142
DINAMIKA SISTEM UPACARA PERKAWINAN BATAK SIMA LUNGUNDI KABUPATEN SIMALUNGUN, SUMATERA UTARATAHUN 1950-2010
OLEH : FRANS KURNIA SIPAYUNG 1001505007
Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Di Denpasar Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Sarjana Dalam Ilmu Sejarah
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA 2014
143
Skripsi ini telah diterima dan disahkan Oleh Panitia Ujian Fakultas Sastra dan budaya Universitas Udayana Pada Tanggal…………………………2014
PANITIA UJIAN
Ketua
Sekretaris
Dra. A. A. Ayu Rai Wahyuni, M.Si Fransiska Dewi Setiowati S, S.S.,M.HUm NIP. 196205171987102001 NIP.198009262006042002
144
PEMBIMBING
Drs. F.X. Soenaryo, M.S
Pembimbing I……………...
NIP. 195202041978121001
A.A. Inten Asmariati, S.S., M.Si. NIP 197312242003122001
Pembimbing II……………..
145
ABSTRAK Kabupaten Simalungun adalah kabupaten diantara kabupaten di Sumatera Utara. Di Simalungun ada empat marga asli suku Simalungun yaitu Sinaga, Saragih, Damanik, Purba. Sifat perkawinan Masyarakat Batak Simalungun adalah eksogomi artinya harus menikah atau mendapatkan jodoh diluar marganya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika sistem perkawinan Batak Simalungun pada tahun 1950-2010. Selain mengetahui dinamika sistem perkawinan Batak Simalungun, kita dapat mengetahui tahap-tahap pelaksanaan perkawinan Batak Simalungun. Memahami secara pengaruh agama kristen terhadap perkawinan adat Simalungun. Memahami faktor-faktor yang menjadi penyebab warga Simalungun kurang menaruh minat pada upacara perkawinan Batak Simalungun serta membangkitkan kembali minat warga terhadap upacara perkawinan Batak Simalungun. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka peneliti menggunakan metode penelitian lapangan dengan menggunkan teknik sejarah lisan. Dimana teknik ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang dilakukan dengan cara observasi ke lokasi penelitian, wawancara kepada tokoh adat dan dokumentasi atau melakukan pemotretan pada pesta perkawinan Batak Simalungun yang masih melukukannya. Studi pustaka dimana metode ini dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara dari buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang ditelitu, dokumen yang ada hubungan dinamika sistem upacara perkawinan Batak Simalungun. Dari hasil penelitian maka diketahuilah bahwa perkawinan Batak Simalugun sudah ada terjadi perubahan dan perkawinan Batak Simalungun sudah jarang dilaksanakan oleh Masyarakat Batak Simalugun tersebut. Ada beberapa faktor perkawinan Batak Simalungun tidak dilaksanakan oleh masyarakat Batak Simalungun yaitu Rata-rata diantara mereka yang sudah lahir dan dibesarkan di kota, dimana hampir tidak pernah menyaksikan lagi secara langsung penyelengaraan adat perkawinan yang orisinil, sebagaimana yang masih dilakukan hingga kini di kampung mereka.Para orang tua warga Simalungun yang tinggal di kota-kota yang diharapkan dapat membantu memberi penjelasan mengenai adat perkawinan, jumlahnya tidak seberapa (dalam hitungan jari) dan belum tentu ada disetiap perwakilan marga.Tidak berjalannya lembaga adat sebagaimana mestinya, sehingga rusaknya adat Simalungun. Adanya kawin campuran, sehingga terjadi pergeseran adat Simalungun.
146
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Maha Pengasih yang telah memberikan kasih dan rahmat-Nya yang tiada terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi yang berjudul “Dinamika SistemUpacara Perkawinan Batak Simalungun Di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara Tahun 1950-2010”. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangka memperoleh gelar Sarjana (S1) Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi belum sempurna, karena penulis mengalami beberapa kendala, kekurangan, keterbatasan wawasan dan pengetahuan. Kendatipun demikian, berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan kekurangan tersebut dapat teratasi. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar penulisan skripsi ini dapat lebih baik dan sempurna. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan atau motivasinya, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih kepada yang terhormat berikut ini. 1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Cika, MS selaku Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Denpasar yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis selama mengikuti perkulihan. 2. Ibu Dra.A.A. Rai Wahyuni, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Sejarah dan Ibu Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo, S.S, M.Hum selaku Sekretaris Prodi
147
Ilmu Sejarah yang telah memberikan arahan, masukan dan perhatian selama penulis mengikuti pendidikan dari awal sampai akhir perkuliahan. 3. Bapak Drs. F.X. Soenaryo, M.S selaku pembimbing I dan Ibu A.A Inten Asmariati, S.S, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan koreksi, saran, bantuan pikiran dan waktu serta kesabaran kepada penulis yang tidak henti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 4. Dosen pengajar mata kuliah di Prodi Ilmu Sejarah dan Fakultas Sastra dan Budaya pada umumnya yang telah memberikan sumbangsih pengetahuan kepada penulis. 5. Pegawai dan staf Administrasi yang telah membantu dalam bidang administrasi dan perpustakaan Fakultas sastra dan Budaya yang telah menyediakan literatur untuk penulisan Skripsi. 6. Kepada para informan terimakasih karena sudah banyak membantu dalam memberikan
informasi
kepada
peneliti
sehingga
peneliti
dapat
menyelesaikan skripsi ini. 7. Kepada Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Simalungun terimakasih telah banyak memberi masukkan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini. 8. Kepada orangtua yang saya sayangi yaitu Bapak K Sipayung dan Ibu N boru Purba terimakasih yang tidak terhingga atas segala doa, kasih sayang, kepercayaan dan dukungan baik moril maupun materi kepada penulis yang tiada henti untuk tetap semangat menyelesaikan studi.
148
9. Para sahabat penulis yaitu Ngakan Putu Oka Segara, Supriadi dll yang tidak henti-hentinya mendengarkan keluh kesah penulis dan selalu menemani dan memberi dorongan dalam penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap agar hasil dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan,
khususnya
dalam Ilmu
Sejarah.Dalam
mengetahui proses
perkawinan adat Simalungun yang lambat laut bergesar ke arah moderen.
149
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………….
i
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
ii
ABSTRAK ...................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................
v
DAFTAR ISI ................................................................................................
viii
DAFTAR ISTILAH…………………………………………………………..
xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xx
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………
1
1.1 Latar Belakang Penelitian. ........................................................
1
1.2 Identifikasi Dan Perumusan Masalah. .......................................
7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian. .................................................
7
1.4 Tinjauan Pustaka.. ....................................................................
8
1.5 Metodologi yang Digunakan. ....................................................
9
1.6 Kerangka Konsep dan Teori 1.6.1 Kerangka Teori. ............................................................
10
1.6.2 Kerangka Konsep..........................................................
16
1.7 Metode Penelitian dan Sumber .................................................
18
1.8 Lokasi Penelitian. .....................................................................
20
1.9 Sistematik Penulisan. ................................................................
21
BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH…………………………………… 2.1
Deskripsi Daerah Simalungun ..................................................
22 22
2.2 Asal usul dan Kependudukan di Simalungun serta Potret Kehidupan Tradisional. ............................................................
28
2.3
Sistem Kepercayaan ................................................................
30
2.4
Sistem Mata Pencaharian ..........................................................
31
2.5
Pakaian Adat ............................................................................
34
2.6
Bahasa dan Aksara ...................................................................
36
2.7
Kesenian ..................................................................................
39
2.8
Stratifikasi Sosial ......................................................................
40
150
BAB III PENGARUH AGAMA KRISTEN TERHADAP DINAMIKA PERKAWINAN BATAK SIMALUNGUN………………………
43
3.1
Kemunculan Perkawinan Batak Simalungun ........................
43
3.2
Masuknya Agama Kristen ke Simalungun ............................
45
3.3
Pengaruh Agama Kristen di Upacara Perkawinan.................
51
3.4
Pengaruh agama Kristen terhadap Adat dan Budaya Simalungun..........................................................................
3.5
Sistem
Adat
dan Hukum
Adat
55
Perkawinan Batak
Simalungun Setempat yang Mempengaruhi Kehidupan
3.6
Masyarakat. .........................................................................
59
Pengertian dan Falsafah Marhajabuan ..................................
62
BAB IV FAKTOR
PENYEBAB
PELAKSANAAN
UPACARA
PERKAWINAN BATAK SIMALUNGUN KURANG DIMINATI OLEH WARGA SIMALUNGUN………………………………… 65
BAB V
4.1
Persyaratan Pernikahan Adat Simalungun ............................
65
4.2
Faktor Umum.......................................................................
68
4.3
Faktor Ekonomi ...................................................................
72
4.4
Faktor Sosial Budaya ...........................................................
77
SISTEM PELAKSANAAN UPACARA PERKAWINAN BATAK SIMALUNGUN………………………………………………
83
5. 1 Sebelum Upacara Perkawinan. .............................................
83
5. 1. 1 5. 1. 2
Bertutur (Martutur). ....................................
83
Menyelidiki Keadaan Si Gadis/Pemuda(
Manririt) ......................................................................... 84
5. 1.5
5. 1. 3
Memberi Tanda (Mambere Goloman) .........
86
5. 1. 4
Berbicara (Marlasa-lasa). ...........................
88
Membawa Makanan Untuk MelakukanPendekatan Terhadap Orang tua Si Gadis (Mamboan Indahan Pakkombari). ..........................................................
90
151
5.1. 6
Meminang (Pajabu Parsahapan)............................
90
5. 1. 7
Mengundamg Kerabat (Manggong /pudun saud) ....
94
5.1. 8
Membawa Makanan Kepada Paman Kandung (Mamboan Indahan hubani tulang, Mamuhun
5. 1. 9
dan Mambere mangan dan tonggo raja) .................
95
Menjemput Calon Istri (Maralop) ...........................
97
5. 2. Pada Saat Upacara Perkawinan/Peresmian perkawinan .......... 103 5. 2.1
AcaraAkad Nikah (Pamasu-masuan) ...................... 103
5. 2.2
Kedatangan Pengantin Perempuan Di Rumah Pengantin Laki-laki (Parrohni boru na bayu) ......... 111
5.3. Sesudah Upacara Perkawinan ................................................. 114 5.3.1
Kedatangan Rombongan Pihak Orang tua Si Gadis Ke Kediaman Putrinya yang baru menikah(Parroh ni tondong pataruhkon indahan si oppat borgin). ... 114
5. 3.2
Berkunjung Ke Rumah Orang tua istri/mertua (Paulak limbas) ...................................................... 116
5.3.3 BAB VI
Hidup Mandiri Pengantin (Manjae). ....................... 118
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan.......................................................................... 122
6.2
Saran ................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 125 DAFTAR INFORMAN……………………………………………………….. 128 LAMPIRAN - LAMPIRAN 1.
FOTO
2.
PETA KABUPATEN SIMALUNGUN
3.
PETA PULAU SUMATERA
152
DAFTAR ISTILAH A Amboru
: Saudara perempuan bapak/ayah.
Anggi
: Adek
153
Anturang
: Istri tulang/paman
Ampakon
: Dari pada
Alaman
: Pekarangan rumah.
Apuy
: Api
Abab
: Abu yang berasal dari daun-daunan
Anak boru
: Perempuan yang belum menikah
Anakbabi
: Golongan hamba sahaya yang jadi budak disebabkan keterlantarannya dan tidak mempunyai orang tua yang jelas atau karena lahir dari perkawinan sumbang atau perzinahan.
Anak boru sanina
: Juru bicara dari kelompok sanina
Anak boru jabu
: Penghubung keluarga.
Appang
: Kulit kambing yang bersih
Apei
: Tikar
Alap Jual
: Pesta perkawinan dilaksanakan di kediaman paranak.
Alap Dear
: Perkawinan secara baik-baik
B Bapatua/Bapagodang
: Abang kandung bapak/ayah
Bapaanggi/kian
: Adek kandung laki-laki bapak/ayah
Boru
: Pihak, ataupun golongan pengambil anak gadis.
Boru-boru
: Perempuan
Boruni Boru atau Boru Mintori : Pihak anak gadis dari pengambil anak gadis. Botaou
: Saudara
Balbahul
: Sumpit tempat beras khas Simalungun
Bagal
: Besar
Bagas Bulang
: :
Dalam Sejenis tudung kepala bagi wanita di perbuat dari tenunan kain simalungun, bermakna simbolik ibu rumah tangga pendukung utama sang suami, curahan hati anak-anak tercinta.
154
Bajud pundul
:
Perlengkapan wanita, tempat perangkat sirih bagi tamu. Melambangkan persaudaraan, terhadap sesama.
Boli/ appuran partadingan
:
Mahar
Batu apuran
:
Uang adat yang diletakkan diatas sirih di dalam piring.
Boras tenger
:
Beras keras.
Bah
:
Air
Bagod
:
Nira
Babah
: Mulut.
D Dearan
:
Dayok Binatur
: Ayam yang sudah di masak di letakkan didalam piring kaca.
Dohor
: Dekat
Daoh
:
Dakdanak Dalahi
Lebih baik
Jauh : Anak-anak
:
Laki-laki
Demban
: Sirih
Dolog
: Gunung
Dayok binatur
: Makanan adat yang terdiri dari ayam yangsetelah dimasak sedemikian rupa, diatur sebagaimana ayam ketika masih hidup. Ini adalah makanan adat tertinggi pada suku bangsa Simalungun yang wajib disuguhkan pada setiap perhelatan adat.
Dongan
: Kawan
Demban na bayu
: Sirih pengantin baru
Demban sayur/Demban tangan-tangan : Tiba dengan selamat.
E Eda
: Saudara suami yang perempuan atau isteri saudara laki-laki atau anak perempuan dari tulang atau mangkela oleh perempuan. Eda disebut juga gawei.
155
Etek
: Kecil
G Gattih
: Ganti
Gotong
: Sejenis tutup kepala bagi kaum pria mengandung makna kepemimpinan di tengah keluarga maupun masyarakat.
Garama
: Pria dewasa yang belum menikah.
Golang banggal emas
: Hiasan gotong pria.
H Harosuh
: Minat
Hela
: Menantu laki-laki
Haganupan
: Keseluruhan
Huta
: Kampung
Ham
: Sebutan untuk seseorang yang derajatnya lebih tinggi.
Hanima
: Untuk menyebut lebih dari satu orang yang derajatnya lebih rendah.
Ho
: Sebutan untuk seseorang yang derajatnya lebih rendah atau sebaya dengan pembicara.
Horja sadari
: Kegiatan /acara 1 hari penuh.
Hiou
: Sejenis kain penutup tubuh hasil tenunan simalungun mengandung makna aman dari gangguan sehat jasmani dan rohani rejeki selalu bertambah.
Hasuhutan Bolon
: Pihak penyelenggara pesta / yang punya hajatan.
Horas
: Selamat datang
Hiou hasumba
: Kain merah
Horja raja
: Perkawinan pengabdian
Hudung-hudung emas
: Hiasan telinga wanita khas Simalungun.
I
156
Inang anggi
: Saudara perempuan ibu /tante
Inang tua
: Saudara perempuan ibu yang paling tua
Indahan Paralop
: Nasi penjemput
Ipaondoskon
: Kawin gantung
J Jabu
: Rumah
Juma
: Ladang
Jabolon
: Pembantu
Jambar
: Daging yang masih mentah
K Kaha
: Kakak
Kahoman
: Tempat.
L Lang maradat
: Tidak beradat
Lawei/lae
: Suami saudara perempuan
Lopou
: Bagian muka rumah bolon/istana; tempat menghadap.
M Mangkela
: Suami amboru
Marhajabuan
: Menikah/berumah tangga
Marianan
: Tinggal/berdomisili
Manurduk-nurduk
: Menyuguhkan sekapur sirih
Margattih
: Bergantian
Modom
: Tidur
Magulosi/manghioi
: Meletakkan kain adat pada pengantin
Maralop
: Menjemput pengantin
Mamuhun
: Mohon diri
Martondur
: Mencari jodoh
Mangalop tukkot
: Indung pembenihan
157
Manjae
: Memisahkan anak laki-laki pria yang baru menikah dari rumah orang tuanya ke rumah yang baru.
N Namarhajabuan
: Pengantin
Nan sianggi
: Isteri adik kandung
Nan sikaha
: Istri abang kandung
Nasibesan
: Isteri tondong/pemberi anak perempuan pada pihak boru (menantu)
Niombah
:
Namatoras
: Orangtua
Nono
: Cicit
Nagori
: Desa / kampung
Namarahap
: Merasa
Naibata
: Tuhan atau sesembahan tertinggi yang menguasai nagori atas, nagori tongah dan nagori toruh, mungkin berakar dari kata dewata atau dewa dari bahasa sansekerta.
Nasiam
: Untuk menyebut lebih dari satu orang yang derajadnya lebih tinggi.
Nanirobut
: Kawin rampas.
Keturunan
O Ontangan
: Undangan
Ompung Dalahi
: Kakek
Ompung Naboru/Tutua
: Nenek
158
P Parumaen
: Menantu perempuan
Pahompu
: Cucu
Panogolan
: Keponaan
Partongah
: Yang berhak mengatur/memerintah
Pariban
: Anak laki-laki amboru atau anak gadis tulang
Partuturan
: Hubungan kekerabatan menurut garis lurus atau vertikal, baik dari pihak bapak maupun ibu.
Patappe sahap
: Meresmikan pinangan.
Panganan banggal
: Sedikit daging masih yang dapat di makan habis pada saat itu di sampaikan dalam piring tertutup dengan daun untuk dimakan disamping lauk yang sudah ada seperti yang diterima umum.
Pinjam jago
: kawin semalam
Pagodangkon
: Mengawini istri almarhum abang kandung.
Parorotkon
: Mengawini adik kandung almarhumah istri.
Paranak
: Pihak kerabat pengantin laki-laki
Parboru
: Pihak kerabat pengantin perempuan
Podah
: Nasehat
Pono
: Hilang
Paulak limbas
: Berkunjung ke rumah orang tua istri / mertua.
R Riap
: Marilah
Residen
: Kepala pemerintahan Belanda di suatu wilayah keresidenan atau propinsi
S Sahundulan
: Sekedudukan
Saodoran
: Serombongan/sebarisan
Simangadop
: Berhadapan
Sanina
: Pihak ataupun golongan yang semarga dengan seseorang.
159
Simatua
: Mertua
Sabah
: Sawah
Simbei
: Silap, Salah, Tidak Cocok.
Sopou
: Pondok
Suri-suri
: Sejenis kain selempang tenunan simalungun bermakna rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diemban ditengah keluarga maupun masyarakat.
Siluah
: Oleh-oleh yang dibawa.
T Tondong
: Pihak ataupun golongan pemberi anak gadis
Tondongni tondong
: Pihak pemberi anak gadis dari pemberi anak gadis
Tolu
: Tiga
Torasan
: Dewasa
Tulang
: saudara laki-laki ibu
Tiga
: Pasar
Tombuan
: Tabung bambu yang berisi daging ayam yang dimasak (tabung bambu panjangnya 60 cm). Tutupnya dari daun pisang memakai jumbai (tanda sejahtera).
Tapongan
: Bakul khas Simalungun.
Tuppak
: Sumbangan
Taruhon jual
: Pesta perkawinan di laksanakan di kediaman paranak.
U Ulos
: Kain Batak
Uppasa
: Pantun
160
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nama-Nama Kecamatan Dan Luas Wilayah .......................
26
Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan .......................
73
DAFTAR LAMPIRAN
161
1. Foto Acara Pelaksanaan Pesta Perkawinan Batak Simalungun ................. 130 Acara Pajabu Parsahapan (Meminang), Hari Jumat, 27 April 2010. Waktu: 08.00-12.00 wib. Foto 1
Pihak paranak mau menyerahkan tombuan dan makanan kepada pihak parboru .......................................... 129
Foto 2
Anak boru jabu paranak menyampaikan demban/sirih dalam piring(demban panukkunan) kepada pihak parboru melalui anak boru sanina ...................................... 129
Foto 3
Anak boru jabu parboru menyerahkan dayok binatur kepada paman pengantin perempuan yang posisinya sebagaitondong ................................................................... 130
Foto 4
Pihak paranak menyerahkan dayok binatur kepada hasuhutanbolon. ................................................................. 130
Foto 5
Anak boru jabu paranak memberi batu apuran kepada boru parboru. ..................................................................... 131
Foto 6
Kode 1= Tombuan; 2= beras tenger; 3= Lauk; ................... 131
Foto 7
Seperangkat makanan sudah diterima parboru, sebagai sah kalau pinangan dari paranak diterima sama parboru ........... 132
Foto 8
Anak boru jabu paranak memberi batu apuran kepada posisi sebagaisanina yang diterima melalui anak borusanina. ....... 132
Foto 9
Acara Marpadan atau bahasa Tapanuli Martuppol di Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), Tanggal 28 April 2010, JumatWaktu: 10.00-12.00 wib. ........................................... 133
Pemberkatan di Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS). Tanggal 12 Mei 2010, Jumat. Waktu: 10.00-12.00 wib Foto 10
Acara pemberkatan di Gereja. ........................................... 133
Acara adat Perkawinan.Tanggal 12 Mei 2010, Jumat. Waktu 13.00-19.30 wib.Acara ini dilaksanakan setelah acara pemberkatan dari gereja. Foto 11
Kode A= Sepasang pengantin memakai busana khusus pengantin adat Simalungun. Busana tersebut dulunya dipakai oleh keluarga kerajaan. Kode B = Sepasang pengantin
162
memakai busana khususadat SimalungunZaman dulu biasanya dipakai oleh pengantin masyarakat biasa, begitu juga dengan zaman sekarang. .............................................................. 134 Foto 12
Pengantin dibawa anak boru jabu paranak ke dalam rumah paranak ........................................................................... 134
Foto 13
Kode * = Bapak dari pengantin laki-laki, dimana posisinya sebagaisuhut bolon Paranak; V= Posisi sebagai sanina paranak. Pihak pengantin laki-laki yang posisinya sebagai suhut bolon dan sanina wajib memakai Gotong dan bulang, sedangkan pihak parborutidakberhak menggunakan gotong dan bulang....................................................................... 135
Foto 14
Bapak dari pengantin laki-laki memberi beras teger (beras keras) sebagai tanda selamat menempuh hidup baru ........ 135
Foto 15
Dayok binatur diberikan orang tua dari pengantin laki-laki kepada pengantin tanda adat mulai berjalan. .................... 136
Foto 16
Orang tua pengantin perempuan menyerahkan seperangkat perlengkapan pakaian adat kepada pengantin untuk dipakaikan ....................................................................... 136
Foto 17
Orang tua dari pengantin perempuan memberi hio/manghioi kepada pengantin. ............................................................ 137
Foto 18
Tanda V= posisi sebagai tondong parboru ....................... 137
Foto 19
Tondong ni tondong memberikan hioi/manghioi kepada pengantin......................................................................... 138
Foto 20
Sanina memberikan hioi/manghioi kepada pengantin. ..... 138
Foto 21
Acara manaruhkon indahan si oppat borgin, dilanjutkan denganpaulak limbas. ...................................................... 139
2. Peta Kabupaten Simalungun .................................................................... 140 3. Peta Pulau Sumatera ............................................................................... 141