Pengaruh Faktor Demografis Masyarakat Kota... Udi Rusadi
PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFIS MASYARAKAT KOTA TERHADAP LITERASI BERITA TELEVISI THE INFLUENCE OF DEMOGRAPHIC FACTORS OF THE URBAN SOCIETY TOWARD TELEVISION NEWS LITERACY Udi Rusadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Literasi dan Profesi, Badan Litbang SDM Kominfo Jl. Medan Merdeka Barat 9, Jakarta Pusat. Telp./Hp.081584200741 Email:
[email protected] diterima: 11 Mei 2015 | direvisi: 22 Mei 2015 | disetujui: 29 Mei 2015
ABSRACT The influence of media in communication studies and media practices has always became interest because in normative theories media is expected to provide functional effects. One of the assumption to make media has functional influence is the literacy condition of the society. Television news as the product of media has unique characteristic and process which vary from other non-media products, so certain literacy is needed by the society concerning to TV news. This study aims to explain the literacy condition of the urban society and the influence of demographic factors towards television news literacy. The study was conducted in Banjarmasin south Kalimantan using survey method. The result shows that people have always strong literacy to select in term of content, process, and assessment of the television news. The literacy perspective is still in positivistic context which regard news as the delivery process of reality and not as a construction of reality. Not all demographic aspects influence all aspect of literacy and aspect kinds of work have the most influence on the elements of news literacy. Keywords: Literacy, Television News, Urban Society, Demographic.
ABSTRAK Pengaruh media dalam kajian komunikasi dan praktek media selalu menjadi perhatian karena dalam teori-teori normatif, diharapkan mampu memberikan efek yang fungsional. Salah satu asumsi agar media berpengaruh fungsional, ialah kondisi literasi masyarakatnya yang harus memadai. Berita TV sebagai salah satu produk media memiliki karakteristik dan proses yang unik yang bebeda dengan produk lain yang bukan media, sehingga diperlukan literasi tertentu masyarakatnya terhadap berita TV. Studi ini bertujuan menjelaskan kondisi literasi masyarakat kota dan pengaruh faktor demografis terhadap literasi berita televisi. Penelitian dilakukan di wilayah kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, dengan metode Survey. Hasilnya menunjukkan, masyarakat sudah memiliki literasi yang cukup kuat terhadap perlunya melakukan seleksi baik dalam aspek isi, proses dan penilaian berita televisi. Perspektif literasi mereka masih dalam konteks positivistik, yang melihat proses berita sebagai proses pengiriman realitas dan bukan konstruksi realitas. Tidak semua aspek demografis mempengaruhi semua aspek literasi dan aspek jenis pekerjaan memiliki pengaruh pada elemen literasi berita yang paling banyak. Kata Kunci : Literasi, Berita Televisi, Masyarakat Kota, Demografis.
I.
Teori-teori komunikasi fungsional menempatkan posisi media menjadi bagian dari system yang memberikan pengawasan, korelasi, menghubungkan antar generasi dan hiburan dalam rangka menciptakan keberlangsungan kehidupan
PENDAHULUAN
Media dalam kehidupan masyarakat menjadi salah satu sub system yang memberikan warna pada arah dan kondisi kehidupan masyarakat itu sendiri. 47
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.1 Juni 2015: 47-62
masyarakat (Wright 1975). Namun apakah dalam kenyataannya media memberikan pengaruh yang sesuai dengan fungsinya, belum bisa menjamin. Wright lebih lanjut merumuskan kemungkinan media memberikan pengaruh yang disfungsional, yaitu tidak sesuai atau menyimpang dari fungsinya. Bentuk pengaruhnya pun bagi Wright, kemungkinan terjadi secara nyata atau tidak nyata. Mengenai kemungkinan efek yang terjadi, teoriteori efek komunikasi merumuskan berbagai formula yang berbeda beda. Severin (2013), menjelaskan perkembangan teori efek komunikasi, dan digambarkan seperti sebuah putaran, mulai dari temuan yang menunjukan pengaruh kuat, kemudian disusul dengan pengaruh terbatas, moderat dan kembali kepada posisi awal yang menunjukkan bahwa media bisa berpengaruh kuat. Jika kita percaya bahwa media berpengaruh kuat, maka kita menganggap yang disajikan media akan bisa mengubah kognitif, sikap dan perilaku khalayaknya. Dengan mengacu pada pandangan bahwa media berpengaruh kuat maka isi media sangat dominan. Permasalahannya bagaimana menghadapi kecenderungan fenomena media dewasa ini yaitu liberalisasi dan industrialisasi media. Liberalisasi media yang dilakukan diberbagai negara termasuk di Indonesia, mengurangi dan cenderung menghapus pengaturan negara terhadap media. Negara tidak memiliki kekuasaan mengendalikan media, bahkan untuk lembaga penyiaran yang menggunakan ranah publik yaitu frekuensi radio, pemerintah tidak memiliki kewenangan dalam mengendalikan isi media penyiaran. Dengan fenomena ini maka media memiliki keluasaan dalam memproduski isi media dengan hambatan yang minimal. Kondisi ini menjadi semakin kompleks ketika media memasuki era industri. Lembaga media tidak bisa dipandang hanya sebagai lembaga kemasyarakatan, tetapi juga sebagai lembaga bisnis atau industri yang mengelola komoditas imagi. Dengan posisi ini media kemungkinan akan semakin menjauhkan isinya dari tuntutan untuk menunjang keberlangsungan dan menjadi fungsional dalam pembangunan masyarakat. Media akan dikendalikan oleh tuntutan pasar, yang semata
mengejar jumlah dan ukuran khalayak dalam mengakses media sebagai ukuran pemasukan kapital dari iklan. Faktor liberalisasi dan industrialisasi menjadi kerangka kerja (framework) para pemilik dan pengelola media dalam memproduksi isi media. Dalam proses produksi, media berusaha merancang isi media yang sesuai dengan strategi pasarnya. Dalam kerangka ini bagaimana media memilih sumber isi media, menentukan program dan kemasan yang sesuai selera pasar. Termasuk dalam hal ini ialah program berita televisi, para produser berita akan memilih realitas yang sesuai dengan selera pasar dan juga dalam representasinya baik dalam judul, isi, gambar dan posisi dalam halaman maupun dalam penggunaan bahasa . Dalam teori-teori jurnalisme ada dua teori yang disebut jurnalisme kendali professional atau professional driven jounalism dan jurnalisme yang dikendalikan masar atau market driven journalism (McManus, 1994). Pada jurnalisme kendali pasar memandang bahwa suatu peristiwa atau pendapat akan dipilih sebagai berita jika memiliki nilai yang dapat dijual dan bisa mendapatkan iklan atau sponsor. Sebaliknya pada jurnalisme kendali profesional ukuran nilai berita akan merujuk pada apakah peristiwa atau pandapat tersebut memiliki kepentingan bagi publik yang mungkin saja tidak memiliki nilai jual. Ketika media berada dalam kungkungan idustrialisasi yang kemungkinan akan menjauhkan dari nilai nilai masyarakat, dan ketika negara dan masyarakat tidak bisa mengendalikan media maka nilai fungsi media akan menjadi fungsional dalam kehidupan masyarakat sangat tergantung pada konsisi literasi masyarakatnya. Permalahahannya, bagaimana kondisi literasi masyarakat terhadap program berita di media. Kondisi literasi masyarakat terhadap media akan berkaitan dengan kondisi demografis masyarakatnya, meliputi antara lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan. Adanya keterkaitan antara faktor demografis dengan literasi media sejalan dengan teori media perbedaan social dengan akses terhadap media, dimana perbedaan individual, social dan cultural bisa membedakan karakteristik akses terhadap media (Ball-Rokeach 1989). 48
Pengaruh Faktor Demografis Masyarakat Kota... Udi Rusadi
Penelitian literasi media selama ini lebih banyak memiliki fokus luas pada isi media secara keseluruhan. Penelitian di Indonesia misalnya penelitian penelitian yang dilakukan oleh Yudhita (2103), Masitoh (2013), (Arif 2013), Lubis (2013) dan penelitian dalam tingkat internasional antara lain menurut tinjauan Buckingham (2005), terdapat gap bacaan literasi berdasarkan jenis media dan berdasarkan kategori khalayaknya yaitu usia anak-anak dan usia dewasa. Selain itu menurut survey yang dilakukan di Amerika (Kirsch 1993) ditemukan bahwa mereka yang menunjukan litearsi tinggi lebih tanpak pada responden memiliki pekerjaan dan tingkat kesejahateraan yang tinggi. Dengan demikian studi literasi dalam konteks berita, belum banyak dilakukan dan untuk di Indonesia penulis belum menemukan yang spesifik leterasi berita. Lokus penelitian literasi media difokuskan pada masyarakat perkotaan di wilayah provinsi Kalimantan Selatan, sebagai salah satu povinsi yang terjangkau olah media televisi yang pancarkan dari Jakarta, dan juga memiliki saluran televisi lokal. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan memberikan gambaran literasi masyarakat perkotaan di Provinsi Kalimantan Selatan terhadap berita televisi dan bagai mana hubunganya denga kondisi demogafis mereka, apakah kondisi geografis masyarakat kota mempengaruhi lierasi berita bagi masyarakat perkotaan khusunya di Wilayah Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. Secara konseptual literasi sering dihubungkan dengan media cetak, sebagaimana istilah literasi yang mengandung pengertian kemampuan membaca. Konsep tersebut kemudian diperluas oleh para pemikir lainnya yang mengemukakan literasi visual untuk media lain seperti televisi dan film. Konsep lainnya sejalan dengan perkembangan baru yaitu munculnya komputer, yang tidak saja menunjukkan ada aspek visual dan verbal tetapi juga ada aspek lainnya berupa aplikasi-aplikasi yang memerlukan pengetahuan dan kehalian tersendiri, sehingga berkembang konsep literasi komputer atau computer literacy. Istilah lain, berkaitan dengan perkembangan teknologi, adalah literasi digital, sehingga ada literasi teknologi, literasi digital, literasi komputer dan literasi
informasi. Steyer (2002), mendefinisakan literasi media sebagai kemampuan untuk mengakses, menganalisis, evaluasi dan proses produksi media. Dalam konteks media masaa, literasi media menurur Harris (2014) lebih kepada uapaya untuk memperkuat pilihan dari pada upaya untuk melindungi pengaruh yang negatif.
Literasi media akan berkaitan dengan perspektif dalam memandang media. Dalam teoriteori klasik mengenai komunikasi, media mendistribusikan realitas yang ditangkap media, seperti apa adanya. Suatu proses komunikasi dipandang sebagai sebuah transportasi, yang memindahkan satu pesan dari pengirim ke penerima. Namun demikian dalam teori-teori agenda setting, dan gatekeeping memberikan perspektif bahwa media dalam mengungkapkan realitas tidak murni sebagai realitas yang dimediakan. Teori agenda setting, menjelaskan media menonjolkan suatu isu tertetentu dan menenggelamkan yang lainnya. Sedangkan teori gatekeeing memberikan penjelasan bahwa kemungkinan media dalam memproduksi berita melakukan proses penyaringan terhadap informasi dari aslinya. Teori framing, menjelaskan bahwa media membingkai sebuah isu dalam bingkai yang diinginkan oleh pembuat berita, yang bisa saja berbeda dengan makna aslinya. Dalam konteks literasi media, apakah masyarakat memiliki pengetahuan tentang proses pemberitaan, bahwa dalam proses peliputan dan pelaporan berita kemungkianan terjadinya bias atau upaya memberikan makna tertentu dari sebuah realitas. Kemungkinan media tidak menyampaikan realitas sebagaimana adanya bisa dipandang dari perspektif klasik, yaitu faktor keterbatasan media seperti deadline, keterbatasan sumber, kondisi geografis. Selain itu dalam pandangan konstruktivis media, secara sengaja memproduksi isi media menurut perspektif media dan para awaknya, apakah untuk kenpentingan ekonomi atau politik atau kekuasaan. Pembahasan literasi terhadap berita merupakan bagian dari bahasan literasi media. Hobbs merumuskan media literasi secara luas sebagai kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan media dalam berbagai bentuk. Sedangkan Miller media literasi menekankan kepada kebutuhan untuk membedakan 49
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.1 Juni 2015: 47-62
antar media dalam hal marketing, propagamda dan budaya pop. Menurut Potter (2008), ada tiga kelompok bahasan yang esensial menegnai literasi media yaitu pada lokus personal, stuktur pengetahuan dan keahlian. Bahasa pada aspek personal, literasi media dilihat dari apakah masyarakat mengikuti media memiliki tujuan dan dorongan tertentu. Jika memiliki tujuan maka masyarakat lebih fokus untuk mengikuti program atau isi media tertentu yang sesuai dengan tujuannya. Sedangkan dorongan (drives) yang dimiliki akan menunjukkan tingkat perhatian dalam mengikuti media. Jika dorongannya kuat maka perhatiannya akan tinggi. Aspek yang kedua struktur pengetahuan, yaitu informasi yang terorganisasi dalam memori seseorang. Informasi dan pengetahuan seseorang akan mempengaruhi kesadaran orang dalam proses pencarian informasi, konstruksi makna yang sesuai dengan tujunnya. Area struktur pengetahuan menurut Potter meliputi lima area, yaitu pengaruh media, isi media, industri media, dunia nyata dan tentang diri (self). Aspek ketiga yaitu kemampuan (skill), yaitu keahlian masyarakat dalam melakukan penilaian terhadap isi media, meliputi kemamapuan analisis, evaluasi, pengelompokan apa yang dianalisisnya untuk membedakan satu sama lain, induksi yaitu kemampuan mengumpulkan dan sejumlah elemen pada pola-pola tertentu yang lebih umum, sintesa ialah menyambung elemen dengan elemen lainnya. Setelah itu kemampuan mendeduksi yaitu proses analisis untuk memberikan kesimpulan dari hal yang umum terhadap bagian-bagian atau elemen yang terkecil. Terakhir ialah abstraksi, meliputi kemampuan mendekripsikan secara akurat jelas dan singkat tentang sebuah esensi pesan. Dalam konteks ini literasi media kemampuan membuat abstraksi merupakan kemampuan seseorang untuk merumuskan apakah sebuah media atau sebuah program baik atau buruk dan mampu mengkritisanya. Oleh karena itu media literasi bersifat multidimensional, tidak terbatas pada aspek kognitif tetapi juga neliputi dimensi emosi, estetik, dan moral. Media literasi juga bukalah sebuah
kategorikal tetapi sebuah kontium. Posisi literasi seseorang merupakan satu posisi dalam suatu derajat tingkat literasi dari yang lemah sampai kuat (Potter 2008). Studi ini berkaitan dengan berita, untuk mengetahui bagaimanakah literasi masyarakat terhadap berita. Dari tiga kelompok literasi yaitu lokus personal, struktur pengetahuan dan kemampuan atau skill, fokusnya pada pengetahuan dan kemampuan atau skill. Jika Potter mendefinisikan pengetahuan sebagai sebuah struktur pikiran dalam memori seseorang yang akan ikut mempengaruhi pemahaman terhadap isi media, penelitian ini fokus pada pengetahuan mengenai proses dan isi pemberitaan. Sedangkan dalam elemen kemampuan, penelitian ini memfokuskan pada selektifitas dan kemampuan dalam menilai suatu berita dan cara-cara yang dilakukan dalam menilai berita. Pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai isi berita media dan prosesnya dan selektifitasnya diperkirakan akan berbeda menurut karateristik demografis mereka sebagaimana dalam teori perbedaan individual dan sosial dalam mengakses media sebagaimana dikemukakan oleh Ball Rockeach (1982).
II. METODOLOGI Penelitian literasi media khususnya leterasi khalayak terhadap media, merupakan kajian komunikasi (communication study), yang memfokuskan elemen khalayak. Dalam konsep media literasi, terdapat literasi para awak media atau literasi khakayaknya. Penelitian ini memfokuskan pada khlayaknya pada salah satu elemen media massa pada tingkat individu. Paradigma yang digunakan ialah paradigma positivistik karena penelitian ini melihat realitas sebagai suatu yang nyata yang diatur oleh kaidah kaidah yang berlaku secara universal (Guba 2008). Realitas literasi media diteliti berdasarakan pernyataan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap isi media dan proses produksi berita. Pendekatan yang digunakan sesuai dengan perspektif yang penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan ialah survey ekspalanatif yang menerangkan kaitan antara literasi media dan kondisi demografis khalayak. 50
Pengaruh Faktor Demografis Masyarakat Kota... Udi Rusadi
menjamin kesamaan pemahaman terhadap intrumenyang disusun sebelum pelaksanaan penelitian dilanakan breafing dan pelatihan pengisian instrument terhadap para pengumpul data. Instrumen disusun secara terstruktur dengan menggunakan closed structure yang terdiri dari pertanyaan aspek demografis sebagai identitas responden meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan. Sedangkan aspek literasi meliputi selektifitas, literasi isi, proses, dan pengecekan berita, dan cara yang dilakukan dalam mengontrol kebenaran berita. Skala yang digunakan ialah skala Likert, yang menggali pernyataan responden terhadap elemen literasi yang disusun, dengan rentang skala dari 1 samapi 5. Instrumen disusun berdasarkan pada konsep-konsep literasi menurut Potter (2008), dengan melakukan penyesuaian dengan permasalahan penelitian yaitu konteks berita televisi. Rentang literasi sejalan dengan skala Likert mulai dari satu dalam kategori sangat rendah sampai skala lima skala sangat tinggi. Ukuran validitas penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengguakan validitas konstruk, yang mengacu pada konsep konsep mengenai Lierasi sebagaimana Potter gunakan dengan penyesuaian penyeseuaian sesuai dengan konteksnya. Sedangkan reliabelitas penelitian didasarkan pada hasil uji reliabelitas dengan menggunakan Alfa Cronbach, dan dengan bantuan SPSS 16. Pengujian dilakukan terhadap 24 pernyataan, diperoleh nilai 8.00. Angka ini menunjukkan adanya konsistensi internal atau reliablelitas yang lebih tinggi dengan standar yang biasa digunakan dalam penelitian sosial, yang menerima 0,7 sebagai standar relibelitas. Hasil penelitian diolah dengan proses standar penelitian kuntitatif, dimulai proses koding data kemudian entry data dalam apliksi SPSS 16.0. Setelah proses dataentry selesai kemudian dilakukan proses Cleaningdata untuk memperoleh data yang bersih dan mengkategorikan semua data yang telah di input. Analisis dibantu oleh SPSS 16.0, pada dua tingkatan yaitu tahap analisis distribusi frekuensi dan analisis korelasi dengan menggunakan analisis
A. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Selatan, pada akhir tahun 2013 dengan fokus masyarakat perkotaan yaitu masyarakat di wilayah walikota Banjarmasin. Wilayah kota Banjarmasin terdiri dari lima yaitu Bajarmasin selatan, timur, tengah dan utara. Penelitian ini membatasi pada wilayah kecamatan Banjarmasin Tengah, dengan pertimbangan wilayah tersebut merupakan wilayah perkotaan yang akan mencerminkan kondisi literasi masyarakat perkotaan di Wilayah Provinsi di Kalimatan Selatan. Wilayah Banjarmasin Tengah merupakan pusat bisnis dan pemerinthan dengan masyarakat yang heteorogen. Dalam konteks literasi media, keterpengaruhan lingkungan terhadap individu kemungkinan sangat kuat sehingga dalam mengakses media pun memerlukan kondisi literasi yang memadai, yang perlu diketahui melalui penelitian ini. B.
Populasi dan Sample
Wilayah Kota Banjarmasin, yang menurut statitistik (BPS Kota Banjarmasin tahun 2012 sebanyak 646.403.00 Orang, terdistribusikan ke dalam lima wilayah kecamatan. Populasi penelitian ialah wilayah kecamatan Banjarmasin Tengah dengan jumlah penduduk 93.660. Jumlah sampel sebanyak 100 orang dengan mempertimbangkan teorama limit sentral sebagaimana dikemukakan Agung (2003) yang menyatakan statistik rata-rata mempunyai distribusi normal untuk mendekati tak berhingga. Menurutnya, limit sentral dapat diterapkan dengan ukuran sampel 30. Pertimbangan kedua ialah keterbatasan anggaran yang hanya bisa menetapkan 100 responden, yang telah melebihi limit sentra menurut teorama di atas. Namun demikian penetapan ini tetap memiliki kelemahan karena tidak bisa diketahui sampling erornya, yang menjadi sebagai keterbatasan penelitian ini. Teknik sampling yang digunakan ialah Multi Stage Sampling dari tingkat kecamatan sampai RT. Proses random dilakukan pada tingkat RT, dengan unit analisis individu yang berumur 15 sampai 65 tahun. Data literasi media dikumpulkan dengan teknik wancara berpedoman kuesener yang standar. Untuk 51
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.1 Juni 2015: 47-62
Sumber berita terpercaya Dilengkapi fakta Wartawannya terpercaya Disampaikan dengan sopan Medianya terpercaya Dipercaya banyak orang 0
10
Sangat Tidak Setuju
20
30
Setuju
Netral
40 Setuju
50
60
70
80
Sangat Setuju
Gambar 1. Perbandingan dalam proses seleksi (n=100) Figure 1. Compairing on selection process (n=100) korelasi Pearson, yang menghubungkan variabel bebas pada skala interval (tingkat pendidikan, usia dan rata-rata pengeluaran dalam satu bulan) dengan interval untuk variabel terikat ( total nilai setiap elemen literasi). Selain itu juga digunakan analisis uji rata-rata (T test) untuk menghubungkan variable yang berskala nominal dichontomy (jenis kelamin) dengen elemen literasi dan variabel nominal polytomy (jenis pekerjaan) dengan elemen literasi.
prosentase 8 persen ke atas. Terjaring responden yang tidak bekerja yang jumlahnya 8 %. Dari segi agama, mayoritas sebanyak 94 % beragama Islam, dana lainnya beragama kristen, protestan dan Budha. B. Literasi Berita Literasi berita media dalam penelitian ini meliputi kesadaran pentingnya melakukan proses seleksi dalam mengikuti berita, literasi isi dan literasi dalam pengecekan isi berita dan cara mengontrol kebenaran berita. Selektifitas, dalam padangan Klapper meliputi seleksi dalam memberikan perhatian, mengakses dan memahami isi berita. Hasil penelitian menunjukkan responden menyadari perlunya melakukan proses seleksi dalam mengikuti berita sebagaimana tercermin dari data yang menunjukkan dominannya pernyataan mereka yang setuju (55%) dan sangat setuju (35,%) perlunya melakukan penyeleksian kalau mengikuti program berita. Dalam skala 1 sampai 5, rata-rata nilai selektifitas menunjukkan pada angka 4,33. Data tersebut memberikan indikasi bahwa rerponden menyadari ada nilai relevansi suatu berita bagi responden, apakah penting diikuti atau apakah mengandung manfaat atau tidak atau apakah bisa berakibat baik dan buruk jika mengikuti suatu berita.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Demografis Responden Dari segi usia keseluruhan responden berumur 15 sampai 65 tahun, jumlah yang paling sedikit antara 61 sampai 65 tahun sebanyak 3 %. Sedangkan yang terbanyak yang berumur 21–30 tahun (27 %) tahun, setelah itu berumur 41 sampai 50 tahun (23%) dan 31-40 tahun (14 %). Artinya dari aspek usia, menunjukkan struktur yang merata pada setiap jenjang usia. Dari seluruh responden yang terjaring sebagai sampel, tanpak perbandigan antara pria dengan wanita berbading satu dan dua, yaitu 67 % pria dan 33 % wanita. Dari pekerjaan yang dijalani dewasa ini terbanyak adalah pegawai swasta sebanyak 24 %, disusul yang lebih dari 15 % ialah ibu rumah tangga, PNS dan mahasiwa. Responden lainnya yang jumlahnya cukup besar ialah mereka yang bekerja sebagai wiraswasta, buruh dan guru, dengan 52
Pengaruh Faktor Demografis Masyarakat Kota... Udi Rusadi
Kritera dalam mengikuti berita sebagaimana terlihat dalam gambar 1, tampak faktor fakta dalam berita dan kepercayaan sumber berita sangat menonjol. Responden yang mempertimbangkan apakah berita yang disajikan media didasarkan pada fakta atau faktanya cukup dalam menggambakan realitas (sangat setuju, 43%, setuju 53,3 %). Hal ini mengindikasikan bahwa responden telah menyadari kemungkinan media bisa membuat berita tidak berdasarkan fakta atau nilai faktanya diragukan. Keasadaran kritis ini akan menjadi benteng dalam menghindarkan pengaruh negatif media yang kurang professional atau media yang dengan sengaja melakukan manipulasi fakta untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Pertimbangan pada faktor kepercayaan pada sumber berita juga cukup dominan, hal ini terlihat dari pernyataan responden terhadap kepercayaan pada sumber yang sangat setuju setuju 32 % dan setuju 62 %. Faktor kepercayaan pada sumber berita dan faktor nilai faka memiliki kaitan, karena fakta yang dipilih berasal dari sumber fakta, kecenderungan kesamaan besarnya prosentasi yang setuju dan sangat setuju sama-sama besar. Faktor kepercayaan pada sumber merupakan tingkat literasi yang lebih kritis karena dalam berita-berita suatu peristiwa bisa merupakan sumber sumber sekunder atas dasar judgment wartawan. Pada berita berita pendapat sumber berita sudah jelas dan telebih lagi untuk berita televisi yang menampilkan sosok visual sumber berita. Artinya penilaian pada sumber memerlukan referensi bagi responden untuk menilai apakah patut dipercaya atau tidak. Selain faktor latar belakang isi berita dan nilai berita, responden dalam menyeleksi isi media mempertimbangkan medianya itu sendiri yaitu apakah wartawanya patut dipercaya. Hasil penelitian menunjukkan yang melakukan seleksi atas dasar kepercayaan pada media yang setuju 65 % dan sangat setuju 17 %. Sedangkan yang mempertimbangkan atas dasar kepercayaan pada wartawan yang setuju 61 % dan sangat setuju 16 %. Bagi responden sebelum memilih suatu berita untuk diikuti, pertama sekali harus memutuskan media mana yang akan diikuti. Sebagaimana bidang literasi media yang dimaksud oleh Potter, pada fase pertama diperlukan adanya tujuan dan dorongan
untuk mengikuti media maka kepercayaan pada media digunakan pada fase awal dalam literasi media, yaitu tujuan mengikuti media. Jika tujuannya untuk mengikuti berita politik maka akan memilih berita yang orientasi politiknya bisa dipercaya. Kepercayaan terhadap media merupakan literasi yang berkaitan dengan struktur dan perilaku media. Struktur media akan berkitan dengan aspekaspek latar belakang dan karakteristik individu yang terlibat dalam pemililikan dan pengelolaan media, siapa pemiliknya dan visi dan misi serta orientasi media. Sedangkan perilaku media, praktik-praktik yang pernah dilakukan oleh media dalam pemberitaan. Literasi pada perilaku media akan direfleksikan oleh gambaran yang terekam oleh responden mengenai praktik media dalam menyajikan berita sebelumnya, apakah telah melakukan praktik-praktik penyimpangan atau melakukan praktik-praktik ketidak patuhan pada kode etik dan norma norma masyarakat. Kepercayaan kepada wartawan merupakan bagian dari kepercayan terhadap media, yang kemungkinan sejalan atau tidak sejalan. Bisa saja percaya terhadap media tetapi tidak percaya pada wartawan atau sebaliknya. Dari perbadingan prosentase kepercayaan teradap media dengan terhadap wartawan tampak berbeda jumlah posentasenya, dan kecenderungannya yang mempertimbangkan atas dasar kepercayaan pada media yang menyatakan setuju lebih besar (67%) dari yang menyarakan setuju pada pernyataan setuju pada factor kepercayaan kepada wartawan (61 %). Sedangkan yang sangat setuju hampir sama dengan slesih satu persen. Dengan proposi yang lebih besar perimbangan keperacayaan pada media lebih besar dari pertimbangan kepercayaan pada wartawan hal ini menunjukkan bahwa kualitas wartawan akan menjadi bagian dari kulitas medianya. Artinya jika medianya patut dipercaya maka wartawannya juga dipercaya. Pertimbangan kepercayaan ternyata tidak saja atas dasar persepsi diri responden tetapi juga atas dasar interaksi dengan orang lain. Dalam hal ini kepercayaan dilihat dari penglihatan atau pengamatan pada lingkungan yaitu sejauhmana masyarakat mempercayainya. Dalam konteks ini 53
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.1 Juni 2015: 47-62
bagi responden dalam melakukan seleksi, dilihat dulu apakah media tersebut dipercaya oleh banyak orang. Walaupun kecenderungan besarnya prosentasi tidak sebesar pada kepercayaan pada media, wartawan, faktor faktual dan dan sumber berita, tenyata pengakuan dan kepercayaan banyak orang menjadi pertimbangan dalam melakukan seleksi berita. Artinya media-media yang dengan penonton dan pembaca yang lebih besar sebagai indikator disukai banyak orang menjadi pertibangan dalam melakukan proses seleksi. Satu pernyataan dalam pertimbanagn dalam proses seleksi ialah faktor kesopanan media berita. Penelitian ini mengungkapkan ada responden yang dalam memilih berita menggunakan kriteria faktor kesopanan sebanyak 71 % yang setuju dan 20 % yang sangaut setuju. Artinya sebagai masyarakat Banjar yang sebagian besar beragama Islam menekankan faktor etika dalam penyajikan berta sebagai hal yang penting. Kematangan masyarakat dalam proses seleksi berita sangat bergantung pada pemahaman dan sikap masyarakat pada karakteristik media dan perspektif literasi media itu sendiri. Karakteristik media, ialah berkaitan realitas proses produksi misalnya media memiliki keterbatasan dalam meliput dan melaporkan berta, untuk media konvensional ialah deadline pemuatan berita dan
keterbatasan ruang dan waktu. Berbeda dengan media online yang memiliki keleluasan waktu karena bisa lebih cepat dalam mengirim dan memproses berita, namun memiliki karakter dalam menyusun berita lebih singkat dan dengan tidak terpaku pada perioditas karena isi berita bisa diperbaharui dan di-update setiap saat. Perspektif literasi ialah satu kerangka literasi atas dasar perspektif dalam memproduksi realitas, apakah positivistik, konstruktivis. Bagi yang menggunakan perspektif positivistik akan melihat proses produksi dan distribusi berita merupakan proses tranportasi atau transmisi, menyampaikan fakta sebagai realitas nyata. Sedangkan dalam persepektif konstruktivis, suatu realitas dalam berita merupakan sebuah konstruksi yang tidak akan sama dengan realitasnya. Penelitian ini akan melihat mencoba mencoba melihat bagaimana pesrpektif literasi media bagi responden. Seperti yang terlihat pada Gambar 2, pada umumnya responden menganut literasi dalam perspektif positivistik dan mengacu pada prinsip jurnalisme dan teori normative media massa. Sebagian besar responden menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju pada bahwa media bisa melakukan pemberitaan tanpa proses editing, mengabaikan fakta, dan boleh mengkritik apa saja.
Isi berita tanpa proses edit
Boleh mengabaikan fakta
Proses media elekronik cepat
Mengabaikan dampak
Bolek kritik apa saja 0 Sangat Tidak Setuju
10
20
Tidak Setuju
Gambar 2. Literasi Pada Proses Produksi Berita Figure 2. Literacy on News Production Process 54
Netral
30 Setuju
40 Sangat Setuju
50
Pengaruh Faktor Demografis Masyarakat Kota... Udi Rusadi
Sebagian besar responden menganggap bahwa media dalam melakukan kritik harus selektif tidak semua hal bisa dikritik. Satu sisi menunjukkan masyarakat bersifat kurang demokratis karena sasaran kritik dibatasi. Namun jika dihubungkan dengan data bahwa masyarakat juga tidak setuju dan sangat tidak setuju media mengabaikan dampak media, maka pernyataan responden yang pertama menunjukkan kehati-hatian dan cenderung untuk menjaga agar peranan media bisa berdampak positif. Responden tidak setuju dan sangat tidak setuju (80%) media dalam praktik pemberitannya mengambaikan dampak yang terjadi. Masalah persyaratan berita harus didasarkan pada fakta, sebagaimana dinyatakan responden pada gambar 1, juga konsisten dengan pernyataan responden tentang media yang tidak bisa mengabaikan fakta dalam proses produksi berita. Gambar 2, menunjukkan data bahwa responden yang tidak setuju dan sangat tidak setuju (84%) terhadap pernyataan responden bahwa media boleh mengabaikan fakta. Konsisten dengan penyataan responden bahwa media tidak boleh mengabaikan fakta, mengabaikan dampak dan dalam mengkritik tidak sembarang kritik, responden menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju (74%) jika media tidak melakukan proses editing. Dengan demikian dalam
proses produksi berita, sebagaimana teori komunikasi normative, melakukan proses penyaringan agar berita harus mengandung fakta, dalam mengkritik harus selektif dengan memperhatiakan dampak yang akan ditimbulkannya. Mengenai proses produksi berita responden menilai media eketronik lebih cepat dari media lainnya (56 %). Jumlah responden yang menyatakan hal tersebut tidak setuju dan setuju perbedannya tidak mencolok 23%:21 %, dalam hal ini kemungkinan responden membandingkannya dengan media online yang bisa melaporkan berita lebih cepat dari media elektronik radio dan televisi. Penilaian responden seperti itu menunjukkan literasi media mengenai karakteristik media dalam kecepatan produksi media telah cukup kritis, mereka paham keunggulan dan kekurangan media dalam menjangkau khalayaknya. Bagaimana responden menilai berita media dewasa ini, apakah berorientasi kepada kepentingan publik atau pada kepentingan lainnya seperti kepentingan-kepetingan kekuasaan tertentu baik ekonomi, politik budaya. Menganai isi media dewasa ini menurut pengamatan responden dapat dilihat dalam Gambar 3.
Isinya tidak sesuai kenyataan Sering mencampur fakta dan opini Mebesar-besarkan masalah Cenderung mengungkap yang negatif Isinya menghasut Membela kepentingan tertentu 0 Sangat Tidak Setuju
10
20
Tidak Setuju
Gambar 3. Literasi Pada Isi Berita Figure 3. Literacy on News Content 55
Netral
30 Setuju
40 Sangat Setuju
50
60
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.1 Juni 2015: 47-62
Responden memiliki penilaian terhadap media dewasa ini secara negatif, seperti dapat dilihat dari responden yang menyatakan setuju terhadap pernyatan-pernyataan bahwa isi media tidak sesuai dengan kenyatan dan sering menyampuradukan antara fakta dan pendapat. Prosentasinya masingmasing lebih dari 45 %, apabila dijumlah dengan pernyataan yang sangat setuju maka yang menilai negatif tentang isi media lebih dari 50 % responden. Lebih spesifik lagi responden melihat bahwa isi media suka membesar-besarkan masalah (38 %) dan cenderung dalam mengungkapkan suatu maslah dari pandangan yang negatif (30 %) dan yang lebih ekstrim lagi ada responden yang menilai ada media yang menghasut sebanyak 20 %, dan membela kepentingan tertentu sebanyak 30 %. Bagi responden yang menilai bahwa apa yang disampaikan media tidak sesuai dengan kenyataan, artinya realitas dalam kehidupan sehari-hari yang dirasakan oleh responden tidak sama dengan realitas yang sajikan oleh media. Dalam pandangan konstruktivisme, pernyataan responden dianggap wajar, sebab media sebenarnya tidak menyapaikan realitas seperti apa adanya tetapi merupakan hasil konstruksi media. Konstruksi ini dianggap wajar manakala dilakukan dengan memegang prinsip prinsip jurnalisme antara lain tidak mencampuradukan fakta dan opini media. Kenyataannya menurut penilaian responden, media telah mencampuradukan fakta dan opini dan membesar besarkan informasi yang sebenarnya yang tidak sesuai dengan realitasnya, dan malah cenderung menghasut pihak pihak tertentu.
Pandangan responden bahwa isi media cenderung membela kepentingan tertentu, menunjukkan responden mengetahui bahwa media tidak terbebas dari kekuasaan yang mengendalikannya. Isi media bisa menjadi ajang bagi mereka yang memiliki kekuasaan bisa dari lembaga media atau bisa juga dari berbagai pihak di luar media. Implikasinya dalam konteks literasi media, responden memiliki sikap dan perspektif bahwa media bukalah semata menjadi wahana tetapi juga menjadi instrument untuk mewujudkan berbagai kepentingan. Jika masyarakat tidak memiliki pemikiran kritis atau masyarakat menganggap bahwa media semata sebagai wahana yang netral, maka media akan memberikan gambaran semu kepada masyarakat dan malah kemungkinan akan menipu atau memperdayakan masyarakat. Dengan gambaran media menurut responden yang negatif, maka pengaruhnya sangat tergantung pada kemampuan masyarakat dalam melakukan pengendalian dalam mengakses media. Penelitian ini menunjukkan bahwa responden dalam mengikuti media melakukan pengecekan terhadap isi media, sehingga ia bisa melakukan penilaian apakah isi media bisa memberikan manfaat atau memberikan efek yang fungsional bagai masyarakat. Responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju perlunya pengecekan terhadap media menurut survey ini mencapai 89 %. Pengecekan yang perlu dilakukan menurut pilihan responden (lihat Gambar 4) ialah dengan
Membanding dengan sumber lain Menelusuri sumber berita Membanding dengan Norma Merujuk Pemuka Masyarakat 0 Sangat Tidak Setuju
10
20
Tidak Setuju
Gambar 4. Cara Pengecekan Berita Figure 4. How to News Checked 56
30 Netral
40 Setuju
50
60
Sangat Setuju
70
80
Pengaruh Faktor Demografis Masyarakat Kota... Udi Rusadi
membanding dengan sumber lain, menelusuri sumber berita, membanding dengan norma masyarakat serta minta rujukan pada pemuka masyarakat. Penelusuran sumber berita dan membanding dengan sumber lain merupakan cara yang memerlukan keahlian khusus bagi responden. Keduanya memerlukan pencarian data dan analisis, yang dalam penelitian ini belum diuangkapkan sejauh mana keahlian responden, namun dari pendapat dan sikap yang memberikan persetujuan yang masing-masing menjadi pilihan 60% responden memberikan gambaran motivasi dan sikap untuk memperkuat ketahanan masyarakat dalam mengatasi dampak negatif media. Demikian juga dua pernyataan lainnya upaya pengecekan berita melalui perbandingan dengan sumber lain dan minta rujukan masyarakat, menunjukkan bahwa media menurut responden tidak bebas nilai, isi media haris patuh pada norma dan nilai nilai masyarakat. Untuk memenuhi tujuan tersebut dan untuk mendekatkan media dengan masyarakat agar media bisa menjadi bagian dari sistem kehidupan masyarakat, maka kepatuhan terhadap acuan norma dan nilai masyarakat merupakan baromenter media berfugsi sebagai sub sistem masyarakat. Terhadap berita-berita televisi yang dilihat selama ini, mereka memandang tidaklah seluruhnya menunjukan kebenaran dan malah menunjukkan berita yang terselubung. Kepada mereka ditanyakan bagaimana biasanya mereka bisa mengetahui apakah suatu berita benar.
Gambar 5 menjelaskan posisi perspektif literasi media bagi responden, yang menunjukan dalam posisi perspektif klasik/positivistik. Cara yang dilakukan untuk menunjukan suatu berita apakah benar ialah berdasarkan rujukan penulisnya dan setelah dibandingkan dengan media lain. Mereka tidak menghubungkannya dengan pemilik media, konteks dan aspek bahasa. Sikap skeptic pada pemilik media, sejalan dengan hasil penelitian Ashley dkk (2010) yang meyebutkan tidak ada bukti yang kuat yang menyatakan bagi mereka yang memperoleh pembelajaran tentang pemilik media memberikan konstribusi pada menurunnya kepercayaan pada berita. Mereka skeptis terhadap pembuat atau pemilik media yang memuat berita yang dikonsumsinya. Dalam pandangan klasik/positivistik melihat media sebagai wahana yang untuk memuat dan memindahkan atau mentrasfer realitas yang tidak melihat adanya faktor intervensi dari kekuasaan ekonomi dan politik. Oleh karena itu rujukan dalam menilai berita berdasarkan pertimbangan mekanistik, yaitu siapa yang menyampaikan dan bagaimana menyampaikannya berdasarkan rujukan penulis dan media lainnya. Pada perspektif konstruktivis suatu berita yang diproduksi dan didistribusikan media memrupakan hasil proses konstruksi yang dipengaruhi oleh pemilik media, bahasa yang digunakan dan konteks bagaimana memaknai isi berita. Jawaban terhadap faktor tersebut tampak yang menunjukkan setuju atau sangat setuju yang rendah.
Dilihat Dari Konteknya Dilihat dari Pemilik media Dilihat dari penulisnya
Dilhat dari Gaya Bahasa Dilihat dari media lain 0
10
Sangat Tidak Setuju
20
30
Tidak Setuju
Gambar 5. Kontrol Pada Kebenaran Berita Figure 5. Control on the truth of the news 57
Netral
40 Setuju
50
60
Sangat Setuju
70
80
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.1 Juni 2015: 47-62
Tabel 1. Nilai Korelasi dan Signifikansi Tingkat Pendidikan, Usia, Pengeluaran Perbulan dengan Elemen Literasi Berita TV Figure 1. The value of correlation and significancy education level, ages, monthly expenditure with element of Television News Literacy Literasi Selektivitas (Literacy of Selectivity)
Tingkat Pendidikan Usia
Pengeluaran Rata-rata Tiap Bulan Pekerjaan Jenis Kelamin
Korelasi Significancy N Korelasi Significancy N Korelasi Significancy N Significancy (Anova) Significancy (T Test)
Literasi Proses (Literacy of Process)
0,003 0,976 100,000 0,268** 0,007 100,000 0,480 0,633 100,000 0,560
0,158 0,122 100,000 0,232* 0,020 100,000 0,462** 0,000 100,000 0,000**
-0,177 0,288 100,000 0,067 0,508 100,000 145 0,149 100,000 0,044*
0,026 0,796 100,000 0,117 0,246 100,000 0,249* 0,012 100,000 0,028*
Literasi Kontrol Kebenaran (Literacy of Control of the truth) -0,050 0,624 100,000 -0,020 0,845 100,000 0,149 0,138 100,000 0,010*
0,856
0,597
0,344
0,187
0,187
Keterangan: - *) Signifikan - **) Sangat Signifikan
Literasi Isi Berita (Literacy of News Content)
Literasi Pengecekan (Literacy of Checked)
Remarks: - *) Significant - **) Most Significant
Secara keseluruhan literasi media menunjukkan kondisi yang baik. Mereka rata-rata untuk pernyataan positif menujukkan skore antara tiga dan empat dan bahkan ada yang menyampai angka mendekati nilai 4. Kaitan antar aspek demografis dengan literasi berita akan bisa dilihat pada nilai korelasi dan nilai dari kedua variable tadi. Melalui uji statistik korelasi dan uji beda serta Anova tentang hubungan antara faktor demografis dengan kondisi literasi berita bagi anggota masyarakat, hasilnya tampak seperti pada tabel pada tabel 1. Faktor tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan semua kategori literasi baik selektivitas, isi, proses maupun dalam pengecekan berita yang diterima, dan terlihat ada satu variabel yang memiliki hubungan yang negatif, yaitu pada literasi isi berita. Hubungan yang negatif, artinya makin tinggi tingkat pendidikan memiliki nilai skor rendah cenderung ke skala satu. Faktor usia ternyata memiliki hubungan yang sangat signifikan pada 0,007, dengan korelasi yang lemah 0,26. Artinya
walaupun tingkat hubungannya lemah tetapi hubungan antara usia responden dengan penyataan mengenai kriteria melakukan seleksi pada berita menunjukkan hubungan yang nyata. Hubungannya positif, artinya makin tinggi usia cendeung makin memiliki literasi yang lebih tinggi dalam hal alasan atau kriteria dalam melakukan seleksi pada berita. Pengeluaran rata-rata responden dalam satu bulan menunjukkan indikator kondisi ekonomi responden yang kemungkinan mempengaruhi literasi mereka terhadap berita media. Hasil penelitian menunjukkan literasi pada proses pemberitaan dan pengecekan berita memiliki hubungan yang significant dengan kemampauan ekonomi mereka. Untuk literasi tentang proses pemberitaan juga mempunyai hubunganya yang positif dengan kemampuan ekonomi, artinya skor tingkat ekonomi yang tinggi maka skor literasi yang tinggi pula. Hal yang sama juga terlihat pada variable pengecekan terhadap pemberitaan, hubuham antara pengecekan
58
Pengaruh Faktor Demografis Masyarakat Kota... Udi Rusadi
terhadap berita dengan tingkat kemampuan ekonomi menunjukkan hubungan yang positif. Dalam hal jenis pekerjaan, hasil penelitian menunjukkan perbedaan tingkat pekerjaan diantara responden, ternyata membedakan dalam tingkat literasi untuk proses pemberitaan, isi berita, pengecekan dan kemampuan mengindentifikasi kebenaran sebuah berita. Artinya pekerjaan akan membedakan literasi mereka terhadap berita di media. Dari data analisis peta rata-rata (mean plot) literasi berdasarkan kategori pekerjaan, bahwa mereka yang bekerja sebagai wiraswasta dan ibu rumah tangga memiliki rata-rata literasi lebih tinggi yaitu pada yang signifikan dibanding mereka yang bekerja sebagai pegawai negeri, pelajar dan mahasiswa. Skor literasi untuk merekan yangt berwiraswasta dan ibu rumah tangga sama-sama 4,2. Sedangkan PNS ada pada skor lierasi 4, dan pelajar dan mahaiswa 3,8. Mereka yang tidak bekerja ada pada tingkatan 3. Dilihat dari kategori responden berdasarkan jenis kelamin, tampak hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada berbedaan diantara kaum pria (4) dan wanita (3,9) dalam hal literasi mereka terhadap berita.
pendidikan dasar dan menengah, namun sampai sekarang belum terlihat ada perubahan. Demikian juga faktor jenis kelmin yang menyebutkan antara pria dan wanita dalam literasi berita sama saja. Hal ini dimungkinkan karena literasi dalam konteks ini ialah literasi khusus tentang berita. Pembedaan pria dan wanita bisanya dari sisi persanaan emosional, dan peran yang steoretif dimana pria lebih domian. Dalam konteks berita, yang dibutuhkan kemampuan rasional untuk bisa memahami isi berita, sehingga keterlibatan emosi dan sterotipe tadi tidak ikut mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan di perkotaan yang sudah banyak terpengaruh oleh lingkungan yang heterorogen, sehingga faktor jenis kelamin tidak mempengaruhinya. Lain halnya kalau yang diteliti ialah acara televisi yang sifatnya hiburan. Jenis pekerjaan tanpak yang dominan mempengaruhi element literasi media, hal ini munjukkan aspek pekerjaan telah memberikan kematangan dalam melakukan akses pada berita. Mereka yang bekerja, bisanya memiliki waktu yang terbatas, sehingga harus mengatur waktu dan kesempatan untuk mengikuti isi media, dengan keterbatasn tersebut maka, mereka lebih selektif. Pengaruh faktor pekerjaan terhadap literasi sesuai dengan temuan penelitian yang dilakukan di Amerika (Kirsch, 1993) yang penyebutkan mereka yang mempunyai pekerjaan dan pendapatan yang lebih tinggi memiliki level litersai yang lebih tinggi. Responden yang bekerja sebagai wiraswasta dan ibu rumah tangga literasinya lebih tinggi dari pada yang berkerja sebagai PNS dan mahasiswa, walau perbedaaanya tidak signifikan. Kemungkinan hal ini terkait pada ketersediaan waktu, jika makin sempit maka akan makin selektif dalam mengikuti media. Ibu rumah tangga memiliki literasi yang lebih tinggi khusunya dalam proses pemberitaan, bukan karena sempitnya waktu sebagaimana yang diperankan oleh perkerja wiraswasta. Kemungkinan Ibu Rumah Tangga lebih sadar akan apa yang ditontonnya dan akan mempengaruhi kehidupan keluarganya, sehingga harus lebih selektif. Secara teoritis temuan penelitian ini menempatkan khalayak media dalam posisi aktif. Pengetahuan dan sikap pada setiap elemen literasi mengindikasikan khalayak selalu melakukan
C. Pembahasan Secara keseluruhan, dapat disimpulkan masyarakat memiliki tingkat literasi yang cukup tinggi, rata-rata pada skala antara tiga dan empat. Perspektif literasi mereka berada dalam perspektif klasik/positivistik. Dilihat dari faktor demografis ditemukan tidak semua faktor demografis berpengaruh pada semua elemen literasi pada media. Faktor usia hanya berpengaruh pada faktor selektifitas, faktor kemampuan ekonomi berpengaruh pada literasi proses produksi berita dan pengecekan berita. Jenis pekerjaan berpengaruh pada aspek isi berita, proses, pengecekan dan kemapauan menilai kebenaran berita. Faktor tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh pada seluruh elemen literasi media. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh pada literasi berita, hal ini mengandung implikasi bahwa dalam praktik pendidikan tidak diajarkan mengenai literasi media. Beberapa usul dari penggiat literasi media untuk memasukan dalam kurikulum di 59
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.1 Juni 2015: 47-62
pengecekan dan penilaian sebelum memustuskan menggunakan media tersebut. Pertimbangan mereka berdasarkan perspektif bahwa media mentranfer realitas yang kemungikan factor proses yang kemungkinan faktanya tidak akurat dan pilihan nara sumber yang kurang tepat. Kalau dihubungkan dengan produksi berita dalam perspektif konstruktivis atau kritikal, sebenarnya media kemunkinan melakukan praktik-praktik pembentukan mana dan bahkan kemunkinan memanipulasi fakta sekaligus makanya. Dengan demikian perlu dilakukan proses edukasi kepada masyarakat dimana media sebenarnya sarat kepentingan apakah politik, ekonomi atau budaya. Penelitian ini memfokuskan pada literasi berita yang mempunyai implikasi pada dampak pengetahuan dan sikap masyarakat sebagai warga negara. Masyarakat yang memiliki literasi media yang baik diharapkan menjadi warga negara yang canggih (sophisticated) bukan menjadi konsumen canggih sebagaimana dikemukakan oleh Lewis dan Jhally (1998). Kecerdasan masyarakat dalam mengkases berita dan menyeleksinya baik dalam tataran proses maupun dalam tataran penilaian berita, maka akan memberikan peluang yang besar media untuk memiliki pengaruh sesuai dengan fungsinya. Apapun yang disampaikan media, bagaimana pun perspektif media dalam menyampaikan berita maka media akan berpengaruh fungsional, jika masyarakatnya memiliki literasi yang memadai. Literasi media selain menjadi variabel yang bisa menyeleksi pengaruh negatif media, juga memiliki konstribusi pada peningkatan kualitas demokrasi. Dimensi literasi media menurut Buckingham (2005), meliputi access, understand, create, conclusion. Literasi pada dimensi create, artinya kemampuan melakukan komunikasi dalam berbagai konteks. Literasi dimensi ini memberikan peluang bagi masyarakat menyampaikan pendapat dan memberikan konstribusi sebagai warga negara. Sementara itu menurut Silverblatt (2014) menjadi bagian dari literasi ialah kemapuan komunikator media untuk mengembangkan komunikasi yang efektif dan bertanggungjawab. Dengan demikian untuk mewujudkan demokrasi dan berdaulatnya masyarakat sipil memerlukan
literasi yang kuat baik bagi komunikator mupun masyarakat sebagai komunikan. Untuk mencapai literasi yang memadai memerlukan proses edukasi yang bertolak dari konsisi literasi masyarakat. Bedasarkan temuan ini yang memposisikan literasi meraka masih dominan pada tingkat postitivistik, maka masyarakat perlu diedukasi dengan materi produksi berita dari persepektif konstruktivis dan kritikal.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan
Literasi berita media televisi bagi masyarakat merupakan benteng terakhir dalam menghadapi ekspansi dan eksploitasi media televisi yang dihawatirkan akan berpengaruh buruk pada masyarakat, setelah negara dan masyarakat sipil gagal melindungi masyarakat. Media kenyataannya lebih tunduk pada rejim pasar yang tidak berorientasi untuk menempatkan media menjadi bandul pendulum yang mengarahkan dan melindungi masyarakatnya dan kemudian menjadi faktor pendorong dan pengungkit kemajuan masyarakat. Penelitian ini menemukan bahwa masyarakat memiliki literasi yang cukup baik pada tataran pengetahuan dan dan kemampuan. Perspektif literasi mereka masih dalam perspektif klasik/postivistik yang memandang media sekedar mentranfer realitas, padahal media dalam era kapitalisme dan globalisasi menjadi ajang konstruksi berbagai kepentingan yang cenderung menganut bebas nilai yang bisa saja melakukan dekonstruksi pada realitas. Faktor pekerjaan sebagai salah satu elemen demografis yang mempengaruhi literasi merupakan implikasi pola kerja yang membutuhkan selektifitas yang tinggi. Faktor pendidikan tidak memberikan konstribusi pada literasi menunjukkan impliksai perlunya edukasi literasi media khususnya literasi berita yang terpogram dan masif. B.
Saran
Secara akademik penelitian ini menyarankan kepada para peneliti, untuk melakukan penelitian lebih banyak pada topik-topik literasi mulai dari aspek lokus personal, pengetahuan dan keahlian. 60
Pengaruh Faktor Demografis Masyarakat Kota... Udi Rusadi
Penelitian dilakukuan tidak saja hanya bertujuan untuk mencari kekurangan media, tetapi guna mengembangkan masyarakat untuk bisa cerdas dalam memilih isi media yang cocok dan bermakna tetapi juga agar bisa membangun kompetensi untuk ikut serta dalam jejaring pertukaran informasi dalam masyarakat.
Harris, R. J., (2004). A Cognitive Psychology of Mass Communicatioan. Fourth edition, London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers Juditha, C., 2013. Literasi Media pada anak di Daerah Perbatasan Indonesia dan Timor Leste. IPKTEK-KOM Jurnal Komunikasi, Informatika dan Kebijakan, Volume 15 No. 1 Juni 2013. h.47-62. Yogyakarta: Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada pimpinan dan para peneliti di Balai Pangkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Banjarmasin, yang telah pembantu peneliti dalam proses pengumpulan data.
Kirsch, I. S., Jungeblut, A., & Koistad, A., 1993. Adult Literacy in America. Afirst look at the Reults of the National survey. Washington: Educationbal Testing Service.
DAFTAR PUSTAKA Agung, I. G. N., 2003. Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. Kiat-kiat untuk mempersingkat waktu penulisan karya ilmiah yang bermutu. Jakarta: UI Press
Klapper, J., 1960. The effect of Communication, Glencoe, FreePress
Mass
Lewis, J., and Jhally, S., (1998). The Struggle over Media Literacy. Jurnal of Communication; Winter 1998; 48, 1; ABI/INFORM Global, pg 109. Internal Communiacations Association.
Arif, M. C., 2013. Tingkat Literasi Media Berbasis Kompetensi Individual Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya. IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Lubis, E. E., & Rumyeni, 2013. Analisis Tingkat Literasi Media Mahasiswa di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Riau. Seminar Nasional “ Poltik Birokrasi dan Perubahan Sosial dalam Upaya Membangun Karakter Bangsa.Pekanbaru” : FISIF Riau.
Ashley, S., Poepsel, M., Willis, E., (2010). Media Literacy and News Credibelity: Does Knowledge of media ownership increase skepticism in news consumers?. Journal of Media Literacy Education 2:1 (2010) 37- 46. The National Association for Media Literacy Education’s
Masitoh, 2013. Melek Media khalayak pada tayangan talkshow di TV: Studi kasus pada tayangan talkshow Indonesia Lawyer’s Clubs di TV One (tesis) Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi Konsentreasi Jurnalistik. Jakarta: IISIP Jakarta.
Ball-Rokeach, S. J., & Melvin L. D., 1982, Theories of Mass Communication, New York: Logman Buckingham, D., 2005. The Media Literacy of Children and Young People. A review of the research literature on behalf of Ofcom. London: Ofcom. Stakeholders.ofcom.org.uk.
McManus, J. H., 1994. Market Driven Jurnalism. Let The Citizen Beware? London: Sage Publications Potter, W. J., 2008. Media Literacy 4 th edition, Los Angeles, London, New York: Sage Publications.
Guba, E. G., & Denzin, L., Yvonna S., (2005). Paradigmatic Controversies, and Emerging Confluences dalam Norman K dan Yvonna S. Lincoln (ed). 2005. Handbook of Qualitatif Research. London, New Delhi : Sage Publication.
Severin, W. J., & James. W. T. Jr., 1992. Communication Theories: Orgin, Method, and
61
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.1 Juni 2015: 47-62
Uses in Mass Media, Lincoln. New York: Logman Pub Group. Silverblatt, A., et all, 2014. Media Literacy Key to Interpreting Media Messages. Fourth Edition. California: Praeger. Steyer, J. I., 2002 The other Parent: the inside story of media’s effect on our children, New York: Atria Books Wright, C. R., 1975. Sosiologi Komunikasi, terjemahan Liweli Trimo & Jalaluddin Rahmat, Bandung: Rosda Karya.
62