STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (KASUS UKM BUDIDAYA LELE) di KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR Joko Purwono 1) , Sri Sugyaningsih 2) , Afrilyadi Eko Wibowo 3) 1)
2)
Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Dosen MKDU, IPB 3) Alumi Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Jln. Lingkar Kampus IPB Dramaga IPB
ABSTRACT
Sangkuriang Catfish (Clarias gariepinus sangkuriang strain) is one alternative source of animal protein with diversification a lot of rage because the meat has a distinctive flavor, is delicious and the nutrient content in each tail is high enough. Ciampea Bogor District is one of the catfish production centers that has potential to develop . This study aimed to identify internal and external environmental factors which affect catfish rearing business and formulating priority strategies that can be operated in accordance with environmental conditions. This research was conducted in August and September 2010. This study used matrix-EFE IFE to analyze internal and external factors matrix IE. Results matrim IFE and EFE are used to determine the position of SMEs catfish farmers in the SWOT matrix IE.Matriks formulate four alternative strategies that can be applied to SMEs. Finally, the matrix QSPM. achieved the priority strategies that can be operated to increase production by expanding cultivated areas. Keywords: Business Development Strategy, the matrix IFE, EFE, IE, SWOT and QSPM. PENDAHULUAN Salah satu komoditi perikanan yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan sebagai ikan konsumsi adalah Ikan lele ( Clarias sp). Hal ini dapat diketahui bahwa ikan lele tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga semata dan memenuhi permintaan pedagang pecel lele, tapi juga telah menjadi salah satu menu utama di restoran-restoran besar. Ikan lele ( Clarias sp) merupakan ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia. Budidaya Ikan lele banyak dilakukan antara lain karena dapat dilakukan pada lahan dan sumber air yang terbatas, dengan padat tebar yang tinggi, teknologi budidaya yang relatif mudah di mengerti masyarakat, relatif tahan terhadap penyakit, pertumbuhannya cepat, dan bernilai ekonomi relatif tinggi. Ikan lele ( Clarias sp) banyak digemari karena rasa daging yang khas dan lezat. Selain itu, kandungan gizi pada setiap ekornya cukup tinggi, yaitu protein (17-37 persen); lemak (4,8 persen); mineral (1,2 persen) yang terdiri dari garam fosfat, kalsium, besi, tembaga dan yodium; vitamin (1,2 persen) yaitu vitamin B kompleks yang larut dalam air dan vitamin A, D dan E yang larut dalam lemak.
Selain itu pemeliharaannya mudah dan murah, pertumbuhannya yang pesat dalam waktu relatif singkat, harga jual yang stabil serta dapat hidup di lingkungan atau kondisi perairan yang jelek sekalipun (Soetomo , 1987). Lele sangkuriang memiliki banyak keunggulan dibanding lele lokal maupun lele dumbo biasa. Keunggulan dari lele sangkuriang antara lain, pertumbuhan lele sangkuriang lebih cepat dibanding lele dumbo biasa. Pada tahap pedederan I, pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 29,26 persen, sementara lele dumbo biasa biasa hanya 20,38 persen. Dengan pertumbuhan lebih cepat, lele sangkuriang dapat lebih cepat dipanen dibanding lele dumbo biasa. Daya tetas telur lele sangkuriang lebih tinggi dibanding lele dumbo biasa. Tingkat fekunditasnya dua kali lebih tinggi. Daya telur lele sangkuriang mencapai 40.00060.000 butir/kg induk, sedangkan lele dumbo biasa hanya 20.000-30.000 butir/kg bobot induk. Feed Conversion Ratio (FCR) adalah perbandingan jumlah pakan yang diberikan dengan pertambahan bobot ikan. Nilai FCR lele sangkuriang lebih rendah dibanding lele dumbo biasa. Lele sangkuriang memiliki FCR antara 0,81,0 sedangkan lele dumbo biasa memiliki FCR antara 1,0-1,1. Kecamatan Ciampea merupakan salah satu sentra produk lele di kabupaten Bogor yang prospektif untuk dikembangkan. Akses distribusi ikan lele ini tidak hanya ada untuk kawasan terdekatnya saja tetapi juga di luar Jawa seperti Lampung dan Kalimantan. Ketersediaan pasokan sumber air bersih yang melimpah setiap tahunnya pun menjadikan kecamatan Ciampea menguntungkan dalam hal teknis budidaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan dan Perikanan kecamatan Ciampea bahwa produksi perikanan terutama ikan lele dirasa kurang mencukupi dengan perkembangan industri makanan ikan konsumsi yang terus bertambah dengan tren yang terus meningkat. Sedangkan permintaan yang ada baik berasal dari daerah Bogor maupun daerah Sumatera seperti Lampung adalah diatas 75 ton/siklus produksi. Sementara produksi yang dihasilkan UKM pembudidaya lelebaru mencapai 25 ton per siklus. Oleh karena itu perlunya pengembangan lebih lanjut terhadap usaha pembesaran ikan lele di kecamatan Ciampea. Selain potensi sumber daya alam seperti pasokan sumber air yang bersih dan melimpah juga akses distribusi yang mudah dijangkau. Dalam menjalankan usahanya, UKM pembudidaya memiliki permasalahan di kemampuan produksinya yang rendah. Perbedaan kapasitas produksi dan permintaan yang tinggi menimbulkan gap yang besar. Antara permintaan 75 ton per siklus produksi dengan kemampuan produksi Ukm pembudidaya yang sebesar 25 ton per siklus produksi. Agar dapat menyusun suatu strategi pengembangan yang tepat, maka UKM harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang dapat dimanfaatkan dalam merumuskan strategi pengembangan usaha. Analisis lingkungan yang meliputi lingkungan internal dan eksternal ini bertujuan untuk mengetahui apakah UKM dapat menggunakan kekuatan dan meminimumkan kelemahan yang dimiliki serta memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman yang dihadapi. Analisis internal menjadi dasar yang penting pada proses perencanaan strategis untuk menentukan dimana perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan. Faktor-faktor internal ini muncul dalam aktivitas manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen dari sebuah bisnis. Sedangkan
analisis eksternal merupakan kegiatan mengidentifikasi lingkungan perusahaan yang mencakup ancaman dan peluang. Faktor-faktor eksternal tersebut meliputi politik, ekonomi, teknologi, sosial budaya demografi lingkungan serta persaingan. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di Kecamatan Ciampea. 2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh masyarakat Kecamatan Ciampea. 3. Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha budidaya lele masyarakat Kecamatan Ciampea. Menurut David (2004) teknik formulasi strategi dapat diintegrasikan ke dalam tiga tahap kerangka pengambilan keputusan yaitu tahap pengumpulan input (input stage), tahap pencocokan (matching stage) serta tahap penetapan strategi (decision stage). Pada tahap input, digunakan matriks evaluasi faktor eksternal dan matriks faktor internal. Pada tahap pencocokan digunakan matriks strength-weaknessoppotunities-threats (SWOT) dan matriks Internal-Eksternal (IE). Pada tahap keputusan digunakan matriks Quantitative Strategic Planning (QSP). Sesuai dengan salah satu tujuan penelitian di atas, yaitu merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha budidaya lele masyarakat Kecamatan Ciampea, maka dapatlah dirumuskan hipotesis bahwa strategi prioritas yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan produksi ikan lele sangkuriang.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian dilakukan pada budidaya pembesaran ikan lele, yang berlokasi di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa pengembangan usaha pembesaran ikan lele mulai terus bertambah seiring berjalannya waktu dengan didukung faktor alam yang baik seperti pasokan air bersih yang melimpah, akses benih yang dekat, kondisi lahan yang luas dan subur serta pasokan pakan alami yang tersedia. Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data di lapangan dimulai pada bulan Agustus sampai September 2010. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui informasi dan pengamatan langsung di lapangan terhadap kegiatan usaha dan hasil wawancara dengan responden yang terdiri dari pelaku usaha pembesaran lele di Kecamatan Ciampea, pegawai penyuluh lapang Kecamatan Ciampea serta pegawai yang berwenang di kantor Kecamatan Ciampea. Data sekunder dikumpulkan melalui informasi dan laporan tertulis dari lembaga atau instansi terkait dan dokumen atau arsip perusahaan. Data yang dapat
diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu berasal dari Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bogor, kantor Kecamatan Ciampea. Sebagai data penunjang digunakan data yang berasal dari studi pustaka dan literatur yang relevan dengan permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Pada dasarnya variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi: kualitas produk yang dihasilkan, lokasi yang strategis, kesesuaian harga dengan produk yang dihasilkan, sarana dan parasarana yang memadai, proses produksi yang baik, promosi, kecukupan modal jk. Pendek, kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang, persediaan bahan baku, kemampuan karyawan, dan insentif karyawan. Sedang faktor eksternal meliputi: peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat, isu flu burung dan antraks, meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele, peranan teknologi manajemen pakan, akses jalan dan transportasi, pengaruh stabilitas politik dan keamanan, harga pakan, kenaikan BBM dan TDL, pengaruh produk substitusi, hama dan penyakit, serta cuaca dan iklim. Variabel-variabel dalam faktor internal di atas dapat dikelompokkan sebagai variabel-variabel yang menjadikan kekuatan dan variabel-variabel yang menjadikan kelemahan dari UKM budidaya ikan lele di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Sedangkan variabel-variabel dalam faktor eksternal di atas dapat dikelompokkan sebagai variabel-variabel yang menjadi peluang dan ancaman dari UKM budidaya ikan lele di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Teknik Analisis Faktor-faktor yang menjadi faktor hambatan dalam bidudaya ikan lele sangkuriang tersebut antara lain adalah kondisi cuaca dan iklim yang saat ini sulit diprediksi, serangan hama dan penyakit yang sulit dikendalikan ,serta penyedian pakan yang kurang memadai. Selain itu, tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja pada usaha ini masih belum memadai dalam melaksanakan kegiatan proses produksi. Kerugian akibat hal tersebut antara lain adalah jumlah produksi yang belum mampu memenuhi permintaan pasar dan kualitas hasil panen juga belum seperti yang diharapkan.Dengan adanya permasalahan tersebut. Perlu diformulasikan strategi pengembangan usaha yang diperhitungkan dengan tepat. Untuk memformulasikan strategi dalam pengembangan usaha ikan lele, maka terlebih dahulu dilakukan identifikasi visi dan misi. Hal ini perlu dilakukan karena penerapan strategi membutuhkan kecocokan visi dan misi dengan serangkaian tindakan yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Analisis lingkungan internal dan eksternal perlu dilakukan sebagi input untuk merumuskan alternatif strategi. Analisis lingkungan internal yaitu berupa identifikasi kekuatan dan kelemahan dari usaha tersebut, yang kemudian dirangkum dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Sedangkan analisis lingkungan eksternal yaitu berupa identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh usaha tersebut, yang kemudian dirangkum dalam matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE). Tahap berikutnya yaitu pencocokan hasil analisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal dalam suatu bentuk matriks IE
dengan matrik SWOT. QSPM merupakan tahap ketiga atau tahap terakhir dari tahap kerangka pengambilan keputusan strategi. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar berikut: UKM pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea Bogor
Adanya gap(selisih) antara produksi dan permintaan ikan lele di pasaran
Analisis Lingkungan Internal: Aspek SDM Aspek Pemasaran Aspek Keuangan/Akunt ansi Aspek Produksi/Operasi
Analisis Lingkungan Eksternal: Aspek Politik Aspek Ekonomi Aspek Sosial Budaya, Demografi dan Lingkungan Aspek Teknologi Aspek Persaingan
Matriks IFE
Matriks EFE Matriks SWOT
Matriks IE Alternatif startegi
Matriks QSP
Rekomendasi Prioritas Strategi Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Di Kecamatan Ciampea
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menguji hipotesis maka diperlukan langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan berkaitan dengan penyusunan matriks analisis yang terdiri dari tiga tahapan. Tiga tahapan tersebut adalah tahapan input, tahapan pencocokan hasil analisis, dan tahapan pengambilan keputusan. Hasil identifikasi faktor internal , maka diperoleh 11 faktor sukses kritis yang terdiri dari 5 kekuatan dan 6 kelemahan. Analisis matriks IFE menghasilkan lima kekuatan dan enam kelemahan internal pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea Bogor. Kekuatan tersebut antara lain proses produksi yang baik, sarana dan prasarana memadai, produk yang dihasilkan berkualitas, harga yang diberikan sesuai dengan produk yang dihasilkan serta lokasi yang strategis. Sedangkan enam kelemahannya seperti tenaga kerja kurang terampil, kurangnya insentif karyawan, promosi yang kurang, kecukupan modal jangka pendek, kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang serta persediaan bahan baku. Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan utama adalah harga yang diberikan sesuai dengan kualitas dengan nilai tertimbang tertinggi sebesar 0.095 dan kelemahan utama adalah kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang dengan nilai bobot sebesar 0.127, serta total bobot skor sebesar 2.754 (tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha memiliki posisi internal yang mampu menggunakan kekuatan dan mengatasi kelemahan dengan baik. Tabel 1. IFAS Faktor Internal Kunci Kekuatan 1. Produk yang dihasilkan berkualitas 2. Lokasi yang strategis 3. Harga sesuai dengan produk yang dihasilkan 4. Sarana dan parasarana yang memadai 5. Proses produksi yang baik Kelemahan 1. Promosi yang kurang 2. Kecukupan modal jk. pendek terbatas 3. Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang yg rendah 4. Persediaan bahan baku yang terbatas 5. Karyawan kurang terampil 6. Insentif karyawan yang masih rendah Total
Bobot
Rating
Nilai Tertimbang
0,077 0,091 0,095
4 4 4
0,309 0,363 0,381
0,091 0,091
3 4
0,272 0,363
0,045 0,118 0,127
1 2 2
0,045 0,236 0,254
0,105 0,105 0,055
2 2 2
0,209 0,209 0,109 2,755
Hasil identifikasi faktor eksternal , maka diperoleh 11 faktor sukses kritis yang terdiri dari 5 peluang dan 6 ancaman. Hasil analisis lingkungan eksternal adalah lima peluang yang dapat dimanfaatkan dan enam ancaman yang harus diatasi oleh pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor. Lima
peluang yang dihasilkan antara lain meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele, akses jalan dan transportasi, isu flu burung dan antraks, peraturan pemerintah dan dinas terkait serta penerapan manejemen pakan. Sedangkan kenaikan BBM dan TDL, harga pakan mahal, cuaca dan iklim, hama dan penyakit, stabilitas politik dan keamanan serta pengaruh adanya produk substitusi merupakan ancaman-ancaman dari lingkungan eksternal pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor yang harus diatasi. Faktor yang menjadi peluang utama adalah peningkatan minat masyarakat terhadap ikan lele sangkuriang dengan nilai tertimbang sebesar 0.112, sedangkan ancaman utama adalah mahalnya harga bahan baku dengan nilai tertimbang sebesar 0.123, serta total bobot skor sebesar 2.470 (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea merespon kurang baik peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Tabel 2. EFAS Faktor-Faktor Eksternal Utama Peluang 1. Adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat 2. Isu flu burung dan antraks 3. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele 4. Peranan teknologi manajemen pakan 5. Akses jalan dan transportasi Ancaman 1. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan 2. Harga pakan mahal 3. Kenaikan BBM dan TDL 4. Pengaruh produk substitusi 5. Hama dan penyakit 6. Cuaca dan iklim Total
Rata-rata Bobot Peringkat
Skor Bobot
0,103
3,5
0,360
0,101 0,112
3 4
0,302 0,449
0,067 0,094
3 3,5
0,199 0,328
0,064
2
0,128
0,124 0,099 0,048 0,092 0,096
1 2 2 1,5 1,5
0,123 0,197 0,096 0,137 0,144 2,470
Berdasarkan hasil matriks IE yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE maka usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea menempati posisi dalam sel V (gambar2). Hal ini menunjukkan bahwa UKM berada pada posisi Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara). Strategi yang tepat digunakan dalam kuadran ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.
S K O R B O B O T T O T A L E F E
4,0 Tinggi 3,0 – 4,0
SKOR BOBOT TOTAL IFE Kuat Sedang 3,0 - 4,0 2,0 - 2,99 2,755 3,0 2,0
2,470
II
III
Grow and Build
Grow and Build
Hold and Maintain
IV
V
VI
Grow and Build
Hold and Maintain
Harvest or Divest
VII
VIII
IX
Harvest or Divest
Harvest or Divest
2,0 Rendah 1,0 – 1,99
1,0
I
3,0 Sedang 2,0 – 2,99
Lemah 1,0 - 1,99
Hold and 1,0 Maintain
Gambar 2. Matriks Internal-Eksternal (IE) Usaha Budidaya Ikan Lele Di Kecamatan Ciampea Sumber : Data Primer Berbagai alternatif strategi dapat dirumuskan berdasarkan model analisis matriks SWOT. Keunggulan dari penggunaan model ini adalah kemudahan memformulasikan strategi berdasarkan gabungan faktor eksternal dan internal. Startegi utama yang dapat disarankan terdapat empat macam, yaitu strategi SO, ST, WO, dan WT. Analisis ini menggunakan data yang telah diperoleh dari matriks IFE dan EFE. Alternatif strategi dari matriks SWOT (Tabel 3) yang dapat dihasilkan antara lain: Strategi1 : Peningkatkan produksi dengan menambah area budidaya. Strategi 2 : Pemanfaatan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait sebagai lembaga yang berperan sebagai penyampai informasi antara pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam hal promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya. Strategi 3 : Pertahankan kualitas produk dengan menjaga proses produksi yang baik, kualitas produk, akses jalan, sarana dan prasarana yang menunjang serta keamanan sekitar. Strategi 4 : Pengusahaan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia bahan baku tersebut. Tabel 3. Matriks SWOT
Internal 1. 2. 3.
4. Eksternal 5.
PELUANG (Opportunities-O) 1. Adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat 2. Produktifitas perikanan 3. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele 4. Peranan teknologi manajemen pakan 5. Akses jalan dan transportasi ANCAMAN (ThreatsT) 1. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan 2. Harga pakan mahal 3. Kenaikan BBM dan TDL 4. Pengaruh produk substitusi 5. Hama dan penyakit 6. Cuaca dan iklim
KEKUATAN ( KELEMAHAN Strengths-S) (Weekness - W) Produk yang dihasilkan 1. Promosi yang kurang berkualitas 2. Kecukupan modal Lokasi yang strategis jangka pendek Harga yang diberikan 3. Kemampuan usaha sesuai dengan produk menghasilkan modal yang dihasilkan jangka panjang Sarana dan parasarana 4. Persediaan bahan yang memadai baku Proses produksi yang 5. Karyawan kurang baik terampil 6. Insentif karyawan STRATEGI-SO STRATEGI –WO peningkatkan produksi pemanfaatan bantuan dengan menambah area dari pemerintahan budidaya (S1, S2, S3, dan dinas terkait S4, S5, O1, O2, O3, O4, sebagai penyampai O5) informasi antara pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya(W1, W2, W3, W4, W5, O1, O2, O3, O4, O5) STRATEGI-ST pertahankan kualitas produk dengan menjaga kualitas dan keamanan sekitar (S1,S2, S3, S4, S5, T1, T2, T3, T4, T5, T6)
STRATEGI-WT pengusahaan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia bahan baku tersebut (W1, W2, W3, W4, W5, T1,T2,T3, T4, T5)
Berdasarkan hasil QSPM, maka keempat alternatif strategi yang telah terpilih dapat diurutkan sebagai berikut: 1. Meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya (total nilai Daya Tarik sebesar 6,884). 2. Memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait sebagai penyampai informasi antara pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam
promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya (total nilai Daya Tarik sebesar 6,213). 3. Mempertahankan kualitas produk (total nilai Daya Tarik sebesar 6,348). 4. Mengusahakan pakan alternatif serta bekerjasama dengan penyedia bahan baku (total nilai Daya Tarik sebesar 5,926). SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai startegi pengembangan usaha budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi UKM budidaya lele yang merupakan peluang yaitu antara lain adanya program pemerintah dan instansi terkait setempat yang mendukung sektor perikanan, adanya isu flu burung dan antraks, meningkatnya minat masyarakat terhadap produk perikananan terutama ikan lele, adanya peranan teknologi pakan yang membantu serta adanya akses jalan dan transportasi yang menunjang. Sedangkan faktor lingkungan eksternal yang merupakan ancaman yaitu pengaruh stabilitas politik dan keamanan, harga bahan baku mahal, meningkatnya harga BBM dan TDL, pengaruh produk substitusi, hama dan penyakit serta cuaca dan iklim. Faktor strategis internal yang merupakan kekuatan antara lain produk yang dihasilkan berkualitas, lokasi yang strategis, harga yang diberikan sesuai dengan produk yang dihasilkan, sarana dan parasarana yang memadai serta proses produksi yang baik. Faktor strategis internal yang merupakan kelemahan antara lain seperti promosi yang kurang, kecukupan modal jangka pendek dan kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang yang masih terkendala, persediaan bahan baku yang terbatas, karyawan kurang terampil serta insentif karyawan yang masih rendah. 2. Hasil dari analisis SWOT diperoleh empat strategi yang dapat dijalankan diantaranya a) meningkatkan produksi sesuai dengan permintaan pasar b) memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait c) mempertahankan produk berkualitas dengan menjaga kualitas produk serta keamanan tempat produksi dan sekitar d) mengusahakan pakan alternatif. 3. Hasil dari pengolahan QSPM diperoleh bahwa prioritas strategi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan produksi ikan lele sangkuriang tersebut. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan terbukti. Artinya, memang prioritas strategi yang dilakukan dengan meningkatkan produksi ikan lele memiliki total nilai daya tarik tertinggi (6,884) dibandingkan dengan ketiga alternatif strategi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA [Disnakan] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2004a. Laporan Tahunan Tahun 2004. Bogor : Disnakan. David FR. 2004. Manajemen Strategis Konsep. Sindoro A, penerjemah; Jakarta : PT Indeks. Terjemahan dari : Concepts Of Strategic Management. Soetomo M. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Bandung : CV Sinar Baru. Suyanto S R. 1989. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya. Umar, H. 2008. Strategic Management in Action. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.