DESKRIPSI KARYA TARI KREASI “S O M Y A” Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008
Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn
JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa, berkat rahmat-Nya, maka deskrip tari ”Somya” dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Tari ini digarap dalam rangka Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre, tanggal 4-8 Juni 2008. Dalam mewujudkan tari ini banyak diperoleh bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Rai, S MA selaku Rektor ISI Denpasar, atas seijin dan tugas yang diberikan sehingga garapan ini bisa berjalan dengan lancar 2. Bapak Drs. I Nyoman Nikanaya,MM selaku Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, atas kepercayaan yang diberikan untuk menata tari ”Somya”. 3. Para pendukung garapan atas tanggung jawabnya mengikuti latihan-latihan sampai kepada pementasan berlangsung dengan lancar. Semoga skrip karya ini dipersembahkan ada manfaatnya.
Denpasar, Juni 2008 Penata
I. PENDAHULUAN
Kebudayaan Nasional merupakan puncak-puncak kebudayaan daerah. Upaya pelestariannya meliputi perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan seni yang dirasa sangat perlu untuk dilaksanakan secara berkesinambungan dengan membuka kesempatan secara luas kepada para seniman seluruh Indonesia untuk berkreativitas.
1.1 Latar Belakang Potensi kesenian yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia merupakan kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya. Saat ini beberapa jenis kesenian tradisional mengalami stagnasi dan ditinggalkan masyarakat pendukungnya., hal ini akibat adanya pergeseran nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Kesenian tradisional menjadi kehilangan makna, baik sebagai hiburan, relegi maupun fungsi sosialnya. Untuk mengimbangi kecenderungan generasi muda yang semakin akrab dengan berbagai kesenian popular/masa kini, perlu dilakukan upaya-upaya untuk memberikan pemahaman dan apresiasi agar mereka tidak semakin terasing dengan kesenian tradisional yang hidup dan berkembang baik di daerahnya maupun di daerah lainnya. Dalam upaya menanamkan rasa cinta terhadap khasanah budaya tradisional Indonesia di kalangan generasi muda, Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menyelenggarakan Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia Tahun 2008. Kegiatan ini diikuti oleh remaja perwakilan dari seluruh provinsi di Indonesia, sekaligus ikut merayakan peringatan “100 Tahun Kebangkitan Nasional” yang diselenggarakan pada tanggal 4-8 Juni 2008 di Jakarta Convention Centre, bersama dengan kegiatan Pekan Produk Budaya Indonesia Tahun 2008.
Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia ini, dengan keaneka ragamannya diharapkan dapat menjadi peluang dan kekuatan ekonomi yang potensial jika ditata dan dikemas dengan baik sebagai bentuk garapan seni pertunjukan yang tetap mengedepankan nilai-nilai artistik serta kekhasan daerahnya. Peluang yang baik ini akan menciptakan pasar seni pertunjukan baik nasional maupun internasional. Dalam upaya memfasilitasi kegiatan keragaman budaya daerah, maka Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan, ikut berperan serta dalam festival tersebut dengan menampilkan karya tari “SOMYA” Karya ini terinspirasi dari pergaulan para remaja yang hampir kehilangan kontrol. Pergaulan remaja saat ini sangat dipengaruhi oleh siaran-siaran media elektronik
yang terkadang
menampilkan
adegan-adegan diluar
etika
ketimuran. Dengan adanya fenomena pergaulan remaja seperti ini, maka dibuatlah karya tari yang yang mengambil thema sebuah ritual potong gigi dalam Agama Hindu. Salah satu ritual ini bertujuan untuk menetralisir segala sifat-sifat keburukan yang ada pada manusia.
1.2 Tujuan Penggarapan Adapun tujuan dari penggarapan ini adalah: 1. Mengasah
sensitifitas
dalam
menafsirkan
sebuah
cerita
serta
meningkatkan kemampuan daya kreativitas di dalam penataan tari, dengan berbagai eksperimen yang dilakukan. 2. Dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. 3. Mendorong minat generasi muda untuk mengenal, memahami dan menghargai seni budaya tradisional Indonesia. 4. Menambah wawasan apresiasi terhadap kesenian lintas budaya. 5. Menyampaikan pesan betapa pentingnya sebuah tradisi adat yang telah berlaku secara turun temurun.
II. PROSES GARAPAN Tari ”Somya” terwujud melalui suatu proses penggarapan yang cukup panjang. Ada beberapa tahap penggarapan yang ditempuh di dalam mewujudkan tari ini. Tahapan yang ditempuh di dalam penggarapan ini yaitu tahap Eksplorasi, Improvisasi dan Forming. - Tahap Eksplorasi Pada tahap ini dilakukan berbagai aktivitas seperti : mencari materi melalui studi kepustakaan yang menyangkut tentang cerita potong gigi (Bali: mesangih) dalam upacara manusa yadnya. Setelah mendapat cerita yang memungkinkan untuk digarap, kemudian dicoba menyusun naskah lengkap dengan struktur tari dan suasananya. Naskah yang telah tersusun kemudian diserahkan kepada
penata iringan untuk
memulai iringannya. Di samping itu pula sudah dipilih para penari yang cocok dan mampu untuk mendukung tari. - Tahap Improvisasi Tahap ini dilakukan percobaan-percobaan dengan mencari rangsangan musik yang dapat menimbulkan suatu gerakan yang sesuai dengan ide cerita yang digunakan. Improvisasi ini tidak terbatas pada gerak-gerak tari saja, namun juga disesuaikan dengan beberapa adengan penari yang melakukan pergantian kostum di stage. -
Tahap Forming Setelah ragam gerak dan iringan
terpilih maka barulah gerakan-
gerakan itu dirangkai dan kemudian diterapkan kepada para pendukung. Penuangan materi gerak
dilakukan bagian demi bagian.
Selama proses
pembentukan ini berlangsung selalu terjadi hubungan saling mempengaruhi antara penari, penabuh dan penata tari sehingga terwujudlah bentuk akhir garapan tari “Somya” yang dipentaskan pada tanggal 4 Juni 2008 di Jakarta Convention Centre.
III. IDE GARAPAN “Somya” adalah judul garapan yang mengandung arti damai atau perubahan dari sifat-sifat adharma(keburukan) menjadi dharma(kebaikan). Cerita ini diangkat dari salah satu upacara Manusa Yadnya dalam Agama Hindhu yaitu potong gigi. Upacara ini dilaksanakan setelah memasuki usia remaja. Upacara potong gigi bukanlah semata-mata mencari keindahan atau kecantikan rupa belaka, melainkan mempunyai tujuan yang mulia. Manusia memiliki 3 budi dalam Agama Hindu yaitu Budi Satwam, Budi Rajas dan Budi Tamas. Sedangkan pada binatang memiliki 2 budi yaitu Budi Rajas dan Budi Tamas. Melalui upacara potong gigi bagi Umat Hindu, segala pengaruh yang ditimbulkan oleh Budi Rajas dan Budi Tamas kiranya dapat dianggap sebagai sifat kebinatangan yang tidak selayaknya menguasai manusia dapat dinetralisir. Pada adegan ritual potong gigi, seluruh penari menukar kostum, dari yang berwarna warni menjadi putih dan kuning. Proses mengganti kostum dilakukan di atas stage. Tari ini didukung oleh 3 orang penari laki dan 3 orang penari wanita, diiringi dengan gamelan Semara Pagulingan.
Ringkasan Cerita Dikisahkan para muda-mudi diliputi oleh masa pubertas.
Dalam
mengarungi masa remajanya, mereka sering lupa diri terhadap apa yang dilakukan. Segala yang diperbuat semata-mata hanya untuk mengumbar nafsu, tanpa memikirkan hari esok atau masa depan. Ketika mereka telah melaksanakan upacara potong gigi, semua kerakusan, emosi, nafsu dan keangkuhan dapat dinetralisir. Mulai saat ini pula mereka mampu berbuat lebih arif dan bijaksana, tingkah lakunya tampak lebih dewasa.
ADEGAN :
Bagian I Mengisahkan sekelompok muda-mudi sedang bersuka ria menikmati masa-masa remajanya. Kecantikan dan
rupawan adalah idola dalam
pergaulannya. Kesenangan menjadi pemenuh keinginan.
Bagian II Menggambarkan upacara potong gigi. Ketenangan dan ketentraman para remaja tampak di wajah dan prilakunya. Segala tingkah lakunya lebih arif dan bijaksana. Pada saat ini kostum penari diganti dengan warna putih dan kuning untuk menunjukkan kebijaksanaan dan kesucian.
Bagian III Melukiskan persahabatan muda-mudi yang dalam pergaulannya mulai didasari oleh kedewasaan. Ungkapan ekspresi cinta dibatasi oleh norma-norma etika.
IV. ADEGAN POLA LANTAI, DAN SUASANA
ADEGAN Bagian I: Kelompok muda mudi sedang bersuka ria menikmati masa remajanya
POLA LANTAI
SUASANA
Ceria
Bagian II: -Penari mengganti kostum dengan warna putih kuning -Upacara potong gigi
Hikmat dan religius
Bagian III: -Penari ganti kostum seperti semula -Pergaulan yang didasari oleh kedewasaan (ending)
Ceria
Keterangan Gambar:
:Penari laki-laki.
: Penari wanita.