11/11/2012
LOGO
Contents
Potensi Guna Lahan
1
Land Capability
2
Land Suitability
AY’12
Land Capability Klasifikasi Potensi Lahan untuk penggunaan lahan kawasan budidaya ataupun lindung dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Variabel-variabel Kemampuan Lahan Iklim Lereng -> bahaya erosi Kedalaman Tanah Tekstur Tanah Permeabilitas Drainase
Faktor-faktor yang mempengaruhinya itu adalah variabel-variabel kapabilitas lahan
Menampilkan Potensi Kemampuan Tanah
Metode Penilaian Kapabilitas Lahan Prosedur Penilaian Kapabilitas lahan mencakup: 1. Penyiapan dan Pengkodean data lingkungan 2. Penentuan nilai kapabilitas lahan 3. Pembobotan kapabilitas lahan 4. Perhitungan Bobot nilai kapabilitas lahan
Penyiapan dan Pengkodean Data Lingkungan
Mempersiapkan Peta Dasar. Peta Dasar mencakup: topografi, hidrologi, keterangan penggunaan lahan, prasarana wilayah.
Memasukkan Faktor-faktor lingkungan yang telah teridentifikasi dan diklasifikasikan menjadi beberapa subkelas
1
11/11/2012
Penentuan Nilai Kapabilitas Lahan
Kelas I : Tanah dengan sedikit faktor pembatas.
Kelas II : Tanah dengan faktor pembatas yang mengurangi pilihan jenis tanaman atau yang memerlukan konservasi tanah sederhana
Kelas III : Tanah dengan faktor pembatas yang cukup sehingga mengurangi jumlah pilihan jenis tanaman yang cocok dan atau memerlukan upaya konservasi tanah secara khusus.
Kelas IV: Tanah dengan faktor pembatas serius sehingga membatasi pilihan tanaman yang cocok dan atau memerlukan pengelolaan yang sangat hati-hati
Kelas V : Tanah basah (wetland) dengan sedikit atau tanpa bahaya erosi tetapi mempunyai faktor-faktor pembatas yang lain sehingga hanya cocok untuk padang rumput penggembalaan (pasture, range), hutan atau cagar alam.
Kelas VI: Tanah dengan faktor-faktor pembatas serius sehingga terbatas untuk padang rumput penggembalaan, hutan dan cagar alam
Kelas VII: Tanah dengan faktor-faktor pembatas sangat serius sehingga hanya untuk penggembalaan, hutan dan cagar alam secara alami.
Kelas VIII : Tanah dengan faktor-faktor pembatas yang tidak memungkinkan untuk tanaman budidaya dan terbatas untuk rekreasi, cagar alam dan sumber air.
Penentuan Nilai Kapabilitas Lahan
Pembobotan kapabilitas lahan Kerikil dan Batu Kerikil = bahan kasar yang berdiameter > 2mm-7,5 cm (jika berbentuk bulat) atau sampai 15 cm sumbu panjang (jika berbentuk pipih). Kerikil didalam lapisan 20 cm permukaan tanah dikelompokkan: • • • •
b0 b1 b2 b3
= Tidak ada atau sedikit (<15% volume tanah) = Sedang (15-50% volume tanah) = Banyak (50-90% volume tanah) = Sangat Banyak (>90% volume tanah)
Bahaya banjir/genangan Dapat dikelompokkan menjadi: • O0= Tidak pernah • O1= Kadang-kadang (tanah kebanjiran > 24 jam dan terjadinya tidak teratur dalam periode <satu bulan) • O2= Selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur kebanjiran untuk selama > 24 jam • O3= Selama 2 – 5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam • O4= Selama waktu > 6 bulan tanah selalu dilanda banjir secara teratur yang lamanya > 24 jam
Batu Batuan terbagi atas batu lepas dan batu tersingkap. Penyebaran batuan dipermukaan dikelompokkan: • b0 = Tidak ada atau sedikit (<0,01% luas area) • b1 = Sedikit (0,01-3% permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah dengan rekayasa agak terganggu • b2 = Sedang (3-15% permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah sangat sulit. • b3 = Banyak (15-90% permukaan tanah tertutup); Pengolahan tanah menjadi lebih sulit • b4 = Sangat banyak (>90% permukaan tanah tertutup) tanah sama sekali tidak dapat diolah
Salinitas Dinyatakan dalam kandungan garam larut atau hambatan listrik ekstrak tanah: • g0 = bebas (<0,15% garam larut; 0-4 (ECx103)mmhos per cm pada suhu 25oC) • g1 = sedikit terpengaruh (0,15-0,35% garam larut; 4-8 (ECx103)mmhos per cm pada suhu 25oC) • g2 = cukup terpengaruh (0,35-0,65% garam larut; 8-15 (ECx103)mmhos per cm pada suhu 25oC) • g3 = sangat terpengaruh (>0,65% garam larut; 15 (ECx103)mmhos per cm pada suhu 25oC)
2
11/11/2012
Perhitungan Bobot nilai kapabilitas lahan
Membuat Kelas Kemampuan Tanah Cara: kumpulan beberapa jenis sifat fisik tanah dijadikan sebagai parameter untuk menyusun kelas kemampuan tanah. Pembuatan Kelas Kemampuan Tanah cara ini dapat dilihat pada klasifikasi Kemampuan Tanah dari the United States Department of Agriculture (USDA) yang sering dijadikan pedoman global
Land Suitability
Faktor Penghambat/ Pembatas
Kelas Kemampuan Lahan I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
1.lereng
A
B
C
D
A
E
F
G
2.kepekaan erosi
KE1,K2
KE3
KE4,KE5
(*)
(*)
(*)
(*)
(*)
3.Tingkat erosi
e0
4. tanah
e1
e2
e3
(**)
e4
e5
(*)
k0
k1
k2
k2
(*)
k3
(*)
(*)
5. Tekstur Lapisan Atas
t1,t2,t3
t1,t2,t3
t1,t2,t3,t4
t1,t2,t 3,t4
(*)
t1,t2,t 3,t4
t1,t2,t 3,t4
t5
6. Tekstur Lapisan Bawah
t1,t2,t3
t1,t2,t3
t1,t2,t3,t4
t1,t2,t 3,t4
(*)
t1,t2,t 3,t4
t1,t2,t 3,t4
t5
7. Permeabilitas
P2,P3
P2,P3
P2,P3,P4 P2,P3 P1,P4 (*)
(*)
P5
8. Drainase 9. Kerikil/batuan
d1 b0
d2 b0
d3 b1
d4 b2
d5 b3
(**) (*)
(**) (*)
d0 b4
10.Bahaya banjir
O0
O1
O2
O3
O4
(**)
(**)
(*)
11.Garam/salinitas
g0
g1
g2
g3
(*)
g3
(*)
(*)
Kedalaman
Langkah-langkah penyusunan kelas kesesuaian lahan
Apa itu kesesuaian Lahan?
Pelajari sifat-sifat tanah yang cocok untuk jenis pertanian tertentu dipedesaan atau penggunaan lahan tertentu di perkotaan
Penilaian mengenai kesesuaian suatu bentang tanah terhadap penggunaan tertentu pada tingkat pengelolaan dan hasil yang wajar, dengan tetap memperhatikan kelestarian produktifitas dan lingkungannya
Pilih beberapa sifat-sifat tanah yang erat kaitannya dengan kebutuhan tanaman/bangunan tersebut untuk digunakan sebagai parameter kelas kesesuaian
(Soetarto & Taylor 1983 dalam Rencana Pengelolaan Sumberdaya Lahan dalam Rangka Pemetaan Ruang Wilayah Sungai Brantas, Jawa Timur)
Membuat klasifikasi untuk setiap parameter secara berjenjang sesuai dengan ketelitian yang dikehendaki. Membuat kombinasi antar kelas parameter-parameter untuk membuat tingkat kesesuaian
3
11/11/2012
Ilustrasi Penilaian Kesesuaian Lahan Contoh Kelas Kesesuaian lahan Kelas S1 S2 S3 S4 T
Tingkatan Sesuai
Ketentuan Tanah tidak mempunyai pembatas yang berarti untuk jenis penggunaan tertentu secara berkelanjutan, atau hanya memiliki pembatas yang sangat kecil
Kesesuaian Sedang
Tanah yang mempunyai pembatas yang dalam keseluruhannya merupakan pembatas tingkat sedang untuk jenis penggunaan tanah tertentu secara berkelanjutan
Kesesuaian Kecil Sesuai bersyarat Tidak Sesuai
Tanah yang mempunyai pembatas-pembatas yang dalam keseluruhannya merupakan pembatas tingkat berat untuk penggunaan tertentu secara berkelanjutan
Faktor Lingkungan untuk kemiringan lereng dan vegetasi
Peruntukan lahan untuk Perumahan
Faktor Lingkunga n
Kelas Lereng
No. Indeks
Sudut Lereng
0 - 5% 5-15% 15-30%
3
30-50% 50%+ Vegetasi
Tanah yang memerlukan perlakuan khusus atau tanah dimana memerlukan persyaratan tambahan yang harus dipenuhi untuk berhasilnya suatu penggunaan tanah Tanah yang mempunyai pembatas-pembatas yang kritis sehingga dianggap tidak sesuai bagi penggunaan tanah tertentu menurut kriteria yang digunakan
Bobot
Nilai Kapabilita s
Bobot Nilai Kapabilita s
1
5
2
4 2
8
4
1
5
Peruntukan Lahan untuk Pertanian Nilai Kapabilita s
Bobot Nilai Kapabilita s
20
5
25
16
3
15
2
10
4
1
5
0
0
0
0
Rumput 1
4
12
5
5
Semak
2
3
9
3
3
Rumput Gajah
3
5
15
2
2
Hutan Jati
4
2
6
1
1
Hutan Campur
5
1
3
1
1
4
3
Bobot
5
1
Contoh Kesesuaian Tanah Untuk Padi Sawah
PARAMETER DAN KRITERIA
Jumlah dan jenis parameter yang digunakan untuk menilai kesesuaian lahan untuk tiap-tiap penggunaan bisa bervariasi
Kelas
Lereng (%)
Tekstur tanah
Kedalaman tanah (cm)
Pengatusan internal
Banjir
Potensi Erosi
S1 (Sesuai)
0 -2
Sangat berat
75 – 100 (dalam – amat dalam)
Tak sempurna buruk
Tidak ada
Rendah
S2 (Kesesuaian sedang)
2–4
Berat
50 – 75 (sedang)
Sedang baik
Banjir musiman tidak merusak
Sedang
S3 (Kesesuian kecil)
4–8
Sedang
25 – 50 (dangkal)
-
Banjir musiman merusak
Tinggi
S4 (Sesuai bersyarat)
8 – 40
-
-
-
-
Sangat Tinggi
T (Tidak Sesuai
>8
Ringan
< 25 (sangat dangkal)
Berlebihan
Banjir musiman merusak berat
Kelewat Tinggi
Contoh Kesesuaian Tanah Untuk Permukiman KELAS
PARAMETER Potensi Air Tanah (liter/ detik)
Drainase
Lereng (%)
Bahaya Lingkungan
Banjir
Potensi Erosi/Longsor
S1 (Sesuai)
> 20
Baik
0-8
Tidak ada
Rendah
S2 (Kesesuaian sedang)
20 -40
Sedang
8 - 15
Tergenang Setelah Hujan
Sedang
S3 (Kesesuaian Kecil)
10 - 20
Kurang Baik
15 - 25
Banjir musiman
Tinggi
S4 (Sesuai dengan bersyarat)
2,5 – 10
Jelek
25 - 35
Sering banjir
Sangat Tinggi
T (Tidak sesuai)
< 2,5
Sangat Jelek
> 35
Selalu Banjir
Kelewat Tinggi
4
11/11/2012
Kriteria Daya Dukung Permukiman Tabel . Kriteria Daya Dukung Fisik Permukiman Kesesuaian Lahan untuk Permukiman Subsiden Total
Satuan
Baik (3) Tidak Ada
Sedang (2) Tidak Ada
cm % cm
>75 <8 >100
45-75 8-15 50-100
cm
<50
<50
-
m
100-400
50-100
Ada <50
m
>200
50-100
<50
%
Banjir Air Tanah Kelerengan Kedalaman Hamparan Batuan Keras Kedalaman Hamparan Batuan Tipis Longsor Jarak dari Sarana Jalan Jarak dari Tepi Pantai
Buruk (1) 30 JarangSering <45 >15 <50
Sumber : Pedoman Analisis Daya Dukung Wilayah Pesisir (KKP)
Tabel . Klasifikasi Daya Dukung Kawasan Pesisir Untuk Kegiatan Permukiman Kecamatan Towea No
Nilai
Keterangan
1
13-15
Sangat Tidak Sesuai
1088
2
16-17
Tidak Sesuai
916
3
18
Cukup sesuai
300
4
19-20
Sesuai
198
5
21-22
Sangat sesuai Jumlah
Luas (Ha)
68 2.570
Kriteria Daya Dukung Permukiman
Contoh aplikasi kesesuaian lahan dalam TGPL
Tujuan Untuk memberikan gambaran bagaimana teknologi SIG bekerja dalam membantu pengambilan keputusan
Pencarian lokasi komersial pada suatu Perkotaan
Memberikan informasi kemampuan Analisis Spasial dalam perencanaan kota/ wilayah
5
11/11/2012
ANALISIS SPASIAL (ANALISIS KESESUAIAN LAHAN)
Langkah Proses
TARGET : MENCARI LOKASI PEMBANGUNAN TOKO/ MAL
Persyaratan yang harus dipenuhi : 1. Jarak dengan sungai minimal 36,407 m 2. Kemiringan tidak lebih dari 21 % 3. Jarak dari rel kereta minimal 26 m 4. Jarak dari jalan raya maksimal 50 m 5. Berada pada sekitar Jalan Kelas I (protokol) 6. Pada daerah Bangunan Komersial 7. Jarak dengan bangunan yang sudah ada minimal 0.8 m 8. Jarak dengan tumbuhan yang sudah ada minimal 2 m
1. Perencanaan dan Penentuan Parameter 2. Pemrosesan Dasar Citra 3. Digitasi data dan Pembangunan basis data SIG 4. Klasifikasi dan Pembuatan Peta Tematik sesuai atribut 5. Transformasi ke Grid/ Raster GIS 6. Formulasi perhitungan/ Analisis 7. Penentuan hasil secara automatis
Hasil Digitasi on screen
CASI - Data Dasar
BOGOR
False Colour - Rectified, Uncontrolled Mozaik
Peta Tematik Vegetasi (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Bangunan (dalam bentuk Grid)
6
11/11/2012
Peta Tematik Jalan
Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Sungai (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Rel Kereta Api (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Slope/ (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Jalan (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Bangunan (dalam bentuk Grid)
7
11/11/2012
Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Vegetasi (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Kawasan Berdasar Jenis Bangunan/ Perumahan (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Kawasan Berdasar Jenis Jalan (dalam bentuk Grid)
METODA BOLEAN Berdasarkan : Ya/ Tidak yang memenuhi seluruh syarat
HASIL PEMODELAN
HASIL PEMODELAN
Daerah yang sesuai berwarna biru
Daerah yang sesuai berwarna biru
8
11/11/2012
METODA INDEKS
Kalkulasi menggunakan rumusan/ model matematis tertentu
Berdasarkan perhitungan skor kesesuaian lahan
Persyaratan yang harus dipenuhi : 1. Jarak dengan sungai : semakin jauh semakin baik 2. Kemiringan : semakin landai semakin baik 3. Jarak dari rel kereta : semakin jauh semakin baik 4. Jarak dari jalan raya : semakin dekat semakin baik 5. Berada pada sekitar Jalan Kelas I (protokol) semakin baik 6. Pada daerah Bangunan Komersial semakin baik 7. Jarak dengan bangunan yang sudah ada : optimum pada jarak sekitar 10 m 8. Jarak dengan tumbuhan yang sudah ada : optimum pada jarak sekitar 10 m
HASIL PEMODELAN
kesimpulan aplikasi
Hasil di Indeks sesuai perhitungan
Ukuran Dasar Guna Lahan Guna lahan dalam kota menunjukkan kegiatan perkotaan yang menempati petak yang bersangkutan Setiap petak dapat dicirikan dengan tiga ukuran dasar yaitu : Jenis kegiatan, Intensitas penggunaan Hubungan antar guna lahan.
Menghasilkan Informasi Lebih Cepat Menampilkan Informasi Lebih Akurat Membuat Analisis Lebih Cepat dan Akurat Membantu Dalam Pengambilan Keputusan Dengan Dinamis, Cepat dan Tepat Efisiensi pada Waktu, Tempat dan Lebih Ekonomis
Jenis Kegiatan Jenis kegiatan dapat ditelaah dari dua aspek yaitu: Umum. Menyangkut penggunaannya seperti perdagangan, industri dan permukiman Khusus Menyangkut sejumlah ciri yang lebih rinci seperti ukuran, luas, fungsinya dalam lingkungan perkotaan Sumber data yang dapat membantu adalah foto udara, badan perencanaan, sigi lapangan dan lain-lain.
9
11/11/2012
Intensitas Guna Lahan Ukuran intensitas guna lahan ditunjukkan oleh kepadatan bangunan dan dinyatakan dengan nisbah (perbandingan) luas lantai per unit luas tanah. Ukuran ini belum dapat mencerminkan intensitas kegiatan pada lahan yang bersangkutan, dan untuk mengetahuinya diperlukan ukuran lain, misalnya jenis kegiatan. Intensitas guna lahan dalam tiap zone diukur dengan menggunakan dua macam angka banding yaitu: Koefisien dasar bangunan KDB = Luas dasar bangunan x 100% Luas petak lahan
Hubungan Antar Guna Lahan Ukuran ini berkaitan dengan jarak yang harus ditempuh orang dan barang untuk mencapai lokasi tertentu, sering sudah termasuk dalam pengertian ‘daya hubung’.
Koefisien lantai bangunan KLB = Luas seluruh lantai bangunan x 100% Luas petak lahan • Koefisien Dasar Hijau • KDH = Luas seluruh ruang terbuka hijau diluar bangunan x 100% Luas Petak Lahan
Proses Perencanaan Tataguna lahan Secara umum proses perencanaan tataguna lahan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua): Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk sektor swasta/perorangan
Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk sektor swasta/perorangan
Umumnya ditujukan untuk satu jenis peruntukan lahan, seperti Lahan untuk lokasi perumahan (real estate) Lahan untuk lokasi pabrik Lahan untuk areal rekreasi
Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk sektor publik
Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk sektor publik Menekankan pada hubungan antara berbagai jenis peruntukan lahan, seperti
Penetapan Peruntukan Lahan Ekonomi Sosial
Hubungan antara lokasi industri, lokasi permukiman, lokasi pertanian, lokasi daerah resapan air, lokasi pembuangan limbah dan lain sebagainya.
Politik
Fisik
Pola Tataguna Lahan lama
Pola Tataguna Lahan baru
Umpan Balik
Hubungan timbal balik antara penentuan tataguna lahan dan pola tataguna lahan
10
11/11/2012
Sistem Tata Guna Lahan Transportasi Sebaran geografis antara tata guna lahan (sistem kegiatan) serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabungkan untuk mendapatkan arus dan pola pergerakan lalu lintas di daerah perkotaan (sistem pergerakan). Besarnya arus dan pola pergerakan lalulintas sebuah kota dapat memberikan umpan-balik untuk menetapkan lokasi tata guna lahan yang tentu membutuhkan prasarana baru pula
In tegrasi Sistem Tata Guna lahan – Transportasi dapat dikaji dengan menetapkan kebijakan sistem meliputi: A. Sistem Kegiatan B. Sistem Jaringan C. Sistem Pergerakan
LOGO
11