Difference
in
Mesioangular
Impacted
Lower
Third
Molars
Angulation Before and After Orthodontic Treatment with Premolars Extraction on Patients in RSKGM-P FKG UI Dominikus Fernandy Hartono, Benny M. Soegiharto, Sariesendy
Corresponding address: Department of Orthodontics, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. Jalan Salemba Raya no. 4 Jakarta Pusat 10430 Indonesia. Phone: +62 21 31906289, Fax: +62 21 31906289 Email address:
[email protected] (Fernandy)
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
Abstract Background: impaction on lower third molars happened as a result of lack of space in the retromolar pad. Premolars extraction in orthodontic treatment helps the uprighting process of mesioangular impacted third molars so that they could erupt well. Aim: to measure mesioangular impacted lower third molars angulation change during orthodontic treatment. Methods: this retrospective, cross-sectional analytic study used 25 samples of panoramic radiograph aged 10-21 years old before and after orthodontic treatment. The angulation was measured using the long-axis of the lower second molars as reference plane. Result: Wilcoxon test and paired T-test (p<0,05) showed there were no significant change in lower third molars angulation on both sides (p>0,05) and tended to experience the increase in angulation though statistically comparison between them were not significant (p>0,05). These increase happen the most in the adult group (17-21 years old). Conclusion: premolars extraction in orthodontic treatment does not affect impacted third molars angulation significantly.
Abstrak Latar Belakang: impaksi pada gigi molar 3 rahang bawah terjadi akibat kekurangan ruang pada retromolar pad. Ekstraksi premolar dalam perawatan ortodonti membantu proses uprighting gigi molar 3 impaksi mesioangular sehingga dapat erupsi dengan baik. Tujuan: mengukur perubahan angulasi gigi molar 3 rahang bawah yang impaksi mesioangular sebelum dan sesudah perawatan ortodonti. Metode: studi retrospektid, analitik potong lintang ini menggunakan 25 radiograf panoramik berusia 10-21 tahun sebelum dan sesudah perawatan ortodonti. Angulasi diukur menggunakan sumbu panjang gigi molar 2 sebagai bidang referensi. Hasil: uji Wilcoxon dan uji T berpasangan (p<0,05) menunjukkan tidak ada perubahan angulasi molar 3 yang
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
bermakna pada kedua sisi (p>0,05) dan cenderung mengalami peningkatan angulasi dengan meskipun secara statistik perbandingan perubahan keduanya tidak berbeda bermakna (p>0,05). Peningkatan angulasi paling banyak terjadi pada kelompok usia dewasa (17-21 tahun) Kesimpulan: ekstraksi premolar dalam perawatan ortodonti tidak memengaruhi angulasi gigi molar 3 impaksi secara bermakna. Keywords: angulation, mesioangular impaction, orthodontic treatment, premolars extraction, third molar, uprighting.
PENDAHULUAN Dalam perawatan ortodonti tidak jarang dijumpai adanya impaksi pada gigi akibat kekurangan ruang. Gigi molar 3 merupakan gigi permanen terakhir yang dipengaruhi lengkung rahang untuk dapat mengalami erupsi ataupun menjadi impaksi.1,2 Impaksi pada gigi molar 3 rahang bawah terjadi akibat kurangnya ruang pada daerah retromolar pad, kecenderungan perubahan angulasi selama proses perkembangan, serta kegagalan proses uprighting.3 Gigi tersebut umumnya diekstraksi sebelum dilakukan perawatan ortodonti karena dapat meningkatkan insidensi terjadinya kasus gigi berjejal dan mengganggu keberhasilan perawatan ortodonti, baik dari lama perawatan maupun hasil akhirnya.4,5,6,7 Kebutuhan ruang gigi-geligi merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan ortodonti, salah satunya pada kasus gigi berjejal yang memiliki relasi rahang ortognati (skeletal kelas I), sehingga hasil perawatan dapat sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu cara untuk mendapatkan ruang dalam perawatan ortodonti adalah melalui tindakan ekstraksi. Pada perawatan ortodonti untuk kasus gigi anterior rahang bawah yang berjejal, umumnya dilakukan ekstraksi gigi premolar 1 rahang
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
bawah untuk kasus sedang hingga parah atau premolar 2 rahang bawah jika tingkat gigi berjejalnya ringan.8 Nance et al (2006) mengemukakan jika pada gigi molar 3 yang impaksi mesioangular
dapat
mengalami
uprighting
dengan
baik
dalam
proses
perkembangannya, gigi tersebut dapat erupsi tanpa mengganggu gigi-gigi lain dalam satu lengkung rahang.9 Tindakan ekstraksi gigi premolar pada perawatan ortodonti memiliki efek positif terhadap hal ini, yaitu membantu pergerakan mesial dan proses uprighting dari gigi molar 3 sehingga dapat erupsi dengan baik.8 Hal ini didukung dengan hasil penelitian Faubion (1968) yang menunjukkan 55% dari subyek penelitiannya yang dirawat ortodonti dengan ekstraksi gigi premolar memiliki posisi akhir dari gigi molar 3 rahang bawah yang lebih baik dibandingkan sebelum perawatan sehingga dapat erupsi tanpa mengalami impaksi.10 Penelitian Russell et al. (2012) pada populasi penduduk ras Kaukasoid dan Afrika-Amerika di Amerika Serikat serta penelitian Poosti et al. (2012) menunjukkan adanya efek positif dari tindakan ekstraksi gigi premolar dalam perawatan ortodonti terhadap perubahan angulasi gigi molar 3 rahang bawah yang mengalami impaksi mesioangular.4,11 Berdasarkan kedua penelitian tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat perubahan angulasi gigi molar 3 rahang bawah sebelum dan sesudah perawatan ortodonti dengan tindakan ekstraksi gigi premolar pada subjek yang berasal dari RSKGM-P FKG UI.
METODE PENELITIAN Studi retrospektif analitik potong lintang ini dilakukan pada bulan September – Oktober 2013 menggunakan 25 sampel radiograf panoramik sebelum dan sesudah
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
perawatan ortodonti dengan ekstraksi gigi premolar 1 atau premolar 2 rahang bawah di RKSGM-P FKG UI Jakarta. Sampel penelitian terdiri atas 21 subyek perempuan dan 4 subjek laki-laki dengan rata-rata usia sampel sebesar 14,92 tahun. Kriteria inklusi penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pasien berusia 10 tahun ke atas dengan periode gigi permanen serta memiliki maloklusi kelas I skeletal. 2. Pasien sedang dalam perawatan ortodonti cekat dengan atau tanpa penjangkaran tambahan di rahang bawah. 3. Pasien memiliki rekam medik lengkap beserta radiograf panoramik dan sefalometri sebelum dan sesudah perawatan ortodonti cekat dengan indikasi dilakukan tindakan esktraksi gigi premolar rahang bawah. 4. Pasien memiliki gigi molar 3 rahang bawah yang belum erupsi dengan impaksi mesioangular di sisi kanan dan kiri. 5. Pasien memiliki gigi-geligi yang lengkap sebelum dilakukan ekstraksi gigi premolar 1 atau premolar 2 rahang bawah. Penentuan angulasi gigi molar 3 dilakukan berdasarkan metode pengukuran yang digunakan oleh Poosti (2012).11 Angulasi diukur dengan membuat outline dan garis oklusal gigi molar 3 dan molar 2 rahang bawah kemudian dibuat garis yang tegak lurus terhadap garis tersebut sebagai garis sumbu panjang gigi. Titik potong kedua garis merupakan angulasi gigi molar 3 terhadap gigi molar 2 rahang bawah (Gambar 1). Perubahan angulasi sebesar 6o dianggap bermakna secara klinis. Data dikumpulkan dan diolah menggunakan SPSS. Analisis data dilakukan untuk membandingkan angulasi gigi molar 3 rahang bawah antara sebelum perawatan dengan setelah perawatan ortodonti pada kedua sisi serta membandingkan perubahan
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
angulasi pada sisi kiri dengan sisi kanan. Berdasarkan hasil uji normalitas ShapiroWilkinson diketahui pada sisi kiri memiliki distribusi data yang tidak normal sehingga analisis data yang digunakan bersifat non-parametrik yaitu uji Wilcoxon. Pada sisi kanan dijumpai distribusi data yang normal sehingga dapat diuji menggunakan uji T berpasangan yang bersifat parametrik. Perbandingan perubahan angulasi antara kedua sisi diuji menggunakan uji Wilcoxon. Nilai signifikansi ditetapkan pada p<0,05.
HASIL PENELITIAN Perbandingan angulasi gigi molar 3 relatif terhadap gigi molar 2 antara sebelum dan sesudah perawatan menunjukkan kedua sisi tidak mengalami perbaikan angulasi. Kedua sisi cenderung mengalami peningkatan angulasi meskipun peningkatan ini secara statistik tidak berbeda bermakna (p>0,05) (Tabel 1). Persebaran usia data penelitian ini terdiri atas 13 sampel kelompok anak-anak (10-14 tahun), 7 sampel kelompok remaja (15-17 tahun), dan 5 sampel kelompok dewasa (17-21 tahun). Berdasarkan persebaran data perubahan angulasi gigi (gambar 2), diketahui peningkatan terbesar terjadi pada kelompok usia dewasa, yaitu pada sisi kanan sebesar 8,10 (Gambar 2). Perubahan angulasi gigi molar 3 pada kedua sisi cenderung mengalami peningkatan, dimana pada sisi kiri terjadi rata-rata peningkatan sebesar 2,56±20,68 sedangkan pada sisi kanan terjadi peningkatan sebesar 3,24±15,34. Berdasarkan hasil uji statistik didapat bahwa perbandingan perubahan kedua sisi tidak berbeda bermakna (p=0,920) (Tabel 2).
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
PEMBAHASAN Kebutuhan ruang dalam perawatan ortodonti diperoleh melalui 2 cara, yaitu non-ekstraksi dan ekstraksi. Pada tindakan ekstraksi, gigi yang umum dilakukan ekstraksi adalah gigi premolar 1 dan premolar 2.12 Dalam penelitian ini diperkirakan pergerakan mesial gigi molar 2 rahang bawah akan memberikan ruang pada retromolar pad sehingga memperbesar kemungkinan gigi molar 3 erupsi secara normal. Mengacu pada penelitian Richardson (1977) dan Poosti (2012), ekstraksi gigi premolar dapat mempercepat proses uprighting dari gigi molar 3 dan dapat erupsi ke rongga mulut.3,11 Data pada penelitian menunjukkan sekitar 1/2 dari gigi molar 3 kanan dan kiri mengalami perubahan angulasi yang tidak diinginkan (menjadi lebih horisontal) dengan angka positif (mengalami peningkatan). Namun, perubahan angulasi ini secara statistik tidak berbeda bermakna. Hasil ini menunjukkan meskipun terjadi peningkatan ataupun perbaikan angulasi gigi molar 3 rahang bawah impaksi, kondisi tersebut tidak menentukan apakah gigi molar 3 dapat dipertahankan atau perlu di cabut karena diperkirakan terdapat faktor-faktor lain yang memengaruhi angulasi gigi. Angulasi gigi molar 3 rahang bawah kanan rata-rata mengalami peningkatan lebih besar dari gigi molar 3 kiri. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Stagger (1992) dan Russell (2012), yang menyimpulkan tidak ada perubahan angulasi yang bermakna dari gigi molar 3 sebelum dan sesudah perawatan ortodonti dengan tindakan ekstraksi gigi premolar.4,13 Perubahan angulasi yang tidak bermakna menunjukkan terdapat faktor-faktor lain yang ikut berperan dalam proses perubahan angulasi gigi molar 3 rahang. Hal ini dibuktikan melalui penelitian Poosti (2012) dimana proses uprighting gigi molar 3 juga terjadi pada kelompok non-ekstraksi.11 Hasil ini berlawanan dengan hasil penelitian Jain (2009) dan Poosti (2012) yang
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
menyimpulkan ekstraksi gigi premolar memberikan efek positif dalam proses uprighting gigi molar 3 rahang bawah dan memberikan hasil yang berbeda bermakna.6,11 Perbedaan hasil ini diperkirakan akibat adanya perbedaan metode pengukuran dan kriteria inklusi penelitian. Poosti (2012) memberikan metode pengukuran yang cukup relevan dan akurat karena tidak hanya menggunakan bidang referensi gigi molar 2 namun juga melihat perubahan jarak apeks gigi molar 3 terhadap batas inferior rahang bawah.11 Adanya 2 bidang referensi dalam penelitian Poosti membuat bias pada penelitiannya menjadi lebih kecil dibanding dengan penelitian yang lain. Di dalam penelitian ini juga dilihat mengenai hubungan antara perubahan angulasi gigi dengan usia dimulainya perawatan. Richardson (1978) menyatakan pada saat akar gigi molar 3 mulai terbentuk, angulasi dan posisi gigi tersebut senantiasa mengalami perubahan. Pembentukan akar gigi molar 3 rahang bawah dimulai pada usia rata-rata 16 tahun dan selesai pada usia 18 – 25 tahun.7,14,15 Data pada penelitian menunjukkan perubahan angulasi terbesar terjadi pada kelompok usia dewasa (18-21 tahun) sedangkan perubahan angulasi terkecil terjadi pada kelompok usia remaja (1517 tahun). Hasil ini tidak sesuai apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Richardson (1978) yang dikaitkan dengan usia dimulainya pembentukan akar. Namun, hal ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan jumlah sampel dari masing-masing kelompok usia. Selain itu kecepatan laju resorpsi dari ramus anterior juga turut memengaruhi perubahan posisi dan angulasi gigi molar 3 rahang bawah.15 Saysel (2005) dan Ahmed (2011) di dalam penelitiannya menyimpulkan meskipun proses uprighting terjadi, gigi molar 3 belum tentu akan erupsi secara normal sehingga membutuhkan observasi lebih lanjut hingga perkembangan gigi selesai.16,17 Gohilot (2012) juga menyimpulkan tindakan ekstraksi premolar dapat
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
membantu proses uprighting dari gigi molar 3. Namun tindakan ekstraksi tidak dapat dipastikan sebagai satu-satunya faktor karena penelitiannya menunjukkan hasil yang tidak berbeda bermakna sehingga disimpulkan tindakan ekstraksi gigi premolar tidak memberikan efek yang signifikan pada perubahan angulasi gigi molar 3.18 Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa ekstraksi gigi premolar dalam perawatan ortodonti tidak memengaruhi perubahan angulasi gigi molar 3 rahang bawah secara bermakna. Selain itu, meskipun pada akhir perawatan gigi molar 3 mengalami uprighting, hal ini juga belum memastikan gigi molar 3 akan erupsi dengan baik ke rongga mulut sampai proses perkembangan gigi selesai. Pergerakan gigi molar 3 dan proses uprighting dalam perawatan dengan ekstraksi gigi premolar 1 atau premolar 2 merupakan pertimbangan sekunder karena tujuan awal dari tindakan ekstraksi adalah untuk memberikan ruang perawatan sehingga terjadi pergerakan gigi-geligi. Penelitian ini sendiri masih belum sempurna karena masih terdapat beberapa variabel yang belum dapat dikelompokkan dan dispesifikasi seperti penggunaan penjangkaran, tipe impaksi, batasan angulasi gigi, tipe gigi yang diesktraksi, lama perawatan, serta usia sampel sehingga hal-hal tersebut menyebabkan variabilitas data yang cukup tinggi dan memengaruhi hasil penelitian dan menjadi bias. Kekurangan penelitian ini terletak pada jumlah sampel yang kurang memadai akibat keterbatasan sampel yang tersedia di RSKGM-P. Namun dalam penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian lain yaitu pada kelompok sampel yang digunakan merupakan kelompok orang Indonesia sehingga sampel dalam penelitian ini mewakili populasi secara umum.
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa meskipun terdapat kecenderungan peningkatan angulasi gigi molar 3 rahang bawah impaksi mesioangular pada sisi kanan dan sisi kiri, secara statistik peningkatan angulasi ini tidak berbeda bermakna baik antara sebelum dengan sesudah perawatan ortodonti dengan ekstraksi premolar maupun perbandingan antara sisi kanan dengan sisi kiri Data pada penelitian ini menunjukkan kelompok usia dewasa memberikan rerata perubahan angulasi terbesar, ditunjukkan pada perubahan angulasi gigi molar 3 rahang bawah kanan.
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
DAFTAR REFERENSI 1. ADA [Internet]. Tooth eruption: the permanent teeth: c2006 [cited 2013 Jun 19]; Available
from:
http://www.ada.org/sections/scienceAndResearch/pdfs/
patient_58.pdf. 2. Haavikko K, Altonen M, Mattila K. Predicting angulational development and eruption of the lower third molar. Angle Orthod. 1978; 48: 39-48. 3. Richardson ME. The etiology and prediction of mandibular third molar impaction. Angle Orthod. 1977; 47: 165-172. 4. Russell B, Skvara M, Draper E, Proffit WR, Phillips C, White RP. The association between orthodontic treatment with removal of premolars and the angulation of developing mandibular third molar over time. Angle Orthod. 2012; 83: 376-380. 5. Niedzielska I. Third molar influence on dental arch crowding. Eur J Orthod. 2005; 27: 518-523. 6. Jain S, Valiathan A. Influence of first premolar extraction on mandibular third molar angulation. Angle Orthod. 2009; 79: 1143-1147. 7. Ness GM, Peterson LJ. Impacted teeth. In: Miloro M, editors. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery. 2nd ed. BC Decker; 2004. p. 139141. 8. Cobourne MT, DiBiase AT. The orthodontic patient: treatment planning. In: Cobourne MT, DiBiase AT, editors. Handbook of Orthodontics. 1st ed. Mosby Elsevier; 2010. p. 191-196.
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
9. Nance PE, White RP Jr, Offenbacher S, Phillips C, Blakey, GH, Haug RH. Change in third molar angulation and position in young adults and follow-up periodontal pathology. J Oral Maxillofac Surg. 2006; 64: 424-428. 10. Faubion BH. Effect of extraction of premolars on eruption of mandibular third molars. J Am Dent Assoc. 1968; 76:316-320. 11. Poosti M, Basafa M, Hosseini M, Parvizi F. Changes in the position of mandibular third molars following extraction and non-extraction orthodontic treatments. J Dent Mater Tech. 2012; 1: 47-52. 12. Ay S, Agar U, Bicakci A, Kosger HH. Changes in mandibular third molar angle and position after unilateral mandibular first molar extraction. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2006; 129: 36–41. 13. Stagger JA, Germane N, Fortson WM. A comparison of the effects of first premolar extractions on third molar angulation. Angle Orthod. 1992; 62: 135-138. 14. Nelson SJ, Ash MM. Development and eruption of the teeth. In: Nelson SJ, Ash MM, editors. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion. 9th ed. St. Louis: Saunders Elsevier; 2010. p. 30-31. 15. Richardson ME. Pre-eruptive movement of the mandibular third molar. Angle Orthod. 1978; 48: 187-193. 16. Ahmed I, Gul-e-Erum, Kumar N. Mandibular third molar angulation in extraction and non-extraction orthodontic cases. J Ayub Med Coll. 2011; 23: 32-35. 17. Saysel YM, Meral GD, Kocadereli I, Tasar F. The effect of first premolar extractions on third molar angulations. Angle Orthod. 2005; 75: 719-722.
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
18. Gohilot A, Pradhan T, Keluskar KM. Effects of first premolar extraction on maxillary and mandibular third molar angulation after orthodontic therapy. J Oral Bio and Craniofacial Research. 2012; 2: 97-104.
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
Gambar 1. Pengukuran angulasi gigi molar 3 rahang bawah dengan bidang referensi sumbu panjang gigi molar 2 berdasarkan metode Poosti (2012)11
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
Tabel 1. Perubahan angulasi gigi molar 3 relatif terhadap gigi molar 2 selama perawatan ortodonti cekat dengan ekstraksi gigi premolar 1 atau premolar 2* Minimun
Maksimum
Rerata (SD)
Angulasi T0 Kiri (o)
6,00
59,00
32,24 (15,04)
Angulasi T1 Kiri (o)
4,00
93,00
34,80 (23,00)
Angulasi T0 Kanan (o)
4,00
54,00
28,80 (12,83)
Angulasi T1 Kanan (o)
3,50
79,00
32,04 (17,14)
* Rerata angulasi gigi tidak berbeda bermakna antara sebelum dan sesudah perawatan ortodonti baik pada sisi kiri (p=0,648) maupun pada sisi kanan (p=0,301).
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
9.00
8.10
8.00 7.00 6.00 5.00
Perubahan Kiri
4.00 3.00
2.58 2.58
2.00
2.71
2.30
Perubahan Kanan
1.00
1.00 0.00 Anak-anak (10-14 tahun)
Remaja (15-17 tahun)
Dewasa (18-21 tahun)
Gambar 2. Grafik hubungan perubahan angulasi gigi molar 3 rahang bawah terhadap usia sampel penelitian
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013
Tabel 2. Perubahan angulasi gigi molar 3 rahang bawah pada sisi kanan dan sisi kiri Kelompok
Minimal
Maksimal
Rerata (SD)
Perubahan Angulasi Kiri (o)
-40,00
46,00
2,56 (20,68)
Perubahan Angulasi Kanan (o)
-16,00
50,50
3,24 (15,34)
Difference i mesioangular..., Dominikus Fernandy Hartono Prasetyo, FKG UI, 2013