M.Saroni : Dinamika Sosial........
DINAMIKA SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN MELALUI KELUARGA Oleh : M. Saroni
Abstrak Selama manusia hidup dan berkehidupan sosial akan terjadi proses interaksi sosial. Suatu proses yang di dalam terdapat dinamika pendidikan selama akal kreatifnya berfungsi secara normal untuk mencapai kebaikan. Proses tersebut antara lain terjadi di dalam lingkungan sosial keluarga. Mulai dari keluargalah setiap individu manusia mengalami proses dialektika sosial sehingga membentuk indiom budaya pada setiap keluarga. Berpangkal dari pertemuan idiom-idiom budaya keluarga di tengah kehidupan sosial masyarakat, di mana interaksi sosial itu terjadi maka terbentuklah idiom budaya pada setiap masyarakat. Kemudian dari masyarakat itu pula secara dialektis berpengaruh terhadap dinamika sosial budaya pendidikan keluarga. Dengan demikian melalui keluargalah dinamika pendidikan dimulai dan akan kembali pengaruhnya kepada keluarga. Kata Kunci: Dinamika Sosial Budaya, Pendidikan, Keluarga dan Masyarakat
A. Mukadimah Membahas pendidikan tidak akan pernah selesai selama manusia masih hidup dan berkehidupan sosial. Sehubungan dengan itu, secara singkat penulis membahas tentang bagaimana dinamika pendidikan manusia di dalam kehidupan sosial keluarga. Yaitu tempat manusia pada umumnya dilahirkan, dibesarkan dan dihadapkan dengan berbagai tuntutan sosial. Di situlah kedudukan dan peran pendidikan sebagai bagian tak terpisahkan dari dinamika kehidupan sosial manusia di mana pun. Berdasarkan alasan itu apabila membahas pendidikan berarti
Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 117
M.Saroni : Dinamika Sosial........
sedang membahas bagaimana dinamika sosial kemanusiaan itu berlangsung dalam kehidupan manusia. Keberlangsungan tersebut ada hubungannya dengan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial maupun manusia sebagai makhluk individual. Dalam kehidupan sosial eksistensi keduanya akan turut mewarnai dinamika pendidikan. Mulai dari dinamika pendidikan di keluarga itu sendiri hingga berpengaruh secara luas terhadap dinamika pendidikan yang berlangsung dalam kehidupan sosial masyarakat pada umumnya.
B. Pendidikan dalam Dinamika Sosial Keluarga Secara internal karena manusia memiliki fitrah suka berfikir. Dengan fikirannya itu manusia di samping cenderung ingin mengetahui terhadap sesuatu, juga memiliki kemampuan berbahasa dan bersikap arif sebelum dan selama melakukan tidakan1 . Selain karena manusia cenderung suka berfikir, manusia juga cenderung tidak puas terhadap apa yang dijalani dan atas apa diperolehnya. Oleh karena berbekal ketidakpuasan itulah maka manusia selalu berpengaharapan, sehingga manusia berkiprah untuk mencari cara agar memperoleh kehidupan yang baik sebagaimana yang dialami orang lain. Bahkan dalam kondisi tertentu manusia ingin lebih baik dari orang lain. Itulah sebabnya pendidikan akan terus berproses dan berkembang mempengaruhi dinamika proses pembentukan sikap manusia. Sesungguhnya dalam proses pembentukan sikap terdapat proses adaptasi terhadap orang di sekitarnya, tidak terbatas hanya terhadap sikap tetapi juga terhadap 1
Anton Muliono dkk, 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia, BP, Jakarta, hlm 938 Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 118
M.Saroni : Dinamika Sosial........
kemampuan diri dalam melakukan adaptasi itu sendiri. Maka dalam proses adaptasilah setiap individu sedang melakukan tindakan pembelajaran secara informal. Secara eksternal, lingkungan sosial yang dimulai dari lingkungan keluarga tempat awal manusia terlibat dalam proses interaksi sosial. Keluarga bukan sekedar tempat dilahirkan dan dibesarkan secara biologis, tetapi dalam keluargalah manusia mulai bersentuhan dengan dinamika pembentukan sikap dan karakater yang akan turut mewarnai perjalanan kehidupan sosial selanjutnya. Pada dasarnya, bahwa pendidikan akan terus berproses sepanjang hidup manusia. Suatu proses di mana keinginan atau harapan-harapan dan pembawaan diri berupa sifat, karakter dan tipikal akan terus mempengaruhinya. Mengingat dinamika sosial erat kaitannya dengan sifat, karakter dan tipikal yang melekat pada setiap individu, maka melalui pendidikan secara dinamis akan menimbulkan reaksi sosial yang beragam. Ragam tersebut mungkin dalam bentuk persaingan, kerjasama atau pertentangan. Persaingan sosial dalam keluarga mungkin terjadi antara anak dengan anak, atau antara anak dengan orang tuanya. Melalui persaingan antara anak yang satu dengan lainnya, di antara mereka dalam kondisi tertentu akan berlomba dan saling mengasah kemampuan demi mencapai kebaikan bersama di dalam keluarga. Tetapi, bagi anak-anak dalam suatu keluarga tertentu mungkin persaingan dirasakan sebagai tindakan yang terpaksa dilakukan walaupun untuk
tujuan kebaikan. Apalagi dalam realita sosial di
lapangan menunjukan bahwa tidak semua tujuan yang baik berproses dengan baik dan menghasilkan kebaikan pula. Realita sosial tersebut mungkin terjadi akibat dari cara dalam mengelola persaingan yang Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 119
M.Saroni : Dinamika Sosial........
tergesa-gesa, sehingga dapat menghasilkan suatu konflik (pertentangan) antaranggota keluarga hingga yang konflik bersifat destruktif. Tidak menutup kemungkinan bahwa konflik destruktif bisa juga terjadi ketika keluarga mengadakan kegiatan kerjasama yang melibatkan seluruh anggota keluarga. Dalam bentuk kerjasama misalnya, pada awalnya sesuai dengan apa yang diharapkan. Tetapi dalam prosesnya terjadi kesalahpahaman akibat prasangka, setereotip dan egois. Dari kondisi seperti itulah memungkin berubah dari kerjasama yang baik menjadi bentuk kerjasama yang menyebabkan berkembangnya sikap antipati terhadap salah satu dari anggota keluarga. Sebaliknya, walaupun berawal dari konflik laten (tersembunyi) maupun konflik yang manifes (terbuka), tetapi kedua orang tuanya mampu mengelola konflik maka bisa bergeser menuju persaingan yang sehat, dan berangsur membentuk kesepakatan bersama untuk menuju kebaikan sosial yang sama. Di sinilah bagaimana peran dan kedudukan orang tua dalam mengelola pendidikan informal di tengah kehidupan sosial berpengaruh. Apalagi apabila kebaikan secara sosial dilakukan dengan cara yang baik maka akan melahirkan kebaikan sosial pula. Sebaliknya apabila disalahgunakan dari tujuan kebaikan sosial maka hasilnya bukan kebaikan yang berguna untuk kepentingan sosial. Kebaikankebaikan melalui pendidikan tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk kebaikan orang lain. Dalam prosesnya pendidikan akan dipengaruhi oleh eksistensi dan jati diri masing-masing individu yang khas dan unik. Baik keunikannya itu karena karakter dirinya sebagai makhluk sosial maupun karena sebagai makhluk individual, di mana keduanya akan mempengaruhi dinamika interaksi sosial antara manusia Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 120
M.Saroni : Dinamika Sosial........
yang satu dengan lainnya. Secara alamiah dari dinamika interaksi sosial telah memberi pelajaran bagi setiap individu manusia. Khairuddin (2008) menulis, bahwa setiap tingkah laku yang kita perlihatkan sebenarnya adalah hasil dari yang kita pelajari, baik dari sekolah, dari nilai sosial, adat kebiasaan maupun dari dorongan lainnya.2 Mengacu kepada realitas sosial dengan dinamika dan segala problematika serta solusi-solusi yang dilakukan manusia sepanjang hidup yang sangat berharga, maka dari realita alamiah tersebut oleh kalangan pemikir sebagai khazanah yang menjadi media dan objek kajian ilmiah. Kajian ilmiah dimaksud yaitu di antaraya kajian secara sosiologis tentang pendidikan atau sosiologi yang berhubungan dengan dinamika pendidikan, seperti sosiologi pendidikan tentang keluarga. Kita perhatikan realita sosial dalam dinamika kehidupan keluarga. Misalnya, ketika setiap individu manusia lahir dari seorang ibu maka di situ telah terjadi proses interaksi sosial. Paling tidak proses itu berlangsung antara anak dengan ibu, ayah dan adik kakaknya. Kemudian, proses interaksional bertambah luas dengan anggota keluarga dari saudara ayah atau ibu. Bahkan ketika salah seorang anak telah berumah-tangga maka interaksi sosial akan terjadi antarkeluarga besar dengan latar belakang sejarah kehidupan dan kebiasaan masingmasing yang berbeda. Apalagi apabila di antara keluarga menantu atau besan mereka itu berasal dari etnis dengan budaya kedaerahan yang berbeda. Dalam proses interaksional tersebut terdapat proses pendidikan yang ditandai dengan adanya proses saling memberi dan saling 2
Khairuddin, 2008, Sosiologi Keluarga, Liberti, Yogyakarta, hlm 65 Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 121
M.Saroni : Dinamika Sosial........
menerima informasi. Antara lain ditandai dengan adanya adaptasi dan imitasi antara individu yang satu dengan lainnya, bahkan terjadi proses diaektika sosial dalam dinamika sosial keluarga. Dalam proses dialektika terdapat menurut Berger dalam Kahmad (2007), bahwa proses eskternalisasi, objektivikasi dan internalisasi.3 1. Proses ekternalisasi, terjadi ketika seseorang merasa sebagai bagian penting dalam lingkungan sosialnya, di mana orang tersebut berusaha mencurahkan (mewujudkan) eksistensi dirinya dalam aktivitas fisik maupun mentalnya. 2. Proses
objektivikasi,
terjadi
mengeksternalisasikan dirinya
di
mana
seseorang
melalui penciptaan objek-
objek. 4 3. Proses internalisisasi, terjadi ketika seseorang menerima dan menjadikannya sebagai
bagian yang mewarnai eksistensi
dirinya. Melalui proses dialektis, maka secara alamiah kemudian akan berpengaruh terhadap perubahan dan pembentukan sikap setiap individu di tengah sosial keluarganya masing-masing. Suatu sikap yang terus berproses sehingga lambat laun akan membentuk suatu kebiasaan yang khas yang menjadi ciri pada setiap keluarga. Jadi, walaupun kedua orang tua dalam suatu keluarga telah dipersatukan karena hubungan pernikahan, tetapi karena keduanya berasal dari keluarga yang berbeda karakter dan tipikal individual yang dibawa dengan idiom keluarga masing-masing, maka antara keduanya terjadi hubungan resiprokal antara kebiasaan asal dengan kebiasan yang baru 3 4
Dadang Kahmad, 2007, Sosiologi Agama, Risdakarya, Bandung, hlm 72 Kahmad, Ibid, hlm 113. Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 122
M.Saroni : Dinamika Sosial........
dihadapinya. Berpangkal dari kondisi demikian, tidak mustahil akan melahirkan anak-anak mereka yang berbeda-beda karakter dan tipikal individual dalam suatu keluarga. Dalam waktu yang lama dengan semakin bertambahnya volume pertemuan antaranggota keluarga dengan latar belakang budaya asal yang berbeda, dan kebutuhan mempersamakan persepsi dalam menjalin komunikasi yang berulangulang di antara mereka maka terbentuklah idiom budaya keluarga. Menurut Ki Hajar Dewantara, bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak
bersama-sama
memperteguh
gabungan
itu
untuk
memuliakan masing-masing anggotanya.5 Tetapi, dinamika pendidikan itu akan berproses tidak hanya bersama anggota inti
maka secara
alamiah melalui hubungan interaksional akan terjadi juga dengan keluarga lainnya, bahkan meluas bersama orang-orang yang bukan keluarga berdasarkan darah turunan. Melalui proses-proses itulah maka terbentuklah ciri dan cara yang mewarnai karakter dan tipikal khas pada setiap individu. Berbekal dari ciri dan cara individual maka melalui proses interaksi sosial akan mempengaruhi terhadap dinamika dalam di lingkungan sosialnya. Pengaruh terhadap lingkungan sesama kerja, tetangga rumah, dan terhadap sesama teman sepermainan. Selain setiap individu melalui proses tersebut mendapat informasi, ia juga berkesempatan
memaknai
dan
memodifikasi
informasi
untuk
memenuhi kebutuhan sosialnya dan sebagai proses penyempurnaan diri sebagai makhluk sosial. 5
Nur Ramayanti, 2012, Konsep Keluarga dan Masyarakat, serta Aspek Sosial Budaya dalam Pelayanan Kebidanan, geckhardiyantimn.wordpress.com. Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 123
M.Saroni : Dinamika Sosial........
Secara alamiah, dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan sosial tersebut di atas, maka telah mendorong kesadaran setiap individu untuk melakukan life struggle (perjuangan hidup). Suatu proses di mana individu dengan individu lainnya akan berhadapan dengan pengalaman sosial bersama. Baik pengalaman di antara mereka dalam bentuk kerjasama, persaingan atau konflik sosial. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, dalam realita sosial bahwa kerjasama tidak selalu dilakukan dengan cara dan ditujukan untuk kebersamaan yang baik sesuai norma sosial. Misalnya, kerjasama untuk memprovokasi salah satu anggota keluarga terahdap seseorang atau terhadap kelompok sutau keluarga agar di dalam kelompok yang menghendaki terjadinya kekisruhan. Demikian pula persaingan sosial bisa terjadi dalam bentuk persaingan yang sehat atau mungkin bisa sebaliknya. Bahkan dalam dinamika konflik sosial, mungkin akan dialami oleh individu atau kelompok dalam suatu keluarga. Konflik itu bisa dalam bentuk constructive conflict (konflik membangun), atau mungkin juga karena dilakukan dengan sikap progresif yang tidak terkendali bisa juga memungkinkan akan memicu ke arah konflik dalam bentuk destructive conflict (konflik merusak). Oleh karena itu akibat konflik yang bersifat destruktif maka dalam kondisi yang krusial bisa menciptakan suatu keteganganketegangan yang mengarah kepada konsisi yang disintegrasi atau disharmonisasi sosial di dalam keluarga tersebut. Dinamika sosial di suatu keluarga dalam bentuk kerjasama, persaingan atau konflik bisa terjadi di sembarang lingkungan dan di sembarangan keadaan lainnya. Secara bertahap dan berkesinambungan, dinamika sosial akan terus berlangsung mulai dari di lingkungan Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 124
M.Saroni : Dinamika Sosial........
terkecil yang sederhana hingga lingkungan yang lebih besar lagi yang cenderung lebih kompleks. Secara alamiah, berawal dari peristiwaperistiwa sosial yang berulang-ulang di lingkungan keluarga masingmasing, kemudian baik peristiwa itu bersifat disengaja dibawa atau tanpa disadari terbawa, maka sedikitnya melalui interaksi sosial antarwarga masyarakat dengan membawa kebiasaan-kebiasan dari keluarga masing-masing itulah akan turut mewarnai dinamika sosial di lingkungan masyarakat tempat mereka berinteraksi sosial.
C. Pengaruh
Keluarga
terhadap
Dinamika
Pendidikan
di
Masyarakat Karena proses-proses sosial yang beraneka ragam diyakini akan terus dialami oleh manusia, termasuk pendidikan yang berlangsung di dalam kehidupan keluarganya masing-masing, maka di antara para sosiolog ada yang secara serius merespons dan menganalisis sebagai poin penting terhadap dinamika sosial pendidikan sesuai lingkungan kajiannya. Misalnya kajian sosiologi pendidikan yang mereka fokuskan hanya mengenai dinamika kehidupan sosial keluarga. Walaupun setiap individu manusia lahir dari perut ibunya telah membawa karakter dan tipikal masing-masing, tetapi pada awal waktu dilahirkan tidak langsung mampu mengetahui apa yang ada di sekitarnya, bahkan dapat dikatakan bahwa setiap bayi dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Tidak tahu bukan berarti akan seperti itu selamanya, sebab pada diri manusia dengan adanya kelengkapan panca indera, dan
Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 125
M.Saroni : Dinamika Sosial........
kekuatan akal yang dapat mendorong setiap individu cenderung ingin mengetahui. Sebagaimana firman Allah Swt: 6
َوَ ﷲُ اَﺧْ ﺮَ ﺟَ ُﻜ ْﻢ ِﻣﻦْ ﺑُﻄُﻮْ نِ اُ ﱠﻣﮭَﺘِ ُﻜ ْﻢ َﻻ ﺗَ ْﻌﻠَ ُﻤﻮْ نَ َﺷﯿ ْﺌﺎ ً َوﺟَ َﻌﻞَ ﻟَ ُﻜ ْﻢ اﻟ ﱠﺴ ْﻤ َﻊ وَ اﻷَ ْﺑﺼَ ﺎرَ وَ ْاﻻ ْﻓﺌِ َﺪ ةَ ﻟَ َﻌﺎ ﱠ ُﻛ ْﻢ ﺗَ ْﺸ ُﻜ ُﺮوْ ن Oleh karena itu, manusia sering disebut sebagai makluk suka berfikir dan sukabertanya karena ada keinginan untuk mengetahui. Para ahli menyebutnya bahwa manusia adalah makhluk simbolik. Antara lain: 1.
Manusia dapat memahami, memanispulasi dan mengembangkan makna-makna simbolik di balik realita yang ada di hadapannya secara arbiter.
2.
Manusia mempunyai ketergantungan terhadap simbol-simbol, sehingga dapat ditemukan adanya manusia yang menganggap bahwa hidup yang normal akan diraih apabila memperoleh simbol yang dikehendaki hatinya.
3.
Dalam kondisi tertentu manusia ada kemungkinan tidak berdaya menangkis pengaruh akibat keberadaan simbol.
4.
Menunjukan bahwa setiap individu manusia cenderung ingin mendapatkan apa yang ada di balik simbol-simbol tersebut. dengan melakukan aktivitas sebagai wujud dari kreativitas pemikirannya. Berbekal potensi-potensi itulah manusia melakukan atau terlibat
dalam berbagai tindakan sosial sehingga secara alamiah setiap individu manusia berada dalam prorses interaksi sosial. Proses tersebut akan berlangsung sejak setiap individu masih berusia dini hingga dewasa. 6
Quraisy Syihab dkk, 2008, Al Quran dan Terjemahannya, Sygma, Bandung, hlm 275 Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 126
M.Saroni : Dinamika Sosial........
Mereka akan berusaha untuk menggabungkan diri dengan lingkungan sosialnya. Bukan sekedar berkumpul tetapi mencoba agar dapat diterima dalam proses interaksi sosial dengan melakukan adaptasi (menyesuaikan), imitasi (meniru)
atau dengan cara membaur
(asimilasi) terhadap apa yang menjadi pilihannya masing-masing. Tujuannya bisa dalam rangka untuk mengikuti atau menjalankan norma dan nilai-nilai sosial. Sikap dan tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai proses belajar sepanjang hayat. Proses belajar sering diistilahkan sebagai proses sosialisasi. Yaitu proses yang dapat membantu individu berada dalam proses belajar dengan melakukan adaptasi atau penyesuaian diri, yaitu bagaimana individu dapat diterima oleh kelompok sendiri.7 Melalui sosialisasi seorang anak menerima nilai kebudayaan dari keluarganya sehari-hari, di mana orang tuanya dengan sengaja mendidiknya tentang apa yang harus dikerjakan dan tentang apa yang seharunya ditinggalkan. Anak menurut kalangan konservatisme reaksioner, terkadang cenderung ke arah kekeliruan dan kejahatan yang apabila tidak ada bimbinganyang dan pengajaran yang baik8. Dengan demikian
Shadily
(1993)
menulis,
bahwa
sosialisasi
adalah
pertumbuhan perasaan kita, dan perasaan ini akan menimbulkan tindakan segolongannya. Banyak macam perasaan yang timbul. Tipis tebalnya perasaan tersebut menurutnya tergantung kepada macam golongan yang mendatangkan pengaruh tersebut. Dalam keluarga ada yang disebut golongan pertama (primary group) yang terdiri dari 7 8
Vembriarto, Ibid, hlm 21 William F. ‘Oneil, 2007, Ideologi-ideologi Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm 251 Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 127
M.Saroni : Dinamika Sosial........
golongan orang tua dan orang terdekat. Golongan kedua (secondary group) yang terdiri dari anggota masyarakat yang agak jauh pertaliannya seperti anggota sekumpulan, teman sekolah yang tidak termasuk teman karib. Juga golongan yang sifatnya gemeinshaft akan berpengaruh lebih dalam dari pada yang bersifat gesellshaft.9 Dari beberapa definisi tentang sosialisasi, Vembriarto memberi kesimpulan bahwa sosialisasi:10 1.
Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah dorongan-dorongan dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakat.
2.
Dalam proses sosialiasasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku, dan standar tingkah laku dalam masyarakat di mana ia hidup.
3.
Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya. Sementara itu, Leslie dalam Miffen (1986) telah berpendapat
bahwa istilah sosialisasi mencakup seluruh proses mempelajari nilainilai, sikap-sikap, pengetahuan, berbagai keterampilan dan berbagai teknik yang dimiliki masyarakat, dalam arti melalui sosialisasi setiap individu sedang belajar kebudayaan. Bagian penting dari kebudayaan adalah sistem normatif, termasuk institusi sosial utama. Semua proses
9
Hassan Shadily, 1993, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta , hlm 19-20 10 Vembriarto, Ibid, hlm 30 Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 128
M.Saroni : Dinamika Sosial........
tersebut diawali dari proses sosialisasi sejak usia dini pada keluarganya masing-masing.11 Keluarga dalam proses sosialisasi adalah kelompok pertama yang mengenalkan nilai-nilai kebudayaan kepada setiap anak sejak kecil, dan di situlah dialami interaksi dan disiplin pertama yang dikenakan kepadanya dalam kehidupan sosial. Dalam interaksi tersebut setiap anak mempunyai hubungan baik dengan orang dewasa, baik yang selalu berada di rumah maupun dengan orang-orang yang kadangkadang datang ke rumah tetapi
masih memunyai
hubungan
kekeluargaan. Terhadap orang dewasa, pada umumnya anak bersifat patuh dan menerimanya dengan percaya, atau yang disebut dengan morality of contrain. Sebaliknya yang dipelajari anak melalui pergaulannya dengan teman sebaya disebut dengan istilah morality cooperation.12 Salah satu segi penting dalam proses sosialisasi adalah bagaimana memberikan motivasi kepada anak agar mau mempelajari pola tingkah laku yang diajarkan kepadanya.
Motivasi bisa dilakukan berbagai
metode, taktik dan stategi. Apakah melalui bahasa verbal (ucap) atau nonverbal (bukan ucap). Kemudian, motivasi itu dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu ganjaran dan hukuman: 1. Apabila proses sosialisasi lebih mendasarkan diri pada penggunaan ganjaran dalam motivasi, disebut motivasi positif atau partisipatif. 2. Sedangkan apabila dalam proses sosialisasi itu
11 12
Frank J. Miffen, 1986, Sosiologi Pendidikan, Tarsito, Bandung, hlm 266-267 Khairuddin, Ibid, hlm 63 Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 129
M.Saroni : Dinamika Sosial........
menggunakan hukuman, maka proses tersebut disebut sebagai sosialisasi negatif atau sosialisasi represif.13 Oleh karena itu, dari keluargalah maka setiap anak diantarkan atau dibekali untuk mampu melakukan sosialisasi dengan masyarakat di sekitar bahkan dengan masyarakat yang lebih luas lagi. Sebab keluarga adalah salah satu bentuk pranata sosial yang mengandung predikat sebagai amanah dari Tuhan kepada manusia. Di mana keluarga dalam
komunitas
masyarakat
adalah
starting
point
terhadap
pembentukan kepribadian anggota masyarakat.14 Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas, ibu, ayah dan anak, atau suatu kesatuan yang terdiri dari suami, isteri dan anak-anaknya. Tetapi sering juga suatu keluarga terdiri dari suami isteri dan anak, nenek, paman, bibi, kemenakan dan saudara-saudaranya. 15 Di samping ada keluarga inti ada juga istilah keluarga luas. Misalnya, pada masyarakat Pantai Utara di Provinsi Papua ada keluarga luas yang terdiri dari keluarga batih dan kerabat lain. Yaitu ayah dan ibu, menantu dan cucu atau saudara perempuan istri dengan suaminya. 16 Kelompok sosial itulah sebagai kumpulan orang-orang yang mempunyai status dan peranan, karakter yang khas yang dapat mempengaruhi dinamika sosial dalam setiap lingkungan sosial masyarakat tempat di mana masing-masing anggota keluarga tersebut berada. 13
Abu Ahmadi, Ibid, hlm 177 Taqiyuddin 2008, Pendidikan Untuk Semua, Mulia Press, Bandung, hlm 93 15 Abu Ahmadi, 2007, Sosiologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, hlm 167 16 Koentjaraningrat, 2002, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jambatan, Jakarta, hlm 78 14
Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 130
M.Saroni : Dinamika Sosial........
Bermacam pendapat mengemuka dari banyak kalangan sosiolog tentang definisi masyarakat. Salah satu di antaranya pendapat dari MacIver (1961), bahwa masyarakat pada awalnya adalah “a union of family,”17 atau masyarakat sebagai gabungan (kumpulan) yang terdiri dari keluarga-keluarga. Dengan demikian, bahwa keadaan awal suatu masyarakat adalah berasal dari bagaimana hubungan dinamis antarindividu, kemudian kelompok yang lebih besar lagi menjadi satu kelompok besar orang-orang yang disebut dengan masyarakat. Karena keluarga tersebut hakekatnya mempunyai hubungan yang menjurus ke segala arah dalam masyarakat yang disebut tetangga untuk yang terdekat, kampung, daerah, negara dan seterusnya.18 Keluarga dalam masyarakat adalah kelompok utama atau primer yang kedudukannya sangat penting. Paling tidak bahwa secara historis adalah satuan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dalam hal ini bahwa keluarga merupakan bagian dari masyarakat secara keseluruhan yang lahir dan berada di dalamnya. Secara berangsur-angsur dan alamiah, kemudian akan melepaskan ciriciri tersebut karena tumbuhnya kedewasaan pada diri mereka. Sebagai organisasi, keluarga mempunyai perbedaan yang mendalam dari organisasi-organisasi lainnya. Tetapi kemudian perbedaan-perbedaan dari setiap keluarga diminimalisasi dengan proses adaptasi di tengah kehidupan sosial masyarakat.
17
RM MacIver dan Charles H. Page, 1961, Society; An Introductionary Analisyas, New York: Macmillan & Co.Ltd. 18 Khairuddin, Ibid¸hlm 25 Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 131
M.Saroni : Dinamika Sosial........
Salah satu perbedaan yang sangat penting nampak dari bentuk hubungan anggota-anggota dalam keluarga, yaitu adanya sifat “Gemeinchaft” dan merupakan ciri kelompok primer, yang antara lain: 1. Mempunyai hubungan yang lebih intim; 2. Kooperatif yaitu cenderung bekerjasama; 3. Face to face atau dalam arti sering terjadi saling bertemu wajah antara anggota yang satu dengan lainnya; dan 4. Masing-masing anggota memperlakukan anggota lain sebagai alat untuk mencapai tujuan. 19 Ciri-ciri lain yang dikemukakan Landis (1942), yaitu; (1) intimate; (2) face to face; dan (3) warm hearted realtionship.20 Dengan demikian, keluarga mempunyai sistem jaringan interaksi yang lebih bersifat interpersonal dan cenderung lebih intens, seperti; jaringan interaksional antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun anak dengan anak. Posisi dan kondisi demikian umumnya terjadi pada setiap keluarga yang lengkap dan dalam kondisi keluarga yang normal. Sebab pada keluarga tertentu mungkin tidak secara sempurna berada dalam kondisi jaringan interaksional seperti itu. Berawal dari keluarga itulah maka proses pendidikan akan berkembang secara berkesinambungan, tidak hanya berlangsung melalui proses interaksi sosial dalam kehidupan keluarga masingmasing saja, tetapi berbekal dari idiom budaya pendidikan keluarga masing-masing itulah selanjutnya secara bertahap melalui interaksi sosial dengan idiom-idiom budaya keluarga lain maka akan terus 19 20
Vembrianto, 1990, Sosiologi Pendidikan, Andi Ofset, Yogyakarta, hlm 43 Paul H. Landis, 1942, Our Changing Society it’s Social Civic and Economic Problems, hlm 24 Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 132
M.Saroni : Dinamika Sosial........
berlangsung hingga ke ranah sosial masyarakat yang semakin luas dan semakin kompleks. Kompleksitas yang terus dialami oleh manusia dari generasi ke generasi berikutnya merupakan kazanah yang secara langsung akan mempengaruhi terhadap dinamika pendidikan seiring dengan perkembangan sosial yang semakin dinamis pula.
D. Kesimpulan 1. Berpangkal dari potensi dirinya baik sebagai makhluk sosial maupun individual manusia cenderung berfikir kreatif untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kebaikan itu tidak terbatas untuk dirinya tetapi untuk kepentingan sosial yang diyakini akan kembali kepada dirinya sebagai proses dinamika sosial pendidikan. 2. Dinamika sosial pendidikan dimulai dari kelurga tempat manusia dilahirkan, dibesarkan dan didewasakan melalui proses interaksi sosial. Kemudian secara alamiah terjadi proses dialektika sosial yang membentuk idiom budaya pada setiap keluarga. 3. Idiom-idiom budaya dari masing-masing keluarga secara interaksional melalui proses dialektika sosial yang di dalamnya terdapat internalisasi, sobjektivikasi dan ekternalisasi maka terbentuk idiom budaya masyarakat tempat setiap keluarga itu berada, sehingga pengaruh budaya itu akan kembali pula ke keluarga masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, 2007, Sosiologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta Kahmad, Dadang, 2007, Sosiologi Agama, Rosdakarya, Bandung. Khairuddin, 2008, Sosiologi Keluarga, Liberty, Yogyakarta
Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 133
M.Saroni : Dinamika Sosial........
Koentjaraningrat, 2002, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jambatan, Jakarta Landis, Paul H, 1942, Our Changing Society it’s Social Civic and Economic Problems MacIver dan Charles H. Page, RM, 1961, Society; An Introductionary Analisyas, New York: Macmillan & Co.Ltd. Miffen, Frank J, 1986, Sosiologi Pendidikan, Tarsito, Bandung Muliono, Anton dkk, 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia, BP, Jakarta, hlm 938 Oneil, William F., 2007, Ideologi-ideologi Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Ramayanti, Nur, 2012, Konsep Keluarga dan Masyarakat, serta Aspek Sosial Budaya dalam Pelayanan Kebidanan, geckhardiyantimn.wordpress.com. Quraisy, Syihab, 2008, Al Quran dan Terjemahannya, Sygma, Bandung. Shadily, Hassan, 1993, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta Taqiyuddin 2008, Pendidikan Untuk Semua, Mulia Press, Bandung Vembrianto, 1990, Sosiologi Pendidikan, Andi Ofset, Yogyakarta.
Al-Akhbar : Vol.6 No.2 April 2014 134