DIMENSI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT LAMPUNG SEBAGAI MEDIA RESOLUSI KONFLIK
Dr. Idrus Ruslan, M.Ag IAIN Raden Intan Lampung
[email protected]
THE 16th ANNUAL INTERNATIONAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES (AICIS) 2016
MINISTRY OF RELIGIOUS AFFAIRS GENERAL DIRECTORATE OF ISLAMIC EDUCATION DIRECTORATE OF ISLAMIC HIGHER EDUCATION IAIN RADEN INTAN LAMPUNG NOVEMBER 1-4, 2016
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
0
DAFTAR ISI Abstrak........................................................................................................................................1 Pendahuluan................................................................................................................................2 Sekilas Kearifan Lokal Masyarakat Lampung...........................................................................4 Kearifan Lokal Sebagai media Resolusi Konflik.......................................................................7 Komitmen Bersama..................................................................................................................14 Penutup.....................................................................................................................................16 Daftar Pustaka...........................................................................................................................17 Riwayat Hidup..........................................................................................................................18
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
1
DIMENSI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT LAMPUNG SEBAGAI MEDIA RESOLUSI KONFLIK Idrus Ruslan Email:
[email protected]
Abstrak Di tengah munculnya konflik dan dibalik fenomena kompleksitas serta kekacauan yang terjadi pada masyarakat saat ini, apalagi daerah tersebut merupakan suatu yang kompleks seperti di Lampung. Diperlukan kontribusi berbagai macam cara untuk dijadikan acuan bagi individu dan kelompok masyarakat dalam berinteraksi diantara mereka guna mewujudkan tatanan yang berkualitas baik. Salah satu cara yang potensial untuk persoalan tersebut adalah kearifan lokal. Kearifan lokal masyarakat Lampung yang diketengahkan disini yaitu Piil Pesenggiri dan Muakhi yang keduanya secara ideal memiliki nilai dan spirit universal dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi setiap orang yang hidup di bumi Lampung. Kearifan lokal dimaksud seharusnya teraktualisasi bukan hanya bagi masyarakat yang beretnis Lampung, akan tetapi juga bagi masyarakat pendatang (datang dari daerah lain/suku lain) agar supaya dapat saling menghargai, menghormati dan memahami adanya perbedaan tradisi. Hal ini diperlukan dalam rangka mengantisipasi kesalahpahaman yang tidak jarang berujung pada konflik hingga pada akhirnya dapat merugikan masyarakat itu sendiri.
Kata Kunci: Kearifan Lokal, Masyarakat Lampung, Resolusi Konflik
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
Pendahuluan
2
dapat bersinergi (simbios mutualism), maka
Indonesia
akan
dapat menjadi sebagai sumber kekuatan dan
keanekaragamannya (agama, suku, bahasa,
energi positif, karena merupakan kekuatan
budaya,
lain-lain
dan modal bagi bangsa Indonesia dalam
merupakan suatu yang patut disyukuri. Hal
melaksanakan akselerasi pembangunan baik
ini disebabkan bahwa Indonesia disamping
fisik maupun mental secara progresif, tanpa
memiliki kekayaan alam; hutan, lautan,
harus
serta sumberdaya alam lainnya, ternyata
berlatarbelakang dan bernuansa agama,
juga memiliki kekayaan lain (baca: budaya,
budaya, suku dan lain-lain.
ras,
yang
terkenal
golongan)
dan
di-interupsi
tradisi adat istiadat dan lain-lain). Selain itu,
kekayaan
kedua
konflik
yang
Menurut Zohar dan Marshall yang
ini
dikutip oleh Samsul Arifin, bahwa dalam
menunjukkan pula bahwa sunnatullah betul-
kehidupan ini, sesungguhnya manusia
betul nyata dan terasa di Tanah Air. Namun
bukan
membutuhkan
modal
demikian, berbagai macam kekayaan yang
ekonomi, tetapi modal sosial.
Modal
beranekaragam tersebut jika tidak dikelola
sosial yaitu kekayaan yang membuat
dengan baik dan secara sinergi, maka dapat
komunitas dan organisasi berfungsi secara
menimbulkan konflik horizontal sehingga
efektif
pada akhirnya dapat memunculkan problem
Sedangkan modal spiritual merupakan
tersendiri
hidup
dimensi hakiki yang memberikan sentuhan
(survive) manusianya. Dalam konteks ini,
maknawi dalam kehidupan manusia agar
konflik yang terjadi di berbagai daerah yang
lebih
ada di Indonesia; baik yang bernuansa ras,
Meskipun modal sosial dan spiritual tidak
etnis maupun agama – setidaknya ditengarai
berbentuk barang dalam arti ekonomi,
– terjadi akibat egoisme, eksklusifisme,
tetapi
individualisme serta klaim kebenaran (truth
memiliki
claim) yang mewabah dalam pemikiran dan
Arifin: 2009, 77).
bagi
kategori
oleh
keberlangsungan
aksi di sebagian kalangan masyarakat. Akibat hal tersebut,
individu maupun
tidak
informal
batas-batas kemanusiaan (humanity).
anggota
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
boleh
manfaat
bersama.
secara
substansi.
dipandang ekonomi.
tidak
(Samsul
Fukuyama menegaskan bahwa modal sosial
diluar dan sulit diterima dalam nalar dan
seharusnya jika keanekaragaman tersebut
kepentingan
Terkait dengan uraian modal sosial,
adalah
secara ideal
demi
bermakna
kelompok manusia seringkali bertindak
Pada dimensi lain,
hanya
seperangkat yang suatu
nilai
dimiliki
atau bersama
kelompok
norma oleh yang
memungkinkan kerjasama di antara mereka. (Samsul Arifin, 2009, 78).
Selanjutnya Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
3
modal sosial itu sendiri memiliki tiga unsur
dikembangkan serta diaktualisasikan, maka
pokok yakni; kepercayaan (trust), jaringan
dapat dijadikan sebagai alternatif solusi
dan norma. Kepercayaan merupakan sikap
dalam mengantisipasi terjadinya konflik.
saling mempercayai di masyarakat yang
Kearifan lokal yang dimaksud yaitu budaya
memungkinkan masyarakat tersebut saling
Piil Pesenggiri dan budaya Muakhi yang
bersatu dengan yang lain. Dengan adanya
semuanya itu seharusnya berjalan secara
kepercayaan,
mudah
bersamaan, artinya pemahaman secara utuh
merancang suatu jaringan sosial atau prinsip
dan konkret tentang kedua kearifan lokal
kesukarelaan
tersebut
(equality),
masyarakat
akan
(voluntary),
secara
utuh
oleh
masyarakat etnis Lampung juga masyarakat
unsur
pendatang menjadi suatu yang mutlak. Hal
berikutnya adalah norma, yakni sekumpulan
ini menjadi penting, karena Lampung
aturan yang harus dipatuhi oleh masyarakat
merupakan provinsi yang plural dimana
yang terlibat dalam jaringan sosial. (Samsul
dengan
Arifin, 2009, 78).
Oleh karena itu,
Sumatera” sehingga sangat memungkinkan
pengelolaan secara massif dan dilakukan
bagi berbagai etnis untuk hidup di Provinsi
secara bersinergi terhadap modal sosial
Lampung.
dalam pengertian tersebut sangatlah menjadi
faktanya di Lampung banyak sekali etnis
penting.
dan agama seperti Jawa, Sunda, Bali,
(civility).
(freedom)
dimiliki
dan
keadaban
kebebasan
kesamaan
Kemudian
Pada sekelompok masyarakat yang
letaknya
Padang,
sebagai
“Serambi
Hal tersebut karena memang
Palembang,
Medan
dan
lain
memiliki secara bersama norma informal,
sebagainya. Termasuk juga agama-agama
dimana norma tersebut dijadikan sebagai
yang disahkan Pemerintah, semuanya ada
acuan atau pandangan untuk menjalin
dan mengalami pertumbuhan dan interaksi
kerjasama
yang cukup dinamis dan signifikan.
memiliki
dan
berinteraksi
berbagai
latarbelakang,
-
macam
jika
meskipun
merujuk
penjelasan tersebut diatas –
Dengan keaneragamannya pula –
perbedaan pada
maka itulah
jika
menggunakan
logika
kalangan
agamawan disebut sebagai Sunnatullah –
yang disebut dengan kearifan lokal (local
maka
wisdom) yang sesungguhnya dapat menjadi
Lampung seharusnya lebih dinamis, sebab
modal
banyak komunitas yang terlibat dalam
sosial
dan
berguna
bagi
keberlangsungan kehidupan manusia. Masyarakat Lampung juga memiliki kearifan
lokal
yang
jika
dipahami,
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
perkembangan
pembangunan
di
proses pembangunan tersebut. Pernyataan tersebut tentu dapat dipahami sebagai suatu logika bersama bahwa; suatu problem atau Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
4
permasalahan akan lebih mudah untuk di
mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan
carikan solusinya, manakala manusia yang
kearifan hidup. Di Indonesia—yang kita
memberikan kontribusi terhadap pemecahan
kenal sebagai Nusantara—kearifan lokal itu
problem tersebut pun banyak, ketimbang
tidak hanya berlaku secara lokal pada
yang hanya diselesaikan oleh segelintir
budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat
orang.
dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas
Sekilas Kearifan Lokal Masyarakat
etnik sehingga membentuk nilai budaya
Lampung
yang bersifat nasional. Sebagai contoh, tentang
hampir di setiap budaya lokal di Nusantara
Lampung,
dikenal kearifan lokal yang mengajarkan
terlebih dahulu perlu diketengahkan tentang
gotong royong, toleransi, etos kerja, dan
pengertian kearifan lokal itu sendiri. Secara
seterusnya. Pada umumnya etika dan nilai
etimologis,
berarti
moral yang terkandung dalam kearifan lokal
kemampuan seseorang dalam menggunakan
diajarkan turun-temurun, diwariskan dari
akal pikirannya untuk menyikapi sesuatu
generasi ke generasi melalui sastra lisan
kejadian, obyek atau situasi.
(antara lain dalam bentuk pepatah dan
Sebelum kearifan
lokal
mendiskusikan masyarakat
kearifan
(wisdom)
Sedangkan
lokal, menunjukkan ruang interaksi dimana
peribahasa,
peristiwa atau situasi itu terjadi.
manuskrip.(Suyono
Dengan
folklore),
dan Suyatno,
demikian, kearifan lokal secara substansial
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanb
merupakan nilai dan norma yang berlaku
ahasa /artikel/1336)
dalam suatu masyarakat yang diyakini
Kearifan
memiliki
kebaikan
bertindak dan
berperilaku sehari-hari.
sehingga prinsip ini mentradisi dan melekat
Dengan kata lain, kearifan lokal adalah
kuat pada kehidupan masyarakat setempat.
kemampuan
dan
Meskipun terdapat perbedaan karakter dan
memberdayakan potensi nilai-nilai luhur
intensitas hubungan sosial budayanya, tetapi
budaya setempat secara arif dan bijak untuk
dalam jangka yang lama, mereka terikat
mencapai tujuan dan kemaslahatan manusia
dalam persamaan visi dan persepsi dalam
itu sendiri.
menciptakan kehidupan yang bermartabat
Selain itu, kearifan lokal dapat
kehidupan
nilai
kebenarannya dan menjadi acuan dalam
menyikapi
bagi
lokal
dan sejahtera bersama.
masyarakat,
Dalam bingkai
kekayaan
kearifan lokal ini, antar individu, antar
budaya lokal yang mengandung kebijakan
kelompok masyarakat saling melengkapi,
hidup; pandangan hidup (way of life) yang
bersatu dan berinteraksi dengan memelihara
didefinisikan
sebagai
suatu
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
5
nilai dan norma sosial yang berlaku. Perlu
kalimat diatas bukanlah bermakna negatif,
ditambahkan,
sebaliknya memiliki konotasi positif yakni
meskipun
kearifan
lokal
bernilai lokal sesuai dengan sebutannya,
prinsip kesetaraan atau kesejajaran.
akan tetapi nilai yang terkandung di
Pada
sisi
lain,
Ratnawati
dalamnya dapat dianggap bersifat universal,
memberikan arti Piil Pesenggiri sebagai
artinya bisa dijadikan landasan berpikir,
“prinsip hidup orang Lampung yang ingin
bersikap dan bertindak bagi suatu komunitas
sejajar, berdampingan dengan orang lain”.
lain yang berbeda tempat maupun asal, yang
(Ratnawati, 1992, 2). Dalam konteks ini,
hidup bersama dalam suatu daerah.
pada hakikatnya orang Lampung tidak ingin
Masyarakat
memiliki
berada diatas, sementara yang lain berada di
kearifan lokal yang disebut dengan Piil
bawah, atau sebaliknya tidak ingin dibawah
Pesenggiri, dimana di dalamnya terkait soal
sementara yang lain ditas.
kehormatan
pengertian ini pun memiliki konsep atau
diri
Lampung
yang
muncul
karena
kemampuan mengolah kedewasaan berpikir dan berperilaku.
Lagi-lagi
prinsip kesejajaran (equality).
Dalam konteks ini,
Piil Pesenggiri merupakan suatu
kemampuan hidup berdampingan dengan
keutuhan dari empat unsurnya yaitu; Juluk
berbagai kalangan, termasuk pendatang,
adek/adok,
merupakan salah satu prinsip dari inti ajaran
nyappukh, dan sakai sambayan. Keempat
Piil Pesenggiri.
unsur tersebut merupakan modal dasar
Piil Pesenggiri berasal dari dua kata
sebagai
nemui
penyangga
nyimah,
seseorang
nilai-nilai
luhur
nengah
untuk
yaitu kata Piil dan Pesenggiri. Menurut
menegakkan
Ahmad Zarkasi kata Piil berasal dari kata
kehidupan bermasyarakat. Seseorang dapat
Fi’il dalam bahasa Arab yang berarti
dikatakan Bupiil Bupesenggiri apabila telah
“perbuatan, perangai, perilaku. Sedangkan
melaksanakan
Pesenggiri berasal dari kata pusenggekh
unsur diatas.
nilai-nilai
pada
dalam
keempat
yang berarti simpang siur atau pertemuan
Unsur-unsur Piil Pesenggiri selalu
disatu titik pada saat simpang siur, atau
berpasangan, Juluk berpasangan dengan
dengan kata lain “pertemuan sejajar pada
Adek, Nemui dengan Nyimah, Nengah
garis lulus”.
Maka Piil Pesenggiri dapat
dengan Nyappukh, Sakai dengan Sambai.
diartikan perilaku orang Lampung yang
Penggabungan itu bukan tanpa sebab dan
selalu ingin sejajar dengan orang lain dalam
makna.
kehidupan bermasyarakat. (Ahmad Zarkasi,
keberhasilan),
2014, 71).
ramah, terbuka dan saling menghargai),
Namun kata sejajar dalam
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
Juluk Nemui
Adek
(terprogram,
Nyimah
(prinsip
Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
6
Nengah Nyappukh (prinsip suka bergaul,
Puakhi yang artinya saudara sekandung,
terjun dalam masyarakat, kebersamaan,
saudara sepupu dari garis pihak bapak
kesetaraan), dan Sakai Sambayan (prinsip
maupun ibu.
kerjasama, kebersamaan).
huruf “kh” dalam muakhi dibaca sebagai
Unsur-unsur Piil Pesenggiri itu tentu
perpaduan
Dalam bahasa Lampung,
antara
ghin
dan
ra’
atau
bukan sekedar prinsip yang kosong dan
perpaduan antara kha’ dengan ra’. Selain
hampa dari nilai-nilai (hakikat), melainkan
itu, kata Muakhi berasal dari kata akhun
mempunyai nilai-nilai nasionalisme budaya
yang berarti saudara, dan ukhwah artinya
yang luhur yang perlu dipahami dan
ikatan persaudaraan atas dasar kesamaan.
diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat
Kedua kata itu berasal dari bahasa Arab.
dan bernegara. Sejatinya Piil Pesenggiri,
Setiap kelompok masyarakat yang diikat
tidak diungkapkan dan diartikan sebagai
dengan kesamaan iman merupakan saudara,
pemujaan diri sendiri dengan mengorbankan
dalam arti satu umat, prinsip kesamaan
orang lain atau dengan mengagungkan
manusia
seseorang yang jauh lebih unggul dari orang
manusia. (A. Fauzie Nurdin, 2009, 91).
merupakan
saudara
sesama
lain, atau juga menyengsarakan orang lain
Merujuk pada pengertian tersebut,
untuk membahagiakan seseorang. Seorang
maka menjadi terang benderang bahwa
yang memiliki harga diri akan lebih
budaya muakhi merupakan salah satu
bersemangat (etos kerja), lebih mandiri,
budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat
lebih
Lampung,
mampu
dan
berdaya,
sanggup
memiliki
“pesan”
untuk
menerima tantangan, lebih percaya diri,
bersaudara meskipun memiliki perbedaan
tidak menyerah dan putus asa, mudah
latar belakang (etnis, budaya, ras, juga
memikul
mampu
agama dan lain-lain). Dengan “bersaudara”,
menghadapi kehidupan dengan lebih baik,
maka seseorang/kelompok akan dengan
dan merasa sejajar dengan orang lain (tidak
senang hati dan suka rela untuk saling
rendah diri).
membantu dan tolong menolong baik
tanggung
jawab,
Selain budaya Piil Pesenggiri, ada suatu
kearifan
lokal
yang
bisa
dikembangkan dalam rangka menjawab
terhadap
kelompoknya
sendiri
maupun
terhadap kelompok masyarakat lain secara berkualtias.
pluralitas kehidupan di Lampung yakni
Spirit universal yang terkandung
budaya Muakhi. Secara etimologi muakhi
dalam kearifan lokal masyarakat Lampung
berarti
hubungan
diatas
seharusnya
Kata ini berasal dari kata
hanya
bagi
persaudaraan
bertetangga.
dalam
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
teraktualisasi
masyarakat
yang
bukan beretnis
Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
7
Lampung, akan tetapi juga bagi masyarakat
yang plural dan akibat dari tuntutan hidup,
pendatang (datang dari daerah lain/suku
maka terjadinya percampuran budaya antar
lain) agar supaya dapat saling menghargai,
suku dimana dalam praktik percampuran
menghormati
adanya
tersebut tidak sedikit yang mengabaikan
perbedaan tradisi. Dengan adanya kesaling
nilai-nilai atau norma lokal yang telah ada
pemahaman dimaksud, maka tidak muncul
dan berkembang pada suatu masyarakat.
kesalah pemahaman. Hal ini diperlukan
Akibatnya terjadi persinggungan yang jika
dalam
tidak atau terlambat
dan
memahami
rangka
mengantisipasi
mengantisipasinya
kesalahpahaman yang tidak jarang berujung
dapat menimbulkan konflik horizontal yang
pada konflik hingga pada akhirnya dapat
semakin parah.
merugikan masyarakat itu sendiri, serta
Jika selama ini pendekatan yang
Pembangunan Daerah menjadi terhambat.
digunakan adalah teori konflik secara
Kearifan Lokal Sebagai Media
umum, atau penyelesaian konflik yang
Resolusi Konflik
bersifat akademis dan hasil pengalaman
Dalam
sebuah
acara
opening
beberapa negara lain dalam menyelesaikan
ceremony Mahathir Global Peace School
konflik
(MGPS) III: Interstate Relation and Global
berbagai diskusi, seminar dan lain-lain.
Justice for Peace and Conflict Resolution
Akan tetapi dalam penerapannya tidaklah
yang
Universitas
mudah karena banyak faktor lain yang sulit
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tahun
diprediksi terutama yang menyangkut nilai-
2014 lalu, Dino Pati Jalal (Mantan Wakil
nilai, budaya, kondisi geografis dan konteks
Menteri Luar Negeri) sebagai keynote
lokal yang telah berkembang pada suatu
speech mengatakan dengan tegas bahwa
masyarakat.
diselenggarakan
di
sebagai
bahan
referensi
pada
Secara teoritis M. Atho Mudzhar
Indonesia harus bisa menggunakan kearifan lokal (local wisdom) sebagai salah satu
mengekplorasi
instrumen penyelesaian konflik yang kerap
biasanya terjadi karena bertemuya empat
terjadi di negeri ini.
elemen
Statemen
tersebut
setidaknya
bahwa
utama
bersamaan.
dalam
suatu
waktu
konflik
yang
Keempat elemen itu ialah
menjadi renungan bersama bahwa ada
facilitating contexts (kontek pendukung),
kealfaan
ini
dalam
core (root) of conflik (akar konflik), fuse
konflik,
yang
factors (faktor sumbu), dan triggering
hanya menggunakan pendekatan keamanan
factors (faktor pemicu). (M. Atho Mudzhar,
atau militer. Sebab Indonesia adalah bangsa
2003, 5).
melakukan
negara
selama
penyelesaian
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
Dalam
sosial
dalam waktu yang berkepanjangan. Apabila
pendukung
kelompok-kelompok yang mendominasi dan
(facilitating contexts) dapat berupa pola
terdeprivasi itu kebetulan berasal dari
pekerjaan atau pemukiman yang terpisah
kelompok agama
berdasarkan
konflik yang terjadi dapat bergerak menjadi
bernuansa
suatu
agama,
konflik
8
konteks
garis
keagamaan
antara
berbagai kelompok yang akan terlibat konflik,
atau
kompetisi
yang berbeda maka
bernuansa agama.
perkembangan
Fuse factor (faktor sumbu), biasanya
demografi keagamaan, atau urbanisasi yang
juga sudah ada disana, tetapi tidak dengan
berdampak
sendirinya menyala menjadi konflik jika itu
menggusur
penduduk
lokal
(asli) tertentu dan lain-lain. Keadaan kepada
ini
tidak tersulut atau disulut. Sumbu konflik
mengingatkan
masyarakat
Maluku,
kita
Ambon
bisa berupa sentimen suku, rasa, keagamaan dan lain-lain.
khususnya. Keberadaan konteks pendukung ini
biasanya
tidak
merta
adalah peristiwa atau momentum dimana
mengakibatkan terjadinya konflik, tetapi
semua elemen diatas diakumulasikan untuk
berfungsi
berseminya
melahirkan konflik sosial. Momentum itu
potensi-potensi konflik untuk menunggu
bisa terjadi hanya berbentuk pertengkaran
saat yang tepat.
mulat atau perkelahian kecil antara dua
sebagai
serta
Triggering factors (faktor pemicu)
tempat
Core of conflict (akar konflik), biasanya
adalah
deprivation marginalisasi
suatu
tingkat
(penderitaan sosial
yang
social
sosial)
atau
tidak
dapat
ditolerir lagi dalam perebutan sumber-
individu mengenai suatu hal yang amat remeh atau jauh dari akar konflik, tetapi berfungsi
menjadi
pembenar
bagi
dimulainya suatu konflik yang berskala lebih besar. (M. Atho Mudzhar, 2003, 5-6).
sumber daya (resources) maupun kekuasaan
Para
ahli
sosiologi
mengatakan
(power). Pembuatan batas akhir toleransi
bahwa dampak suatu konflik bergantung
itu biasanya dilakukan karena intensitas
pada tataran apa akar konflik itu berada dan
deprivasi itu sendiri yang tidak tertahankan
terjadi.
lagi atau lamanya waktu deprivasi itu
tataran instrumental, biasanya konflik itu
berlangsung, seperti penguasaan sebagian
akibatnya tidak terlalu luas dan dapat segera
terbesar lahan dan hasil pertanian oleh suatu
berhenti. Tetapi jika akar konflik itu berada
kelompok
atau
pada tararan ideologi, biasanya akibatnya
penguasa jabatan-jabatan publik tertentu
lebih besar bahkan mengerikan dan dapat
disuatu daerah oleh suatu kelompok tertentu
berlangsung dalam waktu
masyarakat
tertentu,
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
Jika akar konflik berada pada
yang lama. Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
Dalam konflik (agama), pelaksanaannya
9
Sebenarnya
di
berbagai
daerah
bisa sangat destruktif dan tidak mengenal
Indonesia telah terbukti bahwa eksistensi
belas kasihan, karena pelakunya merasa
kearifan lokal turut ambil bagian dalam
melakukan hal itu bukan untuk kepentingan
mengantisipasi
diri
terhadap konflik.
mereka
sendiri,
melainkan
untuk
dan
Rumah
memberikan
solusi
Sebut saja misalnya
sesuatu tujuan abstrak yang dipandang lebih
tradisi
Betang
di
Kalimantan
tinggi dan mulai. (Lih. Lester Kurtz, 1995,
Tengah, Subak di Bali, dan Pela di Ambon
212).
atau juga di daerah-daerah lain.
Ketiga
Dengan menggunakan teori diatas,
bentuk tradisi kearifan lokal dimaksud
kita dapat memetakan konflik-konflik yang
dalam prakteknya turut mewarnai suasana
terjadi selama ini terutama di Lampung;
kehidupan
seperti yang di Lampung Tengah, Lampung
mengantisipasi
Selatan (Kalianda) dan daerah lainnya.
tersebut meskipun awalnya hanya berlaku
Tetapi itu semua berguna dalam rangka
bagi suatu komunitas yang homogen, akan
mencari akar atau bentuk-bentuk suatu
tetapi dalam perkembangannya dapat pula
konflik dimana konflik itu sendiri telah
menerima
terjadi yang menyisakan penderitaan baik
komunitasnya. Hal ini sebagaimana yang
secara fisik maupun psikis.
diuraikan
Sesungguhnya
yang
rukun
konflik,
kelompok
oleh
A.
serta
dapat
karena
tradisi
lain
Sutarmadi
diluar
dalam
hal
tersebut
penelitiannya bahwa rumah betang pada
konflik)
amatlah
awalnya merupakan tradisi dayak yang
berguna, tetapi tentu saja yang lebih penting
berkepercayaan khas. Akan tetapi dengan
dan mendesak adalah bagaimana supaya
berkembangnya zaman, sehingga interaksi
konflik yang terjadi di masyarakat bisa
dengan komunitas dan etnis lain menjadi
dicarikan jalan keluar (solusi), agar konflik
sulit untuk dihindari, hingga akhirnya
yang sedang terjadi bisa diselesaikan sedini
datang agama lain seperti Islam, Hindu,
mungkin sehingga tidak merembet sehingga
Budha, Kristen dan Katolik.
menjadi besar, atau juga bisa dijadikan
agama dimaksud dalam lingkungan Betang
sebagai sarana antisipasi jika dirasa sudah
diterima dengan penuh keterbukaan. (A.
terdapat
Sutarmadi, 1997, 9).
(persoalan
pemetaan
tanda-tanda
akan
terjadinya
Kedatangan
konflik. Salah satu cara dalam melakukan
Begitu juga dengan tradisi Subak di
resolusi konflik ditengah masyarakat adalah
Bali. Subak merupakan sistem pengairan
dengan menggunakan pendekatan kearifan
yang
lokal.
mengantisipasi masalah konflik, karena
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
turut
berkontribusi
dalam
Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
10
anggota dari Subak itu sendiri berasal dari
hidup dalam lingkungan kehidupan sosial
berbagai komunitas dan agama. Selain itu,
kultural masyarakat Maluku secara turun
Subak di Bali terstruktur sedemikian rupa
temurun. (Hamadi B. Husain, 1997, 89).
sehingga terdapat kepengurusan yang jelas, serta
memiliki
bergantian.
Dengan
menyatukan memiliki
sistem
ikatan
kedekatan
piket pola
ini
kekerabatan hati,
serta
Di
Lampung
terdapat
tradisi
secara
kearifan lokal – sebagaimana yang telah
dapat
dieksplorasi sebelumnya – yang sangat
atau
memungkinkan untuk dijadikan sebagai
saling
instrumen resolusi konflik.
Akan tetapi
menghargai juga dapat saling membantu
dalam praktiknya masih banyak orang
meskipun berbeda agama sehingga dapat
(baik yang beretnis Lampung apalagi yang
mengantisipasi munculnya konflik. (Ida
bukan beretnis Lampung) belum memiliki
Bagus Dharmika, 1997, 49).
pemahaman yang utuh dan mendalam
Sedangkan Pela merupakan tradisi
terhadap pengertian dari kearifan lokal
kearifan lokal yang berasal dari Ambon.
masyarakat
Menurut Frank L. Cooley bahwa
Pela
Pesenggiri dan Muakhi. Menurut M. Aqil
adalah
atau
Irham hal tersebut dapat dilihat baik dari
persaudaraan yang dilembagakan antara
faktor internal maupun eksternal. Problem
seluruh penduduk pribumi dari dua desa
dari dalam (kekeliruan orang yang beretnis
atau lebih. Ikatan tersebut telah ditetapkan
Lampung)
oleh para leluhur dalam keadaan yang
Pesenggiri, disebabkan; Pertama, ada
khusus dan menyertakan hak-hak serta
kesenjangan
kewajiban-kewajiban tertentu bagi pihak-
(khususnya sesepuh adat, punyimbang dan
pihak yang ada di dalamnya. (Frank L.
keluarga) dengan generasi muda, sehingga
Coley, 1987, 183).
sosialisasi makna yang utuh dari konsep
ikatan
persahabatan
Lampung
dalam
yakni
memaknai
antara
generasi
Piil
Piil
tua
Dalam salah satu kesimpulan dari
Piil Pesenggiri tersumbat. Kedua, tidak
penelitian yang dilakukan oleh Hamadi B.
ada usaha yang mengarah pada aktualisasi
Husain ditemukan bahwa Pela merupakan
dan re-interpretasi makna Piil Pesenggiri
pola/mekanisme
tersebut dalam konteks perubahan sosial
interaksi
sosial
yang
tumbuh dan berkembang secara tradisional,
sekarang
yang didalamnya mengandung nilai-nilai
pengembangan masyarakat. Ketiga, nilai-
persaudaraan,
nilai
kerjasama
dan
tolong
yang
budaya
mengarah
yang
pada
dimiliki
oleh
menolong dengan tidak terikat perbedaan
masyarakat etnis Lampung mengalami
suku, bahasa maupun agama, masih tetap
krisis
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
dan
menunjuk
pada
pudarnya Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
warisan
masa
lalu
yang
11
berharga.
Dengan semakin heterogenitasnya
(Muhammad Aqil Irham, 1997, 45-46).
etnis maupun agama yang berada di
Sedangkan problem dari luar (masyarakat
Lampung tidak membuat kawasan tersebut
etnis non Lampung) adalah masih masih
secara utuh sendiri lepas dari konflik.
persepsi tentang falasah hidup (kearifan
Konflik (etnis) yang terjadi di Lampung
lokal) termasuk budaya muakhi yang
agak berbeda sedikit dengan daerah lainnya
dianggap hanya sekedar mengedepankan
yang mayoritas dihasilkan karena adanya
aspek prestise dan gengsi.
Padahal
diskriminasi maupun etnifikasi terhadap
kearifan lokal dimaksud jika dipahami
etnis maupun agama tertentu. Konflik yang
dengan seutuhnya dapat digunakan sebagai
terjadi di Lampung lebih banyak terjadi
media kohesi sosial baik intern masyarakat
karena
etnis Lampung maupun masyarakat etnis
pengeksklusifikasi terhadap etnis maupun
non Lampung. Penggunaan term etnis
agama tertentu. Sebut saja misalnya konflik
Lampung dan non etnis Lampung tidak
yang terjadi pada November 2012 di
dimaksudkan
menciptakan
Lampung Selatan antara etnis Lampung
disparitas kedua etnis dimaksud, tetapi
yang beragama Islam dengan etnis Bali
lebih pada unsur fakta yang ada serta
yang beragama Hindu dikarenakan masalah
untuk memudahkan pengkategorian dalam
komunikasi dan eksklusivitas Hindu Bali
pembahasan topik ini.
yang tidak mau membaur dengan pihak
untuk
Kondisi heterogenitas yang terjadi di Lampung
adalah
transmigrasi
karena
yang
program
digalakkan
lainnya
penonjolan
sehingga
identitas
maupun
memunculkan
sikap
arogansi terhadap etnis Lampung. Dalam
oleh
konteks
ini
perlunya
pemerintah Orde Baru bahkan lebih jauh
pemahaman secara integral dari kedua belah
sebelum itu. Proses asimilasi di Lampung
pihak.
sebenarnya berjalan baik karena orang
dalam hal ini harus menjadi pemahaman
Lampung sendiri terbuka atas kehadiran
logika bersama yang perlu dikembangkan
pendatang melalui sifat budayanya yakni
dan dijunjung tinggi, sebab jika “kaum
Nemui
tamahan).
pendatang” dapat memahami falsafah hidup
(Sulistyawati Irianto, 2004, 144). Hal inilah
masyarakat Lampung, maka tentu akan
yang kemudian membuat identitas ke-
muncul
Lampung-an sendiri menjadi bias karena
menghormati serta merasa memiliki dan
sekat-sekat etnisitas sudah berbaur dengan
terlibat dalam setiap kegiatan yang ada
etnis lain (pendatang).
meskipun mereka bukan penduduk asli
Nyimah
(keramah
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
Nilai-nilai budaya lokal Lampung
sikap
saling
menghargai
dan
Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
Lampung. Menurut penulis hal ini sangat
ketika
penting, karena disamping hal tersebut
mewarisi sistem pengetahuan itu mau
sebagai
yang
menerima dan mengklaim hal itu sebagai
berdimensi sosial, juga tuntutan aktualisasi
bagian dari kehidupan mereka. Dengan cara
dari
“hidup
itulah, kearifan lokal dapat disebut sebagai
bermasyarakat”. Sebaliknya, sebagai “tuan
jiwa dari budaya lokal. Hal itu dapat dilihat
rumah” pada masyarakat asli Lampung akan
dari
muncul
kehidupan
sifat sifat
bawaan
manusia
tersebut
rasa
adalah
dihormati
dan
dihargai,
masyarakat
12
ekspresi
suatu
kearifan
setiap
hari
daerah
yang
lokal
dalam
karena
telah
sehingga nilai-nilai luhur tersebut betul-
terinternalisasi dengan sangat baik. Tiap
betul dapat diaktualisasikan.
Lebih jauh
bagian dari kehidupan masyarakat lokal
lagi, maka muncul suatu komunitas baru
diarahkan secara arif berdasarkan sistem
yang saling menghargai dan menghormati
pengetahuan mereka, dimana tidak hanya
kearifan lokal sebagai milik bersama –
bermanfaat dalam aktifitas keseharian dan
meskipun memiliki latar belakang yang
interaksi dengan sesama saja, tetapi juga
berbeda – , hingga pada akhirnya dapat
dalam situasi-situasi yang tidak terduga
bersama-sama
bumi
seperti bencana yang datang tiba-tiba.
Hal ini perlu ditekankan –
(http://ariefksmwrdn.blogspot.co.id/2014/06
Lampung.
pula
membangun
utamanya bagi masyarakat pendatang –
/pengertian-kearifan-lokal.html.)
kiranya adat-istiadat daerah asal hendaknya
Menarik apa yang diusulkan oleh
tidak begitu mencolok, baik berupa simbol-
Darmawan Salman, bahwa kearifan lokal
simbol tertentu maupun hal lainnya, bahkan
bisa
diperlukan secara perlahan menyesuaikan
konflik yaitu; Pertama, artikulasi kearifan
dengan simbol-simbol atau ornamen daerah
lokal sebagai penanam budi baik bagi
Lampung,
serta
individu/aktor. Bila hikmah kebijaksanaan
penggunaan nama desa menjadi Pekon,
yang menjadi isi kearifan lokal dapat
menggunakan
Lampung
menanamkan budi baik kepada warga
sebagai alat komunikasi, paling tidak akan
lingkungan sosialnya; sementara menekan
memunculkan rasa kepemilikan terhadap
emosi, nafsu dan murka diri untuk toleran
kekhasan Lampung. Kesemuanya itu akan
terhadap
melandasi terciptanya harmonisasi umat
mengalahkan,
beragama yang berbasis kearifan lokal.
menghinakan dari orang lain adalah budi
seperti
Tapis,
bahasa
Siger,
daerah
berkontribusi
untuk
tindakan
penyelesaian
menyinggung,
menyakitkan
dan
Oleh karena itu, kearifan lokal
baik; maka dorongan untuk konflik dan
menjadi penting dan bermanfaat hanya
tindakan kekerasan dapat diredakan melalui
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
13
penghayatan dan pengamalan atas ucapan
mengkondisikan dialog otentik antar pihak,
denotatif,
dalam
konotatif,
perspektif
dan
transformatif dari kearifan lokal. Kedua, artikulasi kearifan lokal sebagai
basis
modal
sosial
untuk
pertukaran
pengetahuan
dan
persinggungan latar kelembagaan
yang
berbeda; guna mendorong relasi resiprosikal pewacanaan isu bersama, produksi dan
menegakkan kohesi sosial. Kearifan lokal
reproduksi
saling
kepercayaan,
serta
adalah sumber norma, ia adalah pranata
penumbuh-kembangan jejaring multipihak.
sosial yang kepatuhan kepadanya karena
Ketiga, artikulasi kearifan lokal
kerelaan. Ia adalah bagi dari unsur yang
sebagai praktek teknis penyelesaian konflik
secara informal menjadikan anggota tatanan
dan kekerasan.
dapat mengkoordinasikan diri mewujudkan
mengembangkan praktek teknis resolusi
tujuan bersama, dan karena itu ia adalah
konflik
bagian dari modal sosial.
(http://alwyrachman.blogspot.co.id/2011/04/
Kohesi sosial yang kuat memiliki toleransi
tinggi
dan
kekerasan.
dapatkah-kearifan-lokal-fungsional.html.)
sensitivitas
Sedangkan John Haba melihat lima
kesenjangan, ketidaksetaraan, eksklusivitas
peran vital kearifan lokal sebagai media
dan
bagi
resolusi konflik yaitu:
dan
kearifan lokal sebagai penanda identitas
itu,
sebuah
eksploitasi
tersemainya tindakan
atas
Sejumlah tatanan lokal
sebagai
konflik
ladang
berkekerasan
kekerasan.
Karena
komunitas.
Pertama, adalah
Identitas
tersebut
tempatkanlah kearifan lokal sebagai modal
menunjukkan bahwa komunitas tersebut
sosial yang sama urgensinya dengan modal
memiliki budaya perdamaian yang berarti
sumberdaya alam, modal kecerdasan dan
menunjukkan
kompetensi
merupakan komunitas yang beradab. Hal
SDM,
sarana/prasarana,
modal
modal teknologi
fisik dan
ini
komunitas
dikarenakan
konflik
tersebut
merupakan
finansial, didalam tata kelola tatanan.
simbolisasi kultur barbarian.
Dibalik preskripsi kearifan lokal secara
dengan memiliki kearifan lokal, komunitas
informal;
tersebut ingin menceritakan dirinya sebagai
persentuhan
multipihak
pemerintah, civil society, dunia swasta, berbagai golongan dan lapisan masyarakat
Tentunya
komunitas yang cinta damai. Kedua,
kearifan
lokal
sendiri
didalam tatanan lokal, lintas horizontal
menyediakan adanya aspek kohesif berupa
tatanan lokal dan lintas vertikal tatanan
elemen perekat lintas agama, lintas warga,
lokal; menjadi niscaya untuk difasilitasi
dan kepercayaannya.
secara berkala. Fasilitasi itu hendaknya
kearifan lokal dapat diartikan sebagai ruang
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
Dalam konteks ini
Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
14
maupun arena dialogis untuk melunturkan
merekatkan
hubungan
antar
segala jenis eksklusivitas politik identitas
masyarakat
yang
yang melekat diantara berbagai kelompok.
kepentingan politik maupun ekonomi. (John
Adanya upaya menjembatani berbagai lintas
Haba, 2008, 334-335).
tereduksi
sesama perebutan
kepentingan tersebut adalah upaya untuk
Semakin jelas bahwa kearifan lokal
membangun inklusivitas dalam meredam
dapat dijadikan sebagai opsi dalam resolusi
potensi konflik yang lebih besar lagi.
konflik
Ketiga,
berbeda
halnya
dengan
komunal
heterogen.
dalam
masyarakat
Ragam kearifan lokal sebagai
penerapan hukum positif sebagai media
budaya perdamaian juga turut memberikan
resolusi konflik yang selama ini jamak
kontribusi dalam menjaga solidaritas dan
dilakukan oleh para penegak hukum kita
harmoni antar lintas masyarakat.
kesannya “memaksa”.
Hal inilah yang
nilai dan praktek kearifan lokal tersebut
menjadikan resolusi konflik dengan hukum
sesungguhnya bersifat luhur dan universal.
positif sendiri justru sifatnya artifisial dan
Nilai-nilai
temporer
bergotong royong serta persaudaraan dalam
meskipun
memiliki
kekuatan
hukum tetap.
bersosialisasi,
Karena
menghormati,
kearifan lokal masyarakat Lampung adalah
Keempat, kearifan lokal memberi
sesuatu yang luhur. Oleh karena itu modal
warna kebersamaan bagi seluruh komunitas
sosial tersebut yang terumuskan sebagai
dan
konsep
dapat
terbangunnya
berfungsi
mendorong
yang
muncul
dalam
apresiasi,
masyarakat yang berbudaya dapat diwarisi
mekanisme
dan dikembangkan sebagai keunggulan
bersama menepis berbagai kemungkinan
lokal (local genius) yang dapat berguna
yang dapat meredusir, bahkan merusak
sebagai
solidaritas komunal, yang dipercaya berasal
pembangunan yang kreatif dan partisipatif
dan tumbuh diatas kesadaran bersama, dari
dapat terwujud.
sebuah komunitas yang terintegrasi.
Komitmen Bersama
sekaligus
kebersamaan,
alamiah
sebagai
sebuah
Kelima, kearifan lokal akan merubah
resolusi
Sosiolog
konflik
kenamaan
sehingga
–
Talcott
pola pikir dan hubugan timbal balik
Parsons – mengatakan jika suatu bangsa
individu dan kelompok, dengan meletakkan
(daerah) ingin tetapi eksis, maka setidaknya
di atas kebudayaan yang dimiliki.
harus memiliki empat paradigma fungsi
Maka
bisa dikatakan bahwa kearifan lokal bentuk
yaitu
sintesa dari unsur sosio-kultural dan sosio-
Integration, dan Latent pattern-maintenance
keagamaan
(AGIL).
yang
tujuannya
adalah
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
Adaptation,
Goal
attainment,
Adapatation menunjuk pada Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
15
kemampuan sistem menjamin apa yang
itu sendiri. Dengan adanya tujuan bersama,
dibutuhkannya
serta
masyarakat akan memiliki motivasi yang
mendistribusikan sumber-sumber tersebut
tinggi dan kuat untuk menjadikan hidup
ke dalam seluruh sistem.
secara
attainment
dari
menunjuk
lingkungan
Adapun Goal
pada
pemenuhan
tujuan sistem dan penetapan prioritas di antara
tujuan-tujuan
Integration
Sedangkan
koordinasi
dan
harmonis
serta
menjadikan hidup akan lebih baik dari waktu ke waktu. Aspek lain yang diperlukan adalah
serta
integrasi yang dibangun secara bersama-
sistem
sama dengan kesadaran yang tinggi tanpa
sehingga seluruhnya menjadi fungsional.
melihat adanya perbedaan latar belakang
Dan Latent pattern-maintenance menunjuk
masing-masing, apalagi bagi masyarakat
pada
yang plural. Suatu integrasi yang dibangun
kesesuaian
yaitu
itu.
damai
bagian-bagian
masalah
kesinambungan
dari
bagaimana tindakan
menjamin
dalam
sistem
bersama-sama
tersebut
konteks
merupakan
sebuah
sesuai dengan beberapa aturan atau norma-
wilayah
norma.(Talcott Parsons, cc. Margareth M.
pandangan
Poloma (ed.), 2010, 180-181) juga (George
dijadikan rujukan bersama karena nilai-
Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2012, 121)
nilainya bersifat mendasar dan universal
Teori Parsons tersebut – jika ditarik
serta bersifat egaliter atau kesederajatan.
–
Rujukan bersama tersebut tidak lain ialah
dalam
konteks
setidaknya
wilayah
Lampung
mengingatkan
masyarakat
Lampung
akan
kemampuan
beradaptasi,
kepada pentingnya
hidup
(world
view)
yang
kearifan lokal. Lalu
yang
terakhir
adalah
terhadap
kemampun masyarakat memelihara perilaku
individu/kelompok lain serta beradaptasi
budaya yang telah tertanam secara berurat
dengan perubahan dan kemajuan dunia yang
dan berakar dalam jiwa sanubari masyarakat
begitu pesat. Masyarakat yang nota bene
Lampung. Perilaku budaya yang dimaksud
adalah hidup dalam suatu wilayah/daerah,
adalah seperti gotong royong, musyawarah,
harus memiliki tujuan bersama.
Tujuan
tolong menolong, toleransi dan saling
bersama ini cukup penting, sebab jika
menghargai serta berkepercayaan terhadap
terjadi ketidak sepakatan terhadap sebuah
sesuatu yang menguasai alam semesta.
tujuan bersama, maka akan terjadi konflik,
Perilaku
pertikaian
antar
bergeser menjadi perilaku budaya yang
masyarakat dimana hal itu akan sangat
tidak sesuai apalagi bertentangan dengan
merugikan bagi kelanggengan masyarakat
perilaku budaya semula. Sebab jika terjadi
bahkan
baik
Lampung
dalam
pertempuran
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
budaya
tersebut
tidak
boleh
Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
16
suatu perubahan dengan perilaku budaya
kesanggupan
lain yang asing, hal itu berarti disatu sisi,
masyarakatnya
telah menyebabkan teralienasinya perilaku
kesemuanya itu sebagai etika dan rujukan
budaya lama yang telah diwariskan secara
dalam berinteraksi.
turun menurun oleh para tokoh adat
komitmen, maka nilai-nilai kearifan lokal
Lampung.
tersebut
Sedangkan disisi lain, sangat
boleh jadi perilaku budaya lain yang
hanya
secara
komit
untuk
dari
menjadikan
Jika tidak memiliki
menjadi
hiasan
yang
tersimpan dalam etalase.
dianggap baru tersebut tidak sesuai dengan
Upaya pelesterian dan pewarisan
watak dan karakter masyarakat Lampung
terhadap
kearifan
bahkan malah bertentangan bertentangan,
Lampung
seharusnya
sehingga
yang
bersama seluruh elemen (pemerintah dan
memiliki watak dan karakter negatif, karena
masyarakat) yang ada di Lampung serta
tidak sesuai lagi dengan citra budaya
menjadi paradigma berpikir bersama agar
awalnya.
kearifan
mencitrakan
manusia
Oleh karena itu yang diperlukan adalah
adanya
komitmen
lokal
lokal
masyarakat
menjadi
yang
proyek
dimiliki
dapat
“membumi” sehingga menjadi solusi dalam
bersama
menciptakan perdamaian di Provinsi yang
(masyarakat asli dan pendatang) dalam
terkenal dengan sebutan Sai Bumi Ruwa
mewujudkan
Jurai.
kearifan
lokal
Lampung
sebagai sesuatu yang bermanfaat serta
Penutup
menjadi paradigma berpikir dan bertindak,
Setiap budaya memiliki kearifan tersendiri
agar supaya konflik diwilayah ini dapat
dalam menyiapkan permasalahan hidup
dieleminir. Kearifan lokal bukanlah suatu
yang
yang hampa dan kosong tanpa makna, akan
bagaimana suatu kelompok atau komunitas
tetapi terkandung nilai-nilai etik, spirit
tertentu menyelesaikan konflik yang mereka
perjuangan dan mempertahankan hidup,
hadapi atau yang sering disebut sebagai
egalitarinisme,
kearifan lokal (local wisdom).
kolektivisme,
tolong
menolong yang berlaku secara universal. Adanya komitmen bersama dalam mengaktualisasikan
kearifan
lokal
dihadapi,
termasuk
didalamnya
Lampung
merupakan provinsi yang plural karena terdapat berbagai macam suku, agama, ras dan lain sebagainya.
Kesemuanya itu
masyarakat Lampung menjadi sesuatu yang
menyimpan potensi konflik cukup laten,
mendesak, sebab nilai-nilai dan norma yang
bahkan jika tidak dikelola secara bijak dapat
sejatinya
berujung pada dis-integrasi.
bersifat
luhur
tersebut
akan
memiliki nilai manfaat, manakala adanya Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
Salah satu cara yang bisa digunakan dalam mengantisipasi dan mengatasi konflik adalah dengan menggunakan media kearifan lokal. Nilai-nilai luhur dan universal dalam sebuah kearifan lokal seperti Piil Pesenggiri dan Muakhi dalam masyarakat Lampung sesungguhnya memiliki signifikansi untuk dikembangkan
dalam
lokus
pemikiran
“seluruh masyarakat Lampung”. Adanya keanekaragaman jika tidak di manage sedemikian rupa, maka bisa menimbulkan wilayah ini.
problem
tersendiri
bagi
Oleh karena itu, Lampung
sebagai wilayah yang plural (suku, agama, budaya, ras, golongan dan lain sebagainya), maka mind set yang harus melekat dalam setiap individu yang harus dikembangkan adalah
budaya
saling
menghormati,
menghargai, toleransi, persaudaraan dan gotong
royong
yang
kesemuanya
itu
terangkum dalam kearifan lokal masyarakat Lampung. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Samsul. (2009). Studi Agama; Perspektif Sosiologi dan Isu-Isu Kontemporer, Malang: UMM Press. Cooley, Frank L. (1987). Mimbar dan Tahta, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Haba, John. (2008). “Revitalisasi Kearifan Lokal: Studi Resolusi Konflik di Kalimantan Barat, Maluku, dan Poso”, dalam Irwan Abdullah dkk. (ed.), Agama dan kearifan Lokal Dalam Tantangan Global, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
17
Irham, Muhammad Aqil. (1997). Falsafah Piil Pesenggiri dan Kehidupan Keagamaan Masyarakat Etnis Lampung Pepadun dalam Menghadapi Transformasi Budaya Global (Studi Hubungan Nilainilai Budaya dan Agama), Bandar Lampung: Puslit IAIN Raden Intan Lampung. Irianto, Sulistyowati. (2004), “Piil Pesenggiri; Modal Budaya dan Strategi Identitas Lampung”, dalam Sosial Humaniora, Vol. 15. No. 2. Kurtz, Lester. (1995). Gods in the Global Village, California-London-New Delhi: Pine Forge Press. Mudzhar, M. Atho. (2003). “Pluralisme, Pandangan Ideologis, dan Konflik Sosial Bernuansa Agama”, dalam Moh. Soleh Isre, Konflik Etno Religius Indonesia Kontemporer, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama. Nurdin, A. Fauzie. (2009). Budaya Muakhi, Yogyakarta: Gama Media. Parson, Talcott. (2010). “Teori Sistem Umum: Suatu Gerakan ke Arah Kesatuan Teori Ilmu Perilaku”, dalam Margareth M. Poloma (ed), Sosiologi Kontemporer, terj. Yasogama, Jakarta: Rajawali Pers. Ratnawati, (1992). Pengkajian Nilai-Nilai Luhur Budaya Spiritual Bangsa Daerah Lampung, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, (2012). Teori Sosiologi Modern, terj. Alimandan, Jakarta: Kencana. Sudjangi (Peny.), (1997). Profil Kerukunan Hidup Umat Beragama; Bingkai SosioKultural Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama di Indonesia, Jakarta: Balitbang Agama. Suyatno, Suyono. “Revitalisasi Kearifan Lokal Sebagai Upaya Penguatan Identitas Keindonesiaan”, dalam http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/la manbahasa /artikel/1336 Idrus Ruslan
th
The 16 Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
18
Zarkasi, Ahmad. (2014). Islam dan Budaya Lampung (Aktualisasi Nilai-Nilai Budaya Lokal), Bandar Lampung: Aura Puslishing.
RIWAYAT HIDUP Idrus Ruslan: Lahir di Sinar Jati pada 6 Januari 1971. Menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) Perbandingan Agama IAIN Raden Intan Lampung. Pendidikan (S2) Program Studi Hubungan Antar Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan studi (S3) pada Program Studi Perbandingan Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Saat ini menjabat Ketua Jurusan Perbandingan Agama periode 2015-2019. Diantara karya yang pernah diterbitkan yaitu; Realitas Pluralisme dan Hubungan Antar Agama di Indonesia (Bandar Lampung, Fakta Press, 2007), Hubungan Antar Agama dalam Pemikiran Nurcholish Madjid (Bandar Lampung, Pusikamla, 2012) dan Negara Madani; Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (Yogyakarta, Suka Press, 2015). Banyak menulis artikel di beberapa jurnal lokal maupun nasional serta melakukan penelitian. Dr. Ruslan adalah anggota Asosiasi Studi Agama Indonesia (ASAI) serta Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Wilayah Lampung. Pada 2011 mendapatkan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya X Tahun dari Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono.
Dimensi Kearifan Lokal Masyarakat Lampung Sebagai Media Resolusi Konflik
Idrus Ruslan