POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU DI TEMPAT PENGUMPULAN KAYU (TPN) IUPHHK-HA PT. ANDALAS MERAPI TIMBER
Oleh MEYLIDA NURRACHMANIA/051203013 TEKNOLOGI HASIL HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian Nama Mahasiswa NIM Program Studi
: Potensi Limbah Pemanenan Kayu Tempat Pengumpulan Kayu (TPn) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber : Meylida Nurrachmania : 051203013 : Teknologi Hasil Hutan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ketua,
Anggota,
Luthfi Hakim, S.Hut., M.Si NIP : 132 303 841
Iwan Risnasari, S.Hut., M.Si NIP : 132 259 571
Mengetahui, Ketua Departemen Kehutanan
Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS NIP : 132 287 853
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
ABSTRAK
MEYLIDA NURRACHMANIA. Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu di Tempat Pengumpulan Kayu (TPn) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber. Dibimbing oleh Bapak Luthfi Hakim, S. Hut, M. Si dan Ibu Iwan Risnasari, S. Hut, M. Si
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi limbah pemanenan yang terdapat di Tempat Pengumpulan Kayu (TPn) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber dan memanfaatkan limbah tersebut sebagai kayu bangunan yang dapat digunakan oleh masyarakat lokal berdasarkan pada dimensi limbah. Sampel yang diambil sebanyak 10% dari jumlah target produksi pada RKT 2009 dari kelompok meranti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase limbah yang diperoleh adalah sebesar 11,89% dengan volume sebesar 251,89 m3. Dari 261 batang yang dijadikan sampel sebanyak 192 atau 73,56% batang menghasilkan limbah. Penyebab limbah terbesar yaitu karena cacat alami berupa gerowong/hati busuk sebesar 65,17 m3 atau 25,08% (62 batang), asam/lapuk sebesar 120,89 m3 atau 47,99% (56 batang), mata kayu sebesar 46,42 m3 atau 18,43% (40 batang), pecah/belah sebesar 13,76 m3 atau 5,46%(19 batang) dan karena pembagian batang sebesar 7,67 m3 atau 3,04% (15 batang). Limbah tersebut dapat digunakan untuk kayu bangunan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku finir, papan partikel, arang, chip, dan lainnya
Kata kunci: Limbah Pemanenan, Tempat Pengumpulan Kayu, Kayu Bangunan
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
ABSTRACT
The purpose of these research was to know potential of logging waste in the log deck (TPn) of IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber and to exploit that waste as wood construction and than use by an local people based on log dimension. The sample was choose as much as 10% from the sum of aim production a RKT 2009 from the family of Meranti. The result of research showed that persentage of logging waste was 11,89% with volume 251,89 m3. From 261 sample as much as 192 sample or 73,56% produce logging waste. The cause of logging waste was natural deformity are pin hole/rotten heart was 65,17 m3 or 25,08% (62 logs), acid/decay was 120,89 m3 or 47,99% (56 logs), knots was 46,42 m3 or 18,43% (40 logs), split/break was 13,76 m3 or 5,46% (19 logs) and bucking was 7,67 m3 or 3,04% (15 logs). The logging waste can use for wood construction and also as raw material of veneer, particle board, charcoal, chips and others.
Key words: Logging Waste, Log Deck, Wood Construction
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
RIWAYAT HIDUP
MEYLIDA NURRACHMANIA dilahirkan di Medan pada tanggal 10 Mei 1988 merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara dari pasangan Ayah Ridwan Hasan Berdan dan Ibu Farida Hanum. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD. TP. Daya Cipta Medan pada tahun 1999, dilanjutkan di SLTP Negeri 19 Medan tahun 2002 dan lulus di SMA Negeri 4 Medan pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya di perguruan tinggi negeri dan lulus melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departemen Kehutanan, Program Studi Teknologi Hasil Hutan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten dosen untuk Praktikum Geodesi dan Kartografi, Praktikum Pengantar Inventarisasi Hutan, Praktikum Perekat dan Perekatan, Praktikum Struktur dan Sifat Kayu serta Praktikum Anatomi dan Identifikasi Kayu serta menjadi Asisten Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H). Penulis
juga mengikuti kegiatan
organisasi Himas-Sylva dan BKM (Badan Kenajiran Mushalla) di Departemen Kehutanan USU,
interpreter
di Interpreter
Communitiy-Pendidikan dan
Interpretasi Lingkungan Alam Sekitar (IC-PILAR) dan organisasi Sahabat Orang Utan (SOU) di Sumatran Orangutan Society-Orangutan Information Centre (SOS-OIC). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) dan penelitian di IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber pada bulan Maret tahun 2009 dengan judul “Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu di Tempat Pengumpulan Kayu (TPn) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber. Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
KATA PENGANTAR
Alhamdullillah, puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya yang masih diberikan kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu Tempat Pengumpulan Kayu (TPn) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber” ini dengan baik. Penelitian ini mengupas tentang limbah yang terdapat di Tempat Pengumpulan Kayu (TPn) dan faktor-faktor penyebab terjadinya limbah tersebut serta memanfaatkannya untuk kebutuhan masyarakat lokal terutama untuk kayu bangunan. Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orangtua serta adik-adik semuanya, atas cinta dan kasih sayang, dorongan semangat dan doa tulus. 2. Bapak Luthfi Hakim, S. Hut, M.Si dan Ibu Iwan Risnasari, S. Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan kritik dan saran. 3. Bapak Drs. Ibrahim Hassan selaku Direktur IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, Bapak Arya Hanni dan Bapak Yadi dari Tropical Forest Trust (TFT) yang telah mempercayai dan memberikan kesempatan serta dukungan. 4. Bapak Samsul, Bapak Aziz, Bapak Aris, Abang Wondo, Abang Muji, yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. Akhirnya Penulis berharap hasil karya penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan penelitian dan dapat menambah wawasan bagi yang membacanya.
Medan, Juli 2009
Penulis Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
vii
PENDAHULUAN Latar Belakang ..................................................................................... Tujuan.................................................................................................. Manfaat Penelitian ...............................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber .................. Pemanenan Hasil Hutan ....................................................................... Limbah Pemanenan Kayu..................................................................... Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu ................................................ Konstruks Bangunan ...................................................................... Bahan Baku Arang .........................................................................
3 4 6 11 12 13
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... Metode Penelitian ................................................................................ Pengumpulan Data ......................................................................... Data Primer .............................................................................. Data Sekunder .......................................................................... Pengolahan dan Analisa Data ......................................................... Volume Kayu ........................................................................... Limbah Kayu di TPn ................................................................ Persentase Limbah Kayu TPn ................................................... Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu ..........................................
14 14 14 14 14 15 16 16 16 17 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Volume Kayu Tebangan ....................................................................... Limbah Pemanenan Kayu..................................................................... Limbah Berdasarkan Kelas Diameter dan Panjang .......................... Faktor Penyebab Limbah Pemanenan ................................................... Minimalisasi Limbah Kayu .................................................................. Pemanfaatan Limbah Kayu ..................................................................
19 20 22 24 29 30
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .......................................................................................... Saran ....................................................................................................
32 32
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
DAFTAR TABEL Halaman
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Ukuran Limbah untuk Penampang Balok untuk Rangka Dinding ......... Ukuran Limbah untuk Kusen ............................................................... Volume Total Kayu dan Volume Kayu yang Dimanfaatkan di TPn (m3) Persentase Volume Limbah Kayu di TPn (%)....................................... Persentase Limbah Berdasarkan Sebaran Diameter dan Panjang di TPn Persentase Volume Limbah Kayu Terhadap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Limbah Pemanenan Per Jenis Meranti ................................
16 18 19 21 21 25
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
DAFTAR GAMBAR Halaman
1. 2. 3. 4. 5.
Limbah yang Terdapat di TPn .............................................................. Limbah yang Terdapat di TPn yang Memiliki Ukuran Relatif Panjang . Persentase Limbah Berdasarkan Kelas Diameter (cm) dan Panjang (m) Persentase Faktor Penyebab Terjadinya Limbah di TPn ....................... Proses Pembagian Batang di TPn yang Menyisakan Limbah ................
20 23 23 27 28
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1. 2. 3. 4.
Volume Total Kayu di Masing-masing Petak pada Tiap TPn ................ Volume Limbah Kayu di Masing-masing Petak pada Tiap TPn ............ Persentase Limbah Berdasarkan Kelas Diameter dan Panjang di TPn ... Persentase Limbah Berdasarkan Faktor Penyebab Terjadinya Limbah Per Jenis Meranti.................................................................................. 5. Pemanfaatan Limbah untuk Berbagai Jenis Penggunaan Kayu Bangunan Berdasarkan pada Kelas Diameter dan Panjang Kayu ...........................
35 41 45 46 50
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
PENDAHULUAN
Latar Belakang PT. Andalas Merapi Timber merupakan suatu perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang pengusahaan hutan alam. Sistem silvikultur yang dipakai adalah Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Pelaksanaan suatu sistem silvikultur yang sesuai dengan lingkungan setempat telah menjadi tuntutan demi terwujudnya pengelolaan hutan yang berkelanjutan (Dephut, 1993). Dalam memperoleh hasil hutan yang optimal perlu adanya perencanaan dalam kegiatan pemanenan hasil hutan. Menurut Maryudi (2002), kegiatan pemanfaatan hutan atau pemanenan hasil hutan merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam pengelolaan hutan. Pemanenan kayu adalah serangkaian kegiatan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan atau pengolahan dengan biaya yang ekonomis dan kerusakan lingkungan yang minimum (Budiaman, 1996). Kegiatan pemanenan hasil hutan sebagai bagian dari kegiatan pengusahaan hutan memiliki kedudukan yang sangat penting. Kegiatan ini sangat menentukan hasil akhir dari rangkaian dalam pengusahaan hutan. Karena hanya dengan pemanenan hasil hutan yang tepat keuntungan dapat diperoleh secara maksimal. Pada kenyataannya, volume kayu yang dimanfaatkan lebih kecil dibandingkan volume kayu yang ditebang, sehingga terdapat kayu-kayu yang tidak terangkut di petak tebangan dan di tempat pengumpulan kayu (TPn) berupa limbah (Muhdi, 2003). Dari jumlah kayu yang ditebang di hutan, hanya sekitar 40% yang dimanfaatkan untuk industri kayu lapis. Adapun sisanya yang sekitar Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
60% dibuang percuma mulai dari dahan, ranting, hingga pucuk pohon yang batangnya terlalu kecil. Saat ini masalah limbah kayu mulai mendapat perhatian yang lebih besar dari para pengusaha kayu. Hal ini terjadi karena akibat munculnya kecenderungan bahwa bahan baku industri perkayuan semakin lama semakin berkurang. Upaya meminimalkan limbah pemanenan dilakukan sebisa mungkin
mencapai
zero
waste.
Salah
satunya
adalah
yaitu
dengan
mengoptimalisasikan limbah pemanenan kayu, sehingga perlu dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengelola potensi limbah serta optimalisasi pemanfaatan limbah untuk keperluan lokal.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menghitung potensi Limbah hasil pemanenan kayu di tempat pengumpulan kayu (TPn) IUPHHK PT. Andalas Merapi Timber. 2. Memperkirakan
optimalisasi
pemanfaatan
limbah
pemanenan
kayu
berdasarkan dimensi limbah.
Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Mendapatkan data akurat tentang potensi limbah pemanenan di tempat pengumpulan kayu (TPn) IUPHHK PT. Andalas Merapi Timber. 2. Dijadikan sebagai acuan dalam menentukan optimalisasi pengelolaan limbah pemanenan IUPHHK PT. Andalas Merapi Timber untuk kebutuhan lokal. 3. Dijadikan sebagai acuan bagi IUPHHK PT. Andalas Merapi Timber dalam usaha meminimalisasi limbah pemanenan. Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber PT. AMT adalah salah satu perusahaan pemegang Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) yang didirikan di Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan. Izin pengusahaan hutan di PT. AMT pada tahun I (tahun 1980 s/d 2000), yaitu: 1. Forestry Agreement No. Fa/N/024/Iv/1980 Tanggal 21 April 1980. 2. SK. HPH No. 624/kpts/um/8/1980 Tanggal 26 Agustus 1980, untuk luas areal 118.000 Ha (berlokasi di Kabupaten Pasaman, Sawahlunto-Sijunjung dan Solok/Solok Selatan). 3. Add. SK. HPH (1) No. 463/Kpts/Um/1981 Tanggal 8 Juni 1981, untuk luas areal 162.000 Ha (berlokasi di Kabupaten Pasaman, Sawahlunto-Sijunjung dan Solok/Solok Selatan). 4. Add. SK. HPH (2) No. 154/Kpts-II/92 Tanggal 17 Pebruari 1992, untuk luas areal 129.200 Ha (berlokasi di Kabupaten Pasaman, Sawahlunto-Sijunjung dan Solok/Solok Selatan). 5. Add. SK. HPH (3) No. 177/Kpts-II/93 Tanggal 27 Pebruari 1993, untuk luas areal 122.200 Ha (berlokasi di Kabupaten Pasaman, Sawahlunto-Sijunjung dan Solok/Solok Selatan). Kemudian dilanjutkan dengan izin pengusahaan hutan tahap II (2000 s/d 2020), yaitu berdasarkan SK. HPH No. 82/KPTS-II/2000 Tanggal 22 Desember 2000, dengan luas areal sebesar 28.840 Ha berlokasi di Kabupaten Solok/Solok Selatan. Letak areal kerja PT. AMT secara jelas ditampilkan pada Tabel 1. Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Tabel 1.Kondisi Areal Kerja IUPHHK-HA PT. AMT No.
Deskripsi
Keterangan
1.
Luas Areal HPH/IUPHHK 28.840 ha (SK Menhut No. 82/Kpts-II/2000)
2.
Batas Astronomi :
3.
a. Bujur Timur
101001’ – 101016’
b. Lintang Selatan
01018’ – 01030’
Batas Areal Kerja : a. Sebelah Utara
Hutan Lindung Batang Hari II
b. Sebelah Timur
HPT yang dicadangkan untuk penambahan areal kerja PT. AMT (Sei Pemomongan Gadang)
c. Sebelah Selatan
Desa Durian Tarung/Lubuk Gadang dan sebagian Hutan Lindung Batang Hari II
4.
d. Sebelah Barat
Hutan Lindung Batang Hari II
Administrasi
Propinsi Sumatera Barat
Pemerintahan
Kabupaten Solok Selatan Kecamatan Sangir, Sungai Pagu, Koto Parik Gadang Diateh, Sangir Jujutan dan Sangir Batang Hari
5.
Administrasi Kehutanan
Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Barat Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan Sangir Dinas Kehutanan Kabupaten Solok Selatan
6.
Kelompok Hutan
S. Batang Hari – S. Sangir
7.
DAS / Sub DAS
DAS Sungai Batanghari Hulu – Sungai Batang Sangir
8.
Ketinggian Tempat
80 – 550 m dpl
Sumber : PT. AMT (2004).
Pemanenan Hasil Hutan Menurut Elias (1997) dalam Napitupulu (2005), pemanenan hutan memiliki pengertian yang sama dengan pemanenan kayu yaitu serangkaian Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
tahapan kegiatan pengelolaan hutan yang dilaksanakan untuk mengubah pohon dari hutan dan memindahkannya ke tempat penggunaan atau pengelolaan dengan melalui tahapan perencanaan, pembukaan wilayah hutan (PWH), penebangan penyaradan, pengangkutan dan pengujian sehingga bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat berdasarkan prinsip kelestarian. Pemanenan hasil hutan didefenisikan sebagai serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon atau biomassa lain menjadi bentuk yang dapat bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Selain itu, pemanenan hasil hutan dapat pula diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan atau pengolahan. Pemanenan
kayu
memiliki
beberapa
tujuan
yang
tidak
saja
menguntungkan dari segi ekonomi akan tetapi tidak merusak ekologi, maka dibutuhkan suatu sistem pengelolaannya. Abidin (1999) dalam Muhdi (2006) menyebutkan bahwa tujuan pokok industri pemanenan kayu adalah: 1. Memaksimalkan nilai kayu 2. Mengoptimalkan suplai industri 3. Meningkatkan kesempatan kerja 4. Mengembangkan ekonomi regional Menurut Budiaman (1996), kegiatan pemanenan dapat dibedakan atas empat komponen utama, yaitu: 1. Penebangan, yaitu
mempersiapkan pohon yang akan ditebang, serta
memotong kayu sebelum disarad.
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
2. Penyaradan, yaitu pemindahan kayu dari tempat penebangan ke tepi jalan angkutan. 3. Pengangkutan, yaitu pengangkutan kayu dari hutan ke tempat pengumpulan kayu atau tempat pengolahan. 4. Penimbunan, yaitu penyimpanan kayu dalam keadaan baik sebelum digunakan atau dipasarkan serta pemotongan ujung-ujung kayu yang pecah dan kurang rata sebelum ditimbun. Pelaksanaan pengelolaan hutan produksi alam yang berkelanjutan memerlukan penerapan sistem pemanenan yang sesuai dengan kondisi lapangan. Kegiatan pemanenan kayu sebagai bagian dari sistem silvikultur, hendaknya diusahakan semaksimalnya sehingga dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan dapat diminimalkan (Endom, et al, 2003). Kegiatan pemanenan dimaksudkan untuk memanfaatkan hutan produksi dan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek ekonomi, ekologi dan sosial dengan tujuan untuk mengoptimalkan nilai hutan, menjaga pasokan untuk industri stabil, dan meningkatkan peluang kerja, meningkatkan ekonomi local dan regional. Sesuai dengan ITTO Guidelines (1976) dalam Budiaman (1996) terdapat 4 hal penting yang harus diperhatikan dalam rangka kegiatan pemanenan menuju pengelolaan hutan yang lestari yaitu: 1. Ketentuan sebelum penebangan harus dilaksanakan, penandaan pohon yang akan ditebang, tegakan tinggal yang dipertahankan, penentuan arah rebah pohon, arah penyaradan dan pemotongan tanaman pemanjat (epifit) 2. Jalan, meliputi perencanaan jalan, lokasi dan desain konstruksi jalan. Hal ini harus disesuaikan dengan alat sarad yang digunakan dan besarnya muatan. Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
3. Mengeluarkan kayu harus berpedoman pada perencanaan pemanenan (logging plan) yang sudah dibuat. 4. Manajemen tegakan setelah pemanenan sangat penting dilakukan terutama untuk menilai kerusakan akibat pemanenan, kondisi permudaan dan kebutuhan tindakan silvikultur yang diperlukan setelah pemanenan.
Limbah Pemanenan Kayu Limbah pemanenan kayu adalah bagian pohon yang seharusnya dimanfaatkan, tetapi karena berbagai sebab terpaksa ditinggalkan di hutan. Besarnya limbah dinyatakan dalam persentase antara volume batang yang ditinggalkan dengan
volume seluruh
batang
yang
dapat
dimanfaatkan
(Sastrodimejo dan Simarmata, 1978 dalam Muhdi, 2006). Dalam konteks eksploitasi Suparto (1999) dalam Muhdi (2006) mengatakan limbah adalah seluruh biomass minus batang bebas cabang antara titik terendah dekat akar dan tertinggi dekat percabangan utama. Jadi batasan ini menjurus pada whole tree logging. Bila seluruh pohon yang dipungut, maka tidak akan terjadi limbah. Bila hanya bebas cabang yang dipungut, limbahnya adalah akar dan seluruh cabang dan ranting. Kepada limbah ini ditambahkan bagianbagian dari batang bebas cabang yang terjadi karena kecerobohan. Berdasarkan pekerjaannya, Widarmana et al (1973) dalam Muhdi (2006) membedakan kayu limbah menjadi: 1. Limbah pemanenan (logging waste), yaitu limbah akibat dari tindakan pemanenan kayu.
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
2. Limbah industri (processing wood waste), yaitu limbah yang diakibatkan kegiatan industri kayu seperti pada pabrik penggergajian, meubel dan lainlain. Simarmata dan Sinaga (1982) dalam Muhdi (2006) menyatakan limbah pemanenan kayu meliputi: 1. Bagian tunggak di atas batas yang diperkenankan. 2. Bagian-bagian dari kayu bulat yang pecah atau tercabut seratnya sampai batas cabang. Berdasarkan terjadinya logging waste dibedakan sebagai berikut: 1. Limbah yang terjadi di tempat tebangan (felling area) Limbah yang terjadi di tempat tebangan biasanya berupa cabang-cabang, ranting-ranting yang berdiameter > 10 cm. Kelebihan tunggak dari tinggi yang dibenarkan (25 – 50 cm dari permukaan tanah) dan potongan-potongan atau tatal-tatal akibat dari pembagian batang (bucking) 2. Limbah yang terjadi di tempat pengumpulan kayu (log deck) Limbah yang terjadi di log deck biasanya berbentuk batang yang tidak memenuhi syarat-syarat kayu ekspor baik kualita ataupun ukurannya. Misalnya kayu yang bengkok, pecah, busuk dan sebagainya. Pada sistem pemanenan yang melakukan pembagian batang (bucking) di log deck, limbah yang terjadi berupa batang-batang pendek, yaitu sisa-sisa pembagian batang tersebut. 3. Limbah yang terjadi di log pond Limbah ini umumnya terjadi pada pemanenan kayu rimba di luar pulau Jawa. Limbah di sini terutama disebabkan karena penolakan kualita oleh pihak Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
pembeli. Kayu-kayu tersebut mungkin disebabkan terlalu lama disimpan di log pond sehingga kayu menjadi pecah-pecah, busuk atau terkena jamur. Simarmata dan Haryono (1986) dalam Muhdi (2006) mengartikan limbah pemanenan kayu sebagai pohon atau bagian batang yang tertinggal dan belum dimanfaatkan di areal tebangan yang berasal dari pohon yang ditebang dan pohonpohon lain yang rusak akibat penebangan dan penyaradan. Sastrodimejo dan Simarmata (1978) dalam Muhdi (2006) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi limbah pemanenan kayu adalah: 1. Topografi Topografi berpengaruh terhadap kemungkinan dapat tidaknya kayu-kayu yang ditebang tersebut dimanfaatkan. 2. Musim Musim berpengaruh terhadap kerusakan batang-batang yang baru ditebang. Dalam musim kemarau kayu lebih mudah pecah karena udara kering. 3. Peralatan Berkaitan dengan macam dan kapasitas alat-alat yang keliru atau tidak tepat dapat mengakibatkan tidak seluruh kayu dapat dimanfaatkan dan terpaksa sebagian ditinggalkan karena merupakan sisa pemotongan yang tanggung. 4. Cara Kerja Pekerja tidak terlatih dan tidak menguasai teknik kerja sangat mempengaruhi faktor ini, misalnya: - Membuat tunggak terlalu tinggi - Menyebabkan kerusakan pada pangkal batang
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
5. Sistem upah Besar upah yang kurang memadai menyebabkan cara kerja yang serampangan. Sebaliknya sistem upah yang menarik akan memberikan perangsang yang baik terhadap para pekerja untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang diharapkan. 6. Organisasi kerja Kurangnya sinkronisasi antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lainnya dapat menyebabkan tidak sampainya kayu ke tempat yang dituju. 7. Permintaan pasar Adanya syarat-syarat tertentu yang diminta oleh pasar juga mempengaruhi besarnya faktor eksploitasi. Lembaga Penelitian
Hasil
Hutan (1980)
dalam Muhdi (2006),
mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi besarnya limbah, yaitu: 1. Karena cacat alami; bagian batang yang bengkok dan berlubang, serat terpuntir, berlekuk dan cacat lainnya. 2. Karena kerusakan alami; pecah, patah dan sebagainya, baik pada waktu penebangan, penyaradan dan pengangkutan. 3. Karena batas ukuran pasaran; adanya permintaan diameter dan panjang minimum. 4. Karena kurang terampil dalam pembuatan sortimen; sehingga harus ada pemotongan ulang untuk memperoleh kualita yang lebih baik akibatnya ada potongan yang terbuang. 5. Karena kesukaran disebabkan konfigurasi di lapangan; menyebabkan pohon yang telah ditebang tidak dapat disarad sebagian dan atau seluruhnya. 6. Karena pengujian kembali menjelang pemasaran. Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Berdasarkan macam atau bentuknya serta jumlahnya, logging waste menurut Widarmana (1973) dalam Muhdi (2006) berbeda-beda dan tergantung pada: 1. Tingkat efisiensi eksploitasi (manual dan mekanis). 2. Tujuan pemanenan kayu (untuk industri dalam negeri atau untuk ekspor). 3. Jenis serta nilai kayunya. 4. Tempat atau lokasi serta fasilitas prasarana, misalnya jalan. Departemen Kehutanan (1989) dalam Muhdi (2006) menyatakan bahwa terjadinya limbah pada kegiatan pemanenan kayu banyak terjadi karena kesalahan teknis, yaitu: 1. Menebang terlalu tinggi sehingga meninggalkan limbah tunggak yang terlalu besar. 2. Pembagian batang (bucking) pada umumnya disesuaikan dengan jenis dan kapasitas alat angkutan, bukan pada sortimen yang diperlukan oleh industri pengolahan. Hal ini menyebabkan terjadinya limbah baik di hutan maupun di lokasi industri. 3. Pohon-pohon yang rusak sebagai akibat penebangan (felling) maupun penyaradan (skidding) yang kurang terkendali.
Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu Umumnya limbah pemanenan yang dihasilkan melalui proses pemanenan kayu memiliki ukuran yang relatif besar terutama untuk ukuran tunggak dan bagian ujung pohon yang tidak digunakan seperti cabang dan ranting. Pemanfaatan limbah ini terutama ditujukan untuk keperluan lokal baik sebagai bahan bangunan atau sebagai kayu bakar. Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Konstruksi Bangunan Sebagai bahan konstruksi bangunan, kayu sudah dikenal dan banyak dipakai sebelum orang mengenal beton dan baja. Dalam pemakaiannya kayu tersebut harus memenuhi syarat : mampu menahan bermacam-macam beban yang bekerja dengan aman dalam jangka waktu yang direncanakan; mempunyai ketahanan dan keawetan yang memadai melebihi umur pakainya; serta mempunyai ukuran penampang dan panjang yang sesuai dengan pemakainnya dalam konstruksi (Abdurachman dan Nurwati H, 2006). Bahan konstruksi adalah bahan yang dipergunakan untuk mendukung beban dalam arti memerlukan analisa/perhitungan yang cukup cermat, dan untuk kayu mencakup bahan-bahan untuk kuda-kuda, jembatan, tiang pancang dan sebagainya. Wirjomartono (1977) dalam Abdurachman dan Nurwati H. (2006) menunjukkan bahwa penggunaan kuda-kuda kayu dapat menghemat biaya sekitar 40-50% dibandingkan jika menggunakan baja. Diperkirakan sekitar 80% konsumsi kayu diperuntukkan pada bangunan rumah/gedung, sedangkan yang 20% untuk perancah, jembatan, dermaga dan lain-lain. Penggunaan kayu untuk pembangunan jembatan dan tiang pancang tidak lebih dari 5%. Berdasarkan Departemen Kehutanan, Direktoran Jenderal Pengusahaan Hutan Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IVPHH/1990 Tanggal 6 Oktober 1990, tentang Pedoman Teknis Penekanan dan Pemanfaatan Kayu Limbah Pembalakan bahwa Kayu limbah pembalakan yang dapat dipungut berbentuk kayu bulat berupa tunggak, bagian batang yang cacat/rusak, bagian batang di atas cabang, cabang dan ranting bersumber dari pohon yang ditebang sesuai perijinan yang sah (RKT) HPH atau IPK) di luar Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
ukuran sortimen kayu bulat untuk pertukangan, kayu serpih dan sortimen khusus lainnya dengan ukuran diameter lebih kecil dari 30 cm (panjang tanpa batasan) atau panjang kurang dari 2 meter (diameter tanpa batasan).
Bahan Baku Arang Sebagai bahan bakar, arang memiliki kelebihan dibandingkan dengan kayu bakar antara lain memiliki nilai energi yang lebih tinggi, lebih efisien penggunaanya dan sedikit mengeluarkan asap. Dengan kelebihan yang dimiliki arang maka banyak masyarakat telah memakai arang seperti keperluan rumah tangga, restoran dan industri. Arang yang dihasilkan masyarakat berupa batangan dan pecahan dengan ukuran yang bervariasi serta tidak mengenal pernggolongan kualita arang, tetapi tergantung pada ukuran arang yang dihasilkan. Arang batangan dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar dengan menjualnya ke pasar kecamatan atau ke pengumpul. Sedangkan arang yang berukuran kecil digunakan sebagai bahan bakar awal untuk memudahkan proses pembakaran pada pengarangan (Sahwalita, 2005). Pendapatan masyarakat sekitar hutan dapat meningkat jika jumlah pemakai arang ini terus meningkat. Prediksi kedepan jumlah pemakai arang akan meningkat mengingat efisiensi penggunaan sumber energi antara kayu bakar dan arang untuk keperluan memasak menunjukkan angka yang berbeda yaitu untuk kayu bakar memiliki efisiensi sebesar 5-7% sedangkan arang memiliki efisiensi sebesar 10% walaupun proses pembuatan arang hanya memiliki rendemen 1015% (Per Thoresen, 1991 dalam Sahwalita, 2005).
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Tempat Pengumpulan Kayu (TPn) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat pada tangga l 6 Maret hingga 4 April 2009.
Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat yang digunakan yaitu: pita ukur, alat dokumentasi, tally sheet, alat-alat tulis dan alat-alat hitung, sedangkan bahan yang dijadikan penelitian yaitu limbah pemanenan yang terdapat di tempat pengumpulan kayu (TPn) setelah mengalami proses trimming/pembagian batang (bucking).
Metode Penelitian Sampel yang akan diukur dipilih secara sengaja. Sampel dalam penelitian ini adalah pohon-pohon produksi yang berdiameter di atas 60 cm pada RKT 2009 yaitu sebanyak 10% dari jumlah target pohon produksi dari jenis kayu komersial yaitu dari kelompok keluarga meranti. Jumlah target pohon produksi adalah sebanyak 2611 batang berarti yang diambil adalah sebanyak 261 batang dari keluarga meranti.
Pengumpulan data Data primer Data primer didapatkan dengan cara melakukan pencatatan data secara langsung di areal penelitian. Jenis data primer yang dikumpulkan meliputi: Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
1. Data volume kayu setelah berada di tempat pengumpulan kayu (TPn) (m3). Pengukuran volume kayu adalah dengan cara mengukur diameter bagian ujung dan pangkal serta panjang log, dengan ukuran panjang yang digunakan adalah ukuran kayu produksi. 2. Data volume limbah kayu di TPn setelah proses bucking. Setelah pembagian batang, hasilnya diukur kembali. Cara pengukuran limbah di TPn adalah dengan mengukur diameter pangkal dan ujung serta panjang bagian kayu yang dibuang, kemudian dilakukan juga pengukuran terhadap cacat yang ada pada limbah tersebut akibat proses pembagian batang (bucking) Berdasarkan Widiyanti (2005), pencatatan dan pengukuran yang dilakukan meliputi: 1. Mencatat nama-nama jenis log yang ada di TPn 2. Mengukur diameter dan panjang log yang ada di TPn 3. Mencatat jumlah batang log yang dihasilkan dari pohon yang ditebang setelah proses trimming dan mengukur, mencatat diameter dan panjang log tersebut. 4. Mengukur dan mencatat diameter dan panjang bagian-bagian log yang terserang penyakit/gerowong, sehingga tidak dimanfaatkan.
Data sekunder Data sekunder diperoleh langsung dari instansi dimana penelitian ini dilakukan yaitu IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber dan dari berbagai literatur yang mendukung. Jenis data sekunder yang dikumpulkan berupa keadaan fisik kawasan dan kondisi perusahaan HPH meliputi status kawasan, geografi, topografi, iklim, vegetasi dan satwa yang terdapat di dalam hutan, serta kondisi di sekitar wilayah pengusahaan hutan. Data sekunder yang lebih penting yaitu Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
spesifikasi alat (chainsaw) yang digunakan selama penelitian pemanenan tersebut dilaksanakan.
Pengolahan dan Analisa Data Volume Kayu Volume kayu yang diproduksi dari pohon yang ditebang hingga sampai dengan TPn ditentukan dengan menggunakan yang berdasarkan pada SNI 010187-1987 Tentang Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bundar Rimba serta Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan (1993) Tentang Peraturan Pengukuran dan Pengujian Kayu Bulat Rimba. V =( 0,7854 x dr2 x p)/10000
Keterangan : V = Volume (m3) dr = Diameter rata-rata (cm) = (diameter pangkal + diameter ujung)/2 p = Panjang (m) Limbah Kayu di TPn Limbah pemanenan adalah semua sisa-sisa atau bagian batang yang ditebang yang dianggap tidak bernilai ekonomis dalam suatu proses produksi pemanenan dan ditinggalkan setelah operasi pemanenan selesai. Volume limbah kayu di TPn adalah besarnya volume kayu yang tidak dapat dimanfaatkan lagi yang berasal dari kesalahan dalam pembagian batang atau sebab proses grade (adanya lapuk/decay, terserang hama, gerowong di bagian dalam luar nampak mulus, pecah, retakan dll) (Elias, 2000 dalam Widiyanti, 2005).
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Namun, dalam penelitian ini sampel yang diukur di TPn adalah semua bagian batang yang dibuang setelah dilakukan proses trimming atau pembagian batang (bucking) kemudian memisahkannya sampel tersebut yang termasuk limbah dan yang bukan limbah yang disesuaikan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan No. 212/Kpts/IV-PHH/1990 Tentang Pedoman Teknis Penekanan dan Pemanfaatan Kayu Limbah Pembalakan dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :6886/Kpts-II/2002 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pemberian Izin Pemungutan Hasil Hutan (HPH) pada Hutan Produksi
Persentase Limbah Kayu di TPn Persentase limbah kayu di TPn adalah perbandingan antara volume limbah kayu terhadap volume total kayu yang ada di TPn yang dapat dimanfaatkan. Persentase limbah kayu dapat dihitung dengan rumus:
% Limbah =
V1 X 100% V2
Keterangan : V1 : Volume kayu yang tidak termanfaatkan V2 : Volume total kayu yang diharapkan dapat dimanfaatkan yang ada di TPn
Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu Pemanfaatan limbah pemanenan dapat merujuk pada penggunaan limbah sebagai bahan baku produk penggergajian kayu serta dapat digunakan sebagai bahan bakar (arang). Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan kayu bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan atau bentuk-bentuk yang sesuai dengan tujuan penggunaannya (SNI, 1991). Limbah Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
pemanenan kayu yang dapat dijadikan kayu gergajian untuk bangunan rumah dan gedung disesuaikan dengan SNI 03-2445-1991 serta dapat disesuaikan dengan SNI 03-0675-1989 untuk spesifikasi ukuran kusen pintu kayu, kusen jendela kayu, daun pintu kayu dan daun jendela kayu untuk bangunan rumah dan gedung.
Tabel 2. Ukuran Limbah untuk Penampang Balok untuk Rangka Dinding Balok
Ukuran Penampang (cm)
Untuk bantalan
6/8, 8/8, 8/10, 10/10, 10/12, 12/12
Untuk dinding
8/12, 10/12, 10/14, 12/14, 12/16
Kuda-kuda penopang
8/8, 8/10, 10/10, 10/12, 12/12, 12/14
Tiang
8/8, 10/10, 12/12
Palang
6/8, 8/8, 10/10, 10/12, 12/12
Sumber: SNI 03-2445-1991
Tabel 3. Ukuran Limbah untuk Kusen Kusen
Ukuran Penampang (cm)
Pintu
6/10, 6/12, 6/13, 6/15, 8/10, 8/12, 8/15, 10/12, 10/15
Jendela
6/10, 6/12, 6/13, 6/15, 8/10, 8/12, 8/15, 10/12, 10/15
Sumber: SNI 03-2445-1991
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Volume Kayu Tebangan Volume kayu merupakan besarnya massa kayu sebatang pohon hingga batang tertentu atau diameter tertentu. Menurut Bustomi (1999) dalam Widiyanti (2005) pengukuran volume kayu merupakan suatu perangkat yang sangat penting dalam perencanaan pengelolaan hutan yang lestari. Variabel yang diukur dalam penentuan volume kayu diantaranya diameter dan panjang kayu yang disesuaikan dengan ukuran kayu produksi. Hasil pengukuran volume total kayu dan volume kayu yang dimanfaatkan di TPn ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Volume Total Kayu dan Volume Kayu yang Dimanfaatkan di TPn (m3) No.
Jumlah
Volume Total
Volume Kayu yang
Persentase Volume Kayu
TPn
Batang
Kayu (m3)
Dimanfaatkan (m3)
yang Dimanfaatkan (%)
1
27
169,27
139,82
6,60
Petak
2
22
164,73
139,18
6,57
73
3
24
165,13
133,55
6,30
1
32
321,68
264,97
12,51
Petak
2
38
298,82
258,83
12,22
74
3
24
209,24
177,58
8,38
Petak
1
25
174,12
142,35
6,72
55
2
20
159,57
123,30
5,82
Petak
1
27
230,95
192,40
9,08
56
2
22
225,02
200,09
9,44
261
2118,52
1772,07
83,65
Petak
Jumlah
Sumber : Data Primer Penelitian (2009)
Tabel 4. menunjukkan bahwa total volume kayu yang dipanen adalah sebesar 2118,52 m3 atau rata-rata 8,12 m3/pohon dengan jumlah kayu sebanyak 261 batang, sedangkan total volume kayu yang dapat dimanfaatkan adalah sebesar Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
3
1772,07 m atau 83,65% dari jumlah kayu yang telah dipotong atau dibagi sesuai
dengan ukuran dan kebutuhan pasar. Volume kayu yang dapat dimanfaatkan terbesar yaitu terdapat pada petak 74 sebanyak 94 batang dengan jumlah TPn 3 yaitu 701,37 m3 dan volume terkecil yaitu terdapat pada petak 55 sebanyak 45 batang dengan jumlah TPn 2 yaitu 265,66 m3. Besarnya volume kayu total dan volume kayu yang dapat dimanfaatkan yang terdapat pada masing-masing TPn di tiap petak tergantung pada jumlah kayu, jumlah TPn serta ukuran dimensi kayu tersebut. Hal ini seperti ditunjukkan pada Tabel 4 dimana pada petak 74 volume kayu lebih besar dibandingkan dengan petak 73 dengan jumlah TPn yang sama, sama halnya petak 56 memiliki volume yang lebih besar dibandingkan petak 55 dengan jumlah TPn yang sama.
Limbah Pemanenan Kayu di TPn Limbah yang terjadi di TPn berbentuk batang yang tidak memenuhi syarat-syarat kayu ekspor baik kualita ataupun ukurannya, misalnya kayu yang bengkok, pecah, busuk dan sebagainya. Limbah yang terjadi berupa batang-batang pendek, yaitu sisa-sisa pembagian batang tersebut (Gambar 1.)
Gambar 1. Limbah yang Terdapat di TPn Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Limbah pemanenan kayu merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam memproduksi/memanen kayu di tempat tebangan, di tempat pengumpulan kayu (TPn) dan tempat penimbunan kayu (TPk). Limbah pemanenan kayu diukur dan diamati di tempat pengumpulan landing. Hasil pengukuran volume limbah kayu di TPn disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Persentase Volume Limbah Kayu di TPn (%) No. Petak
TPn
Jumlah Batang
Volume Limbah 3
Petak 73
Petak 74
petak 55
Petak 56
Jumlah
Persentase Volume
(m )
Limbah (%)
1
21
25,87
1,22
2
19
18,59
0,88
3
22
26,40
1,25
1
21
42,63
2,01
2
25
31,24
1,47
3
17
21,90
1,03
1
22
29,28
1,38
2
12
14,10
0,67
1
22
31,70
1,50
2
11
10,18
0,48
192
251,89
11,89
Sumber : Data Primer Penelitian (2009)
Tabel 5. menunjukkan bahwa dari 261 batang yang dijadikan sampel, sebanyak 192 batang menghasilkan limbah atau sebesar 73,56% dari total seluruh sampel. Total volume limbah adalah sebesar 251,89 m3 atau 11,89%. Persentase limbah terbesar yaitu pada Petak 74 pada TPn 1 sebesar 2,01% dengan jumlah sebanyak 21 batang, persentase limbah terkecil yaitu pada Petak 56 sebesar 0,48% dengan jumlah sebanyak 11 batang. Berdasarkan pada Tabel 5. dapat juga diketahui bahwa rata-rata volume limbah yang dihasilkan setiap batang untuk seluruh TPn adalah 1,31 m3/batang. Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Bila dihubungkan dengan besarnya kayu yang dapat dimanfaatkan atau diproduksi berdasarkan volume total yang ada di TPn, maka kayu yang dimanfaatkan adalah sebesar 1772,07 m3 atau sebesar 83,65% menunjukkan bahwa pemanfaatan kayu tergolong baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyanti (2005), yang menyatakan bahwa dengan melihat besarnya pemanfaatan kayu yang diproduksi dengan dibandingkan kayu total tebangan lebih besar dari 70% maka hasil tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan kayu tergolong baik. Nilai pemanfaatan kayu menggunakan proporsi volume yang bisa dimanfaatkan dari sejumlah volume potensial sebatang pohon per hektarnya (Muhdi, 2003 dalam Widyanti, 2005).
Limbah Berdasarkan Kelas Diameter dan Panjang Dimensi limbah yang terdapat pada lokasi penebangan relatif berbedabeda. Hal tersebut juga terpengaruh oleh jenis-jenis kayu yang dihasilkan, juga tergantung besarnya kerusakan yang dimiliki kayu tersebut baik kerusakan alami atau kerusakan mekanis sehingga ditinggalkan dengan ukuran sortimen yang relatif panjang seperti terlihat pada Gambar 2.
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Gambar 2. Limbah yang terdapat di TPn yang memiliki Ukuran yang Panjang
Limbah yang terdapat di TPn memiliki diameter yang besar hingga 118 cm dan panjang hingga mencapai 12 meter. Limbah yang memiliki diameter >115 cm umumnya terdapat pada pangkal batang sedangkan diameter <35 cm umumnya terdapat di ujung batang. Hasil pengamatan dan pengukuran limbah pemanenan di TPn diklasifikasikan berdasarkan kelas diameter dan panjang limbah. Persentase limbah berdasarkan pada kelas diameter dan panjang disajikan dalam Gambar 3.
80 60 40 20
35-54
55-74
75-94
95-114
2-3 m >3-4 m >4-5 m >5-6 m >6 m
2-3 m >3-4 m >4-5 m >5-6 m >6 m
2-3 m >3-4 m >4-5 m >5-6 m >6 m
2-3 m >3-4 m >4-5 m >5-6 m >6 m
0
2-3 m >3-4 m >4-5 m >5-6 m >6 m
Persentase Limbah (%)
100
>115
Diameter (cm) dan Panjang (m)
Gambar 3. Persentase Limbah Berdasarkan Kelas Diameter (cm) dan Panjang (m) Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Berdasarkan pada Gambar 3. menunjukkan bahwa persentase limbah terbesar yaitu pada kelas diameter 55-74 cm dengan panjang >6 meter sebesar 81,21% dengan jumlah sebanyak 33 batang. Namun, pada kelas diameter 95-114 cm dengan panjang > 4-5 m dan >6 m tidak terdapat limbah. Untuk kelas diameter > 115 cm hanya terdapat 1 batang limbah dengan ukuran panjang > 4-5 m.
Faktor Penyebab Limbah Pemanenan Penyebab terjadinya limbah di TPn dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya karena cacat yang dimiliki kayu tersebut, kesalahan dalam pembagian batang dan lain sebagainya. Hasil penelitian Yudiarto (1997) juga menyatakan bahwa pada limbah pemanenan terdapat kecenderungan bahwa besarnya limbah kayu di TPn sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor teknis dan permintaan pasar. Semakin terampil seorang operator, maka limbah yang ditimbulkan akan semakin kecil, sehingga bagian kayu yang termanfaatkan akan semakin besar, dan hal ini sangat menguntungkan karena akan meminimalisasi limbah pemanenan kayu dan peningkatan nilai ekonomis kayu. Persentase volume limbah kayu terhadap faktor penyebab limbah disajikan dalam Tabel 7.
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Tabel 7. Persentase Volume Limbah Kayu Terhadap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Limbah Pemanenan per Jenis Kayu No.
Penyebab
Jenis Kayu
Terjadinya
Jumlah
Volume
Persentase
Batang
Limbah
Volume limbah
3
Limbah 1.
2.
3.
4.
5.
Kayu (m )
(%)
Gerowong/Hati
Meranti Merah
11
21,45
8,51
Busuk
M. Cengkawang
2
18,10
7,19
M. Batu
9
8,66
3,44
M. Kulit Buaya
8
1,85
0,73
M. Sepat
27
6,95
2,76
Balam
6
6,16
2,45
Meranti Merah
6
57,43
22,80
M. Cengkawang
3
16,78
6,66
M. Batu
5
8,56
3,40
M. Kulit Buaya
12
3,91
1,47
M. Sepat
28
31,30
12,42
Balam
2
3,12
1,24
Meranti Merah
6
12,57
4,99
M. Cengkawang
2
10,68
4,24
M. Batu
10
12,92
5,13
M. Kulit Buaya
7
2,22
0,88
M. Sepat
14
8,03
3,19
Meranti Merah
2
6,38
2,53
M. Cengkawang
5
1,96
0,78
M. Batu
2
4,14
1,64
M. Sepat
10
1,27
0,50
Pembagian
Meranti Merah
2
3,09
1,23
Batang
M. Cengkawang
7
1,14
0,45
M. Batu
6
3,43
1,36
192
251,89
100
Asam/Lapuk
Mata Kayu
Patah/Pecah
Jumlah Sumber : Data Primer Penelitian (2009)
Tabel 7. menunjukkan bahwa persentase volume limbah terbesar adalah pada jenis Meranti Merah (Shorea leprosula) yang disebabkan oleh asam/lapuk Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
sebesar 22,80%, dan persentase terkecil yaitu pada jenis Cengkawang (Shorea parvifolia) yang disebabkan karena pembagian batang sebesar 0,45%. Menurut Depertemen Kehutanan (1989) dalam Muhdi (2006) menyatakan bahwa terjadinya limbah di TPn terjadi karena kesalahan teknis yaitu saat pembagian batang (bucking) dimana pada umumnya pembagian batang disesuaikan dengan jenis dan kapasitas alat angkutan, bukan pada sortimen yang diperlukan oleh industri pengolahan. Hal ini menyebabkan terjadinya limbah baik di hutan maupun di industri. Menurut Brown (1958) dalam Napitupulu (2005) menyatakan bahwa penebangan dan pembagian batang merupakan pekerjaan yang sangat penting. Kesalahan dalam pekerjaan ini akan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, yaitu berupa penurunan kualitas kayu dan penurunan volume kayu yang akibatnya juga dapat menurunkan upah pekerja. Penyebab terjadinya limbah sebagian besar berasal dari kayu itu sendiri diantaranya gerowong/hati busuk sebesar 25,08%, asam/lapuk sebesar 47,99%, dan mata sebesar 18,43%. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya limbah yaitu patah/pecah sebesar 5,46% serta pembagian batang sebesar 3,04%. Pecah/belah disebabkan karena kesalahan operator baik operator chainsaw ketika menebang pohon dan ketika memotong kayu serta operator buldozer ketika menyarad kayu. Untuk pembagian batang disebabkan oleh scaller yang membagi kayu yang sesuai dengan permintaan pasar. Penyebab terjadinya limbah lebih jelas disajikan dalam Gambar 4.
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Persentase Limbah (%)
50
Gerowong
40
Asam/Lapuk
30
Mata
20
Patah/Pecah Pembagian Batang
10 0 1 Limbah Faktor Penyebab
Gambar 4. Persentase Faktor Penyebab Terjadinya Limbah di TPn
Menurut Sastrodimejo dan Simarmata (1978) dalam Muhdi (2006), terjadinya limbah tebangan di TPn adalah karena : 1. Kesalahan dalam pemotongan batang, Karena diperkirakan tidak kuat disarad sekaligus, maka pohon-pohon tersebut sering kali dipotong menjadi beberapa batang. Pekerjaan demikian dikerjakan sendiri oleh chainsaw man tanpa bantuan scaller, sehingga menimbulkan limbah. 2. Permintaan pasar Adanya syarat-syarat tertentu yang diminta oleh pasar juga mempengaruhi besarnya faktor eksploitasi. 3. Karena kurang terampil dalam pemotongan log; sehingga harus ada pemotongan ulang untuk memperoleh kualita yang lebih baik akibatnya ada potongan yang terbuang (Gambar 5).
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Gambar 5. Proses Pembagian Batang di TPn yang Menyisakan Limbah
4. Kerusakan biologis Kerusakan biologis merupakan salah satu hal yang paling banyak menimbulkan masalah limbah kayu yang terkait pada jenis pohon yang terkena perusak biologis, tempat limbah dan waktu. Umumnya ketika chainsaw menebang kayu, ia tidak akan memperhatikan pohon tersebut memiliki cacat atau tidak, yang dilakukannya yaitu hanya melihat label yang terdapat pada pohon tersebut. Jika pada pohon tersebut terdapat label produksi, maka chainsaw man akan langsung menebang pohon tersebut dan mengangkutnya langsung ke TPn sehingga akan menyebabkan timbulnya limbah di TPn. Untuk itu, perlu adanya pelatihan khusus bagi chainsaw man mengenai kerusakan-kerusakan biologis yang terdapat pada kayu. Penelitian kerusakan mekanis sudah dilakukan antara lain oleh Tinal dan Palenewer (1974), Merhandis (1976), Fernandes (1978), Yamar (1992) dan Elias (1997). Dimana hasil penelitian mereka menunjukkan kerusakan mekanis akibat pemanenan kayu berkisar 23-41%, sedangkan penelitian kerusakan mekanis dan biologis cukup tinggi, maka harus diadakan pembuatan metode pemanenan kayu Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
dan pencegahan serangan hama dan penyakit, karena pohon yang terserang penyakit sekitar 25% dari volume kayunya hilang atau tidak dapat dimanfaatkan dan ini berarti penambahan limbah (Widiyanti, 2005). Menurut Napitupulu (2005), jenis gergaji yang banyak digunakan pada tahun 1970-an adalah gergaji buatan Amerika, seperti McColloch, Momelite, Pioneer, Echo dan sebagainya, tetapi merek-merek tersebut kurang cocok untuk postur orang Asia termasuk Indonesia, di samping itu jenis tersebut bobotnya terlalu berat. Merek-merek gergaji buatan Eropa antara lain adalah Stihl, Dolmar, Husqvarna, Uran dan sebagainya. Menurut Budiaman (1996) dalam Napitupulu (2005) pada saat ini model yang paling umum digunakan adalah gergaji yang terbuat dari bahan yang ringan, kekuatan mesin berkisar antara 10 – 12 HP. Akan tetapi, dalam penelitian ini gergaji yang digunakan untuk memotong kayu yang berada di TPn adalah Chainsaw Stihl 070 yang memiliki berat sebesar 25 Kg dengan panjang rantai 100 cm.
Minimalisasi Limbah Pemanenan Kayu Studi awal menunjukkan bahwa bila dibandingkan dengan pemanenan konvensional, pendekatan RIL (Reduced Impact Logging) dapat meningkatkan produktivitas. Meskipun biaya perencanaan lebih tinggi karena diperlukan inventarisasi yang lebih akurat dan pelatihan yang lebih intensif, biaya tambahan menjadi seimbang dengan biaya penebangan dan operasional penyaradan yang lebih rendah diakibatkan oleh meningkatnya produktivitas dalam operasi yang direncanakan dengan baik. Metode pemanenan berdampak rendah secara nyata juga menghasilkan volume limbah batang yang lebih rendah. Hal ini diterjemahkan sebagai keuntungan potensial yang lebih tinggi bagi perusahaan. Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Pada akhirnya, kerusakan lahan secara nyata dikurangi dalam bentuk lebih sedikit bukaan lahan akibat jalan sarad dan tempat pengumpulan kayu (TPn). Kerusakan tegakan sisa juga lebih sedikit (CIFOR, 1999 dalam Widiyanti, 2005). Usaha-usaha untuk mengurangi limbah pemanenan kayu yang terdapat di TPn yang dapat dilakukan yaitu: 1. Sebelum memulai pembagian batang sebaiknya scaller terlebih dahulu mengukur panjang log tersebut secara keseluruhan, dan mengamati kerusakan atau cacat-cacat yang terdapat pada log tersebut. 2. Membagi log-log tersebut pada ukuran yang maksimum kemudian pada ukuran yang minimum agar tidak mengurangi volume kayu. 3. Meningkatkan sistem upah, misalnya sistem tarif berdasarkan pada mutu pekerjaan, kualitas dan aktif penempatan kondisi-kondisi. 4. Melakukan pelatihan reguler untuk operator gergaji mesin.
Pemanfaatan Limbah Pemanenan Limbah kayu yang banyak ditemukan pada penelitian ini memiliki diameter yang besar lebih dari 60 cm dengan panjang rata-rata yang ditemukan adalah 3 m. Kebijakan pembagian batang dari perusahaan yang mensyaratkan panjang minimal adalah 5,2 meter, maka limbah ini tidak diangkut dan ditinggalkan di TPn. Akan tetapi, ada juga limbah yang ditemukan yang memiliki panjang lebih dari 5 meter bahkan hingga 10 meter. Penyebab terjadinya limbah ini adalah karena memiliki cacat alami berupa gerowong, asam/lapuk, mata, dan teras busuk. Berdasarkan pada Tabel 4. menunjukkan bahwa 9,50% limbah akibat kesalahan mekanis (pecah/belah dan pembagian batang) masih dapat digunakan Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
untuk kayu gergajian atau kayu bangunan. Untuk limbah yang terjadi karena cacat alami juga dapat digunakan untuk kayu bangunan tapi hanya sebagian saja tergantung pada besar kerusakan alami pada limbah tersebut. Limbah kayu yang terjadi akibat dari pemotongan kayu yang berukuran kurang dari 1 meter yang terdapat di TPn dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku particle board, arang, chip, dan lainnya. Tujuan dari pemanfaatan limbah kayu ini selain bernilai dari segi ekonomis untuk peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber bertujuan juga untuk meredam kegiatan masyarakat untuk melakukan kegiatan illegal logging. Akan tetapi, bagi pihak IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber tersebut juga merasa keberatan untuk melakukan kegiatan ini. Mengingat biaya pengangkutan bahan baku limbah dari lokasi tebangan yang jaraknya sangat jauh dari lokasi pemanfaatan mulai menjadi bahan pertimbangan. Ditambah lagi standar pengupahan pengambilan limbah kayu tersebut belum jelas, sehingga walaupun kegiatan ini tetap berjalan kondisinya belum optimal dan masih memerlukan perbaikan-perbaikan.
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase limbah yang diperoleh adalah sebesar 11,89% dengan volume sebesar 251,89 m3 dengan jumlah batang sebanyak 192 dari total sampel sebanyak 261 batang. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya limbah yaitu karena gerowong/hati busuk sebesar 25,08%, asam/lapuk sebesar 47,99%, mata sebesar 18,43%, patah/pecah sebesar 5,46% dan pembagian batang sebesar 3,04%. Limbah yang diperoleh secara keseluruhan dapat dimanfaatkan untuk kayu bangunan berdasarkan dimensinya, juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku veneer, particle board, arang, chip dan lainnya.
Saran Diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai pemanfaatan limbah kayu yang terjadi terutama karena faktor alam/cacat alami kayu sehingga limbah tersebut tidak terbuang. Penelitian mengenai nilai ekonomis pengangkutan limbah ke tempat pemanfaatan limbah kayu dapat juga dilakukan sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan HPH untuk mendirikan industri pengolahan hasil hutan untuk limbah tersebut.
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman dan Nurwati H. 2006. Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat untuk Komponen Bangunan. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor Bakhdal. 2000. Kajian Dampak Penebangan Liar di Rayon Barat Taman Nasional Gunung Leuser. Buletin Penelitian Kehutanan. Volume 16 No. 1 balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar. Pematang Siantar Budiaman, A. 1996. Diktat Kuliah Dasar-Dasar Teknik Pemanenan Kayu untuk Program Pendidikan Pelaksana Pemanenan (SOI). Fakultas Kehutanan IPB. Bogor Departemen Kehutanan. Dirjen Pengusahaan Hutan. 1993. Pedoman dan Petunjuk Teknis TPTI. Indonesia dan Washington DC. Global Forest Watch Departemen Kehutanan. 1999. Pedoman Kehutanan Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta Elias. 2002. Reduced Impact Logging. Buku 2. IPB Press. Bogor Endom, W., Zakaria B., dan Ishak S. 2003. Produktivitas dan Biaya Alat Muat Bongkar EXP-2000. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Volume 21. (1). Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor Maryudi, A. 2002. Analisis Produktivitas Kerja dan Biaya Pemanenan Hasil Hutan di Hutan di Hutan Rakyat. Jurnal Hutan Rkayat. Vol. 4 (1). Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor Muhdi. 2003. Limbah Kayu Akibat Teknik Pemanenan Kayu di Hutan Alam Tropika. Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura. Volume 38 No. 2. Muhdi. 2006. Limbah Pemanenan Kayu. Karya Tulis Departemen Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Medan Napitupulu, R. P. 2005. Tingkat Kebisingan Chainsaw Husqvarna Tipe 365 SP Selama Proses Penebangan Kayu Eucalyptus grandis. Studi Kasus di Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea, Toba Samosir. Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Tidak Dipublikasikan. PT. AMT. 2004. Rencana Kerja Karya Tahunan Upaya Pemanfaatan hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam Tahun 2004. Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat. Padang Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Sahwalita. 2005. Peningkatan Pemanfaatan kayu dan Pendapatan Masyarakat Melalui Usaha Pengolahan Arang. Info Konifera. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sumatera Widiyanti. 2005. Studi Faktor Eksploitasi dan Kaitannya Dengan Limbah Pemanenan Kayu Hutan Alam Di Areal HPH PT. Inanta Timber Trading & Co Ltd, Natal Sumut. Tidak Dipblikasikan Wirjomartono. 1977. Konstruksi Kayu II. Diktat Kuliah. Fakultas Teknik Sipil. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Lampiran 1. Volume Total Kayu di Masing-masing Petak pada Tiap TPn No. No. Petak Pohon Petak 76 73 931 930 162 1578 420 1772 1776 1773 1774 1170 1171 1778 1319 923 1320 1062 970 1260 2513 3683 1573 476 1248 2444 1471 2722 Petak 1120 73 769 768 183 182 2020 3909 2560 998 1263 1326 800 380 558 1817 1827 2501 1511 1901 351
Jenis Kayu M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Batu M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Cengkawang Balam M. Kulit Buaya M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah
Diameter (cm) Panjang Total (m) Pangkal Ujung Rata-rata 22.3 59 43 51.0 20.5 46 36 41.0 17.8 54 46 50.0 19.5 46 36 41.0 24 76 60 68.0 29.9 96 71 83.0 18.3 114 91 102.0 17 91 74 82.0 19.9 77 61 69.0 21 57 45 51.0 16.5 50 46 48.0 20 61 46 53.0 29.5 73 51 62.0 19.6 70 66 68.0 25 85 68 76.0 22.5 64 46 55.0 21.8 52 36 44.0 20 63 48 55.0 16.8 57 53 55.0 21.3 51 43 47.0 23.8 88 59 73.0 23 69 52 60.0 21 50 37 43.0 24 68 48 58.0 17.9 62 51 56.0 18.9 62 56 59.0 20.8 57 43 50.0 29.2 88 77 82.0 19.7 62 58 60.0 21.7 78 69 73.0 35.9 81 49 65.0 21.5 87 78 82.0 19.6 66 52 59.0 26.3 73 45 59.0 18.3 63 52 57.0 18 56 49 52.0 18.5 68 55 61.0 25 77 62 69.0 17.1 82 64 73.0 19 81 65 73.0 21 69 52 60.0 19 99 79 89.0 20 61 48 54.0 22.1 65 54 59.0 22.6 82 63 72.0 23.1 63 49 56.0 21.4 85 45 65.0
Volume (m3) 4.56 2.71 3.50 2.57 8.72 16.18 14.95 8.98 7.44 4.29 2.99 4.41 8.91 7.12 11.34 5.35 3.31 4.75 3.99 3.70 9.96 6.50 3.05 6.34 4.41 5.17 4.08 15.42 5.57 9.08 11.91 11.35 5.36 7.19 4.67 3.82 5.41 9.35 7.16 7.95 5.94 11.82 4.58 6.04 9.20 5.69 7.10
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Total Vol./TPn (m3) 169.27
164.73
Petak 73
Petak 74
423 1060 504 1319 622 2129 1326 1323 808 1501 1191 577 3314 3884 1208 1711 2152 3643 2782 1701 3683 3725 145 117 2251 1397 1223 2587 2782 2785 571 2153 1916 1915 200 284 98 678 3675 2992 1300 796 1505 474 774 907 974 476 9046
M. Merah M. Merah Balam M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Kulit Buaya M. Kulit Buaya M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang Balam M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Kulit Buaya M. Kulit Buaya M. Kulit Buaya M. Kulit Buaya M. Kulit Buaya M. Kulit Buaya M. Kulit Buaya M. Merah M. Merah
19.5 20.1 19.4 12.8 17.1 22.4 16.9 17.3 19.2 21 18.8 22.2 18.5 18.5 24.3 18.5 20 21.1 16.9 20.4 21.3 20.4 19.6 21.3 18.4 23.7 21.7 19 20.35 24.1 31.5 21.9 20 22 24.3 25.6 18.3 20.9 21.7 23.2 21.5 23.9 21.15 23.9 22.5 21.9 26 23.7 18.3 21.8 24.8 24.9
66 72 68 71 73 73 76 76 65 52 64 103 66 64 110 93 85 68 57 63 74 69 50 74 57 58 162 114 109 98 100 122 68 89 88 87 85 65 67 61 61 74 92 102 74 58 92 62 78 55 72 75
47 45 53 61 63 60 59 61 50 42 53 85 59 55 95 75 74 60 54 50 63 59 48 63 42 43 128 101 99 76 69 90 61 73 77 74 80 54 60 46 43 64 73 67 52 42 66 45 70 42 53 48
56.0 58.0 60.0 66.0 68.0 66.0 67.0 68.0 57.0 47.0 58.0 94.0 62.0 59.0 102.0 84.0 79.0 64.0 55.0 56.0 68.0 64.0 49.0 68.0 49.0 50.0 145.0 107.0 104.0 87.0 84.0 106.0 64.0 81.0 82.0 80.0 82.0 59.0 63.0 63.0 52.0 69.0 82.0 84.0 63.0 50.0 79.0 53.0 74.0 48.0 62.0 61.0
4.80 5.31 5.49 4.38 6.21 7.66 5.96 6.28 4.90 3.64 4.97 15.41 5.59 5.06 19.86 10.25 9.80 6.79 4.02 5.02 7.74 6.56 3.70 7.74 3.47 4.65 35.83 17.08 17.29 14.33 17.46 19.33 6.43 11.34 12.83 12.87 9.66 5.71 6.76 7.23 4.57 8.94 11.17 13.24 7.01 4.30 12.74 5.23 7.87 3.94 7.49 7.28
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
154.99
321.68
Petak 74
Petak 74
767 895 892 117 201 2778 2995 2171 2339 2411 2561 2768 2389 1896 2389 2575 2587 1522 1712 2119 2155 1918 2129 1323 1346 2409 2564 1717 2578 2591 1716 2791 2103 4132 1701 2161 2159 1511 1517 1509 1500 1529 1721 1938 1839 1541 2346
M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Batu M. Batu M. Batu M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat 3984 Balam 2381 Balam 1021 M. Batu
16.7 24.6 24.5 22.5 20.8 21.7 22.1 21.9 23.7 30 31.4 20 19 24.5 19.5 25.1 18.5 30.2 26.2 21.9 20.5 26.1 18.2 19.4 21 29.2 22.88 25 21.4 20.5 18.6 27.8 22.16 20.4 22.2 21.68 22.4 23.2 21.16 16 26 20.84 21.8 21.6 25 17.4 17 27.8 21.2 20.3 17.2 20.1
59 49 60 83 76 52 47 74 77 77 74 76 89 78 96 84 104 99 87 92 98 69 104 78 65 63 65 56 86 69 57 74 61 59 65 69 54 80 66 65 64 56 55 64 128 63 60 107 151 65 74 63
55 41 49 62 58 38 40 61 60 47 61 64 65 51 83 68 91 70 65 77 82 51 90 63 53 49 57 43 64 46 48 50 59 45 50 50 39 67 51 46 40 40 48 48 93 54 54 75 99 50 59 52
57.0 45.0 54.0 72.0 67.0 45.0 43.0 67.0 68.0 62.0 67.0 70.0 77.0 64.0 89.0 76.0 97.0 84.0 76.0 84.0 90.0 60.0 97.0 70.0 59.0 56.0 61.0 49.0 75.0 57.0 52.0 62.0 60.0 52.0 57.0 59.0 46.0 73.0 58.0 55.0 52.0 48.0 51.0 56.0 110.0 58.0 57.0 91.0 125.0 57.0 66.0 57.0
4.26 3.91 5.61 9.16 7.33 3.45 3.21 7.72 8.61 9.06 11.07 7.70 8.85 7.88 12.13 11.39 13.67 16.74 11.89 12.14 13.04 7.38 13.45 7.47 5.74 7.19 6.69 4.71 9.45 5.23 3.95 8.39 6.27 4.33 5.66 5.93 3.72 9.71 5.59 3.80 5.52 3.77 4.45 5.32 23.76 4.60 4.34 18.08 26.02 5.18 5.88 5.13
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
298.82
132.45
Petak 55
Petak 55
986 M. Batu 3963 M. Batu 2501 M. Merah M. Merah 133 M. Merah 3801 M. Merah 3804 M. Merah 3129 M. Merah 2252 M. Merah 8982 M. Merah 126 M. Merah 310 M. Merah 183 M. Merah M. Merah M. Merah 2032 M. Merah 250 M. Cengkawang 2570 M. Cengkawang 11 M. Cengkawang 379 M. Cengkawang 191 M. Cengkawang 421 M. Sepat 2547 M. Sepat 635 M. Batu 244 M. Batu 1035 M. Batu 760 M. Batu 831 M. Batu 1034 M. Batu 761 M. Batu 625 M. Merah 249 M. Merah 56 M. Merah 1968 M. Merah 2778 M. Merah 245 M. Merah 1023 M. Merah 2750 M. Merah 1187 M. Merah 2534 M. Merah 1233 M. Merah 2560 M. Batu 5416 M. Batu 5152 M. Batu 4928 M. Batu 173 M. Batu 5152 M. Batu 796 M. Kulit Buaya 4266 M. Sepat 4340 Balam 253 Balam 245 M. Merah
21 19.3 20.7 19.6 18.3 22.4 20.5 22.6 20.5 22.5 27 27 20.3 20.6 20.7 18.5 24.5 23.1 18.2 24 26 23.9 24.5 18.5 19.4 24.5 21 19 22.7 23.2 21.1 22 22.1 22.5 22.7 23 18.3 18.2 23 21 21.2 21.2 20.4 20.7 22.3 22.4 21.3 20.3 24.1 19.5 24.1 20.4
68 86 73 91 63 74 71 63 60 60 84 65 69 63 75 85 111 64 80 75 56 73 78 83 77 71 90 69 60 65 60 72 72 54 63 58 71 55 74 53 65 65 87 74 68 62 90 102 107 85 73 65
54 73 61 81 52 59 58 54 40 51 80 47 48 50 63 70 73 45 65 63 47 49 61 74 70 54 71 53 48 57 53 61 56 50 51 39 63 46 60 46 51 49 57 57 57 42 63 61 75 79 59 55
61.0 79.0 67.0 86.0 57.0 66.0 64.0 58.0 50.0 55.0 82.0 56.0 58.0 56.0 69.0 77.0 92.0 54.0 72.0 69.0 51.0 61.0 69.0 78.0 73.0 62.0 80.0 61.0 54.0 61.0 56.0 66.0 64.0 52.0 57.0 48.0 67.0 50.0 67.0 49.0 58.0 57.0 72.0 65.0 62.0 52.0 76.0 81.0 91.0 82.0 66.0 60.0
6.14 9.46 7.30 11.39 4.67 7.66 6.59 5.97 4.03 5.35 14.26 6.65 5.36 5.07 7.74 8.61 16.29 5.29 7.41 8.97 5.31 6.98 9.16 8.84 8.12 7.40 10.56 5.55 5.20 6.78 5.20 7.53 7.11 4.78 5.79 4.16 6.45 3.57 8.11 3.96 5.60 5.41 8.31 6.87 6.73 4.76 9.66 10.46 15.67 10.30 8.25 5.77
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
130.85
143.70
Petak 56
Petak 56
41 M. Merah M. Merah 4310 M. Merah 3787 M. Merah 541 M. Merah 1950 M. Merah 4310 M. Merah 1443 M. Merah 1655 M. Merah 949 M. Cengkawang 185 M. Cengkawang 949 M. Cengkawang 699 M. Cengkawang 1869 M. Cengkawang 920 M. Sepat 4054 M. Sepat 1195 M. Sepat 1181 M. Sepat 239 M. Sepat 531 M. Sepat 939 M. Sepat 6 Balam 186 Balam 1187 M. Batu 978 M. Batu 403 M. Batu 1866 M. Batu 213 M. Merah 528 M. Merah 24 M. Merah 4633 M. Merah 291 M. Merah 1193 M. Merah 277 M. Merah 1655 M. Merah 1435 M. Merah 943 M. Cengkawang 253 M. Cengkawang 455 M. Cengkawang 73 M. Cengkawang 158 M. Cengkawang 1428 M. Cengkawang 253 Balam 1327 M. Kulit Buaya 974 M. Batu 973 M. Batu 767 M. Batu 701 M. Batu 239 M. Batu 1874 M. Sepat 970 M. Sepat 28 M. Sepat
17.8 19.2 21.2 24.3 19.8 26 21.2 20.6 22.4 16 21.8 21.6 24 21.7 25.2 22 18.5 26.8 22.5 23 24.6 18.2 24.4 25 20.8 21.4 22.4 23.61 20.5 21.5 21.5 17.9 20.7 17.6 18.1 20.5 17.3 18.7 13.4 18.7 21 21.6 18.3 18.2 19.3 23.8 20.5 19.2 20.4 28.4 24.3 25.1
62 88 71 68 64 72 71 68 129 117 67 123 85 71 72 51 123 101 59 67 87 74 67 85 66 77 58 86 61 70 54 81 69 61 80 58 120 67 85 152 110 114 62 65 83 72 76 99 73 116 101 87
58 64 52 41 48 55 54 60 62 105 55 119 64 50 52 40 99 80 46 58 73 63 42 60 51 57 55 70 52 54 45 68 48 53 70 45 99 53 76 100 90 87 50 57 67 58 65 83 55 90 84 68
60.0 76.0 61.0 54.0 56.0 63.0 62.0 64.0 95.0 111.0 61.0 121.0 74.0 60.0 62.0 45.0 111.0 90.0 52.0 62.0 80.0 68.0 54.0 72.0 58.0 67.0 56.0 78.0 56.0 62.0 49.0 74.0 58.0 57.0 75.0 51.0 109.0 60.0 80.0 126.0 100.0 100.0 56.0 61.0 75.0 65.0 70.0 91.0 64.0 103.0 92.0 77.0
5.03 8.71 6.20 5.57 4.88 8.10 6.40 6.63 15.88 15.48 6.37 24.84 10.32 6.14 7.61 3.50 17.90 17.05 4.78 6.94 12.37 6.61 5.59 10.18 5.50 7.54 5.52 11.28 5.05 6.49 4.05 7.70 5.47 4.49 8.00 4.19 16.14 5.29 6.74 23.32 16.49 16.96 4.51 5.32 8.53 7.90 7.89 12.49 6.56 23.66 16.15 11.69
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
230.95
198.84
1211 2750 72 6 528
M. Sepat M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah
22 23.2 23.1 16 21.3 21.6
80 55 60 85 61 61
67 43 40 63 50 51
73.0 49.0 50.0 74.0 55.0 56.0
9.21 4.37 4.54 6.88 5.06 5.32 1593.22
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
1457.28
Lampiran 2. Volume Limbah di Masing-masing Petak pada tiap TPn (m3) No. Petak Petak 73
Petak 73
Petak 73
No. Pohon 76 931 930 162 1776 1773 1774 1170 1171 1319 1320 1062 970 1260 2513 3683 1573 1248 2444 1471 2722 1326 998 1263 2020 3909 2560 183 182 769 768 800 380 558 1827 2501 1511 1901 351 423 622 1319 2129 504 1323 1326 1711
Jenis Kayu M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Kulit Buaya M. Cengkawang Balam M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Sepat M. Sepat M. Sepat Balam M. Kulit Buaya M. Kulit Buaya M. Cengkawang
Panjang Limbah (m) 2.2 2.4 2.5 2.3 3.4 3.3 7.9 9.9 1.9 9.4 2.4 3.7 2.4 6.7 11.2 4.7 2.9 8.7 11.6 2.8 4.5 5.1 6.7 5.4 2.9 2.2 7.1 7.8 3.4 5.1 5.1 5 2.9 2.9 2.2 2 2.5 3 2.8 4.2 4 2.3 4.3 4.8 4.2 7.9 3.2
Diameter (cm) Pangkal 64 60 62 58 74 61 68 63 46 66 46 58 48 63 60 59 52 48 51 56 63 59 69 55 52 45 52 49 78 58 69 64 64 52 48 54 63 49 52 47 63 61 68 53 61 57 75
Ujung 59 46 54 46 70 58 57 50 44 58 44 52 46 57 51 50 48 41 47 53 57 51 56 49 48 41 44 39 70 50 60 58 60 48 46 52 60 45 78 43 57 57 60 49 57 45 71
Rata-rata 61 53 58 52 72 59 62 56 45 62 45 55 47 60 55 54 50 44 49 54 60 55 62 52 50 43 48 44 74 54 64 61 62 50 47 53 61 47 65 45 60 59 64 51 59 51 73
Volume Limbah (m3) 0.64 0.53 0.66 0.49 1.38 0.90 2.39 2.44 0.30 2.84 0.38 0.88 0.42 1.89 2.66 1.08 0.57 1.32 2.19 0.64 1.27 1.21 2.02 1.15 0.57 0.32 1.28 1.19 1.46 1.17 1.64 1.46 0.88 0.57 0.38 0.44 0.73 0.52 0.93 0.67 1.13 0.63 1.38 0.98 1.15 1.61 1.34
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Total Vol./TPn (m3) 25.87
18.59
26.40
Petak 74
2152 1501 1191 577 3314 3884 2251 1397 3643 2782 1701 3683 3725 145 117 1916 1915 98 200 284 678 796 907 974 476 2587 2782 2785
Petak 74
3675 117 201 892 895 767 2155 1323 1346 2129 1918 2995 2768 2389 2388 2575 2587 1522 2564 2409 1717 1500
M. Cengkawang M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M.Kulit Buaya M.Kulit Buaya M.Kulit Buaya M.Kulit Buaya M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Batu M. Batu M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Batu M. Batu M. Batu M. Merah
3.9 2.9 2.7 5.6 1.9 5.9 5.3 3.6 3 6.8 5.1 5.7 5.1 9.5 3.2 13.3 8.9 10.8 7.2 9.5 4.5 6.4 3.2 4.6 3.7 6.7 5.9 3.15 5.9 6.25 3.1 2.4 2.7 4.4 8.5 10.1 2.9 4.1 8.9 2.9 8 2 5.9 6.4 6.4 7.9 3.4 3.6 2.78 2.1 1.9 1.9
74 42 53 85 59 55 45 43 60 65 50 63 59 60 63 61 73 80 77 74 54 60 61 45 71 46 101 99 76 73 46 62 58 49 63 71 82 63 53 90 66 53 64 65 83 68 91 71 57 49 43 40
72 39 49 77 56 45 43 40 56 57 46 59 53 50 59 50 59 70 60 64 49 51 57 43 65 36 96 93 69 65 42 57 48 35 49 59 76 54 39 82 52 47 59 59 75 59 86 65 53 45 41 36
73 40 51 81 57 50 44 41 58 61 48 61 56 55 61 55 66 75 68 69 51 55 59 44 68 41 98 96 72 69 44 59 53 42 56 65 79 58 46 86 59 50 61 62 79 63 88 68 55 47 42 38
1.63 0.36 0.55 2.89 0.48 1.16 0.81 0.48 0.79 1.99 0.92 1.67 1.26 2.26 0.94 3.16 3.04 4.77 2.61 3.55 0.92 1.52 0.87 0.70 1.34 0.88 4.45 2.28 2.40 2.34 0.47 0.66 0.60 0.61 2.09 3.35 1.42 1.08 1.48 1.68 2.19 0.39 1.72 1.93 3.14 2.46 2.07 1.31 0.66 0.36 0.26 0.22
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
42.63
31.24
1529 1721 2103 2159 1716 2591 4132 1701 1511 Petak 74 1541 2346 3984 2381 986 1021 8982 126 183 133 3129 2252
Petak 55
Petak 55
2032 2547 379 191 11 250 2570 831 635 244 760 1034 761 1233 245 625 249 1023 2750 1968 2778 1187 2534 4340 4928 5152 5416
M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat Balam Balam M. Batu M. Batu M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Sepat M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah Balam M. Batu M. Batu M. Batu
4.74 6.5 2.06 2.3 6.5 3.9 4.3 2.1 3.1 4.1 2.2 4.3 6.9 3.2 2.6 6.4 3.5 5.9 1.9 4.7 5.8 2.7 12.5 3.9 4 8.4 1.9 5.4 5.9 4.9 1.9 3 1.9 3.9 9.3 4.9 2.6 5.1 4.1 2.9 8 2.9 3 5.1 10.7 2.6 6.9 10.9 5.9 5.2 4.7 4.3
63 62 53 60 61 46 64 50 67 99 75 56 54 50 59 54 52 51 82 48 81 52 54 40 50 70 61 63 63 65 73 45 53 74 70 71 48 57 51 65 53 61 63 62 68 51 66 70 79 57 63 57
56 55 48 54 57 36 59 44 58 80 73 52 49 45 55 46 48 44 80 44 76 48 46 36 46 69 58 57 56 57 70 44 50 68 60 66 45 51 40 58 42 55 57 55 54 46 54 53 70 49 57 50
59 58 50 57 59 41 61 47 62 89 74 54 51 47 57 50 50 47 81 46 78 50 50 38 48 69 59 60 59 61 71 44 51 71 65 68 46 54 45 61 47 58 60 58 61 48 60 61 74 53 60 53
1.30 1.72 0.40 0.59 1.78 0.51 1.26 0.36 0.94 2.55 0.95 0.98 1.41 0.56 0.66 1.26 0.69 1.02 0.98 0.78 2.77 0.53 2.45 0.44 0.72 3.14 0.52 1.53 1.61 1.43 0.75 0.46 0.39 1.54 3.09 1.78 0.43 1.17 0.65 0.85 1.39 0.77 0.85 1.35 3.13 0.47 1.95 3.19 2.54 1.15 1.33 0.95
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
21.90
29.28
14.10
5152 173 3787 1655 41
Petak 56
Petak 56
541 1443 939 531 239 4054 1181 949 185 949 186 6 1187 978 403 1866 291 528 24 213 4633 277 1655 1435 943 253 455 253 974 239 6 528 2750 72
M. Batu M. Batu M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang Balam Balam M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang Balam M. Batu M. Batu M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah
5.1 6.3 4.7 2.6 7.7 6.1 4.5 2.5 11.5 2.9 2.9 8.9 1.9 2.9 2.7 3.9 2.1 8.1 5.4 2.7 3.2 2.3 6.6 3.9 2.4 7.01 7.4 3 2 5.9 2.7 2.6 3.3 5.2 2.2 4.3 2.9 3.2 3.1 3 6.3
57 42 41 62 58 64 48 60 73 58 63 60 80 105 55 119 42 63 60 51 57 55 68 52 54 70 63 53 70 65 99 53 76 50 67 55 63 50 58 40 51
51 37 37 58 50 57 44 58 58 46 59 51 71 95 53 117 40 55 54 49 51 53 58 46 48 60 54 49 68 58 95 50 70 44 63 51 59 47 55 38 46
54 39 39 60 54 60 46 59 65 52 61 55 75 100 54 118 41 59 57 50 54 54 63 49 51 65 58 51 69 61 97 51 73 47 65 53 61 48 56 39 48
1.17 0.75 0.56 0.74 1.76 1.72 0.75 0.68 3.82 0.62 0.85 2.11 0.84 2.28 0.62 4.27 0.28 2.21 1.38 0.53 0.73 0.53 2.06 0.74 0.49 2.33 1.96 0.61 0.75 1.72 2.00 0.53 1.38 0.90 0.73 0.95 0.85 0.58 0.76 0.36 1.14
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
31.70
10.18
Lampiran 3. Persentase Limbah Berdasarkan Kelas Diameter dan Panjang di TPn No. 1.
Kelas Diameter (cm) 38-47
2.
48-57
3.
58-67
4.
68-77
5.
>78
Total
Kelas Panjang (m) 2-3 >3-4 >4-5 >5 2-3 >3-4 >4-5 >5 2-3 >3-4 >4-5 >5 2-3 >3-4 >4-5 >5 2-3 >3-4 >4-5 >5
Jumlah Batang 12 8 7 9 24 7 7 25 15 6 9 30 4 8 1 7 5 3 1 4 192
Volume Limbah (m3) 4,27 3,91 4,83 9,88 13,37 5,14 6,73 41,63 11,53 5,46 11,59 66,64 3,45 11,72 1,82 21,63 8,67 8,86 2,61 13,47 257,18
Persentase (%) 1,66 1,52 1,88 3,84 5,20 2,00 2,62 16,19 4,48 2,12 4,51 25,91 1,34 4,56 0,71 8,41 3,37 3,44 1,02 5,24 100
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Lampiran 4. Persentase Limbah Berdasarkan Faktor Penyebab Terjadinya Limbah Per Jenis Meranti
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Penyebab Limbah Gerowong
No. Pohon 1522 2570 1776 455 1711 2152 2782 2389 2575 379 2785 3675 5152 5416 1501 1034 635 2564 2020 2722 800 1827 1701 2750 1511 1023 3643 117 3787 183 2591 1529 2252 528 117 245 249 380 1511 558 1573 1471 1233
Jenis Kayu M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah
Panjang Limbah (m) 3.6 3 3.4 3.3 3.2 3.9 3.15 6.4 7.9 5.4 5.9 3.1 4.7 6.25 4.3 2.9 2.6 3.9 2.78 2.9 4.5 5 2.2 2.1 5.1 4 3.1 3 3 3.2 4.7 4.7 3.9 4.74 3.9 3.9 2.4 2.9 2.9 2.9 2.5 2.9 2.9 2.8 4.1
Diameter (cm) RataPangkal Ujung rata 71 65 68 45 44 44 74 70 72 76 70 73 75 71 73 74 72 73 99 93 96 65 59 62 68 59 63 63 57 60 76 69 72 46 42 44 63 57 60 73 65 69 57 50 53 42 39 40 48 45 46 74 68 71 57 53 55 52 48 50 63 57 60 64 58 61 48 46 47 50 44 47 62 55 58 50 46 48 67 58 62 63 57 60 60 56 58 63 59 61 41 37 39 48 44 46 46 36 41 63 56 59 40 36 38 52 46 49 62 57 59 65 58 61 61 55 58 64 60 62 63 60 61 52 48 50 52 48 50 56 53 54 51 40 45
Vol. Limbah (m3) 1.31 0.46 1.38 1.38 1.34 1.63 2.28 1.93 2.46 1.53 2.40 0.47 1.33 2.34 0.95 0.36 0.43 1.54 0.66 0.57 1.27 1.46 0.38 0.36 1.35 0.72 0.94 0.85 0.79 0.94 0.56 0.78 0.51 1.30 0.44 0.74 0.66 0.85 0.77 0.88 0.73 0.57 0.57 0.64 0.65
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Vol. Total/Penyebab Limbah/Jenis (m3) 18.10
8.66
21.45
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
423 3683 186 504 2381 3984 1263 4340 1541
Asam
2129 531 931 162 1323 907 1323 2768 2587 949 943 2587 949 761 1187 2560 244 768 895 1170 2513 2444 1701 3725 145 3129 41 767 1968 1187 2534 2032 2251 8982 291 213 4633 1435 1319 1260
M. Merah M. Merah Balam Balam Balam Balam Balam Balam M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M.Kullit Buaya M.Kullit Buaya M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah
4.2 4.7 2.1 4.8 2.6 3.2 5.4 5.9 4.5 4.3 2.2 4.3 2.9 2.4 2.3 4.1 4.6 4.2 5.9 5.9 2.9 2.7 3.4 3.9 5.1 5.4 7.1 9.3 5.1 8.5 9.9 11.2 11.6 5.1 5.1 9.5 12.5 7.7 6.3 10.1 10.7 6.9 10.9 8.4 5.3 5.9 6.6 7.01 7.4 5.9 9.4 6.7
47 59 42 53 59 50 55 79 54 56 75 68 58 60 58 63 45 61 64 101 105 99 91 119 57 60 52 70 69 63 63 60 51 50 59 60 54 58 51 71 68 66 70 70 45 51 68 70 63 65 66 63
43 50 40 49 55 45 49 70 49 52 73 60 46 46 46 54 43 57 59 96 95 95 86 117 51 54 44 60 60 49 50 51 47 46 53 50 46 50 46 59 54 54 53 69 43 44 58 60 54 58 58 57
45 54 41 51 57 47 52 74 51 54 74 64 52 53 52 58 44 59 61 98 100 97 88 118 54 57 48 65 64 56 56 55 49 48 56 55 50 54 48 65 61 60 61 69 44 47 63 65 58 61 62 60
0.67 1.08 0.28 0.98 0.66 0.56 1.15 2.54 0.92 0.98 0.95 1.38 0.62 0.53 0.49 1.08 0.70 1.15 1.72 4.45 2.28 2.00 2.07 4.27 1.17 1.38 1.28 3.09 1.64 2.09 2.44 2.66 2.19 0.92 1.26 2.26 2.45 1.76 1.14 3.35 3.13 1.95 3.19 3.14 0.81 1.02 2.06 2.33 1.96 1.72 2.84 1.89
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
6.16
6.95
1.85 16.78
8.56
57.43
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2782 3683
Patah/Pecah
Mata
1721 1716 6 253 98 200 284 678 2346 1916 4054 1915 1918 939 2155 2129 1326 1326 476 1320 970 2159 2778 24 892 541 1655 1443 4132 3909 239 760 2409 974 11 253 76 1319 1901 1397 72 277 1062 528 2750 201 625 1248
M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah Balam Balam M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Kulit Buaya M. Kulit Buaya M. Kulit Buaya M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Cengkawang M. Cengkawang M. Sepat M. Sepat M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah
6.8 5.7 6.1 6.5 6.5 8.1 5.2 10.8 7.2 9.5 6.4 6.9 13.3 8.9 8.9 8 11.5 2.9 2.9 5.1 7.9 6.7 2.4 2.4 2.3 2.6 2.4 4.4 4.5 2.6 2.5 4.3 2.2 4.3 4.9 2.1 2.2 4.9 2.6 2.2 2.3 3 3.6 3 3 3.7 3.2 3.1 2.7 8 8.7 5.8
65 63 64 62 61 63 50 80 77 74 60 54 61 60 73 66 73 82 90 59 57 46 46 48 60 51 54 49 48 62 60 64 45 55 71 49 67 65 53 64 61 49 43 40 53 58 50 58 58 53 48 81
57 59 57 55 57 55 44 70 60 64 51 49 50 51 59 52 58 76 82 51 45 36 44 46 54 46 48 35 44 58 58 59 41 51 66 45 63 57 50 59 57 45 40 38 49 52 47 55 48 42 41 76
61 61 60 58 59 59 47 75 68 69 55 51 55 55 66 59 65 79 86 55 51 41 45 47 57 48 51 42 46 60 59 61 43 53 68 47 65 61 51 61 59 47 41 39 51 55 48 56 53 47 44 78
1.99 1.67 1.72 1.72 1.78 2.21 0.90 4.77 2.61 3.55 1.52 1.41 3.16 2.11 3.04 2.19 3.82 1.42 1.68 1.21 1.61 0.88 0.38 0.42 0.59 0.47 0.49 0.61 0.75 0.74 0.68 1.26 0.32 0.95 1.78 0.36 0.73 1.43 0.53 0.64 0.63 0.52 0.48 0.36 0.61 0.88 0.58 0.76 0.60 1.39 1.32 2.77
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
3.12 31.30
3.71
6.38
4.14
1.96 1.27 12.57
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
133 351 6 191 1774 998 2389 1773 185 182 4928 173 183 3884 986 403 5152 769 577 796 974 239
Pembagian Batang
930 2547 1181 1346 622 1500 1171 2103 2501 1655 126 1717 831 3314 978 1866 1191 1021 2995 250
M. Merah M. Merah M. Merah M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Cengkawang M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Kulit Buaya M. Kulit Buaya M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Sepat M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Merah M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Batu M. Cengkawang M. Cengkawang
2.7 2.8 2.9 5.9 7.9 6.7 6.4 3.3 2.7 3.4 5.2 6.3 7.8 5.9 6.4 3.2 5.1 5.1 5.6 3.2 3.7 2.9 4.1 2.5 1.9 1.9 8.9 4 1.9 1.9 2.06 2 2 1.9 1.9 1.9 1.9 2.7 2.3 2.7 3.5 2 1.9
52 52 63 63 68 69 83 61 55 78 57 42 49 55 54 57 57 58 85 61 71 63 99 62 61 80 53 63 40 46 53 54 70 82 43 53 59 51 55 53 52 53 73
48 78 59 56 57 56 75 58 53 70 49 37 39 45 46 51 51 50 77 57 65 59 80 54 58 71 39 57 36 44 48 52 68 80 41 50 56 49 53 49 48 47 70
50 65 61 59 62 62 79 59 54 74 53 39 44 50 50 54 54 54 81 59 68 61 89 58 59 75 46 60 38 45 50 53 69 81 42 51 57 50 54 51 50 50 71
0.53 0.93 0.85 1.61 2.39 2.02 3.14 0.90 0.62 1.46 1.15 0.75 1.19 1.16 1.26 0.73 1.17 1.17 2.89 0.87 1.34 0.85 2.55 0.66 0.52 0.84 1.48 1.13 0.22 0.30 0.40 0.44 0.75 0.98 0.26 0.39 0.48 0.53 0.53 0.55 0.69 0.39 0.75
10.68
12.92
2.22 8.03
3.09
3.43
1.14 251.89
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Lampiran 5. Pemanfaatan Limbah untuk Berbagai Jenis Penggunaan Kayu Bangunan Berdasarkan pada Kelas Diameter dan Panjang. No.
Kelas Diameter
Kelas Panjang
(cm)
(m)
1.
Jenis Penggunaan
Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang, 38-47
1-2
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>2-3
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>3-4
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>4-5
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>5 2.
48-57
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
1-2
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>2-3
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>3-4
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>4-5
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>5 3.
58-67
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
1-2
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>2-3
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>3-4
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>4-5
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>5 4.
68-77
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
1-2
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>2-3
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.
Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang, >3-4
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>4-5
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>5 5.
>78
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
1-2
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>2-3
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>3-4
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>4-5
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso Rangka dinding (bantalan, dinding, kuda-kuda penopang,
>5
tiang, palang), kusen (pintu dan jendela), kaso
Meylida Nurrachmania : Potensi Limbah Pemanenan Kayu Di Tempat Pengumpulan Kayu (TPN) IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, 2009.