Pengaruh Koordinasi Antar Unit Dan Profesionalisme Petugas Terhadap Mutu Pelayanan Medik dalam Meningkatkan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Umum Dr. Slamet Pemerintah Daerah Kabupaten Garut
Dody Hermana Dosen Pada Universitas Garut (email:
[email protected])
Abstract The purpose of this research is to analyze the Influence of Unit Line Coordination and Officers Professionalism toward Medical Services Quality in the increasing Patient Satisfaction at dr. Slamet Hospital in Garut. The method used in this research is descriptive analysis method. The population on this research consistsof heads of unit connected with services and treatments of patient in the hospital amount 36 people are samples. The collection data technique used is documentation study and field study trough the questioner and interoieto. The analysis data technique used to answer the hypothesis of research is statistic analysis trough path analysis model. The result of experimentation shows that Unit Line Coordination and Officers Professionalism give the real influence toward Medical Services Quality und Patient Satisfaction. TIre result of the simultaneous experimentation to sub hypothesis shows that Medical Seroices Quality is influenced by Unit Line Coordination and Officers Professionalism, whereas the partially that Medical Services Quality only influenced by Officers Professionalism. According to simultaneous, Unit Line Coordination and Officers Professionalism variables gives the influences toward Patient Satisfaction and according to partially only Officers Professionalism variable that give influences toward Patient Satisfaction, Based on the result of research, so suggested to get controlling and improve the communication with the sub ordinates although unit line and also increasing to build up the officers through education and training, reconstruct some health services and cleaning service duties in increasing the patient satisfaction.
Keywords: Coordination and Officers Professionalism
Pendahuluan Piagam PBS 1948 menetapkan bahwa kesehatan merupakan hak azasi setiap orang, oleh karena itu PBB membentuk suatu badan yang bergerak dibidang kesehatan yang bernama UNICEF. Di Indonesia pemerintah dengan undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 menyalakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang optimal Pembangunan fasilitas pelayanan kesehatan juga merupakan jawaban kepada masyarakat terhadap tuntutan pelayanan kesehatan yang berkualitas semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, kemajuan IPTEK dari peningkatan kesadaran masyarakat tentang arti hidup sehat. Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak. Tidak hanya oleh orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan, Rendahnya derajat kesehatan masyarakat di Indonesia dibanding negara lain menyebabkan pemerintah mengambil kebijakan-kebijakan pembangunan untuk mendorong meningkatnya angka harapan hidup yang tentu saja akan meningkatkan Indeks Pembangunan manusia. Sehubungan dengan itu Salamah danRamdhami (2006:81) menyatakan bahwa: "Anggapan dasar dari pembangunan adalah manusia yang menjadi fokus dan sumber pembangunan yang strategis. Pembangunan masyarakat menyangkut upaya yang terencana dan terarah untuk meningkafkan kemampuan dan potensitas anggota masyarakat dengan memobilisasikan antusiasme mereka guna berpartisipasi secara aktif dalam ptoses penganbilan keputusan yang menyangkut dirinya. Pembangunan jenis ini menenkankan pada sustained deoelopment, yang menuntut kemampuan masyarakat untuk membangun atas kekuatan sendiri, membangun dengan swasembada melalui self/sustaining dan self to help and self for aid creative". Pelayanan publik dapat dilihat sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan hak-hak dasar masyarakat, Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung. Pelayanan yang diperlukan manusia pada dasarnya ada dua jenis, yaitu layanan fisik yang sifatnya pribadi sebagai manusia dan layanan administratif yang diberikan oleh orang lain selaku anggota organisasi, baik itu organisasi masa lalu atau negara Agar pelayanan dapat memuaskan orang atau kelompok orang lain yang dilayani, maka pelaku yang bertugas melayani harus memenuhi empat kriteria pokok (Moenir dalam Kegiatan Penyusunan Rumah Sakit sebagai Badan Layanan Umum, (1992:24) yaitu: 1. Tingkah laku yang sopan 2. Cara penyampaian sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang lain yang bersangkutan 3. Waktu menyampaikan yang tepat 4. Keramahtamahan. Pelayanan masyarakat tercermin dalam berbagai bentuk kegiatan antara lain dalam rangka pengaturan, pembinaan, bimbingan, penyediaan fasilitas jasa yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat (publik) sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Bentuk aktivitas pelayanan dapat bersifat kegiatan administrasi, kegiatan berupa penyediaan barang ataupun jasa, Penyelenggaraan
pelayanan masyarakat merupakan proses pengerahan sumber daya yang meliputi sistem manajemen, sarana/ prasarana dan personil. Masyarakat akan menilai kesuksesan organisasi melalui kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan publik yang relatif murah dan berkualitas. Dalam peIayanan publik, petugas lembaga pelayanan publik selalu berkepentingan dengan penerapan pengetahuan teoritis dalam memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan. Dengan demikian, pada dasarnya praktek pelayanan publik selalu diwarnai oleh teori dan para petugas lembaga pelayanan publik dalam mengembangkan profesinya tidak hanya menggali pengetahuan teori yang telah dimilikinya, tetapi juga berusaha memperluas dari sumber-sumber lain. Namun dalam prakteknya, tahap penerapan pengetahuan teoritis ini masih jauh dari jangkauan penggarapan lembaga-lembaga pelayanan publik. Salah satu sebabnya adalah dalam latihan-latihan formal untuk para petugas sedangkan pengetahuan dan keterampilan teknis yang dipadukan belum tercakup didalamnya. Selain itu, meskipun para petugas lembaga pelayanan publik profesional dalam menjalankan tugas akan tetapi telah lama beranggapan bahwa psikologi dan sosiologi merupakan disiplin yang relevan bagi pengembangan keterampilan mereka, tetapi secara khas mereka belum mengandalkan sumber yang sama bagi peningkatan keterampilan administratif ataupun pemahaman yang lengkap tentang lingkungan pekerjaan mereka. Rumah Sakit Umum (RSU) dr. Slamet sebagai salah satu fungsi pelayanan kesehatan di Kabupaten· Garut adalah unit organik Pemerintah Daerah yang bertugas menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi seluruh warga masyarakat Kabupaten Garut pada khususnya dan warga masyarakat di luar Kabupaten Garut pada umumnya. Dengan berlakunya Otonomi Daerah (OTDA) sejak awal tahun 2001, maka Pemerintah Daerah dituntut untuk mampu mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera. Hal ini merupakan cerminan bagi akuntabilitas publik penyelenggara pemerintahan dan pembangunan khnsusnya pembangunan bidang kesehatan, Agar upaya tersebut mencapai hasil yang optimal, maka RSU dr. Slamet Garut turut mengakomodir kebutuhan masyarakat dan lingkungan yang berkembang dengan pesat. RSU dr. Slamet Garut sebagai salah satu Unit Swadaya Daerah Kabupaten Garrut berupaya terus untuk membenahi dan mengembangkan pelayanan segala bidang. Kondisi riil di Rumah Sakit saat ini, hampir seluruh pasien yang datang untuk dirawat, terlebih dahulu masuk ke Unit Gawat Darurat (UGD). Di ruangan ini pasien mendapatkan pelayanan meskipun sedikit terlambat. Keterlambatan ini disebabkan banyaknya pasien yang datang, kurangnya koordinasi dan kerjasama serta rendahnya profesionalisme petugas. Setelah mendapat pelayanan di UGD pasien disarankan untuk pindah ke ruangan tertentu, Kenyataannya terkadang keluarga pasien sendiri yang sibuk mencari ruangan untuk merawat keluarganya. Petugas Rumah Sakit secara singkat hanya mengatakan bahwa ruangan penuh dan menyarankan agar keluarga pasien mencari sendiri ruangan yang dapat menampung pasien. Kurangnya pelayanan di rumah sakit ini
disebabkan karena kinerja koordinasi antar unit dan profesionalisme petugas dalam melaksanakan tugasnya kurang terpadu.
Metodologi Penelitian Metode penelitian merupakan strategi, tata cara, prosedur atau mekanisme yang akan digunakan untuk melakukan penelitian, Sesuai dengan tujuan penelitian maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif analisis dengan teknik survey karena didalamnya memaparkan fenomena-fenomena dan penjelasan bagaimana hubungan dari fenomena-fenomena yang diteliti. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Iskandar (2005:174) bahwa penelitian deskriptif berhubungan dengan pemaparan suatu fenomena antara dua atau lebih fenomena. Metode penelitian deskriptif analisis bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang beberapa karakteristik dari objek dan fenomena yang diteliti dari keadaan sekarang dan atas dasar tersebut dicarikan jawaban atau pemecahan masalah tersebut.vaiabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis yaitu variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya, variable antara yaitu variable yang berada diantara variable bebas dan variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, Mengacu kepada hipotesis yang diajukan maka variabel bebas terdiri daridua variabel yaitu mencakup kinerja koordinasi antar unit (X1), dan profesionalisme petugas (X2) variabel antara mencakup mutu pelayanan medik (Y), danvariable terikat yaitu kepuasan pasien (2). Dalam Hnbungan antar variabel secara sistematis digambarkan dalam model causal effectual atau paradigma penelitian sebagai berikut
ε1
ε2
Pzx1
Pyx1
X1 Pzx2
RX1X2
Y
Z
X2 Pyx2
Pzx1
Gambar 3.1 Model Paradigma Penelitian Keterangan : Xl X2 Y Z RX1X2 Pyx1 Pzx1 Pyx2 Pzx2
: Kinerja koordinasi antar unit : Hubungan profesional antar petugas : Mutu pelayanan medik : Kepuasan Pasien : Korelasi variable Xl dengan X2 :KoefIsien jalur Xl dengan Y :Koefisien jalur Xl dengan Z :Koefisien jalur X2dengan Y : Koefisien jalur X2dengan Z
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dua variabel bebas yang akan diuji adalah variabel kinerja koordinasi antar unit (Xl) dan hubungan profesional antar petugas (X2) diasumsikan mempunyai pengaruh terhadap mutu pelayanan medik (Y) dalam meningkatkan kepuasan pasien (Z) sebagai variable terikat. Besarnya pengaruh masingmasing variabel-ditujukan oleh PYX1 dan PYX2.Sementara itu parameter yang menunjukkan hubungan diantara variabel bebas ditunjukkan oleh rX1X2.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur berupa angket yang terdiri dari sejumlah pertanyaan atau pertanyaan yang bersifat tertutup dan disusun secara terstruktur berikut alternatif jawaban yang telah disediakan sehingga responden tinggalmemilih jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Tingkat pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan tingkat pengukuran yang bersifat ordinal dan kategori jawaban terdiri dati 5 (lima) tingkat dengan menggunakan skala perbedaan semantik. Populasi merupakan objek penelitian yang dijadikan sumber data dalam penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, Objek atau unit analisa yang ditentukan adalah pegawai di Rumah Sakit Umum dr. Slamet Kabupaten Garut. Sehubungan tidak seluruh unit berhubungan langsung dengan pasien maka target populasi (population target) dalam penelitian ini adalah bidang-bidang yang berhubungan dengan pelayanan dan perawatan pasien, yaitu Kepala Sub Bidang (Keperawatan, Pelayanan Medik dan Penunjang Pelayanan Medik) dan para Kepala Ruangan dengan jumlah keseluruhan sebanyak 36 orang, dengan perincian berikut: 1. Kepala Sub Bidang berjumlah 2. Kepala Ruangan berjumlah
: 9 (sembilan) orang : 27 (dua puluh tujuh) orang.
Semua populasi dijadikan responden, maka dalam penelitian ini tidak dilakukan penarikan sampel. Dari hasil kuesioner yang ditentukan, diperoleh data jawaban responden yang ditransformasi ke data ordinal" Analisis hubungan antar variabel dilakukan dengan menggunakan model analisis jalur (path analysis). Untuk pengolahan data sebelum dilakukan analisis dengan path analysis, dipergunakan terlebih dahulu metode SIM (Succesiv Interval Method/Scale Value).
Hasil Penelitian dan Pembahasan Dari hasil pengujian diketahui bahwa Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas memberikan pengaruh nyata terhadap Mutu Pelayanan Medik dan Kepuasan Pasien, Koordinasi Antar Unit dan Profestonalisme Petugas memberikan pengaruh nyata terhadap Mutu Pelayanan Medik dan Kepuasan Pasien adalah sebesar 50,64%, sedangkan pengaruh diluar variabel Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas adalah sebesar 49,36%. Koordinasi merupakan suatu kegiatan yang mengarah kepada pengaturan mekanisme kerja agar tercipta kesamaan arah kegiatan yang harus dicapai bersama dan terlaksananya tugas pekerjaan dari masing-masing pegawai atau unit-unit kerja, dengan hasil yang bermutu dan waktu yang tepat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya melalui suatu kebijaksanaan kepemimpinan. Pentingnya koordinasi dalam
suatu organisasi disebabkan karena dua hal yaitu : 1) suatu unit tak mungkin dapat berfungsi dengan baik tanpa dibantu oleh unit yang lain, 2) tiap unit berkewajiban mendukung pelaksanaan fungsi unit lainnya bila seluruh organisasi ingin bergerak dengan lancar dan efektif melaksanakan tugasnya mencapai tujuan. Koordinasi yang baik serta didukung sumberdaya manusia yang memadai memungkinkan akan lebih mudahnya tujuan organisasi akan segera tercapai. Sumber daya manusia profesional hendaknya berusaha menyeimbangkan pada berbagai tuntutan yang disebabkan oleh persaingan dan berusaha untuk menjadi yang terbaik. Sedarmayanti (2004:157) menyatakan bahwa : "Profesional adalah suatu sikap atau keadaan dalam melaksanakan pekerjaan dengan memerlukan keahlian melalui pendidikan atau latihan tertentu, dan dilakukan sebagai pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan". Dari uraian tersebut jelaslah bahwa mutu pelayanan medik dalam meningkatkan kepuasan pasien dipengaruhi oleh koordinasi antar unit dan profesionalisme petugas.Artinya semakin baik pelaksanaan koordinasi antar unit dan meningkatnya profesionalisme petugas maka akan semakin baik mutu pelayanan medik yang ada di Rumah Sakit Umum dr. Slamet dalam memberikan kepuasan kepada pasien. Sebaliknya apabila kordinasi antar unit jelek dan profesionalisme petugas rendah maka mutu pelayanan medik pun akan rendah. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dikemukakan terlihat bahwa Mutu Pelayanan Medik dipengaruhi oleh Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas secara simultan. Mutu Pelayanan Medik dipengaruhi secara simultan oleh Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas sebesar 53,09%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas. Mutu Pelayanan Medik dipengamhi cukup besar oleh Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas. Dengan demikian kecenderungan semakin baik Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas memberikan peluang yang cukup besar bagi tercapainya Mutu Pelayanan Medik yang lebih baik. Setelah diketahui secara simultan bahwa Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas mempengaruhi Mutu Pelayanan Medik, maka perlu diketahui pula pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas terhadap Mutu Pelayanan Medik. Variabel Koordinasi Antar Unit tidak memberikan pengaruh nyata terhadap Mutu Pelayanan Medik. Hal ini terlihat dari nilai koefisien jahrr variabel tersebut sebesar 0,2153. Berdasarkan hasil penelitian ternyata secara parsial Mutu Pelayanan Medik hanya dipengaruhi oleh Profesionalisme Petugas. Dari perhitungan menunjukkan bahwa Profesionalisrne Petugas memberikan pengaruh nyata terhadap Mutu Pelayanan Medik. Hal ini terlihat dari nilai koefisien jalur variabel tersebut sebesar 0,5976. Secara teoritis dalam penyelenggaraan suatu kegiatan organisasi baik organisasi pemerintah maupun swasta tidak akan terlepas dari koordinasi. Dengan adanya koordinasi
diharapkan dapat terlaksananya berbagai kebijakan dan program yang telah direncanakan.Hambatan yang sering dijumpai dalam pelaksanaan suatu kegiatan adalah kurangnya koordinasi. Kartasamita (2001:61) mengemukakan bahwa koordinasi sebagai salah satu pokok dan manajemen pemerintah diupayakan dilaksanakan dalam berbagai sektor dan oleh berbagai badan serta berbagai daerah berjalan serasi dan menghasilkan sinergi. Selain Itu juga, koordinasi adalah jawaban kebutuhan desentralisasi. Lebih lanjut Manila (2002 : 38) menyatakan bahwa tugas-tugas yang paling sulit bagi pemerintah suatu organisasi yang besar dan kompoleks adalah fungsi koordinasi, yaitu tugas-tugas menyerasikan serta menghubungkan kegiatan antara unit yang satu dengan yang lainnya.Persoalan fungsi koordinasi inilah yang oleh beberapa pakar administrasi dan manajemen seringkali ditempatkan sebagai fokus analisis manajemen. Hal ini juga dilandasibahwa efektivitas koordinasi merupakan tujuan yang harus dicapai oleh administrasi mau pun manajemen. Dari uraian tersebut jelas bahwa selain dari dimensi kualitas pelayanan, yaitu : Bukti langsung; Keandalan; Ketanggapan; Jaminan dan Empati, koordinasipun ikut mempengaruhinya. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dikemukakan terlihat bahwa Kepuasan Pasien dipengaruhi secara simultan oIeh Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas sebesar 40,75%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas. Kepuasan Pasien dipengaruhi cukup besar oleh Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas. Dengan demikian kecenderungan semakin baik pelaksanaan Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas memberikan peluang yang cukup besar bagi tercapainya Kepuasan Pasien yang lebih baik. Setelah diketahui secara bersama-sama bahwa Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas mempengaruhi. Kepuasan-Pasien, maka perlu diketahui pula pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas terhadap Kepuasan Pasien, Variabel Koordinasi Antar Unit tidak memberikan pengaruh nyata terhadap Kepuasan Pasien. Hal ini terlihat dari nilai koefisien jalur variabel tersebut sebesar 0,1439. Berdasarkan basil penelitian ternyata Kepuasan Pasien hanya dipengaruhi oleh Profesionalisme Petugas. Dari perhitungan menunjukkan bahwa Profesionalisme Petugas memberikan pengaruh nyata terhadap Kepuasan Pasien, Hal ini terlihat dan nilai koefisien jalur variabel tersebut sebesar 0,5547. Koordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen pemerintahan yang harus dilaksanakan sebagai faktor pembagian tugas, baik secara dekonsentrasi dan desentralisasi maupun asas tugas pembantuan, dimana tugas-tugas itu hanyalah merupakan sebagian tugas dalam penyelenggaran pemerintah. Secara teoritis koordinasi merupakan salah satu upaya untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Dengan demikian koordinasi secara menyeluruh atau secara
tidak langsung jarang melibatkan pelanggan, Koordinasi hanya dilakukan oleh aparatur pemerintah dalam hal ini pemberi pelayanan agar tercipta kepuasan pasien, Koordinasi antar unit yang baik akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan sehingga pasien maupun pelanggan lainnya akan merasa puas. Kepuasan pelanggan sangat dipengaruhi oleh profesionalisme petugas. Oleh karena itu mengembangkan kreativitas dan inovasi di tempat kerja dimulai dengan mengembangkan kreativitas individu, sedangkan ide baru berasal dari motivasi, pemikiran, dan eksperimentasi individu di tempat kerja. Sampai dengan tarap tertentu, hal ini dipengaruhi oleh sifat pekerjaan mereka dan sifat organisasi, tetapi titik awalnya ada pada individu. Selanjutnya West (dalam Sedarmayanti, 2004:194) mengutarakan ciri individu yang secara konsisiten kreatif sebagai berikut : Nilai-nilai intelektual artistik; Ketertarikan pada kompleksitas; Kepedulian pada pekerjaan; ketekunan: Pemikiran mandiri; Toleransi: Otonom; Kepercayaan diri dan kesiapan mengambil resiko. Dari hasil pengujian diketahui Mutu Pelayanan Medik memberikan pengaruh nyata terhadap Kepuasan Pasien. Pengaruh Mutu Pelayanan Medik terhadap Kepuasan Paslen adalah sebesar 72,12%, sedangkan pengaruh diluar variabel Mutu Pelayanan Medik adalah sebesar 27,88%. Pengaruh Mutu pelayan terhadap kepuasan pasien/pelanggan sangat dominan, Hal ini dibuktikan dengan besamya nilai yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian. Dengan demikian pengembangan dimensi mutu pelayanan merupakan proses untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan melalui berbagai sumber. Salah satunya ialah literatur yang mencakup industri khusus yang mungkin memuat informasi mengenai beberapa dimensi mutu atau kebutuhan pelanggan. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan maka pelanggan akan kecewa, bila kinerja sesuai dengan harapan pelanggan akan puas. Harapan pelanggan akan dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya, serta janji dan informasi pemasar dan saingannya. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan. Instrumen pelayanan yang diberikan akan dapat mengevaluasi kekurangan harus diperbaiki menyangkut kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan pelayanan yang dijanjikan atau kemampuan melaksanakan jasa-jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya. Lebih lanjut Gaspersz dalam Iskandar (2006:277-278) menyatakan dimensi yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas pelayanan adalah ketepatan waktu dan akurasi pelayanan, kesopanan dan keramahan,tanggung jawab, kelengkapan, kemudahan mendapatkan pelayanan, variasi model pelayanan, pelayanan pribadi, kenyamanan dalam memperoleh pelayanan serta atribut pendukung lainnya. Pengujian hipotesis lainnya menyangkut keeratan hubungan/korelasi antara Koordinasi Antar Unit dan Profeslonalisme Petugas memperlihatkan sifat yang positif. Nilai koefisien korelasi parsial yang dihasilkan dari kedua variabel bebas tersebut adalah
sebesar 0,4952 dengan nilai thitung lebih besar dari nilai ftabel. Gambaran tersebut menunjukkan adanya hubungan atau korelasi positif antara Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas. Dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah ataupun organisasi swasta dalam melaksanakan tugasnya tidak tedepas dati koordinasi. Iskandar (2006: 140) mengemukakan bahwa ada unsur-unsur yang terkandung dalam usaha koordinasi, yaitu : unit-unit atau organisasi-organisasi, Sumber-sumber potensi, kesatupaduan, gerak kegiatan, keserasian dan arah yang sama. Dari uraian diatas jelas bahwa koordinasi dilaksanakan oleh setiap individu dalam suatu organisasi baik pimpinan maupun bawahan. Pimpinan harus berupaya untuk membimbing dan membina para pegawainya agar mau bekerja secara efektif yang dilandasi oleh kesadaran diri. Dalam mencapai tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan anggotanya. Hal ini disebabkan karena kelambanan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan diakibatkan oleh kurangnya profesionalisme petugas sehingga pekerjaan yang tadinya bisa tercapai sesuai rencana akhirnya terlambat. Selanjutnya kemampuan berhubungan dengan kondisi psikologis seseorang terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan. Kondisi ini sifatnya sangat subjektif karena menyangkut motif individu atau perasaan seseorang, artinya seseorang bisa merasakan sesuatu, yang menguntungkan atau tidak memberikan kepuasan sesuai dengan keadaan emosi seseorang yang mempersepsi kondisi kerja yang ada. Kemampuan perawat merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit, kemampuan berhubungan dengan pengetahuan (Knowledge) dan keterampilan (Skill) yang dimiliki seseorang. Selanjutnya keterampilan dan kemampuan adalah dua hal yang saling berhubungan dimana kemampuan seseorang dapat dilihat dari keterampilan yang diwujudkan dengan tindakannya (Riduwan, 2004:311) Petugas rumah sakit sebagai aparatur pemerintah yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan dalam memberikan pelayanan kepada pasien serta memberikan bimbingan dan informasi kesehatan kepada masyarakat dituntut untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, Oleh karena itu seorang perawat harus profesional dalam menjalankan tugasnya. Secara kualitatif, gambaran hubungan tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut tidak dapat dipisahkan dalam hal memberikan pengaruh terhadap Mutu Pelayanan Medik. Artinya Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas dalam mencapai Mutu Pelayanan Medik dan Kepuasan Pasien, begitupun juga sebaliknya.
Kesimpulan Dari basil penelitian mengenai Pengaruh Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas terhadap Mutu Pelayanan Medik dalam Meningkatkan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut, maka dapat dikemukakan kesimpulan bahwa pendapat responden tentang Koordinasi Antar Unit menunjukkan kriteria baik. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata jawaban responden mengenai aspek tersebut. Proporsi jawaban tertinggi terdapat pada tanggapan responden tentang dimensi kegiatan dan komunikasi mengenai pentingnya Koordmasi Antar Unit dalam bekerja sebagai upaya pencapaian sasaran/ tujuan yang telah direncanakan dan diperlukannya komunikasi antar unit agar tugas yang dikerjakan dapat berjalan, sedangkan indikator dengan persentase terendah terdapat pada substansi komunikasi mengenai kurangnya komunikasi antara pimpinan dengan bawahan. Analisis selanjutnya mengenai variabel Profesionalisme Petugas adalah baik.Indikator dengan persentase tertinggi terdapat pada dimensi memiliki kualifikasi dibidangnya (keahlian) mengenai pengalaman dan mempunyai keahlian dalam menjalankan tugas pelayanan, sedangkan indikator dengan persentase terendah juga terdapat pada dimensi memiliki kualifikasi dibidangnya (keahlian) mengenai kurangnya pendidikan dan pelatihan yang dilakukan Rumah Sakit baik pendidikan teknis maupun fungsional. Hasil pengujian terhadap variabel Mutu Pelayanan Medik menunjukkan kriteria baik. Indikator dengan persentase tertinggi terdapat pada dimensi jaminan mengenai petugas memiliki keterampilan yang memadai dalam bekerja, sedangkan persentase terendah pada dimensi sikap empati mengenai perilaku petugas yang membedakan pelayanan kepada pasien. Selanjutnya hasil pengujian terhadap variabel Kepuasan Pasien menunjukkan kriteria baik. Indikator dengan persentase tertinggi terdapat pada dimensi profesionalisme mengenai manusiawi dalam memberikan pelayanan terhadap pasien, sedangkan persentase terendah terdapat pada dimensi ketanggapan pelayanan transaksi mengenai lamanya waktu menunggu dalam memberikan pelayanan. Hasil pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diketahui bahwa Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas berpengaruh secara nyata dan positif terhadap variabel Mutu Pelayanan Medik dan Kepuasan Pasien. Sedangkan pada subhipotesis melalui pengujian secara simultan, terdapat pengaruh Koordinasi Antar Unit dan profesionalisme Petugas terhadap variabel Mutu Pelayanan Medik, sedangkan secara parsial antara Profesionalisme Petugas yang memiliki pengaruh terhadap Mutu Pelayanan Medik. Secara simultan, Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas memiliki pengaruh terhadap Kepuasan Pasien dan secara parsial hanya Profesionalisme Petugas yang memberikan pengaruh terhadap Kepuasan Pasien, Mutu Pelayanan Medik memiliki
pengaruh yang positif terhadap Kepuasan Pasien, dan terdapat hubungan (korelasional) Koordinasi Antar Unit dan Profesionalisme Petugas. Beberapa temuan permasalahan penting lainnya berkaitan dengan Koordinasi Antar Unit adalah komunikasi yaitu dalam lingkup kegiatan kurang memanfaatkan forum konsultasi yang ada dilingkungan organisasi dan pegawai kurang mampu mengesampingkan kepentingan-kepentingan sendiri atau kelompoknya dalam mengutamakan kepentingan umum. Temuan ini tentu akan menghambat proses Koordinasi Antar Unit sehingga berdampak pada Mutu Pelayanan Medik dan Kepuasan Pasien. Sementara itu pada variabel Profesionalisme Petugas ditemukan adanya kinerja pegawai yang dalam melaksanakan tugasnya cepat merasa puas terhadap hasil yang diperoleh, yaitu petugas merasa bahwa hasil kerja satu periode lebih baik dari sebelumnya dan kebijakan atau kegiatan pada organisasi yang konsisten dengan kehendak publik sebagai pihak yang dilayani, sehingga berdampak terhadap pelayanan yang diberikan, juga berdampak pada kualitas pelayanan dan kepuasan pasien yang datang. Selanjutnya temuan pada variabel Mutu Pelayanan Medik adalah masih adanya perbedaan pelayanan yang diberikan kepada pasien dengan memandang status sosial, kebersihan sarana dan prasarana pelayanan masih kurang memadai serta terlihat kotor.Kedua temuan ini dimungkinkan akan adanya perasaan diskriminasi dari pasien yang berasal dari golongan bawah serta menimbulkan rasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut. Temuan lain dari penelitian ini adalah pada Kepuasan Pasien, yaitu kurang sigapnya petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien serta kecepatan pelayanan terhadap pasien masih kurang mendapat perhatian. Implikasi dari hasil penelitian tersebut berdampak terhadap munculnya berbagai masalah terhadap mutu pelayanan medik dalam meningkatkan kepuasan kepada pasien.
Daftar Pustaka Arief, Muhtosim, 2005. Pernasaran jasa & Kualitas Pelayanan, Bayumedia Publishing, Malang. Azwar, Azrul, 2002. Pengantar Administrasi Kesehatan, Bina Rupa Aksara, Jakarta. Budi, Setia, 2003. Aparatur Pemerintah yang Profesional: Dapatkah diciptakan?, Artikel, Administrasi Negara. Darwin, Muhadjir, 2002. Analisis Kebijakan Publik, Hanindita Graha Widia, Yogyakarta. Effendi, Nasrul, 2003. Dasar-Dasar Kepecawatan Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Gibson, James. 1987. Organisasl dan Manajemen, Alih Bahasa: Djoerban Wahid, Erlangga, Jakarta. Hasibuan, 2006. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Bumi Akasara, Jakarta. Iskandar, Jusman, 2006/a. Kapita Selekta Administrasi Negara, Puspaga, Bandung. _______________, 2005/a. Metode PeneIitian Administrasi, Puspaga, Bandung. _______________, 2005/b. Dinamika Kelompok, Organisasi dan Komunikasi Sosial, Puspaga, Bandung. _______________, 2004/a. Manajemen Publik, Program Pasca Sarjana Universitas Garut. _______________, 2004/b. Dinamika Kelompok, Organisasi dan Komunlkasi, Puspaga, Bandung. _______________, 2003. Teori dan Isu Pembangunan, Pustaka Program Pasca Sarjana, Universitas Garut. Islamy, Irfan, 2001. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta: Mahmudi, 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Akademi Manajemen Perusahaan, YKPN, Yogyakarta. Moenir, 1998. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta. Muhtosin Arief, 2006. Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan, Bagaimana mengelola Pelayanan agar Memuaskan, Bayu Media Publishing, Malang. Notoatmojo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rieneka Cipta Jakarta.
Robbins, Stephen P, 2002 Teori Organisasi Struktur Desain ApIikasi, Alih Bahasa: Jusuf Udaya, Arcan, Jakarta. Siagian, Sondang P,2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Bumi Aksara, Bandung. Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Alfabeta, Bandung. Tangkilisan. S, 2005. Manajemen Publik, PT. Grasindo, Jakarta. Miftah, 2000. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Adminitrasi Negara, CV Rajawali, Jakarta. Tjokrowinoto, Moeljarto, 2001.Pembangunan: Dilema dan Tantangan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Winardi, 1989. Perilaku Organisasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta. _______________, 2004. Manajemen Perilaku Organisasi, Prenada Media, Jakarta.
Dokumen-dokumen Kegiatan Penyusunan Rumah Sakit Sebagai Badan Layanan Umum, BP-RSU dr. Slamet . CV. Cipta Inovasi Garut, 2006. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), BP-R5U Kabupaten Garut, 2006. Profil Rumah Sakit Umum Dr. Slamet Garut, 2006. Peraturan Daerah Kabupaten Garut No. 20 Tahun 2001, Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Rumah Sakit Umum dr. Slamet Kabupaten Garut.