DETERMINAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS (Periode 1983-2014)
Jurnal Ilmiah
Disusun Oleh : Ibnu Anggara 115020107111046
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015
DETERMINAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS (Periode 1983-2014) Ibnu Anggara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Email:
[email protected] ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu negara dari kegiatan ekonomi yang dapat mendorong peningkatan output dalam masyarakat dan juga dapat meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan dampak dari variabel independent terhadap variabel dependent yaitu pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelum dan sesudah krisis 1997/1998. Data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari tahun 1983-2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah OLS (Ordinary Least Square). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif sebelum krisis dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi sesudah krisis. Penanaman modal asing berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi baik sebelum maupun sesudah krisis. Ekspor neto berpengaruh negatif sebelum krisis dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi sesudah krisis. Tingkat pendidikan menengah berpengaruh negatif sebelum krisis dan positif sesudah krisis namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Krisis, Inflasi, Investasi, Ekspor, Impor, Pendidikan A.
LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk menilai keberhasilan suatu negara dari kegiatan ekonomi yang dapat mendorong peningkatan output dan juga dapat meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan masyarakat. PDB di anggap sebagai ukuran terbaik untuk menilai kinerja perekonomian. Pada umumnya ukuran pertumbuhan untuk negara berkembang adalah PDB dan untuk negara maju adalah PNB. Pada pertengahan 1997, perekonomian Indonesia mengalami tekanan yang diakibatkan dari melemahnya mata uang Bath Thailand yang kemudian membuat mata uang rupiah ikut melemah. Pelemahan rupiah ini membuat rasio investasi terhadap pdb menurun separuhnya. Akibat dari mata uang rupiah yang terdepresiasi tadi menyebabkan inflasi yang tinggi. Inflasi yang tinggi ini membuat daya beli masyarakat menurun sehingga kesejahteraan menurun, pengangguran meningkat, kemiskinan meningkat. Perekonomian semakin memburuk karena hutang swasta jangka pendek dan panjang yang sangat besar, serta utang-utang pemerintah. Hal ini diperparah dengan munculnya permasalahan lain seperti kerusuhan sosial yang menyebabkan berbagai kerusakan dan juga memburuk nya iklim usaha di Indonesia. Hal ini membuat para investor asing menarik modalnya secara besar-besaran karena menurunnya kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi kedepan. Pada akhirnya pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis menjadi -13.1%. Hal-hal tersebut membuat indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 19971998. Pertumbuhan ekonomi banyak sekali di pengaruhi oleh beberapa faktor, namun dalam penelitian ini faktor yang digunakan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah inflasi, penanaman modal asing, ekspor neto dan tingkat pendidikan SMA. Inflasi dapat dijadikan suatu indikator yang menunjukkan ketidakstabilan ekonomi bagi sebuah negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Lalu penanaman modal asing, ini bertujuan untuk memperlancar kegiatan produksi dan infrastruktur bagi negara berkembang khususnya. PMA juga diperlukan untuk membangun percepatan ekonomi karena hal ini dapat membantu proses industrialisaasi agar menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas. Kemudian ekspor neto, dalam perdagangan internasional, ekspor impor diperlukan dalam mengembangkan suatu perekonomian dan mempunyai peranan penting sebagai penggerak perekonomian nasional.
Dan yang terakhir tingkat pendidikan, pendidikan tidak dapat langsung dinikmati pada saat ini , melainkan di masa yang akan datang. pendidikan adalah kebutuhan dasar setiap manusia karena melalui pendidikan dapat dilakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan. Apabila dalam suatu negara tingkat pendidikannya meningkat, mengindikasikan bahwa penduduk yang mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang tinggi semakin meningkat sehingga akan mendorong dan meningkatkan produktivitas perekonomian. Terdapat beberapa studi yang telah meneliti mengenai determinan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu di berbagai negara. Beberapa diantaranya adalah : Liwan, dkk (2007) menemukan bahwa inflasi memberi pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi negara Malaysia dan Thailand tetapi sebaliknya negara Indonesia. Faraji (2013) menemukan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan tidak ada hubungan jangka panjang antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Tanzania. Ang (2008) menemukan bahwa penanaman modal asing berdampak negatif terhadap expansi pengeluaran dalam jangka panjang. Faruk (2013) FDI memiliki dampak yang besar pada perkembangan negara berkembang seperti Bangladesh. Ervin Mardalena (2009) bahwa variabel perdagangan internasional (ekspor dan impor serta ekspor neto) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel investasi (PMA dan PMDN) berpengaruh positif namun tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap perrtumbuhan ekonomi. Hye (2011) hasil dari penelitiannya yaitu terdapat hubungan langsung dua arah antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor, pertumbuhan ekonomi dan impor, dan juga ekspor dan impor di China. Abdullah (2013) bahwa pendidikan merupakan komponen penting dari pertumbuhan ekonomi namun hasil yang didapat pendidikan berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi di Malaysia. Afzal, dkk (2011) bahwa di antara semua level tingkat pendidikan, tingkat pendidikan tinggi paling berpengaruh dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pendidikan memiliki hubungan dua arah dengan pertumbuhan ekonomi di Pakistan. B. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu. Menurut Schumpeter (dalam Putong, 2013), pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi adalah merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilan pembangunannya, sementara itu untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan ekonomi (Putong, 2013). Mankiw (2003), pertumbuhan ekonomi dilihat dari total pengeluaran agregat. GDP (Y) dibagi atas empat komponen : konsumsi (c), investasi (I), belanja negara (G), dan ekspor neto (NX): Y = C + I + G + NX. GDP dibedakan menjadi dua yaitu GDP Riil dan GDP Nominal. GDP riil yang menilai produksi barang dan jasa pada harga tetap. Terdapat banyak rumus yang dipergunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi, akan tetapi pada umumnya yang paling sering dipergunakan adalah dua cara, yaitu: (Putong, 2013) 1. Metode Hitung (Metode Aritmatik), yaitu menghitung pertambahan PDB dari tahun ke tahun, rumusnya sebagai berikut : ππππππππ β ππππππππ β1 πΊπΊππππππ = Γ 100% ππππππππ β1 (1) Di mana G PDB adalah tingkat pertumbuhan ekonomi, PDB n adalah PDB tahun berikutnya, PDB n-1 adalah PDB tahun lalu. Kelemahan rumus ini adalah cara ini tidak mudah menentukan berapa besarnya pertumbuhan rata-rata tiap tahunnya bila data yang ada rentangnya terlalu jauh. 2. Metode Ukur (Metode Geometrik). Metode ini menghitung pertambahan PDB antar tahun (tahun rentang), rumusnya sebagai berikut : ππ β1
πΊπΊππππππ = οΏ½ οΏ½
ππππππππ οΏ½ β 1(100%) ππππππ0
(2)
Terkadang cara ini disebut juga metode rata-rata, karena memang rumus ini adalah untuk menentukan pertumbuhan ekonomi secara rata-rata tiap periodenya. Kebaikannya adalah cara ini sangat bermanfaat untuk data yang jarang tersedia secara berurutan (periodik), kelemahannya kita tidak mengetahui seberapa besar pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya secara riil. Inflasi Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus serta menurunnya daya beli masyarakat. Menurut Mishkin (2009), inflasi didefinisikan sebagai kenaikan tingkat harga yang terus-menerus dan cepat. Putong (2013), inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus yang berakibat menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, tingginya angka inflasi yang terjadi pada suatu negara. Angka inflasi dihitung berdasarkan angka indeks yang dikumpulkan dari beberapa macam barang yang diperjual belikan dipasar dengan masing-masing tingkat harga (merupakan kebutuhan pokok/utama bagi masyarakat). Berdasarkan data harga itu disusunlah suatu angka indeks yang memperhitungkan semua barang yang dibeli oleh konsumen pada masing-masing harga, hal ini disebut sebagai Indeks Harga Konsumen (IHK). Berdasarkan indeks harga konsumen dapat dihitung berapa besarnya laju kenaikan harga-harga secara umum dalam periode tertentu. biasanya setiap bulan, 3 bulan dan 1 tahun. Penghitungan inflasi dengan menggunakan IHK adalah sebagai berikut : πΌπΌπΌπΌπΌπΌ ππ βπΌπΌπΌπΌπΌπΌππ β1 πΌπΌπΌπΌπΌπΌ = (3) πΌπΌπΌπΌπΌπΌππ β1
INF adalah tingkat inflasi, IHKn adalah indeks harga konsumen tahun dasar (dalam hal ini nilainya 100), IHKn-1 adalah indeks harga konsumen tahun berikutnya (Putong, 2013).
1.
2.
3. 4.
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama, yaitu : Inflasi Merayap/Rendah (Creeping Inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun. Kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama. Inflasi Menengah (Gallping Inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 10-30% pertahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga sercara cepat dan relatif besar. Inflasi Berat (High Inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30-100% pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik. Inflasi Sangat Tinggi (Hyper Inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (diatas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang karena nilainya merosot tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.
Faktor-faktor yang menyebabkan inflasi ada dua, yaitu Inflasi karena tarikan permintaan (Demand Pull Inflation), inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak, pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap maka harga akan naik. Jika hal ini berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja yang baru. Inflasi karena dorongan biaya (Cost Push Inflation), inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi. Akibatnya naiknya biaya produksi maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen yaitu, langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik karena penurunan jumlah produksi. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai
macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin atau bangunan), maupun aset finansial (deposito, saham ataupun obligasi) merupakan aktivitas investasi yang umumnya dilakukan (Tandelin, 2001). Investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk melakukan pembelian barang maupun jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik (Boediono, 1999). Menurut Salvatore (2007) terdapat tiga motivasi dalam melakukan investasi. Pertama yaitu absolute advantage atas pengetahuan dan keahlian produk serta keahlian manajerial sehingga akan menguntungkan apabila dikembangan di negara berkembang yang memungkinkan perusahaan mempunyai wewenang atas kontrol langsung dalam produksinya. Kedua mengontrol atas kebutuhan bahan mentah atau bahan baku dan ketersediaan bahan baku dalam melakukan produksi sehingga produksi tidak terganggu. Ketiga, yaitu menghindari adanya hambatan-hambatan ekspor yang diberlakukan bagi negara tujuan. Peran investasi dalam perekonomian mempunyai peranan yang sangat penting. Menurut Todaro (2004), untuk membangun ekonomi suatu negara diperlukan akumulasi modal, perkembangan penduduk, dan kemajuan teknologi. Akumulasi modal ini termasuk dalam bentuk tanah, peralatan dan sumber daya manusia. Akumulasi modal dikatakan berhasil yaitu ketika pendapatan diinvestasikan dan ditabung untuk menaikan produksi dikemudian hari. Perkembangan penduduk yang dimaksud yaitu harus dibarengi dengan peningkatan keahlian oleh tenaga kerja agar produksi menjadi efisien dan efektif. Menurut Sadono Sukirno (2000), investasi didefinisikan sebagai pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa yang akan datang. Secara umum investasi diartikan sebagai kegiatan perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas produksi di dalam perekonomian yang meliputi penambahan barang dan jasa dalam masyarakat. Investasi tidak hanya memaksimalkan output tetapi juga untuk menentukan distribusi tenaga kerja dan distribusi pendapatan, pertumbuhan dan teknologi. Dalam teori pertumbuhan endogen, peran investasi dalam modal fisik dan modal manusia turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Tabungan dan investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (Mankiw, 2003). Harrod-Dommar memberikan peranan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu, investasi memiliki peran ganda dimana dapat menciptakan pendapatan dan juga investasi dapat memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal (Todaro, 2004). Perdagangan Internasional Menurut Boediono (2012), perdagangan atau pertukaran mempunyai arti khusus dalam ilmu ekonomi. Perdagangan diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena paksaan, ancaman perang dan sebagainya tidak termasuk dalam arti perdagangan. Krugman (2004), perdagangan Internasional adalah proses pertukaran produk suatu negara dengan penduduk negara lain yang memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak, meskipun jumlah barang-barang yang tersedia secara keseluruhan sama sekali tidak berubah. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan selera dan pola konsumsi antara pelaku perdagangan tersebut. Perdagangan internasional timbul terutama karena suatu negara bisa menghasilkan barang tertentu secara lebih efisien daripada negara lain sehingga akan terjadi ekspor dan impor. Keunggulan dalam menghasilkan barang tertentu secara lebih efisien ini dibedakan menjadi dua; Keunggulan Mutlak (absolute advantage) dan keunggulan komparatif (comparative advantage). Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan-kebijakan internasional yang berorientasi ke luar (ekspor). Kemandirian yang didasarkan pada isolasi, baik yang penuh maupun sebagian tetap saja secara ekonomi akan lebih rendah nilainya daripada partisipasi ke dalam perdagangan dunia yang bebas tanpa batasan atau hambatan apapun (Todaro, 2004). Peranan penting dari ekspor dalam perdagangan internasional adalah negara dapat memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional menjadi naik, yang pada gilirannya dapat menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat hasil output yang tinggi maka lingkaran kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2004). Sedangkan Impor menurut Sukirno (2004), Impor merupakan pembelian suatu negara atas barang buatan luar negeri. Penentu impor yang paling utama adalah pendapatan
masyarakat suatu negara. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka semakin tinggi pula impor yang akan mereka lakukan. Kesimpulan dari teori perdagangan internasional yaitu, biaya produksi suatu barang ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang dimiliki oleh masing-masing negara. Keunggulan komparatif dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara. Suatu negara akan mengimpor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya. Tingkat Pendidikan Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan upaya meningkatkan kualitas manusia yang menyangkut pengembangan aktivitas dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam mengembangkan kecerdasan, kemampuan pengetahuan dan keterampialan. Pendidikan tersebut termasuk kedalam salah satu investasi pada bidang sumber daya manusia, yang mana investasi tersebut dinamakan dengan modal manusia (Human Capital) (Idris, 2007). Human Capital adalah kemampuan dan pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan, mulai dari program anak-anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan untuk para pekerja yang telah dewasa (Mankiw, 2003). Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi selain sumber daya alam, modal dalam menghasilkan output. Asumsi dasar teori Human Capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia, maka semakin meningkat pula efisiensi dan produktivitas suatu negara. Menurut Sukirno (2004), pendidikan merupakan satu investasi yang sangat penting untuk pembangunan ekonomi. Di satu pihak untuk memperoleh pendidikan memerlukan uang dan waktu, tetapi pada masa yang akan datang setelah pendidikan didapat, masyarakat ataupun individu akan memperoleh manfaat. Seseorang yang memperoleh pendidikan yang tinggi cenderung memperoleh pendapatan yang tinggi juga dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh. Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory) menekankan pentingnya peranan pemerintah terutama dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mendorong dan meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya pertumbuhan produktivitas tersebut digunakan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Pendidikan memainkan peranan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Pendidikan juga merupakan suatu alat untuk mengadopsi teknologi modern sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi dalam perekonomian. Pendidikan juga dilihat sebagai komponen inti dalam pertumbuhan dan pembangunan sebagai input bagi fungsi produksi suatu negara (Todaro, 2004). Mengingat pentingnya peran pendidikan tersebut, maka peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan di negara berkembang sangat diperlukan walaupun invetasi dibidang pendidikan merupakan investasi jangka panjang karena manfaat dari investasi ini baru dapat dirasakan di masa yang akan datang. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif. Menurut Kuncoro (2003) metode kuantittatif merupakan metode yang bermula dari data angka yang akan diproses menjadi informasi. Sehingga metode kuantitatif merupakan metode yang berupa angka dan analisis statistik dan kemudian diproses menjadi informasi. Dalam penelitian kuantitatif terdapat dua variabel yang dijadikan sebuah model, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini terdapat lima variabel yang akan digunakan yaitu satu variabel terikat dan empat variabel bebas. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder triwulan runtut waktu dengan periode 1983.1-2014.4. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga yang bersangkutan dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Sedangkan data runtut waktu adalah data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu (Kuncoro, 2003). Sebelum diolah lebih lanjut, data triwulan untuk beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data tahunan yang dirubah menjadi data triwulan dengan menggunakan interpolasi yang dikembangkan oleh Insukindro (2000). Salah satu prasyarat utama dapat atau tidaknya dilakukan pengujian terhadap suatu model ekonometri adalah tersedianya data
yang dikehendaki oleh si pembuat model. Dalam kenyataannya sering dijumpai bahwa data yang diinginkan tidak tersedia, tidak lengkap, atau tersedia dalam bentuk lain dan variasi waktu yang berbeda (misal, data yang tersedia dalam bentuk tahunan namun data yang diinginkan adalah triwulan atau bulanan). Terkait dengan usaha dalam memenuhi kebutuhan data seperti yang diharapkan pembuat model, maka dikembangkan suatu pendekatan untuk menurunkan data bulanan atau triwulan dari data tahunan dengan menggunakan metode interpolasi data. Adapun rumus dari metode interpolasi adalah sebagai berikut (Insukindro, 2000) : Qt 1 =1/4{Y t -4,5/12(Y t -Y t-1 )} Qt 2 =1/4{Y t -1,5/12(Y t -Y t-1 )} Qt 3 =1/4{Y t +1,5/12(Y t -Y t-1 )} Qt 4 =1/4{Y t +4,5/12(Y t -Y t-1 )} Dimana: = data triwulan n dari tahun t (n=1,2,3,4) Qt n = data tahun t Yt Y t β Y t-1 = Operasi kelambanan (backward lag operator) data tahun t-1 Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Ordinary Least Square (OLS). OLS ini adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan lebih dari 1 variabel independennya. Oleh karena itu rumusan model penelitian adalah sebagai berikut : Y = Ξ± + Ξ² 1 X1 + Ξ² 2 X2 + Ξ² 3 X3 + Ξ² 4 X4 + Ξ΅ Dimana : Y = Pertumbuhan Ekonomi dalam satuan persen X1 = Tingkat Inflasi dalam satuan persen X2 = Realisasi Penanaman Modal Asing dalam satuan jutaan dollar Amerika X3 = Ekspor Neto dalam satuan jutaan dollar Amerika X4 = Tingkat Pendidikan Menengah dalam satuan persen Ξ± = Konstanta Ξ² 1 β Ξ² 4 = Koefisien masing masing variabel Ξ΅ = Error Dalam penelitian ini terdapat 2 kali melakukan metode analisis OLS. Di mana pertama melakukan regresi sebelum krisis 1997/1998 yaitu pada 1983-1996 dan yang kedua melakukan regresi sesudah krsisis 1997/1998 yaitu pada tahun 1999-2014. Menurut Gujarati (2010), dalam penentuan estimator regresi berganda harus memenuhi dari kriteria BLUE. Kriteria BLUE merupakan singkatan dari Best, Linier, Unbiased, dan Efficient estimator. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Statistik Tabel 1: Hasil Uji Simultan Sebelum Krisis 1997/1998 ANOV Ab Model 1
Regres sion Residual Total
Sum of Squares 5.359 3.081 8.440
df 4 51 55
Mean S quare 1.340 .060
F 22.178
Sig. .000a
a. Predic tors: (Constant), X4, X2, X1, X3 b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan hasil pengujian didapat bahwa pada periode sebelum krisis nilai F hitung sebesar 22,178. Sedangkan F tabel (Ξ± = 0.05 ; db regresi = 4 : db residual = 51) adalah sebesar 2,553. F hitung > F tabel yaitu 22,178 > 2,553 atau nilai Sig. F (0,000) < Ξ± = 0.05, maka model analisis regresi adalah signifikan. Tabel 2: Hasil Uji Simultan Sesudah Krisis 1997/1998
ANOV Ab Model 1
Regres sion Residual Total
Sum of Squares 161.871 158.057 319.928
df 4 59 63
Mean S quare 40.468 2.679
F 15.106
Sig. .000a
a. Predic tors: (Constant), X4, X1, X3, X2 b. Dependent Variable: Y
Untuk periode sesudah krisis, hasil pengujian didapat bahwa nilai F hitung sebesar 15,106. Sedangkan F tabel (Ξ± = 0.05 ; db regresi = 4 : db residual = 59) adalah sebesar 2,258. F hitung > F tabel yaitu 15,106 > 2,258 atau nilai Sig. F (0,000) < Ξ± = 0.05, maka model analisis regresi adalah signifikan. Tabel 3: Hasil Uji Parsial Sebelum Krisis 1997/1998 Model 1
1.
2.
3.
4.
(Constant) X1 X2 X3 X4
Unstandardized Coefficients B Std. Error 3.593255 1.630163 .165718 .081361 .000175 .000076 -.000090 .000027 -.255090 .206042
Standardized Coefficients Beta .227 .231 -.480 -.179
t 2.204 2.037 2.311 -3.302 -1.238
Sig. .032 .047 .025 .002 .221
Inflasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai koefisien inflasi sebesar 0.165718, artinya jika inflasi meningkat satu persen maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat secara rata-rata sebesar 0.165718 persen dengan asumsi cateris paribus. Kemudian t test antara X 1 (Inflasi) dengan Y (PDB) menunjukkan t hitung = 2,037. Sedangkan t tabel (Ξ± = 0.05 ; db residual = 51) adalah sebesar 2,008. Karena t hitung > t tabel yaitu 2,037 > 2,008 atau sig. t (0,047) < Ξ± = 0.05, maka pengaruh X 1 (Inflasi) terhadap PDB adalah signifikan. Penanaman modal asing berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai koefisien 0.000175, artinya jika penanaman modal asing meningkat satu persen maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat secara rata-rata sebesar 0.000175 persen dengan asumsi cateris paribus. Kemudian t test antara X 2 (Penanaman Modal Asing) dengan Y (PDB) menunjukkan t hitung = 2,311. Sedangkan t tabel (Ξ± = 0.05 ; db residual = 51) adalah sebesar 2,008. Karena t hitung > t tabel yaitu 2,311 > 2,008 atau sig. t (0,025) < Ξ± = 0.05, maka pengaruh X 2 (PMA) terhadap PDB adalah signifikan pada alpha 5%. Bahwa ekspor neto berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan koefisien sebesar -0.00009, artinya jika ekspor neto meningkat satu persen, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menurun sebesar 0.00009 persen secara rata-rata dengan asumsi cateris paribus. Kemudian t test antara X 3 (Ekspor Neto) dengan Y (PDB) menunjukkan t hitung = 3,302. Sedangkan t tabel (Ξ± = 0.05 ; db residual = 51) adalah sebesar 2,008. Karena t hitung > t tabel yaitu 3,302 > 2,008 atau sig. t (0,025) < Ξ± = 0.05, maka pengaruh X 3 (Ekspor Neto) terhadap PDB adalah signifikan pada alpha 5%. Tingkat pendidikan menengah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan koefisien sebesar -0.25509, artinya jika tingkat pendidikan menengah meningkat satu persen maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menurun secara rata-rata sebesar 0.25509 persen dengan asumsi cateris paribus. Kemudian t test antara X 4 (Tingkat Pendidikan Menengah) dengan Y (PDB) menunjukkan t hitung = 1,238. Sedangkan t tabel (Ξ± = 0.05 ; db residual = 51) adalah sebesar 2,008. Karena t hitung > t tabel yaitu 1,238 > 2,008 atau sig. t (0,221) > Ξ± = 0.05, maka pengaruh X 4 (Tingkat Pendidikan Menengah) terhadap PDB adalah tidak signifikan pada alpha 5%.
Tabel 4: Hasil Uji Parsial Sesudah Krisis 1997/1998 Model 1
(Constant) X1 X2 X3 X4
Unstandardized Coefficients B Std. Error .304294 2.615648 -.185616 .059776 .000290 .000128 .000388 .000176 .059695 .218266
Standardized Coefficients Beta -.378 .295 .282 .038
t .116 -3.105 2.265 2.203 .273
Sig. .908 .003 .027 .032 .785
1.
2.
3.
4.
Inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan koefisien sebesar -0.185616, artinya jika inflasi meningkat satu persen maka pertumbuhan ekonomi akan menurun secara rata-rata sebear 0.185616 persen dengan asumsi cateris paribus. Kemudian t test antara X 1 (Inflasi) dengan Y (PDB) menunjukkan t hitung = 3,105. Sedangkan t tabel (Ξ± = 0.05 ; db residual =59) adalah sebesar 2,001. Karena t hitung > t tabel yaitu 3,105 > 2,001 atau sig. t (0,003) < Ξ± = 0.05, maka pengaruh X 1 (Inflasi) terhadap PDB adalah signifikan. Penanaman modal asing berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan koefisien sebesar 0.00029, artinya jika penanaman modal asing meningkat satu persen maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat secara rata-rata sebesar 0.00029 persen dengan asumsi cateris paribus. Kemudian t test antara X 2 (Penanaman Modal Asing) dengan Y (PDB) menunjukkan t hitung = 2,265. Sedangkan t tabel (Ξ± = 0.05 ; db residual =59) adalah sebesar 2,001. Karena t hitung > t tabel yaitu 2,265 > 2,001 atau sig. t (0,027) < Ξ± = 0.05, maka pengaruh X 2 (Penanaman Modal Asing) terhadap PDB adalah signifikan pada alpha 5%. Ekspor Neto berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien sebesar 0.000388, artinya jika ekspor neto meningkat satu persen maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat secara rata-rata sebesar 0.000388 persen dengan asumsi cateris paribus. Kemudian t test antara X 3 (Ekspor Neto) dengan Y (PDB) menunjukkan t hitung = 2,203.Sedangkan t tabel (Ξ± = 0.05 ; db residual = 59) adalah sebesar 2,001. Karena t hitung > t tabel yaitu 2,203 > 2,001 atau sig. t (0,032) < Ξ± = 0.05, maka pengaruh X 3 (Ekspor Neto) terhadap PDB adalah signifikan pada alpha 5%. Tingkat Pendidikan Menengah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien sebesar 0.59695, artinya jika tingkat pendidikan menengah meningkat satu persen maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat secara rata-rata sebesar 0.59695 persen dengan asumsi cateris paribus. Kemudian t test antara X 4 (Tingkat Pendidikan Menengah) dengan Y (PDB) menunjukkan t hitung = 0,273. Sedangkan t tabel (Ξ± = 0.05 ; db residual =59) adalah sebesar 2,001. Karena t hitung < t tabel yaitu 0,273 < 2,001 atau sig. t (0,785) > Ξ± = 0.05, maka pengaruh X 4 (Tingkat Pendidikan Menengah) terhadap PDB adalah tidak signifikan pada alpha 5%.
Tabel 5: Koefisien Determinasi Sebelum Krisis 1997/1998 Model 1
R .797
R Square .635
Adjusted R Square .606
2
Didapat nilai R sebesar 0,635. Artinya bahwa 63,5% variabel PDB akan dipengaruhi oleh variabel bebasnya, yaitu Inflasi(X 1 ), Penanaman Modal Asing (X 2 ), Ekspor Neto (X 3 ), Tingkat Pendidikan menengah (X 4 ). Sedangkan sisanya 36,5% variabel PDB akan dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Tabel 6: Koefisien Determinasi Sesudah Krisis 1997/1998 Model 1
R .711
R Square .506
Adjusted R Square .472
2
Didapat nilai R (koefisien determinasi) sebesar 0,506. Artinya bahwa 50,6% variabel PDB akan dipengaruhi oleh variabel bebasnya, yaitu Inflasi(X 1 ), Penanaman Modal Asing (X 2 ), Ekspor Neto (X 3 ), Tingkat Pendidikan menengah (X 4 ). Sedangkan sisanya 49,4% variabel PDB akan dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dapat diketahui bahwa pada periode sebelum krisis 1997/1998 inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia. Hal ini dikarenakan sebelum periode krisis 1997/1998 laju inflasi yang cenderung stabil dan terkendali dalam beberapa tahun sebelum krisis moneter 1997/1998 menyebabkan hubungan positif antara inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. hasil ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Liwan (2007) bahwa inflasi
memberi pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi negara Malaysia dan Thailand tetapi sebaliknya negara Indonesia, artinya inflasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan hasil estimasi untuk periode sesudah krisis 1997/1998 menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh negatif antara inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dikarenakan pemerintah beberapa kali menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan kenaikan tarif dasar listrik yaitu pada 2001, 2005 dan 2014. Naiknya harga BBM menyebabkan naiknya biaya produksi yang selanjutnya akan menurunkan hasil produksi. Selain itu, sistem nilai tukar yang sudah berubah menjadi mengambang bebas semakin membuat rupiah melemah kemudian timbulnya inflasi akan membuat harga-harga barang dan jasa akan terus naik dan pada akhirnya berpengaruh pada pola konsumsi masyarakat yang semakin menurun. Berdasarkan hasil tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Putong (2013) dan hasil ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Faraji (2013) bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Berdasarkan hasil estimasi, dapat diketahui bahwa penanaman modal asing sebelum krisis 1997/1998 berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan sebelum krisis 1997/1998 terjadi, pada 1995/1996 kegiatan investasi di Indonesia semakin marak sehingga menyebabkan kenaikan pertumbuhan pada sektor ekonomi seperti konstruksi dan industri, besarnya minat investasi ikut mendorong pertumbuhan ekonomi. Kemudian untuk periode sesudah krisis 1997/1998, penanaman modal asing juga menunjukkan hasil yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan setahun setelah kejadian krisis 1997/1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali membaik ke angka positif. Selain itu, Indonesia kembali dihadapi oleh krisis finansial global pada 2008, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh 6.1% pada saat itu sehingga investor percaya untuk menanamkan modalnya karena Indonesia mampu bertahan ditengah gejolak krisis global. Dengan semakin naiknya penanaman modal yang dilakukan oleh pihak asing akan membuat bertambahnya modal sehingga akan menaikkan tingkat produktivitas terutama untuk hasil produksi suatu negara melalui transfer teknologi dan dapat menciptakan lapangan kerja baru. Dengan adanya lapangan kerja baru akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang akan berdampak pada permintaan masyarakat dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Berdasarkan hasil tersebut, penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Harrod-Dommar bahwa investasi merupakan kunci sebagai penggerak perekonomian dan juga hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Faruk (2013) yang mana investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena investor asing mencari sumber-sumber baru investasi di mana negara berkembang berusaha mencari sumber-sumber dana untuk mengembangkan negara. Pengaruh Ekspor Neto Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Berdasarkan hasil estimasi, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh ekspor neto terhadap pertumbuhan ekonomi baik sebelum dan sesudah krisis 1997/1998. Pada periode sebelum krisis 1997/1998 ekspor neto berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan merosotnya harga minyak internasional pada sejak 1980-an. Pada periode tersebut ekonomi Indonesia sangat bergantung pada ekspor minyak dan juga proses globalisasi pasar yang ditandai persaingan bebas semakin memberikan tekanan pada ekspor Indonesia. Sedangkan pada periode sesudah krisis 1997/1998 ekspor neto berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan perkembangan ekspor neto tetap stabil dan nilai ekspor neto berada dalam angka positif. Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan pada sisi impor yang diarahkan untuk menunjang dan mendukung pertumbuhan industri dalam negeri khususnya yang berorientasi ekspor, menjaga ketersediaan kebutuhan barang dan jasa, serta meningkatkan pendayagunaan devisa untuk menjaga keseimbangan neraca pembayaran. Terdepresiasi nya nilai tukar juga menybabkan harga barang-barang ekspor Indonesia mengalami penurunan nilainya dibandingkan harga barang-barang luar negeri sehingga mengakibatkan ekspor mengalami peningkatan dan impor cenderung menurun. Hasil ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mardalena (2009) bahwa ekspor neto berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh Tingkat Pendidikan Menengah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Berdasarkan hasil estimasi, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara sebelum dan sesudah krisis 1997/1998. Sebelum krisis, tingkat pendidikan menengah berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan masih rendahnya angka partisipasi murni tingkat pendidikan menengah pada periode tersebut dan juga mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan belum cukup tinggi. Sedangkan pada periode sesudah krisis, tingkat pendidikan menengah berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena angka partisipasi murni tingkat pendidikan menengah terus mengalami peningkatan setiap tahunnya namun kurangnya pemerataan pada sektor pendidikan di Indonesia tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil tersebut, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Afzal (2011) bahwa tingkat pendidikan yang tinggi menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula. E. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan pada inflasi sebelum dan sesudah krisis, pada sebelum krisis tingkat inflasi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan sesudah krisis, inflasi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi. Tingkat inflasi yang stabil dapat memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan ekonomi, akan tetapi jika tingkat inflasi itu fluktuatif hal ini dapat berdampak kurang menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi karena membuat lonjakan harga barang-barang yang tinggi sehingga terjadi ketidakstabilan ekonomi dalam suatu negara. 2. Tidak terdapat perbedaan pada penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi baik sebelum dan sesudah krisis. Penanaman modal asing dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun dampak yang lebih besar dirasakan pada periode sesudah krisis karena Indonesia mampu mengatasi krisis 1997/1998 yang ditunjukkan dengan kembalinya laju pertumbuhan ekonomi ke nilai positif dan juga Indonesia mampu bertahan ditengah gejolak krisis global yang mana Indonesia mampu tumbuh 6.1% pada saat itu. peningkatan pertumbuhan ekonomi dari penanaman modal asing juga melalui peningkatan sumber daya manusia yang ahli dalam bidangnya dan peningkatan ekspor. 3. Pada ekspor neto terdapat perbedaan dampak pada sebelum dan sesudah krisis 1997/1998. Di mana pada sebelum krisis, ekspor neto menyebabkan penurunan pada pertumbuhan ekonomi dikarenakan merosotnya harga minyak internasional pada sejak tahun 1980-an. Sedangkan periode sesudah krisis, ekspor neto dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dari perbedaan ini diketahui bahwa periode sebelum krisis Indonesia bergantung pada ekspor minyak sehingga hal ini berdampak kurang menguntungkan bagi Indonesia. Namun saat ini Indonesia sudah memiliki berbagai produk yang dapat di ekspor sehingga aktivitas ekspor Indonesia memberi dampak yang baik terhadap pertumbuhan ekonomi. 4. Pada tingkat pendidikan menengah terdapat perbedaan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi sebelum dan sesudah krisis 1997/1998. Namun tingkat pendidikan menengah dampaknya adalah tidak nyata. Pada sebelum krisis peningkatan angka partisipasi murni tingkat pendidikan menengah menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi secara tidak nyata, hal ini dikarenakan masih rendahnya angka partisipasi murni tingkat pendidikan menengah pada periode tersebut dan juga mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan belum cukup tinggi. Sedangkan untuk periode sesudah krisis, tingkat pendidikan menengah dapat membuat pertumbuhan ekonomi meningkat. Hal ini karena angka partisipasi murni tingkat pendidikan menengah terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun kurangnya pemerataan pada sektor pendidikan di Indonesia tidak memberikan dampak yang nyata terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari kesimpulan penelitian di atas, maka hasil dari penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dan keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Dalam menghadapi tingkat inflasi yang fluktuatif dan kurang menguntungkan bagi perekonomian. Diharapkan pemerintah juga meninjau langsung harga-harga barang kebutuhan
2.
3.
4.
5.
pokok di pasar. Dengan menetapkan harga tertinggi eceran sehingga harga-harga barang kebutuhan pokok tidak melonjak sangat tajam yang nantinya dapat berpengaruh terhadap harga-harga barang lainnya. Selain itu, pemerintah diharapakan lebih baik lagi dalam menjaga stabilitas keamanan agar kerusuhan sosial dalam negeri tidak terulang kembali. Dalam hal investasi, pemerintah sebaiknya lebih memperjelas lagi kepastian hukum mengenai penanaman modal asing, memperbaiki infrastruktur dan menjaga stabilitas keamanan agar kerusuhan pada saat krisis moneter tidak terulang lagi sehingga banyak investor yang tidak secara spontan menarik modalnya secara besar-besaran dan agar para investor tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia Dalam hal ekspor neto, pemerintah sebaiknya mengkaji secara cermat apa saja potensi-potensi sumber daya alam yang dapat menunjang pendapatan devisa bagi Indonesia. Dan juga diharapkan pemerintah mengurangi ekspor barang mentah dengan mengganti ekspor dengan barang setengah jadi atau sudah jadi sehingga dapat memberikan nilai tambah terhadap nilai ekspor Indonesia. Dalam hal pendidikan, diharapkan pemerintah dapat mengupayakan pemerataan disektor pendidikan khusus nya pada Indonesia bagian Timur. Serta meningkatkan kualitas Guru sehingga dapat melahirkan siswa/i yang berkualitas pula. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan atau menggunakan variabelvariabel lain yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebagai bahan pertimbangan untuk pemerintah dalam menetapkan kebijakan ekonomi ke depannya.
Daftar Pustaka Abdullah, Abdul. 2013. Education and Economic Growth in Malaysia: The Issues of Education Data. Procedia Economics and sFinance, Vol. 7 : 65-72 Afzal, Muhammad,dkk. 2011. Education and economic growth in Pakistan: A cointegration and causality analysis. International Journal of Educational Research, Vol. 50 : 321-335 Ang, James B.2008. Foreign Direct Investment and Its Impact on Thai Economy: the role of financial development. Journal Economic Financial, Vol. 33 : 316-323 Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta : BPFE UGM. Boediono. 2012. Ekonomi Internasional. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta Faruk, Mohammad Omar. 2013. The Effect of FDI to Accelerate the Economic Growth of Bangladesh and Some Problems & Prospects of FDI. Asian Business Review, Vol. 2 No. 2. Gujarati, Damodar N. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika (Buku 1, edisi ke-5). Jakarta: Salemba Empat. Hye, Qazi. 2012. Exports, imports and economic growth in China: an ARDL analysis. Journal of Chinese Economic and Foreign Trade Studies, Vol.5 No.1:42-55. Insukindro, 2000, Dasar-Dasar Ekonometrika, kerjasama Bank Indonesia dengan Program Studi MEP UGM, Yogyakarta. Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Edisi 1 cetakan Ke-10. Jakarta: PT Grafindo Persada. Kasidi, Faraji. 2013. Impact of Inflation on Economic Growth: A Case Study of Tanzania. Asian Journal of Empirical Research. Vol 3(4). Krugman, Paul, dan Obstfeld. 2004. Ekonomi Internasional Edisi 5. Jakarta. PT. Kelompok GRAMEDIA.
Indeks
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis. Jakarta: Erlangga Liwan, A. dan Lau, E. 2007. Managing Growth: The Role of Export, Inflation and Investment in Three ASEAN Neighboring Countries. MRPA Paper Mankiw, Gregory. 2003. Teori Makroekonomi Terjemahan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Mardalena, Ervin. 2009. Pengaruh Investasi Swasta dan Perdagangan Internasional terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Selatan. Ekonomika. Mishkin, Federic S. 2009. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Buku 1 Edisi ke-8 Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat. Mishkin, Federic S. 2009. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Buku 2 Edisi ke-8 Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat. Putong, Iskandar. 2013. Pengantar Mikro dan Makro. Edisi ke-5. Jakarta: Mitra Wacana Media Salvatore, Dominic. 2007. International Economics. New Jersey: Prentice-Hall. Simorangkir, Iskandar dan Suseno. 2004. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar. Seri Kebanksentralan No.12 Jakarta: PPSK Bank Indonesia Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern : perkembangan pemikiran dari klasik hingga Keynesian baru. Jakarta : Raja Garfindo Pustaka Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi Manajemen Portfolio, Cetakan Pertama, Yogyakarta: BPFE. Todaro, M.P. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga.