PENDAHULUAN Latar Belakang
Kegiatan perikanan di Indonesia terus mengalami kemajuan dengan semakin meningkatnya lalu lintas komoditas perikanan antar pulau maupun antar negara. Kegiatan ekspor perikanan mempunyai peranan cukup strategis bagi Indonesia, karena saat ini ikan merupakan komoditi ekspor non migas yang cukup banyak menyumbang devisa negara. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya pengusaha ikan, baik skala kecil maupun skala besar dan meningkatnya aktifitas ekspor dan impor. Komoditas yang diperdagangkan tidak hanya ikan-ikan konsumsi, tapi juga komoditas ikan hias. Tingginya minat para pengusaha ini didorong oleh tingginya permintaan akan komoditas perikanan dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Namun berbagai kendala, terutama hama dan penyakit ikan, seringkali menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi para petanilpengusaha ikan. Semakin maraknya perdagangan antar pulau dan antar negara, memberikan peluang semakin banyaknya penyakit-penyakit ikan yang ditemukan di Indonesia. Penyakit golongan bakteri yang banyak ditemukan dalam budidaya perikanan di Indonesia, seperti Aeromanas sp., Vibrio sp., Pseudomonas sp. dan lain-lain, telah menimbulkan kerugian bagi para petanilpengusaha ikan. Selain penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri, ditemukan pula penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit seperti Argulus sp., Dactylogvrus sp., Gyrodactylus sp., Lerneae sp. dan fungi (Saprolegnia sp).
Ikan-ikan jenis tetra merupakan ikan yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia, karena permintaan terhadap jenis ini sangat besar, sehingga menarik bagi para petani untuk membudidayakannya. Narnun ikan sangat bergantung pada lingkungannya, terutarna kualitas air tempat hidupnya, yang bukan saja akan mempengaruhi kehidupan ikan, namun juga merupakan ha1 yang mempengaruhi kesehatan ikan. Ada beberapa parameter kualitas air yang hams selalu dipantau, parameter tersebut adalah: suhu air, pH, oksigen terlarut (DO), kesadahan, kadar amonia dan kadar nitrit. Perubahan pada salah satu parameter kualitas air secara mendadak,
terutarna suhu air akan menyebabkan perubahan-perubahan pada parameter kualitas air yang lainnya, sehingga perubahan-perubahan ini akan menyebabkan stres pada ikan yang pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit (Langdon 1988; Effendi 2000). Bila dalam suatu perairan terjadi peningkatan kadar arnonia dan nitrat, terjadi perubahan pH (tidak optimum) dan kesadahan serta tingginya bahan organik, maka akan menyebabkan stres pada ikan. Stres adalah kondisi dimana ikan tidak mampu mempertahankan keadaan fisiologis norrnalnya karena berbagai faktor penyebab: Penyebab kimiawi, seperti: kualitas air yang buruk, rendahnya DO, pH yang tidak tepat, polusi, komposisi diet, nitrat dan buangan metabolisme. Penyebab biologis, seperti: padat tebar tinggi, spesies ikan lain, mikroorganisme patogenik dan non patogenik, serta parasit internal dan eksternal. Penyebab fisik, seperti: suhu yang merupakan salah satu parameter kualitas air yang paling berpengaruh pada sistem imun ikan, cahaya, suara dan kadar gasgas terlarut Penyebab prosedural, seperti: handling, shipping dan pengobatan terhadap suatu penyakit (Floyd 200 1). Kesehatan ikan merupakan syarat utama kelayakan sebagai ikan hias komersial. Kondisi ikan hias yang sehat sangat dibutuhkan dalam pemasaran maupun pengangkutan, terutarna untuk ekspor, karena membutuhkan waktu perjalanan yang lama. Untuk mengetahui ikan hias yang benar-benar sehat dan tidak membawa bibit penyakit dibutuhkan pemeriksaan laboratoriurn, yang pada saat ini harus dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan. Bila ikan dinyatakan sehat, maka ikan diberikan ijin untuk dilalulintaskan dan
Unit Pelaksana Teknis
Karantina 1kan akan mengeluarkan swat keterangan layak ekspor. Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan adalah lembaga pemerintah yang berfungsi mencegah masuknya dan tersebarnya penyakit ikan karantina yang berpotensi menyebarkan penyakit ke dalam lingkungan keldi dalarn wilayah Republik Indonesia, baik yang berasal dari luar negeri maupun dari suatu daerah ke daerah lain di dalam wilayah Republik Indonesia. Program kzrantina untuk ikan secara khas melibatkan suatu protokol pemeriksaan yaitu penggunaan hewan
'
uji coba untuk mengetahui adanya agen penyakit, sertifikasi, pengeluaran suatu sertifikat yang menyatakan bahwa kelompok hewan tertentu atau suatu fasilitas produksi telah diperiksa dan bebas dari infeksi oleh patogen tertentu (Arthur 1996). Karantina Indonesia sudah selangkah lebih maju, karena Indonesia merupakan negara Asia Tenggara pertama yang menetapkan jasa pemeriksaan karantina yang diatur dalam UU Karantina tahun 1992 (Arthur 1995), yang implementasinya dituangkan dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 17 tahun 2003. Selain ha1 tersebut di atas, juga dilakukan kerjasama regional dan internasional untuk mencegah masuknya suatu penyakit baru.
Di dalam pelaksanaannya, petugas karantina ikan hams mengetahui jenisjenis hama dan penyakit karantina beserta media pembawanya yang ada di suatu daerah. Hal ini diperlukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari suatu area ke area lain. Oleh karena itu dibutuhkan suatu datatinformasi mengensti penyebaran hama dan penyakit ikan karantina di dalam wilayah negara Indonesia dalam bentuk peta daerah sebar hama dan penyakit ikan karantina, sehingga dapat dilakukan prediksi mengenai penyakit yang biasanya terjadi pada suatu spesies ikan dalam suatu musim.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi prevalensi hama penyakit ikan bakterial, ektoparasit dan fungi pada ikan hias golongan tetra terhadap parameter kualitas air di lokasi ekspotir ikan hias di daerah Bogor, Cibinong, Bekasi dan Tangerang . Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi informasi tentang prevalensi penyakit ikan khususnya ikan hias golongan tetra di daerah Bogor, Cibinong, Bekasi dan Tangerang yang banyak dilalulintaskan di sekitar Jabotabek.
Perurnusan Masalah Penelitian Berdasarkan data pemantauan yang dilakukan oleh Balai Karantina Ikan Soekarno-Hatta, Jakarta, antara tahur. 2000 - 2004, diketahui bahwa tingkat penyebaran penyakit-penyakit parasiter, bakterial dan jamur pada ikan-ikan yang
'
dibudidayakan, semakin meningkat. Hal ini sangat mempengaruhi mutu dan jumlah ikan yang diekspor dari Indonesia. Tingginya permintaan pasar terhadap ikan-ikan jenis tetra dan mudah dalarn pembudidayaannya, menyebabkan ekspor ikan hias dari Indonesia, terutama ikan hias air tawar, didominasi oleh ikan jenis ini. Selain masalah yang disebabkan oleh penyakit, rendahnya tingkat ekspor ikan hias ~ndonesiajuga disebabkan kurangnya pengetahuan para eksportir tentang negara-negara importir di luar negeri, sehingga hampir semua eksportir ikan hias di Indonesia hanya mengekspor ke Singapura, yang kemudian mengekspor lagi ikan-ikan tersebut ke seluruh dunia. Sampai saat ini Singapura merupakan negara pengekpor ikan hias terbesar di dunia (Dinas Perikanan - Jabar 2005). Mutu ikan hias sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatannya, yang berkaitan langsung dengan kualitas air di lingkungan hidupnya.
Parameter-
parameter kualitas air saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga pola penyebaran penyakit ikan diduga mempunyai hubungan dengan parameter kualitas air. Di antara masalah-masalah tersebut di atas, informasi tentang hubungan antara kualitas ikan di tingkat eksportir dan kualitas air tempat ikan itu dipelihara masih minim, untuk itu diperlukan suatu penelitian yang mengamati hubungan antara liejadian penyakit dengan parameter kualitas air. Bila didapatkan suatu pola hubungan antara parameter kualitas air dan kemungkinan penyebaran penyakit ikan, maka langkah-langkah antisipatif dan preventif dapat segera diambil untuk mencegah kerugian yang lebih meluas.
Hipotesa Diduga terdapat suatu pola hubungan antara kualitas air (suhu, pH, kesadahan, kadar amonia, kadar nitrit dan jumlah oksigen terlarut) dengan penyebaran beberapa penyakit ikan yang akan digambarkan oleh angka persentase kejadian penyakit untuk mendapatkan skala rasio yang akan digunakan dalam pengujian hipatesa secara kuantitatif.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam melakukan prediksi penyebaran penyakit ikan berdasarkan perubahan-perubahan pada parameter kualitas air. Sehingga dapat segera diambil tindakan antisipatif dan preventif untuk mencegah meluasnya kerugian. Mengetahui pola penyebaran penyakit ikan dan korelasinya dengan perubahan kualitas air akan membentuk suatu sistem deteksi dini yang sangat bermanfaat untuk perkembangan dan perlindungan pada kegiatan budidaya ikan di Indonesia.