BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR
5.1 Konsep Citra Ruang Konsep citra ruang yang ingin ditampilkan pada Gereja St. Maria Emaculata adalah ruangan dengan sentuhan kesan modern cultural, dimana ruangan berkesan elegant, luas, dan kental akan budaya Lampung dengan kemasan bentuk dan rupa desain yang lebih modern. Dengan adanya citra ruang tersebut, pengunjung atau umat di Bandar Lampung, khususnya di Way Kandis dapat menerima Gereja St. Maria Emaculata tersebut sebagai “rumah kedua” yang mencerminkan budaya lokal mereka.
Gambar 5.1. Citra Ruang Gereja Katolik Sumber : http://cdhpartners.com/
56
1. Serambi dan Badan Gereja Badan gereja merupakan tempat dimana umat Gereja mengikuti Misa dan kegiatan yang berhubungan dengan acara di Gereja St. Maria Emaculata. Pada area badan gereja terdapat serambi gereja yang berfungsi sebagai ruang peralihan dari luar ke dalam gereja. Serambi dan badan gereja harus menampilkan konsep utama dari desain Gereja St. Maria Emaculata, yaitu “ Inkulturasi budaya” yang merupakan sebuah timbal balik Gereja dengan budaya setempat dalam wujud fisik yang dapat dilihat dan diraba maupun dalam rupa simbol dalam penataan interior gereja tersebut. Konsep citra yang ditampilkan pada bagian serambi dan badan gereja adalah sentuhan tradisional dari budaya Lampung diagungkan dengan paduan interior sebuah gereja yang suci, simetris dan elegant. 2. Ruang Pengakuan Dosa Ruang pengakuan dosa adalah tempat dimana umat Gereja melakukan pengakuan atas dosa-dosanya melalui media perantara Pastor kepada Tuhan. Pada sebuah ruang pengakuan, umat akan melakukan pengakuan dosa dengan menyesali atas dosa-dosanya, sehingga ambiance pada ruangan tersebut harus memperlihatkan kesederhanaan dan kesucian
57
3. Panti Imam Panti imam adalah tempat dimana meja perjamuan Tuhan dan pusat aktivitas seluruh upacara Gereja. Panti imam harus menjadi pusat perhatian dari seluruh umat yang hadir di dalam gereja, oleh karena itu panti
imam
harus
menampilkan
kesan
elegant,
suci,
dan
menginterpretasikan unsur budaya lokal masyarakat Lampung.
( Gambar 5.2. Citra Panti Imam 1 ) Sumber : disbudparkediri.com
( Gambar 5.3. Citra Panti Imam 2 ) Sumber : commons.wikimedia.org
4. Sakristi Sakristi adalah ruang tempat penyimpanan jubah dan peralatan penunjang peribadatan Gereja. Pada area ini kesan yang harus ditampilkan adalah suasana berkesan suci dan kesederhanaan, karena ruangan ini lebih mengutamakan fungsinya sebagai ruang penyimpanan dan persiapan daripada desainnya. Pada area ini hanya dapat diakses oleh para pemimpin Gereja dan juga pembantu Imam, sehingga ruangan tersebut tidak terlalu
58
mementingkan unsur tradisional pada desainnya, melainkan fungsinya sebagai ruang penyimpanan dan persiapan bagi Imam dan pembantunya.
Gambar 5.4. Citra Ruang Sakristi Sumber : gamaeklesia.blogspot.com
5.2. Konsep Bentuk Salah satu pendekatan desain pada sebuah interior adalah pengolahan bentuk. Pendekatan melalui pengolahan bentuk dapat dirasakan langsung oleh umat maupun pengunjung gereja dengan indera peraba maupun pengelihatan. Konsep bentuk yang diterapkan pada interior Gereja St. Maria Emaculata adalah bentuk-bentuk yang dinamis, unity, dan perpaduan antara bentuk organis dengan geometris. Perpaduan bentuk antara organis dan geometris diterapkan untuk memperlihatkan sisi feminim dari pelindung Gereja Santa Maria Emaculata yang lemah lembut tetapi memiliki sifat yang kuat dan tegar, selain itu juga budaya masyarakat Lampung yang mengagungkan sosok wanita sebagai ibu rumah tangga yang pekerja keras. Selain itu kata unity pada konsep bentuk memperlihatkan karakter dari masyarakat Lampung yang memiliki sifat
59
kekeluargaan dan kebersamaan yang amat kental dan konsep bentuk dinamis diperoleh dari kesenian lampung seperti tarian dan sulaman kain tapis yang memperlihatkan bentuk dan gerakan yang dinamis. Pengaplikasian konsep bentuk : 1. Bentuk Layout Penyusunan layout gereja menerapkan bentuk yang simetris yang mengikuti karakteristik dari bentuk gereja Katolik Roma. Penyusunan layout juga disusun dengan meminimalis kisi-kisi sehingga gereja akan berkesan terbuka dan megah.
Gambar 5.5. Konsep Layout Sumber: www.overaa.com
60
2. Bentuk Lantai Penggunaan pola lantai pada gereja lebih sederhana dengan pola geometris dan penekanan ketinggian lantai pada area panti imam untuk memperlihatkan kedudukan terpenting pada sebuah gereja adalah panti imam. 3. Bentuk Dinding Bentuk dinding pada gereja mengikuti bentuk eksisting bangunan yang geometris. Tetapi selain bentuk dari eksisting bangunan, perpaduan bentuk geometris dengan bentuk organis dapat memberikan kesan ruang yang memperlihatkan sisi tegas dan lemah lembut sesuai dengan konsep awal dari pengolahan bentuk, yaitu dinamis dan feminim.
Gambar 5.6. Konsep Bentuk Dinding Sumber : www.georgetown.edu
61
4. Bentuk Ceiling Pengolahan bentuk ceiling masih mengikuti bentuk dari eksisting bangunan yang tinggi sehingga menimbulkan kesan luas dan megah pada gereja. Pada ceiling bentuk desain lebih ditekankan pada bukaan-bukaan seperti kaca patri maupun kaca uv untuk memberikan kesan natural pencahayaan alami pada gereja. Bentuk ceiling eksisting yang miring menyerupai rumah adat Lampung ini dapat memberikan keuntungan dalam memantulkan gema suara di dalam gereja yang akan memberikan kesan elegant.
Gambar 5.7. Konsep Bentuk Ceiling Sumber : www.sfsarch.com
5.3. Konsep Material Pada bangunan gereja, material yang digunakan sebaiknya material yang tahan lama dan mudah dibersihkan, supaya gereja tidak mengeluarkan biaya lebih hanya untuk memperbaikinya. Sebuah gereja, khususnya gereja yang masih kental akan budaya di daerahnya biasanya menggunakan pengolahan material yang biasa
62
mereka gunakan sehari-hari, dan pada bagian panti imam biasanya menggunakan material yang berharga dimata masyarakat sekitar gereja tersebut. Pada sebuah gereja, material yang biasa digunakan adalah material yang memiliki karakter yang kuat dan kokoh. Selain itu, material yang digunakan harus memiliki daya pantul suara yang baik sehingga pantulan gema suara didalam gereja dapat menampilkan kesan elegant dan megah pada gereja tersebut. 5.4. Konsep Warna Konsep warna yang ditampilkan pada Gereja St. Maria Emaculata adalah warna yang memberikan kesan elegant , suci, dan kesederhanaan dari sebuah gereja. Selain itu gereja harus memberikan sentuhan budaya lokal Lampung seperti warna-warna kayu pada gereja yang berkesan natural.
( Gambar 5.8. Konsep Warna ) Sumber : bbc.co.uk
5.5. Konsep Furniture Furniture adalah salah satu elemen penting yang ada didalam gereja. Konsep bentuk dari furniture adalah dinamis dan feminim. Bentuk yang dinamis dan feminim dengan lekukan kecil pada furniture dapat membuat pengunjung atau
63
umat merasa lebih nyaman. Bentuk dari furniture harus nyaman dan tidak berbahaya bagi anak-anak, remaja, maupun orang tua. Bentuk detail lekukan pada furniture dapat mengurangi dampak terjadinya benturan-benturan saat umat melakukan aktifitas di dalam gereja.
( Gambar 5.9. Konsep Furniture 1 ) Sumber : www.Gallery.designrulz.com
( Gambar 5.10. Konsep Furniture 2 ) Sumber : www.mcad.edu
5.6. Konsep Penghawaan Kebutuhan sebuah gereja harus disesuaikan dengan masyarakat yang beribadah disana. Konsep penghawaan pada Gereja St. Maria Emaculata lebih
64
menggunakan penghawaan alami
yang memberikan kesan natural dan
kesederhanaan dari gereja tersebut. Bukaan pada eksisting Gereja St. Maria Emaculata cukup banyak, sehingga gereja tersebut lebih mengutamakan penghawaan alami dengan bantuan kipas angin yang dapat memaksimalkan sirkulasi udara di dalam gereja.
5.7. Konsep Pencahayaan Konsep pencahayaan pada Gereja St. Maria Emaculata lebih bersifat natural, elegant, dan tetap memperlihatkan sisi kesucian dari gereja tersebut. Pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan alami melalui pengolahan ceiling gereja yang menggunakan kaca dan pencahayaan buatan yang dapat memberikan kesan elegant pada gereja tersebut. Pengunaan pencahayaan alami pada pagi hingga siang hari dapat mengurangi penggunaan pencahayaan buatan sehingga memperlihatkan kesederhanaan dan ramah lingkungan dari gereja tersebut.
Gambar 5.11. Konsep Pencahayaan Alami
65
Sumber : www.sweet-station.com
Gambar 5.12. Konsep Pencahayaan Buatan Sumber : www.sfsarch.com
66
BAB VI IMPLEMENTASI KONSEP
6.1 Implementasi Konsep Citra Ruang Gereja St. Maria Emaculata adalah gereja yang berada di daerah yang masyarakatnya memiliki tradisi dan budaya yang masih melekat pada aktifitas mereka, sedangkan pada umumnya sebuah gereja Katolik di Indonesia khususnya di Bandar Lampung masih menggunakan bentuk dari Gereja Katolik Roma. Sebagai gereja yang bersifat universal, maka gereja tersebut harus bisa menciptakan suasana dimana gereja tersebut dapat membaur dengan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hasil analisis, teori, dan pengembangan strategi desain maka perancangan Gereja St. Maria Emacualta ini cocok dilaksanakan dengan pendekatan sosial dan budaya dari masyarakat sekitar Gereja St. Maria Emaculata. Pada tahap implementasi perancangan interior Gereja St. Maria Emaculata, konsep yang dicapai adalah modern cultural melalui pengolahan elemen-elemen interior yang menggabungkan unsur modernitas dan unsur kultural dalam sebuah bentuk desain yang masih berada pada garis peraturan umum sebuah bangunan gereja. Unsur kultural pada desain tersebut tidak harus diperlihatkan dalam bentuk yang nyata secara visual, melainkan dapat diperlihatkan melalui pemaknaan atau simbolisasi.
67
6.1.1. Panti Imam Salah satu bagian vital dalam sebuah gereja adalah meja altar yang berada pada panti imam. Oleh karena itu, meja altar tersebut harus merepresentasikan identitas masyarakat Lampung yang beribadah di sana dengan tetap mempertahankan citra dan nilai keagungan dari sebuah panti imam. Representasi terhadap identitas masyarakat Lampung pada panti imam dicapai dengan cara mengangkat kembali tradisi hidup masyarakat Lampung yang terbiasa untuk selalu mengutamakan kebersamaan dan gotong royong. Kemudian, tidak lupa juga untuk turut mengangkatdan juga asal-usul masyarakat Lampung yang diwakilkan dari simbol tapis kapal dan mahkota siger. Tapis kapal merepresentasikan asal muasal nenek moyang masyarakat Lampung yang mejelajahi lautan dengan menggunakan kapal. Lalu sebagai pelengkap sembilan pucuk mahkota siger melambangkan 9 hulu sungai yang dilewatinya. a. Meja Altar Meja altar adalah meja perjamuan dimana tempat dilakukannya sebagian besar aktivitas pada saat upacara berlangsung. Desain pada meja altar menyiaratkan sifat kebersamaan, gotong royong masyarakat Lampung, simbol tapis kapal, dan juga mahkota siger. Pengaplikasiannya meliputi sembilan modul berbentuk menyerupai kapal sebagai penopang granit sebagai meja altar. Bentuk meja altar yang terliat menjadi satu kesatuan dari sisi dua dimensi dan menjadi
68
berlapis dari sisi tiga dimensi, permainan visual dari bentuk meja altar tersebut mengartikan masyarakat Lampung yang memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mereka terlihat menjadi satu kesatuan utuh.
Gambar 6.1. Meja Altar Dokumentasi : Michael Jonathan
b. Kursi Pastor dan Pembantu Pastor Bentuk yang diaplikasikan pada desain kursi di panti imam adalah dengan menggunakan sistem built in furniture, dimana kursi yang akan digunakan oleh pastor dan pembantunya dapat dikeluarkan sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan. Hal ini akan membuat panti imam terlihat lebih rapi dan sederhana.
69
Gambar 6.2. Tampak Atas Built-in Furniture Dokumentasi : Michael Jonathan
c. Dinding Pengolahan dinding pada panti imam tidak terlalu banyak menggunakan ornamen-ornamen, melainkan menggunakan pemilihan material yang mampu memberi kesan kesederhanaan pribadi dari sosok Tuhan Yesus sekaligus tetap terlihat anggun, elegan, dan suci. Sebagai penerapannya pada bagian latar belakang salib utama diaplikasikan material concrete yang akan membuat salib tampak menjadi paling menonjol dari keseluruhan bagian panti imam. Pengolahan dinding yang lebih sederhana di bagian panti imam tersebut dapat membuat umat dapat menjalani misa dengan khusuk dan fokus kepada pemimpin misa gereja.
d. Ceiling Pada bagian ceiling dari panti imam terdapat bentuk yang menyerupai kubah yang “me-rumah-i” salin utama gereja. Bentuk tersebut diperoleh dari kutipan Wayhu 22:13, yaitu “Akulah alfa dan omega” yang mengkombinasikan lambang alfa (Λ) dan omega (Ω) menjadi bentuk kubah yang menjadi “rumah Tuhan”. Dengan adanya kombinasi antara representasi masyarakat Lampung pada bagian bawah panti imam ( lantai,
70
mebel, dan dinding ) dengan representasi “rumah Tuhan” pada bagian atas (ceiling) akan membuat umat bisa merasakan kesatuan (unity) dari kultur budaya rumah adat Lampung dengan “rumah Tuhan”. Dengan adanya bentuk dari kubah tersebut, maka salib akan lebih terlihat dengan jelas dan menjadi lebih mencolok dibanding dari bentuk salib yang lama. Inkulturasi antara “rumah Tuhan” dengan budaya Lampung dapat membuat umat dapat merasakan keberadaan Tuhan pada “rumah” mereka.
Gambar 6.3. Tampak Panti Imam Lama Gereja St. Maria Emaculata Sumber : Dokumen Gereja St. Maria Emaculata
71
Gambar 6.4. Tiga Dimensi Panti Imam Dokumentasi : Michael Jonathan
6.1.2. Badan Gereja Pada bagian badan gereja, implementasi konsep modern cultural pada ruang tersebut dibuat sesederhana mungkin dan lebih mementingkan faktor sirkulasi dan juga fungsinya sebagai tempat umat melakukan aktivitas saat upacara keagamaan berlangsung. Oleh karena itu, bagian badan gereja lebih terfokus pada penggunaan beberapa elemen desain sebagai pendukung suasana dan pendukung kenyamanan umat saat berada di dalam melalui pencahayaan, penghawaan, dan juga sirkulasi.
Gambar 6.5. Tiga Dimensi Panti Imam Dokumentasi : Michael Jonathan
a. Dinding dan Ceiling
72
Pengolahan bagian dinding dan ceiling pada bagian badan gereja membuat pola ceiling yang mengitari keseluruhan badan gereja yang memberikan kesan terlindungi pada umat yang sedang mengikuti upacara keagamaan. Tetapi pada bagian badan gereja juga harus terdapat elemen desain yang akan menginterpretasikan budaya lokal masyarakat Lampung. Hal tersebut adalah dengan adanya unsur mahkota siger yang ditransformasikan dalam bentuk dinding yang modern. Mahkota siger sebagai salah satu simbol penting yang menceritakan asal usul masyarakat Lampung yang menyebar melalui sembilan hulu sungai. Kesembilan hulu sungai tersebut disimbolkan dengan sembilan pucuk mahkota pada siger tersebut. Pengaplikasian desain pada ruangan gereja tersebut adalah dengan meletakkan sembilan bentuk pondasi dinding yang terbagi menjadi empat di kanan-kiri dan satu di tengah. Dengan pembagian ke-sembilan pondasi dinding tersebut akan terlihat seperti layaknya bentuk gereja yang simetris. Pondasi tersebut tidak hanya sebagai penghias, tetapi juga memiliki fungsi sebagai tempat air suci, ambalan untuk media gereja, kitab suci, dan juga memiliki pencahayaan buatan yang akan membuat ruangan terlihat lebih megah dan besar.
73
Gambar 6.6. Tiga Dimensi Ceiling Badan Gereja Dokumentasi : Michael Jonathan
b. Pencahayaan Upacara yang biasanya dilakukan di dalam gereja biasanya dilakukan pada pagi hingga sore hari, hanya pada perayaan tertentu saja upacara dilakukan hingga malam hari. Oleh karena itu, penggunaan pencahayaan pada bagian badan gereja lebih mengutamakan pencahayaan alami dari luar gereja. Pada salah satu sisi ceiling yang menghadap ke Timur terdapat kaca patri yang membentang 6 meter dengan bentuk modular 1 x 2 meter yang akan menerangi badan gereja khususnya di jalan utama
74
menuju panti imam. Ukiran pada kaca patri tersebut merupakan implementasi dari ukiran flora masyarakat Lampung yang melambangkan
keagungan
dan
keharuman
yang
akan
direfleksikan di sepanjang jalan utama menuju altar. Selain itu, gereja juga memiliki pencahayaan buatan seperti indirect light yang memberikan kesan pencahayaan yang alami pada setiap sisi pondasi dan pendant light yang dapat membantu menerangi keseluruhan gereja. Pengapilkasian pencahayaan alami maupun buatan pada gereja tersebut dapat mendukung suasana ruang yang lebih sederhana dan natural. Selain itu, dengan beberapa efek indirect light pada sisi-sisi badan gereja juga dapat membuat ruang menjadi lebih elegan secara visual. c. Sirkulasi Sebuah gereja harus memiliki suasana yang tenang guna meningkatkan kekhusukan umat yang sedang berdoa dan beribadah. Performa sirkulasi merupakan salah satu faktor yang dapat membantu dalam menjaga ketenangan gereja. Jalur atau arus sirkulasi umat perlu diatur dan diorganisir supaya tidak mengganggu satu dengan lainnya. Gereja St. Maria Emaculata memiliki satu pintu utama dan empat pintu tambahan yang terletak di dua sisi gereja. Peletakan kursi pada badan gereja disesuaikan dengan arah masuk dari setiap pintu. Pengaturan yang demikian membuat
75
umat masuk tidak akan mengganggu umat lain yang sudah berada di dalam gereja.
Gambar 6.7. Arah Sirkulasi Umat Dokumentasi : Michael Jonathan
d. Kursi Umat Kursi umat dibuat dengan menggunakan material yang umum, yaitu kayu mahogany. Pengaplikasian desain kursi umat juga menggunakan sistem modularitas dengan 2 ukuran yang berbeda sehingga biaya produksi dapat digunakan secara lebih hemat. Selain itu, secara visual kursi umat tampak tersusun rapi dan seragam.
76
6.1.3. Ruang Devosi Ruang
devosi
pada
Gereja
St.
Maria
Emaculata
lebih
memaksimalkan fungsinya sebagai tempat untuk pengakuan dosa. Oleh karena itu, ruangan harus terasa nyaman sirkulasi udara, memadai, dan memiliki tingkat privasi yang telah diwajibkan. Pengaplikasian konsep pada ruang devosi adalah dengan menggunakan bata jalusi sebagai bahan utama dari partisi.
Gambar 6.8. Modul Bata Jalusi Sumber : 4.bp.blogspot.com
Bata
jalusi
memiliki
kemampuan
dalam
memaksimalkan
pencahayaan dan sirkulasi penghawaan bagi ruang devosi. Penggunaan elemen-elemen interior, konstruksi, desain, dan dekorasi pada ruang devosi yang sangat minim sehingga orang yang melakukan pengakuan tidak terganggu kenyamananya secara visual maupun fisikal.
77
Gambar 6.9. Sirkulasi Udara Dengan Menggunakan Bata Roster Jalusi di Ruang Devosi Dokumentasi: Michael Jonathan
6.1.4. Sakristi Sakristi adalah area yang lebih mengutamakan fungsinya sebagai ruang penyimpanan peralatan pastor dan pembantu pastor. Sakristi juga turut difungsikan sebagai tempat persiapan sebelum memulai upacara gereja, sehingga ruangan tersebut dilengkapi dengan beragam mebel.
Gambar 6.10 Tampak Atas Ruang Sakristi Dokumentasi: Michael Jonathan
78
Letak ruang Sakristi dibuat dan diletakan pada area yang memiliki sirkulasi strategis yang berdekatan langsung dengan bagian belakang panti imam. Pintu sebagai akses sirkulasi pastor menuju ruang devosi berbeda dengan sirkulasi antara umat dengan pastor maupun pembantu pastor. Dengan demikian tidak akan saling merasa terganggun satu dengan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Danang Priatmodjo, 1989, Arsitektur Gereja Katolik, Jakarta : Fakultas Teknik Universitas Tarumanegara. Shaw, Mark. 2003. Sepuluh Pemikiran Besar dari Sejarah Gereja. Surabaya : Momentum. A. Heuken SJ. 2004, Ensiklopedi Gereja: jilid H-J. Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka. Hilman Hadikusuma dkk. 1983.
Adat-istiadat Lampung. Bandar Lampung :
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung.
79
St. Heruyanto ( 2010, 30 April ). Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolic. Media Indonesia online. Homepage online. Available from : http://www.indonesiamedia.com/2010/04/30/gereja-yang-satu-kudus-katolikdan-apostolik/
80