SKRIPSI
MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSI ANAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN SOSIAL PADA KELOMPOK BI TK TUNAS MUTIARA KOTA KENDARI
ADNAN NIM : 21114111
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Anak Usia Dini
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2014
i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSI ANAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN SOSIAL PADA KELOMPOK B1 TK TUNAS MUTIARA KOTA KENDARI
Di ajukan Oleh :
ADNAN (NIM. 21114111) Telah disetujui oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. H. Muh. Natsir, M.Si
Hermanto S.Pd.,M.Pd
Mengetahui, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Kendari
Drs. H. Muh. Natsir, M.Si NIP. 19640828 199303 1 002
iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSI ANAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN SOSIAL PADA KELOMPOK B1 TK TUNAS MUTIARA KOTA KENDARI
Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Kendari Nomor : 248/TUG/II.0/G.b/2014
Susunan Tim Penguji
Tanda Tangan
Tanggal
1. Drs. H. Muh. Natsir, M.Si (Ketua) 2. Hermanto, S.Pd.,M.Pd (Sekretaris) 3. Dr.Rasjid.M.Si (Anggota) 4. Hadriani,S.Pd.,M.Pd (Anggota) 5. Badarudin, S.Pd.,M.Pd (Anggota)
Kendari, 24 November 2014 Mengetahui, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Kendari
Drs. H. Muh. Natsir, M.Si NIP. 19640828 199303 1 002
iv
ABSTRAK Adnan (21114111). Judul penelitian ”Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari. Dibimbing oleh Bapak Drs. Muh. Natsir M.Si., selaku pembimbing pertama dan Bapak Hermanto S.Pd.,M.Pd., selaku pembimbing kedua, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini (PGAUD) Universitas Muhammadiyah Kendari, 2014. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial dapat Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak pada kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosi anak melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari dengan prosedur penelitian terdiri atas perncanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Prosedur pelaksanaan sebanyak dua siklus. data yang diperoleh adalah data kuantitatif indikator kinerja dalam penelitian ini adalah tindakan dikatakan berhasil secara individu apabila anak memperoleh 75% dengan nilai cukup dan baik berdasarkan instrument aspek perkembangan perilaku yang diamati dan secara kalsikal apabila presentase ketuntasan mencapai 75%. Hasil penelitian menunjukakn terjadi pengembangan terhadap hasil belajar anak secara kalsikal pada siklus I yaitu 50% dan secara individu 10 anak dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian. Pada siklus II memperoleh keberhasilan belajar secara klasikal menjadi 80% dan untuk individu yang memenuhi target diperoleh 16 anak yang menjadi subyek penelitian. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa melalui bermain sosial dalam pembelajaran dapat mengembangkan kecerdasan emosi anak pada kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
skripsi
dengan
judul
“Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Atas perkenan Tuhan Yang Maha Esa penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Bapak Drs. Muh. Natsir M.Si., selaku pembimbing I dan Bapak Hermanto S.Pd.,M.Pd., selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan petunjuk, koreksi dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini selesai berkat bantuan, petunjuk, dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1.
Bapak Dr. Rifai Nur, M. Hum, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Kendari
2.
Bapak Drs. Muh. Natsir, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Kendari.
3.
Bapak Hermanto, S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan GuruPendidikan Anak Usia Dini Universitas Muhammadiyah Kendari
vi
4.
Para Dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Anak Usia Dini Universitas Muhammadiyah Kendari.
5.
Seluruh Staf pegawai Akademik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Kendari yang telah banyak membimbing dan membantu penulis selama kuliah.
6.
Ibu Eni Fartian,A.Ma. Selaku Kepala TK Tunas Mutiara Kota Kendari beserta rekan guru yang memberikan data dan informasi serta fasilitas selama kami melakukan penelitian.
7.
Kepada Orang Tua, Suami serta anakku yang tercinta yang telah memberikan dukungan moral dam materi sehingga skripsi dapat diselesaikan. Sebagai kata penutup perkenankan penulis menghaturkan terima kasih kepada
siapa saja yang telah membantu dan mempergunakan skripsi ini, untuk kemajuan ilmu pendidikan dan dapat bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara khususnya mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Kendari. Kendari,
2014 Penulis,
vii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: ADNAN
Nim
: 21114111
Fakultas/Jurusan
: FKIP / SI- PGPAUD
Universitas
: Muhammadiyah Kendari
Judul Skripsi
: Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Kelompok BI TK Tunas Mutiara Kota Kendari.
Menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar – benar merupakan hasil karya sendiri bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain. Apabila kemudian hari terbukti skripsi ini hasil ciplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari,
2014
Yang Membuat Surat Pernyataan
ADNAN
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL LOGO .................................................................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................
iii
ABSTRAK .........................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... vii DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
xi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
5
E. Definisi Operasional ........................................................................
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosi ..........................................................................
7
1. Pengertian Kreativitas Emosi .....................................................
7
2. Ciri – ciri Kecerdasan Emosi .....................................................
9
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ............. 11 4. Penerapan Kecerdasan Emosi .................................................... 13 B. Model Pembelajaran....................................................................... 14 C. Bermain Sosial ............................................................................... 20 1. Pengertian Bermain Sosial ......................................................... 20 2. Perkembangan Sosial Melalui Bermain Sosial .......................... 22 D. Hubungan Kecerdasan Emosi dan Bermain Sosial ........................ 24 1. Peran Pematangan ...................................................................... 24 ix
2. Peran Belajar ............................................................................. 25 E. Hipotesis Tindakan......................................................................... 25 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian ........................................................................... 26 B. Faktor yang Diteliti ........................................................................ 26 C. Data dan Teknik Pengumpulan Data.............................................. 27 D. Prosedur Penelitian......................................................................... 27 E. Teknik Analisis Data ...................................................................... 31 F. Indikator Keberhasilan ................................................................... 34 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .............................................................................. 35 1.Tindakan Siklus I ........................................................................ 35 2.Tindakan Siklus II ....................................................................... 42 B. Pembahasan ..................................................................................... 50 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 53 B. Saran ............................................................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 55 LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................. 57
x
DAFTAR TABEL
Tabel
Judul
Halaman
Tabel.1 Hasil Perhitungan Perolehan Nilai Pada Saat Evaluasi Siklus I Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari ................. 40 Tabel.2 Deskriptif Perhitungan Secara Klasikal Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari ...................................................... 41 Tabel.3 Hasil Perhitungan Perolehan Nilai Pada Saat Evaluasi Siklus II Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari ................. 48 Tabel.4 Deskriptif Perhitungan Secara Klasikal Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari ...................................................... 49
xi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak Didik Kelompok B TK Kemala Bhayangkari 29 Wakatobi ...................
58
Indikator Penilaian Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari.............................................
59
Lampiran 3.
Rencana Kegiatan Harian Siklus I Pertemuan I ...........................
60
Lampiran 4.
Rencana Kegiatan Harian Siklus I Pertemuan II ..........................
63
Lampiran 5.
Rencana Kegiatan Harian Siklus II Pertemuan I ..........................
66
Lampiran 6.
Rencana Kegiatan Harian Siklus II Pertemuan II .........................
69
Lampiran 7.
Lembar Observasi Kegiatan Guru dan Anak Siklus I ..................
72
Lampiran 8
Lembar Observasi Kegiatan Anak Guru dan Anak Siklus II ........
73
Lampiran 9.
Data Nilai Anak Didik Pada Siklus I Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara .............................
74
Lampiran 10. Data Perolehan Nilai Setiap Anak Dari Hasil Kegiatan Evaluasi Pada Siklus I.................................................................................
78
Lampiran 11. Data Nilai Anak Didik Pada Siklus II Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara .............................
80
Lampiran 12. Data Perolehan Nilai Setiap Anak Dari Hasil Kegiatan Evaluasi Pada Siklus II ...............................................................................
84
Lampiran 2.
xii
Riwayat Hidup Penulis Nama lengkap penulis Adnan lahir di Palingi pada tanggal 11 Juni 1973 merupakan anak ke tiga dari 4 bersaudara dari pasangan bapak almarhum Kulaba dan ibu Sunusia. Penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama islam. Kini penulis beralamat di lingkungan Langara Kelurahan Langara Laut Kecamatan Wawonii Kabupaten Wawonii Kepulauan, Propinsi Sulawesi Tenggara. Adapun riwayat pendidikan penulis, yaitu pada tahun 1985 lulus dari Sekolah Dasar Negeri Palingi. Kemudian melanjutkan di SMPN Langgara dan kemudian lulus tahun 1988. pada tahun 1992 lulus di SMEAN Kendari setelah itu lanjut kuliah D2 PGTK tahun 2003-2005 di Universitas Muhammadiyah Kendari, dan melanjutkan kluiah S1 PGPAUD (Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini) pada kampus yang sama yaitu Universitas Muhammadiyah Kendari pada semester akhir tahun 2014 penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota
Kendari.
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya semua orang tua menginginkan perkembangan anaknya berjalan normal seiring dengan pertumbuhan usianya. Dan anak seusia prasekolah sudah berusaha mengendalikan lingkungan dengan belajar menyesuaikan diri sosial, karena lingkungan sosial inilah yang memberikan fasilitas dan arena bermain pada anak untuk melaksanakan realisasi diri. Tanpa adanya proses sosialisasi sejak dini bisa dipastikan perkembangan anak pun tidak berjalan normal, karena tidak seorangpun yang bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Dengan kata lain anak itu merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya seperti ingin dicintai, diakui, serta dihargai. Dari keterangan di atas, begitu urgensinya lingkungan sosial dalam perkembangan anak, maka sangat dibutuhkan suatu lingkungan dimana anak bisa belajar bersosialisasi dengan teman seusianya dengan pengawasan orang dewasa. Salah satu solusinya adalah dengan memasukkan anak dilingkungan Taman Kanak-kanak (TK), karena dilingkungan tersebut dijadikan jembatan bergaul bagi anak untuk memperluas lingkungan sosialnya dan belajar untuk hidup dalam aturan-aturan (kedisiplinan). TK dipandang mempunyai konstribusi yang baik bagi perkembengan sosial anak, karena alasan sebagai berikut: Suasana TK sebagian masih seperti suasana keluarga. Tata tertibnya masih longgar, tidak terlalu mengikat kebebasan anak.
1
Anak berkesempatan untuk aktif bergerak, bermain dan riang gembira yang kesemuanya mempunyai nilai pedadogis. Anak dapat mengenal dan bergaul dengan teman sebaya yang beragam multi budaya, baik Etnis, Agama dan Budaya. Diantara aspek-aspek perkembangan pada diri anak adalah perkembangan fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian moral serta kesadaran beragama. Akan tetapi perkembangan emosi pada usia prasekolah sangatlah menonjol. Hal ini dikarenakan anak-anak sudah mulai menyadari akunya (dirinya) berbeda dengan bukan aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalamannya, bahwa tidak semua keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda lain. Dia menyadari bahwa keinginannya berhadapan dengan keinginan orang lain. Sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi keinginannya. Bersamaan dengan itu, berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya. Dan jenis emosi yang berkembang pada masa kanak-kanak adalah takut, cemas, marah, cemburu, kegembiraan, kasih sayang, phobi, dan rasa ingin tahu. Salah satu faktor keberhasilan belajar adalah perkembangan energi yang sehat, untuk itulah guru sangat berperan membimbing anak atau peserta didik dalam mengelola emosinya sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dari situlah suatu kondisi dimana anak tetap gembira diusianya dan mampu mengembangkan emosinya secara normal. Dalam kehidupan anak emosi memiliki sejumlah peranan, antara lain:
2
Emosi menambah kesenangan terhadap pengalaman sehari-hari, baik pengalaman yang menyenangkan maupun pengalaman yang tidak menyenangkan. Kesenangan terhadap pengalaman tersebut dirasakan dalam bentuk “After Effect” (efek yang dirasakan anak sesudah pengalaman itu terjadi). Emosi berperan sebagai bentuk komunikasi, dengan ekspresi dan reaksi-reaksi tubuh lainya. Seseorang menyampaikan perasaannya kepada orang lain. Emosi merupakan sumber penilaian sosial dan penilaian diri, seseorang dinilai berdasarkan emosi yang bekerja secara dominan dalam dirinya dan juga berdasarkan caranya mengungkapkan emosinya. Emosi mempunyai interaksi seseorang. Keterangan di atas menggambarkan begitu urgensinya membimbing kecerdasan emosi anak diusia dini dengan tidak mengindahkan dunia kesenangan anak-anak
yang diimplementasikan lewat pembelajaran. Maka lembaga
pendidikan, terutama TK diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kecerdasan emosi pada anak. Karena kedua faktor tersebut yaitu bermain dalam proses sosialisasi diduga bisa mengembangkan kecerdasan emosi anak dan keduanya saling berhubungan satu sama lain. Hal tersebut bisa kita lihat proses bermain merupakan wahana untuk bisa bersosialisasi dengan oran lain karena dalam melakukan kegiatan bermain anak akan mampu mengembangkan, menyalurkan keinginannya tanpa beban. Disaat bermain inilah emosi anak juga ikut bermain di dalamnya. Karena emosi anak akan tampak terlihat ketika ia bersosialisasi dengan teman sebayanya. Untuk menjadikan pembelajaran itu
3
menyenangkan dan mampu memotivasi anak untuk bisa mengendalikan emosinya. Dari pengamatan penelitian di TK Tunas Mutiara Khususnya di kelompok B1 bahwa pada proses pembelajaran belum memperhatikan kegiatan yang mencerminkan pengembangan emosi melalui model pembelajaran bermain sosial. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari orang tua saat memasukkan putra-putri mereka ketaman kanak-kanak hanya mengharapkan bahwa merupakan tuntutan ketika putra-putrinya tamat dari taman kanak-kanak sudah dapat membaca dan menulis. Bahkan dijadikan tolak ukur sebagian besar orang tua untuk menilai kualitas suatu taman kanak-kanak. Berdasarkan pengamatan penelitian selama dua bulan dapat diketahui bahwa pada Playgrop Duniaku masih banyak terdapat murid yang memiliki perilaku yang sulit dikendalikan dalam arti bertindak semau sendiri, suka mengganggu teman atau menyakiti teman lainnya, tidak mendengarkan nasihat guru, berbahasa kurang sopan, dari perilaku tersebut terlihat bahwa anak memiliki emosi yang kurang baik sehingga akan berdampak buruk bagi dirinya sendiri maupun orang lain karena emosi merupakan penilaian diri terhadap lingkungan sosialnya. Emosi yang kurang baik akan mempengaruhi pergaulan anak sehingga akan dijauhi oleh teman sebayanya. Perilaku buruk tersebut merupakan hasil dari belajar dan meniru melalui lingkungan pergaulannya (keluarga, teman bermain, tetangga dan media televisi). Apapun pendidikan yang diperoleh anak sejak dini akan melekat dan mempengaruhi pola pikir dan tindakan anak di masa yang akan datang sehingga
4
baik buruknya anak merupakan hasil dari pola asuh yang orang tua atau lingkungan yang berikan. Mengingat hal-hal tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial pada kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari”.
B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Apakah Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Dapat Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari ?”
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan kecerdasan emosi anak melalui model pembelajaran bermain sosial pada anak. D. Manfaat Penelitian Bagi Sekolah; hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada pihak sekolah, tentang metode yang efektif untuk menanamkan nilai sosial sebagai upaya untuk mengembangkan kecerdasan emosi anak. Bagi Fakultas; dapat digunakan sebagai bahan perbandingan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian, khususnya dalam kegiatan belajar di TK.
5
Bagi Orang Tua; dapat menjadi alternatif pembelajaran nilai sosial yang dilaksanakan di rumah oleh orang tua sebagai bentuk kerja sama dengan sekolah. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kemungkinan kesalahan penafsiran istilah, maka penulis memberikan defenisi operasional yang berkenaan dengan penelitian ini sebagai berikut: Kecerdasan emosi adalah kecakapan emosional yang meliputi kemampuan mengenali emosi diri sendiri dan orang lain, membedakan jenis emosi dan menggunakannya untuk mengarahkan pikiran dan perilakunya sendiri. Semakin cerdas kondisi emosional pada diri individu maka semakin dapat mengenali emosi diri, mengelola emosinya sendiri, memotivasi dirinya sendiri, berempati dan membina hubungan dengan orang lain. Model
pembelajaran
adalah
sebagai
cara
yang
digunakan
untuk
mengimplementasikan rencana yang disusun dalam bentuk kegiatan yang nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bermain sosial merupakan suatu proses bermain dimana individu anak akan melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan serta belajar bergaul dengan bertingkah laku yang sesuai dengan orang lain di dalam lingkungan sosial.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosi 1. Pengertian Kecerdasan Emosi Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Meyer dari Universitas Of new Hampslare (Shapiro, 1997:5), beberapa bentuk kualitas emosi yang dinilai penting bagi keberhasilan yaitu: Empati Mengungkapkan dan memahami perasaan Mengendalikan amarah Kemandirian Kemapuan menyesuaikan diri Disukai Kemapuan memecahkan masalah antar pribadi Ketekunan Kesetiakawanan Keramahan Sikap hormat Untuk memberikan pemahaman dasar tentang kecerdasan emosi, Daniel Golemen (2000) pengarang buku Emotional Intelligence menjelaskan beberapa konsep keliru yang paling lazim terjadi dan harus diteruskan.
7
Kecerdasan emosi tidak hanya berarti “bersikap ramah”. Pada saat-saat tertentu yang diperlukan mungkin bukan “sikap ramah” melainkan, mungkin sikap tegas yang barangkali tidak menyenangkan, tetapi mengungkapkan kebenaran yang selama ini dihindari. Kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada perasaan untuk berkuasa memanjakan perasaan-perasaan, melainkan mengelola perasaanperasaan sedemikian rupa sehingga terekspresikan secara tepat dan efektif, yang memungkinkan orang bekerjasama dengan lancar menuju sasaran bersama. Menurut Hurlock (2009) individu yang memiliki kecerdasan emosinya yaitu: 1. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial, individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial. 2. Pemahaman diri, belajar memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat. 3. Menggunakan kemampuan kritis mental, individu berusaha menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskannya bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut. Menurut pandangan Skinner (dalam www.minmalang satu net 2009) esensi kecerdasan emosi sebagian melibatkan kontrol emosi yang berarti
8
bahwa seseorang mampu memelihara perasaannya dapat meredam emosinya, meredam balas dendam dalam kegelisahannya, tidak mudah berpendirian. Menurut Feinberg (www.minmalang satu net 2009) ada beberapa karakteristik atau tanda mengenai kecerdasan emosi seseorang yaitu: kemampuan seseorang untuk dapat menerima dirinya sendiri, menghargai orang lain, menerima tanggung jawab, percaya pada diri sendiri, sabar dan mempunyai rasa humor. Salovey dan Meyer (dalam WWW.minmalang satu net 2009) mula-mula mendefenisikan kecerdasan emosi sebagian “himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan”. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan hasil dari proses belajar, dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial serta dapat menghargai orang lain. Dengan demikian berarti bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada anak melalui kegiatan pembelajaran harus menyentuh dimensi-dimensi emosional anak, bukan hanya dilihat dari perubahan kognitif belaka. 2. Ciri-ciri Kecerdasan Emosi Goleman (2000) menggambarkan beberapa ciri kecerdasan emosi yang terdapat pada diri seseorang berupa:
9
a. Kemampuan Memotivasi Diri Sendiri Kemampuan memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan internal pada diri seseorang berupa kekuatan menjadi suatu energi yang mendorong seseorang untuk mampu mencapai keberhasilan yang diharapkan. b. Ketahanan Menghadapi Frustasi Dalam melaksanakan proses panjang kehidupan, bahkan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seseorang tidak mungkin melepaskan diri dari masalah kemampuan yang harus dikembangkan pada setiap anak utamanya bukan memampuan untuk menghindari terjadinya masalah akan tetapi kemampuan melihat secara jernih setiap masalah yang dihadapi,untuk selanjutnya mampu memobilitasi kekuatan diri dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi tersebut. c. Kemampuan Mengendalikan Dorongan Hati dan Tidak Melebih-lebihkan Kesenangan Sejumlah pandangan memberikan saran untuk dapat mengendalikan emosi agar tidak berkembang kearah negatif antara lain pentingnya pengenalan diri melalui pemikiran yang jernih untuk menyadari perasaan diri sepenuhnya, tidak tenggelam dalam permasalahan serta tidak mudah pasrah. d. Kemampuan Menjaga Suasana Hati dan Menjaga Agar Beban Stres Tidak Melumpuhkan Kemampuan Berpikir, Berempati dan Berdoa. Kemampuan ini terkait dengan kemampuan mengetahui masalah, karena seseorang yang telah mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi akan lebih dewasa dalam menghadapi persoalan-persoalan yang lebih berat. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kecerdasan emosi adalah: kemampuan memotivasi diri sendiri. Ketahanan menghadapi frustasi, kemampuan mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, kemampuan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
10
Beberapa ahli psikolog menyebutkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi
kecerdasan
emosi
seseorang
(Astuti,
2005
dalam
www.minmalang satu net 2009) yaitu: a. Pola Asuh Orang Tua Keluarga merupakan lembaga yang pertama dan utama dalam kehidupan anak. Karena keluarga merupakan kelompok sosial pertama tempat anak berinteraksi. Dari pengalaman berinteraksi didalam keluarga ini akan menentukan pula pola perilaku anak terhadap orang lain dalam lingkungannya. Faktor lain dalam lingkugan anak yang akan ikut menguatkan dalam mengarahkan perilaku anak dalam lingkungan sekolah di bawah bimbingan guru. Menurut Goleman (2000) cara orang tua memperlakukan anakanaknya akan memberikan akibat yang mendalam dan permanen pada kehidupan anak, juga dikatakan bahwa pendidikan emosi dimulai pada saatsaat paling awal dalam rentang kehidupan manusia sejak masa bayi. b. Pengalaman Traumatik Kejadian-kejadian traumatik masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang, dampaknya jejak rasa takut dan sikap terlalu waspada yang ditimbulkan dapat berlangsung seumur hidup. c. Temperamen Temperamen dapat didefinisikan sebagai suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional kita. Temperamen merupakan bawaan sejak lahir dan merupakan bagian dari genetik yang mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia. d. Jenis Kelamin Perbedaan jenis kelamin memiliki pengaruh yang berkaitan adanya perbedaan hormonal antara laki-laki dan perempuan. e. Usia Perkembangan kecerdasan emosi yang dimiliki seseorang sejalan dengan perkembangan usia. Hal ini dikarenakan kecerdasan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologi seseorang. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi diantaranya adalah pola asuh orang tua, pengalaman traumatik, temperamen, jenis kelamin, usia.
4. Penerapan Kecerdasan Emosi
11
a. Mengembangkan Empati dan Kepedulian Anak-anak yang memiliki empati kuat cenderung tidak begitu agresif dan rela terlibat dalam kegiatan sosial, misalnya menolong orang lain dan bersedia berbagi. b. Mengerjakan Kejujuran dan Integritas Menurut Paul Ekman (dalam Wikipedia 2010) penulis buku Why Children Lie, ada bermacam-macam alasan mengapa anak tidak berkata jujur; sebagian besar dapat dimengerti, sebagian lain tidak, kebanyakan pengamat masalah anak-anak menilai bahwa walaupun berbohong pada batas-batas tertentu dapat dimaklumi dari segi perkembangan anak, namun hal ini dapat menjadi masalah bila berbohong menjadi kebiasaan, kebiasaan berbohong menumbuhkan benih ketidak percayaan, karena perbuatan ini menghianati kepercayaan orang lain. c. Mengerjakan Memecahkan Masalah Dalam sebuah buku yang berjudul Children Solving Problem keterangan Stepahanie Thomton (Shapiro, 1997: 141) menyatakan bahwa anak-anak jauh lebih ahli memecahkan masalah jauh dari yang diduga oleh kebanyakan orang. Ia menyimpulkan bahwa pemecahan masalah yang berhasil tidak begitu tergantung kepada kecerdasan sianak, akan tetapi lebih pengalaman meraka. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan kecerdasan emosi adalah mengembangkan empati dan kepedulian, mengerjakan kejujuran dan integritas, mengerjakan memecahkan masalah. B. Model Pembelajaran Sebuah model merupakan gambaran mental yang membantu kita untuk menjelaskan sesuatu yang lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau tidak dialami secara langsung (Doviy Demmin dan Gobel, 1990). Model dapat berupa skema, bagan, gambar, dan tabel. Model menjelaskan keterkaitan berbagai komponen dalam suatu pola pemikiran yang disajikan secara utuh. Model dapat membantu kita melihat kejelasan keterkaitan secara lebih cepat, utuh, konsisten, dan menyeluruh. Hal ini disebabkan suatu model disusun dalam upaya mengkonkretkan keterkaitan hal-hal abstrak dalam suatu skema, bagan,
12
gambar, atau tabel. Dengan mencermati model, kita dapat membaca uraian tentang banyak hal dalam sebuah pola yang mencerminkan alur dan pola tindakan. Menurut Ryder (2003), model seperti mitos dan metahpor, dapat membantu kita memahami sesuatu. Apakah model itu diturunkan oleh seseorang atau merupakan hasil penelitian, setiap model menawarkan pemahaman tertentu secara lebih mudah. Model pembelajaran menawarkan struktur dan pemahaman tentang desain pembelajaran. Membuat para pengembang pembelajaran memahami masalah, merinci masalah kedalam unit-unit yang lebih mudah diatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran. Nilai sebuah model pembelajaran ditentukan dalam konteks yang diguanakan. Model mengandung maksud tertentu bagi pengguna, menawarkan penyelesaian dari beban pembelajaran dan menyajikan fokus dan arahan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Supriyono (2003: 60) mengatakan bahwa: “Model pembelajaran adalah sebuah rencana atau pola yang mengorganisasi pembelajaran dalam kelas dan menunjukkan cara penggunaan materi pembelajaran (buku, vidio, komputer, bahan-bahan praktikum). Tobing (1981: 2) mengatakan bahwa model mengajar dapat didefinisikan sebagai suatu pola mengajaryang menerapkan proses menyebutkan dan menghasilkan situasi lingkungan-lingkungan tertentu yang menyebabkan para anak berinteraksi dengan cara terjadinya perubahan khusus pada tingkah laku mereka. Dengan kata lain, penciptaan suatu situasi lingkungan yang mengakibatkan terjadinya proses belajar.
13
Dengan demikian, model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pola pembelajaran untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyebabkan anak dapat berinteraksi baik sesama rekannya maupun dengan guru., sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada anak, selanjutnya secara garis besar model pembelajaran
memegang
peranan
dalam
beberapa
hal
membimbing,
mengembangkan kurikulum, penentuan material pembelajaran, dan peningkatan dalam efektifitas mengajar. Selanjutnya, Tobing (dalam Yulianti, 2007: 9) memberikan rincian tentang ciri-ciri model pembelajaran yang baik yaitu:
Memiliki prosedur Suatu model pembelajaran harus memiliki prosedur yang sistematis untuk merubah tingkah laku para anak. Memiliki perincian dari hasil belajar Semua model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil pembelajaran yang mendetail mengenai penampilan anak. Menyebutkan lingkungan belajar Setiap model pembelajaran menyebutkan secara pasti kondisi lingkungan dimana respon dari pada anak diobservasi. Kriteria penampilan Suatu model pembelajaran menunjukkan kriteria penampilan yang diharapkan dari pada anak. Model pembelajaran merencanakan tingkah laku yang sudah diharapkan dari anak yang didemonstrasikan setelah langkahlangkah pembelajaran tertentu. Cara-cara pelaksanaannya Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi-reaksi anak dan interaksinya dengan lingkungan. Langkah - langkah Model Pembelajaran yang digunakan di TK yakni : a. Model Pembelajaran Pestalozi; menitik beratkan pada AVM (auditory, visual,
memory),
yakni
mengembangkan
14
kemampuan
penglihatan,
pendengaran, dan daya ingat yang semua ini dapat dikemas melalui pengembangan bahasa atau suatu bentuk dan konsep bilangan (berhitung permulaan) pads anak usia dini. b. Model Pembelajaran Frobel; menitik beratkan pada kreaktifitas anak (anak menunjukkan aktifitas yang muncul atas, dorongan dari dalam dirinya sendiri) dan Frobel menciptakan alat permainan yang disebut Spiel Foreman (spiel artinya permainan, foreman artinya membentuk bangunan); maksudnya adalah permainan membentuk seperti dari plastisin, mozaik, tanah liat, stick es krim, kertas - kertas bekas/kertas origami, balok - balok dan sebagainya. Pembelajaran Frobel dilaksanakan dalam suasana damai, gembira dan merdeka. c. Model pembelajaran Jean Lighard; menitikberatkan pada "Pengajaran barang sesungguhnya" dengan langkah – langkah : 1. Menentukan sesuatu yang menjadi pusat minat anak. 2. Melakukan perjalanan sekolah. 3. Menceritakan hasil pengamatan. 4. Menceritakan lingkungan yang diamati. 5. Kegiatan ekspresi.
d. Model pembelajaran Montessori; menitikberatkan pada "pendidikan pedosentris" (pusat aktivitas pendidikan terletak pada anak didik itu sendiri). Montessori beranggapan bahwa semua bentuk pendidikan pada dasarnya adalah pendidikan diri sendiri. Dalam mengembangkan kemampuan pengembangan fungsi panca indera harus mendapatkan kesempatan belajar.
15
e. Model pembelajaran Helen Prakhust; menitik beratkan pada "Pembelajaran Sentra"(setiap ruangan sentra terdiri dari satu rumpun pengembangan), yang masing - masing anak dapat memilih sentra yang sesuai dengan keinginan anak masing - masing. Pembelajaran sentra memungkinkan anak dapat bebas bergerak sesuai dengan keinginan anak. f. Model pembelajaran John Dewey; menitik beratkan pada "Learning by Doing" (belajar sambil bekerja), yaitu : 1. Pengajaran harus menghubungkan isi kurikulum dengan lingkungan
hidup anak. 2. Konsep dan cara mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung
permulaan dengan bahan yang menarik dan sesuai dengan lingkungan hidup anak - anak. 3. Konsep dan cara membangkitkan perhatian anak.
g. Model pembelajaran W.N. Kilpatrick : menitik beratkan pada "Pengajaran Proyek" (memungkinkan anak mengolah sendiri untuk menguasai bahan pelajaran yang dilakukan guru dengan jalan menjadikan suatu bahan pengajaran melalui pengajaran proyek parsial, dan proyek occasional; dengan langkah – langkah : 1.
Persiapan tema dan pokok masalah yang akan dilaksanakan dengan menggunakan pengajaran proyek.
2.
Pendahuluan dengan melakukan percakapan bersama anak - anak secara klasikal tentang terra atau pokok masalah.
3.
Perjalanan sekolah atau survei ke tempat yang sudah ditentukan
16
perjalanan dilakukan ketempat yang terdekat saja. 4.
Pengolahan masalah dilakukan anak - anak dengan melaporkan apa yang telah ditemukan ketika melakukan survei.
5.
Pameran dirancang oleh anak sendiri untuk memasang hasil karya yang telah dikerjakan bersama.
h. Model pembelajaran Ovide Decroly : menitik beratkan pada "pengajaran simbolis" yakni pengajaran yang harus totalitas sate kesatuan terpadu antara bahan pembelajaran, satu dengan yang lainnya. Bahan pengajaran harus dikembangkan dengan berdasarkan persekutuan hidup bukan didasarkan atas hubungan logis ilmiah. Langkahnya : Observasi (pengamatan), asosiasi (pengolahan) dan ekspresi (pengungkapan). i. Model pembelajaran Ggotsky; menitik beratkan pada "alas berpikir mental " melalui bentuk - bentuk kegiatan block building atau menyusun pola, aromatic play atau permainan dramatik, story Teilling atau menyampaikan cerita dan Journal Writing atau penulisanjumal. j. Model pembelajaran Jean Piaget, menitik beratkan kognitif', dimana anak usia TK sedang memasuki masa pra operasional, yaitu anak melakukan simbolisasi terhadap obyek yang tidak ada atau obyek yang tidak diketahuinya ketika terjadi pemindahan obyek. Anak pada usia ini terpusat pada diri sendiri (egosentris). Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran pada prinsipnya didasari pemikiran tentang keragaman siswa, baik dilihat dari perbedaan kemampuan, modalitas belajar, motivasi, minat dan
17
beberapa dimensi psikologis lainya. Sehingga dasar pemikiran tersebut, keragaman model pembelajaran juga dikembangkan untuk menyesuaikan karakteristik mata pelajaran atau materi pembelajaran tertentu yang tidak memungkinkan guru hanya terpaku pada model pembelajaran tertentu. Pemillihan dan penentuan salah satu dasar atau beberapa model pemebelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan terjadinya peran aktif siswa dalam mengeksplorasi hal-hal yang terkait dengan apa yang sedang dipelajari. C. Bermain Sosial Pengertian Bermain Sosial Solehuddin (1996) menyatakan bahwa: ”pada intinya, bermain dapat dipandang sebagai suatu kegiatan yang bersifat voluntir, spontan, terfokus pada proses, memberi ganjaran secara instrinsik, menyenangkan dan fleksibel”. Menurut Hans Daeng (dalam Andang Ismail, 2009: 17) bermain adalah bagian mutlak dari kehidupan anak dan bermain merupakan bagian integral dari proses pembentukan kepribadian anak. Selanjutnya Andang Ismail (2009: 29) menuturkan bahwa bermain ada dua pengertian: a. Bermain adalah sebuah aktivitas yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah. b. Bermain diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan namun ditandai pencarian menang kalah. Menurut Kimpraswill (dalam As’Adi Muhammad 2009: 76) mengatakan bahwa bermain adalah usaha olah diri (olah fikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih baik. Krech et.al (1962:104-106) mengungkapkan bahwa bermain sosial dapat dilihat dari kecenderungan-kecenderungan ciri-ciri respon interpersonalnya, yang terdiri dari: a. Kecenderungan peranan, yaitu kecenderungan yang mengacu pada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang individu.
18
b. Kecenderungan sosiometrik, yaitu kecenderungan yang bertautan dengan kesukaan, kepercaan terhadap individu lain. c. Ekspresi yaitu kecenderungan yang bertautan dengan ekspresi diri dengan menampilkan kebiasaan-kebiasaan khas. Dengan demikian bermain sosial individu dapat dilihat dari kecenderungan peranan dapat dikatakan memadai, manakala menunjukkan ciriciri respons interpersonal sebagai berikut: a. Yakin akan kemampuannya dalam bergaul secara sosial b. Memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya c. Mampu memimpin teman-teman dalam kelompok d. Tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bergaul Sebaliknya, perilaku sosial individu dikatakan kurang atau tidak memadai manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal sebagai berikut: a. Kurang mampu bergaul secara sosial b. Mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang c. Pasif dalam mengelola kelompok d. Tergantung kepada orang lain bila akan melakukan sesuatu tindakan Menurut Hurlock (2009), proses sosialisasi ini terpisah, tetapi saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain: a. Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima di masyarakat b. Belajar memainkan peran sosial yang ada dimasyarakat c. Mengembangkan sikap/tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada dimasyarakat. Berdasarkan ketiga tahap proses sosial ini individu dibagi menjadi dua kelompok yaitu individu sosial dan individu non sosial.
19
Perkembangan Sosial Melalui Bermain Sosial Aktivitas bermain bagi seorang anak memiliki peranan yang cukup besar dalam mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai dapat berteman dan anak akan menyiapkan mainan dalam menghadapi permainan sosialnya. Sikap yang perlu dikembangkan melalui bermain antara lain: a. Sikap sosial, dimana cara bermain mendorong anak untuk mengingatkan pola berpikir egosentrinya. b. Belajar berkomunikasi, agar anak dapat bermain dengan bersama-sama orang lain, anak harus bisa mengerti sifat dan pergaulan teman-temannya. c. Belajar mengorganisasi, pada waktu anak bermain bersama orang lain. Anak juga berkesempatan belajar “berorganisasi” d. Menghargai, harmoni dan kompromi. Perkembangan tingkat bermain akan terus berkembang sesuai dengan perkembangannya keterampilan sosial yang dimiliki anak. Berikut ini keterampilan sosial yang perlu dipelajari anak di Taman Kanak-kanak (Gardon dan Browne, 347-349) yaitu: a. Membina hubungan dengan orang dewasa diantaranya: anak diberi kesempatan untuk bersama anak lain untuk belajar, orang dewasa dapat membantu saat anak membutuhkan dan mengalami kesulitan dalam mempelajari tata cara hidup bermasyarakat. b. Membina hubungan dengan anak lain diantaranya: pendekatan dengan anak lain yang dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan berkaitan dengan keterampilan bergaul, anak belajar cara yang dapat dilaksanakan dalam berbagai bahan perlengkapan dengan anak lain atau saling mengemukakan gagasan, anak belajar mempertahankan diri. c. Membina hubungan dalam kelompok diantaranya: anak belajar untuk dapat berperan serta, dan meningkatkan hubungan kelompok, anak belajar untuk
20
mengikuti jadwal dan pola kegiatan sehari-hari, mengadaptasi hal-hal rutin di sekolah, anak belajar menghargai hak, perasaan dan harta milik orang, serta belajar untuk bersabar. d. Membina diri sebagai individu diantaranya: anak belajar untuk bertanggung jawab untuk membantu dirinya sendiri, anak belajar bekerja berdekatan dengan anak lain tanpa mengganggu, anak belajar mengenali keterbatasan kondisi anak lain sehingga akan dapat memahami bantuan apa yang bisa diberikan kepada anak tersebut.
D. Hubungan Kecerdasan Emosi dan Bermain Sosial Bermain sosial adalah suatu proses sosialisasi dengan orang lain yasng dilakukan dalam bentuk permainan dimana dalam melakukan kegiatan bermain anak akan mampu mengembangkan, menyalurkan keinginannya tanpa beban. Disaat bermain inilah emosi anak juga ikut bermain didalamnya dan akan tampak melalui ekspresi wajah dan bahasa tubuh seperti : takut, marah, gembira, kasih sayang, dan rasa ingin tahu. Semakin sering anak bermain sosial maka akan semakin diasa dan cerdas emosi anak. Hal ini dikarenakan anak-anak sudah mulai menyadari dirinya berbeda dengan orang lain. Kesadaran ini diperoleh dari pengalamannya, bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi orang lain atau benda lain. Anak semakin menyadari bahwa keinginannya berhadapan dengan keinginan orang lain, sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi keinginannya. Bermain sosial akan membantu proses kecerdasan emosi anak sesuai dengan tingkat perkembangan usia dan pengalamannya. Anak akan belajar bertingkah laku yang sesuai dengan tuntutan dan harapan sosial agar mereka dapat diterima dalam lingkungan pergaulannya. Sejumlah studi tentang emosi anak menyimpulkan bahwa perkembangan emosi anak akan menjadi lebih cerdas bergantung sekaligus pada faktor pematangan dan faktor belajar dan tidak semata-mata bergantung pada salah satunya. 1. Peran Pematangan Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama dan memutuskan ketegasan emosi pada satu obyek.
21
2. Peran Belajar Pematangan dan belajar kedua-duanya mempengaruhi perkembangan emosi, tetapi faktor belajar lebih penting karena belajar merupakan hal yang lebih dapat dikendalikan berbagai jenis kegiatan belajar atau metode belajar turut menunjang pola perkembangan emosi pada masa kanak-kanak menjadi lebih cerdas. Salah satu diantaranya adalah model belajar melalui bermain sosial yang disajikan disekolah berperan penting dalam membentuk kecerdasan emosi anak. Dari uraian jelas terlihat bahwa bermain sosial yang dipelajari anak sangat erat hubungannya dengan kecerdasan emosi anak. E. Hipotesis Tindakan Hipotesis
tindakan
dalam
penelitian
ini
adalah
melalui
model
pembelajaran bermain sosial dapat mengembangkan kecerdasan emosi anak pada Kelompok B5 RA Al Hidayah Kota Kendari.
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semeter II bulan April – Juni 2014 di TK Tunas Mutiara Kota Kendari pada Anak Kelompok B1. 2. Subjek Penelitian Yang menjadi subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh Anak kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 8 orang putra dan 12 orang putri dalam pelaksanaan penelitian ini berkolaborasi dengan salah seorang guru pada Tunas Mutiara tersebut. B. Faktor Yang Diteliti Sesuai dengan permasalahan pada penelitian ini maka faktor yang akan diteliti: a. Faktor anak didik: mengamati aktivitas anak dalam merespon pembelajaran melalui bermain sosial. Respon anak tersebut ditunjukkan dengan perilaku dengan secara langsung dapat diamati yang mengacu pada indikator yang telah ditentukan. b. Faktor guru: mengamati upaya yang dilakukannya dalam mengembangkan kecerdasan emosi melalui bermain sosial bisik berantai dan bola gotong anak didik. c. Faktor sumber belajar; dinilai berdasarkan kegiatan bermain sosial bisik berantai dan bola gotong. C. Data dan Teknik Pengumulan Data
23
C. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas yang dalam istilah aslinya disebut Classroom Action Researc. Penelitian tindakan kelas berkembang dengan pesat hal ini sebabkan bahwa jenis penelitian ini mampu meningkatkan kompetensi profesional guru dalam proses pembelajaran di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Seorang ahli Mc, NIFF (dalam Muhammad Asrori: 2008: 4) dengan tegas mengatakan penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai sebagaimana yang telah ditentukan pada faktor yang diselidiki. Secara umum alur PTK digambarkan sebagai berikut: PERMASALAHAN
PERENCANAAN TINDAKAN I
PELAKSANAAN TINDAKAN I
REFLEKSI I
OBSERVASI I
PERENCANAAN TINDAKAN II
PELAKSANAAN TINDAKAN II
SIKLUS I PERMASALAHAN BARU HASIL REFLEKSI S I K L U S II REFLEKSI II OBSERVASI II PENYIMPULAN DAN PEMAKSIMALAN HASIL Alur PTK Muhammad Asrori (2007: 103)
Dari bagan tersebut terlihat bahwa prosedur penelitian tindakan kelas berlangsung dari siklus I ke siklus II. Pada penelitian ini penulis juga melakukan kegiatan penelitian mengikuti alur prosedur tersebut di atas secara garis besar
24
tahapan-tahapan prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: sebelum pelaksanaan kegiatan penelitian merumuskan masalah selanjutnya.1. Mengadakan perencanaan tindakan, 2. Pelasanaan tindakan (dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar mengajar bermain sosial bisik berantai dan bola gotong), 3. Mengadakan observasi/pengamatan baik aktivitas guru maupun murid dan pelaksanaan penilaian (evaluasi), 4. Refleksi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan prosedur tersebut secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut: Perencanaan tindakan I Dalam proses perencanaan hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah: Membuat skenario pembelajaran berupa satuan kegiatan harian (SKH). Tema SKH yang dipilih mengenai
yang berhubungan dengan kegiatan
pembelajaran dengan bermain sosial bisik berantai. c. Membuat lembar observasi aktivitas guru dalam proses belajar mengajar sebagai acuan untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. d. Membuat lembar observasi terhadap aktivitas anak didik selama proses belajar melalui bermain sosial. e. Desain instrumen evaluasi untuk melihat perkembangan perilaku pada setiap akhir pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan I Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah guru/peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas dimana dalam proses pembelajaran lebih banyak menekankan pada aktivitas sosial bermain bisik berantai yang mengacu pada SKH yang telah disiapkan. Observasi dan Evaluasi a. Kegiatan observasi dilakukan setiap kali pertemuan selama pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan yang seksama tentang aktivitas anak selama mengikuti proses belajar
25
mengajar. Observasi/pengamatan juga dilakukan terhadap peneliti untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan proses belajar mengajar bermain sosial bisik berantai. Pada pelaksanaan observasi peneliti berkolaborasi dengaa salah seorang guru RA Al Hidayah Kota Kendari. b. Evaluasi dilaksanakan pada akhir tindakan. Alat evaluasi yang digunakan berupa kolom-kolom yang berisi beberapa perilaku perkembangan yang diamati dengan memberi tanda sesuai dengan perubahan perilaku peserta didik. Refleksi Hasil-hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat kekurangan dan kelemahan yang terjadi selama pelakanaan tindakan pada siklus I dan apakah telah memenuhi target sesuai kriteria indikator kinerja. Setelah diketahui hal-hal tersebut di atas, maka dapat diambil keputusan apakah tindakan tersebut terselesaikan atau masih dipandang perlu untuk perbaikan-perbaikan. Apabila muncul permasalahan baru/adanya kekurangankekurangan, maka akan diperbaiki pada pelaksanaan siklus berikutnya. D. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini nantinya, akan menggunakan teknik analisis pengolahan data dan observasi dengan pemberian nilai berdasarkan penilaian acuan (PAP) untuk dapat mengetahui hasil dari penelitian ini. Menurut slameto (1999: 1880), dalam melakukan penilaian dengan acuan patokan, sebelum kegiatan itu dilaksanakan maka harus ditetapkan dulu standar nilai yang akan digunakan sebagai patokan pembanding terhadap hasil pengukuran. ini analisis data untuk memberikan penilaian terhadap peserta didik. Penelitian tetap berpedoman pada bentuk penilaian yang selama ini digunakan di TK yaitu penilaian secara kualitatif. Nilai diberikan pada bentuk simbol yaitu (****) = Berkembang Sangat Baik, jika anak dalam pencapaian indikator yang ditetapkan tanpa bimbingan guru, (***) = Berkembang Sesuai harapan, jika anak dalam pencapaian indikator yang ditetapkan masih perlu bimbingan guru dan baik, (**) = Mulai Berkembang, jika dalam pencapaian indikator yang ditetapkan masih perlu bimbingan guru dan latihan, (*) = Belum Berkembang, jika dalam pencapaian indikator yang ditetapkan masih perlu bimbingan guru . Dari data tersebut, selanjutnya dilakukan penjumlahan nilai kategori secara individu atau setiap anak untuk melihat ketuntasan secara individu diprosentasekan dengan cara menghitung jumlah nilai baik dan cukup pada setiap
26
indikator dibagi dengan banyaknya indikator yang diamati kemudian dikali 100%. Selanjutnya untuk memperoleh ketuntasan secara klasikal yaitu dengan cara menjumlah individu atau anak yang dinyatakan tuntas sesuai kriteria yang ditetapkan dibagi jumlah seluruh anak kemudian dikali 100%. Prosentase ketuntasan individu dapat dirumuskan sebagai berikut: Nilai Prosentase % = Jumlah Nilai "B" dan "C" yang diperoleh anak x 100 % Jumlah nilai ideal (jumlah seluruh aspek ) Ketuntasan Anak Dan untuk menghitung ketuntasan klasikal dirumuskan sebagai berikut: Nilai Prosentasi % Ketuntasan Anak
=
Jumlah anak yang memperoleh nilai 75% Jumlah seluruh anak (Sampel )
x 100 %
E. Indikator Keberhasilan Untuk mengetahui keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini, dilakukan evaluasi yang mengacu pada bidang pengembangan pembiasaan pada aspek sosial emosional. Evaluasi dilakukan dengan mengisi lembar evaluasi yang telah disiapkan sebelumnya dan mengamati secara langsung perilaku dan perkembangan anak dengan mengacu pada sepuluh indikator aspek perkembangan yang telah ditetapkan. Tindakan dikategorikan tuntas secara perorangan apabila nilai baik dan cukup setiap indikator minimal 75% dari seluruh indikator pembelajaran dan secara klasikal apabila minimal 75% anak telah tuntas (nilai kategori baik dan nilai kategori cukup).
27
28
BAB IV PENELITIAN Hasil Penelitian 1. Tindakan Siklus 1 a. Perencanaan Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu mengadakan konsultasi dan meminta izin kepada Kepala TK Tunas Mutiara Kota Kendari untuk mengadakan observasi/pengamatan langsung di kelas dengan tujuan melihat kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di kelas. Hal ini peneliti anggap penting sebagai bahan masukan dalam rancangan kegiatan penelitian kedepan. Setelah ditetapkan untuk menerapkan proses pembelajaran melalui bermain sosial kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan segala sesuatunya yang kiranya akan diperlukan dalam pelaksanaan tindakan. Setelah
29
berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan Kepala TK Tunas Mutiara Kota Kendari, maka peneliti menyiapkan sebagai berikut: Membuat skenario pembelajaran berupa Satuan Kegiatan Harian (SKH) dengan tema Alat Komunikasi. Membuat lembar observasi aktivitas guru atau peneliti selama melaksanakan kegiatan bermain sosial bisik berantai. Membuat lembar observasi terhadap aktivitas murid selama mengikuti kegiatan pembelajaran bermain sosial bisik berantai. Merancang instrumen evaluasi atau indikator berupa tabel dengan perilaku dan perkembangan yang diamati adalah: a) Selalu mengucapkan terima kasih jika memperole sesuatu b) Berbicara dengan suara yang ramah dan teratur c) Menyebutkan mana yang benar dan yang salah pada suatu persoalan d) Mendengarkan dan memperhatikan teman bicara e) Berbahasa sopan dan bermuka manis f) Senang bermain dengan teman (tidak bermain sendiri) g) Dapat melaksanakan tugas kelompok h) Dapat memuji teman dan orang lain i) Berani bertanya secara sederhana j) Mampu mengambil keputusan secara sederhana k) Senang menolong l) Mau memohon dan meminta maaf m) Mengajak teman untuk bermain atau belajar
30
Membuat jurnal untuk refleksi diri b. Pelaksanaan tindakan 1) Pertemuan 1 Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru (peneliti). Tindakan pembelajaran siklus 1 pada pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014 dengan tema Alat Komunikasi. Pembelajaran dimulai dengan memaparkan teknik bermain sosial bermain bisik berantai, tujuan pembelajaran yang hendak dicapai melalui kegiatan bermain sosial yaitu kegiatan ini dilaksanakan dengan menjelaskan secara langsung kegiatan apa yang terdapat dalam bermain bisik berantai dan menugaskan kepada anak membentuk kelompok sesuai dengan aturan dalam permainan. Dalam menjelaskan intonasi guru harus jelas, guru mampu menguasi materi yang akan disajikan, jadi anak semakin memahami mengenai maksud dan tujuan dalam permainan. Selanjutnya anak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri, bertanya pada hal yang tidak dipahami serta dapat memahami permainan yang dibawakan. 2) Pertemuan 2 Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 14 Mei 2014 dengan tema Alat Komunikasi. Kegiatan pada pertemuan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan yang lalu, dengan permainan yang sama. Pada pertemuan ini guru mengajak anak didik agar lebih fokus mendengarkan dan melaksanakan aturan permainan yang dibawakan oleh guru. Dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian, peneliti berkolaborasi dengan salah satu guru TK Tunas Mutiara. c. Observasi Observasi dilakukan untuk melihat pelaksanaan pembelajaran melalui bermain sosial sesuai dengan SKH yang telah dibuat. Observasi dilakukan oleh guru TK yang bertindak sebagai kolaborator terhadap aktivitas guru sesuai indikator yang diamati. Demikian pula untuk aktivitas murid selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil observasi pada siklus I terhadap aktivitas guru selama proses belajar mengajar menunjukan beberapa skenario pembelajaran belum terlaksana dengan baik ditujukan hal-hal sebagai berikut: 1) Guru tidak menjelaskan makan dan tujuan dalam permainan yang dilaksanakan pada hari ini.
31
2) Guru tidak menjelaskan kegaiatn denagan baik kepada anak sehingga anak tidak mengerti. 3) Guru belum mencotohkan permain dan menjelaskan aturan permainan bisik berantai pada anak dengan baik. 4) Guru belum memotivasi anak dengan baik pada saat bermain sosial bisik berantai agar dapat bersosial dan mandiri. 5) Guru belum mengarjakan anak agar tidak mudah putus asa dan mampu menghadapi persoalan-persoalan atau tugas-tugas yang diberikan. Karena anak yang mampu menghadapi masalah akan mendorong anak untuk memiliki daya tahan yang lebih tinggi sehingga diharapkan anak dapat mengendalikan emosinya. 6) Guru tidak menjelaskan pentingnya sikap rela menolong orang lain tetapi hanya memberikan pilihan kepada anak tindakan apa yang harus dilakukan seperti dalam permainan. 7) Guru tidak menjelaskan kepada anak bahwa melalui ekspresi wajah seseorang kita bisa menilai orang tersebut ketika sedang marah, senang, takut atau kesakitan. Sedangkan hasil observasi terhadap aktivitas murid masih rendah. Komponen-komponen aktivitas anak yang belum terlaksana dengan baik ditunjukkan hal-hal berikut: 1) Anak belum mendengarkan penjelasan guru dengan baik karena sebagian anak masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing. 2) Anak belum berani bertanya, baru 5 anak yang bertanya. 3) Anak belum membentuk kelompok dengan baik karena masih ada memilih teman dalam kelompoknya.
32
4) Anak belum berani mengambil keputusan atau mengemukakan pendapat karena anak terlihat masih ragu-ragu atau malu-malu. 5) Anak belum mengucapkan terima kasih jika mendapatkan bantuan karena anak masih tampak canggung, tidak terbiasa mengucapkan terima kasih. 6) Anak senang menolong, mereka meminjamkan peralatan dan saling membantu. 7) Anak dapat memuji teman dengan memberikan tepuk tangan. 8) Sebagian
anak
dapat
membedakan
ekspresi
wajah
dan
mempraktekannya.
d. Evaluasi Setelah pelaksanaan siklus I, untuk melihat sejauh mana keberhasilan tindakan pada siklus I, selanjutnya diadakan evaluasi pada pertemuan berikutnya. Evaluasi dilaksanakan dengan mengamati secara langsung perilaku dan perkembangan anak sebagaimana dalam lembar evaluasi yang telah disiapkan dengan 10 indikator yang ditetapkan. Hasil evaluasi terhadap murid ditunjukkan berdasarkan hasil indikator pengamatan dan kegiatan pembelajaran ini, maka nilai yang diperoleh anak didik padpa kelompok B1 di TK Tunas Mutiara Kota Kendari. Untuk tindakan siklus I dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel. 1 Hasil Perhitungan Perolehan Nilai Pada Saat Evaluasi Siklus I Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari. No Nama Anak
BSB
BSH
MB
33
Nilai Akhir BB Hasil Konversi Nilai
Ket.
1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20
2
7 8 3,70 BSB √ 2,40 MB AURA √ 3,20 BSH A. CAHAYA √ 2.10 MB A. HUMAIROH √ 3,20 BSH AWALIYAH √ 3,30 BSH ASKA √ 3,60 BSB AFDAL √ 2,20 MB AGUNG √ 3,60 BSB ASRIADI √ 2,20 MB DIFKI √ 3,00 BSH FADLI √ 2,40 MB IMELDA √ 3,00 BSH IKHLAS √ 2,10 MB IRWANSYAH √ 2,40 MB NABILA √ 2,10 MB NABIL √ 3,00 BSH RASYA √ 2,30 MB RISDA √ 3,60 BSB SALSA √ 2,40 MB 4 + 6=10 Jumlah 4 6 10 0 50% 20% 30% 0% 50% Nilai klasikal Dari data hasil evaluasi yang ditampilkan pada tabel I maka dilakukan analisi ANNIDA ANNISA
3
4
5
6
√
keberhasilan tindakan secara klasikal untuk siklus I dan diperoleh hasil seperti pada tabel 1. Tabel.2 Deskriptif Perhitungan Secara Klasikal Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari. Uraian
Frekuensi
Persentase
( Jumlah Anak) Banyaknya anak didik yang akan masuk dalam kategori Berkembang Sangat baik (BSB) Banyaknya anak didik yang akan masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Banyaknya anak didik yang akan masuk dalam kategori Mulai Berkembang (MB)
34
4
20%
6
30%
10
50%
Banyaknya anak didik yang akan masuk dalam kategori Belum Berkembang (BB) Jumlah seluruh anak didik dalam kelompok B (Subyek dalam Penelitian)
0
0%
20
100 %
10
50%
Persentase keberhasilan secara klasikal (%) yakni banyaknya anak didik yang dianggap berhasil atau yang memperoleh nilai BSH dan BSH Sumber : Hasil Analisis Data PTK Berdasarkan pada data pada tabel tersebut dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut: 1) Sebanyak 10 murid yang belum mencapai ketuntasan yang diharapkan yaitu ≥ 75%. 2) Prosentase ketuntasan secara klasikal adalah 50%. e. Refleksi Dari hasil observasi dan evaluasi yang telah dilakukan, maka pelaksanaan siklus 1 belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, yaitu ketuntasan individu minimal ≥ 75% dari indikator yang diamati dan secara klasikan minimal ≥ 75% anak telah tuntas secara individu. Selanjutnya peneliti bersama guru secara kolaboratif menilai dan mendiskusikan kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan tindakan 1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari guru adalah mengatur persiapan belajar agar lebih maksimal, memberi bimbingan kepada murid dalam bekerja kelompok secara merata, menjelaskan tujuan pembelajaran/semua kegiatan yang akan berlangsung hari ini, lebih mempersiapkan diri sebelum mengajar sehingga dapat menciptakan suasana hangat di luar kelas. Sedangkan dari sisi murid yang perlu mendapat perhatian adalah persiapan murid sebelum belajar belum maksimal, sebagian besar murid belum berani bertanya, beberapa kelompok murid masih saling menggangu. Dari hasil evaluasi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja belum tercapai, oleh sebab itu, maka penelitian ini harus dilanjutkan dengan tindakan siklus 2. 2. Tindakan Siklus II a. Perencanaan
35
Berdasarkan hasil observasi, dan refleksi pada siklus I belum mencapai indikator yang diharapkan, maka peneliti merencanakan pelaksanaan tindakan siklus II agar kekurangan-kekurangan yang muncul pada siklus I diminimalisir. Setelah peneliti berdiskusi dengan guru, maka beberapa hal perlu dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut : 1. Mengorganisasi anak dengan baik agar lebih siap menerima pelajaran. 2. Menyebutkan dan menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung hari ini. 3. Lebih memperhatikan bimbingan kepada murid agar lebih merata. 4. Menjelaskan pentingnya tolong-menolong, mengajak teman kepada yang baik, meminta maaf kalau bersalah dan mau memberi maaf temannya. 5. Membimbing untuk bertanya dan menjawab Selain tersebut diatas, secara administrasi peneliti juga menyiapkan hal-hal berikut : 1. Merancang SKH untuk siklus II 2. Menyiapkan kembali lembar observasi terhadap aktivitas guru sebagaimana pada siklus I 3. Menyiapkan kembali lembar observasi terhadap aktivitas murid 4. Menyiapkan
kembali
instrument
evaluasi
sebagaimana
yang
digunakan pada siklus I b. Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan 1 Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini tetap dilaksanakan oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Mei 2014 dengan tema Tanah Airku. Pembelajaran diawali dengan mengarahkan anak didik untuk lebih tertib dalam bermain. Sosial bola gotong. Setelah guru dapat menguasai kegaiatan dengan mengatur posisi duduk anak-anak lebih tertib, guru menyampaikan
36
peraturan main bola gotong pada anak. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara umum dan pembelajaran secara khusus pada kegiatan pembelajaran guna mengembangkan kecerdasan emosi anak dan melaksanakan semua indikator pengamatan bagi guru dengan lebih baik. Anak didik mendengarkan dan merespon penjelasan guru sehingga anak didik memiliki keberanian untuk bertanya tentang halhal yang belum dipahami dan mengemukakan pendapatnya. 2) Pertemuan 2 Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 Mei 2014 dengan tema Tanah Airku. Pada pertemuan siklus 2 untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus 1, maka pada siklus 2 dibuat rencana sebagai berikut: Beberapa penekanan yang dilakukan dalam siklus II ini antara lain : guru memulai pembelajaran setelah murid sudah ada perhatian, membimbing murid untuk menanggapi dan bertanya, menganjurkan untuk saling menolong, mau memberi maaf atau meminta maaf jika bersalah. Menganjurkan untuk bekerja sama dalam kelompok dan mengajak teman untuk belajar, menganjurkan murid untuk senantiasa ceria dan bermuka manis serta menegur dengan sopan kepada temantemannya. Selama proses belajar mengajar berlangsung peneliti dan guru yang berkolaborasi mengobservasi baik aktifitas murid maupun aktifitas guru. c. Observasi Pada siklus II kembali dilakukan baik terhadap aktifitas guru maupun murid. Hasil observasi terhadap guru pada siklus II menunjukkan bahwa semua komponen skenario pelaksanaan pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik. Beberapa yang dapat dikemukakan terhadap hasil observasi pada guru adalah sebagai berikut : 1. Sebelum memulai pelajaran guru terlebih dahulu sudah menyiapkan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran termasuk SKH, alat peraga, dan penguasaan materi. 2. Guru sudah dapat mengarahkan dan memusatkan perhatian murid pada kegiatan pembelajaran.
37
3. Kegiatan pembelajaran lebih banyak diarahkan pada bidang pengembangan pembiasaan melalui bermain sosial dimana permainan ini mengandung aspek moral, sosial, emosional dan kemandirian. 4. Dalam setiap permainan guru menjelaskan nilai positif dan negatif yang terkandung dalam permainan. 5. Guru mengarahkan dan memotivasi murid untuk banyak bertanya dan memberikan tanggapan. 6. Guru menjelaskan pada anak bahwa tidak semua anak memiliki kesukaan yang sama, sehingga anak-anak harus menghargai perbedaan-perbedaan
tersebut
dan
tidak
boleh
memaksakan
kehendaknya. 7. Guru menjelaskan pada anak pentingnya saling membantu, mengajak teman untuk berbuat baik, mau meminta maaf bila bersalah dan mau memberi maaf. Demikian pula hasil observasi terhadap aktifitas murid sudah menunjukkan peningkatan yang berarti. Beberapa yang dapat dikemukakan tentang hasil observasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Persiapan murid untuk belajar sudah optimal. 2. Murid sudah menunjukkan antusias untuk bertanya, walaupun masih ada beberapa orang yang masih malu-malu. 3. Murid sudah mampu bekerja dalam kelompok dan saling menolong dengan meminjamkan peralatan bagi yang tidak lengkap. 4. Murid saling mengajak untuk belajar berkelompok. 5. Murid sudah mulai berani mengemukakan pendapat walaupun sambil dituntun.
38
6. Sebagaian besar murid bermain bersama-sama. 7. Murid sudah dapat menghargai pendapat teman dengan tidak mengejek. 8. Murid mau memberi maaf dan memohon maaf jika ada yang bersalah sehingga tidak sampai terjadi perkelahian. 9. Murid tidak berbicara kasar kepada teman dan orang lain. 10. Murid sudah dapat membedakan perbuatan yang benar dan yang salah meskipun masih dituntun. d. Evaluasi Pada akhir pelaksanaan tindakan pada siklus II maka diadakan Evaluasi kembali untuk mengetahui tingkat perkembangan perilaku terhadap peserta didik. Berdasarkan hasil indikator pengamatan dan kegiatan pembelajaran ini pada siklus II, maka nilai yang diperoleh anak didik pada kelompok B1 di TK Tunas Mutiara Kota Kendari. Untuk tindakan siklus II dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel. 3 Hasil Perhitungan Perolehan Nilai Pada Saat Evaluasi Siklus II Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari. No Nama Anak
1
2
BSB
BSH
MB
3
4
5
1. 2.
ANNIDA ANNISA
√
3. 4. 5. 6.
AURA A. CAHAYA A. HUMAIROH AWALIYAH
√
√ √ √ √
39
Nilai Akhir BB Hasil Konversi Nilai
6
7 3,80 3,20 3,50 2,40 3,70 3,80
Ket.
8 BSB BSH BSB MB BSB BSB
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20
ASKA AFDAL AGUNG ASRIADI DIFKI FADLI IMELDA IKHLAS IRWANSYAH NABILA NABIL RASYA RISDA SALSA
Jumlah Nilai klasikal
√
3,80 3,00 3,90 2,40 3,60 3,50 3,70 2,40 3,70 2,40 3,80 3,60 3,90 3,30 -
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
11 55%
5
4
0
25%
20%
0%
BSB BSH BSB MB BSB BSB BSB MB BSB MB BSB BSB BSB BSH 11 + 5=16
80%
Dari data hasil evaluasi yang ditampilkan pada tabel I maka dilakukan analisi keberhasilan tindakan secara klasikal untuk siklus I dan diperoleh hasil seperti pada tabel 3.
Tabel.4 Deskriptif Perhitungan Secara Klasikal Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari. Uraian Banyaknya anak didik yang akan masuk dalam kategori Berkembang Sangat baik (BSB) Banyaknya anak didik yang akan masuk dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Banyaknya anak didik yang akan masuk dalam kategori Mulai Berkembang (MB) Banyaknya anak didik yang akan masuk dalam kategori Belum Berkembang (BB) Jumlah seluruh anak didik dalam kelompok B (Subyek dalam Penelitian) Persentase keberhasilan secara klasikal (%)
40
Frekuensi ( Jumlah Anak)
Persentase
11
55%
5
25%
4
20%
0
0%
20
100 %
16
80%
yakni banyaknya anak didik yang dianggap berhasil atau yang memperoleh nilai BSH dan BSH Sumber : Hasil Analisis Data PTK Hasil evaluasi siklus II dapat dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel tersebut dapat di kemukakan bahwa : 1. Masih ada empat murid yang belum mencapai ketuntasan individu yang diharapkan yaitu ≥ 75%. 2. Prosentase ketuntasan secara klasikal adalah 80%. Berdasarkan analisis data hasil penelitian pada siklus II maka indikator kinerja telah tercapai dimana secara klasikal minimal 75% murid sudah tuntas. Oleh karenanya maka tindakan siklus II dihentikan. e. Refleksi Dari hasil observasi dan evaluasi menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah cukup memuaskan. Bagi guru sudah mampu melaksanakan proses pembelajaran yang menerapkan bermain sosial bagi murid dan sudah menunjukkan peningkatan perilaku dan perkembangan sesuai dengan indikator yang di amati. Hasil evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus II ketercapaian indikator secara klasikal diperoleh 80%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelompok B1 Tunas Mutiara Kota Kendari melalui bermain sosial dapat mengembangkan kecerdasan emosi anak dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Dimana telah ditetapkan indikator pencapaian secara individu ≥ 75% dan secara klasikal ditetapkan ≥75%, ini berarti bahwa penelitian yang dilakukan dianggap telah berhasil. Dengan demikian hipotesis tindakan telah terpenuhi yaitu melalui model pembelajaran bermain sosial dapat mengembangkan kecerdasan emosi anak pada kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari. Pembahasan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Pada siklus I pembelajaran berlangsung belum seperti yang diharapkan. Dari sisi guru belum sepenuhnya menguasai kondisi anak karena pembelajaran sudah dimulai sementara murid belum tertib dan perhatiannya belum terpusat sehingga berimbas pada hasil permainan yang tidak optimal. Demikian pula pada saat memasuki materi inti guru tidak menyebutkan dan menjelaskan secara rinci kegiatan yang akan berlangsung pada hari ini, serta belum maksimalnya dalam pembimbingan. Sedangkan dari segi murid masih ada yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Dari hasil observasi dan evaluasi pada siklus I menunjukkan baru 10 murid yang tuntas secara individu atau nilai cukup dan baik ≥ 75% dengan prosentase
41
perolehan secara klasikal baru 50%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan 1 masih belum memenuhi target yang diharapkan. Berdasarkan hasil yang telah dicapai pada siklus I dengan mengevaluasi kekurangan-kekurangan yang ada pada pelaksanaan pembelajaran pada tindakan siklus I, maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II Pembelajaran tetap dilakusanakan melalui bermain sosial dengan mengatasi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Kegiatan guru pada siklus II sudah lebih baik terutama pada penguasaan kelas dengan memusatkan perhatian murid, mengadakan pembimbingan terhadap murid secara merata, menjelaskan pentingnya saling membantu, mengajak teman berbuat yang baik, meminta maaf bila bersalah dan mau memberi maaf serta membimbing atau memotivasi murid untuk bertanya dan memberikan tanggapan. Demikian pula guru sudah lebih efisien memanfaatkan waktu yang ada. Murid sudah lebih memperhatikan penjelasan dan informasi guru sehingga tindakan yang dilakukannya dapat terkontrol. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus II, guru telah melaksanakan semua skenario pembelajaran dan ketercapaian pada murid sudah maksimal. Hal ini berpengaruh langsung terhadap hasil pembelajaran. Murid sudah mencapai ketuntasan sebanyak 16 orang (nilai cukup dan baik ≥ 75 %) sedangkan secara klasikal adalah 80%. Karena indikator kinerja telah tercapai yaitu minimal perolehan individu ≥ 75% dan secara klasikal ≥ 75%. Ini berarti bahwa indikator kinerja yang telah ditetapkan sudah tercapai dan penelitian ini dapat dihentikan.
42
BAB V PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang laksanakan dapat disimpulkan bahwa melalui bermain sosial bisik berantai dan bola gotong dapat mengembangkan kecerdasan emosi anak pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari. Berdasarkan hasil observasi dan penilaian kemampuan anak dalam bermain sosial terjadi peningkatan kemampuan anak dalam bermain sosial menjadi lebih baik dibanding sebelum menerapkan model pembelajaran tersebut. Hasil penilaian keberhasilan belajar secara klasikal pada siklus I sebesar 50% dan secara individu yang memenuhi target 10 anak dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian. Pada siklus II perolehan nilai keberhasilann belajar mencapai 80% secara klasikal dan untuk individu diperoleh 16 anak dari 20 secara klasikal dan untuk individu diperoleh 16 anak dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian mampu memenuhi target yang ditentukan. Saran Beberapa saran yang perlu peneliti kemukakan yang berkaitan dengan penelitian sebagai berikut: Kepada rekan-rekan guru TK kiranya dalam proses pembelajaran senantiasa menanamkan, nilai-nilai sosial emosional kepada peserta didik, serta lebih kreatif dan inovatif dalam memberikan pembelajaran sehingga terciptalah kondisi yang menyenangkan.
43
Kepada orang tua harus ada pemahaman bahwa setiap perkembangan yang ada pada anak berbeda-beda tergantung dari kesiapan kematangan mereka. Kepada para peneliti selanjutnya, kiranya dapat mengembangkan terutama indikator penilaiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aurohman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabet. DepDikNas. 2005. Kurikulum 2004 TK dan RA. Jakarta. Djamarah, s. B. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Goleman, Daniel. 2000. Emotional Intelegencers (Kecerdasan Emosional), Ahli Bahasa, T Hermaja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hildayani, Rini dkk. 2005. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Pusat Penerbitan Univerrsitas Terbuka. Hurlock, B, Elizabeth. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
44
http: //en. Wikipedia. Org/wiki/Paul Ekman, Why Children Lie (online) diakses tanggal 22 Maret 2011. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Raja Grafindo persada. Moeslichatoer, R. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta. Montolalu, 2005. Bermain dan Permainan. Jakarta: Universitas Terbuka. Musfirah, T. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta: DepDiknas. Patmonodewa Soemarti. 2008. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Supriono. 2003. Pendekatan, Metode dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: DepDikNas. Taakmur, A.s. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya. Tabrani, A. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.
ttp://www.minmalangsatu.net/detail.html. (online) diakses tanggal 6 Maret 2014. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional. Yudha, dkk. 2005. Pembelajaran Koopertif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: DepDikNas. Yulaewati, Ella. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pekan Raya.
45
46
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak Didik Kelompok BI TK Tunas Mutiara Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
47
1.
Kegiatan Pendahuluan Observasi dan wawancara
Kamis, 24 April 2014
2.
Seminar Proposal
Mei, 7 Mei 2014
3.
Tes Awal
Senin, 5 Mei 2014
4.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I a. Pertemuan Pertama b. Pertemuan Kedua c. Tes Tindakan/Evaluasi siklus I
5.
Senin, 12 Mei 2014 Rabu, 14 Mei 2014 Jumat, 26 Mei 2014
Pelaksanaan Tindakan Siklus II a. Pertemuan Pertama b. Pertemuan Kedua c. Tes Tindakan / Evaluasi Siklus II
Senin, 19 Me 2014 Selasa, 20 Mei 2014 Selasa, 3 Juni 2014
Lampiran 2 Indikator Penilaian Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak Melalui Model Pembelajaran Bermain Sosial Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari
48
Bidang pengembangan No
: Kemampuan Dasar ( Pembelajaran Bermain Sosial)
Indikator BSB (****)
1.
2.
3. 4.
Hasil Penilaian BSH MB (***) (**)
Anak dapat bersikap sopan terhadap guru dan sesama teman disekolah dalam proses bermain sosial Anak dapat mengucapkan terima kasih terhadap guru dan sesama teman disekolah pada saat bermain sosial Anak dapat bersikap ramah terhadap guru dan sesama teman disekolah pada saat bermain sosial Anak dapat bersikap penolong terhadap guru dan sesama teman ketika bermain sosial
5.
Anak dapat melaksanakan tugas kelompok dalam bermain sosial 6. Anak dapat mendengarkan guru dan teman pada saat bermain sosial 7. Anak dapat membedakan perbuatan yang benar dan salah pada saat kegiatan bermain sosial 8. Anak mampu menunjukan ekspresi dalam bermain sosial 9. Anak mampu mengambil keputusan sederhana pada saat bermai sosial 10. Anak senang bermain dengan teman
Lampiran 3 RENCANA PEMBELAJARAN Untuk Tindakan Siklus I (Pertemuan I) Tema/Sub Tema
: Alat Komunikasi
Bidang Perkembangan
: Sosial Emosional
49
BB (*)
Tingkat Pencapaian Perkembangan : Memahami Perilaku Mulia (Jujur, penolong, rajin, sopan hormat)
I.
Indikator
: Bersikap sopan, hormat, jujur, penolong
Kelompok/semester
: B1 / II
Hari dan tanggal
: senin , 12 Mei 2014
Waktu
: ± 60 Menit
TUJUAN a. Anak dapat berperilaku baik serta dapat mengendalikan emosinya setelah melaksanakan pembelajaran. b. Anak dapat membedakan perbuatan yang baik dan kurang baik. c. Anak dapat membedakan sifat-sifat yang baik dan kurang baik. d. Anak dapat menghubungkan dan menanamkan nilai-nilai terpuji dalam permainan ke dalam kehidupan sehari-hari. e. anak dapat bekerjasama dalam kelompok.
II.
MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR a. Materi
: Bermain bisik berantai.
b.
: Demonstrasi
Metode
c. Media
: Kegiatan langsung anak dan guru
d. Sumber Belajar : Kurikulum TK III.
KEGIATAN PEMBELAJARAN a. Kegiatan Awal (10 Menit) - Salam, do’a, dan bernyanyi - Guru memberi observasi terhadap anak didik - Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan b. Kegiatan Inti (40 Menit) - Guru mempersiapkan posisi anak dengan baik - Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran - Anak membentuk kelompok dan mulai bermain - Guru. Menjelaskan kegiatan main c. Kegiatan Akhir (± 10 menit) -
Guru menanyakan seputar kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
50
untuk mengetahui kemampuan anak dalam memahami pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan aspek yang diteliti dan perkembangan yang dicapai dalam indikator. -
Setelah selesai guru menutup kegiatan dan kemudian memberikan penguatan berupa nasehat mengenai pelaksanakan tugas yang baik dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Guru meminta anak – anak untuk mengucapkan doa pulang dan
-
mengucapkan salam. - Guru memanggil satu persatu anak untuk keluar kelas sambil bersalaman. d. Evaluasi / Penilaian Pelaksanaan
evaluasi
dilaksanakan
selama
proses
pembelajaran
berlangsung a. Penilaian individu - Penilaian anak yang bermain sosial dalam melaksanakan kegiatan Pembelajaran - Penilaian terhadap hasil pembelajaran anak dalam mengembangkan Kecerdasan emosi. b. Pencatatan Penilaian Perkembangan menggunakan simbol – simbol dalam menentukan hasil nilai anak 1). Simbol BSB (Berkembang Sangat Baik) = **** 2). Simbol BSH (Berkembang Sesuai Harapan) = *** 3). Simbol MB ( Mulai Berkembang ) = ** 4). Simbol BB (Belum Berkembang ) = *
Kendari,
, 2014
Guru kelas
Peneliti
Adnan
51
Mengetahui Kepala TK Tunas Mutiara Kota Kendari
Hj. Ruhaya, S.Pd
Lampiran 4 RENCANA PEMBELAJARAN Untuk Tindakan Siklus I (Pertemuan II) Tema/Sub Tema : Alat Komunikasi Bidang Perkembangan : Sosial Emosional Tingkat Pencapaian Perkembangan : Memahami Perilaku Mulia (Jujur, Penolong, Rajin, Sopan Hormat)
52
I.
II.
III.
Indikator : Bersikap sopan, hormat, jujur, penolong Kelompok/semester : B1 / II Hari dan tanggal : Rabu,14 Mei 2014 Waktu : ± 60 Menit TUJUAN a. Anak dapat mengambil keputusannya secara benar setelah melaksanakan pembelajaran. b. Anak dapat menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan c. Anak dapat mngenal perasaan orang lain yang ditunjukkan melalui ekspresi wajah d. Anak dapat menghubungkan dan menanamkan nilai-nilai terpuji yang ada dalam kegiatan pembelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari. MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR a. Materi : Bermain bisik berantai b. Metode : Demonstrasi c. Media : Guru dan anak d. Sumber Belajar : Kurikulum TK KEGIATAN PEMBELAJARAN a. Kegiatan Awal (10 Menit) - Salam, do’a, dan bernyanyi - Guru memberi observasi terhadap anak didik - Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan b. Kegiatan Inti (40 Menit) - Guru mempersiapkan posisi anak dengan baik - Guru menjelaskan bermain sosial bisik berantai - Anak melaksanakan kegiatan bermain sosial bisik berantai - Guru menyakan kepada anak tentang kegiatan bermain bisik berantai c. Kegiatan Akhir (± 10 menit) -
Guru menanyakan seputar kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan untuk mengetahui kemampuan anak dalam memahami pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan aspek yang diteliti dan perkembangan yang dicapai dalam indikator. -
Setelah selesai guru menutup kegiatan dan kemudian memberikan penguatan berupa nasehat mengenai pelaksanakan tugas yang baik dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
-
Guru meminta anak – anak untuk mengucapkan doa pulang dan mengucapkan salam.
53
-
Guru memanggil satu persatu anak untuk keluar kelas sambil
bersalaman. d. Evaluasi / Penilaian Pelaksanaan
evaluasi
dilaksanakan
selama
proses
pembelajaran
berlangsung a. Penilaian individu - Penilaian anak yang bermain sosial dalam melaksanakan kegiatan Pembelajaran - Penilaian terhadap hasil pembelajaran anak dalam mengembangkan Kecerdasan emosi. b. Pencatatan Penilaian Perkembangan menggunakan simbol – simbol dalam menentukan nilai anak 1). Simbol BSB (Berkembang Sangat Baik) = **** 2). Simbol BSH (Berkembang Sesuai Harapan) = *** 3). Simbol MB ( Mulai Berkembang ) = ** 4). Simbol BB (Belum Berkembang ) = *
Kendari, , 2014 Peneliti
Guru kelas
Adnan
Mengetahui Kepala TK Tunas Mutiara Kota Kendari
Hj. Ruhaya, S.Pd
54
Lampiran 5 RENCANA PEMBELAJARAN Untuk Tindakan Siklus II (Pertemuan I)
I.
II.
III.
Tema/Sub Tema : Tanah Airku Bidang Perkembangan : Sosial Emosional Tingkat Pencapaian Perkembangan : Memahami Perilaku Mulia (Jujur, penolong, rajin, sopan hormat) Indikator : Bersikap sopan, hormat, jujur, penolong Kelompok/semester : B1 / II Hari dan tanggal : Senin,19 Mei 2014 Waktu : ± 60 Menit TUJUAN a. Anak dapat menyadari bahwa setiap orang berbeda dan memiki kesukaan yang berbeda pula sehingga anak tidak boleh mekasakan keinginan mereka kepada orang lain. b. Anak dapat bermain dan belajar bersama teman-temannya. c. Anak dapat menanamkan perilaku terpuji yang ada pada permainan ke dalam kehidupannya sehari-hari. MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR a. Materi : Bermain bola gotong b. Metode : Demonstrasi c. Media : Guru, Anak dan Bola d. Sumber Belajar : Kurikulum TK KEGIATAN PEMBELAJARAN a. Kegiatan Awal (10 Menit) - Salam, do’a, dan bernyanyi - Guru memberi observasi terhadap anak didik - Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan b. Kegiatan Inti (40 Menit) - Guru mempersiapkan posisi anak dengan baik
55
- Anak membentuk 2 kelompok - Guru membimbing murid - Guru menilai kegiatan anak c. Kegiatan Akhir (± 10 menit) -
Guru menanyakan seputar kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan untuk mengetahui kemampuan anak dalam memahami pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan aspek yang diteliti dan perkembangan yang dicapai dalam indikator. -
Setelah selesai guru menutup kegiatan dan kemudian memberikan penguatan berupa nasehat mengenai pelaksanakan tugas yang baik dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Guru meminta anak – anak untuk mengucapkan doa pulang dan
-
mengucapkan salam. -
Guru memanggil satu persatu anak untuk keluar kelas sambil
bersalaman. d. Evaluasi / Penilaian Pelaksanaan
evaluasi
dilaksanakan
selama
proses
pembelajaran
berlangsung a. Penilaian individu - Penilaian anak yang bermain sosial dalam melaksanakan kegiatan Pembelajaran - Penilaian terhadap hasil pembelajaran anak dalam mengembangkan Kecerdasan emosi. b. Pencatatan Penilaian Perkembangan menggunakan simbol – simbol dalam menentukan nilai anak 1). Simbol BSB (Berkembang Sangat Baik) = **** 2). Simbol BSH (Berkembang Sesuai Harapan) = *** 3). Simbol MB ( Mulai Berkembang ) = ** 4). Simbol BB (Belum Berkembang ) = *
56
Kendari, Peneliti
Guru kelas
Adnan
Mengetahui Kepala TK Tunas Mutiara Kota Kendari
Hj. Ruhaya, S.Pd
57
, 2014
Lampiran 6 RENCANA PEMBELAJARAN Untuk Tindakan Siklus II (Pertemuan II)
I.
II.
III.
Tema/Sub Tema : Tanah Airku Bidang Perkembangan : Sosial Emosional Tingkat Pencapaian Perkembangan : Memahami Perilaku Mulia (Jujur, penolong, rajin, sopan hormat) Indikator : Bersikap sopan, hormat, jujur, penolong Kelompok/semester : B1 / II Hari dan tanggal : Selasa, 20 Mei 2014 Waktu : ± 60 Menit TUJUAN a. Anak mampu untuk mengambil keputusan secara sederhana b. Anak dapat menghargai pendapat teman c. Anak dapat bekerjasama dalam kelompok d. Anak dapat melaksanakan tugas bermain bola gotong . MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR a. Materi : Bermain bola gotong b. Metode : Demonstrasi c. Media : Guru, Anak dan Bola d. Sumber Belajar : Kurikulum TK KEGIATAN PEMBELAJARAN a. Kegiatan Awal (10 Menit) - Salam, do’a, dan bernyanyi - Guru memberi observasi terhadap anak didik - Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan b. Kegiatan Inti (40 Menit) - Guru mempersiapkan posisi anak dengan baik - Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan merencanakan kegiatan apa yang akan mereka lakukan. - Guru membimbing murid untuk mengemukakan pendapatnya - Guru melaksanakn kegiatan bermain sosial. c. Kegiatan Akhir (± 10 menit) -
Guru menanyakan seputar kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan untuk mengetahui kemampuan anak dalam memahami pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan aspek yang diteliti dan perkembangan yang dicapai dalam indikator. -
Setelah selesai guru menutup kegiatan dan kemudian memberikan
58
penguatan berupa nasehat mengenai pelaksanakan tugas yang baik dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Guru meminta anak – anak untuk mengucapkan doa pulang dan
-
mengucapkan salam. -
Guru memanggil satu persatu anak untuk keluar kelas sambil
bersalaman. d. Evaluasi / Penilaian Pelaksanaan
evaluasi
dilaksanakan
selama
proses
pembelajaran
berlangsung a. Penilaian individu - Penilaian anak yang bermain sosial dalam melaksanakan kegiatan Pembelajaran - Penilaian terhadap hasil pembelajaran anak dalam mengembangkan Kecerdasan emosi. b. Pencatatan Penilaian Perkembangan menggunakan simbol – simbol dalam menentukan nilai anak 1). Simbol BSB (Berkembang Sangat Baik) = **** 2). Simbol BSH (Berkembang Sesuai Harapan) = *** 3). Simbol MB ( Mulai Berkembang ) = ** 4). Simbol BB (Belum Berkembang ) = *
Kendari, Peneliti
Guru kelas
Adnan
Mengetahui Kepala TK Tunas Mutiara Kota Kendari
59
, 2014
Hj. Ruhaya, S.Pd
Lampiran 7. Lembar Observasi Kegiatan Guru Dan Anak Hasil Kegiatan Guru Dan Anak Pada Kegiatan Bermain Sosial Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari Siklus I NO Uraian Ya/ Komentar tidak 1 2 3 4 A Kegiata guru 1 Guru memotivasi anak untuk bersiap Ya Terlaksana bermain sosial 2 Guru menjelaskan kegiatan yang akan Ya Terlaksana dilakukan 3 Guru memberikan contoh dan langkahYa Terlaksana langkah kegiatan 4 Guru menyampaikan tujuan kegiatan Ya Terlaksana bermain sosial 5 Guru memotivasi anak agar dapat Ya Terlaksana bermain sosial sesuai penjelasan guru 6 Guru memberikan pemahaman dan Ya Terlaksana motivasi serta reward kepada anak jika menyelesaikan kegiatan yang diberikan A 1 2 3
4 5
Kegiatan Anak Anak antusias dan senang Mengikuti kegiatan bermain sosial Anak memperhatikan penjelasan guru Anak mengikuti instruksi/tata cara yang dicontohkan guru ketika melakukan kegiatan bermain sosial Anak menjaga ketenangan suasana Anak melakukan kegiatan dengan baik
60
Ya
Terlaksana
Ya Terlaksana Tidak Tidak Terlaksana
Tidak Tidak Terlaksana Tidak Tidak Terlaksana
dan tenang
Kendari, Penulis
,
2014
Adnan NIM: 21114111
Lampiran 8. Lembar Observasi Kegiatan Guru Dan Anak Hasil Kegiatan Guru Dan Anak Pada Kegiatan Bermain Sosial Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak Pada Kelompok B1 TK Tunas Mutiara Kota Kendari Siklus II NO Uraian Ya/ Komentar tidak 1 2 3 4 A Kegiata guru 1 Guru memotivasi anak untuk bersiap Ya Terlaksana bermain sosial 2 Guru menjelaskan kegiatan yang akan Ya Terlaksana dilakukan 3 Guru memberikan contoh dan langkahYa Terlaksana langkah kegiatan 4 Guru menyampaikan tujuan kegiatan Ya Terlaksana bermain sosial 5 Guru memotivasi anak agar dapat Ya Terlaksana bermain sosial sesuai penjelasan guru 6 Guru memberikan pemahaman dan Ya Terlaksana motivasi serta reward kepada anak jika menyelesaikan kegiatan yang diberikan A 1 2 3
4
Kegiatan Anak Anak antusias dan senang Mengikuti kegiatan bermain sosial Anak memperhatikan penjelasan guru Anak mengikuti instruksi/tata cara yang dicontohkan guru ketika melakukan kegiatan bermain sosial Anak menjaga ketenangan suasana
61
Ya
Terlaksana
Ya Ya
Terlaksana Terlaksana
Ya
Terlaksana
5
Anak melakukan kegiatan dengan baik dan tenang
Ya
Terlaksana
Kendari, Penulis
,
2014
Adnan NIM: 21114111
62