BA£€AN DAN METODE
h b s i d m Waktu fenefitbn
Penelitian ini dilakukm pada kstwasan Taman Nasionai (T.N.) Bertrak dl Propinsi Jambi. Lokasi T.N. Berbak ini terletak di sebelah 'Timw kota lamb1
m e r n k t a n g sepanjang pantai tirnur Propinsi Jambi, mulai dari muam Sungai Batanghari sampaj ke =lam dr perbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan Lukttsi daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Rute yang umum
digunakan untuk rnencapai Taman Nasional Berbak adalah dengan meny usuri Sungai Batanghari &n dilanjutkan perjalanan metal ur iaut Seiat Malaka (pantai Timur Puf au Sumatera),
Penentuan dan pernilitran lokasi lshan tersebut
berdasarkan studi pndahuluan dengan data sekunder ditnana pa& pride tahun
1997 terjadi kebakaran yang cuk-upIuas di kawasan tersebur.
Gambar 4.
Lokasi Penelitian di Tarnan Nasional 13crbrtk, t'ropinsi h n b i
Kawasan Berbak merupakan suatu ekosistem la han basah dan karvnsan
kanservasi hutan gambut terluas di Asia Tenggara yang terdiri dari hutan
raw
dan hutan rawa $ambut. Kawasan ini dimasukkan dalam Konk-ensi Ramsar 1 97 1
sebagai kawasm konservasi lahaxl basah (weilunJ) internasional metalui
Swat
RI Nomox: 48/I991 padn tanggal ID Oktuber
1991.
Keputusan Presiden
Kawmn Berbslk ditctapkan sebagai Tarnan Nasional dan dif indungi mmeIa1ui Surat Keputusan Menteri KehuBnm KI Namor: 285Kpts-W1992 pa& tanggal 25
Pebxuari 1992. Luas T.N. Berbak rnencrtkup areal seluas 162,700 ha yang termasuk &lam bebrapa Irahpten, yaitu Tanjungjabung Timuf d m Batrrnghari.
(Anonymous, 1999). Penpmbilan sampel dilakukstn dari tanggal 28 Agustus sampai 7
September 2000. Sejurnlah desa di sekitar Taman Nasional B e h k juga temasuk
kedalam daerah ywnelitiaxr, yaitu Desa Airhitarnlaut pa& bagian Tirnur serta Desa Rantaurasau dm Sungairambut pada bagian Utara Taman Nasional Berbak. Analisis sampel-sampet di laboratoriurn berlarrgung dari minggu ke-dua
September 2000 sampai rninggu ter&ir Desernber 2000. Baban dan Alat
Xndeks kekeringan Keetch-Byram yang dihitung dari data cuaca harian diperoleh dari Impu~~t Centre for Sou/h Iyust Asiu di Bogox. Data cuaca yang
digunakan aclalah data suhu udara maksimum harian dm curah hujan harian dart tahun 1991 sampai tahun 2000. Bahan d a I m penelitian ini adrtlah bahan bakar
dari lanai hutan yang ada di kawassm T.N. Berbak. Bekmpa parameter cuaca seperti curah hujan, suhu dan kelembaban rclatif udara juga diamrtti. Alstt yang
digunakan rneliputi termokopel tipe K dari bahan krornel-alumel (untuk rnengukur
.
suhu sampai Iebih dari 1500 "C) dan termohigrometer (pengukw suhu u&ra dan kelembaban nisbi udara). AIat lain adaluh alat yang digunakan di laborator~um
seperti tirnbangan dan oven pengering. Analisa kadar air hhan bakar dilakukan
di hbomtoXi.um Junxsan Tanah, Fakultas Pertmian, Imtitut P e d a n Bogor. Anwlisa h d u n g a n abu sitib kasar dilakukan di tabmtarium Pusat Pemlitian
Tanah dm Agruklimat di Bogor. Pengmatan angin dilakuk-an secam visual dengan mmprhatikan daun pohon dm pergerakan asap mauprm nyala api.
TaIrap p e r s i a p pnelitian ini hrupa penetapan lakasi peneIitian, peminjmatr alat dan failitas Iaboratorium ymg d i p e r l h s m proses perizinan
dari instsmsi-instansi yang terkait. DaXam tahap ini juga dilakukan pengadaan perrtlatan untuk digunakm di l o h i pengarnbilan sarnpel. Pelahartan 1. Indeks Kekeringan
Data indeks kekerinpn harian dihitung dari suhu udara maksirnum dan curah bujan Man menggudan metode Keetch-Byram.
Data tersebut
merupakan deret data Raxian dari bulan April 199 t sampi bulan ksernber 2000.
Perhitugan indeks kekeringm dirnulai ketika daialn seIang waktu 7 (tujuh) hari krturut-huut terjadi
hujan antara 150-200 mm. Jndeks kekeringan suatu hwi
(Db)merupakan fungsi dari indeks kekeringan hari seblumnya (Dld.l), cumh hujan bexsi h (net r u ~ n ~ ZCHm) l , dan faktor kekenngm {cjroughlfucfor)pada hari tersebut {DFd). Curah hujan bersih diperaleh d e n p mengurangi curah hujm terukur dengan 9 mm dan bila curah hujan terukur lebih keci1 dari 5 mrn malca
cutah hujan krsifinya adalah 0 (not).
Perhitungan yang d i g u d a n untuk
menghitung indeks kekefingan adalah (Keetch &in Byram, f 968, dan Hi~ffmann, et ul., 1998):
Falitor kekeringan suaw hari rnerupakan fungsl dari indeks kckeri ngnn harr
sebelumnya (Dh),suhu udara rnaksimum (Tw,) dan rata-rata curah hujan tahunm f C h ) .
Perhitungan yang digunakan untuk menghitung
kekeringan addah (Keetch dan
faktor
warn,1968, dan Huflmann, er crl., 1998):
Karena perhitunwn yang digunakan dalarn menghit ung indeks kekeringan
d m falaor kekeringan suatu bari terkait dengan hari sebelurnnyrt, ~naka perhituxtgan dimulai jika &lam selrang waktu tuj uh hari bcrturut-turut terjadi hujan
yang jwnlahnya mencapax'200 rnm sehingga indeks kekeringan pada hrui kc-tujuh yang dijadikan sebagai hari seblumnya (DhmI) bernilai 0 (nol). Dari perhitungan
diatas, & rzilai tertinggi indeb kekexingan yang dihitung dengan prsarnaan
Ketch-Byram adalah 2000 tfan terendah adalah 0 (nol). Berdasaxkan hasit
prc~baanymg d i i a h h oleh proyek FFM di Kwlimmtan Tirnur, maket untuk penerapan di fapangan b e s m indcks kekeringan dibagi menjadi 4 kelas yaitu "rendah" (0-9991, '"sedmg"( 2 000-1.6991, "tinggi" ( 1 500- 3 750) dan "sangat tinggi" (1 75 1-2000) ( H o h n , et a]., 1998). Dalarn penelitian ini intensitas kekeringan yang t i n e difihat dari indeks yang melebihi nilai 1950 untuk dihubungkan dengan infomasi hotspot yang dipcroleh dari Anderson L>I ti/. ( 1999)
dan informasi SO1 ymg diperoieh dari Dennis ( I 999). 2. P e n p a t a n kmkteristik bahan bakar
Pengmbilan sampel bahan bakar dilakukan pa& sejurnlah loknsi yang
dilragi dalm cfua keiompok yaitu kawasan lindung yang berada di dalrtm T.N
Be&&
dan kitwasan penyangga yang bmda di ping& T.N. Be&&.
Pada
kelornpok hwasm lindung terdapat empat Iokasi petlgmbifan sampel. Dua lukasi (LI dan L2) bmda pub kawasaq belcas terbakar ymg rnetsih -gat
sedikit
diturnbuhi o1eh vegetasi baru. Lokasi Ll reldif lebih banyak: rnemiliki Wan
War mati d m relatif lebih banyak ditumbuhi vegetasi xkunder deui lokasi L2. Jumlafi snag (pohon mati yang mttsih k d i r i ) =gat
Lranyak: msebar di kawasan
ini. Lokasi L3 j uga berada di areal kkas kebhran tafiun 1997, namun sum tertutup selufuhnya oleh vegetasi baru (tumbuhan sekunder) tenrtarna dari jenis
bukan @on. Jurnlah snug di l o h i ini ti&
krlafu h y a k . Lukasi pengambi tan
sampel keempat (L4)addah h i a n Tamm Nasional Be&& yang tidak pernah
terbakar sebelumnya. Pada keiornpak
kawltsan penyangga
terdapaf lima l o h i
pengmbilan sampel. Tiga lokasi merupdm areal yang bani dibuka &ri hutan yaikr P1, P2 dm P3.
Dua lokasi lainnya merupakan areal ladang yang
diprsiapkan untuk ditanstmi setelah dibemkan yaitu P4 dan P5. FoEo-foto lokasi
penmatan ditmpilkan pa& Lampiran 2. B h n balw yang dimstti rtdafah balm b&ar prmukaan (surfuL'r~ u L ~ P )
yang dibtegarikm rnenjadi bahan balm bsw dan bahaul baka hrtlus. B a l m bakar ksa a d a h batang atau cabnng mati yang berdiameter lebih be= &ri 5
em dan terhampr di pemukaan W. Bahan. bakar k l u s meiiputi daun dm ranting (hidup dm mati) ymg kcdiameter ti&
lebih dari 5 cm dengan
ketinggian tidak tebih dafi 2 rn. Pengrtmatan barn War halus melipti muarm
baban bakar @eI load), komposisi k h a n pnyusun, distribusi ukuran, kacfar air &n kaxldmgan silika, Pengamah b
h War besrrr melipti m u a m bahan
bakax; distribusi ukuran dm jumlafinya. Untuk rnernhdingkm
dari dm
kawasan tersebut digunakan statistik uji-t dengm a-0.05.Prusedur pengmbilan
mupun pengarnrttan sampef diuraikan di bawab ini. A. Muatan bsrhao bahr. BafLan bakar yang dimati adalah sernua k h a n tanaman baik yang mati maupun bidup yang ter&pPit di atas permukaan tanah
di lantwi hutart. Prosedw pngambilan sampel mengihti metode yang ditulis aleh biriah, ec al., (1999). SampeX biihan Mar halus diambii dari kotakkotrtk bedcuran I x 1 rn2 sebmyak 4 bwh yang terletak pa& satu garis Iurus (trmsek)dengan selang jar& XU m. Semw Man bakar halus di &lam kotrtk
yang terdapat di pemukaan tanah maupun rung di atasnya sampai ketinggian 2 meter diamati ketinggiamya Iafu di kumpul kan untuk dihit ung befat keringnya, distribusi ukuran ranting (0-US,0.5- I, 1-2,2-5 cm), proporsi
bahan penpisun (dam-ranting, hidupmati). B&an bztkar besar di hi t ung pa& transek yang sama dalam selang jaxak 2.5 rn di kiri dan kanan garis intersep
Ukuran diameter bahan kkw besar di bagi ice dalam beberap seImg ukuran yaitu 5-1 0, 10-30, 30-50,50-70, dan lebih besrtr dari 70 cm. Dalarn setiap
rransek (area dengan pnjang 40 rn dm febar 5 rn) dihitung p j a n g dan jumlah &g
atau batang mati yang termas& pula satu selang ukuran.
Volume cabang dm atau bamg dihitung bcdasarkan jwnlah p j a n g dan
diameter ten@ suatu selang. b y u - h y u tersebut diasumsikan be&
pa&
kondisi kering udara dengan berat k i n g urtara (BBKV). Berat kering mutlak
(BK)bahan b&ar b e a r diduga dari hasil pengamatm &rat jenis kering udara (WKU)dan kadu air kering udara KAKu)pads kkrapa jenis kayu Indonesia f Senc, 19901, dengan menggunakm perhitungan:
-
volume kayu,V
-.
R (0.5 dl2 dimana d = diameter kayu dan r
-
konstanta,
-
berat kering rnutlak, BK = BBKu/ (1 + KAKu)
B. Kadar air bahan hkar. Sampel bahan bakar yang terkumpul d a t a kotakkotalt berukuran I x 1 m2 kernudim diambil sub sampelnya untuk dianalisa W r liimya. Sub sampe1 dengan berat masing-masing antara 150 srtmpai 500 gram dipilih tint& dapat m e h i l i bsxhan yang rtda, yang meliputi dam
dan ranting dari berbagai ukuran.
Analisis dilakukan di hborwtarium
J u m Tanah, F&ultas Pertanian Institut Pertaru'an Bogor d m alat yang
digutlakan adalah timbangan halus (sartorius) d m oven pengering.
Ka& air bahan bakar fKAF) &lam persen berat kering diperaleh dengan
menimbang berat alrtuaInya @AF) d m kemudian berat setelah di keringkan dengan oven pada suhu 105 "C selamrt 24 jsun (Bk) (Staf Laboratorium Kirnia, 1998). Pexhitungan kadar tlirnya menggimkan persarnaan: &%F=
((BAF-BKF)/BKF)* 100%
Kandungan si1ika. Sebanyrik 32 smpl
dari se1ucuk sampl bahan bakar
ymg dimalisis kadsx aimya diambil untuk diandisis hdungan silikanya.
Analisis kmdunp sitika dilakukaa rnenggmhn m d e pen&uan (Shf Laboratorium Kimia, 1998) sehingga &pat juga &sebut sebagai kandungm
etbu silika, Sebanyak 0.5 sampai 1 gram sampei bahan baicsl. yang sum dikeringh dm dihaluskan kemudian &War pula suhu lebih dad 500 "C
wtama 3 jam sehingga komponen-komponen selain silika terbakar dm m e n p p , Abu yang tertinggitl kerrnusfiarx diIarutkm &lam wrn kloridrt
p l a t dm dipanaskan lagi srtrnpai rnengering (Keulen dan Young, 1977
ddum Saharjo dan Watanabe, 19991, sehingga bahm yang tertinggaf adatah
abu silika yang tahan suhu tin&
dan tidak dapnt terbakar. Besarnya
kandmgan silika dihitung dari jumlah abu sifika yang tersjsa dibandingkan jumlah sampel semuia (Kaufmann'etal., 1988 &am Sahajo dan Watanabe,
1999). Analisis h d u n g a n silika ini dilakukan di Laboratoriurn Pusat Penelltian TanaXl dan Algaklirnat Bogor. 3. Pengamatttn kegiatan pembakaran
Kegiatan pembakaran ofeh masyarakat dilakukan pads Iabn yang sedang
dipersiapkan untuk memastsuki rnusim tanam yang berada pada kawasan p n y a n g p , Tiga lokasi merupakan Iabn yang baru dibuka dari hutan (P1, P2 dan
P3). Dua lokasi lain (P4 dan P5) merupakan fadang yang dikrdcan dan ditanami hanya sekali setahun. Pengarnatrtn kqj,.iaQn pembakaran me1i puti pengarnatan perilaku api, kadax air dan suhu tanah, cllaca aktual selama prnbiikaran dan rtsi ko penyebum kebakarm dari kegiatan pemba3caran tersebut. A. Perilaku api. Parameter prilaku kebakrtran yang diamati &lam kegiatan
pembakaran yang d i l a W n oIeh masyaxakat a&f& Iaju pnjalaxrtn api ( m e rf spreud, RR)yang terdiri atas laju penjalmn m t h api (searah angin, izeudfire) d m punggung api (berlawanan arah angin, backfire), suhu nyala api (t),
tinggi nyetla api maksimum Cfrume heighr, h) atau pnnjang nyala api
maksimum
len@,
0, dan intensitas api (#ire infcnsity) yang didapat
dari perhitungan. a. Laju pnjalaran (r, rneter/detik atau meterhenit) diukur dari jarak foknsi
yang h
g terbakar ke titik ml api dm lamanya w&tu ymg dilewati.
b. Suhu nyda api (derajat Celcius) diukur @a ketinggian 0,0.5 dm 1.5 m r n e n p a k a n temokopel t i p - K den@ p j a n g men#@ 30 m, c. T i n u api (h, meter) mempkm ketbggiarr yang diukur
dari dasar api
smpi ke pun& nyda api pada prof3 vertiu.
d. Panjang nyala api (f, meter) merupkan panjang dari drtsar api sampai ke puncair api pada kondisi alaud, jih api tegak lunrs (ti&
a& angin) maka
I akan sama dengan h.
e. Intensitas api (fire iniemify, kwh) dihitung dari hasil pngukuran tingg~ nyala api (h) #tau pnjang nyala api (I) mengpukan persamaan Byram
(Chandler er ut., 1983; DeBano el a/., 1 998):
-
FI 273 (hy." B. Suhu tanah.
-
258 (1)2-"
Suhu tanah diamati pa&
kedalaman 5 cm selarna
berfangsungxlya pernhkman m e n g g m a h termokopet t i p - K . C, Resiko penyebaran kebabran.
Dalam kegiatan pernbakaran yang
cfilakukan oleh mrlsyaht diarnati terjadi atau ti& tejsdinya penjalaraxt api
ke luar areal ymg dibakar. Penyebaran k e b a k m dilihat dari ada atau tidrtknya penyebaran api ke areal yang: tidak diinginkan untuk terbakar. Apabila tejadi penjalaran #pi bcrarti kegiatan pernbslkaran tersebut tergolong
kresi ka f tidak aman) dan berpotensi unbk memicu tmjadinya kebakaran liar.