REVISI KE: PROSEDUR TETAP 5. Obat-obatan : xylocard, Digoxin / Cedilanid, preparat nitrat, Isoptin, valium, Morfin, Dopamin / Dobutamin, Streptokinase B. CARA KERJA 4. Pasang monitor EKG terus menerus 5. Rekam serial EKG setiap 12 jam RSU PERAWATAN UNIT CORONER INTENSIF Suatu bentuk perawatan khusus dengan pemantuan terus menerus, perawat yang telah dididik khusus, dilengkapi dengan DC shock, pacu jantung Halaman : sementara dan obat-obatan lengkap. Tujuan Pengertian TANGGAL TERBIT DITETAPKAN DIREKTUR RS 1. Penderita bedrest setengah duduk 2. Pasang oksigen 4 - 6 liter/menit 3. Infus NaCl 0,9 % atau Dextrose 5% 8 tetes/menit harus paling sedikit seorang perawat. MONITOR EKG : Tiap tempat tidur harus dilengkapi dengan sebuah
monitor EKG dipasang 24 jam setiap hari. 2. RESUSCITATION KIT 3. DC SHOCK 4. Pacu jantung sementara 6. Segera lakukan tindakan atau pengobatan bila terjadi komplikasi Mengawasi dan segera memberikan pengobatan atau tindakan bila terjadi A. PERSIAPAN ALAT 1. PERSONALIA ; tenaga dokter dan perawat yang telah dilatih untuk merawat, serta penderita yang akan dirawat di ICCU. Tiap tempat tidur komplikasi Prosedur Page 1 PROSEDUR TETAP jantung 2. Bedside : monitor sistem 3 elektrroda ON, lengkap dengan aksesorisnya, seperti : manset dan kabel tensimeter, saturasi oksigen, elektroda dan 3 buah plat elektod 3. Emergency trolly dekatkan ke pasien yang telah dilengkapi dengan obatobat emergency, cairan serta alat-alat seperti : terapi oksigen, defibrilator, resusitator, iv kateter, iv line 4. EKG pertable atau automatic 1. Memenuhi kebutuhan pelayanan dan asuhan keperawatan intensif serta menjamin pemantuan secara berksenambungan. 2. Dapat dilakukan tindakan khusus serta pengobatan yang spesifik
3. Dapat dilakukan deteksi dini, penanggulangan yang cepat dan tepat dengan Halaman : Suatu kegiatan penerimaan pasien baru dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, secara intensif dan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN DIREKTUR RS PENERIMAAN PASIEN 5. Tamponade jantung 6. Infeksi jantung / corditis PERSIAPAN ALAT DAN OBAT : OLEH PERAWAT 1. Bedside / tempat tidur telah disiapkan di dalam pintu masuk unit rawat tujuan menurunkan kesakitan dan kematian penyakit jantung dan 1. Telah mendapatkan persetujuan konsulen Interna/Cardiolog 2. Transpotable 3. Persetujuan pasien/keluarga 1. Penyakit jantung koroner akut/AMI 2. Nyeri dada atau disangka penyakit jantung koroner akut 3. Shock cardiogenic 4. Aritmia ganas / malignant berkesinambungan sesuai dengan tingkat kekritisan penyakit jantung dan pembuluh darah. pembuluh darah.
4. Memberi tahu per telepon kepada perawat jaga 7. Decompensasi Cordis Berat / NYHA Derajat IV Pengertian Tujuan Kebijakan Indikasi 5. Syring pump 6. Format catatan medik dan keperawatan Prosedur Page 2PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENERIMAAN PASIEN DIREKTUR RS Halaman : 11. Melaksanaan pengkajian dasar keperawatan 12. Melaksanaan pendokumentasian. Prosedur CARA KERJA : 10. Melaksanaan tindakan khusus dan atau pemriksaan khusus sesuai program 1. Nilai respon pasien, meliputi kesadaran, pernapasan, denyut jantung dalam waktu 10-20 detik. Bila stabil segera dipindahkan ke tempat tidur
unit rawat jantung tujuan menurunkan kesakitan dan kematian penyakit jantung dan 3. Beri tahu tentang tujuan dan manfaat pemasangan alat-alat unit rawat jantung 4. Pasang monitor, pilih grafik R yang tinggi, ukur tekanan darah dan denyut jantung 5. Pasang oksigen sesuai program 6. Serah terima dengan perawat pengantar pasien tentang kelengkapan catatan medik dan keperawatan, pengobatan yang telah diberikan serta tindakan atau hasil-hasil pemeriksaan. 7. Pasang / pertahankan infus emergency 8. Rekam EKG serial 12 -15 lead 9. Memberikan pengobatan sesuai program medik dengan atau tanpa syring pump Page 3PROSEDUR TETAP REVISI KE: DITETAPKAN 2. Dengan oksigen atau tanpa oksigen sesuai keadaan pasien 3. Serah terima dilakukan oleh perwat unit rawat inap dengan unit rawat C. Pemindahan pasien 1. Dengan kursi roda/brankard/tempat tidur sesuai dengan kondisi pasien pulang ke rumah, tentang obat, diet, rehabilitasi pasien dan lain-lain. B. Persiapan Administrasi dan Dokumen 1. Pasien dan keluarga diberitahu bahwa tidak memerlukan perwatan intensif
2. Menanyakan kepada pasien dan keluarga tentang klas perawatan yang dikehendaki, kecuali pasien tidak mampu. 3. Memeriksa keadaan umum dan tanda vital, terakahir sebelum diantar ke rawat inap dicatat dalam perawatan dan surat pindah 4. Menjelaskan hal-hal yang harus dipatuhi selama perawatan sampai 2. Melanjutkan pengobatan dan perawatan berkesinambungan 3. Membantu kelancaran alur pasien 1. Pasien pindah dari unit rawat jantung telah ditetapkan oleh dokter ahli / konsulen SMF Jantung asuhan keperawatan di rawat inap guna memenuhi pemulihan kesehatan. 4. Memperjelas alur tanggung jawab terhadap pengelolaan perawatan pasien Halaman : RSU TANGGAL TERBIT Pengertian Tujuan 2. Pasien pindah ke rawat inap diantar oleh perawat unit rawat jantung Kebijakan 3. Memesan tempat di rawat inap, sesuai dengan kesepakatan pasien dan keluarga kaitannya dengan pemilihan klas perawatan. 4. Sertakan hasil pemeriksaan dan tindakan selama di unit rawat jantung. 5. Melapor ke TPP serta melengkapi catatan medil rawat inap yang dituju. lagi dan boleh pindah ke rawat inap. PEMINDAHAN PASIEN DARI UNIT RAWAT JANTUNG KE UNIT RAWAT INAP
Dilaksanakan oleh perawat/ petugas unit rawat jantung A. Persiapan pasien dan keluarga jantung di nurse station, meliputi : kelengkapan catatan medik dan 2. Dilampiri catatan perawatan terakhir 1. Ada surat pindah dari dokter ahli / konsulen, SMF jantung Pemindahan pasien dari unit rawat jantung ke rawat inap oleh karena pasien tidak memerlukan lagi perawatan intensif, sehingga dapat dilanjutkan 1. Agar pasien terpenuhi pemulihan kesehatan DIREKTUR RS Prosedur Page 4PROSEDUR TETAP pasien tersebut. 5. selanjutnya perawatan pasien menjadi tanggung jawab dokter dan perawat ruang inap yang ditempati. Halaman : keperawatan, hasil-hasil suatu tindakan pemeriksaan dan obat-obatan 4. Apabila dalam pelaksanaan mengalami kesulitan sehubungan dengan keterbatasan perawat, kesibukan, tingkat emergency pasien di unit rawat jantung maka pemindahan pasien ini dapat diesepakati bersama-sama melalui penyelia jaga agar ruang rawat ianp yang terkait dapat mengambil RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN
PEMINDAHAN PASIEN DARI UNIT RAWAT DIREKTUR RS JANTUNG KE UNIT RAWAT INAP Prosedur Page 5PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT serta plat atau manset extremitas 2. Kertas EKG 3. Jelly, kertas tissue Elektrokardiografi adalah ilmu yang memperlajari tentang perubahan potensi listrik jantung Elektrokardiograf adalah alat galvanometer, dilengkapi dengan radio amplifier, gerakan jarum dan tinta yang dapat mencatat getaran arus listrik melalui permukaan tubuh Elektrokardiogram adalah grafik yang menggambarkan perubahan potensial listrik pada setiap kontraksi otot jantung yang dihubungkan dengan waktu. Pemeriksaan / pengkajian diagnostik penyakit jantung 1. penyakit jantung koroner 4. Tempat tidur 5. Spidol/pena B. Pasien 1. Diberi penjelasan tentang tujuan pemeriksaan 2. Pasien tenang, tidak bergerak, tidak menahan b.a.k / b.a.b
2. gangguan irama jantung / aritmia 4. gangguan elektrolite/ kalium dan calsium 5. perikarditis 6. efek dari obat jantung Persiapan : oleh perawat A. Alat : 1. Elektrokardiograf satu channel atau tiga channel lengkap dengan elektrode REVISI KE: DITETAPKAN PENGGUNAAN EKG DIREKTUR RS Halaman : Pengertian Tujuan Prodesur c. Perawat 1. Menyiapkan alat dan pasien, merekam serta mampu interpretasi rekaman EKG pada pasien penyakit jantung koroner 2. Interpretasi EKG dalam keadaan tertentu segera kolaborasi atau melaku RSU TANGGAL TERBIT 3. Tidur terlentang rileks/ tangan dan tungkai tidak bersentuhan 4. Tidak menyentuh besi tempat tidur kan pertolongan pertama pada keadaan gawat. 3. hipertrofi atrium dan ventrikel
Page 6PROSEDUR TETAP 10. Jika perlu voltage dibesarkan / dikecilkan dan diberi catatan RSU TANGGAL TERBIT 11. Tuliskan pada kertas rekaman EKG : nama pasien, umur, tanggal, jam dan lead masing-masing serta nama yang merekam 12. Catat pada format EKG untuk hasil interpretasi. selektor dan bila menggunakan satu elektrode dapat memindahkan elektrode ke arah lead V1 s/d V9 9. Setelah selesai merekam seluruhnya dicek voltage dengan kalibrasi lagi. VI s/d V6 / Anterior V7 s/d V9 / Posterior V2R s/d V6R / vbetrikuler kanan a. V1 ruang intercosta IV faris sternum kanan b. V2 Ruang intercosta IV garis sternum kiri c. V3 pertengahan antara V2 dan V4 d. V4 Ruang intercosta V garis mid clavicula kiri e. V5 Horisontal dengan V4 anterior aksilaris kiri f. V6 horisontal V6 mid aksilaris kiri g. V7 Horisontal V6 Posterior aksilaris h. V8 Horisontal V7 ujung scapula i. V9 Horisontal V8 pinggir vertebra 4. Kabel listrik EKG dihubungkan dengan stop kontak listrik CARA KERJA :
1. Bersihkan lemak kulit pada tempat yang akan ditempel elektrode 2. pasang manset / flat elektrode pada hantaran I, II, II, aVR, aVL, aVF a. Kabel merah / R pasang di tangan kanan / RA b. Kabel kuning / L pasang di tangan kiri / LA c. Kabel hijau / F pasang di kaki kiri / RL 5. Tekan tombol ON power, tampak lampu menyala pada EKG PROSEDUR d. kabel hitam / G pasang di tungkai kanan / gronding 3. Pasang elektrode pada Precordial lead RSU REVISI KE: DITETAPKAN PENGGUNAAN EKG DIREKTUR RS Halaman : 6. Cek voltage hingga 1 mv / 10 mm dengan kalibrasi,dial slektor posisi STD 7. Rekam dimulai dari lead I, II, III, aVR, aVL, aVF dengan memutar dial selektor 8. Rekam V1 s/d V6 ,bila menggunakan 6 elektrode dengan memutar dial Page 7PROSEDUR TETAP Mengembalikan Aritmia jantung yang ganas dengan hemodinamik yang rendah C. Pasien : 1. Monitor EKG " Pastikan " VF / VT Non Pols 2. Monitor EKG " Pastikan " VT , PAT , SVT / EKG 12 lead * Paroksismal Atrial takikardi / PAT
* Atrial Fibrilasi Rapid Ventrikular Rate / AFRVR * Atrial Flutter Rapid Ventrikular Rate / AFRV * Paroksismal junction Takikardi Persiapan A. Dokter / Perawat : Harus paham tentang : 3. Posisi tidur spine diatas papan resusitasi 4. tidak ada gigi palsu RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: Defribrilasi : ventrikular Fibrilasi Ventrikular takikardi / VT - Tidak ada pols / Non Pols Cardioversi Ventrikular Takikardi / VT, Hemodinamik tidak stabil Supra ventrikular takikardi , hemodinamik tidak stabil Merupakan terapi dengan cara memberi energi listrik ke jantung,melalui electrode/pedal yang ditempatkan pada dinding dada pasien Defibrilasi : 1. Mencegah ancaman kematian oleh karena ventrikel Fibrilasi 2. Mencegah irama denyut jantung normal sinus dan mengembalikan curah jantung yang hilang oleh karena VT / VT Non pols, mengembalikan oksigenasi dan perfusi jaringan. Cardioversi: RSU
REVISI KE: DITETAPKAN TINDAKAN DEFIBRILASI-CARDIOVERSI DIREKTUR RS Halaman : Pengertian Tujuan dan atau gagal dengan farmakoterapi Indikasi Prosedur 1. Interpretasi Rekaman RKG 2. Prinsip-prinsip BCLS dan ACLS B. Alat : 1. Defibrilator dengan elektrode monitor dan dua paddle / 10 -13 cm 2. Emergency trolly lengkap dengan obat emergency, Resusitator 3. Alat intubasi papan resusitasi 4. Oksigen terapi 5. Jelly Page 8PROSEDUR TETAP janyung normal, serta pernapasan adekuat 14. Alat dirapikan, paddle dibersihkan dari sisa jelly CARA KERJA CARDIOVERSI / SYNCHRONIZE 1. Beri tahu pasien dan keluarga RSU
TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN 2. Pasien dalam infus, diberi penenang/ valium dan cukup oksigenasi 3. Hubungkan monitor dengan pasien dan usahakan mencari R yang tinggi dan jelas usahakan gambaran EKG tidak artefak 4. Tekan knop sinchronize, pastikan alat monitor dalam keadaan siap, paddle CARA KERJA DEFIBRILASI / ASINCRONISE 1. Dekatkan defibrilator dengan pasien serta alat-alat yang lain 2. Putar On defibrilator, atur energi diawali 200 joule asyncronise 3. Berikan jelly yang cukup pada seluruh permukaan kedua paddle 4. Tempatkan posisi paddle pada sternum & apex di dada pasien, cek dengan melihat monitor display, dinilai irama jantungnya, pastikan adanya VF / VT 5. Komunikasikan pada anggota tim , Charging defibrilator" 6. Tekan charge,tombol pidal apex dengan tangan kanan atau defibrilator kontrol 7. Bila charge sudah penuh joule, beri tekanan pada paddle ke dinding dada 8. Nyatakan bahwa defibrilasi siap aman terhadap pasien dan penolong 9. Tekan kedua tombol paddle sternum dan apex simultan dan jangan terangkat 10. Perhatikan di monitor display post defibrilasi, berubah atau tidak dari VF / VT RSU DITETAPKAN 12. Bila masih tetap VF/VT, dilanjutkan Algoritma VF/VT 13. Bila berhasil pada shock ke 1/2/3, dipertahankan untuk pemulihan irama Prosedur TINDAKAN DEFIBRILASI-CARDIOVERSI
DIREKTUR RS Halaman : beri jelly 5. Energi diawali dengan 50 joule, dinaikkan bertahap bila belum ada respon 100 joule, 200 joule, 300 joule, 360 joule 6. Observasi monitor EKG terus meneus selama tindakan dan observasi tanda 11. Bila VF/VF tetap, paddle tetap diletakkan pada dinding dada pasien, ulangi sampai ketiga kali dengan menaikkan 200-300 Joule vital Page 9PROSEDUR TETAP PENGOBATAN TROMBOLITIK INTRAVENA keadaan dimana sebagian miokard mengalami nekrosis seluler irreversible akibat adanya oklusi aliran koroner total yang mendadak. Keadaan ini biasanya sebagai akibat menurunnya alliran darah koroner lama dibawah tingkat krisis 1. Pengawasan terhadap komplikasi terutama aritmia pada hari-hari pertama 1. Perawatan standar ICCU 2. Diagnosis : serial EKG dan enzim jantung CKMB, SGOT,LDH setiap 12 jam 3. Pengobatan : yang datang < 6 jam bila terdapat kontraindikasi dapat diberikan terapi trombolitik (streptokinase), sakit dada dapat diberikan Novalgin IV, Morfin SC atau Pethidin IM, angina pasca infark diberikan preparat nitrat (sublingual transdermal, drip IV). Bila terjadi komplikasi seperti Aritmia, payah jantung,dsb diobati menurut standar pengobatan masing-masing RSU TANGGAL TERBIT
REVISI KE: DITETAPKAN DIREKTUR RS PERAWATAN INFARK MIOKARD AKUT DIREKTUR RS Halaman : Pengertian Prosedur 2. segera bisa bertindak untuk mengatasi komplikasi yang sangat berbahaya. Tujuan Page 10PROSEDUR TETAP Indikasi KONTRA INDIKASI PROSEDUR RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENGOBATAN TROMBOLITIK INTRAVENA DIREKTUR RS 6. Streptokinase 1.500.000 unit dilarutkan dalam 100 ml NaCl 0,9% dan diberi kan selama 1 jam 7. Monitor tanda vital tiap 10 - 15 menit. Bila terjadi hipotensi -> head down
position. Trombolisis sementara dihentikan. Filling dengan NaCl 0,9 % 100 250 ml untuk mengatasi efek vasodilatasi karena trombolisis. Setelah tekanan darah naik diteruskan lagi. 8. Monitor gambaran EKG jika terjadi aritmia 9. Observasi tanda-tanda alergi 1. Ada persetujuan keluarga 2. Tersedia defibrilator dan trolly emergency 3. Pemeriksaan sebelum trombosis : EKG lengkap, foto thorax, Cardiac enzym, darah lengkap, masa perdarahan, masa pendjedalan APTT dan elektrolit 4. Pasang kateter IV (infus) 5. Premedikasi dengan diphenhydramin hydroclorida 50 mg dan dexamethasone 40 mg IV PENGOBATAN TROMBOLITIK INTRAVENA PADA INFARK MIOKARD AKUT Membatasi luas infark 1. Nyeri dada yang khas lebih dari 20 menit bisa hilang dengan istirahat dan Halaman : pemberian nitrat 2. Onset kurang dari 12 jam 3. Pada EKG elevasi segmen ST > 2 mm pada dua sadapan atau lebih pada sadapan prekordial atau lebih 1 mm pada dua sadapan atau lebih pada sadapan extermitas. 4. Usia < 70 tahun 1. hipertensi , BP > 200 / 110 mmHg 2. kecurigaan diseksi aorta
3. pasca resusitasi yang traumatic 4. riwayat stroke < 6 bulan 5. riwayat trauma kepala yang baru atau adanya neoplasma intrakranial 6. riwayat ulkus peptikum atau hemorroid dengan perdarahan baru. Prosedur Tujuan 7. riwayat post partum dini atau penderita hamil 8. penderita dengan penyakit-penyakit terminal 9. riwayat pengobatan streptokinase kurang dari satu tahun atau riwayat alergi streptokinase 10. Setelah streptokinase selesai dilanjutkan heparinisasi bolus 5000 unit 10. bila memang diperlukan, dapat menggunakan trombolitik yang non antigenik (urokinase r.TPA) Page 11TETAP PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN DIREKTUR RS PROGRAM TERAPI OKSIGEN heparin drip dengan dosisi awal 1000 unit/jam selama lima hari dengan menyesuaikan hasil pemriksaan APTT 1,5 - 2 kali kontrol. Harus selalu diawasi tanda-tanda perdarahan selama infus heparin.
bila terjadi perdarahan distop, pengelolaan perdarahan (transfusi k/p dan obatobatan fibrinotik). pemeriksaan laboratorium sesudah streptokinase * APTT tiap 12 jam * enzim jantung tiap 24 jam * EKG lengkap tiap 24 jam PADA INFARK MIOKARD AKUT Halaman : Page 12PROSEDUR TETAP 3. Hubungi dengan outlet sentral/ tabung 4. Pilih kateter nasal/ kenule nasal/ Sungkup muka sederhana, Sungkup muka dengan kantong non rebreathing / atau sungkup muka dengan kantong rebreathing atau Venturi 5. Hubungkan pada flow meter oksigen 6. Alirkan oksigen dengan memutar selektor sesuai kebutuhan 7. Pasang ke pasien dengan cara seperti dibawah ini : Halaman : PROGRAM TERAPI OKSIGEN Program terapi oksigen merupakan upaya dalam mempertahankan keseimbangan kebutuhan oksigenasi dalam tubuh. a. Memenuhi kebutuhan oksigen pada hipoxia b. Menurunkan kerja pernapasan c. Menurunkan beban kerja jantung/ miokard d. Pemerikasaan saturasi oksigen rendah 1. Persiapan Alat
b. Flow meter oksigen dan humidifer c. Kateter nasal d. Kenule nasal e. Sungkup muka sederhana f. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing / NRM g. sengkup muka dengan kantong rebreathing / RM Pengertian Tujuan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PROGRAM TERAPI OKSIGEN DIREKTUR RS Halaman : a. Outlet oksigen sentral / dinding/ tabung h. sengkup muka dengan Venturi i. Jelly k-y/ untuk pelicin 2. Pasien a. Diberi tahu manfaat dan tujuan b. Atur posisi tidur sesuai dengan kondisi pasien Cara Kerja oleh Perawat 1. Perawat cuci tangan 2. Hubungkan dengan flow meter oksigen
Prosedur Page 13AliranKonsentrasi L/ Mnt (%) 1 - 6 22 - 24 1 - 6 24 - 44 5 - 840 - 60 8 - 12 60 - 100 4 - 13 30 - 55 s.d.a PROSEDUR TETAP Akut miokard Infark (AMI) adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan atau sehingga menutup rapat dan nyaman jika perlu memakai kain kasa pada daerah tertekan. RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN DIREKTUR RS Beri pelicin pada ujung/ kedua ujung kenule, masikan kedua ujung kenule kedalam lubang hidung pasien fiksasi Ukur jarak antara lubang hidung sampai ke ujung daun telinga, beri
pelicin/ jelly pada ujung kateter masukan melalui lubang hidung Karakter Nasal 7. Sungkup muka dengan kantong rebreathing / RM 8. Sungkup muka dengan venturi 9. Jelly K-Y / Untuk pelicin Jenis Alat Cara Kerja sejauh yang diperkirakan kemudian fiksasi. Sungkup Muka Atur tali pengikat sengkup muka, sederhana Sungkup muka non rebreathing PENATALAKSANAAN AKUT MIOKARD INFARK Pengertian 6. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing / NRM Isi oksigen kedalam kantong dengan menutup lubang antara kantong dengan sungkup. Atur tali Halaman : PROSEDUR Perawatan Sungkup muka rebreathing
1. Outlet oksigen sentral/ dinding/tabung 2. Flow meter oksigen dan humidifer 3. Kateter nasal 4. Kenule nasal 5. Sungkup Muka sederhana pengikat sungkup sehinga menutup rapat dan nyaman Nasal Kenule Page 14Prosedur PROSEDUR TETAP DITETAPKAN DIREKTUR RS nekrose otot jantung yang disebabkan oleh berkurangnya atau terhentinya aliran koroner secara tiba-tiba, atau secara tiba-tiba kebutuhan oksigen meningkat tanpa disertai perfusi arteri koroner yang memadai. A. Pemeriksaan penunjang 7. Tindakan revaskularisasi koroner : PTCA (percutaneus Transluminae mobilisasi secara bertahap. Penatalaksanaan Prinsip penatalaksanaan AMI adalah menurunkan kebutuhan oksigen dan meningkatkan persediaan oksigen miokard. 1. Bedrest total selama 24 jam pertama 2. Terapi oksigen 3. Infus emergency
4. Bedside cardiac monitoring 5. Monitoring hemodinamik 6. Terapi : vasodilator, beta bloker, analgetik, narkotik, antiplatelet, antilipid 1. Pemeriksaan EKG serial = Abnormal segmen ST, gelombang T dan Q 2. Pemeriksaan cardiac enzym serial = peningkatan CK-CKMB, LDH, GOT 3. Rontgen Thorax = ada cardiomegali, oedema paru 4. Echocardiografi = disfungsi ventrikel / valve 5. Angiografi koroner = Oklusi arteri koroner 6. Pemeriksaan darah = Lekositosis serum lipid meningkat AGD mungkin hipoxemia Coronary Angioplasty) 8. Menenangkan pasien = obat sedative, penyuluhan 9. Diet = Puasa sampai 8 jam pertama setelah serangan, diteruskan diet jantung secara bertahap (Diet jantung I,II,III,IV) RSU TANGGAL TERBIT PENATALAKSANAAN ANGINA PECTORIS Halaman : Agina pectoris adalah suatu gejala temporer miokardia iskemia yang dirasakan sebagai nyeri dada (Chest pain) atau tidak nyaman (Chest discomfort) REVISI KE: Pengertian Pengertian Tujuan Menurunkan kebutuhan oksigen dan meningkatkan persediaan oksigen miokard
10. Monitoring balance cairan 11. Rehabilitasi = setelah 24 jam pertama tidak ada komplikasi dimulai Page 15PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN Syok adalah merupakan gangguan dimana perfusi ke jaringan tidak cukup melakukan aktivitas, berupa depresi segmen ST atau gelombang T inverted. b. Cardiac enzym (CK, CKMB, LDH, GOT) Pengertian PENATALAKSANAAN SYOK KARDIOGENIK DIREKTUR RS Halaman : 10 % biasanya normal, 90% abnormal berupa lesi arteri koroner Pengertian Pemeriksaan penunjang : a). PTCA ( Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty) b).CABG ( Coronary Artery By Pass Graft). propanolol, atenolol c). Kalsium antagonis Nifedipin, diltiazem, verapamil d). Anti Agregasi Aspilet, ascardia
e). Anto koagulan Heparin, levonox d. Pengendalian factor resiko e. Tindakan intervensi e. Serum Lipid ( HDL, LDL, Cholesterol, Triglyserid) Meningkat resiko faktor CAD Penatalaksanaan : a. Bedrest, sebaiknya tidur telentang atau semifowler b. Terapi oksigen c. Obat-obatan a). Nitrat Nitrat, cedocard, Minitran, isoket b). Beta Bloker a. EKG 30 % biasanya normal dan 70% abnormal pada episode nyeri dada atau menyelamatkan pasien dari ancaman yang lebih serius yaitu kematian Tujuan Biasanya normal, meningkat menunjukan infark miokard c. Sters Test / Treadmill Hasil abnormal EKG : ST depresi atau T inverted, serangan angina saat test d. Angiografi koroner otot jantung (AMI) Prosedur jaringan vital jantung , otak, Ginjal dan hati Agar cepat menentukan sikap dan tindakan yang perlu dilakukan untuk
membawa zat yang diperlukan dan membuang sisa metabolisme , terutama ke Page 16PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN Syok kardiogenik adalah jantung tidak dapat mempertahankan Cardiaca output untuk membutuhkan metabolisme tubuh dengan tubuh # Perfusi ke Organ tergantung dari tekanan arteriaol sistemik dan resistensi atau tekanan vaskuler dari organ. # Cardiac output adalah strok volume dikalikan Heart Rate. # Tekanan arterial adalah cardiac output dikalikan resistensi vaskuler sistemik # Resistensi vaskuler tergantung dari radius pembuluh darah yang Pengertian Tujuan Pemeriksaan penunjang : Hypoksemia PaO2 < 80 mmHg Asidosis metebolisme pH < 7,35 Alkalosis respiratori PaCO2 < 35 mmHg 3. Foto thoraks # Jantung sering membesar 4. Ekhokardiografi 5. Hemodinamic monitor Selain untuk memonitor pemberian cairan juga untuk memonitor LV fungsi
# Oedema Paru / pembendungan paru 1. Memperbaiki kontraksi jantung 2. Menaikan cardiac output 3. Memberikan vasodilatasi 4. Mengatasi asidosis respiratori dan metebolisme DIREKTUR RS Halaman : Terapi inisial : 1. Terapi oksigen (Dicapai PaO2 : 80 - 120 mmHg) PENATALAKSANAAN SYOK KARDIOGENIK mempengaruhi struktur dinding pembuluh darah dan tonus alat polos vaskuler 1. EKG a). AMI luas : anterior, inferior, posterior kanan yang terjadi ( Perubahan QST). b). Dysritmia : Bradiritmik/ AV Block total. c). Hypertrofi jantung 2. Laboratorium a). Enzym jantung meningkat (CKMB,LDH. SGOT, SGPT) b). AGD : Page 17PROSEDUR TETAP - Meningkatkan kontraksi miokard dengan menstimulasi beta reseptor, meningkatktakn tekanan arterial sistemik, meningkatkan kardiak output, dan resistensi vaskuler perifer. 3. Keseimbangan kebutuhan cairan - Perlu pemasangan CVP
- Monitor RAP - Monitor PCWP - Dengan monitor hemodinamik dapat diobservasi dan dievaluasi terus menerus setiap 10 menit - Dosis terapi 2-20 mcg/kgBB/Mnt,bila TD sistolik 70 -100 mmHg * Norepinefrin alpa dan beta action - Dosis tinggi 5-20 mcg/KgBB/mnt pada pasien dengan tekanan darah kurang dari 70 mmHg (sistolik) untuk meningkatkan kontraksi otot jantung dan cardiac output serta tekanan darah * Dobutamin ( Dobutrex) - Efek inotropik, menstimulasi beta reseptor untuk meningkatkan kontraksi dan stroke volume - Dosis dimulai 2-4 mcg/kgBB/Mnt * 8 - 10 L/Mnt menggunakan masker /NRM * Intubasi bila memerlukan terapi oksigen aliran cepat dengan bantuan ventilator bila PaO2 < 50 mmHg 2. Obat adrenergik Cardiac Arrest dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana tidak ada tanda-tanda klinis adanya cardiac output. Mencegah kerusakan cerebral yang menetap yang mungkin akan terjadi bahkan kematian. RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN
PENATALAKSANAAN CARDIAC ARREST DIREKTUR RS Halaman : 4. Memenuhi kebutuhan keseimbangan asam basa - pemeliharaan pH = 7,35 (sodium bicarbonat) 5. Tyrah baring, pososi supine, kaki dinaikan 45 derajat 6. IABP ( Intra Aotric Ballon pump) * Dopamin - Dosis rendah 2,5 mcg/kgBB/mnt untuk : dilatasi renal, mesenteric, coronary cerebral Pengertian Tujuan Page 18PROSEDUR TETAP Pengertian Hipertensi terdiri dari hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer (95%) tidak diketahui penyebabnya. Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, yaitu : obesitas, merokok, stress, intake sodium yang berlebihan, serum lipid yang meningkat dalam darah dan alkohol. Hipertensi sekunder (5%) adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENATALAKSANAAN PASIEN HIPERTENSI
DIREKTUR RS Halaman : Pemeriksaan penunjang Henti jantung dapat diikuti fenomena listrik antara lain VF, VT, Asistole dan Disosiasi Elektromekanik (PEA) . Oleh karena itu sangat perlu dilakukan Tujuan PROSEDUR 3. Fase Post resusitasi 4. Tujuan CPR adalah untuk mempertahankan ventilasi dan sirkulasi yang adekuat dan untuk menjaga kestabilan irama jantung. monitoring EKG pada pasien dengan cardiac arrest. Penatalaksanaan : Pasien dengan cardiac arrest harus sesegera mungkin dilakukan Resusitasi CardioPulmonar, yang meliputi : 1. Bantuan Hidup Dasar (Basic Cardiac Life Support) yang bertujuan untuk mengupayakan kembali oksigenasi jaringan. 2. Bantuan Hidup Lanjut (Advanced Cardiac Life Support) yang berguna untuk mempertahankan oksigenasi yang spontan. Page 19adalah severe hipertensi tanpa diikuti kerusakan organ target. Prosedur PROSEDUR TETAP b. Laboratorium Fungsi ginjal : BUN, Ureum Urine Rutin
Asam Urat Darah lengkap Elektrolit c. Radiologi - edema paru oleh karena gagal jantung kiri - pembesaran jantung, vaskularisasi aorta yang lebar - pelebaran mediastiunum oleh karena diseksi aorta d. Ekokardiografi Tampak penebalan dinding ventrikel kiri, mungkin juga sudah terjadi dilatasi dan gangguan fungsi sistolik dan diastolik. terutama ginjal. Hipertensi krisis (very severe) : sistolik > 210 mmHg dan diastolik > 110 mmHg. Diklasifikasi dalam 2 tipe : 1) hipertensi urgensi 2) Hipertensi emergency adalah severe hipertensi yang diikuti dengan adanya kerusakan organ target seperti otak, jantung dan ginjal. 1. Menurunkan morbiditas dan mortalitas. 3. Mencegah komplikasi. 1. Lakukan pemeriksaan penunjang ; a. EKG akan didapatkan : * Pembesaran ventrikel kiri * Pembesaran atrium kiri * Penyakit jantung koroner 2. Mempertahankan TD sistolik 140mmHg dan diastolik 90 mmHg
5) Menurunkan BB bagi pasien obesitas RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENATALAKSANAAN PASIEN HIPERTENSI DIREKTUR RS Halaman : 2. Penatalaksanaan a. Pengobatan Non Farmakologi 1) Perubahan cara hidup 2) Mengurangi asupan garam dan lemak 3) Mengurangi asupan alkohol 4) Berhenti merokok Tujuan PROSEDUR Page 20PROSEDUR TETAP Pengertian energi listrik yang kuat dengan metode sinchron. RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENGGUNAAN DEFIBRILASI (DC SHOCK)
DIREKTUR RS Halaman : Defibrilatror adalah suatu alat elektrik yang biasanya dilengkapi dengan alat monitor EKG yang digunakan untuk terapi aritmia jantung (defibrilasi atau kardioversi) Defibrilasi (external) adalah suatu tindakn terapi dengan cara memberikan aliran energi listrik yang kuat dengan mode asinchron ke jantung pasien melalui elektroda (pedal) yang ditempelkan di permukaan dinding dada. Cardiovesi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliran 6) Meningkatkan aktifitas fisik 7) Olahraga teratur 8) Menghindari ketegangan 9) Istirahat cukup b. Pengobatan Farmakologi 1) Diuretik : furosemid 0,5-1 mg/KgBB 2) Beta bloker : propanolol 3) Calsium antagonis 4) ACE inhibitor : captopril 5) Alpha adrenergic blocking agent 6) Vasodilator : - Nitroprusid, yaitu vasodilator arteri dan vena. Dosis 0,25-8ug/KgBB/menit pemberian yang cepat > 15ug/KgBB/menit atau pemberian yang lama > 48 jam dapat menyebabkan terjadinya Thyocinate Toxicity yang ditandai dengan gejala pandangan buram, bingung, tinitus. PROSEDUR
Obat ini diberikan dengan menggunakan infus pump. - Nitroglicerine adalah vasodilator untuk vena dengan dosis 5-100ug/menit 7) Morphin : 2-5mg Page 21PROSEDUR TETAP PROSEDUR Tujuan PROSEDUR 3. Matikan pace maker bila terpasang. 4. Lakukan defibrilasi bila dipastikan gambaran EKG VF atau VT non pulse dengan cara sbb: - Beri jelly yang cukup pada pedal - Hidupkan defibrilator dan pastikan dalam setelan Asinchron, atur energi yang dipakai - Letakkan pedal pada dada, agak diputar agar jelly menyebar rata - Pastikan tidak ada orang yang kontak dengan pasien atau bed pasien. - Tekan knop pedal secara bersama-sama dan defibrilator akan 2) Peralatan a) DC Shock (Defibrilator dengan electrode/pedalnya) b) Jelly c) Ambu bag dengan face mask d) Oksigen e) papan resusitasi f) obat-obat emergency 3) Pasien
a) Posisikan supine diatas papan yang rata dan keras (papan RKP) b) Singkirkan semua besi yang menempel langsung pada pasien c) Ambil gigi palsu pada pasien, bila ada. C. PROSEDUR DEFIBRILASI 1. Pastikan gambaran EKG F pada monitor EKG 2. Siapkan alat-alat defibrilasi (lakukan RJP) bila alat-alat belum tersedia. RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENGGUNAAN DEFIBRILASI (DC SHOCK) DIREKTUR RS Halaman : a. menghilangkan ancaman kematian karena ancaman jantung b. mengembalikan irama jantung menjadi normal. c. mengembalikan oksigenasi dan perfusi ke jaringan. DEFIBRILASI A. INDIKASI : 1. pasien dengan irama VF (Ventrikel Fibrilasi) 2. Pasien dengan irama VT (Ventrikel Takikardi) non pulse B. PERSIAPAN DEFIBRILASI 1) Perawat Harus paham : - Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler - Interpretasi gambaran EKG
- Prinsip-prinsip keamanan terhadap listrik. Page 22PROSEDUR TETAP PROSEDUR PROSEDUR 1. Beritahu pasien dan keluarga (terangkan maksud dan tujuannya) 2. Rekam EKG 12 lead 3. Pasang Infus (bila belum terpasang) 4. Atur posisi pasien terlentang 5. Berikan oksigen dan obat penenang 6. Observasi tanda vital 7. Siapkan alat-alat Cardioversi : a) hubungkan pasien dengan monitor EKG (usahakan EKG dengan gelombang R yang tinggi dan jelas) Premediksai dulu dengan valium RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENGGUNAAN DEFIBRILASI (DC SHOCK) DIREKTUR RS Halaman : C. PROSEDUR CARDIOVERSI 5. Berikan oksigen 6. Perhatikan pada pasien apakah ada luka bakar
CARDIOVERSI A. INDIKASI : Dilakukan pada pasien dengan kelainan EKG : * VT : Ventrikel Takikardi * PAT : Paroksismal Atrial Takikardi * SVT : Supra Ventrikel Takikardi * F : Atrial Takikardi Yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. B. CARA CARDIOVERSI : 1. Emergency : Tidak perlu tindakan (khusus) apa-apa, bila VT langsung cardioversi (harus dengan alay-alat RJP) 2. Elektif : memberikan kejutan / kontraksi pada pasien - Nilai gambaran EKG segera jika masih VF, defibrilasi diulangi. D. PERAWATAN POST DEFIBRILASI 1. Nilai keadaan psien 2. Monitoring gambaran EKG 3. Pasang infus bila belum terpasang 4. Siapkan pemberian obat-obatan dan observasi pemberian obat-obatan Page 23PROSEDUR TETAP Persiapan Alat Mendapatkan jalan napas yang lancar dengan penempatan yang tepat
pipa trachea oral 1. Henti jantung 2. Pasien sadar tapi ventali kurang adekuat 3. Pasien tidak dapat mempertahankan jalan napas yang adekuat 4. Penolong tidak mampu memberikan ventilasi adekuat dengan cara konvensional 1. Laringoskop, lengkap dengan handle dan blade 2. Pipa Endotrakeal (ETT) dengan ukuran : a) Perempuan : No. 7,0 ; 7,5 ; 8,0 PROSEDUR RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN INTUBASI DIREKTUR RS Halaman : 10. Nilai gambaran EKG (bila menetap, energi dinaikkan bertahap dan prosedur diulang) 11. Setelah selesai, rapikan alat-alat 12. Catat dan laporkan tindakan Cardioversi. b). Usahakan gambaran EKG tidak artefak c) tekan knop sinchron d) berikan jelly yang cukup pada pedal 8. Yakinkan lat-alat pada keadaan siap, knop pada posisi sinchron dan
berikan enrgi sesuai kebutuhan 9. Lakukan cardioversi * letakkan pedal pada posisi yang benar * tekan knop pedal secara bersamaan Tujuan Indikasi Page 24PROSEDUR TETAP sambil memperhatikan perkembangan dada. 12. Bila terdengar suara "gargling" pada lambung dan dada tidak mengembang lepaskan ETT, lakukan hiperventilasi kembali selama 30 detik dengan O2 100% selanjutnya lakukan intubasi kembali. 13. Kembangkan balon "cuff" dengan menggunakan spuit 20 cc atau 10 cc dengan volume secukupnya sampai tidak terdengar suara kebocoran udara di mulut saat dilakukan ventilasi "bagging". 14. Lakukan fixasi ETT dengan plester agar tidak terdorong atau tercabut. 15. lakukan ventilasi terus dengan oksigen 100% prosedur Prosedur 11. Lakukan ventilasi dengan menggunakan "bagging" dan lakukan auskultasi, pertama pada lambung kemudian pada paru kanan dan kiri pada orang dewasa kedalaman ETT ± 19-23 cm 10. Waktu intubasi tidak boleh lebih dari 30 detik. RSU TANGGAL TERBIT
REVISI KE: DITETAPKAN INTUBASI DIREKTUR RS Halaman : 9. bantal 10. Plester dan gunting 11. Mesin Suction (alat penghisap lendir) 1. Cek alat-alat yang diperlukan dan pilih ukuran ETT sesuai dengan kebutuhan 2. Beri pelumas pada ujung ETT sampai daerah "cuff" 3. Lakukan hiperventilasi minimal 30 detik (lakukan "Sellick Manuver") 4. Letakkan bantal di Oksiput setinggi ± 10 cm dan kepala tetap extensi 5. Bila perlu lakukan penghisapan lendir pada mulut dan faring 6. Buka mulut dengan cara "cross finger" & tangan kiri memegang laringoskop 7. Masukkan bilah laringoskop menelusuri mulut sebelah kanan, sisihkan lidah ke kiri. Masukkan bilah sampai mencapai dasar lidah, perhatikan agar lidah atau bibir tidak terjepit diantara bilah dan gigi. 8. Angkat laringoskop ke atas dan ke depan dengan kemiringan 30 -40 derajat, jangan menggunakan gigi sebagai tumpuan. 9. Bila pita suara sudah terlihat, masukkan ETT sambil memperhatikan bagian proximal dar "cuff" ETT melewati pita suara ± 1-2 cm atau b) Laki-laki : No 8,0 ; 8,5 c) Emergency : No 7,5 3. Stilet 4. Mandrin
5. Forsep magil 6. Jeli 7. Spuit 20 cc atau 10 cc 8. Steteskop Page 25PROSEDUR TETAP PASIEN DAN PENDERITA YANG DAPAT DIRAWAT DI ICU Penentuan penderita yang dapat dirawat di ICU Memberikan batasan penderita yang akan mendapat pelayanan di ICU Penderita dalam keadaan akut, kritis dan masih dalam keadaan dapat ditolong (reversible dan recoverble) I. INDIKASI UMUM 1. Semua penderita yang membutuhkan bantuan pernapasan mekanik atau alat bantuan khusus lainnya. 2. Semua penderita yang membutuhkan monitoring secara cermat dan ketat. II. INDIKASI KHUSUS PROSEDUR RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN DIREKTUR RS Halaman : Page 26PROSEDUR
TETAP 1. Serah terima pasien dengan segala permasalahannya dari dokter jaga ICU ke dokter jaga sesuai konsultan jaag kelas 1 dan kelas 2, dengan aturan : senin-kamis : 14.00 jumat : 11.00 sabtu : 12.30 Minggu / hari libur pagi : 08.00 malam : 20.00 2. Atasi kegawatan -> lakukan program -> konsul Anestesi atau sub bagian RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN TATA CARA DIREKTUR RS JAGA ICU Halaman : Peraturan yang dibuat untuk mengatur tugas jaga ICU Supaya pelayanan pasien dan pencatatan pasien di ICU dapat berjalan baik Dokter jaga ICU melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur * Syok kardiogenik apapun sebabnya. pengobatan klasik tidak memberikan hasil yang baik atau menuju ke arah terjadinya kegagalan pernapasan. 2. Kelainan pada sistem kardiovaskuler. Syok hipovolemik, kardiogenik,septik.
syok hipovolemik dan septik yang tidak menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan klasik atau didapatkan komplikasi menuju ke arah kegagalan pernapasan. Setiap syok kardiogenik/syok septik maupun penyebabnya, untuk pengawasan EKG (BED SIDE) / pemantauan ketat hemodinamik. 3. Keracunan Kasus-kasus keracunan makanan, obat-obatan, zat kimia yang memerlukan pengobatan suportif misalnya : hemodialisa, transfusi tukar, bantuan napas mekanik dan syok. III. PRIORITAS INDIKASI RAWAT ICU Mengingat terbatasnya tempat/tenaga/sarana makan prioritas indikasi rawat: 1. Kelainan pada saluran pernapasan Pneumonia, Bronkiolitis, Laringitis, dirawat di ICU apabila : dengan Unit Terkait PROSEDUR SMF lain, HCU, ICCU Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur Page 27PROSEDUR TETAP Obat-obat emergency dan peralatan standar yang harus tersedia di ICU Mendukung pelayanan terhadap kegawatan penderita yang dirawat. Semua tempat perawatan yang menjadi ruang lingkup ICU harus tersedia
1. PERALATAN A. Alat pembebas jalan nafas 1. Ambu bag : lengkap 2. Masker / Sungkup muka : semua ukuran lengkap 3. Laringoskop dan blade 4. Pipa ET lengkap 5. Pipa nasofaringeal lengkap 6. Pipa Orofaringeal lengkap 7. Pipa Tracheostomi lengkap RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENYEDIAAN OBAT DAN DIREKTUR RS PERALATAN KEGAWATAN Halaman : lain yang terkait 3. Menulis laporan jaga di MR 4 4. Menyerahkan pasien dengan segala permasalahannya ke dokter jaga berikutnya Prosedur Unit Terkait Dokter jaga ICU Pengertian
Tujuan Kebijakan Prosedur Page 28PROSEDUR TETAP 7. dilantin 8. digoxin 9. dipenhidramin 10. dopamin 11. dobutamin 12. dextrose 40% 13. furosemid 14. heparin 15. clonidin injeksi 16. lidocain 17. manitol 18. midazolam 19. morfin 20. naloxone 6. diazepam 1. Adrenalin 2. Aminophyllin 3. Atropin sulfas 4. calcium chloride 10% calcium gluconas 10% RSU
TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENYEDIAAN OBAT DAN DIREKTUR RS PERALATAN KEGAWATAN Halaman : 5. dexamethasone 10. kateter penghisap B. Transfusi dan Infus 1. Infusion pump 2. Syringe Pump 3. Infus set/Transfusion set/ extension set 4. IV catheter 5. Three way stopcock 6. Umbilical catheter C. Monitor 1. bed side monitor : pulse oxymetri, tekanan darah invasif dan non invasif 2. EKG 3. Respirasi 4. Temperatur D. lain-lain 1. NGT (feeding tube) 2. Catheter Urine E. Obat-obatan
8. Masker (non dan reberathing ), T piece 9. Head box Prosedur Page 29 21. natrium bicarbonat 22. phenytoin 23. phenobarbital F. cairan-cairan A. cairan kristaloid cairan yang mengandung molekul elektrolit 1. Sodium Chloride (NaCl 0,9%) 2. Rineger lactat 3. maintanance : D5% dengan elektrolit NaCl dan Kcl B. cairan koloid cairan pengganti plasma sebelum mendapatka transfusi 1. HAES steril 6%, HAES steril 10% 2. Expafusin 3. Albumin 2,5%, 10% PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENILAIAN TINGKAT KESADARAN DIREKTUR RS
(METODE GLASGOW-PITTSBURGH COMA SCALE) Halaman : Penentuan tingkat kedaran dengan metode Glasgow-Pittsburgh Coma Scale Menyamakan penilaian tingkat kesadaran pasien Penilaian tingkat kesadaran harus memakai kriteria yang telah dibuat. a. BUKA MATA Spontan
4
Patuh perintah
3
Pada rangsangan nyeri
2
Tidak ada
1
b. RESPON MOTORIK TERBAIK Menurut perintah Reaksi setempat
6 5
Menarik (wihdraws) Flexi abnormal
4 3
IGD, ICU, SMF lain Unit terkait Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur Page 30PROSEDUR TETAP Extensi
2
Tidak ada
1
C. RESPON VERBAL TERBAIK Baik (oriented)
5
Pembicaraan kacau
4
Kata-kata tak tersusun
3
Suara
2
Tidak ada
1
D. REAKSI PUPIL TERHADAP CAHAYA Normal
5
Lambat
4
Respon tak sama
3
Besar tak sama
2
Tidak ada
1
E. REFLEX SARAF OTAK TERTENTU Semua ada Reflex bulu mata (-) Reflex Kornea (-)
5 4 3
RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENILAIAN TINGKAT KESADARAN DIREKTUR RS (METODE GLASGOW-PITTSBURGH COMA SCALE) Halaman : semua reflex kranial (-)
1
f. KEJANG Tidak ada
5
Kejang fokal
4
Umum intermitten
3
Umum kontinyu
2
Flaksid
1
g. NAPAS SPONTAN Normal
5
periodik
4
Hiperventilasi sentral
3
Hipoventilasi/ irreguler Apnea IGD, SMF SARAF, ICU Prosedur Prosedur Unit Terkait Page 31PROSEDUR TETAP Tujuan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN DIREKTUR RS Halaman :
2 1
KENAIKAN TEKANAN INTRAKRANIAL Peningkatan volume/jumlah tekanan dari struktur di dalam rongga tengkorak yang terdiri dari otak, otak dan pembuluh darah serta cairan serebrospinal. Sebagai panduan penanganan kenaikan intrakranial Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan gejala sisa serta menurunkan mortalitas. 1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada keluarga pasien. 2. Kenali gejala, tanda penyakit sakit kepala, muntah, perubahan kepribadian, diplopia, kejang, penurunan kesadaran, dilatasi pupil. 3. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi: pengukuran tekanan intrakranial, CT Scan kepala, Funduskopi 4. Pengobatan Tergantung pada penyebabnya : 1) Endema otak a. Endema vasogenik Unit Terkait Prosedur Pengertian Kebijakan Page 32PROSEDUR TETAP Halaman : Meningitis bakteri adalah peradangan selaput otak yang disebabkan oleh bakteri
patogen Kortikosteroid Monitol 0,5 - 1 gr/kgBB/6-8 jam b. Endema sitotoksik Manitol 0,5-1gr/KgBB/6-8 jam c. Endema interstitial Azetazolamid 25-50 mg/KgBB/hr 2). Hidrosefalus : VP shunting 3). Tumor,perdarahan,SOL a. Konsul bedah saraf, operatif b. Atasi faktor penyebabnya. 5. Pemantauan efek samping pengobatan berupa gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan cairan dan sirkulasi, hipertensi dan komplikasi penyakit yaitu tanda-tanda herniasi dan cushing syndrome. ICU, SMF Saraf, SMF Anak, ICCU Unit Terkait Prosedur * Pemeriksaan CT scan kepala, EEG atas indikasi. 3. Pemeriksaan penunjang * Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah, biakan darah. * Lumbal pungsi (jumlah sel, kadar protein, kadar gula, pewarnaan gram, biakan dan uji resistensi) RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE:
DITETAPKAN MENINGITIS BAKTERI DIREKTUR RS Pengertian Tujuan Sebagai panduan penanganan menigitis bakteri Kebijakan Prosedur Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan mortalitas 1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada keluarga pasien. 2. Kenali gejala dan tanda meningitis bakteri. - sering didahului infeksi saluran nafas atau saluran cerna dengan gejala panas, batuk, pilek, diare dan muntah serta nyeri kepala - Penurunan kesadaran, kaku kuduk, tanda rangsang meningeal yang lain, kejang dan defisit neurologis fokal. Page 33PROSEDUR TETAP * uji pendengaran * uji penglihatan Komplikasi penyakit subdural effusion subdural empyema, abses cerebri, hidrocefalus. MENINGITIS BAKTERI DIREKTUR RS
Halaman : * uji fungsi hati * uji fungsi ginjal Cefotaxime Ampicillin Chloramphenicol 2) Terapi Antibiotik sesuai kultur LCS 5. Pemantauan efek samping pengobatan * pemeriksaan darah tepi RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN 4. Pengobatan Supuratif Atasi kejang, turunkan panas, cegah hipoxia otak, cegah dekubitus, keratitis Prosedur ICU, SMF Saraf, SMF Anak unit Terkait Prosedur Lama pengobatan : 10-14 hari 3) Kortikosteroid : dexamethasone 4) Bedah : jika ditemukan emyema subdural, abses otak, hidrosefalus. aspirasi, turunkan tekanan inttrakranial yang meningkat Jika ditemukan endema otak dapat diberikan manitol 0,5-1gr/KgBB setiap 8 jam dan kortikosteroid.
Pengobatan kausatif 1) Pengobatan empirik antibiotik Page 34PROSEDUR TETAP Kebijakan mortalitas. 1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada keluarga pasien Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN TETANUS DIREKTUR RS Halaman : Suatu penyakit toksemia akut dan fatal yang disebabkan oleh Clostridium tetani dengan tanda utama kekauan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran Sebagai panduan penanganan ketoasidoasis diabetik Pengertian Tujuan PROSEDUR Derajat I (tetanus ringan) * Trismus ringan sampai sedang * Kekakuan umum
* Kaku kuduk, opistotonus, perut papar. * Tidak dijumpai disfagia ringan * Tidak dijumpai kejang * Tidak dijumpai gangguan aspirasi Derajat II (tetanus sedang) * trismus sedang * kekakuan jelas 2. Kenali gejala, tanda, derajat dan komplikasi penyakit Page 35PROSEDUR TETAP # bronkopneumonia # atelektasis # empisema mediastinal # pneumothorax # sepsis # fraktur vertebra 3. Pemeriksaan laboratorium atas indikasi Liquor cerrebrospinal dan biakan kuman anaerobik 4. Terapi dasar tetanus Antibiotik * Penicillin prokain 50.000 IU/KgBB/Kali IM, tiap 12 jam atau * Ampicillin 150 mg/KgBB/hari IV dibagi 4 dosis atau * tetrasiklin 25-50 mg/KgBB/Hari PO dibagi 4 dosis (max 2 gram) atau RSU
TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN TETANUS DIREKTUR RS Halaman : * hipertensi berat dan takikardi atau * hipertensi dan bradikardi * hipertensi berat atau hipotensi berat Penyakit pada tetanus # gangguan ventilasi paru # aspirasi pneumonia Derajat III (tetanus berat) * trismus berat * otot spastis, keajng spontan * takipnea, takikardi * Apneic spell * disfagia berat * aktifitas sistem autonom meningkat Derajat IV (tetanus stadium terminal) * derajat III ditambah dengan * gangguan autonom berat PROSEDUR * dijumpai kejang rangsang * tidak ada keajng spontan
* takipnea * disfagia ringan Page 36PROSEDUR TETAP 5. Terapi suportif * bebaskan jalan nafas * hindarkan aspirasi dengan menghisap lendir perlahan-lahan dan memindah-mindahkan posisi pasien * perawatan dengan stimulasi minimal * pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila trismus berat dapat dipasang sonde nasogastrik * bantuan nafas pada tetanus berat atau tetanus neonatorum * pemantuan atau monitoring kejang dan tanda penyulit 6. Tetanus ringan dan sedang * terapi dasar tetanus * perhatian khusus pada keadaan jalan nafas akibat kejang dan aspirasi * pemberian cairan parenteral bila perlu nutrisi secara parenteral. Tetanus berat * terapi dasar seperti diatas * perawatan dilakukan di ICU, diperlukan intubasi dan pemakaian ventilator * balans cairan dimonitor secara adekuat PROSEDUR
* dalam keadaan berat : diazepam drip 20 mg/KgBB/hari dirawat di ICU
* dosis pemerliharaan 8 mg/KgBB/hari PO dibagi 6-8 dosis perawatan luka atau pot d'entrée dilakukan setelah diberi antioksidan dan anti konvulsi
tiap 6 jam, atau * eritromisin 40-50 mg/KgBB/hari PO dibagi 4 dosis (bila ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan sefalosporin) Netralisasi toksin : ^ anti tetanus serum (ATS) 50.000 - 100.000 IU setengah dosis diberikan IM dan setengahnya IV dilakukan uji kulit terlebih dahulu. ^ apabila tersedia dapat diberikan human tetanus immunoglobulin (HTIG) 3000-6000 IU IM Anti konvulsi * diazepam0,1-0,3 mg/KgBB/Kali IV tiap 2-4 jam RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN TETANUS DIREKTUR RS Halaman : * metronidazole loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5 mg/KgBB Page 37 * apabila spasme sangat hebat, berikan pankuronium bromida 0,02 mg/KgBB/Kali IV diikuti 0,05 mg/KgBB/kali diberikan tiap 2-3 jam * apabila terjadi aktifitas simpatis yang berlebihan, berikan beta bloker seperti propanolol dan labetalol PROSEDUR TETAP Unit Terkait
PROSEDUR kematian atas namanya dan selanjutnya jenazah ditempatkan di kamar janazah. 8. Dalam hal pasien diapsang alat penunjang kehidupan (respirator) maka untuk penentuan kematiannya dikemudian hari harus menggunakan kriteria diagnosis Diagnosa kematian batang otak harus melalui prosedur yang ditetapkan 1. Setiap pasien yang dibawa ke IGD dianggap masih dalam keadaan hidup dan diperlakukan sebagaimana layaknya meninggal. 2. Pernyataan meninggal cukup dilakukan seorang dokter kecuali bila pasien dipersiapkan menjadi donor cadaver maka harus dibuat oleh minimal oleh 2 orang dokter yang tidak terlibat dalam proses transplantasi. 3. Sebelumnya dokter harus melakukan pemeriksaan teliti 4. Bila sudah terdapat henti jantung dan paru maka perlu resusitasi pasling sedikit 10 menit atau dipasang alat respirator kecuali dokter yakin bahwa tindakan medik tersebut tidak ada gunanya. 5. Jika sesudah resusitasi tidak menunjukkan tanda-tanda berhasil maka segala upaya dapat dihentikan dan kemudian pasien ditempatkan di ruang observasi selama 2 jam untuk kepentingan konfirmasi kecuali dokter yakin bahwa pasien telah benar-benar meninggal. 7. Setiap pasien yang telah dinyatakan meninggal oleh dokter dibuatkan surat Kebijakan PROSEDUR RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN
PENENTUAN KEMATIAN BATANG OTAK DIREKTUR RS Halaman : Mati batang otak adalah suatu keadaan jaringan otak rusak sedemikian beratnya, sehingga fungsi vitalnya rusak, irreversible dan tidak lagi tergantung pada keadaan jantung Untuk menyamakan penilaian/diagnosa kematian batang otak. Pengertian Tujuan Page 38PROSEDUR TETAP SIRS (Systemic inflammatory Response syndrome) : Respon sistemik terhadap berbagai kelainan klinik berat ( misalnya infeksi, trauma dan luka bakar) yang ditandai dengan ≥ 2 dari 4 kriteria sebagai berikut: * Hipertermi ( > 38,5 0 C) atau Hipotermi (< 36 0C) * Takikardi yaitu peningkatan HR > 2 SD diatas normal sesuai umur dalam keadaan tidak terdapat stimulasi external. Pemakaiaan obat-obat jangka panjang atau rangsangan nyeri atau bradikardi : HR< persentil 10 sesuai umur tanpa stimulasi vagal external, Bangsal perawatan, ICU, IGD Unit terkait RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN
SEPSIS DIREKTUR RS Halaman : Sepsis adalah SIRS dengan bukti atau dugaan infeksi sebagai penyebab. Sebagai panduan penanganan sepsis. yang bersumber pada konsep "brain stem death is death" Pengertian Tujuan PROSEDUR PROSEDUR Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan mortalitas 1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada keluarga pasien 2. kenali definisi, gejala dan tanda sepsis SIRS (Systemic inflammatory Response syndrome) Respon sistemik terhadap berbagai kelainan klinik berat ( misalnya infeksi, trauma dan luka bakar) yang ditandai dengan ≥ 2 dari 4 kriteria sebagai berikut: * Hipertermi ( > 38,5 0 C) * Takikardi yaitu peningkatan HR > 2 SD diatas normal sesuai umur dalam keadaan tidak terdapat stimulasi external. Pemakaiaan obat-obat jangka panjang, atau rangsangan nyeri kenali definisi, gejala dan tanda sepsis Page 39PROSEDUR TETAP bukti infeksi meliputi penemuan positif pada pemeriksaan klinis, pencitraan /test laboratorium ( misalnya pada sel darah putih pada cairan tubuh normal steril
perforasi usus, foto ronsen dadamenetap adanya pnemonia, ruam ptekiae atau * Syok Septik → asam laktat, BAG, LFT, Elektrolit dan EKG 4. Pengelolaan : 1) diagnosis dini 2) Early Goal Directed Therapy (EGDT) resutansi cairan agresif dengan koloid atau kristaloid, pemberian obat-obatan inotroprik dan atau vasopresor dalam waktu 6 jam sesudah sesudah purpura atau purpura fulminal). SEPSIS BERAT sepsis dengan disfungsi organ cardiovaskuler/ ARDS atau ≥ 2 disfungsi organ lain. SYOK SEPTIK Sepsis dengan disfungsi organ cardiovaskuler ( lihat tabel 2) 3.Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi : * Darah rutin, Hb, Ht, Leukosit, Trombosit * GDS, CRP * Studi Koagulasi * Kultur darah berseri * Hapus darah tepi : lekopenia/ lekositosis , granula toksis, shif to the left * urinalisis * Foto Thoraks TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN SEPSIS DIREKTUR RS
Halaman : Infeksi disebabkab adanya kuman patogen atau sindrom klinis yang berhubungan dengan kemungkinan besar infeksi. pemakaian ß-Bloker, atau penyakit jantung bawaan. * Takipneu dengan RR > 20 SD diatas normal sesuai umur atau ventilator mekanik yang akut yang tidak berhubungan dengan penyakit neuromuskuler atau penggunaan anastesi umum * Jumlah lekosit yang meningkat atau menurun ( yang bukan akibat dari kemoterapi) sesuai umur atau neurofil imatur > 10% ( Lihat Tabel 1) SEPSIS SIRS dengan bikti atau dugaan infeksi sebagai penyebab. PROSEDUR INFEKSI Suatu kecurigaan atau bukti ( dugaan kultur positif, pengecatan jaringan/ uji POR) RSU PROSEDUR Page 40PROSEDUR TETAP a. Profilaksis stress Ulcers b. Profilaksis trombosis Vena dalam c. Pencegahan hipoglikemia pada sepsis d. Penatalaksanaan disfungsi organ paru,saluran cerna, koagulasi, & renal Tabel 1. Tanda vital khusus sesuai umur & variabel laboratorium ( batas bawah untuk HR jumlah leukosit & TD sistolik untuk persentil 5 & batas atas
untuk frekuensi jantung, laju napas/ hitung leukosit untuk persentil 95) Kelompok Usia (mmHg)
Heart rate, X/ Menit Laju napas Σ lekosit Tekanan takikardi
brikardi x/Permenit (x 103/mm2 Sistol
0 hari - I > 80 < 100 > 50 > 34 < 65 minggu 1 minggu - 1 bulan> 180 < 100 > 40 >19.5 atau < 5 < 75 1 Bulan - 1 Tahun >180 < 90 > 34 > 17.5 atau < 5 < 100 2- 5 tahun > 140 Not applicable > 22 > 15.5 atau <6 < 94 6- 12 tahun >130 Not applicable > 18 > 13.5 atau , 4.5< 105 13-18 tahu > 110 Not applicable > 14 > 11 atau < 4.5 < 117 12) Intervenous Imunoglobulin (IMG) Disfungsi Kardiovaskuler meskipun pemberian bolus cairan intravena isotonis ≥ 40 mg/kg BB dalam 1 jam Tabel 2. Kriteria disfungsi Organ diagnosis ditegakkan di unit gawat darurat sebelum masuk PICU. 3) Inotropik/ Vasopresor/ Vasodilator 4) Extra Corporeal Membrane Oxigenation (ECMO) 5) Suplemen Oksigen 6) Koreksi Asidosis 7) terapi antibiotika 8) Eradikasi sumber infeksi 9) Terapi Kortikosteroid 10) Anti - inflamasi 11) Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor ( GMCSF) RSU
TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN SEPSIS DIREKTUR RS Halaman : 13) Transfusi tukar/ hemafiltrasi 14) Terapi suportif * Penurunan tekanan darah ( hipotensi) < persentil 5 Th. Sesuai usia atau sistolik < 2 SD dibawah normal sesuai usia ATAU * Membutuhkan obat vasioaktif untuk mencegah tekanan darah dalam rentang normal (dopamin> 5 mg/kg/ menit atau dobutamin epineprin atau norepineprin pada berbagai dosis) * Dua hari berikut ini : asidosis metabolik yang dapat dijelaskan, defisit basa> 5.0 mEq/L Meningkatnya laktat arteri > 2 kali batas atas atau normal PROSEDUR Page 41PROSEDUR TETAP Unit Terkait * Membutuhkan ventilasi mekanik non efektif invasif atau non invasif RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN SEPSIS DIREKTUR RS
Halaman : Oligori , urine < 0,5 cc/kgBB/jam Pemanjangan cappilary refill > 5 detik Beda suhu core dan perifer > 3o C Pernapasan * PaO2/FiO2 < 300 tanpa adanya penyakit jantung sianotik atau penyakit paru sebelumnya ATAU * PaCO2 > 65 torr atau 20 mmHg diatas PaCO2 normal ATAU * dibutuhkan FiSO2 > 50 % untuk menjaga saturasi diatas 92% ATAU * Glasgow Coma scale ≤ 11 * Perubahan akut pada status mental dengan penurunan GCS ≥ 3 poin dari keadaan abnormal Hematologi * Hitung Trombosit < 80 mm2 atau penurunan 50% hitung trombosit dari nilai tertinggi yang dicatat dalam 3 hari terakhir untuk pasien hematologi onkologi kronik ) ATAU Ginjal * Serum kreatinin ≥ 2 kali batas atas normal sesuai usia 2 kali lipat peningkatan dari kreatinin awal Hepar * Bilirubin Total ≥ 4 mg/dl ( tidak untuk neonatus) ATAU * SGPT 2 kali diatas batas normal sesuai usia Neurologi Page 42PROSEDUR TETAP 5. Tidak sadar GDS> 100 mg% atau kondisi lain yang memerlukan perawatan di ICU Management Airway dan breathing RSU
TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN KETOASIDOSIS DIREKTUR RS Halaman : Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah kegawatan penyakit metabolik dan endokrin sebagai komplikasi Diabetes Mellitus tipe karena defisiensi insulin yang ditandai kadar gula darah > 300 mg di ketonimia dan asidosis (pH < 7,32 dan kadar bikarbonat < 15 mEq) Sebagai panduan penanganan ketoasidosis diabetik Intubasi dan pemakaian ventilator mekanik jika perlu. Pengertian Tujuan Kebijakan PROSEDUR Unit terkait Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan mortalitas 1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada keluarga pasien 2. Kenali gejala dan tanda diabetes atau riwayat poliuria dan polidipsi beberapa hari sebelumnya kemudian kesadaran menurun sampai koma. Tanda-tanda asidosis dan dehidrasi kadang sampai syok: Hiperpnea, reflex tendon menurun sampai hilang, adanya reflex Babinski
dan hipotermia. 3. Timabang berat badan, tentukan derajat dehidrasi, tingkat kesadaran dan keadaan sirkulasi (ukur tekanan darah dan nadi) 4. Pemeriksaan laboratorium atas indikasi : gula darah, fungsi ginjal, urinalisa, AGD Page 43PROSEDUR TETAP Tujuan Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan jantung guna kelangsungan hidup pasien. Mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru Indikasi: 1) Henti nafas 2) Henti jantung Persiapan 1) Alat a. Alat pelindung diri (masker, handscoen) RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN RESUSITASI JANTUNG PARU DIREKTUR RS Halaman : b. trolly emergency yang berisi:
* Laryngoskop lurus dan bengkok (anak dan dewasa) * Magil force * Pipa trakhea berbagai ukuruan * trakhea tube berbagai ukuran * Gudel berbagai ukuran * CVP set * Infus set/blood set * Papan resusitasi * Gunting verban * bag resusitasi lengkap c. EKG d. DC shock lengkap 2) Pasien a. Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan b. Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras c. Baju bagian atas pasien dibuka Pelaksanaan 1. petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen) Pengertian PROSEDUR Page 44PROSEDUR TETAP 1. Evaluasi pernapasan pasien tiap 1 menit saat dilakukan RJP BC kombinasi 2. Lakukan RJP BC sampai : Hal-hal yang perlu diperhatikan
8. Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi jantung luar dengan perbandingan 15 : 2 untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong dan 3 : 1 untuk neonatus 9. Setiap 4 siklus (4 kali kompresi dan 5 kali ventilasi) cek pernapasan h. Jika nafas tetap belum ada lanjutkan tehnik kombinasi dimulai dengan kompresi jantung luar. 2. mengecek kesadaran pasien dengan cara: memanggil nama menanyakan keadaannya menggoyangkan bahu pasien/ mencubit pasien 3. Jika pasien tidak sadar/respon, aktifkan SPGDT 4. Buka jalan nafas dengan head lift chin lift dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN RESUSITASI JANTUNG PARU DIREKTUR RS Halaman : PROSEDUR PROSEDUR timbul napas spontan diambil alih alat/petugas lain dinyatakan meninggal
penolong tidak mampu atau sudah 30 menit tidak ada respon 3. Kompresi jantung luar dilakukan dengan cara : a) dewasa * penekanan menggunakan dua pangkal telapak tangan dengan kejutan bahu * penekanan pada daerah sternum 2-5 jari di atas processus xyphoideus * kedalaman tekanan 3-5 cm * frekuensi penekanan 80-100 kali per menit b) anak *penekanan menggunakan satu pangkal telapak tangan * kedalaman tekanan 2-3 cm * frekuensi penekanan 80-100 kali per menit c) neonatus 5. Menilai pernafasan dengan cara : melihat pergerakan dada/perut mendengar suara keluar/masuk udara dari hidung merasakan adanya udara dari mulut/hidung pipi atau punggung tangan 6. Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buatan dengan resuscitator sebanyak 2 kali secara perlahan 7. Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis, jika arteri carotis teraba cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali Page 45
* jari tangan dan telunjuk tanagn penolong menekan dada bayi pada posisi
sejajar putting susu 1 cm ke bawah * kedalaman tekanan 1-2 cm * perbandingan kompresi jantung dengan begging adalah 3 :1 PROSEDUR
* punggung bayi diletakkan pada lengan bawah kiri penolong sedangkan tangan kiri memegang lengan atas bayi sambil meraba arteri brachalis sebelah kiri Page 46PROSEDUR TETAP Kebijakan Prosedur dipakai di loket IGD SMF Saraf, SMF THT, SMF Jiwa, SMF Mata, TPP 7. Pasien / keluarganya menyelesaikan administrasi IGD dan obat yang Unit Terkait SMF Anak, SMF Bedah, SMF penyakit dalam, SMF Kebidanan, ICU/ICCU, OK, 5. Dokter dan perawat jaga IGD mendokumentasikan semua tindakan yang sudah dilakukan dalam catatan medik (status pasien) 6. Pasien diobservasidi IGD selama 2-6 jam. Setelah 6 jam, dokter jaga IGD menentukan pasien boleh pulang atau rawat inap. 1. Pasien diterima oleh perawat dan dokter Instalasi Gawat Darurat yang bertugas di ruang tindakan 2. Pasien gawat bedah (trauma) dan atau non trauma yang perlu tindakan misalnya retensi urin, corpus alienum, intoksikasi, langsung dilakukan tindakan life saving oleh dokter jaga atau perawat jaga IGD 3. Lakukan konsultasi untuk penanganan lebih lanjut pada pasien oleh dokter jaga IGD bila perlu ( kasus bedah, kasus medik ) 4. Pasien gawat yang memerlukan tindakan bedah cito, langsung disiapkan pelayanan operasinya di IGD. Dan setelah kamar operasi (Instalasi Bedah a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan Halaman : Prosedur yang mengatur tentang proses penerimaan dan penanganan pasien a. Agar sistem pelayanan yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat sesuai dengan alur yang ditetapkan b. sebagai acuan dalam pelaksanaan penanganan pasien di Instalasi Gawat darurat, langkah-langkah mengenai batasan tugas dan dokter dan perawat RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENERIMAAN DAN PENANGANAN PASIEN DIREKTUR RS DI INSTALASI GAWAT DARURAT di instalasi gawat darurat. jaga IGD Tujuan Pengertian di Unit Gawat Darurat Sentral) sudah siap, pasien segera diantar oleh perawat IGD untuk dilakukan operasi di kamar operasi 47PROSEDUR TETAP Pengertian
Tujuan Kebijakan Prosedur tindakan IGD disertai rekam medik (status) pasien 5. Apabila pasien tidak perlu mendapat tindakan maka pasien diperbolehkan pulang dan keluarga menyelesaikan administrasinya. dokter jaga triage 2. Lakukan seleksi dengan memberi label sesuai tingkat kegawatan pasien. 3. Keluarga atau pengantar pasien mendaftar ke ruang TPP untuk dicatat kelengkapan data atau identitas pasien dan mendapatkan status untuk catatan medis selanjutnya yang akan diisi oleh dokter jaga triage 4. Apabila pasien perlu mendapat tindakan makan pasien dibawa ke ruang pengobatan oleh dokter jaga dan dibantu oleh perawat IGD 5. Triage dalam keadaan bencana/disaster digunakan untuk menentukan prioritas penanganan pasien berdasarkan beratnya cedera dan atau kegawatan pasien serta probabilitas hidupnya ( label merah didahulukan). A. Triage dalam keadaan sehari-hari 1. Pasien diterima oleh perawat jaga triage dan dilakukan pemeriksaan oleh 1. Pelayanan pasien di triage dilakukan oleh dokter/perawat jaga triage 2. Label seleksi pasien sebagai berikut : ∆ Pasien yang telah meninggal dunia (Hitam) = 0 Halaman : Sistem penerimaan dan seleksi untuk pelayanan sehari-hari dan atau Agar semua pasien dapat menerima dan dilayani, diklaifikasikan tingkat & jenis ∆ Pasien gawat darurat mengancam nyawa (Merah) = 1
∆ Pasien gawat darurat dengan keadaan umum stabil (Kuning) = 2 ∆ Pasien gawat darurat palsu/false emergency (Hijau) = 3 3. Pasien dengan kriteria biru dan merah sesudah dilakukan life saving ( penanganan segera oleh dokter) 4. Pasien dengan kriteria kuning dan hijau diberikan perawatan dan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ pelayanan Rumah Sakit c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan Semua pasien di triage dilakukan oleh dokter/perawat jaga triage RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PELAYANAN TRIAGE DIREKTUR RS mengadakan seleksi penderita pada keadaan bencana atau musibah massal kegawatannya sehingga diarahkan pada pertolongan yang tepat dan cepat keperawatan di Unit Gawat Darurat 48PROSEDUR TETAP d. Label Hjau : Diberikan untuk korban darurat tidak gawat, yaitu korban dengan luka ringan, tidak ada gangguan sistem respirasi dan atau 4. Pada saat terjadi musibah massal, dokter jaga menetapkan status terjadinya musibah massal, tergantung dari banyaknya pasien yang
datang kardiovaskuler = 4 b. Label Merah : Diberikan untuk korban gawat darurat yaitu korban RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PELAYANAN TRIAGE DIREKTUR RS Halaman : IRNA, OK, ICU/ICCU, NICU, RADIOLOGI, LABORATORIUM Unit Terkait Prosedur cedera sehingga terjadi gangguan pada sistem respirasi yang mengancam henti nafas & atau ada gangguan sistem kardiovaskuler yang mengancam henti jantung atau korban yang diketahui baru saja c. Label kuning : Diberikan untuk korban gawat darurat , yaitu korban dengan cedera berat atau parah dalam keadaan stabil = 3 terlihat henti nafas atau henti jantung = 1 B. Triage dalam Keadaan Bencana/Disaster 1. Dokter memeriksa kondisi korban secara singkat dan cermat 2. Dokter segera menentukan tingkat kegawatdaruratan korban 3. Dokter bersama petugas memberikan label:hitam, merah, kuning & hijau untuk setiap korban sesuai dengan tingkat kegawatdaruratan, yaitu : a. Label hitam : Diberikan untuk korban yang sudah meninggal dunia = 0
49PROSEDUR TETAP Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur rekam medis rawat inap, untuk selanjutnya oleh perawat IGD diserahkan ke perawat ruangan sesuai permintaan ruang/kelas atau hak pasien 1. Semua psien yang masuk ke IGD harus mendaftar dirinya atau didaftarkan oleh keluarga atau pengantarnya ke petugas TPP 2. Pasien tanpa keluarga dan pengantar tetap didaftarkan oleh petugas IGD ke TPP dengan diberi identitas / label Tn / Ny / Nn / An / :X 3. Lembar catatan medik diisi oleh dokter jaga IGD dan perawat jaga IGD dan Konsulen sesuai kasus pasien 4. Lembar catatan medik pasien rawat jalan setelah selesai perawatan dicatat pada laporan medis harian IGD dan dalam waktu maksimal 1x24 jam di DITETAPKAN PEMBUATAN CATATAN MEDIS DI IGD 7. Lembaran catatan medik IGD tidak dibenarkan untuk diisi atau diserahkan Unit Terkait Semua SMF , Medical Record penyakit pasien IGD dan dihasilkan dengan rapi dan lengkap melindungi petugas medis dari tuntutan hukum keperawatan di Unit Gawat Darurat oleh atau kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan.
5. Lembar catatan medik IGD bagi pasien yang MRS rawat inap setelah di lengkapi pengantar rawat, didaftarkan se petugas TPP rawat inap untuk diberikan nonor registrasi dan berkas rekam medis rawat inap 6. Lembar catatan medis IGD dan pengantar rawat disatukan dengan berkas setor ke TPP rawat jalan 1. Diperolehnya catatan medis yang lengkap,tepat, jelas dan benar 2. Mencegah terjadinya kesalahan dalam memberikan tindakan dan c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ pelayanan Rumah Sakit c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan DIREKTUR RS Halaman : Prosedur yang mengatur tentang proses pembuatan catatan perjalanan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: 50PROSEDUR TETAP catatan medisnya Unit terkait semua SMF, PICU/NICU, ICU/ICCU/HCU, Instalasi Patologi klinik Agar pemeriksaan laboratorium klinis dapat dilakukan secara cepat dan benar untuk penunjang diagnosa menghubungi petugas laboratorium untuk pengambilan sampel sesuai
permintaan pemeriksaan. 10. Hasil pemeriksaan laboratorium klinis IGD untuk pasien rawat jalan diserahkan kepada pasien/keluarga/pengantar oleh dokter/perawat jaga IGD sebelum pasien meninggalkan ruang perawatan IGD. 11. Kepada pasien yang MRS hasil pemeriksaannya disertakan pada berkas Alternatif lain untuk pengambilan sample pemriksaan sulit adalah melalui venaseksi yang dilakukan oleh dokter ahli sesuai kebutuhan. 8. Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, keluarga/pengantar pasien mengambil hasil pemeriksaan dari labortaorium untuk diserahkan kepada dokter atau perawat jaga IGD 9. Bagi pasien yang tidak ada keluarga/pengantar maka perawat IGD 6. Pemeriksaan yang karena keterbatasan fasilitas laboratorium RS dapat dilakukan di laboratorium lain yang mempunyai fasilitas yang sesuai dengan permintaan / kasus setelah dibicarakan dengan pasien/keluarga 7. Bagi pasien yang sulit dilakukan penangambilan sampel pemeriksaan (seperti bayi/anak dengan vena yang kolaps/sulit didapat) maka perawat IGD menghubungi petugas laboratorium untuk pengambilan sampelnya 3. Sampel pemeriksaan & blanko permintaan pemeriksaan selanjutnya diserahkan kepada keluarga/pengantar pasien untuk diantar ke laboratorium 4. Pasien ASKES/ JAMKESMAS/JAMKESDA/JAMKESDA PROPINSI untuk blanko permintaan pemeriksaan harus disertai dengan blanko jaminan 5. Pasien umum (tanpa jaminan asuransi) pembayaran biaya pemeriksaan di atur berdasarkan ketentuan /prosedur tetap instalasi Laboratorium RS Kebijakan a. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ pelayanan Rumah Sakit
b. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan keperawatan di Unit Gawat Darurat Prosedur 1. Yang meminta pemeriksaan laboratorium adalah dokter jaga IGD atau dokter konsulen jaga sesuai bidang SMF terkait 2. Perawat/ dokter jaga IGD melakukan pengambilan sampel pemeriksaan sesuai permintaan yang tertulis pada blanko pemeriksaan laboratorium KLINIS PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT Halaman : Pengertian Sistem pelayanan pemriksaan laboratorium klinis pada pasien yang masuk dan atau dirawat di IGD Tujuan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PELAYANAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM DIREKTUR RS 51PROSEDUR TETAP Unit terkait 9. Pada pasien yang MRS hasil pemeriksaannya disertakan pada berkas catatan medisnya SMF Anak, SMF Bedah, SMF Penyakit dalam, kebidanan, ICU/ICCU, Radiologi Prosedur 1. Permintaan foto dilakukan oleh dokter jaga IGD atau dokter konsulen jaga bidang SMF terkait
2. Dokter/perawat jaga IGD memberitahukan kepada pasien/keluarga/ pengantar pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan foto radiologi & salah satu anggota keluarga/pengantar pasien disarankan menemani pasien untuk ikut ke instalasi Radiologi 3. Perawat jaga dibantu pekarya/petugas loket IGD mengantar pasien ke Instalasi Radiologi untuk dilakukan pemeriksaan radiologi sesuai permintaan pada blanko pemeriksaan IGD beserta dengan kwitansi tagihan (sebagai piutang) yang akan ditagihkan kepada pasien/ keluarga setelah ada kepastian cara pembayarannya. 8. Hasil pemeriksaan foto radiologi dari IGD untuk pasien rawat jalan setelah dicatat hasilnya pada berkas catatan medis pasien, dituliskan hasil radiologi telah diserahkan kepada pasien atau keluarga/pengantar pasien oleh dokter /perawat jaga IGD sebelum pasien meninggalkan ruang perawatan IGD bantu pekarya untuk kembali ke IGD. Sedangkan salah satu anggota keluarga/ pengantar pasien menunggu hasil pemeriksaan untuk selanjutnya diserahkan kembali ke dokter jaga IGD atau dokter konsulen. 7. Bagi pasien yang tidak ada keluarga/pengantar dan atau pasien yang saat itu belum mampu melunasi administrasi di Instalasi Radiologi, pemeriksaan radiologi tetap dilakukan. Hasil pemeriksaan radiologi diambil oleh petugas 4. Pasien ASKES/ JAMKESMAS/ JAMKESDA/ JAMKESDA PROPINSI blanko permintaan pemeriksaan harus disertai dengan blanko jaminan ASKES/ JAMKESMAS/ JAMKESDA/ JAMKESDA PROPINSI 5. Pasien umum tanpa jaminan asuransi pembayaran pemeriksaan radiologi diatur berdasarkan ketentuan /prosedur tetap Instalasi radiologi RS 6. Setelah dilakukan pemeriksaan foto radiologi, pasien diantar perawat di
Tujuan Agar foto radiologi dapat segera diperoleh untuk membantu penegakkan diagnosa dengan cepat dan tepat Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ pelayanan Rumah Sakit c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan di Unit Gawat Darurat DIREKTUR RS PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT Halaman : Pengertian Pelayanan pemeriksaan foto radiologi bagi pasien yang masuk dan atau dirawat di IGD RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PELAYANAN PEMERIKSAAN FOTO RADIOLOGI 52PROSEDUR TETAP c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan Unit terkait Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur
penderita untuk diselesaikan. 5. Demi untuk ketersediaan & kelangsungan pengadaan khusus untuk bahan spalk/ bidai (dalam hal ini penyediaan papan spalknya) maka pengaturan Instalasi farmasi pemakaiannya & pembayarannya diatur berdasarkan PERDA a. Dilanjutkan ke ruangan bila penderita dirawat inap sebagai piutang untuk ditagihkan b. Bon dengan jaminan berupa alamat penderita secara lengkap dan tanda tangan lengkap penderita untuk urusan penagihan (bon dilakukan petugas Depo IGD dengan mengetahui dokter jaga IGD) c. Bilamana penderita meninggal dunia, tagihan diberikan pada keluarga dibawasertakan ke rauangan bersama status rawat inap 3. Pada kondisi karena ketersediaan/keterbatasan obat dan bahan yang akan digunakan pada pasien IGD maka petugas Depo obat IGD menganjurkan pasien/keluarga/pengantar untuk membeli/menebus resep di apotek lain. 4. Bila tidak ada anggota keluarga yang mengurus obat & bahan yang dipakai maka dibuatkan catatan pemakaian oleh petugas Depo IGD untuk tujuan : 1. Dokter jaga IGD/dokter konsulen membuat resep sesuai dengan catatan penggunaan obat dan bahan yang habis pakai yang digunakan pasien 2. Petugas Depo obat IGD membuat perincian harga obat dan bahan yang digunakan, untuk pasien umum dibuat pada resep umum selanjutnya diserahkan pada pasien/keluarga agar membayar di petugas jaga depo obat IGD untuk pasien ASKES/JAMKESMAS/JAMKESDA/JAMKESDA PROPINSI dibuat pada resep ASKES (blanko/formulir resep tersedia) selanjutnya resep akan menjadi arsip bagi petugas depo IGD. Ini berlaku bagi pasien rawat
jalan dan MRS dengan resep ASKES, khusus pasien MRS kopian resepnya Agar penyediaan obat-obatan dan bahan bagi pasien IGD dapat segera diguna a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ pelayanan Rumah Sakit kan untuk menyelamatkan pasien dari kecacatan dan atau kematian di Unit Gawat Darurat DIREKTUR RS Halaman : suatu sistem pelayanan yang mengatur tentang penggunaan obat dan bahan pakai untuk pengobatan dan perawatan pasien yang masuk dan atau dirawat di IGD RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PELAYANAN FARMASI PASIEN IGD 53PROSEDUR TETAP Sebagai pedoman penerapan langkah-langkah untuk membantu masyarakat c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur
memadai sesuai dengan penyakitnya mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. 4. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan dibantu perawat IGD dan kalau 9. Pasien yang tidak MRS rawat inap atas saran dokter konsulen harus diberi 1. Pasien yang datang dirujuk dari sarana kesehatan lain diminta menunjukkan surat pengantar rujukan 2. Keluarga atau pengantar pasien mendaftarkan di TPP untuk dicatat datanya dalam status catatan medik 3. Pasien dimasukkan ke dalam ruang pemeriksaan sesuai dengan kasusnya perlu mengatasi kegawatannya. 5. Sesudah dokter jaga IGD mengisi lembar catatan medik yang diperlukan & perawat mengisi lembar tindakan perawatan dan kolaboratif, bila memerlu keterangan tindakan medik yang sudah diberikan 8. Kalau pasien memerlukan pengawasan dalam perjalanan harus diantar dengan pengawasan perawat terlatih kan jawaban surat rujukan untuk sarana kesehatan yang merujuk. Unit Terkait SMF Anak, SMF Bedah, SMF penyakit dalam, SMF Kebidanan, ICU/ICCU, OK, SMF Saraf, SMF THT, SMF Jiwa, SMF Mata, TPP kan konsultasi ahli, pasien dilaporkan ke dokter konsulen, lengkap dengan keterangan tindakan medik yang sudah diberikan 6. setelah mendapatkan saran/jawaban dari dokter konsulen pasien dapat MRS ke ruang rawat inap atau pasien dipulangkan. 7. Pasien karena keterbatasan kemampuan RS terpaksa dirujuk ke RS rujukan harus membawa surat pengantar dari konsulen, lengkap dengan Cara bagaimana masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang
a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ pelayanan Rumah Sakit di Unit Gawat Darurat REVISI KE: DITETAPKAN PELAYANAN SISTEM RUJUKAN DIREKTUR RS Halaman : RSU TANGGAL TERBIT 54PROSEDUR TETAP Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur keributan/banyaknya pengunjung IGD, pasien yang sudah dinyatakan meninggal oleh dokter jaga IGD atau dokter SMF terkait, perawat/pekarya IGD dapat langsung mengantarkan jenazah ke kamar jeanazah tanpa dilakukan Instalasi Pemulasaran Jenazah Unit Terkait Instalasi Pemulasaran Jenazah, Medical Record menunggu observasi 2 jam di IGD atau dengan kata lain observasi 2 jam penyerahan yang ditandatangani petugas.
4. Selanjutnya perawat IGD menyerahkan perawatan jenazah kepada petugas kamar jenazah (IPS) sepengetahuan keluarga atau pengantar. 5. Pada kasus kematian tidak wajar (ruda paksa) atau penderita yang tidak dikenal, petugas IGD melaporkan pada pihak yang berwajib/polisi 6. Pada kondisi yang membutuhkan kelancaran atau untuk meghindari 1. Dokter jaga IGD atau dokter SMF terkait yang merawat pasien yang gawat harus memberikan penjelasan secara terperinci mengenai kemungkinan perjalanan penyakit yang dapat menimbulkan kematian pasien serta upaya tindakan yang akan dan telah dilakukan 2. Pasien yang meninggal pada saat dilakukan pemeriksaan/pertolongan/ perawatan di IGD, diobservasi di IGD selama 2 jam. Selanjutnya jenazah langsung dikirim ke kamar jenazah (IPS) oleh perawat jaga dibantu pekarya IGD 3. Jenazah diserhakan kepada petugas kamar jenazah disertai surat Agar keluarga pasien yang meninggal dalam perawatan di IGD dapat SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan memperoleh ketenangan untuk menghadapi musibah yang mendadak dan tidak terduga keperawatan di Unit Gawat Darurat PENANGANAN PASIEN DIREKTUR RS YANG MENINGGAL DI IGD Halaman : Prosedur yang mengatur tentang pelayanan perawatan pada pasien yang meninggal di IGD
RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN 55PROSEDUR TETAP Unit terkait IGD, Medical record, Apotek Prosedur Dokter menuliskan resep-resep sesuai dengan acuan pembukaan resep 1. Setelah dokter memeriksa pasien 2. Dokter menuliskan resep untuk pasien 3. Resep diberikan kepada pengantar pasien 4. Resep dibawa ke apotek untuk pengambilan obat Pemberian resep adalah tanda bukti permintaan obat dari dokter untuk diberi kan kepada pasien yang bersangkutan untuk pembelian obat di apotek Adanya peraturan tertulis tentang langkah-langkah pemberian resep oleh dokter terhadap pasien. RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PEMBERIAN RESEP DIREKTUR RS Halaman : Pengertian
Tujuan Kebijakan 56PROSEDUR TETAP 3. Surat keterangan sakit yang telah dibuat diberikan kepada pasien atau keluarga pasien Dokter IGD, Medical record Unit terkait Prosedur adanya peraturan tertulis tenyang pemberian surat keterangan sakit 1. Setelah dokter memriksa pasien, dokter mencatatnya di rekam medik 2. Dokter menulis surat keterangan sakit sesuai dengan keadaan pasien, bagi pasien yang memerlukan surat keterangan sakit Halaman : Surat keterangan sakit adalah laporan tertulis untuk pasien yang memerlukan istirahat yang dibuat oleh dokter sesuai dengan penyakitnya. sebagai acauan dalam membuat surat keterangan sakit RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PEMBERIAN SURAT KETERANGAN SAKIT DIREKTUR RS pengertian Tujuan
kebijakan 57PROSEDUR TETAP Unit Terkait Prosedur Kebijakan Tujuan Pengertian "Dilarang masuk kecuali petugas" petugas. riwayat penyakitnya. Dokter IGD, Perawat IGD, Medical record 4. Apabila keluarga pasien ingin mengetahui hasil pelayanan medik dapat dijelskan secara lisan dengan pengetahuan pasien 5. Bila pasien asuransi atau berusaha ingin mengetahui informasi tentang pelayanan medis, pasien yang ditangani harus disertai dengan surat permintaan dokter perusahaan atau asuransi, selanjutnya dapat diberikan 6. Catatan rekam medik disimpan di rekam medik dengan diberi tulisan 1. Setiap petugas RS diberitahukan bahwa pelayanan medik kepada pasien bersifat rahasia oleh sebab itu wajib dijaga kerahasiaannya. 2. Dokumen rekam medik yang berisi hasil pelayanan medis harus disimpan dengan baik dan tidak boleh ditunjukkan kepada siapapun secuali seijin 3. Apabila ada permintaan aparat penyelidik atau pengadilan, yang dapat diserahkan hanya resume penyakitnya saja. kepada pasien yang tercatat maupun yang tidak tercatat.
Sebagai acuan untuk menjaga kerahasiaan pelayanan medis Adanya prosedur dalam menjaga rahasia medis MENJAGA RAHASIA MEDIS DIREKTUR RS Halaman : Rahasia medis adalah rahasia yang ditimbulkan akibat adanya pelayanan medis yang dilakukan oleh petugas medis yang dilakukan oelh petugas RS RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN 58PROSEDUR TETAP Unit terkait Prosedur Pengertian Tujuan Kebijakan nya pada formulir identifikasi barang pasien. 9. Petugas IGD melapor ke pihak kepolisian. IGD, Medical Record, kepolisian rambut, panjang rambut, warna baju pada status pasien) 5. Perawat mencatat temuan-temuan lainnya, bila ada luka, jenis luka, luas permukaan luka, keadaan cacat tubuh dari rambut sampai kaki pada status 6. Perawat IGD mencatat identitas pengantar
7. Bila perlu dirujuk sesuai dengan prosedur rujukan 8. Barang yang dipakai diamankan oleh perawat IGD dan ditulis jenis barang 1. Pasien diterima di ruang Triage, sesuai dengan prosedur triage 2. Lakukan analisa terhadap kelangsungan hidup seperti pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf. 3. Lakukan tindakan bantuan hidup dasar & lanjutkan sesuai dengan prosedur 4. Petugas mencatat identitas pasien (meliputi jenis kelamin, umur,warna Pasien tanpa identitas adalah pasien yang tak diketahui identitasnya dan di kirim oleh masyarakat setempat atau pihak lain dalam keadaan tidak sadar sebagai acuan penerapan langka-langkah pada pasien tanpa identitas atau tidak dikenal. Adanya prosedur pasien tanpa identitas RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PASIEN TANPA IDENTITAS DIREKTUR RS Halaman : 59REVISI KE: PROSEDUR TETAP Pengertian Tujuan Kebijakan
Prosedur Unit Terkait Agar pemeriksaan atas pasien dengan permohonan visum et repertum dapat a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/Pelayanan RS c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan dilakukan sesuai dengan syarat undang-undang Keperawatan di Unit Gawat Darurat RSU PELAYANAN PASIEN DATANG DENGAN PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM DI IGD Prosedur yang mengatur tentang pelayanan kepada pasien yang membutuh Halaman : kan visum et repertum yang berlaku. Visum et Repertum. pengirimannya kepada yang berwenang. 4. Identitas pasien harus sesuai dengan identitas permintaan 5. Visum et repertum diterima dan diagendakan oelh petugas (pada bagian loket MR) dan jawabannya atau visum et repertumnya dibuat segera oleh dokter yang menangani pasien. 6. Permintaan visum et repertum harus diserahkan ke petugas urusan dikirim kepada petugas visum et repertum dalam 24 jam untuk selanjutnya diatur SMF Anak, SMF Bedah, SMF penyakit dalam, SMF Kebidanan, medical record, Instalasi Pemulasaran jenazah.
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN DIREKTUR RS 9. Permintaan visum et repertum dapat untuk orang hidup, orang mati, benda dari tubuh manusia, penggalian jenazah. 10. Penolakan otopsi berakhir dengan pencabutan visum et repertum oleh polisi atau pernyataan keberatan tertulis oleh keluarga. 11. Khusus visum et repertum perkosaan dibuat: SMF kebidanan &kandungan 12. Hasil pemeriksaan pasien sebagai jawaban permintaan visum et repertum visum et repertum RS pada jam kerja. 7. Administrasi keuangan diselesaikan sesuai dengan prosedur yang berlaku di IGD (PERDA) 8. Hal yang bersifat khusus (visum bedah mayat/otopsi) penanganannya dilakukan oleh tim otopsi dibawah tanggung jawab wadir pelayanan dan tekinik pelaksanaannya dikoordinasikan dengan petugas IPS RS. 1. Pasien diterima dan dilayani seperti pasien rutin 2. IGD hanya melyani pasien dengan permintaan visum et repertum yang di antar oleh petugas yang sah (polisi atau jaksa) sesuai dengan ketentuan 3. Ada permintaan tertulis visum et repertum dari yang berwajib. 60PROSEDUR TETAP Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur
kan kepada pasien atau keluarga pasien atau pengantar 7. Pasien yang belum bisa menyelesaikan administrasi keuangan akan diputuskan oleh pimpinan RS 8. Kepala IGD hanya menerima laporan keuangan dari petugas loket IGD Unit Terkait Bagian Keuangan perawatan di IGD, harus menyelesaikan administrasi pembayarannya di loket administrasi keuangan IGD 5. Petugas loket keuangan IGD menghitung nominal uang atau biaya perawatan obat-obatan dan alat kesehatan yang telah diterima oleh pasien di IGD 6. Petugas loket keuangan IGD mengeluarkan bukti pembayaran dan diserah1. Tugas penarikan jasa rumah sakit dalam pelayanan pasien IGD dilaksanakan oleh seksi keuangan RS 2. Pelayanan dibantu oleh pembantu bendahara penerima penyetor yang bertugas secara shift selama 24 jam 3. Pasien ASKES / JAMKESMAS / JAMKESDA / JAMKESDA Propinsi yang telah menerima pelayanan di IGD harus menyelesaikan administrasinya, jaminan pembayaran oleh asuransinya, termasuk obat-obatan dan alat habis pakai yang digunakan untuk pelayanan terhadap pasien. 4. Pasien umum (tanpa jaminan pembayaran asuransi) yang telah menerima Sebagai pedoman/ acuan pelaksanaan Peraturan Daerah (PERDA) tentang a. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan di Unit Gawat Darurat b. Perda Tarif No. 10 Tahun 2010 tentang retribusi pelayanan
tarif jasa pelayanan di IGD DIREKTUR RS UNTUK PASIEN IGD Halaman : Prosedur yang mengatur tentang proses penerimaan jasa RS untuk setiap pasien yang datang dan atau dirawat di IGD RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PELAYANAN PENERIMAAN JASA RS 61PROSEDUR TETAP Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur Pelayanan dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien. Unit Terkait Komite Medik, Bidang Pelayanan, SMF Terkait, RANAP, IPJ, PICU/NICU, ICU/ ICCU/HCU, Radiologi, Patologi Klinik, OK atau disaster. memberikan pelayanan pasien gawat darurat tugas dan wewenang dokter jaga di IGD keperawatan di Unit Gawat Darurat 8. Menulis blanko rujukan jika diperlukan dan atau atas persetujuan konsulen
9. Membuat Visum Et Repertum jika diperlukan 10. Membuat laporan dokter jaga 11. Mengatur pengunjung agar tidak mengahlangi tugas pelayanan di IGD 12. bertanggung jawab terhadap Direktur RS melalui tahap-tahap pertanggungjawaban yaitu kepada kepala ruangan IGD, kepala IGD dan wakil Direktur penanganan pasien selanjutnya 6. Menentukan pasien untuk pulang (rawat jalan) dan atau masuk Rumah sakit (MRS) 7. Mencatat semua hasil pemeriksaan, tindakan, konsultasi dan obat yang di berikan pada lembar catatan medis pasien IGD dengan baik dan benar, baik pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap 1. Melakukan seleksi pasien baik sehari-hari maupun bencana massal 2. Melakukan pemeriksaan, pengobatan dan tindakan lanjutan pada pasien yang datang di IGD 3. Melakukan pemeriksaan penunjang yang berguna untuk menegakkan diagnosa penyakit pasien 4. Melakukan tindakan medis sesuai kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki demi menyelamatkan pasien dari kecacatan dan kematian seperti : Hecting, resusitasi Jantung Paru dan lain-lain secara benar dan tepat 5. Melakukan konsultasi dan atau rujukan kepada SMF terkait untuk a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ pelayanan Rumah Sakit c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan Halaman :
Prosedur yang mengatur tentang tugas dan wewenang dokter jaga dalam Sebagai pedoman/acuan penerapan langkah-langkah mengenai batasan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN TUGAS DAN WEWENANG DIREKTUR RS DOKTER JAGA IGD 62PROSEDUR TETAP Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur 11. Memberikan bimbingan, tambahan ketrampilan dan penyegaran ilmiah Unit Terkait Semua SMF, komit Medik, RANAP, PICU/NICU, ICU/ICCU/HCU, OK, Radiologi, Patologi Klinik konsulen dalam memberikan pelayanan konsultasi medik 3. Melindungi petugas medis dari tuntutan hukum keperawatan di Unit Gawat Darurat kepada dokter jaga IGD untuk meningkatkan pelayanan di IGD 7. Menuliskan jawaban konsul pada kolom formulir konsultasi yang tersedia 8. Mengisi resume perawatan jika pasien yang dikonsulkan meninggal 9. Membuat daftar jaga konsulen di IGD untuk masing-masing SMF
10. Membuat rujukan ke RS rujukan apabila oleh karena sesuatu sebab harus dirujuk (misalnya keterbatasan sarana) yang tidak memadai dan atau atas permintaan pasien. 1. Dokter konsulen datang di IGD apabila dihubungi oleh dokter jaga IGD untuk mengadakan konsultasi medis 2. Jika dalam waktu 15 menit dokter jaga IGD tidak dapat menghubungi konsulen jaga maka wajib menghubungi konsulen jaga berikut 3. Memberikan pemeriksaan, pengobatan dan tindakan lanjutan kepada pasien yang datang di IGD 4. Menyarankan pemeriksaan penunjang yang masih perlu dilakukan. 5. Mengadakan konsultasi dengan SMF lain yang terkait jika diperlukan 6. Memberikan tindakan profesional sesuai dengan bidangnya. a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ pelayanan Rumah Sakit c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan Halaman : Prosedur yang mengatur tentang tugas dan wewewang sebagai dokter 1. Sebagai pedoman/acuan penerapan langkah-langkah mengenai batasan tugas dan wewenang dokter konsulen di IGD 2. Menghindari pelanggaran etika kedokteran RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN
TUGAS DAN WEWENANG DIREKTUR RS DOKTER KONSULEN 63PROSEDUR TETAP Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur Sebagai pedoman/acuan penerapan langkah-langkah mengenai batasan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN DIREKTUR RS Halaman : dan lain-lain secara tepat dan benar 5. Melaporkan kepada dokter jaga IGD tentang perkembangan kondisi pasien, baik pasien yang baru datang maupun pasien yang diobservasi di IGD c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan kan pasien dari kecacatan dan atau kematian seperti : hecting, (RJP) 4. Dengan pengawasan dan persetujuan dokter jaga IGD melakukan tindakan medis sesuai kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki demi menyelamat
TUGAS DAN WEWENANG PERAWAT IGD 6. Mencatat semua hasil pemeriksaan, tindakan dan obat yang diberikan pada berkas rekam medis pasien (lembar catatan keperawatan dan tindakan kolaboratif) IGD dengan baik dan benar, rawat jalan maupun pasien yang rawat inap 7. Membuat laporan perawat jaga 8. Mengantar pasien yang perlu perawatan inap ke ruang rawat inap 9. Bersama pekarya dan cleaning service IGD bertanggung jawab menjaga kebersihan ruangan dan peralatan / inventaris IGD Unit Terkait IRNA, OK, PICU / NICU, ICU / ICCU / HCU memberikan pelayanan pasien gawat darurat. tugas dan wewenang perawat jaga IGD di Unit Gawat Darurat 10. Mengatur pengunjung agar tidak menghalangi tugas pelayanan di IGD pelayanan Rumah Sakit 1. Bersama dokter jaga menyeleksi pasien, baik sehari-hari maupun bencana massal 2. Menyiapkan peralatan medis dan atau non medis yang dibutuhkan untuk pelayanan kepada pasien IGD sesuai yang dibutuhkan 3. Memberikan tindakan perawatan kepada pasien secara profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan Prosedur yang mengatur tentang tugas dan wewenang perawat jaga dalam 64PROSEDUR TETAP
3. Diadakan absent dengan tertib c. mencari solusi masalah yang harus dipecahkan bersama-sama 5. Notulen ditulis dengan rapi. pelayanan di IGD b. mengevaluasi pelayanan sebulan sebelumnya, d. menampung permasalahan yang akan disampaikan pada rapat koordinasi Instalasi yang akan dipimpin Direktur pelayanan gawat darurat. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan di Unit Gawat Darurat 4. Materi yang akan disampaikan : Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur a. Koordiansi kerja untuk peningkatan pelayanan, Halaman : Prosedur yang mengatur tentang pertemuan staf IGD dan mengevaluasi Sebagai acauan penerapan langkah-langkah dalam rangka peningkatan mutu RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PERTEMUAN BERKALA STAF IGD DIREKTUR RS
1. Semua staf/petugas IGD datang tidak pakai undangan hanya ditulis pada papan pengumuman 2. Pertemuan dimulai jam 07.30-09.00 Bidang Keperawatan, Bidang Pelayanan. Unit terkait 65PROSEDUR TETAP Sebagai acauan penerapan langkah-langkah untuk memberikan arahan 3. Petugas baru mengikuti program orientasi sesuai dengan materi yang telah disiapkan dalam blanko orientasi. 4. Setelah dianggap cukup, petugas baru menghadap kembali Kepala IGD dengan membawa bukti pelaksanaan orientasi yang telah ditandatangani oleh pembimbing 5. Petugas mulai dapat bekerja dan selanjutnya menjadi staf IGD di Unit Gawat Darurat 1. Petugas/pegawai baru datang ke IGD menghadap Kepala IGD dengan membawa Surat Tugas dari direktur 2. Sesuai dengan tugas/profesi masing-masing petugas baru mendapat bimbingan orientasi yaitu : Tenaga Dokter : oleh Kepala IGD atau koordinator medis Tenaga Perawat, pekarya/cleaning service/loket dan administrasi : oleh KARU IGD Tujuan Prosedur kepada petugas baru untuk mengetahui tugas msaing-masing sehingga dapat
bekerja secara optimal sesuai latar belakang pendidikan dan profesinya. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN ORIENTASI PEGAWAI BARU DI IGD DIREKTUR RS Halaman : Suatu sistem untuk memberikan arahan kepada petugas baru supaya mengetahui tugas masing-masing di IGD Pengertian Kebijakan Unit terkait Bagian Kepegawaian, bidang Keperawatan, bidang Pelayanan. 66PROSEDUR TETAP Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur di IGD dalam bentuk permintaan kebutuhan yang diajukan dalam tahun anggaran mengetahui Kepala IGD 2. Daftar permintaan barang habis pakai ditujukan kepada Apotek RS. Daftar
permintaan barang diluar barang medis habis pakai (peralatan/inventaris medis) ditujukan kepada Kabid Pelayanan. 3. Permintaan bahan yang tidak terpenuhi dilaporkan langsung kepada Bidang Pelayanan&dicatat untuk bahan pembahasan Rapat koordinasi. 4. Karu IGD dengan mengetahui Ka.IGD menuliskan daftar barang medis habis pakai pada buku permintaan disiapkan), dibawa petugas IGD ke 5. Permintaan barang medis yang tidak terpenuhi dilaporkan langsung Prosedur yang mengatur tentang permintaan barang medis yang dibutuhkan Agar semua kebutuhan bahan medis selalu tersedia untuk kelancaran pelayanan kepada pasien SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan di Unit Gawat Darurat 1. Daftar permintaan barang medis dilakukan oleh Kepala Ruang IGD dengan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PERMINTAAN BARANG MEDIS DI IGD DIREKTUR RS Halaman : Instalasi Farmasi setiap hari..dan...Untuk inventaris (perlatan medis) dalam kepada Bidang Pelayanan dan dicatat untuk bahan pembahasan dalam rapat koordinasi. 6. Daftar permintaan barang medis dilakukan oelh Kepala Ruang IGD dengan mengetahui Kepala IGD
7. Daftar permintaan barang medis habis pakai ditujukan kepada Apotek RS. Daftar permintaan barang diluar barang medis habis pakai (peralatan/ inventaris medis) ditujukan kepada Kabid Pelayanan. 8. Permintaan bahan yang tidak terpenuhi dilaporkan langsung kepada Kepala Bidang Pelayanan&dicatat untuk bahan pembahasan Rapat kooordinasi 9. Karu IGD dengan mengetahui Kepala IGD menuliskan daftar bahan medis habis pakai pada buku permintaan untuk dibawa petugas IGD ke Instalasi Farmasi setiap hari.. dan.. Untuk inventaris (peralatan medis) dibuat dalam bentuk permintaan kebutuhan yang diajukan pertahun anggaran. 10. Permintaan barang medis yang tidak terpenuhi dialporkan langsung kepada Bidang Pelayanan dan dicatat untuk bahan pembahasan dalam rapat koordinasi. Unit terkait Instalasi farmasi, bidang Pelayanan. 67PROSEDUR TETAP 5. Untuk inventaris dibuat dalam bentuk permintaan kebutuhan yang diajukan Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur koordinasi. pertahun anggaran. 1. Daftar permintaan barang non medis dilakukan oleh Kepala Ruang IGD 2. Karu IGD dengan mengetahui Kepala IGD menuliskan daftar barang non
medis pada buku permintaan (disiapkan) untuk dibawa petugas IGD ke bagian perlengkapan setiap hari Kamis. 4. Permintaan barang yang tidak terpenuhi dilaporkan langsung kepada Kepala Agar setiap peralatan dan fasilitas di IGD selalu siap untuk memberikan pelayanan selama 24 jam. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan di Unit Gawat Darurat PERMINTAAN BARANG NON MEDIS DI IGD 3. Daftar permintaan barang non medis ditujukan kepada bagian perlengkapan Unit terkait Instalasi farmasi, bidang Pelayanan. Halaman : Prosedur yang mengatur tentang laporan kerusakan alat non medis yang digunakan di IGD RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN DIREKTUR RS Bidang Pelayanan untuk dicatat sebagai bahan pembahasan pada rapat 68PROSEDUR TETAP 3) Pada pasien pre OP jika ada indikasi 2. Foley kateter a. Indikasi :
1) Retensio urine pada Benign Prostat Hypertropy 2) Untuk mengukur banyaknya urine output pada rehidrasi. 3) Keperluan diuresis yang cepat, misalnya pada pemberian diuretic pada edema paru b. Cara pemakaian 1) Bersihkan Oriticium Uretrae Externa (OUE) dengan antiseptik 2) Licinkan kateter dengan jeli,masukkan jeli ± 3 cc lewat OUE 3) Masukkan ujung kateter pada OUE dengan cara steril sampai Vesica urinaria sehingga keluar urin 4) Fiksasi dengan memasukkan aquabidest ± 15-25 cc lewat pengunci atau sesuai indikasi pada etiket kateter 3. Urine bag Prosedur Halaman : Petunjuk tentang cara menggunakan alat dan obat yang benar,tepat dan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/Pelayanan RS c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan di Unit Gawat Darurat DITETAPKAN PENGGUNAAN BAHAN HABIS PAKAI DIREKTUR RS DAN OBAT LIFE SAVING DI INSTALASI GAWAT DARURAT 1) Retensio urine pada Benign Prostat Hypertropy cepat dalam penanganan pasien di instalasi gawat darurat
Agar memiliki pedoman/petunjuk pelaksanaan penggunaan obat dan bahan yang benar,tepat dan cepat dalam penanganan pasien di IGD b. Cara pemasangan a. Indikasi : 2) Memberikan pelicin/jeli pada NGT 3) Masukkan ujung NGT melalui hidung, pasien disuruh menelan NGT sampai batas yang telah diukur, fiksasi NGT Pastikan NGT masuk lambung bukan paru dengan cara memasukkan udaar lewat NGT dan pasang steteskop pada epigastrum akan terdengar bunyi udara masuk atau dengan mengaspirasi adanya cairan lambung. A. Alat-alat habis pakai 1. Nasogastrik tube (NGT) a. Indikasi 1) Kumbah lambung pada pasien keracunan. 2) Pada pasien vomitus berat untuk cegah aspirasi RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: Pengertian Tujuan Kebijakan 1) Ukur panjang NGT : telinga-pangkal hidung sampai lambung pasien 69PROSEDUR TETAP 3) Kemudian ditutup dengan kasa berantiseptik dan lakukan fikasasi
c. Henti jantung Prosedur 1. Adrenalin Indikasi : a. Shock Anafilaktik b. Asma Bronkiale 9. Povidone Iodine 10. Aqua pro injeksi dan aqua steril 11. jarum injeksi 12. Papan spalk dan softband spalk B. Obat-obatan habis pakai Dipasang antara venacath dan botol infus/darah Disamping alat-alat tersebut di IGD perlu disediakan bahan habis pakai : 6. kassa steril 7. Kapas alkohol 8. Alkohol 70% 5. Infus set/Transfusi set a. Indikasi : 1) penghubung venacath dengan cairan infus/darah, sekaligus mengatur besarnya tetesan aliran cairan infus/darah. 2) Sebagai jalan masuk obat-obatan yang dimasukkan secara IV b. Cara pemasangan : b. Cara pemasangan : 1) Lakukan ikatan di atas vena yang dipilih 2) Masukkan jarum setelah dilakukan tindakan antiseptik sehingga
darah keluar kemudian dihubungkan dengan botol infus yang telah disediakan dipasang di ujung luar kateter dengan sekaligus dipergunakan mengukur banyaknya urine output 4. Venacath a. Indikasi : Memberikan jalur intravena untuk dapat memasukkan obat dan atau cairan ke dalam tubuh pasien DAN OBAT LIFE SAVING DI INSTALASI GAWAT DARURAT Halaman : 2) Untuk mengukur banyaknya urine output pada rehidrasi. 3) Keperluan diuresis yang cepat, misalnya pada pemberian diuretic pada edema paru b. Cara pemakaian : RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENGGUNAAN BAHAN HABIS PAKAI DIREKTUR RS 70PROSEDUR TETAP dengan tetesan 10 tetes/menit Prosedur 2. Dexamethasone Indikasi :
a. Shock Anafilaktik Dosis 10 mg (dewasa) secara IV bisa diulang tiap jam b. Asma Bronkiale Dosis 10 mg (dewasa) secara IV bisa diulang tiap 6-8 jam Catatan : hanya diberikan pada status asmatikus&penderita asma yang sudah tergantung dengan kortikosteroid. c. Alergi 7. Aminophyllin Indikasi : Asma Bronkiale Dosis : 1/2 ampul Bolus diteruskan dengan 1 1/2 ampul dalam D5% 6. Sulfas Atropin Indikasi : a. Bradikardia Dosis 0,5-2 mg/IV sampai tercapai efek yang diinginkan b. Keracunan obat Insektisida Dosis : 0,5 -2 mg/IV sampai tercapai efek yang diinginkan. Indikasi : a. Disaritmia ventrikuler Dosis 1 mg/KgBB Bolus, diikuti per infus 1-4 mg/menit sampai hilang Disaritmianya b. Anestesi Lokal Dosis 0,5-1 mg sampai tercapai efek yang diinginkan 4. Dopamin Indikasi :
Hipotensi atau shock Kardiogenik Dosis : 2-20 mg/KgBB/menit per drip (ditrasi) sampai tercapai tekanan yang diinginkan 5. Lidokain Dosis 5 mg (dewasa) secara IV atau IM 3. Natrium bicarbonat Indikasi : a. Henti jantung b. Asidosis Dosis : 1 mg/KgBB secara IV PENGGUNAAN BAHAN HABIS PAKAI DIREKTUR RS DAN OBAT LIFE SAVING DI INSTALASI GAWAT DARURAT Halaman : RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN 71PROSEDUR TETAP Dosis : 1 ampul dewasa 12. Lasik / Furosemid Indikasi : Pasien diuresis cepat pada edema pulmonal Dosis : 2 ampul secara IV
Indikasi : Pada pasien dengan keluhan mual-muntah Dosis : 1 ampul secara IV dewasa 11. Ulsikur / cimetidine Indikasi : Epigastric pain/ gastritis Halaman : 8. Antrain Digunakan sebagai analgesik 9. Diazepam Pasien kejang Dosis : 10 mg IV dewasa 5 mg per rectal anak , bila masih kejang :diulang per 10 menit 10. Primperan / Metoclopramid DITETAPKAN PENGGUNAAN BAHAN HABIS PAKAI DIREKTUR RS DAN OBAT LIFE SAVING DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: 14. Transamin / Asam traneksamat Indikasi : Kasus perdarahan Dosis : 1 ampul secara IV
15. Dextrose 40 % Indikasi : Kasus Hipoglikemia Dosis : sesuai hasil pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS) 16. Serum Anti Bisa Ular 17. Anti Tetanus/ Tetagam 18. Xylomidon 19. Diphenhidramine C. Cairan infus 1. Ringer Laktat Digunakan pada kasus hipovolemik/dehidrasi dan asidosis metabolik Prosedur Indikasi : 13. Profenid Suppositoria Indikasi : Pada pasien dengan nyeri hebat Dosis : sesuai kebuthuan 72PROSEDUR TETAP a. Alkalosis metabolik misalnya pasien muntah terus menerus RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENGGUNAAN BAHAN HABIS PAKAI
DAN OBAT LIFE SAVING DI INSTALASI GAWAT DARURAT Halaman : Prosedur
atau pasien dengan cedera kepala
2. NaCl 0,9% Digunakan pada pasien : b. cairan kumbah lambung 3. Dextrose 5 % Digunakan untuk maintanance 4. Dextrose 10 % Digunakan pada pasien sulit makan (pengganti glukosa) 5. Martos Digunakan untuk maintanance pada penderita DM 6. Dextran Digunakan pada pasien anti oedem, misalnya pasien stroke 7. D5 1/2NS Digunakan pada pasien anak (pada kasus) cedera kepala) 8. D5 1/4NS Digunakan pada pasien neonatus (pada kasus cedera kepala) 9. Manitol Digunakan pada pasien yang mengalami gangguan perfusi jaringan otak DIREKTUR RS 73PROSEDUR TETAP Pengertian
Tujuan Kebijakan Prosedur # Sebelum dilakukan pengantaran, pihak keluarga lebih dahulu menyelesai RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENGGUNAAN JASA AMBULANCE DIREKTUR RS Halaman : Petunjuk tentang penggunaan Ambulance Menjelaskan tata cara pemesanan ambulance,penanganan pasien serta a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pencatatan administrasi 1. Penanggulangan pemesanan ambulance oleh pihak luar : ^ Pasien/keluarga yang berkepentingan menghubungi RS (IGD-Ambulance) untuk menjemput pasien di lokasi yang telah ditentukan. ^ Petugas jaga melihat daftar penggunaan ambulance untuk memastikan keberadaan ambulance dan membuat surat jalan kepada sopir dan perawat jaga yang bertugas ^ Sopir dan perawat yang bertugas menerima surat jalan dan langsung menuju lokasi yang diminta dan langsung melakukan penanganan medis terhadap pasien (sesuai standar emergency yang berlaku) serta melakukan koordianasi dengan pihak unit gawat darurat untuk mempersiap
kan penanganan medis lanjutan 2. Penanganan pemesanan ambulance oelh pihak instalasi (pelayanan medis/ pelayanan diagnostik dan penunjang medik) b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ pelayanan Rumah Sakit c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan Unit terkait IRNA, OK, PICU/NICU, ICU/ICCU/HCU kan masalah administrasi dengan menerima bukti penyewaan ambulance di Unit Gawat Darurat # Petugas jaga menerima surat rujukan/surat pengantar dokter dari petugas poli/ instalasi dan selanjutnya melihat daftar penggunaan ambulance untuk memastikan keberadaan ambulance dan membuat surat jalan kepada sopir dan perawat jaga yang bertugas 74PROSEDUR TETAP 5. Mengontrol kembali persiapan darah, obat-obatan dan status pasien 6. Mengobservasi tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah dan RR) Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur 1. Melengkapi semua dokumen pasien baik status, pemeriksaan diagnostik dan pendaftaran di kamar operasi 2. Menhubungi ruang rawat (sesuai dengan permintaan kelas) untuk menyiap kan tempat pasien operasi cito.
3. Mengontrol persiapan obat dan alat untuk keperluan operasi sesuai resep 4. Menyiapkan pasien: $ Check informed consent $ Personal hygiene dan daerah yang dicukur $ Puasakan pasien sesuai program $ Melepaskan gigi palsu atau lensa kontak $ Mengosongkan kandung kemih dengan urine bag Persiapan operasi yang dilakukan segera untuk menyelamatkan hidup b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ pelayanan Rumah Sakit di Unit Gawat Darurat RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PERSIAPAN PASIEN OPERASI CITO/ DIREKTUR RS EMERGENCY Halaman : Unit terkait SMF Bedah, Instalasi Bedah Sentral 7. Mengantar pasien ke kamar operasi setelah diinformasikan oleh perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) 8. Memberi laporan kepada perawat penerima di IBS 4. Mencegah terjadinya infeksi intra dan pasca operasi
pasien atau mempertahankan fungsi organ tanpa penundaan 1. Menyelamatkan kehidupan pasien 2. mempertahankan fungsi organ/anggota tubuh dengan segera 3. menghentikan perdarahan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan 75PROSEDUR TETAP Agar mendapatkan pelayanan perawatan jenazah sehingga tidak menimbulkan Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur Semua SMF, Instalasi Pemulasaran Jenazah, Medical Record Unit Terkait dan diisi data pasien oleh dokter jaga dan perawat jaga IGD pada berkas catatan medis IGD dengan baik dan benar 2. Jenazah dirawat, dibersihkan dari kotoran, darah,dll 3. Bila sudah meninggal, langsung dikirim ke Instalasi Pemulasaran jenazah RS serta dibuat serah terima jenazah (formulir pengantar jenazah IGD) 4. Lembar catatan medis pasien IGD yang datang dengan DOA oleh petugas RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN
PELAYANAN PASIEN STATUS DOA DIREKTUR RS DI INSTALASI GAWAT DARURAT Halaman : kepada pasien dengan status meninggal dalam perjalanan (death of arrival) penampilan jenazah yang kurang baik atau tidak layak di Unit Gawat Darurat administrasi IGD, menyerahkannya ke TPP rawat jalan. Suatu sistem yang mengatur tentang prosedur dalam memberikan pelayanan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ pelayanan Rumah Sakit c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan 1. Semua pasien yang tiba mati (DOA) di IGD harus dilakukan pemeriksaan 76PROSEDUR TETAP Kebijakan Prosedur Unit terkait Pengertian Tujuan darurat di luar rumah sakit 3. Penerima telepon harus melaporkannya kepada perawat penanggung jawab atau dokter penanggung jawab. 4. Dokter penanggung jawab /perawat penanggung jawab menelpon kembali
untuk re-check (kalau ada telepon) 5. Koordinasikan segera dan disiapkan ambulance IGD dan team pertolongan serta peralatan sesuai kebutuhan. RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGGULANGAN PASIEN GAWAT DARURAT DIREKTUR RS DI LUAR RUMAH SAKIT Halaman : SMF Terkait, OK, Radiologi, Patologi Klinik, PICU/NICU, ICU/ICCU/HCU, Rawat Inap, medical Record selanjutnya. di Unit Gawat Darurat 6. Dalam 15 menit paling lambat ambulance menuju lokasi kejadian. Sistem yang mengatur tentang pertolongan/penangganan pasien gawat Agar pasien gawat darurat di luar rumah sakit dapat diberi pertolongan dengan cepat dan tepat serta dibawa ke rumah sakit untuk tindakan penyelamatan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ pelayanan Rumah Sakit c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan 1. Informasi yang diterima harus melalui telepon (0380)………. 2. Informasi yang diterima meliputi :
a. Nama Lengkap yang memberi informasi b. Alamat lengkap yang memberi informasi, kalau perlu nomor telepon terdekat untuk re-check c. Gejala sakit yang diterima terutama jenis dan tingkat kegawatan 77PROSEDUR TETAP di Unit Gawat Darurat # pembalut/perban roll Pengertian Tujuan Prosedur Unit terkait akan dipasang RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PEMASANGAN SPALK ATAU BIDAI DIREKTUR RS Halaman : Spalk atau bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan 1. Memberi support/memperthankan kedudukan tulang yang fraktur Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan a. Persiapan alat : # spalk 1 pasang (lebar,panjang sesuai dengan kebutuhan)
# kapas # handscoen b. Persiapan pasien: * Perawat mencuci tangan dan memakai handscoen * Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan * Mengatur posisi pasien utnuk memudahkan perawat memasang * Meletakkan splak/bidai malampui 2 sendi tulang yang fraktur * Memastikan posisi fraktur sudah sesuai dengan ukuran spalk/bidai yang setelah 10 menit * Mencuci tangan IGD dilakukan spalk atau bidai atau letak tulang yang fraktur 2. Mengurangi rasa sakit * Mendokumentasikan tindakan yang dilakukan. * Membalut (kassa perban) bagian yang sudah terpasang spalk/bidai dengan gerakan melingkar dan dipastikan bagian yang terpasang spalk/ bidai tertutup kembali * Bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat, dengan memperhatikan warna kuku 78PROSEDUR TETAP Kebijakan Pengertian Tujuan
Prosedur 1. Persiapan alat : # Nebulizer siap pakai # Bisolvon™ dan berotec™ solution # NaCl 0,9% # Spuit disposible 3cc/5 cc # Handscoen # Masker # Nierbeken * Mengisi medication tank dengan cairan atau obat sesuai program ( 3ml max 6 ml ) 2. Persiapan pasien : * Bersihkan nebilizer kit dan rapikan alat * Perawat mencuci tangan * Mendokumentasikan tindakan yang dilakukan Alat yang digunakansebagai bronchodilator pada pasien dengan Asma di Unit Gawat Darurat * Menjelaskan pada pasien& keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan * Hubungkan selang udara : ujung yang 1 ke unit kompresor dan ujung yang Bronchiale RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PEMAKAIAN NEBULIZER DIREKTUR RS
Halaman : 1. Melebarkan jalan nafas pasien 2. Memenuhi kebutuhan oksigenasi 3. Memberikan kenyamanan pasien Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan * Memasang kembali nebulizer cup dengan nebulizer tank kemudian pasang masker/bagian penghubung ke mulut pasien lain dihubungkan ke bagian bawah medication tank * Pegang nebulizer pada bagian nebulizer cup dan hidupkan mesin * Saat menghirup uap nebulizer, pasien harus duduk tegap&rileks. Jika pasien dalam perawatan di tempat tidur, sokong tubuh pasien dengan bantal hingga duduk tegap (posisi kepala miring, tertekuk tidak dianjurkan) * Letakkan mouthpiece ke depan mulut pasien ± 3 cm untuk memulai menghirup uap * Tarik nafas perlahan-lahan dan dalam hingga uap obat dapat mencapai saluran bronchiale tahan nafas beberapa saat (2-3 detik) lalu hembuskan nafas perlahan perlahan mengeluarkan mouthpiece dari mulut. Tekan pause bila lelah * Bila obat telah habis, tekan off dan diconnect/mencabut kabel dari saklar 79PROSEDUR TETAP Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur
Unit terkait 3. Pemberitahuan tentang dugaan/kasus kriminal kepada yang berwajib hanya RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGGANAN PASIEN AKIBAT TINDAKAN DIREKTUR RS ATAU DIDUGA AKIBAT TINDAKAN KRIMINAL Halaman : Prosedur yang mengatur tentang penangganan pasien akibat tindakan atau diduga Agar penangganan pada pasien dengan dugaan/kasus kriminal dapat terlayani a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/ SMF Bedah, Medical Record tindakan kriminal sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga di Unit Gawat Darurat dilakukan oleh dokter jaga pelayanan Rumah Sakit c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan 1. Penangganan pasien dilakukan sesuai dengan prosedur oleh perawat dan dokter jaga IGD 2. Memberi saran kepada keluarga untuk melapor kepada yang berwajib atau polisi 80PROSEDUR
TETAP Prosedur yang mengatur tentang pelayanan pasien yang mengalami kasus Unit terkait Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan 1. Tenangkan korban di tempat yang tenang, bebas dari kegaduhan atau gangguan orang lain. 2. Bila korban tidak sadar atau mengalami luka berat atau ringan maka catat secara teliti keadaannya dan atasi kelainan-kelainan tersebut sebagimana Agar pasien yang mengalami perkosaan dapat diberi ketenangan guna a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/Pelayanan RS RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT DIREKTUR RS PERKOSAAN DI IGD Halaman : perkosaan. kelainan secara umum.
3. Mengenai kelainan di alat kelamin dan pembuktian adanya cairan mani, sel Kebidanan dan penyakit kandungan. Bila pasien memerlukan penanganan yang lebih lanjut segera kirim ke SMF kebidanan dan penyakit kandungan. 4. Permintaan visum et repertum diajukan secara tertulis oleh pihak kepolisian atau kejaksaan dan korban diantarkan sendiri oleh pihak kepolisian atau kejaksaan bersama surat permohonan visum et repertum. Permintaan mengantarkan korban. Selanjutnya petugas tersebut dapat meninggalkan korban di rumah sakit sambil membawa lembaran II permintaan Visum et Repertum yang telah diisi dan ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan atau keluarga korban. visum et Repertum repertum tidak boleh dibawa sendiri oleh yang 5. Dalam permintaan visum et repertum dimana kejadian perkosaan atau upaya perkosaan : # Baru terjadi (kurang dari 3 hari) maka korban harus dirawat inap di RS sampai selesai pemriksaan dilakukan oleh dokter dari SMF kebidanan dan penyakit kandungan. # Sudah lama (lebih dari 3 hari) maka korban dianjurkan untuk kembali diperiksa di SMF kebidanan dan penyakit kandungan pada jam kerja. 6. Petugas penerima korban yang memerlukan visum et repertum wajib mencatat : nama, pangkat, NRP, petugas kepolisian atau kejaksaan yang SMF kebidanan, medical record, komite medic perawatan dan tindak lanjutan (pemeriksaan untuk visum et repertum) keperawatan di Unit Gawat Darurat menerima korban yang pertama kalinya. 81PROSEDUR
TETAP # Varicella # TBC # Hepatitis # Enteritis ; disentri ; kolera # Susp.HIV AIDS Pengertian Tujuan Kebijakan 1. Bila pasien sudah meninggalkan ruangan isolasi : ^ Alat-alat yang telah dipakai pasien harus didesinfektan ulang termasuk lantai dan dinding tersangka penyakit menular unit terkait Prosedur RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PELAYANAN PASIEN PENYAKIT MENULAR/ DIREKTUR RS TERSANGKA PENYAKIT MENULAR DI IGD Halaman : tugas dan wewenang dokter dan perawat jaga IGD keperawatan di Unit Gawat Darurat
# Susp. Flu burung semua SMF, medical record Prosedur yang mengatur tentang tugas dan wewenang perawat jaga dalam memberikan pelayanan pasien gawat darurat dengan penyakit menular atau sebagai pedoman/ acuan penerapan langkah-langkah mengenai batasan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/Pelayanan RS c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan penyebaran atau penularan penyakit 3. Penyakit-penyakit yang membutuhkan ruangan isolasi : # Difteria ^ Kasur dan bantal dijemur di bawah sinar matahari ^ Semua peralatan dikembalikan ke tempat semula setelah didesinfektan. ^ Kamar dikosongkan selama 24 jam 2. Ruangan isolasi adalah ruangan khusus untuk memisahkan pasien berpenyakit menular dan peralatan yang terpakai agar tidak terjadi 82PROSEDUR TETAP k. Balut luka l. awasi keadaan umum dan balance cairan Luka bakar adalah luka yang mengenai kulit dan lapisan dibawahnya yang disebabkan oleh trauma panas/dingin, trauma elektrolis dan trauma kimia Sebagai acuan dalam pelaksanaan diagnosis dan terapi luka bakar RSU TANGGAL TERBIT
b. trauma elektrolis c. trauma kimia 2. Pemeriksaan fisik a. edema b. penuh bulla c.eritema 3. pemeriksaan penunjang : Laboratorium 4. Diagnosis banding Pengertian REVISI KE: m. medikamentosa * Antibiotika * ATS 1500 mg Tujuan Kebijakan Agar petugas medis dan paramedis dapat menagani pasien luka bakar sesuai dengan standar yang berlaku 1. Anamnesa a. trauma panas/dingin 5. Penatalaksanaan a. bebaskan jalan nafas K/P dan O2 b. atasi keadaan shock c. timbang berat badan penderita d. Tanyakan kronologis terjadinya luka bakar, jam terjadinya e. Hitung luas luka dengan rule of nine
f. Rehidrasi ^ Dengan memasang infus RL, dengan dosis menurut formula boxter : % luas luka bakar x kgBB x 4 ml RL ^ Setengah dari jumlah tersebut diberikan dalam 8 jam pertama dan setengahnya lagi 16 jam berikutnya. g. Bersihkan luka h. Keluarkan cairan darah, bulla i. Cuci dengan NaCl 0,9% j. Tutup luka dengan sofratulle dan silvadene * Analgetik DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN LUKA BAKAR DIREKTUR RS Halaman : Prosedur 83PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN LUKA BAKAR DIREKTUR RS Halaman : Prosedur
^ Rawat inap tergantung tingkat luka bakar dan luasnya ^ Rawat jalan tergantung tingkat luka bakar dan luasnya. 8. Penyulit ; shock 9. Tenaga standar : dokter umum 10. Lama perawatan $ Rawat jalan dengan 3 (tiga ) hari kontrol $ Opname sampai dengan sembuh 11. Masa pemulihan : Tergantung luka bakarnya. 1. Instalasi gawat darurat 2. ICU Unit Terkait 6. Konsultasi ; dokter spesialis bedah 7. Perawatan Rumah Sakit : 84PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN SHOCK DIREKTUR RS Halaman : Pengertian Merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusi darah ke
jaringan sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel. Memperbaiki dan mempertahankan sistem sirkulasi sehingga penderita dapat dibebaskan dari ancaman kematian atau kerusakan organ/cacat lebih lanjut agar petugas medis dan paramedis dapat menangani shock sesuai dengan 1. Pedoman awal penanganan shock a. kenali macam shock dan penyebabnya b. lakukan tindakan awal penanganan shock secara umum dengan segera. c. koreksi penyebabnya bila memungkinkan. 2. Tindakan penanganan shock a. penderita ditelentangkan dengan kaki ditinggikan Tujuan kebijakan Prosedur berimbang seperti R.Solution, R.lactat * Koloid ; hemacell, HABS * Darah : diberikan setelah ± 40 % dari jumlah volume cairan darah yang hilang diganti dengan kristaloid * Bila pemberian cairan yang memadai kurang memberikan hasil yang dengan melakukan usaha-usaha penganganan shock sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada. prosedur yang berlaku. b. bebaskan jalan nafas , beri O2 5 - 6 Liter/menit c. Pasang jalur infus NaCl 0,9 % atau ringer lactat 50 tetes/menit d. obat-obatan ; * Adernalin pada kolaps kardiovaskuler yang berat diberikan SC/IM 0,3-
-o,5 cc atau 3-5 cc adrenalin yang dilarutkan dalam 9 cc NaCl 0,9% * Oradexon/kortikosteroid 10-20 mg IV * Vasopresor bila pemberian cairan saja tidak memberikan hasil memadai (dopamin/dobuject/kombinasi) 3. Penanganan shock secara khusus a. Penanganan shock hipovolemik * Penderita dibaringkan terlentang, kaki ditinggikan 30 cm * Bebaskan jalan nafas, beri O2 5-8 liter/menit * Pasang jalur infus, bila perlu lebih dari satu * Berikan cairan dengan cepat 2-3 liter dalam 20-30 menit waspada akan orang tua kemungkinan terjadinya over hidarasi * Cairan yang diberikan ; kristaloid : garam fisiologis, NaCl hipertonis atau larutan garam 85PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN SHOCK DIREKTUR RS Halaman : * Tanda gejala seperti pada shock hipovolemik disertai kelainan neurogenik * Penderita dibaringkan terlentang * Bebaskan jalan nafas berikan O2 5-6 liter/menit
diharapkan berikan dopamin/dobuject melalui drip/syringe pump. * Pemberian kortikosteroid/oradexon 10-20 mg IV * Koreksi penyebabnya bila memungkinkan b. Penanganan shock kardiogenik * Penderita dibaringkan terlentang kecuali bila terdapat oedema paru * Bebaskan jalan nafas, beri O2 5-6 liter/menit * Pasang jalur infus dengan tetes pelan (0,5 % NaCl 0,9% * Untuk chest pain berat morfin : 3-5 mg IV pemberian selama 2 menit, dapat diulang setelah 10 menit , bila tidak ada depresi pernapasan pethidine 50 mg * Pada Tach/Aritmia Xylocard 50 mg IV bolus, bila perlu : drip/ syringe pump 2-1 mg/menit * Pada bradikardi SA 2 ampul IV dapat diulang tiap 5 menit * Pada AMI : Berikan cedocard 1 tube sub * Pertimbangkan untuk pemberian nitrodisk sebagai venodilator sentral untuk menurunkan preload * Pasang jalur infus berikan cairan NaCl 50 tetes/ menit * Berikan dopamin melalui drip/syringe pump * Kontraindikasinya pada rujukan ruptur lien e. Penanganan anafilaktik shock * anafilaktik shock ditandai dengan gejala klinis hipotensi broncospasme Prosedur c. Penanganan septik shock * Septik shock ditandai dengan gejala klinik shock dan adanya infeksi
¤ Febris ¤ Ptechie ¤ Lekositosis ¤ Lekopern ¤ Hiperventilasi dengan hipokopnia * Penderita dibaringkan terlentang * Bebaskan jalan nafas, berikan cairan kristaloid 1-2 liter selama 30-60 menit * Dopamin drip / syringe pump diberikan bila dengan pemberian cairan belum ada perbaikan * Kortikosteroid / oradexon 10-20 mg IV * Berikan antibiotik d. Penanganan shock neurogenik 86PROSEDUR TETAP RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN SHOCK DIREKTUR RS Halaman : oedema laring, ruam-ruam kulit dan kelainan intestinal * Penderita dibaringkan terlentang dengan kaki ditinggikan # Tracheostomi Prosedur
Unit terkait Instalasi Gawat darurat, ICU * Bebaskan jalan nafas beri O2 5-6 liter/menit * Berikan adrenalin sedini mungkin * Pada reaksi yang hebat : berikan IV 3-5 cc larutan 1 ampul adrenalin 1/1000 dalam 9 cc NaCl 0,9 % untuk anak : 0,01 cc/KgBB dari larutan 1 ampul adrenalin * untuk reaksi yang ringan : berikan secara IM/ SC 0,3-0,5 larutan aderanlin 1/1000 untuk anak : 0,01 cc/KgBB larutan 1/1000 * dosis ulangan seperlunya adrenalin dapat diberikan setiap 5-10 menit * pasangkan jalur infus dengan NaCl 0,9 % bila bronchospasme menetap, berikan aminophyllin bolus 1 ampul, dilanjutkan dengan drip * korikosteroid / oradexon 10-20 mg * antihistamin : antihistamin, incidal, diphenhydramin * pada ancaman gagal nafas : # Intubasi # Krikotirotomi 87PROSEDUR TETAP Pengertian Tujuan kebijakan Prosedur RSU
TANGGAL TERBIT REVISI KE: 1. Anamnesa a. Riwayat demam yang mulai secara tiba -tiba 2-7 hari dengan gejala tidak spesifik sakit kepala ,sakit sendi atau sakit perut b. Timbul bintik-bintik merah pada kulit atau epistaxis atau perdarahan gusi serta batuk darah. diman dapat menyebabkan kematian bila tidak diatasi dengue shock syndrom memahami tata laksana DSS. c. Jika terjadi hemtemesis atau melena pada pemeriksaan berkala menunjukkan penurunan transfusi darah d. Observasi tiap jam keadaan umum (tensi, nadi) e. Pemeriksaan laboratorium bekala Hb, Ht, trombo tiap 4-6 jaam f. Tetapi antibiotik sesuai indikasi g. Terapi simptomatik DITETAPKAN DIREKTUR RS Halaman : PENANGANAN PASIEN DENGUE SHOCK SYNDROM Yang dimaksud DSS adalah serangan demam berdarah yang bersifat lanjut Sebagai acuan petugas medis dan paramedis di IGD dalam menangani Semua petugas medis dan para medis di IGD dan perawatan dapat 5. Penatalaksanaan
a. Penggantian cairan dengan infus RL 20 ml/KgBB per jam jika renjatan teratasi jika tak tampak perbaikan diberikan plasma expander 15-20 ml/ KgBB/jam jika renjatan teratasi tetesan dipertahankan 14-48 jam b. Awasi terjadinya asidosis dapat dikoreksi dengan meylon b. Anemia apalstik Laboratorium rutin darah : Hb, Leukosit,Ht, trombosit tiap 4-6 jam, pemeriksaan serologis dengue 4. Diagnosa banding: a. ITP ^ Dapat terjadi renjatan dengan penurunan kesadaran atau terjadi kejang. ^ Kejang akral dingin 2. Pemeriksaan fisik Febris dengan kesadaran menurun dengan tensi tak terukur, uji torniket (+) dapat terjadi kejang, kaki dan tangan terasa dingin dapat disertai hepatomegali yang nyeri tekan dan splenomegali. 3. Pemeriksaan penunjang 88PROSEDUR TETAP b. Konsultasi spesialis anak jika pasien anak Prosedur a. perdarahan 8. Penyulit : b. prolonged shock 9. Tenaga standar: instalasi gawat darurat
instalasi perawatan Dokter umum Unit Terkait RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN DIREKTUR RS DENGUE SHOCK SYNDROM Halaman : 6. Penatalaksanaan a. Konsultasi spesialis penyakit dalam jika pasien dewasa 7. Perawatan Rumah Sakit a. renjatan teratasi : rawat inap b. renjatan tak teratasi atau perdarahan : masuk ke ICU 89PROSEDUR TETAP Tujuan Kebijakan Prosedur Pengertian Mulut : kering Nadi : 120-140x/menit 3. Dehidrasi berat
Kehilangan caitan > 10% Keadaan umum ngingau / koma shock Turgor : sangat turun Mata : sangat cekung Respirasi : 40-60x/menit Mulut : kering biru Nadi : > 140 x/menit diberikan setiap mencret atau muntah, diberikan selama 3 jam * Setiap jam nilai kembali 2. Dehidrasi berat * Pemberian oralit diberikan setiap mencret / muntah 75 cc /KgBB * Pemberian cairan lebih dari 10% Mengganti kekurangan cairan akibat diare/muntah Adanya prosedur 10 besar penyakit UGD 1. Dehidrasi ringan - sedang * Pemberian upaya rehidrasi oral dengan pemberian oralit 75 cc/KgBB Gastroenteritis akut dengan dehidrasi adalah buang air besar dengan konsistensi lebih encer dari biasanya dapat disertai darah atau lendir yang timbul mendadak tidak lebih dari 2 minggu disertai dengan dehidrasi menurun gejala klinis dehidrasi ,dibagi menjadi : 1. Dehidrasi ringan Hilangnya cairan 5% Keadaan umum sehat Mata : normal Respirasi : 20-30 x/menit
Mulut : normal Nadi : kuat < 120 x/menit 2. Dehidrasi sedang Kehilangan cairan 8% Keadaan umum gelisah apatis Turgor ; turun Mata ; cekung Respirasi : 30-40x/menit RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN GASTROENTERITIS AKUT DIREKTUR RS DENGAN DEHIDRASI PADA ANAK Halaman : 90PROSEDUR TETAP Unit Terkait 70 ml/KgBB diberikan dalam 5 jam ^ Umur > 12 bulan : 30 ml/KgBB diberikan dalam 7/8 jam selanjutnya 70 ml/KgBB diberikan dalam 2,5 jam * Bayi ASI diteruskan * Anak yang lebih besar, susu formula diencerkan makanan lunak, rendah serat porsi kecil frekuensi sering
* Pemberian antibiotik tergantung indikasi : ^ Cotrimoxazole 50 mg/KgBB dibagi dalam 2 dosis selama 5 hari ^ Tetracyclin (>7th) : 50 mg/KgBB dibagi dalam 4 dosis selama 2 hari ^ Metronidazole(Amuba) : 30 mg/KgBB dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari ^ Metronidazole(Giardia) : 15 mg/KgBB dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari ^ Jika perlu konsul dokter anak Dokter jaga IGD Perawat IGD Dokter spesialis anak Medical record RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN GASTROENTERITIS AKUT DIREKTUR RS DENGAN DEHIDRASI PADA ANAK Halaman : prosedur
^ Umur < 12 bulan 30 ml/KgBB diberikan dalam 1 jam selanjutnya
91PROSEDUR TETAP Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur
PENATALAKSANAAN GASTROENTERITIS AKUT DEHIDRASI BERAT DAN HIPOVOLEMIK SHOCK DENGAN IGD, Spesialis penyakit dalam, laboratorium Unit Terkait shock adanya prosedur standar 10 besar penyakit di UGD 1. Anamnesa : BAB cair timbul secara akut dengan gejala-gejala dehidrasi 2. Pemeriksaan fisik, kesadaran menurun, shock, pernapasan kusmaul, mata cekung, bibir kering, turgor kurang, dapat terjadi sianosis perifer, dapat terjadi kejang otot , oliguria sampai anuria 3. Pasang infus RL guyur jika perlu pasang 2 jalur sampai tekanan darah 100 mmHg (hati-hati pada orang tua) 4. Pasang dower kateter 5. Observasi input + output cairan 6. Berikan antibiotik bila ada indikasi 7. Pasien ditempatkan pada " Cholera Pot " 8. Pemeriksaan penunjang Hb, pemeriksaan faeces, ureum creatinin 9. Bila perlu konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN DIREKTUR RS
Halaman : Gastroenteritis dehidrasi berat dan hipovolemik shock adalah keadaan dimana tubuh sangat kekurangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi hipovolemik shock biasanya disertai dengan penurunan kesadaran. sebagai acuan untuk penatalaksanaan gastroenteritis dengan hipovolemik 92PROSEDUR TETAP Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur Unit Terkait Observasi demam adalah suatu keadaan demam dimana penyebabnya belum diketahui secara pasti. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanggulangan tindakan demam yang belum diketahui secara pasti penyebabnya. Adanya prosedur tertulis untuk kasus 10 besar penyakit UGD 1. Anamnesa dengan adanya riwayat demam dengan penyebab yang tidak 2. Periksa tanda-tanda vital,apabila ada penurunan tanda vital segera ditangani 3. Pemeriksaan laboratorium yaitu trombosit dan lekosit 4. Berikan antibiotik yang sesuai dengan hasil pemeriksaan hasil penunjang 5. Apabila perlu konsultasi dengan konsulen dokter penyakit dalam 6. Pasien dirawat. spesifik IGD, Spesialis penyakit dalam, laboraotrium
RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN OBSERVASI DEMAM DIREKTUR RS Halaman : 93PROSEDUR TETAP Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur IGD, Spesialis Anak, Spesialis Saraf Unit terkait adanya prosedur 10 besar penyakit IGD Prinsip pengobatan : Atasi kejang, mencari dan mengobati penyebab, pemberian profilaksis terhadap berulangnya kejang 1. Anamnesa 2. Bebaskan jalan nafas, pasang sudip lidah 3. Beri O2 lembab 4. Berikan diazepam IV 0,3 - 0,5 mg/KgBB perlahan-lahan dosis max 20 mg 5. Jika sukar mencari vena berikan per rectal dengan dosis 0,5-o,75 mg/kgBb (5 mg untuk BB <10 Kg dan 10 mg untuk BB >10 Kg)
6. Jika pasien sudah sadar berikan antipiretik & antibiotik sesuai penyebabnya. 7. Antikonvulsan profilaksis, berikan diazepam 0,3 mg/KgBB / kali pemberian diberikan 3x/hari selama demam biasanya 2-3 hari DD/ : meningitis, epilepsi RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN DEMAM KEJANG DIREKTUR RS Halaman : Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu > 38 derajat yang disebabkan oleh suatu proses extracranium yang bersifat umum, tonik kklonik terjadi beberapa detik sampai 10 menit, penyebab biasanya infeksi saluran pernapasan atas otitis media, pneumonia, GE dan ISK sebagai acuan untuk menangani kejang demam 94PROSEDUR TETAP Tujuan keluarkan melalui mulut & diletakkan secara longgar di pipi, benang ini berguna untuk menarik keluar tampon bila akan dilepas. # Bila perlu dapat dipasang tampon anterior # Penderita harus dirawat dan tampon diangkat setelah 1-2 hari. Berikan antibiotik misalnya PS 8:1 1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi Prosedur 1. Tentukan asal perdarahan dengan memasang tampon yang dibasahi dengan adrenalin1/1000 dan pantokain 2%,dibantu dengan alat penghisap. sedapat mungkin penderita dalam posisi duduk Bila ternyata perdarahan berasal dari Anterior : 2. Pasang kembali tampon yang dibasahi Adrenalin 1/1000 & Pantokain 2% selama 5-10 menit dan ala nasi ditekan ke arah septum 3. Setelah tampon diangkat, asal perdarahan di kaustik dengan larutan AgNO3 20-30% atau asam trikloroasetat 2-6% atau dengan elektrokauter. 4. Bila masih berdarah, pasang tampon anterior yang terdiri :kapas/ kasa yang diberi boozalf/ bimuth iodine paraffin paste (BIPP). Tampon ini dipertahankan 1-2 hari ( boorzalf)/ 3-4 hari ( menggunakan BIPP) Bila ternyata perdarahan berasal dari Posterior : 5. Coba atasi dengan kasutik dan tampon anterior (lihat cara diatas) 6. Bila gagal, pasang tampon posterior (Bellocq); caranya : # Tampon ini terdiri dari gulungan kassa yang mempunyai dua benang di satu ujung dan satu benang di ujung lain. # Masukkan kateter karet dari nares anterior ke dalam sampai tampak di orofaring dan ditarik keluar melalui mulut # Pada ujung kateter diikatkan salah satu dari dua benang yang ada pada satu ujung& kateter ditarik kembali melalui hidung. Dengan cara yang sama benang yang lain dikeluarkan melalui lubang hidung yang lain. # Kemudian kedua benang yang telah keluar melalui lubang hidung itu di tarik sedang telunjuk tangan yang lain membantu mendorong tampon ke arah nasofaring sampai tepat menutup koana.
# Lalu kedua benang diikat pada tampon lain yang terletak dekat sekat rongga hidung.Benang dari ujung lain dikeluarkan melalui mulut dan di RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN DENGAN DIREKTUR RS EPISTAKSIS DI IGD Halaman : Pengertian a. Epistaksis anterior adalah perdarahan dari rongga hidung yang berasal dari plexus Kiesselbach atau a.etmoidalis anterior b. Epistaksis posterior adalah perdarahan dari ronnga hidung yang berasal dari arteri sphenopalatina dan atau arteri etmoidalis posterior 95PROSEDUR TETAP 7. Untuk perdarahan anterior dilakukan ligasi a.etmoidalis anterior dengan Prosedur pertimbangkan operasi ligasi arteri : membuat sayatan dari bagian medial alis mata ke bawah kantus internus: setelah jaringan dipisahkan akan tampak a.etmoidalis anterior 8. Untuk perdarahan posterior dilakukan ligasi a. maksilaris interna dengan membuat sayatan di lipatan gingivobukal seperti pada operasi caldwell Luc; setelah memasuki sinus diangkat sehingga tampak a.maksilaris interna dan cabang-cabangnya di fosa pterigomaksilaris.
Unit Terkait SMF Anak, SMF THT, OK, ICU/ICCU, RANAP Bila perdarahan menetap walaupun telah dilakukan tindakan diatas, RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN DENGAN DIREKTUR RS EPISTAKSIS DI IGD Halaman : 96PROSEDUR TETAP Tujuan Prosedur Terhadap penderita obstruksi jalan nafas stadium I dan II : Dilakukan tindakan konservatif dengan oksigen, obat bronkodilator aminophyllin dan bisolvon) & anti edema (papasee) dan pengawasan ketat Terhadap penderita obstruksi jalan nafas stadium III dan IV : Memerlukan tindakan intubasi atau trakeotomi segera. terhadap gejala yang timbul. Pengertian 1. Menyelamatkan jiwa. 2. mencegah dan membatasi cacat serta meringankan penderitaan pasien. Bila disebabkan oleh benda asing ( misalnya tersedak makanan) usahakan
dikeluarkan segara dengan Heimlich manuver: A. Penderita dalam posisi duduk/berdiri : 1. Penolong duduk/berdiri di belakang penderita * Lingkarkan kedua tangan mengelilingi penderita * buat kepalan dengan satu tangan, tangan lain mencekap kepalan tersebut dengan ibu jari menghadap perut & diletakkan di epigastrium * Lakukan pendorongan dengan kuat dan cepat ke arah atas * Tindakan ini dapat diulang beberapa kali 2. Bila tidak berhasil, coba kait benda asing tersebut dengan jari yang dimasukkan ke dalam larings 3. Bila sulit atau benda asing terletak dalam, penderita dibungkukkan dan dilakukan penepukan kuat di punggung diantara kedua scapula. B. Penderita dalam posisi terlentang 1. Penolong berlutut di atas penderita dengan kedua lutut disamping kiri dan kanan tubuh penderita satu telapak tangan diletakkan di epigastrium penderita, telapak tangan yang lain diatasnya 2. Lakukan penekanan dengan pangkal telapak tangan dengan kuat dan cepat ke arah atas 3. Tindakan ini dapat diulang beberapa kali 4. Bila penderita muntah, miringkan tubuhnya dan bersihkan mulutnya Bila cara-cara diatas gagal atau bila tidak disebabkan oleh benda asing: siapkan segera bronkoskopi atau trakeotomi RSU TANGGAL TERBIT
REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN DENGAN DIREKTUR RS KEDARURATAN SISTEM PERNAPASAN Halaman : 97PROSEDUR TETAP Pengertian Indikasi Prosedur 8. Trakea dibuka digaris tengah, sebaiknya dibawah cincin trakea III, lalu dibuat lubang atau flap yang sesuai dengan kanul yang akan dipasang. 9. Bila ada, benda asing dapat dicari dan dikeluarkan melalui stoma dengan bantuan spekulum hidung dan pinset. Bila ternyata benda asing itu terletak distal stoma dan tidak dapat diambil, dorong ke salah satu bronkus agar jalan napas dapat terbuka sebagian dan segera kirim ke tempat yang sternal dapat juga dilakukan anestesi umum tetapi sebelumnya trachea harus ditandai dengan pipa endotachea atau bronchoscop. 4. Insisi dibuat mulai dari bawah cartilago cricoid sampai fosa suprasternal, tepat digaris tengah;cara ini lebih aman daripada insisi horisontal meskipun 10. Pasca tindakan tidak perlu dijahit; bila perlu dapat dibuat jahitan longgar di Unit terkait SMF Bedah, SMF Anestesi, Ok, ICU/ICCU/HCU memintas jalan nafas bagian atas.
4. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas, epiglotitis dan lesi vaskuler 5. Pasien dengan kerusakan paru yang kapasitas vitalnya berkurang mempunyai fasilitas bronchoscopi kedua ujung insisi. kosmetik lebih buruk. 5. Jaringan subkutis disisihkan,sedapat mungkin jangan memotong pembuluh darah, fascia otot dipotong digaris tengah. 6. Setelah cincin trakea tampak, ismus tiroid disisihkan (bila perlu dipisahkan) sampai cincin trakea I-V terbuka; perdarahan dirawat. 7. Dapat disuntikkan beberapa tetes kokain 5% melalui intercartilago I untuk mencegah iritasi pada pemasangan kanul. RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN YANG MEMERLUKAN DIREKTUR RS TRAKEOSTOMI Halaman : Merupakan tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan 1. Terjadinya obstruksi jalan nafas 2. Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis (pasien koma). 3. Apabila terdapat benda asing di subglotis
1. Premedikasi dengan atropin sulfat 1 mg IM 2. Penderita dalam posisi hiperekstensi pada leher, bila perlu tengkuk diganjal dengan bantal/ kantong pasir 3. Setelah a & antisepsis daerah tindakan, diberikan anestesi lokal (infiltrasi) dengan procain 1% mulai dari cartilago thyroid sampai daerah fosa supra 98PROSEDUR TETAP Pengertian Tujuan Prosedur ¥ Pemberian Aminofilin IV ; dewasa/ anak : dosis awal 5,6 mg/KgBB yang disuntikkan secara perlahan-lahan dalam 5-10 menit. selanjutnya dosis penunjang : 0,9 mg/KgBB/Jam yang diberikan infus salbutamol, terbutalin, isoetarin, fenoterol) mempunyai sifat lebih efektif & masa kerja lebih lama serta efek samping yang lebih kecil dibandingkan ¥ Obat-obat bronkodilator secara aerosol bekerja lebih cepat & efek samping sistemik lebih kecil. Baik untuk digunakan pada anak/ dewasa dengan Jika pemberian obat-obat bronkodilator tidak menunjukkan perbaikan, dilanjutkan dengan kortikosteroid: 200 mg hidrokortison atau dosis 3-4 mg/kgBB, IV dapat diulang tiap 2-4 jam parenteral sampai serangan akut terkontrol, diikuti 30-60 mg prednison atau dosis 1-2 mg/KgBB/Hari Oral, dosis terbagi lalu diturunkan perlahan-lahan yang lazim 2. Mencegah dan membatasi cacat serta meringankan penderitaan pasien. dengan bentuk non selektif (adrenalin, efedrin dan isoprenalin)
sesak nafas yang berat. Mula-mula diberikan 2 sedotan dari suatu metered aerosol devise(Alupent ®) metered aerosol).Jika penilaian 10-15 menit tidak menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 2 jam.Jika pada penilain 10 - 15 menit berikutnyatidak menunjukkan perbaikan, berikan aminofilin IV ¥ Obat-obat bronkodilator simpatomimetik secara perenteral : Pada dewasa : dicoba dengan 0,3 ml larutan epineferin 1:1000 secara SC Pada anak : diberikan dengan dosis 0,01 mg/KgBB secara SC (1mgr/ ml) dapat diulangi tiap 30 menit, 2-3 kali tergantung kebutuhan. Merupakan suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa hari, yang tidak memberi perbaikan pada pengobatan . 1. Menyelamatkan jiwa. 1. Bronkodilator ¥ Dipakai obat-obat Bronkodialtor secara inhalasi atau per enteral Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik maka sebaiknya diberikan aminofilin per enteral sebab mekanisme kerja yang berlainan demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat golongan teofilin per oral maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetiksecara aerosol/ parenteral. Obat bronkodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif terhadap adrenoreseptor B2 (orsiprenalin, 2. Kortikosteroid RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN DENGAN
DIREKTUR RS STATUS ASMATIKUS Halaman : 99PROSEDUR TETAP menit dan dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Prosedur PENANGANAN PASIEN DENGAN STATUS ASMATIKUS 3. Oksigen Pemberian oksigen dapat melalui kanula hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 Liter/ RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN DIREKTUR RS Halaman : 100PROSEDUR TETAP Pengertian kebijakan Prosedur Unit Terkait Instalasi Gawat Darurat intalasi keperawatan pada pasien.
penanganan penyakit trauma kepala sesuai dengan prosedur. 8. Sertakan rekaman medik penderita yan telah diisi lengkap EDH, SDH Tujuan Sebagai acuan petugas medis dan paramedis IGD dalam menangani kasus trauma kepala Semua petugas medis dan paramedis di IGD dan perawat yang memahami tata laksana 1. Pasien datang ke IGD dengan trauma kepala, segera ditidurkan ke meja tindakan resusutasi. Lakukan tindakan ABC (Airway, Breathing, Circulation) 2. Lakukan auto anamnesa/ alloanamnesa dengan teliti terutama cara, tempat, waktu, keadaan pasca kejadian (pingsan, muntah, kejang,pusing-pusing) 3. Rawat luka sebagaimana mestinya. Jika di kepala, cukur rambut sekitarnya sebelum dilakukan tindakan. Jika dasar cranium patah /impresi ada jaringan otak lakukan jahit situasi. 4. Buat diagnosis : tentukan tingkat kesadaran (Glasgow Coma Scale) serta jenis cedera jenis kepala (ringan, sedang, berat) atau Comotio cerebri, Contusio cerebri, Contusio batang otak atau mungkin terjadi komplikasi 5. Tentukan diagnosa trauma tubuh lain dan ada tidaknya penyakit lain sebelum trauma 6. Lakukan pemeriksaan CT Scan kepala jika : * GCS 4-8 * GCS > 8 dengan riwayat lucide interval / anisokor / bradikardi atau gelisah sekali karena kesakitan kepala, muntah terus atau kejang 7. Pasien dikirim ke kamar bedah / ruangan / ICU dalam keadaan stabil RSU TANGGAL TERBIT
REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN TRAUMA KEPALA DIREKTUR RS Halaman : Trauma kepala adalah keadaan pasien dimana diakibatkan oleh benturan benda tumpul atau tajam sehingga menyebabkan gangguan neurologis 101PROSEDUR TETAP Pengertian prosedur 2. penanganan mengancam nyawa pasien. sebagai acuan dalam penanganan trauma Thorax RS menetapkan standar pelayanan medis dalam bidang keilmuan Kebijakan menghilang * pada hemi thorax yang tekena, suara paru hipersonor dan vesikuler c. Pemeriksaan penunjang * terapi tension pneumothorax tidak boleh terhambat oleh karena pemeriksaan radiologis * pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah X-foto thorax d. penanganan * segera dilakukan pemasangan jarum ukuran besar pada sela iga ke-2 linea midcalvicularis.
B. Open pneumothorax 1. Prosedur Diagnosis : a. Anamnesa adanya riwayat trauma dada b. pemeriksaan klinis * adanya defek atau luka terbuka di daerah dada * penderita kesakitan * sesak nafas sampai sianosis Trauma thorax adalah suatu bentuk kegawatdaruratan di bidang bedah karena adanya trauma , baik trauma tumpul maupun tajam yang mengenai thorax dan dapat Pada trauma thorax secara cepat harus dilakukan penilaian mengenai airway, Breathing dan circulation A. Prosedur Diagnosis a. Anamnesa * adanya riwayat trauma * mengeluh sakit dada * mengeluh sesak nafas b. Pemeriksaan klinis * penderita nampak sesak nafas * takikardi * tekanan darah menurun * sianosis RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE:
DITETAPKAN PENANGANAN TRAUMA THORAX DIREKTUR RS Halaman : 102PROSEDUR TETAP Unit Terkait Prosedur bersama-sama dengan pemasangan infus. perkusi pekak hipovolemik. IGD, Semua Instalasi atau ruangan pelayanan keperawatan a. stabilisasi segment flail dan pemberian analgetik b. pemasangan ventilator D. Hemothorax 1. Prosedur Diagnosis : a. anamnesa * adanya riwayat trauma * sakit dada * penderita sesak nafas b. Pemeriksaan klinis : * adanya jejas atau luka di daerah dada * bila terjadi masif hemothorax, penderita nampak anemi * sesak nafas * pada sisi dada yang mengalami trauma suara nafas menghilang dan
* bila terjadi masif hemothorax akan ditemukan tanda-tanda shock 2. Penanganan Penanganan awal berupa dekompresi rongga pleura dengan WSD a. Penanganan awal meliputi menutup luka dengan kasa steril yang diplester pada tiga sisi saja b. segera pasang selang WSD c. setelah terpasang WSD, luka pada dada ditutup. C. Flail Chest 1. Prosedur Diagnosis : a. Anamnesa * adanya riwayat trauma di daerah dada * sakit dada * sesak nafas b. pemeriksaan Fisik * adanya jejas di thorax * adanya fraktur tulang iga multiple pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. * terlihat adanya segmen 'Flail chest' * penderita dispnoe 2. Penanganan RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN TRAUMA THORAX
DIREKTUR RS Halaman : 103PROSEDUR TETAP Kebijakan Prosedur RS menetapkan standar pelayanan medis dalam bidang keilmuan Pada pasien trauma harus dipastikan dahulu bahwa airway, breathing dan circulation terjamin 1. Anamnesa a. Adanya riwayat trauma b. Nyeri perut yang hebat, bisa terlokalisir atau menyeluruh c. Perut kembung, bisa disertai mual dan muntah d. Perut kembung, bisa disertai mual dan muntah e. Bila disertai febris, bisa mengarah ke proses peritonitis atau kejadian sudah relatif lama f. Penderita tidak bisa flatus dan BAB, kencing baisanya sedikit. g. Bila kencing berwarna merah, organ tractus urinarius mengalami trauma. 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan vital sign sangat penting, pastikan airway, breathing dan circulation a. Inspeksi Pengertian peritonitis umum/ hematom sebagai acuan dalam penanganan trauma abdomen * adanya jejas di abdomen
* adanya perut distensi * anemia menunjukkan terjadi proses perdarahan b. Palpasi c. Perkusi * nyeri ketok di abdomen * pekak alih positif * pekak sisi meninggi * pekak hepar menghilang, menunjukkan adanya pneumo peritonium d. Auskultasi suara usus melemah sampai menghilang e. Colok dubur Nyeri seluruh lapangan pada pemeriksaan colok dubur dapat menunjuk kan proses peritonitis 3. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan laboratorium darah rutin (Hb, leukosit, trombosit) dan Tujuan baik dan circulation baik. RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN TRAUMA ABDOMEN DIREKTUR RS Halaman : Trauma di daerah abdomen meliputi trauma di daerah abdomen yang dapat
diakibatkan oleh trauma tumpul dan tajam. Manifestasi klinis yang ditimbulkan tergantung dari kerusakan organ, bisa berupa intra abdominal, bleeding, 104PROSEDUR TETAP a) preoperatif ^ Pasang infus untuk resusitasi cairan ^ Pasang NGT ^ Pasang kateter urine b) Tindakan operatif Tindakan operatif atau non operatif dilakukan tergantung pada diagnosa yang ditemukan Unit Terkait 1. Instalasi Gawat darurat 2. semua Instalasi/ ruangan yang menyelenggarakan pelayanan keperawatan. RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN TRAUMA ABDOMEN DIREKTUR RS Halaman : pemeriksaan colok dubur dapat menunjukkan proses peritonitis b. Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan ini dilakukan bila keadaan airway, breathing, circulation (hemodinamik) sudah stabil : pemeriksaan yang sudah dilakukan adalah
# X ray / foto abdomen # USG abdomen 4. Penatalaksanaan 105PROSEDUR TETAP Prosedur d. Auskultasi : Biasanya suara usus meningkat dan didapatkan metalic sound, suara usus yang negatif berarti sudah terjadi paralitik. e. Colok dubur : Dari pemeriksaan ini mungkin didapatkan adanya massa di daerah anus atau rectum sebagai penyebab obstruksi. 3. Pemeriksaan penunjang a. Laboratorium darh rutin, bila perlu pemeriksaan elektrolit ureum creatinin tergantung kondisi pasien. b. Pemeriksaan X-foto * X-Foto BNO 3 posisi akan didapatkan gambaran dilatasi usus atau colon multiple air fluid level * X-foto colon inloop, dikerjakan tergantung kebutuhan pasien. sebagai acuan dalam penanganan ileus obstruksi Tujuan RS menetapakan standar pelayanan medis dalam bidang keilmuan Kebijakan Pengertian mungkin ditemukan.
1. Anamnesa a. Keluhan pasien bermacam-macam tergantung letak dari obstruksi b. Secara umum didapatkan keluhan mual, muntah, distensi perut, nyeri dan tidak dapat flatus dan mungkin didapatkan demam c. Riwayat kebiasaan BAB sebelumnya dapat membantu diagnosis 2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi : Abdominal distensi, gambaran dan gerakan usus nampak, tanda-tanda dehidrasi mungkin ditemukan massa di inguinal atau diabdomen, anemia b. Palpasi : Turgor kulit mungkin menurun, nyeri tekan dan mungkin ditemukan massa di inguinal atau diabdomen. Adanya defane muskular berarti sudah terjadi strangulasi / perforasi organ usus. c. Perkusi : hipertimpani. Adanya nyeri ketok mungkin disebabkan adanya perforasi. RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN DIREKTUR RS ILEUS OBSTRUKSI Halaman : Ileus obstruksi merupakan suatu keadaan dimana isi usus tidak dapat melewati (pasage) usus secara normal.
106PROSEDUR TETAP d. pemberian antibiotika preoperatif 2) Pada ileus obstruksi yang disebabkan karena adhesi maka cukup dilakukan pemasangan NGT, koreksi dehidrasi dengan pemasangan infus, pemasangan kateter. Tindakan konservatif ini dilakukan selama 2x24 jam, bila tindakan ini gagal maja dilakukan tindakan operatif. 3) Tindakan operatif a. Tindakan sangat tergantung oleh penyebab dari obstruksi b. Bila obstruksi kemungkinan besar disebabkan oleh masa/proses intra abdomen maka dilakukan tindakan laparatomi explorasi c. Bila obstruksi kemungkinan disebabkan oleh hernia externa maka cukup dilakukan koreksi hernia. Instalasi Gawat darurat semua instalasi/ ruangan yang menyelenggarakan pelayanan keperawatan. Unit Terkait RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN DIREKTUR RS ILEUS OBSTRUKSI Halaman : 4. Penatalaksanaan
1) Preoperatif a. pasang infus ringer lactat untuk mengoreksi dehidrasi b. pasang NGT c. pasang kateter urine, untuk mengukur produksi urine. 107PROSEDUR TETAP d. Funduskopi 4. Identifikasi pasien dan pengantarnya a. Hipertensi essensial b. Hipertensi sekunder 5. Penatalaksanaan Tirah baring, diet rendah garam. Menurunkan tekanan secepat dan seaman mungkin, dengan : a. Nifedipin sublingual 15 mg, tunggu 15 menit bisa diulang 2 kali b. Furosemid IV 20 mg dosis awal s/d 100 mg IV, cukup satu kali pemberian c. Obat anti hipertensi yang lain sesuai indikasi : # Kelainan jantung aman, dipakai golongan Ace Inhibitor (Captopril) # Kelainan ginjal aman, dipakai golongan Ca-Antagonis (Adalat) yang berlaku Pengertian Tujuan kebijakan Prosedur Semua petugas medis & paramedis di IGD dan perawatan dapat memahami tata laksana penanganan penyakit krisis hipertensi sesuai dengan prosedur
1. Anamnesa a. Riwayat penyakit sebelumnya hipertensi , jantung, ginjal b. Keluhan sakit kepala yang hebat c. Perdarahan dari hidung/epistaxis d. Gangguan neurologis, perubahan mental e. Kegagalan jantung kiri 2. Pemeriksaan fisik a. Kesadaran dapat menurun, tensi diastolik > 120 mmHg b. Takikardi, pelebaran vena leher c. Pupil edema, perdarahan fundus d. Gangguan neurologis dan perubahan mental 3. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan EKG b. Pemeriksaan radiologi " Thorax" c. Laboratorium, darah rutin, fungsi ginjal elektrolit RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN DIREKTUR RS KRISIS HIPERTENSI Halaman : Krisis hipertensi adalah hipertensi yang (sering) sangat meningkat & dengan tekanan darah diastolik >120 mmHg. Hipertensi ini memerlukan penurunan
tekanan darah segera meskipun tidak perlu menjadi normal, untuk mencegah atau membatasi terjadinya kerusakan organ sasaran. Sebagai acuan petugas medis dan paramedis di IGD dalam menangani kasus krisis hipertensi 108PROSEDUR TETAP 8. Penyulit a. CVD / stroke b. Payah jantung c. Infark miokard d. Payah ginjal e. gangguan penglihatan 9. Tenaga standar : a. Perawat terlatih b. Dokter umum terlatih Instalasi Gawat darurat Instalasi keperawatan Unit terkait RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN DIREKTUR RS KRISIS HIPERTENSI
Halaman : 6. Konsultasi a. Spesialis penyakit dalam b. Spesialis mata c. Spesialis kebidanan 7. Perawatan RS : Rawat inap semua kasus krisis hipertensi 109PROSEDUR TETAP 8. Pemberian digitalis dapat dipertimbangkan jika penderita selama 2 minggu terakhir jika penderita selama 2 minggu terakhir tidak mendapat digitalis 9. Pemeriksaan DGA dan lakukan koreksi seperlunya 10. Selanjutnya rawat inap Instalasi Gawat Darurat Instalasi perawatan membran kapiler Pengertian Tujuan berlaku Prosedur Kebijakan Unit terkait Oedema paru adalah keadaan dimana paru-paru terendam oleh sejumlah besar cairan sehingga menyebabkan fungsi kiri abnormal atau peningkatan Sebagai acuan petugas medis dan paramedis IGD dalam menangani kasus
oedema paru. Semua petugas medis & paramedis di IGD dan perawatan dapat memahami tata laksanaan penanganan kasus oedema paru sesuai dengan prosedur yang 1. Segera baringkan penderita ke tempat tidur dengan posisi setengah duduk 2. Isap lendir dan beri O2 5-10 liter/menit 3. Berikan diuretika (furosemid/ Lasix 2 ampul IV) ukur tekanan darah, hati-hati terhadap kemungkinan hipotensi 4. Berikan aminophyllin bolus 1 ampul IV pelan, dilanjutkan dengan aminofilin drip per infus 5. Berikan kortikosteroid / oradexon 10-20 mg IV 6. Pemakaian morfin 2-5 mg/KgBB titrasi dengan hati-hati tiap 5-10 menit sampai tercapai efek yang diinginkan dan waspadai kemungkinan depresi pernapasan hipotensi. 7. Jika perlu morfin dapat diulang 4-6 jam RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENANGANAN PASIEN DIREKTUR RS OEDEMA PARU Halaman : 110PROSEDUR TETAP Tujuan
stroke Unit Terkait IGD, Dokter spesialis saraf, laboratorium Prosedur 1. Anamnesa /alloanamnesa adanya defisit neurologik dan ditemukan faktor 2, Periksa kesadaran dan fungsi vital 3. Jika perlu atasi dulu jalan napas, pernapasan dan sirkulasi 4. Posisi terlentang kepala 30 derajat 5. Beri oksigen 6. Pasang infus RL 12 tetes/menit 7. Jika perlu pasang dower kateter 8. Konsul dokter spesialis penyakit saraf 9. Jika penyebabnya infark : berikan pentoxyphillin (trental) 300 mgr (15 cc) dalam 500 cc RL kecepatan 12 tetes/menit, berikan juga piracetam (nootropil) 12 gr IV drip harus habis dalam 20 menit 11. Ranitidine 2x1 ampul IV 12. Atau sesuai instruksi dokter 13. Pemeriksaan penunjang Hb, lekosit, Gula Darah RSU TANGGAL TERBIT REVISI KE: DITETAPKAN PENATALAKSANAAN STROKE DIREKTUR RS Halaman : Stroke adalah disfungsi cerebral (defisit neurologik) yang terjadi mendadak fokal atau global (penurunan kesadaran), disebabkan semata-mata gangguan pembuluh darah otak
yang berlangsung lebih dari 24 jam atau meninggal, gangguan pembuluh darah otak diketahui dari ditemukannya faktor resiko stroke Pengertian sebagai acuan dalam melaksanakan penatalaksanaan stroke adanya prosedur kasus yang mengancam jiwa Kebijakan 111