DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN SAWIT DAN SIMPANAN KARBON DI KABUPATEN KUBU RAYA DAN SANGGAU TAHUN 1990-2013
SAFIRA SUKMA HANJANI
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Penggunaan Lahan Perkebunan Sawit dan Simpanan Karbon di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 1990-2013 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015
Safira Sukma Hanjani NIM A14100040
ABSTRAK SAFIRA SUKMA HANJANI. Dinamika Penggunaan Lahan Perkebunan Sawit dan Simpanan Karbon di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 1990-2013. Dibimbing oleh MUHAMMAD ARDIANSYAH dan SUPIANDI SABIHAM. Perubahan penggunaan/penutupan lahan pada umumnya dapat diamati dengan menggunakan data spasial penggunaan/penutupan lahan dari titik tahun yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau, mengetahui dinamika perkebunan sawit, dan mengetahui kehilangan simpanan karbon yang terjadi selama tahun 1990-2013. Selama periode tahun ini, perubahan penggunaan lahan terjadi secara dinamis. Penggunaan/penutupan lahan hutan konsisten menurun sedangkan penggunaan/penutupan (non-hutan): lahan terbuka, semak belukar, semak belukar rawa, dan kebun sawit relatif meningkat. Kebun sawit di Kabupaten Kubu Raya bertambah dari penggunaan lahan hutan rawa sekunder pada periode tahun 1990-2009, sedangkan pada periode 2009-2013 dari lahan non-hutan. Kebun sawit di Kabupaten Sanggau didominasi bertambah dari penggunaan lahan non-hutan. Kehilangan simpanan karbon yang paling tinggi terjadi pada periode tahun 2006-2009 di Kabupaten Kubu Raya dan pada periode tahun 2011-2013 di Kabupaten Sanggau. Kata kunci : Perubahan penggunaan/penutupan lahan, perkebunan sawit, simpanan karbon ABSTRACT SAFIRA SUKMA HANJANI. Land Use/Cover Change Dynamics of Oil Palm Plantation and Carbon Stock in Kubu Raya and Sanggau District during 19902013. Supervised by MUHAMMAD ARDIANSYAH dan SUPIANDI SABIHAM. Land use/cover change can be observed with spatial data of land use/cover from different time period. Objectives of this research were to identify land use/cover change in Kubu Raya and Sanggau District, determine dynamic of oil palm plantation, and determine carbon stock loss which was occured during 19902013. During this period, land use/cover change have occured dynamically. Forest land use consistently decreased while non-forest land such as open land, shrub land, swamp shrub land, and oil palm plantation relative increased. Oil palm plantation in Kubu Raya increase from forest land (secondary swamp forest) during 1990/2009 whereas in the 2009-2013 period from non-forest land. Oil palm plantation in Sanggau dominated increase from non-forest land. Highest carbon stock loss occured during 2006-2009 period in Kubu Raya district and during 2011-2013 period in Sanggau District. Keywords : Land use/cover change, oil palm plantation, carbon stock
DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN SAWIT DAN SIMPANAN KARBON DI KABUPATEN KUBU RAYA DAN SANGGAU TAHUN 1990-2013
SAFIRA SUKMA HANJANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik dan lancar. Tidak lupa pula, shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad Sallallahu „Alaih Wasallam, yang berkat jasa beliau manusia bisa mengenal Allah SWT lewat Islam. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penginderaan Jarak Jauh Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan dan Departemen Manajemen Hutan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah perubahan penggunaan lahan, dengan judul Dinamika Penggunaan Lahan Perkebunan Sawit dan Simpanan Karbon di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 1990-2013. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Drh Djony Istori dan Sartika Tisna Amidjadja atas doa, kasih sayang dan dukungan yang selalu diberikan. Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr Ir Muhammad Ardiansyah dan Bapak Prof Dr Ir Supiandi Sabiham MAgr selaku pembimbing, serta Bapak Prof Dr Ir I Nengah Surati Jaya Magr dan Bapak Uus Saepul SHut yang telah banyak memberi saran dan arahan dalam karya ilmiah ini. Penghargaan dan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen dan staf Departemen ITSL IPB atas bimbingannya. Ucapan terima kasih penulis juga sampaikan kepada Novita Wulandari, Kak Artika Afifatus Soleha, dan teman-teman dari Laboratorium Penginderaan Jarak Jauh Manajemen Hutan atas bantuannya. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Akbar Pratama atas doa, dukungan, dan kesabarannya selama ini. Terima kasih kepada Dinda Lestari, Farid Ridwan, Yuni, Vyatra, dan Wahyuning Titah sebagai teman satu bimbingan serta keluarga Ilmu Tanah 47, dan seluruh teman penulis yang tidak terucapkan atas doa, dukungan, dan persahabatannya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan usulan penelitian ini, maka diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dalam penulisan selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga apa yang dihasilkan dari penelitian ini membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kualitas penulis dan pembaca dalam ilmu pengetahuan.
Bogor, Maret 2015
Safira Sukma Hanjani
DAFTAR ISI ABSTRAK
ii
PRAKATA
vi
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Penggunaan/Penutupan Lahan
3
Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan
3
Penginderaan Jauh
4
Simpanan Karbon
5
METODE
7
Waktu dan Tempat Penelitian
7
Bahan dan Alat
8
Tahap Pengolahan Data
9
Reinterpretasi dan Interpretasi Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 1990, 2000, 2003, 2006, 2009, 2011 dan 2013
9
Identifikasi Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 1990-2013 Tahap Analisis Data
13 13
Analisis Penggunaan/Penutupan Lahan, Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan dan Dinamika Perkebunan Sawit
13
Analisis Serapan/Kehilangan Simpanan Karbon
13
PEMBAHASAN
16
Penggunaan/Penutupan Lahan di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Sanggau tahun 1990-2013
16
Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Sanggau tahun 1990-2013
20
Dinamika Perkebunan Sawit di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Sanggau tahun 1990-2013
21
Serapan/Kehilangan Simpanan Karbon di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 1990-2013
25
Serapan/Kehilangan Simpanan Karbon karena Konversi menjadi Perkebunan Sawit
26
KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
33
RIWAYAT HIDUP
57 DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
8. 9.
Teks
Halaman
Bahan yang digunakan dalam penelitian 8 Pengertian penggunaan/penutupan yang digunakan 10 Simpanan karbon dari beberapa penggunaan lahan 14 Luas penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Kubu Raya tahun 1990-2013 18 Luas penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Sanggau tahun 1990-2013 19 Dinamika penambahan luas lahan kebun sawit dari penggunaan/penutupan lahan hutan dan non-hutan di Kabupaten Kubu Raya tahun 1990-2013 24 Dinamika penambahan luas lahan kebun sawit dari penggunaan/penutupan lahan hutan dan non-hutan di Kabupaten Sanggau tahun 1990-2013 24 Serapan/kehilangan simpanan karbon karena konversi menjadi kebun sawit di Kabupaten Kubu Raya 28 Serapan/kehilangan simpanan karbon karena konversi menjadi kebun sawit di Kabupaten Sanggau 29 DAFTAR GAMBAR
No. 1
Teks Citra Landsat dari Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2013
Halaman 9
No. 2 3 4 5
Teks Diagram tahapan penelitian Peta penggunaan/penutupan lahan tahun 1990, 2000, 2003, 2006, 2009, 2011, dan 2013 Dinamika luas perkebunan sawit di Kabupaten Kubu Raya Dinamika luas perkebunan sawit di Kabupaten Sanggau
Halaman 15 17 22 23
DAFTAR LAMPIRAN No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Teks Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 1990 Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2000 Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2003 Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2006 Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2009 Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2011 Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2013 Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 1990-2000 di Kabupaten Kubu Raya Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2000-2003 di Kabupaten Kubu Raya Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2003-2006 di Kabupaten Kubu Raya Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2006-2009 di Kabupaten Kubu Raya Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2009-2011 di Kabupaten Kubu Raya Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2011-2013 di Kabupaten Kubu Raya Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 1990-2000 di Kabupaten Sanggau Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2000-2003 di Kabupaten Sanggau Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2003-2006 di Kabupaten Sanggau Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2006-2009 di Kabupaten Sanggau Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2009-2011 di Kabupaten Sanggau
Halaman 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
No.
Teks
19. Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2011-2013 di Kabupaten Sanggau 20. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 1990-2000 di Kabupaten Kubu Raya 21. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2000-2003 di Kabupaten Kubu Raya 22. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2003-2006 di Kabupaten Kubu Raya 23. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2006-2009 di Kabupaten Kubu Raya 24. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2009-2011 di Kabupaten Kubu Raya 25. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2011-2013 di Kabupaten Kubu Raya 26. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 1990-2000 di Kabupaten Sanggau 27. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2000-2003 di Kabupaten Sanggau 28. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2003-2006 di Kabupaten Sanggau 29. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2006-2009 di Kabupaten Sanggau 30. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2009-2011 di Kabupaten Sanggau 31. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2011-2013 di Kabupaten Sanggau
Halaman 51 52 52 52 53 53 54 54 55 55 55 56 56
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan semua bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup baik materiil maupun spiritual (Arsyad, 1989). Penggunaan lahan mengalami perubahan sejalan dengan meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk dalam menjalankan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, yang pada akhirnya berdampak positif maupun negatif akibat perubahan penggunaan lahan tersebut. Perubahan penggunaan lahan dari hutan ke non-hutan misalnya, dapat mengakibatkan menurunnya daya kemampuan hutan untuk menjalankan fungsi ekologisnya sehingga dapat menimbulkan dampak pada lingkungan yang serius seperti perubahan iklim, berkurangnya keanekaragaman hayati dan ketersediaan sumber daya air serta terjadinya erosi tanah (Basyar, 1999). Pola penggunaan lahan menyebabkan perubahan pola tutupan lahan di wilayah Kubu Raya. Pola penggunaan lahan selama tiga dekade mengalami perubahan yang signifikan. Tutupan lahan hutan Kubu Raya pada dekade 1970-an masih 100%. Kemudian mulai dekade berikutnya sampai tahun 1991, wilayah hutan gambut Kubu Raya mulai banyak dibuka untuk perkebunan rakyat dan perkebunan besar maupun perkebunan campuran (Iswati et al., 2013). Untuk di Kabupaten Sanggau dalam periode 1996-2005 perubahan tutupan lahan hutan dan wanatani menurun sangat signifikan serta meningkatnya usaha perkebunan. Tanaman perkebunan utama di kabupaten ini adalah sawit (Sirait et al., 2013). Perubahan penggunaan lahan dapat menyebabkan kehilangan simpanan karbon. Kehilangan simpanan karbon inilah yang menjadi salah satu isu dalam pemanasan global akibat konversi hutan menjadi non-hutan, misalnya perkebunan sawit. Selain itu, perubahan lahan terutama di lahan gambut disertai proses drainase, yang dapat menyebabkan percepatan dalam proses pelapukan, sehingga karbon yang tersimpan di lahan gambut akan teremisi dan membentuk gas rumah kaca (GRK), terutama gas CO2. Untuk mengetahui hal ini secara pasti, perlu diketahui apakah perubahan penggunaan lahan menjadi perkebunan sawit berawal dari pembukaan hutan atau penggunaan lahan lainnya, dan apakah terjadi di tanah gambut atau mineral. Perubahan penggunaan/penutupan lahan pada umumnya dapat diamati dengan menggunakan data spasial dari peta penggunaan/penutupan lahan dari titik tahun yang berbeda. Data penginderaan jauh seperti citra satelit, radar, dan foto udara sangat berguna dalam pengamatan perubahan penggunaan/penutupan lahan. Biasanya data dalam bentuk citra selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna membuahkan data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, perencanaan, dan bidang-bidang lainnya. Beberapa contoh manfaat dalam aplikasi penginderaan jauh adalah untuk mengidentifikasi penutupan lahan (land cover), untuk mengidentifikasi dan memonitor pola perubahan lahan, dan menjadi bahan pertimbangan dalam manajemen dan perencanaan wilayah. Seiring dengan makin berkembangnya teknologi, dikembangkan pula teknik manajemen data yang sangat membantu pekerjaan penafsir, yakni Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan suatu sistem berbasis komputer yang
2
mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi, yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis serta keluaran (Aronoff, 1989). Tujuan pokok dari pemanfaatan sistem informasi geografis adalah untuk mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Dengan menggunakan kombinasi teknologi dan SIG dapat dilakukan pengamatan mengenai penambahan luas perkebunan sawit pada tanah mineral dan tanah gambut di wilayah Kabupaten Sanggau dan Kubu Raya. Dari beberapa titik waktu penggunaan lahan yang digunakan dalam penelitian ini juga dapat diketahui penggunaan lahan awal sebelum perkebunan sawit, sehingga diharapkan dapat menjawab pertanyaan apakah perkebunan sawit merupakan faktor paling utama dalam terjadinya penurunan luas hutan di kedua kabupaten ini. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana dinamika perubahan penggunaan dan penutupan lahan pada tahun 1990-2013 di lokasi penelitian 2. Bagaimana penambahan luas perkebunan sawit di tanah mineral dan tanah gambut 3. Bagaimana serapan/kehilangan simpanan karbon pada tahun 1990-2013 di lokasi penelitian Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi perubahan penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau dari tahun 1990-2013 2. Mengetahui dinamika perkebunan sawit dari tahun 1990-2013 yang dibedakan berdasarkan tanah mineral dan tanah gambut 3. Mengetahui serapan/kehilangan simpanan karbon yang tersimpan akibat konversi penggunaan lahan menjadi kebun kelapa sawit dari tahun 19902013 Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari kajian ini diharapkan dapat menjadi data dasar serta bahan masukan bagi instansi daerah, instansi pusat serta pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan bentang alam Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau yang berhubungan dengan cadangan karbon dan konversi lahan tersimpan dalam mengambil suatu kebijakan. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas dinamika perubahan penggunaan dan penutupan lahan dari tahun 1990-2013 khususnya perkebunan sawit. Selain itu, dalam
3
penelitian ini dibahas juga serapan/kehilangan simpanan karbon di agro-ekosistem kelapa sawit di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau, Kalimantan Barat.
TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan/Penutupan Lahan Definisi lahan menurut Sitorus (2004) merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi atau relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) lahan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer, termasuk atmosfer serta segala akibat yang ditimbulkan oleh manusia di masa lalu dan sekarang. Menurut FAO yang dikutip oleh Notohadiprawiro (2006) lahan merupakan dataran bumi yang ciri-cirinya mencakup segala tanda pengenal, baik yang bersifat cukup mantap maupun yang dapat diramalkan bersifat mendaur, dari biosfer, atmosfer, tanah, geologi, hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini, sejauh tanda-tanda pengenal tersebut memberikan pengaruh atas penggunaan lahan oleh manusia pada masa kini dan masa mendatang. Sutanto (1997) mendefinisikan penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada suatu bidang lahan, sedangkan penutupan lahan lebih merupakan perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Sistem penggunaan lahan dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Penggunaan lahan pertanian antara lain tegalan, sawah, ladang, kebun, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung dan sebagainya. Penggunaan lahan non pertanian antara lain penggunaan lahan perkotaan atau pedesaaan, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya (Arsyad, 1989). Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Perubahan penggunaan/penutupan lahan pada umumnya dapat diamati dengan menggunakan data spasial dari peta penggunaan/penutupan lahan dari titik tahun yang berbeda. Data penginderaan jauh seperti citra satelit, radar, dan foto udara sangat berguna dalam pengamatan perubahan penggunaan/penutupan lahan. Nasoetion (1991) menyatakan beberapa hal yang diduga sebagai penyebab proses perubahan penggunaan lahan antara lain besarnya tingkat urbanisasi dan lambatnya proses pembangunan di pedesaan, peningkatan jumlah kelompok golongan berpendapatan menengah hingga atas di wilayah perkotaan yang berakibat tingginya permintaan terhadap pemukiman (komplek-komplek perumahan), transformasi struktur perekonomian yang akan menggeser kegiatan pertanian/lahan hijau khususnya di perkotaan, dan fragmentasi pemilikan lahan menjadi satuan-satuan usaha dengan ukuran yang secara ekonomi tidak efisien.
4
Penggunaan lahan di permukaan bumi dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Perubahan penggunaan lahan tersebut dapat dipetakan dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mampu mengelola data yang bersifat spasial. Untuk memanfaatkan teknologi ini dibutuhkan satu metode analisis tertentu untuk memperoleh informasi sesuai kebutuhan. Pada studi ini, metode yang digunakan melalui proses tumpang susun dengan menggunakan analisis perbandingan (Deliar, 2000). Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan merupakan perwujudan fisik objek-objek yang menutupi lahan dan berkembang dengan kegiatan manusia pada bidang-bidang lahan tersebut. R.P. Sitorus (1992) menyatakan bahwa penggunaan lahan adalah penggunaan utama atau penggunaan kedua (apabila merupakan penggunaan berganda) dari sebidang lahan seperti lahan pertanian, lahan hutan, padang rumput, dan sebagainya, jadi lebih merupakan tingkat pemanfaatan oleh masyarakat. Penggunaan lahan juga dapat diartikan sebagai bentuk intervensi terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual (Arsyad, 1989). Barlowe (1986) menyatakan bahwa penggunaan lahan dipengaruhi oleh tiga faktor penting, yaitu faktor fisik lahan, faktor ekonomi, serta faktor kelembagaan. Faktor fisik yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah faktor-faktor yang terkait dengan kesesuaian lahannya, meliputi faktor lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan budidaya tanaman, kemudahan teknik budidaya ataupun pengelolaan lahan dan kelestarian lingkungan. Faktor fisik ini meliputi iklim, sumberdaya air dan kemungkinan perairan, bentuk lahan dan topografi (elevasi dan lereng), serta karakteristik tanah yang secara bersamaan akan membatasi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan pada sebidang lahan (Sys et al. dalam Gandasamita, 2001). Sementara menurut Muiz (2009), perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai suatu proses perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lain yang dapat bersifat permanen maupun sementara dan merupakan konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang baik untuk tujuan komersial maupun industri. Perubahan penggunaan lahan dan penutupan lahan pada umumnya dapat diamati dengan menggunakan data spasial dari peta penggunaan lahan dan penutupan lahan dari titik tahun yang berbeda. Data penginderaan jauh seperti citra satelit, radar, dan foto udara sangat berguna dalam pengamatan perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan umumnya bersifat irreversible (tidak dapat balik), karena untuk mengembalikannya dibutuhkan modal yang sangat besar. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh atau remote sensing adalah ilmu yang mempelajari tentang peralihan informasi suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Sutanto, 1997). Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna membuahkan data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, perencanaan, dan bidang-bidang lainnya.
5
Teknologi penginderaan jauh berkembang pesat seiring peranannya yang semakin diperlukan dalam proses pengambilan dan pengumpulan informasi mengenai objek yang diamati. Murai (1996) mengklasifikasikan tipe-tipe informasi yang bisa diekstrak melalui data penginderaan jauh, seperti tipe klasifikasi (land cover, vegetasi), deteksi perubahan (perubahan land cover), ekstraksi kualitas fisik (temperatur, komponen atmosfer, elevasi), ekstraksi indeks (indeks vegetasi, indeks kekeruhan), dan tipe identifikasi feature spesifik (identifikasi bencana alam seperti kebakaran hutan atau banjir, deteksi feature arkeologi). Beberapa contoh manfaat dalam aplikasi penginderaan jauh adalah untuk mengidentifikasi penutupan lahan (land cover), untuk mengidentifikasi dan memonitor pola perubahan lahan, dan menjadi bahan pertimbangan dalam manajemen dan perencanaan wilayah. Seiring dengan makin berkembangnya teknologi, dikembangkan pula teknik manajemen data yang sangat membantu pekerjaan penafsir, yakni Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan suatu sistem berbasis komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi, yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis serta keluaran (Aronoff, 1989). Tujuan pokok dari pemanfaatan sistem informasi geografis adalah untuk mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1997). Karakteristik objek dapat ditentukan berdasarkan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan oleh objek tersebut dan terekam oleh sensor. Hal ini menunjukkan bahwa masingmasing objek mempunyai karakteristik pantulan atau pancaran elektromagnetik yang unik dan berbeda pada lingkungan yang berbeda (Murai, 1996). Berdasarkan sumber tenaganya, terbagi menjadi sistem penginderaan jauh aktif dan sistem penginderaan jauh pasif. Sistem penginderaan jauh aktif merupakan peginderaan jauh yang menggunakan tenaga buatan dalam perekamannya. Hal ini didasarkan bahwa perekaman objek pada malam hari memerlukan tenaga. Sistem penginderaan jauh pasif (foto udara dan citra raster), yaitu sistem penginderaan jauh yang energinya berasal dari matahari. Panjang gelombang yang digunakan oleh sistem pasif, tidak memiliki kemampuan menembus atmosfer yang dilaluinya, sehingga atmosfer ini dapat menyerap (absorb) dan menghamburkan (scatter) energi pantulan (reflektan) objek yang akan diterima oleh sensor (Lillesand dan Kiefer, 1997). Beberapa contoh manfaat dalam aplikasi penginderaan jauh adalah mampu mengidentifikasi penutupan lahan (land cover), mengidentifikasi dan monitoring pola perubahan lahan, mampu melakukan manajemen dan perencanaan wilayah, mampu melakukan manajemen sumber daya hutan, dan eksplorasi mineral. Simpanan Karbon Dalam kegiatan konversi hutan dan perubahan penggunaan lahan berarti karbon yang telah disimpan dalam bentuk biomasa atau dalam tanah gambut
6
dilepaskan ke atmosfir melalui pembakaran (tebas dan bakar) atau dekomposisi bahan organik di atas maupun di bawah permukaan tanah. Cadangan karbon dari suatu bentang lahan juga dapat dipindahkan melalui penebangan kayu, namun kecepatan dalam melepaskan C ke atmosfer tergantung pada penggunaan kayu tersebut. Diperkirakan bahwa antara tahun 1990-l999, perubahan penggunaan lahan memberikan sumbangan sekitar 1.7 Gt/tahun dari total emisi CO (Watson et al. dalam Lusiana et al., 2005). Emisi dari penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan dan kehutanan Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan sebesar 2.563 Mt CO2 atau sama dengan 20% dari total emisi perubahan lahan dan hutan dunia, sebagian besar penyumbang emisi ini adalah deforestasi dan degradasi hutan. Gas-gas tersebut memiliki kemampuan menyerap radiasi gelombang panjang yang bersifat panas sehingga suhu bumi akan semakin panas jika jumlah gas-gas tersebut meningkat di atmosfer (Najiyati et al., 2005). Pada sektor kehutanan, perubahan peruntukan lahan menyebabkan terlepasnya CO2 ke atmosfer dalam jumlah yang cukup berarti. Pengalihan status lahan hutan menjadi lahan pertanian tetap menyebabkan berkurangnya penyimpanan karbon kawasan, sebab penyimpanan karbon pada lahan pertanian tidak sebesar pada kawasan hutan. Pelepasan karbon ke atmosfer akibat konversi hutan sekitar 250 mg/haC yang berasal selama penebangan dan pembakaran, sedangkan penyerapan kembali menjadi vegetasi pohon hanya sekitar 5 mg/haC. Pada produksi pertanian, tanaman mengkonversi karbondioksida dari atmosfer menjadi bahan penyusun jaringannya. Pada saat daun, atau ranting, atau keseluruhan tanaman mati, bahan ini kemudian dikembalikan ke tanah, mengalami dekomposisi, terutama oleh mikrobia tanah. Proses dekomposisi sebagian menghasilkan gas CO2, dilepaskan lagi ke udara, sebagian lagi tertahan dalam tanah menjadi bahan organik tanah. Stok karbon dalam tanah merepresentasikan keseimbangan dinamik antara input dari sisa tanaman mati dan output berupa pelepasan ke atmosfer dari proses dekomposisi. Pelepasan karbon tanah di masa lalu sebagian besar disebabkan oleh aktivitas pertanian, namun sekarang ini sumbangan utama emisi karbon adalah dari pembakaran bahan bakar fosil oleh industri dan oleh transportasi (Robert, 200l). Hasil penelitian Tomich et al. dalam Hairiah dan Rahayu 2007, memperlihatkan bahwa cadangan karbon (C) yang tersimpan pada hutan alam jauh lebih besar dari tata guna lahan yang lainnya. Oleh karena itu, hutan alami dengan keragaman jenis pepohonan berumur panjang dan serasah yang banyak merupakan gudang penyimpan C tertinggi. Bila hutan diubah fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian atau perkebunan atau pemukiman, maka jumlah C tersimpan akan merosot (Hairiah dan Rahayu, 2007). Karbon yang tersimpan tersebut akan hilang dengan cepat apabila hutan ditebang. Penebangan yang diikuti dengan pembakaran mempercepat proses emisi dari biomassa hutan gambut. Sekitar 50% dari kayu penebangan hutan dipanen untuk dijadikan berbagai bahan perabotan dan perumahan. Karbon didalamnya akan tersimpan dalam waktu cukup lama (10-25 tahun) sehingga bisa dianggap menjadi bagian dari karbon tersimpan satu sampai tiga dekade sesudah hutan dibuka, tergantung kualitas kayunya. Sisa pohon yang tertinggal di atas permukaan tanah akan teremisi dalam waktu yang relatif singkat, baik karena terbakarnya biomassa kayu-kayuan tersebut, maupun karena pelapukan secara
7
biologis. Dari 100 ton C/ha biomassa tanaman yang tidak digunakan sebagai produk kayu hasil hutan, akan menjelma menjadi sekitar 367 ton CO2/ha bila teroksidasi secara sempurna. Lahan gambut menyimpan karbon pada biomassa tanaman, serasah di bawah hutan gambut, lapisan gambut dan lapisan tanah mineral di bawah gambut (substratum). Dari berbagai simpanan tersebut, lapisan gambut dan biomassa tanaman menyimpan karbon dalam jumlah tertinggi. Lahan gambut menyimpan karbon yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanah mineral. Di daerah tropis karbon yang disimpan tanah dan tanaman pada lahan gambut bisa lebih dari 10 kali karbon yang disimpan oleh tanah dan tanaman pada tanah mineral (Agus dan Subiksa, 2008). Menurut Hairiah dan Rahayu (2007), cadangan karbon yang tersimpan di daratan (teresterial) terbagi menjadi karbon di atas permukaan (above ground carbon) dan karbon di bawah permukaan atau dalam tanah (below ground carbon). Karbon di atas permukaan tanah meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak berdiameter <5 cm, tumbuhan menjalar dan gulma), nekromassa (bagian pohon atau tanaman yang sudah mati) dan serasah (bagian tanaman yang gugur berupa daun dan ranting). Karbon bawah permukaan, meliputi biomassa akar dan bahan organik tanah (sisa tanaman, hewan dan manusia yang mengalami dekomposisi. Biomassa didefinisikan sebagai jumlah total bahan organik hidup dalam pohon yang dinyatakan dalam berat kering oven per unit area. Biomassa digunakan untuk memperkirakan karbon tersimpan, karena sekitar 50% dari biomassa tanaman adalah karbon (Brown, 1997). Dalam menduga perubahan cadangan karbon suatu bentang alam yang memiliki tipe penggunaan lahan yang berbeda, teknologi penginderaan jarak jauh merupakan suatu cara efektif untuk melakukan pemantauan penutupan lahan. Sejalan dengan Mickler et al. (2002) diacu dalam Muukkonen dan Heiskanen (2005) menjelaskan bahwa perubahan cadangan karbon pada suatu lokasi akan lebih mudah diidentifikasi dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlokasi di Provinsi Kalimantan Barat, tepatnya di Kabupatan Kubu Raya dan Kabupaten Sanggau yang merupakan wilayah dengan luas perkebunan sawit terluas dan memiliki perkebunan kelapa sawit di atas tanah gambut paling besar. Kedua kabupaten terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau diantara garis 2o08 LU dan 3005 LS serta diantara 108o0 BT dan 114o10 BT dengan luas sekitar 146.807 km² atau 7,53% dari luas Indonesia atau 1,13 kali luas pulau Jawa. Kabupaten Kubu Raya terdiri dari sembilan kecamatan yaitu Kecamatan Kubu, Kecamatan Sungai Raya, Kecamatan Rasau Jaya, Kecamatan Terentang, Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Sungai Ambawang, Kecamatan Kuala Mandor-B, Kecamatan Sungai Kakap dan Kecamatan Telok Pa’kedai. Bagian utara kabupaten ini berbatasan dengan Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak, Kota Pontianak, Kecamatan Sebangki dan Kecamatan Ngabang Kabupaten
8
Landak. Bagian timur dengan Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau dan Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapang. Bagian selatan dengan Kecamatan Seponti, Kecamatan Teluk Batang dan Kecamatan Pulau Maya Karimata Kabupaten Kayong Utara, dan bagian barat dengan Laut Natuna, sedangkan Kabupaten Sanggau terletak diantara koordinat 10 10 LU serta 00 35 LS serta diantara 1090 45 dan 1110 11 BT dengan luas 12.857,70 km2 atau sekitar 12,47% dari luas seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Bagian utara berbatasan dengan Sarawak Malaysia Timur, bagian selatan dengan Kabupaten Ketapang, bagian timur dengan Kabupaten Sintang dan Sekadau, dan bagian barat dengan Kabupaten Landak. Persiapan dan pengolahan data dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penginderaan Jauh, Manajemen Kehutanan, Fakultas Kehutanan, IPB, Bogor. Pengumpulan data dimulai dari bulan Mei sampai Agustus 2014, yang dilanjutkan dengan pengolahan data dari bulan September sampai November 2014. Bahan dan Alat Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer terdiri atas Citra Landsat 7 tahun 1990, 2000, 2003, 2006, 2009, 2011, dan Citra Landsat 8 tahun 2013 (Gambar 1). Data sekunder terdiri atas peta administrasi, penutupan/pengggunaan lahan tahun 1990, 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2011 (Kementrian Kehutanan), dan peta kedalaman gambut (BBSDLP), dan Faktor Emisi Karbon di Kalimantan (BPREDD). Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Bahan yang digunakan dalam penelitian No. 1. 2. 3.
4.
5
Data Sumber Data Citra Landsat 7 tahun 1990, 2000, 2003, 2006, 2009, 2011, dan Citra usgs.glovis.com Landsat 8 tahun 2013 Peta Administrasi Kabupaten BIG (2014) Kubu Raya dan Sanggau Balai Besar Sumberdaya Peta kedalaman gambut Lahan Pertanian (BBSDLP) Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Kalimantan Barat Tahun Kementerian Kehutanan 1990, 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2011 Faktor Emisi Karbon Hutan di BPREDD (2014) Kalimantan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah komputer, perangkat lunak ArcGis versi 9.3, Microsoft Excel 2013, dan Erdas Imagine versi 9.2.
9
Gambar 1. Citra Landsat dari Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2013
Tahap Penggolahan Data Reinterpretasi dan Interpretasi Peta Penggunaan/ Penutupan Lahan Tahun 1990, 2000, 2003, 2006, 2009, 2011 dan 2013 Pengolahan data pada tahap awal adalah reinterpretasi Citra Landsat 7 tahun 1990, 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2011 dan interpretasi Citra Landsat 8 tahun 2013. Reinterpretasi dan interpretasi citra dilakukan dengan beberapa tahap, antara lain pengunduhan file Citra Landsat, penggabungan band (layer stacking),
10
penggabungan citra (mosaic image), dan interpretasi citra. Tahap penggabungan band dan penggabungan citra digunakan software Erdas Imagine, sedangkan untuk interpretasi citra digunakan software ArcGis. Tahap reinterpretasi dan interpretasi citra dilakukan dengan identifikasi secara visual menggunakan 9 unsur dalam interpretasi citra yaitu rona, warna, tekstur, pola, ukuran, bentuk, bayangan, dan situs. Kombinasi saluran (band) yang digunakan adalah komposit RGB (Red Green Blue)-543 untuk reinterpretasi Citra Landsat 7 dan RGB-654 untuk interpretasi Citra Landsat 8. Pemilihan citra dengan komposit saluran ini dilakukan karena menampilkan warna natural dan kontras warna yang jelas dalam menampilkan penutupan lahan. Kemudian setelah diidentifikasi, dilakukan klasifikasi yaitu dengan membatasi atau mendelineasi penggunaan/penutupan lahan. Klasifikasi penggunaan/penutupan lahan dalam penelitian ini mengikuti Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan Kementerian Kehutanan (SNI 7654:2010). Hasil interpretasi dibandingkan dengan citra resolusi tinggi dari Google Maps untuk menilai kebenaran penggunaan lahan, terutama perkebunan. Reinterpretasi citra tahun 1990-2011 diperlukan untuk membedakan penggunaan/penutupan lahan perkebunan, yang ada di peta tutupan lahan 19902011, menjadi penggunaan/penutupan lahan kebun rakyat dan kebun sawit. Pengertian penggunaan/penutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang mengacu pada Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan Kementerian Kehutanan (SNI 7654:2010). Tabel 2. Pengertian penggunaan/penutupan yang digunakan Penggunaan/Penutupan Lahan
Hutan lahan kering primer
Hutan lahan kering sekunder
Hutan mangrove primer
Pengertian Seluruh kenampakan hutan seperti dataran rendah, perbukitan dan pegunungan (dataran tinggi dan subalpin) yang belum menampakkan bekas penebangan termasuk hutan kerdil, hutan kerangas, hutan di atas batuan kapur, hutan di atas batuan ultra basa, hutan daun jarum, hutan luruh daun dan hutan lumut. Seluruh kenampakan hutan seperti dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang telah menampakkan bekas penebangan (kenampakan alur dan bercak bekas tebang) termasuk hutan kerdil, hutan di atas batuan kapur, hutan di atas batuan ultra basa, hutan daun jarum, hutan luruh daun dan hutan lumut, daerah berhutan bekas tebas bakar yang ditinggalkan, bekas kebakaran atau yang tumbuh kembali dari bekas tanah terdegradasi. Hutan yang tumbuh di daerah pantai atau sekitar muara yang biasanya ditanami dengan tanaman bakau, nipah dan nibung yang belum menampakkan bekas penebangan. Pada beberapa lokasi, hutan
11
Penggunaan/Penutupan Lahan
Hutan mangrove sekunder
Hutan rawa primer
Hutan rawa sekunder
Lahan terbuka
Perkebunan/Kebun
Permukiman
Pertambangan
Pertanian lahan kering
Pertanian lahan kering campur semak
Rawa
Pengertian mangrove berada lebih ke pedalaman. Hutan yang tumbuh di daerah pantai atau sekitar muara yang biasanya ditanami dengan tanaman bakau, nipah dan nibung yang telah memperlihatkan bekas penebangan dengan pola alur, bercak, dan genangan atau bekas terbakar. Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa (rawa payau dan rawa gambut) yang belum menampakkan bekas penebangan, termasuk hutan sagu. Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa (rawa payau dan rawa gambut) yang telah menampakkan bekas penebangan, termasuk hutan sagu dan hutan rawa bekas terbakar. Seluruh kenampakan lahan terbuka tanpa vegetasi seperti singkapan batuan puncak gunung, pasir pantai, endapan sungai, lahan terbuka bekas kebakaran, dan lahan terbuka bekas pembersihan land clearing. Lahan yang ditumbuhi dengan pohonpohonan yang dibebani hak milik atau hak lainnya dengan penutupan tajuk didominasi pohon buah atau industri. Lahan yang digunakan untuk permukiman, baik perkotaan, pedesaan, industri dan fasilitas umum dengan memperlihatkan bentuk-bentuk yang jelas dan biasanya ditunjukkan dengan pola alur rapat. Lahan terbuka yang digunakan untuk aktivitas pertambangan terbuka-open pit seperti batubara, timah, tembaga, dan lainlain. Untuk tambang tertutup (minyak) ditandai dengan adanya pola jaringan jalan penghubung antar titik pengeboran atau penimbunan. Semua aktivitas pertanian di lahan kering seperti tegalan, kebun campuran dan ladang dan biasanya berada di sekitar permukiman. Semua jenis pertanian lahan kering yang berselang-seling dengan semak, belukar dan hutan bekas tebangan. Terlihat pada areal perladangan berpindah dan rotasi tanam lahan karst. Kebun campuran dapat dimasukkan kedalam klasifikasi ini. Lahan rawa yang sudah tidak berhutan atau tidak terdapat vegetasi
12
Penggunaan/Penutupan Lahan
Sawah
Semak belukar
Semak belukar rawa
Tambak
Tubuh Air
Bandara
Pengertian pohon. Hamparan lahan untuk aktivitas pertanian yang dicirikan oleh pola pematang, biasanya berbentuk petak yang teratur, terkadang tergenang air atau kering dan mempunyai keseragaman umur tanam dalam satu petak/areal untuk yang tidak dibatasi oleh pematang. Kawasan bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali atau kawasan dengan liputan pohon jarang (alami) atau kawasan dengan dominasi vegetasi rendah (alami). Kawasan ini biasanya tidak menampakkan lagi bekas/bercak tebangan. Kawasan bekas hutan rawa/mangrove yang telah tumbuh kembali atau kawasan dengan liputan pohon alami dan biasanya kawasan ini tidak menampakkan lagi bekas tebangan. Aktivitas perikanan darat (ikan/udang) atau penggaraman yang tampak dengan pola pematang yang biasanya berada di sekitar pantai. Semua kenampakan perairan yang termasuk laut, sungai, danau, waduk, terumbu karang, padang lamun dan lainnya. Kenampakan bandara yang berukuran besar terlihat jalur panjang dan lebar dengan ukuran tertentu serta tidak dihubungkan dengan jaringan jalan ke tempat lain.
13
Identifikasi Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 1990-2013 Setelah proses reinterpretasi dan interpretasi selesai, kemudian dilakukan tumpang tindih (overlay) antara peta penggunaan/penutupan lahan, peta gambut, dan peta administrasi untuk mengetahui penggunaan/penutupan lahan apa saja yang berada di atas lahan gambut dan mineral pada tiap tahun di setiap kabupaten. Untuk mendeteksi perubahan penggunaan lahan, file “.dbf”, yaitu file database yang dihasilkan dari tumpang tindih pada ArcMap yang berisi atribut penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Sanggau dan Kubu Raya, informasi tanah (gambut dan mineral) dan juga luas lahan, digunakan untuk membuat matriks transisi di Microsoft Excel dengan metode pivot table. Tahap Analisis Data Analisis Penggunaan/Penutupan Lahan, Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan dan Dinamika Perkebunan Sawit Pada tahap ini analisis dinamika penggunaan/penutupan lahan dilakukan dari hasil pengolahan data yaitu tabel luas penggunaan/penutupan lahan per kabupaten, matriks transisi perubahan penggunaan/penutupan lahan per kabupaten, dan grafik dinamika luas perkebunan sawit per kabupaten pada tanah mineral dan gambut. Analisis dilakukan dengan pengamatan penggunaan/penutupan lahan yang dominan per tahun, perubahan lahan yang terjadi antara periode waktu tahun 1990-2000, 2000-2003, 2003-2006, 2006-2009, 2009-2011, dan 2011-2013, serta menganalisis penggunaan/penutupan awal sebelum berubah menjadi penggunaan/penutupan lahan kebun sawit. Analisis Serapan/Kehilangan Simpanan Karbon Untuk analisis kehilangan karbon, penggunaan/penutupan lahan yang dihitung kehilangan karbonnya adalah lahan hutan yaitu penggunaan/penutupan hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder, hutan rawa primer, dan hutan rawa sekunder. Analisis serapan/kehilangan simpanan karbon pada penelitian ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu analisis serapan/kehilangan simpanan karbon secara keseluruhan, yang dihitung berdasarkan keseluruhan luas perubahan lahan hutan menjadi lahan non-hutan (termasuk perubahan menjadi kebun sawit) dan analisis simpanan karbon karena konversi menjadi kebun sawit, yang dihitung hanya berdasarkan luas perubahan penggunaan/penutupan lahan hutan menjadi lahan sawit. Adapun rumus serapan/kehilangan karbon yang digunakan adalah sebagai berikut : Serapan/Kehilangan Karbon = (CSb - CSa) x DA CSb CSa DA
= Simpanan Karbon Awal (tC/ha) = Simpanan Karbon Akhir (tC/ha) = Data Aktivitas, luas perubahan lahan
14
Tabel 3. Simpanan karbon dari beberapa penggunaan lahan
No
Penggunaan Lahan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Belukar (B) Belukar Rawa (Br) Hutan Lahan Kering Primer (Hp) Hutan Lahan Kering Sekunder (Hs) Hutan Mangrove Primer (Hmp) Hutan Mangrove Sekunder (Hms) Hutan Rawa Primer (Hrp) Hutan Rawa Sekunder (Hrs) Hutan Tanaman (Ht) Pemukiman (Pm) Perkebunan (Pk) Pertambangan (Tb) Pertanian Lahan Kering (Pt) Pertanian Lahan Kering Campur (Pc) Rawa (Rw) Savanna/ Padang rumput (S) Sawah (Sw) Tambak (Tm) Tanah Terbuka (T)
Simpanan Karbon Rata-rata Pertahun (ton C/ha) 30 30 127 96 124 95 129 80 64 5 63 0 10 30 0 5 2 0 3
Sumber : BPREDD, 2014
Tahapan penelitian ditampilkan dalam Gambar 2.
Reinterpretasi
Interpretasi Peta Penggunaan Lahan Tahun 1990, 2000, 2003, 2006, 2009, 2011, 2013
Gambar 2. Diagram tahapan penelitian
Analisis Simpanan Karbon
Dinamika Lahan Perkebunan/Sawit pada Tahun 1990 Sampai 2013 dari Kawasan Hutan Dan Non-hutan
Matriks Transisi Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1990-2000, 20032006, 2006-2009, 2009-2011, 2011-2013
Luas Penutupan/penggunaan Lahan Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Sanggau
Citra Landsat tahun 1990, 2000, 2003, 2006, 2009, 2011, 2013
Google Map
Analisis Data
Overlay
Atribut Peta Penggunaan Lahan Kabupaten dan Jenis Tanah
Peta Gambut
Peta Administrasi Kab. Kubu Raya dan Kab. Sanggau
15
16
PEMBAHASAN Penggunaan/Penutupan Lahan di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Sanggau tahun 1990-2013 Peta penggunaan/penutupan lahan disajikan pada Gambar 3 dan perbesaran gambar ditampilkan pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 7, sedangkan untuk tabel luas penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Kubu Raya disajikan pada Tabel 4. Penggunaan/penutupan lahan yang paling dominan di Kabupaten Kubu Raya adalah hutan rawa sekunder. Meskipun dominan, hutan rawa sekunder konsisten mengalami penurunan luas dari tahun 1990 sampai 2013. Pertanian lahan kering campur semak menjadi penggunaan lahan kedua yang dominan dari tahun ke tahun. Pertanian lahan kering campur semak mengalami penambahan luas dari tahun 1990 sampai 2006, menurun ditahun 2009, kemudian bertambah lagi luasannya di tahun 2011 dan 2013. Hutan mangrove sekunder relatif mengalami penurunan luas sedikit demi sedikit dari tahun 1990 sampai 2013. Luas lahan sawah mengalami penurunan luas hingga tahun 2011 kemudian bertambah di tahun 2013. Semak belukar rawa mengalami penambahan luas yang cukup signifikan dari tahun 1990 ke tahun 2000 dan bertambah terus sampai dengan tahun 2011, kemudian menurun di tahun 2013. Penggunaan/penutupan lahan hutan rawa primer konsisten mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kebun rakyat relatif mengalami penambahan luas, bertambah secara signifikan pada tahun 2013. Kebun sawit juga konsisten mengalami penambahan luas, bertambah secara signifikan di tahun 2009 dan 2013. Penggunaan/penutupan lahan terbuka konsisten mengalami penambahan dari tahun ke tahun, bertambah secara signifikan pada tahun 2011. Tren penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Sanggau dapat dilihat pada Tabel 5. Pertanian lahan kering campur semak merupakan penggunaan/penutupan lahan yang dominan di Kabupaten ini dan konsisten menurun dari tahun 1990 sampai 2013. Penggunaan lahan hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, dan hutan rawa sekunder konsisten mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kebun sawit konsisten mengalami penambahan luas, bertambah secara signifikan pada tahun 2009 dan 2013. Semak belukar dan semak belukar rawa mengalami penambahan luas dari tahun 1990 sampai 2011 kemudian menurun di tahun 2013.
Gambar 3. Peta penggunaan/penutupan lahan tahun 1990, 2000, 2003, 2006, 2009, 2011, dan 2013 17
Tabel 4. Luas penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Kubu Raya tahun 1990-2013 Luas (ha) Penggunaan Lahan 1990 2000 2003 2006 2009 Bandara 229 229 229 229 229 Hutan lahan kering primer 1.170 0 0 0 0 Hutan lahan kering sekunder 7.272 6.100 6.085 5.708 5.642 Hutan mangrove primer 65 33 33 33 33 Hutan mangrove sekunder 87.511 86.376 86.349 86.096 85.062 Hutan rawa primer 37.573 14.293 14.293 14.293 14.293 Hutan rawa sekunder 420.927 358.940 354.801 335.242 313.589 Lahan terbuka 3.968 6.735 6.784 6.892 8.835 Kebun Rakyat 33.734 33.734 33.734 34.319 34.685 Kebun Sawit 12.118 12.310 12.522 16.800 36.092 Permukiman 2.780 2.798 2.798 2.798 2.798 Pertambangan 79 79 79 79 94 Pertanian lahan kering 82 82 82 82 82 Pertanian lahan kering campur semak 96.902 97.808 100.425 100.425 99.916 Rawa 432 760 774 774 774 Sawah 84.672 84.183 84.183 83.150 82.415 Semak belukar 9.694 6.021 6.056 7.620 5.649 Semak belukar rawa 39.880 128.607 129.860 144.547 148.071 Tambak 925 925 925 925 1.754 Tubuh air 22.647 22.647 22.647 22.647 22.647 Grand Total 862.660 862.660 862.660 862.660 862.660
2011 229 0 5.642 33 84.824 13.062 280.188 35.359 34.685 39.358 2.798 94 82 99.041 774 82.415 5.341 154.334 1.754 22.647 862.660
2013 229 0 5.322 33 83.770 11.795 230.631 42.293 70.384 93.635 3.748 94 199 112.175 112 86.059 3.062 94.163 2.312 22.647 862.660
18
awan Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Rakyat Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tubuh air Grand Total
Penggunaan Lahan 1990 2000 2003 2.060 2.060 0 36.885 36.885 12.890 102.205 102.205 120.771 37 37 37 253 253 0 75.986 75.986 75.437 898 898 1.814 0 0 0 24.517 24.517 24.667 1.507 1.507 1.507 2.504 2.504 3.516 127 127 127 1.029.619 1.029.619 1.033.190 894 894 955 769 769 769 6.163 6.163 6.904 4.624 4.624 6.457 15.468 15.468 15.476 1.304.517 1.304.517 1.304.517
Luas (ha) 2006 2009 2011 2013 0 0 0 0 12.720 12.720 12.720 12.569 117.611 103.240 102.470 92.036 37 0 0 0 0 0 0 0 70.901 68.402 66.090 55.596 6.104 4.982 8.721 10.025 0 0 0 399 24.667 71.466 72.888 142.687 1.507 1.507 1.507 2.693 3.590 5.043 5.413 5.413 127 127 127 29 1.028.988 995.461 992.210 947.042 955 955 955 955 769 769 769 0 10.146 13.187 13.849 11.573 10.919 11.183 11.321 8.026 15.476 15.476 15.476 15.476 1.304.517 1.304.517 1.304.517 1.304.517
Tabel 5. Luas penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Sanggau tahun 1990-2013
19
20
Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Sanggau tahun 1990-2013 Perubahan penggunaan/penutupan lahan diamati berdasarkan 7 titik tahun yang diinterpretasi serta dibedakan atas tanah gambut dan mineral. Perubahan penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Kubu Raya dapat dilihat pada Lampiran 8 sampai dengan Lampiran 13 dan perubahan penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Sanggau dapat dilihat pada Lampiran 14 sampai dengan Lampiran 19. Perubahan penggunaan lahan yang paling besar atau dominan di Kabupaten Kubu Raya periode tahun 1990-2000 (Lampiran 8) adalah perubahan penggunaan lahan hutan rawa sekunder menjadi semak belukar rawa, yaitu sebesar 51.449 ha di tanah gambut dan 10.293 ha di tanah mineral. Kemudian hutan rawa primer yang mengalami perubahan menjadi semak belukar rawa sebesar 6.480 ha di tanah gambut dan 16.724 ha pada tanah mineral. Pada periode tahun 2000-2003 (Lampiran 9), perubahan penggunaan lahan yang paling dominan adalah perubahan hutan rawa sekunder menjadi pertanian lahan kering campur semak sebesar 2.590 ha di tanah gambut dan menjadi semak belukar rawa sebesar 1.137 ha di tanah gambut. Pada periode tahun 2003-2006 (Lampiran 10), perubahan penggunaan/penutupan lahan hutan rawa sekunder masih menjadi yang dominan, yaitu berubah menjadi semak belukar rawa sebesar 13.852 ha di tanah gambut dan 1.096 ha di tanah mineral, kemudian berubah juga menjadi kebun sawit sebesar 3.454 ha di tanah gambut, dan berubah menjadi semak belukar sebesar 1.553 ha di tanah gambut. Pada periode tahun 2006-2009 (Lampiran 11), perubahan penggunaan lahan hutan rawa sekunder menjadi kebun sawit merupakan perubahan yang dominan yaitu sebesar 15.594 ha di tanah gambut, kemudian perubahan hutan rawa sekunder menjadi semak belukar rawa sebesar 4.065 ha di tanah gambut dan menjadi lahan terbuka sebesar 1.419 ha di tanah gambut. Perubahan lain pada periode tahun ini adalah perubahan semak belukar menjadi kebun sawit sebesar 2.057 ha di tanah gambut. Pada periode tahun 20092011 (Lampiran 12), hutan rawa sekunder kembali mengalami perubahan menjadi lahan terbuka, semak belukar rawa, dan kebun sawit di tanah gambut masingmasing sebesar 19.788 ha, 10.550 ha, dan 1.885 ha. Kemudian hutan rawa primer mengalami perubahan menjadi lahan terbuka sebesar 1.231 ha di tanah gambut. Pada periode tahun 2011-2013 (Lampiran 13), perubahan hutan rawa sekunder masih mendominasi yaitu menjadi lahan terbuka sebesar 27.056 ha di tanah gambut, menjadi kebun sawit sebesar 15.315 ha di tanah gambut, dan menjadi kebun rakyat sebesar 2.249 ha di tanah gambut. Penggunaan/penutupan lahan lain yang dominan adalah lahan terbuka menjadi kebun sawit sebesar 19.069 ha di tanah gambut dan menjadi perkebunan karet sebesar 4.449 ha di tanah gambut. Semak belukar rawa menjadi kebun rakyat sebesar 13.372 ha di tanah gambut dan 2.825 ha di tanah mineral, menjadi kebun sawit sebesar 11.494 ha di tanah gambut dan 2.891 ha di tanah mineral, menjadi sawah sebesar 10.235 ha di tanah mineral dan 5.135 ha di tanah gambut, serta berubah menjadi pertanian lahan kering campur semak sebesar 7.982 ha di tanah gambut dan 7.040 ha di tanah mineral, dan menjadi lahan terbuka sebesar 2.384 ha di tanah gambut. Perubahan penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Sanggau pada periode tahun 1990-2000 (Lampiran 14), adalah hutan lahan kering primer
21
menjadi hutan lahan kering sekunder sebesar 22.305 ha di tanah mineral, kemudian hutan lahan kering sekunder menjadi pertanian lahan kering campur semak dan semak belukar di tanah mineral masing-masing 1.266 ha dan 1.021 ha. Pada periode tahun 2000-2003 (Lampiran 15), tidak ada perubahan penggunaan lahan yang besar, hanya perubahan hutan lahan kering sekunder menjadi pertanian lahan kering campur semak sebesar 688 ha. Pada periode tahun 2003-2006 (Lampiran 16), perubahan terjadi dari pertanian ahan kering campur semak menjadi lahan terbuka 4.206 ha di tanah mineral. Hutan rawa sekunder berubah menjadi semak belukar rawa sebesar 2.974 ha di tanah mineral dan 1.487 ha di tanah gambut. Kemudian hutan lahan kering sekunder berubah menjadi semak belukar sebesar 3.148 ha di tanah mineral. Pada periode tahun 2006-2009 (Lampiran 17), perubahan dominan terjadi pada pertanian lahan kering campur semak menjadi kebun sawit sebesar 40.310 ha di tanah mineral. Kemudian hutan lahan kering sekunder menjadi pertanain lahan kering campur semak sebesar 6.829 ha di tanah mineral. Semak belukar berubah menjadi kebun sawit sebesar 1.885 ha di tanah gambut dan 1.240 ha di tanah mineral. Kemudian lahan terbuka berubah menjadi pertanian lahan kering campur semak sebesar 3.480 ha di tanah mineral. Pada periode tahun 2009-2011 (Lampiran 18), perubahan penggunaan lahan yang besar terjadi di atas tanah mineral dari pertanian lahan kering campur semak menjadi lahan terbuka dan kebun sawit sebesar 1.414 ha dan 1.338 ha. Pada periode tahun 2011-2013 (Lampiran 19), perubahan dominan terjadi pada pertanian lahan kering campur semak menjadi kebun sawit sebesar 51.007 ha di tanah mineral dan 4.796 ha di tanah gambut. Kemudian perubahan hutan lahan kering sekunder menjadi pertanian lahan kering campur semak sebesar 5.141 ha di tanah mineral. Hutan rawa sekunder dan lahan terbuka berubah menjadi kebun sawit masing-masing sebesar 4.362 ha di tanah gambut dan 3.045 ha di tanah mineral. Dinamika Perkebunan Sawit di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Sanggau tahun 1990-2013 Dinamika kebun sawit di Kabupaten Kubu Raya ditampilkan pada Gambar 4 dan Tabel 6. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa penambahan luas perkebunan sawit meningkat hingga periode tahun 2006-2009, kemudian menurun di periode tahun 2009-2011, dan meningkat kembali pada periode tahun 20112013. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa penambahan luas kebun sawit di Kabupaten Kubu Raya pada periode 1990-2000 dan 2000-2003 sangat sedikit. Luas kebun sawit meningkat drastis pada periode tahun 2003-2006. Pada periode ini, luas kebun sawit bertambah sebesar 3.454 ha dari konversi hutan rawa sekunder di tanah gambut (81%) dan 834 ha dari lahan non-hutan (sawah) di tanah gambut (19%). Pada periode tahun 2006-2009, kebun sawit meningkat 15.594 ha, yang diperoleh dari pembukaan hutan rawa sekunder di tanah gambut (81%), sedangkan dari lahan non-hutan (semak belukar) sebesar 2.057 ha (11%). Pada periode tahun 2009-2011, luas penambahan kelapa sawit sebesar 1.885 ha berasal dari pembukaan hutan rawa sekunder pada tanah gambut (58%), sedangkan dari lahan non hutan diperoleh dari semak belukar rawa sebesar 1.356 ha (41%). Pada periode tahun 2011-2013, penambahan luas sawit diperoleh dari pembukaan hutan rawa sekunder sebesar 15.315 ha di tanah gambut (28%), sedangkan dari lahan
22
non-hutan diperoleh dari lahan terbuka sebesar 19.068 ha (35%) dan dari semak belukar rawa sebesar 11.494 ha (21%). Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa total luas penambahan kebun sawit di Kabupaten Kubu Raya dari tahun 1990-2013 sebesar 81.517 ha yang diperoleh pembukaan lahan hutan sebesar 36.640 ha pada tanah gambut dan 1.082 ha pada tanah mineral, sedangkan dari lahan non-hutan sebesar 39.619 ha pada tanah gambut dan 4.356 ha pada tanah mineral. Penambahan total luas dari tanah gambut pada tahun 1990-2013 sebesar 76.079 ha, yang mana penambahan luas paling besar didapatkan dari hutan rawa sekunder yaitu sebesar 36.460 ha (44,7%), lahan terbuka sebesar 19.068 ha (23,4%), dan semak belukar rawa sebesar 12.850 ha (15,8%). Sementara, penambahan luas total pada tanah mineral pada tahun 1990-2013 sebesar 5.438 ha, yang mana penambahan luas diperoleh dari semak belukar rawa sebesar 2.891 ha (3,5%), hutan rawa sekunder sebesar 846 ha (1,0%), dan lahan terbuka sebesar 754 ha (0,9%). Dinamika Luas Penambahan Lahan Perkebunan/Sawit dari Lahan Hutan dan Non-hutan di Kabupaten Kubu Raya 40.000 35.000
30.000
Luas (ha)
25.000
20.000 15.000
10.000 5.000
0
Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral 1990-2000
2000-2003
2003-2006
2006-2009
2009-2011
2011-13
Perkebunan/Sawit (ha) Total Lahan Hutan Total Lahan Non-Hutan
0
156
212
0
3.454
0
15.594
207
1.885
25
15.315
694
36
0
0
0
824
0
3.109
382
1.356
0
34.294
3.973
Gambar 4. Dinamika luas perkebunan sawit di Kabupaten Kubu Raya Dinamika kebun sawit di Kabupaten Sanggau dapat dilihat di grafik pada Gambar 5 dan Tabel 7. Penambahan luas kebun sawit meningkat pada periode tahun 2006-2009, kemudian menurun pada periode tahun 2009-2011, dan meningkat kembali pada periode tahun 2011-2013. Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa penambahan luas kebun sawit di Kabupaten Sanggau pada periode 19902000, 2000-2003 dan 2003-2006 sangat sedikit. Luas kebun sawit meningkat secara drastis pada periode tahun 2006-2009 dan 2011-2013. Pada periode 20062009, luas kebun sawit bertambah sebesar 2.431 ha konversi lahan hutan rawa sekunder di tanah gambut (48%), dan dari lahan non-hutan (semak belukar) sebesar 1.885 ha di tanah gambut (37%), sedangkan penambahan luas pada tanah mineral diperoleh dari lahan non-hutan (pertanian lahan kering campur semak) sebesar 40.310 ha (97%). Pada periode tahun 2011-2013, penambahan luas kebun sawit diperoleh dari konversi hutan rawa sekunder di tanah gambut sebesar 4.362 ha (37%) dan dari lahan non-hutan (pertanian lahan kering campur semak) sebesar
23
4.796 ha (41%), sedangkan pada tanah mineral diperoleh dari lahan non-hutan (pertanian lahan kering campur semak) sebesar 51.007 ha (88%). Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa total luas penambahan kebun sawit di Kabupaten Sanggau dari tahun 1990-2013 sebesar 118.252 ha yang diperoleh pembukaan lahan hutan sebesar 6.793 ha pada tanah gambut dan 1.865 ha pada tanah mineral, sedangkan dari lahan non-hutan sebesar 10.136 ha pada tanah gambut dan 99.458 ha pada tanah mineral. Penambahan total luas dari tanah gambut pada tahun 1990-2013 sebesar 16.930 ha, yang mana penambahan luas paling besar didapatkan dari hutan rawa sekunder yaitu sebesar 6.793 ha (5,7%)dan pertanian lahan kering sebesar 5.679 ha (4,8%). Sementara, penambahan luas total pada tanah mineral pada tahun 1990-2013 sebesar 101.323 ha, yang mana penambahan luas diperoleh dari pertanian lahan kering campur semak sebesar 99.458 ha (78,5%). Dinamika Luas Penambahan Lahan Perkebunan/Sawit dari Lahan Hutan dan Non-hutan di Kabupaten Sanggau 60.000 50.000
Luas (ha)
40.000 30.000 20.000 10.000
0
Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral 1990-2000
2000-2003
2003-2006
2006-2009
2009-2011
2011-13
Perkebunan/Sawit (ha) Total Lahan Hutan
0
0
0
67
0
0
2.431
134
0
0
4.362
1.664
Total Lahan Non-Hutan
0
83
0
83
0
0
2.684
41.550
83
1.338
7.369
56.404
Gambar 5. Dinamika luas perkebunan sawit di Kabupaten Sanggau
NonHutan
Hutan
0 36 0 0 0 0 36
0 0 0 0 0 0 0
1990-2000 Gambut Mineral 0 156 0 0 0 0 0 156 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
2000-2003 Gambut Mineral 0 0 0 0 212 0 212 0 0 0 0 824 0 0 824
0 0 0 0 0 0 0
0 317 0 735 2.057 0 3.109
0 177 0 0 205 0 382
Perkebunan Sawit (ha) 2003-2006 2006-2009 Gambut Mineral Gambut Mineral 0 0 0 0 0 0 0 0 3.454 0 15.594 207 3.454 0 15.594 207 0 0 0 0 0 1.356 1.356
0 0 0 0 0 0 0
2009-2011 Gambut Mineral 0 0 0 0 1.885 25 1.885 25 19.068 909 28 1.658 1.137 11.494 34.294
754 140 2 187 0 2.891 3.973
2011-2013 Gambut Mineral 0 0 0 80 15.315 614 15.315 694
19.068 23,4% 1.263 1,5% 28 0,0% 3.216 3,9% 3.194 3,9% 12.850 15,8% 39.619 48,6%
754 318 2 187 206 2.891 4.356
Grand total 1990-2013 Gambut Mineral ha % ha 0 0,0% 156 0 0,0% 80 36.460 44,7% 846 36.460 44,7% 1.082
Lahan terbuka Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Total
Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Total
0 0 0 0 0 0 0
0 0 83 0 0 0 83
1990-2000 Gambut Mineral 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 83 0 0 0 83
2000-2003 Gambut Mineral 0 67 0 0 0 67 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 799 0 1.885 0 2.684
0 0 40.310 0 1.240 0 41.550
Perkebunan Sawit (ha) 2003-2006 2006-2009 Gambut Mineral Gambut Mineral 0 0 0 0 0 0 2.431 134 0 0 2.431 134
0 0 83 0 0 0 83
0 0 1.338 0 0 0 1.338
2009-2011 Gambut Mineral 0 0 0 0 0 0
1.794 88 4.796 0 307 384 7.369
3.045 11 51.007 769 1.384 188 56.404
2011-2013 Gambut Mineral 0 1.605 4.362 59 4.362 1.664
0,9% 0,4% 0,0% 0,2% 0,3% 3,5% 5,3%
% 0,2% 0,1% 1,0% 1,3%
1.794 88 5.679 0 2.191 384 10.136
1,5% 0,1% 4,8% 0,0% 1,9% 0,3% 8,6%
3.045 2,6% 11 0,0% 92.821 78,5% 769 0,7% 2.624 2,2% 188 0,2% 99.458 84,1%
Grand total 1990-2013 Gambut Mineral ha % ha % 0 0,0% 1.673 1,4% 6.793 5,7% 192 0,2% 6.793 5,7% 1.865 1,6%
Tabel 7. Dinamika penambahan luas lahan kebun sawit dari penggunaan/penutupan lahan hutan dan non-hutan di Kabupaten Sanggau tahun 1990-2013
Lahan terbuka Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Total
Penutupan/Penggunaan Lahan Awal
NonHutan
Hutan
Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Total
Penggunaan/Penutupan Lahan Awal
Tabel 6. Dinamika penambahan luas lahan kebun sawit dari penggunaan/penutupan lahan hutan dan non-hutan di Kabupaten Kubu Raya tahun 1990-2013
24
25
Serapan/Kehilangan Simpanan Karbon di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 1990-2013 Penggunaan lahan dikelompokan kedalam kategori penggunaan lahan, yaitu lahan hutan (forestland), lahan pertanian (croplands), lahan semak/belukar/rumput (grassland), dan lahan lainnya (other lands). Forest land terbagi menjadi hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan rawa primer dan hutan rawa sekunder. Croplands terbagi menjadi pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak, dan sawah. Grasslands terdiri dari semak belukar, semak belukar rawa, dan rawa, sedangkan other lands yaitu lahan terbuka. Serapan/kehilangan simpanan karbon pada Kabupaten Kubu Raya disajikan pada Lampiran 20 sampai dengan Lampiran 25, sedangkan kehilangan simpanan karbon di Kabupaten Sanggau dapat dilihat pada Lampiran 26 sampai dengan Lampiran 31. Kehilangan simpanan karbon paling tinggi pada forestland di Kabupaten Kubu Raya terjadi pada periode 1990-2000 sebesar 1.643.908 tC di tanah gambut dan 1.205.945 tC di tanah mineral yang berasal dari perubahan penggunaan lahan paling dominan yaitu hutan rawa sekunder menjadi semak belukar rawa sebesar 1.289.698 tC di tanah gambut dan 258.015 tC di tanah mineral. Selain itu, pada periode 2011-2013 kehilangan karbon juga terjadi cukup tinggi yaitu sebesar 1.379.669 tC di tanah gambut dan 72.920 tC di tanah mineral, yang berasal dari perubahan penggunaan paling dominan yaitu lahan hutan rawa sekunder menjadi lahan terbuka sebesar 1.050.244 tC di tanah gambut dan 30.588 tC di tanah mineral. Pada croplands hanya terjadi penyerapan karbon, dimana yang paling tinggi terjadi pada periode 2011-2013 yaitu sebesar 267.865 tC di tanah gambut dan 138.029 tC di tanah mineral. Serapan karbon paling besar berasal dari perubahan penggunaan lahan paling dominan yaitu sawah menjadi perkebunan rakyat sebesar 186.862 tC di tanah gambut dan 129.524 tC di tanah mineral. Pada grasslands penyerapan karbon paling tinggi terjadi pada periode 2011-2013 sebesar 324.932 tC di tanah gambut dan kehilangan simpanan karbon sebesar 51.835 tC di tanah mineral. Serapan karbon paling besar berasal dari perubahan penggunaan lahan dari semak belukar rawa menjadi perkebunan rakyat sebesar 220.645 tC di tanah gambut dan 46.606 tC di tanah mineral. Pada other lands hanya terjadi penyerapan karbon, dimana yang paling tinggi terjadi pada periode 2011-2013 yaitu sebesar 6.193 tC di tanah gambut dan 1.582 tC di tanah mineral, yang berasal dari perubahan lahan terbuka menjadi perkebunan sawit yaitu sebesar 576.819 tC di tanah gambut dan 22.795 tC di tanah mineral. Di Kabupaten Sanggau, kehilangan simpanan karbon paling tinggi pada forestland terjadi pada periode 1990-2000, yaitu sebesar 506.125 tC di tanah mineral dan 7.552 tC di tanah gambut. Kehilangan karbon paling tinggi di tanah mineral berasal perubahan hutan lahan kering primer menjadi hutan lahan kering sekunder sebesar 346.476 tC dan di tanah gambut berasal dari perubahan hutan rawa sekunder menjadi semak belukar sebesar 7.528 tC dan. Selain itu, pada periode 2006-2009 kehilangan simpanan karbon juga terjadi cukup tinggi yaitu sebesar 492.907 tC di tanah mineral, yang berasal dari perubahan penggunaan lahan paling dominan yaitu hutan lahan kering sekunder menjadi pertanian lahan kering campur semak sebesar 223.824 tC. Pada croplands penyerapan karbon paling tinggi terjadi pada periode 2011-2013 sebesar 815.014 tC di tanah mineral
26
dan 76.973 tC di tanah gambut, yang berasal dari perubahan penggunaan lahan paling dominan yaitu pertanian lahan kering campur semak menjadi perkebunan sawit sebesar 841.623 tC di tanah mineral dan 79.136 tC di tanah gambut. Sementara, kehilangan simpanan karbon paling tinggi terjadi pada periode 20032006 sebesar 57.837 tC di tanah mineral, yang hanya berasal dari perubahan penggunaan lahan pertanian lahan kering campur semak menjadi lahan terbuka. Pada grasslands penyerapan karbon paling tinggi terjadi pada periode 2006-2009, yaitu sebesar 31.098 tC di tanah gambut dan 20.454 tC di tanah mineral yang hanya berasal dari perubahan penggunaan lahan paling dominan yaitu semak belukar menjadi perkebunan sawit. Sementara, kehilangan simpanan karbon hanya terjadi pada periode tahun 1990-2000 sebesar 4.268 tC di tanah gambut dan 3.957 tC di tanah mineral yang hanya berasal dari semak belukar menjadi lahan terbuka. Pada other lands, hanya terjadi penyerapan karbon dan paling tinggi terjadi pada periode tahun 2009-2011 sebesar 138.743 tC di tanah mineral dan 54.377 tC di tanah gambut, yang berasal dari perubahan penggunaan lahan paling dominan yaitu lahan terbuka menjadi perkebunan sawit sebesar 92.119 tC di tanah mineral dan 54.270 tC di tanah gambut.
Serapan/Kehilangan Simpanan Karbon karena Konversi menjadi Perkebunan Sawit Serapan/kehilangan simpanan karbon di Kabupaten Kubu Raya disajikan pada Tabel 8, sedangkan untuk Kabupaten Sanggau disajikan pada Tabel 9. Bab ini hanya membahas serapan/kehilangan simpanan karbon pada lahan-lahan yang dikonversi menjadi perkebunan sawit, sedangkan serapan/simpanan karbon total akibat perubahan penggunaan lahan dibahas pada bab sebelumnya. Kehilangan simpanan karbon paling tinggi karena konversi menjadi perkebunan sawit di Kabupaten Kubu Raya untuk forestland terjadi pada periode tahun 2006-2009, yaitu sebesar 133.603 tC pada tanah gambut dan 1.776 tC pada tanah mineral yang berasal dari pembukaan hutan rawa sekunder. Selain itu, pada periode 2011-2013 juga terjadi kehilangan karbon cukup tinggi yaitu sebesar 131.213 tC di tanah gambut dan 6.566 tC di tanah mineral, yang sebagian besar berasal dari pembukaan hutan rawa sekunder 131.213 tC di tanah gambut dan 5.257 tC di tanah mineral, dan dari pembukaan hutan lahan kering sekunder 1.309 tC di tanah mineral. Pada croplands hanya terjadi penyerapan karbon, dimana yang paling tinggi terjadi pada periode 2011-2013 sebesar 65.574 tC di tanah gambut dan 8.008 tC di tanah mineral. Sebagian besar serapan berasal dari konversi sawah sebesar 50.568 tC di tanah gambut dan 5.692 tC di tanah mineral, dan konversi pertanian lahan kering campur semak sebesar 15.006 tC di tanah gambut dan 2.316 tC di tanah mineral. Pada grasslands juga hanya terjadi penyerapan karbon, dimana yang paling tinggi terjadi pada periode tahun 20112013 yaitu sebesar 209.277 tC di tanah gambut dan 47.757 tC di tanah mineral. Serapan berasal dari konversi lahan rawa sebesar 873 tC di tanah gambut dan 56 tC di tanah mineral, semak belukar rawa sebesar 189.647 tC di tanah gambut dan 47.694 tC di tanah mineral, dan semak belukar sebesar 18.757 tC di tanah gambut dan 7 tC di tanah mineral. Seperti halnya croplands dan grasslands, pada other lands juga hanya terjadi penyerapan karbon pada periode 2011-2013 yaitu sebesar
27
576.819 tC pada tanah gambut dan 22.795 tC pada tanah mineral yang hanya berasal dari konversi lahan terbuka menjadi perkebunan sawit. Kehilangan simpanan karbon paling tinggi karena konversi menjadi perkebunan sawit di Kabupaten Sanggau untuk forestland terjadi pada periode 2011-2013 sebesar 37.372 tC pada tanah gambut dan 26.626 tC pada tanah mineral. Kehilangan karbon berasal dari pembukaan hutan rawa sekunder sebesar 37.372 tC di tanah gambut dan dari hutan lahan kering sekunder sebesar 26.123 tC di tanah mineral. Pada croplands hanya terjadi penyerapan karbon, dimana yang paling tinggi terjadi pada periode 2011-2013 yaitu sebesar 865.357 tC di tanah mineral dan 81.475 tC di tanah gambut. Serapan karbon berasal dari konversi sawah sebesar 23.453 tC, pertanian lahan kering campur semak sebesar 841.623 tC dan pertanian lahan kering 280 tC di tanah mineral, serta konversi pertanian lahan kering campur semak 79.136 tC dan pertanian lahan kering sebesar 2.339 tC di tanah gambut. Selain itu, pada periode tahun 2006-2009 juga terjadi serapan cukup tinggi yaitu sebesar 665.119 tC di tanah mineral dan 13.189 tC di tanah gambut yang hanya berasal dari konversi lahan pertanian lahan kering campur semak. Pada grasslands hanya terjadi penyerapan karbon, dimana yang paling tinggi terjadi pada periode 2006-2009 yaitu sebesar 31.098 tC di tanah gambut dan 20.454 tC di tanah mineral yang semuanya berasal dari konversi semak belukar. Pada other lands juga hanya terjadi serapan karbon pada periode 2011-2013, yaitu sebesar 92.119 tC di tanah mineral dan 54.270 tC di tanah gambut yang semuanya berasal konversi lahan terbuka menjadi sawit.
Other lands
Grasslands
Croplands
Forestland
Penggunaan Lahan
Other lands
Grasslands
Croplands
Forestland
Penggunaan Lahan
Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Total Pertanian lahan kering campur semak Sawah Total Semak belukar Semak belukar rawa Rawa Total Lahan terbuka Total Grand Total
Penggunaan Lahan Awal
Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Total Pertanian lahan kering campur semak Sawah Total Semak belukar Semak belukar rawa Rawa Total Lahan terbuka Total Grand Total
Penggunaan Lahan Awal
63
Perkebunan Sawit
3
63 63 63 63 63 63 63 63 63
Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit
Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit
Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit
Perkebunan Sawit
127 96 80
30 2
30 30 0
3
Simpanan Karbon Akhir (tC/ha)
63 63 63
Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit
30 30 0
Penggunaan Lahan Akhir
63 63
Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit
30 2
Simpanan Karbon Awal (tC/ha)
63 63 63
Simpanan Karbon Akhir (tC/ha)
Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit
Penggunaan Lahan Akhir
127 96 80
Simpanan Karbon Awal (tC/ha)
Mineral Kehilangan Luas Karbon (tC) 4.962 156 0 0 0 0 156 4.962 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 156 4.962
Mineral Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 207 1.776 207 1.776 177 -2.925 0 0 177 -2925 0 0 205 -3.385 0 0 205 -3.385 0 0 0 0 590 -4.534
1990-2000 Gambut Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 0 0 0 0 36 -600 0 0 36 -600 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36 -600
2006-2009 Gambut Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 15.594 133.603 15.594 133.603 317 -5.227 735 -22.403 1051 -27630 0 0 2.057 -33.945 0 0 2.057 -33.945 0 0 0 0 18.703 72.028
2009-2011 Gambut Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 1.885 16.147 1.885 16.147 0 0 0 0 0 0 0 0 1.356 -22.382 0 0 1.356 -22.382 0 0 0 0 3.241 -6.235
2000-2003 Gambut Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 212 1.817 212 1.817 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 212 1.817
Tabel 8. Serapan/kehilangan simpanan karbon karena konversi menjadi perkebunan sawit di Kabupaten Kubu Raya
Mineral Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 25 213 25 213 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 213
Mineral Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2011-2013 Gambut Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 15.315 131.213 15.315 131.213 909 -15.006 1.658 -50.568 2567 -65574 1.137 -18.757 11.494 -189.647 28 -873 12.658 -209.277 19.068 -576.819 19.068 -576.819 49.609 -720.457
2003-2006 Gambut Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 3.454 29.594 3.454 29.594 0 0 824 -25.117 824 -25117 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.278 4.477
Mineral Kehilangan Karbon (tC) 0 0 80 1.309 614 5.257 694 6.566 140 -2.316 187 -5.692 327 -8008 0 -7 2.891 -47.694 2 -56 2.893 -47.757 754 -22.795 754 -22.795 4.667 -71.994 Luas
Mineral Kehilangan Karbon (tC) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Luas
28
Other lands
Grasslands
Croplands
Forestland
Penggunaan Lahan
Other lands
Grasslands
Croplands
Forestland
Penggunaan Lahan
Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Total Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Sawah Total Semak belukar Semak belukar rawa Total Lahan terbuka Total Grand Total
Penggunaan Lahan Awal
Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Total Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Sawah Total Semak belukar Semak belukar rawa Total Lahan terbuka Total Grand Total
Penggunaan Lahan Awal
Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit
Perkebunan Sawit
30 30
3
Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit
Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit
Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit
Perkebunan Sawit
96 80
10 30 2
30 30
3
Penggunaan Lahan Akhir
Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit
10 30 2
Simpanan Karbon Awal (tC/ha)
Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit
Penggunaan Lahan Akhir
96 80
Simpanan Karbon Awal (tC/ha)
63
63 63
63 63 63
63 63
Simpanan Karbon Akhir (tC/ha)
63
63 63
63 63 63
63 63
Simpanan Karbon Akhir (tC/ha)
2000-2003 Gambut Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2009-2011 Gambut Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 0 0 0 0 83 -1.375 0 0 83 -1.375 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 83 -1.375
Mineral Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 0 0 0 0 83 -1.365 0 0 83 -1.365 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 83 -1.365
2006-2009 Gambut Mineral Kehilangan Kehilangan Luas Luas Karbon (tC) Karbon (tC) 0 0 0 0 2.431 20.831 134 1.144 2.431 20.831 134 1.144 0 0 0 0 799 -13.189 40.310 -665.119 0 0 0 0 799 -13.189 40310 -665.119 1.885 -31.098 1.240 -20.454 0 0 0 0 1885 -31.098 1240 -20.454 0 0 0 0 0 0 0 0 5.115 -23.456 41.683 -684.429
1990-2000 Gambut Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tabel 9. Serapan/kehilangan simpanan karbon karena konversi menjadi perkebunan sawit di Kabupaten Sanggau
Mineral Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 0 0 0 0 1.338 -22.081 0 0 1338 -22.081 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.338 -22.081
Mineral Kehilangan Luas Karbon (tC) 67 1.099 0 0 67 1.099 0 0 83 -1.365 0 0 83 -1.365 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 150 -266
Mineral Kehilangan Karbon (tC) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Luas
2011-2013 Gambut Mineral Kehilangan Kehilangan Luas Luas Karbon (tC) Karbon (tC) 0 0 1.605 26.123 4.362 37.372 59 503 4.362 37.372 1.664 26.626 88 -2.339 11 -280 4.796 -79.136 51.007 -841.623 0 0 769 -23.453 4884 -81.475 51787 -865.357 307 -5.059 1.384 -22.842 384 -6.333 188 -3.097 690 -11.393 1572 -25.939 1.794 -54.270 3.045 -92.119 1.794 -54.270 3.045 -92.119 11.731 -109.766 58.068 -956.789
2003-2006 Gambut Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29
30
KESIMPULAN Kesimpulan Perubahan penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau selama tahun 1990 sampai dengan 2013 sangat dinamis. Penggunaan/penutupan lahan hutan mangrove sekunder, hutan rawa primer, dan hutan rawa sekunder di Kabupaten Kubu Raya konsisten menurun, sedangkan penggunaan/penutupan lahan terbuka, kebun rakyat, kebun sawit, pertanian lahan kering campur semak, dan semak belukar rawa relatif meningkat. Penggunaan/penutupan lahan hutan lahan kering sekunder, hutan rawa sekunder, dan pertanian lahan kering campur semak di Kabupaten Sanggau relatif menurun. Sedangkan penggunaan/penutupan lahan terbuka, kebun sawit, semak belukar, dan semak belukar rawa relatif bertambah luasannya. Penggunaan kebun sawit konsisten meningkat di kedua kabupaten. Periode tahun 2006-2009 penambahan luas sawit di Kabupaten Kubu Raya umumnya berasal dari konversi lahan hutan yaitu hutan rawa sekunder, sedangkan pada periode tahun 2011-2013 penambahan didominasi dari lahan non-hutan yaitu lahan terbuka dan semak belukar rawa. Penambahan luas kebun sawit di Kabupaten Sanggau didominasi dari lahan non-hutan yaitu dari pertanian lahan kering campur semak, baik itu di atas tanah gambut maupun tanah mineral. Kehilangan simpanan karbon paling besar karena konversi menjadi perkebunan sawit pada kurun waktu 1990-2013 di Kabupaten Kubu Raya terjadi pada periode 2006-2009 yaitu berasal dari konversi hutan rawa sekunder sebesar 133.603 tC di tanah gambut dan 1.776 tC di tanah mineral, sedangkan di Kabupaten Sanggau terjadi pada tahun 2011-2013 yaitu sebagian besar dari konversi hutan rawa sekunder sebesar 37.372 tC di tanah gambut dan dari hutan lahan kering sekunder sebesar 26.123 tC di tanah mineral. Penyerapan karbon paling besar di Kabupaten Kubu Raya terjadi pada periode 2011-2013 yaitu 576.819 tC di tanah gambut dan 22.795 tC di tanah mineral, yang berasal dari konversi lahan terbuka, sedangkan di Kabupaten Sanggau terjadi pada periode 2011-2013 yaitu berasal dari konversi pertanian lahan kering campur semak sebesar 841.623 tC dan 79.136 tC masing-masing di tanah mineral di tanah gambut. Kehilangan simpanan karbon karena konversi menjadi perkebunan sawit bukanlah yang utama, karena konversi lahan hutan pada umumnya terjadi ke penggunaan lahan lain seperti lahan terbuka, semak belukar, semak belukar rawa, dan pertanian lahan kering campur semak.
DAFTAR PUSTAKA Agus, F. dan I.G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor, Indonesia.
31
Aronoff, S. 1989. Geographic Information System: A Management Perspective. Ottawa, Canada: WDC Publications. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press Basyar, A.H. 1999. Evaluasi Penerapan Kebijakan Konservasi Hutan untuk Perkebunan Kelapa Sawit. http://www.bappenas.go.id/node/48/2333/evaluasi-penerapankebijakan-konversi-hutan-untuk-perkebunan-besar-kelapa-sawit-oleha-hakim-basyar-/ [diakses 09 Oktober 2014] Barlowe, R. 1986. Land Resources Economics. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc. BPREDD. 2014. Reference Emission Level (REL) for REDD+ in Indonesia. BPREDD. Jakarta. Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests: A primer. FAO Forestry Paper 134. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome. Deliar. 2000. Penggunaan Metode Skoring untuk Analisis Pada Sistem Informasi Geografis, Departemen Teknik geodesi - ITB, Bandung Gandasasmita, K. 2001. Analisis Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Daerah Aliran Sungai Cimanuk Hulu Jawa Barat. [DISERTASI] Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Iswati, S., S.W. Atmojo, dan M.T.S. Budiastut. 2013. Kajian Perubahan Pola Tutupan Lahan Gambut Terhadap Anomali Iklim di Wilayah Kabupaten Kubu Raya Propinsi Kalimantan Barat. Jurnal EKOSAINS. Vol.V No.2. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Lillesand, T.M, dan R.W. Kiefer. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Cetakan ketiga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Lusiana, B., M. van Noordwijk dan S. Rahayu. 2005. Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan. ICRAF. Southeast Asia Regional Office. Bogor. ISBN 979-3 I 98-24-9.Muiz A. 2009. Analisis perubahan penggunaan lahan di kabupaten sukabumi. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Mickler, R.A., T.S. Earnhardt, dan J.A. Moore. 2002. Regional estimation of current and future forest biomass. Environmental Pollution. (116) 7 – 16. Murai, S. 1996. Remote Sensing Note. Japan: Japan Association on Remote Sensing. Muukkonen, P. dan J. Heiskanen. 2005. Estimating Biomass for Boreal Forest Using ASTER Satellite Data Combines wirh Standwise Forest
32
Inventory Data. Remote Sensing of Enviromental Journal. (99) 434447. Najiyati, S., A. Asmana, dan I.N.N. Suryadiputra. 2005. Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut. Proyek Climate Change, Forest and peatlands in Indonesia. Wetlands International-Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor Nasoetion, LI. 1991. Beberapa Permasalahan Pertanahan Nasional dalam Alternatif Kebijaksanaan untuk Menanggulanginya. Jurnal Analisis. Edisi No. 2, tahun 1991. Jakarta (ID): CSIS Pr. Notohadiprawiro, T. 2006. Kemampuan dan Kesesuaian Lahan: Pengertian dan Penetapannya. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. http://soil.blog.ugm.ac.id/files/2006/11/1991Kemampuan-dan1.pdf [diakses 10 Oktober 2014] Hairiah, K. dan S. Rahayu. 2007. Pengukuran “Karbon Tersimpan” di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre Robert, M. 2001. Soil carbon sequestrotion for improved land management. FAO, Rome. Sirait, M.T., F. Johana, U. Pradhan, L. Wezendonk, K. Witsenberg, A. Yas, M. Pilin, A. Lumangkun, dan Sulaiman. 2013. Perencanaan tata ruang secara partisipatif. Sebuah Panduan Ringkas dengan Pengalaman dari Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program. 54p. Sitorus, S.R.P. 2004. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Laboratorium Pengembangan Wilayah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor Sutanto. 1997. Metode Penelitian Penginderaan Jauh Untuk Geografi. Makalah Ceramah Untuk Staf Pengajar UMS Surakarta.
33
Lampiran 1. Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 1990
34
Lampiran 2. Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2000
35
Lampiran 3. Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2003
36
Lampiran 4. Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2006
37
Lampiran 5. Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2009
38
Lampiran 6. Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2011
39
Lampiran 7. Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2013
Bandara Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Rakyat Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tambak Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 1990
Bandara Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Rakyat Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tambak Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 1990
229
0
68
68
10
Mineral
6.100
0
33
33
Hutan mangrove primer Gambut Mineral
22
0
22
61
61
84.551
385
84.166
13.257
63
12.699
494
742
414
328
4
4
343.492
343.492
18
18
58.410
58.375
26
9
Gambut
25.773
25.459
0
313
Mineral
Sawah
15.448
14.919
3.231
3.007
41 184
Gambut
2.790
2.748
42
Mineral
8.975
8.975
84.271
207 772 25.348
15 6.480 51.449
Gambut
44.335
1 859 14.532
443 653 33 797 16.724 10.293
Mineral
649
649
Gambut
276
276
Mineral
12.013
36
11.977
4.492 4.492
Gambut
18.155 18.155
1.421
1.403
229 1.170 7.272 65 87.511 37.573 420.927 3.968 33.734 12.118 2.780 79 82 96.902 432 84.672 9.694 39.880 925 22.647 862.660
Grand Total
1.378
1.378
18
Mineral
Permukiman Gambut
Mineral
Tubuh air
297
141
156
Mineral
Kebun Sawit Gambut
Tambak
24.759
24.759
Mineral
Kebun Rakyat Gambut
Semak belukar rawa
1.763
512
629 1.347
4.972
3 1.240
35 233 2.728
8
Mineral
Lahan terbuka Gambut
Semak belukar
Penggunaan lahan tahun 2000
14.289
14.289
Mineral
Rawa
20.166
20.166
Gambut
66.210
66.210
529
Penggunaan lahan tahun 2000 Hutan mangrove Hutan rawa Hutan rawa primer sekunder sekunder Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral
Pertanian lahan Pertanian lahan kering kering campur semak Gambut Mineral Gambut Mineral
0
6.100
Hutan lahan kering sekunder Gambut Mineral
10
Gambut
Pertambangan
Mineral 229
Gambut
Bandara
Lampiran 8. Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 1990-2000 di Kabupaten Kubu Raya
40
Bandara Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Rakyat Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tambak Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2000
Bandara Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Rakyat Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tambak Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2000
229
68
68
10
Mineral
10
Gambut
Pertambangan
0
Gambut
Bandara
6.085
0
33
22
22
61
61
87.458
84.868
2.590
12.967
12.940
27
742
742
33
18
15
4
339.877
339.877
14.923
14.923
58.410
58.410
Gambut
25.773
25.773
Mineral
Sawah
3.308
3.273
35
Gambut
2.748
2.748
Mineral
1.755
0 1.755
8.975
8.975
86.494
85.332
1.137
25
Gambut
43.366
43.275
90
2
Mineral
649
649
Gambut
12.381
12.169
212
276
276 4.492 4.492
Gambut
18.155 18.155
1.407
1.407
229 6.100 33 86.376 14.293 358.940 6.735 33.734 12.310 2.798 79 82 97.808 760 84.183 6.021 128.607 925 22.647 862.660
Grand Total
1.391
1.391
Mineral
Permukiman Gambut
Mineral
Tubuh air
141
141
Mineral
Kebun Sawit Gambut
Mineral
Tambak
24.759
24.759
Mineral
Kebun Rakyat Gambut
Semak belukar rawa
5.028
48 4.980
Mineral
Lahan terbuka Gambut
Semak belukar
Penggunaan lahan tahun 2003
14.289
14.289
4
Penggunaan lahan tahun 2003 Hutan rawa sekunder Gambut Mineral Gambut Mineral
Hutan rawa primer
Mineral
Rawa
20.165
20.165
Gambut
66.184
66.184
Hutan mangrove sekunder Gambut Mineral
Pertanian lahan Pertanian lahan kering kering campur semak Gambut Mineral Gambut Mineral
0
Hutan lahan kering Hutan mangrove primer sekunder Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral 229 6.085 33
Lampiran 9. Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2000-2003 di Kabupaten Kubu Raya
41
Bandara Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Rakyat Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tambak Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2003
Bandara Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Rakyat Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tambak Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2003
229
68
68
10
Mineral
10
Gambut
Pertambangan
0
Gambut
Bandara
5.708
0
33
33
Hutan mangrove primer Gambut Mineral
22
22
61
61
87.458
87.458
12.967
12.967
754
754
Gambut
20
20
4
4
321.251
243
321.008
13.991
57.014
57.014
Gambut
26.148
25.771
377
Mineral
Sawah
164
13.827
4.861
3.308
1.553
Gambut
2.760
2.748
12
Mineral
1.811
1.755
56
100.351
86.005
13.852 20
475
Gambut
44.196
43.065
1.096
34
Mineral
649
649
Gambut
276
276
Mineral
16.659
824
12.381
3.454
4.492 4.492
Gambut
18.155 18.155
1.407
1.407
229 6.085 33 86.349 14.293 354.801 6.784 33.734 12.522 2.798 79 82 100.425 774 84.183 6.056 129.860 925 22.647 862.660
Grand Total
1.391
1.391
Mineral
Permukiman Gambut
Mineral
Tubuh air
141
141
Mineral
Kebun Sawit Gambut
Tambak
24.761
2
573
9.558
24.759
8.975
9
Mineral
Kebun Rakyat Gambut
Semak belukar rawa
5.081
10 5.009
62
Mineral
Lahan terbuka Gambut
Semak belukar
Penggunaan lahan tahun 2006
14.289
14.289
Mineral
Rawa
20.212
137
246
65.885
20.075
65.639
Penggunaan lahan tahun 2006 Hutan mangrove Hutan rawa Hutan rawa primer sekunder sekunder Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral
Pertanian lahan Pertanian lahan kering kering campur semak Gambut Mineral Gambut Mineral
0
Hutan lahan kering sekunder Mineral Gambut Mineral 229 5.708
Lampiran 10. Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2003-2006 di Kabupaten Kubu Raya
42
Bandara Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Rakyat Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tambak Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2006
Bandara Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Rakyat Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tambak Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2006
229
10
10
Gambut
84
15
68
Mineral
Pertambangan
0
Gambut
Bandara
5.642
0
33
33
Hutan mangrove primer Gambut Mineral
22
22
61
61
87.142
87.142
12.774
12.774
754
754
20
20
4
4
299.851
299.851
13.738
13.738
56.537
56.537
Gambut
25.878
25.878
Mineral
Sawah
2.814
2.814
Gambut
2.835
2.544
225
67
Mineral
104.028
99.701
4.065 10
252
Gambut
44.042
43.397
645
Mineral
649
649
Gambut
205
735 2.057
1.105
725 276
104
Mineral
4.492 4.492
Gambut
18.155 18.155
Mineral
1.391
1.391
229 5.708 33 86.096 14.293 335.242 6.892 34.319 16.800 2.798 79 82 100.425 774 83.150 7.620 144.547 925 22.647 862.660
Grand Total
1.407
1.407
Mineral
Permukiman Gambut
Tubuh air
731
177
317
35.362
141
207
16.659
15.594
Mineral
Kebun Sawit Gambut
Tambak
24.805
24.761
9.558
9.879
44
322
Mineral
Kebun Rakyat Gambut
Semak belukar rawa
1.667
73
650
7.169
2 1.587
5
1.419 5.070
29
Mineral
Lahan terbuka Gambut
Semak belukar
Penggunaan lahan tahun 2009
14.289
14.289
Mineral
Rawa
19.458
19.458
Gambut
65.604
65.604
Penggunaan lahan tahun 2009 Hutan mangrove Hutan rawa Hutan rawa primer sekunder sekunder Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral
Pertanian lahan Pertanian lahan kering kering campur semak Gambut Mineral Gambut Mineral
0
Hutan lahan kering sekunder Mineral Gambut Mineral 229 5.642
Lampiran 11. Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2006-2009 di Kabupaten Kubu Raya
43
Bandara Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Rakyat Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tambak Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2009
Bandara Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Rakyat Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tambak Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2009
229
84
84
10
Mineral
10
Gambut
Pertambangan
0
Gambut
Bandara
5.642
0
33
33
Hutan mangrove primer Gambut Mineral
22
22
61
61
86.267
86.267
12.774
12.774
754
754
20
20
4
4
267.629
267.629
12.559
12.559
56.537
56.537
Gambut
25.878
25.878
Mineral
Sawah
2.536
2.536
Gambut
2.805
2.805
Mineral
2.463
19
540 1.667
237
9.879
9.879
109.696
99.041
10.550 105
Gambut
44.637
44.023
614
Mineral
649
649
Gambut
1.105
1.105
Mineral
38.603
1.356
35.362
1.885
4.492 4.492
Gambut
18.155 18.155
Mineral
1.391
1.391
229 5.642 33 85.062 14.293 313.589 8.835 34.685 36.092 2.798 94 82 99.916 774 82.415 5.649 148.071 1.754 22.647 862.660
Grand Total
1.407
1.407
Mineral
Permukiman Gambut
Tubuh air
756
731
25
Mineral
Kebun Sawit Gambut
Tambak
24.805
24.805
Mineral
Kebun Rakyat Gambut
Semak belukar rawa
32.895
308 3.631
874
1.231 19.788 7.064
Mineral
Lahan terbuka Gambut
Semak belukar
Penggunaan lahan tahun 2011
13.058
13.058
Mineral
Rawa
19.221
19.221
Gambut
65.604
65.604
Penggunaan lahan tahun 2011 Hutan mangrove Hutan rawa Hutan rawa primer sekunder sekunder Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral
Pertanian lahan Pertanian lahan kering kering campur semak Gambut Mineral Gambut Mineral
0
Hutan lahan kering sekunder Mineral Gambut Mineral 229 5.642
Lampiran 12. Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2009-2011 di Kabupaten Kubu Raya
44
Bandara Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Rakyat Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tambak Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2011
1.407
14
404
48
1.873
1.391
397
53
33
1.874
Mineral
Permukiman
0
10
10
Gambut
0
84
84
Mineral
Pertambangan
229
0
33
33
Hutan mangrove primer Gambut Mineral
23
22
1
176
61
115
92.317
7.982
83.730 245
121 238
19.858
7.040
12.616
200 2
94
19
19
Mineral
Rawa
94
11.795
11.795
0
54.303
5.135
48.700
60 408
Gambut
31.756
21.040 19 10.235
462
Mineral
Sawah
Penggunaan lahan tahun 2013
18.721
18.721
Gambut
65.049
65.049
576
256
320
Gambut
2.486
2.486
Mineral
72.812
69.295
31
3.014 450
22
Gambut
21.350
21.054
131 115
51
Mineral
649
649
1.663
531 1.105
27
Mineral
Tambak
38.060
4
1.231 357 6.127 30 13.372
88.276
0 909 28 1.658 1.137 11.494
38.603
15.315 19.068
4.492 4.492
Gambut
64
Gambut
18.155 18.155
Mineral
229 5.642 33 84.824 13.062 280.188 35.359 34.685 39.358 2.798 94 82 99.041 774 82.415 5.341 154.334 1.754 22.647 862.660
Grand Total
5.359
140 2 187 0 2.891
756
614 754
16
Mineral
Kebun Sawit
Tubuh air
32.324
4.247 76 2.825
8 325 24.805
36
Mineral
2.249 4.449 9.879
242
123
Gambut
Kebun Rakyat
Gambut
2.225
225 14
1.113 2.384
40.069
387 4 788 807
Mineral
291 1.264 27.056 7.961
Gambut
Lahan terbuka
Semak belukar rawa
10.818
10.818
Semak belukar
219.813
219.813
Penggunaan lahan tahun 2013 Hutan mangrove Hutan rawa Hutan rawa primer sekunder sekunder Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral
Pertanian lahan Pertanian lahan kering kering campur semak Gambut Mineral Gambut Mineral
5.322
Hutan lahan kering sekunder Mineral Gambut Mineral 229 5.322
Bandara
Gambut
Gambut
Bandara Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Rakyat Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tambak Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2011
Lampiran 13. Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2011-2013 di Kabupaten Kubu Raya
45
awan Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 1990
awan Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 1990
121.556
12.890
39
39
88
88
28.651
28.650
1
1.003.850
5
1.000.824
132 568
34
15 19
Gambut
920
46 875
21.079
19.762
769
769
Mineral
Sawah Gambut
1.781
1.781
Gambut
5.094
3.621
121
331 1.021
Mineral
24.552
83
24.470
64
64
3.885
150 2.838
2
300
594
Gambut
2.572
8 1.786
705
73
Mineral
494 494
Gambut
14.974 14.982
Mineral 9
211
2.060 36.885 102.205 37 253 75.986 898 24.517 1.507 2.504 127 1.029.619 894 769 6.163 4.624 15.468 1.304.517
Grand Total
3.305
2.504
Mineral 801
Pertambangan Gambut 211
Tubuh air
1.442
1.442
Mineral
Permukiman Gambut
Semak belukar rawa
48
48
Mineral
Kebun Sawit Gambut
Semak belukar
934
288
310
589
620
26
278
Penggunaan lahan tahun 2000
54.650
54.650
1.317
Penggunaan lahan tahun 2000 Hutan rawa Lahan terbuka sekunder Gambut Mineral Gambut Mineral
Mineral
Rawa
37
37
Hutan mangrove sekunder Gambut Mineral
Pertanian lahan Pertanian lahan kering kering campur semak Gambut Mineral Gambut Mineral 1.040 16 1.266
22.305 99.251
Hutan lahan kering sekunder Gambut Mineral
12.890
Hutan lahan kering primer Gambut Mineral
Lampiran 14. Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 1990-2000 di Kabupaten Sanggau
46
Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove sekunder Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2000
Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove sekunder Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2000
120.771
120.771
Hutan lahan kering sekunder Gambut Mineral
39
39
88
88
28.721
28.721
1.004.469
1.003.781
688
34
34
Gambut
920
920
20.918
20.918
719
131 589
0
Gambut
769
769
Mineral
Sawah
161 934
1.095
1.781
1.781
Gambut
5.123
5.094
30
Mineral
24.620
24.552
64
64
3.885
3.885
Gambut
2.572
2.572
Mineral
494 494
Gambut
14.982 14.982
3.305
3.305
12.890 121.556 37 75.729 1.522 24.600 1.507 3.516 127 1.032.502 955 769 6.874 6.457 15.476 1.304.517
Grand Total
211
211
Mineral
Pertambangan Gambut
Mineral
Tubuh air
1.442
1.442
Mineral
Permukiman Gambut
Semak belukar rawa
48
48
67
Mineral
Kebun Sawit Gambut
Semak belukar
Penggunaan lahan tahun 2003
54.519
54.519
Penggunaan lahan tahun 2003 Hutan rawa Lahan terbuka sekunder Gambut Mineral Gambut Mineral
Mineral
Rawa
37
37
Hutan mangrove sekunder Gambut Mineral
Pertanian lahan Pertanian lahan kering kering campur semak Gambut Mineral Gambut Mineral
12.890
Hutan lahan kering primer Gambut Mineral 12.890
Lampiran 15. Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2000-2003 di Kabupaten Sanggau
47
Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove sekunder Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2003
Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove sekunder Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2003
12.720
0
117.611
117.611
Hutan lahan kering sekunder Gambut Mineral
39
39
88
88
28.721 1.000.267
28.721 1.000.256
11
37
34
34
920
920
17.942
17.942
719
719
5.384
0
Gambut
769
769
Mineral
Sawah
83
4.206
1.095
1.781
1.781
Gambut
8.365
5.040
7
Mineral 170 3.148
24.620
24.620
64
64
5.372
3.885
1.487
Gambut
5.546
2.572
2.974
Mineral
494 494
Gambut
Grand Total
3.307
3.305
2
12.890 120.771 37 75.437 1.814 24.667 1.507 3.516 127 1.033.190 955 769 6.904 6.457 14.982 15.476 14.982 1.304.517
Mineral
283
211
72
Mineral
Pertambangan Gambut
Tubuh air
1.442
1.442
Mineral
Permukiman Gambut
Semak belukar rawa
48
48
Mineral
Kebun Sawit Gambut
Semak belukar
Penggunaan lahan taun 2006
52.960
52.960
Penggunaan lahan taun 2006 Hutan rawa Lahan terbuka sekunder Gambut Mineral Gambut Mineral
Mineral
Rawa Gambut
0
37
Hutan mangrove sekunder Gambut Mineral
Pertanian lahan Pertanian lahan kering kering campur semak Gambut Mineral Gambut Mineral
0
Hutan lahan kering primer Gambut Mineral 12.720
Lampiran 16. Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2003-2006 di Kabupaten Sanggau
48
Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove sekunder Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2006
Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove sekunder Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2006
12.720
0
39
39
88
88
28.013
27.914
99
967.447
1.613
955.453
72 3.480
6.829
34
34
920
920
4.430
1.842
8
552
172 1.904
544
512
0
Gambut
769
769
Mineral
Sawah
658
483
175
Gambut
12.529
4.925
1.209
6.395
Mineral
64
64
5.372
5.372
Gambut
5.810
5.546
37 227
Mineral
494 494
Gambut
14.982 14.982
Mineral
4.760
1.453
3.307
12.720 117.611 37 70.901 6.104 24.667 1.507 3.590 127 1.028.988 955 769 10.146 10.919 15.476 1.304.517
Grand Total
283
283
Mineral
Pertambangan Gambut
Tubuh air
1.442
1.442
Mineral
Permukiman Gambut
Semak belukar rawa
66.303
1.240
1.885
5.163
40.310
24.620
134
799
48
2.431
Semak belukar
Penggunaan lahan tahun 2009
17.973
17.337
Mineral
Rawa
50.429
50.429
635
Penggunaan lahan tahun 2009 Hutan rawa Lahan terbuka Kebun Sawit sekunder Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral
Gambut
103.240
103.240
Hutan lahan kering sekunder Gambut Mineral
Pertanian lahan Pertanian lahan kering kering campur semak Gambut Mineral Gambut Mineral
0
Hutan lahan kering primer Gambut Mineral 12.720
Lampiran 17. Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2006-2009 di Kabupaten Sanggau
49
Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2009
Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2009
39
39
88
88
635
27.930
27.930
964.280
964.280
48.758
48.758
34
34
920
920
6.592
1.414
44
2.128
743 5 4.430
1.533 552
5.246
83
5.163
0
769
769
1.007
1.007
12.843
12.181
662
Penggunaan lahan tahun 2011 Sawah Semak belukar Gambut Mineral Gambut Mineral
17.332
17.332
64
64
Gambut
5.510
5.372
138
5.811
5.810
1
402
119
283
Gambut
5.012
252
4.760
Mineral
Pertambangan
Tubuh air Grand Total Gambut Mineral 12.720 103.240 68.402 4.982 71.466 1.507 5.043 127 995.461 955 769 13.187 11.183 494 14.982 15.476 494 14.982 1.304.517
1.442
1.442
Mineral
Permukiman
Semak belukar rawa Gambut Mineral
67.642
1.338
66.303
Penggunaan lahan tahun 2011 Hutan rawa Lahan terbuka Kebun Sawit sekunder Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral
Rawa Gambut Mineral
101.835
Pertanian lahan Gambut Mineral
12.720
Pertanian lahan Gambut Mineral
0
Hutan lahan kering Hutan lahan kering primer sekunder Gambut Mineral Gambut Mineral 12.720 101.835 635
Lampiran 18. Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2009-2011 di Kabupaten Sanggau
50
Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2011
Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering campur semak Rawa Sawah Semak belukar Semak belukar rawa Tubuh air Grand Total
Penggunaan lahan tahun 2011
5.012
5.012
402
Mineral
402
Gambut
Pertambangan
92.036
39.131
29
29
923.331
3.562 1.926 742 23.711
909.417
22.961
5.663
4.362
2
34
34
Gambut
920
920
Mineral
Rawa
1.003
1.003
Gambut
10.561
7.593
125
396
2.457
Mineral
Semak belukar
Penggunaan lahan tahun 2013
16.465
Pertanian lahan Pertanian lahan kering kering campur semak Gambut Mineral Gambut Mineral 151 5.141 142 8 2.993
12.569
73
2.743
769 1.384 188 307 384
4.315
4.312
2
Gambut
3.711
3.696
15
Mineral
494 494
Gambut
Grand Total
2.456
988
1.442
25
Mineral
12.720 102.470 66.090 8.721 72.888 1.507 5.413 127 992.210 955 769 13.849 11.321 14.982 15.476 14.982 1.304.517
Mineral
237
173
64
Gambut
Permukiman
Tubuh air
125.710
11 51.007
88 4.796
16.977
1.605 59 3.045 67.642
Mineral
4.362 1.794 5.246
Gambut
Kebun Sawit
Semak belukar rawa
399
Penggunaan lahan tahun 2013 Hutan lahan kering Hutan lahan kering Hutan rawa sekunder Lahan terbuka Kebun Rakyat primer sekunder Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral Gambut Mineral 12.569 92.036 833 399 39.131 16.465 5.263 651 327 134
Lampiran 19. Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2011-2013 di Kabupaten Sanggau
51
52
Lampiran 20. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 1990-2000 di Kabupaten Kubu Raya
Lampiran 21. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2000-2003 di Kabupaten Kubu Raya
Lampiran 22. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2003-2006 di Kabupaten Kubu Raya
53
Lampiran 23. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2006-2009 di Kabupaten Kubu Raya
Lampiran 24. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2009-2011 di Kabupaten Kubu Raya
54
Lampiran 25. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2011-2013 di Kabupaten Kubu Raya
Lampiran 26. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 1990-2000 di Kabupaten Sanggau Penggunaan Lahan
Forestland
Croplands
Grasslands
Penggunaan Lahan Awal Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan lahan kering sekunder Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Hutan rawa sekunder Total Pertanian lahan kering campur semak Pertanian lahan kering campur semak Total Semak belukar Semak belukar Total Grand Total
Simpanan Karbon Awal (tC/ha)
Penggunaan Lahan Akhir
Simpanan Karbon Akhir (tC/ha)
127 127 127 127 96 96 96 129 129 80 80
Hutan lahan kering sekunder Lahan terbuka Pertanian lahan kering campur semak Semak belukar Pertanian lahan kering campur semak Semak belukar Semak belukar rawa Pertanian lahan kering campur semak Semak belukar Pertanian lahan kering campur semak Semak belukar rawa
96 3 30 30 30 30 30 30 30 30 30
30 30
Perkebunan Sawit Rawa
63 0
30 30
Lahan terbuka Semak belukar rawa
3 30
1990-2000 Gambut Mineral Kehilangan Kehilangan Luas Luas Karbon (tC) Karbon (tC) 0 346.476 0 22.305 0 1.607 0 26 0 0 16 792 0 0 331 16.004 0 0 1.266 41.494 0 0 1.021 33.460 0 0 667 21.854 0 0 132 6.538 0 0 121 5.989 1 24 568 14.227 300 7.528 705 17.684 301 7.552 27.158 506.125 0 0 83 -1.365 15 227 46 683 17 227 128 -682 310 4.268 288 3.957 150 0 8 0 461 4.268 296 3.957 779 12.047 27.582 509.400
55
Lampiran 27. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2000-2003 di Kabupaten Sanggau Penggunaan Lahan
Forestlands
Penggunaan Lahan Awal Hutan lahan kering sekunder Hutan lahan kering sekunder Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Total Grand Total
Simpanan Karbon Awal (tC/ha) 96 96 96 80
Penggunaan Lahan Akhir Pertanian lahan kering campur semak Semak belukar Perkebunan sawit Lahan terbuka
Simpanan Karbon Akhir (tC/ha) 30 30 63 3
2000-2003 Gambut Kehilangan Luas Karbon (tC) 0 0 0 0 0 0 131 5.071 131 5.071 131 5.071
Mineral Kehilangan Karbon (tC) 688 22.555 30 977 67 1.099 161 6.262 947 30.892 947 30.892
Luas
Lampiran 28. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2003-2006 di Kabupaten Sanggau Penggunaan Lahan
Forestlands
Croplands Grasslands
Penggunaan Lahan Awal Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Total Pertanian lahan kering campur semak Total Semak belukar Total Grand Total
Simpanan Karbon Awal (tC/ha)
Penggunaan Lahan Akhir
Simpanan Karbon Akhir (tC/ha)
127 96 96 80
Semak belukar Pertanian lahan kering campur semak Semak belukar Semak belukar rawa
30 30 30 30
30
Lahan terbuka
3
30
Lahan terbuka
3
2003-2006 Gambut Mineral Kehilangan Kehilangan Luas Luas Karbon (tC) Karbon (tC) 0 0 170 8.214 0 0 11 365 0 0 3.148 103.177 1.487 37.285 2.974 74.549 1.487 37.285 6.303 186.306 0 0 4.206 57.837 0 0 4213 57837 0 0 83 1.145 0 0 83 1.145 1.487 37.285 10.599 245.288
Lampiran 29. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2006-2009 di Kabupaten Sanggau Penggunaan Lahan
Forestlands
Croplands
Grasslands
Other lands
Penggunaan Lahan Awal Hutan lahan kering sekunder Hutan lahan kering sekunder Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Hutan rawa sekunder Hutan rawa sekunder Hutan rawa sekunder Total Pertanian lahan kering campur semak Pertanian lahan kering campur semak Pertanian lahan kering campur semak Total Semak belukar Semak belukar Total Lahan terbuka Lahan terbuka Total Grand Total
Simpanan Karbon Awal (tC/ha)
Penggunaan Lahan Akhir
Simpanan Karbon Akhir (tC/ha)
96 96 96 80 80 80 80
Pertanian lahan kering campur semak Semak belukar Lahan terbuka Pertanian lahan kering campur semak Lahan terbuka Semak belukar rawa Perkebunan Sawit
30 30 3 30 3 30 63
30 30 30
Perkebunan Sawit Lahan terbuka Pertambangan
63 3 0
30 30
Perkebunan sawit Pertanian lahan kering campur semak
63 30
3 3
Pertanian lahan kering campur semak Semak belukar
30 30
2006-2009 Gambut Mineral Kehilangan Kehilangan Luas Luas Karbon (tC) Karbon (tC) 0 0 6.829 223.824 0 0 6.395 209.599 0 0 512 23.804 0 0 99 2.488 0 0 172 6.670 0 0 227 5.691 0 0 2.431 20.831 0 0 16.665 492.907 799 -13.189 40.310 -665.119 8 107 1.842 25.333 0 0 1.209 18.131 807 -13082 43361 -621655 1.885 -31.098 1.240 -20.454 0 0 1.613 0 1.885 -31.098 2.853 -20.454 0 0 3.480 -47.850 175 -2.404 0 0 175 -2.404 3.480 -47.850 2.867 -46.584 66.359 -197.052
56
Lampiran 30. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2009-2011 di Kabupaten Sanggau Penggunaan Lahan
Forestlands
Croplands
Other lands
Penggunaan Lahan Awal Hutan lahan kering sekunder Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Hutan rawa sekunder Hutan rawa sekunder Hutan rawa sekunder Total Pertanian lahan kering campur semak Pertanian lahan kering campur semak Pertanian lahan kering campur semak Total Lahan terbuka Lahan terbuka Lahan terbuka Lahan terbuka Total Grand Total
Simpanan Karbon Awal (tC/ha)
Penggunaan Lahan Akhir
Simpanan Karbon Akhir (tC/ha)
96 96 80 80 80 80
Semak belukar Lahan terbuka Pertanian lahan kering campur semak Lahan terbuka Semak belukar rawa Perkebunan Sawit
30 3 30 3 30 63
30 30 30
Perkebunan Sawit Lahan terbuka Pertambangan
63 3 0
3 3 3 3
Pertanian lahan kering campur semak Semak belukar Perkebunan sawit Permukiman
30 30 63 5
2009-2011 Gambut Mineral Kehilangan Kehilangan Luas Luas Karbon (tC) Karbon (tC) 0 0 662 21.697 0 0 743 34.557 72 1.804 0 1.533 59.494 5 190 138 3.463 1 16 134 1.144 0 0 1.876 65.904 1.410 56.460 83 -1.375 1.338 -22.081 44 599 1.414 19.448 119 1.780 252 3.780 246 1004 3005 1147 8 -107 2.993 -41.153 0 0 396 -5.440 1.794 -54.270 3.045 -92.119 0 0 0 0 1.802 -54.377 6.434 -138.712 3.924 12.531 10.849 -81.105
Lampiran 31. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2011-2013 di Kabupaten Sanggau Penggunaan Lahan
Forestlands
Croplands
Grasslands
Other lands
Penggunaan Lahan Awal Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan lahan kering sekunder Hutan lahan kering sekunder Hutan lahan kering sekunder Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove sekunder Hutan rawa sekunder Hutan rawa sekunder Hutan rawa sekunder Hutan rawa sekunder Total Pertanian lahan kering campur semak Pertanian lahan kering campur semak Pertanian lahan kering campur semak Pertanian lahan kering campur semak Sawah Total Semak belukar Semak belukar Semak belukar rawa Semak belukar rawa Semak belukar rawa Total Lahan terbuka Lahan terbuka Lahan terbuka Lahan terbuka Total Grand Total
Simpanan Karbon Awal (tC/ha)
Penggunaan Lahan Akhir
Simpanan Karbon Akhir (tC/ha)
127 96 96 96 96 96 95 80 80 80 80
Pertanian lahan kering campur semak Pertanian lahan kering campur semak Semak belukar Perkebunan sawit Lahan terbuka Perkebunan rakyat Semak belukar rawa Pertanian lahan kering campur semak Lahan terbuka Semak belukar rawa Perkebunan Sawit
30 30 30 63 3 63 30 30 3 30 63
30 30 30 30 2
Perkebunan Sawit Lahan terbuka Semak belukar Permukiman Perkebunan sawit
63 3 30 5 63
30 30 30 30 30
Perkebunan sawit Pertanian lahan kering campur semak Lahan terbuka Perkebunan sawit Pertanian lahan kering campur semak
63 30 3 63 30
3 3 3 3
Pertanian lahan kering campur semak Semak belukar Perkebunan sawit Permukiman
30 30 63 5
2011-2013 Gambut Mineral Kehilangan Kehilangan Luas Luas Karbon (tC) Karbon (tC) 0 0 151 7.296 0 0 5.141 168.499 0 0 2.457 80.529 0 0 1.605 26.122 0 0 833 38.756 0 0 399 6.493 0 0 37 1.197 0 0 142 3.552 5.263 204.311 651 25.269 2 51 15 388 4.362 37.372 59 503 9.627 241.734 11.490 358.605 4.796 -79.136 51.007 -841.623 0 0 2.743 37.710 0 0 125 0 173 2.163 988 12.352 0 0 769 -23.453 4969 -76973 55632 -815014 307 -5.059 1.384 -22.842 0 0 3.562 0 73 997 2 24 384 -6.333 188 -3.097 742 0 1.926 0 1.505 -10.395 7.061 -25.915 8 -107 2.993 -41.153 0 0 396 -5.440 1.794 -54.270 3.045 -92.119 0 0 25 -31 1.802 -54.377 6.459 -138.743 17.903 99.989 80.642 -621.067
57
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Oktober 1991 di Batam, Kepulauan Riau. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Drh Djony Istori dan Sartika Tisna Amidjadja. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Kartini 1 Batam yang dimulai tahun 1998 dan selesai pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan ke SD Negeri Pengadilan 2 Bogor yang diselesaikan pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 2 Bogor dan selesai pada tahun 2007. Penulis meneruskan pendidikan di SMA Negeri 1 Bogor dan meyelesaikannya pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah periode 2011-2012 sebagai Divisi Hubungan Masyarakat. Dalam kegiatan akademik, penulis berkesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Geomorfologi dan Analisis Lanskap (2014), asisten praktikum mata kuliah Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial pada tahun (2013), serta asisten praktikum mata kuliah Sistem Informasi Geografis (2014). Selain itu penulis juga pernah aktif dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan IPB diantaranya kepanitiaan “Soilidarity” 2013 sebagai Divisi Konsumsi, MPD “Morfogenesis” 48 sebagai Divisi Hubungan Masyarakat (Humas), Seminar Nasional Ilmu Tanah 2012 sebagai Divisi Humas, Open House “S’marak 49”, Kuliah Umum ITSL 2012, dan kegiatan lainnya. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi berjudul “Dinamika Penggunaan Lahan Perkebunan Sawit dan Simpanan Karbon di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 1990-2013” di bawah bimbingan Dr Ir Muhammad Ardiansyah dan Prof Dr Ir Supiandi Sabiham MAgr.