DESAIN STREET FURNITURE TAMAN KOTA PONOROGO DENGAN MENGANGKAT IDENTITAS SERTA PERILAKU KHAS WARGA KOTA PONOROGO Tiko Prabhata Perbawanto Putro Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS. Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Telp./Fax (031) 5931147
ABSTRAK Salah satu cara physical branding atau melalui promosi yang bersifat fisik pada street furniture adalah suatu media yang bisa menjadi cerminan identitas kota Ponorogo. Street furniture memiliki peran sangat signifikan dalam membentuk kesan atau identitas ruang. Melalui pendekatan displin ilmu Desain Produk Industri, bagaimana menciptakan sarana publik yang tentunya tetap memperhatikan aspek fungsionalnya lewat kenyamanan, keamanan, kebersihan.
ABSTRACT One way of physical branding or through the promotion of a physical on street furniture is a medium that could be a reflection of the city's identity. Street furniture has a very significant role in forming the impression or the identity space. Through a disciplined approach to the science of Industrial Product Design, how to create public facilities which must still consider the functional aspects of the passing comfort, safety, cleanliness. Aesthetic and functional factors here is achieved by repetition of the forms module.
KEYWORD Simple, Traditional, Comfort, Fun
PENDAHULUAN Latar Belakang Tidak adanya konsep serta kesamaan bentuk antara desain street furniture yg ada di kota Ponorogo. Selain itu perlunya pencarian branding baru yang lebih mewakili identitas kota Ponorogo sebenarnya. Pencarian branding ini diawali dengan pencarian potensi yang paling menonjol dan memilki keunikan. Tujuan Mendesain sebuah street furniture taman kota sebagai sarana rekreasi keluarga. Semua furniture yang berada pada taman diharapkan dapat dioperasikan oleh masyarakat dengan aman, serta nyaman. Diharapkan dengan desain street furniture menjadi sebuah kesatuan ruang publik berupa taman kota yang mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas kawasan serta menambahkan citra positif terhadap kawasan tersebut sehingga mampu memberikan peran dan fungsi yang optimal, serta dapat mempertahankan jati diri kota Ponorogo sebagai kota budaya. Masalah Permasalahan yang akan dibahas dari kondisi street furniture yang ada saat ini adalah : bagaimana agar desain street furniture baru mampu menunjang sektor pariwisata kota Ponorogo. Aspek teknis berupa aktivitas khas user pada existing desain juga turut menjadi perhatian.
PEMBAHASAN Studi dan Analisa Wilayah Penempatan Street Furniture
Gambar 4.1. Lokasi Street Furniture Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui lokasi penempatan desain, serta existing tempat sejenis di kota yang sama. Dalam menempatkan street furniture, untuk dapat menekan efek dari perilaku negatif yang dilakukan oleh oknum diperlukan
beberapa kriteria penempatan. Kriteria penempatan itu antara lain: 1. Eye catching, ditempatkan di spot-spot yang sering dilewati oleh pengunjung 2. Pedestrian di sisi jalan raya, yang selalu ramai dilewati kendaraan 3. gate, tempat yang pertama kali dilihat pengunjung ketika akan memasuki taman Taman existing adalah lokasi untuk menganalisa aktivitas calon user sebelum dilakukan pembangunan taman kota yang akan dianalisa oleh penulis. Lokasi existing taman kota berada di alun-alun ponorogo dimana diasumsikan bahwa perilaku user taman dalam suatu kota adalah sama. analisa aktivitas meliputi kegiatan khas pengunjung, perilaku negatif user, serta aktivitas lainya.
Gambar 4.2. Layout Taman (sumber: PU Ponorogo) sesuai dengan denah taman, area dibagi menjadi 4 yaitu area bermain anak, area gazebo, open plaza, dan kolam. Taman kota memiliki 4 gate yang terdiri dari 1 gate utama, dan 3 gate lainya. Kesimpulan dari analisa di atas adalah perlu adanya pemahaman tiap kawasan berupa peta denah taman yang diletakkan di setiap gate. Penentuan Kriteria dan Prioritas Desain Langkah awal dari pencarian prioritas desain ini diawali dengan pemetaan pikiran (mind mapping) mengenai desain street furniture. Langkah ini sangat efektif untuk menemukan peluang-peluang desain yang tidak terpikirkan sebelumnya. Dengan pemetaan pikiran akan ditemukan cabang-cabang pemikiran yang bisa dikembangkan
dan dipilih sesuai bobot prioritas desain. Berikut pemetaan pikiran yang telah berhasil dibuat :
Gambar 4.3. Mindmap (sumber: penulis) Dari mindmap diatas didapat beberapa jenis Street Furniture yang akan dikembangkan. Pemetaan ini bersumber dari data awal dan data lapangan yang dikembangkan secara luas. Beberapa Street Furniture yang dihasilkan dari pemetaan pikiran meliputi desain lampu PJU, lampu taman, bangku taman, shelter, tempat sampah, bike rack, traffic light, city map, papan iklan, rambu lalu-lintas, papan nama jalan. Pengembangan desain shelter akan dieliminasi karena tidak adanya sarana angkutan umum dalam kota seperti bis. Dari kesepuluh desain Street Furniture hasil dari pemetaan pikiran teresbut akan dianalisa lagi untuk mendapatkan peringkat prioritas desain. Pemilihan desain yang akan diprioritaskan didapat dari pemberian nilai dengan angka yang telah ditetapkan dan dinilai dengan kriteria-kriteria pertimbangan desain. Berikut adalah tabel kriteria pertimbangan prioritas desain yang telah dibuat. Tabel 4.1 Kriteria Prioritas Desain Street Furniture
KRITERIA PENGEMBANGAN Prioritas kebutuhan antar
ooooo
ooo
ooooo
ooo
ooo
oooo
ooo
oooo
oooo
ooo
ooooo
ooo
ooo
ooo
oo
oooo
oooo
oooo
ooooo
ooo
ooo
ooooo
oo
ooooo
ooo
oooo
oooo
ooo
ooo
ooo
ooo
ooo
desain Peluang pasar terhadap desain baru Tingkat kebutuhan masyarakat terhadap desain Penalaran tingkat permasalahan terhadap
existing Pengaruh desain terhadap
oooo
ooooo
ooo
oo
ooo
ooooo
ooo
oooo
ooooo
ooo
ooooo
oooo
ooo
ooooo
ooo
ooooo
ooooo
oooo
oooo
ooo
ooo
oooo
ooo
oooo
ooo
oooo
oooo
oooo
ooo
oooo
ooo
ooo
oooo
oooo
ooooo
oooo
ooo
ooo
ooo
ooo
37
34
40
29
27
36
25
35
pengembangan ekonomi Peluang pengembangan desain sesuai konsep Hubungan pararelitas antar desain Penalaran kebutuhan desain terhadap kondisi ekstrim Eksplorasi desain, konstruksi, mekanisme baru
Tempat sampah
Papan nama jalan
Lampu
City map
Bangku taman
Rambu lalu-‐lintas
Papan iklan
Bike rack
Pada tabel diatas ditentukan kriteria-kriteria desain yang menjadi prioritas penilaian untuk kesebelas jenis desain street furniture. Adapun kriteria-kriteria perimbangannya sebagai berikut: 1. Prioritas kebutuhan antar desain (merupakan tingkat kepentingan antar satu desain dengan desain lain yang memiliki derajat kepentingan yang bisa diprioritaskan). 2. Peluang pasar terhadap desain street furniture baru (peluang pengembangan desain street furniture yang berkaitan dengan pasar/pembeli/pengembang). 3. Tingkat kebutuhan masyarakat terhadap jenis desain street furniture (berdasarkan pengamatan lapangan dan tingkat penggunaan desain oleh masyarakat). 4. Penalaran tingkat permasalahan pada desain eksisting (pengamatan dan peninjauan langsung yang menghasilkan permasalahan dari variablevariable desain). 5. Pengembangan desain street furniture terhadap segi ekonomi (keterkaitan pengembangan desain dengan dampaknya pada ekonomi). 6. Peluang pengembangan desain sesuai konsep (konsep yang sedang dicari dan dikembangkan dengan mengamati dan mencari data-data konsep branding kota Ponorogo ke depannya). 7. Hubungan pararelitas antar desain (hubungan antar 1 desain dengan desain lainnya yang mengahsilkan hubungan kedekatan).
8. Penalaran kebutuhan desain terhadap kondisi ekstrim (penalaran dengan jalan pengamatan keadaan/kondisi ekstrim saat desain digunakan oleh masyarakat). 9. Eksplorasi street furniture terhadap desain, konstruksi, dan mekanisme baru (peluang eksplorasi desain dan variabel-variabel lainnya sesuai dengan konsep branding kota Ponorogo kedepannya). Pada tabel 4.1 diatas didapat kesimpulan desain street furniture dengan nilai tertinggi ialah : 40 poin untuk desain bangku taman 37 poin untuk desain tempat sampah 36 poin untuk desain city map 35 poin untuk desain bike rack < 34 poin masing-masing untuk desain lampu, papan iklan, papan nama jalan, dan rambu lalu lintas Dari beberapa nilai tersebut nilai tertinggi yakni 40 - 35 poin akan diprioritaskan dalam pengembangannya. Sedangkan untuk poin < 30 akan tetap dikembangkan desainnya dengan mengikuti hasil analisa dari desain dengan nilai tertinggi. Setelah mendapatkan prioritas desain terpilih, maka kelima desain street furniture yang akan diprioritaskan akan dianalisa hubungan dan keterkaitannya hingga mendapatkan kesimpulan dari analisa prioritas desain. Studi dan Analisa Aktivitas Pengunjung 1. Aktifitas Pada Kursi
Gambar 4.5. Alur Aktivitas pada Kursi Taman (sumber: penulis)
Aktifitas
Durasi
Duduk
0 – 90 Menit
Permasalahan - Kursi digunakan untuk bersantai - Digunakan sebagai tempat untuk mengobrol - Digunakan sebagai tempat untuk membaca - Digunakan sebagai tempat untuk berinternet - Digunakan sebagai tempat untuk makan dan minum
Kebutuhan - Aman, nyaman (ergonomis) tapi tidak terlalu nyaman agar tidak dipakai tidur - Penambahan fasilitas handrest - Penambahan fasilitas meja - Dekat dengan tampat sampah dan mudah dibersihkan
2. Aktifitas Pada Tempat Sampah
Aktifitas Mencari tempat sampah Membuang sampah
Gambar 4.6 Alur Aktivitas pada Tempat Sampah (sumber: penulis) Durasi Permasalahan Kebutuhan - Susah mencari tempat - Tempat sampah 0–3 sampah mudah diidentifikasi Menit - Tempat sampah terlihat - Terkesan lebih bersih kotor, kumuh - Membungkuk saat - Tempat sampah membuang sampah ergonomis 0–1 - Sampah basah dan - Pemisahan antara Menit kering jadi satu sampah basah dan kering
3. Studi dan Analisa Perilaku Negatif Pengunjung dan Kebutuhan Analisa ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perilaku pengunjung taman kota terhadap street furniture existing, lalu kemudian dianalisa dan diaplikasikan pada desain street furniture yang baru. Analisa ini dilakukan dengan meneliti perilaku pengunjung terutama yang tidak sesuai dengan fungsi street furniture yang sebenarnya. a. Perilaku Tidur di Kursi Pada lokasi existing dapat ditemui beberapa orang yang memanfaatkan fasilitas kursi sebagai tempat untuk tidur. Hal ini disebabkan faktor suasana yang mendukung, yaitu dilakukan pada siang hari. Selain dapat memberikan kesan buruk bagi pengunjung lain, juga mengurangi efisiensi dari produk tersebut yang diperuntukan untuk umum. Karena itu desain kursi yang baru harus tidak nyaman untuk ditiduri. Hal ini dapat diatasi dengan beberapa cara seperti, merubah bentuk permukaan dudukan yang tidak nyaman untuk ditiduri, atau memperkecil panjang kursi.
Gambar 4.7 Tidur di Kursi Taman (sumber: penulis) b. Perilaku Pacaran Ditempat Umum serta Bertindak Asusila Perilaku ini dapat terjadi karena beberapa sebab, seperti situasi taman kota yang kondusif serta memudahkan oknum untuk berperilaku eksibisionis. Hal ini dapat merugikan citra kota serta memperkuat kesan kumuh pada lokasi. Perilaku semacam ini dapat diatasi dengan memberi partisi berupa handrest pada tempat
duduk, penerangan lampu yang remang-remang turut mendukung perilaku asusila oknum pengguna street furniture, maka dari itu lampu taman dibuat terang.
Gambar 4.8 Pacaran di Tempat Umum (sumber: penulis) c. Perilaku Membuang Sampah Sembarangan Kebiasaan buruk masyarakat Indonesia yaitu kurang sadar akan kebersihan juga terjadi pada warga kota Ponorogo, banyak pengunjung taman kota yang enggan membuang sampah pada tempatnya sehingga membuat sampah banyak berserakan. Hal ini memberikan kesan kotor dan kumuh serta mengurangi kenyamanan bagi pengunjung sendiri. Kebanyakan pengunjung membuang sampah sehabis makan. Selain karena penempatan yang kurang baik, juga karena tempat sampah eksisting kurang dapat diidentifikasi dan mencerminkan fungsinya. Sehingga tempat sampah yang baru harus mudah diidentifikasi dan pengunjung tahu kemana bila ingin membuang sampah. d. Perilaku Duduk di Lantai Perilaku ini dilakukan pengunjung pada bangku taman. Alasan terjadinya hal tersebut adalah karena pada saat user makan mereka menemukan fasilitas meja, sehingga user biasanya duduk dilantai kemudian memanfaatkan bangku taman menjadi meja. Akibat dari hal ini adalah dapat memperburuk citra pariwisata serta menampilkan kesan kumuh pada taman kota. Desain kursi taman yang baru harus mempunyai fasilitas pendukung berupa meja agar dapat mengakomodasi kebutuhan user.
Gambar 4.9 Perilaku duduk di lantai (sumber: penulis) Analisa Karakter Ponorogo Sejak dahulu kota Ponorogo mencitrakan diri sebagai kota reog dan image tersebut yang akan dijadikan acuan dalam menentukan image board dari desain yang akan direalisasikan. Kata reog bila merujuk pada slogan kota Ponorogo adalah merupakan
singkatan dari kata Resik (bersih) , Endah (indah), Omber (lebar), Girang-gumirang (bahagia/fun). Tabel 4.5 Slogan Kota Ponorogo KEYWORD resik
endah omber
Girang-gumirang
DEFINISI Kata resik berasal dari bahasa Jawa yang berarti bersih. Kata tersebut mencerminkan sifat masyarakat serta kota ponorogo yang cinta kebersihan. Kata bersih itu sendiri juga dapat diasosiasikan dengan kata simple, minimalis, serta minim ornamen. endah atau indah merupakan cermin dari kota Ponorogo yang mempunyai ciri khas kuat berupa seni budaya tradisional yang dapat menjadi nilai jual pada sektor pariwisata. Omber dalam bahasa Jawa berarti luas. Kata luas bukan hanya berarti merujuk ke area Ponorogo, akan tetapi lebih mendeskripsikan bahwa kota yang memiliki kepadatan penduduk relatif rendah tersebut adalah kota yang nyaman untuk ditinggali. Girang-gumirang atau bahagia adalah poin terakhir dari slogan kota Ponorogo. Kata girang-gumirang merujuk kepada kehidupan warga kota tersebut yang bahagia, ramah, serta saling bertegur sapa.
Langkah pertama yang dilakukan untuk penentuan image board adalah pencarian keyword – keyword yang berhubungan erat dengan kesenian reog. Tentunya keyword yang bisa diaplikasikan dalam desain. Keyword diperoleh dari tabel definisi slogan kota Ponorogo diatas, maka dapat disimpulkan empat kata kunci pengembangan desain dijelaskan dalam gambar berikut :
Gambar 4.10 Keyword Kota Ponorogo Dengan mengumpulkan gambar-gambar pendukung dari desain serta gambargambar lain yang memiliki karakter tersebut akan didapat satu hingga lebih keyword yang berhubungan satu sama lain. Penentuan ini kemudian akan dibuat menjadi kerangka desain yang akan diapliaksikan pada bentuk, garis dan warna pada alternatif desain dan desain final.
Gambar 4.11 Image Board Kota Ponorogo Studi dan Analisa Kebutuhan Studi analisa in bertuhuan untuk merumuskan kebutuhan-kebutuhan yang telah muncul pada analisa-analisa sebelumnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu kebutuhan simbolik dan teknis. Kemudian dapat dikelompokkan dan dirumuskan dalam bentuk objective tree.
1. Kebutuhan Simbolik Kebutuhan simbolik yang dimaksud adalah image atau citra dari desain street furniture ini. Dimana desain street furniture ini nantinya harus dapat mengusung tema yang sesuai dengan konsep keseluruhan dari kota tersebut. Kebutuhan simbolik ini juga dapat diaplikasikan pada bentuk dasar yang mengacu dari bentuk, ikon yang identik dengan Ponorogo. Kebutuhan tersebut dapat dirumuskan secara sederhana, yaitu: 1. Mencitrakan kota Ponorogo 2. Serasi dengan lingkungan sekitar 3. Membedakan dengan tempat lain 2. Kebutuhan Teknis Kebutuhan teknis adalah kebutuhan yang terkait dengan aspek-aspek nyata seperti, material, struktur, dan lan-lain. Kebutuhan-kebutuhan ini ditujukan untuk memudahkan penggunaan, pemasangan dan maintenance dari street furniture ini nantinya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah: 1. Perakitan mudah dan cepat 2. Ukuran dan dimensi ergonomis 3. Fleksibel, mengikuti lingkungan sekitar dan jumlah pengguna 4. Mudah perawatannya Objective Tree
Gambar 4.12 Diagram Kebutuhan Objektif QFD (Quality Function Deployment) Quality Function Deployment atau QFD adalah metode yang digunakan untuk mememperoleh data keinginan dari target yang dituju terhadap atribut produk yang telah ditentukan pada objective tree. Berikut ini adalah data atribut produk dan nilai kepentingannya oleh target market :
tabel 4.6 Indeks Relatif Kebutuhan Atribut Produk
Atribut produk yang telah dinilai tersebut kemudian disusun berurutan berdasarkan nilai tertinggi untuk mengetahui atribut desain mana yang patut untuk didahulukan dalam penyelesaian permasalahan desain. tabel 4.7 Ranking Atribut Produk
Data atribut produk tersebut kemudian dijabarkan kembali dalam aspek-aspek teknis yang berhubungan. Aspek teknis tersebut mungkin sama antara satu atribut desain dengan atribut desain yang lain. Kemudian dari masing-masing aspek teknis pada tiap atribut desain dinilai keterkaitannya. Apabila atribut desain tersebut benar-benar dipengaruhi oleh aspek teknis yang bersangkutan maka dinilai sangat penting (nilai 3 ditandai dengan warna merah) dan berurutan cukup penting (nilai 2 ditandai dengan warna kuning) dan kurang penting (nilai 1 ditandai dengan warna hijau). tabel 4.8 Skoring Aspek Teknis
Kesimpulan dari studi dan analisa kebutuhan ini berupa prioritas aspek teknis yang akan menjadi pedoman penyelesaian masalah dan penentuan konsep awal desain street furniture. Data urutan aspek teknis yang perlu diperhatikan adalah : tabel 4.9 Prioritas Aspek Teknis Pengembangan Desain
Pemilihan karakter bentuk Bentuk yang dipakai adalah elemen – elemen reog Ponorogo karena sangat mewakili image kota, serta cocok diaplikasikan pada bentukan street furniture. Pemilihan bentuk berdasarkan pada kriteria yang menonjolkan sisi estetika dan karakter yang kuat serta orisinalitas.
Gambar 4.13 Kriteria Pemilihan Bentuk
Brainstorming karakter pada reog digunakan untuk menemukan elemen-elemen dari kesenian tersebut. Elemen-elemen tersebut kemudian dipilih berdasarkan kriteria yang kemudian akan digunakan sebagai acuan bentuk morfologi.
karakter kuat Mewakili image kota Kemudahan implementasi
Tabel 4.10 Pemilihan Morfologi merak singa barong oo oo ooooo ooo ooo oooo oooo ooo ooooo 9
8
14
jaranan oooo oo ooo
warok ooo oo oo
9
7
Ikon barong terpilih karena karakternya yang kuat serta mewakili image kota, kemudahan implementasi pada elemen street furniture juga mendapatkan perhatian. Morfologi bentuk barong kemudian digunakan sebagai acuan bentuk dasar modul.
Gambar 4.14 Alternatif Morfologi Bentuk
Melalui morfologi bentuk diatas ditemukan beberapa alternative bentuk modul yang kemudian dianalisa dan dipilih menjadi bentuk dasar modul. Kriteria pemilihan modul didasarkan pada kemudahan bentuk, identifikasi image, dan kemudahan pengembangan. Tabel 4.11 Pemilihan Alternatif Morfologi Alt. 1 Alt. 2 Alt. 3 Identifikasi image oooo ooooo ooooo Kemudahan produksi ooooo ooo oooo Kemudahan pemasangan ooo oooo oooo kekuatan ooo oooo oooo 15 16 17 Pemilihan morfologi berdasarkan beberapa kriteria yang ada dengan nilai tertiggi pada masing-masing alternatif. Alternatif terpilih kemudian dikembangkan pada aplikasi modul street furniture. Pemilihan karakter Warna Warna, sangat erat kaitannya dengan karakteristik, atau sifat khas suatu hal. Analisa warna dilakukan untuk menentukan warna khas kesenian reog Ponorogo. Warna – warna yang terdapat pada kesenian tersebut dianalisa kemudian dicarai warna yang cocok doterapkan pada desain street furniture ini. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan warna, sehingga selain mendukung konsep desain, juga dapat mewakili kota tersebut.
Gambar 4.15 Warna yang Terdapat pada Barong Dari gambar diatas terlihat bahwa barong pada kesenian reog didominasi oleh warnawarna utama seperti kuning, hijau, merah, coklat, hitam, dan putih. Warna-warna ini berasal dari atribut yang dikenakan seperi topeng dan pakaian. Warna pada desain
street furniture ini nantinya diharapkan dapat mewakili image reog serta cocok, serasi dengan lingkungan sekitarnya. Warna-warna diatas kemudian dianalisa dan dipilih warna yang sesuai dengan kriteria pemilihan didasarkan pada kemudahan bentuk, identifikasi image, dan kemudahan pengembangan. Tabel 4.12 Pemilihan Alternatif Warna Sesuai dengan lingkungan Sesuai dengan konsep Dominasi warna
HITAM oo
HIJAU ooooo
COKLAT ooooo
MERAH ooo
KUNING oooo
PUTIH oo
oo
oooo
ooo
oooo
oooo
ooo
ooo 7
ooooo 14
ooo 11
oooo 11
oooo 12
oo 7
Dari analisa diatas dapat disimpulkan bahwa warna yang diterapkan pada desain street furniture ini harus mempunyai kesesuaian dengan lingkungan sekitar, sesuai konsep. Aplikasi warna pada desain merupakan warna yang mendominasi pada kesenian reog, yaitu dengan menggunakan kombinasi warna hijau dan kuning. Output
DAFTAR RUJUKAN BUKU Lynch, Kevin. 1960, The Image Of The City, The MIT Press, Cambridge Carmona, Mathew. 2003, Public Places, Urban Spaces: The Dimensions Of Urban Design, Architectural Press, Oxford Panero, J. and Zelnik, M. 1978, Human Dimension And Interior Space, New York : The Whitney Library Of Design. Darmaprawira W.A., Sulasmi. 2002, Warna: Teori dan Kreativitas Penggunaanya ed. Ke-2, ITB Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran, Buku 1 dan 2, PRENHALLINDI, Jakarta.
LAPORAN dan PENELITIAN Kautsar, Anas. 2010, Perancangan Environmental Grapic Design Kota Ponorogo, Desain Produk – ITS Surabaya Lakoro, Rahmatsyam dkk. 2007, Penelitian City Branding Kota Lamongan, Desain Produk – ITS Surabaya Labib Banisa, Rahma. 2010, Desain Sistem Street Furniture Sebagai Pendukung City Branding Surabaya, Desain Produk – ITS Surabaya Kusumasmoro, Cakasono Ilyas. 2011, Desain Street Furniture Kebun Binatang Surabaya Dengan Konsep Fleksibel Modular Beridentitas Surabaya, Desain Produk – ITS Surabaya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pusat Statistik. 2011, Ponorogo Dalam Angka Pemerintah Ponorogo. 2008. Laporan Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2008 2028 Pemerintah Ponorogo. 2008. Raperda Tentang RTRW Ponorogo Tahun 2008 2028 MEDIA ONLINE / INTERNET http://www.wikipedia.com http://www.google.com http://www.designboom.com http://www.architecturalpress.com http//www. ferrocementtTechnology _ scienceray.htm