PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PS3 SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH I BLITAR TAHUN 2012/2013
Herlin Ernawati Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Ketuntasan belajar secara klasikal menulis puisi baru siswa SMA Muhammadiyah 1 Blitar masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain belum efektifnya penggunaan teknik yang digunakan dalam pembelajaran. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi. Usaha pemecahan masalah dilakukan dengan menerapkan teknik PS3. Teknik PS3 merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan penginderaan, sumbang, serap, dan saran. Teknik ini dalam pembahasan selanjutnya disebut PS3. Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik PS3 melalui kegiatan pokok yaitu; penginderaan, sumbang, serap, dan saran dapat (1) meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Blitar Tahun Pelajaran 2012/2013 pada tahap pramenulis, (2) meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Blitar Tahun pelajaran 2012/2013 pada tahap menulis, dan (3) meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Blitar Tahun Pelajaran 2012/2013 pada tahap pascamenulis. Kata kunci: Peningkatan, kemampuan menulis puisi, teknik PS3 Menulis merupakan salah satu aspek dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh pengguna bahasa. Menulis sebagai bagian dari keterampilan berbahasa merupakan bentuk komunikasi yang dapat dilakukan seseorang untuk mengungkapkan ide atau gagasan, pikiran , dan perasaan dengan bahasa tulis sebagai medianya. Kehadiran pembelajaran keterampilan menulis secara terencana dengan baik sangat diperlukan karena banyaknya manfaat bagi kehidupan siswa mengingat pembelajaran menulis
merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang menuntut seseorang dapat menghasilkan sesuatu dari hasil ungkapan buah pikirannya secara tertulis. Untuk dapat memiliki keterampilan menulis dengan baik seorang siswa tidak cukup hanya memiliki keluasan bahan yang hendak ditulis saja, tetapi juga harus memiliki kemampuan kebahasaan yang memadai. Bentuk kemampuan yang harus dimiliki misalnya; kekayaan kosa kata, diksi yang tepat, pemahaman piranti kohesi dan
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 624
koherensi, kemampuan penalaran berbahasa, dan penguasaan struktur bahasa. Kemampuan siswa dalam menulis sangat besar manfaatnya untuk mereka. Kelak mereka dapat mengekspresikan ide, gagasan, pikiran, perasaan, dan fantasinya sehingga dapat menambah kepercayaan dirinya dan mengaktualisasikannya. Pada gilirannya akan mampu melahirkan ide-ide kreatif yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Kenyataan lain bahwa keterampilan menulis yang baik sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat modern saat ini. Orang yang tidak mampu menulis dengan baik akan kehilangan kesempatan untuk berbagai posisi dalam kehidupan masyarakat. Bahkan Tarigan (2008:20) menegaskan bahwa kemajuan suatu bangsa dan negara dapat diukur dari maju atau tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut. Maju atau tidaknya komunikasi tulis dapat dilihat dan diukur dari kualitas dan kuantintas percetakan yang terdapat di negara tersebut. Dengan banyaknya manfaat pembelajaran menulis, seharusnya dan selayaknya kegiatan pembelajaran menulis menjadi salah satu kegiatan yang disukai siswa. Akan tetapi pada kenyataannya banyak keluhan bahwa sebagian besar siswa malas menulis. Mereka lebih asyik dengan media-media hiburan yang lebih menarik dan tidak perlu bersusah payah menulis. Padahal jika dibandingkan dengan menonton, menulis adalah kegiatan yang jauh berbeda implikasinya terhadap kompetensi diri siswa. Kegiatan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran bahasa pada tingkat
satuan pendidikan SMA kelas X yang diamanatkan kurikulum. BNSP Depdiknas (2006) menjelaskan salah satu standar kompetensi menulis sastra di kelas X adalah mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi. Adapun kompetensi dasar yang diharapkan adalah Menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima dan Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima. Melihat pentingnya pembelajaran menulis puisi bagi siswa, pembelajaran tersebut perlu mendapat perhatian yang besar. Akan tetapi, kenyataannya pembelajaran menulis puisi di sekolah masih mengalami kendala dan cenderung dihindari. Kendala ini disebabkan oleh berbagai hal, misalnya penyajian pembelajaran kurang menarik dan tidak menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa. Tentu saja hal tersebut menyebabkan prestasi atau hasil pembelajaran menulis puisi tidak maksimal. Terbukti pada refleksi awal pembelajaran dari 34 siswa di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Blitar tahun pelajaran 2012/2013, siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 14 siswa (41%), sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sejumlah 20 siswa (59%). Kesulitan belajar atau aspek pembelajaran yang perlu mendapat perhatian adalah keseluruhan aspek pembelajaran menulis puisi. Kenyataan lainnya, pembelajaran menulis puisi cenderung dihindari karena dianggap sulit untuk dilakukan. Kalaupun diajarkan, pembelajaran dilaksanakan hanya sekadar untuk memenuhi target kurikulum saja. Pendapat tersebut
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 625
didukung data penelitian yang dilakukan oleh Suparni (2011: 4) yang menyatakan bahwa masalah yang terjadi dalam pembelajaran menulis puisi dapat diidentifikasikan antara lain karena siswa kesulitan dalam menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya sehingga kurang mampu menulis puisi dengan baik. Melihat kenyataaan tentang pembelajaran menulis puisi yang belum memenuhi harapan, maka perlu diupayakan usaha meningkatkan kegiatan pembelajaran menulis puisi. Dalam hal ini diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengatasi kendala yang dihadapinya. Penelitian ini memberikan satu alternatif pemecahan, yaitu meningkatkan keterampilan menulis puisi melalui Teknik Pengindraan, Sumbang, Serap, Saran. Dalam pembahasan selanjutnya teknik ini disebut dengan Teknik PS3. Teknik PS3 merupakan pengembangan dari strategi pembelajaran Cooperatif Learning atau kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Menurut Yasmine (2011: 2) ada lima unsur dalam pembelajaran ini, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Selain itu Yamine (2011: 2) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode di mana siswa dalam kelompok kecil bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas akademik. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan secara objektif peningkatan kemampuan menulis
puisi dengan menggunakan Teknik PS3 pada tahap pramenulis, (2) mendeskripsikan secara objektif peningkatan kemampuan menulis puisi dengan menggunakan Teknik PS3 pada tahap menulis, dan(3) mendeskripsikan secara objektif peningkatan kemampuan menulis puisi dengan menggunakan Teknik PS3 pada tahap pascamenulis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat (1) bagi Kepala Sekolah; yaitu sebagai bahan pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pembelajaran di sekolah khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, (2) bagi guru; yaitu sebagai pedoman atau panduan bagi guru dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran keterampilan menulis puisi dan rambu-rambu bagi guru dalam mengimplementasikan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan Teknik PS3, (3) bagi siswa; yaitu hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan dapat meningkatkan kerja sama antarteman serta dapat membantu siswa dalam mengembangkan daya imajinasi dan penemuan kata saat menulis puisi, dan (4) bagi peneliti; yaitu sebagai bahan referensi penelitian berikutnya yang terkait dengan peningkatan suatu proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran menulis puisi. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Arikunto (2010:3) mengatakan penelitian kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 626
suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas ini kemudian diadaptasikan dengan situasi dan kondisi kemampuan siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Blitar. Dalam penelitian tindakan kelas di rancangan penelitian ini dilakukan tiga tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian. Pada saat pengevaluasian yang dilakukan adalah observasi dan refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas ini dipilih berdasarkan karakteristik permasalahan penelitian. Penelitian dilaksanakan dalam konteks alamiah, yakni mengkaji permasalahan faktual dalam pembelajaran. Penelitian tindakan kelas adalah sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru/calon guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi pembelajaran. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:16) yaitu berbentuk spiral dari tahap yang satu ke tahap berikutnya. Setiap tahap meliputi (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan (observasi), dan (4) refleksi. Langkah-langkah berikutnya adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang sudah direvisi.
Kriteria keberhasilan penerapa teknik PS3 didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pada pembelajaran menulis puisi ditentukan KKM 75. Artinya bahwa siswa atau kelompok dinyatakan mencapai ketuntasan dalam pembelajaran menulis puisi apabila siswa atau kelompok mendapat nilai ≥ 75. Penetapan KKM ini didasarkan pada hasil analisis KKM kelas X tahun pelajaran 2012/2013 di SMA Muhammadiyah 1 Blitar dengan mempertimbangkan kompleksitas, intake, dan daya dukung. Hal ini sejalan dengan ketentuan dari Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Umum, Depdiknas (2009: 20) bahwa kriteria ketuntasan minimal ideal adalah 75% Selanjutnya kriteria ketuntasan klasikal adalah ≥ 85%. Artinya bahwa secara klasikal dinyatakan tuntas dalam pembelajaran menulis puisi apabila siswa yang mencapai ketuntasan secara individual mencapai jumlah sama dengan atau lebih dari 85%. Hal ini sesuai dengan ketentuan dari Direktur Pendidikan Menengah Umum (Depdikbud,1994:35) yang menyatakan suatu kelas disebut telah tuntas belajar bila di kelas tersebut telah terdapat 85% yang telah mencapai daya serap. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pembelajaran ini guru melaksanakan pembelajaran menulis puisi dengan cara langsung menyampaikan kompetensi dasar yang akan dipelajari kepada siswa yaitu menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima. Kemudian guru menjelaskan unsurunsur puisi dan tahapan menulis puisi dengan metode ceramah tanpa menggunakan media pembelajaran.
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 627
Selanjutnya guru menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang belum diketahui berkaitan dengan materi pembelajaran menulis puisi baru sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh guru. Setelah tidak ada pertanyaan guru memberikan tugas menulis puisi kepada siswa tentang Taman Kebon Rojo Kota Blitar. Pemberian tugas ini tanpa adanya penayangan gambar atau audiovisual tentang taman Kebon Rojo kepada siswa karena guru beranggapan bahwa semua siswa sudah tahu tentang taman Kebon Rojo mengingat taman Kebon Rojo adalah salah satu tempat favorit untuk bersantai di pusat kota Blitar. Setelah dilaksanakan evaluasi dapat dijelaskan bahwa dari 34 siswa di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Blitar tahun pelajaran 2012/2013, siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 14 siswa (41%), sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sejumlah 20 siswa (59%). Kesulitan belajar atau aspek pembelajaran yang perlu mendapat perhatian adalah keseluruhan aspek pembelajaran menulis puisi. Siklus I Berdasarkan hasil observasi, penyebaran angket kepada siswa, dan evaluasi terhadap hasil puisi yang diciptakan siswa pada siklus I maka dapat diperikan hasil sebagai berikut. Aktivitas guru dalam pembelajaran menulis puisi pada tahap pramenulis dan menulis berjalan lancar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan. Namun demikian pada indikator mimik dan gaya guru dalam mengajar, guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru memberikan
pujian pada siswa yang menjawab benar, dan guru memberikan perhatian kepada seluruh siswa. Dengan demikian pada siklus II guru harus melaksanakan indikator tersebut. Berdasarkan kriteria penilaian yang menyatakan komponen aktif yang ditunjukkan guru sebanyak 14 centang atau 77,78%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitsas guru dalam pembelajaran mencapai kategori cukup baik. Aktivitas guru dalam pembelajaran menulis puisi pada tahap pascamenulis berjalan lancar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan. Namun demikian pada indikator menggunakan apersepsi yang tepat, mimik dan gaya guru dalam mengajar, dan guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa.Dengan demikian pada siklus II guru harus melaksanakan indikator tersebut. Berdasarkan kriteria penilaian yang menyatakan komponen aktif yang ditunjukkan guru sebanyak 14 centang atau 82,35%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitsas guru dalam pembelajaran mencapai kategori baik. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi pada tahap pramenulis dan menulis siklus I dapat dikatakan baik. Namun pada indikator siswa mencatat materimateri tertentu yang disampaikan guru dan menjawab peretanyaan guru perlu ditingkatkan. Berdasarkan kriteria penilaian yang menyatakan komponen aktif yang ditunjukkan siswa sebanyak delapan centang atau 80%. Hal ini menunjukkan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis puisi pada siklus I dalam kategori baik.
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 628
Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi pada tahap pascamenulis siklus I dapat dikatakan baik. Namun pada indikator siswa mengajukan pertanyaan yang belum dipahami dan menjawab pertanyaan guru perlu ditingkatkan. Berdasarkan kriteria penilaian yang menyatakan komponen aktif yang ditunjukkan siswa sebanyak tujuh centang atau 77,78%. Hal ini menunjukkan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis puisi pada siklus I dalam kategori cukup baik. Respon siswa terhadap pembelajaran menulis puisi pada siklus I baik. Hampir seluruh siswa merasa cocok dengan teknik pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Namun pada pembelajaran menulis puisi siklus II guru harus lebih memperhatikan dan membantu siswa yang merasa kesulitan menemukan dan mengembangkan ide dan menulis puisi. Dari 34 siswa yang menyatakan proses pembelajaran baik sebanyak 29 siswa atau sebesar 85, 29 %, sedangkan sisanya sebanyak 5 siswa atau sebesar 14,71% masih kesulitan dalam menemukan ide dan mengembangkan ide tersebut menjadi sebuah puisi. Hasil belajar siswa pada tahap pramenulis hampir secara keseluruhan memperoleh nilai sama dengan atau lebih besar dari kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 75. Hasil belajar ini sudah cukup memuaskan walaupun masih ada siswa yang belum tuntas. Secara klasikal terdapat 25 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 73,5%. Sedangkan 9 siswa atau 26,5% belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai rata-rata kelas 76. Angka ini belum memenuhi target
ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan sehingga penelitian pramenulis puisi tahap menulis dilanjutkan pada siklus II. Hasil belajar siswa pada tahap menulis hampir secara keseluruhan memperoleh nilai sama dengan atau lebih besar dari kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 75. Hasil belajar ini sudah cukup memuaskan walaupun masih ada siswa yang belum tuntas. Secara klasikal terdapat 24 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 70,5%. Sedangkan 10 siswa atau 29,5% belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai rata-rata kelas 76. Angka ini belum memenuhi target ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan sehingga penelitian menulis puisi tahap menulis dilanjutkan pada siklus II. Hasil belajar siswa pada tahap pascamenulis hampir secara keseluruhan memperoleh nilai sama dengan atau lebih besar dari kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 75. Hasil belajar ini sudah cukup memuaskan walaupun masih ada siswa yang belum tuntas. Secara klasikal terdapat 27 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 79%. Sedangkan 7 siswa atau 21% belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai rata-rata kelas 77. Angka ini belum memenuhi target ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan sehingga penelitian menulis puisi tahap pascaamenulis dilanjutkan pada siklus II. Siklus II Berdasarkan hasil observasi, penyebaran angket kepada siswa, dan evaluasi terhadap hasil puisi yang diciptakan siswa pada siklus II maka dapat diperikan hasil sebagai berikut.
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 629
Aktivitas guru dalam pembelajaran menulis puisi pada tahap pramenulis dan menulis berjalan lancar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan. Namun demikian pada indikator guru memberikan pujian pada siswa yang menjawab benar masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan kriteria penilaian yang menyatakan komponen aktif yang ditunjukkan guru sebanyak 17 centang atau 94,44%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitsas guru dalam pembelajaran pada siklus II mencapai kategori sangat baik. Aktivitas guru dalam pembelajaran menulis puisi pada tahap pascamenulis berjalan lancar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan. Namun demikian pada indikator guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa nasih perlu ditingkatkan. Berdasarkan kriteria penilaian yang menyatakan komponen aktif yang ditunjukkan guru sebanyak 16 centang atau 94,12%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitsas guru dalam pembelajaran pada siklus II mencapai kategori sangat baik. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi pada tahap pramenulis dan menulis siklus I dapat dikatakan baik. Berdasarkan kriteria penilaian yang menyatakan komponen aktif yang ditunjukkan siswa sebanyak sepuluh centang atau 100%. Hal ini menunjukkan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis puisi pada siklus II dalam kategori sangat baik. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi pada tahap pascamenulis siklus II dapat dikatakan baik. Namun pada
indikator siswa mengajukan pertanyaan yang belum dipahami perlu ditingkatkan. Berdasarkan kriteria penilaian yang menyatakan komponen aktif yang ditunjukkan siswa sebanyak delapan centang atau 88,89%. Hal ini menunjukkan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis puisi pada siklus II dalam kategori baik. Respon siswa terhadap pembelajaran menulis puisi pada siklus II baik. Hampir seluruh siswa merasa cocok dengan teknik pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Namun pada pembelajaran menulis puisi siklus II guru harus lebih memperhatikan dan membantu siswa yang merasa kesulitan menemukan dan mengembangkan ide dan menulis puisi. Dari 34 siswa yang menyatakan proses pembelajaran baik sebanyak 31 siswa atau sebesar 91%, sedangkan sisanya sebanyak 3 siswa atau sebesar 9% masih kesulitan dalam menemukan ide dan mengembangkan ide tersebut menjadi sebuah puisi. Hasil belajar siswa pada tahap pramenulis hampir secara keseluruhan memperoleh nilai sama dengan atau lebih besar dari kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 75. Hasil belajar ini sudah memuaskan walaupu masih ada siswa yang belum tuntas. Secara klasikal terdapat 32 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 94%. Sedangkan 2 siswa atau 6% belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai rata-rata kelas 81. Angka ini sudah memenuhi target ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan sehingga penelitian menulis tahap pramenulis berakhir pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus III.
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 630
Hasil belajar siswa pada tahap menulis hampir secara keseluruhan memperoleh nilai sama dengan atau lebih besar dari kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 75. Hasil belajar ini sudah memuaskan walaupun masih ada siswa yang belum tuntas. Secara klasikal terdapat 31 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 91%. Sedangkan 3 siswa atau 9% belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai rata-rata kelas 84. Angka ini sudah memenuhi target ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan sehingga penelitian menulis tahap pramenulis berakhir pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus III. Hasil belajar siswa pada tahap pascamenulis hampir secara keseluruhan memperoleh nilai sama dengan atau lebih besar dari kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 75. Hasil belajar ini sudah memuaskan walaupun masih ada siswa yang belum tuntas. Secara klasikal terdapat 32 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 94%. Sedangkan 2 siswa atau 6% belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai rata-rata kelas 86. Angka ini sudah memenuhi target ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan sehingga penelitian menulis tahap pramenulis berakhir pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus III. Hasil belajar siswa dalam menulis puisi pada tahap pramenulis dari pratindakan dibandingkan dengan siklus I mengalamai kenaikan 73,5%, pratindakan dibandingkan dengan siklus II mengalami kenaikan 94%. Hasil belajar siswa dalam menulis puisi pada tahap menulis dari pratindakan dibandingkan dengan siklus I mengalami kenaikan 29,5%, nilai rata-rata mengalami kenaikan 12. Pratindakan dibandingkan siklus
II mengalami kenaikan 53%, nilai rata-rata mengalami kenaikan 21. Hasil belajar siswa dalam menulis puisi pada tahap pascamenulis dari pratindakan dibandingkan siklus I mengalami kenaikan 79%, nilai ratarata mengalami kenaikan 77. Pratindakan dibandingkan dengan siklus II mengalami kenaikan 94%, nilai rata-rata kelas 86. Hasil belajar siswa dalam menulis puisi pada tahap pramenulis dari pratindakan dibandingkan dengan siklus I mengalamai kenaikan 73,5%, pratindakan dibandingkan dengan siklus II mengalami kenaikan 94%. Hasil belajar siswa dalam menulis puisi pada tahap menulis dari pratindakan dibandingkan dengan siklus I mengalami kenaikan 29,5%, nilai rata-rata mengalami kenaikan 11. Pratindakan dibandingkan siklus II mengalami kenaikan 50%, nilai rata-rata mengalami kenaikan 20. Hasil belajar siswa dalam menulis puisi pada tahap pasca-menulis dari pratindakan dibandingkan siklus I mengalami kenaikan 79%, nilai ratarata mengalami kenaikan 77. Pratindakan dibanding-kan dengan siklus II mengalami kenaikan 94%, nilai rata-rata kelas 85. Lebih jelas kenaikan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini. SIMPULAN dan saran Simpulan Penerapan teknik PS3 melalui kegiatan pokok yakni penginderaan, sumbang, serap, dan saran ternyata dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Blitar tahun pelajaran 2012/2013 pada tahap pramenulis. Hal ini dapat diketahui dari perkembangan hasil penelitian selama dua siklus yang diawali refleksi awal. Rata-rata nilai pada
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 631
refleksi awal 0, siklus I menjadi 76, dan siklus II menjadi 81. Persentase belajar ketuntasan belajar secara klasikal pada refleksi awal 0%, siklus I 73,5%, dan siklus II 94%. Penerapan teknik PS3 melalui kegiatan pokok yakni penginderaan, sumbang, serap, dan saran ternyata dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Blitar tahun pelajaran 2012/2013 pada tahap menulis. Hal ini dapat diketahui dari per-kembangan hasil penelitian selama dua siklus yang diawali refleksi awal. Rata-rata nilai pada refleksi awal 65, siklus I menjadi 76, dan siklus II menjadi 84. Persentase belajar ketuntasan belajar secara klasikal pada refleksi awal 41%, siklus I 70,5%, dan siklus II 91%. Penerapan teknik PS3 melalui kegiatan pokok yakni penginderaan, sumbang, serap, dan saran ternyata dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Blitar tahun pelajaran 2012/2013 pada tahap pascamenulis. Hal ini dapat diketahui dari perkembangan hasil penelitian selama dua siklus yang diawali refleksi awal. Rata-rata nilai pada refleksi awal 0, siklus I menjadi 77, dan siklus II menjadi 86. Persentase belajar ketuntasan belajar secara klasikal pada refleksi awal 0%, siklus I 79%, dan siklus II 94%. Saran Beberaapa saran dapat dikemukakan ber-kaitan dengan hasil penelitian pembelajaran menulis puisi dengan teknik PS3. Saran-saran yang dimaksud adalah sebagai berikut.Kepala sekolah hendaknya mendorong para guru khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia agar menggunakan teknik
PS3 untuk meningkat-kan hasil belajar, khususnya kemampuan menulis puisi.Teknik PS3 dikembangkan dalam pembelajaran yang bersifat kooperatif dengan maksud keeberhasilan belajar ditentukan ke-berhasilan kelompok . Oleh karena itu dalam penerapannya guru harus selalu kontrol terhadap kegiatan siswa dalam kelompok.Pelaksanaan teknik PS3 dalam bentuk tutorial sehingga siswa yang lebih mampu menguasai pembelajaran harus tersebar pada kelompok belajar yang ada maka sebaiknya siswa lebih aktif dalam pem-belajaran.Demi kesakhihan penerapan teknik PS3 dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi, hendaknya ada peneliti lain yang menggunakan teknik PS3 untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi atau kemampuan berbahasa yang lain. DAFTAR RUJUKAN Akhadiah, Sabarti, dkk. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis BahasaIndonesia. Jakarta: Erlangga. Arikunto, S & Suhardjono. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud. Jabrohim, C.A. & Sayuti, S.A. 2001. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gaajah Mada University Press. Rahmanto, B. 2000. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Sardiman, 211. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo.
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 632
Sayuti, Suminto A. 2008. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media. Sufanti, Main. 2010. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka. Tarigan, Henry Guntur. 2007. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntu. 2008. Menulis Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Waluyo, H.J. 2000. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 633