DISASTER NURSING AND TRAUMA HEALING Project Observasi Potensi Bencana di Kelurahan Pongangan Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah.
Disusun Oleh : 1. Luh Juita Amare Putri
22020112120009
2. Meiriza Ida W.
22020112130015
3. Dini Permatasari
22020112230024
4. Troi Suryo Baskoro J.
220201121300
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2014
BAB 1. Pendahuluan A. Latar Belakang Tanah longsor adalah tanah yang turun dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah. Tanah longsor secara umum adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material laporan, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Secara geologi tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi dimana terjadi pergerakan tanah seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah (Nandi, 2007). Tanah longsor adalah fenomena alam dimana alam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhinya dan yang menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan geser tanah (Anonim, 2000 dalam). Bencana tanah longsor dapat terjadi karena pola pemanfaatan lahan yang tidak mengikuti kaidah kelestarian lingkungan, seperti gundulnya hutan akibat deforestasi, dan konversi hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman di lahan kemiringan lereng yang terjal (Nugroho, 2010). Penyebab tanah longsor antar lain adalah curah hujan yang tinggi, lereng terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, batuan yang kurang kuat, jenis tata lahan, pengikisan atau erosi tanah dan lain sebagainya. Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat 647 kejadian bencana, dimana 85% dari bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di daerah tropis memiliki curah hujan yang berkisar >2000 mm/tahun.Wilayah Indonesia yang berbukit-bukit serta alih fungsi hutan yang tidak semestinya menyebabkan longsor sering terjadi. Terdapat 918 lokasi rawan longsor di Indonesia. Setiap tahunnya kerugian yang ditanggung akibat bencana tanah longsor sekitar Rp 800 miliar, sedangkan jiwa yang terancam sekitar 1 juta. Daerah yang memiliki rawan longsor
diantaranya Jawa Tengah dengan 327 Lokasi, Jawa Barat dengan 276 Lokasi ,Sumatera Barat dengan 100 Lokasi,
Sumatera Utara dengan 53 Lokasi,
Yogyakarta dengan 30 Lokasi, Kalimantan Barat dengan 23 Lokasi dan sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur. Jawa tengah adalah provinsi yang Sedang untuk bencana tanah longsor di antaranya tersebar di Kecamatan Gunungpati, Candisari, Gajahmungkur dan Ngaliyan. Kota Semarang adalah lokasi rawan bencana, salah satunya adalah tanah longsor. Kontour tanah di daerah Kota Semarang juga tidak stabil yang dapat mengakibatkan terjadinya tanah longsor. Ketidak stabilan kountur tanah di daerah semarang dapat dilihat dari beberapa daerah yang tanahnya retak. Beberapa wilayah yang sering terjadi longsor adalah kelurahan Pongangan Kecamatan Gunung Pati.
B. Tujuan Adapun tujuan yang dicapai dalam pembuatan project ini adalah : 1. Tujuan umum. a. Dapat mengetahui potensi bencana tanah longsor pada Desa Pongangan. 2. Tujuan khusus. a. Dapat mengetahui gambaran umum dari desa pongahan. b. Mengetahui potensi bencana pada desa pongahan. c. Mengetahui rencana manajemen bencana di desa pongahan. C. Manfaat Adapun beberapa manfaat dari makalah ini adalah : 1. Agar dapat mengetahui keadaan umum desa pongahan. 2. Agar dapat mengetahui potensi bencana yang bisa terjadi di desa pongahan. 3. Agar mengetahui manajemen bencana di desa pongahan. BAB. 2 Tinjauan pustaka. Perlu gak ya ada di paper kyk gini?? Kalo perlu bilang aku, aku bnyk ada jurnalnya. A. Longsoran (landslide)
Didefinsikan sebagai proses yang menghasilkan pergerakan kebawah maupun kesamping dari lereng alam maupun buatan yang memiliki kandungan material tanah, batu, tanah timbunan buatan atau gabungan dari tanah dan batu. Secara teknis dapat dikatakan longsoran terjadi jika kondisi lereng yang stabil berubah menjadi tidak stabil. Ketidak stabilan terjadi karena gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan. Gaya pendorong diakibatkan oleh oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban yang membebani tanah diatasnya serta berat jenis tanah batuan. Sedangkan penyebab gaya penahan adalah kekuatan batuan dan kepadatan tanah.
B. Bentuk longsoran Bentuk longsoran yang terjadi dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Slide (gelincir) a. Rotational (rotasi/berputar) b. Translational (translasi) 2. Falls (gugur) 3. Topples 4. Flows a. Debris flow b. Debris avalanche c. Earth flow d. Mudflow e. Creep 5. Lateral spreads a. Slide (gelincir) Longsoran terjadi memiliki bentuk rotasi seperti terlihat pada gambar.. dan
translasi seperti terlihat pada gambar.. Gambar 4 Longsoran rotasi dan b. Falls (gugur) Longsoran terjadi berupa guguran dan biasanya terjadi pada lereng yang memliki kandungan batuan keras. Di Indonesia banyak terjadi di perbukitan yang mengandung kapur. Bentuk lonsorannya terlihat pada gambar.. c. Topples
Bentuk longsoran ini mirip dengan „falls‟ hanya reruntuhannya terjadi dari satu blok. Bentuk longsorannya terlihat pada gambar.. BAB 3. Pembahasan A. Pengkajian resiko bencana Mind Mapping (Hazard, Velnerability, Capatiy) 1. Letak Geografis Kelurahan Kelurahan Pongangan terletak pada ketinggian sekitar 250 m diatas permukaan laut, sedangkan topografinya berada di daerah perbukitan. Jarak Desa dengan Ibu Kota sekitar 15 km dan dari Ibu Kota Kecamatan sekitar 3,5 km. 2. Keadaan Wilayah Luas wilayah Kelurahan Pongangan 343,946 Ha yang terdiri dari 5 RW dan 27 RT. 3. Batas Wilayah a. Sebelah Utara : Kelurahan Sadeng b. Sebelah Selatan : Kelurahan Nongkosawit c. Sebelah Timur: Kelurahan Kalisegoro dan Kelurahah Ngijo d. Sebelah Barat : Kelurahan Kandri B. Rencana manajemen bencana (Disaster Planing Pra, Bencana, Post). C. Pembahasan yang ditemukan di TKP. BAB 4. Penutup. A. Kesimpulan B. Saran.
Daftar Pustaka.