DERAJAT KEJENUHAN JALAN DUA ARAH DENGAN MAUPUN TANPA MEDIAN DI KOTA BOGOR Syaiful1, Budiman2 1
Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Univeristas Ibn Khaldu, Jl. KH. Sholeh Iskandar KM. 2 Bogor Email :
[email protected] 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Univeristas Ibn Khaldu, Jl. KH. Sholeh Iskandar KM. 2 Bogor Email :
[email protected]
ABSTRAK Jalan di kota bogor terutama Jalan Ir. H. Juanda merupakan kawasan padat arus lalu lintas dan merupakan salah satu pusat CBD dengan tingkat kepadatan dan kapasitas jalan yang tinggi terutama saat jam puncak pagi dan sore hari pada jam kerja. Hasil perhitungan kapasitas jalan menunjukkan besarnya kapasitas sesungguhnya 7164 smp/jam. Derajat kejenuhan di Jalan Ir. H. Juanda Kota Bogor terjadi hari Senin pada jam puncak pagi sebesar 8,62 % yaitu jam 07.00-08.00 dan sore hari jam 16.00-17.00 dengan derajat kejenuhan sebesar 8,89%. Kata kunci: Arus lalu lintas, kapasitas dan derajat kejenuhan. 1.
PENDAHULUAN
Prasarana transportasi sangat menentukan untuk menunjang kelancaran lalu lintas. Prasarana transportasi darat mempunyai peran sangat penting dalam kesinambungan distribusi barang maupun jasa, fasilitas penunjang jalan raya selain rambu lalu lintas juga ada median jalan /jalur pemisah. Median berfungsi memisahkan arus lalu-lintas berlawanan arah dan mengurangi daerah konflik bagi kendaraan untuk berbelok. Median bertujuan memisahkan arus dalam lalu lintas yang berlawanan arah, sehingga efektifitas jalan dapat ditingkatkan untuk keamanan dan kelancaran lalu-lintas di jalan (Rakhman dan Panjaitan 2004). Jalan Ir. H. Juanda kota Bogor merupakan jalan yang vital, tipe jalan 4/2 D, mempunyai lebar + 18 m tanpa menggunakan median. Jalan Ir. H. Juanda merupakan salah satu jalan dengan tingkat kepadatan tinggi, terutama pada jam puncak sering terjadi konflik kemacetan dan ketidakteraturan d a n mengurangi kapasitas ruas jalan akan menyebabkan penurunan kecepatan kendaraan yang melintas. Rumusan Masalah Rumusan masalahnya adalah derajat kejenuhan jalan dua arah dengan maupun tanpa median pada kinerja ruas jalan di Jl. Ir. H. Juanda Kota Bogor, mengacu kepada hasil survei lalu lintas dan perhitungan volume lalu lintas di lapangan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah memperoleh pola derajat kejenuhan pada ruas jalan dua arah dengan maupun tanpa median. 2.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Median Median adalah suatu jalur bagian jalan yang terletak di tengah, tidak digunakan untuk lalu-lintas kendaraan dan berfungsi memisahkan arus lalu-lintas yang berlawanan arah, yang terdiri dari jalur tepian dan bangunan pemisah (Direktorat Jenderal Bina Marga 1990). Karakteristik Jalan Karakteristik utama jalan yang akan mempengaruhi kapasitas dan kinerja jalan jika dibebani lalu-lintas. Setiap titik pada jalan tertentu dimana terdapat perubahan penting dalam rencana geometrik, karakteristik lalu-lintas atau aktivitas samping jalan menjdi segmen jalan. Beberapa faktor yang mempengaruhi karakteristik jalan, yaitu tipe jalan, lebar jalur, kereb, bahu jalan, median, alinyemen jalan. (MKJI 1997).
KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
T-51
Transport Volume lalu lintas Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu titik pada suatu jalur gerak per satuan waktu, dan karena itu biasanya diukur dalam satuan kendaraan per satuan waktu. Menghitung volume lalu lintas perjam pada jam-jam puncak arus sibuk, agar dapat menentukan kapasitas jalan maka data volume kendaraan arus lalu lintas (per arah 2 total) harus diubah menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalen mobil penumpang. Tabel 1 Emp jalan perkotaan terbagi dan satu arah No.
Arus lalu lintas total 2 arah (kend/jam)
Tipe jalan satu arah dan jalan terbagi
1
Dua lajur satu arah(2/1) dan empat lajur terbagi (4/2D) 2 Tiga lajur satu arah (3/1) dan empat lajur tebagi (6/2D) Sumber: MKJI 1997 hal. 5–38
0 > 1050 0 > 1100
emp HV 1,3 1,2 1,3 1,2
MC 0,4 0,25 0,4 0,25
Kapasitas jalan/kapasitas sesungguhnya Kapasitas sesungguhnya didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan persatuan jam pada kondisi tertentu. Kapasitas total adalah hasil perkalian antara kapasitas dasar (Co) untuk kondisi tertentu (ideal) dan faktorfaktor korelasi (F) dengan memperhitungkan pengaruh terhadap kapasitas, kapasitas dinyatakan dalam smp, adapun persamaan dasar untuk menentukan kapasitas ditunjukkan.
C = Co × FCw × FCsp × FCsf × FCcs dengan: C Co FCw FCsp FCsf FCcs
: : : : : :
kapasitas sesungguhnya [smp/jam]. kapasitas dasar (ideal) untuk kondisi ideal tertentu [smp/jam]. faktor Penyesuaian untuk kapasitas. faktor penyesuaian untuk kapasitas pemisah arus. faktor penyesuaian untuk kapasitas hambatan samping 2 bahu jalan. faktor penyesuaian untuk kapasitas ukuran kota.
Derajat kejenuhan Derajat kejenuhan (Ds) merupakan rasio arus terhadap kapasitas yang digunakan sehingga faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja dan segmen jalan, nilai derajat kejenuhan juga menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Derajat kejenuhan pada jalan tertentu dihitung dengan persamaan.
Ds =
Q C
dengan: Ds : derajat kejenuhan, [smp/jam]; Q : arus lalu lintas; C : kapasitas sesungguhnya, [smp/jam];
T-52
KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Transport
3.
TATA KERJA
Metodologi Penelitian Metodologi penelitian berdasarkan bagan alir dibawah ini :
Mulai
Data Survei lalu lintas
Perhitungan Derajat Kejenuhan sebelum Adanya Median: 1. Volume Lalu lintas 2. Frakuensi habatan samping 3. Kecepatan arus bebas 4. Kapasitas jalan 5. Derajat kejenuhan
Perhitungan Derajat Kejenuhan Setelah Adanya Median: 1. Volume Lalu lintas 2. Frakuensi habatan samping 3. Kecepatan arus bebas 4. Kapasitas jalan 5. Derajat kejenuhan
Pola derajat kejenuhan dan Analisis perlu tidaknya median pada ruas jalan
Selesai Gambar 1. Bagan alir metode penelitian Pengambilan data lalu lintas Pengambilan data lalu lintas dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari, tanggal 8 Agustus 2011 sampai 14 Agustus 2011 pada jam puncak, yaitu: (1) Pagi hari : jam 07.00–09.00 WIB (2) Siang hari : jam 12.00–14.00 WIB (3) Sore hari : jam 16.00–18.00 WIB Pengambilan data dalam jangka 60 menit. Kejadian hambatan samping Pengambilan frekuensi kejadian hambatan samping dikelompokkan pada: (1) Pejalan kaki : (PED) (2) Kendaraan berhenti dan parker : (PSV) (3) Kendaraan masuk dan kendaraan keluar : (EEV) (4) Kendaraan lambat : (SMV) (5) Sepeda motor : (MC) Derajat kejenuhan sebelum adanya median Perhitungan derajat kejenuhan sebelum adanya median menggunakan: (1) Perhitungan volume lalu lintas diperoleh dari data lalu lintas satuan kend/jam dikalikan dengan nilai emp. (2) Perhitungan hambatan samping diperoleh dari data lalu lintas hambatan samping yang dikalikan efisiensi hambatan samping. (3) Perhitungan kecepatan arus bebas. (4) Perhitungan kapasitas jalan.
KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
T-53
Transport (5) Perhitungan derajat kejenuhan.
Derajat kejenuhan setelah adanya median Perhitungan derajat kejenuhan setelah adanya median menggunakan: (1) Perhitungan volume lalu lintas dan frekuensi hambatan samping sama dengan volume lalu lintas dan frekuensi hambatan samping yang diperoleh di perhitungan derajat kejenuhan sebelum adanya median. (2) Perhitungan kecepatan arus bebas setelah adanya median, bedanya ada pada tipe jalan yang diasumsikan. (3) Perhitungan kapasitas jalan setelah adanya median, perbedaannya ada pada tipe jalan yang diasumsikan. (4) Perhitungan derajat kejenuhan, data hasil dari perhitungan volume lalu lintas dalam satuan smp/jam dibagi hasil perhitungan kapasitas jalan setelah adanya median. 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil data pengamatan jumlah lalu lintas Hasil data hasil pengamatan jumlah lalu lintas ditampilkan pada tabel dibawah ini. Tabel 2 Data hasil pengamatan lalu lintas Senin Jam Sisi A Arah B LV HV MC TOT LV HV MC 07.00-08.00 1.508 4 2.250 4.062 1.200 2 1.800 08.00-09.00 1.094 4 2.049 3.147 856 4 1.890 12.00-13.00 1.300 3 1.980 3.283 550 4 1.450 13.00-14.00 1.910 5 2.250 4.165 580 3 1.440 16.00-17.00 2.128 0 3.512 5.640 715 0 880 17.00-18.00 1.440 2 1.987 3.429 776 0 906 Jumlah 23.726
TOT 3.003 2.750 2.004 2.022 1.595 1.682 13.056
Keterangan: LV : Kendaraan ringan HV : Kendaraan berat MC : Sepeda motor TOT : Total Sisi A : Arah arus lalu lintas arah kanan Sisi B : Arah arus lalu lintas arah kiri. Hasil data hambatan samping Hasil data hambatan samping ditampilkan pada tabel dibawah ini. Tabel 3 Data hambatan samping Senin Arah A Jam PED PSV EEV SMV PED 07.00-08.00 60 70 214 19 90 08.00-09.00 70 95 185 18 75 12.00-13.00 55 60 185 14 5 13.00-14.00 55 75 190 18 45 16.00-17.00 57 65 175 19 60 17.00-18.00 58 70 160 18 75 Keterangan: PED : Pejalan kaki PSV : Kendaraan parker + kendaraan berhenti EEV : Kendaraan masuk + kendaraan keluar SMV : Kendaraan lambat Sisi A : Arah arus lalu lintas arah kanan Sisi B : Arah arus lalu lintas arah kiri.
T-54
Arah B PSV EEV 80 200 73 195 65 167 83 182 58 180 74 180
SMV 25 19 18 19 18 22
KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Transport
Gambar 2. Situasi Jalan Ir. H. Juanda Kota Bogor Hasil perhitungan volume lalu lintas Hasil perhitungan volume lalu lintas dalam smp digunakan emp untuk jenis kendaraan berbeda. Misalkan diambil perhitungan volume lalu lintas per jam, hari Senin Jam puncak : 07.00-08.00 WIB sisi A Kendaraan ringan (LV) : Volume lalu lintas (kend/jam) x emp LV : 1.508 x 1,00 : 1.508 smp/Jam Kendaraan berat (HV) : Volume lalu lintas (kend/jam) x emp HV : 4 x 1,2 : 5 smp/Jam Sepeda motor (MC) : Volume lalu lintas (kend/jam) x emp MC : 2.550 x 0,25 : 637 smp/Jam Total : LV + HV +MC : 1.508 + 5 + 637 : 2.150 smp/Jam Hasil perhitungan hambatan samping Hasil perhitungan hambatan samping terlebih dahulu dikelompokan jenis kendaraan harus dikalikan dengan faktor bobot. Misalkan diambil pada hari Senin Jam puncak : 07.00-08.00 WIB sisi A Pejalan kaki (PED) : 60x 0,5 : 30 Kendaraan parkir + kendaraan stop (PSV) : 70 x 1,00 : 70 Kendaraan masuk + kendaraan keluar (EEV) : 215 x 0,7 : 150 Kendaraan lambat (SMV) : 19 x 0,4 :8 Total frekuensi : PED + PSV + EEV + SMV : 30 + 70 + 150 + 8 : 257 Hasil perhitungan kecepatan arus bebas Hasil perhitungan kecepatan arus bebas sesungguhnya menggunakan:
FV = ( FVo × FVw) × FFVsf × FFVcs FV = (51 + 4) × 0,99 ×1,00 FV = 54 km jam
KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
T-55
Transport
Tabel 5 Perhitungan kecepatan arus bebas ke dua Sisi Jam
Frakuensi Berbobot Kejadian Kedua Arah
Kelas Hambatan Samping (HS)
Kecepatan Arus Bebas Sesungguhnya (FV) (Km/Jam)
07.00-08.00 08.00-09.00 12.00-13.00
532 521 439
H H M
54 54 52
13.00-14.00
483
M
52
16.00-17.00 17.00-18.00
445 465
M M
52 52
Hasil perhitungan kapasitas jalan dan derajat kejenuhan untuk satu sisi Hasil perhitungan kapasitas jalan untuk satu sisi tanpa median. Misalkan jam puncak : 07.00–08.00 WIB
C : Co × FCw × FCsf × FCcs C : ((1 . 500 × 2 ) × 1,09 × 1, 00 × 1,00 ) C : 3 .270 smp jam Perhitungan derajat kejenuhan untuk satu sisi. Misalkan jam puncak : 07.00–08.00 WIB
Q C 2.150 Ds : 3.270 Ds : 0,66 Ds :
Tabel 6 Perhitungan kapasitas dan derajat kejenuhan sebelum median sisi A Kelas Frakuensi Volume Kapasitas Derajat Hambatan (Q) (C) Kejenuhan Jam Berbobot Samping Kejadian smp/jam smp/jam (DS) (HS) 07.00-08.00 257 L 2150 3270 0,66
Tingkat Pelayanan C
08.00-09.00
267
L
1611
3270
0,49
C
12.00-13.00
223
L
1799
3270
0,55
C
13.00-14.00
243
L
2479
3270
0,76
D
16.00-17.00 17.00-18.00
224 218
L L
3006 1939
3270 3270
0,92 0,59
E C
T-56
KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Transport Tabel 7 Perhitungan kapasitas dan derajat kejenuhan sebelum median untuk sisi B Kelas Frakuensi Volume Kapasitas Derajat Hambatan Tingkat Jam Berbobot (Q) (C) Kejenuhan Samping Pelayanan Kejadian smp/jam smp/jam (DS) (HS) 07.00-08.00
275
L
1652
3.270
0,51
C
08.00-09.00
255
L
1.333
3.270
0,41
B
12.00-13.00
217
L
917
3.270
0,28
B
13.00-14.00
241
L
944
3.270
0,29
B
16.00-17.00
221
L
935
3.270
0,29
B
17.00-18.00
246
L
1.003
3.270
0,31
B
Hasil perhitungan kapasitas jalan dan derajat kejenuhan untuk ke dua sisi Hasil perhitungan kapasitas jalan ke dua sisi tanpa median.
C : C sisiA + C sisiB. Misalkan jam Puncak
: 07.00–08.00 WIB ke dua sisi
C : C sisiA + C sisiB C : 3.270 + 3.270 C : 6.540 smp jam Perhitungan derajat kejenuhan untuk ke dua sisi. Misalkan jam puncak : 07.00 – 08.00 WIB kedua sisi
Q C 3.093 Ds : 6.540 Ds : 0,47
Ds :
Tabel 8 Hasil perhitungan kapasitas jalan dan derajat kejenuhan sebelum median untuk ke dua sisi Kelas Frakuensi Volume Kapasitas Derajat Tingkat Hambatan Jam Berbobot (Q) (C) Kejenuhan Samping Pelayanan Kejadian smp/jam smp/jam (DS) (HS) 07.00-08.00 532 H 3.803 6.540 0,58 C 08.00-09.00 521 H 2.944 6.540 0,45 C 12.00-13.00 439 M 2.716 6.540 0,42 B 13.00-14.00 483 M 3.422 6.540 0,52 C 16.00-17.00 445 M 3.941 6.540 0,60 C 17.00-18.00 465 M 2.942 6.540 0,45 C Hasil perhitungan kecepatan arus bebas Hasil perhitungan untuk kecepatan arus bebas misalkan perhitungan.
FV : ( FVo × FVw) × FFVsf × FFVcs FV : (55 + 4) ×1,00 ×1,00 FV : 59 kam jam
KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
T-57
Transport
Tabel 8 Hasil perhitungan kecepatan arus bebas kedua sisi Jam
Frakuensi Berbobot Kejadian Kedua Arah
Kelas Hambatan Samping (HS)
Kecepatan Arus Bebas Sesungguhnya (FV) (Km/Jam)
07.00-08.00 08.00-09.00 12.00-13.00 13.00-14.00 16.00-17.00 17.00-18.00
532 521 439 483 445 465
H H M M M M
59 59 57 57 57 57
Hasil perhitungan kapasitas jalan dan derajat kejenuhan Hasil perhitungan kapasitas jalan dan derajat kejenuhan setelah adanya median untuk satu sisi.
Jam
Tabel 9 Hasil perhitungan kapasitas dan derajat kejenuhan setelah median sisi A Kelas Frakuensi Volume Kapasitas Derajat Hambatan Tingkat (C) Kejenuhan Berbobot (Q) Pelayanan Samping Kejadian smp/jam smp/jam (DS) (HS)
07.00-08.00 08.00-09.00 12.00-13.00 13.00-14.00 16.00-17.00 17.00-18.00
257 267 223 243 224 218
L L L L L L
2.150 1.611 1.799 2.479 3.006 1.939
3.564 3.564 3.564 3.564 3.564 3.564
0,60 0,45 0,50 0,70 0,84 0,54
C C C C D C
Tabel 10 Hasil perhitungan kapasitas dan derajat kejenuhan setelah median sisi B Jam
Frakuensi Berbobot Kejadian
Kelas Hambatan Samping (HS)
Volume (Q) smp/jam
Kapasitas (C) smp/jam
Derajat Kejenuhan (DS)
Tingkat Pelayanan
07.00-08.00
275
L
1652
3.564
0,46
C
08.00-09.00 12.00-13.00 13.00-14.00 16.00-17.00 17.00-18.00
255 217 241 221 246
L L L L L
1.333 917 944 935 1.003
3.564 3.564 3.564 3.564 3.564
0,37 0,26 0,26 0,26 0,28
B B B B B
T-58
KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Transport
Hasil perhitungan kapasitas jalan dan derajat kejenuhan untuk ke dua sisi Hasil perhitungan kapasitas jalan ke dua sisi setelah adanya sama dengan pembahasan persamaan satu sisi. Tabel 11 Hasil perhitungan kapasitas dan derajat kejenuhan setelah median ke dua sisi Jam
Frekuensi Berbobot Kejadian
Kelas Hambatan Samping (HS)
Volume (Q) smp/jam
Kapasitas (C) smp/jam
Derajat Kejenuhan (DS)
Tingkat Pelayanan
07.00-08.00 08.00-09.00 12.00-13.00 13.00-14.00 16.00-17.00 17.00-18.00
532 521 439 483 445 465
H H M M M M
3.803 2.944 2.716 3.422 3.941 2.942
7.128 7.128 7.128 7.128 7.128 7.128
0,53 0,41 0,38 0,43 0,55 0,41
C B B B C B
Derajat Kejenuhan
Hasil grafik derajat kejenuhan pada sisa A dan sisi B Hasil grafik derajat kejenuhan sebelum dan setelah adanya median pada jalur sisi A dan sisi B. 1,00 0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00
0,92 0,76 0,66 0,51
0,49 0,41
0,59
0,55
Sisi A Sisi B
0,28
0,29
0,29
0,31
Jam
Derajat Kejenuhan
Gambar 3 Hasil grafik derajat kejenuhan sebelum adanya median sisi A dan B
0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00
0,84 0,70 0,60 0,46
0,45 0,37
0,54
0,50
Sisi A Sisi B
0,26
0,26
0,26
0,28
Jam Gambar 4 Hasil grafik derajat kejenuhan setelah adanya median sisi A dan B
KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
T-59
Transport Hasil derajat kejenuhan kedua sisi (A+B) Hasil grafik derajat kejenuhan sebelum dan setelah adanya median pada kedua sisi (A+B). 0,70 Derajat Kejenuhan
0,60
0,60
0,58 0,52
0,50 0,45
0,40
0,45
0,42
0,30 0,20
Kedua sisi (A+B)
0,10 0,00
Jam Gambar 5 Hasil grafik derajat kejenuhan sebelum adanya median kedua sisi
Derajat Kejenuhan
0,60 0,50 0,40
0,55
0,53 0,48 0,41
0,38
0,41
0,30 Kedua sisi (A+B)
0,20 0,10 0,00
Jam Gambar 6 Hasil grafik derajat kejenuhan setelah adanya median kedua sisi Dari perhitungan penggabungan derajat kejenuhan sisi A dan sisi B, terlihat bahwa pola derajat kejenuhannya sama dengan pola derajat kejenuhan pada jalur sisi A, karena volume kendaraan di jalur sisi A lebih besar di bandingkan volume kendaraan di jalur sisi B, berdasarkan perhitungan derajat kejenuhan adalah V/C sehingga pola derajat kejenuhannya lebih dominan ke sisi A. Pembahasan derajat kejenuhan tanpa median dan dengan median Pembahasan analisis penurunan derajat kejenuhan tanpa median dan dengan median dapat dilihat pada tabel.
T-60
KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Transport
Tabel 12 Hasil analisis derajat kejenuhan tanpa median dan dengan median
Jam 07.00-08.00 08.00-09.00 12.00-13.00 13.00-14.00 16.00-17.00 17.00-18.00 Rata-rata
DS Tanpa Median a 0,58 0,45 0,42 0,52 0,60 0,45 0,50
DS dengan Median b 0,53 0,41 0,38 0,48 0,55 0,41 0,46
Penurunan DS (a-b) c 0,05 0,04 0,03 0,04 0,05 0,04 0,04
Penurunan DS (%) (c/a)*100% d 8,62 8,89 7,94 7,69 8,33 8,89 8,26
Prosentase penurunan derajat kejenuhan terdapat pada jam 08.00-09.00 WIB dan jam 17.00-18.00 WIB yaitu sebesar 8,89 % dan secara teknis kinerja pergerakan arus lalu lintas dijalan Ir. H. Juanda Kota Bogor masih signifikan. Hal ini dapat dilihat dari analisis dampak lalu lintas bahwa nilai masih kurang dari 10%. Direktorat Jenderal Bina Marga memberikan panduan hubungan analisis dampak peningkatan arus lalu lintas, perlu dilakukan fasilitas tambahan untuk memberikan manfaat besar terhadap kinerja ruas jalan, agar dalam pengadaan fasilitas tambahan tersebut bermanfaat. 5. PENUTUP Kesimpulan (1) Jalan Ir.H. Juanda Kota Bogor tingkat kepadatan lalu lintas pada jam puncak pagi jam 07.00-08.00 di sisi B berarti saat para pegawai, pekerja dan anak sekolah berangkat menuju tempat aktivitas dan sekolah masing-masing serta sore jam 16.00-17.00 di sisi A aktivitas kembali kerumahnya. (2) Dampak pengaruh arus lalu lintas sangat signifikan apabila derajat kejenuhan lebih besar dari 10% (sesuai Standar Inggris), hasil perhitungan didapatkan sebesar 8,62% baik tanpa median maupun dengan median sebesar 8,89% artinya kondisi Jalan Ir. H Juanda Kota Bogor masih relatif aman tanpa menggunakan median. Saran-saran Saran yang diberikan kepada Pemerintah Kota Bogor adalah : (1) Hendaknya diperluas wilayah tinjauan yaitu sepanjang jalan Ir. H. Juanda, dengan memperhitungkan hambatan samping dan memproyeksikan jumlah kendaraan dalam kurun waktu tertentu. (2) Perlu dipertimbangkan untuk melakukan penelitian terhadap ruas jalan yang lain untuk memvalidasi nilai derajat kejenuhan yang sudah didapatkan. DAFTAR PUSTAKA Direktorat General Bina Marga Directorate OF Development (Bincot), Swroad In Association With PT Bina Karya (Persero), dan Consulting Service For HCM Phose. 1997. Implemention, Pelatihan Diseminasi Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. 2004. Pedoman Perencanaan Fasilitas Pengendalian Kecepatan Lalu-lintas (Bidang Bina Marga). Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota. 1990. Tata Cara Perencanaan Pemisah. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota. 1990. Petunjuk Tertib Pemanfaatan Jalan. Iskandar Hikmat. Perencanaan Volume Lalu-Lintas Untuk Jalan. KH, V. Sunggono. 1995. Buku Teknik Sipi. Bandung. Nova. Rakhman S, Panjaitan A. 2004. Tinjauan Pemisah Arah Permanen Terhadap Arus Lalu Lintas Di Jalan S.Parman Banjarmasi. Politeknik Negeri Banjarmasin.
KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
T-61
Transport
T-62
KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012