MALANG - Seorang yang bernama Suharto lahir pada tgl 11 Nopember 1931 didesa terpencil bernama Gundih, Grobogan, Jawa Tengah, namun karena sering sakit-2an oleh orang tuanya nama tersebut diganti menjadi Sutopo yang artinya adalah berbuat baik dengan penuh kesabaran, dan arti nama tersebut ternyata memang sudah melekat didalam kepribadian seorang bernama sutopo, dimana nama Suharto baginya sangat berat untuk dipikulnya hingga akhir hayatnya pemuda bernama sutopo ini tetap hidup bahagia dengan kesederhanaan. Dimasa mudanya kehidupan orang tuanya didesa sangat tidak mendukung untuk menjalankan pendidikan, padahal sutopo ini merupakan pemuda yang cerdas dan pintar. Maka diusia 12 tahun oleh budenya di Malang yang bernama Ibu Ismail dia disekolahkan di RK Kweek School/ RK Middelbare School sekarang bernama Yayasan Mardi Wiyata Kota Malang atau lebih
anaknya yang bernama Sutopo ini sangat luar biasa, karena di desa Gundih tersebut pada waktu itu belum ada seorang pemuda pun yang
Sutopo yang pendidikan Tinggi
mempunyai pendidikan tinggi seperti pemuda Sutopo ini. Konon menurut cerita banyak gadis-2 desa yang coba berkenalan dan mendekat dengan Sutopo, namun ternyata Sutopo ini menyimpan hati dengan seorang wanita cantik bernama Sri Rusmiatin yang tinggalnya di depan rumahnya yang berasal dari keluarga ningrat, dan dampaan hatinya itu tinggal bersama kakak kandungnya di desa Gundih.
Naksir Wanita Ningrat dan Menikah
Sutopo diusia 17 Tahun
dikenal dengan SMP Katolik Frateran Celaket 21 sampai melanjutkan ke sekolah Pendidikan Guru Atas (PGA) di Jombang. Pada tahun 1949 dimasa kemerdekaan RI, setelah lulus dari pendidikan PGA, sutopo meneruskan cita-2nya dan melamar menjadi guru dan dengan semangat yang tinggi akhirnya sutopo ini diterima menjadi guru PGA di kota Jombang Jawa Timur. Sutopo berpendidikan tinggi Kebanggan orang tua dengan
nama Brindil (baca kisah sekilas tentang Brindil). Nama Sri Rusmiatin atau biasa kakak atau adiknya selalu memanggil dengan Dik Rose atau mbak Rose yang artinya bunga yang harum ini memang seorang wanita cantik, keras hati dan lembut tutur katanya. Sempat mengenyam pendidikan sekolah rakyat dengan berpindapindah dari satu tempat ketempat yang lainnya karena waktu itu zaman perang balanda terjadi penyerangan oleh tentara sekutu sehingga pendidikan sekolah yang diraihnya belum bisa melanjutkan ke tingkat menegah atas (SMA). Pada tahun 1954 - 55 an waktu umur Rose baru sekitar 17 tahun, Rose ini tinggal kakak perempuannya bernama Murdaningsih yang bersuamikan Kanvas Ismail (laki-2 sunda) yang bekerja sebagai sinder atau kepala kehutanan wilayah gundih. Kebahagian tak tergambarkan karena keluarga kanvas ismail ini dikenal di desa tersebut sebagai orang yang dermawan, kaya dan punya jabatan sebagai kepala kehutanan atau sinder. Sehingga keluarga ini sangat terhormat dan merupakan keluarga ningrat dan disegani oleh masyarakat (sumber ini didapatkan dari orang tua sutopo bernama Sargiman yang dulu pernah bercerita tentang Kanvas Ismail). Kacantikan Rose ini kalau saat ini bisa dibandingkan dengan artis cantik seperti Tamara Blenzinky (he… he… lebay). Namun keadaan yang berbeda wanita secantik apapun pada waktu itu ya tetap sebagai wanita ndeso yang nelongso.
Sri Rusmiatin alias Rose usia 15 - 17 Thn
Sri Rusmiatin sang Primadona Wanita yang bernama Sri Rusmiatin ini lahir pada tanggal 2 Agustus 1937 di Kota Jennar (salah satu desa perbatasan jawa tengah dan jawa timur dekat kota sragen), waktu itu bapaknya bernama Achmad Martosuwarno dikenal dengan Londo Blangkon yang bekerja di kantor Pegadaian dan ibunya bernama Murtiyah atau dikenal dengan
Sudah menjadi niatan, setiap bulan sekali Sutopo pulang ke kampungnya dengan alasan menjengguk orang tuanya disamping ingin berjumpa dengan pujaan hatinya si kembang desanya bernama Rose ini, hingga melalui adiknya bernama Subroto pendekatan dengan Rose dilakukan (istilahnya adiknya ini sebagai mak jomblang). Banyak tantangan Sutopo ini untuk bisa mendapatkan wanita bernama Rose, salah satunya Rose ini juga di senangi dengan pemuda yang masih sepupunya juga, namun oleh orang tuanya hal tersebut ditentang keras. Termasuk Subroto sebagai adik
- 1 -
juga terpesona dengan Rose ini, namun Rose ini ternyata wanita yang hanya memilih Sutopo karena mungkin faktor intelektualnya serta pendidikan tinggi. Konon menurut penglihatan penulis Sutopo ini menguasai bahasa Inggris dan bahasa belanda secara lancar serta sebagai guru fisika dan semua buku-bukunya referensinya yang dimiliki adalah bahasa inggris dan belanda semua. Usaha yang gigih bahkan ibunya rose yang tinggal di Gombong pun pernah didekati, akhirnya usaha Sutopo untuk menyunting Sri Rusmiatain berhasil dan pada tahun 1957 perkawinan antara Sutopo dan Sri Rusmiatin (Rose) berlangsung dengan baik dan bahagia.
Pernikahan Sutopo pada Tahun 1957
Pindah Ke Singaraja (Bali) Setelah pernikahan tersebut Sutopo dipindahkan pekerjaannya yang dulu dari Jombang dan sempat pindah ke Bandung dan kemudian dipindah agak jauh lagi yaitu di Singaraja Bali. Dikota Singaraja, bagi suami istri yang baru menikah itu merupakan pernikahan yang membahagiakan keduanya, dimana kemandirian tanpa ikut campur keluarga adalah tantangan oleh kedua suami istri tersebut. Tinggal disuatu rumah sederhana, namun
Sutopo (Kanan) Mengajar di SPGA Singaraja Bali Tahun 1957 sd/ 1960
terpancar kebahagian yang terhingga, sehingga benih-2 cinta terwujut setelah usia perkawinanberlangsung 1 –2 bulan, si istri mulai merasakan janin sebagai buah yang akan di petik di kemudian hari. Lahir Anak Pertama Benih-2 cinta yang didambakan itu terwujut dan hari bahagia yang dinantikan telah tiba tepat pada tanggal 13 Juni 1958 pasangan suami istri tersebut di karuniai seorang anak yang lucu yang diberi nama Hari Rustjahjo. Sanak family dari keluarga wanita yang dulu sangat menentang dengan perkawinan ini, namun dengan lahirnya anak pertama semuanya serba berubah, akhirnya semuanya sangat menyayangi Sutopo berikut anaknya. Si bayi kecil ini sangat disayangi oleh kedua kakak kembarnya bernama
Hari Rustjahjo usia 7 bln - 2 Thn
murdatingsih dan murtiti yang tinggal di kota blitar. Setiap anjang sana ke blitar anak ini ingin diminta, namun oleh kedua pasangan suami istri ini anak ini tetap diasuh hingga dewasa. Lahir Anak Kedua Tidak berapa lama baru saja usia bayi (Hari) ini baru 4 bulan, istri sutopo ini hamil lagi (maklum waktu itu belum ada KB) dan setelah 9 bulan kemudian tepat tanggal 2 Juli 1959 lahir anak keduanya bernama Eddy Tratmanto. Perjuangan yang berat sejak melahirkan anak kedua ini Sri Rusmiatin hampir kehilangan nyawanya waktu melahirkan si Eddy ini. Namun Alloh masih memberikan anugerah kepada Ibu serta bayinya hingga akhirnya Eddy ini tumbuh subur dan gemuk diwaktu kecilnya serta lucu dan nakal sekali, sehingga saking gemesnya melihat anak kecil ini si eddy ini waktu kecilnya mendapat julukan si Bagong. Kenakalan si Eddy diwaktu kecilnya Eddy inilah menyebabkan si Ibu harus memberikan perhatian yang besar terhadap anak ini. Itulah naluri seorang ibu dengan perjuangan serta didikan yang keras agar anaknya menjadi manusia berguna merupakan cita-2 kedua orang tuanya.
tahun 1960-an Sutopo diminta kembali ke Jawa untuk mendapat tugas untuk mengajar di Kota Malang dan ditempatkan di Sekolah Menengah Atas III Malang yang waktu itu merupakan sekolah B1 atau jurusan Paspal. Dikota malang mereka sebelum mengontrak rumah, ditempatkan di sebuah hotel bernama Hotel YMCA yang waktu itu berada di jalan kayutangan dan kemudian pin-
Hidup serba Susah
Pindah di Kota Malang penuh Kenangan
dah rumah dan menyewa sebuah pavilion di Jalan Celaket 1 Malang dirumah Bapak Suratman. Sebuah pavilion kecil kehidupan berubah karena segalanya harus hidup penuh perjuangan, karena keperluan rumah tangga yang besar namun gajih sebagai guru pemerintah ternyata tidak mencukupi untuk memberikan kehidupan bagi kedua anaknya. Lahir Anak Ketiga Hati kecil siapa yang tidak puas kalau sepasang suami berturut-turut mempunyai anak 2 orang yang keluar laki-2 semua, maka naluri ingin mempunyai anak perempuan keinginan yang sangat besar sekali, Pada waktu anak kedua masih berumur 8 bulan, sang istri ini hamil anak ketiganya, tepat pada tanggal 22 Desember 1960 lahir anak laki-
Endri Diyanto umur 10 bln s/d 20 Tahun
laki lagi yang diberi nama Endri Dijanto. Perasaan kecewa sedikit sebenarnya menghiasi sepasang suami istri ini, namun melihat si anak yang lucu, manja dan pintar akhirnya perasaan yang tadinya kecewa berubah menjadi perasaan yang senang bahagia, ternyata mempunyai anak laki-2 itu sangat menyenangkan juga.
Pada tahun 1963 suhu politik Indonesia sedang bergejolak, perekonomian Indonesia sangat terpuruk keadaan masyarakat tidak menentu. Sebagai pegawai guru PNS dengan penghasilan kecil dan kebutuhan rumahtangga yang cukup besar harus dipenuhi dengan menghidupi ke-empat anak-2nya itu, rupanya Rose tidak kehilangan akal, dia dengan gigih berjualan apa saja barang-2 seperti karak (nasi bekas yang dikeringkan) hanya unTh 1963 Sulit ekonomi tuk mencari Tapi tetap Bahagia tambahan uang. Benar-benar kehidupan susah dimana biaya sewa pavilion yang cukup besar sehingga rumah tangga ini mengalami kesulitan dalam kehidupan sehariharinya. Krisis keuangan melanda Indonesia dimana terjadi Sanering yaitu pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang, sehingga uang yang tadinya Rp 1000 menjadi Rp 1. Sungguh kejadian yang sangat memprihatinkan bagi keluarga ini. Keempat anaknya yang harus dihidupi namun krisis yang menyebabkan hidup sengsara. Dua tahun setelah itu terjadi gejolak politik, dimana peristiwa G 30 S PKI menambah kecemasan dimana banyak sekolah diliburkan sehingga anak -2 yang harusnya masuk sekolah dengan cepat sempat terhambat dengan peristiwa tersebut.
Lahir Anak Keempat Walaupun sudah cukup bahagia sebanrnya mempunyai 3 jagoan anak laki, namun diam-diam pasangan sutopo dan Rusmiatin ini, masih penasaran menginginkan anak perempuan. Dan tanpa disangka pada
Eddy Tratmanto di usia Bayi s/d - 15 Thn
Pindah ke Kota Malang Sejak kelahiran anak kedua, pada
waktu si Endri ini masih berusia 9 bulan, Istri ini hamil lagi dan tepat tanggal 15 juni 1962 lahirlah seorang bayi perempuan yang cantik dan molek yang diberi nama Larasani Herliana. Betapa bahagia nya pasangan ini karena saat yang ditunggutunggu tiba yaitu mempunyai anak perempuan satu-satunya. Dari keempat anaknya, pasangan ini mengasuh dengan penuh kasih sayang dimana dimasa itu terjadi gejolak perekonomian Indonesia yang susah dan menderita.
Larasani Herliaana kecil sd/ 42 Tahun
Keadaan Keluarga sewaktu tahun 1965
ga bernaung. Letak rumahnya di sebelah timur kota Malang, yaitu di Jln. Mayang No. 10 Malang Jawa Timur. Rumah ini hanya ada 1
Didepan Rumah Asli yg kecil
kamar tidur, ruang tamu serta dapur, selanjutnya untuk kamar tidur anakanak digunakan ruang tamu sebagai tempat tidur ramai. Dengan halaman yang agak luas cukup lumayan dimanfaatkan halaman tersebut untuk berkebun seperti cabe, tomat, ketimun dan sayur-2an yang bisa membantu kebutuhan makan seharihari. Lahir Anak Kelima Belum cukup rupanya dengan jumlah 4 anak, walaupun sudah ada 1 perempuan sebagai dambaannya, namun keinginan untuk menambah anak perempuan satu lagi belum diberi, maka pada tanggal 22 Oktober lahir seorang bayi laki-2 bernama Henri Prakoso yang merupakan anak terakhir sebagai kenang-2an dari rumah yang baru dibeli. Akhirnya lengkap sudah menjadi keluarga yang cukup besar.
Henri Prakoso usia Kecil s/d - Sekarang
Anak Istri saling bekerja sama Walaupun sebagai guru pegawai negeri yang hidup dengan gaji yang pas-2an, namun istri dan anak-nya yang masih kecil sudah dibiasakan bekerja membantu orangtua serta membantu istri/ Ibu untuk menambah keuangan untuk hidup sehariharinya dengan cara membuat jajanan seperti bumbu pecel, peyek, teng teng kacang dan lain lain, yang mana makanan tersebut dikirim ke toko-toko. Dimana anak-2nya yang diminta untuk mengantar jajanan tersebut ke toko-2 seperti toko kelontong Pak Mat, Toko Bulek Sun, Toko Mbah Guru bahkan sampai ke Toko Cina pun makanan tersebut cukup laku. Kerjasama dengan anak-2nya dalam membantu peker-
Membeli Rumah Kecil Setelah mengalami krisis ekonomi dari tahun 1963 hingga 1967, sejak pergantian presiden RI ke-2 ekonomi kembali sedikit cerah dan keluarga Sutopo sudah bisa membeli Rumah sendiri, walaupun kecil namun rumah tersebut cukup dijadikan sebagai tempat yang layak untuk satu keluar-
- 2 -
Jenis Makanan yg dijual utk menambah uang saku anak-2nya
jaan orang tua cukup kompak, misalnya : Ibu yang memasak didapur se-
dang ada anaknya yang nomer dua kalau disuruh kepasar sangat senang, maka pada hari minggu anaknya dimintai pergi kepasar untuk membeli minyak kelapa, arang untuk setrika baju dan lain-lain keperluan rumah tangga. Demikian juga dengan kerjasama bersih-2 rumah, ada yang bagian cuci piring, menanak nasi, mengepel rumah maupun membersihkan halaman rumah, semua dikerjakan bergotong royong. H a s i l j u a l a n ya n g s e d i k i t menguntungkan tersebut setidaknya dapat digunakan untuk membeli susu sapi yang setiap hari dikirim oleh Pak Amir untuk diminum setiap paginya agar anak-2nya sehat, cerdas serta energik. Membangun rumah dengan keringat dan bertegel Tanah Untuk bisa membangun rumah yang tentunya bisa menambah kamar tidur, kamar belajar serta dapur diperlukan perjuangan bukan hanya materi tetapi juga tenaga atau keringat. Istilah membanting tulang dialami oleh Sutopo untuk mewujutkan rum ah yang representative, dan dalam membangun rumah agar hemat, maka dengan tenaga yang masih kuat, batu merah untuk bahan perekat tembok Bangunan Rumah hasil sebagai camKeringat tanpa Tegel puran pasir, gamping serta batu merahnya di tumbuk sendiri kemudian setelah ditumbuk dan anak-2nya membantu untuk mengayak batu merah tersebut. Hal ini dilakukan agar untuk menghemat biaya. Dimana batu bata merah mengambil dari sisa-2 bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akhirnya rumah dan kamar tidur yang diidamkan bisa terwujut, walaupun belum ada tegelnya namun bagi keluarga sudah bersyukur bisa menikmati kamar tidur walau dengan lantai tanahnya. Hinaan para tetangga dan sanak keluarga yang pernah datang kerumah, karena rumah yang masih jelek bukan menjadikan rendah diri
Rumah yg dibangun Gotong royong
bagi kita semua, namun anak-2nya merasa bangga dengan perjuangan orang tua yang dengan gigih bisa mewujutkan sebuah rumah idaman. Dan untuk melakukan kerjasama serta menghargai bahwa membangun tambahan ruang makan, ruang tidur serta dapur tersebut merupakan hasil kerjasama dengan anak-2nya, maka
pembagian tugas untuk membersihkan tegel tanah tersebut dengan cara menyiram pelan yang dilakukan oleh Endri, sedangkan yang menyapu dilakukan oleh Larasani (Ana). Itulah cara menjaga kebersihan rumah walaupun rumahnya sangat sederhana namun kebersihan rumah sangat dijaganya. Semuanya ada masa dimana secara pelan-2 rumah akan dibangun akan terwujut dengan lantai yang lumayan. Dengan adanya rezeki rumah dengan kamar yang bertegel bersih berwarna kuning dapat terwujut, hingga sekarang bagian rumah kenangan tersebut dengan kamar abadi masih ada dan tidak pernah di bongkar, karena kamar dan ruangan tersebut digunakan untuk ruangan keluarga sebagai ruangan penuh nostalgia. Cemilan terbuat dari Singkong Singkong merupakan makanan kesukaan keluarga, dimana untuk menyiasati agar perut anak-2nya tidak kosong kalau sore Rose ini sebagai istri yang sangat perhatian dengan keluarga, maka membeli singkong bukan hanya untuk di kukus saja, tapi dibuat makanan yang bervariasi seperti : sawut, getuk, lemet, goplem/ jemblem dan lain-2. Kiat yang dilakukan oleh Rose yang pintar dan cerdik dalam mengatur rumah tangganya yaitu agar anak2nya tidak kelaparan karena memang keterbatasan makanan dan lauk pauk, sehingga kalau mereka sudah makan makanan yang terbuat dari singkong akhirnya perut kenyang. Hingga saat inipun bagi kami makanan singkong adalah cemilan yang disukai karena getuk atau cenil masih menjadi makanan yang enak hanya jajanan tersebut sulit didapat. Ada beberapa hal lagi selain singkong yaitu bulgur yaitu sejenis gandum y a n g didapat dari bantuCamilan dari Singkong an luar negeri yang waktu itu dibagikan ke Indonesia untuk mengatasi krisis pangan yang melanda Indonesia, sehingga waktu itu banyak didapat dan kembali Rose ini ahli masak, sehingga di negeri asalnya kalau bulgur ini dibuat makanan kuda, namun di tempat kita bulgur bisa dijadikan kudapan yang lezat, bergizi tinggi kalau dijadikan bubur dicampur dengan santan kelapa. Bukan dengan cemilan saja, dengan buah-2an seperti buah mangga, pisang, papaya, timun suri, alpukat, blewah dan buah lokal adalah buah yang menjadi kesukaan di keluarga, semuanya itu bermanfaat bagi pertumbuhan anak2nya yang perlu gizi agar anak-2nya menjadi anak cerdas dan pintar. Walaupun dengan ekonomi yang sangat terbatas, namun sebagai orang tua tetap mempunyai tanggung jawab
yang besar untuk membesarkan serta memberi makanan yang bergizi walaupun dengan harga yang masih terjangkau. Bahkan waktu itu dengan anak 5 orang untuk membeli beras saja dibutuhkan sebanyak 1 kwintal beras setiap bulan sekali, mungkin diantara pembaca kaget berapa banyak jatah makanannya setiap anak-2nya ini ya? Nah itulah yang namanya perjuangan hidup dimana membesarkan anak perlu materi yang besar dan diperlukan kiat-2 khusus, dimana sekarang kita tidak bisa meniru cara-2 yang dilakukan oleh orang tua kita sendiri. Menanak Nasi Jam 5 pagi Untuk memasak nasi yang bisa bertahan lama sampai malam hari, pemanas atau rice cooker belum ada pada waktu itu, yang ada hanya alat dandang, anglo, panci dan sewur. Alat ini bagi anak-2nya seperti Hari yang harus bangun jam 5 pagi yang untuk mengkukus beras, karena sudah semalam beras sudah di cuci dan direndam agar nasi menjadi pulen. Setelah mengkukusnya kira 15 menit, maka yang harus gantian bangun Eddy tugasnya untuk mengaru beras yang dikukus Hari tadi kedalam pengaronan dan selanjutnya beras yang sudah ada dalam pengaronan tadi disiram dengan air panas, disini ha-
Perlengkapan untuk menanak Nasi
rus pintar-2 menentukan takaran air yang di masukkan dalam pengaronan tadi, kalau kebanyakan air maka nasi akan blenyek (lunak) tapi kalau kurang air nasi akan kakas (kering). Setelah itu kira-2 15 menit Endri yang gantian bangun dimana kalau beras yang di aron itu sudah kering, maka segera diangkat kedalam dandang untuk dikukus lagi dan selanjutnya Rose bangun semuanya sudah beres tinggal menyiapkan makan pagi untuk anak-2nya. Setelah sarapan pagi anak-2nya diantar dan diberikan nasihat agar patuh kepada guru-2nya, karena ayah mereka juga guru dengan anak-2nya bertiga berangkat ke sekolah secara bersama -sama dengan berjalan kaki. Anak-2nya disekolahkan sekolah ternama
dalam pendidikan sekolahnya. Kemudian 2 tahun berikutnya anak keduanya dimasukkan juga di sekolah yang sama dan tahun berikutn ya anak ketiga juga disekolahkan disitu juga. Untuk berangkat mereka jalan kaki dan tidak ada antar jemput, padahal jarak rumah dengan sekolah cukup jauh sekitar 4 -5 Km dan melewati jalan besar yang penuh keramaian kendaraan. Kemandirian ketiga anaknya ini cukup membanggakan kedua orang tua ini, karena prestasi anak pertama selalu mendapat juara 1 atau 2 di sekolahnya, sedangkan anak ketiganya (Endri Dijanto) juga sering mendapat ranking pertama di kelasnya. Namun untuk anak ke dua nya memang bukan termasuk anak pintar, namun anak yang cukupan alias biasa-2 saja dalam pelajaran di sekolah. Kesabaran serta mendidik dengan keras merupakan kunci kesuksesan cara mendidik seorang ibu yang waktu dulu kurang menikmati pendidikan tinggi, namun tekat bulatnya agar semua anaknya ini kelak menjadi anak yang pintar dan meraih pendidikan yang tinggi agar bisa terwujut. Dimana anak keempat karena seorang wanita, (Larasani Herliana) maka tidak dilepas sekolah yang jauh namun cukup bersekolah di dekat rumah namanya SDN Sanansari 1 Malang, sedangkan anak kelimanya tetap disekolahkan di SD Dionisius juga. Namun menginjak SMP semua anak-2nya juga mendapatkan sekolah yang baik yaitu di SMP negeri 3 Malang, sedangkan SMA nya di tempat Bapaknya mengajar yaitu di skeolah SMA Negeri 1 Malang, kecuali anaknya yang nomer 3 tetap berada di SMA 3 Malang.
di
Perjuangan seorang istri seperti Rose dalam membantu suami untuk mendidik anaknya ini bukan main hebatnya cara mendidik anak-2nya, dimana sejak kecil anak-2nya di ajarkan disiplin dan keras untuk belajar disamping bekerja membantu orang tua dirumah. Pada tahun 1965 anak pertamanya (Hari Rustjahjo) dimasukkan ke sekolah bernama SD Santo Dionysius 1 Malang, dimana sekolah tersebut merupakan sekolah ternama dan dikenal sangat disiplin
- 3 -
SD Santo Dionius I Malang di dlm Kelas
Sutopo sbg Guru di SMA 1 Malang
Sutopo Dikirim sebagai Guru di Malaysia Sebelum anak-nya lulus SMA ada satu kegembiraan dari Sutopo ini yaitu tahun 1976 sampai 1980, Sutopo dikirim oleh Pemerintah (P&K Pusat), untuk mengajar di sekolah menengah Malaysia ketiga anaknya yang ikut dan sekolah di
Sutopo berfoto bersama dengan guru Sekolah Dato Sri Amar Di Raja Muar Johor 1979
Malaysia sedang kedua anaknya tetap sekolah di Malang. Sutopo mengajar di Sekolah Dato Sri Amar Diraja Muar, Malaysia Barat. Tinggal di Jalan Daud 1/ 5 Muar. Perekonomian mengalami peningkatan karena selama berada di Malaysia fasilitas dan Gajih Guru disana cukup besar dan fasilitas untuk membeli kendaraanpun juga bisa didapat dengan muda. Tidak lama hanya 4 tahun Sutopo, Rose, Ana & Henry dan Eddy hanya 2 tahun sekolah dan tinggal di Malaysia. Sewaktu di Malaysia kendaraan yang digunakan untuk sehari-hari adalah VW Kodok tahun 1968, dimana kendaraan tersebut adalah kendaraan yang cukup bagus untuk dibuat melakukan perjalanan. Kota Muar merupakan kota yang nyaman serta bersih sebagai tempat tinggal
Rumah Kayu selama tingga di Muar , Malaysia
sewaktu berada di Malaysia, hubungan dengan tetangga disana cukup baik dan akrab karena keramahan Sutopo dan Rose serta anak-2nya sehingga tetangga serta teman-2 cikgu (guru) dengan Keluarga Sutopo sudah menganggap sebagai keluarga dekat, bahkan mereka pernah pergi ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan Ana. Dan Eddypun sering berkunjung ke Muar, karena sejak tahun 2007 eddy terdaftar sebagai mahasiswa program PHd (S3) di University Utara Malaysia. Dan pada tahun 1980 Sutopo sudah kembali ke Malang kembali dan mengajar sebagai guru di SMA Neger 1 Malang kembali.
dan bekerja diluar kota Malang dan masing-2 mempunyai tekad yaitu ingin meraih cita-2 sesuai dengan yang diharapkan oleh kedua orang tuanya. Adapun kelima anaknya itu yang menempuh pendidikan dan bekerja diluar kota Malang yaitu : 1. Tahun 1976 - Hari Rustjahjo diterima di ITS Surabaya dengan mengambil jurusan Civil dan mendapatkan Insi n yurn ya , serta saat ini bekerja sebagai Marketing Manager Kemayoran Expo di bidang EO yang sering mengadakan pameran-2 Hari yg bekerja Kemayoran Expo di Kamayoran. 2. Tahun 1979 - Eddy Tratmanto sekolah di Institut Ilmu Komputer di Jakarta meraih Sarjana muda dan meneruskan Sarjananya di STIMIK kemudian melanjutkan S2 nya di Universitas Soedirman. Dan saat ini masih masih menjalani Program Doctor Of Philosopi (S3) Faculty Of Business Management Universiti Utara Malaysia. Bekerja di PT Badak NGL. Bontang,
Wisuda S1 Jurusan Peminyakan di UPN “Veteran” Jogyakarta
Perjuangan orang tua untuk bisa menyekolahkan anaknya sampai selesai bukan hal yang mudah. Dengan gaji sebagai guru setiap bulan hanya sekitar Rp. 140.000,- harus dibagi untuk mengirimkan uangnya, dimana waktu itu setiap anak per-bulan dikirim Rp. 20.000 s/ d Rp 30.000,- dan hal itu bagi yang bersekolah bukan negeri sangat berat, maka kuliah sambil bekerja yang dilakukan oleh anaknya yang nomer 2 (Eddy) sebagai salah satu cara yang ditempuh untuk tetap bisa melanjutkan kuliahnya. Suka duka, motivasi, kemauan yang tinggi dan kemampuan untuk belajar terus merupakan modal yang ditanamkan oleh orang tua, sehingga sampai sekarang ini pendidikan bagi anak2nya merupakan modal penting dalam kehidupannya. Anak Perempuan Satu-2nya masuk sebagai Pramugari Udara
Wisuda S2 Eddy dan sebagai Pekerja
3. Tahun 1980 - Endri Dijanto sekolah di Universitas Gajahmada di Yogyakarta dengan mengambil jurusan Geodesi, mendapat pendidikan (bes siswa) di German dengan gelar Dpl.ph dan melanjutkan S2 nya di UI. Dan sudah mengabdi selama 24 Tahun di Badan Pertanahan na-
Anak-2 Kuliah dan Bekerja diluar Kota Malang Mendidik dengan keras serta kemandirian menjadikan tekad bahwa semua anak-2nya ingin meraih cita2nya walaupun dengan berat hati sebagai orang tua yang ingin selalu dekat dengan anaknya, namun tidak ada dari kelima anak-2 itu yang setelah lepas SMA mereka kuliah
sional. Dan mempunyai anak sebanyak 2(dua) orang. 4. Tahun 1982 - Larasani Herliana diterima sebagai Pramugari Garuda Indonesia Airways dan belum sempat melanjutkan kuliahnya. 5. Tahun 1986 - Henry Prakosa sekolah di UPN “Veteran” Yogyakarta dengan mengambil jurusan Perminyakkan dan saat ini berwiraswata dengan produksi mesin yang bisa merubah dari air laut menjadi air tawar produksi USA, dan siap ditawarkan di seluruh Indonesia.
Wisuda Endri Dijanto S1 Jur. Geodesi Universitas Gajamada
Tekad bulat anak perempuan satu2nya yang ingin bekerja sebagai Pramugari Garuda Indonesia Airways semata-mata tekad yang bulat keinginan dari kecilnya serta ingin dapat membantu sedikit-2 untuk menyekolahkan kakak-2nya kuliah di perguruan tinggi. Kepentingan dirinya untuk tidak melanjutkan kuliah dikorbankan dulu, hanya agar kakak -2n ya bis a cepat m enyelesaikan kuliahnya. Dan niatan ini terwujut sejak tahun 1981 selepas lulus SMA, Ana mendaftar sebagai Pramugari Garuda dapat diterima dengan usahanya serta pertolongan dari Alloh SWT. Dengan domilisi di Surabaya yang kebetulan juga dengan kakaknya Hari yang kuliah di ITS, setelah melakukan terbang Ana tidak lupa seselalu membawa makanan, souvenir dan uang yang diberikan kepada kakaknya baik yang di Surabaya, Jakarta dan di - 4 -
Jogyakarta, agar uang tersebut d a p a t digunakan untuk keperluan sekolahnya masing-2. Sehingga peranan Larasani Herliana anak perempuan Lulus SMA langyang paling disung bekerja sbg sayangi oleh Pramugari Garuda Indonesia Airways semua kakak2nya ini jasa2nya tidak pernah dilupakan seumur hidupnya, berkat bantuannya pendidikan sekolah dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya dan masingmasing mendapatkan pekerjaan yang baik karena pendidikannya yang tinggi tersebut. Walaupun sang pramugari ini tidak sempat melanjutkan kuliah sampai di perguruan tinggi, namun niatnya yang pernah dilontarkan kepada kakak-2nya dimana dia akan melanjutkan kuliah lagi namun hingga sekarang niat tersebut tidak pernah terwujut karena diusia yang masih produktif yaitu 44 tahun, Larasani Herliana anak satu2nya yang wanita sudah pergi jauh mendahului saudara-2nya dan pergi yang tidak pernah akan kembali lagi (meninggal dunia) pada tgl 3Maret 2006. Semoga Amal ibadahnya dapat diterima disisi Alloh SWT. Mengenal Cucu Kel. Sutopo saat ini Setelah pendidikan diselesaikan dan anak-nya bekerja, maka masing2 siap membentuk rumah tangganya dengan istri/ suami pilihannya sendiri. Istilah dijodohkan itu tidak pernah dilakukan, namun hanya nasihat yang selalu diberikan agar memilih pasangannya dengan pasangan yang baik, seiman, pintar dan berbakti kepada kepada orangtua atau mertuanya. Hanya ada salah satu anaknya yang dianggap bandel (Eddy) ini yang menikah dengan Gadis Minang dan itu bukan merupakan halangan dalam keluarga, namun justru menjadi keaneka ragaman budaya yang terdapat dalam keluarga sutopo ini. Berikut ini adalah masa perkawinan anak-2nya yang berhasil menyunting istri serta dipersunting suami yaitu: 1. Tahun 1986 - Larasani Herliana (Ana) anak ke-4 bekerja sebagai Pramugari Garuda yang di sunt ing ol eh Bamb an g Widyasono yang bekerja sebagai pilot Garuda Indonesia Airways dan mempunyai 2 (dua) anak, laki dan perempuan yang bernama :
Kel. Bambang W + Ana 2005
Adha Mahmeru Balaputra SE alias Bala (Jakarta, 5 Agutus 1987), lulus Sarjana bidang Ekonomi di Universitas Indonesia (UI) di Jakarta, sekarang sedang mengambil pendidkan pilot di Bali. Rienjani Nurbani Putri alias Bani (Jakarta, 10 Mei 1991), Semester 3 di Universitas Indonesia jurusan broadcasting.
Yoma (Jogya, 4 Maret 1990), masih kuliah di Institut Tehnologi Telkom Bandung, semester 7 jurusan Tehnology Informatika. Auriiga Yuzi Eradipa alias Yuzi (Bengkulu, 14 Januari 1993), kuliah di Universitas Brawijaya Malang, jurusan Tehnik.
Yoma (20 thn) & Bani (17 thn) Bala (23 thn) & Bani (19 thn)
2. Tahun 1988 - Ir. Hari Rustjahjo anak ke-1 meminang seorang gadis bernama Ir. Sih Andayani yang bekerja sebagai Dosen tetap di Universitas Trisakti dan mempunyai 2 (dua) anak, Perempuan dan laki yang bernama :
4. Tahun 1990 - Eddy Tratmanto SKom, MM anak ke-2 menikah dengan Siti Khalidah Hajijah yang waktu itu bekerja di PT Lamtoro Gong Persada tahun 1985 - 1990 adalah seorang gadis berasal dari Minang, mempunyai 2 (dua) anak, laki dan perempuan yang bernama :
(Jakarta, 7 April 2004), kelas 1 SD. Pengalaman orang tuanya yang banyak anak susah mengurusnya, sehingga cukup 2 (dua) anak saja dan sepasang-2 merupakan kesyukuran atas karunia pemberian dari Alloh SWT. Menikmati hidup Berdua dan Mengunjungi Cucunya dengan bahagia Sutopo dan Rose setelah sekitar tahun 1985 sudah mulai sendiri berada di tempat tinggal di Jalan Mayang, namun perekonomian sudah mulai membaik dan bangunan rumah yang dibangun sudah menjadi rumah yang bagus dengan banyak kamar serta luas, semuanya itu di berikan untuk anak-2nya serta cucu-2nya kalau mereka pulang ke Malang. Karir Sutopo pun pada tahun 1982 mulai menanjak, sejak kepulangannya dari Malaysia, maka beberapa tahun kemudian Sutopo diangkat menjadi Kepala sekolah di SMA 1 Situbondo. Kemudian pada tahun 1986 dipindah lebih dekat yaitu di SMA 2 Pasuruan, dimana dengan menempuh kurang lebih 1 jam perjalanan dari kota Malang Sutopo menjadi kepala sekolahnya dan setelah umur 60 tahun yaitu tahun
Kel. Hary R + Yani + Rini + Rian
Andarini Ekaputri alias Rini (Jakarta, 13 Agustus 1990), Semester 5 Universitas Trisakti di Jakarta, jurusan tehnik. Riandra Ramadana Alias Rian (Jakarta,13 Maret 1993), Kelas 3 SMA.
Kel. Eddy + Linda + Luddy + Farah
Luddy Kausar Edliantias alias Luddy (Jakarta, 19 April 1991), kuliah di Universitas Multimedia Nusantara Serpong Tangerang jurusan komunikasi. Elindia Farahiyah Adani alias Farah (Jakarta, 27 April 1 9 9 3 ) s a at i ni m a s i h menduduki kelas 3 SMA di Yayasan Vidatra, Bontang.
Rini 20 (thn) + Rian (19 Thn)
3. Tahun 1989 - Ir. Endri Dijanto MM, DplPh anak ke-3 yang menikah dengan Dra. Nur Ratih Purnama, APT. MSi yang bekerja di Departemen Kesehatan dan mempunyai 2 (dua) anak, laki dan perempuan yang bernama :
Kumpul dgn Anak Cucu tahun 2005
1991, Sutopo pensiun untuk menjadi guru dan masa pensiunannya dinikmati dengan berkunjung ke rumah anaknya serta cucu-2nya yang berada di Jakarta dan Bontang. Kebahagian keluarga sangat cerah, faktor ekonomi bukan merupakan hal penting lagi, namun faktor kesehatan
Cucu Perempuan bermain vespa
itu, Sutopo pernah berkunjung ke Kota Bontang yang mengunjungi anaknya nomer 2 (Eddy), disana bagi Sutopo merupakan kebahagian tersendiri, karena disana rumah anaknya sangat dekat dengan fasilitas olahraga yang disenangi yaitu Tenis lapangan, setiap hari selalu bermain dengan karyawan PT Badak dan Sutopo sangat dikenal dengan pribadi yang ramah bergaul dengan teman-2 para karyawan. Kemudian di tengah waktunya Sutopo mempunyai hobby melukis serta menyenangi bunga-2 seperti anggrek, bahkan saking penasaran untuk mencari anggrek yang asli, Sutopo hunting bunga anggrek sampai ke tempat habitatnya di daerah Melak (Hulu Sungai Mahakam). Dengan naik kapal Sungai, dan waktu tempuh ke Melak sekitar 24 jam, sampai di melak Sutopo menginap di sebuah penginapan kecil dan berputar-putar untuk mencari anggrek. Dan sesampainya di rumah anaknya kembali, betapa kaget barang yang dibawa yaitu satu karung anggrek asli dari Kalimantan dan esoknya apa yang terbayang dalam angannya dia
Sutopo Naik Speed Boat di Bontang Luddy 19 (Thn) + Farah (17 Thn)
5. Tahun 1998 - Ir. Henri Prakoso m e n yu n t i n g g a d i s t e m a n kuliahnya Ir Bertiana mempunyai 2 (dua) anak, laki dan perempuan yang bernama : Muhammad Farhan alias Farhan (Jakarta, 6 Agustus 2002), Kelas 3 SD. Nida Faizza alias Faizza
Kel. Endri + Ratih + Yoma + Yuzi
Aquila Yoma Eradipa alias
Mobil Peugeot yang digunakan untuk mengantar istri berbelanja di pasar. Namun bagi Sutopo kebanggaan kendaraan seperti vespa merupakan kendaraan yang sangat diandalkan. Dimasa menikmati pensiun
Farhan 9 Thn + Faizza (6 Thn)
Sutopo berada di Bontang
agar tetap bisa berkumpul serta berkomunikasi dengan anaknya dapat terwujut. Fasilita telpone, transportasi kalau dulu kendaraannya adalah sepeda, terus sepeda motor merk Zundap, kemudian meningkat menjadi Vespa dan ditambah dengan - 5 -
melukis gambar-2 yang didapatkan dari jalan-2nya menyusuri sungai Mahakam. Cerita tentang Kalimantan bagi Sutopo sudah melekat di hatinya, suku dayak, kutai, bugis dll telah dikenalnya baik budaya maupun kepribadiannya. Kedekatan dengan masyarkat bagi Sutopo ini patut di tauladani oleh anak cucunya nanti. Bukan hal yang muda melakukan ini karena kembali ke masyarakat setelah tidak bekerja lagi untuk menghindari Post Power Syndrome merupakan tindakan yang harus kita persiapkan dengan matang. Apalagi kesibukan anak-2nya yang terus mengejar karirnya masing, jangan sampai lupa bahwa harta dan
jabatan itu jangan terlalu dikejar, karena itu nanti akan datang dengan sendirinya kalau kita kuat berusaha dan berdoa. Ini kunci untuk kita tetap sehat dan terhindar dari stress yang pernah disampaikan oleh Sutopo kepada anak-2nya yaitu sebagai berikut : 1. Jangan lupa melakukan olahraga setiap hari agar tubuh ini tumbuh dengan baik. 2. Makan buah-2an alami seperti papaya, pisang, jambu, nenas dll akan menjadikan tubuh kita mendapatkan asupan vitamin al am i. Dan j angan suka mengkonsumsi sedikit sakit obat -2an atau vitamin tablet apapun. 3. Makanlah seperlunya, jaga berat badan agar tidak kegemukkan, berhentilah makan sebelum kamu kenyang dan makanlah sebelum kamu lapar. 4. Istirahat yang cukup jangan bekerja hingga sampai larut malam. 5. Gembiralah serta banyak komunikasi dengan masyarakat sekitarmu karena mereka itu juga bisa menambah kekuatan kamu juga yang bisa memberikan motivasi.. Oleh karena itu anak2nya pun selalu mengingat nasihat o r a n g tuanya, namun maklum sifat manusia suka lupa diri. Bahkan Sutopo seorang Penyabar s e r i n g yang kuat pendirianya berkunjung ke Jakarta hanya ingin dekat dengan semua anaknya yang kebanyakkan tinggal di Jakarta, bahkan Jakarta merupakan tempat baginya sebagai tempat yang sangat menyenangkan, karena beberapa waktu yang lalu waktu di jakrta, pernah Sutopo ini berlanglang buana ke tempat suku Baduy dan pulang-2 membawa ketela pohon dan gula merah yang dikasih oleh orang baduy. Setelah Menunaikan Haji datang cobaan keluarga Sutopo Tahun 2003 dengan fasilitas dari anaknya dan mantunya yang bekerja sebagai Pilot dan Pramugari Garuda, maka kedua orang tua ini di berangkatkan naik haji ke Mekka. Betapa kebahagiaan ini terwujutkan dimana Rose yang sudah belajar mengaji dengan tekunnya serta Sutopo yang sudah mulai belajar agama dengan seorang mubalig di Malang bernama Mas Jamuri yang merubah segalanya menjadi Muslim dan Muslimah yang dapat menjadi contoh kepada anak-2nya. Pengalaman beribadah serta Mujijatnya berhaji dapat sampai melihat Kaba’ merupakan pengalaman yang sangat
dibanggakan, sehingga sepulang haji ibadah sholat dijalankan dengan baik oleh Sutopo dan Alloh itu maha memberi hidayah kepada umatnya. Sehingga kedua orang tua ini selalu memberikan nasihat agar bagi anaknya yang belum berhaji harus segera pergi (Insyalloh). Dan mulai saat itu nama sudah berubah menjadi Haji Sutopo dan Hajjah Sri Rusmiatin, Alhamdillah predikat itu telah dibawanya hingga ajal menjemputnyanya.
dan setelah mendapat perawatan selama 2 minggu akhirnya pada tgl 11 Januari 2007 Rose akhirnya meninggal dunia dan meninggalkan suaminya yang selama ini setia merawatnya dan anak-2nya yang masih merindukan kehadiran serta nasihat2nya. Nasihat itu sekarang hanya bisa menjadi renungan agar kita yang ditinggalkan tetap diberikan kesabaran, ketabahan serta kekuatan saja. Sutopo Menyusul Istrinya
Kehilangan Anak Perempuan Kebahagiaan yang dirasakan oleh keluarga Sutopo ini lambat laut sedikit berakhir secara beruntun, dimana sejak kepulangan hajinya Rose, mengalami penurunan kesehatan yang drastic, dimana sakit yang diderita yaitu jantung sering kambuh. Dan keluhan sering dirasakan, anak2nya ada waktu sering pulang untuk memberikan motivasi agar Rose dapat sehat dan semangat kembali. Terutama bagi anak perempuannya yang paling sering menengok ibunya ke malang hal itu sudah menajdi kwajiban seorang anak. Namun ditengah-tengah merawat Rose sendiri, bagaikan disambar petir disiang bolong pada sekitar tahun 2005 setelah anaknya bernama Ana pergi mengunjungi kakaknya di Bontang, Ana menderita sakit berat yaitu kena kanker yang sudah mencapia stadium 4. Keadaan inilah menambah berat dan kegelisahan seorang ibu. Berbagi pengobatan kedokteran maupun non medis sudah diupayakan agar sakit kanker Ana ini bisa sembuh. Namun pada tgl 3 Maret 2006 seorang anak bernama Larasani Herliana telah meninggal dunia karena penyakit kanker yang diderita selama 1 tahun lebih itu. Sedih dan sedih itu yang dirasakan oleh orang tua serta kakak dan adikknya anak dan suami tidak bisa percaya secepat itu anak perempuan satu-2nya yang sangat dibanggakan oleh keluarga meninggal dengan cepatnya diusia yang masih sekitar 44 tahun. Tidak hanya itu kesehatan Rose juga makin memburuk setelah meninggalnya anak perempuan satu2nya itu, dimana pada awal Juli 1986 Rose akhirnya hanya bisa terbaring di tempat tidur dan Sutopo sebagai suami tercintanya yang setiap hari dengan tekunnya merawat istri tercintanya, dan anak-2nya pun setiap saat bergantian pulang menjengguk ibunya yang sedang sakit. Lebaran tahun 2006 adalah lebaran terakhir anak-2nya berkumpul dengan ibunya dan kesehatan Rose makin makin melemah dan dalam keadaan tidak berdaya dengan tekad serta kekerasan hatinya, pada tgl 23 Desember 2006 Rose minta diantar ke Jakarta, yang katanya ingin menyusul anaknya (Ana) yang sudah meninggalkan kita semua. Dan dengan berat hati akhirnya setelah diantar di Jakarta dan tinggal di rumah anaknya yang Nomer 1 (Hari),
Semenjak meninggalnya kedua orang perempuan yang dicintai, Sutopo yang selama ini hidup terbiasa dengan istri tercintanya merasa terpukul, walaupun hal itu tidak tampak diraut wajahnya, namun hatinya sedih dan sedih tidak ada lagi harapan untuk menumpahkan isi hati Sutopo. Dalam kesendiriannya Sutopo hanya bisa pasrah hidup dirumah kenangan di Jalan Mayang 10 tersebut tanpa ada anak satupun yang menemaninya. Karena semua anak-2nya hidup dengan keluarganya masing-2. walaupun oleh anak2nya agar Sutopo ini tinggal bergantian di tempat anaknya di Jakarta atau di Bontang namun Sutopo tetap mau tinggal di Malang, dengan alasan ingin menjaga rumah itu sampai akhir hayatnya. Pada lebaran 2007 tiba, suasana lebaran tanpa Rose sebagai istri dan ibu anak-2nya terasa hampar apabila lebaran tersebut semua anak-2nya berkumpul di Malang. Dengan inisiatif Mas hari sebagai anak tertuanya, akhirnya lebaran diputuskan untuk berkumpul di Kota Bontang saja. Kebahagian bagi Eddy karena dapat bekumpul dengan seorang ayah yang menjadi idolanya mau datang ke Bontang untuk berlebaran. Akhirnya tiba saat lebaran Mas hari dengan keluarganya, serta anaknya almarhum Ana (Bala dan Bani) datang bersilahturahmi ke Bontang. Inilah lebaran yang bahagia dan yang terkahir bagi Sutopo. Dan dengan senang hati, tempat yang dulu pernah dikunjungi oleh Sutopo seperti tenggarong, TNK Bengkirai, Bras Basah sempat didatang dan Sutopo dalam kata terakhirnya sebelum meninggalkan kota Bontang mengatakan kalimat seperti ini “Aku sudah puas puas puas udara,lautan, hutan sudah aku jelajahi dan cukup disini saja Bapak sudah senang sekali atas kebaikan Kalian”. Apakah kata-2 tersebut sebagai pertanda berakhirnya perjumpaan dengan anak-2nya dengan Bapaknya?. Merasakan hal tersebut, anaknya meminta bahwa Bapak tidak boleh pulang ke Malang, dan mengharapkan bapaknya bisa tinggal lama di Bontang dan ingin melakukan check up kesehatan yang mungkin selama ini belum pernah dilakukan oleh sang Bapak. Namun keadaan berubah 180 derajat, ternyata Bapak tidak menghendaki dan tetap berkeinginan keras untuk pulang ke Malang dalam - 6 -
keadaan apapun juga. Kecewa dan kecewa kami semua terakhir hari itu kami berjumpa dengan Bapak yang dikasihi, Alloh menjadikan manusia akan kembali keasalnya, dan Sutopo tanpa sakit yang tidak diketahui sebabnya setelah berobat ke rumah sakit umum dan dinyatakan hanya sakit perut biasa, namun yang terjadi adalah tgl 4 desember 2007, Sutopo menemui istri dan anak perempuan yang dicitainya di alam sana yang meninggal dengan tenang dan damai (Innalillahi Wainna Lillahi Rojiun), semoga amalan akhirnya bisa menjadikan Almarhum masuk kedalam surga. Sabar dan Tabah bagi yang Anak -2 yang sudah Ditinggalkan Itulah sepenggal kisah pejuangan mengenal secara dekat keluarga Sutopo dan berikut anak dan cucunya yang sekarang sudah dewasa, kenangan dan nostalgia kota malang jangan pernah dilupakan oleh anak cucunya dan saat ini rumah di Malang masih utuh dan tidak ada yang menunggu, siapa yang saat ini sekolah atau tinggal di Malang sebaiknya rumah bisa ditempati dan dirawat sebaik mungkin. Nasihat seorang ayah atau seorang Eyang bagi cucunya perlu kita camkan, perjuangannya yang super, perlu kita tiru mana yang baiknya saja. Dimana menjaga kesehatan adalah penting di zaman sekarang ini, makan yang teratur tidak kurang dan apalagi berlebihan dengan menu yang sederhana saja, bisa menjadi kiat bahwa itu juga kunci kesehatan disamping menjaga stress dari pikiran-2 kantor, sekolah, masalah rumah tangga/ keluarga maupun lingkungan sekiranya bisa dapat diatasi dengan baik dan bijaksana. Dan kita bisa hidup dengan rasa damai dan membina silahturahmi dengan semua keluarga besar adalah salah cara yang ditanamkan oleh keluarga sutopo. Maka dalam kesempatan ini Kami atas nama KELUARGA BESAR S UTOP O M ENYAM P AIKA N SELAMAT IDUL FITRI 1431 H DAN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN, Salam dari Kel. Hari Rustjahjo, Kel Eddy Tratmanto, Kel. Endri Dijanto, Kel. Bambang Widyasono dan Kel. Henry Parkoso. (Penulis : Eddy Tratmanto)
Foto Atas Tahun 1968, Bawah Tahun 2005