ns o
ed
PETUNJUK PRAKTIKUM KLINIK TANAMAN
fap ert
au
Oleh : LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN UNSOED PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI PURWOKERTO 2016
2
ACARA I DIAGNOSIS LAPANGAN PENYAKIT DAN HAMA TANAMAN A. TUJUAN: 1. Melihat problema tanaman di lapangan. 2. Melakukan diagnosis yang berkualitas dengan cara penyusunan formulasi tanda
ed
penyakit dan melihat gejala serta tanda serangan hama, termasuk konsultasi dengan pemilik tanaman.
3. Menilai/menaksir kerusakan oleh penyakit dan hama tanaman, dan mengambil
B. BAHAN DAN ALAT:
ns o
sampel dan specimen untuk koleksi dan diagnosis klinik.
1. Permasalahan tanaman di lapangan diperoleh melalui kunjungan ke tempat permasalahan dengan hamparan pertanaman yang ada.
au
2. Formulir isian untuk mengumpulkan informasi dari sumber langsung (observasi lapangan) (lihat Lampiran 1) dan konsultasi dengan petani. 3. Perlengkapan di lapangan : lensa tangan, teleskop (teropong), kantung plastik, alat pengepres bahan tanaman, jaring serangga , botol pembunuh, amplop kertas
fap ert
(papilot), aspirator, alat potong (gunting tanaman/pisau). 4. Kamera dan lain-lain.
C. PROSEDUR KERJA
1. Minta ijin kepada pemilik kebun/tanaman sebelum masuk ke kebun. 2. Periksa pertanaman yang ada dan cari kemungkinan permasalahan tanaman yang sedang dihadapi petani.
3. Konsultasi kepada petani agar petani mau mengemukakan masalah yang dihadapi, catat pendapatnya.
4. Amati dan catat komponen-komponen tanda penyakit tanaman serta gejala dan tanda serangan untuk hama tanaman. 5. Susun deskripsi permasalahan dengan mengisi formulir yang dibawa serta ke lapangan (tentang lapangan, sejarah pertanaman, praktek yang telah dilakukan petani seperti: pengolahan tanah, pola tanam, waktu tanam, varietas yang ditanam,
3
pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan, dan lainlain) 6. Ikuti cara/rute pengamatan untuk menaksir/menilai kerusakan tanaman. 7. Ambil sejumlah sampel tanaman untuk pengamatan yang dapat mewakili keadaan tanaman di lapangan. 8. Periksa tanaman individual secara detail, catat gejala dan tanda. Jangan lupa periksa
ed
juga kondisi tanaman bagian bawah (dekat tanah dan perakaran). 9. Penyakit tanaman :
Ambil spesimen tanaman sakit dan jangan lupa ikut sertakan juga spesimen yang Hama tanaman :
ns o
sehat.
Ambil spesimen tanaman (semua bagian tanaman) yang terserang hama dan sehat; spesimen hamanya (kalau ada semua stadium dari hama); tanda-tanda serangan seperti kulit serangga yang terkelupas hasil ganti kulit (eksuviae), kotoran hama, sisa-sisa makanan; musuh alami yang ada (parasitoid, predator, entomopatogenik).
au
10. Kemaslah spesimen sesuai dengan sifat dan jenis spesimennya, agar tidak mengalami kerusakan dalam perjalanan sampai saat pengamatan di laboratorium.
fap ert
11. Jangan lupa bawa serta formulir yang harus diisi dan gunakan formulir yang sesuai.
4
ACARA II OBSERVASI KLINIK/DIAGNOSIS LABORATORIUM A. TUJUAN 1. Mendukung/mengembangkan lebih lanjut dari diagnosis lapangan. 2. Mendeteksi patogen atau hama yang menyertai spesimen.
ed
3. Teknik-teknik khusus untuk meningkatkan keberadaan patogen/hama pada spesimen tanaman.
4. Mempelajari cara pewarnaan nematoda dalam jaringan tanaman
ns o
5. Membuat rekomendasi pencegahan dan/atau pengendalian. B. BAHAN DAN ALAT:
1. Spesimen yang ditemukan di lapangan (bahan tanaman sehat dan sakit; hama; musuh alami), tanda-tanda serangan hama di lapangan, sampel tanah (bila perlu).
au
2. Medium SPA (sukrosa 20g, pepton 5g, K2HPO4 0,5g, MgSO4 7H2O 0,25g, agar 16g, air steril 1000ml, pH 6,8-7,3), YPGA (yeast extract 5g, pepton 10g, glucose 10g, agar 15g air steril 1000ml, pH 6,8), TZC (pepton 10g, casein hydrolysat 1g, glucose 5g, agar 15g, 2,3,5-tryphenil tetrazolim chloride 0,1%, air steril 1000ml),
fap ert
alkohol 70%, air steril, lactofenol cotton blue/safranin, gliserin, 3. Cawan petri steril, mikroskop, tape perekat transparan, silet, gelas obyek, gelas penutup, jarum inokulasi, lampu spiritus, korek api, gabus, kompor listrik, gelas piala, pengaduk, dan pisau.
4. Alat tulis menulis, buku diagnosis. C. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan spesimen dari lapangan, buka kemasannya dan beri tanda/label khusus/kode khusus jika jumlah spesimen cukup banyak. 2. Lakukan uji standar dan indikasi berupa : a. Identifikasi patogen (jamur) 1) Amati gejala dan tanda penyakit tanaman karena jamur pada bagian daun kacang tanah (penyakit tikka) atau kopi (penyakit karat daun kopi). 2) Cocokkan dengan buku rujukan mengenai gejala dan patogennya.
5
3) Lakukan pemeriksaan secara mikroskopik, dengan mengambil bagian tanaman atau tanda penyakit pada gejala tersebut (daun) dengan cara mengorek bagian gejala tersebut dengan menggunakan jarum inokulasi/silet dan diletakkan pada gelas benda yang sudah ditetesi gliserin atau laktofenol cotton blue, dan ditutup dengan gelas penutup, kemudian amati dengan menggunakan mikroskop. Cara penyiapan spesimen ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan selotip.
ed
4) Amati morfologi jamurnya yaitu : bentuk spora, warna, hifa, miselium, struktur pembawa spora, jumlah sekat konidium, jumlah sel, ketebalan dinding sel, seta dan badan buah yang nampak, samakan dengan buku rujukan. Selain itu, jika memungkinkan, pengamatan tambahan yang diperlukan (jamur dari hasil
ns o
isolasi/biakan) yaitu: warna dan keragamannya, kualitas permukaan koloni (seperti kapas, mengkerut, cembung), tepi koloni (tak beraturan, rata), pola (menjari, membunga, seperti jaring labah-labah), zat warna yang dikeluarkan, dan organ yang dibentuk (seta).
5) Buatlah posisi taksonomi secara lengkap dari jamur yang sudah diidentifikasi.
au
6) Gambar gejala dan patogen, serta buatlah pembahasan dan kesimpulannya. 7) Apabila perlu, dilakukan Postulat Koch.
Nama Gejala/penyakit: Tanaman inang: Deskripsi gejala: ......................................................... ......................................................... ......................................................... .........................................................
fap ert
Hasil Pengamatan
Gambar Gejala
Gambar jamur
Deskripsi jamur: ......................................................... ......................................................... Posisi taksonomi: ......................................................... .........................................................
6
b. Identifikasi patogen (bakteri) b.1. Identifikasi patogen layu bakteri 1) Potong jaringan tanaman (akar atau batang) tomat, terung, lombok, atau kentang secara melintang dengan skalpel, masukkan dalam tabung reaksi yang berisi air dan kemdian amati aliran bakterinya. 2) Setelah ditemukan adanya aliran bakteri, potong-potong secara aseptis jaringan
ed
tanaman yang sudah disinfeksi sepanjang 4-5 mm. Taruh potongan tersebut pada cawan petri berisi alkohol 70% selama 30 detik kemudian dipindahkan ke dalam cawan petri berisi air steril selama 60 detik. Secara aseptis jaringan yang sudah steril dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi air steril dan didiamkan
ns o
selama 3-5 menit.
3) Suspensi yang terjadi (air dalam tabung reaksi menjadi keruh) kemudian digoreskan dengan jarum ose pada permukaan medium YPGA dan TTC. 4) Inkubasikan padsa suhu kamar selama 48 jam. Setelah masa inkubasi pilih koloni dengan ciri-ciri seperti bentuk koloni tidak bulat, putih, mengkilat, dan
au
fluidal (pada medium YPGA). Jika pada medium TTC, maka koloni tunggalnya berwarna pink di tengah dan dikelilingi warna putih-krem adalah koloni yang virulen, dengan tepi koloni yang bergerigi dan bentuk tidak bulat, serta permukaan koloni berair, atau fluidal.
fap ert
5) Koloni terpisah ditumbuhkan pada medium agar miring kemudian diinkubasikan lagi pada suhu kamar selama 24 jam.
6) Buatlah posisi taksonomi secara lengkap dari bakteri yang sudah diidentifikasi. 7) Gambar gejala dan patogen, serta buatlah pembahasan dan kesimpulannya. b.2. Identifikasi patogen hawar daun bakteri 1) Amati gejala penyakit hawar daun bakteri 2) Cocokkan dengan buku rujukan mengenai gejala dan patogennya 3) Lakukan pemeriksaan secara makroskopik dengan mengamati bercak daun, tanda pada bercak, jika tidak terdapat tanda jamur berupa serbuk, butiran, pustul atau miselium, serta pada bercak dikelilingi halo kuning, gejala ini disebabkan oleh bakteri, samakan dengan buku rujukan. 4) Daun bergejala hawar daun bakteri dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian direndam dalam air steril.
7
5) Pengamatan secara mikroskopik dapat dilakukan dengan meletakkan potongan daun pada gelas benda yang sudah ditetesi air steril, tutup dengan gelas penutup, amati aliran bakteri yang keluar dari vena daun. 8) Daun tersebut dipotong-potong dengan ukuran 5 x 5 mm2, Taruh potongan tersebut pada cawan petri berisi alkohol 70% selama 30 detik kemudian dipindahkan ke dalam cawan petri berisi air steril selama 60 detik. Secara steril dan didiamkan selama 3-5 menit.
ed
aseptis jaringan yang sudah steril dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi air 9) Suspensi yang terjadi (air dalam tabung reaksi menjadi keruh) kemudian digoreskan dengan jarum ose pada permukaan medium SPA.
ns o
10) Inkubasikan padsa suhu kamar selama 48 jam. Setelah masa inkubasi pilih koloni dengan ciri-ciri seperti bentuk koloni bulat dan berwarna kuning. 11) Koloni terpisah ditumbuhkan pada medium agar miring kemudian diinkubasikan lagi pada suhu kamar selama 24 jam.
12) Buatlah posisi taksonomi secara lengkap dari bakteri yang sudah diidentifikasi. Hasil Pengamatan
au
13) Gambar gejala dan patogen, serta buatlah pembahasan dan kesimpulannya.
fap ert
Gambar Gejala
Nama Gejala/penyakit: Tanaman inang: Deskripsi gejala: ......................................................... ......................................................... ......................................................... .........................................................
Gambar bakteri
Deskripsi bakteri: ......................................................... ......................................................... Posisi taksonomi: ......................................................... .........................................................
8
c. Identifikasi patogen (virus) 1) Amati gejala khas penyakit tanaman karena virus pada bagian daun, batang, dan buah. 2) Kelompokkan gejala klorosis, kerdil, mosaik, ringspot, yellowing dll, yang khas disebabkan oleh virus. 3) Gambar gejala dan virus patogennya (bila ada dari buku rujukan), samakan
ed
dengan buku rujukan, catat mengenai deskripsi gejala dan virusnya. 4) Buatlah posisi taksonomi secara lengkap dari virus yang sudah diidentifikasi. 5) Gambar gejala dan patogen, serta buatlah pembahasan dan kesimpulannya. Hasil Pengamatan
ns o
au
Gambar Gejala
Nama Gejala/penyakit: Tanaman inang: Deskripsi gejala: ......................................................... ......................................................... ......................................................... .........................................................
fap ert
Gambar virus
Deskripsi virus: ......................................................... ......................................................... Posisi taksonomi: ......................................................... .........................................................
d. Identifikasi nematoda (pewarnaan nematoda dalam jaringan tanaman) Sebagian besar nematoda parasit tanaman yang menyerang dan merusak tanaman pertanian adalah nematoda yang bersifat endoparasitik baik yang sedenter maupun yang migratori
Perkembangan nematoda endoparasitik sedenter melewati fase preparasitik dan parasitik. Fase preparasitik mulai dari stadium telur sapai larva stadium dua, sedangkan fase parasitik dimulai setelah larva stadium dua masuk kedalam jaringan akar inangnya sampai dewasa. Selama fase parasitik nematoda
endoparasitik
sedenter setelah menemukan tempat makan yang cocok akan tetap disitu sampai mati., sedangkan nematoda endoparasitik migratori selama perkembangannya tidak
9
menetap pada suatu tempat makan saja tetapi bergerak mondar-mandir dalam jaringan akar yang diserangnya bahkan dapat berpindah ke akar lain yang masih sehat. Untuk mengetahui keberadaan nematoda endoparasit tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ekstraksi isolasi dan pewarnaan jaringan tanaman. Untuk nematoda endoparasit migratori kedua cara tersebut bisa dipakai. Tetapi untuk
ed
nemtoda endoparasit sedenter cara ekstraksi isolasi kurang efektif karena nematoda betina dewasa mengalami perubahan bentuk menjadi membulat dan bersifat immobile. Keuntungan dari teknik pewarnaan adalah prosesnya cepat sehingga nematoda dalam jaringan tanaman bisa langsung dapat diamamti.
ns o
Pemilihan jenis teknik pewarnaan ditentukan oleh kandungan jaringan tanaman yang akan diwarnani dan tebal tipisnya jaringan tanaman. Prosedur kerja
Metode asam fukhsin /metilen blue laktofenol
1) Buat larutan laktofenol, larutan asam fukhsin, dan larutan metilen blue dengan
au
formula sebagai berikut: Larutan laktofenol : -
Fenol Kristal
20 g
-
Asam laktat
20 ml
-
Gliserin
-
Akuades
fap ert
40 ml
20 ml
Larutan asam fukhsin: -
Fukhsin
1g
-
Akuades
100 ml
Larutan metilen blue -
Metilen blue
1 ml
-
Akuades
100 ml
2) Buat larutan asam fukhsin/metilen blue laktofenol dengan cara mencampurkan 100 ml larutan laktofenol dengan 5 ml larutan asam fukhsin/metilen blue, aduk sampai merata. 3) Cuci contoh bagian tanaman yang akan diwarnai sampai bersih kemudian dipotong-potong dengan ukuran ± 1 cm
10
4) Bungkus potongan bagian tanaman dengan kain kasa, ikat dengan benang katun dan diberi label pakai pensil. 5) Masukkan bungkusan potongan bagian tanaman tersebut ke dalam beaker glass yang berisi larutan asam fukhsin/metilen blue laktofenol mendidih selama ± 3 menit. 6) Angkat bungkusan dan bilas dengan air mengalir. Kemudian masukkan kedalam
ed
beker glass yang berisi gliserin dan inkubasikan selama 24 jam, contoh tanaman siap diamati. Metode larutan lugol”s - Iodin
1g
- Potassium iodine
2g
- Akuades
200 ml
ns o
1) Buat larutan lugol”s dengan formula sebagai berikut;
2) Cuci contoh bagian tanaman yang akan diamati sampai bersih
au
3) Masukkan ke dalam beaker glass yang berisi larutan Lugol”s selama 15 menit. 4) Angkat dan amati dengan mikroskop
5) Buatlah posisi taksonomi secara lengkap dari nematoda yang sudah diidentifikasi.
6) Gambar gejala dan nematoda, serta buatlah pembahasan dan kesimpulannya.
fap ert
Hasil Pengamatan
Gambar Gejala
Gambar nematoda
Nama Gejala: Tanaman inang: Deskripsi gejala: ......................................................... ......................................................... ......................................................... ......................................................... Deskripsi nematoda: ......................................................... ......................................................... Posisi taksonomi: ......................................................... .........................................................
11
e. Identifikasi hama : 1) Amati gejala dan tanda serangan hama serta jenis hama dan musuh alami yang ditemukan. 2) Identifikasi hama dan musuh alami yang ditemukan dengan menggunakan kunci determinasi hama dengan bantuan mikroskop dan kaca pembesar. 3) Positifkan nama penyakit/hama dan buat rekomendasi penanggulangan dan
ed
pengendaliannya. 4) Rekam semua pekerjaan diagnosis dalam bentuk pengisian formulir yang modelnya tersendiri. Buat rekaman foto berwarna bila mana diperlukan. 5) Buatlah posisi taksonomi secara lengkap dari hama yang sudah diidentifikasi.
Hasil Pengamatan
Nama Gejala: Tanaman inang: Deskripsi gejala: ......................................................... ......................................................... ......................................................... .........................................................
au
Gambar Gejala
ns o
6) Gambar gejala dan hama, serta buatlah pembahasan dan kesimpulannya.
fap ert
Deskripsi hama: ......................................................... ......................................................... Posisi taksonomi: ......................................................... .........................................................
Gambar hama
Catatan :
Hasil Praktikum acara 1 dan acara II dipresentasikan di kelas sebagai karya kelompok
12
ACARA III PENGAWETAN TANAMAN SAKIT DAN PEMBUATAN HERBARIUM A. TUJUAN 1. Mengenal dan melaksanakan teknik-teknik yang digunakan untuk pengawetan tanaman sakit. metode penyimpanan dan penanganannya.
ed
2. Memilih teknik yang sesuai bagi bahan tanaman yang harus ditangani, meliputi 3. Memperagakan spesimen yang diawetkan dengan penyertaan informasi yang
ns o
relevan. B. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan tanaman sakit atau bahan tanaman yang mengalami kerusakan hama yang akan diawetkan disiapkan oleh setiap kelompok praktikan.
2. FAA (Formaldehid Acetic Acid) disiapkan oleh masing-masing kelompok.
au
3. Botol museum, gelas beaker, botol-botol gelas, gelas ukur. 4. Label herbarium (form sudah disiapkan).
5. Pemampat bahan tanaman sakit untuk herbarium kering
fap ert
6. Naphthalene (kapur barus). C. PROSEDUR KERJA 1.
Bahan-bahan tanaman sakit atau yang mengalami kerusakan yang bentuknya besar dan berdaging dengan kandungan air yang tinggi (misal buah jeruk, mangga, buah jambu, akar gada pada kubis, albasia-karat puru) a. Bahan tanaman diawetkan dalam larutan FAA untuk mencegah kehancuran jaringan oleh bakteri dan jamur.
b. Gunakan botol penyimpanan yang mempunyai tutup dari gelas atau plastik karena tutup dari logam akan menimbulkan korosi oleh pengaruh FAA. c. Lengkapi botol museum (yang telah terisi FAA dan bahan tanaman yang akan diawetkan) dengan label herbarium yang telah berisi informasi tentang koleksi spesimen tersebut ( nama penyakit, patogen, tipe patogen, tanaman/inang, lokasi,
13
tanggal, kolektor, metode identifikasi dan ditambah informasi ekologi untuk hama) , rekatkan pada bagian luar botol. d. Isilah label dengan tulisan tangan, tinta hitam secara benar dan rapi. Untuk identifikasi pendahuluan (tentatif) gunakan acuan yang tersedia dan sesuai. 2.
Bahan-bahan tanaman dengan kandungan air yang rendah dan ukuran relatif kecil atau tipis, awetkan dengan cara pemampatan (pressing).
ed
a. Lakukan pemampatan dengan cara menempatkan lembaran bahan tanaman (misal daun) di antara lembaran-lembaran surat kabar kering dan atasnya dibebani dengan setumpuk buku tebal atau batu bata.
b. Untuk spesimen yang kandungan airnya lebih tinggi, gantilah kertas-kertas spesimen.
ns o
tersebut setiap hari untuk mencegah pertumbuhan jamur kapang (mold) pada c. Setelah kering, simpanlah lembarann herbarium ini dengan posisi mendatar dalam almari yang kering dan bebas insekta.
Spesimen yang berupa perakaran tanaman berkayu, biji-bijian kering atau buah
au
berkayu tak membutuhkan cairan pengawet.
a. Keringkan spesimen tersebut pada udara bebas atau dikering-ovenkan pada suhu rendah, kemudian simpan langsung dalam botol. b. Tambahkan butiran-butiran Naphthalene bersama spesimen untuk mencegah infestasi serangga.
fap ert
3.
c. Lengkapi herbarium dengan label herbarium yang berisi informasi tentang spesimen yang bersangkutan,
d. Jangan lupa sertakan spesimen sehat bersama spesimen yang sakit. e. Isilah label dengan tulisan tangan, tinta warna hitam secara benar dan rapi. f. Untuk identifikasi pendahuluan (tentatif) gunakan acuan yang ada dan relevan
14
a. Contoh label spesimen (untuk penyakit tanaman) PLANT DISEASE SPECIMEN
ns o
ed
Disease………………………………………………………………… Pathogen………………………………………………………………. Type of Pathogen…………………………………………………….. Host…………………………………………………………………… Locality……………………………………………………………….. Date……………………..Colector…………………………………… Identification method…………………………………………………. Remarks………………………………………………………………. ………………………………………………………………………… b. Contoh label spesimen (untuk hama tanaman)
fap ert
au
PLANT PEST SPECIMEN Specimen…………………………………………………………… Locality……………………………………………………………. Date………………………………………………………………… Colector…………………………………………………………….. Host………………………………………………………………… Ecol. information……………………………………………………
Cara pembuatan FAA : air steril
tembaga sulfat
35 ml 0,2 g
Asam Asetat Glasial 5 ml Formaldehid (40%)
10 ml
Etik alkohol (95%)
50 ml
15
ACARA IV PEMBUATAN PREPARAT, PENYIMPANAN DAN PENGAWETAN PATOGEN SERTA SERANGGA A. TUJUAN 1. Mengenal dan melaksanakan teknik-teknik yang digunakan untuk pengawetan
ed
spesimen patogen dan serangga. 2. Memilih teknik yang sesuai bagi spesimen patogen dan serangga yang harus ditangani, meliputi metode penyimpanan dan penanganannya.
3. Memperagakan spesimen yang diawetkan dengan penyertaan informasi yang
ns o
relevan.
4. Tujuan utama dari penyimpanan kultur jamur atau bakteri ialah mempertahankannya dalam keadaan dapat hidup tanpa perubahan morfologi, fisiologi atau genetik untuk jangka waktu selama yang diperlukan. Kultur untuk melakukan taksonomi
B. BAHAN DAN ALAT
au
perbandingan guna mengklasifikasi dan memberi nama takson baru.
1. Patogen dan serangga hama/predator/parasitoid yang akan diawetkan disiapkan oleh setiap kelompok praktikan.
fap ert
2. Cairan pelemas (etil asetat) , cairan pembersih (alkohol) dan cairan pengawet, parafilm, silica gel, minyak mineral, kalsium chloride, kertas saring disiapkan oleh masing-masing kelompok.
3. Botol museum,gelas beaker , botol-botol gelas, gelas ukur, autoklaf, lemari es, oven, eksikator.
4. Label insektarium (form sudah disiapkan). 5. Naphthalene (kapur barus). C. PROSEDUR KERJA C.1. Patogen Tidak semua cara pengawetan berikut ini cocok untuk semua jenis jamur dan bakteri yang tumbuh pada medium kultur.
16
1. Pertumbuhan pada medium agar Kultur biasanya ditanam di dalam botol McCartney 20 ml, dengan leher lebar. Sebaiknya digunakan medium yang cocok, misalnya setengah ukuran resep medium PDA untuk jamur, dan NA untuk bakteri. Medium tersebut dituangkan ke dalam botol kira-kira setengahnya, kemudian disterilkan. Botol tersebut lalu didinginkan dengan cara dimiringkan pada satu sisinya sehingga membentuk medium agar miring.
ed
Medium agar-agar miring diinokulasi dengan jamur atau bakteri dan diinkubasi. Sesudah inkubasi, kultur harus disimpan di tempat yang sejuk dan bebas debu. Lemari es atau ruang dingin bersuhu 5–8°C paling cocok untuk menyimpan kultur. Beberapa jamur dan bakteri peka terhadap suhu dingin, karena itu sebaiknya disimpan pada suhu
ns o
15°C. Kultur tersebut harus dimonitor secara teratur, karena medium agar-agar cepat mengering di lingkungan yang berkelembapan udara rendah. Semua botol kultur sebaiknya disegel dengan film plastik (parafilm) atau ditutup rapat sebelum inkubasi dan selama penyimpanan. Kultur perlu dipindahkan ke medium yang baru setiap enam bulan. Pemindahan yang berulang kali dapat mempercepat perubahan morfologi,
au
hilangnya patogenisitas dan berkurangnya sporulasi. 2. Di dalam minyak mineral
Cara ini berguna terutama di daerah tropik, karena mencegah kultur cepat mengering dan melindungi dari serangan tungau. Kultur ditumbuhkan seperti tersebut di
fap ert
atas, tetapi pada medium agar yang tidak terlalu miring. Hal yang penting adalah memastikan bahwa kultur itu tumbuh sehat, dan untuk jamur dapat menghasilkan banyak spora. Kultur ditutup dengan minyak mineral hingga kedalaman 1 cm di atas bagian atas kemiringan agar. Minyak mineral yang digunakan harus steril, yang dapat diperoleh dengan autoklaf dua kali pada suhu 121°C selama 15 menit. Botol McCartney dengan tutup plastik dapat digunakan, tetapi mudah bocor jika terguling. Cara ini cukup sederhana, dan tidak memerlukan alat atau bahan kimia yang mahal. Daya tahan hidup kultur dapat berlangsung 2–40 tahun, walaupun idealnya, kultur diperbaharui setiap lima tahun. 3. Penyimpanan di dalam air Potongan (balok) agar-agar diiris dari tepi kultur jamur yang masih baru (umur seminggu), kemudian di rendam di dalam air suling steril dalam botol kecil Wheaton 5 ml atau botol McCartney 20 ml. Tutupnya disekrup dan disegel dengan film atau
17
dibungkus rapat. Botol kecil itu kemudian disimpan pada suhu ruangan. Dengan cara ini kultur dapat disimpan hingga beberapa tahun. Jarum ose yang steril digunakan untuk memindahkan koloni-koloni bakteri berumur 24–48 jam ke dalam air suling steril. 4. Proses kering-beku Proses kering-beku (freeze-drying) meliputi penghilangan air (pengeringan) dari kultur yang dibekukan dengan mengurangi tekanan secara bertahap melalui proses
ed
sublimasi. Sublimasi terjadi bila cairan yang beku berubah secara langsung menjadi gas tanpa melalui fase cair.
Kultur kering-beku disimpan di dalam ampul gelas atau gelas kecil yang disegel. Jamur penghasil spora yang berlimpah sangat sesuai untuk disimpan dengan proses
ns o
kering-beku, juga bakteri. Daya hidup kultur dapat mencapai 10 tahun atau lebih. Alat untuk proses kering-beku relatif mahal harga dan perawatannya. Salah satu keuntungan proses kering-beku adalah kultur kering-beku tidak perlu disimpan di dalam lemari es, cukup disimpan pada suhu kamar.
Setelah proses kering-beku, satu ampul dari setiap isolat sebaiknya dibuka dan
au
ditumbuhkan untuk memeriksa daya hidup dan kemurniannya, karena tidak semua jenis dapat bertahan hidup dalam proses ini. Menumbuhkan kembali kebanyakan jamur yang kering-beku dapat dilakukan dengan cara menaruh sepotong kultur kering-beku ke dalam cawan medium agar-agar yang baru saja dituang. Bakteri dan khamir kering-beku
fap ert
memerlukan waktu 30 menit untuk mencair kembali, baik di dalam air kaldu daging maupun air suling, sebelum digoreskan pada medium agar. 5. Penyimpanan di dalam tanah
Tanah diayak dan ditempatkan dalam botol McCartney 20 ml, kira-kira setengah penuh, kemudian disterilkan dengan cara pemanasan kering atau diautoklaf dua kali pada suhu 121°C selama 15 menit. Suspensi spora di dalam air suling steril dituangkan ke tanah steril tersebut dan diinkubasikan pada suhu 20–25°C selama kira-kira 15–10 hari. Sebaiknya, kultur tersebut disimpan di dalam lemari pendingin. Kultur ini dapat bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Menghidupkan lagi kultur dapat dilakukan dengan cara memindahkan secara aseptik sebagian tanah dari botol ke medium agar yang sesuai. Cara ini dapat digunakan untuk menyimpan jenis jamur Fusarium yang seringkali mengalami mutasi jika dipelihara pada medium agar untuk jangka waktu lama.
18
6. Penyimpanan di dalam silika gel Suspensi sel bakteri atau spora dalam susu skim 5% (bobot/volume) dituangkan ke dalam botol berisi silika gel yang sudah disterilkan dan didinginkan. Gunakan silika gel murni yang tidak berwarna, berukuran 6–22 mesh, dalam botol kecil dengan oven. Silika gel di dalam botol dibiarkan mengering pada suhu kamar selama sekitar 14 hari hingga kristal-kristal silika terpisah. Selanjutnya, tutup botol diputar ke bawah hingga
ed
rapat dan botol disimpan di dalam lemari pendingin di atas silika gel indikator (berwarna) pada suhu 4–6°C. Ketahanan hidup dapat berlangsung hingga 11 tahun bergantung kepada jenisnya. Cara ini sesuai untuk organisme yang dapat bertahan hidup sklerotium dan klamidospora.
ns o
pada pengeringan beku, dan mencakup bentuk-bentuk miselium yang menghasilkan 7. Penyimpanan pada kertas saring
Kertas saring steril diletakkan di dalam cawan Petri, kemudian beberapa tetes air suling steril ditambahkan sekedar untuk membasahi kertas saring. Kemudian potongan kultur jamur pada medium agar diletakkan di atas kertas saring dan cawan Petri
au
disimpan di dalam inkubator bersuhu 25°C, hingga jamur tumbuh di seluruh kertas saring. Setelah kertas saring benar-benar menjadi kering, dalam waktu 2–4 minggu, kertas saring itu dipotong secara aseptik menjadi potongan-potongan kecil dan dimasukkan ke dalam botol kecil yang steril dan kedap udara, selanjutnya disimpan
fap ert
pada suhu 4°C. Untuk menghidupkan lagi kultur, ambil 1 atau 2 potong kertas saring dari botol dan pindahkan secara aseptik ke medium PDA. Pertumbuhan hifa dari potongan-potongan kertas saring biasanya jelas kelihatan dalam waktu 2 hingga 4 hari. Cara penyimpanan ini seringkali digunakan untuk jenis jamur Fusarium. 8. Kriopreservasi
Penyimpanan mikroorganisme di dalam lemari es bersuhu sekitar -20°C hingga 85°C (kriopreservasi/cryopreservation) adalah cara pengawetan yang baik untuk kebanyakan jamur, bakteri, dan virus. Salah satu sistem penyimpanan yang paling sederhana dan paling populer untuk jamur dan bakteri melibatkan penggunaan manikmanik keramik berpori (cryobeads) yang disuspensikan di dalam cairan kriopreservasi, misalnya gliserol, dalam botol kecil dari plastik. Setelah diinokulasi dengan kultur, larutan yang berlebih sebaiknya diambil dengan menggunakan pipet steril dan botol kecil itu disimpan di dalam lemari es. Menghidupkan lagi kultur dilakukan dengan cara
19
mengeluarkan satu manik-manik (dari dalam botol) dan menginokulasikannya ke dalam medium cair, atau menggoreskannya pada medium agar yang sesuai. Pengawetan virus dapat dilakukan dengan pembekuan pada suhu -20o C. Akan tetapi tidak semua virus dapat dibertahan lebih dari setahun. Beberapa yang lain dapat diambil dari jaringan tanaman yang dipotong halus dan dikeringkan pada suhu 4 o C di atas kalsium klorida dalam wadah tertutup. Pengawetan yang lebih ideal adalah
ed
pendinginan secara cepat suspensi virus dalam nitrogen cair. 9. Nitrogen cair
Penyimpanan mikroorganisme pada suhu yang sangat rendah, -190°C hingga 196°C, di dalam tabung berisi nitrogen cair (juga merupakan suatu kriopreservasi)
ns o
adalah cara pengawetan yang terbaik untuk kebanyakan jamur dan bakteri. Kultur, jaringan tanaman atau suspensi spora, diberi perlakuan dengan krioprotektan (cryoprotectant), misalnya gliserol 10%. Untuk bakteri, mula-mula kultur bakteri disuspensikan dalam medium nutrien ekstrak daging, kemudian dipindahkan secara aseptik ke dalam ampul steril dan dibekukan hingga suhu yang sangat rendah di dalam
au
uap nitrogen cair. Laju pendinginan sangat kritis, dan menghidupkan lagi yang terbaik dapat dicapai jika dilakukan secara perlahan-lahan. Pada suhu yang sangat rendah, metabolisme ditekan. Apabila mikroorganisme dapat bertahan hidup pada pembekuan awal, maka seharusnya ia mampu hidup untuk jangka waktu tak terbatas. Teknik ini
fap ert
membutuhkan peralatan yang mahal serta sumber nitrogen cair yang dapat diandalkan. C.2. Hama
1. Pelemasan
a. Pelemasan dilakukan apabila serangga yang diawetkan sudah kering, Serangga yang kering akan rapuh dan mudah putus bila dibuat preparat. b. Pelemasan dapat dilakukan dengan cara :
Spesimen ditempatkan dalam botol bermulut lebar yang berisi pasir basah, untuk mencegah timbulnya jamur dapat diteteskan sedikit phenol atau etil acetat. Tutup botol rapat-rapat dan biarkan 1- 2 hari maka spesimen akan menjadi lemas.
20
Spesimen dimasukkan dalam botol, kemudian mulut botol ditempatkan beberapa lembar kertas tisue yang dibasahi dengan air, setelah itu botol ditutup dan biarkan beberapa waktu sampai spesimen lemas.
Memasukkan spesimen dalam panci penanak nasi (dandang) yang telah dipanaskan beberapa waktu sehingga banyak uap airnya, tunggu beberapa sat sampai spesimen menjadi lemas. Menyuntikkan air ke dalam torak dengan jarum suntik, terutama bagi
ed
lepidoptera yang disimpan dalam sampul-sampul kertas.
Sesudah disuntik
spesimen dikembalikan lagi ke amplop selama 5 – 20 menit. 2. Pembersihan spesimen
ns o
a. Pembersihan spesimen diperlukan apabila serangga diperoleh dari lumpur atau tanah yang mana material tersebut menempel pada tubuh spesimen.
b. Spesimen yang kotor dimasukkan dalam alkohol atau dalam air yang telah ditambah sedikit deterjen.
c. Debu, serabut, sisik-sisik lepidoptera dapat dibersihkan dengan memakai kuas yang 2. Penusukan (Pinning)
au
dicelupkan dalam eter, kloroform, aseton atau cairan pembersin lain. Serangga yang berbadan cukup keras dan berukuran cukup besar dapat diawetkan dengan penusukan agar bentuknya relatif tetap saat keringnya. Serangga
fap ert
ditusuk dengan jarum serangga yang tahan karat (lihat gambar 1.) 3. Menyusun serangga kecil
a. Disusun pada suatu lembaran kertas kecil berbentuk segitiga dengan panjang 8 mm dan lebar 3 – 4 mm (carding).
b. Jarum ditusukkan menembus pangkal kertas dan serangga dilem/dilekatkan pada ujungnya dengan posisi bagian tubuh dapat diidentifikasi dengan jelas. c. Posisi yang baik dan benar adalah apabila kepala serangga jauh dari jarum. Serangga bertubuh pipih biasanya disusun dengan posisi dorsal (tengkurap di ujung kertas, sedangkan yang tidak bertubuh pipih disusun dengan posisi miring (lateral). d. Serangga yang sangat kecil ditempatkan dalam gelas benda yang cekung.
21
4. Cara membentangkan sayap serangga Serangga dapat dibentangkan sayapnya pada spreading board atau spanblok yang terbuat dari kayu yang lunak atau lapisan kardus. Proses pembentangan sayap adalah sebagai berikut : a. Letakkan spesimen dengan posisi tengkurap b. Bentangkan sayap pada posisi standart, untuk memudahkannya gunakan
ed
secarik kertas dan jarum untuk menahan posisi sayap dan biarkan beberapa waktu hingga sayap kering dengan posisi tersebut (lihat gambar 2.) 5. Mengawetkan serangga dalam cairan
Larva, nimfa, dan serangga yang berbadan lunak diawetkan dalam bentuk cair
ns o
agar tubuhnya tidak mengkerut. Cairan pengawet yang baik adalah etil alkohol 70 – 80 %. Larva dapat dibunuh dengan air panas atau cairan pembunuh larva ( 1 bagian kerosene, 7-10 bagian etil alkohol 95%, 2 bagian asam asetat glasial, 1 bagian dioksan). 6. Mengatur dan Merawat Koleksi a. Pemberian label
Ditulis pada dua lembar kecil yang diletakkan pada jarum di bawah spesimen,
au
untuk spesimen yang disusun dalam gelas benda keterangan diletakkan dikertas label yang ditempelkan di samping spesimen, spesimen yang diawetkan secara cair keterangan ditempelkan pada botol penyimpan. Label pada spesimen yang ditusuk jarum dibut dari kertas putih agak tebal
fap ert
(kertas manila) dengan ukuran 0,64 x 1,92 cm.
Keterangan ditulis dengan pensil atau tinta yang tahan air.
Keterangan meliputi :
………………………sp Tanggal Kolektor Lokasi Ketinggian Inang
22
b. Mengatur ketinggian koleksi
Diseragamkan dengan pinning blok dari kayu yang lunak berbentuk empat persegi panjang dan didalamnya dibuat tiga lubang dengan kedalaman yang berbeda atau dibuat sistem tangga.
Semua spesimen spesimen diperlakukan sama agar koleksi yang kita buat ketinggiannya seragam
ed
c. Kotak penyimpan serangga Serangga yang telah diatur dengan jarum serangga disimpan dalam kotak serangga ( dari kayu atau karton tebal) yang didasarnya diberi bahan lunak untuk memudahkan menancapkan jarum, sebagai dasar biasanya digunakan gabus atau
ns o
stereoform yang dilem kuat pada dasar kotak.
Kotak serangga perlu diberi naphthalene untuk menghindari serangan kumbang
fap ert
au
dermestidae, semut atau serangga lain.
23
Lampiran 1.
Data yang dicatat dalam survei hama, penyakit, dan gulma tanaman di lapangan
KLINIK TANAMAN Petani Alamat Kota Pengirim
Daerah Tanggal koleksi Tanggal penyerahan
: : : :
: : :
fap ert
au
ns o
ed
1. Identifikasi tanaman (asal dan tipe tanaman): ........... 2. Identifikasi hama, patogen, dan gulma (dimana ditemukan; tingkat kerusakan; tipe kerusakan; pengendalian; insektisida; insektisida, fungisida, dan herbisida sebelumnya yang digunakan) 3. Identifikasi permasalahan tanaman a. Nama tanaman dan varietas: ...... b. Sampel patogen, serangga, nematoda: ( )yes ( )no c. Sampel tanah: ( )yes ( )no d. Tanggal dan umur tanaman: ...... e. Tinggi tanaman: ....... f. Jumlah tanaman: ..... g. Tanaman sebelumnya: ....... h. Lokasi penanaman: ........ i. Bagian tanaman yang terpengaruh: ....... j. Gejala: ......... k. Tingkat kerusakan terhadap individu tanaman: ( )slight ( )moderate ( ) severe l. Perkembangan masalah: ( )sudden ( )gradual m. Penyebaran: ( )single plant ( )scattered plants ( )localized area ( )large are ( )every plant n. Pencahayaan: ( )full shade ( )morning shde ( )afternoon shade ( )full sun o. Tipe tekstur: ( )artificial mix ( )clay ( )sand ( )loam p. Keadaan kelembapan: ( )rainfall ( )below normal ( )normal ( )above normal q. Irigasi: ( )yes ( )no r. Drainase: ( )poor ( )fair ( )goog ( )extensive s. Pengolahan tanah: ( )no till ( ) minimal till ( )normal t. Bahan kimia yang diaplikasikan pada tanaman: Fertilizer : What............................... When............................... Rate ................. Herbicide : What............................... When............................... Rate ................. Fungicide : What............................... When............................... Rate................. Insecticide : What............................... When............................... Rate................. Nematized : What............................... When............................... Rate................. u. Suspected diagnosis: ............................ v. Additional comment: ............................. LAPORAN KLINIK: REKOMENDASI: