DESAIN KUALITAS KEKUATAN BENANG MENGGUNAKAN TAGUCHI MULTI RESPON 1). 1),
Totok Wartiono, 2). Sulistyadi,
Jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknik Kimia Tekstil
Akademi Tekniologi Warga Surakarta ABSTRACT
The value of the yarn strength on warp yarn sizing proces is one of indicator to determine the outcome sizing lot of quality warp yarn. Assessment of the yarn strength at sizing warp yarn, which is the test of tensile strengthper strand of yarn and warp yarn frictional resistance of the test sampel. The value of tensile strength per stand of warp yarn sizing results rayon Ne1 30’S influenced by the temperature factor of starch solution (A) and draft zone (C). Frictional resistence to the warp yarns sizing results influenced by the temperature factor of starch solution (A). the experimental results with Taguchi Method Show That the factor that influence maximum value of the tensile strength per srtand of yarn are a strarch solution temperature and yarn draft zone. Factor that influence maximum value of frictional resistanceis the temperature of strarch solution. The optimal conditions are achieved in the parameter setting means A3 B2 C1 D3 maximize tensile strength per strand of yarn at 219,3333 gram/sheet and value of yarn frictional resistance at 717,3333 rotation, factor level combination of starch solution temperature of 86o C, under pressure roller squeezing roll pressure at 300 kg/cm2, yarn draft zone at 1,4 % and cylinder dryer temperature at 95oC. The results of the comparison condition with the industry standard optimal conditions showed that the value of tensile strength per strand of yarn in optimal conditions capable to maximize 7,6666 gram/sheet and capable to maximize yarn frictional resistance value of 5,6666 rotation/measures of industry standards Keywords: 30'S NE1 rayon yarn, starch solution temperature, squeezer rolle pressure, draft yarn , cylinders dryer temperature, tensile strength per strand of yarn, frictional resistance to the warp yarns. INTISARI Nilai kekuatan benang pada proses penganjian benang lusi merupakan salah satu indikator untuk menentukan kualitas benang lusi hasil penganjian. Penilaian kekuatan benang terhadap penganjian benang lusi, yaitu dengan melakukan uji kekuatan tarik benang per helai dan ketahanan gesek benang lusi pada contoh uji. Nilai kekuatan tarik benang per helai hasil penganjian benang lusi rayon Ne1 30’S dipengaruhi oleh factor suhu larutan kanji (A) dan factor Kemuluran benang (C). Untuk nilai ketahanan gesek benang hasil penganjian benang lusi dipengaruhi oleh factor suhu larutan kanji (A). Hasil eksperimen dengan metode Taguchi menunjukan bahwa factor yang berpengaruh terhadap maximasi nilai kekuatan tarik benang per helai adalah suhu larutan kanji dan kemuluran benang. Factor yang berpengaruh terhadap maximasi nilai ketahanan gesek benang adalah suhu larutan kanji. Kondisi optimal yang dicapai pada setting parameter A3 B2 C1 D3 artinya untuk memaximasi nila kekuatan tarik benang per helai 219,3333 gram/helai dan nilai ketahanan gesek benang 717,3333 putaran dibutuhkan kombinasi level factor suhu larutan kanji 90o C, tekanan rol pemeras 300 kg/cm2, kemuluran benang 1,4 % dan suhu silinder pengering 95o C Hasil perbandingan kondisi standar industry dengan kondisi optimal menunjukan bahwa nilai kekuatan tarik benang per helai pada kondisi optimal mampu memaximasi 7,6666 gr/helai dan mampu memaximasi nilai ketahanan gesek benang sebesar 5,6666 putaran/langkah dari standar industry.
1
Kata kunci : benang rayon Ne1 30’S, suhu larutan kanji, takanan rol pemeras, kemuluran benang, suhu silinder pengering, kekuatan tarik benang per helai dan ketahanan gesek benang.
I.
PENDAHULUAN Kekuatan tarik benang dan ketahanan gesek benang lusi hasil penganjian merupakan suatu persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh benang lusi terkanji, sebagai bahan baku pada proses pertenunan, agar dapat diproses menjadi kain tenun dengan kualitas produksi yang baik dan efisiensi tinggi. Kain tenun hasil proses pertenunan yang dikerjakan dengan mesin tenun terdiri dari dua macam benang, yaitu benang lusi dengan persyaratan harus dikanji untuk benang single dan benang pakan tanpa melalui proses penganjian. Benang lusi adalah benang yang tersusun kearah vertical atau kearah panjang kain dan telah dikanji, sedan benang pakan adalah benang yang disusun kearah lebar kain dengan melakukan benang pakan tersebut pada rongga – rongga yang dibentuk oleh dua kelompok benang lusi yang sebagian diatas dan sebagian dibawah sehingga terbentuklah rongga atau sudut yang lazim disebut mulut lusi dan pada mulut lusi tersebut benang pakan diletakkan. Benang – benang lusi tunggal yang tidak dikanji, apabila langsung diproses dipertenunan akan banyak mengalami kendala yaitu putus benang lusi cukup tinggi selama proses pertenunan berlangsung, maka untuk benang lusi tersebut harus melalui proses penganjian untuk menambah kekuatan benang. (Liek Suparli : 1974 ). Perhatian pada kualitas produk akan memberikan dampak positif pada perdagangan, melalui dua cara yaitu dampak terhadap biaya produksi dan dampak terhadap pendapatan. Dampak terhadap biaya produksi terjadi melalui proses pembuatan produk yang memiliki derajat okurasi yang tinggi terhadap standart yang disepakati. Sehingga beban dari tingkat kerusakan atau cacat berkurang. Dampak terhadap peningkatan pendapatan terjadi melalui peningkatan penjualan atas produk berkualitas yang berharga tinggi. ( Gaspcrse : 2005 ,3 ). Untuk menghasikan kain yang berkualitas tentu dibutuhkan bahan baku benang yang berkualitas pula, kualitas bahan baku dapat diartikan segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pengguna atau pelanggan. ( Vincent Garpersz : 2005 ). Pengertian dari kekuatan benang adalah kekuatan tarik benang sampai putus per helai serta ketahanan gesek benang lusi terkanji. Pada SII 0097 – 75 kekuatan tarik benang ada dua macam, anatar lain : Kekuatan tarik per helai, didefinisikan sebagai besarnya gaya yang dibutuhkan untuk memutuskan satu helai benang contoh uji, yang dinyatakan dalam satuan tertentu dalam gram, kilogram atau pound (lb). Kekuatan tarik per untai, didefinisikan sebagai besarnya gaya yang dibutuhkan untuk memutuskan satu untai (per Lea dengan panjang 120 yard) benang contoh uji dan dinyatakan dalam satuan kilogram atau pound (lb). (SNI 08-0034-2004). Ketahanan gesek benang didefinisikan sebagai besarnya gaya gesek yang dibutuhkan untuk memutuskan beberapa helai benang yang terpasang pada alat gesek benang dengan jumlah 30 helai benang lusi terkanji yang terikat secara vertical. Dengan bertambahnya kekuatan benang maka akan meningkatkan daya tenun benang lusi pada proses pertnunan. (Liek Suparli, 1974 ). Peningkatan daya tenun benang lusi setelah penganjian dipengaruhi oleh beberapa factor, anatara lain : Viskositas larutan kanji, kedalaman roll perendam, tekanan Squesing roll, tegangan benang, kecepatan penarikan benang dan jenis bahan perekat ( kanji ) yang digunakan. Meningkatnya daya tenun benang, maka benang akan dapat menahan gesekan, hentakan, tekuk dan tarikan yang akan dialami benang lusi pada proses pertenunan yang sedang berlangsung. ( Liek Suparli, 1974 ). Variasi dari faktor – faktor yang mempengaruhi daya tenun benang tersebut akan menghasilkan kekuatan tarik benang yang berbeda – beda, dengan perlakuan tersebut
2
diharapkan akan mendapatkan suatu variasi yang baik, sehingga dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik. ( Wibowo Murdoko, 1973 ). Kekuatan tarik benang yang optimal dari hasil variasi tersebut nantinya akan dapat sebagai acuan pada proses penganjian benang Ne1 30’S pada proses persiapan pertenunan. Dengan diperoleh kekuatan tarik benang yang optimal maka akan diperoleh pula peningkatan pruduktifitas pada proses pertenunan. Peningkatan produktifitas proses pertenunan tidak terlepas dari baik tidaknya hasil dari proses persiapan pertenunan, terutama pada proses penganjian benang lusi tunggal. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendapatkan kombinasi level factor yang dapat mempengaruhi kekuatan tarik benang per helai dan ketahanan gesek benang dengan hasil yang optimal. 2. Untuk mengetahui besarannya peningkatan kekuatan tarik benang per helai dan ketahanan gesek benang. Batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Pengujian dan pengambilan data dilakukan pada proses produksi penganjian benang lusi dengan jenis benang Rayon 100% dengan nomor benang Ne1 30 ‘S 2. Proses penganjian (sizing process) dilakukan dengan memakai mesin kanji merk Baba 84 𝑥 60 sangyo. Dengan konstruksi 𝑅 30 𝑥 𝑅 30 x 127 cm. 3. Larutan kanji yang dipakai adalah jenis bahan campuran dari bahan sintetis dan bahan alam. Bahan-bahan kanji tersebut al : Tapioka, Acrilic, PVA, Wax dan Pelarut adalah air. II.
BAHAN dan METODA A. Bahan dan Peralatan 1. Bahan yang digunakan Bahan yang digunakan adalah benang Rayon 100 % dengan nomor benang Ne1 30’S 2. Peralatan yang digunakan a. Mesin kanji (Sizing Machine) merk Baba Sangiyo b. Single strength c. Ketahanan gesek benang B. Metoda Penelitian ini menggunakan metode Taguchi yang merupakan suatu sistem dalam rekayasa kualitas yang mempertimbangkan penghematan biaya eksperimen dengan menerapkan konsep-konsep rekayasa dan statistik. Penggunaan metode Taguchi sangat membantu perusahaan dalam meningkatkan kualitas suatu produk karena dengan menggunakan metode Taguchi, perusahaan akan dapat memperoleh informasi statistik tentang kualitas suatu produk dengan menjalankan sejumlah eksperimen yang bertujuan untuk membuat desain proses dan produk dalam membuat suatu produk (off line quality control). Metoda Taguchi ini sangat membantu dalam melakukan pengujian, Genechi Taguchi mengusulkan suatu teknik untuk menyederhanakan eksperimen tanpa mengurangi esensi dari percobaan. Taguchi melakukan pendekatan dengan Fraksional Factorial Eksperimen (FFE) yang standar dan konsisten sehingga meningkatkan efisiensi dari percobaan yang akan dilakukan. Dalam perancangan dan pembuatan produk tidaklah mudah untuk menghasilkan suatu produk yang seragam atau sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Dimana Kekuatan benang Rayon Ne1 30 ‘S dalam proses penganjian adalah nilai kekuatan tarik benang per helai dari benang Rayon terkanji, yang nilai kekuatan tarik benang
3
per helai benang terkanji akan naik sekitar 10 - 20 persen dari kekuatan benang Rayon sebelum dikanji. Oleh karena itu kekuatan tarik benang terkanji yang dalam penelitian ini adalah besarnya kekuatan tarik benang per helai dengan fungsi tujuan adalah The Large The Better (LTB). Ketahanan gesek benang Rayon Ne1 30’S dalam proses penganjian adalah nilai ketahanan gesek benang Rayon yang telah dikanji, yang nilai ketahanan gesek benang terkanji akan naik sekitar 10 - 20 persen dari ketahanan gesek benang Rayon sebelum dikanji. Oleh karena itu ketahan gesek benang terkanji dalam penelitian ini adalah besarnya ketahanan gesek benang dengan fungsi tujuan adalah The Large The Better (LTB). Dalam perancangan kualitas Taguchi merekomendasikan beberapa karakteristik dari signal to noise ratio , namun dalam penelitian ini hanya digunakan satu karakteristik saja yaitu : Larger-the-Better (LTB) Memiliki karakteristik kualitas yang kontinyu dan tidak negatif yang mempunyai nilai dari 0 sampai ~ dimana nilai target yang diharapkan adalah selain 0 atau dengan kata lain mempunyai nilai sebesar mungkin, sehingga signal to noise ratio dapat dihitung dengan rumus :
SNRLTB
1 n 1 10 Log 2 n i n yi
dengan : n = jumlah tes di dalam percobaan (trial). yi = nilai respon dari tiap replikasi. Sedangkan factor-faktor/variabel yang di ukur dan akan mempengaruhi kekuatan benang adalah sebagai berikut : 1. Variabel a. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat/variabel respon (Sugiyono 2009 h.39). dalam penelitian ini variabel bebas/faktor yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1) Suhu larutan kanji (A) 2) Tekanan rol pemeras (B) 3) Kemuluran benang (draft) (C) 4) Suhu silinder pengeringan (D) b. Variabel terikat/respon (Dependent Variable) adalah veriabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (sugiyono 2009, h.39). variabel terikat merupakan himpunan sejumlah gejala yang memiliki sejumlah aspek atau unsur didalamnya, yang berfungsi menerima atau menyesuaikan diri dengan kondisi lain. Pada penelitian ini terdapat dua veriabel terikat atau Variabel respon adalah : kekuatan tarik benang per helai dan ketahanan gesek benang, Variabel ini sebagai output penelitian. c. Variabel kontrol. Penlitian ini merupakan penelitian eksperimen, ciri khusus penelitian eksperimen adalah adanya kontrol terhadap variabel yang diduga mempengaruhi hasil penelitian. Pada penelitian ini kontrol yang dilakukan adalah kontrol faktor hasil penganjian tanpa treadment pada Variabel bebas. Variabel bebas pada penelitian ini terdiri dari 4 (empat) faktor utama dan 3 (tiga) level, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. No 1
Faktor Kendali A. Suhu larutan kanji
Level 1 70o C
4
Level 2 78 C o
Level 3 86 C o
2 3 4
200 kg/cm2 1,4 % 85o C
B. Tekanan rol pemeras C. kemuluran benang (draft) D. Suhu silinder pengering
300 kg/cm2 1,6 % 90o C
400 kg/cm2 1,8 % 95o C
Dengan memvariasikan keempat factor dan ketiga level tersebut diharapkan mendapatkan desai n kekuatan yan g lebih baik. 2. Eksperimen Pada penelitian ini , dengan memvariasikan variabel bebas yaitu Suhu larutan kanji (starch solution temperature), Tekanan rol pemeras (under pressure roller squeezing roll pressure), Kemuluran benang (yarn draft zon), Suhu silinder pengeringan(cylinder dryer temperature). Dimana Array orthogonal dan setting parameter pengujian yang digunakan adalah menggunakan Matriks orthogonal standar dengan 3 level mempunyai pilihan matriks orthogonal seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Matriks Orthogonl 3 level L9 (34)
L27 (313)
L81(340)
-
-
(sumber : Soejanto, 2009) Untuk menentukan matriks array orthogonal yang sesuai yaitu pada array matriks orthogonal L9 ( 34 ), artinya bahwa dalam melakukan percobaan dengan 4 faktor dan 3 level seharusnya dilakukan 81 kali percobaan, namun dengan orthogonal L9 dapat diwakili dengan 9 percobaan asalkan dalam percobaan dapat diketemukan variasi yang ideal antara faktor dengan level pada nomor/trial yang sama dan masuk dalam array matriks orthogonal. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut: a) Menyiapkan benang lusi pada stand beam mesin sizing yang akan diproses. b) Mengatur kemuluran benang (draft) sesuai dengan kombinasi perlakuan yang akan dilakukan (1,4%; 1,6%; 1,8%). c) Mengatur temperatur pengeringan sesuai dengan kombinasi perlakuan yang akan dilakukan (85°C, 90°C, 95°C). d) Mengatur temperatur larutan kanji dalam size box sesuai dengan kombinasi perlakuan yang akan dilakukan (70°C, 78°C, 86°C). f) Menunggu temperatur larutan kanji pada layar penunjuk hingga konstan. g) Mengatur tekanan squeezing roll sesuai dengan kombinasi perlakuan yang akan dilakukan (200 kg/cm2, 300 kg/cm2, 400 kg/cm2). h) Mengambil benang dari setiap kombinasi dengan panjang 1 yard. i) Menguji kekuatan tiap helai benang dari setiap sampel yang diambil, baik kekuatan tarik per helai dan ketahanan gesek benang. j) Mencatat rata-rata hasil dari pengujian
III. HASIL PENELITIAN 1.
Hasil Penujian ANOVA KEKUATAN TARIK BENANG PER HELAI Tabel 1. Data Uji Kekuatan tarik benang per helai (gram/helai) Trial 1 2 3 4 Replikasi Jumlah A B C D I II III 1 1 1 1 1 217 216 217 650 2 1 2 2 2 215 216 214 645 3 1 3 3 3 217 213 214 644
5
Rerata 216,6667 215 214,6667
4 5 6 7 8 9
2 2 2 3 3 3
1 2 3 1 2 3
2 3 1 3 1 2
A1 : 1939 A2 : 1918 A3 : 1956
3 1 2 2 3 1
218 211 212 215 220 213 1938
B1 : 1940 B2 : 1938 B3 : 1935
215 212 212 215 220 220 1939 C1 : 1946 C2 : 1943 C3 : 1924
212 212 214 215 218 220 1936
645 635 638 645 658 653 5813 D1 : 1938 D2 : 1928 D3 : 1947
215 211,6667 212,6667 215 219,3333 217,6667 215,2963
Dengan taraf signifikansi 5% tabel 2. hasil perhitungan ANOVA kekuatan benang faktor A B C D Error Total
df 2 2 2 2 18 26
SS 80,5189 1,408 31,63 20,0744 67,9983 201,6296
MS 40,2594 0,7040 15,8150 10,0372 3,7777
F hitung 10,6572 0,1864 4,1864 2,6570
F tabel 3,55. 3,55. 3,55. 3,55.
SS’ 72,9635 -6,1474 24,0746 12,5190
P% 36,1869 -3,0488 11,9400 6,2089
Dari hasil uji anova didapat: a. Factor A Fhitung > F tabel, maka Ho ditolak, sehingga factor A berpengaruh terhadap kekuatan benang dan juga berpengaruh terhadap persentase kontribusi dari factor A. b. Factor B Fhitung < F tabel, maka Ho diterima, sehingga factor B tidak berpengaruh terhadap kekuatan benang. c. Factor C Fhitung > F tabel, maka Ho ditolak, sehingga factor C berpengaruh terhadap kekuatan benang dan juga berpengaruh terhadap persentase kontribusi dari fakto C d. Factor D Fhitung < F tabel, maka Ho diterima, sehingga factor D tidak berpengaruh terhadap kekuatan benang, sedang persentase kontribusi dari factor D berpengaruh. UJI ANOVA KETAHANAN GESEK BENANG Tabel 3. Data hasil uji ketahanan gesek benang Trial 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 A 1 1 1 2 2 2 3 3 3
2 B 1 2 3 1 2 3 1 2 3
3 C 1 2 3 2 3 1 3 1 2
4 D 1 2 3 3 1 2 2 3 1
........................................keterangan tabel A1 : 6385 B1 : 6397 A2 : 6371 B2 : 6399 A3 : 6416 B3 : 6371
I 715 706 712 711 702 705 710 720 708 6389
Replikasi II 712 707 704 713 710 707 709 718 710 6390
C1 : 6404 C2 : 6397 C3 : 6371
III 705 717 707 710 705 708 712 714 715 6393
Jumlah
Rerata
2132 2130 2123 2134 2117 2120 2131 2152 2133 19.172
710,6667 710,0000 707,6667 711,3333 705,6667 706,6667 710,3333 717,3333 711,0000 710,0741
D1 : 6382 D2 : 6381 D3 : 6409
Tabel 4. hasil perhitungan ANOVA ketahanan gesek benang
6
faktor
df
SS
MS
F hitung
F tabel
SS’
P%
A B C D Error Total
2 2 2 2 18 26
117,8500 36,0722 67,1832 56,0722 250,6723 527,8499
58,9250 18,0361 33,5916 28,0361 13,9262
4,2312 1,2951 2,4121 2,0132
3,55. 3,55. 3,55. 3,55.
89,9975 8,2197 39,3307 28,2197
17,0498 1,5572 7,4511 5,3462
Dari hasil uji anova didapat: a. Factor A Fhitung > F tabel, maka Ho ditolak, sehingga factor A berpengaruh terhadap ketahanan gesek benang dan juga berpengaruh terhadap persentase kontribusi dari factor A. b. Factor B Fhitung < F tabel, maka Ho diterima, sehingga factor B tidak berpengaruh terhadap ketahanan gesek benang. c. Factor C Fhitung < F tabel, maka Ho diterima, sehingga factor C tidak berpengaruh terhadap ketahanan gesek benang sedang persen kontribusi dari faktor C berpengaruh d. Factor D Fhitung < F tabel, maka Ho diterima, sehingga factor D tidak berpengaruh terhadap ketahanan gesek benang, sedang persentase kontribusi dari factor D berpengaruh. Uji Beda Antara Standar Industri Dengan Optimal Prediksi a. Uji beda kekuatan tarik benang per helai pada standar industry dengan optimal Prediksi uji beda dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil kondisi Optimal Prediksi lebih baik dari data hasil kondisi standar Industri Hipotesis : Ho : tidak ada perbedaan rerata hasil antara standar industri dan kondisi optimal kekuatan tarik benang per helai H1 : kondisi Optimal Prediksi lebih baik dari kondisi standar industri Tabel 5. Perbandingan hasil Kekuatan tarik benang per helai No. 1 2 3 Jumlah Rerata S2
Industri 211 212 212 635 211,6667 0,3335
(x-X)^2 0,4445 0,1111 0,1111 0,6667
Optimal 220 219 220 659 219,6667 0,3335
(x-x)^2 0,1111 0,4445 0,1111 0,6667
to mempunyai distribusi t dengan derajat bebas sebesar n1 + n2 -2 Kriteria pengujian thitung yaitu : Ho : Ho diterima apabila thitung ≤ ttabel Ho : Ho ditolak apabila thitung > t tabel Membandingkan nilai thitung dengan ttabel ∝ = 0,05 Ttabel = t0,05 (n1+ n2-2) = 2,13 n1 = 3 dan n2 = 3 1 1 𝑋1 = 𝑛 𝑋𝑖1 = 3 (211 + 212 + 212) = 211,6667
7
1
1
𝑋2 = 𝑛 𝑆12 = 𝑆22 =
𝑋𝑖1 = 3 (220 +220 +219) = 219,6667
1 𝑛 1 −1 1 𝑛 2 −1
𝑋𝑖1 − 𝑋1
2
=
𝑋𝑖2 − 𝑋2
2
=
𝑋1 −𝑋2
to =
𝑛 1 −1
𝑆12 +
𝑛 1 𝑆22
0,6667 = 0,3335 0,6667 =0,3335
𝑛 1 𝑛 2 𝑛 1 +𝑛 2 −2 𝑛 1 +𝑛 2
219,6667 −211,6667
to =
1 2 1 2
2𝑥0,3335 + 2𝑥0,3335
3𝑥3(3+3−2) 3+3
8
= 1,1550 x 2,4495
= 16,9662 karena thitung = 16,9662, maka dapat disimpulkan bahwa nilai thitung > ttabel = 16,9662 > 2,13, artinya ada perbedaan nilai rerata dari kekuatan tarik benang per helai pada kondisi optimal dibandingkan dengan kondisi standar industry. Berarti kondisi optimal lebih baik dibandingkan kondisi industri. b. Uji beda ketahanan gesek benang pada Standar Industry dengan Kondisi Optimal Prediksi uji beda dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil kondisi optimal Prediksi lebih baik dari data hasil Kondisi standar industri Hipotesis : Ho: tidak ada perbedaan rerata hasil antara standar industri dan kondisi optimal ketahanan gesek benang. H1 : kondisi optimal.Prediksi lebih baik dari kondisi standar industri Tabel 6. Perbandingan hasil Ketahanan gesek benang no
Industry 702 710 705 2117 705,6667
1 2 3 Jumlah rata-rata S2
(X - X)^2 13,44444 18,77778 0,444444 32,66667
prediksi 720 718 714 2152 717,3333
(X - X)^2 7,111111 0,444444 11,11111 18,66667
16,33333
to mempunyai distribusi t dengan derajat bebas sebesar n1 + n2 -2 Kriteria pengujian thitung yaitu : Ho : Ho diterima apabila thitung ≤ t tabel Ho : Ho ditolak apabila thitung > t tabel Membandingkan nilai thitung dengan ttabel ∝ = 0,05 Ttabel = t0,05, (n1+ n2-2) = 2,13 n1 = 3 dan n2 = 3 1 1 𝑋1 = 𝑛 𝑋𝑖1 = 3 (702+710+705) = 705,6667 1
𝑋2 = 𝑛 𝑆12 = 𝑛 𝑆22 = 𝑛 to =
1
1
𝑋𝑖1 = 3 (720+718+714) = 717,3333
1 −1
1 2 −1
2
= 2 32,6667 = 16,3333
𝑋𝑖2 − 𝑋2
2
= 2 18,6667 = 9,3333
𝑋2 −𝑋1 𝑛 1 −1
1
𝑋𝑖1 − 𝑋1
𝑆12 +
𝑛 1 𝑆22
1
𝑛 1 𝑛 2 𝑛 1 +𝑛 2 −2 𝑛 1 +𝑛 2
8
9,333333
to =
717,3333−705,6667 (2𝑥16,3333 )+(2𝑥9,3333
3𝑥3(3+3−2) 3+3
=
11,6666 7,1647
x 2,4495 = 3,9886
karena thitung = 3,9886 maka dapat disimpulkan bahwa nilai thitung > ttabel = 3,9886 > 2,13, artinya ada perbedaan nilai rerata dari ketahanan gesek benang pada kondisi optimal dibandingkan dengan kondisi standar industri. Berarti kondisi optimal lebih baik dibandingkan kondisi industri.
Grafik............................. 710,6667 710,0000 707,6667 711,3333 705,6667 706,6667 710,3333 717,3333 711,0000
V. SIMPULAN 1. Kombinasi level factor optimal untuk menghasilkan nilai kekuatan tarik benang per helai dengan nilai sebesar 219,3333 dan pada ketahanan gesek benang dengan nilai sebesar 717,3333 pada level factor optimal A3 B2 C1 D3 yaitu pada suhu larutan kanji 90o C, tekanan rol pemeras 300 kg/cm2, kemuluran benang 1,4 %, dan suhu silinder pengering 95o C 2. Nilai kekuatan tarik benang per helai setalah dikanji naik sebesar 1,78 % dari kekuatan tarik benang pada standar industry (standar perusahaan). Dan nilai ketahanan gesek benang setelah dikanji naik sebesar 0,82 % dari ketahanan gesek benang pada standar industry (standar perusahaan). VI. DAFTAR PUSTAKA [1] Ating Somantri, Sambas Ali Muhidin, 2011, Aplikasi Statistika dalam penelitian, Bandung, Pustaka setia, [2] Bagchi, Tapan P., 1993, Taguchi Method Explained: Practical Steps To Robust Design, New Delhi: Prentice Hall. [3] Belavendram, Nicolo, 1995, Quality By Design: Taguchi Techniques For Industrial Experimentation, London: Prentice Hall International, [4] Like Soeparli, 1974, Teknologi Persiapan Pertenunan, Institut Teknologi Tekstil, Bandung. [5] Locher, Robert H. & Mator, Joseph E., 1990. Designing For Quality: An Introduction To The Best Of Taguchi’s & Western Methods Of Statistical Experiments Design, New York: Quality Resources, [6] Montgomery C., Douglas, 1997. Design And Analysis Of Experiments, 4th Edition, New York: John Wiley And Sons, [7] Peace, Gs, 1993, Taguchi Mettods, Addison Wesleynpublish Company, Canada [8] Peace, Glen Stuart,, 1993, Taguchi Mettods Ahands on Approach. [9] Phadke, Madhav S., Quality Engineering Using Robust Design, New Jersey: Prentice Hall, 1989. [10] Ross,P,J,1998, Taguchi Techniques For Quality Engineering, Second Edition,Mc Graw Hill, Singapure [11] SNI, 08 – 0768 – 1989, Cara Uji Kekuatan Tarik Benang Per Helai, Badan Standardisasi Nasional. [12] Sugiyono, 2009, Metode Peneliutian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung, Alfabeta [13] Supranto J, 2001, Statistik Teori Dan Aplikasi, Edisi Keenam.Erlangga, Jakarta [14] Tong, L And Chao, T. Sun 1997, Optimizing Multirespon Problem In Taguchi Methds By Fuzzy
9
Multiple Attribute Decision Making, Quality And Realibility Engeneering Internationa, Vol 13, 25
10