Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale SawalaKampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor
INVESTIGASI KEMAMPUAN GURU FISIKA SMA DALAM MENGIDENTIFIKASI INDIKATOR ASPEK KOGNITIF YANG DIUKUR OLEH SEBUAH BUTIR SOAL TES KEMAMPUAN KOGNITIF YANG DISEDIAKAN WAHYUDIN ARIF1*, ANDI SUHANDI1,2, AGUS SETIAWAN1,3 DAN IDA KANIAWATI1,2 1)
Prodi Pendidikan IPA, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia 2) Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia 3) Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK, Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung 40154 Abstrak.Telah dilakukan penelitian deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan guru-guru fisika SMA dalam mengidentifikasi indicator aspek kognitif yang diukur oleh sebuah butir soal tes kemampuan kognitif yang diberikan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey yang dilakukan terhadap para guru fisika SMA di salah satu kabupaten di Jawa Barat.Jumlah sampel penelitian sebanyak 28 orang guru dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar serta gender yang berbeda. Instrumen pengumpul data yang digunakan adalah berupa tes kemampuan mengidentifikasi indicator aspek kognitif yang diukur sebuah butir soal yang disediakan serta angket pengetahuan dan pemahaman guru terhadap berbagai aspek dan indikator domain kognitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak satupun dari guru yang menjadi sampel penelitian ini (0%) berada pada level kemampuan tinggi dalam mengidentifikasi indicator aspek kognitif yang diukur suatu butir soal, hanya sebagian kecil guru (25,00%) berada pada level kemampuan sedang, dan sebagian besar guru (75,00%) berada pada level kemampuan rendah. Berdasarkan data angket, rendahnya kemampuan guru dalam mengidentifikasi indikator aspek kognitif yang diukur suatu butir soal terkait dengan pengetahuan dan pemahaman para guru yang relatif rendah terhadap aspek dan indikator domain kognitif yang diukur. Kata kunci :Investigasi, Kemampuan, Guru Fisika SMA, Identifikasi,indikatoraspek kognitif. Abstract. A descriptive study to get an overview of the ability of senior high school physics teachers in identifying indicators of cognitive aspects measured by a provided cognitive ability test items has been conducted. The method used this research is a survey of senior high school physics teachers in one district in West Java. Number of samples are 28 teachers with different educational background, teaching experience, and gender. Instrument for data collection used in this research was a test's ability to identify indicators of cognitive aspects measured by provided test item and a questionnaire about teacher knowledge and understanding of the various aspects and indicators of the cognitive aspects. The results showed that none of the sample teachers (0%) at the level of high ability in identifying indicator of cognitive aspects measured by provided test item, only a small proportion of teachers (25.00%) at the level of moderate ability, and most of the teachers (75.00%) is at a low level ability. Based on *
email :
[email protected]
Kode Artikel: FP-03 ISSN:2477-0477
Wahyudin Arif,dkk questionnaire data, low capacity of teachers in identifying indicators of cognitive aspects measured by provided test item related with a lack of knowledge and understanding of the teachers on aspects and indicators of measured cognitive domains. Keywords :investigation, ability, the physics teachers, identification, indicator of cognitive aspects.
1. Pendahuluan Dalam bidang pendidikan, evaluasi secara khusus bertujuan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah menguasai tujuan-tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya dan mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Ada empat istilah yang sering digunakan dalam melakukan pengukuran atau evaluasi di kelas yaitu: tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi. Tes terdiri dari sejumlah pertanyaan yang diajukan pada siswa untuk dijawab, hasil jawaban dari pertanyaan tersebut menunjukkan karakteristik dari seseorang, biasanya dalam bentuk angka. Karakteristik ini biasanya berupa tingkat kemampuan, prestasi belajar, dan sebagainya. Pengukuran memiliki konsep yang luas. Karakteristik peserta didik dapat diukur tanpa menggunakan tes, misalnya dengan observasi, skala ranking, atau cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentuk angka. Evaluasi didefinisikan sebagai proses untuk memperoleh informasi guna memilih alternatif yang terbaik [1]. Menurut Permendiknas Republik Indoinesia nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar [2]. Menurut permen ini yang berkewajiban melakukan evalusi sekaligus mengembangkan alat (instrumen) evaluasi adalah guru. Namun sayangnya beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa para guru fisika jarang mengembangkan sendiri butir-butir soal untuk kepentingan tes hasil pembelajaran yang telah dilaksanakannya, mereka cenderung menggunakan soal-soal yang terdapat pada buku-buku teks ataupun dari buku-buku bank soal yang mereka miliki. Hasil penelitian yang dilakukan Arif (2016) menunjukkan bahwa sebagian besar guru menyatakan sering menggunakan soal-soal yang tersedia (misalnya dari buku) untuk mengukur kompetensi hasil pembelajaran ranah kognitif [3]. Hasil penelitian serupa yang dilakukan Sutiadi (2013) menunjukkan bahwa untuk kepentingan evalaui hasil pembelajaran guru hanya mencontoh, mencopy contoh-contoh soal dari guru lain atau dari buku Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dijual dipasaran [4]. Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan Ayuningtyas (2013) menunjukkan bahwa dalam pembelajaran di sekolah guru cenderung menggunakan soal pada buku penunjang yang didominasi dengan indikator mengingat, memahami serta aplikasi dalam Taksonomi Bloom untuk keperluan pengukuran hasil belajar yang dicapai para siswanya [5].
222
Investigasi Kemampuan Guru Fisika SMA dalam Mengidentifikasi Indikator .......
Tidak salah memang guru menggunakan soal-soal yang tersedia dalam berbagai sumber untuk kepentingan evaluasi hasil pembelajaran, namun demikian guru tetap harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap butir-butir soal yang akan digunakannya untuk memastikan bahwa soal-soal yang akan digunakannya sesuai dengan indikator kompetensi yang akan diukurnya. Jika tidak, maka tidak ada jaminan bahwa soal-soal yang dipilih oleh guru tersebut benar-benar memenuhi kriteria butir-butir soal yang valid. Apabila soal-soal yang dipilih tidak memiliki kriteria soal yang valid maka dapat dipastikan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh tidak akan akurat, akan melenceng tidak mencerminkan kompetensi hasil pembelajaran yang ingin diukur. Jika hasil pengukuran yang diperoleh tidak akurat, maka sulit untuk digunakan dalam pengambilan keputusan sebagai upaya tindak lanjut. Sejauh ini belum ada laporan hasil penelitian yang mendeskripsikan kemampuan para guru dalam menganalisis butir soal untuk mengidentifikasi indikator aspek kognitif yang diukur suatu butir soal yang disediakan. Pengetahuan tentang kemampuan guru dalam mengidentifikasi indikator aspek kognitif yang diukur suatu butir soal serta faktor-faktor penyebabnya sangat penting karena akan memberi petunjuk dalam tindak lanjut upaya perbaikannya. Atas dasar paparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan investigasi tentang tingkat kemampuan guru-guru Fisika di Jawa Barat dalam mengidentifikasi indikator aspek kognitif yang diukur oleh sebuah butir soal yang tersedia serta faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Paper ini memaparkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan terkait hal tersebut. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif karena tujuannya adalah mendeskripsikan keadaan tingkat kemampuan guru-guru fisika dalam mengidentifikasi indikator aspek kognitif yang diukur oleh sebuah butir soal tes kognitif yang tersedia pada buku teks fisika atau buku-buku lainnya serta faktorfaktor yang mempengaruhinya pada saat penelitian dilakukan, tanpa didahului dengan pemberian perlakuan. Penelitian dilakukan terhadap sejumlah sampel yang terdiri dari 28 orang guru fisika di salah satu kabupaten di Jawa Barat bagian timur. Instrumen-instrumen pengumpul data yang digunakan untuk kegiatan survey ini meliputi tes kemampuan mengidentifikasi indikator aspek kognitif yang diukur suatu butir soal serta angket tentang pengetahuan dan pemahaman guru terhadap berbagai aspek dan indikator ranah kognitif. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan untuk perumusan kesimpulan antara lain: (1) Pengkategorian tingkat kemampuan guru dalam mengidentifikasi indikator aspek 223
Wahyudin Arif,dkk
kognitif yang diukur dan (2) perhitungan (persentase) setiap tanggapan atas pertanyaan yang diajukan pada angket. Untuk mengetahui kriteria persentase guru pada setiap tingkat kemampuan mengidentifikasi indikator aspek kognitif dan persentase setiap tanggapan atas pertanyaan angket, digunakan pedoman seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria persentase guru untuk tiap tingkatan kemampuan dan tanggapan terhadap pertanyaan angket Jumlah responden (JR) (%) JR = 0 0 < JR £ 25 25 < JR < 50 JR = 50 50 < JR £ 75 75 < JR < 100 JR = 100
Kriteria Tak satu responden Sebagian kecil responden Hampir setengah responden Setengah responden Sebagian besar responden Hampir seluruh responden Seluruh responden
3. Hasil dan Pembahasan Tabel 2 menunjukkan tingkat kemampuan guru fisika dalam mengidentifikasi indikator aspek kognitif yang diukur oleh sebuah butir soal. Tabel 2. Tingkat kemampuan guru fisika dalam mengidentifikasi indikator aspek kognitif yang diukur oleh sebuah butir soal Tingkat kemampuan
Frekuensi
Persentase (%)
Kriteria
Tinggi
0
0,00
Sedang
7
25,00
Rendah
21
75,00
Tak satu respondenpun Sebagian kecil responden Sebagian besar
Jumlah
28
100,00
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru yang menjadi responden penelitian ini berada pada tingkat kemampuan mengidentifikasi indikator aspek kognitif yang diukur sebuah butir soal yang rendah, hanya sebagian kecil guru yang berada pada kategori kemampuan sedang dan tidak satu pun guru yang memiliki tingkat kemampuan yang tinggi. Rendahnya kemampuan yang dimiliki para guru ini secara langsung akan menyebabkan kekeliruan dalam pemilihan butir-butir soal dari buku-buku teks atau bank soal untuk keperluan evaluasi hasil pembelajaran yang mereka laksanakan. Kekeliruan ini akan menghasilkan soal-soal yang tidak valid, dan ketika soal-soal yang tidak valid ini digunakan, maka data hasil evalusi yang diperoleh tidak akan menggambarkan tercapai tidaknya kompetensi hasil pembelajaran yang telah ditetapkan, karena 224
Investigasi Kemampuan Guru Fisika SMA dalam Mengidentifikasi Indikator .......
memang kompetensi-kompetensi itu tidak terukur oleh butir soal yang digunakan. Keadan ini akan berujung pada kesulitan dalam pengambilan keputusan tindak lanjut, apakah perlu dilakukan modifikasi atau perbaikan dalam proses pembelajaran atau tidak. Black dan Wiliam (1998) mengemukakan bahwa evaluasi atau penilaian merujuk untuk semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam menilai diri mereka yang menyediakan informasi untuk digunakan sebagai umpan balik dalam memodifikasi kegiatan belajar mengajar [6]. Rendahnya kemampuan guru dalam mengidentifikasi indikator aspek kognitif yang diukur terkait dengan berbagai faktor. Hasil angket yang disebarkan terhadap guru yang menjadi sampel penelitian ini, menunjukkan bahwa : (1) sebagian besar guru menyatakan hanya mengetahui sebagian dari aspek-aspek domain hasil belajar kognitif menurut Bloom yang direvisi Anderson, (2) sebagian besar guru menyatakan hanya mengetahui sebagian indikator-indikator dari setiap aspek hasil pembelajaran ranah kongitif Bloom yang direvisi Anderson, (3) sebagian besar guru menyatakan tidak memahami dengan baik indikator- indikator dari setiap aspek hasil pembelajaran ranah kongitif Bloom yang direvisi Anderson, (4) hampir seluruh guru menyatakan bahwa pada saat menempuh jenjang pendidikan S1 mereka mendapatkan matakuliah evalusi pembelajaran fisika, namun demikian mereka merasa tidak mendapatkan bekal pengalaman yang cukup dalam proses identifikasi indikator aspek kognitif yang diukur sebuah butir soal, (5) sebagian besar guru menyatakan bahwa selama bertugas menjadi guru fisika mereka jarang mendapat pelatihan terkait pengembangan instrumen evaluasi hasil pembelajaran fisika, dan sekalinya mereka mengikuti pelatihan, pelatihan yang mereka ikuti tidak secara spesifik diorientasikan pada pelatihan pengembangan butir instrumen untuk mengukur kompetensi hasil pembelajaran pada ranah kognitif, dan (6) seluruh guru yang menjadi responden menyatakan membutuhkan pelatihan yang secara spesifik diorientasikan pada pengembangan kompetensi anda dalam pengembangan butir instrumen untuk mengukur kompetensi hasil pembelajaran pada ranah kognitif, baik membuat sendiri maupun memilih dari buku-buku bank soal. Hasil angket ini menunjukkan rendahnya kemampuan guru dalam mengidentifikasi indikator aspek kognitif yang diukur sebuah butir soal erat kaitannya dengan rendahnya pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap aspek-aspek dan indikator-indikator domain kognitif yang terjadi akibat tidak memadainya pembekalan yang mereka terima baik pada saat mereka menempuh pendidikan jenjang sarjana calon guru maupun pada saat mereka telah bertugas menjadi guru. 4. Kesimpulan Sebagian besar guru fisika yang menjadi sampel penelitian ini memiliki kemampuan yang tergolong rendah dalam mengidentifikasi indikator aspek kognitif yang diukur sebuah butir soal tes kognitif yang disediakan. Rendahnya kemampuan sebagian besar guru dalam mengidentifikasi indikator aspek kognitif 225
Wahyudin Arif,dkk
ini erat kaitannya dengan rendahnya tingkat pengetahuan dan pemahaman para guru fisika terhadap aspek-aspek dan indikator-indikator hasil pembelajaran domain kognitif. DaftarPustaka 1. B. Kizlik, tersedia http://www.adprima.com/measurement.htm. 2012. 2. Depdiknas, Permendiknas Republik Indoinesia nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, 2007. 3. W. Arif, A. Suhandi, I. Kaniawati, A. Setiawan, Prosiding Seminar Nasional SNIPS 2016. Prodi Fisika FMIPA ITB. 4. A. Sutiadi, Prodiding Seminar Nasional 2nd Lontar Physics Forum, 2013. 5. N. Ningtyas, E. B. Rahayu, ejournal.unesa.ac.id/article/4718/30/article.pdf. 2013. 6. P. Black, D. Wiliam. Assesment in Education, vol. 5, No. 1. 1998.
226