“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
STRATEGI PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI DALAM MENCIPTAKAN PRODUK (HASTA KARYA) (Studi Kualitatif Di PAUD Harapan Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang) Dewi Siti Aisyah Dosen Pendidikan Islam Anak Usia dini (PIAUD) Fakultas Agama Islam UNSIKA Email:
[email protected]
ABSTRAK Kreatifitas merupakan daya dan atau kemampuan manusia untuk menciptakan sesuatu. Kemampuan ini dapat terkait dengan bidang seni maupun ilmu pengetahuan. Ketika kreativitas masih diyakini sebagai usur bawaan yang hanya dimikili sebagian kecil anak dan dianggap akan berkembang secara otomatis, tidak dibutuhkan adanya rangsangan lingkungan atau kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangan ini. walaupun tingkat kreativitasnya berbeda-beda. Akibatnya, kreativitas seperti halnya setiap potensi lain, perlu diberi kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : konsep dasar strategi pembelajaran, hakikat perkembangan, manajemen kreativitas anak, mengenal dan memahami anak usia dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan studi kasus, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara langsungkepada kepala PAUD, tenaga pendidik, dan orangtua peserta didik, observasi dan studi dokumentasi. Wawancara dilakukan terhadap 2 orang tenaga pendidik, 10 orang orangtua peserta didik yang dipilih secara acak. Dari hasil pengolahan data penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pengembangan kreativitas anak lebih menitik beratkan kepada menciptakan produk (hasta karya) dari bahan alam dan daur ulang barang bekas dan alat yang sederhana yang tersedia di sekitar lingkungan alam anak.hal ini dapat dilihat dari hasil karya nyata anak dalam memciptakan produk (hasta karya) yang diajarkan. Kata Kunci: Strategi Pengembangan, Anak Usia Dini, Produk
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kreatifitas merupakan daya dan atau kemampuan manusia untuk menciptakan sesuatu. Kemampuan ini dapat terkait dengan bidang seni maupun ilmu pengetahuan. Dalam bidang seni, intuisi dan inspirasi sangat berperan besar dan menuntut spontanitas lebih tinggi. Dibidang ilmu pengetahuan, kemampuan pengamatan dan perbandingan, menganalisa dan menyimpulkan lebih menentukan. Kedua-duanya menuntut
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
pemusatan perhatian, kemampuan, kerja keras dan ketekunan; kedua-duanya bertolak dari intelektualisme dan emosi, serta merupakan cara pengenalan realitas alam dan kehidupan yang sama. Ketika kreativitas masih diyakini sebagai usur bawaan yang hanya dimikili sebagian kecil anak dan dianggap akan berkembang secara otomatis, tidak dibutuhkan adanya rangsangan lingkungan atau kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangan ini. Bertentangan dengan hal tersebut, ternyata diketahui bahwa semua anak mempunyai potensi untuk kreatif, walaupun tingkat kreativitasnya berbeda-beda. Akibatnya, kreativitas seperti halnya setiap potensi lain, perlu diberi kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang. Banyak faktor yang dapat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini, penulis menemukan beberapa masalah di lapangan seperti : 1) Kebutuhan masyarakat akan pendidikan anak usia dini (PAUD) belum terpenuhi karena tidak semua desa yang ada di kecamatan cilamaya kulon mempunyai lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan anak usia dini (PAUD). 2) Kebutuhan akan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) tidak juga diimbangi dengan kualitas dan kuantitas guru PAUD. Banyak lemnbaga pendidikan anak usia dini (PAUD) yang ada di cilamaya kulon tenaga pengajarnya tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang seharusnya, dan tidak sedikit pula lembaga pendidikan tersebut jumlah tenaga pengajarnya tidak seimbang dengan jumlah peserta didiknya, sehingga proses pembelajarannya ditak optimal. 3) Masih rendahnya proses pembelajaran inovatif dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini. 4) Belum adanya dampak dari penerapan strategi pembelajaran inovatif dalam meningkatkan kreativitas anak usia dini. 5) Penggunaan metoda pembelajaran dalam menciptakan produk hasta karya yang dilaksanakan diprogram PAUD belum memadai oleh karena itu perlu adanya pelatihan khusus tutor PAUD dalam mengembangkan kreativitas anak melalui menciptakan produk. Kreativitas sangat penting untuk dikembangkan sejak usia dini, seperti yang dikemukakan oleh munandar (1992:46), bahwa : “Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergatung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru darianggota masyarakatnya. Untuk mencapai hal itu, perlulah sikap dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan baru dan pencari kerja, tetapi mampu menciptakan pekerjaan baru (wiraswasta).” Pemahaman kreativitas pada produk adalah sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Produk baru dapat disebut karya kreatif sebagaimana yang dirumuskan oleh Amabile dalam Supriyadi (2001:7), sebagai berikut:
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
“Kreativitas merupakan kualitas suatu produk atau person yang dinilai kreatif oleh pengamat yang ahli (creativity can be regarded as the quality of products or response judge to be creative by appropriate observes)”. Melalui penelitian ini diharapkan mampu menemuka formula yang tepat untuk diterapkan sebagai metode atau strategi dalam proses pembelajaran, dalam hal ini penulis merumuskan judul : Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Dalam Mencitakan Produk (Hasta Karya). Dimana yang menjadi objek penelitiannya adalah lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) Harapan Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang. Tetapi penulis akan lebih memfokuskan kepada proses pembelajaran yang dilakukan oleh lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) yang didalamnya terdapat macam-macam pengembangan kreativitas anak yang membuat anak kreatif dan mandiri. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Metode penelitian Pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan kualitatif, karena isi penelitian ini mengamati manusia dalam lingkungan hidupnya, bagaimana cara mereka berinteraksi, berusaha dan bagaimana ia menafsirkan dunia kerjanya dalam kondisi naturalistis, sedangkan peneliti sebagai instrumen penelitian itu sendiri. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Pengertian dari metode deskriptif menurut Nazir (2000:63) adalah “Suatu metode dalam meneliti status manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.” Pemahaman penulis terhadap nazir tersebut adalah bahwa penelitian deskriptif dilakukan dengan meneliti keadaan yang bisa dilihat secara nyata atau penelitian empiris, yang dilakukan pada waktu penelitian, ditunjang dengan pengamatan yaitu yang bersifat lansung, menggambarkan keadaan yang sebenarnya terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan informasi yang dapat dibenarkan, yang didukung dengan teori dalam pembahasannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, hal ini didasarkan atas yang menjadi objek penelitian yang memerlukan pemecahan pada saat sekarang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Surakhmad (1983 : 36) “bahwa penelitian yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan jalan mengumpulkan data, menguji dan menganalisis”. 2.
Teknik Pengumpulan data Setelah metode penelitian, maka perlu juga ditetapkan teknik pengumpulan data yang akan diperlukan dengan maksud untuk mengumpulkan informasi (data) yang diberikan dengan masalah yang diteliti. Hal ini berkaitan dengan alat (instrumen) yang akan dipergunakan dalam rangka memperoleh data yang akan diperlukan pada penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
1) Teknik Observasi Teknik Observasi merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. Observasi menurut Subana dan Sudrajat (2001 : 143) “adalah cara pengumpulan data berdasarkan pengamatan yang menggunakan mata atau telinga secara langsung tanpa menggunakan alat bantu yang standar”. Teknik observasi digunakan oleh penulis dalam proses penelitian data proses penelitian untuk mengamati secara langsung tentang strategi pengembangan kreativitas anak usia dini dalam menciptakan produk (hasta karya)di PAUD Harapan Desa Sumurgede Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang. 2) Teknik Wawancara Disebut juga interview dan digunakan dalam rangka mengumpulkan data atua informasi yang diperlukan sesuai dengan tujuan dari penelitian yang penulis lakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana, (1992:234) wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antar pihak penanya (interviewer) dengan yang ditanya atau penjawab (interiewee). Wawancara ini dilakukan dengan cara mengadakan Tanya jawab secara langsung dengan kepala sekolah dan tutor PAUD. teknik ini penulis gunakan sebagai realisasi dari observasi yaitu untuk membuktikan keyakinan apa yang telah diamati. 3) Studi Literatur Studi literatur adalah sebagai landasan teoritis atau pemahaman masalah menjadi titik tolak dari penelitian dan juga untuk memperkaya hasil penelitian. 4) Pedoman Wawancara Pedoman wawancara yang dimaksudkan untuk memperoleh data secara teoritis dengan mempelajari dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan masalah yang hendak di teliti. Selain itu pula untuk memperoleh data pelengkap bagi penelitian ini. 5) Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel, transkrif, buku, surat kabar, majalah. Teknik ini akan dilakukan dengan cara penelusuran dokemen, buku, majalah yang berkaitan dengan penelitian ungtuk mengetahui data tertulis untuk mengetahui sejarah berdirinya lembaga pendidikan gambaran umum tentang guru, peserta didik dan kurikulum yang di pakai dilembaga tersebut. Teknik ini dilakukan untuk melengkapi data dan sekaligus untuk menguji data yang sudah terkumpul. Dokumen yang akan dipakai adalah dokumen resmi. 3. Sumber Data Penelitian Menurut Lofland dan Lofland (Lexy J. Moleong, 2011 : 157) “sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Sampel penelitian ini terdiri dari dua puluh siswa PAUD. Pemilihan sampel berdasarkan kondisi riil di lapangan. Penulis melakukan wawancara mendalam untuk memperolaeh data dengan cara mengamati, dan mewawancarai sumber data.
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data ini dicatat melalui catatan tertulis atau melalui alat perekam video/audio tapes, pengambilan foto, atau film (Moleong, 2011 : 157). 4. Instrumen Penelitian Dalam penelitian diperlukan instrumen untuk pengumpulan data dilapangan. Untuk penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, secara akademik maupun logistiknya. Sesuai dengan metode penelitian dan karakteristik dari penelitian ini, maka instrumen untuk penggalian datapun adalah peneliti sendiri. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif menurut Lexy Moleong (2011 : 168) cukup rumit. Ia sekaligus sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya, ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. 5. Pelaksanaan Pengumpulan Data Pengumpulan data ini dilakukan setelah segala sesuatu yang berkaitan dengan perizinan telah selesai dilakukan. Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Pada penelitian ini, peran peneliti sebagai human instrument sangat menentukan efektivitas pengumpulan data yang dilakukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini mengikuti prosedur yang disarankan oleh Lincoln dan Guba (Aceng Mulyana, 2008 : 113) sebagai berikut : 1) Tahap I (Tahap Orientasi dan Overview) 2) Pada tahap ini, peneliti sudah memiliki gambaran umum tentang masalah yang akan diteliti, akan tetapi peneliti masih memikirkan apa yang akan ditetapkan sebagai focus penelitian. Pada tahap ini, peneliti mempelajari dokumen, melakukan observasi, dan wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih umum dan terbuka. Selanjutnya dikaji dan diseleksi, bagian mana yang menarik dan bermanfaat untuk diteliti. 3) Tahap II (Tahap Explorasi atau Focused Exploration) 4) Pada tahap ini, observasi ditujukan pada hal-hal yang dianggap ada hubungannya dengan focus penelitian. 5) Tahap III (Tahap Member Check) 6) Pada tahap III ini, kegiatan penelitian dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan maksud untuk memperoleh kredibilitas hasil penelitian. Nasution (Aceng Mulyana, 2008 : 114) menjelaskan bahwa data itu harus diakui dan diterima kebenarannya oleh sumber informasi, dan selain itu data tersebut juga harus dibenarkan oleh sumber atau informan lainnya. Maka ukuran kebenaran dalam penelitian kualitatif naturalistic adalah kredibilitas.
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN 1. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada dasarnya setiap orang memiliki kecenderungan berbakat dalam kreativitas dan memiliki kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masingmasing orang tersebut dalam bidang dan kadar berbeda-beda sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing. Sebagaimana dikemukakan oleh Devito dalam Supriadi (2001:16), bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat yang berbeda-beda, setiap orang lahir dengan potensi kreatif, dan potensi ini dapat dikembangkan dan dipupuk. Jadi jelas, bahwa sesungguhnya tidak ada orang pun yang tidak memiliki bakat kreatif, namun apabila tidak dipupuk atau dikembangkan maka bakat ini tidak akan berkembang secara optimal. Ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif ini dapat ditingkatkan, maka perlu dipupuk sejak dini, yang diperlukan sekarang bagaimanakah cara meningkatkan kreativitas tersebut. Untuk mengetahui strategi kreativitas yang diselenggarakan di PAUD Harapan dalam meningkatakan kreativitas anak usia dini dalam menciptakan produk (hasta karya), dapat dilihat dari hasil penelitian berupa pedoman wawancara yang dibagikan kepada orangtua, sebanyak 3 orang yang dipilih secara acak, dan kepada peserta didik sebanyak 3 anak. Selain itu, ditampilkan pula wawancara terhadap tenaga pengajar beserta kepala sekolah PAUD Harapan yang berjumlah 3 orang. Hasil penelitian yang akan dijelaskan pada bagian ini merupakan jawabanjawaban responden yang bersifat objektif, karena peneliti mewawancarai secara langsung kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi tiga hal yang ditanyakan dalam pertanyaan penelitian, yaitu: proses pembelajaran yang berlangsung di PAUD Harapan, strategi pengembangan kreativitas anak usia dini dalam menciptakan produk (hasta karya), dan faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini. Sedangkan penjelasan dari pertanyaan diatas dapat dilihat dibawah ini, yaitu: 1) Proses pembelajaran yang berlangsung di PAUD Harapan Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran sehari-hari yang diselenggarakan di PAUD Harapan, peneliti melakukan observasi langsung terhadap proses pembelajaran dan mewawancarai secara langsung pada orangtua peserta didik yang sedang menunggui anaknya dan melakukan wawancara dengan tenaga pengajar di lembaga tersebut. Adapun hasil penelitian tersebut diungkapan melalui data yang diurai seperti dibawah ini: 2) Subjek pertama (H dan N) Dari hasil penelitian dengan subjek pertama adalah dengan tenaga pengajar ialah Herni (26 tahun) dan Nurhayati (22 tahun) mereka bertempat tinggal di Sumurgede, terungkap data bahwa tenaga pengajar di PAUD Harapan tersebut bertempat tinggal di sekitar lembaga pendidikan tersebut yang tergerak hatinya untuk mengabdikan pada dunia pendidikan dengan salah satu menjadi tenaga pengajar disana. Rata-rata mereka mulai mengajar disana sejak PAUD Harapan itu berdiri
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
yaitu pada tahun 2008. selain itu hampir semuanya mempunyai pengalaman walaupun hanya lulusan SMA. 3) Subjek Kedua MM (kepala PAUD) Subjek penelitian yang kedua adalah dengan kepala PAUD ialah M. Muniah, S.Pd (45 Tahun). Walaupun PAUD Harapan baru berdiri pada tahun 2008, tetapi tenaga pengajar di lembaga tersebut selalu mengikuti diklat yang diadakan oleh tingkat kabupaten, minimal 1 orang untuk mewakilinya. dengan tujuan untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana idealnya suatu lembaga pendidikan anak usia dini itu dijalankan termasuk tentang pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya yang didalamnya terdapat kurikulum PAUD dan hal-hal apa saja yang dapat menunjang terhadap pelaksanaan kegiatan belajarnya. Tenaga pengajar disana berpendapat bahwa fasilitas yang tersedia di PAUD Harapan belum cukup memadai untuk ukuran penyelenggara lembaga PAUD. Namun, hal itu tidak mengurangi kelancaran dari kegiatan belajar sendiri. Sebelum memulai aktivitas pembelajaran, setiap guru selalu mempersiapkannya terlebih dahulu sebelumnya walaupun tidak berbentuk silabus harian minimal mempersiapkan materi yang akan diajarkan dengan tema yang berbeda setiap harinya. 4) Subjek ketiga Wali Murid (SM) Subjek penelitian yang ketiga adalah SM, seorang perempuan 35 tahun yang beralamat di Kampung Cipasung RT2/03 WD adalah Wali Murid dari peserta didik. Suasana belajar yang berlangsung di PAUD tersebut tebilang cukup kondusif, walaupun dengan kondisi jumlah pengajar yang sedikit, tetapi suasana belajar tetap terjaga dan terawasi hal ini dapat terlihat dari suasana kelas yang tenang dan tidak ada peserta didik yang keluar saat pembelajaran didalam kelas. Kemampuan dasar tenaga pendidik di PAUD tersebut terbilang cukup baik menurut mereka, karena menurut orangtua peserta didik, tenaga pengajar disana cukup menguasai teknik dalam setiap pembelajaran sehingga tepat sasaran. Tentu hal ini sangat wajar karena tenaga pendidik di lembaga tersebut walaupun lulusan SMA. Tetapi, hal tersebut tidak menjadi suatu masalah karena mereka selalu mengikuti pelatihan pembelajaran PAUD yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten. 2.
Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Dalam Menciptakan Produk (Hasta Karya) Menurut Rachmawati dan Kurniati (2010:52) menjelaskan bahwa pengembangan kreativitas pada anak melalui kegiatan hasta karya ini memiliki posisi penting dalam berbagai aspek perkembangan anak. Tidak hanya kreativitas yang terfasilitasi untuk berkembang dengan baik, tetapi juga kemampuan kognitif anak. Setiap anak akan menggunakan imajinasinya dalam kegiatan hasta karya untuk membentuk suatu bangunan atau benda tetentu sesuai dengan khayalannya. Anak menggunakan berbagai bahan yang berbeda pada pembuatan hasta karya. Setiap anak bebas mengekspresikan kreativitasnya, sehingga kita akan memperoleh hasil ang
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
berbeda antara satu anak dengan anak yang lain. Pada dasarnya hasil karya anak yang dibuat melalui aktivitas membuat, menyusun atau mengkonstruksi ini akan memberikan kesempatan bagi anak untuk menciptakan benda buatan merekasendiri yang belum mereka temui, ataupun mereka membuat modifikasi dari benda yang telah ada sebelumnya. Apa pun yang dibuat oleh anak akan membatu mereka menjadi lebih kreatif dan semangat untuk menemukan sesuatu yang baru. Jika dilihat dari produknya, kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau menghasilkan produk-produk baru. Baru disini bukan berarti belum pernah ada tapi lebih kepada bagaimana seseorang dapat megkombinasikan yang sudah ada dengan pemikiran barunya sehingga tercipta sesuatu yang orisinil. Seseorang akan dapat membuat sesuatu yang baru jika didukung dengan kondisi pribadi dan lingkungan yang mendukung pula. Pada dasarnya setiap kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di lembaga pendidikan anak usia dini semuanya selalu menitik beratkan pada prinsip belajar sambil bermain dan tidak terlalu didominasi oleh kegiatan yang bersifat akademis, seperti pendidikan dasar pada umumnya. 1) Subjek kedua (H dan N) Dari hasil penelitian dengan subjek kedua adalah dengan tenaga pengajar ialah Herni (26 tahun) dan Nurhayati (22 tahun) mereka bertempat tinggal di Sumurgede. Dalam strategi pengembangan kreativitas anak usia dini dalam menciptakan produk (hasta karya), para tenaga pengajar menggunakan alat dan bahan dari barang bekas ataupun dari alam. dengan strategi pengembangn kreativitas dalam menciptakan produk (hasta karya) aspek kreativitas anak akan berkembang, bahkan aspek kognitif, afektif, dan psykomotoriknya pun ikut berkembang. dengan menciptakan produk (hasta karya) sangat membantu mengembangkan kreativitas anak usia dini. 2) Subjek Ketiga wali murid (SA) SA adalah Wali murid dari Oliv peserta didik PAUD Harapan yang beralamat di Desa Sumurgede. Menurutnya mengenangi strategi pengembangan kreativitas anak dalam menciptakan produk (hasta karya) lembaga tersebut di jadwalkan setiap hari jum’at, materi yang pendidik berikan berupa keterampilan dalam menciptakan produk dari bahan-bahan barang bekas dan dari alam sekitar lingkungan PAUD. Hasil dari kreativitas anak berupa karya-karya mainan, lukisan dari biji-bijian dan masih banyak lagi karena setiap minggunya memciptakan produk (hasta karya) yang berbeda-beda. 3.
Faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini. Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan. Dalam mengembangkan kreativitas ini terdapat faktor-faktor yang dapat mendukung upaya menumbuhkembangkan kreativitas. Hurlock (1999:11) mengemukakan beberapa faktor pendorong yang meningkatkan kreativitas, yaitu :
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
1) Waktu. Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain dengan gagasan, konsep, dan mencobanya dalam bentuk barudan orisinal. 2) Kesempatan menyendiri. Hanya apabila tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial, anak akan dapat kreatif. 3) Dorongan terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang dewasa. Untuk menjadi kreatif mereka harus terbebas dari ejekan dan kritik yang sering kali dilontarkan pada anak yang tidak kreatif. 4) Sarana. Sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua kreativitas. 5) Lingkungan yang merangsang. Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah harus merangsang kreativitas. Ini harus dilakukan sedini mungkin sejak masa bayi dan dilanjutkan hingga masa sekolah dengan menjadikan kreativitas, suatu pengalaman yang menyenangkan dan dihargai secara sosial. 6) Hubungan anak dan orangtua yang tidak posesif. Orang tua yang tidak terlalu melindungi atau terlalu posesif terhadap anak, mendorong anak untuk mandiri. 7) Cara mendidik anak. Mendidik anak secara demokratis dan permisif di rumah sekolah meningkatkan kreativitas, sedangkan cara mendidik anak otoriter akan memadamkannya. 8) Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Kreativitas tidak muncul dalam kehidupan. Makin banyak pengetahuan yang di peroleh anak semakin baik dasardasar untuk mencapai hasil yang kreatif. Dari hasil wawancara dengan ibu M. Muniah sebagai kepala PAUD Harapan mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini, sebagai berikut : Banyak faktor pendukung dan penghambat terhadap kelancaran pembelajaran. Namun , tidak sedikit pula ada berbagai faktor teknis yang dapat menghambat suatu kegiatan belajar mengajar. Berkat bantuan bimbingan dari orang tua yang selalu membimbing dan membantu anak dalam mengembangkan kreativitasnya, inilah yang menjadi faktor pendukung dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini. Sedangkan faktor penghambatnya selain kurangnya bakat kreatif yang ada didalam jiwa pendidik, pun ada pada diri anak yang tidak memiliki bakat kreatif, dan juga keterbatasan/kekurangan bahan dan alat untuk membantu proses pemgembangan kreativitas anak usia dini dalam menciptakan produk (hasta karya). lingkungan disekitar rumah peserta didik juga bisa merupakan faktor pendukung atau bisa juga merupakan faktor penghambat bagi pengembangan kreativitas anak usia dini. Sebagai contoh Ketujuh aspek lingkungan tersebut memberikan dampak diperlukannya kondisi bersih dan sehat dalam lingkungan kita, penataan ruang yang apik, tidak penuh dengan barang yang tidak perlu dan gambar yang mengganggu dan tidak indah, serta ventilasi yang cukup. Banyak taman kanak-kanak yang dibangun dari garasi ataupun ruang lainnya yang sudah tidak dipakai, hal ini tidak menjadi masalah selama penataan ruangan tetap diperhatikan. Memberikan sentuhan warna dan gambar
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
dibutuhkan namun tidak berarti TK menjadi etalase yang penuh dengan gambar yang kurang perlu. Menurut Renzulli dalam Munandar (2004:223), mengemukakan tiga ciri pokok yang saling terkait merupakan kriteria atau persyaratan keberbakatan, yaitu : kemampuan umum, kreativitas, dan pengikatan diri teradap tugas atau motivasi instristik. Maka jelaslah bahwa kreativitas dan motivasi merupakan faktor penentu keberbakatan disamping tinkat kecerdasan diatas rata-rata, seperti yang dikemukakan oleh Amabile dalam Munandar (2004:233), bahwa lingkungan yang menghambat dapat merusak motivasi anak, betapa pun kuatnya, dan dengan demikian dapat mematikan kreativitas. Demikian juga Torrance dalam Arieti (Adhipura, 2001:46), menyatakan tentang hal-hal yang dapat membatasi kreativitas anak adalah: 1) Usaha terlalu dini untuk meneliminasi fantasi 2) Pembatasan terhadap rasa ingin tahu anak. 3) Terlalu menekankan peran berdasarkan perbedaan seksual. 4) Terlalu banyak melarang. 5) Takut dan malu. 6) Penekanan yang salah kaprah terhadap ketrampilan verbal tertentu, dan 7) Memberikan kritik yang bersifat destruktif. Dan dari hasil wawancara dengan wali murid mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kreativitas anaknya di rumah sebagai berikut : banyak faktor yang mendukung dalam mengembangkan kreativitas anak di rumah seperti ketersediaannya bahan-bahan dari alam sekitar rumah dan bahan dari barang bekas. Akan tetapi lebih banyak lagi faktor penghambatnya dibandingkan faktor pendukung, yaitu : faktor penghambat dari diri orangtua.
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil perolehan data di atas, maka pada bagian ini akan dibahas mengenai pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Pembahasan yang akan diolah dengan konsep-konsep dan teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Aspek-aspek yang akan dibahas diantaranya adalah : 1) proses pembelajaran yang berlangsung di PAUD Harapan, 2) strategi pengembangan kreativitas anak usia dini dalam menciptakan produk (hasta karya) dan, 3) faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini. 1.
Proses Pembelajaran Yang Berlangsung di PAUD Harapan. Tujuan dari pelaksanaan pembelajaran dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini adalah mengembangkan potensi anak secara optimal menjadi anak yang kreatif dan memberikan bekal kemampuan asar pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi peserta didik dapat mengekspresikan diri dan berkarya seni sehingga anak dapat merasakan kegembiraan sehingga motto anak sehat dan cerdas biasa tercapai.
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
Materi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran di PAUD Harapan disesuaikan dengan program pembelajaran PAUD yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan program pembelajaran yang dibuat sendiri oleh lembaga., disesuaikan dengan keadaan PAUD Harapan. Program pembelajaran tersebut merupakan seperangkat bahan/materi pelajaran yang direncanakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pendidikan dalam dalam mengembangkan kemampuan potensi anak sesuai dengan karakteristik usia dan lingkungan anak. Program pembelajaran tersebut kemudian dijabarkan oleh tenaga pengajar/tutor melalui perencaan yang dipersiapkan dan disusun dalam persiapan mengajar berupa Rencana Kegiatan Harian (RKH), dan Rencana Kegiatan Mingguan (RKM). Materi kegiatan belajar merupakan satu kesatuan program kegiatan belajar yang utuh. Adapun materi pembentukan prilaku tidak disusun secara tertulis tetapi dilakukan melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari di PAUD Harapan. Kegitan pembelajaran di PAUD tersebut dilaksanakan lima kali seminggu yaitu dari hari senin sampai dengan hari jum’at. Lama pembelajaran setiap harinya 2x60 menit yaitu dimulai dari pukul 01.00 sampai dengan 03.00, kegiatan pembelajaran melalui bermain, anak belajar setiap hari terdiri dari empat jenis kegiatan, yaitu : (a) kegiatan pembukaan selama 30 menit, (b) kegiatan inti selama 45 menit, (c) istirahat dan makan selama 30 menit, dan (d) kegiatan penutup selama 15 menit. Anak-anak senantiasa tumbuh dan berkembang, mereka menampilkan ciri-ciri fisik dan psikologis yang berbeda untuk tiap tahap perkembangannya. Masa anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, kreativitas mereka perlu terus dijaga dan dikembangkan dengan menciptakan lingkungan yang menghargai kreativitas yaitu menciptakan produk/karya nyata (hasta karya). Oleh karena itu pembelajaran yang diselenggarakan di PAUD Harapan menekankan bermain sambil belajar dan menciptakan produk (hasta karya) dari bahan dan alat barang bekas ataupun dari alam yang dapat mendorong anak untuk mengeluarkan semua daya kreativitasnya. Selanjutnya agar anak-anak dalam bermain sambil belajar dan menciptakan produk (hasta karya), maka pengalaman bermain dan kreasi anak seharusnya direncanakan dengan baik, penyediaan alat dan bahan, penataan lingkungan yang tepat dan diberi bimbingan untuk memenuhi kebutuhan setiap anak kedepan diharapkan strategi pengembangan kreativitas anak sudah bisa diterapkan sehingga pengembangan kreativitas anak dalam menciptakan produk (hasta karya) pun dapat dilakukan secara maksimal. 2. Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Dalam Menciptakan Produk (Hasta Karya) Dalam proses pengembangan kreativiatas yang dilaksanakan di PAUD Harapan, pada dasarnya selalu menggunakan bahan dari alam dan barang bekas. Dan alatnya pun sangat sederhana dan mudah di jangkau oleh pendidik atau orangtua. Setiap harinya pengajar di PAUD Harapan sebisa mungkin dan sekreatif mungkin dalam mengajarkan menciptakan produk selain utuk menghindari kebosanan juga untuk menarik antusia anak dalam mengikuti menciptakan produk (hasta karya), sehingga tujuan dari pengembangan kreativitas anak tercapai secara maksimal.
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
Pendidikan anak usia dini merupakan saat yang paling tepat untuk mengembangkan kreativitas. Oleh karena itu, diperlukan adanya program-program permainan dan pembelajaran yang dapat memelihara dan mengembangkan potensi kreatif anak. Hal ini didasarkan pada beberapa asalan sebagai berikut: 1) Kreativitas merupakan manifestasi setiap individu. Dengan berkreasi orang dapat mengaktualisasikan dirinya, dan sebagaimana dikembangkan Maslow dengan teori kebutuhannya yang sangat terkenal, aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. 2) Kreativitas merupakan kemampuan untuk mencari berbagai macam kemungkinan dalam menyelasaikan suatu masalah sebagai bentuk pemikiran yang sampai sekarang belum mendapat perhatian dalam pendidikan anak usia dini. 3) Kegiatan kreatif tidak hanya bermanfaat bagi pengembangan pribadi dan lingkungan, tetapi dapat memberikan kepuasan kepada anak. Kepuasaan inilah yang dapat mendorong mereka untuk melakukan setiap kegiatan dengan lebih baik dan bermakna. 4) Kegiatan kreatif dpat menghasilkan para seniman, dan ilmuan, karena faktor kepuasan yang dikembangkan dari kegiatan kreatif ini akan mendorong mereka untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Setiap orang akan berusaha untuk memperoleh sesuatu dari kegiatan kreatif ini lebih dari sekedar memperoleh keuntungan material. 5) Kreativitas memungkinkan setiap anak usia dini mengembangkan berbagai potensi dan kualitas pribadinya. Kreativitas ini dapat menghasilkan ide-ide baru, dan teknologi baru. Untuk itu, sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif harus dipupuk sejak dini. Dengan potensi alami yang dimilikinya, anak akan senantiasa membutuhkan aktivitas yang syarat dengan ide kreatif. Ini penting, karena rasa ingin tahu dan keinginan untuk mempelajari sesuatu dengan caranya sendiri, seorang bayi akan mencoba meraih benda yang ada disekitarnya, kemudian memasukan benda-benda tersebut ke mulutnya. Dengan cara itulah bayi belajar mengenal dan membedakan benda, mulai dengan penglihatannya untuk mengenal warna dan bentuk, meraihnya untuk merasakan tekstur benda tersebut kasar atau halus, kemudian meramasnya, untuk mengetahui apakah benda tersebut mengeluarkan bunyi. Akhirnya mereka akan memasukan benda-benda tersebut untuk mengetahui rasa dan tekstur benda. Banyak sekali jenis hasta karya yang di ajarkan di PAUD Harapan yang tujuannya untuk pengembangn kreativitas siswanya. Dari hasil studi dokumentasi beberapa karya/kreasi dalam menciptakan produk seperti : membuat boneka salju dari bahan bekas roll benang obras, lukisan biji-bijian, menghias kartu, play dough, kendaraan dari barang bekas, dan lain-lain. Selain itu, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di PAUD Harapan tenaga pengajar juga menggunakan model pembelajaran yang memperhatikan minat, bakat dan perkembangan fisik serta psikologis anak, selain kegiatan pembelajaran harus kreatif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa untuk berpatisipasi secara aktif, menggunakan berbagai sarana/bahan/alat/dan sumber belajar yang beragam,
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
menggunakan metode belajar yang bervariasi yang dilakukan pada aktivitas bermain sambil belajar dengan menggunakan pendekatan tematik. 3.
Faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini. Ada beberapa hal yang menjadi faktor pendudkung dan faktor penghambat dalam pengembangn kreativitas anak di PAUD Harapan. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara langsung yang telah dilakukan peneliti kepada responden, serta hasil observasi di kelas. Dalam setiap kegiatan belajar pengajar selalu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat dan minatnya sesuai dengan kemampuannya masing-masing anak. Sarana yang dimiliki oleh PAUD Harapan, menurut peneliti dirasakan kurang memadai dalam mengembangkan kreativitas anak. Seorang anak akan merasa terasing dan bosan apabilatidak merasakan kenyamanan ketika ia berada dalam ruangan. Sedangkan rangsangan memiliki arti bahwa ruangan hendaknya hasir sebagai faktor eksternal yang dapat membantu proses perkembangan potensi anak melalui kegiatankegiatan kreatifnya. Rangsangan ini memiliki arti juga bahwa sebuah ruangan hendaknya mampu menjadi sumber gagasan, imajinasi bagi anak-anak. Singkatnya, beberapa anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang menyebabkan kebekuan kreativitas mereka pada periode-periode kritis usia mereka, sedangkan anak lain pada usia itu tidak mengalaminya. Misalnya, anak usia taman kanak-kanak mungkin menunjukkan kreativitas yang lebih besar pada usia itu daripada anak lainnya. Ini disebabkan karena lingkungan taman kanak-kanak memperkenalkan kreativitas dan tidak begitu struktur dan evaluatif ketimbang rumah atau tetangga. Kreativitas seseorang dipengaruhi 0leh faktor-faktor internal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan). Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri, seperti kesehatan fisik, tingkat kecerdasa (IQ), dan kesehatan mental. Sementara faktor lingkungan yang mendukung perkembangan kreativitas yaitu: 1) orang tua atau pendidik dapat menerima anak apa adanya, serta memberi kepercayaan kepadanya bahwa pada dasarnya dia baik dan mampu, 2) orang tua atau guru bersikap empati kepada anak, dalam arti mereka memahami pikiran, perasaan, dan prilaku anak, 3) orang tua atau pendidik memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pendapatnya, 4) orang tua atau pendidik memupuk sikap dan minat anak dengan berbagai kegiatan yang positif, 5) orang tua atau pendidik menyediakan sarana dan prasarana pendidik yang memungkinkan anak mengembangkan keterampilannya dalam membuat karyakarya yang produktif dan inovatif. Banyak hal dapat dilakukan untuk mendorong kreativitas, seperti memberi dorongan kreatif, waktu bermain dan sebagainya. Anak membutuhkan waktu dan kesempatan untuk menyendiri untuk mengembangkan imajinasinya yang tinggi, selain hal tersebutmereka juga membutuhkan sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimental dan eksplorasi, yang
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
merupakan unsur penting dari pengembangan kreativitas dengan dukungan lingkungan yang merangsang.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1) Proses pembelajaran yang berlangsung di PAUD Harapan lebih menitik beratkan kepada pembentukan perilaku melaui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari dan secara terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baik. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang dimaksud meliputi moral, perasaan/emosi disiplin dan kemampuan masyarakat. Pelaksanaan pembelajaran dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini yang dilakukan di lembaga PAUD Harapan, dilakukan memalui berbagai macam cara dengan dibantu oleh beberapa macam alat dan bahan menciptakan produk (hasta karya) dan alat permainan edukatif (APE) maupun sarana belajar lainnya yang dapat merangsang anak untuk kreatif. 2) Dalam rangka mengembangan kreativitas anak melalui menciptakan produk (hasta karya), Pengajar di PAUD Harapan menggunakan strategi kognisi sosial dimana anak di ajak ikut atau tutor membawa anak ke lingkungan sekitar untuk mengenal secara langsung dengan sekitar lingkungan masyarakat, strategi Pembelajaran Aktif Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAILKEM), dan strategi pemprosesan informasi, dan menggunakan bahan dari alam dan barang bekas untuk menumbuhkan rasa ketertarikan dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar pada setiap anak, karena dengan hal tersebut nantinya anak akan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran atau materi yang diajarkan. 3) Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengembangkan kreativitas anak di PAUD Harapan dalam kaitannya dengan menciptakan produk (hasta karya) yaitu : Berkat bantuan bimbingan dari orang tua yang selalu membimbing dan membantu anak dalam mengembangkan kreativitasnya, inilah yang menjadi faktor pendukung dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini. Sedangkan faktor penghambatnya selain kurangnya bakat kreatif yang ada didalam jiwa pendidik, pun ada pada diri anak yang tidak memiliki bakat kreatif, dan juga keterbatasan/kekurangan bahan dan alat untuk membantu proses pemgembangan kreativitas anak usia dini dalam menciptakan produk (hasta karya). 2.
Saran Setelah mengkaji penelitian mengenai strategi pengembangan kreativitas anak usia dini dalam menciptakan produk (hasta karya) di PAUD Harapan, ada beberapa hal yang penulis perlu sampaikan kiranya mampu mengungkapkan implikasi/rekomendasi yang dapat berguana bagi semua pihak, diantara adalah sebagai berikut : 1) Pengelola PAUD (1) Kurangnya pengelolaan dalam menyiapkan ruang kelas, alat/media pembelajaran dan tempat bermain yang aman dan nyaman bagi anak-anak.
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
(2) Pada dasarnya PAUD Harapan memiliki kurikulum yang sudah memenuhi standar pembelajaran anak usia dini, jika di dukung dengan pengelolaan ruang kelas, alat/media pembelajaran yang memadai akan mencapai target atau standai pencapaian pembelajaran anak usia dini. (3) Pengelola hendaknya menyiapkan ruangan kelas dan tempat bermain yang luas sehingga anak merasa nyaman dan aman dalam melakukan pembelajaran maupun bermain. 2) Tenaga pengajar 1) Tenaga pengajar yang belum memenuhi standar kualifikasi pendidikan akan sangat berpengaruh dalam mendidik dan mengembangkan potensi dan kreativitas anak usia dini. 2) Setidaknya ketika tenaga pendidi memenuhi standar kualifikasi pendidikan, seorang pendidik akan mengetahui cara mengembangkan potensi dan kreativitas yang ada dalam diri anak usia dini 3) Pengajar atau tutor harus lebih memanfaatkan media belajar yang tersedia untuk dapat merangsang anak lebih kreatif dan supaya suasana pembelajarannya lebih variatif. 4) Pengadakan buku penghubung bagi orangtua yang berisi cacatan kemampuan anak belajar setiap harinya, sehingga orangtua dapat memantau perkembangan anaknya dan berkomunikasi dengan pengajar di PAUD Harapan melalui tulisan. 3) Orangtua siswa PAUD Harapan 1) Dikarnakan kurangnya pengetahuan orangtua yang dikarnakan banyak orangtua yang hanya berpendidikan sampai Sekolah Dasar saja, maka, banyak orangtua/Wali murid tidak mengetahui bahwa dengan mengembangkan kreativitas anak, aspek kognitif, afektif dan psykomotorik anak pun akan ikut berkemabang. 2) Diharapkan agar mampu menciptakan lingkungan rumah yang lebih menyenangkan sehingga dapat merangsang dan mengembangkan kreativitas anak. Orangtua hendaknya mampu mengarahkan dan membimbing anak dalam belajar dan bermain agar anak dapat mengembangkan kreativitasnya 3) Orangtua diharapkan dapat memfasilitasi kegiatan menciptakan produk (hasta karya) dari bahan dan alat yang aman.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Abu, (2005). Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka Setia Arikunto, Suharsimi, (2007). Manajeman Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kurikulum 2004 : Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak Dan Raudathul Athfal. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Eliyawati, Cucu. (2005). Pemilihan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas.
“ العاطفة من مركز الدراسات االسالميةPassion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani
Hasan, Maemunah, (2009). PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Jogjakarta : DIVA Press. Isjoni, (2009). Model Pembelajaran Anak Usia Dini, Bandung : Alfabeta Lexy J, Maleong. (2001). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya. Mansur, (2005). Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Megasari, D. (2008). Mengembangkan Kreativitas anak usia dini melalui gerak dan lagu pada PAUD Quro’taayni: tidak di terbitkan Moeslichatoen R. (1999). Metode Pengajaran di TK. Jakarta, Rineka Cipta Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta. Munandar, S.U. (1990). Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas. Jakarta : Grasindo Rachmawati, Yeni dan Kurniati, Euis. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Kencana Sujiono, Yuliani Nurani. (2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Indeks. Cetakan Ke V Uno, Hamzah. B, Dkk. (2012). Belajar dengan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik (PAILKEM). Jakarta : Bumi Aksara. Cetakan Ke III.