KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014 TENTANG PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, Menimbang
Mengingat
:
:
a.
bahwa dalam rangka melaksanakan tindakan karantina terhadap media pembawa di Instalasi Karantina Ikan, perlu menetapkan pedoman Instalasi Karantina Ikan bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dan Pemilik Instalasi Karantina Ikan;
b.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan tentang Pedoman Instalasi Karantina Ikan;
1.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482);
2.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197); 4. Peraturan . . .
-2-
4.
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 25);
5.
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 189);
6.
Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;
7.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;
8.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 25/MEN/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan;
9.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1);
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 33/PERMEN-KP/2014 tentang Instalasi Karantina Ikan; MEMUTUSKAN: Menetapkan
:
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN TENTANG PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN.
KESATU
:
Menetapkan Pedoman Instalasi Karantina Ikan sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan ini. KEDUA . . .
-3-
KEDUA
:
Pedoman Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud diktum KESATU digunakan sebagai dasar dalam proses penetapan, penerapan pengelolaan dan pelaporan Instalasi Karantina Ikan milik pemerintah, perorangan dan badan hukum;
KETIGA
:
Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2015.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 November 2014
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Kepegawaian Hukum dan Organisasi,
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
ttd.
NARMOKO PRASMADJI
Sugiman
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014 TENTANG PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, Karantina Ikan mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri serta keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, Karantina Ikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam rangka melindungi negara dari ancaman masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di wilayah Republik Indonesia, yang berpotensi merusak kelestarian sumberdaya hayati perikanan, yang dapat mengakibatkan penurunan produksi perikanan nasional. Perdagangan hasil perikanan memberikan dampak positif maupun negatif terhadap perekonomian negara, serta kelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan, salah satu dampak negatifnya yaitu ikut terbawanya Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) atau Hama dan Penyakit Ikan (HPI) tertentu masuk dan tersebar ke dalam wilayah
Republik
Indonesia
melalui
media
pembawa
yang
dilalulintaskan. Petugas Karantina Ikan dalam rangka mengantisipasi resiko dari ancaman masuk dan/atau keluar, dan tersebarnya HPIK sebagaimana
diamanatkan
di
dalam
peraturan
perundangan
perkarantinaan ikan perlu melakukan tindakan karantina ikan bagi media pembawa HPIK yang akan dilalulintaskan. Pelaksanaan tindakan
karantina
pemasukan/
ikan
pengeluaran
tersebut atau
di
dapat luar
dilakukan tempat
di tempat pemasukan/
pengeluaran baik di dalam maupun di luar Instalasi Karantina Ikan (IKI) yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan karantina terhadap media pembawa di Instalasi Karantina dilakukan dalam rangka:
1
a. Mendeteksi terhadap adanya infeksi HPIK/HPI tertentu pada media pembawa. b. Membebaskan/mensucihamakan
media
pembawa
dari
HPIK/HPI tertentu. c. Menjamin
media
pembawa
telah
memenuhi
persyaratan
kesehatan ikan yang akan dilalulintaskan.
Suatu tempat dapat ditetapkan sebagai instalasi karantina apabila telah memenuhi persyaratan, prosedur, penetapan, dan pengelolaannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu adanya pedoman
instalasi
karantina
ikan
untuk
menjaga
konsistensi
penerapan cara karantina ikan yang baik di instalasi karantina.
1.2. Tujuan Tujuan penyusunan Pedoman Instalasi Karantina Ikan ini adalah : a. Sebagai pedoman bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) dalam proses penetapan, pengelolaan dan pelaporan Instalasi Karantina Ikan. b. Pemilik instalasi karantina mengetahui prosedur penetapan, penerapan pengelolaan dan pelaporan Instalasi Karantina Ikan.
1.3. Pengertian dan Istilah a. Instalasi Karantina Ikan yang selanjutnya disebut instalasi karantina adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina. b. Instalasi Karantina Ikan milik Kementerian yang selanjutnya disebut instalasi karantina Kementerian adalah instalasi karantina yang dibangun oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dan telah ditetapkan dalam bentuk Sertifikat
2
Instalasi Karantina Ikan yang pengelolaannya dilakukan oleh UPT KIPM c. Instalasi Karantina Ikan milik Perorangan atau Badan Hukum
yang
selanjutnya
disebut
instalasi
karantina
Perorangan atau Badan Hukum adalah instalasi karantina yang dibangun oleh perorangan atau badan hukum dan telah ditetapkan dalam bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan, yang pengelolaannya dibawah pengawasan UPT KIPM. d. Menteri Kelautan dan Perikanan adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang karantina ikan. e. Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya disebut Kepala BKIPM adalah kepala badan yang melaksanakan tugas teknis di bidang karantina ikan. f.
Kepala Pusat Karantina Ikan yang selanjutnya disebut dengan Kapuskari adalah Kepala Pusat yang melaksanakan tugas teknis di bidang karantina ikan.
g. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan adalah surat penetapan yang
menyatakan
instalasi
karantina
telah
memenuhi
persyaratan sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan karantina ikan. h. Tindakan karantina ikan yang selanjutnya disebut tindakan karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. i.
Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya disebut UPT KIPM adalah unit kerja teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BKIPM.
3
j.
Pejabat Fungsional Pengendali Hama Penyakit Ikan (PHPI) yang selanjutnya disebut PHPI adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengendalian hama dan penyakit ikan serta lingkungan yang bekerja di lingkup BKIPM.
k. Inspektur karantina ikan yang selanjutnya disebut inspektur karantina adalah pegawai negeri tertentu yang memiliki kompetensi melakukan kegiatan inspeksi dalam rangka penerapan cara karantina ikan yang baik, yang telah ditetapkan
dan
mendapatkan
nomor
registrasi
sebagai
inspektur karantina ikan dengan surat keputusan Kepala BKIPM. l.
Hama dan penyakit ikan karantina yang selanjutnya disebut HPIK adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum terdapat dan/ atau telah terdapat hanya di area tertentu di wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
m. Hama dan Penyakit Ikan Tertentu yang selanjutnya disebut HPI tertentu adalah
semua hama dan penyakit ikan yang
berpotensi seperti HPIK, belum dan/atau telah terdapat di area tertentu di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, tetapi belum ditetapkan sebagai HPIK atau HPI yang dipersyaratkan
oleh
negara
tujuan
untuk
dicegah
pemasukannya. n. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina yang selanjutnya disebut media pembawa adalah ikan dan atau benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan karantina. o. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di dalam air dalam keadaan hidup atau mati termasuk bagian-bagiannya.
4
p. Benda
lain
adalah
media
pembawa
selain
ikan
yang
mempunyai potensi penyebaran Hama dan Penyakit Ikan Karantina. q. Sarana instalasi karantina adalah segala peralatan/ fasilitas dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan tindakan karantina di instalasi karantina. r.
Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) adalah metode yang berisikan
Standar
Operasional
Prosedur
(SOP)
yang
digunakan untuk memastikan bahwa semua tindakan dan penggunaan fasilitas instalasi karantina dilakukan secara efektif,
konsisten,
sistematis
dan
memenuhi
standar
biosecurity untuk menjamin kesehatan ikan. s. Biosecurity adalah suatu upaya atau langkah-langkah untuk mencegah
dan/
atau
mengurangi
resiko
masuk
dan
tersebarnya agen penyakit ikan. t.
Ruang anteroom atau ruang antara adalah ruang steril/ mensucihamakan
bagi pekerja sebelum dan sesudah
memasuki IKI yang berada di lokasi instalasi karantina. u. Personil
adalah
petugas
yang
melaksanakan
tindakan
karantina tertentu pada instalasi milik perorangan atau badan
hukum
yang
bertanggung
jawab
terhadap
pelaksanaan tindakan karantina di instalasi karantina.
1.4. Dasar Hukum Dasar hukum perangkat perundangan penyusunan Pedoman Penilaian Instalasi Karantina Ikan adalah : a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482); b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
5
c. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197); d. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05 Tahun 2005 tentang Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina; e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 20 Tahun 2007 tentang Tindakan Karantina untuk Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar Negeri Dan Dari Suatu Area Ke Area Lain di Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia; f.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10 Tahun 2012 tentang kewajiban tambahan karantina ikan;
g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 33 Tahun 2014 tentang Instalasi Karantina Ikan; dan h. Keputusan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor
KEP.26/MEN/2013 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya.
1.5. Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman ini meliputi klasifikasi, persyaratan, prosedur penetapan dan perpanjangan, pengelolaan, inspeksi dan verifikasi, pembinaan dan pelaporan IKI.
6
BAB II KLASIFIKASI INSTALASI KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKASI
Instalasi Karantina Ikan adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina. Berdasarkan klasifikasinya, instalasi karantina dibedakan menjadi :
2.1. A.
Klasifikasi Klasifikasi Peruntukan
Instalasi
Klasifikasi
Karantina
instalasi
karantina
Ikan ikan
Berdasarkan berdasarkan
peruntukannya, terdiri dari : a. Instalasi karantina ikan untuk ikan hidup b. Instalasi karantina ikan untuk ikan mati c. Instalasi karantina ikan untuk benda lain B.
Klasifikasi Instalasi Kepemilikan Klasifikasi
Karantina
Instalasi
Karantina
Ikan Ikan
Berdasarkan berdasarkan
kepemilikan dibedakan menjadi : a. Instalasi karantina ikan milik Kementerian adalah Instalasi Karantina
yang
dibangun
oleh
pemerintah
dan
pengelolaannya dilakukan oleh UPT KIPM. b. Instalasi karantina ikan milik perorangan atau badan hukum adalah milik swasta baik secara perorangan atau badan hukum.
2.2.
Sertifikasi
A. Sertifikasi Instalasi Karantina Ikan Kelayakan Instalasi Karantina didasarkan pada hasil penilaian Instalasi Karantina Ikan yang meliputi persyaratan administrasi, manajemen, dan teknis. Hasil penilaian diberikan dalam kriteria layak (sangat baik, baik, cukup) dan tidak
7
layak. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan diberikan untuk instalasi karantina dengan kriteria layak. Konsistensi penerapan biosecurity di Instalasi Karantina Ikan yang telah ditetapkan dalam pengendalian HPIK/ HPI tertentu dilakukan melalui proses Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik (SCKIB).
B. Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik. Sertifikasi penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik (SCKIB) didasarkan atas : -
Konsistensi persyaratan dan penerapan dokumen mutu karantina ikan;
-
Konsistensi kelayakan dan peruntukan teknis; dan
-
Hasil pemeriksaan HPIK/ HPI tertentu Berdasarkan konsistensi penerapan cara karantina di
atas maka instalasi karantina ikan dikategorikan sebagai berikut: a. Kategori A : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan dan menerapkan CKIB dengan kriteria A, sehingga dapat digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan karantina impor, ekspor, dan/atau antar area dan sesuai kebutuhan jenis usaha dibidang perikanan b. Kategori B : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan dan menerapkan CKIB dengan kriteria B, sehingga dapat digunakan untuk tindakan karantina ikan impor, ekspor ke Negara bersyarat tertentu dan/atau antar area sesuai kebutuhan usaha dibidang perikanan c. Kategori C : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan dan menerapkan CKIB dengan kriteria C, sehingga dapat digunakan untuk tindakan karantina ikan ekspor ke Negara tidak bersyarat dan/atau antar area sesuai kebutuhan usaha dibidang perikanan
8
Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi cara karantina ikan yang baik mengacu pada pedoman CKIB.
9
BAB III PERSYARATAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Suatu tempat dapat ditetapkan sebagai IKI apabila telah memenuhi
persyaratan
administrasi,
manajemen,
dan
teknis.
Adapun persyaratan IKI adalah sebagai berikut :
3.1.
Persyaratan Administrasi
3.1.1. Pengajuan permohonan penilaian instalasi karantina Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum
sebelum
karantina,
harus
mengajukan mengajukan
permohonan permohonan
penetapan
instalasi
penilaian
instalasi
karantina kepada Kepala UPT KIPM setempat, dengan melampirkan persyaratan administrasi sebagai berikut : a. Fotokopi
Kartu
Tanda
Penduduk
(KTP),
untuk
pemohon
perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa; d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang *); e. Surat
keterangan
dari
Dinas
Kelautan
dan
Perikanan
Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perikanan
yang
menjelaskan
bahwa
yang
bersangkutan
melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum; f.
Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai instalasi karantina;
10
g. Dokumen mutu Karantina Ikan. *) diperlukan dalam rangka sinkronisasi surat ijin pemasukan media pembawa dan realisasi penggunaan instalasi karantina terkait kesesuaian jumlah, jenis dan asal media pembawa yang masuk ke dalam instalasi karantina.
3.1.2. Pengajuan permohonan penetapan instalasi karantina Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum setelah mendapatkan rekomendasi hasil penilaian, dapat mengajukan permohonan penetapan instalasi karantina kepada Kepala BKIPM dengan melampirkan persyaratan administrasi sebagai berikut : a. Rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina dari UPT KIPM b. Fotokopi
Kartu
Tanda
Penduduk
(KTP),
untuk
pemohon
perorangan c. Fotokopi
akte
pendirian
perusahaan
dan
fotokopi
KTP
penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. Dokumen mutu Karantina Ikan.
3.2.
Persyaratan Manajemen Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan
hukum wajib memenuhi persyaratan manajemen sebagai berikut : a. Struktur organisasi yang jelas dimana ada penanggung jawab instalasi, ada petugas untuk kegiatan operasional dan petugas pembuat rekam data beserta uraian tugas dan wewenangnya (job description); b. Dokumen mutu karantina ikan yang memuat : 1. Panduan Mutu; 2. Prosedur Kerja dan/ atau Instruksi kerja dan; 3. Formulir kegiatan. c. Rekam data logbook media pembawa yang masuk dan keluar, data kegiatan operasional dalam instalasi. Data kegiatan
11
operasional tersebut dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip biosecurity; d. Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk semua kegiatan yang terkait dengan tindakan karantina di dalam instalasi karantina; e. Instalasi karantina mempunyai kebijakan tentang kegiatan evaluasi atau audit internal untuk semua kegiatan yang berkaitan dengan manajemen dan teknis instalasi karantina; f.
Instalasi karantina mempunyai sumber daya manusia (personil) yang
berpengalaman,
terampil
dan
berlatar
belakang
pendidikan perikanan atau biologi atau sejenisnya yang telah dilatih dan disertifikasi kompetensinya serta menandatangani pakta integritas dari otoritas kompeten yaitu BKIPM.
3.3.
Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Ikan
3.3.1. Persyaratan Umum Persyaratan umum instalasi karantina untuk ikan hidup, ikan mati, dan benda lain adalah sebagai berikut :
A. Lokasi Lokasi yang digunakan sebagai instalasi karantina harus layak dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Instalasi karantina harus bebas banjir. Sarana dan bahan pemeriksaan, sarana pengasingan dan pengamatan, sarana perlakuan, sarana penahanan, sarana pemusnahan, dan sarana pendukung lainnya tidak boleh terkena banjir. 2) Mudah diakses oleh sarana transportasi. Instalasi karantina mudah dijangkau oleh sarana transportasi air atau darat atau udara. 3) Memiliki sumber air yang cukup dan berkualitas baik. Instalasi
karantina
berada
pada
lokasi
yang
mudah
mendapatkan air berkualitas baik.
12
4) Instalasi karantina berada pada lingkungan yang tidak tercemar. Kelayakan lokasi tersebut dimaksudkan untuk menghindari resiko dan kerugian akibat adanya kontaminasi cemaran dari lingkungan sekitar dan dari instalasi ke lingkungan sekitar. 5) Apabila instalasi karantina berada pada suatu farm/hatchery, maka fasilitas instalasi karantina tersebut harus merupakan bangunan berikut saluran air limbah yang terpisah dengan fasilitas
pematangan
induk
(maturation)
dan
pembenihan
(hatchery). Unit instalasi harus memiliki sarana pengelolaan, sterilisasi air, dan pengolahan limbah.
B. Air Air yang digunakan dalam proses tindakan karantina harus layak dan sesuai dengan kebutuhan. Air harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Bebas dari mikroba patogen; 2) Bebas bahan pencemar fisika maupun kimia; 3) Tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu; 4) Memenuhi persyaratan standar baku mutu air sesuai yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
tahun
2001
tentang
Pengelolaan
Kualitas
Air
Dan
Pengendalian Pencemaran Air. C. Personil/ tenaga Kerja Personil atau tenaga kerja di instalasi karantina adalah pekerja yang diberi tanggung jawab untuk menangani instalasi karantina selama berlakunya sertifikat Penetapan instalasi karantina. Adapun penanggung jawab teknis instalasi karantina harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Memiliki latar belakang pendidikan di bidang perikanan atau biologi; 2) Mempunyai kompetens pengelolaan instalasi karantina; 3) Telah dilatih dan disertifikasi kompetensinya, atau;
13
4) Memiliki keterangan kemampuan teknis pengelolaan instalasi karantina dari Kepala UPT setempat.
3.3.2. Persyaratan Utama
A. Instalasi Karantina Ikan Hidup Bangunan dan sarana instalasi karantina untuk media pembawa ikan hidup harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1)
Bangunan dibuat khusus dengan tata ruang atau lay out yang terpisah dan terdiri dari sarana : pemeriksaan, pengasingan dan
pengamatan,
perlakuan,
pemusnahan
dan
sarana
pendukung lainnya; 2)
Jarak antar wadah dengan wadah atau wadah dengan dinding diberikan koridor selebar minimal 75 cm;
3)
Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan dengan jenis dan jumlah media pembawa yang akan dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tersebut;
4)
Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor;
5)
Dinding harus dibuat khusus agar mudah dibersihkan serta dapat meminimalisasi akumulasi kotoran;
6)
Lantai tidak boleh berpori, dibuat dengan kemiringan tertentu dan mengarah ke drainase, sehingga tidak memungkinkan terjadi genangan di lantai;
7)
Drainase lantai harus baik, dan lubang pembuangan harus dilengkapi dengan saringan agar media pembawa tidak keluar;
8)
Pencahayaan harus memadai intensitasnya, agar mudah dalam pengamatan media pembawa;
9)
Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah dibersihkan dan dikeringkan;
10) Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/ keluar ke instalasi karantina untuk mencegah kontaminasi silang dan dilengkapi dengan foot deep bath yang berisi cairan desinfektan;
14
11) Dilengkapi dengan pintu darurat (emergency exit) dan standar keselamatan, keamanan kerja (K3); 12) Apabila pengelolaan limbah dilakukan oleh pihak ketiga maka perlu disertakan surat keterangan dari pihak ketiga bahwa perusahaan
pihak
ketiga
tersebut
memiliki
ijin
untuk
mengelola limbah; 13) Saluran pembuangan dari ruangan/ bak/ akuarium harus mudah dibersihkan, dan dikeringkan; 14) Dinding bak/ akuarium harus kedap air/ tidak bocor, mudah dibersihkan dan dikeringkan; 15) Pada pintu gerbang untuk orang dilengkapi dengan foot deep bath yang
diberi cairan desinfektan dan untuk kendaraan
terdapat bak desinfektan untuk rendam roda.
Instalasi karantina ikan hidup harus dilengkapi sarana untuk tindakan karantina yang
harus disesuaikan dengan peruntukan
instalasi karantina dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity. Instalasi karantina ikan hidup Kementerian harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit : 1) Sarana dan bahan pemeriksaan; 2) Sarana pengasingan dan pengamatan; 3) Sarana perlakuan; 4) Sarana penahanan; 5) Sarana pemusnahan; dan 6) Sarana pendukung lainnya.
Sedangkan instalasi karantina ikan hidup perorangan atau badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit : 1) Sarana pengasingan dan pengamatan; 2) Sarana perlakuan; 3) Sarana pemusnahan; dan 4) Sarana pendukung lainnya.
15
Adapun sarana instalasi karantina ikan hidup tersebut di atas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada instalasi karantina berfungsi kegiatan
sebagai
tempat
penentuan
untuk
melakukan
rangkaian
penyakit
dan/atau
diagnosis
pengukuran kualitas air. b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta terjaga kebersihannya. c) Pengujian
laboratorium
selengkapnya
terhadap
adanya
HPIK/ HPI tertentu meliputi pemeriksaan parasit, virus, bakteri dan mikotik pada media pembawa dilakukan oleh laboratorium milik UPT KIPM. d) Sarana
pemeriksaan/
laboratorium
wajib
dimiliki
oleh
instalasi karantina Kementerian.
2) Sarana pengasingan dan pengamatan a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang digunakan untuk pengasingan dan pengamatan setelah ikan diterima di instalasi. b) Sarana yang ada pada ruang ini berupa: - wadah pemeliharaan (bak fiber dan/ atau aquarium dan/ bak beton) dengan kualitas yang standar disertai perlengkapannya. - Bak tersebut harus terbuat dari material yang kokoh, kedap air dan mudah dibersihkan. c) Bentuk, jumlah dan volume bak harus disesuaikan dengan sifat biologi dan persyaratan sebagaimana masing-masing komoditas. d) Kegiatan pengasingan dilakukan untuk satu pemasukan/ pengeluaran (shipment) yang sama.
16
e) Area tersebut harus terjaga kebersihannya dan bebas dari kontaminan.
3) Sarana perlakuan a) Sarana perlakuan adalah sarana yang digunakan untuk melakukan tindakan pengobatan setelah diketahui bahwa media pembawa tersebut terindikasi penyakit (HPIK golongan II). b) Sarana yang terdapat dalam ruangan ini adalah berupa wadah untuk media pembawa yang akan diberi perlakuan (bak fiber/ aquarium/ bak beton) beserta perlengkapannya. c) Wadah
tersebut harus terbuat dari material yang kokoh,
kedap air dan mudah dibersihkan. d) Peralatan yang digunakan didalam satu ruang tidak boleh digunakan di ruangan lain
4) Sarana Penahanan a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk menahan
media
pembawa
apabila
ditemukan
ketidaksesuaian dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap dan/ atau ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media pembawa. b) Sarana penahanan dapat berupa bak/ akuarium atau wadah, alat, bahan, dan ruang untuk penahanan media pembawa. c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina Kementerian.
5) Sarana pemusnahan (pembakaran/ penimbunan) a) Sarana pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang diduga terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu.
17
b) Sarana
yang
ada
di
area
ini
dapat
berupa
tempat
pembakaran dan/ atau incinerator.
6) Sarana penanganan limbah a) Instalasi karantina wajib mempunyai sarana penanganan limbah untuk menetralkan limbah yang berupa patogen atau bahan cemaran lain yang berasal dari instalasi tersebut sebelum dibuang melalui peresapan tanah atau ke perairan umum. b) Sarana penanganan limbah dapat berupa fasilitas untuk proses klorinasi dan/ atau perlakuan dengan pemanasan (heat treatment) dan/ atau radiasi ultraviolet. c) Sarana lain yang dibutuhkan adalah bak/ akuarium untuk pengujian indikator biologis dengan menggunakan ikan hidup dan tanaman air serta pompa untuk resirkulasi air. d) Limbah padat berupa plastik bekas kemasan dan media pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan. e) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar atau dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan dari HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi.
7) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath dipping mat) a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk -
Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk ke dalam lingkungan instalasi karantina.
-
Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan ukuran
luas
dan
kedalaman
disesuaikan
dengan
lebarnya jalan serta kendaraan. -
Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/ spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi
18
dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu gerbang lingkungan instalasi. b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat) -
Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan masuk ke dalam instalasi.
-
Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan ukuran pintu masuk.
-
Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan spesifikasi dan kebutuhan.
c) Sarana desinfeksi tangan -
Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun keluar instalasi.
-
Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.
d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil -
Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi.
-
Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman dipakai dan harus selalu bersih.
-
Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan lainnya
19
8) Sarana pengelolaan air bersih dan tandon air 1) Penampungan air Instalasi karantina yang menggunakan air berasal dari perairan umum (laut, sungai, saluran irigasi), harus memiliki sarana pengendapan, filtrasi dan bak tandon, yang berfungsi untuk
mengendapkan,
menyaring
dan
menyimpan
air,
sehingga diperoleh air yang bermutu, dengan kualitas dan jumlah yang sesuai kebutuhan. 2) Pengolahan
air
ini
dapat
dilakukan
secara
biologi/fisika,dan/atau kimia. Secara biologi dapat menggunakan mikroba (penggunaan probiotik), Secara fisika dapat menggunakan pengedapan dan/ atau UV dan/atau ozonisasidan/ atau filter yang menggunakan
arang/karbon
aktif.
Secara
kimia
dapat
dengan cara klorinasi.
9) Pagar keliling Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu atau material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada instalasi karantina berfungsi sebagai : a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar. b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan dan kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke dalam lingkungan instalasi. c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya.
10)
Ruang ganti pakaian a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya yang khusus digunakan selama berada di dalam instalasi bagi personil instalasi Karantina.
20
b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat menyimpan
pakaian
dan
barang-barang
tertentu
milik
personil instalasi karantina. c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan kamar mandi (shower room).
B. Instalasi Karantina Ikan Mati Bangunan dan sarana instalasi karantina untuk media pembawa ikan mati harus memenuhi persyaratan seperti berikut : 1)
Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan dengan jenis
dan jumlah ikan/media pembawa yang akan
dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tersebut; 2)
Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor serta atap terbuat dari bahan yang bisa menutupi keseluruhan;
3)
Memilki bangunan yang cukup kokoh dan dapat melindungi media pembawa dari pengaruh luar dan kontaminasi serta dapat mencegah tersebarnya HPIK keluar dari instalasi karantina ke lingkungan;
4)
Rancangan (design) lantai harus dibuat khusus agar mudah dibersihkan serta dapat meminimalisasi akumulasi kotoran dan limbah cair lainnya;
5)
Terdapat ruang anterom atau ruang antara yang digunakan untuk
mengganti
pakaian
khusus
bagi
pekerja
sebelum
memasuki instalasi karantina; 6)
Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/keluar ke instalasi karantina untuk mencegah kontaminasi silang;
7)
Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah dibersihkan dan dikeringkan, bebas debu, tidak berlumpur dan memiliki atap/ kanopi, dilengkapi dengan penerangan listrik yang memadai;
21
8)
Emplacement
untuk doking/ parkir container harus cukup
kokoh dan memiliki rancang bangun yang mudah dibersihkan dan untuk tindak pensucihamaan apabila diperlukan; 9)
Terdiri dari ruangan atau bangunan yang dilengkapi fasilitas yang sesuai dengan jenis media pembawa (segar, beku, kering) yang memenuhi persyaratan biosecurity;
10) Pallet yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan dan didesinfeksi seperti metal anti karat, fiber glass atau plastik; 11) Semua peralatan yang digunakan di dalam fasilitas cold storage harus terbuat dari bahan plastik atau metal anti karat; 12) Mempunyai peralatan dan program pengendalian serangga dan tikus; 13) Untuk media pembawa berupa produk beku instalasi karantina harus dilengkapi dengan Cold storage dengan persyaratan adalah sebagai berikut: a) Mampu
mempertahankan
suhu
bagian
dalam
(internal
temperature) kurang dari -18 °C dan sistem pendingin harus mampu mendinginkan secara merata misalnya dilengkapi dengan air circulator (blower) b) Harus
dilengkapi
dengan
alat
pengukur
suhu
dan
kelembaban yang mudah terbaca, berada di bagian luar cold storage; c) Letak
bangunan
harus
memudahkan
dalam
memudahkan
pengaturan
ditata
sedemikian
pelaksanaan drainase
kegiatan dan
rupa
agar
sehari-hari,
penampungan
limbah.
Instalasi karantina ikan mati harus dilengkapi sarana untuk tindakan karantina yang
harus disesuaikan dengan peruntukan
instalasi karantina dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity. Instalasi karantina ikan mati Kemementerian harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit:
22
1) Sarana dan bahan pemeriksaan; 2) Sarana pengasingan; 3) Sarana penahanan; 4) Sarana pemusnahan; dan 5) Sarana pendukung lainnya.
Sedangkan instalasi karantina ikan mati perorangan atau badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit: 1) Sarana pengasingan; 2) Sarana pemusnahan; dan 3) Sarana pendukung lainnya
Sarana instalasi karantina ikan mati tersebut di atas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada instalasi karantina berfungsi
sebagai
tempat
untuk
melakukan
rangkaian
kegiatan penentuan diagnosis awal penyakit ikan. b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta terjaga kebersihannya. c) Pengujian laboratorium meliputi pemeriksaan organoleptik, formalin,
logam
berat,
dan
mikrobiologi
pada
media
pembawa dilakukan oleh laboratorium milik UPT KIPM. d) Sarana
pemeriksaan/
laboratorium
wajib
dimiliki
oleh
instalasi karantina Kementerian.
2) Sarana pengasingan dan pengamatan a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang digunakan untuk melakukan kegiatan pengasingan dan pengamatan selama masa karantina ikan.
23
b) Sarana yang harus ada adalah rak atau pallet untuk meletakkan
dan
menyimpan
ikan
selama
di
ruang
pengasingan dan pengamatan. c) Instalasi karantina ikan mati untuk ikan segar dan beku diperlukan fasilitas cold storage dengan suhu diatur sesuai dengan kebutuhan jenis komoditasnya. d) Kapasitas volume cold storage disesuaikan dengan jumlah dan jenis
media
pembawa
yang
akan
dikenakan
tindakan
karantina. e) Instalasi karantina ikan mati untuk ikan kering, sarana ruang harus dilengkapi dengan pengatur kelembaban udara.
3) Sarana Penahanan a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk menahan
media
pembawa
apabila
ditemukan
ketidaksesuaian dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap dan/ atau ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media pembawa. b) Sarana penahanan dapat berupa cold storage atau ruangan dengan
suhu
yang
dapat
diatur
sesuai
dengan
jenis
komoditasnya. c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina Kementerian.
4) Sarana Penanganan Limbah a) Instalasi karantina wajib melakukan penanganan limbah. b) Instalasi karantina yang melakukan kegiatan processing wajib memiliki sarana pengolahan limbah cair. c) Sarana pengolahan limbah cair berfungsi untuk menetralkan limbah cair yang berasal dari sisa proses produksi berupa patogen atau bahan cemaran lain sebelum dibuang melalui peresapan tanah atau ke perairan umum.
24
d) Sarana penanganan limbah dapat berupa fasilitas untuk proses klorinasi. Sarana lain yang dibutuhkan adalah bak/ kolam
untuk
pengujian
indikator
biologis
dengan
menggunakan ikan hidup dan tanaman air serta pompa untuk resirkulasi air. e) Apabila
instalasi
karantina
tidak
mempunyai
sarana
pengolahan limbah, maka limbah dapat diserahkan kepada pihak ketiga yang telah tersertifikasi. Sebelum diserahkan kepada
pihak
ketiga,
limbah
ditampung
pada
bak
penampungan limbah sementara. f) Limbah padat berupa plastik bekas kemasan dan media pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan. g) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar atau dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan dari HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi.
5) Sarana pemusnahan (pembakaran/ penimbunan) a) Tempat pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang diduga terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu, media pembawa yang rusak/ busuk dan wadah kemasan media pembawa. b) Sarana
yang
ada
di
area
ini
dapat
berupa
tempat
pembakaran dan/ atau incinerator. 6) Pagar keliling Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, atau material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada instalasi karantina berfungsi sebagai : a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan dan kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke dalam lingkungan instalasi. c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya.
25
7) Ruang ganti pakaian a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya yang khusus digunakan selama berada di dalam instalasi bagi personil instalasi karantina. b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik personil instalasi karantina. c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan kamar mandi (shower room).
8) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath dipping mat) a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk -
Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk ke dalam lingkungan instalasi karantina.
-
Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan ukuran
luas
dan
kedalaman
disesuaikan
dengan
lebarnya jalan serta kendaraan. -
Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/ spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu gerbang lingkungan instalasi.
b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat) -
Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan masuk ke dalam instalasi.
-
Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan ukuran pintu masuk.
26
-
Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan spesifikasi dan kebutuhan.
c) Sarana desinfeksi tangan -
Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun keluar instalasi.
-
Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.
d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil -
Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi.
-
Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman dipakai dan harus selalu bersih.
-
Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan lainnya.
C. Instalasi Karantina Ikan Benda Lain Bangunan
dan
sarana
instalasi
karantina
untuk
media
pembawa benda lain harus memenuhi persyaratan seperti berikut : 1)
Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan dengan jenis
dan jumlah ikan/media pembawa yang akan
dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tersebut; 2)
Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor serta atap terbuat dari bahan yang bisa menutupi keseluruhan;
3)
Memiliki bangunan yang cukup kokoh dan dapat melindungi produk dari pengaruh luar dan kontaminasi serta dapat
27
mencegah tersebarnya HPIK keluar dari instalasi karantina ke lingkungan; 4)
Rancangan (design) lantai harus dibuat khusus agar mudah dibersihkan serta dapat meminimalisasi akumulasi kotoran dan limbah cair lainnya;
5)
Terdapat ruang anterom atau ruang antara yang digunakan untuk
mengganti
pakaian
khusus
bagi
pekerja
sebelum
memasuki instalasi karantina; 6)
Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/ keluar ke instalasi karantina untuk mencegah kontaminasi silang;
7)
Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah dibersihkan dan dikeringkan, bebas debu, tidak berlumpur dan memiliki atap/ kanopi, dilengkapi dengan penerangan listrik yang memadai;
8)
Emplacement untuk doking/ parkir container harus cukup kokoh dan memiliki rancang bangun yang mudah dibersihkan dan untuk tindak pensucihamaan apabila diperlukan. ;
9)
Terdiri dari ruangan atau bangunan yang dilengkapi fasilitas yang sesuai dengan jenis media pembawa yang memenuhi persyaratan biosecurity;
10) Pallet yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan dan didesinfeksi seperti metal anti karat, fiber glass atau plastik ; 11) Semua peralatan yang digunakan di dalam fasilitas instalasi harus terbuat dari bahan plastik atau metal anti karat (untuk gudang bersuhu dingin). 12) Mempunyai program pengendalian serangga dan tikus. 13) Untuk media pembawa berupa produk carragenan karena bersifat hydroskopis maka instalasi karantina dilengkapi dengan pengatur suhu (AC) dengan persyaratan adalah sebagai berikut: a) Mampu
mempertahankan
suhu
bagian
dalam
(internal
temperature) kurang dari 22°C dan sistem pendingin harus
28
mampu mendinginkan secara merata misalnya dilengkapi dengan air circulator (blower) b) Harus
dilengkapi
dengan
alat
pengukur
suhu
dan
kelembaban yang mudah terbaca, berada di bagian luar; c) Letak
bangunan
harus
memudahkan
dalam
memudahkan
pengaturan
ditata
sedemikian
pelaksanaan drainase
kegiatan dan
rupa
agar
sehari-hari,
penampungan
limbah.
Instalasi karantina benda lain harus dilengkapi sarana untuk tindakan karantina yang
harus disesuaikan dengan peruntukan
instalasi karantina benda lain dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity. Instalasi karantina ikan benda lain milik Kementerian harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit : 1) Sarana dan bahan pemeriksaan; 2) Sarana pengasingan; 3) Sarana penahanan; 4) Sarana pemusnahan; dan 5) Sarana pendukung lainnya.
Sedangkan instalasi karantina benda lain perorangan dan badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit : 1) Sarana pengasingan; 2) Sarana pemusnahan; dan 3) Sarana pendukung lainnya
Adapun sarana instalasi karantina ikan benda lain tersebut di atas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada IKI berfungsi sebagai tempat
untuk
melakukan
rangkaian
kegiatan
penentuan
diagnosis awal penyakit ikan.
29
b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta terjaga kebersihannya. c) Pengujian laboratorium meliputi pemeriksaan fisik (kebersihan, kemurnian,
warna
dan
bentuk),
bau,
proximat,
dan
kelembaban pada media pembawa dilakukan oleh laboratorium milik UPT KIPM. d) Sarana pemeriksaan/ laboratorium wajib dimiliki oleh IKI milik pemerintah
2) Sarana pengasingan dan pengamatan a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang digunakan
untuk
melakukan
kegiatan
pengasingan
dan
pengamatan selama masa karantina ikan. b) Sarana
yang
harus
ada
adalah
rak
atau
pallet
untuk
meletakkan dan menyimpan media pembawa selama di dalam ruang pengasingan dan pengamatan.
3) Sarana Penahanan a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk menahan media pembawa apabila ditemukan ketidaksesuaian dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap dan/ atau ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media pembawa. b) Sarana penahanan dapat berupa ruangan dengan suhu yang dapat diatur sesuai dengan jenis komoditasnya. c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina milik Kementerian
4) Sarana Penanganan Limbah a) Instalasi karantina wajib mempunyai sarana penanganan limbah. b) Instalasi
karantina
yang
mengelolah
bahan
baku,
wajib
mempunyai sarana pengolahan limbah guna menetralkan
30
limbah yang berasal dari instalasi karantina tersebut, sebelum dibuang ke lingkungan sekitar. c) Sarana pengolahan limbah cair dapat berupa bak pengolah limbah yang memenuhi standar pengolahan limbah. d) Sarana yang dibutuhkan pada ruang pengolahan limbah adalah filter pasir apabila di dalam instalasi diasumsikan tidak ada patogen, air diaerasi sebelum ditreatment filter pasir dan filter biologi (minimal tanaman air). e) Saluran pembuangan dari ruang ke sarana/ unit pengolahan limbah harus mudah dibersihkan dan dikeringkan. f) Apabila
Instalasi
karantina
tidak
mempunyai
sarana
pengolahan limbah, maka limbah dapat diserahkan kepada pihak ketiga yang telah tersertifikasi. Sebelum diserahkan kepada
pihak
ketiga,
limbah
ditampung
pada
bak
penampungan limbah sementara. g) Limbah padat dapat berupa plastik bekas kemasan dan media pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan sebelum digunakan kembali. h) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar atau dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan dari HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi.
5) Sarana Pemusnahan (pembakaran/ penimbunan) a) Sarana pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang diduga terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu. b) Sarana yang ada di area ini dapat berupa tempat pembakaran dan/ atau incinerator.
6) Pagar Keliling Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu atau material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada IKI berfungsi sebagai :
31
a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan dan kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke dalam lingkungan instalasi. c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya
7) Ruang Ganti Pakaian a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya yang khusus digunakan selama berada di dalam instalasi bagi personil instalasi karantina. b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik personil instalasi karantina. c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan kamar mandi (shower room).
8) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath dipping mat) a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk -
Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk ke dalam lingkungan instalasi karantina.
-
Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan ukuran
luas
dan
kedalaman
disesuaikan
dengan
lebarnya jalan serta kendaraan. -
Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/ spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu gerbang lingkungan instalasi.
32
b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat) -
Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan masuk ke dalam instalasi.
-
Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan ukuran pintu masuk.
-
Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan spesifikasi dan kebutuhan.
c) Sarana desinfeksi tangan -
Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun keluar instalasi.
-
Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.
d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil -
Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi.
-
Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman dipakai dan harus selalu bersih.
-
Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan lainnya.
33
3.3.3.
Sarana Pendukung Sarana pendukung instalasi karantina untuk ikan hidup,
ikan mati, dan benda lain adalah sebagai berikut :
1)
Sarana Penyimpanan bahan kimia/ obat/ bahan pakan Sarana
penyimpanan
bahan
kimia/
obat
pada
instalasi
karantina berfungsi untuk menyimpan bahan kimia, obat dan bahan pakan. Sarana ini hanya terdapat pada instalasi karantina ikan hidup.
2)
Sarana Penyimpan Peralatan Sarana
penyimpanan
peralatan
pada
instalasi
karantina
berfungsi untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan kerja di instalasi karantina selain bahan kimia, obat dan bahan pakan.
3)
Rumah Genset Rumah genset pada instalasi karantina terletak terpisah dari bangunan dan ruang lainnya dan berfungsi sebagai tempat untuk mengoperasikan genset. Sarana yang ada dalam ruang genset adalah mesin genset dengan daya sesuai kebutuhan berikut instalasi listrik, cerobong asap, lampu penerang dan peralatan perawatan genset.
4)
Ruang Istirahat Personil dan Kantin Ruang istirahat personil instala dan kantin pada instalasi karantina berfungsi sebagai tempat istirahat pada saat jam istirahat dan makan siang personil. Sarana yang ada pada ruang ini adalah kursi dan meja untuk makan dan beristirahat, dispenser air minum, counter yang menyediakan makan siang bagi personil.
34
5)
Toilet dan Wastafel Toilet dan wastafel pada instalasi karantina disediakan bagi para personil instalasi.Toilet harus terjaga kebersihannya, pada toilet dan pada wastafel harus tersedia sabun cuci tangan/ antiseptic serta tisu atau pengering tangan.
6)
Mess Pegawai Mess pegawai pada instalasi karantina diperuntukkan bagi personil yang mempunyai tugas khusus yaitu tugas yang harus dilakukan pada malam hari sampai dini hari. Sarana yang ada pada ruang ini adalah alat penerangan, tempat tidur beserta kasur, kamar mandi, ruang dapur dan perlengkapannya.
7)
Pos Penjaga Pos jaga instalasi karantina digunakan sebagai pos pengawas, keamanan dan terletak di dekat pintu masuk dilengkapi dengan penerangan listrik serta portal. Sarana yang diperlukan seperti lampu emergensi, alat komunikasi, lampu senter, meja dan kursi jaga. Jika diperlukan dapat dilengkapi dengan CCTV.
35
BAB IV PROSEDUR PENETAPAN DAN PERPANJANGAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Instalasi pelaksanaan
karantina tindakan
dapat
karantina
digunakan apabila
sebagai
telah
tempat
mendapatkan
penetapan oleh Menteri. Menteri memberikan kewenangan kepada Kepala BKIPM untuk menetapkan instalasi karantina. Adapun prosedur penetapan instalasi karantina adalah sebagai berikut :
4.1.
Prosedur Penetapan Instalasi Karantina Ikan
4.1.1. Prosedur Penetapan Instalasi Karantina Ikan Milik Kementerian Prosedur Penetapan instalasi karantina Kementerian adalah sebagai berikut : 1.
Kepala UPT KIPM mengajukan permohonan kepada Kepala BKIPM dengan melampirkan dokumen mutu karantina ikan.
2.
Apabila dokumen lengkap dilakukan penilaian terhadap instalasi karantina oleh PHPI Pusat.
3.
Kepala BKIPM dalam waktu paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap harus: a.
Menetapkan Sertifikat
instalasi
instalasi
karantina
karantina,
dalam
apabila
bentuk instalasi
karantina dinyatakan memenuhi persyaratan; atau b.
Menerbitkan alasannya instalasi
surat
dan
penolakan
rekomendasi
karantina
disertai
dengan
perbaikan,
apabila
dinyatakan
tidak
memenuhi
persyaratan.
36
Gambar 1. Prosedur penetapan instalasi karantina milik Pemerintah
4.1.2. Prosedur
Penetapan
Instalasi
Karantina
Ikan
Milik
Perorangan atau Badan Hukum Prosedur Penetapan instalasi karantina milik perorangan/ badan hukum adalah sebagai berikut : 1. Perorangan
atau
badan
hukum
sebelum
permohonan
penetapan
instalasi
mengajukan
permohonan
penilaian
mengajukan
karantina, instalasi
harus
karantina
kepada Kepala UPT KIPM setempat, dengan melampirkan persyaratan: a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. Surat
keterangan
kepemilikan/
surat
perjanjian
kontrak/ sewa; d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang *);
37
e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota
atau
Dinas
Kabupaten/Kota
yang
membidangi perikanan yang menjelaskan bahwa yang bersngkutan melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum; f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bagunan/
ruangan
yang
akan
ditetapkan
sebagai
instalasi karantina; g. Dokumen mutu Karantina Ikan
*)
diperlukan
dalam
rangka
sinkronisasi
surat
ijin
pemasukan media pembawa dan realisasi penggunaan instalasi karantina terkait kesesuaian jumlah, jenis dan asal media pembawa yang masuk ke dalam instalasi karantina
2. Petugas verifikasi UPT KIPM melakukan verifikasi terhadap kelengkapan kesesuaian dan keabsahan dokumen yang dipersyaratkan. Apabila dokumen dinyatakan lengkap dan sah, selanjutnya dilakukan penilaian terhadap instalasi karantina
oleh
PHPI
UPT
KIPM.
Apabila
dokumen
dinyatakan tidak lengkap, maka dikembalikan kepada pengguna jasa untuk dilengkapi. 3. PHPI melakukan penilaian berdasarkan Juknis Penilaian instalasi karantina dan menyusun laporan hasil penilaian instalasi karantina 4. Kepala UPT KIPM menerbitkan rekomendasi hasil penilaian instalasi
karantina
apabila
dinyatakan
memenuhi
persyaratan, atau menerbitkan surat penolakan disertai dengan alasannya dan rekomendasi perbaikan apabila instalasi karantina tidak memenuhi syarat. Rekomendasi tersebut diterbitkan dalam waktu paling lama 5 (lima) hari
38
kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap dan diserahkan kepada pengguna jasa. 5. Kepala UPT melaporkan hasil evaluasi dan rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina kepada Kepala BKIPM melalui Kepala Pusat Karantina Ikan. Laporan tersebut dapat dikirimkan melalui fasilitas elektronik. 6. Perorangan
atau
rekomendasi
badan
hasil
hukum
penilaian
setelah
memperoleh
instalasi
karantina,
mengajukan permohonan penetapan instalasi karantina kepada Kepala BKIPM, dengan melampirkan persyaratan: a.
Rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina dari UPT KIPM
b.
Fotokopi
Kartu
Tanda
Penduduk
(KTP),
untuk
pemohon perorangan c.
Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum;
d.
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e.
Dokumen mutu Karantina Ikan.
7. Tim Evaluasi, melakukan evaluasi terhadap kelengkapan dokumen
dan
rekomendasi
hasil
penilaian
instalasi
karantina dari UPT KIPM. Apabila diperlukan dilakukan penilaian ulang oleh PHPI. 8. Kepala
BKIPM
menetapkan
instalasi
karantina
dalam
bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan, apabila instalasi karantina
dinyatakan
memenuhi
persyaratan;
atau
menerbitkan surat penolakan disertai dengan alasannya dan rekomendasi perbaikan, apabila instalasi karantina dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. Sertifikat instalasi karantina ditetapkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan penetapan instalasi karantina secara lengkap atau sejak diterimanya hasil penilaian instalasi karantina.
39
Perorangan/ Badan Hukum
Pengajuan permohonan penilaian kepada Ka. UPT KIPM
1
2
Verifikasi kelengkapan dokumen
3
Penilaian oleh PHPI UPT
Penolakan dan perbaikan hasil
4 5
Rekomendasi hasil penilaian IKI
6
Pengajuan permohonan penetapan IKI kepada Ka. BKIPM
7
Evaluasi penerbitan sertifikat IKI berdasarkan rekomendasi hasil perbaikan
Apabila diperlukan
Penilaian kelayakan oleh PHPI Pusat
Penolakan dan rekomendasi perbaikan
8 Rekomendasi hasil penilaian IKI
Penetapan IKI 9
Sertifikat IKI
Gambar
4.2.
2.
Penetapan
Prosedur penetapan instalasi perorangan atau badan hukum
Kategorisasi
Instalasi
karantina
Karantina
milik
Ikan
Berdasarkan Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik Penetapan
kategorisasi
pada
Instalasi
Karantina
Ikan
berdasarkan Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kategori A : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan dan menerapkan CKIB dengan kriteria A ditetapkan oleh Kepala BKIPM.
40
b. Kategori B : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan dan menerapkan CKIB dengan kriteria B ditetapkan oleh Kepala Pusat Karantina Ikan. c. Kategori C : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan dan menerapkan CKIB dengan kriteria C ditetapkan oleh Kepala UPT KIPM.
4.3.
Prosedur Perpanjangan Instalasi Karantina 1. Kepala UPT KIPM atau pengguna jasa (perorangan atau badan
hukum)
perpanjangan
dapat
penetapan
mengajukan instalasi
permohonan
karantina
sekurang-
kurangnya 3 bulan sebelum masa berlakuknya habis. 2. Pengajuan permohonan perpanjangan instalasi karantina harus disertai dengan fotokopi sertifikat instalasi karantina yang akan diperpanjang dan melampirkan hasil inspeksi dan verifikasi terakhir. 3. Kepala
BKIPM
mengeluarkan
sertifikat
perpanjangan
instalasi karantina apabila berdasarkan hasil inspeksi dan verifikasi, instalasi karantina tersebut masih konsisten menerapkan
dokumen
mutu,
kelayakan
teknis,
dan
peruntukan instalasi karantina. 4. Apabila hasil inspeksi dan verifikasi menunjukkan bahwa instalasi
karantina
tidak
konsisten
dalam
penerapan
dokumen mutu, kelayakan teknis, dan peruntukkan instalasi karantina maka Kepala BKIPM menerbitkan surat penolakan perpanjangan sertifikat instalasi karantina. 5. Sertifikat perpanjangan instalasi karantina ditetapkan dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan perpanjangan instalasi karantina.
41
BAB V PENGELOLAAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Masuknya patogen potensial dapat dicegah atau diminimalisir dengan pengelolaan instalasi karantina yang menerapkan prinsip cara karantina ikan yang baik (CKIB) dan biosecurity secara konsisten sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Penerapan prinsip tersebut meliputi 3 komponen : a. Menjaga kesehatan ikan b. Mencegah masuknya patogen c. Memberantas penyakit agar tidak menyebar dalam lokasi
5.1.
Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan hidup Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan
hidup harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah jenis ikan, habitat, pola makan, kebiasaan hidup, metabolisme dan kondisi ikan untuk memberikan lingkungan optimal pada media pembawa, dengan memperhatikan prinsip-prinsip biosecurity sebagai berikut :
A. Media Pembawa 1) Paparan infeksi penyakit pada media pembawa dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja yang terkendali. 2) Patogen dapat menyebar melalui ikan sakit, ikan liar, air, peralatan yang berbagi pakai, kontak personel, pengunjung dan alat angkut. 3) Penanganan media pembawa harus sesuai dengan SOP Penanganan kesehatan
ikan ikan,
masuk,
Perawatan
Perlakuan,
ikan,
Pengelolaan
Pencatatan pakan,
dan
Penanganan pengeluaran ikan
42
4) Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi karantina
dengan
alasan
apapun
sampai
persetujuan
pelepasan dikeluarkan oleh Petugas Karantina Ikan. 5) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi tanpa berita acara pemindahan. 6) Media pembawa yang mengalami kematian massal atau menunjukkan gejala klinis yang nyata harus mengikuti rencana kontinjensi. 7) Penggunaan obat dan bahan kimia terhadap media pembawa harus dicoba dalam skala kecil terlebih dahulu sebelum diterapkan
atau
mengikuti
rekaman
yang
sudah
ada
sebelumnya. 8) Pemberian pakan harus diamati dalam kurun waktu awal pemberian untuk memonitor keberterimaan pakan oleh ikan, penolakan
pakan
oleh
ikan
harus
mengikuti
rencana
kontingensi
B. Personil 1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang sudah ditetapkan oleh manajemen. 2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani ikan dibagian lain diluar otoritas yang telah ditetapkan manajemen.
C. Lingkungan (Sanitasi dan desinfeksi, Pengelolaan kualitas air, Penanganan limbah) 1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan daerah yang bebas wabah penyakit atau setidaknya selama 5 tahun terakhir tidak pernah mengalami kejadian wabah penyakit ikan. 2) Lingkungan secara berkala dikelola aspek sanitasi, desinfeksi dan higienis.
43
3) Pada kondisi tertentu, seperti debit dan sumber air kurang dari kebutuhan, keterbatasan ruang maka penggunaan sistem resirkulasi air dapat dilakukan pada masing-masing bak pemeliharaan (terpisah), dengan syarat hanya berlaku setiap shipment. 4) Hal ini dilakukan untuk menghindari penyebaran penyakit pada seluruh wadah pemeliharaan. 5) Pengelolaan kualitas air harus memperhatikan kebutuhan debit air dan jenis ikan yang dipelihara, setiap perubahan drastis
kualitas
dan
kuantitas
air
mengikuti
rencana
kontinjensi. 6) Pengecekan terhadap fungsi dari sarana pengelolaan air (filter, ozon, UV, dll) harus dilakukan secara berkala. Apabila terjadi
kebocoran
limbah
harus
mengikuti
rencana
kontinjensi.
D. Pengujian stress dan kohabitasi 1) Pengujian perlu dilakukan karena beberapa penyakit dapat timbul dipicu oleh keadaan stress oleh karena itu untuk mempermudah identifikasi penyakit terutama jenis penyakit yang dormant atau carrier. 2) Tindakan kohabitasi untuk melihat penyebaran penyakit antar spesies antara lain adalah : a.
Pengujian stress Pengujian stress harus memperhatikan kondisi dan jenis ikan, pengujian yang menimbulkan kematian besar mengacu pada kontingensi plan.
b.
Pengujian kohabitasi Pengujian kohabitasi dilakukan menggunakan spesies yang rentan, indigenous spesies atau spesies potensial.
44
E. Pengambilan sampel dan monitoring kesehatan ikan Pengambilan sampel dan monitoring kesehatan ikan dilakukan setelah pengujian dengan mempertimbangkan gejala klinis yang nampak dan tingkat kematian yang terjadi.
F. Pengamatan perkembangan kesehatan ikan 1) Setiap perubahan yang terjadi pada ikan dan air harus dibuat pencatatan terinci meliputi gejala klinis, perubahan warna, pola renang dan anatomi. 2) Kejadian perubahan struktur pada ikan dijelaskan tipe lesi, ukuran lesi, tingkat keparahan dan status penyakit. 3) Kondisi ikan yang parah mengacu pada rencana kontinjensi.
G. Penanganan kejadian wabah penyakit. 1) Kejadian kontinjensi
wabah yang
penyakit telah
harus
dibuat
mengikuti
untuk
rencana
masing-masing
kejadian. 2) Tindakan
isolasi
harus
dilakukan
untuk
mencegah
penyebaran penyakit didalam instalasi meliputi penyegelan instalasi dan pembatasan akses masuk dan keluar media.
H. Penanganan obat dan bahan kimia. Penyimpanan obat dan bahan kimia harus memperhatikan sifat bahan tersebut dan segera dibuat Material Safety Data Sheet untuk obat dan bahan kimia yang ada.
I. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI tertentu 1) Media pembawa yang dinyatakan terinfeksi HPIK/HPI tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis atau visual, dan laboratorium, wajib segera dimusnahkan di bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat.
45
2) Pemusnahan ikan dan kemasannya dilakukan dengan cara dibakar
dengan
sempurna
atau
diincenerasi
atau
diautoclave kemudian sisa hasil pembakaran/ autoclave ditimbun
dengan
kedalaman
minimal
50
cm
dari
permukaan tanah. 3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan ikan tersebut segera didesinfeksi dengan menggunakan desinfektan.
J. Penanganan Limbah 1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan Limbah cair sisa kegiatan didesinfeksi dengan menggunakan klorin, dan/ atau pemanasan (heat treatment), dan/ atau radiasi
ultraviolet.
Selanjutnya
dialirkan
ke
kolam
pembuangan akhir (bak resapan) yang telah diberi indikator pengujian biologis seperti ikan hidup atau tanaman air. 2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas, daun atau sampah lainnya dimusnahkan dengan cara dibakar kemudian ditimbun. 3) Penanganan Limbah ikan mati/ rusak Penanganan ikan mati/rusak yang akan diperiksa secara laboratoris harus segera dibawa ke laboratorium. Ikan mati/ rusak lainnya dikumpulkan dalam kantong plastik kemudian diberi label/ identitas dan disimpan di dalam freezer. Setelah selesai masa karantina ikan yang mati/ rusak yang telah disimpan di dalam freezer segera dimusnahkan dengan cara dibakar
secara
sempurna
atau
diautoclave
kemudian
ditimbun. 4) Penanganan Limbah bekas kemasan Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air
46
bersih.
Bekas
kemasan
yang
rusak
dan
tidak
dapat
digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.
K. Pengelolaan Sarana dan Prasarana instalasi karantina 1)
Jumlah dan kapasitas wadah/bak harus sesuai dengan peruntukannya.
2)
Bak terbuat dari bahan fiberglas antibocor dengan kualitas yang baik.
3)
Instalasi
karantina dibersihkan
secara
rutin
sesuai
jadwal dengan bahan berkualitas. 4)
Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading ada di dalam areal ini dan tidak semua orang memiliki akses memasuki areal ini.
5)
Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan air dan kuat serta mudah kering.
6)
Sistem drainase memiliki kapasitas
yang cukup dan
berfungsi dengan baik sehingga tidak menyebabkan air tergenang pada saat hujan/ badai. Sistem drainase harus selalu
dijaga
memungkinkan
kebersihannya berkembangnya
sehingga
tidak
mikroorganisma
dan
tidak menimbulkan bau. 7)
Mencegah
media
pembawa
keluar
area
instalasi
karantina instalasi karantina atau masuknya binatang ke dalam area instalasi karantina melalui saluran drainase ataupun tempat lainnya yang memungkinkan. 8)
Lantai dan tangga harus selalu dibersihkan, tidak berpori/ lubang, tidak bocor, tidak korosif, tidak licin, bebas retak dan tidak ada sambungan terbuka
9)
Dinding, partisi dan pilar harus selalu dibersihkan, permukaan halus, tahan air, tahan pakai, tahan korosi, bebas retak dan sambungan terbuka di antara dinding dan panel
10) Pencahayaan harus memadai
47
11) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama harus dilabel dan memiliki material safety data sheet dan disimpan
ditempat
terkunci
dan
pelaksanaan
pembasmian dilakukan oleh professional 12) Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu pengangkutan lainnya.
L. Suplai air 1) Dilakukan monitoring secara rutin terhadap mutu/ kualitas sumber air. 2) Dilakukan desinfeksi sumber air menggunakan bahanbahan kimia sesuai standar. 3) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi 4) Program
sanitasi
harus
disetujui
otoritas
kompeten.
Program sanitasi terdiri dari : daftar areal dan ruangan yang dibersihkan, jadwal membersihkan, langkah – langkah prosedur
pembersihan
tiap
tempat,
ruangan
dan
perlengkapan, fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai material safety data sheet bahan kimia yang digunakan, tingkat pengenceran dan aplikasi
M. Toilet dan Ruang Ganti 1) Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki sistem yang dapat menutup sendiri. Memiliki ventilasi yang memadai. 2) Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu, sebaiknya
wastafel
dilengkapi
keran
yang
tidak
dioperasionalkan dengan tangan, sabun dispenser anti germisidal dan fasilitas pengering tangan dan tempat sampah yang dioperasikan dengan kaki. 3) Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung dalam
area
atau
ruangan
dimana
media
ke
pembawa
48
disimpan. Dalam jumlah yang memadai untuk jumlah pekerja diinstalasi. Ruang ganti harus berada dalam areal coldstorage. 4) Pekerja harus diberikan locker pakaian sendiri dan terpisah dari baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu bersih dan terlindungi
5.2. Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan mati Pengelolaan instalasi karantina mati meliputi beberapa hal yang
harus
diperhatikan
dan
diterapkan
terutama
kondisi
lingkungan media pembawa dan meminimalisir penyebaran patogen. Patogen dapat menyebar melalui vector, air limbah, air cucian, peralatan
yang
berbagi
pakai,
atau
melalui
kontak
personel,
pengunjung atau kendaraan alat angkut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan instalasi karantina mati adalah :
A. Media pembawa 1) Media
pembawa
dapat
dicegah
dari
kemungkinan
terkontaminasi oleh paparan vector dan kontaminan lainnya, dengan
menjaga
kebersihan
dan
lingkungan
kerja
yang
terkendali. 2) Media
pembawa
karantina
dengan
tidak
boleh
alasan
dikeluarkan
apapun
sampai
dari
instalasi
persetujuan
pelepasan dikeluarkan oleh petugas Karantina Ikan. 3) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi tanpa berita acara pemindahan. 4) Media
pembawa
yang
mengalami
pembusukan
atau
menunjukkan kelainan yang nyata harus mengikuti rencana kontinjensi.
49
B. Personil 1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang sudah ditetapkan oleh manajemen. 2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani ikan dibagian lain diluar otoritas yang telah ditetapkan manajemen.
C. Lingkungan 1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan lingkungan yang secara berkala dikelola aspek sanitasi, desinfeksi dan higienis. 2) Pengelolaan kualitas air pencucian harus memperhatikan kebutuhan debit air dan kualitas air, setiap perubahan drastis kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana kontinjensi. 3) Apabila terjadi kebocoran limbah, harus mengikuti rencana kontinjensi.
D. Pengambilan sampel Pengambilan sampel harus memperhatikan kondisi lingkungan agar kondisi ikan tetap stabil dan bebas kontaminasi.
E. Penanganan bahan kimia. Penyimpanan bahan kimia harus memperhatikan sifat bahan tersebut dan segera dibuat Material Safety Data Sheet untuk obat dan bahan kimia yang ada.
F. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI tertentu 1) Media
pembawa
yang
dinyatakan
terinfeksi
HPIK/HPI
tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis atau visual, dan laboratorium, wajib segera dimusnahkan di bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat.
50
2) Pemusnahan ikan dan kemasannya dilakukan dengan cara dibakar dengan sempurna atau diincenerasi atau diautoclave kemudian
sisa
hasil
pembakaran/
autoclave
ditimbun
dengan kedalaman minimal 50 cm dari permukaan tanah. 3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan ikan tersebut segera didesinfeksi dengan menggunakan desinfektan.
G. Penanganan Limbah 1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan Pengelolaan
limbah
cair
sisa
kegiatan
pada
instalasi
karantina mati yang dikelola sendiri (di luar kawasan industri), dilakukan dengan desinfeksi menggunakan klorin dan dialirkan ke kolam resapan. Pengelolaan limbah cair pada instalasi karantina yang berada di kawasan industri, dilakukan dengan menampung limbah cair sisa kegiatan ke dalam bak penampungan, selanjutnya dialirkan ke instalasi pengelolaan limbah milik pihak pengelola. 2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas pembungkus/ karton atau sampah lainnya dimusnahkan dengan cara dibakar kemudian ditimbun. 3) Penanganan ikan rusak Penanganan
ikan
rusak
yang
akan
diperiksa
secara
laboratoris harus segera dibawa ke laboratorium. Ikan rusak lainnya dikumpulkan dalam kantong plastik kemudian diberi label/ identitas dan disimpan di dalam freezer. Setelah selesai masa karantina ikan yang rusak yang telah disimpan di dalam freezer segera dimusnahkan dengan cara dibakar secara sempurna atau diautoclave kemudian ditimbun. 4) Penanganan bekas kemasan Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air
51
bersih.
Bekas
kemasan
yang
rusak
dan
tidak
dapat
digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.
H. Pengelolaan Sarana dan Prasarana instalasi karantina 1)
Jumlah
dan
kapasitas
wadah
harus
sesuai
dengan
peruntukannya. 2)
instalasi karantina dibersihkan secara rutin sesuai jadwal dengan bahan berkualitas.
3)
Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan air dan kuat serta mudah kering.
4)
Sistem drainase memiliki kapasitas
yang cukup dan
berfungsi dengan baik sehingga tidak menyebabkan air tergenang pada saat hujan/ badai. Sistem drainase harus selalu
dijaga
memungkinkan
kebersihannya berkembangnya
sehingga mikroorganisma
tidak dan
tidak menimbulkan bau 5)
Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading ada didalam areal ini dan tidak semua orang memiliki akses memasuki areal ini. Tidak boleh ada tindakan inspeksi dan pembongkaran di areal loading kecuali setelah wadah container/ refrigerated telah masuk dengan aman kedalam fasilitas IKI
6)
Fasilitas docking harus kedap udara, harus selalu terawat dan rutin dilakukan pengecekan
7)
Temperatur harus selalu rutin dikontrol
8)
Termometer secara rutin dikalibrasi dan memiliki rentang temperature yang sesuai. Ditempatkan dalam posisi yang sesuai
9)
Pengontrolan
fasilitas
harus
termasuk
sabun
yang
digunakan harus antiseptic, hot dan cold air, tissue sekali pakai
52
10)
Media pembawa harus disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan sirkulasi udara. Media pembawa tidak boleh diletakkan langsung di lantai
11)
Chiller, freezer dan cold storage harus bebas bau, jamur dan debu
12)
Dinding
dan
lantai
ruang
refrigerasi
harus
dapat
dibersihkan 13)
Kapasitas freezer harus memadai untuk temperature yang dikehendaki, tidak boleh ada pembentukan bunga es.
14)
Volume
cold
storage
maksimum
yang
dapat
diisi
komoditas adalah 90% 15)
Jarak
antara
tumpukan
kardus
komoditi
dalam
penyimpanan di cold storage, minimal 15 cm. 16)
Suhu di ruang bongkar muat pada fasilitas cold storage maksimum <10oC.
17)
Semua fasilitas diberi label dengan model tulisan yang resmi, huruf jelas dan standar, tulisan berwarna hitam, dengan latar belakang kuning.
18)
Tempat penyimpanan palet harus terlindung,rapih dan bebas hama.
19)
Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu pengangkutan lainnya
20)
Terdapat
standar
prosedur
kebersihan
dan
sanitasi
ruangan dan perlengkapan 21)
Sistem drainase berfungsi dengan baik dan selalu dijaga kebersihannya
sehingga
tidak
memungkinkan
berkembangnya mikroorganisma serta tidak menimbulkan bau. 22)
Dinding, partisi dan pilar harus halus, tahan air, tahan pakai, tahan korosi, bebas retak dan sambungan terbuka di antara dinding dan panel
23)
Struktur atap dan langit langit harus rata, tidak bocor, berwarna terang dan dapat dicuci
53
24)
Permukaan pintu dan bingkai pintu harus rata, tidak bocor, dapat mencegah hama, bebas hama, berwarna terang dan tahan korosi
25)
Jendela harus berwarna terang, bingkai tahan korosi dan diberi pelapis (glaze), pas/cocok dengan kasa insekta yang digunakan dalam ventilasi dan memiliki bukaan 45 derajat. Sistem sirkulasi udara harus baik
26)
Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama harus dilabel dan memiliki material safety data sheet dan disimpan ditempat terkunci dan pelaksanaan pembasmian dilakukan oleh professional
27)
Pencahayaan harus memadai
28)
Lantai harus bersih dan kering
I. Suplai air 1)
Mutu air harus secara rutin dimonitoring
2)
Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi
3)
Pengujian kualitas air dengan baku mutu air yang langsung dapat diminum untuk sarana cold storage pada komoditas ikan segar dan beku dilakukan secara periodic.
4)
Program
sanitasi
harus
disetujui
otoritas
kompeten.
Program sanitasi terdiri dari ; daftar areal dan ruangan yang
dibersihkan,
jadwal
membersihkan,
langkah
–
langkah prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan perlengkapan, fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai material safety data sheet bahan kimia yang digunakan, tingkat pengenceran dan aplikasi 5)
Deskripsi pekerjaan dan program training untuk personil bagian kebersihan
J. Toilet dan Ruang Ganti 1)
Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki
54
system yang dapat menutup sendiri. Semua jendela dapat ditutup rapat dan rapat dengan kasa nyamuk dan memiliki ventilasi yang memadai 2)
Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu, wastafel dengan keran yang tidak dioperasionalkan dengan tangan, sabun dispenser anti germisidal dan fasilitas pengering tangan dan tempat sampah yang dioperasikan dengan kaki
3)
Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung kedalam are atau ruangan dimana media pembawa disimpan. Dalam jumlah yang memadai untuk jumlah pekerja diinstalasi. Ruang ganti harus berada dalam areal cold storage
4)
Pekerja harus diberikan loker pakaian sendiri terpisah dari baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu bersih dan terlindungi
5.3.
Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa benda lain Pengelolaan instalasi karantina media pembawa benda lain
meliputi beberapa hal yang harus diperhatikan dan diterapkan terutama kondisi lingkungan media pembawa dan meminimalisir penyebaran patogen. Patogen dapat menyebar melalui vector, air limbah, air cucian, peralatan yang berbagi pakai, atau melalui kontak personel, pengunjung atau kendaraan alat angkut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan instalasi karantina media pembawa benda lain.
A. Media pembawa 1)
Media
pembawa
terkontaminasi
dapat
oleh
dicegah
paparan
dari
vector
dan
kemungkinan kontaminan
lainnya, dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja yang terkendali.
55
2)
Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi karantina dengan alasan apapun
sampai persetujuan
pelepasan dikeluarkan oleh petugas Karantina Ikan. 3)
Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi tanpa berita acara pemindahan.
4)
Media
pembawa
menunjukkan
yang
mengalami
kelainan
yang
pembusukan
nyata
harus
atau
ditangani
mengikuti rencana kontinjensi.
B. Personil 1)
Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang sudah ditetapkan oleh manajemen.
2)
Personil
tidak
boleh
bekerja
atau
menangani
media
pembawa dibagian lain diluar otoritas yang telah ditetapkan manajemen.
C. Lingkungan 1)
Lingkungan
instalasi
karantina
harus
merupakan
lingkungan yang secara berkala dikelola aspek sanitasi, desinfeksi dan higinis. 2)
Pengelolaan kualitas air pencucian harus memperhatikan kebutuhan debit air dan kualitas air, setiap perubahan drastis kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana kontinjensi.
3)
Apabila terjadi kebocoran limbah, penanganannya harus mengikuti
rencana
kontinjensi
(untuk
instalasi
yang
berintegrasi dengan unit pengolahan).
D. Pengambilan sampel Pengambilan sampel harus memperhatikan kondisi lingkungan agar kondisi media pembawa tetap stabil dan bebas kontaminasi.
56
E. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI tertentu 1)
Media pembawa yang dinyatakan terinfeksi HPIK/HPI tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis atau visual, dan laboratoris, wajib segera dimusnahkan di bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat.
2)
Pemusnahan media pembawa dan kemasannya dilakukan dengan cara dibakar dengan sempurna atau diincenerasi atau
diautoclave
kemudian
sisa
hasil
pembakaran/
autoclave ditimbun dengan kedalaman minimal 50 cm dari permukaan tanah. 3)
Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan media
pembawa
tersebut
segera
didesinfeksi
dengan
menggunakan desinfektan seperti pada pada lampiran (SOP desinfeksi sarana dan prasarana instalasi karantina). 4)
Urutan tindakan pemusnahan dapat dilihat pada SOP pemusnahan
media
pembawa
dan
kemasannya
yang
terinfeksi HPIK/ HPI tertentu.
F. Penanganan Limbah 1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan (untuk instalasi yang berintegrasi dengan unit pengolahan) Pengelolaan
limbah
cair
sisa
kegiatan
pada
instalasi
karantina media pembawa benda lain yang dikelola sendiri (di luar kawasan industri), dilakukan dengan desinfeksi menggunakan klorin dan dialirkan ke kolam resapan. Pengelolaan limbah cair pada instalasi karantina yang berada di kawasan industri, dilakukan dengan menampung limbah cair sisa kegiatan ke dalam bak penampungan, selanjutnya dialirkan ke instalasi pengelolaan limbah milik pihak pengelola.
57
2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas pembungkus/ karton atau sampah lainnya dimusnahkan dengan cara dibakar kemudian ditimbun. 3) Penanganan media pembawa yang rusak Penanganan media pembawa yang rusak dikumpulkan kemudian dipisahkan lalu diberi label/ identitas. Setelah selesai masa karantina media pembawa yang rusak segera dimusnahkan dengan cara dibakar secara sempurna atau diautoclave kemudian ditimbun. 4) Penanganan bekas kemasan Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air bersih.
Bekas
kemasan
yang
rusak
dan
tidak
dapat
digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.
G. Pengelolaan Sarana dan Prasarana 1) Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading ada didalam areal ini dan tidak semua orang memiliki akses memasuki areal ini. Tidak boleh ada tindakan inspeksi dan pembongkaran di areal loading kecuali setelah wadah container/ refrigerated telah masuk dengan aman kedalam fasilitas instalasi karantina 2) Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan air dan kuat serta dapat kering dengan system drainase cepat dan
memiliki
kapasitas
yang
cukup
untuk
tidak
menyebabkan tergenang pada saat hujan/badai 3) Fasilitas docking harus kedap udara, harus selalu terawat dan rutin dilakukan pengecekan 4) Temperatur harus selalu rutin dikontrol dan termometer secara rutin dikalibrasi dan memiliki rentang temperature yang sesuai. Termometer ditempatkan dalam posisi yang sesuai
58
5) Pengontrolan
fasilitas
harus
termasuk
sabun
yang
digunakan harus antiseptic, hot dan cold air, tissue sekali pakai 6) Lantai dan tangga harus selalu dibersihkan, tidak berpori/ lubang, tidak bocor, tidak korosif, tidak licin, bebas retak dan tidak ada sambungan terbuka. 7) Media pembawa harus disusun rapi, diberi jarak yang cukup sehingga memungkinkan sirkulasi udara, dan tidak boleh diletakkan langsung di lantai 8) Dinding,
partisi
dan
pilar
harus
selalu
dibersihkan,
permukaan halus, tahan air, tahan pakai, tahan korosi, bebas retak dan sambungan terbuka di antara dinding dan panel 9) Kapasitas
harus
memadai
untuk
temperature
yang
dikehendaki 10) Pencahayaan harus memadai 11) Ruangan memiliki system drainase baik 12) Komoditas fish oil untuk konsumsi manusia harus disimpan dalam cold storage dengan suhu -4oC. 13) Tempat penyimpanan palet harus terlindung,rapih dan bebas hama. 14) Terdapat
tempat
penyimpanan
forklift
dan
alat
bantu
pengangkutan lainnya 15) Terdapat standar prosedur kebersihan dan sanitasi ruangan dan perlengkapan 16) Mekanisme tempat pembuangan dapat mencegah binatang masuk dan bau 17) Sistem sirkulasi udara harus baik 18) Menerapkan dasar pemikiran higinis 19) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama harus dilabel dan memiliki material safety data sheet dan disimpan ditempat terkunci dan pelaksanaan pembasmian dilakukan oleh professional
59
H. Suplai air 1) Mutu air harus secara rutin dimonitoring 2) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi 3) Program sanitasi harus disetujui otoritas kompeten 4) Program sanitasi terdiri dari ; daftar areal dan ruangan yang dibersihkan,
jadwal
membersihkan,
langkah
–
langkah
prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan perlengkapan, fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai material safety data sheet bahan kimia yang digunakan, tingkat pengenceran dan aplikasi 5) Deskripsi pekerjaan dan program training untuk personil bagian kebersihan
I. Toilet dan Ruang Ganti 1) Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki system yang dapat menutup sendiri. Semua jendela dapat ditutup rapat dan rapat dengan kasa nyamuk dan memiliki ventilasi yang memadai 2) Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu, wastafel dengan keran yang tidak dioperasionalkan dengan tangan, sabun dispenser anti germisidal dan fasilitas pengering tangan dan tempat sampah yang dioperasikan dengan kaki 3) Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung kedalam are atau ruangan dimana media pembawa disimpan. Dalam jumlah yang memadai untuk jumlah pekerja diinstalasi. Ruang ganti harus berada dalam areal instalasi karantina 4) Pekerja harus diberikan loker pakaian sendiri terpisah dari baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu bersih dan terlindungi
60
5.4.
Dokumen Mutu Karantina Ikan Instalasi karantina harus memiliki Dokumen Mutu Karantina
Ikan. Dokumen Mutu Karantina Ikan memuat: a. Panduan mutu; b. Prosedur kerja dan/ atau instruksi kerja; dan c. Formulir kegiatan
5.4.1. Panduan Mutu Panduan
mutu
merupakan
dokumen
yang
menyatakan
kebijakan mutu dan menguraikan sistem mutu pada instalasi karantina. Manfaat panduan mutu adalah sebagai berikut: a. Merupakan dokumen pengendali semua aspek manajemen mutu; b. Merupakan dokumen acuan untuk audit sistem mutu oleh internal instalasi karantina maupun pihak eksternal c. Merupakan acuan dalam penerapan manajemen mutu (operasional instalasi karantina, pelatihan, inspeksi, audit dan lainnya)
5.4.2. Prosedur kerja dan/ atau instruksi kerja Dokumen prosedur kerja merupakan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang menerangkan tentang langkah-langkah kegiatan operasional disetiap sarana instalasi karantina, yang menjelaskan tentang pengelolaan instalasi karantina. SOP disusun dan ditetapkan oleh penanggung jawab instalasi karantina. Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus berdasarkan SOP yang telah ditetapkan dan tertelusur serta tercatat pada rekaman/ formulir/ logbook kegiatan. Adapun SOP pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa hidup, mati dan benda lain meliputi :
a. SOP untuk media pembawa hidup : 1. SOP
penanganan
sarana,
prasarana
di
instalasi
karantina
61
2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana instalasi karantina 3. SOP pelaksanaan pemasukan ikan 4. SOP pengasingan dan pengamatan 5. SOP pengelolaan limbah 6. SOP pemusnahan 7. SOP pengambilan sampel 8. SOP perlakuan 9. SOP penanganan ikan keluar 10. SOP rencana kontinjensi
b. SOP untuk media pembawa mati : 1. SOP
penanganan
sarana,
prasarana
di
instalasi
karantina ikan mati 2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana instalasi karantina 3. SOP penanganan pemasukan ikan mati 4. SOP pengasingan dan pengamatan 5. SOP pengelolaan limbah 6. SOP pengambilan sampel 7. SOP penanganan ikan keluar. 8. SOP pemusnahan 9. SOP rencana kontinjensi
c. SOP untuk media pembawa benda lain: 1. SOP
penanganan
sarana,
prasarana
di
instalasi
karantina ikan benda lain 2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana instalasi karantina 3. SOP penanganan pemasukan media pembawa benda lain 4. SOP pengasingan dan pengamatan 5. SOP pengelolaan limbah 6. SOP pemusnahan
62
7. SOP pengambilan sampel 8. SOP penanganan ikan keluar 9. SOP rencana kontinjensi Penerapan SOP dalam pengelolaan instalasi karantina harus konsisten seperti alur pada gambar 3, 4 dan 5. Persiapan Pemasukan Media Pembawa 1. 2. 3. 4.
SOP Penanganan sarana prasarana di IKI SOP Pengelolaan Pakan Ikan di IKI 1) SOP Pengelolaan Air di IKI 1) SOP Desinfeksi dan sanitasi Sarana Prasarana di IKI
Pelaksanaan pemasukkan media pembawa 1. 2.
SOP Pelaksanaan pemasukan ikan hidup (aklimatisasi dan seleksi) SOP Pengasingan dan pengamatan (masukkan unsur pemeliharaan, pemberian pakan dan pengelolaan kualitas air) SOP Pengelolaan Limbah SOP Pemusnahan
3. 4.
Pengambilan Sampel (dilakukan sebelum perlakuan) 3) 1. SOP Pengambilan sampel
Pengujian Laboratorium
Positif HPIK golongan II 4)
Positif HPIK Gol I
Negatif
4
)
Penanganan Sampel Ikan dilakukan oleh UPT KIPM 4) 1. SOP Bioassay Stressing 2) 2. SOP Infeksi Buatan (kohabitasi, dan injeksi suspensi)
Penanganan Ikan sakit 1. SOP Perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan 2. SOP Pengelolaan Limbah 3.
Positif HPIK Gol I 4) Negatif
SOP Pengambilan sampel (dilakukan pengambilan sampel ulang) Tidak Tidak dapat dapat dibebaskan dibebaskan dari dari HPIK HPIK Gol Gol II II Pemusnahan 4) 1. SOP Pemusnahan 2. SOP Pengelolaan Limbah
Pelepasan SOP Penanganan Ikan Keluar
Gambar 3. Alur penerapan SOP pada pengelolaan instalasi karantina untuk pemasukan media pembawa Ikan Hidup
63
Keterangan : 1) Pilihan disesuaikan dengan jenis komoditi yang ditangani (misal : untuk penanganan pada komoditas kekerangan dan reptil (kurakura)) 2) Stressing dilakukan pada : a. semua
sampel ikan/ udang
yang menjadi media pembawa
HPIK b. Ikan jenis baru yang belum ada di Indonesia c. uji bioasay dilakukan apabila hasil stressing ikan/udang menunjukan gejala klinis terinfeksi HPIK d. Apabila hasil uji laboratorium dari ikan yang telah dilakukan stressing positif HPIK maka tidak perlu dilanjutkan dengan uji infeksi buatan/ kohabitasi. e. Bioassay dilakukan apabila diperlukan sebagai uji konfirmasi dan uji stressing tidak menunjukkan hasil
dan untuk jenis-
jenis ikan eksotik yang belum ada di Indonesia
(stressing
dilakukan paling lama 3 hari). 3) Pengambilan sampel dilakukan di instalasi pada saat kemasan dibuka 4) Apabila terjadi keadaan darurat (serangan HPIK/ HPI tertentu), maka
diberlakukan
SOP
rencana
kontinjensi,
dan
segera
menghubungi petugas karantina
.: dilakukan oleh pemilik instalasi karantina : dilakukan oleh PHPI UPT KIPM
64
Persiapan pemasukan media pembawa mati 1. SOP penanganan sarana,SDM prasarana, dan SDM di IKI 2. SOP tata tertib personil di IKI 3. SOP keselamatan dan keamanan bekerja di IKI 4. SOP Desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana IKI
Pelaksanaan pemasukan ikan mati (impor) 2) 1. SOP penanganan pemasukan ikan mati 2. SOP pengasingan dan pengamatan 3. SOP pengelolaan limbah 1) 4. SOP pemusnahan
Pengambilan sampel dan pengujian laboratorium 1. SOP pengambilan sampel
Positif 2)
negatif
Pemusnahan 2) 1. SOP pemusnahan 2. SOP pengolahan limbah
Pelepasan 1. SOP penanganan ikan keluar
Gambar 4. Alur penerapan SOP pada pengelolaan instalasi karantina untuk pemasukan media pembawa Ikan Mati
Keterangan : 1) Dilakukan untuk instalasi karantina yang melakukan proses pengolahan atau ganti kemasan 2) Apabila terjadi keadaan darurat, maka diberlakukan SOP rencana
kontinjensi,
dan
segera
menghubungi
petugas
karantina
: dilakukan oleh pemilik instalasi karantina : dilakukan oleh PHPI UPT KIPM
65
Persiapan pemasukan media pembawa benda lain 1. SOP penanganan sarana, prasarana, dan SDM di IKI 2. SOP tata tertib personil di IKI 3. SOP keselamatan dan keamanan bekerja di IKI 4. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana IKI
Pelaksanaan pemasukan media pembawa benda lain 2) 1. SOP pemasukan media pembawa benda lain 2. SOP pengasingan dan pengamatan 3. SOP pengelolaan limbah 1) 4. SOP pemusnahan
Pengambilan sampel dan pengujian laboratorium 1. SOP pengambilan sampel
Positif 2)
negatif
Pemusnahan2) 1. SOP Pemusnahan 2. SOP Pengolahan Limbah
Pelepasan 1. SOP penanganan ikan keluar
Gambar 5. Alur penerapan SOP pada pengelolaan IKI untuk pemasukan media pembawa Benda Lain 3)
Keterangan : 1) Dilakukan untuk instalasi karantina yang melakukan proses pengolahan atau ganti kemasan (repacking) 2) Apabila terjadi keadaan darurat, maka diberlakukan SOP rencana
kontinjensi,
dan
segera
menghubungi
petugas
karantina 3) Kecuali bahan patogenik dan biologik
: dilakukan oleh pemilik instalasi karantina : dilakukan oleh PHPI UPT
66
5.4.3. Formulir kegiatan Formulir kegiatan adalah sarana untuk merekam/ mencatat/ mendokumentasikan data dan informasi agar seluruh kegiatan instalasi karantina yang tercantum dalam SOP dapat tertelusur dan sebagai bukti diterapkannya sistem mutu pada pengelolaan instalasi karantina.
5.5.
Monitoring dan Evaluasi Instalasi Karantina Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan terhadap instalasi
karantina yang telah ditetapkan. Hal ini dalam rangka memantau konsistensi
pengelolaan
instalasi
karantina
dalam
pemenuhan
penerapan persyaratan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) meliputi
penerapan
dokumen
mutu,
kelayakan
teknis,
dan
peruntukan instalasi karantina. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Pusat Karantina Ikan dilakukan oleh PHPI/ Pejabat Pusat Karantina Ikan yang berkompeten dan telah memiliki sertifikat pelatihan
penerapan
biosecurity
dalam
pengelolaan
instalasi
karantina. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan selama berlakunya Sertifikat Instalasi Karantina Ikan.
67
BAB VI INSPEKSI DAN VERIFIKASI
Kepala
UPT
KIPM
yang
mengelola
instalasi
karantina
kementerian dan perorangan atau badan hukum wajib menjaga konsistensi penerapan dokumen mutu, kelayakan teknis instalasi karantina, dan peruntukan instalasi karantina. Untuk menjaga konsistensi sebagaimana dimaksud di atas maka dilakukan inspeksi dan verifikasi terhadap instalasi karantina ikan. Adapun tata cara inspeksi dan verifikasi adalah sebagai berikut: 1. Inspeksi dan verifikasi dilakukan oleh: a. Inspeksi terhadap instalasi karantina milik kementerian, dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit
Ikan
yang
telah
memiliki
sertifikat
inspektur
karantina, yang bertugas di pusat. b. Inspeksi terhadap instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum, dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan yang telah memiliki sertifikat inspektur karantina, dengan kriteria : 1) Instalasi kategori A dan B oleh tim inspektur karantina yang terdiri dari inspektur karantina pusat dan inspektur karantina UPT KIPM yang ditetapkan oleh Kepala BKIPM c.q Kepala Pusat Karantina Ikan. 2) Instalasi kategori C oleh inspektur karantina UPT KIPM 2. Inspeksi dan verifikasi dilakukan paling kurang setiap 6 (enam) bulan. 3. Dalam
hal
hasil
ketidaksesuaian,
inspeksi
inspektur
dan
verifikasi
karantina
wajib
ditemukan menerbitkan
rekomendasi perbaikan kepada : a. Kepala BKIPM c.q Kepala Pusat Karantina Ikan untuk instalasi karantina milik kementerian dan milik perorangan atau badan hukum dengan kategori A dan B.
68
b. Kepala UPT KIPM untuk instalasi karantina kategori C. 4. Rekomendasi perbaikan wajib ditindaklanjuti dalam jangka waktu paling lama (7) hari kalender. 5. Inspektur karantina melaporkan hasil inspeksi dan verifikasi dengan ketentuan : a. untuk
instalasi
karantina
milik
kementerian
dan
milik
perorangan atau badan hukum kategori A dan B, laporan hasil inspeksi ditujukan kepada kepala BKIPM c.q. Kepala Pusat Karantina Ikan b. untuk instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum kategori C laporan hasil inspeksi ditujukan kepada Kepala UPT KIPM. c. Kepala UPT KIPM melaporkan rekapitulasi hasil inspeksi dan evaluasi IKI kategori A, B, dan C setiap bulan kepada Kepala BKIPM c.q Kepala Pusat Karantina Ikan. 6. Hasil
inspeksi
dan
verifikasi
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan dalam perpanjangan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan. 7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara inspeksi dan verifikasi diatur dengan Peraturan Kepala Badan.
69
BAB VII PEMBINAAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Pembangunan instalasi karantina harus dilakukan dengan perencanaan yang matang, dalam rangka mengantisipasi resiko penyebaran HPIK/ HPI tertentu melalui media pembawa, orang, alat angkut, sarana dan fasilitas yang terkontaminasi HPIK/ HPI tertentu. Pembinaan instalasi karantina ikan dilakukan oleh Kepala BKIPM c.q. Kepala Pusat Karantina Ikan, dalam rangka peningkatan kompetensi pengelolaan instalasi karantina dan personil dalam mendukung Cara Karantina Ikan yang Baik. Kerjasama yang baik antara BKIPM sebagai regulator dan UPT KIPM atau pemilik instalasi sebagai pelaksana di dalam pengelolaan instalasi karantina perlu dioptimalisasi melalui kegiatan pembinaan teknis antara lain: 1. Peningkatan kompetensi pengelolaan instalasi karantina milik kementerian; 2. Peningkatan kompetensi pengelolaan instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum; 3. Peningkatan kompetensi personil penanggung jawab instalasi karantina; 4. Standardisasi sarana dan prasarana instalasi karantina; 5. Penerapan Biosekuriti pada instalasi karantina; dan/ atau 6. Pengelolaan sarana dan fasilitas instalasi karantina ikan.
70
BAB VIII PELAPORAN DAN SANKSI
Instalasi karantina milik kementerian dan perorangan atau badan
hukum
wajib
menyampaikan
laporan
penggunaan
dan
pengelolaan instalasi karantina meliputi: 1. Jumlah, jenis dan asal media pembawa yang masuk ke instalasi karantina; 2. Tindakan karantina ikan yang dilakukan; 3. Hasil dari tindakan karantina ikan. Penyampaian laporan tersebut dapat dilakukan secara manual maupun elektronik. 6.1.
Prosedur Pelaporan a. Perorangan
atau
badan
hukum
wajib
menyampaikan
laporan penggunaan dan pengelolaan instalasi karantina kepada kepala UPT KIPM setempat. b. Kepala UPT KIPM melakukan rekapitulasi laporan dan melaporkannya kepada Kepala Badan. c. Kepala UPT KIPM selain merekapitulasi dan melaporkan penggunaan instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum, juga wajib melaporkan penggunaan instalasi karantina yang dikelolanya.
6.2.
Sanksi a. Perorangan atau badan hukum yang tidak menyampaikan laporan penggunaan instalasi karantina akan dikenakan sanksi administratif berupa : 1) Peringatan tertulis Peringatan tertulis dilakukan paling banyak 2 (dua) kali dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kalender.
71
2) Pembekuan sertifikat instalasi karantina Pembekuan sertifikat instalasi paling lama 30 (tiga puluh)
hari
berakhirnya
kalender
apabila
peringatan
sampai
tertulis
kedua
dengan tidak
menyampaikan laporan penggunaan instalasi karantina. 3) Pencabutan sertifikat instalasi karantina Pencabutan
sertifikat
instalasi
karantina
dilakukan
apabila sampai dengan berakhirnya pembekuan sertifikat instalasi
karantina
tidak
menyampaikan
laporan
penggunaan instalasi karantina. b. Kepala UPT KIPM yang tidak melaksanakan kewajiban akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
72
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, J.R., Reantaso, M.B., dan Subangsinghe, R.P., 2008, A Manual of Procedures for The Quarantine of Live Aquatic Animals, Roma, Food and Agriculture Organization of United Nation. Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 33 tahun 2014 tentang IKI. Jakarta Offices des International des Epizooties (OIE), 2012, Manual of Diagnostic Test for Aquatic Animal Disease. Paris Sekretaris Negara, 1992. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Jakarta Sekretaris Negara, 2002. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan. Jakarta
73
LAMPIRAN 1. Form Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT PERUSAHAAN Nomor Tanggal Lampiran Perihal
: : : : Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan
Kepada Yth, Kepala Balai Besar/ Balai/ Stasiun KIPM ........................................... di Tempat
Yang bertandatangan di bawah ini : Nama Pemilik Nama Perusahaan Alamat Kantor Alamat Instalasi Karantina Ikan
: : : :
Mengajukan Permohonan Penilaian dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Instalasi
Karantina
Ikan,
Peruntukan Instalasi Karantina Ikan : Jenis Instalasi Karantina Ikan : Kapasitas : Jenis Media Pembawa :
Dalam pengajuan ini kami juga melampirkan dokumen persyaratan : a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan atau
fotokopi
akte
pendirian
perusahaan
dan
fotokopi
KTP
penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa; d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang; e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota atau
Dinas
Kabupaten/Kota
yang
membidangi
perikanan
yang
73
menjelaskan bahwa yang bersangkutan melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum; f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bangunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai instalasi karantina ikan, dan ; g. Dokumen mutu Karantina Ikan. Lampiran dokumen persyaratan ini kami buat dengan sebenarbenarnya dan apabila tidak sesuai dengan aslinya maka kami bersedia menerima sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Demikian
permohonan
ini
kami
buat,
atas
bantuan
dan
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Pemilik/ Pimpinan Ttd dan stampel
(…………………….)
74
LAMPIRAN 2. Form Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT PERUSAHAAN Nomor Tanggal Lampiran Perihal
: : : : Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan
Kepada Yth, Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan di Tempat
Yang bertandatangan di bawah ini : Nama Pemilik Nama Perusahaan Alamat Kantor Alamat Instalasi Karantina Ikan
: : : :
Mengajukan Permohonan Penetapan Instalasi karantina Ikan, dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Peruntukan Instalasi Karantina Ikan Jenis Instalasi Karantina Ikan Kapasitas Jenis Media Pembawa
: : : :
Dalam pengajuan ini kami juga melampirkan dokumen persyaratan : a.
Rekomendasi hasil penilaian dari UPT KIPM.
b.
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan
c.
Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum;
d.
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e.
Dokumen mutu Karantina Ikan. Lampiran dokumen persyaratan ini kami buat dengan sebenar-
benarnya dan apabila tidak sesuai dengan aslinya maka kami bersedia menerima sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
75
Demikian
permohonan
ini
kami
buat,
atas
bantuan
dan
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Pemilik/ Pimpinan Ttd dan stampel
(…………………….)
Tembusan Yth ; Kepala Pusat Karantina Ikan
76
LAMPIRAN 3. Form Verifikasi Kelengkapan Dokumen Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan KOP SURAT UPT KIPM
FORM VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN PERMOHONAN PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN Berdasarkan permohonan penilaian Instalasi Karantina Ikan milik : 1. Nama Perusahaan : 2. Alamat instalasi : bersama ini dilaporkan hasil verifikasi kelengkapan dokumen milik perusahaan tersebut, dengan hasil sebagai berikut : Kelengkapan Keterangan dokumen No Dokumen ada Tidak ada Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), 1. untuk pemohon perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); 2. Surat keterangan kepemilikan/ surat 3. perjanjian kontrak/ sewa; Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari 4. Ditjen P2HP (untuk media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang; Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan 5. Perikanan Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perikanan yang menjelaskan bahwa yang bersngkutan melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum; Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay 6. Out) dan foto bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai IKI.; Dokumen mutu Karantina Ikan; 7. Kesimpulan : 1. Lengkap dan Sah (dapat ditindaklanjuti) 2. Tidak lengkap / tidak sah (dikembalikan untuk dilengkapi) LEMBAR PENGESAHAN JABATAN PARAF Kepala Balai Besar/ Balai/ Stasiun KIPM.............
.................., ...................................... 20….
Petugas, 1. …………………………. NIP 2. …………………………. NIP
77
LAMPIRAN 4. Form Verifikasi Kelengkapan Dokumen Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT KIPM
FORM VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN PERMOHONAN PENETAPAN INSTALASI KARANTINA IKAN Berdasarkan permohonan penetapan Instalasi Karantina Ikan milik : 1. Nama Perusahaan : 2. Alamat instalasi : bersama ini dilaporkan hasil verifikasi kelengkapan dokumen milik perusahaan tersebut, dengan hasil sebagai berikut : No 1.
Kelengkapan dokumen ada Tidak ada
Dokumen Rekomendasi
hasil
penilaian
Keterangan
instalasi
karantina dari UPT KIPM; 2.
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan/ Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung
jawab
perusahaan,
untuk
pemohon badan hukum; 3.
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
4.
Dokumen mutu Karantina Ikan.
Kesimpulan : 1. Lengkap dan Sah (dapat ditindaklanjuti) 2. Tidak lengkap/ tidak sah (dikembalikan untuk dilengkapi)
LEMBAR PENGESAHAN JABATAN PARAF Kepala Bidang Pengelolaan Instalasi dan Laboratorium
.................., ....................................20….
Petugas, 1. …………………………. NIP 2. …………………………. NIP
78
Lampiran 5.
Format Laporan Evaluasi Hasil Penilaian Instalasi Karantina Ikan KOP SURAT UPT
LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Nomor Dokumen Tanggal Halaman
: ........................ : ........................... : 1/3
Sesuai dengan ketentuan pada Pedoman Instalasi Karantina Ikan bahwa harus dilakukan evaluasi terhadap hasil penilaian Instalasi Karantina Ikan, maka setiap hasil laporan penilaian Instalasi Karantina Ikan, dilakukan evaluasi oleh Tim Evaluasi UPT KIPM, sebelum dilakukan penolakan, ditunda, atau direkomendasikan oleh Kepala UPT KIPM untuk penetapan Sertifika Instalasi Karantina Ikan oleh Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. Berdasarkan laporan hasil penilaian Instalasi Karantina Ikan oleh tim penilai pada tanggal ............................, terhadap: Nama Perusahaan
: ................................................................
Alamat Kantor
: ................................................................
Alamat Instalasi
: ................................................................
Jenis Instalasi
: Instalasi Karantina Ikan ........................
Jenis Media Pembawa Peruntukan Instalasi Kapasitas Tim Penilai
: ............................................................ : ............................................................... : ...............................................................
: 1. ....................... 2. ...................... 3. ......................
telah dilakukan evaluasi terhadap hasil penilaian Instalasi tersebut. Adapun hasil evaluasinya dapat kami laporkan sebagai berikut :
Pengesahan
Dibuat oleh Anggota ......................... NIP............................. ...........................
Diperiksa oleh Penanggungjawab
NIP. .............................
NIP. ………………………….
Disahkan oleh Kepala UPT
NIP. Ketua NIP. ……………………………
79
KOP SURAT UPT Nomor Dokumen LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN Tanggal INSTALASI KARANTINA IKAN Halaman 1. Persyaratan
: ............................... : ...................................... : 2/3
Administrasi (lengkap)
a. Fotokopi KTP atau Akta ...................................................................…….Lengkap b. Fotokopi NPWP .................................................................................Lengkap c. Surat Pernyataan kepemilikan / sewa .................................................Lengkap d. Surat Ijin Impor ................................................................................ Lengkap e. Surat Keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan ...........................Lengkap f. Layout/ Denah IKI ...............................................................................Lengkap g. Dokumen Mutu Karantina Ikan ...........................................................Lengkap
2. Persyaratan Teknis (Sesuai dengan Pedoman Instalasi Karantina Ikan .............) a. Lokasi : .............................................................................. b.
Sarana instalasi telah dilengkapi fasilitas berupa; • Ruang Karantina sebagai sarana untuk pengasingan dan pemeriksaan untuk Media Pembawa selama masa karantina berlangsung. • Sarana Pemeriksaan / Laboratorium berupa………………….. • Sarana Pengasingan dan Pengamatan, berupa........................................ • Sarana perlakuan berupa………………………………….. • Sarana penahanan berupa .................................................. • Sarana pemusnahan berupa ……………………………………… • Sarana
Sanitasi
dan
desinfeksi
untuk
Personil
dan
Tamu
berupa…………… • Sarana pengelolaan limbah berupa………………………………………..
Dibuat oleh Anggota ......................... NIP............................. Pengesahan ........................... NIP. .............................
Diperiksa oleh Disahkan oleh Penanggungjawab Kepala UPT NIP. Ketua NIP.
NIP.
80
KOP SURAT UPT Nomor Dokumen LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN Tanggal Halaman
: ............................... : ...................................... : 2/3
3. Fasilitas • Gedung ......................................................... • Instalasi listrik ................................................. • Air .................................................................. 4. Fasilitas pendukung dilengkapi; •
..............................................
•
................................................
•
..................................................
5. Sanitasi dan Kebersihan lingkungan kerja ; •
.....................................................
•
.....................................................
6. Sumber Daya Manusia ....................................................... Berdasarkan Tim
Evaluasi yang telah dilakukan terhadap
Penilai Kelayakan Instalasi Karantina
terhadap ..........................., Alamat
Laporan Hasil
oleh UPT KIPM, maka
instalasi ..................................,
telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga dinyatakan layak untuk tempat pelaksanaan tindakan karantina dalam rangka mencegah masuk, keluar dan tersebarnya Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dan diusulkan untuk dapat Diterbitkan
rekomendasi hasil penilaian oleh
kepala UPT Dibuat oleh Anggota ......................... NIP............................. Pengesahan ........................... NIP. .............................
Diperiksa oleh Disahkan oleh Penanggungjawab Kepala UPT NIP. Ketua NIP.
NIP.
81
LAMPIRAN 6. Format Rekomendasi Hasil Penilaian Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT UPT Nomor : ...............,......................20.. Sifat : Penting Lampiran : Perihal : Rekomendasi Hasil Penilaian Instalasi Karantina Ikan Yth. Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jakarta Menindaklanjuti Surat Direktur..............Nomor..........tanggal........ perihal : Permohonan penilaian Instalasi Karantina Ikan, berdasarkan : 1. Hasil Verifikasi Dokumen : Fotokopi KTP dan atau Akta pendirian perusahaan Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa; Surat Ijin Impor Surat keterangan dari dinas yang membidangi Kelautan dan Perikanan Peta lokasi, lay out dan foto bagunan/ ruangan instalasi Dokumen Mutu Karantina Ikan 2. Hasil penilaian Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Ikan yang dipersyaratkan telah sesuai dengan: a. Sarana Instalasi : Sarana dan bahan pemeriksaan Sarana pengasingan dan pengamatan Sarana perlakuan Sarana penahanan Sarana pemusnahan Sarana pengolahan limbah b. Peruntukan Instalasi
: Hidup/ Mati/ Benda Lain
82
c. Jenis Komoditi (nama latin) : 1. 2. 3. dst d. Kapasitas Instalasi : e. Penanggung jawab instalasi : Berdasarkan hasil verifikasi dan penilaian, maka dinyatakan LAYAK dan MEMENUHI SYARAT untuk diterbitkan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan Demikian kami sampaikan atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
Kepala Balai Stasiun KIPM
Besar/
Balai/
............................. NIP. Tembusan: Yth. Kepala Pusat Karantina Ikan
83
Lampiran 7. Contoh SOP penanganan sarana dan prasarana pada instalasi karantina ikan Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Penanganan Sarana dan Prasarana Instalasi Karantina Ikan
1. TUJUAN & SASARAN SOP penanganan sarana dan prasarana IKI disusun dengan tujuan sebagai petunjuk bagi petugas karantina dan penanggungjawab IKI dalam melakukan kegiatan penanganan sarana dan prasarana IKI agar dilaksanakan secara tepat dan sesuai standar 2. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan masuk meliputi sarana dan prasarana media pembawa hidup di IKI meliputi istolah dan definisi, penanggung jawab, prosedur kerja, dan rekam data. 3. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Penanganan adalah segala pekerjaan yang dilakukan semenjak sarana dan prasana berdiri dan digunakan sampai dkatakan siap untuk dijadikan tempat tindak karantina ikan (IKI) 3.2. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti bak, alat serok dan sejenisnya, blower, alat kualitas air dan sebagainya. 3.3. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung, ruang, kolam, bak permanen, tanah, dan sebagainya. 3.4. IKI adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina. 4. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI adalah petugas/ penanggungjawab yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI 5. PROSEDUR KERJA Penanganan Sarana dan Prasarana IKI Media Pembawa Hidup dilakukan sebelum masa karantina. Pemeriksaan dan evaluasi harus dilakukan sebelum masa karantina di IKI terhadap sarana dan prasarana baik yang bersifat pokok dan penunjang: Prosedur penanganan sarana dan prasarana harus memperhatikan dan mendukung standar operasinal prosedur (SOP) di IKI. SOP yang terdapat di IKI sebagai berikut :
84
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Tata Tertib Personel IKI. Keselamatan dan Keamanan Bekerja di IKI Desinfeksi dan Sanitasi Sarana dan Prasarana IKI Pengelolaan Air IKI Penanganan Ikan Masuk ke dalam IKI Pengujian Stress dan Kohabitasi di IKI Pemeliharaan Ikan IKI Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan IKI Perlakuan IKI Pengelolaan Pakan IKI Penanganan Ikan Keluar di IKI Penanganan Limbah IKI Rencana Kontingensi Pemeriksaan klinis dan/atau visual Pemeriksaan visual dan/atau uji organoleptik (Udang segar/beku/kering/bagian tubuh) Pengambilan sampel media pembawa hidup Pengambilan sampel media pembawa pada Produk perikanan segar/beku/kering/bagian tubuh Desinfeksi sarana dan prasarana IKI Pemusnahan media pembawa dan kemasannya yang terinfeksi hpik/hpi tertentu Pengamatan peubah fisika kimia air
Prosedur penanganan sarana dan prasarana IKI sebelum masa karantina dilakukan sebagai berikut : 1. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarna di IKI secara periodik oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana pokok yaitu srana dan prasarana yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan tindak karantina seperti bak penampungan air baik tawar atau laut, bak pemeliharaan (induk, telur, larva, pakan alami). Sarana pokok tersebut harus dipastikan telah didesinfeksi dan terjamin biosecurity dan sanitasinya 2. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarna di IKI secara periodik oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana penunjang yaitu sarana untuk menunjang tindakan karantina di IKI seperti pompa air, alat serok, alat kualitas air, aerasi, ruang genset, dan sebagainya. Sarana penunjang harus tersedia dan ditata untuk menjamin kemudahan penggunaan selama masa karantina ikan. 3. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana pelengkap di IKI secara periodic oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana pelengkap seperti ruang kantor, alat tulis menulis, computer dan sejenisnya. 4. Evaluasi secara menyeluruh sarana dan prasarana tersebut maksimal sudah siap dua hari sebelum pemasukan media pembawa 5. Laporkan hasil evaluasi sarana dan prasarana tersebut kepada petugas karantina sebelum dilakukan pemasukan media pembawa
85
6. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan penanganan Sarana dan Prasarana IKI Media Pembawa Hidup harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
86
FORM PENANGANAN SARANA DAN PRASARANA NAMA PERUSAHAAN
:
ALAMAT
:
FORM PERSIAPAN BAK NO
T G L
NO. BAK
JENIS MEDIA PEMBAWA
BAK PENAMPUNGAN AIR TAWAR* LAUT*
BAK PEMELIHARAAN INDUK*
TELUR*
LARVA
PERSO NIL IKI PAKAN ALAMI
* Apabila media pembawa air tawar/air laut *Apabila media pembawa induk/telur/larva/pakan alami
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………
87
KET
NAMA PERUSAHAAN
:
ALAMAT
:
FORM DESINFEKSI NO
TGL
PERALATAN YANG DIDESINFEKSI
BAHAN DESINFEKSI
DOSIS
PERSONIL IKI
KET
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………………………
88
NAMA PERUSAHAAN
:
ALAMAT
:
FORM KELENGKAPAN SARANA DAN PRASARANA NO.
TANGGAL
SARANA DAN PRASARANA
KELENGKAPAN ADA
PERSONIL IKI
KET
TIDAK
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………………………
89
Lampiran 8. Contoh SOP Penanganan Ikan Masuk Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Penanganan ikan Masuk I.
TUJUAN & SASARAN Sebagai pedoman dalam kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI untuk mendapatkan penanganan ikan yang tepat dan baik.
II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan masuk meliputi: • Jenis Ikan • Ukuran ikan • Cara penanganan III. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI adalah petugas yang ditunjuk. IV. PROSEDUR KERJA 1.1. Peralatan & bahan Peralatan yang diperlukan pada kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI, antara lain: • Wadah/bak/aquarium penampungan • aerator • serok • obat anti stress 1.2.
Prosedur pelaksanaan 1. Lakukan aklimatisasi selama beberapa menit pada seluruh ikan yang baru masuk ke dalam bak/aquarium penampungan tanpa membuka kemasan 2. Buka kemasan kemudian keluarkan ikan berdasarkan jenis ikan dari dalam kemasan 3. Lakukan aklimatisasi ke dalam bak penampungan selama beberapa jam, bila diperlukan dapat ditambahkan obat anti stress 4. Masukkan ikan tersebut kedalam wadah/bak pemeliharaan berdasarkan jenis ikan 5. Selesai.
V. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan penanganan ikan masuk pada unit penampungan/pengumpul ikan hias air tawar harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
90
Nama Perusahaan Alamat Perusahaan
: :
Penanganan Ikan Masuk pada IKI
No.
Tanggal
Jenis ikan
Ukuran Ikan
Jumlah Ikan
Obat anti stress
Dosis obat
Paraf petugas
Ket*)
*) Keterangan diisi dengan nomor wadah/bak pemeliharaan (Tempat waktu)
dan
Penanggung jawab
Catatan: _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________
91
Lampiran 9. Contoh SOP Pengasingan dan Pengamatan Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Pengasingan dan Pengamatan
I. TUJUAN & SASARAN 1. Sebagai
pedoman
petugas
IKI/Penanggung
Jawab
IKI
untuk
melakukan tindakan penanganan media pembawa (MP) HPI/HPIK hidup pada saat dikenakan pengasingan
di IKI
sebelum
atau
sesudah MP tersebut dilalulintaskan. 2. Sasaran
tindakan
pengeluaran
MP
pengasingan HPI/HPIK
terhadap
adalah
pemasukan dan
mencegah
kemungkinan
terjadinya penyebaran HPI/HPIK selama dilakukannya tindakan pengamatan atau pemeriksaan kesehatan lebih lanjut/deteksi HPI/HPIK secara laboratoris.
II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan MP hidup yang dikenakan Tindakan Pengasingan di IKI, meliputi : 1. Evaluasi kesiapan sarana pengasingan dan penyiapan sarana pengasingan; 2. Penanganan MP yang dikenakan tindakan pengasingan;
III. ISTILAH DAN DEFINISI 1. Instalasi dan
Karantina
fasilitas
Ikan (IKI) adalah : Tempat
yang
ada
padanya
yang
beserta
sarana
digunakan
untuk
melaksanakan tindakan karantina. 2. Petugas IKI adalah pegawai / karyawan yang bekerja di IKI dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan. 3. Pengasingan
adalah
tindakan mengisolasi Media Pembawa yang
diduga tertular HPIK dan/atau HPI di suatu tempat yang khusus, karena
sifatnya
yang
memerlukan
waktu
yang
lama
untuk
92
mendeteksinya dan agar tidak menyebarkan atau menularkan HPIK di lingkungan sekitarnya atau tempat tujuan. 4. Pengamatan
adalah
tindakan
mendeteksi lebih lanjut terhadap
HPIK dan/atau HPI pada Media Pembawa yang diasingkan.
IV. PENANGGUNG JAWAB Pengelola
pelaksanaan
kegiatan
penanganan
MP
hidup
yang
dikenakan tindakan pengasingan di IKI, merupakan Petugas Karantina yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala UPT KIPM.
V. PROSEDUR KERJA Petugas IKI/ penanggungjawab IKI wajib memahami tentang prosedur penanganan
media
pengasingan
di
pembawa
IKI.
hidup
Penanganan
yang
media
dikenakan
pembawa
tindakan
hidup
yang
dikenakan tindakan pengasingan di IKI : 1. Lakukan evaluasi kesiapan dan laksanakan kegiatan penyiapan sarana pengasingan; 2. Berita Acara (BA) penyerahan MP dari Pemilik kepada Penanggung Jawab IKI; 3. Registrasi ulang MP pada saat pelaksanaan kegiatan adaptasi/ aklimatisasi suhu terhadap MP dan air wadah penampungan/ pemeliharaan; 4. Penandaan/ pengumuman identitas di setiap wadah penampungan/ pemeliharaan yang dipergunakan; 5. Pelepasan atau pemasukan MP dengan membuka kemasannya di permukaan air masing-masing wadah/sarana yang telah diberi tanda/pengumuman oleh petugas dalam ruang pengasingan; 6. Petugas IKI segera melakukan tindakan pengamatan; 7. Pengamatan kesehatan dan pengelolaan kualitas air dilakukan setiap
hari
selama
masa
karantina
di
ruang
pengasingan
berlangsung; 8. Petugas IKI melakukan kegiatan pemeliharaan MP sesuai dengan pedoman
pemeliharaan
yang
telah
ditetapkan
selama
masa
karantina berlaku;
93
9. Petugas
IKI
mengakhiri
kegiatan
pemeliharaan
setelah
masa
karantina berakhir dengan adanya hasil analisis terhadap hasil uji laboratories berupa rekomendasi penerbitan Sertifikat Kesehatan
VI. REKAM DATA Setiap kegiatan atau kejadian dalam penanganan MP hidup yang dikenakan tindakan pengasingan di IKI dilakukan pencatatan dalam Lembar (Form) penanganan MP hidup selama masa berlaku tindakan pengasingan.
94
FORM PERLAKUAN DAN PENGAMATAN NAMA PERUSAHAAN
:
ALAMAT
:
FORM IKAN MASUK NO
TGL
NO. BAK
JENIS MEDIA PEMBAWA
JUMLAH
HIDUP
SAKIT
MATI
PERSONIL IKI
KETERANGAN
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………
95
NAMA PERUSAHAAN
:
ALAMAT
:
FORM PENGECEKAN KUALITAS AIR NO
TGL
NO. BAK
JENIS MEDIA PEMBA WA
JUML AH
SAL*
DO
KUALITAS AIR NIT NITRIT RAT
S U H U
p H
PERSO NIL IKI
KET
* media pembawa air laut PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………………………
96
NAMA PERUSAHAAN
:
ALAMAT
:
FORM PEMBERIAN PAKAN NO.
NO. BAK
JENIS MEDIA PEMBAWA
JUMLAH
JENIS PAKAN
JAM PEMBERIAN PAKAN 09.00
PERSONIL IKI
KET
15.00
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………………………
97
NAMA PERUSAHAAN
:
ALAMAT
:
FORM PERLAKUAN NO.
TANGGAL
NO.BAK
JENIS MEDIA PEMBAWA
JUMLAH
INDIKASI
JENIS OBAT
PERSONIL IKI
KET
PENANGGUNG JAWAB
………………………………..
CATATAN: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… …………………
98
Lampiran 10. Contoh SOP Pemeliharaan dan Perawatan Ikan Selama Masa Karantina Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Pemeliharaan dan Perawatan ikan
I.
TUJUAN & SASARAN SOP pemeliharaan dan perawatan Ikan disusun sebagai petunjuk bagi petugas karantina ikan dan penanggungjawab IKI dalam melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di IKI dengan dukungan media pemeliharaan yang optimal
II.
RUANG LINGKUP Ruang lingkup SOP pemeliharaan Ikan mencakup komponen penunjang media pemeliharaan ikan berupa sumber air yang berkualitas, dan pengamatan kesehatan ikan.
III. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan Pemeliharaan dan Perawatan Ikan penanggungjawab instalasi karantina milik pihak ketiga
adalah
IV. ISTILAH DAN DEFINISI 1.1.
Stress adalah kondisi di luar kemampuan batas toleransi yang disebabkan oleh salah satu atau lebih faktor eksternal (fisika, kimia atau biologi).
1.2.
Pengelolaan kualitas air adalah aktivitas penyediaan dan pemeliharaan kondisi lingkungan perairan (fisika, kimia dan biologi) yang sesuai dengan kebutuhan dasar (kualitas dan kuantitas) bagi jenis ikan yang ada di dalamnya.
1.3.
Pengelolaan pakan adalah aktivitas penyediaan dan pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dasar (kualitas dan kuantitas) bagi jenis ikan yang dipelihara, dengan tetap mempertimbangkan kebiasaan & periode makan ikan (feeding habit & feeding periodicity).
1.4.
Apparent satiation adalah metoda pemberian pakan yang jumlahnya hanya didasarkan pada selera makan ikan semata
99
V.
PROSEDUR KERJA 5.1.
Peralatan & bahan Peralatan dan bahan yang diperlukan pada kegiatan pemeliharaan dan perawatan ikan antara lain: alat tangkap/serok wadah ikan (bak/akuarium/fiber glass) dan perlengkapannya aerator pakan ikan alat pengukur kualitas air alat tulis
5.2.
Prosedur Kerja Kegiatan Pemeliharaan ikan dilakukan terhadap ikan–ikan yang telah melewati masa aklimatisasi , dan masa karantina,serta tidak menunjukkan gejala klinis terinfeksi / terinfestasi penyakit., maupun yang telah sembuh setelah perlakuan. Adapun faktor penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan ikan antara lain: 1. Pengelolaan kualitas air , yaitu dengan pemakaian sumber air yang berkualitas ( bebas patogen dan memenuhi baku mutu air), 2. Penggunaan peralatan dan sarana pemeliharaan bebas petogen, 3. Pakan berkualitas, dan 4. Pengelolaan kesehatan ikan
5.2.1.
Pengelolaan kualitas air Pengelolaan kualitas air yang akan digunakan sebagai media hidup ikan, adalah sbb: 1. Air yang akan digunakan adalah air segar yang telah dipersiapkan lebih dari 24 jam sebelum ikan dimasukkan ke dalamnya, telah di filter maupun disucihamakan , dan tidak mengandung bahan toksikan (chlorine, kapur, dll). 2. Selalu dilakukan pengontrolan kualitas air melalui pengukuran parameter kualitas air secara berkala, baik terhadap air sumber maupun air pemeliharaan ikan. 3. Kisaran beberapa parameter kualitas air yang layak untuk kehidupan ikan tropis secara umum dapat dilhat pada Tabel 1. Manipulasi beberapa parameter kualitas air agar tetap stabil pada kisaran yang baik untuk kehidupan ikan yang dipelihara dapat dilakukan secara fisikis, kimiawi, maupun biologis. Misalnya untuk menaikkan dan mempertahankan suhu air pada kisaran tertentu, dapat digunakan heater (thermoregulator).
100
4. Kondisi parameter kualitas air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari standar optimal dapat menyebabkan ikan stress. Tabel 1. Kisaran beberapa parameter kualitas air yang layak untuk kehidupan ikan Parameter Suhu pH Oksigen terlarut (O2) Karbondioksida (CO2) Ammonia (NH3) Alkalinitas (kesadahan dalam CaCO3) Hidrogen sulfida (H2S) Nitrat (NO3) Nitrit (NO2) Total Suspended Solid (TSS)
Kisaran konsentrasi 26 – 32 oC 6,5 – 8.5 75% kejenuhan, > 4 ppm ± 1,5 ppm dan tidak lebih dari 15 ppm < 0,02 ppm Minimum 20 ppm < 0,003 ppm < 1,00 ppm < 1,00 ppm < 80 ppm
5.2.2.
Peralatan, sarana pemeliharaan ikan dan bahan Peralatan dan sarana pemeliharaan yang digunakan harus memadai untuk seluruh pemeliharaan ikan. Bahan seperti obatobatan/ atibiotik, desinfektan atau bahan uji kualitas air, juga harus tersedia dalam jumlah cukup. 1. Pastikan bahwa peralatan dan bahan yang diperlukan selama proses pemeliharaan dan perawatan ikan telah tersedia, baik kualitas maupun kuantitasnya. 2. Gunakan peralatan dan wadah pemeliharaan /perawatan ikan dari bahan berkualitas, dan telah didesihfeksi sebelum pemakaian maupun setelah pemakaian 3. Bahan –bahan seperti desinfektan ( Clorin. KMNO4,) antibiotk, dll yang mendukung dalam pemeliharaan ikan tersedia dalam jumlah cukup, dan diletakkan dalam lemari khusus.
5.2.3.
Pemberian Pakan berkualitas Pakan yang digunakan harus terjamin kualitasnya. Pakan hidup/alami, pakan segar, dan pakan olahan harus melalui pengelolaan yang baik dalam hal penyimpanan, agar tidak terjadi penurunan kualitas dan kontaminasi penyakit pada ikan melalui pakan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian dan penyimpanan pakan sbb :
101
5.6.
Pemberian pakan Jenis dan ukuran pakan yang diberikan selama proses pemeliharaan dan perawatan, idealnya disamakan dengan jenis dan ukuran pakan yang diberikan di tempat asal ikan tersebut. Pemberian pakan pertama dilakukan setelah ikan tampak normal dan responsif terhadap pakan yang diberikan secara apparent satiation.
5.7.
Pengelolaan pakan Pengelolaan pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dasar
(kualitas
dan
kuantitas)
bagi
jenis
ikan
yang
dipelihara, dengan tetap mempertimbangkan kebiasaan & periode makan ikan (feeding habit & feeding periodicity). Kualitas pakan ikan umumnya lebih diutaman pada jenis sediaan (pakan hidup atau buatan), kadar protein, food convertion ration (FCR), serta palability & stability. Sedangkan kuantitas pakan umumnya lebih didasarkan pada stadia ikan, berkisar antara 3-10% bobot tubuh ikan/hari. 5.8. Penyimpanan Pakan 1. Pakan harus disimpan di tempat khusus, sesuai dengan jenis pakan. Pakan alami/hidup seperti artemia atau ikanikan berukuran lebih kecil dipelihara dalam keadaaan hidup di dalam wadah / bak khusus, sedangkan cyste. Artemia pada umumnya disimpan kering (dalam kemasan kaleng)dan disimpan di lemari dan diberi label/kode 2. Pakan segar seperti ikan rucah untuk tujuan diberikan sebagai pakan ikan,atau yang masih tersisa disimpan pada suhu dingin atau beku di dalam referigerator dan diberi label/kode 3. Pakan olahan seperti pelet atau fish meal, disimpan dalam kondisi kering, di dalam lemari atau di atas rak terbuka 5.2.4.
Pengelolaan Kesehatan ikan Selama masa pemeliharaan ikan, pengelolaan kesehatan ikan harus selalu dilakukan melalui monitoring secara berkala terhadap status kesehatan ikan, diagnosa secara klinis dan/atau visual yang dilanjutkan secara laboratoris apabila diperlukan, serta tindakan perlakuan apabila terjadi infeksi patogen yang secara definitif dapat dikontrol; baik secara fisikis, kimiawi maupun biologis. Apabila ditemukan adanya indikasi gejala infeksi patogen, maka segera kumpulkan informasi antara lain :
102
-
Ada / tidaknya kematian ikan, jumlah ikan mati Gejala klinis, kelainan pada tubuh ikan, respon /reflek, nafsu makan dll
dan segara lakukan pengambilan sejumlah ikan sakit (sampel) untuk mengujian laboratoris. Pengamatan gejala klinis pada ikan, dan kemungkinan penyebabnya seperti Pada Tabel 2.
Tabel 2. Gejala klinis umum penyakit ikan, kemungkinan penyebab serta tindak lanjut diagnosa Gejala klinis Kematian mendadak beberapa ekor ikan dalam tempo yang singkat dengan gejala klinis yang tidak jelas. Ikan yang bertahan hidup menggantung di permukaan air/diam di dasar dan hilang keseimbangan. Ikan sangat lemah dan tidak mau makan.
Kemungkinan penyebab 1) Keracunan akut. Periksa kemungkinan adanya infeksi parasit atau bakteri, apabila negatif maka segeralah ganti air 75% atau lebih dengan asumsi terjadi keracunan. Ambil air dan analisis lebih lanjut di laboratorium 2) Kadar oksigen rendah. Periksa kadar oksigen pada saat level oksigen terlarut minimal 3) Infeksi bakteri atau virus perakut. Diagnosa lanjut perlu dilakukan Ikan menggosok-gosokkan Indikator adanya iritasi di kulit atau badannya pada benda keras insang dan melesat “flashing” atau berkilap ketika menggosok 1) Dapat disebabkan akibat kadar sisi badan lainnya, ammonia tinggi, nitrit yang terkadang meloncat ke meningkat atau pH rendah/tinggi permukaan air. Fluktuasi harian pH air yang tinggi juga dapat mengakibatkan iritasi. Periksa kualitas air. 2) Iritasi dapat pula disebabkan oleh infeksi ekto parasit seperti cacing, Ichthyophthirius, Trichodina dll. pada kulit/insang. Periksa lendir/sirip dan insang secara mikroskopis. 1) Kadar oksigen terlarut sangat rendah, periksa kadarnya pada saat Ikan berenang normal, tapi level terendah (pagi hari) nampak kesulitan bernafas 2) Kualitas air yang buruk (terlihat dari gerakan tutup mengakibatkan hiperplasia insang, insang) ekses produksi lendir atau keracunan nitrit. Periksa ammonia, Ikan terlihat megap-megap, nitrit dan pH berkumpul di dekat sumber 3) Indikator adanya tahap awal infeksi aerasi. penyakit pada insang. Bila kondisi berlanjut, periksa parasit atau
103
kondisi insang 4) Anemia. Insang terlihat pucat Lemah dan tidak nafsu makan merupakan gejala umum beberapa penyakit, oleh karena itu perlu diagnosa lanjut
Ikan secara individual terpisah dari kelompoknya, bernafas normal, tidak mau makan, tampak kusam atau 1) Ikan mungkin menderita akibat infeksi parasit. Periksa ada area yang kusam di kulit/llendir/sirip dan insang kulitnya. 2) Ikan mungkin menderita infeksi patogen internal Tidak nampak adanya 3) Tahap awal infeksi bakteri sistemik. gejala klinis yang nyata. Isolasi dan identifikasi 4) Periksa kualitas air Lemah dan tidak nafsu makan merupakan gejala umum beberapa penyakit, oleh karena itu perlu diagnosa lanjut Beberapa ikan tampak lemah, tidak mau makan atau makan sangat sedikit. 1) Kualitas air buruk. Periksa ammonia, nitrit, pH 2) Polusi bahan organik Ikan terlihat malas, 3) Infeksi ekto parasit. Periksa parasit beberapa siripnya sobek di kulit/llendir/sirip dan kondisi atau rombeng. insang 4) Tahap awal infeksi bakteri sistemik, isolasi dan identifikasi serta periksa adanya pendarahan, luka atau borok Ekses lendir di insang 1) Infeksi ekto parasit. Periksa dan/atau kulit. Lendir kulit/lendir/sirip dan insang kecoklatan atau 2) Kualitas air buruk. Periksa beberapa menggumpal, kemungkinan parameter kunci diikuti dengan menggosokgosokkan badan serta “flushing”, megap-megap dan/atau lemah. 1) Kerusakan fisik. Luka yang terlihat Luka atau borok di kulit bersih dengan sedikit peradangan. Umumnya akan sembuh dalam Kemerahan atau beberapa hari, tetapi berisiko adanya peradangan di permukaan infeksi sekunder badan atau sirip 2) Iritasi jaringan yang terfokus biasanya disebabkan oleh infeksi Insang terkuak, ekto parasit. Periksa parasit secara pembengkakan, luka yang mikroskopis tidak sembuh dalam tempo 3) Infeksi bakteri. Isolasi dan 1 – 2 hari. identifikasi 4) Kualitas air bermasalah, termasuk kadar bahan organik yang tinggi. Periksa beberapa parameter kunci.
104
Luka kemerahan atau putih di badan yang terfokus
Insang geripis Sirip sobek, terbelah atau rombeng. Mungkin ujungnya berwarna keputihan dan/atau kemerahan pada bagian pangkal.
Perut ikan membengkak (dropsy). Mungkin sisik terkuak, dan kemerahan di badan atau sirip. Mungkin mata melotot (exophthalmos)
Ikan mengalami masalah pernafasan, megap-megap. Pada insang terdapat jaringan/sel yang mati (necrosis), ada bercakbercak abnormal, dan ekses lendir. Bintik-bintik putih kecil di kulit dan sirip, ikan tampak seperi ditaburi garam. Umumnya lendir tampak lebih tebal. Putih atau putih kecoklatan seperti gumpalan kapas di kulit atau sirip. Biasanya diikuti oleh pembengkakan atau erosi kulit.
Infeksi ekto parasit yang berukuran relatif besar seperti Argulus, Lernaea, Alitropus atau lintah. Parasit-parasit tersebut biasanya dapat diamai dengan mata telanjang 1) Infeksi bakteri 2) Infeksi ekto parasit. Periksa kulit/lendir/sirip dan insang secara mikroskopis 3) Kualitas air buruk. Periksa beberapa parameter kunci 4) Kerusakan fisik 5) Terlalu padat 6) Infeksi jamur 7) Infeksi bakteri Columnaris 1) Infeksi virus 2) Infeksi bakteri sistemik, mengakibatkan pembengkakan perut “dropsy”. Dapat dibedakan dari tomour melalui bentuk, simetri dan bila diraba (keras atau cair) 3) Neoplasm (tumour). Dapat ditentukan dari ukuran, bentuk (biasanya asimetri) dan apabila diraba terasa keras 4) Penyakit yang menginfeksi hati atau ginjal Lakukan diagnosa lanjut secara laboratoris 5) Infeksi parasit internal (endo parasit) 6) Masalah genetis 7) Masalah pencernaan. Lakukan autopsi terhadap saluran pencernaan 1) Infeksi bakteri di insang 2) Infeksi virus 3) Infeksi parasit di insang
Infeksi Ichthyophthirius. Diagnosa definitif dapat dilakukan melalui pemeriksaan secara mikroskopis
1) Infeksi jamur 2) Infeksi bakteri Columnaris. Periksa sampel untuk pemeriksaan mikroskopis yang diindikasikan adanya bakteri yang berukuran relatif panjang dan bergerak meluncur (Flexibacter sp.)
105
1) Infeksi kista parasit. Periksa secara mikroskopis dari sampel yang Pembengkakan di kulit. diambil dari lokasi bengkak 2) Kerusakan fisik 3) Infeksi bakteri. Biasanya diikuti dengan luka atau sisik terkuak 4) Tumour internal. Tumour atau infeksi virus seperti: 1) “Cacar ikan”, yang terlihat seperti lilin meleleh menempel di sirip/kulit 2) Papiloma, seperti kutil yang terus membesar, berbentuk bulat halus atau seperti bunga kol, berwarna Ada “sesuatu” yang tumbuh putih, merah muda atau merah di kulit/sirip 3) Lymphocystis, ukuran bervariasi, kutil berwarna putih atau merah muda di kulit/sirip/insang. Periksa secara mikroskopis terhadap irisan kutil tersebut 4) Tidak ada obat untuk kondisi-kondisi tersebut, namun sering sembuh dengan sendirinya. Namun tetap berisiko terjadinya infeksi sekunder 1) Kerusakan fisik Kornea mata berwarna 2) Defisiensi nutrisi keruh (berkabut) 3) Kualitas air buruk 4) Infeksi bakteri 1) Penggunaan organophosphate Bentuk badan yang 2) Nutrisi tidak seimbang abnormal, tulang belakang 3) Masalah genetik bengkok. 4) Kerusakan otot/fisik 5) Keracunan Hilang keseimbangan dan 1) Masalah pada gelembung renang ikan tidak mampu diam (infeksi bakteri atau virus) dengan posisi yang benar 2) Penyakit pada organ internal seperti (ikan terlihat baik pada saat hati, ginjal atau organ pencernaan berenang, tetapi gerakannya akan tampak abnormal pada saat berhenti berenang) Lemah, bobot tubuh Parasit internal. Periksa sampel darah menurun, terjadi kematian dan kotoran secara mikroskopis secara kronis. Mungkin terlihat adanya cacing yang menggantung atau keluar dari anus Ikan (mas/koi) terlihat bersih, gerakan seperti nervous atau megap-megap Beberapa hari sebelumnya
106
nafsu makan normal, namun mendadak hilang Infeksi Koi Herpes Virus. nafsu makan pada hari-hari berikutnya Terdapat bercak putih atau kerusakan pada lamella insang, mungkin diikuti pendarahan di sirip/badan, lepuh atau luka Terjadi kematian sporadis dalam tempo singkat (1 – 7 hari) VI. REKAM DATA Hasil kegiatan pemeliharaan dan perawatan ikan harus direkam sesuai dengan formulir standar. Seluruh informasi yang tertuang dalam formulir tersebut merupakan informasi yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan karantina selanjutnya. VII. PELAPORAN Hasil pemeliharaan dan perawatan ikan harus dituangkan dalam bentuk laporan yang ditandatangani oleh petugas pelaksana. Dokumen tersebut harus memuat kesimpulan sementara serta saran tindak lanjut, dan formulir hasil pemeliharaan dan perawatan ikan merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari laporan akhir hasil pemeliharaan dan perawatan ikan.
107
KOP SURAT
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN IKAN Nomor: ________________
Tanggal : _______________
Nama pemilik :__________________________________________ Instansi/perusahaan : __________________________________________ Alamat : __________________________________________ Telepon/Fax : __________________________________________
Jenis ikan : ukuran : No. Wadah : Hari ke-
Hari & Tanggal
Jumlah (ekor/kg)
Jenis dan jumlah pakan/hari
Parameter kualitas air A B C D
Kematian (ekor)
Diagnosa Penyakit
Petugas Nama
Paraf
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
*) Beri catatan tambahan apabila ada informasi penting yang belum termuat dalam formulir ini. Catatan:_________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ _____________________________
108
Ket*)
KOP SURAT
PENGAMATAN KESEHATAN IKAN DAN TINDAKAN Nomor: ________________
Tanggal : _______________
Nama pemilik : __________________________________________ Instansi/perusahaan: __________________________________________ Alamat : __________________________________________ Telepon/Fax : __________________________________________
Jenis ikan : Stadia No. Wadah : No.
Hari& Jumlah Tanggal Ikan
:
Gejala Klinis
Nafsu Makan
Respon Terhadap Rangsang
Pergerakan Ikan
Tindakan Paraf Ket *) Petugas Jml kematian
1. 2. 3 4 5 6 7
109
Lampiran 11. Contoh SOP Perlakuan dan Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di Instalasi Karantina Ikan Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Perlakuan dan Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di Instalasi Karantina Ikan
I.
TUJUAN & SASARAN SOP perlakuan dan perkembangan kesehatan ikan di IKI disusun sebagai acuan bagi petugas karantina ikan dan penangungjawab instalasi dalam melakukan perlakuan dan pengamatan terhadap perkembangan kesehatan ikan di IKI
II.
RUANG LINGKUP Ruang lingkup perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan meliputi perlakuan pada ikan sakit, obat dan dosis ikan, pengamatan kesehatan ikan (gejala klinis, perubahan tingkah laku dll), pengukur kualitas air, dan pencatatan
III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Obat Ikan adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan dalam mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala klinis dan luka pada ikan. 3.2. Dosis adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan untuk dipakai sebagai obat dalam atau obat luar. 3.3. Gejala Klinis adalah ada atau tidaknya infeksi HPI/HPIK pada ikan yang didasarkan pada pengamatan gejala atau perubahan abnormalitas secara visual. IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan di IKI adalah petugas karantina dan penanggungjawab IKI yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI V.
PROSEDUR KERJA 5.1. Peralatan, sarana dan bahan Peralatan, dan bahan yang diperlukan pada pengamatan perkembangan kesehatan ikan di IKI antara lain: 1. Alat ukur/ bahan uji kualitas air 2. Wadah pemeliharaan (bak/akuarium) 3. Aerator 4. Serok 5. Media pemeliharaan (air) 6. Obat ikan /antibiotik
110
5.2. Prosedur pelaksanaan Kegiatan pengamatan perkembangan kesehatan ikan dilakukan pada ikan yang menunjukkan gejala klinis dan perubahan tingkah laku ( diduga terpapar penyakit ) dan telah diberi perlakuan/ pengobatan sesuai jenis penyakit, dan diamati perkembangan penyakitnya. Adapun tahapan kegiatannya adalah : 5.2.1. Perlakuan / pengobatan pada ikan 1. Ikan yang diduga terpapar penyakit HPIK golongan II , dipisahkan dan segera dipindahkan ke bak khusus yang dilengkapi dengan aerasi, dan dipelihara menggunakan peralatan tersendiri 2. Amati dan catat adanya gejala klinis pada tubuh, kelainan tingkah laku, dan ketidaknormalan lainnya. 3. Segera lakukan diagnosa terhadap penyebab penyakit ikan , tentukan jenis obat dan dosis yang akan diberikan, dan analisis terhadap interaksi obat yang akan digunakan serta metode perlakuan/pengobatan yang akan dilakukan ( deeping atau bathing, long bathing, oles dan oral ) 4. Lakukan perlakuan/pengobatan sesuai dengan metode yang telah ditentukan 5. Setelah perlakuan/pengobatan dengan deeping atau bathing, ikan dipindahkan ke dalam bak baru berisi air bersih 6. Apabila diberi perlakuan /pengobatan dengan metode long bathing, oles dan oral, ikan 7. Tidak perlu dipindahkan kedalam wadah baru 8. Selama masa pengobatan lakukan pengamatan terhadap perkembangan kesehatan ikan 9. Setelah perlakuan/pengobatan selesai, lakukan pengamatan terhadap perkembangan hasil pengobatan 10. Setelah ikan sehat kembali, dapat digabungkan dengan ikan lainnya 11. Apabila masih terdapat ikan yang belum dapat disembuhkan, maka pengobatan ikan dapat dilakukan menggunakan jenis obat dan metode lainnya. Apabila ikan masih belum dapat disembuhkan juga, maka dilakukan pemusnahan. 5.2.2.
Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan Pengamatan perkembangan kesehatan ikan dilakukan selama masa pengobatan (no. 6, sub bab 5.2.1). Tahapan yang dilakukan sbb : 1. Amati dan catat adanya awal gejala klinis / ketidaknormalan tubuh /perubahan warna tubuh/ perubahan tingkah laku atau kepekaan terhadap rangsang paada ikan, sebelum pengobatan diberikan 2. Lakukan pengamatan perkembangan kesehatan ikan, satu hari setelah perlakuan (pemberian obat) sampai dengan selesai pengobatan, dan catat perubahan yang terjadi. 3. Apabila gejala klinis pada ikan berkurang atau ikan dapat disembukan, maka pengobatan tersebut efektif, tetapi apabila ikan masih belum dapat disembuhkan juga lakukan seperti pada no 10 sub bab 5.2.1.
111
4. Selama waktu pengamatan lakukan pengukuran kualitas air secara berkala.
VI. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
112
FORM PERLAKUAN PADA IKAN Nama Perusahaan Alamat Perusahaan Alamat IKI : Gejala klinis
: : :
Dugaan infeksi penyakit :
No.
Hari/ Tanggal
Nomor Wadah/bak
Jenis Ikan
Jumlah Ikan
Jenis Obat
Metode Pengobatan & dosis (ppm)
Petugas
Ket *)
Catatan : *) waktu / lama perlakuan( pemberian obat) (Tempat dan waktu)
Penanggung jawab
Catatan: _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________
113
FORM
PENGAMATAN PERKEMBANGAN KESEHATAN IKAN DI IKI
Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan : Metode Pengobatan : perendaman dengan oxytetracicline 20 ppm selama 3 hari
Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di IKI No.
Hari /Tanggal/ jam
Jenis ikan dan ukuran ikan
1
Senin 2/8/ 2010 09.00
Mas koki/ 7 cm
Perubahan/perkembangan kesehatan ikan (Gejala klinis/ kelainan tingkah laku) Sebelum pengobatan Setelah pengobatan (hari ke) Pendarahan pada pangkal sirip ekor
Paraf petugas
Ket*)
Insang pucat Sirip grepes 2
3
Selasa/ 3/8/2010 09.00 Rabu/ 4/8/2010 09.00
Mas koki/ 7 cm
………………………….
Hari ke 1
……………………………… ……
Hari ke 2
dst
*) Keterangan diisi dengan waktu pengobatan (Tempat dan waktu)
Penanggung jawab
Catatan: _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________
114
Lampiran 11. Contoh SOP Pengelolaan Air pada IKI Nama IKI Inisial IKI/Tahun STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Pengelolaan Air Tawar I. TUJUAN & SASARAN Prosedur Operasional Standar / SOP pengelolaan air tawar pada IKI bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimal media pemeliharaan ikan sesuai dengan jenis dan masing masing stadia. Sasaran yang hendak dicapai adalah meminimalisir gangguan lingkungan bagi kelangsungan hidup ikan II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pengelolaan air: adalah sumber air, filterisasi, aerasi/ netralisasi/ dekhlorinasi dan pengukuran kualitas air. III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Declorinisasi Proses penghilangan klorin dalam air dengan cara pemberian aerasi secara terus menerus. 3.2. Filterisasi Proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung cairan dan partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan pengelolaan air sebelum digunakan pada IKI adalah personil yang ditunjuk oleh pemilik IKI. V. PROSEDUR KERJA 5.1. Peralatan & bahan Peralatan yang diperlukan pada kegiatan persiapan pengelolaan air sebelum digunakan pada IKI antara lain: bak penampungan air/tandon air tawar filtrasi aerasi/blower 5.2. Prosedur pelaksanaan 5.2.1. Sumber Air Sumber air dapat berasal dari air sungai, air tanah, dan air pam. Sebelum air tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan filterisasi, dan dilanjutkan dengan perlakuan fisika (misalnya :ozon dan uv) dan/ atau perlakuan kimia (misalnya: chlor) untuk meminimalkan kotoran atau kontaminan yang berasal dari luar.
115
5.2.2. Aerasi/netralisasi /declorinisasi Air yang berasal dari PAM atau yang telah diberi perlakuan secara kimia, sebelum digunakan terlebih dahulu di aerasi/declorinisasi. Aerasi/deklorinisasi dilakukan sbb : 1. Alirkan air ke dalam bak penampungan/ tandon yang sudah disiapkan 2. Lakukan aerasi selama minimal 3 hari untuk menghilangkan khlorin atau zat-zat beracun lainnya yang terkandung dalam air 3. Biarkan air tanpa aerasi selama 24 jam, untuk mngendapkan sisa-sisa bahan organik 4. Air siap untuk dilakukan filterisasi
5.2.3. Filterisasi Filterisasi dapat dilakukan secara mekanik dan biologis. Bahan dan proses pelaksanaannya sebagai berikut : 1. Secara mekanik antara lain dapat menggunakan pasir silika, karang, busa, dan lain-lain. Air yang akan digunakan dialirkan melalui filter tersebut selama beberapa waktu sampai air menjadi jernih. 2. Secara biologis antara lain dapat menggunakan Coral hidup, kerang, bioball, tanaman air, dll. Air yang akan digunakan dialirkan melalui filter tersebut selama beberapa waktu sampai air menjadi jernih, tidak berbau dan pH netral. 3. Tampung air yang sudah jernih dan tidak berbau pada bak penampungan/tendon. 4. Air siap untuk digunakan 5.2.4.Pengukuran Kualitas Air Pengukuran kualitas air antara lain meliputi pengukuran suhu air, oksigen terlarut (DO), drajat keasaman (pH), salinitas, dan kadar amoniak. 1. Pengukuran suhu • Masukkan termometer yang sudah dikalibrasi kedalam air yang akan diukur suhunya • Tunggu beberapa saat hingga terjadi pergerakan air raksa dalam thermometer • Amati perubahan yang terjadi pada thermometer, dan catat hasilnya • Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore 2. Pengukuran oksigen terlarut (DO) • Masukkan DO meter yang sudah dikalibrasi kedalam air yang akan diukur DO nya • Tunggu beberapa saat hingga terjadi perubahan angka pada DO meter
116
•
•
Amati perubahan yang terjadi pada DO meter, angka yang tertera pada layar DO meter menunjukkan kadar oksigen terlarut didalam air, dan catat hasilnya Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore
3. Pengukuran drajat keasaman (pH) • Masukkan pH meter yang sudah dikalibrasi /kertas lakmus kedalam air • Tunggu beberapa saat hingga terjadi perubahan angka pada pH meter atau perubahan warna pada kertas lakmus • Amati perubahan yang terjadi pada pH meter, atau bandingkan perubahan warna pada kertas lakmus, bandingkan dengan indikator pH, dan catat hasilnya • Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore 4. Pengukuran salinitas • Teteskan air yang akan diukur pada refraktometer yang sudah dikalibrasi • Tutup cover refraktometer dan amati perubahan garis batas didalam refraktometer, dan catat hasilnya • Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore 5. Pengukuran amoniak menggunakan kit • Ambil 5 ml air yang akan diukur, dan masukan ke dalam tabung KIT amoniak (sesuai manual pabrikan) • Tetesi dengan reagen amoniak • Cocokkan warna yang timbul dengan kartu warna • Tentukan hasil pengukuran amoniak, dan catat hasilnya
VI. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan air pemeliharaan pada IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
117
Nama Perusahaan Alamat Perusahaan
: :
Persiapan Pengelolaan Air Sebelum Pakai Pada IKI
No.
Tanggal
Jenis Kegiatan
Hasil Kegiatan
Keterangan*)
*) keterangan diisi dengan penggunaan desinfektan, dosis dan waktu. (Tempat waktu)
dan
Penanggung jawab
Catatan: _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________
118
Lampiran 13. Contoh SOP Pengelolaan Pakan di IKI Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Pengelolaan Pakan
I. TUJUAN & SASARAN Pedoman dalam pengelolaan pakan IKI harus memperhatikan jenis, jumlah dan komposisi yang tepat untuk masing – masing jenis ikan. II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pengelolaan pakan ini antara lain: • Jenis pakan (alami dan buatan, stadia,) • Cara persiapan pakan • Waktu pemberian pakan • Jumlah pakan • Cara Pemberian Pakan • Perhitungan FCR (Food Conversion Ratio) III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1 Pakan Alami Pakan yang berasal dari alam 3.2 Pakan Buatan Pakan yang disiapkan oleh manusia dengan bahan dan komposisi tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan pengelolaan pakan pada IKI adalah personil yang ditunjuk oleh pemilik IKI. V. PROSEDUR KERJA Pemberian pakan pada IKI dapat dilakukan dengan menggunakan pakan alami dan atau buatan. 5.1. Peralatan & bahan Peralatan yang diperlukan pada kegiatan pemberian pakan pada IKI antara lain: Pakan alami Pakan buatan Wadah pakan ikan Alat ukur 5.2. Prosedur Pelaksanaan 5.2.1. Pakan Alami 1. Gunakan wadah pakan ikan yang telah di desinfeksi 2. Panen pakan alami yang telah dikultur 3. Cuci pakan alami dengan menggunakan air bersih atau pelarut lain untuk menghilangkan kotoran dan mikroba
119
4. Pakan alami siap untuk digunakan 5. Beri pakan alami dengan efisien berdasarkan kebutuhan 6. Selesai. 5.2.2 1. 2. 3.
Pakan Buatan Gunakan wadah pakan ikan yang telah di desinfeksi Gunakan pakan buatan yang tersedia Tidak mencampur pakan dengan bahan tambahan seperti antibiotik, bahan kimia lainnya atau hormon yang dilarang 4. Beri pakan dengan efisien sesuai dosis dan waktu pemberian pakan berdasarkan kebutuhan 5. Selesai.
VI. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan pakan pada IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
120
Nama Perusahaan Alamat Perusahaan
: :
Pengelolaan Pakan pada IKI
No.
Tanggal
Waktu Pemberian
Nomor wadah/bak
Jenis
Jumlah
Keterangan*)
*) Keterangan diisi dengan pakan alami atau buatan (Tempat waktu)
dan
Penanggung jawab
Catatan: _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________
121
Lampiran 14. Contoh SOP Penanganan Ikan Keluar
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN IKAN KELUAR I. TUJUAN & SASARAN Sebagai pedoman dalam kegiatan penanganan ikan selama masa karantina sebelum keluar dari IKI II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI meliputi: Konfirmasi, Jenis dan Ukuran Ikan, Status Kesehatan Ikan, dan Pengemasan III. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan penanganan ikan selama masa karantina sebelum keluar dari iki adalah petugas yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI. IV. PROSEDUR KERJA 4.1. Peralatan & bahan Peralatan bahan yang diperlukan pada kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI antara lain: • wadah penyortiran dengan lubang ukuran tertentu • wadah penampung • aerator • serok 4.2. Prosedur pelaksanaan 1. Lakukan pengurangan air pada wadah/bak pemeliharaan sampai dengan tinggal 1/3 bagian 2. Ambil ikan dengan menggunakan serok secara perlahan 3. Pisahkan ikan berdasarkan jenis ikan, ukuran dan jenis kelamin ikan. Untuk memisahkan ikan ukuran benih dengan menggunakan ember yang mempunyai lubang ukuran tertentu, sedangkan untuk ikan berukuran besar dapat dilakukan dengan menggunakan serok 4. Masukkan ikan yang telah dilakukan penyortiran kedalam wadah/bak sesuai dengan ukuran dan jenis ikan yang telah diberi es untuk menurunkan suhu 5. Ikan yang sudah dipisah–pisahkan dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian diberi oksigen sesuai kebutuhan 6. Ikan dikemas rapi menggunakan styrofoam/ kardus/ plastik, pada bagian samping dapat diberikan es batu pada kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI
122
V. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan selama masa karantina sebelum ikan dikeluarkan dari IKI, harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
123
Nama Perusahaan Alamat Perusahaan Alamat IKI
: : :
KEGIATAN PENANGANAN IKAN SELAMA MASA KARANTINA SEBELUM KELUAR DARI IKI
No.
Tanggal
Nomor Wadah/bak
Ukuran/ Jumlah ikan
Status Kesehatan
Jumlah Ikan
Paraf petugas
Ket*)
*) Keterangan diisi dengan nomor wadah/bak hasil sortir (Tempat dan waktu)
Penanggung jawab
Catatan: _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________
124
Lampiran 15. Contoh SOP Pemusnahan Inisial IKI/Tahun Nama IKI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMUSNAHAN
I.
TUJUAN DAN SASARAN Sebagai petunjuk bagi Petugas karantina /Penanggung Jawab IKI UPT KIPM /Badan hukum/pihak ketiga
untuk melakukan
tindakan
pemusnahan terhadap media pembawa HPI/HPIK yang tidak memiliki dokumen yang lengkap dan atau media pembawa yang terinfeksi HPIK gol I dan gol II yang tidak bisa disembuhkan.
II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup POS pemusnahan media pembawa HPI/HPIK di IKI meliputi : 1. Persiapan pelaksanaan tindakan pemusnahan. 2. Prosedur dan pelaksanaan tindakan pemusnahan. 3. Berita acara pemusnahan.
III. ISTILAH DAN DEFINISI 1. Instalasi dan
Karantina
fasilitas
Ikan (IKI) adalah : Tempat
yang
ada
padanya
yang
beserta
digunakan
sarana untuk
melaksanakan tindakan karantina. 2. Petugas IKI adalah Pegawai / karyawan yang bekerja di IKI dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan. 3. Penahanan adalah tindakan menahan Media Pembawa yang akan dimasukkan
ke dalam negeri atau suatu Are di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia. 4. Perlakuan adalah tindakan membebaskan atau menyucihamakan Media Pembawa dari Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dan/atau Hama dan Penyakit Ika (HPI);
125
5. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan Media Pembawa sebagai tindak lanjut dari tindakan karantina sebelumnya; 6. Pengasingan
adalah
tindakan mengisolasi Media Pembawa yang
diduga tertular HPIK dan/atau HPI di suatu tempat yang khusus, karena
sifatnya
yang
memerlukan
waktu
yang
lama
untuk
mendeteksinya dan agar tidak menyebarkan atau menularkan HPIK di lingkungan sekitarnya atau tempat tujuan’.
IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksanaan pemusnahan media pembawa HPI/HPIK dilakukan oleh personil IKI dibawah pengawasan Petugas Karantina yang ditunjuk melalui Surat Tugas yang ditetapkan oleh Kepala UPT KIPM. V.
PROSEDUR KERJA Untuk pemusnahan skala kecil bisa menggunakan incinerator dan apabila skala besar pemusnahan dilakukan pada area khusus yang jauh dari pemukiman penduduk dan telah disiapkan lubang khusus untuk
melakukan
kemudian
ditimbun
proses
pembakaran.
kembali
untuk
Abu
sisa
pembakaran
menghindari
tersebarnya
HPI/HPIK yang mungkin masih terbawa setelah proses tersebut. Menyiapkan berita acara pemusnahan dengan mencatat tanggal pemusnahan, nama perusahaan, media pembawa yang dimusnahkan, jenis,jumlah, indikasi pemusnahan, penanggung jawab instalasi.
V. REKAM DATA Setiap kegiatan pemusnahan wajib melakukan pencatatan pada lembar (form) pemusnahan.
126
Lampiran . Form pemusnahan media pembawa
Nama Perusahaan
:
Alamat Perusahaan
:
PEMUSNAHAN MEDIA PEMBAWA PADA IKI
No.
Tanggal
Media Pembawa
Jumlah
Indikasi
Paraf Petugas
Penanggung Jawab IKI
Penanggung Jawab ……………………
Catatan: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………
127
Lampiran 16. Contoh SOP Pengelolaan Limbah Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Pengelolaan Limbah
I. TUJUAN & SASARAN SOP pengelolaan limbah bagi petugas karantina dan penanggungjawab IKI dalam melakukan kegiatan pengelolaan limbah agar dilaksanakan secara tepat dan sesuai standar
II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan Pengelolaan Limbah meliputi : Peralatan dan bahan penanganan limbah III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Limbah karantina ikan adalah semua jenis dan bentuk bahan buangan pelaksanaan kegiatan tindak karantina yang meliputi pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan media pembawa. 3.2. Limbah padat adalah semua jenis dan bentuk bahan padat yang tidak terpakai lagi dan harus dikeluarkan dari tempat pelaksanaan tindakan pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan media pembawa. 3.3. Limbah cair adalah semua jenis dan bentuk bahan buangan cair yang tidak terpakai lagi dan harus dikeluarkan dari tempat pelaksanaan tindakan pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan media pembawa. 3.4. Limbah gas adalah semua jenis dan bahan gas berbahaya yang dikeluarkan instalasi karantina ikan sebagai hasil samping reaksi kimia atau pembakaran dan penguapan bahan kimia. Pathogen yang tersebar di udara tidak diklasifikasikan ke dalam limbah gas. 3.5. Pengelolaan limbah adalah upaya mengeliminasi bahan buangan berbahaya dari instalasi karantina ikan agar limbah dapat dibuang dengan aman ke lingkungan atau dimanfaatkan untuk tujuan lain. 3.6. Laboratorium adalah tempat termasuk fasilitas yang digunakan untuk kegiatan pemeriksaan teknis, pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan media pembawa. 3.7. Desinfektan adalah bahan kimia dan/atau organik yang memiliki kemampuan merusak dan membunuh organisma, sehingga dapat
128
digunakan dalam mikroorganisma.
proses
suci
hama
terhadap
kontaminasi
IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan pengelolaan limbah adalah petugas/penanggungjawab yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI V. PROSEDUR KERJA Mekanisme pelaksanaan tindak karantina terhadap media pembawa antara lain adalah pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan dan mungkin pemusnahan. Keseluruhan tindakan tersebut sangat terkait dengan potensi ada serta tersebarnya patogen infeksius yang tergolong HPIK pada media pembawa; maka semua limbah dari kegiatan tersebut harus dikelola hingga dianggap aman untuk dibuang ke lingkungan. 5.1. Peralatan & bahan Peralatan yang diperlukan pada kegiatan pengelolaan limbah laboratorium karantina ikan antara lain: disinfektan bak penampung limbah dan disinfeksi bak oksidasi, filtrasi dan hewan uji autoclave/incinerator/tempat pembakaran tempat sampah fume hood (lemari asam) dan/atau lemari asap, jika memungkinkan. botol BOD spectroquant dan/atau atomic absorption spectrohotometer (AAS) dan/atau high precisssion liquid chromatograph (HPLC) – (disesuaikan dengan volume dan intensitas kegiatan pengelolaan limbah di laboratorium) jika memungkinkan. 5.2. Prosedur pelaksanaan 52.1. Pengelolaan atau Penanganan limbah padat 1. Sediakan tempat sampah di setiap ruang secara mandiri untuk limbah padat. Ukuran/volume tempat sampah disesuaikan dengan volume limbah padat harian dan senantiasa tertutup. Semua personil/operator di setiap ruang harus secara disiplin membuang limbah padat di wadah yang telah disediakan.
129
2. Limbah padat seperti kertas dan selain media pembawa sebaiknya dibuang tiap hari dan dibakar secara sempurna. 3. Pada Instalasi Karantina Ikan untuk media pembawa ikan yang mati saat pengangkutan atau selama dalam IKI dilaporkan kepada petugas karantina ikan (UPT KIPM) untuk dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab kematian atau dapat dimusnahkan. 4. Ikan yang mati dimasukkan di dalam kantong plastik dan diberikan labeling yang memuat data informasi tentang shipment, spesies, no wadah/bak/kolam/aquarium dan tanggal kematian kemudian disimpan di dalam refrigerator/ freezer sebelum dilakukan pemeriksaan. 5. Ikan yang mati dapat dimusnahkan menggunakan autoclave, dikubur dalam-dalam dan diberi desinfektan, atau di incenerator. 6. Apabila incinerator tidak tersedia, pembakaran limbah padat dapat dilakukan dalam lubang tanah sesuai prosedur pemusnahan media pembawa dan kemasannya. Pastikan bahwa pembakaran berlangsung sempurna hingga limbah menjadi abu. 7. Bekas kemasan seperti kardus, steroform atau plastik sesuai dengan persetujuan dari otoritas kompeten dapat digunakan kembali atau dimusnahkan dengan melihat kondisi dari bekas kemasan tersebut. 8. Bekas kemasan seperti kardus, steroform atau plastik yang akan digunakan kembali harus dikelola dengan cara dibasuh dengan menggunakan sodium hipoklorit dosis 20 ppm atau direndam dengan menggunakan Copper sulphate 0,1 ppm selama kurang lebih 1 jam atau bahan lain yang aman.
5.2.2. Pengelolaan limbah cair 1. Semua fasilitas pemeriksaan teknis, pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan media pembawa harus dihubungkan dengan instalasi pipa yang bemuara ke bak penampung limbah (Diagram 3). Saluran terbuka tidak disarankan untuk mengalirkan limbah. Diamater pipa tempat saluran dari setiap unit laboratorium bermuara, minimal harus berukuran sama dengan jumlah pipa yang bermuara dikalikan diameternya untuk menjamin tidak ada penimbunan massa limbah dalam pipa. 2. Sebelum dibuang, semua jenis limbah cair harus didisinfeksi dengan cara direndam selama 1 hari menggunakan khlorin pada dosis 5 mL/L atau dapat dengan dosis yang lain sesuai waktu pemaparan. Setiap sumber khlorin yang diperdagangkan memiliki kadar khlorin yang berbeda karena itu dosis sumber khlorin harus
130
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
disesuaikan dengan kandungan khlorin yang tertera dalam kemasan. Bak penampung limbah dapat juga digunakan sebagai bak desinfeksi karena itu dapat dilengkapi dengan disinfectan diffuser dan agitator seperti turbo jet atau air-O2 untuk menjamin kontak sempurna antara disinfektan dengan mikroba target. Effektifitas diffuser di cek secara berkala dengan mengamati perkembangan populasi patogen yang akan dimusnahkan. Satu diffuser memadai untuk tiap ton air limbah. Disinfectan diffuser dapat dibuat dari pipa pvc diameter 3 inchi panjang 50 cm yang ditutup dikedua ujungnya. Di sepanjang pipa di buat lima lubang kecil, begitu juga masing-masing tutup ujung pipa dilubangi. Sebelum ditutup pipa diisi campuran pasir kering dengan disinfektan seperti kaporit yang mengandung khlorin dengan perbandingan 1:1. Setelah ditutup gantung diffuser di dekat pipa pemasukan limbah ke bak disinfeksi sedemikian rupa sehingga khlorin secara perlahan-lahan berdifusi kedalam air limbah. Dari bak disinfeksi, air limbah dialirkan melalui pipa atas ke bak oksidasi yang diaerasi menggunakan diffuser untuk memungkinkan proses nitrifikasi terjadi dan pertumbuhan phytoplankton berlangsung. Pada ujung akhir bak oksidasi ditempatkan rakit fitoremediasi seluas maksimum 30 % luas bak. Rakit untuk fitoremediasi dibuat dari kerangka pvc diameter 2 inch, bagian tengah kerangka dilengkapi keranjang yang diisi arang sebagi media tumbuh tanaman sebagai fitoremediator. Tanaman tertentu seperti eceng gondok (Eichornia crasipes) dan spesies Salvinia sp. tidak memerlukan media padat untuk tumbuh diatas air dan merupakan penyerap bahan beracun seperti logam berat yang effektif. Pandan (Pandanus sp.) merupakan fitoremediator yang sekaligus dapat berfungsi menetralkan aroma limbah. Apabila limbah tercampur dengan air laut maka fitoremediator dalam bentuk tanaman tingkat tinggi sebaiknya dihilangkan. Vegetasi mangrove sebetulnya fitoremediator yang efektif tapi sulit menumbuhkannya dalam kolam. Air dari bak aerasi dialirkan ke bak filter merata dipermukaan sehingga air merembes menembus filter ke bak ikan uji karena gaya gravitasi. Bak filter harus dilengkapi dengan pipa untuk back wash supaya filter tidak tersumbat hingga tidak dapat berfungsi benar. Cek fungsi filter tiap pagi hari, kalau tersumbat lakukan back wash, kembalikan air back wash ke bak disinfeksi. Luas bak filter tidak lebih dari 20 % luas bak oksidasi. Cek oksigen terlarut, BOD, COD, alkalinitas, dan pH air yang keluar dari bak filter tiap hari. Alirkan air dari bak filter ke bak tempat
131
pemeliharaan ikan seperti Tilapia sp. dan kerang seperti Anadonta sp. Bandeng (Chanos chanos) dan kerang hijau (Perna viridis) sebagaif filter feeder dapat dipelihara bila limbah tercampur air laut. Amati kematian ikan dan kerang tiap hari dan ketahui penyebab kematian kalau ada. Cek kandungan logam berat daging kerang secara rutin tiap 2 minggu. 10. Air limbah yang telah dikelola dialirkan ke lingkungan bila ikan tidak sakit dan mampu bereproduksi serta daging kerang tidak mengandung logam berat diatas ambang yang diperbolehkan. Pemeriksaan kandungan logam berat dan bahan karsinogen dapat dilakukan di laboratorium yang menggunakan AAS, HPLC dan Spectroquant atau di lapangan menggunakan kit. 11. Dalam hal instalasi tidak memiliki cukup lahan untuk fasilitas pengolahan limbah, prosedur seperti diatas dapat dilaksanakan menggunakan bak fiberglass yang besarnya disesuaikan dengan kapasitas limbah dan sarana pendukung yang tersedia.
12. Apabila disinfektan yang digunakan larutan khlorin maka aerasi selama 6 jam sudah memadai untuk menetralkan khlor sehingga air limbah layak untuk dibuang ke perairan umum. Tetapi kalau larutan formalin yang digunakan untuk disinfeksi, aerasi harus dilakukan sampai alkalinitas mencapai 50 mg CaCO3/L atau larutan formalin tidak terdeteksi menggunakan kit antilin. 13. Selain bak penampung limbah sebaiknya juga disediakan lubang tanah tertutup rapat untuk menampung sludge dan limbah cair yang telah dikelola.
VI. REKAM DATA Hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah direkam sesuai dengan formulir. Seluruh informasi yang tertuang dalam formulir tersebut akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan selanjutnya.
VII. PELAPORAN Hasil kegiatan pengelolaan limbah harus dituangkan dalam bentuk laporan hasil pelaksanaan pengelolaan limbah yang ditandatangani oleh petugas pelaksana. Dokumen tersebut harus memuat kesimpulan sementara serta saran tindak lanjut, dan formulir hasil pengelolaan limbah merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari laporan akhir pelaksanaan kegiatan.
132
Diagram 1. Garis besar alur pengelolaan limbah
Dimusnahkan
Ikan yang Mati Limbah padat
Bekas Kemasan/Lim bah Padat lainnya Sludge
Limbah
Limbah cair
Timbun
O2
(dibakar/diincen erator, diautoclave, dikubur dalamdaalam
T a n a m a n
Disinfeksi
Kompos p e l i n d u n g
Disinfeksi Air
OksidasiFil trasi
Perairan
O2
133
Tabel 1. Desinfektan dan Prosedur Penangan Limbah
No. 1.
Alat/ Bahan Perlakuan Klorin
Fungsi Mendesinfeksi limbah cair Mendesinfeksi limbah cair, bekas kemasan Mendesinfeksi limbah cair Mendesinfeksi limbah cair, bekas kemasan Mensterilisasi air yang akan digunakan kembali
2.
Oxytretacycline Mendesinfeksi peralatan, filter
3.
Copper Sulfat
4.
Formalin
Dosis / Ukuran 5 mL/L
Aplikasi
20 ppm
> 60 menit
Sodium Hipoklorit
50 pp m >200 ppm
> 30 menit
Sodium Hipoklorit Sodium Hipoklorit
>200 ppm
10 ppm
Mendesinfeski 0.1 ikan yang mati, bekas kemasan Mendesinfeksi 50-100 ikan yang ppm mati, bekas kemasan 30-50 ppm
50-100 ppm
Direndam kurang lebih 1 jam
Keterangan
Konsentrasi Kalsium 0.3 gr/L air Hipoklorit kemudian dilakukan agutisasi minimal 10 menit dan diulang minimal selama 1 jam Direndam sabanyak 5-7 kali dalam sehari Direndam
Direndam 30-60 menit Direndam pada air yang diaerasi selama 1 jam Direndam pada air yang diaerasi
134
5.
Aldehid
6.
Pengoksidasi
7.
Halogen
8.
Fenol
9.
Garam (A.K)
10. Biguanida
11. Ultra violet
12. Pemansan
Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net,
Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net, Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net, Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net, Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net, Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net, Mendesinfeksi limbah cair Mendesifeski limbah cair
0,5 mL/m3 atau 0,5 mg/L 0,1 mL/m3 atau 0,1 mg/L >1,5% 0,02 %.
secara kuat-kuat selama 3060 menit Rentang jam .
Rentang menit 0,5 – 2 jam
1,0-5,0%.
10-30 menit
0,1-5,0%
10-30 menit
0,1-5,0%
10-30 menit
Rentang jam
>130 Spekrum 2 mWs/cm 190-280 nm 85 °C kurang lebih 30 menit
13. Incenerator
Memusnahkan ikan yang mati atau bekas kemasan 14. Dikubur dalam- Memusnahkan dalam ikan yang mati
135
15. Autoclave
atau bekas kemasan Memusnahkan ikan yang mati atau bekas kemasan
136
Tabel 2. Beberapa bahan aktif dari golongan disinfektan yang dapat digunakan untuk disinfeksi berbagai sarana dan prasarana laboratorium.
Golongan Disinfektan Aldehid
Bahan Kimia Formaldehid, glutaraldehid dan glioksal
Alkohol
Etanol, propanol dan isopropanol
Pengoksidasi
Peroksida dan peroksigen seperti hidrogen peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil peroksida, kalium permanganat.
Halogen
Berbasis iodium: larutan iodium, iodofor, povidon iodium, Gugus klor: Kalsium hipoklorit, natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin
Fenol Fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol. Garam (A.K) Benzalkonium klorida, bensatonium klorida, dan setilpiridinium klorida Biguanida Klorheksidin
137
KOP SURAT
REKAMAN PENGELOLAAN LIMBAH
Waktu sampling (h/b/t) : Tindak karantina
:
Penanggung jawab
:
Pelaksana
Kegiatan Limbah padat Pemisahan limbah Limbah organik Disposable item Bahan tidak terbakar Pengolahan limbah cair Pengukuran volume limbah Penentuan disinfektan Identifikasi pathogen Periksa disinfectan diffuser Pembuangan sludge Analisa air limbah hasil olahan Temperatur (oC) pH Salinitas Oksigen terlarut (mg/L)
:
Frekwensi Tiap hari Tiap hari Sesuai kegiatan Sesuai kegiatan Tiap hari Tiap hari Kalau diperlukan Seminggu sekali Kalau diperlukan
Tiap pagi Tiap pagi Tiap pagi Tiap pagi Tiap pagi Sebelum ke
Disarankan
Dibakar Incinerator Sterilisasi
Kaporit
Ditimbun
26-28 6,5-8,5 0 - 35 >4 > 50 < 25
Hasil
Keterangan*)
Spesifikasi Pupuk Abu Dikubur
Efektif Nihil Berfungsi Pupuk
Dalam kisaran Dalam kisaran Dalam kisaran
138
Alkalinitas (mg CaCO3/L) BOD5 (mg/L)-O2 COD (mg/L)-O2 Total nitrogen (mg/L)-N Total fosfor (mg/L )-P
Pengoperasian, pemeliharaan Pompa Aerator Filter Penggantian fitoremediator Kegiatan akhir Periksa logam berat (µg/L) Periksa bahan karsinogen Periksa kematian ikan+kerang Pengaliran limbah Limbah gas Periksa fungsi fume hood Periksa fungsi lemari asam Periksa fungsi incinerator
lk Sebelum lk Sebelum lk Sebelum lk
ke
< 125 10 1,0
ke ke
Tiap hari Tiap hari Tiap hari Kalau diperlukan
Sebelum ke lk Sebelum ke lk Tiap hari Limbah aman Tiap hari Tiap hari Tiap hari
Diatas ambang Diatas ambang Bawah ambang Bawah ambang Bawah ambang Bawah ambang Berfungsi Berfungsi Berfungsi Kompos
1,0-8,0
Bawah ambang TTD Nil
Berfungsi Berfungsi Berfungsi
139
KOP SURAT
REKAMAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
No.
1.
2
Hari&Tanggal
No. Bak/Kolam
Sabtu,07/02/14 Kolam limbah L1
Minggu, 08/02/14
Jenis Kegiatan
Jumlah Petugas
Paraf Petugas
Desinfeksi menggunakan 1 orang Clorin dengan konsentrasi 5 mg/L pada bak penampungan limbah
Kolam Aerasi limbah secara Limbah L1 kuat
1 orang
Keterangan*)
Direndam selama 1 hari
6 jam
Jakarta, ........... Pengelola/Penanggung Jawab, ....................................................
140
KOP SURAT
REKAMAN PENGELOLAAN/ PENANGANAN IKAN MATI
No.
Hari&Tanggal
Jenis Kegiatan
Jumlah Petugas
1. Senin, 04/03/13 pemusnahan ikan mati
1 orang
2.
4 orang
Paraf Petugas
Keterangan*)
Jakarta, ........... Pengelola/Penanggung Jawab,
.....................................................
141
KOP SURAT
PENANGANAN BEKAS KEMASAN Hari & No.
Jenis Kegiatan
Metode
Tanggal 1. Senin, Desinfeksi 04/03/13 Stereoform
Jumlah Petugas
Paraf Petugas
Keterangan*)
Chlorin dibasuh dengan klorin 5 ppm
1 orang
20 pcs
Pemusnahan plastic Dibakar secara bekas kemasan sempurna 04/03/13 kemudian abu dikubur dalamdalam
4 orang
40 psc
2. Senin,
Jakarta, ........... Pengelola/Penanggung Jawab,
.....................................................
142
KOP SURAT
PENGAMATA KUALITAS AIR PADA BAK PENGELOLAAN LIMBAH
Parameter No
Hari & Tanggal
No. Temperatur pH Bak Limbah (oC)
Paraf Salinitas
Oksigen terlarut (mg/L)
Alkalinitas (mg BOD5 (mg/L)-O2 COD (mg/L)-O2 CaCO3/L)
Total nitrogen (mg/L)-N
Petugas
1. Senin, L1 04/03/1 3
143
Lampiran 17. Jenis dan Daftar Obat Ikan sesuai dengan Klasifikasinya LAMPIRAN : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.20/MEN/2003 Tentang Klasifikasi Obat Ikan JENIS DAN DAFTAR OBAT IKAN SESUAI DENGAN KLASIFIKASINYA I. JENIS-JENIS OBAT KERAS A. Antibiotika tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garamgaramnya : 1. Albucid, sodium; 2. Ampicillin, sodium; 3. Ampicillin Thrihydrate; 4. Aureomycin; 5. Bacitracin; 6. Carbenicilin disodium; 7. Cephaloridine; 8. Chlortetracycline; 9. Cloxacillin, sodium; 10. Colistin Sulfate; 11. Cycloserine; 12. Doxycline Hyclate; 13. Emtrysidina; 14. Enrofloxacin; 15. Erythromycin; 16. Fosfomicina; 17. Furpyridinol; 18. Gentamycin sulfate; 19. Griseofulvin; 20. Kanamycin; 21. Lincomycin; 22. Methacillin sodium; 23. Neomycin; 24. Novobiocin; 25. Oleandomycin; 26. Oxolinic Acid (Quinolon); 27. Paromomycin; 28. Penicilin, Potasium; 29. Polymyxin B, Sulfate. B. Sulfonamida tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garamgaramnya : 1. Albucid, sodium; 2. Sulfadiazine; 3. Sulfadimethoxine Sodium; 4. Sulfamethazine, Sodium; 5. Sulfamonomethxine; 6. Sulfanilamide; 7. Sulfisoxazole; 8. Trimethoprim. C. Obat-obat anti bakteri yang lain tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam-garamnya 1. Acriflavine (hydrochloride dan neutral); 2. Basic Bright Green, Oxalate; 3. Benzentonium chlorida; 144
4. 5. 6. 7.
Cloxacillin, Sodium; Merthiolate; Nifurpyrinol; Nifurprazine HCL.
D. Obat-obat antelmintika tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam garamnya: - Antimony Potassium tartrate. E. Obat-obat anti protozoa tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam garamnya : - Acetarsone. F. Obat-obat anesthesi tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam garamnya: 1. Ether; 2. MS-22 (tricaine methanesulfonate); 3. Propoxate; 4. Quinaldine sulfate. G. Vaksin : 1. Vaksin Aeromonas; 2. Vaksin Vibrio.
H. Imunostimulan (Sediaan Biologi) : 1. LPS; 2. Glucan I. Hormon: 17 – Methyl II. JENIS-JENIS OBAT BEBAS TERBATAS A. Desinfektan : 1. Acriflavine; 2. Benzalkonium chloride; 3. Boric acid; 4. Calcium hypochlorite (kaporit); 5. Chloramine - B; 6. Copper sulfate; 7. Formalin (37-40%); 8. Iodophors; 9. Paraformaldehyde; 10. Phenoxethol; 11. Silvol; 12. Sodium hypochloride; 13. Sodium Peroxide Pyrophosphate; 14. Sodium Thiosulfate. B. Antiseptik: 1. Betanaphthol; 2. Chloramine - T; 3. Potassium permanganate (PK, KMn04). D. Antibakteri : 145
1. Atabrine, hyrochloride; 2. Basic Bright Green, oxalate; 3. Malachite Green, zinc free oxalate. E. Antelmentika: 1. Niclosamide; 2. Picric Acid. F. Feed Additive (imbuhan pakan ikan/udang) : 1. Avilamisina; 2. Avoparsina; 3. Bacitracin zink; 4. Enramisina; 5. Flavomisina; 6. Hygromycin B; 7. Kitasamycin; 8. Kolistin sulfat feed grade; 9. Lasalosid; 10. Linkomisina hidroklorida; 11. Maduramisina; 12. Monensin (natrium) 13. Narasina; 14. Nistatina; 15. Salinomycin (natrium); 16. Spiramycin (base, embonat); 17. Tiamulin hidrogen fumarat; 18. Tilocyn; 19. Virginiamycin; 20. Aklomide; 21. Amrolium; 22. Butynorate; 23. Clopidol; 24. Decoquinate; 25. Ethopabate; 26. Halquinaol; 27. Olakuinol; 28. Sulfanitran. III. JENIS-JENIS OBAT BEBAS A. Desinfektan dan Antiseptik : 1. Calcium chloride; 2. Calcium Nitrate; 3. Lysol; 4. Rivanol; 5. Hydrogen Peroxida (H202) dengan konsentrasi kurang dari 3%. B. Antiprotozoa : 1. Calcium Carbonate (Ca C03); 2. Sodium Chloride (Na Cljgaram dapur). C. Antelmintika : - Garlic. IV. ZAT AKTIF YANG DILARANG BEREDAR DAN DIPERGUNAKAN SEBAGAI OBAT IKAN 1. Nitrofuran, termasuk Furazolidone dan derivat-derivatnya; 146
2. Ronidozol; 3. Dapson; 4. Chloramphenicol, termasuk derivat-derivatnya dan garam-garamnya; 5. Cholichicin; 6. Chlorpromazone; 7. Trichlorfon; 8. Dimetildazole; 9. Metronidazole; 10. Aristolochia spp. KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
ttd.
NARMOKO PRASMADJI
147