DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dbr
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-14
ANALISIS PENGARUH RISIKO PASAR, SIZE, BOOK TO MARKET, DAN MOMENTUM TERHADAP KEPUTUSAN INVESTOR DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus Pada Perusahaan Non Perbankan Yang Termasuk Dalam Indeks LQ 45 Periode 2007-2010) Mariana Trisnadewi, Erman Denny Arfianto1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851
ABSTRACT
Return is one of the investor’s motive in investment decision making. Investment decision associate with whether to sell or buy stocks. Trading activity is reflected by stock trading volume with indicator of trading volume activity (TVA). In other words trading volume represent investor’s supply and demand in the stock market which is a manifestation of invetor behavior. The objective of this research is to analyze the influence of market risk, size, book to market, and momentum to investor’s decision. The result of this research shows that market risk has a positive and significant influence on investor’s decision. The size which is a proxy from market capitalization shows a negative and significant influence to investor’s decision. The book to market, the return t-3 and t-12 show a positive influence, but they don’t significantly influence the investor’s decision, in the other hand the return t-6 shows a negative influence on investor’s decision. Predictive ability of the sixth variables on the investor’s decision of 18,4%, and the rest is affected by other factors outside of the research model. Keywords: Market Risk, Size, Book To Market, Momentum
PENDAHULUAN Saat ini pasar modal telah menjadi perhatian masyarakat, bahkan perkembangan pasar modal dijadikan sebagai indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara. Di Indonesia pasar modal memiliki dua fungsi, yakni fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal menjalankan fungsi ekonominya sebagai fasilitator antara pihak yang kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (emiten). Sedangkan fungsi keuangan dijalankan pasar modal dalam memberikan kemungkinan memperoleh imbal hasil (return) bagi pemilik dana. Kinerja pasar modal dapat dilihat dari perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Selama tahun 2008 IHSG mengalami penurunan, hal ini terutama disebabkan oleh adanya gejolak eksternal yang bersumber dari permasalahan utama di bursa global, sehingga penurunan kinerja ini tidak berlangsung lama. Bahkan pada tahun 2009 perekonomian Indonesia mampu tumbuh sebesar 4,5%, tertinggi ketiga di dunia setelah China dan India. Peningkatan indeks serta perekonomian yang stabil membuat persepsi risiko investasi terus membaik. Hal ini kemudian diharapkan akan meningkatkan minat investor untuk terus berinvestasi di pasar modal. Dalam menjalankan aktivitas investasi, investor didasarkan pada perilaku atau startegi yang secara garis besar dibedakan menjadi dua, yakni kontrarian dan momentum. Investor kontrarian selalu mengambil posisi yang berlawanan dengan pasar (Manurung, 2009). Mereka akan membeli saham yang banyak dilepas oleh investor lain dan membeli saham yang banyak dibeli oleh investor lain. DeBondt dan Thaler (1985) menemukan adanya abnormal return yang disebabkan oleh efek pembalikan (reversal) pada saham-saham kinerja buruk (loser) setelah tiga hingga lima tahun akan cenderung menjadi saham berkinerja baik (winner). Sedangkan investor momentum mengikuti pergerakan bursa untuk membeli dan menjual saham (Manurung, 2009). 1
Penulis penanggung jawab
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2
Investor akan membeli saham ketika harga terus naik, dan menjual sahamnya ketika pergerakan naiknya telah melemah dan berbalik arah. Indikator yang digunakan adalah nilai penutupan hari ini terhadap nilai penutupan hari sebelumnya. Jika indikator tersebut bernilai positif, berarti telah terjadi kenaikan (tren naik). Aktivitas jual beli yang dilakukan investor tersebut akan menyebabkan pergerakan pada supply dan demand terhadap saham di pasar modal. Besarnya jumlah transaksi yang terjadi dapat dilihat dari besarnya volume perdagangan. Namun aktivitas jual beli yang dilakukan investor didasarkan pada kemampuan investor dalam menerjemahkan informasi. Hal terebut kemudian akan mempengaruhi perubahan harga saham. Ketika respon investor akan suatu informasi adalah negatif yang ditandai dengan adanya aksi jual saham, berarti supply saham tersebut akan meningkat. Ketika supply meningkat, maka harga akan cenderung turun, sehingga return yang terjadi bernilai negatif. Return merupakan salah satu yang mendasari keputusan investor dalam berinvestasi. Dapat dikatakan bahwa return yang terjadi merupakan respon investor terhadap suatu informasi. Keputusan investor berkaitan dengan keputusan apakah akan membeli atau menjual saham. Aktifitas jual beli saham direfleksikan oleh volume perdagangan saham dengan indikator trading volume activity (TVA). Volume perdagangan memperlihatkan banyaknya jumlah saham yang diperjualbelikan dalam periode wakt tertentu mencerminkan kekuatan antara penawaran dan permintaan yang merupakan manifestasi tingkah laku investor. Oleh karena itu, keterkaitan antara return dan volume perdagangan diduga mampu merefleksikan variabel keputusan investor. Meskipun return merupakan hal yang dicari oleh investor, namun hampir semua investasi mengandung ketidakpastian atau risiko. Model asset pricing banyak dikembangkan guna memungkinkan untuk mengukur risiko yang relevan. Sharpe (1964) mengembangkan Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang telah mendominasi teori keuangan selama lebih dari 50 tahun, menyatakan bahwa faktor risiko pasar tunggal merupakan satu-satunya faktor yang mampu mengukur risiko sitematis dari sekuritas. Risiko pasar adalah risiko yang dihadapi suatu sekuritas yang disebabkan oleh faktor-faktor pasar, seperti faktor ekonomi, politik, dan sebagainya (Tandelilin, 2001). Dalam model CAPM, risiko pasar digambarkan oleh beta (β). Beta mengukur sensitivitas perubahan return saham sebagai akibat perubahan return pasar. Beta sama dengan 1 (β = 1), maka kenaikan return sekuritas tersebut sebanding dengan return pasar. Jika beta lebih dari 1 (β > 1) berarti kenaikan return sekuritas lebih tingggi dibanding return pasar. Beta lebih dari 1 biasanya dimiliki oleh aggressive stock (saham yang agresif), terutama saham dengan kapitalisasi besar. Beta kurang dari 1 (β < 1) berarti kenaikan return sekuritas lebih kecil dari kenaikan return pasar, terutama dimiliki oleh defensive stock (saham bertahan) yakni saham dengan kapitalisasi kecil. Namun, pada kenyataannya tingkat pengembalian saham tidak dapat secara penuh dijelaskan oleh faktor tunggal saja. Fama dan French (1992) mengembangkan model asset pricing yang didasarkan pada model multi indeks dengan menggunakan faktor karakteristik perusahaan sebagai proksi eksposur terhadap risiko sistematis. Model ini didasarkan pada penelitian yang menemukan adanya hubungan dan pengaruh antara size dan book to market terhadap return saham. Di awali dengan penelitian yang dilakukan oleh Banz (1981) yang menguji faktor lain disamping risiko pasar yang dapat mempengaruhi return saham, yakni firm size. Size merupakan market value dari sebuah perusahaan yang dapat diperoleh dari perhitungan harga saham dikalikan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares). Market value inilah yang biasanya disebut dengan market capitalization (kapitalisasi pasar). Kapitalisasi pasar mencerminkan nilai kekayaan saat ini. Dengan kata lain, kapitalisasi pasar adalah nilai total dari semua outstanding shares yang ada. Ia menemukan bahwa saham dengan nilai kapitalisasi pasar rendah dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan saham dengan kapitalisasi besar. Temuan ini kemudian dikenal dengan size effect, meskipun hasil tersebut tidak dapat dibuktikan kembali oleh Al-Mwalla (2010) dan Novak dan Petr (2010). Sementara itu, Staatman (dalam Fama dan French, 1992) menemukan bahwa perusahaan dengan rasio book to market yang tinggi menunjukkan return yang tinggi pula. Penelitian Chan dkk (1985) juga menunjukkan hal yang serupa dengan Staatman, yakni terdapat korelasi antara return dengan rasio book to market. Fama dan French (1992) dalam jurnal yang berjudul The Cross Section Of Expected Stock Return menunjukkan bahwa hubungan book to market dengan return
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3
lebih kuat dibandingkan dengan firm size. Sharpe (1997) menjelaskan yang dimaksud dengan book to market ratio adalah nilai perbandingan antara nilai buku (book value) perusahaan terhadap nilai pasarnya (market value). Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar saham. Sedangkan nilai buku menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham, sama dengan total ekuitas pemegang saham. Book to market ratio merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya. Akan tetapi, faktor risiko pasar, size, dan book to market ratio belum dapat menjelaskan pola pembalikan jangka pendek (short term reversal). Kemudian Carhart (1997) menambahkan efek kinerja return kedalam model Fama dan French. Efek kinerja return ditemukan oleh Jagadesh dan Titman (1993) yang dalam penelitiannya menemukan bahwa return saham menunjukkan persistensi jangka pendek, yakni saham dengan kinerja yang baik di masa lalu juga menunjukkan kinerja yang baik di masa datang. Mereka menunjukkan bahwa dengan menggunakan stretegi membeli saham yang menunjukkan kinerja yang baik (winner) pada 3, 6, 9, dan 12 bulan sebelumnya dan menjual saham-saham yang memberi kinerja yang buruk (loser) mampu menghasilkan return positif pada masa 12 bulan setelahnya. Mereka kemudian menyebut efek dari saham winner (loser) di masa lalu yang terus menunjukkan kinerja yang baik (buruk) sebagai efek momentum. Persistensi return yang positif sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Rouwenhorst (1998) serta Tai (2003), walaupun hal ini kemudian belum bisa dibuktikan kembali oleh Chan dkk (1995), Al-Mwalla (2010), dan Novak dan Petr (2010).
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Keputusan investasi berkaitan dengan keputusan apakah akan membeli atau menjual saham. Aktifitas jual beli saham direfleksikan oleh volume perdagangan saham dengan indikator trading volume activity (TVA). Joseph Nicholson mendefinisikan volume perdagangan sebagai berikut, ‘volume is the business of the market itself; the buying and selling of shares’. Dengan kata lain, volume perdagangan menggambarkan penawaran dan permintaan aktivitas jual beli investor di pasar saham yang merupakan manifestasi tingkah laku investor. Oleh karena itu, keterkaitan antara return dan volume perdagangan diduga mampu merefleksikan variabel keputusan investor. Sehingga diasumsikan bahwa keputusan investor dapat diketahui dengan cara mengalikan trading volume activity (TVA) yang merupakan indikator volume perdagangan, dengan return saham sebagai motivasi dan juga respon investor terhadap informasi. Pengaruh Risiko Pasar terhadap Keputusan Investor Risiko pasar adalah risiko yang dihadapi suatu sekuritas yang disebabkan oleh faktorfaktor pasar seperti faktor ekonomi, politik, tingkat inflasi, suku bunga, dan sebagainya. Dalam model CAPM, risiko yang relevan terhadap return adalah risiko sistematis atau risiko pasar yang digambarkan oleh beta dan berkorelasi positif terhadap return saham. Semakin tinggi beta, maka semakin sensitif return saham tersebut terhadap perubahan pasar. Risiko pasar diukur dengan beta yang menunjukkan tingkat kepekaan return sekuritas terhadap return pasar. Perusahaan dengan risiko pasar tinggi adalah perusahaan yang cenderung memiliki penjualan, keuntungan, dan harga saham yang mengikuti tingkat aktivitas ekonomi atau tingkat aktivitas pasar saham. Ketika tren pasar mengalami kenaikan, maka investor akan cenderung memilih saham dengan tingkat sensitivitas tinggi terhadap return pasar, yakni saham-saham yang mengikuti pergerakan naik harga pasar. Atau dapat dikatakan investor akan merespon positif saham dengan beta tinggi dengan melakukan aksi beli pada saham-saham tersebut. Sebaliknya, investor akan merespon negatif dengan menjual saham dengan beta rendah. Pengaruh Size terhadap Keputusan Investor Firm size merupakan market value dari sebuah perusahaan yang dapat diperoleh dari perhitungan harga saham dikalikan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares). Market value inilah yang biasanya disebut dengan market capitalization (kapitalisasi pasar). Kapitalisasi pasar mencerminkan nilai kekayaan saat ini. Dengan kata lain, kapitalisasi pasar adalah nilai total dari semua outstanding shares yang ada
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4
Penelitian yang dilakukan oleh Banz (1981) atas risiko pasar dan size menyimpulkan bahwa size perusahaan memiliki pengaruh yang besar dalam menjelaskan tingkat pengembalian (return). Ia juga menemukan bahwa perusahaan dengan kapitalisasi pasar kecil memiliki tingkat pengembalian yang lebih besar dibanding perusahaan dengan kapitalisasi besar. Perusahaan dengan kapitalisasi kecil memiliki nilai atau harga saham yang terbentuk lebih kecil dibandingkan dengan harga saham yang terbentuk oleh perusahaan dengan kapitalisasi besar. Sehingga jika terjadi kenaikan harga pada perusahaan berkapitalisasi kecil dengan perbandingan yang sama dengan perusahaan berkapitalisasi besar, maka return yang dihasilkan oleh perusahaan dengan kapitalisasi kecil relatif lebih tinggi. Oleh karena persentase return yang didapat oleh perusahaan berkapitalisasi kecil relaitf lebih besar disbandingkan dengan perusahaan berkapitalisasi besar, maka investor akan cenderung merespon positif hal tersebut yang ditandai dengan adanya aktivitas beli pada saham-saham berkapitalisasi kecil tersebut. Pengaruh Book to Market terhadap Keputusan Investor Book to market adalah nilai perbandingan antara nilai buku (book value) perusahaan terhadap nilai pasarnya (market value). Penelitian Fama dan French (1993) menunjukkan bahwa book to market ratio berkorelasi negatif terhadap return. Semakin rendah nilai book to market ratio, menandakan semakin tinggi perusahaan dinilai oleh investor. Book to market ratio merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya. Book to market menyatakan perbandingan book value terhadap market value perusahaan. Market value atau market capitalization merupakan hasil kali antara saham yang beredar dengan harga yang terjadi di pasar saham. Kenaikan market value menandakan terjadinya kenaikan harga saham. Nilai market value yang lebih besar dari book value menghasilkan nilai book to market yang rendah. Informasi atas kenaikan market value akan direspon positif oleh investor yang ditandai dengan adanya aktivitas beli pada saham dengan book to market rendah tersebut. Pengaruh Momentum terhadap Keputusan Investor Momentum diartikan sebagai tingkat laju harga atau volume sekuritas yang merupakan kelanjutan dari tren. Indikator yang digunakan adalah nilai penutupan hari ini terhadap nilai penutupan hari sebelumnya. Jika indikator tersebut bernilai positif, berarti telah terjadi kenaikan (tren naik). Investor yang mengacu pada momentum menggunakan pergerakan bursa untuk membeli dan menjual saham di bursa. Jika saham diperkirakan akan mengalami kenaikan (bullish), investor akan membeli saham dan menjualnya ketika bursa akan mengalami penurunan (bearish). Perkiraan saham akan mengalami kenaikan atau penurunan dilihat berdasarkan pada kinerja saham tersebut di masa lalu. Penelitian Jagadesh dan Titman (1993) menunjukkan bahwa terdapat asosiasi antara momentum terhadap kinerja saham dimasa lalu. Saham-saham yang berkinerja baik (winner) atau buruk (loser) selama tiga bulan hingga satu tahun cenderung tidak mengalami perubahan yang signifikan untuk periode selanjutnya. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa dengan menggunakan strategi membeli saham-saham yang menunjukkan kinerja yang baik (winner) pada 3, 6, 9, dan 12 bulan sebelumnya dan menjual saham-saham yang memberi kinerja yang buruk (loser) mampu menghasilkan return positif pada masa 12 bulan setelahnya. Dengan kata lain terjadi persistensi yang positif pada harga saham di masa lalu hingga 12 bulan kemudian. Investor akan cenderung merespon positif pada saham-saham yang telah terbukti menunjukkan kinerja yang baik di masa lalu yang ditandai dengan adanya aktivitas beli pada saham yang menunjukkan return positif tersebut, dengan harapan return positif tersebut akan terus berlanjut. Sebaliknya, investor akan cenderung memberikan respon yang negatif terhadap saham yang memiliki return yang negatif di masa lalu.
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber: Sharpe (1964), Banz (1981), Fama dan French (1993), Jagadesh dan Titman (1993) Berdasarkan landasan dan kerangka pemikiran teoritis, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Risiko pasar berpengaruh positif terhadap keputusan investor H2 : Size berpengaruh negatif terhadap keputusan investor H3 : Book to market berpengaruh negatif terhadap keputusan investor H4 : Momentum return pada periode 3 bulan sebelumnya berpengaruh positif terhadap keputusan investor H5 : Momentum return pada periode 6 bulan sebelumnya berpengaruh positif terhadap keputusan investor H6 : Momentum return pada periode 12 bulan sebelumnya berpengaruh positif terhadap keputusan investor
METODE PENELITIAN Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari berbagai sumber, diantaranya Bloomberg, Indonesia Capital Market Directory (ICMD), dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan serta Company Profile yang diterbitkan oleh masing-masing perusahaan sampel dari tahun 2007 hingga 2010. Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang sahamnya tergolong dalam indeks LQ 45 pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2010. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling didapatkan sampel dalam penelitian ini sejumlah 34 perusahaan. Variabel Depe nden Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Keputusan Investor (V) yang merupakan kecenderungan perilaku investor yang didasarkan pada volume perdagangan dan return, yang dirumuskan sebagai berikut : Dimana, : keputusan investor atas saham i pada periode t : trading volume activity saham i pada periode t : return saham i pada periode t Keputusan investor (V) bernilai positif menandakan respon positif oleh investor terhadap saham yang ditandai dengan adanya aktivitas beli atau net buy, sedangkan keputusan investor bernilai negatif menandakan respon negatif oleh investor terhadap saham yang ditanai dengan adanya aktivitas jual atau net sell oleh investor.
5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6
Variabel Independen Risiko Pasar (RISK) yang diukur dengan menggunakan beta. Beta merupakan sensitivitas return saham terhadap perubahan return pasar yang dihitung dengan menggunakan model indeks tunggal sebagai berikut: Dimana, : return sekuritas i : nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap return pasar : koefisien beta yang mengukur Ri akibat perubahan Rm : tingkat return dari indeks pasar : kesalahan residu, variabel acak dengan nilai ekspektasi sama dengan nol Size (SIZE) yang diukur dengan menggunkan besaran kapitalisasi pasar (market value equity) merupakan hasil kali antara jumlah saham beredar dengan harga pasar terakhir saham tersebut Dimana, : market value : market price (harga pasar saham i) : outstanding shares (jumlah saham yang diterbitkan) Book to market ratio, merupakan perbandingan antara nilai buku ekuitas pemegang saham dengan kapitalisasi pasar atau nilai saham perusahaan tersebut
Momentum, merepresentasikan efek kinerja baik (buruk) saham dimasa lalu yang menunjukkan persistensi kinerja yang baik (buruk) dimasa yang akan datang. Periode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode tiga bulanan atau triwulan, sehingga data return yang digunakan adalah data rata-rata return tiga bulanan. Oleh karena untuk menguji momentum digunakan return periode sebelumnya, maka data return yang digunakan adalah return rata-rata tiga bulanan selama periode 3 bulan sebelum yang dilambangkan dengan J3, return ratarata tiga bulanan selama periode 6 bulan sebelum yang dilambangkan dengan J6, dan return ratarata tiga bulanan selama periode 12 bulan sebelum yang dilambangkan dengan J12 dengan return periode dasar (Rt0 ) adalah return periode triwulan pertama tahun 2007 yang merupakan periode awal penelitian ini. Penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda. Dalam analisis ini dapat dilihat bagaimana variabel bebas, yaitu Risiko pasar (X1 ), Size (X2 ), Book to market (X3 ), dan Momentum Return pada periode 3 bulan sebelumnya (X4 ), Return pada periode 6 bulan sebelumnya (X5 ), serta Return pada periode 12 bulan sebelumnya (X6 ) mempengaruhi variabel terikat, yaitu Keputusan investor (Y). Adapun bentuk umum persamaan regresi linear berganda adalah: Dimana, : Keputusan investor : Konstanta : Koefisian regresi dari setiap variabel independen : Risiko pasar : Size
6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7
: Book to market : Return pada periode 3 bulan sebelumnya : Return pada periode 6 bulan sebelumnya : Return pada periode 12 bulan sebelumnya
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah melalui uji asumsi klasik, maka hasil analisis regresi linear berganda yang didapat adalah sebagai berikut: Koefisien Determinasi (R2 )
Model 1
Tabel 1 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Adjusted Std. Error of R R Square R Square the Estimate 0.451
0.203
0.184
1.78504
Sumber: data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi, diketahui besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0,184 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen adalah sebesar 18,4%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Model 1
Tabel 2 Hasil Perhitungan Uji Statistik F Sum of Mean df Squares Square
Regression
198.555
6
33.093
Residual
777.471
244
3.186
Total
976.026
250
F
Sig.
10.386
0.000
Sumber: data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil uji F di atas didapat nilai F hitung sebesar 10,386 dengan probalitas 0,000. Karena probabilitas jauh di bawah 0,05, maka dapat dikatan bahwa RISK, SIZE, BMV, J3, J6, dan J12 secara bersama-sama berpengaruh terhadap V. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)
Model
1
(Constant) RISK SIZE BMV J3 J6 J 12
Tabel 3 Hasil Perhitungan Uji Statistik T Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Beta Error 3.709 2.557 1.499 0.266 0.329 -0.361 0.084 -0.268 0.169 0.185 0.057 0.213 0.506 0.025 -0.059 0.517 -0.007 0.056 0.864 0.004
t
Sig.
1.451 5.636 -4.29 0.913 0.421 -0.114 0.065
0.148 0 0 0.362 0.674 0.909 0.948
Sumber: data sekunder yang diolah
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8
Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat disusun persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: LnV = 3,709 + 1,499 RISK – 0,361 SIZE + 0,169 BMV + 0,213 J3 – 0,059 J6 + 0,056 J12 + e Dari persamaan regresi linear berganda, dapat diketahui bahwa nilai konstanta sebesar 3,709. Angka tersebut menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka V adalah sebesar 3,709. Koefisien regresi variabel SIZE dan J6 bertanda negatif menunjukkan bahwa SIZE dan J6 memiliki pengaruh negatif terhadap V, sehingga kenaikan SIZE dan J6 akan menyebabkan penurunan V. Sementara itu koefisien regresi variabel RISK, BMV, J3, dan J12 bertanda positif menunjukkan bahwa RISK, BMV, J3, dan J12 memiliki pengaruh positif terhadap V, dimana kenaikan RISK, BMV, J3, dan J12 akan menyebabkan terjadinya kenaikan V. Interpretasi Hasil Pengaruh Risiko Pasar (RISK) terhadap Keputusan Investor (V) Hasil penelitian analisis regresi menunjukkan bahwa variabel RISK berpengaruh positif signifikan terhadap Keputusan Investor. Pengaruh RISK yang signifikan terhadap V menunjukkan bahwa tinggi rendahnya RISK berpengaruh terhadap respon dari investor yang direfleksikan dalam keputusan investor. Sedangkan nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa Risiko Pasar berpengaruh positif terhadap keputusan investor, yakni ketika nilai Risiko Pasar atau beta naik, maka respon investor terhadap saham yang bersangkutan adalah positif yang ditandai dengan aksi beli saham. Risiko pasar diukur dengan beta yang menunjukkan tingkat kepekaan return sekuritas terhadap return pasar. Ketika tren pasar mengalami kenaikan, maka investor akan cenderung memilih saham dengan tingkat sensitivitas tinggi terhadap return pasar, yakni saham-saham yang mengikuti pergerakan naik harga pasar. Atau dapat dikatakan investor akan merespon positif saham dengan beta tinggi dengan melakukan aksi beli pada saham-saham tersebut. Sedangkan ketika perubahan pasar yang terjadi adalah tren pasar mengalami penurunan, maka investor akan cenderung merespon negatif dengan menjual saham yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap perubahan pasar. Hal penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan di awal bahwa risiko pasar berpengaruh positif terhadap keputusan investor, maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, H1 diterima. Pengaruh Firm Size (SIZE) terhadap Keputusan Investor (V) Hasil penelitian analisis regresi menunjukkan bahwa variabel SIZE berpengaruh negatif signifikan terhadap Keputusan Investor (V). Pengaruh SIZE yang signifikan terhadap Keputusan Investor menunjukkan bahwa tinggi rendahnya SIZE berpengaruh terhadap respon dari investor yang direfleksikan dalam keputusan investor. Sedangkan nilai koefisien regresi yang negatif menunjukkan bahwa kapitalisasi pasar berpengaruh negatif terhadap keputusan investor, yakni ketika nilai kapitalisasi pasar rendah, maka respon investor terhadap saham yang bersangkutan adalah positif yang ditandai dengan aksi beli saham. Perusahaan dengan kapitalisasi kecil memiliki nilai atau harga saham yang terbentuk lebih kecil dibandingkan dengan harga saham yang terbentuk oleh perusahaan dengan kapitalisasi yang lebih besar. Sehingga jika terjadi kenaikan harga pada perusahaan berkapitalisasi kecil dengan perbandingan yang sama dengan perusahaan berkapitalisasi besar, maka return yang dihasilkan oleh perusahaan dengan kapitalisasi kecil relatif lebih tinggi. Oleh karena persentase return yang didapat oleh perusahaan berkapitalisasi kecil relaitf lebih besar dibandingkan dengan perusahaan berkapitalisasi besar, maka investor akan cenderung merespon positif hal tersebut yang ditandai dengan adanya aktivitas beli pada saham-saham berkapitalisasi kecil tersebut. Hal penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan di awal bahwa size berpengaruh negatif terhadap keputusan investor, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H2 diterima. Pengaruh Book To Market (BMV) terhadap Keputusan Investor (V) Hasil penelitian menunjukkan bahwa Book To Market (BMV) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Keputusan Investor (V). Sedangkan nilai koefisien regresi yang positif
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9
menunjukkan bahwa BMV berpengaruh positif terhadap keputusan investor, yakni ketika nilai BMV naik, maka respon investor terhadap saham yang bersangkutan adalah positif yang ditandai dengan aksi beli saham. Namun, pengaruh BMV yang tidak signifikan terhadap Keputusan Investor menunjukkan bahwa tinggi rendahnya nilai BMV kecil pengaruhnya terhadap respon investor yang direfleksikan oleh keputusan investor. Kecilnya pengaruh BMV terhadap keputusan investor dapat terjadi karena selama periode penelitian besarnya BMV sangat berfluktuasi. Selain itu, penurunan kinerja pasar modal pada tahun 2008 juga dapat mempengaruhi nilai book to market perusahaan. Selama periode tersebut, penurunan indeks pasar akan terespon berbeda-beda antar saham. Saham dengan kapitalisasi atau market value besar cenderung mengikuti perubahan pasar, sehingga berpengaruh pada harga saham yang terbentuk. Oleh karena penurunan kinerja terjadi pada pasar modal secara keseluruhan, maka respon investor akan turut menyesuaikan pada kondisi pasar. Disamping itu, karena penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dan time series yang menangkap nilai book to market dari berbagai perusahaan yang berbeda dalam satu waktu dan dalam beberapa periode waktu, maka fluktuasi nilai book to market akan lebih terlihat selama periode waktu pengamatan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa book to market berpengaruh negatif terhadap Keputusan Investor, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H3 ditolak. Pengaruh Return pada periode 3 bulan sebelum (J3) terhadap Keputusan Investor (V) Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return pada periode 3 bulan sebelum periode pengamatan pada penelitian ini dimulai (J3) memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Keputusan Investor (V). Hubungan yang positif mengindikasikan bahwa return positif pada periode 3 bulan yang lalu akan diikuti dengan respon positif investor yang ditandai dengan aksi beli saham yang bersangkutan. Sedangkan pengaruh J3 yang tidak signifikan terhadap keputusan investor menunjukkan bahwa tinggi rendahnya return yang terjadi pada periode 3 bulan sebelumnya kecil pengaruhnya terhadap keputusan investor pada saat ini. Kecilnya pengaruh return pada periode 3 bulan sebelumnya terhadap keputusan investor dapat disebabkan oleh kemungkinan investor tidak mempertimbangkan kinerja saham di masa lalu dikarenakan adanya pertimbangan pada kondisi pasar yang sedang terjadi saat ini. Perubahan kondisi pasar bisa saja terjadi dalam waktu 3 bulan berjalan, sehingga return masa lalu tidak lagi relevan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan saat ini. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa return periode 3 bulan sebelumnya berpengaruh positif terhadap Keputusan Investor, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H4 ditolak. Pengaruh Momentum Return pada periode 6 bulan sebelum (J6) terhadap Keputusan Investor (V) Hasil penelitian menunjukkan bahwa Momentum Return pada periode 6 bulan sebelum periode pengamatan pada penelitian ini dimulai (J6) memiliki pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Keputusan Investor (V). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan di awal. Hubungan yang negatif mengindikasikan bahwa return positif pada periode 6 bulan yang lalu akan diikuti dengan respon negatif investor yang ditandai dengan aksi jual saham yang bersangkutan. Sedangkan pengaruh J6 yang tidak signifikan terhadap keputusan investor menunjukkan bahwa tinggi rendahnya return yang terjadi pada periode 6 bulan sebelumnya kecil pengaruhnya terhadap keputusan investor pada saat ini. Hal ini bisa terjadi karena adanya gejolak pasar yang berpengaruh terhadap return saham pada periode-periode selanjutnya, sehingga respon investor terhadap kinerja return periode sebelumnya, khususnya 6 bulan sebelumnya adalah respon negatif. Investor tidak menjadikan return di masa lalu sebagai pertimbangan yang relevan terhadap pengambilan keputusan saat ini. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa return periode 6 bulan sebelumnya berpengaruh positif terhadap Keputusan Investor, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H5 ditolak.
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10
Pengaruh Momentum Return pada periode 12 bulan sebelum (J12) terhadap Keputusan Investor (V) Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return pada periode 12 bulan sebelum periode pengamatan pada penelitian ini dimulai (J12) memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Keputusan Investor (V). Hubungan yang positif mengindikasikan bahwa return positif pada periode 12 bulan yang lalu akan diikuti dengan respon positif investor yang ditandai dengan aksi beli saham yang bersangkutan. Sedangkan pengaruh J12 yang tidak signifikan terhadap keputusan investor menunjukkan bahwa tinggi rendahnya return yang terjadi pada periode 12 bulan sebelumnya kecil pengaruhnya terhadap keputusan investor pada saat ini. Oleh karena variabel J12 merupakan proksi momentum atas kinerja saham di masa lalu, maka sama halnya dengan efek momentum pada periode 3 bulan sebelum, kecilnya pengaruh J12 terhadap keputusan investor dapat disebabkan oleh perilaku investor yang tidak mempertimbangkan kinerja saham di masa lalu didasarkan pada kondisi pasar yang sedang terjadi saat ini. Perubahan kondisi pasar bisa saja terjadi dalam waktu 12 bulan berjalan, sehingga return masa lalu tidak lagi relevan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan saat ini. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa return periode 12 bulan sebelumnya berpengaruh positif terhadap Keputusan Investor, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H6 ditolak.
KESIMPULAN
Nilai adjusted R2 sebesar 0,184 menunjukkan bahwa 18,4% variabel dependen Keputusan Investor (V) dapat dijelaskan oleh keempat variabel independen yang diajukan, yakni Risiko Pasar (RISK), Firm Size (SIZE), Book To Market (BMV), dan Momentum Return periode 3 bulan sebelum, 6 bulan sebelum, dan 12 bulan sebelum periode awal penelitian ini dilakukan. Sedangkan sisanya sebesar 81,6% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Nilai adjusted R 2 sebesar 0,184 dapat dikatakan bahwa variabel independen lemah dalam menjelaskan variabel dependennya. Dari persamaan regresi linear berganda, dapat diketahui bahwa nilai konstanta sebesar 3,709. Angka tersebut menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka nilai V adalah sebesar 3,709. Koefisien regresi variabel SIZE dan J6 bertanda negatif menunjukkan bahwa SIZE dan J6 memiliki pengaruh negatif terhadap V, sehingga kenaikan SIZE dan J6 akan menyebabkan penurunan V atau terjadi respon negatif dari investor yang ditandai dengan adanya aksi jual saham. Sementara itu koefisien regresi variabel RISK, BMV, J3, dan J12 bertanda positif menunjukkan bahwa RISK, BMV, J3, dan J12 memiliki pengaruh positif terhadap V, dimana kenaikan RISK, BMV, J3, dan J12 akan menyebabkan terjadinya kenaikan V atau terjadi respon positif dari investor yang ditandai dengan adanya aksi beli saham. Sementara dari enam variabel yang diuji, hanya variabel risiko pasar dan size yang signifikan terhadap variabel keputusan investor. Berdasarkan uji statistik F, diketahui bahwa variabel Risiko Pasar (RISK), Firm Size (SIZE), Book To Market (BMV), dan Momentum Return periode 3 bulan sebelum, 6 bulan sebelum, dan 12 bulan sebelum periode awal penelitian ini dilakukan secara bersama-sama atau simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan Investor (V). Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,000. Sedangkan dari hasil uji statistik T diketahui hanya variabel RISK yang mewakili risiko pasar dan SIZE yang mewakili kapitalisasi pasar yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan investor, yang ditandai dengan nilai signifikansi kurang dari 0.05. Variabel BMV yang mewakili book to market, J3 yang mewakili return periode 3 bulan sebelum, variabel J6 yang mewakili return periode 6 bulan sebelum, dan variabel J12 yang mewakili return periode 12 bulan sebelumnya tidak signifikan terhadap Keputusan Investor. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi lebih dari 0.05. Implikasi Pada Keputusan Investasi Berdasarkan hasil analisis regresi terlihat bahwa variabel RISK memiliki nilai koefisien regresi sebesar 1,499 dan nilai signifikansi sebesar 0,00 yang menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Investor (V). Hal ini berarti risiko pasar memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan investor yang diproksi oleh variabel V yang merupakan hasil kali antara nilai TVA dengan return. Dengan demikian, investor perlu memperhatikan nilai
10
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11
risiko pasar atau beta untuk setiap perencanaan investasi saham di pasar modal. Namun, karena hal ini berkaitan dengan risiko sistematis, investor juga harus memperhatikan informasi terkait kondisi pasar, baik itu yang dipengaruhi oleh informasi ekonomi, politik, kebijakan terkait fiskal dan semacamnya, sebelum memutuskan untuk melakukan keputusan investasi. Apakah pada kondisi tersebut sebaiknya membeli saham dengan beta tinggi ataukah melepas saham dengan beta tinggi tersebut. Hasil penelitian ini menemukan bahwa RISK memiliki pengaruh positif terhadap keputusan investor. Ketika tren pasar mengalami kenaikan, maka investor sebaiknya memilih saham dengan tingkat sensitivitas tinggi terhadap return pasar, yakni saham-saham yang mengikuti pergerakan naik harga pasar. Atau dapat dikatakan investor sebaiknya merespon positif saham dengan beta tinggi dengan melakukan aksi beli pada saham-saham tersebut. Hasil selanjutnya yakni Firm Size (SIZE) menunjukkan pengaruh negatif signifikan terhadap Keputusan Investor yang dapat dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar -0,361 dan signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian, semakin besar kapitalisasi perusahaan, maka keputusan investasi yang diambil sebaiknya adalah keputusan jual. Perusahaan dengan kapitalisasi besar memiliki nilai atau harga saham yang terbentuk lebih besar dibandingkan dengan harga saham yang terbentuk oleh perusahaan dengan kapitalisasi lebih kecil. Sehingga jika terjadi kenaikan harga pada perusahaan berkapitalisasi besar dengan perbandingan yang sama dengan perusahaan berkapitalisasi kecil, maka return yang dihasilkan oleh perusahaan dengan kapitalisasi besar relatif lebih kecil. Oleh karena persentase return yang didapat oleh perusahaan berkapitalisasi besar relatif lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan berkapitalisasi kecil, maka investor akan cenderung merespon positif hal tersebut yang ditandai dengan Berdasarkan hasil penelitian, variabel book to market memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan investor. Walaupun variabel book to market tidak begitu mempengaruhi keputusan investor, akan tetapi sebagai rasio perbandingan antara book value dengan market value sebaiknya investor tetap memperhatikan rasio book to market sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan keputusan investasi apakah akan membeli atau menjual saham dengan book to market yang tinggi atau rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja saham di masa lalu yakni periode 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan sebelum periode pengamatan pada penelitian ini dimulai tidak menunjukkan pegaruh yang signifikan terhadap keputusan investor. Hal ini bisa saja karena kondisi saham yang terpengaruh oleh kondisi pasar atau faktor spesifik perusahaan yang terjadi pada saat ini, sehingga efek kinerja dari return saham di masa lalu tidak relevan dengan keputusan investasi yang akan diambil pada saat ini. Dengan demikian, selain pada kinerja saham di masa lalu, sebaiknya investor juga memperhatikan kondisi saham dan keteraitannya dengan kondisi pasar dalam merencanakan keputusan investasi apakah akan menjual atau membeli saham yang di masa lalu telah menunjukkan kinerja yang positif. Keterbatasan 1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 2. Periode pengamatan pada penelitian ini hanya menggunakan 14 periode pengamatan selama tahun 2007 hingga 2010 3. Penelitian ini hanya menggunakan variabel-variabel terbatas pada variabel yang berkaitan dengan karakteristik perusahaan seperti yang pernah diteliti oleh Fama dan French (1993) dan Carhart (1997). 4. Variabel dependen pada penelitian ini, yakni Keputusan Investor (V) merupakan proksi yang mengasumsikan keputusan investor yang didasari oleh hubungan Trading Volume Activity (TVA) sebagai gambaran aktivitas jual beli investor di pasar saham dengan nilai return sebagai gambaran motivasi investor dalam melakukan jual beli saham. Sehingga belum banyak penelitian terdahulu yang membahas terkait variabel ini. 5. Penelitian ini menggunakan data cross section yang berkaitan dengan data keuangan. Data cross section terutama data return memiliki kemungkinan terjadinya masalah leptokurtik,
11
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12
yakni distribusi yang mempunyai puncak relatif lebih tinggi, karena sebaran pada return umumnya berada di sekitar nilai nol. Saran Bagi Peneliti Untuk penelitian mendatang diharapkan agar menggunakan sampel penelitian tidak hanya berasal dari populasi pada indeks tertentu, melainkan yang mewakili pasar saham secara keseluruhan agar memberikan gambaran yang lebih baik terkait aktivitas investasi jual beli saham di pasar modal. Disamping itu, juga memperpanjang periode pengamatan, tidak hanya selama empat belas periode pengamatan selama empat tahun seperti yang dilakukan dalam penelitian ini, sehingga data yang dihasilkan lebih mampu merepresentasikan aktivitas perdagangan investor di pasar modal. Selain itu, melihat pada nilai adjusted R 2 yang kecil dapat disimpulkan bahwa kemampuan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengeksplorasi variabel-variabel lain agar didapat model yang lebih baik dalam menjelaskan variasi keputusan investor. Terkait masalah normalitas data, data keuangan terutama cross sectional return, memiliki karakteristik distribusi data yang berpusat di titik nol. Hal ini akan mengakibatkan kemungkinan terjadinya masalah leptokurtik, yakni distribusi yang mempunyai puncak relatif lebih tinggi. Selain itu, karena karakteristik sebaran return yang berada disekitar nol menyebabkan rentan terhadap terjadinya efek goncangan. Ketika terjadi goncangan pada return, akibat isu atau diterimanya informasi baik itu yang bersifat makro maupun mikro, akan diikuti goncangan return yang lain pada periode selanjutnya mengakibatkan terjadi volatilitas kluster yang akan membuat data bersifat heterokedastisitas. Oleh karena itu disarankan untuk menggunakan alat statistik dengan metode keuangan untuk menghindari masalah tersebut, sehingga mampu memberikan hasil yang lebih baik karena mampu mengatasi masalah dalam estimasi data-data keuangan tersebut.
REFERENSI
Al-Mwalla, Mona. 2010. “Can Book-to-Market, Size, And Momentum Be Ekstra Risk Faktor That Explain The Stock Rate Of Return?: Evidence From Emerging Market.” Dalam Journal Of Finance, Accounting, and Management 3 (2), h.42-57 Juli 2012 Banz, Rolf W. 1981. “The Relationship Between Return And Market Value Of Common Stock.” Dalam Journal Of Financial Economics No.9 h.3-18 Bodie, Zvi, Alex Kane dan Alan J. Marcus. 2006. Investment. Jakarta: Salemba Empat Chan, Louis K. C, Yasushi Hamao, dan Josef Lakonishok. 1991. “Fundamental And Stock Return In Japan.” Dalam Working Paper No. 45, Journal Of Finance Chan, Louis K. C, Narasimhan Jagadeesh, dan Josef Lakonishok. 1995. “Momentum Strategies.” Dalam NBER Working Paper Series 5375 DeBondt , Werner F.M. dan Richard Thaler. 1985. Does The Stock market Overreact? Dalam The Journal Of Finance Vol. XL, No.3 Juli 1985 Du, Ding, dan Xiaobing Shao. 2010. “Momentum and Autocorrelation in Stock Returns.” Dalam International Research Jurnal Of Finance And Economics 2010 Fama, Eugene, dan Kaneth French. 1992. “The Cross Section Of Expected Stock Return.” dalam The Journal Of Finance Vol. XLVII No.2, Juni 1993 Fama, Eugene, dan Kaneth French. 1993. “Common Risk Factor In The Return On Stock And Bonds.” Dalam Journal Of Financial Economics No.33 p.3-56
12
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 13
Fama, Eugene, dan Kaneth French. 1995. “Size And Book To Market Factors In Earnings And Returns.” Dalam The Journal Of Finance Vol. 50 Issue 1 p.131-155, Maret 1995 Fama, Eugene, dan Kaneth French. 2011. “Size, Value, and Momentum in International Stock Returns.” Fitriati, Ika Rosyada. 2010. “Analisis Hubungan Distress Risk, Firm Size, Dan Book To Market Ratio Dengan Return SahamPada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005 – 2008.” Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. (Terj.) Sumarno Zain. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Ed. 2. Jakarta: Salemba Empat Haruman, Tendi, dkk. 2005. “Pengaruh Faktor Fundamental, Indikator Ekonomi Makro, Dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Di Bursa Efek Jakarta.” Dalam Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Vol.6 No.3 h.462-477 Hirschey, Mark dan John Nofsinger. 2008. Investment Analysis And Behavior. USA: McGraw Hill Irwin Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-Dasar teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP AMPYKPN Irfani, Agus S. dan Akromul Ibad. 2005. “Pengaruh Risiko Pasar Terhadap Required Return Saham Telkom dan Astra Internasional Di Bursa Efek Jakarta 2000-2004.” Dalam Jurnal Manajemen Keuangan Vol.12 No.3, September 2005 Jagadeesh, Narasimhan dan Sheridan Titman. 1993. “Return To Buying Winner And Selling Loser : Implication For Stock Market Efficiency.” Dalam Journal Of Finance Vol.46 No.1 Maret 1993 Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Ed. 2. Yogyakarta: BPFE Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Ed. 3. Yogyakarta: BPFE Karpoff , Jonathan M. 1987. “The Relation Between Price Changes And Trading Volume : A Survey.” Dalam The Journal Of Financial And Quantitative Analysis, Vo.22, No.1, h.109-129, Maret 1987 Lozano B., Martin C. 2006. “Estimating And Evaluating Fama-French And Carhart Model.” Diakses tanggal 25 Februari 2012, dari www.uv.es/qfb. Manurung, A. Haymans. 2009. “Berinvestasi Dan Perlindungan Investor Di Pasar Modal.” Dalam Perbanas Quarterly Review, Vol. 2 No. 1 Maret 2009 Moskowitzs, Tobias J. 2010. “Momentum Investing: Finnaly Accessible for Individual Investors”, dalam Investment & Wealth Monitor, diakses tanggal 12 Maret 2012 Naftali, Yohan. 2009. “Capital Asset Pricing Model (CAPM).” Diakses tanggal 15 April 2012, dari http://yohanli.com
13
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 14
Novak, Jiri dan Dalibor PETR. 2010. “CAPM Beta, Size, Book To Market, And Momentum In Realized Stock Returns.” Dalam Czech Journal of Economics and Finance 60, No. 5 Pasaribu, Rowlan B. F. 2010. “Asset Pricing Model Selection: Indonesian Stock Exchange.” Dalam Jurnal Akuntansi Dan Manajemen Vol.21 No.3 Ratnawati, Dyah. “2002. Analisis Volume Transaksi Saham Di Bursa Efek Jakarta.” Dalam Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi Vol.2 No.4 Rohman, Abdul. 2005. “Pengaruh Langung Dan Tidak Langsung Arus Kas Dan Laba Terhadap Volume Perdagangan Saham Pada Emiten Di Bursa Efek Jakarta”, dalam Jurnal Akuntansi dan Auditing Vol 01, No.02, h. 95-111, Mei 2005 Rouwenhorst, K. Geert. 1998. “International Momentum Strategies.” Dalam The Journal Of Finance Vol. LIII No.1, February 1998 Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga Saputra, Dede I. dan Umi Murtini. 2008. “Perbandingan Fama Dan French Three Factor Model Dengan Capital Asset Pricing Model.” Dalam Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan Vol 4 No.2, Agustus 2008 h.132-145 Schewrt, G. William. 1983. “Size And Stock Return, And Other Empirical Regularities.” Dalam Journal Of Financial Economics 12 p.3-12 Sharpe, William F. 1964. “Capital Asset Prices: A Theory Of Market Equilibrium Under Conditions Of Risk.” Dalam The Journal Of Finance Vol.19 Issue 3 h.425-442 Sharpe, William F, Gordin J Alexander, dan Jeffery V Bailey. 1997. Investasi. Jakarta: Prenhallindo Tai, Chu Shang. 2003. “Are Fama And French And Momentum Factors Really Priced?” Dalam Journal Of Multifinancial Managing, Vol.13, h.359-384 Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio. Ed. 1. Yogyakarta: BPFE Wiksuana , I Gst. Bgs. 2009. “Kinerja Portofolio Saham Berdasarkan Strategi Investasi Momentum Di Pasar Modal Indonesia.” Dalam Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.11, No.1. h.73-84, Maret 2009
14