Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2007-2011) Dinnul Alfian Akbar IAIN Raden Fatah Palembang
[email protected] Abstract: The aims of study are to analyze effect of company size (LnSIZE), capital adequacy (MODAL), Quality of Productive Asset (KPA) and liquidity against Return On Assets (ROA). Sample selection in this study is using purposive sampling method. Purposive sampling method is method to sample collection which based on certain criteria. The sample used in this study, there are three of Islamic Commercial Bank (BUS) from 2007-2011. Data of this study is the quantitative data obtained from Bank Indonesia and quarterly financial statements from Islamic Commercial Banks (BUS). This study Analyzed by using multiple linear regressions with Ordinary Least Square (OLS) method. T-test results indicate that firm size has positive effect towards ROA. While, Quality of Productive Asset (KAP) and liquidity has significant negative to ROA. Based on the calculation, liquidity has a different sign with the hypothesis, which is have significant negative. Result from the statistic –test, variable of capital adequacy show positive effect, but not significant towards ROA. Result from the statistic-test shown that company size give effect towards Return on Asset (ROA). Keywords: financial performance, company size, capital adequacy, quality of productive asset (KPA), liquidity
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel ukuran perusahaan (LnSIZE), kecukupan modal (MODAL), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan likuiditas (LIQ) terhadap Return On Assets (ROA). Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang didasakan pada kriteria tertentu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tiga Bank Umum Syariah (BUS) periode 2007-2011. Data penelitian ini merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari Bank Indonesia dan laporan keuangan triwulanan Bank Umum Syariah (BUS). Analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Sedangkan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Berdasarkan hasil perhitungan, likuiditas memiliki arah yang berbeda dengan hipotesis yang diajukan, yaitu negatif signifikan. Dan dari hasil pengujian statistik, variabel kecukupan modal terbukti berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap ROA. Dari hasil perhitungan statistik diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan memberikan pengaruh terbesar terhadap Return On Assets (ROA). Kata kunci: kinerja keuangan, ukuran perusahaan, kecukupan modal, kualitas aktiva produktif (KAP), likuiditas
I.
PENDAHULUAN
Bank berdasarkan prinsip syariah menggunakan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana ataupun pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah
Hal - 66
menggunakan pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), yang dikenal dengan kredit dan prinsip bunga bagi bank konvensional, pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang
Vol. 3 No. 1 September 2013
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa istishna). Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip syariah dasar hukumnya adalah Al-Quran dan Sunnah Rasul (Kasmir, 2010: 41). Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat dan telah menjadi fenomena global sejak adanya Undang-Undang Nomor21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan landasan operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Bahkan berdasarkan hasil survey dari Islamic Finance Country Index dari Global Islamic Finance Report, industri keuangan syariah di Indonesia telah menorehkan prestasi dengan menempati peringkat keempat industri keuangan syariah dunia yang dinilai dari ukuranukuran tertentu dan bobot yang bervariasi, seperti jumlah lembaga keuangan syariah, izin pengaturan syariah, besarnya volume industri, edukasi dan budaya, serta kelengkapan infrastruktur. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari jumlah lembaga keuangansyariah di Indonesia yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS),
Unit Usaha Syariah (UUS) dan Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Bank
Perkembangan kelembagaan perbankan syariah tersebut meningkat sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dimana pada tahun 1992, hanya ada satu Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia dan sembilan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Perkembangan kelembagaan bank syariah menunjukkan bahwa dilakukannya amandemen Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 direspon positif oleh pelaku industri perbankan dengan adanya penambahan satu Bank Umum Syariah dan 1 Unit Usaha Syariah, serta 69 BPRS pada tahun 1999. Sehingga pada tahun 2011, jumlah Bank Umum Syariah yang beroperasi menjadi 11, diikuti oleh 23 Unit Usaha Syariah, dan 154 BPRS (Statistik Perbankan Syariah, 2011). Perkembangan perbankan syariah yang dilihat dari perkembangan aset dan rasio keuangan, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat dilihat dalam tabel1 berikut ini:
Tabel 1 :Total Aset dan Rata-rata Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total Aset (Dalam Miliar Rupiah) 20,88 26,722 36,538 49,555 66,09 97,519 145,467
Car (%) 12,41 13,73 10,67 12,81 10,77 16,25 16,63
Npf (%) 2,82 4,75 4,05 1,42 4,01 3,02 2,52
Fdr (%) 97,75 98,90 99,76 103,65 89,70 89,67 88,94
Roe (%) 27,58 28,45 40,38 38,79 26,09 17,58 15,73
Roa (%) 1,35 1,55 2,07 1,42 1,48 1,67 1,79
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, yang diolah 2011 Dari tabel1 diatas, dapat dilihat bahwa total aset dan rasio keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berfluktuasi dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Perkembangan total aset tahun 2007 ke tahun 2008 tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar total aktiva yang merupakan salah satu alat ukuran perusahaan, akan meningkatkan ROA (Return On Assets). Pada tahun 2008 total asset BUS dan UUS (Bank Umum
Vol. 3 No. 1 September 2013
Syariah dan Unit Usaha Syariah) meningkat sebesar 13,017 miliar rupiah dari tahun 2007, namun ROA BUS dan UUS menunjukan penurunan sebesar 0,65%. Begitu pula yang terjadi pada CAR (Capital Adequacy Ratio). CAR seharusnya berbanding lurus dengan ROA, dimana apabila semakin tinggi CAR akan semakin baik kinerja suatu bank yang dalam hal ini diproksikan dengan ROA. CAR pada tahun 2007 mengalami
Hal - 67
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
penurunan dari tahun 2006 sebesar 3,06%, namun ternyata pada tahun 2007 ROA meningkat sebesar 0,52% dari tahun 2006. Hal serupa juga terjadi pada tahun 2009 dimana CAR turun sebesar 2,04% dari tahun 2008, tetapi ROA cenderung meningkat walaupun peningkatannya hanya sebesar 0,06% dari tahun 2008. Pada tahun 2011, secara umum kinerja industri perbankan semakin solid sebagaimana tercermin pada tingginya CAR (Capital Adequacy Ratio) dan NPF (Non Performing Financing) perbankan syariah pada tahun 2011 masih tergolong cukup baik yakni 2,52 atau membaik dibandingkan tahun 2009 dan tahun 2010 yakni masing-masing sebesar 4,01 pada tahun 2009 dan 3,02% pada tahun 2010. Tingkat profitabilitas perbankan syariah pada tahun 2011 yang dinilai dari ROA (Return On Assets) menunjukan kinerja yang makin membaik. ROA industri perbankan syariah masing-masing meningkat dari 1,48 tahun 2009 dan 1,67 tahun 2010 menjadi 1,79 pada tahun 2011. FDR perbankan syariah juga masih dapat dijaga pada level yang cukup tinggi, yaitu 88,94 (Laporan Perkembangan Perbankan Syariah, 2011). Pembiayaan bermasalah yang diproksi dengan rasio NPF (Non Performing Financing) pada tabel 1 di atas juga kurang sesuai dengan teori, dimana semakin tinggi pembiayaan bermasalah (rasio NPF) seharusnya justru akan menurunkan ROA. Seperti pada tahun 2006, rasio NPF mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 1,93%, namun ROA mengalami peningkatan sebesar 0,2%. Tahun 2009 juga kembali terjadi ketidaksesuaian dengan teori dimana pada tahun 2009 pembiayaan bermasalah menunjukan peningkatan sebesar 2,59% dari tahun 2008 yang diikuti dengan peningkatan rasio NPF sebesar 0,06% pada tahun 2009. Rasio likuiditas yang diproksikan dengan FDR (Financing to Deposit Ratio) juga menunjukan arah yang berbeda dengan perkembangan rasio ROA (Return On Assest). Pada tahun 2008 FDR meningkat sebesar 3,89% dari tahun 2007, tetapi ROA menunjukan penurunan sebesar 0,65%. Pada tahun 2009 dimana FDR mengalami penurunan sebesar 13,95% dari tahun 2008 dan 0,03% tahun 2010 dari tahun 2009,
Hal - 68
ROA mengalami peningkatan sebesar 0,06% dari tahun 2008 dan 0,19% pada tahun 2010 dari tahun 2009. Kondisi yang sama juga terjadi pada tahun 2011 dimana FDR mengalami penurunan sebesar 0.73% dari tahun 2010, dan ROA justru mengalami peningkatan sebesar 0,12% dari tahun 2011. Sehingga ada kesan bahwa FDR berpengaruh negatif terhadap ROA, padahal dalam teori dikatakan bahwa FDR berpengaruh positif terhadap ROA. Tingkat profitabilitas bank syariah di Indonesia merupakan yang terbaik di dunia diukur dari rasio laba terhadap aset (ROA), baik untuk kategori bank yang full fledge maupun untuk kategori Unit Usaha Syariah (UUS) (Karya dan Rachman, 2006: 209). Dendawijaya (2003: 121) menyatakan, bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya Return On Assets (ROA) dan tidak memasukan unsur Return On Equity(ROE), hal ini dikarenakan Bank Indonesia, sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Ukuran profitabilitas Return On Equity (ROE) digunakan untuk perusahaan pada umumnya dan Return On Assets (ROA) pada industri perbankan. Return On Assets (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan, sedangkan Return On Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Mawardi, 2005: 85). Oleh karena itu, dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Alasan dipilihnya industri perbankan karena kegiatan bank sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Serta lebih dikhususkan pada perbankan syariah karena penelitian tentang kinerja keuangan bank syariah masih jarang dilakukan. Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA
Vol. 3 No. 1 September 2013
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
menunjukan kinerja keuangan semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham. Perusahaan dengan total aset. yang besar mencerminkan kemapanan perusahaan. Perusahaan yang sudah mapan biasanya kondisi keuangannya juga sudah stabil. Ukuran bank yang besar lebih diinginkan, karena memungkinkan bank menyediakan menu jasa keuangan yang lebih luas (Bashir, 1999 dalam Bashir, 2003). Hasil penelitian Nugraheni dan Hapsoro (2007) juga Arini (2009) mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ROA. Namun berbeda dengan hasil penelitian Kosmidou (2008)yang mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap ROA. Modal merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja bank. Besarnya suatu modal bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank (Mawardi, 2005: 87). Tingginya rasio kapital dapat melindungi nasabah sehingga dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank (Werdaningtyas, 2002:27). Beberapa penelitian menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Assets (ROA). Penelitian Werdaningtyas (2002),Nugraheni dan Hapsoro (2007), Wijaya (2007) ditemukan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Namun hasil penelitian tersebut bertentangan dengan hasil penelitian Almilia dan Herdaningtyas (2005) dimana CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Aktiva produktif adalah penanaman dana bank dalam bentuk rupiah maupun valuta asing, kredit yang diberikan, surat berharga yang diterbitkan serta penempatan pada bank lain. Penilaian Kualitas Aktiva Produktif (KAP) untuk lebih mengetahui sejauh mana kualitas aktiva yang dimiliki sebagai salah satu faktor pendukung dalam menghasilkan laba pada suatu bank (Abdullah dan Suryanto, 2004: 27).
Vol. 3 No. 1 September 2013
Menurut Dietrich, et.al(2009), semakin tinggi rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) menunjukan semakin baik Kualitas Aktiva Produktif (KAP) bank syariah, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi kesulitan keuangan semakin kecil. Namun berbeda dengan hasil penelitian Kosmidou (2008), dan Arini (2009) yang menunjukan bahwa kualitas aktiva produktif berpengaruh negatif terhadap ROA. Hasil penelitian Mabruroh (2008) menunjukan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hal ini didukung dengan temuan hasil penelitian Basran Desfian (2005) dimana LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Namun berbeda dengan hasil penelitian Werdaningtyas (2002) yang menunjukan bahwa LDR terbukti berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian tersebut didukung dengan hasil penelitian Kosmidou (2008) dimana likuiditas berpengaruh negatif terhadap ROA. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap Return On Assets (ROA)? 2. Bagaimana pengaruh kecukupan modal terhadap Return On Assets (ROA)? 3. Bagaimana pengaruh Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap Return On Assets (ROA)? 4. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap Return On Assets (ROA)?
2.
LANDASAN TEORI
2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Return On Assets (ROA) Menurut Astuti (2003) dan Baridwan dan Zuhrotun (2005), perusahaan dengan total aset yang besar mencerminkan kemapanan perusahaan. Perusahaan yang sudah mapan biasanya kondisi keuangannya juga sudah stabil. Selain itu, ukuran bank yang besar lebih diinginkan karena memungkinkan bank menyediakan menu jasa
Hal - 69
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
keuangan yang lebih luas (Bashir, 1999 dalam Bashir 2003). Ukuran perusahaan yang besar diharapkan dapat meningkatkan skala ekonomi dan mengurangi biaya pengumpulan dan pemrosesan informasi. Dengan demikian, perusahaan yang besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah dari pada perusahaan kecil. Suatu perusahaan besar dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar modal. Perusahaan besar mampu menarik minat investor yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena mempunyai fleksibilitas penempatan investasi yang lebih baik. 2.2 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Return On Assets (ROA) Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalam mengembangkan usahanya dan menampung resiko kerugian. Berkaitan dengan hal tersebut, kegiatan perbankan di Indonesia harus mengikuti ukuran yang berlaku secara internasional. Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan perbandingan modal bank dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko. Semakin tinggi rasio CAR mengindikasikan bank tersebut semakin sehat permodalannya. Dengan surat keputusan Direksi BI No. 26/20/Kep/DIR dan SE BI No.26/2/BPPP masing-masing tanggal 29 Mei 1993, telah ditetapkan kewajiban penyediaan modal minimum. Ketentuan tersebut mengatur bahwa penyediaan modal minimum bank diukur dari persentase tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) sebesar 8% dari ATMR. 2.3 Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Terhadap Return On Asset (ROA) Kualitas aktiva merupakan penanaman atau penyediaan dana bank wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip kehati-hatian dan memenuhi prinsip syariah. Pengurus bank wajib menilai, memantau dan mengambil langkah-langkah antisipasi agar kualitas aktiva senantiasa dalam keadaan lancar, penilaian kualitas dilakukan terhadap aktiva produktif (Taswan, 2010: 64). Penilaian aset suatu bank cenderung kepada penilaian Kualitas Aktiva Produktif (KAP) untuk lebih mengetahui sejauh mana kualitas aktiva
Hal - 70
yang dimiliki sebagai salah satu faktor pendukung dalam menghasilkan laba pada suatu bank (Abdullah dan Suryanto, 2004: 27). Adanya pencadangan yang semakin tinggi, mengindikasikan bahwa aktiva produktif yang dimiliki bank banyak yang memiliki kolektibilitas dalam perhatian khusus sampai dengan macet. Hal tersebut mengindikasikan bank kurang berhati-hati dalam menyalurkan dananya sebagai pembiayaan. Adanya dana cadangan ini dapat mengakibatkan bank kekurangan likuiditas dan kehilangan kesempatan berinvestasi. Hilangnya kesempatan berinvestasi dalam bentuk pembiayaan mengakibatkan pendapatan potensial bank pun berkurang. 2.4 Pengaruh Likuiditas Terhadap Return On Assets (ROA) Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul. Likuiditas menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Pengaturan likuiditas bank terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar (Dendawijaya, 2003). Peningkatan LDR berarti penyaluran dana ke pinjaman semakin besar sehingga laba akan meningkat. Peningkatan laba tersebut mengakibatkan kinerja bank yang diukur dengan ROA semakin tinggi. Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk LDR yang baik adalah 80% sampai dengan 110%. Apabila LDR suatu bank berada di atas atau di bawah dari batas yang ditetapkan oleh BI, maka bank dalam hal ini dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi dengan baik. Oleh karena itu, pihak manajemen harus dapat mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Logika teori tersebut didukung oleh hasil penelitian Basran Desfian (2005) yang menyatakan bahwa secara parsial variabel LDR berpengaruh positif terhadap ROA.
Vol. 3 No. 1 September 2013
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi LDR sampai dengan batas tertentu maka akan semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk kredit maka akan meningkatkan pendapatan bunga sehingga ROA semakin tinggi. Basran Desfian (2005) menyatakan bahwa sesuai dengan teori yaitu peningkatan LDR disebabkan peningkatan dalam pemberian kredit ataupun penarikan dana oleh masyarakat dimana hal ini dapat mempengaruhi likuiditas bank yang berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan masyarakat.
3.
PENELITIAN SEBELUMNYA
Hesti Wedaningtyas (2002) menganalisis pengaruh pangsa aset, pangsa dana, pangsa kredit, CAR dan LDR terhadap profitabilitas Bank Take Over premerger di Indonesia. Penelitian ini dilakukan atas bank-bank take over dengan pooling data tahun 1990-1998 sebanyak 11 bank. Data dianalisis dengan metode regresi berganda, pengujian ekonometrika, dan uji statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pangsa aset, pangsa dana, dan pangsa kredit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA. CAR berpengaruh positif terhadap ROA, sedangkan LDR berpengaruh negatif terhadap ROA.
tingkat inflasi, dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan di BEJ. Rasio keuangan dalam penelitian ini terdiri dari CAR, NPL, NPM, ROE, CMR, dan GWM. Sampel penelitian ini yaitu 68 perusahaan perbankan periode tahun 2002 sampai 2005. Teknik analisis menggunakan metode analisis multivariate dengan alat analisis regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS). Hasil penelitian menyatakan bahwa CAR, ROE, dan ukuran perusahaan terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan. Sedangkan variabel NPL, NPM, dan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan. Untuk variabel CMR dan GWM tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan.
4.
KERANGKA HIPOTESIS
PEMIKIRAN
DAN
4.1 Kerangka Pemikiran Dari landasan teori dan penelitian terdahulu diatas, maka kerangka pemikiran teoritisnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Mawardi (2005) menganalisis pengaruh efisiensi operasi (BOPO), risiko kredit (NPL), risiko pasar (NIM), modal (CAR) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank umum yang beroperasi di Indonesia yang mempunyai total aset kurang dari 1Triliun rupiah yang ditunjukkan oleh Direktori Perbankan Indonesia. Periodisasi data yang digunakan adalah tahun 1998 sampai dengan 2001. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi operasi (BOPO) dan resiko kredit (NPL) terhadap kinerja keuangan (ROA) menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan, sedangkan resiko pasar (NIM) menunjukkan pengaruh positif dan modal (CAR) yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA).
4.2 Hipotesis
Fitri Nugraheni dan Dody Hapsoro (2007) menganalisis pengaruh rasio keuangan CAMEL,
Dari uraian gambar kerangka pikiran teoritis di atas, serta dengan mengacupada latar
Vol. 3 No. 1 September 2013
Sumber : Konsep yang di kembangkan untuk penelitian Gambar 1 : Kerangka Pemikiran
Hal - 71
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
belakang, rumusan masalah, dan telaah pustaka, maka dapat dirumuskanhipotesis sebagai berikut: H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Return On Assets (ROA). H2 : Kecukupan Modal berpengaruh positif terhadap Return On Assets (ROA). H3 : Kualitas Aktiva Produktif (KAP) berpengaruh negatif terhadap Return On Assets (ROA). H4 :Likuiditas berpengaruh positif terhadap Return On Assets (ROA). 5.
METODE PENELITIAN
5.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen.
1.
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu variabel Return On Assets (ROA) yang merupakan indikator Performance atau kinerja bank. 2.
Variabel Independen
Dalam Penelitian ini menggunakan beberapa variabel independen yang terdiri dari ukuran perusahaan yang diukur dari total aktiva, kecukupan modal yang diproksi menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) yang diproksi dengan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap total aktiva produktif dan likuiditas yang diproksi menggunakan Financing to Deposit Ratio (FDR).
5.2 Definisi Operasional Tabel 2 : Ringkasan Definisi Operasional Variabel No
Variabel
Definisi Variabel
Pengukuran
1.
Ukuran Perusahaan
Besar kecilnya perusahaan dilihat dari total aktivanya.
Size = LnTotalAktiva
2
Kecukupan Modal
Perbandingan modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.
3
Kualitas Aktiva Produktif
Antisipasi atas resiko gagal bayar dari pembiayaan.
PPPAP =
4
Return On Assets (ROA)
Perbandingan laba sebelum pajak dengan total aktiva.
ROA =
x 100%
Likuiditas
Perbandingan pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga.
FDR =
x
5
CAR =
x 100%
x 100%
100%
Sumber : Mawardi (2005), Kasmir,S.E.,M.M (2008), Werdaningtyas (2002), Nugraheni dan Hapsoro (2007), Arini (2009)
Hal - 72
Vol. 3 No. 1 September 2013
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
5.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah Indonesia, hingga saat ini terdapat sebelas bank umum Syariah di Indonesia, yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Syariah Mega Indonesia, PT.Bank Syariah BRI, PT. Bank Syariah Bukopin, PT. Bank Panin Syariah, PT. Bank Victoria Syariah, PT. BCA Syariah, PT. Bank Jabar dan Banten, PT. Bank Syariah BNI, PT. Maybank Indonesia Syariah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode purposive sampling adalahteknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011: 124). Kriteria bank yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. 2.
6.
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
Uji Asumsi Klasik 1.
Uji Multikolonieritas
Hasil uji multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya VIF pada tabel3 sebagai berikut:
Tabel 3 : Hasil Uji Multikolonieritas Dengan Nilai Tolerance dan VIF a Coefficients
Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1 LN_SIZE .631 1.585 MODAL .770 1.298 KAP .655 1.526 LIQ .817 1.224
Perusahaan perbankan syariah yang tergolong dalam Bank Umum Syariah Devisa. Bank Umum Syariah yang memiliki kelengkapan data selama periode pengamatan berdasarkan variabel yang diteliti.
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: Data diolah Berdasarkan kriteria pemilihan sampel diatas, perusahaan-perusahaan perbankan syariah yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel adalah tiga Bank Umum Syariah untuk periode 2007 sampai 2011 yaitu, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia. Sedangkan delapan bank lainnya tidak dapat memenuhi kreteria bank yang menjadi sampel dikarenakan bank tersebut merupakan Bank Umum Syariah non devisa dan berdiri pada tahun (Bank Syariah BRI pada tanggal 16 Oktober 2008, Bank Syariah Bukopin pada tanggal 27 Oktober 2008, Bank Panin Syariah pada tanggal 2 Desember 2009, Bank Victoria Syariah pada tanggal 1 Januari 2010, Bank Jabar dan Banten pada tanggal 15 April 2000, Bank Syariah BNI pada tanggal 19 Juni 2010 dan Maybank Indonesia Syariah pada tanggal 11 Oktober 2010, Bank BCA Syariah pada tanggal 5 April 2010), sehingga belum memiliki kelengkapan data laporan keuangan yang dibutuhkan.
Vol. 3 No. 1 September 2013
Hasil perhitungan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam regresi. 2.
Uji Autokorelasi
Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t (berada) dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Salah satu ukuran ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji DurbinWastson (DW) (Sunyoto, 2011: 134), yang dapat dilihat dari tabel 4 sebagai berikut:
Hal - 73
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
Tabel 4 : Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Change Statistics Model 1
R R Square .468a .219
Adjusted R Square .162
Std. Error of the Estimate 1.21660
R Square Change .219
F Change 3.862
df1
df2 4
55
Sig. F Change .008
Durbin-W atson 1.793
a. Predictors: (Constant), LIQ, KAP, MODAL, LN_SIZE b. Dependent Variable: ROA
Sumber: Data diolah
Dengan nilai tabel pada tingkat signifikansi 5%, jumlah sampel 60 (n) dan jumlah variabel independen 4 (k = 4), maka di tabel Durbin-Watson akan didapatkan nilai batas atas (du) 1,73 dan batas bawah (dl) 1,44. Karena nilai DW 1,793 lebih besar dari batas atas (du) 1,73 dan kurang dari 4-1,73 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi ini. 3.
Uji Heterokedastisitas
Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut terjadi homoskedatisitas dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi heteroskendastisitas (Sunyoto, 2011: 134). Dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut:
Dari Gambar 2 di atas terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, tidak ada pola tertentu yang teratur. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini. 4.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui suatu populasi suatu data dapat dilakukan dengan analisis grafik. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2006: 147).
Scatterplot Dependent Variable: ROA 3
Regression Studentized Residual
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2006: 126).
2
1
0
-1
-2 -3 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: Data diolah Gambar 2 : Diagram Heteroskedastisitas
Hal - 74
3
Uji normalitas dapat menggunakan Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S). Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:
Vol. 3 No. 1 September 2013
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
Tabel 5 : Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
LN_SIZE 60 15.9757 1.52889 .161 .132 -.161 1.244 .091
MODAL 60 12.4107 1.82469 .146 .146 -.070 1.128 .157
KAP 60 2.3995 .97296 .149 .149 -.117 1.155 .139
LIQ 60 92.5137 7.38778 .057 .057 -.055 .441 .990
ROA 60 2.2122 .70609 .115 .084 -.115 .890 .407
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah Dari tabel 5 di atas menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh LnSize adalah 1.244 dan tingkat signifikansi pada 0,091 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola distribusi residual terdistribusi normal. Nilai Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh Modal adalah 1.128 dan tingkat signifikansi pada 0,157 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola distribusi residual terdistribusi normalsehingga model regresi memenuhi uji normalitas. Nilai Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh KAP adalah 1.155 dan tingkat signifikansi pada 0,139 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola distribusi residual terdistribusi normal sehingga model regresi memenuhi uji normalitas. Nilai Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh LIQ adalah 0.441 dan tingkat signifikansi pada 0.990 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola distribusi residual terdistribusi normal sehingga model regresi memenuhi uji normalitas.
Vol. 3 No. 1 September 2013
Nilai Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh ROA adalah 0.890 dan tingkat signifikansi pada 0,407 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola distribusi residual terdistribusi sehingga model regresi memenuhi uji normalitas. Persamaan Regresi Linear Berganda Dalam penelitian ini, terdapat penggunaan ukuran variabel independen yang tidak sama, yaitu satuan rupiah pada variabel ukuran perusahaan dan satuan persentase pada variabel kecukupan modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP), dan likuiditas. Menurut Ghozali (2006: 92) jika ukuran variabel independen tidak sama, maka sebaiknya intepretasi persamaan regresi menggunakan standardized beta. Keuntungan menggunakan nilai beta Standardized Coefficient adalah mampu mengeliminasi perbedaan unit ukuran pada variabel independen (Ghozali, 2006: 92). Karena pada penelitian ini terdapat perbedaan satuan ukuran pada variabel independen yang digunakan dalam model regresi, maka pada penelitian ini nilai beta Standardized Coefficient digunakan dalam menentukan persamaan regresi yang dapat dilihat dengan tabel 6 sebagai berikut:
Hal - 75
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
Tabel 6 : Hasil Uji Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model
1
(Constant)
ln_size modal kap liq a. Dependent Variable: roa
Unstandardized Coefficients B Std. Error 11.450 4.587 .797 .059 -.252 -.038
Standardized Coefficients Beta
.226 .100 .110 .012
.529 .080 -.320 -.397
t
Sig. 2.496
.016
3.525 .592 -2.285 -3.200
.001 .556 .026 .002
Sumber: Data diolah Dari hasil perhitungan regresi linear berganda pada tabel 6 di atas, dapatdiketahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut: ROA = 0,529 LnSIZE + 0,080 MODAL – 0,320 KAP – 0,397 LIQ Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel kinerja keuangan (ROA). Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel independen penelitian memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel kinerja keuangan (ROA). Hasil koefisien determinasi dapat dilihat dalam tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7 : Hasil Koefisien Determinasi b Model Summary
Model 1
Change Statistics Adjusted Std. Error of R Square Durbin-W R R Square R Square the Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change atson .468a .219 .162 1.21660 .219 3.862 4 55 .008 1.793
a. Predictors: (Constant), LIQ, KAP, MODAL, LN_SIZE b. Dependent Variable: ROA
Sumber: Data diolah Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevalusai model regresi terbaik (Ghozali, 2006: 87). Dari tabel koefisien determinasi di atas, dapat dilihat bahwa angka koefisien korelasi (R) sebesar 0,468. Hal ini berarti bahwa hubungan antar variabel independen dengan
Hal - 76
variabel dependen sebesar 4.68%. Dari angka tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen cukup kuat. Besarnya Adjusted R Square (R2 ) adalah 0,162. Hasil perhitungan statistik ini berarti bahwa kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi perubahan variabel dependen sebesar 16%, sedangkan sisanya sebesar 84% (100%-16%) diterangkan oleh faktor-faktor lain di luar model regresi yang dianalisis.
Vol. 3 No. 1 September 2013
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
Pengujian Hipotesis Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan ke
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan uji F dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8 : Hasil Uji Statistik F ANOVAb Model 1
Sum of Squares 11.871 18.278 30.150
Regression Residual Total
df 4 55 59
Mean Square 2.968 .332
F 8.930
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), LIQ, KAP, MODAL, LN_SIZE b. Dependent Variable: ROA Sumber: Data diolah
Dari perhitungan statistik uji F dapat diketahui bahwa nilai F adalah 8,930 dimana labih besar dari 4 dengan nilai signifikan 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel independen yaitu ukuran perusahaan, modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP), dan likuiditas berpengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama) terhadap kinerja keuangan bank umum syariah yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA).
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006: 88). Hasil uji statistik t ini dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9 : Hasil Uji Statistik t Coefficientsa Model
1
(Constant)
Unstandardized Coefficients B Std. Error 11.450 4.587
ln_size modal kap liq a. Dependent Variable: roa
.797 .059 -.252 -.038
.226 .100 .110 .012
Standardized Coefficients Beta
.529 .080 -.320 -.397
t 2.496
Sig. .016
3.525 .592 -2.285 -3.200
.001 .556 .026 .002
Sumber: Data diolah
Vol. 3 No. 1 September 2013
Hal - 77
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
Berdasarkan hasil uji statistik t di atas, dapat diketahui arah dari koefisien beta regresi dan signifikansinya. Terlihat bahwa variabel ukuran perusahaan (LnSIZE), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), dan likuiditas (LIQ) terbukti berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Hanya variabel modal yang terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets (ROA) dengan signifikansi 0.556. Berikut ini dijelaskan hasil perhitungan uji t masing-masing variabel: Hipotesis pertama mengenai variabel ukuran perusahaan (LnSize), diketahui bahwa nilai beta Standardized Coefficient sebesar 0,529 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ROA. Hasil yang positif ini menunjukkan bahwa peningkatan ukuran perusahaan akan meningkatkan kinerja keuangan Bank Umum Syariah (BUS) yang diproksi dengan ROA. Nilai signifikansi variabel ukuran perusahaan adalah 0,001, dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ukuran perusahaan (Ln_Size) terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif dan signifikan terhadap ROA, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1) diterima. Hipotesis kedua mengenai variabel kecukupan modal, diketahui bahwa nilai beta Standardized Coefficient sebesar 0,080 menunjukkan bahwa kecukupan modal yang diproksi dengan CapitalAdequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap ROA. Hasil yang positif ini menunjukkan bahwa peningkatan modal akan meningkatkan kinerja keuangan Bank Umum Syariah (BUS) yang diproksi dengan ROA. Nilai signifikansi variabel modal adalah 0,556, dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel modal terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa kecukupan modal berhubungan positif, tetapi tidak signifikan terhadap ROA, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua (H2) ditolak.
Hal - 78
Hipotesis ketiga mengenai variabel Kualitas Aktiva Produktif (KAP), diketahui bahwa nilai beta Standardized Coefficient sebesar -0,320 menunjukkan bahwa KAP berpengaruh negatif terhadap ROA. Hasil yang negatif ini menunjukkan bahwa peningkatan KAP akan menurunkan kinerja keuangan Bank Umum Syariah yang diproksikan dengan ROA. Nilai signifikan variabel KAP adalah 0,026, dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa KAP berhubungan negatif dan signifikan terhadap ROA, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesisketiga (H3) diterima. Hipotesis keempat mengenai variabel likuiditas (LIQ), diketahui bahwa nilai beta Standardized Coefficient sebesar -0,397 menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap ROA. Hasil yang negatif ini menunjukkan bahwa peningkatan likuiditas akan menurunkan kinerja keuangan perusahaan perbankan syariah yang diproksikan dengan ROA. Nilai signifikan variabel likuiditas adalah 0,002, dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel likuiditas terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa likuiditas terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROA, namun berbeda arah dengan hipotesis yang diajukan yaitu negatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesiskeempat (H4) ditolak. Pembahasan Hasil Pengujian Statistik Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan terhadap ROA Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Riska Arini (2009), bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas bank karena bank yang lebih besar dapat bekerja secara lebih efisien. Semakin besar total aktiva suatu perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba.
Vol. 3 No. 1 September 2013
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
Pengaruh Variabel terhadap ROA
Kecukupan
Modal
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa variabel kecukupan modal yang diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan Wisnu Mawardi (2005), Prasnanugraha (2007), yang menunjukkan bahwa modal yang diproksi dengan CAR berpengaruh terhadap ROA yang merupakan proksi dari kinerja keuangan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya kecukupan modal bank (CAR) belum tentu menyebabkan besar kecilnya keuntungan bank. Bank yang memiliki modal besar namun tidak dapat menggunakan modalnya itu secara efektif untuk menghasilkan laba, maka modal yang besar pun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas bank. Tidak berpengaruhnya modal terhadap ROA dapat disebabkan karena bank-bank yang beroperasi pada tahun tersebut tidak mengoptimalkan modal yang ada. Hal ini terjadi karena peraturan Bank Indonesia yang mensyaratkan CAR minimal sebesar 8% mengakibatkan bank-bank selalu berusaha menjaga agar CAR yang dimiliki sesuai dengan ketentuan. Namun bank cenderung menjaga CAR-nya tidak lebih dari 8%. Menurut Mawardi (2005: 91), jika CAR lebih dari 8%, maka ini berarti idle money atau bahkan pemborosan, karena sebenarnya modal utama bank adalah kepercayaan, sedangkan CAR 8% hanya dimaksudkan Bank Indonesia untuk menyesuaikan kondisi dengan perbankan internasional sesuai BIS (Bank for International Settlements). Jadi, secara realitas bisnis bank yang profitable tidak hanya sekedar memiliki CAR 8%, namun yang lebih penting ada kepercayaan masyarakat (Wisnu Mawardi, 2005: 91). Pengaruh Variabel Kualitas Produktif (KAP) terhadap ROA
Aktiva
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kualitas aktiva produktif (KAP) berpengaruh negatif terhadap
Vol. 3 No. 1 September 2013
ROA. Hal tersebut mendukung hipotesis yang diajukan dan konsisten dengan hasil penelitian Riska Arini (2009). Peningkatan ataupun penurunan PPAP selama periode penelitian mempengaruhi kenaikan atau penurunan ROA secara negatif signifikan. Semakin rendah PPAP yang dicapai oleh bank menunjukkan kinerja bank semakin baik.Pembentukan PPAP merupakan salah satu upaya untuk membentuk cadangan dari kemungkinan tidak tertagihnya penempatan dana, sehingga PPAP merupakan beban bagi bank. Semakin besar PPAP menunjukkan kinerja dari aktiva produktif semakin menurun sehingga berakibat menurunkan ROA. Semakin besar PPAP maka semakin buruk aktiva produktif bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar (Herdiningtyas, 2005: 13). Adanya pencadangan yang semakin tinggi, mengindikasikan bahwa aktiva produktif yang dimiliki bank banyak yang memiliki kolektibilitas dalam perhatian khusus sampai dengan macet. Hal tersebut mengindikasikan bank kurang berhati-hati dalam menyalurkan dananya sebagai pembiayaan. Semakin besar nilai yang ditunjukkan oleh variabel KAP, maka semakin besar pula bank harus mencadangkan keuntungan yang diperoleh untuk aktiva ini, sehingga laba bersih yang diperoleh bank akan semakin kecil. Adanya dana cadangan ini dapat mengakibatkan bank kekurangan likuiditas dan kehilangan kesempatan berinvestasi. Kekurangan likuiditas dapat mengakibatkan masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap bank. Hilangnya kesempatan berinvestasi dalam bentuk pembiayaan mengakibatkan pendapatan potensial bank pun berkurang. Pengaruh Variabel Likuiditas terhadap ROA Menurut analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh adalah adanya hubungan yang negatif signifikan antara likuiditas dengan ROA. Pengaruh likuiditas yang berhubungan negatif signifikan dengan ROA juga ditemukan oleh Hesti Werdaningtyas (2002). Hasil regresi ditemukan bahwa likuiditas yang
Hal - 79
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
diproksi dengan Financingto Deposit Ratio (FDR), menunjukkan seberapa besar dana bank dilepas untuk pembiayaan berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Menurut Werdaningtyas (2002: 37), semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tidak likuid bank tersebut, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan profitabilitas. Makin tidak likuid suatu bank makin besar risiko likuiditas yang ditanggung bank, sehingga terdapat risiko tidak tersedianya aktiva likuid untuk memenuhi kewajiban segera pada nasabah. Hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dapat menyebabkan penarikan dana yang berdampak pada makin rendahnya likuiditas bank yang pada akhirnya menyebabkan penurunan likuiditas (Werdaningtyas, 2002: 37).
7.
Berdasarkan latar belakang, landasan teori, analisis data, dan hasil pengujian yang dilakukan terhadap hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama (H1) diketahui bahwa secaraparsial, variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikanterhadap kinerja keuangan bank yang diproksi dengan ROA dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 (kurang dari alpha 0,05) dan nilai koefisien beta sebesar 0.529. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ukuranperusahaan akan berdampak meningkatnya kinerja keuangan perusahaanperbankan syariah. 2.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua (H2) diketahui bahwa secaraparsial, variabel kecukupan modal berpengaruh positif namun tidaksignifikan terhadap kinerja keuangan bank yang diproksi dengan ROAdengan nilai signifikansi sebesar 0,556 (lebih dari alpha 0,05) dan nilai koefisien beta sebesar 0,080. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggimodal yang dimiliki bank tidak terbukti mempengaruhi kinerja keuanganperusahaan perbankan syariah.
3.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) diketahui bahwa secaraparsial, variabel Kualitas Aktiva Produktif (KAP) berpengaruh negatif signifikanterhadap kinerja keuangan bank yang diproksi dengan ROA dengan nilaisignifikansi sebesar 0,026 (kurang dari alpha 0,05) dan nilai koefisien betasebesar 0,320. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Kualitas AktivaProduktif (KAP) akan berdampak menurunnya kinerja keuangan perusahaanperbankan syariah.
4.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis keempat (H4) diketahui bahwasecara parsial, variabel likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadapkinerja keuangan bank yang diproksi dengan ROA dengan nilai signifikansi sebesar 0,002 (kurang dari alpha 0,05) dan nilai koefisien beta sebesar -0,397.
Likuiditas yang berarah negatif ini lebih dikarenakan risiko bagi hasil (dari pembiayaan yang diberikan) yang harus ditanggung pihak bank menjadi tambah besar, sehingga mengakibatkan ROA menurun. Tingkat kemampuan bank dalam menarik dana dari nasabah kreditur rendah dan bank tidak memiliki cadangan dana untuk mengembalikan dana nasabah penabung. Menurut Widayani (2003: 69), kondisi likuiditas bank yang rendah menunjukkan bahwa bank lebih banyak menempatkan dananya pada Bank Indonesia dan pada bank-bank lain serta melakukan penanaman dana dalam bentuk surat berharga. Untuk bank syariah lebih banyak menanamkan dananya dalam bentuk sukuk (surat berharga syariah) maupun sertifikat wadiah. Rendahnya likuiditas dibalik penempatan dana yang dilakukan, berdampak pada tertundanya rencana ekspansi kredit. Hal ini dilakukan karena bank mempertimbangkan risiko kredit sehingga berdampak pula pada rendahnya rentabilitas bank sekalipun likuiditasnya pada posisi aman.Selain likuiditas terdapat faktor lain yang tidak kalah penting. Bank dalam melakukan usahanya dituntut untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian profitabilitas yang wajar, serta pemenuhan kebutuhan modal yang memadai.
Hal - 80
KESIMPULAN
Vol. 3 No. 1 September 2013
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi likuiditas akanberdampak menurunnya kinerja keuangan perusahaan perbankan syariah. 5.
6.
NilaiAdjusted R Square sebesar 0,162 menunjukkan 16% variabeldependen, yaitu kinerja keuangan yang diproksi dengan rasio ROA dapatdijelaskan oleh keempat variabel independen yaitu ukuran perusahaan,kecukupan modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan likuiditas, sedangkan sisanya sebesar 84% (100%-16%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luarmodel regresi yang dianalisis. Berdasarkan hasil pengujian statistik, dari ketiga variabel yang secaraparsial memiliki pengaruh yang signifikan, ukuran perusahaan memilikipengaruh paling tinggi terhadap ROA, terbukti dari nilai Beta dari variabelukuran perusahaan menunjukkan angka yang paling besar dibanding Kualitas Aktiva Produktif dan likuiditas yaitu sebesar 0,529.
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3]
Abdullah, Achmad, dan Suryanto, Kusumo, 2004, “Analisis Rasio KeuanganSebagai Indikator Dalam Memprediksi Kebangkrutan Perbankan di Indonesia, MediaBisnis” Vol. V 1 -Juni 2004 Almilia, Luciana dan Herdaningtyas. 2005. ”Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002”.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2, November 2005. Arini, Riska Irva. 2009. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kualitas Aktiva Produktif, Likuiditas Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah Periode 2005-2008. Skripsi Fakultas EkonomiUniversitas Diponegoro (Dipublikasikan).
Vol. 3 No. 1 September 2013
[4]
Astuti, S. 2003. “Pengaruh Laporan Keuangan Terhadap Peringkat Hutang (BondRating) Studi Empiris pada Perusahaan di Bursa Efek Jakarta”. Wahana,Vol. 6, No. 2, pp. 105-112.
[5]
Bank Indonesia, 2012. Statistik Perbankan Syariah, Juni 2012, Jakarta: Bank Indonesia. http://www.bi.go.id./biweb/
[6]
Bank Indonesia. 2011. Statistik Perbankan Syariah, Desember 2011. Jakarta: Bank Indonesia. http://www.bi.go.id./biweb/
[7]
Baridwan, Z. dan Zuhrotun. 2005. ”Pengaruh Pengumuman Peringkat TerhadapKinerja Obligasi”. Simposium Nasional Akuntansi VIII, September: 1516,Solo.
[8]
Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
[9]
Desfian, Basran. 2005. Analisis Faktorfaktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja BankUmum Di Indonesia Tahun 2001-2003. Tesis Program Pasca Sarjana Magister ManajemenUniversitas Diponegoro (tidak dipublikasikan).
[10] Dietrich, Andreas and Gabrielle Wanzenried. 2009. What Determines TheProfitabilityof Commercial Banks? New Evidence From Switzerland.http://www.fmpm.org/docs/12th /papers_2009_web/D1b.pdf. [11] Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. [12] Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. [13] Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers.
Hal - 81
Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP
[14] Kusumo, Yunanto Adi. 2008. “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007 (dengan pendekatan PBI No.9/1/PBI/2007)”. JurnalEkonomi IslamLarangan Riba, Vol.II, No 1, Hal: 109-130, Juli 2008. [15] Kyriaki, Kosmidou, (2008) "The determinants of banks' profits in Greece during the period of EU financial integration", Managerial Finance, Vol. 34 Iss: 3, pp.146–159. http://www.emeraldinsight.com/journals.htm ?articleid=1662841&show=pdf
[21] Sunyoto. 2011. Metode Penelitian Ekonomi Alat Statistik dan Analisis Output Komputer. Yogyakarta: CAPS. [22] Taswan. 2010. Manajemen Perbankan, Konsep, Teknik dan Aplikasi. UPP STIM YKPN: Yogyakarta. [23] Usman, Bashir., 2003.”Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Labapada Bank-Bank di Indonesia”,Media Riset Bisnis & Manajemen, Vol 3,No.1, April, Hal 59-74.
[16] Mabruroh. 2004. “Manfaat Dan Pengaruh Rasio Rasio Keuangan Dalam AnalisisKinerja Keuangan Perbankan”. Benefit, Vol. 8, No. 1, Hal: 37-51.
[24] Werdaningtyas, Hesti. 2002. “Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over Pramerger Di Indonesia”. Jurnal Manajemen Indonesia, Vol. 1, No. 2, Hal: 24-39.
[17] Mawardi, Wisnu. 2005. “Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum Di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Dengan Total Asset Kurang Dari 1 Triliun)”. Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 14, No. 1, Hal: 83-93, Juli 2005.
[25] Widayani, Indri Astuti, 2003, Analisis Faktor-faktor yang MempengaruhiProfitabilitas Perbankan Periode 2000-2002 (Studi Empiris : Bank Umumdi Indonesia), TESIS Program Pascasarjana Magister Manajemen UNDIP(tidak dipublikasikan).
[18] Nugraheni, Fitri dan Hapsoro, Dody.2007, “Pengaruh Rasio Keuangan CAMEL, Tingkat Inflasi, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Jakarta”. Wahana, Vol. 10, No. 2, Hal: 63-80, Agustus 2007.
[26] Wijaya, Tony. 2007. “Kontribusi Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Perbankan Di Bursa Efek Surabaya”. Modus, Vol. 19, No. 2, Hal: 20-34.
[19] Prasnugraha, Ponttie, 2007, Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Empiris Bank-bank Umumyang Beroperasi di Inonesia), Tesis, Universitas Diponegoro, Publikasi [20] Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Hal - 82
Vol. 3 No. 1 September 2013