Nur Hidayat, Dinasti Mamalik Di Mesir
288
DINASTI MAMALIK DI MESIR (SEJARAH EKSISTENSI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KEMAJUAN ISLAM) Nur Hidayat Abstraction: Mamalik dynasty in Islamic history is a fact although many Islamic people forget it. It was happened because the existenic of Mamalik in Mesir was wot or popular as Umayyah,Abbasiyah, or Usmani. Howener, it gave many contribution for Islamic development. Dhat Dynasty was able to protect ist government from Mongol nation. This article will discuss about the success that has been done by Mamalik dynasty to Islamic expansion. Kata Kunci: Mamalik, Kontribusi, Kemajuan Islam. A. PENDAHULUAN Dalam sejarah Islam abad pertengahan, Mesir merupakan satu-satunya negeri islam yang dapat bertahan dari serangan bangsa mongol, baik yang dilakukan oleh Hulagu Khan maupun Timur Lenk. Pada masa itu, mesir di bawah pimpinan Mamalik. Karena negeri ini terhindar dari kehancuran, maka persambungan perkembangan peradaban dengan masa klasik relative terlihat. Meskipun demikian, kemajuan yang dicapai dinasti ini, masih di bawah prestasi yang pernah dicapai oleh umat islam pada masa klasik. Dinasti Mamalik, sepanjang sejarahnya banyak menghadapi berbagai pertempuran besar. Selama 60 tahun sejak tahun 1260 M. Orang-orang mamluk Mesir dan Syiria terlibat dengan peperangan dengan dinasti Ilhan atau biasa di sebut dengan bangsa Mongol (Morgan, 1996 : 1). Diantara pertempuran tersebut adalah pertempuran Ayn Jalut melawan tentara Mongol. Di sisi lain, dinasti Mamalik juga harus menghadapi tentara salib yang senantiasa berusaha untuk menduduki daerah Islam. Dinasti Mamalik berhasil menguasai satu dari sekian daerah yang di kuasai oleh bangsa lain yang senantiasa bergejolak. Dinasti tersebut dapat bertahan selama dua abad lebih (1250-1517) yang terbagi pada dua periode kekuasaan, yaitu Mamluk Bahri dan Mamluk Burji, pada periode pertama (Mamluk Bahri) 288
Nur Hidayat, Dinasti Mamalik Di Mesir
289
inilah banyak kemajuan yang dicapai oleh umat Islam masa itu. Akan tetapi, setelah Mamluk Burji berkuasa, dinasti tersebut berakhir setelah eksis selama dua abad lebih. B. PEMBAHASAN 1. Sejarah Berdirinya Dinasti Mamalik Mamalik adalah bentuk jama’ dari mamluk yang berasal dari bahasa Arab yang berarti budak. Dinasti ini memang yang mendirikannya adalah para budak yang berasal dari Kaukasus. Yaitu daerah pegunungan yang terletak di perbatasan Rusia dan Turki.mereka di bawa ke Bagdad dan Mesir untuk di beri pendidikan militer dan di jadikan pengawal sultan karena mereka terkenal gagah dan kuat fisiknya. Dalam dinas kemiliteran, kaum Mamalik diberi kebebasan oleh sultan sehingga kedudukan mereka meningkat, di antaranya ada yang mencapai jabatan tertinggi yaitu Wazir pada saat itu. Menurut pendapat Badri Yatim, kaum Mamalik pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan pada masa dinasti Ayyubiyah. Mereka dijadikan budak kemudian didididik dan dijadikan tentara. (Yatim, 1997: 124). Pada saat khalifah terakhir dari dinasti Ayyubiyyah yaitu Al-Malik Al-Salih, mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa penguasa inilah mereka mendapat hak-hak istimewa, baik dalam karir ketentaraan maupun dalam imbalan yang berhubungan dengan materi. Kaum Mamalik di tempatkan di daerah khusus yaitu Raudhah dekat sungai nil iii untuk menjalani latihan militer dan keagamaan. Karena itulah mereka disebut Mamluk Bahri (laut). Saingan mereka adalah tentara yang berasal dari suku Kurdi. Pada saat sultan Al-Malik Al-Salih meninggal dunia, istrinya yang bernama Syajarah Al-Durr memanggil putra rajaiii yang bernama Tauran Syah untuk menyelamatkan kerejaan dari kaum Salibiv. Ketika Tauran syah datang menghadap serta berhasil menyelamatkan negara dari pasukan Salib, Tauran Syah berusaha untuk berkuasa. Akan tetapi, Syajarah Al-Durr – dalam sejarah kerajaan islam ia adalah wanita pertama yang menjadi pemimpin – mengatur strategi untuk membunuhnya. Akhirnya, dengan adanya bantuan dari orang-orang Mamluk ia
Nur Hidayat, Dinasti Mamalik Di Mesir
290
berhasil menjadi ratu di Mesir. Kaum Mamluk memilih tokoh mereka yang bernama Izzuddin Aybak untuk membantu Syajarah Al-Durr dalam mengatur pemerintahannya di Mesir. Persoalannya semakin berkembang, Syajarah Al-Durr kemudian menikah dengan pembantunya tersebut. Akan tetapi tidak beberapa lama setelah itu, Aybak membunuh Syajarah Al-Durr dan mengambil alih pemerintahanv. Demikianlah sejarah peralihan dari dinasti Ayyubiyyah kepada dinasti Mamalik. Akan tetapi sejarah mengatakan bahwa Syajarah A-Durr di anggap sebagai awal mula sejarah Dinasti Mamalik (‘Uwais, 1994: 109). Pada saat kendali pemerintahan di pegang oleh Aybak, ia mengangkat seorang keturunan Ayyubiyah sebagai sultan “Syari” (formal) di samping dirinyalah yang bertindak sebagai penguasa yang sebenarnya. Akan tetapi, malang bagi sultan formal yang bernama Musa tersebut karena akhirnya ia dibunuh oleh Aybak juga sebagaimana ia membunuh Syajarah Al-Durr. Aybak memegang kendali pemerintahan selama tujuh tahun (1250-1257). Setelah meninggal dunia ia digantikan oleh anaknya yang bernama Ali. Ali masih sangat muda usianya, lalu ia mengundurkan diri pada tahun 1259 M. dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz. Setelah Qutuz naik tahta, seorang tokoh Mamluk yang lain bernama Baybars kembali dari pengasingannya di Syiria dan menjadi mitra Qutuz dalam memimpin kerajaan. 2. Sistim Pemerintahan Dinasti Mamalik Dalam sejarah dinasti Mamalik, kaum Mamluk terbagi kepada dua kelompok yaitu Mamluk Bahriah dan Mamluk Burjiahvi. Mamluk Bahriah berkuasa pada periode pertama, yaitu sejak berdirinya tahun 1250 M. sampai sekitar tahun 1389 M. Dengan penguasa terakhir Hajji II. Sedangkan pada periode kedua, dinasti Mamalik dikuasai oleh kelompok Mamluk Burjiah yaitu sejak berkuasanya Burquq tahun 1389 M. sampai kerajaan ini di kuasai dan dikalahkan oleh kerajaan Usmani tahun1517 M. di luar kota Kairo (Hiiti, 1970:704). Dinasti Mamalik dalam sejarah islam telah membawa nuansa baru yang belum pernah ada sebelumnya. Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali pada waktu yang singkat ketika Quwalun yang memerintah 1280-1290 M. merapkan pergantian sultan secara turun temurun. Anak Quwalun berkuasa hanya
Nur Hidayat, Dinasti Mamalik Di Mesir
291
sekitar empat tahun karena kekuasannya dapat direbut oleh kitbuga ( 1295-1297). Dengan
adanya
sitem
oligarki
dalam
pemerintahan
ini,
telah
banyak
mendatangkan kemajuan di Mesir. Kedudukan seorang Amir sangat penting dan oleh karena itu para Amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka merupakan kandidat sultan. Kemenangan kaum Mamluk Bahriah atas tentara mongol di Ayn Jalut menjadi modal besar untuk menguasai daerah-daerah sekitarnya. Banyak dinasti kecil yang menyatakan setia kepada dinasti ini. Disamping itu, untuk memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan Islam lainya, Baybars membai’at keturunan Abbas yang berhasil meloloskan diri dari pasukan mongol, Al-Mustanshir sebagai khalifah. Dengan demikian, khalifah Abbasiyah yang berpusat di Baghdad dan telah di hancurkan oleh Mongol, berhasil “dipindahkan” ke Mesir oleh dinasti Mamalik. Di sisi lain, Baybars dapat melumpuhkan kekuatan lain yang dapat mengancamnya, seperti pasukan salib di sepanjang laut tengah, pegunungan Syiria dan Cyrenia serta kapal-kapal Mongol di daerah Anatolia (Hitti, 1970: 676). Di bidang ekonomi, dinasti Mamalik membuka hubungan dengan Perancis dan Italia melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah dirintis oleh dinasti Fatimiyyah. C. KONTRIBUSI DINASTI MAMALIK TERHADAP KEMAJUAN ISLAM Untuk memudahkakn pembahasan mengenai prestasi kemajuan yang dicapai oleh dinasti Mamalik, akan di bagi kepada dua bagian, yaitu Mamluk Bahri dan Mamluk Burji. 1. Mamluk Bahri Diantara tokoh-tokoh yang paling meninjol dari kalangan Mamluk Bahriah adalah Izzudin Aybak, Baybars, dan Al-Mansur Qowalun (‘Uwais, 1994: 110). Pada masa ini sistim pemerintahan di tata dengan rapi dan profesionalisme militer di tingkatkan, termasuk pembentukan armada Laut sehingga pemerintahan menjadi kokoh. Pada masa Baybars memegang kendali pemerintahan, ia mengembangkan pelabuhan yang menghubungkan antara Kairo dan Damaskus, juga membentuk
Nur Hidayat, Dinasti Mamalik Di Mesir
292
pelayanan pos (barid)vii. Untuk itu, ia menyediakan kuda-kuda yang siap mengirim mengirimkan
surat
pada
setiap
pos.
disamping
itu,
dinasti
ini
juga
menyempurnakan sistem pigeonpos atau penggunaan Merpati sebagai sarananya. Langkah politik yang di tempuh oleh Baybars adalah membai’at AlMustansir, yaitu seorang bangsawan Abbasiyah yang berhasil melarikan diri dari pasukan Mongol untuk di jadikan Khalifah boneka, sedangkan pada hakikatnya yang berkuasa adalah Baybars sendiri. Dalam rangka membendung bahaya dari Mongol yang senantiasa mengancam, Baybars mendirikan sebuah badan informasi-informasi yang di peroleh oleh badan intelegen tersebut sangat penting untuk menentukan pola pertahanan yang tepat bagi Baybars (Morgan, 1996: 139). Pada bidang politik lainya, prestasi yang telah dicapai dinasti Mamalik adalah bahwa mereka mampu mengusir para pasukan bekas Salib yang sewaktuwaktu dapat membahayakan eksitensi dinasti Mamalik, terutama di daerah pantai laut tengah. Setelah Baybars meniggal dunia, dinasti Mamalik masih melanjutkan pembangunannya, yang paling terkenal diantaranya adalah pembangunan rumah sakit yang di hubungkan dengan sekolah, masjid dan museum. Rumah sakit tersebut mempekerjakan laki-laki dan perempuan (Hitti, 1970: 679). Dalam bidang ilmu pengetahuan, Mesir di jadikan pelarian ilmuwanilmuwan asal Baghdad dari serangan pasukan Mongol. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika dan ilmu-ilmu agama. Pada bidang teologi, kita mengenal seorang yang sangat mumpuni di sana, yaitu Ibnu Taymiah. Ia merupakan pemikir reformis dalam Islam, juga Al-Suyuthi yang banyak menguasai Ilmu-ilmu keagamaan, dan Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam ilmu Hadits, serta yang lain-lainya. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar seperti Ibnu Khalikan, Ibnu Taghribardi, dan Ibnu Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir Al-Din Al-Tusi. Di bidang matematika juga di kenal seorang yang mumpuni yang bernama Abu Al-Faraj Al-‘Ibri. Dalam bidang kedokteran Abu Hasan Al-Nafis, penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abdul Mun’im
Nur Hidayat, Dinasti Mamalik Di Mesir
293
Al-Dimyati seorang dokter hewan, dan Al-Razi, perintis psykoterphi. Dalam bidang opthamologi dikenal nama Salah Al-Din ibn Yusuf. Dinasti Mamalik juga banyak mengalami kemajuan di bidang arsitektur. Banyak arsitek yang di datangkan dari luar ke Mesir untuk membangun sekolahsekolah dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah rumah sakit dan museum, perpustakaan, villavilla, kubah dan menara masjid. 2. Mamluk Burji Dalam catatan sejarah, ketika Mamluk Burji berkuasa menggantikan Mamluk Bahri, hampir tidak ada prestasi kemajuan yang di capai. Seluruh pemimpin Mamluk Burji adalah orang-orang dari Sirkasiah kecuali Timurbugha dan Khushqadam. Pada periode Mamluk Burji penguasa yang paling suksess mengukir prestasi adalah Al-Asyraf Saif Al-Din Qa’it Bay yang di kenal dengan sebutan Qa’it Bay (1468 sampai 1495). Kemajuan yang di capai pada masa ini adalah ia telah mendirikan bangunan-bangunan megah yang memiliki nilai arsitektur sangat tinggi. Meskipun demikian, gambaran umum mengatakan bahwa pada saat Mamluk Burji memegang kendali pemerintahan, sedikit-demi sedikit dinasti Mamalik mengalami kemunduran. Banyak penguasanya yang bermoral rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan. Kemewahan dan kebiasaan berfoya-foya di kalangan penguasa tersebut menyebabkan pajak di naikan. Sebagai akibatnya, semangat kerja rakyatnya jadi menurun dan perekonomian negara menjadi tidak stabil lagi. Di samping itu, di temukannya tanjung Harapan oleh Orang Eropa pada tahun 1498 M. menyebabkan jalur perdagangan Asia-Eropa melalui Mesir menurun fungsinya (Hitti, 1970: 283-286). D. KERUNTUHAN DINASTI MAMALIK Sudah menjadi sunnatullah bahwa tidak ada sesuatu apapun yang kekal di dunia ini. Tidak ada gading yang tidak akan yang retak, tidak ada karang yang tidak akan pecah, dan tidak akan ada pesta yang tidak usai.
Nur Hidayat, Dinasti Mamalik Di Mesir
294
Demikian juga dengan keberadaan dinasti Mamalik di Mesir ini. dinasti yang telah banyak memberikan masukan ilmu pengetahuan baik yang sempat tercatat dalam sejarah ataupun belum tercatat, lama-kelamaan mengalami kehancuran. Dinasti yang dapat berdiri selama dua abad lebih dan bahkan mampu menangkis serangan bangsa Mongol yang terkenal akan kedigdayaannya, mampu menghancurkan sisa-sisa pasukan salib, akhirnya harus berakhir dari Mesir. Adapun factor-faktor yang paling dominan dalam rangka menyumbangkan benih kehancuran
adalah pola kehidupan para penguasa dinasti Mamalik yang
kurang baik. Sebagaimana telah di singgung sebelumnya, para penguasa senang hidup berfoya-foya, berlaku korupsi dan sering memeras rakyat. Kelaparan menjadi pemandangan sehari-hari, dan timbulnya wabah penyakit pes serta kekeringan juga ikut menghancurkan tatanan kehidupan. Di pihak lain, dinasti Mamalik harus menghadapi kerajaan usmani yang baru muncul. Kerajaan inilah yang akhirnya membumihanguskan Mamalik. Dinasti Mamalik menderita kekalahan melawan pasukan Usmani dalam pertempuran yang sangat menantukan di luar kota Kairo tahun 1517 M. sejak itu wilayah Mesir berada di bawah kekuasaan Usmani sebagai salah satu propinsinya. E. PENUTUP Melihat begitu kuatnya pada awal pembentukannya dinasti Mamalik serta prestasinya mengalahkan tentara Mongol dan pasukan Salib, penulis berpendapat mengenai sebab-sebab hancurnya dinasti Mamalik tersebut, adalah lebih banyak disebabkan oleh faktor internal. Terutama setelah kekuasaan di bawah pengaruh orang-orang yang tidak benar dan selalu bermewah-mewahan saja, hingga banyak menimbulkan korupsi dan hal lainnya yang dapat merusak. Meskipun
demikian,
factor
eksternal
ikut
memberikan
andil
menghancurkan dinasti Mamalik tersebut. Hal ini terutama setelah masuknya orang-orang Usmani menuju Mesir dan menaklukan daerah tersebut mengakhiri kekuasaan Mamalik Tahun 1517 (Syalabi, 1972: 241). Penulis: Nur Hidayat, M.Ag adalah Dosen STAIN dpk pada Universitas Bengkulu
Nur Hidayat, Dinasti Mamalik Di Mesir
295
DAFTAR PUSTAKA Al-Iskandary, Umar dan A. J Safidz. 1996. Tarikh Misr Ila Al-Fath Al-Usmani. Kairo : Madbuly. Brockelmann, Carl. 1980. History of The Islamic Peoples. London : Routledge & Kegan Paul. Hitty. Philip. K. 1970. History of The Arabs. London : Princeton University Press. Humphreys, R. Stephen. 1995. Islamic History. London : Press.
Princeton University
Morgan, David (Ed.). 1996. Mongols and Mamluks. New York : Cambridge University Press. Sou’yb, Joesoef. 1978. Sejarah Abbasiyah. Jilid III. Jakarta : Bulan Bintang. Sudjiman, Panuti dan Dendi Sugiono. 1998. Petunjuk penulisan Karya Ilmiah. Jakarta : Kelompok 24 Pengajar Bahasa Indonesia. Syalaby, Ahmad, 1972. Mausu’ah Al-Tarikh Al-Islami Wa Al-Hadrah AlIslamiyyah. Al-Qahirah: Maktabah Al-Nahdhah. ‘Uwais, Abdul Halim. 1994. Sejarah Runtuhnya Daulat-Daulat Islam. Solo : Cv. Pustaka Mantiq. Yatim, Badri. 1997. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. i ii
Banyak orang Arab yang menyebut sungai nil dengan sebutan bahru nil bukan nahru nil. Ia berasal dari permaisuri yang lain. iv Pada saat itu Mesir sedang bertempur melawan Louis IX yang mengirimkan pasukannya ke Dimyath dan Al-Mansuriah hingga terjadi peperangan. v Dalam sejarah lain Syajarah Al-Durr mengundurkan diri. vi Di sebut Mamluk Bahriah karena mereka mendapat pendidikan didekat sungai Nil, dan disebut Mamluk Burjiah karena mereka berada di benteng-benteng. vii Bentuk pelayanan pos di sini tidak bias di pahami sebagai sistim pos modern. iii