1
Deteksi Kerusakan Insulasi Belitan Antar Fasa pada Motor Induksi Menggunakan Tes Surja Tegar Succliftom(1), Dimas Anton Asfani(2), dan I Made Yulistya Negara(3) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected](1),
[email protected](2),
[email protected](3) Abstrak—Kegagalan motor listrik pada industri dapat menyebabkan downtime sistem dan kerugian finansial yang besar. Kegagalan motor listrik sebagian besar disebabkan oleh kerusakan isolasi belitan antarfasa maupun antarturn pada stator motor listrik akibat operasional dan penuaan. Pada penelitian ini akan memperkenalkan pengujian surja dan analisa gelombang untuk mendeteksi kerusakan sistem isolasi motor. Berbagai jenis kerusakan sistem isolasi belitan stator akan diuji dan dianalisa secara efektif menggunakan metode EAR (Error Area Ratio) dan total area dalam pengolahan gelombang hasil pengujian. Penelitian ini juga mengupas faktor utama dan prinsip pengujian surja menggunakan perangkat custom yang telah teruji. Sehingga penelitian ini dapat mencadi acuan dalam mengevaluasi kondisi sistem isolasi dan keadaan motor listrik. Kata Kunci—Motor induksi, turn fault, stator, kegagalan isolasi belitan, tes surja.
M
I. PENDAHULUAN
OTOR LISTRIK merupakan peralatan listrik yang digunakan secara luas dengan banyak fungsi pada dunia industri. Kerusakan pada mesin listrik yang sering terjadi adalah kerusakan bearing dan isolasi belitan stator dikarenakan minimnya perawatan dan pengawasan pada operasi motor induksi.Sebuah kegagalan isolasi antarfasa belitan stator dalam jumlah kecil yang tidak terdeteksi dapat dengan cepat menyebabkan kegagalan lanjutan berupa kegagalan isolasi hubung tanah atau ground fault, sehingga menyebabkan kegagalan mesin listrik secara menyeluruh dan lebih fatal. Kegagalan sistem isolasi antarfasa pada belitan stator juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan medan yang dibangkitkan oleh setiap fasanya, sehingga dapat berimbas pada terjadinya getaran dan kegagalan bearing. Kegagalan pada motor induksi pada aplikasi industri dapat menyebabkan terjadi downtime sistem secara menyeluruh dan meyebabkan kerugian produksi yang besar. Hal ini dikarenakan pada motor listrik berperan penting dan mengkonsumsi lebih dari 60 % dari seluruh energi listrik yang digunakan pada proses industri [1]. Beberapa metode telah dicoba untuk proses monitoring kegagalan isolasi belitan stator motor induksi. Pada beberapa penelitian telah dicoba pengujian menggunakan partial discharge test, namun pengujian jenis ini sangat bergantung
pada faktor kerusakan dan kapasitas daya mesin listrik. Pengujian partial discharge hanya dapat mendeteksi kerusakan isolasi stator pada level yang relatif besar dan pada mesin kapasitas besar [2]. Pengujian resistansi isolasi atau megger test tidak dapat mengevaluasi kerusakan isolasi belitan dikarenakan faktor alami seperti jarak dan level kerusakan.Pengujian tes surja memiliki kelebihan dalam hal mendeteksi proses pelemahan isolasi hingga kerusakan isolasi antar belitan fasa di stator yang terjadi di mesin listrik sampai tegangan rendah sekalipun.Pengujian tegangan surja dapat mendeteksi kerusakan ini, bahkan hingga berbagai macam kerusakan antara lain kerusakan belitan turn-to-turn, coil-to-coil, phaseto-phase baik antarfasa maupun terhadap titik netral hingga motor bertegangan rendah sekalipun. Pengujian surja juga dapat mendeteksi proses awal kerusakan isolasi belitan stator dengan jumlah turnfault yang kecil [1,3,4]. Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian surja untuk mendeteksi berbagai kerusakan sistem isolasi belitan stator antara lain isolasi antarturn, antarfasa, hingga fasa ke netral dengan level kerusakan sangat kecil hingga level kerusakan yang cukup parah. Pada penelitian ini juga akan dilakukan akuisisi data yang akurat dan analisa pengolahan respon pengujian surja dengan metode EAR (Error Area Ratio) dan Analisa Total Area Gelombang sehingga didapatkan diagnosa kondisi motor dengan aktual dan praktis. II. KERUSAKAN SISTEM ISOLASI BELITAN ANTAR FASA MOTOR INDUKSI Pada dasarnya spesimen motor induksi dipilih karena memiliki fungsi dan aplikasi yang banyak pada dunia industri dan konstruksi fisik motor induksi sama dengan motor sinkron, hanya saja pada rotor motor induksi terdapat perbedaan. Konstruksi rotor pada motor induksi terdiri dari dua jenis yaitu rotor belit dan rotor sangkar. Rotor sangkar terdiri dari batang konduktor yang disatukan pada slot permukaan rotor dan dihubungkan shorting rings yang besar sedangkan rotor belit memiliki belitan rotor yang merupakan cerminan belitan stator. Motor induksi bekerja menggunakan tegangan dan arus induksi rotor yang didapat dari rangkaian stator layaknya transformer. Dikarenakan tegangan dan arus induksi pada rotor motor induksi secara mendasar sama dengan operasi transformer, sehingga rangkaian ekivalennya hampir sama dengan transformer. Motor induksi dengan singly excited machine dikarenakan pasokan daya dialirkan ke stator.
2
R1
jX1
jXR S L
Vp
RC
jXM E1
ER
RR
Gambar 1. Rangkaian ekivalen motor induksi
Vtest
C R
Gambar 3. Rangkaian dasar pengujian surja [1] Cockcroft-Walton Multiplier
Induction Motor
S1
S2
AC
C
R L
Integrated Data Accuisition with Labview & Arduino by PXIe
Switching & Surge Capacitor
(a)
Gambar 2. Sistem isolasi pada belitan stator motor listrik [6] Dikarenakan motor induksi tidak memiliki sumber medan yang independen, maka permodelannya tidak melibatkan sumber tegangan seperti Ea pada motor sinkron seperti yang ditunjukkan Gambar 1. Sehingga pada penggunaan motor induksi akan sangat erat dengan berfungsinya nilai induktansi dan resistansi yang terkandung dan terlindungi oleh isolasi pada stator motor induksi [1,5]. Nilai induktansi dan resistansi yang terkandung pada belitan stator terjaga dan dilindungi oleh sistem isolasi stator agar memiliki nilai tetap dan seimbang pada tiap belitan fasanya. Ketika ketebalan isolasi ditingkatkan maka dapat membatasi panas yang terjadi dalam belitan stator motor yang dialiri arus.Sistem isolasi belitan stator motor listrik terdiri dari beberapa subsistem seperti yang ditunjukkan Gambar 2. Sebuah fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa banyak kegagalan motor dimulai dari kegagalan antar belitan dalam belitan stator. Hubung singkat dalam belitan ini akan menyebabkan titik panas yang dapat mengurangi kekuatan isolasi secara terus menerus. Sistem isolasi fasa maupun turn bergantung pada bahan isolasi berupa enamel yang dapat terdegradasi oleh temperatur maupun gesekan. Proses kegagalan isolasi karena hubung singkat belitan stator ini akan semakin cepat terjadi seiring dengan waktu motor beroperasi dan temperatur motor. [3,4,6]. III. PERANGKAT PENGUJIAN SURJA Pengujian tegangan surja pada mesin listrik dilakukan pada kondisi offline atau tidak ada sumber listik yang mensuplai mesin listik tersebut.Pada prinsipnya, tes surja dilakukan dengan mengalirkan pulsa short current, yang memiliki rise time yang amat singkat, ke belitan stator motor induksi.Setiap pulsa respon motor akan menghasilkan respon tegangan impuls, dan frekuensi resonansi [1,3]. Pada Gambar 3 dapat dilihat konstruksi dasar rangkaian pengujian surja.
(b) Gambar 4. (a). Skema rangkaian elektronik sistem pengujian tegangan surja & (b). Rangkaian piranti pengujian surja Dimana rangkaian pengujian dan motor akan menjadi sebuah rangkaian RLC yang berfrekuensi dan apabila motor mengalami kerusakan isolasi otomatis nilai induktansi (L) akan berkurang karena efek short circuit antar belitan dan berakibat perubahan nilai frekuensi tegangan impuls dan pergeseran bentuk gelombang setelah diamati [1,4,7]. Hal ini dapat kita analisa dari frekuensi peredaman pulsa respon berupa tegangan impuls. Persamaan frekuensi gelombang resonansi ditunjukkan oleh persamaan (1), dimana f merupakan frekuensi resonansi, C adalah nilai kapasitor surja, L induktansi motor, dan R adalah resistansi motor [1,3]. f
√
Gambaran konfigurasi rangkaian pengetesan surja pada motor induksi dapat dilihat pada Gambar 4 (a) & (b). Perangkat utama pada pengujian surja adalah kapasitor surja dengan sistem pengisian dan injeksi surjamenggunakan rangkaian saklar berupa rele dengan kendali Arduino Uno. Perangkat pendukung berupa sumber DC Voltage Doubler yaitu Cockcroft-Walton Multuplier, serta akuisisi data perekam respon surja berupa Labview dan NI PXIe.
3 200
normal referensi
150
2 turnfault 4 turnfault
Voltage (V)
100
6 turn fault 50
10 turn fault
0
-50
Gambar 5. Konfigurasi kerusakan isolasi belitan antarfasa
-100
0
IV. DETEKSI BERBAGAI JENIS KERUSAKAN SISTEM ISOLASI BELITAN DENGAN PENGUJIAN SURJA Pada penelitian ini akan menggunakan motor induksi 3 fasa 4 kutub 1500 rpm dengan tegangan 220/380 V. Motor spesimen akan dibelit ulang dengan konfigurasi yang persis sama dengan kondisi normal dan dilengkapi external tab pada kutub pertama fasa R dan fasa T dan dapat dilakukan simulasi short circuit menggunakan konektor seperti yang ditunjukkan Gambar 5. Hal ini dilakukan untuk mensimulasikan percobaan pengujian surja pada berbagai jenis kerusakan sistem isolasi belitan stator pada motor induksi. Pada percobaan pertama diuji motor dengan kerusakan sistem isolasi antarfasa yang terjadi pada sistem isolasi yang membatasi dua belitan fasa yang berbeda pada satu slot atau antar slot belitan stator yang berdekatan. Hal ini dilakukan semisal dengan menghubungkan turn 1 fasa R dengan turn 1 fasa T maka akan mensimulasikan short circuit antarfasa sejumlah 2 turnfault yang kita sebut sebagai short circuit RT1-1 dan seterusnya begitu. Pada spesimen motor induksi diambil hubungan short circuit fasa R dan T dengan variasi kerusakan dalam hal jumlah turnfault. Variasi jumlah turnfault antarfasa diharapkan menunjukkan analisa tentang EAR dan Total Area Gelombang. Pada percobaan kedua diuji kerusakan sistem isolasi antarturn dan isolasi belitan terhadap netral. Hal ini dilakukan untuk menguji sensitivitas pengujian surja dalam hal menguji kerusakan antarturn dalam jumlah turnfault kecil sekalipun dan faktor yang mempengaruhi pengujian surja. Hal ini dapat dilakukan karena external tab memungkinkan simulasi segala jenis short circuit akibat berbagai jenis kerusakan isolasi belitan stator. Berbagai jenis kerusakan baik antarfasa, antarturn, maupun fasa ke netral juga akan dilakukan dengan variabel kontrol berupa jumlah turnfault yang sama yaitu 2 dan 3 turn. Simulasi kerusakan isolasi antarturn dilakukan sejumlah 2 turnfault dengan menghubungkan turn 1 belitan R dengan turn 3 belitan R pula, hubungan ini akan kita sebut R1-3. Selain itu juga kita juga menghubungkan titk netral ke turn 2 belitan R untuk diuji yang kemudian kita sebut R-0-2. Dengan begitu kita dapat menguji berbagai jenis kerusakan isolasi namun dengan variabel kontrol jumlah turnfault sama yaitu 2 turn.
0.0005
0.001
0.0015 Time (s)
0.002
0.0025
0.003
Gambar 6. Hasil respon gelombang surja terhadap kerusakan isolasi belitan antarfasa V. HASIL ANALISA EAR (ERROR AREA RATIO)& TOTAL AREA GELOMBANG Dari pengamatan hasil pengujian dengan konfigurasi kerusakan isolasi belitan antar fasa ini, kita akan mendapatkan suatu pergerakan gelombang yang signifikan. Pertama adalah fakta bahwa rangkaian yang menghubungkan sistem pengujian surja dengan induktansi dan resistansi dari motor pengujian akan membentuk rangkaian RLC. Rangkaian RLC akan menghasilkan gelombang resonansi teredam dari respon impuls surja dan diturunkan rumus frekuensi gelombang surja seperti yang ditunjukkan oleh persamaan 1. Sesuai persamaan bahwa nilai induktansi (L) berbanding terbalik dengan nilai frekuensi respon impuls surja yang dihasilkan, sehingga secara matematis ketika nilai induktansi belitan stator tereduksi akibat bypass short circuit maka nilai frekuensi gelombang surja akan semakin besar [1]. Hal ini ditunjukkan dengan semakin besar jumlah turn fault respon gelombang surja semakin rapat dan bergeser ke kiri mendekati puncak impulsnya seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 6. Metode analisa kenaikan nilai frekuensi secara perhitungan frekuensi rangkaian RLC akan sulit dilakukan secara manual, kenaikan frekuensi dan pergeseran gelombang respon akan lebih mudah menggunakan analisa EAR dan total area gelombang untuk mendapatkan diagnosa yang tepat dan mencerminkan keadaan motor. Error Area Ratio(EAR) merupakan sebuah metode analisa gelombang yang sangat sensitif terhadap perbedaan dalam dua gelombang, sehingga metode ini digunakan untuk mendeteksi perbedaan antara dua gelombang yang sulit dibedakan dengan kasat mata [7,9,10]. Gelombang yang diuji adalah gelombang fasa R-T normal hingga berbagai variasi kerusakan, sedangkan gelombang referensi adalah gelombang fasa R-S dalam kondisi normal. Hal ini mengacu pada ketentuan L-L test reference EARdimana membandingkan nilai belitan antarfasa R-T normal maupun yang rusak dibandingkan dengan belitan antarfasa lain yang telah teruji sesuai prototype dan benar yaitu R-S sebagai referensi untuk menilai seberapa besar error
4 belitan antarfasa satu dengan lainnya. Persamaan (2) adalah rumus Error Area Ratio (EAR) dimana adalah poin ke-i
∑
adalah poin ke-i
F | |F |
Nilai EAR akan dapat menunjukkan level kerusakan yang terjadi berdasarkan besar prosentase. Pada Tabel 1 terdapat kriteria hasil pengujian surja yang dapat menyatakan motor dalam keadaan baik maupun buruk menurut standar AWA Surge test pass/fail criteria yang dikeluarkan oleh Baker Instrument [7-9]. Pada penelitian ini menggunakan perhitungan L-L EAR untuk menilai error dan pergeseran frekuensi gelombvang respon surja terhadap referensi. Menurut standar yang ada toleransi error antara respon gelombang surja pengujian terhadap gelombang referensi adalah 25 %. Hal ini adalah dasar dari diagnosa kondisi isolasi belitan antarfasa yang menentukan motor dalam kondisi baik atau buruk. Pada hasil pengujian tegangan surja kita akan mendapatkan beberapa data sekaligus sebagai bahan analisa. Data pertama adalah mengenai puncak tegangan impuls yang dihasilkan oleh sumber tegangan DC dan diolah oleh kapasitor surja untuk diinjeksikan. Kedua adalah nilai pergeseran gelombang dari bentuk gelombang referensi yang dengan kasat mata akan sangat dapat dilihat. Hal terakhir yang akan didapatkan adalah nilai mutlak luasan tiap gelombang surja yang berupa osilasi redaman. Seperti yang kita ketahui hasil gelombang respon tegangan surja apabila dinyatakan mutlak dan ditarik sigma dari tiap titik sampling pengukuran akan menghasilkan luasan terhadap titik absis seperti yang ditunjukkan Gambar 7. Sehingga luasan inilah yang akan kita sebut denga Total Area. Pada percobaan kerusakan belitan antarfasa akan dilakukan pengujian surja dengan berbagai nilai tegangan sumber DC yang menghasilkan puncak respon tegangan surja yang berbeda pula. Dari setiap variasi konfigurasi kerusakan dan tegangan uji akan dihitung nilai total area gelombang. Setelah mengetahui nilai total luasan kita akan dapat menarik suatu poin analisa menggunakan dasar trending yang ada pada Total Area yang telah kita dapati. Hal terpenting adalah selain melihat nilai EAR, nilai Total Area sangat membantu mengevaluasi apakah suatu gelombang mengalami penyimpangan frekuensi dari gelombang referensi. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa luasan gelombang akan meningkat seiring peningkatan level tegangan uji, sedangkan total area akan semakin berkurang seiring dengan peningkatan level kerusakan yang terjadi. Hal ini juga bisa diamati pada Gambar 8, dimana pada berbagai level puncak tegangan impuls yang dihasilkan akan terjadi penurunan luasan area berbanding lurus dengan penambahan jumlah turnfault antarfasa. Hal ini dikarenakan efek frekuensi yang semakin besar sehingga bentuk gelombang respon impuls semakin rapat dan berluas sempit akibat reduksi nilai induktansi oleh turnfault.
140 120 Voltage(V)
∑ |F
160
100
80 60 40 20 0 -20 0
0.001
0.002
0.003 0.004 Time (s)
0.005
0.006
Gambar 7. Gelombang Surja yang telah dikonversikan ke sisi positif dan akan dihitung luasan 14
Area (Thousands)
pada gelombang referensi sedangkan pada gelombang pengujian [7,9].
180
13
Normal
12
2 turn fault 4 turn fault
11
6 turn fault
10
10 turn fault
9 8 7 6 150 V
200 V
250 V
300 V
Gambar 8. Grafik Total Area terhadap kerusakan isolasi antarfasa Tabel 1 Hasil analisa EAR terhadap kondisi motor Winding configuration
Total Error
EAR (%)
Result
Normal
1347
17.06
pass
2 Turn Fault
2987
37.83
failed
4 Turn Fault
3688
46.71
failed
6 Turn Fault
3773
47.78
failed
10 Turn Fault
4547
57.59
failed
30 TurnFault
4625
58.07
failed
48 Turn Fault
4992
62.68
failed
96 TurnFault
5281
66.30
failed
Tabel 2 Total Area Gelombang pada kerusakan Isolasi Antarfasa Total Area
150 V
Normal
7744
2 turn fault
4 turn fault
6 turn fault
10 turn fault
7694
7606
7308
6624
200 V
8397
8011
7895
7400
7235
250 V
10989
10403
9220
8291
8333
300 V
13297
12494
11239
10074
9942
5 Tabel 3 Tabel Analisa Bebagai Jenis Kerusakan dan Pengukuran Induktansi Langsung
70 NORMAL
60
2 turn fault
50
4 turn fault 6 turn fault
40
10 turn fault
EAR
EAR 150 V(%) 17.06
Turn Fault 0
RT-1-1
37.82
2
antarfasa
156.03
R-0-2
35.73
2
antarturn
156.08
Konfigurasi kerusakan RT normal
3 turn fault
30
Jenis Kerusakan -
Ls (mH) 156.83
R-1-3
36.78
2
antarturn
156.06
20
RT-1-2
43.67
3
antarfasa
155.50
10
R-0-3
43.41
3
antarturn
155.57
R-2-5
43.39
3
antarturn
155.51
RT-2-2
46.72
4
antarfasa
155.39
RT-3-3
47.78
6
antarfasa
154.39
RT-5-5
57.59
10
antarfasa
152.54
0
Konfigurasi Kerusakan
Gambar 9. Grafik pengujian berbagai jenis kerusakan dengan variabel kontrol 2 & 3 turnfault Pada percobaan selanjutnya dilakukan simulasi berbagai jenis kerusakan sistem isolasi, namun akan ada variabel kontrol berupa jumlah turnfault. Variabel kontrol ini akan diterapkan pada kerusakan sistem isolasi antarfasa, sistem isolasi antarturn maupun turn ke netral. Sebagai contoh hubungan kerusakan sistem isolasi antarfasa oleh hubungan fasa R-T-1-1, akan diperbandingkan dengan kerusakan isolasi antarturn R-0-2 dan R-1-3. Semua jenis kerusakan tersebut adalah sejumlah 2 turnfault namun dari konfigurasi jenis kerusakan yang berbeda. Hal ini dilakukan guna mendapatkan sensivitas dan memperoleh faktor utama yang menentukan prinsip kerja dan hasil respon pengujian surja. Setelah dilakukan pengujian surja dengan puncak impuls sebesar 150 V terhadap berbagai kerusakan maka akan menghasilkan berbagai nilai gelombang respon. Gelombang respon ini akan dievaluasi dengan metode EAR (Error Area Ratio) dan akan dinilai prosentase error pada setiap gelombang seperti yang ditunjukkan Gambar 9. Dapat terlihat pada Tabel 3 bahwa nilai EAR akan bertambah seiring bertambahnya jumlah turnfault. Apabila jumlah turnfault sama dengan konfigurasi kerusakan yang berbeda seperti kerusakan isolasi antarfasa dan antarturn, maka nilai EAR akan sangat bersaing dengan nilai yang hampir sama, meskipun kerusakan sistem isolasi antarfasa memiliki nilai EAR yang sedikit lebih besar ketimbang kerusakan sistem isolasi antarturn seperti yang ditunjukkan Tabel 3. Hal ini menunjukkan pengujian surja sangat sensitif terhadap perubahan induktansi, karena faktor induktansi yang berubah akibat short circuit yang menyebabkan perubahan frekuensi gelombang tegangan respon pengujian. Pengujian nilai induktansi belitan antara fasa R-T juga dilakukan langsung menggunakan LCR meter dengan berbagai variasi kerusakan yang sama untuk membuktikan bahwa nilai induktansi menurun dengan sesuai laju peningkatan error atau EAR seperti yang ditunjukkan Tabel 3.
VI. KESIMPULAN Setelah keseluruhan proses penelitian ini yang meliputi studi literatur, perancangan dan analisis data pada hasil pengujian tegangan surja untuk mendeteksi dan menganalisa kerusakan belitan antarfasa pada motor induksi tiga dapat ditarik beberapa poin kesimpulan yang didapatkan meliputi beberapa poin. Kerusakan awal pada isolasi belitan antarfasa pada stator motor induksi tidak dapat dengan mudah dideteksi dengan parameter pengoperasian motor seperti arus dan tegangan kerja, sehingga tergolong tidak dapat dideteksi. Pengujian surja dapat menjadi metode pengujian kerusakan sistem isolasi belitan stator motor induksi dengan berbagai macam jenis keruskan sistem isolasi antara lain sistem isolasi antarturn, antarfasa, maupun fasa ke netral.Sensitivitas dan akurasi hasil analisa pengujian surja sangat tinggi dan dipengaruhi nilai induktansi pada media yang diuji. Pengujian tegangan surja dapat berfungsi sebagai kontrol kualitas produk motor hasil pembelitan ulang (rewinding) maupun saat proses manufatur.Pengujian tegangan surja juga dapat berfungsi sebagai alat pendeteksi aktif dalam hal menguji langsung kerusakan motor induksi pada operasionalnya. Analisa EAR (Error Area Ratio) dan total area gelombang tergolong akurat, efektif dan mudah sebagi metode analisa hasil pengujian surja. engujian surja adalah cara paling handal dalam mendeteksi kerusakan awal atau degradasi awal dari proses kegagalan sistem isolasi belitan stator yang tidak dapat dideteksi dengan metode lain. DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3]
S. Grubic, J. Restrepo, J. M. Aller, B. Lu, andT. G. Habetler, “A New Concept for Online Surge Testing for the Detection of Winding Insulation Deterioration in Low-Voltage Induction Machines”, IEEE Trans. Ind. Appl., vol.47, No. 5, Sept./Oct. 2011. H. Zhu, V. Green, and D.Huynh, “ fetime Extension Experience on Rotating Machine Insulation Using On- ne PD Test ng”, IEEE International Symposium on Electrical Insulation, Boston, MA USA, April 7-10, 2002. S. Grubic, T. G. Habetler, J. M. Aller, and B. Lu, “Invest gat on on Surge Testing for Winding Insulation Fault Detection in an Online Env ronment”, IEEE International Electric Machines and Drives Conferences 2011
6 [4]
[5] [6] [7] [8] [9] [10]
M. Chihara,T.Inoki, K.Okuda and Y.Mizuno,“Impulse Test ng for Detection of Insulation failure of motor Winding and Diagnosis Based on H dden Markov Model”, in Proc. IEEE Transaction on Dielectric and electrical insulation., Oct. 2010. S J Chapman, “Electric Machinery Fundamentals 4th Edition”, McGraw-Hill Companies. Inc., New York, Ch. 7, 2005. P Gill, “Electrical Power Equipment Maintenance and Testing2nd Edition”, C C Press Taylor & Francis Group, 9 “Baker Instrument Company AWA Surge Test pass/fail criteria”, Baker Instrum. Co. S. Grubic, J. Restrepo, R. G. Harley, and T. G. Habetler, “Sensitivity Analysis of the Surge Test Applied to AC Machines”, IEEE International Electric Machines and Drives Conferences 2011. J Wilson, “Current State of Surge Testing Induction Machines”, Baker Instrum.Co., Jun. 2003. I Power ngineering Society, “IEEE Recommended Practice on Surge Testing for Equipment Connected to Low-Voltage (1000 V and Less) AC Power Circuit, The Institute of Electrical and Electronic engineer. Inc, New York, April.2013
DAFTAR RIWAYAT PENULIS Tegar Succliftom lahir pada 3 Agustus 1992 di Lamongan, Indonesia. Penulisadalah mahasiswa Surabaya angkatan 2010, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Penulis menempuh spesialisasi pada bidang studi Teknik Sistem Tenaga. Penulis mendalami bidang konversi energi listrik dan bidang perawatan mesin listrik.Penulis telah menghabiskan setahun mendalami konversi energi pada Laboraturium Konversi Energi Teknik Elektro dan beberapa kali menerbitkan karya tulis mengenai energy terbarukan. Penulis dapat dihubungi dengan email
[email protected]