas baru kita bisa kaya X-5 yang solid. (Data 5, paragraf ke-9, kalimat ke-5) (23) “Ya ampun, gitu aja ngambek, sini gue kasih lagi.” (Data 6, paragraf ke-4, kalimat ke-3) Peristiwa penambahan fonem pada tuturan (21), (22), dan (23) terlihat sangat jelas yang terjadi pada katapengen,gini, gitu, dan ngambek. Kosakata tersebut merupakan protesis yang terjadi dalam bahasa Betawi, sekaligus kosakata yang paling banyak digunakan oleh siswa dalam membuat cerpen yang diambil sebagai sampel pada penelitian ini. Pada kata pengen, terjadi penambahan fonem /p/, sedangkan pada kata gini dan gitu, terjadi penambahan fonen /g/, dan pada kata ngambek terjadi penambahan suku kata /ng/. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut: ingin
[p]ingin
pingin = pengen
ini
[g]ini
gini
itu
[g]itu
gitu
ambek
[ng]ambek
ngambek
Penambahan fonem sebuah kata merupakan salah satu ciri khas bahasa Betawi. Hal tersebut dikarenakan bahasa Betawi merupakan bahasa daerah yang menjadi bahasa pergaulan, khususnya di kalangan remaja. Bahasa Betawi menyebar luas di daerah Jakarta, yang merupakan kota metropolitarn. Penambahan fonem pada beberapa kata memiliki makna tersendiri pada setiap penambahannya. Misalnya pada kata gitu pada tuturan (21) dan (23), maksud kata gitu pada tuturan tersebut ada “seperti itu”. Kata gitu lebih terdengar santai dan akrab daripada kata seperti itu,
54
terlebih lagi di kalangan remaja. Selain itu, penggunaan kata gitu memberikan kesan yang lebih menyentuh dan lebih “tajam” untuk menegaskan maksud penutur.
2) Epentesis Bentuk gejala bahasa kedua yang ditemukan pada penelitian ini berupa epentesis. Epentesis yang ditemukan pada penelitian ini terdiri dari bahasa Betawi dan bahasa slang. Gejala bahasa berupa epentesis yang terjadi dalam bahasa Betawi pada peelitian ini ditemukan sebanyak dua kata. Sementara dalam bahasa slang hanya ditemukan satu kata. Selanjutnya akan dijelaskan berdasarkan tuturan berikut. (24) Semenjak kita pacaran, rasanya ada yang berubah dari diri kita. (Data 6, paragraf ke-6, kalimat ke-12) (25) Bisa nangis bareng, ketawa bareng, satu bis bareng, dan mandi pun bareng (sangking solidnya), hahaha. (Data 5, paragraf ke-8, kalimat ke-2) Peristiwa epentesis pada tuturan (24) ditunjukkan oleh kata semenjak dan pada tuturan (25) ditunjukkan oleh kata sangking. Kata semenjak mengalami penyisipan bunyi /men/, dan kata sangking mengalami penyisipan bunyi /ng/. Lebih jelasnya perhatikan uraian berikut. sejak
se[men]jak
semenjak
saking
sa[ng]king
sangking
Kedua kata di atas mengalami gejala bahasa berupa epentesis yang sama. Kata semenjak dan sangking mendapat sisipan berupa bunyi. Penyisipan bunyi pada kedua kata tersebut merupakan ciri khas bahasa Betawi. Di samping itu, penggunaan kata semenjak dan sangking dalam penulisan cerpen ini bertujuan untuk menciptakan keakraban dengan suasana yang lebih santai dan tidak terkesan kaku. Kedua kata tersebut juga menunjukkan bahwa cerpen yang ditulis berlatar Betawi sehingga budaya Betawi dapat dirasakan secara utuh.
55
Selanjutnya, gejala bahasa berupa epentesis yang terjadi dalam bahasa slang pada penelitian ini hanya ditemukan satu kata, perhatikan tuturan berikut. (26) Kalo ditanya bisa gaswat. (Data 7, paragraf ke-6, kalimat ke-9) Peristiwa epentesis pada tuturan (26) ditunjukkan oleh kata gaswat. Kata gaswat mengalami penyisipan fonem /s/. gawat
ga[s]wat
gaswat
Kata gawat yang merupakan bahasa Indonesia, dalam bahasa remaja di Jakarta, mendapat sisipan fonem /s/. Tujuannya adalah untuk memberi tekanan pada kata gawat itu sendiri agar lebih terasa bahwa seseorang sedang berada dalam keadaan yang sangat panik. Selain itu, kata kata gaswat terdengar berlebihan sehingga lebih terasa nilai gaulnya. Sebab kata gaswat lebih sering dipakai di kalangan remaja dan bahasa pergaulan yang berkembang sekarang ini banyak bermunculan dari remaja di lingkungan Jakarta, yang merupakan daerah metropolitan.
3) Paragos Gejala bahasa berupa paragos pada penelitian ini ditemukan dalam satu bahasa, yakni bahasa Betawi. Peristiwa paragos dalam bahasa Betawi terlihat pada tuturan berikut sebagai data. (27) Jaraknya cuman 100 meter dari sini.” ajak Kapi lagi. (Data 3, paragraf ke-2, kalimat ke-8) (28) “Apaan nih?” tanya heran. (Data 4, paragraf ke-6, kalimat ke-7) (29) Pantesanajah polisi jarang ada yang kurus, kerjaanya enak banget. (Data 7, paragraf ke-6, kalimat ke-13) Peristiwa paragos pada tuturan (27) ditunjukkan oleh kata cuman, pada tuturan (28) ditunjukkan oleh kata apaan, dan pada tuturan (29) ditunjukkan oleh kata pantesan. Kata cuman mengalami penambahan berupa fonem, yakni fonem /n/, sedangkan kata apaan dan pantesan mengalami penambahan berupa morfem, yakni morfem /an/. Lebih jelasnya diuraikan sebahgai berikut.
56
cuma
cuma[n]
cuman
apa
apa[an]
apaan
pantas
pantas[an]
pantasan/pantesan
Penambahan yang terjadi pada tiga kata di atas merupakan ciri khas pada bahasa Betawi. Penambahan morfem /an/ pada kata apaan dan pantesan termasuk ke dalam ciri morfologis yang terjadi dalam bahasa Betawi. Penambahan fonem dan morfem tersebut berfungsi untuk menambah ketegasab pada kata itu sendiri. Selain itu juga lebih terasa keakrabannya dalam berkomunikasi.
4) Aferesis Gejala bahasa berupa aferesis yang ditemukan pada penelitian ini cukup mendominasi. Kosakata yang mengalami aferesis terdiridari bahasa Betawi, bahasa Arab, dan bahasa Sansekerta. Kosakata yang megalami aferesis dalam bahasa Betawisangat beragam. Beberapa tuturan terdapat lebih dari satu kata yang mengalami aferesis pada setiap kalimat. Berikut tuturannya. (30) Pas kita semua rombongan dateng langsung beres-beres ke kamar, abis itu sholat ashar. (Data 1, paragraf ke-2, kalimat ke-1) (31) Tiaraa… lo denger nggak sih? Panggilan Agha membuyarkan lamunanku. (Data 6, paragraf ke-6, kalimat ke-2) (32) Paling tinggi kalo di TK yaitu aku loh, tanya Ridho anak X IPS 2, hehe (kalo gak percaya). (Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-8) (33) “Udah dapet 10 ikan ni, Pi, pulang lah, yukk!” (Data 3, paragraf ke5, kalimat ke-4) (34) Kakak TS nya marah-marah melulu, nyuruh ini-itu dengan maksa. (Data 1, paragraf ke-2, kalimat ke-6) (35) Udara dingin, ngantuk, males, dikerjain, rasanya udah engga terasa pas udah mau pulang. (Data 1, paragraf ke-2, kalimat ke-8) (36) Udah ah, cape bahas tentang itu, kita kembali ke masa SMP aja ya, cekidot! (Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-13)
57
(37) “Loh-loh, kok kolam orang, entar kalo ketauan sama yang punya kolam gimana ini? Aduhh!” jawab Anne bingung. (Data 3, paragraf ke-3, kalimat ke-5) (38) “Ok lah, Pi, kalau gitu.Gak mandang kolam orang atau tidak, yang penting kita mancing.” (Data 3, paragraf ke-4, kalimat ke-2) (39) PS: Mogalu seneng amatu kalung. (Data 6, paragraf ke-8, kalimat ke-1) (40) “Apa? Pulang? Emangnyaudah dapet berapa ikan, Ne?” (Data 3, paragraf ke-5, kalimat ke-3) (41) Tapi semuanya engga terasa, soalnya kita lewati itu bareng-bareng. (Data 1, paragraf ke-1, kalimat ke-4) Aferesis yang terjadi pada ketiga tuturan pertama terdapat satu kata yang mengalami aferesis dalam setiap kalimatnya. Tuturan (30) ditunjukkan oleh kata abis, pada tuturan (31) ditunjukkan oleh kata nggak, pada tuturan (32) ditunjukkan oleh kata gak, dan pada tuturan (33) ditunjukkan oleh kata udah dan ni. Sementara itu, pada tuturan selanjutnya terdapat lebih dari satu kata yang mengalami aferesis dalam setiap kalimatnya. Pada tuturan (34) aferesis ditunjukkan oleh kata nyuruh dan maksa, pada tuturan (35) ditunjukkan oleh kata ngantukdan udah, pada tuturan (36) ditunjukkan oleh kata udah danaja, pada tuturan (37) ditunjukkan oleh kata entar dan gimana, pada tuturan (38) ditunjukkan oleh kata gak dan mancing, pada tuturan (39) ditunjukkan oleh kata moga, ama, dan tu, dan pada tuturan (40) ditunjukkan oleh kata emangnya dan udah, dan pada tuturan (41) ditunjukkan oleh kata tapi. Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa kata abis mengalami pelesapan fonem /h/, kata nggak mengalami pelesapan fonem /e/, kata gak mengalami pelesapan morfem /eng/, kata udah, ama dan aja mengalami pelesapan fonem /s/, kata ngantuk, mancing, maksa, dan nyuruh, mengalami pelesapan morfem /me/, kata entar mengalami pelesapan bunyi /seb/, kata moga mengalami pelesapan morfem /se/, kata tu mengalami pelesapan fonem /i/, dan kata emangnya mengalami
58
pelesapan fonem /m/, kata tetapi mengalami pelesapa morfem /te/. Sementara kata bagiamana, mengalami dua kali pelesapan, yakni morfem /ba/ pada suku kata pertama dan fonem /a/ pada suku kata kedua. Proses aferesis pada kosakata tersebut diuraikan sebagai berikut. habis
[h]abis
abis
enggak
[e]nggak
nggak
enggak
[eng]gak
gak
sudah
[s]udah
udah
ini
[i]ni
ni
menyuruh
[me]nyuruh
nyuruh
memaksa
[me]maksa
maksa
mengantuk
[me]ngantuk
ngantuk
saja
[s]aja
saja
sebentar
[seb]entar
entar
bagaimana
[ba]g[a]imana
gimana
memancing
[me]mancing
mancing
Semoga
[se]moga
moga
sama
[s]ama
ama
itu
[i]tu
itu
memangnya
[m]emangnya
emangnya
tatapi/tetapi
[ta/te]tapi
tapi
Pelesapan yang terjadi pada kosakata di atas merupakan hal yang biasa terjadi dalam bahasa Betawi. Berbagai bentuk pelesapan kosakata tersebut menjadi salah satu ciri bahasa Betawi. Dari beberapa kata di atas seperti kata ngantuk, mancing, maksa, nyuruh, merupakan salah satu ciri khusus pada bidang morfologis dalam bentuk awalan kata kerja prenasal. Pelesapan tersebut merupakan ciri yang paling menonjol dalam bidang sistem pembentukan kata. Kata yang mengalami pelesapan ini lebih terasa ringan dalam pengucapannya dan memberikan kesan yang lebih santai. Penggunaan kosakata tersebut pada cerpen yang menjadi data penelitian ini juga berfungsi untuk menciptkan keakraban. Selain itu, tidak membuat
59
pembaca bosan seperti menggunakan kata baku, sebab cerpen merupakan karya sastra yang bersifat menghibur.
5) Sinkope Gejala bahasa berupa sinkopeterjadi dalam bahasa Betawi dan bahasa Jawa. Berikut ini akan dibahas sinkope dalam bahasa Betawi terlebih dulu. Berikut tuturannya. (42) Kita
mempunyai
kata-kata
yang
menurut
kita
sangat
mencerminkankelas X-5, tapi enggak tau deh buat yang lain. (Data 5, paragraf ke-9, kalimat ke-10) (43) Mereka semua adalah sahabat di SMP, oya, dulu aku SMPN 219 loh. (Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-6) (44) “Ih muka lu merah, abis ketemu sapa si?” katanya menggodaku. (Data 4, paragraf ke-5, kalimat ke-4)
Kata yang mengalami gejala bahasa berupa sinkope pada tuturan (42) ditunjukkan oleh kata tau, pada tuturan (43)ditunjukkan oleh kata dulu, dan pada tuturan (44) ditunjukkan oleh kata sapa. Kata tau mengalami pelesapan fonem /h/, kata dulu mengalami pelesapan bunyi /ah/, dan kata sapa mengalami pelesapan fonem /i/. Proses pelesapan kedua kata tersebut diuraikan sebagai berikut. dahulu
d[ah]ulu
dulu
tahu
ta[h]u
tau
siapa
s[i]apa
sapa
Peristiwa pelesapan yang terjadi pada kedua kata tersebut merupakan salah satu ciri bahasa Betawi dari segi pembentukan kata. Terlepas dari kata baku, kedua kata tersebut memiliki fungsi tertentu dalam penulisan cerpen yang diambil sebagai data pada penelitian ini. Kata dulu, tau dan sapa merupakan bahasa Betawi yang sering digunakan oleh orang-orang sebagai bahasa sehari-hari. Penggunaan kedua kata tersebut pada data penelitian ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang santai dan akrab.
60
Selain itu, menyesuaikan di mana latar dan keseluruhan bahasa yang digunakan pada cerpen tersebut.
Kemudian gejala bahasa intern berupa sinkope pada penelitian ini terjadi dalam bahasa Jawa. Berikut beberapa tuturannya. (45) “Sangat malang nasibku, ingin memancing tapi tidak ada tempat.” ucapku di dalam hati. (Data 3, paragraf ke-1, kalimat ke-3) Sinkope pada tuturan (45) ditunjukkan oleh kata malang. Kata malang adalah bahasa Jawa, hanya saja bentuk aslinya adalah ma-alang, yang memiliki arti “sial”. Proses sinkope pada kata malangseperti berikut. ma-alang
ma[a]lang
malang
Berdasarkan proses pembentukan tiga kata di atas dapat diketahui bahwa katamalang mengalami pelesapan fonem /a/. Pelesapan yang terjadi pada kata tersebut lebih cenderung kepada proses pembakuan kata ke dalam bahasa Indonesia.
6) Apokop Gejala bahasa berikutnya yang ditemukan pada penelitian ini berupa apokop. Bentuk gejala bahasa ini hanya terdiri dari bahasa Betawi yang ditemukan sebanyak tiga kata. Berikut tuturannya. (46) Tapi semuanya engga terasa, soalnya kita lewati itu bareng-bareng. (Data 1, paragraf ke-1, kalimat ke-4) (47) Tapi ko banyak sekali orang yang mengeluarkan STNK, apa janganjangan? (Data 7, paragraf ke-3, kalimat ke-5) (48) “Ok lah, Pi, kalau gitu. Gak mandang kolam orang atau tidak, yang penting kita mancing.” (Data 3, paragraf ke-4, kalimat ke-2)
Ketiga tuturan di atas adalah apokop yang terjadi dalam bahasa Betawi. Kata yang mengalami gejala apokop pada tuturan (46) ditunjukkan oleh kata engga, pada tuturan (47) ditunjukkan oleh kata ko,
61
dan pada tuturan (48) ditunjukkan oleh kata ok.Proses pelesapan pada ketiga kata tersebut sebagai berikut. enggak
engga[k]
engga
kok
ko[k]
ko
oke
ok[e]
ok
Ketiga pembentukan kata di atas menunjukkan pelesapan dengan jelas dan sama. Ketiganya mengalami satu kali proses pelesapan dalam bentuk fonem. Kata engga dan kok mengalami pelesapan fonem /k/ dan kata ok mengalami pelesapan fonem /e/. Pelesapan yang terjadi pada ketiga kata tersebut dimaksudkan untuk memendekkan pengucapan saja. Hal ini terlepas dari proses pembakuan kata.
7) Kontraksi Gejala bahasa yang berupa kontraksi pada penelitian ini ditemukan sebanyak tiga kata dari tiga tuturan dalam bahasa Betawi. Kontraksi pada ketiga kata tersebut terjadi dari bentuk frasa. Berikut adalah tuturannya. (49) Mereka semua adalah sahabat di SMP, oya, dulu aku SMPN 219 loh. (Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-6) (50) “Makasih ya, Sin.” katanya lalu tersenyum. (Data 4, paragraf ke-4, kalimat ke-13) (51) “Yaudah, coba kamu buka tas aku terus bawa smsnya!” (Data 7, paragraf ke-5, kalimat ke-3)
Kontraksi yang terdapat pada tuturan (49) ditunjukkan oleh kata oya, pada tuturan (50) ditunjukkan oleh kata makasih, dan pada tuturan (51) ditunjukkan oleh kata yaudah. Kata oya berasal dari frasa oh iya, kata makasih berasal dari frasa terima kasih, dan kata yaudah berasal dari frasa ya sudah. Berikut proses pembentukan ketiga kata tersebut. oh iya
o[h] [i]ya
oya
terima kasih
[teri]ma kasih
makasih
ya sudah
ya [s]udah
yaudah
62
Berdasarkan proses pembentukan kata di atas, dapat diketahui perbedaan perubahan tersebut. Kata oya menglami pelesapan fonem akhir pada kata pertama, yakni fonem /h/ dan fonem awal kata kedua, yakni fonem /i/. Kata pertama dan kata kedua dipendekkan menjadi satu kata. Sementara kata makasih hanya mengalami pelesapan bunyi di awal kata pertama, yakni /teri/. Sama halnya dengan kata oya, kata makasih juga mengalami pemendekan dengan menyatukan dua kat menjadi satu. Kemudian kata yaudah mengalami pelesapan fonem awal pada kata kedua, yakni fonem /s/. Kata yaudah pun mengalami proses pemendekan dengan menggabungkan kata pertama dengan kata kedua yang telah mengalami pelesapan. Kata yang mengalami gejala kontraksi ini bisa dikatakan ke dalam kategori ragam bahasa santai. Pemendekan tersebut umumnya terjadi di kalangan remaja, yang senang menggunakan bahasa ragam santai dalam pergaulannya.
8) Monoftongisasi Sama halnya dengan gejala kontraksi, gejala monoftongisasi pada penelitian ini pun hanya ditemukan dalam bahasa Betawi. Bentuk yang ditemukan sebanyak lima kata. Sebagai data, berikutdapat dilihat tuturannya. (52) Mungkin yang laki bener-bener ngerasain solidaritas, harus pake baju kaos saat cuaca hujan rame-rame. (Data 1, paragraf ke-2, kalimat ke-3) (53) Tinggiku cukup ideal dari dulu sampe sekarang, hihihi. (Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-7 (54) Paling tinggi kalo di TK yaitu aku loh, tanya Ridho anak X IPS 2, hehe (kalo gak percaya). (Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-8) Tuturan (52) ditunjukkan oleh kata pake dan rame-rame, tuturan (53) ditunjukkan oleh kata sampe, dan tuturan (54) ditunjukkan oleh kata kalo. Kata rame-rame merupakan pengulangan dari kata rame. Ketiga kata tersebut mengalami perubahan dari diftong menjadi monoftong.
63
Gejala monoftongisasi pada ketiga kata tersebut diuraikan sebagai berikut. ramai
ram[ai]
ram[e]
sampai
samp[ai]
samp[e]
kalau
kal[au]
kal[o]
Perubahan pada bentuk diftong ke dalam bentuk monoftong merupakan ciri lain dalam pembentukan bahasa Betawi selain yang telah disinggung pada gejala bahasa sebelumnya. Monoftongisasi dalam bahasa Betawi ini merupakan bagian dari ciri tata ucap. Berdasarkan penguraian di atas dapat diketahui secara jelas monoftongisasi dari ketiga kata yang ditemukan. Kata rame dan sampe telah mengalami perubahan diftong /ai/ menjadi
monoftong /e/. Sementara kata
kalo,
telah mengalami
monoftongisasi dari diftong /au/ menjadi monoftong /o/. Gejala perubahan ini merupakan bentukan dari suatu bahasa yang menjadi ciri khas bahasa tersebut, dalam hal ini bahasa Betawi.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Setelah melakukan analisis dan pembahasan dari data yang telah terkumpul, dapat disimpulkan dua hal yang menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu: 1. Campur kode pada cerpen kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta terjadi dalam bentuk campur kode intern dan campur kode ekstern. Kedua campur kode tersebut meliputi delapan bahasa, yakni bahasa Indonesia bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jawa, bahasa Betawi, bahasa Slang, dan bahasa Batak. Campur kode tersebut ditemukan dalam bentuk kata, frasa, dan reduplikasi. Campur kode yang paling sering terjadiya itu campur kode intern dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi.
2. Gejala bahasa yang muncul pada penelitan ini terdiri dari delapan bentuk, yakni protesis, epentesis, paragos, aferesis, sinkope, apokop, kontraksi, dan monoftongisasi. Masing-masing gejala muncul dari bahasa yang berbedabeda. Protesis, kontraksi, apokop, paragos, aferesis, dan monftongisasi muncul dari bahasa Betawi; epentesis muncul dari bahasa Betawi dan bahasa slang; sinkope muncul dari bahasa Betawi dan bahasa Jawa. Sementara bahasa yang paling sering muncul pada gejala yang ada adalah bahasa Betawi.
64
65
B. Saran Merujuk pada simpulan, peneliti meyarankan beberapa hal terkait dengan pembelajaran cerpen di sekolah, yaitu: 1.
Cerpen bukanlah karya ilmiah yang harus menggunakan bahasa baku. Oleh karena itu, guru diharapkan tidak sembarang menyalahkan pilihan kata yang digunakan oleh siswa.
2.
Selesainya penelitian ini belum mengungkap semua hal yang berkaitan dengan gejala bahasa. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti meyarankan kepada peneliti lain untuk menncoba mengungkap masalahmasalah kebahasaan yang masih tersembunyi.
DAFTAR PUSTAKA
Aslinda dan Leni Syafyahya. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT. Refika Aditama, 2007. Alwasilah, Chaedar. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa, 1993. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008. Edisi keempat. Cetakan Pertama. Djajasudarma, T. Fatimah. Metode Lingustik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: PT. Refika Aditama, 2006. Cetakan kedua. Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008. Cetakan pertama. Edisi keempat. Mastuti, Indri. Bahasa Baku Vs Bahasa Gaul. Jakarta: Hi Fest Publishing, 2008. Cetakan pertama. Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Stategi, Metode, dan Tekniknya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Muhadjir. Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Obor Indonesia, 2000.
Yayasan
Muslich, Masnur. Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tata Bahasa deskriptif. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008. Cetakan pertama. Ngajenan, Mohamad. Kamus Etimologi Bahasa Indonesia. Semarang: Dahara Prize, 1990. Notosudirjo, Suwardi Etimologi. Jakarta: Mutiara, 1981. Cetakan ketiga. Parera, Jos Daniel. Morfologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012. Cetakan ketiga. Edisi kedua. Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta, 2009. Sumarlan, dkk. Pelangi Nusantara: Kajian Berbagai Variasi Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmi, 2012.
66
67
Sumarsono. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA, 2012. Tarigan, Henry Guntur. Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Bandung: angkasa, 2009. Cetakan pertama. Edisi revisi Siti Rohmani, dkk. Analisis Alih Kode dan Campur Kode pada Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi: BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 2 Nomor 1, April 2013, ISSN I2302-6405, diakses pada Sabtu, 18 Januari 2014, 11:15. Wardhaugh, Ronald. An Introduction To Sociolinguistics. UK: Willey Blackwell, 2010. 6th ed. Jendra, Made Iwan Indrawan, Sociolinguistics: The Study Of Language. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, ed. Pertama.
Societies’
Lampiran 1
Tabel 1 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Muhammad Ridwan Audhityas (Serba Serbi LDKS) No.
Kalimat
Campur Kode
1.
Tapi semuanya engga terasa, soalnya kita lewati itu barengbareng.
a. b. c. d.
2.
Saatnya melanjutkan perjalanan menuju villa.
a.
3.
Pas kita semua rombongan dateng langsung beres-beres ke kamar, abis itu sholat ashar.
a. b. c. d. e.
4.
Abis sholat ashar, kita berkumpul di depan ruang makan, dimarah-marahin.
a. b.
Asal Data
Tapi (Btw): Tetapi Engga => Enggak (Btw): Tidak Soalnya (Btw): Karena Bareng-bareng (Jw): Bersamasama dengan Villa (Ing): Rumah indah di luar kota Pas (Btw): Tepat Rombongan (Btw): Sekumpulan orang Dateng (Btw): Datang Beres-beres => Beres (Jw): Teratur baik-baik; Rapi Abis (Btw): Habi Abis (Btw): Habis Dimarah-marahin Dimarahi berulang kali
(Btw):
Data 1 Paragraf ke-1 Kalimat ke-4
Data 1 Paragraf ke-1 Kalimat ke-7 Data 1 Paragraf ke-2 Kalimat ke-1
Data 1 Paragraf ke-2 Kalimat ke-2
Tabel 2 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Muhammad Ridwan Audhityas (Serba Serbi LDKS) No.
Kalimat
Campur Kode
5.
Mungkin yang laki bener-bener ngerasain solidaritas, harus pake baju kaos saat cuaca hujan rame-rame.
a.
6.
Tapi ada yang enggak enak.
7.
8.
Asal Data
Bener-bener (Btw): Benarbenar Ngerasain (Btw): Merasakan Pake (Btw): Memakai Kaos (Btw) => Kaus: Baju tipis Rame-rame (Btw): Ramairamai
Data 1 Paragraf ke-2 Kalimat ke-3
a. b.
Tapi (Btw): Tetapi Enggak (Btw): Tidak
Kakak TS nya marah-marah melulu, nyuruh ini-itu dengan maksa.
a. b. c.
Melulu (Btw): Tiada lain hanya Nyuruh (Btw): Menyuruh Maksa (Btw): Memaksa
Data 1 Paragraf ke-2 Kalimat ke-5 Data 1 Paragraf ke-2 Kalimat ke-6
Malem-malem waktu itu ada misi dari pos 1 ke pos terakhir buat latihan dasar.
a.
Malem-malem (Btw) => Malam-malam: Larut malam Buat (Btw): Untuk
Data 1 Paragraf ke-2 Kalimat ke-7
b. c. d. e.
b.
Tabel 3 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Muhammad Ridwan Audhityas (Serba Serbi LDKS) No.
Kalimat
9.
Udara dingin, ngantuk, males, dikerjain, rasanya udah engga terasa pas udah mau pulang.
a. b. c. d. e. f. g.
Ngantuk (Btw): Mengantuk Males (Btw): Malas Dikerjain (Btw): Dikerjakan Pas (Btw): Tepat Udah (Btw): Sudah Engga => Enggak (Btw): Tidak Udah (Btw): Sudah
Data 1 Paragraf ke-2 Kalimat ke-8
10.
Rasanya pengen kebersamaan kaya gitu bareng temen-temen.
a. b. c. d. e.
Pengen (Btw): Ingin Kaya (Btw): Seperti Gitu (Btw): Itu Bareng (Jw): Bersama dengan Temen-temen (Btw): Temanteman
Data 1 Paragraf ke-2 Kalimat ke-9
11.
Panggil saja aku Intan, usiaku 16 tahun, seorang pelajar di Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta. Di waktu luangku, aku pun menyalurkan hobby dengan bersepeda dan mencari objek untuk hunting.
a. b.
Madrasah => Madrasat (Arb): Sekolah Aliyah (Arb): Tinggi
Data 2 Paragraf ke-1 Kalimat ke-1
a. b.
Hobby (Ing): Kegemaran Hunting (Ing): Pemburuan
Data 2 Paragraf ke-1 Kalimat ke-2
12.
Campur Kode
Asal Data
Tabel 5 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu) No.
Kalimat
1.
Aku punya sahabat yang kece dan baik loh, yaitu Shintia, Anisha, Denni, Bima, Erdin, Husna, dan Umy. Mereka semua adalah sahabat di SMP, oya, dulu aku SMPN 219 loh.
2.
Campur Kode
Asal Data
a. b.
Kece (Slg): Keren, Cantik Loh (Btw): Kata seru yang menyatakan penegasan
Data 2 Paragraf ke-1 Kalimat ke-5
a. b. c.
Oya (Btw): Oh iya Dulu (Btw): Dahulu Loh (Btw): Kata seru yang menyatakan penegasan Dulu (Btw): Dahulu Sampe (Btw): Sampai
Data 2 Paragraf ke-1 Kalimat ke-6
3.
Tinggiku cukup ideal dari dulu a. sampe sekarang, hihihi.
4.
Paling tinggi kalo di TK yaitu aku loh, tanya Ridho anak X IPS 2, hehe (kalo gak percaya).
a. b. c. d.
Kalo (Btw): Kalau Loh (Btw): Kata seru yang menyatakan penegasan Kalo (Btw): Kalau Gak => Enggak (Btw): Tidak
Data 2 Paragraf ke-1 Kalimat ke-7 Data 2 Paragraf ke-1 Kalimat ke-8
Tabel 6 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu) No.
Kalimat
Campur Kode
5.
Kata ibuku yang penting sehat dan engga sakit-sakitan.
a.
Engga (Btw): Tidak
6.
Udah ah, cape bahas tentang itu, kita kembali ke masa SMP aja ya, cekidot!
7.
Sejak aku SMP, aku sering di bully dari teman-temanku.
a. b. c. d. a.
Udah (Btw): Sudah Cape (Btw): Capai Aja (Btw): Saja Cekidot (Slg): Ayo Bully(Ing): Penggertak
8.
Tapi pernah juga sih rasain cinta bertepuk sebelah tangan juga.
a. b.
Tapi (Btw): Tetapi Sih (Btw): Kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya Rasain (Btw): Merasakan
c.
Asal Data Data 2 Paragraf ke-1 Kalimat ke-12 Data 2 Paragraf ke-1 Kalimat ke-13 Data 2 Paragraf ke-2 Kalimat ke-1 Data 2 Paragraf ke-2 Kalimat ke-3
Tabel 7 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu) No.
Kalimat
9.
Waktu ngerasain cinta pertama itu rasanya engga mau kehilangan, nge-fix banget, pokoknya gitu deh.
Campur Kode a. b. c. d. e. f.
10.
Kedengarannya terlalu lebay ya?
a.
11.
Okedeh, waktu cinta pertama aku backstreet dari orang tua.
a. b.
12.
Takut engga diijinin, terus katanya takut ganggu pelajaran juga.
a. b.
Ngerasain (Btw): Merasakan– Nya Engga =>Enggak (Btw): Tidak Nge-fix => Fix (Ing): Penentuan Banget (Btw): Sangat Gitu (Btw): Begitu Deh (Btw): Kata yang digunakan untuk mengukuhkan kata-kata atau maksud kawan bicara Lebay (Slg): Berlebihan
Okedeh (Btw): Kata partikel untuk menyatakan setuju Backstreet (Ing): Secara sembunyi Engga => Enggak (Btw): Tidak Diijinin (Btw): Diizinkan
Asal Data Data 2 Paragraf ke-2 Kalimat ke-4
Data 2 Paragraf ke-2 Kalimat ke-5 Data 2 Paragraf ke-2 Kalimat ke-6 Data 2 Paragraf ke-2 Kalimat ke-7
Tabel 8 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu) No.
Kalimat
Campur Kode
Asal Data
13.
Pas 5 bulan berjalan, akhirnya ketauan juga sama orang tua dan akhirnya kita berpisah.
a. b. c.
Pas (Btw): Tepat Ketauan (Btw): Ketahuan Sama (Btw): Oleh
Data 2 Paragraf ke-2 Kalimat ke-8
14.
Kata orang-orang, aku orangnya gak kapokan.
ini
a. b.
15.
Kali ini pacarannya orang Arab loh.
sama
a. b. c.
Data 2 Paragraf ke-2 Kalimat ke-9 Data 2 Paragraf ke-2 Kalimat ke-11
16.
Berjalan setengah tahun, kami memutuskan untuk berpisah karena ketauan selingkuh, wah!
a.
Gak => Enggak (Btw): Tidak Kapokan (Btw): Jera; Sudah tidak akan berbuat lagi. Pacaran (Btw): Bercintaan Sama (Btw): Dengan Loh (Btw): Kata seru yang menyatakan penegasan Ketauan (Btw): Ketahuan
Data 2 Paragraf ke-2 Kalimat ke-12
Tabel 9 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu) No.
Kalimat
Campur Kode
17.
Pas UN tiba, deg-degan, takut engga bisa jawab soal, takut ngecewain orang tua.
a. b. c. d.
18.
19.
20.
Pas UN tiba, temen banyak banget yang menawarkan bocoran jawaban. Tapi aku sama sekali engga terpikat, yakin sama jawaban aku sendiri.
a. b. c. a. b. c.
Hari keempat pesimis banget.
a.
aku
sudah
Pas (Btw): Tepat Deg-degan (Cak): Berdebardebar Engga =>Enggak (Btw): Tidak Ngecewain (Btw): Mengecewakan Pas (Btw): Tepat Temen (Btw):Teman Banget (Btw): Sangat Tapi (Btw): Tetapi Sama (Btw): Dengan Engga => Enggak (Btw): Tidak Banget (Btw): Sangat
Asal Data Data 2 Paragraf ke-3 Kalimat ke-1
Data 2 Paragraf ke-3 Kalimat ke-2 Data 2 Paragraf ke-3 Kalimat ke-3 Data 2 Paragraf ke-3 Kalimat ke-5
Tabel 10 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu) No.
Kalimat
21.
Entah kenapa aku jadi tergoda sama bocoran jawaban itu.
22.
Beberapa menit sebelum masuk untuk melaksanakan UN, aku mencatat jawaban di kertas bareng teman-temanku juga. Bel tiba, aku masuk ke ruang ujian, saat baca soal agak nyerah sih.
23.
24.
Tapi ragu juga sama contekan yang aku catet tadi (takut salah semua)
Campur Kode a.
b. a.
a. b.
a. b. c.
Asal Data
Kenapa ( Btw): Kata tanya untuk menanyakan sebab atau alasan Sama (Btw): Oleh Bareng (Jw): Bersama dengan
Data 2 Paragraf ke-3 Kalimat ke-7
Nyerah (Btw): Menyerah Sih (Btw): Kata penambah atau penegas dalam kalimat Tanya Tapi (Btw): Tetapi Sama (Btw): Dengan Catet (Btw): Catat
Data 2 Paragraf ke-3 Kalimat ke-9
Data 2 Paragraf ke-3 Kalimat ke-8
Data 2 Paragraf ke-3 Kalimat ke-10
Tabel 11 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu) No.
Kalimat
25.
Dalam hati sih pengen make bocoran dan takut juga.
26.
27.
28.
Dan alhasil, soal UN tadi aku kerjain sendiri tanpa bocoran sama sekali. Deg-degan banget, mau nangis rasanya.
Waktu ada pengumuman NEM sama kelulusan sih lewat sekolah, eh dari surat sekolah maksudnya.
Campur Kode a.
b. c. a.
a. b. c. a. b.
Sih (Btw): Kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya Pengen (Btw): Ingin Make (Btw): Memakai Kerjain (Btw): Kerjakan
Deg-degan (Cak): Berdebardebar Banget (Btw): Sangat Nangis (Btw): Menangis Sama (Btw): Dan Sih(Btw): Kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya
Asal Data Data 2 Paragraf ke-3 Kalimat ke-11
Data 2 Paragraf ke-3 Kalimat ke-12 Data 2 Paragraf ke-4 Kalimat ke-2 Data 2 Paragraf ke-4 Kalimat ke-3
Tabel 12 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu) No.
Kalimat
29.
Guru pun manggil satu per satu nama murid, hingga tiba saatnya “Intan Rahmadany!” kata guru aku. Alhamdulillah, akhirnya aku pun lulus.
a.
Manggil (Btw): Memanggil
Data 2 Paragraf ke-4 Kalimat ke-4
a.
Alhamdulillah (Arb): Segala puji bagi Allah
Tapi ada rasa kecewa juga, kecewa sama NEM yang minim banget buat masuk negeri. Tapi mau gimana pun harus bersyukur.
a. b. c. d. a. b.
Tapi (Btw): Tetapi Sama (Btw): Oleh Banget(Btw): Sangat Buat (Btw): Untuk Tapi (Btw): Tetapi Gimana => Pagimana (Btw): Bagaimana
Data 2 Paragraf ke-4 Kalimat ke-6 Data 2 Paragraf ke-4 Kalimat ke-7
30.
31.
32.
Campur Kode
Asal Data
Data 2 Paragraf ke-4 Kalimat ke-8
Tabel 13 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu) No.
Kalimat
33.
Tapi ada kok temen aku yang pake bocoran tapi engga dapet negeri alias NEM-nya di bawah aku.
34.
35.
36.
Sekarang aku duduk di kelas X, bersekolah di sebuah sekolah Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta, lumayan deket dari rumah, hehe. Oke, hal yang paling engga ngenakin pas waktu masuk sini, pas waktu MOS.
Itu engga enak banget, udah itu pulangnya lama banget.
Campur Kode a. b.
c. d. e. f. g. a. b. c. d. a. b. c. d. e. a. b. c. d.
Tapi (Btw): Tetapi Kok (Btw): Kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud Temen (Btw): Teman Pake (Btw): Memakai Tapi (Btw): Tetapi Engga => Enggak (Btw): Tidak Dapet (Btw): Dapat Madrasah => Madrasat (Arb): Sekolah Aliyah (Arb): Tinggi Lumayan (Btw): Cukup Deket (Btw): Dekat Oke (Btw): Kata partikel untuk menyatakan setuju Engga => Enggak (Btw): Tidak Ngenakin (Btw): Mengenakkan Pas (Btw): Tepat Pas (Btw): Tepat Engga =>Enggak (Btw): Tidak Banget (Btw): Sangat Udah (Btw): Sudah Banget (Btw): Sangat
Asal Data Data 2 Paragraf ke-4 Kalimat ke-9
Data 2 Paragraf ke-5 Kalimat ke-1
Data 2 Paragraf ke-5 Kalimat ke-2
Data 2 Paragraf ke-5 Kalimat ke-3
Tabel 14 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu) No.
Kalimat
37.
Sekarang aku kelas X IPS 1, sebelum penjurusan aku di X2, kelas kocak, kelas gokil, sering banget bully Santi. Hem, waktu di kelas dulu aku naksir seseorang loh, pernah ngungkapin perasaan juga ke dia. Tapi bukan nembak loh, tapi cuma mengungkapkan saja, engga bermaksud buat lebih.
38.
39.
Campur Kode a. b. c. d. a. b. a. b. c. d.
40.
Kata temen-temen, aku itu kece, gokil, parah pokoknya, berani banget ngungkapin ke cowo.
e. a. b. c. d. e. f.
Kocak (Btw): Lucu Gokil (Slg): Gila Banget (Btw): Sangat Bully (Ing): Penggertak Dulu (Btw): Dahulu Naksir (Btw): Suka Ngungkapin (Btw): Mengungkapkan Tapi (Btw): Tetapi Nembak (Btw): Menyatakan cinta Tapi (Btw): Tetapi Engga => Enggak (Btw): Tidak Buat (Btw): Untuk Temen-temen (Btw): Temanteman Kece (Slg): Keren, Cantik Gokil (Slg): Gila Banget (Btw): Sangat Ngungkapin (Btw): Mengungkapkan Cowo => Cowok (Btw): Sebutan kepada pria atau lakilaki yang bisaanya masih muda
Asal Data Data 2 Paragraf ke-5 Kalimat ke-4 Data 2 Paragraf ke-5 Kalimat ke-6 Data 2 Paragraf ke-5 Kalimat ke-7
Data 2 Paragraf ke-5 Kalimat ke-8
Tabel 15 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu) No.
Kalimat
41.
Pas diungkapin aku engga malu sih, biasa aja, hehe.
Campur Kode a. b. c. d.
42.
Sudah dulu ya, cerpen aku.
43.
Kelihatannya sih engga nyambung, ya namanya juga lagi belajar buat cerpen.
e. a.
a.
b. c.
44.
Jadi gapapalah agak engga nyambung.
d. a. b. c.
Pas (Btw): Tepat Diungkapin (Btw): Diungkapkan Engga => Enggak (Btw): Tidak Sih (Btw): Kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya Aja (Btw): Saja Dulu (Btw): Dahulu
Sih (Btw): Kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya Engga => Enggak (Btw): Tidak Nyambung (Btw): Berhubungan Lagi (Btw): Sedang Gapapalah (Btw): Tidak apaapa Engga => Enggak (Btw): Tidak Nyambung (Btw): Berhubungan
Asal Data Data 2 Paragraf ke-5 Kalimat ke-9
Data 2 Paragraf ke-5 Kalimat ke-10 Data 2 Paragraf ke-5 Kalimat ke-11
Data 2 Paragraf ke-5 Kalimat ke-12
Tabel 17 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Anne Rifaidah (Mancing di Kolam Orang) No.
Kalimat
Campur Kode
1.
Mancing di kolam orang.
a.
2.
Dulu ketika aku masih SMP, aku hobi sekali memancing ikan. “Sangat malang nasibku, ingin memancing tapi tidak ada tempat.” ucapku di dalam hati. Ia bernama Kapi, ia memiliki hobi yang sama denganku, yaitu memancing.
a. b.
3.
4.
a. b. a.
Mancing (Btw): Menangkap ikan Dulu (Btw): Dahulu Hobi => Hobby (Ing): Kesukaan Malang => Ma-alang (Jw): Sial Tapi (Btw): Tetapi Hobi => Hobby (Ing): Kesukaan
Asal Data Data 3 Judul Data 8 Paragraf ke-1 Kalimat ke-1 Data 3 Paragraf ke-1 Kalimat ke-3 Data 3 Paragraf ke-2 Kalimat ke-2
Tabel 18 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Anne Rifaidah (Mancing di Kolam Orang) No.
Kalimat
5.
“Ada apa, Pi, manggilmanggil?” jawabku ketika membuka pintu rumahku. “Ne, ayo mancing ikan!” ajak Kapi mancing ikan.
6.
Campur Kode a.
Manggil-manggil (Btw): Memanggil berulang kali
a.
c.
Mancing (Btw): Menangkap ikan Mancing (Btw): Menangkap ikan Emangnya (Btw): Memangnya Mancing (Btw) => Menangkap ikan Gak => Engga (Btw): Tidak
a.
Cuman (Btw): Cuma; Hanya
b. 7.
8.
“Emangnya kita mau mancing ikan di mana, kita kan gak punya kolam?” jawabku cetus.
Jaraknya cuman 100 meter dari sini.” ajak Kapi lagi.
a. b.
Asal Data Data 3 Paragraf ke-2 Kalimat ke-4 Data 3 Paragraf ke-2 Kalimat ke-5 Data 3 Paragraf ke-2 Kalimat ke-6
Data 3 Paragraf ke-2 Kalimat ke-8
Tabel 19 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Anne Rifaidah (Mancing di Kolam Orang) No.
Kalimat
9.
“Ok lah, Pi, aku juga udah lama gak mancing ikan nih.” Jawab Anne.
Campur Kode a.
b.
c. d. e. f. 10.
“Loh-loh, kok kolam orang, entar kalo ketauan sama yang punya kolam gimana ini? Aduhh!” jawab Anne bingung.
a. b.
c. d. e. f. g. 11.
12.
“Allaahhh, tenang saja lah kamu, mentalmu kecut bener, jam segini yang punya kolam lagi tidur tauuu..jadi gak perlu takut.” Jawab Kapi dengan percaya diri. “Ok lah, Pi, kalau gitu. Gak mandang kolam orang atau tidak, yang penting kita mancing.”
a. a. b. c. d. a.
b. c. d. e.
Ok => Oke (Btw): Kata partikel untuk menyatakan setuju Lah (Btw): Kata seru untuk memberikan tekanan atau menyungguhkan Udah (Btw): Sudah Gak => Enggak (Btw): Tidak. Mancing (Btw): Memancing; Menangkap ikan Nih (Btw): Ini, dengan penegasan Loh-loh (Btw): Menyatakan sikap heran dan kaget Kok (Btw): Kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud Entar (Btw): Sebentar Kalo (Btw): Kalau Ketauan (Btw): Ketahuan Sama (Btw): Oleh Gimana =>Pagimana (Btw): Bagaimana Bener => Bener-bener (Jw): Sesuai; tepat; betul Segini (Btw): Sebesar ini; Sebanyak ini Lagi (Btw): Sedang Tauu (Btw): Tahu Gak => Enggak (Btw): Tidak Ok => Oke (Btw): Kata partikel untuk menyatakan setuju Gitu (Btw): Begitu Gak => Enggak (Btw): Tidak Mandang (Btw): Tidak mau tahu Mancing (Btw): Memancing;Menangkap ikan
Asal Data Data 3 Paragraf ke-2 Kalimat ke-9
Data 3 Paragraf ke-3 Kalimat ke-5
Data 3 Paragraf ke-3 Kalimat ke-6
Data 3 Paragraf ke-4 Kalimat ke-2
Tabel 20 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Anne Rifaidah (Mancing di Kolam Orang) No.
Kalimat
Campur Kode
13.
“Ha… kan gitu enak, Ne, hehhee”
a.
Gitu (Btw): Begitu
14.
“Apa? Pulang? Emangnya udah dapet berapa ikan, Ne?”
15.
“Udah dapet 10 ikan ni, Pi, pulang lah, yukk!”
a. b. c. a. b. c.
Emangnya (Btw): Memangnya Udah (Btw): Sudah Dapet (Btw): Mendapatkan Udah (Btw): Sudah Dapet (Btw): Mendapatkan Ni => Nih (Btw): Ini
16.
“Ah, nanti aja lah, Pi, baru juga 10 ikan.
a.
Aja (Btw): Saja
Asal Data Data 3 Paragraf ke-4 Kalimat ke-3 Data 3 Paragraf ke-5 Kalimat ke-3 Data 3 Paragraf ke-5 Kalimat ke-4 Data 3 Paragraf ke-5 Kalimat ke-5
Tabel 21 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Anne Rifaidah (Mancing di Kolam Orang) No.
Kalimat
17.
“Heyy… kenapa mancing di kolamku? awas kalian!”
18.
“Pi, gimana ni?” tanya Anne dalam kondisi bingung.
19.
“Untung kita, Ne, kalau tadi kita dapat, gak tau bakal jadi apa nantinya, Huft!” “Iya, Ne, ikan tadi gimana? tanya Kapi.
20.
Campur Kode a. b. c. a. b. a. b. c. a.
Kenapa (Btw): Mengapa Mancing (Btw): Memancing; Menangkap ikan Awas (JK): Jelas Gimana => Pagimana (Btw): Bagaimana Ni => Nih (Cak): Ini Gak => Enggak (Btw): Tidak Tau (Btw):Tahu Bakal (Btw): Akan Gimana =>Pagimana (Btw): Bagaimana
Asal Data Data 3 Paragraf ke-5 Kalimat ke-8 Data 3 Paragraf ke-6 Kalimat ke-1 Data 3 Paragraf ke-6 Kalimat ke-5 Data 3 Paragraf ke-6 Kalimat ke-6
Tabel 22 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Anne Rifaidah (Mancing di Kolam Orang) No.
Kalimat
21.
“Udah aku buang, Pi, habis bingung mau gimana.” jawabku. “Aduhh, gak apa lah, yang penting kita selamat.
a. b. a.
Udah (Btw): Sudah Gimana => Pagimana (Btw): Bagaimana Gak => Enggak (Btw): Tidak
23.
Yook kita pulang aja!” ajak Kapi.
a. b.
Yook (Btw): Ayo Aja (Btw): Saja
24.
“Ayo, Pi, udah sore juga ini.” jawabku.
a.
Udah (Btw): Sudah
22.
Campur Kode
Asal Data Data 3 Paragraf ke-6 Kalimat ke-7 Data 3 Paragraf ke-6 Kalimat ke-8 Data 3 Paragraf ke-6 Kalimat ke-9 Data 3 Paragraf ke-6 Kalimat ke-10
Tabel 24 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Desvia Nursita (Kehilangan Cinta Bukan Berarti Kehilangan Sahabat) No.
Kalimat
1.
Tapi itu harus tetap kita terima walau pahit terasa, seperti halnya kehilangan cinta. “Sin, lu engga apa-apa?” tanyanya khawatir.
a.
Tapi (Btw): Tetapi
a. b.
3.
“Engga, gue engga apa-apa.” kata datar.
4.
“Oh, ya udah deh, tolong kasihin ke Indah ya!” katanya tersenyum.
a. b. c. a. b.
Lu (Btw): Kamu Engga => Enggak (Btw): Tidak Engga (Btw): Tidak Gue (Btw): Saya Engga (Btw): Tidak Udah (Btw): Sudah Deh (Btw): Kata yang digunakan untuk mengukuhkan kata-kata atau maksud kawan bicara Kasihin (Btw): Berikan
2.
Campur Kode
c.
Asal Data Data 4 Paragraf ke-1 Kalimat ke-2 Data 4 Paragraf ke-4 Kalimat ke-9 Data 4 Paragraf ke-4 Kalimat ke-10 Data 4 Paragraf ke-4 Kalimat ke-11
Tabel 25 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Desvia Nursita (Kehilangan Cinta Bukan Berarti Kehilangan Sahabat) No.
Kalimat
Campur Kode
5.
“Makasih ya, Sin.” katanya lalu tersenyum.
a.
Makasih (Btw): Terima kasih
6.
“Mimpii apa ya gua semalem.” bisikku dalam hati.
a. b.
Gua (Btw): Saya Semalem (Btw): Semalam
7.
“Hai… ngapa lu?” katanya heran.
a. b.
Ngapa (Btw): Mengapa Lu (Btw): Kamu
8.
“Ah, engga apa-apa.” kataku a. malu-malu.
Engga Tidak
=>
enggak
Asal Data
(Btw):
Data 4 Paragraf ke-4 Kalimat ke-13 Data 4 Paragraf ke-4 Kalimat ke-17 Data 4 Paragraf ke-5 Kalimat ke-2 Data 4 Paragraf ke-5 Kalimat ke-3
Tabel 26 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Desvia Nursita (Kehilangan Cinta Bukan Berarti Kehilangan Sahabat) No.
Kalimat
9.
“Ih muka lu merah, abis ketemu sapa si?” katanya menggodaku.
a. b. c. d. e.
10.
“Ada deh, udah ayo ke kelas, dikit lagi bel!” kataku sambil berlari ke kelas.
a.
11.
Ih engga jelas.” kata Indah lalu mengikuti langkahku.
12.
Tapi tak disangka Indahlah yang merebut cinta pertamaku.
Campur Kode
b. c. a.
Lu (Btw): Kamu Abis (Btw): Baru saja Ketemu (Btw): Bertemu Sapa (Btw): Siapa Si => Sih (Btw): Kata penegas atau penambah kalimat tanya, menyatakan masih bimbang atau belum pasti benar Deh (Btw): Kata yang digunakan untuk mengukuhkan kata-kata atau maksud kawan bicara Udah (Btw): Sudah Dikit (Btw): sebentar Engga (Btw): Tidak
a.
Tapi (Btw): Tetapi
Asal Data Data 4 Paragraf ke-5 Kalimat ke-4
Data 4 Paragraf ke-5 Kalimat ke-5
Data 4 Paragraf ke-5 Kalimat ke-6 Data 4 Paragraf ke-5 Kalimat ke-11
Tabel 27 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Desvia Nursita (Kehilangan Cinta Bukan Berarti Kehilangan Sahabat) No.
Kalimat
13.
“Oia Ndah, gua lupa sesuatu.” kataku.
a. b.
Oia (Btw): Oh iya Gua (Btw): Saya
14.
Aku pun merogoh saku tasku dan meraih cokelat yang diberikan Ghifar tadi. “Nih!” kataku sambil menyodorkan cokelatnya.
a.
Merogoh (Btw): Mengambil sesuatu dengan memasukkan tangan ke dalam saku Nih (Btw): Ini, dengan penegasan
. “Apaan nih?” tanya heran.
a. b.
15.
16.
Campur Kode
b.
Apaan (Btw): Apa Nih (Btw): Ini, penegasan
Asal Data
dengan
Data 4 Paragraf ke-6 Kalimat ke-2 Data 4 Paragraf ke-6 Kalimat ke-4 Data 4 Paragraf ke-6 Kalimat ke-6 Data 4 Paragraf ke-6 Kalimat ke-7
Tabel 28 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Desvia Nursita (Kehilangan Cinta Bukan Berarti Kehilangan Sahabat) No. 17.
“Woii… heran.
Kalimat kenapa?”
tanyaku
b.
Campur Kode Woii (Cak): Kata seru untuk memanggil dengan nada tinggi Kenapa (Btw): Mengapa
Asal Data Data 4 Paragraf ke-6 Kalimat ke-14 Data 4 Paragraf ke-6 Kalimat ke-5 Data 4 Paragraf ke-7 Kalimat ke-3 Data4 Paragraf ke-8 Kalimat ke-6
a.
18.
“Engga, ayo pulang!” katanya sambil menarik tanganku.
a.
Engga (Btw): Tidak
19.
Tapi sepertinya aku salah.
a.
Tapi (Btw) Tetapi
20.
“Sinta! Gua minta maaf, gua a. engga tau kalo ternyata lu b. mencintai Ghifar lebih dulu. c. d. e. f. g.
Gua (Btw): Saya Gua (Btw): Saya Engga (Btw): Tidak Tau (Btw): Tahu Kalo (Btw): Kalau Lu (Btw): Kamu Dulu (Btw): Dahulu
Tabel 29 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Desvia Nursita (Kehilangan Cinta Bukan Berarti Kehilangan Sahabat) No. 21.
Kalimat Kenapa lo engga bilang?
22.
Kalau suka yang bilang saja suka, kalau benci bilang aja benci. Kalau begini kan gua engga tau perasaan lu.” kata Indah bersalah, sambil terurai air mata
23.
24.
“Gua juga minta maaf, lu engga salah ko, Ndah, gua yang salah.” kataku lalu ikut menangis.
a. b. c. a.
a. b. c. d. e. a. b. c. d.
e.
Campur Kode Kenapa (Cak): Mengapa Lo (Btw): Kamu Engga => Enggak (Btw): Tidak Aja (Btw): Saja
Begini (Btw): Sesuatu yang seperti ini Gua (Btw): Saya Engga(Btw): Tidak Tau (Btw): Tahu Lu (Btw): Kamu Gua (Btw): Saya Lu (Btw): Kamu Engga (Btw): Tidak Kok (Btw): Kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud Gua (Btw): Saya
Asal Data Data 4 Paragraf ke-8 Kalimat ke-7 Data 4 Paragraf ke-8 Kalimat ke-8 Data 4 Paragraf ke-8 Kalimat ke-9
Data 4 Paragraf ke-8 Kalimat ke-11
Tabel 31 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5) No.
Kalimat
1.
Ia tidak bisa dinasehati oleh teman-teman dan dia orangnya rada-rada ngeselin. Sebenarnya ia orang yang humoris, tetapi apabila ada guru yang sedang menjelaskan, ia selalu menyautinya dengan rada nyolot. Aku pun sudah fix duduk dengan Widya.
a.
Tapi entah mengapa ada anak yang tidak suka dengan aku dan widya.
2.
3.
4.
Campur Kode
Asal Data
b. a. b.
Rada-rada => Rada (Jw): Agak Ngeselin (Btw): Mengesalkan Rada (Jw): Agak Nyolot (Slg): Bicara dengan nada tidak enak dan menantang
Data 5 Paragraf ke-1 Kalimat ke-4 Data 5 Paragraf ke-1 Kalimat ke-6
a.
Fix (Ing): penentuan
a.
Tapi (Btw): Tetapi
Data 5 Paragraf ke-2 Kalimat ke-2 Data 5 Paragraf ke-2 Kalimat ke-4
Tabel 32 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5) No.
Kalimat
Campur Kode
5.
Kata mereka aku sombong dan cuek.
terlalu
a.
Cuek (Btw): Masa bodoh; Tidak acuh
6.
Lama kelamaan aku pun sudah mulai beradaptasi dengan mereka. Kita sering memanggil wali kelas kita dengan sebutan “Daddy” hehehe. Walaupun agak terdengar lebay tapi kita senang dengan panggilan itu.
a.
Kelamaan (Btw): Terlalu lama
a.
Daddy (Bld): Ayah
a. b.
Lebay (Slg): Berlebihan Tapi (Btw): Tetapi
7.
8.
Asal Data Data 5 Paragraf ke-2 Kalimat ke-5 Data 5 Paragraf ke-3 Kalimat ke-1 Data 5 Paragraf ke-3 Kalimat ke-2 Data 5 Paragraf ke-3 Kalimat ke-3
Tabel 33 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5) No.
Kalimat
9.
Alfiyah pun yang semula aku anggap orang yang tidak sopan, lama kelamaan menjadi orang yang sangat asik. Anak-anak di kelas pun kerap memanggilnya dengan sebutan “Inyong”. Begitu pun dengan Faris, anakanak memanggilnya “Ucok”, hehehe. Karena sebelum kita punya kantin, kita kerap jajan berombongan (kayak orang ngajakin ribut), hehehe.
10.
11.
12.
Campur Kode
Asal Data
a.
Kelamaan (Btw): Terlalu lama
Data 5 Paragraf ke-3 Kalimat ke-4
a.
Inyong (Jw): Saya
a.
Ucok (Btk): Anak laki-laki
a.
Jajan (Btw): Membeli kue atau makanan Berombongan(Btw): Beramairamai Kayak (Btw): Seperti Ngajakin (Btw): Mengajak
Data 5 Paragraf ke-3 Kalimat ke-5 Data 5 Paragraf ke-3 Kalimat ke-6 Data 5 Paragraf ke-4 Kalimat ke-2
b. c. d.
Tabel 34 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5) No.
Kalimat
Campur Kode
13.
Tapi disitulah serunya kita.
a.
Tapi (Btw): Tetapi
14.
Kadang jika sedang malas untuk jajan di kantin sekolah orang, kita pun janjian untuk membawa bekal dari rumah. Setau aku, anak laki-laki kan suka gengsi kalau soal kayak gitu-gituan.
a.
Jajan (Btw): Membeli kue atau makanan Janjian (Btw): Membuat janji
15.
16.
Suatu hari di sekolah mengadakan lomba nasyid, hehehe
b. a. b. c. a.
Setau (Btw): Setahu; Sepengetahuan Kayak (Btw): Seperti Gitu-gituan (Btw): Seperti itu Nasyid (Arb): Lagu yang mengandung unsur keislaman
Asal Data Data 5 Paragraf ke-4 Kalimat ke-3 Data 5 Paragraf ke-4 Kalimat ke-4 Data 5 Paragraf ke-4 Kalimat ke-6 Data 5 Paragraf ke-5 Kalimat ke-1
Tabel 35 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5) No.
Kalimat
17.
Walaupun agak pesimis bisa menang karena suara yang paspasan dan kurang PD. Dan sebenernya sih rada-rada malu karena diliat satu sekolah.
18.
Campur Kode a.
Pas-pasan (Btw): Tidak kurang dan tidak lebih
a.
Sih(Btw): Kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya Rada-rada => Rada (Jw): Agak Diliat (Btw): Dilihat Marah-marahan (Btw): Tidak mau bergaul keran marah
b.
19.
20.
c. Kadang ejek-ejekan, marah- a. marahan, dan kadang ejekejekan itu pun menjadi masalah yang cukup serius. Tapi marah itu pun tidak a. pernah berkepanjangan, karena pada salah satu pihak pasti akan meminta maaf terlebih dahulu.
Tapi (Btw): Tetapi
Asal Data Data 5 Paragraf ke-5 Kalimat ke-3 Data 5 Paragraf ke-5 Kalimat ke-6
Data 5 Paragraf ke-6 Kalimat ke-2 Data 5 Paragraf ke-6 Kalimat ke-9
Tabel 36 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5) No.
Kalimat
21.
Suasana kelas pun menjadi kacau karena ingin dulu-duluan mendaftar agar bisa ikut. Tapi kita sepakat apabila ada satu orang yang tidak ikut, maka tidak akan ada yang ikut dari X-5. Pak Hendi pun langsung bingung, mungkin di dalam hatinya bilang “kalo anak-anak pada kaga ikut, siapa yang mau nombok buat bayar bis yah?” hehehe, bercanda. Kebesokan harinya pun kakakkakak OSIS masuk kelas kita dan memberitahu bahwa kelas kita bisa ikut LDKS semua.
22.
23.
24.
Campur Kode
Asal Data
a.
Dulu-duluan (Btw): Dahulu
a.
Tapi (Btw): Tetapi
a. b. c.
Kalo (Btw): Kalau Kaga (Btw): Tidak Nombok Menambahkan uang Buat (Btw): Untuk
d. a.
Kebesokan Keesokan
(Btw):
(Btw):
Besok;
Data 5 Paragraf ke-7 Kalimat ke-3 Data 5 Paragraf ke-7 Kalimat ke-4 Data 5 Paragraf ke-7 Kalimat ke-5
Data 5 Paragraf ke-7 Kalimat ke-6
Tabel 37 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5) No.
Kalimat
25.
LDKS pun berjalan lancar walau kita sempat dibikin nangis sama kakak-kakaknya, tapi itulah kesannya. Bisa nangis bareng, ketawa bareng, satu bis bareng, dan mandi pun bareng (sangking solidnya), hahaha.
a. b. c. d. a. b. c. d. e. f. g.
27.
Tapi kebersamaan itu harus terpisah karena penjurusan.
a.
28.
Karena aku merasa baru saja a. menemukan sahabat sejati, tapi harus terpisah karena penjurusan.
26.
Campur Kode Dibikin (Btw): Dijadikan Nangis (Btw): Menangis Sama (Btw): Oleh Tapi (Btw) Tetapi Nangis (Btw): Menangis Bareng(Jw): Bersama dengan Ketawa (Btw): tertawa Bareng(Jw): Bersama dengan Bareng(Jw): Bersama dengan Bareng(Jw): Bersama dengan Sangking (Btw): Saking; Kata depan untuk menandai sumber atau sebab Tapi (Btw): Tetapi
Tapi (Btw): Tetapi
Asal Data Data 5 Paragraf ke-8 Kalimat ke-1 Data 5 Paragraf ke-8 Kalimat ke-2
Data 5 Paragraf ke-9 Kalimat ke-1 Data 5 Paragraf ke-9 Kalimat ke-3
Tabel 38 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5) No.
Kalimat
29.
Dan ada temanku yang berkata seperti ini, “Kita gak boleh terus-terusan sedih kaya gini, sekarang kita mikir gimana caranya kelas baru kita bisa kaya X-5 yang solid.
a. b.
Jadikan contoh tapi jangan jadikan masalah, gue yakin kelas-kelas lain juga bakal ngecontoh X-5 yang selalu solid.” Dan sampai sekarang pun kekompakan itu masih dapat dirasakan, seperti ngumpul bareng. Kalau ada atletik berangkatnya berame-rame dan masih banyak lagi.
30.
31.
32.
Campur Kode
Asal Data Data 5 Paragraf ke-9 Kalimat ke-5
a. b. c. d.
Gak => Enggak (Btw): Tidak Terus-terusan (Btw): Terusmenerus Kaya (Btw): Seperti Gini (Btw): Ini Mikir (Btw): Berpikir Gimana => Pagimana (Btw): Bagaimana Tapi (Btw): Tetapi Gue (Btw): Saya Bakal (Btw): Akan Ngecontoh (Btw): Mencontoh
a. b.
Ngumpul (Btw): Berkumpul Bareng (Jw): Bersama dengan
Data 5 Paragraf ke-9 Kalimat ke-8
a.
Berame-rame (Btw): Beramairamai => Ramya (Snk): Gaduh
Data 5 Paragraf ke-9 Kalimat ke-9
c. d. e. f.
Data 5 Paragraf ke-9 Kalimat ke-6
Tabel 39 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5) No. 33.
34.
Kalimat Kita mempunyai kata-kata a. yang menurut kita sangat mencerminkan kelas X-5, tapi b. enggak tau deh buat yang lain. c.
d. Kata-katanya kayak gini, a. “Persahabatan itu bagaikan b. kilauan pelangi, walaupun berbeda warna tetapi tetap satu, memberikan keindahan dan keindahan bagi siapa pun yang melihatnya.” Hehehe, baguskan?
Campur Kode Tapi (Btw): Tetapi Enggak (Btw): Tidak Tau (Btw): Tahu Deh(Btw): Kata yang digunakan untuk mengukuhkan kata-kata atau maksud kawan bicara Buat (Btw): Untuk Kayak (Btw): Seperti Gini (Btw): Ini
Asal Data Data 5 Paragraf ke-9 Kalimat ke-10
Data 5 Paragraf ke-9 Kalimat ke-11
Tabel 41 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Siti Rafidah (Me and My Best Friend) No.
Kalimat pulang,
Campur Kode
1.
Waktunya lirih.
batinku
a.
Lirih (Jw): Lembut
2.
Kenapa mereka semua bisa lupa hari ulang tahunku?
b.
Kenapa (Cak): Mengapa
3.
Tapi segitu burukkah ingatan mereka?
a.
Tapi (Btw): Tetapi
Asal Data Data 6 Paragraf ke-1 Kalimat ke-2 Data 6 Paragraf ke-1 Kalimat ke-6 Data 6 Paragraf ke-1 Kalimat ke-10
Tabel 42 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Siti Rafidah (Me And My Best Friend) No.
Kalimat
Campur Kode
4.
Apakah penguntit?
a.
Penguntit (Btw): Orang yang mengikuti dari belakang
5.
Tunggu, kenapa aku mendengar banyak langkah kaki? Jangan-jangan aku akan dikeroyok.
a.
Kenapa (Btw): Mengapa
a.
Dikeroyok => Keroyokan (Jw): ramai-ramai
6.
7.
“Happy Birthday Tiara” ujar a. mereka serempak. b.
Happy (Ing): Senang Birthday (Ing): Hari kelahiran
Asal Data Data 6 Paragraf ke-2 Kalimat ke-6 Data 6 Paragraf ke-2 Kalimat ke-8 Data 6 Paragraf ke-2 Kalimat ke-9 Data 6 Paragraf ke-3 Kalimat ke-4
Tabel 43 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Siti Rafidah (Me And My Best Friend) No.
Kalimat
8.
“Ya ampun, gitu aja ngambek, sini gue kasih lagi.”
Campur Kode a. b. c.
9.
10.
11.
d. Ya, Dimas, kenapa gue jadi a. kena sih? b. c.
Ini kan air bekas pel pak Komar, a. sialan lo!” rengek Olive lalu b. melempar tepung ke arah Dimas. Dan entah dari mana, putri tiba- a. tiba membawa blackforest yang berisi angka 16 ke hadapanku.
Asal Data
Gitu (Btw) => Begitu: Seperti itu Aja (Btw): Saja Ngambek (Btw): Agak marah => ambek (Jw): Watak Gue (Btw): Saya Kenapa (Cak): Mengapa Gue (Btw): Saya Sih(Btw): Kata penambah atau penegas dalam kalimat Tanya Lo (Btw): Kamu Rengek (Btw): Meminta sesuatu dengan mendesak
Data 6 Paragraf ke-4 Kalimat ke-3
Blackforest Cokelat
Data 6 Paragraf ke-4 Kalimat ke-12
(Ing):
Kue
Data 6 Paragraf ke-4 Kalimat ke-8
Data 6 Paragraf ke-4 Kalimat ke-9
Tabel 44 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Siti Rafidah (Me And My Best Friend) No. 12.
Kalimat “Make a wish dulu dong, Ra.”
Campur Kode a. b.
Data 6 Paragraf ke-4 Kalimat ke-13
a. b.
Make (Ing): Membuat A wish (Ing): Suatu keinginan Dulu (Btw): Dahulu Dong (Btw): Kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud Lagi (Btw): Sedang Nganter (Btw): Mengantar
a. b.
Lo (Btw): Kamu Tau (Btw): Tahu
a. b. c.
Nyuruh (Btw): Menyuruh Buat (Btw): Untuk Nemenin (Btw): Menemani
Data 6 Paragraf ke-4 Kalimat ke-18 Data 6 Paragraf ke-4 Kalimat ke-19
c.
13.
14.
15.
Kulihat raut wajah mereka berubah, lalu Tika menyela, “Agha lagi nganter Mira ke toko buku. Lo tau lah Mira, ee..dia anak baru.” kulihat Tika sejenak ragu-ragu. ”Bu Lia tadi nyuruh Agha buat nemenin Mira beli buku pelajaran.”
Asal Data
Data 6 Paragraf ke-4 Kalimat ke-17
Tabel 45 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Siti Rafidah (Me And My Best Friend) No. 16.
17.
18.
19.
Kalimat
Campur Kode
Alunan lagu Only Hope milik a. Mandy Moore terdengar dari b. meja belajarku. Siapa sih yang nelpon malam- a. malam? b. Dengan kesal ku tekan salah a. satu tombol di Hp, tanpa melihat nama yang tertera di layar. “Hallo,” sapaku enggan. a.
Only (Ing): Hanya Hope (Ing): Berharap Sih(Btw): Kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya Nelpon (Btw): Menelepon Hp => Handphone (Ing): Telepon genggam
Hallo (Ing): Menyeru
Asal Data Data 6 Paragraf ke-5 Kalimat ke-5 Data 6 Paragraf ke-5 Kalimat ke-6 Data 6 Paragraf ke-5 Kalimat ke-7 Data 6 Paragraf ke-5 Kalimat ke-8
Tabel 46 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Siti Rafidah (Me And My Best Friend) No.
Kalimat
20.
“Akhirnya diangkat juga, Ra, buruan ke balkon sekarang,” ujar seseorang yang aku kenal. “Jangan lupa pake jaket, dingin banget di sini.
a.
Buruan (Btw): Cepat-cepat
a. b.
Pake (Btw): Memakai Banget (Btw): Sangat
22.
Gue tunggu, Ra.
a.
Gue (Btw): Saya
23.
“Lo belum tidur kan?” tanya Agha dari balkonnya.
a. b.
Lo (Btw): Kamu Balkonnya => Balkon (Bld): Teras lantai atas pada bangunan bertingkat
21.
Campur Kode
Asal Data Data 6 Paragraf ke-5 Kalimat ke-9 Data 6 Paragraf ke-5 Kalimat ke-10 Data 6 Paragraf ke-5 Kalimat ke-11 Data 6 Paragraf ke-5 Kalimat ke-13
Tabel 47 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Siti Rafidah (Me And My Best Friend) No.
Kalimat
Campur Kode
24.
Lo sendiri baru pulang?
a.
Lo (Btw): Kamu
25.
“Iya, tadi gue nganter Mira beli buku.
a. b.
Gue (Btw): Saya Nganter (Btw): Mengantar
26.
Capek banget, Ra.
c. d.
Capek (Btw): Capai Banget (Btw): Sangat
27.
Nggak nyangka kalo si Mira suka baca novel, sama kaya lo.
a. b. c. d. e.
Nggak (Btw): Tidak Nyangka (Btw): Menyangka Kalo (Btw): Kalau Kaya (Btw): Seperti Lo (Btw): Kamu
Asal Data Data 6 Paragraf ke-5 Kalimat ke-15 Data 6 Paragraf ke-5 Kalimat ke-16 Data 6 Paragraf ke-5 Kalimat ke-17 Data 6 Paragraf ke-5 Kalimat ke-18
Tabel 48 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Siti Rafidah (Me And My Best Friend) No.
Kalimat
Campur Kode
28.
Hallo… Tiara?
a.
Hallo (Ing): Menyeru
29.
Tiaraa… lo denger nggak sih? panggilan Agha membuyarkan lamunanku.
a. b. c. d.
Lo (Btw): Kamu Denger (Btw): Mendengar Nggak (Btw): Tidak Sih(Btw): Kata penambah atau penegas dalam kalimat tanya Membuyarkan => Buyar (Btw): Tidak berpusat; Bersebar Gue (Btw): Saya Gue (Btw): Saya Denger (Btw): Mendengar Kok (Btw): Kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud Gue (Btw): Saya Tau (Btw): Tahu Lo (Btw): Kamu Nggak (Btw): Tidak Denger (Btw): Mendengar Omongan => Omong (Jw): Berbicara Gue (Btw): Saya Lo (Btw): Kamu Lagi (Btw): Sedang Mikir (Btw): Memikirkan Sih (Btw): Kata penambah atau penegas dalam kalimat Tanya
e.
30.
Eh maksud gue, gue denger kok.” ucapku terbata-bata.
a. b. c. d.
31.
Agha mendengus. “Gue tau lo nggak denger omongan gue, lo lagi mikir apa sih?”
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Asal Data Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-2 Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-2
Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-4
Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-5
Tabel 49 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Siti Rafidah (Me And My Best Friend) No.
Kalimat
Campur Kode
32.
Kita pacaran sampai sini aja, a. lagian lo sama gue lebih cocok b. buat sahabatan. c. d. e. f. g. h.
33.
Entah kenapa gue rindu Agha yang dulu, Agha yang selalu ngejek gue jelek.
34.
35.
a. b. c. d.
e. Agha yang selalu bandingin a. gue sama cewek-cewek populer waktu SMP. b. c. d.
Sampai Agha yang selalu bangunin gue kalo gue telat bangun.
a. b. c. d.
Pacaran (Btw): Bercintaan Aja (Btw): Saja Lagian (Btw):Sebab Lo (Btw): Kamu Sama (Btw): Dan Gue (Btw): Saya Buat (Btw): Untuk Sahabatan (Btw): Menjadi sahabat Kenapa (Btw): Mengapa Gue (Btw): Saya Dulu (Btw): Dahulu Ngejek (Btw): Mengejek => Ejek (Mkb): Cemooh; Mengatakan keburukan orang lain Gue (Btw): Saya Bandingin (Btw): Membandingkan Gue (Btw): Saya Sama (Btw): Dengan Cewek (Btw): Sebutan kepada wanita atau perempuan yang masih muda Bangunin (Btw): Membangunkan Gue (Btw): Saya Kalo (Btw): Kalau Gue (Btw): Saya
Asal Data Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-8
Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-9
Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-10
Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-11
Tabel 50 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Siti Rafidah (Me And My Best Friend) No.
Kalimat
36.
Semenjak kita pacaran, rasanya ada yang berubah dari diri kita.
a. b.
Semenjak (Btw): sejak Pacaran (Btw): Bercintaan
37.
“Lo mau kan kalo kita sahabatan lagi?” tanyaku ragu.
a. b. c.
38.
“Kalo itu mau lo gue terima, asalkan kita bisa sahabatan kaya dulu.
a. b. c. d.
Lo (Btw): Kamu Kalo (Btw): Kalau Sahabatan (Btw): Menjadi sahabat Kalo (Btw): Kalau Lo (Btw): Kamu Gue (Btw): Saya Sahabatan (Btw): Menjadi sahabat Kaya (Btw): Seperti Dulu (Btw): Dahulu Gara-gara (Jw): Penimbul kericuhan Lirih (Jw): Lembut
39.
Campur Kode
e. f. a.
Jangan gara-gara masalah ini, kita jadi diem-dieman.” ujar Agha lirih. b.
Asal Data Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-12 Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-13 Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-15
Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-16
Tabel 51 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Siti Rafidah (Me And My Best Friend) No.
Kalimat
40.
“Ya udah, gue duluan balik ke kamar ya, dingin banget di sini.”
41.
42.
43.
Campur Kode a. b. c.
d. “Happy Birthday,Tiara, a. maunya ngucapin satu tahun b. kita jadian, tapi kan kita baru c. aja putus. d. e. f. Gue doain semoga a. persahabatan kita langgeng b. sampai tua nanti. c. ”Happy Birthday peri kecilku a. dan Happy 1st anniversary buat b. hubungan kita.” c. d. e. f.
Udah (Btw): Sudah Gue (Btw): Saya Duluan (Btw) => Dulu => Dahulu => Banget (Btw): Sangat Happy (Ing): Gembira Birthday (Ing): Hari kelahiran Ngucapin (Btw): Mengucapkan Jadian (Btw): Baru resmi pacaran Tapi (Btw): Tetapi Aja (Btw): Saja Gue (Btw): Saya Doain (Btw): Doakan Langgeng (Jw): Sejahtera Happy (Ing): Gembira Birthday (Ing): Hari kelahiran Happy (Ing): Gembira 1st(Ing): Pertama Anniversary (Ing): Hari peringatan; Hari jadi Buat (Btw): Untuk
Asal Data Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-17
Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-19
Data 6 Paragraf ke-6 Kalimat ke-20 Data 6 Paragraf ke-7 Kalimat ke-1
Tabel 52 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Siti Rafidah (Me And My Best Friend) No.
Kalimat
44.
PS: Moga lu seneng ama tu kalung
45.
Dilihat dari mana pun, kami memang hanya cocok untuk sahabatan.
Campur Kode a. b. c. d. e. a.
Asal Data
Moga (Btw): Semoga Lu (Btw): Kamu Seneng (Btw): Senang Ama (Btw): Dengan Tu (Btw): Itu Sahabatan (Btw): Menjadi sahabat
Data 6 Paragraf ke-8 Kalimat ke-1
Data 6 Paragraf ke-9 Kalimat ke-1
Tabel 54 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos) No.
Kalimat
1.
Aku mau ke sekolahan mau ngumpulin tugas.”
Campur Kode a.
Asal Data
2.
“Engga sarapan dulu?”
a. b.
Sekolahan (Btw): Gedung sekolah Ngumpulin (Btw): Mengumpulkan Engga (Btw): Tidak Dulu (Btw): Dahulu
3.
“Tadi udah minum susu, aku pergi dulu ya bu.”
a. b.
Udah (Btw): Sudah Dulu (Btw): Dahulu
4.
Aku segera mengendarai motor dan bergegas untuk menyamper Hanifa.
a.
Menyamper Menjemput
b.
(Btw):
Data 7 Paragraf ke-2 Kalimat ke-7 Data 7 Paragraf ke-2 Kalimat ke-8 Data 7 Paragraf ke-2 Kalimat ke-9 Data 7 Paragraf ke-3 Kalimat ke-1
Tabel 55 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos) No. 5.
6.
Kalimat Tapi di perjalanan tiba-tiba saja a. perasaanku enggak enak, seperti b. ada sesuatu. Tapi ko banyak sekali orang a. yang mengeluarkan STNK, apa b. jangan-jangan?
7.
Ini gaswat
a.
8.
Pasti gara-gara aku engga pake helm, jadi kena tilang deh.
a. b. c. d.
Campur Kode
Asal Data
Tapi (Btw): Tetapi Enggak (Btw): Tidak
Data 7 Paragraf ke-3 Kalimat ke-2 Data 7 Paragraf ke-3 Kalimat ke-5
Tapi (Btw): Tetapi Ko => Kok (Btw): Kata yang digunakan untuk menekankan atau menguatkan maksud Gaswat (Slg): Gawat; Berbahaya Gara-gara (Jw): Penimbul kericuhan Engga (Btw): Tidak Pake (Btw): Pakai Deh (Btw):Kata yang digunakan untuk mengukuhkan kata-kata atau maksud kawan bicara
Data 7 Paragraf ke-4 Kalimat ke-4 Data 7 Paragraf ke-4 Kalimat ke-5
Tabel 56 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos) No.
Kalimat
Campur Kode
9.
Dengan terpaksa akhirnya aku ngasih STNK ku kepada pak polisi, dan STNK ku disita dulu karena aku tidak membawa uang denda.
a.
10.
Asal Data
b.
Ngasih (Betawi): Memberikan Dulu (Btw): Dahulu
Data 7 Paragraf ke-4 Kalimat ke-6
Yang lebih parahnya lagi uang dendanya tuh sebesar Rp 180.000, tuh polisi engga mikir apa, uang darimana coba.
a. b. c. d.
Tuh (Btw): Itu Tuh (Btw): Itu Engga (Btw): Tidak Mikir (Btw): Memikirkan
Data 7 Paragraf ke-4 Kalimat ke-7
11.
Minta sama ibu engga mungkin, pasti bakalan ditanyain.
12.
Ahirnya aku memutuskan untuk langsung menyamper Hanifa.
a. b. c. a.
Engga (Btw): Tidak Bakalan (Btw): Akan Ditayain (Btw): Ditanya Menyamper (Btw): Menjemput
Data 7 Paragraf ke-4 Kalimat ke-8 Data 7 Paragraf ke-4 Kalimat ke-9
Tabel 57 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos) No.
Kalimat
13.
Tapi sebelum ke sekolahan aku pulang dulu ke rumah untuk mengambil uang, dengan terpaksa menggunakan uang BSM. “Lia HP kamu geter tuh!”
14.
15.
“Yaudah, coba kamu buka tas aku terus bawa smsnya!”
Campur Kode a. b. c. a. b. c. a. b.
16.
“Oke deh”
a. b.
Asal Data
Tapi (Btw): Tetapi Sekolahan (Btw): Gedung sekolah Dulu (Btw): Dahulu
Data 7 Paragraf ke-4 Kalimat ke-12
HP => Handphone (Ing): Telepon genggam Geter (Btw): Bergetar Tuh (Btw) : Itu Yaudah => Udah (Btw): Sudah Sms => Short Message Service (Ing): Layanan pesan singkat Oke (Btw): Kata untuk menyatakan setuju Deh (Btw): Kata yang digunakan untuk mengukuhkan kata-kata atau maksud kawan bicara
Data 7 Paragraf ke-5 Kalimat ke-2 Data 7 Paragraf ke-5 Kalimat ke-3
Data 7 Paragraf ke-5 Kalimat ke-4
Tabel 58 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos) No.
Kalimat
Campur Kode
17.
Bilang ajah kita ada di jalan.
a.
Ajah (Btw): Saja
18.
Katanya cepetan
a.
Cepetan (Btw): Lebih cepat
19.
Akhirnya aku menancapkan gas lebih dalam lagi agar cepet sampai ke sekolahan. Akhirnya aku dan Hanifa sampe juga di sekolah, di sanah sudah ada Rina dan Nispa.
a.
Cepet (Btw): Cepat
a.
Sampe (Btw): Sampai
20.
Asal Data Data 7 Paragraf ke-5 Kalimat ke-6 Data 7 Paragraf ke-5 Kalimat ke-7 Data 7 Paragraf ke-5 Kalimat ke-9 Data 7 Paragraf ke-5 Kalimat ke-10
Tabel 59 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos) No.
Kalimat
Campur Kode
Asal Data
21.
a.
Sampe (Btw): Sampai
22.
Setelah sampe di tempat polisi aku langsung buru-buru menemuinya dan langsung membayar uang dendanya. Setelah itu STNK aku dibalikan.
a.
Dibalikan Dikembalikan
23.
“Jangan dilakuin lagi ya, de?”
a. b.
Dilakuin (Btw): Dilakukan De (Btw): Adik
24.
“Iya, Pak, Makasih, Pak.
a.
Makasih (Btw): Terima kasih
Data 7 Paragraf ke-5 Kalimat ke-13 (Btw):
Data 7 Paragraf ke-5 Kalimat ke-14 Data 7 Paragraf ke-6 Kalimat ke-1 Data 7 Paragraf ke-6 Kalimat ke-2
Tabel 60 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos) No.
Kalimat
Campur Kode
25.
26.
Huuuhh, untung saja ibu engga nanyain kenapa tadi aku pulang lagi. Kalo ditanya bisa gaswat.
a. b. c. a. b.
Engga (Btw): Tidak Nanyain (Btw): Menanyakan Kenapa (Btw): Mengapa Kalo (Btw): Kalau Gaswat (Slg): Berbahaya
27.
Jangan sampe ibu tau hal ini.
a. b.
Sampe (Btw): Sampai Tau (Btw): Tahu
28.
Hari ini aku lagi tidak beruntung, kenapa harus kena tilang.
a. b.
Lagi (Btw): Sedang Kenapa (Btw): Mengapa
Asal Data Data 7 Paragraf ke-6 Kalimat ke-8 Data 7 Paragraf ke-6 Kalimat ke-9 Data 7 Paragraf ke-6 Kalimat ke-10 Data 7 Paragraf ke-6 Kalimat ke-11
Tabel 61 Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos) No.
Kalimat
Campur Kode
29.
Mana dendanya 180.000 lagi.
a.
Mana (Btw): Menyatakan perasaan kecewa
30.
Pantesan ajah polisi jarang ada yang kurus, kerjaanya enak banget.
a.
Pantesan (Btw): Pernyataan baru mengetahui sesuatu Ajah (Btw): Saja Banget (Btw): Sangat Bener-bener (Jw): Sesuai; Betul
b. c. a.
31.
Ini bener-bener pelajaran yang menguras ongkos.
32.
Jangan sampeee aku kena lagi, a. Sampe (Btw): Sampai cukup satu kali aja aku merasakan ini semua. Gara-gara kena tilang, aku harus a. Gara-gara (Jw): Penimbul bawa helm kemana pun aku kericuhan pergi.
33.
Asal Data Data 7 Paragraf ke-6 Kalimat ke-12 Data 7 Paragraf ke-6 Kalimat ke-13 Data 7 Paragraf ke-6 Kalimat ke-14 Data 7 Paragraf ke-6 Kalimat ke-15 Data 7 Paragraf ke-6 Kalimat ke-16
RIWAYAT HIDUP
ARIANI SOLEHA, lahir di Kota Tangerang pada tanggal 4 Desember 1990. Biasa dipanggil Rian, anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Sarnalih dan Mutmainah. Ia memulai pendidikannya di SDN Pondok Bahar 02, Ciledug selama enam tahun dan lulus pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke SMP YPPUI, Ciledug, selama tiga tahun dan lulus pada tahun 2005. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya ke SMA al-Mubarak, Pondok Aren, jurusan IPS, selama tiga tahun dan lulus pada tahun 2008. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah kampus idamannya sejak SMA. Akhirnya, pada tahun 2009 ia melanjutkan pendidikan S1 di kampus idamannya. Sesuai dengan cita-citanya sejak SD yang ingin menjadi guru Bahasa Indonesia, ia pun memilih jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sejak duduk di semester V (lima), sudah mulai mengajar di bimbingan belajar Primagama cabang Cidodol, Jakarta Selatan sampai semester VIII (delapan). Saat ini ia mengajar di SMP Islam Kaffah Unggul, Karang Tengah dan bimbingan belajar Ganesha Knowledge Ciledug. “Harus bisa, yakin bisa, dan pasti bisa” merupakan rangkaian kata yang pernah dicoretkan dalam buku hariannya semasa SMA. Maksudnya yaitu setiap orang pasti bisa melakukan sesuatu apabila ada keyakinan di dalam diri dan mengatakan kepada diri sendiri “harus bisa!” Sejak mendapat mata kuliah Pengembangan Profesi Keguruan di semester VII (tujuh), ia mulai berpandangan bahwa profesi seorang guru sebagai profesi yang luar biasa. Sampai saat ini ia memandang bahwa “guru adalah induk dari segala profesi”.