RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Wartawan Unit Pemko Medan
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis Editor M. Arifin, Dipo Sumarno, S. Satya Dharma, Teja Purnama Desain Cover Balga Layoutter Rudi Saputra
Penerbit Format Publishing Jalan Halat Gang Umar No. 3 Medan
[email protected] fb : Penerbit Format Cetakan Pertama, Juli 2012 (Diterbitkan oleh Format Publishing) Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
ISBN : 978-602-7543-06-5 ii
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Pengantar Penerbit
INI adalah kesempatan yang luar biasa sebagai penerbit buku untuk dipercaya dalam mempublikasikannya. Disini, penerbit memiliki kesempatan untuk mengetahui bagaimana sosok pemimpin kota Medan, Rahudman Harahap di mata para ‘pemburu’ berita untuk memimpin sebuah kota metropolitan yang baru saja mendapatkan Adipura. Bukan satu hal yang mudah membuat satu wilayah kota dengan jumlah penduduk sekitar 2,8 juta jiwa menjadi satu wilayah yang menjunjung tinggi nilai- nilai kebersamaan dan saling menghormati. Persembahan tulisan dari para pencari berita yang mengenal sosok beliau dari mata kesehariannya memimpin akan membawa kita pada nilai deskriptif yang sebenarnya. Sebagai mitra dan sebagai salah satu pilar pokok dalam pembangunan, para pers mendedikasikan buku ini. Kita akan melihat bagaimana sebenarnya integritas yang dijalankan oleh seorang pemimpin kota Medan ini. Tulisan-tulisan ini seperti satu catatan bagi masyarakat, bahkan Rahudman sendiri untuk menjadi seorang pemimpin yang lebih baik dan mempertahankan apa yang telah baik saat ini. Akan banyak pelajaran yang bisa diambil dari buku yang termotivasi untuk memajukan kota Medan itu sendiri. Bukan semata-mata tentang sosok pemimpin yang setiap harinya hanya bertugas sebagai pemimpin. Keseharian pemimpin ini pun bukan menjadi masalah untuk bisa diangkat dalam buku ini. Lebih dari itu, buku ini dipersembahkan kepada seluruh masyarakat Medan agar dapat sama-sama mengenal siapa sosok pemimpin kita sebenarnya serta dapat membentengi kinerja dan program untuk menjadikan Medan sebagai kota yang religius, bermartabat, aman, displin dan sejahtera. iii
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Penerbit
Format Publishing
iv
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Pengantar Editor
Potret Objektif untuk Bercermin MEDAN saat ini adalah kota metropolitan dengan beragam etnis, suku, puak, adat istiadat dan agama. Berbaurnya suku bangsa dari seluruh tanah air, ditambah dengan kedatangan bangsa asing seperti Cina, Arab, Eropa, India (Tamil) sejak beratus tahun lalu, tidak hanya mengakibatkan terjadinya perkawinan antar suku dan etnis dalam pengertian biologis, tapi juga dalam hal budaya, adat istiadat, kesenian dan falsafah hidup. Keadaan inilah yang membuat kota berpenduduk sekitar 2,8 juta jiwa ini tidak hanya kaya dengan corak pergaulan di dalam hubungan sosial kemasyarakatannya, tapi juga memiliki sejumlah kelemahan psikologis yang tak mudah dicarikan solusinya. Harus diakui, secara fisik Kota Medan memang telah mendekati dan hampir berdiri sejajar dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia, bahkan dengan kota-kota besar di dunia. Namun secara sosial maupun kultural, Medan masih tertinggal selangkah di belakang. Apalagi jika kondisi itu dikaitkan dengan mentalitas dan sikap hidup warga masyarakat yang jadi penghuninya. Itulah sebabnya, sebagai ibukota provinsi yang memposisikan diri sebagai kota perdagangan, jasa serta kota budaya dan pariwisata terbesar di pulau Sumatera, Medan hingga kini belum sepenuhnya berhasil mewujudkan visinya sebagai kota metropolitan yang dihuni oleh masyarakat metropolis yang sejahtera dan berbudaya.Ada terlalu banyak variable dan bahkan kendala sehingga visi mulia itu belum juga berhasil dicapai hingga saat ini, bahkan oleh seorang Walikota penuh inovasi bernama Rahudman Harahap. v
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Atas kenyataan itulah buku “Rahudman Harahap Di Mata Jurnalis” ini diterbitkan. Bukan semata-mata untuk menyanjung Rahudman Harahap atas sejumlah keberhasilan yang telah diraihnya, tapi lebih sebagai upaya apresiatif sekaligus koreksi terhadap apa yang sudah dan belum berhasil dilakukannya. Dengan demikian, ada semacam tolok ukur yang jelas bagi Rahudman selaku Walikota Medan, untuk bercermin sekaligus membangun prioritas dalam menyusun program dan kebijakannya. Para penulis di buku ini adalah para jurnalis yang selama ini “ngepos” di Pemko Medan dan setia mengikuti berbagai aktivitas Rahudman baik ketika sedang menjalankan tugas, maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Oleh karena itu, tulisan-tulisan dalam buku ini tidak berpretensi apapun kecuali sekedar memotret apa yang mereka lihat, dengar dan saksikan dari “sepak terjang” Rahudman Harahap selama dua tahun memimpin kota ini. Kita tentu saja berharap potret itu adalah sebuah tangkapan yang objektif, jujur dan apa adanya. Bukan potret mengada-ada sekedar untuk menyenang-nyenangkan hati pak Walikota. Melalui potret objektif para jurnalis yang terangkum dalam buku ini, kita berharap warga Kota Medan bisa lebih mengenal sosok Rahudman Harahap sebagai pemimpinnya, untuk kemudian bisa membangun pemahaman yang sama terhadap berbagai program dan kebijakan yang dilaksanakan pemimpinnya tersebut dalam membangun Kota Medan tercinta. Dengan begitu, barulah tercipta sinergi yang saling menegasikan antara Walikota sebagai pemimpin di satu pihak, dengan rakyat yang dipimpinnya di pihak lain. Sebab, tanpa adanya sinergi, dukungan dari masyarakat, sebagus apapun program dan kebijakan Rahudman dalam membangun kota ini, program dan kebijakan itu tidak akan bisa berhasil.Terlebih lagi jika program dan kebijakan itu tidak pernah disosialisasikan kepada warga. Oleh karena itulah para jurnalis di kota ini, terutama mereka yang sehari-hari “mangkal” di Pemko Medan, mengambil inisiatif untuk menjadi jembatan bagi vi
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
mensosialisasikan program dan kebijakan Walikota tersebut.Tidak hanya melalui ekspose di media mereka masing-masing, tapi juga melalui penerbitan buku seperti yang saat ini ada di tangan Anda. Memang buku ini didominasi oleh rasa kagum atas pribadi dan kinerja pak Wali. Tapi buku ini bukanlah upaya untuk membangun pencitraan positif terhadap Rahudman Harahap. Sebab para penulis buku ini juga melakukan kritik dan koreksi terhadap sejumlah hal yang hingga kini belum bisa diselesaikan oleh Pemko Medan. Baik itu menyangkut disiplin dan etos kerja pegawai di lingkungan Pemko Medan, pelayanan publik yang belum maksimal, maupun dalam hal pembangunan infrastruktur kota. Termasuk belum terwujudnya cita-cita Rahudman dalam mewujudkan kemakmuran, kesejahteraan dan lingkungan kehidupan yang sehat dan damai bagi seluruh warga kota. Bukan karena konsep dan program pembangunan yang dicanangkannya tidak bagus, tapi lebih karena belum seluruhnya SKPD dan terutama warga Kota Medan, mendukung program tersebut. Penyebabnya bisa macam-macam.Tapi yang utama adalah karena belum semua warga Kota Medan mencintai dan merasa memiliki kota ini. Bahkan, bisa jadi sebagian besar warga Medan menganggap kota ini hanya sekedar alamat domisili dan tempat mencari penghidupan belaka. Berangkat dari kenyataan itulah, melalui penerbitan buku ini, yang Insya Allah bisa dibagikan dan beredar secara luas di tengah-tengah masyarakat Kota Medan, para jurnalis berharap peranserta dan tanggungjawabnya warga untuk turut menciptakan Kota Medan yang makmur, adil, sejahtera, aman dan nyaman bagi semua, bisa semakin diwujudkan. Sebab, upaya membangun terciptanya masyarakat yang peduli pada sesama, seiring dengan harapan terbangunnya kehidupan masyarakat yang lebih berkeadilan, lebih toleran, lebih makmur dan lebih sejahtera itu, sudah seyogianya diupayakan sendiri secara bersungguh-sungguh oleh masyarakat Medan apapun suku, ras, agama dan latar belakang sosialnya. Sedang Walikota hanyalah sekedar “dirijen” vii
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
yang bertugas mengarahkan, mengatur dan mengawasi pelaksanaannya. Tentu saja upaya untuk membangun kehidupan masyarakat yang demikian itu membutuhkan prasyarat yang tidak sedikit. Salah satu prasyarat yang harus dipenuhi adalah hadirnya figur pemimpin yang setiap saat dapat memotivasi, membantu, mengayomi, menumbuhkembangkan, memberi teladan dan mengingatkan masyarakat akan arti penting menjaga, memelihara dan membangun lingkungan kehidupan yang sehat, toleran dan damai itu. Rupanya para penulis buku ini menangkap figur pemimpin yang demikian itu ada dalam diri Walikota Medan saat ini, Rahudman Harahap. Jadi, selamat membaca dan semoga bermanfaat! (*) Medan, 1 Juli 2012 Editor M Arifin, Dipo Sumarno, S Satya Dharma, Teja Purnama
viii
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Kata Sambutan
Sambutan Walikota Medan
Assalamualaikum Wr Wb..... Salam Sejahtera Untuk Kita Semua PUJI syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, yang selalu memberikan limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga sampai saat ini, kita dapat terus bekerja, berkarya, mendedikasikan pengabdian yang kita bangun dalam semangat mensejahterakan masyarakat. Buku apapun isinya, berfungsi sebagai guru yang mengilhami dan memiliki nilai edukasi. Oleh karena itu, saya menyambut baik usaha rekan-rekan jurnalis untuk menyusun dn menerbitkan buku ini. Salah satu pendekatan pokok pembangunan adalah komunikasi, dimana pers sebagai wahananya. Oleh karena itu, pers sering disebut sebagai salah satu pilar pokok dalam pembangunan. Pers yang digerakkan oleh para jurnalis ix
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
menjembatani hampir seluruh komunikasi pembangunan diantara stakeholders. Oleh sebab itu, tidak mengherankan bila pers mampu membangun opini/citra yang demikian luas, termasuk partisipasi dalam pembangunan. Oleh karena itu juga, saya selalu memposisikan pers sebagai mitra kerja dalam pembangunan. Saya memfungsikan keterbukaan dalam kepemimpinan. Namun di balik itu semua, kita tetap harus menumbuh kembangkan pers (jurnalis) yang profesional dan bertanggungjawab, sebab dalam proses demokratisasi, faktor komunikasi dan pers memiliki peran yang cukup penting sebagai media penyebaran informasi dan kontrol sosial. Akhirnya, terima kasih atas penerbitan buku ini. Mudahmudahan buku ini akan semakin membekali komunikasi pembangunan antara Pemerintah Kota Medan dengan jurnalis. Medan, Juni 2012 Walikota Medan
Drs. H. Rahudman Harahap, MM
x
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Sambutan Ketua DPRD Medan
H. Amiruddin TERBITNYA buku bertajuk, Rahudman di Mata jurnalis, patut disambut gembira. Gembira karena sepanjang ingatan saya sejak Kota Medan mempunyai walikota sampai terakhir Abdillah menjadi walikota Medan, belum ada jurnalis pengalaman para walikota Mean itu dalam memimpin ibukota Provinsi Sumatera Utara ini. Padahal pengalaman para mantan walikota itu menarik untuk diungkap kembali guna mengetahui gaya kepemimpinan masing-masing dalam memimpin Kota Medan.Terutama lagi jika pengalaman itu ditulis oleh para jurnalis yang “ngepos” di Pemko Mean yang tentu saja banyak mengetahui sepak terjang para walikota itu dari dekat. Bahkan tidak jarang di anatara jurnalis ini mempunyai kedekatan pribadi dengan para walikota itu. Sayangnya pengalaman para walikota Medan dalam memimpin kota yang penduduknya terdiri dari beragam kelompok etnik ini belum ada yang menuliskannya. Rupanya, walikota Medan saat ini Rahudman Harahap, berbeda dengan para walikota pendahulunya. Jika mantan walikota Medan sebelumnya tidak pernah mendapat celotehan dari jurnalis unit Pemko Medan, tetapi kali ini mereka, para jurnalis ini, membidik Rahudman Harahap menjadi bahan celotehan yang dikumpulkan dalam bentuk buku, Rahudman di Mata Jurnalis. xi
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Dalam pencandraan saya sejak menjadi orang nomor satu di Kota Medan dua tahun lalu, Rahudman Harahap menjadi sosok fenomenal. Fenomenal karena beliau tidak saja selalu menjadi sumber berita lantaran sepak terjangnya, tetapi juga dalam kapasitasnya sebagai pimpinan puncak di kota ini dengan baik memanfaatkan media lokal untuk membangun citranya. Dengan memanfaatkan media lokal ini ia ditampilkan menjadi sebagai sosok yang seolah berhasil membangun Kota Medan. Tetapi terlepas dari itu sejak dua tahun menjalankan roda pemerintahan Kota Medan kesungguhan Rahudman Harahap memajukan pembangunan kota ini sangat ambisius. Sikap ambisiusnya ini terlihat dari upaya walikota Medan ini memperhatikan kebersihan dan keindahan kota. Sikap ambisiusnya yang ingin mewujudkan Medan yang bersih inilah yang mengantarkan Kota Medan dapat meraih Piala Adipura 2012. Kemudian tidak lama setelah ini diraih pula predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia dalam pengelolaan keuangan. Dua prestasi ini patut diacungi jempol. Kota Medan telah meraih Adipura, tetapi yang lebih penting adalah merawat kota ini secara konsisten tetap bersih dan hijau. Demikian pula dengan pelayanan publik yang selalu dikeluhkan warga perlu mendapat perhatian serius. Hutan reklame yang menghiasi di setiap sudut kota bukannya semakin memperindah kota, namun hutan reklame ini membikin jantung Kota Medan semakin kehilangan daya pesonanya sebagai kota metropolitan. Kemacetan kota perlu juga disebut disini karena sekarang kemacetan ini semakin panjang dan melebar. Jika kemacetan kota tidak segera diselesaikan hal ini akan membuat pemandangan kota Medan semakin semrawut dan liar. Pembangunan Kota Medan sangat kompleks dan tidak bisa diatasi secara parsial. Rahudman Harahap perlahan-lahan telah mengurai berbagai bottleneck ini untuk memperbaiki kota Medan di masa mendatang. Kepemimpinan Rahudman Harahap kurang xii
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
lebih dua puluh empat bulan, usia yang masih muda dalam menahkodai Kota Medan. Meski baru dua belas bulan menjadi pimpinan puncak di kota yang terdiri dari 21 kecamatan ini, namun ia mulai menambang keberhasilan. Sisa waktu masa jabatannya ini diharapkan dapat memperbaiki kinerja kepemimpinannya untuk membawa Medan menjadi kota yang bersih dan terbebas dari kemiskinan. Dengan memotret kepemimpinan Rahudman Harahap yang dilakukan jurnalis unit Pemko Medan ini, yang dimuat dalam buku Rahudman di Mata Jurnalis, kehadiran buku ini menjadi penting. Penting tidak saja karena buku ini telah mendokumentasi tentang kinerja, pribadi, sikap, gaya kepemimpinannya selama dua tahun menjabat walikota Medan, tetapi juga publiok akan mengetahui bagaimana para jurnalis memandang dan bersikap terhadap Rahudman Harahap. Medan, 25 juni 2012 Ketua DPRD Medan
H. Amiruddin
xiii
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
xiv
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Daftar Isi Pengantar Penerbit .................................................................... Pengantar Editor ........................................................................ Kata Sambutan Walikota Medan ............................................ Kata Sambutan DPRD Kota Medan ...................................... Daftar Isi ......................................................................................
iii v ix xi xv
Rahudman, Walikota yang Ingin Selalu Tampil Beda Oleh: Muhammad A1rifin ............................................. 1 Rahudman dan Fenomena Kaki Empat Oleh: Dipo Sumarno ...................................................
13
Rahudman Sosok Pemimpin “Bertangan Dingin” Oleh: Muhamad E Ginting ..........................................
19
Sengatan Lebah dan Sesapan Madu Oleh: Lia Anggia Nasution ...........................................
25
Jibaku Rahudman Oleh: Irham Hagabean Nasution ................................
37
Rahudman, Sang Komunikator ‘To The Point’ Oleh: Pangihutan Sirumapea ......................................
43
Tegas, tetapi Humoris Oleh: H. Anwardin .........................................................
51
Tangan Dingin Rahudman Oleh: Adi S Wasgo .........................................................
57
Berani dan Pantang Menyerah Oleh: Misnaryadi ............................................................
67
Rahudman dan Gaya Kepemimpinannya Oleh: Hendrik Hutabarat .............................................
75 xv
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Gila Kerja, Kerja Gila Oleh: Adlansyah Nasution ...........................................
81
Mengerti Kebutuhan Masyarakat Oleh: Bambang Sugiarto ...............................................
89
Rahudman dan Fenomena “Out of Box” ` Oleh: Dipo Sumarno .....................................................
95
Sekilas Merekam Gebrakan Rahudman Oleh: Ayub Badrin .........................................................
103
Berwajah Garang Berhati Lembut Oleh: Lambok Manurung ..............................................
109
Pribadi yang Akrab dan Familiar Oleh: Lilik Riadi Dalimunthe ........................................
115
Berparas Keras, Berjiwa Sapa Oleh: Raymika Chaniago ..............................................
121
Menghargai Profesi Wartawan Oleh: Robenson Sidabaria ............................................
127
Rahudman: “Petarung Perubahan” Oleh: Condrad Naibaho .............................................
133
Kepada Bang Rahudman Oleh: Teja Purnama .......................................................
139
Rahudman dan Reformasi Birokrasi Oleh: Zultaufik Nasution ..............................................
145
RAHUDMAN HARAHAP dalam Foto.................................
151
PROFIL PENULIS.......................................................................
181
xvi
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
xviii
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman, Walikota yang Ingin Selalu Tampil Beda Oleh: Muhammad Arifin
1
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
2
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman, Walikota yang Ingin Selalu Tampil Beda Oleh: Muhammad Arifin
S
ESUNGGUHNYA, saya mengenal Rahudman Harahap tidak sengaja. Ketika itu (tahun 2009) saya bersama Kepala Perpustakaan Provinsi Sumut, Drs Syaiful Syafri, MM (kini Kepala Dinas Pendidikan) menghadiri Penganugarahan Perpustakaan di Kantor Perpustakaan Nasional RI Jalan Salemba Raya, Jakarta. Saya sempat duduk satu meja bersama dengan Rahudman Harahap yang saat itu menjadi Asisten IV Pemprovsu. Kehadiran Rahudman tahun 2009 bersama Nyonya Yusra Siregar itu mendampingi Nyonya Fatimah Habibie Syamsul Arifin yang juga mendapat penghargaan di bidang perpustakaan. Saya mewakili Analisa, sedangkan ibu Fatimah mewakili pemerintahan provinsi. Seingat saya, ketika melihat wajah Rahudman Harahap ada kesan segan. Maklum, kumisnya yang tebal dan perawakan yang tegas membuat orang yang baru pertama akan merasa takut untuk berkomunikasi. Di Jakarta itu, kamipun hanya bersalaman karena sama-sama dari Medan. *** Perjumpaan kami selanjutya ketika Rahudman Harahap menjadi Pj Walikota Medan. Saya ingat sekali hampir setiap malam pak wali (sapaan akrab Rahudman Harahap) tidak pernah absen turun ke lapangan meninjau pasar, drainase, kantor pemerintahan dan sekolah. Saya melihat Rahudman tampil beda dengan walikota sebelumnya. Pengawalan dan penyambutan menandai orang 3
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
nomor satu itu akan datang. Saking bedanya, setiap Rahudman datang ke suatu daerah pastinya daerah-daerah yang akan dilalui tiba-tiba menjadi bersih. Jujur penampilan Rahudman yang memang berbeda tidak hanya di kota Medan di luar Medan bahkan di luar negeri, Rahudman setiap menghadiri pasti berbeda dengan kepala daerah lainnya. Salah satu saat saya meliput Musyawarah Nasional (Munas) Asosiasi Pemerintahan Kota Sleuruh Indonesia (APEKSI) ke IV di Manado. Di Bandara Sam Ratulangi Manado kedatangan Walikota Medan bak ‘artis’ papan atas. Bersama istrinya, Hj Yusra Siregar saat tiba di terminal kedatangan, puluhan orang sudah bersiap-siap menyambut, baik pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kota Medan, maupun panitia dan wartawan. Ketika itu, sebenarnya walikota Medan tidak turun sendiri. Ada rombongan walikota lainnya, tapi jelas sekali perbedaan penyambutan.Walikota Medan yang datang disambut duta Nyong dan Noni Manado,dan juga Dirut PT Angkasa Pura 1 Manado, Marin Panggabean dan GM Gapura Angkara Manado, Edi Nov. Saat berjalan rombongan dari Kota Medan terlihat cukup ramai,di belakang ada rombongan walikota lain. “Siapa itu. Kok ramai kali yang menyambut,”ujar salah satu walikota. “Walikota Medan pak,”jawab PNS Manado yang menjadi panitia. Ketika sampai di parkiran, sejumlah panitia sudah menjemput, terlihat rombongan walikota mendapat pengawalan ketat. Iring-iringan rombongan walikota dengan pengawalan ketat pihak kepolisian terlihat paling ramai dibandingkan dengan walikota lainnya. Cerita di atas merupakan bagian kesehari-harian mantan Camat Siantar ini. Sosok Rahudman yang memang luar biasa dalam penampilan. Di waktu, saat saya diajak meliputi di Melaka. Saat itu walikota mendapat pingat (penghargaan-red) di bidang kepramukaan. Rahudman juga tampil penuh beda. Persiapan dan penyambutan sepertinya dia raja yang sedang berkunjung ke 4
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
daerah. Tampil beda ini diamini istri tercintanya. Kepada wartawan Yusra Siregar mengaku suami paling pantang menolak perintah atasan. Makanya, ketika kota Medan dihunjuk dan diberi amanah untuk menjadi panitia Pekan Flori dan Flora Nasional oleh pemerintah pusat langsung diiyakan. “Bapak paling pantang menolak perintah atasan. Ketika daerah lain menolak untuk menjadi tuan rumah Pf2N, Kota Medan menerima. Walupun persiapan yang dilakukan hanya empat bulan. Tapi, lihat hasilnya menjadi kebanggaan dan pujian pemerintah pusat,”ucapnya Yusra santai yang mengaku berkat keberanian suaminya lahan varietas eks Pf2N diserahkan kepada TP PKK dan akan dikelolah menjadi kebun percontohan. Kemitraan melalui Coffee Morning Banyak ide kreatif yang dilahirkan Rahudman dalam penampilan. Saat jumpa dengan wartawan, pak wali ingin semua dilakukan secara formal dan baik. Selain mau menerima wawancara drop stop, tapi dia juga kepengin bertemu dengan wartawan dengan acara-acara resmi dan minta agar dihadiri semua SKPD dan camat. Dalam coffee morning, bincang-bincang pagi kepada wartawan walikota ingin acaranya tidak menoton. Kegiatan empat bulanan bertemu dengan wartawan unit Pemko Medan hendaknya didisain dengan rapi, bahkan harus ada perbedaan setiap perjumpaannya. Permintaan ini tentunya membuat Kabag Humasy Pemko Medan dan Koordinator wartawan Unit Pemko Medan berusaha menyiapkan seapik mungkin. Dalam setiap pertemuan dengan wartawan, walikota selalu menyampaikan pesan-pesan segar. Cara pendekatan yang dilakukan mengajarkan agar pejabat tidak pernah lari dan sembunyi terhadap wartawan. “Jangan sekali-kali kalian menjauh atau menghindar dengan wartawan,” pesannya. Bahkan, saat walikota Medan menjamu pengurus Koordinator Wartawan Unit Pemko Medan periode 2011-2013. 5
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Dia berpesan, “Kalian (pimpinan SKPD_red) mulailah dari sekarang untuk tidak menutup diri atas segala informasi. Jangan sampai timbul, kalau ada tender kepala dinas tidak ada di kantor. Sudah saatnya kita membuka diri dan bersinergi serta jangan sampai menutup diri dengan wartawan ataupun sampai alergi. Setiap hari saja saya bertemu wartawan, malah saya balik bertanya pada wartawan, ada lagi yang mau ditanya?. Berikanlah informasi itu dengan benar. Bisa saja dengan kritikan dari wartawan melalui media dari informasi yang keluar di SKPD bersangkutan saya lebih sayang pada kalian. Saya bisa lebih perhatian pada kalian dengan informasi tersebut,” ujarnya memberikan arahan pada pimpinan SKPD yang hadir. Rahudman juga menyadari pers berperan tidak hanya menggaungkan apa yang sudah dilakukan Pemko Medan, namun juga mengkritisi program pembangunan yang ditawarkan sejalan dengan visi dan misi kepala daerahnya. “Kritik dan saran dibutuhkan oleh pemerintah kota. SKPD harus menjelaskan informasi yang benar dan tidak separuhseparuh, agar jangan ada informasi yang kabur dan tidak pas. Wartawan juga saya minta untuk berimbang dengan memberikan kesempatan pada kami untuk menjelaskan informasi yang dinilai menyimpang agar tidak ada kesalahpahaman,” ujarnya. Dia juga minta kepada seluruh pimpinan SKPD agar bisa memberikan keterangan dan penjelasan secara akurat dan akuntabel kepada rekan-rekan dari media massa baik cetak maupun elektronik. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Itulah yang kadang-kadang menyebabkan terjadinya pemberitaan simpangsiur. Sayang keinginan walikota yang melakukan leadership dalam setiap langkahnya seperti mencontohkan sendiri bagaimana dia menghadapi wartawan.Tidak segan masuk ke ruang wartawan di bagian Humasy Pemko Medan. Bahkan, ia memulai dengan memberikan keterangan seputar isu-isu yang melanda Pemko Medan dengan menggelar konferensi pers di ruang rapat 6
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
wartawan unit Pemko Medan. Lalu, saya melihat tidak serta merta langkah ini diikuti pimpinan SKPD. Seingat saya hanya ada dua SKPD yang pernah menggelar konferensi pers dengan wartawan Kadis Bina Marga, Gunawan Surya Lubis dan Kadis Pendidikan Kota Medan, Drs Hasan Basri, MM (kini Kaban Penelitian dan Pengembangan). Selebihnya, ada juga yang memberikan keterangan kepada wartawan saat coffe morning antara lain Kadis Kesehatan dr Edwin Effendi, MSc. dan Kadis Pendidikan, Dr M Rajab Lubis,MPd. Sisanya sejumlah pimpinan SKPD menggelar pertemuan dengan wartawan di kantor mereka tapi presentasenya kecil. Diajak tapi Ditinggal Selama bertugas di Pemko Medan. Tentunya meliput kegiatan walikota salah satu kewajiban. Tapi, tidak semua tugas berjalan lancar. Malam itu, ketika asyik menulis berita di kantor Harian Analisa.Tiba-tiba saya mendapat telpon dari ajudan walikota Medan. Sekira pukul 19.30 WIB. “Abang cepat ke rumah dinas, bapak nunggu mau diajak memantau korban banjir,” ucap ajudan walikota melalui telpon selular. “Iya..,iya.., tunggu sebentar ya,” saya menjawab sedikit terburu-buru. Saya pun bergegas, tas dan kamera yang terletak di meja pun dengan sikap saya sambar. Di parkir, driver Analisa juga sudah standby meluncur dengan cepat ke Rumah Dinas di Jalan Sudirman. Sampai di sana saya tidak menemui ada orang berkumpul, malah terlihat sepi. “Sudah berangkat bang, baru saja,” ucap petugas Satpol PP. “Ok terimkasih bang,” jawab saya terburuh-buruh. Segera saja saya menelpon ajudan dan dia memberikan posisinya. Mereka berada di salah satu gang di Jalan S Parman. Saat itu, baru saja kami sampai, rombongan walikota sudah berjalan keluar dari gang dan menuju mobil dan melaju pesat ke arah Belawan. Lagi-lagi saya ketinggalan. Kecepatan, kegesitan kinerja walikota ternyata sulit saya ikuti. Saat kami berusaha mengejar rombongan, jarak bukan 7
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
semakin dekat malah semakin jauh. Malam itu, benar-benar usaha kami mengejar walikota Medan untuk mendapat liputan tinjauan banjir tidak kesampaian.Akhirnya bukan meliput kamipun pulang tanpa ada berita yang bisa diliput. Eeeh, ada cerita lain lagi. Saat kami diundang. Waktu itu Pengurus Koordinator Wartawan Unit Pemko Medan masih dijabat Zul Taufik Nasution. Sore sekira pukul 16.00 WIB kami bergegas menuju rumah dinas walikota. “Pak wali kepingin jumpa,”ucap teman-teman ketika itu. Sesampai di pelataran rumah dinas,kami bukan disambut malah petugas Satpol PP mengatakan walikota sedang istrirahat.” Pak wali sedang istrirahat, nanti aja ya,”ucap Satpol PP itu enten. Spontan kami bersama teman-teman kebingungan sambil menata muka. “Lho, kok tidur bang. Katanya kita diundang mau ketemu,”ucap beberapa teman. “Sabar, mungkin dia lupa,”jawab Zul Taufik. Tunggu di tunggu ternyata tidak ada kejelasan. Kami pun bukan ditemui pak wali tapi kepala dinas pertamanan abangda Erwin Lubis dan dia menyarankan agar lain waktu saja. Spontan kami pun bergegas meninggal rumah dinas tersebut penuh kekecewaan. Minta Pendapat Soal Pejabat Secara pribadi saya banyak memiliki pengalaman bersama walikota Medan dua tahun terakhir ini. Saat itu sore bersama tiga wartawan lainnya kami duduk di pendopo rumah dinas sambil menunggu magrib. Ada wartawan Sindo, Posmetro dan Sumut Pos. Kedatangan kami ingin mengetahui siapa sebenarnya yang akan diangkat menjadi Sekda Medan menggantikan Drs HM Fitryus,MSP. Lagi enak ngobrol, dari pintu samping walikota keluar dengan senyum lebar.”Mau apa kalian,”tanya kepada kepada kami. “Mau nanya siapa yang menjadi sekda Medan,” tanya kami. “Menurut kalian siapa rupanya yang cocok,”ucap walikota sambil bertanya. “Pak Syaiful (ketika itu Kepala Bappeda) ya 8
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
pak,”ucap wartawan. “Kalau menurut kalian cocok. Pasti cocok,”ucapnya walikota sambil berlalu. Cerita lain, saat aku dan rekan waspada pergi ke Melaka meliput walikota Medan mendapat pingat dari pemerintahan Melaka-Malaysia. Ketika itu, di sebuah restoran kami pun berbincang-bincang soal kondisi di Medan. Salah satu perbincangan soal rombak kabinet.“Aku pulang nanti ada beberapa camat yang kuganti,” ucap pak wali membuka pembicara sambil mengambil nasi. “Siapa saja pak,”aku balik bertanya. “Siapa rupahnya yang pantas,”jawabnya.“Ada rupanya kawanmu,”desak walikota.“Eeeh, kalau yang ini pak gimana,”aku coba memancing. “Ohh, ngak bisa dia, kita tarik aja.Tapi kalau yang ini bisa,”ucapnya. (maaf terpaksa nama camat tidak disebutkan). Di lain waktu, pak wali juga tak segan-segan mengutarakan keinginan untuk mengganti kabinet dan dia juga tak segan-segan bertanya dan minta wartawan pendapat wartawan serta ikut mengawasi kinerja staf dibawanya.“Saya ingin kita bersama-sama membangun kemitraan. Saya sangat membutuhkan masukan dan kritikan soal anggota saya dibawa karena saya tidak tahu 100 persen apa yang mereka lakukan. Masukan dan kritikkan kalian menjadi bagian berpikir ke depan,”katanya. Dalam diskusi walikota juga tak segan-segan mengajak wartawan nimbrung khususnya dalam mendiskusikan soal pejabat yang layak atau tidak menduduki pimpinan SKPD. “Apa yang menjadi kendala mu di lapangan. Kalau ada biar kita ‘mainkan’,” ucap pak Rahudman siang itu di Pasar Senayan sambil menikmati teh dan pisang goreng. “Saya kepinginnya pak SKPD itu seperti bapak. Mau dan tanggap. Saya kecewa ada SKPD sulit dihubungi, dan sulit memberikan keterangan. Padahal kita perlu keterangan dan informasi yang jelas,” tanyaku.“Iya nanti kupanggil dia,”ucapnya dan kami pun berdiskusi membahas masalah lain.
9
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Suka Telor Dadar Dalam membangun kemitraan, Pak Wali memang tidak tanggung-tanggung. Jika ada keinginan dia pun mengajak wartawan selalu bersamanya. Saat Ramadhan tahun lalu. Pak wali menggelar acara berbeda di rumah dinas. Jika biasa acara buka puasa bersama wartawan. Kali ini, pak wali mengajak wartawan Unit Pemko Medan sahur bersama. Ajak ini lantas kami iyakan. Saya yang takut terlambat menghadiri saur bersama lebih memilih tidur di kantor. Pukul 03.00 WIB bersama dengan rekanrekan lainnya tiba di pendopo. Sambil menunggu pak wali keluar kami berbincang-bincang santai. Baru sekira pukul 03.30 WIB kami duduk satu meja menikmati makanan pesanan dari rumah makan Garuda sambil mengobrol tentang cerita-cerita semasa pak wali di kampung. Dalam sahur bersama, Hj Yusra Siregar tak lupa membeberkan salah satu menu favoritnya yang harus selalu ada di meja makan yakni telur dadar. Kehadiran telur dadar yang masih panas dianggap menambah selera makan.“Karenanya, telur dadar sudah menjadi makanan tradisi yang wajib ada ketika makan sahur di samping daun ubi tumbuk dan ikan sale,” jelas Hj Yusra Siregar sembari menawari kepada sejumlah wartawan yang hadir. Selain itu, walikota kota juga selalu minum madu hutan dua sendok dicampur dengan telor. Belakangan ini, konsumsi madu hutan dan telor dikurang karena berpengaruh terhadap kegemukannya dan akibatnya berpengaruh terhadap pakaian dinas yang selama dikenakan. Walikota Medan mengaku sebagai pejabat entensitas undangan untuk berbuka puasa terlalu tinggi. Tapi, semua bisa dijalani, dan tentunya usai berbuka puasa di mana saja, dirinya menyempatkan pulang kerumah.“Pasti saya pulang ke rumah. Salah satu ketika menjamu Menko Kesra di Belawan.Saya izin. Artinya ada sesuatu kesejukan dan kebahagiaan sendiri selama ramadhan dan saya tidak bisa melewatkan salat berjamaah di rumah,”akunya. Usai bersantap sahur, menunggu salat Subuh,Walikota juga 10
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
berbagi cerita soal politik dan perkembangan terkini. Pembicaraan diawali dengan tertangkapnya Syarifuddin yang paspornya digunakan Nazaruddin ketika itu.”Wah, bisa kena juga ketua itu,” ucapnya tanpa menyebutkan identitas dimaksud. Acara sahur bersama ini dilanjutnya dengan Salat Subuh berjamaah di pendopo rumah dinas.Walikota ternyata tidak hanya menjadi contoh kepemimpinan di kota Medan. Dia juga bisa menjadi imam. Usai menunaikan salat dan doa bersama, wartawan pun berpamitan. Jaga Kesehatan Cerita lain yang bisa saya bagikan. Soal kebijakan dan tanggungjawabbnya di Pemko Medan. Saya rasa tak perlu mengajari soal menata pemerintahan karena beliau sangat profesional dalam melihat dan memanfaatkan peluang. Hanya saja saya ingin menitip satu hal. Beberapa kali saya ikut meliput kegiatan di luar kota dan luar negeri. Pak wali pernah mengatakan,” Saya ingin mengabdi di kota Medan dengan keikhlasan dan berbuat yang terbaik bagi warga kota Medan”. Namun, sangat disayangkan keinginan beliau belum bisa diikuti maksimal staf dan bawahannya. Bahkan ketika pak wali ingin bekerja dengan kecepatan speed 75. Masih ditemui bawahannya yang bekerja dengan kecepatan 50. Anehnya, ada pejabat yang eselon II tapi berpikirnya masih pejabat eselon III. Pak Wali, sangat marah kali ketika masih ditemui permasalahan di lapangan harus diselesaikan dengan menunggu beliau datang. Pak wali berkeinginan agar masalah-masalah seperti banjir, jalan berlubang, kebersihan, kesehatan, pendidikan dan pelayanan publik dan lainnya itu selesai di tingkat pimpinan SKPD. Tak heran, ketidak mampuan pimpinan SKPD berujung pada pencopotan. Satu hal yang menjadi kekhawatiran saya. Jika masih ditemui SKPD yang menganut mindset “Cari Muka” atau “Angkat Telor” akan menganggu kesehatan walikota karena tentunya intensitas Pak Rahudman yang gemar turun langsung ke masyarakat akan 11
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
over. Ini jangan sampai mengganggu kesehatan. Makanya, saat peringatan Hari Jadi ke 422 Kota Medan, walikota terlihat penuh semangat berjalan santai dari start hingga finish. Dia begitu marah melihat ada pimpinan SKPD dan sejumlah kepala sekolah bukan ikut berolahraga malah beranjak hendak pulang.Wajahnya yang sejak start awal sumringah tiba-tiba menjadi merah penuh kekecewaan. Bahkan, dengan memberi kode beliau memerintahkan agar rombongan tersebut kembali ke lokasi acara. Kegemaran olahraga akhir-akhir ini dilakukan pak wali menunjukkan dia ingin terus menjaga kesehatan. Pesan saya “Kalau Pak Rahudman mau mengubah Kota Medan, Pak Rahudman harus tetap sehat. Jadi, tetap jaga kesehatan ya pak! Kalau ada waktu luang tetap olahraga sore ya! (*)
12
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman dan Fenomena Kaki Empat Oleh: Dipo Sumarno
13
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
14
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman dan Fenomena Kaki Empat Oleh: Dipo Sumarno
A
DA saat bertindak cepat, ada pula pula saat bertindak pelahan melewati berbagai proses tahapan penyelesaian masalah. Gaya inilah yang tertangkap saya dari berbagai gaya kepemimpinan seorang Rahudman Harahap. Masih tergambar jelas di ingatan, bagaimana orang nomor satu di Pemko Medan ini menertibkan pedagang kaki lima di kawasan pasar tradisional. Seolah tanpa berpikir panjang, Rahudman bertindak cepat walau awalnya mendapat cerca. Dia tak peduli dan hasilnya masalah kemacetan yang bertahun-tahun menyesaki pengendara saat melintasi kawasan pasar tradisional relatif dapat teratasi. Bagaimana pula dengan penertiban ternak kaki empat di kecamatan Medan Denai yang sampai saat ini belum membuahkan hasil yang paripurna? Tak dapat dipungkiri, penertiban ternak kaki empat tak sesederhana yang dibayangkan. Tak semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai pertimbangan perlu dimatangkan. Bukan hanya soal aanggaran maupun aturan. Kalau soal anggaran, APBD Medan sudah sempat menggelontorkan untuk biaya transportasi pemindahan ternak. Pemko Medan melalui APBD 2010 dan 2011 telah menganggarkan bantuan biaya transpor untuk pemindahan ternak babi sebesar Rp76.000 per ekor di atas usia 4 bulan, Rp60.000 di bawah usia 4 bulan.Aturan pun telah disiapkan. Untuk menertibkan ternak babi yang menyebar di 18 kecamatan di Medan dengan populasi mencapai 31 ribu ekor itu, Rahudman 15
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
menetapkan mekanisme pemindahaan ternak babi dalam Peraturan Walikota (Perwal) Nomor 23 tahun 2009, tentang larangan dan pengawasan ternak kaki empat di Kota Medan. Artinya, payung hukum dan dana pemindahan ternak babi ini sudah disiapkan. Malah peternak babi diberikan tenggat waktu untuk sesegera mungkin memindahkan ternaknya jauh dari pemukiman warga. Sepertinya tidak ada alasan lagi bagi peternak menundanunda pemindahan lokasi ternaknya. Sayangnya, sampai saat ini program pemindahaan ternak tersebut belum berjalan sepenuhnya. Masih banyak peternak yang enggan pindah.Warga sekitar lokasi peternakan itu pun terpaksa tetap menghirup udara tidak sedap dari limbah ternak babi tersebut. “Ya, kita memang belum bisa menertibkan semua ternak babi, khususnya di Medan Denai, tapi Pemko tetap komit dan mencari upaya untuk membersihkan ternak babi ini,” aku Rahudman. Pengakuan itu bukan sekadar pengakuan untuk meminta pengertian. Soalnya, Rahudman memang terus berupaya melewati berbagai proses penyelesaian masalah. Secara arif dia turun langsung ke peternak memberi pengertian pentingnya relokasi. Bahkan untuk memberhasilkan penertiban ternak babi ini, Rahudman terpaksa meminta dukungan dari DPRD Medan. Sedihnya, dukungan yang diberikan kalangan DPRD Medan terkesan setengah hati. Gawatnya lagi, sejumlah anggota dewan malah rame-rame ikut memback-up peternak babi. Dalihnya, cuma sekedar “membela” konstituen. Alasan seperti itu rasanya kurang bisa diterima. Soalnya, saat ini bukan lagi soal konstituen atau daerah pemilihannya ketika dulu mencari dukungan menjadi wakil rakyat, tapi lebih jauh dari itu, kondisi ini menyangkut penegakan peraturan yang mesti dilaksanakan. Tidak bisa tidak, jika melihat kondisi yang begitu terjal dan berliku ini, Rahudman yang dikenal tegas, berani dan tak kenal kompromi dalam menegakkan peraturan demi membangun dan 16
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
memajukan kota Medan, terkesan terpaksa harus “menyerah” jika harus turun langsung menertibkan ternak babi. Mungkin Rahudman sudah memahami betul kondisi ini. Sebab, ini bukan hanya persoalan “melenyapkan” mata pencaharian warga yang sudah berlangsung cukup lama itu, namun juga sangat berpotensi kepada konflik SARA. Butuh waktu dan kesiapan yang matang, tidak grusa-grusu. Itulah mengapa Rahudman sangat hati-hati dan terkesan agak kurang terbuka jika ada jurnalis mempertanyakan tindak lanjut penertiban ternak babi itu. Saya jadi teringat, ucapan Rahudman dalam setiap pertemuan dengan wartawan, “Jika tidak berani kapan lagi kota Medan ini mau maju?” Saya sempat bertanya dalam hati, apakah pernyataan itu juga berlaku pada masalah penertiban ternak babi? Apakah kemudian Rahduman punya jurus pamungkas? Saya tak mempunyai jawaban, namun yakin Rahudman punya solusi tersendiri. Artinya, ada langkah-langkah yang sudah dipersiapkannya, masih disimpan dan belum saatnya untuk dikeluarkan. Kalau orang bijak bilang, “tungu tangal mainnya”. Tak mudah untuk menebak jalan pikiran Rahudman. Ide-ide dan gagasannya yang kerap cemerlang dan mecengangkan banyak orang itu, terkadang juga “liar” dan sulit dikendalikan. Satu kelebihannya, jika menyangkut kepentingan orang banyak—apalagi menyangkut periuk dan mata pencaharian— Rahudman tidak pernah bertindak konyol dan bodoh. Ia menyikapinya secara cerdas dan smart sehingga kebijakan dan langkah yang ditempuhnya jarang blunder, malah berhasil dan bermanfaat bagi warganya. Dia tidak saja mengajari warganya untuk taat aturan dan hukum, melainkan juga mendorong mereka untuk menjadi cerdas dan bijaksana. Lantas yang jadi pertanyaan, kapan penertiban ternak babi ini beres? Jawabnya singkat padat dan tidak bertele-tele, “Butuh waktu.” Alasannya masuk akal. Sebab, kalau kelewat dipaksakan bisa jadi runyam, malah berujung betrok. Di sisi lain, nuansa SARA 17
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
pun agak kental, sehingga mesti dilakukan secara hati-hati, bijak dan cerdas, tidak main hantam kromo. Ini barangkali sudah dipikirkan Rahudman. Ada pergulatan perasaan dan logika penegakan peraturan yang tegas dan jelas. Rahudman menyadari betul,Tim terpadu Bentukan Pemko Medan belum bekerja maksimal. Tak bisa dipungkiri ada juga membuahkan hasil, walau belum seperti yang diharapkan. Kadistanla dan Kasatpol PP yang bertanggung-jawab menertibkan ternak babi masih terkesan saling lempar tangung jawab, beda persepsi dan belum menyatu. Keduanya masih banyak menunggu “titah” Rahudman, tidak berani berjalan sendiri meski payung hukun sudah ada. Lantas, siapa yang mesti disalahkan? Tak ada. Namun saya tahu kartu As ada di tangan Rahudman. Tinggal bagaimana ia memainkannya.Tapi tetap butuh waktu. Kalau Rahudman berhasil menertibkan pasar tradisional, kenapa ternak babi tak sanggup? Saya percaya pertanyaannya ini bisa dijawab Rahudman yang dikenal “gila” kerja, getol bikin gebrakan dan kerap membuat orang tercengang. Luar biasa, memang. Semoga urusan terbak babi ini lekas beres dan tidak meninggalkan bom waktu. (*)
18
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman Sosok Pemimpin “Bertangan Dingin” Oleh: Muhamad E Ginting
19
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
20
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman Sosok Pemimpin “Bertangan Dingin” Oleh: Muhamad E Ginting
T
ANAMAN akan tumbuh dan berkembang biak dengan baik jika disentuh oleh sosok “bertangan dingin”.Awalnya istilah ini bagi saya hanya mitos semata. Namun, setelah direnungi, ada juga benarnya. Bahwa tidak semua orang dapat sukses untuk menanam tumbuhan. Sama halnya, tidak semua dokter serasi dan bisa menyembuhkan penyakit yang diderita pasiennya. Mengembangkan suatu kota juga dibutuhkan sosok pemimpin yang “bertangan dingin”. Terutama untuk menumbuhkembangkan dan memajukan kota Medan yang multietnis. Tidak sembarang pemimpin bisa berhasil dan mampu meraih beragam prestasi seperti yang telah dilakukan oleh Rahudman Harahap. Buktinya, setelah tujuh tahun berturut-turut Medan tak pernah meraih Adipura, di tahun 2012 ini Medan mampu menyabet Piala Adipura untuk kategori kota metropolitan terbersih. Jelas saja ini menjadi satu kebanggaan bagi warga Medan. Sebab tak mudah untuk meraih penghargaan sekelas Adipura itu. Sangat dibutuhkan kerja keras dan strategi dari seorang pemimpin “bertangan dingin.” Tak hanya Adipura, di tahun 2012 sejumlah prestasi lain juga dikantongi kota yang berpenduduk sekitar 2,5 juta orang ini. Mulai dari penghargaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pemeringkatan e-government dari Kementerian Kominfo, Penilaian yang baik dalam rangka penyelesaian sengketa konsumen dari Menteri 21
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Perdagangan, hingga opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sosok yang “bertangan dingin” tentunya memiliki kepiawaian untuk menentukan tanaman apa yang sebaiknya ditanam di dalam pot, dan tanaman apa yang wajib ditanam di lahan terbuka. Begitu juga, dia harus pintar untuk mengelola porsi untuk tanah, kompos dan pupuk yang seimbang. Tak cukup di situ, setelah ditanam, dia juga harus mampu merawat, menjaga, menyirami juga memberi pupuk yang tepat sesuai aturan. Bahkan, kala ada hama yang menggerogoti, maka dengan cekatan dia harus mampu untuk memulihkannya kembali dan yang terpenting adalah keyakinan dan optimismenya bahwa tumbuhan yang ditanamnya itu dapat berkembang dengan baik. Jika dianalogikan kota Medan sebagai tanaman, maka pemimpin yang “bertangan dingin” harus memiliki kebijakan yang tegas terhadap arah pembangunannya. Menentukan penataan setiap kawasan dengan tepat dan seimbang. Inilah yang telah dilakukan Rahudman Harahap dengan membuat Perda tentang Rencana Tata Ruang Tata Wilayah (RTRW) kota Medan. Dengan begitu, maka penataan kota Medan ke depan dapat lebih terukur dan terarah. Rahudman juga mampu mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) di jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemko Medan. Ia menempatkan pemimpin di masingmasing instansi sesuai dengan kemampuannya. Kepada bawahannya, Rahudman hanya menuntut loyalitas dan integritas. Berulangkali mantan Sekda Tapsel ini mengingatkan kalau kinerja di jajaran Pemko Medan masih lari 50 km per jam. Maka ke depan kinerja harus semakin digenjot menjadi 75 km/jam. Bagi pejabatpejabat yang tak mampu mengikuti gerbong pemerintahan ala Rahudman, maka evaluasi kinerja pun akan terus berjalan, bahkan perombakan besar-besaran pernah dilakukannya seperti mengganti 74 orang pejabat di jajaran Pemko Medan. Tak sampai di situ, untuk urusan rombak merombak ini, 22
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman menegaskan bahwa dirinya tak bisa diintervensi oleh siapapun. “Semua pejabat boleh berteman dengan Rahudman, namun tidak sembarangan pejabat bisa berteman dengan Walikota,” kata-kata yang senantiasa ditekankan Rahudman acapkali dirinya berpidato di depan khalayak. Namun, bagi aparatur yang telah bekerja dengan baik dan penuh dedikasi, Rahudman juga selalu memperhatikan nasibnya. Termasuk nasib Kepala Lingkungan (Kepling) yang gajinya masih minim. Oleh karena itulah Pemko Medan meluncurkan program Jamsostek bagi Kepling sehingga mereka yang bersentuhan langsung dengan warga dan menjadi garda terdepan Pemko Medan, dapat bekerja dengan baik. Berpikir sebelum orang lain memikirkannya. Ini juga merupakan konsep kepemimpinan yang diusung Rahudman. Banyak hal yang tak dipikirkan pemimpin lainnya bisa dilakukannya. Mulai dari melakukan program safari Jum’at untuk dapat langsung berdialog dan menyerap aspirasi langsung dari warga, hingga menjadikan Medan bebas sampah dengan mendirikan bank sampah untuk mengelola sampah menjadi sesuatu yang berharga. Urusan keteraturan dan disiplin tak perlu diragukan. Walikota yang satu ini memang berbeda dari yang lainnya. Jika pemimpin lain di waktu dinihari masih terlelap pulas dalam tidurnya, Rahudman malah sudah sibuk menata pasar dan berdialog dengan pedagang. Saat dinihari itu, kerap pula dijadikan Rahudman sebagai waktu untuk membongkar taman agar lalulintas lancar dan wajah kota Medan semakin tertata baik. Sosok Rahudman yang suka langsung turun melihat kenyataan dan berbagai masalah yang terjadi di masyarakat, membuat bawahannya tak bisa lagi “mencla mencle.” Apalagi mau mencoba menerapkan laporan Asal Bapak Senang (ABS). Sebab, sebagai pemimpin, Rahudman lebih tahu dari apa yang diketahui bawahannya. Bahkan, jika ditemukan masalah kota yang mungkin bagi pimpinan SKPD sudah buntu dan tak menemukan lagi jalan keluar, Rahudman justru mampu menemukan akar masalahnya 23
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
dan dengan baik dapat menemukan solusinya. Ibarat bunga Bougenvile yang bisa tumbuh dengan beragam warna, maka Rahudman juga mampu menyatukan keberagaman dan multietnis di Medan menjadi suatu kekayaan yang dapat menarik wisatawan untuk singgah ke Medan. Kemampuannya untuk merangkul keberagaman yang ada di Medan membuat kota yang berusia 422 tahun ini tetap kondusif hingga sekarang. Dengan “tangan ‘dingin” yang dimilikinya, wajar saja jika banyak petinggi dari Jakarta yang singgah ke Medan mencoba menawarinya menjadi Sumut 1. Namun, orang nomor satu di Medan ini ternyata sangat mencintai warganya. Tawaran itu tak serta merta membuatnya tergiur dan latah untuk turut maju ke ajang Pemilukada Sumut yang berlangsung tahun depan. Justru tawaran itu menjadi pecut baginya untuk bisa berbuat lebih baik lagi di Medan. Dalam kesempatan berbincang dengan wartawan, Rahudman tegas menyatakan kesetiaannya hanya untuk Kota Medan. Mudah-mudahan, dengan sentuhan “tangan dingin” Rahudman ini, visi kota Medan sebagai kota metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera dapat terwujud. Begitu juga jargon kepemimpinan Rahudman Harahap dan pasangannya Dzulmi Eldin bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, bisa benar-benar diwujudkan dan dapat dirasakan oleh seluruh warga Kota Medan. (*)
24
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Sengatan Lebah dan Sesapan Madu Oleh: Lia Anggia Nasution
25
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
26
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Sengatan Lebah dan Sesapan Madu Oleh: Lia Anggia Nasution
L
EBAH dan madu merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Di situ ada lebah, biasanya di situ pula ada madu. Seekor lebah pasti akan menghasilkan madu yang berasal dari nectar beragam tetumbuhan. Untuk mereguk manisnya madu, tentu tak mudah. Seorang pemburu madu, membutuhkan kewaspadaan tinggi, kesabaran hingga teknik tertentu agar si lebah tak marah, silap sedikit sekumpulan lebah langsung menyerang dengan sengatannya yang luar biasa sakit. Pun, begitu inilah namanya tantangan dan resiko, kalau tak bisa melaluinya jangan harap madu yang manis itu dapat dinikmati. Berkisah soal lebah dan madu, saya jadi teringat kejadian yang pernah dialami Wali Kota Medan, Rahudman Harahap. Saya masih ingat betul peristiwa itu terjadi tepat tanggal 27 Februari 2012, ketika orang nomor satu di Pemko Medan ini tengah meninjau lokasi eks Taman Ria Medan yang terletak di Jalan Gatot Subroto yang diperuntukkan sebagai lokasi kegiatan Pekan Flori Flora Nasional (PF2N). Ketika itu, lelaki kelahiran Gunung Tua ini, terlihat penuh semangat berkeliling lokasi sambil berbincang dengan seorang Dirut dari Event Organizer yang menyelanggarakan kegiatan tersebut juga bersama dengan rombongan Dirjen dari Kementerian Pertanian RI, diiringi beberapa orang pejabat di jajaran Pemerintah Kota (Pemko) Medan. Puas berkeliling lokasi, mantan Kadispenda Tapsel ini pun 27
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
melihat aktivitas stafnya yang sedang bekerja memotongi dahan dan ranting pohon yang mengganggu dengan menggunakan mobil tangga milik Dinas Pertamanan kota Medan. Entah mengapa, ketika itu, terbetik dalam diri suami Yusra Siregar ini untuk turut mencoba memotong dahan dan ranting pohon tersebut.Tak pelak, dengan penuh kesigapan, Rahudman Harahap ternyata sudah berada di atas mobil tangga bersama Kadis Pertamanan, Erwin Lubis dan diangkut menuju ke atas dahan dan ranting pohon. Momen ini tentu saja tak disia-sia kan seorang teman jurnalis yang berasal dari televisi, secara cekatan teman itu pun langsung mengabadikannya dengan mata kameranya. Sayangnya, momen yang bagi mata jurnalis sangat indah, karena jarang-jarang hal itu terjadi ternyata tak bertahan lama. Selang beberapa menit, saat sedang mendekati ranting pohon, sontak mantan Kadis Pasar Pematang Siantar ini terkejut, rupanya sekawanan lebah yang berada di pohon itu marah dan seekor di antaranya telah menyengat pipi sebelah kanannya. Suasana pun menjadi gaduh. Awalnya, saya tak mudeng apa yang telah terjadi. Sebab, saat itu saya sedang serius mewawancarai seorang Dirjen dari Kementerian Pertanian RI. Saya sendiri tak menyadari kalau Wali Kota Medan sudah turun dari atas. Saya baru tersadar ketika tiba-tiba ada seorang yang menepuk bahu saya dari arah belakang sambil melintas. Sontak saya langsung berbalik badan dan ketika itu saya melihat Wali Kota ternyata sudah berada di bawah. Untunglah, sahabat saya yang berada di sebelahku langsung cekatan menjelaskan perihal yang tengah terjadi. “Pak Wali kena entop tawon,” terangnya. Peristiwa ini membuat para pejabat Pemko Medan heboh, tak hanya sejajaran Kabag bahkan Kadis-kadis pun berupaya mencari obat penawar. Saya masih ingat ketika itu, seorang pejabat Pemko Medan pun bertanya sama saya. “Ada bawa minyak tidak ya, minyak kayu putih,” katanya yang langsung saya balas dengan gelengan kepala dan jawaban singkat, “Nggak ada loh pak”. 28
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Berselang beberapa menit, seorang ajudannya bernama Faisal, langsung sigap mencari obat penawarnya dari dalam mobil dan Wali Kota Medan pun langsung terlihat mengoleskan minyak ke pipi kanannya. Ketika itu, saya masih sempat melihat wajah mantan Asisten Administrasi Hukum dan Aset Setdaprovsu itu tersenyum. Dalam hati saya pun berkomentar, “Astaga.” Peristiwa itu dapat dikatakan mungkin hanya sekadar kejadian alamiah semata. Namun, bagi saya justeru kejadian itu sedikit banyaknya telah menggambarkan seperti apa sosok kepemimpinan Rahudman Harahap. Kalau kita mau jujur, tentu saja tak banyak pemimpin yang mau bersusah payah turun meninjau lokasi tempat penyelenggaraan suatu kegiatan, atau malah mau ikut bersama staf memotong dahan dan ranting pohon. Banyak pemimpin cukup menerima laporan persiapan kegiatan dari bawahannya. Nah, justeru di sinilah saya melihat Rahudman Harahap merupakan sosok pemimpin yang tak mengenal konsep ABS alias ‘Asal Bapak Senang’. Dengan begitu, maka bawahannya juga tidak bisa macam- macam. Sebab, dia tahu apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Saya masih mengingat, Wali Kota Medan yang ke-15 ini kerap mengungkapkan bahwa Wali Kota tidak bisa diintervensi. Mungkin inilah suatu ketegasan dalam segala keputusan yang dilakukannya yang membuat orang lain ketar-ketir mendengarnya terutama para bawahannya. Di sisi lain, saya juga melihat Rahudman Harahap merupakan seorang pekerja keras, menyukai tantangan dan tak mudah putus asa. Saya pikir pepatah Man Jadda Wajadda (siapa yang bersungguhsungguh, maka dia akan berhasil), sepertinya menjadi motivasi hidup lelaki kelahiran tahun 1959 ini. Tak heran, banyak orang yang menyebutnya sebagai pemimpin yang gila kerja. Bahkan, di saat orang lain beristirahat dari rutinitas kesehariannya dan geliat kota sudah mulai lengang. Dia justeru melakukan pembongkaran taman kota,pembongkaran gapura, berdialog dengan pedagang kaki lima di badan jalan sebagai satu upaya untuk mengatasi 29
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
kemacetan dan penataan kota agar semakin baik dan mencerminkan ciri kota metropolitan. Semua bawahannya juga dituntut untuk mampu mengikuti ritme kerjanya. Jika masih tetap ingin memiliki nada yang selaras di dalam jajaran kabinetnya, maka jangan timbulkan nada sumbang. Kalau sudah kecepatan 75 km/jam, maka semua bawahannya harus mampu menselaraskan. Kalau masih berada di kecepatan 50 km/ jam, berarti pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) itu tak mampu untuk terus mengikuti gerbong dan bersiaplah untuk dievaluasi. Inilah komitmen yang ditanamkannya kepada para bawahannya ketika menandatangani fakta integritas sebagai pejabat baru. Pun begitu, saya masih melihat sisi lain dari duet kepemimpinan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin sejak dilantik pada 26 Juli 2010 lalu. Keduanya secara bergantian terus melakukan pendekatan dengan warga sehingga dapat langsung menyerap aspirasi warga, melakukan dialog juga diskusi. Rahudman Harahap hampir setiap minggu berkeliling dari masjid ke masjid untuk menemui warga dalam kegiatan safari jumat ataupun safari subuh. Selain itu juga kerap melakukan gotong royong bersama warga. Sikap bersahabat senantiasa dilakukannya sehinga terkesan tidak ada jarak antara pemimpin dan yang dipimpin, dengan begitu apa yang menjadi keluhan warga dengan mudah dapat diserapnya. Perhatian yang diberikan Rahudman Harahap terhadap warga juga tak luput dari hal-hal yang kecil, mulai dari penataan pot-pot bunga di pinggir Jalan, pengorekan parit dan pembenahan drainase, memberikan jaminan kesehatan bagi warga miskin hingga merealisasikan jaminan asuransi untuk kepala lingkungan. Dengan begitu, maka kepling diharapkan dapat bekerja lebih baik sebab merekalah yang langsung bersentuhan dengan warga. Bagi saya, sebagai jurnalis yang saat ini meliput di lingkungan Pemerintah Kota (Pemko) Medan, perhatian dari orang nomor satu di Medan ini sudah saya alami sejak di awal saya mengenalnya tidak sekadar sebagai Wali Kota Medan, namun menjadi seorang 30
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
narasumber berita. Ketika itu, saya baru perdana bertemu Rahudman Harahap di Asrama Haji Medan dalam kegiatan tepung tawar haji untuk jamaah asal Medan. Usai kegiatan, kami jurnalis pun melangsungkan tugas dan hendak mewawancarainya. Namun, sebelum wawancara dimulai, mantan Sekcam Camat Siantar Barat ini pun justeru bertanya kepada kami yang sudah mengerubunginya.“Mana Sindo?,” katanya yang langsung diikuti gerakan mata kawan-kawan jurnalis lainnya ke arah saya. Awalnya, saya sempat kaget. Dalam hati ketika itu saya berkata “Kok bisa ya, si Bapak berkumis tebal ini di antara kerubungan jurnalis, masih bisa menyadari ada saya jurnalis baru yang baru bergabung?” Ups, ketika itu saya langsung intropeksi diri, mungkin inilah kesalahan saya sebagai jurnalis yang tak lebih dulu memperkenalkan diri, sehingga terpaksa narasumber yang memancing saya untuk memperkenalkan diri. Itu kesan pertama saya bertemu dengan Rahudman. Tak sampai di situ, perhatian Rahudman Harahap terhadap kami para jurnalis juga pernah membuat saya mati kutu. Kala itu yang saya ingat, wajah saya sempat bersemu merah. Kejadian itu berlangsung di pendopo rumah dinas, saya dan sahabat saya meliput kegiatan kunjungan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan silaturahmi dengan Forum Komunikasi Warga Jawa (FKWJ). Acara di mulai dengan makan malam. Bagi saya, biasanya lebih memilih memanfaatkan momen ini untuk membidik narasumber lain untuk diwawancara dari pada langsung menikmati sajian makan malam, terutama para pimpinan SKPD yang sulit dijumpai dan dikonfirmasi. Lagi asik berdiskusi bersama sahabat saya, untuk memetakan siapa yang mau ditanya dan apa yang mau ditanya, seketika pak Wali sudah berada di depan kami. Dengan suara lantang lelaki yang dijuluki ‘Siantar Man’ ini pun langsung berkata kepada kami. “Kalian, makan dulu. Ayo makan dulu,” katanya. Langsung saya jawab dengan penolakan halus. “Sudah, pak.” “Kapan kalian makannya?,” pertanyaannya sekali ini justeru membuat seisi ruangan melihat ke arah kami. Entah mengapa, 31
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
ketika itu saya masih bersikeras menolak, mungkin sudah kadung malu juga karena hampir semua mata yang hadir melihat ke arah kami. “Iya pak, nanti saja,” jawabku pelan. Justeru jawaban saya ini semakin membuat nada suaranya meninggi. “Kalau nggak mau makan, nggak usah datang ke sini,” tegasnya. Tanpa ba bi bu lagi, kami berdua pun seketika bangkit dari tempat duduk serentak dan langsung menuju hidangan prasmanan. Di tengah perasaan yang bercampur baur ketika itu, sahabat saya malah masih sempatnya berkata.“Itulah, kakak bandal kali pula, disuruh makan aja payah.” Namun, aku pun tak sanggup lagi berkomentar apapun. Dalam benakku, lebih baik makan dari pada tugas kantor pun melayang. Untuk kami para jurnalis, pernah juga saya dengar kabarnya pak Wali ingin memberikan perhatiannya dan saat ini tengah mengkaji kesejahteraan jurnalis yang berada di unit Pemko Medan, seperti membuat program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) untuk jurnalis. Bagiku, saat ini Jaminan itu memang telah dicover oleh perusahaan tempatku bernaung. Namun, setidaknya perhatian ini dapat menimbulkan harapan baru, terutama bagi rekan-rekan seprofesi yang sama sekali belum dicover, apalagi profesi jurnalis cukup rentan terhadap hal-hal yang tak terduga. Bicara panjang lebar mengenai sosok Rahudman, wajarlah kalau kerja kerasnya kini mulai membuahkan hasil. Sikap tegas dan bertindak sebelum orang lain memikirkannya ternyata mampu meraih penghargaan bergengsi, piala adipura untuk kategori kota metropolitan tahun ini dapat diraih setelah tujuh tahun kota berpenduduk 2,8 juta orang ini tak lagi dinobatkan menjadi kota yang bersih. Hasil pemeriksaan keuangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI yang selama beberapa tahun mendapat opini disclaimer dan tahun lalu memperoleh penilaian Wajar dengan Pengecualian (WDP), baru tahun inilah mendapatkan opini penilaian Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Tak hanya itu, kota Medan di usia ke- 422 juga telah banyak 32
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
meraih penghargaan lainnya seperti pemeringkatan eGovernment Indonesia (PeGI) dari Kementerian Kominfo, serta award Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), Penghargaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta penghargaan lainnya. Bahkan dalam penyelenggaraan PF2N, Wakil Menteri Pertanian RI, DR Rusman Heriawan ketika menutup penyelenggaraan even tersebut menyatakan bahwa dari lima kali even PF2N yang sudah digelar di Indonesia, perhelatan yang kelima di Medan inilah yang terbaik. Tentunya, pujian dari pemerintah pusat ini tidak datang begitu saja, ada proses dan kerja keras yang dilalui Rahudman Harahap termasuk harus disengat lebah agar bisa meraih manisnya penghargaan untuk kota Medan itu. Saya juga masih ingat Menteri Kehutanan RI juga pernah melontarkan pujian kepada bapak dari lima orang putera puteri ini. Ketika meninjau lahan mangrove, dia memberikan kepanjangan dari nama Rahudman menjadi Rehabilitasi Hutan Mangrove di kota Medan. Sebab, Rahudman dinilai telah berupaya untuk merabilitasi mangrove di Medan. Bahkan, Dirjen Holtikultura Kementerian Republik Indonesia, Hasanuddin Ibrahim, ketika melaunching Green City di Taman Ahmad Yani, belum lama ini, kemudian memberikan penilaian kalau komunitas di Medan ini sudah memiliki peradaban yang lebih baik. Sebab, warga di Medan tidak lagi cukup hanya sekadar memenuhi kebutuhan dasarnya melainkan sudah mulai mencintai keindahan. Ini pertanda bahwa warga Medan mulai sadar untuk menjaga lingkungan agar bersih dan indah dipandang mata. Saya pikir perhatian dan pujian yang dilontarkan para petinggi di pusat ini juga menjadi cerminan bahwa banyak yang jatuh hati pada kinerja yang dilakukan alumni magister manajemen UISU ini. Mungkin hal inilah yang membuat orang banyak yang menyebut gaya kepemimpinannya unik, berbeda dari yang lain, keras, tegas, pantas untuk Medan yang multicultural.Tapi, ada satu 33
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
sisi lain dari diri lelaki yang memulai karir PNS nya menjadi Sekcam di Siantar Barat tahun 1990 yakni humoris. Pernah saat berbincang-bincang dengannya bersama dengan rekan-rekan jurnalis yang lain, mantan Asisten Pembinaan Hukum dan Sosial Setdaprovsu ini secara blak-blakan mengakui kalau dia tak pernah mau diintervensi media.“Mereka ini (mengatakan saya dan sahabat saya), suka kali bertanya sama ku, kapan pelantikan pejabat. Capek orang ini menanyakan itu, tak kulantik-lantik itu. Tapi, sudah tak ingat lagi orang ini, baru kubuat pelantikan,” katanya tersenyum. Pun begitu, saya merasa lega juga saat ini. Setidaknya, aksi cegat di tangga yang kerap kami lakukan menunggu Rahudman Harahap, di lobbi kantor Balai Kota Medan dan langsung mewawancarainya kala dia turun dari tangga kantor akhirnya dapat diakomodirnya dengan baik. “Panggil saja saya ke bawah (humas) kalau ada yang perlu ditanya. Biar nggak dicegat-cegat orang ini lagi saya di tangga,” katanya sambil melihat saya dan beberapa orang sahabat saya yang suka mencegatnya di tangga. Terlepas dari itu semua, bagi saya tentunya tidak ada prestasi apapun yang dapat diraih tanpa kerja keras. Bagi saya, tak ada penghargaan yang bisa diraih seperti main sulap, sim sa la bim. Tapi, tetap ada proses kerja keras, pantang menyerah, disiplin, sabar dan bekerja ikhlas. Kekuatan yang ada di dalam diri pemimpin kota yang memiliki 21 kecamatan inilah yang menurut saya mulai mampu menyuguhkan sesapan madu kepada warganya. Namun, sebagai manusia biasa, tentunya tak ada seseorang yang sempurna. Celah kekurangan seseorang itu pasti ada dengan munculnya kritikan dari berbagai pihak yang menilai bahwa seabrek penghargaan yang diterima Medan itu bukanlah penghargaan yang original (asli), melainkan ada trik politik di belakangnya termasuk dugaan Pemko Medan yang membayar sejumlah uang untuk memperolehnya. Kritikan seperti ini menurut saya wajar saja. Sama halnya, ketika Rahudman Harahap menanggapinya dengan gamblang. “Meskipun kita sudah berbuat 34
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
yang terbaik, selalu saja ada yang sirik.” Menurut saya, toh hanya kita sendiri yang bisa merasakan dan meresapi, ketika kita menikmati sesapan madu, tentunya tak banyak dari kita yang menyadari apakah madu yang kita sesap itu asli atau palsu. Hanya tubuh kitalah yang bisa mengetahui khasiat madu itu, apakah akan membuat kita semakin sehat atau justeru malah menimbulkan penyakit baru. Semoga, madu yang dipersembahkan Rahudman Harahap dengan seabrek prestasi yang telah diraih kota ini dapat membuat kebaikan bagi kota Medan dan warganya. Wallahu A’lam Bishowab. (*)
35
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
36
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Jibaku Rahudman Oleh: Irham Hagabean Nasution
37
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
38
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Jibaku Rahudman Oleh: Irham Hagabean Nasution
“
AKU heran, kapan dia istirahat. Dia kerja tak kenal lelah. Kerja, kerja dan kerja. Siang dan malam. Entah kapan Pak Wali tidur,” ujar warga dengan nada berbisik. Keheranan ini meluncur dari mulut seorang warga di selasela gotong-royong saat melihat Walikota Medan Drs H Rahudman Harahap, MM yang tanpa kaku dan takut kotor turun langsung bersama warga membersihkan parit. Ungkapan setidaknya bisa mencerminkan keseriusan dan ketangguhan Rahudman dalam menata kota yang sempat stagnan ini. Maklum saja, setelah ditinggalkan Walikota dan Wakil Walikota Medan defenitif sebelumnya, praktis proses pembangunan di kota Medan seperti tak ada inovasi, monoton. Bersama Wakil Walikota Medan Drs H Dzulmi Eldin S, MSi, dia pun seperti tampil ke depan menghunus pedang untuk mewujudkan Medan kota metropolitan. Tidak hanya setelah dilantik menjadi Walikota Medan 26 Juli 2010. Tapi, sesaat setelah diberi amanah menjadi Penjabat Walikota Medan, Rahudman Harahap sudah melihat secara tansparan berbagai persoalan yang menyelimuti ibukota Provinsi Sumatera Utara ini, yang harus diatasi segera dengan cara gerak cepat. Berjibaku. Dalam praktiknya, Rahudman dibantu Eldin tidak hanya main perintah, tidak mau hanya sekadar menerima laporan dari staf. Bahkan sering berbaur dengan warga di berbagai sudut kota. Menyerap aspirasi. Berdiskusi. Rahudman sangat mudah dijumpai di lapangan, misalnya 39
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
dalam acara Safari Jumat yang rutin dilakukan atau kegiatan lainnya. Bahkan, terus melakukan pengecekan ke lapangan; yang justru tidak jarang dilakukan secara mendadak. Tak heran kalau sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus lintang-pukang mengikuti langkah gerak-cepat Rahudman-Eldin. Walikota tampak sangat-sangat tidak sreg kalau ada stafnya yang mengatakan “tidak tahu” atau “tidak bisa”, jika berkaitan dengan proses pembangunan yang orientasinya untuk kemaslahatan orang banyak. Rahudman Harahap terus memberi motivasi untuk mewujudkan kota Medan bermartabat: “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, esok harus lebih cerah dari hari ini.” Jargon ini demikian kental bermuatan motivasi. Semua perangkat di Pemerintah Kota Medan dipacu agar setiap hari memiliki terobosan di bidang tugasnya untuk mewujudkan Medan kota metropolitan yang berdaya saing, mandiri dan sejahtera. Ada beberapa sektor yang benar-benar dimaksimalkan; termasuk pembenahan infrastruktur, pelayanan publik, pendidikan dan kesehatan.Tentu saja, di samping sektor lainnya seperti bidang pariwisata yang tampaknya terus “digeber” pasca lounching Visit Medan Year 2011 pada puncak HUT ke-421 Kota Medan. Memang, harus diakui, upaya untuk mewujudkan Medan kota bermartabat tak semudah membalikkan telapak tangan.Ada berbagai kendala di lapangan. Berbagai langkah juga terkadang terpaksa dilakukan secara bertahap. Namun, lebih dari itu, kota Medan metropolitan hanya dapat diwujudkan dengan kerja keras tanpa kenal lelah. Sikap mental pantang menyerah inilah agaknya yang jauhjauh hari coba ditularkan Rahudman-Eldin kepada pimpinan SKPD, camat, lurah dan semua perangkat di Pemko Medan. Tidak ada waktu berleha-leha. Disiplin PNS pun digenjot habis. Rahudman-Eldin sebagai pemangku jabatan politis di Pemko Medan, tidak hanya duduk manis di belakang meja. Mereka benar-benar menyingsingkan lengan baju untuk membenahi Kota 40
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Medan yang sekian lama seperti “terlantar”. Walikota dan Wakil Walikota dibantu pimpinan pejabat karier tertinggi di Pemko Medan yakni Ir H Syaiful Bahri Lubis, MSi yang diberi amanah menjadi Sekretaris Daerah. Ulah Walikota Medan beberapa kali memang mengagetkan sekaligus menghebohkan. Ketika memimpin gotong-royong membersihkan Sungai Deli, persisnya di bawah jembatan Jalan Raden Saleh [dekat Balaikota], Rahudman turun ke sungai. Walikota melakukan pembersihan. Dia juga melakukan pengorekan dan penebangan sejumlah ranting, yang kemudian diikuti sejumlah kalangan yang melakukan gotong royong; termasuk hampir semua pimpinan SKPD Pemko Medan. Begitu juga ketika membongkar sejumlah taman yang dinilai lebih bermanfaat dijadikan ruang bagi pengendara di berbagai persimpangan untuk mengurangi kemacetan arus lalulintas, walikota tidak hanya sebatas main perintah. Dia malah tampak berhari-hari muncul di lapangan saat pembongkaran taman yang dilakukan malam sampai dinihari. Tidak hanya walikota, wakil walikota, sekda, pimpinan SKPD, juga terlihat Ketua Tim Penggerak PKK Kota Medan Hj Yusra Siregar. Di lapangan, beberapa kali Rahudman Harahap terlihat menyampaikan apresiasi kepada pimpinan SKPD yang dinilai berhasil dengan baik mengemban tugasnya. Katakanlah misalnya saat Menteri Pekerjaan Umum menyerahkan penghargaan kepada Pemko Medan di bidang Bina Marga kategori Jalan dan Jembatan. Menurut Walikota, ini adalah prestasi yang harus disyukuri dan sangat pantas diapresiasi dengan berbuat lebih baik lagi. Begitu juga ketika Kota Medan berhasil menggondol Piala Adipura 2012. Penghargaan tertinggi dari pemerintah pusat di bidang kebersihan dan penataan lingkungan ini, menurut walikota tidak hanya keberhasilan Pemko, tapi juga keberhasilan warga kota. Namun, jika Walikota menjumpai hal tidak beres di lapangan, dia akan langsung memanggil pejabat bersangkutan seraya 41
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
memberi perintah. Terkadang dengan suara sangat tinggi. Seperti yang pernah dia lakukan di Pusat Pasar saat inspeksi mendadak. Walikota waktu itu memergoki sampah berserakan justru di dekat tong sampah. Gaya kepemimpinan Rahudman Harahap ini ternyata sangat efektif meningkatkan disipiplin aparatur.Tidak bisa macam-macam. Toh, Walikota bisa saja datang secara tiba-tiba melakukan pengecekan ke unit kerja atau ke lapangan. Jika dilihat hal tidak beres, ujungnya bisa runyam. Apalagi, evaluasi kinerja aparatur terus dilakukan.Aparatur yang dinilai memiliki kinerja baik — apalagi sangat baik — akan dipromosikan ke jenjang lebih tinggi. Namun, mereka yang dinilai memiliki kinerja mengecewakan, akan diganti dengan pejabat yang dinilai memiliki kinerja lebih baik. Namun, kinerja yang dilakukan Rahudman Harahap, yang terus melakukan mobilitas tinggi dan bekerja secara jibaku, diyakini tidak mampu dilakukan banyak orang. Ini membutuhkan energi luar biasa. Percayalah!(*)
42
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman, Sang Komunikator ‘To The Point’ Oleh: Pangihutan Sirumapea
43
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
44
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman, Sang Komunikator ‘To The Point’ Oleh: Pangihutan Sirumapea
B
AGI seorang jurnalis,narasumber yang dicari tentu saja orang yang gampang diajak berkomunikasi dan secara intelektualnya pun bisa diandalkan.Narasumber dari para praktisi ,politisi dan pengamat otomatis menjadi sasaran empuk bagi para jurnalis untuk mencari berita bernas dan layak jual. Namun,untuk narasumber dari seorang pemimpin apalagi pejabat pemerintahan , diakui harus pintar-pintar mengajukan pertanyaan dan harus juga lihat situasi karena biasanya bila ‘cuaca’ kurang baik,para pengawalpun bakal bekerja ekstra ketat namun kalau sedang cuaca cerah,silahkan saja bertanya kepada sang pejabat. Sebagai seorang jurnalis ,penulis ingin mengungkapkann tipe komunikasi Walikota Medan Drs H Rahudman Harahap MM sejak dilantik 2 tahun lalu,yang tentunya didasarkan pengalaman di lapangan.Bagi penulis, yang pernah bertugas sebagai wartawan di jajaran Pemko Medan sejak kepemimpinan Kol (Purn) H Bachtiar Djafar,Drs H Abdillah Ak MBA dan saat ini era Rahudman Harahap,semuanya punya tipe komunikasi berbeda dan punya kekhasan tersendiri. Setiap pemimpin memang punya ciri dan tipe komunikasi tersendiri baik saat berpidato resmi atau saat dwawancarai wartawan. Rahudman Harahap yang selama tugas pengabdiannya melanglangbuana di Sumatera Utara, khususnya Pematangsiantar, Tapanuli Selatan dan terakhir di Medan tentu mempengaruhi pola komunikasinya. 45
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Dengan demikian,Rahudman Harahap sebagai walikota mungkin menyadari betapa pentingnya kaitan antara komunikasi dengan efektivitas kepemimpinan.Para ahli komunikasi seperti Baldoni mengakui sejumlah pemimpin dunia yang punya komunikasi tinggi merupakan suatu kemampuan yang memberikan kontribusi besar bagi sukses kepemimpinannya. Bagi penulis,Rahudman Harahap ,seorang komunikator yang ‘to the point’ artinya jelas pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat atau pendengar. Sebagai pemimpin di Kota Medan,Rahudman paham betul watak rakyat yang dipimpinnya yakni terus terang,terang terus. Secara teori komunikasi politik,Rahudman boleh dibilang berkonteks rendah yang artinya komunikan tidak mengalami kesulitan memahami pesan yang disampaikan komunikator sebab jelas,terang dan disampaikan secara langsung atau lugas.Tentu saja bagi wartawan sangat memudahkan penulisan berita yang bakal menghiasi halaman surat kabar di Medan . Dan setiap acara,selalu diserbu wartawan untuk mendapat tanggapannya yang berarti secara umum Rahudman Harahap sendiri paham bahwa dirinya sebagai komunikator atau narasumber yang dinantikan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Soal kritikan,Rahudman yang sudah lama melanglang buana dan sudah banyak merasakan asam garam di bidang pemerintahan dan kemasyarakatan rasanya sudah terbiasa dengan kritikan apalagi Kota Medan sebagai pusat pemerintahan,pusat bisnis dan kegiatan lainnya. Walau harus diakui,Rahudman terkadang juga membalas kritikan dengan kontra kritikan tetapi tidak sampai tahap mempertentangkan. Itulah salah satu ciri khas Rahudman Harahap ,pencinta lagu ‘Anak Medan’ dan ‘Siantar Man’ ,itu yang menunjukkan ciri khas Kota Medan. ‘Siantar Man… Siantar Man, Anak Siantar Do Ahu Ito”. Sebenarnya,di samping wajah serius dan terkesan cuek itu 46
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
tersimpan rasa seni sebagai salah satu media mengungkapkan perasaan dan pesannya. Saat menyanyikan kedua lagu kesyangannya itu menyampaikan kepada khalayak ramai bahwa memang Rahudman itu anak Medan dan lama tinggal di Siantar. Klop sudah makanya kalau berbicara suka ‘To The Point” aja. Bila dikaitkan dengan tipe komunikasi yang ditinjau dari dariii segi kebudayaan , maka secara konteks kata Edward T. Hall dalam bukunya Prof Dr Tjipta Lesmana,komunikasi dibedakan dua yakni berkonteks tinggi manakala komunikator menggunakan ‘bahasa bersayap’,bahasa yang hanya bisa ditangkap artinya jika komunikan memahami budaya komunikator.Kegemaran menggunakan bahasa tubuh yang tidak jelas ,atau bahasa verbal yang tidak to the point juga petunjuk komunikasi tingkat tinggi.Singkat nya, the meaning of the message is in the context. Sebaliknya ,dalam komunikasi konteks rendah,komunikan tidak mengalami kesulitan memahami arti pesan yang disampaikan komunikator,sebab jelas,terang dan disampaikan secara langsung atau lugas. The meaning of the message is in the message itself. Meski dalam menyampaikan pesan cukup lugas dan terang,tidaklah terlepas dari berbagai kritikan yang tentunya merupakan salah satu wujud tanggapan dari pendengar. Kritikan dan sorotan tajam baik secara pribadi maupun sebagai pejabat agaknya tak menyurutkan pola komunikasinya yang lugas dan jelas. Dengan penuh keyakinan dalam beberapa kali pertemuan dengan para wartawan,Rahudman mengatakan kritikan itu hal wajar dan dijadikan masukan bagi dirinya dan jajaran Pemko Medan dalam membangun Kota Medan. Katanya,dia tidak pernah alergi terhadap kritikan cuma dia minta agar juga member masukan ataupun jalan keluar demi perbaikan dan kemajuan. Itulah Rahudman yang terkadang muncul ‘Anak Medan-nya’ dan ‘Siantar Man-nya’ dengan membalas kritikan kontra kritikan. Dari segi bahasa tubuh,jelas bisa ditangkap apakah pertanyaan yang diajukan itu melenceng atau masih dalam konteks 47
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
pembicaraan.Biasanya Rahudman akan memberi jawaban berkaitan konteks pembicaraan dan ‘menghemat’ bahasa menjawab pertanyaan yang kurang sreg di hatinya. Namun kalau diikuti gaya komunikasinya yang lugas,memang jelas terlihat saat menyampaikan pesan –pesan perlunya dukungan dari pihak termasuk pers dalam membangun Kota Medan. Contoh paling nyata,saat menyampaikan tekadnya untuk meraih Piala Adipura yang sudah beberapa tahun tidak pernah lagi diraih Kota Medan. Secara terang dan terbuka, Rahudman menyampaikan pesan bahwa Kota Medan harus meraih Pila Adipura Tahun 2012.Rahudman tidak menggunakan bahasa bersayap atas pesan tersebut namun dengan terus terang sehingga mudah dipahami pendengar. Soal upaya meraih Adipura,misalnya,Rahudman Harahap secara langsung menyampaikan pesannya bahwa Piala Adipura harus diraih Tahun 2012 dan dengan tegas menyatakan kegerahannya dimana Kota Medan sudah lama tidak pernah lagi meraih penghargaan di bidang kebersihan . Masih banyak hal yang disampaikan secara terbuka walau terkadang tidak terlepas dari beragam kritikan yang semuanya dirramu menjadi masukan dalam pembangunan Kota Medan.Dalam beberapa kali pertemuan,Rahudman tidak segansegan menegor anak buahnya yang dinilai kurang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Kalau tidak senang dan mampu lagi melaksanakan tugas dan mengikuti rel,silahkan saja mengundurkan diri,kata Rahudman dalam satu pertemuan dengan para pejabat Pemko Medan. Biasanya soal anak buahnya,Rahudman selalu to the point bila ada yang kurang mampu mengikuti pesan yang disampaikannya dan tak jarang langsung ditegor. Bagi penulis,terkadang rmembedakan pejabat mana saja yang menjadi orang dekatnya karena tidak jarang orang yang selalu mendampinginya pun,bisa saja dapat tegoran kalau kinerjanya tidak bagus. Di sisi lain,karena acara Rahudman sebagai walikota 48
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
sangatlah padat tentu saja membuat sibuk Bagian Humas Pemko Medan sebagai salah satu unit kerja yang menangani informasi untuk didistribusikan kepada pers. Keaktifan peliputan termasuk salah satu pendukung kegiatan Rahudman Harahap selalu terekspos di media massa loal maupun nasional serta media elektronik. Cuma karena Rahudman Harahap merasa perlunya penyampaian pesan kepada masyarakat melalui media massa,diapun terkadang ‘mendatangi’ barisan wartawan dan malah bertanya, apa mau kalian (wartawan,red) tanya. Makanya,boleh dibilang selama kepemimpinan Rahudman Harahap sebagai Walikota Medan periode 2010-2015, Kabag Humas Pemko Medan itu ‘hemat’ berbicara karena wartawan bisa langsung mewawancarai walikota tentang berbagai hal saat ada peluang di lapangan. Itulah sosok Rahudman yang hampir tiap hari tidak pernah lolos dari pemberitaan di media massa dan media elektronik karena beliau sendiri sadar betapa pentingnya peran media massa dalam penyampaian pesan yang mampu menggerakkan partisipasi masyarakat dalam membangun Kota Medan.Boleh dibilang,tiada hari tanpa Rahudman di surat kabar lokal meski berisi pesan pembangunan maupun kritikan pedas dan bagi penulis itulah salah satu cirri khasnya Rahudman Harahap. Hanya saja gaya komunikasi Rahudman Harahap yang lugas dan terus terang itu tidak diikuti para bawahannya yang terkesan ‘alergi’ dan hanya saat momen pas aja mau buka suara tentang berbagai program kerja di instansinya masing-masing. Secara umum,biasanya kalau pimpinannya tidak pelit informasi tentu akan diikuti bawahannya yang juga doyan member informasi programnya. Meski sudah tegas disampaikan Rahudman Harahap kepada bawahannya untuk tidak menutup diri terhadap pers, ya itu tadi kita Tanya sama rumput yang bergoyang. Penutupnya, sama seperti Rahudman Harahap yang merasa tidak klop kalau tidak diwawancarai wartawan dalam suatu acara 49
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
dan tidak pas rasanya kalau belum menyayikan, “Anak Medan” dan ‘Siantar Man’ maka tulisan inipun rasanya tidak klop kalau belum menuliskan kata ,”Ini Medan Bung” dan “Medan Kota Kita”. (*)
50
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Tegas, tetapi Humoris Oleh: H. Anwardin
51
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
52
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Tegas, tetapi Humoris Oleh: H. Anwardin
S
OROT matanya tajam. Berkumis tebal. Garang. Siapa sih tidak mengenal Walikota Medan Drs H Rahudman Harahap, MM? Ketegasannya demikian kentara mengumbar ke permukaan. Sebagai jurnalis, saya beberapa kali melihatnya menghardik staf yang tertangkap basah tidak becus melaksanakan tugas; apalagi berkaitan dengan pelayanan kepada masyarakat. Suaranya terkadang menggelegar.Yang kena hardik, spontan pucat pasi. Dia pernah sangat marah ketika melihat sampah berserakan di dekat tong sampah salah satu pasar tradisional. Spontan dia meradang. Petugas bersangkutan dipanggil. Saya tidak tahu apakah petugas yang kena damprat kencing celana atau tidak, tapi yang jelas petugas tergugup-gugup memungut dan memasukkan sampah ke tong sampah. Sebaliknya, melihat staf melaksanakan tugas dengan baik, apalagi mampu menunjukkan prestasi membanggakan, lelaki sangat berwibawa ini serta-merta menyampaikan apresiasi. Berkali-kali dia memuji di depan umum stafnya yang berkinerja luar biasa. Dengan pola kepemimpinan seperti ini, staf Pemko Medan di berbagai unit kerja, tentu saja tidak bisa main-main. Malah muncul semacam kompetisi untuk menunjukkan kinerja sebaik mungkin. Karena, bisa-bisa lelaki berkumis tebal dengan sorot mata tajam ini muncul tiba-tiba. Pola ini juga terlihat ‘menular’ ke pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), yang terlihat berusaha melakukan pengawasan sebaik-baiknya di unit kerja masing-masing. Apalagi, 53
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
jika satu unit kerja memiliki kinerja buruk, orang pertama yang kena ‘makan’ adalah pimpinan di unit kerja bersangkutan, misalnya kepala dinas. Hasilnya, ternyata luar biasa. Ada sejumlah terobosan dilakukan dalam upaya pembangunan kota metropolitan. Kendati masih tetap ada penyimpangan dan masih banyak yang harus dibenahi, tapi pelayanan publik mengarah lebih baik. Dalam rentang 2011-2012, berkali-kali Pemko Medan mendapat penghargaan dari pemerintah pusat; termasuk Piala Adipura 2012 yang merupakan supremasi tertinggi penghargaan pemerintah pusat di bidang kebersihan dan penataan lingkungan. Padahal, Piala Adipura sudah delapan tahun tidak pernah singgah di Kota Medan. Sebenarnya, dalam menjalankan tugas jurnalistik di unit Pemko Medan, saya berinteraksi dengan beberapa walikota, mulai dari H. Bachtiar Djafar, Drs H Abdillah, Ak, MBA, Drs H Afifuddin Lubis, MSi (Pj) sampai Drs H Rahudman Harahap, MM. Semua memiliki memiliki karakter berbeda. Saya melihat, kalaupun Rahudman Harahap memiliki sikap tegas dan berkomitmen tinggi, tapi di sisi lain dia justru sangat humoris. Dalam beberapa kali pertemuan dengan wartawan, Rahudman tidak hanya berbicara secara terperinci tentang rencana pembangunan, berbagai kendala dihadapi, tapi juga sering menyampaikan guyonan yang membuat suasana menjadi serius tapi santai. Untuk mengkonfirmasi sejumlah temuan wartawan di lapangan, Walikota Medan juga sangat welcome. Selain bisa dimonitor lewat jadwal resmi yang nanti akan dicegat di lapangan, juga bisa diintip ke mana dia akan melakukan sidak. Yang mengagumkan lagi, dia tampak memiliki energi yang seakan tidak pernah habis. Kalau pagi tadi terlihat melakukan sidak di satu kelurahan di Medan Belawan, misalnya, bisa-bisa siang nanti sudah muncul di Pusat Pasar atau di areal proyek drainase. 54
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Sidak yang dilakukan Rahudman secara diam-diam, memang umumnya spontanitas. Hanya diketahui beberapa orang di lingkungan terbatas. Biasanya, informasi ke mana Walikota akan bergerak, diperoleh wartawan beberapa saat menjelang sidak. Atau saat walikota menuju sasaran. Rahudman juga bisa dikonfirmasi tentang berbagai hal saat di lapangan, atau dijumpai di ruangannya saat jadwal tidak terlalu padat. Wartawan juga sering memanfaatkan momen seusai salat Jumat di Balaikota untuk mewawancarainya. Wawancara sering dilakukan sambil jalan dari masjid balaikota menuju ruang kerjanya. Biasanya, pertemuan seperti ini sarat dengan guyonan. Selain itu, ada pula coffee morning Pemko Medan dengan wartawan, yang dilakukan secara berkala. Pertemuan ini biasanya menjadi sarana bagi Rahudman untuk menghimpun informasi lebih banyak dari wartawan tentang berbagai hal aktual di lapangan. Saya merasakan, Rahudman Harahap adalah orang yang sangat terbuka menerima kritikan, apalagi kritikan dilakukan secara konstruktif dengan menawarkan solusi. Dia sering terlibat diskusi dengan wartawan menyangkut berbagai hal. Rahudman Harahap sepertinya benar-benar menjadikan wartawan sebagai perpanjangan mata dan telinga, karena memang walikota tidak akan mampu sendirian mengawasi secara maksimal Kota Medan yang terhampar di atas lahan 26.510 hektar dengan 151 kelurahan dan 21 kecamatan.(*)
55
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
56
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Tangan Dingin Rahudman Oleh: Adi S Wasgo
57
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
58
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Tangan Dingin Rahudman Oleh: Adi S Wasgo
B
ERTANGAN dingin. Ya. Itulah Rahudman. Tidak heran perubahan Kota Medan dari segala lini semakin hari kian terlihat, bahkan masalah yang sudah mengakar, dapat dibabat dengan keuletannya sebagai seorang birokrat tulen. Tanpa mengenal waktu dan lelah, putra kelahiran Gunung Tua, 21 Januari 1959,Tapanuli Selatan, melakukan gebrakan demi gebrakan di segala sector, di antaranya perbaikan/menata infastruktur, kesehatan, pendidikan, kebersihan, pedagang kaki lima (PKL), reformasi birokrasi, ketenagakerjaan, penertiban reklame. Langkah yang pertama kali diayunkannya adalah mereformasi birokrasi di jajaran Pemko Medan dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat. Dia mendorong PNS meningkatkan kinerja dan kedisiplinan, termasuk kehadiran.Tidak segan-segan pula dia menindak tegas bawahannya jika melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Bahkan, ada yang dicopot dari jabatannya, jika terbukti melakukan tindakan yang merugikan masyarakat. Karena perbuatan tersebut sangat merusak nama baik Pemko Medan di mata masyarakat. Selain mereformasi birokrasi, mantan Asisten IV di Pemprosu ini belum puas jika tidak melakukan perbaikan infrastruktur seperti jalan, drainase, marka-marka jalan. Soalnya, infrastruktur bagus dapat meningkatkan dunia perekonomian khususnya di Kota Medan jika seluruh jalan-jalan baik di inti kota hingga pinggiran kota mulus tidak ada yang berlubang-lubang. Walaupun demikian, semua itu tak terlepas dari peran serta masyarakat Kota Medan untuk tidak membuang sampah 59
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
sembarangan. Dia juga siap menanggung berbagai risiko saat menata pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di atas trotoar maupun pasar-pasar tradisional di Kota Medan. Tujuannya agar arus lalu lintas tidak macet dan membunuh kekumuhan. Langkah-langkah yang diambil tersebut bukan semata-mata untuk “membunuh” para pedagang kaki lima dalam mencari nafkah, akan tetapi ditata agar lebih indah lagi dan sedap dipandang mata.Apalagi, pedagang kaki lima salah satu potensi bagi Kota Medan untuk meningkatkan PAD ke depan. Terbukti dengan kepedulian dan kecintaan terhadap pedagang pun dilakukan Drs H Rahudman Harahap MM dengan membangun pasar induk di Kelurahan Lau Chi, Kecamatan Medan Tuntungan, yang diperkirakan beroperasi tahun 2012 ini, dibangun di atas lahan seluas 12 hektare dari 18 hektar dengan kapasitas menampung lebih kurang 361 pedagang ditambah fasilitas terminal bongkar muat barang. Pasar Induk Tuntungan ini direncanakan jadi pusat transaksi hasil pertanian dari Tanah Karo dan Berastagi ke Medan. Makanya, untuk menyukseskan/mewujudkan programprogram Pemko lima tahun ke depan, Walikota Medan Drs H Rahudman Harahap MM pernah mengatakan, pada APBD tahun 2011/2012 Pemko Medan akan mencoba kerjasama dengan stakeholder dan para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk melakukan pembinaan PKL secara bersama-sama tanpa merugikan pihak lain. Dia juga sangat berharap program Pemko Medan dalam menata pedagang kaki lima tidak disalahartikan, tapi dijadikan sebagai kebaikan untuk kita bersama demi Kota Medan tercinta. Sedangkan untuk bidang kesehatan, Walikota Medan satu ini juga tidak main-main. Melalui Dinas Kesehatan Kota Medan, membuat program khusus dan terpadu yang perlu penanganan khusus. Program tersebut antara lain pemutakhiran kepesertaan JPKMS, Gerakan Pemberantasan DBD dan Antisipasi kejadian Gizi buruk. Seperti pernah diakui Edwin Efendi selaku Kepala 60
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Dinas Kesehatan Kota Medan, bahwa program tersebut telah digariskan Walikota Medan supaya dilaksanakan sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat kesehatan. Selain pelaksanaan kegiatan rutin lainnya, program kesehatan ibu dan anak, program imunisasi, usia lanjut, dan program pemberantasan penyakit menular terus digalakkan. Untuk program pemutahiran kepesertaan JPKMS, dimana Dinkes Medan mengumpulkan data yang valid dan akurat tentang kepesertaan penduduk miskin. Bantuan pelayanan kesehatan kepada penduduk miskin. Semua penduduk miskin harus terdaftar sebagai peserta Medan Sehat, baik jamkesmas maupun medan sehat. Sementara, Gerakan Pemberantasan DBD, Dinkes Medan membuat pemetaan daerah rawan kasus karena penyakit ini perlu penanganan terpadu. Artinya, pihaknya membuat pemetaan berdasarkan laporan kasus mana daerah lingkungan yg rawan sepajang tahun. Penyakit DBD merupakan penyakit berbasis lingkungan, artinya lingkungan kumuh yang tidak terurus pasti lingkungan tersebut endemis DBD. Selanjutnya, program lain yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan mutu pendidikan di Kota Medan. Tidak dapat dipungkiri, keberhasilan Rahudman Harahap MM itu sudah terlihat bahwa mutu pendidikan di Medan semakin maju, dengan bukti jumlah kelulusan siswa dalam Ujian Nasional (UN) setiap tahunnya menunjukkan peningkatan lebih baik. Bahkan dalam suatu acara disalah satu sekolah swasta di Kota Medan Rahudman pernah menegaskan bahwa meningkatkan mutu pendidikan merupakan komitmennya. Soalnya di era globalisasi sekarang ini persaingan di dunia pendidikan semakin ketat. Dan apabila tertinggal satu langkah maka hancurlah kita terlindas oleh kemajuan teknologi yang sudah serba canggih. Makanya, Drs H Rahudman Harahap melalui motto pendidikan yakni Pendidikan untuk semua dan semua mendidik’ harus didukung. Artinya, meningkatkan mutu dan kualitas 61
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
pendidikan tidak semata tanggung jawab pemerintah melainkan semua pihak, baik yayasan, kepala sekolah, guru, stakeholder pendidikan dan para orang tua. Untuk mendukung program itulah Walikota Medan meminta pihak sekolah di Kota Medan agar benar-benar menjalankan motto itu dengan baik dan iklas. Dengan demikian apapun yang dikerjakan akan menghasilkan yang terbaik bagi para generasi penerus bangsa. Di acara itu juga, Drs H Rahudman Harahap MM mengingatkan kepada para siswa di Kota Medan yang lulus UN jangan mudah puas, akan tetapi menjadi cemeti untuk lebih giat lagi belajar agar nilai yang lebih baik di jenjang berikutnya. Ternyata komitmen Walikota Medan diperhatikan dan disambut baik oleh Ketua DPRRD Medan Amiruddin. Bahkan orang nomor satu di DPRD Medan itu menilai, bahwa komitmen Walikota Medan dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan sudah tidak diragukan lagi dan wajib didukung. Komitmen tersebut dibuktikan dengan anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan sebesar 30 persen dari APBD Kota Medan. Dengan anggaran sebesar itu tentunya keinginan untuk memajukan pendidikan di Kota Medan dapat terealisasi, semoga. Medan Berhias Dalam upaya mendukung program kebersihan lingkungan sekaligus peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, Walikota Medan Drs H Rahudman Harahap MM, menggagas untuk dilaksanakannya program Medan Berhias yakni bersih, hijau, sehat dan sejahtera. Untuk mendukung program itu, ternyata H Rahudman Harahap MM menggalang kemitraan antara Pemko Medan, LSM, pelaku usaha, praktisi akademisi, media, relawan Kota Medan dan masyarakat di setiap kelurahan. Dia juga berharap program Medan Berhias ini agar didukung semua pihak, termasuk perusahaan-perusahaan yang ada untuk menjadikan Kota Medan bersih dan hijau. Apalagi 62
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
masalah kebersihan merupakan suatu harga diri yang harus bisa dipertahankan, sebab Medan merupakan kota metropolitan. Untuk pengelolaan sampah, Drs H Rahudman Harahap MM, telah melakukan kerjasama dengan satu perusahaan. Diyakininya, pengelolaan sampah yang akan dilakukan nanti akan jauh lebih baik dengan pengelolaan sampah di daerah lain di seluruh Indonesia. Rahudman berharap dalam menata Kota Medan kedepan peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam mewujudkan kota yang nyaman dan sejahtera. Dalam hal ini, dalam waktu dekat Pemko akan mengajukan tata ruang kota. Mengenai sistem ketenagakerjaan, konsep Walikota Medan juga akan memprioritaskan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan sehingga tidak berlarut-larut. Dengan demikian, tidak mengganggu produktivitas perusahaan. Apalagi, perusahaan dan pekerja merupakan mitra kerja yang tidak dapat dipisahkan. Mungkin dengan membentuk tim untuk memonitor seluruh perusahaan yang ada di kota Medan, dapat menekan jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK), dan bahkan keharmonisan pekerja dan pengusaha makin erat lagi. Di samping itu, upah minimum kota (UMK) harus lebih memihak kepada pekarja. Bukti nyata dengan kepedulian Walikota Medan kepada pekerja dan sukses dalam menjalankan Keselamatan dan kesehatan Kerja (K-3) baru-baru ini mendapat penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar sebagai Pembina K-3 Tingkat Nasional Tahun 2012 di Jakarta. Papan Reklame Komitmen lain yang perlu diacungkan jempol kepada Walikota Medan Drs H Rahudman Harahap MM adalah dengan diterbitkan Peraturan Walikota Medan (Perwal) No.58/2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Perda No.11/2011 tentang 63
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Pajak Reklame serta Tata Cara Penyelenggaraan Reklame. Dengan diterbitkannya Perwal itu, berarti tidak ada lagi semerawutnya pemasangan papan reklame. Tujuan lainnya yaitu supaya Kota Medan yang merupakan kota nomor tiga terbesar di Indonesia terhindar dari julukan hutan reklame. Sebelumnya, pemasangan baik itu berbentuk billboard maupun spanduk yang tidak tertata dengan baik. Hal itulah yang menyebabkan Kota Medan kurang tertata dengan baik. Namun, setelah diberlakukannya Perwal itu keindahan Kota Medan Nampak terlihat jelas. Walikota Medan juga dengan tegas bila ada papan reklame yang melanggar ijin bongkar dan tidak ada lagi perpanjangan ijin baru. Sebenarnya, ada tiga prinsip utama yang harus dipertimbangkan dalam penataan papan reklame. Khususnya di Kota Medan, pertama adalah penataan papan reklame harus disesuaikan dengan kondisi kota, kultural masyarakat, dan kenyamanan masyarakat. Penataan reklame yang sesuai dengan perwajahan kota diharapkan dapat menciptakan kondisi yang nyaman dan enak dipandang. Selanjutnya, desain reklame harus disesuaikan dengan nilai budaya masyarakat, sehingga diperlukan adanya pengaturan isi dan desain reklame yang etis dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai budaya yang berkembang. Kemudian, yang ketiga, pemerintah perlu memperbanyak iklan layanan masyarakat yang mengusung pesan moral untuk mengimbangi iklan-iklan bersifat komersil. Dengan begitu diharapkan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai moral tetap terjaga. Untuk memuluskan itu diusahakan dapat diakomodir dalam Perwal No.58/2011 tentang petunjuk teknis pelaksanaan Perda No.11/2011 tentang pajak reklame serta tata cara penyelenggaraan reklame. Oleh karenanya, diharapkan pengusaha periklanan bekerjasama dan bersinergi dengan Pemko Medan dalam menata reklame, sehingga mendukung keindahan kota yang kita cintai ini. 64
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Nampaknya, sekali maju pantang mundur, itulah kepribadian H Rahudman Harahap, banyangkan saja untuk membuktikan Perwal di atas tadi membongkar puluhan papan reklame di empat kawasan bebas reklame yang masa waktu izinnya sudah berakhir. Tim penertiban papan reklame yang terdiri dari Dinas Pertamanan, Satpol PP dan Dinas Perhubungan Medan, sudah membongkar satu bilboard di simpang Lapangan Benteng, Jalan Kapten Maulana Lubis, Medan. Untuk keindahan kota, Rahudman Harahap membuat kebijakan yang intinya, ada empat kawasan di Kota Medan sudah ditetapkan harus bebas dari papan reklame sesuai dengan aturan Perwal yakni di Jalan Diponegoro, Jalan Sudirman, Jalan Kapten Maulana Lubis dan Jalan Pengadilan. Penertiban papan reklame di empat kawasan ini, bertujuan untuk penataan Kota Medan. Meskipun upaya yang dilakukan Drs H Rahudman Harahap MM untuk menata Kota Medan selama ini, masih belum 100 persen, namun untuk mencapai maksimal sebagaimana diharapkan semua itu tidak terlepas dari peran serta masyarakat. (*)
65
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
66
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Berani dan Pantang Menyerah Oleh: Misnaryadi
67
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
68
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Berani dan Pantang Menyerah Oleh: Misnaryadi
R
AHUDMAN Harahap adalah seorang pemimpin yang berani dan memiliki sikap pantang menyerah. Dengan sikap pantang menyerah itulah berbagai penghargaan diraihnya, termasuk Piala Adipura 2012 untuk kategori kota metropolitan terbersih setelah tujuh tahun lamanya Medan tak masuk nominasi untuk penghargaan tersebut. Dulu, ketika ia mencalonkan diri sebagai walikota, banyak yang meragukan kemampuan mantan Kepala Biro asset Pemprovsu ini, bahkan hingga saat ia terpilih. Namun, keraguan itu perlahan-lahan dapat dikikisnya dengan membuat berbagai gebrakan untuk membangun Kota Medan. Kini, belum lagi dua tahun masa kepemimpinannya, Kota Medan telah dianugerahi segudang penghargaan baik dari Presiden maupun dari para Menteri Kabinet Indonesia bersatu. Di bawah kepemimpinannya, Kota Medan mengalami perubahan yang pesat. Langkah yang dilakukannya pun cukup progresif untuk ukuran kota-kota di pulau Sumatera. Dia, misalnya, mampu merelokasi para pedagang kakilima dan para peternak yang ada di dalam Kota Medan hampir tanpa gejolak. Begitu juga dengan pengadaan ruang terbuka hijau di kota ini, sehingga Kota Medan tampak semakin tertata rapi dan terlihat lebih baik dari wajah kota sebelumnya. Disamping itu, pria yang menyukai kesederhanaan ini tak bosan-bosannya menghimbau para investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, sekaligus tak segan menampik 69
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Ia juga melakukan komunikasi langsung secara rutin dan terbuka dengan masyarakat, dan disiarkan langsung oleh stasiun televisi lokal. Berkat kepemimpinannya pula Kota Medan pada bulan Juni 2012 lalu mendapat kepercayaan dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia untuk menjadi tuan rumah Pekan Flora Flori tingkat nasional (PF2N) yang diselenggarakan di lahan eks Taman Ria Medan. Suatu hari Rahudman ditanya oleh wartawan yang bertugas melakukan peliputan di Kantor Walikota Medan tentang sikapnya dalam menjalankan karir sebagai birokrat. Dengan bersahaja dia menjawab bahwa dia hanya berprinsip bagaimana rakyat bisa senang dan terpenuhi segala yang menjadi kebutuhannya.“Secara prinsip, saya hanya bekerja untuk rakyat. Hanya itu, simpel saja. Saya tidak pandai berandai-andai dan neko-neko.Yang terpenting, saya harus selalu mengontrol seluruh staf dan pejabat di jajaran Pemko Medan, apakah memang sudah benar-benar melakukan pelayanan kepada masyarakat,” katanya. “Saya berprinsip, tambahnya, sekecil apapun itu, manusia pasti butuh penghargaan. Jadi, jika kita sebagai abdi negara selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, maka apapun langkah kita untuk membangun kota yang kita cintai ini, kita akan mendapat dukungan dari masyarakat sebab kita telah memberikan pelayanan yang baik untuk masyarakat,” katanya lagi. Selain itu, terhadap dunia pendidikan di Kota Medan perhatian Rahudman juga tidak tanggung-tanggung. Di saimping membuat program pendidikan gratis, setiap tahunnya ia juga mengucurkan dana untuk beasiswa bagi para siswa yang tidak mampu agar bisa melanjutkan pendidikan mereka. Selain pendidikan, mantan Sekda Tapanuli Selatan ini juga sangat memperhatikan kesehatan warganya. Ini dibuktikannya dengan membuat program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMS) yang sudah berjalan dua tahun. “Kalau kita sakit, 70
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
bagaimana kita bisa membangun Kota Medan ini? Jadi kita harus benar-benar memperhatikan masyarakat Kota Medan agar mereka tidak sakit, sehingga masyarakat bisa terus mendukung dan membantu pelaksanaan pembangunan kota yang kita cintai ini,” ujarnya. Rahudman Harahap juga sosok yang dekat dengan warga. Kedekatan yang dibangun dengan ketulusan itu, merupakan sarananya untuk mengetahui langsung apa masalah yang dialami oleh warganya. Bahkan untuk berdialog dengan warganya itu, Rahudman tak sungkan terjun langsung ke daerah kumuh. Tak jarang pula Rahudman turun ke pasar tradisional untuk berbicara langsung kepada para pedagang.“Apa yang bisa kita ketahui kalau kita tidak melihat langsung. Saya senang bisa langsung bersentuhan dengan masyarakat,” kata Rahudman dalam satu kesempatan. Rahudman memang sangat dekat dengan rakyatnya. Banyak kegiatan yang dilakukan masyarakat dihadirinya secara langsung. Ia ingin mengajak masyarakat Kota Medan berbicara langsung dengannya tentang permasalahan yang dihadapi. Termasuk memberinya saran, gagasan, ide guna percepatan pembangunan Kota Medan. Menurutnya, memimpin sebuah kota bukanlah perkara mudah. Bahkan Rahudman mengibaratkan hal itu bagaikan menunggang seekor harimau lapar. “Tidak mudah menjadi pemimpin. Butuh tanggungjawab besar. Tak hanya kepada warga, tapi juga kepada Allah SWT. Kami tak akan bisa berjuang sendirian. Masyarakat harus saling mendukung,” tegas Walikota Medan yang ke-15 ini. Memang sosok pemimpin Walikota Medan yang satu ini seorang yang tegas, pekerja keras, lugas, sigap, dan disiplin. Namun ia juga punya rasa humor yang tinggi. Bagi yang belum pernah bertemu dan mengenalnya, tentu akan memberikan penilaian yang jauh berbeda dengan dirinya yang sebenarnya. Sorot mata yang tajam ditambah dengan kumis tebal, akan membuat orang yang baru pertama bertemu dengannya bisa-bisa menjadi gugup. 71
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman juga sangat tidak menyenangi aparatnya yang mempunyai penyakit “3T”,Yaitu Tidak Tahu,Tidak Bisa, dan Tidak Dapat. Dia berjanji akan melakukan pencopotan jabatan kepada aparatnya yang lalai dan berbuat salah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, ataupun yang tidak mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Menjadi Walikota Medan, bagi Drs. H. Rahudman Harahap, MM, bukan semata menggenggam kekuasaan. Lebih dari itu, Rahudman mempunyai mimpi untuk membangun Kota Medan ini bersama-sama dengan masyarakat.“Saya akan menjadi Walikota milik semua suku, semua agama, bagi seluruh masyarakat Kota Medan,” kata Rahudman dengan nada meyakinkan. Saat ini berbagai upaya pembangunan kota telah dilakukannya. Antara lain dengan menyusun dan melaksanakan berbagai program seperti peningkatan mutu pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan, mendorong kemitraan dan partisipasi yang luas dalam pembangunan kota, meningkatkan kemampuan dan mental aparatur agar lebih profesional, kreatif, dan inovatif dalam memberi pelayanan masyarakat, serta responsif terhadap perubahan. Ke depan, menurut Rahudman kemajuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat kota Medan akan dievaluasi berdasarkan indikator kinerja yang dapat dipercaya, valid dan akurat. Indikator kinerja pembangunan kota tersebut akan dijadikan sebagai gambaran kemajuan kota secara makro sehingga dapat dimanfaatkan untuk melakukan penilaian situasi, merumuskan berbagai alternatif strategi, dan mengidentifikasi permasalahan strategis serta kendala operasional yang ada dalam rangka memberikan feed back bagi formulasi kebijakan dan program pembangunan kota di masa yang akan datang. Untuk mewujudkan pembangunan kota Medan yang lebih terencana, terarah, menyeluruh, terpadu, realistis, berkelanjutan dan dapat dievaluasi, perlu pula dirumuskan rencana strategis sebagai guideline penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan 72
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
dan pembinaan kemasyarakatan di Kota Medan. Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan kota Medan ke depan, maka program kerja pokok yang diimplementasikan oleh orang nomor satu di Pemko Medan ini ialah meningkatkan kualitas kinerja pemerintahan yang demokratis, berkeadilan, transparan dan akuntabel. Termasuk meningkatkan kualitas sumber daya aparatur melalui pelatihan dan pengembangan berbagai program capacity building yang relevan, serta peningkatkan pola pembinaan karir berdasarkan merit system, kompetensi dan prestasi kerja. Tak berhenti disitu, ia juga meningkatkan disiplin pegawai negeri sipil sebagai abdi negara pelayan masyarakat di lingkungan pemerintah kota untuk memberikan pelayanan yang prima dengan membangun budaya birokrasi yang lebih kreatif, inovatif, dan akuntabel melalui peningkatan efektifitas manajemen pemerintahan kota. Caranya dengan mengembangkan manajemen tata pemerintahan kota yang baik (good governance), yang berorientasi kepada tujuan sehingga mampu mewujudkan pelayanan yang sederhana, cepat, merata, terukur dan responsif. Rahudman juga mengembangkan sistem informasi pemerintahan yang berbasis teknologi informasi (e-government) dengan menyederhanakan sistem, mekanisme dan prosedur. Ia juga berupaya meningkatkan penataan sarana dan prasarana kota agar serasi dan seimbang untuk semua kawasan dengan membangun jalan dan jembatan agar dapat memenuhi tuntutan pertumbuhan aktivitas perkotaan.Termasuk dengan membangun sarana dan prasarana kawasan lingkar luar serta merehabilatasi dan merawat jalan secara berkala. Tak terkecuali membangun sistem manajemen lalulintas untuk mengurangi tingkat kemacetan. Untuk mengatasi problem lingkungan, ia membangun dan meningkatkan jaringan drainase untuk mengantisipasi banjir, serta meningkatkan pelayanan penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Termasuk juga membangun sistem pembuangan air limbah 73
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
komunal dan sistem pengelolaan sampah dan pembuangan akhir melalui sistem sanitary landfill. Sebagai walikota, Rahudman pun berupaya meningkatkan kapasitas penyediaan energi dan mendorong penyediaan kebutuhan infrastruktur kota seperti pembangunan sistim angkutan masal dan penataan angkutan umum yang layak serta manusiawi bagi warga Kota Medan yang kini dipimpinnya. (*)
74
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman dan Gaya Kepemimpinannya Oleh: Hendrik Hutabarat
75
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
76
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman dan Gaya Kepemimpinannya Oleh: Hendrik Hutabarat
K
ALAU seseorang, terutama wartawan, melihat sepintas gaya komunikasi dan kepribadian Walikota Medan Drs. Rahudman Harahap, MM, kemungkinan besar akan timbul kesan sungkan, dingin, dan seakan berjarak. Memang, tidak salah bila kesan itu timbul. Sebab, mantan Sekretaris Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan itu memang terlihat nyaris tanpa senyum. Kesan itu semakin diperkuat dengan wajah seram plus kumis tebal melintang yang dimiliki pak Wali ini. Tapi hal itulah yang justru mendorong penulis untuk mengenal gaya komunikasi dan kepribadian Walikota Medan ini secara lebih mendalam. Minimal dengan mengikuti berbagai pertemuan dan melihat langsung berbagai acara yang dihadirinya. Tak mudah memang mewujudkannya karena mobilitas beliau yang cukup tinggi, ditunjang pula dengan kendaraan dinas yang mumpuni, sehingga membuat penulis yang hanya mengendarai sepeda motor butut keteteran mengikutinya. Tapi upaya penulis tidak sia-sia. Dalam berbagai kegiatan Rahudman yang sempat penulis ikuti, terbukti bahwa asumsi “minor” tentang karakter dingin, keras, dan seram itu ternyata hanya rumor belaka. Dalam setiap acara, penulis menyaksikan langsung beliau bersalaman dan berpelukan erat warga, serta berbicara dari hati ke hati dengan warga yang ditemuinya. Kunjungan dan acara sholat Jum’at yang digelar Walikota dan rombongan ke berbagai mesjid di Kota Medan yang dikenal dengan nama Safari Jum’at, atau juga Safari Subuh, adalah contoh 77
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
di mana Walikota Medan ini ingin membangun komunikasi yang efektif, manusiawi, dan apa adanya dengan warga atau jama’ah mesjid yang beliau kunjungi.Yang tak kalah penting adalah, dalam setiap acara itu Rahudman lebih banyak mengenakan busana masyarakat biasa ketimbang cara berpakaian formal ala birokrat. Di banyak kesempatan, sangat sering penulis melihat Walikota berpakaian tak resmi. Untuk meresmikan sebuah hajatan atau pameran, terkadang Walikota memilih menggunakan t-shirt lengan pendek berkerah, plus celana jeans. Dengan gaya berpakaian seperti itu, Rahudman seakan hendak berkata; “Saya dan Anda tidak berjarak, saya ingin mengenal Anda lebih akrab dan bersahabat.” Hanya di saat-saat tertentu, terutama ketika formalitas sangat dibutuhkan dalam sebuah acara seperti menghadiri sidang paripurna DPRD Medan atau menerima kunjungan pejabat dari Jakarta, barulah Walikota Medan ini berpakaian formal dengan menggunakan jas dan dasi atau menggunakan baju dinasnya. Namun begitu, terkadang pakaian formal itu dipakai juga oleh Rahudman ketika bertemu dengan masyarakat biasa. Sebab, tak jarang masyarakat memang ingin melihat pimpinannya tampil gagah dan ganteng dengan pakaian dinas atau uniform. Dan sebagai walikota, Rahudman tak sungkan memenuhi dahaga warganya tersebut. Dalam beberapa kesempatan, tersirat Rahudman ingin membahagiakan banyak orang. Namun di saat lainnya ia berharap bisa dimaklumi jika mengambil sebuah tindakan tegas demi kepentingan bersama. Sikap seperti ini belum pernah dilakukan secara intensif oleh Walikota Medan sebelumnya. Komunikasi Efektif Sejatinya, perkenalan pertama saya dengan sosok Rahudman bukanlah saat ia menjadi Penjabat Walikota Medan dan kemudian menjadi Walikota Medan melalui hasil pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) 2010. Tapi jauh sebelum itu. 78
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Tepatnya ketika saya sebagai wartawan Harian Medan Bisnis “ngepos” di kantor Gubernur Sumatera Utara Jalan Diponegoro, Medan. Saat itu sekitar paruh pertama tahun 2009 ketika beliau menjabat Asisten Pembinaan Hukum dan Sosial Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Utara (Setda Propsu), lalu disusul kemudian saat ia menjadi Asisten Administrasi Hukum dan Aset Setda Propsu. Memang seperti itulah gaya seorang Rahudman Harahap.Tidak dibuat-buat, tetapi bukan berarti ia sombong. Hal ini saya buktikan saat suatu hari saya mewawancarai beliau di ruang kerjanya di lantai Sembilan kantor Gubernur Sumut. Kala itu berhembus angin kencang kalau Gubernur Sumatera Utara, H Syamsul Arifin, menjagokan Asisten Pembinaan Hukum dan Sosial Sekretariat Setda Propsu ini sebagai Pj.Walikota Medan menggantikan Affifudin Lubis. Saya menunggu beberapa waktu lamanya di ruang tunggu sebelum kemudian dipersilahkan oleh ajudan pribadinya yang bernama Juni atau yang akrab disapa Cuncun untuk masuk ke dalam ruang kerja beliau. Saat saya menanyakan kebenaran isu tersebut, Rahudman langsung berkata dengan nada lembut dan wajah yang tenang; “Sudahlah Medan Bisnis (beliau selalu memanggil saya dengan nama media saya), saya ini selalu ikut apa kata atasan saya. Saya tak tahu pasti tentang rumor pengangkatan sebagai Pj Walikota itu.Tetapi yang penting saya selalu berusaha untuk bekerja sebaik mungkin, di mana pun dan kapan pun.” Sikap dan gaya Rahudman tersebut, ditinjau dari ilmu politik adalah type kepemimpinan yang natural. Rahudman seperti menyadari bahwa dia besar di huta (desa). Hal ini diperkuat pula oleh latarbelakang beliau sebagai suku Batak Angkola, yang memang dikenal berbicara dengan lurus, tegas, dan apa adanya. Ia juga menyadari kalau pikiran dan mentalnya dimapankan dalam tempaan kepemimpinan yang birokratik. Perjalanannya yang panjang sebagai birokrat di berbagai daerah, baik di kabupaten Tapanuli Selatan (sebelum dipecah menjadi beberapa kabupaten dan kota di era reformasi), maupun di Pemerintah Kota (Pemko) 79
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Pematangsiantar dan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara (Pempropsu), diejawantahkannya selaku Walikota Medan saat ini. Namun demikian bukan berarti Rahudman tanpa “sense of humor”. Terkadang Walikota Medan ini menjadikan dirinya sebagai parodi atau bahan leluconnya sendiri. Sering saat hendak memasuki sesi berfoto seusai dilakukannya wawancara atau berdialog dengan wartawan,Walikota Medan ini bercanda dengan mengatakan dirinya nanti akan semakin seram bila difoto. Tak pelak, canda yang rendah hati itu menimbulkan gelak tawa di kalangan jurnalis yang “ngepos” di Pemko Medan. Type kepemimpinan yang natural itu melekat berbarengan dengan tempaan organisasi birokrasi yang diembannya bertahuntahun lamanya.Artinya, gaya Rahudman yang “ceplas-ceplos” dan tidak “mencla-mencle” itu berpadu erat dengan efektifitas kepemimpinan organisasi yang linear dan struktural, dalam hal ini di Pemko Medan. Sangat jarang terlihat perintah Walikota yang meleset atau tidak dilaksanakan sama sekali oleh para kepala dinas, kepala badan, atau pimpinan di tingkat institusi yang ada di bawah jajaran Pemko Medan. Itulah Drs. Rahudman Harahap. MM,Walikota Medan yang punya kumis lebat melintang dan katanya berwajah seram, namun ternyata memiliki banyak sekli kelembutan. (*)
80
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Gila Kerja, Kerja Gila Oleh: Adlansyah Nasution
81
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
82
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Gila Kerja, Kerja Gila Oleh: Adlansyah Nasution
T
ATAPAN tajam dan ketegasan. Inilah yang terlihat saat pertama kali berhadapan langsung dengan Walikota Medan Drs H Rahudman Harahap MM. Hari itu, hari pertama saya ditugaskan oleh redaksi untuk meliput seluruh kegiatan di lingkungan Pemerintahan Kota (Pemko) Medan. Bermodalkan proyeksi redaksi usai mengikuti rapat pagi, saya menuju ke lokasi acara yang dihadiri Rahudman. Setelah memberikan sambutan dan pengarahan, orang nomor satu di Pemko Medan itu, terlihat bersiap-siap meninggalkan lokasi kegiatan. Tak lama kemudian, dia berjalan menuju mobil dinas plat BK 1 D. Itu merupakan kesempatan bagi seluruh jurnalis dari media eletronik dan cetak, wawancara dengannya. Proyeksi yang diberikan redaksi harus beda dari media lain, maka saya harus menunggu rekan jurnalis lain selesai dan bubar. Waktu yang dinanti tiba. Saya mendekatinya dan bertanya apakah boleh mengajukan beberapa pertanyaan lain. Dia tersenyum, namun alisnya terangkat. Saya anggap senyuman itu adalah persetujuan. Saya langsung mengaktifkan alat perekam dan menyodorkan ke wajahnya sambil melontarkan pertanyaan yang mengkritisi kebijakannya. Mendengar pertanyaan itu, tatapan tajamnya menghunjam saya. Saya berusaha tidak gugup mendengar jawabannya yang bernada keras, namun penuh ketegasan sembari melangkah maju menuju mobil dinasnya yang sudah stand by. Usaha saya untuk tidak gugup gagal. Sejumlah pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, hampir hilang dari ingatan didalam kepala. Syukurlah 83
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
pengalaman di lapangan selama bertugas meliput di kepolisian membuat saya bisa mengendalikan rasa gugup itu. Sesekali untuk mengimbangi tatapan tajam matanya, saya terus melontarkan pertanyaan sambil menghindari tatapan langsung. Kendati demikian, Rahudman memberikan jawaban atas semua pertanyaan, walaupun dengan kalimat yang singkat dan tegas. Wawancara yang tidak begitu berhasil itu, membuat saya semakin ingin lebih dekat mengenal mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Padang Sidimpuan itu. Walaupun begitu saya senang, karena proyeksi terpenuhi dengan langsung mendapat jawaban dari narasumber yang kompeten. Sebagai jurnalis, saya sering menulis program Rahudman serta kebijakan-kebijakannya. Misalnya soal pembenahan insfrastruktur, pendidikan serta kesehatan.Ada yang berjalan baik, ada pula yang belum baik. Rahudman terus memastikan, bahwa dia dan jajarannya akan memberikan perubahan. Dia memastikan, seluruh jajaran Pemko Medan adalah pelayan masyarakat, bukan malah meminta pelayanan kepada masyarakat. Keseriusan Rahudman membenahi infrastruktur tercermin dengan terbitnya Peraturan Walikota (Perwal) Medan Nomor 9/2009 tentang Larangan Mendirikan Bangunan di Atas Drainase. Ia juga memerintahkan pembangunan drainase di 71 lokasi di Kota Medan yang dibangun dengan anggaran Rp40 miliar. Lalu, 452 titik drainase memperoleh alokasi dana perawatan agar fungsi awal drainase tersebut kembali beroperasi secara optimal. Dampaknya cukup dahsyat.Titik genangan air dan banjir menurun drastic, dari 95 titik menjadi sekitar 40 titik. Rahudman menunjukkan perubahan yang berarti bagi masyarakatnya. Rahudman juga langsung turun ke lapangan bersama SKPDnya guna menampung seluruh keluhan-keluhan masyarakat yang merasa belum terlayani dengan baik. Sesekali juga tanpa kenal waktu, baik itu pada siang ataupun malam hari, Rahudman mengecek langsung kinerja anggotanya dengan melakukan insfeksi mendadak (sidak). 84
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Tak segan-segan pula Rahudman memberikan teguran kepada aparaturnya yang bekerja tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (Tupoksi), terutama para pejabat yang dinilainya kurang maksimal dalam bekerja. Jika pejabat itu tidak mengindahkan teguran, sanksi pencopotan dijatuhkan. Hal itu wajar menurutnya, karena dalam menjalankan pembangunan Kota Medan dibutuhkan orang-orang yang mampu bekerjasama dengan dirinya. Dalam pandangan saya selaku jurnalis, Rahudman adalah sosoknya yang tidak mencla-mencle dalam bekerja. Dia juga tidak segan langsung turun tangan bila menurutnya masih pantas seorang Walikota melakukannya. Tujuannya tentu memberikan contoh kepada bawahannya, bahwa pimpinan yang sudah lari dengan kecepatan 75 harus bisa diikuti bawahannya dengan kecepatan paling rendah 50. Sampai saat ini, dari hasil perbincangan saya dengan beberapa journalist senior di Kota Medan., tidak ada Walikota di Medan yang bisa memberikan perubahan signifikan, selain Rahudman. Salah satu contoh gebrakan yang dilakukannya keberanian menertibkan pedagang kaki lima (PKL).Walau belum tertata secara keseluruhan, Rahudman sudah bisa membuktikan kinerjanya. Rahudman juga mengembalikan jalan alternatif Pasar Meranti yang selama puluhan tahun dikuasai oleh para pedagang tradisional, sehingga hak pengguna jalan umum terabaikan. Tujuannya agar kemacetan di Jalan Gatot Subroto bisa teratasi. Rahudman memindahkan para pedagang ke tempat yang lebih layak, yakni di Gang Khandak. Hal sama juga terjadi di Jalan Mayor, Pulo Brayan dan Jalan Kemiri I serta Jalan Seksama. Rahudman mendapat ganjaran,. Pemerintah pusat jatuh hati. Pemko Medan mendapat penghargaan dalam perbaikan dan perawatan infrastruktur. Penghargaan itu langsung diberikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Republik Indonesia. Selanjutnya, setahun setelah resmi menjadi Walikota Medan, 85
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
berbagai penghargaan lain diterima Pemko Medan, baik dari pemerintah pusat maupun dari pihak swasta. Di tahun 2011 saja, Walikota Medan menerima serangkai penghargaan bergengsi seperti penghargaan Program P-2 HIV dan AIDS di Tempat Kerja dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Muhaimin Iskandar. Kemudian, penghargaan Kinerja Pemerintah Daerah Bidang Pekerjaan Umum kategori Kota Metropolitan dari Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Djoko Kirmanto. Lalu dianugerahi penghargaan International Communication and Technology (ITC) Pura 2011 dari Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring. Kemudian, penghargaan dari Menteri Lingkungan Hidup, Prof Dr Berth Kambuaya yakni Publik Expose Program Langit Biru. Untuk urusan mengayomi tenaga kerja, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Muhaimin Iskandar, pun ikut member penghargaan pada Rahudman. Tahun 2012 ini, Menteri Tenaga Kerja kembali memberikan Rahudman penghargaan sebagai Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) Tingkat Nasional Tahun 2012 di Jakarta pada 25 April lalu. Berikutnya, Rahudman meraih Government Award 2012 di Hotel Santika Premiere Dyandra. Kali ini penghargaan itu berasal dari pihak swasta, yakni dari Sindo Media. Tidak tanggung-tanggung, penghargaan ini diberikan langsung Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Ir M Hatta Rajasa karena orang nomor satu di Pemko Medan ini bersama dengan delapan kepala daerah lainnya dinilai berprestasi dalam upaya menyejahterakan masyarakat di wilayahnya masing-masing. Lalu yang tak kalah pentingnya adalah penghargaan dan Piala Adipura untuk Kota Medan dengan kategori Kota Metropolitan yang diberikan langsung Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono di Istana Negara. Penghargaan itu sekaligus melepas dahaga Pemko Medan yang sejak tahun 2005 lalu tidak pernah meraih penghargaan bergengsi itu. 86
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Selang enam hari kemudian, Rahudman kembali memperoleh penghargaan. Kali ini penghargaan itu datang dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, berupa Pemeringkatan e-Goverment Indonesia (PeGI) yang diberikan langsung oleh Menteri Kominfo, Tifatul Sembiring. Penghargaan ini terasa special, karena Medan satu-satunya kota di luar pulau Jawa yang meraihnya. Selain itu penghargaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam bentuk piala dan sertifikat yang diserahkan langsung Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan dan diterima oleh Wakil Walikota Medan, Drs H Dzulmi Eldin MSi. Namun, yang juga membanggakan dari Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK RI) Perwakilan Propinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa, penggunaan APBD Kota Medan Tahun Anggaran (TA) 2011 memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Saya berpikir, semua penghargaan itu diperoleh “kegilaan” Rahudman terhadap kerja. Seolah dia akan sakit kalau tidak terus bekerja. Dia selalu menciptakan pekerjaan baru, sehingga terkadang jajarannya sulit mengikutinya. Hebatnya, Rahudman bukan hanya “gila kerja” namun juga dia bisa melahirkan “kerja gila”, kerja yang awalnya dianggap tak mungkin, namun akhirnya menimbulkan decak kekaguman. (*)
87
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
88
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Mengerti Kebutuhan Masyarakat Oleh: Bambang Sugiarto
89
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
90
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Mengerti Kebutuhan Masyarakat Oleh: Bambang Sugiarto
K
EBIJAKAN pembangunan yang diterapkan seorang Rahudman Harahap, tentu bukan karena keinginan semata yang muncul secara tiba-tiba. Dia memiliki pengalaman dan kemampuan memimpin kota ini secara memadai. Lebih dari itu, figur ini merupakan birokrat tulen dan pamong yang sangat mengerti kebutuhan masyarakat. Rahudman Harahap, lahir di Gunung Tua tahun 1959. Dia menetap di Padang Sidimpuan sampai menamatkan pendidikannya di SMAN Padangsidimpuan tahun 1977. Rahudman muda selanjutnya mendaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan pangkat IIa tahun 1981. Untuk menunjang karirnya, dia menuntut ilmu lagi di IIP Jakarta dan selesai tahun 1989. Sedangkan gelar Magister Management-nya, dia tamatkan di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) tahun 2003. Kini, lebih dari separoh usianya, dia habiskan untuk mengabdi kepada masyarakat. Sebagai seorang pamong, suami Hj Yusra Siregar ini, pertama sekali menduduki jabatan kemasyarakatannya di Pematangsiantar. Yakni menjadi Sekcam Siantar Barat tahun 1990. Beberapa bulan kemudian dia diangkat menjadi camat di sana. Jabatan lain yang pernah didudukinya adalah sebagai Kadis Pasar Pematangsiantar, Kepala Dinas Pendapatan Tapanuli Selatan (Tapsel), Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Tapsel, staf pada Balitbang Pemprovsu, Asisten Pembinaan Hukum dan Sosial Setdaprovsu, Asisten Administrasi Hukum dan Aset Setdaprovsu dan yang 91
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
terakhir sebelum resmi menjabat Walikota Medan periode 20102015, ia adalah Pj Walikota Medan. Dari pengalaman birokrasi yang begitu lengkap, Rahudman Harahap yang merupakan ayah dari lima anak ini, meyakinkan dirinya untuk maju sebagai calon Waikota Medan tahun 20102015. Delapan bulan sebelum menjabat Penjabat (Pj) Walikota Medan, nama Rahudman Harahap menjadi buah bibir masyarakat Kota Medan. Rahudman cepat dikenal sebagian warga Kota Medan. Ia ditunjuk sebagai Penjabat (Pj) Walikota Medan berdasarkan Surat Keputusan Mendagri Nomor 131.12-513 tahun 2009 tertanggal 11 Juli 2009 tentang pemberhentian dan pengangkatan Penjabat (Pj) Walikota Medan. Atas nama Menteri Dalam Negeri, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) H Syamsul Arifin SE, pada 22 Juli 2009, kemudian melantiknya sebagai Pj Walikota Medan. Pada sambutannya kala itu, Syamsul juga menegaskan agar Rahudman sebagai Pj Walikota Medan untuk fokus kepada penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Medan, April 2010. Dibebani tugas fokus pada Pilkada Kota Medan tak membuat Rahudman pusing. Dia malah membuat gebrakangebrakan spektakuler. Dia menertibkan para pedagang kaki lima yang berjualan hingga ke badan jalan di kawasan pasar tradisional Sukaramai, Sei Sekambing dan banyak lagi pasar-pasar lainnya. Dia juga serius menggerakkan aparatnya membersihkan parit, mengaspal jalan yang kupak-kapik.Apa yang dilakukan Rahudman seolah menjadi angin segar atas perbaikan Kota Medan yang selama ini tak pernah dilakukan pendahulunya. Namanya pun berkibar. Dia dibenci dan dicintai. Pro-kontra tentang sosok Rahudman menjadi perbincangan di mana-mana. Rahudman Harahap terkenal garang di lapangan, namun ia tetap fokus membangun Kota Medan dengan pelayanan maksimal untuk masyarakatnya. Keyakinan Rahudman itu pun kini terbukti benar. Rahudman Harahap yang berpasangan dengan Drs Dzulmi Eldin, akhirnya dilantik sebagai Walikota Medan pada 26 Juli 2010. 92
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Drs H Rahudman Harahap MM, adalah Walikota Medan yang ke 15 setelah Mr Luat Siregar (1945-1945), Mr M Yusuf (1945-1947), Djaidin Purba (1947-1952), AM Jalaludin (19521954), H Muda Siregar (1954-1958), Madja Purba (1958-1961), Basyrah Lubis (1961-1964), PR Telaumbanua (1964-1965), Aminurasyid (1965-1966), Drs Sjoerkani (1966-1974), M Saleh Arifin (1974-1980), AS Rangkuty (1980-1990), H Bachtiar Djafar (1990-2000), Drs H Abdillah Ak MBA (2000-2009), Drs H Afifuddin Lubis MSi (2009-2010). Rahudman yang suka dengan kerapian dan keindahan itu, diaktualisasikannya melalui penampilan Kantor Walikota Medan yang kelihatan semakin rapi, tertata, anggun dan berwibawa. Dia menginginkan terciptanya aparatur Pemerintah Kota Medan yang beretika dan berestetika, mempunyai nilai moral yang tinggi diselaraskan dengan punya rasa seni dan keindahan yang baik pula sehingga tugas dan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik, tenang, nyaman, dan tetap segar. Konsekuensinya ia pun harus memikirkan peningkatan kesejahteraan PNS Pemko Medan, dibarengi dengan mempersiapkan fasilitas pendukung pekerjaan. Ini dibuktikannya dengan mengalokasikan dana pada APBD Kota Medan Tahun 2011 untuk menaikkan secara signifikan tunjangan kesejahteraan PNS Pemko Medan secara berjenjang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawabnya. Bahkan di tingkat jajaran perangkat Pemko Medan yang paling bawah, tidak luput dari perhatian Rahudman dengan memberikan gaji terhadap para kepala lingkungan (Kepling). Begitu pula penyediaan kenderaan dinas jabatan dan operasional yang semakin menaikkan performance, wibawa dan citra aparatnya dalam mengemban tugas-tugas rutin dan operasional Pemerintah Kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia. Semua itu tentu tidak diberikan secara cuma-cuma begitu saja. banyak pula tuntutan yang harus dipenuhi para aparatnya antara lain harus dapat menunjukkan penegakan disiplin yang baik, 93
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
yang dibuktikan melalui kehadiran pada waktu apel pagi dan sore, peningkatan kinerja dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi SKPD-nya masing-masing, peningkatan kepuasan masyarakat melalui pemberian pelayanan, dan muaranya adalah peningkatan percepatan pembangunan Kota Medan menuju Kota Medan menjadi kota metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera. Menjadi Walikota Medan bagi Drs H Rahudman Harahap MM, bukan semata mengenggam kekuasaan. Lebih dari itu, Rahudman punya mimpi untuk membangun Kota Medan ini bersama masyarakat. Dia pun bertekad kalau dirinya akan menjadi walikota milik semua suku, semua agama, bagi seluruh masyarakat Kota Medan. (*)
94
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman dan Fenomena “Out of Box” Oleh: Dipo Sumarno
95
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
96
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman dan Fenomena “Out of Box” Oleh: Dipo Sumarno
K
ETIKA masih menjadi Penjabat Walikota, Rahudman sudah berani membuat terobosan dan gebrakan yang cukup mencengangkan. Pasar tradisional yang dulu kumuh, jorok dan semrawut, yang kerap dituding sebagai biang kemacetan, dipolesnya dan ditata rapi. Pedagang kakilima yang dikenal “bandel” lantaran senang menggelar dagangan hingga ke badan jalan dan sulit ditertibkan, berhasil ia “jinakkan”. Mereka akhirnya malah memuji keberanian Rahudman, meski ada sebagian yang protes sebab ia dinilai sengaja mau meminggirkan pedagang kecil yang sudah puluhan tahun mengkais rezeki di tempat itu.Tapi Rahudman yang pernah mendapat predikat “Siantar Man” karena dekat dengan kalangan preman pasar tatkala menjabat Kadis Pasar di Kota Siantar itu, ternyata dipuji karena berhasil men-setup dan menyulap pasar tradisional menjadi bagus dan tidak lagi kotor. Tak tangung-tanggung, untuk memuluskan tugas mulia ini, Rahudman bahkan rela “begadang” sampai subuh. Padahal, kalau mau jujur, di pagi subuh itu justru banyak pejabat publik yang boleh jadi masih terlelap tidur. Tapi tidak bagi Rahudman. Dia wara-wiri ke pasar tradisional yang menjadi penunjang utama ekonomi masyarakat bawah. Rahudman Terjun langsung ke pasar dan berdialog dengan pedagang. Hasilnya sungguh di luar dugaan. Kawasan pasar jalan Veteran misalnya, yang dulunya kumuh dan macet karena pedagang menggelar dagangannya hingga ke badan jalan, kini sudah tertib dan tertata apik. Tak sebatas itu, gebrakan lain yang cukup membuat warga 97
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Medan terperangah adalah ketika Rahudman “membidik” drainase. Saluran air (parit) yang mampet karena sampah menumpuk dan membuat banjir, dikorek supaya airnya bisa mengalir dan tak menggenangi badan jalan. Tak menggherankan kalau Rahudman kemudian dijuluki pula sebagai “Walikota Korek Parit” karena kerjanya mengubek-ubek saluran tumpet. Namun hasilnya, Kota Medan yang dulu kalau hujan sepuluh menit saja langsung banjir, pelan tapi pasti mulai mengalami perubahan. Begitulah, ketika Pilkada kota Medan digelar dan Rahudman ikut bertarung, dukungan warga kepadanya pun langsung mengalir deras. Warga sangat menggantungkan harapan pada Rahudman, kendati kandidat Walikota lainnya juga punya seabrek program untuk membangun Kota Medan. “Aku nyoblos Walikota korek parit ajalah, sudah nampak kerja dan keseriusannya membenahi kota Medan ini,” ungkap warga Medan ketika itu. Terbukti, Rahudman - terlepas dari kelebihan dan kekurangannya - akhirnya memang melenggang ke kursi Medan satu. Bisa jadi inilah salah satu contoh kecil dari apa yang diperlihatkan Rahudman, yang berani keluar dari kotak (Out of Box) untuk melakukan terobosan dan menyaksikan dari dekat persoalan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Padahal, biasanya pejabat publik akan berpikir serta bertindak sangat birokratis, prosedural dan formal. Akan menjadi lebih aneh lagi kalau pejabat publik itu, tidak “patuh” pada protokoler. Namun sepertinya semua itu tidak melekat pada diri dan sosok Rahudman. Pria berkulit legam, berkumis tebal dan kerap tampil elegan ini, berani mengesampingkan itu semua, sampai-sampai pimpinan SKPD terkadang sulit meraba dan membaca jalan pikirannya. Apa boleh buat, fenomena “Out of Box” Rahudman menjadi trending topic dalam setahun belakangan ini. Gaya kepemimpinan model ini jelas akan menjadi sebuah realitas pembelajaran untuk Walikota Medan tahun-tahun mendatang. Sebab, menurut penulis, kalau boleh jujur Rahudman tidak hanya sekedar tampil beda, tapi sungguh dia memang berbeda dari 98
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
kebanyakan Walikota maupun pejabat publik lainnya. Penulis menilai Ide dan gagasan “liar” Rahudman kerap membuat “pening” pimpinan SKPD. Misalnya penerapan kebijakan satu hari penuh di kantor dan selebihnya di lapangan, adalah etos kerja baru yang dibangunnya di jajaran Pemko Medan. Rahudman ingin memberikan pengalaman betapa melihat itu seribu kali lebih penting daripada mendengar (seing is believing). Melihat langsung baru percaya. Maka, sudah menjadi rahasia umum jika Rahudman turun ke lapangan dikelilingi puluhan “pengikut”, yakni para staf dan kepala dinas. Ini membersitkan bahwa menjadi pejabat jangan cuma minta dilayani, tapi juga mesti jadi pelayan masyarakat serta mampu membangun komunikasi dua arah. Untuk melihat dari dekat persoalan serta mendengar langsung aspirasi warganya, Rahudman, alumni IIP Jakarta yang dikenal sangat menjaga penampilannya mulai dari sepatu, kemeja dan celana yang dikenakannya, melakukan safari Jum’at dan Safari sholat Subuh. Tak berhenti di situ, Bapak empat anak yang tetap menjaga kebugaran tubuhnya dengan jogging di lapangan olahraga Gaperta Sport Center hampir setiap sore itu, juga menggelar “talk show” ke stasiun televisi maupun radio guna melakukan komunikasi langsung dengan warganya. Dengan cara itu ia mengajak warga Medan untuk melibatkan diri mengawasi jalannya pembangunan dan kemajuan kota ini. Tidak sekedar cuap-cuap “mengumandangkan” keberhasilannya, tapi juga mendengar langsung keluhan dan keinginan warganya. Dengan demikian aspirasi warga bisa ditampung dan dicarikan solusi terbaik. Artinya Rahudman tak cuma mendengar laporan “ABS” dari bawahannya, melainkan lebih jauh lagi, menuntun warganya untuk mengembangkan budaya dialog yang belakangan semakin memudar. Perobohan Masjid Al-ikhlas di kawasan jalan Timor Medan misalnya, yang sempat menjadi isu nasional karena bisa memicu konflik dan berpotensi SARA, mampu diredam Rahudman. Dia berdialog langsung dengan LSM maupun Ormas Islam. Masjid 99
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
yang dirobohkan dan kemudian dipindahkan ke tempat lain, kini kembali dibangun kokoh di tempat semula. Kepiawaiannya berdialog dan membangun komunikasi dengan unsur Muspida itu, akhirnya berbuah manis. Malah Rahudman yang memulai kerier PNS-nya dari menjadi Sekwilcam Siantar Barat lalu menjadi Camat di situ, berani menjamin tak ada lagi perobohan masjid di kota Medan. Penulis menilai di sinilah letak kepiawaian Rahudman dalam menangani persoalan besar. Sukses yang ditoreh Rahudman tak kecil, memang.Tengok saja, dalam beberapa bulan terakhir Medan berhasil mengukir prestasi cukup lumayan bagus.Adipura 2012 dalam kategori Kota Metropolitan terbersih dari Presiden SBY diraihnya. Menyusul berturut-turut Government Award 2012, Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Penghargaan Award dari Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) serta penghargaan lain untuk Kota Medan. Keberhasilan ini, sudah barang tentu bukanlah “proyek pencitraan” Rahudman seperti dituduhkan banyak orang. Tapi diakui atau tidak, ini wujud pelaksanaan tanggungjawab Rahudman sebagai Walikota kepada jajarannya mulai dari kepala lingkungan, lurah, camat sampai pimpinan SKPD. Sebab, kalau kita menanam, ya sepantasnya menuai hasilnya. Kalau kepling, lurah, camat ditegur supaya daerah dan lingkungannya bersih, nyaman dan aman, dan kemudian teguran itu membuahkan penghargaan Adipura, adalah wajar dan sah-sah saja jika kebanggaan atas penghargaan itu dibagikan Rahudman kepada semua jajarannya. Sebagai walikota Rahudman memang dikenal “garang.” Tapi di balik semua itu, dia adalah sosok yang ramah, humoris, familiar, terbuka dan berbicara apa adanya. Ia tidak tega dan sulit menolak jika ada sesuatu yang mengharuskan dia membantu. Dia tidak ingin orang lain kecewa dan sakit hati. Kalaupun ada keinginan dan tuntutan warga yang belum terpenuhi, itu bukanlah kelalaiannya. Tapi bisa jadi dia sudah memikirkan bagaimana 100
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
mencarikan jalan keluarnya sehingga warga tidak merasa dikibuli dan cuma diberi angin sorga. Hanya saja terkadang memang warga tidak sabar. Semuanya mau cepat, serba instant. Padahal dirinya adalah seorang manusia biasa yang kelebihannya hanya karena diberi amanah sebagai walikota. Itu saja. Jadi dia bukan malaikat yang langsung bisa mengabulkan semua permintaan dalam hitungan detik, layaknya membalikkan telapak tangan. Pemikiran lain Rahudman yang dianggap keluar dari kotak itu - meski ini cuma kebijakan – adalah pemberian pertanggungan asuransi bagi para Kepala Lingkungan (Kepling) di Medan yang total jumlahnya mencapai dua ribu orang. Kebijakan ini merupakan lompatan besar bagi bapak empat anak yang sempat mengenyam jabatan sebagai Pj. Sekda Tapanuli Selatan tersebut.Terutama untuk memberi jaminan asuransi bagi Kepala lingkungan yang meninggal dunia. Sebagai ujung tombak pemerintahan paling bawah, Kepling memang layak dan pantas mendapat perhatian ekstra dari Rahudman. Semua itu diberikannya dengan harapan agar Kepling mampu bekerja lebih baik dalam menjaga lingkungannya dan mendorong warganya untuk berpartisipasi aktif memberhasilkan program pembangunan dan kemajuan kota Medan. Jadi Kepling tidak cuma sibuk mengurusi surat DNA Nikah, KTP/KK, atau menagih uang jaga malam dan kebersihan, tapi lupa mendata warganya yang kurang mampu untuk mendapat kartu Jamkesmas dan jatah beras miskin (raskin) yang belakangan banyak dikeluhkan. Tekad dan keberanian Rahudman dalam berpikir dan bertindak bergaya “Out of Box”, memang tidak diperlihatkannya pada saat kampanye pada Pilkada Medan 2010 lalu. Tapi kini, setelah menjadi orang nomor satu di kota berpenduduk hampir 2,5 juta jiwa ini, gaya kepemimpinan “Out of Box” itu justru diperlihatkan pria kelahiran Gunungtua, 21 Januari 1959 ini. Satu gaya kepemimpinan yang memang sangat dibutuhkan warga Kota Medan sekarang ini. 101
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Sebagai manusia biasa, lulusan Pascasarjana UISU 2003 jurusan Magister Manajemen ini agaknya menyadari betul bahwa ada juga sebagian warga yang tidak puas dengan program yang dilaksanakannya meski terlihat jelas Kota Medan kini makin mentereng dengan sejumlah gedung tinggi menjulang.Tapi sebagai birokrat tulen yang kenyang pengalaman, Rahudman toh tetap menjaga dan memelihara silaturrahmi.Tetap berdiri di atas semua kelompok maupun golongan. Tetap konsisten dengan kebijaksanaan dan keputusan yang diambilnya. Sulit memang menebak jalan pikiran mantan Kadispenda Tapsel ini. Sebagai Walikota dengan gaya kepemimpinan “Out of Box”, Rahudman adalah sosok trendsetter (diikuti dan ditiru banyak orang), terutama dalam gayanya memimpin dan menukangi Kota Medan menjadi kota jasa, bermartabat, berbudaya dan berdaya saing.Termasuk juga gaya berpakaian dan penampilannya. Penulis yakin gaya itu akan ditiru oleh pejabat publik lainnya. Sebagai seorang pamong, suami Hj. Yusra Siregar ini memang tipikal pekerja keras, disiplin, tegas, dan pragmatis. Maka, meski sudah lebih dari separoh usianya dia habiskan untuk mengabdi kepada masyarakat, tetap saja ketika warga membutuhan pemimpin bergaya “Out of Box”, Rahudmanlah orangnya. Dan di balik semua yang sudah dilakukannya, warga Medan masih menunggu kejutan apalagi yang akan dibuatnya. (*)
102
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Sekilas Merekam Gebrakan Rahudman Oleh: Ayub Badrin
103
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
104
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Sekilas Merekam Gebrakan Rahudman Oleh: Ayub Badrin
D
UA tahun sudah Drs H Rahudman Harahap memimpin Kota Medan. Dengan motto “Hari Ini Lebih Baik Dari Hari Kemarin dan Hari Esok Lebih Cerah Dari Hari Ini”, Rahudman memulai menata Kota Medan. Berbagai gebrakan dilakukan. Salah satu gebrakan yang cukup menyentak publik adalah penataan pedagang kaki lima di kawasan pasar tradisional. Beberapa pasar tradisional dirazia setiap hari. Puluhan Satpol PP diturunkan untuk menjaga agar pedagang kaki lima tidak kembali “memakan” badan jalan. Masih segar dalam ingatan, bagaimana pembenahan di Pasar Sei Kambing Medan. Setiap pagi puluhan Satpol PP diterjunkan untuk menertibkan pasar yang dianggap semraut itu. Banyak kalangan mengakui, keberadaan pasar-pasar tradisional di inti kota Medan, seperti Pasar Sukaramai dan Pasar Sei Kambing sebagai biang kemacetan lalulintas. Kebijakan Rahudman itu memunculkan polemik. Bahkan ada yang menyebutnya hanya tahu menggusur pedagang kecil. Rahudman tak peduli, bahkan pedal gas semakin ditekan. Hasilnya, waktu itu seluruh badan jalan di kawasan pasar tradisional kembali berfungsi sebagai jalan, bukan lagi tempat menggelar dagangan. Dan tentu saja, Rahudman kian populer.
Mengapa Masyarakat Tak Mau Nurut? Persoalan pasar di Kota Medan sungguh menjadi dilema yang tak berkesudahan. Soalnya, sekarang ini para pedagang kaki 105
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
lima mulai kembali menyerobot badan jalan jika lepas dari pengawasan aparat Satpol PP. Ini artinya pembenahan pasar-pasar tradisional itu belum tuntas. Nah dari dilema seperti ini kelihatan, bahwa rakyat tak pernah mau menurut dengan pemimpinnya. Meski kebijakan tersebut bagus, namun entah mengapa rakyat tetap saja membangkang walau dengan alasan apapun. Apa yang salah di negeri ini sehingga seorang pejabat terasa sulit sekali untuk membina masyarakatnya. Jika sekalipun itu benar belum tentu ada masyarakat yang menurut untuk dibina. Apakah si pejabat tak punya solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan tersebut dan hanya menguntungkan sebelah pihak saja? Dilema ini terjadi pada pemerintah di banyak kota/kabupaten di negeri ini. Bukan hanya di Medan. Boleh jadi kasus tidak menurutnya para pedagang kaki lima ini lantaran ada ‘sesuatu’ yang terjadi di pemerintahan Kota Medan. Seringkali kita dengar, omelan-omelan masyarakat yang merasa harus ‘berkorban’ untuk kota ini, merasa dituntut pengabdiannya, namun di satu sisi pemerintah sendiri selalu menekan mereka. Misalnya pungli. Cobalah lihat di kelurahan, kecamatan, di dinas-dinas, pungli bukan rahasia lagi, kalau pungli merajalela yang intinya menyengsarakan masyarakat. Fenomena pungli memang selalu menjadi pekerjaan rumah setiap pemimpin. Pungli telah menjadi budaya yang harus diberantas dengan kesungguhan. Tentunya tindakan besar bisa dimulai dari pemimpin besar. Pertanyaannya, apakah Rahudman bisa dikatakan seorang pemimpin besar dan luar biasa? Membangun Kota Medan dengan masyarakatnya yang majemuk memang tidak gampang.Apalagi karakter orang Medan yang keras. Selalu saja ada kecaman pada Rahudman. Seolah banyak orang lupa berbagai upaya telah dilakukan untuk membuat kota ini lebih baik. Tentunya usaha ini harus berjalan sinergis dengan kerja keras bawahanya, termasuk mitra pemerintah di legislatif. Memang, ada juga pekerjaan Rahudman dan jajaran yang harus dikoreksi. Misalnya pengorekan parit. Dari segi konsep 106
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
dan perencanaan, memang kebijakan Rahudman ini pantas diacungkan jempol.Tetapi lagi-lagi tak adanya kesepahaman konsep dan sinergisitas dalam pekerjaan yang menelan biaya miliaran rupiah itu.Cobalah lihat kalau hujan deras satu jam saja, kota ini pun laiknya kolam di sana-sini. Parit-paris kembali tumpat. Konon katanya, jika Medan mau benar-benar terbebas dari genangan air, tak cukup dengan biaya Rp 40 miliar. Dari sisi penataan infrastruktur drainase, jalan, trotoar masih belum menunjukkan hasil yang maksimal seperti diharapkan masyarakat Kota Medan. Fakta ini, bisa dilihat dari pengorekan parit di seluruh wilayah kecamatan Kota Medan. Pembenahan trotoar sepertinya layak dipikirkan lagi. Selain sebagai tempat pejalan kaki, trotoar juga dapat dijadikan sebagai resapan air. Tentunya jika trotoar itu menggunakan faving block, tidak disemen seperti sekarang ini. Begitupun masyarakat Medan sangat berharap agar Rahudman-Eldin tetap bersama dalam menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan Kota Medan dengan sisa waktu yang ada. (*)
107
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
108
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Berwajah Garang Berhati Lembut Oleh: Lambok Manurung
109
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
110
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Berwajah Garang Berhati Lembut Oleh: Lambok Manurung
A
DA kado istimewa dalam perayaan HUT Kota Medan yang ke-422 pada 1 Juli 2012. Yakni Piala Adipura 2012 untuk Kota Medan dari pemerintah pusat sebagai kota metropolitan terbersih di Indonesia. Penghargaan tersebut tentu merupakan kado istimewa untuk masyarakat Kota Medan setelah dua tahun lebih kota ini dipimpin Drs. Rahudman Harahap. Sebagai Walikota, selama dua tahun ini Rahudman ternyata sudah melakukan banyak perubahan yang berpihak kepada rakyat. Sosok Rahudman dengan wajah yang terkesan garang, berani dan tegas, terbukti ampuh menata kota Medan ke arah yang lebih baik. Dibalik wajah garangnya tersebut, Rahudman ternyata menyimpan hati yang lembut dan memiliki visi yang cemerlang. Pantaslah kalau sejumlah penghargaan yang diterima itu disyukuri sebagai hasil kerja keras Rahudman dalam memimpin kota Medan. Sekarang tinggal bagaimana mempertahankannya. Memang sosok Rahudman punya penampilan tersendiri. Sorotan mata “selang”-nya membuat bidikan kebijakannya tepat sasaran. Begitu juga dengan senyum halusnya ketika bersalaman, akan membuat orang akan terus mengingatnya. Banyak hal yang sudah ia lakukan dan ia raih. Semua itu diharapkan dapat memotivasi seluruh jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk bekerja maksimal demi kepentingan masyarakat. Apalagi untuk membenahi dan menata kota Medan sangat dibutuhkan ketegasan dan sekaligus kesabaran. Salah satu upayanya yang butuh ketegasan dan kesabaran 111
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
itu adalah meningkatkan PAD dari seluruh sektor, dengan tetap mempertimbangkan kepentingan rakyat kecil. Upaya peningkatan itu misalnya, dilakukan Rahudman dengan melakukan pengawasan terhadap kantong-kantong sumber PAD yang selama ini masih banyak yang bocor. Seperti dari sektor retribusi Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB), pajak bea balik nama bangunan, retribusi penjualan minuman keras, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, retribusi terminal, retribusi/pajak parkir dan lain-lain. Namun dalam hal pelayanan publik, Rahudman diharapkan bisa lebih meningkatkan kinerja jajarannya. Misalnya dalam hal pelayanan kesehatan. Saat ini Puskesmas yang ditunjuk sebagai Puskesmas rawat inap 24 jam belum maksimal dalam pelayanan. Bukan saja karena peralatan medis yang tidak memadai, tapi juga petugas medis masih setengah hati melayani masyarakat.Akibatnya masyarakat enggan berobat ke Puskesmas. Termasuk juga pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin yang masih perlu ditingkatkan, serta pemberian jaminan kesehatan terhadap makanan atau jajanan anak di setiap sekolah. Terhadap produk makanan dan minuman di pasar, baik pasar swalayan maupun di Plaza, juga perlu dilakukan pengawasan rutin terutama terhadap produk-produk yang kadaluarsa, terhadap penggunaan label halal dan terhadap produk-produk illegal. Terkait masalah pendidikan, pelayanan pendidikan di Medan selama ini juga belum maksimal, dan karena itu perlu lebih ditingkatkan.Apalagi masih banyak sekolah di Medan yang memiliki ruangan belajar yang tidak memadai. Hampir seluruh sekolah negeri meja dan kursinya sudah rusak sedangkan pihak sekolah terkesan kurang peduli dan selalu mengharapkan bantuan dari pemerintah. Dalam hal lalulintas, harus diakui Kota Medan saat ini sudah cukup padat. Oleh karenanya masalah ini harus disikapi secara serius oleh Pemko Medan. Kebijakan Rahudman yang melakukan pembongkaran beberapa taman untuk mengurangi kepadatan itu, dinilai sudah tepat. Tapi upaya lain masih banyak yang harus 112
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
dilakukan. Seperti misalnya membatasi pembangunan pusat-pusat pertokoan, plaza dan tempat usaha lainnya yang tidak memenuhi ketentuan sarana parkir. Seharusnya seluruh bangunan hotel dan tempat usaha lebih dulu melalui kajian amdal lalulintas baru boleh dibangun. Program penghijauan Kota Medan yang dilakukan Rahudman, juga pantas didukung. Kegiatan melakukan penanaman pohon penghijauan melalui Kepala Lingkungan dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat ini, cukup efektif menjadikan Kota Medan asri dan hijau. Bahkan kebijakan Rahudman yang menyediakan anggaran untuk menambah lahan ruang terbuka hijau, pun sangat positif. Namun demikian, program penghijauan di Kota Medan tidak akan berhasil tanpa dukungan warga. Saat ini program penanaman pohon di pinggir jalan kurang mendapat dukungan dari masyarakat. Pasalnya, masyarakat khawatir jika kelak pohon itu besar, justru akan menimpa rumah mereka. Karena itu warga tidak menginginkan ada pohon di depan rumahnya. Untuk mengatasi hal itu, Pemko Medan perlu memberikan jaminan asuransi jika kelak ada warga yang tertimpa musibah karena rumahnya tertimpa pohon. Dengan begitu warga merasa dilindungi dan ikut bertanggungjawab menanam dan membesarkan pohon yang ada di depan rumahnya. Dengan cara itulah diharapkan Pemko Medan bisa segera mendapatkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30 % dari luas wilayah Kota Medan sebagaimana yang diamanatkan undang undang. Dalam hal infrastruktur, Kota Medan juga masih membutuhkan pembenahan yang serius. Perbaikan dan perawatan parit/drainase serta gorong-gorong harus rutin dilakukan. Begitu juga seluruh pinggiran sungai yang melintasi kota Medan, harus segera mendapat penataan dan perawatan. Di sepanjang pinggiran sungai perlu ditanam pohon yang berdaya guna. Misalnya pohonpohon yang buahnya bisa dimakan burung dan ikan, serta batangnya dapat dimanfaatkan manusia. (*) 113
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
114
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Pribadi yang Akrab dan Familiar Oleh: Lilik Riadi Dalimunthe
115
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
116
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Pribadi yang Akrab dan Familiar Oleh: Lilik Riadi Dalimunthe
K
EHADIRANNYA di ibukota Sumatera Utara ini awalnya memang banyak mengundang kontroversi. Bagaimana tidak, sosok dengan nama lengkap Drs. H. Rahudman Harahap, MM yang lahir pada 21 Januari 1959 di Gunung Tua ini tiba-tiba saja muncul menduduki jabatan strategis sebagai Penjabat (Pj) Walikota Kota Medan pada 22 Juli 2009 untuk menggantikan Afifuddin selaku Pj. Walikota Medan saat itu. Meski diwarnai kontroversi, toh pria yang memiliki sorot mata tajam dan kumis tebal melintang itu akhirnya resmi memimpin kota ketiga terbesar di Indonesia ini. Tak terasa, Rahudman bahkan sudah dua tahun memimpin kota metropolitan ini dengan keuletan, ketegasan dan kedisiplinannya. Pada tahun 2010, suami dari Hj. Yusra Siregar ini punya keyakinan kuat untuk maju dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kota Medan berpasangan dengan T. Dzulmi Eldin yang pada saat itu masih menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Medan. Namun perjuangan sosok pria yang memiliki rasa humor tinggi ini untuk menjadi Walikota Medan tidaklah gampang. Ini terbukti dengan dilakukannya Pemilukada Medan selama dua putaran. Berkat kerja keras, ia akhirnya memenangi persaingan dengan pasangan Sofyan Tan dan Nelly Armayanti. Bersama pasangannya, T Dzulmi Eldin, iapun akhirnya dilantik sebagai Walikota dan Wakil Walikota Medan untuk masa bakti 2010 2015. 117
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Penulis melihat sosok Rahudman adalah pribadi yang familiar dan mudah akrab pada siapapun. Namun ia juga tegas dan berbicara apa adanya. Kepada yang lebih tua ia sangat hormat, sedang kepada yang muda ia suka mengayomi. Ayah empat anak, yakni Dedi Jamin Putra Harahap, Linda Mora Harahap, H. Robby Gusman dan H. Ahmad Taufik Azizi ini, dalam memajukan Kota Medan mengusung motto;“Hari ini harus lebih baik dari kemarin, besok harus lebih cerah dari hari ini.” Dengan motto itu, Rahudman tampil sebagai sosok pemimpin yang tidak suka laporan ABS (Asal Bapak Senang). Ia bukan type pemimpin yang mau menerima begitu saja laporan dari bawahannya. Karena itu ia langsung turun ke lapangan dan menyaksikan secara langsung apa yang dikerjakan bawahannya. Begitu ia menemukan kesalahan, tak ragu ia langsung menegurnya. Kerja keras yang dilakukan Rahudman tentu tidak muncul secara tiba-tiba. Beliau, memiliki pengalaman dan segudang kemampuan untuk memimpin kota ini agar menjadi lebih baik. Selain itu, Rahudman, merupakan birokrat tulen dan pamong yang sangat mengerti kebutuhan masyarakat. Ia sangat berkeinginan menciptakan aparatur pemerintah Kota Medan yang beretika, berestetika, serta mempunyai moral yang tinggi. Untuk menunjang keinginannya itu, Rahudman pun memikirkan peningkatan kesejahteraan PNS Pemko Medan secara berjenjang sesuai dengan beban kerja dan tanggungjawabnya.Tentu saja dibarengi dengan peningkatan fasilitas yang mendukung pekerjaan PNS tersebut. Untuk lebih dekat kepada masyarakat Kota Medan, Rahudman yang pernah menduduki jabatan Sekwilcam Siantar Barat tahun 1990, Camat Siantar Barat tahun 1990, Kadis Pasar Kota Pematang Siantar tahun 1997, Kepala Dinas Pendapatan Tapanuli Selatan tahun 2000, Pj. Sekda Tapanuli Selatan tahun 2001, Staf pada Balitbang Propsu tahun 2006,Asisten Pembinaan Hukum dan Sosial Setdapropsu tahun 2008, Asisten Administrasi Umum dan Asset Sekdapropsu tahun 2009, dan Pejabat Walikota Medan 118
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
tahun 2009, tak sungkan melakukan berbagai kegiatan silaturrahmi seperti Safari Jum’at, Safari Maghrib dan Safari Subuh. Termasuk kegiatan lainnya yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti misalnya Car Free Day pada setiap hari Minggu. (*)
119
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
120
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Berparas Keras, Berjiwa Sapa Oleh: Raymika Chaniago
121
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
122
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Berparas Keras, Berjiwa Sapa Oleh: Raymika Chaniago
J
ARANG kita lihat ada sosok pemimpin yang tegas menindak dan mengingatkan orang-orang di sekitarnya. Tapi di Medan sikap itu bisa ditemukan pada sosok pria berparas keras namun mudah menyapa warganya, Drs. H. Rahudman Harahap, MM. Dalam beberapa kegiatan dan inspeksi mendadak (sidak) misalnya, tidak jarang orang nomor satu di Medan ini menegur keras bawahannya, termasuk petinggi SKPD yang diangkatnya sendiri. Dalam beberapa sidak, Rahudman tidak jarang memanggil bawahannya untuk mempertanggungjawabkan masalah yang terjadi di masyarakat. Salah satu contoh menarik adalah saat ia mendapati tumpukan sampah di Pasar Petisah pada tahun 2011. Rahudman langsung memerintahkan Kepala Dinas Kebersihan saat itu, Pardamean Siregar, untuk mengangkut sampah tersebut.Atau juga saat Rahudman memerintahkan Kepala Satuan (Kasat) Pol PP Kota Medan, Kriswan, di tahun yang sama, mengecek goronggorong yang dibangun pengembang Gedung Harmes Palace di Jalan Mongonsidi. Darah Batak memang mengalir kuat dalam diri Walikota Medan ini. Namun, selain tegas, ia juga mudah berteman dengan siapa saja. Seperti saat peringatan ulang tahun PD Pasar Medan di Pasar Petisah belum lama ini. Beliau dengan ceria berjoged bersama masyarakat mulai dari pekerja kebersihan hingga petugas parkir. Bahkan ia rela menunda perjalanannya untuk menemui seorang menteri yang menunggunya karena masyarakat sekitar belum puas berinteraksi dengannya. 123
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Hampir setiap minggu ia juga bersafari ke mesjid-mesjid untuk menjalin silaturahmi dengan masyarakat berlandaskan kedekatan spiritual. Saat itulah ia menyerap aspirasi dari masyarakat mengenai permasalahan kota. Caranya merangkul, membuat masyarakat merasa memiliki. Pak Wali ini memang sensitif dengan isu yang berkembang di masyarakat. Masalah kecil sekalipun, ia langsung turun ke lapangan. Masalah Warkop di Jalan Sudirman atau yang dikenal dengan Warkop Harapan itu misalnya. Atau masalah harga spare part kendaraan bermotor yang naik mendadak. Ia bisa langsung menyikapi keluhan-keluhan masyarakat ini, tidak lain karena kesenangannya keliling Kota Medan demi menyaksikan geliat kota yang dipimpinnya menuju ke arah yang lebih baik. Sebagai walikota, berbagai program kerja yang dijanjikannya saat kampanye, juga sudah mulai direalisasikannya, terutama menyangkut masalah drainase dan marginalisme pembangunan di kawasan Medan bagian utara. Begitu dilantik, program perbaikan infrastruktur khususnya drainase itu terus digenjot Rahudman. Tidak terbatas di pusat kota, kawasan pinggiran juga tersentuh pembangunan ini. Begitu pula pengecoran jalan kecil hingga gang. Keyakinannya terhadap sistem ekonomi kerakyatan, juga telah membuat Rahudman mengambil sikap untuk merevitalisasi pasar-pasar tradisional dengan anggaran puluhan milyar rupiah. Dengan tindakannya ini, Rahudman berharap terjadi perputaran ekonomi yang lebih baik untuk masyarakat kecil. Menurutnya, pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM), pedagang tradisional, dan pedagang kakilima, telah memberi dampak positif terhadap perekomian masyarakat sehingga Medan tidak terimbas resesi. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan juga terus bergerak positif hingga mencapai 7,8%, lebih tinggi dari angka rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia. Seperti janji kampanyenya, kawasan Medan bagian utara juga mengalami pembangunan yang pesat. Di kecamatan Medan Marelan contohnya, saat ini sudah dibangun mall, pusat 124
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
perbelanjaan, ruko, dan hunian. Jalan-jalan becek di kawasan ini mulai tersentuh aspal. Tahun 2012 Pemko Medan juga menganggarkan Rp.100 milyar lebih untuk pembangunan infrastruktur. Dengan begitu pemerataan kesejahteraan bisa dirasakan hingga ke kawasan pesisir pantai yang selama ini merasa dianaktirikan. Rahudman juga tidak tutup mata dengan kesuksesan pendahulunya. Sebagai suksesor, ia tetap mempertahankan proyekproyek yang telah berjalan dan dirasakan manfaatnya bagi masyarakat seperti mempertahankan penyelenggaraan Ramadhan Fair di Jalan Mesjid Raya. Bahkan, Rahudman menambah lokasi wisata rohani itu di kawasan Mabar dan Medan Johor. Ia sadar bahwa kebutuhan masyarakat terhadap hiburan luar ruangan begitu besar hingga ia juga menyelenggarakan Pekan Flora Flori Nasional di bekas Taman Ria Medan. Gebrakannya itu menuai apresiasi termasuk dari kalangan menteri. Di mata pers, Rahudman termasuk ‘newsmaker’. Ia sering menjadi ‘headline’ media cetak. Namun, bila dulu ia selalu dikaitkan dengan sejumlah isu miring, kali ini wajahnya menghiasi media justru sebagai tokoh penuh prestasi. Bayangkan saja, Pemko Medan di bawah kepemimpinannya mampu meraih 5 penghargaan tingkat nasional hanya dalam kurun waktu satu tahun. Setelah Adipura, Medan berhasil meraih Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI), Government Award 2012, Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta penghargaan dari Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Satu hal yang menarik dan penulis sukai dari Rahudman, sikapnya selalu gentle dan menghargai insan pers. Dalam setiap kata sambutan atau pidato yang disampaikannya, ia selalu mengucapkan salam dan ucapan terima kasih kepada insan pers, meski pemberitaan pers tidak selalu pro kepadanya. (*)
125
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
126
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Menghargai Profesi Wartawan Oleh: Robenson Sidabaria
127
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
128
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Menghargai Profesi Wartawan Oleh: Robenson Sidabaria
D
rs. H. Rahudman Harahap, MM,Walikota Medan ini adalah sosok pejabat yang selalu bersikap santun dan memberikan jawaban yang jelas dan relevan setiap kali mendapat pertanyaan dari wartawan. Rahudman tampaknya paham betul betapa pentingnya membangun kerjasama yang baik antara pemerintah dengan wartawan. Awalnya, ketika saya ditugaskan oleh Pimpinan Harian Andalas sebagai wartawan yang meliput kegiatan di jajaran Pemerintah Kota Medan, saya menyangka Rahudman Harahap adalah sosok pejabat yang gampang emosi karena melihat kumis tebal dan sorot matanya yang tajam. Namun ketika dia memberikan jawaban yang jelas dan bersikap sangat santun, prasangka itu hilang seketika. Padahal yang saya pertanyakan saat itu adalah masalah pribadi terkait status hukum yang disandangnya. Sejak itu, saya menilai Rahudman Harahap adalah sosok pejabat yang terbuka serta sangat menghargai profesi wartawan. Rahudman yang sering dipanggil Pak Wali oleh kebanyakan wartawan, bahkan tidak kenal istilah protokoler. Di berbagai kesempatan, para wartawan boleh saja mendekat dan bertanya. Jika sedang ada acara, tidak jarang dia sendiri yang mendatangi para wartawan yang nongkrong meliput acaranya. Beragam pertanyaan wartawan, mulai dari pertanyaan tentang kebijakan hingga yang sifatnya mengkritisi maupun yang terkait pribadinya, selau dijawab dengan santun. Dia juga tidak gampang emosi ketika pendapatnya didebat oleh para wartawan. 129
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Dan yang paling berkesan adalah hobinya “motret” dengan meminjam kamera wartawan. Selain santun, Walikota Medan ke-15 ini juga sering mengingatkan kepala dinas, badan, asisten, dan staf ahli di jajaran Pemerintah Kota Medan agar setiap berita yang ditulis wartawan tidak dipandang sebelah mata. Sekecil apapun berita itu apalagi sifatnya mengkritisi, Rahudman Harahap langsung meminta kepada jajarannya untuk segera ditindaklanjuti. Di berbagai kesempatan, Rahudman juga selalu meminta kepada jajarannya untuk bersikap terbuka terhadap wartawan. Bahkan setiap kali menyampaikan sambutan baik pada acara formal maupun informal, dia tak pernah luput menunjukkan rasa hormat kepada wartawan. “Sudah tidak zamannya lagi bersikap tertutup terhadap Pers, karena itu hanya akan merugikan Pemerintah Kota Medan. Sebab, masyarakat menjadi tidak tahu apa saja program pembangunan yang telah dan akan dilakukan pemerintah,” kata Rahudman di Press Room Kantor Walikota Medan. Pernyataan Walikota Medan tersebut suatu bukti betapa besar dan penting peran serta fungsi Pers dalam memberikan informasi ke publik. Itu sebabnya, sejak menjabat Walikota Medan, beberapa kali dia sendiri yang memfasilitasi pertemuan antara wartawan dengan sejumlah kepala dinas. Untuk membangun kerjasama yang baik antara pemerintah dengan wartawan, Rahudman juga pernah menginstruksikan secara lisan agar dinas-dinas secara bergilir melakukan konferensi pers minimal satu kali dalam tiga bulan, dengan harapan program kerja dan kebijakan pemerintah Kota Medan dapat disiarkan seluas-luasnya kepada masyarakat. Sayangnya, kalau tidak difasilitasi Rahudman, konferensi pers tersebut tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Tidak diketahui pasti faktor apa yang membuat sejumlah kepala dinas di jajaran pemerintah Kota Medan masih suka menutup diri dari wartawan. Harusnya konferensi pers yang “diperintahkan” oleh orang nomor satu di pemerintahan Kota Medan tersebut bisa dilakukan 130
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
secara sederhana saja di Press Room Kantor Walikota Medan karena ruang press room itu adalah tempat para wartawan “nongkrong”. Dengan begitu kepala dinas yang melakukan konferensi pers tidak perlu pusing memikirkan uang transport wartawan atau yang bisa disebut “uang amplop”. Jadi konferensi pers tidak harus dilakukan di hotel berbintang sebagaimana yang pernah dilakukan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan di Hotel Aryaduta, atau Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Emerald Garden Hotel. Ke depan, saya berharap penyelenggaraan konferensi pers yang diinstruksikan Rahudman tersebut dibuat sebagai instruksi tertulis pak Wali dan tidak lagi sekedar instruksi secara lisan. Sebab, di samping untuk menjalin hubungan yang harmonis, pejabat dan wartawan memang mempunyai hubungan yang saling membutuhkan satu sama lain. Selain dapat menjadi sarana mengukur profesionalisme wartawan dalam penulisan berita, melalui konferensi pers tersebut juga bisa diketahui sudah sejauhmana hubungan saling membutuhkan antara wartawan dengan pejabat itu berjalan. Sejatinya pejabat dan wartawan sama-sama pekerja dengan tugas dan kewajiban masing-masing. Pejabat sebagai abdi negara sedangkan wartawan sebagai pelaksana kontrol sosial. Maka, bila ada oknum pejabat yang selalu menghindar dari wartawan, tentu sah saja jika muncul kecurigaan terhadap oknum pejabat itu. Jangan-jangan si pejabat memang sedang menyembunyikan sesuatu. Beruntung Rahudman Harahap bukan type pejabat yang suka menghindari dari wartawan sehingga setiap kali ada tugas dari redaktur yang membutuhkan informasi langsung dari Walikota Medan, sejauh ini informasi itu bisa saya dapatkan. Meskipun untuk mendapatkan informasi langsung dari Rahudman tidak bisa diperoleh begitu saja.Wartawan yang bertugas meliput di Kantor Walikota Medan, dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dan mengikuti jadwal kegiatan pak Wali yang setiap harinya memang 131
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
cukup padat. Tidak sedikit malah wartawan yang bertugas meliput di Kantor Walikota Medan mengeluh karena tidak mampu mengikuti seluruh kegiatan pak Wali yang satu ini. Untunglah Staf Bagian Humas Sekretariat Daerah Kota Medan selalu ada dan mau berbagi informasi dengan wartawan. Lepas dari semua itu, kedekatan Rahudman dengan wartawan memang patut menjadi panutan bagi pejabat lain, khususnya kepala dinas di jajaran Pemerintah Kota Medan yang kebanyakan masih alergi jika melihat “kuli tinta”. Kini dua tahun sudah usia kepemimpinan Rahudman Harahap sebagai Walikota Medan sejak ia dilantik pada 26 Juli 2010. Selama dua tahun ini dia telah menunjukkan betapa pentingnya membangun kerjasama yang baik antara pemerintah dengan wartawan. Kita semua tentu berharap agar hubungan yang sudah berjalan baik selama ini dapat berjalan lebih harmonis di tahun-tahun mendatang. (*)
132
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman: “Petarung Perubahan” Oleh: Condrad Naibaho
133
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
134
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman: “Petarung Perubahan” Oleh: Condrad Naibaho
S
OSOK Rahudman muncul ketika Kota Medan sedang krisis kepemimpinan. Namun bukan berarti tidak ada lawan politik yang kredibel saat ia bertarung untuk merebut posisi orang nomor satu di Kota Medan. Ibarat bermain sepakbola, Rahudman bahkan harus bertarung hingga perpanjangan waktu dan akhirnya tampil sebagai pemenang. Ini menunjukkan bahwa Rahudman Harahap memang seorang “Petarung” handal yang mampu meraih point kemenangan di tengah gelombang politik yang panas ketika itu. Kini, bagaimana sosok Rahudman di mata Jurnalis? Setiap orang tentu saja memiliki penilaian tersendiri buat Rahudman. Penilaian yang tentu tidak terlepas dari jabatannya sebagai Walikota Medan. Namun, sejak mendapat kesempatan sebagai Penjabat Walikota Medan, selanjutnya bertarung merebut kursi Walikota dalam Pemilukada 2010, Rahudman sudah menunjukkan dirinya sungguh-sungguh seorang petarung. Saat menjadi Penjabat saja ia sudah sanggup menertibkan para pedagang kakilima dan para pedagang yang berada di pusat pasar. Rahudman berani mengambil sikap untuk bertarung dengan para pedagang demi untuk ketertiban.Apalagi para pedagang sudah mengganggu pengguna jalan hingga menimbulkan kemacetan. Pertarungan dengan para pedagang itu tentu sangat membutuhkan nyali seorang pemimpin untuk mengambil keputusan. Tidak hanya itu, ia juga mampu menertibkan Warkop di sekitar kampus Harapan jalan Sudirman yang notabene sudah 135
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
menjadi tempat mangkal anak muda di Kota Medan. Dan Rahudman lagi-lagi mampu memenangi pertarungan untuk tujuan perbaikan itu, meskipun selalu ada resiko yang harus ditanggungnya selaku kepala daerah. Apa yang dilakukan Rahudman itu tentu menjadi penilaian bagi masyarakat yang ingin kotanya aman, damai dan sejahtera. Tapi Rahudman mampu mengambil simpati masyarakat yang sudah rindu akan perubahan. Rahudman tidak mau terjerumus dengan “iming-iming” yang biasa disampaikan sejumlah pemimpin. Rahudman lebih mengutamakan aksi nyata di tengah-tengah masyarakat. Karena itu pula ia patut dijuluki “Petarung Perubahan.” Namun, apakah Rahudman juga mampu “bertarung” untuk menyelesaikan semua permasalahan yang kini masih ada di Kota Medan? Seperti kemacetan lalulintas, kemiskinan, pendidikan, dan pendapatan perkapita masyarakat yang masih rendah? Kita berharap “Petarung Perubahan” ini mampu mengatasi semua permasalahan itu. Rahudman mengatakan ia ingin menjadi Walikota yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Untuk itu dia berjanji dalam sisa tiga tahun masa kepemimpinannya bersama Wakilnya, Dzulmi Eldin, akan berusaha sekuat tenaga untuk mensejahterakan masyarakat. Untuk mencapai tujuan itu, Rahudman pun meminta dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat. Sebab ia percaya, tanpa dukungan masyarakat tentu sulit untuk mewujudkan janjinya itu. Demi mendapatkan dukungan masyarakat itulah Rahudman merasa perlu untuk terus menerus menjalin silaturahmi dan membangun jembatan hati dengan warganya melalui Safari Jum’at, Safari Maghrib dan Safari Subuh. Sebagai Walikota, Rahudman yakin dengan cara seperti inilah akan terjalin silaturahmi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat sehingga tercipta kebersamaan. Mengapa safari itu harus ia lakukan? Rahudman mengaku, untuk mengunjungi masjid di Kota Medan yang jumlahnya sekitar 136
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
1.300 masjid, tentu tidak bisa dipenuhi hanya dengan melaksanakan Safari Jum’at. Untuk itulah ia menambah dengan safari Maghrib, safari Subuh dan Safari Ramadhan. Terkait masalah pajak, terutama Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang sempat dikeluhkan masyarakat, Rahudman langsung pula menyahuti aspirasi masyarakat itu. Ia berprinsip; biarlah pendapatan berkurang, yang penting masyarakat bisa tenang. Begitu juga dengan masalah pendidikan. Ia mengingatkan Kadisdik Kota Medan untuk menjalankan tugas dengan benar dalam melaksanakan sistem Penerima Siswa Baru (PSB). Apalagi tahun ini PSB menggunakan Nilai Ebtanas Murni (NEM) 80 persen, sedangkan 20 persen lagi melalui sistem Bina Lingkungan. Dalam sistem ini penerimaan siswa baru harus melihat apakah calon siswa yang bersangkutan benar-benar anak berprestasi, punya keahlian dan kurang mampu. Demikian juga dalam hal pelayanan masyarakat. Dalam setiap kesempatan, Rahudman mengingatkan kepada Lurah dan Kepala Lingkungan (Kepling) agar memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Diingatkannya agar Lurah dan Kepling harus melayani masyarakat, bukan sebaliknya dilayani masyarakat. Bahkan saat Kota Medan memasuki usia ke-422, Rahudman tidak melaksanakan pesta ulang tahun yang berlebihan. Bersama rakyat, Rahudman berbaur merayakan hari ulang tahun Kota Medan itu melalui panggung Rakyat. Ternyata, meski seorang Petarung, Rahudman tetap tidak lupa dengan rakyatnya. Semoga saja Petarung ini dapat mengalahkan dan menyelesaikan sejumlah permasalahan di Kota Medan. Ayo, maju terus “Petarung Perubahan!” (*)
137
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
138
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Kepada Bang Rahudman Oleh: Teja Purnama
139
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
140
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Kepada Bang Rahudman Oleh: Teja Purnama
B
ANG, selain jurnalis, saya juga salah seorang warga Medan. Punya KTP dan Kartu Keluarga, juga pesawat televisi yang selalu tak kehabisan bahan menayangkan berbagai peristiwa politik maupun birokrasi. Sering pula saya menumpang baca koran di kantor Bagian Humas Sekretariat Pemko Medan. (Maklum, berlangganan koran masih kemewahan yang dapat mengoyak dompet dan membuat istri merengut karena bisa merusak rutinitas dapur). Sebagai salah seorang warga, tentu boleh saya mengucapkan selamat atas HUT ke-422 Medan yang berawal dari sebuah kampung yang didirikan Guru Patimpus di pertemuan Sungai Deli dan Babura ini. Kurang asik pula jika ucapan selamat tidak didahului ungkapan manis, asam, pedas, maupun asam manis yang lahir dari kenyataan kota kita. Dari berbagai kenyataan, soal birokrasi dan birokrat sangat pantas menjadi perhatian. Mungkin terasa basi membicarakannya. Sudah banyak pakar negeri ini membahasnya, baik melalui buku radio, televisi, juga koran. Sedihnya, semua bernada minor. Ada yang bilang birokrasi masih bermasalah. Reformasi birokrasi tersendatsendat. Dan Medan merupakan salah satu kota di Indonesia yang masih mempunyai masalah menyangkut persoalan ini. Bang, sebagian besar orang memaknai birokrasi sebagai suatu aturan maupun persyaratan yang berliku-liku, penuh dengan kesulitan. Mereka yang mempunyai urusan dengan birokrasi merasa “dipingpong”. Birokrat pun dinilai merekayasa berbagai kesulitan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Pemaknaan ini lahir akibat fakta di lapangan. 141
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Padahal, Abang pasti tahu, Max Webber, sosiolog yang mempopulerkan istilah itu pada 1890-an, justru berpendapat semestinya birokraksi menjadi sistem kewenangan atau kekuasaan yang legal juga rasional. Legal artinya tunduk pada aturan-aturan tertulis sehingga dapat diawasi siapa saja. Rasional berarti dapat dipahami, dipelajari, dan memiliki kejelasan sebab-akibatnya. Pembagian kerja dan kontrol atasan kepada bawahan juga mendapat perhatian. Bahkan untuk mencegah terjadinya kekuasaan absolut, diberi pembatasan bagi pengontrol. Tidak salah jika Abang terus menggelorakan semangat reformasi birokrasi untuk menciptakan tata pemerintahan yang baik. Akhirnya reformasi itu diharapkan dapat mewujudkan birokrasi dan birokrat yang mengabdi kepada masyarakat, bukan pada kekuasaan. Kita sama-sama tahu, birokrasi di Medan juga perlu direformasi. Saya yakin, kesadaran ini juga tumbuh subur pada diri Abang.Tanpa melanjutkan dan mempertajam gerakan reformasi birokrasi, visi dan misi Abang sebagai orang nomor satu di kota ini tidak akan tercapai. Maaf Bang, sekadar mengingatkan, visi Rahudman-Eldin sebagai Walikota dan Wakil Walikota Medan 2010-2015 adalah menjadikan Medan sebagai kota metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli, dan sejahtera. Misi pun telah ditetapkan untuk mewujudkan visi itu. Di antaranya pelayanan pendidikan, baik akses, kualitas maupun manajemen pendidikan yang semakin baik, sehingga dapat menciptakan lulusan yang unggul. Selain itu, perbaikan infrastuktur, utamanya jalan kota, jalan lingkungan, taman dan drainase, serta penataan pasar tradisional secara simultan. Juga pelayanan kesehatan, baik akses, mutu maupun manajemen kesehatan yang semakin baik. Termasuk peningkatan pelayanan administrasi publik terutama menyangkut pelayanan KTP/KK/Akte kelahiran dan perizinan usaha, serta peningkatan disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk meningkatkan kapasitas dan prestasi kerjanya, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Berbagai program pun digelar. Misalnya pengalihan pengurusan KTP dari dinas kependudukan ke kecamatan. Dicanangkan pula 142
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Medan Bebas Sampah, Bebas Gizi Buruk 2015, peningkatan disiplin PNS, membangkitkan kembali semangat gotong-royong membersihkan lingkungan dan sungai, dan berbagai program penting lainnya. Itu merupakan program simpatik yang sesuai kebutuhan masyarakat. Namun, Abang pasti tahu, sebaik dan seindah apapun sebuah program, tidak akan berjalan baik tanpa didukung birokrat yang handal dan memahami hakekat perannya sebagai abdi masyarakat. Berbagai penyimpangan yang terjadi hanya membuat program simpatik itu menjadi bahan pergunjingan yang menodai citra Pemko Medan. Lihatlah, Abang. Pengurusan KTP yang sesungguhnya gratis malah mengurangi isi saku warga, dan celakanya lagi memakan waktu yang bisa menghilangkan kesabaran. Sebanyak 13 Puskesmas rawat inap 24 jam memang berjalan, namun apakah setiap malam ada dokter jaga di sana? Jangan pula heran, masih banyak juga PNS yang berkeliaran di luar kantor saat jam dinas. Lantas apa yang salah? Apakah beban pekerjaan tidak sebanding dengan imbalan yang diperoleh? Setahu saya, Pemko Medan telah memberikan uang makan Rp 10.000 per hari sekaligus menaikkan uang kesejahteraan. Di samping itu di Pemko juga ada uang fungsi koordinasi yang besarannya tergantung golongan. Saya pikir, wajar Abang mengurangi insentif bawahan jika tidak menjalankan aturan yang telah ditetapkan, misalnya apel pagi dan sore. Saya juga tahu Abang telah menerapkan sistem absen sidik jari dan mengharuskan BKD memberi laporan kehadiran PNS setiap bulannya. Tentu laporan ini bisa Abang jadikan bahan evaluasi. Jadi, di mana salahnya? Atau kurangnya terapi kejut? Padahal Abang juga melakukan sidak ke berbagai kantor Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk melihat secara langsung tingkat disiplin bawahan. Abang juga pernah terjun langsung ke Sungai Deli membabat semak ilalang dengan parang. Dan harus saya akui, di masa Abanglah, PNS rajin ikut apel pagi maupun sore. Abang, menaikkan uang kesejahteraan dan menciptakan insentif fungsi koordinasi memang sebuah langkah awal yang baik. 143
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Mungkin langkah ini akan lebih baik jika pemberian insentif tidak berdasarkan pangkat dan kehadiran apel pagi maupun siang, tapi pada penilaian kreativitas, inovasi, responsibility, dan profesionalitas pegawai. Saya juga sangat mendukung Abang melakukan sidak ke berbagai instansi. Dan bahkan, kalau bisa dilakukan sesering mungkin. Soalnya makin sering pimpinan berkunjung, makin tahu dia kebutuhan kita dalam meningkatkan kinerja. Bila perlu, Bang, pilih 3 - 5 orang PNS Teladan di masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), sekaligus memilih Kepala SKPD Teladan setiap tahun. Misalnya pada momen peringatan HUT Kota Medan. Jangan pula segan memanfaatkan momen itu menjatuhkan sanksi kepada PNS yang memiliki kinerja buruk. Soal hadiah kepada yang terbaik, janganlah pula alakadarnya. Inovasi dan kreativitas sesungguhnya tak bisa dinilai dengan materi. Namun, lucu rasanya hadiah itu hanya senilai gaji sebulan. Kalau nilainya setahun gaji, mungkin dapatlah diterima akal. Rasanya sudah terlalu banyak saya berbicara, dan jujur, belum tentu saya bisa mewujudkannya bila berdiri pada posisi Abang yang juga berada dalam berbagai kompleksitas persoalan perkotaan. Belum lagi gejolak politik dari gedung legislatif.Tetapi saya yakin,Abang dapat melalui semuanya dengan lancar. Akhir kata, semoga Medan di masa depan menjadi bagian dari sejarah hidup Abang. Selamat menjadi sejarah Bang…… (*)
144
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman dan Reformasi Birokrasi Oleh: Zultaufik Nasution
145
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
146
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Rahudman dan Reformasi Birokrasi Oleh: Zultaufik Nasution
S
AYA memulai catatan ini sambil mendengarkan pembacaan puisi Akulah Medan Teja Purnama di Youtube. Anggap saja ini sebagai salah satu cara merangsang seorang jurnalis seperti saya untuk menulis tentang seorang tokoh sentral di Pemko dan kehidupan di kota Medan, yakni Rahudman Harahap. Akulah Medan Cinta yang menjelma kota Saat Guru dan Putri Brayan Menyatu jiwa di penikahan aliran Deli dan Babura Jelas puisi ini bicara tentang Medan yang berawal dari sebuah kampung yang dibuka Guru Patimpus di pertemuan Sungai Deli dan Babura pada tahun 1590, tumbuh dan berkembang menjadi bagian Kesultanan Deli yang diproklamirkan Tuanku Panglima Perungit pada 1669, sekaligus lepas dari “cengkeraman” kekuasaan Kesultanan Aceh. Kamu mungkin juga tahu Tuanku Panglima Perunggit itu putra Gocah Pahlawan yang merupakan utusan Kerajaan Aceh di Tanah Deli ini. Apakah sebagian besar warga Medan, terutama pejabatnya, mengetahui sejak kemerdekaan Medan telah memiliki 16 walikota, mulai dari Mr Luat Siregar sampai Drs Rahudman Harahap MM yang dilantik 26 Juli 2010 lalu? Saya tidak berani menjawabnya. Namun saya yakin, warga tahu, kota metropolitan yang sempat stagnan akibat “ditinggalkan” Abdillah-Ramli karena harus 147
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
berurusan dengan KPK ini, sekarang dipimpin oleh seorang Walikota, Rahudman Harahap. Rahudman juga salah seorang dari dua juta lebih warga Medan. Sebagai birokrat tulen yang sangat paham aturan dan seluk-beluk administrasi tentu dia tahu kota ini secara administratif memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km2) atau 3,6% dari luas keseluruhan provinsi Sumatera Utara. Dan sebagai orang Medan, dalam kepemimpinannya dia juga sangat paham dan menghayati Medan yang memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, di wilayah Indonesia bagian Barat. Pemahamannya itulah yang mungkin melahirkan visinya menjadikan Medan kota metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli, dan sejahtera. Sebelum menjadi Walikota Medan, Rahudman adalah Pj Walikota menggantikan Drs H Afifuddin Lubis yang memasuki masa pensiun. Saat itu Medan masih diliputi berbagai kelemahan. Memang, kelemahan dan keterpurukan Medan telah mencapai puncak saat Walikota Medan Drs H Abdillah AK MBA dan Wakilnya Drs H Ramli MM mendekam di penjara karena kasus APBD. Penjabat Walikota Medan, Drs H Afifuddin Lubis pun secara pelahan membangun kepercayaan diri para pejabat dan PNS. Berbagai program dicanangkan sampai akhirnya Afifuddin pensiun. Sebagai pengganti, Rahudman melanjutkan program itu dengan penuh keberanian dan ketegasan. Dia menunjukkan ketangguhan menegakkan disiplin para birokrat. Rahudman masuk ke Pemko Medan yang diliputi bebagai masalah. Di antaranya jalinan birokasi yang melilit, budaya PNS yang seharusnya melayani malah minta dilayani rakyat. Birokrasi hanya akan menjadi lilitan ular berbisa yang siap mematuk leher kita jika tidak berjalan efisien. Birokasi sebagai regulator, fasilitasi, dan layanan masyarakat harus dijalankan para birokrat yang handal yang lahir dari sebuah budaya dan sistem kerja yang baik. Dengan kegigihannya Rahudman berhasil membawa angin segar bagi gerakan reformasi birokrasi di Pemko Medan. 148
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Dia menyentak PNS dengan penegakan kedisiplinan birokrat sebagai aktor utama birokrasi. Setiap birokrat wajib mengikuti ketentuan yang berlaku. Rahudman juga tidak segan member sanksi bagi birokrat yang malam menyusahkan rakyat. Sebaliknya, dia member apresiasi tinggi kepada birokrat berprestasi. Dia tahu, tanpa mental dan moral baik birokrat, reformasi birokrasi akan terpental ke jurang tak berdasar. Jadi sebaik apa pun sistem birokrasi , sependek apa pun jalinan birokrasi, kalau mental dan moral birokratnya bangsat, ya tetap kualat bagi warga. Rahudman sangat tahu, reformasi birokasi adalah parang dan sabit membabat birokrat bangsat yang tujuan akhirnya adalah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sebagai seorang jurnalis yang bertugas di Pemko Medan dan kebetulan pernah dipernah menjadi koordinator organisasi wartawan yang bertugas di sana, saya melihat gerakan reformasi birokrasi ini memang begitu nyala di tangan Rahudman. Dan dia punya pemahaman yang baik tentang reformasi birokrasi. Pada satu kesempatan wawancara, dia penah menyatakan, reformasi birokrasi merupakan langkah strategis membangun aparatur negara lebih berdaya dan berhasil guna mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Saya setuju dengan Rahudman. Dan lebih setuju jika reformasi itu dilakukan dengan mengubah cara berpikir birokrat dan reformasi itu hanya bisa berlangsung di bawah kepemimpinan pemimpin yang berani, tegas dan visioner. Soal keberanian, ketegasan, dan visioner, saya pikir itu ada Rahudman. Bisa pula dibuktikan dengan konsistennya dia menegakkan disiplin PNS dengan berbagai cara termasuk meningkatkan frekuensi inspeksi mendadak ke berbagai instansi. Lihatlah, apel pagi dan sore yang telah lama terlupakan, di bawah kepemimpnan Rahudman kembali digelar secara konsisten. Kepatuhan PNS pada aturan yang mengikatnya sebagai abdi negara 149
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
dan masyarakat pun lambat-laun melekat pada diri. Semoga reformasi birokrasi ini terus berjalan dengan baik di jajaran Pemko Medan. Dan Rahudman tetap konsisten menjadi birokrat yang menyalakan api reformasi di jalinan tubuh birokrasi. Semoga!(*)
150
Penghargaan Adipura untuk Kota Metropolitan Terbersih Medan 2012
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM dan Wakil Walikota Medan, Drs Dzulmi Eldin, S.MSi tampak selalu tampil kompak.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM bersama istri Nyonya Hj Yusra Siregar mengenakan pakaian adat Melayu saat Carnaval Budaya pada City Expo di Manado
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM menerima Piala Adipura Kota Metropolitan Terbersih dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, 5 Juni 2012
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM menerima karikator sebagai kado satu tahun kepemimpinan menjadi Walikota Medan yang diberikan Ketua Koordinator Wartawan Unit Pemko Medan, Muhammad Arifin, SPd, MPd dan wakil ketua, Muhammad Edison Ginting, S.Sos
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM ngobrol bersama wartawan Unit Pemko Medan usai salat subuh berjamaah.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM menjadi imam Salat Subuh di Pendopo Rumah Dinas Jalan Sudirman usai sahur bersama wartawan
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM didampingi Wakil Walikota, Drs Dzulmi Eldin S, Msi, Ketua Dewan Kota Medan, Drs Afifuddin Lubis, MSi, Kadis Pendidikan dan Ketua Koordinator Wartawan Unit Pemko Medan memoto siswa dalam Road Show Jurnalistik Goes To School di SMA N 3 Medan.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM bersama Istri, Ny Yusra Siregar memotong kue ulang tahun Ketua TP PKK Kota Medan disaksikan Wakil Walikota Medan, Drs Dzulmi Eldin S,MSi dan istri di Gedung Dharma Wanita.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM mencoba mobil rakitan siswa SMK kota Medan.
Walikota Medan,Drs Rahudman Harahap, MM dan Wakil Walikota Medan, Drs Dzulmi Eldin S, MSi melakukan sidak ke kantor kelurahan
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM dan Wakil Walikota Medan, Drs Dzulmi Eldin S, MSi selalu tampil kompak dalam setiap kegiatan.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM bersama Istri, Ny Yusra br Siregar dan anaknya berdialog bersama wartawan saat sahur bersama, staf rumah tangga, Hansip, dan Satpol PP di Rumah Dinas Jalan Sudirman Medan
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM didampingi Wakil Walikota Medan, Drs Dzulmi Eldin S,MSi menyerahkan kue saat perayaan ulangtahun pada coffee morning di Arya Duta
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM bersama Sekda Medan, Ir Syaiful Bahri menyalami pengurus wartawan unit Pemko Medan saat jamuan makam malam.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM memberikan ucapan atas penghargaan kepada Kepala Balitang Kota Medan, Drs Hasan Basri, MM.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM disambut Wakil Walikota Medan, Drs Dzulmi Eldin S,MSi, Sekda Medan, Ir Syaiful Bahri, dan Kadiskominfo Medan, Ir Zulkifli Sitepu usai menerima penghargaan PeGI.
Walikota Medan,Drs Rahudman Harahap, MM bersama walikota SoloJoko Widodo mendapat penghargaan PeGI dari Menkominfo Ir Tifatul Sembiring.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM dan Nyonya Hj Yusra Siregar membawa penghargaan Piala Adipura.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM didampingi Nyonya Hj Yusra Siregar dan Wakil Walikota Medan, Drs Dzulmi Eldi S,Msi mengangkat penghargaan pialaAdipura di Pendopo Lapangan Merdeka Medan.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM dan Sekda Medan, Ir Syaiful Bahri berkesempatan menjumpai masyarakat usai Safari Jumat di Kecamatan Medan Kota.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM didampingi Kadis Kesehatan, dr Edwin Effendi, MSc berdialog dengan warga saat meninjau pengobatan gratis di Medan Amplas.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM menghadiri peresmian kantor baru Harian Tribun.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM selalu menyempatkan diri menyalurkan hobi memotret dalam setiap moment.
Wamen Menteri Pertanian menyaksikan walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM dan Istri Nyonya Yusra Siregar menandatangani penyerahan lahan varietas di arena Pf2N
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM,Wakil Walikota Medan, Drs Dzulmi Eldin S, Msi,Ketua DPRD Kota Medan, Drs Amiruddin saat menggelar dialog publik di Deli TV
Walikota Medan,Drs Rahudman Harahap,MM berbincang serius dengan Ketua Koordinator Wartawan Unit Pemko Medan periode 2007-2011, Zultaufik Nasution dan sejumlah wartawan senior yang bertugas di Pemko Medan
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM dikukuhkan sebagai Wakil Ketua I APEKSI pada Munas di Manado
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM melakukan reformasi birokrasi dengan melantik pejabat untuk mendukung program pembangunan kota Medan.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM yang juga Wakil Ketua I APEKSI menyerahkan berkas saran kepada Ketua Komisi II DPR RI usai RDP RUU Pilkada di Gedung DPR RI Senayan-Jakarta.
Walikota sedang melihat mesin memotong hewan di Rumah Potong Hewan.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap,MM didampingi Sekretaris Koordinator Wartawan Unit Pemko Medan, Dipo Sumarno memberi ucapan selamat pemenang I lomba foto antarpelajar dalam rangka Hari Jadi ke 422 Kota Medan
Artis ibukota Julia Perez tampil menghibur warga Medan pada acara Dahsyat memeriahkan Hari Jadi ke 422 Kota Medan.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap,MM didampingi Istri, Nyonya Hj Yusra Siregar melayani wawancara dari salah seorang wartawati..
Ibu Walikota Medan sedang menyulang Pak Wali pada Hari Jadi ke 422 Kota Medan.
Plt Gubsu H Gatot Pujo Nugroho ST, Walikota Medan melakukan panen raya pada Pf2N di eks areal Taman Ria Medan.
Medan, Drs Rahudman Harahap, MM memberikan saran kepada Komisi II DPRRI pada RDP di Komisi II DPR RI Senayan-Jakarta.
Walikota Medan,Drs Rahudman Harahap,MM serius berbincang dengan wartawan televisi saat coffee morning.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM menerima penghargaan Government Award dari Menko Kesra Hatta Rajasa.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM saat melakukan kegiatan religus seperti safari Jumat, Safari Magrib dan Safari Subuh.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap,MM dan Wakil Walikota Drs Dzulmi Eldin S, MSi menggelar konferensi pers usai pelantikan pejabat.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM turun meninjau korban kebakaran.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM didampingi Sekda Medan, Ir Syaiful Bahri foto bersama dengan panitia lomba karta tulis dan foto pelajar dalam rangka hari jadi ke 422 kota Medan.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM selalu turun ke lapangan.
Walikota Medan me-launching Penyerahan Kartu Peserta Jamsostek Kepada Kepling se Kota Medan.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM selalu berkesempatan melayani wawancara drop stop wartawan dalam setiap kegiatan.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM dan Plt Gubsu, Gatot Pujo Nugroho ST foto bersama dalam kejuaraan bowling yang digelar Waspada.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM dan istri disambut saat tiba di Bandara Sam Ratulangi-Manado.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM bersama Wakil Walikota Medan, Drs Dzulmi Eldin S, MSi mendapat penghargaan dua rekor MURI atas 2012 bale dan mozaik telur terbesar di Indonesia.
Balai sebanyak 2012 berhasil dikumpulkan oleh Pemko Medan sehingga memecahkan rekor MURI.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM mendapat pingat bidang kepramukaan dari pemerintah Melaka-Malaysia.
Pak Wali sedang menaikan perahu sampah saat bersih-bersih sampah di salah satu sungai di Medan.
Walikota Medan, Drs Rahudman Harahap, MM dan istri Nyonya Hj Yusra Siregar santai menikmati panorama di Manado
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Profil Penulis
181
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
182
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Muhammad Arifin, SPd, MPd Anak pasangan (Almar-hum) Giyo dan Suriati. Lahir di Bandar Klippa-Kecamatan Percut Sei TuanDeli Serdang, 26 Juni 1977.Sekolah Dasar diselesaikan di SD Negeri 106163 Bandar Klippa, melanjut ke SMP Negeri 2 Tembung. Pendidikan dilanjutkan ke SMEA Negeri 1 Jalan Sindoro Medan. Suami dari Pit Salwaniah Siregar, SPd dan ayah dari Muhammad Rafly AR dan Arsal Fahim AR menyelesaikan studi S1 di FKIP UMSU (2005) dan menyelesaikan Magister Pendidikan di prodi Administrasi Pendidikan (AP) Sekolah Pascasarjana Unimed (2010). Kini sedang menyelesaikan pendidikan program Doctor Manajemen Pendidikan di Unimed. Selain menjadi wartawan, pria yang suka berorganisasi juga menjadi Dosen Tetap di FKIP UMSU. Saat ini menjabat Asisten Redaktur Minggu Harian Analisa dan menjadi Ketua Koordinator Wartawan Unit Pemko Medan periode 2011-2013. Buku-buku yang pernah ditulis “Biografi Syaiful Syafri: Pemikiran dan Kebijakan Mengembangkan Perpustakaan” (BPAD, 2009)” bersama Rizal R Surya. Buku “Memoar Teropong: Kisah Nyata Jurnalis Mahasiswa” (Format Publishing, 2011). Bersama rekan-rekan alumni aktivis Pers Kampus Teropong UMSU. Buku “Manajemen Presentase Bahan Ajar dengan Microsoft PowerPoint 2007” (Format Publishing 2012).
183
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Drs. Dipo Suryosumarno, lahir di Medan, 3 Februari 1962. Menamatkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Medan 1981. Sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Sastra USU jurusan Satra Inggris sampai lima semester. Melanjutkan ke Sekolah Tinggi Bahasa Asing Swadaya dan meraih gelar sarjana. Awalnya berprofesi sebagai penterjemah Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda. Pernah mengajar di Akademi Bahasa Asing (ABASwadaya) jurusan Bahasa Belanda, dan Bahasa Inggris di Universitas Amir Hamzah Medan. Memulai karier jurnalistik di SKM Bintang Sport Film (BSF) 1988 dan posisi terakhir Redaktur Pelaksana. Kemudian menjadi warwatan di Harian Analog dan dipercaya menjadi Pemimpin Redaksi. Tak sampai disitu ia kemudian bergabung di Harian Sumatra dan dipercaya sebagai Redaktur Pelaksana. Sempat mengelola majalah BUMN News Kementrian BUMN sebagai Redaktur Pelaksana dan Pemimpin Redaksi Majalah “Info Pro” tapi tak berlangsung lama. Bergumul hampir 24 tahun di bidang jurnalistik memberikan pengalaman dan kematangan pada dirinya. Ia mengkoleksi 9 penghargaan sebagai penulis terbaik. Karier di bidang jurnalistik terbilang sukses tapi tak membuatnya hidup “makmur” Sebab, sampai sekarang masih menetap di “Villa Mertua Indah” Tapi yang membuat bahagia bapak dua anak ini, anak pertamanya sudah jadi sarjana dan yang paling bontot kuliah di Fisip UMSU semester 3 (tiga). Saat ini masih aktif di Harian Gaya Medan dan dipercaya menjadi Pemimpin Redaksi. Di organisasi kewartawanan yang “ngepos” di Pemko Medan, ia diberikan amanah sebagai Sekretaris Koordinator Wartawan Unit Pemko Medan.
184
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Muhammad Edison Ginting, S. Sos, lahir di Desa Siguci Dusun 5 kecamatan STM Hilir kabupaten Deli Serdang, 23 Agustus 1976. Menamatkan pendidikan Sarjana S-1 di STIKP Medan tahun 2000.Mulai jadi wartawan tahun 2005 di Harian Waspada. Saat itu pria ganteng berkulit hitam yang murah senyum ini mengisi rubrik Remaja di Harian Waspada. Dia pernah bertugas di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Karirnya terbilang cukup cemerlang. Sebab, belum lama ini dia menyabet predikat wartawan terbaik dan paling produktif Harian waspada. Ginting—begitu ia akrab dipanggil, sekarang bertugas di Pemko Medan dan kerap terjun ke lapangan meliput kegiatan Walikota. Selain itu, pria yang menetap di dusun XII gang Rajawali desa buntu Bedimbar Tanjung Morawa,diberi amanah sebagai Wakil Ketua Koordinator Wartawan Unit Pemko Medan.Dengan jabatan itulah ia banyak berhubungan dengan wartawan Unit Pemko baik untuk urusan berita maupun pribadi. Lia Anggia Nasution, lahir di Medan, 1 Agustus 1979. Aktif menulis cerpen dan puisi sejak duduk dibangku SLTA. Memiliki nama pena Anggia Djohan, kar yanya telah dimuat di beberapa media cetak di Medan juga dimuat dalam buku Pesona Gemilang Musim, Kumpulan Puisi Penyair Perempuan Indonesia II (2004) serta buku Medan Sastra, Pumpunan Puisi, Cerpen, Drama, Esai, Sastrawan Sumatera (2007). Serius meniti karir menjadi jurnalis di Harian Sumut Pos 185
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
hingga menjadi Redaktur (2004-2010). Pernah menulis pada bulletin Suara Perempuan dan Sorot Kemiskinan juga Buletin Soera Rakjat di Medan. Menggagas lahirnya Tabloid pendidikan Gemilang dan Majalah Anak Beber (Belajar dan Bermain). Saat ini aktif menjadi jurnalis di Harian Seputar Indonesia, dipercaya sebagai Sekjen Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) dan sekarang masih menyelesaikan studi di Magister Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Sumatera Utara (USU). Irham Hagabean Nasution SH. SUDAH memulai menulis di Harian Waspada sejak masih siswa SMA Negeri Labuhandeli, 1989. Sedangkan saat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Medan Area, dia menjadi reporter freelance di Siaran Minggu Waspada dan Majalah Dunia Wanita (juga Grup Waspada). Pria kelahiran Tapanuli Selatan 20 Januari 1969 ini, bergabung di Harian Berita Sore sejak suratkabar ini terbit 11 Desember 1998 hingga sekarang, dan sejak Mei 2011 juga menjadi Asisten Redaktur Harian Waspada. Sudah melakukan serangkaian tugas jurnalistik di dalam dan luar negeri. Pernah meliput serangkaian bencana di tanah air dan meliput lika-liku persoalan TKi di Malaysia, meliput trend warga Sumut berobat ke Pulau Penang, bahkan baru-baru ini menelusuri tambang emas Madina yang dimonitor lewat helikopter. Sampai sekarang, selain menulis reportase, dia juga kadangkadang masih menulis artikel.
186
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Drs. Pangihutan Sirumapea, MSP—- Wartawan Harian “Pejuang Rakyat” yang berpos di Kantor Walikota dan DPRD Medan Sehari-hari menjabat sebagai Redaktur Pelaksana dan Koordinator Liputan Harian Pejuang Rakyat Hampir 12 tahun pernah meliput kegiatan di jajaran Pemko Medan sejak kepemimpinan Kol Purn H Bachtiar Djafar, Drs. H Abdillah Ak MBA hingga sekarang era Drs H Rahudman Harahap. Pernah ikut studi banding dengan DPRD Medan ke Jakarta, Manado, Surabaya dan Bandung bahkan dengan rombongan dewan ke Melbourne dan Sidney, negara Kanguru… Australia, tahun 1995 lalu. Dalam perjalanan karier di bidang jurnalistik, penulis mengawali sebagai wartawan muda di Harian “Sinar Indonesia Baru” (SIB) dan kemudian mengabdi lagi di Harian “Perjuangan” dan belakangan ini bergabung di Harian “Pejuang Rakyat”. Sebagai orang yang berkarier di bidang pers, penulis memegang motto, “… membaca itu asyik, menulis itu mematangkan pikiran…”. Selain berkarier di dunia jurnalistik, penulis sebagai pemerhati politik lokal, staf pengajar di perguruan tinggi swasta dengan menamatkan perkuliahan Pasca Sarjana di Program Studi Pembangunan –USU. Di kelompok kewartawanan termasuk salah seorang yang membidani lahirnya Medan Pers Club ( MPC) , sebagai salah satu paguyuban wartawan dari berbagai media lokal dan nasional serta elektronik. Jabatan di MPC sebagai wakil ketua dam ketuanya Drs Hendra DS, Wartawan Harian “Waspada” dan mantan anggota DPRD Medan. Duduk sebagai Wakil Sekretaris KoordinatoranWartawan Pemko Medan dan Sekretaris Panitia Lomba Karya Tulis Wartawan, Lomba Foto Tingkat SMA dan Penulisan Buku, Rahudman di mata jurnalistik dalam rangkaian Hari Jadi ke -422 Kota Medan. 187
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
H. Anwardin, yang merupakan salah seorang penasihat Koordinator Wartawan Unit Pemko Medan ini, lahir di Natal 8 Agustus 1954. Sudah melaksanakan tugas jurnalistik di sejumlah pos seperti unit kepolisian, kejaksaan, pengadilan negeri, pengadilan agama, kantor pajak, Pemprovsu, DPRD Medan dan Pemko Medan. Sampai sekarang, dia tetap saja sangat energik melaksanakan tugas jurnalistik. Dalam praktik di lapangan, H. Anwardin sering dimintai nasihat oleh sejumlah wartawan muda; apakah berkaitan dengan tugas jurnalistik atau masalah pribadi. Sebagai wartawan senior, H. Anwardin sudah malangmelintang mengarungi suka-dukanya menjadi wartawan. Dia sudah menjadi wartawan pada 1980 di Harian Angkatan Bersenjata (terbit sore), Harian Garuda, Andalas dan hingga kini wartawan Harian Garuda berpos di Pemko Medan. Hendrik MW Hutabarat SS, (cand)M.I.Kom, Saat ini aktif sebagai wartawan Harian Medan Bisnis. Selama beberapa tahun terakhir selalu berpos di bidang politik dan pemerintahan. Untuk Pemko Medan, pos ini merupakan yang kedua kali. Pertama kali di era Walikota Medan Drs Abdillah Ak MBA. Kini, setelah sekian tahun berlalu, kembali ’ngepos’ di Pemko Medan di bawah kepemimpinan Walikota Medan Drs Rahudman Harahap MM. Saya mengenal nya sejak beliau bertugas di kantor Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Saat itu beliau 188
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
menjabat Asisten IV Pemprov Sumut. Beliau orang yang ramah dan santun, namun tetap tegas yang menjadi ciri khasnya, Selain jurnalis, saat ini saya masih kuliah mengambil program Master di Universitas Darma Agung. Hp: 0813 7594 6678, fb/tw : heno_bharata dan email :
[email protected] [email protected] Adlansyah Nasution, SH, Kelahiran di Medan, 22 Februari 1982. Memperoleh gelar sarjana S-1 dibidang hukum tata Negara dari Fakultas Hukum Universitas Muhamddiyah Sumatera Utara (UMSU) pada 2009. Saat ini sebagai wartawan di harian INI MEDAN, yang beraktivitas menghasilkan tulisan berbagai persoalan tentang pendidikan, kesehatan, lingkungan, criminal dan pembangunan kota Medan yang menjadi objek tulisan.
[email protected].
Email
:
Bambang Sugiarto ST, Lahir 27 September 1971 di Medan. Menamatkan pendidikannya di Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta (1998). Semasa kuliah, aktif menulis di buletin kegiatan-kegiatan kampus. Mengawali profesi wartawan di Harian Sumatra tahun 2004 dan sekarang masih aktif sebagai redaktur di Harian SUMUT24.
189
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Ayub Badrin memulai debutnya di dunia kewartawanan di tahun 1995. Berawal dari tulis-menulis. Ayub Badrin menulis di beberapa media di Indonesia seperti, Bali Pos, Riau Pos, Analisa dan Waspada. Kemudian mulai menjadi penulis lepas untu Harian Analisa yang dibimbing langsung oleh almarhum Buoy Hardjo.Ayub Badrin menulis cerpen, esai dan profil tokoh seni dan hiburan. Kemudian juga menulis lepas di Harian Medan Pos dibimbing oleh Arsad Nawi. Kemudian tahun 1996 bergabung di Sport Bintang Film (BSF). Di sini Dipo Sumarno banyak membimbingnya. Keluar dari Bintang Sport Film, lalu berpindah-pindah media diantaranya, Analog, Gaya Medan, Pos Kota Sumatera,Top Kota Medan lalu sekarang aktif di Sumut 24. Lambok Manurung, Lahir di L. Mangambit, Tobasa, 26 September 1969. Setelah menamatkan pendidikan di APP APIPSU, ia memulai kariernya sebagai jurnalis di Surat Kabar Mingguan Panji Demokrasi tahun 1998 dan aktif sampai sekarang. Kemudian, bapak 3 anak, Okyanto Manurung, Nancy Manurung dan Chasya Manurung buah perkawinannya dengan Nurmaya Sinaga ini, sejak 2010 bekerja di Harian Pelita hingga sekarang. Di organisasi kewartawanan dia menjabat sekretaris Koordinator Wartawan di DPRD Medan
190
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
Robenson Sidabariba. Lahir di Dairi, Sumut, pada tanggal 30 September 1977. Sambil kuliah di Universitas HKBP Nomensen Medan, pada tahun 1999 mulai aktif menulis dan sebagai reporter di surat kabar Sinar Medan. Namun karena sesuatu hal, pada tahun 2001 penulis pindah dan aktif menjadi wartawan di sejumlah surat kabar seperti Bijak, Stabilitas, dan Wartakita. Sejak tahun 2005 penulis memilih bergabung dan aktif sebagai wartawan di surat kabar Warta Garuda. Dan, terhitung tahun 2008 hingga saat ini aktif menulis di surat kabar Harian Andalas dan menjabat sebagai staf redaksi. Condrad A Naibaho SE, lahir di Berastagi 30 Maret 1970. Alamat di Jalan Pintu Air I No 65 Medan.Pendidikan terakhir tamat dari Universitas Sisingamangaraja X11 tahun 1995 Fakultas Ekonomi S-1Menekuni profesi wartawan atau jurnalis sejak tahun 2000 Di Harian Umum Perjuangan. Sebelumnya pernah bekerja sebagai tenaga Marketing di perusahaan swasta asing PT Philip Morris. Teja Purnama. Bermarga Lubis. Lahir di Medan, 19 Januari 1973. Mengawali karir jurnalistik sebagai reporter, redaktur, kordinator liputan dan pemimpin redaksi. Pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Global dan Jurnal Medan. Kini dia bergiat di sebuah situs berita online lamanmedan.com sebagai pemimpin 191
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
redaksi. Selain dunia jurnalistik, juga bergelut dalam dunia kesenian, terutama sastra dan teater. Karya-karya dimuat dalam berbagai antologi, antara lain Bumi, Tengok 2, Antotoli Puisi Indonesia, Akulah Medan, Ini Medan Bung, Muara III, dan dan laln-lain. Zultaufik Nasution, Lahir di Medan 19 Mei 1966. Menekuni bidang jurnalistik saat menjadi wartawan di Harian Prestasi Prima tahun 1997-2000. Kemudian Chef Repoter di Radio Roris FM 2000-2001 dan terakhir bergabung di Harian Realitas 2001- dan sejak 2010 diangkat menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Realitas sampai Sekarang. Koordinator Wartawan Pemko Medan 2 Priode 2005-2009. Di luar profesinya, ia aktif Karang Taruna. Bahkan dipercaya menjadi Ketua Karang Taruna Kota Medan 2005 – 2010 dan terpilih kembali sebagai Ketua Karang Taruna Medan 2010 – 2015 serta Wakil Ketua Karang Taruna Sumut 2009-2014. Misnar yadi S.Psi, Lahir di Pangkalan Brandan, Langkat, Tahun 1975. Lulusan terakhir S1 Fakultas Psikologi, Universitas Medan Area ini memilih jadi jurnalis ketimbang jadi psikolog. Boleh jadi karena Lilik—begitu sapaan akrabnya—menyukai tantangan makanya ia terjun menjadi jurnalis. Bapak satu anak ini, di kalangan jurnalis di Unit Pemko Medan dikenal gesit memburu sumber berita dan membagi192
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
bagikan berita kepada kawan seprofesi. Sosok pria berkaca mata minus ini, Ia tercatat sebagai salah seornag unsur pengurus Koordinator Wartawan Unit Pemko Medan Aktif menjadi jurnalis di Harian Portibi DNP mulai tahun 2003 sampai sekarang. Adi Siswoyo Wasgo, lahir di Indrapura, Asahan 24 Juli 1971. Namaya cukup dikenal di kalangan jurnalis yang “berpos” di Pemko Medan . Maklum pria bertubuh tambun dan berkepala plontos selain punya rasa humor yang tinggi juga sering berurusan dengan war tawan. Maklum, bapak empat anak yang menetap di Jalan Bersama Gang Tinjauan, Kelurahan Bantan, Medan Tembung ini, dingkat menjadi Bendahara Koordinator Wartawan Unit Pemko Medan. Dia dikenal paling rajin memburu berita dan cepat akrab dengan nara sumber. Cukup lama juga berkecimpung di dunia jurnalistik. Saat ini masih aktif bekerja di Harian Mandiri dengan jabatan Redaktur. Lilik Riadi Dalimunthe, Lahir : Medan, 23 Agustus 1972, Sekolah: SMEA Dwiwarna Jabatan: Pernah menjadi Redpel di Harian Mimbar Umum tahun 2008, Redpel di POS Kota Sumatera tahun 2011,Wakil Pimpinan Redaksi di Metro 24 tahun 2011 dan Wapemred SUMUT 24 tahun 2012. Semasa duduk dibangku sekolah penulis senang membuat Cerita Pendek (Cerpen), dan puisi-puisi. Dalam tulisan ini, penulis memandang sosok Drs.H.Rahudman harahap MM, pantas memimpin kota Metropolitan. Dengan ketegasan dan keberanian, 193
RAHUDMAN HARAHAP di Mata Jurnalis
beliau mampu merubah kota Medan ini menjadi kota Metropolitan. Sejak Rahudman memegang tongkat komando di kota ini, banyak gebrakan-gebrakan baru yang dulu tidak mampu dilakukan oleh Walikota sebelumnya. Kota Medan memang harus dipimpin sosok seperti Rahudman ini, yang berani dan tegas dengan sedikit tampang seram tapi hati penuh dengan rasa.(*)
--)))o0o(((--
194