60 I Nengah Marta, dkk. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 60-66
DIVERSIFIKASI PRODUK KERAJINAN DARI DAUN LONTAR, PRASI (KOMIK BALI) DESA SINDUWATI KABUPATEN KARANGASEM - BALI I Nengah Martha, Sang Ayu Putu Sriasih, Made Sri Indriani, Ida Bagus Rai, Ida Ayu Putu Purnami, I Ketut Paramarta Jurusan Pendidikan Bahasa Bali, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Bali
[email protected]
Ringkasan Eksekutif Kerajinan Prasi (komik beraksara, berbahasa, dan bergambar khas Bali) adalah kerajinan yang erat hubungannya dengan kesusastraan, agama, dan budaya Bali yang melekat dengan kehidupan masyarakat Bali yang berupa filsafat hidup, kelahiran, kematian, cerita/karya sastra, atau ajaran agama yang ditulis di atas daun lontar. Selama ini kerajinan ini hanya dikerjakan/diusahakan oleh tiga kepala keluarga keturunan Brahmana (pendeta) di desa Sinduwati, kecamatan Sidemen, kabupaten Karangasem – Bali. Kerajinan prasi sekarang ini telah menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi sebab dikemas dan dikembangkan dalam bentuk hiasan-hiasan dinding, dan dijual di objek-objek pariwisata serta sangat diminati oleh wisatawan. Pengerajin kerajinan Prasi memiliki kualitas kerja yang sangat baik. Mereka mampu menghasilkan kerajianan Prasi dengan mutu yang amat baik. Akan tetapi, secara kuantitatif jumlah mereka sangat kurang, Karena itu, produk yang mampu mereka hasilkan sangat terbatas, yakni 1 prasi per orang per hari. Akibatnya, pada musim-musim wisatawan banyak datang ke Bali, barang kerajinan Prasi sering kosong. Pemberdayaan masyarakat sekitar pengerajin perlu dilakukan untuk dapat melatih lebih banyak lagi generasi muda dari masyarakat desa Sinduwati mengusai pengetahuan dan keterampilan membuat Prasi, dalam rangka meningkatkan jumlah dan kualitas kerajinan Prasi ini. Jadi, dengan menambah jumlah pengerajin (baru), maka jumlah dan kualitas kerajinan Prasi dapat ditingkatkan. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pelatihan kepada masyarakat mengenai IPTEKS dalam membuat Prasi (komik Bali). Kegiatan ini menargetkan luaran dalam bentuk produk barang, yakni Prasi dalam bentuk kupak (buku cerita beraksara dan berbahasa Bali). Produk ini akan digunakan sebagai sumber dan media pembelajaran bahasa Bali di sekolahsekola h.Spesifikasi produk Prasi dalam bentuk kupak (buku cerita) adalah: tebal 3 cm, panjang daun lontar 25 cm, dan lebar daun lontar 4 cm. Kegiatan ini mendapatkan respon positif dari masyarakat karena kegiatan ini mampu menghasilkan produk lain (diversifikasi produk) yang dapat dipasarkan, selain di pasar-pasar seni, objek wisata, tetapi juga dapat dipasarkan di sekolah-sekolah untuk sumber dan media pembelajaran. Dengan demikian, produk ini akan membuka pasar baru yang mampu memberikan penghasilan baru para pengerajin. Kata-kata kunci: diversifikasi, kerajinan, prasi, daun lontar Executive Summary Prasi Crafts (lettered comic bali, language, and illustrated typical Balinese) is a craft that is closely connected with literature, religion, and culture inherent in
61 I Nengah Marta, dkk. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 60-66
the form of Balinese life philosophy of life, birth, death, story / literary, or religious teachings that written on palm leaves. During this time the craft is only done / attempted by three descendants of the family head Brahmin (priests) in Sinduwati village, Sidemen district, regency of Karangasem - Bali. Now, Prasi craft has become a high economic value because it is packaged and promoted in the form of wall decorations, and objects sold at very attractive to tourism and tourists. Prasi craft craftsmen have a very good quality work. They were able to produce Prasi craft with very good quality. However, quantitatively their number is very less, therefore, they produce a product capable of very limited, which is 1 prasi per person per day. As a result, the tourist seasons are coming to Bali, handicraft Prasi often empty. Empowerment of communities around the craftsmen needed to be able to train more young people from rural communities Sinduwati for his knowledge and skills to make Prasi, in order to increase the number and quality of this Prasi craft. Thus, by increasing the number of craftsmen (new), then the quantity and quality can be improved Prasi craft. The purpose of this activity is to provide training to the community about science and technology in making Prasi (comics Bali). This activity is targeted outcomes in the form of goods, namely in the form kupak Prasi (story book lettered comic bali and Balinese languages). This product will be used as a source and medium of learning in school-Balinese language at school. specification Prasi products in the form kupak (story book) are: 3 cm thick, 25 cm length of palm leaf, palm leaves and 4 cm wide. These activities get a positive response from the community because these activities are able to produce another product (product diversification) that can be marketed, in addition to the art markets, tourist attractions, but also can be marketed in schools for learning resources and media. Thus, this product will open up new markets that can provide new income of the craftsmen. Key words: diversification, crafts, prasi, palm leaf
A. PENDAHULUAN Kerajinan Prasi (komik beraksara, berbahasa, dan bergambar khas Bali) adalah kerajinan yang hanya dikerjakan/diusahakan oleh tiga kepala keluarga keturunan Brahmana (pendeta) di desa Sinduwati, kecamatan Sidemen, kabupaten Karangasem – Bali. Kerajinan ini erat hubungannya dengan kesusastraan, agama, dan budaya Bali yang melekat dengan kehidupan masyarakat Bali, yang pembelajaran, pengkajian, dan pengembangannya banyak dilakukan oleh keluarga Brahmana di Bali. Kesusastraan, agama, dan budaya itu bisa berupa filsafat hidup, kelahiran, kematian, cerita/karya sastra, atau ajaran agama yang ditulis di atas daun lontar. Karya ini kemudian dikemas dan dikembangkan dalam bentuk hiasan-hiasan dinding, dan dijual di objek-objek pariwisata di desa Tenganan Pagringsingan, kabupaten Karangasem. Karya ini ternyata sangat digemari oleh masyarakat lokal, wisatawan domestik, dan wisatawan mancanegara. Sampai saat ini kerajinan ini hanya dikerjakan oleh kurang lebih 8 orang anggota masyarakat desa Sinduwati, kabupaten Karangasem, provinsi Bali yang sebagian besar adalah keturunan Brahmana. Jadi, usaha ini masih dalam bentuk usaha atau industri rumah tangga.
62 I Nengah Marta, dkk. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 60-66
Material/bahan baku untuk membuat kerajinan ini adalah daun lontar, bambu, buah kemiri, dan benang. Daun lontar (yang sudah dimasak dan diawetkan) digunakan sebagai lembaran menulis teks dan gambar. Bambu digunakan sebagai frame/cover lembaran-lembaran daun lontar yang sudah bergambar dan berisi teks. Kemiri yang dipanggang sampai gosong digunakan sebagai pewarna (hitam) teks dan gambar, agar teks dan gambar tampak jelas dan dapat dibaca. Benang digunakan untuk merangkai lembaran-lembaran daun lontar supaya menyatu dan mudah di-cover. Sementara itu, alat-alat yang diperlukan untuk mengerjakan kerajinan Prasi ini adalah pengerupak (sejenis pahat kecil, halus), pengutik (pisau khusus), paser pelubang, pisau, dan belakas (sejenis parang). Semua alat ini dibuat dan didesain oleh pengerajinnya. Pengerupak digunakan untuk membuat teks dan melukis/membuat gambar. Pengutik digunakan untuk mengerjakan frame/cover dari bambu. Paser pelubang digunakan untuk membuat lubang-lubang pada daun lontar. Pisau dan belakas digunakan sebagai alat pemotong. Secara kualitatif, sekitar 8 orang pengerajin ini memiliki kualitas kerja yang sangat baik. Mereka mampu menghasilkan kerajianan Prasi dengan mutu yang amat baik. Akan tetapi, secara kuantitatif jumlah mereka sangat kurang, Karena itu, produk yang mampu mereka hasilkan sangat terbatas, yakni 1 prasi per orang per hari Akibatnya, pada musim-musim wisatawan banyak datang ke Bali, barang kerajinan Prasi sering kosong. Sebenarnya modal yang diperlukan tidak banyak, hanya Rp 1.200.000,00 per orang. Meskipun begitu, karena mereka berasal dari keluarga golongan menengah, jumlah itu dirasa cukup besar. Keberadaan mereka (pengerajin) sesungguhnya sangat berarti bagi lingkungan. Sebab, di lingkungan pengerajin, cukup banyak anggota masyarakat (terutama generasi muda) yang berminat untuk diajar atau diberi pengetahuan dan keterampilan membuat kerajinan Prasi. Jika keberadaan pengerajin dimanfaatkan/diberdayakan dengan dibantu pihak perguruan tinggi, maka kita dapat melatih lebih banyak lagi generasi muda dari masyarakat desa Sinduwati mengusai pengetahuan dan keterampilan membuat Prasi, dalam rangka meningkatkan jumlah dan kualitas kerajinan Prasi ini. Jadi, dengan menambah jumlah pengerajin (baru), maka jumlah dan kualitas kerajinan Prasi dapat ditingkatkan. B. SUMBER INSPIRASI Setelah dilakukan diskusi yang sangat inten dengan salah seorang pengerajin yang juga kebetulan seorang dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Bali di Universitas Pendidikan Ganesha, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pengerajin Prasi saat ini. Permasalahan itu adalah: 1. Produksi pengerajin sangat terbatas, 1 Prasi per hari per orang. 2. Permodalan mereka sangat terbatas, sekitar Rp 500.000. per orang. 3. Hak cipta mereka tidak dihargai, karena karya mereka harus diisi label perusahaan pengepul 4. Tempat pemasaran masih terbatas, hanya di objek wisata desa Tenganan Pagringsingan, kebupaten Karangasem. Bila dilihat dari aspek produksi, produksi yang terbatas itu disebabkan oleh karena jumlah pengerajin yang jumlah masih memang sedikit sedikit (sekitar 8 orang). Jika dilihat dari aspek permodalan, permodalan yang terbatas itu, karena
63 I Nengah Marta, dkk. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 60-66
sebagian besar pengerajin termasuk keluarga golongan menengah. Hak cipta mereka tidak dihargai, karena pengepul minta agar nama usaha pengepul diisikan pada karya pengerajin. Pemasaran yang masih terbatas, karena pengerajin belum memasarkan sendiri produknya ke pasar-pasar wisata lain di wilayah pulau Bali. Karya pengerajin hanya dipasarkan pada daerah objek wisata desa Tenganan Pagringsingan, kabupaten Karangasem. Dalam kegiatan ini, masalah yang disepakai untuk ditangani adalah masalah pertama, yakni Produksi Masih Terbatas (satu Prasi per orang per hari = 8 buah Prasi). Sementara itu, jumlah Prasi yang laku dijual setiap hari bisa mencapai 20 – 25 buah (observasi saat liburan). Dengan demikian pemilihan masalah ini amat rasional, karena jumlah produksi yang terbatas itu disebabkan oleh karena jumlah pengerajinnya yang masih sedikit. Jumlah pengerajin ini masih bisa ditingkatkan dengan memberi pelatihan pada pengerajin baru, yakni anak-anak di lingkungan pengarajin yang keadaanya sudah di sebut di depan. Pelatihan pada pengerajin baru sangat mungkin dilakukan karena: (1) Undiksha memiliki Jurusan Pendidikan Bahasa Bali yang dapat membina pengerajin baru, bekerja sama dengan pengerajin yang sudah ada. (2) Peserta atau pengerajin baru yang telah dihubungi menyatakan kesiapannya untuk mengikuti pelatihan. (3) Pangsa pasar masih luas, yakni di luar kabupaten Karangasem. (4) Karya Prasi dapat dikembangkan ke arah pembuatan Prasi yang berisi dongeng/cerita yang dapat digunakan sebagai sumber dan media pembelajaran bahasa Bali di sekolah-sekolah. Ini berarti pangsa pasar akan menjadi semakin luas. (5) Kegiatan ini tidak menggunakan padat modal. (6) Anak-anak di lingkungan pengerajin yang sudah mapan banyak yang tidak memiliki pekerjaan, karena tidak memiliki keterampilan. (7) Bahan baku kerajinan (daun lontar) cukup tersedia, karena kabupaten Karangasem merupakan daerah penghasil daun lontar. C. METODE Metode/pendekatan yang ditawarkan untuk meningkatkan produksi kerajinan Prasi ini adalah dengan menambah jumlah pengerajin melalui pemberian Pelatihan pada pengerajin baru. Seperti telah disebut di depan, jumlah produksi yang terbatas itu karena pengerajinnya memang sedikit. Perlu dikemukakan, bahwa kerajinan ini bentuknya unik dan hanya dibuat/diproduksi di desa Sinduwati. Pelatihan ini akan dilakukan oleh tim dari Undiksha dan instruktur pengerajin yang telah ditunjuk. Jadi kegiatan ini dilakukan secara sinergis antara masyarakat pengerajin Prasi dengan pihak kampus/universitas. Hal ini amat dimungkinkan karena di kampus tersedia sejumlah instruktur dari Jurusan Pendidikan Bahasa Bali. Rencana kegiatan yang dibuat untuk merealisasikan program IbM ini adalah: 1. Pelatihan pengolahan daun lontar. Pengolahan ini mencakupi: perendaman, perebusan dengan menambah soda abu, penjepitan agar tidak berlekak-lekuk, cara pemotongan dengan ukuran yang sama, pengecetan tepi lontar dengan cat khusus. 2. Pelatihan mengatur layout agar komposisi antara teks dengan gambar serasi. 3. Pelatihan menulis aksara Bali di atas daun lontar dengan Pasang Aksara yang benar.
64 I Nengah Marta, dkk. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 60-66
4. Pelatihan melukis/menggambar di atas daun lontar dengan menggunakan pengerupak ((sejenis pisau kecil, halus) dalam ukuran gambar yang kecil dan rumit. 5. Pelatihan membuat warna alami dari buah kemiri yang dipanggang gosong. 6. Pelatihan cara mewarnai agar warna alam benar-benar mampu melekat. 7. Pelatihan membuat lubang pada daun-daun lontar dalam ukuran kecil dengan menggunakan paser pelubang. 8. Pelatihan caara merakit daun-daun lontar yang sudah ditulisi dan digambar dengan benang, sehingga menjadi produk Prasi yang kuat. 9. Pelatihan cara meng-cover daun-daun lontar yang sudah ditulisi dan digambar dengan bambu. 10. Pendampingan cara pemasaran produk dalam lingkup yang lebih luas (misalnya: objek-objek wisata lain, pasar-pasar seni, sekolah-sekolah, dll.) Selama pelaksanaan pelatihan, instruktur mitra mendampingi peserta pelatihan secara terus-menerus sehingga peserta mendapatkan bimbingan dan tuntunan setiap saat. Hal ini dimungkinkan karena instruktur mitra berasal dari desa yang sama. Instruktur dari universitas melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala (seminggu sekali) untuk mengakomodasi dan memecahkan berbagai masalah yang muncul selama pelaksanaan program. Tim pelaksana IbM kerajinan Prasi ini terdiri dari 6 orang dosen dari Jurusan Pendidikan Bahasa Bali. Keahlian yang dimiliki oleh tim ini adalah: 1) Tiga orang memiliki keahlian aksara dan bahasa Bali, 2) Satu orang memiliki kemampuan aksara dan bahasa Bali, serta melukis Prasi (komik Bali), 3) Dua orang memiliki kemampuan manajerial dan koordinasi yang handal, selain memiliki keahlian bahasa dan sastra Bali. Skil-skil yang dimiliki oleh tim pelaksana sangat relevan dengan transfer Ipteks yang dilakukan dalam kegiatan ini. Pengalaman pengabdian yang sudah pernah dilakukan oleh tim ini adalah: (1) Penerjemahan cerita berbahasa Indonesia ke bahasa dan aksara Bali; dan (2) Menulis di atas daun lontar dengan aksara dan bahasa Bali. Pengalaman ini sinergis benar dengan kegiatan IbM kerajinan Prasi yang dilakukan ini. D. KARYA UTAMA Produk utama dari kegiatan ini adalah Prasi dalam bentuk kupak (buku cerita beraksara dan berbahasa Bali). Produk ini akan digunakan sebagai sumber dan media pembelajaran bahasa Bali di sekolah-sekolah. Spesifikasi produk Prasi dalam bentuk kupak (buku cerita) adalah: tebal 3 cm, panjang 25 cm, dan lebar 4 cm.
Gambar 1. Produk Prasi yang Dihasilkan (Keadaan Tertutup)
65 I Nengah Marta, dkk. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 60-66
Gambar 2. Produk Prasi yang Dihasilkan (Keadaan Terbuka) Kelompok masyarakat yang telah dilatih menjadi pengerajin baru, dibina menjadi kelompok-kelompok pengerajin yang beranggotakan 3 – 5 orang, dan selanjutnya akan dibina tentang cara/strategi pemasaran produknya lebih lanjut, sehingga mereka menjadi pengerajin yang mandiri..
E. ULASAN KARYA Kerajinan Prasi dalam bentuk kupakan ini merupakan karya yang khas dan unik. Karya ini dapat digunakan sebagai sumber dan media pembelajaran, terutama untuk pembelajaran sastra dan bahasa Bali, karena isinya adalah cerita dongeng (karya sastra), dan menggunakan bahasa dan aksara Bali. Cerita ini sebagian besar diambil dari cerita tentang binatang dalam cerita Ni Diah Tantri. Karya ini ditulis di atas daun lontar dengan huruf dan gambar yang kecil dan rumit. Jika digunakan oleh siswa sebagai sumber dan materi pembelajaran, mungkin siswa sedikit mengalami kesulitan, selain tingkat bahasa dan pasang aksaranya yang juga kurang dipahami dengan baik oleh para siswa. F. KESIMPULAN Oleh karena relatif tidak ada kendala dari segi bahan, alat, dan teknis pengerjaan, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini mampu mencapai sasaran yang diinginkan dengan hasil yang sangat baik. Hasil kegiatan ini dapat digunakan sebagai sumber dan materi pembelajaran di SMP, SMA/SMK. Kesulitan yang mungkin dialami siswa dalam menggunakan sumber dan materi ini adalah tingkat bahasa dan pasang aksaranya. Hal ini, lebih lanjut akan dievaluasi. G. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Kegiatan ini mampu menghasilkan produk lain (diversifikasi produk) yang dapat dipasarkan, selain di pasar-pasar seni, objek wisata, tetapi juga dapat
66 I Nengah Marta, dkk. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 60-66
dipasarkan di sekolah-sekolah untuk sumber dan media pembelajaran. Dengan demikian, produk ini akan membuka pasar baru yang mampu memberikan penghasilan baru para pengerajin. H. DAFTAR PUSTAKA (1) Kementerian Pendidikan RI. (2009) Panduan PPM 2009. Dirjen Pendidikan Tinggi: Jakarta. (2) Ramly, M. (2007). Peningkatan Mutu Sumberdaya Manusia melalui Bahasa, Sastra dan Seni (Makalah) Pertemuan Forum Fakultas Pendidikan Bahasa, Sastra dan Seni Se-Indonesia IX. Makassar, 13 Juli 2007. (3) Sudaryono, S. (2007). KTSP Berpeluang Membangun Pribadi-pribadi Cerdas, Meski Dibangun di atas Pondasi yang Keropos. Majalah Educare Nomor 4/IV/Juli 2007, hal 4 – 6). (4) Tim P2M Jurusan Pendidikan Bahasa Bali, Undiksha. (2008). Penerjemahan Cerita Berbahasa Indonesia ke Bahasa dengan Aksara Bali. Laporan P2M Undiksha: Singaraja. (5) Tim P2M Jurusan Pendidikan Bahasa Bali, Undiksha. (2009). Menulis di Atas Daun Lontar dengan Aksara dan Bahasa Bali. Laporan P2M Undiksha: Singaraja. (6) Undiksha. (2006). Pedoman Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat: Singaraja: LPM Undiksha. I. PERSANTUNAN Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi diberikan kepada Camat Kubu, Kepala Desa Sinduwati serta seluruh peserta pelatihan di desa tersebut. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bupati Karangasem, Rektor Undiksha dan DP2M Dikti atas dana pelaksanaan Ipteks bagi masyarakat di Kabupaten Karangasem.