Nationat Conference : Design and Application of Technology 2004
I Il.
I/(r
)9,
I/(r
~ta
UJ,
Jo,
Penggunaan Distribution Requirement Planning (DRP) dan Usulan Perubahan Pola Pemompaan untuk Meminimasi Biaya Penanganan Feed Stock dalam Distribusi Solar Industri (Studi I(asus pada PT. Pertamina UPMS III Cabang Bandung) Dewi Shintya Pratiwi l , SetijadF dan Didi Teguh PribadP Laboratorium Perencallaan dan Optimasi Sistem Industri Jl1rl1san Tekllik Indllstri - Universitas Widyatama e-mail:
[email protected] [email protected] )
[email protected]
AUSTRAl( Proses pemasokall solar IIIllLlk illduslri tlilakukall olelt Perlamillu berdusarkall peritilullgan secarn mill/l/al lerlwdllp tllIllI kclmlullllll peru.wltllllll-llcm.\·II/'(/1l1l 11e!lIIzggallllya. UlIlllk wilaYllh !Jalltlzlllg tllIll Tllsikmaillya, sulllr illt/IISlri disaillr/iall dari Tcrmillal Trallsil Lomallis (TTL) Cil(lc:ap tlellgllll mellggllllakllll sisloll pijlllllisilsi Ilrut/llcllU prut/llcl pumpillg. Pemumpuall tli/(lkukall dCllgall polll balclt 4:8:4, Yllilu sclallla salu bu/all dilakukal/ pel/gaU/'an produk premiulII empal kaU, keroselle de/apan kali, dall solar empal kali. Pllda pellggulla(llz sislelll pipallisasi illi, leljadi campurall alliar dua produk (illierface) dall mengakibalkall /l1l/lIclllllya bi(lya ullluk proses pellgo/altall kemba/i (rewurk) . Pada pellclitiull illi dikaji pellggunaan melode Di.slribulioll Requiremelll Plalll/illg (DRP) dll/alll perltilUlIgall reI/calla diSlribusi solar illdLlslri. Dalam melode ini~ diperltitLlllgkan jluklLiasi permilllaan. lillgkal kepuas(lll kOIlSLlIIICll, waklLi ancallg pemesanall, LlkLiran lot pemesallall, serla cadallgall pellgamall dall persediaall . Da"; melude DRP illi tliperolelrjullllair dalljadwa/ kebLltuhall duri seliap /evel dislribulur. l1usi/ perlrillllzgall DRP lIIelljadi masukml dalam pCllgusulan pola pemolllpaall ul/luk memillilllasi /JiaYIl pel/al/gullall feed slack, yai/U pola balch 3:6:3. Perubalran po/a pemompaUlI illi mellgakibalkllll berlamballllya persetiiaan tii langki timbun. Nalllun, Ira/ ini dapal dianlisipasi dengall rea/okasi lungki timbun. Perubahall po/a pelllpOlllpaall ini mellghasilkan pellghematall biaya sebesar Rp J48.990.000 per bu/all. Kala kWlci:s solar illduslri. distribusi. dislributiOIl requirement plannillg, inleljuce.
1. PENDAHULUAN Distribusi mempunyai arti yang sangat luas. Smith mendefinisikan distribusi sebagai aliran suatu produk mulai dari pemasok sampai dengan pelanggan. Efektifnya proses penyaluran produk merupakan salah satu hal yang cukup mempengaruhi pelayanan terhadap kOllsumen. Dapat dikatakan bahwa kesalahan dalam kcbijakan penentllan pcrencanaan pcrscdiaan dan proses pendistribusian akan berakibat buruk bagi suatu pcrusahaan, karena l1lcnyangkut kcpuasan konsumen dalam mendapatkan produk yang diharapkan dengan ccpat dan tcpal. Penempatan produk yang tidak tepat atau berlebihan pada salah satu distributor dapat menyebabkan kekurangan persediaan pada distributor lainl1ya. Masalah yang timbul bukan hanya penentuan besarnya perscdiaan, akan tetapi meliputi waktu ancang pemesanan, jumiah, dan waktu pcmesanan produk. Distributioll Requiremcnl Plannillg (DRP) mcmpunyai sifat antisipatif tcrhadap kekurangan pcrscdiaan pada sllalu distribulor. Dcngan menggunakan prcdiksi yang dilakukan olch kOnSUIl1Cll sendiri, llIaka l1uklllasi pCl'lnintaan yang ICljadi dapal dianlisipasi. McnUlut Marlin (1995), DRP adalah proscs manajcIllcn IInluk I1lcnentukan kcbutuhan pada suatu lokasi dan memastikan sllmber atau lokasi terse but dapat memcnuhi permintaan. Sistem DRP yang baik akan mempunyai kemampuan pengelolaan dalam pcrscdiaan tcrutal11a pada bidang pengiriman. DRP akan sclalu berusaha untuk dapat menyeimbangkan antara pasokan material dengan kebutuhan produksi. Melakukan pengiriman persediaan kepada pelanggan dengan efektif. Sebagai tambahan, sistem DRP ini juga diharapkan dapat melakukan penghematan biaya logistik yang signifikan melalui perencanaan kapasitas transportasi secara agregat dan penugasan pengiriman yang efektif dan efisien. .
69
70
Nalional Conference: Design and Application of Technology 2004
i'elll.:lilian ini membahas jlenjaclwalan (halching prograll/) solar pada sislem product 10 IJroduCI l)[flllliing yang melipllii penenluan jaelwal dan jUllllah solar yang dipesan dari setiap perusahaan industri ke setiap depot dan dari tiap depot ke pusat distribusi. Kriteria yang digunakan adalah batching program solar lInlllk lIll'ngurangi biaya pengolalJan/eed slack.
2.. SISTKM DISTRII3USl Struktur clistribllsi llIerlljlakan aliran distribllsi llllliai dari pusat distribusi sa1l1pai ke distributor yang palillg dekat konslllllcn. Pertalllina UPMS ITI Cabang Bandung IIlcngkoordinasikan depot-depot yang ada di sehagian .Iabar. Pusat elistribusi TTL (Terlllinal Transit Lomanis) Cilaeap sclanjlltnya menyalurkan DDM lIlelalui pipa CI3 (Cilaeap-13andung) ke depot Tasiklllalaya, depot Ujung Berung dan depot Padalarang. Dari tiap depot inilah DBM (Prem.ium, Kerosene, Solar/PKS) akan didistribusikan ke masing-masing perusahaan dan Sl'DU yang tersebar di daerah eakupalUlya masing-masing l1lelalui transportasi darat. Sistelll transportasi BBM melalui pipanisasi Cilaeap-Bandung atau CB saat ini digunakan untuk tiga jenis prodllk, yaitu premium, kerosene, dan solar untl.lk industri dengan sistem product to product pumping. Pada sistelll ini, di dalal1l satu pipa (CB) lllengalir 3 jenis produk yang dipolllpakan langsung dari pusat distribusi TTL Cilacap, dimana kerosenc sebagai produk penyekat antara premium dan solar. Dengan sistell1 11I'()t/uCI to producl {il/!nll;ng, teljadi pertcll1uan antara Sdtu jenis produk BBM dengan jenis produk BBM lainnya eli dalam i)ipa . Pertellluan antara dua jenis produk BBM ini dinamakan sebagai il/terface. Intelface ( 1990, I'enalllina) sclalu terjadi pada sistem product to product pumping, karena pada sistem ini tcrdapat beberapa balc" (volume sat11 jenis prodllk BBM yang akan dipompakan dari TTL Cilaeap). Intelface terjadi secara alamiah (bukan faktor disenga.ia). Pipa C13-1 dan CD-II digunakan lInlllk penyaluran SClllua jenis BDM. Untuk penyaJuran BBM dari TTL Cilacap lllcnlljll depot l'adalarang lllenggunakan pipa CD-I diameter 10 inchi dengan perbandingan prioritas solar unt11k SPDU dengan solar industri 70:30. Bcgitll pula dengan pipa CB-II dapat digunakan 1I111uk selllUa jcnis prodllk BBM lllelalui dcpot Tasiklllalaya dan depot Ujung Berung, tetapi produk solar depot lJjllng 11crung !cbih diprioritaskan lIntuk inelustri. llustrasi tCljadinya inter/ace paela sistClll {il'lit/IICI 10 1l/'I!(ltll'llJII/llllillg eli pipa CI3 (bpat dililwt pada GambaI' I.
I'IU,MllIM
I'IPA ('8·11
K~ROSENI':
~
":~:1 ~
(;:
'" ....
SOL.AR
.... :;:
-, §
KEROSENE
8 "'....
I'II'A Cil-li
Gamoar 1. lluslrasi Terjadinya lit/elface
Sistelll pipanisasi ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan satu lokasi saja, tetapi hams mampu tllelllCnllhi kebutllhan bebera])a lokasi yang dilalninya. Untuk jaringan pipanisasi CB-II hams bisa memenuhi kebutlllwn depot TasikJllalaya, depot Ujllng Dcrung dan dcpot Padalarang. Itltel/ace pada transportasi UI3M mclalui pipa dcngan mcnggllnakan sistem product to product l)fllllping tidak bisa dihindari. Pad a jalllr pipa CB teljadi inter/ace yang tcrdiri dari: • 1l/ll!t/ace A call1puran antara prel1liUlIl dan kcrosenc yang kellludian disilllpan eli tangki.fi?ed stock A. • Itllcl/ace B call1puran antara kerosenc dan solai: yang kCllludian disimpan di tangki/eed stock 13. D.liam jalur pipa Cll-II abn teljadi illla/ace (tereliri dari illlel/ace A dan intel/ace 13) mulai dari Cilacnp sampai Dandung. Saat ini batch pelllOlllpaan yang scdang berjalan di pertamina, yaitu per bulan ht~r.i"llllah I (i kali yang terdiri dari: 4 kali pOll1pa prell1iUIll, 8 kali pompa keroscne dan 4 kali pompa solar dari TTL Cilac.lp, schingga illlel/ilce rata-rata per bulan yang tCljadi adalah 16 kalidengan rata-rata volume 45 KI dan volullle illler/ace yang tCljadi scbesar 16 x 45 = 720 Kl. J ika balch pemompaan per bljlan dirubah mcnjadi bcrjumlah 12 kali yang terdiri dari: 3 kali pompa pre11liulll. (j kali pompa keroscne dan 3 kali pompa solar dari TTL Cilacap, sehingga/eed stock rata-rata pcr
71
National Conference: Design and Application of Technology 2004
!Icl ke lar
mg
di 1M an
bulan yang terjadi 12 kali dengan rata-rata volume 45 KI. Pada kondisi ini, volume inlelface ataufeed slack yang teljadi adalah 12 x 45 = 540 KI. Susunan balch ini menyebabkan berkurangnya volume feed stock berarti berkurang pula biaya pcngembalian feed stock ke Unit Pengolahan (UP) IV Cilacap dan biaya rework-nya (pengerjaan ulangfeed slack mcnjadi produk yang diinginkan). Perubahan Sllsunan batch premium:kerosene :solar dari 4:8:4 mcnjadi 3:6:3 mengakibatkall bertambalUlya volume BBM di tangki timbun. 1ika penambahan volume ini terlalu bcsar, maka diperlukan tangki timbun yang baru yang mcmerlukan biaya lagi. Akibat dari berbagai masalah ini, proscs pcngambilan kcpulusan dalam l11cl11ilih mctoda dislribusi nBM mclalui pipa yang optimal akan scmakin sulit jika lidak dilakukan dengan sualu meloda yang tcpa!.
3. BATCH PEMOMPAAN HASIL PERHITUNGAN DRP
Ian
iga "g. sat em 1M Ice pat adi
lari ;an ;al1 ,Iar
, I()
Balc" pemompaan dengan perbandingan prcl11ium:kcroscnc:solar Tabel DRP ditunjukkan scbagai berikut:
Volumc Premium rata-rata per batch: Tasikmalaya 9.814 4 45.248 Ujung Bcrung 4
2.454 11.312
KI Kl
dibulatkan dibulatkan 1urnlah
Volume Kcrosenc rata-rata per balc": Tasikmalaya 59 .360 8 84.432 Ujl1ng Berung 8
7.420 10.554
Kl KI
Volumc Solar rala-rata pcr bale": Tasiklllalaya 784 9.008 Ujl111/;\ ncnlll/;\
196 2.252
KI KI
4 4
2.500 11.350 13.850
KI KI KI
dibulalkan dibulatkan 1umlah
7.450 10.600 18.050
KI KI KI
dibulatkan dibulatkall 1u1111ah
200 2.300 2.500
KI KI KI
Bafc" pelllolllpaan dClIgan pcrbandingan prcllliul11:kcroscnc:solar Tabcl DIU) adalah scbagai bcrikut:
pu hi uct
an
71
= 4 :8:4 dari hasil perhitungal1
,
= 3:6 :3 dari hasil pcrhitungan
Volume Premium rala-rala per batc": Tasikmalaya 9.814 3 45 .248 3 UjllllS Beruns
3.271,33 15.082,67
KI KI
dibulatkan dibulatkall 1umlah
3.300 15 . 100 18.400
KI KI KI
Volume Kerosene rata-rata per balch: Tasikmalaya 59.360 6 84.432 6 Ujllng Berung
9.893,33 14 .072,00
Kl KI
dibulalkan dibulatkan 1urnlah
9.900 14.100 24.000
KI KI KI
Volume Solar rala-rata per batch : Tasikmalaya 784 9.008 Ujung Berung
261 ,33 3.002,67
KI KI
dibulatkan dibulatkan 1urnlah
270 3.010 3.280
KI KI KI
3 3
1umlah volume produk diperoleh dari data object thruput depotpcnerima, kecuali junl.lah volume solar dipcrolch dari pcrhitungan tabel DRP, Pembagi merupakan jumlah bate" produk yang dipompakan dari pusat dislribusi (TTL) Cilacap. Dari pcrhitungan volumc produk rata-rata tersebut dapat diperoleh batching program, dimana terdapat informasi mcngenai jenis, jumlah dan waktu pengiriman masing-masing produk. Pada pcrhitungan bate" pcmompaan 4:8:4 teljadi jumlah susunan batch pemompaan sebanyak 16 kali, sedangkan pada bate" pemompaan 3:6:3 jumlah susunan batc" pemompaan. yaitu 12 kali. Apabila jumlah reed slock rata-rata yang terjadi scbcsar45 KI. maka volumcfeed sloek mellgalami penurunan dari (16 x 45 .KI = 720 KI) menjadi (12 x 45 KI = 540 J
72
National Conferenee: Design and App'Ii't:ation of Technology 2004
4. ANALISIS Dari hasil pcrhitungan DR!' di dapat keblltuhan solar lIntuk depot Tasikmalaya dan depot Ujung 13crung. Dalam proscs pcnjadwalan 13I3M melalui pipa ini, kita dihadapkan pada kondisi pemompaan sistclll IlImlllel III l)roelllcl I}/III/pillg. dirnana illielfaee lidak dapal dihindari. IlIlelface lersebul harus dikelllbalikan kc UP-IV Cilacap unlllk dikcljakan utang yang tcnlllnya mel11erlukan biaya tambahan yang eukup banyak. Untllk ilu illlel./i/(;c hanls dapal dilangani sccara oplimal. Salah salu eara yailu dengan mcnunimasi biaya yang dilil11bulkan dari sislcl11 ini. Sistcm produci 10 1)I'otluct j)llllljlillg di Pcrtamina saat ini menggunakan balch pcmol11paan prclllilllll:kcroscnc:solar dcngan 4:8:4. Pada sislclll halch uSlilan 3:6:3 dapal I11cngurangi volumc illierface, n
Jadi tolal biaya yang diperlukan dengan sistem produci to product pumping 4:8:4, yaitu Rp
598.550.000,-.
Balch peJlloJllpaan unluk prclllium : kcroscnc : solar dcngan hatch pemompaan 3:6:3 mcnycbabkan kbcI
cl 1. Perbmidingan Biaya Berclasarkan Sistem Batch Pemompaan
No
c-
I
2 3
Kc~crillan
Biaya lransportasi Bi
Batc" 4:8:4 Rp 116.550.000, Rp 478.800.000,Rp 3.200.000,Rp 598.550.000,-
Batc" 3:6:3 R~ 88.060.000, Rp 359.100.000, Rp 2.400.000,- . Rp 449 .560.000,-
Pcrubahan baiClI pemompaan dari 4:8:4 menjadi 3:6:3 ilkan memberikan penghematan sebesar (Rp 598.550.000 - Rp 449.560.000) = Rp 148.990.000,- pCI' bulan. Nilai kcekonomisan ini untuk satu bulan. Nilai ini cukup signifikan clan berarti bagi Pert<)lllina. .
73
NatiOnal t.,;onterence: Design and Application of Technology,2004
5. KESIMPULAN
mg
em
i ke
'ak, aya
aan
ilas gan aya
kan
arti
Rp
kan
Dari penggullaan metoda DRP dapat diketahui jumlah dan jadwal kebutuhan solar untuk industri dari berbagai tingkat distributor. Mulai dari pcrusahaan industri sebagai konsumen akhir sampai ke level distributor diatasnya, yaitu kebutuhan tiap depot. Dad hasil perhitungan penggunaan balch pelllompaan 3:6:3 mengakibatkan bertambahnya volume lH3M di dcpot pcncrillla, tctapi hal ini dapattiiantisipasi dcngan I11clakukan rcalokasi tetap dari tangki timblin yang kclcbihan ruangan. Rcalokasi tangki timbun dapat dilakukan dcngan proses lallk cleanillg tcrlcbih dahlilu pada tangki timbun yang dialihfungsikan. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya investasi pembllatan tangki timbun baru juga dari segi waktu, karena proses lank cleaning hanya memerlukan waktu ± 2 bulan. Proses ini juga berfungsi untuk pemeliharaan dan peroaikan tangki timbun, sehingga biaya yang ditimbulkan dari proses ini dimasukkan dalam biaya pemeliharaan tangki timbun yang sifatnya tetap (tidak dapat diminimasi karena alokasi biaya pemeliharaan tangki timbun tetap) . Dari .kedua sistem balc" pemompaan ini, maka cara yang paling baik dari scgi biaya, yailu penggunaan sistem balch pemompaan untuk premium:kerosene:solar dengan menggunakan sistel1l batch 3:6:3. Sistem balch ini dapat meminimasi biaya penangananfeed slock yang ada.
6. DAFTAR PUSTAKA [I] Ridwan, Dasar-Dasar Statistika, CY. Alrabeta, Bandung, 2003 . [2] Imai, M., Kaizell, PPM, 1996. [3] 8udimall, I., Pelaksallaall Salw'al/ Distribusi Dalalll Upaya Pel/gadaal/ dall Pellyediaal/ BBM Ulltllk SPBU pada Pertamilla Depot Ujul/g Berul/g UPMS III Cabal/g Bal/dlllrg, Laporan Tugas Akhir Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, 2003. [4] Indrajit. R.E., dan R. Djokopralloto, KOl/sep Mal/ajelllell Supply Clrail/: Cara Bartt Melllal/dal/g Mala Ralllai Pel/yediaal/ BQI'al/g, Grusindo 2002. [5] Martin, A.J., DRP: Distributiol/ Resource Plal/I/il/g, Revised Editioll, John Willey & Son Inc, New York, 1993 . [G] Pertamina, Panduan Suplai dan Distribusi 8BM, Direktorat Pcmbckalan dan Pemasaran Dalam Ncgcri, 1990. [7] Pertaminn, Pedomall Pcngcndalian Mutu DOM, Oil. PPDN, 1996.
[81 Rnngkuti, r., Munnjcmcn Pcrscdiaan, PT. Rnja Gralindo Pcrkaso, Jakarta, 1995 .
[9J Smith, S.O., CUlllpUler-!JlIsecll'rudr/{;(iol/ 01/(1 ilr"cl/tUl), COl/trol, I'rcnticc-Hulllntcl'l1ationul, Inc.
l I0] Walpole, E.R., Illllu Pcluang dan Stalistik untuk Insinyur dan Illl1uwan, Edisi kc-4, ITO, 1995.
iaya
Rp ltuk iaya
rRp lilai
73
74