PERAN DEPARTEMEN TAKLIM DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ISLAM DI ASRAMA MADRASAH ALIYAH PROGRAM KEAGAMAAN SURAKARTA Tahun pelajaran 2012/2013
NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Tugas Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pedidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh : JARWATI G000090048
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
2
3
ABSTRAK Pendidikan Islam telah menyebar luas di sekitar kita, baik dalam bentuk lembaga pendidikan formal, non formal maupun informal. Terbentuknya lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut merupakan salah satu upaya dalam memeratakan pendidikan Islam. Begitu pula yang dilakukan oleh MAN 1 Surakarta, dalam rangka meningkatkan pendidikan Islam, maka dibentuklah satu program yang khusus dalam program agama, yaitu disebut dengan MA program keagamaan. MA program keagamaan merupakan program unggulan di MAN 1 Surakarta, sebab banyaknya prestasi yang diperoleh santri dan santriwati MA program keagamaan. Hal demikian tidak lepas dari didikan dan bimbingan dari Asatidzah yang dibantu oleh pengurus OPPK di asrama terutama Departemen Taklim. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah peran Departemen Taklim dalam meningkatkan pendidikan Islam di asrama MA program keagamaan Surakarta?, (2) Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat Departemen taklim dalam meningkatkan pendidikan Islam di asrama?. Penelitian ini bertujuan untuk: a) Mengetahui dan mendeskripsikan peran Departemen Taklim dalam meningkatkan pendidikan Islam di asrama, b) mendeskripsikan faktor penunjang dan faktor penghambat Departemen Taklim dalam meningkatkan pendidikan Islam di asrama. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberi sumbangan untuk menambah khazanah ilmu dalam bidang pendidikan Islam (manfaat teoritis), memberi motivasi kepada pembina asrama dan anggota Departemen Taklim dalam meningkatkan pendidikan Islam di asrama (manfaat praktis). Penelitian ini merupakan penelitian lapangan melalui pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Langkah-langkah dalam menganalisis data dalam penelitian ini, yaitu: a) pengumpulan data dan reduksi data, b) penyajian data, dan c) penarikan kesimpulan. Setelah melakukan analisis data, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Departemen Taklim berperan positif di asrama, Departemen Taklim sebagai pembantu kepala madrasah dan pembina asrama dalam menangani hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran di asrama. Departemen Taklim juga sebagai penyelenggara dan pelaksana kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran di asrama. 2) faktor penunjangnya meliputi: konsultasi dengan pembina asrama, kerjasama antar Departemen, kondisi fisik dan psikis santriwati memadai, kondisi alam dan lingkungan strategis dan tersedianya sarana yang baik. Sedangkan faktor penghambatnya meliputi: semangat yang kurang dari santriwati sehingga menjadi momok bagi yang lain, belum memiliki masjid sendiri di asrama, dan penanganan sarana yang rusak terlalu lama. Kata kunci: Departemen Taklim, Peningkatan Pendidikan Islam, dan Asrama
4
Sedangkan pendidikan Islam
PENDAHULUAN Sejak masuknya Islam ke Indonesia
maka
pendidikan
sejak
Islam
itu
di
yang dikembangkan melalui akademi
pula
yaitu berupa pesantren, madrasah,
Indonesia
sekolah dan perguruan tinggi Islam
dimulai. Pada tahap awal, pendidikan
negri/swasta.
Islam berlangsung secara informal.
Pesantren
adalah
Para mubaligh banyak memberikan
orang
contoh teladan dalam hidup mereka
agama Islam (Haidar, 2009: 61).
sehari-hari.
Dengan demikian, maka ada lima
Mochtar
Menurut pendidikan
Affandi Islam
berkumpul
untuk
tempat belajar
di
unsur pokok dalam pesantren, yaitu
Indonesia di lakukan melalui dua
pondok sebagai tempat tinggal santri,
cara, yaitu dakwah dan akademi.
masjid tempat mengaji, santri yang
Dakwah yang dilakukan bertujuan
belajar, kiai yang mendidik dan
untuk menjadikan seorang menjadi
mengajar, dan pengajian kitab-kitab
orang yang beragama dengan baik
klasik.
jauh dari virus ateisme. Sedangkan pendidikan
berupa
madrasah sesuai dengan Peraturan
dapat
Menteri Agama Nomor 1 Tahun
mengintegrasikan antara ilmu-ilmu
1946 dan Peraturan Menteri Agama
qauni dan akhirat, agar sukses kedua-
Nomor 7 Tahun 1950 maupun SKB
duanya.
Tiga
akademi
Islam
yang
Berbeda dengan pesantren, di
bertujuan
agar
Menteri
Tahun
1975,
Dakwah dilakukan dari satu
dinyatakan bahwa pendidikan di
tempat ke tempat lain, cara yang
madrasah menjadikan mata pelajaran
paling
agama Islam sebagai mata pelajaran
dakwah
efektif adalah
dalam
melakukan
melalui
budaya,
pokok atau dasar di samping itu juga,
sebab Indonesia memiliki banyak
diajarkan
budaya yang tidak dapat di pisahkan.
(Haidar, 2009: 102).
Selain itu, dakwah juga dilakukan di
mata
pelajaran
umum
Secara historis dapat dilihat
mesjid dengan membentuk majelis
bahwa
madrasah
taklim.
perubahan-perubahan.
mengalami Berdasarkan
pada PERMEN No. 29 Tahun 1990
5
yang membagi pendidikan menengah
Masing-masing departemen memiliki
menjadi
beberapa
bagian,
maka
tanggung jawab dan program kerja
juga
dibagi
yang harus dilaksanakan. Bahkan
menjadi dua macam, yaitu Madrasah
mereka dilantik secara resmi sebagai
Aliyah yang kurikulum dan program
pengurus yang sah sehingga mereka
studinya sama dengan sekolah umum
harus
dan Madrasah Aliyah Keagamaan.
sesuai peran masing-masing.
Madrasah
Aliyah
Begitu pula MAN 1 Surakarta yang
kini
program,
melaksanakan
Departemen
tugas
Taklim
beberapa
merupakan bagian pengajaran, yang
yaitu program reguler,
bertugas membina para santri dalam
boarding
memiliki
aktif
school
keagamaan. merupakan
dan
program
1
Surakarta
MAN MAN
pertama
meningkatkan pendidikan Islam di asrama.
Adapun
beberapa
tugas
yang
departemen taklim adalah mengajak
mempunyai program keagamaan dan
santri untuk shalat berjamaah di
telah menjadi program unggulan.
mesjid,
Diadakannya program keagamaan
belajar malam bersama, membaca Al
tersebut
Quran bersama, dan kajian.
adalah sebagai
ditetapkannya
Madrasah
realisasi Aliyah
mengkaji
kitab
kuning,
Berdasarkan uraian tersebut,
Keagamaan yang tercantum dalam
penelitian
UU No. 2 Tahun 1989.
mendeskripsikan peran Departemen
Semua siswa yang menempuh
Taklim
ini
bertujuan
dalam
untuk
meningkatkan
program keagamaan ditempatkan di
pendidikan Islam di asrama MA
asrama. Secara tidak langsung bisa
program Keagamaan Surakarta dan
dikatakan
seperti
Di
mendeskripsikan faktor penunjang
asrama
tersebut
dibentuklah
dan faktor penghambat Departemen
organisasi
yang
pesantren.
disebut
organisasi
pelajar
keagamaan
(OPPK).
dengan
Taklim
program
bahasa,
meningkatkan
pendidikan Islam di asrama MA
OPPK
program Keagamaan Surakarta.
mempunyai tiga departemen, yaitu departemen
dalam
LANDASAN TEORI
departemen
Pendidikan
keamanan, dan departemen taklim.
kumpulan
6
Islam
adalah
pengetahuan
yang
bersumber dari Al Qur’an dan As
yang diwahyukan oleh Allah SWT
Sunnah yang diajarkan, dibinakan,
kepada Nabi Muhammad SAW,
dan
melalui
dibimbing
sebagai
kepada
manusia
didik
dengan
peserta
tinggi
yang
membentuk
dan
peserta
berkepribadian
bertujuan didik
muslim
mana
individu
dibentuk agar mencapai derajat yang
menerapkan metode dan pendekatan Islami
proses
yang
(Ahmad
sehingga
ia
mampu
menunaikan
tugasnya
sebagai
kholifah
muka
di
selanjutnya
Saebani, 2009: 22).
bumi
yang
mewujudkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Pendidikan
Islam
Sedangkan menurut Abuddin
merupakan sistem pendidikan untuk
Nata (2010: 36) menyatakan bahwa
melatih
pendidikan Islam adalah pendidikan
anak
didiknya
dengan
sedemikian rupa sehingga dalam
yang
sikap
aspeknya didasarkan pada ajaran
hidup,
tindakan,
dan
pendekatannya terhadap segala jenis pengetahuan
banyak
seluruh
komponen
atau
Islam.
dipengaruhi
Sedang menurut Moeliono
oleh nilai-nilai spiritual dan sangat
sebagaimana dikutip oleh Sawiwati
sadar
(2009: 4) peningkatan adalah sebuah
akan
nilai
etik
Islam
(Abdurrahman, dkk. 2001: 79). Hasan
Langgulung
Azyumardi
Azra
merumuskan
dalam
(2012:
pendidikan
cara atau usaha yang dilakukan untuk mendapatkan
6)
keterampilan
atau
kemampuan menjadi lebih baik.
Islam
Berdasarkan atas
muda
peranan,
peningkatan pendidikan Islam adalah
memindahkan pengetahuan dan nilai-
usaha untuk mencapai tujuan dengan
nilai Islam yang diselaraskan dengan
kualitas
fungsi manusia untuk beramal di
dibandingkan yang telah ada.
mengisi
dunia dan memetik hasilnya di
disimpulkan
di
sebagai proses penyiapan generasi untuk
dapat
pengertian
yang
Sebagai
suatu
baik
proses,
akhirat. Di sini pendidikan Islam
pendidikan
merupakan
pembentukan
lembaga yang dapat meningkatkan
individu berdasarkan ajaran Islam
kualitas pendidikan. Adapun M.
proses
7
Islam
lebih
bahwa
membutuhkan
Daud Ali (1998) menjelaskan upaya Departemen
Agama
Dengan
diberlakukannya
dalam
Undang-undang nomor 2 tahun 1989,
meningkatkan pendidikan Islam di
kurikulum sekolah mulai dari tingkat
sekolah adalah sebagai berikut:
dasar, menengah sampai perguruan
1. Pemerataan kesempatan memperoleh
tinggi, harus ditinjau kembali untuk
agama
disempurnakan
Kebijaksanaan
ini
diambil
dengan
dan
disesuaikan
undang-undang
tersebut.
karena masih ada daerah-daerah
Begitupun dengan GBPP dan SAP
terpencil
pendidikan
yang
masih
peserta
belum
kesempatan
untuk
didiknya
delapan
kriteria
memperoleh
pemecahan masalah tersebut di atas,
Esensial,
Dalam Undang-undang nomor 2 disebutkan,
digunakan
dalam
yaitu: a. Sesuai dengan tujuan, b.
2. Peningkatan mutu guru-guru agama
1989
yang
Ada
mempunyai
pendidikan Islam.
tahun
Islam.
c.
pengulangan,
tenaga
tingkat
Tidak d.
bersifat
Sesuai
perkembangan
dengan anak,
e.
pengajar pendidikan agama, selain
Berkaitan dengan bidang studi lain, f.
harus mempunyai kualifikasi formal
Bermanfaat untuk kehidupan sehari-
tertentu, harus juga beragama sesuai
hari, g. Mengembangkan kepribadian
dengan agama yang diajar dan agama
anak, dan h. Bersifat melanjutkan
peserta didik yang bersangkutan.
(berkesinambungan).
Tenaga kependidikan agama harus
Dipandang dari kerangka dasarnya,
dikembangkan kemampuannya dan
agama
tingkatan
dengan
komponen utama, yaitu: a. Aqidah,
melakukan berbagai program. Begitu
b. Syari’ah, baik ibadah maupun
pula dengan guru pendidikan agama
mu’amalah, dan c. Akhlak, baik
Islam harus mengikuti ketentuan
akhlak
Undang-undang tersebut agar mutu
terhadap sesama makhluk.
pendidikan
mutunya
Islam
semakin
Islam
terdiri
kepada
dari
Allah
tiga
maupun
4. Peningkatan sarana dan prasarana
berkualitas.
pendidikan Islam
3. Perampingan atau penyempurnaan
Bentuk
kurikulum
usaha
peningkatan
sarana dan prasarana ini adalah
8
penyusunan dan penggandaan kitab
memahami,
pegangan murid dan guru serta
ajaran agama Islam.
penggandaan alat peraga. Disetiap sekolah
diupayakan
ada
dan
d. Pendekatan
menghayati
rasional,
usaha
tempat
memberikan peranan kepada akal
ibadah dan diciptakan suasana yang
dalam memahami dan menerima
kondusif untuk pendidikan agama
kebenaran ajaran agama Islam.
Islam.
e. Pendekatan
5. Peningkatan efektivitas metodologi Metodologi
fungsional,
usaha
menyajikan ajaran agama Islam
pendidikan
dengan menekankan segi manfaat
agama Islam yang digunakan selama
ajaran agama itu bagi peserta
ini belum begitu pas. Oleh karena itu,
didik dalam kehidupan sehari-hari
terus diupayakan penggalian untuk
sesuai
menemukan metodologi pendidikan
perkembangan
agama Islam yang sesuai. Dalam
pemahamannya
kurikulum
agama.
1994,
berbagai
pendekatan untuk mencapai tujuan dengan
mempergunakan
dengan
tingkat usia
tentang
dan ajaran
6. Pengendalian dan pengawasan
metode
Pengendalian dan pengawasan
tertentu, diantaranya:
menteri Pendidikan Agama Islam
a. Pendekatan pengalaman, dengan
dilakukan oleh Departemen Agama
jalan
pemberian
pengalaman
atau
instansi
agama b.
yang
keagamaan pada peserta didik
bersangkutan,
agar dalam diri mereka tertanam
pengawasan, dan penilaian teknis
nilai-nilai agama.
edukatif
tenaga
Pembinaan,
kependidikan
b. Pendekatan pembiasaan, dengan
dilakukan oleh Departemen Agama
memberikan kesempatan kepada
bekerja sama dengan Departemen
peserta didik untuk senantiasa
Pendidikan dan Kebudayaan, dan c.
mengamalkan ajarannya dalam
Penilaian
kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Agama Islam (NIP 13)
c. Pendekatan
emosional,
usaha
pelaksanaan
Guru
dilakukan oleh Kepala Sekolah yang
menggugah perasaan dan emosi
bersangkutan
peserta didik untuk meyakini,
9
atas
rekomendasi
Pengawas atau Penilik Pendidikan
Kondisi fisiologi sangat
Agama Islam.
berpengaruh
7. Pengembangan
pola
pembinaan
terhadap
kondisi belajar seseorang.
pendidikan Islam terpadu
Jika seseorang belajar dalam
Pembinaan pendidikan agama
keadaan jasmani yang sehat
Islam di sekolah hendaklah antara
akan
tiga lingkungan pendidikan, yaitu:
seseorang
keluarga, sekolah dan masyarakat.
dalam keadaan sakit.
Dalam lingkungan sekolah sendiri keterpaduan antara
itu
harus
semua
kependidikan
yang
berbeda
dengan
yang
belajar
2) Kondisi
terwujud
Menurut Kamus Besar
komponen
Bahasa Indonesia, kondisi
ada,
yakni:
adalah
persyaratan
kepala sekolah, para karyawan dan
keadaan.
guru-guru, para guru bidang studi
situasi atau keadaan yang
pendidikan
guru
ada pada diri individu baik
bidang studi lain, antara para guru,
itu di luar maupun di dalam
pimpinan sekolah dan orang tua
dirinya.
peserta Pendidikan Agama Islam di
meliputi keadaan ekonomi,
sekolah
keadaan
agama
diatur
Keputusan
dengan
dengan
Bersama
Surat
Kondisi
atau adalah
Keadaan
dapat
kesehatan
dan
(SKB)
keadaan sosial. Ketiganya
Mendikbud dan Menteri Agama
berpengaruh terhadap proses
tanggal 26 April 1985 nomor 35
berhasilnya pendidikan.
tahun 1985, yang isinya, yaitu: a.
b. Psikologi
Pembinaan dan pengawasan didik. Adapun mempengaruhi
faktor-faktor
1) Minat
yang
Minat
peningkatan
adalah
pendorong
atau
pendidikan Islam adalah sebagai
kecenderungan
diri
berikut:
individu
1. Faktor intern
menyebabkan
a. Fisiologi
yang seseorang
menyukai sesuatu.
1) Kondisi fisiologi umum
2) Kemampuan kognitif
10
Kemampuan kognitif merupakan
kecerdasan tinggi memiliki
kemampuan
peluang
logika siswa. Kemampuan
belajar.
kognitif
demikian, individu perlu
seperti
sukses
dalam
Meskipun
memahami, menganalisis,
bimbingan,
binaan
mengetahui,
pendidikan
dari
mengelompokkan,
dan
orang
sebagainya.
dan
orang-
terdekatnya
sehingga kecerdasan yang
3) Bakat
dimiliki dapat maksimal. Bakat yakni suatu
kemampuan yang
2. Faktor ekstern
pembawaan
potensial
a. Lingkungan
dan
Lingkungan adalah ruang
mengacu pada kemampuan
dan
akademis,
tempat
dalam
profesional
berbagai
kehidupan.
bidang
waktu
yang
eksistensi
menjadi manusia.
Terdapat dua jenis lingkungan,
(Ahmad
yaitu:
Saebani, 2009: 240).
1) Sosial
4) Motivasi
Lingkungan
Motivasi
adalah
yaitu
yang
sosial berkenaan
penggerak atau pendorong
dengan masyarakat. Dalam
untuk melakukan sesuatu.
pendidikan
Sedangkan
lingkungan
motivasi
Islam, yang
baik
lingkungan
yang
belajar merupakan faktor
adalah
psikis yang bersifat non-
diridhoi oleh Allah SWT
intelektual
dan
(Sardiman,
2001: 73).
(Ahmad
5) Kecerdasan merupakan
kemampuan
berpikir
memiliki
Saebani,
SAW. 2009:
262).
Kecerdasan
individu.
Rasulullah
Individu
2) Alam Alam adalah semua
yang
ciptaan
tingkat
Allah
untuk
manusia. Semua alam yang
11
berjalan
sesuai
dengan
Departemen Pendidikan dan
hukumnya menjadi subyek
Kebudayaan,
sekaligus obyek pendidikan
dimaksud dengan:
dan pembelajaran. Suasana
Sarana
alam
mendukung
adalah semua fasilitas
menentukan
yang
yang
dapat keberhasilan
maka
yang
pendidikan
diperlukan
dalam
dalam proses belajar
dan
mengajar baik yang
pendidikan pembelajaran.
bergerak
b. Instrumen
maupun
tidak bergerak agar
Instrumen adalah alat,
pencapaian
tujuan
perangkat atau media yang
pendidikan
dapat
digunakan dalam mengerjakan
berjalan
sesuatu.
lancar, teratur, efektif
(Ahmad
Saebani,
dengan
2009: 245). Ada tiga instrumen
dan
yang
(Suharsimi,
paling
pokok
dalam
pendidikan, yaitu:
2008:
273).
1) Kurikulum
3) Guru/pendidik
Kurikulum seperangkat pengaturan
efisien.
adalah
Dalam
rencana dan mengenai
Undang-
undang Republik Indonesia
isi
Nomor
20
Tahun
2003
bahan pelajaran serta cara
Tentang SISDIKNAS pasal
yang
1 disebutkan bahwa:
digunakan
pedoman
untuk
menggunakan belajar
sebagai
Pendidik
aktivitas
mengajar
(Nik
Haryati, 2011: 4).
tenaga
kependidikan
yang
berkualifikasi
sebagai guru, dosen,
2) Sarana dan fasilitas Sedangkan
adalah
konselor, sarana
pendidikan
sebagaimana
dirumuskan
oleh
pamong
belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur,
fasilitator, dan sebutan
12
lain
yang
sesuai
sekunder yaitu data yang berupa
dengan
dokumentasi.
kekhususannya, serta berpartisipasi
Metode pengumpulan data: 1)
dalam
wawancara, Metode ini digunakan
menyelenggarakan
untuk
mendapatkan
(M.
tentang
tugas-tugas
Fathurrohman, 2012:
Taklim,
faktor
17).
penghambat
pendidikan.
dalam
penelitian
Departemen
penunjang
Departemen
meningkatkan
dan
Taklim
pendidikan
Islam di asrama. 2) Observasi,
METODE PENELITIAN Jenis
informasi
ini
adalah
observasi
secara
langsung
agar
penelitian
lapangan
melalui
mengetahui situasi yang sebenarnya,
pendekatan
kualitatif.
Karena
Diantara
observasi
yang
akan
berdasarkan data-data yang didapat
dilakukan penulis adalah kegiatan
dari
mengkaji
MAN
PK
langsung
dari
kitab
kuning,
shalat
lapangan maka bentuk pendekatan
berjamaah, kajian, belajar bersama,
penelitian
membaca Al Qur’an bersama dan
ini
menggunakan
adalah
dengan
analisis deskriptif
muhadhoroh.
3)
Dokumentasi,
kualitatif, yaitu prosedur penelitian
Metode
dokumentasi
digunakan
yang menghasilkan data deskriptif
untuk mengetahuai gambaran umum
berupa kata-kata tertulis atau lisan
MA Program Keagamaan Surakarta,
dari orang-orang dan perilaku yang
sejarah berdirinya, letak geografis,
diamati. (Moleong, 2006: 4).
tujuan MA PK, kurikulum MA PK,
Sumber data ada dua yaitu data
struktur organisasi siswa, program
primer dan data sekunder. Data
kerja dan ketentuan denda bagi yang
primer yaitu data yang diperoleh dari
melanggar peraturan.
informan,
adapun
yang
akan
dijadikan
informan
adalah
guru
Metode analisis data yang digunakan
yaitu:
pertama,
pembina asrama dan siswi kelas XI
pengumpulan data sekaligus reduksi
yang
data.
menjabat
sebagai
anggota
departemen taklim. Sedangkan data
Reduksi
mengorganisasikan
13
data data
adalah dan
memilah-milah menjadi satuan data
Adapun
yang dapat dikelola. Kedua, data
kerja Departemen Taklim adalah
yang telah tereduksi disajikan dalam
sebagai berikut:
bentuk
a. Shalat
narasi.
Ketiga,
membuat
kesimpulan.
pelaksanaan
jamaah
meliputi:
program
di
masjid
shalat
Maghrib,
shalat Isya’ dan shalat Shubuh
Dalam penarikan kesimpulan digunakan metode induktif, yaitu
dengan
berfikir
pembiasaan, hasilnya belum
dari
fakta-fakta
peristiwa-peristiwa kemudian
dari
khusus, kongkret,
fakta-fakta
efektif
atau
itu digeneralisasi
sebab
santriwati
peristiwa-peristiwa yang khusus dan kongkret
pendekatan
masih
yang
ada
terlambat
dalam rakaat shalat.
yang
Qiro’atul
b. Mengkoordinir
mempunyai sifat umum (Sutrisno,
Qur’an setelah Shalat Magrib
2004: 47).
dengan
HASIL PENELITIAN
pembiasaan,
pendekatan tetapi
belum
Taklim
efektif sebab terlalu padatnya
Meningkatkan
kegiatan di asrama sehingga
Pendidikan Islam di Asrama
ada kegiatan yang jadwalnya
MA
bersamaan.
A. Peran
Departemen
dalam
Program
Surakarta
Keagamaan
Tahun
c. Mengkoordinir tausiyah pagi
Pelajaran
saat apel dengan pendekatan
2012-2013 Berdasarkan penelitian pada
rasional, kegiatan ini telah
bab III peran Departemen Taklim
menjadi rutinitas di asrama dan
di
berjalan dengan baik.
asrama
sangat
Departemen
Taklim
besar. sebagai
d. Mengadakan mahkamah taklim
pelaksana
3 kali seminggu, kegiatan ini
yang
telah menjadi rutinitas setiap
bersangkutan dengan pengajaran
minggu untuk meminimalisir
di
santriwati yang melanggar.
penyelenggara semua
asrama.
kegiatan pembuatan
dan
kegiatan
Penyelenggaraan diawali program
dengan
e. Mengadakan
kerja.
meliputi
14
razia
kerapian
yang rambut,
kuku, pakaian, serta perhiasan,
menjalankan kegiatan ini setiap
kegiatan ini dengan pendekatan
minggu selama satu tahun.
pembiasaan
santriwati
berpenampilan
telah
rapih
j. Mengadakan Fununil
dan
syar’i.
Musabaqoh
Qur’an
(MFQ)
dilakukan dengan pendekatan
f. Mengkoordinir
Tahfidzul
fungsional,
hasilnya
baik
Qur’an dan Hadits seminggu
bahkan
santriwati
mampu
sekali (per-rayon) dilakukan
meraih
prestasi
ketika
dengan pendekatan fungsional.
mengikuti
Kegiatan ini sudah berlangsung
sekolah.
dengan baik dan efektif sesuai
di
luar
B. Faktor Penunjang dan Faktor
jadwal masing-masing kelas. g. Mengkoordinir
lomba
Penghambat
Departemen
agenda
Taklim dalam Meningkatkan
muhadloroh dilakukan dengan
Pendidikan Islam di Asrama
pendekatan
MA
pembiasaan,
Program
Keagamaan
kegiatan ini sudah berlangsung
Surakarta
dengan baik dan telah menjadi
2012-2013
rutinitas setiap minggunya.
1. Faktor penunjang Departemen
h. Wawasan dan kajian kitab kuning
dilakukan
pendekatan kegiatan
ini
Pelajaran
Taklim dalam Meningkatkan
dengan
Pendidikan Islam di Asrama
emosional, telah
Tahun
MA Program Keagamaan
berjalan
Adapun Faktor penunjang
dengan baik, akan tetapi masih
Departemen
ada beberapa santriwati yang
Meningkatkan
terlambat mengikuti kegiatan
Islam di Asrama MA Program
ini.
Keagamaan
i. Mengkoordinir dan mengirim
mengadakan
dalam
Pendidikan
adalah
sebagai
berikut:
delegasi ke TPA se-Kadipiro dan
Taklim
a. Konsultasi dengan Ustadz
FKAM
atau
Ustadzah
dalam
dengan pendekatan fungsional,
memecahkan masalah yang
santriwati kelas X telah rutin
ada di asrama.
15
b. Adanya kerja sama yang baik
antar
sehingga
Departemen tujuan
dapat
sarana
Faktor
penghambat
Departemen
Taklim dalam Meningkatkan
tercapai dengan maksimal. c. Tersedianya
Adapun
Pendidikan Islam di Asrama
yang
MA
Program
Keagamaan
baik berupa sound sistem
adalah sebagai berikut:
dan kitab kuning sebagai
a. Adanya
pegangan
santriwati,
dan
kurang
santriwati
yang
semangat
dalam
tersedianya kitab-kitab lain
mengikuti berbagai kegiatan
yang berada di perpustakaan
yang ada di asrama sehingga
asrama.
menjadi
d. Adanya
kekompakan
b. Perbaikan kerusakan sarana
menjalankan
dan prasarana seperti tape
tugasnya.
atau
e. Kondisi fisik dan psikologis santriwati
bel
terlalu
sehingga
memadai,
sehingga
bagi
santriwati lain.
anggota Departemen Taklim dalam
momok
lama
menghambat
kelancaran kegiatan.
mempermudah
c. Terlalu
padatnya
Departemen Taklim dalam
pembelajaran
membina dan membimbing
sehingga santriwati kadang
santriwati.
terlambat
f. Kondisi lingkungan alam dan
lingkungan
asrama.
strategis, yaitu terletak di
d. Asrama
luar kota sehingga tidak
Keagamaan
terlalu ramai.
memiliki
2. Faktor Departemen Meningkatkan
penghambat Taklim
yang
ada
MA
Program
putri masjid
sehingga
dalam
sebagian
Pendidikan
SIMPULAN
Keagamaan
16
di
belum sendiri,
pelaksanaan kegiatan
kurang efektif.
Islam di Asrama MA Program
sekolah
mengikuti
kegiatan
sosial
di
masih
1. Peran Departemen Taklim dalam
menanggulangi
meningkatkan pendidikan Islam di
Departemen
asrama MA Program Keagamaan
pasal
Surakarta tahun pelajaran 2012-
santriwati
2013
Adanya Departemen
Taklim
Program
Surakarta,
Taklim
membuat
beserta
sanksi
yang
bagi
melanggar.
pasal
dan
sanksi
santriwati yang melanggar.
Keagamaan
sebab
tersebut
bertujuan untuk meminimalisir
berperan sangat positif di asrama MA
hal
2. Faktor
penunjang
dan
faktor
pembuatan
penghambat Departemen Taklim
dan
dalam meningkatkan pendidikan
pelaksanaannya dilakukan oleh
Islam di asrama MA Program
Departemen Taklim. Departemen
Keagamaan
Taklim sebagai pembantu kepala
pelajaran 2012-2013
Madrasah dan pembina asrama
a. Faktor
program
kerja
Surakarta
penunjang
tahun
meliputi:
dalam menangani hal-hal yang
konsultasi
berhubungan
asrama jika ada masalah yang
dengan
kegiatan
belajar mengajar.
dengan
pembina
tidak dapat dipecahkan oleh
Penyelenggaraan kegiatan
Departemen Taklim, ada kerja
dilakukan dengan cara membuat
sama
program
kerja.
Pelaksanaan
Departemen lain, kondisi fisik
program
kerja
Departemen
dan psikis santriwati memadai,
dengan
menggunakan
kondisi alam dan lingkungan
Taklim
yang
antara
beberapa pendekatan agar semua
strategis,
kegiatan dapat mengena dalam
sarana yang baik sarana fisik
diri
maupun sarana non fisik.
semua
santriwati.
Semua
dan
baik
tersedianya
kegiatan telah terlaksana dengan
b. Faktor penghambat meliputi:
baik dan pada waktunya masing-
semangat yang kurang dari
masing. Akan tetapi ada beberapa
santriwati sehingga menjadi
kegiatan
belum
momok bagi yang lain, belum
efektif, yaitu masih ada beberapa
memiliki masjid sendiri di
yang
masih
santriwati yang melanggar. Dalam
17
asrama, dan penanganan sarana
b. Memberi contoh yang baik
yang rusak terlalu lama.
sehingga bisa menjadi tauladan bagi adik-adiknya.
Saran-saran 1. Pembina Asrama a. Lebih
c. Hendaknya
Departemen
meningkatkan
Taklim lebih menekankan akan
pembinaan dan pengawasan
pentingnya mengikuti semua
santriwati di asrama dengan
kegiatan yang ada di asrama
memberi perhatian yang lebih
kepada
bagi santriwati yang melanggar
kegiatan yang ada bukan hanya
peraturan dengan mengetahui
bermanfaat bagi kesuksesan
akar
kepengurusan
masalahnya
sehingga
santriwati lebih terkontrol.
Taklim
b. Senantiasa memberi motivasi
bermanfaat
dan arahan kepada santriwati,
santriwati.
agar
santriwati
semangat
dalam
santriwati,
bagi
d. Lebih tegas dalam memberi
menjalani
sanksi kepada santriwati yang
semakin
dalam
meminimalisir
betah
pelanggaran.
semangat semakin
tinggal di asrama. c. Berilah
pula
tetapi
semakin
melanggar
dan
Departemen
semata,
semua kegiatan di asrama,
belajar
sebab
guna
untuk adanya
3. Bagi santriwati penyuluhan
Hendaknya
santriwati
penggunaan Facebook, Twitter,
menyadari pentingnya mengikuti
dan
kegiatan yang ada dan mematuhi
Handphone
pada
santriwati.
segala aturan asrama sehingga
2. Anggota Departemen Taklim
tujuan pendidikan dan pengajaran
a. Lebih tegas dalam mendidik adik-adiknya,
agar
yang dibimbing oleh Departemen
mereka
Taklim dapat tercapai maksimal.
tidak meremehkan aturan yang
DAFTAR PUSTAKA
ada.
Ahmad Saebani, Beni dan Akhdiyat, Hendra. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka setia
18
Putra Daulay, Haidar. 2009. Sejarah Pertumbuhan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Arikunto, Suharsimi dan Yuliana, Lia. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya media Azra, Azyumardi. 2012. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III. Jakarta: UIN Jakarta Press Daud Ali, Mohammad dan Daud, Habibah. 1998. Lembagalembaga Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada Fathurrohman, Muhammad dan Sulistyorini. 2012. Meretas Pendidikan Berkualitas dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Haryati, Nik. 2011. Pengembangan Kurikulum Kendidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta Mas’ud, Abdurrahman, dkk (ed.). 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Nata , Abuddin. 2009. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Press
19