Manajemen Anemia pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
Zulkhair Ali Dept. of Medicine Nephrology & Hypertension Division Mohammad Hoesin Hospital Palembang, Indonesia Faculty of Medicine Sriwijaya University Palembang, Indonesia
Agenda
1.
Pendahuluan
2.
Definisi
3.
Diagnosis dan Evaluasi
4.
Terapi Besi
5.
Tranfusi Darah
6.
Terapi ESA Tangkuban perahu 1993
Komplikasi pada pasien PGK
Sindroma Kardio-renal-anemia anemia
Nat. Rev. Nephrol. 7, 642-649 (November
Anemia merupakan salah satu komplikasi terbanyak pada PGK
U.S. Renal Data System (USRDS). Chronic kidney disease in the adult NHANES population. 2009 ASRD Annual Report Data.http http://www.usrds.org/2009/pdf/V1_01_09.PDF. Accessed January 2, 201
Anemia dapat meningkatkan risiko progresi PGK menuju dialisis
Pasien didialisis (%)
60 50 40
Baseline Hb per kuartil (Q, g/dL) Q1: 6.8–11.3 Q2: 11.3–12.5 Q3: 12.5–13.8 Q4: 13.8–18.0
Q1 (n=378)*
Q2 (n=377)*
30
Q3 (n=363)*
20 Q4 (n=395) 10 00
*P<0.05 versus Q4
1
2 Waktu (tahun)
3
4
Mohanram et al. Kidney Int. 2004;66:1131-113
65
26
60
25 24
55
23
50
Overall QoL
22
45 21 40
20
35
Overall KDQ
Skor KDQ keseluruhan
Skor LASA overall QoL (mm)
Peningkatan Hb memperbaiki kualitas hidup pada pasien PGK non-dialisis non
19
30
18
7 n=1326 pasien non-dialisis KDQ=kidney disease questionnaire
8
9
10
11
12
13
14
Kadar Hb (g/dL)
Lefebvre et al. Curr Med Res Opin. 2006;22:1926
Anemia berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas yang signifikan pada pasien dialisis
RR 1.4
Risiko relatif kematian
Risiko relatif hospitalisasi
RR overall=0.95 per 1 g/dL Hb yang lebih tinggi (P=0.03)
RR overall=0.96 per 1 g/dL Hb yang lebih tinggi(P=0.02)
1.29
1.22
1.2 1.09 1.02
1.07 1.00
1.00
1.0 0.91
0.8 <10
10−10.9
11−11.9
≥12
<10
10−10.9
11−11.9
≥12
Hb (g/dL) pada awal studi RR=relative risk
Locatelli et al. Nephrol Dial Transplant. 2004;19:12
Faktor penyebab anemia pada PGK
Adapted from: Agarwal AK., J A Med Dir Assoc. 2006;7:
Sejarah perkembangan terapi anemia
Effectivenese and general tolerability
1600s ransfusi nggunaka n darah hewan
1945
1800s
1800-1900
1901
1940
Bloodletting umum digunakan
Transfusi pasien-kepasien
Golongan darah A, B, dan O
Faktor Rh pertamakali dipublikasi
Palang merah amerika memulai program donor darah
1990
1990
Epoetin alfa disetujui
Epoetin beta disetujui
2007 CERA disetujui
Penyebab belum optimalnya terapi anemia
Beratnya anemia belum dianggap serius
Skrining yang belum memadai pada pasien berisiko
Kurangnya pemahaman tentang konsekuensi anemia
Persepsi tentang biaya terapi
Fokus pada biaya jangka pendek dan panjang
Kekhawatiran tentang hipertensi
Masalah logistik obat/ketersediaan
Macdougal IC. Nephron 2000;85 (suppl 1):15-2
Definisi Anemia nemia dan Anemia Renal PERNEFRI: WHO : ANEMIA jika kadar Hb <14 g/dl (laki-laki) (laki atau <12 g/dl (perempuan) KDIGO, 2012:
ANEMIA jika kadar Hb <13 13 g/dl (laki-laki) atau <12 g/dl (perempuan)
ANEMIA RENAL anemia pada penyakit ginjal kronik yang terutama disebabkan penurunan kapasitas produksi eritropoetin
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2011, KDIGO 20
Faktor-faktor faktor lain yang berkontribusi pada anemia renal
Defisiensi besi (asupan kurang, flebotomi berulang untuk pemeriksaan laboratorium, retensi darah pada dialiser atau tubing, perdarahan saluran cerna) Umur eritrosit yang memendek Hiperparatiroid berat Infeksi dan inflamasi Toksisitas aluminium Defisiensi asam folat Hipotiroid Hemoglobinopati
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
Evaluasi Anemia Renal Skrining Hb pada pasien PGK dilakukan minimal satu kali setahun Jika didapatkan anemia dilanjutkan dengan: A. Pemeriksaan darah lengkap - Hb, Ht, MCV, MCH, MCHC - Leukosit dan Diff count - Hitung trombosit B. Apusan darah tepi C. Hitung retikulosit D. Uji darah samar faeses
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
Pengkajian status besi
Status besi diperiksa meliputi SI, TIBC, ST dan FS ST =
SI
x 100%
TIBC
SI = Serum iron
TIBC = Total iron binding capacity
ST = Saturation transferin
FS = Ferritin serum
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
Defisiensi besi pada anemia renal
Anemia renal Besi cukup Defisiensi besi fungsional Defisiensi besi absolut
PGK ND/PGK PD ST (%) FS (ng/ml) ≥20 ≥100 <20 ≥100
<20
<100
PGK HD ST (%) FS (ng/ml) ≥20 ≥200 <20 ≥200
<20
<200
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
Terapi anemia defisiensi Fe
Indikasi terapi besi : 1. Anemia defisiensi besi absolut 2. Anemia defisiensi besi fungsional 3. Tahap pemeliharaan status besi
Kontraindikasi terapi besi: 1. Hipersensitifitas terhadap besi 2. Gangguan fungsi hati berat 3. Kandungan besi tubuh berlebihan
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
Manajemen defisiensi besi:: Faktor penting tatalaksana anemia pada PGK
Defisiensi besi pada PGK Defisiensi besi yang sudah terjadi
Defisiensi besi terkait terapi epoetin
Nutrisi yang kurang baik
Peningkatan kebutuhan besi
Kehilangan darah
Terapi besi oral Terapi besi oral diindikasikan pada pasien PGK-ND ND dan PGK-PD PGK dialisis dengan anemia defisiensi Fe Jika setelah 3 bulan tidak dapat dipertahankan ≥20% dan/atau FS ≥100 ng/ml, maka dianjurkan pemberian preparat besi parenteral Sediaan Oral ferrous gluconate, ferrous sulphate, ferrous fumarate, iron polysaccharide
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
Terapi besi parenteral
Terapi besi parenteral terutama diindikasikan pada pasien PGK-HD Sediaan Parenteral Iron sucrose, iron dextran Dosis uji coba : dilakukan sebelum mulai terapi besi iv pertama kali untuk mengetahui adanya hipersensitivitas terhadap besi Cara: Iron sucrose atau iron dextran 25 mg dilarutkan dalam 25 ml NaCl 0,9% drip IV selama 15 menit, amati tanda-tanda hipersensitifitas
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
Terapi besi fase koreksi
Tujuan: koreksi anemia defisiensi besi absolut sampai status besi cukup Dosis: 100 mg, 2 x perminggu saat HD, dengan perkiraan total 1000 mg (10x pemberian) Pemberian terapi besi intravena:
100 mg diencerkan dengan 100 ml NaCl 0,9%, drip IV 15-30 menit.
Cara lain dapat disuntikkan IV tanpa diencerkan secara pelan, paling cepat dalam waktu 15 menit
Evaluasi status besi dilakukan 1 minggu pasca terapi besi fase koreksi
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
Terapi besi fase pemeliharaan
Tujuan: menjaga kecukupan kebutuhan besi untuk eritropoesis selama pemberian terapi ESA Dosis terapi disesuaikan dengan kadar ST dan FS ST >50%, tunda terapi besi, terapi ESA tetap dilanjutkan
Status besi diperiksa setiap 1-3 bulan
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
ALGORITME TERAPI BESI
ST >50%
ST 20-50%
ST <20%
FS>500 ng/ml
FS 501-800 ng/ml
FS >800 ng/ml
Tunda besi FS <200 ng/ml
BESI FASE KOREKSI
TUNDA BESI
ST
Tunda Besi
Iron sucrose/iron dextran 100 mg 2x/minggu
* Lihat keterangan
10x
BESI FASE PEMELIHARAAN
Cek FS dan ST Fs < 200 ng/ml
FS 200-300 mg/dl
FS 301-500 500 ng/ml
FS 200-300 ng/ml
FS 301-500 ng/ml
Iron sucrose /Iron dextran 100 mg/ 2 minggu
Iron sucrose /Iron dextran
Iron sucrose /Iron dextran
Iron sucrose /Iron dextran
Iron sucrose /Iron dextran
100 mg/4 minggu
100 mg/6 minggu
100 mg/minggu
100 mg/2 minggu
3 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
Keterangan: - Bila ST <20% dan FS 501-800 800 ng/ml lanjutkan terapi ESA dan tunda terapi besi, observasi dalam satu bulan. Bila Hb tidak naik, dapat diberikan iron sucrose atau iron dextran 100 mg satu kali dalam 4 minggu, observasi 3 bulan. - Bila ST<20% dan FS>800 ng/ml terapi besi di tunda. Dicari penyebab kemungkinan adanya keadaan infeksi-inflamasi. infek
Transfusi Darah
Rekening Gendut
Peningkatan signifikan penggunaan transfusi pada pasien HD di Indonesia Jumlah pemakaian transfusi pada pasien HD di Indonesia 2007-2012 21034
13789 8844 4394
2007
10114
6751
2008
2009
2010
2011
2012
Ref: Data Laporan Indonesia Renal Registry
Transfusi darah: Indikasi dan risikonya
Indikasi & target transfusi darah
Risiko transfusi darah
Circulation overload
Transfusi darah diindikasikan pada:
Hb <7 g/dl dengan atau tanpa gejala anemia
Hb <8 g/dl dengan gangguan kardiovaskular yang nyata
Transmisi penyakit infeksi (hepatitis, HIV, malaria dan lain-lain)
Febrile non hemolytic reaction
Reaksi alergi atau anafilaktik
Reaksi hemolitik
Iron overload
Target pencapaian Hb dengan transfusi:
Alloimunisasi
7-9 g/dl
Transfusion Related Acute Lung Injury (TRALI)
Perdarahan akut dengan gejala gangguan hemodinamik Pasien yang akan menjalani operasi
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI.
Risiko transfusi darah
KDIGO, 2012
Cara pemberian transfusi darah
Dianjurkan dalam jumlah kecil dan bertahap Pada pasien HD sebaiknya diberikan saat HD Transfusi darah sebaiknya diberikan dengan kecepatan tetesan 1 ml/menit pada 15 menit pertama dan bila tidak ada reaksi transfusi, dilanjutkan 4 ml/menit
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
orithms for red cell transfusion use in CKD patients
KDIGO, 2012
Terapi ESA
Rata-rata unit per pasien per 4 minggu
Terapi anemia dengan ESA dapat menurunkan kebutuhan untuk transfusi darah pada pasien HD 0.6
Terapi anemia dimulai
0.5 0.4 0.3 0.2 0.1
*
0
Pre 4
12
20
28
36
44
52
Minggu tologous blood donationahead of elective hip gery
Eschbach et al. Ann Intern Med. 1989:111:992-10
Erythropoietin Stimulating Agents (ESA): Indikasi, target dan kontraindikasi
Indikasi ESA
Kontraindikasi & Perhatian
Terapi ESA dimulai pada Hb <10 g/dl dan penyebab lain anemia sudah disingkirkan.
hipersensitivitas terhadap ESA
Syarat pemberian:
Tidak ada anemia defisiensi absolut
Tidak ada infeksi berat
Kontraindikasi ESA: Keadaan yang harus diperhatikan:
Hipertensi
Tekanan darah harus dimonitor selama terapi ESA
Umumnya berhubungan dengan peningkatan Hb yang terlalu cepat dan dosis ESA terlalu tinggi
Hiperkoagulasi
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI.
Panduan penatalaksanaan anemia pada PGK dengan ESA ESA & Target Hb
Fase terapi ESA
ESA yang setujui di Indonesia
Epoetin α
Epoetin β
ESA α biosimilar
C.E.R.A
Fase Koreksi
Target Hb pada terapi ESA:
Terapi ESA dimulai pada kadar Hb <10 g/dl
Target Hb pada terapi ESA: 10-12 g/dl
Kadar Hb tidak boleh >13 g/dl
Tujuan: mengoreksi anemia renal sampai target Hb tercapai
Fase Maintenans
Tujuan: mempertahankan kadar Hb dalam range target terapi (10-12 g/dl)
Memerlukan penyesuaian dosis sesuai kebutuhan pasien.
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI.
Tipe ESA
KDIGO, 2012
ESA Kerja Pendek Tahun Jenis ESA
Karakteristik FDA
Waktu Paruh
Prekuensi Pemberian
EMA Kerja Pendek
1989
Identik dg komposisi asam amino dan karbohidrat EPO
IV 4-12 jam SC 12-28 jam
3 kali/minggu
1989
Identik dg komposisi asam amino dan karbohidrat EPO
IV 5 jam SC 24 jam
3 kali/minggu
Epoietin zeta
2007
Identik dg komposisi asam amino dan karbohidrat EPO
IV 4 jam SC 24 jam
3 kali/minggu
Epoitin theta
2009
Identik dg komposisi asam amino dan karbohidrat EPO
IV 4 jam SC 34 jam
3 kali/minggu
Epoietin beta
Epoietin alfa
1989
ESA Kerja Panjang Kerja Panjang Darbopoietin alfa Methoxy Polyethylene glycol- epoietin beta (C.E.R.A)
Peginesated
2001
2007
2012
2001
Tambahan 2 rantai Nkarbohidrat
IV 21 jam SC 73 jam
1 kali/minggu
2007
Activator reseptor eritropoietin yang kontinyu
IV 134 jam SC 139 jam
1 kali/bulan
PEGylated, pepti de homedimer yg homolog dg rhEPO
1 kali/bulan
Terapi ESA fase koreksi ujuan: u/ mengkoreksi anemia renal sampai target Hb tercapai Terapi ESA dianjurkan untuk diberikan sc Dosis ESA dapat dimulai dengan 1. Epoetin α dan β mulai 2000-5000 iu 2x/minggu atau 80-120 unit/kgBB/minggu SC 2. Continous Erythropoesis Receptor activator (CERA) diberikan 0,6 µg/kgBB atau 50-75µ setiap 2 minggu Target respon yang diharapkan : Hb naik sekitar 0,5-1,5 0,5 g/dl dalam 4 minggu
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
Terapi ESA fase koreksi Monitor Hb tiap 4 minggu Bila target respon tercapai pertahankan dosis ESA sampai Hb tercapai 10-12 10 g/dl Bila target belum tercapai naikkan 25% Bila Hb naik >1,5 g/dl dalam 4 minggu atau Hb mencapai 12-13 12 g/dl turunkan dosis 25% Bila Hb > 13 g/dl, hentikan ESA Monitor status besi
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
Terapi ESA fase pemeliharaan
Dilakukan bila target HB sdh tercapai (10-12 12 g/dl). Dosis Epoetin α dan β 2000-5000 IU/minggu, CERA sama dengan fase koreksi dengan interval pemberian tiap 4 minggu Monitor Hb tiap bulan Periksa status besi berkala Bila terapi pemeliharaan Hb>12 g/dl, dosis ESA diturunkan 25%
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
ALGORITME TERAPI ESA Hb <10 g/dl Status besi ST >50% ST >20% & FS >500 ng/dl ST <20% & FS >800 ng/dl
Anemia defisiensi besi absolut Tunda ESA Terapi besi fase koreksi Cukup
Anemia defisiensi besi fungsional
Terapi ESA fase koreksi Epoetin α atau Epoetin β 2000-5000 2000 iu 2x seminggu atau 80-120 120 IU/kgBB/minggu C.E.R.A 0,6 µg/kgBB atau 50-75 75 µg setiap 2 minggu Target respon Hb ↑ 0,5-1,5 1,5 g/dl dalam 4 minggu Belum tercapai Tercapai
Dosis ↑ 25% tiap 4 minggu
tahankan dosis ESA sampai target Hb tercapai (Hb 10-12/g/dl)
Belum tercapai
Tercapai
Cari penyebab respon ESA tidak adekuat
Melebihi target Hb 12-13 g/dl atau Hb ↑ >1,5 g/dl dalam 4 minggu
Hb>13 g/
Dosis ↓ 25%
STOP ES Evaluasi 1 bulan
Dosis ESA fase pemeliharaan Efopetin α dan β 2000-5000 5000 IU/minggu C.E.R.A sama dengan kebutuhan dosis fase koreksi dalam 1bulan diberikan setiap 4 minggu
rofil farmakokinetik pemberian epoetin alfa serta epoetin Beta elalui pemberian jalur IV & SC pada manusia sehat Value (Mean + SD)
Epoetin alfa (n=18)
Epoetin beta(n=18)
administration ax m ( U/ml)
1796 + 367
1763 + 362
lf-life (h)
6.8 + 2.7
8.8 + 2.2*
an residence time
7.9 + 1.0
8.9 + 1.1*
s (ml/kg)
63.8 + 6.1
70.0 + 10.4*
8.1 + 1.0
7.9 + 1.2
0.102 + 0.028
0.099 + 0.044
ax m ( U/ml)
140.8 + 72.2
130.9 + 55.2
ax(h)
15 + 8
15 + 7
minal eliminationrate constant** (h-
0.046 + 0.023
0.035 + 0.017*
lf-life (h)
19.4 + 10.7
24.2 + 11.2*
availability (%)
31.9 + 9.1
32.7 + 8.2
ximumabsolute reticulocyte unt (106/mm3)
0.116 + 0.042
0.137 + 0.050*
arance (ml/hour/kg) ximumabsolute reticulocyte count 6/mm3) Administration
Table7.1. * p<0.05 epoetin beta vs. epoetin a ** Terminal elimination rate constant g a measure of subcutaneous (SC) drug absorption, as the absorption process longer than the elimination process. *** Maximum absolute reticulocyte cou occurred at the 96-hour assessment following intravenous (IV) and SC administration. SD, standar deviation; Cmax, peak serum concentration; Vss, vo of distribution at steady state; Tmax, tim Cmax. Adapted from (53)
Epoetin beta memberikan kontrol Hb yang efektif bagi pasien PGK dengan dialisis Epoetin Beta SK: 78% pasien mencapai Hb 10-12 g/dL 40
37
35 29
% pasien
30 25 20 15
12
13
10 4
5 0
0
1
2
6
7
8
9
0
0 10 11 12 Kadar Hb (g/dL)
13
14
15
2 Not specified
A packed cell volume of 35% should not be exceeded.
Weiss LG et al Nephrol Dial Transplant 2000; Goldsmith D and O'Donoghue D. ASN, Philadelp
Epoetin beta SK sekali seminggu mengkombinasikan terapi maintenans yang efektif dengan pemberian yang lebih nyaman pada pasien dialisis
Population mean Hb (g/dL)
13
Hb Targ EBPG
12 11
10 9 8
Any ESA Retrospective
Baseline (n=4196)
Epoetin beta IV/SC 1-6 month
Epoetin beta SC recommended 13-18 month 7-12 month
Study period (months)
Study end (n=2160)
Weinreich T et al GAIN: WCN, Rio de Janeiro
43
Epoetin beta mempertahankan kadar Hb pada pasien pre-dialisis Epoetin beta SK sekali seminggu mempertahankan kadar Hb selama fase maintenans Mean change in Hb concentrations during maintenance phase (g/dL)
2
1
0
-11
-22 6
12
18
24
30
36
42
Months
n=282 patients
Drueke et al CREATE N Engl J
Mean change from baseline
Epoetin Beta SK meningkatkan kualitas hidup pasien pre-dialisis General health 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 -0.5 -1 -1.5 -2 -2.5 -3
all p0.001
4.1
Vitality index
Mental health index
3.8 2.7
44
Perubahan kualitas hidup diukur dengan SF-36 setelah 1 tahun terapi dengan epoetin beta SK pada pasien PGK pre-dialisis
-0.1 -0.5
-2.1 Hb increase (up to 1.9 g/dL)
n=301
No Hb increase
n=302
Drueke et al CREATE N Engl J M
Perubahan dari cara pemberian IV ke SK memperbaiki kontrol tekanan darah
140 120
114 Epoetin dose
MAP
112
*
110
100
*
80
108 106
60
104
40 20
102
0
100
Baseline MAP = mean arterial pressure *p<0.05, compared with baseline
MAP (mmHg)
Epoetin dose (IU/kg/week) IU/kg/week)
160
1 month
6 months
Navarro et al Scand J Urol Nephrol 1
Perbandingan tolerabilitas nyeri pada tempat injeksi ESA
Visual analog scale (cm) / ( pain scale )
10
*p0.001 vs epoetin alfa (phosphate)
* 5
*
*
Epoetin beta
Saline
0 Epoetin alfa (citrate)
Epoetin alfa (phosphate)
Veys et al Clin Nephrol 1
C.E.R.A : A continuous erythropoietin receptor activator
Molecular weight ~60 000 Da e image represents an artist’s view of a possible structure for C.E.R.A
C.E.R.A merupakan aktivator reseptor eritropoietin berkesinambungan untuk terapi anemia
Disintesis secara kimiawi
Integrasi ikatan amida antara kelompok amino pada N terminal atau residu lysine dengan methoxy-polyethyle glycol glycol-butanoic acid
Berasosiasi dengan reseptor eritropoietin dengan lebi lambat menyebabkan afinitas ikatan yang lebih renda lambat, daripada ESA.
Dieliminasi lebih lambat melalui ambilan dan degrada reseptor menyebabkan konsentrasi plasma yang lebi reseptor, tinggi dalam waktu yang lebih panjang, sehingga memberikan stimulasi eritropoiesis berkesinambungan
Macdougall et al. AS
C.E.R.A memiliki waktu paruh yang paling panjang dibandingkan dengan ESA lain, memungkinkan pemberian 2 minggu sekali atau sekali sebulan C.E.R.A (PD) C.E.R.A (HV) Darbepoetin alfa (PD) Darbepoetin alfa (CKD not on dialysis) Epoetin beta (HV)
IV SC
Epoetin alfa (HV)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Half-life (h) HV=healthy volunteers; PD=peritoneal dialysis
1. Halstenson et al. Pharmacol Ther. 1991;5 2. Macdougall et al. J Am Soc Nephrol. 1999;10:2 3. Padhi et al Clin Pharmacokinet. 2006;4 4. Dougherty et al. A 5. Macdougall et al. Clin J Am Soc Nephrol. 2006;1:1
Fase koreksi: C.E.R.A IV dan SK mencapai Response Rate yang tinggi 93.3 87.7
AMICUS 0
10
20
96.9 91.3
79.2
30
40
50
60
70
80
97.6
90
C.E.R.A Q2W (n=135) Epoetin TIW (n=46)
100
Response rate (%) 97.5 93.8
ARCTOS 10
20
98.6
Darbepoetin alfa QW (n=162)
96.3 92.1
0
99.3
C.E.R.A Q2W (n=162)
30
40
50
60
70
80
90
100
Response rate (%) Criteria for response: Hb increase ≥1 g/dL above baseline and Hb ≥11 g/dL during correction period without RBC transfusion
ITT populations
Klinger et al. Am J Kidney Dis. 2007;50:98 Macdougall et al. Clin J Am Soc Nephrol. 2008;3:
Fase koreksi: C.E.R.A IV dan SK memberikan peningkatan kadar Hb yang perlahan namun stabil Mean (SD) Hb (g/dL)
Mean (SD) Hb (g/dL) 16
C.E.R.A Q2W (n=135) Epoetin TIW (n=46)
15
16
14
14
13
13
12
12
11
11
10
10
9
9
8
8
7
C.E.R.A Q2W (n=162) Darbepoetin alfa QW (n=162)
15
7 BL
1 4
2 8
3 12
4 16
AMICUS
ITT populations
5 20
6 24
Final Mo visit Wk
BL
1 4
2 8
3 12
4 16
5 20
6 24
Final Mo visit Wk
ARCTOS
Klinger et al. Am J Kidney Dis. 2007;50:989Macdougall et al. Clin J Am Soc Nephrol. 2008;3:33
Fase Maintenans: C.E.R.A. sebulan sekali sama efektifnya dibandingkan dengan ESA lain dalam manajemen anemia Non-inferiority limit: C.E.R.A groups vs comparator
Non-inferiority limit: C.E.R.A groups vs comparator 0.051 -0.173
−1.00 −0.75 −0.50 −0.25 0.00
-0.022
0.275 C.E.R.A Q4W IV
0.25
0.50
0.75
Difference in adjusted mean group change in Hb between baseline and evaluation vs comparator (g/dL)
MAXIMA 0.0001 for all comparisons populations; results comparable in population
1.00
-0.262
C.E.R.A Q4W SC
0.217
−1.00 −0.75 −0.50 −0.25 0.00
0.25
0.50
0.75
1.00
Difference in adjusted mean group change in Hb between baseline and evaluation vs comparator (g/dL)
PROTOS
Levin et al. Lancet. 2007;370:1415Sulowicz et al. Clin J Am Soc Nephrol. 2007;2:63
Fase Maintenans: C.E.R.A IV dan SK sekali sebulan memberikan kontrol Hb yang stabil dan bertahan lama Patients included were stable on epoetin alfa or beta at baseline Mean (SD) Hb (g/dL) 16 C.E.R.A Q4W IV (n=224) 15 Epoetin QW–TIW IV (n=226) 14 13 12 11 10 Long-term 9 Titration Evaluation safety 8 7 BL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Final visitMo 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 Wk
MAXIMA
populations
Mean (SD) Hb (g/dL) 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7
C.E.R.A Q4W SC (n=191) Epoetin QW–TIW SC (n=191)
Titration
Long-term Evaluation safety
BL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Final visitMo Wk 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52
PROTOS
Levin et al. Lancet. 2007;370:1415 Sulowicz et al. Clin J Am Soc Nephrol. 2007;2:63
Faktor yang mempengaruhi variabilitas Hb Faktor terkait pasien • • • • • •
Modalitas akses vaskuler Survival sel darah merah Hiperparathiroidisme sekunder Kanker Gangguan hematologi Diabetes
Kondisi terkait yang terjadi bersamaan • • • • • • • •
Hospitalisasi Infeksi Inflamasi Perdarahan/hemolisis hemolisis Defisiensi nutrisi PRCA Obat-obatan Pertambahan berat badan interdialisis
Faktor terkait praktek klinis • Perubahan dosis ESA • Desain protokol dan monitoring lab • Range target Hb yang sempit • Manajemen besi • Adekuasi dialisis • Pembatasan asuransi • Kemurnian air
Pengaruh dokter sangat terbatas
Fishbane & Berns. Kidney Int. 2005;68:1337 Gilbertson et al. Nephrol Dial Transplant. 2006;21(Suppl 4)
Efek Samping Terapi ESA Pure red cell aplasia (PRCA) PRCA dicurigai bila pasien dalam terapi ESA > 4 minggu ditemukan semua gejala berikut:
Penurunan Hb mendadak 0,5-1 1 g/dl/minggu atau membutuhkan transfusi 1-2 1 kali/minggu
Hitung lekosit dan trombosit normal
Hitung retikulosit absolut <10.000/µL
Diagnosis PRCA ditegakkan berdasarkan pemeriksaan Anti-erythropoetin Anti antibody yang positif dan/atau pada Biopsi sumsum tulang ditemukan Erythroid progenitor cell yang berkurang
Pada keadaan tersebut pemberian ESA harus diberhentikan
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
Batasan respon tidak adekuat thd ESA
pabila pada dosis 8000-10.000 IU/minggu SC Gagal mencapai target kenaikan Hb 0,5-1,5 1,5 g/dl dalam 4 minggu berturut-turut berturut selama 12 minggu (fase koreksi) Gagal mempertahankan Hb dalam rentang target pemeliharaan
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
Penyebab respon tidak adekuat thd ESA
Defisiensi besi absolut dan fungsional Kehilangan darah kronik Malnutrisi Dialisis tidak adekuat Hiperparatiroid sekunder Inflamasi Kehilangan darah akut Obat-obatab (ACE inhibitor dan ARB) dosis tinggi Defisiensi asam folat dan vitamin B 12, hemoglobinopati, MM, mielofibrosis, hemolisis dan keganasan
Konsesus Manajemen Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik. PERNEFRI. 2
Penyebab respon tidak adekuat thd ESA
KDIGO, 2012
ESA yang dicover oleh BPJS
Ref: Keputusan MenKes RI No. 328/Menkes/SK/VIII/2013 tentang Formulariu Nasion
KDIGO, 2012
Simpulan
Anemia memiliki dampak yang substansial dalam meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada pasien PGK
Anemia pada PGK seringkali underdiagnosed dan undertreated.
Koreksi anemia pada PGK dapat dilakukan dengan transfusi darah maupun ESA, dengan memperhatikan manfaat-risiko dan kondisi yang tepat bagi pasien.
Koreksi dan maintenans dengan ESA memberikan efikasi maupun tolerabilitas yang baik, pada pasien pre- maupun dialisis..
Manajemen anemia yang holistik dengan tim yang baik pada PGK akan meningkatkan kualitas hidup pasien dan menurunkan progresivitas PGK.
The Dream Team
Tenk yu Yang pa !