KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
EXECUTIVE SUMMARY
tersebut terdapat fasilitas pemerintahan, tempat peribadatan, 1.1
Pendahuluan
perkantoran serta alun-alun sebagai ruang terbuka publik. .
Kondisi saat ini kota lama yang ada di Kota Bandung mengalami penurunan kualitas lingkungan seperti, matinya perekonomian, penurunan nilai sosial budaya, kondisi bangunan kurang baik, minimnya sarana prasaran pendukung kegiatan sehingga kota menjadi mati dan tidak optimal dibandingkan dengan pengembangan kawasan bukan kota tua. Kondisi tersebut harus segera diantisipasi melalui
Kawasan Kota Tua di Kota Bandung berdasarkan Perda No. 18 Tahun 2011 mengenai RTRW Kota Bandung Kawasan
Pecinan/Perdagangan Keamanan/Militer,
Pusat ,
cagar budaya adalah keterlibatan masyarakat atau komunitas setempat secara sukarela dalam proses pembuatan keputusan, menentukan kebutuhan, menentukan tujuan dan prioritas, mengimplementasikan program, menikmati keuntungankeuntungan dari program tersebut, dan dalam mengevaluasi program. Keterlibatan tersebut disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan
beberapa program kegiatan.
mencakup
Partisipasi masyarakat dalam pelestarian kawasan
Kawasan
Kawasan
Etnik
Kota,
Kawasan
Pertahanan Sunda,
dan
Kawasan
Perumahan Villa dan non-Villa, Kawasan Eks Industri. Masing-masing kawasan memiliki karakteristik bangunan serta fungsi yang berbeda diklasifikasikan ke dalam beberapa sub kawasan. Kawasan Pusat Kota Bersejarah merupakan eks pusat kota pada masa kolonial, dimana pada kawasan
bersama. Bentuk partisipasi masyarakat menurut ada dua macam, yaitu partisipasi langsung dan partisipasi tidak langsung. Partisipasi langsung berupa sumbangan tenaga. Maksud dari kajian ini diantaranya adalah menyusun strategi peran serta masyarakat dan swasta dalam sinergitas pengembangan kota tua/kawasan cagar budaya dengan pengembangan kawasan non cagar budaya agar bisa memiliki
nilai
ekonomi
tinggi
disamping
tetap
mempertahankan nilai sejarah dan konservasi kawasan. Sedangkan tujuan dari kajian diantaranya adalah :
1
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
1. Membuat analisis kondisi eksisting Kota Tua/Kawasan
EXECUTIVE SUMMARY
5. Strategi sinergitas pengembangan kota tua
sehingga
Cagar Budaya pada lokasi yang dipilih sebagai sample;
memiliki potensi dan nilai ekonomi yang sugnifikan
2. Membuat analisis optimalisasi potensi pengembangan
sehingga bersinergis dengan pengembangan kota non
Kota Tua /Kawasan Cagar Budaya untuk dikembangkan; 3. Membuat Strategi pengembangan Kota Tua dalam sinergitas
pengembangan
potensi
kawasan
dalam
sinergitas dengan pengembangan potensi kawasan non Kota Tua/Kawasan Cagar Budaya; 4. Menyusun bahan rekomendasi regulasi yang mengatur petunjuk teknis pengembangan kawasan Kota Tua. Sasaran yang akan dicapai dari kajian ini adalah : 1. Menganalisis kondisi eksisting kota tua/kawasan cagar budaya pada 6 kawasan cagar budaya 2. Mengidentifikasi permasalahan di lapangan terkait penyelenggaraan bangunan dan kawasan cagar budaya 3. Menggali aspirasi dan analisis strategi regulasi dalam meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan kawasan dan bangunan cagar budaya 4. Membuat
analisis optimalisasi potensi pengembangan
cagar budaya ( sustainable development) 6. Bahan rekomendasi regulasi yang mengatur petunjuk teknis pengembangan kawasan kota tua Keluaran atau produk dari penyusunan Kajian ini adalah tersusunnya dokumen rekomendasi yang memuat antara lain: 1. Analisis kondisi eksisting kota tua/kawasan cagar budaya di kota bandung; 2. Analisis
permasalahan
di
lapangan
terkait
penyelenggaraan bangunan dan kawasan cagar budaya pada kawasan 3. Analisis strategi berdasarkan aspirasi dan regulasi dalam meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan kawasan dan bangunan cagar budaya di kota bandung 4. Optimalisasi potensi kota tua /kawasan cagar budaya untuk dikembangkan
kota tua /kawasan cagar budaya untuk dikembangkan
2
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
EXECUTIVE SUMMARY
5. Strategi pengembangan potensi kota tua dalam sinergitas
belum terdapat konsentrasi penduduk. (Nia K.Pontoh dan
dengan pengembangan potensi kawasan non kota
Iwan Kustiwan, Pengantar Perencanaan Perkotaan,2009).
tua/kawasan cagar budaya
Kota baru memiliki beragam karakter. Kota baru yang dibangun untuk menunjang kegiatan pendidikan tinggi dapat
1.2
ditemukan di Jatinangor, di sebelah timur kota Bandung.
Kajian Pustaka
Kota yang direncanakan, dibangun dan dikembangkan secara Kawasan
Cagar
Budaya
adalah
satuan
ruang
geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas (UU Cagar Budaya No.11 tahun 2010). Kawasan Cagar Budaya adalah ruang kota di sekitar atau di sekeliling bangunan cagar budaya yang diperlukan untuk pelestarian kawasan tertentu dan/atau bangunan tertentu yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. (Perda Kota Bandung No.19 tahun 2009). Kota Baru adalah kota yang direncanakan, dibangun dan dikembangkan pada saat suatu atau beberapa kota lainnya yang direncanakan dan dibangun sebelumnya telah tumbuh dan berkembang; kota lengkap yang direncanakan,
lengkap dimana belum terdapat konsentrasi penduduk namun menyediakan berbagai fasilitas diantaranya Kota Baru Parahyangan di Padalarang, Bumi Serpong Damai (BSD) di barat Jakarta, Lippo Cikarang di timur Jakarta. Sinergitas berasal dari kata sinergi, atau sinergysme. Stephen R. Covey dalam bukunya Principles Centered Leadership
(1993)
mengatakan
bahwa
sinergi
yang
dikerjakan bersama lebih baik hasilnya daripada dikerjakan sendiri-sendiri, selain itu gabungan beberapa unsur akan menghasilkan suatu produk yang lebih unggul. sinergi mengandung arti kombinasi unsur atau bagian yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar. Peran serta masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahanpermasalahan masyarakat tersebut.
Lembaga atas wadah
dibangun dan dikembangkan pada wilayah di tempat yang 3
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
EXECUTIVE SUMMARY
yang ada di masyarakat hanya dapat memotivasi, mendukung
bangunan baru yang lebih memiliki nilai ekonomis tinggi.
dan membimbingnya (Notoatmojo,2007). Partisipasi atau
Untuk menjamin sejarah (masa lalu), menjaga identitas dan
peran serta masyarakat menurut Syamsudin (2008) berarti
karakter kota, dan menggairahkan wisata kota (urban heritage
keterlibatan seseorang dalam situasi baik secara mental,
tourism), maka kawasan dan bangunan unik, tua dan
pikiran, atau emosi dan perasaan yang mendorongnya untuk
bersejarah perlu tetap dilestarikan.
memberikan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan yang
Rencana pola ruang kota bandung menjelaskan bahwa
telah ditentukan dan ikut bertanggung jawab terhadap
kawasan cagar budaya yang merupakan kawasan pelestarian
kegiatan pencapaian tersebut.
bangunan fisik dan pelestarian lingkungan alami memiliki nilai historis dan budaya kota bandung. Fungsi bangunan
1.3
Gambaran Umum Kondisi Kawasan Kota Tua Di Kota
pada kawasan ini dapat berubah dengan mempertahankan bentuk aslinya, dimana kawasan cagar budaya di kota
Pola ruang dan struktur ruang Kota Bandung memerlukan pembenahan secara matang dan menyeluruh agar
mampu
mendukung
perkembangan
kehidupan
masyarakat. Kota merupakan tempat untuk hidup (to live), bekerja (to work), dan bermain (to play), sehingga kelancaran mobilitas warga dan ketersediaan saran prasaran pendukung yang berkualitas baik merupakan syarat utama.
dihadapkan pada Pelestarian Kawasan dan Bangunan dimana terdesaknya
bangunan-bangunan
dan
1. Kawasan
kawasan
Pusat
Kota
Bersejarah,
terdiri
dari
subkawasan eks pemerintahan Kabupaten Bandung, subkawasan Kawasan Alun-alun, subkawasan Koridor Jalan
Asia-Afrika,
subkawasan
Koridor
Sungai
Cikapundung, subkawasan Koridor Jalan Braga. 2. Kawasan
Isu isu strategis pada RTRW kota Bandung
mulai
Bandung mencakup :
Pecinan/
Perdagangan,
terdiri
dari
subkawasan Jalan Kelenteng, subkawasan Jalan Pasar Baru, subkawasan Jalan Otto Iskandardinata, subkawasan Jalan ABC, dan subkawasan Jalan Suniaraja.
tua/bernilai sejarah atau yang merupakan pusaka kota oleh 4
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
EXECUTIVE SUMMARY
3. Kawasan Pertahanan dan Keamanan/ Militer, terdiri
Kawasan kota tua yang terletak pada PPK alun-alun
dari subkawasan perkantoran Pertahanan dan Keamanan
memiliki nilai strategi dari sudut kepentingan kota. Program
Jalan Sumatera, subkawasan Jalan Jawa, subkawasan
peremajaan
Jalan Aceh, subkawasan Jalan Bali, dan gudang militer
pelestarian bangunan cagar budaya (BCB) menjadi program
(Jalan Gudang Utara dan sekitarnya).
dalam perencanaan penyusunan RTBL serta panduan
dan
revitalisasi
kawasan
komersil
serta
4. Kawasan Etnik Sunda, terdiri dari subkawasan
pelestarian kawasan dan bangunan. Pada pengendaliannya,
Lengkong, subkawasan Jalan Sasakgantung, subkawasan
program yang dibiayai oleh APBD kota ini menekankan
Jalan Karapitan, subkawasan Jalan Dewi Sartika, dan
pemberian insentif untuk mendorong pengembangan yang
subkawasan Jalan Melong.
meliputi kemudahan pengurusan perizinan bagi calon
5. Kawasan Perumahan Villa dan non-Villa pada Koridor
investor dan pengurangan pajak.
Jalan BKR, Koridor Jalan Citarum, Koridor Jalan
Merujuk RTRW Kota Bandung, kriteria kawasan
Diponegoro, Koridor Jalan Ganesha, Koridor Jalan Ir. H.
lindung untuk cagar budaya yaitu tempat serta ruang di
Djuanda, Koridor Jalan Kiputih, Koridor Jalan Pandu,
sekitar bangunan bernilai tinggi dan situs yang mempunyai
Koridor Jalan Pasteur, Koridor Jalan Sangkuriang,
manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Koridor Jalan Setiabudi, Koridor Jalan Sultan Agung,
Fungsi bangunan pada kawasan ini dapat berubah dengan
Koridor Jalan Tamansari, Koridor Jalan Serang, Koridor
mempertahankan bentuk asli bangunan.
Jalan Sawunggaling, Koridor Jalan Sultan Agung dan
budaya di Kota Bandung mencakup :
Kawasan cagar
Koridor Jalan Dr. Cipto. 6. Kawasan Industri, terdiri dari subkawasan Arjuna dan subkawasan Pajajaran.
5
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
Kawasan Pusat Kota Bersejarah Pada saat kawasan ini dikembangkan, pemerintah kolonial Belanda mengutamakan menata sisi-sisi jalan besar
EXECUTIVE SUMMARY
Subkawasan PJKA, mencakup Jl. Pasir Kaliki-Jl.Kb Kawung-Jl. St.Barat-Jl.Kb Jati-Jl.St.Timur-Jl.Kb JukutViaduct.
saja, sedangkan di belakang jajaran bangunan tersebut terjadi kantung-kantung kota yang biasanya merupakan area yang tidak
teratur,
sehingga
dalam
menentukan
kawasan
bersejarah, lebih banyak didasarkan pada keberadaan bangunan-bangunan yang berkualitas tinggi yang terletak di kiri-kanan jalan utama tersebut.
Kawasan ini terdiri dari
subkawasan :
Subkawasan Alun-alun dan Asia-Afrika, mencakup Jl. Kepatihan-Jl. Dalem Kaum-Jl. Oto Iskandar Dinata-Jl. Asia-Afrika-Jl. Lembut Panjang-Jl. Hardjo Diwiryo-Jl. Haur Kuning-Jl. Sunda-Jl. Naripan-Jl. A.Yani-Jl. Gatot
Bangunan Cagar Budaya Klasifikasi A dan B sumber : Hasil survey lapangan, 2014
Subroto-Jl. Daem Kaum-Jl. Balong Gede
Subkawasan kantor Pemerintahan Kotamadya, mencakup Jl.
Wastukencana-Jl.
Aceh-Jl.
Merdeka-Jl.
Perintis
Bangunan bersejarah pada kawasan Pusat Kota ratarata terdiri dari 1 hingga 3 lantai yang berfungsi sebagai
Kemerdekaan
bangunan perdagangan, jasa serta fasilitas sosial.
Subkawasan jalan Braga, mencakup Jl. Asia-Afrika-
hunian tidak banyak ditemukan pada kawasan ini karena dari
Jl.Braga-Jl. Perintis Kemerdekaan
awal terbentuknya, kawasan diperuntukkan sebagai pusat
Fungsi
6
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
pemerintahan
dimana
fungsi
campuran
(mixed
use)
mendominasi kawasan ini.
EXECUTIVE SUMMARY
yang meninggalkan bentukan arsitektur berupa bangunan kelenteng, perumahan dan bangunan untuk kegiatan sosial-
KDB rata-rata bangunan pada kawasan bersejarah
ekonomi. Komunitas Cina yang kemudian bermukim bagian
Pusat Kota 60% hingga 70%. KLB bangunan bersejarah di
Barat kota, dari belakang Pasar Baru sampai ke jalan
kawasan ini cenderung rendah, mengingat pada masa
Kelenteng, untuk seterusnya berkembangn ke sekitarnya.
dibentuknya kebutuhan terhadap lahan tidak terlalu tinggi,
Dalam komunitas tersebut mereka mendirikan organisasi-
sehingga KLB rata-rata di bawah 1,2. Namun beberapa
organisasi sosial seperti Sin Gie Soen, Hong Gie Soen, Hoo
koridor jalan, terdapat pula bangunan dengan GSB 0
Hap, Permata dan lain sebagainya. Sisa-sisa ciri arsitektur
terutama di area perdagangan berkonsep arcade.
Pecinan pada saat ini dapat dikatakan hampir tidak ada lagi,
Sistem
parkir
di
banyak
tergerus oleh perkembangan kota, seperti pelebaran jalan,
memanfaatkan parkir on street, yaitu parkir di bahu jalan
maupun pembangunan-pembangunan fungsi baru yang
walaupun di beberapa kawasan masing-masing persil fungsi
melupakan citra budaya nenek moyangnya.
bangunan
terdiri dari subkawasan :
menyediakan
kawasan
area
ini
parkir
masih
yang
memadai.
Lokasinya yang berada di pusat kota, maka prasarana jalan,
drainase serta jalur pedestrian sudah tersedia di hampir semua koridor kawasan.
Kawasan ini
Subkawasan Kelenteng, mencakup Jl. Andir-kl.Kb.Jatiblk jl.Otista-jl.Jend Sudirman
Subkawasan
perdagangan
Pasar
Baru,
mencakup
jl.Otista-jl.Pungkur-Jl.Otista-jl.Pungkur-Jl.OtistaKawasan Pecinan Perdagangan
Jl.Ciateul
Di awal pengembangan setiap kota, seperti juga kota
Fungsi perdagangan pada kawasan bersejarah Pecinan
Bandung, selalu diikuti dengan pengembangan pusat religi,
Perdagangan terdiri dari 1 hingga 2 lantai dengan skala
sarana sosial budaya dan ekonomi masyarakat Cina lainnya,
wilayah pusat pelayanan kota, KDB rata-rata 80% - 100% 7
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
serta KLB 2,1.
Bangunan komersial tersebut merupakan
bangunan dengan konsep shopping street/arcade yang telah dibangun sejak masa kolonial dengan GSB 0.
EXECUTIVE SUMMARY
perdagangan kuliner malam hanya dihidupkan pada koridorkoridor tertentu saja. Bangunan pada kawasan Pecinan
Perdagangan
memberikan nilai ekonomi yang tinggi. Namun demikian mayoritas bangunan dalam keadaan kusam, tidak terawat bahwa sebagian bangunan mulai hilang dan tergantikan oleh bentuk yang tidak sepadan dengan bangunan lama. Pemilik maupun pengelola bangunan cenderung tidak perduli terhadap kondisi bangunan dikarenakan mereka hanya mengutamakan Sebagian
keuntungan
masyarakat
di
dari kawasan
kegiatan ini
komersial.
belum
paham
pentingnya menjaga, melestarikan serta megelola bangunan bersejarah.
Hal ini menggambarkan bahwa pemerintah
belum berusaha untuk melakukan sosialisasi mengenai benda serta kawasan cagar budaya kepada masyarakat kota
Bangunan Cagar Budaya Klasifikasi A dan B sumber : Hasil survey lapangan, 2014
Bandung, padahal sesuai dengan Peraturan Daerah No. 19
Kawasan bersejarah Pecinan Perdagangan termasuk kawasan lalu lintas padat dibandingkan dengan lima kawasan
tahun 2009 tentang cagar budaya bahwa peran serta masyarakat.
lainnya karena kegiatan perdagangan hampir terkonsentrasi di kawasan ini dari pagi hingga sore hari.
Namun pada
malam hari kawasan ini cenderung sepi, dimana kegiatan 8
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
EXECUTIVE SUMMARY
Perhatian khusus ditujukan pada ruang terbuka yang
Kawasan Pertahanan dan Keamanan/Militer Kawasan utama masih terlihat lengkap dan terpelihara
menjadi ciri khas kawasan ini.
Ruang terbuka ini harus
dengan baik, meskipun disana sini sudah terjadi perubahan,
dipelihara dan jika mungkin tanaman yang telah ada sejak
namun karakter kawasan masih tetap terjaga. Skala, struktur
tahun 1920an harus dikembangkan lagi disini dan kalau
dan
mungkin
aktifitas
pengembangan
masih dan
menunjukkan
pembangunan
baru
keasliannya;
diperbanyak.
Monumen-monumen
perlu
dimungkinkan
diperhatikan agar di waktu malam tidak gelap. Adaptive-
dengan tidak merusak keaslian tersebut, terutama terhadap
reuse merupakan konsep yang dapat diterapkan sebagai
pandangan secara visual dan estetik serta kepadatan lalu
strategi konservasi di kawasan ini.
lintasnya. Kawasan ini terdiri dari subkawasan :
subkawasan Kodam, mencakup jl Sumatra-jl.Acehjl.Kalimantan-jl.Jawa-jl.Bali-jl.Sumbawa
subkawasan Kodim, mencakup jl.Bangka-jl.Gudang selatan-blk jl.Gandapura-jl.Aceh-jl.Menado
subkawasan
PPI,
mencakup
jl.Supratman-jl.Brigj
Katamso-jl.Cisokan-jl.Cisadane
subkawasan jl.Sumatera, mencakup sepanjang jalan Sumatera
subkawasan Sesko, mencakup blk jl.P.Pejuang 45jl.Gatot Subroto-jl.Turangga-jl.Martanegara
subkawasan Secapa, mencakup jl.Hegarmanah-jl.Abdul
Bangunan Cagar Budaya Klasifikasi A dan B sumber : Hasil survey lapangan, 2014
Hamid-Komp Secapa 9
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
Kawasan militer saat ini masih dimanfaatkan
sebagaimana fungsi yang sama, yaitu kantor pertahanan keamanan yang terdiri dari 1 hingga 2 lantai serta dilengkapi
Subkawasan Karanganyar, mencakup blk Astana Anyarblk Jl.Kalipaj Apo-blk Jl.Ciateul
dengan fasilitas perumahan dinas serta penunjang lainnya seperti sarana olahraga, dan lain-lain dengan KDB 60% serta
EXECUTIVE SUMMARY
Subkawasan Nyengseret, mencakup blk Jl.Kopo-blk Jl.Astana Anyar-Jl.Bojongloa-Jl.Peta-Jl.Leuwi Panjang
KLB 1 hingga 1,2.
Subkawasan
Pasundan,
mencakup
blk
Jl.Otista-
Jl.Simpang-blk Pendopo-Jl.Balong Gede-blk Jl.Dalem
Beberapa penambahan fungsi komersial serta jumlah lantai telah dilakukan pada kawasan ini, namun karakter
Kaum-blk Jl.Karapitan-blk Jl.Abdul Muis
kawasan Pertahanan Keamanan tetap dipertahankan dengan adanya aktifitas yang tidak berubah, serta bangunanbangunan pada kawasan utama masih terlihat lengkap dan terpelihara dengan baik.
Subkawasan Dewi Sartika, mencakup blk Jl.Otista-blk Jl.Pungkur-blk Jl.Ciateul
Subkawasan Mohammad Toha, mencakup Jl.Muhammad Toha-Jl.Ciateul-Jl.Abdul Muis-Jl.Muhammad Ramdhan Karakter kawasan Etnik Sunda saat ini merupakan kawasan yang paling tidak terlihat dibandingkan dengan 5 kawasan bersejarah lainnya karena bangunan pada kawasan
Kawasan Etnik Sunda Kawasan ini merupakan kawasan dengan fungsi
ini mulai mengalami perubahan tanpa mempertahankan
campuran, yang terdiri dari bangunan-bangunan tinggi dan
bentuk aslinya. Selain itu, kawasan ini awalnya dihuni oleh
modern.
Walaupun Bandung merupakan daerah Sunda,
warga sunda, sehingga tidak banyak bangunan berlanggam
tetapi ternyata dalam perkembangannya, kota ini tidak
Indo Eropa, Indische, Art Deco, International Style, jengki
menyisakan
bahkan etnik Cina ditemukan.
kawasan
maupun
bangunan
yang
masih
menunjukkan kesundaannya. Kawasan ini terdiri dari subkawasan : 10
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
EXECUTIVE SUMMARY
lebih kecil dan jarak antar bangunan satu dengan lainnya cenderung rapat. Kawasan etnik sunda juga banyak didominasi oleh lingkungan hunian yang berada 1 lapis di belakang koridor kolektor. Kecenderungan kawasan ini adalah kavling yang lebih kecil dengan ruang terbuka hijau terbatas. GSG persil biasanya sangat kecil, cenderung sangat dekat dengan koridor jalan. Kawasan Perumahan Villa dan non-Villa Pada saat ini, banyak bangunan-bangunan rumah Bangunan Cagar Budaya Klasifikasi A dan B sumber : Hasil survey lapangan, 2014
tinggal pada kawasan ini berubah fungsi menjadi komersial, yang mengakibatkan terjadinya perubahan pada kondisi fisik
Bangunan pada kawasan etnik sunda yang banyak ditemukan merupakan bangunan dengan fungsi rumah
kawasan secara spasial maupun visual. Hampir tidak ada bagian dari kawasan ini yang masih asli seratus persen.
tinggal. Beberapa bangunan yang terletak di fungsi jalan
Bangunan-bangunan di sepanjang jalur jalan utama
kolektor maupun lokal memanfaatkan KDB bangunan
kawasan dapat dikatakan sangat peka terhadap perubahan,
sebesar 60-70% dengan KLB sekitar 1. Hal ini dapat dilihat
terutama jika dilewati oleh transportasi umum seperti angkot.
pada persil yang masih menyediakan ruang terbuka hijau
Hal ini harus menjadi perhatian khusus. Kawasan ini terdiri
privat yang cukup besar. Sedangkan hunian yang berada di
dari subkawasan :
fungsi jalan lingkungan biasanya memiliki luas persil yang
Subkawasan Villa Isola, mencakup jl.Setiabudi-jl.Geger Kalong Girang-jl.Guruminda 11
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
Subkawasan Hegarmanah, mencakup jl.Hegarmanah
jl.Supratman-jl.Ciliwung-jl.Bengawan-jl.Cendana-
Wetan-jl.Hegarmanah Kulon-jl.Hegarmanah Tengah
jl.Anggrek-belakang jl.Martadinata
Subkawasan Ciumbuleuit, mencakup jl.Ciumbuleuitjl.Panumbang
Jaya-jl.Kiputih-jl.Kiputih
Dalam-
Subkawasan perumahan kelompok pohon, mencakup jl.Saninten-jl.Suren-jl.Jamuju-jl.Salam
jl.Setiabudi
diantaranya
Subkawasan
RSHS,
mencakup
jl.Pasirkaliki-
jl.Cipaganti-jl.dr
Sukimin-
Subkawasan
Gempol
mencakup
Gempol-jl.Bahureksa-jl.Geusan
dan
seluruh
area
wilayah
Ulun-jl.Wiraangun-
jl.dr.Radjiman-jl.dr.Otten-jl.dr.Rum-jl.dr.Cipto dan area
angun-jl.Maulana Yusuf-jl.Rangga Gempol-jl.Pangeran
sekitarnya
Kornel-jl.Adibakti Kertabumi
Subkawasan nama wayang-1, mencakup jl.Baladewa-
Subkawasan Riau, sepanjang jalan Riau
jl.Korawa-jl.Pandu-jl.Pajajaran dan area sekitarnya
subkawasan Dago mencakup jl.Dago-jl.Dayang Sumbi-
Subkawasan nama wayang-2, mencakup jl.Arjuna-
jl.Sumur
jl.Pajajaran-jl.Rama-jl.Arjuna dan area sekitarnya
Ukur-jl.H.Wasid-jl.Bagis Rangin-jl.Surapati dan area
Subkawasan nama gunung, mencakup jl.Burangrang-
diantaranya
jl.Gatot Subroto-belakang jl.Pelajar Pejuang 45-jl.Lodaya
dan area sekitarnya
Yani-jl.Bogor-jl.Jakarta-
Subkawasan Cipaganti, mencakup jl.Cipaganti-jl.Nijland-
jl.Prof.Eijkman-belakang
Subroto-jl.Ahmad
jl.Serang-jl.Laswi-jl.Lingkar Selatan dan area sekitarnya
Jarian dan area diantaranya
Subkawasan perumahan Bandung Timur, mencakup jl.Gatot
jl.Karumbi-jl.Gunung Kencana-jl.Ranca Bentang-jl.Bukit
EXECUTIVE SUMMARY
Subkawasan
Gedung
Bandung-jl.Siliwangi-jl.Sangkuriang-jl.Dipati
Subkawasan selatan ITB, mencakup jl.Badaksingajl.Mundinglaya-jl.Cikapayang (utara jalan layang)
Sate,
mencakup
jl.Cimandiri-jl.Cimanuk-jl.Citarum-belakang
jl.Banda-
Subkawasan selatan jalan Cikapayang, mencakup jl. Cikapayang selatan-jl. Sulanjana-jl. Ranggamalela-Jl. 12
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
Sawunggaling-jl.
Ranggagading-jl.
Hariangbanga-jl.
Purnawarman-jl. Gajahlumantung-jl. Tamansari.
EXECUTIVE SUMMARY
lingkungan tidak rusak, sehingga keindahan lingkungan akan terjaga secara keseluruhan.
Ruang terbuka hijau (taman-
taman) serta pohon-pohon harus dijaga dan jika mungkin ditambah, agar konsep garden city dapat dipertahankan sesuai dengan rencana semula. Kawasan bersejarah villa non villa merupakan kawasan bersejarah terbesar dibandingkan dengan 5 kawasan bersejarah di kota Bandung. Kawasan villa non villa tersebar di area selatan serta area utara Bandung yang terbagi di dalam 3 SWK antara lain SWK Bojonegara, SWK Cibeunying, SWK Karees.
Kawasan Eks Industri Bangunan Cagar Budaya Klasifikasi A dan B sumber : Hasil survey lapangan, 2014
Pada area yang masih dapat dikenali sebagai kawasan pemukiman villa maupun non-villa, perlu dijaga agar keasliannya tidak rusak.
Pembangunan harus dilakukan
secara ketat, dengan mengatur KDB (Koefisien Dasar Bangunan) serta KLB (Koefisien Lantai Bangunan) atau ketinggian bangunan agar komposisi bangunan dalam
Kegiatan perindustrian di kota Bandung dimulai sejak adanya perkebunan di sekitar kota Bandung, dimana hasilnya kemudian dikirimkan ke berbagai kota terutama Batavia dengan menggunakan jalan kuda dan jalan Raya Pos. Gudang kopi (koffie pakhuis, sekarang gedung Balaikota) pada masa lalu merupakan usaha perindustrian pertama di Bandung, dan itu membentuk struktur jalan Braga yang menghubungkannya dengan jalan Raya Pos. 13
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
EXECUTIVE SUMMARY
Di samping itu terdapat pula kegiatan industri
Karakter kawasan industri cagar budaya yang terletak
kemiliteran, yang dipindahkan dari Surabaya ke Bandung dan
di sebelah timur serta di sebelah barat Bandung ini masih
menempati daerah Kiaracondong (di wilayah Timur kota
dapat diidentifikasi dengan mudah. Fungsi bangunan dari
Bandung), yang pada saat ini berpusat di Pindad sebagai
kawasan ini cukup beragam, antara lain pabrik, rumah
industri senjata. Kawasan ini terdiri dari :
tinggal, sekolah, perkantoran, rumah sakit, serta bangunan
Subkawasan Industri Timur, mencakup kompleks pabrik
penunjang lainnya. Terdapat kemiripan dengan karakter villa
Gas di kawasan jl.Jakarta, kompleks pabik senjata Pindad
non villa dimana beberapa bangunan hunian telah berubah
Subkawasan Industri Barat, mencakup jl.Industri-jl.Bima-
fungsi menjadi perdagangan dan jasa, namun kegiatan
jl.Arjuna-jl.Abdulrahman Saleh
industri di kawasan kota tua ini masih berfungsi hingga saat
ini.
Pemanfaatan KDB pada kawasan ini rata-rata 60%
hingga 70% dengan ruang terbuka hijau privat pada masingmasing persil. Sedangkan KLB eksisting kawasan sekitar 1 hingga 1,2. 1.4
Analisis Permasalahan Dan Strategi Pengembangan Dan Sinergitas Penataan Kota Tua Di Kota Bandung
Kawasan Pusat Kota Studi Kasus : Mesjid Cipaganti Bangunan Cagar Budaya Klasifikasi A dan B sumber : Hasil survey lapangan, 2014
Untuk analisis secara mikro diambil sample 1 (satu) bangunan di kawasan pusat kota tersebut yang merupakan
14
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
bangunan
iconic dengan langgam arsitektur sunda dan
termasuk bangunan cagar budaya kelas A.
tersebut. juga
EXECUTIVE SUMMARY
Minimnya sarana parkir pada kawasan tersebut
turut
menyumbangkan
permasalahan
kemacetan.
Kendaraan yang akan parkir di area bahu jalan turut menghambat kelancaran lalu lintas di koridor Cipaganti. Kurangnya
Ruang
Terbuka
Hijau
(RTH)
mengakibatkan tidak adanya ruang komunal dalam kawasan. Adanya mesjid Cipaganti pada kawasan, selain menjadi sarana peribadatan seharusnya bisa menjadi icon kawasan jika semua sarana dan prasarana dikembangkan mengarah pada penghidupan kawasan. Bangunan mesjid Cipaganti yang berada tepat di persimpangan jalan Sastra Sample Bangunan Cagar Budaya dan Kondisi Sekitar di Kawasan Pusat Kota sumber : analisis-survey 2014
yang menghubungkan dengan kawasan pusat perbelanjaan Cihampelas
sehingga
konsep
pengembangan
berbasis
ekonomi dapat diterapkan . Sample yang diambil adalah Mesjid Cipaganti di Jl.
Kendala dalam kawasan ini adalah kurangnya ruang
Cipaganti. Bila dilihat dari Kawasan sekitar maka terlihat
komunal untuk menghidupkan kawasan.
permasalahan yang utama adalah seringnya terjadi kemacetan
sosial akibat lalu lintas, infrastruktur dan permukiman padat
akibatnya tingginya jumlah kendaraan melintas ditambah
pada
dengan karakter angkutan kota yang berhenti sembarangan
penyelesaiannya. Hasil observasi lapangan memperlihatkan
serta
kondisi bangunan cagar budaya Mesjid Cipaganti
tiba-tiba
ketika
menaikkan
serta
menurunkan
penumpang sehingga menghambat arus lalu lintas koridor
area
belakang
kawasan
ini
Permasalahan
harus
dicarikan
yang
memiliki performance arsitektur khas sunda ini masih 15
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
terawat secara visual dimana biaya semua perawatan bangunan dilakukan pihak pengelola.
EXECUTIVE SUMMARY
Sample yang diambil adalah ex Toko Modena Jeans Jl. Ottoiskandardinata No 84-90. Bila dilihat dari Kawasan sekitar maka terlihat permasalahan yang utama adalah
Kawasan Pecinan Perdagangan Studi Kasus : Toko
infrastruktur yang tidak dikelola dengan baik. Lebar trotoar
Modena Jeans
yang kurang nyaman untuk pejalan kaki karena banyaknya
Untuk analisis secara mikro diambil sample 1 (satu)
jumlah PKL yang berada di sepanjang koridor, kurangnya
bangunan di kawasan pecinan perdagangan tersebut yang
Ruang Terbuka Hijau (RTH) mengakibatkan tidak adanya
merupakan bangunan iconic kawasan dan termasuk bangunan
ruang komunal dalam kawasan . Permasalahan lalu lintas
proses penetapan cagar budaya kelas B.
yang sangat padat dan terlewati angkutan kota menjadi daerah ini sangat semerawut, hal ini diakibatkan kesadaran berlalulintas dengan menaikan dan menurunkan penumpang sembarangan. Hasil observasi lapangan memperlihatkan kondisi bangunan cagar budaya Toko Modena Jeans ini masih sudah tidak terawat dalam waktu yang cukup lama. Secara visual bangunan sudah terdegradasi sehingga melebur dalam lingkungannya seperti bangunan biasa dan tidak menjadi iconic lagi. Bagian dalam bangunan sudah dibongkar dan rata dengan tanah, yang tersisa hanyalah bagian fasade saja.
Sample Bangunan Cagar Budaya dan Kondisi Sekitar di Kawasan Pecinan Perdagangan sumber : analisis-survey 2014
Sedangkan menurut peraturan daerah no 19 tahun 2009
16
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
tentang Cagar Budaya berisi bahwa bangunan Cagar Budaya golongan B dilarang dibongkar secara sengaja. Adanya bangunan Modena Jeans pada kawasan,
-
EXECUTIVE SUMMARY
Jalur pedestrian sangat minim serta kemacetan lalu lintas akibat banyaknya pedagang kaki lima yang memenuhi bahu jalan maupun jalur pedestrian
seharusnya dapat menjadi icon kawasan jika semua sarana dan prasarana dikembangkan mengarah pada penghidupan kawasan. Gedung Modenan Jeans yang
berada tepat di
persimpangan jalan Otista dan ABC dapat dikelola dengan konsep pengembangan berbasis ekonomi. Kendala dalam kawasan ini adalah kurangnya ruang komunal untuk menghidupkan kawasan. Permasalahan sosial akibat lalu lintas, infrastruktur dan permukiman padat pada area belakang kawasan ini harus dicarikan penyelesaiannya.
Kawasan Militer Studi Kasus : Rumentang Siang Untuk analisis secara mikro diambil sampel bangunan di kawasan militer yaitu area Kosambi. Sampel bangunan yang diambil adalah bangunan gedung Rumentang Siang di jalan Barang siang no 1Bandung. Bila dilihat dari kawasan
Sample Banguanan Cagar budaya dan kondisi Sekitar kawasan militer Sumber : Analisis survey 2014
Pada
kawasan
ini
masih
mempertahankan
militer maka terlihat beberapa permasalahan sebagai berikut :
keasliannya ini namun cenderung belum menyediakan jalur
-
Parkir on street memenuhi bahu jalan dan RTH
pedestrian yang nyaman serta saling terhubung.
-
Softscape dan RTH kurang
pedestrian biasanya ditemukan pada koridor kolektor berupa
Jalur
17
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
jalur pedestrian yang cukup tinggi untuk dijangkau dari jalan
EXECUTIVE SUMMARY
Kawasan Etnik Sunda Studi Kasus : GKRI
aspal, serta terputus pada area entrance ke dalam kavling.
Untuk analisis secara mikro diambil sample 1 (satu)
Hal ini cukup membuat lelah bagi para pengguna jalur
bangunan di kawasan etnis tersebut yang merupakan
pedestrian. Pada lokasi tertentu, jalur pedestrian tidak saja
bangunan iconic kawasan dan termasuk bangunan cagar
dimanfaatkan untuk pejalan kaki, namun juga digunakan para
budaya kelas A dan sekitarnya.
pengendara roda 2 sebagai tempat parkir bahkan juga sebagai alat untuk memotong jalur ketika terjadi kemacetan di koridor jalan. Penataan lansekap pada koridor jalan terkadang kurang
mempertimbangkan
kepentingan
pejalan
kaki.
Beberapa pot tanaman dengan ukuran cukup besar diletakkan di tengah-tengah trotoar sehingga menyulitkan pejalan kaki untuk melintas dengan nyaman.
Demikian pula halnya
dengan pedagang kaki lima yang menjadikan jalur pedestrian sebagai sarana display dagangannya. Meskipun kondisi saluran drainase di kawasan militer cukup mendapat perawatan rutin, namun seringkali ditemukan luapan air hujan yang menggenang ketika hujan deras usai.
Sample Bangunan Cagar Budaya dan Kondisi Sekitar di Kawasan Etnis sumber : analisis-survey 2014
Sample yang diambil adalah Bangunan Gabungan Koperasi RI (GKRI) Jl. Lengkong Besar No 4. Bila dilihat dari Kawasan sekitar maka terlihat permasalahan yang utama adalah infrastruktur yang tidak dikelola dengan baik. Lebar trotoar yang kurang nyaman untuk pejalan kaki, kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) mengakibatkan tidak adanya ruang komunal dalam kawasan 18
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
Permasalahan lalu lintas yang sangat padat dan terlewati Angkutan Kota menjadi daerah ini sangat semerawut, hal ini diakibatkan kesadaran berlalulintas dengan menaikan dan menurunkan penumpang sembarangan.
EXECUTIVE SUMMARY
Kawasan Villa non Villa Studi Kasus : Deret Rumah Pager Gunung Untuk analisis secara mikro diambil sampel bangunan di kawasan Deret Rumah Pager gunung.
Sampel yang
Adanya gedung GKRI pada kawasan, seharusnya bisa
diambil adalah bangunan rumah tinggal jalan Pager gunung
menjadi icon kawasan jika semua sarana dan prasarana
no 18, 20 dan 21. Bila dilihat dari permasalahan di kawasan
dikembangkan
tersebut maka terdapat permasalahan sebagai berikut :
mengarah
pada
penghidupan
kawasan.
Gedung GKRI berada perpanjangan kawasan Alun-Alun
1. Parkir on street
sehingga konsep pengembangan berbasis ekonomi harus
2. Tidak ada jalur pedestrian
diterapkan . Kendala dalam kawasan ini adalah kurangnya
3. Brandgang tidak terawat
ruang komunal untuk menghidupkan kawasan. Permasalahan
4. Jalur hijau yang kurang terawat dan tertata
social akibat lalu lintas, infrastruktur dan permukiman padat pada
area
belakang
kawasan
ini
harus
dicarikan
Bangunan cagar budaya di kawasan villa non villa ini 44,44% berubah fungsi hunian menjadi perdagangan dan jasa. Hal ini banyak ditemukan pada bangunan yang terletak
penyelesaiannya. Hasil observasi lapangan memperlihatkan kondisi
di fungsi jalan kolektor serta lokal. Namun tidak sedikit pula
bangunan cagar budaya GKRI ini masih terawat hanya secara
bangunan yang berada di fungsi jalan lingkungan turut
visual
dalam
berubah fungsi menyesuaikan terhadap kebutuhan saat ini.
lingkungannya seperti bangunan biasa dan tidak iconic. Ini
Permasalahan yang terjadi pada kawasan ini 60,87% lebih
diakibatkan oleh kesemrawutan kawasan dan penerapan
kepada perubahan fungsi bangunan namun dengan merubah
elemen-elemen tambahan pada bangunan seperti iklan dan
bagian fasade bangunan. Hal ini banyak ditemukan pada
performance arsitektur khas colonial-sunda.
bangunan-bangunan factory outlet di koridor Juanda.
sudah
terdegradasi
sehingga
melebur
19
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
Perubahan
fasade
bangunan
pada
akhirnya
mampu
menghilangkan karakter kawasan cagar budaya.
EXECUTIVE SUMMARY
Kawasan Industri Studi Kasus : Distributor Sharp Untuk analisis secara mikro diambil sampel bangunan di kawasan Distributor Sharp.
Permasalahan utama di
kawasan industri adalah kurang area hijau khususnya di koridor Pajajaran.
Sample Bangunan Cagar Budaya dan Kondisi Sekitar di Kawasan Villa non Villa sumber : analisis-survey 2014
Lahan parkir menjadi kurang bahkan tidak ada. Permasalahan lain adalah kurang tersedianya jalur pedestrian
Sample Bangunan Cagar Budaya dan Kondisi Sekitar di Kawasan Industri sumber : analisis-survey 2014
di kawasan villa non villa ini. Area Brandgang yang tidak terawat sebaiknya dapat dimanfaatkan sebagai alternatif jalur pedestrian dan relokasi PKL.
Vegetasi pada koridor ini cukup terbatas sehingga seringkali terasa gersang sedangkan ruang terbuka yang tersedia berada di area GOR Pajajaran.
Sedangkan
permasalahan berikutnya adalah kurangnya pengetahuan 20
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
masyarakat, pemilik maupun pengelola bangunan terhadap pengetahuan cagar budaya.
EXECUTIVE SUMMARY
Lingkungan Sosial
Pemerintah tidak pernah
Lingkungan sosial merupakan hubungan interaksi
melakukan sosialnya secara kontinyu dimana akhirnya yang
masyarakat dan lingkungan. Gaya hidup dan nilai-nilai dalam
dapat membuat masyarakat mempunyai rasa memiliki. Hasil
lingkungan.
observasi memperlihatkan :
setiap kawasan akan berbeda. Aspek ini mengambil peran
-
PKL semrawut tidak merata
penting dalam pemilihan konsep pengendalian kawasan.
-
Jalur pedestrian tidak ada
-
Area parkir tidak tersedia
Gaya hidup dan nilai-nilai kemasyarakatan
Kebijakan Insentif dan Disinsentif
Kondisi bangunan cagar budaya Distributir Sharp ini
Penerapan Insentif dan Disinsentif merupakan upaya
masih terawat hanya secara visual sudah terdegradasi
dalam mempelancar kegiatan penataan ruang. Insentif adalah
sehingga melebur dalam lingkungannya seperti bangunan
perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
biasa
oleh
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.
kesemrawutan kawasan dan penerapan elemen-elemen
Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah, membatasi
tambahan pada bangunan seperti iklan dan performance
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan
arsitektur khas kolonial.
dengan rencana tata ruang.
Rencana Induk (Masterplan Kawasan)
Infrastruktur
dan
tidak
iconic.
Hal
ini
diakibatkan
Rencana induk/Masterplan sebagai panduan penataan
Merupakan layanan fasilitas untuk kebutuhan dasar
kawasan, utamanya dalam mempertahankan eksistensi
fisik
kawasan/bangunan cagar budaya.
merupakan indicator keberhasilan kawasan. Salah satu
kawasan.
Infrastruktur
secara
tidak
langsung
pengembangan kawasan yang sinergi dengan kawasan lain 21
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
adalah dengan merencanakan dan membangun infrastruktur terintegrasi/terpadu.
EXECUTIVE SUMMARY
melakukan pertemuan dan diskusi terkait bangunan & kawasan cagar budaya Melalui kesedian masyarakat maupun pengelolaan
tersebut dapatt diketahui ketertarikan mereka terhadap
Peran Serta Masyarakat Saat disebarkannya kuesioner serta wawancara
keberadaaan serta pelestarian kawasan dan bangunan cagar
kepada masyarakat maupun diketahui masih banyaknya
budaya meskipun pengetahuan mereka masih sangat terbatas.
masyarakat yang belum paham mengenai cagar budaya, demikian pula dengan pengelola/pemilik yang belum paham
Kelembagaan
mengenai tata cara pengelolaan, insentif maupun bantuan
Secara umum Kota Bandung sudah menunjuk
pemerintah lainnya. Namun sebagian masyarakat maupun
kelembagaan yang bertanggung jawab dan berwenang
pengelola cukup tertarik untuk berperan serta dalam kegiatan
terhadap eksistensi BCB yaitu Dinas Pariwisata dan
pelestarian, dimana beberapa kalangan bersedia :
Kebudayaan dengan bekerjasama lembaga swasta yang
bergabung
dalam
komunitas
bersejarah
(Bandung
Heritage, Aleut, Bandung Trail) / mendukung kegiatan
diwakili
oleh
Bandung
Herritage.
Untuk
perijinan
dilaksanakan oleh BPPT .
aksi sosial pelestarian kawasan cagar budaya
membantu
memberikan
penyuluhan
&
pemberian
informasi terkait cagar budaya
memberikan informasi mengenai kesejarahan bangunan cagar budaya oleh masyarakat kalangan sesepuh
memberikan sumbangan tenaga untuk merawat bangunan cagar budaya
Analisis Regulasi Analisis regulasi dilakukan dengan membandingkan pada ketiga peraturan cagar budaya, yaitu dari tingkat yang paling atas adalah Undang undang no 11 tahun 2010, peraturan daerah no 19 tahun 2009 serta peraturan walikota no 921 tahun 2010. 22
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
EXECUTIVE SUMMARY
Pada pasal 22 UU No. 11 Cagar Budaya tahun 2010
pengelolaan bila terjadi pelanggaran, serta adanya sanksi
dijelaskan bahwa pemilik/pengelola yang telah merawat
pidana sesuai aturan UU No. 5 tahun 1992 yang disebutkan
benda cagar budaya berhak mendapatkan kompensasi serta
pada pasal 46. Berbeda halnya dengan UU Cagar Budaya
insentif berupa pengurangan pajak bumi dan bangunan atau
No. 10 tahun 2010 bahwa setiap orang yang tanpa izin
pajak penghasilan dari pemerintah.
Namun pada pasal 9
mengalihkan kepemilikan, merusak cagar budaya dan
Perda No. 19 Cagar Budaya tahun 2009 dijelaskan bahwa
mengubah fungsi cagar budaya dikenakan sanksi penjara atau
setiap orang yang telah melakukan pemugaran cagar budaya
denda
sesuai ketentuan yang berlaku berhak mendapat kemudahan
1.000.000.000.
perizinan/insentif pembangunan lainnya.
minimal
Rp
400.000.000
dan
maksimal
Rp
Melalui dua
Melalui kedua peraturan tersebut, dapat disimpulkan
peraturan di atas menggambarkan bahwa saat ini kurang
bahwa Perda No. 19 tahun 2001 belum diperbarui terhadap
adanya sinkronisasi antara UU No. 11 tahun 2010 dengan
UU Cagar Budaya No. 10 tahun 2010, sehingga sulit untuk
Perda No. 19 tahun 2009. Hal ini terjadi dikarenakan Perda
diterapkan. Sedangkan Pada Perwal 921 menerangkan pada
No. 19 tahun 2009 belum mengadaptasi UU No. 11 tahun
pasal 41 bahwa denda administratif dikenakan setiap
2010.
keterlambatan
penghentian
pengelolaan
pada
pelaku
Pada Perwal No. 921 tahun 2010 pasal 39 dan pasal
pelanggaran tanpa menyebutkan besaran dendanya maupun
41 menerangkan bahwa benda cagar budaya yang fasadenya
lama pidana penjara. Ketiga peraturan cagar budaya ini tidak
dirusak serta menyalahi izin, maka pemanfaatannya akan
berbanding lurus,
dihentikan sebagai sanksi administratif,kemudian akan
dirunutkan sesuai hirarki.
dikenakan
denda
setiap
keterlambatan
41
dan
42
menerangkan
bahwa
masing-masing tidak
dapat
penghentian
pemanfaatannya. Sedangkan pada Perda No. 19 tahun 2009 pasal
karena
penghentian
Analisis Potensi Pengembangan Sub bab ini menganalisis potensi pengembangan tiap kawasan dimana tiap kawasan memiliki tingkat permasalahan 23
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
EXECUTIVE SUMMARY
budaya
yang berbeda. Analisis yang digunakan adalah menggunakan SWOT sehingga dari hasil sub bab sebelumnya sudah diketahui permasalahan tiap kawasan, analisis SWOT Pemda telah membentuk tim d cagar budaya untuk melaksanakan pengelolaan BCB
sebagai langkah untuk mengeluarkan konsep strategi tiap kawasan dan sebagai basis pengambilan keputusan yang akan diuraikan selanjutnya pada bahasan konsep stategi.
Pemerintah telah memiliki SKPD terkait sebagai e pelaksana pelestarian cagar budaya
Kawasan Pusat Kota
Internal (IFAS)
A) Kekuatan/ Streght (S) Sudah adanya regulasi mengenai cagar budaya a berupa perda 19 th 2009 serta perwal 921 th 2010 Sesuai perda 19 cagar budaya & RPJMD, dana b pelestarian dianggarkan dari APBD Pemda memiliki kewenangan & c kewajiban untuk melestarikan cagar budaya
B) Kelemahan/ Weakness (W). Pelaksanaan regulasi belum dilakukan a secara optimal oleh pemerintah daerah Belum adanya alokasi dana dari pemerintah b daerah untuk pengelolaan BCB Pemerintah daerah belum menyediakan c sarana prasarana yang layak di kawasan cagar
Eksternal (EFAS) 1) Peluang/Opportunies (O)
STRATEGI SO
Semua pemilik&pengelola a BCB membiayai perawatan bangunan oleh dana pribadi
SKPD terkait memberikan insentif, penghargaan & a kompensasi kepada pemilik&pengelola dalam perawatan BCB
Pengembangan kawasan berbasis ekonomi, jasa dan b komersial (berpotensi sebagai wisata religi)
Melakukan kerjasama antara SKPD terkait b dengan investor dalam meningkatkan ekonomi kawasan
Sosialisasi Pengetahuan Bangunan d Cagar Budaya belum dilakukan Pemerintah belum melakukan klasifikasi & e inventarisasi bangunan yang diduga cagar budaya STRATEGI WO Meningkatkan implementasi insentif, kompensasi & a penghargaan terhadap pengelolaan BCB melalui dana APBD Melaksanakan pelestarian berbasis ekonomi, jasa & b komersial berkonsep wisata religi melalui dana 24
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
APBD investor
Tingkat peluang investasi c sangat tinggi di kawasan ini
Beberapa bangunan bercirikan arsitektur d kolonial yang diduga bangunan cagar budaya
Terbentuknya komunitas e pemerhati cagar budaya (LSM)
2) Tantangan/Threats (T)
a
Penataan infrastruktur dan kesemrawutan lalulintas
Melakukan klasifikasi bangunan yang diduga cagar c budaya dibantu oleh tim cagar budaya serta SKPD terkait
Memperkuat eksistensi kelembagaan d melalui kerja sama antara SKPD terkait dengan LSM
kawasan dan meningkatkan rasa memiliki
&
Meningkatkan sarana & c prasarana melalui bantuan dana investor Pelaksanaan konsep pelestarian cagar budaya terkait d bangunan yang sudah terklasifikasi maupun yang tidak Pelaksanaan sosialisasi pengetahuan cagar budaya e kawasan berbasis ekonomi dibantu oleh LSM
STRATEGI ST
STRATEGI WT
Perbaikan infrastruktur , penambahan ruang komunal (r.publik) a dan merangsang keterlibatan masyarakat dalam menghidupkan
Mengendalikan perizinan dalam hal pengembangan a kawasan pusat kota sesuai dengan perda 19 tahun 2009 dan
EXECUTIVE SUMMARY
Meningkatkan pengembangan kawasan cagar budaya dengan merekomendasi b kan penyediaan ruang komunal & perbaikan sarana prasarana melalui dana APBD
b Penyediaan ruang Komunal
Kesadaran pemilik & c pengelola tentang pelestarian BCB
d
Pengendalian mordenitas pembangunan
perwal 921 th 2010
Meningkatkan kerjasama antara pemilik/pengelola, SKPD terkait dan b pihak investor dalam pengelolaan bangunan cagar budaya
Meningkatkan sosialisasi pengelolaan & c pelestarian BCB kepada pemilik & pengelola
Pengendalian modernitas kawasan dengan c mensosialisasi cagar budaya sebagai identitas kawasan
Mengendalikan modernitas pembangunan dengan d melaksanakan kebijakan disinsetif & sanksi pelanggaran
25
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
Kesadaran masyarakat dan e investor terhadap eksistensi BCB
Peningkatan kerjasama antara pemerintah, lembaga swasta dan masyarakat e dalam pengembangan kawasan cagar budaya pecinan perdagangan
Membuat rekomendasi bangunan yang non klasifikasi dan konsep pelestarian e cagar budaya dikaitkan aturan yang berlaku dengan melibatkan masyarakat & investor
EXECUTIVE SUMMARY
APBD
Pemda memiliki kewenangan & c kewajiban untuk melestarikan cagar budaya Pemda telah membentuk tim d cagar budaya untuk melaksanakan pengelolaan BCB
Kawasan Pecinan Perdagangan
Internal (IFAS)
A) Kekuatan/ Streght (S) Sudah adanya regulasi mengenai cagar budaya a berupa perda 19 th 2009 serta perwal 921 th 2010 Sesuai perda 19 th 2009 cagar budaya b & RPJMD, dana pelestarian dianggarkan dari
B) Kelemahan/ Weakness (W). Pelaksanaan regulasi belum dilakukan a secara optimal oleh pemerintah daerah Belum adanya alokasi dana b dari pemerintah daerah untuk pengelolaan
Sudah adanya RTBL kawasan e Pecinan Perdagangan Eksternal (EFAS) 1) Peluang/Opportunies (O)
STRATEGI SO
Semua pemilik&pengelola a BCB membiayai perawatan bangunan oleh dana pribadi
Meningkatkan implementasi peraturan dengan memberikan a insentif, penghargaan & kompensasi kepada pemilik&pengelola
BCB
Pemerintah daerah belum menyediakan c sarana prasarana yang layak di kawasan cagar budaya Sosialisasi Pengetahuan Bangunan d Cagar Budaya belum dilakukan Pemerintah belum melakukan klasifikasi & e inventarisasi bangunan yang diduga cagar budaya STRATEGI WO Meningkatkan implementasi insentif, kompensasi & a penghargaan terhadap pengelolaan BCB melalui 26
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
dalam perawatan BCB oleh SKPD terkait
Pengembangan kawasan berbasis ekonomi, jasa dan b komersial (berpotensi diadakannya event malam di kawasan)
Tingkat peluang investasi c sangat tinggi di kawasan ini
Banyaknya bangunan ruko yang bercirikan arsitektur d cina & kolonial yang diduga bangunan cagar budaya
Terbentuknya komunitas e pemerhati cagar budaya (LSM)
Meningkatkan ekonomi kawasan sesuai RTBL Pecinan b Perdagangan melalui kerjasama antara SKPD terkait dengan investor
Meningkatkan pelaksanaan inventarisasi BCB dengan melakukan klasifikasi c bangunan yang diduga cagar budaya dibantu oleh tim cagar budaya serta SKPD terkait Memperkuat eksistensi kelembagaan d melalui kerja sama antara SKPD terkait dengan LSM
EXECUTIVE SUMMARY
dana APBD 2) Tantangan/Threats (T) Melaksanakan pelestarian berbasis ekonomi, jasa & b komersial melalui dana APBD & investor Meningkatkan sarana & c prasarana melalui bantuan dana investor Pelaksanaan konsep pelestarian cagar budaya d terkait bangunan yang sudah terklasifikasi maupun yang tidak Pelaksanaan sosialisasi pengetahuan cagar budaya e kawasan berbasis ekonomi dibantu oleh LSM
a
Penataan infrastruktur dan kesemrawutan lalulintas
STRATEGI ST
Perbaikan infrastruktur , penambahan ruang komunal (r.publik) dan merangsang a keterlibatan masyarakat dalam menghidupkan kawasan dan meningkatkan rasa memiliki
Mengendalikan perizinan dalam hal pengembangan kawasan pecinan a perdagangan sesuai dengan perda 19 tahun 2009 dan perwal 921 th 2010 Meningkatkan pengembangan kawasan cagar budaya dengan merekomendasi b kan penyediaan ruang komunal & perbaikan sarana prasarana melalui dana APBD
Meningkatkan kerjasama antara pemilik/pengelola, SKPD terkait dan b pihak investor dalam pengelolaan bangunan cagar budaya
Meningkatkan sosialisasi pengelolaan & c pelestarian BCB kepada pemilik & pengelola
b Penyediaan ruang Komunal
Kesadaran pemilik & c pengelola tentang pelestarian BCB
STRATEGI WT
27
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
Pengendalian mordenitas d pembangunan
Kesadaran masyarakat dan e investor terhadap eksistensi BCB
Pengendalian modernitas kawasan dengan c mensosialisasi cagar budaya sebagai identitas kawasan
Peningkatan kerjasama antara pemerintah, lembaga swasta dan masyarakat dalam e pengembangan kawasan cagar budaya pecinan perdagangan sesuai RTBL
Mengendalikan modernitas pembangunan dengan d melaksanakan kebijakan disinsetif & sanksi pelanggaran Membuat rekomendasi bangunan yang non klasifikasi dan konsep pelestarian e cagar budaya dikaitkan aturan yang berlaku dengan melibatkan masyarakat & investor
Kawasan Kawasan Militer
EXECUTIVE SUMMARY
Sesuai perda 19 cagar budaya & RPJMD, dana b pelestarian dianggarkan dari APBD
b
Pemda memiliki kewenangan & c kewajiban untuk melestarikan cagar budaya
c
Pemda telah membentuk tim d cagar budaya untuk melaksanakan pengelolaan BCB
d
Pemerintah telah memiliki SKPD terkait sebagai e pelaksana pelestarian cagar budaya
e
Eksternal (EFAS) Internal (IFAS)
A) Kekuatan/ Streght (S) Sudah adanya regulasi mengenai cagar budaya a berupa perda 19 th 2009 serta perwal 921 th 2010
B) Kelemahan/ Weakness (W). Pelaksanaan regulasi belum dilakukan a secara optimal oleh pemerintah daerah
1) Peluang/Opportunies (O)
STRATEGI SO
Semua pemilik&pengelola a BCB membiayai perawatan bangunan oleh dana pribadi
Meningkatkan implementasi peraturan dengan memberikan a insentif, penghargaan & kompensasi kepada pemilik&pengelola
Belum adanya alokasi dana dari pemerintah daerah untuk pengelolaan BCB Pemerintah daerah belum menyediakan sarana prasarana yang layak di kawasan cagar budaya Sosialisasi Pengetahuan Bangunan Cagar Budaya belum dilakukan Pemerintah belum melakukan klasifikasi & inventarisasi bangunan yang diduga cagar budaya
STRATEGI WO Meningkatkan implementasi insentif, kompensasi & a penghargaan terhadap pengelolaan BCB melalui 28
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
dalam perawatan BCB oleh SKPD terkait
Pengembangan kawasan berbasis ekonomi, jasa dan b budaya (event budaya di gedung Rumentangsiang)
Tingkat peluang investasi c sangat tinggi di kawasan ini
Adanya bangunan gedung pasar Kosambi kurang d optimal yang berdekatan dengan BCB
Terbentuknya komunitas e pemerhati cagar budaya (LSM)
2) Tantangan/Threats (T)
Meningkatkan ekonomi kawasan, berupa event menarik & b optimalisasi gedung Kosambi melalui kerjasama antara SKPD terkait dengan investor
dana APBD
b
c
Meningkatkan optimalisasi bangunan sekitar sebagai elemen c pendukung pengembangan kawasan cagar budaya
d
Memperkuat eksistensi kelembagaan d melalui kerja sama antara SKPD terkait dengan LSM
e
STRATEGI ST
EXECUTIVE SUMMARY
Melaksanakan pelestarian berbasis budaya melalui dana APBD & investor Meningkatkan sarana & prasarana melalui bantuan dana investor Pelaksanaan konsep pelestarian cagar budaya terkait bangunan yang sudah terklasifikasi maupun yang tidak Pelaksanaan sosialisasi pengetahuan cagar budaya kawasan berbasis ekonomi dibantu oleh LSM
STRATEGI WT
a
Penataan infrastruktur dan kesemrawutan lalulintas
b Penyediaan ruang Komunal
Kesadaran pemilik & c pengelola tentang pelestarian BCB
d
Pengendalian modernitas pembangunan
Perbaikan infrastruktur , penambahan ruang komunal (r.publik) dan merangsang a keterlibatan masyarakat dalam menghidupkan kawasan dan meningkatkan rasa memiliki
Mengendalikan perizinan dalam hal pengembangan kawasan militer a sesuai dengan perda 19 tahun 2009 dan perwal 921 th 2010 Meningkatkan pengembangan kawasan cagar budaya dengan merekomendasi b kan penyediaan ruang komunal & perbaikan sarana prasarana melalui dana APBD
Meningkatkan kerjasama antara pemilik/pengelola, SKPD terkait dan b pihak investor dalam pengelolaan bangunan cagar budaya
Meningkatkan sosialisasi pengelolaan & c pelestarian BCB kepada pemilik & pengelola
Pengendalian modernitas kawasan dengan c mensosialisasi cagar budaya sebagai identitas kawasan
Mengendalikan modernitas pembangunan dengan d melaksanakan kebijakan sanksi pelanggaran & ketentuan pidana 29
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
Kesadaran masyarakat dan e investor terhadap eksistensi BCB
Peningkatan kerjasama antara pemerintah, lembaga swasta dan d masyarakat dalam pengembangan kawasan cagar budaya militer
Membuat rekomendasi bangunan yang non klasifikasi dan inventarisasi bangunan cagar e budaya dikaitkan aturan yang berlaku dengan melibatkan masyarakat & investor
Sudah terdapat Peraturan dan c Perwal yang mengatur Cagar Budaya Klasifikasi BCB sudah jelas pengaturannya. Terdapat 9 d (Sembilan) bangunan cagar budaya 2 kelas A dan 7 sedang penetapan kelas B. Terdapat lembaga swasta yang e concern terhadap bangunan cagar budaya
Kawasan Etnik Sunda A) Kekuatan/Streght (S)
Internal (IFAS) a
Kelembagaan sudah jelas
Konsep pelestarian sudah terdefinisi b dengan jelas di Undang-undang
B) Kelemahan/We akness (W). Sosialisasi Pengetahuan a Bangunan Cagar Budaya Konsep pelestarian Cagar Budaya sesuai Undangb undang yang belum terlaksana optimal
EXECUTIVE SUMMARY
Eksternal (EFAS) 1) Peluang/Opportunies (O)
Lokasi merupakan area a pendukung kawasan strategis PPK Alun-alun
STRATEGI SO Memperkuat eksistensi kelembagaan terkait tupoksi dan bekerjasama a dengan kelembagaan swasta dalam pelaksanaan di lapangan
Perizinan dan bantuan teknis c mengenai Cagar Budaya tidak terimplementasi
Insentif dan disinsentif yang d tidak terlaksana dengan baik
Pemerintah belum melakukan klasifikasi & e inventarisasi bangunan yang diduga cagar budaya STRATEGI WO pelaksanaan sosialisasi pengetahuan a cagar budaya kawasan berbasis ekonomi
30
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
Pengembangan kawasan b berbasis ekonomi, jasa dan komersial
Kawasan yang masih c menampung rumah etnis sunda bergaya colonial
Pengembangan konsep Iconic kawasan berbasis b ekonomi dan pelestarian cagar budaya
implementasi b insentif dan disintensif
Mengklasifikasia n area rumah tinggal etnis sundac kolonial yang tersebar di kawasan etnik sunda
Pelaksanaan konsep pelestarian cagar budaya terkait c bangunan yang sudah terklasifikasi maupun yang tidak
Banyaknya bangunan rumah tinggal yang d menjadi ciri khas sundakolonial dan menjadi identitas kawasan Terdapat bangunan Cagar e Budaya yang dapat menjadi simpul dan icon kawasan 2) Tantangan/Threats (T)
a
Penataan infrastruktur dan kesemrawutan lalulintas
b Penyediaan ruang Komunal
c
Kesadaran Masyarakat tentang pelestarian BCB
EXECUTIVE SUMMARY
Perbaikan infrastruktur , penambahan ruang komunal (R.publik) b dan m keterlibatan masyarakat dalam menghidupkan kawasan dan rasa memiliki Pengendalian modernitas kawasan dengan c mensosialisasi cagar budaya sebagai identitas kawasan
membuat rekomendasi bangunan yang non klasifikasi b dan konsep pelestarian cagar budaya dikaitkan aturan yang berlaku Peran serta masyarakat dalam c implementasi insentif dan disintentif
Pengendalian mordenitas pembangunan Kesadaran masyarakat dan e investor terhadap eksistensi BCB d
Kawasan Villa non Villa STRATEGI ST Peningkatan kerjasama antara pemerintah, a lembaga swasta dan masyarakat dalam pelestarian BCB kawasan etnis
STRATEGI WT Mengendalikan perizinan dalam hal a pembangunan kawasan etnik sunda
Internal (IFAS)
A) Kekuatan/ Streght (S) Sudah adanya regulasi mengenai cagar budaya a berupa perda 19 th 2009 serta perwal 921 th 2010
B) Kelemahan /Weakness (W). Pelaksanaan regulasi belum dilakukan a secara optimal oleh pemerintah daerah
31
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
Sesuai perda 19 th 2009 cagar budaya & RPJMD, dana b pelestarian dianggarkan dari APBD Pemda memiliki kewenangan & c kewajiban untuk melestarikan cagar budaya
b
c
Pemda telah membentuk tim d cagar budaya untuk melaksanakan pengelolaan BCB
d
Pemerintah telah memiliki SKPD terkait sebagai e pelaksana pelestarian cagar budaya
e
Eksternal (EFAS) 1) Peluang/Opportunies (O)
STRATEGI SO
Semua pemilik&pengelola a BCB membiayai perawatan bangunan oleh dana pribadi
Meningkatkan implementasi peraturan dengan memberikan a insentif, penghargaan & kompensasi kepada pemilik&pengelola
Belum adanya alokasi dana dari pemerintah daerah untuk pengelolaan BCB Pemerintah daerah belum menyediakan sarana prasarana yang layak di kawasan cagar budaya Sosialisasi Pengetahuan Bangunan Cagar Budaya belum dilakukan Pemerintah belum melakukan klasifikasi & inventarisasi bangunan yang diduga cagar budaya
STRATEGI WO Meningkatkan implementasi insentif, kompensasi & a penghargaan terhadap pengelolaan BCB melalui
EXECUTIVE SUMMARY
dalam perawatan BCB oleh SKPD terkait
Pengembangan kawasan berbasis jasa, kuliner & komersial (banyaknya b jumlah rumah tinggal yang beralih fungsi menjadi perkantoran&komersial)
Tingkat peluang investasi c sangat tinggi di kawasan ini
Banyaknya bangunan rumah tinggal yang d bercirikan arsitektur kolonial tropis yang diduga bangunan cagar budaya
Terbentuknya komunitas e pemerhati cagar budaya (LSM)
Mengendalikan perizinan terkait b pegembangan kawasan komersial & kuliner Melakukan kerjasama antara SKPD terkait c dengan investor dalam meningkatkan ekonomi kawasan Meningkatkan pelaksanaan inventarisasi BCB dengan melakukan klasifikasi d bangunan yang diduga cagar budaya dibantu oleh tim cagar budaya serta SKPD terkait Memperkuat eksistensi kelembagaan e melalui kerja sama antara SKPD terkait dengan
dana APBD
Melaksanakan pelestarian berbasis ekonomi b (komersial & kuliner) melalui dana APBD & investor Meningkatkan sarana & c prasarana melalui bantuan dana investor
Pelaksanaan konsep pelestarian cagar budaya d terkait bangunan yang sudah terklasifikasi maupun yang tidak Pelaksanaan sosialisasi pengetahuan e cagar budaya kawasan berbasis 32
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
LSM
2) Tantangan/Threats (T)
a
Penataan infrastruktur dan kesemrawutan lalulintas
b Penyediaan ruang Komunal
Kesadaran pemilik & c pengelola tentang pelestarian BCB
Pengendalian modernitas d pembangunan
ekonomi dibantu oleh LSM
STRATEGI ST
STRATEGI WT
Perbaikan infrastruktur , penambahan ruang komunal (r.publik) dan merangsang a keterlibatan masyarakat dalam menghidupkan kawasan dan meningkatkan rasa memiliki
Mengendalikan perizinan dalam hal pengembangan a kawasan villa non villa sesuai dengan perda 19 tahun 2009 dan perwal 921 Meningkatkan pengembangan kawasan cagar budaya dengan merekomendasi b kan penyediaan ruang komunal & perbaikan sarana prasarana melalui dana APBD
Meningkatkan kerjasama antara pemilik/pengelola, SKPD terkait dan b pihak investor dalam pengelolaan bangunan cagar budaya Pengendalian modernitas c kawasan dengan mensosialisasi
Meningkatkan sosialisasi pengelolaan & c pelestarian BCB kepada pemilik & pengelola Mengendalikan modernitas d pembangunan dengan
EXECUTIVE SUMMARY
cagar budaya sebagai identitas kawasan
Kesadaran masyarakat dan e investor terhadap eksistensi BCB
Peningkatan kerjasama antara pemerintah, lembaga swasta dan e masyarakat dalam pengembangan kawasan cagar budaya pecinan perdagangan
melaksanakan kebijakan disinsetif & sanksi pelanggaran Membuat rekomendasi bangunan yang non klasifikasi dan konsep pelestarian e cagar budaya dikaitkan aturan yang berlaku dengan melibatkan masyarakat & investor
Kawasan Industri Internal (IFAS) A) Kekuatan/Streght (S) Sudah adanya regulasi mengenai cagar budaya a berupa perda 19 th 2009 serta perwal 921 Sesuai perda 19 cagar budaya & RPJMD, dana b pelestarian dianggarkan dari APBD
B) Kelemahan/We akness (W). Pelaksanaan regulasi belum dilakukan a secara optimal oleh pemerintah daerah Belum adanya alokasi dana dari pemerintah b daerah untuk pengelolaan BCB 33
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
Pemda memiliki kewenangan & c kewajiban untuk melestarikan cagar budaya Pemda telah membentuk tim d cagar budaya untuk melaksanakan pengelolaan BCB Pemerintah telah memiliki SKPD terkait sebagai e pelaksana pelestarian cagar budaya Eksternal (EFAS) 1) Peluang/Opportunies (O)
STRATEGI SO
Semua pemilik&pengelola a BCB membiayai perawatan bangunan oleh dana pribadi
Meningkatkan pemberian insentif, penghargaan & kompensasi kepada a pemilik&pengelola dalam perawatan BCB oleh SKPD terkait
Pengembangan kawasan b berbasis ekonomi industri logam
Mengendalikan perizinan terkait b pegembangan kawasan industri logam
Pemerintah daerah belum menyediakan c sarana prasarana yang layak di kawasan cagar budaya Sosialisasi Pengetahuan Bangunan d Cagar Budaya belum dilakukan Pemerintah belum melakukan klasifikasi & e inventarisasi bangunan yang diduga cagar budaya
EXECUTIVE SUMMARY
melalui dana APBD & investor
c
Tingkat peluang investasi sangat tinggi di kawasan ini
Melakukan kerjasama antara SKPD terkait c dengan investor dalam meningkatkan ekonomi kawasan
Banyaknya bangunan rumah tinggal yang d bercirikan arsitektur kolonial tropis yang diduga bangunan cagar budaya
Melakukan klasifikasi bangunan yang diduga cagar d budaya dibantu oleh tim cagar budaya serta SKPD terkait
Terbentuknya komunitas e pemerhati cagar budaya (LSM)
Memperkuat eksistensi kelembagaan e melalui kerja sama antara SKPD terkait dengan LSM
STRATEGI WO Meningkatkan implementasi insentif, kompensasi & a penghargaan terhadap pengelolaan BCB melalui dana APBD Melaksanakan pelestarian b berbasis ekonomi (industri logam)
2) Tantangan/Threats (T)
a
Penataan infrastruktur dan kesemrawutan lalulintas
Meningkatkan sarana & c prasarana melalui bantuan dana investor Pelaksanaan konsep pelestarian cagar budaya terkait d bangunan yang sudah terklasifikasi maupun yang tidak Pelaksanaan sosialisasi pengetahuan cagar budaya e kawasan berbasis ekonomi dibantu oleh LSM
STRATEGI ST
STRATEGI WT
Perbaikan infrastruktur , a penambahan ruang komunal (r.publik) dan merangsang
Mengendalikan perizinan dalam a hal pengembangan kawasan 34
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
keterlibatan masyarakat dalam menghidupkan kawasan dan meningkatkan rasa memiliki
b Penyediaan ruang Komunal
Kesadaran pemilik & c pengelola tentang pelestarian BCB
Pengendalian modernitas d pembangunan
industri sesuai dengan perda 19 tahun 2009 dan perwal 921 tahun 2010 Meningkatkan pengembangan kawasan cagar budaya dengan merekomendasi b kan penyediaan ruang komunal & perbaikan sarana prasarana melalui dana APBD
Kesadaran masyarakat dan e investor terhadap eksistensi BCB
1.5
Meningkatkan kerjasama antara pemilik/pengelola, SKPD terkait dan b pihak investor dalam pengelolaan bangunan cagar budaya
Meningkatkan sosialisasi pengelolaan & c pelestarian BCB kepada pemilik & pengelola
Pengendalian modernitas kawasan dengan c mensosialisasi cagar budaya sebagai identitas kawasan
Mengendalikan modernitas pembangunan dengan d melaksanakan kebijakan disinsetif & sanksi pelanggaran
EXECUTIVE SUMMARY
Peningkatan kerjasama antara pemerintah, lembaga swasta dan d masyarakat dalam pengembangan kawasan cagar budaya industri
Membuat rekomendasi bangunan yang non klasifikasi dan konsep pelestarian e cagar budaya dikaitkan aturan yang berlaku dengan melibatkan masyarakat & investor
Kesimpulan Dan Rekomendasi Kesimpulan Untuk konsep strategi keseluruhan kawasan cagar budaya kota bandung, terdapat 2 (dua) langkah yang dapat dikembangkan yaitu : 1. Intensifikasi Adalah suatu usaha meningkatkan hasil dengan cara mengoptimalkan yang sudah ada.
Konsep strategi
instensifikasi dalam kawasan Cagar Budaya Kota Bandung dapat di implementasikan dengan cara :
35
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
a. meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana melalui dana dari APBD
EXECUTIVE SUMMARY
b. meningkatkan pengelolaan bangunan cagar budaya dengan cara mengambil alih/membeli bangunan yang
b. meningkatkan kegiatan pelestarian dengan cara
tidak dirawat oleh pemilik/pengelola
memberi insentif, kompensasi dan penghargaan Rekomendasi
kepada pemilik/pengelola c. Meningkatkan
pelaksanaan
peraturan
dengan
memberikan sanksi kepada pemilik & pengelola yang melanggar peraturan pelestarian cagar budaya serta memberikan sanksi kepada SKPD terkait yang tidak memberikan sanksi kepada pemilik/pengelola tersebut
usaha
meningkatkan
hasil
dengan
cara
memperluas lahan. Konsep strategi ekstensifikasi dalam kawasan
Cagar
peran serta masyarakat pada penataan kawasan kota tua ini, antara lain : a. Identifikasi dan Klasifikasi Bangunan Cagar Budaya Melalui identifikasi serta klasifikasi diharapkan bangunan cagar budaya serta bangunan yang diduga sebagai cagar
2. Ekstensifikasi Adalah
Beberapa rekomendasi diusulkan terhadap kajian
Budaya
Kota
Bandung
dapat
diimplementasikan dengan cara : a. melakukan kerja sama dengan pihak investor sebagai pemilik dana-pengelola sebagai pemilik bangunanpemerintah sebagai pemangku peraturan dalam mengelola serta mengembangkan kawasan dan bangunan cagar budaya berupa alih fungsi bangunan maupun event kawasan
budaya tidak mengalami pengurangan jumlah. b. Penyediaan
infrastruktur,
sarana
dan
prasarana
lingkungan Beberapa fasilitas diperlukan untuk dapat digunakan oleh masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan di kawasan cagar budaya sehingga kawasan menjadi vital. c. Sosialisasi Sosialisasi dilakukan dengan sasaran memperkenalkan bangunan cagar budaya kepada masyarakat luas serta pemilik agar mereka menjadi familiar serta paham tentang keberadaan bangunan cagar budaya 36
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
EXECUTIVE SUMMARY
d. Rencana Pemanfaatan Ruang
budaya dimana mereka dapat berfungsi sebagai motor
e. rencana pemanfaatan ruang dapat dilakukan dengan
penggerak hidupnya kawasan tersebut.
dibuatnya rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL)
n. Pemberian Insentif, Penghargaan, Kompensasi, Sanksi
pada masing-masing kawasan cagar budaya agar rencana
o. Melalui pemberian insentif, penghargaan, kompensasi,
pengembangan
menjadi
lebih
detail
serta
mudah
terealisasi f. Pengembangan kawasan berbasis pelestarian, ekonomi, jasa dan komersial
sanksi
merangsang timbulnya kepedulian
terhadap
pemeliharaan serta pengelolaan bangunan cagar budaya serta keengganan untuk merusak/memperbarui dengan bangunan yang modern.
g. Tema pengembangan kawasan disesuaikan berdasarkan
Matrik program merupakan uraian kegiatan awal
potensi serta kriteria dari masing-masing kawasan
proses penyelenggaraan pengadaan dan pengembangan
sehingga arah pengembangan menjadi tepat guna.
kawasan
cagar
budaya
yang
kebutuhan
merupakan dalam
kegiatan
h. Pemberian fasilitas dengan pihak ke-3 (investor)
menentukan
i. Hadirnya pihak ke-3 (investor) dapat menyuntikkan dana
persyaratan pengelolaan, pelestarian serta pemanfaatan
untuk dihadirkannya kegiatan di dalam kawasan
program
,
memenuhi
kawasan dan bangunan cagar budaya yang tertuang dalam
j. Pengendalian Perizinan
Undang undang Nomor 10 tahun 2010
k. Pengendalian perizinan diharapkan dapat mengurangi
Budaya, Peraturan Daerah No. 19 tahun 2009 tentang Cagar
jumlah bangunan cagar budaya yang terus berkurang dari
Budaya serta Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2011 tentang
waktu ke waktu
RTRW Bandung. Kegiatan disusun dengan uraian sebagai
l. Pelibatan Peran Serta Masyarakat
tentang Cagar
berikut :
m. Peran masyarakat menjadi salah satu faktor penting dalam pengelolaan kegiatan di dalam kawasan cagar 37
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
EXECUTIVE SUMMARY
Matriks kegiatan pengelolaan cagar budaya Kota Bandung NO
1
URAIAN KEGIATAN
INSTANSI YANG TERLIBAT
LIMA TAHUN I 1 2 3 4 5
II
III
IV
Identifikasi dan Klasifikasi Bangunan Cagar Budaya
1.1
Melakukan rekomendasi bangunan yang diduga sebagai cagar budaya melibatkan masyarakat, LSM dan investor untuk dilakukan klasifikasi
1.2
Pengidentifikasian bangunan yang diduga bangunan cagar budaya
1.3
Pengklasifikasian bangunan cagar budaya ke dalam golongan A, B, C
2
LOKASI
Kawasan : - Pusat Kota - Pecinan Perdagangan - Pertahanan Keamanan/ Militer - Etnik Sunda - Villa non Villa Industri
Bappeda, Distarcip
Disbudpar,
Bappeda, Distarcip
Disbudpar,
Bappeda, Distarcip
Disbudpar,
Penyediaan infrastruktur, sarana dan prasarana lingkungan
2.1
Penyediaan ruang komunal dan ruang terbuka hijau di kawasan cagar budaya
2.2 2.3
Perbaikan dan penataan ulang jalur pedestrian beserta jalur hijau di kawasan cagar budaya Penyediaan sarana parkir bersama
2.4
Penyediaan penerangan di kawasan
2.5
Penyediaan tempat pembuangan sampah sementara di kawasan
Kawasan : - Pusat Kota - Pecinan Perdagangan - Pertahanan Keamanan/ Militer - Etnik Sunda - Villa non Villa - Industri
Diskamtam, Distarcip, Dinas Bina Marga dan Pengairan Dinas Bina Marga dan Pengairan, Diskamtam Dinas Bina Marga dan Pengairan,Dispenda,Dis hub Dinas Bina Marga dan Pengairan Dinas Kebersihan
38
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
3 3.1 3.2 3.3
4 4.1
5
EXECUTIVE SUMMARY
Sosialisasi Melakukan sosialisasi kepada pemilik/pengelola berbasis ekonomi dibantu LSM Melakukan sosialisasi kepada masyarakat berbasis ekonomi dibantu LSM Pengendalian modernitas kawasan dengan mensosialisasi cagar budaya sebagai identitas kawasan kepada pemilik/pengelola
Kawasan : - Pusat Kota - Pecinan Perdagangan - Pertahanan Keamanan/ Militer - Etnik Sunda - Villa non Villa - Industri
Bappeda, Distarcip Bappeda, Distarcip Bappeda, Distarcip
Kawasan : - Pusat Kota - Pertahanan Keamanan/ Militer - Etnik Sunda - Villa non Villa - Industri
Distarcip
Disbudpar, Disbudpar, Disbudpar,
Rencana Pemanfaatan Ruang Membuat RTBL kawasan cagar budaya sesuai potensi dan permasalahan kawasan
Pengembangan kawasan berbasis pelestarian, ekonomi, jasa dan komersial
5.1
Pengembangan dan pelestarian berkonsep wisata religi
Kawasan : - Pusat Kota
5.2
Pengembangan dan pelestarian berkonsep green dan vertikal garden
Kawasan : - Pecinan Perdagangan - Pertahanan Keamanan/ Militer
Disbudpar, Distarcip, Dinas Bina Marga dan Pengairan Diskamtam, Disbudpar, Distarcip
39
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
5.3
Pengembangan dan pelestarian berkonsep wisata sesuai RTBL kawasan pecinan perdagangan
5.4
Pelestarian bangunan cagar budaya melalui rehabilitasi bangunan Pengembangan dan pelestarian berkonsep wisata budaya
5.5
5.6 5.7
Pengembangan dan pelestarian berkonsep wisata kuliner dan belanja Pengembangan dan pelestarian berkonsep ekonomi/industri logam
6
Pemberian fasilitas dengan pihak ke-3 (investor)
6.1
Pemberian fasilitas pemanfaatan dan pelestarian benda cagar budaya dengan investor dalam bentuk CSR
6.2
Pemberian fasilitas pemanfaatan dan pelestarian benda cagar budaya dengan investor dalam bentuk KSO
Kawasan : - Pecinan Perdagangan
Diskamtam, Disbudpar, Distarcip, Dinas Bina Marga dan Pengairan Disbudpar, Distarcip
Kawasan : - Pertahanan Keamanan/ Militer Kawasan : - Villa non Villa Kawasan : - Industri
Disbudpar, Distarcip
Kawasan : - Pusat Kota - Pecinan Perdagangan - Pertahanan Keamanan/ Militer - Etnik Sunda - Villa non Villa - Industri
Disbudpar, Distarcip
EXECUTIVE SUMMARY
Disbudpar, Distarcip Disbudpar, Distarcip
Disbudpar, Distarcip
40
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
7 7.1
8 8.1
8.2
8.3
EXECUTIVE SUMMARY
Pengendalian Perizinan Pengendalian perizinan kepada pemilik/pengelola dalam pengembangan serta pengelolaan bangunan cagar budaya sesuai UU no.11 th 2011, perda n0.19 th 2009, perwal no.921 th 2010
Kawasan : - Pusat Kota - Pecinan Perdagangan - Pertahanan Keamanan/ Militer - Etnik Sunda - Villa non Villa - Industri
Disbudpar, Distarcip
Kawasan : - Pusat Kota - Pecinan Perdagangan - Pertahanan Keamanan/ Militer - Etnik Sunda - Villa non Villa Industri
Disbudpar, Distarcip
Pelibatan Peran Serta Masyarakat Pelibatan masyarakat dalam memberi masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang sesuai kearifan lokal Pelibatan masyarakat dalam memberi masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif serta pengenaan sanksi bangunan dan kawasan cagar budaya Pelibatan masyarakat dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang kawasan cagar budaya serta pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang
Disbudpar, Distarcip
Disbudpar, Distarcip
41
KAJIAN STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM SINERGITAS PENATAAN KOTA TUA DENGAN KONSEP PENATAAN KOTA BARU DI KOTA BANDUNG
9 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5
9.6
9.7
9.7
EXECUTIVE SUMMARY
Pemberian Insentif, Penghargaan, Kompensasi, Sanksi Pemberian insentif berupa keringan dan pengurangan PBB untuk BCB Pemberian insentif berupa promosi gedung cagar budaya Pemberian insentif berupa arahan pengembangan/konsultansi gratis dari pemerintah Pemberian insentif berupa bantuan teknis tenaga ahli secara gratis (pelaburan/pengecatan, perbaikan) Pemberian insentif berupa adaptasi/perubahan fungsi/peruntukkan bangunan tanpa merubah struktur dan fisik bangunan Pemberian insentif berupa kelonggaran terkait rekomendasi intensitas bangunan (KDB,KLB,ketinggian bangunan/jumlah lantai) Pemberian penghargaan sebagai warga teladan kepada pemilik/pengelola yang telah merawat bangunan cagar budaya Pemberian sanksi administrasi, denda dan pidana kepada pemilik/pengelola dan masyarakat yang dengan sengaja tidak merawat serta merusak benda cagar budaya
Kawasan : - Pusat Kota - Pecinan Perdagangan - Pertahanan Keamanan/ Militer - Etnik Sunda - Villa non Villa - Industri
BPPT,DPKAD Disparbud Distarcip, BPPT Distarcip Distarcip,Disparbud
Bappeda, Distarcip, BPPT, Disparbud
Bappeda, Disparbud, Dispenda,Distarcip, Kepolisian, Pengadilan Negeri
42