PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP RESISTANSI BAHAN KONDUKTOR Al, Cu dan SEMIKONDUKTOR LAPISAN TIPIS Pb(Se,Te), CdTe HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK EVAPORASI TERMAL THE EFFECT OF THE TEMPERATURE HEATING TO THE RESISTANCE VALUE ON THE Al, Cu and SEMICONDUCTOR MATERIAL Pb (Se,Te), CdTe THIN LAYER PREPARED BY THERMAL EVAPORATION TECHNIQUE Nur hidayat dan Ariswan Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
Email:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap nilai resistansi dari alumunium, tembaga dan bahan semikonduktor Pb(Se,Te), CdTe. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Data yang diperoleh merupakan hubungan antara suhu dan nilai resistansi sampel. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan software origin 6.1 untuk mendapatkan bentuk grafik hubungan temperatur terhadap nilai resistansi untuk tiap-tiap sampel uji. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan nilai resistansi pada bahan semikonduktor yang diformulasikan menurut persamaan berikut ini. Untuk bahan PbSe 𝑅(𝑡) = (176,34 + 8418,54 e − t / 7 ,34 ) Ω, bahan PbTe 𝑅(𝑡) = (9,61 + 75,34 e − t / 13,92 ) Ω, dan bahan CdTe 𝑅(𝑡) = (0,61 + 6,84 e − t / 34, 68 ) Ω. Untuk bahan konduktor terdapat kenaikan nilai resistansi yang diformulasikan menurut persamaan berikut ini. Untuk alumunium 𝑅(𝑡) = (2,21 + 0,09t) Ω, untuk tembaga 𝑅(𝑡) = (-0,74 + 0,03t) Ω, dengan batas suhu terendah sebesar 30oC Kata Kunci : Resistansi, Semikonduktor, Konduktor. Abstract This research aims to observe the temperature effect of the resistance value of the thin layer Pb(Se,Te), CdTe semiconductors, and Al, Cu metal. This research using experiment method, where the result of data are relation between the temperature and the trial sample resistance. Then we analysis the data result using origin 6.1 for finding the shape of the relations chart for each trial sample. The result of this research shows that there was a decrease of the resistance value that affected by increasing of the temperature on the surface of thin layer semiconductor which formulated into following equations. For PbSe 𝑅(𝑡) = (176.34 + 8418.54 e − t / 7.34 ) Ω, PbTe 𝑅(𝑡) = (9.61 + 75.34 e − t / 13.92 ) Ω, and CdTe 𝑅(𝑡) = (0.61 + 6.84 e − t / 34.68 ) Ω. And for Al, Cu there was increase of the resistance value which formulated into following equations. 𝐹𝑜𝑟 𝑎𝑙𝑢𝑚𝑢𝑛𝑖𝑢𝑚 𝑅(𝑡) = (-2.21 + 0.09t) Ω. for copper 𝑅(𝑡) = (-0.74 + 0.03t) Ω, with the lowest temperature is 30oC. Keywords : Resistance, Semiconductor, Conductor.
1
energi terlarang dan berpindah menuju pita
PENDAHULUAN Semikonduktor yang
konduktivitas
merupakan
bahan
listriknya
terletak
konduksi sebagai elektron bebas. Akibat adanya
peristiwa
perpindahan
atau
antara konduktor dan isolator, atau bahan
generasi elektron tersebut maka pada saat
yang memiliki resistivitas antara (10-2 –
ini pita konduksi akan ditempati oleh lebih
104) Ωm. Contoh bahan semikonduktor
banyak elektron, sedangkan pada pita
adalah germanium, silikon, karbon, dan
valensi akan meninggalkan kekosongan
selenium.
yang ditinggalkan oleh elektron yang
Semikonduktor
mempunyai
struktur pita energi yang sama dengan
disebut
dengan
isolator, hanya saja celah energi terlarang
Terbentuknya hole (lubang) pada pita
atau energi gap (Eg) pada semikonduktor
valensi dan elektron yang hampir bebas
jauh lebih kecil dari pada isolator. Pada
inilah
suhu 0 K, bahan semikonduktor akan
penghantar arus listrik, dimana elektron
berlaku sebagai isolator dengan pita
tetap berperan sebagai pembawa muatan
valensinya terisi penuh dan pita konduksi
negatif dan hole tetap berperan sebagai
kosong. Pada temperatur di atas 0 K,
pembawa muatan positif [2].
yang
hole
akan
Terdapat
energi termal tersebut dapat menyebabkan
atau
berperan
banyak
lubang.
sebagai
material
valensi
semikondukor yang berasal dari paduan
dengan
beberapa unsur. Unsur semikonduktor
meninggalkan hole di pita valensi, dengan
yang biasa digunakan dalam pembuatan
demikian
paduan semikonduktor umumnya berasal
elektron
berpindah
dari
menuju
ke
konduksi
pita
pada
semikonduktor
keadaan bersifat
pita
seperti
ini
dari unsur atom
konduktor.
trivalent (berelektron
Keadaan yang demikian terjadi karena
valensi tiga) adapun unsur lain yang sering
jarak kedua pita tersebut dipisahkan oleh
dipakai
celah energi kecil, yakni dalam rentang
adalah unsur dengan atom pentavalent
antara 0,18 eV - 3,7 Ev [1]. Ketika energi
(berelektron valensi lima). Tingkat energi
termal diberikan secara kontinyu pada
gap semikonduktor sangat dipengaruhi
semikondukor
oleh
maka
elektron-elektron
dalam
paduan
komposisi
semikonduktor
bahan
penyusun
akan mendapatkan energi tambahan yang
semikonduktor tersebut. Seperti misalnya
lebih besar pada pita valensi. Ketika energi
GaAs 1,4 eV, GaSb 0,77 eV, GaP 2,24 eV,
termal sama besar atau bahkan lebih besar
PbSe 0,27 eV, PbTe 0,31 eV, CdTe 1,45
dari pada energi gapnya maka elektron-
eV dan PbS 0,4 eV. Berdasarkan teorema
elektron tersebut mampu melewati celah
pita
energi
sifat
listrik
bahan
semikonduktor sangat dipengaruhi oleh 2
besarnya energi gap bahan semikonduktor
konduksi dan valensi saling tumpah tindih
dan faktor eksternal berupa temperatur.
akibatnya pita energi konduksi terisi
Oleh karena itu diperlukannya sebuah riset
sebagian
yang
menyelidiki
tumpang-tindih dapat dipandang sebagai
pengaruh energi gap bahan semikonduktor
pelebaran pita. Elektron yang berada pada
dan temperatur terhadap sifat listrk bahan
pita
semikonduktor tersebut. Dalam riset ini
kesempatan lebih luas untuk berpindah
peneliti
sampel
tingkat energi karena adanya tambahan
semikonduktor berupa lapisan tipis PbSe,
tingkat energi dari orbital yang lebih tinggi
CdTe dan PbTe. PbSe (Plumbum Selenide)
[4]. Pada bahan konduktor terdapat faktor
merupakan bahan semikonduktor berwarna
eksternal
hitam kecoklatan yang dibuat dari paduan
terhadap besarnya hambatan penghantar.
dua unsur yaitu Plumbum (Pb) dan
Salah satu faktor eksternal yang sangat
Selenium (Se). CdTe (Cadmium Teluride)
berpengaruh terhadap besar hambatan
merupakan bahan semikonduktor berwarna
penghantar adalah suhu atau temperatur.
kehijauan yang dibuat dari paduan antara
Semakin
dua unsur yaitu cadmium dan telurium.
penghantar,
Bahan
meningkat. Hal ini disebabkan karena
bertujuan
untuk
menggunakan
semikonduktor
CdTe
biasanya
elektron.
yang
Pita
energi
tumpang-tindih
yang
sangat
tinggi nilai
yang
mempunyai
berpengaruh
temperatur
suatu
resistansinya
akan
sering digunakan sebagai komponen dasar
adanya pengaruh
pembuatan sel surya, hal ini dikarenakan
susunan atom-atom bahan. Susunan atom-
bahan tersebut memiliki efisiensi yang
atom ini akan terganggu jika bahan
cukup tinggi, yaitu sekitar 19,5 persen.
dipanaskan. Semakin tinggi temperatur
PbTe (Plumbum Teluride) merupakan
bahan
bahan semikonduktor berwarna cokelat
semakin tidak teratur, sehingga hambatan
kehijauan yang dibuat dari paduan antara
bahan semakin besar. Selain itu dengan
dua unsur yaitu Plumbum dan Telurium.
adanya
PbTe sangat cocok digunakan sebagai
meningkat maka eletron-elektron bebas
bahan detektor infra merah. Di samping
dalam bahan konduktror akan bergetar.
itu, semikonduktor juga sering dipakai
Semakin
sebagai
penghantar, semakin tinggi pula getaran
bahan
optoelektronika seperti
maka
temperatur terhadap
susunan
pengaruh
tinggi
atom-atomnya
temperatur
temperatur
yang
suatu
elektron-elektron bebas dalam penghantar
diode dan LED [3]. Bahan konduktor adalah bahan yang
tersebut. Getaran elektron-elektron bebas
sangat mudah menghantarkan arus listrik.
inilah yang akan menghambat jalannya
Pada bahan konduktor struktur pita energi
muatan 3
listrik
(arus
listrik)
dalam
penghantar
tersebut
informasi
di
penelitian
atas
[5].
Berdasarkan
maka
yang
formulasi dan faktor koefisien suhu untuk
diperlukan
berfungsi
setiap sampel semikonduktor.
untuk
Untuk bahan konduktor analisis grafik
mengetahui pengaruh eksternal berupa
dilakukan dengan menggunakan fungsi
temperatur terhadap konduktivitas bahan
linear sampai diperoleh bentuk grafik
konduktor.
linear resistansi sebagai fungsi temperatur.
Dalam
riset
ini
peneliti dan
Dari grafik tersebut kemudian didapatkan
tembaga sebagai sampel bahan konduktor.
formulasi dan faktor koefisien suhu untuk
Alumunium
setiap
menggunakan
bahan
alumunium
merupakan
bahan
logam
sampel
konduktor.
Langkah
berlambang Al yang berwarna putih
selanjutnya membandingkan formulasi dan
mengkilat dengan nomor atom 13 dan
faktor koefisien suhu untuk setiap sampel
nomor massa 25,992 dan terletak pada
konduktor.
golongan IA dalam sistem periodik unsur.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Tembaga merupakan bahan logam dengan
pengukuran
nilai
resistansi
coklat
sampel semikonduktor PbSe, PbTe dan
keemasan denga nomor atom 29 dan
CdTe serta sampel konduktor alumunium,
nomor
tembaga disajikan dalam Grafik 1 sampai
lambang
Cu
dan
massa
berwarna
63,546
dan
terletak
Grafik 12 ;
adagolongan III B dalam sistem periodik unsur.
B ExpDec1 fit of Data1_B
METODE PENELITIAN
196
Penelitian ini menggunakan metode
194
eksperimen. Setiap sampel semikonduktor
190
konduktor
dipanaskan
dengan
menggunakan heater dari temperatur 30oC –
o
63 C,
kemudian
diukur
Chi^2/DoF = 0.40438 R^2 = 0.98658
192 Resistansi (Ohm)
dan
Data: Data1_B Model: ExpDec1
y0 A1 t1
176.34401 8418.53836 7.35117
±0.69869 ±5088.40512 ±0.74741
188 186 184 182 180
nilai
178
resistansinya untuk setiap kenaikan satu
176 44
46
48
50
52
54
56
58
60
62
64
Suhu (Celcius)
derajat celcius. Selanjutnya analisis grafik menggunakan fungsi eksponensial sampai diperoleh
bentuk
grafik
Grafik 1. Grafik hubungan temperatur vs resistansi
eksponensial
Bahan semikonduktor PbSe sebelum plot-fiting.
resistansi sebagai fungsi temperatur. Dari grafik
tersebut
kemudian
didapatkan
formulasi dan faktor koefisien suhu untuk masing-masing Lankah
sampel
selanjutnya
semikonduktor. membandingkan 4
ExpDec1 fit of Data1_B
ExpDec1 fit of Data1_B 15
196 194
14
Resistansi (kilo ohm)
Resistansi (ohm)
192 190 188 186 184
13
12
11
182 180
10
178
35
40
45
50
55
60
65
Suhu (Celius)
176 44
46
48
50
52
54
56
58
60
62
64
Suhu (Celcius)
Grafik 2. Grafik hubungan temperatur vs resistansi
Grafik 4. Grafik hubungan temperatur vs resistansi
Bahan semikonduktor PbSe setelah plot-fiting.
Bahan semikonduktor PbTe setelah plot-fiting.
Dari Grafik 1 dan 2 terlihat bahwa
Dari Grafik 3 dan 4 terlihat bahwa
formulasi untuk sampel PbSe adalah,
formulasi untuk sampel PbTe adalah,
𝑦 = 𝑦0 + 𝐴𝑒 −𝑥/𝑡 dengan 𝑦0 = 176,34 Ω,
𝑦 = 𝑦0 + 𝐴𝑒 −𝑥/𝑡 dengan 𝑦0 = 9,61 Ω, A
𝑦0 dan A merupakan konstanta sedangkan t
dan A merupakan konstanta sedangkan t
adalah faktor peluruhan resistansi, x adalah
adalah faktor peluruhan resistansi, x adalah
faktor temperatur dan y faktor resistansi.
faktor temperatur dan y faktor resistansi.
= 75,43 Ω, dan t = 13,92 oC, dengan 𝑦0
A = 8418,54 Ω, dan t = 7,35 oC, dengan
B ExpDec1 fit of Data1_B
15 Data: Data1_B Model: ExpDec1 Chi^2/DoF = 0.09852 R^2 = 0.95866 y0 A1 t1
13
9.61511 ±0.60852 75.426 ±50.88806 13.92242 ±3.8816
12
11
10
B ExpDec1 fit of Data1_B
3,6
Data: Data1_B Model: ExpDec1
3,4
Chi^2/DoF = 0.01333 R^2 = 0.96237
3,2 Resistansi (kilo ohm)
Resistansi (kilo ohm)
14
y0 A1 t1
3,0
0.6084 ±0.62118 6.8404 ±0.68148 34.68102 ±11.62942
2,8 2,6 2,4 2,2 2,0
35
40
45
50
55
60
65
1,8
Suhu (Celcius)
1,6 25
30
35
40
45
50
55
60
65
Suhu (Celcius)
Grafik 3. Grafik hubungan temperatur vs resistansi
Grafik 5. Grafik hubungan temperatur vs resistansi
Bahan semikonduktor PbTe sebelum plot-fiting.
Bahan semikonduktor CdTe sebelum plot-fiting.
5
gap pada sampel tersebut, dimana PbSe
ExpDec1 fit of Data1_B 3,6
berenergi gap 0,27 eV, PbTe 0,31 eV dan
3,4
Resistansi (kilo ohm)
3,2
CdTe 1,45 eV.
3,0 2,8
Menurut teorema pita energi di dalam
2,6 2,4
semikonduktor terdapat dua pita yaitu pita
2,2 2,0 1,8
valensi yang terisi penuh atau sebagian
1,6 25
30
35
40
45
50
55
60
65
oleh elektron dan pita konduksi yang
Suhu (Celcius)
hampir
kosong.
Kedua
pita
tersebut
Grafik 6. Grafik hubungan temperatur vs resistansi
terpisahkan oleh celah yang sangat sempit
Bahan semikonduktor CdTe setelah plot-fiting.
atau yang dikenal dengan pita terlarang dengan energi gap yang sangat kecil yaitu
Dari Grafik 5 dan 6 terlihat bahwa formulasi
untuk
sampel
adalah, 𝑦 = 𝑦0 + 𝐴𝑒 −𝑥/𝑡
antara 1-2 eV. Saat elektron berada dicelah
PbTe
antara pita konduksi dan pita valensi,
dengan 𝑦0 =
bagian bawah pita konduksi akan diisi oleh
0,61 Ω, A = 6,84 Ω, dan t = 34,68 oC,
elektron, sedangkan bagian pita valensinya
dengan 𝑦0 dan A merupakan konstanta
akan berlubang.
sedangkan t adalah faktor peluruhan
kedua pita hanya terisi sebagian elektron,
resistansi, x adalah faktor temperatur dan y
dan
faktor resistansi.
dikenakan medan listrik [6].
mengalirkan
arus
apabila
Pada temperatur yang sangat kecil
PbTe PbSe CdTe
6000
akan
Hal ini menyebabkan
yaitu 0 K maka bahan semikonduktor akan
5500 5000
berlaku sebagai bahan isolator dengan pita
Resistansi (ohm)
4500 4000 3500
valensi yang terisi penuh oleh elektron
3000 2500
sedangkan pita konduksinya kosong hal ini
2000 1500 1000
disebabkan
500
pada
temperatur
tersebut
0 0
20
40
60
80
elektron tidak mendapatkan cukup energi
100
Suhu (Celcius)
sehingga elektron sulit berpindah menuju Grafik 7. Grafik gabungan temperatur vs resistansi
pita konduksi meskipun dengan energi gap
Sampel PbSe, PbTe, dan CdTe.
yang kecil. Ketika energi termal diberikan pada
Dari Grafik 7 terlihat bahwa bahan
semikondukor
maka
elektron-
elektron tersebut akan mendapatkan energi
semikonduktor PbSe lebih reaktif terhadap
tambahan pada pita valensi. Ketika energi
peluruhan resistansi disusul oleh PbTe dan
termal sama besar atau bahkan lebih besar
CdTe. Hal ini karena ada perbedaan energi
dari pada energi gapnya maka elektron6
elektron tersebut mampu melewati celah
resistansi
energi terlarang dan berpindah menuju pita
Adanya peningkatan suhu pada bahan
konduksi sebagai elektron bebas. Akibat
tersebut menyebabkan terjadi penurunan
adanya
atau
nilai resitansi secara eksponensial terhadap
generasi elektron tersebut maka pada saat
fungsi temperatur. Menurut Sudaryanto
ini pita konduksi akan ditempati oleh
Sudirham (2013 : 128-130) apabila bahan
elektron sedagkan pada pita valensi akan
semikonduktor tersebut mempunyai energi
meninggalkan
yang
gap yang kecil maka perubahan nilai
ditinggalkan oleh elektron yang disebut
resistansi bahan tersebut akan semakin
dengan hole atau lubang. Terbentuknya
responsif terhadap perubahan temperatur,
hole (lubang) pada pita valensi dan
sebaliknya
elektron pada pita konduksi ini yang
mempunyai energi gap yang besar maka
menyebabkan
perubahan
peristiwa
perpindahan
kekosongan
bahan
semikonduktor
sebagai
fungsi
apabila
resistansi
temperatur.
bahan
tersebut
bahan
tersebut
dimana
semakin tidak responsif. Tingkat respons
pembawa
bahan semikonduktor tersebut dapat dilihat
muatan negatif dan hole berperan sebagai
dari koefisien perubahan resistansi sebagai
pembawa muatan positif . Semakin tinggi
fungsi temperatur tersebut. Semakin kecil
energi
pada
faktor pembagi suhunya, maka semakin
semikonduktor maka akan semakin besar
besar koefisien perubahan resistansinya.
kemungkinan jumlah elektron yang dapat
Semakin
melewati celah energi terlarang, dengan
semakin
demikian maka akan semakin banyak
Berdasarkan
pasangan hole-elektron yang terbentuk.
koefisien peluruhan resistansi untuk bahan
Dengan semakin bertambahnya pasangan
semikonduktor PbSe, PbTe, dan CdTe
hole-elektron tersebut maka akan semakin
berturut-turut
banyak partikel pembawa muatan sehingga
7,35oC 13,92oC dan 34,68oC. Sedangkan
nilai konduktansi bahan semikonduktor
untuk energi gapnya berturut-turut adalah
tersebut
ini
sebagai berikut ; 0,27 eV, 0,31 eV, dan
semikonduktor
1,45. Dari informasi tersebut terlihat
tersebut semakin aktif berperan sebagai
bahwa PbSe memiliki respons penurunan
bahan konduktor [7].
resistansi yang paling besar disusul oleh
berubah
menjadi
konduktor,
elektron
berperan
sebagai
termal
yang
semakin
menyebabkan
diberikan
meningkat,
bahan
hal
besar
koefisiennya
responsif
perubahannya.
perhitungan
adalah
berarti
didapatkan
sebagai
berikut:
Adanya perbedaan nilai energi gap
PbTe dan CdTe. Dengan demikian, dapat
pada bahan semikonduktor menyebabkan
disimpulkan bahwa semakin kecil energi
terjadinya perbedaan tingkat respon nilai
gap suatu bahan semikonduktor maka akan 7
semakin responsif penurunan resistansi
dan B= 0,09 Ω/oC, dengan A dan B adalah
terhadap temperatur, yang mana sudah
konstanta, x adalah faktor temperatur dan y
sesuai dengan teori.
faktor resistansi.
Sementara itu hasil penelitian untuk B BY
4,5
sampel konduktor dapat dilihat pada
Y=A+B*X A=-2,21515 B=0,09382
4,0
Grafik 8-12 berikut ini, Resistansi (ohm)
3,5
B Data1B 1,2
Y=A+B*X A=-0,73756 B=0,02948
Resistansi (ohm)
1,0
3,0 2,5 2,0 1,5 1,0
0,8 0,5 30
0,6
35
40
45
50
55
60
65
Suhu (Celcius)
0,4
Grafik 10. Grafik hubungan temperatur vs
0,2
resistansi tembaga sebelum plot-fiting.
0,0 25
30
35
40
45
50
55
60
65
Suhu (Celcius)
Alumunium 4,5
Grafik 8. Grafik hubungan temperatur vs
4,0 3,5
Linear Fit of Data1_B
Resistansi (ohm)
resistansi alumunium sebelum plot-fiting.
3,0 2,5 2,0 1,5
1,4
1,0
1,2
0,5 0,0 25
Resistansi (ohm)
1,0
30
35
40
45
50
55
60
65
70
Suhu (Celcius) 0,8 0,6
Grafik 11. Grafik hubungan temperatur vs
0,4
resistansi tembaga setelah plot-fiting.
0,2 0,0
Dari Grafik 10 dan 11 terlihat bahwa 20
30
40
50
60
70
Suhu (Celcius)
formulasi untuk sampel tembaga adalah, 𝑦 = 𝐴 + 𝐵𝑋 dengan A = -0,74 Ω dan B=
0,03 Ω/oC, dengan A dan B adalah
Grafik 9. Grafik hubungan temperatur vs resistansi alumunium setelah plot-fiting.
konstanta, x adalah faktor temperatur dan y faktor resistansi.
Dari Grafik 8 dan 9 terlihat bahwa formulasi
untuk
sampel
alumunium
adalah, 𝑦 = 𝐴 + 𝐵𝑋 dengan A = -2,21 Ω
8
misalkan pada bahan tembaga, setiap atom Alumunium Tembaga
4,5
tembaga menyumbangkan 1 elektron bebas
4,0
[8].
3,5
Resistansi (ohm)
3,0
Untuk sampel konduktor peneliti
2,5 2,0
menggunakan bahan logam alumunium
1,5
dan tembaga, hal ini dimaksudkan untuk
1,0 0,5
membandingkan sifat listrik antara bahan
0,0 25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
semikonduktor
Suhu (Celcius)
dan
bahan
konduktor.
Bahan alumunium dan tembaga sendiri dipilih karena keduanya terletak dalam
Grafik 12. Grafik gabungan temperatur vs
golongan sistem periodik yang berbeda,
resistansi sampel alumunium dan tembaga
yang mana alumunium terletak pada Bahan konduktor adalah bahan yang
golongan IIIA, sedangkan tembaga terletak
sangat mudah menghantarkan arus listrik.
pada golongan IB.
Pada bahan konduktor struktur pita energi
Pada data yang tersaji dalam grafik,
konduksi dan valensi hampir tidak ada
diketahui
energi gap, sehingga elektron dapat secara
mempunyai koefisien kenaikan resistansi
leluasa bergerak menuju tingkat energi
sebesar 0,03 ohm per derajat celcius,
yang lebih tinggi, akibatnya pada pita
sedangkan untuk logam alumunium adalah
konduksi
akan
0,09
elektron.
Rapatnya
memudahkan
terisi
elektron
oleh tingkat
sebagian energi
berpindah
ohm
bahwa
bahan
per derajat
tembaga,
celcius.
Dari
informasi tersebut dapat dipastikan bahwa
ke
nilai resistansi logam alumunium lebih
tingkat energi yang lebih tinggi dengan
mudah berubah terhadap pengaruh suhu.
hanya sedikit tambahan energi, misalnya
Hal ini karena logam alumunium lebih
dari medan listrik. Inilah yang terjadi pada
konduktif sehingga lebih mudah menyerap
metal oleh karena itu metal memiliki
panas
konduktivitas listrik yang tinggi. Pengisian
tembaga,
elektron pada tingkat-tingkat energi dalam
perubahan nilai resistansi menjadi lebih
atom dimulai dari tingkat energi paling
responsif.
dibandingkan akibatnya
dengan respon
logam terhadap
rendah. Pada konduktor yang baik, jumlah
Seperti yang telah dijelaskan pada
elektron-elektron bebas, yaitu elektron-
halaman sebelumnya bahwa terjadinya
elektron yang mempunyai energi cukup
kenaikan resistansi pada logam konduktor
besar (terletak pada lintasan yang paling
dikarenakan pada saat logam konduktor
luar) adalah banyak dan bebas bergerak,
mendapat tambahan energi berupa energi 9
panas maka susunan atom-atomnya akan
karena sifat daya hantar listriknya yang
menjadi tidak terarur, akibatnya elektron-
tidak mudah berubah akibat adanya faktor
elektron bebas yang terdapat dalam atom
eksternal seperti misalnya temperatur.
konduktor tersebut akan bergetar, semakin
KESIMPULAN
tinggi energi panas maka elektron tersebut
Berdasarkan penelitian yang telah
akan bergetar semakin cepat. Akibat
dilakukan oleh praktikan maka dapat
adanya getaran elektron ini maka muatan
diambil
listrik dalam penghantar tersebut menjadi
berikut :
semakin terhambat.
1. Adanya
beberapa
kesimpulan
sebagai
eksternal
berupa
faktor
Bahan alumunium merupakan bahan
temperatur yang diberikan terhadap
yang lebih mudah menyerap panas jika
lapisan tipis Pb(Se,Te), CdTe ternyata
dibandingkan dengan tembaga, hal ini
dapat menyebabkan turunnya resistansi
karena
bahan
bahan
alumunium
mempunyai
tersebut.
Hubungan
antara
jumlah elektron bebas yang lebih banyak
resistansi dan suhu untuk bahan PbSe
dibanding tembaga yaitu 3 berbanding 1,
𝑅(𝑡) = (176,34 + 8418,54 e − t / 7 ,34 ) ohm,
akibatnya
logam
alumunium
lebih
untuk bahan tersebut, berturut-turut yaitu. PbTe 𝑅(𝑡) = (9,61 + 75,34
konduktif dan mudah menyerap energi panas jika dibandingkan dengan logam tembaga.
Akibatnya,
alumunium dibandingkan
lebih
resistansi cepat
logam
e − t / 13,92 )
logam
CdTe 𝑅(𝑡) = (0,61
meningkat
tembaga
apabila
2. Adanya temperatur
alumunium lebih mudah berubah sifat
maka
praktikan
Berdasarkan dapat
untuk
+
bahan
6,84 e − t / 34, 68 )
ohm dengan t adalah suhu.
diberi temperatur. Oleh karena itu, logam
kelistrikannya.
ohm,
faktor pada
menyebabkan
penelitian
eksternal bahan
adanya
berupa konduktor
peningkatan
resistansi. Hubungan antara resistansi
menyimpulkan
dan suhu untuk bahan alumunium
bahwa bahan tembaga memiliki sifat
𝑅(𝑡) = (-2,21 + 0,09t) ohm, untuk
konduktor yang lebih baik dari pada bahan
bahan tembaga 𝑅(𝑡) = (-0,74 + 0,03t)
alumunium, hal ini karena bahan tembaga
ohm dengan t sebagai fungsi suhu.
memiliki daya serap terhadap temperatur yang rendah sehingga koefisien temperatur bahan tersebut dapat diabaikan. Sehingga bahan tembaga baik digunakan sebagai peralatan elektronikan, seperti misalnya sebagai kabel instalasi listrik di perumahan 10
3. Energi gap pada bahan semikonduktor berpengaruh
terhadap
Engineering
respons
Semakin
besar
Edition.
Oxford:
Butterworth-Heinemann.
penurunan resistansi akibat pemberian temperatur.
6th
5. Bangun
Julianto,
et
al.
(2013).
energi
Pengaruh Suhu Terhadap Hambatan
gapnya maka semakin kecil respons
Rangkaian Listrik. Semarang: FMIPA
perubahan resistansinya, demikian juga
UNNES. 6. Adi, Eka, dkk. (2012). Makalah Semikonduktor. Jakarta: FMIPA UNJ. 7. Thomas Sri Widodo. (2002). Struktur
sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Pita Energi Bahan Semikonduktor,
1. Wiendartun. (2012). Diktat Fisika Zat
Konduktor dan Isolator. Yogyakarta:
Padat I. Bandung: FMIPA UPI.
FMIPA UGM.
2. Sumarna. (2010). Bahan Kuliah Fisika
8. Sudaryanto Sudirham, Ning Utari S.
Semikonduktor. Yogyakarta: FMIPA
(2013). Mengenal Sifat-Sifat Material.
UNY.
Bandung: Darpublic, Kanayakan D-30.
3. Beisser, Arthur. (1992). Concept of Modern Physics. 6th. Ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
.
4. Smallman, R.J Bishop. (1999). Modern Physics
Metallurgy
and
Materials
11